PEMBAHASAN
A. Pengertian bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa akibat fenomena alam &/ akibat ulah manusia
serta memerlukan bantuan dr kabupaten/propinsi lain atau dr pusat &/ negara lain dg
1. Klasifikasi
Sumber:
Kompleks (multi-faktor)
Waktu munculnya:
3. Dampak bencana
(vulnerability)
1. Pencegahan (prevention)
2. Mitigasi (mitigation)
3. Kesiapan (preparedness)
7. Pemulihan (recovery)
8. Rehabilitasi (rehabiliotion)
9. Rekontruksi (recontruction)
1. Pengertian SPGDT
Rangkaian penyelamatan pada saat pra intra dan pasca bencana pelayanan pasien
gawat darurat yang saling terkait dilaksanakan di tingkat pra RS, intra RS dan antar
RS. Berpedoman pada respon Time yang menekankan Time Saving is Limb Saving,
yang melibatkan masyarakat awam umum dan khusus, petugas medis, pelayanan
ambulans gawat darurat dan komunikas harapannya dalam penanganan korban dapat
2. Paradigma
masyarakat
UUD 1945
bencana.
4. Self comunity
Keadaan sehat dan aman yang tercipta dari, oleh dan untuk masyarakat.
masyarakat yang merasa hidup sehat, aman dan sejahtera dimanapun mereka berada
SPGDT
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu
SPGDB
5. Community Preparedness
promosi
tinggi.
bersama. Bila terjadi pelanggaran tidak ada pengadilan tetapi ada teguran dan
bagi dirinya.
3. Hukum
Kaidah/ norma hukum adalah pedoman/ pegangan/ ukuran untuk menunjukkan nilai
hukum.
a. Cepat dan Tepat yang dimaksud dalam prinsip ini adalah bahwa dalam
penanggulangan bencana harus cepat dan tepat sesuai dengan tuntutan keadaan.
Keterlambatan dalam penanganan akan meningkatkan dampak baik dari segi material
secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.
korban bencana alam perlu memperhatikan aspek waktu, tenaga dan biaya.
e. Transparansi dan akuntabilitas penanggulangan bencana harus dilakukan secara
perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras, dan aliran politik
apapun.
darurat bencana, terutama melalui pemberian bantuan dan pelayanan darurat bencana.
UU BENCANA NO 24 – 2007
1. Pengertian triage
Peningkatan pasien yang datang pada unit gawat darurat yang diberikan tidak
dapat diprediksi dengan sangat akurat. Namun hanya sebagian tertentu dari pasien
yang mendesak, sebagian lain hanya perlu diberikan obat dan perawatan dapat
2. Tujuan
3. Model CTAS
CTAS: The Canadian Emergency DepartmentTriage & Acuity Scale (CTAS). 5 Level
CTAS
Level 1 Pasien dengan kategori ini 98%harus segera ditangani oleh dokter
Level 2 Pasien dengan kategori ini 95% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 15
menit
Level 3 Pasien dengan kategori ini 90% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 30
menit
Level 4 Pasien dengan kategori ini 85% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 60
menit
Level 5 Pasien dengan kategori ini 80% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 120
menit
4. Level CTAS
LevelI 1 : Resuscitation. Tidak responsif, tanda vital tidak ada / tidak stabil, dehidrasi
LevelI Emergent. Kondisi yang berpotensi mengancam anggota tubuh atau fungsi,
membutuhkan intervensi medis yang cepat atau tindakan yang didelegasikan. Waktu
Level III Urgent.Kondisi yang berpotensi berkembang menjadi masalah serius yang
signifikan atau mempengaruhi kemampuan untuk bekerja dan kegiatan hidup sehari-
Level IV Less Urgent (Semi urgen). Kondisi yang berkaitan dengan usia pasien,
kesulitan, potensi kerusakan atau komplikasi akan mendapat manfaat dari intervensi
mendesak serta kondisi yang mungkin menjadi bagian dari masalah kronis dengan
Ciri khas MTS adalah identifikasi sindrom pasien yang datang ke unit gawat
algoritma nyeri perut. Dalam tiap algoritma ada diskriminator yang menjadi landasan
tanda vital seperti tingkat kesadaran, derajat nyeri, dan derajat obstruksi jalan nafas
6. EWS
7. Protokol triage
8. START TRIAGE
Awal :
Panggil semua penderita yang dapat berjalan, dan perintahkan untuk pergi ke daerah
tertentu atau daerah yang sudah aman. Semua penderita di tempat ini mendapatkan
kartu hijau
1. Airway
Pergi ke penderita yang terdekat, dan periksalah apakah masih bernafas.Bila sudah
tidak bernafas, buka Airway, dan lihatlah apakah tetap tidak bernafas. Bila tetap tidak
bernafas beri label Hitam. Bila kembali bernafas beri label Merah
2. Breathing
3. Circulation
Periksa dengan cepat adanya pengisian kembali kapiler (capillary refill). Bila lebih
dari 2 detik : Merah. Bila kurang dari 2 detik : pergi ke tahap berikut.
4. Kesadaran
Penderita harus mengikuti perintah kita (angkat tangannya ?) Tidak dapat mengikuti
HITAM : Mati
1. Tugas BNPB
sebulan sekali dlm kondisi normal dan pd setiap saat dlm kondisi darurat bencana
dan internasional
2. Organisasi Pengendali
Pengendali operasional
Pengendali perencanaan
Pengendali admin-ku
3. Pos medis
posko lap sektor lain, bisa dibangun dari tenda atau menggunakan bangunan yg
tersedia.
Sebaiknya Rumah sakit terdekat lokasi bencana yang memiliki IGD untuk
depan dan selama transportasi. Dikhususkan untuk menerima kasus yang tidak ddapat
F. Surveilens Bencana
2. Melakukan Analisis
c. Ketajaman analisis
bencana.
penyebarannya
G. Perawatan luka
1. Konsep luka
Definisi :
Luka a/ terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau proses
Etiologi :
b. Luka memar, terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh
c. Luka lecet, terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yg biasanya dengan
e. Luka gores, terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau kawat
f. Luka tembus, yaitu luka yg menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal
g. Luka bakar, yaitu luka yg diakibatkan oleh paparan panas, misal api dan bahan
kimia
h. Luka gigitan hewan, disebabkan adanya gigitan hewan liar atau piaraan.
a. Pembersihan Luka
Berikan antiseptic.
local.
b. Penutupan Luka
berlangsung optimal.
2. Hindari penutupan primer pada luka terinfeksi dan meradang, luka kotor.
c. Pembalutan
Luka Akut :
diharapkan atau sesuai konsep penyembuhan luka akut, dengan kategori luka akut
1. Luka akut mrpkn luka trauma yg biasanya segera mendapat penanganan dan
5. Luka operasi dapat dianggap luka akut yang dibuat oleh ahli bedah.
Luka kronis :
kegagalan.
1. Pengkajian berkelanjutan.
2. Persiapan dasar luka.
c. Jika luka yang dialami adalah luka tertutup berupa luka lecet atau gores, bagian
tubuh yang luka dapat digerakkan seperti biasa, dan tidak ada nyeri hebat pada
d. Meski begitu, luka seperti itu tak boleh dianggap sepele. Perawatan lukanya
ini belum dilakukan secara maksimal Masyarakat masih banyak yang belum benar-
benar menyadari tentang wilayahnya yang rentan bencana, apalagi mengetahui apa
yang harus dilakukan dalam rangka mencegah dan menanggulangi kejadian bencana.
Kesiapsiagaan masih cukup asing bagi masyarakat Indonesia secara umum. Bersiap
dan bersiaga merupakan upaya dan kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi bencana
alam secara cepat dan efektif merespon keadaan/situasi pada saat bencana dan segera
setelah bencana. Upaya ini sangat diperlukan masyarakat untuk mengurangi
risiko/dampak bencana alam, termasuk korban jiwa, kerugian harta benda, dan
pemerintahan desa, Dusun, RW, RT, kader kesehatan, anggota linmas, dan perwakilan
puskesmas. Tujuan dari kegiatan PKM ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
memadai. People skills merupakan hal yang sangat penting pada saat terjadi bencana
dan jatuhnya korban bencana (Gatignon, Van Wassenhove, & Charles, 2010). Tujuan
al, 2019) Pentingnya melibatkan masyarakat lokal karena merekalah yang paling
mengetahui situasi dan kondisi lokal, mereka juga tertarik untuk menghindari
karenanya informasi yang disampaikan harus dengan bahasa yang mudah difahami
oleh mereka.
Tujuan Dilakukan Pemberdayaan Masyarakat Pada Penanggulangan
Bencana
kualitas kehidupannya sehingga mampu hidup mandiri dan sejahtera (Anggun et al.,
2020).
secara efektif dan efisien dalam tahap ini ada harapan dalam
di sadarkan bahwa mereka berada pada daerah yang rentan dan rawan
3.Lembaga usaha
4.Masyarakat Edukasi/Akademisi
asistensi
5.Kemitraan
Ciri Pemberdayaan
Proses pemberdayaan
sebagai kader
segala upaya atau kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka upaya pencegahan,
yang dilakukan pada tahapan sebelum, saat dan setelah bencana. Penanggulangan
bencana merupakan suatu proses yang dinamis, yang dikembangkan dari fungsi
1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika tidak terjadi bencana dan terdapat
potensi bencana
2. Tahap tanggap darurat yang diterapkan dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi
bencana.
ancaman bencana.
bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. Kesiapsiagaan ini sebenarnya masuk manajemen darurat, namun letaknya di pra
bencana. Dalam fase ini juga terdapat peringatan dini yaitu serangkaian kegiatan
dengan penekanan pada faktor-faktor pengurangan jumlah kerugian dan korban serta
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak Pusat buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
prasarana, dan sarana secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan menyeluruh setelah
a. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran
utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan
perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya
peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah
sebagian besar wilayah tanah air perlu dipahami dengan baik, karena salah satu
penyebab timbulnya kerugian dan penderitaan yang cukup berat adalah kurangnya
beberapa jenis bencana alam yang sangat umum terjadi di tanah air kita dan upaya-
upaya mitigasinya.
Gempabumi
Teori Tektonik Lempeng telah mengajarkan bahwa bagian luar bumi kita terdiri dari
berbagai lempeng yang saling bergerak satu terhadap lainnya. Gerakan lempeng
tersebut dapat saling mendekat, saling menjauh, ataupun hanya saling berpapasan.
akumulasi energi dan tegangan yang cukup tinggi pada kerak bumi, yang kemudian
suatu saat dapat terlepaskan secara tiba-tiba dan menghasilkan kejutan gempabumi
(earthquake) yang dahsyat. Gempabumi jenis ini secara khusus dikenal sebagai gempa
bumi tektonik, yang merupakan gempabumi yang paling berbahaya dibandingkan
tempat bertemunya tiga lempeng besar dunia, tentunya Indonesia merupakan negara
Efek gempabumi terhadap suatu komunitas masyarakat umumnya dapat ditinjau dari
• Besaran gempa
Sampai saat ini manusia belum/tidak dapat berbuat banyak untuk mencegah terjadinya
yang dilalui oleh sesar yang mungkin akan mengalami retak/pergerakan sehingga
dapat mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan untuk kemudian dapat dilakukan
risiko yang mungkin terjadi akibat gempabumi perlu dilakukan. Dengan diketahuinya
usaha mitigasi bencana. Salah satu tindakan konstruktif dalam usaha mitigasi bencana
gempabumi yang ada. Dalam hal ini, konsep bangunan tahan gempa sangat penting
dalam mengurangi kerugian akibat bencana gempa. Lebih dari itu, masyarakat
akibat bencana gempa. Oleh karenanya, masyarakat akan menjadi lebih waspada akan
Tsunami
Tsunami adalah gelombang panjang yang timbul karena adanya perubahan dasar
laut atau perubahan badan air yang terjadi secara tiba-tiba dan impulsif, akibat
gempabumi, erupsi volkanik, longsoran bawah laut atau runtuhan gunung es, atau
Secara fisik, tindakan mitigasi tusnami dapat dilakukan dengan membuat penghalang
vegetasi pantai, seperti hutan pantai atau mangrove. Selain peredaman gelombang
memerlukan biaya yang lebih mahal. Selain itu, pembangunan sistem peringatan dini
merupakan salah satu tindakan mitigasi yang sangat penting untuk mengurangi
dampak yang ditimbulkan akibat tsunami. Agar berjalan secara efektif, peringatan
Letusan Gunungapi
Gunungapi (volcano) adalah suatu bentuk timbulan di permukaan bumi, yang dapat
berbentuk kerucut besar, kerucut terpancung, kubah atau bukit, akibat oleh adanya
penerobosan magma ke permukaan bumi. Secara garis besar, di dunia terdapat sekitar
500 gunungapi aktif dengan rata-rata 50 gunungapi per tahun mengalami letusan.
Akibat letusan gunungapi, secara lokal dapat sangat destruktif, dan pada kejadian
tertentu di mana letusannya yang sangat dahsyat, dapat mengubah iklim global atau
bahkan dapat mengubah sejarah manusia. Di Indonesia kurang lebih terdapat 80 buah
dari 129 buah gunung aktif yang diamati dan dipantau secara menerus. Beberapa
bahaya letusan gunungapi antara lain berupa aliran lava, lontaran batuan pijar,
hembusan awan panas, aliran lahar dan lumpur, hujan abu, hujan pasir, dan semburan
gas beracun. Meskipun kejadian letusan gunungapi dapat diprediksi dengan tingkat
gunungapi seringkali tidak dapat dicegah. Oleh karena itu, pemantauan gunungapi
menjadi suatu hal yang cukup krusial dalam usaha mengurangi dampak akibat bahaya
gunungapi dalam 4 (empat) tingkatan, yaitu aktif normal, waspada, siaga, dan awas
Level I Aktif Normal Kegiatan gunungapi berdasarkan pengamatan dari hasil visual,
Level II Waspada Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara
visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala volkanik lainnya.
Level IV Awas Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap.
grafitasional yang dapat terjadi secara perlahan maupun tiba-tiba. Dimensi longsoran
sangat bervariasi, berkisar dari hanya beberapa meter saja hingga ribuan (kilo) meter.
Longsoran dapat terjadi secara alami maupun dipicu oleh adanya ulah manusia. Jenis
bencana alam akibat longsoran ini merupakan jenis bencana yang cukup penting
karena distribusinya yang merata hampir di seluruh wilayah tanah air, dan atas dasar
catatan kejadiannya, longsoran secara umum selalu menepati intensitas kejadian yang
paling banyak, serta dapat terjadi secara bersamaan dengan bencana alam geologi
Meskipun bencana alam pada umumnya sangat sulit dicegah, untuk jenis potensi
seperti penghijauan lereng atau lahan, pengaturan drainase air, pemberian perkuatan
lereng, dan masih banyak lagi beberapa aktifitas lainnya. Akan lebih baik lagi apabila
tinggal lereng- lereng yang curam, di tepi tebing atau bahkan di bawah suatu tebing
yang terjal. Pengetahuan masyarakat yang cukup akan potensi bencana alam atau
bahaya longsoran ini juga merupakan salah satu usaha untuk mengurangi tingkat
terjadinya bencana atau dengan kata lain dapat melakukan pengurangan resiko
1. Tahap pra-bencana yang dilaksanakan ketika sedang tidak terjadi bencana dan
2. Tahap tanggap darurat yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang
terjadi bencana.
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural maupun
kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan untuk mengurangi
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
bencana
Tahap kesiapsiagaan dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada tahap ini
alam menunjukkan tanda atau signal bahwa bencana akan segera terjadi. Maka pada
tahapan ini, seluruh elemen terutama masyarakat perlu memiliki kesiapan dan selalu
Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari Rencana
Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan
segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi berarti
suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan
kontinjensi atau yang belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak
evakuasi untuk daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada tahap
tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara lain:
2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa
pun.
1. Bantuan Darurat
korban.
2. Inventarisasi kerusakan
yang terjadi, baik bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3. Evaluasi kerusakan
4. Pemulihan (Recovery)
lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya.
Pemulihan ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban
yang terkena bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik maupun
mental.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
bencana.
Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam
jangka menengah
pendampingan.
6. Rekonstruksi
dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk
sebelumnya
7. Melanjutkan pemantauan
kemungkinan besar akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena
Bencana
A.Pencegahan Penyakit
Segala upaya atau kegiatan petugas kesehatan yang dilaksanakan dalam rangka
dengan bencana yang dilakukan pada sebeium, pada saat dan setelah bencana
dampak bencana.
1. Identifikasidan pengkajianrisiko
d. Peringatan dini
2. Pengurangan risiko
a. Manajemen lingkungan
b. Penangguiangan kedaruratan
c. Pemulihan
terkait dan bekerjasama sebagai halnya sebuah tim untuk mencapai tujuan bersarnya
1. Kesehatan
2. Sanitasi/kebersihan
5. Logistik
6. Air bersih
7. Peiayanan sosial
I.Koordinasi Pada saat bencana banyak sekali relawan yang ingin bernartisipasi daiam
bidhng kesehatan. Bantuan ini tidak saja dari sektor kesehatan tapi iuga dari sektor
lam, agar pelaksanaan operasi dapat berjalan dengan baik maka diperlukan Komando
3. Penvediaan Pangan
Rehadiran tenaga gizi dan dibantu oieh masyarakat setempat. Dapur umum ini bisa
4. Logistik danTransportasi
Bantuan yang tersedia ataupun yang datang dari sumbangan atau donatur perlu segera
terkena bencana, dapat juga berupa obat-obatan dan makanan lainnya. Logistik ini
harus segera dapat dimanfaatkan. Menjadi persoaian setiap teriadi bencana adalah
logistik yang menumpufc pada suatu tempat, sehingga menimbulkan kemarahan dari
maupun transportasi.
5,PenampunganSementara
kantor, stadion, gudang, dsb. Jika tidak memungkinkan dapat ditempatkan di lapangan
lamadibuat hunian semi permanen yang berupa barak yang berisi beberapa keluarga.
terlaksananva kegiatan ini dengan baik perlu sekaii ada sistem informasi geograiis,
6. Air Bersih
Setiap terjadinya bencana biasanya juga diiringi dengan suiitnya untuk mendapatkan
sumber air bersih, karena PDaM yang rusak, sumur yang tidak layak lagi, sehingga
diarahkan pengguna-annya untuk: mandi, minum, cuci, memasak Sumber air dapat
diperoleh dari: suqgai, danau, sumur, air tanah daiam dan mataair.Untuk
memberikan obat atau bahan penjernih air dengan berbagai jenis, dan sekaiigus
a. Penyediaanairbersih
bencana (minum,masak&kebersihanpribadl)
c. Penyediaan air bersih Tiap keluarga pengungsi sebaiknya memiliki tandon air untuk
7.Sanitasi
Pada saat bencana baik di pemukiman ataupun pada tempat pengungsian akan banyak
menimbulkan sampah baik berupa daun-daunan, kertas dan plastik karena umumnya
makanan adalab siap saji. Begitujuga masalah dalam buang kotoran dan limbah, pada
berbagai vektor penyakit. (Tidak sedikit setelah beberapa hari pengungsian sering
diikuti oleh berbagai penyakitmenular seperti diare, penyakit kulit, 1SPA aan penyakit
infeksi lainnya. Untuk itu perlu segera menyiapkan sarana sanitasi agar masyarakat
dgn kebiasaan pengungsi di daerah asal. Sarana MCK tsb harus mudah dipakai dan
dapat dipelihara oleh warga. Harus diperhitungkan rasio jumlah MCK terhadap
merupakan upaya pencegahan penyakit, terutama diare. Tiap jamban harus dilengkapi
dengan penyediaanair.
8. Kesehatan dan Nutrisi Pada saat terjadinya bencana harus segera membuat posko
kesehatan, bisa saja di puskesmas, rumah sakit, bahkan di lapanganpun harus ada
posko, harus mudah dicapai oleh masyarakat yang terkena bencana. Setiap posko
harus dilengkapi dengan petugas kesehatan yang siap memberikan pelayanan 24 jam
sehingga korban bencana mendapat perawatan kesehatan secara baik dan gratis
c. Kebersihanpenjamah makanan.
9.Pelayanan Masyarakat
pelayanan, antara lain berupa alat komunikasi, inrormasi dan edukasi. Penyuluhan
bencana.
Immunization
Child, Maternal,
Reproductive
Mental Health
Communicable Disease
Fungsi Promkes
merupakan area yang bisa dimasuki oleh berbagai intervensi, salah satu yang
Indonesia rawan aterhadap gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan beberapa
jenis bencana tektonik lainnya. Potensi bencana alam dengan frekuensi yang cukup
Indonesia terus meningkat dalam 10 tahun terakhir.. Bencana ini mengancam seluruh
kehidupan dan penghidupan masyrakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU No. 24/2007).
Terlebih lagi jika terjadi pada masyarakat dengan sosial ekonomi rendah, potensial
terjadi diskriminasi, kejahatan dan tindak kekerasan lainnya. Selain hal tersebut
bencana juga akan menyebabkan masalah kesehatan seperti diare, influensa, tifus dan
Situasi bencana membuat kelompok rentan seperti ibu hamil, bayi, anak-anak dan
lanjut usia mudah terserang penyakit dan malnutrisi. Akses terhadap pelayanan
kesehatan dan pangan menjadi semakin berkurang. Air bersih sangat langka akibat
menjadi sangat buruk, anak-anak tidak terurus karena ketiadaan sarana pendidikan.
Dalam keadaan yang seperti ini risiko dan penularan penyakit meningkat.
Sehubungan dengan kondisi tersebut maka perlu dilakukan promosi kesehatan agar:
e. Mengurangi stres
a. Sarana dan prasarana klaster kesehatan meliputi sumber air bersih,jamban, pos
umun seperti mushola, posko relawan, jenis pesan dan media dan alat bantu
b. Data sasaran : jumlah Ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, lansia/
e. Lintas program, lintas sektor, NGO, Universitas dan mitra lainnya yang
preventif.
Dilanjutkan dengan analisis data berdasarkan potensi dan sumberdaya yang ada
2. Perencanaan
Berdasarkan kajian dan analisis data, akan menghasilkan berbagai program dan
kesehatan,
informasi kesehatan.
1) Petugas kesehatan
2) Relawan
4) guru
5) Lintas sektor
6) Kader
8) Masyarakat
9) Organisasi masyarakat
7) Tidak merokok
9) Mengelola strees
yang diberikan terhadap hukum agar tidak ditafsirkan berbeda dan tidak cederai oleh
aparat penegak hukum dan juga bisa berarti perlindungan yang diberikan oleh hukum
perlindungan dari hukum. Oleh karena itu terdapat banyak macam perlindungan
hukum. Secara umum perlindungan hokum diberikan kepada subjek hukum ketika
subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik itu yang bersifat preventif
hukum. Dalam Penelitian yang ditulis oleh M. Fakih, S.H., M.S, di Fakultas Hukum
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat. Pasal 8 ayat (3) Permenkes menyebutkan
perawat dilaksanakan secara mandiri (independent) berdasar pada ilmu dan asuhan
keperawatan, dimana tugas utama adalah merawat (care) dengan cara memberikan
psikologis pasien. Hingga saat ini perjanjian keperawatan atau informed consent
keperawatan belum diatur secara tertulis dan baru mengatur informed consent
prinsipnya berdasar delegasi secara tertulis dari dokter. Kecuali dalam keadaan
darurat, perawat diizinkan melakukan tindakan medik tanpa delegasi dokter sesuai