Materi 3 :
MEKANISME KOORDINASI UNTUK IMPLEMENTASI PPAM
Dalam kondisi bencana banyak sekali pihak yang terlibat dalam penanganan bencana
sepeti pemerintah, swasta/masyarakat. Apabila bencana berskala besar dapat juga
melibatkan lembaga asing. Untuk itu perlu dipahami mengenai mekanisme koordinasi
PPAM yang ada di Indonesia baik di tingkat nasional maupun di daerah.
Di tingkat pusat, Pusat Krisis Kesehatan sebagai koordinator pada klaster kesehatan
termasuk kesehatan reproduksi. Di tingkat daerah, Dinas Kesehatan Propinsi atau
Kabupaten sebagai koordinator pada klaster kesehatan.
Pokok Bahasan
4. Penularan HIV, IMS dan Kekerasan Seksual serta relevansinya dengan situasi darurat
bencana
5. Kewaspadaan Standar
6. Penyediaan Kondom gratis
7. Transfusi darah yang aman
8. Pemantauan penularan IMS/HIV dalam Situasi Bencana
A. Pendahuluan
Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan yang cukup besar di
seluruh dunia. IMS/ISR ditemukan di seluruh dunia. Namun, penyebaran dan prevalensi
(umum tidaknya penyakit itu) dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan ekonomi, biologi
serta perilaku. Karena itu beban IMS/ISR sangat beragam antara wilayah yang satu
dengan lainnya dan di antara komunitas satu dengan lainnya. Situasi bencana merupakan
situasi yang tidak pernah dapat diperkirakan sebelumnya. Ketika bencana terjadi
penyebaran infeksi menular seksual sangat mungkin terjadi.
B. Materi
2. PENULARAN HIV
Rute penularan utama HIV adalah seks tak-terlindung, transmisi darah yang
terinfeksi dari ibu ke anak. Sementara mayoritas infeksi pada umumnya adalah
akibat dari seks tak-terlindung, namun proporsi rute transmisi bervariasi
tergantung wilayah.
HIV dapat ditularkan melalui:
1. Melakukan hubungan seksual dengan orang-orang yang terinfeksi HIV
2. Berbagi jarum suntik atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi HIV
3. Menerima trasnfusi darah yang terkontaminasi HIV
4. Penularan dari ibu penderita HIV kepada janin/bayi selama kehamilan,
kelahiran atau menyusui
Hal ini juga terjadi di Unit Gawat Darurat (UGD) di Rumah Sakit yang menangani
korban dengan menggunakan alat jahit luka yang tidak steril, karena banyaknya
korban yang datang dan memerlukan pertolongan segera. Jika salah satu pasien itu
positif HIV, maka risiko untuk menularkan ke pasien yang lain sangat besar!!
Kondisi Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Rusak dan Tidak Tersedianya Alat dan
Bahan yang Memadai Menyulitkan Penerapan Kewaspadaan Standar
c. Memakai pakaian pelindung, seperti baju atau celemek tahan air, untuk
melindungi dari kemungkinan terpercik darah atau cairan tubuh lain.
Petugas diwajibkan menggunakan masker dan pelindung mata di mana
ada kemungkinan terpapar darah dalam jumlah banyak.
d. Penanganan aman
terhadap benda-benda
tajam:
Upayakan penggunaaan jarum suntik seminimal mungkin dan
berdasarkan indikasi
Gunakan alat suntik dan jarum suntik sekali pakai yang steril untuk
setiap injeksi.
Atur area kerja tempat penyuntikan untuk mengurangi risiko
cedera.
Gunakan botol dosis-tunggal (ampul) daripada botol multi-dosis
(vial). Jika menggunakan botol multi-dosis, hindari meninggalkan
jarum pada penutup karet. Setelah dibuka, simpan botol multi-dosis
di lemari es.
Jangan menutup kembali jarum suntik.
Posisikan pasien dan beritahukan dengan benar mengenai
penyuntikan.
Buang jarum suntik dan benda-benda tajam di kotak pengaman
(safety boxes) yang anti tusuk dan anti bocor. Pastikan wadah anti
tusuk untuk pembuangan benda tajam selalu tersedia di tempat
yang dekat namun di luar jangkauan anak- anak. Benda tajam tidak
boleh dibuang ke tempat sampah atau kantong sampah biasa.
e. Pembuangan limbah: Bakar semua sampah medis di area terpisah,
sebaiknya masih pada lahan fasilitas pelayanan kesehatan. Kubur
benda-benda yang masih menjadi ancaman, seperti benda tajam, di
sebuah lubang tertutup sedikitnya 10 meter dari sumber air.
f. Pemrosesan Instrumen: Proses instrumen bekas pakai dalam urutan
sebagai berikut:
Dekontaminasi instrumen untuk membunuh virus (HIV dan Hepatitis
B) dan menjadikan alat lebih aman untuk ditangani.
Bersihkan instrumen sebelum melakukan sterilisasi atau disinfeksi
tingkat tinggi (DTT) untuk menghilangkan kotoran.
Latihan:
1. Demonstrasi cara pemasangan kondom pria dan wanita
a. Dapat dilakukan melalui demostrasi langsung memakai dildo/penis buatan
dan model vagina
b. Dengan memutar video cara pemasangan kondom
Cara memakai kondom pria