Anda di halaman 1dari 48

ADSORPSI LOGAM Mn DI SUNGAI KALIGARANG

KOTA SEMARANG MENGGUNAKAN POWDERED


ACTIVATED CARBON (PAC) BERBASIS
TEMPURUNG KELAPA

Tugas Akhir
diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Program Studi Teknik Kimia

Oleh
Ririn Hanifah 5213415012
Iffat Ganjar Fadhila Prakasita 5213415038

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Ririn Hanifah


NIM : 5213415012
Nama : Iffat Ganjar Fadhila Prakasita
NIM : 5213415038
Program Studi : S-1 Teknik Kimia
Judul TA : Adsorpsi Logam Mn di Sungai Kaligarang Kota Semarang
Menggunakan Powdered Activated Carbon (PAC) Berbasis Tempurung Kelapa

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke panitia ujian
skripsi Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Semarang, Juni 2019


Pembimbing,

Irene Nindita Pradnya, S. T., M. Sc.


NIP. 199004272017092255

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Adsorpsi Logam Mn di Sungai Kaligarang Kota Semarang Menggunakan Powdered
Activated Carbon (PAC) Berbasis Tempurung Kelapa

Ririn Hanifah 5213415012


Iffat Ganjar Fadhila Prakasita 5213415038

Telah Dipertahankan di depan Sidang Penguji sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Kimia
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Negeri Semarang

Semarang, Juni 2019

Tim Penguji,
Irene Nindita Pradnya, S. T., M. Sc.
NIP. 199004272017092255
Pembimbing

Dr. Widi Astuti, S. T., M. T.


NIP. 197310172000032001
Penguji I

Zuhriyan Ash Shiddieqy Bahlawan, S.T., M. T.


NIP. 199112292018031327
Penguji II

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang

Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T.,M.T


NIP. 197405191999032001

iii
PERNYATAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Tugas Akhir ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Negeri
Semarang (UNNES) maupun di perguruan tinggi lain.
2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesunguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.

Semarang, Juni 2019


Yang membuat pernyataan,

Ririn Hanifah Iffat Ganjar Fadhila Prakasita


NIM 5213415012 NIM 5213415038

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya bersama


kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau
berharap. (QS. Asy-Syarh : 5 – 8).

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah” (Q.S. Yusuf : 87)

PERSEMBAHAN

1. Allah SWT.
2. Kedua Orang Tua Tercinta.
3. Kakak dan adik kami.
4. Dosen-dosen kami.
5. Kawan-kawan kami
6. Almamater kami.

v
ABSTRAK

Hanifah, Ririn dan Iffat Ganjar Fadhila Prakasita. 2019. Tugas Akhir: Adsorpsi
Logam Mn di Sungai Kaligarang Kota Semarang Menggunakan Powdered
Activated Carbon (PAC) Berbasis Tempurung Kelapa. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing: Irene
Nindita Pradnya, S. T., M. Sc.

Berbagai aktivitas warga dan kegiatan industri di sekitar Sungai Kaligarang


Kota Semarang berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan. Pencemaran yang
sangat beresiko dan berbahaya adalah pencemaran akibat kontaminasi logam berat.
Kandungan logam berat Mn di Sungai Kaligarang berada di atas ambang batas yang
diperbolehkan. Keberadaan logam Mn menimbulkan berbagai masalah diantaranya
akumulasi di otak, hati, dan ginjal, menimbulkan sindrom parkinson, dan merusak
sistem saraf pusat. Resiko bahaya yang ditimbulkan oleh kandungan logam Mn dapat
diminimalisir dengan cara menurunkan kandungan limbah logam Mn yang terdapat di
Sungai Kaligarang, Kota Semarang. Metode yang efektif untuk mengatasi
permasalahan tingginya kadar logam Mn di Sungai Kaligarang, Kota Semarang adalah
dengan metode adsorpsi. Adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi pada
penelitian ini yaitu karbon aktif yang disintesis dari tempurung kelapa. Karbon aktif
berbentuk serbuk dengan ukuran partikel sebesar 500 mikron.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum adsorpsi logam Mn
dengan variabel yang digunakan meliputi variabel pH dan dosis adsorben. Proses
adsorpsi dilakukan dengan waktu kontak selama 90 menit. Adsorpsi dilakukan
menggunakan shaker yang diputar dengan kecepatan putar sebesar 210 rpm. Variasi
pH yang digunakan adalah pH 3, 7, dan 12, serta variasi dosis adsorben 1, 5, 10, 15
g/L. Hasil adsorpsi dianalisis kandungan Mn yang tersisa menggunakan AAS dan
dihitung persentase penjerapannya. Kondisi optimum yang didapatkan dari hasil
adsorpsi Mn adalah adsorpsi pada pH = 12 dengan dosis adsorben sebesar 1 g/L.
Persentase logam Mn yang terjerap pada adsorpsi dengan pH = 12 dan dosis adsorben
sebear 1 g/L yaitu 98,5%.
Kondisi optimum yang didapatkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai referensi dalam proses adsorpsi logam Mn di Sungai Kaligarang, Kota
Semarang untuk mendapatkan hasil penurunan logam Mn yang maksimal.

Kata kunci : adsorpsi, karbon aktif, logam Mn, Powdered Activated Carbon.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya serta partisipasi dari berbagai pihak yang telah banyak membantu baik
moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir
yang berjudul “Adsorpsi Logam Mn di Sungai Kaligarang Kota Semarang
Menggunakan Powdered Activated Carbon (PAC) Berbasis Tempurung Kelapa”. Oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Nur Qudus, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam memperlancar
penyelesaian tugas akhir ini.
2. Dr. Wara Dyah Pita Rengga, S.T.,M.T., sebagai Ketua Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan masukan
dan pengarahan dalam penyusunan tugas akhir ini.
3. Irene Nindita Pradnya, S.T., M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan waktu, bimbingan, motivasi dan petunjuk dalam menyelesaikan
tugas akhir ini.
4. Dr. Widi Astuti, S.T., M.T., dan Zuhriyan Ash Shiddieqy Bahlawan, S.T., M.
T. sebagai Dewan Penguji 1 dan Dewan Penguji II yang telah memberikan
masukan dan pengarahan dalam penyempurnaan penyusunan tugas akhir.
5. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan serta doa.
6. Keluarga besar mahasiswa Teknik Kimia angkatan 2015 yang selalu
memberikan semangat dan motivasi hingga terselesaikannya tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas akhir ini masih banyak kekurangan,
oleh karena itu dengan segala kerendahan hati pemulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dalam perabaikan tugas akhir ini.
Semarang, Juni 2019

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................................... 4
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................. 4
1.4 Rumusan Masalah............................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
1.6 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 6
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 6
2.2 Adsorpsi .............................................................................................................. 6
2.3 Karbon Aktif ....................................................................................................... 8
2.4 Karakteristik Karbon Aktif ............................................................................... 10
2.4 Logam Berat ..................................................................................................... 11
2.5 Logam Berat Mn ............................................................................................... 12
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 14
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan ....................................................................... 14
3.2 Variabel Penelitian ........................................................................................... 14
3.3 Alat dan Bahan ................................................................................................. 15

viii
3.4 Pengambilan Sampel Air Sungai ...................................................................... 15
3.5 Uji Adsoprsi ...................................................................................................... 16
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 18
4.1 Hasil Uji Adsorpsi Logam Mn (II) ................................................................... 18
4.2 Pengaruh pH Terhadap Adsorpsi Logam Mn (II) ............................................. 19
4.3 Pengaruh Dosis Adsorben Terhadap Adsorpsi Logam Mn (II) ........................ 23
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 25
5.1 Simpulan ........................................................................................................... 25
5.2 Saran ................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 26
LAMPIRAN ............................................................................................................... 30

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Adsorpsi Logam Mn .................................................. 6


Tabel 2.2 . Mutu Karbon Aktif Teknis Berdasarkan SNI 06-3730-1995 ................... 10

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Karbon aktif serbuk dari tempurung kelapa .............................................. 8


Gambar 2.2 Struktur pori karbon aktif .......................................................................... 9
Gambar 2.3 Logam Mn ............................................................................................... 12
Gambar 3.1. Titik pengambilan sampel Sungai Kaligarang Kota Semarang ............. 17
Gambar 4.1. Larutan sampel sebelum adsorpsi .......................................................... 18
Gambar 4.2. Larutan sampel sesudah adsorpsi ........................................................... 19
Gambar 4.3. Pengaruh pH (dosis adsorben 1 g/L) ...................................................... 19
Gambar 4.4. Pengaruh pH (dosis adsorben 5 g/L) ...................................................... 20
Gambar 4.5. Pengaruh pH (dosis adsorben 10 g/L) .................................................... 20
Gambar 4.6. Pengaruh pH (dosis adsorben 15 g/L) .................................................... 21
Gambar 4.7. Pengaruh antara dosis adsorben dengan persen teradsorpsi ................... 23

xi
xii
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lainnya. Seiring bertambahnya jumlah penduduk,
kebutuhan terhadap air bersih semakin meningkat. Kebutuhan air bersih ini dapat
dipenuhi dari sumber-sumber air, baik air tanah maupun air permukaan. Salah satu
sumber air permukaan yang banyak digunakan adalah sungai. Hal ini karena
ketersediannya banyak dan mudah dalam pengolahannya (Prasaja et al., 2015).

Sungai Kaligarang merupakan sungai terbesar di Kota Semarang. Berbagai


aktivitas warga terdapat di sepanjang aliran sungai ini, seperti pemukiman,
pemancingan, industri makanan, tekstil, peleburan besi, keramik, farmasi, apotek,
rumah sakit, dan TPA (Kurniawati et al, 2017). Aktivitas-aktivitas tersebut dapat
menghasilkan limbah yang akan menimbulkan pencemaran, diantaranya
peningkatan kandungan BOD dan COD dalam air, pencemaran zat warna, detergen,
dan pencemaran oleh logam berat. Salah satu pencemaran yang paling berbahaya
adalah pencemaran logam berat.

Keberadaan logam berat di perairan dapat berasal dari sumber alamiah


maupun non alamiah. Sumber logam berat alamiah yaitu pengikisan batuan mineral
dan debu vulkanik, sedangkan sumber nonalamiah yaitu berasal dari partikel logam
di udara dan aktivitas manusia berupa buangan industri maupun buangan rumah
tangga. Selain mencemari perairan, logam berat juga akan mengendap di dasar
perairan yang memiliki waktu tinggal lama (Syaifullah et al., 2018).

Hasil dari pengujian yang telah dilakukan, menunjukan bahwa Sungai


Kaligarang terkontaminasi logam berat Mn di atas ambang batas yang
diperbolehkan. Terdapatnya logam Mn di perairan sungai ini dapat berasal dari
limbah industri keramik, industri pelapisan logam, industri obat, dan industri cat.
Kehadiran logam Mn di perairan sungai akan menimbulkan dampak buruk bagi
makhluk hidup dan lingkungan, karena akan terakumulasi ke dalam biota perairan
dan dapat menimbulkan efek toksik terhadap organisme di dalamnya. Selain itu,
2

manusia juga rentan terpapar oleh logam Mn yang berasal dari konsumsi air dan
ikan dari daerah tercemar.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, konsentrasi


maksimum Mn yang diperbolehkan dalam air adalah 0,1 mg/L, sedangkan
konsentrasi logam Mn di Sungai Kaligarang mencapai 1,075 mg/L. Keberadaan
logam Mn yang berlebihan dapat menyebabkan masalah bagi manusia, antara lain
akan terakumulasi di otak, hati, dan ginjal (Farouk et al., 2015), menimbulkan
sindrom parkinson, dan merusak sistem saraf pusat (Niemiec et al, 2015).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi limbah logam Mn di


perairan, diantaranya filtrasi membran (Kasim et al., 2017), elektrokoagulasi
(Ganesan et al., 2012), dan adsorpsi (Idrees et al., 2018). Metode adsorpsi memiliki
banyak kelebihan diantaranya sederhana, biaya yang diperlukan relatif murah,
efisien, praktis, serta dapat direcovery dan digunakan kembali (Monteiro et al.,
2017).

Adsorben yang pernah digunakan untuk mengatasi limbah logam Mn adalah


zeolit (Ates, 2014). Namun, zeolit memiliki kekurangan yaitu banyak mengandung
pengotor dan memiliki kristalinitas yang rendah sehingga kemampuanya sebagai
adsorben berkurang (Trivana et al., 2015). Selain itu, adsorpsi logam Mn pernah
dilakukan dengan menggunakan kitosan (Wakeel et al., 2015). Namun kitosan
mempunyai harga yang mahal sehingga tidak dapat digunakan dalam skala besar
(Monteiro et al., 2017).

Penelitian lain, adsorpsi logam Mn dilakukan menggunakan karbon aktif


(Dimpe et al., 2018). Karbon aktif memiliki banyak kelebihan diantaranya memiliki
luas permukaan yang tinggi sehingga dapat mengadsorpsi lebih banyak molekul
dan stabil (Lakshmi et al., 2018). Selain itu karbon aktif dari limbah biomassa
memiliki biaya yang murah dan ketersediaan yang memadai sehingga berpotensi
untuk dikembangkan.

Penelitian tentang adsorbsi logam berat telah dilakukan menggunakan


karbon aktif dari beberapa perkursor diantaranya adalah kulit salak (Utama et al.,
3

2016), serbuk kayu bengkirai (Nurhadiansyah et al., 2018) dan buah bintaro
(Heriyanti et al., 2018). Namun, karbon aktif dari beberapa bahan tersebut memiliki
kekurangan yaitu sedikitnya ketersediaan bahan baku karena bersifat musiman dan
jarang dijumpai. Selain itu, karbon aktif untuk menjerap logam berat juga dibuat
dari cangkang buah karet (Kasim et al., 2018). Namun karbon aktif dari cangkang
buah karet memiliki kekurangan yaitu efektivitas penjerapan logam yang rendah
sehingga kurang efisien dalam penggunaanya.

Bahan lain yang berpotensi digunakan sebagai prekusor karbon aktif adalah
tempurung kelapa. Tempurung kelapa mengandung 36,3% selulosa, 25,1%
hemiselulosa, dan 28,7% lignin (Dhyani et al., 2017). Selain itu, tempurung kelapa
juga memiliki kadar abu yang rendah yaitu 0,7%, harga yang murah (Zhao et al.,
2018), memiliki massa jenis dan kemurnian yang tinggi, serta merupakan sumber
daya yang dapat diperbarui (Bharadwaj et al.,, 2016). Berdasarkan data Kementrian
Pertanian Indonesia tahun 2018, total produksi kelapa Indonesia mencapai 18 juta
ton per tahun. Hal ini menandakan ketersediaan tempurung kelapa di Indonesia
melimpah dengan tingginya angka produksi kelapa yang dihasilkan. Ketersediaan
yang melimpah, harga yang murah, dan tingginya massa jenis dan kandungan
lignoselulosa pada tempurung kelapa menjadikan tempurung kelapa berpotensi
dijadikan sebagai perkursor karbon aktif.

Karbon aktif yang terbuat dari tempurung kelapa memiliki beberapa


kelebihan, diantaranya memiliki distribusi struktur pori yang seragam, memiliki
kekerasan yang tinggi sehingga baik untuk pemurnian air, ramah lingkungan karena
berasal dari bahan organik (Bharadwaj et al., 2016). Karbon aktif tempurung kelapa
juga memiliki lebih banyak pori yang berukuran mikro dibandingkan dengan
karbon aktif batu bara, lebih keras, tahan terhadap abrasi, serta memiliki kandungan
abu yang lebih rendah (Ratnoji et al., 2014).

Berdasarkan ukurannya, terdapat beberapa jenis karbon aktif yaitu granula,


serbuk, dan pelet (Gamal et al., 2018). Di antara jenis tersebut, karbon aktif serbuk
memiliki kelebihan yaitu luas permukaan kontak per satuan berat sangat besar, dan
tidak memerlukan tambahan alat lagi karena karbon akan mengendap bersama
lumpur yang terbentuk (Kårelid et al., 2017).
4

Karbon aktif diuji kemampuan adsorpsinya terhadap logam Mn. Dosis


adsorben dan pH larutan diduga berpengaruh terhadap jumlah logam Mn yang
terjerap. Oleh karena itu, akan dipelajari pengaruh variable-variabel tersebut dalam
penelitian ini.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Tercemarnya Sungai Kaligarang Kota Semarang akibat berbagai kegiatan
yang dilakukan oleh manusia.
2. Limbah tempurung kelapa berpotensi digunakan sebagai perkursor karbon
aktif agar tidak mencemari lingkungan
3. Logam Mn merupakan limbah yang berbahaya bagi manusia dan
lingkungan.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini meliputi:
1. Karbon aktif yang dipilih pada penelitian ini adalah karbon aktif serbuk
(powdered activated carbon) dari tempurung kelapa.
2. Logam berat yang akan diadsorpsi adalah logam Mn

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh dosis adsorben terhadap kadar logam Mn yang
teradsorpsi?
2. Bagaimana pengaruh pH larutan terhadap kadar logam Mn yang
teradsorpsi?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh dosis adsorben terhadap kadar logam Mn yang
teradsorpsi.
2. Menganalisis pengaruh pH larutan terhadap kadar logam Mn yang
teradsorpsi.
5

1.6 Manfaat penelitian

1. Ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan teknologi


a. Mengembangkan teknologi adsorpsi sebagai upaya pengurangan
limbah di lingkungan
b. Memberikan wawasan tentang teknologi alternatif dalam mengatasi
limbah logam berat di Sungai Kaligarang dengan metode adsorpsi
menggunakan karbon aktif serbuk (powdered activated carbon) dari
tempurung kelapa.

2. Ditinjau dari segi masyarakat


a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai karbon aktif untuk
memperbaiki kualitas air di Sungai Kaligarang.
b. Menghimbau masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan
sekitar khususnya sungai.

3. Ditinjau dari segi pemerintah


Dapat dijadikan rekomendasi inovasi teknologi di bidang lingkungan
untuk mengurangi pencemaran air di masa depan sehingga Indonesia bisa
menjadi bersih dan indah.

4. Ditinjau dari segi akademisi


a. Menjadi referensi untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang
peduli terhadap lingkungan hidup.
b. Dapat dijadikan pedoman untuk penelitian selanjutnya.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu tentang adsorpsi logam Mn telah dilakukan


menggunakan beberapa adsorben diantaranya adalah karbon aktif, nanokomposit,
nanomagnetit, dan hidroksiapatit. Hasil dari beberapa penelitian tersebut dapat
dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Adsoprsi Logam Mn


No Peneliti Adsorben Hasil Penjerapan

1. Delima et al., Karbon aktif sekam 0,084 mg-Mn/mg adsorben


2017 padi (Persen teradsorpsi 54,15%)
2. Mahmudah et Nanopartikel Magnetit 0,197 mg-Mn/mg adsorben
al., 2017 (Fe3O4) (Persen teradsorpsi 44,53%)
3. Leizou et al., Biomassa kulit pisang 1,328 mg-Mn/g adsorben
2018 raja
(Persen teradsorpsi 79,6%)
4. Idrees et al., Biochar dari Pupuk 6,652 mg-Mn/g adsorben
2018 Kandang
(Persen teradsorpsi 78 %)
5. Olabyl et al., Hidroksiapatit tulang 14,68 mg-Mn/g adsorben
2018 sapi
(Persen teradsorpsi 91%)
6. Mohammed et Komposit Sodium 0,0763 mg/mg komposit
al., 2017 Deodesil Sulfat –
(Persen teradsorpsi 76,3 %)
Geothite
7. Kebabi et al., Mineral Vermicullite 0,0283 mg/mg adsorben
2017
(Persen teradsorpsi 83 %)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penurunan logam Mn menggunakan


metode adsorpsi memberikan hasil penjerapan yang baik.

2.2 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses penjerapan zat atau molekul pada permukaan
zat padat (Treybal., 1981). Zat yang terjerap disebut adsorbat dan zat penjerapnya
7

disebut adsorben. Adsorpsi dibagi menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika
(fisiosorpsi) dan adsorpsi kimia (kemisorpsi) (Mao et al., 2018). Adsorpsi fisika
terjadi karena gaya tarik inter molekul antara material dan zat padat, sedangkan
adsorpsi kimia terjadi karena interaksi antara padatan dengan adsorbat (Hasyim et
al., 2017). Adsorpsi memiliki keunggulan yaitu biayanya rendah, mudah
dioperasikan, sederhana, dan efisien (Wan et al., 2018). Proses adsorpsi dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Waktu kontak
Waktu kontak merupakan waktu berlangsungnya proses difusi dan
menempelnya adsorbat di permukaan adsorben. Semakin lama waktu
kontak maka akan semakin banyak adsorbat yang mengisi pori-pori
adsorben (Nasrun et al., 2017, Hasyim et al., 2017)
b. Karakteristik adsorben
Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan sifat penting dari suatu
adsorben. Semakin kecil pori suatu adsorben akan menyebabkan luas
permukaan adsorben semakin besar, sehingga kecepatan adsorpsi
bertambah (Nasrun, 2017)
c. Kelarutan adsorbat
Proses adsorpsi dapat terjadi jika molekul yang ada pada larutan terpisah
dari cairannya dan berikatan dengan permukaan adsorben. Sehingga, unsur
yang larut dalam larutan akan lebih sulit terjerap jika dibandingkan dengan
unsur yang tidak larut (Hajar et al., 2016).
d. Konsentrasi adsorbat
Semakin besar konsentrasi adsorbat, maka jumlah adsorbat yang terjerap
akan semakin banyak. Namun, semakin lama jumlah adsorbat yang terjerap
akan tetap karena seluruh permukaan adsorben telah tertutup oleh adsorbat,
sehingga adsorben tidak dapat menjerap adsorbat lagi.
e. Dosis adsorben
Semakin besar jumlah adsorben yang digunakan maka jumlah sisi aktif
adsorben sehingga semakin besar pula luas permukaan adsorben
(Alifaturrahma et al., 2015).
8

f. Temperatur
Temperatur akan mempengaruhi kecepatan dan jumlah adsorpsi yang
terjadi. Semakin tinggi temperatur, maka kecepatan adsorpsi akan
meningkat (Hasyim et al., 2017).
g. Kondisi pH
Ph adalah salah satu parameter penting dalam proses adsorbsi. Ph awal
larutan yang akan diadsorpsi secara langsung berpengaruh terhadap
persaingan ion hidroksida dan ion logam yang akan di jerap sehingga
berpengaruh pada kapasitas adsorpsi dari sisi aktif adsorben (Zhang et al.,
2014).
h. Proses pengadukan
Pengadukan yang kecil menyebabkan adsorben sukar menembus lapisan
film antara permukaan adsorben dan film diffusion yang merupakan lapisan
pembatas sehingga kecepatan penyerapan menjadi kecil (Hajar et al., 2016).

Adsorben yang paling umum digunakan dalam proses adsorpsi adalah


adsorben berbasis karbon aktif, silika, dan logam organik (MOFs) (Bamdad et al.,
2018).

2.3 Karbon Aktif

Karbon aktif adalah material kaya karbon yang mengandung struktur pori
internal dengan luas permukaan yang tinggi, baik makropori, mesopori, dan
mikropori yang dihasilkan dari aktivasi kimia maupun fisika (Danish et al., 2018).
Bentuk dan struktur karbon aktif masing – masing ditunjukkan oleh gambar 2.1 dan
gambar 2.2.

Gambar 2.1 Bentuk karbon aktif serbuk dari tempurung kelapa


9

Gambar 2.2 Struktur pori karbon aktif (Adib et al., 2016)

Karbon aktif telah digunakan secara luas pada berbagai bidang terutama
pada proses penjernihan dan pengolahan air limbah yaitu untuk menjerap zat warna,
logam berat, deterjen, herbisida, pestisida, hidrokarbon polyaromatik, dan recovery
pelarut (Ao et al., 2018).

Alasan utama penggunaan karbon aktif dalam penjerapan molekul adalah


karena fleksibilitasnya yang tinggi, struktur berporinya heterogen, kapasitas
adsorpsi yang tinggi dan memiliki luas permukaan spesifik (Gamal et al., 2018).

Luas permukaan spesifik karbon aktif mempengaruhi daya jerap yang


dimilikinya. Semakin tinggi luas permukaan spesifik suatu karbon aktif maka daya
jerap karbon aktif terhadap bahan gas ataupun cairan akan semakin tinggi
(Setiyanto et al., 2016). Luas permukaan spesifik karbon aktif yang baik berkisar
antara 500 - 1.500 m2/g (Pallarés et al., 2018). Daya jerap karbon aktif juga
dipengaruhi oleh ukuran pori. Berdasarkan diameter dan struktur porinya, pori
karbon aktif dibagi menjadi tiga kategori yaitu mikropori ( < 2 nm), mesopori (2
nm – 50 nm), dan makropori (> 50 nm) (Dizbay-onat et al., 2016). Distribusi ukuran
pori karbon aktif yang baik berkisar antara < 1 – 100 nm (Pallarés et al., 2018).

Berdasarkan tujuan dan ukuran fisiknya, karbon aktif dapat diklasifikasikan


dalam beberapa jenis yaitu :
10

a. Powdered Activated Carbon (PAC), memiliki diameter 15 - 25μm. PAC


memiliki luas permukaan spesifik yang tinggi dan resistensi yang lebih tinggi
dari molekul teradsorpsi (Gamal et al., 2018).
b. Granulated Activated Carbon (GAC), memiliki ukuran partikel 0,5 – 4 mm,
GAC lebih banyak diaplikasikan pada pengolahan air di industri karena mudah
dioperasikan dan diregenerasi untuk digunakan kembali (Krahnstöver et al.,
2018).
c. Spherical Activated Carbon (SAC), karbon aktif berbentuk spiral yang
disintesis dengan karbonisasi hidrotermal (HTC). Karbon aktif spiral memiliki
kandungan oksigen tinggi (Bedin et al., 2018).
d. Impregnanted Activated Carbon (IAC), karbon berpori yang ditambahkan
dengan unsur-unsur seperti Cl, Au, Al, Mn, dan Zn untuk menghilangkan
kontaminan spesifik yang tidak diadsorpsi oleh karbon dan meningkatkan
efisiensi penjerapan molekul (Song et al., 2016).

2.4 Karakteristik Karbon Aktif

Karakteristik suatu karbon aktif harus memenuhi syarat dan standar kualitas
yang telah ditetapkan. Syarat mutu karbon aktif di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Mutu Karbon Aktif Teknis Berdasarkan SNI 06-3730-1995


Syarat
Karakteristik Karbon Aktif
Granular Serbuk
Kadar bagian hilang pada pemanasan 950 0C
15 25
(% Maks)
Kadar air (% Maks) 4,4 15
Kadar abu (% Maks) 2,5 10
Daya serap I2 (mg/g Min) 750 750
Daya serap benzena (% Min) 25 -
Daya serap methylene blue (mg/g Min) 60 120
Bagian tidak menjadi arang Tidak Nyata Tidak Nyata
Karbon aktif murni (% Min) 80 65
Kerapatan jenis curah (g/ml) 0,45 – 0,55 0,30 – 0,35
Lolos ukuran mesh 325 % (% Min) - 90
Jarak mesh (%) 90 -
Kekerasan (%) 80 -
(Badan Standar Nasional, 2018).
11

Untuk mendapatkan karbon aktif dengan karakteristik dan kualitas yang


baik maka dapat dilakukan dengan menyesuaikan dan mengontrol langkah-langkah
pada saat sintesis karbon aktif terutama pada langkah aktivasi kimia dan fisika.

Sintesis karbon aktif dapat dilakukan menggunakan bahan dari limbah


industri, limbah pertanian, dan biomasa yang mengandung lignoselulosa (Aman et
al., 2018). Selain itu karbon aktif juga dapat disintesis dari biomassa akuatik seperti
cangkang dan kulit hewan laut.

Bahan yang digunakan sebagai perkursor karbon aktif sebaiknya memenuhi


karakteristik sebagai berikut (Bergna et al., 2018) :

a. Memiliki kandungan karbon yang tinggi


b. Kandungan abu rendah
c. Berpotensi baik untuk diaktivasi
d. Memiliki potensi kerusakan yang kecil pada masa penyimpanan
e. Memiliki densitas yang tinggi dan kandungan volatil yang cukup
f. Biaya bahan murah ketersediaanya dapat dipenuhi secara berkelanjutan

Dari beberapa alternatif bahan baku, pembuatan karbon aktif menggunakan


bahan dari biomassa yang mengandung lignoselulosa memiliki banyak keuntungan
diantaranya adalah prekursornya beragam, ketersediaanya melimpah dan
terbarukan, proses sintesisnya relatif sederhana karena biomassa memiliki
reaktivitas tinggi, serta biaya yang murah (González-García, 2018).

Karbon aktif dari biomassa merupakan strategi yang baik dalam upaya
pengendalian pencemaran lingkungan karena sifatnya yang terbarukan, murah, dan
dapat terdegradasi secara alami dimana sisa pemakaian karbon aktif dapat masuk
ke dalam tanah dan terurai bersama dengan siklus karbon alami (Ravichandran et
al, 2018). Konversi limbah biomassa menjadi karbon aktif dapat mengatasi masalah
lingkungan seperti akumulasi limbah pertanian dan industri yang menyebabkan
polusi udara dan air (Peredo-Mancilla et al., 2018).

2.5 Logam Berat


Logam berat merupakan logam yang memiliki specific gravity lebih dari 4
(Elkady et al., 2015). Logam berat dibagi menjadi dua jenis, yaitu logam berat
12

esensial dan logam berat nonesensial. Logam berat esensial merupakan logam yang
pada jumlah relatif kecil sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, namun dalam
jumlah yang berlebih akan menimbulkan efek toksik. Logam berat yang termasuk
dalam golongan ini antara lain Zn, Cu, Fe, Mo, Se, dan Mn. Logam berat non
esensial merupakan logam berat yang belum diketahui manfaatnya bagi tubuh atau
bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cr, Pb, Cd, Sn, dan lain sebagainya
(Yulianto et al., 2018).

2.6 Logam Berat Mn

Mangan (Mn) merupakan logam yang berwarna silver metalik, keras,


namun sangat rapuh (Resvandry et al., 2018). Mn umumnya digunakan pada
produksi besi dan baja, pembuatan baterai sel kering, pembuatan kalium
permanganat (KMnO4), pembuatan gelas dan keramik, pemutihan tekstil, oksidator
pada pelapis elektroda di batang las, perekat, cat, dan aditif bahan bakar (Avila et
al., 2013). Bentuk logam Mn ditunjukkan oleh gambar 2.2.

Gambar 2.3 Logam Mn (Deniz et al., 2016)

Keberadaan Mn yang berlebihan di lingkungan dapat menyebabkan flek


pada benda-benda putih oleh MnO2, menimbulkan rasa dan menyebabkan warna
ungu atau hitam pada air minum (Resvandry et al., 2018). Keberadaan logam Mn
yang berlebihan di dalam air akan menimbulkan dampak buruk, bagi manusia dan
makhluk hidup lainnya, diantaranya merusak fungsi imunologis ikan, menyebabkan
13

efek negatif pada pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup ikan


(Niemiec et al., 2015). Apabila logam Mn terkonsumsi oleh manusia maka akan
terakumulasi di otak, hati, dan ginjal (Farouk et al., 2015), menimbulkan sindrom
parkinson, mengganggu fungsi sinapsis, merusak sistem saraf pusat, mengurangi
penyerapan kalsium dan fosfor, mengganggu metabolisme karbohidrat (Niemiec et
al., 2015), menyebabkan neurotoksisitas, imunotoksisitas, dan perubahan dalam
perkembangan serta disfungsi reproduksi.

Sifat fisik logam Mn adalah:

1. Nomor atom : 25
2. Massa atom relatif : 54,94
3. Massa jenis : 7,2 g/mL
4. Titik leleh : 1260oC
5. Titik didih : 1900oC
(Perry, 8th edition, 2008)
14

BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian tentang degradasi logam Mn di Sungai Kaligarang Kota


Semarang dengan metode adsoprsi menggunakan powdered activated carbon
tempurung kelapa ini dilakukan dalam rangka penyusunan tugas akhir.

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Penelitian ini dilakukan di Sungai Kaligarang, Banjir Kanal Barat, Kota
Semarang sebagai lokasi pengambilan sampel dan Laboratorium Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang, dengan waktu pelaksanaan mulai bulan
November 2018 hingga Januari, 2019.

3.2 Variabel Penelitian


Penelitian tentang degradasi logam Mn di Sungai Kaligarang, Kota
Semarang dengan metode adsoprsi menggunakan powdered activated carbon
tempurung kelapa ini memiliki beberapa variabel sebagai berikut:

1. Variabel Tetap
a. Lokasi pengambilan sampel air sungai berada di Sungai Kaligarang,
Banjir Kanal Barat, Kota Semarang.
b. Karbon aktif yang digunakan adalah Powdered Activated Carbon
berbasis tempurung kelapa dengan ukuran 500µm.
c. Logam yang diadsorpsi adalah logam Mn (II)
d. Konsentrasi awal logam Mn (II) sebesar 10,75 ppm
e. Waktu adsorpsi selama 90 menit

2. Variabel bebas
a. pH adsorpsi
Variasi pH adsorpsi yang digunakan meliputi 3, 7, dan 12.
b. Dosis adsorben
Dosis adsorben yang digunakan adalah 1, 5, 10, dan 15 g/L
15

3.3 Alat dan Bahan


Penelitian ini menggunakan alat dan bahan sebagai berikut:
1. Alat
a. Timbangan digital
b. Spatula
c. Gelas arloji
d. Pipet ukur
e. Ball Filler
f. Pipet tetes
g. Labu takar 100 mL
h. Gelas beker 100 mL
i. Erlenmayer
j. Pengaduk kaca
k. Kertas saring
l. Corong kaca
m. Indikator universal
n. Sieve Tray
o. Shaker
p. AAS

2. Bahan
a. Karbon aktif serbuk (PAC) dari tempurung kelapa dengan ukuran
500µm
b. NaOH
c. HCl
d. Aquades
e. MnSO4.H2O

3.4 Pengambilan dan Pengujian Sampel Air Sungai


Lokasi pengambilan sampel air sungai dilakukan di Sungai Kaligarang,
Banjir Kanal Barat, Kota Semarang seperti ditunjukkan oleh gambar 3.1.
16

Pengujian sampel air sungai dilakukan di PDAM Tirta Moedal Kota


Semarang.

3.5 Uji Adsorpsi


1) Pembuatan Larutan Induk
Larutan ion 1000 ppm Mn (II) dibuat dengan melarutkan 0,307 gram
serbuk MnSO4.H2O dalam 100 mL aquades.

2) Pembuatan Kurva Standar


Larutan standar dibuat dengan konsentrasi Mn (II) sebesar 0,
0,2, 0,4, 0,6, 0,8, 1 mg/l kemudian diukur adsorbansinya dengan
AAS.

3) Adsorpsi Mn (II)
Uji adsorpsi dilakukan secara batch adsorption. Sebanyak 10,75
mL larutan Mn 1000 ppm diencerkan dengan akuades 100 mL
sehingga diperoleh larutan Mn 107,5 ppm. Kemudian sebanyak 10
mL larutan Mn 107,5 ppm diencerkan dengan aquades 100 mL.
sehingga diperoleh larutan Mn 10,75 ppm.
Karbon aktif sebanyak 0,05 gram ditambahkan larutan
MnSO4.H2O sebanyak 50 mL dengan konsentrasi 10,75 ppm.
Larutan kemudian diatur pH nya dengan penambahan 1 M HCl atau
NaOH untuk menyesuaikan pH 3, 7, dan 12. Larutan kemudian
dikocok menggunakan shaker dengan kecepatan 210 rpm dengan
waktu adsorpsi 90 menit. Larutan kemudian disaring dengan kertas
saring dan dianalisis kadar logam Mn menggunakan AAS untuk
mengetahui konsentrasi Mn yang tersisa. Pengaruh dosis adsorben
dianalisis pada 1, 5, 10, dan 15 g/ml.
17

Gambar 3.1. Titik pengambilan sampel sungai Kaligarang Kota Semarang


18

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Adsorpsi Logam Mn (II)


Penelitian tentang penjerapan logam Mn (II) di Sungai Kaligarang, Kota
Semarang bertujuan untuk menentukan kondisi adsorpsi optimum agar didapatkan
hasil penurunan logam Mn (II) yang maksimal. Adsorben yang digunakan pada
penelitian ini yaitu karbon aktif dari tempurung kelapa dengan ukuran 500µm. Uji
adsorpsi logam Mn (II) dilakukan dengan variasi pH dan dosis adsorben yang
berbeda. Variabel pH yang digunakan adalah pH 3, 7, dan 12, sedangkan variabel
dosis adsorben yang digunakan yaitu 0,05, 0,25, 0,5, dan 0,75 gram. Larutan sampel
dengan konsentrasi logam Mn (II) sebesar 10 ppm diadsorpsi menggunakan karbon
aktif. Larutan sampel yang mengandung logam Mn (II) semula berwarna kuning
kecoklatan. Setelah dilakukan adsorpsi pada larutan sampel, hasil uji menunjukan
perubahan fisik pada larutan sampel dimana larutan sampel yang semula berwarna
kuning kecoklatan berubah menjadi bening. Hal ini menandakan konsentrasi logam
Mn (II) dalam larutan sampel berkurang karena teradsorpsi oleh karbon aktif dan
menyisakan larutan yang berwarna bening. Perbandingan perubahan warna larutan
sampel sebelum dan sesudah adsorpsi dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2.

Gambar 4.1. Larutan sampel sebelum adsorpsi


19

Gambar 4.2. Larutan sampel sesudah adsorpsi

4.2 Pengaruh pH Terhadap Adsorpsi Logam Mn (II)

Derajat keasaman atau pH merupakan parameter penting yang perlu dikaji


pada suatu proses adsorpsi. Hal ini karena pH berpengaruh terhadap muatan ion
logam dan muatan situs aktif dari adsorben yang digunakan (Idrees et al, 2018).
Studi tentang pengaruh pH terhadap penjerapan logam Mn (II) dilakukan untuk
menentukan pH optimum agar didapatkan hasil adsorpsi logam Mn (II) yang
maksimal. Adsorpsi logam Mn (II) dalam penelitian ini dilakukan pada variasi pH
3, 7, dan 12 yang mewakili pH asam, netral, dan basa. Pengaturan pH dilakukan
secara manual menggunakan larutan NaOH dan HCl dan diukur menggunakan
kertas indikator pH universal. Hasil penelitian tentang pengaruh pH terhadap
adsoprsi logam Mn (II) ditunjukan pada gambar 4.3, gambar 4.4, gambar 4.5, dan
gambar 4.6.

100

80
% Penjerapan

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13
pH

Gambar 4.3. Pengaruh pH (dosis adsorben 1 g/L)


20

100

80
% Penjerapan

60

40

20

0
1 3 5 7 9 11 13
pH

Gambar 4.4. Pengaruh pH (dosis adsorben 5 g/L)

Gambar 4.3 dan 4.4 menunjukan grafik pengaruh pH terhadap presentase


penjerapan logam Mn (II) menggunakan dosis adsorben sebesar 1 dan 5 g/L.
Adsorpsi logam Mn (II) dengan dosis adsorben 1 g/L memberikan hasil penjerapan
dengan persentase sebesar 86,78%, 34,33%, dan 98,5% pada pH 3, 7, dan 12.
Adsorpsi logam Mn (II) dengan dosis adsorben 5 g/L memberikan hasil penjerapan
dengan persentase sebesar 86,92%, 34,88%, dan 98,43% pada pH 3, 7, dan 12. Hasil
penelitian menunjukan karakteristik yang sama pada kedua dosis adsorben dimana
pada pH asam memberikan hasil persentase penjerapan yang tinggi, pada pH netral
persentase penjerapan menurun cukup signifikan, kemudian persentase penjerapan
naik kembali dengan naiknya pH larutan menjadi basa.

100
% Penjerapan

90

80

70
1 3 5 7 9 11 13
pH

Gambar 4.5. Pengaruh pH (dosis adsorben 10 g/L)


21

100

% Penjerapan

90

80

70
1 3 5 7 9 11 13
pH

Gambar 4.6. Pengaruh pH (dosis adsorben 15 g/L)

Gambar 4.5 dan 4.6 menunjukan grafik pengaruh pH terhadap presentase


penjerapan logam Mn (II) menggunakan dosis adsorben 10 dan 15 g/L. Adsorpsi
logam Mn (II) dengan dosis adsorben 10 g/L memberikan hasil penjerapan dengan
persentase sebesar 86,91%, 80,85%, dan 98,42% pada pH 3, 7, dan 12. Adsorpsi
logam Mn (II) dengan dosis adsorben 15 g/L memberikan hasil penjerapan dengan
persentase sebesar 87,18%, 86,28%, dan 98,4% pada pH 3, 7, dan 12. Hasil
penelitian menunjukan karakteristik yang sama pada kedua dosis adsorben dimana
pada pH asam memberikan hasil persentase penjerapan yang tinggi, kemudian
persentase penjerapan turun pada pH netral dengan jumlah penurunan yang tidak
terlalu banyak, kemudian persentase penjerapan logam Mn (II) naik kembali pada
pH = 12.

Adsorpsi logam Mn (II) pada kondisi asam dengan pH = 3 memberikan hasil


penjerapan dengan persentase yang cukup tinggi pada keempat dosis yang berbeda.
Hal ini dapat dikarenakan pada pH = 3 dalam proses adsorpsi ini situs aktif adsorben
belum terprotonasi dengan baik dan tidak banyak ion H+ yang berikatan dengan
situs aktif adsorben sehingga persaingan antara ion logam Mn dan ion H+ untuk
berikatan dengan situs aktif adsorben tidak terjadi secara signifikan. Kondisi
tersebut menyebabkan adsorben dapat menjerap lebih banyak logam Mn (II) karena
banyak situs aktif yang masih kosong.
22

Uji adsorpsi pada kondisi basa dengan pH = 12 memberikan hasil


penurunan logam Mn (II) yang lebih tinggi dari kondisi asam dengan persentase
penurunan rata - rata sebesar 98,4 %. Peningkatan pH pada larutan mengakibatkan
permukaan adsorben mengalami deprotonasi sehingga situs aktif adsorben menjadi
bermuatan negatif (Zhang et al., 2014). Keadaan ini mengakibatkan terjadinya gaya
tarik menarik antara sisi aktif adsorben yang bermuatan negatif dengan ion logam
Mn yang terdispersi dalam larutan sebagai ion Mn2+ yang bermuatan positif. Gaya
tarik menarik ini membantu proses penjerapan ion logam Mn (II) ke dalam pori –
pori menjadi lebih mudah (Widayatno et al., 2017). Oleh karena itu pada kondisi
basa proses penjerapan logam Mn (II) lebih optimal dari kondisi asam. Namun
demikian pada kondisi basa, efisiensi penjerapan akan menurun setelah mencapai
batas maksimum adsorpsi (Zhang et al., 2014). Di sisi lain, pada pH basa terdapat
kemungkinan terjadinya pembentukan kompleks hidroksida dari ion logam. Pada
tingkat pH yang tinggi, logam Mn (II) dapat terkonversi menjadi mangan
hidroksidepresipitat yang mengendap dalam larutan (Yanou et al., 2015).
Terjadinya presipitasi logam Mn (II) disebabkan oleh reaksi antara logam Mn (II)
dengan ion OH- yang berasal dari penambahan larutan NaOH. Ion Mn akan bereaksi
dengan ion OH- dari larutan NaOH membentuk endapan berwarna coklat yang tidak
larut dalam reagen berlebih. Persamaan reaksi pengendapan yang terjadi adalah
sebagai berikut (Vogel’s, 5th ed, 1979) :
Mn + 2 OH- → Mn(OH)2 ↓

Adsorpsi logam Mn (II) pada pH =7 menunjukan hasil yang berbeda dimana


pada pH ini, persentase penjerapan logam Mn (II) cenderung menurun. Hal ini
dikarenakan pada pH netral ion logam dalam larutan dapat mengalami reaksi
harolisis yang mengakibatkan ion logam menjadi sulit terjerap karena bersifat tidak
stabil (Nurafriyanti et al., 2017). Kondisi ini mengakibatkan efisiensi penjerapan
logam Mn (II) pada pH netral cenderung menurun.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dilihat bahwa pada penelitian ini
hasil penjerapan logam Mn (II) menggunakan karbon aktif yang paling optimal
dicapai pada pH = 12 dan dosis adsorben 1 g/L dengan presentase penjerapan
sebesar 98,5%. Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian sebelumnya
23

yang dilakukan oleh Mahmuda et al (2014) tentang adsorpsi logam Mn (II)


menggunakan adsorben nanopartikel magnetit dimana hasil penjerapan optimal dari
logam Mn (II) dicapai pada pH = 12.

4.3 Pengaruh Dosis Adsorben Terhadap Adsorpsi Logam Mn (II)

Dosis adsorben merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses


adsorpsi. Penelitian ini menggunakan adsorben berupa karbon aktif. Pengaruh dosis
karbon aktif terhadap penjerapan logan Mn (II) dapat diketahui dengan cara
adsorpsi 10,75 ppm larutan Mn (II) pada pH optimal adsorpsi dengan menggunakan
variasi massa karbon aktif sebesar 1, 5, 10, dan 15 g/L. Adsorpsi logam Mn (II)
dilakukan dengan menambahkan karbon aktif pada 50 mL larutan sampel dengan
konsentrasi Mn (II) sebesar 10,75 ppm. Adsorpsi dilakukan dengan waktu kontak
90 menit pada pH optimum yaitu pH = 12 dengan kecepatan pengadukan 210 rpm.
Setelah 90 menit, filtrat disaring kemudian dianalisis kandungan logam Mn (II)
yang tersisa dengan menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).
Pengaruh dosis karbon aktif terhadap kadar Mn (II) terjerap ditunjukkan oleh
Gambar 4.7.

0,9847

0,9846
Persen teradsorbsi

0,9845

0,9844

0,9843

0,9842

0,9841

0,984

0,9839
0 5 10 15
Dosis adsorben

Gambar 4.7. Pengaruh antara dosis adsorben dengan persen teradsorpsi

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa semakin banyak massa adsorben yang


ditambahkan, efisiensi penjerapan semakin rendah. Persen penjerapan terbesar
24

diperoleh pada massa adsorben 1 g/L yaitu sebesar 98,47%. Secara teori, dengan
semakin meningkatnya massa adsorben yang digunakan maka persen penjerapan
akan semakin tinggi. Hal ini karena situs aktif atau luas permukaan adsorben
meningkat seiring dengan peningkatan masa adsorben, sehingga adsorbat yang
terjerap akan semakin banyak (Pandia et al., 2016). Namun, persen penjerapan
dapat berkurang dengan peningkatan massa adsorben, karena dengan meningkatnya
massa adsorben maka akan terjadi aglomerasi atau penggumpalan karbon aktif.
Aglomerasi ini akan menurunkan luas permukaan yang tersedia untuk proses
adsorpsi sehingga persen penjerapan akan menurun (Gora et al., 2016).
25

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian adsorspi logam Mn di Sungai
Kaligarang, Kota Semarang yang diperoleh maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Semakin banyak massa adsorben yang ditambahkan maka semakin
rendah efisiensi penjerapan logam Mn. Hasil penjerapan logam Mn
yang paling tinggi dicapai pada adsorpsi menggunakan dosis adsorben
1 g/L dengan persentase penjerapan sebesar 98,5%.
2. Semakin tinggi pH adsorprsi maka semakin tinggi efisiensi penjerapan
logam Mn. Hasil penjerapan logam Mn yang paling tinggi dicapai pada
adsorpsi dengan pH = 12 dengan rata - rata persentase penjerapan
sebesar 98,4%.

5.2 Saran
1. Perlu diteliti lebih lanjut tentang kinetika adsoprsi dan isotermis
adsorpsi untuk menentukan dosis adsorben yang akurat
2. Perlu dilakukan analisis SEM, BET, dan FT-IR pada adsorben yang
digunakan untuk mengetahui distribusi ukuran pori, struktur morfologi
dan gugus fungsi dari karbon aktif.
26

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. R. M., Suraya, W. M. S. W., Rafidah, H., Amirza, A. R. M., Attahirah,


M. H. M. N., Hani, M. S. N. Q., & Adnan, M. S. (2016). Effect of Phosphoric
Acid Concentration on the Characteristics of Sugarcane Bagasse Activated
Carbon. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 136(1).
https://doi.org/10.1088/1757-899X/136/1/012061
Alifaturrahma, P. (n.d.). PEMANFAATAN KULIT PISANG KEPOK SEBAGAI
ADSORBEN UNTUK MENYISIHKAN LOGAM Cu, 8(2).
Ao, W., Fu, J., Mao, X., Kang, Q., Ran, C., Liu, Y., … Dai, J. (2018). Microwave
assisted preparation of activated carbon from biomass: A review. Renewable
and Sustainable Energy Reviews, 92(July 2017), 958–979.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2018.04.051
Bamdad, H., Hawboldt, K., & MacQuarrie, S. (2018). A review on common
adsorbents for acid gases removal: Focus on biochar. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 81(October 2016), 1705–1720.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.05.261
Bedin, K. C., Souza, I. P. A. F., Cazetta, A. L., Ronix, A., & Almeida, V. C. (2018).
PT NU SC. Journal of Molecular Liquids, #pagerange#.
https://doi.org/10.1016/j.molliq.2018.08.020
Bergna, D., Varila, T., Romar, H., & Lassi, U. (2018). Comparison of the Properties
of Activated Carbons Produced in One-Stage and Two-Stage Processes. C,
4(3), 41. https://doi.org/10.3390/c4030041
Bharadwaj, N. D., Mishra, P., Jain, R., & Uchchariya, D. (2016). Use of Activated
Carbon of Coconut Shell ( Cocos nucifera ) for Reduction of Chloride and
Hardness of Water, 3(8), 6–11. https://doi.org/10.17148/IARJSET.2016.3815
Danish, M., & Ahmad, T. (2018). A review on utilization of wood biomass as a
sustainable precursor for activated carbon production and application.
Renewable and Sustainable Energy Reviews, 87(April 2017), 1–21.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2018.02.003
Delima, A., Harahap, H., Verantika, F., Fahmi, N. Y., & Tanjung, A. P. (2017).
Penyerapan Ion Logam Mangan ( Mn ) menggunakan Adsorben dari Sekam
Padi Hasil Aktivasi dengan Asam Sitrat, (2001), 155–159.
Dimpe, K. M., Ngila, J. C., & Nomngongo, P. N. (2018). Preparation and
application of a tyre-based activated carbon solid phase extraction of heavy
metals in wastewater samples. Physics and Chemistry of the Earth.
https://doi.org/10.1016/j.pce.2018.02.005
Dizbay-Onat, M., Vaidya, U. K., & Lungu, C. T. (2017). Preparation of industrial
sisal fiber waste derived activated carbon by chemical activation and effects
of carbonization parameters on surface characteristics. Industrial Crops and
Products, 95, 583–590. https://doi.org/10.1016/j.indcrop.2016.11.016
Elkady, M. F., Hussein, M. M., & Atiaa, H. M. (2015). Preparation of nano-
activated carbon from carbon based material for copper decontamination from
wastewater, 3, 31–37. https://doi.org/10.11648/j.ajac.s.2015030301.15
Gamal, M. El, Mousa, H. A., El-naas, M. H., Zacharia, R., & Judd, S. (2018).
Separation and Puri fi cation Technology Bio-regeneration of activated
carbon : A comprehensive review, 197(January), 345–359.
27

https://doi.org/10.1016/j.seppur.2018.01.015
Ganesan, P., Lakshmi, J., & Sozhan, G. (2012). Removal of Manganese from Water
by Electrocoagulation: Adsorption, Kinetics and Thermodynamic Studies,
9999, 1–11. https://doi.org/10.1002/cjce.21709
González-García, P. (2018). Activated carbon from lignocellulosics precursors: A
review of the synthesis methods, characterization techniques and applications.
Renewable and Sustainable Energy Reviews, 82(August 2017), 1393–1414.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.04.117
Heriyanti, H. (2018). Adsorpsi Air Gambut Menggunakan Karbon Aktif Dari Buah
Bintaro. Chempublish Journal, 2(2), 11–20.
https://doi.org/10.22437/chp.v2i2.4470
Idrees, M., Batool, S., Ullah, H., Hussain, Q., Al-Wabel, M. I., Ahmad, M., …
Kong, J. (2018). Adsorption and thermodynamic mechanisms of manganese
removal from aqueous media by biowaste-derived biochars. Journal of
Molecular Liquids (Vol. 266). Elsevier B.V.
https://doi.org/10.1016/j.molliq.2018.06.049
Kårelid, V., Larsson, G., & Björlenius, B. (2017). Pilot-scale removal of
pharmaceuticals in municipal wastewater: Comparison of granular and
powdered activated carbon treatment at three wastewater treatment plants.
Journal of Environmental Management, 193, 491–502.
https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2017.02.042
Kebabi, B., Terchi, S., Bougherara, H., Reinert, L., & Duclaux, L. (2017). Removal
of manganese (II) by edge site adsorption on raw and milled vermiculites.
Applied Clay Science, 139, 92–98. https://doi.org/10.1016/j.clay.2016.12.041
Krahnstöver, T., & Wintgens, T. (2018). PT SC. Biochemical Pharmacology.
https://doi.org/10.1016/j.jece.2018.09.001
Kurniawati, S., & Raharjo, M. (2017). Risiko Kesehatan Lingkungan Pencemaran
Logam Berat Kromium Heksavalen ( Cr VI ) pada Ikan Nila ( Oreochromis
niloticus ) di Aliran Sungai Garang Kota Semarang, 3(Cr VI), 153–160.
Lakshmi, S. D., Avti, P. K., & Hegde, G. (2018). Nano-Structures & Nano-Objects
Activated carbon nanoparticles from biowaste as new generation antimicrobial
agents : A review. Nano-Structures & Nano-Objects, 16, 306–318.
https://doi.org/10.1016/j.nanoso.2018.08.001
Mahmudah, D., Sakinah, N., & Suharyadi, E. (2017). Adsorpsi Logam Tembaga
(Cu), Mangan (Mn) dan Nikel (Ni) dalam Artificial Limbah Cair dengan
Menggunakan Nanopartikel Magnetit (Fe3O4). Indonesian Journal of Applied
Physics, 4(2), 126. https://doi.org/10.13057/ijap.v4i02.4974
Mao, J., Wang, D., Yang, X., Zhang, Z., Yang, B., & Zhang, C. (2018). Adsorption
of surfactant on stratum rocks : Exploration of low adsorption surfactants for
reservoir stimulation. Journal of the Taiwan Institute of Chemical Engineers,
0, 1–8. https://doi.org/10.1016/j.jtice.2018.08.016
Mohammed, R., El-Maghrabi, H. H., Younes, A. A., Farag, A. B., Mikhail, S., &
Riad, M. (2017). SDS-goethite adsorbent material preparation, structural
characterization and the kinetics of the manganese adsorption. Journal of
Molecular Liquids, 231, 499–508.
https://doi.org/10.1016/j.molliq.2017.02.041
Monteiro, S., Farias, R. F. De, Pestana, A., Santana, S. A., Silva, H. A. S., &
Bezerra, C. W. B. (2017). Wood ( Bagassa guianensis Aubl ) and green
28

coconut mesocarp ( cocos nucifera ) residues as textile dye removers (


Remazol Red and Remazol Brilliant Violet ), 204.
https://doi.org/10.1016/j.jenvman.2017.08.033
Niemiec, M., & Wiśniowska-kielian, B. (2015). ACCUMULATION OF
MANGANESE IN SELECTED LINKS OF FOOD CHAINS, 20(4), 945–956.
https://doi.org/10.5601/jelem.2015.20.1.808
Nurafriyanti, Prihatini, N. S., & Syauqiah, I. (2017). Pengaruh variasi pH dan berat
total adsorben dalam pengurangan konsentrasi Cr total pada limbah artifisial
menggunakan adsorben ampas daun teh. Jukung Jurnal Teknik Lingkungan,
3(1), 56–65.
Nurhadiansyah, A., Diah, I., & Pahlanop, B. (2018). Sintesis dan Karakterisasi
Karbon Aktif dari Limbah Serbuk Kayu Bengkirai sebagai Adsorben Logam
Fe pada Air Gambut, VI(2), 124–128.
Pallarés, J., González-Cencerrado, A., & Arauzo, I. (2018). Production and
characterization of activated carbon from barley straw by physical activation
with carbon dioxide and steam. Biomass and Bioenergy, 115(April), 64–73.
https://doi.org/10.1016/j.biombioe.2018.04.015
Peredo-Mancilla, D., Ghouma, I., Hort, C., Ghimbeu, C. M., Jeguirim, M., &
Bessieres, D. (2018). CO2 and CH2 adsorption behavior of biomass-based
activated carbons. Energies, 11(11), 1–13.
https://doi.org/10.3390/en11113136
Priya, E. S., & Selvan, P. S. (2014). Water hyacinth ( Eichhornia crassipes ) – An
efficient and economic adsorbent for textile effluent treatment – A review.
ARABIAN JOURNAL OF CHEMISTRY.
https://doi.org/10.1016/j.arabjc.2014.03.002
R. Haryo bimo setianto. (2018). Jurnal Litbang Industri. Kementrian Perindustrian,
8(June), 11–16. https://doi.org/10.24960/jli.v8i1.3844.23-30
Ravichandran, P., Sugumaran, P., Seshadri, S., & Basta, A. H. (2018). Optimizing
the route for production of activated carbon from Casuarina equisetifolia fruit
waste. Royal Society Open Science, 5(7). https://doi.org/10.1098/rsos.171578
Setiyanto, R. A., Darundiati, Y. H., & Joko, T. (2016). Efektivitas Sistem
Constructed Wetlands Kombinasi Melati Air (Echinodorus palaefolius) dan
Karbon Aktif dalam Menurunkan Kadar COD (Chemical Oxygen Demand)
LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT BANYUMANIK SEMARANG. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 4(1), 436–445. Retrieved from http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Song, Y. C., & Lee, T. G. (2016). Preparation of gold- and chlorine-impregnated
bead-type activated carbon for a mercury sorbent trap. Chemosphere, 165,
470–477. https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2016.09.021
Tounsadi, H., Khalidi, A., & Farnane, M. (2016). Experimental design for the
optimization of preparation conditions of highly efficient activated carbon
from Glebionis coronaria L . and heavy metals. Process Safety and
Environmental Protection, 102, 710–723.
https://doi.org/10.1016/j.psep.2016.05.017
Treybal R.E.-Mass Transfer Operations-MGH (1980).pdf. (n.d.).
Trivana, L., Sugiarti, S., & Rohaeti, E. (2015). Sintesis Dan Karakterisasi Natrium
Silikat (Na2Sio3) Dari Sekam Padi. Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan,
7(2), 66–75. https://doi.org/10.20885/jstl.vol7.iss2.art1
29

Utama, S., & Kristianto, H. (2016). Adsorpsi Ion Logam Kromium ( Cr ( Vi ))


Menggunakan Karbon Aktif dari Bahan Baku Kulit Salak, (Vi), 1–6.
Vogel’s - Textbook of quantitative chemical analysis (5th Edition; Longmann).pdf.
(n.d.).
Widayatno, T., Yuliawati, T., & Susilo, A. A. (2017). ADSORPSI LOGAM
BERAT (Pb) DARI LIMBAH CAIR DENGAN ADSORBEN ARANG
BAMBU AKTIF. J. Teknologi Bahan Alam, 1(1), 17–23.
Yanou, N., Ndi, R., Nsami, J., Placide, B. B., Daouda, K., Victoire, A. A., …
Mbadcam, K. J. (2015). Adsorption of Manganese(II) Ions from Aqueous
Solutions onto Granular Activated Carbon (GAC) and Modified Activated
Carbon (MAC). IJISET-International Journal of Innovative Science,
Engineering & Technology, 2(8), 606–614. Retrieved from www.ijiset.com
Yulianto, B., Pramesti, R., Hamdani, R., & Santoso, A. (2018). Kemampuan
Biosorpsi Dan Pertumbuhan Rumput Laut Gracilaria sp . Pada Media
Mengandung Logam Berat Kadmium ( Cd ), 21(November), 129–136.
Zhang, Y., Zhao, J., Jiang, Z., Shan, D., & Lu, Y. (2014). Biosorption of Fe(II) and
Mn(II) Ions from Aqueous Solution by Rice Husk Ash. BioMed Research
International, 2014, 1–10. https://doi.org/10.1155/2014/973095
Zhao, X., Zeng, X., Qin, Y., Li, X., Zhu, T., & Tang, X. (2018). An experimental
and theoretical study of the adsorption removal of toluene and chlorobenzene
on coconut shell derived carbon. Chemosphere, 206, 285–292.
https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2018.04.126
30

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil pemeriksaan Air Sungai Kaligarang Kota Semarang


31

Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan

Pengambilan sampel air sungai

Kegiatan warga di Sungai Kaligarang


32

MnSO4.H2O Larutan Mn pH 12

Larutan Mn pH 7 Larutan Mn pH 3

Adsorpsi Mn Larutan Mn pH 7 dosis 1 g/L


33

Larutan Mn pH 12 dosis 1 g/L Larutan Mn pH 3 dosis 1 g/L

Larutan Mn pH 12 dosis 5 g/L Larutan Mn pH 7 dosis 5 g/L

Larutan Mn pH 3 dosis 5 g/L Larutan Mn pH 12 dosis 10 g/L


34

Larutan Mn pH 7 dosis 10 g/L Larutan Mn pH 3 dosis 10 g/L

Larutan Mn pH 12 dosis 15 g/L Larutan Mn pH 7 dosis 15 g/L

Larutan Mn pH 3 dosis 15 g/L


35

Lampiran 3. Data Perhitungan

Perhitungan persen penjerapan pada proses adsorpsi

Co−Ce
𝑞𝑒 = × 100%
Co

Dosis 1 g/L
Konsentrasi
Konsentrasi Persen
pH awal (C0) C0-Ce
akhir (Ce) (ppm) penjerapan (%)
(ppm)
3 10,75 1,421 9,329 86,78
7 10,75 7,060 3,690 34,33
8 10,75 2,886 7,864 73,15
12 10,75 0,165 10,585 98,47

Dosis 5 g/L
Konsentrasi
Konsentrasi akhir Persen
pH awal (C0) C0-Ce
(Ce) (ppm) penjerapan (%)
(ppm)
3 10,75 1,406 9,344 86,92
7 10,75 7 3,750 34,88
8 10,75 4,430 6,320 58,79
12 10,75 0,168 10,582 98,44

Dosis 10 g/L

Konsentrasi
Konsentrasi akhir Persen
pH awal (C0) C0-Ce
(Ce) (ppm) penjerapan (%)
(ppm)
3 10,75 1,407 9,343 86,91
7 10,75 2,059 8,691 80,85
8 10,75 2,638 8,112 75,46
12 10,75 0,170 10,580 98,42
36

Dosis 15 g/L
Konsentrasi
Konsentrasi akhir Persen
pH awal (C0) C0-Ce
(Ce) (ppm) penjerapan (%)
(ppm)
3 10,75 1,378 9,372 87,18
7 10,75 1,474 9,276 86,29
8 10,75 2,080 8,670 80,65
12 10,75 0,172 10,578 98,40

Anda mungkin juga menyukai