Anda di halaman 1dari 114

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS AIR

DENGAN PENDETEKSI SENSOR TGS 821 SECARA REALTIME


DENGAN DAQ PADA PC

TESIS

Oleh :

BAMBANG SURYANTO

167026011

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS AIR
DENGAN PENDETEKSI SENSOR TGS 821 SECARA REALTIME
DENGAN DAQ PADA PC

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Magister Sains Dalam Program Studi
Magister (S2) Fisika Pada Program Pascasarjana
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

BAMBANG SURYANTO
167026011

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PENGESAHAN TESIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN ORISINALITAS

PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS AIR


DENGAN PENDETEKSI SENSOR TGS 821 SECARA REALTIME
DENGAN DAQ PADA PC

TESIS

Dengan saya mengatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah hasil
kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah di
jelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, Mei 2019

BAMBANG SURYANTO
167026011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :

Nama : BAMBANG SURYANTO

NIM : 167026011

Program Studi : Magister Fisika

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty Free Right) atas Tesis saya yang berjudul : PRODUKSI GAS
HIDROGEN MELALUI PROSES ELEKTROLISIS AIR DENGAN
PENDETEKSI SENSOR TGS 821 SECARA REALTIME DENGAN DAQ
PADA PC

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non-
eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengelola dalam bentuk data base, merawat dan mempublikasikan
Tesis saya tanpa memnta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Mei 2019

BAMBANG SURYANTO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji pada

Tanggal : Mei 2019

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr.Tulus Ikhsan Nasution, M.Sc

Anggota : 1. Dr. Kerista Sebayang, MS

: 2. Dr. Kerista Tarigan, M.Eng.Sc

: 3. Dr. Kurnia Sembiring, MS

: 4. Dr. Syahrul Humaidi, M.Sc

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama lengkap berikut gelar : Bambang Suryanto, S.Si

Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 8 Januari 1978

Alamat Rumah : Jl. Srikandi Gg. Swadaya III No. 3 Medan

Telepon/Faks/HP : 081361282376

E-mail : Bambangsuryanto1978@gmail.com

DATA PENDIDIKAN

SD : SDN 064975 Tamat : 1987

SMP : SMP Negeri 15 Medan Tamat : 1993

SMA : STM Swasta Teladan Medan Tamat : 1996

Strata-1 : Universitas Sumatera Utara Tamat : 2003

Strata-2 : Universitas Sumatra Utara Tamat : 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT., atas segala nikmatNya sehingga
menyelesaikan penulisan tesis ini yang berjudul : “Produksi Gas Hidrogen
Melalui Proses Elektrolisis Air Dengan Pendeteksi Sensor TGS 821 Secara
Realtime Dengan DAQ Pada PC”

Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi gelar Master Fisika
pada Program Studi Fisika Pascasarjana FMIPA Universitas Sumatra Utara-
Medan.
Tersusunnya tesis ini tidak akan lepas dari berbagai pihak, untuk itu
dengan segala kerendahan hati menyampaikan terima kasih dan penghargaan
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatra
Utara-Medan.
2. Dr. Kerista Sebayang, M.S., selaku dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara-Medan.
3. Dr. Kurnia Sembiring, MS selaku ketua jurusan Pascasarjana Fisika.
4. Dr. Tulus Ikhsan Nasution, M.Sc., selaku pembimbing pertama dan
pembimbing lapangan yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam
mengarahkan dan membimbing, sehingga penelitian ini terlaksana dengan
baik
5. Dr. Kerista Sebayang, M.S selaku pembimbing II yang selalu memberikan
masukan.
6. Ayahanda Sutrisno dan Ibunda Ramiriyah yang telah banyak membantu doa,
semangat dan nasehat kepada penulis.
7. Almarhum Ayahanda Mertua M.Lidin dan Almarhumah Ibunda Mertua
Asniar yang telah berpulang ke Rahmatullah semoga amal ibadah Almarhum
dan Almarhumah diterima di sisi Allah SWT.
8. Istri tercinta Nurleny, S.Si, M.Pd dan ananda tercinta M.Azzam Al-Khoiry
yang telah banyak membantu, memberi semangat, dan kesabaran kepada
penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9. Abang-abang dan kakak M.Halid Sya‟ab, Buchari, Budi Mardian, Lidyawaty,
Melly Januar, dan adik-adik Bobby Andika, Sri Damayanti, Hasbullahadi
yang telah memberi semangat dan doa kepada penulis.
10. Teman – teman seperjuangan angkatan 2016 yang telah sama berjuang selama
di bangku perkuliahan.
11. Adik-adik Asisten Laboratorium Terpadu (Darmansyah, Siti Khanifah¸
Fathurrahman, Wahyu, Rika, Maya , Dana, Rona dan Novi) yang telah banyak
member bantuan selama proses penelitian dan penyelesaian penulisan ini.
12. Teman-teman adik stambuk yang tidak dapat penulis sebutkan namamya satu
persatu, yang telah banyak memberikan bantuan dan informasi dalam
menyelesaikan penulisan ini.
13. Teman kuliah di magister fisika USU (Ridwan yusuf lubis) yang telah
memberikan bantuan dalam menyelesaikan penulisan ini.

Dalam penulisan tesis ini disadari bahwa masih terdapat kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi menyempurnakan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata
semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Amin.

Medan, Mei 2019

BAMBANG SURYANTO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PRODUKSI GAS HIDROGEN MELALUI PROSES
ELEKTROLISIS AIR DENGAN PENDETEKSI SENSOR TGS
821 SECARA REALTIME DENGAN DAQ PADA PC

ABSTRAK

Pertumbuhan kebutuhan energi dunia yang semakin besar dari tahun ke tahun,
serta dampak buruk yang dihasilkannya seperti peningkatan konsentrasi gas
rumah kaca dan polutan lainnya telah menjadi masalah besar dunia saat ini.
Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari sumber energi terbarukan
yang lain, salah satunya pemanfaatan gas Hidrogen. Gas Hidrogen dapat
dihasilkan dari proses elektrolisis air. Untuk mendeteksi gas Hidrogen yang
dihasilkan dari proses ini dapat menggunakan sensor TGS 821 yang dilakukan
secara real time dengan menggunakan DAQ yang terhubung ke PC. Proses
elektrolisasi dilakukan dengan memvariasikan tegangan, yaitu 9 V, 11V, 13 V,
14V, dan 15 V untuk elektrolisis yang menggunakan filter dan tanpa
menggunakan filter. Dengan Filter hidrogen berbasis zeolit telah mampu
meningkatkan daya adsorpsi pada filter hidrogen melalui proses elektrolisis.
Konsentrasi Hidrogen maksimum yang dihasilkan dari proses elektrolisis dengan
menggunakan filter untuk tegangan 9 V adalah 409,34 ppm, untuk tegangan 11 V
adalah 502,25 ppm, untuk tegangan 13 V adalah 863,12 ppm, untuk tegangan 14
V adalah 964,11 ppm dan untuk tegangan 15V adalah 737,89 ppm. Sedangkan
yang tanpa menggunakan filter untuk tegangan 9 V adalah 884,66 ppm, untuk
tegangan 11 V adalah 930,45 ppm, untuk tegangan 13 V adalah 954,68 ppm,
untuk tegangan 14 V adalah 1003,16 ppm dan untuk tegangan 15V adalah
1004,50 ppm.

Kata kunci : Hidrogen, sensor, filter Zeolit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HYDROGEN PRODUCTION BY ELECTROLYSIS PROCESS WITH TGS 821
SENSOR DETECTION REAL TIME WITH DAQ ON PC

ABSTRACT

The world's energy needs from year to year, as well as giving a bad impact on the

increase in the concentration of greenhouse gases and other pollutants. So that it

becomes a major problem of the world today. Therefore need to do research to

find other renewable energy sources, including the utilization of hydrogen

gas.Hydrogen gas can be produced from water electrolysis process.To detect

hydrogen gas resulting from electrolysis process can use sensor TGS 821 is done

in real time by using the DAQ is connected to PC. Retrieval data on electrolysis

process is performed by variation voltage, apply 9 V, 11 V, 13 V, 14 V, 15 V for

the electrolysis using filters and without using filters. With the hydrogen-based

zeolite filter has able to increase the power of hydrogen adsorption on filter

through electrolysis process. The maximum concentration of hydrogen generated

from electrolysis process by using filter for voltage 9 V is 409.34 ppm, for voltage

11 V is 502.25 ppm, for voltage 13 V is 863.12 ppm, for voltage 14 V is 964.11

ppm, for voltage of 15 V is 737.89. Whereas without a filter for voltage 9 V is

884.66 ppm, for voltage 11 V is 930.45 ppm, for voltage 13 V is 954.68 ppm, for

voltage 14 V is 1003.16 ppm and for voltage 15V is 1004.50 ppm.

Keywords : Hydrogen, sensor, Zeolit filter.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Abstrak ............................................................................................................... iii

Abstract .............................................................................................................. iv

Daftar Isi ............................................................................................................. v

Daftar Gambar .................................................................................................... vii

Daftar Tabel ....................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1.Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

1.2.Rumusan Masalah ........................................................................... 3

1.3.Batasan Masalah .............................................................................. 4

1.4.Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

1.5.Manfaat Penelitian ...........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………..................... 6

2.1. Teknologi Sensor ………………………………………………. .6

2.1.1. Karakterisasi Umum Sensor ……………………………… 7

2.2. Hidrogen, Oksigen dan Kelembaban Udara …………………… 9

2.2.1. Hidrogen …………………………………………………… 9

2.2.2. Oksigen …………………………………………………… 10

2.2.3.Kelembaban Udara ……………………………………….. 11

2.3. Sensor Hidrogen (TGS821), Sensor Oksigen (KE-25) dan

Sensor Kelembaban Udara (SHT11) ………………………….. 12

2.3.1. Sensor Hidrogen (TGS 821) ……………………………… 12

2.3.2. Sensor Oksigen (KE-25) …………………………………. 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.3. Sensor Kelembaban Udara (SHT11) …………………….. 16

2.4. Mikrokontroller Arduini Uno..................................................... 19

2.4.1. IDE Arduino ..................................................................... 21

2.4.2. ATMega328 ....................................................................... 22

2.4.2.1. Fitur ATMega328 ………………………………... 25

2.4.3. Peta Memory Arduino Uno R3 …………………………... 26

2.4.3.1. Memori Program …………………………………. 26

2.4.3.2.Memori Data ……………………………………… 27

2.4.3.3. Memori EEPROM ……………………………….. 27

2.4.3.4. Interupsi ………………………………………….. 28

2.4.3.5. I/O Port …………………………………………... 28

2.4.3.6. Clear Timer on Compare Match (CTC) …………. 28

2.4.3.7. USARTH ………………………………………… 29

2.5. Zeolit sebagai Filter Hidrogen ………………………………… 29

2.6. Elektrolisis …………………………. ......................................... 30

2.6.1 Elektrolisis Air .................................................................. 30

2.6.2 Hukum Faraday ................................................................. 31

2.6.3 Hukum Joule ..................................................................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 35

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 35

3.1.1. Tempat Penelitian ……………………………………….. 35

3.1.2. Waktu Penelitian ………………………………………… 35

3.2. Peralatan dan Bahan Penelitian ………………………………... 35

3.2.1. Peralatan …………………………………………………. 35

3.2.2. Bahan …………………………………………………….. 36

3.3. Variabel dan Parameter Penelitian .............................................. 37


10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.1. Variabel Penelitian ............................................................ 37

3.3.2. Parameter Penelitian …………………………………….. . 37

3.4 Diagram Alir Penelitian ............................................................. 37

3.4.1. Pembuatan Rangkaian Elektronik Akuisisi Data Sistem

DAQ Berbasis Mikrokontroller ATMEGA328 ............... 38

3.4.1.1. Rangkaian Sensor Hidrogen TGS821 .................. 39

3.4.1.2. Rangkaian Sensor Suhu SHT11 ........................... 40

3.4.1.3. Eangkaian Sensor Oksigen KE-25 ...................... 41

3.4.1.4. Rangkaian Mikrokontroller …………………….. 42

3.4.2. Pengujian Rangkaian Akuisisi Data …………………….. 43

3.4.3. Penyiapan Filter Hidrogen Berbasis Zeolit Alam Pahae

dan Sistem Elektrolisa Penghasil Hidrogen …………… 44

3.4.4. Pengujian Pendeteksi Hidrogen pada Sistem Penghasil

Hidrogen ………………………………………………… 45

3.5. Flowchart .................................................................................... 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 48

4.1.Hasil Pengujian Rangkaian Sensor .............................................. 48

4.1.1. Hasil Pengujian Sensor Hidrogen TGS821 ........................ 48

4.1.2. Pengujian Rangkaian Sensor SHT11 ................................. 50

4.1.3. Pengujian Rangkaian Sensor Oksigen KE-25 .................... 51

4.2.Hasil Pengujian sifet Penginderaan Sensor .................................. 52

4.2.1. Hasil Uji Respon Sensor TGS821 ...................................... 52

4.2.1.1. Hasil Uji Respon Sensor TGS 821 Menggunakan

Filter Zeolit .......................................................... 53

4.2.1.2. Hasil Uji Respon Sensor TGS 821Tanpa

Menggunakan Filter Zeolit ................................. 57


11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.2.Hasil Uji Linieritas Sensor .................................................. 63

4.2.3. Hasil Uji Performa Sensor .................................................. 66

4.2.4. Hasil Uji Kemurnian Gas Hidrogen ................................... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 75

5.1.Kesimpulan ................................................................................... 75

5.2.Saran ............................................................................................. 76

Daftar Pustaka

Lampiran

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sensor gas TGS 821 ................................................................... 13

Gambar 2.1 Struktur dan dimensi TGS821 .................................................... 13

Gambar 2.3 Rangkain dasar Sensor TGS 821 .................................................14

Gambar 2.4 Gambar sensor Oksigen KE-25 ..................................................15

Gambar 2.5 Dimensi Sensor KE-25 ...............................................................15

Gambar 2.6 Sensor SHT11 .............................................................................17

Gambar 2.7 Diagram Blok SHT11 .................................................................18

Gambar 2.8 Skema pengambilan data ............................................................19

Gambar 2.9 Arduino Uno R3 (http://ecadio.com) ..........................................19

Gambar 2.10 Arduino Uno R3 (http://eprints.akakom.ac.id) ...........................21

Gambar 2.11 IDE Arduino ...............................................................................21

Gambar 2.12 Pin Chip ATMega 328 ................................................................23

Gambar 2.13 Diagram Blok ATMega 328 .......................................................26

Gambar 2.14 Peta Memori Data ATMega 328 ................................................27

Gambar 2.15 Proses Elektrolisis Air ................................................................31

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian ...............................................................38

Gambar 3.2 Diagram blok rangkaian .............................................................39

Gambar 3.3 Rangkaian sensor Hidrogen TGS 821 ........................................40

Gambar 3.4 Rangkaian Sensor Suhu SHT 11 ................................................41

Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Oksigen KE-25 .............................................42

Gambar 3.6 Rangkaian mikrokontroller ATMega 328 ..................................43

Gambar 3.7 Skema Aplikasi Adsorpsi Filter Pemurnian Hidrogen ...............46

Gambar 4.1 Hasil pengujian rangkaian sensor Hidrogen TGS 821 ...............49

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.2 Hasil pengujian rangkaian sensor SHT11 ..................................50

Gambar 4.3 Hasil pengujian rangkaian sensor Oksigen KE-25 .....................52

Gambar 4.4 Hasil Pengujian respon Sensor TGS-821 pada Proses Elektrolisis
Menggunakan Filter dengan Variasi Tegangan Input (a) 9V, (b)
11V, (c) 13V (d) 14V, dan (e) 15V ............................................54

Gambar 4.5 Hasil pengujian respon sensor TGS 821 pada proses elektrolisis

Tanpa menggunakan filter dengan variasi tegangan inpitan 9V,

11V, 13 V, 14 V, dan 15 V ..........................................................57

Gambar 4.6 Grafik hubungan antara waktu dan suhu pada proses elektrolisis

dengan tegangan inputan 9V, 11V, 13V, 14V, dan 15V

menggunakan filter untuk (a) sampel-1, (b) sampel-2,

(c) sampel-3, dan (e) tanpa menggunakan filter .......................61

Gambar 4.7 Grafik pengujian linieritas antara tegangan masukan yang

diberikan terhadap konsentrsi maksimum hidrogen yang


dihasilkan

untuk (a) Filter-1, (b) Filter-2, dan (c) Filter-3 ..........................64

Gambar 4.8 Grafik pengujian linieritas antara tegangan masukan yang diberikan

terhadap konsentrsi maksimum hidrogen yang dihasilkan tanpa

menggunakan filter .....................................................................65

Gambar 4.9 Grafik hubungan antara waktu terhadap konsentrasi hydrogen dan

konsentrasi oksigen untuk tegangan (a) 9 V, (b) 11 V, (c) 13 V,

(d)14 V, dan (e) 15 V dengan menggunakan filter .....................67

Gambar 4.10 Grafik hubungan antara waktu terhadap konsentrasi hidrogen dan

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


konsentrasi oksigen untuk tegangan 9 V (a), 11 V (b), 13 V (c),

14 V (d), dan 15 V (e) tanpa menggunakan filter ......................69

Gambar 4.11 Grafik hubungan antara waktu terhadap konsentrasi hidrogen dan

RH (kelembaban) untuk tegangan (a) 9V, (b) 11 V, (c) 13 V,

(d) 14 V, dan (e) 15 V dengan menggunakan filter ...................72

Gambar 4.12 Grafik hubungan antara waktu terhadap konsentrasi hidrogen dan

RH (kelembaban) untuk tegangan (a) 9 V, (b) 11 V, (c) 13 V,

(d) 14 V, dan (e) 15 V tanpa menggunakan filter ......................73

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kondisi Standar Rangkaian ........................................................14

Tabel 2.2 Spesifikasi Sensor KE-25 ...........................................................16

Tabel 2.3 Konfigurasi Pin SHT 10 .............................................................19

Tabel 2.4 Spesifikasi Arduino Uno R3 (http://ecadio.com) .......................20

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Respon Sensor TGS-821 Terhadap Konsentrasi

Hidrogen yang dihubungkan dengan Variasi Tegangan Inputan

Menggunakan Filter Zeolit ..........................................................55

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Respon Sensor TGS-821 Terhadap Konsentrasi

Hidrogen yang dihubungkan dengan Variasi Tegangan Inputan

Tanpa Menggunakan Filter Zeolit ...............................................58

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Merupakan suatu kenyataan bahwa kebutuhan akan energi makin

berkembang dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kebutuhan hidup masyarakat

sehari-hari seiring dengan pesatnya peningkatan pembangunan di bidang

teknologi, industri dan informasi. Pertumbuhan kebutuhan energi dunia semakin

besar dari tahun ke tahun. World Energy and Climate Policy Outlook (WECO) di

Eropa memprediksi bahwa laju pertumbuhan kebutuhan energi primer dunia pada

tahun 2000-2030 adalah sebesar 1,8 persen per tahun. Kebutuhan energi tersebut

dipenuhi melalui pemanfaatan energi fosil yang dampaknya berupa meningkatnya

konsentrasi gas-gas rumah kaca dan polutan lainnya. Berkurangnya cadangan

energi tersebut membuat harga BBM semakin mahal (Atmonobudi, 2012).

Saat ini Indonesia menjadi negara dengan konsumsi energi yang cukup

tinggi di dunia. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan

dan Konservasi Energi Kementrian ESDM, dalam beberapa tahun terakhir

pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7% per tahun. Angka tersebut

berada diatas pertumbuhan konsumsi energi dunia yaitu sebesar 2.6% per tahun.

Konsumsi energi Indonesia yang cukup tinggi hampir 95% berasal dari bahan

bakar fosil. Dari total tersebut hampir 50% nya merupakan Bahan Bakar Minyak

(BBM). (Widyanarto, 2017). Menghemat energi merupakan langkah cerdas tapi

tidak cukup untuk mengatasi masalah krisis energi tersebut. Untuk menghadapai

tantangan ini, negara kita perlu memperluas pemanfaatan sumber energi lain

untuk menggantikan pemakaian energi minyak dan fosil. Indonesia memiliki

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


beberapa alternatif sumber energi terbarukan yang jumlahnya sangat melimpah

dan berpotensi sebagai sumber energi utama di masa depan.

Hidrogen sebagai salah satu unsur yang terdapat di dalam kandungan air

(H2O) dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Dalam banyak hal,

hidrogen merupakan bahan bakar yang sempurna. Berjumlah melimpah, sangat

efisien, tidak menghasilkan emisi saat digunakan dalam sel bahan bakar, tidak

beracun, dapat diproduksi dari sumber daya terbarukan, dan bukan gas rumah

kaca. Hidrogen dapat diproduksi dari berbagai sistem pasokan seperti bahan bakar

fosil, biofuel, alkohol, reaksi nuklir, biomassa, dan air. Hampir 96% hidrogen

adalah diproduksi langsung dari bahan bakar fosil dan sekitar 4% melalui sumber

lain menggunakan kelistrikan (Kothari et al dalam Nanda et al, 2017).

Elektrolisis adalah suatu metode yang akan mengubah energi listrik

menjadi energi kimia. Pada proses elektrolisis akan terjadi proses peruraian

senyawa kimia dari larutan elektrolitnya. Dalam proses elektrolisis berlangsung

reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi terjadi pada katoda (elektroda negatif)

sedangkan reaksi oksidasi terjadi pada anoda (elektroda positif). Proses

elektrolisis akan menggunakan arus listrik langsung untuk memisahkan air

menjadi hidrogen pada elektroda negatif dan oksigen pada elektroda positif. Gas

Hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisis selanjutnya akan ditampung dan

akan difilter hingga mencapai taraf konsentrasi kemurnian yang maksimal.

Seberapa besar nilai persentase kemurnian hidrogen selanjutnya akan di dideteksi

oleh sensor hidrogen.

Adapun sensor Hidrogen yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu

sensor gas Hidrogen TGS 821 berbasis Mikrokontroller Arduino Uno R3. Sensor

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gas hidrogen TGS 821 mudah digunakan, memiliki sensitivitas dan selektifitas

yang tinggi terhadap gas Hidrogen, memiliki stabilitas yang tinggi, menggunakan

rangkaian listrik sederhana, tahan terhadap perubahan lingkungan serta TGS 821

dapat mendeteksi konsentrasi gas hidrogen minimal 50 ppm. Jika molekul gas

Hidrogen mengenai permukaan sensor maka satuan resistansinya akan mengecil

sesuai dengan konsentrasi gas, sebaliknya jika konsentrasi gas menurun akan

diikuti dengan semakin tingginya resistansi maka tegangan keluarannya akan

menurun. Pengaruh perubahan konsentrasi gas dapat mengubah nilai resistansi

sensor dan juga akan mempengaruhi tegangan keluarannya, sehingga perbedaan

inilah yang dijadikan acuan bagi pendeteksi gas Hidrogen.

Sebagaimana diketahui bahwa mikrokontroler dapat membuat program

untuk mengendalikan berbagai komponen elektronika. Program yang kita buat

dengan bahasa pemrograman didownload ke mikrokontroler yang kemudian

mikrokontroler akan bekerja sesuai dengan program yang kita buat tadi. Dan

dengan Arduino Uno itu sendiri lebih memudahan penggunanya untuk membuat

berbagai hal yang berkaitan dengan mikrokontroler, karena didalamnya sudah

tersedia yang dibutuhkan oleh mikrokontroler.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka

dapat dijabarkan rumusan masalah yang dibahas pada penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana cara merancang sistem pendeteksi kemurnian gas Hidrogen dari

hasil proses elektrolisis air.

2. Bagaimana cara kerja sistem sensor yang digunakan pada alat deteksi

kemurnian gas hidrogen.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3. Batasan Masalah

Untuk mendapatkan hasil penelitian dari permasalahan yang ditentukan,

maka ada pembatasan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan dalam perancangan adalah ATMega 328

sebagai pengolahan data dari analog ke digital dan sebagai pusat pengontrol

sistem.

2. Gas yang diukur adalah gas hidrogen yang dihasilkan melalui elektrolisis air.

3. Sensor yang digunakan dalam perancangan alat ini adalah sensor gas TGS

821.

4. Penggunaan bahasa pemrograman menggunakan bahasa Pemrograman

Arduino sebagai masukan data untuk mengatur kinerja pengontrol.

1.4. Tujuan Penelitan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Merancang sistem alat pendeteksi kemurnian gas Hidrogen yang

dihasilkan melalui proses elektrolisis menggunakan sensor TGS 821 yang

diintegrasikan dengan Mikrokontroller ATMega 328.

2. Melakukan pengujian rangkaian sensor Hidrogen, sensor Oksigen, dan

sensor suhu.

3. Menganalisis hasil pengujian sifat penginderaan sensor pada alat deteksi

kemurnian gas Hidrogen berupa respon, linieritas, performa, kemurnian,

dan cross sensitivity.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu :

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Dapat digunakan oleh peneliti-peneliti lain untuk menentukan tingkat

kemurnian Hidrogen.

2. Membantu kegiatan produksi Hidrogen sebagai energi baru dan

terbarukan.

3. Mengembangkan aplikasi sensor TGS 821 sebagai sensor Hidrogen.

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teknologi sensor

Dalam peradaban elektronika, sensor memiliki peran penting dalam

memastikan berfungsinya sejumlah besar mesin, gadget, kendaraan dan proses

manufaktur. Kebanyakan orang mungkin sama sekali tidak menyadari bahwa

sensor merupakan hal penting yang dianggap remeh, seperti accelerometer, yang

menjamin layar pada ponsel atau tablet selalu dengan cara yang benar

sampai gerakan apa pun atau rotasi perangkat, serta sensor

bantuan mobil dan pesawat terbang berfungsi dengan aman. Sensor banyak

digunakan dalam peralatan medis, teknik aerospace, dalam proses automasi

manufaktur dan robotika, dan beberapa aplikasi yang lain.

Sensor adalah sebuah alat yang mengubah fenomena fisik menjadi sinyal

listrik. Contohnya, sensor merupakan bagian dari antara dunia fisik dan

dunia perangkat listrik, seperti komputer. Bagian lain dari antar muka ini

diwakili oleh aktuator, yang mengubah sinyal listrik menjadi fenomena fisik.

Kunci utama yang sama untuk semua sensor adalah konversi sensor atau

detektor, mendeteksi dan mengukur benda-benda fisik atau kuantitas, yang

dapat beragam seperti kode identifikasi elektronik pada label yang dirancang

khusus dikenal sebagai chip RFID, (di mana RFID kepanjangan dari Radio

Frequency Identification), kuantitas panas dalam suatu objek, cairan atau orang,

pergerakan suatu objek, orang atau hewan ke bidang elektronik yang dipantau

oleh visi, atau jenis percepatan suatu benda, seperti free-fall atau rotasi.

Setelah pengukuran, sensor mengkonversi data yang telah diterima ke dalam


22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sinyal atau tampilan visual yang kemudian dapat bermakna ditafsirkan oleh

salah satu agen manusia atau oleh perangkat elektronik lain. Sensor A, dengan

kata lain, juga selalu transduser-perangkat yang mengkonversi salah satu bentuk

energi atau stimulus lainnya (Syam, 2013).

2.1.1 Karakterisasi Umum Sensor

Karakteristik sensor dikaji dari hal-hal yang diukur setelah semua efek

sementara dimilikinya setelah stabil ke nilai akhir atau nilai steady state

sensor. Karakteristik sensor berhubungan dengan masalah seperti bagaimana

output sensor berubah sebagai respon terhadap perubahan masukan, seberapa

selektif sensornya, bagaimana interferensi eksternal atau internal dapat

mempengaruhi responnya,dan seberapa stabil pengoperasian sistem

penginderaannya. Beberapa karakteristik sensor yang paling penting adalah

sebagai berikut:

1. Respon sensor dapat diartikan sebagai kemampuan sensor untuk

membedakan suatu materi atau isi yang dipaparkan (Ikhsan et all, 2013).

Respon sensor pada umumnya selalu dikaitkan dengan pengulangan sensor,

dimana pengulangan (repeatabilitas) sensor dapat diartikan sebagai

kemampuan sensor untuk mencapai nilai yang sama saat sensor yang sama

dipaparkan kembali dengan suatu unsur atau materi yang sama (Mustaffa et

all, 2014).

2. Waktu Respon. Pemulihan (Response and Recovery Time)

ketika sensor yang dipaparkan terhadap suatu gas analit pengukuran, waktu

yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah nilai stabil disebut waktu

respon. Sedangkan, waktu pemulihan merupakan sebaliknya yaitu waktu

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang dibutuhkan sensor untuk memulihkan kondisinya ke kondisi awal

setelah pengaruh gas analit dihilangkan.

3. Pengulangan (repeatability). Pengulangan adalah kemampuan sensor untuk

menghasilkan respon yang sama dalam pengukuran yang berturut-turut.

Pengulangan berhubungan erat dengan presisi. Baik pengulangan jangka

panjang maupun jangka pendek, keduanya sangatlah penting dalam sensor.

4. Linearitas. Linearitas sensor merupakan sifat penginderaan suatu bahan

sensor yang menunjukkan perbandingan lurusan suatu nilai besaran fisis yang

dideteksi dengan sinyal keluaran bahan sensor. Linearitas pada umumnya

dinyatakan dengan koefisien regresi R2 yang menyatakan keberbanding

lurusan antara sumbu-x yang merupakan besaran fisis yang dideteksi dengan

sumbu-y yang merupakan sinyal keluaran dari bahan sensor. Nilai linearitas

yang baik ditunjukkan dengan nilai R2 mendekati nilai 1 (Ikhsan et all, 2017).

5. Stabilitas. Stabilitas adalah kemampuan sensor untuk menghasilkan nilai

keluaran atau respon yang sama saat melakukan pengukuran yang sama

selama periode waktu tertentu. Stabilitas sensor juga dapat diartikan sebagai

kemampuan sensor untuk dapat secara konsisten memberikan nilai respon

yang sama tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitar (Ikhsan et all,

2013).

6. Reprodusibilitas. Reprodusibilitas adalah kemampuan sensor untuk

menghasilkan nilai keluaran atau respon yang sama setelah kondisi

pengukuran telah diubah. Misal, 5 sensor hasil fabrikasi yang sama

menghasilkan nilai keluaran yang sama.

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Umur hidup. Umur hidup merupakan ukuran waktu jangka panjang sensor

untuk menghasilkan respon yang sama atau disebut juga jangka waktu

pemakaian sensor.

2.2 Hidrogen, Oksigen dan Kelembaban Udara

2.2.1 Hidrogen

Gas hidrogen (H2) merupakan unsur paling melimpah di alam semesta

dengan persentase sekitar 75% dari total massa unsur di alam semesta. Gas

hidrogen tidak berwarna, tidak berbau dan mudah terbakar. Karena sifatnya yang

mudah terbakar, gas hidrogen dapat dijadikan sumber bahan bakar dan dapat

menjadi komponen utama dalam pembuatan balon udara karena hidrogen

merupakan unsur paling ringan sehingga dibutuhkanya alat pendeteksi gas

hidrogen untuk kebutuhan pada sebuah sistem.

Gas hidrogen merupakan salah satu unsur yang terdapat pada udara. Udara

adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi

dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga merupakan

atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang fungsinya sangat penting bagi

kehidupan manusia di dunia ini.

Gas hidrogen adalah unsur kimia yang memiliki simbol H dengan nomor

atom 1. Gas hidrogen pada suhu dan tekanan standar tidak berwarna, tidak berbau,

bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat

mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 amu, hidrogen adalah unsur

teringan di dunia. Kebanyakan bintang dibentuk oleh hidrogen dalam keadaan

plasma. Senyawa hidrogen relatif langka dan jarang dijumpai secara alami di

bumi, dan biasanya dihasilkan secara industri dari berbagai senyawa hidrokarbon

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


seperti metana. Hidrogen juga dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis,

namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari

gas alam. Hidrogen dapat diproduksi dari berbagai sistem pasokan seperti bahan

bakar fosil, biofuel, alkohol, reaksi nuklir, biomassa, dan air. Hampir 96%

hidrogen adalah diproduksi langsung dari bahan bakar fosil dan sekitar 4%

melalui sumber lain menggunakan listrik (Kothari et al., 2008).

Isotop hidrogen yang paling banyak dijumpai di alam adalah protium,

yang inti atomnya hanya mempunyai proton tunggal dan tanpa neutron. Senyawa

ionik hidrogen dapat bermuatan positif (kation) ataupun negatif (anion). Hidrogen

dapat membentuk senyawa dengan kebanyakan unsur dan dapat dijumpai dalam

air dan senyawa-senyawa organik (https://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 2

Maret 2018).

2.2.2 Oksigen

Oksigen atau zat asam adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik

yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Oksigen merupakan unsur

golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur

lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua

atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan

rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Oksigen

merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan massadan

unsur paling melimpah di kerak Bumi. Gas oksigen diatomik mengisi 20,9%

volume atmosfer bumi. Oksigen dapat ditemukan dalam air, di sebagian besar

batuan dan mineral, dan banyak senyawa organik, yang mampu bergabung dengan

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


semua unsur kecuali gas inert, yaitu aktif dalam proses fisiologis, dan yang

terlibat terutama dalam proses pembakaran.

Oksigen diklasifikasikan sebagai unsur dalam bagian „non-logam‟

mempunyai titik didih -182,95oC dan titik leleh -218,79oC. Oksigen cair

mempunyai warna biru langit. Oksigen dapat larut dalam air dengan kelarutan 5%

volume pada 0oC. Semakin besar tekanan, kelarutan oksigen dalam air semakin

besar. Di laboratorium, oksigen bisa dibuat dengan elektrolisis air atau dengan

memanaskan KClO3 dengan MnO2 sebagai katalis.

2.2.3 Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di udara

(atmosfer). Udara atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air.

Kelembaban udara ditentukan oleh banyaknya uap air dalam udara. Kalau tekanan

uap air dalam udara mencapai maksimum, maka mulailah terjadi pengembunan.

Temperatur di mana terjadi pengembunan disebut titik embun.

Tingkat kelembaban bervariasi menurut suhu. Semakin hangat suhu udara,

semakin banyak uap air yang dapat ditampung. Semakin rendah suhu udara,

semakin sedikit jumlah uap air yang dapat ditampung. Jadi pada siang hari yang

panas dapat menjadi lebih lembab dibandingkan dengan hari yang dingin.

Kemampuan udara untuk menampung uap air dipengaruhi oleh suhu. Jika udara

jenuh uap air dinaikkan suhunya, maka udara tersebut menjadi tidak jenuh uap air.

Sebaliknya, jika udara tidak jenuh uap air suhunya diturunkan dan kerapatan

airnya dijaga konstan, maka udara tersebut akan mendekati kondisi jenuh uap air.

Jadi ketika udara hangat naik dan mulai mendingin, lama kelamaan akan

kehilangan kemampuan untuk menahan / menampung uap air.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada kondisi tekanan/kerapatan uap air jenuh, maka udara tidak dapat lagi

menampung tambahan uap air. Suhu pada saat udara mencapai kondisi jenuh uap

air disebut Suhu Titik Embun (dew-point temperature). Pada suhu titik embun

terjadi saat ea=es atau RH 100%. Bila suhu terus turun maka uap air akan berubah

menjadi air (disebut dengan kondensasi). Udara dapat menampung sejumlah uap

air tertentu sebelum terjadi kondensasi.

Untuk dapat mengukur tingkat kelembaban udara suatu ruangan umumnya

digunakan higrometer, penggunaan higrometer mulai ditinggalkan karena kurang

praktis dalam pengaplikasiannya dan telah beralih ke penggunaan sensor. Sensor

kelembaban udara merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi dan

mengukur tingkat kelembaban udara atau uap air yang terkandung didalam udara.

2.3 Sensor Hidrogen (TGS 821), Sensor Oksigen (KE-25) dan Sensor

Kelembaban Udara (SHT 11)

2.3.1 Sensor Hidrogen (TGS 821)

Ada banyak jenis sensor dipasaran yang dapat digunakan untuk mendeteksi

keberadaan gas Hidrogen. Diantaranya yaitu Sensor Hidrogen seri TGS dan seri

MQ. Sensor seri TGS untuk mendeteksi kandungan gas Hidrogen yang dihasilkan

salah satunya yaitu sensor TGS 821. Dengan adanya gas yang dapat dideteksi,

konduktivitas sensor meningkat tergantung konsentrasi gas di udara. Sensor ini

dapat mendeteksi gas Hidrogen dengan konsentrasi 10 – 4.000 ppm. Sebuah

sirkuit listrik sederhana dapat mengubah perubahan konduktivitas menjadi sinyal

keluaran sesuai dengan konsentrasi gas. TGS 821 memiliki sensitivitas dan

selektivitas yang tinggi terhadap gas hidrogen. Sensornya bisa mendeteksi

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


konsentrasi terendah 50 ppm, sehingga ideal untuk berbagai industri aplikasi

(Figaro INC).

Gambar 2.1 Sensor gas TGS 821

Sensor TGS 821 memiliki elemen pengindraan (sensing element) yang

terbuat dari timah dioksida (SnO2), dasar sensor (base sensor) yang terbuat dari

keramik alumina dan penahan api (flame arrestor) berukuran 100 mesh dan

berkasa ganda. Adapun struktur dan dimensi TGS 821 ini terlihat seperti pada

gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.2 Struktur dan dimensi TGS 821

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Angka-angka pin koneksi yang terlihat pada gambar 2.4 dapat

dihubungkan pada rangkaian dasarnya seperti pada gambar 2.5.

Gambar 2.3 Rangkain dasar Sensor TGS 821

Adapun kondisi standar rangkaian yang terhubung dengan rangkaian dasar

sensor TGS 821, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kondisi Standar Rangkaian

Item Simbol Nilai Ket

Tegangan
VH 5.0 ± 0.2 V AC/DC
pemanas

Tegangan Hanya DC
Vc Max. 24 V
Rangkaian Ps ≤ 15 mW
Tahanan
RL Bervariasi Min 0.45 kΩ
beban

2.3.2 Sensor Oksigen (KE-25)

GS Oxygen Sensor KE Series (KE-12, KE-25, dan KE-50) adalah sensor

oksigen tipe galvanik yang unik yang dikembangkan di Jepang pada tahun 1985.

Fitur mereka yang paling menonjol adalah harapan hidup yang panjang, daya

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tahan kimia yang sangat baik, dan tidak berpengaruh oleh CO2. Seri KE Sensor

oksigen sangat ideal untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat untuk

pemantauan oksigen di berbagai bidang seperti pembakaran gas, pemantauan

bidang biokimia, aplikasi medis, domestik, peralatan pembakaran dan lain-lain

(Figaro INC).

Gambar 2.4 Gambar sensor Oksigen KE-25

Sedangkan untuk dimensi dan spesifikasi dari Sensor KE-25 dapat dilihat

pada gambar 2.5 dan tabel 2.2.

Gambar 2.5 Dimensi Sensor KE-25


31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.2 Spesifikasi Sensor KE-25
Item Nilai
Rentang pengukuran 0 – 100% O2
Keakuratan ± 1 % skala penuh
Tekanan Atmosfer 811 hPa – 1216 hPa
Kondisi
Suhu 50 – 400 C
Pengoperasian
Kelembaban Relatif 10 – 90 % (tanpa kondensasi)
Waktu respon (90%) ± 15 detik
Tegangan keluaran awal di bawah kondisi uji
10.0 – 15.5 mV
standar pabrik

2.3.3 Sensor Kelembaban Udara (SHT11)

Sensor suhu yang digunakan pada penelitian ini yaitu sensor suhu dan

kelembaban SHT11. SHT11 Module merupakan modul sensor suhu dan

kelembaban relatif dari Sensirion. Modul ini dapat digunakan sebagai alat

pengindra suhu dan kelembaban dalam aplikasi pengendali suhu dan kelembaban

ruangan maupun aplikasi pemantau suhu dan kelembaban relatif ruangan.

Spesifikasi dari SHT11 ini adalah sebagai berikut:

1. Berbasis sensor suhu dan kelembaban relatif Sensirion SHT11.

2. Mengukur suhu dari -40oC hingga +123,8oC, atau dari -40oF hingga +254,9oF

dan kelembaban relatif dari 0% RH hingga 1% RH.

3. Memiliki ketetapan (akurasi) pengukuran suhu hingga 0,5oC pada suhu 25oC

dan ketepatan (akurasi) pengukuran kelembaban relatif hingga 3,5% RH.

4. Memiliki antar muka serial synchronous 2-wire, bukan I2C.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Jalur antar muka telah dilengkapi dengan rangkaian pencegah kondisi sensor

lock-up.

6. Membutuhkan catu daya +5V DC dengan konsumsi daya rendah30 μW.

7. Modul ini memiliki faktor bentuk 8 pin DIP 0,6 sehingga memudahkan

pemasangannya.

Gambar 2.6 Sensor SHT11

Prinsip Kerja Sensor

SHT11 adalah sebuah single chip sensor suhu dan kelembaban relatif

dengan multi modul sensor yang outputnya telah dikalibrasi secara digital.

Dibagian dalamnya terdapat kapasitas polimer sebagai eleman untuk sensor

kelembaban relatif dan sebuah pita regangan yang digunakan sebagai sensor

temperatur. Output kedua sensor digabungkan dan dihubungkan pada ADC 14 bit

dan sebuah interface serial pada satu chip yang sama. Sensor ini mengahasilkan

sinyal keluaran yang baik dengan waktu respon yang cepat. SHT11 ini dikalibrasi

pada ruangan denagn kelembaban yang teliti menggunakan hygrometer sebagai

referensinya. Koefisien kalibrasinya telah diprogramkan kedalam OTP memory.

Koefisien tersebut akan digunakan untuk mengaklibrasi keluaran dari sensor

selama proses pengukuran (Sensirion, 2008).

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.7 Diagram Blok SHT11

Sistem sensor yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban

adalah SHT11 dengan sumber tegangan 5 Volt dan komunikasi bidirectonal 2-

wire. Sistem sensor ini mempunyai 1 jalur data yang digunakan untuk perintah

pengalamatan dan pembacaan data. Pengambilan data untuk masing-masing

pengukuran dilakukan dengan memberikan perintah pengalamatan oleh

mikrokontroler. Kaki serial Data yang terhubung dengan mikrokontroler

memberikan perintah pengalamatan pada pin Data SHT11 “00000101” untuk

mengukur kelembaban relatif dan “00000011” untuk pengukuran temperatur.

SHT11 memberikan keluaran data kelembaban dan temperatur pada pin Data

secara bergantian sesuai dengan clock yang diberikan mikrokontroler agar sensor

dapat bekerja. Sensor SHT11 memiliki ADC (Analog to Digital Converter) di

dalamnya sehingga keluaran data SHT11 sudah terkonversi dalam bentuk data

digital dan tidak memerlukan ADC eksternal dalam pengolahan data pada

mikrokontroler. Skema pengambilan data SHT11 dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.8 Skema pengambilan data

Tabel 2.3 Konfigurasi Pin SHT 10


PIN NAME COMMENT
1 GND GROUND
2 DATA SERIAL DATA, BIDIRECTIONAL
3 SCK SERIAL CLOCK, INPUT ONLY
4 VDD SOURCE VOLTAGE

2.4 Mikrokontroller Arduino Uno

Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan (development board)

mikrokontroler yang berbasis chip ATMega328P. Disebut sebagai papan

pengembangan karena board ini memang berfungsi sebagai arena prototyping

sirkuit mikrokontroller. Dengan menggunakan papan pengembangan, maka akan

lebih mudah merangkai rangkaian elektronika mikrokontroller dibanding jika

akan memulai merakit ATMega328 dari awal di breadboard.

Gambar 2.9 Arduino Uno R3 (http://ecadio.com)


35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

dimana 6 pin diantaranya dapat digunakan sebagai output PWM), 6 pin input

analog, menggunakan crystal 16 MHz, koneksi USB, jack listrik, header ICSP dan

tombol reset. Hal tersebut adalah semua yang diperlukan untuk mendukung

sebuah rangkaian mikrokontroler. Cukup dengan menghubungkannya ke

komputer dengan kabel USB atau diberi power dengan adaptor AC-DC atau

baterai, maka sudah dapat bermain-main dengan Arduino UNO tanpa khawatir

akan melakukan sesuatu yang salah. Kemungkinan paling buruk hanyalah

kerusakan pada chip ATMega328, yang bisa diganti dengan mudah dan dengan

harga yang relatif murah. Spesifikasi Arduino Uno R3 dapat dilihat pada tabel 2.4

berikut dan Arduino Uno R3 dapat dilihat pada gambar 2.12.

Tabel 2.4 Spesifikasi Arduino Uno R3 (http://ecadio.com)


Chip mikrokontroller ATmega328P
Tegangan operasi 5V
Tegangan input (yang
7V - 12V
direkomendasikan, via jack DC)
Tegangan input (limit, via jack DC) 6V - 20V
14 buah, 6 diantaranya menyediakan
Digital I/O pin
PWM
Analog Input pin 6 buah
Arus DC per pin I/O 20 mA
Arus DC pin 3.3V 50 mA
32 KB, 0.5 KB telah digunakan untuk
Memori Flash
bootloader
SRAM 2 KB
EEPROM 1 KB
Clock speed 16 Mhz
Dimensi 68.6 mm x 53.4 mm
Berat 25 g

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.10 Arduino Uno R3 (http://eprints.akakom.ac.id)

2.4.1 IDE Arduino

IDE (Integrated Development Environment) adalah sebuah perangkat

lunak yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi mikrokontroler mulai dari

menuliskan source program, kompilasi,upload hasil kompilasi dan uji coba secara

terminal serial. IDE arduino dapat dilihat pada gambar 2.13

Gambar 2.11 IDE Arduino

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a. Icon menu verify yang bergambar ceklis berfungsi untuk mengecek

program yang ditulis apakah ada yang salah atau error.

b. Icon menu upload yang bergambar panah ke arah kanan berfungsi untuk

memuat / transfer program yang dibuat di software arduino ke hardware

arduino.

c. Icon menu New yang bergambar sehelai kertas berfungsi untuk membuat

halaman baru dalam pemrograman.

d. Icon menu Open yang bergambar panah ke arah atas berfungsi untuk

membuka program yang disimpan atau membuka program yang sudah

dibuat dari pabrikan software arduino.

e.Icon menu Save yang bergambar panah ke arah bawah berfungsi untuk

menyimpan program yang telah dibuat atau dimodifikasi.

f. Icon menu serial monitor yang bergambar kaca pembesar berfungsi untuk

mengirim atau menampilkan serial komunikasi data saat dikirim dari

hardware arduino.

2.4.2 ATMega 328

ATMega 328 merupakan mikrokontroler keluarga AVR 8 bit. Beberapa

tipe mikrokontroler yang sama dengan ATMega8 ini antara lain ATMega8535,

ATMega16, ATMega32, ATMega328, yang membedakan antara mikrokontroler

antara lain adalah, ukuran memori, banyaknya GPIO (pin input/output),

peripherial (USART, timer, counter, dan lain-lain). Dari segi ukuran fisik,

ATMega 328 memiliki ukuran fisik lebih kecil dibandingkan dengan beberapa

mikrokontroler di atas. Namun untuk segi memori dan periperial lainnya

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ATMega328 tidak kalah dengan yang lainnya karena ukuran memori dan

periperialnya relatif sama dengan ATMega8535, ATMega32, hanya saja jumlah

GPIO lebih sedikit dibandingkan mikrokontroler di atas.

Gambar 2.12 Pin Chip ATMega 328

ATMega328 memiliki 3 buah PORT utama yaitu PORTB, PORTC, dan

PORTD dengan total pin input/output sebanyak 23 pin. PORT tersebut dapat

difungsikan sebagai input/output digital atau difungsikan sebagai periperal

lainnya.

1.PortB

Port B merupakan jalurdata 8 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output.

Selain itu PORTB juga dapat memiliki fungsi alternatif seperti di bawah ini.

a. ICP1 (PB0), berfungsi sebagai Timer Counter 1 input capture pin.

b. OC1A (PB1), OC1B (PB2) dan OC2 (PB3) dapat difungsikan sebagai

keluaran PWM (Pulse Width Modulation).

c. MOSI (PB3), MISO (PB4), SCK (PB5), SS (PB2) merupakan jalur

komunikasi SPI.

d. Selain itu pin ini juga berfungsi sebagai jalur pemograman serial (ISP).

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. TOSC1 (PB6) dan TOSC2 (PB7) dapat difungsikan sebagai sumber clock

external untuk timer.

f. XTAL1 (PB6) dan XTAL2 (PB7) merupakan sumber clock utama

mikrokontroller.

2.PortC

Port C merupakan jalur data 7 bit yang dapat difungsikan sebagai input/output

digital. Fungsi alternatif PORTC antara lain sebagai berikut.

a. ADC6 channel (PC0, PC1, PC2, PC3, PC4, PC5) dengan resolusi sebesar

10 bit. ADC dapat kita gunakan untuk mengubah input yang berupa

tegangan analog menjadi data digital

b. I2C (SDA dan SDL) merupakan salah satu fitur yang terdapat pada

PORTC. I2C digunakan untuk komunikasi dengan sensor atau device lain

yang memiliki komunikasi data tipe I2C seperti sensor kompas,

accelerometer nunchuck.

3.PortD

Port D merupakan jalur data 8 bit yang masing-masing pin-nya juga dapat

difungsikan sebagai input/output. Sama seperti Port B dan Port C, Port D juga

memiliki fungsi alternatif di bawah ini.

a. USART (TXD dan RXD) merupakan jalur data komunikasi serial dengan

level sinyal TTL. Pin TXD berfungsi untuk mengirimkan data serial,

sedangkan RXD kebalikannya yaitu sebagai pin yang berfungsi untuk

menerima data serial.

b. Interrupt (INT0 dan INT1) merupakan pin dengan fungsi khusus sebagai

interupsi hardware. Interupsi biasanya digunakan sebagai selain dari

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


program, misalkan pada saat program berjalan kemudian terjadi interupsi

hardware/software maka program utama akan berhenti dan akan

menjalankan program interupsi.

c. XCK dapat difungsikan sebagai sumber clock external untuk USART,

namun kita juga dapat memanfaatkan clock dari CPU, sehingga tidak perlu

membutuhkan external clock.

d. T0 dan T1 berfungsi sebagai masukan counter external untuk timer 1 dan

timer 0.

E. AIN0 dan AIN1 keduanya merupakan masukan input untuk analog

comparator.

2.4.2.1 Fitur Atmega 328

ATMega328 adalah mikrokontroler keluaran dari atmel yang mempunyai

arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computer) yang mana setiap proses

eksekusi data lebih cepat dari pada arsitektur CISC (Completed Instruction Set

Computer). Mikrokontroler ini memiliki beberapa fitur antara lain:

1. Memiliki EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only

Memory) sebesar 1KB sebagai tempat penyimpanan data semi permanen

karena EEPROM tetap dapat menyimpan data meskipun catu daya dimatikan.

2. Memiliki SRAM (Static Random Access Memory) sebesar 2KB.

3. Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya PWM (Pulse Width

Modulation) output.

4. 32 x 8-bit register serba guna.

5. Dengan clock 16 MHz kecepatan mencapai 16 MIPS.

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. 32 KB Flash memory dan pada arduino memiliki bootloader yang

menggunakan 2 KB dari flash memori sebagai bootloader.

7. 130 macam instruksi yang hampir semuanya dieksekusi dalam satu siklus

clock.

Gambar 2.13 Diagram Blok ATMega 328

2.4.3 Peta Memory Arduino Uno R3

Arduino Uno adalah arduino board yang menggunakan mikrokontroler

ATMega328. Maka peta memori arduino uno sama dengan peta memori pada

mikrokontroler ATMega328.

2.4.3.1 Memori Program

ATMega328 memiliki 32K byte On-chip In-System Reprogrammable

Flash Memory untuk menyimpan program. Memori flash dibagi kedalam dua

bagian, yaitu bagian program bootloader dan aplikasi. Bootloader adalah program
42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kecil yang bekerja pada saat sistem dimulai yang dapat memasukkan seluruh

program aplikasi ke dalam memori prosesor.

2.4.3.2 Memori Data

Memori data ATMega328 terbagi menjadi 4 bagian, yaitu 32 lokasi untuk

register umum, 64 lokasi untuk register I/O, 160 lokasi untuk register I/O

tambahan dan sisanya 2048 lokasi untuk data SRAM internal. Register umum

menempati alamat data terbawah, yaitu 0x0000 sampai 0x001F. Register I/O

menempati 64 alamat berikutnya mulai dari 0x0020 hingga 0x005F. Register I/O

tambahan menempati 160 alamat berikutnya mulai dari 0x0060 hingga 0x00FF.

Sisa alamat berikutnya mulai dari 0x0100 hingga 0x08FF digunakan untuk SRAM

internal. Peta memori data dari ATMega 328 dapat dilihat pada Gambar 2.16.

Gambar 2.14 Peta Memori Data ATMega328

2.4.3.3 Memori EEPROM

Arduino uno terdiri dari 1 KByte memori data EEPROM. Pada memori

EEPROM, data dapat ditulis/dibaca kembali dan ketika catu daya dimatikan, data

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


terakhir yang ditulis pada memori EEPROM masih tersimpan pada memori ini,

atau dengan kata lain memori EEPROM bersifat nonvolatile. Alamat EEPROM

dimulai dari 0x000 hingga 0x3FF.

2.4.3.4 Interupsi

Sumber interupsi ATMega328 ada 21 buah. Setiap interupsi, selalu

memiliki Interupt Service Routine (ISR), atau disebut juga Interupt Handler. Yaitu

rutin-rutin yang khusus dijalankan sebagai layanan dari sebuah interupsi. Saat

interupsi terjadi, CPU akan mulai menjalankan rutin ISR ini. Setiap Interupsi

selalu memiliki lokasi tetap dalam memory program yang disebut Interupt Vector

Table. Saat interupsi diaktifkan dan interupsi terjadi maka CPU menunda

interupsi sekarang dan melompat ke alamat rutin interupsi yang terjadi. Setelah

selesai mengeksekusi intruksi-intruksi yang ada di alamat rutin interupsi CPU

kembali melanjutkan interupsi yang sempat kembali tertunda.

2.4.3.5 I/O Port

ATMEGA328 Memiliki pin I/O digital sebanyak 14 pin 6 diantaranya

PWM (Pulse Width Modulation) output. Melalui pin I/O inilah ATMEGA328

berinteraksi dengan sistem lain. Masing-masing pin I/O dapat dikonfigurasi tanpa

mempengaruhi fungsi pin I/O yang lain. Setiap pin I/O memiliki tiga register

yakni: DDxn, PORTxn, dan PINxn. Kombinasi nilai DDxn dan PORTxn

menentukan arah pin I/O.

2.4.3.6 Clear Timer on Compare Match (CTC)

CTC adalah salah satu mode Timer/Counter, selain itu ada Normal mode,

Fast PWM mode, Phase Correct PWM mode. Pada CTC mode maka nilai TCNT1

menjadi 0 jika nilai TCNT1 telah sama dengan OCR1A atau ICR1. Jika nilai top

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ditentukan oleh ICR1A dan interupsi diaktifkan untuk Compare Match A maka

saat nilai TCNT1 sama dengan nilai OCR1A interupsi terjadi. CPU melayani

interupsi ini dan nilai TCNT1 menjadi nol.

2.4.3.7 USARTH

Selain untuk general I/O, pin PD1 dan PD0 ATMega328 berfungsi untuk

mengirim dan menerima bit secara serial. Pengubahan fungsi ini dibuat dengan

mengubah nilai beberapa register serial. Untuk menekankan fungsi ini, pin PD1

disebut TxD dan pin PD0 disebut RxD.

2.5 Zeolit sebagai Filter Hidrogen

Zeolit merupakan material yang memiliki banyak kegunaan. Zeolit telah

banyak diaplikasikan sebagai absorben, penukar ion, dan sebagai katalis. Zeolit

adalah mineral kristal alumina silika tetrahidrat berpori yang mempunyai struktur

kerangka tiga dimensi, terbentuk oleh tetrahedral [SiO4]4- dan [AlO4]5- yang saling

terhubungkan oleh atom-atom oksigen sedemikian rupa, sehingga membentuk

kerangka tiga dimensi terbuka yang mengandung kanal-kanal dan rongga-rongga,

yang didalamnya terisi oleh ion-ion logam, biasanya adalah logam-logam alkali

atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas (Chetam, 1992)

Ada dua jenis zeolit, yaitu zeolit alam dan zeolit sintetis. Zeolit alam

adalah zeolit yang ditambang langsung dari alam sehingga harganya jauh lebih

murah daripada zeolit sintetis. Namun zeolit alam memiliki beberapa kelemahan,

di antaranya mengandung banyak pengotor serta kristalinitasnya kurang baik.

Untuk memperbaiki karakter zeolit alam sehingga dapat digunakan sebagai

katalis, absorben, atau aplikasi lainnya,biasanya dilakukan aktivasi dan modifikasi

terlebih dahulu. Aktivasi zeolit alam dapat dilakukan baik secara fisika maupun

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


secara kimia. Aktivasi secara fisika dilakukan melalui pengecilan ukuran butir,

pengayakan, dan pemanasan pada suhu tinggi, tujuannya untuk menghilangkan

pengotor-pengotor organik, memperbesar pori dan memperluas permukaan.

Sedangkan aktivasi secara kimia dilakukan melalui pengasaman. Tujuannya untuk

menghilangkan pengotor anorganik.

Halimantun Hamdan (1992) mengemukakan bahwa zeolit merupakan

suatu mineral berupa kristal silika alumina yang terdiri dari tiga komponen yaitu

kation yang dapat dipertukarkan, kerangka alumina silikat dan air. Air yang

terkandung dalam pori tersebut dapat dilepas dengan pemanasan pada temperatur

300 hingga 400oC. Pemanasan pada temperatur tersebut, air dapat keluar dari

pori-pori zeolit, sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan.

Jumlah air yang terkandung dalam zeolit sesuai dengan banyaknya pori atau

volume pori.

2.6 Elektrolisis

2.6.1 Elektrolisis Air

Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi

Oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik melalui air.

Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi

menjadi gas H2 dan ion hidroksida (OH-). Sementara itu pada anode, dua molekul

air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan

elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga terbentuk

kembali beberapa molekul air. Faktor yang memperngaruhi elektrolisis air yaitu

kualitas elektrolit, suhu, tekanan, resistansi elektrolit, material dari elektroda dan

material pemisah.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk

gelembung pada elektroda dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian

dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen yang dapat digunakan sebagai bahan

bakar kendaraan hidrogen. Dengan menyediakan energi dari baterai atau listik, air

(H2O) dapat dipisahkan ke dalam molekul diatomik hidrogen (H2) dan oksigen

(O2).

Gambar 2.15 Proses Elektrolisis air


Beda potensial yang dihasilkan oleh arus listrik antara anoda dan katoda

akan mengionisasi molekul air menjadi ion positif dan ion negatif. Pada katoda

terdapat ion postif yang menyerap elektron dan menghasilkan molekul ion H2,

dan ion negatif akan bergerak menuju anoda untuk melepaskan elektron dan

menghasilkan molekul ion O2. Reaksi total elektrolisis air adalah penguraian air

menjadi hidrogen dan oksigen.

Pada anoda : 2H2O(l) O2 (g) + 4H+(aq) + 4e-

Pada katoda : 2H2O(l) + 2e- H2 (g) + 2OH-(aq)

Satuan yang sering ditemukan dalam aspek kuantitatif sel elektrolisis

adalah Faraday (F). Faraday didefinisikan sebagai muatan (dalam Coulomb)

mol elektron. Satu Faraday equivalen dengan satu mol elektron. Demikian halnya,

setengah Faraday equivalen dengan setengah mol elektron. Dengan mengetahui

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


besarnya Faraday pada reaksi elektrolisis, maka mol elektron yang dibutuhkan

pada reaksi elektrolisis dapat ditentukan. Selanjutnya, dengan memanfaatkan

koefisien reaksi pada masing-masing setengah reaksi di katoda dan anoda,

kuantitas produk elektrolisis dapat ditemukan.banyak zat yang mengendap

pada elektrode dapat dihitung dengan Hukum Faraday.

2.6.2 Hukum Faraday

Hukum Faraday menyatakan hubungan antara jumlah listrik yang

digunakan dengan massa zat yang dihasilkan baik di katoda maupun anoda pada

proses elektrolisis. Hukum I Faraday menyatakan, "Massa zat yang terbentuk pada

masing-masing elektroda sebanding dengan kuat arus listrik yang mengalir pada

elektrolisis tersebut". Sementara Bunyi Hukum II Faraday, "Massa dari macam-

macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda oleh sejumlah arus

listrik yang sama banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-

masing zat tersebut".

Faraday mengamati peristiwa elektrolisis melalui berbagai percobaan yang

dia lakukan. Dalam pengamatannya jika arus listrik searah dialirkan ke dalam

suatu larutan elektrolit, mengakibatkan perubahan kimia dalam larutan tersebut.

Sehingga Faraday menemukan hubungan antara massa yang dibebaskan atau

diendapkan dengan arus listrik. Hubungan ini dikenal dengan Hukum Faraday.

Menurut Faraday: Jumlah berat (massa) zat yang dihasilkan (diendapkan) pada

elektroda sebanding dengan jumlah muatan listrik (Coulumb) yang dialirkan

melalui larutan elektrolit tersebut. Massa zat yang dibebaskan atau diendapkan

oleh arus listrik sebanding dengan bobot ekivalen zat-zat tersebut. Secara

matematis dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


M= …………………. (2.1)

Faraday menyimpulkan bahwa Satu faraday adalah jumlah listrik yang

diperlukan untuk menghasilkan satu ekivalen zat pada elektroda.

Muatan 1 elektron = 1,6 x 10-19 Coulomb

1 mol elektron = 6,023 x 1023 elektron

Muatan untuk 1 mol elektron = 6,023 x 1023 . 1,6 x 10 -19 = 96.500 Coulomb = 1

Faraday.

Pengukuran jumlah listrik dalam prakteknya dapat dilakukan dengan

bantuan instrumen berupa amperemeter dan pancatat waktu. Jumlah listrik yang

digunakan dalam elektrolisis merupakan hasil kali kuat arus (ampere) dengan

waktu (detik) atau dapat ditulis dengan persamaan :

Q = I x t ……………… (2.2)

Dimana : Q = muatan listrik dalam Coulomb

I = kuat arus dalam ampere

t = waktu dalam detik

Dari persamaan (2.1) dan (2.2) maka diperoleh persamaan

M= …………. (2.3)

Dimana:

M = massa zat dalam gram

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e = berat ekivalen zat dalam gram = berat atom : valensi

i = kuat arus dalam ampere

t = waktu dalam detik

F = Faraday = 96.500 Coulomb

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Proses penelitian, pembuatan sampel, dan pengujian pada penelitian ini

dilakukan di tiga laboratorium, yaitu : Laboratorium Kimia Dasar FMIPA USU

Medan, Laboratorium Terpadu USU Medan, dan Laboratorium Material PTKI.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitan ini dilakukan selama empat bulan yang dimulai dari bulan

Februari 2018 sampai dengan bulan Mei 2018.

3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian

Peralatan dan bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut :

3.2.1. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitan adalah sebagai berikut :

a. Solder, untuk menyolder rangkaian.

b. Grenda, untuk memotong papan PCB.

c. Penyedot timah, untuk merapikan hasil penyolderan rangkaian.

d. Gunting, untuk memotong kertas rangkaian layout.

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


e. Mesin laminating, untuk menempelkan hasil rangkaian layout ke papan

PCB.

f. Printer 3D, untuk membuat packaging alat.

g. Wadah plastik (mangkok), untuk tempat melarutkan papan PCB.

h. Komputer, untuk mendesain rangkaian alat dengan menggunakan aplikasi

Eagle.

i. ATMega 328, sebagai mikrokontroller pada sistem rangkaian alat.

j. Sensor hidrogen (TGS 821), sebagai komponen untuk membaca nilai

parameter hidrogen.

k. Sensor oksigen (KE-25), sebagai komponen untuk membaca nilai

parameter oksigen.

l. Sensor suhu dan kelembaban (SHT 11), sebagai komponen untuk

membaca nilai parameter suhu dan kelembaban.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Timah solder, untuk perekat komponen ke papan PCB.

b. Larutan Ferriclhorida (FeCl3),untuk etching PCB.

c. Kertas PCB, untuk tempat mencetak hasil rangkaian dengan menggunakan

aplikasi Eagle.

d. Filamen ABS, sebagai bahan untuk membuat packaging alat.

e. Zeolit murni yang dibakar hingga suhu 8000C sebagai filter hidrogen.

f. Aquades, sebagai larutan untuk berlangsungnya proses elektrolisis.

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3 Variabel dan Parameter Penelitian

3.3.1 Variabel Penelitian

Adapun variabel yang divariasikan dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

a. Suplay tegangan atau tegangan masukan dengan variasi 9 V, 11 V, 13 V,

14 V dan 15 V.

b. Penggunaan filter hidrogen berbahan zeolit dan tanpa penggunaan filter.

3.3.2 Parameter Penelitian

Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Konsentrasi hidrogen

2. Suhu dan kelembaban udara

3. Konsentrasi oksigen

4. Sifat penginderaan: respon, linieritas, performa, lemurnian, dan cross

sensitivity.

3.4 Diagram Alir Penelitan

Diagram Alir Pemanfaatan Sensor TGS 821 sebagai Pendeteksi Hidrogen

Hasil Elektrolisis Air (H2O) Secara Realtime dengan DAQ pada PC ditunjukkan

pada gambar 3.1 berikut :

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pemanfaatan Sensor TGS 821 Sebagai Pendeteksi Hidrogen
Hasil Elektrolisis Air (H2O) Secara Realtime Dengan DAQ
Pada PC

Studi Pustaka Eksperimen

1 Teknologi Sensor Pembuatan Rangkaian Elektronik


Akuisisi Data Sistem DAQ 1
berbasis Mikrokontroller
Hidrogen, Oksigen, dan ATMEGA 328
2 Kelembaban Udara
Pengujian Rangkaian Akuisisi
Data 2
Sensor Hidrogen, Oksigen dan
3
Kelembaban Udara Penyiapan Filter Hidrogen
(Zeolit) dan Sistem Elektrolisa
3
4 Mikrokontroller Arduino Uno Penghasil Hidrogen

5 Filter Hidrogen Pengujian Pendeteksian


4
Hidrogen pada Sistem
6 Elektrolisis Penghasil Hidrogen

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.4.1 Pembuatan Rangkaian Elektronik Akuisisi Data Sistem DAQ

Berbasis Mikrokontroller ATMEGA 328.

Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu proses pembuatan

rangkaian elektronik akuisisi data sistem DAQ berbasis Mikrokontroller

ATMEGA 328. Adapun diagram blok dari pembuatan rangkaian seperti pada

gambar 3.2 berikut :

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Supply

Sensor
TGS 821

ATMEGA
Sensor Display
328
SHT-11 PC

Sensor
KE-25

Gambar 3.2 Diagram Blok Rangkaian

Adapun fungsi tiap blok gambar di atas, yaitu sebagai berikut :

1. Blok ATMEGA 328 : Mengkonversi data dari sensor kePC

2. Blok Sensor TGS 821 : Sebagai35 input sensor untuk mendeteksi nilai
kandungan Hidrogen.

3. Blok Sensor SHT11 :Sebagai input sensor untuk mendeteksi


perubahan suhu.

4. Blok Sensor KE-25 : Sebagai input sensor untuk mendeteksi nilai


kandungan Oksigen.

5. Blok Display PC :Sebagai tampilan komunikasi serial ke


komputer.

6. Blok Supply : Sebagai penyedia sumber arus listrik ke system


dan sensor

3.4.1.1 Rangkaian Sensor Hidrogen TGS 821

Untuk rangkaian sensor Hidrogen TGS 821 yang terhubung ke

mikrokontroller dapat dilihat pada gambar 3.3. Dari gambar dapat terlihat bahwa

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pin output dari sensor hidrogen dihubungkan ke pin ADC1 mikrokontroller. VCC

pada sensor hidrogen TGS 821 dihubungkan ke sumber tegangan +5. Ground

sensor hidrogen TGS 821 dihubungkan ke ground sumber.

Gambar 3.3 Rangkaian Sensor Hidrogen TGS 821

3.4.1.2 Rangkaian Sensor Suhu SHT 11

Rangkaian Sensor suhu SHT11 yang terhubung ke mikrokontroller dapat

dilihat pada gambar 3.4. Dari gambar dapat terlihat bahwa pin Data sensor SHT

11 dihubungkan ke PC2 mikrokontroller ATMega 328 dan diberikan Resistor

Pull up sebagai penguat arus. Kemudian Pin SCK dari sensor SHT 11

dihubungkan ke PC 3 mikrokontroller ATMega 328. Pin VCC pada sensor SHT

11 dihubungkan ke sumber tegangan. Dan pin Ground sensor SHT 11

dihubungkan ke Ground sumber tegangan.

56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.4 Rangkaian Sensor Suhu SHT 11

3.4.1.3 Rangkaian Sensor Oksigen KE-25

Rangkaian Sensor Oksigen KE-25 yang terhubung ke mikrokontroller

dapat dilihat pada gambar 3.5. Dari gambar dapat terlihat bahwa pin Output

sensor oksigen KE-25 dihubungkan ke ADC 0. Ground pada sensor oksigen KE-

25 dihubungkan ke Ground sumber.

57

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.5 Rangkaian Sensor Oksigen KE-25

3.4.1.4 Rangkaian Mikrokontroller

Adapun gambar lengkap rangkaian apabila ketiga sensor yaitu sensor

Hidrogen TGS 821, sensor suhu SHT11 dan sensor Oksigen KE-25

disambungkan pada papan Mikrokontroller ATMega 328 dapat dilihat seperti

pada gambar 3.6 berikut.

58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 3.6 Rangkaian mikrokontroller ATMega 328

3.4.2 Pengujian Rangkaian Akuisisi Data

Pengujian rangkaian akuisisi data berbasis mikrokontroler dengan

tampilan PC, mikrokontroller yang menjadi tempat penyimpanan dan proses

eksekusi program yang ditanamkan PC yang menjadi interface antara PC dan

mikrokontroler, pada penelitian ini sensor yang digunakan adalah sensor gas,

sensor suhu dan kelembaban.Tegangan output yang dihasilkan tersebut tidak

langsung dapat diberikan ke mikrokontroller, agar mikrokontroller dapat

mengetahui gas, suhu dan kelembaban harus melalui sebuah rangkaian analog to

59

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


digital converter yang sudah built in di dalam mikrokontroller. Kemudian

tegangan output tersebut akan dikonversikan menjadi 8 bit data digital. Delapan

bit data digital tersebut yang berupa 8 bit binary kemudian akan diberikan ke

mikrokontroller. Mikrokontroller akan mengirimkan data gas, suhu dan

kelembaban secara serial kepada PC.

3.4.3 Penyiapan Filter Hidrogen Berbasis Zeolit Alam Pahae dan Sistem

Elektrolisa Penghasil Hidrogen.

Pada penelitian ini digunakan filter hidrogen berbahan dasar zeolit alam

Pahae. Zeolit alam pahae berasal dari daerah Desa Pahae, Tapanuli Utara,

Sumatera Utara. Bongkahan zeolite diperoleh kemudian diolah menjadi serbuk

dengan beberapa tahap yaitu penghalusan, pengayakan, dan aktivasi zeolit Pahae.

Penghalusan zeolit digunakan dengan menggunakan mortar atau lempung, lalu

zeolite diayak dengan menggunakan saringan berukuran 200 mesh. Diperoleh

serbuk zeolit Pahae dengan ukuran 200 mesh setelah proses pengayakan dan

penghalusan. Serbuk zeolit Pahae kemudian diaktivasi dengan menggunakan

larutan kimia asam sulfat (H2SO4). Dan dilakukan pengeringan terhadap serbuk

dengan suhu pembakaran 105oC, lalu serbuk tersebut dicetak dengan

menggunakan hot press maka dihasilkan filter hidrogen berbasis zeolit alam

Pahae.

Pada sistem elektrolisa penghasil hidrogen, filter hidogen berbasis zeolit

Pahae dimasukkan ke dalam chamber, lalu dihubungkan ke sistem sensor dengan

menggunakan selang. Selanjutnya sistem sensor tersebut dihubungkan ke aplikasi

PLX-DAQ Spread Sheet, sehingga hasil pendeteksian sensor dapat ditampilkan

60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melalui laptop (computer) atau LCD. Proses elektrolisis air diperoleh melalui

water electrolyzer dengan bantuan PSA (Power Supply Adaptor) yang diberi

tegangan. Kemudian tegangan diberikan pada water electrolysis sehingga larutan

aquades yang dimasukkan pada water electrolyzer akan berbentuk gelembung-

gelembung. Gelembung yang ada pada permukaan water electrolyzer

menghasilkan oksigen dan hidrogen akan diteruskan ke sistem kemudian dideteksi

menggunakan sistem sensor. Pada proses elektrolisis tidak hanya hidrogen dan

oksigen saja yang dihasilkan namun terdapat uap air ketika terjadi proses

elektrolisis, maka dari itu digunakan filter zeolit untuk menahan uap air yang

masuk sehingga diperoleh hidrogen murni pada proses elektrolisis.

3.4.4 Pengujian Pendeteksian Hidrogen pada Sistem Penghasil Hidrogen.

Pada sistem penghasil hidrogen terjadi proses elektrolisis air yang

diperoleh melalui water electrolyzer dengan bantuan PSA (Power Supply

Adaptor) yang memberikan tegangan. Kemudian tegangan diberikan pada water

electrolysis sehingga larutan aquades yang dimasukkan pada water electrolyzer

akan berbentuk gelembung-gelembung. Gelembung yang ada pada permukaan

water electrolyzer menghasilkan oksigen dan hidrogen akan diteruskan ke sistem

kemudian dideteksi menggunakan sistem sensor. Pada proses elektrolisis tidak

hanya hidrogen dan oksigen saja yang dihasilkan namun terdapat uap air ketika

terjadi proses elektrolisis, maka dari itu digunakan filter zeolit untuk menahan uap

air yang masuk sehingga diperoleh hidrogen murni pada proses elektrolisis.

Selanjutnya sistem sensor tersebut dihubungkan ke apliskasi PLX-DAQ Spread

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sheet, sehingga hasil pendeteksian sensor dapat ditampilkan melalui laptop

(computer).

Gambar 3.7 Skema Aplikasi Adsorpsi Filter Pemurnian Hidrogen

Keterangan :
1. Program PLX (tampilan pembacaan sensor).
2. Sensor Hidrogen
3. PSA
4. Filter pemurnian hidrogen
5. Elektroliser

62

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5 Flowchart

Mulai

Inisialisasi
Program

Elektrolisis

Sensor Sensor Sensor


mendeteksi mendeteksi mendeteksi
Hidrogen Oksigen Suhu

Mikrokontroller
mengambil data
dari sensor

Mengirim
Apakah data ke PC
ada Via
perubaha Komunikasi
n nilai? Ya Serial
(USARTH)

Tidak Selesai

63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah dilakukan pengujian untuk melakukan pemanfaatan sensor TGS 821

sebagai pendeteksi konsentrasi Hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisis

air (H2O) yang dilakukan secara real time. Pengujian yang dilakukan dibagi

kedalam dua bagian pengujian yaitu pengujian rangkaian sensor dan pengujian

sifat penginderaan sensor. Adapun hasil-hasil pengujian yang diperoleh dapat

dilihat pada hasil-hasil berikut.

4.1 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor

Pengujian rangkaian sensor dilakukan dalam tiga bagian yaitu pengujian

rangkaian sensor Hidrogen TGS821, Pengujian Rangkaian Sensor SHT 11 dan

Pengujian Rangkaian Sensor Oksigen KE-25. Hasil-hasil pengujian tersebut dapat

dilihat pada hasil-hasil berikut.

4.1.1 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Hidrogen TGS 821

Pengujian rangkaian sensor Hidrogen TGS 821 dilakukan pada saat proses

elektrolisis berlangsung. Pengujian dilakukan dengan cara menempatkan sensor

TGS 821 didalam ruangan penampung Hidrogen hasil dari proses elektrolisis.

Sensor TGS 821 akan mendeteksi Hidrogen yang keluar dari filter kemudian

masuk ke ruang penampung Hidrogen. Hasil pendeteksian selanjutnya akan

diinterface ke PC dalam bentuk dokumen excel dengan system akuisisi data

berbasis USB TTL. Berikut merupakan program Arduino IDE yang digunakan

dalam proses akuisi data dan sistem sensor pada penelitian ini.

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Program pembacaan sensor hidrogen
void setup() {
Serial.begin(9600);
}
void loop() {
int sensorHidrogen = analogRead(A0);
Serial.println(sensorHidrogen);
delay(1000);

Pada proses pengujian ini, data diakuisisi dengan rentang waktu 11 detik

yang dilakukan selama 4 jam. Pada proses elektrolisis pada penelitian ini,

digunakan tiga buah filter yaitu filter-1, filter-2 dan filter-3 sebagai sampel-1,

sampel-2 dan sampel-3 secara berturut-turut. Pengujian ini dilakukan sebanyak

tiga kali pengulangan pada setiap variasi tegangan yaitu 9 V, 11 V, 13 V, 14 V,

dan 15 V. Untuk memudahkan melakukan analisa hasil, hasil-hasil pengujian ini

dibuat kedalam bentuk kode pengujian yaitu HS-1, HS-2 dan HS-3 untuk hasil

pengujian pada sampel (filter) pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut.

Berikut merupakan hasil pengujian pembacaan sensor hidrogen pada setiap

sampel dan variasi tegangan yang dilakukan yang dapat dilihat pada tabel 4.1

berikut :

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Hidrogen TGS 821


65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.1.2 Pengujian Rangkaian Sensor SHT11

Pengujian rangkaian sensor SHT11 dilakukan dengan cara menguji

rangkaian sensor SHT11 yang telah dikonstruksi sebelumnya. Hasil pengujian

rangkaian sensor SHT11 dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor SHT11

Sensor yang sudah terhubung ke mikrokontroller akan mendeteksi

kelembaban dan temperatur dalam ruang sensor pada saat proses elektrolisis

berlangsung. Sensor SHT11 memberikan keluaran data kelembaban dan

temperatur pada pin data secara bergantian sesuai dengan clock yang diberikan

mikrokontroller agar sensor dapat bekerja. Sensor SHT 11 memiliki ADC di

dalamnya sehingga keluaran data sudah terkonversi dalam bentuk data digital dan

tidak memerlukan ADC eksternal dalam pengelolaan data mikrokontroller.

Berikut merupakan program Arduino IDE yang digunakan dalam

pembuatan sistem pembacaan sensor SHT11.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Program pembacaan sensor SHT11
#include <SHT1x.h>
#define dataPin 10
#define clockPin 11
SHT1x sht1x(dataPin, clockPin);
void setup()
{
Serial.begin(38400);
Serial.println("Starting up");
}
void loop()
{
float temp_c;
float humidity;
temp_c = sht1x.readTemperatureC();
humidity = sht1x.readHumidity();
Serial.print("Temperature: ");
Serial.print(temp_c, DEC);
Serial.print("C / ");
Serial.print(humidity);
Serial.println("%");
delay(1000);
}

4.1.3 Pengujian Rangkaian Sensor Oksigen KE-25

Pengujian rangkaian sensor Oksigen KE-25 dilakukan dengan cara

menguji rangkaian Oksigen KE-25 yang telah dikonstruksi sebelumnya. Hasil

pengujian rangkaian sensor Oksigen KE-25 dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut

67

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.3 Hasil Pengujian Rangkaian Sensor Oksigen KE-25

Berikut merupakan program Arduino IDE yang digunakan dalam

pembuatan sistem pembacaan sensor KE-25.

Program pembacaan sensor oksigen

void setup() {
Serial.begin(9600);
}
void loop() {
int sensorOksigen = analogRead(A1);
Serial.println(sensorOksigen);
delay(1000);

4. 2 Hasil Pengujian Sifat Penginderaan Sensor

Hasil pengujian sifat penginderaan sensor pada setiap variasi tegangan

menghasilkan lima bagian hasil pengujian yaitu hasil uji respon, linieritas, cross

sensitivity (selektivitas), performa, dan kemurnian Hidrogen.

4.2.1 Hasil Uji Respon Sensor TGS 821

Hasil uji respon sensor adalah dapat diartikan sebagai kemampuan sensor

untuk membedakan suatu materi atau isi yang dipaparkan kepadanya (Ikhsan
68

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


et.all. 2013). Pada hasil uji respon ini yaitu menunjukkan respon sensor TGS 821

dalam memberikan nilai keluaran terhadap konsentrasi hidrogen yang dihasilkan

melalui proses elektrolisis dan dialirkan ke ruang penampungan hidrogen. Pada

bagian ini, pengujian dilakukan dalam dua variasi kondisi yaitu kondisi

menggunakan filter zeolit dan kondisi tidak menggunakan filter.

4.2.1.1 Hasil Uji Respon Sensor TGS 821 Menggunakan Filter Zeolit

Berikut merupakan hasil uji respon sensor TGS 821 pada sistem

elektrolisis menggunakan filter zeolit.

450
400
350
hidrogen (ppm)

300
250
Filter 1-9V
200
Filter 2-9V
150
100 Filter 3-9V
50
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
waktu (s)

(a)
600

500
hidrogen (ppm)

400

300 Filter 1-11V

200 Filter 2-11V


Filter 3-11V
100

0
0 5000 10000 15000
waktu (s)

(b)

69

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


900
800
700
hidrogen (ppm) 600
500 Filter 1-13V
400 Filter 2-13V
300 Filter 3-13V
200
100
0
0 5000 10000 15000
waktu (s)

(c)
1200

1000
hidrogen (ppm)

800
Filter 1-14V
600
Filter 2-14V
400
Filter 3-14V
200

0
0 5000 10000 15000
waktu (s)

(d)

800 HS-1
700
Hidrogen (ppm)

HS-2
600 (e)
HS-3
500
400
Gambar
300 4.1 Nilai respon sensor TGS 821 menggunakan filter hidrogen pada sup
200 ply tegangan a) 9 V, b) 11 V, c) 13 V , d) 14 , e) 15 V
100
0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000
Waktu (s)

(e)

Gambar 4.4 Hasil Pengujian Respon Sensor TGS-821 pada Proses Elektrolisis
Menggunakan Filter dengan Variasi Tegangan Input (a) 9V, (b) 11V, (c) 13V (d)
14V, dan (e) 15V.

70

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.4 merupakan hasil pengujian respon sensor pendeteksi

konsentrasi hidrogen yang dirancang dalam penelitian ini terhadap konsentrasi

Hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisis menggunakan filter. Proses

elektrolisis sebagai penghasil Hidrogen dalam penelitian ini menggunakan tiga

buah filter yaitu filter-1, filter-2, dan Filter-3 dengan lima variasi tegangan input

yaitu 9V, 11V, 13V, 14V dan 15V secara berturut-turut.

Hasil pengujian respon yang diperoleh dan ditunjukkan pada gambar 4.4

kemudian lebih jelas ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Respon Sensor TGS-821 Terhadap Konsentrasi


Hidrogen yang dihubungkan dengan Variasi Tegangan Inputan Menggunakan
Filter Zeolit
Filter yang Tegangan Inputan yang digunakan

digunakan 9V 11V 13V 14V 15V

Filter 1 258,53 350,1 725,77 925,06 704,23

(ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)

Filter 2 409,34 502,25 863,12 964,11 655,76

(ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)

Filter 3 142,73 367,6 801,18 962,76 737,89

(ppm) (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)

Pada tabel 4.1 dapat dilihat hubungan antara tegangan inputan yang

digunakan dalam proses elektrolisis menggunakan filter terhadap konsentrasi

Hidrogen yang dihasilkan. Pada hasil ini, nilai kenaikan tegangan inputan yang

diberikan dalam proses elektrolisis berbanding lurus dengan konsentrasi Hidrogen

71

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang dihasilkan. Hal ini dapat dijelaskan karena semakin tinggi tegangan inputan

yang diberikan pada proses elektrolisis, maka pemecahan Oksigen dan Hidrogen

akan berlangsung dengan intensitas dan kecepatan pemecahan yang semakin

besar. Intensitas dan kecepatan pemecahan Oksigen dan Hidrogen yang semakin

besar mengakibatkan semakin tingginya Hidrogen yang dihasilkan. Hidrogen

yang dihasilkan ini kemudian dialirkan melewati filter kemudian masuk kedalam

ruang penampungan hidrogen yang sekaligus sebagai ruang pengujian. Akan

tetapi, pada hasil pengujian ini juga diperoleh hasil bahwa tegangan inputan yang

diberikan pada proses elektrolisis memiliki batas maksimum. Batas maksimum

yang dimaksud dalam hal ini adalah besar tegangan inputan tertinggi yang masih

dapat menghasilkan kenaikan konsentrasi Hidrogen yang linear pada proses

elektrolisis yang kemudian lebih lanjut disebut tegangan maksimum. Pada

penelitian ini, diperoleh tegangan masimum proses elektrolisis menggunakan

filter adalah 14V.

Tegangan inputan diatas tegangan maksimum kemudian disebut lebih

lanjut sebagai tegangan saturasi, dimana kenaikan tegangan yang diberikan

menghasilkan penurunan konsentrasi Hidrogen. Tegangan saturasi ini timbul

karena keterbatasan kapasitas filter dalam melewatkan hidrogen yang dihasilkan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang dilakukan

oleh Susilawati dkk, 2013. Filter berbahan zeolit murni yang digunakan dalam

penelitian ini memiliki kapasitas maksimum dalam melewatkan hidrogen karena

filter zeolit yang difabrikasi memiliki keterbatasan porositas. Porositas filter yang

merupakan pintu masuknya hidrogen akan mengalami penyempitan karena terjadi

penempelan uap air yang semangkin besar pada dinding filter dari sisa-sisa proses

72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


elektrolisis karena tegangan inputan proses yang sangat tinggi. Pada penelitian ini,

diperoleh tegangan saturasi proses elektrolisis menggunakan filter ini dimulai dari

tegangan sebesar 15V yang dapat dilihat terjadi penurunan Hidrogen dari 925,06

ppm menjadi 704,23 ppm pada filter-1, penurunan konsentrasi Hidrogen dari

964,11 ppm menjadi 655,76 ppm pada filter-2 dan penurunan konsentrasi

Hidrogen dari 962,76 ppm menjadi 737,89 ppm pada filter-3.

4.2.1.2 Hasil Uji Respon Sensor TGS 821 Tanpa Menggunakan Filter Zeolit

Berikut merupakan hasil uji respon sensor TGS 821 pada sistem

elektrolisis tanpa menggunakan filter.

1200
9V

1000 11 V
13 V
Hidrogen (ppm)

800 14 V
15 V
600

400

200

0
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
Waktu (s)

Gambar 4.5 Hasil Pengujian Respon Sensor TGS-821 pada Proses Elektrolisis
Tanpa Menggunakan Filter dengan variasi tegangan inputan 9V, 11V, 13V, 14V
dan 15V.

Gambar 4.5 merupakan hasil pengujian respon sensor pendeteksi

konsentrasi hidrogen yang dirancang dalam penelitian ini terhadap konsentrasi

Hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisis tanpa menggunakan filter

73

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan memvariasikan tegangan inputan sebanyak lima variasi tegangan yaitu

9V, 11V, 13V, 14V dan 15V.

Hasil pengujian respon yang diperoleh dan ditunjukkan pada gambar 4.5

kemudian lebih jelas ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Respon Sensor TGS-821 Terhadap Konsentrasi


Hidrogen yang dihubungkan dengan Variasi Tegangan Inputan Tanpa
Menggunakan Filter Zeolit
Tegangan Input Konsentrasi Hidrogen

(V) (ppm)

9 884,66

11 930,45

13 954,68

14 1003,16

15 1004,50

Pada tabel 4.2 dapat dilihat hubungan antara tegangan inputan yang

digunakan dalam proses elektrolisis tanpa menggunakan filter terhadap

konsentrasi Hidrogen yang dihasilkan. Pada hasil ini, nilai kenaikan tegangan

inputan yang diberikan dalam proses elektrolisis berbanding lurus dengan

konsentrasi Hidrogen yang dihasilkan. Hal ini dapat dijelaskan dengan penjelasan

yang sama pada hasil sebelumnya karena tegangan input yang semakin tinggi

akan meningkatkan intensitas dan kecepatan pemecahan Oksigen dan Hidrogen

74

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sehingga Hidrogen yang dihasilkan semakin besar. Dari data ini dapat dijelaskan

juga bahwa semakin tinggi supply tegangan yang diberikan maka semakin tinggi

juga nilai respon yang dihasilkan.

Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik (W) dapat

berubah menjadi energi kalor (Q) dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah

menjadi energi listrik. Sehingga antara kalor dan energi listrik berhubungan.

Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor (panas)

yang dihasilkan

W = Q

P.t = m.c.∆T

V.I.t = m.c.∆T

Yang berperan sebagai masukan adalah energy listrik W dan sebagai

keluarannya adalah energy kalor Q yang digunakan untuk menaikkan suhu air.

Jadi dalam hal ini semakin tinggi tegangan yang diberikan pada elektrolizer maka

kecendrungan suhu (temperatur) akan naik, kalau suhu naik maka akan terjadi

penguapan lalu uap air akan mengalir pada ruang pengujian sehingga uap air akan

meningkat pada ruang pengujian dan akan dideteksi oleh sensor. Apabila proses

elektrolisis menggunakan filter maka uap air tersebut akan tertahan oleh filter dan

yang dilewatkan adalah hidrogennya, bila tidak menggunakan filter maka uap air

bersama dengan hidrogennya akan dideteksi oleh sensor.

75

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berikut hubungan antara waktu dan suhu dengan tegangan inputan 9V,

11V, 13V, 14V, dan 15V untuk proses elektrolisis dengan menggunakan filter dan

tanpa menggunakan filter.

38.00
37.00
36.00
9V
suhu (0C)

35.00
11V
34.00
13V
33.00
32.00 14V

31.00 15V
0 5000 10000 15000 20000
waktu (s)

(a)
38.50
38.00
37.50
37.00 9V
suhu (0C)

36.50 11V
36.00 13V
35.50
14V
35.00
15V
34.50
0 5000 10000 15000 20000
waktu (s)

(b)
39.00
38.00
37.00
36.00 9V
suhu (0C)

35.00
11V
34.00
33.00 13V
32.00 14V
31.00 15V
30.00
0 5000 10000 15000 20000
waktu (s)

76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(c)
38.00
37.00
36.00
9V
suhu (0C) 35.00
11V
34.00
33.00 13V
32.00 14V
31.00
15V
30.00
0 5000 10000 15000 20000
waktu (s)

(d)
Gambar 4.6 Grafik hubungan antara waktu dan suhu pada proses
elektrolisis dengan tegangan inputan 9V, 11V, 13V, 14V, dan 15V menggunakan
filter untuk (a) sampel-1, (b) sampel-2, (c) sampel-3, dan (e) tanpa
menggunakan filter.

Perubahan temperatur system (T) pada selang waktu (t) tertentu

memberikan informasi terjadinya perubahan energi system, sedangkan tidak

terjadinya perubahan temperatur setelah selang waktu tertentu memberikan

informasi terjadinya transisi fasa komponen dalam sistem itu ( Isyana SYL, 2010).

Oleh karena itu dengan mengikuti terjadinya perubahan temperatur selama waktu

tertentu diharapkan memberikan suatu informasi kualitatif maupun kuantitatif

dalam suatu sel elektrolisis.

Berdasarkan data temperatur dengan menggunakan variasi tegangan

menunjukkan bahwa masing-masing system memiliki perilaku yang berbeda. Hal

ini dapat dipahami berdasarkan persamaan reaksi berikut:

2 H2O (l) → 4 H+ (aq) + O2(g) + 4 e

77

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, maka harga z (jumlah elektron

yang terlibat) untuk O2(g) adalah 4. Kuantitas materi yang terlibat dalam proses

elektrolisis sangat bergantung pada jumlah muatan listrik yang dialirkan, hal ini

sesuai dengan hukum Faraday. Bila materi berupa gas dan memenuhi gas ideal,

maka berdasarkan hukum Faraday volum teoretik dapat ditentukan dengan

persamaan (4.1).

Vteoretik = ………………………………..…….(4.1)

dengan R = 8,314 Joule / (mol Kelvin), i adalah arus listrik dalam ampere, T

adalah temperatur dalam Kelvin (273 + temperatur dalam Celsius), t = waktu

dalam sekon, F adalah bilangan Faraday (= 96500 Coulombs per mol), p

merupakan tekanan, kira-kira 1 x 105 Pascal (1 Pa = 1 Joule/meter2 ) dan z

merupakan jumlah elektron yang terlibat, misalnya z = 2 (untuk gas hidrogen, H2)

dan 4 (untuk gas oksigen). Berdasarkan Persamaan (4), untuk gas yang sama, jika

arus listrik dan tekanan tertentu maka volum gas yang dihasilkan dalam suatu sel

elektrolisis sangat bergantung pada temperatur dan waktu, sesuai dengan

Persamaan (4.2).

Vteoretik = ….......................……….(4.2)

dengan adalah tetapan. Bila Persamaan (4.2) diturunkan terhadap t pada

temperatur tetap akan diperoleh Persamaan (4.3)

( ) ……………………(4.3)

Bila Persamaan (4.2) diturunkan terhadap T pada waktu tertentu akan diperoleh

Persamaan (4.4)

78

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


( ) ……………………(4.4)

Bila Persamaan (4.3) dan (4.4) dikali silang akan diperoleh Persamaan (8).

( ) ( ) ……………………….(4.5)

Bila harga( ) dan ( ) merupakan tetapan, maka diferensial dari Persamaan

(8) akan diperolah Persamaan (4.6).

( )
………….…………………(4.6)
( )

Berdasarkan Persamaan (4.6) dapat dipahami manfaat grafik temperatur

terhadap waktu, yakni menunjukkan hubungan kuantitatif antara perubahan

temperatur dan waktu terhadap perubahan volum gas yang dihasilkan dalam sel

elektrolisis.

4. 2.2 Hasil Uji Linieritas Sensor

Linieritas sensor merupakan sifat penginderaan suatu bahan sensor yang

menunjukkan keberbandingan lurusan suatu nilai besaran fisis yang dideteksi

dengan sinyal keluaran bahan sensor. Linieritas pada umumnya dinyatakan

dengan koefisien regresi R2 yang menyatakan keberbanding lurusan antara

sumbu-x yang merupakan besaran fisis yang dideteksi dengan sumbu-y yang

merupakan sinyal keluaran dari bahan sensor (Ikhsan et all 2017).

Uji linieritas merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui

linieritas atau hubungan antara tegangan masukan yang diberikan terhadap

79

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


konsentrsi maksimum hidrogen yang dihasilkan. Uji yang dilakukan dengan

menggunakan filter hidrogen dan tanpa menggunakan filter hidrogen.

1000
R² = 0,783
Konsentrasi H2 (ppm)

800

600
konsentrasi H2(ppm)
400
Linear (konsentrasi
200 H2(ppm))

0
9 10 11 12 13 14 15
Vin (V)

(a)
1200

1000
Konsentrasi H2 (ppm)

R² = 0,547
800

600 konsentrasi H2(ppm)

400
Linear (konsentrasi
200 H2(ppm))

0
9 10 11 12 13 14 15 16
Vin (V)

(b)
1200

R² = 0,820
konsentrasi H2 (ppm)

1000
800
600 konsentrasi H2(ppm)

400
Linear (konsentrasi
200 H2(ppm))
0
9 10 11 12 13 14 15 16
Vin (V)

(c)

80

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.7 Grafik pengujian linieritas antara tegangan masukan yang diberikan
terhadap konsentrsi maksimum hidrogen yang dihasilkan untuk (a) Filter-1, (b)
Filter-2, dan (c) Filter-3

Dari gambar grafik 4.7 di atas dapat dilihat bahwa untuk Filter-1 (sampel-

1), Filter-2 (sampel-2), dan Filter-3 (sampel-3) diperoleh masing-masing nilai

linieritasnya sebesar R2 = 0,783; 0,547; dan 0,820. Nilai linieritas ini

menunujukkan bahwa tegangan masukan yang diberikan berbanding lurus dengan

pertambahan konsentrasi hidrogen. Akan tetapi hal ini hanya berlaku sampai

dengan tegangan 14 V, karena dari grafik terlihat bahwa pada saat tegangan 15 V

terjadi penurunan nilai konsentrasi hidrogen. Hal ini disebabkan oleh karena

terjadinya kejenuhan atau saturase pada filter. Terjadinya saturase ini dikarenakan

ada banyak penumpukan uap air pada filter, sehingga filter berkurang

kemampuannya untuk melewatkan gas hidrogen. Kondisi ini disebut telah terjadi

proses saturasi atau kejenuhan pada filter.

1020
1000
R² = 0,958
Konsentrasi H2 (ppm)

980
960
940 Konsentrasi H2 (ppm)

920
Linear (Konsentrasi H2
900 (ppm))

880
860
9 10 11 12 13 14 15 16
Vin (V)

Gambar 4.8 Grafik pengujian linieritas antara tegangan masukan yang diberikan
terhadap konsentrsi maksimum hidrogen yang dihasilkan tanpa menggunakan
filter.

81

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dari grafik gambar 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai linieritasnya

sebesar R2 = 0,958. Nilai linieritas ini menunujukkan bahwa tegangan masukan

yang diberikan berbanding lurus dengan pertambahan konsentrasi hidrogen.

4.2.3 Hasil Uji Performa Sensor

Pada hasil pengujian performa sistem sensor merupakan pengujian yang

dilakukan untuk mengetahui performa sistem sensor dalam hal kemampuan

melakukan pembacaan pada hal tertentu, dalam hal ini selektif terhadap gas

hidrogen. Uji dilakukan dengan menggunakan filter hidrogen dan tanpa

menggunakan filter hidrogen.

300 20
18
250
16
14
hidrogen (ppm)

200

oksigen (ppm)
12
150 10
8
100
6
4
50
2
0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)

hidrogen oksigen

(a)

82

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


400 20
18
16

hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)
300 14
12
200 10
8
100 6
4
2
0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)

hidrogen oksigen

(b)
1000 25

800 20
hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)
600 15

400 10

200 5

0 0
0 1 2 3 4 5
hidrogen oksigen waktu (jam)

(c)
1200 30

1000 25
hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)

800 20

600 15

400 10

200 5

0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen oksigen

(d)

83

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


800 25
700
20
600

hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)
500 15
400
300 10
200
5
100
0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen oksigen

(e)
Gambar 4.9 Grafik hubungan antara waktu terhadap konsentrasi hidrogen dan
konsentrasi oksigen untuk tegangan (a) 9 V, (b) 11 V, (c) 13 V, (d)14 V, dan (e)
15 V dengan menggunakan filter.

1000 30

800 25
hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)
20
600
15
400
10
200 5
0 0
0 1 2 3 4 5
hidrogen oksigen waktu (jam)

(a)
1200 30

1000 25
hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)

800 20

600 15

400 10

200 5

0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)

hidrogen oksigen

84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(b)
1200 30

1000 25

hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)
800 20

600 15

400 10

200 5

0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen oksigen

(c)
1200 30

1000 25
hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)
800 20

600 15

400 10

200 5

0 0
0 1 2 3 4 waktu (jam)
5
hidrogen oksigen

(d)

85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1200 35

1000 30
25
hidrogen (ppm)

oksigen (ppm)
800
20
600
15
400
10
200 5
0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)

hidrogen oksigen

(e)
Gambar 4.10 Grafik hubungan antara waktu terhadap konsentrasi hidrogen dan
konsentrasi oksigen untuk tegangan 9 V (a), 11 V (b), 13 V (c), 14 V (d), dan 15
V (e) tanpa menggunakan filter.

Dari grafik gambar 4.9 dan gambar 4.10 di atas dapat dilihat bahwa sistem

sensor dapat mendeteksi ataupun membedakan gas, baik gas hidrogen maupun gas

oksigen, yang ada dalam ruang pengujian baik yang menggunakan filter ataupun

tidak menggunakan filter. Ini menunjukkan bahwa sensor TGS 821 sensitif

terhadap gas hidrogen hasil dari proses elektrolisis.

4.2.4 Hasil Uji kemurnian Gas Hidrogen

Pengujian kemurnian gas hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisis

ini merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

kelembaban (uap air) dan hidrogen dalam ruang pengujian. Uji yang dilakukan

dengan menggunakan filter hidrogen dan tanpa menggunakan filter hidrogen.

86

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


300 47

250 46.5
46

hdrogen (ppm)
200
45.5

RH (%)
150
45
100
44.5
50 44
0 43.5
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen RH

(a)
400 40
350
39
300
hidrogen (ppm)

250 38

RH (%)
200
150 37
100
36
50
0 35
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen RH

(b)
900 48
800 47
700
46
hidrogen (ppm)

600
45
RH(%)

500
400 44
300
43
200
100 42
0 41
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen RH

(c)

87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1200 60
1000
55

hidrogen (ppm)
800

RH (%)
600 50
400
45
200
0 40
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen RH

(d)
800 49
700
48.5
600
hidrogen (ppm)

48
500

RH(%)
400 47.5
300
47
200
46.5
100
0 46
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen RH

(e)
Gambar 4.11 Grafik hubungan antara waktu terhadap konsentrasi hidrogen dan
RH (kelembaban) untuk tegangan (a) 9V, (b) 11 V, (c) 13 V, (d) 14 V, dan (e) 15
V dengan menggunakan filter.

Dari grafik gambar 4.11 di atas menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi

hidrogen dengan RH (kelembaban) berbanding terbalik, semakin naik konsentrasi

hidrogen maka RH (kelembaban) semakin turun, ini dikarenakan ada filter yang

menahan uap air dan hidrogen yang diteruskan ke ruang pengujian. Sehingga

dengan pertambahan waktu hidrogennya makin bertambah karena diteruskan

sedangkan uap airnya semakin menurun karena ditahan oleh filter.

88

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1000 50

800 40

hidrogen (ppm) 600 30

RH (%)
400 20

200 10

0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen RH

(a)

1200 50

1000 40
hidrogen (ppm)

800
30

RH (%)
600
20
400

200 10

0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen RH

(b)
1200 50

1000 40
hidrogen (ppm)

800
30
RH (%)

600
20
400

200 10

0 0
0 1 2 3 4 5
hidrogen RH waktu (jam)

(c)

89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1200 60

1000 50

hidrogen (ppm)
800 40

RH (%)
600 30

400 20

200 10

0 0
0 1 2 3 4 5
waktu (jam)
hidrogen RH

(d)
1200 60
1000 50
hidrogen (ppm)

800 40

RH (%)
600 30
400 20
200 10
0 0
0 1 2 3 4 5
hidrogen RH waktu (jam)

(e)
Gambar 4.12 Grafik hubungan antara waktu terhadap konsentrasi hidrogen dan
RH (kelembaban) untuk tegangan (a) 9 V, (b) 11 V, (c) 13 V, (d) 14 V, dan (e) 15
V tanpa menggunakan filter.

Dari grafik gambar 4.12 di atas menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi

hidrogen dengan RH (kelembaban) berbanding lurus, semakin naik konsentrasi

hidrogen maka RH (kelembaban) semakin naik juga, ini dikarenakan tidak

menggunakan filter, sehingga tidak ada yang menahan uap air dan pada akhirnya

hidrogen dan uap air diteruskan ke ruang pengujian. Sehingga dengan

pertambahan waktu hidrogen dan uap airnya semakin bertambah.

90

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian ini maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :

1. Pemanfaatan sensor TGS 821 sebagai pendeteksi Hidrogern yang dihasilkan

dari proses elektrolisis air (H2O) secara real time dapat melakukan akuisisi

data dengan baik, ini dapat dibuktikan dengan data yang terbaca pada

mikrokontroller dapat dikirim ke PC.

2. Semakin besar nilai tegangan yang diberikan, maka akan semakin besar pula

laju reaksi elektrolisis. Ini dikarenakan dengan besarnya nilai tegangan

dapat memperbesar arus yang dihantarkan oleh ion-ion bebas yang ada di

dalam larutan sehingga membuat laju reaksi semakin besar.

3. Hasil pengujian sifat penginderaan sensor pada alat deteksi kemurnian gas

Hidrogen berupa respon menunjukkan nilai kenaikan tegangan inputan yang

diberikan dalam proses elektrolisis berbanding lurus dengan konsentrasi

Hidrogen yang dihasilkan. Hal ini dapat dijelaskan karena semakin tinggi

tegangan inputan yang diberikan pada proses elektrolisis, maka pemecahan

Oksigen dan Hidrogen akan berlangsung dengan intensitas dan kecepatan

pemecahan yang semakin besar. Intensitas dan kecepatan pemecahan

Oksigen dan Hidrogen yang semakin besar mengakibatkan semakin

tingginya Hidrogen yang dihasilkan.

91

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Hasil pengujian sifat penginderaan sensor pada alat deteksi kemurnian gas

Hidrogen berupa linieritas menunjukkan bahwa tegangan masukan yang

diberikan berbanding lurus dengan pertambahan kensentrasi hydrogen.

5. Hasil pengujian sifat penginderaan sensor pada alat deteksi kemurnian gas

Hidrogen berupa performa menunjukkan bahwa system sensor mampu

melakukan pembacaan pada hal tertentu dalam hal ini selektif terhadap gas

hydrogen.

6. Hasil pengujian sifat penginderaan sensor pada alat deteksi kemurnian gas

Hidrogen berupa kemurnian gas menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi

hidrogen dengan RH (kelembaban) berbanding terbalik, semakin naik

konsentrasi hidrogen maka RH (kelembaban) semakin turun

5.2 Saran

Adapun saran dari penelitian ini sebagai acuan perkembangan riset

selanjutnya adalah :

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan sensor jenis lain

sebagai perbandingan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

2. Perlu dilakukan penelitian pemanfaatan bahan lain untuk dijadikan sebagai

filter sehingga menghasilkan hasil yang lebih baik.

3. Perlu dilakukan karakterisasi lanjutan untuk mengetahui lebih detail

mengenai studi ini.

92

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A. Hasibuan, Elin Yusibani, M. S. Surbakti (2017), “Perancangan Sensor


Gas Hidrogen Berbasis Metal Oxide Semikonduktor (MOS)”. Journal of
Aceh Physics Society (JAcPS), 2355-8229.

Atmonobudi Soebagio (2012), http://atmonobudi.wordpress.com. Diakses pada


tanggal 25 Februari 2018.

Ecadio, (2018), “Mengenal dan belajar arduino uno R3” http://www.Ecadio.com.


Diakses pada tanggal 25 Februari 2018.

Figaro Product Datasheet (2004), ” Datasheet TGS 821-Special Sensor for


Hydrogen Gas”,

Figaro Product Datasheet (2014), “ Datasheet GS Oxygen Sensors KE-Series”


Figaro USA, Inc.

http://eprints.akakom.ac.id/3905/3/3_133310002

https://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 2 Maret 2018).

Isyana SYL (2010) , “Perilaku Sel Elektrolisis Air Dengan Elektroda Staniless
Steel”, Prosiding Seminar Nasional 2010

Kothari.R, D.Buddhi, R.L.Sawhney (2005), “Studies On The Effect Of


Temperature Of The Electrolytes On The Rate Of Production Of
Hydrogen”, 10.1016/j.ijhydene.2004.03.030.

Musbikhin , (2014), “Pengenalan Sensor SHT11”, www.musbikhin.com. Diakses


tanggal 27 Februari 2018.

93

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nasution T I, Nainggolan I, Dalimunthe D, Nasution M B, Cuana R, Khanifah S,
2017, “Humadity Detection Using Chitosan Film Based sensor”,
Conference on Engineering, Science and Technology, Grang Aston City
Hall Medan, 7-8 September 2017, IOP Confrence Series.

S. Nanda,K.Li, N. Abatzoglou, A.K. Dalai, J.A. Kozinski (2017), “Advancements


and Confinements in Hydrogen Production Technologies” York University,
Toronto, ON, B978-0-08-101031-0.00011-9.

Salvatore Gianluca Leonardi, Anna Bonavita, Nicola Donato, Giovanni Neri


(2018), “Development of a hydrogen dual sensor for fuel cell applications”,
International Journal of Hydrogen Energy , 2018.02.019.

Sensirion The Sensor Company (2008), “Datasheet SHT1x (SHT10, SHT11,


SHT15) Humidity and Temperature Sensor”. http://www.sensirion.com.
Diakses pada tanggal 26 Februari 2018.

Suliyanto, Akhmad Saogi Latif (2008), “Pengujian Sistem Deteksi Gas


Hidrogen”, Urania Vol. 14 No. 2, April 2008 : 49 - 105 ISSN 0852-4777.

Widyanto Wibowo (2017), http://www.kompasiana.com/cakmat. Diakses pada


tanggal 25 Februari 2018.

94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


95

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


96

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


98

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


99

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


101

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


103

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


105

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


106

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


107

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


108

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


109

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


110

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Oven (Reccovery Filter) Sensor Proses Elektrolisis

Filter-3 Filter-2 Filter-1

111

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai