Anda di halaman 1dari 65

SINTESIS GRAFENA DARI OKSIDASI GRAFIT DAN REDUKSI

OKSIDA GRAFIT MENGGUNAKAN REDUKTOR ASAM


SITRAT

SKRIPSI

SUCI AYU PERTIWI HARAHAP


130802025

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SINTESIS GRAFENA DARI OKSIDASI GRAFIT DAN REDUKSI
OKSIDA GRAFIT MENGGUNAKAN REDUKTOR ASAM
SITRAT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

SUCI AYU PERTIWI HARAHAP


130802025

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN ORISINALITAS

SINTESIS GRAFENA DARI OKSIDASI GRAFIT DAN REDUKSI OKSIDA


GRAFIT MENGGUNAKAN REDUKTOR ASAM SITRAT

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2018

Suci Ayu Pertiwi Harahap


130802025

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Sintesis Grafena Dari Oksidasi Grafit Dan Reduksi


Oksida Grafit Menggunakan Reduktor Asam Sitrat
Kategori : Skripsi
Nama : Suci Ayu Pertiwi Harahap
Nomor Induk Mahasiswa : 130802025
Program Studi : Sarjana Kimia
Fakultas : MIPA-Universitas Sumatera Utara

Disetujui di
Medan, Januari 2018

Ketua Program Studi Pembimbing,

Cut Fatimah Zuhra,S.Si.,M.Si Rikson Siburian, M,Si, Ph.D


NIP. 197405051999032001 NIP. 197409042000121001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SINTESIS GRAFENA DARI OKSIDASI GRAFIT DAN REDUKSI OKSIDA
GRAFIT MENGGUNAKAN REDUKTOR ASAM SITRAT

ABSTRAK

Penelitian tentang sintesis grafena dari oksidasi grafit dan reduksi oksida
grafit menggunakan reduktor asam sitrat telah dilakukan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui cara mensintesis grafena dari grafit dan mengetahui
apakah reduktor asam sitrat dapat mereduksi oksida grafena menjadi grafena.
Penelitian ini menggunakan metode termodifikasi Hummer dan analisis X-ray
Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray (SEM-
EDX), dan Konduktometer. Asam sitrat yang dipakai sebagai reduktor belum dapat
mereduksi oksida grafena menjadi grafena dengan baik dimana berdasarkan analisis
yang dilakukan masih terdapat gugus-gugus fungsional berupa gugus hidroksil,
karbonil, dan epoksi dengan jumlah yang sedikit berkurang. Hasil penelitian X-ray
Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa terdapat puncak yang lemah dan melebar.
Data tersebut mengindikasikan bahwa grafena terbentuk. Hasil penelitian Scanning
Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray (SEM-EDX) menunjukkan adanya
ukuran dan bentuk struktur yang kecil, tipis, dan tidak bertumpuk pada grafena. Hasil
penelitian Konduktometer menunjukkan peningkatan daya hantar listrik pada grafena
sebesar (105,8 μs/cm) dibandingkan dengan oksida grafena (50,8 μs/cm).

Kata kunci : Asam Sitrat, Grafena, Grafit

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


SYNTHESIZE OF GRAPHENE FROM OXIDE GRAPHITE AND REDUCED
OXIDE GRAPHITE USING CITRIC ACID AS REDUCING AGENT

ABSTRACT

The research about synthesize of graphene from oxide graphite and reduced
oxide graphite using citric acid as reducing agent was carried out. The aims of this
research are to find out how to synthesize Graphene from Graphite and determine
whether citric acid reducing agents can reduce Graphene into Graphene oxide. This
research used the modified Hummer method, the graphene was characterized by
using X-ray Diffraction (XRD), Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-
ray (SEM-EDX), and Conductomether. Citric acid is used as a reductant has not
been able to reduce oxides of Graphene into Graphene well which based on the
analysis carried out there are still functional groups such as hydroxyl, carbonyl, and
epoxy with a slightly reduced amount. The results of X-ray Diffraction (XRD) show
that the weak and broad peak appears at 2θ for grapheme. It indicated that graphene
is formed. The result of Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-ray
(SEM-EDX) shows there are small, thin, and no coalence structure of graphene. The
results of the analysis using Conductomether Graphene shows increased electrical
conductivity in Graphene by (105.8 microseconds / cm) compared with Graphene
oxide (50.8 microseconds / cm).

Key words: Citric Acid Graphite, Graphene, Graphite

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan
Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan judul “SINTESIS GRAFENA DARI OKSIDASI
GRAFIT DAN REDUKSI OKSIDA GRAFIT MENGGUNAKAN REDUKTOR
ASAM SITRAT”.
Terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Rikson A.F.Siburian,
S.Si,M.Si,Ph.D selaku Dosen Pembimbing dengan setia telah meluangkan waktu,
pikiran dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada Ibu Dr.Cut Fatimah Zahra, M.Si dan
Ibu Dr.Sovia Lenny, M.Si selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi
Kimia FMIPA-USU Medan, Dekan dan Wakil Dekan FMIPA-USU, seluruh staf dan
dosen, dan pegawai-pegawai program studi Kimia FMIPA-USU.
Terimakasih penulis sampaikan kepada orangtua tercinta, ayah tersayang
Mangarahon Harahap,Alm dan ibu tercinta Linawati Siregar Sp.d yang penuh
kesabaran dan tidak mengenal putusasa selalu memberikan motivasi, doa, tenaga,
pikiran untuk memotivasikan penulis selama perkuliahan sampai selesainya skripsi
ini serta kasih sayang yang tak henti-hentinya diberikan kepada penulis selama ini,
dan terimakasih untuk adik-adik tercinta Gilang Gumilang Harahap dan Nabila
Khoirul Bariyah Harahap atas dukungan semangat yang telah diberikan.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat tercinta Urfi
Telek, Adib Minidibun, Cici Citel, Shara Guek, untuk setiap kenangan, kebersamaan
dan dukungan bagi penulis. Semua teman-teman seperjuangan angkatan Kimia 2013
atas dukungan, doa dan kebersamaan telah setia menemani sejak awal perkuliahan
hingga akhir penelitian. Setiap orang yang tidak disebutkan namanya yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu penulis selama perkuliahan
hingga penulisan skripsi ini.

Medan, Januari 2018

Suci Ayu Pertiwi Harahap

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
PENGESAHAN SKRIPSI
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbon 6
2.1.1 Sifat Fisika dan Kimia Unsur Karbon 6
2.2 Grafit 7
2.2.1 Sifat dan Kegunaan Grafit 9
2.3 Oksida Grafena 10
2.4 Grafena 11
2.4.1 Pembuatan dan Pemrosesan Grafena 13
2.4.2 Aplikasi dari Material Grafena 15
2.4.3 Aplikasi Grafena untuk Sel Bahan Bakar 16

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Sel Bahan Bakar 17
2.5.1 Aplikasi dari Sel Bahan Bakar 18
2.6 Asam Sitrat 19
2.7 XRD 20
2.7.1 Prinsip Kerja XRD 21
2.8 SEM 21
2.8.1 Prinsip Kerja SEM 22
2.9 Konduktometer 22
2.10 Studi Pendahuluan 24
2.11 Metode Karakterisasi Fisika 24

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Tempat dan Waktu 25
3.2 Alat dan Bahan 25
3.2.1 Alat 25
3.2.2 Bahan 26
3.3 Prosedur Penelitian 26
3.3.1 Analisis Grafit 26
3.3.2 Sintesis Oksida Grafena 26
3.3.3 Sintesis Grafena 27
3.4 Bagan Penelitian 28
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Senyawa Grafit 29
4.1.1 Analisis Grafit Menggunakan XRD 29
4.1.2 Analisis Grafit Menggunakan SEM-EDX 30
4.1.3 Analisis Grafit Menggunakan Konduktometer 31
4.2 Sintesis Oksida Grafena 31
4.2.1 Analisis Okisda Grafena Menggunakan XRD 32
4.2.2 Analisis Oksida Grafena Menggunakan SEM-EDX 33

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.4 Analisis Oksida Grafena Menggunakan 35
Konduktometer
4.3 Sintesis Grafena 35
4.3.1 Analisis Grafena Menggunakan XRD 36
4.3.2 Analisis Grafena Menggunakan SEM-EDX 37
4.3.3 Analisis Grafena Menggunakan Konduktometer 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 39
5.2 Saran 39

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
2.1 Sifat-sifat Grafena dan Karbon lainnya 13
2.2 Aplikasi Grafena untuk Sel Bahan Bakar 17
2.3 Aplikasi Grafena untuk Piranti Elektronik 17
2.4 Perbandingan dari Berbagai Sel Bahan Bakar 18
2.5 Sifat Fisika-Kimia dari Asam Sitrat 20
4.1 Perbandingan Elemen C dan O 36

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.1 Struktur Grafit 9
2.2 Struktur Oksida Grafena 11
2.3 Model Struktur Grafena 13
2.4 Skema dari Sel Bahan Bakar 19
4.1 Spektra XRD Grafit 30
4.2 Hasil SEM Grafit 31
4.3 Spektra EDX Grafit 32
4.4 Spektra XRD Oksida Grafena 34
4.5 Hasil SEM Oksida Grafena 35
4.6 Spektra EDX Oksida Grafena 36
4.7 Spektra XRD Grafena 37
4.8 Hasil SEM Grafena 38
4.9 Spektra EDX Grafena 39

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


Lampiran
1 Bagan Alir Penelitian 47
2 Foto-Foto Penelitian 48
3 Data Analisis XRD Grafit 51
4 Data Analisis XRD Oksida Grafena 52
5 Data Analisis XRD Grafena 53
6 Data Analisis SEM-EDX Grafit 54
7 Data Analisis SEM-EDX Oksida 56
Grafena
8 Data Analisis SEM-EDX Grafena 58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR SINGKATAN

SEM =Scanning Electron Microscope


EDX =Energy Dispersive X-ray
XRD =X-ray Diffraction
FTIR =Fourier Transform-Infra Red
TEM =Transmission Electron Microscopy
AU =Angkatan Udara
OG =Oksida Grafena
CVD =Chemical Vapour Deposition
SDBS =Sodium Dodecylbenzene Sulfonate
PEMFC =Polymer Electrolite Membrane Fuel Cell
DMFC =Direct Methanol Fuel Cell
AFC =Alkaline Fuel Cell
PAFC =Phosphoric Acid Fuel Cell
MCFC =Molten Carbonate Fuel Cell
SOFC =Solid Oxide Fuel Cell
MFC =Microbial Fuel Cell
TWH =Tera-watt Hour
MOR =Oksida Metanol
HOR =Oksida Hidrogen
ORR =Reduksi Oksigen
CB =Carbon Black
RPM =Rotor Per Minute
SiC =Silikon Carbida
MEA =Pengembangan elektroda Membran

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


H2SO4 =Asam Sulfate
NaNO3 =Natrium Nitrate
KMnO4 =Kalium Permanganate
O2 =Oksigen
H2O =Air
CO2 =Karbondioksida
Ni =Nikel
Cu =Tembaga
C6H5O73- =Ion Sitrat
C6H8O7 =Asam Sitrat
Pt =Platina
W =Tungsten
LaB6 =Lanthanum Hexaboride

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Populasi dunia saat ini kurang lebih mencapai tujuh miliar penduduk, di
estimasi bertumbuh hingga mencapai sembilan miliar pada tahun 2050. Jumlah
tersebut akan terus bertambah bisa mencapai sembilan miliar pada
2100 (Lee,R.2011).Peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi yang
begitu cepat mengakibatkan kebutuhan energi semakin tinggi (Y. Cheng et al.,2012).
Energi merupakan urat nadi teknologi dan pengembangan ekonomi. Oleh karena itu,
keamanan, ketersediaan dan kemampuan penyediaan energi sangat fundamental bagi
kestabilan dan pengembangan ekonomi. Konsumsi energi dunia, 86 % bersumber
dari bahan bakar fosil, yaitu minyak (33 %), gas (23 %), dan batubara (30
%).(International Energy Agency in World Energy Outlook, 2011)

Bahan bakar fosil berkontribusi penuh bagi ketersediaan energi listrik dan total
kebutuhan energi dunia. Contoh: penyediaan energi listrik dunia (18.000) TWH
(Terawatt-jam) per tahun, setara dengan 40 % dari kebutuhan total energi manusia
(Schiermeier,Q et al.,2008) diperoleh dari bahan fosil. Namun demikian, ada
beberapa kelemahan dari bahan bakar fosil (i) polusi,penyumbang karbon dioksida
(efek rumah kaca). Emisi karbon dioksida diestimasi akan meningkat dari 29 menjadi
43 giga ton (Gt) per tahun (Chu, S et al.,2012). Hal ini juga penyumbang pemanasan
global saat ini, dan (ii) bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui, satu saat bahan bakar fosil akan habis dan ketersediaannya
semakin terbatas (Fischer, G et al.,2001). Dengan demikian, alternatif energi yang
murah serta dapat mengurangi ketergantungan akan bahan bakar fosil khususnya
untuk kendaraan menjadi penting, sehingga emisi gas rumah kaca dapat dikurangi
(Veld, F. 2012), contohnya gas hidrogen (H2). Hidrogen dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif dikarenakan ramah lingkungan, ketersediannya besar, dapat
diperoleh dari berbagai sumber daya alam yang dapat diperbaharui serta dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


langsung dikonversi menjadi energi pada kendaraan maupun untuk keperluan rumah
tangga. (Prather, 2003)
Saat ini, sel bahan bakar membran polimer telah menarik perhatian dunia
dikarenakan dapat diaplikasikan untuk berbagai bidang, misalnya
transportasi,perumahan, perkantoran dan peralatan elektronik. Komersialisasi sel
bahan bakar akan diterima pasar apabila kinerjanya dapat ditingkatkan, harga yang
ekonomis serta keuletan produk tersebut (dapat digunakan dalam waktu yang lama)
(Zhang, H et al.,2012). Keunggulan lainnya, i) hasil akhirnya adalah air dan
prosesnya bersih serta ramah lingkungan; ii) lebih efisien dalam hal mengkonversi
energi kimia menjadi energi listrik dibandingkan dengan teknologi saat ini.
Sehingga, persoalan polusi udara, gas emisi rumah kaca dan ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil dapat dikurangi. Oleh karenanya, pengembangan sel bahan bakar
sangat penting untuk dikembangkan. Pengembangan sel bahan bakar sangat
bergantung terhadap teknologi material yang akan digunakan dalam piranti – piranti
sel bahan bakar tersebut. Sistem sel bahan bakar berkorelasi langsung dengan sifat –
sifat bahan yang digunakan.(Borup, R. et al., 2007)
Oleh karena itu, teknologi pengembangan material baru sangat berperan krusial
dalam pengembangan sistem penyimpanan energi dan konversi energi elektrokimia.
Dari sejumlah material yang diinvestigasi dalam piranti elektrokimia, material
karbon sangat menarik untuk dikembangkan dikarenakan ketersediaannya yang
besar, stabil secara kimia dan fisika (dapat digunakan di berbagai temperatur, media
asam maupun basa) serta ramah lingkungan. Hal – hal tersebut menyebabkan karbon
sangat menarik untuk digunakan sebagai elektroda didalam piranti energi
elektrokimia. (Hou, J et al.,2011).
Grafena sebagai salah satu material karbon telah menarik perhatian banyak
peneliti, khususnya material untuk sel bahan bakar dan kapasitor. Grafena adalah
karbon dua dimensi dengan satu lapisan (Novoselov, K et al., 2004). Grafena
memiliki struktur yang unik, yakni dua dimensi (2D) tersusun oleh sp 2 atom karbon
dengan lapisan datar (flat). Grafena memiliki sifat – sifat yang unggul diantarannya
sifat elektronik yang unik, dikarenakan daya mobilitas elektronnya yang tinggi
(Novoselov, K et al., 2007), ketahanan secara mekanik (Lee,C et al., 2008), sifat
termal yang tinggi (Balandin, A. A. et al., 2008) dan luas permukaan sentuhan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


besar (2630 m2g-1) (Stoller,M.D et al., 2008). Penggunaan grafena dalam bidang
elektrokatalis untuk sel bahan bakar telah banyak dilaporkan.(Seger, B et al., 2009
dan Zhang, S et al.,2011)
Aplikasi grafena dalam sel bahan bakar sebagai elektroda katalis telah banyak
dilaporkan. Katalis platina (Pt) didalam grafena telah diaplikasikan untuk oksidasi
metanol (MOR) (Choi, S et al., 2011), oksidasi hidrogen (HOR) (Yoo, E. J et al.,
2011), dan reduksi oksigen (ORR) (Ha, H et al., 2011 dan Seo, M. H et al., 2011;
Yun, Y. S et al., 2011). Pada kasus MOR, HOR dan ORR, Pt/grafena katalis
menunjukkan aktivitas katalis yang lebih tinggi dibandingkan dengan Pt/karbon
hitam (CB) (katalis komersial) (Yoo, E.J et al., 2011). Peningkatan aktivitas katalis
Pt/grafena disebabkan oleh adanya interaksi kimia antara grafena dan Pt (hibridisasi
π–d) (Marchini, S et al., 2007).
Selain itu, perlu dicatat bahwa Pt subnano-kluster hanya terbentuk dan ditemukan
di dalam grafena, yang tidak akan pernah dijumpai pada bahan pendukung karbon
lainnya (katalis komersial (Pt/CB), ukuran dari partikel platina dari kisaran 1 – 10
nm) (Yoo, E.J et al., 2009). Artinya pembentukan Pt subnano-kluster lebih
cenderung berinteraksi kimia dengan grafena dibandingkan dengan karbon hitam.
Oleh karena itu, grafena adalah material yang sangat penting. Produksi grafena dan
diikuti oleh mekanisme reaksi proses pembentukan grafena dari grafit, oksida grafit
dan reduksi oksida grafena sangat penting untuk diklarifikasi.
Konsep penting dalam penelitian ini adalah memanfaatkan keuntungan adanya
lapisan-lapisan grafena didalam grafit. Sehingga, produksi grafena dalam skala besar
dapat diperoleh. Permasalahannya adalah proses mekanisme reaksi pembentukan
grafena dari bahan baku grafit belum diketahui dengan baik. Oleh karenanya,
penelitian ini bertujuan untuk memberikan model mekanisme reaksi pembentukan
grafena dari grafit berdasarkan data eksperimen. Untuk itu, setiap tahapan dalam
proses pembentukan grafena harus diobservasi.
Tahap-1, grafit dioksidasi dengan menggunakan oksidator dan asam kuat, hasil
yang diharapkan adalah oksida grafit; Tahap-2, oksida grafit disentrifugasi didalam
masing-masing pelarut piranha dan akuades. Selanjutnya, diultrasentrifugasi didalam
akuades. Pada tahapan ini, diharapkan diperoleh oksida grafena yang stabil secara
koloid (suspensi koloid); dan Tahap-3, Oksida grafena direduksi dengan reduktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yaitu Asam Sitrat. Grafena akan dihasilkan pada tahapan ini. Pada setiap tahap
(Tahap 1-3), hasil yang diperoleh dikarakterisasi masing-masing dengan
menggunakan XRD, SEM-EDX dan Konduktometer. Melalui riset ini, temuan
khusus yang akan didapatkan mekanisme reaksi yang utuh dari proses pembentukan
grafena dari grafit, oksida grafit dan reduksi oksida grafena yang dapat dibuat untuk
penulisan buku serta dapat terpublikasi internasional.
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengklarifikasi mekanisme
proses pembentukan grafena selama proses oksidasi grafit dan reduksi oksida
grafena. Selanjutnya proses pembentukan grafena di uji dengan menggunakan XRD,
SEM-EDX dan Konduktometer.
Saat ini, produksi grafena banyak dilakukan dengan metode kimia yaitu dengan
cara mengoksidasi grafit menjadi oksida grafena dan selanjutnya direduksi dengan
hidrazin untuk menghasilkan grafena. Kesulitan metode kimia dalam pembuatan
grafena adalah proses mereduksi oksida grafena menjadi grafena. Pada oksida
grafena masih dihasilkan berbagai gugus fungsional, misalnya, gugus karbonil,
lakton, eter dan gugus hidroksil. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu reduktor yang
dapat mereduksi oksida grafena menjadi grafena, sehingga melalui penelitian ini
diharapkan akan diperoleh suatu metode yang sederhana untuk mensintesis grafena.
Peneliti sebelumnya menggunakan reduktor hidrazin, namun tidak melihat sifat
konduktivitas dari grafena dan kelarutan dari oksida grafit. Selain itu hidrazin juga
memiliki sifat beracun dan tidak ramah lingkungan. Sehingga perlu dilakukan suatu
penelitian dengan judul “Sintesis Grafena dari Grafit Dan Reduksi Oksida Grafit
Dengan Reduktor Asam Sitrat”.

1.2 Permasalahan

1. Bagaimana cara mensintesis grafena dari grafit.

2. Apakah reduktor asam sitrat dapat mereduksi oksida grafena menjadi grafena.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Hipotesis

1. Grafena dapat disintesis dari grafit mrnggunakan metode Hummers.

2. Asam sitrat belum dapat mereduksi oksida grafena menjadi grafena.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui cara mensintesis grafena dari grafit.


2. Untuk mengetahui apakah reduktor asam sitrat dapat mereduksi oksida grafena
menjadi grafena.

1.4 Manfaat Penelitian


Memberikan informasi kepada masyarakat umum dan masyarakat akademik
bagaimana mensintesis grafena . Dan juga memberikan informasi kepada masyarakat
umum dan masyarakat akademik apakah reduktor asam sitrat dapat mereduksi oksida
grafena menjadi grafena. Sebagai sarana bagi peneliti untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan labotorium yang telah diperoleh selama perkuliahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karbon

Karbon merupakan unsur yang unik karena begitu banyak senyawa yang
dapat dibentuknya dan keragaman strukturnya. Dalam tabel periodik unsur karbon
memiliki simbol C dengan nomor atom 6 dan terletak pada golongan 4A atau 14 ,
periode 2 dan termasuk blok p. Konfigurasi elektron atom karbon adalah 1s 2 2s2 2p2
atau [He] 2s2 2p2 dengan susunan elektron dalam kulit atomnya adalah 2,4.
Berdasarkan konfigurasi elektronnya diketahui bahwa karbon memiliki 4 elektron
valensi. Empat elektron valensi karbon ini dapat digunakan untuk membentuk ikatan
kovalen dengan atom lain maupun dengan atom karbon yang lain. (Ratna khairunisa,
2008).

2.1.1 Sifat Fisika dan Kimia Unsur Karbon

1) Sifat Fisika
Fasa pada suhu kamar : padat
Bentuk kristalin : intan dan grafit
Massa jenis : 2,267 g/cm³ (grafit) dan 3,513 g/c
(diamon)
Titik leleh : 4300-4700 K
Titik didih : 4000 K
Densitas : 2,267 g/cm3 (grafit) 3,515 g/cm3
(diamon)
Kalor lebur : 100 kJ/mol (grafit ) dan 120 kJ/mol
(diamon)
Kalor uap : 355,8 kJ/mol
Kalor jenis : 8,517 J/molK (grafit)

2) Sifat Kimia
Bilangan oksidasi : 4,3,2,1,0,-1,-2,-3,-4
Elektronegatifitas : 2,55 (skala pauli)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Energi ionisasi : 1086 kJ/mol


Energi ionisasi ke-2 : 2352,6 kJ/mol
Energi ionisasi ke-3 : 4620,5 kJ/mol
Jari-jari atom : 70 pm
Jari-jari kovalen : 77 pm
Jari-jari Vander Waals : 170 pm
Konduktifitas termal : 119-165 (grafit) 900-2300
(diamon) W/mK
Struktur Kristal : heksagonal

Keistimewaan karbon yang unik adalah kecenderungannya secara alamiah


untuk mengikat dirinya sendiri dalam rantai-rantai atau cincin-cincin , tidak hanya
dengan ikatan tunggal C-C , tetapi juga mengandung ikatan ganda C=C, serta
rangkap tiga C≡C, akibatnya jenis senyawa karbon luar biasa banyaknya. Kini
diperkirakan terdapat sekitar dua juta jenis senyawa karbon , dan jumlah itu makin
meningkat dengan laju kira-kira lima persen per tahun. Alasan bagi kestabilan
termal rantai-rantai karbon adalah kekuatan yang tinggi dari ikatan tunggal C–C.
(Keenan, 1984).

2.2 Grafit
Grafit merupakan alotrop karbon yang dapat menghantarkan arus listrik dan
panas dengan baik. Karena sifat inilah grafit biasanya digunakan sebagai elektroda
pada sel elektrolisis. Dalam struktur grafit setiap atom karbon membentuk ikatan
kovalen dengan tiga atom karbon lainnya membentuk susunan heksagonal dengan
struktur berlapis seperti tumpukan kartu. Karena atom karbon memiliki 4 elektron
valensi maka pada setiap atom karbon masih terdapat satu elektron yang belum
berikatan (elektron bebas). (Anonim I, 2006).

Sifat daya hantar listrik yang dimiliki oleh grafit dipengaruhi oleh elektron-
elektron yang tidak digunakan untuk membentuk ikatan kovalen. Elektron-elektron
ini tersebar secara merata pada setiap atom C karena terjadi tumpang tindih orbital
seperti pada ikatan logam yang membentuk awan atau lautan elektron. Oleh sebab itu
ketika diberi beda potensial, elektron-elektron yang terdelokalisasi sebagian besar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

akan mengalir menuju anoda (kutub positif), aliran elektron inilah yang
menyebabkan arus listrik dapat mengalir. Sedangkan ketika salah satu ujung
dipanaskan maka elektron-elektron ini akan segera berpindah menuju bagian yang
memiliki suhu lebih rendah. Akibatnya panas tersebut akan menyebar ke bagian
grafit yang memiliki suhu lebih rendah. Struktur grafit dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Struktur Grafit

Ikatan kovalen antar lapisan pada grafit relatif lebih lemah bila dibanding
ikatan kovalen antar atom dalam satu lapisan. Dengan adanya hal ini menyebabkan
grafit bersifat licin, karena lapisan yang berada dibagian atas mudah tergelincir atau
mudah tergeser.

Grafit memiliki warna kelabu dan umumnya grafit digunakan sebagai material
penghantar listrik atau konduktor listrik. Grafit dinamai oleh Abraham Gottlob
Werner pada tahun 1789 dengan mengambil kata dari bahasa Yunani. Grafit
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu grafit alami dan grafit sintetik. Grafit sintetik
lebih murni dibandingkan grafit alami. Grafit sintetik merupakan produk yang dibuat
dari material karbon amorf melalui proses perlakuan khusus pada kondisi temperatur
tinggi. Grafit digunakan sebagai bahan pengisi khususnya dalam matriks polimer
karena memiliki konduktivitas listrik dan panas yang baik, serta memiliki sifat-sifat
pelumasan (lubrikasi) yang baik. Karena strukturnya yang berlapis, grafit memberi
sifat kekakuan dan dimensi yang stabil terhadap polimer (Cotton dan Wilkinson
(1989). Grafit sintetik digunakan dalam berbagai aplikasi seperti pengecoran logam,
karbon elektrik, pelat bipolar fuel cell, pelapisan, proses elektrolitik, sebagai bahan
pengisi konduktif, campuran karet dan plastik, serta untuk aplikasi pemboran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Partikel grafit sintetik berukuran 2 μm (bubuk) sampai dengan 2 cm (potongan-


potongan) dengan kandungan 99% karbon.

Ada tiga jenis grafit alam yaitu:


1. Serpihan kristal grafit, timbul sebagai yang terisolasi, datar, dengan tepi
heksagonal jika tidak terputus dan ketika rusak bagian tepi dapat membentuk
sudut.
2. Grafit amorf timbul sebagai partikel halus dan merupakan hasil metamorfosis
termal batubara, tahap terakhir dari pengarangan, dan kadang-kadang disebut
meta-antrasit. Serpihan grafit ini sangat halus kadang-kadang disebut amorf
(Sutphinet al. 1990).
3. Gumpalan grafit, muncul sebagai plat besar berserat atau lancip dengan
agregat kristal, dan hidrotermal.

2.2.1 Sifat dan Kegunaan Grafit

Menurut Yen dan Schwickert, 2004, sifat dan kegunaan grafit adalah sebagai
berikut:

1) Memiliki titik leleh tinggi, sama seperti intan. Hal ini disebabkan ikatan kovalen
yang terbentuk sangat kuat sehingga diperlukan energi yang tinggi untuk
memutuskannya.
2) Memiliki sifat lunak, terasa licin dan digunakan pada pensil setelah dicampur
tanah liat.
3) Tidak larut dalam air dan pelarut organik, karena tidak mampu mensolvasi
molekul grafit yang sangat besar.
4) Dibanding intan, grafit memiliki massa jenis yang lebih kecil, karena pada
strukturnya terdapat ruang-ruang kosong antar lipatannya.
5) Berupa konduktor listrik dan panas yang baik. Karena sifat ini grafit digunakan
sebagai anoda pada baterai (sel Leclanche) dan sebagai elektroda pada sel
elektrolisis.
Bubuk grafit dan grafit, dalam aplikasi industri digunakan sebagai pelumas
kering. Penggunaan grafit dibatasi oleh kecenderungannya untuk memfasilitasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

terjadinya korosi dalam beberapa stainless steel, dan korosi galvanis antara logam
yang berbeda (karena konduktivitas listriknya). Grafit juga korosif terhadap
alumunium dalam kondisi udara yang lembab. Untuk alasan ini, angkatan udara
(AU) Amerika Serikat melarang penggunaannya sebagai pelumas dalam pesawat
aluminium dan dalam senjata otomatis berbahan aluminium. (Lavrakas, 1957).

2.3 Oksida Grafena


Oksida grafena atau biasa disebut oksida grafit atau asam grafitik, adalah
sebuah senyawa campuran karbon, hidrogen, dan oksigen yang diperoleh melalui
proses oksidasi yang kuat dari grafit. Oksida grafena mempunyai struktur berlapis
seperti grafit Gambar 2.2,

Gambar 2.2 Struktur grafena oksida dengan gugus fungsional.


A: Gugus Epoksi, B: Gugus Hidroksil, C: Gugus
Karboksil. (Lerf et al, 1998).

Dimana, hanya posisi atom karbon dalam oksida grafena ditambah dengan
kehadiran kelompok atom oksigen yang tidak hanya memperluas jarak antar lapisan
tapi juga membuat lapisan atom yang tebal dan bersifat hidrofilik. Sebagai hasilnya,
oksidasi lapisan ini dapat berinteraksi dengan air dibawah perlakuan ultrasonifikasi.
(Novoselov et al, 2004).
Sifat yang menarik dari oksida grafena (OG) adalah dapat tereduksi menjadi
grafena, oleh pemindahan atau penghilangan kelompok oksigen, yang mana
diperolehnya kembali struktur grafena melalui penghubungan struktur. Reduksi
lapisan oksida grafena pada umumnya mempertimbangkan metode kimia untuk
memperoleh grafena (Eda dan Chhowalla, (2010). Sasaran langsung yang ingin
dicapai dari reduksi ini adalah menghasilkan material grafena yang hampir serupa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

dengan grafena murni yang diperoleh melalui pengelupasan mekanik langsung


metode (Scotch Tape) dari grafit, baik kesamaan dalam struktur maupun sifat. (Pei
dan Cheng, (2011).
Saat ini grafena dapat diproduksi melalui pengelupasan kulit secara mikro-
mekanik dari grafit pirolitik (Novoselov et al, 2004), pertumbuhan epitaksial (Berger
et al, 2006), dan deposisi uap kimia (chemical vapour deposition/ CVD) (Kim et al,
2009). Tiga metode ini dapat menghasilkan grafena dengan struktur dan sifat yang
sempurna. Sebagai perbandingan, oksida grafena mempunyai dua karakteristik
penting: (1) dapat diproduksi menggunakan bahan baku grafit yang relatif murah,
melalui metode kimia yang hemat biaya dengan suatu hasil yang tinggi, dan (2)
oksida grafena sangat hidrofilik dan dapat membentuk koloid yang stabil dalam air
sehingga memudahkan pembentukan struktur makroskopik yang sederhana dan
proses pelarutan yang mudah, yang mana kedua karakteristik ini menjadi penting
dalam produksi grafena dalam skala yang besar.
Sebagai hasilnya OG dan rOG menjadi topik hangat dalam penelitian dan
pengembangan grafena. Meskipun target akhir adalah grafena berlapis tunggal yang
susah untuk dicapai, namun para peneliti berusaha terus-menerus agar membuatnya
menjadi semakin dekat dengan grafena berlapis tunggal. (Pei dan Cheng, (2011).
Oksida grafena pertama diperkenalkan oleh kimiawan Oxford, Benjamin C. Brodie
pada tahun 1859, dengan memperlakukan grafit dengan campuran kalium klorat dan
asam nitrat. Pada tahun 1957 Hummer dan Offman mengembangkan proses yang
lebih aman, lebih cepat, dan lebih efisien, dengan menggunakan campuran asam
sulfat H2SO4, natrium nitrat (NaNO3), dan kalium permanganat (KMnO4), yang
sampai saat ini masih tetap digunakan. Metode ini dinamakan metode modifikasi
Hummer (Hirata et al, 2004).

2.4 Grafena

Saat ini, grafena merupakan material karbon yang sangat menjanjikan untuk
digunakan dalam berbagai aplikasi, baik dalam bidang teknologi ataupun industri.
Sejarah penemuan grafena pada tahun 2004 kelompok riset dari Universitas Manchester
yang dipimpin oleh Andre K. Geim dan Kostya Novoselov menemukan suatu bahan
semikonduktor yang disebut "Graphene". Nama grafena berasal dari GRAPHITE + -ENE ;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

grafit sendiri terdiri dari banyak lembaran grafena yang ditumpuk secara bersama. Model
struktur grafena dapat dilihat pada Gambar (Carlsson,J.M . 2007).

Gambar 2.3 Grafena dapat dibungkus menghasilkan (a) 0D


buckyballs,digulung (b) 1D nanotube, dan
ditumpuk 3D grafit.(Geim Dan Novoselov,2007).

Dimana, Grafena merupakan alotrop karbon yang berbentuk lembaran datar


tipis dimana setiap atom karbon memiliki ikatan sp 2 dan dikemas rapat dalam bentuk
kisi Kristal seperti sarang lebah. Faktanya, karbon 2D seperti grafena tidak tersedia
dialam, sehingga perlu disintesis. (Choi,H.J et al., 2012)
Dimana pada tabel dibawah ini menunjukkan bahwa grafena merupakan
material karbon yang baik dikarenakan konduktivitas elektrik yang baik dan luas
permukaan yang besar. Grafena memiliki sifat konduktif dan pembawa muatan yang
baik. Sifat – sifat grafena dan jenis karbon lainnya ditunjukkan pada tabel berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Tabel 2.1 Sifat – sifat grafena dan karbon lainnya


Tipe Sifat – Sifat
dari Luas Konduktivitas Mobilitas Modulus Transparansi
bahan Permukaan termal Intrinsik Young Optik (%)
karbon Sentuhan (Wm-1 K-1) (cm2V-1 s- (TPa)
(m2 g-1) 1
)
Grafena 2630 ∼5000 ∼15,000- ∼1.0 ∼97.7
∼200,000
Grafit ∼10 ∼3000 13,000 1.06 –
Karbon 1200 0.15–0.5 – 0.138 –
aktif
Karbon 1315 >3000 ∼100,000 0.64 –
nanotube
Fulerena 5 0.4 0.56 0.01 –

2.4.1 Pembuatan dan pemrosesan grafena

Metode yang telah dikembangkan untuk membuat grafena terbagi menjadi dua,
yaitu pembelahan grafit menjadi lapisan-lapisan grafena (top down) dan penumbuhan
grafena secara langsung dari atom-atom karbon (bottom up).
1) Pengelupasan
Dalam metode pengelupasan (exfoliation), kristal grafit dibelah-belah
menjadi lapisan-lapisan grafena. Cara yang paling awal adalah dengan selotip yang
ditempelkan pada grafit lalu dikelupas. Sebagian material yang terambil kemudian
ditempel selotip lagi dan dikelupas, demikian seterusnya sampai didapatkan lapisan
yang sangat tipis yang mungkin hanya terdiri dari satu lapisan grafena (Novoselov et
al, 2004).
Cara lain untuk membelah grafit adalah dengan pelarutan atau dispersi dalam
cairan. Salah satu metode adalah pelarutan dalam larutan surfaktan SDBS (Sodium
Dodecylbenzene Sulfonate). (Lotya et al, 2009). Dalam larutan ini, grafit yang
hidrofobik dibasahi oleh air dan lapisan-lapisan grafena terlepas dengan sendirinya.
Setelah itu dilakukan pengendapan dan pengeringan sehingga grafena dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

dikumpulkan. Cara ini dapat menurunkan konduktivitas, namun memiliki


keunggulan yakni memerlukan biaya yang murah.
2) Penumbuhan dari Silikon Karbida
Grafena telah berhasil ditumbuhkan dari silikon karbida (SiC). Dalam metode
ini, substrat SiC dipoles sampai sangat rata lalu dipanaskan dalam vakum tingkat
ultra (Ultra High Vacuum, 10-10 torr) sehingga atom-atom Si menyublim (Aristov et
al, 2009). Cara lain adalah dengan membiarkan sedikit gas (O 2, H2O, CO2) tersisa
dalam vakum tingkat sedang (10-5 torr). Ternyata sedikit gas ini bereaksi dengan SiC
menyisakan atom karbon yang membentuk grafena (Song, 2006). Hasil-hasil
penumbuhan tersebut biasanya menghasilkan beberapa lapisan grafena. Keunggulan
dari metode ini adalah bahwa substrat SiC dapat langsung digunakan sebagai substrat
untuk membuat rangkaian elektronik dengan grafena.
3) Penumbuhan dengan Chemical Vapor Deposition (CVD) pada logam
Penumbuhan dengan CVD telah dilakukan pada substrat logam seperti Ni dan
Cu. Logam-logam ini dipilih karena dapat dikikis sehingga grafena yang dihasilkan
tidak terikat pada substrat logam. Gas yang bisa digunakan adalah metana dan
hidrogen. Grafena dapat ditumbuhkan pada nikel yang mencapai lebar beberapa
sentimeter yang seluruhnya bersambungan (Reina et al, 2009). Jika menggunakan
substrat Cu, dihasilkan grafena yang jumlah lapisannya lebih sedikit dan sebagian
besar merupakan lapisan tunggal (Li et al, 2009).
Mekanisme penumbuhan grafena pada logam adalah sebagai berikut:
atom karbon yang berasal dari gas larut ke dalam substrat logam pada suhu 1000ºC.
Ketika suhu diturunkan, kelarutan karbon berkurang sehingga karbon mengendap di
permukaan logam menjadi grafena. Grafena berlapis lebih dari satu ditemukan pada
perbatasan kristal (grain boundary) logam. (Reina et al, 2009).
Berdasarkan sifat yang dimiliki grafena yaitu ukurannya yang tipis dan
kemampuan transport elektronnya maka grafena cocok untuk dibuat menjadi
beberapa alat seperti kapasitor dan transistor. Kapasitor dari grafena memiliki
keunggulan berupa perbandingan luas permukaan terhadap massa yang besar,
sehingga menghasilkan nilai kapasitansi per-satuan massa mencapai 205 F/gram dan
rapat energi 28,5 Wh/kg. Dihubungkan dengan kecepatan mengalirkan muatan
listrik, kapasitor grafena mencapai nilai rapat daya 10 kW/kg. (Wang et al, 2010)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.4.2 Aplikasi dari Material Grafena


1) Pendeteksi molekul gas tunggal
Grafena dapat digunakan sebagai sensor yang sangat baik untuk menentukan
struktur 2D dimana keseluruhan isi grafena memiliki permukaan yang besar,
membuat grafena sangat efisien untuk mendeteksi molekul yang diadsorpsi. Lokasi
dari adsorpsi mengalami perubahan dalam tahanan listrik. Saat efek ini terjadi dalam
material lain, grafena memiliki keunggulan karena mempunyai konduktivitas listrik
yang tinggi dan rendahnya gangguan, yang membuat grafena ini tidak mengalami
perubahan dalam mendeteksi.
2) Ultrakapasitor
Menurut Prof. Rod Ruoff (Himasaifi, 2012) grafena memiliki luas
permukaan 2630 m2/gram dapat membentuk lapisan-lapisan dan menghasilkan
ruang-ruang yang dapat menyimpan energi sehingga bisa digunakan sebagai
ultrakapasitor. Ultrakapasitor dari grafena ini mempunyai rapat massa yang tinggi
dibandingkan dengan kapasitor-kapasitor dielektrik konvensional. Selain itu
ultrakapasitor dari grafena memiliki ukuran yang besar dalam menangkap energi dan
menyimpan energi tersebut sehingga dapat pula dijadikan sebagai sumber daya
primer bila dikombinasikan dengan aki atau sel bahan bakar. Ultrakapasitor dari
grafena dapat menangkap kembali energi yang terbuang dengan mengubah energi
kinetik menjadi energi potensial sehingga akan mengurangi kalor yang
terbuang. Industri dapat mengurangi energi yang terbuang dengan memasang
ultrakapasitor dalam mesin-mesin produksi dan dapat pula diterapkan pada bus, truk
dan kereta api.
3) Transistor Grafena
Transistor grafena sudah ditemukan sejak 2 tahun yang lalu,namun
transistor tersebut masih mengalami kebocoran dan memengaruhi penampilan
atau performa jika digunakan pada chip komputer, akan tetapi setelah dua tahun
berikutnya kebocoran dari grafena dapat ditutupi dan telah
diciptakan transistor grafena yang benar-benar stabil. Transistor grafena memiliki
kelebihan dibandingkan dengan material lain seperti silikon, diantaranya tidak
cepat membusuk dan tidak cepat teroksidasi (Dong, X et al. 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.4.3 Aplikasi Grafena untuk Sel Bahan Bakar


Grafena dapat digunakan untuk bahan pendukung katalis maupun sebagai
katalis bebas logam dalam sel bahan bakar. Aplikasi grafena untuk sel bahan bakar di
tunjukkan pada Tabel berikut:

Tabel 2.2 Aplikasi grafena untuk sel bahan bakar


Aplikasi Bahan dan Kondisi Sifat – Sifat
Pendukun Fungsionalisasi grafena Luas permukaan dan aktivitas ORR lebih
g katalis tinggi dari katalis komersial E-TEK atau
Pt/MWCNT
Poli(dialil-dimetil- Meningkatkan durabilitas dan aktivitas ORR
amonium klorida)
Katalis CVD menggunakan Aktivitas elektrokatalis lebih baik, stabilitas
bebas NH3 (N-doped grafena) operasinya lebih panjang, dan ketahanan
logam terhadap CO lebih tinggi dari katalis
komersial

Peran utama dari grafena sebagai bahan pendukung adalah sebagai jangkar
dan pendistribusi homogen partikel logam dengan ukuran nanopartikel. (Seger dan
Kamat (2009). Aplikasi lainnya untuk grafena ditunjukkan pada Tabel ( Novoselov,
K,. 2012).

Tabel 2.3 Aplikasi grafena untuk piranti elektronik


Aplikasi Fungsinya
E-paper Transmitansi yang tinggi
OLEDs Mencegah hubungan singkat listrik
Transistor berfrekuensi Transistor bermobilitas elektron tinggi (rendah
tinggi gangguan)
Transistor logika Mobilitas tinggi
Layar sentuh Grafena mempunyai jaminan yang lebih baik dari
material komersial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.5 Sel Bahan Bakar


Sel bahan bakar adalah suatu piranti elektrokimia yang mengkonversi secara
langsung energi kimia dari bahan bakar (contohnya hidrogen, metanol, dan
sebagainya) bereaksi dengan oksidator (udara atau oksigen) dengan adanya katalis
menjadi listrik, panas dan air (Sharma dan Pollet (2012).
Sasaran utama dalam teknologi sel bahan bakar adalah pengembangan sel
bahan bakar dengan biaya rendah, kinerja yang tinggi dan bahan yang ulet. Banyak
usaha yang telah dilakukan untuk mereduksi biaya dan meningkatkan kinerja dari sel
bahan bakar, seperti: (i) pengurangan penggunaan katalis di dalam elektroda sel
bahan bakar, (ii) pengurangan ukuran nanopartikel elektrokatalis, (iii) peningkatan
kinerja dari bahan pendukung elektrokatalis baik bahan karbon maupun berbahan
non-karbon, (iv) peningkatan dispersi elektrokatalis dengan penggunaan metode
fabrikasi terbaru, (v) pengembangan elektroda membran (MEA) untuk menghasilkan
dispersi dan penggunaan katalis lebih baik, dan (vi) peningkatan transpor massa pada
permukaan elektroda sel bahan. Saat ini, ada enam tipe sel bahan bakar, yakni: (i)
polymer elektrolite membrane fuel cell (PEMFC) termasuk direct methanol fuel cell
(DMFC), (ii) alkaline fuel cell (AFC), (iii) phosphoric acid fuel cell (PAFC), (iv)
molten carbonate fuel cell (MCFC), (v) solid oxide fuel cell (SOFC) dan (vi)
microbial fuel cell (MFC). PEMFC, DMFC, AFC, PAFC, dan MFC dapat
dioperasikan pada temperatur yang rendah (50–200 °C) dan MCFC serta SOFC
dioperasikan pada temperatur yang tinggi (650–1000 °C) (Gencoglu dan Ural (2009).
PEMFCs dan DMFCs paling banyak digunakan untuk kendaraan umum, generator,
piranti – piranti elektronik, seperti charger, laptop, dan mobile phone (Tabel 2.4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Tabel 2.4 Perbandingan dari berbagai sel bahan bakar


Tipe sel Temperatur Elektrolit Efisiensi Aplikasi
bahan operasi ( oC) (%)
bakar
AFC 660–250 Cair 50–70 Transportasi, militer,
DMFC 50–90 Padatan 35–40 sistem penyimpanan
PEMFC 80–100 Padatan 35–60 energi, sistem energi
yang dinamis
MCFC ≈ 650 Cair 40–55 Kombinasi energi dan
PAFC 160–250 Cair 35–50 panas untuk sistem
SOFC 750- Padatan 45–60 transportasi
1000

2.5.1 Aplikasi dari sel bahan bakar


Sel bahan bakar dapat digunakan dalam berbagai sektor seperti militer,
industri, ruang angkasa, elektronik jinjing, kediaman, transportasi dan perdagangan
dikarenakan kualitas energi yang dihasilkan lebih baik, ulet dan ramah lingkungan.
Pada masa akan datang hidrogen akan digunakan sebagai bahan bakar untuk sistem
sel bahan bakar. Dalam hal ini, hidrogen dapat digunakan sebagai pengganti bahan
bakar fosil (Momirlan dan Veziroglu (2005).

Gambar 2.4 Skema sederhana dari sel bahan bakar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Sel bahan bakar terdiri dari sumber bahan bakar dan membran. Sel bahan bakar
menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar dan menghasilkan arus searah.

2.6 Asam Sitrat


Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan
buah tumbuhan genus Citrus (jeruk). Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang
baik dan alami, Selain digunakan sebagai penambah rasa masam pada makanan dan
minuman ringan. Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun
ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8 % bobot kering pada
jeruk. Secarah umum, rumus umum asam sitrat adalah (C6H8O7)..(Anonim II, 2009)

Tabel 2.5 Sifat Fisika-Kimia dari Asam Sitrat


Nama umum Asam Sitrat
O OH

O O

HO OH
OH

Rumus Umum C6H8O7


Nama Lain Asam 2 – hidroksil – 1,2,3 propanatrikarboksilat
Titik Lebur 426 K ( 1530C )
Temperature penguraian 448 K (1750C )
ternal
Densitas 1,665 × 103 Kg / m3
Kelarutan dalam air 339 / 100 ml
Δf 40 - 1543,8 Kj / mol
S0 252,1 J / (mol K )
(Anonim II, 2009)

Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil – COOH yang
dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah
ion sitrat (C6H5O73-). Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan ion logam membentuk
garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan,
sehingga dapat digunakan sebagai pengawet dan reduktor. Ion sitrat dapat bereaksi
dengan banyak ion logam dengan pengkhelatan karena adanya anion karboksilat
sebagai ligan polidentat yang mampu membentuk cincin kelat dengan ion logam,
sehingga digunakan sebagai bahan sabun dan deterjen.
Asam sitrat juga digunakan untuk memulihkan bahan penukar ion yang
digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan menghilangkan ion-ion logam
yang terakumulasi pada bahan penukar ion tersebut sebagai kompleks sitrat.
Asam sitrat dalam industri digunakan sebagai bioteknologi dan obat–obatan
untuk melapisi (passivate) pipa mesin dalam proses kemurnian tinggi sebagai ganti
asam nitrat, karena asam sitrat dapat menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk
keperluan tersebut.

2.7 Difraksi Sinar X (X – Ray Difraction)


Sinar X ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun
1895. Karena asalnya tidak diketahui waktu itu maka disebut sinar X. Sinar X
digunakan untuk tujuan pemeriksaan yang tidak merusak pada material maupun
manusia. Disamping itu, sinar X dapat juga digunakan untuk menghasilkan pola
difraksi tertentu yang dapat digunakan dalam analisis kualitatif dan kuantitatif
material. Pada waktu suatu material dikenai sinar X, maka intensitas sinar yang
ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya
penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material
tersebut. Berkas sinar X yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan
karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasanya sama.
Berkas sinar X yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi.
XRD merupakan salah satu alat yang memanfaatkan prinsip tersebut dengan
menggunakan metode karakterisasi material yang paling tua dan paling sering
digunakan hingga sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa
kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk
mendapatkan ukuran partikel. Bahan yang dianalisa adalah tanah halus,
homogenisasi, dan rata-rata komposisi massal ditentukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

2.7.1 Prinsip kerja XRD


Prinsip kerja XRD secara umum adalah sebagai berikut : XRD terdiri dari
tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, tempat objek yang diteliti, dan detektor sinar
X. Sinar X dihasilkan di tabung sinar X yang berisi katoda memanaskan filamen,
sehingga menghasilkan elektron. Perbedaan tegangan menyebabkan percepatan
elektron akan menembaki objek. Ketika elektron mempunyai tingkat energi yang
tinggi dan menabrak elektron dalam objek sehingga dihasilkan pancaran sinar X.
Objek dan detektor berputar untuk menangkap dan merekam intensitas refleksi sinar
X. Detektor merekam dan memproses sinyal sinar X dan mengolahnya dalam bentuk
grafik.
Penggunaan
1. Membedakan antara material yang bersifat kristal dengan amorf
2. Mengukur macam-macam keacakan dan penyimpangan kristal.
3. Karakterisasi material Kristal
4. Identifikasi mineral-mineral yang berbutir halus seperti tanah liat Penentuan
dimensi-dimensi sel satuan.

2.8 Scaning Elektron Microskopis (SEM)


SEM merupakan suatu mikroskop elektron yang mampu menghasilkan
gambar beresolusi tinggi dari sebuah permukaan sampel. Gambar yang dihasilkan
SEM memiliki karakteristik penampilan tiga dimensi, dan dapat digunakan untuk
menentukan struktur permukaan dari sampel. SEM menerapkan prinsip difraksi
elektron , dimana pengukurannya sama seperti mikroskop optik. Prinsipnya adalah
elektron yang ditembakkan akan dibelokkan oleh lensa elektromagnetik dalam SEM.
SEM menggunakan suatu sumber elektron berupa pemicu ( electron Gun )
sebagai pengganti sumber cahaya. Elektron-elektron ini akan diemisikan secara
termionik (emisi elektron dengan membutuhkan kalor, sehingga dilakukan pada
temperature tinggi) dari sumber elektron. Elektron-elektron yang dihasilkan adalah
elektron berenergi tinggi yang biasanya memiliki energi berkisar 20 keV- 200 keV
atau sampai 1 MeV.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Dalam prinsip pengukuran SEM dikenal 2 jenis elektron, yaitu elektron


primer dan elektron sekunder. Elektron primer adalah elektron berenergi tinggi yang
dipancarkan dari katoda (Pt, Ni, W) yang dipanaskan. Katoda yang biasa digunakan
adalah tungsten (W) atau lanthanum hexaboride (LaB6). Elektron sekunder adalah
elektron berenergi rendah yang dibebaskan oleh atom pada permukaan . Atom akan
membebaskan elektron sekunder setelah ditembakkan oleh elektron primer. Elektron
inilah yang akan ditangkap oleh detektor, dan mengubah sinyal tersebut menjadi
suatu sinyal gambar. Pada sebuah mikroskop elektron (SEM) terdapat beberapa
peralatan utama antara lain:
1) Pistol elektron, biasanya berupa filamen yang terbuat dari unsur yang mudah
melepas elektron misal tungsten.
2) Lensa untuk elektron, berupa lensa magnetis karena elektron yang bermuatan
negatif dapat dibelokkan oleh medan magnet.

3) Sistem vakum, karena elektron sangat kecil dan ringan maka jika ada molekul
udara yang lain elektron yang berjalan menuju sasaran akan terpencar oleh
tumbukan sebelum mengenai sasaran sehingga menghilangkan molekul udara
menjadi sangat penting.

2.8.1 Prinsip kerja SEM


Sebuah pistol elektron memproduksi sinar elektron dan dipercepat dengan
anoda. Kemudian, Lensa magnetik memfokuskan elektron menuju ke sampel.
Selanjutnya, Sinar elektron yang terfokus memindai (scan) keseluruhan sampel
dengan diarahkan oleh koil pemindai. Ketika elektron mengenai sampel akan
mengeluarkan elektron baru yang akan diterima oleh detektor dan dikirim ke
monitor.

2.9 Konduktometri

Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar


listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan
konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan
suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga
daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu
larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus
dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua
elektroda (l).

G = l/R = k (A / l)

Konduktivitas atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif


bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Konduksi
termal adalah suatu fenomena transport di mana perbedaan temperatur menyebab kan
transfer energi termal dari satu daerah benda panas ke daerah yang sama pada
temperatur yang lebih rendah. Panas yang di transfer dari satu titik ke titik lain
melalui salah satu dari tiga metoda yaitu konduksi,konveksi, dan radiasi.

konduktivitas termal = laju aliran panas × jarak (luas × perbedaan suhu)

Besaran ini didefinisikan sebagai panas(Q), yang dihantarkan selamawaktu


(t), melaui ketebalan (L), dengan arah normal ke permukaan dengan luas (A) yang
disebabkan oleh perbedaan suhu (ΔT) dalam kondisi lunak dan jika perpindahan
panas hanya tergantung dengan perbedaan suhu tersebut (Anonim III, 2012).
Menurut literatur faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah
perubahan suhu dan konsentrasi. Dimana jika semakin besar suhunya maka daya
hantar pun juga akan semakin besar dan apabila semakin kecil suhu yang juga
digunakan maka sangat kecil pula daya hantar yang dihasilkan dan begitu dengan
sebaliknya antara konsentrasi dan daya hantar. Prinsip kerja konduktometer itu
adalah bagian konduktor atau yang di celupkan dalam larutan akan menerima
rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya
akan diproses dan dilanjutkan pada outputnya yakni berupa angka .
Semakin banyak konsentrasi suatu misel dalam larutan maka semakin besar
nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh
konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya
hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

semakin bertambah maka partikel tersebut secara tidak langsung akan mendapat
tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi (gerakan molekul semakin cepat). Sehingga semakin sering suatu
konduktor menerima sentuhan dari ion-ion larutan (Khoirul Anam, 2010)

2.10 Studi Pendahuluan


Tahapan penting dalam material elektro-katalis dalam sel bahan bakar adalah
sintesis material pendukung dalam skala besar. Pada penelitian pendahuluan, grafena
diproduksi dengan cara modifikasi metode Hummer untuk menghasilkan oksida
grafit. Selanjutnya, oksida grafit distabilkan dalam pelarut akuades untuk
menghasilkan oksida grafena. Proses ini dilaksanakan dengan metode sentrifugasi
dan ultrasonikasi. Selanjutnya oksida grafena direduksi dengan hidrazin untuk
mendapatkan grafena (Siburian, R. 2012,2013).

2.11 Metode karakterisasi fisika


Metode yang umum untuk mengkarakterisasi grafena adalah menggunakan
difraksi sinar-X (XRD), mikroskop elektron payaran (SEM), dan Konduktometer.
Metode tersebut dapat digunakan untuk menentukan proses pembentukan grafena
dari grafit, oksida grafit dan reduksi oksida grafena.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai bulan
November 2017 di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA-USU, Analisis sampel
SEM di Laboratorium FMIPA UGM Jogjakarta, Analisis sampel XRD di
Laboratorium Fisika FMIPA-UNIMED dan Analisis sampel Konduktometer di
Laboratorium Fisika FMIPA UGM Jogjakarta.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
- Timbangan Analitik Ohauss
- Labu Erlenmeyer Pyrex
- Gelas Ukur Pyres
- Labu Ukur Pyrex
- Kaca Arloji
- Batang Pengaduk
- Magnetic Stirrer
- Pipet Tetes
- Tabung Reaksi Pyrex
- Rak Tabung Reaksi
- Hotplate
- Spatula
- Plastik
- Karet
- Botol Vial
- Alat Ultrasonikasi
- Alat Sentrifugasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

- Alat Konduktometer
- XRD Shimandzu
- SEM Shimandzu

3.2.2 Bahan

- Gafit p.a (E.Merck)

- Asam Sulfat p.a (E.Merck)

- Kalium Permanganat p.a (E.Merck)

- Natrium Nitrat p.a (E.Merck)

- Hidrogen Peroksida p.a (E.Merck)

- Larutan Piranha p.a (E.Merck)

( 3 % v/v H2SO4 0,5 dan 30 % v/v H2O2 )

- Akuades

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Analisis Grafit
Grafit tanpa dimodifikasi di analisis dengan mengunakan XRD, SEM
dan Konduktometer.

3.3.2 Sintesis Oksida Grafena


1) Sebanyak 0.2 g serbuk grafit dimasukan ke dalam erlenmeyer 250
mL, kemudian ditambahkan 0.2 g NaNO3 dan 15 mL H2SO4 96%.
2) Larutan distirer selama 2 jam.
3) Erlenmeyer yang berisi campuran ditambahkan secara bertahap 1 g
KMnO4 kemudian distirer selama 24 jam.
4) Setelah distirer selama 24 jam, larutan tersebut ditambahkan 20 mL
H2SO4 5% dan 1 mL H2O2 30% dan distirer selama 1 jam. Larutan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

tersebut disentrifugasi dengan kecepatan 3000 RPM selama 20 menit


untuk memisahkan filtrat dan supernatan.
5) Selanjutnya ke dalam larutan, ditambahkan akuades 25 ml dan
disentrifugasi dengan kecepatan 3000 RPM (Rotor PerMinute) selama
20 menit. Larutan dipindahkan ke dalam gelas beker dan ditambahkan
akuades 100 mL kemudian dikocok (shaker) selama 5 jam.
6) Larutan disaring dan dikeringkan pada suhu 80ºC kemudian
di karakterisasi dengan menggunakan XRD, SEM-EDX,dan
Konduktometer.

3.3.3 Sintesis Grafena


1) Larutan oksida grafena ditambahkan 10 ml reduktor asam sitrat 10M
2) Larutan distirer selama 48 jam.
3) Larutan disaring dan dikeringkan pada suhu 80ºC selama 24 jam,
kemudian dikarakterisasi dengan mengunakan XRD, SEM-EDX, dan
Konduktometer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

3.4 Bagan Penelitian

Grafit
+ NaNO3

+ H2SO4

+ KMnO4

+ H2O2
Sentrifuse 3000 rpm,
10 menit

Oksida Grafit
Sentrifugasi 3000 rpm, 20 menit

Ultrasonikasi selama 5 jam dalam pelarut air

menit

Oksida Grafena

+ Reduktor Asam Sitrat (C6H8O7)


Distirer selama 2 hari

Disaring

Residu Filtrat
Dikeringkan selama 2 hari

Grafena

Dikarakterisasi

XRD Konduktometer SEM-EDX

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Senyawa Grafit


Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berupa serbuk Grafit yang
mana serbuk Grafit ini dipakai sebagai pembanding pada sampel Grafit yang
dioksidasi menjadi Oksida Grafena dan Grafena. Peralatan instrumen yang dipakai
terdiri dari : XRD, SEM-EDX dan Konduktometer.

4.1.1 Analisis Grafit Menggunakan XRD


Hasil analisis dengan menggunakan XRD pada Grafit dapat diperoleh
seperti gambar dibawah ini :

Gambar 4.1 Spektra XRD dari Grafit

Seperti yang ditunjukkan Gambar 4.1, grafit memperlihatkan puncak khas


tajam dan rapat C (002) dari bubuk grafit yang teramati pada 2θ = 26,5° dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

pada 2θ = 23,88° yang sesuai garis difraksi C(002) dengan jarak antar partikel
berturut-turut adalah 3,36 Å dan 3,72 Å. C(002) merupakan karakteristik dari
intensitas atom karbon yang masih di dominasi oleh fase heksagonal. Data yang di
peroleh ini merupakan ciri-khas struktur kristal dari grafit (Chen dan Yan, (2009).

4.1.2 Analsis Grafit Menggunakan SEM-EDX


Hasil analisis grafit dengan menggunakan SEM untuk pengamatan
morfologi dan penentuan ukuran dari grafit dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2 Hasil SEM Grafit 1000x(A), 2500x(B) dan 5000x(C)

Hasil analisis grafit menggunakan SEM masing – masing pada pembesaran


: 1000x, 2500x dan 5000x. Hasil karakterisasi SEM terlihat bahwa serpihan grafit
memiliki ukuran partikel 62,3-27,1μm, berbentuk persegi dan berwarna hitam
keabu-abuan dengan ukuran partikel yang tebal, lebar dan struktur permukaannya
tidak teratur. Pada gambar 4.2 terlihat juga adanya ruangan yang memisahkan
akibat posisi yang berjauhan yang disebabkan karena terjadinya penumpukan
karbon–karbon pada struktur grafit (stacking) yang dikarena grafit memiliki
struktur yang berlapis. Analisis elementer dari grafit ditunjukan pada gambar berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Gambar 4.3 Spektra EDX Grafit

Grafit yang diukur pada tegangan 15,0 keV, terlihat bahwa spektrum tersebut
merupakan karakteristik sinar X yang ditangkap oleh dektektor Si, selain itu data
EDX tersebut menunjukan adanya atom karbon (C) yang ditangkap oleh detektor
yang memiliki besaran energi masing-masing pada 0,15 keV dan 0,25 keV. Gambar
4.3 terlihat pada karbon memiliki intensitas yang besar karena struktur grafit terdiri
dari ikatan–ikatan karbon.

4.1.3 Analisis Grafit Menggunakan Konduktometer


Hasil analisis grafit dengan menggunakan konduktometer menunjukkan
besarnya daya hantar listrik yang dihasilkan dari grafit (135,3 μs/cm). Daya hantar
grafit memiliki nilai yang tinggi karena grafit sendiri merupakan suatu alotrop
karbon yang dapat menghantar arus listrik dan panas dengan baik. Sifat daya hantar
listrik yang dimiliki oleh grafit dipengaruhi oleh elektron–elektron bebas yang tidak
digunakan untuk membentuk ikatan kovalen sehingga elektron ini tersebar secara
merata pada setiap atom C akibat terjadinya tumpang tindih orbital pada awan
elekton, akibatnya ketika diberi beda potensial elektron–elektron yang terdelokalisasi
sebagian besar akan mengalir menuju anoda (kutup positif) sehingga aliran inilah
yang menyebabkan arus listrik dapat mengalir (Stoller, et al. 2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

4.2 Sintesis Oksida Grafena


Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa oksida grafena tidak dapat diperoleh
secara langsung di alam, oleh karena itu dilakukan sintesis dari bubuk grafit dengan
menggunakan metode kimia yakni modifikasi metode Hummers (W.S.Hummers,
1958). Untuk menghasilkan oksida grafena, grafit direaksikan dengan H2SO4 96%,
NaNO2, dan KMnO4. Proses penambahan asam-asam kuat dan lamanya waktu dalam
pembuatan oksida grafena bertujuan untuk menghomogenkan dan membantu proses
pemutusan ikatan antara lapisan-lapisan dalam karbon dimana grafit tersusun atas
lembaran-lembaran grafena dengan memiliki sruktur ikatan yang kuat. Selain
dilakukann penambahan H2SO4 96%, NaNO3, dan KMnO4 serta dilakukan pula
penambahan H2O2 sebagai zat pengoksidasi dan berperan penting untuk membantu
pemutusan ikatan menjadi satu lapisan atom.

Menurut (Fan et al, 2011) reaksi yang diperoleh dari penambahan

KMnO4 dan H2O2 adalah sebagai berikut :

KMnO4 + 3C + H2O 4MnO2 + CO32- + 2HCO3-

MnO2
2H2O2 O2 + 2H2O

Pada perlakuan penambahan H2O2 seharusnya menghasilkan perubahan


warna dari hitam kecoklatan menjadi warna kuning kenari, akan tetapi pada
penelitian yang dilakukan tidak terjadi perubahan warna, disebabkan oleh pengaruh
suhu dimana semakin tinggi suhu maka proses oksidasi yang berlangsung juga akan
semakin cepat sehingga warna yang dihasilkan menjadi tidak tampak (Quintana et al.
2012). Sentrifugasi dilakukan dengan menggunakan larutan piranha dan H2O untuk
pencucian bertujuan untuk menghilangkan zat pengoksida dan menstabilkan tingkat
keasaman dari ion-ion sulfat, KMnO4, H2O2 dan senyawa-senyawa yang terdapat di
dalam larutan grafena oksida (Thelman et al., 2004).
Shaker (pengocokan) dilakukan pada sampel hasil sentrifugasi berupa
suspensi yang telah dihasilkan dengan penambahan 100 mL H 2O. Shaker
(pengocokan) bertujuan untuk menghilangkan, menetralkan padatan yang masih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

bersifat asam dari oksida grafena yang mana apabila tidak dinetralkan maka reaksi
oksidasi akan terus berlangsung dan dengan penambahan H2O membantu
pengelupasan kulit dari lembaran grafena oksida sehingga menghasilkan suspensi
stabil dalam H2O (Paredas et al., 2010). Hasil shaker (pengocokan) berupa larutan
berwarna coklat kehitaman disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 80 0C,
pemanasan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat dalam oksida
grafena (Li et al., 2012). Oksida grafena yang dihasilkan berupa sampel padatan
kemudian dianalisis dengan menggunakan XRD, SEM-EDX dan Konduktometer.

4.2.1 Analisis Oksida Grafena menggunakan XRD


Pengukuran XRD dilakukan pada analisis sampel oksida grafena dijelaskan
pada gambar berikut ini :

Gambar 4.4 Spektra XRD Oksida Grafena

Pola XRD khas untuk oksida grafena memberikan data difaktogram yang
menampilkan puncak C(002) disekitar sudut difraksi (2Ɵ) 26,40 dengan jarak antar
partikel sebesar 3,37Å dengan intensitas 712 counts . Terlihat juga pada gambar 4.4
puncak grafit bergeser kebawah menjadi 11,60, dengan jarak antar partikel adalah
7,5Å sesuai dengan d-spacing dari 0,885 nm-1. Peningkatan jarak antar partikel pada
oksida grafena disebabkan karena kehadiran gugus-gugus fungsi oksigen dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

molekul air ke dalam struktur lapisan karbon. (Quintana et al, 2012). Karena
penambahan oksidator untuk mempercepat terjadinya poses oksidasi maka muncul
puncak kecil yang terlihat disekitar 11,60, 20,10, 22,60, 23,90 yang menunjukan
bahwa sebagian kecil oksida grafena tidak secarah penuh terinterkalasi dengan atom
oksigen (Hsiao et al, 2010). Puncak 11,60 yang terlihat pada spektra XRD merupakan
puncak khas dari oksida grafena (Siburian, 2012).

4.2.2 Analisis Oksida Grafena Menggunakan SEM-EDX


Analisis oksida grafena dengan menggunakan SEM terdapat pada gambar
berikut ini :

Gambar 4.5 Hasil SEM Oksida Grafena 1000x(A), 2500x(B) dan 5000x(C)

Hasil analisis SEM dari oksida grafena pada pembesaran 1000x(gambar a),
2500x(gambar b) dan 5000x(gambar c), terlihat luas permukaan dari oksida grafena
memiliki ukuran yang lebih kecil 24,0 μm dengan agregat yang terbentuk sangat
berkaitan erat satu sama lain dibandingkan dengan grafit, selain itu pada oksida
grafena memiliki kontras hampir seragam yang berukuran beberapa mikrometer dan
tersusun dalam konfigurasi edge to edge dengan sedikit lipatan yang signifikan
akibat adanya tumpang tindih. Dari gambar topografi khas dari SEM terlihat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

penumpukan oksida grafena yang mulai berkurang, yang disebabkan telah terjadi
pengelupasan struktur pada grafit (Zhu et al., 2008). Analisis spektra hasil EDX
ditunjukan pada gambar dibawah ini :

Gambar 4.6 Spektra EDX Oksida Grafena

Pada spektra EDX ini menunjukkan intensitas atom karbon (C) yang ditangkap
oleh dektektor pada 0,15 keV mengalami penurunan sedangkan atom oksigen (O)
mengalami peningkatan pada 0,25 keV. Perbandingan elemen C dan O oksida
grafena dari grafit dapat dilihat pada tabel 4.1:

Tabel 4.1 Perbandingan Elemen C dan O


Element Grafit Grafena Oksida
Karbon ( C ) 88.374 88.114

Oksigen ( O ) 9.200 11,886

Alumanium ( Al ) 1.032

Silicon ( Si ) 1.206

Kalium ( K ) 0.187

Sumber :Hasil Analisi Laboratorium FMIPA UGM Jogjakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Pada data tabel terlihat penurunan atom C dan peningkatan atom O pada
oksida grafena ini yang disebabkan oleh proses oksidasi yang terjadi pada struktur
grafit.

4.2.3 Analisis Oksida Grafena Menggunakan Konduktometer


Analisis oksida grafena menggunakan konduktometer menghasilkan daya
hantar lisrik sebesar (50.8 μs/cm). Daya hantar listrik yang dihasilkan oleh oksida
grafena ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan grafit dan grafena. Konduktifitas
yang dihasilkan oksida grafena jauh lebih kecil disebabkan masih terdapatnya
pembentukan kelompok fungsional dari gugus–gugus (C=C, C-O (karboksilat), C-
OH/C-O (epoksi), dan O-H), yang menyebabkan kompensasi antar elektron–elektron
pada produksi energi listrik karena adanya reaksi yang terjadi pada permukaan
penghantar listrik (elektroda, semikonduktor) dan penghantar ion (elektroda) yang
melibatkan energi listrik.

4.3 Sintesis Grafena


Untuk menghasilkan lembaran tunggal grafena, maka perlu dilakukan
pengelupasan termal oksida grafena dengan menggunakan suatu reduktor yakni
asam sitrat. Asam sitrat dipakai sebagai reduktor dengan tujuan dapat berperan
sebagai suatu fungsional dan suspensi untuk mengstabilkan komponen dan senyawa–
senyawa yang terdapat di dalam oksida grafena,sehingga menyebabkan pembentukan
bahan grafena multifungsi yang dapat larut dalam air. Selain itu penggunaan reduksi
asam sitrat dalam oksida grafena dengan tujuan menghasilkan lembaran tunggal
grafena melalui pengelupasan ternal oksida grafena dimana pada proses ini masih
menghasilkan struktur lembaran kriput grafena yang dihasilkan dari reaksi dalam
oksidasi dan reduksi (Paredes at al, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

4.3.1 Analisis Grafena Menggunakan XRD

Analisis grafena menggunakan XRD dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.7 Spektra XRD Grafena

Penggunaan asam sitrat sebagai reduktor mengalami proses pengelupasan


kimia sehingga mengembalikan struktur kristal grafena menjadi lebih teratur. Hal ini
dibuktikan dengan munculnya kembali garis difraksi C(002) yang terlihat lebih lebar
dan sedikit lebih rendah dibanding puncak yang diperoleh dalam bubuk grafit yaitu
pada 2θ = 26,4° dengan jarak antar partikel adalah 3,36 Å serta penghilangan puncak
difraksi pada 2θ = 11,6° yang terlihat lebih rata dibanding pada oksida grafena
(Hsiao et al, 2010). Grafena biasanya menunjukkan puncak sedikit lebih luas dan
lebih rendah dari puncak yang diperoleh oleh grafit sekitar 23,8 0 dengan d-spacing
dari 0,3720 nm (Siburian, 2012). Puncak lembaran grafena yang lemah dibandingkan
dengan oksida grafena dikarenakan masih terdapatnya gugus–gugus fungsional dari
oksida grafena pada grafena yang dihasilkan. Proses reduksi yang terjadi harus
melibatkan penghilangan gugus fungsi oksigen karena struktur konjugasi grafena
yaitu ikatan karbon sp2 harus dibangun kembali selama proses reduksi, dalam hal ini
yang berperan adalah pembukaan cincin epoksida.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

4.3.2 Analisis Grafena Menggunakan SEM


Data hasil analisis mikrostruktur dari grafena dengan menggunakan SEM
dijelaskan pada gambar berikut :

Gambar 4.8 SEM Grafena 1000x(A), 2500x(B) dan 5000x(C)

Gambar 4.8 menunjukan pengamatan morfologi dari grafena pada


pembesaran 1000x (A) terlihat grafena memiliki ukuran pori lebih kecil 11,4 μm,
lebih seragam dimana masing–masing agregat yang tersusun secara acak dengan
lapisan yang tipis dibandingkan dengan grafit dan oksida grafena. Membentuk suatu
padatan yang tidak begitu teratur berbentuk kriput disebabkan oleh tereduksinya
asam sitrat dalam oksida grafena melalui pengelupasan ternal oksida grafena. Proses
ini menghasilkan struktur lembarat kriput grafena dengan melibatkan reaksi oksidasi
dan proses reduksi. Pada pembesaran 2500x(gambr b) dan 5000x(gambar c) terlihat
semakin berkurangnya penggumpalan–penggumpalan lembaran grafena pada
struktur grafena dibandingkan dengan grafit dan oksida grafena. Hal ini disebabkan
oleh penambahan asam sitrat sebagai reduktor sehingga berfungsi sebagai fungsional
dan suspensi untuk menstabilkan senyawa–senyawa dan komponen dalam oksida
grafena. Pada grafena struktur permukaannya saling acak satu sama lain dengan
sedikit ruang yang memisahkan (Chen dan Yan, (2009). Perbedaan–perbedaan ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

menunjukkan hampir semua gugus oksigen pada oksida grafena tereduksi dengan
menggunakan asam sitrat.

Gambar 4.9 Spektra EDX Grafena

Gambar 4.9 menunjukkan data spektra EDX dari grafena yang diukur pada
tegangan 13 keK. Data ini menunjukan terjadinya penurunan intensitas atom O
pada grafena (6,828) dibandingkan dengan oksida grafena (1,886) yang ditangkap
oleh detektor pada 0,25 keV.

4.3.3 Analisis Grafena Mengunakan Konduktometer

Hasil analisis grafena dengan menggunakan konduktometer menunjukan


peningkatan daya hantar listrik sebesar (105,8 μs/cm) dibandingkan dengan oksida
grafena (50,8 μs/cm). Hal ini disebabkan oleh asam sitrat yang berperan sebagai
elektrolit mempunyai daya hantar listrik yang tinggi dikarenakan memiliki ion bebas
yang masih banyak dan menyebar sehingga dapat berfungsi sebagai media
penghantar elektron–elektron dengan mengalami disosiasi menghasilkan ion–ion
bebas yang dapat menghantar arus listrik untuk menetralkan muatan pada larutan
yang mengalami polarisasi akibat adanya reaksi redoks sehingga reaksi tetap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

berjalan. Asam sitrat diketahui juga memiliki sifat elektrolit kuat karena bisa
terionisasi dalam air sehingga mempunyai kemampuan untuk menghantar arus listrik
secara baik dengan melibatkan gugus fungsi dari asam sitrat (hidroksil) tersubstitusi
pada inti aromatik. (Stoller, at al. 2008)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan :
1) Grafena dapat disintesis dari grafit menggunakan metode Hummer dengan
asam sitrat sebagai reduktornya. Grafit dioksidasi oleh asam dan oksidator
kuat ( H2SO4, NaNO3, H2O2, dan KMnO4 ) menghasilkan oksida grafena
kemudian direduksi oleh asam sitrat menghasilkan grafena.
2) Asam sitrat yang dipakai sebagai reduktor belum dapat mereduksi oksida
grafena menjadi grafena dengan baik dimana berdasarkan analisis yang
dilakukan masih terdapat gugus-gugus fungsional berupa gugus hidroksil,
karbonil, dan epoksi dengan jumlah yang sedikit berkurang.

5.2 Saran
Adapun beberapa saran untuk penelitian selanjutnya adalah :
1) Perlu dilakukan penelitian menggunakan asam sitrat berupa cairan dengan
peningkatkan konsentrasi lebih besar dari 10 M.
2) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan reduktor selain
Asam Sitrat dan penambahan analisis menggunakan TEM untuk mengetahui
luas permukaan dari grafena yang lebih spesifik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Andri Rahardiandyah, 2012. Karbon dan senyawa – senyawa penyusunnya, UI


Press: Jakarta
Anonim I, 2006. http:// Fairus – Juwel. Blogspot. Com/2006/06 Makalah – Karbon.
html. Diakses 29 november 2013, pukul; 19.05
Anonim II, 2009. http://permimalang.wordpress.com/2008/03/25/ Fermentasi-Asam-
Sitrat
Anonim III, 2004. Pengertian dan Prinsip Kerja XRD. Universitar Gaja Mada:
Jogjakarta
Berger, C. at al., 2006. Pertumbuhan Epitaksial. Nano Lett.6,7248
Cotton, F. A and Wilkinson, G. 1989. Kimia Anorganik 1. Universitas Indonesia:
Jakarta
Carlsson, J. M. 2007. Graphene : Buckle or break. Nature Materials,6 (11), 801-802
Choucair, M, at al., 2009.Gram – Scale Production of Graphene Bused on
Solvothermal Synthesis and Sonication Nature Nanotechonology.
doi:m10.1038/nnano.2009

Chen, W. dan Yan. 2009. Preparation Of Graphene By A Low-Temperature Thermal


Reduction At Atmosphere Pressure. Nanoscale.2010.559-563

Chen Dong Xiaon, at al., 2012. Materials Science and Engineering: An Introduction.
6th edition. John Wiley and Sons. Inc

Choi, S. M. Kim. Seo. Kim W. B. 2011. Synthesis of Graphene and their


Applications to Methanol Electro Oidation. Carbon

Dong , X at al, 2012. Chemically derived graphene oxide: towards large-area thin-
film electronics and optoelectronics. Adv Mater. 22(22). 2392–415
Frank, I. W., Tanenbaum, D. M., Van Der Zande, A.M., and McEuen, P. L.
Mechanical properties of suspended graphene sheets. J. Vac. Sci. Technol. B
25, 2558-2561 (2007).

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik jilid 1. Edisi ke-3. Pudjaatmaka A.
H. penerjemah. Jakarta. Erlangga. Terjemahan dari Organic Chemistry
A.Fan, 2008. "Graphene Gazing Gives Glimpse Of Foundations Of Universe",
ScienceDaily, 2008-04-04, diakses 2008-04-06

Giwangkara, E. G. 2007. Spektrofotometri Inframerah. Situs kimia Indonesia. Chem

is-try.org.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gao, X. J, Jang. S, Nagase. 2009. Hydrazine and Thermal Reduction of Graphene

Oxide: Reaction Mechanisms, Product Structures, and Reaction Design. J.


Phys. Chem. C 2010, 114, 832–842
Geim, A. K. Novoselov, K. S. 2007. The rise of graphene. Nature Mater. 6 (3). 183
91
Giwangkara, E. G. 2007. Spektrofotometri Inframerah. Situs kimia Indonesia. Chem
istry.org
Hanes. C. S, at al., 2006. Highly Conductive and Flexible Paper of 1D Silve
Nanowire-Doped Graphene. Bibcode. 1998CPL. 287. 53H. doi. 10.
1016/S0009-2614 (98) 00144-4
Himasaifi, at al, 2012. Mengenal Graphene dan Manfaatnya. Universitas Indonesia:
Jakarta
Humers, 1958. Preparation of Graphitic Oxide. International Journal of
Nanomedicine.Dovepress
Hernandes. Y, at al, 2008. Preparation of Covalently FunctionalizedGraphene Using
Residual Oxygen-ContainingFunctional Groups. American Chemical Society.
VOL. 2. NO. 11. 3092–3099. Acsami
Keenan Kleinfelter. W, 1984. Synthesis of N-Doped Graphene by Chemical Vapor
Deposition and Its Electrical Properties
Khoirul Anam, 2010, http://khoirul anam. Blogspot.com/2010/03/
Konduktometer.html

Li, Xuesong. Cai. An. Kim. Nah. Yang. Piner. Jung. Tutuc. Colombo. Ruoff1. 2009.
Large-Area Synthesis of High-Quality and Uniform Graphene Films on
Copper Foils.Science.324: 5932. 1312 – 1314

Li, X. Wang. Zhang. Dai. 2008. Chemically Derived, Ultrasmooth Graphene


Nanoribbon Semiconductors. Science. 319. 1229–1232
Liujingjian,at al., 2012. Using Molecular Lever Modification to Tune the
Conductivity of Graphene Papers. School of chemistry and The University of
New Sount Wales Australia

Lotya, M. Hernandez. King. Smith. Nicolosi. Karlsson. Blighe. De. Wang.

McGovern. Duesberg. Jonathan. Coleman. 2009. Liquid Phase Production of

Graphene by Exfoliation of Graphite in Surfactant/Water Solutions. J. Am.

Chem. Soc. 131. 3611–3620

Lees, W. et al, 2009. Measurement of the elastic properties and intrinsic strength of
monolayer graphene. Science. 321 (5887). 385–8
Novoselov, K. S. et al., Two-dimensional gas of massless Dirac fermions in
graphene.Nature 438, 197-200 (2005)
Parades,atal.,2010.Thereduction
ofgraphemeoxide.doi:10.1016/j.carbon.2010.11.010. China. Shenyang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Quintanam, at al., 2012. Organic Functionalization of Graphene in Dispersions
Rahardiandyah A. 2012. Ikatan kimia menggunakan konteks Sains dan Teknologi
Nani material grafena. Universitas Pendidikan Indonesia
Ratna Khairunisa, 2008. Prinsip-Prinsip Kimia Modern / ED.4/JL.2. Erlangga:
Jakarta
Reina, A. Jia. Ho. Nezich. Son. Bulovic. Dresselhaus. Kong. 2009. Large Area, Few
Layer Graphene Films on Arbitrary Substrates by Chemical Vapor Deposition.
Nano Lett. 9 (1). 30-35.
Song, Z. M. 2006. Fabrication and Characterization of Nanopatterned Epitaxial
Graphene Films for Carbon Based Electronics. Thesis. Georgia Institute of
Technology.
Stoller, at al., 2008. Nitrogen-Doped Graphene as Efficient Metal-Free
Electrocatalyst
for Oxygen Reduction in Fuel Cells.Science Daily 22- 08-2008
Stankovich. S, at al., 2006. Fabrication and Characterization of Nanopatterned
Epitaxial Graphene Films for Carbon Based Electronics. Thesis. Georgia
Institute of Technology
Siburian, R. A. F. 2012. Catalytic Properties and Interface Interaction of Platinum
Nanoclusters on Graphene Nano Sheets. University of Tsukuba
Thelman, at al., 2004, Origin of low-friction behavior in graphite investigated by
surface x-ray diffraction. SLAC-PUB-10429
Yoonesi, at al, 2012 . Structure of Graphite Oxide Revisited.J. Phys. Chem.102.
4477-4482. University of Cambridge. Lensfield Road. Cambridge CB2
1EW.
Zhu, at al., 2008. Graphite Oxide: Chemical Reduction to Graphite and Surface
Modification with Primary Aliphatic Amines and Amino Acids
http://id.wikipedia.org/wiki/Konduktivitas_termal, diakses sabtu,10 agistus 2013, jam
01.45
http://nuansa-harapan.blogspot.com/2011/12/konduktometri.html diakses sabtu,08
agustus 2013, jam 07.45
http://www.scribd.com/doc/46179462/Konduktometri diakses selasa,02 july 2013,
jam 12.45
http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Kimia/Materi:Asam,_Basa,_Garam diakses
selasa,02 july 2013, jam 12.45
http://kimia.upi.edu/staf/nurul/web2012/1000276/sub5.html

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN

1. Foto-Foto Penelitian

Grafit Natrium Nitrat

H2SO4 KMnO4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Larutan distirer 2 jam Larutan ditambahkan H2SO4

Campuran distirer selama 48 jam Larutan piranha

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ditambahkan H2O2 campuran Campuran yang dimasukan
berubah warna menjadi kuning kedalam tabung sentrifugasi
dan telahditambahkan larutan
piranha

Disentrifugasi selama 20 menit Disentrifugasi 3000 RPM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Setelah disentrifugasi terjadi Filtrat berwarna hijau kekuning -
pemisahan kuningan warna khas dari oksida
grafit

Endapan diambil dan ditambahkan Larutan dishaker

100 mL air dan siap dishaker

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Campuran berwarna hitam kecoklatan
Menunjukkan warna khas grafena Reduktor Asam Sitrat

Dikeringkan pada oven pada suhu grafena yang telah kering

800C

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sampel grafena yang kering siap Alat XRD

Dikarakterisasi

Alat SEM-EDX Alat Konduktometer

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai