Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ikan Tenggiri adalah nama umum bagi sekelompok ikan yang tergolong ke
dalam genus Scomberomorus, famili Scombridae. Ikan ini merupakan kerabat
dekat tuna, tongkol, madidihang, makerel dan kembung. Tenggiri banyak disukai orang,
diperdagangkan dalam bentuk segar, ikan kering, atau diolah menjadi kerupuk, siomay, dan lain-
lain. Keistimewaan dari ikan tenggiri adalah mengandung protein dan lemak berkualitas tinggi.
Bahkan tenggiri mengandung banyak vitamin yang sangat berguna untuk pertumbuhan dan
ketahanan tubuh. Apalagi dibanding ikan laut lainnya, tenggiri termasuk memiliki harga yang
ekonomis.

Ikan Tenggri salah satu hasil perairan yang sudah lama dikenal peradaban,banyak dicari
orang, tetapi ikan ini termasuk jenis pangan yang paling cepat menurun kesegarannya dan cepat
membusuk pada suhu kamar, yang dapat mengakibatkan kerugian besar secara nilai gizi, mutu
kesegaran dan nilai uang. Ikan hasil tangkapan yang pasti akan mengalami proses penurunan
mutu (deteriorasi) ini, berlainan atau berbeda antar species yang satu dengan species yang
lainnya. Penguasaan akan ilmu dan pengetahuan yang menyangkut perubahan-perubahan yang
menjurus ke arah penurunan mutu kesegaran yang dialami species ikan setelah dipanen serta
semua faktor-faktor penyebab penurunan mutu, dimanfaatkan manusia untuk mencegah
penurunan mutu dengan cara menerapkan teknik pengawetan, terutama cara pendinginan dan
pembekuan.
Dalam perumusan sistem pendinginan kapal menjadikan wadah untuk menampung
pasokan kebutuhan ikan tenggiri yang di ambil oleh nelayan dalam jangka waktu yang panjang
sekitar 1-3 bulan dengan kapastas 3 ton maka di butuhkan alat untuk mengawetkan ikan sampai
jangka waktu yang ditentukan oleh nelayan.Maka cold storage merupakan solusi utama untuk
masa yang lama tersebut demi menampung kebutuhan pasokan makanan masyarakat yang
sebagian mengkonsumsi ikan tenggiri hasil tangkapan dari laut sampai dengan keadaan segar
ketika sampai di daratan,begitupun bagi nelayan tidak akan merasa kesulitan dalam pengawetan
ikan agar nilai jual yang di targetkan tercapai demi membawa ikan yang segar dan itupun
menjadi keuntungan bagi berbagai pihak,baik yang menkonsumsi, menjual, ataupun yang
memasok atau menadahi hasil ikan tangkapan nelayan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, beberapa rumusan masalah
pada penelitian ini adalah:
1. Berapa dimensi case dari Air blast freezer penyimpanan ikan tenggiri berkapasitas 3
ton?
2. Berapa beban pendingin yang dibutuhkan untuk penyimpanan ikan teggiri 3 ton?
3. Berapa nilai COP dan efesiensi yang dibutuhkan pada cold storage penyimpanan ikan
tenggiri 3 ton?
4. Berapa daya total yang dibutuhkan untuk mengoperasikan Air blast freezer
penyimpanan ikan tenggiri berkapasitas 3 ton?
5. Bagaimana siklus penerapan Air blast freezer?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan, penelitian ini
mempunyai tujuan yaitu:
1. Mengetahui dimensi case pada Air blast freezer penyimpanan ikan tenggiri dengan
kapasitas 3 ton.
2. Mengetahui besar beban pendingin yang dibutuhkan serta nilai COP dan Efesienya.
3. Mengetahui berapa daya total yang dibutuhkan untuk mengoprasikan Air blast
freezer penyimpanan ikan tenggiri berkapasitas 3 ton.
4. Mengetahui sistem Air blast freezer

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan mengenai perancangan sistem refrigerasi pada Air blast
freezer
2. Mengetahui COP dan efisisnsi dari mesin refrigerator untuk penyimpanan ikan
tenggiri berkapasitas 3 ton
2
3. Mengetahui sistem penyimpanan ikan menggunakan sistem Air blast freezer
Mengetahui kinerja dari sistem cold storage

1.5 Sistematika Penulisan


Laporan Sistematika yang digunakan dalam penyusunan ini agar memudahkan
penulisan dibagi dalam V bab. Masing-masing bab diuraikan secara singkat sebagai
berikut:
a) Bagian awal meliputi:
Lembar Muka (cover), Halaman Pengesahan, Pernyataan Keaslian,, Halaman Motto,
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, dan Daftar Gambar.
b) Bagian utama meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini membahas mencapai teori dasar yang berkaitan secara langsung dengan
masalah yang diteliti. Pemaparan mengenai teori-teori yang akan digunakan dalam
penulisan ini seperti Tinjauan Pustaka dan dapat berupa definisi yang langsung
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan gambaran atau rancangan dari penelitian mulai dari gambar
objek perancangan, sistem, penggunaan alat dan bahan serta spesifikasi dan langkah-
langkah dalam pengambilan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai paparan dari data yang dihasilkan dari pengukuran terhadap
unit yang digunakan sebagai alat penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil analisa pada bab-
bab sebalumnya.
c. Bagian akhir meliputi:
Daftar pustaka dan lampiran pendukung.
3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Air Blast Freezer


Air Blast Freezer merupakan metode pembekuan yang dilakukan dengan cara
menempatkan produk pada rak-rak pembeku di dalam ruang pembekuan, kemudian udara
bersuhu rendah dihembuskan ke sekitar produk yang disimpan pada rak-rak pembekuan tersebut.
Prinsip dari pembekuan ini adalah pembekuan dilakukan dengan menghembuskan udara dingin
melewati pipa - pipa pendinginan ke permukaan produk dengan kecepatan tinggi (Hadwiyanto
1993). Pembekuan cepat akan menghasilkan kristal es berukuran kecil sehingga akan
meminimalkan kerusakan tekstur bahan yang dibekukan. Selain itu, proses pembekuan cepat
dapat menyebabkan terjadinya freeze shock pada mikroorganisme agar tidak terjadi tahap
adaptasi mikroorganispe pada Ikan Tenggiri. Dengan perubahan suhu sehingga mengurangi
resiko pertumbuhan mikroorganisme selama proses pembekuan berlangsung.

Kinerja termodiamika Air Blast Freezer sangat dipengaruhi oleh refrigeran yang
digunakan sebagai fluida kerja karena terdapat beda temperatur yang terbatas antara sistem dan
lingkungannya, dimana ini merupakan sumber utama ireversibilitas sistem refrigerasi. Ketika
terjadi penurunan evaporasi pada hakikatnya akan mengakibatkan panurunan kinerja, dan
efisiensi sistem begitupun sebaliknya.

2.2 Cara Kerja Air Blast Freezer


Cara kerja dari air blast freezer adalah udara dingin bersuhu sangat rendah ditiupkan
melalui koil pipa evaporator ke permukaan produk ikan tenggiri oleh kipas yang mensirkulasikan
udara dingin itu selama proses pembekuan, panas dari ikan tenggiri dan ruang pembeku serta
penghantaran panas ke koil evaporator (refrigeran bersuhu beberapa derajat celcius lebih rendah
dari pada alat pembekuan) dilakukan oleh sirkulasi ulang udara pembeku tersebut.

2.3 Definisi Refrigerasi


Refrigerasi adalah suatu produksi atau pengusahaan dan pemeliharaan tingkat tingkat
suhu dari suatu bahan atau ruangan pada tingkat yang lebih rendah dari pada suhu lingkungan
atau atmosfir sekitarnya dengan cara penarikan atau penyerapan panas dari bahan atau ruangan

4
tersebut. Refrigerasi dapat dikatakan juga sebagai proses pemindahan panas dari suatu bahan
atau ruangan ke bahan atau ruangan lainnya (Ilyas, 1993)

2.4 Siklus Refrigerasi Kompresi Uap


Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor
sebagai alat kompresi media pendinginan, pada kompresor refrigeran dikompresi kemudian
dikeluarkan pada sisi keluaran (discharge) dan masuk ke kondensor. Di kondensor terjadi
pembuangan kalor refrigeran sehingga refrigeran berubah fasa menjadi cair dan selanjutnya
mengalir ke alat ekspansi. pada ekspansi refrigeran mengalami penurunan tekanan sehingga
temperaturnya turun. Dari alat ekspansi refrigeran masuk ke evaporator. Di evaporator refrigeran
menyerap kalor dari tempat yang didinginkan sehingga refrigeran berubah fasa menjadi uap,
kemudian masuk pada sisi penghisap (suction) menuju kompresor. Saat proses kompresor yang
dialami refrigeran berulang, membentuk siklus tertutup yang dikenal sebagai siklus refrigerasi
kompresi uap.

Adapun siklus refrigerasi kompresi uap mempunyai empat proses yaitu :

1. Proses Kompresi
2. Proses Kondensasi
3. Proses Ekspansi
4. Proses Evaporasi

Sistem refrigerasi dapat digambarkan seperti berikut :

Gambar 2.1 Sistem refrigerasi kompresi uap

5
Proses dari kompresi, kondensasi, ekspansi, dan evaporasi apa bila berlangsung terus –
menerus maka akan menghasilkan suatu siklus seperti berikut:

Gambar 2.2 Diagram P-h sistem refrigerasi

1. Proses Kompresi (1 – 2)

Pada proses kompresi menjelaskan bahwa proses ini terjadi di kompresor, fasa yang
masuk ke kompresor adalah uap jenuh, dengan tekanan dan tempratur yang randah. Kerja yang
diberikan pada refrigeran dengan cara dikompresi agar tekanannya naik sehingga temperaturpun
ikut naik. Proses ini menyebabkan uap refrigeran menjadi superheat yang akan ikut keluar dari
kompresor dengan tekanan tinggi, selanjutnya uap refrigeran yang berdekatan dan bertemperatur
tinggi akan masuk ke kondensor.

Proses kompresi berlangsung di kompresor adalah :


Qw = ṁ . q w
q w = (h1 - h2 )
Qw = ṁ . (h1 - h2 ) …………………………………………………….…(1)
Dimana :
Qw = Kapasitas kompresi (kW)
ṁ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
qw = Besarnya kerja kompresi yang dilakukan (kJ/kg)
h1 = Enthalpy refrigeran masuk kompresor (kJ/kg)
h2 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)
6
2. Proses Kondensasi (2 – 3)

Proses kondensasi terjadi di kondensor karena temperatur refrigeran lebih tinggi dari
temperatur lingkungan, maka kalor dari refrigeran akan dilepas melalui dinding pipa kondensor
ke lingkungan sekitar. Proses pelepasan atau perpindahan kalor secara konveksi paksa dengan
bantuan fan. Ketika uap refrigeran yang berasal dari discharge kompresor masuk ke kondensor
maka uap (superheat) tersebut akan didinginkan dan diembunkan pada keadaan saturasi. Di
kondensor tekanan ataupun temperatur akan berubah fasa menjadi cair.
Kalor yang dilepaskan kondensor :
Q c = ṁ . q c

q c = (h2 - h3 )

Q c = ṁ . (h2 - h3 ) ………………………...…………………………….…(2)

Dimana :
Qc = Kapasitas kondensasi (kW)
ṁ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
qc = Besarnya panas dilepas di kondensor (kJ/kg)
h2 = Enthalpy refrigeran masuk kompresor (kJ/kg)
h3 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)
3. Proses Ekspansi (3 – 4)

Proses ini berlangsung secara isoentalpi, hal ini berarti tidak terjadi penambahan entelpi
tetapi drop tekanan dan penurunan temperatur. Proses penurunan tekanan terjadi pada katup
ekspansi yang berbentuk pipa kapiler yang berfungsi mengatur aliran rerfigerant dan
menurunkan tekanan (Hermawan W. 2008).
h2 = h3 …………………………………………………..…………….…(3)
Dimana :
h2 = Enthalpy refrigeran masuk kompresor (kJ/kg)
h3 = Enthalpy refrigeran keluar kompresor (kJ/kg)

7
4. Proses Evaporasi (Proses 4 – 1)

Proses ini berlangsung secara isobar isotermal. Refrigeran dalam wujud cair bertekanan
rendah menyerap kalor dan lingkungan atau media yang di inginkan sehingga wujudnya berubah
menjadi gas bertekanan rendah. Kondisi refrigerant saat masuk evaporator sebenarnya adalah
campuran cair dan gas. Hal ini terlihat dari gambar yang mana posisi titik 4 berada didalam
kubah garis jenuh. Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator adalah seperti dibawah ini
(Hewmawan W. 2008).

Efek refrigerasi pada evaporator :

q e= (h1 - h 4) …………………………...……………………………...…(4)

Kapasitas evaporasi Qe adalah :

Qe = ṁ . (h1 - h 4) ………...…………………………………………….…(5)

Dimana :
Qe = Kapasitas kondensasi (kW)
ṁ = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
qe = Besarnya kalor diserap oleh evaporator (kJ/kg)
h1 = Enthalpy refrigeran masuk evaporator (kJ/kg)
h4 = Enthalpy refrigeran keluar evaporator (kJ/kg)
Beban pendingin adalah jumlah kalor yang dipindahkan oleh sistem pengkondisian udara
uap satu waktu (Anwar, 2010). Beban pendingin terdiri dari panas ruangan dan tambahan panas
yang berasal dari penerangan, alat elektronik, dan makhluk hidup. Beban pandingin secara
langsung akan berpengaruh terhadap performa mesin pengkondisian udara. Pengkajian pengaruh
beban pendingin, terhadap Coefficient Of Performance (COP) sangat penting dilakukan karena
suatu mesin pendingin yang memiliki nilai COP tinggi itu artinya memiliki kapasitas pendingin
yang besar namun menggunakan daya kompresor yang kecil.

1. Beban pendingin (Cooling Load)

Beban pendingin merupakan jumlan panas yang dipindahkan suatu sistem pengkondisian
udara saat sistem berjalan. Beban pendinginan berasal dari produk dalam ruang dan tambahan
8
panas. Tambahan panas adalah jumlah panas setiap saat yang masuk ke dalam ruang melalui
kaca secara radiasi maupun melalui dinding akibat perbedaan temperatur. Pengaruh
penyimpanan energi pada struktur bangunan perlu dipertimbangkan dalam perhitungan tambahan
panas.
Perhitungan beban pendingin terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu perhitungan beban
pendingin pada dinding, beban pendinginan pada produk.

Perhitungan beban pendinginan pada dinding, yaitu :

Q = U x A x ∆T..………………………..……………………………...…(6)

Dimana :

Q = Kalor yang dihasilkan (watt)


U = Koefisien perpindahan panas pada dinding (watt/m2.K)
A = Luas permukaan dinding ruang (m2)
∆T = Perbedaan temperatur lingkungan dengan ruang (K)
Untuk mendapatkan nilai U, diperlu menggunakan rumus, yaitu :

1
U= 1 X 1 X 2 X 3 1 …………………..………………(7)
+ + + +
Fi K 1 K 2 K 3 F 0

Dimana :

fi = Koefisien konveksi pada ruang (watt/m2.K)


fo = Koefisien konveksi pada lingkungan (watt/m2.K)
xn = Tebal lapisan pada dinding ke-n (meter)
kn = Konduktifitas thermal pada lapisan dinding ke-n (watt)
Perhitungan beban pendinginan pada produk adalah jumlah panas yang dihasilkan pada
produk itu sendiri, beban pendinginan produk terbagi menjadi beberapa bagian :

1. Beban pendinginan produk sebelum penyimpanan


2. Beban pendinginan produk pada saat penyimpanan
3. Beban pendinginan produk setelah penyimpanan

9
Berikut merupakan beban pendinginan produk sebelum penyimpanan yaitu:

Q 1 = m x C o x (T o - T fp ¿ ………………..………………...………………(8)

Dimana :
Q1 = Kalor yang dihasilkan produk sebelum disimpan (Kj)
m = Massa produk (kg)
Co = Kalor spesifik produk atas sensibel (Kj/kg.K)
To = Temperatur lingkungan (K)
T fp = Temperatur freezing point produk (K)
Perhitungan beban produk pada saat disimpan yaitu :

Q2 = m x C p …………………………….…………..……………………(9)

Dimana :
Q2 = Kalor yang dihasilkan produk saat penyimpanan (Kj)
m = Massa produk (kg)
Cp = Kalor laten produk (Kj/kg)
Perhitungann beban pensinginan pada produk setelah penyimpanan, yaitu :

Q 3 = m x C u x (T fp - T 1) ………………..…………………………….…(10)

Dimana :

Q3 = Kalor yang dihasilkan setelah penyimpanan (Kj)


m = Massa produk (kg)
Cu = Kalor spesifik produk bawah sensibel (Kj/kg.K)
T fp = Temperatur freezing point (K)
T1 = Temperatur akhir penyimpanan produk (K)
2. Koefisien kinerja sistem (Coefficient Of Performance)

Ketika kerja kompresor dan kapasitas penyerapan panas di evaporator, pada sistem
refrigerasi kompresi uap juga dikenal istilah coefficient of performance (COP) yang mana nilai
COP tersebut merupakan suatu nilai perbandingain antara kapasitas penyerapan panas yang

10
terjadi di evaporator. Dengan sejumlah kerja kompresi yang dilakukan di kompresor (Hermawan
W. 2008).

Coefficient Of Performance ini digunakan untuk mengetahui kualitas kinerja dari suatu mesin
refrigerasi.

Efek refrigerasi q e = h1 - h 4 (Kj/kg) ………………..……………..……(11)

Kinerja spesifik w = h2 - h1 (Kj/kg) ………………..…………...………(12)

Efek kondensasi q c = h2 - h3 (Kj/kg) ………………..………………..…(13)

Pada prestsi aktual mesin refrigerasi dapat diketahui dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :

qe h1−h 4
COP aktual= = ……………...………..………………..…(14)
w h2−h1

Dimana :

COP akktual = Coefficient of performance akatual


qe = Efek refrigerasi (Kj/kg)
w = Kerja kompresi (Kj/kg)
Kualitas ideal dapat dihitung dengan menggunakan persaman COPcarnot yaitu :

Te
COPcarnot = …………………………….…..………………..…(15)
T k −T e

Dimana :

COPcarnot = Coefficient of performance carnot

Te = Temperatur kondensasi (K)

Tk = Temperatur evaporasi (K)

3. Efisiensi

11
Menghitung efisiensi mesin refrigerasi dapat diperoleh dengan membandingkan nilai
COP akktualdengan COPcarnot yaitu :

COP aktual
ɳR = x 100% ………………………….…..………………..…(16)
COPcarnot

Dimana :

ɳR = Efisiensi refrigerasi

COPcarnot = Coefficient of performance carnot

COP akktual = Coefficient of performance akatual

12
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN

3.1 Flow Chart


Dalam melaksanakan tugas ini untuk tercapainya tujuan penelitian, maka dapat membuat
metodologi penelitian agar sistematis dan terarah sesuai degan diagram alir (flow chart). Berikut
flow chart yang menggambarkan metodologi penelitian :

Mulai

Studi literatur

Penentuan dimensi

Analisis data

Hasil dan pembahsan

kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1 Flow chart

3.2 Studi Literatur


Penulis melakukan kajian teoritis bedasarkan literatur yang relevan untuk menghasilkan
analisa yang tepat dan berhubungan dengan perancangan. Adapun studi literatur ini diperoleh
dari jurnal, buku, internet dan mencari informasi tambahan sehubung dengan tugas perancangan
kepada teman dan diskusi serta masukan dalam pengerjaan tugas ini.

13
3.3 Perancangan
Proses perakitan dengan peralatan dan bahan yang sudah disediakan kemudian terbentuk
unit sesuai rancangan, unit yang digunakan sebagai penelitian dirancang dan dibangun
sedemikian rupa hingga dapat digunakan sebagai alat penelitian. Rencangan yang dirakit adalah
dengan temperatur kabin ingin dicapai yaitu untuk Air Blast Freezer adalah -20 °C. pada sistem
refrigerasi ini menggunakan refrigeran R404A.

3.3.1 Menentukan Ukuran


Untuk ukuran kabin yang akan dirancang akan disesuaikan dengan kapasitas produk yang
akan didinginkan di dalam kabin sebagai berikut :

Panjang =5m
Lebar =3m
Tinggi =3m
Volume =PxLxt
=5x3x3
= 45 m3
3.3.2 Material Kabin Yang Digunakan
Material yang digunakan pada perancangan ini terdapat beberapa macam yaitu :
Tabel 3.1 Material Dinding

Material Dinding
Ketebalan Satuan Konduktivitas
Bahan
(mm) (m) (W/mK)
ABS (Acrylonitrile 3 0,003 0,14
butadinc sytrene)
Polyurethone foam 746,5 0,7465 0,046
Alumulium 0,5 0,0005 205
Still air ( F ¿) 9,37
Moving air ( F out ) 22,70

14
3.3.3 Perhitungan Beban Dinding Kabin Eksternal
Perhitungan beban panas yang dihasilkan pada dinding dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
1. Perhitungan dinding bagian luar

Diketahui :
Panjang =5m
Lebar =3m
Tinggi =3m
Maka :
A = 2 (p x l) + 2 (p x l) + 2 (l x t)
= 2 (5 m x 3 m) + 2 ( 5 m x 3 m) + 2 (3 m x 3 m)
= 30 m + 30 m + 18 m
= 78 m2
2. Perhitungan koefisien perpindahan panas (U)

Diketahui :
Lapisan 1 : ABS (Acrylonitrile butadinc stytene) ( K 1) = 0,14 W/mK
Lapisan 2 : Polyurethane foam ( K 2) = 0,046 W/mK
Lapisan 3 : Alumunium ¿ ¿) = 205 W/mK
Inside air ( F i) = 9,37 W/mK
Outside air ( F o) = 22,70 W/mK
Maka :
1
U = 1 X1 X2 X3 1
+ + + +
Fi K 1 K 2 K 3 F 0
1
= 1
+
0,003 0,7465 0,0005
+ + +
1
9,37 0,14 0,046 205 22,7
1
= 0,106+0,021+16,228+0,0000043+ 0,044
1
= 16,399
15
= 0,0609 W/m2K

3. Perhitungan perbedaan temperatur


Diketahui :
Temperatue lingkungan = 32 °C
Temperatur rancangan (kabin ) = -18 °C
Maka :
∆T = T lingkungan – T rancnagankabin
= 32 – (- 18) °C
= 50 °C
4. Perhitungan beban panas yang dihasilkan dinding
Diketahui :
Q = Koefisien perpindahan panas
A = Luas permukaan dinding bagian luar
∆T = Perbedaan temperatur
Maka :
Q = U x A x ∆T
= 0,0609 W/m2K x 78 m2 x 50 °C
= 237,5 Watt

3.3.4 Perhitungan Beban Produk Internal


Beban produk lobster dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
m = 3 ton = 3.000 kg
C p Sesudah pembekuan = 2,15 Kj/Kg.K
C p Sebelum pembekuan = 3,64 Kj/Kg.K
C l latent = 256 Kj/Kg
T Kabin = - 18 °C
T produk = 26 °C
Freezing point = -2,2 °C
Cooling time = 48 jam
Chilling time = 5 jam
16
Penghuni = 2 orang
Lampu = 2 (15 Watt) = 30 Watt
Maka :
Beban untuk menurunkan temperatur produk ke temperatur pembekuan :
Q1 = m x C p x ∆T

= 3.000 x 3,64 x (26) – (-2,2)

= 3.000 x 3,64 x 28,2

= 307.944 Kj

Beban produk selama pembekuan :


Q2 = m x Cl

= 3.000 x 256

= 768.000 Kj

Beban untuk menurunkan temperatur pembekuan ke temperatur akhir :


Q3 = m x C p x ∆T

= 3.000 x 2,15 (-2,2) – (- 18)

= 3.000 x 2,15 x 15,8

= 101.910 Kj

QT . product = Q1 + Q2 + Q3

= 307.944 + 768.000 + 101.910

= 1.177.854 Kj

Beban panas yang dihasilkan produk :

Qtotal produk
Q product =
N x 3600 (s)

1.177 .854
=
48 x 3600(s)

17
1.177.854
= 172.800

= 6.81 Kw = 6.810 Watt

Beban panas yang dihasilkan manusia :

t
Qmanusia = N x W x
24 jam
5 jam
= 2 x 260 watt x
48 jam
2.600
=
48
=54.1 Watt
Beban panas yang dihasilkan lampu :
¿
Qlampu = N x ¿ 48 jam

30Watt x (3 hari x 24 jam)


=
48 jam

30 watt x 72 jam
=
48 jam

= 45 Watt
Perhitungan beban panas Equipment :
N . w .h
Qequipment =
24 jam

1 x 200 x 5
=
24 jam

1.000
=
24 jam

= 41,6 Watt

Total beban penyimpanan Ikan Tenggir adalah :

QTotal Internal = Q product + Qmanusia + Qlampu + Q equipment

18
= 6.810 + 54,1 + 45 + 41,6

= 6.950,7 Watt

3.3.5 Total Beban Pendinginan Keseluruhan


QTotal = Q Eksternal + Q Internal
= 215,3 Watt + 6.950,7 Watt
= 7.166 Watt
Safety Factor = QTotal beban pendingin x 10%
= 7.166 Watt x 10 %
= 716 Watt
Grand Total = Safety Factor + QTotal beban pendingin
= 716+ 7.166
= 7.882 Watt
= 10,60 PK = 11 PK
Jadi berdasarkan perhitungan di atas kapasitas kompresor yang dibutuhkan adalah 11 PK.

19
BAB IV
PERHITUNGAN PERANCANGAN AIR BLAST FREEZER
4.1 COP Rancangan
Untuk mencari COP maka diperlukan data sebagai berikut:
1. Temperatur Evaporasi = -18ºC
2. Temperatur kondensasi = 40ºC
3. Jenis refrigeran = 404 A

Gambar 4. 1 Diagram p-h Rancangan Dari diagram P-h

dapat diperoleh:
h1 = 364,46 kJ/Kg
h2 = 400,58 kJ/Kg
h3 = 263,20 kJ/Kg
h4 = 263,20 kJ/Kg
Maka dengan data yang diperoleh diatas dapat diketahui nilai COP aktual rancangan
menggunakan persamaan.

20
A. Efek Refrigerasi (qe)

qe = h1- h4
= 364,46 – 263,20
= 101,26 kj/kg
B. Kerja Kompresor (qw)
qw = h2-h1

= 400,58 – 364,46

= 36,12 kj/kg

C. Pembuangan Kalor (qc)

qc = h2-h3

= 400,58 – 263,20

= 137,38 kj/kg

D. Laju Aliran Masa (m)

daya kompresor
m=
kerja kompresor
7,8
=
36,12
=0,21 kg/s

E. Kapasitas Kompresi (Qw)

Qw = m.qw
= 0,21 . 36,12
= 7,5 kW
F. Kapasitas Kondensasi (Qc)

Qc = m.qc

= 0,21 . 137,38

= 28,8 kW

G. Kapasitas Evaporasi (Qe)

Qe = m.qe

= 0,21 . 101,26

= 21,26 kW

21
H. Analisa COP (Coeficient of Performance)

qe
Cop Aktual =
qw
101,26
= 36,12

= 2,8

te
Cop Carnot =
tk−te
255,15
= 313,15−255,15

255,15
= 58

= 4,39
I. Efesiensi Refrigerasi
cop actual
ᶯ Refrigerasi = cop carnot x 100
2,8
= x 100
4,39
= 63 %

22
23
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan perancangan air blast freezer penyimpanan ikan Tenggiri
berdimensi 5 x 3 x 3 meter dengan kapasitas 3 ton ikan Tenggiri dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Beban pendinginan air blast freezer sebesar 7.166 W
2. Daya kompresor sebesar 11 PK
3. Nilai efisiensi pada perancangan sebesar 63 %

24
DAFTAR PUSTAKA
Lamudin. (2022). Daftar Tarif Listrik per kWh Terbaru 2022. Lamudi. Indonesia:
Lamudi.co.id.
Muhammad Rais Rahmat, “Perancangan Cold Storage Untuk Produk Reagen” Jurnal
Imiah Teknik Mesin, Vol. 3, No.1 Februari 2015 Universitas Islam 45 Bekasi,
http://ejournal.unismabekasi.ac.id

25

Anda mungkin juga menyukai