Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr. Ir. Ratnawati M.Eng.Sc (……………………….)
Ditetapkan di : Serpong
Tanggal :
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia
ii
Prodi Teknik Kimia – ITI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek di
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN serta dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek ini.
Kerja praktek ini merupakan serangkaian tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1 Teknik Kimia, Institut
Teknologi Indonesia , Serpong.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dan mendukung di dalam penyusunan
laporan kerja praktek ini, terutama kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan pertolongan, kekuatan dan kelancaran dalam
pelaksanaan kerja praktek di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN.
2. Dr.Ir. Sri Handayani, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia dan koordinator
kerja praktek Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia.
3. Dr.Ir. Kudrat Sunandar, M.T selaku dosen pembimbing kerja praktek Program Studi
Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia.
4. Dr.Ir. Ratnawati, M.Eng.Sc selaku dosen pembimbing kerja praktek Program Studi
Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia.
5. Sugeng Purnomo, S.ST selaku pembimbing lapangan kerja praktek di Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif - BATAN.
6. Orang tua yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materi, juga kakak
dan adik dirumah.
7. Pak Hendro, Ibu Titik Sundari , Ibu Uki, Ibu Ayi, Ibu Aliyah, Mas Yuli, Mas Ajreh
serta semua staf ptlr dan satpam yang telah membantu pengarahan saat pertama dan
selama masa running filtration vacuum di Dekon Chemical Treatment.
8. Teman-teman mahasiswa PKL yang selalu bersama sama dalam suka dan duka pada
saat kerja praktek di PTLR – BATAN.
iii
Prodi Teknik Kimia – ITI
9. Teman-teman mahasiswa ITI angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan dan
semangat, serta menjadi tempat berbagi suka dan duka selama menjalani kerja praktek
di PTLR – BATAN.
10. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan proposal ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
iv
Prodi Teknik Kimia – ITI
ABSTRAK
v
Prodi Teknik Kimia – ITI
DAFTAR ISI
vi
Prodi Teknik Kimia – ITI
DAFTAR GAMBAR
vii
Prodi Teknik Kimia – ITI
DAFTAR TABEL
viii
Prodi Teknik Kimia – ITI
1
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang muncul dan berkembang untuk memenuhi
kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam mengelola sistem produksi dan pengolahan
limbah yang berada di sektor perindustrian. .
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah unit organisasi di bawah
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (BATAN) yang bertugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah radioaktif dalam rangka
mendukung pengembangan industri nuklir dan aplikasi IPTEK nuklir dalam berbagai
bidang pembangunan. PTLR juga merupakan pelaksana pengelolaan limbah radioaktif
dari seluruh wilayah Indonesia. Teletak di kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang,
Provinsi Banten. Dalam bidang pengolahan limbah selalu menerapkan proses-proses
kimia dan unit operasi kimia yang mana sesuai dengan materi kuliah yang di pelajari
selama perkuliahan. Dengan demikian diharapkan dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan kami dalam mempelajari teknologi pengolahan limbah industri kimia,
khususnya limbah radioaktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah menurut UU No. 32 Tahun 2009 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Sedangkan menurut KEP MENPERINDAG RI No. 231/MPP/KEP/7/1997 pada pasal
1, limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi
yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia
atau hewan. Radioaktif adalah peristiwa terurainya beberapa inti atom tertentu secara
spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti helium), partikel beta
(elektron) atau radiasi gamma (gelombang elektromagnetik gelombang pendek).
Pada pengertian gabungannya limbah radioaktif adalah bahan sisa dari suatu
kegiatan atau proses produksi yang mempunyai pancaran inti atom. Sedangkan limbah
radioaktif menurut UU No. 10 tahun 1997 adalah zat radioaktif dan bahan serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian intalansi nuklir yang tidak dapat digunakan kembali.
Limbah radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi
radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas yang diijinkan
(clearance level) yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
Definisi tersebut digunakan di dalam perundang-undangan. Pengertian limbah
radioaktif yang lain mendefinisikan sebagai zat radioaktif yang sudah tidak dapat
dan/atau bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif dan
sudah tidak dapat difungsikan / dimanfaatkan. Bahan atau peralatan tersebut terkena
atau menjadi radioaktif kemungkianan karena pengoperasian instalasi nuklir atau
instalasi yang menfaatkan radiasi pengion (Wardha, 1996).
Radioaktivitas adalah gejala perubahan keadaan inti atom secara spontan dan
disertai radiasi berupa partikel atau gelombang elektromagnetik. Perubahan tersebut
mengakibatkan transformasi dari suatu unsur ke unsur lainnya. Peristiwa perubahan
suatu unsure lainnya disebut proses disintegrasi inti atau peluruhan radioaktif, gejala
peluruhan radioaktif mutlak dipengaruhi oleh spesifikasi inti atom yang bersangkutan
dan tidak dipengaruhi, dipercepat atau diperlambat oleh kondisi diluar inti seperti
suhu, tekanan, bentuk senyawa kimia dan lain sebagainya.
Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1997 tentang Ketenaga Nukliran, tugas
pengelolaaan limbah radioaktif adalah tanggung jawab Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
(PTLR). PTLR merupakan satu-satunya institusi melaksanakan pengelolaan limbah
radioaktif di seluruh Indonesia. Dengan demikian limbah radioaktif dari seluruh
Indonesia harus dikirim ke PTLR di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknlogi (PUSPIPTEK) Serpong, Tangerang, Provinsi Banten.
Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena
zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir dan
fasilitas pemanfaatan zat radioaktif, yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah radioaktif
berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif padat, cair dan gas. Limbah
cair dibedakan menjadi Aqueous dan Organik, sedangkan limbah padat dibedakan
menjadi terkompaksi-tidak terkompaksi dan terbakar-tidak terbakar (Alfyan, 2010):
1. Limbah Radioaktif Cair
Limbah radioaktif cair biasanya dihasilkan dari proses pendinginan suatu material,
yang pada fasilitas produksi radioisotope. Dalam jumlah kecil akan mengandung
pengotor yang bersifat radioaktif sehingga bersifat aktif. Dibidang kesehatan,
limbah radioaktif cair antara lain hasil ekskresi pasien yang mendapat terapi atau
diagnostik kedokteran nuklir. Zat radioaktif yang digunakan pada umumnya
125 131 99 32
berumur paruh pendek (<100 hari) misalnya I, I, MTc, P, dll sehingga
cepat mencapai kondisi stabil. Fasilitas penelitian dibidang kesehatan juga
memberikan konstribusi limbah radioaktif cair melalui hasil ekskresi binatang
percobaan. Dengan umur paruh sangat pendek, maka penanganan limbah radioaktif
tersebut dilakukan dengan menampung sementara sebelum dilepas ke badan air.
Limbah radioaktif cair untuk jenis organik kebanyakan diproduksi oleh fasilitas
penelitian, dapat terdiri dari : minyak pompa vakum, pelumas, parutan sintilasi. Zat
radioaktif yang terkandung pada umumnya 3H dan sebagian kecil 14C , 125I dan 35S.
Dalam pengelolaan limbah cair tersebut harus diperhatikan pula aktivitas zat
radioaktif yang digunakan, terutama jika zat radioaktif yang digunakan untuk
tujuan menandaan umumnya mempunyai konsentrasi aktivitas sangat tinggi
sehingga harus dipisahkan dengan zat radioaktif yang mempunyai konsentrasi
aktivitas rendah.
2. Limbah Radioaktif Padat
Kebanyakan lmbah radioaktif padat yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan dan
laboratorium penelitian mempunyai sifat dapat terbakar, misyalnya : tissue, kertas,
kain, karton, sarung tangan, pakaian pelindung, masker, bangkai binatan dan
material biologi lain. Sedangkan limbah radioaktif tidak dapat dibakar antara lain :
barag pedah belah, serpihan logam, peralatan dekontaminasi dan limbah dari
fasilitas yang mengalami dekomisioning. Untuk limbah padat radioaktif sebagai
akibat kontaminasi dan limbah sumber radioaktif selanjutnya dikirim ke PTLR-
BATAN sebagai badan yang berwenang melakukan pengolahan limbah radioaktif.
3. Limbah Radioaktif Gas
Limbah radioaktif gas dapat dihasilkan pada aplikasi zat radioaktif terutama bidang
kesehatan. Aplikasi khusus dibidang kesehatan menggunakan zat radioaktif
berbentuk gas, misalnya : 133Xe, 81mKr, 99mTc dan pemancar pasitron berumur paruh
18 11
pendek seperti F dan C untuk investigasi terhadap ventilasi paru-paru. Limbah
radioaktif berupa hasil respirasi pasien dikendalikan dengan menempatkan pada
tempat khusus untuk membatasi dispersi radioaktif ke lingkungan. Jenis zat
radioaktif yang digunakan relatif tidak berbahaya karena berumur paruh pendek
sehingga mudah mencapai kondisi stabil.
4. Sumber Radioaktif Bekas
Sumber radioaktif yang sudah tidak digunakan lagi memerlukan pengkondisian dan
disposal yang sesuai. Sumber radioaktif bekas dibedakan menjadi:
a. Sumber dengan umur paruh ≤ 100 hari dengan aktivitas sangat tinggi.
b. Sumber dengan aktivitas rendah, misalnya untuk tujuan kalibrasi.
c. Sumber yang berpotensi memberikan bahaya kontaminasi dan kebocoran.
d. Sumber dengan umurparuh > 100 hari yang memiliki aktivitas tinggi maupun
rendah.
2. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu paruh
diantara 15 (lima belas) hingga 30 (tiga puluh) tahun dan aktivitas diantara
100 kBq (seratus Kilo Becquerel ) hingga 1 MBq (satu Mega Becquerel)
3. Limbah radioaktif selain zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan
yang memilikikonsentrasi aktivitas diantara 100 Bq /g (seratus Becquerel
per gram) hingga 1000 seribu (seribu) kali Tingkat Pengenceran untuk
pencemar beta atau konsentrasi aktvitas diantara 100 Bq/g (seratus
Becquerel per gram) hingga 400 Bq/g (empat ratus Becquerel per gram)
untuk memancarkan alfa.
2. Limbah Radioaktif Tingkat Sedang
Limbah radioaktif tingkat sedang dibagi subklasifikasi yang terdiri atas:
a. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu paruh
kurang dari 15 (lima belas) tahun dan aktifitas diatas 10 MBq (sepuluh Mega
Bequerel) hingga 100 TBq (seratus Tera Bequerel)
b. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu paruh
diantara 15 (lima belas) hingga 30 (tiga puluh) tahun dan aktivitas diantara 1
MBq (satu Mega Bequerel) hingga 1 PBq (satu Peta Bequerel) ?
c. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu paruh
lebih dari 30 tahun dan aktivitas diantara 40 MBq hingga 10 GBq
d. Limbah radioaktif selain zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang
memiliki konsentrasi aktivitas diantara 1000 (seribu) kali tingkat Klierens
hingga 100 GBq/g (seratus Giga Becquerel per gram) untuk pemancar beta dan
gamma atau konsentrasi aktivitas diantara 400 Bq/g (empat ratus Becquerel per
gram) hingga 100 GBq/g (seratus Giga Becquerel per gram) untuk pemancar
alfa.
BATAN dalam pengelolaan LTT saat ini memilih daur tertutup. Limbah BBN
bekas dan LTT dari hasi uji fabrikasi bahan bakar saat ini didsimpan di Interim
Storage for Spent Fuel Element (ISFSF) yang ada di PPTN Serpong. Kapasitas
ISFSF mampu menyimpan bahan bakar nuklir bekas (BBNB) untuk selama umur
operasi reaktor G.A. Siwabessy. LTT dan BBNB yang dihasilkan dari
pengopesasian reaktor Triga Mark II di Bandung dan reaktor Kartini di Yogyakarta
disimpan dalam kolam pendingin reaktor. Dalam pengoperasian reaktor
G.A.Siwabessy, reaktor Triga Mark II dan reaktor Kartini, BBN bekas ataupun
LTT tidak ada yang keluar dari kawasan nuklir tersebut, seluruhnya tersimpan
dengan aman di kawasan nuklir tersebut dan sebagian telah dlakukan repatriasi ke
negara asal.
BAB III
PROSES PRODUKSI
3.1 Umum
3.5.1 Evaporator
3. Indikator Lokal
Beberapa indicator local melengkapi informasi, yang memungkinkan
mengikuti bekerjany unti evaporator, indicator-indicator tersebut antara lain:
- Indikator tinggi permukaan cairan bahan-bahan kimia seperti NaOH (soda
api), HNO3 (asam nitrat) dan larutan anti buih, indicator luar memberi
alarm peringatan pada panel pengomando.
- Indikator aliran fluida FQ 22002 dan FQ 22003.
- Indikator tekanan berupa manometer atas tekanan pompa-pompa saat
bekerja.
- Indikator tekanan berupa manometer atas sirkuit service water pada
pendinginan bagian “seal” dari pompa-pompa.
- Indikator tekanan pada pengumpanan steam terhadap unit evaporator.
- Indikator tekanan berupa manometer diatas glove box, sebagai petunjuk
berfungsinya system off gas.
4. Alarm Peringatan dan Security
Alarm peringtan pada panel pengomando terdiri dari alarm yang
menyebabkan kondisi “ stand by” dari evaporator dan alarm yang tidak
menyebabkan status stand by dari evaporator.
Alarm yang menyebabkan kondisi “stand by” pada evaporator yang berasal
dari internal evaporatoe meliputi :
- Berhentinya pompa pengumpanan limbah P 22004 / P 22005.
- Debit pengumpan limbah cair mentah kecil, alarm berbunyi pada kondisi
debit 300 liter/jam. (FLA 22001).
- Debit pengumpanan steam ke evaporator rendah ( FLA 62501 ).
- Tinggi permukaan cairan dalam kolom penenangan R 22010 ( LHA 22010
melebihi batas maximum 80% ketinggian dan LLA 22010 lebih kecil dari
tinggi permukaan terebdah pada 15% ketinggian).
- Densitas konsentrat pada kolom penenangan R 22010 (DHA 22110 naik,
alarm ini berbunyi pada harga densitas 1125 kg/m3).
- Tekanan pada kolom penenangan naik (PHA 22012, alarm berbunyai pada
nilai 40 mbar).
- Tanggi permukaan cairan dalam kolom pemisah D 22001 (LHA 22012
melebihi batas tinggi permukaan maksimum 60% ketinggian dan LLA
22012 lebih kecil dari tinggi permukaan terendah pada 10% ketinggian).
- Temperatur steam pada bagian “ shell side” dari penukar panas E 22001
naik, (THA 62501 alarm berbunyi pada suhu 145oC).
- Temperatur “ non condensable gas “ yang keluar dari E 22002 naik (THA
22003, alarm berbunyi pada suhu 75oC).
- Tinggi permukaan cairan konsentrat pada R 22004,( LHA 22004 melebihi
batas tinggi permukaan maksimum, alarm berbunyi pada 95% ketinggian).
- Debit air pencuci dalam bagian atas kolom pemisah D 22001, (FLA 62201
lebih kecil dari debit terendah, alarm berbunyi pada debit 75 liter/jam).
- Tinggi permukaan cairan destilat dalam tangki R 2206 A/B saat salah satu
tangki dialiri destilat (LHA 2206 A/B melebihi batas tinggi permukaan
maksimum, alarm berbunyi pada 95% ketinggian).
Alarm yang berasl dari eksternal evaporator yang menyebabkan kondisi status
“stand by” meliputi:
- Aktivitas embunan steam dari bagian “ shell side “ penukar panas E 22001
naik (embunan steam terkontaminasi) RHA 55030 A.
5. Sinyalisasi
Lampu sinyal yang diperlihatkan pada papan penggambaran proses diatas
panel pengomando menunjukan keadaan kran yang dikomando jarak jauh
maupun kran yang dikomando secara manual dan pompa yang berhubungan
dengan proses evaporasi.
Sinyalisasi ditujukan pada panel pengomando, dilengkapi dengan lampu
sinyal dengan 2 warna yaitu :
- Nyala merah untuk kondisi alat tidak dalam pemakaian
- Nyala hijau untuk kondisi alat dalam pemakaian
dekat tombol untuk kran V 22080, lampu ini mati ketika ekstraksi telah
berakhir.
Pada bagian atas panel pengomando terdapat lampu yang mengisyaratkan
pemberi kesalahan, untuk isyarat ini dikelompokan dalam 4 kelompok dengan
rincian sebagai berikut:
- Kelompok nomer 1 : kesalahan tegangan listrik.
- Kelompok nomer 2: kesalahan atas tinggi permukaan cairan yang
digariskan.
- Kelompok nomer 3: kesalahan yang menyebabkan timbulnya keadaan
stand by dari evaporator.
- Kelompok nomer 4: kesalahan-kesalahan yang lain.
6. Organ Pengomando
Peralatan sinyalisasi digabungkan kepada organ pengomando TPL (Turn
Push Luminous), untuk setiap alat motor pengomando pompa-pompa ynag
berhubungan dengan proses evaporasi dan kran-kran yang dikomando dari
jarak jauh. Untuk penepatan dalam konfigurasi yang diinginkan dari alat
tersebut (On atau Off dari sebuah motor pompa atau prmbukaan/penutupan
kran yang dikomando jarak jauh) perlu diputar TPL sesuai posisi yang
diminta, kemudian ditekan.
Rangkaian Otomatisasi
Proses evaporasi limbah raidoaktif cair pengawasannya dilakukan secara
otomatis, pengendalian dilaksanakan di panel pengomando.
1. Rangkaian otomatis yang di hubungakn dengan starting pompa
- Informasi tinggi permukaan cairan yang menetapkan bekerjanya suatu
pompa. Sebuah pompa yang berhenti hanya diperkenankan dijalankan jika
tinggi permukaan cairan dalam penampung yang bersangkutan lebih besar
dari tinggi permukaan terendah, dan sebuah pompa yang berjalan menjadi
berhenti otomatis jika tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung
yang bersangkutan mencapai di bawah tinggi permukaan terendah.
- Perintah penempatan bekerjanya pompa melalui TPL-nya mula-mula
menimbulkan terbukanya kran elektrik atas jaringan service water yang
mengumpani bagian “seal“ dari pompa. Pompa hanya bekerja secara
efektif ketika nilai ambang dari tekanan terendah atas jaringan service
water tersebut telah terpenuhi.
- Perintah penghentian sebuah pompa menimbulkan penghentian seketika
pompa tersebut dan penutupan kran elektrik atas jaringan service water
yang bersangkutan.
2. Pelaluan otomatis ke keadaan stand by
Masing-masing kesalahan yang ditunjukan oleh alarm yang menyebabkan
kondisi stand by maka akan menimbulkan kondisi evaporator dalam keadaan
stand by, dan ini hanya berpengaruh jika TLP pengawasan unit pada posisi
otomatis/pelaluan ke keadaan stand by secara otomatis menimbulkan:
- Penghentian pompa:
1. P 22004 atau P 22005: pompa pengumpan limbah mentah yang
digunakan.
2. Pompa P22011: pompa pengumpanan larutan anti buih.
- Penutupan kran-kran:
V 22007 : kran pengumpanan limbah mentah ke evaporator
V 22079 : kran pengeluaran destilat
V 22080 : kran pengosongan konsentrat
V 22091 : kran pengumpanan larutan anti buih
V 62202 : kran pengumpanan air bebas mineral ke kolom D 22001
V 62502 : kran pengumpanan steam ke penukar panas E 22001
V 62503 : kran pengeluaran embunan steam dari E 22001
TPL pengawaas unit hanya dapat dipindahkan dari “ menu” ke “Auto” jika
kondisi berikut telah terpenuhi :
- P 22004 atau P 22005 dalam keadaan operasi
- V 22075, V 62202, V 62502, V 62503 dalam keadaan terbuka
- V 22079 atau V 22106 dalam keadaan terbuka
- V 22076, V 22080, V 22105 dalam keadaan tertutup
Rangakain ekstraksi konsentrat ototmatis memepengaruhi posisi TPL
pengawasan unit evaporasi yaitu pada keadaan :
3.5.2 Insenerasi
bahan bakar pada unit ini akan dihentikan sejenak, serta sistem proteksi
kebakaran pada unit ini akan berfungsi. Dimana seluruh katup yang menyuplai
udara akan ditutup, pompa akan dimatikan, suplai bahan bakar akan dihentikan,
serta burner 1 dan burner 2 akan mati dengan sendirinya (interlock), lalu setelah
itu akan dihembuskan gas hallon untuk menurunkan suhunya, namun jika suhu
gas belum sesuai standar yang diinginkan maka gas akan diguyur menggunakan
fire water hingga suhu gas benar-benar aman untuk diproses.
Untuk proses pada bag house gas akan dialirkan melewati filter sehingga
partikulat akan tertahan filter dan akan membentuk cake, cake yang terbentuk
dalam filter ini dapat meningkatkan efisiensi penyisihan partikulat, namum jika
cake yang terbentuk telalu banyak menyebabkan penyumbatan pada filter serta
meningkatkan tekanan pada filter, hal ini dapat menyebabkan suhu dalam filter
meningkat dan akan membuat filter koyak. Jika telah terbentuk cake yang terlalu
banyak, maka akan dilakukan peluruhan pada cake yang terbentuk dengan cara
mengoyangkan filter secara mekanik, sehingga menyebabkan cake yang
terbentuk jatuh kedalam hopper, lalu akan dimasukan dalam drum 100liter unutk
diimobilisasi dengan matriks semen. Abu yang terkumpul dimasukan ke dalam
drum 100 liter dan diimobilisasi menggunakan matrik semen lalu disimpan
digudang penyimpanan sehingga habis waktu paruhnya.
Sedangkan gas yang telah melewati filter akan diproses lebih lanjut sebelum
dibuang ke lingkungan, dimana gas telah melewati unit bag house filter akan
disaring lagi menggunakan HEPA (High Effisiency Particule Air) yang memiliki
effisiensi penyisihan terhadap partikel sebesar 99,99%. Sehingga partikel-
partikel halus yang terbawa bersama gas pada unit sebelumnya dapat tertangkap
pada filter ini dan gas yang dialirkan pada unit washing coloumn dapat bebas
dari partikel-partikel radioaktif yang terbawa bersama gas dari proses
sebelumnya.
Untuk terakhir proses insenerasi adalah washing coloumn, dimana gas yang
telah disaring dengan menggunakan HEPA filter akan dialirkan ke unit ini untuk
menetralkan pH da suhu gas sebelum dibuang ke lingkungan. Gas akan dialirkan
dari bawah unit ini,dan gas akan diguyur menggunakan air dan soda untuk
menurunkan pHnya. Dimana gas akan tertahan oleh scruber yang ada dalam unit
ini, hal ini bertujuan untuk memperlambat laju alir gas sehingga dapat
memperlama waktu kontak udara dan air ataupun soda. Gas yang telah melewati
unit ini akan mengalami penurunan suhu hingga 60oC, dimana gas yang telah
melalui unit ini akan dibuang ke lingkungan melalui cerobong. Namun sebelum
dibuang ke lingkungan gas ini akan dikontrol terlebih dahulu, jika gas yang akan
dibuang ini mengandung kandungan radionuklida di luar standar baku mutu
yang ada, maka gas ini akan diolah pada sistem off gas sebelum dibuang ke
lingkungan dan sebaliknya. Sedangkan untuk cairan bekas yang digunkan pada
unit ini akan dicek kandungannya, jika layak dibuang ke lingkungan maka
limbah akan dibuang kelingkungan dan jika tidak, limbah akan ditampung
kedalam tangki effluent aktif untuk diproses lebih lanjut.
3.5.3 Kompaksi
Limbah yang masuk pada unit kompaktor ini adalah limbah padat tak
terbakar, dimana limbah tersebut sudah dikemas dalam drum 100 liter dengan
berat kurang lebih 30 kg dan telah dikategorikan terlebih dahulu
radioaktifitasnya. Ukuran unit kompaktor ini yaitu dengan panjang 1,5 m, lebar
1,5 m dan tinggi 2m.
Sebelum limbah yang akan dikompaksi diolah, setiap drum diberi label
terlebih dahulu untuk mengetahui sumber limbah, kandungan radionuklidanya
dan untuk memudahkan dalam pengecekan pada penyimpanannya. Setelah itu
drum 200 liter akan dimasukan kedalam unit kompaktor, sebagai wadah
penampung hasil kompaksi dari drum100 liter, namun sebelumnya padadrum
200 liter akan diberi bantalan dibagian bawahnya dan diberikan koral pada
bagian bawah drum. Satu drum 200 liter dapat nemampung 3-6 drum 100 liter
yang telah dikompaksi, tergantung dari jenis limbah yang dikompaksi. Kuat
tekan unit iniadalah 600 kN atau serta dengan 62 kg. Setelah drum 200 liter terisi
penuh, maka baru akan dikeluarkan dan diletakan dibagian penyemenan.
Dimana pada bagian ini drum 200 liter akan diisi dengan koral sekitar ¾ bagian
pada dinding-dinding drum yang kosong.
Setelah itu drum 200 liter iniakan diisi dengan slurry, yaitu campuran
semen, air dan pasir sambil digetarkan dengan tujuan pemerataan. Pemberian
slurry in adalah untuk immobilisasi, agar limbah radioaktif yang ada dalam drum
200 liter dapat terkungkung. Untuk 1 drum 200 liter akan diisi dengan semen 75
kg dan pasir 100 kg. Setelah pengisian slurry maka drum 200 liter akan
ditimbang terlebih dahulu sebelum diberi label penyimpanan, total berat setelah
dilakukan sementasi yaitu sekitar 300 kg. Kemudian diukur dahulu paparan dari
drum 200 liter.
Pada unit kompaktor ini reduksi volume yang didapat yaitu sekitar 60-75%
dari total limbah yang diolah. Dalam satu siklus pengoperasian kompaksi,
kompaktor dapat mereduksi hingga menghasilkan 12 drum 200 liter yang
dilakukan dalam 1 minggu. Setelah proses selesai, maka shell drum tadi dibawa
ke ruang penyimpanan.
3.5.4 Sementasi
yang merupakan zona 4, dimana ketika proses ini berlangsung tidak boleh ada
pekerja yang berada disekitar zona ini dikarenakan berpotensi tepapar radiasi.
Limbah konsentrat yang akan di sementasi harus bersifat netral, yaitu pada
pH 7. Pada unit ini tedapat 3 buah tangki sillo yaitu acid tank, tangki soda dan
tangki reagen. Konsentrat ditakar kurang lebih 235 liter per shell beton, dimana
nanti limbah akan dicampur dengan adonan pasir, semen dan zat aditif. Zat aditif
yang digunakan adalah beton mix, untuk 1 shell beton digunakan 2 liter zat
aditif. Masing-masing dari campuranini yaitu 500 kg semen dan 400 kg pasir
yang dibagi menjadi 4 tahap per shell beton. Shell beton yang digunakan untuk
immobilisasi limbah konsentrat memiliki kapasitas 950 liter.
Proses sementasi ini terdiri dari empat buah stasiun, yaitu stasiun 0 berada
diluar hotshell, stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3 berada didalam hotshell. Pada
stasiun 0 dilakukan persiapan shell beton dan pengangkat katup shell beton.
Stasiun selanjutnya yaitu stasiun 1, pada stasiun ini penutup shell beton diangkat
secara mekanik, selanjutnya masuk ke stasiun 2 yaitu pengisisan limbah
(konsentrat atau resin) sedangkan stasiun 3 yaitu pengisian campuran yaitu pasir,
semen yang sudah diaduk terlebih dahulu di sillo, sedangkan air ditambahkan
sedikit-sedikit saat pengadukan. Pengadukan dilakukan secara stasis hingga
homogen. Setelah homogen shell beton dibawa lagi ke stasiun 1 untuk ditutup,
kemudian dibawa ke stasiun 0 yang berada diluar hotshell. Bagan penutup
atasnya akan di cor agar permukaannya rata, tetapi sebelumnya shell didiamkan
24 jam agar kering. Sebelum shell beton ditutup, diambil sampel untuk
melakukan uji tekan dan uji lindi, uji ini dilakukan setelah 30 hari.
3.5.5 Penyimpanan
BAB IV
PENGENDALIAN MUTU
Standar yang digunakan dalam penerapan SMMT PTLR antara lain adalah :
1. ISO 9001:2008/SNI9001:2012/SB001 tentang Sistem Managemen Mutu
Persyaratan,
2. ISO/IEC 17025: 2008/SNI ISO IEC 17025 :2008/ SB 77-0003-80-2007 tentang
Pendoman Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi,
3. OHSAS 18001:2007/SB 006-OHSAS 18001: 2008 tentang Pedoman Tentang
Persyaratan Sistem Managemen Persyaratan dan Kesehatan Kerja,
4. SB 0061-1 BATAN 2012 tentang Pedoman Tentang Penilaian Resiko Kesalamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) BATAN.
Proses pengawasan mutu yang dilakukan oleh unit jaminan, mutu dilakukan
berdasarkan mapping proses pengawasan mutu.
A. Manajemen
Manajemen pengolahan limbah radaioaktif memiliki tugas dalam hal pengawsan
mutu yang meliputi: rencana strategis, manajemen keuangan, manajemen sumber
daya, manajemen mutu terintergrasi.
B. Sistem
Sistem yang ada dalam proses pengawasan mutu terdiri dari: pengendalian
dokumen, audit internal, tindakan pencegahan dan perbaikan, pengendalian
ketidaksesuaian, pengendalian resiko. Dimana sistem ini yang akan memastikan
semua bekerja sesuai dengan SOP.
C. Kegiatan Utama
Kegiatan utama dalam pengawasan mutu juga berkaitan dengan departemen
penelitan dan pengembangan pengolahan limbah radioaktif yang bertujan untuk
memastikan kondisi permintaan dari pelangan hingga kepuasan pelangan. Kegiatan
utama pada unit jaminan mutu meliputi:
Menerima bahan nuklir, sumber, limbah dan bahan radioaktifnya
Pengangkutan limbah radioaktif
Menginveritarisasi limbah radioaktif
Reduksi volume limbah radioaktif
Kondisioningg limbah radioaktif
Penyimpanan sementara limbah radioaktif
Penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas dari reaktor penelitian
Dekomisioning
Pengolahan limbah B3 internal BATAN
D. Pendukung
Pendukung dalam pengawasan mutu bertujuan untuk mendukung proses
pengawasan mutu agar semua proses berjalan dengan baik. pendukung dalam
proses pengawasan mutu sendiri meliputi :
layanan pemiliharaan dan perawatan peralatan
kontrol keselamatan nuklir dan proteksi radiasi
layanan pasokan energi
kontrol keamanan, kesehatan dan keselamtan kerja
layanan administratif dan legalitas
Standart operasional prosedur ini harus dilaksanakan dalam proses pengolahan limbah
radioaktif cair. Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksaan limbah radioaktif
cair tidak dapat dilaksanakan dengan benar dan sesaui dengan peraturan yang berlaku.
SOP dalam pengolahan limbah radioaktif cair dapat dilihat sesaui gambar berikut :
Perencanaan
Penerimaan Penentuan
A
Limbah Cair limbah umpan
Persiapan
proses
Evaporasi
Plan
Penyiapan
peralatan dan
bahan
B
tidak
Transfer dan Treatment Proses
Ekstraksi
penampungan Homogenisasi Ya Limbah Cair Evaporasi
Limbah Cair
Do
Ya
tdk
Penyimpanan
Konsentrat R
22004
Tidak Tidak
Laporan hasil
Act
BAB V
SARANA PENUNJANG
Sarana penunjang merupakan sebuah bagian yang memiliki peranan penting dalam
kegiatan operasional suatu pabrik. Unit ini berperan dalam menunjang proses produksi
maupun proses lainnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang baik dalam merancang
pemenuhan kebutuhan saran penunjang tersebut. Sarana penunjang yang ada di PTLR-
BATAN terbagi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Unit penyedia air
2. Unit penyediaan listrik
3. Unit penyediaan bahan bakar.
Kebutuhan air pada pabrik ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Air sebagai umpan boiller
2. Air sebagai media pendingin
3. Air domestik.
Steam adalah media pemanas yang digunakan dalam proses produksi, yaitu pada
unit evaporator. Steam yang digunakan adalah steam saturated dengan temperature
160 oC. Untuk mengahasilkan steam ini, dibutuhkan air sebagai umpan boiller, dimana
air ini harus terbebas dari ion-ion logam yang dapat menyebabkan kesadahan yang
akan menimbulkan kerak pada boiller sehingga akan menurunkan efisiensi boiller.
Pembebasan ion-ion ini dilakukan dengan cara demineralisasi melalui tangki penukar
ion.
Boiller yang digunakan di PTLR-BATAN adalah jenis pipa api sistem 3 aliran. Api
ditimbulkan dari semprotan burner, kemudian mengalir pada lorong api utama, pipa-
pipa api selanjutnya menuju ke cerobong. Proses perpindahan panas terjadi pada
sepanjang pipa api ke air. Keunggulan boiller ini menggunakan sistem pengamanan
modern. Bila terjadi kekurangan air maka alarm akan berbunyi, apabila level air turun
melewati batas yang diijinkan maka boiler akan mati. Apabila terjadi kelebihan
tekanan maka katub pelepas tekanan akan bekerja membuang uap secara otomatis
Media pendingin yang digunakan adalah air pendingin dan air chiller.
pendinginan pada sistem evaporasi. Kemudian air pendingin yang menjadi panas
didinginkan didalam menara pendingin untuk digunakan kembali sebagai media
pendingin pada alat pendingin primer.
b. Cooling Tower :
Salah satu kegunaan chilled water di instalasi nuklir ini adalah sebagai sistem tata
udara (AHU). Sistem tata udara merupakan sistem yang sangat penting dalam
menunjang kegiatan operasional pada instalasi nuklir. Sistem tata udara yang baik
akan dapat menjaga kelembaban, tekanan udara serta suhu ruangan sesuai dengan
yang diinginkan, sehingga kenyamanan personal dan keamanan peralatanpun dapat
terjaga dengan baik. Di Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif (PTLR),
selain digunakan untuk tata udara, chilled water system juga digunakan untuk
pendingin (penukar panas) pada evaporator dan insenerator.
Air dalam suatu pabrik digunakan sebagai media transfer panas dalam proses dan
kebutuhan penunjang lainnya yang juga sangat penting. Kebutuhan air domestik suatu
pabrik terdiri atas :
a. Air untuk sanitasi
b. Air untuk keperluan laboraturium
c. Air untuk konsumsi
Semua kebutuhan air tersebut diperoleh dari unit utilitas yang mengolah air yang
bersumber dari Puspiptek.
5.1.4 Tahap Demineralisasi
Air yang telah bersih masih mengandung ion-ion tertentu yang menyebabkan
kesadahan air sehingga harus dihilangkan terutama air yang akan digunakan sebagai
umpan boiler, dimana air tersebut harus bebas dari kesadahan sehingga dapat
mencegah timbulnya kerak dan perusakan alat. Air yang didemineralisasi adalah air
untuk umpan boiler. Ion-ion yang tidak dikehendaki dalam air sungai adalaah ion
negative seperti Cl-, SO42-, dan PO4 2.
Ion- ion ini dihilangkan dengan cara pertukaran
ion.
Untuk menyerap ion positif digunakan resin yang diletakan dalam kation exchanger.
Reaksi yang terjadi adalah :
RH + Ka+ Rka + H+
Dalam reaksi ini Ka adalaah kation. Bila jenuh, resin perlu diaktifkan kembali dengan
H2SO4 2% dan 4% untuk penyempurnaan. Reaksi pengaktifan kembali adalah sebagai
berikut :
RKa + H+ RH + Ka+
Resin untuk menyerap ion negatif diletakan dalam anion exchanger. Reaksi yang
terjadi adaalah :
ROH + A+ RA + OH-
Dalam reaksi ini, A adalah anion. Pengaktifan kembali resin yang telah jenuh
menggunkan larutan NaOH 4%. Reaksi yang terjadi adalah :
RA + OH- ROH + A-
Air yang telah didemineralisasi kemudian ditampung dalam tangki air hasil
demineralisasi untuk kemudian dialirkan ke bak umpan boiler.
Tenaga listrik yang digunakan untuk fabrikasi (penggerak alat motor dan penggerak
motor alat utilitas) dan unit non fabrikasi (perbengkelan, instrumentasi, penerangan,
perkantoran dan penunjang lainnya).
Secara keseluruhan listrik ini diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebagai
cadangan apabila terjadi gangguan penyediaan listrik dari PLN maka disediakan
generator 2 unit yang berbahan bakar solar dengan kapasitas masing-masing 170 kW
sebagai pembangkit listrik dan dilakukan pengaturan dalam pendistribusiannya.
Bahan bakar yang digunakan dalam PTLR-BATAN ini adalah solar. Solar dibutuhkan
untuk :
a. Bahan bakar boiller
b. Bahan bakar generator
BAB VI
SPESIFIKASI ALAT
Air Pendingin
Service pressure : 3 bar g
Tekanan maksimum : 4 bar g
Temperatur masuk : 32oC
Temperatur keluar : 42oC
Konsumsi : 60 m3/jam
pH : 7- 9
Kandungan klorida : < 100 mg/l
Bahan tersuspensi : < 5 mg /l
Service Water
Service pressure : 9 bar g
Tekanan maksimum : 10 bar g
Kecepatan alir : 12 m3/jam
pH : 7- 9
Kandungan klorida : < 100 mg/l
Bahan tersuspensi : < 5 mg /l
Asam Nitrat
Densitas : 1,38
Soda
Densitas : 1,33
Anti buih
Kecepatan : 3 l/jam
Tenaga Listrik
380 VAC – 50 Hz
220 VAC – 50 Hz
48 VDC
3. Data Proses
Kapasitas Pengolahan 750 kg/jam
Karakteristik limbah cair yang masuk :
Kandungan larutan 5 g/l garam kering dengan :
Na2SO4 : 0,9 g/l
NaNO3 : 4 g/l
NaCl : 0,1 g/l
Kadar garam kering konsentrat : 250 g/l
Kadar garam kering destilat : <2,5.10-4 g/l
1. Karakteristik tangki-tangki
Semua tipe adalah sama kecuali R 22010 dan R 22011.Tipe tangki-tangki ini
adalah “dished-head cylindrical”. Pengosongan tangki dilakukan melalui pipa
penghisap dan pengambilan cuplikan cairan dilakukan melalui sebuah pompa
yang terletak pada titik yang lebih tinggi dari tangki.
Tangki untuk limbah cair dan tangki untuk destilat berukuran sama yaitu :
- Diameter : 3,6 m
- Tinggi : 6,7 m
- Volume : 50 m3.
Tangki untuk effluent aktif dan tangki untuk effluent doubfull masing masing
berukuran sama yaitu :
- Diameter : 2,5 m,
- Tinggi : 4,3 m
- Volume : 15 m3
- Diameter : 1,8 m
- Tinggi : 2,275 m
- Volume : 3 m3
Tangki untuk NaOH baru , tangki untuk HNO3 , tangki untuk NaOH
pengenceran masing-masing berukuran sama yaitu :
- Diameter : 1,9 m
- Tinggi : 2,8 m
- Volume : 5 m3
Tangki Transquilization :
- Diameter : 0,9 m
- Tinggi : 3,5 m
2. Karakteristik Evaporator
Kondisi desain :
Dimensi shell : 5 bg/159oC atau – 1bg/110oC
Dimensi tube : 0,5 bg/ 110oC atau -0,4 bg/110oC
Material :
Pipa : SS 316 L
Water box : SS 316 L
Tubular plate : SS 316 L
Shell : SS 304 L
Safety Class :
Pipa :4
Water box :4
Tubular Plate : 4
Shell : NC
4. Kondenser E 22002
Tipe : single pass horizontal. Fluida yang diembunkan masuk pada shell side.
Karakteristik Kondensor sebagai berikut :
Jumlah tube : 19
Diameter tube : 42,4 mm (luar)
Material
Bagian yang kontak dengan destilat : SS 316 L
Bagian yang kontak dengan cooling water : SS 304 L
Safety class
Pipa tubular plate :4
Water box : NC
Gas tidak mengembun (non kondensable gas) yang dikumpulkan
pada bagian luar kondser dikirim ke system off gas.
5. Cooler E 22003
Tipe : U- tube horizontal. Air pendingin masuk ke shell side
Karakteristik
Jumlah “ pin” tube : 20
Diameter “ pin” : 19,05 mm (luar)
Panjang “pin” : 2400 mm (panjang lurus)
Panjang total : 3,3 m
Diameter shell : 323,9 mm
Material
Shell : SS 304 L
Pins : SS 316 L
Kondisi desain
Shell side : 4 bar g/50oC
Pin side : 0,5 bg/110oC atau – 0,4 bg /110oC
Safety class
Shell : NC
Pins :4
Karakteristik
Panjang total : 2,05 m
Diameter cuvelage : 323,9 mm
Kalibrasi : 440 mm w.g
Material : SS 316 L
Kondisi desain : 0,5 bg/110oC atau – 0,4 bg /110oC
7. Karakteristik Pompa
8. Karakteristik Perlengkapan
Karakteristik Perlengkapan dalam unit evaporasi yaitu:
9. Agitator (pengaduk)
Item : A 22012
Type : Tank edge
Power : 0,5 kW
6.2 Insenerator
Unit insenerator ini mengolah limbah cair organik dan limbah padat terbakar dari
limbah radioaktif. Jenis insenerator yang digunakan untuk limbah radioaktif ini adalah
multi purpose, dimana digunakan jenis ini karena fungsinya yang dapat membakar dua
jenis limbah yaitu, padat terbakar dan cair organik. Dimana temeperatur yang
digunakan dalam proses insenerasi ini adalah 850 – 1100oC. Pembakaran untuk unit
ini terdiri dari tiga bagian , yaitu furnest, bag house filter dan washing column.
Kapastitas dari setiap unit dapat dilihat pada tabel berikut :
No Unit Kapasitas
1 Furnets 3 m3
2 Bag house filter 3 m3
3 Washing column 3 m3
6.3 Kompaktor
Unit kompaktor ini berfungsi untuk mengolah limbah padat aktivitas rendah dan
sedang yang tak terbakar dalam bentuk kompaksi atau mereduksi volume. Unit
kompaktor ini bekerja dengan gaya 600 kN atau sekitar 60 ton. Hasil dari proses
kompaksi ini dikapsulasi di dalam matriks semen menggunakan drum 100 L. Kapasitas
optimum proses unit kompaktor ini perminggu adalah 14 drum ukuran 100 L yang
terkompaksi di dalam dua buah drum 200 L. Dimensi dari kompaktor ini dapat dilihat
pada tabel berikut :
6.4 Sementasi
Unit sementasi mengolah limbah konsentrat evaporasi, limbah semi cair (resin bekas)
serta limbah padat nuklir dengan menggunkan matriks semen di dalam wadah shell
beton. Shell beton yang digunakan biasanya berukuran 950 dan 350 liter. Shell beton
dengan ukuran 950 liter digunakan sebagai wadah sementasi untuk limbah konsentrat
atau limbah semi cair, sedang untuk shell beton ukuran 350 L digunakan sebagai
wadah limbah padat seperti kolimator.
Terdapat empat stasiun pada unit sementasi, yaitu :
1. Stasiun Nol
Untuk meletakan shell beton pada hot plate, serta penambahan beton mix secara
manual.
2. Stasiun Satu
Pada stasiun ini dilakukan proses pengangkatan tutup shell beton.
3. Stasiun Dua
Pada stasiun ini dilakukan pengisian limbah yang akan disementasi ke dalam shell
beton.
4. Stasiun Tiga
Pada stasiun ini dilakukan penambahan material (pasir, semen, serta zat aditif) secara
bertahap, serta pengadukan terhadap limbah yang diolah dengan campuaran material.
Unit sementasi tersusun dari bebarapa unit lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:
No Unit Jumlah Kapasitas
1 Tangki Cement Silo 1 5 m3
2 Tangki Adictive Silo 1 5 m3
3 Tangki Sand Silo 1 5 m3
4 Tangki Konsentrat 1 3,8 m3
5 Tangki Pengumpul Resin 1 7 m3
6 Tangki Asam 1 0,304 m3
7 Tangki Soda 1 0,304 m3
8 Tangki Penampung Reagen 1 0,304 m3
9 Aggregates Mixer 1 300 kg
10 Troli dengan Rotation Direction 1 1 shell beton
11 Concentrate Porpotioning Pot 1 0,315 m3
12 Resin Porpotioning Pot 1 0,430 m3
13 Tangki Perendan Shell Beton 1 3 m3
BAB VII
MANAJEMEN INSTANSI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah salah satu unit kerja
dilingkungan Deputi Bidang Tenaga Energi Nuklir-BATAN yang mempunyai tugas
melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah radioaktif
sesuai dengan Perka BATAN No.14 tahun 2013. PTLR berlokasi di BATAN Kawasan
Puspiptek Serpong (Sekarang Setu), Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Dengan luas bagunan keseluruhan 4.440 m2 .
dipertegas dengan Peraturan Presiden No.46 tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir
Nasional.
7.2 Lokasi PTLR BATAN
Dengan memperhatikan posisi PTLR dalam organisasi BATAN, tugas pokok dan
fungsi yang diemban serta berbagai arahan pimpinan yang diberikan, dengan
memperhatikan kondisi internal dan eksternal yang ada, maka disusunalah rumusan
Visi dan Misi PTLR sebagai berikut :
1. Visi PTLR
Visi Pusat Teknologi Radioaktif pada periode 2015-2019 ialah : “ Menjadi Sentra
Pengembangan Teknologi dan Pelayanan Penggelolaan Limbah Radiokaktif “.
2. Misi PTLR
Untuk mencapai visi PTLR tersebut di atas maka diperlukan upaya-upaya yang
terrangkum dalam misi PTLR sebagai berikut :
Organisasi PTLR dipimpin oleh Pejabat Eselon II sebagai Kepala Pusat dan terdiri
dari satu bagian dan empat bidang yang dipimpin Pejabat Eselon III. Selain iu,
terdapat dua unit setingkat Eselon IV yang bertanggungjawab langsung kepada
Kepala Pusat. Adapun bagian-bagan dan bidang yang ada pada PTLR ini adalah :
1. Bagian Tata Usaha (BTU)
2. Bidang Pengelolaan Limbah (BPL)
3. Bidang Teknologi dan Pengolahan dan Penyimpanan Limbah (BTPPL)
4. Bidang Pengembangan Fasilitas Limbah (BPFL)
5. Bidang Keselamatan Kerja dan Operasi (BK2O)
Lampiran 1.
BAB I
PENDAHULUAN
3. Studi Pustaka
Membaca beberapa referensi atau literatur, dari website, perpustakaan, guna
memperdalam penguasaan materi di dalam menyelesaiakn suatu masalah
BAB II
LANDASAN TEORI
k1 (1 ) S 0
3
p3
k1 = tetapan (4.17 untuk partikel sembarang dengan ukuran dan bentuk tertentu)
= porositas padatan saring
S0 = luas permukaan spesifik partikel padatan (m2/m3)
p = rapat massa partikel padatan (kg/m3)
Porositas unggun padatan dipengaruhi oleh tekanan (-P). Dengan membuat percobaan pada
berbagai tekanan, hubungan dengan tekananan dapat diperoleh. Bila tidak dipengaruhi
tekanan, padatan saring dikatakan tak termampatkan atau incompressible.
Hubungan dan tekanan, secara dirumuskan:
0 (p) s
0 dan adalah tetapan-tetapan empiris yang melukiskan ketermampatkan cake. Harga s
biasanya berkisar 0,1 – 0,8. Harga s = 1 untuk cake yang tak termampatkan.
BAB III
PENYARING VAKUM DI PTLR BATAN
Penyaring vakum yang terdapat di PTLR BATAN berfungsi sebagai proses pretreatment
untuk mengurangi kadar air dalam endapan dari hasil proses pengendapan limbah kimia
radioaktif cair (LKRC) untuk treatment selanjutnya. Terdapat satu buah penyaring vakum
yang digunakan di chemical treatment.
Sugeng et al, 2016 telah merancang tangki filtrasi vakum berbentuk silinder dua tingkat
dengan bagian dasar konis dilengkapi pipa drain dan valve. Kedua tangki dihubungkan dengan
pipa dan valve pada bagian dinding. Tangki bawah dihubungkan dengan pompa vakum.
Corong filter ditempatkan pada rak di atas tangki dan dihubungkan menggunakan selang
dengan tangki atas. . Dibawah gambar rancangan penyaring vakum di PTLR – BATAN :
Tt = 5 cm
pS = 9 cm
Tk
Dkt = 14 cm
Gambar 3.2 Medium Penyaring.
dimana,
Dc : Diameter Corong
Tt : Tinggi tabung
Tk : Tinggi Kerucut
pS : Panjang Selimut kerucut
Dkt : Diameter Kerucut Terpancung
1.2. Prinsip Kerja Penyaring Vakum
Salah satu peralatan filtrasi batch yang penting adalah media penyaring (kertas saring)
dan pompa vakum. Penyaring vakum bergantung pada luas filter dan tekanan vakum yang
digunakan. Umpan sludge dimasukkan ke dalam corong yang telah dilapisi media penyaring.
Ujung corong dihubungkan dengan pipa tangki yang telah divakum menggunakan slang. Pada
kondisi operasi vakum, filtrat yang lolos melewati media filter akan masuk ke dalam tanggi
penampung dan padatan tertahan pada media filter. Satu siklus proses filtrasi sudah selesai,
apabila tekanan vakum telah turun dari – 30 cmHg hingga – 20 cmHg.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari penyaringan endapan sebanyak 3 drum yang ada di Chemical treatment PTLR
BATAN, penyaringan dilakukan sebanyak tujuh batch dengan menggunakan tiga buah corong.
Sebagai contoh perhitungan digunakan data hasil pengukuran dari batch ke lima, sebagai
berikut :
Luas total medium filter = LP selimut kerucut terpancung + LP selimut Tabung tanpa
tutup dan alas
= ∏S(r2+r1) + 2∏rTt
= ((22/7) x 9 x (15+7)) + (2 x (22/7) x 15 x 5)
= 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 95 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4204,8 g
Bobot sludge corong 2 = 4198.3 g
Bobot sludge corong 3 = 4198,3 g
Vt (m3) Bobot t/V
Bobot
No. Siklus time (s) ∆t Larutan ∆V
(X) larutan (Y)
total
1 1 148.15 148.15 0.00081 834.30 834.30 810.00 182901.23
2 2 267.9 119.75 0.00120 402.00 1236.30 392.00 222878.54
3 3 379.03 111.13 0.00149 290.80 1527.10 288.00 254382.55
4 4 491.81 112.78 0.00174 249.00 1776.10 248.00 282974.68
5 5 602.22 110.41 0.00196 221.30 1997.40 220.00 307568.95
6 6 717.1 114.88 0.00215 195.90 2193.30 190.00 333845.44
7 7 826 108.9 0.00232 173.50 2366.80 170.00 356341.67
8 8 931.85 105.85 0.00248 160.93 2527.73 159.00 376201.05
9 9 1028.65 96.8 0.00262 139.04 2666.77 138.00 393365.20
10 10 1128.27 99.62 0.00275 133.13 2799.90 130.00 411027.32
11 11 1229.3 101.03 0.00287 127.85 2927.75 125.00 428327.53
12 12 1323.05 93.75 0.00299 116.98 3044.73 115.00 443232.83
13 13 1426.87 103.82 0.00311 121.70 3166.43 120.00 459539.45
14 14 1524.52 97.65 0.00322 112.60 3279.03 110.00 474189.74
15 15 1623.24 98.72 0.00332 109.25 3388.28 108.00 488486.31
16 16 1720.65 97.41 0.00342 104.70 3492.98 100.00 502673.09
17 17 1821.96 101.31 0.00352 98.57 3591.55 95.00 517896.53
18 18 1920.53 98.57 0.00362 102.59 3694.14 100.00 530826.42
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
= 5,7598 kg
5,644 m3
kg
= 1,02052 m3
Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :
800000.00
Grafik t/v Vs V
700000.00
400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600
V
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Persamaan grafik t/V vs V
y = 122.351.234,10269x + 79.360,05942
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
122.351.234,10269 = 2
Kp = 248.830.544 s/m6
Intersep (B) = 79.360,05942
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝
=α
𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 248830544 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.095 𝑚𝑠 . 0.9663 𝑚3
α = 3,89 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇
Adapun hasil pengukuran penyaringan endapan dengan menggunakan satu buah corong,
sebagai berikut :
Vt (mL) t/V
No. Siklus time (s) ∆t ∆V
(X) (Y)
1 1 542.74 542.74 0.000805 0.000805 674211.18
2 2 979.49 436.75 0.001165 0.000360 840763.95
3 3 1389.69 410.2 0.001405 0.000240 989103.20
4 4 1972.95 583.26 0.001675 0.000270 1177880.60
5 5 2354.13 381.18 0.001865 0.000190 1262268.10
6 6 2678.14 324.01 0.001975 0.000110 1356020.25
7 7 3002.26 324.12 0.002074 0.000099 1447569.91
8 8 3342.27 340.01 0.002184 0.000110 1530343.41
9 9 3640.03 297.76 0.002192 0.000008 1660931.03
Dan hasil perhitungan tahanan spesifikasi endapan dan tahanan media filter dengan
menggunakan satu buah corong, sebagai berikut :
4.3. Pembahasan
Percobaan ini yang berjudul Filtrasi Vakum Endapan Hidroksida dari Limbah Kimia
Radioaktif Cair bertujuan untuk menentukan nilai tahanan spesifik endapan dan tahanan
spesifik medium penyaring.
Filtrasi vakum merupakan salah satu metode pemisahan endapan dengan filtrat dengan
menggunakan beda tekanan pada sisi keluaran. Proses penyaringan vakum yang telah berjalan
di PTLR – BATAN dengan menggunakan satu buah corong penyaringan. Dengan
menggunakan satu buah corong memiliki kekurangan yakni membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk proses penyaringan dan jumlah kuantitas endapan yang tersaring lebih sedikit.
Umpan sludge dimasukkan ke dalam corong yang telah dilapisi media penyaring.
Ujung corong dihubungkan dengan pipa tangki yang telah divakum menggunakan slang. Pada
kondisi operasi vakum, filtrat yang lolos melewati media filter akan masuk ke dalam tanggi
penampung dan padatan tertahan pada media filter. Satu siklus proses filtrasi sudah selesai,
apabila tekanan vakum telah turun dari – 30 cmHg hingga – 20 cmHg.
Penyaringan ini dilakukan dengan menyaring endapan hiroksida limbah kimia
radioaktif cair yang telah di pre-treatment dengan proses pengendapan menggunakan larutan
NaOH 40%. Endapan yang terbentuk kemudian di enapkan agar terpisah dari cairan sehingga
dapat di ambil dan di pisahkan. Endapan berbentuk gelatinous yang tidak terpisah dengan
cairan nya kemudian disaring dengan penyaringan vakum. Alat penyaring vakum yang
digunakan telah di modifikasi menggunakan tiga corong penyaring. Satu buah corong mampu
menampung hingga empat liter sludge. Kevakuman yang pada tangki filtrasi sebesar – 30
cmHg, untuk mencapai tingkat kevakuman tersebut dibutuhkan waktu rata-rata antara 115
sampai 130 detik. Satu siklus proses filtrasi sudah selesai, apabila tekanan vakum telah turun
dari – 30 cmHg hingga – 20 cmHg dengan memerlukan waktu rata – rata antara 120 sampai
240 detik tergantung dari konsentrasi sludge yang akan disaring. Untuk mengembalikan
tingkat kevakuman hingga -30 cmHg kembali dibutuhkan waktu rata – rata antara 75 sampai
80 detik. Untuk satu batch proses penyaringan dibutuhkan sebanyak kurang lebih 30 siklus
dengan waktu total penyaringan selama 1 jam 10 menit dengan hasil bobot endapan kering
sekitar 5,5 kg.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sugeng et al, 2016 bahwa untuk proses
filtrasi endapan hidroksida dengan menggunakan satu buah corong adalah sebagai berikut :
Untuk parameter operasi rerata unit filtrasi vakum
Parameter Tekanan vakum waktu
Operasi pompa vakum 0 s/d -40 cm Hg 205 detik
Dari data penelitian dengan menggunakan satu buah corong dibandingkan dengan data
yang menggunakan tiga buah corong, dapat dilihat bahwa dengan waktu total filtrasi yang
hampir sama yakni sekitar satu jam lebih dan pressure drop (∆P) yang sama yaitu -10, yield
massa presipitat yang diperoleh lebih banyak dengan menggunakan tiga buah corong. Tetapi
dalam satu bacth pengerjaan dengan menggunakan tiga buah corong untuk proses filtrasi
dibutuhkan kurang lebih 30 siklus tergantung pada konsentrasi endapan.
Pada percobaan ini terjadi proses penyaringan yang dilakukan oleh 2 media. Yang
pertama adalah media primer, yaitu media yang merupakan filter yang terbuat dari kertas
saring berpori. Dan yang kedua merupakan media sekunder, yaitu media sesungguhnya yang
terbentuk dari cake yang tertahan sebelumnya oleh media primer. Berdasarkan data percobaan
maka didapatlah nilai tahanan cake (α) dan juga nilai tahanan media (Rm) seperti tabel
dibawah ini:
Bacth Massa Sludge α (m/kg) Rm (m-1)
1 12627.2 1.75x1013 3.24x1009
2 12919.5 1.20x1012 1.73x1009
3 12919.5 3.24x1012 3.57x1007
4 12657.9 2.76x1012 1.60x1009
5 12592.4 3.89x1012 3.40x1009
6 12712.6 5.58x1012 6.75x1009
7 12980.4 2.80x1012 7.50x1009
Menurut teori semakin tinggi konsentarsi slurry maka tahanan ampas () semakin kecil
dan tahanan pada media filtrasi (Rm) semakin besar (Geankoplis,1993), tetapi hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan teori. Nilai untuk tahanan ampas dan tahanan pada media
filtrasi tidak konstan walaupun hampir mengikuti dasar teori yang ada. Ini disebabkan oleh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perhitungan tahanan spesifikasi endapan dan tahanan spesifikasi medium
filter dengan menggunakan tiga buah corong, dapat disimpulkan sebagai berikut :
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation, 3rd edition, Prentice Hall Inc.,
Englewood Cliffs, New Jersey.
Purnomo, Sugeng et al. 2014. Pengolahan Tahap Awal Limbah Kimia radioaktif cair
(LKRC) Dengan Cara Pengendapan Hidroksida dari Prosiding Hasil Penelitian
Dan Kegiatan PTLR Tahun 2013, ISBN 0852-2979, tahun 2014, hal 173-179.
Tangerang Selatan : PTLR-BATAN.
Purnomo, Sugeng et al. 2016. Perancangan Dan Uji Fungsi Tangki Filtrasi Vakum dari
Buletin Limbah, vol. 13, no.1, tahun 2015 hal 8-15. Tangerang Selatan : PTLR-
BATAN.
Program Studi Teknik Kimia ITI. 2016. Panduan Pelaksanaan Laboraturium Teknik Kimia
II, Modul Filtrasi. Tangerang Selatan : ITI.
Zimmerman, O.T dan Lavine. 1943. I. Chemical Engineering Laboratory equipment, Industrial
Research Services, N.Y.
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
= 2191.56
2332.3 kg
m3
kg
= 1.06422 m3
Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :
1000000
800000
600000
400000
200000
0
0.000000 0.000500 0.001000 0.001500 0.002000 0.002500
Volume
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Persamaan grafik t/V vs V
y = 7x1008X + 83751
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
7x1008 = 2
Kp = 1.327.982.600 s/m6
Intersep (B) = 83.751
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝
=α
𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.109371 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 1327982600 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.029 𝑚𝑠 . 0.63331 𝑚3
α = 1,15 x 1013 m/kg
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
= 7352.43
7157 m3
kg kg
= 1.02731 m3
Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :
Kurva Filtrasi
700000.00
y = 82,888,482.5683x + 15,570.8634
600000.00
R² = 0.9853
500000.00
400000.00
t/V
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600 0.00700 0.00800
V
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Kp = 165776965 s/m6
Intersep (B) = 15570.86
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝
=α
𝜇 𝐶𝑠
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
= 4703.13
4685 m3
kg kg
= 1.00387 m3
Kurva Filtrasi
800000.00
y = 1E+08x + 92910
700000.00
R² = 0.995
600000.00
500000.00
t/V
400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.000000.000500.001000.001500.002000.002500.003000.003500.004000.004500.00500
V
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → = 𝑉+ 𝐵
𝑉 2
Kp = 284.740.525 s/m6
Intersep (B) = 92910 s/m3
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝
=α
𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 28470525 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.235 𝑚𝑠 . 1,45503 𝑚3
α = 1,20 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
= 7014.8
6843 kg
m3
kg
= 1.0251 m3
Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :
400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600 0.00700
V
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Kp = 243.250.524s/m6
Intersep (B) = 962,5959 s/m3
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
= 7048.6
6248 kg
m3
kg
= 1.1281 m3
Kurva Filtrasi
1200000.00 y = 1.43E+08x + 4.99E+04
R² = 9.85E-01
1000000.00
800000.00
t/V
600000.00
400000.00
200000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600 0.00700
V
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → = 𝑉+ 𝐵
𝑉 2
Kp = 285205033 s/m6
Intersep (B) = 49867.02 s/m3
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝
=α
𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 285205033 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.118 𝑚𝑠 . 0,82641 𝑚3
α = 4.2 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
= 5759.8
5644 m3
kg kg
= 1.0205 m3
Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :
800000.00
700000.00 Kurva Filtrasi
600000.00 y = 122,351,234.1027x + 79,360.0594
500000.00 R² = 0.9921
t/V
400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600
V
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Kp = 244702468 s/m6
Intersep (B) = 79360.03 s/m3
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝
=α
𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 244702468 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.136 𝑚𝑠 . 09663 𝑚3
α = 2,67 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :
Kurva Filtrasi
900000.00 y = 109,981,501.2005x + 115,740.9074
800000.00 R² = 0.9881
700000.00
600000.00
500000.00
t/V
400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600 0.00700
V
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Kp = 219963002 s/m6
Intersep (B) = 115740.9 s/m3
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝
=α
𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 219963002 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.095 . 0,75502 3
𝑚𝑠 𝑚
α = 4.40 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇
Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat
= 5842.9
5730 m3
kg kg
= 1.0197 m3
Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :
Kurva Filtrasi
1400000.00 y = 2E+08x + 274161
1200000.00 R² = 0.9835
1000000.00
800000.00
t/V
600000.00
400000.00
200000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600
V ( m3)
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Kp = 350689492 s/m6
Intersep (B) = 274160.8 s/m3