Anda di halaman 1dari 13

ANALISA TEORI PEMBENTUKAN

TWIST PADA MESIN AIR JET


SPINNING TIPE MURATA VORTEX
SPINNING
Abdurrohman1, Valentinus Galih Vidia Putra1, Andrian
Wijayono1, & Ronaldo Talapessy2
Textile Engineering Departement, Politeknik STTT Bandung, Indonesia1
Universitas Patimura, Maluku, Indonesia2

Abstrak: Pada proses pembuatan benang, twist merupakan faktor yang


sangat berpengaruh terhadap mutu benang yang dihasilkan. Twist adalah
jumlah lilitas yang terjadi pada benang tiap satuan panjang. Pada
penelitian ini dapat ditunjukan bahwa mesin Air Jet Tipe Murata Vertex
Spinning twist pada benang terjadi dikarenakan adanya putaran dua
nozzle searah jarum jam yang menyebabkan adanaya perpaduan dua tipe
twist S dan Z pada benang. Pada penelitian ini dapat ditunjukan
pergerakan serat pada daerah tampang lintang benang yang disebabkan
perpaduan dua Tipe Twist S dan Z dengan pendekatan teori fisika.

Kata Kunci: air jet spinning, murata vortex spinning, twist tipe s
dan z

1
1. PENDAHULUAN

Spinning atau dalam bahasa indonesia dikenal dengan sebutan pemintalan


adalah proses mengubah bahan baku berupa serat menjadi benang dengan
tahapan-tahapan proses tertentu. Adapun dalam proses pembuatannya
dimulai dengan pembukaan gumpalan serat, pembersihan serat,
pencampuran serat, pelurusan serat, perangkapan dan peregangan serat,
sampai dengan pemberian antihan atau Twist menjadi benang.

Secara umum ada dua jenis proses pemintalan atau spinning, sistem ring
spinning dan open end spinning. Ada 3 metode pembentukan benang sistem
open end yaitu Sotor Spinning, Friction Spinning dan Vortex Spinning atau Air
Jet Spinning.

Vortex Spinning mulai diperkenalkan oleh Murata Machinert Ltd pada tahun
[2]
1997 di jepang . Teknologi ini pengembangan dari yang tebaik dari air jet
spinning yang menggunakan tekanan udara untuk pembentukan twist pada
benang. Keunggulan utama dari Murata Vortex Spinning (MVS) adalah
kemampuannya dalam memproduksi benang mencapai 400m/menit atau 20
kali lebih cepat dari ring spinning. Adapun keunggulan lainnya adalah cost yang
dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan ring spinning karena
mengeliminasi mesin roving dalam urutan proses pembuatan benangnya.
Benang tekstil sudah banyak dibahas dan diteliti oleh berbagai peneliti [6-14].

2
Gambar-1. Skema pergerakan benang mesin MVS [3]
Mesin MVS merupakan perkembangan dari mesin air jet spinning dengan
menambahkan peralatan Vortex pada nozzlenya. Secara umum pembentukan
twist pada mesin MVS seperti pada Gambar-1 dan Gambar-2 berikut

Gambar-2. Peralatan Vortex pada mesin MVS [3]

Twist adalah banyaknya lilitan pada benang tiap satuan panjang dan memiliki
dimensi [L]-1. Pada mesin spinning bergantung pada kecepatan rotor pada
mesin torot spinning dan juga kecepatan penghantar benang, dan dirumuskan
[1, 4]
seperti pada persamaan (1) , besar twist pada mesin ring spinning
bergantung pada kecepatan front roller dan kecepatan putar spindle seperti
pada persamaan (2) [2].

3
Bentuk twist dapat dibedakan menjadi dua buah bentuk yaitu: tipe Z-Twisted
dan tipe S-Twisted. Bentuk S-Twisted adalah bentuk yang mana arah
kecepatan antara penghantar benang dan kecepatan rotor memiliki arah yang
sama, sebaliknya jika arahnya berlawanan, maka tipe twist adalah Z-Twisted.

1 𝑛𝑟𝑜𝑡𝑜𝑟 𝑛𝑟𝑜𝑡𝑜𝑟
𝑇𝑍−𝑇𝑤𝑖𝑠𝑡 = + ≈ (1/𝑚) (1)
𝜂𝜋𝑑 𝑉𝑑 𝑉𝑑

𝑛𝑠𝑝𝑖𝑛𝑑𝑒𝑙 1 𝑛𝑠𝑝𝑖𝑛𝑑𝑒𝑙
𝑇𝑆−𝑇𝑤𝑖𝑠𝑡 = − ≈ (1/𝑚) (2)
𝑉𝑓 𝜂𝜋𝑑 𝑉𝑓

2. PEMODELAN PERGERAKAN BENANG PADA NOZZLE 1

Gambar-3. Pemodelan pergerakan benang pada nozzle 1

𝑅 = Jari-jari nozzle
Vf = Kecepatan front roll

4
n1 = kecepatan nozzle 1
(𝑅 − 𝑟)𝜃’ = R Ø’ − 𝛹’ 𝑟 = 𝑅Ø’ − 𝑉𝑓 (3)

𝑉𝑓 = 𝑅Ø’ − (𝑅 − 𝑟)𝜃’ (4)

Jika panjang jejari r << R maka nilai (𝑅 − 𝑟) ≅ 𝑅, maka dapat dituliskan

𝑉𝑓 = (Ø’ − 𝜃’)𝑅 (5)

[2]
Persamaan (5) adalah jenis Twist tipe S-twist . Adapun besar twist dapat
dirumuskan sebagai berikut:

𝜆𝜋
𝑉𝑓 = (𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 − 𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 ) 𝑅 (6)
180𝑜

(𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 − 𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 )
𝑉𝑓 = 𝜆𝜋𝑅 (7)
360𝑜

Keterangan:
Vf = kecepatan front roll (m/s)
𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 , 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 = kecepatan benang dan kecepatan nozzle dalam setiap sudut
𝜆 (1/s)
R = jari-jari nozzle (m)
d = diameter nozzle (m)
Jika untuk satu putaran penuh Persamaan (6) dapat dituliskan menjadi:

𝑉𝑓 = (𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 − 𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 )𝜋𝑑 (8)

𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 1
𝑇𝑆 = = − (9)
𝑉𝑓 𝑉𝑓 𝜋𝑑

5
Dapat dilakukan pendekatan bahwa besar twist T adalah:

𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
𝑇𝑆 = ≈ (10)
𝑉𝑓 𝑉𝑓

Keterangan:
T = twist (1/m)

3. PEMODELAN PERGERAKAN BENANG PADA NOZZLE 2

Gambar-4. Pemodelan pergerakan benang pada nozzle 2

𝑅 = Jari-jari nozzle
Vd = Kecepatan penghantar benang
n2 = Kecepatan nozzle 2
(𝑅 − 𝑟)Ø’ = R Ø’ + Ψ’ r + = 𝑅Ø’ + 𝑉𝑑 (11)

𝑉𝑑 = (𝑅 − 𝑟)Ø’ − 𝑅Ø’ (12)

6
Jika panjang jejari r << R maka nilai (𝑅 − 𝑟) ≅ 𝑅, maka dapat dituliskan

𝑉𝑑 = (𝜃′ − Ø’)𝑅 (13)

[4]
Persamaan (12) adalah jenis twist tipe Z-twist . Adapun besar twist dapat
dirumuskan sebagai berikut:

𝜆𝜋
𝑉𝑑 = (𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 − 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 ) 𝑅 (14)
180𝑜

(𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 − 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 )
𝑉𝑑 = 𝜆𝜋𝑅 (15)
360𝑜

Keterangan:
Vd = Kecepatan penghantar benang (m/s)
𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 , 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 = kecepatan benang dan kecepatan nozzle dalam setiap sudut
𝜆 (1/s)
R = jari-jari nozzle (m)
d = diameter nozzle (m)
Jika untuk satu putaran penuh Persamaan (12) dapat dituliskan menjadi:

𝑉𝑑 = (𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 − 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 )𝜋𝑑 (16)

𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 1 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
𝑇𝑍 = = + (17)
𝑉𝑑 𝜋𝑑 𝑉𝑑

7
Dapat dilakukan pendekatan bahwa besar twist T adalah:

𝑛𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
𝑇𝑍 = ≈ (18)
𝑉𝑑 𝑉𝑑

Keterangan:
T = twist (1/m)

4. PEMODELAN BESAR TWIST PADA AIR JET SPINNING

Berdasarkan pemodelan di atas maka besar twist pada mesin air jet spinning
atau MVS dapat dirumuskan sebagai berikut.

𝑇𝑀𝑉𝑆 = 𝑇𝑠 + 𝑇𝑧 (19)

𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 1 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒
𝑇𝑀𝑉𝑆 = − + (20)
𝑉𝑓 𝜋𝑑 𝑉𝑑

𝑉𝑑 + 𝑉𝑓
𝑇𝑀𝑉𝑆 = 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 ( ) (21)
𝑉𝑑 𝑉𝑓

𝑉𝑑
𝑉𝑓 + 1
𝑇𝑀𝑉𝑆 = 𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 ( ) (22)
𝑉𝑑

𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 𝑉𝑑
𝑇𝑀𝑉𝑆 = ( + 1) (23)
𝑉𝑑 𝑉𝑓

8
Menurut Perera H. A. A. E dkk (2008)[3] bahwa:

𝑉𝑑
=𝐷 (23)
𝑉𝑓

Keterangan:

D = Draft umumnya sekitar 0,966 [3].

5. PERGERAKAN SERAT PADA PENAMPANG LINTANG BENANG MVS

Perera H. A. A. E dkk dalam presentasinya mengenai air jet spinning


mengungkapkan berbagai jenis penampang lintang benang yang terbentuk
akibat pemberian antihan s-twist pada mesin ring spinning dan z-twist pada
mesin rotor spinning. Penampang lintang benang yang terbentuk pada mesin
ring spinning dengan tipe s-twist dapat di lihat pada Gambar-5 dan Gambar-6
berikut.

Gambar-5 Penampang lintang benang tipe s-twist [3].

Gambar-6 Penampang benang tipe s-twist pada microgragp [3].

Twist terjadi secara perlahan dari dalam keluar benang dan cenderung kurang
stabil. Adapun mekanisme pembentukan twist-nya sama seperti pembentukan
twist pada nozzle 1 bergantung pada kecepatan front roller (feeding roller) dan
kecepatan putar spindle atau bobbin seperti Gambar-7 berikut.

9
Gambar-7, Kiri: mekanisme pembentukan s-twist pada ring spinning, Kanan:
mekanisme pembentukan s-twist pada mesin MVS.

Adapun penampang lintang benang yang terbentuk pada mesin rotor spinning
dengan tipe z-twist dapat dilihat pada Gambar-8 dan Gambar-9 berikut.

Gambar-8 Penampang lintang benang tipe z-twist [3].

Gambar-9 Penampang benang tipe z-twist pada micrograph [3].

Twist terjadi dari dalam bagian benang ke bagian luar benang dan cenderung
stabil. Adapun mekanisme pembentukan twist-nya sama seperti pembentukan
twist pada nozzle 2 bergantung pada kecepatan roll pengantar benang
(delivery roll) dan kecepatan putar rotor seperti Gambar-10 berikut.

10
Gambar-10 Mekanisme pembentukan z-twist pada rotor spinning [5].

Pada air jet spinning atau MVS, pembuatan benang terjadi dengan
memadukan s-twist dan z-twist dari dua nozzle yang bekerja bersamaan. Pada
benang MVS bagian tengah benang tidak ter-twist. Twist terbentuk hanya
pada bagian luar benang saja, twist pada bagian tengah benang (s-twist) akan
hilang sejak twist bagian luar (z-twist) seluruhnya terbentuk [3], sehingga
bentuk penampang lintang benangnya akan terbentuk seperti perpaduan ring
spinning dan rotor spinning pada Gambar-11 berikut.

Gambar-11 Penampang lintang benang MVS [3].

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pemodelan di atas didapatkan bahwa twist yang terjadi pada mesin
air jet spinning atau MVS adalah perpaduan dari twist-s pada nozzle 1 dan
twist-z pada nozzle 2 dan dapat dirumuskan bahwa besaran twist pada
persamaan (20).

11
𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 𝑉𝑑 (24)
𝑇𝑀𝑉𝑆 = ( + 1)
𝑣𝑑 𝑉𝑓

Adapun bentuk penampang lintang benang yang terbentuk akibat perpaduan


s-twist dan z-twist adalah perpaduan dari ring spinning dan rotor spinning
seperti pada Gambar-11.

7. KESIMPULAN

Twist yang terjadi pada mesin air jet spinning tipe MVS adalah perpaduan
antara s-twist dan z-twist yang besarnya dapat dirumuskan sebagai
𝑛𝑛𝑜𝑧𝑧𝑙𝑒 𝑉𝑑
𝑇𝑀𝑉𝑆 = 𝑉𝑑
(𝑉 + 1). Adapaun twist yang terbentuk pada benang MVS
𝑓
hanya pada bagian luar benang saja, twist pada bagian tengah benang (s-twist)
akan hilang sejak twist bagian luar (z-twist) seluruhnya terbentuk.

8. REFERENCE

[1] Furter, Measurement and significance of yarn twist, Uster Technology


AG, Switzerland, 2009.
[2] Lawrence, Advances in yarn spinning technology, The textile Institue,
Cambridge, UK, 2010.
[3] Perera H, A. A. E dkk, Air Jet Spinning, 2008.
[4] Rohlena, Vaclav., Open-End Spinning, Elseiver Scientific Publishing
Company, New York, 1975.
[5] Subagyo, Asmanto. Proses Manufaktur Benang Sistem Rotor. Graha
Ilmu, Yogyakarta, 1993.
[6] Wijayono A, Putra VGV, Iskandar S, Rohmah, S & Irwan. Penerapan
Teknologi Pengolah Citra Dan Fisika Pada Bidang Tekstil. ISBN 978-602-
72713-8-8. CV. Mulya Jaya. 2017.
[7] VGV Putra, MF Rosyid, G Maruto. A Simulation Model of Twist
Influenced by Fibre Movement Inside Yarn on Solenoid Coordinate.
Global Journal of Pure and Applied Mathematics 12 (1), 405-412. 2016.

12
[8] VGV Putra, MF Rosyid. Theoretical Modeling for Predicting the Optimum
Twist Angle of Cotton Fiber Movement on OE Yarn Made by Rotor
Spinning Machine. Journal of Applied Mathematics and Physics 3 (05),
623. 2015.
[9] V.G.V Putra, M.F Rosyid, G. Maruto. New Theoretical Modeling For
Predicting Yarn Angle On OE Yarn Influenced By Fibre Movement On
Torus Coordinate Based On Classical Mechanics Approach. Indian
Journal of Fibre & Textile Research (IJFTR) 42 (3), 359-363. 2017.
[10] Putra, V.G.V. Penerapan Kalkulus Tensor Pada Kasus Pemintalan
Benang. ISBN 978-602-72713-7-1. CV. Mulya Jaya. 2017.
[11] Putra, V.G.V. Predicting Non Inertia frame related by Speed of Bobbin
Compared by Speed of Rotor. Global Journal of Pure and Applied
Mathematics 12 (5), 4107-4114. 2016.
[12] VGV Putra, RA Dewanto, MF Rosyid. Theoretical Modelling For The
Effect Tenacity On Take-Up Roller (R o) And Tenacity On Winding Device
(R W) Related With The Yarn Breakage On Rotor Open End Spinning. THE
4th INTERNATIONAL CONFERENCE ON THEORETICAL AND APPLIED
PHYSICS (ICTAP-2014).
[13] Hernawati R.M, Putri W.R, Putra VGV. Bentuk Pemodelan Pergerakan
Serat-Benang dalam Tampang Lintang Struktur Benang Ring Spinning
(Tinjauan Fisika Teori). Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan
Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015). Pp 157-160. 2015.
[14] Hernawati R.M, Putra V.G.V, Fauzi I. Predicting the Actual Strength of
Open-End Spun Yarn Using Mechanical Model. Applied Mechanics and
Materials Conference, Vol 780 pp 69-74.

13

Anda mungkin juga menyukai