Oleh:
ABDULLAH WAHIDNI
1310024427001
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
ANALISIS PEMANFAATAN LIMBAH (ABU TERBANG DAN
CANGKANG TELUR SERTA CANGKANG SIPUT) DALAM
PROSES PENETRALAN PH AIR ASAM TAMBANG
DI KOLAM PENGENDAPAN LUMPUR
PERTAMBANGAN BATUBARA
TUGAS AKHIR
ABDULLAH WAHIDNI
1310024427001
TEKNIK PERTAMBANGAN
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
(STTIND) PADANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN TUGAS AKHIR
Judul : Analisis Pemanfaatan Limbah (Abu Terbang dan
NPM : 1310024427001
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
RINGKASAN
Salah satu dampak negatif dari proses penambangan batubara adalah
terbentuknya air asam tambang. Timbulnya air asam tambang ini tentu tidak bisa
diabaikan begitu saja karena dampaknya yang besar bagi kelestarian lingkungan serta
bagi masyarakat sekitar, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Permasalahan air asam tambang ini juga dialami oleh KUD Sinamar Sakato
yang merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara yang memiliki kadar
pH air asam tambang 4-4,9. Angka ini masih di bawah standar baku mutu lingkungan
menurut KEPMEN LH No.113 Tahun 2001.
Oleh sebab itu untuk mencegah dan mengatasi air asam ini, dilakukanlah proses
penetralan terhadap air asam tambang tersebut dengan menggunakan fly ash, cangkang
telur dan cangkang siput.
Proses netralisasi dilakukan pada skala laboratorium dan uji lapangan pada
saluran inlet dan diukur di saluran outlet kolam pengendap lumpur. Dari hasil
pengujian laboratorium didapatlah dosis fly ash 55 gr/L, cangkang telur 35 gr/L dan
cangkang siput 15 gr/L mampu menetralkan air dengan pH 7,1-7,4 sesuai dengan Baku
Mutu Lingkungan. Selain itu dapat diketahui secara ekonomis bahwa proses penetralan
dengan menggunakan fly ash lebih efektif dan efisien dibandingkan penggunaan
cangkang telur dan cangkang siput, karena fly ash mudah didapatkan dalam skala
banyak.
Kata kunci: Air asam tambang, fly ash, cangkang telur, cangkang siput
i
ANALYSIS OF WASTE UTILIZATION (FLY ASH AND EGG SHELL AND
SNAIL SHELL) IN THE PROCESS OF NEUTRALIZATION PH
ACID MINE DRAINAGE PREPARATION IN THE
SETTLING POND OF COAL MINING
ABSTRACT
One of the negative impact of the coal mining process itself is the acid mine
drainage. acidic water should be handled before it flows in public water reservoir and
can cause the pollution.
The acid mine drainage problem is also experienced by KUD Sinamar Sakato
which is one of coal mining company which has pH of acid mine drainage of 4-4,9.
This number is still below the environmental quality standard according by KEPMEN
LH No.113 of 2001
Therefore to prevent and solve the problems of acid mine drainage, the
neutralizing of acid mine drainage process is needed by using fly ash, egg shell and
snail shell.
The Neutralizing process has been done on the channel inlet and be measured
in outlet mud settling pond of mine drainage. The dose of fly ash, egg shell and snail
shell is determined based on testing in the laboratory. The result of laboratory testing
at a dose of fly ash it can be 55 gr/L, egg shell 35 gr/L and snail shell 15 gr/L of water
which can neutralize acidic water with pH 7,1-7,4 for safe to comply with
environmental quality standard. Beside that, it can be know economically the
neutralizing process by using fly ash more effective and efficient then usage egg shell
and snail shell, because fly ash easily available on the large scale.
Keywords: Acid Mine drainage, fly ash, egg shell, snail shell
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas
yang berjudul “Analisis Pemanfaatan Limbah (Abu Terbang dan Cangkang Telur
Serta Cangkang Siput) dalam Proses Penetralan pH Air Asam Tambang di Kolam
(STTIND) Padang.
2. Bapak Dr. Murad MS, MT selaku Ketua Prodi Teknik Pertambangan Sekolah
3. Ibu Eka Rahmatul Aidha M.Pd. selaku dosen pembimbing II dalam penulisan
4. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan Moril, Motivasi,
6. Serta kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian laporan ini.
iii
Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada pihak-pihak yang
mengharapkan kritik dan saran untuk lebih menyempurnakan isi laporan ini.
Namun demikian, penulis berharap laporan ini dapat memberi manfaat bagi
(Abdullah Wahidni)
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
RINGKASAN ................................................................................................. i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
v
2.1.2 Air Asam Tambang (Acid mine Drainage) ............................ 8
vi
2.1.5 Cangkang langkitang............................................................. 30
2.2.3 Output.................................................................................... 35
vii
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ........................ 47
4.2.1 Dosis Penggunaan fly ah, cangkang telur, cangkang siput ...... 52
5.1 Dosis penggunaan Fly ash, Cangkang telur dan Cangkang siput ..... 58
5.3 Jumlah Kebutuhan Fly Ash, Cangkang Telur dan Cangkang Siput .. 60
DAFTAR KEPUSTAKAAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Penambangan Batubara ............. 25
Tabel 5.1 Dosis pengguanaan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput ..... 58
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.7 Proses Penimbangan fly ash, cangkang telur, cangkang siput ..... 51
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran H Komposisi Media Fly Ash, Cangkang Telur dan Cangkang Siput
xi
BAB I
PENDAHULUAN
ekonomi, sedangkan sisi yang lainnya adalah timbulnya dampak lingkungan yang
memerlukan tenaga, pikiran, dan biaya yang cukup signifikan untuk proses
pemulihannya. Salah satu timbulnya dampak lingkungan yang bersifat negatif dari
proses penambangan adalah timbulnya Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine
Drainage (AMD).
Menurut (Nurisman, dkk, 2012) air asam tambang terbentuk dari proses
tersingkapnya batuan sulfida yang kaya akan pyrite dan mineral sulfida lainnya
yang bereaksi dengan air dan udara. Pada sistem tambang terbuka sangat berpotensi
terbentuk air asam tambang karena sifatnya berhubungan langsung dengan udara
bebas sehingga faktor-faktor yang dapat membentuk air asam tambang akan
semakin mudah bereaksi. Menurut (Gautama, 2014) air tambang merupakan air
yang berasal dari penyaliran tambang (mine drainage) baik dalam bentuk air asam
tambang maupun bukan air asam tambang yang berpotensi mencemari badan
perairan alamiah (sungai) jika tidak dikelola dan dikontrol dengan baik.
dengan rentang 4-4,9 dan menurut KEPMEN LH No.113 tahun 2003 angka ini
1
2
masih di bawah Baku Mutu Air Limbah Pertambangan Batubara. Permasalahan air
asam tambang ini tidak bisa diabaikan begitu saja dikarenakan jika badan sungai
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan upaya penetralan pH air
asam tambang pada kolam pengendapan lumpur di KUD Sinamar Sakato sebelum
dialirkan ke badan sungai. Ada beberapa media yang dapat digunakan dalam proses
penetralan pH air asam tambang diantaranya yaitu fly ash, cangkang telur, cangkang
Menurut (Gautama, dkk, 2011) bahwa dengan penambahan fly ash dalam
air asam tambang dapat meningkatkan nilai pH dan cenderung stabil pada rentang
8-9, dan dapat menurunkan nilai DHL, serta TDS air lindian hasil oksidasi mineral
dalam batuan. Penambahan fly ash juga dapat memperkecil laju infiltrasi air melalui
material.
air asam tambang yang berasal dari kolam pengendap lumpur Air Laya yang semula
pH ± 3 menjadi 7,15 hingga mencapai batas minimum baku mutu lingkungan dan
Proses netralisasi pada saluran inlet lebih efektif dari pengapuran di saluran outlet
dan laboratorium disebabkan karena arus pada inlet lebih deras (dinamis) dari pada
outlet dan di laboratorium sehingga kapur tohor dapat bercampur secara lebih
kalsium karbonat. Hal tersebut diperoleh dari nilai rendemen cangkang langkitang
3
yakni sebesar 53,1 %. Abu cangkang langkitang yang dihasilkan dari proses
pembakaran pada suhu 800o C diketahui mengandung oksida logam, yaitu berupa
CaO 61,95 %, yang mana kandungan CaO ini dapat digunakan untuk menetralkan
Menurut (Fitriyana dan Eka Safitri, 2015) Cangkang telur ayam yang telah
melalui pemanasan pada suhu 600o C mengandung sebagian 94% CaCO3 dan
dan Cangkang Telur Serta Cangkang Siput) dalam Proses Penetralan pH Air Asam
ekosistem.
3. pH air asam tambang pada kolam pengendapan lumpur memiliki nilai 4,5.
4. Masih kurangnya standar baku mutu air pada kolam pengendapan lumpur
1. Membahas tentang pemanfaatan fly ash dan cangkang telur serta cangkang
3. Pada penelitian ini penggunaan fly ash dan cangkang telur serta cangkang
siput hanya menganasis pengaruh terhadap pH air asam tambang saja dan
telur serta cangkang siput yang digunakan dalam penetralan pH air asam
tambang.
1. Bagaimanakah pengaruh fly ash dan cangkang telur serta cangkang siput
lumpur.
media fly ash dan cangkang telur serta cangkang siput dalam penetralan pH
1. Bagi Perusahaan
dengan memanfaatkan fly ash dan cangkang telur serta cangkang Siput dalam upaya
2. Bagi Peneliti
teknik pertambangan.
Dapat dijadikan sebagai salah satu masukan untuk pembuatan jurnal dan
dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan
TINJAUN PUSTAKA
bawah ini:
pengertian lain yaitu suatu penggalian yang dilakukan di bumi untuk memperoleh
mineral (Hartman,1987).
golongan, yaitu:
penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat dengan permukaan bumi dan
2) Quarry
4) Auger mining
6
7
2) Sublevel stoping
3) Longwall mining
4) Block caving
penambangan dilakukan di bawah permukaan air atau endapan bahan galian atau
keuntungan yang terbesar dan bukan pada kedalaman atau dangkal tidaknya letak
endapan bahan galian, serta perolehan tambang (mining recovery) yang terbaik.
dalam usahanya dikenal sebagai wasting assets, dengan resiko tinggi, sedangkan
mineral atau endapan bahan galian tersebut tidak dapat diperbaharui (non
renewable resources).
8
Selama tahap persiapan dan ekploitasi dari semua tambang jika material
batuan tanah, bijih atau buangan ditambang dari bumi, dicatat bahwa ada satuan
operasi yang digunakan. Satuan operasi penambangan adalah langkah dasar yang
ekstraksi mineral di sebut operasi produksi, termasuk siklus produksi dari operasi.
operasi tambahan. Siklur produksi mengunakan satuan operasi yang secara normal
Air asam tambang (AAT) atau dalam bahasa asingnya Acid Mine
pembentukannya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu air, oksigen, dan batuan
Kegiatan penambangan ini dapat berupa tambang terbuka maupun tambang dalam
(bawah tanah).
Air asam tambang menjadi salah satu dampak penting dari kegiatan
yang ditimbulkannya dan ini harus sesuai dengan KEPMEN LH No.113 tahun
2003 tentang Baku Mutu Air Limbang Pertambangan Batubara. Bila terjadi kasus
air asam tambang pada pascatambang, bisa membuat pelaku usaha pertambangan
bertanggung jawab selamanya atau harus mengeluarkan biaya yang sangat besar
Air asam tambang terbentuk karena adanya reaksi antara mineral sulfida,
oksigen dan air. Proses penambangan yang membuka lapisan tanah penutup suatu
batuan yang mengandung mineral sulfida akan membuat mineral sulfida terpapar
ke udara dan dengan mudahnya bereaksi dengan oksigen selain itu dengan adanya
hujan atau air tanah yang mengalir pada lapisan batuan tersebut membuat okidasi
mineral sulfida berjalan dengan baik yang akhirnya akan menghasilkan air asam.
11
tempat adalah:
b. Keberadaan oksigen, termasuk dalam hal ini adalah asupan dari atmosfir
d. Temperatur.
e. mikrobiologi
Berikut ini akan dijelaskan secara rinci proses terbentuknya air asam
tambang dalam beberapa tahap yang saling berkaitan dan tahap ini didasari
Bahan galian atau bijih yang ingin diambil dalam penambangan tentunya
bahkan bijih itu terdapat pada salah satu dari lapisan batuan tersebut. Untuk
batuan yang ada diatasnya sehingga bijih atau bahan galian tersebut dapat diambil
mengandung mineral sulfida terpapar keudara sehingga mineral sulfida ini akan
mengalami oksidasi karena adanya air dan oksigen. Mineral-mineral sulfida yang
umum terdapat pada batuan diantaranya pirit (FeS2), pirotit (FeS), markasit
terdapat pada mineral tersebutlah yang akan dioksidasi oleh oksigen dan air.
12
disertai proses oksidasi. Sulfur dioksidasi menjadi sulfat dan besi fero dilepaskan.
Dari reaksi ini dihasilkan dua mol keasaman dari setiap mol pirit yang teroksidasi.
Tahap ini merupakan kelanjutan tahap pertama, hasil reaksi pada tahap
pertama berupa larutan besi ferro dan ionisasi asam sulfat akan bereaksi dengan
oksigen kembali sehingga besi ferro dan ion H+ akan membentuk besi ferri dan
air. laju reaksi berjalan lambat. Dan pada tahap ini mulai terdapat bakteri oksidasi
sulfur dan bakteri oksidasi besi yaitu bakteri thiobacilus yang akan mempercepat
proses oksidasi. Pada tahap ini pH air asam ini berkisar di bawah 5. Berikut ini
c. Hidrolisa besi
Reaksi ketiga adalah hidrolisa dari besi. Hidrolisa adalah reaksi yang
memisahkan molekul air. Tiga mol keasaman dihasilkan dari reaksi ini.
Pembentukan presipitat ferri hidroksida tergantung pH, yaitu lebih banyak pada
pH di atas 3,5.
Reaksi keempat adalah oksidasi lanjutan dari pirit oleh besi ferri. Ini
adalah reaksi propagasi yang berlangsung sangat cepat dan akan berhenti jika pirit
atau besi ferri habis. Agen pengoksidasi dalam reaksi ini adalah besi ferri.
Hasil akhir dari keempat tahapan tersebut adalah besi sulfat jika mineral
sulfide yang teroksidasi merupakan mineral pyrite. Reaksi ini akan terus berlanjut
Oleh karena itu perlu diketahui jenis sulfur yang terdapat di dalam batuan
yang mudah teroksidasi adalah sulfur yang terdapat dalam bentuk mineral sulfida:
mengandung senyawa pyrite dengan air dan oksigen secara tidak langsung,
kandungan pyrite ini menghasilkan beberapa unsur kimia yaitu sufate, mangan
dan besi.
14
AIR SULFATE
PYRITE MANGAN
OXYGEN BESI
Air asam tambang dapat terjadi pada kegiatan penambangan baik itu
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Umumnya keadaan ini terjadi
karena unsur sulfur yang terdapat di dalam batuan teroksidasi secara alamiah
didukung juga dengan curah hujan yang tinggi semakin mempercepat perubahan
oksida sulfur menjadi asam. Sumber–sumber air asam tambang antara lain berasal
penutup, sehingga unsur sulfur yang terdapat dalam batuan sulfida akan mudah
teroksidasi dan bila bereaksi air dan oksigen akan membentuk air asam tambang.
batuan buangan (waste rock). Jumlah batuan buangan ini akan semakin meningkat
terbuka membentuk senyawa sulfur oksida selanjutnya dengan adanya air akan
Timbunan batuan yang berasal dari batuan sulfida dapat menghasilkan air
asam tambang karena adanya kontak langsung dengan udara yang selanjutnya
dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif dari air asam
secara langsung karena air yang dipompakan ke sungai atau ke laut telah
salinity), hasil pemantauan disesuaikan dengan baku mutu air sungai dan air laut.
Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan terganggu maka binatang
seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian penduduk menjadi terganggu.
dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan. Pada
16
perairan yang baik dan subur benthos akan mengalami kelimpahan, sebaliknya
pada perairan yang kurang subur benthos tidak akan mampu bertahan hidup.
seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara mikro yang
unsur hara mikronya dapat menyebabkan keracuanan pada tanaman, ini ditandai
pertambangan adalah kandungan sulfida alami, paling umum yaitu dalam bentuk
pyrit. Apabila mineral-mineral ini terkena oksigen dan air selama penambangan,
maka akan mengalami oksidasi sehingga menghasilkan air asam sulfat. Dibawah
muncul di permukaan pada kondisi oksidasi. Banyak tipe dari mineral sulfida,
sulfida besi yang sering terdapat pada batubara yang didominasi pyrit dan
tambang:
1 FeS2 Pyrite
2 FeS2 Marcasite
3 FexSx Pyrrhotite
4 Cu2S Chalcosite
5 CuS Covellite
6 Cu FeS2 Chalcopyrite
7 MoS2 Molybdenite
8 NiS Millerite
9 PbS Galena
10 ZnS Sphalerite
oksidasi, maka mineral-mineral sulfida akan teroksidasi, bereaksi dengan air dan
oksigen menjadi kondisi asam tinggi, kaya akan sulfat. Komposisi logam dan
banyak.
18
Persamaan 1, besi sulfida teroksidasi melepaskan besi ferro, sulfat dan asam
Persamaan 2, besi ferro dalam persamaan dua akan teroksidasi menjadi besi ferri
Persamaan 3, besi ferri dapat terhidrolisis dan membentuk ferri hidrosida dan
asam.
Persamaan 4, besi ferri secara langsung bereaksi dengan pirit dan berlaku sebagai
katalis yang menyebabkan besi ferro yang sangat besar, sulfat dan asam.
kompaksi dari sisa-sisa tumbuhan dalam lingkungan reduksi seperti pada daerah
rawa. Sulfur di dalam batubara dan lapisan pembawa batubara dapat terjadi seperti
sulfur organik, sulfur sulfat dan pirit sulfur . Beberapa sulfur nampak pada seam
batubara setelah peat berubah menjadi batubara, hal ini dibuktikan dengan adanya
pirit pada fracture vertikal permukaan yang disebut cleat. Pada seam pirit banyak
hadir dalam lapisan batubara dan overburden terjadi seperti butiran kristal yang
sangat kecil tercampur dengan organik dari batubara dan juga tersebar disekitar
lapisan-lapisan dari sandstone dan shale. Sumber sulfur yang luas terdapat pada
Sulfat sulfur biasanya hanya ditemukan dalam jumlah minor dalam fresh
hasil dari pengaruh iklim dan oksidasi dari sulfida sulfur . Sulfat merupakan hasil
reaksi dari oksidasi pirit dan relatif tidak menghasilkan asam. Pirit atau sulfida
sulfur adalah penyebab sulfur yang utama dalam batubara biasanya berasosiasi
dengan batuan. Semua mineral-mineral sulfida itu mungkin hadir, besi sulfida
merupakan hal utama dan penghasil asam yang terutama. Berdasarkan maksimal
potensial asam dari korelasi tertutup antara sample overburden dan pirit sulfur
reaktif dari pirit sulfat, konsentrasi oksigen, kelarutan pH, sumber-sumber katalis,
Karakteristik dari air asam tambang adalah: pH dan ion hydrogen rendah, sulfat
b. meminimalkan risiko
disusun perencanaan pencegahan yang baik. Hal ini perlu dilakukan sejak tahap
tambang.
20
batuan yang berpotensi membentuk asam (PAF) dan batuan yang tidak berpotensi
tambang adalah:
cara menutup dan menimbun kembali dengan segera lokasi bekas penambangan
yang telah selesai diambil batubaranya agar jangan sampai terjadi oksidasi
mineral sulfida dengan air dan udara pada batuan pirit yang terbuka akibat proses
penambangan.
b. Mencegah Masuknya O2
mineral sulfida pada dasar lapisan (floor) batubaranya ditutup dengan air dengan
masuknya O2 sehingga tidak terjadi oksidasi antara mineral sulfida, O2, dan air.
c. Capsule
terdapat air asam tambang pada lahan bekas penambangan dengan menambahkan
selalu didasarkan pada hasil percobaan dan perhitungan dengan metode titrasi.
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan
untuk menetralkan air asam tambang. Hydrated lime dapat diperoleh dengan
pada suhu 6000 C–9000 C dengan tekanan 1 atm sehingga menghasilkan CaO
Setelah terbentuk CaO, selanjutnya dilakukan proses hidrasi, yaitu CaO dilarutkan
dalam air.
2.1.2.6.3 Proses Penetralan Air Asam Tambang pada Kolam Pengendap Lumpur
atau material padatan yang bercampur dari limpasan yang disebabkan adanya
kolam pengendap juga akan dialirkan keluar kolam pengendapan, baik itu
Dengan adanya kolam pengendap lumpur diharapkan semua air yang ada
keluar dari daerah penambangan benar-benar air yang sudah memenuhi ambang
batas yang diizinkan sesuai dengan baku mutu lingkungan. Pemerintah telah
menetapkan baku mutu air dan baku mutu limbah cair sebagai rambu-rambu
dalam pengendalian kualitas air. Baku mutu air sebagai batas atau kadar makhluk
hidup, zat, energy dan komponen lain yang ada atau harus ada unsur pencemar
yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukannya.
a. Zona inlet mendistribusikan aliran air secara merata pada bak sedimentasi dan
Zona pengendapan dalam zona ini, air mengalir pelan secara horizontal ke
arah outlet, dalam zona ini terjadi proses pengendapan. Lintasan partikal
tergantung pada kecepatan pengendapan. Zona lumpur Dalam zona ini, lumpur
terakumulasi sekali lumpur masuk area ini ia akan tetap terpendap disana.
sedimentasi.
settler . Settler dipasang pada zona pengendapan (Gambar 2.5) dengan tujuan
rumus berikut:
V = P x L x Ta .................................................................. (2.1)
Keterangan:
kimia. Parameter fisika yang biasa digunakan dalam penentuan kualitas air adalah
organic. Selain itu terdapat ion-ion didalam perairan yang dapat mempengaruhi
kualitas air. Ion utama diantaranya adalah kalsium, magnesium, natrium, klorida
Lingkungan Hidup No.113 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi usaha
atau kegiatan pertambangan batubara pada pasal 2 ayat (1). Parameter yang
diamati antaranya adalah angka pH, residu tersuspensi, kadar besi total dan kadar
mangan total.
tohor. Kapur merupakan salah satu batuan yang dapat digunakan untuk
Ada beberapa macam kapur yang dapat digunakan, yaitu kapur pertanian (CaCo3),
kapur tohor (CaO), kapur tembok (Ca(OH)2), dolomite (CaMg(Co3)2) dan kapur
Silika (CaSiO3).
pencegahan telah dilakukan dengan baik, tetap saja ada air asam tambang yang
26
dan energi kimia dan membutuhkan perawatan secara regular tetapi jarang
27
biasa digunakan dalam pengelolaan aktif diantaranya yaitu kapur tohor (CaO), fly
ash, buttom ash, membrane keramik, eceng gondok, serat singkong, dan cangkang
telur.
Abu terbang adalah bagian dari abu bakar berupa bubuk halus dan ringan
yang diambil dari tungku pembakaran yang menggunakan bahan bakar batubara
pada pusat pembangkit listrik tenaga uap. Sifat kimia abu terbang sangat berbeda
satu sama lainnya, tergantung pada sumber batubara yang digunakan, efesiensi
dari pulverisasi, suhu pembakaran (tergantung pada macam tungku yang dipakai
untuk pembakaran batubara), dan cara pengendapan abu dari gas pembakaran.
Menurut Supriyono dan Sutopo (1994) abu terbang terdiri dari senyawa
SiO2, Al2O3, CaO, MgO, Na2O, dan lain sebagainya dengan ukuran butir
sebagian besar<120 mesh. Bahan tersebut memiliki sifat aktif, yaitu dengan
membentuk senyawa yang mempunyai sifat seperti semen yang dapat meneras
material reklamasi abu terbang dapat menetralkan tanah yang terlalu masam dan
sulit ditanami. Abu terbang dapat membuat tanah menjadi gembur dan
peluang pengguanaan abu terbang untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah
gambut. Namun hal ini perlu diteliti lebih efektivitasnya terhadap perbaikan tanah
aluminium yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Unsur oksida utama dalam
abu terbang terdiri dari silika, aluminia, besi dan kalsium yang dapat membentuk
melindungi semua bagian telur dari luka atau kerusakan. Cangkang telur ayam yang
membungkus telur umumnya beratnya 9-12% dari berat telur total. Warna kulit telur
ayam bervariasi, mulai dari putih kekuningan sampai cokelat. Warna cangkang luar
telur ayam ras (ayam boiler) ada yang putih, ada yang cokelat. Bedanya pada
ketebalan cangkang, yang berwarna cokelat lebih tebal daripada yang berwarna putih
(Wirakusumah, 2011). Protein tidak larut berperan sebagai penyusun struktur dan
protein larut tertanam di lapisan kapur. Endapan kalsium (Ca) digunakan untuk
Sedangkan komposisi kimia cangkang telur dapat dilihat pada tabel berikut:
Protein 1,71
Lemak 0,36
Air 0,93
Serat Kasar 16,21
Abu 71,34
Sumber: Wirakusumah, 2011
30
Cangkang telur tersusun atas struktur berlapis tiga, yaitu lapisan kutikula,
lapisan sponge (busa) dan lapisan lamellar. Lapisan kutikula merupakan protein
transparan yang melapisi permukaan cangkang telur. Lapisan ini melapisi pori-
pori pada cangkang telur, tetapi sifatnya masih dapat dilalui gas sehingga
keluarnya uap air dan gas CO2 masih dapat terjadi (Rivera, 1999).
oleh serat-serat protein yang terikat dengan kristal kalsium karbonat (CaCO3) atau
disebut juga kalsit dengan perbandingan 1:50. Lapisan busa ini merupakan bagian
terbesar dari lapisan cangkang telur. Lapisan ini terdiri dari protein dan lapisan
kapur yang terdiri dari kalsium karbonat, kalsium fosfat, magnesium karbonat,
sebesar 94% dari total bobot keseluruhan cangkang, kalsium fosfat (1%), bahan-
bahan organik (4%) dan magnesium karbonat (1%) (Rivera, 1999). Berdasarkan
hasil penelitian, serbuk cangkang telur ayam mengandung kalsium sebesar 401
±7,2 gram atau sekitar 39% kalsium, dalam bentuk kalsium karbonat. (Schaafsma,
2000). Kandungan kalsium karbonat dari cangkang telur dapat digunakan sebagai
Selatan. Siput mulai dikenal di Indonesia tahun 1986. Perkembangan populasi ini
tergolong tinggi, karena seekor induk siput yang berumur 6 bulan mampu bertelur
31
sampai 1.000 butir. Siput termasuk kedalam klasifikasi filum moluska dan kelas
gastropoda . Bentuk cangkang siput hampir mirip dengan siput sawah yang
lebih tebal dengan diameter cangkang 4-5 cm dan tinggi lebih dari 10 cm. Siput
menyukai perairan jernih yang banyak tumbuhan airnya dan sangat menyukai
Siput termasuk kedalam filum moluska yaitu hewan berbadan lunak yang
Cangkang moluska terdiri dari lapisan luar yang bercabang, kaya protein, dimana
untuk melindungi dua lapisan bawah yang kaya kalsium dari erosi. Lapisan tengah
terdiri dari kristal yang terbungkus rapat yaitu kalsium karbonat (Raven dan
Johnson, 2001).
analisis kimia untuk mengetahui komposisi kimia dalam abu cangkang siput
32
setelah dipanaskan pada suhu 8000C selama 4 jam. Penambahan abu cangkang
sebagai campuran pada setting time dan kuat tekan dari pasta semen dan mortar
bervariasi dari 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 30%. Hasilnya menunjukkan kuat
tekan maksimal terjadi pada penambahan abu cangkang siput (SSA) sebesar 20 %
dengan komposisi kimia terdiri dari CaO 61,95 %, SiO2 10,20 %, Fe2O3 3,15 %,
MgO 0,18 %, Al2O3 4,81 %, SO3 0,03 %, K2O 0,05 %, Na2O 0,04 %, P2O5 0,01 %,
cangkang siput dan diketahui bahwa komposisi kimia siput adalah sebagai berikut
CaCO3 92,68 %, MgO 1,68 %, Al2O3 1,04 % dan SiO2 4,29 %. Selain itu,
cangkang keong mas juga mengandung protein, lemak, kalsium dan fosfor
(Liptan, 2001).
bersama air dari lokasi penambangan. Kolam pengendapan akan berfungsi dengan
baik apabila rancangan kolam pengendapan yang akan dibuat sesuai dengan debit
air limpasan yang akan ditampung untuk pengendapan lumpur. Rancangan kolam
pengendapan dari segi geometri harus mampu untuk menampung debit air dari
lokasi penambangan.
Q = V x A ........................................................................... (2.2)
Keterangan:
limbah yang mengandung air asam tambang (pH<6), dimana di dalam tampungan
tersebut dilakukan perlakuan penetralan air limbah yang tercemar sehingga bisa
menjadi normal sesuai ambang batas baku mutu yang disyaratkan oleh
pengapuran.
laboratorium yang terbuat dari kaca dengan volume 1 Liter/kolam, jumlah volume
ini digunakan agar lebih memudahkan peneliti untuk menghitung jumlah total
kebutuhan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput nantinya. Sedangkan bentuk
dan ukuran dimensi kolam pengendapan dibuat sesuai dengan yang ada di
pengendapan pada skala laboratorium ini terdiri atas kolam inlet, kolam 2, dan
kolam outlet.
2.2.1 Input
1. Data Primer
b. Debit aliran
2. Data Sekunder
sebagai berikut:
35
2.2.2 Proses
Pada bagian proses ini dilakukan pengolahan dan analisa dari data-data
yang diperoleh pada bagian input. Data-data yang dianalisa tersebut yaitu:
ash, cangkang telur dan cangkang siput dalam penetralan air asam
tambang.
2.2.3 Output
pengaruh fly ash, cangkang telur dan cangkang siput terhadap proses
lumpur.
asam tambang.
36
Proses
Input
a. Pengukuran pH air asam
Data primer:
tambang kemudian menganalisis
a. Sampel air asam tambang
pengaruh fly ash, cangkang telur
b. Debit aliran
dan cangkang siput dalam
c. Komposisi Fly ash
penetralan air asam tambang.
d. Komposisi Cangkang
telur b. Menghitung debit air yang
e. Komposisi Cangkang masuk ke kolam pengendapan
langkitang lumpur.
c. Menghitung perbandingan
Data sekunder: kebutuhan jumlah, yang
a. Spesifikasi Pompa yang digunakan untuk menetralkan pH
digunakan KUD.Sinamar air asam tambang dengan
Sakato. menggunakan fly ash, cangkang
b. Dimensi kolam telur dan cangkang siput.
pengendapan lumpur
Output
METODOLOGI PENELITIAN
sistematik dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan digunakan
praktis dapat diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk
KUD Sinamar Sakato yang terdapat air asam tambang yang memiliki pH air yang
dari Desember 2017. Adapun scedule penelitian dapat dilihat pada Lampiran A.
37
38
3.3.1 Populasi
memiliki karakteristik tertentu. Populasi pada penelitian ini adalah Sump, Kolam 1
3.3.2 Sampel
populasi keseluruhan, yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah air asam
tambang yang berada pada kolam pengendapan lumpur di Kolam 1 (Inlet) dan
Kolam 3 (Outlet).
Menurut (Sugiyono, 2013) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau
nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
yaitu variabel yang menjadi perhatian utama peneliti. Variabel bebas (independen)
yaitu variabel yang mempengaruhi variabel terikat, baik secara positif maupun
negatif.
2. Cangkang Telur
3. Cangkang Siput
39
X2 (Cangkang Telur)
Y (Air Asam
Tambang)
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
langsung di lokasi penelitian, serta dari data primer hasil uji laboratorium.
a. Studi Lapangan
b. Studi Pustaka
buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dan
Untuk mengukur tingkat keasaman dan laju air asam tambang digunakan
1. pH Meter
dimasukkan bagian bawah dari alat ini ke dalam air. Tigkat keasaman
2. Flow Meter
101 flow Probe, cara menggunakan alat ini sama dengan menggunakan
berbeda.
sudah ditentukan. Untuk pengambilan sampling dilakukan dua kali sampling yaitu
satu kali dilakukan di kolam Inlet dan yang kedua di kolam Outlet. Teknik
pengambilan sampelnya dilakukan secara grap sample. Grap sample yaitu contoh
yang menunjukkan sifat contoh pada saat contoh diambil. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Contoh air sebaiknya diambil dari bagian yang dekat dengan permukaan.
4. Pengambilan contoh air sungai yang tidak terjangkau tangan, sampel dapat
coba tadi bisa diketahui jumlah dosis yang tepat untuk diaplikasikan di
lapangan.
Yaitu mencari data pengukuran kecepatan aliran air dan debit air yang
langkah penentuan jumlah dosis fly ash, cangkang telur dan cangkang
siput yang tepat untuk proses penetralan air asam tambang. Setelah itu
fly ash, cangkang telur dan cangkang siput yang tepat, selanjutnya
yang baik dan tepat setelah didapatkan perhitungan debit air yang
Setelah diperoleh data tersebut maka tahapan berikutnya ialah melakukan tahapan
1. Penentuan Dosis fly ash, cangkang telur dan cangkang lsiput secara
teoritis.
Sampel Air Asam Tambang Fly ash cangkang telur cangkang suput
Masing-masing 1 Liter
- 35 gr - 20 gr - 5 gr
- 40 gr - 25 gr - 10 gr
- 45 gr - 30 gr - 15 gr
- 50 gr - 35 gr - 20 gr
- 55 gr - 40 gr - 25 gr
- 45 gr - 30 gr
- 50 gr - 35 gr
Setelah melalui tahap dalam pengumpulan data dan pengolahan data maka
dilakukan analisis data dari pengolahan data yang didapat. Pada analisis data ini
dapat menentukan hasil akhir dari penelitian yang dilakukan, yaitu perbandingan
efektifitas pemanfaatan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput untuk
Identifikasi Masalah
1. Kegiatan penambangan batubara menimbulkan dampak lingkungan
yang bersifat negative, salah satunya terbentuknya air asam tambang.
2. Air asam tambang dapat mencemari lingkungan dan mengganggu
kestabilan ekosistem.
3. pH air asam tambang pada kolam pengendapan lumpur memiliki nilai
antara 4,5.
4. Masih kurangnya standar baku mutu air pada kolam pengendapan
lumpur menurut KEPMEN LH No.113 tahun 2001.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh fly ash dan cangkang telur
serta cangkang Siput terhadap penetralan pH air asam tambang.
2. Menghitung berapakah debit air yang masuk ke dalam kolam
pengendapan lumpur.
3. Untuk menghitung berapakah perbandingan waktu, biaya dan jumlah
yang dibutuhkan dalam penetralan air asam tambang dengan media fly
ash dan cangkang telur serta cangkang Siput.
A
46
Pengolahan Data
Pada bab ini berisikan data yang diperlukan dalam penelitian analisis
pemanfaatan limbah (abu terbang, cangkang telur, dan cangkang siput) dalam proses
dan cangkang siput) dalam peroses penetralan air asam tambang, maka diperlukan
pengumpulan data-data terlebih dahulu. Adapun data yang diperlukan dalam analisis
Sampel air asam tambang yang digunakan oleh peneliti yaitu air asam tambang
yang berada pada Sump, kolam Inlet, kolam 2, kolam Outlet, dan sungai. Sedangkan
untuk penetralan air asam tambang hanya dilakukan pada kolam inlet saja, dikarenakan
penetralan air asam tambang di kolam inlet ini lebih optimal dibandingkan dengan
kolam 2 dan kolam outlet. Pengambilan sampel air asam tambang ini dilakukan secara
bertahap di kolam inlet dengan pengambilan sampel sebanyak 9 kali dan kemudian
47
48
dirata-ratakan kadar pH airnya, sehingga didapatkan kadar pH air asam tambang yang
Bulan
April 2018
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 pH rata-rata
pH 4,1 4,3 4,2 4,7 4,8 4,9 4,4 4,6 4,5 4,5
Untuk mengetahui debit aliran air yang masuk ke kolam pengendapan lumpur
bisa diketahui dari spesifikasi pompa yang digunakan, sedangkan untuk menghitung
debit air yang masuk ke kolam pengendapan lumpur dengan secara teoritis, terlebih
dahulu harus diketahui kecepatan aliran air dan luas permukaan saluran yang dialiri
Di bawah ini adalah gambar pengukuran kecepatan aliran air dan ukuran pipa:
4.1.1.3 Komposisi media fly ash, cangkang telur dan media cangkang siput.
Media fly ash yang peneliti gunakan diambil dari sisa pembakaran batubara
yang berada di PLTU Ombilin Sawahlunto, sedangkan cangkang telur diambil dari
limbah sisa makanan rumah tangga sekitaran TPS kota Padang dan untuk cangkang
siput diambil dari limbah makanan di area wisata pantai padang. Untuk cangkang siput
terlebih dahulu dilakukan pembakaran, ini dilakukan agar mudah dihaluskan dan
sehingga mudah larutkan dengan air asam tambang nantinya. Untuk komposisi media
digital SF-400.
Gambar 4.7 Proses penimbangan Fly Ash, Cangkang telur, cangkang Siput
52
Jenis pompa yang digunakan oleh KUD Sinamar Sakato adalah jenis
pompa yang berukuran besar yang mempunyai type merk SYKES HH220 yang
di lampiran C.
No.113 tahun 2001 tentang pengelolaan standar baku mutu air limbah pertambangan
batubara, dengan menghitung komposisi ideal pada media fly ash, cangkang telur dan
cangkang siput dalam penetralan pH air asam tambang sebelum dialirkan ke badan
sungai.
4.2.1 Dosis Penggunaan Fly Ash, Cangkang Telur, Dan Cangkang Siput Skala
Laboratorium
ash, cangkang telur dan cangkang siput. Dosis Fly ash, cangkang telur dan cangkang
53
siput yang digunakan dapat menaikkan pH air asam tambang di kolam pengendapan
lumpur dengan pH awal rata-rata kolam inlet ± 4,25 (Lampiran B), kemudian
dinetralkan dan diukur pada kolam outlet sehingga air yang keluar di kolam outlet
sesuai dengan baku mutu lingkungan adalah fly ash, cangkang telur dan cangkang siput
dengan dosis 55 gr/L, 35 gr/L dan 15 gr/L. Hasil pengujian di laboratorium tercantum
Dari data diatas maka terlihat bahwa pada penambahan fly ash sebanyak 55 gr/L
pH akhir yang dicapai adalah 7,1 dan cangkang telur sebanyak 35 gr/L pH akhir yang
dicapai adalah 7,3 serta cangkang siput sebanyak 15 gr/L pH akhir yang dicapai adalah
7,4. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat keasaman mengalami penurunan dan
mendekati nilai pH normal 7. Sebagaimana kita ketahui jika semakin kecil pH (<7)
maka tingkat keasaman meningkat sedangkan jika semakin tinggi pH (>7) maka
karakteristik air akan berubah menjadi basa. Jadi semakin dekat range pH dengan
54
angka pH normal (pH =7) maka akan semakin baik (Menurut Jurnal Enggal Nurisman,
dkk).
debit air yaitu kecepatan aliran air yang masuk ke dalam kolam pengendapan dan luas
penampang saluran air. Ukuran kecepatan aliran air dapat dilihat di table 4.2 di bawah
ini:
V1 V2 V3 V rata-rata
Saluran air
(m/det) (m/det) (m/det) (m/det)
Sedangkan untuk luas penampang saluran air diketahui diameter pipa saluran 1
yaitu 10 inchi atau 25,4 cm, sedangkan diameter saluran 2 dan 3 yaitu 8 inchi atau
Asaluran 1 = ¼ π D2
= 506,45 cm2
= 0,0506 m2
Asaluran 2 & 3 = ¼ π D2
= 324,12 cm2
= 0,0324 m2
Sehingga debit air (Q) yang mengalir disetiap saluran air yaitu dapat dihitung
Q=VxA
Sehingga debit total ketiga saluran air itu sebesar 0.2911 m3/det = 1.047.960 L/jam.
untuk menaikkan pH air asam tambang di kolam pengendap lumpur di saluran inlet
hingga mencapai batas baku mutu lingkungan yaitu dengan dosis 55 gr/L untuk fly ash
dan 35 gr/L untuk cangkang telur serta 15 gr/L untuk cangkang siput. Hasil perhitungan
total jumlah debit air yang masuk ke kolam pengendap lumpur yaitu sebesar 1.047.960
L/jam. Sedangkan untuk penetralan pH air asam tambang hanya dilakukan pada kolam
pengendapan lumpur di kolam 1 (Inlet), dari hasil perhitungan jumlah debit air yang
masuk ke kolam pengendapan Inlet yaitu sebesar 0,1390 m3/det atau setara dengan
500.400 L/jam.
Untuk mengetahui perbandingan kebutuhan jumlah fly ash, cangkang telur dan
cangkang siput dalam penetralan pH air asam tambang maka dilakukan perhitungan
antara debit air yang masuk ke kolam inlet dan dosis media dalam satuan liter.
57
= 27.522 Kg/jam
= 17.514.000 gr/jam
= 17.514Kg/jam.
= 7.506 Kg/jam.
Maka perbandingan kebutuhan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput yang
akan digunakan untuk penetralan pH air asam tambang di kolam Inlet yaitu sebanyak
27.522 Kg/jam untuk fly ash, 17.514 Kg/jam untuk cangkang telur, 7.506 Kg/jam untuk
cangkang siput.
BAB V
ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA
yaitu:
5.1 Dosis Penggunaan Fly Ash, Cangkang Telur Dan Cangkang Siput
(Lampiran B), setelah dilakukan uji coba di laboratorium maka didapatkan dosis yang
efektif untuk penetralan pH air asam tambang yaitu fly ash sebanyak 55 gr/L, cangkang
telur sebanyak 35 gr/L dan cangkang siput sebanyak 15 gr/L. Dengan takaran dosis
tersebut sehingga air yang keluar di saluran outlet sesuai dengan baku mutu lingkungan
58
59
Dari data di atas dapat disumpulkan bahwa penggunaan media fly ash,
cangkang telur dan cangkang siput bisa digunakan sebagai alternatif untuk penetralan
pH air asam tambang, akan tetapi hal ini belum bisa digunakan secara umum di
didapatkan dalam skala banyak, maka dari itu secara umum perusahaan tambang
batubara selalu menggunakan kapur tohor sebagai penetralan pH air asam tambang
karena kapur tohor mudah didapatkan dalam skala banyak dan juga reaksi penetralan
pH air asam tambang juga sangat cepat. Selain itu dari data di atas juga dapat
disimpulkan bahwa yang paling sedikit penggunaannya dalam penetralan pH air asam
tambang dalam skala laboratorium yaitu cangkang siput sebanyak 15 gr/L dengan pH
awal 4,25 menjadi pH akhir 7,4 dibandingkan dengan cangkang telur 55 gr/L dan fly
ash 35 gr/L, ini disebabkan bahwa cangkang siput tersusun atas senyawa CaO yang
Perhitungan debit air pada kolam pengendapan lumpur didapatkan angka yang
berbeda yaitu 0,1390 m3/det untuk kolam pengendapan 1 (Inlet), dan 0,0789 m3/det
untuk kolam pengendapan 2, serta 0,0732 m3/det untuk kolam 3 (Outlet). Sehingga
didapatkan total jumlah debit air di kolam pengendapan lumpur yaitu sebanyak 0,2911
m3/det. Akan tetapi pada penelitian ini penetralan pH air asam tambang hanya
dilakukan pada kolam pengendapan 1 (Inlet) saja, yang memiliki debit air sebanyak
5.3 Jumlah Kebutuhan Fly Ash, Cangkang Telur, dan Cangkang Siput
Dalam perhitungan kebutuhan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput
didapatkan perbandingan penggunaan yang cukup signifikan. Dalam uji coba skala
laboratorium pada air asam tambang sebanyak 1 Liter dibutuhkan fly ash sebanyak 55
gr/L, dan cangkang telur sebanyak 35 gr/L serta cangkang siput sebanyak 15 gr/L. jika
kebutuhan ini di aplikasikan di lapangan dengan debit air yang sudah dihitungkan pada
kolam pengendapan lumpur 1 (Inlet) yaitu sebanyak 500.400 L/jam, maka dibutuhkan
fly ash sebanyak 27.522 Kg/jam dan cangkang telur sebanyak 17.514 Kg/jam serta
1. Dari segi jumlah, penggunaan cangkang siput lebih efektif dalam penetralan pH
air asam tambang dibandingkan fly ash dan cangkang telur, karena penggunaan
cangkang siput lebih sedikit dibandingkan fly ash dan cangkang telur, dengan
ratio perbandingan antara fly ash, cangkang telur dan cangkang siput yaitu,
3,67 : 2,33 : 1
2. Sedangkan dari segi ekonomis penggunaan fly ash lebih efektif digunakan
sebagai alternatif penetralan pH air asam tambang, karena ketersediaan fly ash
antara perusahaan pertambangan batubara dan pihak PLTU serta pabrik semen
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari pengolahan data yang didapatkan dari
uji coba penetralan pH air asam tambang dengan fly ash, cangkang telur dan cangkang
1. Hasil perhitungan dosis fly ash, cangkang telur dan cangkang siput dalam skala
laboratorium untuk 1 Liter air yaitu sebanyak 55 gr/L untuk fly ash dan 35 gr/L
untuk cangkang telur, serta 15 gr/L untuk cangkang siput dan hasil analisis
perubahan pH larutan penggunaan fly ash dari pH 4,25 menjadi pH 7,1 dan
cangkang telur dari pH 4,25 menjadi pH 7,3 sedangkan untuk cangkang siput
2. Total debit air yang masuk kedalam kolam pengendapan lumpur yaitu sebanyak
0,2911 m3/det atau setara dengan 1.047.960 L/jam. Debit air ini terdiri dari
beberapa saluran air, saluran pertama memiliki debit sebanyak 0,1390 m3/det
atau setara dengan 500.400 L/jam dan saluran kedua debit airnya sebanyak
0,0789 m3/det atau setara dengan 284.040 L/jam sedangkan saluran ketiga debit
(Inlet) yang memiliki debit air sebanyak 500.400 L/jam, sehingga kebutuhan
fly ash untuk penetralan pH air asam tambang sebanyak 27.522 Kg/jam dan
61
62
cangkang telur sebanyak 17.514 Kg/jam serta cangkang siput sebanyak 7.506
dibandingkan fly ash dan cangkang telur, dengan ratio perbandingan fly ash,
cangkang telur dan cangkang siput 3,67 : 2,33 : 1. Sedangkan dari segi
dan cangkang siput, karena fly ash mudah didapatkan dalam skala banyak dan
bisa diambil dari hasil penjualan batubara ke PLTU dan pabrik semen.
6.2 Saran
manfaat dari limbah makanan sehari-hari, salah satunya yaitu fly ash, cangkang
telur serta cangkang siput yang bisa digunakan untuk penetralan pH air asam
tambang, dan ini juga bisa dijadikan solusi bagi perusahaan pertambangan
batubara untuk mengurangi limbah fly ash, cangkang kelur dan cangkang siput.
menggunakan fly ash, cangkang telur dan cangkang siput sangat dianjurkan, ini
Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Nomor 113. “Baku Mutu Air Limbah
Penambangan Batubara”, 2003.
Rico Ervil, dkk. “Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi STTIND
Padang”, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang, Padang, 2015.
Rudi Sayoga Gautama. “Jurnal Pengelolaan Air Asam Tambnag”, Institut
Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 2014.
_______. “Studi pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash dalam Pengelolaan
Batuan Penutup untuk Pencegahan Air Asam Tambang”, Teknik
Pertambangan, ITB, Bandung, 2011.
Scedule Penelitian
No Bulan
Keterangan Juni Juli Agustus September
Desember- Oktober November April-juni Juli
(2017) (2017) (2017) (2017)
Maret (2017) (2017) (2018) (2018)
(2017)
Minggu 1 2 3 4 1 1 1 1 2 3 4 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan tugas akhir
2. Pengajuan surat
Tambang
Bulan
April 2018
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 pH rata-rata
pH 4,1 4,3 4,2 4,7 4,8 4,9 4,4 4,6 4,5 4,5
LAMPIRAN E
Dokumentasi Lapangan
1 Sump 5,6
2 Inlet 5,6
3 Kolam 2 6,7
4 Outlet 6,5
5 Sungai 6,7
( )
LAMPIRAN G
DATA SPESIFIKASI POMPA KUD SINAMAR SAKATO
V1 V2 V3 V rata-rata
Saluran air
(m/s) (m/s) (m/s) (m/s)
Asaluran 1 = ¼ π D2
= 506,45 cm2
= 0,0506 m2
Asaluran 2 & 3 = ¼ π D2
= 324,12 cm2
= 0,0324 m2
LAMPIRAN J
LAMPIRAN K
SALINAN
KEPUTUSAN
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 113 TAHUN 2003
TENTANG
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU
KEGIATAN PERTAMBANGAN BATU BARA
MEMUTUSKAN :
Pasal 1
1. Usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara adalah serangkaian kegiatan
penambangan dan kegiatan pengolahan/pencucian batu bara;
2. Batu bara adalah bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan
dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta tekanan yang
berlangsung lama;
3. Kegiatan penambangan batu bara adalah pengambilan batu bara yang meliputi
penggalian, pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang terbuka maupun
tambang bawah tanah;
5. Air limbah usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara adalah air yang berasal
dari kegiatan penambangan batu bara dan air buangan yang berasal dari kegiatan
pengolahan/pencucian batu bara;
6. Baku mutu air limbah batu bara adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar
dan atau jumlah unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah batu bara yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan;
7. Titik penaatan (point of compliance) adalah satu atau lebih lokasi yang dijadikan
acuan untuk pemantauan dalam rangka penaatan baku mutu air limbah;
2
8. Keadaan tertentu adalah keadaan terhentinya operasi pada sebagian atau seluruh
kegiatan sampai dimulainya kembali kegiatan operasi dan operasi percobaan awal
dalam usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara;
9. Kondisi cuaca tertentu adalah terjadinya curah hujan di atas kondisi normal pada
lokasi penambangan sesuai dengan data penelitian atau data meteorologi dalam
usaha dan kegiatan penambangan batu bara;
10. Menteri adalah menteri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup dan
pengendalian dampak lingkungan.
Pasal 2
(1) Baku mutu air limbah bagi kegiatan penambangan batu bara sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran I Keputusan ini.
(2) Baku mutu air limbah bagi kegiatan pengolahan/pencucian batu bara sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran II Keputusan ini.
Pasal 3
(1) Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam lampiran Keputusan ini setiap
saat tidak boleh dilampaui.
(2) Apabila baku mutu air limbah batu bara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terlampaui karena keadaan tertentu dan atau kondisi cuaca tertentu maka
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan wajib melaporkan dan menyampaikan
kegiatan penanggulangan pencemaran kepada Bupati/Walikota dengan tembusan
kepada Gubernur dan Menteri.
Pasal 4
(1) Baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Provinsi dengan ketentuan sama atau lebih
ketat dari ketentuan sebagaimana tersebut dalam lampiran Keputusan ini.
(2) Apabila Baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) belum
ditetapkan, maka berlaku baku mutu air limbah batu bara sebagaimana tersebut
dalam lampiran Keputusan ini.
Pasal 5
Apabila hasil kajian analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) atau hasil
kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) dari usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara mensyaratkan baku mutu
air limbah lebih ketat dari baku mutu air limbah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4,
maka diberlakukan baku mutu air limbah sebagaimana yang dipersyaratkan oleh
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup atau UKL dan UPL.
3
Pasal 6
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan wajib melakukan
pengolahan air limbah yang berasal dari kegiatan penambangan dan air limbah yang
berasal dari kegiatan pengolahan/pencucian, sehingga mutu air limbah yang dibuang
ke lingkungan tidak melampaui baku mutu air limbah yang telah ditetapkan dalam
lampiran Keputusan ini.
Pasal 7
Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara wajib
mengelola air yang terkena dampak dari kegiatan penambangan melalui kolam
pengendapan (pond).
Pasal 8
(1) Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan batu bara wajib
melakukan kajian lokasi titik penaatan (point of compliance) air limbah dari kegiatan
pertambangan.
(2) Lokasi titik penaatan (point of compliance) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harus berada pada saluran air limbah yang :
a. ke luar dari kolam pengendapan (pond) air limbah sebelum dibuang ke air
permukaan dan tidak terkena pengaruh dari kegiatan lain dan atau sumber air
lain selain dari kegiatan penambangan tersebut.
b. keluar dari unit pengelola air limbah dari proses pengolahan/pencucian batu
bara sebelum dibuang ke air permukaan dan tidak terkena pengaruh dari
kegiatan lain dan atau sumber air lain selain dari kegiatan pengolahan tersebut.
(3) Berdasarkan hasil kajian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan mengajukan
permohonan penetapan lokasi titik penaatan (point of compliance) kepada
Bupati/Walikota.
(4) Bupati/Walikota menetapkan dan mencantumkan dalam izin pembuangan air
limbah mengenai lokasi titik penaatan (point of compliance).
Pasal 9
Dalam hal terjadi perubahan lokasi usaha dan atau kegiatan pertambangan dan atau
karena pertimbangan kondisi lingkungan tertentu, maka penanggung jawab usaha dan
atau kegiatan wajib melakukan pengkajian ulang dan mengajukan permohonan kembali
kepada Bupati/Walikota untuk memperoleh persetujuan lokasi titik penaatan (point of
compliance) yang baru.
4
Pasal 10
(1) Setiap penanggung jawab usaha dan atau kegiatan pertambangan wajib mentaati
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
(2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) penanggung jawab usaha
dan atau kegiatan pertambangan batu bara wajib untuk :
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pada saat berlakunya Keputusan ini semua peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan baku mutu air limbah bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan
batu bara yang telah ada, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Keputusan ini.
5
Pasal 14
Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 10 Juli 2003
Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Hoetomo, MPA.
6
Lampiran I :
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 113 Tahun 2003
Tanggal : 10 Juli 2003
pH 6-9
Residu Tersuspensi mg/l 400
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Hoetomo, MPA.
7
Lampiran II :
Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 113 Tahun 2003
Tanggal : 10 Juli 2003
pH 6-9
Residu Tersuspensi mg/l 200
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) Total mg/l 4
Volume air limbah maksimum
2m3 per ton produk batu bara
Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Hoetomo, MPA.
8
LEMBARAN KONSULTASI
Pembimbing I
6 2 Juli 2018
1. Secara keseluruhan sudah Ok.
2. Acc seminar komprehensif
3. Kembali ke pemb.1
Pembimbing II