Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Adaptasi Bayi Baru Lahir


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37
minggu - 42 minggu, dan berat badan lahir 2.500 – 4.000 gram
(kristyanasari,2009). Bayi baru lahir merupakian individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan-kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin (dewi,2011).
Kesimpulannya adalah BBL merupakan bayi lahir yang dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin

2. Adaptasi Fisiologis Bayi Intrauterin ke Ekstrauterin

1. Ikterus Neonatorum Fisiologis

Ikterus sendiri sebenarnya adalah perubahan warna kuning


akibat deposisi bilirubin berlebihan pada jaringan; misalkan yang
tersering terlihat adalah pada kulit dan konjungtiva mata.
Sedangkan definisi ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus
yang terjadi pada bayi baru lahir dengan keadaan meningginya
kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit,
konjungtiva,mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kucing.
Ikterus juga disebut sebagai keadaan hiperbilirubinemia (kadar
bilirubin dalam darah lebih dari 12 mg/dl). Keadaan
hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL
karena bilirubin bersifat toksik pada semua jaringan terutama otak
yang menyebabkan penyakit kern icterus (ensefalopati bilirubin)
yang pada akhirnya dapat mengganggu tumbuh kembang bayi.
Ikterus neonatorum dibedakan menjadi 2,yaitu :

a. Neonatorum Fisiologis

Adalah keadaan hiperbirirubin karena faktor fisiologis


merupakan gejala normal dan sering dialami bayi baru lahir.
Ikterus ini terjadi atau timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan
tampak jelas pada hari ke-5 sampai dengan ke-6 dan akan
menghilang pada hari ke-7 atau ke-10. kadar bilirubin serum
pada bayi cukup bulan tidak lebih daro 12 mg/dl dan pada
BBLR tidak lebih dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada
hari ke-14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan
naik biasa. Penyebab ikterus neonatorum fisiologis diantaranya
adalah organ hati yang belum “matang” dalam memproses
bilirubin, kurang protein Y dan Z dan enzim glukoronyl
tranferase yang belum cukup jumlahnya. Meskipun merupakan
gejala fisiologis, orang tua bayi harus tetap waspada karena
keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu bisa berubah menjadi
patologis terutama pada keadaan ikterus yang disebabkan oleh
karena penyakit atau infeksi.

b. Ikterus Neonatorum Patologis

Adalah keadaan hiperbilirubin karena faktor penyakit atau infeksi.


Ikterus neonatorum patologis ini ditandai dengan :

1.) Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum


bilirubin total lebih dari 12 mg/dl. b. Peningkatan kadar
bilirubin 5 mg/dl atau lebih dalam 24 jam. c. Konsentrasi
bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan
(BBLR) dan12,5 mg% pada bayi cukup bulan. d.Ikterus yang
disertai proses hemolisis. e. Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl,
atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau lebih 5
mg/dl/hari. f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari
(cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada BBLR.

2. Perubahan Sistem Termogulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka,


sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-
perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam
lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha
utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali
panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan
hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan
mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %.
Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat
diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat
ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak
coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu,
upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama
dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas
pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh
turun dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah 36,5– 37,0
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang disebabkan
oleh:

a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi


dengan sempurna.

b. Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih luas.

c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan


menyimpan panas.

d. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya


agar ia tidak kedinginan. Hipotermia dapat terjadi setiap
saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat,
terutama pada masa stabilisasi yaitu 6– 12 jam pertama
setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan
telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun
lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi
dibiarkan telanjang atau segera dimandikan. Gejala
hipotermi :

 Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi


kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap
ASI dan menangis lemah.

 Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung


menurun.

 Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan


terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.
 Muka bayi berwarna merah terang

 Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan


metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada
paru-paru, ikterus dan kematian.

Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari


bayi baru lahir kelingkunganya.

1.) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ketubuh benda di


sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi.
(Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara
konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan
dpenolong yang dingin memegang bayi baru lahir,
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru
lahir.

2.) Konveksi

Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang sedang


bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad kecepatan
dan suhu udara). Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara
konveksi, ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir
dekat jendela, membiarkan bayi baru lahir diruangan yang
terpasng kipas angin.

3.) Radiasi

Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya


kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan panas anatar dua
objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami
kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di
biarkan dalam ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di
berikan pemanas (Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan
keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan berdekatan
dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
4.) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada


kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan panas dengan
cara merubah cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi oleh
jumlah panas yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran
udar yang melewati apabila bayi baru lahir di biarkan suhu
kamar 25◦C, maka bayi akan kehilangan panas melalui
konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan
(Perg BB), sedangkan yang di bentuk hanya satu
persepuluhnya. Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi
baru lahir, antar lain mengeringkan bayi secara seksama,
menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan
hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk
memeluk dan menyusukan bayinya.

3. Sistem

a.) Sistem pencernaan

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah


tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada
saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan
turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Koreksi penurunan
kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :

 melalui penggunaan ASI

 melaui penggunaan cadangan glikogen

 melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.

BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah


yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).
Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam
bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir
dalam rahim.

Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang


mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen
dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi
cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam
pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir
kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin
merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang
(digunakan sebelum lahir). Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas
dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis, apneu,
tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi
juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang
hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel
otak.

1.) Mulut
bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus
rata dan simetris. lidah tidak boleh memanjang atau
menjulur diantara bibir. jaringan penunjang melekatkan ke
sisi bawah lidah. atap dari mulut (langit-langit keras) harus
tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak)
kadang kangan terdapat benjolan putih licin sepanjang
langit-langit keras yang disebut “epsteins pearls”, tempat
menyatunya kedua bagian tengah langit-langit keras.
benjolan tersebut akan hilang dengan sendirinya. beberapa
kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, tetapi kebanyakan
belum mensekresi saliva sampai dengan umur 2-3 bulan
2.) Lambung
pada saat lahir,kapasitas lambung bayi adalah sekjitar 30-60
ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke 3
atau 4, kapasitasnya mencapai 90ml. bayi membutuhkan
makanan yang jumlah nya sedikit tapi frekuensi nya sering.
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2-4 jam. bayi
diberikan susu formula dari botol atau dengan ASI
payudara ibunya. pada bayi yang diberi ASI, karena
diberikan ASI, maka bayi akan menghisap puting atau
udara. hal ini menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena
lambung penuh. maka harus disendawakan sehingga bayi
akan minum susu lebih banyak.
3.) Usus
usus pada bayi jika dibandingkan dengan panjang tumbuh
bayi terlihat sangat panjang. feses pertama bayi adalah
hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang disebut mekonium yang biasanya
keluar dalam 24 jam pertama. feses ini mengandung
sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan
tubuh. feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar
selama 2-3 hari. feses pada bayi yang menyusui pada hari
ke 4 adalah hijau kekuningan/ kuning emas, berair/ encer,
dan beraksi terhadap asam. feses dari bayi yang menyusu
formula, biasanya berwarna kuning terang/ kuning pucat,
berbau, berbentuk/ agak keras, netral sampai sedikit alkali.
normalnya defekasi pertama terjadi dalam waktu 24 jam.

b.) Perubahan sistem pernafasan


selama kehidupan intrauterin janin tidak membutuhkan
paru-paru untuk mendapatkan oksigen karena oksigen di dapat
dari ibu dnegan caara sirkulasi plasenta. pada saat lahir oksigen
dari plasenta terputus terbentuk karbondioksida dalam darah.
bayi secara tiba-tiba terpapar pada lingkungan yang
mengejutkan, sebagai respon bayi berusaha untuk bernafas
pertama kali, paru-paru dengan udara dan dibantu dengan
menangis pada saat ekspirasi pertama. selama minggu pertaam
kecepatan pernafasan mungkin tidak teratur karena imaturitas
pusat pernafasan dalam otak. kecepatannya harus tidak jauh
sampai dibawah 30 atau meningkat di atas 60. pernafasan
abdomen adalah normal.

c.) Sistem kardiovaskuler


1.) menutupnya foramen oval
nafas pertama yang dilakukan bayi baru lahir dimana
terdapat oksigen pada paru bayi menyebabkan paru-paru
berkembang dan menimbulkan resistensi vaskuler di paru
menurun, sehingga darah paru mengalir. hal ini
menyebabkan tekanan arteri paru menurun. rangkaian
peristiwa tersebut merupakan mekanisme besar yang
menyebabkan tekanan pada jantung kanan (atrium kanan)
menurun. aliran darah paru kembali meningkat ke jantung
dan masuk ke jantung kiri, sehingga tekanan pada jantung
kiri meningkat. perubahan tekanan ini yang menyebabkan
foramen oval tertutup. penutupan foramen oval bisa terjadi
dalam beberapa jam sampai beberapa bulan.
2.) menutupnya duktus arteriosus
terjadi peningkatan tekanan PaO2 dalam arteri yang
biasanya mencapai sekira 50 mmHg (setelah pernafasan
pertama) menyebabkan terjadinya kontriksi duktus
arteriosus, dimana PaO2 janin sekitar 27 mmHg. hal ini
yang kemudian menyebabkan duktus arteriosus menutup
dan menjadi sebuah ligamentum. kondisi ini bisa terjadi
dalam waktu 15 jam sampai 3 minggu
3.) menutupnya duktus venosus
tindakan mengklem dan memotong tali pusat
membuat arteri umbilikalis, vena umbilikalis, dan duktus
venosus segera menutup dan berubah menjadi ligamen.
kondisi ini terjadi sekitar 1 minggu.

d.) ADAPTASI (PERUBAHAN) : SISTEM GINJAL DAN


KESEIMBANGAN CAIRAN
pengeluaran urine pada janin terjadi pada bulan ke empat
sementara itu, pada saat lahir fungsi ginjal bayi sebanding
dengan 30% sampai 50% dari kapasitas dewasa dan belum
cukup matur untuk memekatkan urine. Artinya, pada semua
bayi semua struktur ginjal sudah ada tetapi kemampuan ginjal
untuk mengkonsentrasikan urine dan mengatur kondisi cairan
serta fluktuasi elektrolit belum maksimal.namun demikian
urine terkumpul dalam kandung kemih bayi biasanya berkemih
dalam waktu 24 jam pertama kelahirannya.volume pengeluaran
urine total per 24 jam pada bayi baru lahir sampai dengan akhir
Minggu pertama adalah sekitar 200-300 ml, dengan frekuensi
2-6kali hingga 20 kali/ hari .penting untuk mencatat saat
berkemih pertama kali. Bila terjadi anuria harus di laporkan,
karena hal ini mungkin menandakan anomali kongenital dan
sistem perkemihan . Berat badan bayi biasanya turun 5%
sampai 15% pada hari ke 4 dan ke 5 hal ini salah satunya
diakibatkan buang air besar, pemasukan kurang, dan
metabolisme meningkat setelah hari ke 5 biasanya berat bayi
meningkat kembali.
Mengenai keseimbangan cairan dan elektrolit, terjadi
perubahan pada volume total pada tubuh, volume cairan
eksternal dan internal pada masa transisi dari janin ke Pase
fasca lahir. Pada masa janin, cairan ekstra seluler lebih banyak
dari pada intra seluler. Namun hal ini segera berganti pasca
natal. Hal ini kemungkinan di sebabkan oleh karena
pertumbuhan yang membutuhkan cairan ekstra seluler.

e.) ADAPTASI (PERUBAHAN ): IMUNOLOGI


bayi di lahirkan dengan beberapa kemampuan melawan
infeksi.lini pertama dalam perubahan adalah : kulit dan
membran mukosa yang melindungi dari invasi mikro -
organisme .lini kedua adalah elemen para sistem imunologi
yang menghasilkan jenis- jenis sel yang mampu menyerang
patogen seperti neurofil,monisit, eosinofil.lini ketiga adalah
susunan spesifik dari antibodi ke antigen , proses ini
membutuhkan pemaparan dari agen asing sehingga antibodi
dapat di hasil kan lg (imunologi) sendiri sampai usia 2
bulan.bayi menerima dari imun ibu yang berasal dari sirkulasi
plasenta dan ASI.bila ibu memiliki antibodi terhadap penyakit
menular tentu, antibodi tersebut mengalir ke bayi melalui
plasenta di antara antibodi tersebut, mungkin adalah antibodi
terhadap gondok , difteri,dan campak .imunitas pasif ini
berakhir dalam beberapa Minggu sampai beberapa bulan.

f.) ADAPTASI (PERUBAHAN): KULIT


Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir
tetapi belum matang. Epidermis dan dermis tidak terkait
dengan baik dan sangat tipis. Vernik caseosa juga melapisi
epidermis juga berfungsi sebagai lapisan pelindung, vernik
caseosa ini berbentuk seperti keju, yang di sekresi oleh kelenjar
sebasea dan sel epitel. Pada saat lahir beberapa bayi di lapisi
oleh vernik caseosa yang tebal.sementara yang lainnya hanya
tipis saja pada tubuhnya hilangnya perlindungan yaitu vernik
caseosa meningkatkan deskuamasi kulit ( pengelupasan )
vernik biasanya menghilang selama 2-3 hari, pada bayi baru
lahir seringkali terdapat bintik putih yang khas terlihat di
hidung, dahi dan pipi bayi yang di sebut milia, bintik ini
menyumbat kelenjar sebasea yang belum berfungsi, setelah
sekitar 2 minggu ketika kelenjar sebasea mulai bersejarah
secara bertahap tersapu dan menghilang.
Rambut halus atau lanugo dapat terlihat pada wajah, bahu dan
punggung, yang biasanya cenderung menghilang selama
seminggu pertama kehidupan. Pelepasan kulit (deskuamasi)
Secara normal terjadi selama 2-4 Minggu pertama
kehidupan.mungkin terlihat eritema toksikum (ruam
kemerahan) pada saat lahir, yang bertahan sampai beberapa
hari. Ruam ini tidak menular dan kebanyakan mengenai bayi
yang sehat , terdapat berbagai tanda lahir (Nevi) yang bersifat
sementara ( biasanya disebabkan trauma pada saat lahir)
maupun permanen ( biasanya karena kelainan struktur pikmen,
pembuluh darah, rambut atau jaringan lainya)
Pada kulit dan sklera mata bayi mungkin di temukan warna
kekuningan yang di sebut ikterik. Ikterik di sebabkan karena
bilirubin bebas yang berlebihan dan darah dan jaringan, sebagai
akibatnya pada sekitar hari ke dua atau ketiga , terjadi hampir
60% hari ketujuh biasanya menghilang, ikterik ini disebabkan
ikterik fisiologis atau ikterik neo-natorum.

g.) ADAPTASI PERUBAHAN: SISTEM PERSYARAFAN


Sistem persyarafan bayi cukup berkembang untuk bertahan
hidup tetapi belum terintegrasi secara sempurna. Pertumbuhan
otak setelah lahir mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang
dapat diprediksi selama periode bayi sampai awal masa kanak-
kanak.pada akhir tahun pertama, pertumbuhan sebelum yang di
mulai pada usia kehamilan sekitar 30 Minggu, berakhir hal
inilah yang mungkin menjadi penyebab mengapa otak rentan
terhadap trauma nutrisi dan trauma lain selama masa bayi.
Fungsi tubuh dan respon- respon yang di berikan sebagian
besar di lakukan oleh pusat yang lebih rendah dari otak dan
replek - replek dalam medula spinalis.

3. Asuhan segera Bayi baru lahir


Perawat harus mengetahui kebutuhan transisional bayi dalam
beradaptasi dengan kehidupan diluar uteri sehingga dia dapat membuat
persiapan yang tepat untuk kedatangan bayi baru lahir. Adapun
asuhannya sebagai berikut (fraserdiane, 2011).
a. Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bbl,
melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit dari ibu
ke bayi, memberdong bayi dari handuk yang kering.
b. Membersihkan jalan napas.
c. Memotong tali pusat.
d. Indentifikasi dengan cara bayi di beriikan identitas baik berupa
gelang nama maupun kartu identitas.
e. Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan ke lima
setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan
dengan melakukan nilai apger.

4. Asuhan bayi baru lahir


Menurut saifuddin (2002) Asuhan Bayi Baru Lahir Adalah Sebagai
Berikut :
a. Pertahankan suhu tubuh 36,5 celcius.
b. Pemeriksaan fisik bayi.
c. Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5 – 1 mg
I.M
d. Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.
e. Lakukan perawatan tali pusat.
f. Dalam waktu 24 jam sebelum ibu dan bayi dipulangkan kerumah
diberikan imunisasi.
g. Mengerjakan tanda-tajnda bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan
bayi tidak teratur, bayi berwarna kuning, bayi berwarna pucat, suhu
meningkat, dll.
h. Mengerjakan orang tua cara merawat bayi.

5. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam asuhan pada bayi baru


lahir menurut APN (2008) :
a. Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan
rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut
memiliki riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama / macet,
persalinan dini / infeksi.
b. Jangan mengoleskan salep apapun atau zat lain ke tali pusat.
Hindari pembungkusan tali pusat. Tali pusat yang tidak tertutup
akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang
lebih sedikit.
c. Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayi dan biarkan
bayi bersama ibunya paling sedikit selama 1 jam setelah
persalinan.
d. Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.

6. Prinsip asuhan bayi baru lahir normal (hidayat,2010) :


a. Cegah kehilangan panas berlebihan.
b. Bebaskan jalan napas.
c. Rangsangan taktil.
d. Laktasi (dimulai dalam waktu 30 menit pertama)
7. Cara kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir
Menurut yanti (2009) proses kehilangan panas pada tubuh bayi baru
lahir sebagai berikut :
a. Evaporasi yaitu proses kehilangan panas melalui cara penguapan
oleh karena temperatur lingkungan lebih rendah daripada
temperatur tubuh (bayi dalam keadaan basah).
b. Konduksi yaitu proses kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung dengan benda yang mempunyai suhu lebih rendah.
c. Konveksi yaitu proses penyesuaian suhu tubuh melalui sirkulasi
udara terhadap lingkungan.
d. Radiasi yaitu proses kehilangannya panas tubuh bayi bila diletakan
dekat dengan benda yang lebih rendah suhunya dari tubuh.

8. Cara mencegah terjadinya kehilangan panas


Menurut APN (2008) untuk mencegah terjadinya kehilangan panas
pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a. Tubuh bayi tanpa membersihkan verniks.
b. Letakkan bayi agar terjadi kotak kulit ibu ke kulit bayi.
c. Selimuti ibu dan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi.
d. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

9. Penanganan Bayi Baru Lahir Menurut Prawirohardjo (2009)


menyebutkan bahwa penanganan bayi baru lahir seperti dibawah
ini:
a. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian meletakan
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya, bila bayi mengalami asfiksia lakukan resusitasi.
b. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
biarkan kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan oksitosin.
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari pusat
bayi dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama.
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat diantara klem.
e. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering, menutupi
bagian kepala.
f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.

Manajemen Bayi Baru Lahir menurut APN (2008) Persiapan Penilaian:


1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
3. Apakah bayi menangis atau bernafas?
4. Apakah tonus otot bayi baik?

10. Permasalahan pada bayi baru lahir


a.) Asfiksia
1.) Pengertian Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi setelah lahir tidak
bernafas secara spontan dan teratur (Asri Dwi, 2010). Asfiksia
adalah suatu keadaan bayi barulahir yang mengalami gagal
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011).
Kesimpulan dari pengertian diatas asfiksia adalah suatu
keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan
setelah lahir.
2.) Etiologi Asfiksia Bayi Baru Lahir
Secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin, pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. kegagalan pernafasan pada
bayi bisa disebabkan karena terjadi hipoksia, solusio plasenta,
prematur, tali pusat menumbung, partus lama, dll (Kristiasari,
2009).
Menurut Asri Dwi (2010) faktor penyebab asfiksia ada tiga
antara lain sebagai berikut:
 Ibu: preeklamsi, eklamsi, perdarahan antenatal, partus lama,
partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat,
serotinus, dll.
 Tali pusat: lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul tali
pusat, prolapsus tali pusat.
 Keadaan bayi: prematur, persalinan sulit, gemelli, kelainan
konginental, air ketuban bercampur mekonium, dll.

3.) Patofisiologi
Bayi baru lahir mempunyai karakteristik yang unik.
Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi
ekstrauterin, menunjukan perubahan sebagai berikut, alveoli
paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan
bayi mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru
dan cairan paru diabsorbsi oleh jaringan paru. Pada nafas kedua
dan berikutnya, udara yang masuk ke alveoli bertambah banyak
dan cairan paru diabsorbsi sehingga kemudian seluruh alveoli
berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru
meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru
yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir
ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan
tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan penurunan
resistensi vaskuler paru dan meningkatkan aliran darah setelah
lahir.
Aliran intrakardinal dan ekstrakardinal mulai beralih arah
yang kemudian diikuti penutupan dukus arteriosus. Kegagalan
penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi
pulmonal persisten pada bayi baru lahir, dengan aliran darah
paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru
yang inadekuat menyebabkan gagal nafas (Sholeh, 2008).
Pernafasan spontan pada bayi baru lahir bergantung pada
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses
kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara pada bayi. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan
dan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan
ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Asfiksia akan dimulai dengan suatu
periode apnu (primari apnea) disertai dengan penurunan
frekuensi jantung, selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan
bayi selanjutnya berada pada periode apnu kedua. Pada tingkat
ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula
gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam
basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, bila
gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang
asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkantumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan tingkat kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung. Terjadinya metabolik asidosis menyebabkan
penurunan sel jarinan termasuk otot jantung sehingga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus
yang kurang adekuat dan menyebabkan tingginya resistensinya
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke
sistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
kematian (Maryunani, 2009).

4.) Klasifikasi Klinis


Menurut Kristiyanasari (2009) Asfiksia dikelompokkan
menjadi beberapa klasifikasi di bawah ini :
 Asfiksia Berat (nilai APGAR 0 – 3).
 Asfiksia sedang (nilai APGAR 4 – 6).
 Asfiksia Ringan(nilai APGAR 7 – 10).

Scoring APGAR bayi baru lahir menurut Oxorn (2010)


sebagai berikut: Tanda Angka 0 Angka 1 Angka 2 Frekuensi
denyut jantung Tidak ada Dibawah 100 Diatas 100 Upaya
respirasi Tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat
Tonus otot lumpuh Fleksi ekstremitas Gerak aktif Reflek
terhadap rangsangan respon ketika kateter dimasukan dalam
lubang hidung Tidak ada respon menyeringai Batuk atau bersin
Warna Biru-putih Badan merah muda: ektremitas biru Seluruh
tubuh berwarna merah muda.

5.) Manifestasi Klinik Asfiksia biasanya merupakan akibat dari


hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin
atau bayi berikut ini (Maryunani, 2009):
 DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit
tidak teratur.
 Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
 Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak,
otot dan organ lain.
 Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
 Brakikardia (penurunan frekuensi jantung) karena
kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-sel otak.
 Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot
jantung, kehilangan darah, kekurangan aliran darah yang
kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan.
 Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi
cairan paruparu atau nafas tidak teratur atau megap-megap.
 Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen
dalam darah.
 Pucat.

6.) Penegakan Diagnosis Asfiksia


a. Anamnesis
Dalam wawancara dengan penderita (ibu), bidan
menanyakan atau mengkaji (Maryunani, 2009):
 Adanya riwayat usia kehamilan kurang bulan
 Adanya riwayat air ketuban bercampur mekonium
 Adanya riwayat lahir tidak bernafas atau menangis
 Adanya riwayat gangguan atau kesulitan waktu lahir
(lilitan tali pusat, sungsang, ekstrasi vakum, ekstrasi
forsep, dll).

b. Pemeriksaan fisik
Pada saat pemeriksaan fisik bayi ditemukan (DINKES RI,
2007):
 Bayi tidak bernafas atau megap – megap
 Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
 Kulit sianosis, pucat
 Tonus otot menurun

c. Penatalaksanaan Asfiksia
Penatalaksanaan asfiksia neonatorum adalah
resusitasi neonatus atau bayi. Semua bayi dengan depresi
pernafasan harus mendapat resusitasi yang adekuat. Bila
bayi kemudian terdiagnosa sebagai asfiksia neonatorum,
maka tindakan medis kelanjutan yang komprehensif.
Tindakan resusitasi neonatorum akan dipastikan sendiri
kemudian, namun pada intinya penatalaksanaan terhadap
asfiksia neonatorum (Maryunani, 2009):
 Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten
melalui pipa endotrakeal, dapat dilakukan dengan
tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan
O2 yang diberikan tidak 30cm H – 20. Bila pernafasan
spontan tidak timbul, lakukan message jantung dengan
ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 – 100
kali per menit.
 Asfiksia sedang atau ringan
Pasang relkik pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri)
selama 30 – 60 detik. Bila gagal, lakukan pernafasan
kodok (frog breating) 1 – 2 menit yaitu: kepala bayi
ekstensi maksimal beri O2 1 – 2 liter permenit melalui
kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung
serta gerakan dagu keatas bawah secara teratur 20 kali
permenit. Penghisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi (naiknya makanan dari kerongkongan /
lambung tanpa disertai rasa mual ataupun kontraksi otot
perut yang sangat kuat).

d. Penanganan Asfiksia pada BBL (Resusitasi)


Penanganan asfiksia pada bayi baru lahir menurut
Prawirohardjo (2010), Tindakan resusitasi bayi baru lahir
mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC
resusitasi:
A: Memastikan saluran nafas terbuka
 Meletakan kepala dalam posisi defleksi : bahu diganjal.
 Menghisap mulut, hidung dan kadang-kadang trakea.
 Bila perlu masukan pipa endotrakeal (pipa ET) untuk
memastikan saluran nafas terbuka.

B: Memulai pernafasan

 Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan.


 Memakai VTP, bila perlu seperti: Sungkup dan balon,
Pipa ET dan balon, Mulut ke mulut (hindari paparan
infeksi).
C: Mempertahankan sirkulasi darah
 Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara
kompresi dada dan pengobatan.

Persiapan yang harus dilakukan pada saat resusitasi


yaitu Persiapan keluarga, Persiapan tempat resusitasi,
Persiapan alat resusitasi, Persiapan diri (Hidayat, 2010).
Menilai bayi yang perlu diresusitasi dengan cara Bila bayi
belum lahir air ketuban bercampur mekonium, Setelah bayi
lahir, nilai 3 tanda utama yaitu pernafasan, frekuensi
jantung, dan warna kulit (Hidayat, 2010). Tindakan
resusitasi menurut Hidayat (2010)

Penilaian awal dari lahirnya bayi kemudian bayi bersih


dari mekonium, bayi bernafas atau menagis, tonus otot
baik, warna kulit kemerahan, cukup bulan. Langkah awal
yang harus dilakukan yaitu hangatkan bayi, atur posisi, isap
lendir, keringkan dan rangsang taktil, atur kembali posisi,
lakukan penilaian. Ventilasi adalah tahapan tindakan
resusitasi untuk memasukan jumlah volume udara kedalam
paru dengan tekanan positif untul membuka alveoli paru
agar bayi bisa bernafas spontan dan teratur. Langkah-
langkah:

 Pasang sungkup.
 Ventilasi 2 kali (tekanan 30 APN, 40 resusitasi).
 Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
 Setiap 30 detk ventilasi, lakukan penilaian.
 Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal
setelah 2 menit.
 Ventilasi dihentikan setelah 20 menit (bila tidak
berhasil).

Resusitasi berhasil lakukan asuhan paska resusitasi selama


2 jam

 Letakan bayi di dada ibu, selimuti keduannya.


 Susui bayi sambil dibelai.
 Lakukan asuhan neonatal normal dengan cara beri
vitamin K1 mg/hari selama 3 hari (1 tab 5 mg), beri
salep / tetes mata.

Tanda-tanda kesulitan bernafas pada bayi:

 Tarikan dinding dada dalam, nafas megapp-megap


frekuensi < 30 kali / > 60 kali/menit.
 Pantau bayi berwarna pucat, biru, lemas.
 Jaga bayi tetap hangat dan kering.
 Tunda memandikan sampai dengan 6 – 24 jam.
 Kondisi memburuk rujuk. Rujuk bayi bila ada tanda
(setelah resusitasi):
 Frekuensi nafas < 30 kali / > 60 kali / menit.
 Ada tarikan dinding dada.
 Merintih, nafas megap-megap, nafas bunyi saat
ekspirasi dan inspirasi.
 Tubuh pucat atau kebiruan.
 Bayi lemas.

Jika rujuk catat:

 Nama ibu, alamat, tanggal dan waktu bayi baru lahir.


 Kondisi bayi seperti gawat janin sebelumnya, air
ketuban mekonium, tangisan bayi, waktu memulai
resusitasi, langkah resusitasi yang dilakukan, hasil
resusitasi.

7.) Terapi medikamentosa


Menurut DINKES RI (2007) terapi yang dilakukan pada bayi
yang mengalami asfiksia sebagai berikut :
 Epinefrin
Indikasi:
a. Denyut jantung bayi < 60 kali/metit setelah paling tidak
30 detik dilakukan ventilasi adekuat dan kompresi dada
belum ada respon.
b. Asistolik.
Dosis: 0,1 – 0,3 ml/kg dalam larutan 1:10.000.
Cara: IV atau Endotrakeal. Dapat diulang setiap 3 – 5
menit bila perlu
 Cairan pengganti volume darah
Indikasi:
a. BBL yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia
dan tidak ada respon dengan resusitasi.
b. Hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan
atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk,
nadi kecil/ lemah dan pada resusitasi tidak memberikan
respon yang adekuat.

Jenis cairan:
 Larutan kristaloid yang isotonis (NACl 0,9%, Ringer
Laktat.
 Tranfusi darah golongan O negatif jika diduga
kehilangan darah banyak dan bila fasilitas tersedia.
Dosis:
Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5 – 10 menit.
Dapat diulang sampai menunjukan repon klinis.
 Natrium bikarbonat
Indikasi: Asidosis metabolik secara klinis (nafas cepat dan
dalam, sianosis) Prasyarat: bayi dapat dilakukan ventilasi
dengan efektif Dosis: 1 – 2 mEq/kg BB atau 2 – 4 ml/kg
BB (4,2%) atau 1 – 2 ml/kg BB (7,4%)
Cara: diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama
banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan
minimal 2 menit. Efek samping: pada keadaan
hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak.

8.) Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir


Asuhan Bayi Normal
Langkah Awal:
 Jaga bayi tetap hangat
 Atur posisi bayi
 Isap lendir
 Keringkan dan rangsang taktil
 Reposisi
Nilai nafas
Bayi bernafas normal
Asuhan paska resusitasi
 Pemantauan
 Pencegahan hipotermi
 Inisiasi menyusu dini
 Pemberian vitamin K
 Pencegahan infeksi
 Pemeriksaan fisik

Pencatatan & pelaporan Bayi tidak bernafas / bernafas megap-


megap: Ventilasi

 Pasang sungkup
 Ventilasi 2X dengan tekanan 30 cm air
 Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20X dengan
tekanan 20 cm air selama 30 detik
Bayi mulai bernafas
Nilai nafas
Bayi tidak bernafas / bernafas megap-megap:
 Ulangi ventilasi sebanyak 20X selama 30 detik
 Hentikan ventilasi &nilai kembali nafas tiap 30 detik
 Bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi,
siapkan rujukan

B. Asuhan keperawatan pada Bayi Baru Lahir


Pada waktu kelahiran sejumlah adaptasi psikologi mulai terjadi
pada tubuh bayi baru lahir. Karena perubahan dramastis ini, bayi
memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan bagaimana ia membuat
suatu transisi yang baik terhadap kehidupan nya diluar uterus. Bayi baru
lahir juga membutuhkan perawatan yang dapat meningkatkan kesempatan
menjalani masa transisi dengan berhasil.
Tujuan asuhan keperawatan yang lebih luas selama ini, adalah
memberikan perawatan komprehensif kepada bayi baru lahir pada saat ia
dalam ruang-rawat, dan untuk memberikan motivasi terhadap upaya
pasangan menjadi orang tua sehingga orang tua menjadi percaya diri dan
mantap
1. Priode transisional mencakup 3 periode, meliputi periode pertama
reaktifitas, fase tidur, dan periode kedua reaktifitas. Karakteristik
masing masing periode memperlihatkan kemajuan bayi baru lahir kea
rah fungsi mandiri
a. Periode pertama reaktifitas
Periode pertama reaktifitas berakhir gerak gerak 30 menit setelah
kelahiran
- Karakteristik
 Tanda tanda vital bayi baru lahir sebagai berikut :
Frekuensi nadi apical yang cepat dengan irama yang tidak
teratur. Frekuensi pernafasan mencapai 80x/menit, irama
tidak teratur dan beberapa bayi mungkin dilahirkan dengan
keadaan pernafasan cuping hidung, ekspirasi mendengkur
serta ada retraksi.
 Fluktuasi warna dari merah jambu pucat ke sianosis
 Bising usus biasanya tidak ada, bayi biasanya tidak
berkemih ataupun mempunyai pergerakan usus, selama
periode ini.
 Bayi baru lahir mempunyai sedikit jumlah mucus,
menangis kuat, refleks menghisap yang kuat. Tip
khusus : selama periode ini, mata bayi terbuka lebih
lama, dari pada hari-hari selanjutnya, saat ini adalah
waktu yang paling baik untuk memulai proses periode
pelekatan karna bayi baru lahir dapat mempertahankan
kontak mata untuk waktu yang lama.
- Kebutuhan perawatan khusus selama periode pertama
reaktifitas
 Kaji dan pantau frekuensi jantung dan penafasan,
setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran.
 Jaga bayi agar tetap hangat ( suhu di aksila atau kulit
berkisar diantara 36,50 C dan 370C) dengan
penggunaan selimut hangat atau lampu penghangat di
atas kepala
 Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama kulit ke kulit
untuk memfasilitasi perlekatan.
 Tunda pemberian obat tetes mata sebagai profilaksis
pada 1 jam pertama untuk meningkatkan literasi pada
orang tua- bayi
2. Fase tidur
Fase tidur dimulai kira-kira 30 menit setelah periode pertama
reaktifitas dan bisa berakhir dari satu menit sampai 2-4 jam.
- Karakteristik
 Saat bayi berada pada fase tidur, frekuensi jantung dan
pernafasan menurun. Selama tidur, frekuensi pernafasan
dan nadi apical kembali ke nilai dasar
 Kestabilan warna kulit; terdapat beberapa akrosianosis.
Bising usus bisa didengar

Kebutuhan perawatan yang khusus diperlukan selama fase tidur :


bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal tetapi bapak dan
ibu tetap dapat menikmati, memeluk, dan menggendong bayi nya

3. Periode ke 2 reaktifitas
Periode ke 2 reaktifitas berakhir sekitar 4-6 jam
- Karakteristik
 Bayi mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap
stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi
apical dari 120-160x/menit dan dapat bervariasi mulai(
kurang dari 120x/menit) hingga takikardia ( lebih dari
160x/menit). Frekuensi pernafasan berkisar dari 30 hingga
60x/menit dengan periode pernafasan yang lebih cepat,
tetapi pernafasan tetap stabil (tidak ada pernafasan cuping
hidung atau retraksi).
 Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau
kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak.
 Bayi kerapkali berkemih dan mengeluarkan meconium
selama periode ini
 Peningkatan sekresi mucus dan bayi bisa tersedak saat
sekresi. Refleks penghisapan sangat kuat dan bayi bisa
sangat aktif.
- Kebutuhan perawatan khusus periode kedua reaktifitas
 Pantau secara ketat bayi baru lahir terhadapa
kemungkinan tersedak saat pengeluaran mucus yang
berlebihan yang dalam keadaan normal memang
terdapat. Gunakan pipet untuk mengeluarkan mucus
dan ajari orangtua bagaimana cara menggunakan nya
 Pantau setiap kejadian apne dan mulai metode stimulasi
segera, jika dibutuhkan (missal kentakan punggung
bayi, miringkan bayi)
 Kaji keinginan bayi untuk ( menghisap, menelan) dan
kemampuan untuk makan (tidak tersedak atau mentah
selama

C. Pemeriksaan fisik pada Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan fisik biasanya lebih mudah dari kepala ke kaki namun
anda perlu mengkaji suhu aksila, frekuensi nadi aktival dan frekuensi
pernafasan saat bayi tenang . melakukan seluruh pengkajian memberikan
kesempatan yang sangat baik untuk penyuluhan , berbagai rasa, serta
menjadi contoh peran ibu pertama kali.
1. Kepala, palpasi dan pantau fontanel depan. Paling lebar dan berbentuk
wajik,pontanel belakang berbentuk segitiga setura sagital (terletak
pada bagian paling atas kepala, dari depan ke belakang) merupakan
arah yang lembut dan tanpa hubungan. Variasi yang umum:
penonjolan fontanel (peningkatan tekanan intrakranial), fontanel yang
tertekan (dehidrasi), penonjolan setura sagital (molding), kaputsu
cedanium (edema pada jaringan akibat edema), cefal hematoma
(perdarahan kerongga periosteum).
Waspada terhadap penutupan prematur pada stura anterior maupun
posterior ( kraniosinostosis), yang memerlukan pengkajian lebih lanjut.
2. Mata, insfeksi area mata dan klopakl mata. Mata harus di dapati bersih,
tanpa drainase dan kelopak tidak bengkak. Pendaraan subkonjungtiva
mungkin ada. Variasi yang umum: pembengkakan kelopak mata
(traujma kelahiran, reaksi terhadap provilaksis mata).
Waspada terhadap drainase purulen, hal ini merupakan indikasi di
perlukan nya pengkajian lebih lanjut terhadap adanya inspeksi dan
pengobatan.
3. Telinga, inspeksi telinga luar. Bayi cukup usia mempunyai dua per tiga
ujung pinna yang tidak melengkung. Ujung atas telinga harus berada di
atas garis atas imajiner, yang di tarik dari kantus nata bagian paling
luar dan melebar mengelilingi telinga. Rotasi telinga harus ada di garis
tengah, dan tidak mengenai bagian depan atau belakang.
Waspada terahdap telinga yang letaknya rendah, yang berhubngan
dengan masalah kongenital yang beragam.
4. Hidung, infeksi. Lubang hidung harus di dapati bersih dan tanpa
mokus. (ingat bayi baru lahir harus bernafas lewat hidung, jadi hidung
yang tersumbat mempunyai implikasi yang besar bagi bayi) variasi
umum: tidak ada
Waspada terhadap adanya pernafasan cuping hidung. Jika ada, kaji
prekuensi pernafasan retraksi dan bunyi mengorok, serta wrna
kulit.penentuan karaksristik nadi dengan menggunakan oksimetri dapat
memberikan keterangan lebih lanjut ( interpretasi kadar harus di dapat
di atas 90%).
5. Mulut, inspeksi mulut bagian dalam dan palpasi palatum atas dan
bawah biasanya tidak utuh (bisa di lihat saat bayi menangis atau bisa di
palpasi pada jari yang terbungkus dengan sarun tangan yang
bersih).(terbukanya platum mengindikasikan celah palatum). Inspeksi
gusi untuk jumlah gigi kelebihan (gigi ini biasanya tidak menyebabkan
suatu masalah , tetapi dapat menghilang dan tanggal tanpa di duga).
Variasi yang umum: gigi kelebiahan dan epstein’s pearls . waspada
terhadap terbukanya palatum (celah palatum), yang memerlukan
pengevaluasian dengan cepat. Adanya bercak putih pada membran
mukosa, yang tampak seperti pemutihan susu, yang tidak dapat di
hilangkan dengan kasa berukuran 4x4, bisa mengindikasikan jamur
(candida albicans). Mukus yang berlebih dapat berhubungan dengan
atresia esopagus.
6. Dada, inspeksi dada harus berbentuk simetris. Mamae dapat berbentuk
datar atau melebar sedikit karna efek estrogen ibu (perubahan ini dapat
berakhir kira kira dalam satu mingggu). Hitung frekuensi pernafasan
lebih dari 1 menit (bayi tetap bertelanjang dada, dan lihat pergerakan
dada atau abdomen). Variasi umum: puting kelebihan
Waspada terhadap retraksi (interkostal atau sternal). Jika ada, kaji
prekuensi pernafasan dan tentukan kebutuhan oksigen pada bayi.
7. Jantung auskultasi jantung, frekuensi nadi apikal berkisar dari 120
hingga 160x/menit, tetapi kisaran ini dapat menjadi lebih rendah dari
100 x/menit pada saat tidur.auskultasi frekuensi nadi apikal pada 1
menit penuh pada saat bayi tidur. Palpasi nadi radialis, pemoralis, dan
pedalis. Bandingkan kedua nadi radialis dan pemoralis. Variasi umum:
murmur yang tidak menetap dapat di dengar pada beberapa jam
pertama kehidupan.
Waspada terhadap bradikardi (kurang dari 100x/menit) atau takikardi
(lebih dari 160x/menit).
8. Abdomen, inspeksi aukultasi dan palpasi. Abdomen harus berbentuk
datar hingga sedeikit melingkar (tanpa distensi), dan bunyi usus harus
dapat didengar pada setiap kuadran. Tali pusar sebaiknya didapati
dalam keadaan kering dan tidak ada kemerahan, rabas, atau
perdarahan.
Waspada terhadap perdarahan dan atau drainase yang purulen yang
berasal dari tali pusat, dan berarti membutuhkan pengkajian dan
pengobatan lebih lanjut.
9. Genital, inspeksi genital biasanya dapat dibedakan secara jelas. Kedua
testis harus dapat diraba pada skrotum. Variasi umum: menstruasi
palsu (sedikit perdarahan vagina) pada bayi wanita yang berhubungan
dengan pajanan estrogen ibu: mukus jernih dari vagina: tanda pada
kulit vagina.
Waspada terhadap saluran urine pada penis bagian bawah (hipospadia).
10. Punggung, inspeksi punggung biasanya halus, tidak ada tumpukan
rambut pada punggung bawah. Variasi umum: bintik mongolia pada
punggung bagian bawah.
11. Paha, inspseksi dan lakukan gerakan ortolani untuk menemukan
adanya dislokasi kongenital pada paha (dislokasi paha). Tungkai harus
didapati sama panjangnya, dan lipatan kulit pada ke dua paha kanan
dan kiri bagian posterior harus simetris. Unutk dapat melakukan
gerakan ortolani, bayi harus dibaringkan terlentang. Letakan telapak
tangan anda pada lutut kiri bayi dan lebarkan jari telunjuk dan tengah
kearah paha. Ujung jari anda harus berada diujung atas trokanter
mayor. Letakan tangan kiri anda dan lakukan tindakan yang serupa.
Dengan paha dan lutut yang dipleksikan sebesar sudut 90o, angkat
ujung persendian paha ke arah asetabulum dan lakukan abduksi
dengan lembut. Rasakan adanya “bunyi klik” dibawah ujung jari. Jika
ada bunyi klik, beritahukan perawat bayi, bayi tetap diletakan pada
kekangan pavlik atau belatan abduksi untuk menjaga abduksi paha.
12. Ekstremitas, inspeksi seluruh ekstrekmitas seharusnya didapati
simetris, dan bergerak dengan serentak. Hitung jumlah jari kaki dan
tangan: inspeksi keriput telapak tangan dan cekunga kaki. Catat adanya
jari dempet (sindaktili).

Anda mungkin juga menyukai