Anda di halaman 1dari 109

ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH (ABU TERBANG DAN

CANGKANG TELUR SERTA CANGKANG SIPUT) DALAM


PROSES PENETRALAN PH AIR ASAM TAMBANG
DI KOLAM PENGENDAPAN LUMPUR
PERTAMBANGAN BATUBARA

Oleh:

ABDULLAH WAHIDNI
1310024427001

TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH (ABU TERBANG DAN
CANGKANG TELUR SERTA CANGKANG SIPUT) DALAM
PROSES PENETRALAN PH AIR ASAM TAMBANG
DI KOLAM PENGENDAPAN LUMPUR
PERTAMBANGAN BATUBARA

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Teknik

ABDULLAH WAHIDNI
1310024427001

TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
Judul : Analisis Pemanfaatan Limbah (Abu Terbang dan

Cangkang Telur Serta Cangkang Siput) dalam Proses

Penetralan pH air Asam Tambang di Kolam Pengendapan

Lumpur Pertambangan Batubara

Nama : ABDULLAH WAHIDNI

NPM : 1310024427001

Program Studi : Teknik Pertambangan

Padang, Juli 2018

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr.Murad.MS,MT Eka Rahmatul Aidha,M.Pd


NIDN.0007116308 NIDN.1024078801

Ketua Program Studi Ketua STTIND Padang

Dr. Murad,MS, MT Riko Ervil,MT


NIDN.0007116308 NIDN.1014057501
ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH (ABU TERBANG DAN CANGKANG TELUR
SERTA CANGKANG SIPUT) DALAM PROSES PENETRALAN PH AIR ASAM
TAMBANG DI KOLAM PENGENDAPAN LUMPUR PERTAMBANGAN
BATUBARA

Nama : Abdullah Wahidni


NPM : 1310024427001
Pembimbing I : Dr. Murad, M.S, M.T
Pembimbing II : Eka Rahmatul Aidha, M. Pd

RINGKASAN
Salah satu dampak negatif dari proses penambangan batubara adalah
terbentuknya air asam tambang. Timbulnya air asam tambang ini tentu tidak bisa
diabaikan begitu saja karena dampaknya yang besar bagi kelestarian lingkungan serta
bagi masyarakat sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Permasalahan air asam tambang ini juga dialami oleh KUD Sinamar Sakato
yang merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang memiliki kadar
pH air asam tambang 4-4,9. Angka ini masih di bawah standar baku mutu lingkungan
menurut KEPMEN LH No.113 Tahun 2001.
Oleh sebab itu untuk mencegah dan mengatasi air asam ini, dilakukanlah proses
penetralan terhadap air asam tambang tersebut dengan menggunakan fly ash, cangkang
telur dan cangkang siput.
Proses netralisasi dilakukan pada skala laboratorium dan uji lapangan pada
saluran inlet dan diukur di saluran outlet kolam pengendap lumpur. Dari hasil
pengujian laboratorium didapatlah dosis fly ash 55 gr/L, cangkang telur 35 gr/L dan
cangkang siput 15 gr/L mampu menetralkan air dengan pH 7,1-7,4 sesuai dengan Baku
Mutu Lingkungan. Selain itu dapat diketahui secara ekonomis bahwa proses penetralan
dengan menggunakan fly ash lebih efektif dan efisien dibandingkan penggunaan
cangkang telur dan cangkang siput, karena fly ash mudah didapatkan dalam skala
banyak.

Kata kunci: Air asam tambang, fly ash, cangkang telur, cangkang siput

i
ANALYSIS OF WASTE UTILIZATION (FLY ASH AND EGG SHELL AND
SNAIL SHELL) IN THE PROCESS OF NEUTRALIZATION PH
ACID MINE DRAINAGE PREPARATION IN THE
SETTLING POND OF COAL MINING

Name : Abdullah Wahidni


NPM : 1310024427001
Advisor I : Dr. Murad, M.S, M.T
Advisor II : Eka Rahmatul Aidha, M. Pd

ABSTRACT

One of the negative impact of the coal mining process itself is the acid mine
drainage. acidic water should be handled before it flows in public water reservoir and
can cause the pollution.
The acid mine drainage problem is also experienced by KUD Sinamar Sakato
which is one of coal mining company which has pH of acid mine drainage of 4-4,9.
This number is still below the environmental quality standard according by KEPMEN
LH No.113 of 2001
Therefore to prevent and solve the problems of acid mine drainage, the
neutralizing of acid mine drainage process is needed by using fly ash, egg shell and
snail shell.
The Neutralizing process has been done on the channel inlet and be measured
in outlet mud settling pond of mine drainage. The dose of fly ash, egg shell and snail
shell is determined based on testing in the laboratory. The result of laboratory testing
at a dose of fly ash it can be 55 gr/L, egg shell 35 gr/L and snail shell 15 gr/L of water
which can neutralize acidic water with pH 7,1-7,4 for safe to comply with
environmental quality standard. Beside that, it can be know economically the
neutralizing process by using fly ash more effective and efficient then usage egg shell
and snail shell, because fly ash easily available on the large scale.

Keywords: Acid Mine drainage, fly ash, egg shell, snail shell

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas

pertolongan serta pengasihannya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian

yang berjudul “Analisis Pemanfaatan Limbah (Abu Terbang dan Cangkang Telur

Serta Cangkang Siput) dalam Proses Penetralan pH Air Asam Tambang di Kolam

Pengendapan Lumpur Pertambangan Batubara”.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Riko Ervil, MT selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang.

2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan Sekolah

Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang dan sekaligus menjadi dosen

pembimbing I dalam penulisan proposal penelitian yang telah membina serta

membimbing saya untuk menyelesaikan laporan proposal penelitian ini.

3. Ibu Eka Rahmatul Aidha M.Pd. selaku dosen pembimbing II dalam penulisan

proposal penelitian yang telah membina dan membimbing saya untuk

menyelesaikan laporan proposal penelitian ini.

4. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan Moril, Motivasi,

serta do’a nya kepada saya selama ini.

5. Teman-teman Mahasiswa/mahasiswi Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang, khususnya dari prodi Teknik Pertambangan.

6. Serta kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian laporan ini.

iii
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang

telah memberikan bantuan kepada penulis. Pada akhirnya penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan isi laporan ini.

Namun demikian, penulis berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi

pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.

Padang, Juli 2018

(Abdullah Wahidni)

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

RINGKASAN ................................................................................................. i

ABSTRACT .................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah ................................................................................ 4

1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 4

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6

2.1 Landasan Teori................................................................................... 6

2.1.1 Pengertian Pertambangan ....................................................... 6

2.1.1.1. Sistem Penambangan ................................................ 6

2.1.1.2. Satuan Operasi Penambangan ................................... 8

v
2.1.2 Air Asam Tambang (Acid mine Drainage) ............................ 8

2.1.2.1 Pengertian Air Asam Tambang .................................. 8

2.1.2.2 Proses terjadinya Air Asam Tambang........................ 10

2.1.2.3 Sumber-sumber Air Asam Tambang ......................... 14

2.1.2.3.1 Air dari Tambang Terbuka .......................... 14

2.1.2.3.2 Air dari Unit Pengolahan Batuan Buangan . 14

2.1.2.3.3 Air dari Lokasi Penimbunan Batuan ........... 15

2.1.2.4 Dampak-dampak Air Asam Tambang ....................... 15

2.1.2.4.1 Masyarakat di sekitar Tambang .................. 15

2.1.2.4.2 Biota Perairan .............................................. 15

2.1.2.4.3 Kualitas Air Permukaan .............................. 16

2..1.2.4.4 Kualitas Air Tanah ..................................... 16

2.1.2.5 Mineral-mineral Pembentuk Air Asam Tambang ...... 16

2.1.2.6 Prinsip Pengolahan Air Asam Tambang .................... 19

2.1.2.6.1 Penanganan yang dilakukan sebelum Air

Asam Tambang Terbentuk ........................ 20

2.1.2.6.2 Penanganan yang dilakukan Setelah Air

Asam Tambang Terbentuk ........................ 21

2.1.2.6.3 Prosses Penetralan AAT pada Kolam

Pengendapan Lumpur ................................ 21

2.1.2.6.4 Pengolahan dan Penetralan AAT ................ 26

2.1.3 Fly Ash (Abu terbang) ........................................................... 27

2.1.4 Cangkang Telur ..................................................................... 29

vi
2.1.5 Cangkang langkitang............................................................. 30

2.1.6 Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) .................................... 32

2.2 Kerangka Konseptual ........................................................................ 34

2.2.1 Input ...................................................................................... 34

2.2.2 Proses .................................................................................... 35

2.2.3 Output.................................................................................... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 37

3.1 Jenis Penelitian................................................................................... 37

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 37

3.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 38

3.3.1 Populasi ................................................................................. 38

3.3.2 Sampel ................................................................................... 38

3.4 Variabel Penelitian ............................................................................. 38

3.5 Data dan Sumber Data ....................................................................... 39

3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 39

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................... 40

3.7.1 Alat yang digunakan .............................................................. 40

3.7.2 Prosedur Sampling ................................................................. 41

3.7.3 Kerangka Kerja penelitian ..................................................... 41

3.7.4 Menentukan Debit Air Yang Masuk Ke KPL........................ 43

3.7.5 Desain Penelitian ................................................................... 44

3.7.6 Analisis Data .......................................................................... 45

3.8 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 45

vii
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................ 47

4.1 Pengumpulan Data ............................................................................ 47

4.1.1 Data Primer .............................................................................. 47

4.1.1.1 Sampel Air Asam Tambang ......................................... 47

4.1.1.2 Debit Aliran Air ........................................................... 49

4.1.1.3 Komposisi Fly ash, Cangkang Telur, Cangkang siput . 50

4.1.2 Data Skunder ............................................................................ 52

4.2 Pengolahan Data................................................................................ 52

4.2.1 Dosis Penggunaan fly ah, cangkang telur, cangkang siput ...... 52

4.2.2 Perhitungan Debit Air .............................................................. 54

4.2.3 Kebutuhan Fly ash,cangkang telur dan Cangkang siput .......... 56

BAB V ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA ................................... 58

5.1 Dosis penggunaan Fly ash, Cangkang telur dan Cangkang siput ..... 58

5.2 Debit Air di Kolam Pengendapan Lumpur ....................................... 59

5.3 Jumlah Kebutuhan Fly Ash, Cangkang Telur dan Cangkang Siput .. 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 61

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 61

6.2 Saran .................................................................................................. 62

DAFTAR KEPUSTAKAAN

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jenis-jenis Sulfida ............................................................................ 17

Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara ............. 25

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Cangkang Telur .................................................. 29

Tabel 4.1 Hasil Pengujian pH Air di Laboratorium ......................................... 53

Tabel 4.2 Pengukuran Kecepatan Aliran Air ................................................... 54

Tabel 4.3 Perhitungan Debit Air ...................................................................... 56

Tabel 5.1 Dosis pengguanaan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput ..... 58

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Derajad Keasaman........................................................................ 9

Gambar 2.2 Terjadinya AAT ........................................................................... 14

Gambar 2.3 Proses sedimentasi........................................................................ 22

Gambar 2.4 Contoh Kontstrusi inlet kolam pengendapan ............................... 23

Gambar 2.5 Settler Zona Pengendapan ............................................................ 24

Gambar 2.6 Fly Ash (Abu Terbang) ................................................................. 27

Gambar 2.7 Cangkang Telur ............................................................................ 29

Gambar 2.8 Cangkang Siput ............................................................................ 31

Gambar 2.9 Kolam pengendapan skala laboratorium ...................................... 34

Gambar 2.10 Kerangka konseptual .................................................................. 36

Gambar 3.1 Variabel Penelitian ....................................................................... 39

Gambar 3.2 Waterproof pH teste ..................................................................... 40

Gambar 3.3 FP101 flow Probe ........................................................................ 40

Gambar 3.4 Desain Penelitian .......................................................................... 44

Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 46

Gambar 4.1 Pengambilan Sampel Air di Sump ............................................... 48

Gambar 4.2 Pengambilan Sampel Air di Kolam Pengendapan Lumpur ......... 48

Gambar 4.3 Pengambilan Sampel Air di Sungai ............................................. 49

Gambar 4.4 Pengukuran Kecepatan Aliran Air ............................................... 49

Gambar 4.5 Pengukuran Luas Permukaan Saluran .......................................... 50

Gambar 4.6 Proses Penghalusan Media Cangkang Siput ................................ 51

Gambar 4.7 Proses Penimbangan fly ash, cangkang telur, cangkang siput ..... 51

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Schedule Penelitian

Lampiran B Pengukuran Rata-rata pH air asam tambang

Lampiran C Ukuran Dimensi Kolam Pengendapan Lumpur

Lampiran D Peta Final Design KUD.Sinamar Sakato 2017

Lampiran E Dokumentasi Lapangan

Lampiran F Data Pengujian Sampel Air

Lampiran G Spesifikasi Pompa

Lampiran H Komposisi Media Fly Ash, Cangkang Telur dan Cangkang Siput

Lampiran I Kecepatan Aliran Air dan Luas Penampang

Lampiran J PP Nomor 82 Tahun 2001

Lampiran K KEPMEN Lingkungan Hidup No.113 Tahun 2003

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Aktivitas pertambangan selalu membawa dua sisi pengaruh terhadap

kegiatan penambangan itu sendiri. Sisi pertama adalah memacu kemakmuran

ekonomi, sedangkan sisi yang lainnya adalah timbulnya dampak lingkungan yang

memerlukan tenaga, pikiran, dan biaya yang cukup signifikan untuk proses

pemulihannya. Salah satu timbulnya dampak lingkungan yang bersifat negatif dari

proses penambangan adalah timbulnya Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine

Drainage (AMD).

