SKRIPSI
Oleh
DAVID MANUEL ANGGASANA LUMBAN GAOL
185100900111012
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Dr.Ir. Alexander Tunggul Sutan Haji, MT Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS
NIP. 196208141987011001 NIP. 19530709 198002 1 002
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan kebaikan-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal tugas akhir yang mempunyai judul “Evaluasi Proses Netralisasi Air
Asam Tambang Batubara Menggunakan Larutan Kapur Tohor di Water Monitoring Point
(WMP) 27 PT XYZ, Kalimantan Timur. Tugas Akhir ini adalah suatu kewajiban yang harus
dipenuhi dalam rangka menyelesaikan studi program strata 1 (S-1) Teknik Lingkungan,
Universitas Brawijaya. Selain itu, tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melaksakan
kegiatan Tugas Akhir ini adalah menambah pengetahuan tentang dunia pekerjaan yang
berbasis Teknik Lingkungan serta memberikan rekomendasi kepada perusahaan
berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan. Selama proses pembuatan proposal ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
memberikan ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan Kesehatan serta semangat kepada penulis
dalam Menyusun proposal tugas akhir ini
2. Orang tua penulis yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam Menyusun
proposal tugas akhir ini
3. Dr. Ir. Alexander Tunggul Sutan Haji, MT , selaku dosen pembimbing utama penulis
yang telah membimbing serta memberikan arahan dan masukan kepada penulis
selama menyusun proposal tugas akhir ini
4. Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS, selaku dosen pembimbing kedua penulis yang
telah memberikan arahan kepada penulis selama menyusun proposal tugas akhir ini
5. Fajri Anugroho, STP, M.Agr., Ph.D, selaku ketua program studi Teknik Lingkungan
Universitas Brawijaya
6. Teman-teman penulis yang telah berkenan berbagi informasi dalam penyusunan
proposal tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa proposal tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat kekurangan dalam penyusunan proposal tugas akhir ini. Penulis
mengharapkan adanya masukan kepada penulis sehingga dapat lebih baik di kesempatan
selanjutnya. Oleh karena itu, penulis berharap agar proposal tugas akhir ini dapat diterima
serta bermanfaat dan menjadi sumber ilmu bagi penulis dan banyak pihak.
iii
David Manuel Anggasana Lumban Gaol. 185100900111012. Evaluasi Proses Netralisasi
Air Asam Tambang Menggunakan Larutan Kapur Tohor di Water Monitoring Point
(WMP) 27 PT XYZ, Kalimantan Timur. Skripsi. Pembimbing : Dr.Ir. Alexander Tunggul
Sutan Haji, MT dan Prof. Dr.Ir. Bambang Suharto, MS
RINGKASAN
Kalimantan Timur merupakah salah satu provinsi yang memiliki kandungan batubara
terbesar di Indonesia. Akibat dari hal tersebut, Kalimantan Timur menjadi sasaran pengusaha
untuk membuka industri pertambangan batubara. Salah satu perusahaan batubara terbesar
yang ada di Kalimantan Timur adalah PT. XYZ. Perusahaan tersebut tercatat memiliki jumlah
produksi sebesar 33,5 juta ton batubara pada tahun 2019. Banyaknya jumlah perusahaan
tambang di provinsi Kalimantan Timur menjadikan daerah tersebut tidak terlepas dari dampak
lingkungan yang cukup signifikan. Salah satu permasalahan lingkungan yang berpotensi
terjadi akibat dari kegiatan pertambagan batubara adalah pencemaran air. Hal itu dikarenakan
kegiatan pertambangan batubara berpotensi menghasilkan air asam tambang. Air asam
tambang merupakan air yang bersifat asam yang dihasilkan melalui kegiatan pertambangan.
Sumber air asam tambang berasal dari kegiatan tambang terbuka, pengelolaan batuan
buangan, penimbunan batuan, dan pengolahan limbah tambang atau Tailling. Berdasarkan
hal tersebut, perlu adanya Tindakan pencegahan ataupun pengelolaan air asam tambang
sebelum di alirkan menuju badan air penerima agar sesuai dengan baku mutu yaitu
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang “Baku Mutu Air Limbah
Dari Kegiatan Pertambangan Batubara”
PT. XYZ merupakan objek pada penelitian ini. Penelitian dilatarbelakangi oleh adanya
ketidaksesuaian antara kondisi aktual terhadap baku mutu lingkungan. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk melakukan evaluasi proses netralisasi air asam tambang pada WMP 27
yang meliputi evaluasi kualitas air pada inlet dan outlet, dosis optimum kapur yang digunakan,
dan evaluasi debit aliran kapur terhadap debit inlet, Peneltian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan didukung dengan beberapa tahapan
kegiatan yang meliputi studi literatur, survei, pengambilan sampel, pengujian sampel,
pengumpulan data primer dan sekunder, perhitungan matematis, serta pengolahan dan
analisa data sebagai acuan dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi. Harapan dari
kegiatan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak perusahaan untuk dapat
mempertimbangkan hasil penelitian ini agar dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk
perbaikan kedepannya.
iv
David Manuel Anggasana Lumban Gaol. 185100900111012. Evaluasi Proses Netralisasi
Air Asam Tambang Menggunakan Larutan Kapur Tohor di Water Monitoring Point
(WMP) 27 PT XYZ, Kalimantan Timur. Skripsi. Pembimbing : Dr.Ir. Alexander Tunggul
Sutan Haji, MT dan Prof. Dr.Ir. Bambang Suharto, MS
SUMMARY
East Kalimantan is one of the provinces that has the largest coal content in Indonesia.
As a result of this, East Kalimantan has become a target for entrepreneurs to open a coal
mining industry. One of the largest coal companies in East Kalimantan is PT.XYZ . The
company is recorded to have a total production of 33.5 million tons of coal in 2019. The large
number of mining companies in East Kalimantan province makes the area inseparable from a
significant environmental impact. One of the environmental problems that have the potential
to occur as a result of coal mining activities is water pollution. This is because coal mining
activities have the potential to produce acid mine drainage. Acid mine water is acidic water
produced through mining activities. Acid mine water sources come from open pit mining
activities, waste rock management, rock stockpiling, and mining waste treatment or tailings.
Based on this, it is necessary to take preventive measures or to manage acid mine water
before it is channeled to the receiving water body so that it is in accordance with the quality
standard, namely the Decree of the Minister of the Environment No. 113 of 2003 concerning
"Quality Standards for Wastewater from Coal Mining Activities"
PT. XYZ is the object of this research. The research was motivated by the discrepancy
between the actual conditions and environmental quality standards. This study was conducted
with the aim of evaluating the process of neutralization of acid mine drainage at WMP 27 which
includes evaluation of water quality at the inlet and outlet, the optimum dose of lime used, and
evaluation of the flow of lime to the discharge of the inlet This research was conducted using
a quantitative descriptive approach supported by several stages of activities including
literature studies, surveys, sampling, sample testing, primary and secondary data collection,
mathematical calculations, and data processing and analysis as a reference in making
conclusions and recommendations. The hope of this research activity can provide information
to the company to be able to consider the results of this research so that it can be used as
evaluation material for future improvements.
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN .......................................................................................................................... iv
vi
3.3 Alat dan Bahan ............................................................................................................... 19
3.4 Metode Penelitian ........................................................................................................... 19
3.4.1 Survei ............................................................................................................. 19
3.4.2 Grab Sampling ............................................................................................... 19
3.4.3 Uji Laboratorium ............................................................................................. 20
3.4.4 Pengumpulan Data ........................................................................................ 20
3.4.5 Perhitungan Matematis .................................................................................. 20
3.5 Kondisi Umum ............................................................................................................... 22
3.6 Permasalahan Yang Terjadi Pada WMP 27 LT ............................................................. 24
3.7 Diagram Alir Penelitian .................................................................................................. 25
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
BAB I PENDAHULUAN
1
dapat menggunakan rawa alami sebagai medianya. Beberapa teknologi pengolahan tersebut
dilakukan untuk menetralkan pH air asam tambang.
Salah satu unit yang digunakan dalam pengolahan air asam tambang adalah kolam
pengendapan (settling pond). Secara umum, unit ini merupakan kolam yang digunakan untuk
penampungan air asam tambang yang kemudian terjadi proses pengendapan untuk
mengendapkan partikel sehingga dapat menurunkan kandungan Total Suspended Solid
(TSS). Selain proses pengendapan, pada settling pond juga dapat dilakukan proses
netralisasi untuk menurunkan pH dari air asam tersebut. Perancangan kolam pengendapan
harus dilakukan secara baik sehingga dapat digunakan untuk menampung air. Debit serta
volume harus diperhitungkan dengan baik agar tidak jadi peluapan pada kolam tersebut
sebagai akibat dari over kapasitas. Dalam melakukan proses netralisasi air asam tambang PT
XYZ menggunakan metode lime injection. Metode ini menggunakan larutan kapur untuk
menetralkan air asam tambang. Proses pembuatan larutan dilakukan pada bak yang berisi
kapur tohor (CaO) yang kemudian dilarutkan menggunakan air asam tambang yang dipompa
dari sediment pond menuju bak lime injection. Dalam aplikasi di lapangan, belum terdapat
perhitungan untuk menentukan seberapa banyak kapur yang digunakan untuk proses
netralisasi air asam tambang. Oleh karena itu, pada penelitian dilakukan evaluasi untuk
megamati kesesuaian penggunaan kapur dalam proses netralisasi air asam tambang pada
WMP 27 PT XYZ.
2
3. Mengetahui efektifitas perbaikan yang telah dilakukan dalam meningkatkan performa
WMP 27 LT
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 2.1 Peta Sebaran Industri Pertambangan di Kalimantan Timur
Sumber : Siburian (2012)
5
Material Removal
Coal Mining
Coal Processing
Coal Hauling
6
Tahap pertama dalam proses pembentukan air asam tambang ialah pada proses
pelapukan batuan yang mengandung pirit dan disertai dengan oksidasi. Akibat dari
reaksi tersebut maka sulfur dioksida akan berubah menjadi sulfat sedangkan Fe (II)
akan dilepaskan ke udara. Berikut merupakan rekasi yang terjadi pada tahap ke-1
proses pembentukan air asam tambang ;
2. Tahap Ke-2
Pada tahapan kedua pembentukan air asam tambang terdapat reaksi dimana Fe(II)
akan berubah menjadi Fe(III). Pada tahapan ini terjadi pada kondisi pH < 5 sehingga
prosesnya cenderung lambat. Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada tahap
ke-2 pembentukan air asam tambang ;
3. Tahap Ke-3
Pada tahapan ketiga terjadi rekasi hidrolisa. Reaksi tersebut terjadi pada Fe (Besi).
Tujuan dari rekasi ini adalah untuk memisahkan molekul air. Berikut merupakan
reaksi yang terjadi pada tahapan ke-3 proses pembentukan air asam tambang ;
4. Tahap Ke-4
Pada tahapan keempat terjadi oksidasi yang merupakan rekasi lanjutan dari pirit.
Pada reaksi ini berlangsung sangat cepat dan akan berhenti pada saat pirit habis.
Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada tahap ke-4 proses pembentukan air
asam tambang;
7
dapat terjadi akibat terbukanya lapisan batuan yang menyebabkan lapisan penutup terbuka.
Dampak dari kegiatan tersebut ialah unsur sulfur yang terdapat pada batuan akan mengalami
oksidasi yang apabila bereaksi dengan air dan udara akan memicu terbentuknya air asam
tambang. Sumber air asam tambang selanjutnya adalah pada kegiatan pengelolaan batuan
buangan. Hal tersebut terjadi akibat batuan buangan akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya kegiatan pertambangan. Timbunan batuan tersebut akan memicu
pembentukan sulfur oksida yang apabila dialiri air akan menghasilkan air asam tambang.
Sumber air asam tambang yang ketiga adalah pada proses penimbunan batuan. Pada
penimbunan batuan akan bereaksi dengan udara yang apabila dialiri air akan terjadi pelarutan
sehingga menghasilkan air asam. Yang keempat adalah pada proses pengolahan limbah
batubara atau Tailling. Pada proses tersebut memicu pembentukan air asam tambang akibat
adanya unsur sulfur. Namun pada proses memiliki potensi yang cukup kecil diakibatkan kadar
pH pada tailing pond biasanya sudah cukup tinggi akibat diberikan kapur.
8
2.4 Klasifikasi Jenis Air Asam Tambang
Menurut Said (2014), kualitas air asam tambang sangat dipengaruhi oleh kandungan
sulfida dan material karbonat yang ada didalam batuan. Secara umum, karakteristik batuan
yang memiliki kandungan sulfida yang tinggi serta kandungan alkali yang rendah maka akan
menghasilkan air asam. Oleh karena itu, berdasarkan tipenya air asam tambang dapat
dibedakan menjadi 5 jenis yaitu :
a. Air Asam Tambang Golongan 1
Air asam tambang jenis ini memiliki karakteristik yaitu tidak memiliki alkalinitas yang
menyebabkan pH nya < 4,5 serta mengandung logam seperti Fe, Mn, Al dan logam
lainnya. Selain itu, air asam tambang jenis ini memiliki H+ serta O2 yang relatif tinggi.
b. Air Asam Tambang Golongan 2
Karakteristik dari air asam tambang jenis ini yaitu memiliki Total Suspended Solid
(TSS) yang tinggi. Hal tersebut ditandai dengan kandungan besi ferro dan Mn yang
tinggi. Air asam jenis ini juga memiliki kandungan oksigen yang rendah serta nilai pH
yaitu <6.
c. Air Asam Tambang Golongan 3
Air asam tambang (AAT) jenis ini yaitu air tambang yang memiliki kandungan Total
Suspended Solid (TSS) dengan tingkatan sedang sampai tinggi. Umumnya
kandungan logam yang terkandung dalam air asam ini adalah besi ferro dan Mn serta
memiliki nilai alkalinitas yang kebih besar dari keasamaan. Istilah lain yang sering
digunakan untuk air asam jenis ini adalah air asam alkali (Alkaline Mine Drainage)
d. Air Asam Tambang Golongan 4
Air asam tambang jenis ini yaitu air asam tambang golongan 1 yang telah dilakukan
netralisasi. Proses tersebut dilakukan hingga air tersebut memiliki pH hingga > 6
namum masih mengandung kadar TSS yang tinggi. Oleh karena itu, air asam jenis ini
akan dilakukan pengendapan di dalam kolam dengan waktu tinggal yang cukup lama
sehingga padatan tersuspensi akan mengendap.
e. Air Asam Tambang Golongan 5
Air asam tambang jenis ini adalah air asam yang telah dilakukan netralisasi.
Karakteristik dari air asam ini memiliki nilai pH > 6 dan memiliki nilai TSS yang tinggi.
Secara umum, partikel tersuspensi yang masih terdapat dalam air jenis ini adalah
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Air tambang jenis ini tidak akan terbentuk bila pada
saat proses netralisasi mengalami kekurangan alkalinitas.
9
2.5 Baku Mutu Limbah Pertambangan Batubara
Menurut Nurfasiha et al. (2020), Air asam tambang atau Acid Mine Drainage (AMD)
memiliki karakteristik yang cukup berbahaya apabila tidak dilakukan pengelolaan. Oleh
karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah mencegah adanya kontak langsung antara
mineral oksida, oksigen dan air. Secara umum, pencegahan pembentukan air asam tambang
ini sangat sulit untuk dilakukan, namun salah satu langkah alternatif yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pengelohan terhadap air asam tersebut sehingga kualitasnya akan
jauh lebih baik ketikan akan dibuang menuju badan air. Oleh karena itu, dalam proses
pengolahan air asam tambang terdapat baku mutu lingkungan sebagaimana yang tertera
didalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang “Baku Mutu Air
Limbah Dari Kegiatan Pertambangan Batubara”. Secara detail dijelaskan pada Tabel 2.1
Berdasarkan Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara pada table tersebut,
terdapat 4 parameter yang digunakan yaitu pH, residu tersuspensi (TSS), besi (Fe), dan
Mangan (Mn). Berikut merupakan penjelasan secara detail mengenai 4 parameter tersebut :
• pH
pH atau derajat keasamaan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kualitas air. Selain itu, pH juga berpengaruh pada proses adsorbsi yang dapat
mempengatuh muatan situs aktif yang terdapat pada adsroben. Selain mempengaruhi
pada proses adsorbs, pH juga dapat mempengaruhi logam yang terdapat pada air.
Berdasarkan baku mutu air limbah pertambangan batubara, nilai pH yang
diperbolehkan berkisar antara 6-9.
• Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid merupakan banyaknya zat terlarut yang terkandung dalam air
yang berupa zat organik atau zat anorganik. Kandungan padatan tersuspensi akan
memiliki dampak yang buruk bagi perairan apabila melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan. Berdasarkan baku mutu air limbah pertambangan batubara, batas
maksimum nilai TSS yang diperbolehkan yaitu 400 mg/L.
10
• Besi (Fe)
Besi merupakan suatu logam yang memiliki simbol Fe dan memiliki karakteristik
berwarna putih keperakan . Besi merupakan logam golongan VIII berdasarkan struktur
atomnya. Jika air yang memiliki kandungan besi tinggi akan mengalami perubahan
warna menjadi keruh serta memiliki bau akibat bersentuhan dengan udara.
Berdasarkan baku mutu air limbah pertambangan batubara, batas maksimum
kandungan besi (Fe) yang diperbolehkan yaitu 7 mg/L
• Mangan (Mn)
Mangan adalah logam yang memiliki warna putih keperakan yang berdasarkan
strukturnya memiliki golongan VIIB. Kandungan Mn pada perairan dipengaruhi oleh
nilai pH air tersebut. Berdasarkan baku mutu air limbah pertambangan batubara, batas
maksimul kandungan Mangan (Mn) yaitu sebesar 4 mg/L.
11
aliran, kolam pengendapan (settling pond), dan titik pemantauan. Berikut merupakan
beberapa bahan kimia yang umum digunakan dalam pengolahan air asam tambang ;
1. Batu Kapur
Batu kapur telah digunakan sejak lama dalam pengolahan air asam tambang.
Batu kapur sering digunakan akibat biaya yang dibutuhkan realtif rendah jika
dibandingkan dengan bahan kimia yang lainnya. Namun penggunaan kapur
dinilai memiliki efisiensi yang relatif rendah dalam penetralan asam.
2. Kapur Terhidrasi
Kapur Terhidrasi juga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam
pengolahan air asam tambang. Berbeda dengan batu kapur, kapur jenis ini
memiliki wujud seperti bubuk dan bersifat hidrofobik. Secara biaya, kapur jenis
ini sangat berguna hemat biaya dalam pengolahan air asam dalam jumlah yang
besar.
3. Kapur Kerikil
Kapur kerikil (CaO) merupakan media yang biasa digunakan dalam penetralan
asam. Kapur jenis biasa digunakan bersamaan dengan kincir air. Kapur ini
menjadi salah satu alternatif dikarenakan sangat reaktif terhadap air dengan
keasamaan tinggi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa penggunaan kapur kerikil
menghemat baiaya sebesar 75 % dibandingkan dengan NaOH
4. Soda Ash
Soda Ash merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk menetralkan
asam dengan kondisi aliran air yang rendah serta tingkat keasamaan dan
kandungan logam yang rendah.
5. Soda Kaustik
Soda kaustik atau yang biasa disebut dengan soda api (NaOH) merupakan
bahan kimia yang digunakan untuk menetralkan pada kondisi tidak terdapat listrik
dan aliran yang rendah. Soda kaustik digunakan dengan cara meneteskannya
pada air asam tambang yang kemudian akan menyebar dengan cepat serta
dapat meningkatkan pH secara cepat.
6. Amonia
Amonia (NH3) merupakan senyawa kimia yang sangat berbahaya. Amonia
sangat cepat larut dalam air. Sifat amonia yang merupakan basa kuat dan sangat
reaktif mampu menetralkan asam dengan cepat.
12
2.6.2 Passive Treatment
Pengolahan air asam tambang secara pasif merupakan alternatif yang dapat
digunakan dalam pengolahan air asam tambang. Metode ini tidak memerlukan
penggunaan bahan kimia secara terus-menerus melainkan menggunakan proses
biologis serta kimiawi secara alami dalam mendegredasi kontaminan. Jenis media
dalam pengolahan pasif meliputi lahan basah alami, lahan basah buatan, saluran batu
kapur anoksik (ALD), sistem penghasil alkalinitas berlanjut (SAPS), dan saluran batu
kapur terbuka (OLC). Berikut merupakan penjelasan secara detail metode pengolahan
secara pasif :
13
meningkatkan pH air serta meningkatkan pengendapan logam. Berikut merupakan
aplikasi sistem pengolahan dengan rawa anerobik aliran horizontal yang dijelaskan
pada Gambar 2.4
14
4. Sistem Aliran Vertikal (Vertical Flow System)
Sistem ini merupakan gabungan dari saluran anerobik dan saluran batu kapur anoksik.
Berdasarkan prinsip kerjanya, sistem ini sama dengan rawa anaerobik namun terdapat
penambahan saluran lapisan pada batu kapur yang betujuan agar air asam tambang
dapat bersentuhan dengan material organik dan batu kapur untuk menetralkan asam.
Pada sistem ini terdapat aktivitas bakteri aerobik untuk membentuk oksigen terlarut yang
betujuan untuk mendegradasi bahan organik. Berikut merupakan desain dari sistem
aliran vertikal yang dijelaskan pada Gambar 2.6
15
6. Sumur Pembagi
Sumur pembagi merupakan metode yang dapat digunakan dalam pengolahan pasif air
asam tambang. Prinsip kerja dari metode ini adalah air dialirkan melalui pipa kemudian
masuk ke dalam sumur yang berisi batu kapur. Aliran air pada metode ini merupakan aliran
ke atas dan memiliki aliran yang cepat sehingga dapat bereaksi dengan batu kapur untuk
meningkatkan alkalinitas.
2.7 Netralisasi
Menurut Faisal (2013), netralisasi air asam tambang merupakan suatu reaksi penetralan
yang melibatkan larutan basa dengan larutan asam yang bertujuan membentuk garam dan
air. Proses netralisasi dilakukan untuk memenuhi regulasi lingkungan yaitu Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 113 Tahun 2013 bahwa air yang diperbolehkan untuk dibuang ke badan
perairan yaitu harus dengan pH 6-9. Oleh karena itu, dilakukanlah proses netralisasi
menggunakan larutan kapur (Ca(OH)2. Proses netralisasi air asam tambang dengan
menggunakan larutan kapur dapat dijelaskan berdasarkan reaksi berikut :
16
2.10 Diagram Fishbone
Menurut Susendi (2021), fishbone diagram adalah suatu metode penyelesaian dengan
menentukan terlebih dahulu akar permalasahan. Metode ini menggunakan pendekatan 4M
dan 1E (Man – Methods – Machine – Materials – Environment). Salah satu kelebihan dari
diagram fishbone adalah dapat memberikan kerangka secara teoritis untuk
merepresentasikan akar/penyebab dari suatu permasalahan. Namun, kekuragan dari metode
ini adalah tidak dapat memberikan korelasi dari berbagai aspek 4M dan 1E. Selain itu,
penyajian data dari diagram fishbone hanya bersifat kualtatif. Berdasarkan bentuknya,
Diagram fishbone berbentuk seperti kerangka ikan untuk mengidentifikasi sebab dan akibat
dari suatu kondisi. Berikut merupakan skenario dari diagram fishbone seperti yang dijelaskan
pada Gambar 2.8.
17
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Berdasrkan definisinya, penelitian merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan yang
bertujuan untuk mendapatkan suatu informasi secara teliti dan kritis yang pada akhirnya
menghasilkan sebuat fakta dengan menggunakan suatu metode. Penelitan dilatar belakangi
oleh sebuah keingintahuan terhadap sebuah masalah yang membutuhkan suatu jawaban.
Penelitian dilakukan berfokuskan pada sebuah pertanyaan yang menjadi keraguan dari
seorang peneliti. Berdasarkan sifatnya, penelitian terbagi menjadi beberapa jenis yaitu
kuantitafif, kualitatif, dan evaluatif.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang bersifat evaluasi. Menurut Kantun
(2017), penelitian secara evaluatif merupakan sebuah jenis penelitian yang bertujuan untuk
melakukan evaluasi terhadap suatu sistem dalam menentukan tingkat keberhasilan dan
kesesuaian dari sebuah sistem yang ada. Kesesuai yang dimaksud dalam penelitian evaluatif
adalah terkait manfaat, kegunaan, serta kelayakan dari sebuah sistem. Secara umum,
tahapan penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data, serta mengkaji secara objektif
untuk menghasilkan kesimpulan dari sebuah penelitian.
18
3.3 Alat dan Bahan
Selama proses penelitian, penulis menggunakan beberapa alat untuk mendukung proses
penelitian. Alat-alat tersebut digunakan untuk mengumpulkan serta mengolah data yang
didapatkan. Berikut merupakan alat-alat yang digunakan penulis dalam penelitian yang
tercantum pada Tabel 3.1
19
3.4.3 Uji Laboratorium
Pada penelitian ini, dilakukan beberapa pengujian sampel di laboratorium untuk
mengetahui karakteristik air pada inlet dan outlet dari kolam pengendapan PT.XYZ.
Parameter pengujian yang digunakan yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang “Baku Mutu Air Limbah Dari Kegiatan Pertambangan
Batubara” yaitu pH, Residu Tersuspensi, Besi (Fe), dan Mangan (Mn). Berikut merupakan
parameter serta metode analisa yang digunakan seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.2
pH SNI 06-6989.11-2004
Mn SNI 6989.5:2009
Fe SNI 6989.4:2009
20
b. Perhitungan Debit Inlet
Salah satu tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menghitung debit pada
inlet WMP. Dalam mengukur debit aliran terlebih dahulu mengataui nilai kecepatan
aliran (v) dan luas permukaan penampang (A). Selain pengukuran, dilakukan juga
perhitungan debit inlet menggunakan formula hidrolika ambang lebar berdasarkan SNI
8137 : 2015 berikut ini :
$ %⁄$
Q = .%/ 0𝑔 . b. C. ℎ1%⁄$ …………………………………………………………......(3.1)
Keterangan :
Q = Debit Aliran (m3/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
b = lebar ambang tegak lurus arah aliran (m)
C = koefisien pengaliran debit
h1 = tinggi tekan hidraulik (m)
Nilai C pada formula hidraulik didapatkan dengan cara menentukan nilai h/p dan h/L
yang kemudian menentukan nilai C berdasarkan tabel dibawah ini.
21
mengetahui desain aktual yang kemudian di akumulasikan menggunakan rumus
sebagai berikut :
V = P x L x T ………………………………………………………………………………(3.2)
Keterangan :
V = Volume Air (m3)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m)
T = Tinggi Bak (m)
T = V/Q ……………………………………………………………………………………(3.3)
Keterangan :
T = Waktu habis bak lime injection (detik)
V = Volume bak (m3)
Q = Debit larutan kapur (m3/s)
Q = V/t …………………………………………………………………………………….(3.4)
22
Secara umum, kondisi Water Monitoring Point (WMP) 27 LT PT. XYZ memiliki catchment area
seluas 749,525 Ha. Selain itu, inftastruktur yang ada di WMP 27 meliputi sediment pond,
saluran inlet , settling pond, saluran outlet, dan titik penaatan. Berikut merupakan ilustrasi
yang ada di WMP 27 berdasarkan gambar berikut ini :
23
Gambar 3.4 Skema Aliran WMP 27 LT PT XYZ
Secara umum, skema aliran dalam yang ada di Water Monitoring Point (WMP) untuk
proses netralisasi air asam tambang memiliki infrastuktur pendukung. Air yang berasal dari
catchment area ditampung pada sediment pond. Setelah melewati sediment pond, air masuk
ke saluran inlet WMP. Pada tahapan ini dilakukan proses netralisasi dengan kapur tohor aktif.
Setelah melewati inlet, air kemudian masuk menuju settling pond 1 hingga settling pond 3.
Pada tahapan ini terjadi proses sedimentasi air terhadap kapur. Setelah melewati settling
pond, air masuk ke saluran terakhir yaitu saluran outlet sebelum menuju badan air penerima.
24
3.7 Diagram Alir Penelitian
Penelitian Dimulai
Studi Literatur
Observasi Lapang
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisis Data
Selesai
25
DAFTAR PUSTAKA
Alfinsyah F, Mukiat, dan Suwardi FR. 2015. Rencana Saluran Terbuka Tambang Batubara
Pada Blok Timur PT. Konsorsium Indomineratama Waspadakarsa Lahat Sumatera
Selatan. Jurnal Ilmu Teknik Sriwijaya. Vol 1 , No. 1
Alviansyah N. 2019. Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT. ANTAM
Tbk UBP Bauksit, Tayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Skripsi.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Arindry APP, Syahrudin, dan Herlambang Y. 2020. Evaluasi Kapasitas Kolam Pengendapan
Unit Pencucian Bauksit Pada Washing Plant Cabing KM 23 PT. Dinamika Sejahtera
Mandiri Site Teraju Kabupaten
Australian Government. 2017. Managing Acids and Metalliferous Drainage. Leading Practice
Sustainable Development Program for The Mining Industry.
Hanis RN dan Rauf A. 2018. Rancangan Teknis Kolam Pengendapan Pada Unit Pencucian
Bauksit “Bukit 15” PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. Kecamatan Tayan Hilir.
Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XIII Tahun 2018
(ReTII).
Husaini, Stefanus S, Cahyono, Suganal, dan Hidayat KN. 2018. Perbandingan Koagulan Hasil
Percobaan Dengan Koagulan Komersial Menggunakan Metode Jartest. Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara. Vol 14, No. 1
Luthfia A, Abfertiawan MS, Nuraprianisandi S, Pranoto K, Samban PR, Elistyandari A. 2020.
Penggunaan Life Cycle Assessment dalam Penilaian Resiko Dampak Lingkungan dan
Pemilihan Alternatif Teknologi di Pertambangan Batubara di Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Lingkungan Ke-II.
Michelle G. 2013. Manajemen dan Pengembangan Operasional Tambang Batubara Pada PT.
Tri Eka Bersama. Jurnal AGORA Vol. 1, No. 1
Nurfasiha, Kusuma GJ. 2020. Simulasi Pengolahan Air Asam Tambang Menggunakan Open
Limestone Channel Skala Laboratorium. Jurnal Geomine Vol. 8, No. 1
Oktafia N. 2016. Pola Penyebaran Potensi Keterbentukan Air Asam Tambang pada Tambang
Batubara di Blok Loajanan Samarinda Kalimantan Timur. Skripsi. Bandung :
Universitas Islam Bandung.
Said, N. I., 2014. Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “Alternative Pemilihan
Teknologi”. Jurnal JAI Vol.7 No. 2, 2014
Setianingrum N dan Yulianti R. 2020. Evaluasi Kolam Pengendapan Lumpur (SP 10)
Terhadap Debit Air Pompa Yang Masuk (Studi Kasus: PT Trisensa Mineral Utama,
Tani Aman, Kalimantan Timur
26
Sianturi PR, Yusuf M, dan Iskandar H. 2019. Kajian Teknik Sistem Pengelolaan Air Pada
Kolam Pengendapan di Settling Pond North 3 Untuk Memenuhi Standar Peraturan
Gubernur Kalsel Nomor 36 Tahun 2008. Jurnal Pertambangan Vol. 3 No.1
Siburian R. 2012. Pertambangan Batubara : Antara Mendulang Rupiah dan Menebar Potensi
Konflik. Jurnal Masyarakat Indonesia. Vol. 38, No. 1
Susendi N, Adrian, Iyan S. 2021. Kajian Metode Root Clause Analysis yang Digunakan dalam
Manajemen Risiko di Industri Farmasi. Jurnal Majalah Famasetika. Vol. 6, No. 4
Utamakno L, Budiarto, dan Tinungki SRP. 2020. Rancangan Pemodelan Settling Pond Pada
Daerah Imkasu di PT. GAG Nikel, Pulau GAG, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat
Wahyudin I, Widodo S, Nurwaskito A. 2018. Analisis Penanganan Air Asam Tambang
Batubara. Jurnal Geomine. Vol. 6, No. 2
27