Anda di halaman 1dari 50

COVER

PENGARUH AGING TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK,


KIMIA DAN MEKANIK CUSHION GUM KARET-KARET
PADA RETREAD BAN PESAWAT TERBANG

Pelaksanaan : 7 Februari 2018 S/D 31 Maret 2018

Oleh :
Stya Adi Purnomo
NIM : 151431028
Ulfa Siti Nurjanah
NIM : 151431029

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
COVER

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PENGARUH AGING TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK


KIMIA DAN MEKANIK CUSHION GUM KARET-KARET
PADA RETREAD BAN PESAWAT TERBANG

Oleh :
Stya Adi Purnomo
NIM : 151431028
Ulfa Siti Nurjanah
NIM :151431029

Program Studi Analis Kimia


Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Bandung

Laporan praktik kerja lapangan ini telah diterima, disetujui, dan disahkan
menjadi syarat menyelesaikan mata kuliah Praktik Kerja Lapangan.
Disetujui oleh :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ade Sholeh Hidayat, M.Eng Drs. Haryadi, M.Sc, Ph.D


NIP. 19680919 199312 1 001 NIP. 19640521 199512 1 001

Ketua Jurusan Teknik Kimia,

Dr. Ir. Bintang Iwhan Moehady, M.Sc


NIP. 19551120 198403 1 002
COVER

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS LAPORAN PRAKTIK KERJA


LAPANGAN

PENGARUH AGING TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK,


KIMIA DAN MEKANIK CUSHION GUM KARET-KARET
PADA RETREAD BAN PESAWAT TERBANG

“ Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Praktik
Kerja Lapangan ini adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada
pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi dalam laporan Praktik Kerja Lapangan ini tidak/belum pernah


disajikan/digunakan sebagai bahan Laporan Kerja Praktik Lapangan lain kecuali
kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.

Kami memahami bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan yang kami kumpulkan
ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya
plagiarisme.”

Bandung, 9 April 2018

Yang menyatakan,

Stya Adi Purnomo Ulfa Siti Nurjanah


NIM : 151431028 NIM : 151431029
Mengetahui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ade Sholeh Hidayat, M.Eng Drs. Haryadi, M.Sc, Ph.D


NIP. 19680919 199312 1 001 NIP. 19640421 199512 1 001

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT iii


)
COVER

LEMBAR PERSEMBAHAN

LAPORAN PKL INI KAMI PERSEMBAHKAN KEPADA :

YANG TERCINTA, AYAH DAN IBU


YANG TAK PERNAH BERHENTI UNTUK MEMBERIKAN DUKUNGAN MORIL
MAUPUN MATERIL KEPADA KAMI, AGAR TERUS BELAJAR DAN BEKERJA
KERAS

DOA TERKASIH YANG SELALU MENEMANI DISETIAP LANGKAH KAMI

KASIH SAYANG ORANG-ORANG YANG MENDUKUNG SERTA MEMBANTU


PERJUANGAN KAMI DALAM MENGGAPAI CITA-CITA

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT iv


)
COVER

ABSTRAK
Cushion gum merupakan salah produk barang jadi karet sebagai pembentuk
sistem adhesive untuk karet-karet maupun karet-kanvas pada ban pesawat terbang.
Dari keseluruhan tahapan pembuatan cushion gum sebagai produk barang jadi
karet, salah satu tahapan pengujian tersebut adalah aging. Aging merupakan suatu
proses yang dapat mengakibatkan perubahan mekanik, fisik dan kimia pada suatu
material. Penelitian ini berusaha mengkaji efek aging dengan agen pendegradasi
berupa panas dan udara tekan pada produk jadi karet (cushion gum) dengan
variasi tackifier antara resorcinol dan rhenogran hexa 80 yaitu FRR-4 (0:0) FRR-2
(1:1) FRR-1 (1:2) dan FRR-3 (1:3).
Dari proses aging yang dilaksanakan selama tiga hari dengan suhu 70oC, beberapa
parameter seperti kekerasan, kekuatan tarik dan uji pantul, mengalami kenaikan
dibandingkan sebelum dilakukan proses aging. Sedangkan beberapa parameter
lain seperti kekuatan sobek, pemampatan serta berat jenis cenderung bervariasi.
Adanya peningkatan nilai kekuatan beberapa sifat mekanik dan fisik dibuktikan
dengan parameter uji kimia menggunakan FT-IR.
Pada hasil pengujian kimia terdapat beberapa ikatan kimia yang berubah,
diantaranya penurunan puncak di daerah 3000-2800 cm-1 untuk ikaatan C-H
(methyl maupun methylene grup) pada tiap formulasi, menghilangnya puncak
pada daerah spesifik 1566-1660 cm-1 untuk ikatan C=C terutama pada FRR-2 dan
FRR-1 serta peningkatan tajam pada puncak di daerah 710-510 cm-1 untuk ikatan
C-S. Dari keseluruhan pengujian mekanik dan fisik baik sebelum maupun sesudah
aging terdapat perubahan nilai yang berbeda-berbeda untuk tiap parameter tetapi
perubahan nilai ini secara umum masih dalam range standar dari India, Nocil
handbook dan PTM-BPPT, dengan formulasi paling ideal FRR-2.

Keywords: Aging, cushion gum, parameter fisik, parameter kimia

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT v


)
COVER

ABSTRACT
Cushion gum is one of the rubber product used as a shaper of adhesive system,
either rubber-rubber or rubber-canvas, in airplane tires application. From the
whole process of the cushion gum production as the rubber product, one of the
trials is aging that could change the mechanical, physical, and chemical properties
of the material. This research aims to investigate the effect of aging process by
heating and air pressure on rubber product (cushion gum), having the variety
formulas of tackifier between resorcinol and rhenogran hexa 80 which are FRR-4
(0:0), FRR-2(1:1), FRR-1(1:2), and FRR-3 (1:3). From the aging process for 3
days at temperature 70 oC several parameters such as hardness, tensile, tear, and
rebound had been compared with prior aging process. On the other hand
parameters namely elongation, compression, and density tent to be varied. The
increasing of several mechanical and physical characteristics had been proven
with chemical test by FT-IR. The FT-IR observation indicated several chemical
bond changing, which were a decreasing peak at 3000-2800 cm-1 area for C-H
bond, (methyl otherwise methylene grup) for each formula. In the formula for
FRR-2 (1:1) and FRR-1 (1:2) displayed the lost peak at specific area 1566-1660
cm-1 for C=C double bound, meanwhile the peak at 710-560 cm-1 for C-S bound
had drastically increased. From the whole mechanical and physical test after aging
process, all parameters indicated different value than before aging. However, the
alteration values were still within the standard or acceptable range based on India
standard (Institute of Road Transport), Nocil handbook. In addition, the PTM
BPPT with FRR-2 was the most ideal formula.

Keyword: Aging, cushion gum, physical testing, chemical testing

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT vi


)
COVER

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat-Nya,


penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik (KP) dengan judul penelitan
“Pengaruh Aging Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia dan Mekanik
Cushion Gum Karet-Karet Pada Retread Ban Pesawat Terbang” sebagai salah
satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat diploma III Program
Studi Analis Kimia Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung.
Dalam pelaksanaan KP dan penulisan laporan, penulis mendapat
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan demikian, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis.
2. Dr. Ir. Bintang Iwhan Moehady, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Bandung.
3. Dra. Endang Widiastuti, M.Si. selaku Ketua Program Studi DIII Analis
Kimia.
4. Drs. Haryadi, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing Kerja Praktik yang
telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan laporan.
5. Dr.Asep Riswoko, B.Eng., M.Eng. selaku Direktur Pusat Teknologi Material-
BPPT yang telah memberikan kesempatan melaksanakan Kerja Praktik di
Laboratorium Karet PTM-BPPT.
6. Dr. Ade Sholeh Hidayat, M.Eng. selaku pembimbing Kerja Praktik di
Laboratorium Karet yang telah memberi pengarahan selama penulis
melaksanakan Kerja Praktik.
7. Dewi Kusuma, S.T., M.Sc. dan Henny S.Si. selaku pembimbing lapangan
yang telah membimbing penulis selama melaksanakan Kerja Praktik di
Laboratorium Teknoloi Material PTM-BPPT.
8. Seluruh karyawan PTM-BPPT periode Februari-Maret 2018 khususnya
bidang penelitian karet yang telah membantu penulis dalam melaksanakan
Kerja Praktik di lapangan.
9. Seluruh Mahasiswa Kerja Praktik dan Tugas Akhir PTM-BPPT periode
Ferbruari-Maret 2018 yang telah membagi ilmu yang dimiliki, sehingga
menjadi suatu pengetahuan baru bagi penulis selama Kerja Praktik.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik dalam pelaksanaan Kerja
Praktik dan penyusunan laporan yang tidak dapat penulis sebutkan satu-
persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah dan kurang

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT vii


)
COVER

berkenan bagi pembaca. Penulis siap untuk menerima kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan kedepannya. Akhir kata, semoga Laporan Kerja
Praktik ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 9 April 2018

Penulis,

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT viii


)
COVER

DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................................v
ABTRACT ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................13
1.1 Latar Belakang .........................................................................................13
1.2 Tujuan Kerja Praktik ..................................................................................2
1.3 Manfaat Kerja Praktik ................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktik ....................................................................2
1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktik...............................................................3
1.6 Jadwal Kegiatan .........................................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM ...................................................................................4
2.1 Sejarah BPPT .............................................................................................4
2.2 Arti Logo ....................................................................................................4
2.3 Profil Pusat Teknologi Material BPPT ......................................................5
2.4 Visi dan Misi PTM-BPPT ..........................................................................5
2.5 Struktur Organisasi ....................................................................................5
2.6 Tugas Pokok dan Fungsi PTM-BPPT ........................................................6
2.7 Bidang Kajian PTM-BPPT ........................................................................6
2.8 Fasilitas Laboratorium di PTM-BPPT .......................................................6
2.9 Sistem Manajemen Mutu ...........................................................................7
BAB III HASIL PELAKSANAAN PKL.................................................................8
3.1 Formulasi Cushion Gum Karet-karet .........................................................8
3.2 Pencampuran (Mixing) ..............................................................................9
3.3 Penggilingan (Milling) .............................................................................10
3.4 Vulkanisasi ...............................................................................................10
3.5 Aging........................................................................................................11
3.6 Karakteristik Cushion Gum .....................................................................16
3.6.1 Analisa Mekanik....................................................................................... 16
3.6.2 Analisa Fisik ............................................................................................. 27
3.6.3 Analisa Kimia ........................................................................................... 30

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT ix


)
COVER

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................34


4.1 Kesimpulan ..............................................................................................34
4.2 Saran ........................................................................................................34

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT x


)
COVER

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Logo BPPT .........................................................................................4


Gambar III.1. Ilustrasi dari efek Physical Aging ............................................11
Gambar III.2. Efek Chemical Aging terhadap Material .........................................12
Gambar III 3. Ilustrasi Proses Aging......................................................................12
Gambar III.4. Reaksi Crosslink Lanjutan Sebagai Efek Dari Termooxidation
Aging...............................................................................................13
Gambar III.5. Skema Awal Pembentukan Senyawa Radikal Pada Rantai Polimer
Karet Dengan UV Aging ................................................................14
Gambar III.6. Mekanisme Reaksi Setelah Proses Pembentukan Radikal ..............15
Gambar III.7. Reaksi Ozonolysis Rantai Karet ......................................................16
Gambar III 8. Grafik Perbandingan Nilai Tensile Strength Sebelum dan Sesudah
Aging...............................................................................................17
Gambar III 9. Persen Perubahan Nilai Uji Tarik Sebelum dan Sesudah Aging .....18
Gambar III.10. Grafik Perbandingan Elongation At Break Sebelum dan Sesudah
Aging...............................................................................................18
Gambar III.11. Persen Perubahan Nilai Elongation Uji Tarik Sebelum dan
Sesudah Aging ................................................................................19
Gambar III 12. Grafik Perbandingan Tear Strength Sebelum dan Sesudah Aging
........................................................................................................20
Gambar III.13. Persen Perubahan Nilai Uji Sobek Sebelum dan Sesudah Aging..20
Gambar III 14. Grafik Perbandingan Nilai Elongation At Break Setelah dan
Sebelum Aging ...............................................................................21
Gambar III.15. Persen Perubahan Nilai Elongation Uji Sobek Sebelum dan
Sesudah Aging ................................................................................22
Gambar III 16. Grafik Perbandingan Nilai Hardness Sebelum dan Sesudah Aging
........................................................................................................23
Gambar III.17. Persen Perubahan Nilai Uji Kekerasan Sebelum dan Sesudah
Aging...............................................................................................23
Gambar III 18. Grafik Perbandingan Nilai Rebound Sebelum dan Sesudah Aging
........................................................................................................25
Gambar III.19. Persen Perubahan Nilai Uji Pantul Sebelum dan Sesudah Aging .25
Gambar III 20. Grafik Perbandingan Nilai Compression Sebelum dan Sesudah
Aging ..............................................................................................26
Gambar III 21. Persen Perubahan Nilai Uji Pemampatan) Sebelum dan Sesudah
Aging...............................................................................................27
Gambar III.22. Persen Perubahan Nilai Densitas Sebelum dan Sesudah Aging ....28
Gambar III 23. Grafik Perbandingan Nilai Densitas ..............................................28
Gambar III.24. Muculnya Gugus Methylen Grup pada Rentang 3000-2800 cm-1.30
Gambar III.25. Serapan Bilangan Gelombang Untuk Ikatan C=C dan C-H
Sebagai Methylene Bridge ..............................................................31
Gambar III 26. Serapan Bilangan Gelombang Untuk Ikatan C-S. ........................32

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT xi


COVER

DAFTAR TABEL
Tabel III.1. Jenis Agen Pendegradasi dan Efek/Tipe Aging yang Ditimbulkan ....13
Tabel III.2. Pebandingan Nilai Uji Fisik dan Mekanik Sebelum dan Sesudah
Aging dengan Standar..........................................................................29

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT xii


COVER

DAFTAR LAMPIRAN
Curicullum Vitae ................................................................................................... A
Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik .................................................................. B
Buku Catatan Harian Penelitian .............................................................................. C
Surat Izin Kerja Praktik ........................................................................................... D
Kartu Pembimbingan Kampus (Pembimbing II) .................................................... E
Struktur Organisasi PTM-BPPT ............................................................................. F
Formulasi Cushion Gum Karet-karet ...................................................................... G
Diagram Alir Penelitian pada Kerja Praktik ........................................................... H
Nilai Hasil Pengukuran ............................................................................................ I
Nilai Hasil Uji Anova............................................................................................... J
Dokumentasi ........................................................................................................... K
Nilai Hasil Akhir Kerja Praktik di Lapangan .......................................................... L
ASTM ..................................................................................................................... M

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT xiii


COVER

DAFTAR PUSTAKA
Anonim-1. 2010. Antiozonant &antioxidant.Nocil Limited. India: Arvind Mafatlal
Group
Arizal, Ridha. 2013. Bahan Kimia Penyusun Kompon. Jakarta: Balai besar
Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia
Data,R.N.,2003. A Review on Heat and Reversion Resistance Compounding.
Progress in Rubber, Plastics and Recycling Technology, Vol. 19, No. 3,
2003
Ehrenstein G.W., 2001. Aging and stabilization. In: Polymeric materials: structure,
properties, applications. München, Germany: Carl Hanser Verlag, pp. 229
Fyan,Foo Yan.2013. A Study Of The Thermal Ageing Of Carboxylated Nitrile
Rubber Latex Thin Films.[Thesis].Master of Science.Faculty Of Science:
Univerisity Tunku Abdul Rochman
Qani’ah Umu Yasin, dkk. 2015. Effect of Compounding Ingredients and Crosslink
Concentration on Blooming Rate of Natural Rubber Compounds. Faculty
of Applied Sciences, Universiti Teknologi MARA, Shah Alam, Malaysia
Haider, K.S.1980.Rubber Soul -The Investigation of Rubber by Vibrational
Spectroscopy,[Thesis]. Master of Science Program in Polymer Science of
theFreie Universit•at Berlin, Humboldt Universit•at zu Berlin,
Technische Universit•at Berlin and Universit•at Potsdam
Robert, L., Hastie, Jr. and Morris, D.H., 1993. The effects of physical aging on the
creep response of a thermoplastic composite. In: Harris, C.H. and Gates,
T.S. (eds.). High temperature and environmental effects on polymeric
composites, Volume 1. Virginia: American society for testing and
materials International, pp. 163 – 186.
Rohmah, dkk. 2017. “Perbandingan Jenis Filler terhadap Sifat Fisika Kompon
Karet untuk Cushion Gum Karet-Karet dan Karet-Canvas”. Tanggerang
Selatan: Pusat Teknologi Material-BPPT
Saputra, dkk. 2017. Pengaruh Paraffinic Oil dan Minarex Sebagai Processing Oil
terhadap Sifat Fisika Kompon Karet untuk Cushion Gum Karet-Canvas.
Tanggerang Selatan: Pusat Teknologi Material-BPPT

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT xiv


COVER

Shailendra S. Solanky and R.P. Singh.2001. Ozonolysis of Natural Rubber: A


Critical Review. Polymer Chemistry Division,National Chemical
Laboratory.India. Progress in Rubber and Plastics Technology, Vol. 17,
No. 1, 2001.
Silverstein, R.M., Webster, F.X., Kiemle, D.J. and Bryce, D.L., 2005. Spectrometric
identification of organic compounds. John wiley & sons: New York.
White, J.R. and De, S.K. 2001. Natural Rubber. In: Rubber technologist’s
handbook. Illustrated. Shawbury, Shrewsbury and Shropshire: iSmithers
Rapra Technology, pp. 1 – 39
Viktor, Tulus. 2013. Metode Pengujian Sifat Fisik Barang Jadi Karet. Jakarta:
Balai besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia
Zhou, J., Yao, Z., Chen, Y., Wei, D., Wu, Y. and Xu, T., 2013. Mechanical and
thermal properties of graphene oxide/phenolic resin composite. Polymer
Composites, 34(8), pp.1245-1249
.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT xv


COVER

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi sekarang ini, perkembangan industri di Indonesia
semakin cepat. Banyaknya industri yang bermunculan berbanding lurus dengan
banyaknya permintaan jumlah tenaga kerja professional yang dibutuhkan. Untuk
memenuhi adanya kebutuhan tenaga kerja professional tersebut, maka salah satu
usaha yang dilakukan adalah selain dengan membentuk tempat pendidikan formal
semacam universitas, institut, politeknik atau sekolah tinggi juga diadakan
semacam kerja praktik, magang, atau praktik kerja lapangan dan sebagainya.
Sebagai seorang calon lulusan ahli madya dibidang analisis kimia, yang
nantinya menjadi tenaga kerja yang terampil dibidang industri. Maka diperlukan
seorang tenaga terampil dalam proses analisis baik secara kimia, fisika maupun
biologi. Baik secara konvesional maupun menggunakan instrumentasi modern,
serta hasil dari analisis tersebut dapat dilaporkan dalam waktu yang cepat, tepat
serta dapat dipertanggungjawabkan.
Kerja Praktik (KP) merupakan mata kuliah wajib pada program studi D-III
Analis Kimia Politeknik Negeri Bandung, tujuan dari adanya proses Kerja Praktik
ini adalah sarana untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama proses perkuliahan, serta untuk memenuhi
kebutuhan industri. Hal ini dilakukan guna memberikan pengalaman dan
pengetahuan mengenai dunia kerja dan situasi serta kondisi di lapangan pekerjaan
yang sesungguhnya, sehingga lulusan D-III Analis Kimia Politeknik Negeri
Bandung menjadi lebih siap untuk bersaing.
Salah satu badan penelitian yang membutuhkan peran dari seorang analis
kimia adalah Pusat Teknologi Material-Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (PTM-BPPT). Saat ini PTM-BPPT tengah mengkaji beberapa
penelitian, diantaranya rekayasa biocompatible material, rekayasa material karet
alam, rekayasa logam tanah jarang dan rekayasa material komposit (PTM BPPT,
2017). Dimana kegiatan penelitian yang dilakukan oleh PTM-BPPT adalah
rekayasa karet alam untuk ban pesawat terbang. Pada penelitian kali ini akan
dikaji mengenai pengaruh Hexamethylenetetramine dan Resorcinol dengan
berbagai formulasi sebagai tackifier serta pengaruhnya terhadap sifat kimia serta
sifat mekanik cushion gum karet-karet setelah aging pada retread ban pesawat
terbang.
Kajian ini meliputi mekanisme reaksi Hexamethylenetetramine dan
Resorcinol sehingga mampu membuat cushion gum mempunyai daya rekat yang
kuat untuk menyatukan dua material karet-karet. Selain hal tersebut, dilakukan
pengkajian efek penambahan bahan-bahan aditif seperti accelarator, antioxidant,

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 1


)
COVER

curing, filler, coupling agent, dan rubber oil terhadap sifat kimia dan mekanik
cushion gum untuk ban pesawat terbang, kemudian dibandingan dengan sifat
fisika dan kimia produk cushion gum ban pesawat terbang yang sudah ada.
1.2 Tujuan Kerja Praktik
Kerja Praktik (KP) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti
oleh seluruh mahasiswa program studi D-III Analis Kimia Politeknik Negeri
Bandung dengan tujuan sebagai berikut:
a. Mengimplementasikan pengetahuan yang diperoleh baik teori maupun praktik
selama proses perkuliahan.
b. Memahami sistem keamanan dan keselamatan kerja (K3) serta sarana lain yang
menunjang kegiatan disuatu instansi.
c. Menerapkan ilmu pengetahuan di tempat Kerja Praktik baik di perusahaan
ataupun di badan penelitian sehingga menghasilkan lulusan yang siap bekerja,
terampil dan berwawasan pengetahuan analisis kimia secara komprehensif
d. Mampu memahami berbagai interaksi berbagai bahan aditif yang ditambahkan
pada produk barang jadi karet.
e. Mengetahui pengaruh proses aging terhadap sifat fisik, kimia dan mekanik
pada produk cushion gum.
f. Menentukan formulasi optimum dari Hexamethylenetetraamine dan resorcinol
sebagai tackifier untuk pembuatan cushion gum karet-karet pada retread ban
pesawat terbang dan pengaruhnya setelah dilakukan proses aging.

1.3 Manfaat Kerja Praktik


Melalui adanya kegiatan Kerja Praktik yang dilaksanakan di Pusat
Teknologi Material-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTM-BPPT)
manfaat yang diperoleh bagi penulis yaitu:
a. Meningkat keterampilan baik di bidang analisis kimia, fisik maupun mekanik
pada suatu material.
b. Memperoleh pengalaman kerja sebagai seorang analis kimia di laboratorium
penelitian.
c. Memperoleh pengetahuan mengenai karet alam serta potensi penggunaanya
untuk ban pesawat terbang.
d. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai tackifier sebagai salah
satu bahan aditif pada retread ban pesawat terbang.

1.4 Ruang Lingkup Kerja Praktik


Kegiatan Kerja Praktik yang dilakukan di Laboratorium Karet Pusat
Teknologi Material-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTM-BPPT)
yakni:
Pengaruh hexamethylenetetramine dan resorcinol sebagai tackifier
terhadap sifat fisika dan kimia cushion gum karet-karet setelah aging pada

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 2


)
COVER

retread ban pesawat terbang. Variasi yang digunakan adalah jumlah


perbandingan antara hexamethylenetetramine dan resorcinol dari mulai 0;0,
1;1, 1;2 dan 1;3 dengan mengkaji mekanisme reaksi yang terjadi antara
hexamethylenetetramine dan resorcinol dengan karet, serta pengaruh bahan
aditif lain yang ditambahkan terhadap sifat fisika dan kimia terhadap produk
cushion gum setelah dilakukan proses aging.

1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktik


Kerja Praktik dilaksanakan di Laboratorium Karet Pusat Teknologi
Material-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTM-BPPT) yang
berlokasi di Gedung 224 Puspiptek Kota Tangerang Selatan. Kerja praktik
dilaksanakan selama dua bulan dimulai sejak 7 Februari 2018 sampai 31 Maret
2018.

1.6 Jadwal Kegiatan


Pelaksanaan kerja praktik dalam alokasi waktu perhari yang berisi uraian
dengan jelas tahap kegiatan yang dilakukan di tempat praktik kerja tercantum
dalam BCHP (Buku Catatan Harian Penelitian). (Terlampir)

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 3


)
COVER

BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah BPPT
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) merupakan salah satu
lembaga pemerintah non-kementrian yang mempunyai alur koordinasi dengan
Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemeristekdikti). Tugas
utama dari BPPT ini adalah melaksanakn tugas pemerintah dalam melakukan
pengkajian dan penerapan dibidang teknologi.
Awal berdirinya BPPT yakni pada era Presiden Soeharto pada tanggal 28
Januari 1978 dengan diketuai oleh Prof.Dr.Ing. B.J Habibie. Berdasarkan surat
keputusan no. 76/M/1974 tanggal 5 Januari 1974, dimana Prof Dr. Ing. B.J.
Habibie ditugaskan sebagai penasehat pemerintah bidang advance teknologi dan
teknologi penerbangan yang bertanggung jawab langsung kepada presiden,
dengan membentuk suatu Divisi Teknologi dan Teknologi Penerbangan (ATTP)
Pertamina.
Dilakukan perubahan pada ATTP menjadi Divisi Advance Teknologi
Pertamina, melalui surat keputusan Dewan Komisaris Pemerintahan Pertamina
N0.04/Kpts/DR/DU/1975 tanggal 1 April 1976, yang selanjutnya diubah kembali
menjadi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia No.25 tanggal 21 Agustus 1978 dan diperbaharui dengan
Surat Keputusan Presiden No. 47 tahun 1991.

2.2 Arti Logo

hitam

Biru

Gambar II.1. Logo BPPT


Sumber : www.bppt.go.id

Secara umum logo BPPT terdiri dari dua elemen yang menyatu dan
terbentuk yang terdiri dari tiga warna (merah, biru dan hitam). Secara garis besar,
logo ini menjelaskan identitas BPPT yang dinamis, bergerak maju dengan pesat
dan menghasilkan banyak hal dalam keberadaannya. Didasari akan pengertian
ketuhanan sebagai kekuasaan tertinggi, pencipta alam semesta, sumber hikmat dan

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 4


)
COVER

pengetahuan. Kemurnian pemikiran /perenungan dalam mengkaji segala hal


dalam penerapannya, disertai dengan kearifan/kebijaksanaan untuk kepentingan
bangsa Indonesia. BPPT sesuai dengan tugas pokoknya yakni melaksanakan tugas
pemerintahan dibidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.3 Profil Pusat Teknologi Material BPPT


Badan Pengkajian dan Perapan Teknologi (BPPT) dibagi menjadi enam
kedeputian, salah satu adalah Deputi Pengembangan Teknologi yang terdiri dari
empat direktorat yaitu Lingkungan dan pemukiman hidup proses industri,
konversi dan konservasi energi, elektronika dan informatika dan direktorat sarana
fasilitas dan laboratorium.
Terdapat perubahan direktorat, berdasarkan keputusan Presiden Nomer 47
Tahun 1991 menjadi Direktorat Teknologi Energi, Direktorat Teknologi
Elektronika dan Informatika serta Direktorat Teknologi Manufakturing dan
Sertifikasi. Pada tahun 1998, Direktorat Teknologi Manufakturing dan Sertifikasi
berubah menjadi Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi material (P3TM).
P3TM kemudian ditetapkan menjadi Pusat Teknologi Material (PTM) sejak tahun
2006.
Pusat Teknologi Material (PTM) merupakan salah satu unit kerja di bawah
BPPT dengan spesialisasi pada Riset, Pengembangan, Teknik, dan Organisasi
pada bidang Teknologi Material. Berfokus pada material berfokus pada bahan bio-
compatible, bahan untuk energi, material komposit dan pengembangan dan
aplikasi nanomaterial.

2.4 Visi dan Misi PTM-BPPT


1. Visi
Pusat unggulan teknologi material yang mengutamakan kemitraan melalui
pemanfaatan hasil rekayasa teknologi secara maksimum.
2. Misi
1. Memacu perekayasaan teknologi material untuk meningkatkan daya saing
produk industri.
2. Memacu perekayasaan teknologi material untuk meningkatkan pelayanan
publik instansi pemerintah.
3. Memacu perekayasaan teknologi material untuk kemandirian bangsa.

2.5 Struktur Organisasi


Pusat Teknologi Material berada di bawah Deputi Bidang Teknologi
Informasi, Energi dan Material. (Terlampir)

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 5


)
COVER

2.6 Tugas Pokok dan Fungsi PTM-BPPT


Tugas pokok dan Fungsi dari Pusat Teknologi Material dituangkan dalam
"PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN
TEKNOLOGI NOMOR: 009 Tahun 2015 Pasal 154, 155, 156, dan 157.
Pasal 154
Pusat Teknologi Material mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan
penerapan di bidang teknologi material.
Pasal 155
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 154, Pusat
Teknologi Material menyelenggarakan fungsi:
a. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi biomaterial;
b. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi logam tanah
jarang dan material ceramic:
c. Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang material komposit;
d. Penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi material; dan
e. Pelaksanaan perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran di
lingkungan Pusat Teknologi Material.
Pasal 156
Pusat Teknologi Material terdiri dari:
a. Bagian Program dan Anggaran; dan
b. Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 157
Bagian Program dan Anggaran mempunyai tugas melakukan kegiatan
perencanaan, monitoring, evaluasi program dan anggaran.

2.7 Bidang Kajian PTM-BPPT


2.7.1 Teknologi material biocompatible berfokus pada campuran logam yang
digunakan untuk implan tulang pada manusia meliputi pengembangan
stainless steel (SUS 316L), titanium sebagai bahan dasar, Hydroxyappatite
(HA) dan Polymethyl acrylate (PMA) dari bahan alam.
2.7.2 Pengembangan pada logam tanah jarang, silikon dan material untuk baterai
berfokus pada material penyimpan energi meliputi PEMFC, SOFC, NiMH
battery, dan Li-ion battery.
2.7.3 Pengembangan dan aplikasi dari komposit dan nanomaterial berfokus pada
material ringan dan karet meliputi Cushion Gum, Pneumatic Tire dan
Rubber Air Bag.

