Anda di halaman 1dari 24

KARAKTERISASI NITROGEN DOPE – GRAPHENE

NANOSHEET DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN


SUHU PEMANGGANGAN 150° C DAN SUHU
PIROLISIS 650° C SEBAGAI ELEKTRODA BATERAI

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun oleh :

ALDO RAMANDA PUTRA


NIM. 191010350590

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN
Tangerang Selatan, 7 November 2022

Perihal : Permohonan Persetujuan Judul Tugas Akhir


Kepada Yth. Bapak Nur Rohmat,ST.,MT.
Ketua Jurusan Teknik Mesin S-1
Di Tempat
Dengan Hormat.

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Aldo Ramanda Putra
Nim : 191010350590
Jurusan : Teknik Mesin Strata Satu (S-1)
Fakultas : Teknik, Universitas Pamulang, Tangerang Selatan.

Dengan ini saya bermaksud mengajukan permohonan judul tugas akhir untuk
melengkapi persyaratan kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1) di jurusan Teknik
Mesin. Adapun judul tugas akhir yang saya ambil adalah : “KARAKTERISASI
NITROGEN DOPE – GRAPHENE NANOSHEET DARI TEMPURUNG
KELAPA DENGAN SUHU PEMANGGANGAN 150° C DAN SUHU
PIROLISIS 650° C SEBAGAI ELEKTRODA BATERAI.
Besar harapan saya, judul tersebut dapat Bapak terima. Atas perhatian dan
dukungan nya saya terima kasih.
Hormat saya,

(Aldo Ramanda Putra)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin dengan memanjatkan Puji dan syukur


kehadirat Allah S.W.T, yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan hidayah-
Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi kita
Muhammad S.A.W, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi ini.
Proposal saya yang berjudul “KARAKTERISASI NITROGEN DOPE –
GRAPHENE NANOSHEET DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN SUHU
PEMANGGANGAN 150° C DAN SUHU PIROLISIS 650° C SEBAGAI
ELEKTRODA BATERAI” ini ditempuh untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai Strata Satu (S-1) di Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Pamulang.
Penulis menyadari penulisan proposal ini jauh dari kesempurnaan, itu
dikarenakan keterbatasan dari penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dalam penulisan proposal ini, semoga laporan ini berguna bagi
penulis dan untuk pihak-pihak lain sebagai acuan untuk kebutuhan ilmu
pengetahuan. Dalam proses pengerjaan dan penyusunan proposal ini tidak lepas
dari pengarahan dan bimbingan diberbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan proposal,kepada :
1. Bapak Drs. H. Darsono. Selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya yang telah
memberikan pendidikan yang dapat terjangkau.
2. Bapak Dr. E. Nurzaman AM, M.M., M.Si. Selaku Rektor Universitas
Pamulang yang telah memberikan semangat dan motivasi bagi mahasiswa nya
untuk lebih berinovasi.
3. Syaiful Bakhri, S.T., M.Eng. Sc., Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Teknik, yang
telah memberikan masukan dan pengarahanya kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Bapak Nur Rohmat, S.T., M.T Selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
juga selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan masukan dan

iii
pengarahannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
Skripsi.
5. Bapak Nur Rohmat S.T., M.T selaku dosen pengarah Proposal Skripsi Teknik
Mesin Universita Pamulang, yang telah membimbing dan mengarahkan dalam
penyusunan Proposal Skripsi.
6. Seluruh rekan-rekan seperjuangan Teknik Mesin Universitas Pamulang yang
telah memberikan semangat dan dukungannya.
7. Kedua orang tua dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan
semangat, motivasi, dukugan penuh kepada saya dan selalu terselipkan Do’a
agar di berikan kelancaran dan kemudahan untuk segala urusan nya.
Akhir kata penulis hanya bisa berharap semoga proposal skripsi ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian walaupun masih jauh
dari kata sempurna, untuk itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang
membangun kemudian hari dan hanya Alloh SWT yang bisa membalas kebaikan
dan selalu mencurahkan taufik serta hidayah-Nya untuk kita semua Aamiin.

Tangerang Selatan, 7 November 2022

Aldo Ramanda Putra


191010350590

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah................................................................................2
1.3. Pembatasan Masalah..............................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian....................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian..................................................................................4
1.6. Sistematika Penulisan.............................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Perkebunan kelapa di wilayah Indonesia terdapat sangat banyak. Perkebunan


kelapa ini menghasilkan limbah kelapa berupa tempurung kelapa. Namun demikian
banyak masyarakat Indonesia yang masih belum mengetahui tentang cara memanfaatkan
tempurung kelapa tersebut. Salah satunya Limbah Tempurung kelapa dapat dimanfaatkan
sebagai sumber Karbon dengan mengubahnya menjadi arang dengan proses karbonisasi.
Hasil dari proses tersebut dapat disintesis menjadi graphene.
Grafena merupakan satu lapis atom karbon yang memiliki hibridisasi sp2
membentuk struktur heksagonal dua dimensi. Grafena memiliki potensi yang sangat luas
namun ketersediaannya masih terbatas. Grafena merupakan material karbon dua dimensi
yang memiliki sifat yang unik dan luar biasa sehingga memiliki potensi yang cukup besar
dalam berbagai aplikasi. Grafena memiliki banyak potensi aplikasi seperti di bidang
baterai, pengisi polimer, sensor, konversi energi, dan perangkat penyimpanan energi
(Hidayat et al., n.d.)
Sejak graphene pertama kali diisolasi pada tahun 2004, graphene telah menjadi
bahan yang menarik pada penyimpanan energi elektrokimia perangkat. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membandingkan elektroda Mg/grafit dan Mg/grafena dengan
elektroda primer komersial katoda baterai. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental laboratorium. Grafena disintesis dengan Hummer's metode dimodifikasi.
Elektroda katoda baterai primer (Mg/grafit dan Mg/grafena) dibuat menggunakan metode
impregnasi. Grafena dan elektroda katoda dianalisis dengan X-Ray Diffraction (XRD),
Scanning Mikroskop Elektron-Energi Dispersive X-Ray (SEM-EDX) dan konduktivitas,
masing-masing (Simanjuntak et al., 2020).
SEM merupakan jenis mikroskop elektron yang menggunakan berkas
elektron untuk menggambarkan profil permukaan benda. SEM sangat cocok
digunakan dalam situasi yang membutuhkan pengamatan permukaan kasar
dengan pembesaran berkisar antara 20 kali sampai 500.000 kali (Kusumaningtyas,
2019). Energi dispersive sinar-X (EDX) ialah suatu teknik analisis yang
menggunakan karakteristik radiasi sinar-X untuk menganalisis komposisi kimia
suatu bahan. Analisis unsur dengan menggunakan EDX pada prinsipnya

1
menggunakan deteksi sinar-X yang dipancarkan dalam material target (Hartini,
2014). Sedangkan X-Ray diffraction (XRD) merupakan metode yang sangat
penting dalam bidang karakterisasi material. Metode ini digunakan untuk
memproleh informasi dalam skala atomik, baik pada material kristal maupun
nonkristal (amorf) (Christyaningsih & Diponegoro, 2020).
Proses pembuatan grafena dalam pengabdian ini yaitu tempurung kelapa
dikeringkan di bawah sinar matahari selanjutnya dipirolisis menjadi arang
kemudian dicampurkan dengan karbon aktif sebagai reduktor pada suhu 600°C
selama 1 jam menghasilkan grafena. Grafena yang dihasilkan dikarakterisasi
dengan X-Ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope-Energy
Dispersive X-Ray (SEM-EDX). Hasil oleh analisa XRD menunjukkan puncak
yang dihasilkan yang tidak tajam dan sedikit melebar puncak difraksi pada 24°
dan 44°. Hasil analisa SEMEDX pada perbesaran 4000x menunjukkan ukuran
permukaan dan bentuk struktur yang lebih kecil, tipis serta berkurangnya
penumpukkan pada struktur grafena. Grafena yang telah berhasil disintesis
dilakukan uji coba terhadap baterai koin. Katoda baterai koin yang telah diganti
dengan grafena berhasil menghidupkan lampu (4202-Article Text-13337-1-10-
20200616, n.d.).
Salah satu cara efektif untuk menanggulangi masalah limbah tempurung
kelapa adalah dengan mereduksi limbah tempurung kelapa dari sumbernya.
Tempurung kelapa dapat dijadikan sebagai sumber energi yaitu elektroda batterai.
Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan
sumber energi tersebut supaya dapat terus diperbaharui. Dalam pengajuan
proposal skripsi ini akan dilakukan studi :
“KARAKTERISASI NITROGEN DOPE – GRAPHENE
NANOSHEET DARI TEMPURUNG KELAPA DENGAN SUHU
PEMANGGANGAN 150° C DAN SUHU PIROLISIS 650° C
SEBAGAI ELEKTRODA BATERAI”

1.2. Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah pada penelitian ini ialah sebagai berikut :

2
1. Bagaimana pengaruh suhu pemanggangan 150°C dan suhu pirolisis
650°C terhadap N-GBN dari tempurung kelapa sebagai elektroda
baterai dengan pengamatan XRD dan uji kerja.
2. Bagaimana konduktifitas listrik Graphene Nanosheet Dari Tempurung
Kelapa dengan suhu pemanggangan 200℃ dan suhu pirolisis 600℃
sebagai elektroda baterai

1.3. Pembatasan Masalah


Untuk memperjelas penulisan proposal ini agar tidak menyimpang dari
tujuan penelitian, maka penulis membatasi pokok permasalahan. Adapun Batasan
masalah tersebut adalah :
1. Membahas mengenai pengaruh suhu pemanggangan 150° C dan suhu
pirolisis 650° C terhadap N-GBN dari tempurung kelapa sebagai
elektroda baterai dengan pengamatan XRD dan uji kerja.
2. Membahas proses karakterisasi Graphene NanosheetDari Tempurung
Kelapa dengan suhu pemanggangan 150℃ dan suhu pirolisis 650℃
sebagai elektroda baterai dengan pengamatan XRD dan uji kerja.
3. Membahas hasil karakterisasi Graphene Nanosheet Dari Tempurung
Kelapa dengan suhu pemanggangan 150℃dan suhu pirolisis 650℃
sebagai elektroda baterai dengan pengamatan XRD dan uji kerja.

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaruh suhu pemanggangan 150° C dan suhu pirolisis
650° C terhadap N-GBN dari tempurung kelapa sebagai elektroda
baterai dengan pengamatan XRD dan uji kerja.
2. Mengetahui proses karakterisasi Graphene Nanosheet(N-GBN) Dari
Tempurung Kelapa dengan suhu pemanggangan 150℃ dan suhu
pirolisis 650℃ sebagai elektroda baterai dengan pengamatan XRD
dan uji kerja..
3. Mengetahui hasil karakterisasi Graphene Nanosheet(N-GBN) Dari
Tempurung Kelapa dengan suhu pemanggangan 150℃dan suhu

3
pirolisis 650℃ sebagai elektroda baterai dengan pengamatan XRD
dan uji kerja.

1.5. Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan tentang karakterisasi Graphene
Nanosheet Dari Tempurung Kelapa dengan suhu pemanggangan 1500
c dan suhu pirolisis 6500 c sebagai elektroda baterai .
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat memberikan bekal pengetahuan dan dapat
dijadikan sumber atau referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.6. Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah pembuatan penelitian perlu diperhatikan dalam
penyusunannya. Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab yang berisi tentang gambaran umum dari
permasalahan yang akan dibahas. Dalam pendahuluan ini terdiri
dari enam sub bab, yaitu latar belakang masalah, perumusan
masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini memuat tentang uraian teori-teori tinjauan pustaka
baik dari buku-buku ilmiah, maupun sumber-sumber lain yang
mendukung penelitian ini serta dapat dijadikan acuan dalam
membahas permasalahan yang dihadapi dalam penelitian dan
memuat penjelasan tentang penelitian terdahulu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi uraian tentang tahapan pemecahan masalah serta
langkah pemecahan permasalahannya sesuai dengan metode yang
digunakan oleh penulis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Graphene

Graphene merupakan bahan yang mempunyai peran yang sangat strategis


dalam industri nuklir. Graphene memiliki sifat penghantar listrik dan panas yang
baik karena hanya memiliki tiga orbital yang digunakan dan membentuk orbital
hybrid sp2 yang menghasilkan tiga ikatan coplanar. Sedang satu orbital p yang
tidak digunakan akan membentuk ikatan π dengan orbital p atom C pada bidang
basal. Aplikasi dalam industri nuklir antara lain sebagai matriks moderator, yaitu
bahan yang mempunyai kemampuan menyerap energi atau memperlambat. Selain
itu grafit juga dapat digunakan sebagai bahan reflector neutron yang terlepas pada
waktu fisi, sehingga peluang fisi U235 menjadi lebih besar . (dewi)

Gambar 2. 1 Struktur Graphene


(Sumber : Arjo et al., 2021)
Graphene menjadi sangat menarik untuk dikaji karena memiliki sifat
kelistrikan, termal dan mekanik yang luar biasa. Graphene memiliki mobilitas
elektron sekitar 15.000 cm2/vs sehingga konduktivitas listriknya baik yaitu 5000
W/mK, struktur flat dengan luas permukaan spesifik (2630 m2/g) pada graphene
menyebabkan elektron bisa bermobilitas ke semua permukaan. Berbagai metode
sintesis telah banyak dikembangkan untuk menghasilkan graphene dengan

5
struktur lapisan yang tipis, diantaranya pengelupasan lapisan secara mekanik,
pertumbuhan secara epitaksial, chemical vapor deposition (CVD), pirolisis, serta
pengelupasan lapisan secara kimia (metode Brodie, metode Hoffmann, metode
Staudenmaier, dan metode Hummers). Metode Hummers termodifikasi
merupakan salah satu metode tahapan sintesis grafena yang cukup populer
digunakan karena memberikan keuntungan dalam penggunaannya yaitu dapat
meningkatkan tingkat oksidasi (grafit oksida) dibandingkan dengan metode
Brodie atau Staudenmaier dan mampu menghasilkan produk dalam jumlah yang
lebih banyak. Hingga saat ini, grafena telah banyak diaplikasikan secara meluas
pada berbagai bidang, seperti baterai, sensor, superkapasitor, perangkat
optoelektronik dan sejumlah aplikasi lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh sifat-sifat
luar biasa yang dimiliki oleh graphene seperti luas permukaan spesifiknya besar
(2630 m2 g -1) sehingga mampu bertindak sebagai material pendukung untuk
partikel logam, memiliki ketebalan super tipis dan struktur yang fleksibel, stabil
secara kimia dan termal, memiliki tingkat kekerasan yang tinggi (~130 GPa),
memiliki nilai konduktivitas listrik dan termal tinggi, serta memiliki mobilitas
elektron yang tinggi. Namun, grafena memiliki sifat struktur elektronik yang unik
di mana pita valensi (π) dan pita konduksi (π*) bersentuhan pada sudut zona
Brillouine heksagonal (titik K) yang membentuk titik diract sehingga
menyebabkan graphene tidak memiliki celah energi (zero gap). Selain itu, adanya
interaksi kuat yang terjadi pada struktur graphene seperti C- antar lembaran
karbon oleh gaya van der Waals maupun antara atom C dengan gugus fungsi yang
reaktif dapat menyebabkan aglomerasi dan penumpukan kembali lembaran
graphene sehingga dapat menurunkan luas permukaan aktif dan potensi ionik
graphene (Hidayat et al., 2019).
2.2 Sifat Dan Karakteristik Graphene

Adapun sifat dan karakteristik graphene (Rikson, 2020) yang lain akan
dijelaskan dibawah ini:
1. Memiliki transparansi sangat tinggi. Hal ini disebabkan oleh dimensi
graphene yang mirip selembar kertas dan ketebalannya yang berorde atom.
Meskipun memiliki transparansi yang tinggi graphene tetap memiliki
kerapatan yang cukup tinggi, yaitu 0,77 mg/m2.

6
2. Memiliki daya tahan terhadap tekanan sebesar 42 N/m2, dibandingkan dengan
baja yang memiliki kekuatan tekanan (0,25 – 1,2) × 109 N/m2.
3. Ikatan atom karbonnya sangat fleksibel yang memungkinkan jaringannya
merenggang hingga 20% dari ukuran awal.
4. Bersifat konduktor listrik dan konduktor panas. Sifat konduktivitas listrik
graphene berasal dari elektron ikatan-π yang terdelokalisasi disepanjang ikatan
C-C dan bertindak sebagai pembawa muatan.
5. Tingkat resistivitasnya menuju nol.
6. Kisi-kisi pada graphene memungkinkan elektronnya untuk dapat menempuh
jarak yang jauh dalam graphene tanpa gangguan.
7. Elektron dalam graphene karena tidak memiliki massa maka dapat bergerak
dengan kecepatan konstan sebesar 1.000.000 m/s. Tidak bermassa di sini
maksudnya, bahwa ketika elektron pada graphene bergerak maka seolah-olah
elektron tersebut tidak bermassa karena memiliki resistivitas yang hampir nol
sehingga elektron dapat bergerak dengan kecepatan konstan.
8. Dengan transparansi hampir 98% dan dapat menghantarkan arus listrik dengan
sangat baik, graphene berpeluang untuk diaplikasikan pada pembuatan lapisan
sentuh yang transparan, panel listrik dan sel surya.
9. Campuran 1% graphene dengan bahan plastik dapat membuat bahan plastik
bersifat menghantarkan panas. Resistansi plastik akan meningkat sampai 30 o C
bersamaan dengan meningkatnya kekuatan mekanis.
10. Menjelaskan beberapa fenomena fisika kuantum yang menggambarkan
bagaimana sebuah partikel kadang-kadang dapat melewati sebuah penghalang
yang pada keadaan normal akan menghalangi partikel tersebut.

2.3 Sintesis Graphene Berlapis Nanosheet (N-GBN)

Sintesis graphene dapat dilakukan melalui dua tahapan, yaitu sintesis oksida
graphene dan sintesis graphene (Hutagalung et al., 2021):
1. Sintesis oksida graphene
Serbuk grafit komersil sebanyak 0,2 g dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250
mL, kemudian ditambahkan 0,2 g NaNO3 dan 15 mL H2SO4 96%. Larutan

tersebut distirer selama 2 jam dalam ice bath. Kemudian ditambahkan 1 g

7
KMnO4 secara perlahan - lahan dan distirer selama 24 jam. Setelah distirer

selama 24 jam, ke dalam larutan tersebut ditambahkan 20 mL H2SO4 5 % dan

1 mL H2O2 30 % dan diaduk selama 1 jam. Larutan tersebut dipusingkan

dengan alat sentrifus pada kecepatan 6500 rotor per minute (rpm) selama 20
menit hingga terpisah antara supernatan dan endapan. Endapan yang
didapatkan dicuci dengan larutan aquades 25 mL dan dipusingkan
menggunakan alat sentrifus dengan kecepatan 6500 rotor per minute (rpm)
selama 20 menit. Larutan dipindahkan ke dalam beaker glass dan ditambahkan
aquades 100 mL kemudian diultrasonikasi selama 5 jam, kemudian dibiarkan
dingin dan dihasilkan oksida graphene (Sjahriza & Herlambang, 2021).

Gambar 2. 2 Sintesis Oksidasi graphene


(Sumber : Sjahriza & Herlambang, 2021)
2. Sintesis graphene
Pada tahap sintesis graphene, 100 mL larutan oksida graphene yang telah
dihasilkan ditambahkan 5 mL amonia (NH3) 10 M, distirer selama 72 jam.

Selanjutnya disaring dan dikeringkan pada suhu 80o C. Kemudian


dikarakterisasi dengan XRD, SEM, dan diukur Daya Hantar Listriknya
(DHL).

8
Gambar 2. 3 Sintesis Graphene
(Sumber : Sjahriza & Herlambang, 2021)
Perubahan yang terjadi pada Sintesis Graphene Berlapis Nano (N-GBN) pada
tahapan sintesis oksida graphene, grafit dioksidasi sehingga menjadi oksida grafit.
Metode yang digunakan untuk mensintesis oksida grafit dalam penelitian ini
adalah modifikasi Metode Hummers. Proses sintesis dimulai dengan melarutkan
grafit komersil, NaNO3 dan KMnO4 di dalam H2SO4 98% pada kondisi

stirring di dalam ice bath untuk menjaga temperatur di bawah 25oC selama 1 jam.
Pada proses penambahan ini maka larutan akan berubah warna, yang sebelumnya
berwarna hitam pekat menjadi hitam kehijauan yang menunjukan indikasi, bahwa
reaksi oksidasi grafit telah dimulai. Prosesnya selanjutnya adalah proses
homogenisasi dengan stirring selama 24 jam menghasilkan larutan coklat tua
yang menandakan grafit telah teroksidasi secara sempurna.
Proses sintesis graphene dimulai dengan pembuatan prekursor oksida
graphene. Oksida graphene diperoleh dengan menggunakan proses pendispersian
oksida grafit pada air dengan menggunakan proses ultrasonikasi. Proses
ultrasonikasi betujuan untuk proses pengelupasan oksida grafit menjadi lembaran-
lembaran oksida grafena dengan memutuskan ikatan Van der Walls pada
interlayer. Pancaran gelombang ultrasonik sebelum proses reduksi mengakibatkan
terjadinya perbedaan tinggi puncak difraksi. Puncak difraksi meningkat dengan
lamanya proses ultrasonikasi. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak jumlah
oksida graphene yang terbentuk, sehingga derajat reduksi meningkat. Larutan
oksida graphene yang didapatkan, disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu
80° C.

9
2.4 Pengertian Kelapa

Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku
Arenan atau Arecace. Tanaman kelapa merupakan tanama serbaguna karena
seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Tanaman kelapa
juga memiliki nilai budaya dan ekonomi yang cukup tinggi dalam kehidupan
masyarakat (Defianti, 2016). Kelapa juga mempunyai sejarah panjang di
Indonesia, bahkan sudah menjadi lambang pengenal kepulauan Indonesia. Sejarah
Mitologi Hindu dan menurut kitab suci weda, kelapa merupakan tanaman
surgawi. Tanaman kelapa dianggap suci dan berperan penting dalam kehidupan
manusia. Kelapa dapat tumbuh pada berbagai tekstur tanah, mulai yang berpasir
sampai berlempung. Pertumbuhan kelapa yang dibutuhkan terutama sifat kimia
tanah. Hubungan yang harus diperhatikan yaitu areasi tanah, karena akan
berpengaruh pada pertumbuhan akar.
Tabel 2. 1 Klasifikasi Kelapa
(Sumber : Anetiesia et al., 2015)
Nama kelompok Nama Latin
Kingdom Plantae (Tumbuh-tumbuhan)
Divisio Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
Sub-Divisio Angiospermae (Berbiji tertutup)
Kelas Monocotylyedonae (Berbiji berkeping satu)
Ordo Palmales
Familia Palmae
Genus Cocos
Spesies Cococ nucifera L

Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Hampir semua
bagiannya dapat dimanfaatkan orang. Akar kelapa menginspirasi penemuan
teknologi penyangga bangunan. Kayu dari batangnya, yang disebut kayu glugu,
dipakai orang sebagai kayu bakar dan papan untuk rumah. Daunnya dipakai
sebagai atap rumah setelah dikeringkan.

10
Gambar 2. 4 Pohon Kelapa
(Sumber : Arkan, 2018)
2.5 Tempurung Kelapa

Tempurung atau batok kelapa dapat digunakan sebagai bahan bakar berupa
arang dan bahan baku kerajinan tangan. Tempurung kelapa yang dibakar akan
menjadi arang, diproses lagi hingga menjadi karbon aktif. Arang tempurung
kelapa yang baik mengandung air antara 2-5% (Ningrum, 2019). Tempurung
merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan antara 3 mm sampai 5 mm tetapi
mempunyai kadar lignin yang lebih tinggi dan kadar selulosa lebih rendah dengan
kadar air sekitar 6-9% (dihitung berdasarkan berat kering) dan terutama tersusun
dari lignin, selulosa dan hemiselulosa. Apabila tempurung kelapa dibakar pada
temperatur tinggi dalam ruangan yang tidak berhubungan dengan udara maka
akan terjadi rangkaian proses penguraian penyusun tempurung kelapa tersebut dan
akan menghasilkan arang. Tempurung kelapa yang dijadikan arang haruslah
tempurung yang bersih dan berasal dari kelapa yang tua, bahan harus kering agar
proses pembakarannya berlangsung lebih cepat dan tidak menghasilkan banyak
asap. Arang tempurung kelapa adalah produk yang diperoleh dari pembakaran
tidak sempurna terhadap tempurung kelapa. Arang lebih menguntungkan daripada
kayu bakar. Arang memberikan kalor pembakaran yang lebih tinggi dan asap yang
lebih sedikit.
Arang dapat ditumbuk kemudian dikempa menjadi briket dalam berbagai
macam bentuk. Arang lebih praktis penggunaannya dibanding kayu bakar. Arang
dapat diolah lebih lanjut menjadi arang aktif dan sebagai bahan pengisi dan

11
pewarna pada industri karet dan plastik. Pembakaran tidak sempurna pada
tempurung kelapa menyebabkan senyawa karbon kompleks tidak teroksidasi
menjadi karbondioksida, peristiwa tersebut disebut sebagai pirolisis (So et al.,
2014). Pada proses pirolisis energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga
molekul karbon yang kompleks terurai sebagian besar menjadi karbon atau arang.
Pirolisis untuk pembentukan arang tersebut disebut sebagai pirolisis primer.
Arang dapat mengalami perubahan dalam proses yang lebih lanjut menjadi karbon
monoksida, gas hidrogen dan gas-gas hidrokarbon. Peristiwa ini disebut sebagai
pirolisis sekunder. Sifat kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat
(SiO2) yang terdapat pada tempurung tersebut. Dari berat total buah kelapa antara
15% sampai 19% merupakan berat tempurungnya. Selain itu, tempurung juga
banyak mengandung lignin, sedangkan kandungan methoxyl dalam tempurung
hampir sama dengan yang terdapat dalam kayu. Pada umumnya, nilai kalor yang
terkandung dalam tempurung kelapa adalah berkisar antara 18200kJ/kg hingga
19338,05 kJ/kg.
Tabel 2. 2 Komposisi Kimia Tempurung Kelapa
(Sumber : Defianti, 2016)
Unsur Kimia Kandungan (%)
Sellulosa 26,60
Pentosan 27
Lignin 29,40
Kadar Abu 0,60
Solven Ekstraktif 4,20
Uronat Anhydrad 3,50
Nitrogen 0,11
Air 8,00

12
Gambar 2. 5 Tempurung Kelapa
(Sumber : Defianti, 2016)
2.6 Pengertian Pirolisis

Pirolisis adalah dekompisisi bahan yang mengandung karbon dari tumbuhan,


hewan dan bahan tambang yang dapat berlangsung pada suhu diatas 300°C dalam
waktu 4-7 jam pada kondisi udara/oksigen terbatas menghasilkan produk padatan,
Cairan dan gas (Jayanudin et al., 2012). Pirolisis yang juga disebut termolisis akan
mendekomposisi kimia bahan organik (biomassa) melalui proses pemanasan tanpa
atau sedikit O2 atau reagen lainnya, dimana material mentah akan mengalami
pemecahan struktur kimia menjadi fase gas. Teknik ini adalah cara untuk
memperoleh hasil hidrokarbon yang merupakan dasar bahan bakar. Teknologi
(Qiram et al., 2015). Pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam penggolongan
produk ialah sebagai berikut :
1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar berupa
gas CO2 dansebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO,
CH4, H2 dan hidro karbon tingkat rendah lain (K Mustofa & Fuad, 2014).
2. Destilat berupa asap cair dan tar ialah komposisi utama dari produk yang
tertampung adalah metanol dan asamasetat. Bagianlainnya merupakan
komponen minor yaitu fenol, metil asetat, asam format, asambutirat dan lain-
lain.
3. Residu (karbon) ialah dimana tempurung kelapa dan kayu mempunyai
komponen-komponen yang hampir sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa

13
dan lignin dalam kayu berbeda-beda tergantung dari jenis kayu. Pada
umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa dan satu bagian
hemiselulosa, serta satu bagian lignin. Adapun pada proses pirolisis terjadi
dekomposisi senyawa-senyawa penyusunnya (Industri & Kayu, 2018), yaitu :
a. Pirolisis selulosa
Selulosa adalah makromolekul yang dihasilkan dari kondensasi linear
struktur heterosiklismolekul glukosa. Selulosa terdiri dari 100 – 1000 unit
glukosa. Selulosa terdekomposisi pada temperatur 280° C dan berakhir
pada 300-350° C. menyatakan bahwa pirolisis selulosa berlangsung dalam
dua tahap, yaitu : Tahap pertama adalah reaksi hidrolisis menghasilkan
glukosa dan tahap kedua merupakan reaksi yang menghasilkan asam asetat
dan homolognya, bersama-sama air dan sejumlah kecil furan dan fenol.
b. Pirolisis hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan polimer dari beberapa monosakarida seperti
pentosan (C5H8O4) danheksosan (C6H10O5). Pirolisis pentosan
menghasilkan furfural, furan dan derivatnyabesertasatu seri panjang asam-
asam karboksilat (Suhendra et al., 2020). Pirolisis heksosan terutama
menghasilkan asam asetat dan homolognya. Hemiselulosa akan
terdekomposisi pada temperatur 200-250° C .
c. Pirolisis lignin
Lignin merupakan sebuah polimer kompleks yang mempunyai berat
molekul tinggi dantersusun atas unit-unit fenil propana. Senyawa-senyawa
yang diperoleh dari pirolisis strukturdasar lignin berperanan penting dalam
memberikan aroma asap produk asapan. Senyawa ini adalah fenol, eter
fenol seperti guaiakol, siringol dan homolog serta derivatnya. Lignin mulai
mengalami dekomposisi pada temperatur 300-350° C dan berakhir pada
400-450° C.
2.7 Asap Cair

Asap diartikan sebagai suatu suspensi partikel-partikel padat dan cair dalam
medium gas. Asap cair juga merupakan campuran larutan dari dispersi asapkayu
dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap hasil pirolisis kayu. Asap
cair dapat digunakan untuk menciptakan flavor asap pada produk. Asap cair

14
pertama kali diproduksi pada tahun 1980 oleh sebuah pabrik farmasi di Kansas
City, dikembangkan dengan metode distilasi kayu asap. Asap cair yang dihasilkan
dari proses pirolisis perlu dilakukan proses pemurnian dimana prosesini
menentukan jenis asap cair yang dihasilkan (Jayanudin et al., 2012). Berikut ini
adalah jenis asap cair yaitu :
1. Asap cair nilai 3
Jenis asap cair nilai 3 ini sudah dilakukan proses pemurnian dengan distilasi
pada suhu sekitar 150° C untuk menghilangkan tar. Proses pemurnian asap cair
belum sempurna karena masih mengandung sedikit tar. Hal ini dapat terlihat
dari cirinya yaitu berwarna coklat pekat, bau tajam. Asap cair ini diorentasikan
untuk pengawetan karet.
2. Asap cair nilai 2
Jenis asap cair ini lebih murni dibandingkan dengan nilai 3 karena selain di
distilasi kemudian dilanjutkan penyaringan dengan zeolit. Asap cair ini
memiliki warna kuning kecoklatandandiorentasikan untuk pengawetan bahan
makanan mentah seperti daging, ayam, dan ikan.
3. Asap cair nilai 1
Asap cair nilai 1 merupakan penyempurnaan dari asap cair nilai 3 dan 2
karena dilakukan proses fraksinasi dan dilanjutkan penyaringan dengan
karbon aktif. Warna asap cair ini kuning pucat dan digunakan untuk bahan
makanan siap saji seperti mie basah, bakso, dan tahu.
Pemanfaatan asap cair sangat luas, seperti pada industri pangan. Asap cair ini
selain digunakan sebagai pengawet makanan juga sebagai pemberi rasa dan
aroma. Asap cair mengandung senyawa fenol dan asam bersifat anti mikroba dan
antioksidan. Manfaat asap cair pada industry perkebunan digunakan sebagai
koagulan lateks dengan sifat fungsional asap cair seperti antijamur, anti bakteri
sehingga dapat memperbaiki kualitas produk karet yang dihasilkan. Pada Industri
kayu asap cair mempunyai ketahanan terhadap serangan rayap dari pada kayu
yang tanpa diolesi asap cair
2.8 Pengertian Scanning Electron Microscope (SEM)

Pengujian mikrostruktur dilakukan untuk melihat mikrostuktur yang terjadi


pada bahan paduan CuHfCo. Dimana alat yang digunakan untuk pengamatan

15
mikrostruktur adalah SEM. Untuk melihat wujud fasa struktur yang terbentuk
pada bahan paduan CuHfCo. Sedangkan untuk pengamatan komposisi unsur
kimia secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan Energy Disversif Sinar-X
Spektroskopi (EDXS). SEM merupakan sebuah mikroskop elektron yang
berfungsi untuk melihat/menganalisa suatu permukaan dari sampel dengan cara
menembakkan elektron dengan energi tinggi pada sampel. Elektron ini kemudian
berinteraksi dengan atom-atom pada sampel sehingga sampel akan memproduksi
sinyal-sinyal yang mengandung informasi mengenai topografi permukaan dari
sampel komposisi dan beberapa karakteristik lain seperti konduktifitas listrik.
Definisi lain dari SEM adalah merupakan suatu mikroskop elektron yang mampu
untuk menghasilkan gambar beresolusi tinggi dari sebuah permukaan sampel.
Gambar yang dihasilkan oleh SEM memiliki karakteristik penampilan tiga
dimensi, dan dapat digunakan untuk menentukan struktur permukaan dari sampel
(Sihite, 2019). Hasil gambar dari SEM hanya ditampilkan dalam warna hitam
putih. SEM menerapkan prinsip difraksi elektron, dimana pengukurannya sama
seperti mikroskop optik. Prinsipnya adalah elektron yang ditembakkan akan
dibelokkan oleh lensa elektromagnetik dalam SEM. SEM menggunakan suatu
sumber elektron berupa pemicu elektron (electron gun) sebagai pengganti sumber
cahaya. Elektron-elektron ini akan diemisikan secara termionik (emisi elektron
dengan membutuhkan kalor, sehingga dilakukan pada temperatur yang tinggi) dari
sumber elektron

Gambar 2. 6 Alat Uji SEM


(Sumber : Sihite, 2019)

16
2.9 Pengertian Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDX)

EDX adalah instrumen yang digunakan untuk menentukan komposisi kimia


suatu bahan. Sistem analisis EDX bekerja sebagai fitur yang terintegrasi dengan
SEM dan tidak dapat bekerja tanpa SEM. Ketika sebuah sampel difoto oleh SEM,
selain sinar elektron juga diemisikan oleh sinar-X yang dibawa oleh EDX. Emisi
sinar-X tiap unsur khas dalam energi dan panjang gelombangnya. EDX mampu
menentukan tiap unsur yang merespon emisi tersebut. Data tersebut dapat
ditambahkan pada gambar SEM untuk menghasilkan sebuah peta unsur yang
sebenarnya dari permukaan sampel (Nugroho et al., 2020).

2.10 Pengertian X-RAY Diffraction (XRD)

Difraksi sinar-x merupakan metode analisa yang memanfaatkan interaksi


antara sinar-x dengan atom yang tersusun dalam sebuah system kristal. XRD
merupakan alat yang digunakan untuk mengkarakterisasi struktur kristal, ukuran
kristal dari suatu bahan padat. Semua bahan yang mengandung kristal tertentu
ketika dianalisa menggunakan XRD akan memunculkan puncak-puncak yang
spesifik. Sehingga kelemahan alat ini tidak dapat untuk mengkarakterisasi bahan
yang bersifat amorf (Taufiq, 2020).

Gambar 2. 7 Alat Uji XRD


(Sumber : Sihite, 2019)
Analisa XRD merupakan contoh analisa yang digunakan untuk
mengidentifikasi keberadaan suatu senyawa dengan mengamati pola pembiasan
cahaya sebagai akibat dari berkas cahaya yang dibiaskan oleh material yang

17
memiliki susunan atom pada kisi kristalnya. Secara sederhana, prinsip kerja dari
XRD dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap senyawa terdiri dari susunan atom-
atom yang membentuk bidang tertentu. Jika sebuah bidang memiliki bentuk yang
tertentu, maka partikel cahaya (foton) yang datang dengan sudut tertentu hanya
akan menghasilkan pola pantulan maupun pembiasan yang khas. Dengan kata
lain, tidak mungkin foton yang datang dengan sudut tertentu pada sebuah bidang
dengan bentuk tertentu akan menghasilkan pola pantulan ataupun pembiasan yang
bermacam-macam.

18
DAFTAR PUSTAKA
4202-Article Text-13337-1-10-20200616. (n.d.).

Hidayat, A., Setiadji, S., Eko, D., Hadisantoso, P., Kimia, J., Sains, F.,
Teknologi, D., Gunung, S., & Bandung, D. (n.d.). SINTESIS
OKSIDA GRAFENA TEREDUKSI (rGO) DARI ARANG
TEMPURUNG KELAPA (Cocos nucifera) (Vol. 5, Issue 2).

Simanjuntak, C., Siburian, R., Marpaung, H., & Tamrin. (2020).


Properties of Mg/graphite and Mg/graphene as cathode electrode
on primary cell battery. Heliyon, 6(1).
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2019.e03118

Kusumaningtyas, R. (2019). Karakterisasi FTIR dan SEM-EDX Arang


Aktif Eceng Gondok Berdasarkan Variasi Suhu Karbonisasi.

Hartini, L. (2014). KARAKTERISASI KARBON AKTIF TERAKTIVASI


NaCl DARI AMPAS TAHU.

Christyaningsih, R. Y., & Diponegoro, U. (2020). Aplikasi Fisika


Kuantum-Hamburan Pada ” X-Ray Diffaction ( XRD )”. June.

19

Anda mungkin juga menyukai