PEMBAHASAN
a. Neonatorum Fisiologis
1.) Konduksi
2.) Konveksi
3.) Radiasi
3. Sistem
1.) Mulut
bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus
rata dan simetris. lidah tidak boleh memanjang atau
menjulur diantara bibir. jaringan penunjang melekatkan ke
sisi bawah lidah. atap dari mulut (langit-langit keras) harus
tertutup, dan harus terdapat uvula (langit-langit lunak)
kadang kangan terdapat benjolan putih licin sepanjang
langit-langit keras yang disebut “epsteins pearls”, tempat
menyatunya kedua bagian tengah langit-langit keras.
benjolan tersebut akan hilang dengan sendirinya. beberapa
kelenjar saliva berfungsi pada saat lahir, tetapi kebanyakan
belum mensekresi saliva sampai dengan umur 2-3 bulan
2.) Lambung
pada saat lahir,kapasitas lambung bayi adalah sekjitar 30-60
ml dan meningkat dengan cepat sehingga pada hari ke 3
atau 4, kapasitasnya mencapai 90ml. bayi membutuhkan
makanan yang jumlah nya sedikit tapi frekuensi nya sering.
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2-4 jam. bayi
diberikan susu formula dari botol atau dengan ASI
payudara ibunya. pada bayi yang diberi ASI, karena
diberikan ASI, maka bayi akan menghisap puting atau
udara. hal ini menimbulkan rasa kenyang yang palsu karena
lambung penuh. maka harus disendawakan sehingga bayi
akan minum susu lebih banyak.
3.) Usus
usus pada bayi jika dibandingkan dengan panjang tumbuh
bayi terlihat sangat panjang. feses pertama bayi adalah
hitam kehijauan, tidak berbau, substansi yang
kental/lengket yang disebut mekonium yang biasanya
keluar dalam 24 jam pertama. feses ini mengandung
sejumlah cairan amnion, verniks, sekresi saluran
pencernaan, empedu, lanugo, dan zat sisa dari jaringan
tubuh. feses transisi yang berwarna hijau kecoklatan keluar
selama 2-3 hari. feses pada bayi yang menyusui pada hari
ke 4 adalah hijau kekuningan/ kuning emas, berair/ encer,
dan beraksi terhadap asam. feses dari bayi yang menyusu
formula, biasanya berwarna kuning terang/ kuning pucat,
berbau, berbentuk/ agak keras, netral sampai sedikit alkali.
normalnya defekasi pertama terjadi dalam waktu 24 jam.
3.) Patofisiologi
Bayi baru lahir mempunyai karakteristik yang unik.
Transisi dari kehidupan janin intrauterin ke kehidupan bayi
ekstrauterin, menunjukan perubahan sebagai berikut, alveoli
paru janin dalam uterus berisi cairan paru. Pada saat lahir dan
bayi mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru
dan cairan paru diabsorbsi oleh jaringan paru. Pada nafas kedua
dan berikutnya, udara yang masuk ke alveoli bertambah banyak
dan cairan paru diabsorbsi sehingga kemudian seluruh alveoli
berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah paru
meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru
yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir
ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan
tekanan oksigen alveoli, keduanya menyebabkan penurunan
resistensi vaskuler paru dan meningkatkan aliran darah setelah
lahir.
Aliran intrakardinal dan ekstrakardinal mulai beralih arah
yang kemudian diikuti penutupan dukus arteriosus. Kegagalan
penurunan resistensi vaskuler paru menyebabkan hipertensi
pulmonal persisten pada bayi baru lahir, dengan aliran darah
paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru
yang inadekuat menyebabkan gagal nafas (Sholeh, 2008).
Pernafasan spontan pada bayi baru lahir bergantung pada
kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses
kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara pada bayi. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan
dan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan
ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Asfiksia akan dimulai dengan suatu
periode apnu (primari apnea) disertai dengan penurunan
frekuensi jantung, selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan
bayi selanjutnya berada pada periode apnu kedua. Pada tingkat
ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula
gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam
basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, bila
gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang
asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkantumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan tingkat kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung. Terjadinya metabolik asidosis menyebabkan
penurunan sel jarinan termasuk otot jantung sehingga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus
yang kurang adekuat dan menyebabkan tingginya resistensinya
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke
sistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
kematian (Maryunani, 2009).
b. Pemeriksaan fisik
Pada saat pemeriksaan fisik bayi ditemukan (DINKES RI,
2007):
Bayi tidak bernafas atau megap – megap
Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
Kulit sianosis, pucat
Tonus otot menurun
c. Penatalaksanaan Asfiksia
Penatalaksanaan asfiksia neonatorum adalah
resusitasi neonatus atau bayi. Semua bayi dengan depresi
pernafasan harus mendapat resusitasi yang adekuat. Bila
bayi kemudian terdiagnosa sebagai asfiksia neonatorum,
maka tindakan medis kelanjutan yang komprehensif.