2.8 Fasilitas Laboratorium di PTM-BPPT


1. Laboratorium Fisika
2. Laboratorium Kimia
3. Laboratorium Pengecoran

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 6


)
COVER

4. Laboratorium Perlakuan Panas


5. Laboratorium Pengolahan Material Alam
6. Laboratorium Pengembangan Material Maju
7. Laboratorium Karakterisasi Fisika
8. Laboratorium Karakterisasi Kimia
9. Laboratorium Karakterisasi Makroskopis
10. Laboratorium Karakterisasi Mikroskopis
11. Laboratorium Karakterisasi Material Alam
12. Laboratorium Karakterisasi Material Maju

2.9 Sistem Manajemen Mutu


Pusat Teknologi Material, Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi telah mendapatkan sertifikat sebagai Pusat Unggulan Iptek
dengan tema Teknologi Material Medis oleh Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia mulai berlaku 1 Januari 2018
sampai dengan 31 Desember 2020.
Serta mendapatkan Sertifikat Akreditasi SNI ISO/IEC 17025-2008
sebagai persyaratan umum untuk kompetensi laboratorium pengujian dan
laboratorium kalibrasi oleh KAN (LP-1090-IDN) yang ditetapkan pada
tanggal 22 Maret 2017 dan berlaku hingga 21 Maret 2021.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 7


)
COVER

BAB III
HASIL PELAKSANAAN PKL

3.1 Formulasi Cushion Gum Karet-karet


Dalam pembuatan Cushion Gum karet-karet menggunakan bahan utama
karet alam dan bahan kimia sebagai bahan pendukung, yang ditentukan dalam
satuan phr (per hundred rubber) . Selain itu juga dilakukan variasi penambahan
tackifier (formulasi terlampir). Dimana bahan yang digunakan yaitu:

1. Bahan Utama
Pembuatan cushion gum karet-karet menggunakan bahan utama karet alam
jenis RSS-1, karet RRS (Ribbed Smoke Sheet) adalah jenis karet yang
pembuatannya melalui proses pengasapan dan dilanjutkan dengan proses sortasi.
Pada proses sortasi tersebut, karet RSS dapat diklasifikasikan kualitasnya
berdasarkan SNI 06-0001-1987. Dengan demikian karet RRS-1 merupakan karet
RSS dengan kualitas nomor satu, ditandai dengan penampakan visual yang kering,
bersih, kekar, liat, warna yang cerah dan seragam, serta bebas dari gelembung
udara, bintik putih, jamur, bercak, karat dan bahan lainnya.

2. Homogenizer
Dalam meningkatkan efisiensi mastikasi diperlukan penambahan
homogenizer atau peptizers, terutama pada karet alam. Jenis peptizers kimia yang
digunakan yaitu aktiplast 8 yang diproduksi oleh Rhein Chemie Aditives. Peptizers
kimia ini mudah menyebar pada bahan baku karet yang sedang dimastikasi,
dengan demikian penggunaan Aktiplast 8 menghasilkan proses depolimerisasi
karet alam yang lebih efektif.

3. Bahan Penggiat (Activator)


Digunakan ZnO untuk mengaktifkan accelerator, namun ZnO memiliki
permukaan yang polar sehingga sulit menyatu dengan karet yang cenderung
bersifat nonpolar. Dengan demikian dibutuhkan suatu emulsifier yaitu asam
stearat. Sehingga sudah menjadi standar bahwa accelerator harus diaktifkan
dengan ZnO antara 3-5 phr dan Asam Stearat sebanyak 1-2 phr (Arizal, 2013).

4. Bahan Pengisi (Filler)


Jenis filler yang digunakan yaitu carbon black N220, terjadinya interaksi
antara carbon black dan karet yang dipengaruhi oleh seberapa baik carbon black
tersebar merata pada setiap bagian karet. Nilai N 220 menunjukkan jenis carbon
black yang memiliki besar partikel sekitar 2,8 mikrometer. Pemilihan carbon
black jenis ini, bedasarkan penelitian PTM-BPPT sebelumnya mengenai
Perbandingan jenis filler terhadap Sifat Fisika Kompon Karet untuk Cushion Gum
Karet-Karet dan Karet-Canvas (Rohmah, dkk, 2017). Tujuan penambahan filler
sendiri yaitu untuk memperbaiki sifat fisika kompon karet.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 8


)
COVER

5. Antidegradasi
Dibutuhkan perlindungan terhadap permukaan karet, karena dapat terjadi
keretakan yang mendalam pada permukaannya yang disebabkan oleh faktor
lingkungan seperti proses oksidasi dan serangan ozon. Hal tersebut dapat
mengurangi kualitas karet saat digunakan. TMQ (Trimethylquinolin) dan 6PPD
(Paradiphenildihidroquinolin) digunakan sebagai antidegradasi yang berupa
antioksidan dan antiozonan. Dimana kedua bahan tersebut, ketika ditambahkan
pada kompon karet akan menuju permukaan vulkanisat sehingga dapat
melindungi karet dari serangan ozon.

6. Tackifier
Dalam industri karet, Resorcinol dan Rhenogran
Hexamethylenetetraamine (HMTA) banyak digunakan sebagai formulasi untuk
perekat (Tackifier). Pada pembuatan cushion gum karet-karet kali ini,
ditambahkan Resorcinol dan Rhenogran Hexamethylenetetraamine (HMTA)
dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda. Sehingga akan didapatkan nilai
perbandingan yang optimum untuk pembuatan cushion gum karet-karet.

7. Curatives
Ditambahkan sulfur pada saat proses vulkanisasi, yang bertujuan sebagai
pembentuk ikatan silang antar molekul karet dengan karet yang lainnnya. Setelah
kompon karet mengalami vulkanisasi, maka karet tersebut akan membentuk
sebuah jaringan yang berwujud tiga dimensi pada struktur molekul karet.
Sehingga karet berubah sifat dari termoplastik menjadi stabil terhadap panas,
dengan diikuti adanya perbaikan sifat elastis (Mark etal., 2005 dalam Cifriadi
(2013)).

8. Accelerator
Salah satu bahan yang ditambahakn juga pada saat pembuatan kompon
karet adalah CBS (Cyclobenzil Dithiosulfenamide), sebagai accelerator yang
bertujuan untuk mempercepat proses vulkanisasi saat pembuatan kompon karet.

9. Processing Oil
Minyak merupakan salah satu plasticizer yang ditambahkan dalam proses
pembuatan kompon karet. Digunakan Parrafinic Oil untuk memudahkan proses
pencampuran bahan pengisi ke dalam kompon karet, penggunaan minyak jenis ini
berdasarkan hasil dari penelitian PTM-BPPT sebelumnya mengenai Pengaruh
Paraffinic oil dan Minarex Sebagai Processing Oil terhadap Sifat Fisika Kompon Karet
untuk Cushion Gum Karet-Canvas (Saputra, dkk, 2017).

3.2 Pencampuran (Mixing)


Mixing merupakan salah satu proses awal dalam pembuatan kompon karet.
Tujuan dari adanya proses mixing dalam pembuatan kompon karet ini adalah agar
karet dengan bahan aditifnya dapat bercsmpur secara merata. Dalam penelitian

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 9


)
COVER

ini dilakukan selama empat kali proses mixing. Pada proses mixing yang pertama
dimasukkan bahan bahan seperti Karet RSS-1 dan Homoginizer dengan kondisi
suhu 100oC, dengan kecepatan 32 rpm selama 5 menit. Tujuan penambahan zat
Homoginizer seperti aktiplast 8 adalah untuk membuat proses mastikasi
(pemutusan rantai karet dan penurunan viskositas karet), menjadi lebih homogen
dan mempermudah karet berinteraksi dengan bahan aditif diproses selanjutnya.
Setelah tahap mixing yang pertama dilanjutkan dengan tahap mixing yang
kedua, ditambahkan beberapa bahan aditif seperti filler dan sebagian minyak
paraffin, bertujuan agar nantinya selain sebagai solvent juga dapat membuat
dispersi/distribusi karet menjadi lebih merata ke seluruh matriks karet. Minyak
paraffin juga bertujuan sebagai peptizer/plastisizer agar karet tidak kaku dan dan
keras. Kondisi mixing sama seperti pada tahap sebelumnya.
Dilanjutkan tahap mixing yang ketiga dengan menambahkan bahan-bahan
aditif lain seperti tackifier, antioksidan atau antiozon dan sisa minyak paraffin.
Tackifier ditambahkan pada saat proses mixing ketiga dengan tujuan agar karet
memiliki daya rekat yang baik untuk aplikasi produk cushion gum. Penambahan
aditif antioksidan atau antiozon bertujuan melindungi produk karet dari proses
oksidasi oleh udara maupun serangan ozon.
Untuk mixing yang keempat dilakukan setelah proses milling dan kompon
didiamkan selama 24 jam, ditambahkan accelerator dan curative yang bertujuan
untuk mempercepat proses vulkanisir, sedangkan curative sendiri bertujuan agar
terbentuk ikat silang antar monomer karet sehingga kekuatan karet meningkat dan
sifat karet tetap lentur.

3.3 Penggilingan (Milling)


Proses penggilingan dilakukan setelah kompon karet melalui proses
mixing selama beberapa kali. Tujuan dari proses milling ini adalah untuk membuat
kompon karet menjadi lembaran-lembaran yang nantinya memudahkan dalam
pemotongan saat proses hotpress. Kondisi dari proses milling ini dengan suhu
70oC dengan 7x pengulangan.

3.4 Vulkanisasi
Dalam mencetak kompon karet menjadi beberapa speciment digunakan
alat hotpress, yang digunakan ketika sampel kompon karet sudah melalui uji
waktu kematangan. Adanya parameter-parameter seperti suhu dan tekanan sangat
berperan dalam proses pematangan karet. Untuk dapat menggunakannya terlebih
dahulu, kompon karet dipotong hingga masuk ke dalam ukuran vulcanizing mold.
Dimana terdapat dua jenis vulcanizing mold mengikuti uji yang akan dilakukan.
Kondisi operasi pada specimen Tensile Strength dan Tear Strength yakni
dengan suhu 140 oC dengan tekanan 65 bar menyesuaikan hasil pada uji waktu
kematangan Rheometer. Sedangkan untuk uji hardness, rebound

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 10


)
COVER

resilience, compression set, densitas, dan FTIR digunakan vulcanizing mold


bulat. Kondisi proses yang digunakan dalam pembuatan specimen ini adalah shu
140 oC dan tekanan 30 bar.

3.5 Aging
Aging adalah suatu suatu proses yang terjadi terhadap suatu material pada
periode waktu tertentu, yang mengakibatkan perubahan sifat fisika dan struktur
kimia pada material tersebut (Robert, Hastie and Morris, 1993). Selain itu juga,
proses aging merupakan proses yang cenderung lambat dan bersifat irreversible
(tidak dapat kembali), pada strukur molekul dan morfologi. Beberapa parameter
yang dapat diamati untuk melihat efek dari aging ini adalah kekerasan, kekuatan
sobek, perpanjangan saat putus, densitas pemampatan serta perubahan struktur
kimia pada karet tersebut (White, 2006).
Perubahan sifat pada material polimer yang diakibatkan oleh interaksi
fisika, kimia dan biologi yang mengakibatkan terpotongnya rantai makromolekul
dan perubahan struktur kimia, disebut sebagai degradasi polimer. Adanya
degradasi polimer menghasilkan perubahan sifat pada material polimer seperti
sifat mekanik, optik, dan elektrikal (Fyan, 2013). Perubahan tersebut ada dalam
keadaan yang tidak diinginkan, seperti pada saat material tersebut digunakan
ataupun diinginkan. Sebagai contoh pada saat pemutusan rantai polimer seperti
pada karet yang disengaja untuk tujuan tertentu (Pielichowski “ageing and
Njuguna 2005; Speight 2010).
Aging dibagi menjadi dua yaitu physical aging dan chemical aging.
Physical aging biasanya dilakukan dengan perlakuan panas pada material. Hal ini
biasanya membuat parameter fisika seperti density, britlleness, tensile strength
dan dimensi material mengalami perubahan. Selain itu juga, adanya physical
aging dapat menyebabkan perpindahan atau penguapan pada suatu zat, water
absorption dan swelling.

Gambar III.1. Ilustrasi dari efek Physical Aging


Sumber : (fyan,2013)

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 11


)
COVER

Sedangkan untuk chemical aging biasanya melibatkan beberapa reaksi


kimia pada material seperti pemotongan, oksidasi, dehalogenasi, hidrolisis, dan
reaksi kimia lainnya (Robert, Hastie and Morris, 1993). Untuk chemical aging
sendiri seperti adanya panas dan kehadiran oksigen, kontak dengan reagen kimia.
Selain itu juga interaksi dengan radiasi dapat mengakibatkan perubahan struktur
kimia pada polimer (Ehrenstein, 2001).

Gambar III.2. Efek Chemical Aging terhadap Material


Sumber : (Enrehstein, 2001)

Pada penelitian kali ini proses aging dilakukan dengan menggunakan


mesin aging. Proses aging sendiri merupakan proses untuk mengetahui keusangan
dari vulkanisat, karena diakibatkan interaksi dengan lingkungan. Proses aging
dilakukan selama 22 jam dengan suhu 70oC. Beberapa cara dapat dilakukan dalam
proses aging diantaranya aging dengan udara, udara bertekanan dan pengujian
menggunakan test tube.

Gambar III 3. Ilustrasi Proses Aging


Sumber : (Tulus victor, 2013)

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 12


)
COVER

Terdapat efek atau tipe aging yang ditimbulkan serta parameter yang
ditimbulkan yaitu terdapat pada Tabel III.1.
Tabel III.1. Jenis Agen Pendegradasi dan Efek/Tipe Aging yang Ditimbulkan
No Agen Pendegradasi Efek/Tipe Aging yang ditimbulkan
1. Suhu/Temperatur Thermo-Oksidasi, Perpindahan
Bahan Aditif, Crosslink, Crosslink
loss(reversion)
2. Cahaya/Sinar UV Foto-Oksidasi
3. Ionizing Radiation Radio-Oksidasi, Crosslink
4. Kelembaban Hidrolisis
5. Fluida (Gas, Cairan, Uap) Degradasi kimia, Swelling, Additive
Extraction, Pemutusan (Cracking)
6. Mikroorganisme/ Bio- Dekomposisi, Bio-Degradasi oleh
Organisme mikroba
7. Mekanikal Stress Kelelahan bahan, Creep, Stress
Relaxation, Set Abrasi, Kegagalan
perekatan
8. Interaksi Elektrik Perputusan local
Sumber : (Fyan,2013)

Temperatur menjadi agen pendegradasi pada aging yang dilakukan pada


penelitian kali ini, sehingga efek yang ditimbulkan terjadi suatu proses crosslink
lanjutan dari vulkanisat. Kompon karet ketika diberi suatu panas dan oksigen akan
mengalami peningkatan ikatan silang merupakan hasil dari oksidasi ikatan sulfida,
pembebasan sulfur aktif yang akan kembali berikatan.

Gambar III.4. Reaksi Crosslink Lanjutan Sebagai Efek Dari Termooxidation Aging
Sumber : Datta (2003)

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 13


)
COVER

Salah satu dampak aging yakni degradasi suatu polimer karet dengan agen
pendegradasi berupa sinar UV. Sinar UV menyerang ikatan rangkap pada rantai
karet dan membuat karet menjadi bersifat radikal. Adanya pembentukan radikal
ini memudahkan udara (O2) masuk dan akhirnya membentuk peroksida. Apabila
proses ini terus berlanjut, maka dapat menyebabkan berbagai kemungkinan
produk radikal baru seperti munculnya O-ring epoksida, hidroperoksida tersier,
alkoksi radikal dan alkoksi radikal tersier.

Gambar III.5. Skema Awal Pembentukan Senyawa Radikal Pada Rantai Polimer Karet Dengan
UV Aging
Sumber : Haider (1980)

Dari proses pembentukan senyawa radikal kemudian akan terjadi berbagai


macam kemungkinana rekasi dengan berbagai macam mekanisme. Salah satu
kemungkinan produk yang terbentuk apabila rantai polimer sudah berisfat radikal
adalah munculnya gugus –OH ( alkohol) pada rantai polimer. Munculnya –OH
pada rantai polimer, dapat diidentifikasi pada daerah serapan bilangan gelombang
sekitar 3500 cm-1. Kemungkinan lain yang dapat terjadi ketika rantai polimer
sudah mengandung gugus radikal, yaitu terjadi pemotongan rantai dan
membentuk senyawa keton tidak jenuh (spesifik disekitar daerah bilangan
gelombang 1700 cm-1). Proses yang terus menerus ini juga dapat memungkinan
terbentuk senyawa asam karboksilat ataupun senyawa ester.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 14


)
COVER

Gambar III.6. Mekanisme Reaksi Setelah Proses Pembentukan Radikal


Sumber : Haider (1980)

Begitupun proses degradasi suatu polimer dengan agen pendegradasi


berupa ozon hampir mirip dengan proses oksidasi karet. Rantai karet ketika
diserang oleh suatu ozon, akan membentuk semacam molozonide (ozonoid
primer), senyawa ini cenderung rentan dan mudah putus. Terputusnya rantai
molozonide akan menhasilkan dua senyawa yakni karbonil (zwitter ion) dan
aldehid. Dari dua senyawa ini kemudian dapat membentuk berbagai jenis
senyawa. Kemungkinan senyawa yang pertama adalah polimer ozonide yang
akhirnya akan membentuk senyawa alkohol. Kemungkinan lain yang dapat terjadi
adalah terbentuk polimer karet ozonide sekunder, peroksida dan
hidroperoksida.(Shailendra, 2001)

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 15


)
COVER

R’-CO2 + H2

Gambar III.7. Reaksi Ozonolysis Rantai Karet


Sumber : Shailendra (2001)

3.6 Karakteristik Cushion Gum


3.6.1 Analisa Mekanik

1. Tensile Strength (uji tarik)


Pada prinsipnya pengukuran uji tarik adalah mengukur seberapa kuat
kekuatan suatu materil apabila ditarik hingga putus. Uji kekuatan tarik dilakukan
berdasarkan ASTM D412 menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM)
Gotech Al-7000-S.Adapun langkah kerja melakukan uji kekuatan tarik adalah
sebagai berikut:
a. Timbang terlebih dahulu setiap sampel menggunakan timbangan analitik,
ukur ketebalan sampel pada tiga titik bagian tengah (thickness) dan lebar
sampel pada tiga titik bagian tengah (width) menggunakan jangka sorong, dan
ukur panjang total sampel dan Grip (jarak antar jepit bawah dan atas), tandai

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 16


)
COVER

dengan bolpoint. Masukkan setiap data tersebut pada software UTM pada
layar komputer.
b. Pasangkan sampel yang telah diukur di tempat sampel dimana bagian atas dan
bawah sampel disesuaikan dengan grip.
c. Pasangkan penjepit pada sampel tepat ditengah agar seimbang.
d. Apabila sampel telah terpasang dengan baik maka dapat ditekan tombol Start
pada alat dan tunggu sampel hingga putus.
Dari hasil pengujian sebelum dan sesudah aging nilai kekuatan tarik
mengalami perubahan. Pada kondisi sebelum aging didapatkan kondisi besarnya
nilai tensile terbesar yakni 21,7462 MPa untuk FRR-2 dan nilai terkecil sebesar
18,5472 MPa untuk FRR-1. Apabila mengacu pada Indian Standard untuk
Cushion Gum for Tyre standar kekuatan minimal dari Cushion Gum adalah 14,7
MPa maka semua speciment dari formulasi sudah memenuhi syarat.
Setelah proses aging semua speciment baik FRR-1, FRR-2, FRR-3, dan
FRR-4 mengalami kenaikan. Nilai kekuatan terbesar ada FRR 1 23,9100 MPa dan
nilai kekuatan tensile terkecil setelah aging sebesar 21,2033 MPa. Adanya
kenaikan pada saat setelah aging untuk nilai tensile disebabkan karena adanya
reaksi crosslink lanjutan pada karet karena aging sendiri dilakukan selama 3 hari
dengan suhu 70oC.
30,0000

23,9100 23,5010
25,0000 22,2433 21,6988
21,2033 21,7462
20,4890
18,5472
20,0000
Tensile (MPa)

15,0000
Sebelum Aging

10,0000 Setelah Aging

5,0000

0,0000
FRR 4 (0:0) FRR 2 (1:1) FRR 1 (1:2) FRR 3 (1:3)
Perbandingan Hexa(H) dengan Resorcinol(R) pada setiap Kompon Karet

Gambar III 8. Grafik Perbandingan Nilai Tensile Strength Sebelum dan Sesudah Aging

Ada variasi tackifier dalam pembuatan kompon karet untuk cushion gum
mengakibatkan perubahan nilai sifat fisik pada saat aging terutama pada nilai
tensile strength. Kenaikan ini cenderung bersifat fluktuatif. Kenaikan terbesar
terdapat pada FRR-1(1:2) sebesar hampir 29% sedangkan kenaikan terkecil terjadi
pada FRR-1 yakni sebesar hampir 2,3%.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 17


)
COVER

16
Nilai Perubahan (%)

14 13,80020777
12
10
8 7,18878463
6
4
3,105360666
2
0 0,609278571
FRR-4(0:0) FRR-2(1:1) FRR-1(1:2) FRR-3(1:3)

Gambar III 9. Persen Perubahan Nilai Uji Tarik Sebelum dan Sesudah Aging

Namun, adanya asumsi bahwa variasi tackifier ini berpengaruh terhadap


perubahan nilai parameter tensile strength perlu dibuktikan dengan uji ANOVA.
Dari proses perhitungan diperoleh hasil bahwa Fhitung (0.294671) ≤ Ftabel
(3.238872), maka adanya tackifier tidak berpengaruh secara signifikan pada
perubahan nilai tear strength (kuat sobek) pada saat aging
Adanya tensile juga memunculkan adanya nilai elongation at break yakni
suatu keadaan dimana material mengalami perpanjangan (mulur) sebelum putus
pada saat ditarik. Semakin kecil nilai Elongation At Break menandakan material
tersebut cenderung tidak bagus karena lebih getas. Mengacu pada standar BPPT
mengenai batasan elongation, maka semua specimen masuk ke dalam standar
yang ditentukan yakni sebesar 600% (maksimal).
30,0000

23,9100 23,5010
25,0000 22,2433 21,6988
21,2033 21,7462
20,4890
18,5472
20,0000
Elongation (%)

15,0000
Sebelum Aging

10,0000 Setelah Aging

5,0000

0,0000
FRR 4 (0:0) FRR 2 (1:1) FRR 1 (1:2) FRR 3 (1:3)
Perbandingan Hexa(H) dengan Resorcinol(R) pada setiap Kompon Karet

Gambar III.10. Grafik Perbandingan Elongation At Break Sebelum dan Sesudah Aging

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 18


)
COVER

Variasi tackifier dalam cushion gum juga mengakibatkan perubahan nilai


perpanjangan saat putus. Tanpa penambahan tackifier perubahannya nilai
elongation cenderung cukup besar yakni hampir 14%. Sedangkan dengan
penambahan tackifier nilai perubahannya cenderung dibawah 10% dengan nilai
terbesar pada FRR-1 sebesar 7% dan terkecil sebesar 0,60% pada FRR-2.

16
Nilai Perubahan (%)

14 13,80020777
12
10
8 7,18878463
6
4
3,105360666
2
0 0,609278571
FRR-4(0:0) FRR-2(1:1) FRR-1(1:2) FRR-3(1:3)

Gambar III.11. Persen Perubahan Nilai Elongation Uji Tarik Sebelum dan Sesudah Aging

Adanya nilai perubahan aging seiring dengan penambahan tackifier juga


perlu dibuktikan dengan adanya uji ANOVA. Dari hasil pengujian ANOVA,
Fhitung(3.739683) ≥ Ftabel (3.238872), maka adanya tackifier berpengaruh secara
signifikan pada perubahan nilai elongation at break (perpanjangan saat putus)
pada saat aging.

2. Tear Strength (Uji Sobek)


Uji kekuatan sobek merupakan salah satu uji fisik yang diberikan terhadap
material karet. Uji kekuatan sobek dilakukan berdasarkan ASTM D624
menggunakan alat Universal Testing Machine (UTM) Gotech Al70S00. Adapun
langkah kerja uji kekuatan sobek adalah sebagai berikut:
a. Setiap sampel terlebih dahulu ditimbang beratnya menggunakan timbangan
analitik, diukur ketebalan sampel pada tiga titik bagian tengah (thickness) dan
lebar sampel pada tiga titik bagian tengah (width) menggunakan jangka
sorong, dan diukur panjang total sampel dan Grip (jarak antar jepit bawah dan
atas) ditandai dengan bolpoint. Setiap data tersebut dimasukkan pada
software UTM pada layar komputer.
b. Pasangkan sampel yang telah diukur di tempat sampel dimana bagian atas dan
bawah sampel disesuaikan dengan grip.
c. Pasangkan penjepit pada sampel tepat ditengah agar seimbang.
d. Apabila sampel telah terpasang dengan baik maka dapat ditekan tombol Start
pada alat dan tunggu sampel hingga putus.
Hasil pengukuran tear strength baik sebelum dan sesudah aging cenderung
mengalami perubahan. Untuk nilai tear strength sebelum aging paling kecil pada

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 19


)
COVER

FRR-4 dengan nilai 79,4588 N/mm sedangkan nilai terbesar pada FRR-1 sebesar
86,0089 N/mm. Sedangkan nilai tear strength sesudah aging paling kecil pada
FRR-4 80,427 N/mm dan nilai terbesar pada FRR-1 sebesar 86,6316 N/mm.
Untuk nilai tear strength cushion gum tidak ada batasan nilai standar yang
pasti,namun dari literature penelitian sebelumnya membuat kesepakatan bahwa
nilai tear nilai ini dibawah 200 N/mm. Karena cushion gum ini nantinya akan
digunakan sebagai perekat karet-karet pada proses pembuatan ban pesawat,
makan nilai ketahanan sobek harus benar-benar nilai yang optimum agar nanti
menunjukan performa maksimum pada saat digunakan.
100
90 84,4167 86,0089 86,6316 85,1222
82,200582,6987
79,4588 80,427
Niali tear Strength(N/mm)

80
70
60
50
Rata-Rata Tear Strength
40
(Sebelum Aging)
30
20 Rata-Rata Tear Strength
(Sesudah Aging)
10
0
FRR 4(0:0) FRR2(1:1) FRR1(1:2) FRR3(1:3)

Perbandingan Hexa(H) dengan Resorcinol(R) pada setiap Kompon


Karet

Gambar III 12. Grafik Perbandingan Tear Strength Sebelum dan Sesudah Aging

Adanya penambahan tackifier dengan tanpa tackifier juga memiliki


pengaruh terhadap specimen dan dapat diamati pada grafik diatas. Untuk
specimen tanpa ada tackifier perubahan yang terjadi mencapai 6%. Sedangkan
tanpa tackifier perubahan direntang 4-5%.

7
Nilai Perubahan (%)

6 6,239585798
5,515834882
5 4,75569749
4 4,427913855
3
2
1
0

Gambar III.13. Persen Perubahan Nilai Uji Sobek Sebelum dan Sesudah Aging

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 20


)
COVER

Untuk membuktikan apakah penambahan tackifier berkontribusi pada


perubahan nilai tear strength saat aging juga dilakukan uji ANOVA. Berdasarkan
pengolahan diperoleh Fhitung(0.702102) ≤ Ftabel (3.238872), maka adanya tackifier
tidak berpengaruh secara signifikan pada perubahan nilai tear strength (kuat
sobek) pada saat aging
Sama seperti tensile strength, pada pengujian tear strength juga muncul
nilai elongation at break. Dimana nilai yang didapatkan sebelum aging pada tiap
FRR cenderung berada diatas 200%. Sedangkan nilai elongation at break setelah
aging cenderung meningkat seiring dengan penambahan tackifier, namun pada
pada FRR-3 mengalami penurunan, hal ini kemungkinan diakibatkan karena
penambahan tackifier pun memiliki perbandingan optimum, setelah melewati
masa optimum maka cenderung performa tackifier mengalami penurunan.
300

250 229,2203 230,9487


214,211 219,1618
203,6122 208,5802
Niali Elongation (%)

194,5707
200 207,0297

150
Sebelum Aging

100 Setelah Aging

50

0
FRR 4(0:0) FRR2(1:1) FRR1(1:2) FRR3(1:3)
Perbandingan Hexa(H) dengan Resorcinol(R) pada setiap Kompon Karet

Gambar III 14. Grafik Perbandingan Nilai Elongation At Break Setelah dan Sebelum Aging

Adanya penambahan tackifier pada proses pembuatan cushion gum untuk


formulasi karet-karet juga mengakibatkan perubahan nilai elogantion terutama
pada saat uji tear strength. Perubahan nilai terbesar dialami pada speciment FRR-
2. Sedangkan perubahan terkecil ada pada FRR-4.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 21


)
COVER

12
Nilai perubahan (%)

10 9,895522202
8 7,813651026
6 5,535681857
4 4,44054924

2
0
FRR-4(0:0) FRR-2(1:1) FRR-1(1:2) FRR-3(1:3)
Gambar III.15. Persen Perubahan Nilai Elongation Uji Sobek Sebelum dan Sesudah Aging

Untuk membuktikan apakah kontribusi tackifier berpengaruh signifikan


pada perubahan pada parameter elongation at break (perpanjangan saat putus)
saat proses aging dapat dibuktikan melalui uji ANOVA. Hasil uji ANOVA
membuktikan bahwa Fhitung(0.451706) ≤ Ftabel (3.238872), maka adanya tackifier
tidak berpengaruh secara signifikan pada perubahan nilai tear strength (kuat
sobek) pada saat aging.

3. Hardness (Uji Kekerasan)


Uji kekerasan pada karet dilakukan berdasarkan ASTM D2240
menggunakan alat Durometer Hardness tipe Mitutuyo Shore A. Adapun tahapan
uji kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Pasang Durometer pada operating stand.
b. Letakkan sampel pada universal stage.
c. Pada setiap pengujian, setiap sampel diambil 5 titik dengan jarak masing-
masing titik sekitar 6 mm.
d. Data diambil 1 detik setelah indentor mengenai sampel.
Berdasarkan hasil pengujian kekerasan sebelum aging meningkat seiring
bertambahnya formulasi tackifier, namun ketika ditambahkan berlebih makan
nilai kekerasan akan turun secara perlahan-lahan. Untuk nilai terbesar sebelum
aging yakni pada FRR-2 sebesar 60,30 Shore A dan nilai terkecil 58,94 Shore A.
Penambahan tackifier akan meningkatkan nilai hardness (kekerasan) suatu
material sebelum aging (Zhou et.al, 2013)
Sedangkan nilai kekerasan sesudah aging hampir semua speciment
mengalami kenaikan. Nilai terbesar setelah aging ada FRR-3 sebesar 62,37 Shore
A dan nilai terkecilnya sebesar 61,57 Shore A. Kenaikan nilai kekerasan
disebabkan karena adanya reaksi crosslink lanjutan pada speciment karet pada
saat aging.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 22


)
COVER

Menurut Amanda (2017) yang mengacu pada pada standar BPPT besaran
nilai kekerasan yaitu sebesar 60-66 Shore A, maka nilai hasil penelitian sudah
masuk standar yang dipersyaratkan.
64,00
63,00 62,33 62,37
62,07
Rata-rata Hardness(Shore A)

62,00 61,57

61,00 60,30
59,87
60,00 59,27
58,94
59,00
58,00 Sebelu
m
57,00 Aging
56,00
55,00
54,00
FRR 4 FRR 2 FRR 1 FRR 3
Perbandingan (1:1)
(0:0) Hexa(H) dengan Resorcinol(R)(1:3)
(1:2) pada setiap
Kompon Karet
Gambar III 16. Grafik Perbandingan Nilai Hardness Sebelum dan Sesudah Aging

Adanya penambahan tackifier juga berpengaruh pada perubahan nilai


hardness pada saat sebelum dan sesudah aging. Pada FRR-0 hanya didapatkan
perubahan sebesar 3.88%. Namun seiring dengan penambahan tackifier dengan
jumlah yang berbeda-beda memberikan hasil yang atau kenaikan hingga hampir
mencapai sebesar 6%.

7
Nilai perubahan (%)

6 5,813821966
5
4 3,880764904 4,120267261
3 2,929795467
2
1
0
FRR-0(0:0) FRR-2(1:1) FRR-1(1:2) FRR-3(1:3)

Gambar III.17. Persen Perubahan Nilai Uji Kekerasan Sebelum dan Sesudah Aging

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 23


)
COVER

Untuk membuktikan apakah penambahan tackifier berkontribusi secara


signifikan terhadap perubahan nilai (hardnes) kekerasan dapat dibuktikan dengan
uji ANOVA. Dilihat dari hasil uji ANOVA, Fhitung(0.90893) ≤ Ftabel (3.238872),
maka adanya variasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai (hardness)
kekerasan dengan adanya proses aging.

4. Rebound Resilince (Uji Pantul)


Rebound Resilince Test adalah suatu uji pada material untuk mengetahui
daya pantul suatu material. Suatu material dapat dikatakan mempunyai daya
sempurna apabila pantulan diibaratkan berasal dari titik A (90o) kemudian
kembali ke titik A tepat. Suatu material dikatakan memiliki nilai rebound 0 jika
material tersebut tidak memantul ke titik semula atau menempel dipermukaan. Uji
pantul dilakukan berdasarkan ASTM D2632 menggunakan alat Gibitre
Instruments Rebound Check – Resilience Tester. Adapun tahapan uji pantul adalah
sebagai berikut:
a. Letakkan sampel pada tempat sampel kemudian kencangkan dengan
mengatur mur agar sampel tidak lepas saat proses pengujian.
b. Pastikan Encoder sebesar ± 0.05 dan ± 90°C terlebih dahulu.
c. Pengujian dilakukan dengan lima kali pengukuran dimana 2 kali pengukuran
pertama merupakan conditioning dan 3 kali pengukuran berikutnya adalah
data yang diambil.
Pada uji pantul baik dari FRR-4, FRR-2, FRR-1 dan FRR-3 sebelum dan
sesudah mengalami perubahan nilai. Pada uji pantul sebelum aging nilai terbesar
ada pada FRR- 4 dengan nilai rebound sebesar 69,52% pada FRR-4, sedangkan
nilai terkecil sebesar 66,03% yakni FRR-3. Sedangkan untuk nilai rebound
sesudah aging nilai terbesar ditunjukan pada FRR-4 yakni sebesar 72,41% dan
nilai rebound terkecil ditunjukkan pada FRR-1 sebesar 69,93%. Berdasarkan hasil
diskusi dan laporan penelitian sebelumnya, nilai rebound yang disepakati untuk
produk cushion gum adalah diantara angka 60-70%, maka dapat dikatakan semua
nilai hasil pengujian telah masuk standar.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 24


)
COVER

74
72,41
72 71,33 71,51
69,52 69,93
70
68,13 68,67
Nilai Rebound

68
66,03
66 Sebelum Aging
64 Sesudah Aging

62

60
FRR 4(0:0) FRR2(1:1) FRR1(1:2) FRR3(1:3)

Perbandingan Hexa(H) dengan Resorcinol(R) pada setiap Kompon Karet

Gambar III 18. Grafik Perbandingan Nilai Rebound Sebelum dan Sesudah Aging

Adanya penambahan tackifier juga mengakibatkan perubahan pada nilai


rebound pada saat sebelum dan sesudah aging. Perubahan pada nilai rebound ini
cenderung bersifat fluktuatif. pada FRR tanpa tackifier menghasilkan perubahan
sebesar 4% nilai terkecil pada FRR-1 yakni sebesar hampir 2% dan nilai terbesar
sebesar 8,2%.

9
8 8.299257913
Nilai perubahan (%)

7
6
5 4.69690298
4 4.1570771
3
2 1.834862385
1
0
FRR-4(0:0) FRR-2(1:1) FRR-1(1:2) FRR-3(1:3)

Gambar III.19. Persen Perubahan Nilai Uji Pantul Sebelum dan Sesudah Aging

Untuk melihat apakah adanya tackifier ikut berkontribusi secara signifikan


pada perubahan parameter rebound saat proses aging dibuktikan dengan uji
ANOVA. Dari hasil uji ANOVA terlihat bahwa Fhitung(2.753113) ≤ Ftabel
(3.238872), maka adanya tackifier tidak berpengaruh secara signifikan pada
perubahan nilai rebound pada saat aging.

5. Compression Set (Uji Pemampatan)


Uji pemampatan suatu material merupakan uji untuk mengetahui suatu

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 25


)
COVER

elastistas/daya berbalik ke bentuk semula dari suatu material. Semakin besar daya
berbaliknya suatu materil maka kualitas material tersebut semakin bagus. Uji
pemampatan dilakukan berdasarkan ASTM D395 menggunakan alat Compression
Device. Adapun tahapan uji pemampatan adalah sebagai berikut:
a. Ukur terlebih dahulu ketebalan sampel pada bagian samping kanan, tengah,
dan samping kiri menggunakan jangka sorong sebagai tebal awal sampel.
b. Sampel serta spacer (dengan ketebalan 0.95cm) dan plat pemampatnya
dipasangkan pada alat pemampat.
c. Semua baut dikencangkan hingga spacer tidak dapat digerakkan.
d. Alat pemampat yang telah berisi sampel kemudian dimasukkan ke dalam
oven selama 22 jam dengan suhu 70°C.
e. Setelah 22 jam, alat pemampat dikeluarkan dari oven dan dibiarkan selama 1
jam kemudian sampel dikeluarkan dari alat pemampat.
f. Ukur ketebalan sampel pada bagian samping kanan, tengah, dan samping kiri
menggunakan jangka sorong sebagai tebal akhir sampel.
Nilai compression sebelum dan sesudah aging mengalami perubahan, bahkan
ada perubahan yang cukup drastis seperti pada FRR-4. Sesuai dengan hasil diskusi
dan dari penelitian sebelumnya besaran compression untuk cushion gum adalah ≤
25%. Dengan ini dapat dikatakan bahwa hampir semua kompon karet memenuhi
persyaratan yang diperbolehkan. Adanya FRR-4 yang melebihi standar karena
disebabkan tidak adanya tackifier sehingga ikatan karet menjadi lebih keras dan
getas.
35
32,0328

30

23,8966
25 22,6302 20,7181
Compression(%)

20 18,796 17,1156
16,0202
Sebelum Aging
15 11,9632
Sesudah Aging
10

0
FRR 4(0:0) FRR2(1:1) FRR1(1:2) FRR3(1:3)

Gambar III 20. Grafik Perbandingan Nilai Compression Sebelum dan Sesudah Aging

Adanya penambahan tackifier mengakibatkan perubahan nilai compresiion

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 26


)
COVER

pada saat sebelum dan sesudah aging. Pada FRR-0 perubahan compression
sebesar 29%. Sedangkan pada penambahan 1:1 atau FRR-2 perubahan yang
dihasilkan cukup besar yakni sebesar 36%. Dan secara keseluruhan perubahan
nilai parameter ini cenderung fluktuatif.

40
35 36.35241541
32.96033745
30 29.35303814
% Perubahan

25
20 21.04804973
15
10
5
0
FRR-4(0:0) FRR-2(1:1) FRR-1(1:2) FRR-3(1:3)
Gambar III 21. Persen Perubahan Nilai Uji Pemampatan) Sebelum dan Sesudah Aging

Untuk mengetahui apakah pengaruh tackifier berkontribusi terhadap


perubahan nilai compression(pemampatan) pada saat proses aging maka perlu
dilakukan uji ANOVA. Hasil dari uji ANOVA Fhitung(2.431316)≤ Ftabel
(3.238872), maka adanya variasi tackifier pada tiap kompon tidak berpengaruh
secara signifikan pada saat aging.

3.6.2 Analisa Fisik

1. Density (Berat Jenis)


Uji densitas merupakan uji untuk menentukan berat jenis dari suatu
material termasuk material karet. Uji pemampatan dilakukan berdasarkan ASTM
D297-15 menggunakan alat timbangan analitik GR – 200. Adapun langkah kerja
penentuan berat jenis adalah sebagai berikut:
a. Pastikan layar pada timbangan analitik menunjukan angka 0.
b. Letakkan sampel pada timbangan contoh uji di udara kemudian angka pada
layar dicatat setelah angka pada layar sudah stabil.
c. Letakkan sampel pada timbangan contoh uji di dalam air kemudian angka
pada layar dicatat setelah angka pada layar sudah stabil.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 27


)
COVER

1,122
1,1193 1,1191
1,12 1,1175
1,1185
1,118
1,1161 1,1155
Densitas (gram/cm3)

1,116
1,114
1,112
1,11 1,1092 1,1089 Densitas(Sebelum Aging)

1,108 Densitas (Sesudah Aging)


1,106
1,104
1,102
FRR 4(0:0) FRR2(1:1) FRR1(1:2) FRR3(1:3)

Perbandingan Hexa(H) dengan Resorcinol(R) pada setiap Kompon Karet

Gambar III.22. Grafik Perbandingan Nilai Densitas sebelum dan Sesudah Aging

Adanya penambahan tackifier mengakibatkan perubahan nilai densitas


pada saat sebelum dan sesudah aging. Perubahan ini cenderung mengalami
kenaikan dari FRR-0 hingga FRR-1. Kemudian berangsur-angsur turun pada
FRR-3. Untuk FRR tanpa tackifier mengasilkan perubahan sebesar 0,02% dan
nilai terbesar perubahan ada FRR-1 sebesar 0,14%.

0,16
0,14 0.143176734
Nilai perubahan(%)

0,12
0,1
0,08 Series1
0.071524363
0,06 0.053758624
0,04
0,02 0.02704652
0
FRR-4(0:0) FRR-2(1:1) FRR-1(1:2) FRR-3(1:3)

Gambar III.23. Persen Perubahan Nilai Densitas Sebelum dan Sesudah Aging

Untuk melihat apakah perubahan parameter densitas dengan variasi


tackifier signifikan atau tidak pada saat aging dapat dibuktikan dengan uji
ANOVA. Dari hasil uji ANOVA, Fhitung(2.707279) ≤ Ftabel (3.238872), maka
adanya tackifier tidak berpengaruh secara signifikan pada perubahan nilai densitas
pada saat aging. Mengacu pada standar berat jenis dari Institur of Road Transport
India nilai maksimal densitas yaitu 1,13 gram/cm3, maka nilai berat jenis kompon
karet sebelum dan sesudah masih dalam nilai yang disyaratkan.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 28


)
COVER

Dari hasil analisa uji fisik dan kimia dapat dikatakan bahwa formulasi FRR-2 (1:1) merupakan formulasi paling baik dan
sesuai dengan standar yang digunakan. Dapat dilihat pada Tabel III.2.

Tabel III.2. Perbandingan Nilai Uji Fisik dan Mekanik Sebelum dan Sesudah Aging dengan Standar
FRR-4(0:0) FRR-2(1:1)
Parameter Indian Standar Nocil Handbook PTM-BPPT After
Before Aging Before Aging After Aging
Aging
Tensile Strength min 17 MPa max 26 MPa 20 MPa (min) 20,49 21,20 21,75 22,24
Tear Strength - - 200 N/mm(max) 79,46 84,42 86,01 82,20
Hardness 45-60 Shore A 52 Shore A 60-66 shore A 59,27 61,57 60,30 62,07
Rebound - - 45-70% 69,52 72,41 68,13 71,33
Compression - - 20% (max) 32,03 22,63 18,80 11,96
Density 1.13 g/cm³ (max) - - 1,11 1,11 1,12 1,12

FRR-1(1:2) FRR-3(1:3)
Parameter Indian Standar Nocil Handbook PTM-BPPT After
Before Aging Before Aging After Agng
Aging
Tensile Strength min 17 MPa max 26 Mpa 20 MPa (min) 18,55 23,91 21,70 23,50
Tear Strength - - 200 N/mm(max) 82,70 86,63 85,12 80,43
Hardness 45-60 Shore A 52 Shore A 60-66 shore A 59,87 62,33 58,94 62,37
Rebound - - 45-70% 68,67 69,93 66,03 71,51
Compression - - 20% (max) 17,12 20,72 23,90 16,02
Density 1.13 g/cm³ (max) - - 1,12 1,12 1,12 1,12

memenuhi
Keterangan :
tidak memenuhi

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 29


)
COVER

3.6.3 Analisa Kimia

1. Analisa FT-IR
Analisa untuk mengetahui adanya gugus fungsi pada suatu senyawa dapat
menggunakan FT-IT(Fourier Transform-Infrared). Uji FT-IR dilakukan
menggunakan alat iS50 FT-IR Smart iTR. Adapun uji FT-IR adalah sebagai
berikut:
a. Sebelum meletakkan sampel, proses background terlebih dahulu klik collect
kemudian collect background pada program komputer.
b. Setelah background selesai diproses, sampel diletakkan ke sample holder.
c. Pada program komputer klik collect kemudian collect sample, beri nama
sampel dan klik OK.
d. Setelah sampel selesai diproses, hasil pengujian disimpan baik dalam bentuk
gambar maupun hasil data dalam bentuk excel yang selanjutnya diolah
menggunakan software origin.
Dalam analisa produk barang jadi karet seperti cushion gum digunakan
analisa kimia dengan menggunakan FT-IR untuk menentukan adanya beberapa
gugus fungsi seperti methylene grup yang terdeteksi pada bilangan gelombang
3000-2800 cm-1.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT


)

Gambar III.24. Muculnya Gugus Methylen Grup pada Rentang 3000-2800 cm-1

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 30


)
COVER

Adanya tiga puncak serapan pada rentang 3000-2800 cm-1 menurut


Silverstein, et.al (1976) ditafsirkan sebagai methyl grup (C-H) dan methylene grup
(CH2). Sesuai dengan spektrum sebelumnya, pada pengujian karet RSS-1
menunjukan serapan pada tiga bilangan gelombang dengan rentang yang sama
yakni 3000-2800 cm-1. Maka ketiga ikatan ini ditafsirkan sebagai ikatan C-H pada
rantai karet. Ikatan karet C-H terlihat lebih tajam pada saat sebelum proses aging
dibandingkan sesudah aging (70 oC, 72 jam).
Hal ini terjadi karena pada saat proses aging terjadi proses pemutusan
rantai ikatan C-H kemudian disubstitusi oleh adanya kehadiran sulfur, sehingga
terbentuklah ikatan C-S yang merupakan ikatan crosslink. Proses pembentukan
ikatan silang pada proses aging biasanya disebut sebagai crosslink lanjutan.
Munculnya ikatan ini pada barang produk jadi karet mengakibatkan peningkatan
nilai beberapa parameter nilai fisik seperti hardness dan rebound dengan kenaikan
yang bervariasi.
Pada serapan 1600-1500 cm-1 muncul dua ikatan dominan pada tiap FRR
sebelum dilakukan proses aging. Sesuai dengan Silverstein, et.al (2005)
disebutkan bahwa muncul ikatan C=C yang merupakan rantai siklik pada daerah
spesifik 1566 cm-1. Namun pada pengukuran kali ini ditemukan pada rentang
serapan bilang gelombang 1580-1594 cm -1. Adanya faktor vibrasi molekul
memungkinan terjadi puncak yang bergeser sehingga tidak sesuai dengan aslinya.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT


)

Gambar III.25. Serapan Bilangan Gelombang Untuk Ikatan C=C dan C-H Sebagai Methylene
Bridge

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 31


)
COVER

Karet sendiri memiliki ikatan C=C yang biasanya disebut ikatan –ena.
Ikatan rangkap ini pada saat sebelum aging terutama pada FRR-2, FRR-1, dan
FRR-3 terlihat dengan jelas. Namun pada saat setelah proses aging terjadi
perubahan yang cukup drastis terutama pada FRR-2 dan FRR-1, serta FRR-3
mengalami perubahan walaupun tidak begitu signifikan. Adanya pengurangan
intensitas puncak pada ikatan C=C diakibatkan adanya proses degradasi pada saat
proses aging (thermooxidation). Oksigen akan menyerang ikatan rangkap C=C
dan akhirnya putus. Terdegradasinya ikatan ini kemudian memunculkan ikatan
baru yakni ikatan C-S yang merupakan ikatan crosslink. Ikatan crosslink lanjutkan
inilah yang menyebabkan nilai Hardness dan Rebound dan beberapa parameter
lain mengalami kenaikan mengalami kenaikan. Dari beberapa hasil uji ANOVA
disebutkan juga bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variasi tackifier
dengan perubahan parameter uji fisik maupun mekanik terbukti dari adanya ikatan
C-H sebagai methylene bridge (1400-1500 cm-1) yang tidak begitu banyak
berubah saat sebelum dan sesudah aging pada rentang
Adanya pengurangan nilai intensitas/konsentrasi pada methylene grup
serta C=C juga berpengaruh dengan meningkatanya ikatan C-S. Ikatan C-S
merupakan ikatan crosslink dalam hal ini merupakan ikatan yang terbentuk
ketika dilakukan proses curative dengan sulfur. Adanya ikatan ini dapat diamati
pada bilangan gelombang dibawah 1000 cm-1 tepatnya direntang 710-570 cm -1.

Gambar III 26. Serapan Bilangan Gelombang Untuk Ikatan C-S.

Adanya uji Rheometer yang menyatakan bahwa kompon karet memiliki waktu
curing dengan mengamati nilai viskositas, yang menganggap bahwa croslink pada
kompon karet telah selesai pada waktu dan suhu tertentu. Namun pengujian

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 32


)
COVER

tersebut masih berupa asumsi yang akan dibuktikan dengan proses aging. Ketika
anggapan tersebut dinyatakan sesuai, maka setelah aging ikatan crosslink
cenderung putus, namun ketika asumsi tersebut kurang tepat dan reaksi croslink
ternyata belum selesai secara maksimum. Maka pada saat proses aging akan
terjadi proses crosslink lanjutan. Seperti pada grafik, saat sebelum aging ikatan C-
S cenderung datar dan landai, ini menandakan bahwa ikatan C-S yang terbentuk
belum begitu banyak. Namun setelah proses aging puncak ikatan C-S yang
terbentuk cenderung banyak dibuktikan dengan munculnya puncak yang sangat
tajam.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 33


)
COVER

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari proses Kerja Praktik di Laboratorium Material Karet Alam Pusat
Teknologi Material-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (PTM-BPPT)
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Mahasiswa menjadi lebih terampil dalam melakukan analisa fisik dan kimia
suatu material.
2. Mahasiswa memahami sistem Manajemen Laboratorium sesuai dengan ISO
17025:2005 yang berlaku di Laboratorium Material Karet Alam.
3. Mahasiswa mampu mengoperasikan beberapa mesin-mesin untuk pembuatan
kompon karet seperti Open Kneader Machine, Two Roll Milling, Hotpress,
Aging Machine, Press Hydraulic, Rubber Sample Device.
4. Mahasiswa mampu mengoperasikan beberapa instrumentasi uji fisik untuk
cushion gum seperti Hardness Tester, Tensile Strength Tester, Compression
Device, Rebound Resilince Tester, Density Tester serta melakukan
pengolahan dan interpretasi data sesuai dengan standar produk cushion gum
dari beberapa standar seperti dari India, Filipina dan perusahaan Pembuat
cushion gum.
5. Secara umum, dari hasil pengujian fisik sebelum dan sesudah untuk cushion
gum semua nilai hasil pengujian sudah sesuai dengan spesifikasi standar
cushion gum dari Filipina, India, dan produk dari Industri (Tourino Company,
Bangladesh).
6. Variasi penambahan tackifier tidak berpengaruh secara signifikan pada
perubahan sifat fisik dan mekanik pada saat aging.
7. Formulasi FRR-2 dapat dengan perbandingan penambahan tackifier 1:1 dapat
dikatakan formulasi terbaik pada aplikasi pembuatan cushion gum karet-karet.

4.2 Saran
Bagi pihak kampus sebaiknya mahasiswa mulai dikenalkan dengan adanya
riset terapan, karena pihak BPPT banyak melakukan riset yang dimana data hasil
penelitian akan digunakan oleh industri. Selain itu juga untuk pihak kampus,
utamanya program studi D-3 Analis Kimia sebaiknya memberikan pembelajaran
mengenai polimer karet alam, karena pengetahuan dan pemahaman proses
pembuatan cushion gum ini berbahan utama karet alam serta reaksinya ketika
ditambahkan beberapa bahan aditif.
Selain itu pada pelaksanaan penelitian sebaiknya jarak waktu pengukuran
dari sebelum dan sesudah aging tidak terlalu lama karena kompon karet yang
didiamkan di udara terbuka menyebabkan terjadinya blooming atau perubahan
tampilan dan warna pada permukaan kompon karet tersebut.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 34


)
COVER

Menurut Qani’ah Umu Yasin, dkk (2015) Konsentrasi croslink


dipengaruhi oleh tingkat blooming pada kompon karet, dimana semakin tinggi
tingkat blooming pada kompon karet semakin tinggi juga konsentrasi croslinknya.
Sehingga terjadi crosslink lanjutan yang cukup tinggi pada saat proses aging
karena konsentrasi croslink pada kompon yang masih baik berbeda dengan
kompon yang sudah terjadi blooming.

Laporan Kerja Praktik di Laboratorium Teknologi Material PTM-BPPT 35


)

Anda mungkin juga menyukai