Anda di halaman 1dari 157

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Kimia Tesis Magister

2018

Studi terhadap Kinerja Grafit dan


Grafena sebagai Elektroda pada Sel
Baterai Primer

Sari, Dessy Ratna


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6386
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
STUDI TERHADAP KINERJA GRAFIT DAN GRAFENA
SEBAGAI ELEKTRODA PADA
SEL BATERAI PRIMER

TESIS

DESSY RATNA SARI


157006009

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


STUDI TERHADAP KINERJA GRAFIT DAN GRAFENA
SEBAGAI ELEKTRODA PADA
SEL BATERAI PRIMER

TESIS

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Magister Sains

DESSY RATNA SARI


157006009

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN ORISINALITAS

STUDI TERHADAP KINERJA GRAFIT DAN GRAFENA


SEBAGAI ELEKTRODA PADA
SEL BATERAI PRIMER

TESIS

Saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan
dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 5 April 2018

Dessy Ratna Sari


157006009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
dibawah ini

Nama : Dessy Ratna Sari


NIM : 157006009
Program Studi : Ilmu Kimia
Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive
Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

Studi terhadap Kinerja Grafit dan Grafena sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memformat, mengelola dalam bentuk data-base, merawat dan mempublikasikan tesis
saya tanpa meminta izin dari saya selama mencantumkan nama saya sebagai penulis
dan sebagai pemegang dan atau sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 5 April 2018

Dessy Ratna Sari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Telah diuji pada

Tanggal: 05 April 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Jamahir Gultom, Ph.D


Anggota : 1. Rikson Siburian, M.Si, Ph.D
2. Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phil
3. Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc
4. Dr. Amir Hamzah Siregar, M.Si

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


STUDI TERHADAP KINERJA GRAFIT DAN GRAFENA
SEBAGAI ELEKTRODA PADA
SEL BATERAI PRIMER

ABSTRAK

Sintesis grafena dengan grafit komersil telah berhasil dilakukan dengan Metode
Hummers. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakterisasi grafit dan grafena
dan kinerja dari grafit dan grafena yang digunakan sebagai elektroda pada sel baterai
primer. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah XRD, XRF dan
konduktometri. Analisis struktur pada grafit dengan XRD menghasilkan puncak
difraksi C(002) pada 2 = 26.369ᵒ dengan d-spacing 3.37721 Ǻ dengan hasil sintesis
grafena mengalami penurunan puncak difraksi pada 2 = 23.98ᵒ dengan d-spacing
3.707 Ǻ. Analisis unsur pada grafit dan grafena dengan XRF menghasilkan unsur
karbon dengan persentase yang paling besar bahkan setelah terdeposit dengan Mn
dan Cu. Analisis morfologi pada grafena dengan foto SEM menunjukkan pada
grafena terdapat ukuran pori yang semakin kecil dan permukaan yang berkerut.
Kinerja dari grafit dan grafena diukur dengan hasil uji konduktivitas grafena,
Mn/grafena dan Cu/grafena sebesar 939 µS cm-1 , 551,4 µS cm-1 dan 481,1 µS cm-1
masing-masing. Penelitian ini membuktikan bahwa grafit dan grafena berpotensi
digunakan sebagai elektroda pada sel baterai primer.

Kata kunci : Grafena,Grafit, Metode Hummers, Mn/grafena, Cu/grafena, XRD,


XRF, SEM, Konduktivitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


STUDY ON GRAPHITE AND GRAPHENE PERFORMANCE AS
ELECTRODES ON PRIMARY BATTERY CELLS

ABSTRACT

Graphene synthesis with commercial graphite has been successfully


performed with the Hummers Method. This study aims to determine the
characterization of graphite and graphene and the performance of graphite and
graphene used as electrodes in primary battery cells. The method used in this
research is XRD, XRF and conductivity. The structural analysis on graphite with
XRD resulted in the diffraction peak C (002) at 2 = 26.369ᵒ with d-spacing 3.37721
Ǻ with the result of graphene synthesis having decreased diffraction peak at 2 =
23.98ᵒ with d-spacing 3,707 Ǻ. The elemental analysis of graphite and graphene with
XRF gives the carbon element with the greatest percentage even after depositing
with Mn and Cu. Morphological analysis on Graphene with SEM image shows that
there is a smaller pore size and wrinkled surface. The performance of graphite and
graphene is measured by the results of conductivity test of Graphene, Mn/Graphene
and Cu/Graphene with 939 μS cm-1, 551.4 μS cm-1 and 481.1 μS cm-1 respectively.
This study proves that graphite and graphene are potentially used as electrodes in
primary battery cells.

Keywords: Graphene, Graphite, Hummers Method, Mn/Graphene and Cu/Graphene,


XRD, XRF, SEM, Conductivity

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Dessy Ratna Sari

Tempat,tanggal lahir : Medan, 09 Juli 1994

Alamat : Jalan Pendawa Desa Karang Rejo Pasar II Stabat

Telepon/Hp : 085297067224

Email : dessy.rs97@gmail.com

Nama Ayah : Armen

Nama Ibu : Hamidah, S.Pd

DATA PENDIDIKAN

SD : SD N 050666 Lubuk Dalam Tamat : 2005

SMP : SMP N 2 Binjai Tamat : 2008

SMA : SMA N 5 Binjai Tamat : 2011

Strata-1 : Pendidikan Kimia S-1


FMIPA Unimed Tamat : 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dan shalawat beserta
salam kepada Rasulullah SAW karena berkat rahmat dan Karunia-Nya lah sehingga
tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis dengan judul: Studi terhadap Kinerja Grafit dan Grafena sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Sains pada Program Pascasarjana Ilmu Kimia FMIPA USU.
Keberhasilan dari penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum atas
kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan Program Magister Sains.
2. Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara, Dr. Kerista Sebayang, MS, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis
untuk menjadi mahasiswa Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Jamahir Gultom, Ph.D dan Bapak Rikson Siburian, M.Si, Ph.D selaku
Komisi Pembimbing yang memberikan arahan kepada Penulis dengan penuh
hingga selesainya penelitian dan tesis ini.
4. Ketua Program Studi Magister Ilmu Kimia, Prof. Dr. Tamrin, M.Sc dan
Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Kimia Dr. Andriayani, MSi., serta
seluruh Staf Pengajar Program Studi Magister Imu Kimia Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan bantuan selama mengikuti
program pendidikan Magister Ilmu Kimia dan kak Lely selaku staf di
Pascasarjana Ilmu Kimia USU.
5. Orang tua penulis, Bapak Armen dan Ibu Hamidah, yang telah membesarkan
dengan penuh kasih sayang, mendidik, memberikan segalanya dan mendoakan
dalam keadaan apapun untuk Penulis, adik-adikku tersayang Dimas Agung
Prasetya dan Dennis Ade Firmansyah, dan Mas Thyyo Siddiq Rahmana yang
memberikan motivasi dan doa kepada Penulis untuk berjuang menyelesaikan
pendidikan Magister Ilmu Kimia di Sekolah Pascasarjana F-MIPA USU.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Rekan-Rekan Mahasiswa Magister Ilmu Kimia Sekolah Pascasarjana F-MIPA
USU Stambuk 2015 A I Putu Mahendra S.Si, Rini Hardiati S.Si, Rica Fitriani
S,Si Stambuk 2015 B : Marisi Naibaho S.Si, Reh Malem S.Si, Suci Aisyah
Amaturrahim S.Si, Wisda Utami S.PdI, Muhammad Furqan S.PdI, stambuk 2016
A : Dewi Ratih S.Si, Vinny Dwi Kartika S.Pd, Fatimah Khaerani S.Pd, Ahmad
Budiman S.Pd, Jhon Patar S.Pd, Rolly S.Pd yang 2 tahun sama-sama berjuang
dalam menyelesaikan perkuliahan, penelitian dan penulisan tesis di Program
Studi Magister Ilmu Kimia Sekolah Pascasarjana F-MIPA USU.
7. Asisten di Laboratorium Analitik Kristina dan asisten di Laboratorium Terpadu
Darman. Saya sangat berterimakasih atas semua bantuan dan dukungannya dalam
menyelesaikan penelitian tesis ini. Semoga kita semua menjadi orang-orang yang
sukses dan berguna bagi bangsa dan negara.
8. Tim PT Lab Sistematika Indonesia Jakarta Timur : Bang Lutfi dan Bapak Ponidi
yang telah banyak membantu Penulis dalam pengujian sampel.
Penulis berharap dan berdoa kepada Allah SWT agar dapat membalas segala
kebaikan yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis. Amin Ya Rabbal alamiinn.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu
pengetahuan di masa yang akan datang.

Medan, 24 Januari 2018

Dessy Ratna Sari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN TESIS i
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
RIWAYAT HIDUP v
PRAKATA vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xviii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Pembatasan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 5
1.6 Lokasi Penelitian 5
1.7 Metodologi Penelitian 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Baterai 7
2.1.1 Jenis Baterai 9
2.1.2 Komponen Sel Baterai Primer 10
2.1.3 Prinsip Kerja Baterai 11
2.2 Grafit 12
2.3 Grafena Oksida 12
2.4 Grafena 13
2.5 Mangan 15
2.6 Tembaga 16
2.7 Amonia 16
2.8 Difraksi Sinar X (XRD) 17
2.9 Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X (XRF) 18
2.10 Scanning Electron Microscopy (SEM) 18
2.11 Konduktometer 19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Alat 20
3.2 Bahan 20
3.3 Prosedur Penelitian 20
3.3.1 Sintesis Grafena Oksida 20
3.3.2 Sintesis Grafena 21
3.3.3 Pembuatan Material sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 21
3.3.3.1 Pembuatan Grafit/Grafena sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer 21
3.3.3.2 Pembuatan Mangan/Grafit sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer 21
3.3.3.3 Pembuatan Mangan/Grafena sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer 22
3.3.3.4 Pembuatan Tembaga/Grafit sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer 22
3.3.3.5 Pembuatan Tembaga/Grafena sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer 23
3.3.4 Pengujian Konduktivitas 23
3.3.4.1 Pengujian Konduktivitas pada Katoda
Baterai Komersil 23
3.3.4.2 Pengujian Konduktivitas pada Grafit 23
3.3.4.3 Pengujian Konduktivitas pada Grafena 24
3.3.4.4 Pengujian Konduktivitas pada Grafit/
Grafena 24
3.3.4.5 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/
Grafit 24
3.3.4.6 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/
Grafena 24
3.3.4.7 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/
Grafit 24
3.3.4.8 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/
Grafena 25
3.4 Parameter yang Diamati 25
3.4.1 Analisis Struktur dengan XRD 25
3.4.2 Analisis Unsur dengan XRF 25
3.4.3 Analisis Morfologi denga SEM 25
3.4.4 Analisis Konduktivitas 26
3.5 Bagan Penelitian 26
3.5.1 Sintesis Grafena Oksida 26
3.5.2 Sintesis Grafena 27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.3 Pembuatan Grafit/Grafena dengan Variasi
Perbandingan 0,1:0,1 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 27
3.5.4 Pembuatan Grafit/Grafena dengan Variasi
Perbandingan 0,3:0,7 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 28
3.5.5 Pembuatan Mangan/Grafit dengan Variasi
Perbandingan 0,1:0,1 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 28
3.5.6 Pembuatan Mangan/Grafit dengan Variasi
Perbandingan 0,3:0,7 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 29
3.5.7 Pembuatan Mangan/Grafena dengan Variasi
Perbandingan 0,1:0,1 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 29
3.5.8 Pembuatan Mangan/Grafena dengan Variasi
Perbandingan 0,3:0,7 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 30
3.5.9 Pembuatan Tembaga/Grafit dengan Variasi
Perbandingan 0,1:0,1 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 30
3.5.10 Pembuatan Tembaga/Grafit dengan Variasi
Perbandingan 0,3:0,7 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 31
3.5.11 Pembuatan Tembaga/Grafena dengan Variasi
Perbandingan 0,1:0,1 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 31
3.5.12 Pembuatan Tembaga/Grafena dengan Variasi
Perbandingan 0,3:0,7 sebagai Elektroda
pada Sel Baterai Primer 32
3.5.13 Pengujian Konduktivitas pada Katoda Baterai
Komersil 32
3.5.14 Pengujian Konduktivitas pada Grafit 33
3.5.15 Pengujian Konduktivitas pada Grafena 33
3.5.16 Pengujian Konduktivitas pada Grafit/Grafena
dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 33
3.5.17 Pengujian Konduktivitas pada Grafit/Grafena
dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 34
3.5.18 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafit
dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 34
3.5.19 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafit
dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.20 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafena
dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 35
3.5.21 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafena
dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 35
3.5.22 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafit
dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 35
3.5.23 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafit
dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 36
3.5.24 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafena
dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 36
3.5.25 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafena
dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 36

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Sintesis Grafena 37
4.2 Reaksi Grafena 38
4.3 Pembuatan Elektroda pada Sel Baterai Primer 38
4.4 Analisis Struktur dengan XRD 39
4.4.1 Analisis Struktur Grafena dengan XRD 39
4.4.2 Analisis Struktur Grafit/Grafena dengan XRD 40
4.4.3 Analisis Struktur Mangan/Grafit dengan XRD 41
4.4.4 Analisis Struktur Mangan/Grafena dengan
XRD 42
4.4.5 Analisis Struktur Tembaga/Grafit dengan
XRD 43
4.4.6 Analisis Struktur Tembaga/Grafena dengan
XRD 44
4.5 Analisis Unsur dengan XRF 45
4.5.1 Analisis Unsur Grafena dengan XRF 45
4.5.2 Analisis Unsur Perbandingan Grafit/Grafena
dengan XRF 46
4.5.3 Analisis Unsur Perbandingan Mangan/Grafit
dengan XRF 47
4.5.4 Analisis Unsur Perbandingan Mangan/Grafena
dengan XRF 47
4.5.5 Analisis Unsur Perbandingan Tembaga/Grafit
dengan XRF 48
4.5.6 Analisis Unsur Perbandingan Tembaga/Grafena
dengan XRF 49
4.6 Analisis Morfologi dengan SEM 49
4.6.1 Analisis Morfologi Grafena dengan SEM 49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.6.2 Analisis Morfologi Perbandingan Grafit/
Grafena dengan SEM 51
4.6.3 Analisis Morfologi Perbandingan Mangan/
Grafit dengan SEM 53
4.6.4 Analisis Morfologi Perbandingan Mangan/
Grafena dengan SEM 55
4.6.5 Analisis Morfologi Perbandingan Tembaga/
Grafit dengan SEM 57
4.6.6 Analisis Morfologi Perbandingan Tembaga/
Grafena dengan SEM 59
4.7 Analisis Konduktivitas dengan Konduktometer 60

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 63
5.2 Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN 72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel

2.1 Pemberlakuan Baterai Standar Nasional Indonesia 8


4.1 Analisis konduktivitas katoda baterai komersil, grafit
dan grafena serta dengan variasi perbandingan 0,1:0,1
dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena, Mn/grafit, Mn/grafena,
Cu/grafit dan Cu/grafena 61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar

2.1 Sel Baterai Kering 8


2.2 Struktur grafit (a) α-grafit Bentuk Heksagonal dan
(b) β-grafit Bentuk Rombohedral 12
2.3 Struktur grafena oksida dengan gugus fungsional
A: Gugus Epoksi,B: Gugus Hidroksil, C: Gugus
Karboksil 13
2.4 Grafena dapat Dibungkus Menghasilkan
(a) 0D Buckyballs, Digulung (b) 1D Nanotube,
dan (b) Ditumpuk 3D Grafit 14
4.1 Pola Difraksi dari Grafit dan Grafena 40
4.2 Pola Difraksi Grafit/Grafena 41
4.3 Pola Difraksi Mangan/Grafit 42
4.4 Pola Difraksi Mangan/Grafena 43
4.5 Pola Difraksi Tembaga/Grafit 44
4.6 Pola Difraksi Tembaga/Grafena 45
4.7 Grafik Analisis Unsur Grafena 46
4.8 Grafik Analisis Unsur Grafit/Grafena 46
4.9 Grafik Analisis Unsur Mangan/Grafit 47
4.10 Grafik Analisis Unsur Mangan/Grafena 48
4.11 Grafik Analisis Unsur Tembaga/Grafit 48
4.12 Grafik Analisis Unsur Tembaga/Grafena 49
4.13 Foto SEM (hasil penelitian) pada grafena dengan
perbesaran (A) 200 kali; (B) 500 kali; (C) 2000 kali;
(D) 5000 kali 50
4.14 Foto SEM pada grafit/grafena dengan perbandingan I
(0,1:0,1) A) 1000 kali; (B) 2000 kali; (C) 5000 kali; dan
II (0,3:0,7) dengan perbesaran (A) 196 kali; (B) 500 kali;
(C) 1000 kali; (D) 2000 kali 52
4.15 Foto SEM pada mangan/grafit dengan perbandingan I
(0,1:0,1) dan II (0,3:0,7) dengan perbesaran (A) 197 kali;
(B) 503 kali; (C) 1000 kali; (D) 2000 kali 54
4.16 Foto SEM pada mangan/grafena dengan perbandingan I
(0,1:0,1) dengan perbesaran (A) 2000 kali; (B) 1000 kali;
(C) 5000 kali dan II (0,3:0,7) dengan perbesaran (A) 502
kali; (B) 978 kali; (C) 2000 kali 56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.17 Foto SEM pada tembaga/grafit dengan perbandingan I
(0,1:0,1) dengan perbesaran (A) 196 kali; (B) 996 kali;
(C) 2000 kali dan II (0,3:0,7) dengan perbesaran (A) 201
kali; (B) 505 kali; (C) 1000 kali 58
4.18 Foto SEM pada tembaga/grafena dengan perbandingan I
(0,1:0,1) dengan perbesaran (A) 200 kali; (B) 506 kali;
(C) 1100 kali dan II (0,3:0,7) dengan perbesaran
(A) 500 kali; (B) 991 kali; (C) 2000 kali 60

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran

1 Difraktogram pada Grafena 72


2 Difraktogram pada Grafit 73
3 Difraktogram pada Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 74
4 Difraktogram pada Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 75
5 Difraktogram pada Mangan/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 76
6 Difraktogram pada Mangan/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 77
7 Difraktogram pada Mangan/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 78
8 Difraktogram pada Mangan/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 79
9 Difraktogram pada Tembaga/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 80
10 Difraktogram pada Tembaga/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 81
11 Difraktogram pada Tembaga/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 82
12 Difraktogram pada Tembaga/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 83
13 Analisis Unsur Grafena dengan XRF 84
14 Analisis Unsur Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1
dengan XRF 85
15 Analisis Unsur Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7
dengan XRF 86
16 Analisis Unsur Mn/Grafit Perbandingan 0,1:0,1
dengan XRF 87
17 Analisis Unsur Mn/Grafit Perbandingan 0,3:0,7
dengan XRF 88
18 Analisis Unsur Mn/Grafena Perbandingan 0,1:0,1
dengan XRF 89
19 Analisis Unsur Mn/Grafena Perbandingan 0,3:0,7
dengan XRF 90
20 Analisis Unsur Cu/Grafit Perbandingan 0,1:0,1
dengan XRF 91
21 Analisis Unsur Cu/Grafit Perbandingan 0,3:0,7
dengan XRF 92
22 Analisis Unsur Cu/Grafena Perbandingan 0,1:0,1
dengan XRF 93
23 Analisis Unsur Cu/Grafena Perbandingan 0,3:0,7
dengan XRF 94
24 Foto SEM Grafena 95
25 Foto SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 97

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26 Foto SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 99
27 Foto SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 101
28 Foto SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 103
29 Foto SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 105
30 Foto SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 107
31 Foto SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 109
32 Foto SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 111
33 Foto SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 113
34 Foto SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 115
35 Konduktivitas Katoda Baterai Primer 117
36 Konduktivitas Grafit 118
37 Konduktivitas Grafena 119
38 Konduktivitas Grafit/Grafena (0,1:0,1) 120
39 Konduktivitas Grafit/Grafena (0,3:0,7) 121
40 Konduktivitas Mangan/Grafit (0,1:0,1) 122
41 Konduktivitas Mangan/Grafit (0,3:0,7) 123
42 Konduktivitas Mangan/Grafena (0,1:0,1) 124
43 Konduktivitas Mangan/Grafena (0,3:0,7) 125
44 Konduktivitas Tembaga/Grafit (0,1:0,1) 126
45 Konduktivitas Tembaga /Grafit (0,3:0,7) 127
46 Konduktivitas Tembaga /Grafena (0,1:0,1) 128
47 Konduktivitas Tembaga /Grafena (0,3:0,7) 129
48 Sintesis Grafena 130

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR SINGKATAN

GO = Grafena Oksida
rGO = reduksi Grafena Oksida
XRD = X-Ray Diffraction
XRF = X-Ray Flouresence
SEM = Scanning Electron Microscope

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Baterai merupakan perangkat elektronik yang dapat mengkonversi energi


kimia sehingga mengahasilkan energi listrik. Baterai merupakan sumber energi yang
praktis sebagai pencatu daya (power supply) yang dapat digunakan pada alat-alat
elektronik yang dibutuhkan dalam aktivitas manusia.

Di Indonesia salah satu industri elektronika potensial dan berkembang pesat


adalah industri baterai. PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia, kapasitas produksi
baterai kering berbasis mangan setiap tahun meningkat menjadi dua juta unit setiap
tahun, sehingga setiap tahun pemakaian baterai akan meningkat lebih dari dua juta
unit bila digabungkan dengan perusahaan-perusahaan yang lainnya dari tahun ke
tahun (Kusyuniarti dan Hadi, 2011).

Pada dasarnya berdasarkan reaksi kimia, baterai terbagi atas dua jenis yaitu
baterai primer (single use battery) dan baterai sekunder (rechargeable battery)
(Jubile, 2010). Baterai primer lebih banyak digunakan dalam kehidupan manusia,
misalnya pada perangkat elektronik yang kebutuhan dayanya rendah karena
penyusun komponen baterai primer yang sederhana. Komponen utama pada baterai
primer adalah batang karbon sebagai katoda (kutub positif baterai), seng (Zn) sebagai
anoda (kutub negatif baterai) dan pasta campuran MnO2, serbuk karbon dan NH4Cl
sebagai elektrolit (penghantar) (Djuniardi, et al., 2011)

Kualitas dan biaya produksi baterai ditentukan oleh material penyusunnya,


sehingga baterai primer relatif lebih terjangkau. Adapun kelemahan baterai primer
hanya dapat sekali pakai dan tidak dapat diisi ulang sehingga menyebabkan masalah
lingkungan akibat banyaknya limbah baterai. Oleh karena itu dibutuhkan suatu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


alternatif material baru yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi baterai primer
yang memiliki daya tahan lebih lama, umur pakai yang lama, produksi dalam jumlah
banyak dengan harga yang terjangkau dan tidak menghasilkan limbah yang
berbahaya. Pada penggunaan dan produksi baterai harus memenuhi syarat baku mutu
yang sesuai dengan peraturan Menteri Perindustrian No.82/M-IND/PER/12/2016
tentang perberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) baterai primer secara wajib.

Grafena merupakan satu lapis material transparan yang terbuat dari grafit
berbentuk karbon, plat lapis tipis dengan ikatan sp2 yang disusun secara heksagonal
(Lammert, Rozo dan Whittier, 2009). Sejak dilaporkan pada 2004, grafena telah
menarik minat besar karena sifat elektron, termal, dan mekanik yang unik yang
timbul dari struktur dua dimensi dan bagaimana aplikasi teknis potensinya (Fan, et
al., 2008).

Grafena memiliki beberapa keunggulan sebagai material karbon, diantaranya


sifat elektronik yang unik, sifat termal yang superior, luas permukaan sentuhan yang
besar, ketahanan secara mekanik, konduktivitas yang tinggi, bahan terkuat di dunia,
superkonduktor serta dapat diaplikasikan untuk sel bahan bakar dan kapasitor (Geim
dan Novoselov, 2007). Grafena yang sifat fisiknya dapat diatur dari logam sampai
ke semikonduktor mempunyai hari depan yang baik untuk industri elektronika,
pesawat terbang, dan industri otomotif, sebab mudah diproses untuk menghasilkan
produk yang berkualitas dibanding tabung karbon dengan ukuran nano, sehingga
dengan sifat grafena yang seperti itu maka (Zhu, et al., 2010) dapat memanfaatkan
grafena sebagai bahan penyusun elektroda pada baterai Lithium ion dengan
perpaduan mangan atau tembaga sehingga baterai bisa bertahan sedikit lebih lama
dibandingkan dengan baterai primer konvensional.

Mangan digunakan sebagai bahan pembuatan baterai sel-kering. Hal ini


karena mangan memiliki sifat yang cukup elektropositif dan daya hantar listrik yang
tinggi (El Hazek, et al., 2006) sehingga dapat digunakan sebagai material elektroda
dengan paduan grafit serta senyawa mangan dan grafena telah digunakan oleh
(Wang, et al., 2011), dan sebagai bahan katoda pada elektroda baterai primer dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


nilai voltase Mn/grafena sebesar 0,457 V lebih tinggi dari Mn/grafit (0,240 V), grafit
(0,013 V) dan grafena (0,230 V) (Koanak, 2015). Pada penelitian sebelumnya telah
diukur konduktivitas pada Mn/grafena memiliki daya hantar listrik sebesar 579,5 µS
cm-1 (Lodo, 2016).

Tembaga merupakan materi semikonduktor terkenal tipe-p, yang telah


digunakan untuk gas-sensor, konversi energi surya, dan bahan baterai, dengan energi
yang rendah dan aktivitas katalitik yang tinggi, serta sifat tidak beracun dan harga
yang terjangkau (Chang, et al., 2005) namun mudah mengalami penumbukan
elektroda dan kehilangan kontak interpartikel sehingga dibutuhkan matriks untuk
elektroda tembaga yaitu grafena yang telah dilakukan oleh (Rai, et al., 2013).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian


dengan mengembangkan bahan-bahan kompenen penyusun dalam pembuatan sel
katoda baterai primer dengan judul “Studi terhadap Kinerja Grafit dan Grafena
sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer“ .

1.2. Rumusan Masalah

Grafena adalah substrat yang sangat baik untuk memuat nanomaterial untuk
aplikasi energi karena luas permukaan yang besar, konduktivitas yang sangat baik,
kekuatan mekanik, stabilitas kimia dan ringan. Grafena yang memiliki keunggulan
unik tersebut tidak terdapat di alam, sehingga perlu disintesis dari grafit yang
memiliki jumlah yang melimpah di alam. Metode yang terkenal dalam pembuatan
grafena yakni metode pemecahan yang meliputi metode mekanik dan kimia. Dengan
potensi grafena yang besar maka perlu melakukan penelitian dengan membuat
perbandingan grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit dan
tembaga/grafena. Langkah awal yang dilakukan peneliti yakni mensintesis grafit
menjadi grafena yang akan dilanjutkan dengan aplikasi ke dalam elektroda sel
baterai primer. Adapun masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik grafit dan grafena sebagai elektroda pada sel baterai
primer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Bagaimana kinerja grafit dan grafena sebagai elektroda pada sel baterai
primer.
1.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Pembuatan grafena menggunakan bahan baku grafit melalui dua tahap yaitu
mensintesis grafit menjadi grafena oksida. Tahap selanjutnya grafena oksida
disintesis menjadi grafena.
2. Sintesis grafena oksida menggunakan bahan baku berupa grafit komersil,
NaNO3, H2SO4, KMnO4, H2O2, MnSO4, CuSO4 dan Etanol.
3. Sintesis grafena menggunakan hasil sintesis oksida grafena dengan
menambahkan reduktor Amonia (NH3) .
4. Komposisi pembuatan material elektroda sel baterai primer menggunakan
perbandingan material masing-masing grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit, dan tembaga/grafena berturut-turut sebagai
berikut 0,1:0,1 dan 0,3:0,7.
5. Pengujian karakterisasi material elektroda sel baterai primer yaitu
grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit, dan
tembaga/grafena dilakukan dengan alat X-Ray Difraction (XRD), X-Ray
Fluoroscence (XRF) dan Scanning Electron Microscopy (SEM).
6. Analisis konduktivitas material elektroda sel baterai primer yaitu katoda
baterai komersil, grafit komersil, grafena, grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit, dan tembaga/grafena dilakukan dengan alat
Konduktometer.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:


1. Mengetahui hasil karakterisasi kinerja grafit dan grafena sebagai elektroda
pada sel baterai primer.
2. Mengetahui hasil kinerja grafit dan grafena sebagai elektroda pada sel baterai
primer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang
positif terhadap perkembangan baterai primer diantaranya :

1. Memberikan informasi tentang potensi dan karakteristik dari grafit dan


grafena yang dapat digunakan sebagai elektroda pada sel baterai primer.
2. Sebagai sarana bagi peneliti untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan labotorium tentang penggunaan grafit dan grafena pada sel
baterai primer.

1.6. Lokasi Penelitian

Adapun tempat yang menjadi lokasi penelitian ini yaitu:

1. Sintesis grafena dan ultrasonikasi dilakukan di Laboratorium Analitik FMIPA


USU .
2. Sentrifugasi dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika FMIPA USU.
3. Analisis struktur grafena dan grafit dengan XRD dilakukan di Laboratorium
Fisikia FMIPA UNIMED.
4. Analisis struktur dengan XRD, analisis unsur dengan XRF dan analisis
morfologi dengan Scanning Electron Microscope (SEM) dilakukan di
Laboratorium PT. Lab Sistematika Indonesia, Jakarta Timur.
5. Analisis konduktivitas menggunakan alat konduktometer dilakukan di
Laboratorium Terpadu USU.

1.7. Metodologi Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium, yang meliputi beberapa tahapan


penelitian yang dilakukan dalam studi terhadap kinerja grafit dan grafena sebagai
elektroda pada sel baterai primer. Adapun langkah – langkah analisisnya adalah
sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Sintesis grafena
2. Karakterisasi grafit dan grafena dengan XRD, XRF dan SEM
3. Pembuatan material sebagai elektroda pada sel baterai primer dengan
perbandingan variasi 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena.
4. Karakterisasi sampel dengan perbandingan variasi 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada
grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit dan
tembaga/grafena dengan XRD, XRF dan SEM.
5. Pengujian konduktivitas pada katoda baterai komersil, grafit, grafena, dan
perbandingan variasi 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena dengan konduktometer.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


 Variabel bebas yaitu perbandingan pembuatan material sebagai elektroda
pada sel baterai primer dengan variasi 0,1:0,1 dan 0,3:0,7.
 Variabel tetap yaitu Volume (mL), Suhu ( C ), Waktu (hari), putaran (rpm),
dan frekuensi (Hz).
 Variabel terikat yaitu karakterisasi yang dilakukan meliputi analisis struktur,
analisis unsur, analisis morfologi dan analisis konduktivitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baterai

Energi listrik memainkan peran penting dalam kehidupan kita sehari-hari.


Secara universal energi listrik diterapkan dan mudah dikonversi menjadi cahaya,
panas atau energi mekanik. Bagaimanapun energi listrik hampir tidak dapat
disimpan. Kapasitor memungkinkan langsung penyimpanan, tetapi jumlah kecil,
dibandingkan dengan permintaan yang besar untuk aplikasi. Secara umum,
penyimpanan energi listrik memerlukan konversi untuk menjadi energi lain. Dalam
baterai energi dari senyawa kimia bertindak sebagai media penyimpanan, dan selama
pengisian ulang, proses kimia terjadi yang menghasilkan energi yang dapat ditarik
dari baterai dalam bentuk arus listrik pada tegangan tertentu (Kiehne, 2003)
Baterai adalah perangkat yang mengubah energi kimia yang terkandung
dalam bahan aktif langsung menjadi energi listrik melalui reaksi elektrokimia
reduksi-oksidasi (redoks) reaksi. Dalam reaksi redoks nonelektrokimia, seperti
pengkaratan atau pembakaran, transfer elektron terjadi secara langsung dan hanya
panas yang terlibat. Baterai elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi
energi listrik seperti pembakaran atau panas mesin, keterbatasan siklus Carnot yang
ditentukan oleh hukum kedua termodinamika. Oleh karena itu, baterai mampu
memiliki efisiensi konversi energi yang lebih tinggi (Linden dan Reddy, 2002).
Keunggulan dari baterai sebagai sumber energi listrik adalah praktis
penggunaanya. Baterai terdiri dari tiga komponen penting seperti pada Gambar 2.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.1 Sel baterai kering (Waskito, 2013)
Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No.82/M-IND/PER/12/2016
pasal 2 Ayat 1 yakni bahwa peraturan Menteri tentang pemberlakuan baterai harus
sesuai dengan SNI 04-2051.1-2004 dan SNI 04-2051.2-2004.
Tabel 2.1 Pemberlakuan Baterai Standar Nasional Indonesia (Anonim, 2009)
Pos Tarif/Harmonized
Jenis Produk Nomor SNI
Sistem
Baterai Primer SNI 04-2051.1-2004 HS 8506.10.10.00: Baterai primer
Mangan dioksida: Mempunyai volume
Bagian 1: bagian luar tidak melebihi 300 cm3;
Umum HS 8506.10.90.00: Baterai primer
Mangan dioksida: Lain-lain;
HS 8506.50.00.00: Lithium;
HS 8506.80.10.00: Seng Karbon:
Baterai Primer SNI 04-2051.2-2004 Mempunyai volume bagian luar tidak
Bagian 2: melebihi 300 cm3;
Spesifikasi HS 8506.80.20.00: Seng Karbon:
Fisik dan Mempunyai volume bagian luar
Listrik melebihi 300 cm3

Di Indonesia sebagian besar industri baterai mangan, masih dikuasai oleh


merek-merek asing seperti ABC (PT. International Chemical Industri), Panasonic
(PT. Panasonic Gobel Battery Indonesia), Energizer, Eveready (PT. Everbright
Battery Factory) dan Duracell (PT. Dos ni Roha). Penggunaan baterai mangan terus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berkembang diiringi dengan meningkatnya jumlah penjualan baterai mangan setiap
tahunnya. Hal tersebut dikarenakan semakin banyaknya perangkat elektronik
portabel yang memerlukan sumber energi dari baterai. Selain itu, karena umur
produk yang cenderung pendek membuat baterai mangan menjadi produk
menguntungkan dengan frekuensi pembelian berulangnya cukup tinggi (Anonim,
2008).

2.1.1 Jenis Baterai

Dalam kehidupan sehari-hari baterai yang sering digunakan terdiri dari dua
jenis berdasarkan kemampuannya untuk dikosongkan (discharged) dan diisi ulang
(recharged) yaitu baterai primer dan baterai sekunder (Buchman, 2001).

A. Baterai Primer
Baterai primer merupakan baterai sekali pakai atau baterai yang sifatnya
tidak dapat diisi ulang menggunakan arus listrik (full discharged) Ada beberapa
macam baterai primer yang sering digunakan oleh masyarakat (Buchman, 2001).
a. Zinc Chloride dan Carbon Zinc. Umumnya baterai ini memiliki daya 1,5 volt dan
kapasitas 500 - 1.000 mAh.
b. Lithium. Baterai lithium dengan daya 1,7 volt dan kapasitas energi tergolong
tinggi (AA : 2.100 mAh), sekali pakai dan waktu pakainya lebih lama dari baterai
Alkalin namun bersifat racun.
c. Oxyride. Baterai ini adalah baterai sekali pakai dengan daya 1,7 volt dan tidak
beracun, daya simpan lama atau laju pengatusannya lambat.
d. Alkaline. Baterai dengan daya 1,5 volt dan kapasitas energinya tinggi (AA :
2.400 mAh) meskipun masih di bawah baterai Oxyride, daya simpan mencapai 5
(lima) tahun, tidak bersifat racun, harganya lebih murah dan biasanya digunakan
untuk pemakaian rumah tangga.

B. Baterai Sekunder
Baterai sekunder merupakan baterai yang dapat diisi ulang (rechargeable)
dengan metode atau alat tertentu. Jenis baterai ini dapat diisi ulang karena reaksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kimia yang dimilikinya dapat balik. Kemampuan diisi ulang baterai sekunder
bervariasi antara 100-500 kali (satu siklus adalah satu kali pengisian dan
pengosongan). Jenis-jenis baterai sekunder adalah sebagai berikut (Jubile, 2010)
yaitu:
a. Lead Acid and Gell Cells. Lead acid berbentuk cairan sedangkan baterai yang
tidak cair membentuk gel. Baterai asam timbal biasanya digunakan untuk mobil
yang bertenaga sangat besar.
b. Nikel Cadmium. Baterai jenis ini hanya mampu memberikan kapasitas listik yang
terbatas dengan tipe AA memiliki kapasitas 650 hingga 1000 mAH.
c. Nickel-Metal Hydrid. Jenis baterai ini memiliki kapasitas penyimpanan sebesar
1350 hingga 2500 mAH. Baterai jenis ini sudah banyak dipergunakan dan cocok
untuk berbagai peralatan elektronik seperti laptop.
d. Litium ion. Baterai ini memiliki kelebihan dibandingkan baterai NiMH maupun
NiCd, yaitu memiliki kapasitas daya yang sangat besar serta bobot yang sangat
ringan dan ukurannya yang kecil, sehingga dapat dibuat untuk produk elekteronik
seperti ponsel
e. Litium Polymer. Baterai ini adalah generasi terbaru dari baterai isi ulang yang
memiliki keunggulan yaitu ramah terhadap lingkungan, namun dengan
kemampuan lainnya yang sama persis dengan baterai Li-ion.
f. DMFC. Baterai ini merupakan baterai yang materialnya menggunakan sel bahan
bakar berupa cairan dimana komposisinya bahan bakar hidrogen dengan
campuran oksigen untuk memproduksi daya elektrik, panas dan cair.

2.1.2 Komponen Sel Baterai Primer

A. Anoda
Anoda (elektroda negatif) yang memiliki peran sebagai elektroda pereduksi
dan memberikan elektron yang dimilikinya sehingga mengalami oksidasi selama
proses berlangsung. Anoda terbuat dari material yang memiliki elektron valensi yang
sangat sedikit. Sebagai contoh logam yang berperan sebagai anoda atau elektroda
negatif adalah seng (Zn) (Tribowo, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. Katoda
Katoda (elektroda positif) sebagai elektroda pengoksidasi. Katoda dirancang
agar dapat menangkap elektron dan tereduksi selama proses berlangsung. Pada
umumnya katoda terbuat dari material dengan elektron valensi yang hampir penuh
seperti mangan (Mn) (Tribowo, 2011).

C. Elektrolit
Elektrolit berperan sebagai media transfer antara katoda dan anoda. Pada
baterai elektrolit berupa bubuk kering atau pasta. Pada saat elektron melewati sirkuit
eksternal, material elektroda di bagian dalam sel berubah menjadi ion - ion untuk
bisa mempertahankan aliran proses, sehingga ion-ion tersebut harus melewati
elektrolit yang berupa asam, basa atau garam. Elektrolit yang digunakan dalam sel
harus mempunyai konduktivitas yang baik dan tidak bereaksi dengan komponen lain
dalam baterai atau bersifat inert (Tribowo, 2011).

2.1.3 Prinsip Kerja Baterai


A. Proses Discharge
Proses discharge sel baterai dihubungkan dengan beban sehingga elektron
mengalir dari anoda melalui beban ke katoda, dan ion-ion negatif mengalir ke anoda
kemudian ion-ion positif mengalir ke katoda. Arus listrik dapat mengalir akibat
adanya elektron yang bergerak dari elektroda sel melalui reaksi ion antara molekul
elektrolit sehingga memberikan jalan untuk mengalirnya elektron (Tribowo, 2011).

B. Proses Pengisian
Proses pengisian baterai sel dihubungkan dengan power supply maka
elektroda yang positif menjadi anoda kemudian elektroda yang negatif menjadi
katoda. Hal ini disebabkan karena aliran elektron menjadi terbalik yaitu mengalirnya
dari anoda melalui power supply ke katoda sehingga proses tersebut merupakan
proses reaksi kimia (Tribowo, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2 Grafit

Grafit adalah alotrop karbon yang dapat menghantarkan arus listrik dan panas
dengan baik. Sifat inilah grafit biasanya dimanfaatkan sebagai elektroda pada sel
elektrolisis. (Rahmandari dan Ansori, 2010). Sifat daya hantar listrik yang dimiliki
grafit dipengaruhi oleh elektron-elektron yang tidak digunakan dalam pembentukan
ikatan kovalen. Elektron-elektron ini tersebar merata pada setiap atom C karena
terjadi tumpang tindih orbital pada ikatan logam yang membentuk awan atau lautan
elektron. Oleh sebab itu ketika diberi beda potensial, elektron - elektron yang
terdelokalisasi sebagian besar akan mengalir menuju anoda (kutub positif), aliran
elektron inilah yang menyebabkan arus listrik dapat mengalir. Struktur grafit dapat
dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Struktur grafit (a) α-grafit bentuk heksagonal dan (b) β-grafit
bentuk rombohedral (Lerf et al, 1998)

2.3 Grafena Oksida

Grafena Oksida merupakan senyawa campuran karbon, hidrogen, dan


oksigen yang diperoleh melalui proses oksidasi yang kuat dari grafit dan memiliki
struktur satu lapis seperti grafena (Gambar 2.3). Posisi atom karbon dalam grafena
oksida dan atom oksigen memperluas jarak antar lapisan dan membuat lapisan atom
yang tebal serta bersifat hidrofilik. Oksidasi lapisan ini dapat berinteraksi dengan air
dibawah perlakuan ultrasonifikasi (Novoselov et al., 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.3 Struktur Grafena Oksida dengan Gugus Fungsional. A: Gugus
Epoksi, B: Gugus Hidroksil, C: Gugus Karboksil. (Lerf et al., 1998).

Grafena oksida dapat tereduksi menjadi grafena dengan pemindahan atau


penghilangan gugus oksigen sehingga diperoleh kembali struktur grafena melalui
penghubungan struktur. Reduksi lapisan grafena oksida mempertimbangkan metode
kimia untuk memperoleh grafena (Hirata et al, 2004). Target dari reduksi ini adalah
menghasilkan material grafena yang hampir serupa dengan grafena murni yang
diperoleh melalui metode pengelupasan mekanik langsung (Scotch Tape) dari grafit,
baik kesamaan struktur dan sifatnya (Pei et al, 2010).

2.4 Grafena

Grafena merupakan senyawa karbon sp2 yang berbentuk plat tipis tunggal dan
mempunyai struktur dua dimensi kerangka struktur heksagonal dengan panjang
ikatan 1.42 Å dapat berinteraksi dengan nanopartikel katalis (Meyer, et al., 2010)
serta dikemas rapat dalam bentuk kisi kristal seperti sarang lebah (Choi, et al., 2011).
Grafena ini dapat diatur sifat daya hantar listriknya menjadi bahan konduktor,
isolator, dan semikonduktor, dengan cara menjatuhkan atom ke dalam struktur
grafena tersebut, dimana grafena ini memiliki daya adsorpsi terhadap beberapa
unsur. Seperti terlihat pada gambar 2.4 (Geim dan Novoselov, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


a b c
Gambar 2.4 Grafena dapat Dibungkus Menghasilkan (A) 0D Buckyballs,
Digulung (B) 1D Nanotube, dan (C) Ditumpuk 3D Grafit
(Geim dan Novoselov, 2007)

Struktur plat dari grafena menyebabkan grafena memiliki luas permukaan


sentuh yang luas yang memungkinkan katalis nanopartikel dapat terdeposit (Sharma
dan Pollet, 2012). Berdasarkan struktur plat yang dimiliki oleh grafena membuat
grafena banyak dimanfaatkan sebagai pengganti tembaga untuk menghantarkan arus
listrik, bahan dasar pembuatan kapasitor dan merupakan bahan yang kuat
dibandingkan dengan baja. Grafena banyak dimanfaatkan karena grafena memiliki
keunggulan seperti memiliki sifat daya hantar listrik yang baik, mobilitas elektron
yang cepat, dan sebagai katalis yang sangat baik, luas permukaan sentuhan yang
besar, dan sebagai transparansi optik yang besar.
Metode yang telah dikembangkan untuk membuat grafena dibagi dua, yaitu
pengelupasan (exfoliation) grafit menjadi lapisan-lapisan grafena (top down) dan
penumbuhan grafena secara langsung dari atom-atom karbon (bottom up), dan
penumbuhan dengan Chemical Vapor Deposition (CVD) pada logam (Novoselov et
al, 2004) . Metode lain untuk memperoleh grafit dengan pelarutan atau dispersi
dalam cairan. Cara yang digunakan adalah pelarutan dalam larutan surfaktan SDBS
(Sodium Dodecyl benzene Sulfonate) (Zhu, et al, 2010). Grafena berhasil
ditumbuhkan dari silikon karbida (SiC) dimana substrat SiC dipoles sampai rata lalu
dipanaskan dalam Ultra High Vacuum, 10-10 torr sehingga atom-atom Si menyublim
(Kaner dan Li, 2008). Penumbuhan grafena dengan CVD telah dilakukan pada
substrat logam seperti Ni dan Cu karena dapat dikikis sehingga grafena yang
dihasilkan tidak terikat pada substrat logam. Grafena dapat ditumbuhkan pada Ni

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang mencapai lebar beberapa sentimeter yang seluruhnya bersambungan
(Rahmandari et al, 2010). Jika menggunakan substrat Cu, dihasilkan grafena yang
jumlah lapisannya lebih sedikit dan sebagian besar merupakan lapisan tunggal (Li, et
al, 2011).
Sifat-sifat yang dimiliki grafena yaitu ukurannya yang tipis dan kemampuan
transport elektron maka grafena cocok untuk dibuat menjadi alat kapasitor dan
transistor. Kapasitor dari grafena memiliki keunggulan berupa perbandingan luas
permukaan terhadap massa yang besar, sehingga menghasilkan nilai kapasitansi per-
satuan massa mencapai 205 F/gram dan rapat energi 28,5 Wh/kg. Dihubungkan
dengan kecepatan mengalirkan muatan listrik, kapasitor grafena mencapai nilai rapat
daya 10 kW/kg (Wang, et al, 2011)

2.5 Mangan

Mangan termasuk golongan transisi dan cukup elektropositif serta mudah


larut dalam asam oksidator. Mangan memiliki daya hantar listrik yang tinggi (El
Hazek et al, 2006). Bijih mangan yang paling utama adalah pirolusit (MnO 2).
Penelitian mangan oksida yang sangat ekstensif sebagai material elektroda pada
superkapasitor elektrokimia (ES) (Wei et al, 2007), hazardous waste remediation
dan rechargeable battery tecnology telah dilakukan (Zhanqiang, 2004). Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam laptop, cellular phone,
kamera digital dan electric whicle, permintaan dalam penggunaan baterai sekunder
Li-ion mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena litium mangan oksida
memiliki karakteristik profil dengan tegangan (volltage) yang sangat bagus, harga
relatif murah dan aman bagi lingkungan dibandingkan dengan penggunaan baterai
LiCoO2 dan LiNiO2 (Eriksson dan Marca, 2013) sehingga sangat banyak digunakan
sebagai katoda pada material baterai sekunder Li-ion (Zanqiang et al, 2004). Potensi
cadangan mangan di Indonesia cukup besar, misalnya terdapat di Pulau Sumatera,
Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua (Seo, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.6 Tembaga

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia
melebur pada 1038oC. Karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34V untuk
pasangan Cu/Cu2+), tembaga tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut sedikit.
Ada dua deret senyawa tembaga. Senyawa-senyawa tembaga(I) diturunkan
dari senyawa tembaga (I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah, dan mengandung ion
tembaga(I), Cu+. Senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I)
tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku senyawa perak (I). Senyawa tembaga
(I) mudah dioksidasikan menjadi senyawa tembaga (II), yang dapat diturunkan dari
tembaga (II) oksida, CuO, hitam. Garam-garam tembaga(II) umumnya berwarna
biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam larutan air. Warna ini benar-
benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat(II) [Cu(H2O)4]2+ saja. Garam-garam
tembaga (II) anhidrat, seperti tembaga (II) sulfat anhidrat CuSO 4, berwarna putih
(atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu terdapat ion kompleks tetraakuo
(Vogel, 1990).

2.7 Amonia (NH3)

Ammonia (NH3) adalah gas yang berbau tajam, tidak berwarna, dan memiliki
titik didih -330 oC. Bau yang tajam dari amonia dapat dideteksi pada konsentrasi
yang rendah 1-5 ppm (Brigden dan Stringer, 2000). Amonia (NH3) merupakan salah
satu zat pereduksi yang bereaksi dengan air secara reversibel menghasilkan ion
amonium (NH4+) dan ion hidroksida (OH-) menurut persamaan reaksi berikut :

NH3 + H2O ↔ NH4+ + OH- (2.1)

Sifat racun amonia terhadap manusia jika jumlah yang masuk tubuh melebihi
jumlah yang dapat didetoksifikasi oleh tubuh. Pada dosis lebih dari 100 mg/kg setiap
hari (33,7 mg ion amonium per kg berat badan per hari) dapat mempengaruhi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


metabolisme dengan mengubah kesetimbangan asam-basa dalam tubuh, mengganggu
toleransi terhadap glukosa dan mengurangi kepekaan jaringan terhadap insulin
(Fawel et al., 1996). Sebagian besar produksi amonia dipergunakan oleh industri
pupuk. Amonia diubah menjadi pupuk padat (urea, amonium nitrat, amonium pospat
dan amonium sulfat), hanya sebagian kecil yang dipergunakan dalam industri kimia
yang lain. Setiap atom nitrogen yang diproduksi dalam industri senyawa kimia secara
langsung maupun tidak langsung berasal dari amonia.

2.8 Difraksi Sinar-X (XRD)

XRD dapat memberikan data kualitatif dan semi kuantitatif pada padatan atau
sampel sehingga XRD digunakan untuk mengukur jarak rata-rata antara lapisan atau
baris atom, menentukan kristal tunggal, menentukan struktur kristal dari material
yang tidak diketahui serta mengukur bentuk, ukuran, dan tegangan dari kristal kecil
(Smallman, 1991)
Prinsip dasar dari XRD adalah hamburan elektron yang mengenai permukaan
kristal. Bila sinar dilewatkan ke permukaan kristal, sebagian sinar tersebut akan
terhamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan ke lapisan berikutnya. Sinar yang
dihamburkan akan berinterferensi secara konstruktif (menguatkan) dan destruktif
(melemahkan). Hamburan sinar yang berinterferensi inilah yang digunakan untuk
analisis.
2 d sin θ = n λ (2.2)
dimana : d = jarak antar bidang dalam kristal
θ = sudut deviasi
n = orde (0,1,2,3,…..)
λ = panjang gelombang
Berdasarkan persamaan Bragg diatas, jika seberkas sinar-X di jatuhkan pada
sampel kristal, maka bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki
panjang gelombang sama dengan jarak antar kisi dalam kristal tersebut. Sinar yang
dibiaskan akan ditangkap oleh detektor kemudian diterjemahkan sebagai sebuah
puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kuat intensitas pembiasan yang dihasilkannya. Tiap puncak yang muncul pada pola
XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu
tiga dimensi. Puncak-puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian
dicocokkan dengan standar difraksi sinar-X untuk hampir semua jenis material.
(Grant dan Suryanayana, 1998).

2.9 Spektroskopi Fluoresensi Sinar-X (XRF)

XRF digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan konsentrasi yang


ada pada padatan, bubuk ataupun sampel cair dengan mengukur intensitas
karakteristik emisi dengan metode berdasarkan pada deteksi radiasi sinar X yang
diemisikan dari sampel yang sedang dianalisis (John et al., 2001).
Prinsip kerja spektroskopi XRF yaitu pada sinar X akan mengeluarkan
elektron yang terdapat pada kulit bagian paling dalam (contoh kulit K) pada suatu
atom menyebabkan kekosongan elektron pada bagian ini. Sehingga elektron pada
kulit yang lebih luar ( kulit L, M, N) akan mengisi kekosongan elektron pada kulit
bagian dalam, disertai pelepasan energi foton atau memancarkan sinar X dari sampel
yang akan dikirim ke detektor, yang didinginkan baik secara elektrik atau dengan
cairan nitrogen. Sinyal dari detektor akan diproses dan dikirim ke komputer
kemudian akan ditampilkan dalam bentuk spektrum (Girard, 2010).

2.10 Scanning Electron Microscopy (SEM)

Scanning Electron Microscopy (SEM) merupakan sejenis mikroskop yang


menggunakan elektron sebagai pengganti cahaya untuk melihat benda dengan
resolusi tinggi. SEM digunakan untuk mengamati morfologi dari suatu bahan.
Analisis SEM bermanfaat untuk mengetahui mikrostruktur (termasuk porositas dan
bentuk retakan) benda padat. Elektron berinteraksi dengan atom-atom yang membuat
sampel menghasilkan sinyal yang memberi informasi mengenai permukaan topografi
sampel, komposisi dan sifat-sifat lainnya seperti konduktivitas listrik.
Sinyal yang dihasilkan oleh SEM yaitu elektron sekunder, sinar-X
karakteristik dan cahaya. Sinyal datang dari hamburan elektron dari permukaan unsur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan berinteraksi dengan sampel atau didekat permukaan. SEM dapat menghasilkan
gambar dengan resolusi tinggi dari suatu permukaan sampel, menampakkan secara
lengkap dengan ukuran sekitar 1-5 nm serta SEM memiliki sebuah lebar fokus yang
besar yaitu 25-250.000 kali pembesaran. Prinsip kerja SEM sama dengan mikroskop
biasa karena berfungsi sebagai alat pembesar benda yang ukurannya terlalu kecil
untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Gambar yang dihasilkan terdiri dari
ribuan titik berbagai intensitas di permukaan Cathode Ray Tube (CRT) sebagai
topografi Gambar. (Kroschwitz, 1990).

2.11 Konduktometer

Konduktometer memiliki kegunaan untuk mengukur daya hantar listrik suatu


larutan akibat gerakan partikel dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit
dalam air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan. Prinsip kerja dari
konduktometer adalah bagian sel konduktor atau yang di celupkan dalam larutan
akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor,
lalu hasilnya akan diproses dan dilanjutkan pada outputnya berupa angka.

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan


konsentrasi jika suatu partikel berada di lingkungan yang suhunya semakin
meningkat maka secara tidak langsung partikel tersebut mendapat tambahan energi
dari luar sehingga membuat energi kinetik dari partikel semakin tinggi atau gerakan
molekul semakin cepat ( Anam, 2010)
Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya
hantar listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu
larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus
dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua
elektroda (l).
G = l/R = k (A / l) (2.3)
dimana
k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm-1 cm-1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Alat
Peralatan yang digunakan untuk melakukan reaksi dan analisis produk terdiri
dari alat gelas seperti, Gelas Erlenmeyer, Gelas Beaker, Gelas Ukur, Corong Kaca,
Timbangan Analitik, Termometer, Pengaduk Magnet, Ice Waterbath, Ultrasonifikasi,
Sentrifugator, Oven, Kertas Saring Whatman dan alat lainnya seperti seperangkat alat
XRD, seperangkat alat XRD, seperangkat alat SEM, dan seperangkat alat uji
Konduktometer.

3.2 Bahan
Bahan dasar dari penelitian adalah grafit komersil. Bahan kimia yang
digunakan adalah Kalium Permanganat, Natrium Nitrat, Asam Sulfat Pekat,
Hidrogen Peroksida, Asam Sulfat, Amonia, Mangan (II) Sulfat, Tembaga (II) Sulfat,
Etanol dan Aquadest yang semuanya adalah bahan berkualitas p.a.

3.3. Prosedur Penelitian


3.3.1. Sintesis Grafena Oksida

Sintesis grafena oksida dilakukan dengan metode Hummer dengan


menggunakan bubuk grafit komersil sebanyak 5 gram yang dimasukan ke dalam
gelas beaker, kemudian ditambahkan 5 gram NaNO3 dan 375 mL H2SO4(l) 96% dan
diaduk selama 5 jam. Proses pencampuran dilakukan didalam ice waterbath untuk
menjaga temperatur di bawah 25oC kemudian ditambahkan secara bertahap 25 gram

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KMnO4 dan diaduk selama 5 hari pada suhu 35oC. Setelah diaduk, ditambahkan 500
mL H2SO4 5% dan 25 mL H2O2 30% ke dalam larutan tersebut dan diaduk selama 1
jam. Selanjutnya larutan disentrifugasi pada kecepatan 3000 RPM (Rotor Per
Minute) selama 100 menit untuk memisahkan filtrat dan endapan. Setelah itu
ditambahkan aquades 120 mL ke dalam larutan yang bertujuan untuk menghilangkan
zat pengoksidasi. Larutan tersebut lalu dipindahkan ke dalam gelas kimia dan
selanjutnya ditambahkan 500 mL aquadest kemudian diultrasonikasi pada
gelombang 50/60 Hz selama selama 5 jam, lalu dibiarkan dingin dan dihasilkan
larutan grafena oksida.

3.3.2. Sintesis Grafena


Pada tahap sintesis grafena, larutan grafena oksida yang telah dihasilkan
ditambahkan 50 mL reduktor Amonia (NH3) 10 M selanjutnya diaduk selama 48
jam. Larutan tersebut disaring dan dikeringkan pada suhu 80ºC selama 24 jam dan
telah dihasilkan grafena yang selanjutnya dikarakterisasi dengan XRD, XRF, SEM
dan Uji Konduktivitas.

3.3.3. Pembuatan Material sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer


Proses pembuatan elektroda pada sel baterai primer dilakukan pada grafena
dan berbagai variasi perbandingan yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena,
mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena.

3.3.3.1. Pembuatan Grafit/Grafena sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer


Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram grafit
dan 0,1 gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL
etanol dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan grafit dan
larutan grafena dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas
saring dan dikeringkan. Pada variasi perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang
0,3 gram grafit dan 0,7 gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan
sebanyak 50 mL etanol dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan
grafit dan larutan grafena dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kertas saring dan dikeringkan. Hasil grafit/grafena pada variasi perbandingan 0,1:0,1
dan 0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan XRF.

3.3.3.2. Pembuatan Mangan/Grafit sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer


Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram MnSO4
dan 0,1 gram grafit, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol
dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan mangan dan larutan
grafit dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan
dikeringkan. Pada variasi perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang 0,3 gram
MnSO4 dan 0,7 gram grafit, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL
etanol dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan mangan dan
larutan grafit dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas
saring dan dikeringkan. Hasil mangan/grafit pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan
0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan XRF.

3.3.3.3. Pembuatan Mangan/Grafena sebagai Elektroda pada Sel Baterai


Primer
Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram MnSO4
dan 0,1 gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL
etanol dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan mangan dan
larutan grafena dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas
saring dan dikeringkan. Pada variasi perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang
0,3 gram MnSO4 dan 0,7 gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan
sebanyak 50 mL etanol dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan
mangan dan larutan grafena dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring
dengan kertas saring dan dikeringkan. Hasil mangan/grafena pada variasi
perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan
XRF.

3.3.3.4.Pembuatan Tembaga/Grafit sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer


Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram CuSO4
dan 0,1 gram grafit, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL etanol

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan tembaga dan larutan
grafit dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas saring dan
dikeringkan. Pada variasi perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang 0,3 gram
CuSO4 dan 0,7 gram grafit, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL
etanol dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan tembaga dan
larutan grafit dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas
saring dan dikeringkan. Hasil tembaga/grafit pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan
0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan XRF.

3.3.3.5.Pembuatan Tembaga/Grafena sebagai Elektroda pada Sel Baterai


Primer
Pada variasi perbandingan 0,1:0,1 yaitu dengan menimbang 0,1 gram CuSO4
dan 0,1 gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan sebanyak 50 mL
etanol dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan tembaga dan
larutan grafena dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring dengan kertas
saring dan dikeringkan. Pada variasi perbandingan 0,3:0,7 yaitu dengan menimbang
0,3 gram CuSO4 dan 0,7 gram grafena, kemudian masing-masing ditambahkan
sebanyak 50 mL etanol dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya mencampurkan larutan
tembaga dan larutan grafena dan diaduk kembali selama 2 jam. Larutan disaring
dengan kertas saring dan dikeringkan. Hasil tembaga/grafena pada variasi
perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:07 kemudian dikarakterisasi dengan XRD, SEM dan
XRF.

3.3.4. Pengujian Konduktivitas


Pada tahap akhir melakukan pengujian konduktivitas dengan menggunakan
konduktometer pada grafena, katoda baterai komersil, dan berbagai variasi sampel
dengan perbandingan yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena.

3.3.4.1.Pengujian Konduktivitas pada Katoda Baterai Komersil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sebanyak 0,1 gram katoda pada baterai komersil dimasukkan 50 mL etanol
dan diaduk selama 2 jam. Hasil larutan grafena lalu diuji konduktivitasnya dengan
menggunakan konduktometer.

3.3.4.2.Pengujian Konduktivitas pada Grafit


Sebanyak 0,1 gram grafit dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2 jam.
Hasil larutan grafena lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan
konduktometer.
3.3.4.3. Pengujian Konduktivitas pada Grafena
Sebanyak 0,1 gram grafena dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2
jam. Hasil larutan grafena lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan
konduktometer.

3.3.4.4.Pengujian Konduktivitas pada Grafit/Grafena


Sebanyak 0,1 gram grafit/grafena perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL
etanol dan diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram
grafit/grafena perbandingan 0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2
jam. Hasil larutan grafit/grafena pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 lalu
diuji konduktivitasnya dengan menggunakan konduktometer.

3.3.4.5. Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafit


Sebanyak 0,1 gram mangan/grafit perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL
etanol dan diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram
mangan/grafit perbandingan 0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2
jam. Hasil larutan mangan/grafit pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 lalu
diuji konduktivitasnya dengan menggunakan konduktometer.

3.3.4.6. Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafena


Sebanyak 0,1 gram mangan/grafena perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL
etanol dan diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram
mangan/grafena perbandingan 0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2 jam. Hasil larutan mangan/grafena pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7
lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan konduktometer.

3.3.4.7. Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafit


Sebanyak 0,1 gram tembaga/grafit perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL
etanol dan diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram
tembaga/grafit perbandingan 0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama 2
jam. Hasil larutan tembaga/grafit pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 lalu
diuji konduktivitasnya dengan menggunakan konduktometer.
3.3.4.8. Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafena
Sebanyak 0,1 gram tembaga/grafena perbandingan 0,1:0,1 dimasukkan 50 mL
etanol dan diaduk selama 2 jam. Dengan cara yang sama sebanyak 0,1 gram
tembaga/grafena perbandingan 0,3:0,7 dimasukkan 50 mL etanol dan diaduk selama
2 jam. Hasil larutan tembaga/grafena pada variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7
lalu diuji konduktivitasnya dengan menggunakan konduktometer.

3.4 Parameter yang Diamati

3.4.1 Analisis Struktur dengan XRD


Analisis difraksi sinar X (XRD) dilakukan untuk menentukan struktur
padatan beberapa sampel yaitu grafena dan grafit dianalisis menggunakan alat
difraktometer sinar-X Shimadzu XRD-6100. Radiasi Cu-Kα yang digunakan
(1.54060 Å) untuk mengamati sampel dari 5o hingga 70o dengan kurva perubahan
intensitas terhadap 2 (degree), kecepatan scan 2o min-1, tegangan 40 kV, dan arus 30
mA. Sedangkan untuk menentukan struktur grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena dianalisis dengan
menggunakan alat difraktometer sinar-X Rigaku Smartlab 3 kW. Radiasi Cu-Kα
yang digunakan (1.540598 Å) untuk mengamati sampel dari 5o hingga 70o dengan
kurva perubahan intensitas terhadap 2 (degree), kecepatan scan 2o min-1, tegangan
44 kV, dan arus 40 mA.

3.4.3. Analisis Unsur dengan XRF

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada proses pengamatan menggunakan XRF dilakukan untuk
mengidentifikasi unsur-unsur dan menentukan konsentrasi yang ada pada padatan
atau bubuk pada beberapa sampel yaitu grafena, grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena. Analisis XRF menggunakan
alat Rigaku ZSX Primus III.

3.4.3 Analisis Morfologi dengan SEM


Pengamatan menggunakan SEM bertujuan untuk mengamati morfologi
permukaan dan bentuk partikel dari sampel grafena, grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit, dan tembaga/grafena dari berbagai variasi.
Instrumen yang digunakan adalah mesin SEM tipe EM 30 COXEM dengan tegangan
sebesar 20.000 kV. Hasil pemotretan dapat disesuaikan dengan perbesaran yang
diinginkan.

3.4.4. Analisis Konduktivitas


Analisis konduktivitas yang dilakukan dengan menggunakan alat AC780-
Conductivity Meter i SOLV pada suhu kamar dan dengan volume masing-masing
sampel sebanyak 50 mL pada pengujian beberapa sampel yaitu katoda baterai
komersil, grafit dan grafena serta variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada
grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena.

3.5 Bagan Penelitian


3.5.1 Sintesis Grafena Oksida

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.2 Sintesis Grafena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.3 Pembuatan Grafit/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.4 Pembuatan Grafit/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 sebagai


Elektroda pada Sel Baterai Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.5 Pembuatan Mangan/Grafit dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1 sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.6 Pembuatan Mangan/Grafit dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7 sebagai
Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.7 Pembuatan Mangan/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1


sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.8 Pembuatan Mangan/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7
sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.9 Pembuatan Tembaga/Grafit dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1


sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.10 Pembuatan Tembaga/Grafit dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7
sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.11 Pembuatan Tembaga/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,1:0,1


sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.12 Pembuatan Tembaga/Grafena dengan Variasi Perbandingan 0,3:0,7
sebagai Elektroda pada Sel Baterai Primer

3.5.13 Pengujian Konduktivitas pada Katoda Baterai Komersil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.14 Pengujian Konduktivitas pada Grafit

3.5.15 Pengujian Konduktivitas pada Grafena

3.5.16 Pengujian Konduktivitas pada Grafit/Grafena dengan Variasi


Perbandingan 0,1:0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.17 Pengujian Konduktivitas pada Grafit/Grafena dengan Variasi
Perbandingan 0,3:0,7

3.5.18 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafit dengan Variasi


Perbandingan 0,1:0,1

3.5.19 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafit dengan Variasi


Perbandingan 0,3:0,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.20 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafena dengan Variasi
Perbandingan 0,1:0,1

3.5.21 Pengujian Konduktivitas pada Mangan/Grafena dengan Variasi


Perbandingan 0,3:0,7

3.5.22 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafit dengan Variasi


Perbandingan 0,1:0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5.23 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafit dengan Variasi
Perbandingan 0,3:0,7

3.5.24 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafena dengan Variasi


Perbandingan 0,1:0,1

3.5.25 Pengujian Konduktivitas pada Tembaga/Grafena dengan Variasi


Perbandingan 0,3:0,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sintesis Grafena


Sintesis grafena dibagi menjadi dua tahapan, yaitu sintesis grafena oksida dan
sintesis grafena. Pada tahapan sintesis grafena oksida, bubuk grafit komersil sebagai
bahan dasar dioksidasi menjadi grafit oksida dengan menggunakan metode
Hammers. Grafit direaksikan dengan zat pengoksidasi yaitu KMnO4(s) dan NaNO3(s).
Proses oksidasi ini hanya dapat berlangsung ada kondisi asam, sehingga digunakan
H2SO4(l) sebagai pembuat suasana asam (Suwandana dan Susanti, 2015). Proses
pencampuran ini dilakukan didalam ice waterbath dengan tujuan untuk menjaga
temperatur di bawah 25oC yang selanjutnya dilakukan pengadukan selama 24 jam .
Larutan hitam pekat akan berubah menjadi larutan coklat tua yang menandakan grafit
telah teroksidasi. Pada penambahan H2SO4 5% dan H2O2 30% guna untuk
menghilangkan sisa KMnO4. Larutan disentrifugasi pada 3000 rpm selama 20 menit
bertujuan untuk memisahkan fase padat grafit oksida dan cairan beserta zat
pengotornya. Penambahan dengan H2O pada endapan grafit oksida bertujuan untuk
menghilangkan zat pengoksidasi, mengendapkan partikel grafit oksida, menstabilkan
tingkat keasaman dari ion-ion sulfat, KMnO4 dan H2O2 (Titelman, et al., 2005) serta
menghasilkan grafit oksida dengan memiliki sifat kelarutan yang stabil di dalam air
(Baurlinos, et al., 2003) yang selanjutnya diultrasonikasi pada gelombang 50/60 Hz
untuk membuka lembaran-lembaran grafit oksida sehingga dihasilkan lembaran
tunggal grafena oksida yang menyebabkan perubahan warna larutan menjadi hitam
kecoklatan mengindikasikan bahwa telah dihasilkan grafena oksida.
Pada tahap sintesis grafena, larutan grafena oksida direduksi dengan NH3(l)
dilakukan pengadukan selama 48 jam guna proses reduksi berlangsung dengan baik
dalam mengurangi gugus fungsional secara merata sehingga menyebabkan terjadinya
perubahan warna larutan dari hitam kecoklatan menjadi hitam pekat. Perubahan
warna larutan menunjukkan telah dihasilkan grafena. Selanjutnya campuran disaring
dan dikeringkan dalam oven pada suhu 800C dengan tujuan untuk menghilangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kadar air. Grafena yang diperoleh dikarakterisasi dengan analisis struktur dengan
XRD (Lampiran 1), analisis partikel dengan XRF (Lampiran 13), analisis morfologi
dengan SEM (Lampiran 24) dan uji daya hantar listrik dengan Konduktometer
(Lampiran 37).

4.2. Reaksi Grafena


Reaksi yang diperoleh dari hasil penambahan zat pengoksidasi yaitu KMnO4
dan H2O2 pada saat proses sintesis grafena oksida (Fan, et al., 2008) adalah sebagai
berikut :
KMnO4 + 3H2SO4 K+ + MnO3+ + H3O+ + 3HSO4- (4.1)
MnO3 + MnO4- Mn2O7 (4.2)
2H2O2 MnO2 O2 + 2H2O (4.3)
Proses sintesis grafena memerlukan grafena oksida sebagai prekursor. Grafena
oksida diperoleh dari proses pengelupasan grafit oksida di dalam air dengan metode
ultrasonikasi (Suwandana dan Susanti, 2015). Proses reduksi grafena oksida
menggunakan amona (NH3) sebagai reduktor. Mekanisme reaksi yang terjadi selama
proses reduksi dapat dilihat pada reaksi berikut:
NH3 + 2H2O NH4OH + 2H+ + 2e- (4.4)
+ -
GO + 2H + 2e rGO (4.5)

4.3. Pembuatan Elektroda pada Sel Baterai Primer


Proses pembuatan elektroda pada sel baterai primer telah dilakukan pada
grafena dan berbagai variasi perbandingan yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada
grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena
yang kemudian masing-masing dikarakterisasi dengan analisis struktur dengan XRD
(Lampiran 3-12), analisis partikel dengan XRF (Lampiran 14-23), analisis morfologi
dengan SEM (Lampiran 24-34). Pada analisis konduktivitas pada katoda baterai
komersil, grafit dan grafena serta variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada
grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena
digunakan dengan alat Konduktometer dan didapatkan hasil analisisnya (Lampiran
35-47).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.4. Analisis Struktur dengan XRD
Struktur padatan beberapa sampel yaitu grafena dan grafit dianalisis
menggunakan alat difraktometer sinar-X Shimadzu XRD-6100. Radiasi Cu-Kα yang
digunakan (1.54060 Å) untuk mengamati sampel dari 5 o hingga 70o dengan kurva
perubahan intensitas terhadap 2 (degree), kecepatan scan 2o min-1, tegangan 40 kV,
dan arus 30 mA. Sedangkan grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena,
tembaga/grafit dan tembaga/grafena dianalisis dengan menggunakan alat
difraktometer sinar-X Rigaku Smartlab 3 kW. Radiasi Cu-Kα yang digunakan
(1.540598 Å) untuk mengamati sampel dari 5o hingga 70o dengan kurva perubahan
intensitas terhadap 2 (degree), kecepatan scan 2o min-1, tegangan 44 kV, dan arus 40
mA.

4.4.1. Analisis Struktur Grafena dengan XRD


o
Analisis struktur grafit memiliki puncak difraksi yang tajam pada 26.369
dengan C (002) memiliki d-spacing 3.37721 Ǻ, sesuai dengan yang dilaporkan
sebelumnya (Shao et al., 2012). Kehadiran gugus fungsi seperti gugus hidroksil,
gugus epoksi, gugus karboksil, dan gugus karbonil pada grafena oksida dapat
meperlebar jarak antar lapisan sehingga mempermudah proses pengelupasan
(exfoliation). Hal ini terlihat pada nilai d-spacing yang semakin lebar dari 3.372 Å
ke 9.628Å. Selain itu, terbentuknya puncak yang lebih lebar menunjukkan sifat
kristalinitas yang menurun karena masuknya gugus fungsi kedalam struktur grafit
akan merusak keteraturan struktur. Telah terjadi proses oksidasi dan terbentuk
grafena oksida disebabkan adanya ikatan dari grafit yang teroksidasi dan
masuknya oksigen ke dalam ruang interlayer pada grafit (Jeong et al., 2008).

Setelah proses reduksi menjadi grafena, analisis struktur grafena dengan


XRD memiliki puncak difraksi pada 23.98o dengan C (002) memiliki d-spacing
3.707 Ǻ sesuai yang dilaporkan sebelumnya (Suwandana dan Susanti, 2015). Puncak
grafena tersebut mempunyai intensitas yang sangat rendah, menurun dibandingkan
dengan grafit menandakan bahwa grafena cenderung memiliki struktur kristal yang
amorf. Hal ini menunjukkan telah terjadi pengurangan beberapa gugus fungsional
oleh reduktor amonia dan penataan kembali struktur dari grafena. Terdapat beberapa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


puncak tajam yang lain dengan nilai puncak difraksi pada 26,335o dan 27,46o
dengan masing-masing d-spacing 3.381 Ǻ dan 3.245 Ǻ. Puncak C (002) pada grafena
yang masih tajam menunjukkan bahwa grafena yang terbentuk belum berlapis tunggal
o
(Azizah dan Diah, 2014). Kurva perubahan perubahan intensitas terhadap 2 ( )
dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Pola Difraksi dari Grafit, Grafena Oksida dan Grafena

4.4.2 Analisis Struktur Perbandingan Variasi Grafit/Grafena dengan XRD


Gambar 4.2 merupakan hasil analisis struktur dengan XRD dari variasi
perbandingan grafit/grafena yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Pada perbandingan
grafit/grafena (0,1:0,1) memiliki puncak difraksi tajam pada 26.475o dengan d-
spacing 3.364 Ǻ dan grafit:grafena (0,3:0,7) memiliki puncak difraksi tajam pada
26.53 o dengan d-spacing 3.357 Ǻ. Hasil analisis dengan XRD menunjukkan bahwa
pada campuran grafit/grafena perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 posisi 2θ bergeser ke
arah penambahan jumlah grafena yang lebih besar. Karena grafena yang digunakan
dalam campuran ini telah terjadi pengurangan beberapa gugus fungsional oleh
adanya reduktor amonia (NH3) dan penataan kembali struktur dari grafena sehingga
menyebabkan perubahan yang dikarenakan oleh adanya ikatan dari atom-atom
oksigen dari grafena yang lebih kuat dan menarik masuk ke dalam ruang interlayer
pada grafena. Namun grafena yang terbentuk belum berlapis tunggal, hal ini terlihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dari puncak yang masih tajam C (002). ( Talyzin et al., 2008).

Gambar 4.2. Pola Difraksi Grafit/Grafena

4.4.3 Analisis Struktur Perbandingan Variasi Mangan/Grafit dengan XRD


Gambar 4.3 merupakan hasil analisis struktur dengan XRD dari variasi
perbandingan mangan/grafit yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Pada perbandingan
mangan/grafit (0,1:0,1) memiliki puncak difraksi tajam pada 26.54o dengan d-
spacing 3.356 Ǻ, dan beberapa puncak difraksi yang lain yaitu pada 25.302ᵒ dengan
d-spacing 3.517 Ǻ dan pada 17.976o dengan d-spacing 4.93 Ǻ. Pada mangan/grafit
(0,3:0,7) memiliki puncak difraksi tajam pada 26.516o dengan d-spacing 3.358 Ǻ
dan puncak difraksi yang lain yaitu pada 25.26o dengan d-spacing 3.522 Ǻ. Hasil
analisis dengan XRD menunjukkan bahwa pada perbandingan mangan/grafit 0,1:0,1
dan 0,3:0,7 posisi 2θ bergeser ke arah penambahan jumlah grafit yang lebih besar,
karena grafit memiliki ikatan kuat dan mangan memiliki sifat kimia yang mirip
dengan grafit. Atom-atom oksigen dari mangan menyisip masuk ke dalam ruang
interlayer pada grafit. Hasil analisis campuran mangan dan grafit masih memiliki
puncak yang tajam, hal tersebut terlihat dari kembalinya puncak yang tajam pada
C(002), tetapi intensitas rendah dan kristalinitasnya yang sudah mengalami
penurunan. (Li., et al, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.3 Pola Difraksi Mangan/Grafit

4.4.4 Analisis Struktur Perbandingan Variasi Mangan/Grafena dengan XRD


Gambar 4.4 merupakan hasil analisis struktur dengan XRD dari variasi
perbandingan mangan:grafena yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Pada perbandingan
mangan:grafena (0,1:0,1) memiliki puncak difraksi tajam pada 25.33o dengan d-
spacing 3.513 Ǻ, dan beberapa puncak difraksi yang lain yaitu pada 28.371o dengan
d-spacing 3.143 Ǻ dan pada 26.51o dengan d-spacing 3.360 Ǻ. Pada mangan:grafena
(0,3:0,7) memiliki puncak difraksi tajam pada 25.274o dengan d-spacing 3.521 Ǻ dan
puncak difraksi yang lain yaitu pada 26.41o dengan d-spacing 3.373 Ǻ.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.4 Pola Difraksi Mangan/Grafena

4.4.5 Analisis Struktur Perbandingan Variasi Tembaga/Grafit dengan XRD


Gambar 4.5 merupakan hasil analisis struktur dengan XRD dari variasi
perbandingan tembaga/grafit yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Pada perbandingan
tembaga/grafit (0,1:0,1) memiliki puncak difraksi tajam pada 26.50 o dengan d-
spacing 3.360 Ǻ dan pada 26.20o dengan d-spacing 3.398 Ǻ masing-masing. Tidak
adanya puncak difraksi yang lain karena tembaga tidak terdeposit kedalam grafit. Hal
ini karena ikatan sp3 pada grafit yang membentuk ikatan sigma yang lemah pada
logam tembaga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.5 Pola Difraksi Tembaga/Grafit

4.4.6 Analisis Struktur Perbandingan Variasi Tembaga/Grafena dengan XRD


Gambar 4.6 merupakan hasil analisis struktur dengan XRD dari variasi
perbandingan tembaga/grafena yaitu 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Pada perbandingan
tembaga/grafena (0,1:0,1) memiliki puncak difraksi tajam pada 26.455o dengan d-
o
spacing 3.362 Ǻ, dan beberapa puncak difraksi tajam yang lain yaitu pada 18.716
dengan d-spacing 4.737 Ǻ, pada 23.921o dengan d-spacing 3.7170 Ǻ. Pada
Cu/grafena (0,3:0,7) memiliki puncak difraksi tajam pada 26.474 o dengan d-spacing
3.364 Ǻ dan beberapa puncak difraksi yang lain yaitu pada 23.942o dengan d-spacing
3.71377 Ǻ dan 18.73o dengan d-spacing 4.733 Ǻ. Adanya puncak difraksi pada
32.465o dengan d-spacing 2.7557 Ǻ. Pada Cu/grafena (0,1:0,1) menunjukkan
terdepositnya Cu ke dalam grafena karena grafena merupakan karbon sp2 yang dalam
ikatannya terdapat ikatan phi yang jika berikatan dengan logam tembaga akan
membentuk ikatan yang kuat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.6 Pola Difraksi Tembaga/Grafena

4.5 Analisis Unsur dengan XRF


Karakterisasi menggunakan XRF dilakukan untuk menganalisis unsur-unsur
pada beberapa sampel yaitu grafena, grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena,
tembaga/grafit dan tembaga/grafena. Analisis XRF menggunakan alat Rizaku ZSX
Primus III dilakukan untuk menganalisis unsur padatan secara kualitatif .

4.5.1 Analisis Unsur Grafena dengan XRF


Gambar 4.7 merupakan grafik analisis unsur dengan XRF untuk material
katoda pada grafena dimana partikel karbon lebih dominan daripada oksigen dan
hidrogen dengan jumlah partikel karbon sebanyak 95,7% diikuti oleh oksigen dan
hidrogen sebanyak 3,225% dan 1,075%. Partikel karbon lebih banyak yang
terdeteksi, dibandingkan dengan oksigen dan hidrogen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.7 Grafik Analisis Unsur Grafena

4.5.2 Analisis Unsur Perbandingan Variasi Grafit/Grafena dengan XRF


Gambar 4.8 merupakan grafik hasil analisis unsur dengan XRF untuk
material katoda campuran grafit/grafena perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Dari hasil
analisis menunjukkan bahwa pada campuran grafit/grafena 0,1:0,1 masih didominasi
oleh partikel karbon, oksigen dan hidrogen sebanyak 95,1%, 3,675% dan 1,225%.
Sedangkan pada campuran grafit/grafena perbandingan 0,3:0,7 terjadi kenaikan
partikel karbon sebanyak 96,1% dan penurunan partikel oksigen dan hidrogen
sebanyak 2,925% dan 0,975%. Adanya perubahan jumlah partikel karbon
dipengaruhi oleh adanya grafena yang lebih baik karena telah tereduksi oleh reduktor
amonia (NH3), grafena tersebut berpengaruh spesifik untuk pembentukan partikel
karbon, sehingga grafik untuk karbon pada campuran grafit/grafena perbandingan
0,3:0,7 lebih tinggi dibandingkan perbandingan 0,1:0,1 (Grant et al., 1998).

Gambar 4.8 Grafik Analisis Unsur Grafit/Grafena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5.3 Analisis Unsur Perbandingan Variasi Mangan/Grafit dengan XRF
Gambar 4.9 merupakan grafik hasil analisis unsur dengan XRF untuk
material katoda campuran mangan/grafit perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Dari hasil
analisis pada campuran mangan/grafit perbandingan 0,1:0,1 menunjukkan ketika
didepositkan mangan ke dalam grafit, terlihat bahwa partikel karbon masih dominan
yaitu sebanyak 94,9% dan berturut-turut diikuti oleh partikel oksigen, hidrogen serta
partikel mangan yaitu sebanyak 2,01%, 0,67% dan 2,42%. Pada campuran
mangan/grafit perbandingan 0,3:0,7 terlihat bahwa terjadi penurunan partikel karbon
sebanyak 93,6% dan diikuti oleh kenaikan mangan sebanyak 3,42%, hal ini karena
mangan terdeposit baik ke dalam grafit (Li., et al, 2011).

Gambar 4.9 Grafik Analisis Unsur Mangan/Grafit

4.5.4 Analisis Unsur Perbandingan Variasi Mangan/Grafena dengan XRF


Gambar 4.10 merupakan grafik hasil analisis unsur dengan XRF untuk
material katoda campuran mangan/grafena perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Dari
hasil analisis pada campuran mangan/grafena perbandingan 0,1:0,1 menunjukkan
ketika didepositkan mangan ke dalam grafena, terlihat bahwa partikel karbon masih
dominan yaitu sebanyak 93,5% dan berturut-turut diikuti oleh partikel oksigen,
hidrogen serta partikel mangan yaitu sebanyak 2,335%, 0,785% dan 3,36%. Pada
campuran mangan/grafena perbandingan 0,3:0,7 terlihat bahwa terjadi penurunan
partikel karbon sebanyak 91,3% dan diikuti oleh kenaikan mangan sebanyak 5,36%,
karena campuran mangan yang digunakan terdeposit sangat baik ke dalam grafena
dan jauh lebih baik dari campuran mangan/grafit. Hal ini karena pengaruh mangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang digunakan dalam campuran tersebut yang memiliki kermiripan sifat kimia
dengan grafena yang sudah mengalami proses reduksi ( Li, et al, 2011).

Gambar 4.10 Grafik Analisis Unsur Mangan/Grafena

4.5.5 Analisis Unsur Perbandingan Variasi Tembaga/Grafit dengan XRF


Gambar 4.11 merupakan grafik hasil analisis unsur dengan XRF untuk
material katoda campuran tembaga/grafit perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Dari
hasil analisis pada campuran tembaga/grafit perbandingan 0,1:0,1 menunjukkan
ketika didepositkan tembaga ke dalam grafit, terlihat bahwa partikel karbon masih
dominan yaitu sebanyak 96,6% dan berturut-turut diikuti oleh partikel oksigen,
hidrogen serta partikel tembaga yaitu sebanyak 2,85%, 0,85% dan 0,2%. Pada
campuran tembaga/grafit perbandingan 0,3:0,7 terlihat bahwa terjadi penurunan
partikel karbon sebanyak 94,5% dan diikuti oleh kenaikan partikel oksigen dan
hidrogen sebanyak 4,12% dan 1,37%, namun kestabilan partikel tembaga tetap yaitu
sebanyak 0,2% yang menunjukkan bahwa tembaga kurang terdeposit dengan baik
dengan grafit.

Gambar 4.11 Grafik Analisis Unsur Tembaga/Grafit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.5.6 Analisis Unsur Perbandingan Variasi Tembaga/Grafena dengan XRF
Gambar 4.12 merupakan grafik hasil analisis unsur dengan XRF untuk
material katoda campuran tembaga/grafena perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7. Dari
hasil analisis pada campuran tembaga/grafena perbandingan 0,1:0,1 menunjukkan
ketika didepositkan tembaga ke dalam grafena, terlihat bahwa partikel karbon masih
dominan yaitu sebanyak 96,7% dan berturut-turut diikuti oleh partikel oksigen,
hidrogen serta partikel tembaga yaitu sebanyak 1,98%, 0,66% dan 0,85%. Pada
campuran tembaga/grafena perbandingan 0,3:0,7 terlihat bahwa terjadi penurunan
partikel karbon sebanyak 93,1% dan diikuti oleh kenaikan tembaga sebanyak 2,6%.

Gambar 4.12 Grafik Analisis Unsur Tembaga/Grafena

4.6 Analisis Morfologi dengan SEM


Pengujian SEM bertujuan untuk mengamati morfologi permukaan dan bentuk
partikel dari sampel grafena, grafit/grafena, mangan/grafit, mangan/grafena,
tembaga/grafit, dan tembaga/grafena dari berbagai variasi. Instrumen yang
digunakan adalah mesin SEM tipe EM 30 COXEM dengan tegangan sebesar 20.000
kV.

4.6.1 Analisis Morfologi Grafena dengan SEM


Berdasarkan penelitian sebelumnya dari data hasil analisis morfologi
dengan menggunakan SEM (Suwanda dan Susanti, 2015) grafit memiliki morfologi
berbentuk flake dan setelah mengalami proses oksidasi, grafit yang berbentuk flake
kecil dan tajam berubah menjadi grafit oksida yang memiliki bentuk seperti lembaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kain yang terlipat, namun lembaran tersebut masih cukup tebal seperti terdiri dari
beberapa lapis dan setelah proses reduksi terlihat bahwa morfologi grafena berupa
lembaran yang jauh lebih tipis dari grafena oksida. Pebandingan hasil SEM dari hasil
penelitian pada grafena ditunjukkan oleh Gambar 4.13 bahwa masih terdapat flake
dengan struktur pori yang besar yang merupakan ciri khas dari grafit karena pada
dasarnya grafit memiliki lapisan yang bertumpuk (Hernandez. et al, 2008) dan
grafena belum banyak yang tampak berupa lembaran tipis namun masih terindikasi
adanya grafena karena ukuran pori yang semakin kecil dan permukaan yang
berkerut.

100 µm 100 µm
A B

10 µm 10 µm
C D

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.13 Foto SEM (hasil penelitian) pada grafena dengan perbesaran (A) 200
kali; (B) 500 kali; (C) 2000 kali; (D) 5000 kali.
Hal ini karena kurang sempurnanya pada proses reduksi dengan amonia
yang belum mampu membuat struktur grafena yang dihasilkan berlapis tunggal
(Junaidi dan Susanti, 2014) karena masih adanya atom impuritas yaitu sisa pereduksi
dan pelarut yang menempel pada grafena.

4.6.2 Analisis Morfologi Perbandingan Variasi Grafit/Grafena dengan SEM


Dari hasil analisis morfologi dengan menggunakan SEM ditunjukkan oleh
Gambar 4.14. Pebandingan hasil SEM pada grafit/grafena dengan perbandingan I
(0,1:0,1) menunjukkan bahwa struktur campuran antara grafit/grafena sedikit
mengalami perubahan pada permukaan. Perubahan ini terjadi pada ukuran pori yang
semakin kecil, dimana pada permukaan sampel tampak berkerut dan semakin kasar
(Jeong, et al., 2008).

10 µm 10 µm
A B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10 µm
C
I

100 µm 100 µm
A B

10 µm 10 µm
C D
II
Gambar 4.14 Foto SEM pada grafit/grafena dengan perbandingan I (0,1:0,1) A) 1000
kali; (B) 2000 kali; (C) 5000 kali; dan II (0,3:0,7) dengan perbesaran
(A) 196 kali; (B) 500 kali; (C) 1000 kali; (D) 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hal lain permukaan dan struktur campurannya sedikit berkurang pada ruang
yang memisahkan lapisan hal ini terlihat pada perbesaran 2000 kali pada pada
grafit/grafena dengan perbandingan I (0,1:0,1) dan II (0,3:0,7). Dari hasil analisis
terlihat bentuk yang khas dari grafit/grafena yaitu penumpukan struktur pada
lapisannya mulai berkurang, hal ini karena sudah terjadi pengelupasan pada struktur
dari grafit (Titelman, et al, 2005).

4.6.3 Analisis Morfologi Perbandingan Variasi Mangan/Grafit dengan SEM


Dari hasil analisis morfologi dengan menggunakan SEM ditunjukkan oleh
Gambar 4.15. Pebandingan hasil SEM pada mangan/grafit dengan perbandingan I
(0,1:0,1) dan II (0,3:0,7). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa campuran untuk
mangan/grafit memiliki ukuran partikel dan pori yang kecil, permukaan yang
berkerut serta seragam untuk perbesaran 1000 kali.

100 µm 100 µm
A B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10 µm 10 µm
C D
I

100 µm 100 µm
A B

10 µm 10 µm
C D
II
Gambar 4.15 Foto SEM pada mangan/grafit dengan perbandingan I (0,1:0,1) dan II
(0,3:0,7) dengan perbesaran (A) 197 kali; (B) 503 kali; (C) 1000 kali;
(D) 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Adanya perubahan ukuran partikel dan pori terlihat ketika perbesaran 2000
kali, hal ini dipengaruhi oleh adanya mangan yang masuk ke dalam ruang
interlayer antar lapisan pada struktur grafit yang memiliki struktur dan pori yang
besar serta mangan yang yang memiliki sifat kimia mirip dengan grafit. (Hsiao et al,
2010).

4.6.4 Analisis Morfologi Perbandingan Variasi Mangan/Grafena dengan SEM


Dari hasil analisis morfologi dengan menggunakan SEM ditunjukkan oleh
Gambar 4.16. Pebandingan hasil SEM pada mangan/grafena dengan perbandingan I
(0,1:0,1) dan II (0,3:0,7). Hasil tersebut menunjukkan bahwa campuran dari
mangan/grafena mempunyai permukaan berkerut, dengan ukuran pori dan partikel
yang seragam serta lebih kecil. Namun campuran mangan/grafena ini lebih tersusun
dengan lapisan yang tipis serta teracak.

10 µm 10 µm
A B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10 µm
C
I

100 µm 10 µm
A B

10 µm
C
II

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.16 Foto SEM pada mangan/grafena dengan perbandingan I (0,1:0,1)
dengan perbesaran (A) 2000 kali; (B) 1000 kali; (C) 5000 kali dan II
(0,3:0,7) dengan perbesaran (A) 502 kali; (B) 978 kali; (C) 2000 kali

Hal ini dikarenakan oleh proses reduksi pada oksida grafit dengan reduktor
Amonia (NH3) yang mengindikasikan telah berkurangnya penumpukan pada struktur
grafena, adanya proses reduksi menyebabkan kecacatan pada struktur grafena yang
dapat dilihat pada mangan/grafena dengan perbandingan I (0,1:0,1) dengan
perbesaran (C) 5000 kali dan II (0,3:0,7) dengan perbesaran (C) 2000 kali.

4.6.5 Analisis Morfologi Perbandingan Variasi Tembaga/Grafit dengan SEM


Dari hasil analisis morfologi dengan menggunakan SEM ditunjukkan oleh
Gambar 4.17. Pebandingan hasil SEM pada tembaga/grafit dengan perbandingan I
(0,1:0,1) dan II (0,3:0,7). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tembaga/grafit
memiliki ukuran partikel dan pori yang kecil untuk perbesaran pada perbandingan I
(0,1:0,1) 1100 kali.

100 µm 100 µm
A B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10 µm
C
I

100 µm 10 µm
A B

10 µm
C
II

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.17 Foto SEM pada tembaga/grafit dengan perbandingan I (0,1:0,1) dengan
perbesaran (A) 200 kali; (B) 506 kali; (C) 1100 kali dan II (0,3:0,7)
dengan perbesaran (A) 500 kali; (B) 991 kali; (C) 2000 kali

Adanya perubahan ukuran partikel dan terlihat permukaan pori yang kecil
serta seragam ketika perbesaran perbandingan II (0,3:0,7) 2000 kali hal ini
dipengaruhi oleh adanya tembaga yang terdeposit ditandai dengan adanya bintik
hitam pada permukaan struktur grafit yang memiliki struktur dan pori yang besar.
4.6.6 Analisis Morfologi Perbandingan Variasi Tembaga/Grafena dengan SEM
Dari hasil analisis morfologi dengan menggunakan SEM ditunjukkan oleh
Gambar 4.18. Pebandingan hasil SEM pada tembaga/grafena dengan perbandingan I
(0,1:0,1) dan II (0,3:0,7). Dari hasil analisis menunjukkan bahwa telah
berkurangnya penumpukan pada struktur grafena karena adanya proses reduksi dan
tembaga yang terdeposit dengan baik ke dalam grafena ditandai dengan adanya
bintik hitam dipermukaan grafena yang menyebabkan struktur grafena semakin
mengecil dan layer yang dihasilkan tidak menumpuk yang dapat dilihat pada
Cu/grafena dengan perbandingan I (0,1:0,1) dengan perbesaran (B) 2000 kali dan II
(0,3:0,7) dengan perbesaran (B) 1000 kali.

100 µm 10 µm
A B

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10 µm
C
I

100 µm 100 µm
A B

10 µm
C
II

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 4.18 Foto SEM pada tembaga/grafena dengan perbandingan I (0,1:0,1)
dengan perbesaran (A) 196 kali; (B) 996 kali; (C) 2000 kali dan II
(0,3:0,7) dengan perbesaran (A) 201 kali; (B) 505 kali; (C) 1000 kali

4.7 Analisis Konduktivitas dengan Konduktometer


Analisis konduktivitas pada katoda baterai komersil, grafit dan grafena serta
variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena, mangan/grafit,
mangan/grafena, tembaga/grafit dan tembaga/grafena dengan menggunakan alat
AC780-Conductivity Meter i SOLV pada suhu kamar dan dengan volume masing-
masing sampel sebanyak 50 mL dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Analisis konduktivitas katoda baterai komersil, grafit dan grafena serta
dengan variasi perbandingan 0,1:0,1 dan 0,3:0,7 pada grafit/grafena,
Mn/grafit, Mn/grafena, Cu/grafit dan Cu/grafena
Hasil pengukuran Daya Hantar

Perbandingan Listrik (µS cm-1)


Sampel
Konsentrasi Rata-
P1 P1 P3
rata

Katoda Baterai - 115,00 115,05 115,05 115


Komersil

Grafit - 101,10 101,10 101,10 101,1

Grafena - 939,05 939,03 939,01 939

Grafit/Grafena 0,1:0,1 161,15 161,15 161,16 161,2

0,3:0,7 333,61 333,59 333,60 333,6

Mn/Grafit 0,1:0,1 224,22 224,23 224,22 224,2

0,3:0,7 317,38 317,37 317,37 313,4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Mn/Grafena 0,1:0,1 411.49 411,49 411,48 411,5

0,3:0,7 551,35 551,35 551,35 551,4

Cu/Grafit 0,1:0,1 112,21 112,21 112,23 112,2

0,3:0,7 234,14 234,13 234,13 234,1

Cu/Grafena 0,1:0,1 339,05 339,03 339,03 339

0,3:0,7 481,14 481,14 481,14 481,1

Berdasarkan hasil analisis konduktivitas dari data di atas grafena memiliki


nilai konduktivitas yang paling besar yaitu 939 µS cm-1. Sesuai dengan penelitian
sebelumnya dengan hasil analisis konduktivitas grafena adalah sebesar 921 µS cm-1
(Lodo, 2016). Hal ini disebabkan karena grafena memiliki mobilitas elektron lebih
tinggi dari grafit dan berdasarkan hasil morfologi SEM pada grafena, struktur dan
jarak antar layer pada grafena yang kecil sehingga menyebabkan elektron bisa
mengalir dengan lebih lancar karena tidak banyak gugus fungsi oksigen yang
menghalangi. Grafena berstruktur flat dengan luas permukaan spesifik sebesar
2630m2/g sehingga elektron bisa bermobilitas ke semua permukaan dan
konduktivitas listriknya baik yang sangat berpotensi diaplikasikan pada berbagai
piranti elektronik termasuk sel surya, layar sentuh dan Li-ion baterai (Rohman,
2012).
Pada variasi perbandingan 0,3:0,7 pada Mn/grafena dan Cu/grafena memiliki
nilai konduktivitas yang tinggi yaitu sebesar 551,4 µS cm-1 dan 481,1 µS cm-1, hal ini
disebabkan grafena merupakan karbon sp2 yang dalam ikatannya terdapat ikatan ℼ
yang jika berikatan dengan logam akan membentuk ikatan kovalen yang stabil dan
kuat selama pemakaiannya. Nilai konduktivitas grafit/grafena, mangan/grafit dan
tembaga/grafit pada berbagai variasi perbandingan lebih tinggi jika dibandingkan
dengan katoda pada baterai komersil yaitu sebesar 115 µS cm-1, karena katoda
baterai komersil hanya sedikit yang larut pada etanol sehingga didapatkan
pengukuran konduktivitas yang kecil pada katoda baterai komersil. Oleh karena itu
berdasarkan besarnya nilai konduktivitas dari grafena maka grafena diharapkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mampu menjadi material pendukung pada sel katoda baterai primer.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Hasil karakterisasi analisis struktur pada grafit dan grafena dengan XRD
menghasilkan puncak difraksi yang tajam pada 26.369o dengan d-spacing 3.37721 Ǻ
pada grafit sedangkan penurunan puncak difraksi sebesar 23.98o dengan d-spacing
3.707 Ǻ menunjukkan telah terjadi pengurangan gugus fungsional akibat
penambahan reduktor amonia (NH3). Analisis unsur pada grafit dan grafena dengan
XRF menghasilkan unsur karbon dengan persentase yang paling besar baik setelah
terdeposit dengan logam mangan maupun tembaga. Analisis morfologi pada grafit
dan grafena dengan foto SEM menunjukkan pada grafena belum banyak yang
tampak berupa lembaran tipis namun masih terindikasi adanya grafena karena
ukuran pori yang semakin kecil dan permukaan yang berkerut baik pada variasi
dengan logam mangan dan tembaga.
2. Kinerja grafit dan grafena dapat diukur dengan hasil uji konduktivitas yang
menunjukkan bahwa konduktivitas grafena memiliki nilai yang paling besar yaitu
939 µS cm-1. Hal ini disebabkan karena grafena memiliki mobilitas elektron lebih
tinggi dari grafit. Pada variasi perbandingan 0,3:0,7 pada Mn/grafena dan Cu/grafena
memiliki nilai konduktivitas yang tinggi yaitu sebesar 551,4 µS cm-1 dan 481,1 µS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2
cm-1, hal ini disebabkan grafena merupakan karbon sp yang dalam ikatannya
terdapat ikatan σ yang jika berikatan dengan logam akan membentuk ikatan kovalen
yang stabil dan kuat selama pemakaiannya. Nilai konduktivitas grafit/grafena,
mangan/grafit dan tembaga/grafit pada berbagai variasi perbandingan lebih tinggi
jika dibandingkan dengan katoda pada baterai komersil yaitu sebesar 115 µS cm-1,
karena katoda baterai komersil hanya sedikit yang larut pada etanol sehingga
didapatkan pengukuran konduktivitas yang kecil pada katoda baterai komersil. Oleh
karena itu berdasarkan besarnya nilai konduktivitas dari grafena maka grafena
diharapkan mampu menjadi material pendukung pada sel katoda.

5.2. Saran

1. Perlu diteliti lebih lanjut hasil karakterisasi analisis struktur dengan XRD, analisis
unsur dengan XRF dan analisis morfologi dengan SEM serta kinerja dengan uji
konduktivitas pada grafit oksida dan grafena oksida.
2. Perlu diteliti untuk sintesis grafena dengan reduktor yang ramah lingkungan seperti
Asam Sitrat sehingga dapat dihasilkan elektroda dengan limbah yang tidak beracun
dan berbahaya terhadap lingkungan.
3. Perlu diteliti lebih lanjut untuk hasil sintesis grafena yang menghasilkan analisis
struktur dengan XRD menghasilkan grafena tanpa zat pengotor sehingga pada
difaktogram hanya menghasilkan puncak grafena dan analisis morfologi dengan
SEM ditandai dengan grafena yang sudah tampak seperti lembaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Anam, K,. 2010. Prinsip Kerja Konduktometer. Jakarta: Wordpress.

Anonim. 2008. Data penjualan baterai mangan Indonesia. http://id.acnielsen.com.


Tanggal Akses Mei 2017.

Anonim. 2009. Peraturan Menteri Perindustrian (No.36/M-IND/PER/3/2009 tentang


Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia http://id.acnielsen.com. Tanggal
Akses Mei 2017.

Anonim. 2011. Natrium borohidrida dan sifat- sifatnya. http://id.acnielsen.com.


Tanggal Akses Mei 2017.

Azizah, N.L., dan Susanti, D. 2014. Pengaruh variasi kadar Zn dan Temperatur
Hydrotermal Terhadap Struktur dan Nilai Konduktivitas Elektrik Material
Graphene. Jurnal Teknik Material dan Metalurgi. ISSN 2337 – 3539.

Bourlinos, A. B., Gournis, D., Petridis, D., Szabo, T., Szeri, A., dan Dekany, I.
2003. Graphite Oxide Chemical Reduction to Graphite and Surface
Modification with Primary Aliphatic Amines and Amino Acids. Langmulir.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Buchmann, I. 2001. Batteries in a Portable Worlds. New York: Cadex Electronics
Inch.

Chang, Yu., Teo, J.J., dan Zeng, H.C. 2005. Formation of Colloidal CuO
Nanocrystallites and their Spherical Aggregation and Reductive
Transformation to Hollow Cu2O Nanospheres. Langmuir. 21(3):1074-1079.

Choi, S. M. Seo, M. H. Kim, H. J. dan Kim, W. B.. 2011. Synthesis Of Graphene


And Their Applications To Methanol Electro Oxidation. Carbon. 49: 904-
909.

Djuniardi, F., Ersa, N.S., dan Kusnandar, H. 2011. Penanganan Limbah B3 Bahan
Berbahaya dan Beracun Batu Baterai Bekas Melalui Partisipasi Konsumen
dan Penerapan Metode Produksi Bersih. 23 April 2012.
http://dosen.narotama.ac.id/wpcontent/uploads/2012/03/.

El Hazek, M.N., Lasheen, T.A., dan Helal, A.S. 2006. Reductive Leaching of
Manganesefrom Low Grade Sinai Orein HCl using H2O2 as Reductant.
Hydrometallurgy. 84: 187-191.

Eriksson T. A., dan Marca, M.D. 2013. A Study of Layered Lithium Manganese
Oxide Cathode Material. J. Of Power Sources. 119(121):145-149

Fan, X., Jiao, L., Xian, X., Wu, Z., Zhang, J., dan Liu, Z. 2008. Deoxygenation of
exfoliated graphite oxide under alkaline conditions: A green route to
graphene preparation. Adv.Mater. 20:4490-4493.

Fawel, J. K., Lund, U., dan Mintz, B. 1996. Guidelines for Drinking Water Quality,
2nd ed. Vol.2. Health criteria and other supporting information,WHO.
Geneva.

Geim, A.K., dan Novoselov, K.S., 2007. The Rise of Graphene. Nature Materials.
6:183.

Girard, J. E. 2010. Principles of Environmental Chemistry. USA: Jones and Bartlett


Publishers.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Grant, N. M. dan Suryanayana, C. 1998. X-Ray Diffraction A Partical
Approach. New York: Plennum Press.

Harsanti, D. 2010. Sintesis dan Karakterisasi Boron Karbida dari Asam Borat, Asam
Sitrat dan Karbon Aktif. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca. 11(1):
29-40.

Hernandez, Y., Nicolosi, V., Lotya, M., Blighe, F.M., Sun, Z., De, S., Mcgovern,
I., T.Holland, B., Byrne, M., Gun,ko, Y.K., Boland, J. J., Niraj, P.,
Duesberg, G., Krishnamurthy, S., Goodhue, R., Hutchison, J., Scardaci, V.,
Ferrari, A.C., dan Coleman, J.N. 2008. High-Yield Production of
Graphene by Liquid-Phase Exfoliation of Graphite. Nature nanotechnology.

Hirata, M., Gotou, T., Horiuchi, S., Fujiwara, M., dan Ohba, M. 2004. Thin-film
Particles of Graphite Oxide 1: High-yield Synthesis and Flexibility of the
Particles. Carbon, 42(14): 2929–2937.

Hsiao, C., Liao, S., Yen, M., Liu, P., Pu, N., Wang, C., dan Ma, C. 2010. Preparation
of Covalently Functionalized Graphene Using Residual Oxygen-
ContainingFunctional Groups. American Chemical Society. 2(11):3092–
3099.

Hutchings, J.B. 1994. Food Colour and Appearance. London: Blackie Academic and
Professional.

Jeong, K.H., Lee, P.Y., Lahaye, R.J.W.E., Park, H. M., An, K. H., dan Kim, I. J.
2008. Evidence of Graphitic AB Stacking Order of Graphit Oxides. J. AM.
Chem. SOC. American Chemical Society.

John, A., Alexanda, S. and Larry, A. 2001. Approaching a Universal Sample


Preparation Method for XRF Analysis of Powder Materials. International
Center for Diffraction Data 2001. Advances in X – Ray Analysis. 44: 368-370.

Jubile, E. 2010. Teknik Menghemat Baterai. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Junaidi, M. 2014. Pengaruh Variasi Waktu Ultrasonikasi dan Waktu Tahan Proses
Hydrotermal terhadap Struktur dan Konduktivitas Elektrik Material Graphene
Hasil Sintesis dengan Metode Hydrotermal. Skripsi. Jurusan Teknik Material
dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepeluh
November.

Kaner, R. B dan Li, D., 2008. Graphene Based Materials. New York: Sciense.

Kiehne, A. H. 2001. Battery Technology Handbook, Second Edition. USA: Expert


Verlag.

Koanak, S.L. 2015. Komposit Mangan/Grafit dan Mangan/Grafena untuk Bahan


Katoda pada Elektroda Baterai Kering. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Sain
dan Teknik. Universitas Nusa Cendana Kupang.

Kroschwitz, J. 1990. Polymer Characterization and Analysis. Canada : John Wiley


and Sons, Inc.

Kusyuniarti, M., dan Hadi, A. 2011. Sistem Pengelolaan Limbah Baterai Rumah
Tangga Melalui Pendekatan Sosial Dan Organisasi.
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44254.

Lammert, T., Rozo, L., dan Whittier E. 2009. Graphene: Material of the Future, in
Review. Disertasi.

Lerf, A., He, H. Forster, M. dan Klinowski, J. 1998. Structure of Graphite Oxide
Revisited. J Phys Chem B. 102:4477–4482.

Li, Z., Yongjuan, M., Xiaohong, L., Sheng, L., Shengrong, Y., dan Jinqing, W. 2011.
Flexible Graphene/ MnO2 Composite Papers for Supercapacitor Electrodes.
Journal of Material Chemistry, 21(38): 14706-14711.

Linden, D., dan Reddy, T.B. 2002. Handbook of Batteries, Third Edition. USA: The
McGraw-Hill Companies, Inc.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lodo, S.K. 2016. Kinerja Grafit/Oksida Grafit, Grafit/Grafena, Mangan/Grafit dan
Mangan/Grafena. Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas Sain dan Teknik.
Universitas Nusa Cendana Kupang.

Meyer, M. I., Novoselov, K.S., Booth, T.J., dan Roth, S. 2010. The Structure of
Suspended Graphene Sheets. Nature publishing group: University of
Manchester.

Novoselov, K. S., Geim, A. K., Morozov, S. V., Jiang, D., Zhang, Y., Dubonos, S.
V., Grigorieva, I.V., Firsov, A.A. 2004. Electric Field Effect in Atomically
Thin Carbon Films. Science. 306: 666-669.

Pei, S., dan Cheng, H. M. 2010. Direct Reduction of Graphene Oxide Films into
Highly Conductive and Flexible Graphene Films by Hydrohalic Acids.
Carbon. 48: 4466-4474.

Rahmandari, A., dan Ansori, K. 2010. Pengolahan Grafit Tahap Pemanggangan.


Yogyakarta: STTN-BATAN.

Rai, A. K. 2013. Facile approach to synthesize CuO/reduced graphene oxide


nanocomposite as anode materials for lithium-ion battery. J. Power Sources.
244:435–441.

Rohman, Fadli. 2012. Aplikasi Graphene untuk Lithium Ion Battery. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

Seo, Yohanes. 2012. NTT Ekspor 30.000 ton Batu Mangan. http://www.tempo.com.
Tanggal akses Mei 2017.

Sharma, S. dan Pollet, B. G. 2012. A Review of Apllication of Carbon Nanotubes for


Lithium Ion Batteray Anode Material. Power Sources.

Shao, G., Lu, Y., Wu, F., Yang, C., Zeng, W., Wu, Q. 2012. Graphene Oxide: The
Mechanisms of Oxidation and Exfoliation. J. Material. Sci. 47: 4400-4409.

Smallman, R. E., 1991. Metalurgi Fisik Modern, Edisi 4. Jakarta: Gramedia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Suwandana, R. F., dan Susanti, D. 2015. Analisis Pengaruh Massa Reduktor Zinc
terhadap Sifat Kapasitif Superkapasitor Material Graphene. Jurnal Teknik
ITS. 4:1.

Talyzin, A. V., Solozhenko, V. L., Kurakevych, O. O., Szabo, T., Dekany, I.,
Kurnosov, A., dan Dmitriev, V. 2008. Colossal Pressure –Induced Lattice
Expansions of Graphit Oxide in the Presence of Water. Inter science.
Weinheim.

Titelman, G. I., Gelman, V., Bron, S., Khalfin, R. L., Cohen, Y., Bianco-Peled, H.
2005. Characteristics and Microstructure of Aqueous Colloidal
Dispersionsof Graphite Oxide. Elsevier.

Tribowo. J. 2011. Rekayasa Bahan LixTiMnyFez(PO4)3 sebagai Katoda Solid


Polymer Battery (SPB) Lithium. Jakarta: Universitas Indonesia.

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Makro dan Semimakro, Edisi kelima. Jakarta:
Kalma Media Pustaka.

Waskito P., 2013. Baterai. Jakarta: Universitas Indonesia.

Wang, H., Cui, L.F., Yang, Y., Sances, C.H., Robinson J.T., Liang Y., Cui, Y., Dai,
H. 2011. Mn-Graphene Hybrid as High Capasity Anode Material for Lithium
Ion Battery. J. Am. Chem. Soc. 132:13978.

Wei J., Nagarajan, N., dan Zhitomirsky, I. 2007. Manganese Oxide Films for
Electrochemical Supercapacitors. J. Material Proc. Tech. 186:356-361

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Zhanqiang, L.L., Wen, W., Xianming, L., Minchang W., dan Li, Z. Z. 2004.
Hydrothermal Synthesis of Nanostructured Spinel Lithium Manganese Oxide.
J. Solid State Chem. 177:1585-1591.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Zhu, Y., Murali, S., Cai, W., Li, X., Suk, J.W., Potts, J.R., dan Ruoff, R.S. 2010.
Graphene and Graphene Oxide: Synthesis, Properties, and Applications.
Adv.Mater. 22: 3906–3924.

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1 Difraktogram pada Grafena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2 Difraktogram pada Grafit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3 Difraktogram pada Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4 Difraktogram pada Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5 Difraktogram pada Mangan/Grafit Perbandingan 0,1:0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6 Difraktogram pada Mangan/Grafit Perbandingan 0,3:0,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 7 Difraktogram pada Mangan/Grafena Perbandingan 0,1:0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 8 Difraktogram pada Mangan/Grafena Perbandingan 0,3:0,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 9 Difraktogram pada Tembaga/Grafit Perbandingan 0,1:0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 10 Difraktogram pada Tembaga/Grafit Perbandingan 0,3:0,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11 Difraktogram pada Tembaga/Grafena Perbandingan 0,1:0,1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 12 Difraktogram pada Tembaga/Grafena Perbandingan 0,3:0,7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 13 Analisis Unsur Grafena dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Grafena
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Grafena
Application grafena 2

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 1,075 mass%
O 3,225 mass% 0,0017 <0.0001
C 95,7 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 14 Analisis Unsur Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Grafit/Grafena (0,1:0,1)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Grafit/Grafena (0,1:0,1)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 0,975 mass%
O 2,925 mass% 0,0015 <0.0001
C 96,1 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 15 Analisis Unsur Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Grafit/Grafena (0,3:0,7)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Grafit/Grafena (0,3:0,7)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 1,225 mass%
O 3,675 mass% 0,0012 <0.0001
C 95,1 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 16 Analisis Unsur Mn/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Mangan/Grafit (0,1:0,1)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Mangan/Grafit (0,1:0,1)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 0,67 mass%
O 2,01 mass% 0,0015
Mn 2,42 mass% 0,002 0,0005 0,0014
C 94,9 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 17 Analisis Unsur Mn/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Mangan/Grafit (0,3:0,7)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Mangan/Grafit (0,3:0,7)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 0,745 mass%
O 2,235 mass% 0,0015
Mn 3,42 mass% 0,0026 0,0001 0,0004
C 93,6 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 18 Analisis Unsur Mn/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Mangan/Grafena (0,1:0,1)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Mangan/Grafena (0,1:0,1)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 0,785 mass%
O 2,355 mass% 0,0015
Mn 3,36 mass% 0,0025 0,0001 0,0003
C 93,5 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 19 Analisis Unsur Mn/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Mangan/Grafena (0,3:0,7)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Mangan/Grafena (0,3:0,7)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 0,835 mass%
O 2,505 mass% 0,0015
Mn 5,36 mass% 0,0039 0,0002 0,0005
C 91,3 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 20 Analisis Unsur Cu/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Tembaga/Grafit (0,1:0,1)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Tembaga/Grafit (0,1:0,1)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 0,85 mass%
O 2,85 mass% 0,0015
Cu 0,2 mass% 0,0007 0,0001 0,0004
C 96,6 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 21 Analisis Unsur Cu/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
File Tembaga/Grafit (0,3:0,7)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Sample Tembaga/Grafit (0,3:0,7)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 1,37 mass%
O 4,12 mass% 0,0015
Cu 0,2 mass% 0,0018 <0.0001 0,0002
C 94,5 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 22 Analisis Unsur Cu/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
Tembaga/Grafena
File (0,1:0,1)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Tembaga/Grafena
Sample (0,1:0,1)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 0,66 mass%
O 1,98 mass% 0,0015
Cu 0,85 mass% 0,0002 <0.0001 <0.0001
C 96,7 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 23 Analisis Unsur Cu/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 dengan XRF

Type FP Analysis
Folder
Tembaga/Grafena
File (0,3:0,7)
Count 1
29/11/2017
Date 12.13
Tembaga/Grafena
Sample (0,3:0,7)
Application

[Analyzed
result]
Statistics Detection Quantitation
Component Analyzed value Unit error limit limit
H 1,125 mass%
O 3,375 mass% 0,0015
Cu 2,6 mass% 0,0009 <0.0001 0,0002
C 93,1 mass%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 24 Foto SEM Grafena

a. SEM Grafena perbesaran 200 kali

b. SEM Grafena perbesaran 500 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Grafena perbesaran 2000 kali

d. SEM Grafena perbesaran 5000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 25 Foto SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1

a. SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 1000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 2000 kali

c. SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 5000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 26 Foto SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7

a. SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 196 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 500 kali

c. SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 1000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. SEM Grafit/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 27 Foto SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,1:0,1

a. SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 197 kali

b. SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 503 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 1000 kali

d. SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 28 Foto SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,3:0,7

a. SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 197 kali

b. SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 503 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 1000 kali

d. SEM Mn/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 29 Foto SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,1:0,1

a. SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 1000 kali

b. SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 5000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 30 Foto SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,3:0,7

a. SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 502 kali

b. SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 978 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Mn/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 31 Foto SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,1:0,1

a. SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 196 kali

b. SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 996 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 32 Foto SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,3:0,7

a. SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 201 kali

b. SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 505 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Cu/Grafit Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 1000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 33 Foto SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,1:0,1

a. SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 200 kali

b. SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 506 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,1:0,1 perbesaran 1100 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 34 Foto SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,3:0,7

a. SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 500 kali

b. SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 991 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. SEM Cu/Grafena Perbandingan 0,3:0,7 perbesaran 2000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 35 Konduktivitas Katoda Baterai Primer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 36 Konduktivitas Grafit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 37 Konduktivitas Grafena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 38 Konduktivitas Grafit/Grafena (0,1:0,1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 39 Konduktivitas Grafit/Grafena (0,3:0,7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 40 Konduktivitas Mangan/Grafit (0,1:0,1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 41 Konduktivitas Mangan/Grafit (0,3:0,7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 42 Konduktivitas Mangan/Grafena (0,1:0,1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 43 Konduktivitas Mangan/Grafena (0,3:0,7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 44 Konduktivitas Tembaga/Grafit (0,1:0,1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 45 Konduktivitas Tembaga/Grafit (0,3:0,7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 46 Konduktivitas Tembaga/Grafena (0,1:0,1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 47 Konduktivitas Tembaga/Grafena (0,3:0,7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 48 Sintesis Grafena

Grafit +H2SO4(p)+KMnO4 Setelah stirer 5 hari

+H2O2+ H2SO4 5% Setelah sentrifugasi 3000 rpm Ditambahkan aquadest

Ultrasonikasi 50/60 Hz Setelah ditambah NH3 10 M dan Grafena setelah disaring dan
selama 5 jam distirer 48 jam dikeringkan dan siap
dikarakterisasi dan diuji
konduktivitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai