Jamur merang merupakan salah satu komoditi yang memiliki nilai jual yang
tinggi di aceh, dengan harga berkisar antara Rp 30.000 RP 50.000 /kg. Rasanya yang
enak dan belum banyaknya usaha budidaya jamur merang di aceh menjadikan usaha
jamur merang memiliki potensi yang besar. Minimnya pelaku budidaya jamur diaceh
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan petani tentang teknik budidaya jamur merang
dan sulitnya perawatan yang dibutuhkan untuk budidaya jamur merang.
Untuk memulai usaha jamur merang umumnya dibutuhkan modal berkisar antara
6-7 juta rupiah. Sedangkan biaya operasional yang dibutuhkan untuk perawatan jamur
selama sebulan berkisar 2-4 juta rupiah. Biaya operasional tersebut digunakan untuk
perawatan jamur seperti membeli pestisida, pupuk, membayar pekerja dan bahan bakar.
Diantara kebutuhan-kebutuhan operasional itu biaya bahan bakar dan ongkos pekerjalah
yang paling besar, bahan bakar diperlukan untuk keperluan steam yang berfungsi untuk
menjaga kelembaban dan temperatur kumbung tetap pada kondisi optimalnya. Umumnya
bahan bakar yang digunakan berupa kayu bakar karena harganya murah. Penggunaan
kayu bakar tersebut tidaklah ramah lingkungan selain dapat menimbulkan efek rumah
kaca dan menyebabkan pemanasan global, penggunaan kayu bakar dapat mengganggu
kesehatan warga sekitar usaha budidaya jamur. Sedangkan pekerja diperlukan untuk
membantu mengawasi suhu dan menjaga kondisi kumbung sesuai dengan kondisi
optimumnya.
Dengan menggunakan sistem semi automatic integrated farm (SAIF)
memudahkan para petani budidaya jamur merang dalam mengatasi masalah biaya serta
masalah lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan kayu bakar. Dengan sistem ini
pelaku usaha budidaya jamur merang juga bisa mengurangi biaya pekerja,
memaksimalkan efisiensi produksi serta menghasilkan jamur yang memiliki kualitas yang
lebih baik.