PERTAMA
Oleh
Akhmad Basori, M. Si
(Mr JOSS)
Entrepreneur & Mentor Bisnis
ANDA BISNIS UNTUK APA?
KEPEPET USAHA
Alhamdulillah setelah saya menikah, hidup
lebih bahagia. Awalnya saya adalah pengusaha
yang punya satu kantor, empat karyawan dan
satu mobil kerja. Karena nggak bisa mengelola
dan nggak ada mentor yang mengarahkan,
alhamdulillah punah semua. Ya, kantor nggak bisa bayar sewa, begitu
juga cicilan mobil tertunda, dan akhirnya empat karyawan dirumahkan
semua.
Kenapa saya bilang alhamdulillah? Karena disanalah saya kapok
berbisnis dan usaha. Apalagi meninggalkan utang puluhan juta. Tapi
saya yakin, Allah pasti menitipkan pesan penting dari kerugian dan
kebangkrutan saya ini.
Singkat cerita, saya sangat yakin, bahwa apa-apa yang Allah
janjikan itu benar adanya. Tinggal keberanian saja apakah kita mau terus
melangkah. Ada nggak yakin disana, ada nggak iman disini (sambil
menunjuk di hati).
Saat itu saya baru saja selesai S2 dari Universitas Indonesia dan
mendapatkan gelar Master of Sains (M.Si). Masih jomblo dan sambil
tertatih bangkit dari bangkrut. Saya tekadkan untuk menikah. Biar rezeki
bertambah dan hidup berubah. Semoga!!!
Bahkan salah satu janji Allah SWT dan hadist Nabi, bahwa menikah
itu meng-kaya-kan. Benarkah? Saya sih percaya saja, saya imani 100%
adanya.
Sambil jalan, utang saya tersisa Rp 33 juta dan bagaimana ya saya
bisa menutupi hutang itu semua? Saya nggak mau hidup gali lubang
tutup lubang lagi. Hutang disana untuk menutupi hutang disini. Sambil
ada selisihnya saya gunakan untuk hidup sehari-hari.
Kadang dulu untuk melangkah jualan itu super gengsi. Mau kerja,
kayaknya menyalahi komitmen diri. Khan saya pengusaha! Hihihi... Saya
semenjak sarjana dan lulus S1, maunya jadi pengusaha, bukan pekerja.
Pantang bekerja atau melamar kerja. Itu komitmen waktu itu.
Tapi apa daya, kadang hidup perlu berbalik arah.
Menikah, Meng-Kaya-Kan
Benar saja, setelah saya serius
ikhtiar menikah, datanglah rezeki besar.
Proses saya menikah dengan istri hanya
tiga minggu saja. Karena saya pantang
pacaran, maunya langsung lamaran dan
lanjut ke jenjang pernikahan. Alhamdulillah akad dan resepsi pernikahan
berjalan lancar dan sederhana.
Lalu, gimana dengan hutang-hutang? Hahaha, istri akhirnya tahu
juga. Saya janji stop hutang dan mau banyakin tabungan. Untuk apa?
Bayar hutang. Dan akhirnya setelah berdiskusi dengan istri, saya
putuskan untuk bekerja. Untuk menstabilkan pernafkahan dan
penghasilan.
Alhamdulillah saya langsung dapat jabatan prestisius Wakil Rektor
di Kampus Bisnis Umar Usman, Jakarta. Ya, kampus yang punya tagline
“Kuliah Satu Tahun Jadi Pengusaha”. Saya niatkan tidak sekadar bekerja,
tapi belajar kepada pendirinya Mas Ippho Santosa yang sudah makan
asam garam lika-likunya bisnis dan usaha.
Saya jalani bekerja hampir lima tahun, sampai akhirnya saya resign
dari jabatannya, tapi tetap menjadi pengajar saja disana. Ya, selama
bekerja, pelan-pelan hutang terbayar lunas. Bahkan di tahun kedua, saya
sudah bebas dan merdeka dari hutang. Hidup bahagia dengan istri
tercinta. Akhirnya punya anak satu, tambah lagi dua, dan alhamdulillah
Allah kasih kenikmatan berlimpah.
Lho, mana nih cerita bisnisnya? Kok malah suka duka hutang dan
dunia kerja??? Hehehe... Sabar, ini baru awal cerita.
Tanggungan Hutang
Nah, saya banyak bertemu dengan
pengusaha dan kalau saya tanya, “Kenapa mau jadi
pengusaha?” Sangat jarang yang karena tujuan
pengen ini atau pengen itu. Kebanyakan “BU” alias
Butuh Uang. Hahaha... Ya, sama seperti saya, di
tahun keempat bekerja, Allah hadiahi rezeki berupa masalah.
Masalah apa itu? Bapak saya punya hutang yang tidak terbayar
sampai hitungan Rp 33 juta. Sama seperti saya dulu waktu awal menikah.
Saya pengennya bayar pakai gaji dan dicicil setiap bulannya Rp 500 ribu.
Tapi lama. Kalau saya hitung, baru enam tahun lunas. Kadang hati ikhlas
dan kadang nggak ikhlas. Namanya rumah tangga, pasti kebutuhannya
ada saja dan sering melonjak nggak jelas.
Bahkan Bapak saya pernah diancam untuk dipolisikan dan
dipenjarakan. Hati siapa yang tidak tergerak untuk membela apalagi
saya adalah anaknya. Saya kemudian tekadkan untuk bayar lunas
semuanya, secepatnya dan sesegera mungkin yang saya bisa.
Kalau lihat gaji, dulu awal menikah, pasti terasa besar. Karena
dipakai untuk berdua saja. Saya dan istri. Namun kalau anak sudah ada,
maka pengeluaran akan bertambah. Apalagi kalau tambah anak lagi.
Pasti pengeluaran lebih besar lagi. Belum tempat tinggal yang dulu
terasa luas dan lebar, malah bisa terasa sempit dan kecil karena
bertambah jumlah keluarga inti. Pasti pengen rumah yang baru, yang
lebih luas, lebih lega, dan lebih nyaman.
Alhamdulillahnya saya, punya istri yang dikasih rumah untuk
ditinggali sama mertua. Jadi tiap bulan nggak bayar sewa. Tapi sebagai
suami, pasti ada harga diri untuk membelikan istri rumah sendiri. Karena
memang hadist Nabi berbunyi, “Baiti Jannati”. Rumahku surgaku. Bukan
rumah mertuaku surgaku. Hehehe... Apalagi kosan dan kontrakan??
Wkwkwkw... Makanya tekad beli rumah muncul begitu kuatnya.
Nah, sebelum ke rumah, ke hutang Bapak dulu ya. Ada Rp 33 juta
nih. Bagaimana mungkin bisa terbayar dari gaji? Belum lagi untuk keluar
nafkah ini dan itu untuk keluarga kecil saya?? Mau nggak mau, solusinya
adalah mau usaha, mau dagang, mau jualan, atau segera buka bisnis
sampingan.
Dan ini yang saya lakukan, tanpa ada keluhan. Jadilah di tahun
keempat saya bekerja, saya ya kerja ya nyambi jualan. Jualan apa saja
yang penting halal dan legal. Saya luruhkan ego dan gengsi saya sebagai
lulusan S2 UI, saya tanggalkan jabatan Wakil Rektor, saya mulai dari nol
lagi. Karena pertama kali jualan, pasti banyak orang yang menganggap
hal ini memalukan sekali. Dan ini benar-benar saya alami.
Ya, mulai jualan roti di kantor. Saya ambil dari tetangga Rp 5 ribu
dan saya jual lagi Rp 10 ribu. Alhamdulillah untung Rp 5 ribu setiap satu
rotinya. Saya juga jualan parfum ke kantor. Ini juga ambil dari tetangga.
Untung lebih besar Rp 10 ribu per botol parfum. Bahkan saya pernah
tekuni jualan buku yang saya tulis sendiri. Untungnya Rp 15 ribu per
buku. Pokoknya apapun yang bisa saya jual, ya saya jual dengan
semangat yang tebal.
Pernah juga lho, saya jualan buah jambu kristal. Saya ambil di
tukang sayur, waktu istri berbelanja. Saya beli 5 jambu krital seharga Rp
10 ribu dan saya jual per buah Rp 5 ribu. Jadi setiap buah harganya Rp 2
ribu dan saya jual Rp 5 ribu. Alhamdulillah ada untung Rp 3 ribu.
Pokoknya jualan saja, sampai urat syaraf malu jualannya putus-tus.
Nah, kalau begini ceritanya, kapan tembus Rp 20 juta pertama???
Bahkan itu adalah profit bersih???? Sabaaaar! Sekali lagi sabar. Nanti
kalau sabar, profitnya besar lho. Hehehe...
Margin Besar
Yup, kalau Anda amati orang jualan itu, yang
penting selain jualannya adalah profit tiap item
jualannya. Karena kalau ini gedhe, maka untungnya
juga gedhe. Dalam bahasa bisnis, namanya margin.
Jadi kalau contoh roti tadi, dibeli Rp 5 ribu, dijual
Rp 10 ribu, maka margin profitnya Rp 5 ribu. Kalau buku, saya beli Rp 35
ribu dan saya jual Rp 50 ribu, maka profit marginnya Rp 15 ribu. Jelas???
Termasuk jambu kristal tadi, berapa profit marginnya? Yup, benar Rp 3
ribu. Saya beli Rp 2 ribu dan saya jual lagi Rp 5 ribu.
Nah, ini penting. Kalau kita memahami ini, maka cepat kayanya
kita. Jualan barang mahal atau jualan barang murah itu capeknya sama.
Makanya kalau menurut saya, mending jual barang mahal sekalian.
Capeknya sama, tapi margin profitnya beda. Karena seringkali margin
profit untuk barang mahal itu cenderung tebal alias besar.
Ya, barang mahal biasanya disebut barang premium. Maka margin
profitnya juga premium. Ada segmen pasarnya khusus, ada margin profit
yang juga bagus. Nah, saya setelah tahu ini, belajar fokus di jualan
barang-barang mahal atau barang premium. Dan yang margin profitnya
bagus. Adakah???
Oh iya, mahal itu bagus. Kenapa? Hehehe... biasanya margin
profitnya tebal. Jual barang puluhan ribu, ya untung bisa ribuan. Jual
barang ratusan ribu, ya untung bisa puluhan ribu. Jual barang jutaan??
Ya, untung bisa ratusan ribu. Begitu seterusnya. Jadi semakin besar harga
jual barang kita, maka makin banyak margin profitnya. Jadi kalau untung
nggak segitu, berarti Anda salah harga! Cek aja!
Nah, kalau kita terus mencari barang yang premium dan margin
profitnya premium juga, adakah barangnya? Ya, pasti ada. Kalau ndak
tahu, ya cari tahu sampai ketemu. Saya juga begitu. Saya gigih mencari,
teliti dan terus mencari. Alhamdulillah akhirnya ketemu barangnya,
ketemu produknya.
Nah, balik lagi ke cerita saya jualan tadi. Setiap saya untung, selalu
saya simpan dan saya tabung. Buat apa?? Buat bayar hutang Bapak saya.
Ya, saya tidak ambil Rp 1 rupiah pun. Alhamdulillah dari gaji sudah
mencukupi. Jadi beneran saya bisnis dan usaha, jualan capek-capek dan
ditolak, saya niatkan untuk orang tua tercinta. Ternyata ini jadi energi
yang tidak ada habisnya.
Sampai akhirnya saya ketemu produk British Propolis yang kalau
jualan sekali laku, untungnya langsung puluhan ribu. Wow, saya
semangat sekali. Langsung saya tekuni dan saya fokusin di situ. Kalau
jadi reseller, untung per botol Rp 70 ribu. Dan ini sangat tinggi
dibanding jenis-jenis produk yang dijual online atau offline lainnya. Istri
saya pernah coba jualan online untuk baju anak. Untungnya hanya Rp 20
ribu. Salah kirim ongkir (ongkos kirim) saja, maka untung kemakan
disitu. Haduh!!!
Nah, apalagi kalau jadi agen British Propolis. Untung bisa lebih
besar. Bahkan sampai Rp 100 ribu untuk jualan satu botolnya saja. Itu
untung bersih lho. Saya yang sudah merasakan saat jualan roti, parfum,
buku sampai jambu kristal, ya akhirnya memilih fokus di British Propolis
ini. Untung ratusan ribu lho! Insyaallah ini bisa bikin cepat lunas untuk
bayar hutang Bapak saya.
Profit Berlimpah
Coba Anda baca pelan-pelan lagi
bagaimana saya menjual dengan tim
penjualan, dengan tim reseller. Anda harus
paham ini dan melakukan dengan benar.
Insyaallah omset dan profit membesar. Oh
iya, kadang reseller itu keluar-masuk. Datang dan pergi. Dan hal-hal
kayak gini, nggak usah dibikin baper. Alias dibawa perasaan. Tegar, kuat
dan jadilah magnet supaya reseller Anda banyak dan ketarik dengan
semangat Anda. Belajar total membina agar mereka juga royal pada
Anda.
Saya juga pernah punya reseller yang bawaannya marah-marah.
Dijapri nggak dibalas, dikasih ilmu, saya dibilang sok tahu, dan macam-
macam. Dan tetap sabar dan jangan membalas. Setiap keburukan jangan
dibalas dengan keburukan. Doakan saja, mungkin dia lagi ada masalah.
Semoga Allah angkat masalahnya.
Ada juga reseller yang belajar jualannya lemot, alias lambat. Nggak
masalah selama dia semangat belajar. Ajari seperti dia masih bayi.
Apalagi dalam dunia online, saya sampai pakai video tutorial segala
untuk jelasin bagaimana cara jualan online di Whatshapp, Instagram
sampai Facebook. Bahkan kadang mereka merasa gaptek (gagap
teknologi). Nggak papa. Bilangin saja bukan gaptek tapi ini memang
ilmu baru yang belum banyak orang tahu. Jadi kalau kita mau sungguh-
sungguh, maka rezeki kita akan cepat maju.
Ada lagi reseller yang sangat aktif. Nah ini yang harus kita cari dan
jadikan andalan dalam tim. Inisiatifnya tinggi, bertanya sesekali tapi
prakteknya berkali-kali. Alhamdulillah kalau sudah kayak gini, jualannya
juga tinggi. Orang-orang kayak gini, awalnya juga nggak bisa dan nggak
ngerti jualan. Nah, kita yang mengajarkan sampai akhirnya bisa dan
pencapaiannya luar biasa. Yang kita butuhkan adalah meyakinkan
mereka bahwa mereka bisa jualan hebat, bisa omsetnya dahsyat dan
tentunya profitnya lebat. Tinggal bagaimana kita pandai-pandai menjaga
mereka punya semangat.
Ya, coba mulai main dengan resellership, dengan tim penjualan.
Langsung daftar jadi mitra dengan level agen kalau di tim British
Propolis saya. Karena sudah bisa menarik reseller dan ada pembagian
margin profit yang cukup buat mereka. Apalagi Anda sudah tahu ilmu
ini. Jadi kuncinya adalah giat mencari dan membina reseller.
Saya banyak temui orang yang sudah punya reseller malah
mengeluh kalau resellernya males, nggak respon, susah diajari dan
macam-macam. Padahal saya tanya balik, “Allah akan mengirimkan
orang-orang yang setipe dengan kita”. Maksudnya apa? Jangan-jangan
memang kitanya yang suka ngeluh, males jualan dan nggak sabaran
ngajarin. Jelas???
Jadi terus berbenah, terus memperbaiki diri, maka Allah akan kirim
reseller-reseller terbaik untuk jadi tim kita. Bismillah bisa!
Nah, kalau Anda sudah punya rekor jualan, ini akan mudah untuk
menggedor mereka supaya semangatnya tidak kendor. Makanya kalau
langsung cari reseller dan kitanya belum jago jualan sampai jadi
bestseller, ya akan menuai banyak masalah. Kita nggak akan bisa
merasakan apa yang mereka rasakan. Kita nggak tahu apa keluh kesah di
lapangan. Ya, kita harus menjalani sendiri dulu, mengalami dulu, baru
kita mengajari mereka sepenuh hati.
Baik, sampai disini Anda sepertinya sudah mengangguk setuju ya.
Nah, saat Anda sudah memahami ini semua dan mulai menjalaninya
insyaallah profit besar akan segera Anda rasakan. Maka boleh dong saya
tanya, profitnya buat apa?
Ini yang akan membuat Allah bikin mudah bisnis Anda, reseller
Anda, usaha Anda. Siap???
Boleh saya kasih saran. Ssttt... sarannya bisik-bisik saja biar sampai
menghujam di dalam sanubari Anda.
-TAMAT-
DIBUKA PELUANG USAHA