Oleh
Akhmad Basori, M. Si
(Mr JOSS)
Entrepreneur & Mentor Bisnis
BACA ATAU DITUTUP AJA
Keluar Negeri
Ini cerita kedua. Saya kenal orang ini gigih bekerja. Apalagi
perusahaan dari Jepang. Bisa dibilang kerjanya ekstra. Luar biasa!!! Gak
papa, yang penting lingkungan kerjanya mendukung untuk disiplin dan
bisa mengeluarkan segala potensi yang ada. Bagus khan ya..!!!
Orang ini kerja, kadang shift
siang dan kadang juga malam. Ya,
hidupnya kadang nggak jelas. Orang
tidur, dia kerja. Orang kerja, dia tidur.
Ada khan yang kayak begitu??? Tapi
ya begitu-begitu aja hidupnya. Monoton, sama dan tetap susah.
Jangankan mimpi keluar negeri. Ke negara Jepang, tempat asal
perusahaannya pun nggak kepikiran.
Waktu pertama mau join bisnis dan belajar jualan, ngaku nggak
punya duit. Dan memang beneran. Duitnya sudah habis untuk kredit KPR
yang ternyata developer-nya bodong dan aspal jalan perumahannya
bolong-bolong. Tapi ya gimana lagi. Hidup terjerat hutang rumah sekian
puluh tahun. Nasib! Belum lagi, anak makin besar, hidup makin banyak
tuntutan, bisa tidak ya, keluar dari masalah ini???
Bahkan untuk modal bisnis Rp 1 juta pun tidak ada. Malah
keluhannya di rumah hanya ada spring bed alias kasur pemberian hadiah
dulu sewaktu awal menikah kepada istri tercinta. Alamaaaak!!! Kalau
dijual berapa ya???
Saya bilang, “Boleh nggak punya duit, tapi jangan sampai nggak
punya Tauhid.” Saya minta orang ini untuk dhuha-tahajjud-sedekah Rp
10 ribu selama tujuh hari berturut-turut, tanpa putus dan minta Rp 1 juta
ke Allah untuk modal bisnis dan usaha.
Alhamdulillah, beliau melakukan apa yang saya perintahkan ini.
Selang tiga hari kemudian ada Rp 1 jutanya dan mulai belajar jualan dari
produk yang saya bimbing cara jualannya. Baik offline maupun online.
Terakhir dengar kabar, omsetnya sudah
Rp 65 juta dalam lima bulan pertama.
Alhamdulillah diganjar liburan ke Thailand
dan naik kapal pesiar di sungai Chao Praya.
Ya, dinner alias makan malam yang biaya per
orangnya saja untuk makan Rp 1,5 juta. Wuuuih!!! Belajar mental kaya,
belajar jadi orang kaya!
Insyaallah saya yakin tahun depan orang ini ke Jepang karena jika
omsetnya dalam waktu tujuh bulan tembus Rp 198 juta, akan ada hadiah
liburan jalan-jalan ke negeri matahari terbit alias Jepang. JOSS! Bisa
ya??? Ya, bisa. Bismillah...
Mau Penghasilan Berubah
Coba ngaca atau bahasa halusnya
merenung. Kenapa penghasilan gini-
gini aja? Kenapa rezeki nggak kunjung
bertambah? Padahal doa sudah, kerja
keras sudah. Tapi satu yang terlupa,
nggak mau tahu ilmu jualan dan nggak
mampu bertahan jualan dalam waktu lama. Iya apa iya???
Padahal Nabi sudah berpesan, dengan dagang, jualan, perniagaan
akan terbuka sembilan pintu rezeki kita. Alias kalau mau jualan, rezeki
bisa sembilan kali lipatnya! Semangat ya?
Ya, hidup susah aja selama lima tahun tabah dan istiqomah, eh
diajak jualan dua tahun aja ogah. Ini khan aneh. Karena sekali bisa jualan,
seterusnya-selamanya bisa. Atau bahasa pedas lainnya, miskin aja kok
betah lama-lama, tapi diajak jualan yang insyaallah bisa kaya raya, eh
banyak mikirnya, banyak alasannya dan banyak penundaannya. Hahaha...
Bagusnya disiram air aja ya...Wkwkwwkw (siram air wudhu maksudnya,
biar seger )
Ternyata sekolah dan kuliah selama ini itu mendidik kita jadi
pekerja, bukan pengusaha. Makanya selesai sekolah atau kuliah, yang
terbayang untuk cari nafkah ya dengan melamar kerja, bukan jadi
pengusaha. Betul apa betul? Yuk diubah!
Coba sekali lagi amati, dasar didirikannya sekolah dan kampus.
Ada perusahaan besar, akhirnya bikin kampus, bikin akademi. Nah
lulusannya buat siapa? Ya buat perusahaan tersebut biar mudah jadi
pekerjanya. Betul apa betul???
Saya nggak nyalahin sekolah dan kuliah lho. Karena saya juga
sekolah dan kuliah bahkan sampai jenjang S2. Tapi coba dipikir, kalau
lulusan sarjana itu nganggur, kampusnya tanggung jawab tidak? Padahal
sudah keluar biaya banyak lho.
Seandainya nih, di kampus dilatih jualan,
belajar dagang, setahun aja, baik offline maupun
online. Insyaallah mahasiswa ini bisa mandiri,
making money sendiri. Dan ini jadi pengalaman
yang berarti untuk bekal nanti. Khan tantangan
orang jualan itu, merasa malu, nggak gengsi,
nggak berani, dan ini bisa disiasati. Alhamdulillah
ada Kampus Umar Usman yang sudah lima tahun
berdiri dan mempunyai tagline “Kuliah 1 Tahun Jadi Pengusaha.” Bisa
dibuktikan, semua orang bisa belajar jualan, jadi pengusaha.
Lanjut ya. Seandainya kurikulum kita, ngajarin orang jualan itu
mulia, pengusaha itu mengikuti sunnah, jadi pedagang adalah sebuah
kebanggaan dan dilatih terus hingga sarat pengalaman. Maka saya yakin
senganggur-nganggurnya lulusan sarjana, akan bisa memilih pengusaha
sebagai jalan hidupnya. Insyaallah jalan tercepat menuju kaya, berkah
dan berlimpah.
Nah, sampai disini akhirnya Anda mulai mengangguk setuju, ”Oh
iya, kenapa nggak saya coba belajar jualan ya.” Atau “Boleh juga nih
belajar jualan selama setahun aja dulu deh.” Atau “Saatnya sekarang
serius jualan untuk merubah penghasilan.” Bagus! Maka saya
sepemikiran dengan Anda. Lanjut ya .
Masa Persiapan
Ya, sesuatu yang baik,
pasti butuh persiapan yang
terbaik. Kenapa di awal tulisan,
saya selalu bilang jualan, bisnis,
usaha, pengusaha? Ya karena
pilihannya hanya itu kalau Anda mau resign kerja. Insyaallah dari pekerja
jadi pengusaha. Bukan untuk melamar kerja di perusahaan yang lainnya
ya. Hahaha... Anda salah buku.
Insyaallah kalau disini Anda tekuni, telateni, maka ada potensi
penghasilan berkali-kali lipat terjadi. Ya, sabda Nabi tadi saya ulangi lagi,
sembilan dari sepuluh pintu rezeki di bisnis dan perniagaan. Alias jualan.
Jadi coba ikutin jualan aja setahun lamanya. Insyaallah penghasilan
bertambah, hidup berubah.
Jadi sambil Anda terus bekerja, mulailah belajar jualan. Saya juga
melakukan ini hampir setahun penuh. Memang lelah, tapi penghasilan
bisa berlimpah. Mungin nanti Anda akan mengeluh, tapi yakinlah
setahun setelah itu, insyaallah rezeki lebih penuh. Bismillah bisa. Siap?
Mulai sekarang dicoba dulu deh kerja sambil jualan. “Kapan waktu
jualannya?” begitu kalau kita mau bantah. Hei... dimana-mana orang
kerja itu punya jam kerja. Coba sekarang 1 jam sebelum kerja, 1 jam
setelah kerja, dan 1 jam saat Anda istirahat kerja, mulailah belajar jualan.
Lakukan dulu aja. Kalau nggak kuat 1 jam ya, 30 menit gak papa. Yang
penting tiada hari tanpa jualan. Insyaallah dompet jadi tebelan .
“Waduh, jualan kemana? Khan badan saya terkungkung di kantor.”
Hehehe... Beralasan lagi nih. Pinter banget deh kalau cari alasan. Namun
saya punya jawaban brilian. “Online solusinya.”. Ya, saat saya kerja dan
usaha, saya punya dua hape. Satu hape pribadi dan satu lagi hape
khusus jualan. Ya, saya coba tuh jualan online.
“Tapi saya nggak tahu ilmunya, saya ini GAPTEK!” Bagus banget
ngelesnya. Hehehe... Ilmu bisnis online, ilmu internet marketing itu
memang ilmu baru. Wajar banyak yang nggak tahu. Dan kalau mau tahu
ya belajar. Ikuti seminarnya, ikuti trainingnya, ikuti pelatihannya, ikuti
workshop-nya, biarpun berbayar pasti hasilnya terbayar. Anggap saja ini
kuliah S2 jadi pengusaha.
Selama satu tahun saya kerja sambil usaha, saya tidak pernah
biarkan waktu Sabtu dan Minggu saat libur kerja itu untuk leha-leha atau
bermalas-malas ria di rumah. Saya sempatkan dan giatkan ikut seminar
dan training dimanapun berada. Bahkan keluar kota. Tentunya di bidang
bisnis dan penjualan. Kalau Anda lakukan ini setahun saja, maka tahun
depan Anda sudah panen perubahan.
Akhirnya saya tahu apa itu Whatshapp Marketing, Facebook Ads,
Instagram Marketing, Telegram Marketing, Youtube Marketing sampai
Copywriting. Jadi semuanya itu memang online atau dunia maya, tapi
hasilnya sangat nyata dan bisa menghasilkan berjuta-juta rupiah.
Jadi gunakan weekend Anda untuk belajar, insyaallah itu modal
untuk penghasilan bersinar. Dan ingat, ilmu bisnis itu nggak perlu
banyak tahu, tapi banyak „bisa‟ alias banyak praktek. Sekali kita jago
jualan online dan bisa closing, lalu amati polanya dan tinggal diulangi
sampai di rekening banyak sekali. Hehehe... Cuman ini, hanya ini.
Saya dulu jaman BBM atau BlackBerry Messager, alhamdulillah bisa
jualan dan menghasilan ratusan ribu rupiah dalam seminggu saja.
Semakin saya belajar dunia online maka penghasilan saya jadi beneran
“ON”. Kalau terus ngotot hanya jualan offline, ya hati-hati penghasilan
jadi “OFF”. Jadi kuncinya melek online dan tetap gigih di offline. Sip ya...
A. Resign Error
Apa nih maksudnya?
Betapa banyak orang resign yang tadi sudah saya bilang, tanpa
persiapan, tanpa tabungan yang cukup ke depan, tanpa doa, tanpa mau
capek usaha dan kerja, tanpa jelas penghasilannya dari mana. Saya yakin
tipe ini tidak disukai baik oleh pasangan dan orang tua Anda.
Belum lagi kalau mereka tahu, kerja kita malas-malasan, nggak
disiplin, seenaknya saja, sering dimarahin atasan, kerja ala kadarnya,
maka yang dikhawatirkan waktu resign dan jadi pengusaha, kebiasaan
buruk tadi akan berlanjut terus dan tidak berubah.
Jadi kalau mau resign, berubahlah dari sekarang. Pantaskan diri
jadi pengusaha yang sikapnya mandiri, gigih dan mau usaha lebih. Dan
Anda sudah tepat tepat sekali, kalau mau resign sudah baca buku ini.
Jadi ada persiapan dini. Bahkan supaya tidak error, maka pastikan Anda
tipe resign yang kedua ini,
B. Resign Mentor
Apa lagi nih maksudnya?
Ya, beruntungnya saya saat masa setahun bekerja sambil usaha,
saya punya mentor yang membimbing usaha. Wah, jujur, kalau saya
boleh berseru akan bilang, “Seribu kali alhamdulillah.”
Gini, kita mau jadi pengusaha, maka harusnya kita itu punya
mentor alias pelatih alias guru yang sudah lama jadi pengusaha. Jadi
seluk beluknya bisnis kita akan diberitahu sehingga nggak jatuh-jatuh.
Jelas arahnya mau kemana dan mau dapat apa.
Ya, mentor saya Mas Ippho Santosa, pendiri bisnis British Propolis,
motivator yang sudah diundang di lima benua dan penulis buku mega
bestseller “7 Kejaiban Rezeki”. Saya belajar jualan dan usaha dari beliau.
Dari nggak bisa, sampai dipaksa bisa, dan akhirnya biasa. Bagi saya,
orang mau usaha dan kerja ada kesamaan. Perlu dilatih dulu sama
pelatih, perlu dibekali ilmu sama guru, dan biar nggak error hasilnya,
maka perlu hadirnya sosok mentor.
Orang kerja, dilatih bekerja dulu, namanya MT (Manajemen
Training) bahkan sampai satu tahun. Setelah itu baru kerja, baru
lancarlah dia. Bagaimana kalau mau jadi pengusaha? Hal yang sama juga
harus dilakukan. Cari mentor, cari pembimbing untuk diajarin bisnis dan
usaha. Maka kemungkinan berhasil, akan lebih besar peluangnya. Saya
juga membaca biografi pengusaha-pengusaha besar, mereka tidak ujug-
ujug besar, tapi ada gurunya, ada mentornya dan mereka serius belajar.
Bahkan saya masih ingat nasihat my mentor, Mas Ippho Santosa,
kalau teman-teman kita semua karyawan, maka penghasilan kita ya
standard karyawan. Jangan ngimpi lebih. Dan kalau kita punya temen
pengusaha yang omsetnya ratusan juta, atau malah miliar rupiah, maka
sedikit banyak kita akan kebawa kesana.
Bagaimana cara berpikirnya, bagaimana pola hidupnya, bahkan
bagaimana cara mencari uangnya. Ini seakan kayak kotak pandora yang
terkuak rahasianya. “Ternyata ada lho, orang yang sebulan itu
penghasilannya Rp 80 juta bersih, kenapa ya kok saya hanya Rp 8 juta?”
Nah, pemikiran kayak gini akan ada di benak kita kalau kita mulai
ubah pertemanan kita. Darimana dapat teman-teman ini? Dari Sabtu-
Minggu ikut seminar bisnis yang notabene kita akan punya kenalan baru,
pengusaha dan pembisnis yang lebih maju. Apalagi kalau acaranya di
hotel dan berbayar, maka yang datang juga mereka yang berbeda
penghasilan dari kita. Ini kesempatan untuk naik kelas.
Nah, ini pentingnya mentor, dia akan jadi pemandu jalan. Tapi
tetap kita yang harus berjalan. Hidup lebih jelas arah dan tujuan. Bahkan
saat saya pertama kali jualan dan omset bisnis saya stagnan di angka Rp
3 juta per bulan selama tiga bulan, eh bukannya saya dikasih solusi,
malah dalam tanda petik “dimarah-marahi”. Karena kita ini aneh, kadang
pengen penghasilan lebih, tapi nggak mau usaha lebih.
Ya, saat itu saya harus jujur akui, bahwa saya malas jualan. Saya
nggak mau gerak lebih. Saya banyak alasan capek gegara pulang kerja
sehingga nggak sempat ngurusin jualan online maupun offline. Ya, kita
kalau ada mentor akan diberitahu titik lemah kita dan kalau ini kita akui
dan perbaiki maka menjadi titik lebih yang membuat penghasilan juga
akan berlebih.
Maka setelah itu saya terima nasihat my mentor dengan lapang
dada. Saya mau penghasilan lebih dan saya siap usaha lebih. Tidur saya
kurangi. Jualan online saya gencarin lagi. Dan kata-kata keluhan, saya
hapus dalam kamus kehidupan ini. Keluhan itu memang mengenakkan
tapi tidak menghasilkan apa-apa. Jadi kurangi atau hilangkan sama
sekali.
Makanya saya tuntut Anda nggak langsung resign, tapi
mempersiapkan diri sambil terus jualan dan nambah ilmu jualan.
Insyaallah dari pengalaman saya, saya siap membimbing dan menemani
Anda untuk mahir jualan di produk yang saya tekuni dan sudah terbukti
menghasilkan ini. Bahkan Mas Ippho Santosa juga akan turut
membimbing dengan Voice Note langsung di hape Anda setiap pagi.
Saya sangat yakin semua orang bisa jualan. Karena Nabi sudah
mencontohkan juga seorang penjual, pedagang, pengusaha. Apa-apa
yang Nabi lakukan, kita pasti bisa. Karena beliau adalah uswatun
hasanah, contoh terbaik. Tinggal ikuti dengan semangat yang terus naik.
Oh iya, produk yang saya jual adalah British Propolis, suplemen
premium dari Inggris. Mas Ippho Santosa pendirinya. Harganya Rp 250
ribu per botol. Saya yang nggak punya pengalaman jualan, karena
sebulumnya hanya pengajar, tapi saya mau belajar. Ya akhirnya “dihajar”
alias dihajar ditolak sana-sini namun saya hadapi dengan tegar.
Mas Ippho mencontohkan bahwa jualan itu kayak latihan
sepedaan. Maka sekali bisa akan bisa selamanya. Coba cari selanya
gimana kita bisa jualan. Maka setelah bisa, ulangi, ulangi dan ulangi lagi.
Alhamdulillah 28 hari pertama saya jualan dengan gigih, hasil
penjualannya nol botol. Alias tidak ada yang beli. Sampai akhirnya saya
mikir terus, terus mikir dan saya bangkit lagi untuk bisa semangat jualan.
Alhamdulillah di hari ke-29 saya bisa langsung menjual 30 botol British
Propolis sekaligus. Allahu Akbar!!!!
Inilah kemenangan besar pertama saya dalam jualan yang saya
syukuri dan saya ajarkan ke tim-tim saya untuk tetap tegar jualan. Dan
memang jualan itu kuncinya cuman tiga, kenali produknya, kenali
segmen pasarnya dan tahu cara jualannya. Kalau ketiga ini kita pegang,
maka penjualan akan berkembang.
Saya masih ingat, saya selalu gunakan segala cara yang saya tahu.
Banyak action dan nggak banyak ngeluh. Kalau cara satu gagal, saya cari
cara yang lain. Begitu seterusnya, sekali mikir, seratus kali action-nya.
Alhamdulillah lama-lama jadi champion. Di akhir 2017, saya dinobatkan
salah satu penjual terbaik di British Propolis. Alhamdulillah.
Oh iya, ada tantangan target penjualan dari Mas Ippho saat awal-
awal. Yakni bagaimana tembus akumulasi omset Rp 40 juta dalam 4
bulan. Alhamdulillah saya belum berhasil. Saya hanya mencapai sekitar
Rp 20 juta saja omsetnya. Padahal kalau Rp 40 juta, dapat liburan ke
Lombok, Nusa Tenggara. Namun hal ini menjadi
pelajaran berharga. Bahwa usaha lebih keras harus
dipancang dan dicanang.
Kemudian ada tantangan baru kalau tembus
omset Rp 65 juta selama lima bulan akan dapat
traktiran liburan ke Thailand. Wow, luar negeri!!!
Alhamdulillah dengan keseriusan usaha dan kemudahan dari Allah,
target tercapai. Jalan-jalan ke Thailand. Yeaaah!!!
C. Resign Warrior
Baik, sudah tahu ya, ada resign error, jangan sampai deh seperti
ini. Kemudian kedua ada resign mentor yang insyaallah membimbing
Anda tidak error. Dan yang terakhir adalah resign warrior. Apaan tuh???
Hehehe... Sabar, ini istilah saya saja, karena baru saja di tim Bisnis
British Propolis ada yang resign, padahal masih muda dan dari
perusahaan BUMN ternama untuk mau fokus di bisnis. Kok bisa????
Saya yakin pertentangan di kalangan keluarganya pasti banyak.
Karena yang saya tahu, jenjang untuk masuk kerja di BUMN tersebut
sangat lama dan sangat susah. Tetapi ternyata dia bisa. Namun saat
hidayah resign itu tiba, eh, dia mampu memantapkan hati dan resign
kerja dan beneran full-full-an di bisnis dan usaha.
Kalau Anda simak cerita saya, rekor penjualan British Propolis saya
adalah 30 botol sebulan. Jadi kalau sebotol harganya Rp 250 ribu, maka
totalnya adalah Rp 7.500.000,00. Bagus buat awalan. Nah, teman saya ini
malah menjual 100 botol British Propolis atau senilai Rp 25 juta dalam
hitungan hari. Wow, bagaimana kisahnya???
Iya, jujur saja. Kalau kita jadi pekerja, pasti dikasih target sama
atasan. Kalau target sering tidak dicapai, maka kita
akan dipecat. Right? Nah, dalam bisnis, yang ngasih
target ya kita sendiri. Jadi kalau nggak kecapai, ya
„pecat‟ dengan memberi hukuman pada diri sendiri.
Nah, kejadiannya ini saat libur H-2 lebaran
2018. Teman saya ini yakin bisa menjual 100 botol
British Propolis saat mudik dari Jawa ke Lampung.
Dalam benaknya beliau berjanji, “Belum balik ke Jawa, kalau belum habis
100 botol BP terjual.”
Janji ini menghujam dalam-dalam, “Pokoknya harus laku semua,
tanpa sisa!” Padahal beliau juga nggak ada gambaran kepada siapa akan
jualan. Tapi terus dan terus jualan, bahkan harus menempuh satu hari
perjalanan dengan sepeda motor keliling dan keluar masuk kampung di
Lampung.
Saya yakin, Allah Maha Melihat. Allah Maha Menilai. Dan Allah tidak
akan tinggal diam. Ini seperti sa‟i dalam ibadah umrah. Bolak-balik dari
Shafa ke Marwa dan yang dicari bukan air, tapi pertolongan Allah. Ya,
akhirnya keajaiban air zam-zam keluar. Begitu juga usaha teman saya ini
yang akhirnya kelar dan terbayar. 100 botol British Propolis habis laris
terjual. Allahu Akbar!!!
Nah, nama teman saya ini, Mas Abadi Right. Kemudian saya tanya
lagi apa keyakinannya sehingga bisa sukses seperti itu? “Yakinkan dirimu
agar Allah yakin padamu.” Begitu jawabnya lirih dengan sepenuh hati.
Sebagai penutup, saya yakin Anda sudah menggangguk iya bahwa
“Resign Itu Mulia” adalah hal yang baik. Yuk diniatkan dan dipersiapkan
yang terbaik. Insyaallah sebentar lagi Anda akan jadi pengusaha yang
kaya, berkah, berlimpah. Mulai bisnis dan usaha sekarang juga. Sip ya.!
Salam JOSS!
-TAMAT-
DIBUKA PELUANG USAHA
0818-0952-0065.