Tindakan resusitasi neonatorum akan dipastikan sendiri
kemudian, namun pada intinya penatalaksanaan terhadap
asfiksia neonatorum (Maryunani, 2009):
Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten
melalui pipa endotrakeal, dapat dilakukan dengan
tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan
O2 yang diberikan tidak 30cm H – 20. Bila pernafasan
spontan tidak timbul, lakukan message jantung dengan
ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 – 100
kali per menit.
Asfiksia sedang atau ringan
Pasang relkik pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri)
selama 30 – 60 detik. Bila gagal, lakukan pernafasan
kodok (frog breating) 1 – 2 menit yaitu: kepala bayi
ekstensi maksimal beri O2 1 – 2 liter permenit melalui
kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung
serta gerakan dagu keatas bawah secara teratur 20 kali
permenit. Penghisapan cairan lambung untuk mencegah
regurgitasi (naiknya makanan dari kerongkongan /
lambung tanpa disertai rasa mual ataupun kontraksi otot
perut yang sangat kuat).
B: Memulai pernafasan
Pasang sungkup.
Ventilasi 2 kali (tekanan 30 APN, 40 resusitasi).
Ventilasi 20 kali dalam 30 detik.
Setiap 30 detk ventilasi, lakukan penilaian.
Siapkan rujukan bila bayi belum bernafas normal
setelah 2 menit.
Ventilasi dihentikan setelah 20 menit (bila tidak
berhasil).
Jenis cairan:
Larutan kristaloid yang isotonis (NACl 0,9%, Ringer
Laktat.
Tranfusi darah golongan O negatif jika diduga
kehilangan darah banyak dan bila fasilitas tersedia.
Dosis:
Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5 – 10 menit.
Dapat diulang sampai menunjukan repon klinis.
Natrium bikarbonat
Indikasi: Asidosis metabolik secara klinis (nafas cepat dan
dalam, sianosis) Prasyarat: bayi dapat dilakukan ventilasi
dengan efektif Dosis: 1 – 2 mEq/kg BB atau 2 – 4 ml/kg
BB (4,2%) atau 1 – 2 ml/kg BB (7,4%)
Cara: diencerkan dengan aquabides atau dekstrose 5% sama
banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan
minimal 2 menit. Efek samping: pada keadaan
hiperosmolaritas dan kandungan CO2 dari bikarbonat
merusak fungsi miokardium dan otak.
Pasang sungkup
Ventilasi 2X dengan tekanan 30 cm air
Bila dada mengembang lakukan ventilasi 20X dengan
tekanan 20 cm air selama 30 detik
Bayi mulai bernafas
Nilai nafas
Bayi tidak bernafas / bernafas megap-megap:
Ulangi ventilasi sebanyak 20X selama 30 detik
Hentikan ventilasi &nilai kembali nafas tiap 30 detik
Bila bayi tidak bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi,
siapkan rujukan
3. Periode ke 2 reaktifitas
Periode ke 2 reaktifitas berakhir sekitar 4-6 jam
- Karakteristik
Bayi mempunyai tingkat sensitifitas tinggi terhadap
stimulus internal dan lingkungan. Kisaran frekuensi nadi
apical dari 120-160x/menit dan dapat bervariasi mulai(
kurang dari 120x/menit) hingga takikardia ( lebih dari
160x/menit). Frekuensi pernafasan berkisar dari 30 hingga
60x/menit dengan periode pernafasan yang lebih cepat,
tetapi pernafasan tetap stabil (tidak ada pernafasan cuping
hidung atau retraksi).
Fluktuasi warna kulit dari warna merah jambu atau
kebiruan ke sianotik ringan disertai dengan bercak-bercak.
Bayi kerapkali berkemih dan mengeluarkan meconium
selama periode ini
Peningkatan sekresi mucus dan bayi bisa tersedak saat
sekresi. Refleks penghisapan sangat kuat dan bayi bisa
sangat aktif.
- Kebutuhan perawatan khusus periode kedua reaktifitas
Pantau secara ketat bayi baru lahir terhadapa
kemungkinan tersedak saat pengeluaran mucus yang
berlebihan yang dalam keadaan normal memang
terdapat. Gunakan pipet untuk mengeluarkan mucus
dan ajari orangtua bagaimana cara menggunakan nya
Pantau setiap kejadian apne dan mulai metode stimulasi
segera, jika dibutuhkan (missal kentakan punggung
bayi, miringkan bayi)
Kaji keinginan bayi untuk ( menghisap, menelan) dan
kemampuan untuk makan (tidak tersedak atau mentah
selama