TESIS
Oleh :
DAMEANTO PURBA
097026007/FIS
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika pada Program Pascasarjana
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara
Oleh :
DAMEANTO PURBA
097026007/FIS
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
NIM : 097026007
Menyetujui :
Komisi Pembimbing,
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah
hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah
dijelaskan sumbernya dengan benar.
DAMEANTO PURBA
NIM : 097026007
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan mempublikasikan
tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
DAMEANTO PURBA
NIM : 097026007
DATA PRIBADI
E - mail : dameantopurba@ymail.com
DATA PENDIDIKAN
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala kelimpahan rakhmad dan karunia-Nya yang dapat kami terima sehingga
tesis ini dapat diselesaikan.
Dengan selesainya tesis ini perkenankanlah kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) atas kesempatan yang diberikan kepada kami
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister.
Dekan fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara Dr. Sutarman, M.Sc
atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Pascasarjana FMIPA Universitas
Sumatera Utara.
Ketua Program Studi Magister Ilmu Fisika Dr. Nasruddin M.N., M.Eng,
Sc dan sekretaris Program Studi Magister Fisika Dr. Anwar Darma Sembiring,
M.S beserta seluruh staf pengajar Program Studi Magister Fisika pada Progran
Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara.
Terimakasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya kami
ucapkan kepada Prof. Drs. Mohammad Syukur, M.Sc selaku pembimbing utama
yang dengan penuh perhatian dan telah memberikan dorongan , bimbingan
kepada kami, demikian juga kepada Prof. Eddy Marlianto, M.Sc, Ph.D selaku
pembimbing kami yang telah menuntun dan membimbing kami hingga selesainya
penelitian ini.
Kepada Ibunda tercinta Rosdiana Saragih yang selalu mendoakan kami
selama studi terlebih kepada istri tersayang Dra. Maristiwa Siahaan serta anak-
anakku terkasih Tia Idovanni dan Ryan Agustin atas pengorbanan kalian baik
berupa moril dan meteril serta waktu bersama yang hilang selama studi, budi baik
ini tidak dapat dibalas hanya diserahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dameanto Purba
ABSTRAK
Kata kunci : Papan Partikel, Tandan Kosong Kelapa Sawit, Polietilena Kerapatan
Tinggi.
ABSTRACT
Key word : Particle board, empty fruit bunches, high density polyethylene
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 4
1.3 Pembatasan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 5
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN L-1
Nomor
J u d u l Halaman
Tabel
Nomor J u d u l Halaman
Gambar
2.1 Etilena suatu monomer dan unit berulang polietilena 6
Nomor
J u d u l Halaman
Lampiran
ABSTRAK
Kata kunci : Papan Partikel, Tandan Kosong Kelapa Sawit, Polietilena Kerapatan
Tinggi.
ABSTRACT
Key word : Particle board, empty fruit bunches, high density polyethylene
PENDAHULUAN
Komposit adalah suatu sistem bahan (meterial) yang tersusun dari campuran atau
kombinasi dari dua atau lebih konstituen makro yang berbeda dalam bentuk atau
komposisi bahan dan tidak larut satu dengan yang lainnya (Rowell, 1997). Unsur
penyusun suatu bahan komposit terdiri dari matriks dan penguat (reinforcement).
Bagian dominan yang mengisi komposit disebut dengan matriks sedangkan
bagian yang tidak dominan disebut dangan penguat (Humaidi, 1998).
Dewasa ini komposit kayu plastik (Wood-Plastic Composite) adalah salah satu
sektor yang paling dinamis dari industri plastik. Material ini terdiri dari campuran
serat kayu atau sejenisnya dengan polimer yang bersifat termoplastik seperti
polietilena (PE), polipropilena (PP) dan sebagainya. Polimer termoplastik akan
lunak bila dipanaskan dan akan mengeras setelah dingin. Sifat-sifat ini
memungkinkan material lain seperti partikel kayu atau sejenisnya dapat
bercampur dengan plastik jenis ini membentuk suatu material komposit.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus
meningkat. Data dari BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan
plastik impor Indonesia, pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada
tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi
peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat
pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan sisa olahan
plastikpun tidak terelakkan.
Menurut Hartono (1998) empat jenis sampah plastik yang populer dan banyak
di produksi yaitu polietilena (PE), polietilena kerapatan tinggi (High Density
Polyethylene ) selanjutnya disingkat HDPE , polipropilena (PP), dan asoi. HDPE
termasuk salah satu jenis bahan yang memiliki sifat padat, keras, kuat dan kedap
yang rawan banjir atau di daerah dengan kelembaban yang tinggi, produk tersebut
mudah rusak kerena daya resap air yang tinggi.
Pembuatan papan partikel komposit dengan menggunakan matriks dari plastik
yang telah didaur ulang, selain dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu
kerana dapat digantikan serat lain, juga dapat mengurangi pembebanan
lingkungan terhadap sisa olahan plastik disamping menghasilkan produk inovatif
sebagai bahan perabot pengganti kayu. Keunggulan produk ini antara lain : biaya
produksi lebih murah, bahan bakunya melimpah, fleksibel dalam proses
pembuatannya, kerapatannya rendah, lebih bersifat biodegradable (dibanding
plastik), memiliki sifat-sifat yang lebih baik dibandingkan bahan baku asalnya,
dapat diaplikasikan untuk berbagai keperluan, serta bersifat dapat didaur ulang
(Febrianto, 1999).
Papan partikel komposit yang terbuat dari bahan kayu (serat) dan plastik
terutama digunakan pada pemakaian luar ruangan (out door) seperti kursi taman,
dek (geladak kapal) dan juga dapat digunakan pada pemakaian dalam ruangan (in
door) seperti produk mebel (lemari, meja, kursi). Keuntungan dari komposit kayu
plastik dibanding dengan kayu alam adalah konsisten dan bentuknya seragam,
tidak lapuk dan tidak dimakan serangga, tidak menyerap air dan tidak
memerlukan pengecatan secara periodik (Wichsler A., dkk, 2007).
Dari semua persoalan diatas maka dicari suatu alternatif pembuatan papan
partikel komposit kayu plastik yang memiliki kekuatan mekanik baik, tidak
menyerap air, bahan baku berlimpah dan mudah didapatkan, tidak mahal serta
ramah lingkungan. Pemilihan serat TKKS karena dibanding filler anorganik yang
biasa (CaCO 3 ) harganya lebih murah, tidak menggunakan perekat. Hanya saja
yang menjadi persoalan, percampuran HDPE hasil daur ulang dengan serat
TKKS memiliki daya adhesi yang lemah, disebabkan karena serat TKKS tidak
bercampur baik dengan HDPE hasil daur ulang, karena sifatnya yang bertolak
belakang dimana, serat TKKS bersifat hidrofilik (menyarap air) sedangkan HDPE
bersifat hidrofobik (menolak air). Sehingga untuk meningkatkan daya adhesinya
diperlukan suatu zat aditif (tambahan) yang berfungsi sebagai compatibilizer,
dalam hal ini dapat digunakan bahan seperti maleat anhidrida – HDPE dan
benzoil peroksida.
3. Mengetahui persentase berat TKKS dan berat HDPE daur ulang yang
menghasilkan papan partikel komposit dengan sifat fisik dan mekanik
yang optimal.
Papan partikel adalah lembaran hasil pengempaan panas campuran partikel kayu
atau bahan berligno-selulosa lainnya dengan perekat organik dan bahan lainnya
(Iskandar, 2009). Papan partikel merupakan lembaran bahan yang terbuat dari
serpihan kayu atau bahan yang berligno-selulosa seperti keping, serpih, untai
yang disatukan dengan pengikat organik dengan memberikan perlakuan panas,
tekanan, katalis dan sebagainya (FAO, 1997).
LDPE memiliki struktur rantai percabangan yang tinggi dengan cabang yang
panjang dan pendek. Sedangkan HDPE mempunyai struktur rantai lurus.
Sedikitnya cabang-cabang pada rantai terutama akan memperkuat gaya ikatan
antar molekul. Dengan berdekatannya rantai-rantai utama akan menaikkan
kristalinitas, kerapatan atau rapat massa dan kekuatannya.
Adanya beberapa struktur dari polietilena akan memberikan sifat fisik yang
berbeda dari bahan polimer. Struktur rantai bercabang mempunyai kekuatan yang
lebih rendah karena cabang-cabang akan mengurangi gaya-gaya ikatan antar
molekul. Proses pembuatan rantai dari polimer termoplastik polietilena secara
umum dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
Jenis polietilena yang banyak adalah LDPE yang mepunyai rantai cabang, yang
banyak digunakan sebagai kemasan yaitu sekitar 44,5% dari plastik kemasan,
kemudian HDPE yang tidak mempunyai rantai cabang, tapi merupakan rantai
utama yang lurus sekitar 25,4% (Cowd, 1991).
Sisa Olahan berbentuk padatan dari pabrik kelapa sawit umumnya berbentuk
tandan kosong, cangkang dan serat buah. Dari berbagai jenis komponen sisa
olahan pabrik kelapa sawit yang dihasilkan itu, TKKS merupakan komponen
9
yang paling banyak dihasilkan , jika dibandingkan dengan sisa olahan yang
lainnya.
TKKS banyak mengandung serat disamping zat-zat lainnya. Bagian dari tandanan
yang banyak mengandung serat atau selulosa adalah bagian pangkal dan
ujungnya yang runcing dan keras. Secara umum sifat fisik dan morfologi serat
TKKS diperlihatkan pada tabel berikut.
Bagian-bagian TKKS
Parameter
Bagian Pangkal Bagian ujung
Selain data-data sifat fisik dan morfologi TKKS diatas, bahan-bahan penyusun
TKKS dalam bentuk komposisi dan sifat kimia yang terkandung didalamnya
seperti diperlihatkan tabel berikut. 10
Lignin 22,23
Ekstraktif 6,37
Pentosan 26,69
α- selulosa 37,76
Holoselulosa 68,88
Kelarutan dalam:
1% Na OH 29,96
2.4 KOMPOSIT
Komposit adalah penggabungan dari dua atau lebih material yang berbeda sebagai
suatu kombinasi yang menyatu. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua
unsur, yaitu serat (fiber) sebagai pengisi dan bahan pengikat serat tersebut yang
disebut matrik. Didalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan
pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai
daya pengikat yang tinggi. Penggunaan serat sendiri yang utama adalah untuk
menentukan karakteristik bahan komposit seperti : kekakuan, kekuatan dan sifat-
sifat mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi serat digunakan untuk menahan
sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit, matrik sendiri
mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik
terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu untuk bahan serat digunakan
bahan yang kuat, kaku dan getas, sedangkan bahan matrik dipilih bahan-bahan
yang liat, lunak dan tahan terhadap perlakuan kimia.
Klasifikasi komposit dapat dibentuk dari sifat dan strukturnya. Bahan komposit
dapat diklasifikasikan kedalam beberapa jenis. Secara umum klasifikasi komposit
yang sering digunakan antara lain :
Untuk memperoleh komposit yang kuat harus dapat menempatkan serat dengan
benar. Berdasarkan penempatannya terdapat beberapa tipe serat pada komposit
yaitu :
Dalam Penelitian ini tipe komposit yang digunakan adalah Discontinuous Fiber
Composite yakni tipe komposit berserat pendek dengan bentuk susunan serat
acak ( randomly) dengan ukuran ± 0,5 cm.
a. Faktor Serat
Serat adalah bahan pengisi matrik yang digunakan untuk dapat memperbaiki sifat
dan struktur matrik yang tidak dimilikinya, juga diharapkan mampu menjadi
bahan penguat matrik pada komposit untuk menahan gaya yang terjadi.
Dalam pembuatan komposit tata letak dan arah serat dalam matrik yang akan
menentukan kekuatan mekanik komposit, dimana letak dan arah dapat
mempengaruhi kinerja komposit tersebut. Menurut tata letak dan arah serat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu:
b. Faktor Matrik
Matrik dalam komposit berfungsi sebagai bahan mengikat serat menjadi sebuah
unit struktur, yang melindungi dari perusakan eksternal, meneruskan atau
memindahkan beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matrik, sehingga
matrik dan serat saling berhubungan. Bahan polimer yang sering digunakan
sebagai material matrik dalam komposit ada dua macam adalah termoplastik dan
termoset. Termoplastik dan termoset ada banyak jenisnya yaitu:
Komposit serat yang baik harus mampu menyerap matrik yang memudahkan
terjadi antara dua fase (Schwartz, 1984). Selain itu komposit serat juga harus
mempunyai kemampuan untuk menahan tegangan yang tinggi, karena serat dan
matrik berinteraksi dan pada akhirnya terjadi pendistribusian tegangan.
Kemampuan ini harus dimiliki oleh matrik dan serat. Hal yang mempengaruhi
ikatan antara serat dan matrik adalah void, yaitu adanya celah pada serat atau
bentuk serat yang kurang sempurna yang dapat menyebabkan matrik tidak akan
mampu mengisi ruang kosong pada cetakan. Bila komposit tersebut menerima
beban, maka daerah tegangan akan berpindah ke daerah void sehingga akan
mengurangi kekuatan komposit tersebut (Schwartz, 1984).
CH 3 CH 2 CH 2 CH 3 + 3,5 O 2 CH 2 (CO) 2 O + 4 H 2 O
Anhidrida maleat larut dalam 100 gr pelarut pada suhu 25oC. Anhidrida maleat
digunakan pada proses sintesa diena (sintesa Diehls Alder), reaksi kopolimerisasi,
pembuatan resin-alkil dan bidang farmasi, bersifat sangat iritatif dan umumnya
senyawa dengan dua karbon ikatan rangkap dan karbon oksigen. Anhidrida maleat
dengan berat molekul 98,06 larut dalam air, meleleh pada temperatur 57oC sampai
60oC, mendidih pada temperatur 202oC dan specific grafity 1,5 (Gaylord, 1981).
Proses pencampuran antar matrik dengan filler mencakup dua jenis pencampuran
yaitu pencampuran distributif dan pencampuran dispersif. Contoh pencampuran
distributif diantaranya pencampuran bahan aditif seperti antioksidan, pengisi,
pigmen atau penguat kedalam matriks polimer. Proses pencampuran ini
memerlukan bahan pendispersi dan bahan penghubung untuk mendapatkan hasil
campuran yang homogen. Bahan pengisi kayu dan serat (selulosa) yang ringan,
murah, dan tersedia dalam jumlah besar dapat diolah secara distributif dengan
matrik polimer.
Polietilena dan serat tandan kosong kelapa sawit merupakan dua bahan polimer
yang sukar bercampur homogen, karena sifat kopolarannya berbeda. Karena itu
proses pencampurannya adalah distributif. Untuk mendapatkan campuran yang
homogen, prosesnya tidak dapat dilakukan dengan cara konvensional, yang hanya
melibatkan interaksi fisik antar komponen polimer. Campuran polimer yang
dihasilkan dengan metode campuran lelehan (melt- mixing ) lebih baik dari pada
pencampuran dalam larutan. Buruknya interaksi antara bagian-bagian molekul
7. Kuat Impak -
a. Kerapatan
ρ = ( 2.1
)
Dimana :
ρ : kerapatan (gr/cm3)
b. Kadar Air
Kadar air dihitung dari massa sampel uji sebelum dan sesudah di oven
dari sampel uji berukuran 5cm x 5cm x 1cm dengan rumus :
KA = (
2.2 )
c. Pengembangan Tebal
PT = (
2.3 )
Dimana :
σ = (
2.4 )
Dimana :
21
Ef = ( 2.5 )
Dimana :
Beban
Sampel
b
L
Dimana :
KRI : kuat rekat internal ( kgf /cm2)
P maks : berat beban maksimum (kgf)
A : luas permukaan sampel uji (cm2)
METODOLOGI PENELITIAN
Set alat Hot- press Type: IL.70.110/220V
Set alat uji kuat impak Wolpert Type:CPSA Cap: 4Joule
Set alat ekstruder MIFOL BRS 896
Set alat Universal Testing Machine Type: SC-2 DE,Cap. 2000kgf
Neraca (Ohaus dan Analitis )
Jangka sorong Ketelitian : 0,05 mm
Stop watch Analog
Oven
Desikator Bahan Kaca
Gergaji
Gunting
Skrap
Martil
Corong plastik
Tandan kosong dipotong-potong atau dicacah hingga berbentuk serat pendek dan
ditimbang sebanyak 2,5 kg, kemudian direndam dengan detergen selama ± 6 jam
untuk menghilangkan kadar minyak. Kemudian serat dibasuh dan dikeringkan
dipanas matahari. Selanjutnya NaOH ditimbang 400 gr dan dilarutkan kedalam 5
liter aquades lalu diaduk sampai NaOH terlarut sempurna. Larutan NaOH 10 %
dituangkan ke serat TKKS didalam bejana lalu diaduk hingga terendam dengan
sempurna dan dibiarkan selama 24 jam untuk menghilangkan kadar karbohidrat
pada serat, Setelah itu rendaman TKKS – NaOH dicuci dengan air bersih
beberapa kali sampai air cucian relatif jernih. Kemudian TKKS dikeringkan dalam
oven blower pada suhu 50oC sampai kering, selanjutnya TKKS siap digunakan.
Jerigen bekas oli HDPE dibersihkan dengan menggunakan air dicampur detergen,
dibasuh dengan air lalu dikeringkan dibawah sinar matahari. Kemudian HDPE
yang telah bersih dipotong-potong dengan ukuran ± 0,5cm x 0,5cm.
HDPE ditimbang sebanyak 135 gr (30% dari bahan), maleat anhidrida 23gr( 5%
dari bahan) dan benzoil peroksida 0,23 gr (1% dari maleat anhidrida) dilarutkan
dalam 350 ml pelarut Xylena kemudian dicampur kedalam HDPE dan diaduk
hingga rata. Lalu diuapkan pelarutnya dalam oven. Selanjutnya coupling agent
siap digunakan
Sementara ekstruder diset suhunya pada suhu 150oC, HDPE dicampur dengan
315 gr TKKS ( 70% dari bahan) didalam wadah dan diaduk agar tercampur
merata. Kemudian campuran dimasukkan kedalam ekstruder sedikit demi sedikit
melalui corong plastik sampai hasil blending keluar melalui ujung laras ekstruder
dan polyblend ditampung selanjutnya didinginkan pada suhu kamar. Selanjutnya
polyblend diletakkan kedalam cetakan didalam bingkai yang terbuat dari baja
dengan ukuran bagian dalam 20,0 cm x 15,0 cm x 1,0 cm dimana plat baja telah
Pembuatan sampel dengan pemotongan bahan yang sudah jadi mengacu pada
standar SNI 03-2105-2006 seperti terlihat pada gambar berikut.
2,5 cm
A 10,0 cm
20,0 cm B
C D 5,0 cm
E 5,0 cm
2,5 cm
Keterangan :
Kerapatan
Kadar air
Pengembangan tebal
Kuat lantur
Modulus elastisitas
Kuat impak
B b Mi k
Universitas
Dikeringkan Sumatera
dengan oven Utara
o
blower 50 C selama 12 jam
3.5.3 Pembuatan Papan Partikel Komposit
Dicampur
Menjadi larutan
Dicampur dalam suatu
wadah pencampuran
Diektruksi dengan
ekstruder
Polyblend
Sampel
Dipotong sesusi kebutuhan
Pengembangan
Modulus Elastisitas
Tebal Kuat Rekat Internal
Kuat Impak
Pengambilan Data
Kesimpulan
Selesai
Hasil yang didapatkan dari serangkaian proses pembuatan adalah suatu produk
papan partikel komposit. Papan partikel komposit yang dihasilkan terlihat
menyatu dan terikat kuat, seperti diperlihatkan oleh gambar berikut.
Dari tabel diatas diperlihatkan bahwa nilai kerapatan terendah adalah pada
komposisi 30 % TKKS yang nilainya sebesar 0,891 gr/cm3 dan tertinggi pada
komposisi 70 % TKKS dengan kerapatan sebesar 0,973 gr/cm3. Jika dibandingkan
dengan SNI 03-2105-2006 dengan kerapatan yang dipersyaratkan adalah 0,4
gr/cm3 – 0,9 gr/cm3 , untuk komposisi berat TKKS 50% telah memenuhi standar,
namun untuk komposisi berat TKKS diatas 50% kerapatan papan partikel sedikit
diatas standar.
Kadar air papan partikel adalah jumlah air yang masih tinggal didalam rongga sel
dan antar partikel selama proses pembuatannya. Hasil yang didapat dari pengujian
kadar air diperlihatkan pada lampiran B. Sedangkan harga rata-ratanya seperti
terlihat pada tabel berikut.
Dari tabel diatas terlihat bahwa kadar air papan partikel terendah 0,86 % pada
berat TKKS 30 % dan tertinggi sebesar 2,07 % pada berat TKKS 70 %.
Berdasarkan SNI 03-2105-2006, kadar air yang dipersyaratkan maksimum
sebesar 14 %, dengan demikan kadar air papan partikel sudah memenuhi standar.
Dari perhitungan nilai kadar air papan partikel untuk seluruh komposisi
berat TKKS dengan HDPE. Kadar air suatu papan partikel merupakan
perbandingan dari selisih massa sebelum di oven dan sesudah dioven dengan
massa sesudah dioven dalam bentuk persentase, dari data penelitian terdapat
kecenderungan dengan naiknya persentase berat TKKS menghasilkan selisih
massa sebelum dan sesudah dioven semakin besar, sehingga menghasilkan nilai
kadar air yang semakin besar pula.
Sifat-sifat mekanik dari papan partikel yang diuji pada penelitan ini meliputi kuat
lentur, modulus elastisitas, kuat rekat internal dan kuat impak sebagaimana
dipersyaratkan oleh SNI 03-2105-2006 tentang Papan Partikel. Rekapitulasi
data hasil pengujian untuk semua nilai sifat mekanik dari papan partikel hasil
penelitian diperlihatkan oleh tabel berikut.
Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk memikul beban atau gaya yang
mengenainya. Ketahanan terhadap perubahan bentuk menentukan banyaknya
bahan yang dimampatkan, terpuntir atau terlengkung oleh suatu beban yang
mengenainya (Haygreen dan Bowyer, 1996). Kuat lentur diukur dengan
menggunakan alat Universal Testing Machine Type: SC-2 DE,Cap. 2000kgf. Dari
pengujian kuat lentur yang dilakukan didapatkan hasil kuat lentur papan partikel
diperlihatkan pada lampiran D. Sedangkan rata-rata nilai kuat lentur papan
partikel diperlihatkan oleh tabel berikut.
Dari tabel diatas terlihat bahwa kuat lentur papan partikel terendah sebesar
135,78 kgf/cm2 (13,31 MPa) pada berat TKKS 50 % sementara tertinggi sebesar
218,62 kgf/cm2 (21,43 MPa) pada berat TKKS 30 %. Dibanding dengan hasil
penelitian (Isroi, 2009) dengan perekat lateks, lem kanji dan polivinil aklirik, kuat
lenturnya 111,00 kgf/cm2 – 200,49 kgf/cm2, hasil ini sudah lebih baik. Jika
dibandingkan dengan SNI 03-2105-2006 yang mempersyaratkan kuat lentur
Grafik diatas memperlihatkan bahwa nilai kuat lentur papan partikel tertinggi
sebesar 218,62 kgf/cm2 (21,43 MPa) pada berat TKKS 30 %. Dengan kata lain
nilai tertinggi kuat lentur papan partikel dimiliki oleh komposisi 30 % TKKS
atau 70 % HDPE. Hal ini diduga akibat dari pengaruh HDPE sebagai bahan
polimer yang memiliki sifat viskoelastik yang merupakan sifat khas dari bahan
polimer, sehingga kuat lenturnya cenderung semakin besar. Kecendrungan
tersebut juga dipengaruhi oleh laju deformasi yang terjadi pada papan partikel
ketika dikenai gaya luar dalam pengujian kuat lentur.
Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai Modulus Elastisitas papan partikel terendah
sebesar 5457,07 kgf/cm2atau 534,79 MPa pada berat TKKS 30 %, sedangkan
tertinggi 7553,83 kgf/cm2 atau sebesar 740,28 MPa pada berat TKKS 70 %.
Nilai ini lebih tinggi dibanding dengan penelitian (Isroi, 2009) dengan perekat
lateks, lem kanji dan polivinil aklirik, MOE yang didapat sebesar 1809,66
kgf/cm2 – 4131,17 kgf/cm2. Jika dibandingkan dengan SNI 03-2105-2006 yang
mempersyaratkan nilai modulus elastisitas papan partikel minimal 20.400
kgf/cm2, maka dengan demikian untuk nilai modulus elastisitas dari papan
partikel ini belum memenuhi standar, sebab nilai modulus elastisitas papan
partikel ini masih jauh dari nilai dipersyaratkan oleh SNI 03-2105-2006. Nilai
MOE yang demikian rendah itu (5457,07 kgf/cm2 sampai dengan 7553,83
kgf/cm2) diakibatkan oleh pengaruh TKKS yang memiliki nilai MOE yang relatif
rendah sebagaimana hasil penelitian (Isroi, 2009) yang nilai MOE dari papan
partikel yang terbuat dari TKKS dengan perekat lateks, lem kanji dan polivinil
aklirik hanya sebesar 1809,66 kgf/cm2 – 4131,17 kgf/cm2, juga akibat karakter
HDPE yang ada dalam papan partikel, dimana nilai MOE untuk umumnya HDPE
hanya sekitar 4000 kgf/cm2 sampai dengan sekitar 10.000 kgf/cm2 (Surdia, T.
1999). Selanjutnya sifat plastis yang dimiliki HDPE sebagai polimer juga turut
mempengaruhi rendahnya nilai MOE bahan itu. Dengan kata lain karakter inilah
yang mempengaruhi sehingga nilai MOE papan partikel tersebut demikian
rendah jika dibanding dengan papan partikel umumnya yang terbuat dari serat
kayu alam yang memang memiliki sifat elastis yang relatif besar dibanding
dengan serat TKKS maupun HDPE.
Dari grafik diatas, diperlihatkan bahwa nilai MOE cenderung semakin besar
dengan meningkatnya persentase berat TKKS. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh TKKS yang merupakan serat alam memiliki elastisitas yang lebih
baik dari polimer secara umum. Kenaikan nilai modulus elastisitas akibat
bertambahnya persentase berat TKKS cenderung linier sampai berat TKKS 60%,
tetapi pada interval berat TKKS 60% sampai 70% terlihat lonjakan yang
signifikan hal ini diduga pertama : terjadi kesalahan menentukan garis linier
grafik tegangan – regangan hasil pengujian (disinilah kelemahan metode / alat
pengujian yang digunakan karena nlai modulus elastisitas E f tidak langsung dapat
dilihat pada alat). Nilai E f harus dihitung berdasarkan rumus yang ada dan
perbandingan nilai beban batas proporsi P maks. dan besar depleksi δ, kedua :
kemungkinan trend kurva memang tidak linier.
Kuat rekat internal (internal bond) menunjukkan nilai kuatnya ikatan antar
partikel penyusun suatu bahan sehingga kuat rekat internal ini dapat digunakan
menjadi petunjuk yang baik dalam menentukan kwalitas papan partikel yang
dihasilkan. (Haygreen dan Bowyer, 1996). Data hasil pengujian kuat rekat
internal diperlihatkan pada lampiran G. Sedangkan nilai rata-rata hasil pengujian
kuat rekat internal papan partikel diperlihatkan oleh tabel berikut.
Tabel diatas diperlihatkan bahwa kuat rekat internal terendah sebesar 3,18 kgf/cm2
atau 0,31 MPa pada berat TKKS 70 % dan tertinggi 6,55 kgf/cm2 atau 0,64
MPa pada berat TKKS 60 %. Nilai ini masih dibawah hasil penelitian ( Isroi,
2009 ) yang kuat rekat internalnya sebesar 6,20 kgf/cm2 - 8,10 kgf/cm2 . Namun
dibanding dengan SNI 03-2105-2006 yang mempersyaratkan minimal 1,5
kgf/cm2, hasil ini sudah memenuhi standar.
Berdasarkan grafik diatas diperlihatkan bahwa nilai kuat rekat internal papan
partikel tidak optimal untuk perbandingan berat TKKS dan HDPE yang ekstrim,
kuat rekat internal menjadi demikian optimal (lebih tinggi) justru pada
perbandingan berat TKKS dengan berat HDPE 60 % : 40 % (sebesar 6,55
kgf/cm2) dan 50% : 50% (5,80 kgf/cm2). Hal ini diduga dengan komposisi yang
relatif berimbang antara TKKS dengan HDPE yang tercampur lebih merata atau
relatif homogen menghasilkan gaya ikat antar partikel yang lebih kuat.
Kekuatan impak suatu bahan adalah suatu kriteria penting untuk mengetahui
kegetasan bahan polimer (Surdia, T. 1999). Pengujian kuat impak papan partikel
menggunakan alat Wolperts Type : CPSA Com. No. : 8803104/0000, diberikan
perlakuan dengan pemukul (godam) sebesar 4 joule. Data hasil pengujian kuat
impak papan partikel diperlihatkan pada lampiran H. Sedangkan rata-rata kuat
impak dari papan partikel diperlihatkan pada tabel berikut.
Dari tabel diatas diperlihatkan bahwa kuat impak papan partikel ini terendah
sebesar 3,16 joule/cm2 atau 3,16 x 104 joule/m2 pada berat TKKS 70 % dan
tertinggi sebesar 3,83 joule/cm2 atau 3,83 x 104 joule/m2 pada komposisi berat
TKKS 30%.
Dari grafik diatas dapat dilihat suatu kecenderungan nilai kuat impak papan
partikel semakin besar seiring bertambahnya persentase berat HDPE. Hal ini
diduga karena sifat HDPE sebagaimana polimer umumnya lebih mampu
menyerap energi lebih besar ketika pemukul (godam) mengenainya dibanding
bahan yang memiliki kecenderungan bersifat getas.
Dari hasil pengujian kuat impak papan partikel ini didapatkan secara visual
pada komposisi berat TKKS 60 % dan 70 % terlihat adanya garis keratakan pada
permukaan papan partikel, sedangkan pada komposisi berat TKKS 50 % sampai
dengan 30 % tidak terlihat garis keretakan pada permukaan papan partikel.
Papan partikel yang baik adalah papan partikel yang memenuhi standar yang telah
ditetapkan untuk itu. Dari hasil pengujian terhadap sifat –sifat fisik seperti
kerapatan, kadar air dan pengembangan tebal, papan partikel ini sudah memenuhi
standar. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan papan
partikel yang tahan air, dari hasil pengujian pengembangan tebal setelah
dilakukan perendaman selama 24 jam diperoleh nilai hanya sebesar 1,71 %
sampai 5,27 %. Dari hasil visualisasi terhadap fisik papan setelah perendaman
tidak mengalami ekspansi yang berarti. Dengan kata lain papan partikel tidak
rusak, ini berarti salah satu manfaat penelitian yakni mendapatkan papan
partikel yang tahan air telah tercapai.
Papan partikel ini dipergunakan untuk bahan baku furnitur seperti meja, lemari
dan sebagainya. Dalam penggunaannya terutama dalam pemasangan mendatar
dan terbebani, papan partikel yang baik tidak akan mengalami defleksi yang
berlebihan. Dari hasil pengujian sifat mekanik terutama kuat lentur, komposisi
yang menghasilkan defleksi atau lenturan terkecil diperoleh pada komposisi 60
% berat TKKS : 40 % berat HDPE sebesar 146,09 kgf/cm2 dan 50 % berat
TKKS : 50 % berat HDPE sebesar 135,78 kgf/cm2. Sementara dari hasil
pengujian kuat rekat internal, komposisi terbaik juga diperoleh pada 60 % berat
TKKS : 40 % berat HDPE yaitu sebesar 6,55 kgf/cm2. Selanjutnya untuk hasil
pengujian kuat impak dari papan partikel sebesar 3,16 joule/cm2 - 3,83 joule/cm2
terlihat kecendrungan semakin besar persentase berat HDPE, semakin tinggi nilai
kuat impaknya. Dari seluruh parameter pengujian yang terdapat pada standar yang
digunakan, khusus kuat impak papan partikel tidak dilampirkan dalam standar
tersebut. Persyaratan yang digunakan hanya bersifat kualitatif yaitu dalam bentuk
visual pada papan partikel yakni ada atau tidak keretakan pada papan partikel.
Berdasarkan analisa dan interpretasi data hasil pengujian terhadap sifat fisik dan
sifat mekanik papan partikel ini, sebagaimana yang menjadi salah satu tujuan
dalam penelitian ini, maka komposisi atau campuran papan partikel yang paling
optimal diperoleh pada 60 % berat TKKS : 40 % berat HDPE.
Dari hasil pengujian sifat fisik dan sifat mekanik papan partkel seperti
kerapatan, kadar air dan pengembangan tebal, bila dikaitkan dengan hasil
pengujian sifat mekaniknya didapatkan bahwa : kerapatan, kadar air dan
pengembangan tebal dari papan partikel cenderung meningkat seiring
bertambahnya TKKS dan hubungannya dengan sifat mekaniknya seperti kuat
lentur cenderung semakin kecil, modulus elastisitasnya semakin besar, kuat rekat
internalnya semakin besar juga, sementara kuat impaknya justru semakin kecil.
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil serangkaian pengujian terhadap sifat fisik dan mekanik papan
partikel komposit, pembahasan dan interpretasi data hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengujian sifat fisik dari papan partikel didapatkan kerapatan
sebesar 0,891 gr/cm3 - 0,973 gr/cm3, kadar air sebesar 0,86% - 2,07% dan
pengembangan tebal sebesar 1,71% - 5,27%. Dibanding dengan SNI 03-
2105-2006 (kerapatan 0,4 gr/cm3 – 0,9 gr/cm3, kadar air maks.14% dan
pengembangan tebal maks.12%) ternyata untuk sifat fisik papan partikel
telah memenuhi standar.
2. Dari hasil pengujian sifat mekanik papan partikel seperti kuat lentur
sebesar 135,78 kgf/cm2 - 218,62 kgf/cm2 dan kuat rekat internal sebesar
3,18 kgf/cm2 - 6,55 kgf/cm2. Dibanding dengan SNI 03-2105-2006 (kuat
lentur min. 82 kgf/cm2 dan kuat rekat internal min. 1,5 kgf/cm2) papan
partikel sudah memenuhi standar, namun modulus elastisitas papan
partikel sebesar 5457,07 kgf/cm2 - 7553,83 kgf/cm2, jika dibanding dengan
SNI 03-2105-2006 (modulus elastisitas min. 20.400 kgf/cm2) papan
partikel belum memenuhi standar. Hal ini disebabkan nilai modulus
elastisitas TKKS sendiri memang rendah demikian HDPE (sebesar 4000
kgf/cm2 - 10.000 kgf/cm2) sebagai polimer yang cenderung memiliki sifat
plastis, sehingga elastisitasnya relatif rendah. Sementara kuat impak
papan partikel didapatkan sebesar 3,16 joule/cm2 - 3,83 joule/cm2.
5.2 SARAN
Bilmeyer, W. F. 1994. Text Book of Polymer Science 3rd edition. Jhon Wiley &
Sons. New York
Darnoko, et al. 1995. Pulping of Oil Palm Empty Fruit Bunches With Surfactant
In : Oil Palm Trunk and Other Palmwood, p.87
Haygreen, J. G and J. L. Bowyer, 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu (terjemahan
Sujipto, A.H.). Gajah Mada University Press. Yogyakarta
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN A
L-1
L-2
Persentase Pengujian Tebal Sampel Uji Tebal Sampel Uji Pengembangan Tebal Rata-rata
Berat Ke: Sebelum Direndam Sesudah Direndam (%) Pengembangan Tebal
TKKS ( cm ) ( cm ) (%)
L-3
Persentase Pengujian Jarak Lebar Tebal Berat Beban Kuat Lentur Rata-rata Rata-rata
Berat Ke: Sangga Sampel Uji Sampel Uji Maks. σ Kuat Lentur Kuat Lentur
TKKS L b d P ( kgf/cm2) σ σ
( cm ) ( cm ) ( cm ) ( kgf ) ( kgf/cm2) ( MPa)
L-4
L5
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
d = 1,170 cm
b = 5,115 cm
Rumus : =
P/δ = 90/2,8 kgf/cm
E F = 4321,84 kgf/cm2
0% 1 Regangan
P = 36,5 kgf
L = 15,005 cm
b = 4,95 cm
d = 1,118 cm
, kgf/cm
L-6
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
d = 0,958 cm
b = 5,090 cm
Rumus : =
P/δ = 90/3,9 kgf/cm
E F = 4355,20 kgf/cm2
2
Regangan P = 35,8 kgf
L = 15,005 cm
b = 5,090 cm
d = 0,958 cm
, kgf/cm
L-7
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
d = 1,170 cm
b = 5,115 cm
Rumus : =
P/δ = 90/1,9 kgf/cm
E F = 4883,53 kgf/cm2
1 Regangan
P = 57,7 kgf
L = 15,005 cm
b = 5,115 cm
30 % d = 1,170 cm
, kgf/cm
Tegangan
Rumus : E F = x
2
L = 15,005 cm
d = 1,075 cm
b = 5,073 cm
P = 56,2 kgf
L = 15,005 cm
b = 5,073 cm
d = 1,075 cm
, kgf/cm
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
40 % d = 1,145 cm
1
b = 5,010 cm
Rumus : =
P/δ = 90/2,0 kgf/cm
E F = 5053,38 kgf/cm2
Regangan
, kgf/cm
Tegangan
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
d = 1,096 cm
b = 5,093 cm
Rumus : =
2 P/δ = 90/1,8 kgf/cm
E F = 6298,24 kgf/cm2
Regangan P = 49,1 kgf
L = 15,005 cm
b = 5,093cm
d = 1,096 cm
L-8
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
d = 1,173 cm
b = 5,025 cm
Rumus : =
50 % P/δ = 90/1,8 kgf/cm
1
E F = 5206,95 kgf/cm2
Regangan
P = 42,1 kgf
L = 15,005 cm
b = 5,025 cm
d = 1,173 cm
Tegangan
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
d = 1,129 cm
b = 5,015 cm
Rumus : =
P/δ = 90/1,6 kgf/cm
, kgf/cm
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
d = 1,180 cm
b = 5,030 cm
Rumus : =
P/δ = 90/1,6 kgf/cm
E F = 5798,49 kgf/cm2
1 Regangan
P = 43,1 kgf
L = 15,005 cm
60 % b = 5,030 cm
d = 1,180 cm
, kgf/cm
Tegangan
Rumus : E F = x
2
L = 15,005 cm
, kgf/cm
Rumus : E F = x
70 % L = 15,005 cm
1
d = 1,203 cm
b = 5,000 cm
P/δ = 90/1,1 kgf/cm
L-10
P = 51,2 kgf
L = 15,005 cm
b = 5,030 cm
d = 1,203 cm
, kgf/cm
Tegangan
Rumus : E F = x
L = 15,005 cm
d = 1,203 cm
2 b = 5,075 cm
Rumus : =
P/δ = 90/1,2 kgf/cm
Regangan
E F = 7169,32 kgf/cm2
P = 53,6 kgf
L = 15,005 cm
, kgf/cm
LAMPIRAN G
L-11
Data Hasil Pengujian Kuat Rekat Internal
Persentase Pengujian Luas Permukaan Berat Beban Kuat Rekat Internal Rata-rata Rata-rata
Berat Ke: Sampel Uji Maksimum ( kgf/cm2 ) Kuat Rekat Internal Kuat Rekat Internal
TKKS ( cm2 ) ( kgf ) ( kgf/cm2 ) ( MPa)
1 25,502 87,3 3,42
0% 3,47 0,34
2 25,347 89,2 3,52
1 25,375 96,5 3,80
30 % 3,69 0,36
2 25,933 92,9 3,58
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI PENELITIAN
HDPE dalam Bentuk HDPE yang Dicacah TKKS limbah dari TKKS telah di cacah L-13
Jerigen OLi Berbentuk Pelet Pabrik Kelapa Sawit Dalam Keadaan Kering
L-14
L-16
Universitas Sumatera Utara