Menurut (Nurisman, dkk, 2012) air asam tambang terbentuk dari proses

tersingkapnya batuan sulfida yang kaya akan pyrite dan mineral sulfida lainnya

yang bereaksi dengan air dan udara. Pada sistem tambang terbuka sangat berpotensi

terbentuk air asam tambang karena sifatnya berhubungan langsung dengan udara

bebas sehingga faktor-faktor yang dapat membentuk air asam tambang akan

semakin mudah bereaksi. Menurut (Gautama, 2014) air tambang merupakan air

yang berasal dari penyaliran tambang (mine drainage) baik dalam bentuk air asam

tambang maupun bukan air asam tambang yang berpotensi mencemari badan

perairan alamiah (sungai) jika tidak dikelola dan dikontrol dengan baik.

Permasalahan air asam tambang masih banyak terjadi pada usaha

pertambangan batubara, salah satu contohnya terjadi pada kolam pengendapan

lumpur di KUD Sinamar Sakato yang mempunyai nilai pH yang berfluktuasi

dengan rentang 4-4,9 dan menurut KEPMEN LH No.113 tahun 2003 angka ini

1
2

masih di bawah Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Batubara. Permasalahan air

asam tambang ini tidak bisa diabaikan begitu saja dikarenakan jika badan sungai

yang terkontaminasi dengan air asam tambang akan mengakibatkan terjadinya

pencemaran lingkungan serta dapat mengganggu kesetabilan ekosistem.

Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan upaya penetralan pH air

asam tambang pada kolam pengendapan lumpur di KUD Sinamar Sakato sebelum

dialirkan ke badan sungai. Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam proses

penetralan pH air asam tambang diantaranya yaitu fly ash, cangkang telur, cangkang

siput, kapur tohor (CaO), eceng gondok, membran keramik, dll.

Menurut (Gautama, dkk, 2011) bahwa dengan penambahan fly ash dalam

air asam tambang dapat meningkatkan nilai pH dan cenderung stabil pada rentang

8-9, dan dapat menurunkan nilai DHL, serta TDS air lindian hasil oksidasi mineral

dalam batuan. Penambahan fly ash juga dapat memperkecil laju infiltrasi air melalui

material.

Menurut (Nurisman, dkk, 2012) Penggunaan kapur tohor dapat menetralkan

air asam tambang yang berasal dari kolam pengendap lumpur Air Laya yang semula

pH ± 3 menjadi 7,15 hingga mencapai batas minimum baku mutu lingkungan dan

Proses netralisasi pada saluran inlet lebih efektif dari pengapuran di saluran outlet

dan laboratorium disebabkan karena arus pada inlet lebih deras (dinamis) dari pada

outlet dan di laboratorium sehingga kapur tohor dapat bercampur secara lebih

merata dan lebih homogen.

Menurut (Pambudi, 2011) komponen penyusun cangkang langkitang adalah

kalsium karbonat. Hal tersebut diperoleh dari nilai rendemen cangkang langkitang
3

yakni sebesar 53,1 %. Abu cangkang langkitang yang dihasilkan dari proses

pembakaran pada suhu 800o C diketahui mengandung oksida logam, yaitu berupa

CaO 61,95 %, yang mana kandungan CaO ini dapat digunakan untuk menetralkan

air asam tambang.

Menurut (Fitriyana dan Eka Safitri, 2015) Cangkang telur ayam yang telah

melalui pemanasan pada suhu 600o C mengandung sebagian 94% CaCO3 dan

sebagian kecil CaO, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai adsorben.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pemanfaatan Limbah (Abu Terbang

dan Cangkang Telur Serta Cangkang Siput) dalam Proses Penetralan pH Air Asam

Tambang di Kolam Pengendapan Lumpur Pertambangan Batubara”.

1.2. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Kegiatan penambangan batubara menimbulkan dampak lingkungan yang

bersifat negatif, salah satunya terbentuknya air asam tambang.

2. Air asam tambang dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kestabilan

ekosistem.

3. pH air asam tambang pada kolam pengendapan lumpur memiliki nilai 4,5.

4. Masih kurangnya standar baku mutu air pada kolam pengendapan lumpur

menurut KEPMEN LH No.113 tahun 2001.


4

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Membahas tentang pemanfaatan fly ash dan cangkang telur serta cangkang

siput dalam upaya penetralan pH air asam tambang.

2. Menghitung debit air yang masuk kedalam kolam pengendapan lumpur.

3. Pada penelitian ini penggunaan fly ash dan cangkang telur serta cangkang

siput hanya menganasis pengaruh terhadap pH air asam tambang saja dan

tidak menganalisis terhadap kandungan logam berat lainnya.

4. Menghitung dan membandingkan jumlah kebutuhan media fly ash cangkang

telur serta cangkang siput yang digunakan dalam penetralan pH air asam

tambang.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh fly ash dan cangkang telur serta cangkang siput

terhadap penetralan pH air asam tambang ?

2. Berapakah debit air yang masuk ke dalam kolam pengendapan lumpur ?

3. Berapakah perbandingan jumlah kebutuhan media fly ash dan cangkang

telur serta cangkang siput dalam penetralan pH air asam tambang ?


5

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah:

1. Menganalisis bagaimanakah pengaruh fly ash dan cangkang telur serta

cangkang siput terhadap penetralan pH air asam tambang.

2. Menghitung berapakah debit air yang masuk ke dalam kolam pengendapan

lumpur.

3. Menganalisis dan selanjutnya mendapatkan perbandingan jumlah kebutuhan

media fly ash dan cangkang telur serta cangkang siput dalam penetralan pH

air asam tambang.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Dapat menjadi bahan dan pertimbangan bagi Usaha Pertambangan Batubara

dengan memanfaatkan fly ash dan cangkang telur serta cangkang Siput dalam upaya

penetralan pH air asam tambang di kolam pengendapan lumpur.

2. Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu dibangku perkuliahan ke dalam bentuk

penelitian, dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisa suatu

permasalahan serta menambah wawasan peneliti khususnya dibidang keilmuan

teknik pertambangan.

3. Bagi institusi STTIND Padang

Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan

dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan

melakukan penelitian khususnya dibidang keilmuan teknik pertambangan.


BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Landasan teori merupakan teori-teori yang berhubungan dengan judul

penelitian sebagai penguat penelitian, diantaranya dapat dilihat pada poin-poin di

bawah ini:

2.1.1. Pengertian Pertambangan

Tambang merupakan lokasi kegiatan yang bertujuan memperoleh mineral

bernilai ekonomis (kamus istilah teknik pertambangan umum, 1994). Kemudian

pengertian lain yaitu suatu penggalian yang dilakukan di bumi untuk memperoleh

mineral (Hartman,1987).

2.1.1.1 Sistem Penambangan

Sistem Penambangan secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga

golongan, yaitu:

a. Sistem tambang terbuka (Surface mining)

Merupakan metoda penambangan yang segala kegiatan atau aktivitas

penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan

tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara luar (Partanto, 1990).

Beberapa jenis metoda tambang terbuka yaitu sebagai berikut:

1) Open pit mining

2) Quarry

3) Open cast mining

4) Auger mining

6
7

b. Sistem tambang bawah tanah (Underground mining)

Merupakan metoda penambanga yang segala kegiatan atau aktivitas

penambangan dilakukan di bawah permukaan bumi dan tempat kerjanya tidak

langsung berhubungan langsung dengan udara luar (Partanto, 1990). Beberapa

jenis metoda tambang bawah tanah yaitu sebagai berikut:

1) Romm and pillar mining

2) Sublevel stoping

3) Longwall mining

4) Block caving

c. Tambang bawah air

Merupakan metoda penambanga yang segala kegiatan atau aktivitas

penambangan dilakukan di bawah permukaan air atau endapan bahan galian atau

mineral berharga yang terletak di bawah permukaan air (Partanto, 1990).

Untuk pemilihan metode penambangan yang cocok untuk perancangan

penambangan, dipilih berdasarkan pada metoda yang dapat memberikan

keuntungan yang terbesar dan bukan pada kedalaman atau dangkal tidaknya letak

endapan bahan galian, serta perolehan tambang (mining recovery) yang terbaik.

Pemilihan berdasarkan keuntungan perlu dilakukan karena industri pertambangan

dalam usahanya dikenal sebagai wasting assets, dengan resiko tinggi, sedangkan

mineral atau endapan bahan galian tersebut tidak dapat diperbaharui (non

renewable resources).
8

2.1.1.2. Satuan Operasi Penambangan

Selama tahap persiapan dan ekploitasi dari semua tambang jika material

batuan tanah, bijih atau buangan ditambang dari bumi, dicatat bahwa ada satuan

operasi yang digunakan. Satuan operasi penambangan adalah langkah dasar yang

digunakan untuk memproduksi mineral dari endapan, bersama langkah tambahan

yang terlibat. Langkah-langkah ini yang mengkontribusi secara langsung ke

ekstraksi mineral di sebut operasi produksi, termasuk siklus produksi dari operasi.

Sedangkan langkah-langkah tambahan yang mendukung siklus produksi disebut

operasi tambahan. Siklur produksi mengunakan satuan operasi yang secara normal

di dalam dua fungsi yaitu pemecahan batuan dan penanganan material.

Pemacahan batuan meliputi berbagai mekanika, tetapi untuk batuan dilengkapai

dengan pemboran dan peledakan. Penanganan material meliputi pemuatan atau

pengalian dan transportasi material.

2.1.2 Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage)

2.1.2.1 Pengertian Air Asam Tambang

Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa asingnya Acid Mine

Drainage (AMD) adalah air yang terbentuk di lokasi penambangan dengan pH

rendah (pH<6) sebagai dampak dibukanya suatu potensi keasaman batuan

sehingga menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air dan tanah, dimana

pembentukannya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu air, oksigen, dan batuan

yang mengandung mineral–mineral sulfida (pirit, kalkopirit, markasit, dll).


9

Kegiatan penambangan ini dapat berupa tambang terbuka maupun tambang dalam

(bawah tanah).

Menurut (Rudy Sayoga, 2012), terdapat beberapa karakteristik dari air

asam tambang, yaitu:

1. Nilai pH (derajat keasaman) yg rendah < 6, keasaman tinggi.

2. Kandungan besi > 7 mg/L.

3. Kandungan Mangan > 4mg/L.

4. Konsentrasi logam lain terlarut yang tinggi, seperti Aluminium, Cadmium,

Tembaga, Timbal, Seng, Arsenik, dan Mercury.

5. Nilai Sulphate yang tinggi 500-1000 mg/L.

6. Nilai Salinitas 1-20 mS/cm.

7. Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah.

Sumber: GARD Guide, 2009

Gambar 2.1 Derajat Keasaman


10

Air asam tambang menjadi salah satu dampak penting dari kegiatan

pertambangan yang harus dikelola tidak saja karena dampaknya terhadap

lingkungan perairan atau air tanah, tetapi karena:

a. Sekali telah terbentuk akan sulit untuk menghentikannya (kecuali salah

satu komponennya habis).

b. Bisa berdampak sangat lama, melampaui umur tambang; pengalaman

menunjukkan bisa berlangsung sampai ratusan tahun.

Jika mengacu pada Undang-undang No.4 tahun 2009 tentang

pertambangan mineral dan batubara serta Undang-undang No.32 tahun 2009

tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pelaku usaha

pertambangan harus bertanggung jawab terhadap berbagai dampak lingkungan

yang ditimbulkannya dan ini harus sesuai dengan KEPMEN LH No.113 tahun

2003 tentang Baku Mutu Air Limbang Pertambangan Batubara. Bila terjadi kasus

air asam tambang pada pascatambang, bisa membuat pelaku usaha pertambangan

bertanggung jawab selamanya atau harus mengeluarkan biaya yang sangat besar

untuk melakukan penggalian dan penimbunan kembali (re-mining).

2.1.2.2 Proses Terjadinya Air Asam Tambang

Air asam tambang terbentuk karena adanya reaksi antara mineral sulfida,

oksigen dan air. Proses penambangan yang membuka lapisan tanah penutup suatu

batuan yang mengandung mineral sulfida akan membuat mineral sulfida terpapar

ke udara dan dengan mudahnya bereaksi dengan oksigen selain itu dengan adanya

hujan atau air tanah yang mengalir pada lapisan batuan tersebut membuat okidasi

mineral sulfida berjalan dengan baik yang akhirnya akan menghasilkan air asam.
11

Faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya air asam tambang di suatu

tempat adalah:

a. Konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari mineral sulfida

b. Keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir

melalui mekanisme adveksi dan difusi.

c. Jumlah komposisi kimia air yang ada.

d. Temperatur.

e. mikrobiologi

Berikut ini akan dijelaskan secara rinci proses terbentuknya air asam

tambang dalam beberapa tahap yang saling berkaitan dan tahap ini didasari

dengan reaksi pembentukan air asam tambang.

a. Oksidasi mineral sulfide

Bahan galian atau bijih yang ingin diambil dalam penambangan tentunya

tidak terdapat di permukaan namun terdapat di bawah berberapa lapisan batuan

bahkan bijih itu terdapat pada salah satu dari lapisan batuan tersebut. Untuk

mendapatkan bijih tersebut harus dilakukan pengupasan lapisan-lapisan tanah atau

batuan yang ada diatasnya sehingga bijih atau bahan galian tersebut dapat diambil

dengan mudah. Pengupasan ini membuat lapisan batuan yang umumnya

mengandung mineral sulfida terpapar keudara sehingga mineral sulfida ini akan

mengalami oksidasi karena adanya air dan oksigen. Mineral-mineral sulfida yang

umum terdapat pada batuan diantaranya pirit (FeS2), pirotit (FeS), markasit

(FeS2), kalkopirit (CuFeS2) dan arsenopirit (FeAsS). Kandungan sulfur yang

terdapat pada mineral tersebutlah yang akan dioksidasi oleh oksigen dan air.
12

Reaksi yang berlangsung merupakan reaksi pelapukan dari mineral sulfida

disertai proses oksidasi. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat dan besi fero dilepaskan.

Dari reaksi ini dihasilkan dua mol keasaman dari setiap mol pirit yang teroksidasi.

2 FeS2(s) + 7 O2(g) + 2 H2O(aq) 2 Fe2+(aq) + 4 SO42-(aq) + 4 H+(aq)

Pyrite + Oxygen + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acidity

b. Konversi besi ferro menjadi besi ferri

Tahap ini merupakan kelanjutan tahap pertama, hasil reaksi pada tahap

pertama berupa larutan besi ferro dan ionisasi asam sulfat akan bereaksi dengan

oksigen kembali sehingga besi ferro dan ion H+ akan membentuk besi ferri dan

air. laju reaksi berjalan lambat. Dan pada tahap ini mulai terdapat bakteri oksidasi

sulfur dan bakteri oksidasi besi yaitu bakteri thiobacilus yang akan mempercepat

proses oksidasi. Pada tahap ini pH air asam ini berkisar di bawah 5. Berikut ini

reaksi pada tahap ini.

Fe2+ (aq) + ¼ O2 (g) + H+ (aq) ⇔ Fe3+ (aq) + ½ H2O (aq)

Besi ferus + Oksigen + Asam ⇔ Besi ferik + Air

c. Hidrolisa besi

Reaksi ketiga adalah hidrolisa dari besi. Hidrolisa adalah reaksi yang

memisahkan molekul air. Tiga mol keasaman dihasilkan dari reaksi ini.

Pembentukan presipitat ferri hidroksida tergantung pH, yaitu lebih banyak pada

pH di atas 3,5.

Fe3+ (aq) + 3H2O (aq) ⇔ Fe(OH)3 (s) + 3H+ (aq)

Besi ferik + Air ⇔ Ferik hidroksida + Asam (endapan oranye)


13

d. Oksidasi mineral sulfida lanjutan (Pyrite)

Reaksi keempat adalah oksidasi lanjutan dari pirit oleh besi ferri. Ini

adalah reaksi propagasi yang berlangsung sangat cepat dan akan berhenti jika pirit

atau besi ferri habis. Agen pengoksidasi dalam reaksi ini adalah besi ferri.

FeS2(aq) + 14 Fe3+(aq) + 8 H2O(aq) 15 Fe2+(aq) + 2 SO42-(aq) + 16 H+(aq)

Pyrite + Ferric Iron + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acidity

Hasil akhir dari keempat tahapan tersebut adalah besi sulfat jika mineral

sulfide yang teroksidasi merupakan mineral pyrite. Reaksi ini akan terus berlanjut

jika keadaan terbentuknya air asam tambang terpenuhi.

Jika reaksi (1) dan (4) digabungkan maka:

FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O Fe(OH)3 + 2SO4-2 + 4H+

Pyrite + Oxygen + →ater "Yellowboy" + Sulfuric Acid

Oleh karena itu perlu diketahui jenis sulfur yang terdapat di dalam batuan

yang mudah teroksidasi adalah sulfur yang terdapat dalam bentuk mineral sulfida:

–FeS2 – pirit MoS2 - molybdenite

–FeS2 - marcasite CuFeS2 – chalcopirit

–FexSx - pyrrhotite PbS - galena

–Cu2S - chalcocite ZnS - sphalerite

–CuS - covellite FeAsS – arsenopirit

Pada dasarnya kandungan pyrite terbentuk akibat bertemunya batuan yang

mengandung senyawa pyrite dengan air dan oksigen secara tidak langsung,

kandungan pyrite ini menghasilkan beberapa unsur kimia yaitu sufate, mangan

dan besi.
14

AIR SULFATE

PYRITE MANGAN

OXYGEN BESI

(Sumber: Rudy Sayoga ”Pengelolaan Air Asam Tambang”, 2012)

Gambar 2.2 Terjadinya AAT (Pelapukan Pyrite)

2.1.2.3 Sumber–sumber Air Asam Tambang

Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu

tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi

karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah

didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan

oksida sulfur menjadi asam. Sumber–sumber air asam tambang antara lain berasal

dari kegiatan–kegiatan berikut:

2.1.2.3.1 Air dari tambang terbuka

Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan

penutup, sehingga unsur sulfur yang terdapat dalam batuan sulfida akan mudah

teroksidasi dan bila bereaksi air dan oksigen akan membentuk air asam tambang.

2.1.2.3.2 Air dari unit pengolahan batuan buangan

Material yang banyak terdapat pada limbah kegiatan penambangan adalah

batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat

dengan bertambahnya kegiatan penambangan. Sebagai akibatnya, batuan buangan

yang banyak mengandung sulfur akan berhubungan langsung dengan udara


15

terbuka membentuk senyawa sulfur oksida selanjutnya dengan adanya air akan

membentuk air asam tambang.

2.1.2.3.3 Air dari lokasi penimbunan batuan

Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air

asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara yang selanjutnya

terjadi pelarutan akibat adanya air.

2.1.2.4 Dampak–Dampak Air Asam Tambang

Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif dari air asam

tambang tersebut antara lain yaitu:

2.1.2.4.1 Masyarakat di Sekitar Wilayah Tambang

Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan

secara langsung karena air yang dipompakan ke sungai atau ke laut telah

dinetralkan dan selalu dilakukan pemantauan 1 x seminggu menggunakan alat

water quality checker (untuk mengetahui temperatur, kekeruhan, pH, dan

salinity), hasil pemantauan disesuaikan dengan baku mutu air sungai dan air laut.

Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan terganggu maka binatang

seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian penduduk menjadi terganggu.

2.1.2.4.2 Biota Perairan

Dampak negatif untuk kehidupan perairan adalah terjadinya perubahan

keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran benthos

dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Pada
16

perairan yang baik dan subur benthos akan mengalami kelimpahan, sebaliknya

pada perairan yang kurang subur benthos tidak akan mampu bertahan hidup.

2.1.2.4.3 Kualitas Air Permukaan

Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan

menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang mengalami

perubahan diantaranya adalah pH, padatan terlarut, padatan tersuspensi, COD,

BOD, sulfat, besi, dan Mangan.

2.1.2.4.4 Kualitas Air Tanah

Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang penting untuk

pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logam-logam berat

seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara mikro yang

dibutuhkan tanaman, sedangkan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan

tanaman seperti fosfor, magnesium, kalsium sangat kurang. Akibat kelebihan

unsur hara mikronya dapat menyebabkan keracuanan pada tanaman, ini ditandai

dengan busuknya akar tanaman sehingga tanaman menjadi layu.

2.1.2.5 Mineral–mineral Pembentuk Air Asam Tambang

Mineral–mineral yang terdapat pada batuan penutup di daerah

pertambangan adalah kandungan sulfida alami, paling umum yaitu dalam bentuk

pyrit. Apabila mineral-mineral ini terkena oksigen dan air selama penambangan,

maka akan mengalami oksidasi sehingga menghasilkan air asam sulfat. Dibawah

ini menjelaskan reaksi pyrit dengan oksigen dan air:

FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O → Fe(OH)3 + 2SO4 + 4H


17

Air asam tambang terbentuk ketika mineral-mineral sulfida dalam batuan

muncul di permukaan pada kondisi oksidasi. Banyak tipe dari mineral sulfida,

sulfida besi yang sering terdapat pada batubara yang didominasi pyrit dan

markasit. Beberapa sulfida-sulfida logam yang dapat menyebabkan air asam

tambang:

Tabel 2. 1 Jenis-jenis Sulfida


No Rumus Senyawa Nama Senyawa

1 FeS2 Pyrite

2 FeS2 Marcasite

3 FexSx Pyrrhotite

4 Cu2S Chalcosite

5 CuS Covellite

6 Cu FeS2 Chalcopyrite

7 MoS2 Molybdenite

8 NiS Millerite

9 PbS Galena

10 ZnS Sphalerite

Apabila mineral-mineral sulfida muncul di permukaan pada kondisi

oksidasi, maka mineral-mineral sulfida akan teroksidasi, bereaksi dengan air dan

oksigen menjadi kondisi asam tinggi, kaya akan sulfat. Komposisi logam dan

konsentrasi-konsentrasi pada tipe mineral sulfida hadir dalam jumlah yang

banyak.
18

Berdasarkan persamaan kimia dapat diketahui prosesnya sebagai berikut:

Persamaan 1 : FeS2 + 7/2 O2 + H2O  Fe+2 + 2 SO4-2 + 2 H+

Persamaan 2 : Fe+2 + 1/4 O2 + H+  Fe+3 + 1/2 H2O

Persamaan 3 : Fe+3 + 3 H2O  Fe(OH) + 3H+

Persamaan 4 : FeS2 + 14 Fe+3 +8 H2O  15 Fe+2 + 2 SO4-2 + 16 H+

Persamaan 1, besi sulfida teroksidasi melepaskan besi ferro, sulfat dan asam

Persamaan 2, besi ferro dalam persamaan dua akan teroksidasi menjadi besi ferri

Persamaan 3, besi ferri dapat terhidrolisis dan membentuk ferri hidrosida dan

asam.

Persamaan 4, besi ferri secara langsung bereaksi dengan pirit dan berlaku sebagai

katalis yang menyebabkan besi ferro yang sangat besar, sulfat dan asam.

Batubara adalah batuan sedimen yang terbentuk secara akumulasi dan

kompaksi dari sisa-sisa tumbuhan dalam lingkungan reduksi seperti pada daerah

rawa. Sulfur di dalam batubara dan lapisan pembawa batubara dapat terjadi seperti

sulfur organik, sulfur sulfat dan pirit sulfur . Beberapa sulfur nampak pada seam

batubara setelah peat berubah menjadi batubara, hal ini dibuktikan dengan adanya

pirit pada fracture vertikal permukaan yang disebut cleat. Pada seam pirit banyak

hadir dalam lapisan batubara dan overburden terjadi seperti butiran kristal yang

sangat kecil tercampur dengan organik dari batubara dan juga tersebar disekitar

lapisan-lapisan dari sandstone dan shale. Sumber sulfur yang luas terdapat pada

konkresi, nodule, lensa band dan pengisian pada lapisan-lapisan porous.

Sulfat sulfur biasanya hanya ditemukan dalam jumlah minor dalam fresh

coal dan berasosiasi dengan batuan-batuan. Sulfat sulfur biasanya merupakan


19

hasil dari pengaruh iklim dan oksidasi dari sulfida sulfur . Sulfat merupakan hasil

reaksi dari oksidasi pirit dan relatif tidak menghasilkan asam. Pirit atau sulfida

sulfur adalah penyebab sulfur yang utama dalam batubara biasanya berasosiasi

dengan batuan. Semua mineral-mineral sulfida itu mungkin hadir, besi sulfida

merupakan hal utama dan penghasil asam yang terutama. Berdasarkan maksimal

potensial asam dari korelasi tertutup antara sample overburden dan pirit sulfur

maka kita dapat mengetahui tipe dari pirit sulfur .

Angka dari oksidasi pirit tergantung variable angka, yaitu: permukaan

reaktif dari pirit sulfat, konsentrasi oksigen, kelarutan pH, sumber-sumber katalis,

pembilasan (flushing) frequencies dan kehadiran dari bakteri Thiobacillus.

Karakteristik dari air asam tambang adalah: pH dan ion hydrogen rendah, sulfat

dan kadar besi tinggi.

2.1.2.6 Prinsip Pengelolaan Air Asam Tambang

Pencegahan terbentuknya air asam tambang lebik baik dari pada

mengelolah nya (prevention is better than treatment) karena:

a. Lebih andal untuk jangka panjang

b. meminimalkan risiko

Langkah pertama dari pencegahan adalah identifikasi batuan yang

berpotensi membentuk asam karakterisasi. Dengan mengetahui sebaran jenis-jenis

batuan berdasarkan karakteristiknya dalam pembentukan air asam tambang dapat

disusun perencanaan pencegahan yang baik. Hal ini perlu dilakukan sejak tahap

eksplorasi, perencanaan dan perancangan, konstruksi, penambangan, dan pasca

tambang.
20

Karakterisasi overburden bertujuan untuk memahami penyebaran lapisan

batuan yang berpotensi membentuk asam (PAF) dan batuan yang tidak berpotensi

membentuk asam (NAF).

2.1.2.6.1 Penanganan yang Dilakukan Sebelum Air Asam Tambang Terbentuk

Upaya penanganan yang dilakukan untuk mencegah terbentuknya air asam

tambang adalah:

a. Menutup dan Menimbun

Upaya pencegahan timbulnya air asam tambang yang dilakukan dengan

cara menutup dan menimbun kembali dengan segera lokasi bekas penambangan

yang telah selesai diambil batubaranya agar jangan sampai terjadi oksidasi

mineral sulfida dengan air dan udara pada batuan pirit yang terbuka akibat proses

penambangan.

b. Mencegah Masuknya O2

Lahan bekas penambangan berbentuk cekungan yang mengandung

mineral sulfida pada dasar lapisan (floor) batubaranya ditutup dengan air dengan

kedalaman tertentu (dalam keadaan diam tidak mengalir) guna mencegah

masuknya O2 sehingga tidak terjadi oksidasi antara mineral sulfida, O2, dan air.

c. Capsule

Metode ini dilakukan dengan cara melapisi material yang mengandung

sulfida dengan tanah liat.


21

2.1.2.6.2 Penanganan yang Dilakukan Setelah Air Asam Tambang Terbentuk

Upaya penetralan yang dilakukan oleh pihak perusahaan jika masih

terdapat air asam tambang pada lahan bekas penambangan dengan menambahkan

kapur (hydrated lime) ke dalam air. Jumlah penambahan bahan–bahan tersebut

selalu didasarkan pada hasil percobaan dan perhitungan dengan metode titrasi.

Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan

untuk menetralkan air asam tambang. Hydrated lime dapat diperoleh dengan

menggunakan proses kalsinasi terhadap batu gamping. Batugamping dipanaskan

pada suhu 6000 C–9000 C dengan tekanan 1 atm sehingga menghasilkan CaO

(kapur tohor). Reaksi kimianya adalah sebagai berikut:

CaCO3 → CaO + CO2

Setelah terbentuk CaO, selanjutnya dilakukan proses hidrasi, yaitu CaO dilarutkan

dalam air.

CaO + H2O → Ca(OH)2

Reaksi penetralan air asam tambang dengan hydrated lime adalah:

Ca(OH)2 + H2SO4 → CaSO4 + H2O

2.1.2.6.3 Proses Penetralan Air Asam Tambang pada Kolam Pengendap Lumpur

Kolam pengendap lumpur berfungsi sebagai tempat mengendapan lumpur,

atau material padatan yang bercampur dari limpasan yang disebabkan adanya

aktifitas penambangan maupun karena erosi. Disamping tempat pengendapan,

kolam pengendap juga akan dialirkan keluar kolam pengendapan, baik itu

kandungan materialnya, tingkat keasaman maupun kandungan material lain yang

dapat membahayakan lingkungan.


22

Dengan adanya kolam pengendap lumpur diharapkan semua air yang ada

keluar dari daerah penambangan benar-benar air yang sudah memenuhi ambang

batas yang diizinkan sesuai dengan baku mutu lingkungan. Pemerintah telah

menetapkan baku mutu air dan baku mutu limbah cair sebagai rambu-rambu

dalam pengendalian kualitas air. Baku mutu air sebagai batas atau kadar makhluk

hidup, zat, energy dan komponen lain yang ada atau harus ada unsur pencemar

yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukannya.

Prose sedimentasi merupakan proses yang sering digunakan dengan cara

pemisahan solid dari liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk

menyisihkan suspended solid.

Sumber: Bahar, Dedy, 2011

Gambar 2.3 Proses Sedimentasi

Adapun bagian-bagian dari bak sedimentasi adalah sebagi berikut:

a. Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan

menyebarkan kecepatan aliran yang baru masuk.


23

Sumber: Bahar, Dedy, 2011

Gambar 2.4 contoh konstrusi inlet kolam pengendapan

Zona pengendapan dalam zona ini, air mengalir pelan secara horizontal ke

arah outlet, dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikal

tergantung pada kecepatan pengendapan. Zona lumpur Dalam zona ini, lumpur

terakumulasi sekali lumpur masuk area ini ia akan tetap terpendap disana.

b. Zona outlet berpengaruh besar dalam mempengaruhi pola aliran dan

karakteristik pengendapan flok pada bak sedimentasi. Biasanya pelimpah dan

bak penampung limbahan digunakan untuk mengontrol outlet pada bak

sedimentasi.

Selain bagian-bagian utama di atas, bak sedimentasi dilengkapi dengan

settler . Settler dipasang pada zona pengendapan (Gambar 2.5) dengan tujuan

meningkatkan efisiensi pengendapan.


24

Sumber: Bahar, Dedy, 2011

Gambar 2.5 Settler zona pengendapan

Untuk menghitung volume kolam endapan, dapat ditentukan dengan

rumus berikut:

V = P x L x Ta .................................................................. (2.1)

Keterangan:

P = Panjang Kolam Endapan.

L = Lebar Kolam Endapan.

TA = Tinggi Air di Kolam Endapan.

Dalam menentukan kualitas air, digunakan beberapa parameter fisika dan

kimia. Parameter fisika yang biasa digunakan dalam penentuan kualitas air adalah

cahaya, suhu, kejernihan dan kekeruhan, warna konduktivitas dan padatan.

Sedangkan parameter kimia yang digunakan adalah pH, asiditas, kesadahan,

alkalinita s, potensi reduksi oksidasi, oksigen terlarut, karbondioksida dan bahan

organic. Selain itu terdapat ion-ion didalam perairan yang dapat mempengaruhi

kualitas air. Ion utama diantaranya adalah kalsium, magnesium, natrium, klorida

dan sulfur. Dalam kegiatan penambangan batubara, pemerintah telah menetapkan

Baku Mutu Lingkungan Cair Tambang Batubara melalui keputusan Menteri


25

Lingkungan Hidup No.113 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi usaha

atau kegiatan pertambangan batubara pada pasal 2 ayat (1). Parameter yang

diamati antaranya adalah angka pH, residu tersuspensi, kadar besi total dan kadar

mangan total.

Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan batubara

PARAMETER SATUAN Kadar Maksimum


pH 6–9
Zat padat tersuspensi mg/liter 400
Besi Total mg/liter 7
Mangan total mg/liter 4

Sumber: KEPMEN Lingkungan Hidup No.113 Tahun 2003

Pada umumnya proses penetralan air asam tambang menggunakan kapur

tohor. Kapur merupakan salah satu batuan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan pH secara praktis, murah dan aman sekaligus dapat mengurangi

kandungan-kandungan logam berat yang terkandung dalam air asam tambang.

Ada beberapa macam kapur yang dapat digunakan, yaitu kapur pertanian (CaCo3),

kapur tohor (CaO), kapur tembok (Ca(OH)2), dolomite (CaMg(Co3)2) dan kapur

Silika (CaSiO3).

2.1.2.6.4 Pengelolaan dan Penetralan Air Asam Tambang

Pengelolaan air asam tambang diperlukan agar memenuhi baku mutu

lingkungan sebelum dilepaskan ke badan perairan alami. Walaupun metode

pencegahan telah dilakukan dengan baik, tetap saja ada air asam tambang yang
26

terbangkitkan dan perlu diolah (Rudy Sayoga Gautama, 2012). Adapun

Pengelolan air asam tambang dapat digolongkan menjadi:

a) Pengelolaan Aktif (active treatment)

Pengelolaan aktif adalah penelolaan yang membutuhkan

penembahan bahan kimia secara terus menerus, pengelolaan aktif

merupakan pengelolaan yang paling efektif namun kurang efisien, melihat

pertimbangan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bahan kimia dan

energi eksternal yang diperlukan. Alternatif lain, pengolahan air asam

tambang secara pasif.

b) Pengelolan pasif (passisve treatment)

Pada pengelolaan pasif adalah pengelolaan tidak lagi

membutuhkan penambahan bahan kimia secara terus menerus. Ini akan

mengurangi peralatan operasional dan pemeliharaan. Pengolahan secara

pasif mengandalkan terjadinya proses bio-geokimiawi, yang berlangsung

menerus secara alami dalam peningkatan pH dan pengikatan serta

pengendapan logam-logam terlarut.

c) Pengelolan ditempat (in situ treatment)

Merupakan proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi,

operasi atau perawatan oleh manusia secara regular. Suatu sistem

pengolahan air yang memanfaatkan sumber energi yang tersedia secara

alami seperti gradien topografi, energi metabolisme mikroba, fotosintesis

dan energi kimia dan membutuhkan perawatan secara regular tetapi jarang
27

untuk beroperasi sepanjang umur rancangannya (Pulles at al, 2004, dalam

GARD Guide, 2009).

Pada umumnya pengelolaan yang dilakukan pada perusahaan

pertambangan yaitu dengan menggunakan metode pengelolaan aktif, media yang

biasa digunakan dalam pengelolaan aktif diantaranya yaitu kapur tohor (CaO), fly

ash, buttom ash, membrane keramik, eceng gondok, serat singkong, dan cangkang

telur.

2.1.3 Fly Ash (Abu Terbang)

Abu terbang adalah bagian dari abu bakar berupa bubuk halus dan ringan

yang diambil dari tungku pembakaran yang menggunakan bahan bakar batubara

pada pusat pembangkit listrik tenaga uap. Sifat kimia abu terbang sangat berbeda

satu sama lainnya, tergantung pada sumber batubara yang digunakan, efesiensi

dari pulverisasi, suhu pembakaran (tergantung pada macam tungku yang dipakai

untuk pembakaran batubara), dan cara pengendapan abu dari gas pembakaran.

Sumber: Supriyono dan Sutopo 1994

Gambar 2.6 Fly Ash (Abu Terbang)


28

Menurut Supriyono dan Sutopo (1994) abu terbang terdiri dari senyawa

SiO2, Al2O3, CaO, MgO, Na2O, dan lain sebagainya dengan ukuran butir

sebagian besar<120 mesh. Bahan tersebut memiliki sifat aktif, yaitu dengan

adanya air dapat bersenyawa menjadi hidroksida Ca(OH)2pada suhu kamar,

membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen yang dapat meneras

dalam waktu tertentu.

Pemanfaatan abu terbang dapat digunakan untuk reklamasi di daerah

pertambangan dan perbaiki kondisi tanah untuk tujuan penghijauan. Sebagai

material reklamasi abu terbang dapat menetralkan tanah yang terlalu masam dan

sulit ditanami. Abu terbang dapat membuat tanah menjadi gembur dan

meningkatkan kemampuan tanah menyimpan air. Abu terbang dimanfaatkan

untuk menggantikan kapur pada lahan di peternakan sapid an perkebunan kacang

dan buah-buahan di New York dan California. Penggunaan abu terbang

menurunkan biaya operasi pertanian daerah tersebut (Prijatama, 2002).

Tingginya kandungan oksida silika, yaitu mencapai 52% membuka

peluang pengguanaan abu terbang untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah

gambut. Namun hal ini perlu diteliti lebih efektivitasnya terhadap perbaikan tanah

masam seperti tanah gambut dan pengeruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.

Sebabnya adalah selain silika dalam kandungannya juga terdapat senyawa

aluminium yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Unsur oksida utama dalam

abu terbang terdiri dari silika, aluminia, besi dan kalsium yang dapat membentuk

95 % hingga 99 % dari komposisi abu terbang (Adimihardja, 2002).


29

2.1.4 Cangkang Telur

Cangkang telur merupakan lapisan luar dari telur yang berfungsi

melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan. Cangkang telur ayam yang

membungkus telur umumnya beratnya 9-12% dari berat telur total. Warna kulit telur

ayam bervariasi, mulai dari putih kekuningan sampai cokelat. Warna cangkang luar

telur ayam ras (ayam boiler) ada yang putih, ada yang cokelat. Bedanya pada

ketebalan cangkang, yang berwarna cokelat lebih tebal daripada yang berwarna putih

(Wirakusumah, 2011). Protein tidak larut berperan sebagai penyusun struktur dan

protein larut tertanam di lapisan kapur. Endapan kalsium (Ca) digunakan untuk

perkembangan dan pembentukan kerangka embrio. Cangkang telur bebek

ditunjukkan pada gambar 2.7,

Sumber: Wirakusumah, 2011

Gambar 2.7 Cangkang Telur

Sedangkan komposisi kimia cangkang telur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Komposisi Kimia Cangkang Telur

Senyawa Komposisi (%)

Protein 1,71
Lemak 0,36
Air 0,93
Serat Kasar 16,21
Abu 71,34
Sumber: Wirakusumah, 2011
30

Cangkang telur tersusun atas struktur berlapis tiga, yaitu lapisan kutikula,

lapisan sponge (busa) dan lapisan lamellar. Lapisan kutikula merupakan protein

transparan yang melapisi permukaan cangkang telur. Lapisan ini melapisi pori-

pori pada cangkang telur, tetapi sifatnya masih dapat dilalui gas sehingga

keluarnya uap air dan gas CO2 masih dapat terjadi (Rivera, 1999).

Lapisan sponge (busa) dan lamellar membentuk matriks yang tersusun

oleh serat-serat protein yang terikat dengan kristal kalsium karbonat (CaCO3) atau

disebut juga kalsit dengan perbandingan 1:50. Lapisan busa ini merupakan bagian

terbesar dari lapisan cangkang telur. Lapisan ini terdiri dari protein dan lapisan

kapur yang terdiri dari kalsium karbonat, kalsium fosfat, magnesium karbonat,

dan magnesium fosfat (Rivera, 1999 ).

Komposisi utama dalam cangkang ini adalah kalsium karbonat (CaCO3)

sebesar 94% dari total bobot keseluruhan cangkang, kalsium fosfat (1%), bahan-

bahan organik (4%) dan magnesium karbonat (1%) (Rivera, 1999). Berdasarkan

hasil penelitian, serbuk cangkang telur ayam mengandung kalsium sebesar 401

±7,2 gram atau sekitar 39% kalsium, dalam bentuk kalsium karbonat. (Schaafsma,

2000). Kandungan kalsium karbonat dari cangkang telur dapat digunakan sebagai

sumber kalsium yang efektif untuk metabolisme tulang (Rivera,1999).

2.1.5 Cangkang Siput

Siput merupakan hewan yang hidup di habitat air tawar Amerika

Selatan. Siput mulai dikenal di Indonesia tahun 1986. Perkembangan populasi ini

tergolong tinggi, karena seekor induk siput yang berumur 6 bulan mampu bertelur
31

sampai 1.000 butir. Siput termasuk kedalam klasifikasi filum moluska dan kelas

gastropoda . Bentuk cangkang siput hampir mirip dengan siput sawah yang

disebut gondang, bedanya cangkang langkitang berwarna cokelat kehitaman serta

lebih tebal dengan diameter cangkang 4-5 cm dan tinggi lebih dari 10 cm. Siput

menyukai perairan jernih yang banyak tumbuhan airnya dan sangat menyukai

tempat yang berlumpur (Riyanto, 2003).

Sumber: Riyanto, 2003

Gambar 2.8 Cangkang Siput

Siput termasuk kedalam filum moluska yaitu hewan berbadan lunak yang

terlindungi oleh suatu cangkang keras berwarna cokelat kehitaman yang

mengandung alsium karbonat (Campbell et al, 2000). Pambudi (2011) juga

menjelaskan bahwa komponen penyusun cangkang siput adalah kalsium karbonat

(CaCO3) setelah dilakukan penelitian dengan beberapa cara pengolahan.

Cangkang moluska terdiri dari lapisan luar yang bercabang, kaya protein, dimana

untuk melindungi dua lapisan bawah yang kaya kalsium dari erosi. Lapisan tengah

terdiri dari kristal yang terbungkus rapat yaitu kalsium karbonat (Raven dan

Johnson, 2001).

Menurut beberapa hasil penelitian yaitu Etuk et al (2012) melakukan

analisis kimia untuk mengetahui komposisi kimia dalam abu cangkang siput
32

setelah dipanaskan pada suhu 8000C selama 4 jam. Penambahan abu cangkang

sebagai campuran pada setting time dan kuat tekan dari pasta semen dan mortar

bervariasi dari 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 30%. Hasilnya menunjukkan kuat

tekan maksimal terjadi pada penambahan abu cangkang siput (SSA) sebesar 20 %

dengan komposisi kimia terdiri dari CaO 61,95 %, SiO2 10,20 %, Fe2O3 3,15 %,

MgO 0,18 %, Al2O3 4,81 %, SO3 0,03 %, K2O 0,05 %, Na2O 0,04 %, P2O5 0,01 %,

MnO3 0,01 % dan TiO2 0,01 %.

Udomkan dan Limsuwan (2008) melakukan analisa EDX pada serbuk

cangkang siput dan diketahui bahwa komposisi kimia siput adalah sebagai berikut

CaCO3 92,68 %, MgO 1,68 %, Al2O3 1,04 % dan SiO2 4,29 %. Selain itu,

cangkang keong mas juga mengandung protein, lemak, kalsium dan fosfor

(Liptan, 2001).

2.1.6 Kolam Pengendapan Lumpur (KPL)

Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) berfungsi sebagai tempat menampung

air tambang sekaligus untuk mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut

bersama air dari lokasi penambangan. Kolam pengendapan akan berfungsi dengan

baik apabila rancangan kolam pengendapan yang akan dibuat sesuai dengan debit

air limpasan yang akan ditampung untuk pengendapan lumpur. Rancangan kolam

pengendapan dari segi geometri harus mampu untuk menampung debit air dari

lokasi penambangan.

Untuk menghitung debit yang masuk ke dalam kolam pengendapan

lumpur digunakan rumus sebagai berikut:


33

Q = V x A ........................................................................... (2.2)

Keterangan:

Q = Debit Air (M3/detik)

A = Luas Penampang (M2)

V = Kecepatan Aliran Air (M/detik)

Kolam pengendapan lumpur selain sebagai tempat untuk mengendapkan

material tersuspensi, di area tambang juga berfungsi sebagai penampungan air

limbah yang mengandung air asam tambang (pH<6), dimana di dalam tampungan

tersebut dilakukan perlakuan penetralan air limbah yang tercemar sehingga bisa

menjadi normal sesuai ambang batas baku mutu yang disyaratkan oleh

pemerintah, di kolam pengendap tersebut bisa dilakukan treatment berupa

pengapuran.

Pada penelitian ini kolam pengendapan lumpur dibuat dalam skala

laboratorium yang terbuat dari kaca dengan volume 1 Liter/kolam, jumlah volume

ini digunakan agar lebih memudahkan peneliti untuk menghitung jumlah total

kebutuhan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput nantinya. Sedangkan bentuk

dan ukuran dimensi kolam pengendapan dibuat sesuai dengan yang ada di

lapangan, kemudian diskalakan dalam bentuk laboratorium. Jumlah kolam

pengendapan pada skala laboratorium ini terdiri atas kolam inlet, kolam 2, dan

kolam outlet.

Di bawah ini gambar kolam pengendapan skala laboratorium:


34

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar 2.9 Kolam Pengendapan Skala Laboratorium

2.2 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini terdapat kerangka konseptual yang akan membantu

penulis dalam menyelesaiakan penalitian ini, yang terdiri atas:

2.2.1 Input

Input terdiri dari data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, yaitu:

1. Data Primer

Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:

a. Sampel air asam tambang

b. Debit aliran

c. Komposisi Fly ash

d. Komposisi Cangkang telur

e. Komposisi Cangkang siput

2. Data Sekunder

Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:
35

a. Spesifikasi Pompa yang digunakan KUD.Sinamar Sakato.

b. Dimensi kolam pengendapan lumpur.

2.2.2 Proses

Pada bagian proses ini dilakukan pengolahan dan analisa dari data-data

yang diperoleh pada bagian input. Data-data yang dianalisa tersebut yaitu:

a. Pengukuran pH air asam tambang kemudia menganalisis pengaruh fly

ash, cangkang telur dan cangkang siput dalam penetralan air asam

tambang.

b. Menghitung debit air yang masuk ke kolam pengendapan lumpur.

c. Menghitung perbandingan kebutuhan jumlah yang digunakan untuk

menetralkan pH air asam tambang dengan menggunakan fly ash,

cangkang telur dan cangkang siput.

2.2.3 Output

Output yaitu hasil yang diharapkan dari penelitian ini, yaitu:

a. Mendapatkan kualitas pH air asam tambang serta mengetatahui

pengaruh fly ash, cangkang telur dan cangkang siput terhadap proses

penetralan air asam tambang.

b. Mendapatkan jumlah debit aliran yang masuk ke kolam pengendapan

lumpur.

c. Mendapatkan perbandingan efesiensi dalam penggunaan antara fly ash,

cangkang telur, serta cangkang siput untuk upaya penetralan pH air

asam tambang.
36

Proses
Input
a. Pengukuran pH air asam
Data primer:
tambang kemudian menganalisis
a. Sampel air asam tambang
pengaruh fly ash, cangkang telur
b. Debit aliran
dan cangkang siput dalam
c. Komposisi Fly ash
penetralan air asam tambang.
d. Komposisi Cangkang
telur b. Menghitung debit air yang
e. Komposisi Cangkang masuk ke kolam pengendapan
langkitang lumpur.
c. Menghitung perbandingan
Data sekunder: kebutuhan jumlah, yang
a. Spesifikasi Pompa yang digunakan untuk menetralkan pH
digunakan KUD.Sinamar air asam tambang dengan
Sakato. menggunakan fly ash, cangkang
b. Dimensi kolam telur dan cangkang siput.
pengendapan lumpur

Output

a. Mendapatkan kualitas pH air asam tambang serta


mengetatahui pengaruh fly ash, cangkang telur dan cangkang
siput terhadap proses penetralan air asam tambang.
b. Mendapatkan jumlah debit aliran yang masuk ke kolam
pengendapan lumpur.
c. Mendapatkan perbandingan efesiensi dalam penggunaan
antara fly ash, cangkang telur, serta cangkang siput untuk
proses penetralan pH air asam tambang.

Gambar 2.10 Kerangka Konseptual


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian terapan (applied

research). Penelitian terapan adalah penelitian yang bertujuan untuk hati-hati,

sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan

segera untuk keperluan tertentu. (Menurut Sugiono, 2009:10-11), penelitian

terapan ini digolongkan dalam penggolongan menurut tujuan.)

Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara

praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk

mengembangkan produk penelitian dan pengembangan bertujuan untuk

menemukan, mengembangkan dan memvalidasi suatu produk.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di dua tempat, pertama yaitu pengamatan

masalah dan pengamatan sampel dilakukan pada kolam penegndapan lumpur

KUD Sinamar Sakato yang terdapat air asam tambang yang memiliki pH air yang

kecil dari 6. Sedangkan untuk pengujian kualitas pH air dilakukan di laboratorium

Teknik Lingkungan Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang mulai

dari Desember 2017. Adapun scedule penelitian dapat dilihat pada Lampiran A.

37
38

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan objek kajian penelitian yang

memiliki karakteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah Sump, Kolam 1

(Inlet), Kolam 2, Kolam 3 (Outlet), dan Sungai.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi data yang dianggap mewakili

populasi keseluruhan, yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah air asam

tambang yang berada pada kolam pengendapan lumpur di Kolam 1 (Inlet) dan

Kolam 3 (Outlet).

3.4 Variabel Penelitian

Menurut (Sugiyono, 2013) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat (variabel

dependen) dan variabel bebas (variabel independen). Variabel terikat (dependen)

yaitu variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Variabel bebas (independen)

yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara positif maupun

negatif.

Variabel Independen (X):

1. Fly Ash (Abu Terbang)

2. Cangkang Telur

3. Cangkang Siput
39

Variabel Dependen (Y) yaitu: Air Asam Tambang.

X2 (Cangkang Telur)

X1 (Fly Ash / Abu Terbang) X3 (Cangkang Siput)

Y (Air Asam
Tambang)

Gambar 3.1 Variabel Penelitian

3.5 Data dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder seperti dijelaskan pada kerangka konseptual pada BAB II.

Sumber data yang didapatkan berasal dari pengamatan dan dokumentasi

langsung di lokasi penelitian, serta dari data primer hasil uji laboratorium.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Studi Lapangan

Studi lapangan yaitu cara mendapatkan data yang dibutuhkan dengan

melakukan pengamatan langsung di lapangan atau tempat kerja.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka yaitu mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan membaca

buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan

data-data serta arsip perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai landasan

dalam pemecahan masalah.


40

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Alat yang Digunakan

Untuk mengukur tingkat keasaman dan laju air asam tambang digunakan

peralatan utama berupa pH meter dan flow meter

1. pH Meter

alat yang digunakan untuk mengukur pH pada penelitian adalah

Waterproof pH teste 30. Cara menggunakan alat adalah dengan

dimasukkan bagian bawah dari alat ini ke dalam air. Tigkat keasaman

dari air tambang tersebut akan langsung tertera secara digital.

Gambar 3.2 Waterproof pH teste

2. Flow Meter

Pengukuiran kecepatan aliran pada penelitian ini menggunakan alat FP

101 flow Probe, cara menggunakan alat ini sama dengan menggunakan

cara menggunakan pH meter, hanya prinsip kerja alatnya saja yang

berbeda.

Gambar 3.3 FP101 flow Probe


41

3.7.2 Prosedur Sampling

Setelah ditentukan titik sampling maka dilakukan sampling dititik yang

sudah ditentukan. Untuk pengambilan sampling dilakukan dua kali sampling yaitu

satu kali dilakukan di kolam Inlet dan yang kedua di kolam Outlet. Teknik

pengambilan sampelnya dilakukan secara grap sample. Grap sample yaitu contoh

yang menunjukkan sifat contoh pada saat contoh diambil. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah:

1. Contoh air sebaiknya diambil dari bagian yang dekat dengan permukaan.

2. Pengambilan sampel air tidak boleh terkontaminasi dengan udara.

3. Untuk pengambilan sampel pada kolam pengendapan lumpur diambil dari

tepi tetapi pada jarak paling sedikit 1 M dari tepi kolam.

4. Pengambilan contoh air sungai yang tidak terjangkau tangan, sampel dapat

diambil dengan water sapler.

Sedangkan untuk urutan pelaksanaan pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Membuat perencanaan pengambilan sampel.

2. Menentukan lokasi pengambilan sampel.

3. Menentukan titik pengambilan sampel.

4. Melakukan pengambilan sampel.

5. Melakukan pemeriksaan kualitas air di kolam pengendapan lumpur dengan

menggunakan alat pH Meter.

3.7.3 Kerangka Kerja Penelitian

Pengembilan data evaluasi dilakukan dengan dua tahapan kerja dalam

rangkaian kegiatan penelitian, yaitu:


42

1. Tahapan Pengujian di Laboratorium

Yaitu pengujian yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel air

asam tambang terlebih dahulu, air yang diambil masing-masing

sebanyak 1 Liter, kemudian untuk mengetahui dosis yang tepat untuk

menaikkan angka pH tertentu maka dibutuhkan beberapa dosis fly ash,

cangkang telur, dan cangkang siput untuk melakukan pengujian di

laboratorium terhadap masing-masing sampel air asam tadi, dari uji

coba tadi bisa diketahui jumlah dosis yang tepat untuk diaplikasikan di

lapangan.

2. Tahapan Pengambilan Data di Lapangan

Yaitu mencari data pengukuran kecepatan aliran air dan debit air yang

masuk ke kolam pengendapan lumpur. Hal ini dilakukan sebagai

langkah penentuan jumlah dosis fly ash, cangkang telur dan cangkang

siput yang tepat untuk proses penetralan air asam tambang. Setelah itu

dilakukan pengujian di atas, maka dapat diketahui penggunaan dosis

fly ash, cangkang telur dan cangkang siput yang tepat, selanjutnya

hasil pengujian laboratorium dapat di aplikasikan ke lapangan untuk

mengetahui keefektifitasan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput

yang baik dan tepat setelah didapatkan perhitungan debit air yang

masuk ke kolam pengendapan lumpur dan juga hasiil pengukuran

aliran air di lapangan yang mana dilakukan dengan skala laboratorium.

Setelah diperoleh data tersebut maka tahapan berikutnya ialah melakukan tahapan

analisis untuk menentukan:


43

1. Penentuan Dosis fly ash, cangkang telur dan cangkang lsiput secara

teoritis.

2. Aplikasi terhadap estimasi dosis penetralan secara teoritis di lapangan.

3. Pengematan terhadap efektifitas penetralan di kolam Inlet dan Outlet.

3.7.4 Menentukan Debit Air Yang Masuk ke Kolam Pengendapan Lumpur.

Untuk menghitung debit air yang masuk ke kolam pengendapan lumpur

digunakan rumus persamaan 2.2


44

3.7.6 Desain Penelitian

Persiapan Alat dan Bahan

Sampel Air Asam Tambang Fly ash cangkang telur cangkang suput
Masing-masing 1 Liter
- 35 gr - 20 gr - 5 gr
- 40 gr - 25 gr - 10 gr
- 45 gr - 30 gr - 15 gr
- 50 gr - 35 gr - 20 gr
- 55 gr - 40 gr - 25 gr
- 45 gr - 30 gr
- 50 gr - 35 gr

Pengukuran pH awal air asam tambang dengan


menggunakan pH Meter

Pengukuran komposisi Fly Ash, Cangkang Telur dan


Cangkang Siput yang tepat dalam 1 Liter

Melerutkan Fly Ash, Cangkang Telur dan Cangkang


Siput dalam bentuk bubuk ke dalam air asam tambang

Mendapatkan hasil komposisi yang optimal untuk


penetralan air asam tambang dalam 1 Liter

pengendapan lumpur dengan rumus Q = V x A


Menghitung debit air yang masuk ke kolam

Mendapatkan Jumlah kebutuhan Fly Ash, Cangkang Telur dan Cangkang


Siput untuk penetralan pH air asam tambang di kolam pengendapan lumpur

Gambar 3.4 Desain Penelitian


45

3.7.7 Analisis Data

Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka

dilakukan analisis data dari pengolahan data yang didapat. Pada analisis data ini

dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan, yaitu perbandingan

efektifitas pemanfaatan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput untuk

penetralan pH air asam tambang di kolam pengendapan lumpur.

3.8 Diagram Alir Penelitian

Analisis Pemanfaatan Limbah (Abu Terbang dan Cangkang


Telur Serta Cangkang Siput) dalam Proses Penetralan
pH Air Asam Tambang Di kolam Pengendapan
Lumpur Pertambangan Batubara

Identifikasi Masalah
1. Kegiatan penambangan batubara menimbulkan dampak lingkungan
yang bersifat negative, salah satunya terbentuknya air asam tambang.
2. Air asam tambang dapat mencemari lingkungan dan mengganggu
kestabilan ekosistem.
3. pH air asam tambang pada kolam pengendapan lumpur memiliki nilai
antara 4,5.
4. Masih kurangnya standar baku mutu air pada kolam pengendapan
lumpur menurut KEPMEN LH No.113 tahun 2001.

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh fly ash dan cangkang telur
serta cangkang Siput terhadap penetralan pH air asam tambang.
2. Menghitung berapakah debit air yang masuk ke dalam kolam
pengendapan lumpur.
3. Untuk menghitung berapakah perbandingan waktu, biaya dan jumlah
yang dibutuhkan dalam penetralan air asam tambang dengan media fly
ash dan cangkang telur serta cangkang Siput.

A
46

Data Primer: Data Sekunder:


a. Sampel air asam tambang a. Spesifikasi Pompa yang digunakan
b. Debit aliran KUD.Sinamar Sakato.
c. Komposisi Fly ash b. Dimensi kolam pengendapan
d. Komposisi Cangkang telur lumpur
e. Komposisi Cangkang siput

Pengolahan Data

a. Pengukuran pH air asam tambang serta menganalisi pengaruh penggunaan fly


ash, cangkang telur dan cangkang siput dalam proses penetralan air asam
tambang.
b. Menghitung debit air yang masuk ke kolam pengendapan lumpur.
c. Menghitung perbandingan kebutuhan jumlah yang akan digunakan untuk
menetralkan pH air asam tambang dengan menggunakan fly ash, cangkang
telur dan cangkang siput

Hasil Pengolahan Data

a. Mendapatkan kualitas pH air asam tambang kemudian


mengetatahui pengaruh fly ash, cangkang telur dan
cangkang siput terhadap proses penetralan air asam
tambang
b. Mendapatkan jumlah debit aliran yang masuk ke kolam
pengendapan lumpur.
c. Mendapatkan perbandingan efesiensi dalam penggunaan
antara fly ash, cangkang telur, serta cangkang siput untuk
penetralan pH air asam tambang.

Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian


BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini berisikan data yang diperlukan dalam penelitian analisis

pemanfaatan limbah (abu terbang, cangkang telur, dan cangkang siput) dalam proses

penetralan pH air asam tambang di kolam pengendapan lumpur pertambangan

batubara, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data.

4.1 Pengumpulan Data

Sebelum melakukan analisis pemanfaatan limbah (abu terbang, cangkang telur

dan cangkang siput) dalam peroses penetralan air asam tambang, maka diperlukan

pengumpulan data-data terlebih dahulu. Adapun data yang diperlukan dalam analisis

penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

4.1.1 Data Primer

4.1.1.1 Sampel Air Asam tambang

Sampel air asam tambang yang digunakan oleh peneliti yaitu air asam tambang

yang berada pada Sump, kolam Inlet, kolam 2, kolam Outlet, dan sungai. Sedangkan

untuk penetralan air asam tambang hanya dilakukan pada kolam inlet saja, dikarenakan

penetralan air asam tambang di kolam inlet ini lebih optimal dibandingkan dengan

kolam 2 dan kolam outlet. Pengambilan sampel air asam tambang ini dilakukan secara

bertahap di kolam inlet dengan pengambilan sampel sebanyak 9 kali dan kemudian

47
48

dirata-ratakan kadar pH airnya, sehingga didapatkan kadar pH air asam tambang yang

sebenarnya seperti table dibawah ini:

Bulan
April 2018
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 pH rata-rata

pH 4,1 4,3 4,2 4,7 4,8 4,9 4,4 4,6 4,5 4,5

Dibawah ini adalah gambar pengambilan sampel air asam tambang:

Gambar 4.1 Pengambilan Sampel Air di Sump

Gambar 4.2 Pengambilan sampel air di kolam pengendapan lumpur


49

Gambar 4.3 Pengambilan sampel air di sungai

4.1.1.2 Debit Aliran Air

Untuk mengetahui debit aliran air yang masuk ke kolam pengendapan lumpur

bisa diketahui dari spesifikasi pompa yang digunakan, sedangkan untuk menghitung

debit air yang masuk ke kolam pengendapan lumpur dengan secara teoritis, terlebih

dahulu harus diketahui kecepatan aliran air dan luas permukaan saluran yang dialiri

oleh air (Lampiran I).

Di bawah ini adalah gambar pengukuran kecepatan aliran air dan ukuran pipa:

Gambar 4.4 Pengukuran kecepatan aliran air


50

Gambar 4.5 Pengukuran luas permukaan saluran

4.1.1.3 Komposisi media fly ash, cangkang telur dan media cangkang siput.

Media fly ash yang peneliti gunakan diambil dari sisa pembakaran batubara

yang berada di PLTU Ombilin Sawahlunto, sedangkan cangkang telur diambil dari

limbah sisa makanan rumah tangga sekitaran TPS kota Padang dan untuk cangkang

siput diambil dari limbah makanan di area wisata pantai padang. Untuk cangkang siput

terlebih dahulu dilakukan pembakaran, ini dilakukan agar mudah dihaluskan dan

sehingga mudah larutkan dengan air asam tambang nantinya. Untuk komposisi media

yang digunakan dapat dilihat pada lampiran H.


51

Di bawah ini adalah gambar proses penghalusan media yang digunakan:

Gambar 4.6 Proses penghalusan media cangkang siput

Setelah dilakukan penghalusan media yang akan digunakan, tahap selanjutnya

yaitu dilakukan penimbangan komposisi media dengan menggunakan timbangan

digital SF-400.

Di bawah ini adalah gambar proses penimbangan media yang digunakan:

Gambar 4.7 Proses penimbangan Fly Ash, Cangkang telur, cangkang Siput
52

4.1.2 Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui studi literature berdasarkan

dokumen perusahaan, buku dan jurnal. Diantaranya seperti berikut:

1. Data spesifikasi pompa yang digunakan.

Jenis pompa yang digunakan oleh KUD Sinamar Sakato adalah jenis

pompa yang berukuran besar yang mempunyai type merk SYKES HH220 yang

bias dilihat secara lengkap spesifikasinya di lampiran G.

2. Dimensi kolam pengendapan lumpur.

Dimensi kolam pengendapan lumpur KUD Sinamar Sakato bias dilihat

di lampiran C.

4.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan acuan KEPMEN LH

No.113 tahun 2001 tentang pengelolaan standar baku mutu air limbah pertambangan

batubara, dengan menghitung komposisi ideal pada media fly ash, cangkang telur dan

cangkang siput dalam penetralan pH air asam tambang sebelum dialirkan ke badan

sungai.

4.2.1 Dosis Penggunaan Fly Ash, Cangkang Telur, Dan Cangkang Siput Skala

Laboratorium

Dari percobaan laboratorium diperoleh data perubahan pH terhadap dosis Fly

ash, cangkang telur dan cangkang siput. Dosis Fly ash, cangkang telur dan cangkang
53

siput yang digunakan dapat menaikkan pH air asam tambang di kolam pengendapan

lumpur dengan pH awal rata-rata kolam inlet ± 4,25 (Lampiran B), kemudian

dinetralkan dan diukur pada kolam outlet sehingga air yang keluar di kolam outlet

sesuai dengan baku mutu lingkungan adalah fly ash, cangkang telur dan cangkang siput

dengan dosis 55 gr/L, 35 gr/L dan 15 gr/L. Hasil pengujian di laboratorium tercantum

pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengujian pH air di Laboratorium

Berat Fly Ash (gr/L) 35 40 45 50 55 60 65

pH Akhir 4,8 5,6 6,0 6,7 7,1 7,8 8,4

Berat Cangkang Telur (gr/L) 20 25 30 35 40 45 50

pH Akhir 4,5 5,2 6,1 7,3 8,1 8,9 9,7

Berat Cangkang Siput (gr/L) 5 10 15 20 25 30 35

pH Akhir 5,2 6,5 7,4 8,2 9,1 10,0 10,7

Dari data diatas maka terlihat bahwa pada penambahan fly ash sebanyak 55 gr/L

pH akhir yang dicapai adalah 7,1 dan cangkang telur sebanyak 35 gr/L pH akhir yang

dicapai adalah 7,3 serta cangkang siput sebanyak 15 gr/L pH akhir yang dicapai adalah

7,4. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat keasaman mengalami penurunan dan

mendekati nilai pH normal 7. Sebagaimana kita ketahui jika semakin kecil pH (<7)

maka tingkat keasaman meningkat sedangkan jika semakin tinggi pH (>7) maka

karakteristik air akan berubah menjadi basa. Jadi semakin dekat range pH dengan
54

angka pH normal (pH =7) maka akan semakin baik (Menurut Jurnal Enggal Nurisman,

dkk).

Dibawah ini gambar pengujian dalam skala laboratorium di lapangan:

Gambar 4.8 Pengukuran pH Air Asam Tambang Skala Laboratorium

4.2.2 Perhitungan Debit Air


Berdasakan penelitian di lapangan data-data yang diperlukan untuk menghitung

debit air yaitu kecepatan aliran air yang masuk ke dalam kolam pengendapan dan luas

penampang saluran air. Ukuran kecepatan aliran air dapat dilihat di table 4.2 di bawah

ini:

Tabel 4.2 Pengukuran Kecepatan Aliran Air

V1 V2 V3 V rata-rata
Saluran air
(m/det) (m/det) (m/det) (m/det)

1 2,57 3,03 2,64 2,7467

2 2,32 2,83 2,16 2,4367

3 2,14 2,36 2,28 2,26


55

Sedangkan untuk luas penampang saluran air diketahui diameter pipa saluran 1

yaitu 10 inchi atau 25,4 cm, sedangkan diameter saluran 2 dan 3 yaitu 8 inchi atau

20,32 cm (Lampiran C).

Maka luas penampang saluran 1 yaitu:

Asaluran 1 = ¼ π D2

= ¼ x 3,14 x (25,4 cm)2

= ¼ x 3,14 x 645,16 cm2

= 506,45 cm2

= 0,0506 m2

Sedangkan luas penampang saluran 2 dan 3 yaitu:

Asaluran 2 & 3 = ¼ π D2

= ¼ x 3,14 x (20,32 cm)2

= ¼ x 3,14 x 412,9 cm2

= 324,12 cm2

= 0,0324 m2

Sehingga debit air (Q) yang mengalir disetiap saluran air yaitu dapat dihitung

dengan menggunakan rumus:

Q=VxA

Keterangan: V = Kecepatan aliran air (m/s)

A = Luas area yang di aliri air (m2)


56

Tabel 4.3 Perhitungan Debit Air

Saluran Air Kecepatan Aliran Luas Penampang Debit (Q) = V X A

1 2,7467 m/det 0,0506 m2 0,1390 m3/det

2 2,4367 m/det 0,0324 m2 0,0789 m3/det

3 2,26 m/det 0,0324 m2 0,0732 m3/det

Total 0,2911 m3/det

Sehingga debit total ketiga saluran air itu sebesar 0.2911 m3/det = 1.047.960 L/jam.

4.2.3 Kebutuhan Fly Ash, Cangkang Telur dan Cangkang Siput

Dari hasil analisa di laboratorium didapatkan dosis penetralan yang efektif

untuk menaikkan pH air asam tambang di kolam pengendap lumpur di saluran inlet

hingga mencapai batas baku mutu lingkungan yaitu dengan dosis 55 gr/L untuk fly ash

dan 35 gr/L untuk cangkang telur serta 15 gr/L untuk cangkang siput. Hasil perhitungan

total jumlah debit air yang masuk ke kolam pengendap lumpur yaitu sebesar 1.047.960

L/jam. Sedangkan untuk penetralan pH air asam tambang hanya dilakukan pada kolam

pengendapan lumpur di kolam 1 (Inlet), dari hasil perhitungan jumlah debit air yang

masuk ke kolam pengendapan Inlet yaitu sebesar 0,1390 m3/det atau setara dengan

500.400 L/jam.

Untuk mengetahui perbandingan kebutuhan jumlah fly ash, cangkang telur dan

cangkang siput dalam penetralan pH air asam tambang maka dilakukan perhitungan

antara debit air yang masuk ke kolam inlet dan dosis media dalam satuan liter.
57

1. Jumlah kebutuhan fly ash

Total fly ash = Debit air yang masuk x dosis/L

= 500.400 L/jam x 55 gr/L

= 27.522. 000 gr/jam

= 27.522 Kg/jam

2. Jumlah kebutuhan cangkang telur

Total cangkang telur = Debit air yang masuk x dosis/L

= 500.400 L/jam x 35 gr/L

= 17.514.000 gr/jam

= 17.514Kg/jam.

3. Jumlah kebutuhan cangkang siput

Total cangkang siput = Debit air yang masuk x dosis/L

= 500.400 L/jam x 15 gr/L

= 7.506. 000 gr/jam

= 7.506 Kg/jam.

Maka perbandingan kebutuhan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput yang

akan digunakan untuk penetralan pH air asam tambang di kolam Inlet yaitu sebanyak

27.522 Kg/jam untuk fly ash, 17.514 Kg/jam untuk cangkang telur, 7.506 Kg/jam untuk

cangkang siput.
BAB V
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA

Hasil dari pengumpulan dan pengolahan data didapatkan beberapa parameter

yaitu:

5.1 Dosis Penggunaan Fly Ash, Cangkang Telur Dan Cangkang Siput

pH awal di kolam inlet pada pengendapan lumpur dengan rata-rata ± 4,25

(Lampiran B), setelah dilakukan uji coba di laboratorium maka didapatkan dosis yang

efektif untuk penetralan pH air asam tambang yaitu fly ash sebanyak 55 gr/L, cangkang

telur sebanyak 35 gr/L dan cangkang siput sebanyak 15 gr/L. Dengan takaran dosis

tersebut sehingga air yang keluar di saluran outlet sesuai dengan baku mutu lingkungan

yang dapat dilihat pada table 5.1 di bawah ini:

Tabel 5.1 Takaran Media Efektif Penetralan pH Air Asam Tambang

Berat Fly Ash (gr/L) 35 40 45 50 55 60 65

pH Akhir 4,8 5,6 6,0 6,7 7,1 7,8 8,4

Berat Cangkang Telur (gr/L) 20 25 30 35 40 45 50

pH Akhir 4,5 5,2 6,1 7,3 8,1 8,9 9,7

Berat Cangkang Siput (gr/L) 5 10 15 20 25 30 35

pH Akhir 5,2 6,5 7,4 8,2 9,1 10,0 10,7

58
59

Dari data di atas dapat disumpulkan bahwa penggunaan media fly ash,

cangkang telur dan cangkang siput bisa digunakan sebagai alternatif untuk penetralan

pH air asam tambang, akan tetapi hal ini belum bisa digunakan secara umum di

perusahaan pertambangan batubara, dikarenakan media yang digunakan susah untuk

didapatkan dalam skala banyak, maka dari itu secara umum perusahaan tambang

batubara selalu menggunakan kapur tohor sebagai penetralan pH air asam tambang

karena kapur tohor mudah didapatkan dalam skala banyak dan juga reaksi penetralan

pH air asam tambang juga sangat cepat. Selain itu dari data di atas juga dapat

disimpulkan bahwa yang paling sedikit penggunaannya dalam penetralan pH air asam

tambang dalam skala laboratorium yaitu cangkang siput sebanyak 15 gr/L dengan pH

awal 4,25 menjadi pH akhir 7,4 dibandingkan dengan cangkang telur 55 gr/L dan fly

ash 35 gr/L, ini disebabkan bahwa cangkang siput tersusun atas senyawa CaO yang

paling banyak yaitu sebesar 61,95 %.

5.2 Debit Air di Kolam Pengendapan Lumpur

Perhitungan debit air pada kolam pengendapan lumpur didapatkan angka yang

berbeda yaitu 0,1390 m3/det untuk kolam pengendapan 1 (Inlet), dan 0,0789 m3/det

untuk kolam pengendapan 2, serta 0,0732 m3/det untuk kolam 3 (Outlet). Sehingga

didapatkan total jumlah debit air di kolam pengendapan lumpur yaitu sebanyak 0,2911

m3/det. Akan tetapi pada penelitian ini penetralan pH air asam tambang hanya

dilakukan pada kolam pengendapan 1 (Inlet) saja, yang memiliki debit air sebanyak

0,1390 m3/det atau setara dengan 500.400 L/jam.


60

5.3 Jumlah Kebutuhan Fly Ash, Cangkang Telur, dan Cangkang Siput

Dalam perhitungan kebutuhan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput

didapatkan perbandingan penggunaan yang cukup signifikan. Dalam uji coba skala

laboratorium pada air asam tambang sebanyak 1 Liter dibutuhkan fly ash sebanyak 55

gr/L, dan cangkang telur sebanyak 35 gr/L serta cangkang siput sebanyak 15 gr/L. jika

kebutuhan ini di aplikasikan di lapangan dengan debit air yang sudah dihitungkan pada

kolam pengendapan lumpur 1 (Inlet) yaitu sebanyak 500.400 L/jam, maka dibutuhkan

fly ash sebanyak 27.522 Kg/jam dan cangkang telur sebanyak 17.514 Kg/jam serta

cangkang siput sebanyak 7.506 Kg/jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari segi jumlah, penggunaan cangkang siput lebih efektif dalam penetralan pH

air asam tambang dibandingkan fly ash dan cangkang telur, karena penggunaan

cangkang siput lebih sedikit dibandingkan fly ash dan cangkang telur, dengan

ratio perbandingan antara fly ash, cangkang telur dan cangkang siput yaitu,

3,67 : 2,33 : 1

2. Sedangkan dari segi ekonomis penggunaan fly ash lebih efektif digunakan

sebagai alternatif penetralan pH air asam tambang, karena ketersediaan fly ash

dalam skala banyak mudah didapatkan dibandingkan cangkang telur dan

cangkang siput. Terlebih lagi jika perusahaan pertambangan batubara menjual

batubaranya ke PLTU ataupun ke pabrik semen, sehingga bisa dijalin kerjasama

antara perusahaan pertambangan batubara dan pihak PLTU serta pabrik semen

untuk memberikan fly ash ke perusahaan pertambangan batubara.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari pengolahan data yang didapatkan dari

uji coba penetralan pH air asam tambang dengan fly ash, cangkang telur dan cangkang

siput dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil perhitungan dosis fly ash, cangkang telur dan cangkang siput dalam skala

laboratorium untuk 1 Liter air yaitu sebanyak 55 gr/L untuk fly ash dan 35 gr/L

untuk cangkang telur, serta 15 gr/L untuk cangkang siput dan hasil analisis

perubahan pH larutan penggunaan fly ash dari pH 4,25 menjadi pH 7,1 dan

cangkang telur dari pH 4,25 menjadi pH 7,3 sedangkan untuk cangkang siput

dari pH 4,25 menjadi pH 7,4.

2. Total debit air yang masuk kedalam kolam pengendapan lumpur yaitu sebanyak

0,2911 m3/det atau setara dengan 1.047.960 L/jam. Debit air ini terdiri dari

beberapa saluran air, saluran pertama memiliki debit sebanyak 0,1390 m3/det

atau setara dengan 500.400 L/jam dan saluran kedua debit airnya sebanyak

0,0789 m3/det atau setara dengan 284.040 L/jam sedangkan saluran ketiga debit

airnya sebanyak 0,0732 m3/det atau setara dengan 263.520 L/jam.

3. Penetralan pH air asam tambang hanya dilakukan di kolam pengendapan 1

(Inlet) yang memiliki debit air sebanyak 500.400 L/jam, sehingga kebutuhan

fly ash untuk penetralan pH air asam tambang sebanyak 27.522 Kg/jam dan

61
62

cangkang telur sebanyak 17.514 Kg/jam serta cangkang siput sebanyak 7.506

Kg/jam. Dari segi jumlah penggunaan cangkang siput lebih efektif

dibandingkan fly ash dan cangkang telur, dengan ratio perbandingan fly ash,

cangkang telur dan cangkang siput 3,67 : 2,33 : 1. Sedangkan dari segi

keekonomisan, penggunaan fly ash lebih efektif dibandingkan cangkang telur

dan cangkang siput, karena fly ash mudah didapatkan dalam skala banyak dan

bisa diambil dari hasil penjualan batubara ke PLTU dan pabrik semen.

6.2 Saran

1. Sebaiknya perusahaan pertambangan batubara khususnya lebih melihat lagi

manfaat dari limbah makanan sehari-hari, salah satunya yaitu fly ash, cangkang

telur serta cangkang siput yang bisa digunakan untuk penetralan pH air asam

tambang, dan ini juga bisa dijadikan solusi bagi perusahaan pertambangan

batubara untuk mengurangi limbah fly ash, cangkang kelur dan cangkang siput.

2. Penelitian lanjutan pada penetralan pH air asam tambang dengan

menggunakan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput sangat dianjurkan, ini

dikarenakan masih banyaknya kekurangan-kekurangan dalam pengambilan dan

pengolahan data yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan peneliti dan

ketersediaannya biaya dan alat dalam proses penyelesaian laporan.


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim“Data-data dan Arsip-arsip Laporan” KUD.Sinamar Sakato 2017.

Bahar Dedy. “Pengelolaan Limbah Cair”: Makalah Limbah Cair, Yogyakarta,


2011.

Nurisman, Enggal, dkk. “Studi Terhadap Dosis Penggunaan Kapur Tohor


(Cao) Pada Proses Pengelolaan Air Asam Tambang Pada Kolam
Pengendapan Lumpur Tambang Air Laya PT. Bukit Asam”, UNSRI,
Palembang, 2012.

Gusek, pulles at al. ”Global Acid Rock Dranage Guide”, 2009.

Kamus Tambang. “Kamus Istilah Teknik Pertambangan”, Bandung, 1994.

Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 113. “Baku Mutu Air Limbah
Penambangan Batubara”, 2003.

Rico Ervil, dkk. “Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND
Padang”, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang, Padang, 2015.
Rudi Sayoga Gautama. “Jurnal Pengelolaan Air Asam Tambnag”, Institut
Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 2014.

_______.“Kajian Awal Potensi Air Asam Tambang Dalam Kaitannya


Dengan Cekungan Pengendapan Batubara”, Teknik Pertambangan,
ITB, Bandung, 2000.

_______. “Studi pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash dalam Pengelolaan
Batuan Penutup untuk Pencegahan Air Asam Tambang”, Teknik
Pertambangan, ITB, Bandung, 2011.

Undang-undang Pertambangan Nomor 4, “Tentang Pertambangan Mineral dan


Batubara”, 2009.

Undang-undang Pertambangan Nomor 32, “Tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup”, 2009.

PartantoProdjosumarto. “Pemindahan Tanah Mekanis”,Direktorat Jenderal


Pertambangan Tenaga Pertambangan, Bandung, 1990.

Peraturan pemerintah Nomor 82, “Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan


Pengendalian Pencemaran air”, 2001.
Prijatama. “Pemanfaatan Abu Terbang Untuk reklamasi daerah
Pertambangan Untuk Perbaiki Kondisi tanah Bekas Penambangan”,
2002.

Sugiono. “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D”, 2013.

Sumandi. “Metode Penelitian Pendidikan dengan Jenis Penelitian


Eksperimen”, 1998.

Supriyono dan Sutomo. “Analisis Pemanfaatan Kandungan Senyawa Kimia


dalam Abu Terbang”, 1994.

Yanto Indonesianto, “Pertambangan Ramah Lingkungan”, Gajah Mada


University Press, Yogyakarta, 2008.
LAMPIRAN A

Scedule Penelitian

No Bulan
Keterangan Juni Juli Agustus September
Desember- Oktober November April-juni Juli
(2017) (2017) (2017) (2017)
Maret (2017) (2017) (2018) (2018)
(2017)
Minggu 1 2 3 4 1 1 1 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan tugas akhir
2. Pengajuan surat

LIBUR BULAN PUASA DAN LEBARAN


Pembimbing proposal
3. Mengajukan surat izin
penelitian
4. Pengamatan di
Lapangan
5. Penyusunan Proposal
Penelitian
6. Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
7. Uji Sampel Air
8. Pengalihan ke metode
Review jurnal
9. Bimbingan dan
perbaikan laporan
Review jurnal
10. Seminar jurnal
11. Penyusunan Proposal
Penelitian
12. Bimbingan dan
Perbaikan Proposal
13. Seminar Proposal
14. Perbaikan
15. Pengolahan Data
16. Seminar Komprehensif
LAMPIRAN B
PENGUKURAN RATA-RATA PH AIR ASAM TAMBANG

Keterangan: = Kolam Pengendapan Lumpur Inlet


= Daerah Lokasi Pengambilan Sampel Air Asam

Tambang

Bulan
April 2018
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 pH rata-rata

pH 4,1 4,3 4,2 4,7 4,8 4,9 4,4 4,6 4,5 4,5
LAMPIRAN E

Dokumentasi Lapangan

Front Penambangan Mess KUD.Sinamar Sakato

Coal Getting Rembesan Air di Front Tambang

Pemompaan di Sump Kolam Pengendapan


Kolam Pengendapan Pengambilan Sampel di Kolam Pengendapan

Pengambilan Sampel di Sungai Pengujian Sampel di laboratorium

Sampel Air Asam tambang Hasil Pengukuran pH air asam tambang


Kolam pengendapan skala lab Pengukuran pH awal

Penimbangan media yang digunakan Pengukuran pH di saluran Outlet


Dengan ph meter

Pengukuran pH di saluran outlet perbandingan uji coba kertas universal


dengan kertas universal
LAMPIRAN F
DATA PENGUJIAN SAMPEL UNTUK MENENTUKAN
pH AIR ASAM TAMBANG

Nama Alat Ukur : pH Meter


Tempat Pengujian : Laboratorium Teknik Lingkungan STTIND
Padang
Tanggal Pengujian : Desember 2017
Jenis Sampel Pengujian : Air Asam Tambang di KUD Sinamar Sakato
Nama Dosen Pembimbing : 1. Dr.Murad, MS, MT
2. Eka Rahmatul Aidha, S.Pd, M.Pd

No Nama Sampel pH Air

1 Sump 5,6

2 Inlet 5,6

3 Kolam 2 6,7

4 Outlet 6,5

5 Sungai 6,7

Padang, Desember 2017


Mengetahui

( )
LAMPIRAN G
DATA SPESIFIKASI POMPA KUD SINAMAR SAKATO

Nama pompa : SYKES HH220i


Type Pompa : 200 x 150 x432
Suction Maksimum : 9m / 29’
Koneksi : 200 x 200
Max Flow l / detik : 282
Kepala Maksimum : 138
Penanganan Solid : 55
Priming System : Kompresor
Lebar : 2030 mm/ 6’7”
Panjang : 5400mm / 17’8”
Tinggi : 2448 mm/8’0”
Berat Kering : 6630 Kg
Pompa Casting : SG IRON 400/12
Suction Cover : SG IRON 400/12
Tangki Peledakan Udara : SG IRON 400/12
Bearing Bracking : SG IRON 400/12
Poros Pompa : 431 Stainless Steel
Impeller : 316 Stainless Steel
Pakai Pelat : 316 Stainless Steel
Seal Mekanik : Silicon Carbide Catridge c / w glycol quench
NRV : SG IRON 400/12
Pompa Keterangan : Ujung Suction Type, 2 Baut Semi
TerbukaImpeler
Suction Flange mm : 200
Pengiriman Flange mm : 200
Nominal Casting Tebal mm : 16
Ukuran Penanganan Solid mm : 55
Kecepatan Operasi : Max: 1400 rpm
Min : 2200 rpm
Kepala Maksimum M : 138
Kapasitas Maximum l/ detik : 282 L / detik
Mesin : Perkins
Kapasitas Bahan Bakar L/US Gal : 2100 Liters
Konsumsi Bahan Bakar : 25,9 L/Jam @BEP 1400 rpm WMR.

Pum Speed Maximum Pressure Best Pressure Minimum Pressure


RPM kPa kPa kPa

1400 519 472 402


1500 603 534 471
1600 686 603 539
1700 779 686 608
1800 873 765 686
1900 970 858 765
2000 1073 941 863
2100 1181 1054 936
2200 1294 1137 1029
Lampiran H
Komposisi Media Fly Ash, Cangkang telur dan Cangkang Siput

Fly ash cangkang telur cangkang suput


- 35 gr - 20 gr - 5 gr
- 40 gr - 25 gr - 10 gr
- 45 gr - 30 gr - 15 gr
- 50 gr - 35 gr - 20 gr
- 55 gr - 40 gr - 25 gr
-45 gr - 30 gr
-50 gr - 35 gr
Lampiran I
Kecepatan Aliran Air dan Luas Penampang Saluran Pipa

Tabel Pengukuran Kecepatan Aliran Air

V1 V2 V3 V rata-rata
Saluran air
(m/s) (m/s) (m/s) (m/s)

1 2,57 3,03 2,64 2,7467

2 2,32 2,83 2,16 2,4367

3 2,14 2,36 2,28 2,26

Luas Penampang Saluran Pipa

Asaluran 1 = ¼ π D2

= ¼ x 3,14 x (25,4 cm)2

= ¼ x 3,14 x 645,16 cm2

= 506,45 cm2

= 0,0506 m2

Sedangkan luas penampang saluran 2 dan 3 yaitu:

Asaluran 2 & 3 = ¼ π D2

= ¼ x 3,14 x (20,32 cm)2

= ¼ x 3,14 x 412,9 cm2

= 324,12 cm2

= 0,0324 m2
LAMPIRAN J
LAMPIRAN K

SALINAN

KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 113 TAHUN 2003
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU
KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (1)


Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air,
maka dipandang perlu menetapkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang


Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran
Negara Tahun 1967 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2831);

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3699);

3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah


Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3838);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
Air (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4161);

7. Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2002 tentang


Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 101 tahun
2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Menteri Negara;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN
ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA.

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan:

1. Usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara adalah serangkaian kegiatan
penambangan dan kegiatan pengolahan/pencucian batu bara;

2. Batu bara adalah bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan
dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta tekanan yang
berlangsung lama;

3. Kegiatan penambangan batu bara adalah pengambilan batu bara yang meliputi
penggalian, pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang terbuka maupun
tambang bawah tanah;

4. Kegiatan pengolahan/pencucian batu bara adalah proses peremukan, pencucian,


pemekatan dan atau penghilangan batuan/mineral pengotor dan atau senyawa
belerang dari batu bara tanpa mengubah sifat kimianya;

5. Air limbah usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara adalah air yang berasal
dari kegiatan penambangan batu bara dan air buangan yang berasal dari kegiatan
pengolahan/pencucian batu bara;

6. Baku mutu air limbah batu bara adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan atau jumlah unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah batu bara yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan;

7. Titik penaatan (point of compliance) adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan
acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah;

2
8. Keadaan tertentu adalah keadaan terhentinya operasi pada sebagian atau seluruh
kegiatan sampai dimulainya kembali kegiatan operasi dan operasi percobaan awal
dalam usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara;

9. Kondisi cuaca tertentu adalah terjadinya curah hujan di atas kondisi normal pada
lokasi penambangan sesuai dengan data penelitian atau data meteorologi dalam
usaha dan kegiatan penambangan batu bara;

10. Menteri adalah menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan.

Pasal 2

(1) Baku mutu air limbah bagi kegiatan penambangan batu bara sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I Keputusan ini.
(2) Baku mutu air limbah bagi kegiatan pengolahan/pencucian batu bara sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II Keputusan ini.

Pasal 3

(1) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam lampiran Keputusan ini setiap
saat tidak boleh dilampaui.
(2) Apabila baku mutu air limbah batu bara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terlampaui karena keadaan tertentu dan atau kondisi cuaca tertentu maka
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melaporkan dan menyampaikan
kegiatan penanggulangan pencemaran kepada Bupati/Walikota dengan tembusan
kepada Gubernur dan Menteri.

Pasal 4

(1) Baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi dengan ketentuan sama atau lebih
ketat dari ketentuan sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini.
(2) Apabila Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
ditetapkan, maka berlaku baku mutu air limbah batu bara sebagaimana tersebut
dalam lampiran Keputusan ini.

Pasal 5

Apabila hasil kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) atau hasil
kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) dari usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara mensyaratkan baku mutu
air limbah lebih ketat dari baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
maka diberlakukan baku mutu air limbah sebagaimana yang dipersyaratkan oleh
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau UKL dan UPL.
3
Pasal 6

Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan wajib melakukan
pengolahan air limbah yang berasal dari kegiatan penambangan dan air limbah yang
berasal dari kegiatan pengolahan/pencucian, sehingga mutu air limbah yang dibuang
ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan dalam
lampiran Keputusan ini.

Pasal 7

Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara wajib
mengelola air yang terkena dampak dari kegiatan penambangan melalui kolam
pengendapan (pond).

Pasal 8

(1) Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara wajib
melakukan kajian lokasi titik penaatan (point of compliance) air limbah dari kegiatan
pertambangan.
(2) Lokasi titik penaatan (point of compliance) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus berada pada saluran air limbah yang :
a. ke luar dari kolam pengendapan (pond) air limbah sebelum dibuang ke air
permukaan dan tidak terkena pengaruh dari kegiatan lain dan atau sumber air
lain selain dari kegiatan penambangan tersebut.
b. keluar dari unit pengelola air limbah dari proses pengolahan/pencucian batu
bara sebelum dibuang ke air permukaan dan tidak terkena pengaruh dari
kegiatan lain dan atau sumber air lain selain dari kegiatan pengolahan tersebut.

(3) Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan mengajukan
permohonan penetapan lokasi titik penaatan (point of compliance) kepada
Bupati/Walikota.
(4) Bupati/Walikota menetapkan dan mencantumkan dalam izin pembuangan air
limbah mengenai lokasi titik penaatan (point of compliance).

Pasal 9

Dalam hal terjadi perubahan lokasi usaha dan atau kegiatan pertambangan dan atau
karena pertimbangan kondisi lingkungan tertentu, maka penanggung jawab usaha dan
atau kegiatan wajib melakukan pengkajian ulang dan mengajukan permohonan kembali
kepada Bupati/Walikota untuk memperoleh persetujuan lokasi titik penaatan (point of
compliance) yang baru.

4
Pasal 10

(1) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan wajib mentaati
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) penanggung jawab usaha
dan atau kegiatan pertambangan batu bara wajib untuk :

a. melakukan swapantau kadar parameter baku mutu air limbah, sekurang-


kurangnya memeriksa pH air limbah dan mencatat debit air limbah harian;
b. mengambil dan memeriksa semua kadar parameter baku mutu air limbah
sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini secara periodik sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan yang dilaksanakan oleh pihak
laboratorium yang telah terakreditasi;
c. menyampaikan laporan tentang hasil analisis air limbah dan debit harian
sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan
sekali kepada Bupati/Walikota, dengan tembusan Gubernur dan Menteri, serta
instansi lain yang terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 11

Bupati/Walikota wajib mencantumkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 dalam izin pembuangan air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan
yang diterbitkan.

Pasal 12

(1) Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak ditetapkan


Keputusan ini, baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan
yang telah ditetapkan sebelumnya yang lebih longgar, wajib disesuaikan dengan
ketentuan dalam Keputusan ini.
(2) Dalam hal baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih ketat
dari baku mutu air limbah dalam Keputusan ini, maka baku mutu air limbah
sebelumnya tetap berlaku.

Pasal 13
Pada saat berlakunya Keputusan ini semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan
batu bara yang telah ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Keputusan ini.

5
Pasal 14
Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 10 Juli 2003

Menteri Negara
Lingkungan Hidup,

ttd

Nabiel Makarim, MPA., MSM.


Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,

Hoetomo, MPA.

6
Lampiran I :
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 113 Tahun 2003
Tanggal : 10 Juli 2003

BAKU MUTU AIR LIMBAH KEGIATAN PENAMBANGAN BATU BARA

Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH 6-9
Residu Tersuspensi mg/l 400
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4

Menteri Negara
Lingkungan Hidup,

ttd

Nabiel Makarim, MPA., MSM.

Salinan sesuai dengan aslinya


Deputi MENLH Bidang Kebijakaan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,

Hoetomo, MPA.

7
Lampiran II :
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 113 Tahun 2003
Tanggal : 10 Juli 2003

BAKU MUTU AIR LIMBAH PENGOLAHAN/PENCUCIAN BATU BARA

Parameter Satuan Kadar Maksimum

pH 6-9
Residu Tersuspensi mg/l 200
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
Volume air limbah maksimum
2m3 per ton produk batu bara

Menteri Negara
Lingkungan Hidup,

ttd

Nabiel Makarim, MPA., MSM.


Salinan sesuai dengan aslinya
Deputi MENLH Bidang Kebijakan dan
Kelembagaan Lingkungan Hidup,

Hoetomo, MPA.

8
LEMBARAN KONSULTASI

Nama :Abdullah Wahidni


NPM :1310024427001
Program Studi :Teknik Pertambangan
Judul Laporan : Analisis Pemanfaatan Limbah (Abu Terbang dan Cangkang Telur
Serta Cangkang Siput) dalam Proses Penetralan pH Air Asam
Tambang di Kolam Pengendapan Lumpur Pertambangan Batubara.

No Tanggal Saran/Perbaikan Paraf

1 14 Oktober 1. Keterkaitan identifikasi masalah


2017
dengan latar belakang masalah,
hubungkan dengan Research Gap.
2. Sempurnakan Kerangka Konseptual.
3. Gali Apa yang Sebenarnya yang
Menjadi Akar Masalah Yang diteliti.

1. Lanjutkan bimbingan dengan


2 02 November
2017 pembimbing II.

3 04 November 1. Laksanakan survey lapangan untuk


2017
memperkuat latar belakang
permasalahan yang akan diteliti serta
pengembilan sampel penelitian.

4 23 Januari 1. Sempurnakan Secara Keseluruhan


2018 2. Secara prinsif sudah OK untuk di
seminarkan.
3. Siapkan bahan presentasi
4. Konsultasi ke Pembimbing II.
5 5 april 2018 1. Analisis latar belakang masalah
2. Lampirkan data lapangan
3. Tajamkan design penelitian yang
dilakukan

6 15 april 2018 1. Perbaiki alat penelitian


2. Lakukan uji coba dilapangan
7 22 Juni 2018 1. Tajamkan lagi design penelitian
2. Perhatikan kesalahan tulisan
3. Perbaiki pengolahan data

8 28 Juni 2018 1. Sempurnakan secara keseluruhan


sesuai catatan
2. Cek lagi tahapan analisis dan hasil
analisis data
3. Sempurnakan kesimpulan dan saran
4. Lanjutkan bimbingan dengan pemb.II

9 4 Juli 2018 1. Sempurnakan kelengkapan data


2. Siapkan bahan presentasi
3. Secara prinsif sudak OK untuk siding
komprehensif.

Pembimbing I

( Dr. Murad, MS, MT )


LEMBARAN KONSULTASI

Nama :Abdullah Wahidni


NPM :1310024427001
Program Studi :Teknik Pertambangan
Judul Laporan : Analisis Pemanfaatan Limbah (Abu Terbang dan Cangkang Telur
Serta Cangkang Siput) dalam Proses Penetralan pH Air Asam
Tambang di Kolam Pengendapan Lumpur Pertambangan Batubara.

No Tanggal Saran/Perbaikan Paraf

1 02 November 1. Perbaiki kata pengantar


2017 2. Hilangkan bacaan basmalah
3. Ganti kata jurusan dengan prodi
4. Perbaiki kalimat yang menggunakan
huruf kapital
5. Perhatikan cara mengutip sumber

2 03 November 1. Perhatikan kalimat yang tidak perlu


2017 digunakan
2. Perbaiki tujuan penelitian
3. Perbaiki tata letak penulisan gambar
dan tabel
4. Miringkan kalimat yang
menggunakan kata asing.
5. Perhatikan rumus kimia pada
laporan

3 24 Januari 1. Sempurnakan/ perbaiki kata


2018 pengentar
2. Perhatikan penulisan di latar
belakang masalah

4 25 Januari 1. Gambar pada laporan di warnakan


2018 agar lebih jelas
2. Lampiran data di perjelas dan
dilengkapi data uji laboratorium.
3. Daftar pustaka di lengkapi
4. ACC Seminar Proposal
5 30 juni 2018 1. Perbaiki secara keseluruhan sesuai
catatan
2. Perhatikan tandan baca dan
kesalahan ketik
3. Hapus sistematika penulisan pada
bab 1

6 2 Juli 2018
1. Secara keseluruhan sudah Ok.
2. Acc seminar komprehensif
3. Kembali ke pemb.1

Pembimbing II

( Eka Rahmatul Aidha, MP.d )


BIODATA WISUDAWAN
Nama : Abdullah Wahidni
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Lubuk Sepuh, 13 Maret 1994
Nomor Pokok Mahasiswa : 1310024427001
Program Studi : Teknik Pertambangan
Tanggal Lulus : 17 Juli 2018
IPK : 3. 74
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Skripsi : Analisis Pemanfaatan Limbah
(Abu Terbang dan Cangkang Telur
Serta Cangkang Siput) dalam
Proses Penetralan pH Air Asam
Tambang di Kolam Pengendapan
Lumpur Pertambangan Batubara
Dosen Pembimbing : 1. Dr.Murad.MS,MT
2. Eka Rahmatul Aidha.M.Pd
Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Sarolangun
Nama Orang Tua : MARZUKI
ROSLAINI
Alamat/Hp : Desa Lubuk Sepuh RT.17
Kecamatan Pelawan Kabupaten
Sarolangun Provinsi Jambi.
HP. 0852-7913-0503
Email Abdullah.wahidni@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai