SKRIPSI
VIVI SUKMAWATI
140802032
MEDAN
2018
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
VIVI SUKMAWATI
140802032
MEDAN
2018
PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Vivi Sukmawati
140802032
Kategori : Skripsi
Disetujui di
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SINTESIS GRAFENA DARI GRAFIT MELALUI METODE HUMMER’S
DAN REDUKSI OKSIDA GRAFENA MENGGUNAKAN
REDUKTOR AMONIA (NH3)
ABSTRAK
Penelitian tentang sintesis grafena dari grafit melalui metode Hummer’s dan
reduksi oksida grafena menggunakan reduktor amonia telah dilakukan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui cara mensintesis grafena dari grafit dan
mengetahui apakah reduktor amonia dapat mereduksi oksida grafena menjadi
grafena. Penelitian ini menggunakan metode termodifikasi Hummer’s dan Grafena
dikarakterisasi oleh spektroskopi Fourier Transform Infrared (FT-IR) serta analisis
X-ray Diffraction (XRD). Amonia yang dipakai sebagai reduktor dapat mereduksi
oksida grafena menjadi grafena dengan cukup baik dimana berdasarkan analisis
spektroskopi FT-IR yang dilakukan masih terdapat gugus-gugus fungsional berupa
gugus hidroksil, karbonil, dan epoksi dengan jumlah yang sedikit berkurang. Data
FT-IR menunjukkan bahwa gugus fungsi oksigen khususnya gugus epoksi (C–O)
pada grafena tergantikan dengan kehadiran gugus C–N pada panjang gelombang
1033 cm-1 pada setiap variasi amonia. Dan data XRD menunjukkan bahwa pada
penambahan amonia 10 M terdapat puncak yang melebar dan lemah muncul pada 2θ
= 26,846º dengan d-spacing 3.325. Dari data-data tersebut mengindikasikan bahwa
grafena telah terbentuk.
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SYNTHESIZE OF GRAPHENE FROM GRAPHITE THROUGH METHOD
HUMMER’S AND REDUCED OXIDE GRAPHENE USING
AMMONIA AS REDUCING AGENT
ABSTRACT
iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGHARGAAN
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan judul“ Sintesis Grafena Dari Grafit Melalui Metode Hummer’s Dan
Reduksi Oksida Grafena Menggunakan Reduktor Amonia”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Herlince Sihotang, M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah tulus dan sabar dalam membimbing dan
memberikan arahan serta saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Terimakasih
kepada Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si dan Ibu Dr. Sovia Lenny, S.Si, M.Si selaku
ketua dan sekretaris program studi Kimia FMIPA USU Medan, Dekan dan Wakil
Dekan FMIPA USU, Bapak Prof. Dr. Jamaran Kaban selaku Ketua Bidang Kimia
Organik, Bapak Dr. Mimpin Ginting, MS selaku Kepala Laboratorium Kimia
Organik beserta Dosen dan seluruh staff Pegawai FMIPA USU.
Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bapak tercinta
(Bambang Sudarsono) dan Mama tersayang (Reni Juliani), Abangda tercinta
(Rendi Wijaya dan Rahmat Sujiwo) serta Adik-adikku tersayang (Besar
Karuniaji dan Indri Hapsari) yang senantiasa memberikan kasih sayang dan doa
yang tiada terhingga serta telah memberikan dukungan moril dan materil hingga
akhirnya penulis menyelesaikan studi.
Terima kasih juga kepada Asisten Laboratorium Kimia Organik, sahabat
penulis (Sulastri, Ulfatun, Halimah, Ayu, dan Suci), Organik Squad 2014, teman
sejawat (Dita) serta teman-teman seangkatan 2014 yang telah memberikan bantuan,
semangat dan motivasi kepada penulis. Untuk itu semua semoga Allah SWT
membalasnya diakhirat kelak. Amin.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Vivi Sukmawati
iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN 1
PERNYATAAN ORISINALITAS i
PENGHARGAAN Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
DAFTAR SINGKATAN xi
BAB 1 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Pembatasan Masalah 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
BAB 2 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Karbon 5
2.2 Grafit 5
2.2.1 Grafit Alam 6
2.2.2 Grafit Sintesis 6
2.3 Oksida Grafena 6
2.4 Grafena 8
2.4.1 Sintesis Grafena 9
2.5 Agen Pereduksi Amonia 10
2.6 Karakterisasi 12
2.6.1 Analisa Gugus Fungsi dengan FT-IR 12
2.6.2 Analisis Struktur Kristal dengan XRD 13
BAB 3 15
METODE PENELITIAN 15
3.1 Waktu Dan Tempat 15
v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.2 Alat dan Bahan 15
3.2.1 Alat 15
3.2.2 Bahan 17
3.3 Prosedur Penelitian 17
3.3.1 Pembuatan Larutan H2SO4 5 % 17
3.3.2 Pembuatan Larutan Piranha 17
3.3.3 Pembuatan Larutan NH3(l) 17
3.3.3.1 Pembuatan larutan NH3(l) 5 M 17
3.3.3.2 Pembuatan larutan NH3(l) 7,5 M 17
3.3.3.3 Pembuatan larutan NH3(l) 10 M 18
3.3.4 Sintesis Oksida Grafena 18
3.3.5 Sintesis Grafena 18
3.3.5.1 Grafena Penambahan Reduktor 0,1 ml NH3(l) 5 M 19
3.3.5.2 Grafena Penambahan Reduktor 0,1 ml NH3(l) 7,5 M 19
3.3.5.3 Grafena Penambahan Reduktor 0,1 ml NH3(l) 10 M 19
3.3.6 Karakterisasi Hasil Reaksi 19
3.3.6.1 Analisa Gugus Fungsi dengan FT-IR 19
3.3.6.2 Analisis Struktur Kristal dengan XRD 19
3.4 Bagan Penelitian 20
3.4.1 Analisa Karakterisasi Grafit(s) 20
3.4.2 Sintesis Oksida Grafena 20
3.4.3 Sintesis Grafena 21
BAB 4 22
HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1 Analisis Grafit 22
4.1.1 Analisis Grafit Menggunakan FT-IR 22
4.1.2 Analisis Grafit Menggunakan XRD 23
4.2 Sintesis Oksida Grafit 24
4.2.1 Analisis Okisda Grafit Menggunakan FT-IR 27
4.2.2 Analisis Oksida Grafit Menggunakan XRD 27
4.3 Sintesis Oksida Grafena 28
4.3.1 Analisis Oksida Grafena Menggunakan FT-IR 29
4.3.2 Analisis Oksida Grafena Menggunakan XRD 29
4.4 Sintesis Grafena 30
4.4.1 Analisis Grafena Menggunakan FT-IR 33
4.4.2 Analisis Grafena Menggunakan XRD 35
vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 5 37
KESIMPULAN DAN SARAN 37
5.1 Kesimpulan 37
5.2 Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 42
vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL
Nomor
Judul Halaman
Gambar
2.1 Sifat-sifat fisi Amonia 11
2.2 Daerah serapan infra merah 13
4.1 Perbedaan jarak antar layer masing-masing sampel 48
viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Judul Halaman
Gambar
2.1 Struktur Grafit 6
2.2 Struktur grafena oksida dengan gugus fungsional. A: 7
Gugus Epoksi, B: Gugus Hidroksil, C: Gugus Karboksil
2.3 Modifikasi kimia umum dalam pengelupasan lembaran 8
oksida grafena
2.4 Skema pembuatan grafena dari grafit 9
2.5 Struktur amonia 11
2.6 Skema alat spektrofotometer FT-IR 12
4.1 Serbuk grafit 22
4.2 Spektrum FT-IR Grafit 23
4.3 Spektra XRD Grafit 23
4.4 Mekanisme Oksidasi Alkena dengan KMnO4 25
4.5 Mekanisme Oksidasi Alkena dengan H2O2 26
4.6 Spektrum FT-IR Oksida Grafit 27
4.7 Spektra XRD Oksida Grafit 27
4.8 Serbuk Grafena oksida (GO) 28
4.9 Spektrum FT-IR Oksida Grafena 29
4.10 Spektra XRD Oksida Grafena 29
4.11 Serbuk Grafena dengan penambahan variasi amonia 31
(NH3(l)) 5 M, 7,5 M, dan 10 M
4.12 Spektrum FT-IR Grafena Amonia 5 M 34
4.13 Spektrum FT-IR Grafena Amonia 7,5 M 34
4.14 Spektrum FT-IR Grafena Amonia 10 M 35
4.15 Perbandingan hasil pengujian XRD pada variasi NH3(l) 5 35
M, 7,5 M, dan 10 M
ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Judul Halaman
Lampiran
1 FT-IR Grafit 45
2 FT-IR Oksida Grafit 46
3 FT-IR Oksida Grafena 47
4 FT-IR Grafena Penambahan Amonia 5 M 48
5 FT-IR Grafena Penambahan Amonia 7,5 M 49
6 FT-IR Grafena Penambahan Amonia 10 M 50
7 XRD Grafit 51
8 XRD Oksida Grafit 52
9 XRD Oksida Grafena 53
10 XRD Grafena Penambahan Amonia 5 M 54
11 XRD Grafena Penambahan Amonia 7,5 M 55
12 XRD Grafena Penambahan Amonia 10 M 56
x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR SINGKATAN
xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada era serba digital ini, manusia tentu tidak akan lepas dari teknologi seperti
barang-barang elektronik. Bergerak dari ketergantungan akan barang-barang berbasis
elektronik ini, khususnya ilmuwan material diharapkan untuk mampu menghasilkan
material yang kecil dan ringan tetapi memiliki sifat elektronik dan mekanik yang
baik. Untuk menunjang kemajuan teknologi tersebut, akhir-akhir ini yang menjadi
perhatian para peneliti dari berbagai bidang ilmu baik Fisika, Kimia, Biologi
maupun bidang Teknik material adalah material grafena (Geim, 2007). Material
grafena ini pertama kali berhasil disintesis oleh Andre K. Geim dan Konstantin
Novoselov pada tahun 2004 (Randviir, 2014).
Grafena merupakan material yang terbuat dari grafit berbentuk karbon, dimana
setiap atom karbon memiliki ikatan sp2 dengan struktur dua dimensi (Geim, 2007).
Dan dikemas rapat dalam bentuk kisi kristal seperti sarang lebah (Loryuenyong,
2013). Grafena menjadi sangat menarik untuk dikaji para peneliti karena memiliki
sifat kelistrikan dan mekanik yang luar biasa. Struktur yang unik dari grafena dimana
susunan atom karbon (C) yang sangat teratur dan hampir sempurna (Terrones, 2010).
Keunggulan lainnya adalah grafena memiliki permukaan yang besar, dengan luas 1
m2 beratnya hanya 0,77 mg. Sedemikian tipisnya lapisan grafena ini sehingga
menjadi salah satu contoh dari material berdimensi dua (Naufal, 2013). Faktanya,
material dua dimensi (2D) ini seperti grafena tidak tersedia di alam, sehingga perlu
disintesis dari grafit (Choi et al., 2011).
Berdasarkan sifatnya yang unik ini, grafena telah banyak dikembangkan secara
luas dalam pengaplikasiannya diberbagai bidang teknologi (Casero, 2012) seperti
sebagai sensor pada pemurnian air (Raj et al, 2013), sebagai material penyimpan
energi (La Fuente, 2014), sebagai bio sensor pembawa obat dalam tubuh (Wahyudi,
2017), rechargeable battery, (Teng, 2012), sebagai adsorben (Xu, 2012) atau sebagai
tinta dan perekat (Gema, 2015). Meskipun telah banyak penelitian mengenai aplikasi
grafena tetapi masih belum banyak dilakukan pengembangan material grafena ini.
Selain itu, proses pemisahan grafena dari grafit masih memerlukan pengembangan
teknologi lainnya sebelum ia cukup ekonomis untuk digunakan pada proses industri.
Saat ini, produksi grafena banyak dilakukan dengan cara mengoksidasi grafit
menjadi oksida grafena (Suci, 2018). Dengan menggunakan metode Hummer dapat
dihasilkan Oksida Grafena (GO) akan tetapi keberadaan oksigen pada Oksida
Grafena mengurangi kinerja GO. Oleh karena itu perlu dilakukan proses reduksi
untuk menghilangkan oksigen pada GO sehingga habis meninggalkan lapisan
grafena. (Lasmana, 2016).
Metode Hummers dinilai lebih baik daripada dua metode sebelumnya karena
pada saat proses oksidasi tidak mengeluarkan gas ClO2 yang dapat menimbulkan
ledakan. Selain itu, proses oksidasi berlangsung lebih cepat dengan suhu lebih
rendah. Bahan-bahan yang digunakan dalam metode Hummers lebih mudah untuk
didapat dan tidak terlalu berbahaya seperti dalam metode Staudenmaier. Oleh karena
itu, metode Hummers lebih sering digunakan untuk mensintesis GO (Syakir, 2015).
Pada Tahun 2016, Rafitasari dkk juga telah berhasil menghasilkan grafena.
Dengan mensintesis graphite melalui metode Hummers, dan reduced graphene
oxide menggunakan reduktor hydrazine. Hasil Uv-Vis GO terlihat dua puncak
serapan pada panjang gelombang 230 nm (GO sintesis) dan 300 nm (GO Sigma
Aldrich). Keberadaan dua puncak tersebut menunjukkan karakteristik dari GO.
Gugus epoksi pada oksida grafena kemudian direduksi menggunakan hydrazine
sehingga diperoleh grafena. Hal ini dikarenakan atom pengotor seperti ikatan C-O
(Epoksi) pada GO telah diputus oleh hidrazin (Rafitasari, dkk. 2016).
Selain itu, Stankovich et al., (2007) juga menggunakan senyawa hidrazin dalam
mensintesis grafena dan Shin et al., (2008) menggunakan larutan Natrium
Borohidrida (NaBH4) dalam mensintesis senyawa grafena. Penggunaan senyawa
N2H4 dan NaBH4 dianggap berbahaya karena senyawa ini memiliki sifat beracun
(karsinogenik) dan tidak ramah lingkungan (Taufantri, 2016).
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu metode dan reduktor yang dapat mereduksi
oksida grafena menjadi grafena, sehingga penelitian ini menggunakan reduktor
amonia untuk mereduksi oksida grafena menjadi grafena. Amonia digunakan
sebagai reduktor karena amonia bersifat ramah lingkungan dalam skala konsentasi
yang kecil dengan harga yang lebih murah.
1.2 Permasalahan
H2SO4 (p), KMnO4 (s), H2O2 (p) dan Larutan Piranha (5% v/v H2SO4 dan 30% v/v
H2O2) dan Sintesis grafena menggunakan hasil sintesis oksida grafena dengan
menambahkan reduktor Amonia (NH3(l)).
2. Pengujian karakterisasi Grafit, Oksida garfit, Oksida grafena dan Grafena
dilakukan dengan spektroskopi FT-IR ( Fourier Transform Infrared ) dan X-Ray
Difraction (XRD).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam
sintesis grafena dari grafit melalui metode Hummer’s dan reduksi oksida grafena
menggunakan reduktor amonia (NH3(l)).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbon
2.2 Grafit
Grafit berbentuk serbuk berwarna hitam dengan struktur lapisan yang terdiri
atas cincin atom karbon yang beranggotakan 6 atom yang mirip benzene yang
terkondensasi tanpa atom hidrogen (Irawan, 2017). Dalam struktur grafit (hibrida
sp2), hanya tiga atau empat elektron valensi dari karbon yang membentuk ikatan
kovalen (ikatan σ) dengan atom karbon yang berdekatan. Elektron keempat yang
menjadi electron beresonansi antara struktur ikatan valensi. (Rahmandari, 2010).
Lapisan-lapisan pada grafit merupakan gabungan cincin aromatik yang tanpa batas
(Riswiyanto, 2009), seperti yang terlihat pada gambar 2.1. Lapisan-lapisan tersebut
diikat oleh ikatan yang relatif lemah yakni gaya Van der waals (Irawan, 2017).
atom karbon
Grafit sintesis pada dasarnya memiliki sifat yang sama seperti grafit alam.
Tetapi, grafit sintesis memiliki kemurnian yang lebih tinggi daripada grafit alam dan
memiliki struktur yang cocok untuk proses sintesis grafena. Namun, grafit sintesis
memiliki sebuah kekurangan yaitu struktur kristalnya berbentuk amorf sehingga
untuk mengubah bentuknya menjadi struktur kristal menggunakan biaya yang tinggi
karena memerlukan perlakuan pada suhu lebih dari 2800 0C pada proses
grafitisasinya (Yoshio, 2009).
Oksida grafena atau biasa disebut oksida grafit, adalah sebuah senyawa
campuran karbon, hidrogen, dan oksigen yang diperoleh melalui proses oksidasi
yang kuat dari grafit (Novoselov et al, 2004) Oksida grafena (OG) secara atomic
merupakan lembaran tipis dari grafit oksida yang terdiri dari cincin enam alifatis
yang mengandung –OH, epoksida, dan ikatan C=C terkonjugasi dimana pada tepinya
terdapat gugus –OH dan –COOH (Casabianca et al., 2010).
Gambar 2.2 Struktur grafena oksida dengan gugus fungsional. A: Gugus Epoksi, B:
Gugus Hidroksil, C: Gugus Karboksil. (Yang et al,2014).
Gambar 2.3 Modifikasi kimia umum dalam pengelupasan lembaran oksida grafena
(Li et al, 2014)
2.4 Grafena
Nama grafena berasal dari graphite + ene (Truong, 2013). Dimana Grafit sendiri
terdiri dari banyak lembaran Grafena yang ditumpuk secara bersama-sama. Lembaran
grafena satu dengan lainnya diikat dengan ikatan Van der Waals (Geim, 2007).
Material grafena ini pertama kali berhasil disintesis oleh Andre K. Geim dan
Konstantin Novoselov pada tahun 2004 (Randviir, 2014). Grafena merupakan
material yang terbuat dari grafit berbentuk karbon, plat lapis tipis dengan ikatan sp2
dengan struktur dua dimensi (Geim, 2007). Dan dikemas rapat dalam bentuk kisi
kristal seperti sarang lebah (Loryuenyong, 2013).
2008). Secara teori grafena (2630 m2g-1) memiliki luas permukaan yang luar biasa
dibandingkan grafit ( 10 m2g-1) (Hou, 2011).
Saat ini, produksi grafena banyak dilakukan dengan cara mengoksidasi grafit
menjadi oksida grafena (Suci, 2018). Dengan menggunakan metode Hummer dapat
dihasilkan Oksida Grafena (GO) akan tetapi keberadaan oksigen pada Oksida
Grafena mengurangi kinerja GO. Oleh karena itu perlu dilakukan proses reduksi
untuk menghilangkan oksigen pada GO sehingga habis meninggalkan lapisan
grafena (Lasmana, 2016). Skema pembuatan grafena dari grafit ditunjukkan pada
gambar sebagai berikut (Shao et al., 2012).
Gambar 2.4 Skema pembuatan grafena dari grafit (Shao et al., 2012)
Adapun beberapa metode untuk mensintesis grafena diantaranya sebagai berikut.
Grafena telah berhasil ditumbuhkan dari silikon karbida (SiC). Dalam metode
ini, substrat SiC dipoles sampai sangat rata lalu dipanaskan dalam vakum tingkat
ultra (Ultra High Vacuum, 10-10 torr) sehingga atom-atom Si menyublim. Cara lain
adalah dengan membiarkan sedikit gas (O2, H2O, CO2) tersisa dalam vakum tingkat
sedang (10-5 torr). Ternyata sedikit gas ini bereaksi dengan SiC menyisakan atom
Penumbuhan dengan CVD telah dilakukan pada substrat logam seperti Ni dan
Cu. Logam-logam ini dipilih karena dapat dikikis sehingga grafena yang dihasilkan
tidak terikat pada substrat logam. Gas yang bisa digunakan adalah metana dan
hidrogen. Grafena dapat ditumbuhkan pada nikel yang mencapai lebar beberapa
sentimeter yang seluruhnya bersambungan. Jika menggunakan substrat Cu,
dihasilkan grafena yang jumlah lapisannya lebih sedikit dan sebagian besar
merupakan lapisan tungga grafena berlapis lebih dari satu (Suci, 2018).
2.4.1.4 Reduksi GO
Metode reduksi graphene oxide (rGO) yaitu metode sintesis graphene secara
kimiawi, dimana abu graphite dioksidasi menggunakan bahan kimia seperti asam
sulfat, asam nitrat, kalium klorat, dan lain sebagainya oxide (Efelina, 2015). Metode
ini melewati dua tahap pengoksidasian yaitu dari grafit menjadi grafit oksida dan
grafit oksida menjadi grafena oksida (GO). GO dilarutkan ke dalam air, kemudian
lembaran-lembaran GO akan langsung terpisah dari kristal asalnya karena sifatnya
yang hidrofobik. Kemudian untuk mendapatkan grafena, GO diendapkan dan
direduksi dengan reduktor ( Pratiwi, 2016).
Amonia (NH3) merupakan gas yang tidak berwarna dengan titik didih -33ºC.
Gas amonia lebih ringan dibandingkan udara, dengan densitas kira-kira 0,6 kali
densitas udara pada suhu yang sama. Bau yang tajam dari amonia dapat dideteksi
pada konsentrasi yang rendah 1-5 ppm (Stringer, 2000). Amonia (NH3) merupakan
salah satu zat pereduksi (Dessy, 2017). Di alam Amonia terjadi hampir secara
langsung dalam bentuk garam amonium. Bentuk amonia di alam pada umumnya
terdekomposisi dari material organik yang mengandung nitrogen atau dari aktivitas
gunung berapi (Appl, 1999).
N
H
H
H
2.6 Karakterisasi
Karakterisasi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
Jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada sampel
suatu senyawa organik maka akan terjadi penyerapan frekuensi oleh senyawa
tersebut. Detektor yang ditempatkan pada sisi lain dari senyawa akan mendeteksi
frekuensi yang dilewatkan pada sampel yang tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya
frekuensi yang melewati senyawa (yang tidak diserap) akan diukur sebagai persen
transmitan. Persen transmitan 100 berarti tidak ada frekuensi IR yang diserap oleh
senyawa. Pada kenyataannya, hal ini tidak pernah terjadi. Selalu ada sedikit dari
frekuensi ini yang diserap dan memberikan suatu transmitan sebanyak 95%.
Transmitan 5% berarti bahwa hampir seluruh frekuensi yang dilewatkan diserap oleh
senyawa. Serapan yang sangat tinggi akan memberikan informasi penting tentang
ikatan dalam suatu senyawa (Dachriyanus, 2004).
Bilangan Gelombang dalam cm-1
Prinsip dasar dari XRD adalah hamburan elektron yang mengenai permukaan
kristal. Bila sinar dilewatkan ke permukaan kristal, sebagian sinar tersebut akan
terhamburkan dan sebagian lagi akan diteruskan ke lapisan berikutnya. Sinar yang
dihamburkan akan berinterferensi secara konstruktif (menguatkan) dan destruktif
(melemahkan). Hamburan sinar yang berinterferensi inilah yang digunakan untuk
analisis.
θ = sudut deviasi
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.2.1 Alat
- Magnetic bar
- Pipet tetes
- Botol Aquadest
- Aluminium foil
- Tabung sentrifius
- Kaca arloji
- Sample cup
- Karet
- Plastik
- Wadah es
3.2.2 Bahan
- Grafit(s)
- Aquadest(l)
Sebanyak 52,08 mL larutan H2SO4 96% (p) diencerkan dengan aquadest dalam labu
takar 1000 mL hingga garis batas dan dihomogenkan.
diencerkan dengan aquadest dalam labu takar 1000 mL hingga garis batas dan
dihomogenkan.
1 gram grafit(s)
disaring
dikeringkan pada suhu
80oC selama 6 jam
Dikarakterisasi dengan FT-IR dan XRD
BAB 4
Analisis XRD ini bertujuan untuk mengetahui jarak antar lapisan (d-spacing) grafit.
Hasil analisis dengan menggunakan XRD pada Grafit dapat diperoleh seperti gambar
dibawah ini :
Pada penambahan H2SO4 5% dan H2O2 30% guna untuk menghilangkan sisa
KMnO4. Larutan disentrifugasi pada 3000 rpm selama 20 menit bertujuan untuk
memisahkan fase padat grafit oksida dan cairan beserta zat pengotornya.
Penambahan dengan H2O pada endapan grafit oksida bertujuan untuk menghilangkan
zat pengoksidasi serta mengendapkan partikel grafit oksida (Titelman, et al., 2005).
Hasil pencucian dengan larutan piranha dan aquadest pada campuran oksida grafit
akan menghasilkan oksida grafena dengan memiliki sifat kelarutan yang stabil di
dalam air dan menyebabkan perubahan warna menjadi hitam kecoklatan (Bourlinos,
et al., 2003).
H
O H
+ O O + H2O
O OH
H
Aromatik Hidrogen Epoksida Air
(Alkena) Peroksida
Pada spektrum FT-IR Oksida Grafit telah terbentuk ikatan OH terjadi pada
bilangan gelombang 3410 cm-1 yang menyatakan bahwa oksida grafit memiliki
kandungan air didalamnya. Spektrum serapan yang lemah terjadi pada bilangan
gelombang 1705,07 cm-1 menunjukkan ikatan antara C=O dari gugus asam
karboksilat (COOH), spektrum pada bilangan gelombang terbentuk ikatan gugus
aromatic C=C pada bilangan gelombang 1620 cm-1 dan juga terdapat spektrum
yang tajam pada bilangan gelombang 1381 cm-1 menunjukkan ikatan antara C-OH
merupakan vibrasi pada gugus fungsi fenol dan pada bilangan gelombang 1118 cm -1
dan 1056 cm-1 menunjukan adanya gugus fungsi C-O (epoksi).
Hasil analisis dengan menggunakan XRD pada Oksida Grafit dapat diperoleh seperti
gambar dibawah ini :
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.7 Pada hasil XRD oksida grafit
terdapat puncak disekitar ( ) 26,67 dengan d-spacing 3,34 Å yang sama persis
dengan puncak dari grafit yang berarti masih terdapat grafit yang kurang bereaksi
secara sempurna. Terlihat juga puncak grafit oksida ( ) 11,7326 dengan d-spacing
7,5365 Å bergeser kearah kiri lebih rendah menunjukan terjadinya perubahan
material sifat kristalinitas oksida grafit menjadi berkurang.
Hal ini menunjukkan bahwa setelah proses oksidasi, grafit telah berubah
menjadi oksida grafit. Selain pola XRD yang berbeda antara grafit dan okisda grafit,
terjadi juga pelebaran jarak antar lapisan (d-spacing) yang awalnya 3,34 Å menjadi
7,5365 Å. Terjadinya peningkatan d-spacing pada oksida grafit disebabkan
terbentuknya gugus fenol, gugus epoksi, gugus keton, gugus karboksil, dan gugus
gugus karbonil. Gugus fungsi ini menyebabkan material bersifat sangat hidrofilik dan
mudah terkelupas menjadi oksida grafena. Penambahan molekul H2O dan gugus
oksigen juga menyebabkan oksida grafena memiliki d-spacing yang lebih lebar
(Shao, 2012).
Hasil analisis dengan menggunakan XRD pada Oksida Grafena dapat diperoleh
seperti gambar dibawah ini :
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.10 Pada hasil XRD oksida grafena
terdapat puncak yang tajam dam melebar bergeser ke arah kiri lebih rendah disekitar
( ) 8,66 dengan d-spacing 10,20 Å. Ini menunjukkan terjadinya perubahan sifat
material kristalinitas oksida grafena berkurang. Proses ultrasonikasi yang terjadi pada
oksida grafit bertujuan untuk mengelupas grafit Oksida menjadi lembaran-lembaran
grafena oksida dengan memutuskan ikatan Van der Walls pada interlayer. Perbedaan
lama pancaran gelombang ultrasonik sebelum proses reduksi mengakibatkan
terjadinya perbedaan tinggi puncak difraksi. Puncak difraksi meningkat dengan
lamanya proses ultrasonikasi. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak jumlah
grafena oksida yang terbentuk, sehingga derajat reduksi meningkat (Susanti, 2014).
Hal ini menunjukkan bahwa setelah proses ultasonikasi, oksida grafit telah
berubah menjadi oksida grafena. Selain pola XRD yang berbeda antara oksida grafit
dan okisda grafena, terjadi juga pelebaran jarak antar lapisan (d-spacing) yang
awalnya 7,53 Å menjadi 10,20 Å. Terjadinya peningkatan nilai d-spacing pada
oksida grafena hal ini dikarenakan peran ultrasonikasi yang memudahkan
pengelupasan oksida grafit ketika berada didalam air, sehingga jarak antar lapisan
penyusun oksida grafit semakin renggang dan mudah untuk mengelupas (Hanif,
2016). Hasil pola-pola XRD oksida grafena memiliki peak yang mendekati oksida
grafit, hal ini dikarenakan oksida grafena yang dihasikan juga memiliki gugus fungsi
yang serupa pada oksida grafit.
Gambar 4.11 Serbuk Grafena dengan penambahan variasi amonia (NH3(l)) 5 M, 7,5
M, dan 10 M
Oksida grafena (OG) secara atomic merupakan lembaran dari grafit oksida yang
terdiri dari cincin enam alifatis yang mengandung –C=O, epoksida, dan ikatan C=C
terkonjugasi dimana pada tepinya terdapat gugus –OH dan –COOH (Cassabianca et
al., 2010).
- - + H
O N O H
+
H H
C C H C-
H C H
+ + +
Gugus Epoksi Amonia
H N
-
H H
N
H H
O (-NH2OH)
Hidroksilamin
H
C C
Aromatik (Alkena)
Tahap 1.2
H
H H + -
N H H H
o -o N
-NH2OH
Gugus Aromatik
Tahap 2
H H
H H + - +
o N -o
H H
N H
H
o+ N H N
H
-
-H2O
Hasil analisis dengan menggunakan FT-IR pada Grafena dengan penambahan NH3(l)
5 M, 7,5 M, dan 10 M dapat diperoleh seperti gambar dibawah ini :
Hasil analisis dengan menggunakan XRD pada Grafena dengan penambahan NH3(l) 5
M, 7,5 M, dan 10 M dapat diperoleh seperti gambar dibawah ini :
Gambar 4.15 Perbandingan hasil pengujian XRD pada variasi NH3(l) 5 M, 7,5 M, dan
10 M
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.15 Pada hasil XRD Sintesis Grafena
dari grafit dengan penambahan variasi reduktor amonia. Pada grafena dengan
penambahan NH3(l) 5 M membentuk peak 2 26,729 dengan d-spacing 3,318 Å.
Grafena dengan penambahan NH3(l) 7,5 M membentuk peak 2 26,83 dengan d-
spacing 3,320 Å. Grafena dengan penambahan NH3(l) 10 M membentuk peak 2
26,846 dengan d-spacing 3325 Å. Berdasarkan pola XRD bahwa pada penambahan
NH3(l) 10 M jarak antar layernya paling mendekati jarak antar layer yang dimiliki
oleh grafit 2 peak 26,3690 dengan nilai d-spacing sebesar 3,37 Å (Achmad dan
Susanti, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa graphene 10 M yang dihasilkan lebih
baik dibandingkan pada penambahan NH3(l) 5 M dan NH3(l) 7,5 M. Seperti yang
ditunjukan pada tabel 4.1 terdapat perbedaan jarak layer antar masing-masing
sampel.
BAB 5
5.1 Kesimpulan
1) Grafena dapat disintesis dari grafit menggunakan metode Hummer dengan amonia
sebagai reduktornya. Grafit dioksidasi oleh asam dan oksidator kuat ( H2SO4,
NaNO3, H2O2, dan KMnO4 ) menghasilkan oksida grafena kemudian direduksi oleh
amonia menghasilkan grafena berlapis nano
2) Amonia yang dipakai sebagai reduktor belum dapat mereduksi oksida grafena
menjadi grafena secara keseluruhan dimana berdasarkan analisis yang dilakukan
masih terdapat gugus-gugus fungsional berupa gugus hidroksil, karbonil, dan epoksi
dengan jumlah yang sedikit berkurang.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Achmad A, Susanti,D , 2013. Pengaruh Variasi Waktu Tahan Hidrotermal terhadap
Sifat Kapasitif Superkapasitor Material Graphene. Surabaya. Jurusan Teknik
Material dan Metalurgi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS)
Appl M, 1999. Ammonia. Principles and Industrial Practice. Wiley VCH.
Weinheim: New York
Ardiansyah, R. 2011. Pemanfaatan Pati Umbi Garut Untuk Pembuatan Plastik
Biodegradable. Depok. Skripsi, Fakultas Teknik Kimia Universitas
Indonesia
Bourlinos B, Gournis D, Petridis D, Szabo T, Szeri, 2003. Graphite oxide: Chemical
Reduction with primary aliphatic amines and amino acid. 19: 6052-6058
Bresnick, S.2003. The Essence of Organic Cemistry. terj. Hadian Kotong. Inti Sari
Kimia Organik. Jakarta: Hipokrates.
Canham, GR. (2000), Descriptive Inorganic Chemistry, W.H. Freeman and
Company, New York, 249 – 256, 277.
Casabianca, M.A. Shaibat, W.W. Cai, S. Park, R. Piner, R.S. Ruoff, Y. Ishii, J. Am.
2010. Chem. Soc. 132. 5672.
Casero, E., et al. 2012. Differentiation Between Graphene Oxide and Reduced
Graphene by Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) 20: p. 63-66
Choi, S. M. Seo, M. H. Kim, H. J. dan Kim, W. B. 2011. Synthesis of graphene and
their applications to methanol electro oxidation. Carbon.
Choucair, M.; Thordarson, P.; Stride, J. A. 2009. Gram-scale production of graphene
based on solvothermal synthesis and sonication. Nat. Nanotechnol.
Chua, C. K,; Pumera, M. Chem. Soc. Rev. 2014, 291 Copper Foils.Science.324:
5932.
Cotton F A. dan Wilkinson. G. 1989. Kimia anorganik . UI.Jakarta.
Dachriyanus, 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi.
Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Padang.
Universitas Andalas.
Dessy, R. 2017. Studi Terhadap Kinerja Grafit Dan Grafena Sebagai Elektroda Pada
Sel Baterai Primer. Program Studi Magister Ilmu Kimia. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dianita, D. 2009. Prarancangan Pabrik Kaprolaktam Dari Sikloheksanon Dan
Hidroksilamin Sulfat. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta
Efelina V, 2015. Kajian Pengaruh Konsentrasi Urea Dalam Sifat Optik Nanofiber
Graphene Oxide/PVA (Polyvinyl Alcohol) yang Difabrikasi Mennggunakan
Teknik Electrospinning. Yogyakarta: UGM.
Feng, H. dkk.2013. A Low-Temperature Method to Produce Highly Reduced
Grafena oksida. China : Jurnal Nature Communications DOI : 10.1038/
ncomms 2555
Fuente, de la, dkk. 2014. High Perfomence Of Symmetrical Supercapasitor Based On
Multilayer Films Graphene Oxide/Polypyrole Electrodes. Appl. Surf. Sci.
195-203.
Geim, A.K. and K.S. Novoselov. 2007. The Rise of Graphene.Nat Mater, 6(3): p.
183-91
Naufal, dkk. 2013. Sejarah Penemuan, Sifat Dan Karakteristik, Teknik Karakterisasi,
Metode Sintesis, Serta Aplikasi Graphene. Jatinangor: Universitas
Padjadjaran.
Novoselov, K. S., Geim, A. K., Morozov, S. V., Jiang, D., Zhang, Y., Dubonos, S.
V., Grigorieva, I.V., Firsov, A.A. 2004. Electric Field Effect in Atomically
Thin Carbon Films. Science. 306: 666-669.
Nurdin, D. 1986. Eludasi Struktur Senyawa Organik. Bandung : Angkasa
Pei, S dan Hui-Ming Cheng. November 2011. “The reduction of graphene
oxide”. Carbon 50: 3210-3228
Peng, T., 2013. Direct Transformation of Amorphous Silicon Carbide into Graphene
under Low Temperature and Ambient Pressure. Sci. Rep., 3
Pradesar Y, Susanti D, 2014. Pengaruh Waktu Ultrasonikasi dan Waktu Tahan
Proses Hidrothermal Terhadap Struktur Dan Sifat Listrik Material Grafena,
Surabaya: Tugas Akhir ITS
Pratiwi, P. D. (2016). Preparasi Nanomaterial Karbon Meggunakan Metode Liquid
Mechanical Exfoliation Dibantu Oleh Linear Alkylbenzene Sulfonate dengan
Variasi Waktu Pencampuran.
Qaizul, M. 2016. Modifikasi Struktur Metil Ester Hasil Transesterifikasi Minyak
Kopra Menggunakan Reaksi Oksidasi Dengan Variasi Konsentrasi KMnO 4.
Makassar. Fakultas Sains Dan Teknologi. Uin Alauddin Makassar
Rafitasari , Y., dkk. 2016. Sintesis Graphene Oxide Dan Reduced Graphene Oxide.
Journal.. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Rahman FS, Diah S, 2015. Analisis Pengaruh Massa Reduktor Zink Terhadap Sifat
Kapasitif Superkapasitor Material Graphene. Jurnal Teknik ITS Vol. 4, No. 1,
(2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271).
Rahmandari A, Ansori K. 2010. Pengolahan Grafit Tahap Pemanggangan.
Yogyakarta: STTN-BATAN.
Raj M.A., S.A. John. 2013. Simultaneous determination of uric acid, xanthine,
hypoxanthine and caffeine in human blood serum and urine samples using
electrochemically reduced graphene oxide modified electrode, Anal. Chim.
Acta: p. 771
Randviir EP. (2014). A Decade of Grapgene Research: Production, Applications and
Outlook. Materials Today, vol.17.
Ratna K, 2008. Prinsip-Prinsip Kimia Modern / ED.4/JL.2. Erlangga: Jakarta
Science. 319. 1229–1232.
Riswiyanto, 2009. Kimia Organik. Edisi Kedua. Jakarta. Penerbit Erlangga
Safitri, D. 2017. Analisa Pengaruh Doping Nitrogen Terhadap Sifat Kapasitif
Superkapasitor Berbahan Graphene. Surabaya. Teknik Material Dan
Metalurgi. Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Shao, G., 2012. Graphene Oxide: The Mechanisms of Oxidation and Exfoliation.
Journal of Materials Science, 47(10). pp. 4400 – 4409
Smallman, R. E., 1991. Metalurgi Fisik Modern, Edisi 4. Jakarta: Gramedia.
Stankovich S, Dmitriy A, Dommett H G Kohlhaas M K Zimney J E, Stach A E,
Piner D R, Nguyen T S Rouff S R, 2007. Graphen Based Composit Material.
Nature Publishing Group: 282-283
Stringer R, Brigden K. 2000, Ammoniak and urea production: Incident of ammonia
release from the profertil urea and ammonia facility, Argentina. Exter
Greenpeace reaserch laboratories
Suci, A.P. 2018. Sintesis Grafena Dari Oksidasi Grafit Dan Reduksi Oksida Grafit
Menggunakan Reduktor Asam Sitrat. Skripsi. Program Studi Kimia. Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara
Syakir, Norman, dkk. 2015. Kajian Oksida Grafit untuk Produksi Grafena dalam
Jumlah Besar. Sumedang: Departemen Fisika Universitas Padjadjaran
Taufantri, et al. 2016. Sintesi dan Karakterisasi Grafena dengan Metode Reduksi
Garfit Oksida Menggunakan Pereduksi Zn. Bali. Universitas Udayana.
Teng, Z. Qingzhong Xue,. May 2012.” Theoretical approaches to graphene and
graphene-based materials”. Nano Today (7): 180-200
Terrones. A. 2010. Graphene and graphite nanoribbons: Morphology, properties,
synthesis, defects and applications”. Nano Today 5: 351-372
Titelman, G. I., Gelman, V., Bros, S., Khalin, R.L., Cohen, Y.. 2005. Characteristic
and Microstructure of Aqueous Colloidal Dispersions of Graphite Oxide.
Elsevier.
Truong & Lee. (2013). Graphene From Fundamental to Future Application. South
Korea: Chonbuk National University.
Wahyudi, C . 2017. Preparasi Dan Sintesis Graphene Oxide (Go) Yang Berasal Dari
Limbah Kertas Berdasarkan Liquid Mechanical Exfoliation (Clme) Lucutan
Listrik Dengan Variasi Tegangan. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Xu J, Wang L, Zhu Y, 2012. Decontamination of bisphenol a from aqueous solution
by graphene adsorbption. Langmuir. 28(22): 8418-8425.
Yang S, Weng Z, Wang D, Feng L, Jinhong D, Cheng H, 2014. Graphene-Cellulose
Paper Flexible Supercapasitor. Adv.Energy Mater, 8: 917-922.
Yoshio, M. 2009. Lithium-Ion Batteries. Springer Science Bussines Media : Japan.
Zakaria. 2003. Analisis Kandungan Mineral Magnetik pada Batuan Beku dari Daerah
Istimewe Yogyakarta dengan Metode X-Ray Diffraction (skripsi).
Universitas Haluoleo: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 67 hlm.
LAMPIRAN