Anda di halaman 1dari 9

MATERI 2

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI


PADA SITUASI DARURAT BENCANA

Kesehatan reproduksi mendapatkan perhatian sejak adanya konferensi internasional


kependudukan dan pembangunan tahun 1994, dimana pada konferensi tersebut terjadi
perubahan paradigma yang penting dalam menangani masalah kependudukan yakni dari
pembatasan penduduk kepada upaya pemenuhan hak reproduksi baik pada laki-laki maupun
perempuan.Pemenuhan hak reproduksi tersebut diupayakan melalui pelayanan kesehatan
reproduksi yang dapat diakses oleh semua individu sebelum tahun 2015 (akses universal
kesehatan reproduksi). Kesehatan reproduksimerupakan bagian dari HAM serta bagian dari
standard SPHERE, yaitu standard internasional yang dipakai dalam respon bencana. Salah
satu dari Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak untuk mendapat pelayanan kesehatan yang
bermutu, termasuk di dalamnya layanan Kespro dalam kondisi normal ataupun darurat.
Untuk itu pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang Kespro pada situasi darurat bencana

I. DESKRIPSI SINGKAT
Materi ini membahas tentang kebijakan pemerintah tentang pelayanan Kesehatan
Reproduksi (Kespro) pada situasi darurat bencana, meliputi definisi Kespro, hak-hak
reproduksi, ruang lingkup, masalah kesehatan reproduksi, kebijakan dan strategi nasional
tentang pelayanan Kespro pada situasi darurat bencana

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan
kebijakan pemerintah tentang pelayanan Kespro pada situasi darurat bencana
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta diharapkan mampu :
1. Menjelaskan definisi Kespro

27
2. Menjelaskan hak-hak Reproduksi,
3. Menjelaskan ruang lingkup Kespro,
4. Menjelaskan kebijakan dan strategi nasional tentang pelayanan Kespro pada
situasi darurat bencana

III. POKOK BAHASAN


Dalam modul ini akan membahas mengenai :
1. Definisi kesehatan reproduksi
2. Hak-hak reproduksi,
3. Ruang lingkup kesehatan reproduksi,
4. Kebijakan dan strategi nasional tentang pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi
darurat bencana

IV. BAHAN BELAJAR


1. Modul Kebijakan Pemerintah tentang Kespro pada situasi darurat bencana
2. LCD
3. Laptop
4. Papan tulis/lembar flipchart
5. Spidol

V. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran materi ini.
Langkah 1. Persiapan
1. Memastikan hand out powerpoint digandakan (jika dibutuhkan)
2. Memastikan materi yang akan disampaikan telah dipelajari (dengan merujuk pada
bacaan yang dianjurkan pada bagian akhir sesi ini)
3. Memastikan perlengkapan pembelajaran seperti spidol, flipchart atau papan tulis
putih
4. Menguasai metode pembelajaran interaktif

28
5. Waktu yang diperlukan 90 menit

Langkah 2. Penyampaian Materi


1. Membuka sesi pembelajaran dengan apersepsi, dapat dengan menanyakan kepada
peserta tentang “Apa masalah yang dihadapi pada situasi darurat bencana?”
2. Memberikan umpan balik secara singkat selanjutnya klik powerpoint untuk
menunjukkan jawaban. Jelaskan bahwa komunitas internasional telah mencoba
mengatasi tantangan ini melalui reformasi kemanusiaan, yang akan dijelaskan
berikutnya.
3. Menjelaskan bahwa sesi ini akan mengenalkan konsep kebijakan pemerintah tentang
Kespro pada situasi darurat bencana. Klik power point untuk menunjukkan konsep
kebijakan pemerintah tentang Kespro pada situasi darurat bencana.
4. Menanyakan apakah sudah cukup jelas tentang konsep kebijakan pemerintah
tersebut? Jika iya, peserta diminta membantu menjelaskan konsep kebijakan tersebut
kepada peserta yang lain
a. Definisi Kespro
b. Hak-hak Kespro
c. Ruang Lingkup Kespro pada situasi darurat
2. Menjelaskan Kebijakan pemerintah yang terkait dengan Kespro dan seksual pada
situasi darurat bencana.

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan


1. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya
2. Melakukan rangkuman dan kesimpulan dapat dilakukan bersama-sama dengan
peserta didik
3. Menutup sesi pembelajaran, dapat ditutup dengan menyampaikan pesan kunci

29
VI. URAIAN MATERI
1. Definisi Kesehatan Reproduksi
 Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
menyeluruh dan tidak tidak semata-mata terbebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal berhubungan dengan sistem reproduksi dan
fungsi serta prosesnya. (ICPD, Kairo, 1994)
 Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksinya pada laki-laki dan
perempuan (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 71 Ayat 1).

2. Hak-hak Kesehatan Reproduksi pada Situasi Darurat Bencana


Kespro mendapatkan perhatian sejak adanya konferensi internasional kependudukan
dan pembangunan tahun 1994, dimana pada konferensi tersebut terjadi perubahan
paradigma yang penting dalam menangani masalah kependudukan yakni dari
pembatasan penduduk kepada upaya pemenuhan hak reproduksi baik pada laki-laki
maupun perempuan. Pemenuhan hak reproduksi tersebut diupayakan melalui
pelayanan kesehatan reproduksi yang dapat diakses oleh semua individu sebelum
tahun 2015 (akses universal kesehatan reproduksi).
Hal ini berarti bahwa masyarakat berhak mendapatkan pelayanan kesehatan
reproduksi yang berkualitas baik dalam kondisi normal maupun kondisi bencana.

Kesehatan reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dijamin
sekalipun dalam situasi darurat bencana. Banyak upaya yang telah dilakukan, namun
masih sedikit yang memberikan perhatian untuk kesehatan reproduksi. Dalam kondisi
normal, di Indonesia banyak permasalahan di bidang kesehatan reproduksi dan
kondisi ini akan lebih buruk dalam situasi darurat bencana. Kebutuhan terhadap
kesehatan reproduksi akan tetap ada dan pada kenyataannyta justru meningkat pada
saat bencana.

30
3. Ruang lingkup Kespro
Ruang lingkup Kespro sangat luas, mencakup keseluruhan hidupmanusia sejak lahir
sampai mati, sehingga digunakan pendekatan siklus hidup (life cycle approach), yang
di dalamnya termasuk isu kesetaraan gender, martabat dan pemberdayaan
perempuan, serta peran dan tanggung jawab laki laki. Upaya pelayanan dilakukan
melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Prinsip-prinsip Pelayanan Kespro:


a. Mengutamakan klien: hak reproduksi, keadilan dan kesetaraan gender
b. Pendekatan siklus kehidupan manusia
c. Memperluas jangkauan pelayanan secara proaktif
d. Meningkatkan kualitas hidup melalui pelayanan yang berkualitas.

4. Kebijakan dan Strategi Nasional tentang Pelayanan Kespro Pada Situasi Darurat
Bencana.
Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam upaya meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan perempuan sesuai dengan siklus hidupnya yang dilakukan
dengan pendekatan Continum of Care. Yaitu penyediaan pelayanan mulai dari proses
kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, anak-anak, remaja, dewasa dan sampai lanjut
usia.

31
Landasan hukum:
 Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI no 64 tahun 2013: tentang
penanggulangan krisis kesehatan, Pelayanan Kesehatan Reproduksi masuk ke
dalam pelayanan kesehatan yang harus disediakan pada tahap tanggap darurat
dan pasca krisis
Pasal 22:
Pemenuhan kebutuhan kesehatan antara lain berupa sumber daya manusia
kesehatan, pendanaan, fasilitas untuk mengoperasionalkan system pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan medic, obat dan perbekalan kesehatan, gizi,
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, kesehatan jiwa, kesehatan
reproduksi dan identifikasi korban sesuai kebutuhan.

 Undang-undang RI No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana.


Fokus pelayanan dari kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat juga mencakup
kelompok rentan. Pengaturan dan layanan kepada kelompok rentan telah masuk

32
kedalamUU tentang penanggulangan bencana.Di dalam Undang-undang tersebut
terdapat dua pasal yang mengatur antara lain pasal 48 dan pasal 55. Di dalam
pasal 48, Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf (b) meliputi:
a. Pengkajian secara cepat,tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
b. Penentuan status keadaan darurat bencana;
c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
d. Perlindungan prioritas untuk mendapatkan penyelamatan, evakuasi,
pengamanan, pelayanan kesehatan dan pemenuhan kebutuhan dasar;
e. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

Perlindungan terhadap kelompok rentan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 huruf


(e) dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
Kelompok rentan sebagaimana dimaksud terdiri atas:
a. Bayi, balita, anak-anak, dan remaja;
b. Ibu yang sedang mengandung, ibu nifas atau menyusui;
c. Wanita Usia Subur
d. Orang dengan disabilitas
d. Orang lanjut usia/lansia.

Kebijakan pelayanan Kespro dalam kondisi darurat:


a. Kegiatan terkait kesehatan reproduksi dalam kondisi darurat dilaksanakan pada
setiap tahap bencana mulai dari pra-krisis kesehatan, tanggap darurat kesehatan
dan pasca krisis kesehatan.
b. Pelayanan Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana dilaksanakan
melalui Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi pada saat
awal bencana

33
c. Pelayanan kesehatan reproduksi komprehensif diintegrasikan pada pelayanan
kesehatan dasar segera setelah stabil
d. Respon kesehatan reproduksi pada situasi darurat bencana dilakukan secara
terkoordinir dengan Lintas Program/Lintas Sektor terkait, organisasi profesi dan
LSM terkait melalui mekanisme sub klaster kesehatan reproduksi.

Strategi Kespro dalam kondisi darurat:


a. PPAM Kesehatan Reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan
penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana
b. Penentuan focal point kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana di
setiap tingkatan
c. Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan bidang kespro di setiap tingkatan
d. Advokasi dan sosialisasi di semua tingkatan
e. Peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia/SDM
f. Penyediaan logistik (kit kespro, kit individual dan kit bidan)

VII. RANGKUMAN
1. Sesuai peraturan menteri kesehatan, pelayanan kesehatan reproduksi pada situasi
bencana melalui penerapan PPAM sudah merupakan pelayanan kesehatan yang harus
diberikan sebagai bagian dari respon bencana bidang kesehatan/penanggulangan
krisis bidang kesehatan
2. Program Kespro pada situasi darurat bencana dilakukan melalui 3 tahap
penanggulangan bencana (pra krisis kesehatan, tanggap darurat krisis kesehatan, dan
pasca krisis kesehatan).
3. Pada pra krisis kesehatan dan tanggap darurat bencana perlu dipastikan adanya
pelayanan Kespro sesuai dengan kebutuhan.
4. Perlu advokasi, sosialisasi dan peningkatan kapasitas petugas dalam PPAM Kespro di
pusat maupun daerah.

34
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan. 2015. Buku Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM)
Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan

UNFPA. 2010. Pedoman Lapangan Antar-lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi


Darurat Bencana: Revisi untuk Peninjauan Lapangan. Jakarta: UNFPA.

WHO. 2003. Kesehatan Reproduksi Bagi Pengungsi. Pedoman Implementasi Bagi


Pengelola Program. Jakarta: WHO dan Depkes.

35

Anda mungkin juga menyukai