Anda di halaman 1dari 6

ENGUJIAN INDEKS KEPIPIHAN

DAN KELONJONGAN AGREGAT


(AG-O6)
A. Jadwal Pelaksanaan
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat

: Kamis, 30 Desember 2010


: 08.00- Selesai
: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Padang

B. Tujuan Pratikum
1. Tujuan Umum
Dapat menentukan % indeks kepipihan dan kelonjongan suatu
agregat yang dapat digunakan dalam campuran beraspal.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat memahami prosedur pelaksanaan pengujian indeks kepipihan dan
kelonjongan suatu agregat.
b. Dapat terampil menggunakan peralatan pengujian indeks kepipihan dan
kelonjongan suatu agregatdengan baik dan benar.
c. Dapat melakukan pencatatan data dan analisa yang diperoleh.
d. Dapat menyimpulkan besarnya nilai indeks kepipihan dan kelonjongan
yang diuji berdasarkan standar yang dipakai untuk perkerasan jalan.
C. Referensi
1. Materi ajar bahan bangunan II.
2. SNI 0341371996.

D. Dasar Teori
Bentuk butiran agregat adalah ukuran normal dari sebuah agregat
dimana ukuran nominal ini bergantung kepada besar ukuran agregat
dominan pada suatu gradasi tertentu. Pengujian ini bertujuan untuk
menguji keseragaman agregat pada suatu proyek, agar memperluas
perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan pada proyek.
Ada 3 macam bentuk agregat dengan pengertian sebagai berikut :
1. Butiran agregat berbentuk lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap lebar lebih
besar dari nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
2. Butiran agregat berbentuk pipih

Butiran agregat yang mempunyai rasio lebar terhadap tebal besar dari
nilai yang ditntukan dalam spesifikasi.
3. Butiran agregat berbentuk pipih dan lonjong
Butiran agregat yang mempunyai rasio panjang terhadap tebal besar dari
nilai yang ditentukan dalam spesifikasi.
Dari ketiga bentuk indeks bentuk agregat dapat dibedakan atas :
1. Butir memanjang
Dikatakan seperti ini apabila panjangnya melebihi dua sumbu pokok. Butir
ini juga dikatakan panjang apabila panjangnya lebih besar 3 kali lebarnya.

2. Butir pipih
Dikatakan pipih apabila tebalnya jauh lebih kecil dari 2 dimensi lainnya
dan biasanya tebal agregat kurang dari 1/3 tebal ukuran agrerat rata-rata
kepipihan berpengaruh buruk kepada daya tahan atau keawetan beton
aspal karena agregat ini cenderung berkedudukan pada bidang rata,
sehingga terdapat rongga udara dibawahnya.

3. Butir bulat
Dikatakan bulat apabila rasio permukaan volume kecil, agregat bulat
mempunyai rongga udara minimum 33 %. Hal ini berarti butir pipih
mempunyai rasio luas permukaan volume kecil. Butir bulat ini biasanya
berbentuk bulat penuh atau telur, termasuk jenis ini adalah kerikil, kerikil
yang berasal dari sungai atau pantai.

4. Butir bersudut
Dikatakan butir bersudut apabila permukaan agregat bersudut agak
tajam. Ikatan antara butiran bersudut ini sangat baik, sehingga

mempunyai daya lekat yang lebih baik pula dan butiran bersudut ini
mempunyai rongga berkisaran 30 40 %. Butiran bersudut biasa
diperoleh dari batu pecah.

5. Butir tidak beraturan


Dikatakan butir tidak beraturan karena benuk alaminya memang tidak
beraturan sebagian terjadi karena pengerasan dan mempunyai sisi atau
tepi yang berat. Yang termasuk jenis ini adalah kerikil sungai, kerikil darat
yang berasal dari lahar gunung berapi.

6. Butir panjang dan pipih


Dikatakan seperti ini karena jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih
besar dari semua tebalnya, sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari
tebalnya. Umumnya butiran ini berjumlah kecil dari 15 % saja, karena
akan berpengaruh terhadap daya tahan atas keawetan beton aspal.

Berdasarkan SNI 03-4137-1996 untuk agregat pipih dan lonjong maksimal


dalam penggunaannya dibatasi yaitu 20 % :
1. Jika perbandingan antara rata-rata diameter dengan diameter terpanjang
kurang dari 0,55 maka bentuk agregat tersebut lonjong.
2. Jika perbandingan antara diameter terpendek dengan rata-rata diameter
kurang dari 0,60 maka bentuk agregat termasuk pipih.
Untuk menghitung indeks kepipihan dan kelonjongan dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
Indeks kepipihan
= M3F / M2 x 100 %
Indeks kelonjongan = M3E / M2 x 100 %

Dimana : M2 = total berat sampel memiliki persentase besar dari 5 %.


M3E = total berat sampel tertahan alat pengujian kelonjongan
M3F = total berat sampel yang lolos pengujian kepipihan

E.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.

Peralatan dan Bahan


Peralatan
Saringan 20 mm, 14 mm, 10 mm dan 6,30 mm
Timbangan digital
Wadah
oven
Alat pengukur panjang pipih 1 set
Bahan
Agregat kasar

F.
1.
a.
b.
c.

Keselamatan Kerja
Manusia
Menggunakan jas saat pratikum
Pahami dengan baik prosedur lapangan
Pakailah sarung tangan pada saat pengujian.

2. Peralatan
a. Lakukan pemeriksaan pada peralatan baik sebelum maupun sesudah
pratikum.
b. Bersihkan semua peralatan setelah selesai digunakan.
3. Bahan
a. Pastikan agregat yang akan diuji sesuai dengan syarart/standar yang
ditentukan.
b. Letakkan benda uji ditempat yang aman apabila belum digunakan.

G. Prosedur Pelaksanaan data pemeriksaan dan Hitungan


1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Lalu ayak agregat yang lolos saringan 19,5 mm, 12,5 mm, 9,5 mm dan
6,3 mm.
3. Ambil agregat yang tertahan saringan masing-masing tersebut (syarat
untuk agregat dengan persentase >5 %)
4. Lalu ukur agregat dengan menggunakan alat pengukur pipih.

5.
6.
7.
8.

Timbang brat masing-masing agregat yang lolos dari pengukur pipih.


Lalu uji agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan.
Timbang berat agregat yang tertahan dengan alat uji kelonjongan.
Catat data di dalam form data kemudian lakukanlah perhitungan
kepipihan dan kelonjongan.

H. Data Pemeriksaan dan Hitungan


Dari pengujian indeks kepipihan dan kelonjongan agregat yang
dilakukan, diperoleh data sebagai berikut :
No.

Saringan

Berat tertahan

%
tertahan

20

163,83

3,27 %

14

3235,36

64,7 %

2582,02

863,40

10

1409,14

28,18 %

957,5

6,3

178,12

3,56 %

total

M1 = 4986,45

Lolos uji
kepipihan

M2 = 4644,5
M3F = 3539,54
M3E = 863,40

Indeks Kepipihan =

M3F x 100 %
M2
= 3539,54 x 100 %

4644,5
= 76,2 %
Indeks kelonjongan = M3F x 100 %
M2
= 863,4 x 100%
4644,5
= 18,58 %

Tertahan uji
kelonjongan

I. Analisa data
Pengujian kepipihan dan kelonjongan perlu dilakukan untuk
mengetahui berat persentase kepipihan agregat dan kelonjongan agregat.
Agregat yang baik digunakan dalam konstruksi adalah agregat yang
berbentuk tajam. Untuk agregat pipih dan lonjong dalam pemakaiannnya
harus di batasi.
J. Kesimpulan
Dari pengujian yang telah dilakukan terhadap agregat kasar, maka
diperoleh indeks kepipihan = 76,2 % dan kelonjongan = 18,58 %.
K.
1.
2.
3.
4.

Lampiran
Data kelompok
Skema prosedur
Gambar skema prosedur
Gambar peralatan

Anda mungkin juga menyukai