Anda di halaman 1dari 75

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI SERAI WANGI

(Cymbopogon nardus) DENGAN METODE


MICROWAVE AIR-HYDRODISTILLATION

SKRIPSI

Oleh

SHINTIA MEIDINAH
150405075

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FEBRUARI 2021

Universitas Sumatera Utara


EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI SERAI WANGI
(Cymbopogon nardus) DENGAN METODE
MICROWAVE AIR-HYDRODISTILLATION

SKRIPSI

Oleh

SHINTIA MEIDINAH
150405075

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FEBRUARI 2021

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul:

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI SERAI WANGI


(Cymbopogon nardus) DENGAN METODE
MICROWAVE AIR-HYDRODISTILLATION

dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada


Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini
adalah hasil karya saya kecuali kutipan-kutipan yang telah saya sebutkan
sumbernya.

Demikian pernyataan ini diperbuat, apabila dikemudian hari terbukti bahwa karya
ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Medan, Februari 2021

Shintia Meidinah
150405075

Universitas Sumatera Utara


PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul:

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI SERAI WANGI


(Cymbopogon nardus) DENGAN METODE
MICROWAVE AIR-HYDRODISTILLATION

dibuat untuk melengkapi persyaratan menjadi Sarjana Teknik pada Departemen


Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini telah
diujikan pada sidang ujian skripsi tanggal 18 Februari 2021 dan dinyatakan
memenuhi syarat/sah sebagai skripsi pada Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2021

Ketua Departemen Teknik Kimia Koordinator Skripsi

Ir. Maya Sarah, ST, MT, Ph.D, IPM Dr. Ir. Bambang Trisakti, MT
NIP. 197005012000122001 NIP. 196609251991031003

ii
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERSETUJUAN

Tim Penguji menyetujui perbaikan skrispi:

Nama : Shintia Meidinah


NIM : 150405075
Judul : Ekstraksi Minyak Atsiri dari Serai Wangi (Cymbopogon nardus)
dengan Metode Microwave Air-Hydrodistiilation

yang telah diperbaiki sesuai saran dari Tim Penguji.

Dosen Pembimbing,

Prof. Dr. Ir. M Turmuzi Lubis, MS 1 Maret 2021


NIP. 196112251989031003 ………………………

Dosen Penguji I,

Ir. Maya Sarah, ST, MT, Ph.D, IPM 22 Februari 2021


NIP. 197005012000122001 ………………………

Dosen Penguji II,

Dr. Eng. Rondang Tambun, ST, MT 28 Februari 2021


NIP. 197204122000121004 ………………………

iii
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji dan syukur Penulis persembahkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini
merupakan Skripsi dengan judul “Ekstraksi Minyak Atsiri dari Serai Wangi
(Cymbopogon nardus) dengan Metode Microwave Air-Hydrodistillation”, skripsi
ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Departemen Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. M Turmuzi Lubis, M.S., selaku dosen pembimbing atas
kesabarannya dalam membimbing penulis pada penyusunan dan penulisan
skripsi ini.
2. Ibu Ir. Maya Sarah, ST., MT., Ph.D, IPM selaku Dosen Penguji I sekaligus
Ketua Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara dan Bapak Dr. Eng. Rondang Tambun, ST, MT selaku Dosen Penguji II.
3. Bapak Dr. Ir. Bambang Trisakti, M.T., selaku Koordinator Skripsi Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Ir. Erni Misran, S.T., M.T., Ph.D, selaku Sekretaris Departemen Teknik
Kimia USU.
5. Fadhlan Fachroza Hasibuan, selaku partner penelitian yang telah membantu
pengerjaan dan memberikan pertimbangan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Nuraina Ramadhani Purba, selaku partner kerja praktek (KP) di PT Toba Pulp
Lestari yang telah banyak membantu penulis selama menjalani kerja praktek
dan menyelesaikan laporan kerja praktek dan Adzhani Fajrina B dan Nawalul
Azka selaku partner dalam menyelesaikan tugas rancangan pabrik (TRP)
sebagai salah satu tugas akhir.
7. Ririn, Azka, Aldri, Melani, Dian, Sabeth, dan Wika, selaku teman dekat penulis
yang telah banyak membantu baik secara moral maupun memberikan pendapat
dalam penulisan skripsi ini.

iv
Universitas Sumatera Utara
8. Rekan mahasiswa Teknik Kimia USU, terutama angkatan 2015 yang telah
mendukung dan membantu penulis mulai dari awal berjumpa di hari pertama
kuliah di kampus hingga akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi.
9. Didiet, Bimbi, Forkas, Reza, Ona, Sitek, dan Dewa selaku teman dekat penulis
yang selalu memberikan dukungan moral, mendengarkan dan memberikan
pendapat selama penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Februari 2021

Shintia Meidinah

v
Universitas Sumatera Utara
Skripsi ini saya persembahkan kepada
Kedua orang tua tercinta
Ikra Negara Siregar dan Susi Maisarah Pane

Mereka adalah orang tua hebat yang telah membesarkan, mendidik,


memberikan motivasi, dan mendukung dengan penuh kesabaran dan
kasih sayang.
Terima kasih atas pengorbanan, nasehat dan doa yang tiada hentinya
yang telah diberikan selama ini.

Terima kasih kepada saudari tercinta


Sandra Putri Junika
atas semangat, dukungan, serta doa yang telah diberikan.

Semoga kiranya Allah SWT selalu meridhoi segala jerih payah mereka
dan memberikan balasan yang terbaik bagi mereka.

vi
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Shintia Meidinah


NIM : 150405075
Tempat/Tanggal Lahir : Sipirok/ 26 Desember 1997
Email : dinadinbo@gmail.com
Nama Orang Tua : Ikra Negara Siregar dan
Susi Maisarah Pane
Alamat Orang Tua:
Jalan Pelita I No. 48, Medan
Asal Sekolah:
 SD Negeri 101206 Sipirok (2003-2008)
 SD Negeri 060853 Medan (2008-2009)
 SMP Negeri 12 Medan (2009-2012)
 SMA Negeri 3 Medan (2012-2015)
Pengalaman Organisasi/Kerja:
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara (HIMATEK FT USU): 2015 s/d 2019.
2. Asisten Laboratorium Kimia Fisika, Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara 2016 s/d 2019.
3. Sekertaris Bidang Peningkatan Akademik dan Literatur Covalen Study Group
Teknik Kimia USU Periode 2017 s/d 2018.
4. Anggota Bidang Sosial dan Pengembangan Masyarakat HIMATEK FT USU
Periode 2018 s/d 2019.
5. Kerja Praktek di Unit Fiberline, PT Toba Pulp Lestari, Tbk, Porsea, Sumatera
Utara: Januari 2019 s/d Februari 2019.
Artikel yang Dipublikasikan dalam Jurnal/Pertemuan Ilmiah:
2nd TALENTA Conference on Engineering, Science and Technology 2019
(TALENTA-CEST 2019), dengan judul “Extraction of Sambung Nyawa Leaves
(Gynura procumbens L. Merr) using Methanol as Solvent”

vii
Universitas Sumatera Utara
EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DARI SERAI WANGI
(Cymbopogon nardus) DENGAN METODE
MICROWAVE AIR-HYDRODISTILLATION

ABSTRAK

Minyak atsiri dari serai wangi (Cymbopogon nardus) merupakan salah satu
komoditas ekspor di bidang agroindustri. Umumnya minyak serai wangi dihasilkan
dari penyulingan secara kovensional dan membutuhkan waktu penyulingan yang
lama. Oleh karena itu, perlu dikembangkan metode baru dalam mengektraksi
minyak serai wangi. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah microwave
air hydrodistillation (MA-HD). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proes
ekstraksi minyak serai wangi dengan metode MA-HD dengan pengaruh daya
microwave (300 watt, 450 watt dan 600 watt), waktu ekstraksi (30 menit, 60 menit
dan 90 menit) dan laju alir udara (0,5 L/menit, 1 L/menit dan 2 L/menit). Kualitas
minyak serai wangi seperti warna, densitas dan indeks bias diuji menggunakan
metode SNI-06-3953-1995, sedangkan kandungan minyak dianalisis menggunakan
GCMS. Penelitian ini menghasilkan yield tertinggi sebesar 1,575% dengan kondisi
pada daya microwave 600 watt, waktu ekstraksi 90 menit dan laju alir udara 2
liter/menit dengan kandungan citronella, geraniol dan citronellol berturut-turut
sebesar 37,86%, 24,65% dan 13,13%. Hasil analisis sifat fisik minyak serai wangi
yang dihasilkan berwarna kuning pucat, memiliki nilai densitas dan indeks bias
berturut-turut sebesar 0,914 g/ml dan 1,472.

Kata kunci: microwave air hydrodistillation, minyak atsiri, serai wangi

viii
Universitas Sumatera Utara
ESSENTIAL OIL EXTRACTION FROM CITRONELLA
GRASS (Cymbopogon nardus) USING MICROWAVE AIR-
HYDRODISTILLATION METHOD

ABSTRACT

Essential oil from citronella (Cymbopogon nadrus) is one of leading export


commodities in agro-industry sector. Generally, citronella oil is produced by using
conventional distillation method and required quite a long time. Therefore,
developing new method for extracting citronella oil need to be considered. The aims
of this study is to examine extraction of citronella oil using microwave air-
hydrodistillation (MA-HD) method with effect of microwave power, extraction
time and the presence of additional air flow. The extraction by MA-HD method
were done with on the power of microwave 300 watts, 450 watts and 600 watts and
the extraction time was 30 min, 60 min and 90 min. In the extraction by MA-HD
method, the rate of air flow used were 0.5 L/min, 1 L/min and 2 L/min. The quality
of citronella oil such as color, density and refractive index were tested using the
SNI-06-3953-1995 method, while the oil content was analyzed using GCMS. The
highest yield of this study was 1.575% on conditions at 600 watts microwave
power, extraction time of 90 min and the air flow rate of 2 L/min with a content of
citronella, geraniol and citronellol, respectively for 37.86%, 24.65% and 13.13%.
The results of physical properties analysis of citronella oil produced were pale
yellow in color, with density and refractive index values of 0.914 g/ml and 1.472
respectively.

Kata kunci: citronella grass, essential oil, microwave air hydrodistillation

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN SKRIPSI ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 4
1.3 TUJUAN PENELITIAN 5
1.4 MANFAAT PENELITIAN 5
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1 MINYAK ATSIRI 7
2.2 SERAI WANGI (Cymbopogon nardus) 8
2.3 MINYAK SERAI WANGI 9
2.3.1 Kegunaan Minyak Serai Wangi 10
2.3.2 Standar Mutu Minyak Serai Wangi 12
2.4 EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI 12
2.4.1 Steam Distillation 13
2.4.2 Hydrodistillation 13
2.4.3 Solvent Extraction 14

x
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Sohxlet Extraction 15
2.4.5 Microwave Assisted Extraction 15
2.4.6 Microwave Assisted Hydrodistillation 17
2.5 EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DENGAN METODE
MICROWAVE AIR-HYDRODISTILLATION 14
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 20
3.1 LOKASI PENELITIAN 20
3.2 BAHAN DAN PERALATAN 20
3.2.1 Bahan 20
3.2.2 Peralatan 20
3.3 RANCANGAN PENELITIAN 22
3.4 PROSEDUR PENELITIAN 23
3.4.1 Persiapan Bahan Baku 23
3.4.2 Proses Ekstraksi 23
3.5 ANALISIS PENELITIAN 24
3.5.1 Perhitungan Kadar Air Bahan Baku 24
3.5.2 Penentuan Yield Minyak Atsiri 24
3.5.3 Penentuan Densitas Minyak Atsiri 24
3.5.4 Penentuan Indeks Biasa Minyak Atsiri 25
3.5.5 Analisis Kadar Citronellal Menggunakan GC-MS 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 26
4.1 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP YIELD 26
4.2 PENGARUH DAYA MICROWAVE TERHADAP YIELD 28
4.3 PENGARUH PENAMBAHAN ALIRAN UDARA
TERHADAP YIELD 30
4.4 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP DENSITAS 32
4.5 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP INDEKS
BIAS 33
4.6 IDENTIFIKASI KOMPOSISI MINYAK SERAI WANGI
MENGGUNAKAN GC-MS (GAS CHROMATOGRAPHY-
MASS SPECTROMETRY) 34
4.7 ANALISIS SIFAT FISIK MINYAK SERAI WANGI 36

xi
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 37
4.1 KESIMPULAN 37
4.2 SARAN 37
DAFTAR PUSTAKA 38

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Tanaman Serai Wangi 8
Gambar 2.2 Struktur Kimia dari Komponen Utama Minyak Serai
Wangi (a) Citronellal (b) Citral (c) Geraniol dan
(d) Nerol 10
Gambar 2.3 Bioaditif Berbasis Minyak Atsiri Komersial 12
Gambar 2.4 Rangkaian Hydrodistillation 14
Gambar 2.5 Rangkaian Solvent Extraction 14
Gambar 2.6 Rangkaian MAE 15
Gambar 2.7 Rangkaian Microwave Assisted Hydrodistillation 17
Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan Microwave Air Hydrodistillation 21
Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Terhadap Yield Minyak Serai Wangi 27
Gambar 4.2 Hasil Analisis GC-MS (Gas Chromatography-Mass
Spectrometry) Terhadap Minyak Serai Wangi Menggunakan
Metode Microwave Air Hydrodistillation 35
Gambar A.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku 42
Gambar A.2 Flowchart Proses Ekstraksi Minyak Atsiri 43
Gambar A.3 Flowchart Penentuan Kadar Air Bahan Baku 44
Gambar A.4 Flowchart Penentuan Yield Minyak Atsiri 45
Gambar A.5 Flowchart Penentuan Densitas Minyak Atsiri 46
Gambar A.6 Flowchart Penentuan Indeks Biasa Minyak Atsiri 47
Gambar D.1 Persiapan Sampel 53
Gambar D.2 Ekstraksi Minyak Serai Wangi 54
Gambar D.3 Pemisahan Minyak Serai Wangi 55
Gambar D.4 Hasil Minyak Serai Wangi 55
Gambar E.1 Hasil Uji GC-MS pada Minyak Serai Wangi 56

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Serai Wangi 12
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 22
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Densitas Minyak Serai Wangi pada Variasi Daya
600 watt dan Waktu Ekstraksi 90 Menit 32
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Indeksi Bias Minyak Serai Wangi pada Variasi
Daya 600 watt dan Waktu Ekstraksi 90 Menit 33
Tabel 4.3 Komponen Utama Hasil Ekstraksi Minyak Serai Wangi
Menggunakan Metode Microwave Air-Hydrodistillation 35
Tabel 4.4 Profil Kromatogram Menurut ISO 3848:2016 36
Tabel 4.5 Hasil Analisis Sifat Fisik Minyak Serai Wangi 36
Tabel B.1 Hasil Analisa Kadar Air 48
Tabel B.2 Data Densitas dan Indeks Bias Minyak Serai Wangi pada Daya
Microwave 600 watt dan Waktu Ekstraksi 90 Menit 48
Tabel B.3 Data Yield Minyak Serai Wangi Berbagai Variasi 49
Tabel B.4 Data Hasil Uji GC-MS Minyak Serai Wangi 50

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
LAMPIRAN A FLOWCHART PENELITIAN 42
LA.1 FLOWCHART PERSIAPAN BAHAN BAKU 42
LA.2 FLOWCHART PROSES EKSTRAKSI MINYAK
ATSIRI 43
LA.3 FLOWCHART PENENTUAN KADAR AIR BAHAN
BAKU 44
LA.4 FLOWCHART PENENTUAN YIELD MINYAK
ATSIRI 45
LA.5 FLOWCHART PENENTUAN DENSITAS MINYAK
ATSIRI 46
LA.6 FLOWCHART PENENTUAN INDEKS BIAS
MINYAK ATSIRI 47
LAMPIRAN B DATA HASIL PENELITIAN 48
LB.1 HASIL ANALISA KADAR AIR 48
LB.2 DATA DENSITAS DAN INDEKS BIAS MINYAK
SERAI WANGI 48
LB.3 DATA YIELD MINYAK SERAI WANGI
BERBAGAI VARIASI 49
LB.4 DATA HASIL UJI GC-MS MINYAK SERAI
WANGI 50
LAMPIRAN C CONTOH PERHITUNGAN 51
LC.1 CONTOH PERHITUNGAN KADAR AIR 51
LC.2 CONTOH PERHITUNGAN DENSITAS 51
LC.3 CONTOH PERHITUNGAN YIELD MINYAK
SERAI WANGI 52
LAMPIRAN D DOKUMENTASI PENELITIAN 53
LD.1 PERSIAPAN SAMPEL 53
LD.2 EKSTRAKSI MINYAK SERAI WANGI 54
LD.3 PEMISAHAN MINYAK SERAI WANGI 54

xv
Universitas Sumatera Utara
LD.4 HASIL MINYAK SERAI WANGI 55
LAMPIRAN E HASIL UJI LABORATORIUM 56
LE.1 HASIL UJI GC-MS (GAS CHROMATOGRAPHY-
MASS SPECTROMETRY) 56

xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

GC-MS Gas Chromatography-Mass Spectrometry


HD Hydrodistillation
MA-HD Microwave Air-Hydrodistillation
MAHD Microwave Assisted Hydrodistillation

xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Minyak atsiri atau essential oil merupakan senyawa aromatik yang bersifat
volatil dihasilkan oleh tanaman yang dapat diekstraksi dari bunga, daun, batang,
akar, biji maupun kulit buah. Sifat minyak atsiri yang mudah menguap tersebut
apabila tercium akan memberikan aroma yang khas pada masing-masing tanaman
(Kumar et al., 2017). Penggunaan ekstraknya yang sangat luas meliputi obat-
obatan, makanan, kosmetik maupun parfum membuat minyak atsiri membuat
minyak atsiri banyak diperdagangkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi baik
secara perdagangan internasional (Ranitha et al., 2014). Setiap tahunnya, komsumsi
minyak atsiri meningkat hingga 8-10%. Meningkatnya konsumsi minyak atsiri
tersebut dikarenakan banyaknya penggunaan minyak atsiri yang banyak diterapkan
pada berbagai bidang dan juga perubahan pola pikir konsumen dari penggunaan
bahan yang mengandung senyawa sintesis menjadi menggunakan bahan alami
(Rihayat et al., 2019).
Benua Asia merupakan produsen minyak atsiri yang paling vital dengan
keberagaman iklimnya. Cina dan India merupakan produsen utama diikuti oleh
Indonesia, Sri Lanka dan Vietnam. Sebanyak 150 jenis minyak atsiri telah
diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis diantaranya merupakan minyak
yang dapat diproduksi di Indonesia, namun hanya beberapa yang secara komersial
diperdagangkan di Indonesia (Kusuma dan Mahfud, 2017 dan Ranitha et al., 2014).
Minyak serai wangi (citronella oil) merupakan minyak atsiri yang dominan
diproduksi oleh Indonesia yaitu sebanyak 500 ton setiap tahunnya untuk kemudian
diekspor ke berbagai destinasi meliputi Eropa, Amerika, Afrika maupun regional
ASEAN. Tingginya produksi minyak serai ini dikarenakan luasnya penggunaan
minyak serai dari berbagai bidang baik dalam industri parfum, sabun, kosmetik
sebagai penyedap serta efektif sebagai pengusir serangga pada bidang farmasi
(Kusuma dan Mahfud, 2017 dan Hamzah et al., 2014).

1
Universitas Sumatera Utara
Minyak serai wangi diperoleh dari ekstraksi dari tanaman serai wangi
(Cymbopogon nardus) baik bagian batangnya maupun daunnya. Serai wangi
merupakan tanaman berumpun dengan daun seperti berbentuk pita melengkung ke
bawah dengan lebar kisaran 1 cm dan panjang 100 cm. Serai wangi merupakan
tanaman bukan kayu dan memiliki karakteristik serat lignoselulosa yang tersusun
atas tiga komponen utama: selulosa, hemiselulosa dan lignin. Dinding selnya
memiliki kandungan pektin yang rendah dan diklasifikasikan sebagai tumbuhan
monokotil (Ma’sum et al., 2019 dan Hamzah et al., 2014).
Prospek baik dari tingginya permintaan minyak serai wangi hasil produksi
Indonesia ini serta untuk mempersiapkan daya saing dengan pemasok negara lain
maka perlu adanya pengembangan metode pembuatan minyak atsiri baik dari segi
teknologi dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produk. Ekstraksi minyak
atsiri dapat dilakukan melalui metode konvensial maupun non-konvensional.
Metode konvensional menggunakan proses hydrodistillation (HD) sedangkan
metode non-konvensional menggunakan metode microwave assisted
hydrodistillation (MAHD) dimana metode ini memanfaatkan microwave sebagai
sumber panasnya. Dibanding dengan metode HD, metode MAHD pada proses
ekstraksi minyak atsiri membutuhkan waktu yang lebih singkat, sumber energi yang
lebih sedikit dan lebih ramah lingkungan serta menghasilkan yield yang lebih
banyak (Kusuma dan Mahfud, 2017 dan Megawati et al., 2019).
Hal ini dapat dilihat pada penelitian yang pernah dilakukan oleh Ranitha et al
(2014) ekstraksi minyak serai menggunakan metode MAHD pada waktu ekstraksi
60 menit menghasilkan yield yang hampir sama dengan menggunakan metode HD
pada waktu ekstraksi 180 menit. Pada waktu reaksi 90 menit, yield yang dihasilkan
berturut-turut menggunakan metode HD dan metode MAHD adalah 0,98% dan
1,46%. Meskipun dengan waktu yang relatif singkat, hasil uji GC-MS untuk
senyawa yang dihasilkan oleh kedua metode tidak terdapat perbedaan senyawa
yang signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Tran, et al (2019) juga
menunjukkan hal yang sama. Pada penelitian ekstraksi minyak atsiri dari serai
menggunakan perbandingan metode HD pada waktu ekstraksi 360 menit
menghasilkan yield 0,2% sedangkan dengan metode MAHD pada waktu ekstraksi
menit menghasilkan yield 0,35% pada kondisi yang sama. Yield tertinggi diperoleh

2
Universitas Sumatera Utara
pada metode MAHD serta hasil uji GC-MS menunjukkan bahwa kandungan citral
pada metode MAHD lebih tinggi yaitu 93,28% dibandingkan metode HD yang
kandungan memiliki kandungan citral 83,85%.
Pengoptimalan dalam proses ekstraksi minyak atsiri tetap dilakukan, dengan
pengembangan metode MAHD dengan modifikasi, yaitu metode microwave air-
hydrodistillation (MA-HD). Pada metode MA-HD secara umum terdiri dari tiga
komponen utama: kompressor sebagai penyedia udara untuk diinjeksikan kedalam
labu ekstraksi (terdapat bahan baku dan solvent), microwave sebagai penyedia
sumber panas dan rangkaian kondensor sebagai sistem pendingin (Kusuma dan
Mahfud, 2017).
Penelitian tentang MA-HD telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2017)
dimana dalam penelitiannya tersebut dilakukan ekstraksi minyak cendana dengan
metode MA-HD dan metode MAHD, dengan daya 600 W; rasio bahan baku yang
akan diekstraksi dan pelarut 0,05 g/mL dan waktu ekstraksi selama 120 menit. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ekstraksi minyak cendana dengan
metode MA-HD dengan laju alir 3 L/menit lebih cepat dan menghasilkan
menghasilkan yield yang lebih banyak. Yield yang diperoleh dari metode MA-HD
(1,3170 ± 0,0973 %) lebih besar dibandingkan menggunakan metode MAHD
(1,2184 ± 0,1139%). Dengan metode MAHD membutuhkan waktu 80 menit untuk
mendapatkan yield sebesar 1,1930 ± 0.0404 % sedangkan metode MA-HD
membutuhkan waktu 40 menit untuk mendapatkan yield yang hampir sama sebesar
1,1938 ± 0,0979%. Pada penelitian yang dilakukannya juga diperoleh yield minyak
cendana dengan variasi laju alir udara 0, 0,5 , 1,5 dan 3 L/menit berturut-turut
sebesar 1,2184%, 1,2985%, 1,3170% dan 1,3170%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa proses ekstraksi dengan metode MA-HD dengan penambahan udara sebesar
0,5 L/menit menghasilkan yield yang lebih tinggi dibandingkan metode MAHD.
Selain itu pada penelitian ekstraksi minyak atsiri dari nilam menggunakan
MA-HD telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2017) menunjukkan ekstraksi
minyak nilam dengan menggunakan metode MA-HD prosesnya berjalan lebih
cepat dan menghasilkan yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstraksi
menggunakan metode MAHD. Metode MAHD memperoleh yield 1,5167% pada

3
Universitas Sumatera Utara
waktu ekstraksi 40 menit sedangkan metode MA-HD pada waktu ekstraksi 20 menit
memperoleh yield 1,57658%.
Adanya penambahan aliran udara pada metode MA-HD diharapkan dapat
meningkatkan yield dan kualitas dari minyak atsiri yang diperoleh. Dimana adanya
penambahan aliran udara tersebut diduga berperan dalam membantu
mengoptimalkan proses ekstraksi menggunakan microwave dengan udara sebagai
pengadukan pada saat ekstraksi dan membawa komponen minyak penting yang
berada di dalam membran sel atau jaringan tanaman yang sulit terdifusi keluar
Proses pengadukan secara langsung mempengaruhi proses perpindahan massa pada
fase larutan, yang menyebabkan kesetimbangan pada fase cair dan uap lebih cepat
dicapai pada proses MA-HD (Kusuma dan Mahfud, 2017).
Penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan ekstraksi minyak atsiri dari serai
wangi dengan metode MA-HD. Selain itu dalam penelitian ini juga dipelajari
parameter yang berpengaruh terhadap yield dan kualitas dari minyak atsiri dari serai
wangi yang diperoleh dengan menggunakan metode MA-HD, meliputi daya
microwave, lama waktu ekstraksi dan laju alir udara yang digunakan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Penyulingan minyak atsiri dari serai wangi di Indonesia saat ini dilakukan
dengan menggunakan metode konvensional. Penyulingan dengan menggunakan
metode konvensional ini dalam prosesnya memerlukan energi yang besar, pelarut
dalam jumlah yang banyak dan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan untuk menggunakan teknologi baru dalam ekstraksi minyak serai
wangi dengan penggunaan energi, pelarut, dan waktu yang minimum. Pada
penelitian ini akan digunakan metode MA-HD sebagai metode utama dan metode
MAHD sebagai metode pembanding pada proses ekstraksi minyak serai wangi.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan pada penelitian ini adalah:
1. Menentukan kondisi operasi yang terbaik (daya microwave, lama waktu
ekstraksi, laju alir udara) dari ekstraksi minyak serai wangi dengan
menggunakan metode MA-HD.

