Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL TUGAS AKHIR

EVALUASI PROSES NETRALISASI AIR ASAM TAMBANG BATUBARA


MENGGUNAKAN LARUTAN KAPUR TOHOR di WATER MONITORING POINT (WMP) 27
PT XYZ, KALIMANTAN TIMUR

SKRIPSI

Oleh
DAVID MANUEL ANGGASANA LUMBAN GAOL
185100900111012

Ditujukan untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Sarjana Teknik

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Evaluasi Proses Netralisasi Air Asam Tambang


Menggunakan Larutan Kapur Tohor di Water
Monitoring Point (WMP) 27 PT. XYZ, Kalimantan
Timur
Nama : David Manuel Anggasana Lumban Gaol
NIM : 185100900111012
Program Studi : Teknik Lingkungan
Jurusan : Keteknikan Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian

Menyetujui,

Pembimbing Pertama, Pembimbing Kedua,

Dr.Ir. Alexander Tunggul Sutan Haji, MT Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS
NIP. 196208141987011001 NIP. 19530709 198002 1 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan kebaikan-Nya penulis dapat
menyelesaikan proposal tugas akhir yang mempunyai judul “Evaluasi Proses Netralisasi Air
Asam Tambang Batubara Menggunakan Larutan Kapur Tohor di Water Monitoring Point
(WMP) 27 PT XYZ, Kalimantan Timur. Tugas Akhir ini adalah suatu kewajiban yang harus
dipenuhi dalam rangka menyelesaikan studi program strata 1 (S-1) Teknik Lingkungan,
Universitas Brawijaya. Selain itu, tujuan yang ingin dicapai penulis dalam melaksakan
kegiatan Tugas Akhir ini adalah menambah pengetahuan tentang dunia pekerjaan yang
berbasis Teknik Lingkungan serta memberikan rekomendasi kepada perusahaan
berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan. Selama proses pembuatan proposal ini,
penulis banyak mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
memberikan ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan Kesehatan serta semangat kepada penulis
dalam Menyusun proposal tugas akhir ini
2. Orang tua penulis yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam Menyusun
proposal tugas akhir ini
3. Dr. Ir. Alexander Tunggul Sutan Haji, MT , selaku dosen pembimbing utama penulis
yang telah membimbing serta memberikan arahan dan masukan kepada penulis
selama menyusun proposal tugas akhir ini
4. Prof. Dr. Ir. Bambang Suharto, MS, selaku dosen pembimbing kedua penulis yang
telah memberikan arahan kepada penulis selama menyusun proposal tugas akhir ini
5. Fajri Anugroho, STP, M.Agr., Ph.D, selaku ketua program studi Teknik Lingkungan
Universitas Brawijaya
6. Teman-teman penulis yang telah berkenan berbagi informasi dalam penyusunan
proposal tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa proposal tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih terdapat kekurangan dalam penyusunan proposal tugas akhir ini. Penulis
mengharapkan adanya masukan kepada penulis sehingga dapat lebih baik di kesempatan
selanjutnya. Oleh karena itu, penulis berharap agar proposal tugas akhir ini dapat diterima
serta bermanfaat dan menjadi sumber ilmu bagi penulis dan banyak pihak.

Bontang, November 2021

David Manuel Anggasana Lumban Gaol

iii
David Manuel Anggasana Lumban Gaol. 185100900111012. Evaluasi Proses Netralisasi
Air Asam Tambang Menggunakan Larutan Kapur Tohor di Water Monitoring Point
(WMP) 27 PT XYZ, Kalimantan Timur. Skripsi. Pembimbing : Dr.Ir. Alexander Tunggul
Sutan Haji, MT dan Prof. Dr.Ir. Bambang Suharto, MS

RINGKASAN

Kalimantan Timur merupakah salah satu provinsi yang memiliki kandungan batubara
terbesar di Indonesia. Akibat dari hal tersebut, Kalimantan Timur menjadi sasaran pengusaha
untuk membuka industri pertambangan batubara. Salah satu perusahaan batubara terbesar
yang ada di Kalimantan Timur adalah PT. XYZ. Perusahaan tersebut tercatat memiliki jumlah
produksi sebesar 33,5 juta ton batubara pada tahun 2019. Banyaknya jumlah perusahaan
tambang di provinsi Kalimantan Timur menjadikan daerah tersebut tidak terlepas dari dampak
lingkungan yang cukup signifikan. Salah satu permasalahan lingkungan yang berpotensi
terjadi akibat dari kegiatan pertambagan batubara adalah pencemaran air. Hal itu dikarenakan
kegiatan pertambangan batubara berpotensi menghasilkan air asam tambang. Air asam
tambang merupakan air yang bersifat asam yang dihasilkan melalui kegiatan pertambangan.
Sumber air asam tambang berasal dari kegiatan tambang terbuka, pengelolaan batuan
buangan, penimbunan batuan, dan pengolahan limbah tambang atau Tailling. Berdasarkan
hal tersebut, perlu adanya Tindakan pencegahan ataupun pengelolaan air asam tambang
sebelum di alirkan menuju badan air penerima agar sesuai dengan baku mutu yaitu
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang “Baku Mutu Air Limbah
Dari Kegiatan Pertambangan Batubara”
PT. XYZ merupakan objek pada penelitian ini. Penelitian dilatarbelakangi oleh adanya
ketidaksesuaian antara kondisi aktual terhadap baku mutu lingkungan. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk melakukan evaluasi proses netralisasi air asam tambang pada WMP 27
yang meliputi evaluasi kualitas air pada inlet dan outlet, dosis optimum kapur yang digunakan,
dan evaluasi debit aliran kapur terhadap debit inlet, Peneltian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan didukung dengan beberapa tahapan
kegiatan yang meliputi studi literatur, survei, pengambilan sampel, pengujian sampel,
pengumpulan data primer dan sekunder, perhitungan matematis, serta pengolahan dan
analisa data sebagai acuan dalam pengambilan kesimpulan dan rekomendasi. Harapan dari
kegiatan penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pihak perusahaan untuk dapat
mempertimbangkan hasil penelitian ini agar dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk
perbaikan kedepannya.

iv
David Manuel Anggasana Lumban Gaol. 185100900111012. Evaluasi Proses Netralisasi
Air Asam Tambang Menggunakan Larutan Kapur Tohor di Water Monitoring Point
(WMP) 27 PT XYZ, Kalimantan Timur. Skripsi. Pembimbing : Dr.Ir. Alexander Tunggul
Sutan Haji, MT dan Prof. Dr.Ir. Bambang Suharto, MS

SUMMARY
East Kalimantan is one of the provinces that has the largest coal content in Indonesia.
As a result of this, East Kalimantan has become a target for entrepreneurs to open a coal
mining industry. One of the largest coal companies in East Kalimantan is PT.XYZ . The
company is recorded to have a total production of 33.5 million tons of coal in 2019. The large
number of mining companies in East Kalimantan province makes the area inseparable from a
significant environmental impact. One of the environmental problems that have the potential
to occur as a result of coal mining activities is water pollution. This is because coal mining
activities have the potential to produce acid mine drainage. Acid mine water is acidic water
produced through mining activities. Acid mine water sources come from open pit mining
activities, waste rock management, rock stockpiling, and mining waste treatment or tailings.
Based on this, it is necessary to take preventive measures or to manage acid mine water
before it is channeled to the receiving water body so that it is in accordance with the quality
standard, namely the Decree of the Minister of the Environment No. 113 of 2003 concerning
"Quality Standards for Wastewater from Coal Mining Activities"
PT. XYZ is the object of this research. The research was motivated by the discrepancy
between the actual conditions and environmental quality standards. This study was conducted
with the aim of evaluating the process of neutralization of acid mine drainage at WMP 27 which
includes evaluation of water quality at the inlet and outlet, the optimum dose of lime used, and
evaluation of the flow of lime to the discharge of the inlet This research was conducted using
a quantitative descriptive approach supported by several stages of activities including
literature studies, surveys, sampling, sample testing, primary and secondary data collection,
mathematical calculations, and data processing and analysis as a reference in making
conclusions and recommendations. The hope of this research activity can provide information
to the company to be able to consider the results of this research so that it can be used as
evaluation material for future improvements.

v
DAFTAR ISI

PROPOSAL TUGAS AKHIR .................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. iii

RINGKASAN .......................................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .................................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang................................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 3
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 4


2.1 Tambang Batubara ............................................................................................................ 4
2.1.1 Sejarah Pertambangan Batubara di Indonesia ....................................................... 4
2.1.2 Tahapan Produksi Batubara ................................................................................... 5
2.2 Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage) ......................................................................... 6
2.2.1 Pembentukan Air Asam Tambang .......................................................................... 6
2.2.2 Sumber Air Asam Tambang.................................................................................... 7
2.3 Karakteristik Air Asam Tambang ....................................................................................... 8
2.4 Klasifikasi Jenis Air Asam Tambang .................................................................................. 9
2.5 Baku Mutu Limbah Pertambangan Batubara................................................................... 10
2.6 Pengolahan Air Asam Tambang ...................................................................................... 11
2.6.1 Active Treament .................................................................................................... 11
2.6.2 Passive Treatment ................................................................................................ 13
2.7 Netralisasi ........................................................................................................................ 16
2.8 Uji Jartest ......................................................................................................................... 16
2.9 Saluran Terbuka .............................................................................................................. 16

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 18


3.1 Umum ............................................................................................................................. 18
3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.................................................................................... 18

vi
3.3 Alat dan Bahan ............................................................................................................... 19
3.4 Metode Penelitian ........................................................................................................... 19
3.4.1 Survei ............................................................................................................. 19
3.4.2 Grab Sampling ............................................................................................... 19
3.4.3 Uji Laboratorium ............................................................................................. 20
3.4.4 Pengumpulan Data ........................................................................................ 20
3.4.5 Perhitungan Matematis .................................................................................. 20
3.5 Kondisi Umum ............................................................................................................... 22
3.6 Permasalahan Yang Terjadi Pada WMP 27 LT ............................................................. 24
3.7 Diagram Alir Penelitian .................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

vii
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara................................... 10
Tabel 3.1 Alat beserta Fungs…………………………………………………………...………...19
Tabel 3.2 Parameter dan Metode Uji Laboratorium ............................................................. 20
Tabel 3.3 Nilai Koefisien C ................................................................................................... 21

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


Gambar 2.1 Peta Sebaran Industri Pertambangan di Kalimantan Timur .............................. 5
Gambar 2.2 Diagram Alir Proses Produksi Batubara............................................................ 6
Gambar 2 3. Rawa Aerobik .................................................................................................. 13
Gambar 2.4 Rawa Anaerobik Aliran Horizontal .................................................................. 14
Gambar 2.5 Saluran Batu Kapur Anoksik (ALD) ................................................................. 14
Gambar 2.6 Sistem Aliran Vertikal (Vertical Flow System) ................................................. 15
Gambar 2.7 Saluran Batu Kapur Terbuka (Open Limestone Channel) .............................. 15
Gambar 2.8 Fishbone Diagram ........................................................................................... 17
Gambar 3.1 Lokasi PT XYZ……………………………………………………………………. ..18
Gambar 3.2 Catchment Area WMP 27 LT PT. XYZ............................................................ 23
Gambar 3.3 Foto Udara WMP 27 LT PT XYZ..................................................................... 23
Gambar 3.4 Skema Aliran WMP 27 LT PT XYZ ................................................................. 24

ix
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalimantan Timur merupakan provinsi yang berlimpah akan sumber daya alam. Salah
satu sumber daya alam yang banyak untuk dilakukan eksploitasi adalah batubara. Itulah
sebabnya di Provinsi Kalimantan Timur terdapat banyak sekali industri pertambangan
khususnya batubara. PT XYZ merupakan salah satu industri pertambangan batubara yang
terbesar di Kalimantan Timur. Perusahaan tersebut menjadi subjek dalam penelitian ini. Hal
tersebut didasari dengan pertambangan batubara memliki dampak yang cukup signifikan
terhadap lingkungan. Salah satu objek yang memiliki dampak terhadap lingkungan adalah air
asam tambang. Oleh sebab itu, dalam penelitian kali ini perlu dilakukan sebuah kajian untuk
menentukan teknologi pengolahan air asam tambang berdasarkan karakteristik air asam
tambang yang dihasilkan
Air merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk menjalankan kehidupan. Namun
pada realitanya tidak semua manusia dapat menikmati air bersih. Hal tersebut diperburuk oleh
kualitas air yang semakin menurun. Kualitas air dapat menurun akibat adanya kegiatan-
kegiatan industri yang mengakibatkan kondisi perairan menjadi tercemar. Limbah yang
dihasilkan pada kegiatan industri dapat mencemari lingkungan apabila tidak dilakukan
pengolahan terlebih dahulu. Akibatnya, sumber air yang pada dasarnya digunakan oleh
manusia menjadi tidak dapat digunakan. Dengan tercemar air, maka akan memberikan
dampak pada seluruh mahluk hidup. Kondisi air yang buruk akan dapat menjadikan sumber
penyakit dan matinya biota air pada perairan. Oleh sebab itu, perlunya industrinya melakukan
pengolahan air limbah terlebih dahulu sebelum membuang air tersebut ke badan air.
Air asam tambang atau yang biasa disebut acid mine drainage merupakan air buangan
dari aktivitas pertambangan yang memiliki karakteristik asam. Sifat asam tersebut dapat
memberikan dampak yang signifikan terhadap lingkungan terutama pada menurunya kualitas
air disekitar pertambangan. Hal-hal yang dapat terjadi dari pengelohan air asam tambang
yang tidak baik adalah matinya mahluk hidup di dalam air serta rusaknya tumbuh-tumbuhan.
Oleh karena itu, perlu adanya sistem pengolahan air asam tambang yang baik agar sesusai
dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang “Baku Mutu Air
Limbah Dari Kegiatan Pertambangan Batubara” (Kepmen LH No. 113 Tahun 2003).
Sistem pengelolaan air asam tambang perlu direncanakan sebagai bentuk tindak lanjut
dari air asam tambang yang dihasilkan. Bentuk pengolahan air asam tambang dapat
dibedakan menjadi pengolahan secara aktif dan pasif. Bentuk pengolahan secara aktif dapat
dilakukan dengan cara netralisasi serta koagulasi sedangkan untuk pengolahan secara pasif

1
dapat menggunakan rawa alami sebagai medianya. Beberapa teknologi pengolahan tersebut
dilakukan untuk menetralkan pH air asam tambang.
Salah satu unit yang digunakan dalam pengolahan air asam tambang adalah kolam
pengendapan (settling pond). Secara umum, unit ini merupakan kolam yang digunakan untuk
penampungan air asam tambang yang kemudian terjadi proses pengendapan untuk
mengendapkan partikel sehingga dapat menurunkan kandungan Total Suspended Solid
(TSS). Selain proses pengendapan, pada settling pond juga dapat dilakukan proses
netralisasi untuk menurunkan pH dari air asam tersebut. Perancangan kolam pengendapan
harus dilakukan secara baik sehingga dapat digunakan untuk menampung air. Debit serta
volume harus diperhitungkan dengan baik agar tidak jadi peluapan pada kolam tersebut
sebagai akibat dari over kapasitas. Dalam melakukan proses netralisasi air asam tambang PT
XYZ menggunakan metode lime injection. Metode ini menggunakan larutan kapur untuk
menetralkan air asam tambang. Proses pembuatan larutan dilakukan pada bak yang berisi
kapur tohor (CaO) yang kemudian dilarutkan menggunakan air asam tambang yang dipompa
dari sediment pond menuju bak lime injection. Dalam aplikasi di lapangan, belum terdapat
perhitungan untuk menentukan seberapa banyak kapur yang digunakan untuk proses
netralisasi air asam tambang. Oleh karena itu, pada penelitian dilakukan evaluasi untuk
megamati kesesuaian penggunaan kapur dalam proses netralisasi air asam tambang pada
WMP 27 PT XYZ.

1.2 Perumusan Masalah


Adapaun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Apa saja permasalahan yang terjadi dalam pengolahan air asam tambang pada WMP
27 LT?
2. Bagaimana tindakan perbaikan yang optimal terhadap permasalahan yang ada pada
WMP 27 LT?
3. Bagaimana efektifitas perbaikan yang telah dilakukan dalam meningkatkan performa
WMP 27 LT?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini meliputi :
1. Mengidentifikasi masalah dalam pengolahan air asam tambang yang ada di WMP 27
LT
2. Menyusun dan melakukan uji coba rencana perbaikan yang optimal terhadap
permasalahan yang ada di WMP 27 LT

2
3. Mengetahui efektifitas perbaikan yang telah dilakukan dalam meningkatkan performa
WMP 27 LT

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi penulis, dapat memberikan wawasan kepada penulis tentang proses netralisasi
air asam tambang menggunakan larutan kapur tohor (CaO)
2. Bagi perusahaan, dapat memberikan informasi kondisi aktual proses netralisasi air
asam tambang menggunakan larutan kapur tohor (CaO)
3. Bagi masyarakat, dapat mendorong PT XYZ untuk melakukan pengolahan air asam
tambang sehingga tidak mencemari lingkungan sekitar

1.5 Batasan Masalah


1. Penelitian dilakukan di PT XYZ, Kalimantan Timur
2. Proses Evaluasi dilakukan mengacu pada Instruksi Kerja (IK)
3. Parameter air asam tambang yang digunakan yaitu pH, Fe, dan Mn
4. Sumber air asam yang diamati berasal dari inlet WMP 27 PT XYZ
5. Penelitian difokuskan pada pengolahan dengan metode aktif
6. Penelitian yang dilakukan berbasis evaluasi dengan membandingkan data
perhitungan dengan kondisi aktual

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tambang Batubara


Berdasarkan definisinya, batubara merupakan batuan yang mengandung karbon,
oksigen, hidrogen, serta unsur tambahan berupa nitrogen. Pertambangan batubara menjadi
salah satu komoditas yang paling diminati di seluruh dunia. Hal tersebut dikarenakan batubara
menjadi sumber energi yang banyak digunakan. Hal tersebut dibuktikan dengan kebutuhan
batubara yang semakin meningkat setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan energi dunia.
Batubara telah menjadi sumber energi yang paling banyak diminati sejak Revolusi Industri
pada abad ke- 18 dan 19 (Arif, 2014). Di Indonesia, batubara masih menjadi sumber enrgi
yang paling banyak digunakan. Hal tersebut dibuktikan berdasarkan data bahwa penggunaan
batubara di Indonesia masih 62 % dari pasokan energi nasional. Sebagian besar tambang
batubara di Indonesia masih didominasi oleh sistem tambang terbuka (Open Pit Mining) yang
disebabkan oleh sebagian besar batubara berada pada dataran rendah. Selain itu, sistem
pertambangan seperti itu dinilai lebih ekonomis dibandingkan dengan tambang bawah tanah
(Luthfia et al., 2020).
2.1.1 Sejarah Pertambangan Batubara di Indonesia
Menurut Siburian (2012), kegiatan pertambangan khususnya batubara sudah
dimulai sejak jaman kolonial Belanda tepatnya pada tahun 1888. Lokasi pertambangan
yang pertama kali berada di Batu Tanggal yang berada di Tepi Sungai Mahakam,
Kalimantan Timur. Tambang tersebut didirikan oleh perusahaan pertambangan Belanda
yaitu Oost- Borneo Maatchappij. Seiring berjalannya waktu, minat terhadap industri
batubara di Indonesia semakin meningkat. Indonesia mulai melakukan ekspansi
pertambangan batubara sejak adanya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang
Penanaman Modal Asing. Kemudian mulai lah terdapat perjanjian kontrak karya Generasi
1 dimana kegiatan pertambangan mulai dilakukan di daerah Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Timur. Pulau Kalimantan merupakan daerah yang memiliki potensi sumber
daya alam yang sangat melimpah. Berdasarkan data yang ada, jumlah sumber daya
batubara yang ada di Pulau Kalimantan sebanyak 51,9 miliar ton atau menyumbang
sebesar 49,6 % ketersediaan batubara di Indonesia. Provinsi Kalimantan Timur menjadi
provinsi yang memliki sumber daya batubara terbesar di Pulau Kalimantan. Berikut
merupakan peta sebaran pertambangan batubara di Provinsi Kalimantan Timur yang
dijelaskan pada Gambar 2.1

4
Gambar 2.1 Peta Sebaran Industri Pertambangan di Kalimantan Timur
Sumber : Siburian (2012)

2.1.2 Tahapan Produksi Batubara


Berdasarkan penelitian yang dilakukan Michelle (2013), dalam pelaksanaan
pertambangan batubara terdapat beberapa tahapan yan harus dilakukan. Tahapan tersebut
meliputi beberapa kegiatan berikut ini ;
1. Pembersihan tanah, bertujuan untuk membersihkan tanaman-tanaman pada tanah
untuk mempermudah proses pengerukan
2. Pengupasan lapisan penutup, bertujuan untuk mengangkut serta menimbun bachoe
dan shovel menuju tempat penimbunan yang telah disiapkan
3. Pengerukan batubara
4. Pengangkutan batubara dan menempatkannya pada stockpile
Dalam pertambangan batubara dengan sistem tambang terbuka memiliki proses produksi
yang sangat kompleks. Kegiatan tersebut meliputi pembersihan lahan (land clearing),
pengupasan tanah (top soil removal), penggalian batuan tertutup (overburden disposal),
reklamasi dan pengangkutan batubara (hauling). Setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan
pengolahan batubara, pengapalan batubara, dan penggunaan batubara sebagai energi
(Luthfia et al., 2020). Berikut merupakan diagram alir produksi batubara yang dijelaskan pada
Gambar 2.2

5
Material Removal

Coal Mining

Coal Processing

Coal Hauling

Gambar 2.2 Diagram Alir Proses Produksi Batubara


Sumber : Luthfia et al. (2020)

2.2 Air Asam Tambang (Acid Mine Drainage)


Air asam tambang atau yang biasa disebut dengan Acid Mine Drainage (AMD) merupakan
air limbah yang berasal dari kegiatan pertambangan. Proses terjadinya air asam tambang
disebabkan oleh terjadinya proses oksidasi antara mineral spirit (Fe2S) dan mineral sulfida
lainnya yang muncul ke permukaan tanah sebagai akibat dari proses pertambangan bahan
mineral di dalam tanah. Jenis mineral yang ditemukan didalam mineral sulfida air asam
tambang seperti Fe2S, CuS, NiS, PbS, CuS2. Selain itu, munculnya air asam tambang ini
ditandai dengan kualitas air yang cenderung memiliki pH yang rendah antara 1,5 – 4,0 yang
berarti memiliki karakteristik asam, kandungan sulfat yang tinggi, O2 relatif rendah serta
kandungan logam terlarut yang tinggi. Oleh karena itu, karakterisik yang dimiliki oleh air asam
tambang tersebut memiliki dampak terhadap lingkungan (Wahyudin et al., 2018).
2.2.1 Pembentukan Air Asam Tambang
Menurut Oktafia (2016), air asam tambang ditandai dengan kondisi air yang memiliki
pH 1,5 - 4,0. Hal tersebut terjadi akibat air menyentuh batuan yang memiliki kandungan
mineral sulfida yang tinggi. Sumber air tersebut berasal dari air hujan yang mengenai
batuan dalam proses pertambangan yang kemudian merubah kondisi air tersebut
menjadi asam. Berdasarkan tahapan pembentukannya, air asam tambang memliki 4
tahapan pembentukan yaitu :
1. Tahap Ke-1

6
Tahap pertama dalam proses pembentukan air asam tambang ialah pada proses
pelapukan batuan yang mengandung pirit dan disertai dengan oksidasi. Akibat dari
reaksi tersebut maka sulfur dioksida akan berubah menjadi sulfat sedangkan Fe (II)
akan dilepaskan ke udara. Berikut merupakan rekasi yang terjadi pada tahap ke-1
proses pembentukan air asam tambang ;

2 FeS2 + 15 O2 + 14 H2O 4 Fe (OH)3 + 8 H2SO4

2. Tahap Ke-2
Pada tahapan kedua pembentukan air asam tambang terdapat reaksi dimana Fe(II)
akan berubah menjadi Fe(III). Pada tahapan ini terjadi pada kondisi pH < 5 sehingga
prosesnya cenderung lambat. Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada tahap
ke-2 pembentukan air asam tambang ;

4 Fe2+ + O2 + 4 H+ 4 Fe3+ + 2 H2O

3. Tahap Ke-3
Pada tahapan ketiga terjadi rekasi hidrolisa. Reaksi tersebut terjadi pada Fe (Besi).
Tujuan dari rekasi ini adalah untuk memisahkan molekul air. Berikut merupakan
reaksi yang terjadi pada tahapan ke-3 proses pembentukan air asam tambang ;

4 Fe3+ + 12 H2O 4 Fe(OH)3 + 12 H+

4. Tahap Ke-4
Pada tahapan keempat terjadi oksidasi yang merupakan rekasi lanjutan dari pirit.
Pada reaksi ini berlangsung sangat cepat dan akan berhenti pada saat pirit habis.
Berikut merupakan reaksi yang terjadi pada tahap ke-4 proses pembentukan air
asam tambang;

FeS2 + 14 Fe3+ + 8 H2O 15 Fe2+ + 2 SO42- + 16 H+

2.2.2 Sumber Air Asam Tambang


Sumber air asam tambang berasal dari beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
pertambangan. Kegiatan tersebut meliputi tambang terbuka, pengelolaan batuan buangan,
penimbunan batuan, dan pengolahan limbah tambang atau Tailling. Yang pertama adalah
pada kegiatan pertambangan terbuka yang menjadi sumber air asam tambang. Hal tersebut

7
dapat terjadi akibat terbukanya lapisan batuan yang menyebabkan lapisan penutup terbuka.
Dampak dari kegiatan tersebut ialah unsur sulfur yang terdapat pada batuan akan mengalami
oksidasi yang apabila bereaksi dengan air dan udara akan memicu terbentuknya air asam
tambang. Sumber air asam tambang selanjutnya adalah pada kegiatan pengelolaan batuan
buangan. Hal tersebut terjadi akibat batuan buangan akan semakin meningkat seiring dengan
meningkatnya kegiatan pertambangan. Timbunan batuan tersebut akan memicu
pembentukan sulfur oksida yang apabila dialiri air akan menghasilkan air asam tambang.
Sumber air asam tambang yang ketiga adalah pada proses penimbunan batuan. Pada
penimbunan batuan akan bereaksi dengan udara yang apabila dialiri air akan terjadi pelarutan
sehingga menghasilkan air asam. Yang keempat adalah pada proses pengolahan limbah
batubara atau Tailling. Pada proses tersebut memicu pembentukan air asam tambang akibat
adanya unsur sulfur. Namun pada proses memiliki potensi yang cukup kecil diakibatkan kadar
pH pada tailing pond biasanya sudah cukup tinggi akibat diberikan kapur.

2.3 Karakteristik Air Asam Tambang


Secara umum, air asam tambang (AAT) ditandai dengan rendahnya nilai pH yang berkisar
antara 1,5 – 4,0 serta kandungan sulfida yang tinggi. Berdasarkan Australian Government
(2007), air asam tambang (acid mine drainage) memiliki karakteristik kimia seperti berukut ini;
1. Nilai pH 1,5 - 4,0
2. Konsentrasi logam tinggi seperti besi, alumunium, kadmium dll
3. Asiditas yang tinggi yaitu 50 – 15.000 mg/L
4. Konsentrasi oksigen terlarut (DO) rendah
5. Konsentrasi padatan tersuspensi rendah (TSS)
6. Nilai kekeruhan rendah
Selain itu, menurut Australian Department of Industry Tourism (2016) , air asam tambang (acid
mine drainage) dapat di deteksi dengan mengamati hal-hal berikut ini ;
1. Matinya biota di dalam air
2. Warna air menjadi kemerahan
3. Terdapat lapisan sedimen pada aliran air
4. Tanah dan air disekitar pertambang memiliki produktivitas yang rendah
5. Benda yang terbuat dari besi dan baja mengalami korosi
6. Tumbuhan mati
7. Pada drainase, oksidasi besi menjadi berwarna orange kecokelatan

8
2.4 Klasifikasi Jenis Air Asam Tambang
Menurut Said (2014), kualitas air asam tambang sangat dipengaruhi oleh kandungan
sulfida dan material karbonat yang ada didalam batuan. Secara umum, karakteristik batuan
yang memiliki kandungan sulfida yang tinggi serta kandungan alkali yang rendah maka akan
menghasilkan air asam. Oleh karena itu, berdasarkan tipenya air asam tambang dapat
dibedakan menjadi 5 jenis yaitu :
a. Air Asam Tambang Golongan 1
Air asam tambang jenis ini memiliki karakteristik yaitu tidak memiliki alkalinitas yang
menyebabkan pH nya < 4,5 serta mengandung logam seperti Fe, Mn, Al dan logam
lainnya. Selain itu, air asam tambang jenis ini memiliki H+ serta O2 yang relatif tinggi.
b. Air Asam Tambang Golongan 2
Karakteristik dari air asam tambang jenis ini yaitu memiliki Total Suspended Solid
(TSS) yang tinggi. Hal tersebut ditandai dengan kandungan besi ferro dan Mn yang
tinggi. Air asam jenis ini juga memiliki kandungan oksigen yang rendah serta nilai pH
yaitu <6.
c. Air Asam Tambang Golongan 3
Air asam tambang (AAT) jenis ini yaitu air tambang yang memiliki kandungan Total
Suspended Solid (TSS) dengan tingkatan sedang sampai tinggi. Umumnya
kandungan logam yang terkandung dalam air asam ini adalah besi ferro dan Mn serta
memiliki nilai alkalinitas yang kebih besar dari keasamaan. Istilah lain yang sering
digunakan untuk air asam jenis ini adalah air asam alkali (Alkaline Mine Drainage)
d. Air Asam Tambang Golongan 4
Air asam tambang jenis ini yaitu air asam tambang golongan 1 yang telah dilakukan
netralisasi. Proses tersebut dilakukan hingga air tersebut memiliki pH hingga > 6
namum masih mengandung kadar TSS yang tinggi. Oleh karena itu, air asam jenis ini
akan dilakukan pengendapan di dalam kolam dengan waktu tinggal yang cukup lama
sehingga padatan tersuspensi akan mengendap.
e. Air Asam Tambang Golongan 5
Air asam tambang jenis ini adalah air asam yang telah dilakukan netralisasi.
Karakteristik dari air asam ini memiliki nilai pH > 6 dan memiliki nilai TSS yang tinggi.
Secara umum, partikel tersuspensi yang masih terdapat dalam air jenis ini adalah
kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Air tambang jenis ini tidak akan terbentuk bila pada
saat proses netralisasi mengalami kekurangan alkalinitas.

9
2.5 Baku Mutu Limbah Pertambangan Batubara
Menurut Nurfasiha et al. (2020), Air asam tambang atau Acid Mine Drainage (AMD)
memiliki karakteristik yang cukup berbahaya apabila tidak dilakukan pengelolaan. Oleh
karena itu, upaya yang dapat dilakukan adalah mencegah adanya kontak langsung antara
mineral oksida, oksigen dan air. Secara umum, pencegahan pembentukan air asam tambang
ini sangat sulit untuk dilakukan, namun salah satu langkah alternatif yang dapat dilakukan
adalah dengan melakukan pengelohan terhadap air asam tersebut sehingga kualitasnya akan
jauh lebih baik ketikan akan dibuang menuju badan air. Oleh karena itu, dalam proses
pengolahan air asam tambang terdapat baku mutu lingkungan sebagaimana yang tertera
didalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang “Baku Mutu Air
Limbah Dari Kegiatan Pertambangan Batubara”. Secara detail dijelaskan pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara

Berdasarkan Baku Mutu Air Limbah Kegiatan Pertambangan Batubara pada table tersebut,
terdapat 4 parameter yang digunakan yaitu pH, residu tersuspensi (TSS), besi (Fe), dan
Mangan (Mn). Berikut merupakan penjelasan secara detail mengenai 4 parameter tersebut :
• pH
pH atau derajat keasamaan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi
kualitas air. Selain itu, pH juga berpengaruh pada proses adsorbsi yang dapat
mempengatuh muatan situs aktif yang terdapat pada adsroben. Selain mempengaruhi
pada proses adsorbs, pH juga dapat mempengaruhi logam yang terdapat pada air.
Berdasarkan baku mutu air limbah pertambangan batubara, nilai pH yang
diperbolehkan berkisar antara 6-9.
• Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid merupakan banyaknya zat terlarut yang terkandung dalam air
yang berupa zat organik atau zat anorganik. Kandungan padatan tersuspensi akan
memiliki dampak yang buruk bagi perairan apabila melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan. Berdasarkan baku mutu air limbah pertambangan batubara, batas
maksimum nilai TSS yang diperbolehkan yaitu 400 mg/L.

10
• Besi (Fe)
Besi merupakan suatu logam yang memiliki simbol Fe dan memiliki karakteristik
berwarna putih keperakan . Besi merupakan logam golongan VIII berdasarkan struktur
atomnya. Jika air yang memiliki kandungan besi tinggi akan mengalami perubahan
warna menjadi keruh serta memiliki bau akibat bersentuhan dengan udara.
Berdasarkan baku mutu air limbah pertambangan batubara, batas maksimum
kandungan besi (Fe) yang diperbolehkan yaitu 7 mg/L
• Mangan (Mn)
Mangan adalah logam yang memiliki warna putih keperakan yang berdasarkan
strukturnya memiliki golongan VIIB. Kandungan Mn pada perairan dipengaruhi oleh
nilai pH air tersebut. Berdasarkan baku mutu air limbah pertambangan batubara, batas
maksimul kandungan Mangan (Mn) yaitu sebesar 4 mg/L.

2.6 Pengolahan Air Asam Tambang


Menurut Said (2014), Air asam tambang (AAT) yang dihasilkan oleh kegiatan
penambangan batubara perlu dilakukan pengolahan (treatment) terlebih dahulu sebelum
dibuang ke badan air. Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memperbaiki karakteristik air
sehingga dapat sesuai dengan baku mutu air limbah kegiatan pertambangan batubara yang
telah dikeluarkan oleh pemerintah. Secara umum, pengolahan air asam tambang dapat
dilakukan dengan 2 metode yaitu metode secara aktif (active treatment) dan secara pasif
(passive treatment). Metode secara aktif menggunakan beberapa proses seperti netralisasi
untuk menurunkan keasaman air, aerasi untuk medegradasi kandungan besi (Fe) didalam air,
serta pengendapan. Sedangkan untuk metode secara pasif pengolahannya tidak melibatkan
bahan kimia. Pada proses ini biasanya memanfaatkan rawa alami sebagai instrumennya.
Pemilihan penggunaan metode aktif maupun pasif disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan. Berikut merupakan penjelasan secara detail mengenai active treatment dan
passive treatment.
2.6.1 Active Treament
Metode pengolahan air asam tambang secara aktif merupakan teknik pengolahan
yang menggunakan bahan kimia dalam proses penetralan air asam tambang. Dalam
proses pengolahan secara aktif terdapat beberapa parameter yang harus diperhatikan
yaitu pH, padatan tersuspensi (TSS), serta konsentrasi Fe dan Mn. Selain itu, dalam
pemilihan sistem pengolahan air asam tambang perlu mengetahui karakteristik air
tersebut yang meliputi laju aliran, konsentrasi sulfat dan Fe2+. Penerapan teknologi
pengolahan secara aktf umumnya memiliki unit pengolahan yang meliputi pipa atau
saluran inlet air, tangka penyimpanan bahan kimia pengolahan, sarana pengendalian laju

11
aliran, kolam pengendapan (settling pond), dan titik pemantauan. Berikut merupakan
beberapa bahan kimia yang umum digunakan dalam pengolahan air asam tambang ;
1. Batu Kapur
Batu kapur telah digunakan sejak lama dalam pengolahan air asam tambang.
Batu kapur sering digunakan akibat biaya yang dibutuhkan realtif rendah jika
dibandingkan dengan bahan kimia yang lainnya. Namun penggunaan kapur
dinilai memiliki efisiensi yang relatif rendah dalam penetralan asam.

2. Kapur Terhidrasi
Kapur Terhidrasi juga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam
pengolahan air asam tambang. Berbeda dengan batu kapur, kapur jenis ini
memiliki wujud seperti bubuk dan bersifat hidrofobik. Secara biaya, kapur jenis
ini sangat berguna hemat biaya dalam pengolahan air asam dalam jumlah yang
besar.
3. Kapur Kerikil
Kapur kerikil (CaO) merupakan media yang biasa digunakan dalam penetralan
asam. Kapur jenis biasa digunakan bersamaan dengan kincir air. Kapur ini
menjadi salah satu alternatif dikarenakan sangat reaktif terhadap air dengan
keasamaan tinggi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa penggunaan kapur kerikil
menghemat baiaya sebesar 75 % dibandingkan dengan NaOH
4. Soda Ash
Soda Ash merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk menetralkan
asam dengan kondisi aliran air yang rendah serta tingkat keasamaan dan
kandungan logam yang rendah.
5. Soda Kaustik
Soda kaustik atau yang biasa disebut dengan soda api (NaOH) merupakan
bahan kimia yang digunakan untuk menetralkan pada kondisi tidak terdapat listrik
dan aliran yang rendah. Soda kaustik digunakan dengan cara meneteskannya
pada air asam tambang yang kemudian akan menyebar dengan cepat serta
dapat meningkatkan pH secara cepat.
6. Amonia
Amonia (NH3) merupakan senyawa kimia yang sangat berbahaya. Amonia
sangat cepat larut dalam air. Sifat amonia yang merupakan basa kuat dan sangat
reaktif mampu menetralkan asam dengan cepat.

12
2.6.2 Passive Treatment
Pengolahan air asam tambang secara pasif merupakan alternatif yang dapat
digunakan dalam pengolahan air asam tambang. Metode ini tidak memerlukan
penggunaan bahan kimia secara terus-menerus melainkan menggunakan proses
biologis serta kimiawi secara alami dalam mendegredasi kontaminan. Jenis media
dalam pengolahan pasif meliputi lahan basah alami, lahan basah buatan, saluran batu
kapur anoksik (ALD), sistem penghasil alkalinitas berlanjut (SAPS), dan saluran batu
kapur terbuka (OLC). Berikut merupakan penjelasan secara detail metode pengolahan
secara pasif :

a. Lahan basah buatan (Constructed Wetland)


1. Rawa Aerobik (Aerobic Wetland)
Rawa aerobik merupakan jenis lahan basah buatan yang digunakan untuk
melakukan pengolahan air asam tambang. Rawa aerobik pada umumnya ditanami
jenis tanaman Typha dengan kedalaman 30 cm. Rawa jenis ini dapat dijadikan
alternatif apabila kondisi air net alkaline dikarenakan rawa aerobik terjadi proses
aerasi dengan adanya zona perakaran vegetasi. Lahan jenis ini dapat menggunakan
substrat berupa tanah hingga bahan organic seperti kompos. Berikut merupakan
contoh penggunaan sistem rawa aerobik yang akan dijelaskan pada Gambar 2.3

Gambar 2 3. Rawa Aerobik


Sumber : Said (2014)

2. Rawa Anaerobik Aliran Horizontal (Horizontal Flow Anaerobic Wetland)


Lahan buatan jenis ini merupakan bentuk modifikasi lanjutan dari rawa aerobik. Hal
tersebut dikarenakan pada rawa aerobik cenderung menurunkan pH air dan focus
pada degradasi logam Fe. Pada rawa jenis ini dilakukan modofikasi untuk menaikan
pH air serta dengradasi logam dengan penambahan media berupa unggun atau batu
kapur dibawah substrat. Dengan penambahan tersebut maka akan terjadi
pembentukan alkalinitas bikarbonat (HCO3-) pada senyawa organik yang akan

13
meningkatkan pH air serta meningkatkan pengendapan logam. Berikut merupakan
aplikasi sistem pengolahan dengan rawa anerobik aliran horizontal yang dijelaskan
pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Rawa Anaerobik Aliran Horizontal


Sumber : Said (2014)

3. Saluran Batu Kapur Anoksik


Saluran batu kapur anoksik (Anoxic Limestone Drain) merupakan salah satu
teknologi pengolahan air asam tambang. Metode ini biasanya digunakan sebagai
tahapan pre-treatment. Kelebihan dari metode ini adalah tidak membutuhkan lahan
yang cukup besar untuk menggunakannya. Saluran ini menggunakan batu kapur
yang akan membentuk bikarbonat sehingga dapat menaikkan pH air yaitu 6 – 7,5.
Selain itu, pada bagian atas saluran ini dilapisi dengan lumpur yang betujuan agar
air asam tambang tidak bereaksi dengan udara. Meskipun memiliki efisiensi
penetralan asam dan degradasi logam yang baik, saluran ini tidak dapat digunakan
untuk seluruh air asam tambang yang masuk, oleh karena itu effluent yang telah
melalui saluran ini harus masuk kedalam kolam pengendapan untuk melakukan
tahapan pengolahan selanjutnya. Berikut merupakan desain saluran batu kapur
anoksik yang dijelaskan pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Saluran Batu Kapur Anoksik (ALD)


Sumber : Said (2014)

14
4. Sistem Aliran Vertikal (Vertical Flow System)
Sistem ini merupakan gabungan dari saluran anerobik dan saluran batu kapur anoksik.
Berdasarkan prinsip kerjanya, sistem ini sama dengan rawa anaerobik namun terdapat
penambahan saluran lapisan pada batu kapur yang betujuan agar air asam tambang
dapat bersentuhan dengan material organik dan batu kapur untuk menetralkan asam.
Pada sistem ini terdapat aktivitas bakteri aerobik untuk membentuk oksigen terlarut yang
betujuan untuk mendegradasi bahan organik. Berikut merupakan desain dari sistem
aliran vertikal yang dijelaskan pada Gambar 2.6

Gambar 2.6 Sistem Aliran Vertikal (Vertical Flow System)


Sumber : Said (2014)

5. Saluran Batu Kapur Terbuka (Open Limestone Channel)


Saluran batu kapur terbuka merupaka metode pengolahan air asam tambang yang sering
digunakan. Metode ini digunakan sebagai tahap awal pengolahan. Penggunaan saluran ini
cukup efektif dalam mendegradasi logam Fe dan memproduksi alkalinitas. Dikarenakan
saluran ini berisi batu kapur, maka sangat efektif untuk mengubah air asam menjadi air
basa. Panjang dan lebar saluran harus disesuaikan agar terjadi aliran turbulensi. Namun
saluran jenis ini kurang efektif jika hanya berdiri sendiri, oleh karena itu perlu adanya
pengolahan lanjutan agar karakteristik air semakin baik. Berikut merupakan desain dari
saluran batu kapur terbuka yang dijelaskan pada Gambar 2.7

Gambar 2 .7 Saluran Batu Kapur Terbuka (Open Limestone Channel)


Sumber : Said (2014)

15
6. Sumur Pembagi
Sumur pembagi merupakan metode yang dapat digunakan dalam pengolahan pasif air
asam tambang. Prinsip kerja dari metode ini adalah air dialirkan melalui pipa kemudian
masuk ke dalam sumur yang berisi batu kapur. Aliran air pada metode ini merupakan aliran
ke atas dan memiliki aliran yang cepat sehingga dapat bereaksi dengan batu kapur untuk
meningkatkan alkalinitas.

2.7 Netralisasi
Menurut Faisal (2013), netralisasi air asam tambang merupakan suatu reaksi penetralan
yang melibatkan larutan basa dengan larutan asam yang bertujuan membentuk garam dan
air. Proses netralisasi dilakukan untuk memenuhi regulasi lingkungan yaitu Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No 113 Tahun 2013 bahwa air yang diperbolehkan untuk dibuang ke badan
perairan yaitu harus dengan pH 6-9. Oleh karena itu, dilakukanlah proses netralisasi
menggunakan larutan kapur (Ca(OH)2. Proses netralisasi air asam tambang dengan
menggunakan larutan kapur dapat dijelaskan berdasarkan reaksi berikut :

H2SO4 + Ca(OH)2 CaSO4 + 2H2O

2.8 Uji Jartest


Menurut Husaini (2018), uji jartest merupakan metode yang digunakan untuk menentukan
dosis optimum dari sebuah koagulan pada proses penjernihan air. Selain proses penjernihan,
pada uji jartest juga basanya dilakukan pengukuran pH, residu tersuspensi, dan kekeruhan.
Penggunaan jartest bertujuan untuk memberikan informasi terkait parameter-parameter
seperti dosis, pH, metode pembubuhan bahan kimia, kecepatan larutan aliran kimia, waktu
serta kecepatan pengadukan, dan waktu penjernihan.

2.9 Saluran Terbuka


Berdasarkan definisnya, saluran terbuka merupakan sebuah saluran yang dimana air
mengalir dengan muka air bebas. Pada kondisi ini, tekanan aliran di sepanjang saluran adalah
sama. Parameter saluran pada saluran terbuka tidak teratur pada ruang dan waktu. Parameter
yang dimaksud pada meliputi kekasaran, kemiringan dasar, pembendungan, belokan,
tampang lintang saluran, dan debit aliran. Hal itulah yang membuat analisis aliran sulit
dilakukan denga cara analistis (Alfinsyah dkk, 2016).

16
2.10 Diagram Fishbone
Menurut Susendi (2021), fishbone diagram adalah suatu metode penyelesaian dengan
menentukan terlebih dahulu akar permalasahan. Metode ini menggunakan pendekatan 4M
dan 1E (Man – Methods – Machine – Materials – Environment). Salah satu kelebihan dari
diagram fishbone adalah dapat memberikan kerangka secara teoritis untuk
merepresentasikan akar/penyebab dari suatu permasalahan. Namun, kekuragan dari metode
ini adalah tidak dapat memberikan korelasi dari berbagai aspek 4M dan 1E. Selain itu,
penyajian data dari diagram fishbone hanya bersifat kualtatif. Berdasarkan bentuknya,
Diagram fishbone berbentuk seperti kerangka ikan untuk mengidentifikasi sebab dan akibat
dari suatu kondisi. Berikut merupakan skenario dari diagram fishbone seperti yang dijelaskan
pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Fishbone Diagram


Sumber : Susendi (2021)

17
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Umum
Berdasrkan definisinya, penelitian merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan yang
bertujuan untuk mendapatkan suatu informasi secara teliti dan kritis yang pada akhirnya
menghasilkan sebuat fakta dengan menggunakan suatu metode. Penelitan dilatar belakangi
oleh sebuah keingintahuan terhadap sebuah masalah yang membutuhkan suatu jawaban.
Penelitian dilakukan berfokuskan pada sebuah pertanyaan yang menjadi keraguan dari
seorang peneliti. Berdasarkan sifatnya, penelitian terbagi menjadi beberapa jenis yaitu
kuantitafif, kualitatif, dan evaluatif.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian yang bersifat evaluasi. Menurut Kantun
(2017), penelitian secara evaluatif merupakan sebuah jenis penelitian yang bertujuan untuk
melakukan evaluasi terhadap suatu sistem dalam menentukan tingkat keberhasilan dan
kesesuaian dari sebuah sistem yang ada. Kesesuai yang dimaksud dalam penelitian evaluatif
adalah terkait manfaat, kegunaan, serta kelayakan dari sebuah sistem. Secara umum,
tahapan penelitian ini meliputi pengumpulan data, analisis data, serta mengkaji secara objektif
untuk menghasilkan kesimpulan dari sebuah penelitian.

3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Peneltian dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan Januari 2021 sampai dengan
Maret 2022. Peneltian ini berlokasi PT.XYZ, Kecamatan Gn. Tabur, Kabupaten Berau,
Provinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan letak titik koordinatnya, PT XYZ terletak pada
22∘ 19# 26"U 177∘ 33′51 T. Berikut merupakan letak lokasi penelitian yang dijelaskan pada
Gambar 3.1

Gambar 3.1 Lokasi PT XYZ


Sumber : Google Earth

18
3.3 Alat dan Bahan
Selama proses penelitian, penulis menggunakan beberapa alat untuk mendukung proses
penelitian. Alat-alat tersebut digunakan untuk mengumpulkan serta mengolah data yang
didapatkan. Berikut merupakan alat-alat yang digunakan penulis dalam penelitian yang
tercantum pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat beserta Fungsi

Jenis Alat Fungsi Alat


Laptop Hardware yang digunakan dalam penelitian
Kamera Dokumentasi
Flow Meter Mengukur Kecepatan Aliran
Jar Test Pengadukan sampel
Drum 200 Liter Mengukur Volume Air
Stopwatch Mengukur Waktu
Microsoft Word Software untuk menyajikan data
Microsoft Excell Software untuk mengolah data

3.4 Metode Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini menggunakan penelitian berbasis deskriptif kuantitatif
dengan melakukan beberapa tahapan kegiatan yaitu survei, grab sampling, pengumpulan
data primer serta data sekunder, perhitungan matematis, uji laboratorium, serta analisis data.
Berikut merupakan penjelasan secara detail mengenai metode terebut :
3.4.1 Survei
Survei merupakan tahapan awal yang harus dilakukan dari sebuah penelitian.
Proses survei dilakukan untuk memeriksa serta memberikan informasi terkait kondisi
proses netralisasi air asam tambang pada WMP 27. Selain melakukan pengamatan
secara langsung, proses survei yang dilakukan juga meliputi wawancara terhadap
karyawan untuk mendapatkan informasi pendukung terkait objek yang sedang diteliti.
3.4.2 Grab Sampling
Grab sampling merupakan teknik pengambilan sampel air dimana pengambilan
dilakukan secara sesaat. Pada penelitian ini, grab sampling dilakukan untuk mengambil
sampel air asam tambang PT. XYZ sebelum memasuki settling pond (inlet). Selain itu,
grab sampling juga dilakukan untuk mengambil sampel air setelah melewati settling pond
(outlet). Sampel yang telah diambil kemudian dilakukan uji laboratorium untuk
mengetahui kondisi air sebelum maupun setelah melewati settling pond.

19
3.4.3 Uji Laboratorium
Pada penelitian ini, dilakukan beberapa pengujian sampel di laboratorium untuk
mengetahui karakteristik air pada inlet dan outlet dari kolam pengendapan PT.XYZ.
Parameter pengujian yang digunakan yaitu berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang “Baku Mutu Air Limbah Dari Kegiatan Pertambangan
Batubara” yaitu pH, Residu Tersuspensi, Besi (Fe), dan Mangan (Mn). Berikut merupakan
parameter serta metode analisa yang digunakan seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Parameter dan Metode Uji Laboratorium

Parameter Metode Analisa

pH SNI 06-6989.11-2004

Mn SNI 6989.5:2009

Fe SNI 6989.4:2009

TSS SNI 06-6989.3-2004

3.4.4 Pengumpulan Data


Pada penelitian ini diperlukan sumber data untuk mendukung proses analisis yang
akan dilakukan. Data yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu data
primer dan data sekunder.

3.4.5 Perhitungan Matematis


Salah satu tahapan yang dilakukan pada penelitian ini adalah perhitungan secara
matematis. Perhitungan matematis dilakukan dengan tujuan untuk menghitung suatu
aspek menggunakan formula yang standar untuk mendapatkan data yang dapat
menggambarkan suatu kondisi. Dalam penelitian evaluasi ini, dilakukan beberapa
perhitungan matematis yang mencakup uji kualitas sampel air, penentuan dosis skala
laboratorium, debit aliran kapur secara teoritis, debit aliran air secara teoritis, kapasitas
bak lime injection, waktu habis bak lime injection, perhitungan penggunaan kapur harian
dan bulanan, residu kapur, waktu maintanance settling pond, dan perhitungan biaya.
Berikut merupakan penjelasan secara detail mengenai perhitungan secara matematis
yang akan dilakukan :
a. Penentuan Dosis Optimum Skala Laboratorium
Dalam penelitian ini dilakukan uji dosis kapur skala laboratorium yang bertujuan
untuk menguji dosis yang optimal dalam proses netralisasi air asam tambang.
Penentuan dosis dilakukan dengan metode jar test.

20
b. Perhitungan Debit Inlet
Salah satu tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menghitung debit pada
inlet WMP. Dalam mengukur debit aliran terlebih dahulu mengataui nilai kecepatan
aliran (v) dan luas permukaan penampang (A). Selain pengukuran, dilakukan juga
perhitungan debit inlet menggunakan formula hidrolika ambang lebar berdasarkan SNI
8137 : 2015 berikut ini :

$ %⁄$
Q = .%/ 0𝑔 . b. C. ℎ1%⁄$ …………………………………………………………......(3.1)
Keterangan :
Q = Debit Aliran (m3/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
b = lebar ambang tegak lurus arah aliran (m)
C = koefisien pengaliran debit
h1 = tinggi tekan hidraulik (m)

Nilai C pada formula hidraulik didapatkan dengan cara menentukan nilai h/p dan h/L
yang kemudian menentukan nilai C berdasarkan tabel dibawah ini.

Tabel 3.3 Nilai Koefisien C

c. Perhitungan Kapasitas Bak Lime Injection


Dalam penelitian ini dilakuka perhitunga terhadap kapasitas bak lime injection yang
digunakan untuk menampung larutan kapur yang akan digunakan untuk menteralkan
air asam tambang. Perhitungan kapasitas bak lime injection dilakukan dengan cara

21
mengetahui desain aktual yang kemudian di akumulasikan menggunakan rumus
sebagai berikut :

V = P x L x T ………………………………………………………………………………(3.2)
Keterangan :
V = Volume Air (m3)
P = Panjang Bak (m)
L = Lebar Bak (m)
T = Tinggi Bak (m)

d. Perhitungan Waktu Habis Bak Lime Injection


Perhitungan waktu habis bak lime injection dilakukan untuk mengetahui seberapa
lama larutan akan habis dari bak dalam posisi penuh (volume bak). Perhitungan
dilakukan dengan cara mengetahui debit larutan kapur dan kapasitas bak lime
injection. Berikut merupakan rumus yang akan digunakan dalam menentukan waktu
habis bak lime injection:

T = V/Q ……………………………………………………………………………………(3.3)
Keterangan :
T = Waktu habis bak lime injection (detik)
V = Volume bak (m3)
Q = Debit larutan kapur (m3/s)

e. Perhitungan Debit Larutan Kapur


Debit larutan kapur merupakan banyaknya larutan kapur yang keluar dari pipa bak per
satuan waktu. Pada penelitian ini, harus diketahui terlebih dahulu volume kapur yang
keluar beserta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai volume tersebut. Perhitungan
debit aliran larutan kapur yang keluar menggunakan rumus debit berikut ini :

Q = V/t …………………………………………………………………………………….(3.4)

3.5 Kondisi Umum


Proses netralisasi air asam tambang merupakan sebuah proses dimana dilakukan
treatment untuk menaikkan nilai pH dari air asam tambang. Tujuan dilakukannya proses
netralisasi adalah untuk memenuhi Baku Mutu Lingkungan (BML) terkait dengan air asam
tambang. Pada PT XYZ site Lati, proses netralisasi air asam tambang dilakukan pada water
monitoring point (WMP). Water monitoring point merupakan sebuah tempat dimana dilakukan

22
Secara umum, kondisi Water Monitoring Point (WMP) 27 LT PT. XYZ memiliki catchment area
seluas 749,525 Ha. Selain itu, inftastruktur yang ada di WMP 27 meliputi sediment pond,
saluran inlet , settling pond, saluran outlet, dan titik penaatan. Berikut merupakan ilustrasi
yang ada di WMP 27 berdasarkan gambar berikut ini :

Gambar 3.2 Catchment Area WMP 27 LT PT. XYZ


Sumber : PT XYZ (2021)

Gambar 3.3 Foto Udara WMP 27 LT PT XYZ


Sumber : PT XYZ (2021)

23
Gambar 3.4 Skema Aliran WMP 27 LT PT XYZ

Sumber : Penulis (2021)

Secara umum, skema aliran dalam yang ada di Water Monitoring Point (WMP) untuk
proses netralisasi air asam tambang memiliki infrastuktur pendukung. Air yang berasal dari
catchment area ditampung pada sediment pond. Setelah melewati sediment pond, air masuk
ke saluran inlet WMP. Pada tahapan ini dilakukan proses netralisasi dengan kapur tohor aktif.
Setelah melewati inlet, air kemudian masuk menuju settling pond 1 hingga settling pond 3.
Pada tahapan ini terjadi proses sedimentasi air terhadap kapur. Setelah melewati settling
pond, air masuk ke saluran terakhir yaitu saluran outlet sebelum menuju badan air penerima.

3.6 Permasalahan Yang Terjadi Pada WMP 27 LT


Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah adanya ketidaksesuaian antara kondisi
aktual dengan terhadap baku mutu lingkungan. Hal itu dibuktikan dengan kualitas air yang
tidak memenuhi baku mutu lingkungan pada outlet meskipun telah dilakukan proses
netralisasi menggunakan larutan kapur tohor. Salah satu kondisi yang ada di WMP 27 adalah
debit aliran yang sangat besar akibat dari catchment area yang luas dan belum dilakukan
revegetasi sehingga berpotensi menghasilkan air asam tambang. Munculnya air asam
tambang disebabkan oleh air yang melewati catchment area mengenai batuan penutup yang
bersifat PAF (Potencial Acid Forming) yang berpotensi menghasilkan air asam tambang.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses netralisasi yang telah
dilakukan masih belum optimal sehingga perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan
beberapa tahap yaitu evaluasi kualitas air asam tambang pada inlet dan outlet terhadap baku
mutu lingkungan, evaluasi ketepatan dosis kapur yang digunakan, dan evaluasi debit larutan
kapur terhadap debit inlet. Secara umum, identifikasi akar permasalahan dilakukan
menggunakan diagram fishbone. Dalam melakukan identifikasi akar permasalahan,
menggunakan kategori 4M dan 1E yaitu Man, Methods, Material, Money dan Environment.

24
3.7 Diagram Alir Penelitian

Penelitian Dimulai

Studi Literatur

Observasi Lapang

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder

Pengolahan Data

Analisis Data

Kesimpulan dan Rekomendasi

Selesai

25
DAFTAR PUSTAKA

Alfinsyah F, Mukiat, dan Suwardi FR. 2015. Rencana Saluran Terbuka Tambang Batubara
Pada Blok Timur PT. Konsorsium Indomineratama Waspadakarsa Lahat Sumatera
Selatan. Jurnal Ilmu Teknik Sriwijaya. Vol 1 , No. 1
Alviansyah N. 2019. Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT. ANTAM
Tbk UBP Bauksit, Tayan, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Skripsi.
Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Arindry APP, Syahrudin, dan Herlambang Y. 2020. Evaluasi Kapasitas Kolam Pengendapan
Unit Pencucian Bauksit Pada Washing Plant Cabing KM 23 PT. Dinamika Sejahtera
Mandiri Site Teraju Kabupaten
Australian Government. 2017. Managing Acids and Metalliferous Drainage. Leading Practice
Sustainable Development Program for The Mining Industry.
Hanis RN dan Rauf A. 2018. Rancangan Teknis Kolam Pengendapan Pada Unit Pencucian
Bauksit “Bukit 15” PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. Kecamatan Tayan Hilir.
Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XIII Tahun 2018
(ReTII).
Husaini, Stefanus S, Cahyono, Suganal, dan Hidayat KN. 2018. Perbandingan Koagulan Hasil
Percobaan Dengan Koagulan Komersial Menggunakan Metode Jartest. Jurnal
Teknologi Mineral dan Batubara. Vol 14, No. 1
Luthfia A, Abfertiawan MS, Nuraprianisandi S, Pranoto K, Samban PR, Elistyandari A. 2020.
Penggunaan Life Cycle Assessment dalam Penilaian Resiko Dampak Lingkungan dan
Pemilihan Alternatif Teknologi di Pertambangan Batubara di Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Lingkungan Ke-II.
Michelle G. 2013. Manajemen dan Pengembangan Operasional Tambang Batubara Pada PT.
Tri Eka Bersama. Jurnal AGORA Vol. 1, No. 1
Nurfasiha, Kusuma GJ. 2020. Simulasi Pengolahan Air Asam Tambang Menggunakan Open
Limestone Channel Skala Laboratorium. Jurnal Geomine Vol. 8, No. 1
Oktafia N. 2016. Pola Penyebaran Potensi Keterbentukan Air Asam Tambang pada Tambang
Batubara di Blok Loajanan Samarinda Kalimantan Timur. Skripsi. Bandung :
Universitas Islam Bandung.
Said, N. I., 2014. Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Batubara “Alternative Pemilihan
Teknologi”. Jurnal JAI Vol.7 No. 2, 2014
Setianingrum N dan Yulianti R. 2020. Evaluasi Kolam Pengendapan Lumpur (SP 10)
Terhadap Debit Air Pompa Yang Masuk (Studi Kasus: PT Trisensa Mineral Utama,
Tani Aman, Kalimantan Timur

26
Sianturi PR, Yusuf M, dan Iskandar H. 2019. Kajian Teknik Sistem Pengelolaan Air Pada
Kolam Pengendapan di Settling Pond North 3 Untuk Memenuhi Standar Peraturan
Gubernur Kalsel Nomor 36 Tahun 2008. Jurnal Pertambangan Vol. 3 No.1
Siburian R. 2012. Pertambangan Batubara : Antara Mendulang Rupiah dan Menebar Potensi
Konflik. Jurnal Masyarakat Indonesia. Vol. 38, No. 1
Susendi N, Adrian, Iyan S. 2021. Kajian Metode Root Clause Analysis yang Digunakan dalam
Manajemen Risiko di Industri Farmasi. Jurnal Majalah Famasetika. Vol. 6, No. 4
Utamakno L, Budiarto, dan Tinungki SRP. 2020. Rancangan Pemodelan Settling Pond Pada
Daerah Imkasu di PT. GAG Nikel, Pulau GAG, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat
Wahyudin I, Widodo S, Nurwaskito A. 2018. Analisis Penanganan Air Asam Tambang
Batubara. Jurnal Geomine. Vol. 6, No. 2

27

Anda mungkin juga menyukai