Anda di halaman 1dari 103

PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF - BATAN

PERIODE 02 JANUARI 2017 – 31 JANUARI 2017

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ADAM MALIK 114132001


RESI GIFRIANTO SAIAN 114132033

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG
FEBRUARI 2017
PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF - BATAN
PERIODE 02 JANUARI 2017 – 31 JANUARI 2017

INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Strata 1


Program Studi Teknik Kimia di Institut Teknologi Indonesia

ADAM MALIK 114132001


RESI GIFRIANTO S 114132033

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


INSTITUT TEKNOLOGI INDONESIA
SERPONG
FEBRUARI 2017
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kerja praktek ini diajukan oleh :

Nama : Adam Malik


NIM : 114132001
Nama : Resi Gifrianto S
NIM : 114132033
Judul : Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN Periode 02 Januari 2017 – 31
Januari 2017

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
pada Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia

DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Dr. Ir. Ratnawati M.Eng.Sc (……………………….)

Pembimbing : Sugeng Purnomo, S.ST (……………………….)

Penguji : Dr. Ir. Ratnawati M.Eng.Sc (……………………….)

Ditetapkan di : Serpong
Tanggal :

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Kimia

(Dr.Ir. Sri Handayani, MT)

ii
Prodi Teknik Kimia – ITI
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-NYA, sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek di
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN serta dapat menyelesaikan laporan kerja
praktek ini.
Kerja praktek ini merupakan serangkaian tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
mahasiswa sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata-1 Teknik Kimia, Institut
Teknologi Indonesia , Serpong.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dan mendukung di dalam penyusunan
laporan kerja praktek ini, terutama kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan pertolongan, kekuatan dan kelancaran dalam
pelaksanaan kerja praktek di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN.
2. Dr.Ir. Sri Handayani, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Kimia dan koordinator
kerja praktek Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia.
3. Dr.Ir. Kudrat Sunandar, M.T selaku dosen pembimbing kerja praktek Program Studi
Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia.

4. Dr.Ir. Ratnawati, M.Eng.Sc selaku dosen pembimbing kerja praktek Program Studi
Teknik Kimia, Institut Teknologi Indonesia.

5. Sugeng Purnomo, S.ST selaku pembimbing lapangan kerja praktek di Pusat Teknologi
Limbah Radioaktif - BATAN.
6. Orang tua yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materi, juga kakak
dan adik dirumah.
7. Pak Hendro, Ibu Titik Sundari , Ibu Uki, Ibu Ayi, Ibu Aliyah, Mas Yuli, Mas Ajreh
serta semua staf ptlr dan satpam yang telah membantu pengarahan saat pertama dan
selama masa running filtration vacuum di Dekon Chemical Treatment.
8. Teman-teman mahasiswa PKL yang selalu bersama sama dalam suka dan duka pada
saat kerja praktek di PTLR – BATAN.

iii
Prodi Teknik Kimia – ITI
9. Teman-teman mahasiswa ITI angkatan 2013 yang telah memberikan dukungan dan
semangat, serta menjadi tempat berbagi suka dan duka selama menjalani kerja praktek
di PTLR – BATAN.

10. Semua pihak yang turut membantu penulis dalam penyusunan proposal ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan laporan kerja praktek ini masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Serpong , Februari 2017

Penulis

iv
Prodi Teknik Kimia – ITI
ABSTRAK

Nama : Adam Malik (114132001)


Resi Gifrianto Saian (114122033)
Nama Pembimbiing : Dr. Ir. Ratnawati M.Eng.Sc
Sugeng Purnomo, S.ST
Program Studi : Teknik Kimia
Judul : Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN Periode
02 Januari 2017 – 31 Januari 2017

v
Prodi Teknik Kimia – ITI
DAFTAR ISI

vi
Prodi Teknik Kimia – ITI
DAFTAR GAMBAR

vii
Prodi Teknik Kimia – ITI
DAFTAR TABEL

viii
Prodi Teknik Kimia – ITI
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang pada saat ini.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat di abad ke 21 memaksa untuk Indonesia
mengembangkan usahanya disetiap sektor. Cakupan sektor yang dimaksud adalah
sektor industri, kesehatan, dan bahkan sektor pendidikan. Peningkatan yang memaksa
itu menjadikan lonjakan kebutuhan energi terutama pada energi listrik. Dan permintaan
kebutuhan pasar yang meningkat serta bahan bakar listrik yang semakin habis
memaksa pengelola listrik negera untuk harus mencari bahan bakar lain. Bahan bakar
saat ini yang banyak digunakan adalah hasil pembakaran batu bara karena dapat
menghasilkan nilai energi listrik yang besar, namun dibalik enegi yang besar terdapat
limbah udara dan kerusakan lahan yang sangat besar juga. Sehingga tanpa disadari
pada saatnya Indonesia akan memilih teanaga untuk menghasilkan listrik yang besar
dengan dampak polusi yang sangat kecil dan tenaga yang dimaksud tidak lain adalah
tenaga nuklir.

Bahan–bahan radioaktif yang pasti akan digunakan di masa mendatang


menyebabkan adanya bekas penggunaan yang tidak dapat dimanfaakan lagi yang biasa
disebut limbah radioaktif. Pengolahan limbah radioaktif disini harus sesuai dengan
standar keamanan dan sifat–sifat senyawanya. Pengelohan limbah radioaktif tidak
hanya sekedar disimpan ataupun ditimbun layaknya limbah B3 dikarenakan limbah
radioaktif mempunyai radioaktivitas yang dapat membuat sekitarnya menjadi daerah
berbahaya.

Mahasiswa merupakan salah satu sumber daya manusia dalam memegang


penguasaan lapangan pada proses industri. Karenanya, sebelum memasuki dunia kerja,
mahasiswa harus mengenal dan menguasai proses yang ada di industri. Dengan kerja
praktik, mahasiswa dapat mengamati berbagai aspek proses yang terdapat dalam
industri. Kesempatan ini dapat dijadikan pengalaman yang sangat berharga semasa
perkuliahan.
Jurusan Teknik Kimia merupakan salah satu jurusan yang ada di Institut
Teknologi Indonesia (ITI) Tangerang dalam lingkungan Fakultas Teknik yang

Prodi Teknik Kimia - ITI


2

merupakan suatu ilmu pengetahuan yang muncul dan berkembang untuk memenuhi
kebutuhan tenaga ahli dan terampil dalam mengelola sistem produksi dan pengolahan
limbah yang berada di sektor perindustrian. .
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah unit organisasi di bawah
BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (BATAN) yang bertugas melaksanakan
penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah radioaktif dalam rangka
mendukung pengembangan industri nuklir dan aplikasi IPTEK nuklir dalam berbagai
bidang pembangunan. PTLR juga merupakan pelaksana pengelolaan limbah radioaktif
dari seluruh wilayah Indonesia. Teletak di kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang,
Provinsi Banten. Dalam bidang pengolahan limbah selalu menerapkan proses-proses
kimia dan unit operasi kimia yang mana sesuai dengan materi kuliah yang di pelajari
selama perkuliahan. Dengan demikian diharapkan dapat menambah pemahaman dan
pengetahuan kami dalam mempelajari teknologi pengolahan limbah industri kimia,
khususnya limbah radioaktif.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan kerja praktek yang akan dilaksanakan ini bertujuan untuk:
 Mengetahui secara umum profil Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN
agar mahasiswa mendapatkan wawasan mengenai perusahaan yang bergerak di
bidang pengolahan limbah radioaktif di Indonesia
 Mampu memperoleh gambaran nyata tentang penerapan dari ilmu yang selama
ini diperoleh selama perkuliahan dan membandingkannya dengan kondisi nyata
di lapangan.
 Mengetahui pola kerja dan perilaku pekerja profesional di lapangan, dengan
harapan dapat memiliki pengalaman dan belajar dari pengetahuan tersebut.
 Memperkaya pengetahuan serta referensi data-data yang dapat digunakan untuk
membantu penyusunan Tugas Akhir sesuai dengan bidang minat yang dipilih.
 Terlibat secara langsung dalam kegiatan yang dilaksanakan pada masalah teknis
maupun non-teknis dalam bidang pengolahan limbah radioaktif untuk
mempersiapkan mahasiswa menjadi seorang Insinyur teknik yang berkualitas.

Prodi Teknik Kimia - ITI


3

1.3 Manfaat Kerja Praktek


1. Bagi Perguruan Tinggi Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai
perkembangan pengolahan limbah radioaktif di Indonesia dalam proses dan
teknologi mutakhir yang digunakan, dan dapat digunakan oleh pihak-pihak
yang memerlukan.
2. Bagi PTLR hasil analisis dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek
dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti untuk proses pengolahan limbah di
masa yang akan datang.
3. Bagi Mahasiswa dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kenyataan
yang ada dalam dunia industri sehingga nantinya diharapkan mampu
menerapkan ilmu yang telah didapat dalam bidang industri.
I.4 Fokus Kajian Kerja Praktek
Selama pelaksanaan Kerja Praktek mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengenal dan mempelajari peralatan dan berbagai unit operasi di Pusat
Teknologi Limbah Radioaktif – BATAN.
2. Mempelajari proses-proses yang ada di Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -
BATAN yang erat hubungannya dengan bidang Teknik Kimia, sesuai dengan
Chemical Engineering Tools.
3. Mengikuti setiap kegiatan yang dapat menambah pengetahuan mahasiswa
seperti diikutsertakan dalam proyek dan lain sebagainya.
4. Mengikuti kegiatan-kegiatan lain (sesuai yang dijadwalkan oleh Pusat
Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN)
5. Mengerjakan tugas khusus yang diberikan oleh pihak PTLR - BATAN maupun
dosen pembimbing.
1.5 Waktu dan Tempat Kerja Praktek
Adapun kerja praktek ini dilaksanakan pada:
Waktu pelaksanaan : 02 Januari 2017 s/d 31 Januari 2017
Hari kerja praktek : Senin s/d Jumat
Jam kerja : 07.30 – 16.00 WIB
Tempat : Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN
Alamat : Kawasan PUSPIPTEK Serpong Tangerang Selatan - Banten

Prodi Teknik Kimia - ITI


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Radioaktif

Limbah menurut UU No. 32 Tahun 2009 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan.
Sedangkan menurut KEP MENPERINDAG RI No. 231/MPP/KEP/7/1997 pada pasal
1, limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari suatu kegiatan atau proses produksi
yang fungsinya sudah berubah dari aslinya, kecuali yang dapat dimakan oleh manusia
atau hewan. Radioaktif adalah peristiwa terurainya beberapa inti atom tertentu secara
spontan yang diikuti dengan pancaran partikel alfa (inti helium), partikel beta
(elektron) atau radiasi gamma (gelombang elektromagnetik gelombang pendek).
Pada pengertian gabungannya limbah radioaktif adalah bahan sisa dari suatu
kegiatan atau proses produksi yang mempunyai pancaran inti atom. Sedangkan limbah
radioaktif menurut UU No. 10 tahun 1997 adalah zat radioaktif dan bahan serta
peralatan yang telah terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena
pengoperasian intalansi nuklir yang tidak dapat digunakan kembali.
Limbah radioaktif adalah jenis limbah yang mengandung atau terkontaminasi
radionuklida pada konsentrasi atau aktivitas yang melebihi batas yang diijinkan
(clearance level) yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
Definisi tersebut digunakan di dalam perundang-undangan. Pengertian limbah
radioaktif yang lain mendefinisikan sebagai zat radioaktif yang sudah tidak dapat
dan/atau bahan serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioaktif dan
sudah tidak dapat difungsikan / dimanfaatkan. Bahan atau peralatan tersebut terkena
atau menjadi radioaktif kemungkianan karena pengoperasian instalasi nuklir atau
instalasi yang menfaatkan radiasi pengion (Wardha, 1996).
Radioaktivitas adalah gejala perubahan keadaan inti atom secara spontan dan
disertai radiasi berupa partikel atau gelombang elektromagnetik. Perubahan tersebut
mengakibatkan transformasi dari suatu unsur ke unsur lainnya. Peristiwa perubahan
suatu unsure lainnya disebut proses disintegrasi inti atau peluruhan radioaktif, gejala
peluruhan radioaktif mutlak dipengaruhi oleh spesifikasi inti atom yang bersangkutan

Prodi Teknik Kimia - ITI


5

dan tidak dipengaruhi, dipercepat atau diperlambat oleh kondisi diluar inti seperti
suhu, tekanan, bentuk senyawa kimia dan lain sebagainya.
Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1997 tentang Ketenaga Nukliran, tugas
pengelolaaan limbah radioaktif adalah tanggung jawab Badan Tenaga Nuklir Nasional
(BATAN) yang dalam hal ini dilaksanakan oleh Pusat Teknologi Limbah Radioaktif
(PTLR). PTLR merupakan satu-satunya institusi melaksanakan pengelolaan limbah
radioaktif di seluruh Indonesia. Dengan demikian limbah radioaktif dari seluruh
Indonesia harus dikirim ke PTLR di Kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan
Teknlogi (PUSPIPTEK) Serpong, Tangerang, Provinsi Banten.

2.2 Jenis Limbah Radioaktif

Limbah radioaktif adalah zat radioaktif dan bahan serta peralatan yang telah terkena
zat radioaktif atau menjadi radioaktif karena pengoperasian instalasi nuklir dan
fasilitas pemanfaatan zat radioaktif, yang tidak dapat digunakan lagi. Limbah radioaktif
berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif padat, cair dan gas. Limbah
cair dibedakan menjadi Aqueous dan Organik, sedangkan limbah padat dibedakan
menjadi terkompaksi-tidak terkompaksi dan terbakar-tidak terbakar (Alfyan, 2010):
1. Limbah Radioaktif Cair
Limbah radioaktif cair biasanya dihasilkan dari proses pendinginan suatu material,
yang pada fasilitas produksi radioisotope. Dalam jumlah kecil akan mengandung
pengotor yang bersifat radioaktif sehingga bersifat aktif. Dibidang kesehatan,
limbah radioaktif cair antara lain hasil ekskresi pasien yang mendapat terapi atau
diagnostik kedokteran nuklir. Zat radioaktif yang digunakan pada umumnya
125 131 99 32
berumur paruh pendek (<100 hari) misalnya I, I, MTc, P, dll sehingga
cepat mencapai kondisi stabil. Fasilitas penelitian dibidang kesehatan juga
memberikan konstribusi limbah radioaktif cair melalui hasil ekskresi binatang
percobaan. Dengan umur paruh sangat pendek, maka penanganan limbah radioaktif
tersebut dilakukan dengan menampung sementara sebelum dilepas ke badan air.
Limbah radioaktif cair untuk jenis organik kebanyakan diproduksi oleh fasilitas
penelitian, dapat terdiri dari : minyak pompa vakum, pelumas, parutan sintilasi. Zat
radioaktif yang terkandung pada umumnya 3H dan sebagian kecil 14C , 125I dan 35S.

Prodi Teknik Kimia - ITI


6

Dalam pengelolaan limbah cair tersebut harus diperhatikan pula aktivitas zat
radioaktif yang digunakan, terutama jika zat radioaktif yang digunakan untuk
tujuan menandaan umumnya mempunyai konsentrasi aktivitas sangat tinggi
sehingga harus dipisahkan dengan zat radioaktif yang mempunyai konsentrasi
aktivitas rendah.
2. Limbah Radioaktif Padat
Kebanyakan lmbah radioaktif padat yang dihasilkan dari fasilitas kesehatan dan
laboratorium penelitian mempunyai sifat dapat terbakar, misyalnya : tissue, kertas,
kain, karton, sarung tangan, pakaian pelindung, masker, bangkai binatan dan
material biologi lain. Sedangkan limbah radioaktif tidak dapat dibakar antara lain :
barag pedah belah, serpihan logam, peralatan dekontaminasi dan limbah dari
fasilitas yang mengalami dekomisioning. Untuk limbah padat radioaktif sebagai
akibat kontaminasi dan limbah sumber radioaktif selanjutnya dikirim ke PTLR-
BATAN sebagai badan yang berwenang melakukan pengolahan limbah radioaktif.
3. Limbah Radioaktif Gas
Limbah radioaktif gas dapat dihasilkan pada aplikasi zat radioaktif terutama bidang
kesehatan. Aplikasi khusus dibidang kesehatan menggunakan zat radioaktif
berbentuk gas, misalnya : 133Xe, 81mKr, 99mTc dan pemancar pasitron berumur paruh
18 11
pendek seperti F dan C untuk investigasi terhadap ventilasi paru-paru. Limbah
radioaktif berupa hasil respirasi pasien dikendalikan dengan menempatkan pada
tempat khusus untuk membatasi dispersi radioaktif ke lingkungan. Jenis zat
radioaktif yang digunakan relatif tidak berbahaya karena berumur paruh pendek
sehingga mudah mencapai kondisi stabil.
4. Sumber Radioaktif Bekas
Sumber radioaktif yang sudah tidak digunakan lagi memerlukan pengkondisian dan
disposal yang sesuai. Sumber radioaktif bekas dibedakan menjadi:
a. Sumber dengan umur paruh ≤ 100 hari dengan aktivitas sangat tinggi.
b. Sumber dengan aktivitas rendah, misalnya untuk tujuan kalibrasi.
c. Sumber yang berpotensi memberikan bahaya kontaminasi dan kebocoran.
d. Sumber dengan umurparuh > 100 hari yang memiliki aktivitas tinggi maupun
rendah.

Prodi Teknik Kimia - ITI


7

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 61 tahun 2013


tentang Pengolahan Limbah Radioaktif, pengklasifikasian limbah radioaktif didasarkan
pada aktivitas, konsentrasi aktivitas, watu patuh, dan/atau jenis radiasi. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 61 tahun 2013, limbah radioaktif
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Limbah Radioaktif Tingkat Rendah


Limbah radioaktif tingkat rendah dibag menjadi 3 (tiga) subklasifikasi yang terdiri
atas limbah radioaktif:
a. Waktu paruh sangat pendek
Limbah radioaktif waktu paruh sangat pendek merupakan limbah raioaktif yang
sebagian besar nuklidanya mempunyai waktu paruh kurang dari 150 (seratus
lima puluh) hari.
b. Tingkat sangat rendah
Limbah radioaktif tingkat sangat rendah dapat berupa:
1. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki watu paruh
kurang dari 15 (lima belas) tahun dan aktivitas diatas Tingkat Pengecualan
hingga 10MBq (sepuluh Mega Becquerel)
2. Zat radioaktif yang terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu
paruh diantara 15 (lima belas) hingga 30 (tiga puluh) tahun dan aktivitas
diatas Tingkat Pengecualian hingga 100 kBq (seratus Kilo Becquerel)
3. Limbah radioaktif selain zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan
memiliki kosentrasi aktivitas diantara Tingkat Pengecualian hingga 100
(seratus) kali Tingkat Pengecualian. Yang dimaksud dengan Tingkat
Pengecualian adalah nilai konsentrasi aktivitas dan aktivitas yang
diterapkan oleh peraturan perundang-undangan.
c. Tingkat relatif rendah
Limbah radioaktif tingkat relatif rendah dapat berupa:
1. Zat radioaktif terbungkusyang tidak digunakan yang memiliki waktuparuh
kurang dari 15 (lima belas) tahun dan aktivitas diatas 10 MBq (sepuluh
Mega Becquerel) hingga 100 MBq (seratus Mega Becquerel)

Prodi Teknik Kimia - ITI


8

2. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu paruh
diantara 15 (lima belas) hingga 30 (tiga puluh) tahun dan aktivitas diantara
100 kBq (seratus Kilo Becquerel ) hingga 1 MBq (satu Mega Becquerel)
3. Limbah radioaktif selain zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan
yang memilikikonsentrasi aktivitas diantara 100 Bq /g (seratus Becquerel
per gram) hingga 1000 seribu (seribu) kali Tingkat Pengenceran untuk
pencemar beta atau konsentrasi aktvitas diantara 100 Bq/g (seratus
Becquerel per gram) hingga 400 Bq/g (empat ratus Becquerel per gram)
untuk memancarkan alfa.
2. Limbah Radioaktif Tingkat Sedang
Limbah radioaktif tingkat sedang dibagi subklasifikasi yang terdiri atas:
a. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu paruh
kurang dari 15 (lima belas) tahun dan aktifitas diatas 10 MBq (sepuluh Mega
Bequerel) hingga 100 TBq (seratus Tera Bequerel)
b. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu paruh
diantara 15 (lima belas) hingga 30 (tiga puluh) tahun dan aktivitas diantara 1
MBq (satu Mega Bequerel) hingga 1 PBq (satu Peta Bequerel) ?
c. Zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang memiliki waktu paruh
lebih dari 30 tahun dan aktivitas diantara 40 MBq hingga 10 GBq
d. Limbah radioaktif selain zat radioaktif terbungkus yang tidak digunakan yang
memiliki konsentrasi aktivitas diantara 1000 (seribu) kali tingkat Klierens
hingga 100 GBq/g (seratus Giga Becquerel per gram) untuk pemancar beta dan
gamma atau konsentrasi aktivitas diantara 400 Bq/g (empat ratus Becquerel per
gram) hingga 100 GBq/g (seratus Giga Becquerel per gram) untuk pemancar
alfa.

3. Limbah Radioaktif Tingkat Tinggi


Limbah radioaktif tingkat tinggi berupa Bahan Bakar Nuklir Bekas, berlaku untuk
limbah sumber radioaktif dengan batasan waktu paruh lebih dari 5 tahun dan
batasan aktivitas lebih besar dari 400 TBq. Kebijakan pengelolaan limbah
radioaktif tingkat tinggi (LTT) dan Bahan Bakar Nuklir (BBN) bekas ditiap negara
industri nuklir selain berbeda juga masih berubah-ubah. Beberapa negara

Prodi Teknik Kimia - ITI


9

melakukan pilihan olah-ulang (daur-tertutup) untuk pemanfaatan material fisil dan


fertil yang masih terkandung dan sekaligus mereduksi volumenya.sebagian negara
lain melihat LTT sebagai limbah daur terbuka, dan berencana untuk
mendisposalnya dalam formasi geologi tanah dalam (deep repository).

BATAN dalam pengelolaan LTT saat ini memilih daur tertutup. Limbah BBN
bekas dan LTT dari hasi uji fabrikasi bahan bakar saat ini didsimpan di Interim
Storage for Spent Fuel Element (ISFSF) yang ada di PPTN Serpong. Kapasitas
ISFSF mampu menyimpan bahan bakar nuklir bekas (BBNB) untuk selama umur
operasi reaktor G.A. Siwabessy. LTT dan BBNB yang dihasilkan dari
pengopesasian reaktor Triga Mark II di Bandung dan reaktor Kartini di Yogyakarta
disimpan dalam kolam pendingin reaktor. Dalam pengoperasian reaktor
G.A.Siwabessy, reaktor Triga Mark II dan reaktor Kartini, BBN bekas ataupun
LTT tidak ada yang keluar dari kawasan nuklir tersebut, seluruhnya tersimpan
dengan aman di kawasan nuklir tersebut dan sebagian telah dlakukan repatriasi ke
negara asal.

Berdasarkan dari asal terjadinya, limbah radioaktif dapat digolongkan sebagai


berikut (Alfiyan, 2010):
1. Radioaktivitas alam, yaitu bahan adioaktif yang memang sudah ada dialam,
seperti yang terdapat di tambang biji Uranium. Hasil belah (fisi), yang terjadi
akibat pembelahan Uranium dan Plutonium karena reaksi nuklir pada teras
reaktor dan dari percobaan senjata nuklir.
2. Hasil aktivasi, diperoleh dengan cara meradiasi bahan bukan elemen bahan
nuklir didalam teras reaktor, misalnya untuk keperluan riset, produksi isotop.
Semua bahan yang ada di sekitar teras reaktor juga terkena penyinaran atau
radiasi sehingga menjadi radioaktif.
3. Hasil kontaminasi, terjadi karena adanya kontak langsung antara radionuklida
dengan benda atau alat yang digunakan utuk menampung dalam penelitian.
Limbah radioaktif ini sebaagian besar dihasilkan dari laboratorium penelitian
dan para pemakai isotop lainnya seperti rumahsakit.

Prodi Teknik Kimia - ITI


10

Prodi Teknik Kimia - ITI


11

BAB III

PROSES PRODUKSI

3.1 Umum

Instalasi pengolahan yang terdapat di PTLR-BATAN adalah evaporator,


incenerator, kompaktor, chemical treatment, unit sementasi, penyimpanan sementara
limbah radioaktif, penyimpanan sementara limbah radioaktif ativitas tinggi (PSLAT)
dadn penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas (KH-IPSB3).
Setiap unit yang ada pada instalasi pengolahan limbah radioaktif ini memiliki
proses yang berbeda baik pada pengolahan limbah maupun perawatan unit. Sebelum
dilakukan pengolahan pada setiap unit dilakukan preparasi (persiapan) pada limbah
yang akan diolah terlebih dahulu. Preparasi yang dilakukan berbeda-beda pada setiap
unit, tergantung dari jenis limbah yang akan diolah serta unit yang akan mengolah
limbah tersebut. Pengolahan limbah radioaktif tersebut pengolahan limbah radioaktif
pada masing-masing unit biasanya dilakukan satu kali per tri wulan, selain itu limbah
yang ada tersebut dikumpulkan terlebih dahulu di interm strorage (gudang
pengumpul) hingga jumlah limbah tersebut memenuhi kapasitas suatu unit pengolahan
limbah, hal ini bertujuan untk meningkatkan efisiensi biaya pengolahan untuk
prosesnya.

Gambar 3.1 Skema Pengolahan Radioaktif PTLR BATAN

Prodi Teknik Kimia - ITI


12

3.2 Preparasi dan Analisi Limbah

Dalam menunjang kegiatan pengolahan limbah radioaktif, PTLR menyediakan


laboratorium preparasi dan analisis limbah radioaktif, baik untuk limbah padat, cair
maupun semicair. Laboratorium ini dilengkapi dengan perangkat analisis kimia untuk
limbah cair dan padat, diantaranya adalah alat pengukur pH (pH meret),
conductometer, Liquid Scintillation Analyzer (LCA), Atomic Absorbsion
Spectrophotometer (AAS), Spektrofotometer UV-VIS dan alat uji tekan. Conditioning
limbah radioaktif termasuk pengoperasian yang mengubah limbah yang diproses
menjadi bentuk yang layak untuk perlakuan lebih lanjut, transportasi penyimpanan
sementara dan penyimpanan akhir. Operasi ini termasuk imobilisasi dari limbah
matriks, penempatan limbah kedalam kontainer dan penyediaan kemasan tambahan.
Conditioning limbah radioaktif harus memastikan kesesuaian yang maksimum antar
limbah, matriks, kontainer, homogenitas dari bentuk limbah, zat pengompleks dan
kandungan organik.
3.3 Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah cair yang digunakan di PTLR-BATAN ini adalah evaporasi.


Evaporasi digunakan untuk mengolah limbah cair anorganik yang memiliki
kemampuan 0,75 m3/jam dengan rasio pemekatan 50:1. Untuk penampungan awal
limbah cair, instalasi dilengkapi dengan 4 tangki limbah cair anorganik.
3.4 Pengolahan Limbah Padat

Pengolahan limbah padat dilakukan dengan cara insenerasi untuk mengabukan


limbah padat terbakar dan cair organik atau limbah binatang. Laju umpan insenerasi di
insenerator PTLR-BATAN adalah 50 kg/jam unruk limbah padat dan 20 kg/jam untuk
limbah cair organik. Sistem kompaksi digunakan untuk proses pemampatan volume
limbah padat yang terkompaksi. Sistem kompaksi digunakan untuk proses
pemampatan volume limbah padat terkompaksi. Kemampuan tekan alat ini adalah 600
kN atau sekitar 60 tan. Sistem sementasi digunakan untuk imobilisasi konsentrat hasil
evaporasi limbah cair, immobilisasi limbah resin dan pemadatan limbah radioaktif
padat terkompaksi.

Prodi Teknik Kimia - ITI


13

3.5 Proses Pengolahan Limbah Radioaktif PTLR-BATAN

3.5.1 Evaporator

Gambar 3.2. Skema Proses Evaporasi

Pengolahan limbah radioaktif cair pada prinsipnya adalah mengurangi


jumlah volume dari limbah tersebut atau mereduksi volume, untuk maksud
tertentu maka salah satu proses yang dilakukan adalah proses Evaporasi yaitu
dengan cara memekatkan limbah radioaktif cair dengan pemanasan dengan
menggunakan steam di dalam bejana tertutup yang dilengkapi dengan sistem
pendingin dan dihasilkan suatu konsentrat dan destilat.
Di PLTR ( Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif)-BATAN
terdapat satu buah unit Evaporator jenis “Natural Circulation Thermosphon”
dengan kapasitas pengolahan 750 liter/jam. Evaporasi berjalan secara kontinyu,
dan ekstraksi konsentrat berjalan secara kontinyu
Unit Evaporator terdiri dari :
Tiga buah alat penukar panas
a. Alat Penukar Panas Evaporator E22001
b. Kondensor E22002
c. Cooler E22003

Prodi Teknik Kimia - ITI


14

Kolom penenangan R22010


a. Kolom Pemisah D22001
b. Kran Hidrolik R22012
c. Tangki Konsentrat R22004
d. Tangki Asam Penghilang Kerak R22005

Pada proses evaoprasi limbah radioaktif cair mentah diumpankan ke alat


penukar panas E 22001 dengan menggunakan pompa P22004 atau P22005,
limbah masuk dalam tube side dari alat penukar panas dan dipanasi oleh steam
melalui bagian shell side dari alat penukar panas tersebut. Limbah terpanasi
sampai titik didihnya (100oC-105oC), sebagian limbah akan teruapkan dan
campuran limbah dan uapnya tersirkulasi masuk kedalam kolom penenangan
R22010, sehingga limbah cair yang terkonsentrasi (pekat) akan terpisah dari
uapnya. Konsentrat yang sudah memenuhi kadar garam kering 250 gr/liter
dikeluarkan ke tangki konsentrat ,dan uap yang ditimbulkan masuk kedalam
kolom pemisah D22001 untuk dilewatkan proses pencucian dengan
menggunakan air demin sebagai air pencuci. Uap meninggalkan kolom pemisah
masuk dalam kondensor E 22002 pada bagian shell side dan air pendingin
melewati tube side, sehinga uap akan mengembun dan kemudian embunana akan
dilewatkan dalam Cooler E 22003 melalui tube Side dan air pendingin melewati
bagian Shell Side,selanjutnya secara gravitasi detilat (embunan) yang dihasilkan
masuk kedalam tangki penampung destilat R 2206 A/B secara gravitasi.

Hal yang sangat penting sebelum evaporasi dilakukan yaitu pretreatment


limbah mentah sebelum dievaporasi, karana dengan pretreatment ini maka akan
diketahui sifat dan karakteristik limbah yang akan dioalah. Hal yang perlu
dilakukan dalam pre-treatment limbah mentah yaitu pengecekan :
- Sifat-sifat fisis dan kimia limbah mentah
- Aktivitas limbah mentah antara 10-6 Ci/m3 s/d 2x10-2 Ci/m3.
- pH limbah antara 7s/d 8
- Tidak mengandung zat yang eksplosif
- Tidak mengandung zat yang korosif
- Kandungan padatan kering umpan 5 gr/liter

Prodi Teknik Kimia - ITI


15

- Destilasi secara laboratorium

Limbah radioktif cair yang sudah dilakukan pretreatment pada Tangki R


22001 A/B/C/D diumpankan ke unit evaporasi dengan menggunakan pompa
pengumpan limbah P 22004 atau P 22005. Limbah radioaktif cair diumpankan
ke Evaporator yaitu bagian bawah alat penukar panas E 22001 melalui tube side
dan tersirkulasi dan kemudian dipanaskan dengan uap air (steam) pemanas yang
masuk melalui shell side pada alat penukar panas.
Akibat pemanasan pada bagian shell side E 22001, maka sebagian limbah
akan teruapkan, dan campuaran limbah dengan uapnya tersirkulasi masuk ke
dalam kolom penenangan R 22010 arah tangensial, sehingga limbah cair yang
terkonsentrasi (pekat) akan terpisah dengan uapnya.
Limbah radaioaktif cair yang diumpankan ke evaporator mempunyai
kandungan kadar garam kering (dry content) 5 gr/liter, dan akan dipekatkan 50
kali pemekatan kira-kira kadar garam yang dikehendaki menjadi 250 gr/liter
dengan waktu yang dibutuhkan kurang lebih selama 20 jam.
Pada saat konsentrasi akhir dicapai (kira-kira kadar garam kering 250
gr/liter), jumlah konsentrat yang keluar dari evaporator kurang lebih sebesar 20
liter/jam, ektraksi dilakukan secara kontinyu, mengalir secara garvitasi kearah
tangki penampung konsentrat R 22004 dengan pembukaan kran V 22080. Uap
yang dihasilkan dalam penukar panas melewati sebuah baffle sentrifugal yang
ada pada kolom penenangan yang memungkinkan penahanan sebagian cairan
yang terbawa oleh uap tersebut. Uap itu kemudian menuju samping bawah
kolom pemisah D22001 masuk dengan arah tangensial dalam kolom melawati 5
stage Bubble Cap dan dari atas kolom dimasukan air bebas mineral sebagai
pencuci yang bertujaun untuk mengurangi kandungan bahan volatile dalam uap
tersebut. Air bekas pencuci secara gravitasi masuk kedalam tangki effluent aktif
R 22002 dan yang telah dicuci masuk kedalam kondensor E 2202 pada bagian
shell side dan uap akan mengembun karena pendinginan oleh air pendingin yang
melawati tube side dari condensor, kemudian destilat yang terbentuk dalam shell
side dari kondesor menuju bagian tube side dari alat pendingin E22003, disini
destilat didinginkan dengan air pendingin yang melewati shell side dari alat

Prodi Teknik Kimia - ITI


16

pendingin E 22003, kemudian destilat yang sudah dingin secara gravitasi


mengalir ke tangki penampung destilat R 2206 A/B.
Pengontrolan Proses Evaporasi
1. Lingkup Regulasi
Terdapat dua pengaturan yang dikontrol secara regulasi pada unit evaporasi
yaitu :
- Debit steam yang diumpankan ke Evaporator E2201 yang dijaga konstan
oleh regulator debit FRC 62501 yang beraksi secara langsung atas kran
pengatur pneumatic V 62501. Debit tersebut dicatat pada panel
pengomando di atas sebuah grafik kontonyu pada UR 22001 pada jalur
nomer 2.
- Tinggi permukaan cairan pada kolom penenangan R 22010 yang dijaga
konstan oleh regulator tinggi permukaan LRC 22010 yang beraksi secara
langsung atas kran pengatur pneumatic V 22071,terjadi pengaturan debit
limbah yang diumpankan ke Evaporator. Tinggi permukaan tersebut
dicatat pada panel pengomando diatas sebuah grafik kontinyu UR 22002,
jalur nomer 1.
2. Lingkup Pengukuran
Lingkup pengukuran terbagi dua bagian yaitu :
- Lingkup pengukuran dalam evaporator dan
- Lingkup pengukuran di luar evaporator.

Lingkup pengukuran dalam evaporator meliputi empat unit alat pencatat


berupa sebuah grafik kontinyu dan pengukuran yang tidak tercatat dalam
grafik yaitu :
- UR 22001 mencatat : FR 22001 (debit pengumpanan limbah cair menta),
FR 62501 (debit pengumpanan steam).
- UR 22002 mencatat LR 22010 (tinggi permukaan cairan dalam kolom R
22010), DR 22001 ( densitas konsentrat dalam R 22010),PR 22012
(tekanan dalam kolom R 22010.)
- UR 22003 mencatat TR 62501 ( temperature steam dalam E 22001),TR
22001 (temperature konsentrat dalam thermosiphon), TR 22002

Prodi Teknik Kimia - ITI


17

(temperature destilat yang keluar dari E 22002),TR 22003 (temperature


gas yang keluar dari E 22002).
- UR 22004 mencatat CR 22001 (konduktivitas destilat yang keluar dari E
22003),LR 22004 ( tinggi permukaan cairan permukaan cairan dalam
tangki penampung R22004).
- FI 62201 ( debit air bebas mineral yang diumpankan ke dalam bagian atas
kolom pemisah D 22001).
- TI 22004 ( temperature konsentrat dalam penampung R 22004).

Lingkup pengukuran di luar evaporator, perameter-parameter yang diukur


berupa tinggi permukaan cairan pada tangki-tangki penampung yang
ditunjukan dengan jarum penunjuk yang ada pada panel pengomando yang
menunjukan jumlah volume cairan yang ada pada tangki penampung.

3. Indikator Lokal
Beberapa indicator local melengkapi informasi, yang memungkinkan
mengikuti bekerjany unti evaporator, indicator-indicator tersebut antara lain:
- Indikator tinggi permukaan cairan bahan-bahan kimia seperti NaOH (soda
api), HNO3 (asam nitrat) dan larutan anti buih, indicator luar memberi
alarm peringatan pada panel pengomando.
- Indikator aliran fluida FQ 22002 dan FQ 22003.
- Indikator tekanan berupa manometer atas tekanan pompa-pompa saat
bekerja.
- Indikator tekanan berupa manometer atas sirkuit service water pada
pendinginan bagian “seal” dari pompa-pompa.
- Indikator tekanan pada pengumpanan steam terhadap unit evaporator.
- Indikator tekanan berupa manometer diatas glove box, sebagai petunjuk
berfungsinya system off gas.
4. Alarm Peringatan dan Security
Alarm peringtan pada panel pengomando terdiri dari alarm yang
menyebabkan kondisi “ stand by” dari evaporator dan alarm yang tidak
menyebabkan status stand by dari evaporator.

Prodi Teknik Kimia - ITI


18

Alarm yang menyebabkan kondisi “stand by” pada evaporator yang berasal
dari internal evaporatoe meliputi :
- Berhentinya pompa pengumpanan limbah P 22004 / P 22005.
- Debit pengumpan limbah cair mentah kecil, alarm berbunyi pada kondisi
debit 300 liter/jam. (FLA 22001).
- Debit pengumpanan steam ke evaporator rendah ( FLA 62501 ).
- Tinggi permukaan cairan dalam kolom penenangan R 22010 ( LHA 22010
melebihi batas maximum 80% ketinggian dan LLA 22010 lebih kecil dari
tinggi permukaan terebdah pada 15% ketinggian).
- Densitas konsentrat pada kolom penenangan R 22010 (DHA 22110 naik,
alarm ini berbunyi pada harga densitas 1125 kg/m3).
- Tekanan pada kolom penenangan naik (PHA 22012, alarm berbunyai pada
nilai 40 mbar).
- Tanggi permukaan cairan dalam kolom pemisah D 22001 (LHA 22012
melebihi batas tinggi permukaan maksimum 60% ketinggian dan LLA
22012 lebih kecil dari tinggi permukaan terendah pada 10% ketinggian).
- Temperatur steam pada bagian “ shell side” dari penukar panas E 22001
naik, (THA 62501 alarm berbunyi pada suhu 145oC).
- Temperatur “ non condensable gas “ yang keluar dari E 22002 naik (THA
22003, alarm berbunyi pada suhu 75oC).
- Tinggi permukaan cairan konsentrat pada R 22004,( LHA 22004 melebihi
batas tinggi permukaan maksimum, alarm berbunyi pada 95% ketinggian).
- Debit air pencuci dalam bagian atas kolom pemisah D 22001, (FLA 62201
lebih kecil dari debit terendah, alarm berbunyi pada debit 75 liter/jam).
- Tinggi permukaan cairan destilat dalam tangki R 2206 A/B saat salah satu
tangki dialiri destilat (LHA 2206 A/B melebihi batas tinggi permukaan
maksimum, alarm berbunyi pada 95% ketinggian).
Alarm yang berasl dari eksternal evaporator yang menyebabkan kondisi status
“stand by” meliputi:
- Aktivitas embunan steam dari bagian “ shell side “ penukar panas E 22001
naik (embunan steam terkontaminasi) RHA 55030 A.

Prodi Teknik Kimia - ITI


19

- Tinggi permukaan cairan dalam bak penampung kebocoran cairan di ruang


4.B.01 (LHA 63103 melebihi batas tinggi permukaan maksimum).
- Tekanan negatif dalam system effluent gas menurun ( PLA 52502 lebih
kecil dari tekanan terendah yang diijinkan).
- Tekanan udara tekan ( compress air ) untuk instrument rendah ( PLA
62601 lebih kecil dari tekanan terendah yang diijinkan).
Alarm yang tidak menyebabkan pada status “stand by” meliputi:
1. Alarm yang berasal dari internal evaporator :
a. Alarm yang berasal dari konduktivitas destilat yang keluar dari alat
penukar panas E 22003 melebihi batas konduktivitas maksimum, alarm
ini berbunyi pada nilai 50 µs/cm.
b. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penapung konsentrat lebih
kecil dari tinggi permukaan terendah, alrm berbunyi pada 5%
ketinggian LLA 22004.
2. Alarm yang berasal bukan dari evaporator ( eksternal evaporator):
a. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung limbah
radioaktif yang melebihi dari bats tinggi permukaan cairan maksimum,
alrm berbunyi pada nilai 95% (ketinggian LLA 2201 A/B/C/D ).
b. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung limbah
radioaktif yang lebih kecil dari batas tinggi permukaan terendah, alarm
berbunyi pada nilai 5% ketinggian (LLA 2201 A/B/C/D).
c. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung effluent aktif
yang melibihi dari batas tinggi permukaan cairan maksimum, alarm
berbunyi pada nilai 95% ketinggian (LLA 22002).
d. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung effluent aktif
yang lebih kecil dari batas tinggi permukaan terendah, alarm berbunyi
pada nilai 5% ketinggian (LLA 22002).
e. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung effluent aktif
meragukan yang melebihi dari batas tinggi permukaan cairan
maksimum, alarm berbunyi pada nilai 95% ketinggian (LHA 22003).

Prodi Teknik Kimia - ITI


20

f. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung effluent aktif


meragukan yang lebih kecil dari batas tinggi permukaan terrendah,
alarm berbunyi pada nilai 5% ketinggian (LLA 22003).
g. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung asam nitrat
penghilang kerak yang melebihi dari batas tinggi permukaan cairan
maksimum, alarm berbunyi pada nilai 95% ketinggian (LHA 22005)
h. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung asam nitrat
penghilang kerak yang lebih kecil dari batas tinggi permukaan cairan
terendah ,alarm berbunyi pada nilai 5% ketinggian (LLA 22005)
i. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung destilat yang
melebihi dari batas tinggi permukaan cairan maksimum, alarm berbunyi
pada nilai 95% ketinggian ( LHA 2206 A/B).
j. Alarm tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung destilat yang
lebih kecil dari batas tinggi permukaan terendah, alarm berbunyi pada
nilai 5% ketinggian( LLA 2206 A/B).
k. Alaram aktivitas destilat yang akan dibuang dari R 2206 A/B melebihi
aktivitas yang diijinkan RHA 55029

Unit evaporasi dilengkapi dengan sebuah kran hidrolik R 22012 sebagai


perlengkapan proteksi guna menghindari tekanan lebih dari 40 mbarr eff pada
kondensor E 22002.

5. Sinyalisasi
Lampu sinyal yang diperlihatkan pada papan penggambaran proses diatas
panel pengomando menunjukan keadaan kran yang dikomando jarak jauh
maupun kran yang dikomando secara manual dan pompa yang berhubungan
dengan proses evaporasi.
Sinyalisasi ditujukan pada panel pengomando, dilengkapi dengan lampu
sinyal dengan 2 warna yaitu :
- Nyala merah untuk kondisi alat tidak dalam pemakaian
- Nyala hijau untuk kondisi alat dalam pemakaian

Sebagai catatnan bahwarentetan ekstraksi konsentrat diinformasikan ke


operator melalui berkedip-kedipnya sebuah lampu indicator berwarna putih

Prodi Teknik Kimia - ITI


21

dekat tombol untuk kran V 22080, lampu ini mati ketika ekstraksi telah
berakhir.
Pada bagian atas panel pengomando terdapat lampu yang mengisyaratkan
pemberi kesalahan, untuk isyarat ini dikelompokan dalam 4 kelompok dengan
rincian sebagai berikut:
- Kelompok nomer 1 : kesalahan tegangan listrik.
- Kelompok nomer 2: kesalahan atas tinggi permukaan cairan yang
digariskan.
- Kelompok nomer 3: kesalahan yang menyebabkan timbulnya keadaan
stand by dari evaporator.
- Kelompok nomer 4: kesalahan-kesalahan yang lain.
6. Organ Pengomando
Peralatan sinyalisasi digabungkan kepada organ pengomando TPL (Turn
Push Luminous), untuk setiap alat motor pengomando pompa-pompa ynag
berhubungan dengan proses evaporasi dan kran-kran yang dikomando dari
jarak jauh. Untuk penepatan dalam konfigurasi yang diinginkan dari alat
tersebut (On atau Off dari sebuah motor pompa atau prmbukaan/penutupan
kran yang dikomando jarak jauh) perlu diputar TPL sesuai posisi yang
diminta, kemudian ditekan.
Rangkaian Otomatisasi
Proses evaporasi limbah raidoaktif cair pengawasannya dilakukan secara
otomatis, pengendalian dilaksanakan di panel pengomando.
1. Rangkaian otomatis yang di hubungakn dengan starting pompa
- Informasi tinggi permukaan cairan yang menetapkan bekerjanya suatu
pompa. Sebuah pompa yang berhenti hanya diperkenankan dijalankan jika
tinggi permukaan cairan dalam penampung yang bersangkutan lebih besar
dari tinggi permukaan terendah, dan sebuah pompa yang berjalan menjadi
berhenti otomatis jika tinggi permukaan cairan dalam tangki penampung
yang bersangkutan mencapai di bawah tinggi permukaan terendah.
- Perintah penempatan bekerjanya pompa melalui TPL-nya mula-mula
menimbulkan terbukanya kran elektrik atas jaringan service water yang
mengumpani bagian “seal“ dari pompa. Pompa hanya bekerja secara

Prodi Teknik Kimia - ITI


22

efektif ketika nilai ambang dari tekanan terendah atas jaringan service
water tersebut telah terpenuhi.
- Perintah penghentian sebuah pompa menimbulkan penghentian seketika
pompa tersebut dan penutupan kran elektrik atas jaringan service water
yang bersangkutan.
2. Pelaluan otomatis ke keadaan stand by
Masing-masing kesalahan yang ditunjukan oleh alarm yang menyebabkan
kondisi stand by maka akan menimbulkan kondisi evaporator dalam keadaan
stand by, dan ini hanya berpengaruh jika TLP pengawasan unit pada posisi
otomatis/pelaluan ke keadaan stand by secara otomatis menimbulkan:
- Penghentian pompa:
1. P 22004 atau P 22005: pompa pengumpan limbah mentah yang
digunakan.
2. Pompa P22011: pompa pengumpanan larutan anti buih.
- Penutupan kran-kran:
V 22007 : kran pengumpanan limbah mentah ke evaporator
V 22079 : kran pengeluaran destilat
V 22080 : kran pengosongan konsentrat
V 22091 : kran pengumpanan larutan anti buih
V 62202 : kran pengumpanan air bebas mineral ke kolom D 22001
V 62502 : kran pengumpanan steam ke penukar panas E 22001
V 62503 : kran pengeluaran embunan steam dari E 22001
TPL pengawaas unit hanya dapat dipindahkan dari “ menu” ke “Auto” jika
kondisi berikut telah terpenuhi :
- P 22004 atau P 22005 dalam keadaan operasi
- V 22075, V 62202, V 62502, V 62503 dalam keadaan terbuka
- V 22079 atau V 22106 dalam keadaan terbuka
- V 22076, V 22080, V 22105 dalam keadaan tertutup
Rangakain ekstraksi konsentrat ototmatis memepengaruhi posisi TPL
pengawasan unit evaporasi yaitu pada keadaan :

Prodi Teknik Kimia - ITI


23

1. Ketika meter penghitung mundur debit pengumpan limbah cair mentah


(FQS 22001 ) menghitung volume yang dipasang diwaktu awal oleh
operator, terjadi hal seperti :
- Berkedipnya lampu indicator ekstraksi pada panel pengomando, dekat
TLP dari kran V 22080
- Pembukaan kran ekstraksi konsentrat V 22080
- Pemblokkan dari kran regulalsi pengumpulan limbah cair mentah V
22071 dalam posisi tetap sesuai dengan perkiraan debit nominal dari
limbah
- Pengesatan secara otomatis meter penghitung mundur FQS 22010
pada harga yang telah dipasang kembali oleh operator.
2. Ketika tinggi permukaan cairan dalam kolom penenangan R 22010
mencapai tinggi permukaan lebih rendah dari harga yang ditetapkan
(40%) (LLS 22010). Jika TPL pengawas unit dalam posisi “Auto” makan
akan terjadi hala-hal sebagai berikut:
- Penutupan kran V 22080
- Pembebasan kran V 22071 ( dalam pemblokan) yang kembali ke
posisis regulasi ( dikomando oleh LRC 22010)
- Pemadaman dari lampu ektraksi.

3.5.2 Insenerasi

Gambar 3.3. Skema Proses Insenerasi

Prodi Teknik Kimia - ITI


24

Dilakukan pemilahan sebelum pelaksanaan proses insenerasi di PTLR-


BATAN dimana limbah akan dipilah berdasarkan karakteristik serta komposisi
limbahnya yang dilakukan dalam glove box. Setelah limbah dipilah, limbah yang
dapat diinsenerasi dimasukan kedalam kardus berukuran 30x30x50 cm, setelah
itu kardus yang berisi limbah tersebut akan diletakan di conveyor untuk
diumpankan ke dalam furnace. Sebelum pembakan dilakukan, terlebih
dahulufurnace dipanaskan dengan menggunakan dua buah burner selama ± 24
jam, hingga suhu batu tahan apiyang ada didalam furnace mencapai 850 –
1000oC. Setelah furnace mencapai suhu operasi, dilakukan pengumpanan
limbah. Limbah yang akan diumpankan ialah limbah yang telah dipilah dan
dikemas didalam kardus pada proses preparasi di unit ini.
Limbah akan diumpankan kedalam furnace dengan menggunakan conveyor
dan limbah akan melewati tiga pintu secara berurutan sebelum masuk kedalam
furnace. Kardus yang telah diisi limbah diletakan diatas conveyor, lalu pintu 1
(G-54) akan terbuka, setelah kardus melewati pintu G-54, pintu G-54 akan
tertutup dan pintu selanjutnya (G-55) akan tebuka, setelah melewati pintu G-55,
pintu G-55 akan segera tertutup dan pintu selanjutnya (G-56) akan tebuka.
Dengan terbukanya pintu ketiga (G-56), maka limbah akan masuk kedalam
furnace. Didalam furnace limbah akan dibakar, dengan batu tahan api yang telah
dipananskan, limbah selanjutnya akan dimasukan sepuluh menit limbah masuk
kedalam furnace.
Dari pembakaran limbah akan menimbulkan abu dan gas, abu hasil
pembakaran ini ada yang berhamburan (fly ash) dan ada yang mengendap
(bottom ash). Abu yang mengendap akan terkumpul di dalam hopper.
Sedangkan untuk abu yang berhamburan ada terbawa bersama gas, dan diolah
menggunakan bag house filter, karena gas yang ditimbulkan memiliki suhu yang
tinggi (850-1000oC) maka sebelum dialirkan ke bag house filter gas ini akan
didinginkan dengan menggunakan diluton air, dimana udara akan dihembusksan
oleh fan (C8103A/B) untuk mendinginkan gas hasil insenerasi hingga mencapai
suhu 180oC±20oC. Setelah mencapai suhu tersebut gas akan dialirkan ke bag
house filter untuk menyaring partikulat yang terbawa oleh gas, namun jika suhu
gas yang dialirkan diatas standar yang telah ditetapkan maka pasokan udara dan

Prodi Teknik Kimia - ITI


25

bahan bakar pada unit ini akan dihentikan sejenak, serta sistem proteksi
kebakaran pada unit ini akan berfungsi. Dimana seluruh katup yang menyuplai
udara akan ditutup, pompa akan dimatikan, suplai bahan bakar akan dihentikan,
serta burner 1 dan burner 2 akan mati dengan sendirinya (interlock), lalu setelah
itu akan dihembuskan gas hallon untuk menurunkan suhunya, namun jika suhu
gas belum sesuai standar yang diinginkan maka gas akan diguyur menggunakan
fire water hingga suhu gas benar-benar aman untuk diproses.
Untuk proses pada bag house gas akan dialirkan melewati filter sehingga
partikulat akan tertahan filter dan akan membentuk cake, cake yang terbentuk
dalam filter ini dapat meningkatkan efisiensi penyisihan partikulat, namum jika
cake yang terbentuk telalu banyak menyebabkan penyumbatan pada filter serta
meningkatkan tekanan pada filter, hal ini dapat menyebabkan suhu dalam filter
meningkat dan akan membuat filter koyak. Jika telah terbentuk cake yang terlalu
banyak, maka akan dilakukan peluruhan pada cake yang terbentuk dengan cara
mengoyangkan filter secara mekanik, sehingga menyebabkan cake yang
terbentuk jatuh kedalam hopper, lalu akan dimasukan dalam drum 100liter unutk
diimobilisasi dengan matriks semen. Abu yang terkumpul dimasukan ke dalam
drum 100 liter dan diimobilisasi menggunakan matrik semen lalu disimpan
digudang penyimpanan sehingga habis waktu paruhnya.
Sedangkan gas yang telah melewati filter akan diproses lebih lanjut sebelum
dibuang ke lingkungan, dimana gas telah melewati unit bag house filter akan
disaring lagi menggunakan HEPA (High Effisiency Particule Air) yang memiliki
effisiensi penyisihan terhadap partikel sebesar 99,99%. Sehingga partikel-
partikel halus yang terbawa bersama gas pada unit sebelumnya dapat tertangkap
pada filter ini dan gas yang dialirkan pada unit washing coloumn dapat bebas
dari partikel-partikel radioaktif yang terbawa bersama gas dari proses
sebelumnya.
Untuk terakhir proses insenerasi adalah washing coloumn, dimana gas yang
telah disaring dengan menggunakan HEPA filter akan dialirkan ke unit ini untuk
menetralkan pH da suhu gas sebelum dibuang ke lingkungan. Gas akan dialirkan
dari bawah unit ini,dan gas akan diguyur menggunakan air dan soda untuk
menurunkan pHnya. Dimana gas akan tertahan oleh scruber yang ada dalam unit

Prodi Teknik Kimia - ITI


26

ini, hal ini bertujuan untuk memperlambat laju alir gas sehingga dapat
memperlama waktu kontak udara dan air ataupun soda. Gas yang telah melewati
unit ini akan mengalami penurunan suhu hingga 60oC, dimana gas yang telah
melalui unit ini akan dibuang ke lingkungan melalui cerobong. Namun sebelum
dibuang ke lingkungan gas ini akan dikontrol terlebih dahulu, jika gas yang akan
dibuang ini mengandung kandungan radionuklida di luar standar baku mutu
yang ada, maka gas ini akan diolah pada sistem off gas sebelum dibuang ke
lingkungan dan sebaliknya. Sedangkan untuk cairan bekas yang digunkan pada
unit ini akan dicek kandungannya, jika layak dibuang ke lingkungan maka
limbah akan dibuang kelingkungan dan jika tidak, limbah akan ditampung
kedalam tangki effluent aktif untuk diproses lebih lanjut.
3.5.3 Kompaksi

Gambar 3.4. Skema Proses Kompaksi

Limbah yang masuk pada unit kompaktor ini adalah limbah padat tak
terbakar, dimana limbah tersebut sudah dikemas dalam drum 100 liter dengan
berat kurang lebih 30 kg dan telah dikategorikan terlebih dahulu
radioaktifitasnya. Ukuran unit kompaktor ini yaitu dengan panjang 1,5 m, lebar
1,5 m dan tinggi 2m.

Prodi Teknik Kimia - ITI


27

Sebelum limbah yang akan dikompaksi diolah, setiap drum diberi label
terlebih dahulu untuk mengetahui sumber limbah, kandungan radionuklidanya
dan untuk memudahkan dalam pengecekan pada penyimpanannya. Setelah itu
drum 200 liter akan dimasukan kedalam unit kompaktor, sebagai wadah
penampung hasil kompaksi dari drum100 liter, namun sebelumnya padadrum
200 liter akan diberi bantalan dibagian bawahnya dan diberikan koral pada
bagian bawah drum. Satu drum 200 liter dapat nemampung 3-6 drum 100 liter
yang telah dikompaksi, tergantung dari jenis limbah yang dikompaksi. Kuat
tekan unit iniadalah 600 kN atau serta dengan 62 kg. Setelah drum 200 liter terisi
penuh, maka baru akan dikeluarkan dan diletakan dibagian penyemenan.
Dimana pada bagian ini drum 200 liter akan diisi dengan koral sekitar ¾ bagian
pada dinding-dinding drum yang kosong.
Setelah itu drum 200 liter iniakan diisi dengan slurry, yaitu campuran
semen, air dan pasir sambil digetarkan dengan tujuan pemerataan. Pemberian
slurry in adalah untuk immobilisasi, agar limbah radioaktif yang ada dalam drum
200 liter dapat terkungkung. Untuk 1 drum 200 liter akan diisi dengan semen 75
kg dan pasir 100 kg. Setelah pengisian slurry maka drum 200 liter akan
ditimbang terlebih dahulu sebelum diberi label penyimpanan, total berat setelah
dilakukan sementasi yaitu sekitar 300 kg. Kemudian diukur dahulu paparan dari
drum 200 liter.
Pada unit kompaktor ini reduksi volume yang didapat yaitu sekitar 60-75%
dari total limbah yang diolah. Dalam satu siklus pengoperasian kompaksi,
kompaktor dapat mereduksi hingga menghasilkan 12 drum 200 liter yang
dilakukan dalam 1 minggu. Setelah proses selesai, maka shell drum tadi dibawa
ke ruang penyimpanan.
3.5.4 Sementasi

Unit sementasi bertujuanuntuk immobilisasi dengan menggunakan semen


agar limbah radioaktif dapat terkungkung. Sumber limbah yang dapat
disementasi langsung pada unit ini yaitu konsentrat hasil dari proses evaporasi
dan resin dari hasil purifikasi kolam reaktor. Awalnya konsentrat ditampung
dibak dengan kapasitas 3 m3. Ruangan untuk proses sementasi ini pada hotshell

Prodi Teknik Kimia - ITI


28

yang merupakan zona 4, dimana ketika proses ini berlangsung tidak boleh ada
pekerja yang berada disekitar zona ini dikarenakan berpotensi tepapar radiasi.
Limbah konsentrat yang akan di sementasi harus bersifat netral, yaitu pada
pH 7. Pada unit ini tedapat 3 buah tangki sillo yaitu acid tank, tangki soda dan
tangki reagen. Konsentrat ditakar kurang lebih 235 liter per shell beton, dimana
nanti limbah akan dicampur dengan adonan pasir, semen dan zat aditif. Zat aditif
yang digunakan adalah beton mix, untuk 1 shell beton digunakan 2 liter zat
aditif. Masing-masing dari campuranini yaitu 500 kg semen dan 400 kg pasir
yang dibagi menjadi 4 tahap per shell beton. Shell beton yang digunakan untuk
immobilisasi limbah konsentrat memiliki kapasitas 950 liter.
Proses sementasi ini terdiri dari empat buah stasiun, yaitu stasiun 0 berada
diluar hotshell, stasiun 1, stasiun 2 dan stasiun 3 berada didalam hotshell. Pada
stasiun 0 dilakukan persiapan shell beton dan pengangkat katup shell beton.
Stasiun selanjutnya yaitu stasiun 1, pada stasiun ini penutup shell beton diangkat
secara mekanik, selanjutnya masuk ke stasiun 2 yaitu pengisisan limbah
(konsentrat atau resin) sedangkan stasiun 3 yaitu pengisian campuran yaitu pasir,
semen yang sudah diaduk terlebih dahulu di sillo, sedangkan air ditambahkan
sedikit-sedikit saat pengadukan. Pengadukan dilakukan secara stasis hingga
homogen. Setelah homogen shell beton dibawa lagi ke stasiun 1 untuk ditutup,
kemudian dibawa ke stasiun 0 yang berada diluar hotshell. Bagan penutup
atasnya akan di cor agar permukaannya rata, tetapi sebelumnya shell didiamkan
24 jam agar kering. Sebelum shell beton ditutup, diambil sampel untuk
melakukan uji tekan dan uji lindi, uji ini dilakukan setelah 30 hari.
3.5.5 Penyimpanan

Gambar 3.5. Skema Penyimpanan

Prodi Teknik Kimia - ITI


29

Unit pengolahan terakhir yang ada di PTLR-BATAN untuk saat sekarang


ini setelah mengalami beberapa proses pengolahan ialah penyimapanan, tujuan
penyimpanan ini adalah meruruhkan aktivitas radionuklida, sehingga diperoleh
hasil paparan radiasi yang aman dan sesuai persyaratan. Sedangkan untuk
penyimapanan limbah yang ada di PTLR-BATAN dibagi menjadi tiga
berdasarkan jumlah dan aktivitas radionuklidanya, yaitu :
1. Penyimpanan sementara limbah radioaktif (Interm Storage IS-1 dan IS-2)
Gedung penyimpanan ini dirancang untuk menahan radiasi sehingga laju
dosis diluar gedung adalah kurang dari 0,5 µSv/jam dan mampu menampung
1800 drum berkapasitas 200 liter serta shell beton hasil sementasi.
2. Penyimpanan sementara bahan bakar bekas (KH-IPSB3)
Fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas reaktor nuklir, dimana pada gedung
ini terdapat kolam penyimapan yang berdimensi 14 m x 6 m x 7 m, dimana
kolam tersebut diisi oleh air bebas mineral sedalam 6,42 m, penambahan air
bebas mineral disini bertujuan sebagai shielding dan limbah yang disimpan
diunit ini. Bahan bakar nuklir bekas maupun batang kendali bekas yang akan
disimpan diunit ini, terlebih dahulu disusun dalam rak-rak yang telah ditandai
per lobangnya. Kapasitas unit ini adalah 1.448 bahan bakar nuklir bekas
termasuk elemen batang kendali bekas.
3. Penyimpanan sementara limbah aktivitas tinggi
Fasilitas penyimpanan limbah radioaktif denan pancaran radiasi tinggi > 962
TBq/m3. Limbah akan ditampung pada drum stainless steel 60/100 liter dan
disimpan dalam sumur yang telah dilapisi timbal dengan kedalaman 6 meter,
hingga waktu paruh limbah yang disimpan habis. Fasilitas ini memiliki 20
buah sumur, dan masing-masing sumur mampu menampung 6 buah drum
60/100 liter. Total kapasitas tampung fasilitas ini adalah 120 drum.

Prodi Teknik Kimia - ITI


30

BAB IV

PENGENDALIAN MUTU

4.1 Sistem Management Mutu PTLR BATAN

Pengendalian mutu di Pengolahan limbah tekonologi radioaktif (PLTR) dilakukan oleh


unit jaminan mutu. Pengawasan mutu dilakaukan dengan bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan pelanggan. Unit jaminan mutu mempunyai tugas melakukan pengembangan,
pemantauaan, pelaksaan dan audit internal sistem jaminan mutu dan pengembangan
teknologi limbah radiaoaktif.

PTLR menerapkan Sistem Managemen Mutu Terintegrasi yaitu dengan


mengintegrasikan beberapa persyaratan yang diatur oleh standar, baik itu Standar
Internasional ( ISO ), Standar Nasional ( SNI ), maupun Standar Batan (SB).

Standar yang digunakan dalam penerapan SMMT PTLR antara lain adalah :
1. ISO 9001:2008/SNI9001:2012/SB001 tentang Sistem Managemen Mutu
Persyaratan,
2. ISO/IEC 17025: 2008/SNI ISO IEC 17025 :2008/ SB 77-0003-80-2007 tentang
Pendoman Persyaratan Umum Kompetensi Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi,
3. OHSAS 18001:2007/SB 006-OHSAS 18001: 2008 tentang Pedoman Tentang
Persyaratan Sistem Managemen Persyaratan dan Kesehatan Kerja,
4. SB 0061-1 BATAN 2012 tentang Pedoman Tentang Penilaian Resiko Kesalamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) BATAN.

Keseluruhan persyaratan yang ditetapkan di dalam standar tersebut dirangkum menjadi


Pedoman Penjamin Mutu Terintegrasi PTLR yang pelaksanaannya diatur melalui
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di PTLR.

Prodi Teknik Kimia - ITI


31

4.2 Proses Pengawasan Mutu

Proses pengawasan mutu yang dilakukan oleh unit jaminan, mutu dilakukan
berdasarkan mapping proses pengawasan mutu.

Gambar 4.1. Mapping Proses Manejemen Mutu

A. Manajemen
Manajemen pengolahan limbah radaioaktif memiliki tugas dalam hal pengawsan
mutu yang meliputi: rencana strategis, manajemen keuangan, manajemen sumber
daya, manajemen mutu terintergrasi.
B. Sistem
Sistem yang ada dalam proses pengawasan mutu terdiri dari: pengendalian
dokumen, audit internal, tindakan pencegahan dan perbaikan, pengendalian
ketidaksesuaian, pengendalian resiko. Dimana sistem ini yang akan memastikan
semua bekerja sesuai dengan SOP.

Prodi Teknik Kimia - ITI


32

C. Kegiatan Utama
Kegiatan utama dalam pengawasan mutu juga berkaitan dengan departemen
penelitan dan pengembangan pengolahan limbah radioaktif yang bertujan untuk
memastikan kondisi permintaan dari pelangan hingga kepuasan pelangan. Kegiatan
utama pada unit jaminan mutu meliputi:
 Menerima bahan nuklir, sumber, limbah dan bahan radioaktifnya
 Pengangkutan limbah radioaktif
 Menginveritarisasi limbah radioaktif
 Reduksi volume limbah radioaktif
 Kondisioningg limbah radioaktif
 Penyimpanan sementara limbah radioaktif
 Penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas dari reaktor penelitian
 Dekomisioning
 Pengolahan limbah B3 internal BATAN
D. Pendukung
Pendukung dalam pengawasan mutu bertujuan untuk mendukung proses
pengawasan mutu agar semua proses berjalan dengan baik. pendukung dalam
proses pengawasan mutu sendiri meliputi :
 layanan pemiliharaan dan perawatan peralatan
 kontrol keselamatan nuklir dan proteksi radiasi
 layanan pasokan energi
 kontrol keamanan, kesehatan dan keselamtan kerja
 layanan administratif dan legalitas

4.3 Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standart operasional prosedur ini harus dilaksanakan dalam proses pengolahan limbah
radioaktif cair. Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksaan limbah radioaktif
cair tidak dapat dilaksanakan dengan benar dan sesaui dengan peraturan yang berlaku.
SOP dalam pengolahan limbah radioaktif cair dapat dilihat sesaui gambar berikut :

Prodi Teknik Kimia - ITI


33

Alur Proses Pengolahan limbah Cair

Perencanaan
Penerimaan Penentuan
A
Limbah Cair limbah umpan
Persiapan
proses
Evaporasi
Plan

Penyiapan
peralatan dan
bahan
B

tidak
Transfer dan Treatment Proses
Ekstraksi
penampungan Homogenisasi Ya Limbah Cair Evaporasi
Limbah Cair
Do

Ya
tdk
Penyimpanan
Konsentrat R
22004

Monitoring kualitas Konsentrat


Destilat
Check

Analisis LC Memenuhi kriteria Memenuhi kriteria


? proses? ya

Kadar ekstrak kering


klirens? > 250 gr

Tidak Tidak

Laporan hasil
Act

Pelaporan Jumlah Laporan Pengolahan


Limbah Cair karakterisasi Limbah A B Ya
limbah Cair
Cair

Gambar 4.2. Alur Proses Pengolahan Limbah Cair

Prodi Teknik Kimia - ITI


34

BAB V

SARANA PENUNJANG

Sarana penunjang merupakan sebuah bagian yang memiliki peranan penting dalam
kegiatan operasional suatu pabrik. Unit ini berperan dalam menunjang proses produksi
maupun proses lainnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang baik dalam merancang
pemenuhan kebutuhan saran penunjang tersebut. Sarana penunjang yang ada di PTLR-
BATAN terbagi dalam beberapa bagian yaitu :
1. Unit penyedia air
2. Unit penyediaan listrik
3. Unit penyediaan bahan bakar.

5.1 Unit peneyediaan Air

Kebutuhan air pada pabrik ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Air sebagai umpan boiller
2. Air sebagai media pendingin
3. Air domestik.

5.1.1 Air sebagai umpan boiller

Steam adalah media pemanas yang digunakan dalam proses produksi, yaitu pada
unit evaporator. Steam yang digunakan adalah steam saturated dengan temperature
160 oC. Untuk mengahasilkan steam ini, dibutuhkan air sebagai umpan boiller, dimana
air ini harus terbebas dari ion-ion logam yang dapat menyebabkan kesadahan yang
akan menimbulkan kerak pada boiller sehingga akan menurunkan efisiensi boiller.
Pembebasan ion-ion ini dilakukan dengan cara demineralisasi melalui tangki penukar
ion.
Boiller yang digunakan di PTLR-BATAN adalah jenis pipa api sistem 3 aliran. Api
ditimbulkan dari semprotan burner, kemudian mengalir pada lorong api utama, pipa-
pipa api selanjutnya menuju ke cerobong. Proses perpindahan panas terjadi pada
sepanjang pipa api ke air. Keunggulan boiller ini menggunakan sistem pengamanan
modern. Bila terjadi kekurangan air maka alarm akan berbunyi, apabila level air turun
melewati batas yang diijinkan maka boiler akan mati. Apabila terjadi kelebihan
tekanan maka katub pelepas tekanan akan bekerja membuang uap secara otomatis

Prodi Teknik Kimia - ITI


35

Gambar 5.1. Diagram Sistem Uap


5.1.2 Media pendinging

Media pendingin yang digunakan adalah air pendingin dan air chiller.

1. Cooling Water (Air Pendingin)


Cooling water system sebagai system pendingin evaporator yang selama ini
digunakan di PTLR adalah kombinasi antara loop tertutup dan loop terbuka.
Sistem pendingin primer menggunakan loop tertutup berupa Plate Heat Exchanger
(PHE) dan sistem pendingin sekunder menggunakan loop terbuka berupa Cooling
Tower Lianchi. Air pendingin yang telah menjadi panas karena telah digunakan
dalam pendinginan di dalam proses memiliki suhu sebesar 45oC, akan masuk
menuju pendingin primer (PHE) untuk didinginkan kembali dengan menggunakan
air pendingin yang berasal dari menara pendingin (pendingin sekunder), dalam
proses ini fluida panas masuk kedalam tube dan fluida dingin masuk ke dalam
shell (terjadi di dalam pendingin primer), kemudian akan terjadi kontak antara dua
fluida tersebut, sehingga air akan mengalami pendinginan disebabkan karena
kehilangan panas sensible yang diambil oleh air pendingin. Setelah melalui proses
ini, air pendingin yang digunakan akan menjadi panas dan memiliki suhu keluaran
sekitar 35oC, sedangkan suhu air pendingin yang menjadi panas karena telah
digunakan dalam proses pendinginan setelah didinginkan suhunya menjadi turun
yaitu 32oC. Air pendingin tersebut dapat digunakan kembali untuk proses

Prodi Teknik Kimia - ITI


36

pendinginan pada sistem evaporasi. Kemudian air pendingin yang menjadi panas
didinginkan didalam menara pendingin untuk digunakan kembali sebagai media
pendingin pada alat pendingin primer.

Spesifikasi cooling water system yaitu :


a. Plate Heat Exchanger :

Pendingin Primer : Plate Heat Exchanger


Hot side Cold Side
Fluida Kg/m3 992.7 993.6
Density Kcal/kg,oC 1 1
o
Specific Heat capacity Kcal/m,h, C 0.537 0.533
Thermal conductivity cP 0.618 0.784
Viscosity inlet cP 0.767 0.707
Viscosity outlet

Mass flow rate kg/h 60000 132000


o
Inlet temparature C 43 31
o
Outlet temperature C 32 36
Pressure drop Mwg 3.45 14.7

b. Cooling Tower :

Flow rate : 60 m3/jam atau 266.36 gmp


T1 : 31oC
T2 : 42oC
∆T : 11oC
Jumlah : 2 unit

Prodi Teknik Kimia - ITI


37

Gambar 5.2. Cooling Water Sistem

2. Chilled Water ( Air Chiller)


Chilled water sistem adalah air pendingin yang digunakan untuk mendinginkan
fluida hingga mencapai suhu kurang dari 20oC. Media pendingin yang digunakan
dalam chilled water adalah Freon 22. Hasil keluaran pada chilled water system
memilik suhu sampai 4oC.

Salah satu kegunaan chilled water di instalasi nuklir ini adalah sebagai sistem tata
udara (AHU). Sistem tata udara merupakan sistem yang sangat penting dalam
menunjang kegiatan operasional pada instalasi nuklir. Sistem tata udara yang baik
akan dapat menjaga kelembaban, tekanan udara serta suhu ruangan sesuai dengan
yang diinginkan, sehingga kenyamanan personal dan keamanan peralatanpun dapat
terjaga dengan baik. Di Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif (PTLR),
selain digunakan untuk tata udara, chilled water system juga digunakan untuk
pendingin (penukar panas) pada evaporator dan insenerator.

Prodi Teknik Kimia - ITI


38

Gambar 5.3. Chilled Water System

5.1.3 Air Domestik

Air dalam suatu pabrik digunakan sebagai media transfer panas dalam proses dan
kebutuhan penunjang lainnya yang juga sangat penting. Kebutuhan air domestik suatu
pabrik terdiri atas :
a. Air untuk sanitasi
b. Air untuk keperluan laboraturium
c. Air untuk konsumsi

Semua kebutuhan air tersebut diperoleh dari unit utilitas yang mengolah air yang
bersumber dari Puspiptek.
5.1.4 Tahap Demineralisasi

Air yang telah bersih masih mengandung ion-ion tertentu yang menyebabkan
kesadahan air sehingga harus dihilangkan terutama air yang akan digunakan sebagai
umpan boiler, dimana air tersebut harus bebas dari kesadahan sehingga dapat
mencegah timbulnya kerak dan perusakan alat. Air yang didemineralisasi adalah air

Prodi Teknik Kimia - ITI


39

untuk umpan boiler. Ion-ion yang tidak dikehendaki dalam air sungai adalaah ion
negative seperti Cl-, SO42-, dan PO4 2.
Ion- ion ini dihilangkan dengan cara pertukaran
ion.

Untuk menyerap ion positif digunakan resin yang diletakan dalam kation exchanger.
Reaksi yang terjadi adalah :
RH + Ka+ Rka + H+
Dalam reaksi ini Ka adalaah kation. Bila jenuh, resin perlu diaktifkan kembali dengan
H2SO4 2% dan 4% untuk penyempurnaan. Reaksi pengaktifan kembali adalah sebagai
berikut :
RKa + H+ RH + Ka+
Resin untuk menyerap ion negatif diletakan dalam anion exchanger. Reaksi yang
terjadi adaalah :
ROH + A+ RA + OH-
Dalam reaksi ini, A adalah anion. Pengaktifan kembali resin yang telah jenuh
menggunkan larutan NaOH 4%. Reaksi yang terjadi adalah :
RA + OH- ROH + A-
Air yang telah didemineralisasi kemudian ditampung dalam tangki air hasil
demineralisasi untuk kemudian dialirkan ke bak umpan boiler.

Gambar 5.4. Demineralized Water System

Prodi Teknik Kimia - ITI


40

5.2 Unit Pembangkit dan Penyediaan Listrik

Tenaga listrik yang digunakan untuk fabrikasi (penggerak alat motor dan penggerak
motor alat utilitas) dan unit non fabrikasi (perbengkelan, instrumentasi, penerangan,
perkantoran dan penunjang lainnya).

Secara keseluruhan listrik ini diperoleh dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebagai
cadangan apabila terjadi gangguan penyediaan listrik dari PLN maka disediakan
generator 2 unit yang berbahan bakar solar dengan kapasitas masing-masing 170 kW
sebagai pembangkit listrik dan dilakukan pengaturan dalam pendistribusiannya.

5.3 Unit Penyediaan Bahan Bakar

Bahan bakar yang digunakan dalam PTLR-BATAN ini adalah solar. Solar dibutuhkan
untuk :
a. Bahan bakar boiller
b. Bahan bakar generator

Solar ini ditampung dalam tangki bahan bakar.

Prodi Teknik Kimia - ITI


41

BAB VI

SPESIFIKASI ALAT

6.1 Sistem Evaporasi

6.1.1 Karakteristik Limbah Cair

Limbah radioaktif cair mempunyai karakteristik 10-6Ci/m3 < aktivita 2x10-26


Ci/m3. Spektrum ekuivalen dengan tenaga sinar gama dengan energy 0,8 MeV.
Limbah ini tidak boleh mengandung sama sekali bahan organik yang mudah
terdistilasi, yang menyebabakan penyumbatan atau mudah meledak, juga tidak
boleh mengandung produk yang dapat menyebabkan korosi stainless steel 316 L
(kandungan klorida < 0,1 g/l, dan pH≥7).

6.1.2 Data Umum Relatifitas terhadap Lingkungan

1. Kondisi Suhu Kamar.


Kondisi suhu kamar maksimum ditunjukan dalam tabel berikut :
Daerah Temperature Humidity (%) Depresi (daPa)
(oC )
1.B.16 32 90 Tidak terkontrol
1.B.17 32 90 Tidak terkontrol
2.0.13 25 60 -10
2.B.01 28 60 -10
3.0.0.1 28 60 -14
3.B.0.1 28 60 -14
4.B.01 50 atau 30 -22
4.B.0.2 30 atau 60 -22

2. Kebutuhan Fluida Tambahan


Steam
 Service pressure : 4 bar g
 Rated pressure : 5 bar g
 Service temperature : 151oC
 Kecepatan alir : 1300 kg/jam

Prodi Teknik Kimia - ITI


42

Air Pendingin
 Service pressure : 3 bar g
 Tekanan maksimum : 4 bar g
 Temperatur masuk : 32oC
 Temperatur keluar : 42oC
 Konsumsi : 60 m3/jam
 pH : 7- 9
 Kandungan klorida : < 100 mg/l
 Bahan tersuspensi : < 5 mg /l

Service Water
 Service pressure : 9 bar g
 Tekanan maksimum : 10 bar g
 Kecepatan alir : 12 m3/jam
 pH : 7- 9
 Kandungan klorida : < 100 mg/l
 Bahan tersuspensi : < 5 mg /l

Air Demin (bebas mineral)


 Service pressure : 3 bar g
 Tekanan maksimum : 4 bar g
 Kecepatan : 200 l/ jam
 pH : 7- 9
 Tahanan : > 0,5.106ohm/cm

Asam Nitrat
 Densitas : 1,38

Soda
 Densitas : 1,33

Prodi Teknik Kimia - ITI


43

Anti buih
 Kecepatan : 3 l/jam

Service Udara Tekan


 Service pressure : 6-8 bar g
 Tekanan maksimum : 10 bar g
 Kekeringan ( titik embun -10oC pada 8 bar ) dan bebas minyak.

Tenaga Listrik
 380 VAC – 50 Hz
 220 VAC – 50 Hz
 48 VDC

3. Data Proses
Kapasitas Pengolahan 750 kg/jam
Karakteristik limbah cair yang masuk :
 Kandungan larutan 5 g/l garam kering dengan :
Na2SO4 : 0,9 g/l
NaNO3 : 4 g/l
NaCl : 0,1 g/l
 Kadar garam kering konsentrat : 250 g/l
 Kadar garam kering destilat : <2,5.10-4 g/l

6.1.3 Karakteristik Komponen

1. Karakteristik tangki-tangki
Semua tipe adalah sama kecuali R 22010 dan R 22011.Tipe tangki-tangki ini
adalah “dished-head cylindrical”. Pengosongan tangki dilakukan melalui pipa
penghisap dan pengambilan cuplikan cairan dilakukan melalui sebuah pompa
yang terletak pada titik yang lebih tinggi dari tangki.

Prodi Teknik Kimia - ITI


44

Masing-masing tangki dilengkapi dengan alat pengukur tinggi permukaan.


Masing-masing tangki dilengkapi dengan manhole (lubang untuk masuk
orang) untuk inspeksi (kecuali untuk tangki R 22010 dan R 22011).
Tangki-tangki ini dilengkapi dengan pipa-pipa overflow (kecuali R 22010 dan
R 2201). Masing-masing tangki dihubungkan ke system off gas kecuali untuk
tangki-tangki yang mengandung bahan kimia yang tidak aktif, yang
dilengkapi dengan filter pemisah.
Karakteristik tangki sebagai berikut :

Tangki untuk limbah cair dan tangki untuk destilat berukuran sama yaitu :
- Diameter : 3,6 m
- Tinggi : 6,7 m
- Volume : 50 m3.

Tangki untuk effluent aktif dan tangki untuk effluent doubfull masing masing
berukuran sama yaitu :
- Diameter : 2,5 m,
- Tinggi : 4,3 m
- Volume : 15 m3

Tangki untuk konsertat :

- Diameter : 1,8 m
- Tinggi : 2,275 m
- Volume : 3 m3

Tangki untuk asam nitrat bekas :


- Diameter : 1,3 m
- Tinggi : 2,8 m
- Volume : 3 m3

Tangki untuk NaOH baru , tangki untuk HNO3 , tangki untuk NaOH
pengenceran masing-masing berukuran sama yaitu :

Prodi Teknik Kimia - ITI


45

- Diameter : 1,9 m
- Tinggi : 2,8 m
- Volume : 5 m3

Tangki Transquilization :
- Diameter : 0,9 m
- Tinggi : 3,5 m

Tangki untuk zat antifoaming :


- Diameter : 1,2 m
- Tinggi : 0,23 m

2. Karakteristik Evaporator

Alat Penukar Panas Evaporator E 22001


Tipe : single-pass vertical tubular exchanger. Fluida evaporasi masuk pada
tube side. Steam pemanas pada shell side. Alat penukar panas tipe sirkulasi
alam (thermoshipon).

Berikut Karakteristik Evaporator :


Jumlah tube : 43
Diameter tube : 42,5 mm(luar)
Panjang tube : 2670 mm

Panjang total :4m


Diameter shell : 0,6 m

Kondisi desain :
 Dimensi shell : 5 bg/159oC atau – 1bg/110oC
 Dimensi tube : 0,5 bg/ 110oC atau -0,4 bg/110oC

Material :

Prodi Teknik Kimia - ITI


46

 Pipa : SS 316 L
 Water box : SS 316 L
 Tubular plate : SS 316 L
 Shell : SS 304 L

Safety Class :
 Pipa :4
 Water box :4
 Tubular Plate : 4
 Shell : NC

3. Kolom Pemisah D 22001

Tipe kolom pemisah D 22001 yaitu penyerapan dengan aliran berlawanan


menggunakan plate pertukaran tipe bubble-cup. Pemisahan akhir melalui
devisicular cushion dan safety vessel.

Karakteristik kolom pemisah D 22001 sebagai berikut :


Diameter : 0,7 m
Tinggi total : 4,72 m
Material : SS316 L
Desain tekanan efektif : 0,5 bg dan -0,4 bg
Jumlah plate :4
Safety class : 4 internal parts NC
Desain temperature : 110oC

4. Kondenser E 22002

Tipe : single pass horizontal. Fluida yang diembunkan masuk pada shell side.
Karakteristik Kondensor sebagai berikut :
Jumlah tube : 19
Diameter tube : 42,4 mm (luar)

Prodi Teknik Kimia - ITI


47

Panjang tube : 3220 mm


Diameter shell : 323,9 mm
Panjang total : 0,940 m

Material
 Bagian yang kontak dengan destilat : SS 316 L
 Bagian yang kontak dengan cooling water : SS 304 L

Safety class
 Pipa tubular plate :4
 Water box : NC
Gas tidak mengembun (non kondensable gas) yang dikumpulkan
pada bagian luar kondser dikirim ke system off gas.

5. Cooler E 22003
Tipe : U- tube horizontal. Air pendingin masuk ke shell side

Karakteristik
Jumlah “ pin” tube : 20
Diameter “ pin” : 19,05 mm (luar)
Panjang “pin” : 2400 mm (panjang lurus)
Panjang total : 3,3 m
Diameter shell : 323,9 mm

Material
 Shell : SS 304 L
 Pins : SS 316 L

Kondisi desain
 Shell side : 4 bar g/50oC
 Pin side : 0,5 bg/110oC atau – 0,4 bg /110oC

Prodi Teknik Kimia - ITI


48

Safety class
 Shell : NC
 Pins :4

6. Hidraulik Valve R 22012

Karakteristik
Panjang total : 2,05 m
Diameter cuvelage : 323,9 mm
Kalibrasi : 440 mm w.g
Material : SS 316 L
Kondisi desain : 0,5 bg/110oC atau – 0,4 bg /110oC

7. Karakteristik Pompa

Pompa untuk homogenisasi limbah cair memiliki :


Tipe sentrifugal, daya : 3,5 kw
Flow capacity : 50 m3/h

Pompa homogenisasi destilat memiliki :


Tipe sentrifugal, daya : 3,5kw
Flow capacity : 50 m3/h

Pompa evakuasi memiliki :


Tipe sentrifugal, daya : 3,5 kw
Flow capacity : 50 m3/h

Pompa evaporator feeding memiliki :


Tipe sentrifugal, daya : 2 kw
Flow capacity : 50 m3//h

Pompa transfer HNO3 baru, HNO3 bekas, transfer konsertat memiliki:

Prodi Teknik Kimia - ITI


49

Tipe volumetrik, daya : 1,4 kW


Flow capacity : 3 m3/h

Pompa untuk injeksi antifoaming :


Tipe volumetric, daya : 0,4 kw
Flow capacity : 3 liter/h.

8. Karakteristik Perlengkapan
Karakteristik Perlengkapan dalam unit evaporasi yaitu:

Filter untuk tangki bahan kimia


Tipe resin sintetik
Soda (R 22007 dan R 22008) : S 2201 A dan B , CO2 trap
Asam nitrat (R 22009) : S 22002, penyerapan nitrat

9. Agitator (pengaduk)
Item : A 22012
Type : Tank edge
Power : 0,5 kW
6.2 Insenerator

Unit insenerator ini mengolah limbah cair organik dan limbah padat terbakar dari
limbah radioaktif. Jenis insenerator yang digunakan untuk limbah radioaktif ini adalah
multi purpose, dimana digunakan jenis ini karena fungsinya yang dapat membakar dua
jenis limbah yaitu, padat terbakar dan cair organik. Dimana temeperatur yang
digunakan dalam proses insenerasi ini adalah 850 – 1100oC. Pembakaran untuk unit
ini terdiri dari tiga bagian , yaitu furnest, bag house filter dan washing column.
Kapastitas dari setiap unit dapat dilihat pada tabel berikut :
No Unit Kapasitas
1 Furnets 3 m3
2 Bag house filter 3 m3
3 Washing column 3 m3

Prodi Teknik Kimia - ITI


50

6.3 Kompaktor

Unit kompaktor ini berfungsi untuk mengolah limbah padat aktivitas rendah dan
sedang yang tak terbakar dalam bentuk kompaksi atau mereduksi volume. Unit
kompaktor ini bekerja dengan gaya 600 kN atau sekitar 60 ton. Hasil dari proses
kompaksi ini dikapsulasi di dalam matriks semen menggunakan drum 100 L. Kapasitas
optimum proses unit kompaktor ini perminggu adalah 14 drum ukuran 100 L yang
terkompaksi di dalam dua buah drum 200 L. Dimensi dari kompaktor ini dapat dilihat
pada tabel berikut :

Parameter Dimensi Satuan


Panjang 1,5 Meter
Lebar 1,5 Meter
Tinggi 2 Meter

6.4 Sementasi

Unit sementasi mengolah limbah konsentrat evaporasi, limbah semi cair (resin bekas)
serta limbah padat nuklir dengan menggunkan matriks semen di dalam wadah shell
beton. Shell beton yang digunakan biasanya berukuran 950 dan 350 liter. Shell beton
dengan ukuran 950 liter digunakan sebagai wadah sementasi untuk limbah konsentrat
atau limbah semi cair, sedang untuk shell beton ukuran 350 L digunakan sebagai
wadah limbah padat seperti kolimator.
Terdapat empat stasiun pada unit sementasi, yaitu :
1. Stasiun Nol
Untuk meletakan shell beton pada hot plate, serta penambahan beton mix secara
manual.
2. Stasiun Satu
Pada stasiun ini dilakukan proses pengangkatan tutup shell beton.
3. Stasiun Dua
Pada stasiun ini dilakukan pengisian limbah yang akan disementasi ke dalam shell
beton.
4. Stasiun Tiga

Prodi Teknik Kimia - ITI


51

Pada stasiun ini dilakukan penambahan material (pasir, semen, serta zat aditif) secara
bertahap, serta pengadukan terhadap limbah yang diolah dengan campuaran material.

Unit sementasi tersusun dari bebarapa unit lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:
No Unit Jumlah Kapasitas
1 Tangki Cement Silo 1 5 m3
2 Tangki Adictive Silo 1 5 m3
3 Tangki Sand Silo 1 5 m3
4 Tangki Konsentrat 1 3,8 m3
5 Tangki Pengumpul Resin 1 7 m3
6 Tangki Asam 1 0,304 m3
7 Tangki Soda 1 0,304 m3
8 Tangki Penampung Reagen 1 0,304 m3
9 Aggregates Mixer 1 300 kg
10 Troli dengan Rotation Direction 1 1 shell beton
11 Concentrate Porpotioning Pot 1 0,315 m3
12 Resin Porpotioning Pot 1 0,430 m3
13 Tangki Perendan Shell Beton 1 3 m3

Prodi Teknik Kimia - ITI


52

BAB VII

MANAJEMEN INSTANSI

7.1 Sejarah Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) BATAN

BATAN adalah Lembaga Pemerintan Non Kementrian (LPNK) yang bertanggung


jawab langsung kepada Presiden, dan dibentuk Pasal 4 Undang-Undang No.10 tahun
1997. Sementara itu dalam melaksanakan tugasnya, BATAN berada dibawah
koordinasi Menteri Negara Riset dan Teknologi, sesuai dengan Keputusan Presiden
No.103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Sususnan
Organisasi dan Tata Kerja LPND, yang terakhirkali diubah dengan Peraturan Presiden
RI No.64 tahun 2005. Selanjutnya, kedudukan BATAN sebagai Pelaksana dibidang
ketenaganukliran dipertegas didalam Peraturan Presiden No.46 tahun 2013 tentang
Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah salah satu unit kerja
dilingkungan Deputi Bidang Tenaga Energi Nuklir-BATAN yang mempunyai tugas
melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah radioaktif
sesuai dengan Perka BATAN No.14 tahun 2013. PTLR berlokasi di BATAN Kawasan
Puspiptek Serpong (Sekarang Setu), Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Dengan luas bagunan keseluruhan 4.440 m2 .

Instalasi pengelolaan limbah radioaktif diresmikan pertamakali oleh Presiden RI


Bapak Suharto pada tanggal 5 Desember 1988 dibawah satuan kerja Pusat Pengelolaan
Teknologi Limbah Radioaktif (PTPLR)-BATAN. Saat itu BATAN masih
berkepanjangan Badan Tenaga Atom Nasional. Selanjutnya, melalui Keputusan
Presiden No.197 tahun 1998, nama Badan Tenaga Atom Nasional diubah menjadi
Badan Tenaga Nuklir Nasional. Dalam Undang-Undang No.10 tahun 1997 tentang
Ketenaga Nukliran Bab 6 Pengelolaan Limbah Radioaktif, Pasal 23 menyebutkan
bahwa Pengelolaan Limbah Radioaktif dilaksanakan oleh Badan Pelaksana dan
dipertegas dalam PP No.61 tahun 2013 tentang Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Kedudukan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sebagai badan pelaksana juga

Prodi Teknik Kimia - ITI


53

dipertegas dengan Peraturan Presiden No.46 tahun 2013 tentang Badan Tenaga Nuklir
Nasional.
7.2 Lokasi PTLR BATAN

Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) BATAN terletak dikawasan Puspiptek


Serpong Gedung 50 Batan, Serpong, Tangerang Selatan.
Telepon : 021-7563142
Faximile : 021-7560927
E-mail : PTLR@batan.go.id
Website : http://www.batan.go.id/ptlr/

7.3 Visi dan Misi PTLR BATAN

Dengan memperhatikan posisi PTLR dalam organisasi BATAN, tugas pokok dan
fungsi yang diemban serta berbagai arahan pimpinan yang diberikan, dengan
memperhatikan kondisi internal dan eksternal yang ada, maka disusunalah rumusan
Visi dan Misi PTLR sebagai berikut :
1. Visi PTLR
Visi Pusat Teknologi Radioaktif pada periode 2015-2019 ialah : “ Menjadi Sentra
Pengembangan Teknologi dan Pelayanan Penggelolaan Limbah Radiokaktif “.
2. Misi PTLR
Untuk mencapai visi PTLR tersebut di atas maka diperlukan upaya-upaya yang
terrangkum dalam misi PTLR sebagai berikut :

Prodi Teknik Kimia - ITI


54

1. Meningkatkan penguasaan teknologi pengelolaan limbah radioaktif dengan cara


melaksanakan penelitian, pengembangan, daan penerapan teknologi sesuai
dengan kebutuhan, perkembangan teknologi, peraturan perundangan dan
persyaratan ;
2. Meningkatkan kualitas layanan pengelolaan limbah radiaktif, secara selamat,
aman, handal, dan berwawasan lingkungan bagi pemangku kepentingan dengan
cara menerapkan standar layanan dan SMN pengolahan limbah radioaktif ;
3. Meningkatkan pemahaman dan penenrimaan masyarakat pada pengelolaan
limbah radioaktif dengan cara melaksanakan pembinaan pengelolaan limbah
radioaktif.

7.4 Struktur Organisasi PTLR BATAN

Organisasi PTLR dipimpin oleh Pejabat Eselon II sebagai Kepala Pusat dan terdiri
dari satu bagian dan empat bidang yang dipimpin Pejabat Eselon III. Selain iu,
terdapat dua unit setingkat Eselon IV yang bertanggungjawab langsung kepada
Kepala Pusat. Adapun bagian-bagan dan bidang yang ada pada PTLR ini adalah :
1. Bagian Tata Usaha (BTU)
2. Bidang Pengelolaan Limbah (BPL)
3. Bidang Teknologi dan Pengolahan dan Penyimpanan Limbah (BTPPL)
4. Bidang Pengembangan Fasilitas Limbah (BPFL)
5. Bidang Keselamatan Kerja dan Operasi (BK2O)

Serta terdiri dari unit-unit :


1. Unit Jaminan Mutu
2. Pengamanan Nuklir

7.5 Standar Pelayanan PTLR BATAN

Penyusunan Standar Pelayanan PTLR mengacu pada Permen PAN&RB No.36


tahun 2013 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar
Pelayanan dengan sistem penerapannya dilaksakan melalui Sistem Manajemen Mutu
Terinteregrasi yang diterapan oleh PTLR. Standar Pelayanan PTLR meliputi Standar
Pelayanan untuk :
1. Pengelolaan limbah radioaktif cair

Prodi Teknik Kimia - ITI


55

2. Pengelolaan limbah radioaktif semi cair


3. Pengelolaan limbah radioaktif padat
4. Pengelolaan limbah radioaktif bekas
5. Pengelolaan limbah bahan bakar nuklir bekas

Standar Pelayanan tersebut diterapkan untuk melayani proses pengelolaan limbah


radioaktif dan/atau Bahan Bakar Nuklir Bekas, baik yang berasal dari internal BATAN
maupun penghasil limbah dari luar BATAN (Industri, Rumah Sakit dll). Penerapan
Standar Pelayanan dtunjukan untuk memmastikan kesesuaian pelaksanaan kegian
layanan yang diberikan PTLR dengan peraturan perundangan serta persyaratan yang
berlaku dan untuk menjamin keselamatan dan keamanan manusia dan lingkungan serta
mencapai kepuasan pelanggan.

Prodi Teknik Kimia - ITI


56

Lampiran 1.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) adalah salah satu unit kerja dibawah
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang mempunyai tugas dan fungsi
melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan limbah radioaktif
untuk mencegah timbulnya bahaya radiasi terhadap manusia dan lingkungan. Instalasi
pengolahan yang terdapat di PTLR-BATAN meliputi evaporator, insenerator,
kompaktor, chemical treatment, unit sementasi, penyimpanan sementara limbah
radioaktif, penyimpanan sementara limbah radioaktif ativitas tinggi (PSLAT) dan
penyimpanan sementara bahan bakar nuklir bekas (KH-IPSB3). Setiap unit yang ada
pada instalasi pengolahan limbah radioaktif ini memiliki proses yang berbeda baik
pada pengolahan limbah maupun perawatan unit nya.
Limbah radioaktif berdasarkan bentuk fisiknya terdiri dari limbah radioaktif padat,
semipadat dan cair. Secara umum pengolahan limbah radioaktif cair dikelompokkan
menjadi dua macam :
1. Pengolahan limbah radioaktif cair yang beraktivitas kurang dari 10-3/μCi/ml
2. Pengolahan limbah radioaktif cair yang beraktivitas lebih dari 10-3/μCi/ml
Limbah Kimia Radioaktif Cair (LKRC) adalah limbah radioaktif cair yang
mengandung bahan/konstituen kimia dalam konsentrasi relatif tinggi. Pada kondisi
tertentu pengolahan LKRC perlu diawali dengan mengatasi bahan/kostituen kimia
tersebut karena keberadaanya yang menggangu proses pengolahan (Sugeng et al,
2015).
Pengendapan hidroksida merupakan metode yang praktis dan memberi dua
manfaat sekaligus yaitu setting pH limbah dan mengendapkan kromium sehingga
LKRC tersebut dapat diolah lebih lanjut dengan melakukan evaporasi terhadap
beningan dan sementasi terhadap endapan setelah pemisahan endapan diperoleh.
Proses pengendapan menggunakan soda kaustik 40 % yang akan menghasilkan banyak
endapan hidroksida yang bersifat gelatinous dimana endapan dibiarkan mengenap
(Sugeng et al, 2015).

Prodi Teknik Kimia - ITI


57

Endapan hidroksida dari proses pengendapan LKRC mengandung radioaktivitas


sehingga perlu treatment lebih lanjut. Endapan tersebut bersifat gelatinous, banyak
mengandung air, agar memudahkan dalam treatment perlu dilakukan proses
penyaringan untuk mengurangi kadar air sampai batas tertentu (Sugeng et al, 2016).
Proses penyaringan pada umumnya menggunakan teknologi filter press dan vacuum
filtration. Proses penyaringan yang digunakan di PTLR-BATAN adalah penyaringan
vakum. Proses penyaringan vakum yang sudah berjalan menggunakan satu buah
corong penyaring. Dengan menggunakan satu buah corong memiliki kekurangan yakni
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk proses penyaringan dan jumlah kuantitas
endapan yang tersaring lebih sedikit. Berdasarkan hal tersebut di atas diperlukan
pembelajaran lebih lanjut mengenai penambahan jumlah corong sebagai media
penyaring terhadap tahanan spesifik endapan saring dan tahanan spesifik kertas saring
yang digunakan.

1.2 Tujuan Kerja Praktik


Penyusunan laporan kerja praktik bertujuan untuk :
1. Dapat menerapkan yang diperoleh di bangku kuliah
2. Menghitung tahanan spesifik dari endapan limbah kimia radioaktif cair.
3. Menghitung tahanan spesifik kertas saring.

1.3 Ruang lingkup


Luasnya ruang lingkup dan banyaknya studi kasus di PTLR BATAN, maka dalam
penulisan laporan Kerja Praktik ini yang akan di bahas hanyalah pada “Filtrasi Vakum
Endapan Hidroksida dari Limbah Kimia Radioaktif Cair”.

1.4 Metode Pengumpulan Data


Penyusunan Laporan Kerja Praktik, penulis menggunakan beberapa metoda
pengumpulan data diantaranya adalah :
1. Diskusi
Berdiskus dengan pembimbing dan operator atau tenaga kerja yang ada di PTLR –
BATAN, guna mendapatkan hasil kerja praktk yang maksimal.
2. Obervasi
Obeservasi dilakukan dengan peninjauan langsng di lapangan PTLR –BATAN

Prodi Teknik Kimia - ITI


58

3. Studi Pustaka
Membaca beberapa referensi atau literatur, dari website, perpustakaan, guna
memperdalam penguasaan materi di dalam menyelesaiakn suatu masalah

1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik


Kerja praktik ini dilaksanakan di PTLR BATAN yang terletak di Kawasan Puspiptek
Serpong terhitung sejak tanggal 2 Januari 2017 s/d 31 Januari 2017.

Prodi Teknik Kimia - ITI


59

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Filtrasi


Filtrasi merupakan aliran melalui media berpori yang dapat berlangsung
secara alami dengan gravitasi maupun dengan memperbesar beda tekanan di antara
sisi masuk filter dan sisi keluar filter untuk mempecepat aliran tersebut. Beda
tekanan dapat diperoleh dengan memvakum pada sisi keluaran (Vacuum Filtration)
atau dengan memberi tekanan pada sisi masuk filter (filter Press) (Sugeng et al,
2016).
Filter medium (medium penyaring) adalah bahan padat berpori yang
berfungsi menahan partikel-partikel padatan berukuran lebih besar dan meloloskan
partikel padat berukuran lebih kecil dari diameter porinya bersama-sama dengan
cairan. Beberapa filter medium yang sering digunakan antara lain seperti nilon,
dacron cloth, kawat baja (steel mesh) gulungan baja tahan karat berbentuk koil, kain
kasa dan lain-lain.
Proses filtrasi bertujuan memisahkan padatan dari campuran fasa cair
dengan driving force perbedaan tekanan sehingga mendorong fasa cair melewati
lapisan support pada medium filter. Pada proses filtrasi, pemisahan padatan akan
tertahan pada medium penyaring. Sedangkan fasa cair yang melewati medium filter
berupa limbah/ hasil sampingnya. Prosedur filtrasi sederhana dapat diterapkan
langsung pada benda padat yang bentuknya tetap. Sebaliknya, diperlukan perlakuan-
perlakuan khusus sebelum dan sesudah proses filtrasi jika padatan yang akan
dipisahkan berupa cairan yang mudah terdeformasi atau berukuran kecil dan relatif
sulit diambil dari suspensi cair. Pada proses-proses pemisahan yang sulit, proses
filtrasi konvesional harus didukung dengan teknologi lain agar filtrasi lebih praktis,
cepat, dan kualitas produk tidak terdegradasi.

2.2. Prisip Kerja Filtrasi

Prinsip filtrasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Prodi Teknik Kimia - ITI


60

Gambar 2.1 Proses Filtrasi


Pada awalnya suspensi mengalir melalui medium filter, filtrat yang dihasilkan
mempunyai laju alir besar tetapi kualitas filtrat tidak begitu jernih. Seiring dengan
terbentuknya cake (padatan tertahan) maka laju filtrat makin menurun tetapi kualitas filtrat
semakin jernih, hal itu disebabkan cake yang terbentuk berfungsi juga sebagai penyaring
lapisan cake yang terbentuk akan semakin tebal mengakibatkan laju filtrat makin kecil, oleh
karena itu pada ketebalan tertentu harus dilakukan proses pengambilan cake.

Grafik 2.1 Laju Filtrasi


Agar suspensi bisa mengalir melalui medium filter maka dibutuhkan perbedaan
tekanan yang signifikan. Ada dua cara yang dapat dilakukan : pertama suspensi dipompa
(tekanan fluida sebelum medium filter lebih tinggi) atau cara kedua ruang filtratnya
divakumkan sehingga suspensi tertarik menuju ruang filtrat melalui medium filter.

Prodi Teknik Kimia - ITI


61

Gambar 2.2 Filtrasi vakum

2.3. Perhitungan Tahanan Spesifik

Persamaan penyaringan pada tekanan tetap :


 dt C V Rm
 2 s  …………………………………… (1)
dV A  P  A P 
= Kp .V + B ………………………………………….......... (2)
C s
Kp  …………………………………………………. (3)
A 2  P 
Rm
B …………………………………………………… (4)
A P 
Keterangan :
t = waktu (detik) / (s)
V = volume filtrat (m3)
 = viskositas (kg/m.s)
 = tahanan spesifik cake
C= Kg padatan / m3 filtrat
A = luas bidang penyaringan (m2)
(-P) = Penurunan tekanan sepanjang unggun padatan (cake) dan medium penyaring
(N/m2)
Rm = tahanan medium penyaring (1/m)
Kp dan B berupa harga tetap, dapat diperoleh dari data percobaan

Prodi Teknik Kimia - ITI


62

Grafik 2.2 Hubungan antara ∆t/∆V terhadap V rata-rata

Tahanan Spesifik Padatan Saring


Tahan spesifikasi padatan saring, , dirumuskan sebagai berikut:

k1 (1   ) S 0
3


 p3
k1 = tetapan (4.17 untuk partikel sembarang dengan ukuran dan bentuk tertentu)
 = porositas padatan saring
S0 = luas permukaan spesifik partikel padatan (m2/m3)
p = rapat massa partikel padatan (kg/m3)
Porositas unggun padatan dipengaruhi oleh tekanan (-P). Dengan membuat percobaan pada
berbagai tekanan, hubungan  dengan tekananan dapat diperoleh. Bila  tidak dipengaruhi
tekanan, padatan saring dikatakan tak termampatkan atau incompressible.
Hubungan  dan tekanan, secara dirumuskan:
   0 (p) s
0 dan  adalah tetapan-tetapan empiris yang melukiskan ketermampatkan cake. Harga s
biasanya berkisar 0,1 – 0,8. Harga s = 1 untuk cake yang tak termampatkan.

Prodi Teknik Kimia - ITI


63

BAB III
PENYARING VAKUM DI PTLR BATAN

1.1. Spesifikasi Penyaring Vakum

Penyaring vakum yang terdapat di PTLR BATAN berfungsi sebagai proses pretreatment
untuk mengurangi kadar air dalam endapan dari hasil proses pengendapan limbah kimia
radioaktif cair (LKRC) untuk treatment selanjutnya. Terdapat satu buah penyaring vakum
yang digunakan di chemical treatment.
Sugeng et al, 2016 telah merancang tangki filtrasi vakum berbentuk silinder dua tingkat
dengan bagian dasar konis dilengkapi pipa drain dan valve. Kedua tangki dihubungkan dengan
pipa dan valve pada bagian dinding. Tangki bawah dihubungkan dengan pompa vakum.
Corong filter ditempatkan pada rak di atas tangki dan dihubungkan menggunakan selang
dengan tangki atas. . Dibawah gambar rancangan penyaring vakum di PTLR – BATAN :

Gambar 3.1 Tangki Filtrasi vakum 150 liter

Prodi Teknik Kimia - ITI


64

Adapun spesifikasi penyaring vakum adalah sebagai berikut:


Nama : Penyaring Vakum
Tipe : Silinder dua tingkat
Material : SS304
Working Pressure : - 30 s.d – 20 cmHg
Diameter Tangki : 40 cm
Tinggi Tangki atas : 40 cm
Tinggi Tangki bawah : 80 cm
Volume Tangki : 154,98 L
Tebal Tangki : 3 mm
Daya Pompa vakum : ½ PK
Adapun spesifikasi medium penyaring adalah sebagai berikut :
Dc = 30 cm

Tt = 5 cm

pS = 9 cm
Tk

Dkt = 14 cm
Gambar 3.2 Medium Penyaring.
dimana,
Dc : Diameter Corong
Tt : Tinggi tabung
Tk : Tinggi Kerucut
pS : Panjang Selimut kerucut
Dkt : Diameter Kerucut Terpancung
1.2. Prinsip Kerja Penyaring Vakum
Salah satu peralatan filtrasi batch yang penting adalah media penyaring (kertas saring)
dan pompa vakum. Penyaring vakum bergantung pada luas filter dan tekanan vakum yang
digunakan. Umpan sludge dimasukkan ke dalam corong yang telah dilapisi media penyaring.
Ujung corong dihubungkan dengan pipa tangki yang telah divakum menggunakan slang. Pada
kondisi operasi vakum, filtrat yang lolos melewati media filter akan masuk ke dalam tanggi

Prodi Teknik Kimia - ITI


65

penampung dan padatan tertahan pada media filter. Satu siklus proses filtrasi sudah selesai,
apabila tekanan vakum telah turun dari – 30 cmHg hingga – 20 cmHg.

1.3. Langkah Proses Penyaring Vakum


1. Hubungkan pompa vakum dengan sumber listrik
2. Siapkan corong filter dengan kertas saring dan tempatkan pada rak filtrasi
3. Hubungkan ujung corong dan pipa vakum dengan slang
4. Siapkan bertahap 4 s/d 5 liter sludge, catat massanya
5. Tutup valve 1, 2, 5, dan 7 buka valve 3 dan 6
6. Operasikan pompa vakum hingga – 30 cmHg dan perhatikan pressure indicator, catat
waktu yang dibutuhkan, hentikan operasi pompa.
7. Buka perlahan valve 1 sehingga berlangsung filtrasi (setting dan perhatikan aliran filtrat)
8. Perhatiakn kevakuman menurun sampai – 20 cmHg (catat waktu yang diperlukan).
9. Ulangi langkah operasi pompa vakum hingga – 30 cmHg
10. Ulangi langkah filtrasi hingga – 20 cmHg
11. Setelah presipitat dalam corong filter relatif kering (kurang lebih 30 x operasi vakum)
biarkan penurunan tekanan vakum sampai habis ( = tekanan udara luar) di hari berikutnya
12. Timbang presipitat yang diperoleh, drain filtrat dengan membuka valve 5, ukur
volumenya.
13. Siapkan untuk operasi filtrasi berikutnya

1.4. Kemungkinan Permasalahan pada Penyaring Vakum


Kemungkinan pemasalahan yang dapat timbul pada proses pembakaran dan
kemungkinan penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Kemungkinan Permasalahan pada Penyaring Vakum
Sistem Kemungkinan permasalahan Kemungkinan penyebab
Media Kebocoran pada media Kekuatan tekanan vakum lebih besar
Penyaring penyaring daripada tahanan media penyaring
Adanya endapan yang masuk ke dalam pipa
Perpipaan Penyumbatan
akibat terjadi kebocoran pada media penyaring

Prodi Teknik Kimia - ITI


66

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengukuran

Dari penyaringan endapan sebanyak 3 drum yang ada di Chemical treatment PTLR
BATAN, penyaringan dilakukan sebanyak tujuh batch dengan menggunakan tiga buah corong.
Sebagai contoh perhitungan digunakan data hasil pengukuran dari batch ke lima, sebagai
berikut :
Luas total medium filter = LP selimut kerucut terpancung + LP selimut Tabung tanpa
tutup dan alas
= ∏S(r2+r1) + 2∏rTt
= ((22/7) x 9 x (15+7)) + (2 x (22/7) x 15 x 5)
= 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 95 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4204,8 g
Bobot sludge corong 2 = 4198.3 g
Bobot sludge corong 3 = 4198,3 g
Vt (m3) Bobot t/V
Bobot
No. Siklus time (s) ∆t Larutan ∆V
(X) larutan (Y)
total
1 1 148.15 148.15 0.00081 834.30 834.30 810.00 182901.23
2 2 267.9 119.75 0.00120 402.00 1236.30 392.00 222878.54
3 3 379.03 111.13 0.00149 290.80 1527.10 288.00 254382.55
4 4 491.81 112.78 0.00174 249.00 1776.10 248.00 282974.68
5 5 602.22 110.41 0.00196 221.30 1997.40 220.00 307568.95
6 6 717.1 114.88 0.00215 195.90 2193.30 190.00 333845.44
7 7 826 108.9 0.00232 173.50 2366.80 170.00 356341.67
8 8 931.85 105.85 0.00248 160.93 2527.73 159.00 376201.05
9 9 1028.65 96.8 0.00262 139.04 2666.77 138.00 393365.20
10 10 1128.27 99.62 0.00275 133.13 2799.90 130.00 411027.32
11 11 1229.3 101.03 0.00287 127.85 2927.75 125.00 428327.53
12 12 1323.05 93.75 0.00299 116.98 3044.73 115.00 443232.83
13 13 1426.87 103.82 0.00311 121.70 3166.43 120.00 459539.45
14 14 1524.52 97.65 0.00322 112.60 3279.03 110.00 474189.74
15 15 1623.24 98.72 0.00332 109.25 3388.28 108.00 488486.31
16 16 1720.65 97.41 0.00342 104.70 3492.98 100.00 502673.09
17 17 1821.96 101.31 0.00352 98.57 3591.55 95.00 517896.53
18 18 1920.53 98.57 0.00362 102.59 3694.14 100.00 530826.42

Prodi Teknik Kimia - ITI


67

19 19 2023.34 102.81 0.00372 102.98 3797.12 100.00 544201.18


20 20 2123.68 100.34 0.00381 93.29 3890.41 95.00 556957.78
21 21 2229.99 106.31 0.00391 100.20 3990.61 100.00 569892.67
22 22 2337.4 107.41 0.00400 91.15 4081.76 90.00 583912.07
23 23 2441.49 104.09 0.00410 97.04 4178.80 95.00 595775.99
24 24 2551.21 109.72 0.00419 91.22 4270.02 90.00 609171.44
25 25 2658.06 106.85 0.00427 88.80 4358.82 86.00 621913.90
26 26 2758.97 100.91 0.00436 85.67 4444.49 83.00 633226.99
27 27 2860.78 101.81 0.00443 77.29 4521.78 75.00 645482.85
28 28 2967.96 107.18 0.00451 78.57 4600.35 75.00 658522.30
29 29 3070.65 102.69 0.00478 275.75 4876.10 274.00 642261.03
30 30 3169.3 98.65 0.00487 89.65 4965.75 88.00 650913.95
31 31 3272.7 103.4 0.00495 81.27 5047.02 80.00 661285.11
32 32 3373.67 100.97 0.00502 69.69 5116.71 68.00 672447.68
33 33 3471.83 98.16 0.00507 51.69 5168.40 50.00 685184.53
34 34 3569.62 97.79 0.00514 78.97 5247.37 75.00 694208.48
35 35 3665.62 96 0.00519 52.93 5300.30 51.00 705877.14
36 36 3762.12 96.5 0.00526 71.85 5372.15 70.00 714824.24
37 37 3857.27 95.15 0.00530 37.85 5410.00 36.00 727924.14

Bobot endapan kering corong 1 = 1889.9 g


Bobot endapan kering corong 2 = 2081.6 g
Bobot endapan kering corong 3 = 1482.3 g
Total volume filtrat = 5644 ml = 5,644 m3
Total bobot filtrat = 5759,80 gr = 5,7598 kg
g
Konsentrasi sludge = 0.9663 ml
Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)
= 12.000 ml – 5644 ml = 6356 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
5453.8
( ) kg
1000
= 6356 = 0,85806 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

= 5,7598 kg
5,644 m3
kg
= 1,02052 m3

Prodi Teknik Kimia - ITI


68

1.5. Perhitungan Tahanan Spesifik

Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :
800000.00
Grafik t/v Vs V
700000.00

600000.00 y = 122,351,234.10269x + 79,360.05942


R² = 0.99214
500000.00
t/V

400000.00

300000.00

200000.00

100000.00

0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600
V

𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Persamaan grafik t/V vs V
y = 122.351.234,10269x + 79.360,05942
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
122.351.234,10269 = 2
Kp = 248.830.544 s/m6
Intersep (B) = 79.360,05942
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 248830544 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.095 𝑚𝑠 . 0.9663 𝑚3
α = 3,89 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Prodi Teknik Kimia - ITI


69

Rm = (73914,329 s/m3)(0,1093714 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.095 kg/ms)
Rm = 1,135 x 109 m-1
Untuk mengitung tahanan spesifikasi endapan dan tahanan media filter pada batch 1 sampai
dengan batch 7 digunakan cara perhitungan yang sama seperti batch 5, dengan hasil sebagai
berikut :
Batch -∆ P (kg/m.S2) KP B α (m/kg) Rm (m-1)
1 13332.24 165776965 15570.9 1.75x1013 3.24x1009
2 13332.24 284740525 92910 1.20x1012 1.73x1009
3 13332.24 263716811 962.596 3.24x1012 3.57x1007
4 13332.24 285205033 49867 2.76x1012 1.60x1009
5 13332.24 248830544 73914.3 3.89x1012 3.40x1009
6 13332.24 219963002 115741 5.58x1012 6.75x1009
7 13332.24 350689492 274161 2.80x1012 7.50x1009

Adapun hasil pengukuran penyaringan endapan dengan menggunakan satu buah corong,
sebagai berikut :
Vt (mL) t/V
No. Siklus time (s) ∆t ∆V
(X) (Y)
1 1 542.74 542.74 0.000805 0.000805 674211.18
2 2 979.49 436.75 0.001165 0.000360 840763.95
3 3 1389.69 410.2 0.001405 0.000240 989103.20
4 4 1972.95 583.26 0.001675 0.000270 1177880.60
5 5 2354.13 381.18 0.001865 0.000190 1262268.10
6 6 2678.14 324.01 0.001975 0.000110 1356020.25
7 7 3002.26 324.12 0.002074 0.000099 1447569.91
8 8 3342.27 340.01 0.002184 0.000110 1530343.41
9 9 3640.03 297.76 0.002192 0.000008 1660931.03

Dan hasil perhitungan tahanan spesifikasi endapan dan tahanan media filter dengan
menggunakan satu buah corong, sebagai berikut :

Batch -∆ P (kg/m.S2) KP B α (m/kg) Rm (m-1)


1 13332.24 1327982600 83750.8 1.15x1013 4211123653

Prodi Teknik Kimia - ITI


70

4.3. Pembahasan

Percobaan ini yang berjudul Filtrasi Vakum Endapan Hidroksida dari Limbah Kimia
Radioaktif Cair bertujuan untuk menentukan nilai tahanan spesifik endapan dan tahanan
spesifik medium penyaring.
Filtrasi vakum merupakan salah satu metode pemisahan endapan dengan filtrat dengan
menggunakan beda tekanan pada sisi keluaran. Proses penyaringan vakum yang telah berjalan
di PTLR – BATAN dengan menggunakan satu buah corong penyaringan. Dengan
menggunakan satu buah corong memiliki kekurangan yakni membutuhkan waktu yang cukup
lama untuk proses penyaringan dan jumlah kuantitas endapan yang tersaring lebih sedikit.
Umpan sludge dimasukkan ke dalam corong yang telah dilapisi media penyaring.
Ujung corong dihubungkan dengan pipa tangki yang telah divakum menggunakan slang. Pada
kondisi operasi vakum, filtrat yang lolos melewati media filter akan masuk ke dalam tanggi
penampung dan padatan tertahan pada media filter. Satu siklus proses filtrasi sudah selesai,
apabila tekanan vakum telah turun dari – 30 cmHg hingga – 20 cmHg.
Penyaringan ini dilakukan dengan menyaring endapan hiroksida limbah kimia
radioaktif cair yang telah di pre-treatment dengan proses pengendapan menggunakan larutan
NaOH 40%. Endapan yang terbentuk kemudian di enapkan agar terpisah dari cairan sehingga
dapat di ambil dan di pisahkan. Endapan berbentuk gelatinous yang tidak terpisah dengan
cairan nya kemudian disaring dengan penyaringan vakum. Alat penyaring vakum yang
digunakan telah di modifikasi menggunakan tiga corong penyaring. Satu buah corong mampu
menampung hingga empat liter sludge. Kevakuman yang pada tangki filtrasi sebesar – 30
cmHg, untuk mencapai tingkat kevakuman tersebut dibutuhkan waktu rata-rata antara 115
sampai 130 detik. Satu siklus proses filtrasi sudah selesai, apabila tekanan vakum telah turun
dari – 30 cmHg hingga – 20 cmHg dengan memerlukan waktu rata – rata antara 120 sampai
240 detik tergantung dari konsentrasi sludge yang akan disaring. Untuk mengembalikan
tingkat kevakuman hingga -30 cmHg kembali dibutuhkan waktu rata – rata antara 75 sampai
80 detik. Untuk satu batch proses penyaringan dibutuhkan sebanyak kurang lebih 30 siklus
dengan waktu total penyaringan selama 1 jam 10 menit dengan hasil bobot endapan kering
sekitar 5,5 kg.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sugeng et al, 2016 bahwa untuk proses
filtrasi endapan hidroksida dengan menggunakan satu buah corong adalah sebagai berikut :
Untuk parameter operasi rerata unit filtrasi vakum
Parameter Tekanan vakum waktu
Operasi pompa vakum 0 s/d -40 cm Hg 205 detik

Prodi Teknik Kimia - ITI


71

Operasi filtrasi -40 s/d -30 cm Hg 937 detik


Operasi pompa vakum ( maintain vakum)
-30 s/d -40 cm Hg 78 detik
untuk 7 x per batch

Dan untuk kuantitas material hasil filtrasi vakum


Endapan ( umpan filtrasi )
Volume filtrat ( L ) Massa Presipitat ( Kg )
Kg
18,10 11,00 6,16

Dari data penelitian dengan menggunakan satu buah corong dibandingkan dengan data
yang menggunakan tiga buah corong, dapat dilihat bahwa dengan waktu total filtrasi yang
hampir sama yakni sekitar satu jam lebih dan pressure drop (∆P) yang sama yaitu -10, yield
massa presipitat yang diperoleh lebih banyak dengan menggunakan tiga buah corong. Tetapi
dalam satu bacth pengerjaan dengan menggunakan tiga buah corong untuk proses filtrasi
dibutuhkan kurang lebih 30 siklus tergantung pada konsentrasi endapan.
Pada percobaan ini terjadi proses penyaringan yang dilakukan oleh 2 media. Yang
pertama adalah media primer, yaitu media yang merupakan filter yang terbuat dari kertas
saring berpori. Dan yang kedua merupakan media sekunder, yaitu media sesungguhnya yang
terbentuk dari cake yang tertahan sebelumnya oleh media primer. Berdasarkan data percobaan
maka didapatlah nilai tahanan cake (α) dan juga nilai tahanan media (Rm) seperti tabel
dibawah ini:
Bacth Massa Sludge α (m/kg) Rm (m-1)
1 12627.2 1.75x1013 3.24x1009
2 12919.5 1.20x1012 1.73x1009
3 12919.5 3.24x1012 3.57x1007
4 12657.9 2.76x1012 1.60x1009
5 12592.4 3.89x1012 3.40x1009
6 12712.6 5.58x1012 6.75x1009
7 12980.4 2.80x1012 7.50x1009

Menurut teori semakin tinggi konsentarsi slurry maka tahanan ampas () semakin kecil
dan tahanan pada media filtrasi (Rm) semakin besar (Geankoplis,1993), tetapi hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan teori. Nilai untuk tahanan ampas dan tahanan pada media
filtrasi tidak konstan walaupun hampir mengikuti dasar teori yang ada. Ini disebabkan oleh

Prodi Teknik Kimia - ITI


72

adanya kemungkinan kebocoran dibagian modifikasi corong medium penyaring sehingga


tahanan untuk media primer dan sekunder yang didapatkan tidak sesuai.

Prodi Teknik Kimia - ITI


73

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan tahanan spesifikasi endapan dan tahanan spesifikasi medium
filter dengan menggunakan tiga buah corong, dapat disimpulkan sebagai berikut :

Batch -∆ P (kg/m.S2) KP B α (m/kg) Rm (m-1)


1 13332.24 165776965 15570.9 1.75x1013 3243557960
2 13332.24 284740525 92910 1.20x1012 1729510039
3 13332.24 263716811 962.596 3.24x1012 35685375.99
4 13332.24 285205033 49867 2.76x1012 1603994244
5 13332.24 248830544 73914.3 3.89x1012 3403559110
6 13332.24 219963002 115741 5.58x1012 6750778863
7 13332.24 350689492 274161 2.80x1012 7495724682

5.2 Saran

Untuk menentukan tahanan spesifik endapan (α) dan tahanan medium


penyaring (Rm), maka dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
1. Mencegah kebocoran pada alat filtrasi dan corong sebagai medium penyaring
2. Saat menentukan waktu filtrasi dibutuhkan ketepatan agar waktu yang diperoleh
akurat.
3. Mempertahankan pressure drop yang konstan.
4. Medium penyaring yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan.

Prodi Teknik Kimia - ITI


74

DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C.J. 1993. Transport Process and Unit Operation, 3rd edition, Prentice Hall Inc.,
Englewood Cliffs, New Jersey.
Purnomo, Sugeng et al. 2014. Pengolahan Tahap Awal Limbah Kimia radioaktif cair
(LKRC) Dengan Cara Pengendapan Hidroksida dari Prosiding Hasil Penelitian
Dan Kegiatan PTLR Tahun 2013, ISBN 0852-2979, tahun 2014, hal 173-179.
Tangerang Selatan : PTLR-BATAN.
Purnomo, Sugeng et al. 2016. Perancangan Dan Uji Fungsi Tangki Filtrasi Vakum dari
Buletin Limbah, vol. 13, no.1, tahun 2015 hal 8-15. Tangerang Selatan : PTLR-
BATAN.
Program Studi Teknik Kimia ITI. 2016. Panduan Pelaksanaan Laboraturium Teknik Kimia
II, Modul Filtrasi. Tangerang Selatan : ITI.
Zimmerman, O.T dan Lavine. 1943. I. Chemical Engineering Laboratory equipment, Industrial
Research Services, N.Y.

Prodi Teknik Kimia - ITI


LAMPIRAN

1. Perhitungan Batch 1 dengan satu corong


Luas total medium filter = 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 29 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4249.1 g
Vt (mL) t/V
No. Siklus time (s) ∆t ∆V
(X) (Y)
1 1 542.74 542.74 0.000805 0.000805 674211.18
2 2 979.49 436.75 0.001165 0.000360 840763.95
3 3 1389.69 410.2 0.001405 0.000240 989103.20
4 4 1972.95 583.26 0.001675 0.000270 1177880.60
5 5 2354.13 381.18 0.001865 0.000190 1262268.10
6 6 2678.14 324.01 0.001975 0.000110 1356020.25
7 7 3002.26 324.12 0.002074 0.000099 1447569.91
8 8 3342.27 340.01 0.002184 0.000110 1530343.41
9 9 3640.03 297.76 0.002192 0.000008 1660931.03
Bobot endapan kering corong 1 = 1387.93 g
Total volume filtrat = 2191.56 ml
Total bobot filtrat = 2332.3 g
g
Konsentrasi sludge = 0.63331 ml

Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)


= 4000 ml – 2191.56 ml = 1808.44 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
1387.93
( ) kg
= 1000
1808.44 = 0.76747 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

= 2191.56
2332.3 kg
m3
kg
= 1.06422 m3

Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :

Prodi Teknik Kimia- ITI


Kurva Filtrasi
1800000
y = 7E+08x + 83751
1600000
R² = 0.9713
1400000
1200000
dt/dV

1000000
800000
600000
400000
200000
0
0.000000 0.000500 0.001000 0.001500 0.002000 0.002500
Volume

𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵
Persamaan grafik t/V vs V
y = 7x1008X + 83751
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
7x1008 = 2
Kp = 1.327.982.600 s/m6
Intersep (B) = 83.751
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.109371 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 1327982600 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.029 𝑚𝑠 . 0.63331 𝑚3
α = 1,15 x 1013 m/kg

b. Mencari tahanan media filter (Rm)


−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Rm = (83750.8 s/m3)(0,1093714 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.029 kg/ms)
Rm = 4.21 x 109 m-1
2. Perhitungan Batch 1 dengan tiga corong
Luas total medium filter = 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 34 cP

Prodi Teknik Kimia- ITI


Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4266.4 g
Bobot sludge corong 2 = 4182.1 g
Bobot sludge corong 3 = 4178.7 g
Vt (mL) Bobot ∆V t/V
No. Siklus time (s) ∆t
(X) Larutan (mL) (Y)
1 1 389.25 389.25 0.00189 1953.50 1890 205952.38
2 2 606.75 217.5 0.00259 2675.00 700 234266.41
3 3 817.41 210.66 0.00307 3164.50 480 266257.33
4 4 1021.92 204.51 0.00345 3549.49 380 296208.70
5 5 1217.4 195.48 0.00378 3881.69 329 322148.72
6 6 1409.27 191.87 0.00407 4177.79 290 346343.08
7 7 1595.28 186.01 0.00433 4441.09 260 368510.05
8 8 1765.31 170.03 0.00455 4669.69 222 387894.97
9 9 1936.47 171.16 0.00476 4884.79 210 406735.98
10 10 2108.6 172.13 0.00497 5094.79 209 424265.59
11 11 2282.42 173.82 0.00517 5294.69 200 441473.89
12 12 2455.52 173.1 0.00535 5483.69 180 458975.70
13 13 2625.97 170.45 0.00552 5658.19 170 475719.20
14 14 2835.97 210 0.00579 5931.49 270 489804.84
15 15 2989.36 153.39 0.00596 6100.99 168 501738.84
16 16 3146.42 157.06 0.00609 6238.19 136 516314.41
17 17 3291.39 144.97 0.00638 6535.49 290 515568.61
18 18 3436.87 145.48 0.00649 6648.79 110 529237.76
19 19 3577.69 140.82 0.00659 6753.20 95 542979.21
20 20 3707.3 129.61 0.00667 6837.65 80 555900.43
21 21 3835.15 127.85 0.00675 6920.89 85 567833.88
22 22 3956.36 121.21 0.00683 6998.76 75 579346.90
23 23 4077.07 120.71 0.00690 7071.16 70 590965.36
24 24 4188.26 111.19 0.00696 7135.97 60 601847.97
25 25 4294.52 106.26 0.00701 7192.91 50 612715.08
26 26 4398.16 103.64 0.00706 7248.46 50 623057.09
27 27 4502.69 104.53 0.00711 7303.14 50 633378.82
28 28 4604.59 101.9 0.00716 7352.43 48 643368.73

Bobot endapan kering corong 1 = 1857.54 g


Bobot endapan kering corong 2 = 1408.9 g
Bobot endapan kering corong 3 = 1376.51 g
Total volume filtrat = 7157 ml
Total bobot filtrat = 7352.43 g
g
Konsentrasi sludge = 0.64873
ml

Prodi Teknik Kimia- ITI


Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)
= 12.000 ml – 7157 ml = 4843 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
4642
( ) kg
= 1000
4843 = 0.95869 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

= 7352.43
7157 m3
kg kg
= 1.02731 m3

Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :

Kurva Filtrasi
700000.00
y = 82,888,482.5683x + 15,570.8634
600000.00
R² = 0.9853
500000.00

400000.00
t/V

300000.00

200000.00

100000.00

0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600 0.00700 0.00800
V

𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵

Persamaan grafik t/V vs V


y = 8,29x1008X + 15570
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
8,29x1008 = 2

Kp = 165776965 s/m6
Intersep (B) = 15570.86
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠

Prodi Teknik Kimia- ITI


𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 165776965 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.034 𝑚𝑠 . 0.6487 𝑚3
α = 1,75 x 1013 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Rm = (15570.86s/m3)(0,32811 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.034 kg/ms)
Rm = 4.24 x 109 m-1
3. Perhitungan batch 2 dengan tiga corong
Luas total medium filter = 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 235 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4324.5 g
Bobot sludge corong 2 = 4281.7 g
Bobot sludge corong 3 = 4313.3 g
Vt (mL) Bobot t/V
No. Siklus time (s) ∆t Larutan ∆V (mL)
(X) (Y)
total
1 1 160.87 160.87 0.00075 774.60 750.00 214493.33
2 2 281.65 120.78 0.00113 1163.79 380.00 249247.79
3 3 397.96 116.31 0.00139 1435.99 260.00 286302.16
4 4 504.85 106.89 0.00160 1650.49 210.00 315531.25
5 5 613.6 108.75 0.00179 1846.39 190.00 342793.30
6 6 721.5 107.9 0.00196 2021.59 170.00 368112.24
7 7 825.54 104.04 0.00211 2180.49 150.00 391251.18
8 8 924.79 99.25 0.00225 2325.49 140.00 411017.78
9 9 1028.26 103.47 0.00240 2466.49 145.00 429336.12
10 10 1125.79 97.53 0.00252 2492.29 124.00 446919.41
11 11 1229.23 103.44 0.00265 2622.49 129.00 464210.73
12 12 1328.08 98.85 0.00276 2739.29 115.00 480665.94
13 13 1428.71 100.63 0.00287 2847.99 105.00 498155.51
14 14 1534.37 105.66 0.00297 2956.79 105.00 516101.58
15 15 1631.05 96.68 0.00307 3056.79 100.00 530767.98
16 16 1733.78 102.73 0.00317 3155.29 97.00 546933.75
17 17 1839.09 105.31 0.00327 3255.79 100.00 562412.84
18 18 1945.71 106.62 0.00337 3350.69 95.00 578219.91
19 19 2053.96 108.25 0.00346 3444.99 95.00 593630.06

Prodi Teknik Kimia- ITI


20 20 2155.49 101.53 0.00354 3529.59 80.00 608895.48
21 21 2259.42 103.93 0.00362 3612.99 82.00 623804.53
22 22 2362.89 103.47 0.00371 3697.19 83.00 637757.09
23 23 2460.6 97.71 0.00378 3774.59 75.00 650952.38
24 24 2561.82 101.22 0.00386 3852.09 75.00 664544.75
25 25 2658.25 96.43 0.00407 4071.04 215.00 653132.68
26 26 2752.94 94.69 0.00415 4151.85 80.00 663359.04
27 27 2848.97 96.03 0.00422 4222.75 70.00 675111.37
28 28 2946.19 97.22 0.00428 4283.90 60.00 688362.15
29 29 3038.08 91.89 0.00434 4343.47 55.00 700825.84
30 30 3134.02 95.94 0.00439 4403.03 55.00 713899.77
31 31 3231.01 96.99 0.00445 4462.15 58.00 726396.13
32 32 3323.89 92.88 0.00451 4521.24 57.00 737822.42
33 33 3415.81 91.92 0.00455 4569.11 48.00 750232.814

Bobot endapan kering corong 1 = 2435.8 g


Bobot endapan kering corong 2 = 2134.7 g
Bobot endapan kering corong 3 = 2246.3 g
Total volume filtrat = 4685.00 ml
Total bobot filtrat = 4703.13 g
g
Konsentrasi sludge = 1.4550
ml

Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)


= 12.000 ml – 4685 ml = 7315 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
6816.8
( ) kg
= 1000
7315 = 0.9319 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

= 4703.13
4685 m3
kg kg
= 1.00387 m3

Prodi Teknik Kimia- ITI


Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :

Kurva Filtrasi
800000.00
y = 1E+08x + 92910
700000.00
R² = 0.995
600000.00
500000.00
t/V

400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.000000.000500.001000.001500.002000.002500.003000.003500.004000.004500.00500
V

𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → = 𝑉+ 𝐵
𝑉 2

Persamaan grafik t/V vs V


y = 1.42x1008X + 92910
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
1,42x1008 = 2

Kp = 284.740.525 s/m6
Intersep (B) = 92910 s/m3
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 28470525 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.235 𝑚𝑠 . 1,45503 𝑚3
α = 1,20 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Rm = (92910 s/m3)(0,32811 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.235kg/ms)
Rm = 1.73 x 109 m-1

Prodi Teknik Kimia- ITI


4. Perhitungan batch 3 dengan tiga corong
Luas total medium filter = 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 75 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4246.6 g
Bobot sludge corong 2 = 4238.9 g
Bobot sludge corong 3 = 4212 g
Vt (mL) Bobot t/V
No. Siklus time (s) ∆t Larutan ∆V
(X) (Y)
total
1 1 372.94 372.94 0.00162 1660.70 1620.00 230209.88
2 2 637.79 264.85 0.00224 2301.10 620.00 284727.68
3 3 884.88 247.09 0.00269 2765.70 450.00 328951.67
4 4 1111.59 226.71 0.00304 3130.80 350.00 365654.61
5 5 1328.65 217.06 0.00334 3439.70 300.00 397799.40
6 6 1543.49 214.84 0.00361 3709.00 268.00 427796.56
7 7 1759.98 216.49 0.00386 3965.40 250.00 456189.74
8 8 1965.04 205.06 0.00407 4183.00 215.00 482455.19
9 9 2180.23 215.19 0.00429 4404.00 220.00 507856.98
10 10 2379.7 199.47 0.00448 4597.60 190.00 530827.57
11 11 2574.98 195.28 0.00465 4772.40 170.00 553402.11
12 12 2778.41 203.43 0.00482 4938.00 164.00 576792.61
13 13 2967.72 189.31 0.00496 5078.80 139.00 598813.56
14 14 3148.7 180.98 0.00509 5215.97 135.00 618483.60
15 15 3336.87 188.17 0.00523 5355.39 139.00 638024.86
16 16 3518.64 181.77 0.00536 5484.99 130.00 656462.69
17 17 3696.32 177.68 0.00547 5597.07 110.00 675744.06
18 18 3875.32 179 0.00558 5714.22 110.00 694501.79
19 19 4046.82 171.5 0.00569 5827.12 110.00 711216.17
20 20 4212.37 165.55 0.00579 5923.04 95.00 728153.85
21 21 4382.54 170.17 0.00588 6012.81 90.00 745964.26
22 22 4546.85 164.31 0.00596 6102.46 88.00 762510.48
23 23 4709.66 162.81 0.00605 6191.07 86.00 778584.89
24 24 4870.84 161.18 0.00614 6282.63 92.00 793167.24
25 25 5024.96 154.12 0.00634 6492.01 200.00 792455.45
26 26 5169.99 145.03 0.00642 6575.51 82.00 804918.26
27 27 5310.58 140.59 0.00649 6643.41 65.00 818523.43
28 28 5445.55 134.97 0.00655 6707.63 60.00 831635.61
29 29 5582.3 136.75 0.00660 6762.23 50.00 846059.41
30 30 5716.96 134.66 0.00665 6819.41 55.00 859305.58
31 31 5839.74 122.78 0.00670 6873.22 50.00 871212.89
32 32 5955.84 116.1 0.00674 6913.35 40.00 883262.64

Prodi Teknik Kimia- ITI


Bobot endapan kering corong 1 = 1605.2 g
Bobot endapan kering corong 2 = 1779.1 g
Bobot endapan kering corong 3 = 1727.5 g
Total volume filtrat = 6843 ml
Total bobot filtrat = 7014.80 g
g
Konsentrasi sludge = 0.747012 ml

Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)


= 12.000 ml – 6843 ml = 5157 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
5111.8
( ) kg
= 1000
5157 = 0.9912 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

= 7014.8
6843 kg
m3
kg
= 1.0251 m3

Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :

800000.00 Kurva Filtrasi


700000.00 y = 1,22E+08x + 9,63E+02
R² = 9,91E-01
600000.00
500000.00
t/V

400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600 0.00700
V
𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵

Persamaan grafik t/V vs V


y = 1.22x1008X + 962,5959
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
1.22x1008 =
2

Kp = 243.250.524s/m6
Intersep (B) = 962,5959 s/m3

Prodi Teknik Kimia- ITI


a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 . 243250524 6
𝑚𝑠2 𝑚
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.075 . 0,74701 3
𝑚𝑠 𝑚
α = 6.23 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Rm = (962,5959 s/m3)(0,32811 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.075kg/ms)
Rm = 5.61 x 107 m-1
5. Perhitungan batch 4 dengan tiga corong
Luas total medium filter = 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 118 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4204.7 g
Bobot sludge corong 2 = 4230.6 g
Bobot sludge corong 3 = 4222.6 g
Vt (m3) Bobot t/V
No. Siklus time (s) ∆t Larutan ∆V
(X) (Y)
total
1 1 263.41 263.41 0.00107 1660.70 1065.00 247333.33
2 2 475.56 212.15 0.00163 2301.10 560.00 292652.31
3 3 672.74 197.18 0.00200 2765.70 370.00 337213.03
4 4 884.46 211.72 0.00233 3130.80 330.00 380412.90
5 5 1102.89 218.43 0.00263 3439.70 300.00 420148.57
6 6 1313.73 210.84 0.00289 3709.00 260.00 455365.68
7 7 1525.33 211.6 0.00313 3965.40 240.00 488105.60
8 8 1734.08 208.75 0.00334 4183.00 215.00 519185.63
9 9 1944.11 210.03 0.00354 4404.00 200.00 549183.62
10 10 2153.51 209.4 0.00373 4597.60 190.00 577348.53
11 11 2367.42 213.91 0.00391 4772.40 180.00 605478.26
12 12 2580.46 213.04 0.00408 4938.00 165.00 633241.72
13 13 2786.27 205.81 0.00424 5078.80 160.00 657914.99
14 14 2988.18 201.91 0.00439 5215.97 150.00 681454.96
15 15 3190.71 202.53 0.00452 5355.39 130.00 706691.03

Prodi Teknik Kimia- ITI


16 16 3364.24 173.53 0.00483 5484.99 310.00 697251.81
17 17 3536.61 172.37 0.00496 5597.07 130.00 713745.71
18 18 3714.79 178.18 0.00507 5714.22 119.00 732122.59
19 19 3894.26 179.47 0.00518 5827.12 110.00 751207.56
20 20 4077.12 182.86 0.00528 5923.04 97.00 772035.60
21 21 4249.93 172.81 0.00538 6012.81 95.00 790537.57
22 22 4416.31 166.38 0.00546 6102.46 88.00 808255.86
23 23 4587.78 171.47 0.00555 6191.07 85.00 826776.00
24 24 4752.62 164.84 0.00563 6282.63 78.00 844609.92
25 25 4919.13 166.51 0.00570 6492.01 74.00 862853.89
26 26 5079.07 159.94 0.00577 6575.51 70.00 880102.24
27 27 5237.91 158.84 0.00584 6643.41 67.00 897209.66
28 28 5390.69 152.78 0.00590 6707.63 62.00 913676.27
29 29 5541.07 150.38 0.00596 6762.23 58.00 930021.82
30 30 5685.01 143.94 0.00601 6819.41 55.00 945453.18
31 31 5826.73 141.72 0.00606 6873.22 51.00 960872.36
32 32 5969.57 142.84 0.00611 6913.35 49.00 976536.89

Bobot endapan kering corong 1 = 1624.1 g


Bobot endapan kering corong 2 = 1741.6 g
Bobot endapan kering corong 3 = 1797.7 g
Total volume filtrat = 6248.00 ml
Total bobot filtrat = 7048.60 g
g
Konsentrasi sludge = 0.8264 ml

Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)


= 12.000 ml – 4685 ml = 5752 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
5163.4
( ) kg
= 1000
5752 = 0.89767 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

= 7048.6
6248 kg
m3
kg
= 1.1281 m3

Prodi Teknik Kimia- ITI


Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :

Kurva Filtrasi
1200000.00 y = 1.43E+08x + 4.99E+04
R² = 9.85E-01
1000000.00

800000.00
t/V

600000.00

400000.00

200000.00

0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600 0.00700
V

𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → = 𝑉+ 𝐵
𝑉 2

Persamaan grafik t/V vs V


y = 1.43x1008X + 49867.02
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
1.43x1008 = 2

Kp = 285205033 s/m6
Intersep (B) = 49867.02 s/m3
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 285205033 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.118 𝑚𝑠 . 0,82641 𝑚3
α = 4.2 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Rm = (49867.02 s/m3)(0,32811 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.235kg/ms)
Rm = 1.85 x 109 m-1

Prodi Teknik Kimia- ITI


6. Perhitungan batch 5 dengan tiga corong
Luas total medium filter = 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 136 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4204.8 g
Bobot sludge corong 2 = 4189.3 g
Bobot sludge corong 3 = 4198.3 g
Vt (m3) Bobot t/V
No. Siklus time (s) ∆t Larutan ∆V
(X) (Y)
total
1 1 148.15 148.15 0.00081 834.30 810.00 182901.23
2 2 267.9 119.75 0.00120 1236.30 392.00 222878.54
3 3 379.03 111.13 0.00149 1527.10 288.00 254382.55
4 4 491.81 112.78 0.00174 1776.10 248.00 282974.68
5 5 602.22 110.41 0.00196 1997.40 220.00 307568.95
6 6 717.1 114.88 0.00215 2193.30 190.00 333845.44
7 7 826 108.9 0.00232 2366.80 170.00 356341.67
8 8 931.85 105.85 0.00248 2527.73 159.00 376201.05
9 9 1028.65 96.8 0.00262 2666.77 138.00 393365.20
10 10 1128.27 99.62 0.00275 2799.90 130.00 411027.32
11 11 1229.3 101.03 0.00287 2927.75 125.00 428327.53
12 12 1323.05 93.75 0.00299 3044.73 115.00 443232.83
13 13 1426.87 103.82 0.00311 3166.43 120.00 459539.45
14 14 1524.52 97.65 0.00322 3279.03 110.00 474189.74
15 15 1623.24 98.72 0.00332 3388.28 108.00 488486.31
16 16 1720.65 97.41 0.00342 3492.98 100.00 502673.09
17 17 1821.96 101.31 0.00352 3591.55 95.00 517896.53
18 18 1920.53 98.57 0.00362 3694.14 100.00 530826.42
19 19 2023.34 102.81 0.00372 3797.12 100.00 544201.18
20 20 2123.68 100.34 0.00381 3890.41 95.00 556957.78
21 21 2229.99 106.31 0.00391 3990.61 100.00 569892.67
22 22 2337.4 107.41 0.00400 4081.76 90.00 583912.07
23 23 2441.49 104.09 0.00410 4178.80 95.00 595775.99
24 24 2551.21 109.72 0.00419 4270.02 90.00 609171.44
25 25 2658.06 106.85 0.00427 4358.82 86.00 621913.90
26 26 2758.97 100.91 0.00436 4444.49 83.00 633226.99
27 27 2860.78 101.81 0.00443 4521.78 75.00 645482.85
28 28 2967.96 107.18 0.00451 4600.35 75.00 658522.30
29 29 3070.65 102.69 0.00478 4876.10 274.00 642261.03
30 30 3169.3 98.65 0.00487 4965.75 88.00 650913.95
31 31 3272.7 103.4 0.00495 5047.02 80.00 661285.11
32 32 3373.67 100.97 0.00502 5116.71 68.00 672447.68

Prodi Teknik Kimia- ITI


33 33 3471.83 98.16 0.00507 5168.40 50.00 685184.53
34 34 3569.62 97.79 0.00514 5247.37 75.00 694208.48
35 35 3665.62 96 0.00519 5300.30 51.00 705877.14
36 36 3762.12 96.5 0.00526 5372.15 70.00 714824.24
37 37 3857.27 95.15 0.00530 5410.00 36.00 727924.14

Bobot endapan kering corong 1 = 1889.9 g


Bobot endapan kering corong 2 = 2081.6 g
Bobot endapan kering corong 3 = 1482.3 g
Total volume filtrat = 5644.0 ml
Total bobot filtrat = 5759.80 g
g
Konsentrasi sludge = 0.9663 ml

Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)


= 12.000 ml – 4685 ml = 7315 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
5453.8
( ) kg
= 1000
6356 = 0.85806 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

= 5759.8
5644 m3
kg kg
= 1.0205 m3

Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :

800000.00
700000.00 Kurva Filtrasi
600000.00 y = 122,351,234.1027x + 79,360.0594
500000.00 R² = 0.9921
t/V

400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600
V

𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵

Persamaan grafik t/V vs V

Prodi Teknik Kimia- ITI


y = 1.224x1008X + 79360.03
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
1.224x1008 = 2

Kp = 244702468 s/m6
Intersep (B) = 79360.03 s/m3
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 244702468 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.136 𝑚𝑠 . 09663 𝑚3
α = 2,67 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Rm = (79360.03 s/m3)(0,32811 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.136kg/ms)
Rm = 2.55 x 109 m-1
7. Perhitungan batch 6 dengan tiga corong
Luas total medium filter = 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 95 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4283.8 g
Bobot sludge corong 2 = 4242 g
Bobot sludge corong 3 = 4186.8 g
Vt (mL) Bobot t/V
No. Siklus time (s) ∆t Larutan ∆V
(X)
total
1 1 307.31 307.31 0.00118 1219.90 1180.00 260432.20
2 2 506.01 198.7 0.00169 1736.90 510.00 299414.20
3 3 678.29 172.28 0.00204 2091.80 350.00 332495.10
4 4 845.05 166.76 0.00233 2387.60 290.00 362682.40
5 5 1013.8 168.75 0.00259 2654.42 260.00 391428.57
6 6 1177.92 164.12 0.00281 2881.53 220.00 419188.61
7 7 1331.64 153.72 0.00302 3091.83 205.00 441671.64
8 8 1473.08 141.44 0.00320 3274.18 180.00 461057.90

Prodi Teknik Kimia- ITI


9 9 1617.17 144.09 0.00338 3462.21 185.00 478452.66
10 10 1762.48 145.31 0.00354 3627.51 160.00 497875.71
11 11 1899.82 137.34 0.00370 3786.47 155.00 514159.68
12 12 2053.44 153.62 0.00384 3933.08 145.00 534750.00
13 13 2195.07 141.63 0.00400 4091.90 155.00 549454.32
14 14 2338.79 143.72 0.00412 4218.61 125.00 567667.48
15 15 2466.97 128.18 0.00423 4331.48 110.00 583208.04
16 16 2600.19 133.22 0.00435 4454.44 120.00 597744.83
17 17 2725 124.81 0.00446 4565.21 110.00 610986.55
18 18 2856.69 131.69 0.00457 4674.61 108.00 625369.96
19 19 2985.34 128.65 0.00467 4780.99 105.00 638848.71
20 20 3119.09 133.75 0.00477 4881.32 100.00 653486.28
21 21 3244.31 125.22 0.00486 4966.52 86.00 667690.88
22 22 3359.43 115.12 0.00495 5060.08 90.00 678809.86
23 23 3494.56 135.13 0.00504 5155.91 95.00 692815.23
24 24 3634.13 139.57 0.00513 5246.15 90.00 707855.47
25 25 3755.61 121.48 0.00521 5328.74 80.00 720293.44
26 26 3878.89 123.28 0.00528 5402.95 70.00 734082.13
27 27 3996.17 117.28 0.00564 5766.75 360.00 708038.63
28 28 4111.85 115.68 0.00572 5849.95 80.00 718352.55
29 29 4228.35 116.5 0.00579 5920.25 70.00 729780.81
30 30 4347.7 119.35 0.00587 5994.75 75.00 740790.59
31 31 4466.8 119.1 0.00594 6064.85 70.00 752113.15
32 32 4587.08 120.28 0.00600 6128.35 60.00 764640.77
33 33 4708.2 121.12 0.00605 6177.25 49.00 778472.22

Bobot endapan kering corong 1 = 1514.1 g


Bobot endapan kering corong 2 = 1729.6 g
Bobot endapan kering corong 3 = 1500.1 g
Total volume filtrat = 6283 ml
Total bobot filtrat = 6414.3 g
g
Konsentrasi sludge = 07550 ml

Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)


= 12.000 ml – 6283 ml = 5717 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
4743.
( ) kg
= 1000
5717 = 0.82977 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

Prodi Teknik Kimia- ITI


= 6283.00
6414.30 kg
m3
kg
= 1.020898 m3

Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :

Kurva Filtrasi
900000.00 y = 109,981,501.2005x + 115,740.9074
800000.00 R² = 0.9881
700000.00
600000.00
500000.00
t/V

400000.00
300000.00
200000.00
100000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600 0.00700
V

𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵

Persamaan grafik t/V vs V


y = 1.10x1008X + 115740.9
𝐾𝑝
Slope =
2
𝐾𝑝
1.10x1008 = 2

Kp = 219963002 s/m6
Intersep (B) = 115740.9 s/m3
a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 𝑚𝑠2 . 219963002 𝑚6
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.095 . 0,75502 3
𝑚𝑠 𝑚
α = 4.40 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Rm = (115740.9 s/m3)(0,32811 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.095kg/ms)
Rm = 5,33 x 109 m-1

Prodi Teknik Kimia- ITI


8. Perhitungan batch 7 dengan tiga corong
Luas total medium filter = 1093,714 cm2 = 0,1093714 m2
Viskositas sludge = 136 cP
Volume sludge = 4000 ml
Bobot sludge corong 1 = 4314.5 g
Bobot sludge corong 2 = 4347 g
Bobot sludge corong 3 = 4318.9 g
Vt (mL) Bobot t/V
No. Siklus time (s) ∆t Larutan ∆V
(X)
total
1 1 789.22 789.22 0.00138 1404.20 1380.00 571898.55
2 2 1037.13 247.91 0.00181 1843.10 430.00 573000.00
3 3 1272.38 235.25 0.00208 2117.00 270.00 611721.15
4 4 1524.23 251.85 0.00233 2373.37 250.00 654175.97
5 5 1769.52 245.29 0.00255 2598.06 220.00 693929.41
6 6 2025.3 255.78 0.00276 2808.58 210.00 733804.35
7 7 2291.08 265.78 0.00295 3001.05 192.00 776111.11
8 8 2551.76 260.68 0.00313 3187.04 182.00 814218.25
9 9 2815.95 264.19 0.00331 3370.16 180.00 849713.34
10 10 3070.41 254.46 0.00346 3521.81 150.00 886377.02
11 11 3307.19 236.78 0.00362 3679.68 155.00 913840.84
12 12 3524 216.81 0.00375 3809.34 128.00 940485.72
13 13 3722.28 198.28 0.00388 3942.19 130.00 960092.86
14 14 3920.84 198.56 0.00398 4050.49 105.00 984640.88
15 15 4124.84 204 0.00410 4173.69 120.00 1005568.02
16 16 4323.12 198.28 0.00421 4283.49 105.00 1027601.62
17 17 4504.12 181 0.00430 4380.84 95.00 1046982.80
18 18 4692.49 188.37 0.00439 4471.76 90.00 1068417.58
19 19 4870.68 178.19 0.00448 4559.41 85.00 1087933.88
20 20 5042.37 171.69 0.00457 4650.05 90.00 1104088.02
21 21 5216.96 174.59 0.00465 4734.30 84.00 1121685.66
22 22 5398.08 181.12 0.00474 4819.04 84.00 1140038.01
23 23 5569.01 170.93 0.00480 4887.80 65.00 1160210.42
24 24 5734.51 165.5 0.00510 5195.00 300.00 1124413.73
25 25 5897.57 163.06 0.00517 5263.60 65.00 1141833.49
26 26 6058.14 160.57 0.00523 5326.20 60.00 1159452.63
27 27 6217.7 159.56 0.00529 5391.00 65.00 1175368.62
28 28 6374.23 156.53 0.00535 5448.80 55.00 1192559.40
29 29 6527.89 153.66 0.00541 5509.70 60.00 1207750.23
30 30 6674.96 147.07 0.00545 5557.20 45.00 1224763.30

Bobot endapan kering corong 1 = 2064.4 g

Prodi Teknik Kimia- ITI


Bobot endapan kering corong 2 = 2317.7 g
Bobot endapan kering corong 3 = 2047.9 g
Total volume filtrat = 5730 ml
Total bobot filtrat = 5842.9 g
g
Konsentrasi sludge = 1,1221 ml

Volume endapan = (total volume sludge – total volume filtrat)


= 12.000 ml – 5730 ml = 6270 ml
Total Bobot endapan kering
Densitas endapan =
volume endapan
6430
( ) kg
= 1000
6270 = 1.025518 m3
( )
1000

Bobot filtrat
Densitas larutan =
volume filtrat

= 5842.9
5730 m3
kg kg
= 1.0197 m3

Dari data hasil pengukuran tersebut dibuat grafik t/V vs V, sebagai berikut :

Kurva Filtrasi
1400000.00 y = 2E+08x + 274161
1200000.00 R² = 0.9835

1000000.00
800000.00
t/V

600000.00
400000.00
200000.00
0.00
0.00000 0.00100 0.00200 0.00300 0.00400 0.00500 0.00600
V ( m3)

𝑡 𝐾𝑝
Persamaan grafik t/V vs V pada ∆P tetap → 𝑉
= 2
𝑉+ 𝐵

Persamaan grafik t/V vs V


y = 1,75x1008X + 274160.8
𝐾𝑝
Slope = 2
𝐾𝑝
1.75x1008 = 2

Kp = 350689492 s/m6
Intersep (B) = 274160.8 s/m3

Prodi Teknik Kimia- ITI


a. Mencari tahanan spesifik endapan (α)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐴2 (−∆𝑃)𝐾𝑝

𝜇 𝐶𝑠
𝑘𝑔 s
(0.32811 𝑚)2 . 13332,24 . 350689492 6
𝑚𝑠2 𝑚
𝑘𝑔 𝑘𝑔 =α
0.160 . 1,12116 3
𝑚𝑠 𝑚
α = 2,80 x 1012 m/kg
b. Mencari tahanan media filter (Rm)
−∆𝑃 = (-30) – (-20 ) = - 0,10 cmHg = 13332,24 kg/ms2
𝐵𝐴(−∆𝑃)
Rm =
𝜇

Rm = (274160.8 s/m3)(0,32811 m2)(13332,24 kg/ms2)


(0.160kg/ms)
Rm = 7.50 x 109 m-1

Prodi Teknik Kimia- ITI

Anda mungkin juga menyukai