4
Universitas Sumatera Utara
2. Membandingkan hasil ekstraksi minyak serai wangi dengan menggunakan
metode MA-HD yang dibandingkan dengan metode MA-HD terhadap yield
yang dihasilkan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti:
Memberikan wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan tentang metode
inovatif dalam ekstraksi minyak atsiri dari serai wangi dengan menggunakan
modifikasi microwave.
2. Bagi Perguruan Tinggi:
- Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
- Sebagai sarana publikasi yang telah ditulis dan siap untuk disampaikan
kepada masyarakat.
3. Bagi Masyarakat:
- Memberikan informasi mengenai metode dalam proses ekstraksi minyak
serai wangi
- Sebagai bahan pertimbangan untuk memilih metode dalam proses ekstraksi
minyak serai wangi

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan
bahan utama tanaman serai wangi dan bahan air yang digunakan sebagai pelarut.
Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah serai wangi yang
diperoleh dari Pasar Jalan Bedagai, Kota Medan, Sumatera Utara.
2. Variabel tetap:
- Berat bahan baku : 100 gram
- Perbangingan bahan baku dan pelarut (w/v) : 1:8

5
Universitas Sumatera Utara
3. Variabel bebas:
-Daya : 300 W, 450 W, dan 600 W
-Waktu ekstraksi : 30 menit, 60 menit ,90 menit, 120 menit dan
150 menit
-Laju alir udara : 0,5 L/menit, 1 L/menit dan 2 L/menit
4. Parameter yang diukur:
-Penentuan yield minyak yang dihasilkan
-Penentuan densitas dengan menggunakan piknometer
-Penentuan indeks bias dengan menggunakan refraktometer
5. Analisa yang dilakukan:
-Analisa komposisi minyak serai wangi dengan menggunakan instrumentasi
Gas Chromatography- Mass Spectrometry (GC-MS)

6
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri merupakan minyak yang bersifat volatil, senyawa aromatik
yang utama berasal dari rempah-rempah dan telah digunakan sejak zaman kuno
sebagai bahan penyedap, makanan, obat-obatan dan wewangian. Tanaman dari
klasifikasi famili Lamiaceae dan Apiaceae sangat kaya akan tanaman aromatik.
Minyak atsiri dapat ditemukan pada bagian dari bunga, daun, akar, rimpang, buah-
buahan, biji-bijian, kayu dan resin dari tanaman. Pada permukaan daun dan
kelopak, minyak atsiri terletak di sel khusus yang disebut kelenjar trikoma (Cook
dan Laranas, 2016).
Minyak atsiri dari tanaman tersebutlah yang memberikan aroma yang khas
pada masing-masing tanaman. Minyak atsiri disebut minyak eteral atau volatil
karena kemampuannya yang mudah menguap ketika terkena udara pada suhu biasa.
Secara umum minyak atsiri terdiri dari banyak campuran termasuk berbagai
senyawa berbagai molekul. Komponen penyusun ini terbagi atas dua bagian yaitu
terpen dan fenilpropanoid. Namun demikian, minyak atsiri dominan terdiri dari
monoterpen, senyawa dari minyak atsiri yang ditemukan sebagai campuran
komponen berbau yang diperoleh dengan destilasi uap atau ekstraksi pelarut.
Penggunaan minyak atsiri sebagai aromaterapi ini memberikan efek terapetuik.
Efek terapetuik pada minyak atsiri dikarenakan kemampuan minyak menembus
lapisan kulit karena partikelnya berukuran mikro dan terabsorp oleh aliran darah
dan memberikan efek menenangkan yang baik dalam perawatan sakit kepala,
gangguan pencernaan dan tekanan darah tinggi (Khayyat dan Selva, 2018).
Minyak atsiri sendiri diproduksi oleh tanaman, sebagai metabolit sekunder
dan sebagai senyawa bioaktif. Minyak atsiri memainkan peran sebagai proteksi
untuk tanaman itu sendiri dalam melindunginya dari herbivora yang dianggap
membahayakan, daya tarik dalam penyerbukan, perlindungan tanaman dari infeksi
jamur, virus dan bakteri. Kandungan minyak atsiri pada tanaman pun bervariasi
akibat adanya perbedaan musim, kondisi iklim maupun tekanan. Keanekaragaman

7
Universitas Sumatera Utara
hayati menghasilkan berbagai jenis tanaman, namun mungkin adanya spesies
berbeda yang memproduksi minyak atsiri dengan komponen utama yang sama atau
spesies yang sama menghasilkan komponen utama minyak atsiri yang berbeda.
Kondisi ini disebut sebagai chemotypes, dimana tanaman memiliki jalur biosintesis
terpenoid yang berbeda dalam memproduksi minyak atsirinya (Cook dan Laranas,
2016).

2.2 SERAI WANGI (Cymbopogon nardus)


Di Indonesia, budidaya tanaman serai wangi dapat ditemui di Sumatra
Barat, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Ciri
tumbuhan serai wangi tergolong dalam keluarga rumput yang berbau dan jangka
hihdupnya cukup panjang. Tanaman Serai wangi tumbuh mulai dari dataran rendah
sampai ketinggian 1200 m diatas permukaan laut (dpl). Terdapat 2 tipe tanaman
serai wangi yang dikembangkan di Indonesia yaitu tipe ceylon dan tipe jawa. Serai
wangi tipe ceylon diperkenalkan dari Sri Lanka sedangkan tipe jawa merupakan
varietas asli Indonesia. Serai wangi dapat tumbuh subur tanpa kondisi tanah tertentu
dan pemeliharaannya cukup mudah (LIPI,2019).

Gambar 2.1 Tanaman Serai Wangi (Suroso, 2018)

Berikut taksonomi dari serai wangi


Kingdom : Plantae
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophytina
Ordo : Poales
Family : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus (L.)

8
Universitas Sumatera Utara
Tanaman serai wangi merupakan rumput aromatik dengan bagian batang
menuju akarnya bersifat kokoh, tingginya yang mencapai 2,5 m dengan lebar daun
1-2 cm. Selubung daunnya berwarna ungu kemerahan di pangkal, halus dan
berkilau. Bagian daun berwarna hijau tua atau kecoklatan saat kering. Sepertiga dari
bagian daun terkulai kebawah panjangnya, permukaan bawah daun memiliki
struktur yang kasar dan halus pada bagian atas permukaan atasnya. Daunnya
berbasis sempit pada ujungnya. Bagian bunga dari serai wangi merupakan bunga
multicabang yang dilindungi dengan selabung bunga yang besar, dengan ukuruan
60-90 cm namun jarang dihasilkan. Serai wangi memiliki tiga benang sari dengan
ovarium tunggal. Kromosom tanaman serai wangi berjumlah 2n. Serai wangi
berbunga dan berbuah pada bulan November-April (Ravindran, 2017).

2.3 MINYAK SERAI WANGI


Minyak serai wangi kaya akan kandungan citronellal, geraniol dan
citronellol namun juga mengadung komponen lain seperti citronellyl asetat, L-
limonene, ellemol dan sesquiterpene alkohol. Minyak serai wangi juga mengandung
senyawa monoterpen seperti linalool, 8-cineole, metil heptenon, geranyl asetat dan
geranyl format. Citrnonellal merupakan komponen penting dalam minyak serai
wangi dan terdapat pada berbagai jenis minyak spesies Cymbopogon dimana
keguaannya yang luas pada industri seperti bahan baku industri parfum,
confectionery dan vitamin A. Diantara bahan aktif tersebut terdapat empat senyawa
yang dipertimbangkan dalam minyak serai wangi, yaitu:
1. Citronellal, atau rhodinal atau 3,7-dimetiloct-6-en-l-al (C10H18O)
merupakan senyawa monoterpenoid, yang memberikan aroma khas
lemon.
2. Citral, atau 3,7-dimetil-2,6-oktadienal atau lemonal (C10H16O)
merupakan senyawa campuran terpenoid.
3. Geraniol, atau 3,7-dimetilokta-2,6-dien-l-ol (C10H18O) merupakan
senyawa monoterpenoid dan alkohol. Merupakan bagian utama dari
minyak bunga, minyak palmarosa dan minyak serai. Berwarna kuning
pucat jernih, tidak larut dalam air namun larut dalam pelarut organik.

9
Universitas Sumatera Utara
4. Nerol, atau 3,7-dimetil-2,6-oktadienl-ol (C10H18O) merupakan senyawa
turunan monoterpenoid dan alkohol.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 2.2 Struktur Kimia dari Komponen Utama Minyak Serai Wangi
(a) Citronellal (b) Citral (c) Geraniol dan (d) Nerol (Wany et
al., 2013)
(Wany et al., 2013)

2.3.1 Kegunaan Minyak Serai Wangi


Manfaat minyak serai wangi sangat luas, antara lain sebagai bahan baku
parfum, antiseptik, kosmetik, obat-obatan, perisa makanan maupun pengusir
serangga. Manfaat atau keguanaan minyak serai wangi secara lanjut dapat
dikelompokkan sebagai berikut
1. Aromaterapi
Kehangatan dan kesegaran minyak serai wangi mempunyai manfaat
sebagai aromaterapi namun masih diabaikan dalam ranah aromaterapi
karena hubungannya yang sangat erat dengan pengusir serangga. Sifat
aromatik kuat pada minyak serai akan melancarkan pernapasan, dengan

10
Universitas Sumatera Utara
cara menghirup uapnya pada mangkuk berisi air panas dan ditambahkan
3-5 tetes minyak serai wangi.
2. Minyak Pijat
Minyak serai wangi yang diencerkan dengan baik dalam base oil dan
dioleskan pada kulit menghasilkan sensasi kehangatan ringan yang
mengurani nyeri otot dan sendi, yang bersifat antipasmodik.
3. Pengharum Ruangan
Sudah banyak pengharum ruangan yang menggunakan minyak serai
wangi karena aromanya yang khas
4. Pengusir Serangga
Minyak serai wangi yang intensitas bau yang dihasilkan oleh geraniol
dan citronellal yang tinggi, dapat digunakan sebagai pengusir serangga
seperti nyamuk, lalat maupun kutu. Serangga tidak tertarik dengan
aroma yang kuat sehingga minyak serai digunakan sebagai alternatif
dibanding pengusir serangga berbahan kimia, seperti DEET.
5. Produk Kosmetik
Minyak serai wangi karena keharumannya dan dijadikan untuk
membuat sabun dan dapat membantu membersihkan kulit berminyak.
Dalam campuran kosmetik serai wangi memiliki manfaat antara lain
menghilangkan gatal-gatal dikulit, menghilangkan bau badan,
menghilangkan ketombe dan dapat mengurangi flek hitam dan jerawat.
6. Penghilang Sress
Apabila digunakan sebagai aromaterapi, minyak serai wangi dengan
wanginya yang lembur dapat menyenangkan suasana hati serta
menurunkan ketegangan pikiran
7. Parfum
Konstituen minyak serai wangi yang penting seperti geranoil dan
sitonelal banyak digunakan sebagai bahan dasar parfum.
8. Bioaditif Bahan Bakar Minyak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bio-aditif dari serai
wangi dapat menghemat penggunaan bensin 30-50% pada kendaraan
roda dua. Beberapa jenis bioaditif berbasis minyak serai wangi yang

11
Universitas Sumatera Utara
sudah diproduksi antara lain CetrolN15 yang merupakan bioaditif untuk
bahan bakar jenis diesel atau solar dan OctaneN yang merupakan bioatif
untuk bahan bakar jenis premium atau bensin.

Gambar 2.3 Bioaditif Berbasis Minyak Atsiri Komersial (LIPI, 2019)

2.3.2 Standar Mutu Minyak Serai Wangi


Kualitas minyak serai wangi untuk kualitas ekspor dapat dianalisis menurut
kriteria fisik, yaitu berdasarkan warna, bobot jenis, indeks bias ataupun secara
kimia yaitu kadar citronellal dan geraniolnya. Parameter standar mutu minyak serai
wangi dapat diacu berdasarkan Standar Nasional Indonesia SNI 06-3953-1995 BSN
tentang minyak serai yang dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Spesifikasi Persyaratan Mutu Minyak Serai Wangi


No Jenis Uji Persyaratan
1 Warna Kuning pucat sampai
kuning kecoklatan
2 Bobot jenis, 20C 0,880-0,992
3 Indeks bias (nD20) 1,466-1475
4 Total geraniol (%) min 85
5 Sitronelal (%) min 35
6 Kelarutan dalam etanol 80% 1:2
Sumber: BSN (1995)

2.4 EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI


Ekstraksi minyak atsiri pada awalnya menggunakan alkohol serta proses
fermentasi. Metode baru ekstraksi minyak atsiri terus dikembangkan, metode untuk
mengekstraksi minyak merupakan hal yang penting karena proses yang salah dapat
merusak sifat terapeutik dari minyak atsiri. Secara teknik, minyak atsiri yang telah
rusak sifat terapeutiknya tidak dikategorikan sebagai minyak atsiri sesuai
fungsinya. Beberapa metode yang telah dikembangkan dalam ekstraksi minyak
atsiri dijelaskan dalam sub bab berikut

12
Universitas Sumatera Utara
2.4.1 Steam Distillation
Secara umum, bau khas dari tanaman diekstraksi menggunakan teknik
destilasi. Metode destilasi ini menempatkan tanaman pada wadah yang tidak
berkontak langsung dengan air, namun uap yang diinjeksikan pada prosesnya dari
dasar labu destilasi menuju bahan yang ada diatasnya. Pada metode distilasi uap,
peralatan yang digunakan berupa labu generator uap, labu distilasi, kondensor dan
wadah tempat pengumpulan larutan. Pada proses ini, sampel tidak dikontakkan
langsung dengan sumber panas untuk menghindari kerusakan minyak atsiri. Uap
yang dihasil dari labu generator uap akan melewati sampel yang mengandung
minyak atsiri. Kemudian, minyak atsiri akan ditarik keluar setelah dikondensasi
melalu kontak dengan cairan dingin. Kondensasi menyebabkan molekul minyak
bergabung. Akibat dari perbedaan densitas antara air dan minyak, terbentuklah dua
fasa yaitu fasa organic dan fasa encer (aqueous) (Mejri et al., 2018). Prinsip dari
teknik ini yaitu memanfaatkan tekanan uap dari air pada tekanan atmosfir dengan
titik didih berkisar 100C sehingga komponen minyak yang bersifat volatil dapat
ikut teruapkan. Namun metode ini memiliki keterbatasan berdasarkan sulit atau
tidaknya minyak tersebut dapat diekstraksi dari bahan (Mahadagde dan Rahul,
2018).
2.4.2 Hydrodistillation
Hydrodistillation (HD) merupakan metode ekstraksi, yang digunakan
sebagai alternatif steam destillation. Jenis metode ekstraksi ini merupakan metode
ekstraksi yang paling banyak digunakan. Pada proses ini bahan yang akan
diekstraksi terendam dalam air, kemudian terjadi proses pemanasan hingga uap air
keluar bersama minyak. Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
metode HD dapat mengekstraksi minyak dari berbagai tanaman dan bagian
tanaman yang berbeda. Hasil yang diperoleh juga bervariasi berdasarkan parameter
prosesnya (jumlah pelarut, ukuran bahan dan sifat bahan). Untuk memperoleh
minyak, campuran minyak dan pelarut yang diuapkan dikondensasikan melalui
bantuan kondensor (Mahadagde dan Rahul, 2018).

13
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 Rangkaian Hydrodistillation (Hesham, et al., 2016)

2.4.3 Solvent Extraction


Solvent extraction atau yang dikenal dengan ekstraksi cair-cair, merupakan
metode untuk memisahkan senyawa berdasarkan kelarutannya terhadap solvent dan
sifat dua bahan yang tidak saling melarut (Hesham, et al., 2016). Metode ekstraksi
ini menggunakan bantuan pelarut (umumnya senyawa hidrokarbon) untuk
mengambil minyak dari bahan. Larutan hasil ekstraksi dimurnikan menggunakan
metode destilasi untuk mengambil minyak. Metode ini banyak digunakan pada
proses pembuatan parfum, minyak sayuran maupun biodiesel dan umumnya
diterapkan pada tanaman yang bersifat mudah rusak untuk memperoleh jumlah
minyak atsiri yang banyak dengan biaya yang rendah (Mahadagde dan Rahul,
2018). Meskipun metode ini tergolong mudah namun terdapat kekurangan dalam
metode ini seperti membutuhkan waktu ekstraksi yang lama dan tingginya
konsumsi solvent.

Gambar 2.5 Rangkaian Solvent Extraction (Hesham, et al., 2016)

14
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Sohxlet Extraction
Sohxlet ekstraktor pada awalnya digunakan untuk mengekstraksi lipid dari
bahan padat. Metode sohxlet pada umumnya digunakan saat komponen yang akan
diekstraksi memiliki kelarutan yang sedikit di dalam solvent dan zat pengotor tidak
larut pada solvent. Ekstraksi dengan metode soxhlet melibatkan kontak antara
padatan dan cairan untuk mengambil zat dari padatan. Pada rangkaian sohxlet,
bahan padat ditempatkan pada rongga yang secara bertahap mengalami
pengontakan terhadap fase cair melalui uap yang terkondensasi. Namun metode ini
memiliki beberapa kelemahan, membutuhkan waktu yang lama saat proses
pengekstraksiannya serta jumlah pelarut yang banyak dan memungkinkan
terjadinya degradasi termal akibat terjadinya pemanasan (Hesham, et al., 2016).
2.4.5 Microwave-Assisted Extraction (MAE)
Pada penyulingan dengan microwave, bahan yang akan diekstrak
ditempatkan di dalam labu yang terbuat dari gelas dengan tujuan agar dapat
ditembus oleh radiasi microwave. Pelarut atau bahan kemudian akan menyerap
radiasi tersebut hingga mencapai kelenjar glandular bahan tanaman di dalam
dinding sel. Peristiwa ini menimbulkan panas sehingga dinding sel akan pecah dan
minyak atsiri di dalamnya dapat bebas keluar (Mahadagde dan Rahul, 2018).
Transfer energi adalah karakteristik utama pemanasan gelombang mikro.
Dalam metode konvensional perpindahan panas ditransfer ke material melalui
fenomena konveksi, konduksi dan radiasi melalui permukaan eksternal dengan
adanya gradien termal sedangkan pada metode MAE energi gelombang mikro
ditransfer langsung menuju bahan melalui interaksi molekuler dengan medan
elektromagnetik melalui konversi menjadi energi termal (Movaliya, 2017).

Gambar 2.6 Rangkain MAE (Tripathi dan Shahida, 2017)

15
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Microwave-Assisted Hydrodistiilation
Metode microwave assisted hydrodistillation (MAHD) dipilih karena lebih
hemat energi, ramah lingkungan, cepat, aman, dan hemat biaya dibandingkan
proses ekstraksi menggunakan metode lain seperti HD. Proses ekstraksi minyak
atsiri menggunakan MAHD memanfaatkan gelombang mikro yang dihasilkan oleh
microwave oven. Molekul-molekul pada bahan bersifat dipol, jika sebuah molekul
terkena radiasi gelombang mikro maka dipol mencoba untuk mensejajarkan dengan
bentuk gelombang mikro. Jika gelombang terus dipancarkan secara cepat dipol
akan terus menerus mengikuti gerak gelombang tersebut. Pergantian molekul
tersebut akan menyebabkan gesekan dan menimbulkan panas. Adanya pengaruh
paparan oleh iradiasi gelombang mikro ini menyebabkan rusaknya dinding sel dari
tanaman yang akan diekstraksi sehingga minyak atsiri dapat keluar. Pada metode
ekstraksi ini, gelombang mikro mempercepat minyak atsiri keluar dari bahan dan
terbawa uap air yang kemudian mengembun, sehingga minyak atsiri yang tidak
larut dalam air akan memisah.
Penggunaan metode ekstraksi MAHD ini memanfaatkan gelombang mikro
dari microwave oven dalam tekanan atmosfer. Ekstraksi dengan metode MAHD
mememerlukan kesempurnaan dalam operasionalnya, yaitu harus tertutup rapat
agar tidak terjadi kebocoran sinar radiasi yang dapat menyebabkan ekstraksi tidak
bekerja secara maksimal. Alat utama yang digunakan pada instalasi microwave
distillation adalah microwave, sebagai sumber energi yang biasa diperoleh dari
proses pemasakan langsung (Mahadagde dan Rahul, 2018). Panas yang dihasilkan
gelombang mikro hanya dapat diabsorp oleh material dielektrik. Hanya bahan dan
pelarut yang memiliki dipol permanen saja yang dapat dipanaskan oleh gelombang
mikro. Ketika penyerapan dengan gelombang mikro terjadi bersamaan dengan
reorientasi dipol permanen oleh medan listrik, jumlah energi yang diserap
sebanding dengan konstanta dielektrik pelarut. Konstanta dielektrik menyatakan
kemampuan sampel untuk menyerap energi gelombang mikro. Pelarut dengan
klasifikasi material dielektrik yang baik memiliki interaksi yang baik dengan
gelombang mikro (Liompart et al, 2018). Penggunaan air sebagai pelarut
didasarkan pada nilai konstanta dielektrik yang tinggi yakni sebesar 76,7. Selain itu
penggunaan air pada saat proses ektraksi bertujuan untuk membantu proses

16
Universitas Sumatera Utara
pemanasan bahan sekaligus untuk menjaga bahan agar tetap dalam kondisi basah
sehingga bahan tidak mudah terbakar.
Proses pemanasan dengan gelombang mikro melibatkan molekul polar atau
ion yang bergetar di bawah pengaruh medan magnet atau listrik yang bergetar.
Dalam medan yang bergetar, partikel-partikel berusaha untuk mengorientasi diri
agar menjadi sefasa. Gerakan partikel-partikel dibatasi oleh gaya dalam partikel
yang menghasilkan gerakan acak hingga akhirnya menghasilkan panas.
Adanya kandungan air di dalam bahan tanaman dan juga adanya panas akibat
menyerap energi elektromagnetik menyebabkan sebagian minyak atsiri akan larut
dalam air yang terdapat dalam kelenjar tanaman. Campuran minyak dalam air
kemudian akan berdifusi keluar dengan proses osmosis melalui selaput membran
hingga nantinya sampai di permukaan bahan untuk selanjutnya akan menguap
(Ratmawati, 2017).

Gambar 2.7 Rangkaian Microwave Assisted Hydrodistillation

2.5 EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI DENGAN MICROWAVE AIR-


HYDRODISTILLATION
Tingginya permintaan akan kebutuhan minyak atsiri di pasaran, maka
peningkatan hasil minyak atsiri akan memiliki nilai komersial dan manfaat yang
besar. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi ekstraksi yang lebih baik untuk
minyak atsiri. Dengan meningkatkanya keuntungan dari bertambahnya hasil
produksi, teknologi yang berbasis green technology juga berperan secara signifikan
pada pembangunan berkelanjutan untuk menghindari pencemaran lingkungan yang
diakibatkan oleh teknologi proses. Teknologi microwave saat ini dianggap sebagai
metode yang efisien, secara drastis mempercepat waktu ekstraksi, meningkatkan

17
Universitas Sumatera Utara
yield kualitas ekstrak. Radiasi gelombang mikro mendorong proses ekstraksi maupun
reaksi kimia melalui prinsip rotasi dipolnya dan konduksi ion menjadikan ekstraksi
berbasis gelombang mikro menjadi metode yang paling menjanjikan (Zhao et al.,
2019).
Metode distilasi microwave menggunakan udara kompresi ini pertama
dikenalkan oleh Craveiro pada 1989 dan dikenal sebagai sebagai teknik microwave
yang pertama kali digunakan untuk mengekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan dan
rempah-rempah. Sistem ini memiliki tiga komponen: kompresor yang
menginjeksikan udara ke dalam labu ekstraksi (terdapat bahan baku dan solvent),
microwave sebagai penyedia sumber panas dan rangkaian kondensor sebagai sistem
pendingin. Udara terkompresi secara terus menerus diinjeksikan ke dalam labu
dimana bahan terendam dalam air yang sedang dipanaskan. Ketika uap menjadi
jenuh, maka senyawa volatil akan ikut bergerak menuju labu penampungan yang
difasilitasi dengan sistem pendingin (Chemat dan Giancarlo, 2016).
Pada penyulingan dengan microwave, bahan yang akan diekstrak
ditempatkan di dalam labu yang terbuat dari kaca dengan tujuan agar dapat ditembus
oleh radiasi microwave. Pelarut atau bahan kemudian akan menyerap radiasi tersebut
hingga mencapai kelenjar glandular bahan tanaman di dalam dinding sel. Peristiwa
ini menimbulkan panas sehingga dinding sel akan pecah dan minyak atsiri di
dalamnya dapat bebas keluar. Adanya kandungan air di dalam bahan tanaman dan
juga adanya panas akibat menyerap energi elektromagnetik menyebabkan sebagian
minyak atsiri akan larut dalam air yang terdapat dalam kelenjar tanaman. Campuran
minyak dalam air kemudian akan berdifusi keluar dengan proses osmosis melalui
selaput membran hingga nantinya sampai di permukaan bahan untuk selanjutnya
akan menguap. Difusi minyak atsiri dan air yang melalui membran tanaman inilah
yang disebut proses hidrodifusi.
Pada penelitian ini serangkaian teknologi berbantuan gelombang mikro
yang dibantu dengan gelembung udara diharapkan akan meningkatkan kualitas
minyak yang dihasilkan. Penelitian tentang microwave air-hydrodistillation
(MA-HD) telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2017) dimana ada metode
MA-HD secara umum terdiri dari tiga komponen utama: kompressor sebagai
penyedia udara untuk diinjeksikan kedalam labu ekstraksi (terdapat bahan baku dan

18
Universitas Sumatera Utara
solvent), microwave sebagai penyedia sumber panas dan rangkaian kondensor
sebagai sistem pendingin. Adanya penambahan aliran udara pada metode MA-HD
diharapkan dapat meningkatkan yield dan kualitas dari minyak atsiri yang diperoleh.
Dimana adanya penambahan aliran udara tersebut diduga berperan dalam membantu
mengoptimalkan proses pengadukan pada saat ekstraksi dan membawa komponen
minyak penting yang berada di dalam membran sel atau jaringan tanaman yang sulit
terdifusi keluar (Kusuma dan Mahfud, 2017). Pengadukan dari antara pelarut dan
bahan padat penting karena dapat meningkatkan perpindahan massa dari permukaan
bahan ke sebagian besar jumlah larutan. Apabila tanpa adanya pengadukan,
aglomerasi akan terjadi, yaitu penumpukan material padat mengendap pada bagian
bawah (Abed et al., 2015).

19
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 LOKASI PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian, Departemen Teknik
Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.

3.2 BAHAN DAN PERALATAN


3.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serai wangi dan
aquadest sebagai bahan utama.
3.2.2 Peralatan
Proses ekstraksi minyak atsiri dilakukan dengan menggunakan metode
microwave air-hydrodistillation (MA-HD). Rangkaian perlatan ditunjukkan pada
Gambar 3.1. Peralatan yang digunakan untuk analisis adalah piknometer,
refraktometer dan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry).

20
Universitas Sumatera Utara
5

1 2

9 8 7
3
4

Gambar 3.1 Rangkaian Peralatan Microwave Air-Hydrodistillation


Keterangan:
1. Air Compressor
2. Flowmeter
3. Labu ekstraksi
4. Serai Wangi dan Aquadest
5. Kondensor
6. Corong Pemisah
7. Erlenmeyer
8. Power Regulator
9. Timer

21
Universitas Sumatera Utara
3.3 RANCANGAN PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan variasi terhadap waktu ekstraksi, daya
microwave dan laju alir udara dengan menggunakan metode microwave air-
hydrodistillaton (MA-HD). Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Proses ekstraksi akan dilakukan dengan metode microwave air-hydrodistillation
(MA-HD) sebagai metode utama dan metode microwave hydrodistillation
(MAHD) sebagai metode pembanding. Minyak hasil ekstraksi tersebut akan
dihitung yield yang dihasilkan dan dilakukan penentuan densitas minyak, indeks
bias minyak, serta analisa komposisi minyak yang terkandung dalam minyak
menggunakan GC-MS.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian


Daya Waktu Laju Alir
Run Microwave Ekstraksi Udara
(watt) (menit) (L/min)
1 0,5
2 30 1
3 2
4 0,5
5 300 60 1
6 2
7 0,5
8 90 1
9 2
10 0,5
11 30 1
12 2
13 0,5
14 450 60 1
15 2
16 0,5
17 90 1
18 2
19 0,5
20 30 1
21 2
22 0,5
23 600 60 1
24 2
25 0,5
26 90 1
27 2

22
Universitas Sumatera Utara
3.4 PROSEDUR PENELITIAN
3.4.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku pada penelitian ini berupa serai wangi diperoleh dari Pasar Jalan
Bedagai, Kota Medan, Sumatera Utara.
Persiapan bahan baku menggunakan prosedur yang dilaporkan oleh
Suryawanshi, et al (2016) dengan modifikasi. Serai wangi segar terlebih dahulu
dibersihkan dari akarnya dan dipotong-potong bekururan  1 cm. Serai wangi yang
telah dipotong-potong dijemur pada temperatur ruangan. Serai wangi yang telah
kering disimpan pada temperatur ruangan dengan kondisi wadah yang tertutup
rapat. Tujuan dari pengeringan sampel dan pengecilan ukuran serai wangi yaitu
yield yang diperoleh pada serai wangi yang telah dikeringkan lebih tinggi
dibandingkan serai wangi segar demikian dengan pengecilan ukuran sampel. Serai
wangi yang telah kering tersebut digunakan sebagai sampel penelitian selanjutnya.

3.4.2 Proses Ekstraksi


Ekstraksi minyak atsiri serai wangi dengan menggunakan rangkaian MA-
HD. Prosedur ekstraksi ini menggunakan prosedur yang dilaporkan oleh Kusuma
dan Mahfud (2017) dengan modifikasi. 100 gram serai wangi dan 800 ml aquadest
dimasukkan dalam labu ekstraksi. Labu yang berisi bahan kemudian dimasukkan
ke dalam microwave kemudian dirangkaikan dengan konektor dan kondensor
(dilihat pada Gambar 3.1). Air dialirkan pada sistem pendingin kondensor.
Menggunakan kompresor, udara diinjeksikan ke dalam labu ekstraksi, dengan
variasi laju alir (0,5 L/min, 1 L/min dan 2 L/min) yang diatur menggunakan
flowmeter. Microwave dinyalakan agar proses ekstraksi dilakukan dengan paparan
radiasi. Penelitian ini dilakukan pada berbagai variasi antara lain waktu (60 menit,
90 menit dan 120 menit) dan variasi daya microwave (300W, 450W dan 600W).
Tetesan yang terbentuk ditampung dalam corong pemisah untuk selanjutnya
dipisahkan antara lapisan minyak dan lapisan air. Minyak yang telah terbentuk
kemudian dianalisa.

23
Universitas Sumatera Utara
3.5 ANALISIS PENELITIAN
3.5.1 Perhitungan Kadar Air Bahan Baku
Potongan serai wangi sebanyak 2 gram dikeringkan dalam oven pada suhu
105˚C selama 2 jam, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
Dilakukan pengeringan dalam oven kembali selama 30 menit, didinginkan dalam
desikator dan ditimbang, perlakuan ini diulangi sampai tercapai berat konstan.
Kadar air dihitung berdasarkan persamaan 3.1 (Zhang et al., 2019)
a-b
Kadar Air = b x 100% (3.1)

Dimana a merupakan berat awal serai wangi (gram) dan b merupakan berat
kering serai wangi (gram).

3.5.2 Penentuan Yield Minyak Atsiri


Yield dapat dijadikan acuan perbandingan setiap hasil minyak atsiri yang
diperoleh pada setiap perlakuan. Secara signifikan yield memberikan gambaran
keberhasilan proses ektraksi minyak atsiri. Yield minyak atsiri dapat didefinisikan
melalui persamaan 3.2 (Kusuma dan Mahfud, 2017)
ma
Yield = x 100 (3.2)
mb
Dimana ma merupakan massa dari minyak atsiri yang diperoleh (gram) dan
mb merupakan dari massa serai wangi yang digunakan (gram).

3.5.3 Penentuan Densitas Minyak Atsiri


Minyak atsiri yang dihasilkan dapat dikarakterisasi berdasarkan densitasnya
menurut SNI. Berikut merupakan prosedur penentuan densitas minyak atsiri
menggunakan metode SNI (2014) dengan alat piknometer:
1. Piknometer dalam keadaan bersih dan kosong ditimbang massanya (m)
2. Piknometer diisi air kemudian ditutup dan timbang massanya (m1)
3. Pada suhu yang sama, piknometer yang kosong diisi kembali diisi
dengan minyak dan ditimbang massanya (m2)
4. Ditentukan densitas dari minyak menggunakan persamaan (3.3)
dminyak m2 - m
= (3.3)
dair m1 -m

24
Universitas Sumatera Utara
Dimana dminyak dan dair berturut-turut merupakan densitas minyak dan
densitas air dan m, m1 dan m2 berturut-turut merupakan massa piknometer kosong,
massa piknometer berisikan air dan massa piknometer berisikan minyak atsiri.
Penentuan densitas ini dilakukan pada suhu 20C

3.5.4 Penentuan Indeks Bias Minyak Atsiri


Minyak atsiri yang dihasilkan dapat dikarakterisasi berdasarkan indeks
biasnya menurut SNI. Berikut merupakan prosedur penentuan indeks bias minyak
atsiri menggunakan metode SNI (2014) dengan alat refraktometer:
1. Alirkan air melalui refraktometer pada suhu tetap
2. Suhu tidak boleh lebih dari 20C dengan toleransi 0,2C
3. Sebelum minyak atsiri melalui rekfraktometer, minyak harus berada
pada suhu yang sama dengan air
4. Pembacaan dilakukan apabila suhu sudah stabil

3.5.5 Analisis Komposisi Minyak menggunakan GC-MS


Analisis menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry)
ditujukan untuk melihatkan kandungan dari minyak atsiri secara kualitatif maupun
kuantitatif. Senyawa dengan berat molekul yang kecil, bersifat polar maupun volatif
secara akurat dapat dianalisa menggunakan GC-MS (Rockwood et al., 2018).
Dalam penelitian ini analisa GC-MS ditujukan untuk melihat komponen-komponen
pada minyak atsiri yang dihasilkan. Analisis GC-MS dilakukan di Politeknik Negeri
Lokhseumawe, Kota Lhokseumawe, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Jenis
CG-MS yang digunakan adalah GC-MS dengan merk Shimadzu Tipe GCMS-
QP2010 Plus. Jenis kolom yang digunakan adalah merk Restek Tipe Stabilwax ®
dengan spesifikasi kolom diameter 0,25 mm dan panjang 30 m.

25
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ekstraksi minyak atsiri dari serai wangi ini dilakukan dengan
menggunakan metode microwave air hydrodistillation (MA-HD) atau ekstraksi
dengan menggunakan pelarut yaitu air dan memanfaatkan gelombang mikro
(microwave) sebagai pemanas serta adanya penambahan udara pada prosesnya.
Bahan serai wangi yang digunakan diperoleh dari Pasar Jalan Bedagai, Medan.
Pada penelitian ini juga dipelajari adanya pengaruh dari beberapa parameter pada
ekstraksi minyak serai wangi terhadap yield dan kualitas dari minyak atsiri meliputi
waktu ekstraksi (30 menit, 60 menit dan 90 menit), daya microwave (300 watt, 450
watt dan 600 watt), dan laju alir udara (0,5 liter/menit, 1 liter/menit dan 2
liter/menit). Hasil perolehan minyak serai wangi yang diperoleh diuji kualitas sifat
fisiknya sesuai standar SNI 06-3953-1995 dan ISO 3848:2016 meliputi uji densitas
dan indeks bias serta dianalisis komposisi minyak serai wangi menggunakan Gas
Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS).

4.1 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP YIELD


Waktu ekstraksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi
hasil dari proses ekstraksi, waktu ekstraksi yang lama akan menyebabkan bahan
terpapar radiasi gelombang mikro yang berlebihan. Hal ini berdampak pada
terjadinya penurunan hasil ekstraksi karena komponen bioaktif mengalami
degradasi. Penggunaan waktu yang lama juga akan meningkatkan biaya produksi
(Chen et al., 2020). Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penentuan waktu
ekstraksi terbaik yang telah divariasikan hingga mencapai hasil optimum.
Secara umum, pada proses ekstraksi terdapat tiga tahap penting yaitu: fase
ekuilibrium (equilibrium phase), fase transisi (transition phase), dan fase difusi
(diffusion phase). Pada fase ekuilibrium (equilibrium phase) ini terjadi perpindahan
substrat yang terdapat pada lapisan luar dari matriks. Perpindahan substrat tersebut
berlangsung dengan laju yang konstan. Kemudian, dilanjutkan dengan fase transisi
(transition phase) dimana pada tahap ini terjadi perpindahan massa secara konveksi
dan difusi. Dan pada fase yang terakhir yaitu fase difusi (diffusion phase) ini laju

26
Universitas Sumatera Utara
ekstraksi berjalan dengan lambat, yang dimana pada fase ini dikarakteristikan
dengan keluarnya ekstrak melalui mekanisme difusi. Pada proses ekstraksi, fase
difusi (diffusion phase) ini sering dianggap sebagai tahap pembatas (limiting step)
(Kusuma et al., 2017). Pada kajian ini hubungan waktu ekstraksi terhadap yield
yang diperoleh dapat ditunjukkan pada Gambar 4.1.

1,6

1,5

1,4 300 W, 0,5 L/menit


300 W, 1 L/menit
300 W, 2 L/menit
1,3
450 W, 0,5 L/menit
Yield (%)

450 W, 1 L/menit
1,2
450 W, 2 L/menit
600 W, 0,5 L/menit
1,1
600 W, 1 L/menit
600 W, 2 L/menit
1

0,9

0,8
30 60 90 120 150
Waktu Ekstraksi (menit)

Gambar 4.1 Pengaruh Waktu Terhadap Yield Minyak Serai Wangi

Pada gambar 4.1 dapat diamati pengaruh waktu ekstraksi dengan variasi
waktu ekstraksi sebesar 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada gambar 4.1 bahwa terjadi peningkatan
perolehan yield dari waktu ekstraksi 30 menit hingga waktu ekstraksi 90 menit. Hal
ini bisa disebabkan pengontakan pelarut dengan sampel yang diekstrak semakin
lama, maka minyak yang dapat terekstrak akan semakin banyak dimana proses
mencapai fase ekuilibrium. Akan tetapi, pada waktu ekstraksi 90 menit hingga 150
menit yield yang diperoleh cenderung konstan. Hasil penelitian ini menunjukkan
proses ekstraksi waktu ekstraksi 90 menit hingga 150 menit berada pada fase difusi.
Fase diffusi disebut juga fase pembatas (limiting step) dimana pada posisi tersebut

27
Universitas Sumatera Utara
minyak yang dapat terekstrak sudah sangat sedikit sehingga jika ditunjukkan pada
gambar grafik tidak terjadinya peningkatan.
Pada penelitian ini, proses ekstraksi menggunakan daya 600 watt terhenti
hingga menit ke-90. Hal ini terjadi karena pelarut telah habis menguap sehingga
bahan terbakar saat ekstraksi berlangsung menuju 120 menit. Hasil penelitian ini
menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Megawati et
al (2019) dalam mengekstraksi minyak atsiri dengan memvariasikan waktu
ekstraksi. Dalam waktu tertentu, yield minyak atsiri yang diperoleh akan meningkat
hingga akhirnya akan konstan yang disebabkan jumlah minyak yang semakin
sedikit saat meningkatnya waktu ekstraksi.
Pada ekstraksi minyak serai wangi dengan menggunakan metode MA-HD,
waktu ekstraksi juga merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Secara
umum dengan semakin lama waktu ekstraksi, maka yield yang diperoleh juga akan
semakin besar. Akan tetapi dengan semakin lamanya waktu ekstraksi, maka
peningkatan yield yang diperoleh menjadi semakin kecil (Wang et al., 2008).
Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa perolehan yield tertinggi diperoleh
pada waktu 90 menit, dan penambahan waktu ektraksi menit ke-120 dan menit ke-
150 memperoleh hasil yang tidak berbeda dengan waktu ekstraksi 90 menit. Hal ini
sesuai dengan hukum difusi kedua Fick yang menyatakan tentang keseimbangan
akhir yang dicapai oleh konsentrasi zat terlarut dalam matriks tanaman dan dalam
pelarut setelah waktu tertentu. Ini menyebabkan tidak ada peningkatan yang
signifikan dalam hasil minyak ketika memperpanjang waktu ekstraksi (Ranitha et
al., 2014).

4.2 PENGARUH DAYA MICROWAVE TERHADAP YIELD


Daya microwave didefinisikan sebagai jumlah energi yang ditransmisikan per
unit waktu yang dapat diatur besarnya pada microwave untuk memanaskan bahan
pada waktu tertentu (Chen et al., 2020). Dalam proses ekstraksi, daya microwave
yang digunakan sangat terkait dengan temperatur proses. Semakin tinggi daya
microwave yang digunakan, maka semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai temperatur proses. Energi panas dari microwave memberikan pemanasan
lokal pada sel tanaman dan akan menyebabkan sel tanaman membengkak kemudian

28
Universitas Sumatera Utara
sel akan pecah yang menghasilkan minyak dan senyawa volatil yang terdapat
didalamnya serta minyak akan berdifusi dalam pelarut (Idris et al., 2020). Pengaruh
daya microwave terbaik dilihat dari besarnya perolehan yield. Pada kajian ini
hubungan daya microwave terhadap yield yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar
4.1
Pada gambar 4.1 menunjukkan hasil penelitian pengaruh daya terhadap
yield. Pada penelitian ini daya microwave divariasikan pada 300 watt, 450 watt dan
600 watt. Gambar 4.1 menunjukkan terjadinya kenaikan yield yang diperoleh
dengan meningkatnya daya microwave yang digunakan. Kenaikan yield tersebut
berlangsung secara signifikan hingga daya 600 watt. Pada perlakuan ini diperoleh
yield tertinggi sebesar 1,575% pada waktu ekstraksi 90 menit, daya microwave 600
dan laju alir udara 2 liter/menit.
Pada perlakuan ini diperoleh hubungan daya berbanding lurus terhadap
yield yang diperoleh. Daya microwave yang lebih tinggi akan menyebabkan suhu
sistem akan meningkat dan akan mempengaruhi hasil ekstraksi. Semakin tinggi
daya microwave yang digunakan maka semakin tinggi yield yang diperoleh. Hal ini
sebelumnya telah dijelaskan oleh Drinic et al (2020) pada penelitiannya
mengekstraksi minyak atsiri dari oregano, bahwa kenaikan daya akan memiliki efek
yang bersinergi atas dua fenomena transportasi, yaitu gradien suhu dan gradien
massa, bertindak dalam arah yang sama. Pada daya microwave yang lebih rendah,
kepadatan dari microwave juga lebih rendah yang mengarah pada kemampuannya
memanaskan yang lebih rendah dan memperoleh hasil ekstraksi yang sedikit. Pada
tingkat daya yang lebih tinggi, air dapat menyerap lebih banyak radiasi microwave
sehingga akan mengganggu struktur sel yang akan mengarah pada tingkat
pelepasan minyak yang lebih tinggi (Drinic et al., 2020).
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Megawati et al (2019) dalam mengekstraksi minyak atsiri dengan
memvariasikan daya microwave. Jika dibandingkan dengan kajian ini, bahwa
terdapat kesamaan dengan penelitian terdahulu, meningkatnya daya microwave
akan menghasilkan yield yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena penggunaan
daya yang lebih tinggi menyebabkan bahan dan pelarut menyerap energi yang lebih

29
Universitas Sumatera Utara
besar sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mencapai temperatur operasi menjadi
lebih cepat dan terjadinya peningkatan yield.
Efisiensi ekstraksi akan meningkat seiring dengan meningkatnya daya
microwave, namun terdapat batas limit dari daya yang digunakan, sehingga penting
untuk memilih daya gelombang mikro yang tepat karena daya gelombang mikro
yang tinggi dapat menyebabkan degradasi komponen pada minyak yang sensitif
terhadap temperatur (Drinic et al., 2020). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Mohammadi et al (2013) melaporkan bahwa penggunaan daya microwave yang
lebih besar dari 600 watt tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil minyak
yang diperoleh, demikian juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Solanki
et al (2019) dalam mengektraksi minya serai menggunakan metode microwave
assisted extraction (MAE) dengan memvariasikan daya microwave sebesar 300,
450 watt, 600 watt dan 800 watt menunjukkan hasil peroleh tertinggi menggunakan
daya microwave sebesar 600 watt. Dengan demikian, meningkatnya yield hingga
daya 600 watt pada penelitian ini didukung dengan teori yang ada.

4.3 PENGARUH PENAMBAHAN ALIRAN UDARA TERHADAP YIELD


Pada penelitian ini digunakan penambahan aliran udara ke dalam labu dalam
mengoptimalkan proses ekstraksi. Hal ini dikarenakan adanya aliran udara akan
membantu mengoptimalkan proses pengadukan pada saat ekstraksi. Proses
pengadukan ini berpengaruh secara langsung terhadap proses perpindahan massa
pada fase pelarut (Kusuma dan Mahfud, 2017). Hal inilah yang kemudian
menyebabkan kesetimbangan antara fase cairan dan uap pada ekstraksi minyak
serai wangi yang diperoleh dengan menggunakan metode microwave air-
hydrodistillation. Pada kajian ini hubungan penambahan aliran udara terhadap yield
minyak serai wangi yang diperoleh dapat ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Pada gambar 4.1 dapat diamati pengaruh laju alir udara dengan variasi laju
alir udara sebesar 0,5 liter/menit; 1 liter/menit dan 2 liter/menit . Berdasarkan hasil
yang diperoleh pada gambar 4.1 bahwa terjadi peningkatan perolehan yield dari laju
alir udara 0,5 liter/menit hingga laju alir udara 2 liter/menit secara signifikan. Hasil
ekstraksi minyak atsiri dari bahan baku serai wangi dengan menggunakan

30
Universitas Sumatera Utara
microwave air hydrodistillation diperoleh yield tertinggi pada daya 600 Watt, pada
waktu ekstraksi 90 menit dengan laju alir udara 2 liter/menit yaitu 1,575%.
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semakin laju alir udara maka yield
minyak atsiri yang diperoleh akan meningkat. Fenomena yang terjadi pada
penelitian ekstraksi minyak serai wangi ini juga seperti yang ditunjukkan pada
ekstraksi minyak kayu cendana dengan metode microwave air-hydrodistillation
yang telah dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2017). Pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Kusuma dan Mahfud (2017) tersebut secara umum dapat dilihat
bahwa yield minyak kayu cendana yang diperoleh menggunakan metode
microwave air-hydrodistillation akan semakin meningkat seiring dengan semakin
besarnya laju udara yang diberikan. Selain itu dari penelitian tersebut juga dapat
dilihat adanya laju aliran udara yang optimum. Variasi laju aliran udara sebesar 1,5
sampai 3 liter/menit pada ekstraksi minyak kayu cendana menggunakan metode
microwave air-hydrodistillation menunjukkan kenaikan yield dengan perbedaan
yang tidak signifikan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan pada penelitian ini
digunakan variasi laju aliran udara maksimum sebesar 2 liter/menit untuk ekstraksi
minyak.
Pada kajian ini juga dilakukan ekstraksi minyak dengan menggunakan
metode microwave assisted hydrodistillation (MAHD) yang bertujuan untuk
membandingkan hasil perolehan yield dengan metode microwave air
hydrodistillation (MA-HD). Kondisi operasi pada metode perbandingan ini
dilakukan pada daya 600 watt dan waktu ekstraksi 90 menit untuk kedua metode
ini dan adanya penambahan udara sebesar 2 liter/menit pada metode MA-HD.
Perbandingan hasil yang diperoleh untuk kedua yaitu untuk metode MAHD yield
yang diperoleh sebesar 1,426% dan untuk metode MA-HD yield yang diperoleh
sebesar 1,575%. Metode MA-HD dengan penambahan laju alir udara 2 liter/menit
memperoleh yield yang lebih besar jika dibandingkan dengan metode MAHD tanpa
penambahan udara. Adanya penambahan aliran udara pada metode MA-HD pada
kajian ini dapat meningkatkan yield yang diperoleh. Dimana adanya penambahan
aliran udara tersebut diduga berperan dalam membantu mengoptimalkan proses
pengadukan pada saat ekstraksi (Kusuma dan Mahfud, 2017).

31
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, adanya aliran udara diduga juga berperan dalam membantu
membawa komponen minyak penting yang berada di dalam membran sel atau
jaringan tanaman yang sulit terdifusi keluar. Hal ini disebabkan karena minyak serai
termasuk minyak berat yang dimana terdapat beberapa komponen fraksi berat yang
sulit terekstrak. Sehingga adanya aliran udara pada metode microwave air-
hydrodistillation juga dapat dikatakan berfungsi sebagai medium perpindahan bagi
komponen minyak atsiri yang terdapat dalam bahan untuk menguap dan hal tersebut
mempengaruhi pada peningkatan perolehan yield minyak (Kusuma dan Mahfud,
2017).

4.4 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP DENSITAS


Densitas merupakan salah satu kriteria penting dalam menetukan mutu
kemurnian minyak atsiri. Densitas merupakan perbandingan berat sampel dengan
berat air yang sama besar volumenya. Menurut Standar Nasional Indonesia nomor
06-3953-1995 massa jenis pada suhu 20C berkisar antara 0,850 – 0,892 g/ml. Hasil
pengukuran densitas minyak serai wangi pada berbagai variasi dapat dilihat pada
Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Densitas Minyak Serai Wangi pada Variasi Daya 600
watt dan Laju Alir Udara 2 L/menit
Waktu Ekstraksi Densitas Standar SNI
(menit) (g/ml) (g/ml)
30 0,896
60 0,888 0,880-0,922
90 0,914

Densitas juga sering dihubungkan dengan fraksi berat dari komponen yang
terkandung pada minyak atsiri tersebut. Pengaruh waktu terhadap densitas minyak
atsiri serai wangi dapat dilihat pada Tabel 4.1 yang menunjukkan bahwa waktu
ekstraksi tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas densitas minyak atsiri serai
wangi, hasil pengukuran densitas menunjukkan bahwa setiap variasi waktu
ekstraksi menghasilkan densitas minyak atsiri yang sesuai dengan standar mutu
SNI.

32
Universitas Sumatera Utara
4.5 PENGARUH WAKTU EKSTRAKSI TERHADAP INDEKS BIAS
Indeks bias dari suatu zat merupakan perbandingan dari sinus sudut jatuh dan
sinus sudut sinar pantul dari cahaya yang melalui suatu zat. Alat yang digunakan
adalah refraktometer. Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan
cahaya di dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut pada suhu
tertentu. Indeks bias minyak dapat menentukan tingkat kemurnian suatu minyak.
Peningkatan nilai indeks bias minyak menunjukkan bahwa minyak mempunyai
rantai karbon panjang dan terdapat sejumlah ikatan rangkap (Ketaren, 1997 dan
Zulnely, 2008). Hasil pengukuran indeks bias minyak serai wangi pada berbagai
variasi waktu dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Indeks Bias Minyak Serai Wangi pada Variasi Daya
600 watt dan Laju Alir Udara 2 L/menit
Waktu Ekstraksi
Indeks Bias Standar SNI
(menit)
30 1,468
60 1,468 1,466-1475
90 1,472

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada penelitian ini untuk analisa indeks
bias yang didapat mencapai SNI 06-3953-1995 yang berkisar antara 1,466 – 1,475.
Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa antar variasi perlakuan tidak berpengaruh
terhadap indeks bias minyak atsiri.
Menurut Nainggolan (2002) nilai indeks bias bergantung pada jumlah rantai
karbon dan jumlah ikatan rangkap. Hal ini diartikan bahwa indeks bias dipengaruhi
komponen penyusun minyak atsiri. Semakin panjang rantai karbon dan semakin
banyak ikatan rangkap dalam minyak atsiri maka semakin besar pula nilai indeks
biasnya. Khabibi (2011) menyatakan bahwa lama waktu penyimpanan daun
diperkirakan dapat menaikkan nilai indeks bias karena semakin dominannya
komponen penyusun minyak atsiri. Senyawa sitronellal dan terpena tak
teroksigenasi merupakan senyawa terbesar dan sangat dominan jumlahnya dalam
minyak atsiri. Hal tersebut berarti bahwa nilai indeks bias sangat dipengaruhi oleh
senyawa sitronellal dan terpena tak teroksigenasi yang terkandung dalam minyak
atsiri tersebut. Semakin tinggi nilai indeks bias pada kisaran tersebut menunjukkan

33
Universitas Sumatera Utara
bahwa minyak atsiri memiliki kualitas yang baik. Hasil penelitian juga
menunjukkan indeks bias minyak yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu SNI.

4.6 IDENTIFIKASI KOMPOSISI MINYAK SERAI WANGI


MENGGUNAKAN GC-MS (GAS CHROMATOGRAPHY-MASS
SPECTOMETRY)
Penggunaan GC-MS dalam menentukan senyawa volatil yang terkandung
didalam minyak atsiri sudah dikenal luas. Pada analisis kromatografi gas, senyawa
yang akan dianalisis akan diuapkan dan dielusi oleh fase penggerak yaitu carrier
melalui kolom. Prinsip pemisahan menggunakan kromatografi gas dilakukan
berdasarkan perbedaan tekanan uap relatif dari sampel dan afinitas kolom. Sampel
yang dianalisa akan terdeteksi dan menghasilkan kromatogram, yaitu grafik sinyal
terhadap waktu dengan membentuk puncak pada kurvanya. Proses pengolahan data
yang akurat dengan teknik pencarian perpustakaan otomatis, memastikan bahwa
data yang dihasilkan oleh instrumen dapat diidentifikasi dengan membandingkan
spektra massa yang dihasilkan dengan data yang terdapat pada sistem perpustakaan
MS yang dikenal sebagai indeks retensi. Peak area dan peak height yang dihasilkan
oleh kromatogram dapat mengidentifikasi komposisi dari masing-masing
komponen (Baser dan Gerhard, 2016). Oleh karena itu, informasi yang diperoleh
dari kromatogram GC-MS dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis GC-MS terhadap minyak atsiri dari serai wangi yang dihasilkan
dengan menggunakan microwave air hydrodistillation bertujuan untuk
mengidentifikasi komposisi senyawa-senyawa yang terkandung didalamnya. Selain
digunakan untuk mengetahui komponen yang terkandung dalam minyak, analisis
GC-MS juga dapat digunakan untuk mengetahui kadar untuk setiap komponennya.
Analisis GC-MS terhadap minyak atsiri dari serai wangi dapat dilihat pada
kromatogram yang ditunjukkan pada Gambar 4.2.

34
Universitas Sumatera Utara
Citronella
Geraniol

Citronellol

Gambar 4.2 Hasil Analisis GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry)


Terhadap Minyak Serai Wangi Menggunakan Metode Microwave Air
Hydrodistillation

Dari kromatogram hasil analisis GC-MS pada gambar 4.2, diketahui


terdeteksi 13 jenis senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri serai wangi. Dari
ke-13 senyawa tersebut ada tiga komponen utama yang terkandung dalam minyak
atsiri serai wangi seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Komponen Utama Hasil Ekstraksi Minyak Serai Wangi Menggunakan
Metode Microwave Air-Hydrodistillation
Nama Senyawa Kadar (%)
Citronella 37,86
Geraniol 24,65
Citronellol 13,13

Komponen utama pada minyak serai wangi, diperoleh kadar citronella


37,86% pada waktu retensi 12,737 menit ditunjukkan pada peak 2, kadar geraniol
24,65% pada waktu retensi 23,462 menit ditunjukkan pada peak 12 dan kadar
citronellol 13,13% pada waktu retensi 21,203 menit ditunjukkan pada peak 11.
Menurut ISO 3848:2016 yang ditetapkan oleh International Organization of
Standard (ISO), terdapat nilai standar ambang batas atas dan bawah untuk profil
kromatogram minyak serai hasil analisis GC-MS yang dapat dilihat pada Tabel 4.4.

35
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Profil Kromatogram Menurut ISO 3848:2016
Nama Senyawa Minimal (%) Maksimal (%)
Citronella 31,0 40,0
Geraniol 20,0 25,0
Citronellol 8,5 14,0

Berdasarkan rentang nilai profil kromatogram komponen minyak serai wangi


menurut ISO 3848:2016 pada Tabel 4.4 sebagai standar mutu minyak serai yang
dibandingkan dengan minyak serai hasil ekstraksi pada Tabel 4.3, maka dapat
dinyatakan minyak serai hasil ekstraksi telah memenuhi standar mutu.

4.7 ANALISIS SIFAT FISIK MINYAK SERAI WANGI


Dalam penentuan kualitas dari minyak serai wangi yang diperoleh, maka
perlu dilakukan pengujian terhadap sifat fisik dari minyak serai wangi yang telah
diperoleh. Pengujian terhadap sifat fisik dari minyak serai wangi yang diperoleh
dapat dilakukan dengan cara menentukan densitas dan indek bias. Hasil analisis
dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kualitas dari minyak serai
wangi, dengan cara membandingkan hasil analisis sifat fisik dengan data standar
mutu berdasarkan SNI 06-3953-1995 dan ISO 3848:2016 seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Sifat Fisik Minyak Serai Wangi


Parameter Hasil SNI 06-3953- ISO
Ekstraksi 1995 3848:2016
Kuning pucat Kuning pucat
Warna Kuning pucat hingga kuning hingga kuning
kecoklatan kecoklatan
Densitas
(pada suhu 20C) 0,914 0,880-0,922 0,888-0,922
(g/ml)
Indeks Bias
1,472 1,466-1475 1,466-1477
(pada suhu 20C)

Berdasarkan hasil analisa sifat fisik dari minyak serai wangi yang diperoleh
yang dapat dilihat pada Tabel 4.5, maka dapat disimpulkan bahwa minyak serai
wangi hasil ekstraksi tersebut memenuhi standar mutu baik berdasarkan SNI 06-
3953-1995 maupun berdasarkan ISO 3848:2016.

36
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Waktu ekstraksi, daya microwave dan laju alir udara mempengaruhi yield
minyak serai wangi. Hubungan daya microwave dan laju alir udara berbanding
lurus terhadap yield. Semakin tinggi daya microwave, waktu ekstraksi dan laju
alir udara yang digunakan menunjukkan hasil peningkatan yield minyak serai
wangi yang diperoleh. Perpanjangan waktu ekstraksi akan menaikkan yield
hingga waktu 90 menit.
2. Yield tertinggi diperoleh pada daya microwave 600 watt, waktu ekstraksi 90
menit dan laju alir udara 2 liter/menit dengan perolehan yield sebesar 1,575%
dan memiliki kadar citronella, geraniol dan citronellol berturut-turut sebesar
37,86%, 24,65% dan 13,13% yang ditunjukkan melalui hasil analisis GCMS.
3. Densitas minyak dan indeks bias serai wangi diperoleh berturut-turut memiliki
nilai 0,914 gram/ml dan 1,472 yang diuji menggunakan metode SNI 06-3953-
1995.
4. Metode MA-HD menghasilkan yield yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan metode MAHD.

5.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk membuat variasi ukuran massa sampel
untuk mengetahui pengaruh ukuran sampel terhadap yield dalam menghasilkan
minyak serai wangi.
2. Sebaiknya dilakukan penambahan pelarut atau memvariasikan pelarut agar
sampel tidak gosong pada variasi daya dan waktu ekstraksi yang panjang.
3. Diperlukan penelitian lanjutan tentang produk turunan minyak serai wangi
serta mengaplikasikan minyak serai wangi hasil metode MA-HD dalam
berbagai produk seperti produk kosmetik dan produk anti-nyamuk.

37
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Abed, K. M., Kurji, B. M., & Abdul-Majeed, B. A. 2015. Extraction and Modelling
of Oil from Eucalyptus camadulensis by Organic Solvent. Journal of
Materials Science and Chemical Engineering, 03(08), 35–42.

Can Başer, K. H., & Buchbauer, G. 2015. Handbook of essential oils: Science,
technology, and applications, second edition. In Handbook of Essential Oils:
Science, Technology, and Applications, Second Edition.

Chemat, F., Abert Vian, M., & Zill-E-Huma. 2009. Microwave assisted -
separations: Green chemistry in action. In Green Chemistry Research Trends.

Chen, Q., Dong, W., Wei, C., Hu, R., & Long, Y. 2020. Combining integrated
ultrasonic-microwave technique with ethanol to maximise extraction of green
coffee oil from Arabica coffee beans. Industrial Crops and Products,
151(March), 112405.

Cook, C. M., & Lanaras, T. 2015. Essential Oils: Isolation, Production and Uses. In
Encyclopedia of Food and Health (1st ed.). Elsevier Ltd.

Drinić, Z., Pljevljakušić, D., Živković, J., Bigović, D., & Šavikin, K. 2020.
Microwave-assisted extraction of O. vulgare L. spp. hirtum essential oil:
Comparison with conventional hydro-distillation. Food and Bioproducts
Processing, 120, 158–165.

Hamzah, M. H., Che Man, H., Abidin, Z. Z., & Jamaludin, H. 2014. Comparison of
citronella oil extraction methods from Cymbopogon nardus grass by ohmic-
heated hydro-distillation, hydro-distillation, and steam distillation.
BioResources, 9(1), 256–272.

International Standardization Organization. 2016. ISO 3848:2016. Essential Oil of


Citronella, Java Type.

Hien Tran, T., Chinh Nguyen, D., Nguyen Phu, T. N., Van Thi, T. H., Nguyen Vo,
D. V., Giang Bach, L., & Duy Nguyen, T. 2019. Research on lemongrass oil
extraction technology (Hydrodistillation, microwave-assisted
hydrodistillation). Indonesian Journal of Chemistry, 19(4), 1000–1007.

Idris, F. N., Nadzir, M. M., & Abd Shukor, S. R. (2020). Optimization of solvent-
free microwave extraction of Centella asiatica using Taguchi method. Journal
of Environmental Chemical Engineering, 8(3), 103766.

Ketaren, S. 1993. Pengantar Minyak Atsiri Jilid II. Balai Pustaka. Jakarta.

Khabibi, J. 2011. Pengaruh Penyimpanan Daun dan Volume Air Penyulingan


Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Kayu Putih. Departemen Hasil Hutan.
Fakultas Kehutanan. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

38
Universitas Sumatera Utara
Khayyat, S. A., & Roselin, L. S. (2018). Recent progress in photochemical reaction
on main components of some essential oils. Journal of Saudi Chemical
Society, 22(7), 855–875.

Kumar M, S. (2017). Optimization of Yield for Extraction of an Essential Oil from


Cinnamon Using Microwave-Assisted Extraction. Journal of
Chromatography & Separation Techniques, s1, 1–4.

Kusuma, H. S., Altway, A., & Mahfud, M. 2018. Solvent-free microwave extraction
of essential oil from dried patchouli (Pogostemon cablin Benth) leaves.
Journal of Industrial and Engineering Chemistry, 58, 343–348.

Kusuma, H. S. dan M. Mahfud. 2018. Kinetic Studies on Extraction of Essential


Oil from Sandalwood (Santalum album) by Microwave Air-Hydrodistillation
Method. Alexandria Engineering Journal 57: 1163-1172.

Kusuma, H. S., & Mahfud, M. 2017. The extraction of essential oils from patchouli
leaves (Pogostemon cablin benth) using a microwave air-hydrodistillation
method as a new green technique. RSC Advances, 7(3), 1336–1347.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2019. Quo Vadis Minyak Serai Wangi dan
Produk Turunannya. Jakarta: LIPI Press.

Liompart, M., Garcia-Jares, C., Celeiro, M., & Dagnac, T. 2019. Extraction |
Microwave-Assisted Extraction. In Encyclopedia of Analytical Science (3rd
ed., Issue June). Elsevier Inc.

M., R., Nour, A. H., Sulaiman, Z. A., Nour, A. H., & S., T. R. 2014. A Comparative
Study of Lemongrass (Cymbopogon Citratus) Essential Oil Extracted by
Microwave-Assisted Hydrodistillation (MAHD) and Conventional
Hydrodistillation (HD) Method. International Journal of Chemical
Engineering and Applications, 5(2), 104–108.

Mahadagde, M. P. 2018. Techniques Available for the Extraction of Essential Oils


from Plants: A Review. International Journal for Research in Applied
Science and Engineering Technology, 6(3), 2931–2935.

Ma'sum, Z., Mahfud, M., & Altway, A. 2019. Parameter for scale-up of extraction
Cymbopogon nardus dry leaf using microwave assisted hydro-distillation.
Journal of Applied Engineering Science, 17(2), 126–133.

Megawati, Fardhyanti, D. S., Sediawan, W. B., & Hisyam, A. 2019. Kinetics of


mace (Myristicae arillus) essential oil extraction using microwave assisted
hydrodistillation: Effect of microwave power. Industrial Crops and Products,
131(September 2018), 315–322.

Mejri, J., Aydi, A., Abderpabba, M., & Mejri, M. 2018. Emerging extraction
processes of essential oils: A review. Asian Journal of Green Chemistry, 2(3),
246–267.

39
Universitas Sumatera Utara
Mohamadi, M., Shamspur, T., & Mostafavi, A. 2013. Comparison of microwave-
assisted distillation and conventional hydrodistillation in the essential oil
extraction of flowers Rosa damascena Mill. Journal of Essential Oil
Research, 25(1), 55–61.

Movaliya, S. K. 2017. Extraction of essential oil by Microwave- assisted


extraction : A review. International Journal of Advance Research and
Innovative Ideas in Education, 2, 5312–5321.

Rassem, H., Nour, A., & R. M., Y. 2016. Techniques For Extraction of Essential
Oils From Plants: A Review. Australian Journal of Basic and Applied
Sciences, 10(16), 117–127.

Ratmawati, L. 2017. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Akar Wangi (Vetivera


zizanoides) dan Kayu Manis (Cinnamomum verum) dengan Menggunakan
Metode Microwave Hydrodistillation dan Microwave Air-Hydrodistillation.

Ravindran, P. N. 2017. The Encyclopedia of Herbs & Spices. United States of


America: CAB International.

Rihayat, T., Suryani, S., Zaimahwati, Z., Salmyah, S., Sariadi, S., Fitria, F.,
Satriananda, S., Putra, A., Fona, Z., Juanda, J., Raudah, R., Safitri, A.,
Mawaddah, M., Nurhanifa, N., Riskina, S., & Syahputra, W. 2019.
Composition on Essential Oil Extraction from Lemongrass Fragrant by
Microwave Air Hydro Distillation Method to Perfume Dermatitis Production.
IOP Conference Series: Materials Science and Engineering, 506(1), 6–11.

Rockwood., A. L., M. M. Khusnir dan N. J. Clarke. 2018. Mass Spectrometry.


Dalam. Andrew N Hoofnagle. Principles and Applications of Clinical Mass
Spectrometry: Small Molecules, Peptides and Pathogens. United Kingdom:
Elsevier.

Solanki, K. P., Desai, M. A., & Parikh, J. K. 2019. Microwave intensified


extraction: A holistic approach for extraction of citronella oil and phenolic
compounds. Chemical Engineering and Processing - Process Intensification,
146, 107694.

Srivastava, M. P., Tiwari, R., Sharma, N., & Division, P. P. 2013. Manuscript Info.
International Journal of Advanced Research, 1(8), 1–6.

Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI 06-3953-1995: Minyak Sereh. Jakarta:


Badan Standardisasi Nasional (BSN).

Standar Nasional Indonesia. 2014. SNI 8028-1:2014: Alat Penyuling Minyak Atsiri
- Bagian 1: Sistem Kukus – Syarat Mutu dan Metode Uji. Jakarta: Badan
Standardisasi Nasional (BSN).

Suroso. 2018. Budidaya Serai Wangi (Cymbopogon nardus L. Randle). Penyuluh


Kehutanan Lapangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Daerah Istimewa
Yogyakarta.

40
Universitas Sumatera Utara
Suryawanshi, M. A., Mane, V. B., & Kumbhar, G. B. 2016. Methodology To
Extract Essential Oils From Lemongrass Leaves : Solvent Extraction
Approach. Recent Progress in Medicinal Plants, 36(1), 1775–1780.

Tripathi, S., & Anjum, S. 2017. a Review on Extraction of Essential Oil With the
Help of Micro-Wave. International Journal of Research in Engineering &
Technology, 5(6), 81–92.

Wang, W., Wu, N., Zu, Y. G., & Fu, Y. J. 2008. Antioxidative activity of
Rosmarinus officinalis L. essential oil compared to its main components.
Food Chemistry, 108(3), 1019–1022.

Zhang, T. (Tim), Xu, Y., Lin, C. H., Wei, Z. (Daniel), & Wang, S. 2019. Measuring
moisture content in a porous insulation package with finite thickness.
International Journal of Heat and Mass Transfer, 129, 144–151.

Zhao, Y., Wang, P., Zheng, W., Yu, G., Li, Z., She, Y., & Lee, M. 2019. Three-
stage microwave extraction of cumin (Cuminum cyminum L.) Seed essential
oil with natural deep eutectic solvents. Industrial Crops and Products,
140(April), 111660.

41
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN A
FLOWCHART PENELITIAN

LA.1 FLOWCHART PERSIAPAN BAHAN BAKU


Flowchart persiapan bahan baku yaitu :

Mulai

Serai wangi dipotong berukuran + 1 cm

Serai wangi dijemur di ruang terbuka

Selesai

Gambar A.1 Flowchart Persiapan Bahan Baku

42
Universitas Sumatera Utara
LA.2 FLOWCHART EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI
Flowchart proses ekstraksi yaitu :

Mulai

Dimasukkan serai wangi ke dalam labu sebanyak 100 gram

Ditambahkan 800 mL aquadest

Dimasukkan labu ekstraksi ke dalam microwave

Diatur daya pada 300 watt dan waktu selama 30 menit

Diukur volume dan massa distilat yang didapat

Ya
Apakah ada
variabel lain ?

Tidak

Selesai

Gambar A.2 Flowchart Proses Ekstraksi Minyak Atsiri

43
Universitas Sumatera Utara
LA.3 FLOWCHART PENENTUAN KADAR AIR BAHAN BAKU
Flowchart penentuan kadar air bahan baku yaitu :

Mulai

Serai wangi ditimbang 1-2 gram

Dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 2 jam

Didingingkan pada desikator lalu ditimbang

Dipanaskan kembali selama 30 menit

Didingingkan kembali pada desikator lalu ditimbang

Belum

Apakah sudah
konstan?

Ya

Kadar air dicatat

Selesai

Gambar A.3 Flowchart Penentuan Kadar Air

44
Universitas Sumatera Utara
LA.4 FLOWCHART PENENTUAN YIELD MINYAK ATSIRI
Flowchart penentuan yield yang diperoleh yaitu :

Mulai

Ditimbang massa bahan baku yang digunakan

Ditimbang minyak hasil ekstraksi

Dihitung yield yang diperoleh

Selesai

Gambar A.4 Flowchart Perhitungan Yield Minyak Atsiri

45
Universitas Sumatera Utara
LA.5 FLOWCHART PENENTUAN DENSITAS MINYAK ATSIRI
Flowchart penentuan densitas minyak atsiri yaitu :

Mulai

Piknometer dalam keadaan bersih dan kosong ditimbang


massanya (m)
Piknometer diisi air kemudian ditutup dan timbang massanya
(m1)
Pada suhu yang sama, piknometer yang kosong diisi kembali
diisi dengan minyak dan ditimbang massanya (m2)

Ditentukan densitas dari minyak menggunakan persamaan (3.3)

Selesai

Gambar A.5 Flowchart Pengukuran Densitas Minyak Atsiri

46
Universitas Sumatera Utara
LA.6 FLOWCHART PENENTUAN INDEKS BIAS MINYAK ATSIRI
Flowchart penentuan indeks bias minyak atsiri yaitu :

Mulai

Alirkan air melalui refraktometer pada suhu tetap


massanya (m)
Suhu tidak boleh lebih dari 20C dengan toleransi 0,2C (m1)

Sebelum minyak atsiri melalui rekfraktometer, minyak harus


berada pada suhu yang sama dengan air

Pembacaan dilakukan apabila suhu sudah stabil

Selesai

Gambar A.6 Flowchart Analisis Indeks Bias Minyak Atsiri

47
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN B
DATA HASIL PENELITIAN

LB.1 HASIL ANALISA KADAR AIR


Tabel B.1 Hasil Analisa Kadar Air
Massa
Massa Awal Massa Akhir
Alumunium Foil Kadar Air (%)
(gram) (gram)
(gram)
3,17 5,17 4,95 11,00

LB.2 DATA DENSITAS DAN INDEKS BIAS MINYAK SERAI WANGI


Tabel B.2 Data Densitas dan Indeks Bias Minyak Serai Wangi pada Daya
Microwave 600 watt dan Laju Alir Udara 2 L/menit
Data 30 menit 60 menit 90 menit
Massa
Piknometer
12,6531
Kosong
(gram)
Massa
Piknometer + Air 17,6441
(gram)
Massa Air (gram) 4,991
Massa
Piknometer + 17,1250 17,0851 17,2149
Minyak (gram)
Massa Minyak
4,4719 4,4320 4,5618
(gram)
Densitas 0,896 0,888 0,914
Indeks Bias 1,468 1,468 1,472

48
Universitas Sumatera Utara
LB.3 DATA YIELD MINYAK SERAI WANGI BERBAGAI VARIASI
Tabel B.3 Data Yield Minyak Serai Wangi Berbagai Variasi
Variasi
Massa
Daya Waktu Laju Alir
Run Minyak Yield (%)
Microwave Ekstraksi Udara
(gram)
(watt) (menit) (L/min)
1 0,5 0,8028 0,902
2 30 1 0,8339 0,937
3 2 0,8491 0,954
4 0,5 0,8642 0,971
5 60 1 0,8829 0,992
6 2 0,9470 1,064
7 0,5 0,8882 0,998
8 300 90 1 1,0716 1,204
9 2 1,0778 1,211
10 0,5 0,8873 0,997
11 120 1 1,0698 1,202
12 2 1,0751 1,208
13 0,5 0,8882 0,998
14 150 1 1,0716 1,204
15 2 1,0760 1,209
16 0,5 0,9398 1,056
17 30 1 1,0102 1,135
18 2 1,1641 1,308
19 0,5 1,0173 1,143
20 60 1 1,1677 1,312
21 2 1,2442 1,398
22 0,5 1,1454 1,287
23 450 90 1 1,2407 1,394
24 2 1,3199 1,483
25 0,5 1,1463 1,288
26 120 1 1,2371 1,39
27 2 1,3190 1,482
28 0,5 1,1463 1,288
29 150 1 1,2389 1,392
30 2 1,3199 1,483
31 0,5 1,2006 1,349
32 30 1 1,2709 1,428
33 2 1,3564 1,524
34 0,5 1,2647 1,421
35 60 1 1,3332 1,498
600
36 2 1,3581 1,526
37 0,5 1,3430 1,509
38 90 1 1,3857 1,557
39 2 1,4018 1,575
40 120 0,5 1,3439 1,510

49
Universitas Sumatera Utara
LB.4 DATA HASIL UJI GC-MS MINYAK SERAI WANGI
Tabel B.4 Data Hasil Uji GC-MS Minyak Serai Wangi
Waktu Retensi %
Peak Nama Senyawa
(tR) (menit) Area
1 5,064 3,67 Limonene
2 12,737 37,86 Citronella
3 14,842 1,16 Linalool
4 15,109 1,41 Isopulegol
5 15,352 3,59 Cyclohexane
6 15,819 1,56 Citronellyl acetate
7 18,148 3,38 Citral
8 19,187 1,17 Germacrene
9 20,682 2,68 Valencene
10 20,898 4,54 Geranyl acetate
11 21,203 13,13 Citronellol
12 23,462 24,65 Geraniol
13 29,772 1,38 Elemol
Total 100

50
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN C
CONTOH PERHITUNGAN

LC.1 CONTOH PERHITUNGAN KADAR AIR


Massa aluminium foil = 3,17 gram
Massa awal (massa awal serai + foil) = 5,17 gram
Massa akhir (massa kering serai + foil) = 4,95 gram
Massa awal serai = 2,00 gram
Massa kering serai = 1,78 gram
Kadar air dihitung berdasarkan persamaan 3.1
massa awal serai - massa kering serai
Kadar air (%) = ×100%
massa awal serai
2,00-1,78
= ×100%
2,00
= 11,00 %

LC.2 CONTOH PERHITUNGAN DENSITAS


Sampel: Hasil Minyak Serai pada Daya 600 watt, 90 menit, 0,5 L/menit
Massa piknometer kosong (m) = 12,6531 gram
Massa piknometer + air (m1) = 17,6441 gam
Massa air (m-m1) = 17,6441 – 12,6531
= 4,991 gram
Massa piknometer + minyak (m2) = 17,1250 gram
Massa minyak (m2-m) = 4,4719 gram
Densitas air (dair) = 0,9982 gram/ml (pada suhu 20C)
Densitas dari minyak dihitung menggunakan persamaan 3.3
dminyak m2 - m
=
dair m1 -m
dminyak 4,4719
=
0,9982 4,991

dminyak = 0,896 gram/ml

51
Universitas Sumatera Utara
LC.3 CONTOH PERHITUNGAN YIELD MINYAK SERAI WANGI
Sampel: Hasil Minyak Serai pada Daya 300 watt, 30 menit, 0,5 L/menit
Massa serai yang digunakan = 100 gram
Kadar air = 11,00 %
Massa minyak yang dihasilkan = 0,8028 gram
Yield dari minyak dihitung menggunakan persamaan 3.2
massa minyak
Yield (%) = ×100%
massa serai ( 1-kadar air)
0,8028
Yield (%) = ×100%
100 (1-0,11)
Yield (%) = 0,902

52
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN D
DOKUMENTASI PENELITIAN

LD.1 PERSIAPAN SAMPEL

`
Gambar D.1 Persiapan Sampel

53
Universitas Sumatera Utara
LD.2 EKSTRAKSI MINYAK SERAI WANGI

Gambar D.2 Ekstraksi Minyak Serai Wangi

54
Universitas Sumatera Utara
LD.3 PEMISAHAN MINYAK SERAI WANGI

Gambar D.3 Pemisahan Minyak Serai Wangi

LD.4 HASIL MINYAK SERAI WANGI

Gambar D.4 Hasil Minyak Serai Wangi

55
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN E
HASIL UJI LABORATORIUM

LE.1 HASIL UJI GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry)


Hasil uji GC-MS minyak serai wangi dapat dilihat pada Gambar E.1

Gambar E.1 Hasil Uji GC-MS pada Minyak Serai Wangi

56
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai