Anda di halaman 1dari 76

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Fisika Skripsi Sarjana

2018

Karakterisasi dan Pembuatan Keramik


Berpori Berbahan Dasar Tanah
Lempung dan Abu Kayu Damar (Agathis Dammara

Khairunnisa, Suri
Universitas Sumatera Utara

https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8622
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
KARAKTERISASI DAN PEMBUATAN KERAMIK BERPORI
BERBAHAN DASAR TANAH LEMPUNG DAN ABU KAYU
DAMAR (AGATHIS DAMMARA)

SKRIPSI

SURI KHAIRUNNISA
140801029

PROGRAM STUDI FISIKA S-1


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KARAKTERISASI DAN PEMBUATAN KERAMIK BERPORI
BERBAHAN DASAR TANAH LEMPUNG DAN ABU KAYU
DAMAR (AGATHIS DAMMARA)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

SURI KHAIRUNNISA
140801029

PROGRAM STUDI FISIKA S-1


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN ORISINALITAS

KARAKTERISASI DAN PEMBUATAN KERAMIK BERPORI


BERBAHAN DASAR TANAH LEMPUNG DAN ABU KAYU
DAMAR (AGATHIS DAMMARA)

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2018

Suri Khairunnisa
140801029

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

KARAKTERISASI DAN PEMBUATAN KERAMIK BERPORI


BERBAHAN DASAR TANAH LEMPUNG DAN ABU KAYU
DAMAR (AGATHIS DAMMARA)

ABSTRAK

Telah dibuat keramik berpori berbahan dasar tanah lempung dan abu kayu
damar dengan teknik die pressing. Tanah lempung dan abu kayu damar diayak
dengan ayakan 100 mesh. Keramik dicetak dengan perbandingan variasi campuran
tanah lempung dan abu kayu damar 10:0 ; 9:1 ; 8:2 ; 7:3 ;6:4 ; 5:5 gram dan
disintering dengan suhu sintering 10000C dengan holding time 5 jam. Keramik
dikarakterisasi dengan menentukan sifat fisis (densitas, porositas, serapan air, susut
massa, susut bakar), sifat mekanis (kuat tekan dan kekerasan), morfologi permukaan
dan ukuran pori (SEM), kandungan unsur (EDX). Hasil karakterisasi menunjukkan
bahwa variasi terbaik terjadi pada campuran tanah lempung dan abu kayu damar
pada variasi campuran 5:5 gram dengan nilai densitas = 1,4 gram/cm3 ; porositas =
44% ; serapan air = 31,8% ; susut massa 30,32% ; susut bakar 6,93% ; kuat tekan =
1,95 MPa ; kekerasan = 86,07 MPa dan hasil morfologi permukaan (SEM) memiliki
pori yang lebih banyak dan tersebar merata dengan ukuran diameter pori rata-rata =
2,3805 µm yang tergolong kedalam jenis keramik berpori macroporous ceramic
dengan ukuran pori > 50 nm

Kata kunci : Abu kayu damar, die pressing, EDX, keramik berpori, lempung,
macroporous ceramic, SEM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iii

CHARACTERIZATION AND FABRICATION ON POROUS


CERAMIC BASED ON LOAM AND WOOD DAMAR ASH
(AGATHIS DAMMARA)

ABSTRACT

Fabrication of porous ceramics base on loam and wood damar ash, had been
done using die pressing methode. Loam and damar wood ash with 100 mesh size
sieve. Ceramic molded with varied composition ratio of loam and wood damar ash
10:0; 90:1; 8:2; 7:3; 6:4; 5:5 gram and sintered with 10000 C sintering temperatur
with holding time 5 hour. Ceramics characterized to determine physical properties
(density, porosity, water absorption, mass shrinkage, volume shrinkage), mechanical
properties (compressive strength and hardness), surface morphology and pore size
(SEM), elemental mapping (EDX). Results of characterization show that the best
variation occurs on loam and wood damar ash composition 5:5 gram with density
value = 1.4 gram/cm3; porosity = 44%; water absorption = 31.8%; mass shrinkage
30,32%; volume shrinkage = 6.93%; compressive strength = 1.95 MPa; hardness =
86.07 MPa. And surface morphology (SEM) has more pores and is spread evenly
with average pore diameter = 2,3805 µm which is classified into the type
macroporous ceramic with pore size > 50 nm

Keywords : die pressing, EDX, loam, macroporous ceramic, porous ceramic, SEM,
wood damar ash.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iv

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan
Maha Penyayang, dengan limpah karunia-Nya. Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan judul Karakterisasi dan Pembuatan Keramik Berpori
Berbahan Dasar Tanah Lempung dan Abu Kayu Damar (Agathis Dammara).
Karya ini tentunya dimungkinkan oleh dukungan dan kesempatan serta
berbagai fasilitas dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis
menghaturkan ucapan terimakasih yang tulus pada:
Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.MH selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara. Bapak Prof. Dr. Kerista Sebayang MS selaku Dekan Fakultas
Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr.
Perdinan Sinuhaji, MS dan Awan Maghfirah, MSi selaku Ketua dan Sekretaris
jurusan Fisika serta dosen penguji saya, staf jurusan dan seluruh dosen yang
mengajar di Fisika S-1. Atas semua ilmu, fasilitas dan dukungan, yang telah
diberikan kepada penulis. Dosen pembimbing Ibu Prof. Dr. Zuriah Sitorus, MS yang
telah membimbing dan meluangkan waktunya selama penyusunan skripsi ini,
Keluarga ku Ayahanda, Syafaruddin (Alm) dan Ibunda Halimatussakdiah,
atas perhatian, nasihat, dukungan, doa dan kasih sayang yang telah kalian berikan.
Juga kepada saudara-saudari ku, Hidayat Syahputra, Amd dan Syahrida Hamdini
yang telah memberikan semangat hingga akhir penyelesaian perkuliahan ini.
Musyrifah ( kak indah, kk sopi, kk silvi, kk desi unimed, dan kk elvi uinsu ) yang
telah bersabar dalam menjaga dan memperbaiki diri saya, tim halaqah (kk mia, kk
mesra, dan kk fera), rubin BTM dan sahabat dakwah semua ( dwi, kk zia, windi, kk
halim, rubiah, dk tata, dk afni, dll) yang telah memberikan saya nasihat, dukungan
dan motivasi selama kuliah dan dakwah.
KEMENRISTEK DIKTI yang telah memberikan Beasiswa Bidik Misi
sehingga saya bisa menyelesaikan studi ini dengan baik. PKPU yang telah
memberikan Beastudinya kepada saya dan juga rekan-rekan Beastudy PKPU (rivi,
herman, kk aini, kk lia, bg mul, fiqhi, dll)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


v

Diah Pratiwi selaku sahabat dan partner penelitian saya yang selalu
menemani, memotivasi dan memberikan semangat selama proses penelitian, Sahabat
saya (ulfa, heni, mita, putri, wana, ria, juli, ardi, fiqhi, aslam, bg adi, dll) yang telah
memberikan dukungan kepada saya. Teman-teman FISIKA 2014 yang telah
membersamai saya dalam perkuliahan, Keluarga besar Laboratorium Fisika Zat
Padat Dan Solar modul USU (bg niko, bg William, bg henri) atas kesempatan untuk
mengembangkan diri menjadi seorang asisten dan menimba ilmu secara praktek. Dan
terimkasih pada keluarga besar laboratorium Fisika Gelombang, Fisika Komputasi, ,
dan Kristalografi yang telah memberikan labnya dalam proses pengerjaan skripsi,
Laboratorium Material PTKI (pak warman, buk Fitri, pak berry, bg ridwan, bg amin)
yang telah s membantu saya dalam proses penelitian.
Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan rekan, dan saudara-saudara
semua. Akhir kata semoga penelitian saya ini bisa memberikan manfaatan dalam
masyarakat dan dunia pendidikan.

Medan, Juli 2018

Suri Khairunnisa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vi

DAFTAR ISI

PENGESAHAN SKRIPSI i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
PENGHARGAAN iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Tujuan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Lempungan (Tanah Liat) 4
2.2 Jenis-jenis Lempung 8
2.3 Pohon Damar 9
2.3.1 Damar Batu 10
2.4 Keramik 12
2.5 Pembentukan Keramik 15
2.6 Keramik Berpori 15
2.7 Aplikasi Keramik Berpori 17
2.8 Pengujian Sifat Fisis Keramik 17
2.9 Pengujian Sifat Mekanik Keramik 19
2.10 Analisa Mikrostruktur Keramik 20
2.11 DTA (Differential Termal Analysis) 21

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan Tempat 22
3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian 22
3.2.1 Peralatan 22
3.2.2 Bahan 23
3.3 Prosedure Penelitian 23
3.4 Komposisi Perbandingan Bahan Pembuatan Keramik Berpori 24
3.5 Diagram Alir Penelitian 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengujian Sifat Fisis Keramik Berpori 26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


vii

4.2 Hasil Pengujian Sifat Mekanik Keramik Berpori 33


4.3 Hasil Pengujian Karakterisasi SEM-EDX (Scanning Electron Microscope
– Energy Dispersive X-Ray Spectrometer 36
4.4 Hasil Uji Differential Thermal Analysis (DTA) 41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 42
5.2 Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 44
LAMPIRAN 46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


viii

DAFTAR TABEL

Nomor
Judul Halaman
Tabel
2.1 Komposisi Unsur Kimia Pada Tanah Lempung 6
2.2 Karakterisasi Sifat Fisis Dan Kimia Damar Batu 11
2.3 Komponen penyusun Senyawa Kimia abu Kayu Damar Batu 11
3.1 Komposisi Bahan Dasar dan Bahan Campuran 24
4.1 Data Hasil Pengukuran Densitas 26
4.2 Data Hasil Pengukuran Porositas 28
4.3 Data Hasil Pengukuran Serapan Air 29
4.4 Data Hasil Pengukuran Susut Massa 31
4.5 Data Hasil Pengukuran Susut Bakar 32
4.6 Data Hasil Pengukuran Kuat Tekan 33
4.7 Data Hasil Pengukuran Kekerasan 34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor
Judul Halaman
Gambar

2.1 Segitiga Tekstur Tanah 5

2.2 Bentuk Pohon Damar (Agathis Dammara) 10


2.3 Bentuk Damar Batu (Agathis Alba) 11
2.4 Bentuk Struktur Keramik yang Disinterring 13
2.5 Metode Pengujian Kekerasan Vickers 20
4.1 Grafik Densitas Vs Komposisi Abu kayu damar 27
4.2 Grafik Porositas Vs Komposisi Abu kayu damar 28
4.3 Grafik Serapan Air Vs Komposisi Abu kayu damar 30
4.4 Grafik Susut Massa Vs Komposisi Abu kayu damar 31
4.5 Grafik Susut Bakar Vs Komposisi Abu kayu damar 32
4.6 Grafik Kuat Tekan Vs Komposisi Abu kayu damar 33
4.7 Grafik Kekerasan Vs Komposisi Abu kayu damar 35
Hasil pengamatan SEM untuk sampel dengan campuran 0
4.8 36
gram abu kayu damar pada perbesaran 5000 kali
Hasil pengamatan SEM untuk sampel dengan campuran 5
4.9 37
gram abu kayu damar pada perbesaran 5000 kali
Hasil pengamatan SEM untuk sampel dengan campuran 0
4.10 gram abu kayu damar pada perbesaran 1.000 kali Beserta 38
Ukuran Pori
Hasil pengamatan SEM untuk sampel dengan campuran 5
4.11 gram abu kayu damar pada perbesaran 1.000 kali Beserta 38
Ukuran Pori
Hasil Pembacaan kandungan unsur EDX sampel dengan
4.12 Campuran 0 gram abu kayu damar pada perbesaran 500 39
kali
Hasil Pembacaan kandungan unsur EDX sampel dengan
4.13 Campuran 5 gram abu kayu damar pada perbesaran 1000 40
kali
Hasil pengujian Differential Thermal Analysis Abu Kayu
4.14 41
Damar Batu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
Judul Halaman
Lampiran
1 Data dan Contoh Perhitungan 47

2 Dokumentasi Penelitian 55
Karakterisasi Tanah Lempung dan Abu Kayu
3 60
Damar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


xi

DAFTAR SINGKATAN

ASTM = American Society for Testing and Material


DTA = Differential Thermal Analysis
MABES POLRI = Markas Besar Polisi Republik Indonesia
PTKI = Politeknik Tinggi Kimia Industri
SEM – EDX = Scanning Elecron Microscopy - Energy Dispersive X-Ray
Spectrometer
UNIMED = Universitas Negeri Medan
USDA = United State Departement of Agricultural

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lempungan atau tanah liat adalah komponen melimpah yang terdapat di
permukaan bumi. Lempungan merupakan material yang sangat mudah di temukan
serta mempunyai manfaat dan kegunaan yang sangat luas. Indonesia sebagai negara
yang memiliki iklim tropis terdapat kandungan lempung yang sangat melimpah,
namun kegunaannya masih belum di manfaatkan secara maksimal. Karakteristik
utama yang dimiliki kandungan lempungan yaitu sangat mudah berinteraksi dengan
air dan ketika mengalami pembakaran dengan suhu sintering maka akan mengalami
perubahan wujud menjadi keramik yang memiliki pori dan dapat dimanfaatkan
sebagai filter atau penyaring polutan khususnya pada fluida.
Indonesia Sebagai penghasil pohon damar terbesar, sering menjadikan kayu
damar sebagai komoditi ekspor karena memiliki daya jual yang cukup tinggi, Namun
apabila kayu damar dimanfaatkan di Indonesia maka dapat memberikan keuntungan
yang luar biasa, diantaranya kayu damar bisa dijadikan sebagai bahan penolong
dalam pembuatan perahu, pembungkus kabel laut/tanah, sebagai resin, bahan
campuran minyak wangi, bahan campuran pewarna kain dan lain sebaginya.
Karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka untuk
memanfaatkan penggunaan kayu damar secara luas, penulis meneliti suatu material
dengan membuat keramik berpori. Karena keramik berpori adalah jenis keramik
yang sangat diunggulkan dalam perkembangan teknologi nanofilter, berbeda dengan
kermik konvensional yang sangat menghindari atau mengurangi keberadaan porinya.
Sehingga pada penelitian ini telah dibuat keramik berpori dengan berbahan dasar
tanah lempung yang berasal dari desa buntul kubu, kecamatan Permata Kabupaten
Bener Meriah Aceh Tengah dan Abu kayu Damar yang berasal dari Aceh Singkil.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka penulis merumuskan
beberapa hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini, diantaranya :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

1. Banyaknya keramik yang telah dibuat dari tanah lempung dengan berbagai
campurannya, belum mendapatkan hasil yang maksimal (Standart yang
tersedia) . Sehingga Apakah keramik berpori berbahan dasar tanah lempung
dan abu kayu damar ini bisa memenuhi standart yang tersedia ?
2. Bagaimanakah karakterisasi dari keramik berpori berbahan dasar tanah
lempung dan abu kayu damar ?

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah penelitian ini adalah :
1. Membuat keramik berpori berbahan dasar tanah lempung dan abu kayu
damar
2. Tanah lempung yang digunakan berasal dari Desa Buntul Kubu, Kecamatan
Permata Kabupaten Bener Meriah Aceh tengah
3. Abu kayu damar yang digunakan berasal dari Aceh Singkil
4. Ukuran butiran tanah lempung dan abu kayu damar yang akan digunakan
adalah 100 mesh
5. Teknik pembuatan keramik dengan teknik Die Pressing
6. Suhu sintering pembakaran keramik yang digunakan yaitu 10000C
7. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian sifat fisis ( porositas dan
serapan air) ; sifat mekanis ( kekerasan dan kuat tekan ); morfologi
permukaan, dan kandungan unsur (Scanning Electron Microscope-Energy
Dispersive X-Ray)
8. Ukuran cetakan yang digunakan 3 cm x 3 cm x 3 cm

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Menghasilkan keramik berpori berbahan dasar tanah lempung dan abu kayu
damar
2. Mendapatkan campuran lempung dan abu kayu damar yang optimum pada
keramik berpori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

3. Untuk menentukan karakterisasi atau sifat fisis, mekanis, morfologi


permukaan terhadap keramik berpori berbahan dasar tanah lempung dan abu
kayu damar

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :
1. Memperluas pemanfaatan tanah lempung dan abu kayu damar
2. Menghasilkan keramik berpori berbahan dasar tanah lempung dan abu kayu
damar
3. Memberikan pengetahuan mengenai pemanfaatan kayu damar secara luas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lempungan (Tanah Liat)


Lempungan atau tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat
yang berdiameter kurang dari 4 milimeter. Lempung mengandung leburan silika
dan/atau alumunium yang halus. Unsur-unsur ini : silika, oksigen dan alumunium
adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk oleh
proses batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas
bumi. Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah
terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya.
Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silicon dan oksida
alumunium yang membentuk kristalnya (Terzaghi,1987)
Menurut ahli mineralogi, mineral lempung adalah mineral silikat berlapis
(pilosilikat) atau mineral lain yang bersifat liat (plasticity) dan mengalami
pengerasan saat dipanaskan atau dalam keadaan kering. Dalam International Society
of Soil Science istilah lempung dinyatakan sebagai suatu batuan atau partikel mineral
yang terdapat pada tanah (soil) dengan diameter kurang dari 0,002 mm. sedangkan
menurut sedimentologis lempung adalah sebuah partikel yang memiliki ukuran 0,004
mm. yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah
lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air
sedang. Pada kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat
lunak. Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang
terkandung di dalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan dimana
kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling mendominasi.
Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-masing unsur kimia
belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur warna tanah dipengaruhi
oleh nilai Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda. (Subriyer, 2013)
Menurut haridjaja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir tanah
atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

adalah pasir, debu dan liat. Gabungan dari ketiga tersebut dinyatakan dalam persen
dan disebut sebagai kelas tekstur. Tekstur tanah menunukkan kasar halusnya tanah,
kelas tekstur tanah di kelompokkan berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir
pasir, debu dan liat. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan
yang kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah
bertekstur liat mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan
menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowiegono,2003). Kelas
tekstur dapat ditetapkan dengan menggunakan diagram segi tiga tekstur menurut
USDA (United State Departement of Agricultural) dalam gambar 2.1. Sistem ini
didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah yang meliputi :
a. Pasir : butiran dengan diameter 2,0 s.d 0,05 mm
b. Debu : butiran dengan diameter 0,05 s.d 0,002 mm
c. Clay : butiran dengan diameter lebih kecil

Gambar 2.1 Segitiga Tekstur Tanah

Hasil pelapukan unsur-unsur kimia dari tanah lempung merupakan unsur-unsur


mineral lempung terutama terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi magnesium.
Beberapa diantaranya juga mengandung alkali dan/atau tanah alkalin sebagai
komponen dasarnya. Sebagian besar mineral lempung mempunyai struktur berlapis.
Beberapa diantaranya berbentuk silinder memanjang atau struktur yang berserat.
Berikut ini adalah unsur kimia yang terdapat di tanah lempung yaitu : (Yeggi, 2013)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

Tabel 2.1 Komposisi Unsur Kimia Pada Tanah Lempung


Unsur/Senyawa Persentase (% berat)
Silika (SiO2) 65,54
Aluminium Oksida (Al2O3) 18,78
Besi Oksida (Fe2O3) 1,57
Titanium Oksida (TiO2) 0,991
Kalium Oksida (K2O) 0,651
Magnesium Oksida (MgO) 0,609
Natrium Oksida (NaO2) 0,298
Kalsium Oksida (CaO) 0,0868

Tanah lempung mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya daya


dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi, kadar
air yang relatif tinggi, dan mempunyai gaya geser yang kecil. Kondisi tanah seperti
itu akan menimbulkan masalah jika dibangun konstruksi di atasnya. Tanah lempung
adalah tanah yang mempunyai partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat
plastis pada tanah bila dicampur air dan dalam keadaan kering akan menjadi keras,
sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Tanah lempung (clay)
mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang penting, antara lain : (Baiq Asma, 2014)
a. Plastisitas
Plastisitas atau keliatan tanah lempung ditentukan oleh kehalusan partikel –
partikel tanah lempung. Kandungan plastisitas tanah lempung bervariasi.
Tergantung kehalusan dan kandungan lapisan airnya. Plastisitas berfungsi sebagai
pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu bata yang dibentuk tidak
mengalami keretakan atau berubah bentuk. Tanah lempung dengan plastisitas
yang tinggi juga akan sukar dibentuk sehingga perlu ditambahkan bahan bahan
yang lain.
b. Kemampuan Bentuk
Tanah lempung yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata dan genteng
harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa mengalami perubahan
bentuk baik pada waktu proses maupun setelah pembentukan. Tanah lempung
dikatakan memiliki daya kerja apabila mempunyai plastisitas dan kemampuan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

bentuk yang baik sehingga mudah dibentuk dan tetap mempertahankan


bentuknya.

c. Daya suspensi
Adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap dalam cairan. Flokulan
merupakan suatu zat yang akan menyebabkan butiran – butiran tanah lempung
berkumpul menjadi butiran yang lebih besar dan cepat mengendap, contohnya:
magnesium sulfat. Deflokulan merupakan suatu zat yang akan mempertinggi
daya suspensi sehingga butiran – butiran tanah lempung tetap melayang,
contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.
d. Penyusutan
Tanah lempung untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering (setelah
mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami proses
pembakaran). Penyusutan terjadi karena menguapnya air selaput pada permukaan
dan air pembentuk atau air mekanis sehingga butiran – butiran tanah lempung
menjadi rapat. Pada dasarnya susut bakar dapat dianggap sebagai susut
keseluruhan dari tanah lempung sejak dibentuk, dikeringkan sampai sibakar.
Persentase penyusutan yang dipersyaratkan untuk jenis tanah lempung
earthenware sebaiknya antara 10% - 15%. Tanah lempung yang terlalu plastis
pada umumnya memiliki persentase penyusutan lebih dari 15% sehingga
mengalami resiko retak/pecah yang tinggi. Untuk mengatasinya dapat
ditambahkan pasir halus.
e. Suhu Bakar
Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu kondisi benda
yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat tanpa mengalami
perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah lempung tersebut memiliki
kualitas kemampuan bakar. Dalam proses pembakaran tanah lempung akan
mengalami proses perubahan (ceramic change) pada suhu sekitar 600oC, dengan
hilangnya air pembentuk dari bahan benda.
f. Warna Bakar
Warna bakar tanah lempung dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat secara
kimiawi pada 1kandungan tanah. Warna pada tanah lempung disebabkan oleh zat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

yang mengotorinya, warna abu – abu sampai hitam mengandung zat arang dan
sisa – sisa tumbuhan, warna merah disebabkan oleh oksida besi (Fe). Perubahan
warna batu bata merah dari keadaan mentah sampai setelah dibakar biasanya sulit
dipastikan. Tanah lempung yang dibakar akan mengalami perubahan seperti
berikut :
- Pada temperatur ± 150ºC, terjadi penguapan air pembentuk yang ditambahkan
dalam tanah lempung pada pembentukan setelah menjadi batu bata mentah.
- Pada temperatur antara 400ºC - 600ºC, air yang terikat secara kimia dan` zatzat
lain yang terdapat dalam tanah lempung akan menguap.
- Pada temperatur diatas 800ºC, terjadi perubahan-perubahan Kristal dari tanah
lempung dan mulai terbentuk bahan gelas yang akan mengisi pori- pori sehingga
batu bata menjadi padat dan keras.
- Senyawa-senyawa besi akan berubah menjadi senyawa yang lebih stabil dan
umumnya mempengaruhi warna batu bata.
- Tanah lempung yang mengalami susut kembali disebut susut bakar

2.2 Jenis-jenis lempung


Klasifikasi lempung ada beberapa jenis yaitu :
a. Klasifikasi lempung berdasarkan batuan induk pelapukannya :
1. Lempung primer atau lempung residual terbentuk dari permukaan batuan
induk. Memiliki warna umumnya lebih putih dan bebas dari bahan pengotor,
lempung ini berasal dari pelapukan yang dibawa oleh air tanah dan tidak
berpindah tempat. Ukuran partikelnya bermacam-macam biasanya bersifat
tidak plastis dan sangat kaku. Contoh lempung primer adalah kaolin.
2. Lempung sekunder adalah jenis lempung yang telah mengalami perpindahan
lokasi yang dibawa dari banyak sumber oleh air (alluvial) atau angina
(aeolian) atau oleh gletser (glacial). Tipe lempung sekunder ini banyak
mengandung bahan organik (carbonaceous) dan bahan pengotor lain (besi,
pasir kuarsa, mika dan lain lain) . contoh lempung sekunder adalah : ball
lempung, stoneware lempung, fire lempung, earthenware lempung, slip
lempungs dan volcanic lempung.
b. Klasifikasi lempung berdasarkan susunan lapisan tetrahedra dan octahedral.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

1. Lempung tipe 1 : 1
Lempung tipe ini terdiri dari 1 lembar silika yang berbentuk tetrahedral dan
1 lembar alumina atau magnesium oksida yang berbentuk octahedral. Yang
termasuk tipe ini adalah kaolin.
2. Lempung tipe 2 : 1
Lempung tipe ini terdiri dari 1 lembar silika yang terbentuk tetrahedral dan
2 lembar alumina atau magnesium oksida yang terbentuk oktahedral. Yang
termasuk tipe ini adalah smektit.
c. Klasifikasi lempung berdasarkan kandungan mineral dan komposisi
1. Mineral Kaolinite
Kaolinite merupakan hasil pelapukan sulfat atau air yang mengandung sulfat
atau air yang mengandung karbonat pada temperature sedang. Memiliki
warna pada umumnya pitih, putih kelabu, kekuning-kuningan atau kecoklat-
coklatan. Struktur dasar dari kaolin memiliki lembaran tunggal silika yang di
gabung dengan satu lembar alumina oktahedran (gibbsite) membentuk satu
unit dasar dengan tebal 7,2 Å (Braja,1988)
2. Montmorillonite
Montmorillonite merupakan mineral 2 : 1 karena memiliki susunan
kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika dan satu lempeng
alumina, struktur ini dapat membuat montmorillonite mengembang dan
mengekerut. Montmorillonite mempunyai daya adsorbs yang cukup air dan
kation lebih tinggi. Memiliki tebal satuan unit 9,6 Å
3. Illite
Illite adalah mineral lempung yang mempunyai hubungan dengan mika
biasa, memiliki formasi struktur satuan kristal, tebal dan komposisi yang
sama dengan montmorillonite perbedaannya ada pada pengikat antar unit
kristal terdapat pada kalium (K) yang berfungsi sebagai penyeimbang
muatan dan juga pengikat, struktur mineralnya tidak mengembang
sebagaimana montmorillonite.

2.3 Pohon Damar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

Damar adalah salah satu hasil hutan non kayu yang sudah lama dikenal dan
cukup banyak digunakan orang antara lain untuk bahan vernis, bahan penolong
dalam pembuatan perahu, dan sering juga digunakan sebagai pembungkus kabel
laut/tanah. Damar tumbuh secara alami dihutan hujan dataran rendah sampai
ketinggian 1.200 m dpl. Namun dijawa tumbuhan ini terutamam ditanam di
pegunungan (Zai,2017).
Nama damar sering digunakan untuk menyebut resin yang dihasilkan oleh jeni-
jenis Shorea, hopea,dan beberapa spesies lainnya. Sementara, resin pohon damar
disebut kopal . dalam dunia perdagangan kayu damar disebut sebgai kayu agatis.
Adapun klasifikasi dari pohon damar yaitu: (Mulyono,2012)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Pinophyta
Kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Araucariaceae
Genus : Agathis
Spesies : A. dammar

Gambar 2.2 Bentuk Pohon Damar (Agathis dammara)

Pohon damar ( Agathis dammara (lamb) rich) adalah sejenis pohon anggota
tumbuhan runjung (Gymnosperame) yang merupakan tumbuhan asli Indonesia
memiliki tinggi hingga 65 m, berbatang bulat silindris dengan diameter mencapai
lebih dari 1,5 m. ada dua macam jenis dammar yang dikenal, pertama adalah damar
batu yaitu damar yang memiliki warna coklat kehitaman, yang keluar dengan
sendirinya dari pohon yang terluka. Gumpalan-gumpalan besar yang jatuh dari kulit
pohon dapat dikumpulkan dengan menggali tanah disekeliling pohon. Disekitar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

pohon-pohon penghasil yang tua biasanya terdapat banyak sekali damar batu. Kedua
adalah damar mata kucing yaitu damar yang memiliki warna bening atau kekuning-
kuningan sebanding dengn kopal yang dipanen dengan cara melukai pohon.

2.3.1 Damar Batu


Damar batu adalah getah yang telah menjadi fosil. Getah ini diperoleh dari
dalam tanah. Damar batu ini mengalami proses pengerasan alami, memiliki tekstur
yang jauh lebih keras dari kopal maupun damar mata kucing. Damar batu diperoleh
dari dari pohon dari spesies dipterocarpaceae .

Gambar 2.3 Bentuk Damar Batu (Agathis Alba)


Indonesia merupakan penghasil terbesar damar batu dan sering menjadi barang
ekspor ke luar negeri, karena memiliki kualitas komersil yang cukup tinggi. Berikut
ini karakteristik damar batu :

Tabel 2.2 Karakterisasi Sifat Fisis dan Kimia Damar Batu


Karakteristik Nilai
Densitas ( Kg/m3) 451,4
Kadar air (%) 0,6 - 0,7
Kadar abu (%) 4-5
Loss of Drying (%) 8,82
Bahan yang tidak larut Toulene (%) 4,365
Bahan yang larut Toulene (%) 95,64
Nilai Asam (mg KOH/gram) 23,04
0
Titik Leleh ( C) 1,5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Tabel 2.3 Komponen Penyusun Senyawa Kimia Abu Kayu Damar Batu
Komponen Persentase (%)
O 38,07
Ca 19,03
C 5,96
K 2,04
Mg 0,98

2.4 Keramik
Keramik berasal dari bahasa yunani yaitu Keramikos yang artinya suatu bentuk
dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Dalam kamus ensiklopedia
tahun 1950-an keramik merupakan suatu hasil seni dan teknologi iuntuk
mengahsilkan barang dari tanah liat yang dibakar seperti gerabah, genteng tembikar
dan sebagainya. Keramik adalah bahan yang keras memiliki senyawa polikristalin,
biasanya inorganic, termasuk silika, metalik oksida, karbida dan bahan-bahan
hibrida, sulfide dan seleneida. Oksida seperti Al 2O3, MgO, SiO2, dan ZrO2
mengandung bahan metalik dan unsur nonmetalik serta garam ionic seperti NaCl,
CsCl dan ZnS.
Keramik umumnya diproses pada suhu tinggi sehingga bersifat keras, kuat dan
stabil pada temperatur tinggi, tetapi keramik juga bersifat getas dan mudah patah.
Dalam penelitian ini, keramik yang dibuat dari campuaran tanah lempung dengan
abu kayu damar yang bertujuan untuk menghasilkan pori, sehingga keramik berpori
ini dapat digunakan sebagai filter.
Biasanya padatan keramik sebelum dibakar terdiri dari grain-grain yang
dipisahkan oleh porositas (25-60) % tergantung dari bahan baku dan metode
pembentukannya untuk memaksimalkan sifat-sifat seperti: kekerasan, konduktivitas
termal dan lain-lain. Perlu untuk mengeliminasi porositas melalui proses pembakaran
(sintering). Pembakaran keramik dari 700 – 1800oC memiliki partikel-partikel
menjadi massa yang koheren. Proses sintering melibatkan :
a. Perubahan ukuran dan bentuk grain
b. Perubahan pori
c. Perubahan ukuran pori.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

Dimana mengakibatkan berkurangnya laus permukaan total, berkurangnya


volume total, dan mengakibatkan semakin tinggi kekuatan. Selama proses sintering
ini, partikel-partikel keramik akan saling berdekatan dan bentuk pori menjadi lebih
sferis dan ukurannya menjadi kecil.
Sintering menyebabkan pergerakan atom yang meng-eliminasi energi
permukaan. Energi permukaan per unit volume berbanding terbalik dengan diameter
partikel. Jadi partikel yang kecil mempunyai energi yang lebih sehingga proses
sintering lebih cepat dibandingkan dengan partikel yang besar. Berikut ini

Gambar 2.4 Bentuk struktur keramik yang disinterring

Secara umum keramik merupakan paduan antara logam dan non logam,
senyawa paduan tersebut memiliki ikatan ionic dan ikatan kovalen yang memiliki
sifat-sifat sebagai berikut :
a. Sifat Mekanik
Keramik merupakan material yang kuat, keras dan juga tahan korosi, selain itu
keramik memiliki kerapatan yang rendah dan juga titik leleh yang tinggi.
Keterbatasan keramik memiliki kerapuhan dan cenderung untuk patah tiba-tiba
dengan deformasi plastic yang sedikit. Faktor rapuh terjadi bila pembentukan dan
propagasi keretakan yang cepat. Dalam padatan kristalin, retakan tumbuh melalui
butiran (trans granular) dan sepanjang bidang cleavage (keretakan) dalam kristalnya,
permukaan tempat putus yang dihasilkan mungkin memiliki tekstur yang penuh
butiran atau kasar.
Material yang amorf tidak memiliki butiran dan bidang kristal yang teratur,
sehingga permukaan putus kemungkinan besar terjadi. Kekuatan tekan penting untuk
keramik yang digunakan untuk struktur seperti bangunan. Kekuatan tekan keramik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk memperbaiki sifat ini biasanya
keramik dipretekan dalam keadaan tertekan
b. Sifat Termal
Sifat termal bahan keramik adalah kapasitas panas, koefisien ekspansi termal,
dan konduktivitas termal. Kapasitas panas bahan dalah kemampuan bahan untuk
mengabsorbsi panas dari lingkungan. Panas yang diserap disimpan oleh padatan
antara lain dalam bentuk vibrasi (getaran) atom/ion penyusun padatan tersebut.
Keramik biasanya memiliki ikatan yang kuat dan atom-atom yang ringan. Jadi
getaran-getaran atom-atomnya akan berfrekuensi tinggi dan karena ikatannya kuat
maka getaran yang besar tidak akan menimbulkan gangguan yang terlalu banyak
pada kisi kristalnya.
Sebagian besar keramik memiliki titik leleh yang tinggi, artinya walaupun pada
temperatur yang tinggi material ini dapat bertahan dari deformasi, dan dapat bertahan
dibawah tekanan tinggi. Akan tetapi perubahan temperature yang besar dan tiba-tiba
dapat melemahkan keramik. Kontraksi dan ekspansi pada perubahan temperature
tersebutlah yang dapat membuat keramik pecah.
c. Sifat Elektrik
Sifat listrik bahan keramik sangat bervariasi. Keramik dikenal sangat baik sebagai
insulator. Beberapa sifat isolator keramik (seperti BaTiO 3) dapat dipolarisasi dan
digunakan sebagai kapasitor. Keramik lain menghantarkan elektron bila energi
ambangnya dicapai ini disebut semikonduktor. Untuk superkonduktor di temukan
suhu kritisyang memiliki hambatan. Elektron valnsi dalam keramik tidak berada di
pita konduksi, sehingga sebagian besar keramik adalah isolator, namun
konduktiviotas ini dapat ditingkatkan dengan memeberikan ketidakmurnian.
d. Sifat Optik
Bila cahaya mengenai suatu obyek cahaya dapat ditransmisikan, diabsorbsi atau
dipantulkan. Material yang transparan seperti gelas mampu mentransmisikan cahaya
dengan difus, seoerti gelasterfrosted. Dua mekanisme penting interaksi cahaya
dengan partikel dalam padatan adalah polarisasi elektronik dan transisi elektron antar
tingkat energi, polarisasi adalah distorsi awan elektron atom oleh medan listrik dari
cahaya, akibat dari polarisasi ini energy akan dikonversikan menjadi deformasi
elastic (fonon), dan selanjutnya panas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

e. Sifat Kimia
Salah satu sifat khas dari keramik adalah kestabilan kimia. Sifat kimia dari
permukaan keramik dapat dimanfaatkan secara positif. Karbon aktif ,silika gel,
zeolite dsb, mempunyai luas permukaan besar dan dipakai sebagai bahan pengabsorb
f. Sifat fisik
Keramik adalah ikatan karbon, oksigen atau nitrogen dengan material seperti
logam ringan dan semilogam. Hal ini yang menyebabkan keramik memiliki densitas
yang kecil. Sebagian keramik yang ringan mungkin dapat sekeras logam yang berat.
Senyawa yang paling keras adalah berlian, dan boron nitride.
2.5 Pembentukan Keramik
Proses pembuatan keramik terdiri dari pembentukan, pengeringan dan
pembakaran. Oada proses pembentukan bahan baku yang berbentuk bubuk
dipadatkan. Terdapat beberapa proses pembentukan yaitu:
a. Die Pressing
pada proses ini bahan keramik dihaluskan hingga menjadi bubuk lalu di campur
dengan pengikat kemudian dimasukkan kedalam cetakanlalu di tekan hingga
menajdi bentuk padat yang kuat. Metode ini biasanya digunakan dalam
pembuatan ubin, keramik elektronik dengan cukup sederhana
b. Rubber Mold Pressing
Pada proses ini pembuatan keramik menggunakan pembungkus karet kemudian
bubuk dimasukkan kedalam sarung karet kemudian dibentuk dalam cetakan
hidrostatis
c. Extrusion Molding
Pada metode ini melalui lubang cetakan dengan ekstrusi mulut yang keras. Metide
ini biasa digunakan untuk membuat pipa saluran, pipa reactor atau material
lainyang memiliki suhu normal untuk penampang lintang tetap.
d. Slip Casting
Pada metode ini dilakukan untuk memperkeras suspense dengan air dan cair
lainnya. Lalu diatuang kedalam plaster berpori, air akan diserap dari daerah
kontak kedalam cetakan dan lapisan lempung yang kuat terbentuk
e. Inject molding

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

Bahan yang bersifat plastic di injeksikan dan dicampur dengan bubuk pada
cetakan . metode ini banyak digunakan untuk memproduksi benda-benda yang
mempunyai bentuk yang kompleks

2.6 Keramik Berpori


Keramik berpori adalah keramik yang sengaja dibuat mempunyai rongga-rongga
kecil yang dapat dirembesi oleh fluida (porinya ~ 30 - 70%) dan berfungsi sebagai
media filter. Keramik berpori ini relatif lebih tahan terhadap perubahan suhu tinggi,
korosi dan kontaminasi bahan lain, sehingga dapat digunakan sebagai media filter
antara lain air limbah, gas buang, penuangan logam cair (seperti timah) dan lainnya.
Kualitas suatu produk keramik berpori sangat ditentukan oleh jenis, komposisi,
ukuran partikel, dan suhu sinteringnya. Keramik berpori memiliki sifat-sifat yang
dibutuhkan sebagai filter antara lain tahan korosi, tidak bereaksi dengan campuran
yang dipisahkan serta pori dan kekuatannya dapat diatur. Porositas dapat diatur
antara lain dengan menambahkan bahan aditif seperti serbuk kayu dan bahan lain
misalnya grog yang dapat menghasilkan gas pada saat dibakar sehingga
meninggalkan rongga yang disebut pori
Berdasarkan banyaknya pori, maka keramik berpori digolongkan dalam dua
bagian besar
1. Keramik mikropori : adalah keramik yang mempunyai nilai porositas <50%
2. Keramik makropori : adalah keramik yang mempunyai nilai porositas >50%
Berdasarkan ukuran porinya, keramik berpori dibagi atas :
1. Microporous ceramic yaitu keramik dengan ukuran pori <2nm
2. Mesoporous ceramic yaitu keramik dengan ukuran pori antara 2nm dan 50 nm
3. Macroporous ceramic yaitu keramik dengan ukuran pori >50nm

Dari hasil pengukuran keramik cordierite berpori menunjukkan bahwa densitas


berkisar 0,75 - 1,17 gr/cm3, porositas 58%, kekuatan patah 0,5 - 2 MPa, kekerasan
(HV) 0,3 - 1,8 GPa. Swedish Ceramic Institute dapat membuat keramik berpori
dengan teknik yang berbeda yang dinamakan teknik protein suspensi hingga
memperoleh porositas antara 50-80% dari volume keramik. Refractron Technologies
Corp New York USA adalah badan yang meneliti dan memproduksi keramik berpori,
dimana mereka memproduksi keramik berpori dengan karakteristik standar porositas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

antara 40-50% sedangkan HP Technical Ceramics memproduksi keramik berpori


dengan standar porositas 35-50%. (Perdamean, 2008).
Selain itu, salah satu sifat penting dari keramik berpori adalah porositasnya.
Keramik berpori mempunyai rongga-rongga kecil yang dapat dirembesi oleh fluida
(khususnya udara atau air). Keramik yang digunakan sebagai membran memiliki pori
dengan rentang ukuran antara 1 µm hingga mendekati 1 mm. Rentang ukuran
tersebut termasuk dalam kategori liquid phase pore atau spatial pore (atau disebut
juga macropore). Berbagai teknik telah dilakukan untuk membuat keramik dengan
pori ukuran mikro, beberapa diantaranya adalah melalui drying bersuhu rendah.
Selain itu dapat juga dilakukan dengan pembakaran untuk menghilangkan bahan
organik dan meninggalkan pori. Sementara cara pencetakan (forming method) dapat
dilakukan baik dengan slip casting atau dry pressing. Dua keping keramik dapat
memilki komposisi yanng sama tetapi kerapatannya berbeda jika yang satu berpori
dan yang lainnya tidak berpori. Keramik berpori dapat diperoleh dengan
mencampurkan bahan organik (produk semen, produk beton, produk gips, produk
asal keramik) atau dengan mencampurkan zat aditif dengan serbuk bahan keramik.
Setelah pembentukan dan pembakaran dihasilkan hasil ukuran pori yang bersesuaian
(Karina, 2014).

2.7 Aplikasi Keramik Berpori


Keramik berpori digunakan untuk filter dalam penuangan logam cair seperti
timah, filter untuk air limbah, filter pengelolaan gas buang serta filter untuk
menghilangkan komponen detoksifikasi lingkungan. Penggunaan keramik berpori
sebagai filter dikarena titik lebur keramik sangat tinggi (2040°C), tidak mudah
berdeformasi pada suhu tinggi, dan tidak mudah terjadi kontaminasi dengan unsur
lain. Karena keramik berpori lebih unggul dari plastik, resin, dan logam dalam hal
kekuatan mekanik, ketahanan terhadap panas dan korosi sehingga dapat digunakan
dalam lingkungan yang parah.
Dalam beberapa tahun terakhir, keramik berpori diharapkan akan digunakan pada
sejumlah besar aplikasi seperti di daur ulang air limbah (menyaring zat-zat beracun
dari air limbah dan penggunaan kembali air di industri, dan lain-lain). Ukuran pori-
pori keramik berpori sangat penting karena mempengaruhi masuknya partikel yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

akan di filter. Ukuran pori-pori yang efektif ditentukan oleh lubang minimum dalam
saluran atau pori-pori, sifat ini ditentukan oleh ukuran pori-pori yang intrinsik pada
keramik, dimana ukuran pori yang memenuhi standart sebagai filter berkisar antara
0.25 – 90 µm, densitas 1.104 -1.7 g/cm³, porositas 23-80 %. (Ebele, 2014).

2.8 Pengujian Sifat Fisis Keramik


2.8.1 Densitas
Densitas adalah ukuran kerapatan suatu zat yang dinyatakan banyaknya zat (
massa) per satuan volume. Dimana pengujian densitas dengan ASTM C 134-95
untuk geometri material yang berbentuk seperti silinder, kubus atau balok dapat
dihitung dengan persamaan :

Densitas ( = …………………...........................................................(2.1)

Dimana : = massa jenis air


Mk = massa kering sampel setelah dibakar (gram)
Vt = Volume setelah dibakar (cm3)

2.8.2 Porositas
Porositas adalah fraksi ruang kosong di dalam padatan berpori. Pengukuran
densitas menggunakan ASTM C 20-92, untuk mencari nilai porositas dapat dihitung
dengan persamaan :
3

Porositas = …………………...................................…...(2.2)
4

Dimana : Mk = massa kering sampel setelah dibakar (gram)


Mk = massa basah sampel setelah direndam dalam air (gram)
Vt = Volume setelah dibakar (cm3)
= massa jenis air

2.8.3 Serapan Air


Penyerapan air adalah proses dimana partikel terperangkap kedalam struktur
suatu media dan menjadi bagian dari keseluruhan media tersebut. Daya serap
sebanding dengan porositas semakin besar porositas maka daya serap akan semakin
besar. Prosedur pengujian daya serap air ini mengacu pada ASTM C-20-00-2005.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Untuk menghitung daya serap dapat dilakukan dengan menggunakan


percobaan Archimedes dengan rumus :

Serapan air = …………………................................…...(2.3)

Dimana : Mk = massa kering sampel setelah dibakar (gram)


Mk = massa basah sampel setelah direndam dalam air (gram)

2.8.4 Susut Massa


Susut massa adalah persentase penyusutan massa sebelum dilakukan
pembakaran dan sesudah dilakukan pembakaran. Susut massa dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Susut Massa = …..……......................................(2.4)

Dimana : Msebelum = massa sampel sebelum dibakar (gram)


Mbakar = massa sampel setelah bakar (gram)

2.8.5 Susut Bakar


Susut bakar adalah persentase penyusutan volume sebelum dilakukan pembakaran
dan sesudah dilakukan pembakaran. Susut bakar dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Susut Bakar = …..……..........................................(2.5)

Dimana : Vsebelum = Volume sampel sebelum dibakar (gram)


Vbakar = Volume sampel setelah bakar (gram)

2.9 Pengujian Sifat Mekanis Keramik


2.9.1 Kuat tekan (Compressive Strength)
Kuat tekan adalah kemampuan material dalam menahan beban atau gaya
mekanis sampai terjadi kegagalan (failure). Untuk pengukuran kuat tekan digunakan
ASTM C 733 dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kuat Tekan (P) = ……………………………………………….………..(2.6)

Dimana : P = Kuat Tekan/compressive strength (kgf/cm2)


F = Beban Maksimum (kgf)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

A = luas bidang permukaan (cm2)

2.9.2 Kekerasan (Vicker Hardness)


Kekerasan adalah ketahanan suatu material terhadap gaya permukaan dari
material yang lebih keras. Prinsip pengujian kekerasan ini pada permukaan material
dilakukan penekanan dengan parameter (diameter, beban dan waktu). Pengujian
kekerasan dilakukan dengan metode uji Vickerness

Gambar 2.5 Metode Pengujian Kekerasan Vickers

Pengujian kekerasan menggunakan metode Vicker dimana metode ini


menggunakan indentor yang bentuknya berupa piramid. Indentor berfungsi sebagai
pembuat jejak pada logam (sampel) dengan pembebanan tertentu, nilai kekerasan
diperoleh setelah diameter jejak diukur Pengujian ini mengacu ASTM E-384 dengan
metode Vickers dan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
:
Hv =1,8544 …………………………………………………….........…..(2.7)

Dimana : Hv = Hardness of Vickers (MPa)


F = beban yang diberikan (kg)
d = panjang diagonal sampel (mm)

2.10 Analisa Mikrostruktur Keramik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

2.10.1 SEM-EDX (Scanning Electron Microscope Energy Dispersive X-Ray


Spectrometer)
SEM adalah sebuah alat yang menggunakan elektron sebagai sumber
pencitraan. Pancaran berkas yang ada pada SEM akan dipantulkan dan di
difraksikan, elektron yang terdifraksi dapat diamati dengan pola-pola difraksi yang
bergantung pada bentuk dan ukuran sel satuan dari sample. SEM digunakan untuk
mengetahui struktur mikro suatu material meliputi tekstur, morfologi, komposisi dan
informasi kristalografi permukaan partikel.
Untuk benda keramik berpori maka permukaan material harus dilapisi dengan
logam sehingga akan menghasilkan citra yang tajam, dan untuk mengetahui bentuk,
distribusi dan ukuran pori yang terbentuk.

2.11 DTA (Differential Termal Analysis)


Differential Termal Analysis merupakan teknik yang digunakan untuk
mengkarakterisasi sifat material yang dipelajari berdasarkan respon material tersebut
terhadap temperatur. Dalam bidang metalurgi dan ilmu material kegunaan dari DTA
ini adalah untuk mengetahui transisi fasa yang terjadi di bawah pengaruh atmosfer,
temperatur, laju pemanasan atau pendinginan. Hasil pengujian DTA ini merupakan
kurva yang menunjukkan diskontinius pada temperature ransisi dan kemiringan
kurva pada titik tertentu yang akan tergantung pada konstitusi mikrostruktur sampel
pada temperature tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini di lakukan pada bulan Maret sampai Juni 2018 di :
- Laboratorium Material PTKI (Pencetakan Sampel, dan pengujian sifat
mekanik)
- Laboratorium Ilmu Dasar Kimia USU (Pembakaran Sampel)
- Laboratorium Fisika Material UNIMED (Pengujian SEM-EDX Material
Bahan)
- Laboratorium Forensik MABES POLRI Jakarta ( Pengujian SEM-EDX
Sampel Keramik)

3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian


3.2.1 Peralatan
- Maekawa Testing Machine Tokyo Japan Type MR -20-CT
Fungsi : sebagai alat cetak tekan sampel
- Hardness Vicker Tester Matsuzawa Seiki Co, LTD No,71C4
Fungsi : untuk menguji nilai kekerasan sampel
- SEM-EDX (Scanning Electron Microscopy Energy dispersive X-Ray)
Fungsi : untuk mengamati dan menguji morfologi permukaan dan kandungan
unsur
- Universal Testing Machine RTF 1350 Tensilon
Fungsi : untuk menguji nilai kuat tekan sampel
- Mortar dan lumpang
Fungsi : untuk menghaluskan lempung
- Ayakan 100 mesh
Fungsi : untuk mengayak lempung dan abu kayu damar batu agar didapatkan
dan abu kayu damar batu dengan ukur butir 100 mesh
- Neraca Digital
Fungsi : Untuk menimbang massa lempung dan abu kayu damar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

- Jangka Sorong
Fungsi : Untuk mengukur volume sampel
- Plastik Klip
Fungsi : Untuk menyimpan sampel yang sudah di cetak dan di bakar
- Kertas label
Fungsi : untuk memberikan label pada sampel yang telah dibuat
- Cetakan (3 cm x 3 cm x 3 cm)
Fungsi : sebagai wadah untuk mencetak sampel
- Tanur / Tungku Pembakaran 10000C
Fungsi : Sebagai tempat pembakaran sampel
- Masker
Fungsi : sebagai pelindung saat melakukan pencetakan keramik
- Alat lain-lain
Fungsi : sebagai alat pendukung eksperimen

3.2.2 Bahan
1. Lempung dari desa buntul kubu, kecamatan Permata kabupaten bener
meriah Aceh tengah
2. Abu Kayu Damar dari Aceh Singkil
3. Aquadest

3.3 Prosedur Penelitian


1. Pengumpulan bahan-bahan lokal (lempung dan kayu damar)
2. Pembakaran kayu damar hingga menjadi abu selama 7 hari
3. Pengeringan lempung di bawah terik matahari untuk menghilangkan kadar
airnya selama 3 hari
4. Penggerusan atau peremukan lempung dengan menggunakan mortar dan
lumpang agar semakin halus
5. Penyaringan/pengayakan lempung dan abu kayu damar dengan ukuran 100
mesh agar ukuran butirnya seragam
6. Analisa bahan dengan menggunakan alat SEM-EDX untuk melihat
kandungan unsur-unsurnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

7. Pembuatan cetakan dengan ukuran 3 cm x 3 cm x 3 cm


8. Penimbangan bahan dengan berat total 10 gram
9. Pembuatan sampel dengan menambahkan 5 tetes aquadest kemudian diaduk
sampai homogen/merata dengan menggunakan mortar dan lumpang lalu di
cetak pada cetakan 3 cm x 3 cm x 3 cm.
10. Pengeringan sampel selama 3 hari untuk menghilangkan kadar airnya
11. Pembakaran sampel pada suhu sintering 10000C dengan holding time 5 jam
12. Pendinginan sampel selama 24 jam didalam tanur pembakaran
13. Pengujian
- sifat fisis ( serapan air, porositas, susut massa, susut bakar)
- sifat mekanik (kuat tekan dan kekerasan)
- morfologi permukaan dan kandungan unsur dengan SEM-EDX

3.4 Komposisi Perbandingan Bahan Pembuatan Keramik Berpori


Komposisi Perbandingan antara lempung dan abu kayu damar adalah seperti
tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Komposisi Bahan Dasar dan Bahan Campuran

Kode Tanah Lempung Abu Kayu Damar


No Sampel
(gram) (gram)
1 K1 10 0
2 9 1
K2
3 8 2
K3
4 7 3
5 K4 6 4
6 K5 5 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

3.5 Diagram Alir Penelitian

MULAI

Tanah Lempung Kayu Damar Batu

Dikeringkan selama 3 hari Dibakar selama 7 hari


dibawah terik matahari sampai menjadi abu

Peremukan (crushing) Abu kayu damar

Diayak dengan ukuran Diayak dengan


100 mesh ukuran 100 mesh

Diuji kandungan unsur lempung dan abu kayu damar dengan menggunakan SEM-EDX

Dicampur lempung dan abu kayu damar dengan variasi campuran


10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5 (gram)

Dicetak sampel dengan metode Die Pressing

Dibakar sampel dengan suhu sintering 10000C, dan holding time 5 jam

Didinginkan sampel selama 24 di dalam


tanur pembakaran

Pengujian

Sifat Fisis Sifat Mekanik Morfologi Permukaan


(Densitas,Porositas,dan Serapan (Kuat Tekan dan Kekerasan) SEM-EDX
Air, Susut Massa, Susut Bakar)

Data dan Analisa

SELESAI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan keramik berpori berbahan


dasar tanah lempung dengan variasi pencampuran abu kayu damar sebanyak 10:0,
9:1, 8:2, 7:3, 6:4, dan 5:5 (gram). Campuran kedua bahan dijadikan sampel
berbentuk balok dan disinter pada suhu 10000C selama 5 jam. Adapun pengujian
yang dilakukan setelah pembakaran. Karakterisasi yang dilakukan meliputi pengujian
sifat fisis (densitas, porositas, serapan air, susut massa, dan susut bakar), pengujian
sifat mekanik (kuat tekan dan kekerasan / Hardness Vickers), pengujian morfologi
permukaan kandungan unsur (SEM-EDX) dan DTA.

4.1 Hasil Pengujian Sifat Fisis Keramik Berpori


4.1.1 Densitas
Pengujian densitas dilakukan dengan mengukur massa sampel dan volume
sampel yang sudah di lakukan pembakaran dengan menggunakan persamaan (2.1)
setelah dilakukan pengukuran di peroleh hasil pengujian densitas keramik berpori
seperti pada tabel 4.1 dan gambar 4.1
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Densitas
Komposisi
(gram) Mk Vt Densitas
No
Tanah Abu kayu (gram) (cm3) (gr/cm3)
Lempung Damar
1 10 0 7,41 4,13 1,81
2 9 1 7,29 3,40 2,14
3 8 2 7,28 3,65 1,99
4 7 3 7,07 3,99 1,77
5 6 4 7,04 4,60 1,7

6 5 5 6,88 4,98 1,4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2.5 2.14
1.99
2 1.81 1.77 1.7

Densitas (gr/cm³)
1.5 1.4

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6
Komposisi Abu Kayu Damar (gram)

Gambar 4.1 Grafik Densitas Vs Komposisi Abu Kayu Damar

Gambar 4.1 menunjukkan bahwa nilai densitas pada setiap variasi campuran
keramik berpori dengan bahan dasar lempung dan abu kayu damar yang di bakar
pada suhu sintering 10000C dengan holding time 5 jam mengalami penurunan,
penurunan nilai densitas ini dimulai pada komposisi 2 gram dengan nilai 1,99 gr/cm3,
3 gram = 1,77 gr/cm3, 4 gram = 1,70 gr/cm3 dan 5 gram = 1,4 gr/cm3, penurunan
nilai densitas ini membuktikan bahwa semakin besar campuran abu kayu damar
terhadap lempung pada keramik berpori menyebabkan nilai densitas semakin
menurun atau berbanding terbalik. Dari grafik densitas vs komposisi abu kayu damar
diatas menunjukkan bahwa nilai densitas maksimum terjadi pada keramik berpori
dengan komposisi abu kayu damar 1 gram sedangkan nilai densitas minimum terjadi
pada keramik berpori dengan komposisi abu kayu damar 5 gram.

4.1.2 Porositas
Pengujian porositas keramik berpori dilakukan dengan mengukur massa kering
dan volume sampel setelah pembakaran, massa basah sampel setelah direndam
selama 24 jam dan didiamkan selama 1 jam setelah diangkat dari perendaman
pengukuran dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.2). Setelah dilakukan
pengukuran di peroleh hasil pengujian porositas keramik berpori seperti pada tabel
4.2 dan gambar 4.2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Porositas


Komposisi
(gram)
Mk Mb Vt Porositas
No Abu
Tanah (gram) (gram) (cm3) (%)
kayu
Lempung
Damar
1 10 0 7,41 8,78 4,13 33,17
2 9 1 7,29 7,93 3,40 18,6
3 8 2 7,28 8,14 3,65 23,88
4 7 3 7,07 8,36 3,99 32,83
5 6 4 7,04 8,92 4,60 41,1

6 5 5 6,88 9,07 4,98 44

50
44
45 41.1
40
33.17 32.83
35
Porositas (%)

30
23.88
25
18.6
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
Komposisi Abu Kayu Damar (gram)

Gambar 4.2 Grafik Porositas Vs Komposisi Abu Kayu Damar

Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai porositas mengalami kenaikan, kenaikan


nilai porositas ini dimulai pada variasi komposisi abu kayu damar 2 gram dengan
nilai 23,88%, 3 gram = 32,83%, 4 gram = 41,10% hingga mencapai titik tertinggi
pada campuran 5 gram = 44%, kenaikan nilai porositas ini membuktikan bahwa
semakin besar campuran abu kayu damar terhadap lempung pada keramik berpori
menyebabkan nilai porositas semakin bertambah atau semakin besar, hal ini
dikarenkan abu kayu damar memiliki unsur karbon (C) sehingga pada saat proses

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

sintering atau pembakaran, karbon (C) mengalami pelepasan sehingga menimbulkan


jejak keporian yang semakin besar.
Dari grafik porositas vs komposisi abu kayu damar diatas menunjukkan bahwa
nilai porositas maksimum terjadi pada keramik berpori dengan variasi komposisi 5:5
gram sedangkan nilai porositas minimum terjadi pada keramik berpori dengan variasi
campuran 9:1 gram
Keramik berpori pada komposisi variasi campuran diatas merupakan keramik
berpori dengan jenis mikropori dikarenakan mempunyai nilai porositas < 50% .

4.1.3 Serapan Air


Pengujian serapan air pada keramik berpori dilakukan dengan mengukur massa
kering dan volume sampel setelah dibakar, massa basah sampel setelah direndam
selama 24 jam dan didiamkan selama 1 jam setelah diangkat dari perendaman
pengukuran dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.3). Setelah dilakukan
pengukuran di peroleh hasil pengujian serapan air keramik berpori seperti pada tabel
4.3 dan gambar 4.3

Tabel 4.3 Data Hasil Pengukuran Serapan Air


Komposisi
(gram) Mk Mb Serapan Air
No
Tanah Abu kayu (gram) (gram) (%)
Lempung Damar
1 10 0 7,41 8,78 18,48
2 9 1 7,29 7,93 8,81
3 8 2 7,28 8,14 11,81
4 7 3 7,07 8,36 18,25
5 6 4 7,04 8,92 26,71

6 5 5 6,88 9,07 31,8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

35 31.8

30 26.71

25

Serapan Air (%)


18.48 18.25
20
15 11.81
8,81
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
Komposisi Abu Kayu Damar (gram)

Gambar 4.3 Grafik Serapan Air Vs Komposisi Abu Kayu Damar

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa nilai serapan air pada setiap variasi campuran
keramik berpori dengan bahan dasar lempung dan abu kayu damar yang di bakar
pada suhu sintering 10000C dengan holding time 5 jam mengalami kenaikan,
kenaikan nilai serapan air ini dimulai pada variasi campuran 8:2 gram dengan nilai
11,81%, 7:3 gram = 18,25%, 6:4 gram = 26,71% dan 5:5 gram = 31,8%, kenaikan
nilai serapan air ini membuktikan bahwa semakin besar campuran abu kayu damar
terhadap lempung pada keramik berpori menyebabkan nilai serapan air semakin
bertambah hal ini sama halnya dengan pengujian porositas..
Dari grafik serapan air vs komposisi abu kayu damar diatas menunjukkan
bahwa nilai serapan air maksimum terjadi pada keramik berpori dengan komposisi
5:5 gram.

4.1.4 Susut Massa


Pengujian susut massa keramik berpori dilakukan dengan mengukur massa
sampel sebelum dibakar dan massa sampel setelah di bakar dengan menggunakan
persamaan (2.4) Hasil pengujian susut massa keramik berpori ditunjukkan pada tabel
4.4 dan gambar 4.4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran Susut Massa


Komposisi
(gram) Msebelum Msesudah Susut Massa
No
Tanah Abu kayu (gram) (gram) (%)
Lempung Damar
1 10 0 9,76 7,30 25,20
2 9 1 9,86 7,30 25,96
3 8 2 9,85 7,17 27,20
4 7 3 9,92 7,12 28,22
5 6 4 10,04 7,08 29,48

6 5 5 9,96 6,94 30,32

35 30.32
28.22 29.48
30 27.2
25.2 25.96
Susut Massa (%)

25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
Komposisi Abu Kayu Damar (gram)

Gambar 4.4 Grafik Susut Massa Vs Komposisi Abu Kayu Damar

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa nilai susut massa pada setiap variasi
campuran keramik berpori dengan bahan dasar lempung dan abu kayu damar yang di
bakar pada suhu sintering 10000C dengan holding time 5 jam mengalami
peningkatan. Peningkatan susut massa ini dimulai dari komposisi campuran 10:0
gram dengan nilai 25,2%, 9:1 gram = 25,96%, 8:2 gram = 27,20%, 7:3 gram =
28,22%, 6:4 gram = 29,48%, sampai pada variasi campuran 5:5 gram dengan nilai
30,32% peningkatan susut massa ini menandakan bahwa semakin besar penambahan
abu kayu damar terhadap lempung maka susut massa pada keramik berpori akan
semakin besar dan keramik berpori akan semakin ringan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

4.1.5 Susut Bakar / Susut Volume


Pengujian susut bakar keramik berpori dilakukan dengan mengukur volume
sampel sebelum dibakar dan Volume sampel setelah di bakar. Hasil pengujian susut
bakar keramik berpori ditunjukkan pada tabel 4.5 dan gambar 4.5
Tabel 4.5 Data Hasil Pengukuran Susut Bakar
Komposisi
(gram) Vsebelum Vsesudah Susut Bakar
No
Tanah Abu kayu (cm3) (cm3) (%)
Lempung Damar
1 10 0 5,25 4,02 23,42
2 9 1 5,32 3,50 34,21
3 8 2 5,31 3,52 33,70
4 7 3 5,43 4,14 23,75
5 6 4 5,48 4,56 16,78

6 5 5 5,48 5,10 6,93

40 34.21 33.71
35
30
Susut Bakar (%)

23.42 23.75
25
20 16.78
15
10 6.93
5
0
0 1 2 3 4 5 6
Komposisi Abu Kayu Damar (gram)

Gambar 4.5 Grafik Susut Bakar Vs Komposisi Abu Kayu Damar

Gambar 4.5 menunjukkan bahwa nilai susut bakar pada setiap variasi
campuran keramik berpori dengan bahan dasar lempung dan abu kayu damar yang di
bakar pada suhu sintering 10000C dengan holding time 5 jam mengalami penurunan.
Penurunan susut bakar ini dimulai dari komposisi campuran 8:2 gram dengan nilai
33,71%, 7:3 = 23,75%, 6:4 = 16,78%, 5:5 = 6,93%, penurunan nilai susut bakar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

keramik berpori ini menandakan bahwa semakin banyak campuran abu kayu damar
terhadap lempung maka volume sampel akan semakin besar dan susut bakar akan
semakin kecil.

4.2 Hasil Pengujian Sifat Mekanik Keramik Berpori


4.2.1 Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan keramik berpori dilakukan dengan mengukur kuat tekan
maksimal yang dapat ditahan oleh keramik dan luas permukaan dengan
menggunakan persamaan (2.6). Hasil pengujian keramik berpori ditunjukkan pada
tabel 4.6 dan gambar 4.6.
Tabel 4.6 Data Hasil Pengukuran Kuat Tekan
Komposisi
(gram) F A p
No
Tanah Abu kayu (kgf) (cm2) (MPa)
Lempung Damar
1 10 0 1126,64 1,50 73,60
2 9 1 971,99 1,34 71,08
3 8 2 735,50 1,35 53,39
4 7 3 335,86 1,51 21,79
5 6 4 88,60 1,62 5,35

6 5 5 35,63 1,75 1,99

80 73,60 71,08
70
60 53.39
KuatTekan (MPa)

50
40
30 21.79
20
5.35
10 1.99
0
0 1 2 3 4 5 6
Komposisi Abu Kayu Damar (gram)

Gambar 4.6 Grafik Uji Tekan Vs komposisi Abu Kayu Damar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

Gambar 4.6 menunjukkan bahwa nilai uji tekan pada setiap variasi campuran
keramik berpori dengan bahan dasar lempung dan abu kayu damar yang di bakar
pada suhu sintering 10000C dengan holding time 5 jam mengalami penurunan.
Penurunan ini disebabkan karena pada saat sintering terjadi proses karbonisasi
sehingga pori-pori yang terbentuk semakin banyak dan akan menurunkan nilai kuat
tekan. Nilai kuat tekan maksimum terdapat pada komposisi campuran 10:0 gram
dengan nilai 73,36 Mpa sedangkan nilai kuat tekan minimum terdapat pada
campuran 5:5 gram dengan nilai 1,95 Mpa.

4.2.2 Kekerasan
Pengujian kekerasan keramik berpori dilakukan dengan mengukur kekerasan
pada tiga titik keramik serta diukur panjang diagonal horizontal (a) dan panjang
diagonal vertical (b) lalu dicari panjang diagonal sampel (d) dengan menggunakan
beban tertentu pada setiap sampel, kemudian hasil pengukuran kekerasan di ketiga
titik diambil nilai rata-ratanya. Hasil pengujian kekerasan keramik berpori
ditunjukkan pada tabel 4.7 dan gambar 4.7
Tabel 4.7 Data Hasil Pengukuran Kekerasan

Komposisi
(gram)
F a b d Hv ̅̅̅̅
No Abu
Tanah (kg) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa)
kayu
lempung
Damar

0,277 0,277 0,277 1.184


1 10 0 5 0,247 0,247 0,247 1.489 1.294,609
0,274 0,274 0,274 1.210
0,296 0,296 0,296 1.037
2 9 1 5 0,290 0,290 0,290 1.080 1.046,901
0,298 0,298 0,298 1.023
0,308 0,308 0,308 957
3 8 2 5 0,294 0,294 0,294 1.051 1.024,884
0,292 0,292 0,292 1.065

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

0,294 0,294 0,294 1.051


4 7 3 5 0,308 0,308 0,308 957 970,004
0,318 0,318 0,318 898
0,362 0,362 0,362 693
5 6 4 5 0,326 0,326 0,326 855 869,652
0,293 0,293 0,293 1.058
0,461 0,461 0,461 85,7
6 5 5 1 86,165
0,458 0,458 0,458 86,63

1,400.00
1,294.60
1,200.00
1046.9 1,024.88
970.004
1,000.00
Kekerasan (MPa)

,869.65
,800.00

,600.00

,400.00

,200.00 86.165

,0.00
0 1 2 3 4 5 6

Komposisi Abu Kayu Damar (gram)

Gambar 4.7 Grafik Kekerasan Vs Komposisi Abu Kayu Damar

Gambar 4.7 menunjukkan bahwa nilai kekerasan pada setiap variasi


campuran keramik berpori dengan bahan dasar lempung dan abu kayu damar yang di
bakar pada suhu sintering 10000C dengan holding time 5 jam mengalami penurunan.
Penurunan ini disebabkan karena pada saat sintering terjadi proses karbonisasi dan
pembakaran zat kapur (Ca) yang terdapat pada abu kayu damar yang bersifat panas
dan mudah melebur sehingga sampel terbentuk pori-pori semakin banyak dan
menyebabkan nilai kekerasan keramik menjadi berkurang. Nilai kekerasan
maksimum terdapat pada campuran 10:0 gram dengan nilai 1.294,6 Mpa sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

nilai kuat tekan minimum terdapat pada campuran 5:5 gram dengan nilai 86,165
Mpa.

4.3 Hasil Karakterisasi Scanning Electron Microscope – Energy Dispersive X-


Ray (SEM-EDX)
Karakterisasi dengan Scanning Electron Microscope – Energy Dispersive X-Ray
(SEM-EDX) dilakukan untuk mengamati morfologi permukaan, ukuran pori serta
kandungan unsur yang terdapat pada sampel
4.3.1 Morfologi permukaan
Karakterisasi, morfologi permukaan dilakukan dengan menggunakan Scanning
Electron Microscope – Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX). Sampel yang diambil
lebih kurang 5 gram dari tiap sampel. Karakterisasi morfologi permukaan ini
dilakukan pada sampel dengan campuran lempung dan abu kayu damar 10:0 gram
dan 5:5 gram. Sampel yang akan dikarakterisasi akan diperbesar sesuai dengan
perbesaran yang diperlukan. Dari hasil karakterisasi permukaan dapat dilihat
morfologi permukaan serta penyebaran pori pada keramik.

Gambar 4.8 Hasil pengamatan SEM untuk sampel dengan campuran 0 gram abu
kayu damar pada perbesaran 5000 kali

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

Gambar 4.9 Hasil pengamatan SEM untuk sampel dengan campuran 5 gram abu
kayu damar pada perbesaran 5000 kali

Gambar 4.8, dan 4.9 merupakan hasil pengamatan SEM pada perbesaran
5000 kali dapat dilakukan perbandingan antara sampel 0 gram dan 5 gram abu kayu
damar. Pada sampel 5 gram dapat dilihat bahwa persebaran pori-pori yang
ditimbulkan akibat proses karbonisasi terlihat banyak dan merata di bandingkan
campuran 0 gram yang memiliki pori-pori yang lebih sedikit dan tidak tersebar
merata. Hal ini sesuai dengan pengujian porositas yang menyatakan bahwa porositas
dari sampel 5 gram. Lebih baik dari pada porositas 0 gram abu kayu damar.

4.3.2 Ukuran Diameter Pori


Gambar 4.10 dan Gambar 4.11 merupakan hasil pengamatn dengan SEM yang
menunjukkan ukuran diameter pori. Sampel yang diuji adalah sampel keramik
berpori dengan campuran 0 gram dan 5 gram pada perbesaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Gambar 4.10 Hasil pengamatan SEM untuk sampel dengan campuran 0 gram abu
kayu damar pada perbesaran 1.000 kali Beserta Ukuran Pori

Gambar 4.11 Hasil pengamatan SEM untuk sampel dengan campuran 5 gram abu
kayu damar pada perbesaran 1000 kali Beserta Ukuran Pori

Dari pengukuran diameter pori diatas pada perbesaran 1000 kali diukur nilai
rata-rata diameter pori pada sampel campuran 0 gram abu kayu damar memliki nilai
rata-rata diameter pori sebesar 1,582 µm sedangkan nilai rata-rata diameter pori
pada sampel campuran 5 gram memiliki nilai rata-rata sebesar 2,3805 µm.
Pengukuran diameter ini membuktikan bahwa campuran 5 gram abu kayu damar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

memiliki ukuran diameter pori lebih besar yang sesuai dengan pengujian
porositasnya.
4.3.3 Kandungan Unsur
Karakterisasi unsur yang terdapat pada keramik berpori dilakukan dengan
menggunakan Energy Dispersive X-Ray ( EDX). Unsur yang di tembak dengan sinar-
X akan memantulkan sinar dengan spectrum dan panjang gelombang tertentu yang
kemudian akan dibaca pada hasil keluaran berupa puncak-puncak gelombang dan
akhirnya unsur unsur yang terdapat pada sampel akan di tentukan. Unsur unsur yang
didapat kemudian akan menampilkan hasil pembacaan konsentrasi pada keadaan
tidak normal berdasarkan massa total (unn. C [wt.%]), konsentrasi pada keadaan
normal berdasarkan massa total (nor.C[wt.%] serta konsentrasi unsur berdasarkan
massa atomic (Atomik. C [at.%]) dimana massa total pada setiap sampel adalah
kurang lebih 5 gram.

Gambar 4.12 Hasil Pembacaan kandungan unsur EDX sampel dengan Campuran 5
gram abu kayu damar pada perbesaran 500 kali

Dari hasil pembacaan unsur EDX dapat dilihat bahwa 7 unsur yang terdeteksi
pada sampel campuran 0 gram abu kayu damar yang terbaca pada keadaan tidak
normal (unn. C[wt.%]) yaitu C= 3.38 %; O= 42,18%; Al=16,26%, Si=16,72%;
Ti=1,16%; Fe=7,70% ;Ba=1,41%. Unsur C, O, Al, Si, Ti, Fe, Ba, yang terdapat pada
keramik yang telah disinterring ini ternyata dapat ditemukan juga sebagai unsur yang
sama terdapat pada tanah lempung. Namun pada keramik yang telah disinterring

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

terjadi penambahan unsur Ti, Fe, Ba hal ini karena telah terjadi proses pembakaran
sehingga terjadi penambahan unsur. Keberadaan unsur O yang paling banyak berasal
dari ikatannya dengan Si yang membentuk SiO2, serta dari oksigen yang
terperangkap pada pori-pori keramik.

Gambar 4.13 Hasil Pembacaan kandungan unsur EDX sampel dengan Campuran 5
gram abu kayu damr pada perbesaran 1000 kali

Dari hasil pembacaan unsur EDX dapat dilihat bahwa 10 unsur yang
terdeteksi pada sampel campuran 50%:50% yang terbaca pada keadaan tidak normal
(unn. C[wt.%]) yaitu C= 1.93 %; O= 40,99%; Al=7,14%, Si=7,98%; Ti=1,16%;
Fe=4,99% ; Na = 0,42; Mg= 5,42% ; P = 3,29%; K = 3,86% Unsur C, O, Al, Si, Fe,
Ca, Na, Mg, P, K yang terdapat pada keramik yang telah disinterring ini ternyata
dapat ditemukan juga sebagian unsur yang sama terdapat pada tanah lempung.
Namun pada keramik yang telah disinterring terjadi penambahan unsur Na, Mg, Fe,
P, K hal ini karena telah terjadi proses pembakaran sehingga terjadi penambahan
unsur. Konsentrasi C yang yang bernilai 1,93% sebagai unsur pertama menunjukkan
bahwa proses pengikat abu kayu damar dengan tanah lempung telah terjadi pada saat
pembakaran.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pengujian EDX adalah unsur penyusun
utama dari keramik setelah disintering adalah oksigen (O), Silika (Si) dan
alumunium (Al), besi (Fe), natrium (Na), kalium (K) dan magnesium (Mg).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

4.4 Hasil Uji Differential Thermal Analysis (DTA)


Sifat termal material ditentukan dengan metode Differential Thermal Analysis
(DTA) dimana sampel uji akan dipanaskan mulai dari suhu 10°C sampai 900°C
dengan kecepatan pemanasan 10°C/menit. Hasil analisa ini ditampilkan pada gambar
berikut.
∆𝑇 (𝑇1 − 𝑇0 ℃

T0 ℃
Gambar 4.14 Grafik pengujian Differential Thermal Analysis Abu Kayu Damar
Batu

Dari gambar diatas menunjukkan hasil pengujian DTA yang menjelaskan


sifat termal dari Abu Kayu Damar Batu. Pada gambar terlihat bahwa terjadi reaksi
endotermik pada suhu 120 °C . Selanjutnya terjadi lagi reaksi endotermik pada suhu
700°C. Reaksi Endotermik merupakan suatu reaksi yang terjadi akibat turunnya
temperatur pada suatu material dan dapat disimpulkan bahwa abu kayu damar batu
ini bersifat menurunkan temperatur atau menyerap panas sampai suhu 700°C.
Sehingga jika diaplikasikan dalam keramik berpori maka keramik akan bersipat
menyerap panas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Keramik berpori berbahan dasar tanah lempung dan abu kayu damar
memiliki campuran terbaik pada campuran 5 gram abu kayu damar dengan
nilai densitas 1,4 gram/cm3, porositas 44%, serapan air 31,8%, susut massa
30,32%, susut bakar 6,93%, kuat tekan 1,95 MPa, dan kekerasan 86,07 MPa.
2. Hasil pembacaan SEM-EDX menunjukkan bahwa pada campuran 5 gram
abu kayu damar memiliki permukaan yang bagus, dengan unsur C= 1.93 %;
O= 40,99%; Al=7,14%, Si=7,98%; Ti=1,16%; Fe=4,99% ; Na = 0,42; Mg=
5,42% ; P = 3,29%; K = 3,86% yang merupakan sebagai unsur penyusun
keramik.
3. Nilai porositas keramik berpori berbahan dasar tanah lempung dan abu kayu
damar ini memenuhi standart HP Technical Ceramics dengan standart
porositas 35-50%.
4. Sifat fisis dan sifat mekanik pada keramik berpori ini di pengaruhi dengan
penambahan abu kayu damar yang digunakan. Semakin banyak penambahan
abu kayu damar menyebabkan terjadinya perubahan nilai dalam sifat fisis
dan mekanik

5.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya di lakukan pengujian homogenitas
pencampuran agar menjamin pencampuran tanah lempung dan abu kayu
damar yang lebih merata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya di tambahkan variasi campuran yang


lebih besar dengan holding time 3 jam atau 4 jam .
3. Untuk proses sintering sebaiknya alat tanur diperiksa agar dapat menjamin
penyebaran panas ketika pembakaran.
4. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan pengujian sifat-sifat yang
lain daripada yang telah di lakukan peneliti, agar diperoleh penelitian yang
dapat di manfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Ambar. 1997. “Pengetahuan Keramik”. Cetakan pertama, Universitas Gajah


Mada : Bogor Das Braja, M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip
Rekayasa), Erlangga : Jakarta
Baiq, Asma. 2014. Aktivasi Tanah Liat. Universitas Negeri Surabaya : Surabaya
Budinski, Kenneth.1996.”Engineering Materials Properties and Selection”. Fifth
Edition. Upper Saddle River : New Jersey USA
Debora, Rospita, S. 2008.”Pembuatan Dan Karakterisasi Bahan Keramik Berpori
Dengan Aditif Sekam Padi yang digunakan Sebagai Filter Gas Buang”. Tesis
S-2. Medan: Universitas Sumatera Utara
Delimawati, T.T. 2008. Pembuatan Keramik Berpori Sebagai Filter Gas Buang
Dengan Aditif Karbon Aktif. [Tesis]. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Program Pasca Sarjana
Ginting, Eva Marlina dan Nurdin Bukit. 2014. ”Karakterisasi Material”. Medan.
Unimed Press.
Hadjib, nurwati & Abdurachman. 2017 sifat Fisis-Mekanis Kayu Damar Mata Kucing
Bekas SadapanDan Kemungkinan Pemanfaatannya Untuk Kayu Konstruksi
(Physical And Mechanical Properties Of Damar Mata Kucing Tapped Wood And
Its Possibility As Construction Materials .
Hardjowigono, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta
Haridjaja, O. 1980. Pengantar Fisika Tanah. Institu Pendidikan dan Pelatihan
Penyuluhan Pertanian. IPB : Bogor hal 78
Indah, K 2201 Dampak dan Upaya Penanggulan Pencemaran Udara. Balitbang
Dephan Indonesia
Keramik. Wikimedia Foundation, Inc (Diakses : 17 Februari 2018)
Mulyono, N Bibiana, W & Siuling, S 2012. Aktivasi Anti Bakteri Dari Damar Batu
(Shore eximia) asal Indonesia Jurnal Biota, vol.17, no 1, hh : 119-124
Nasir, Subriyer. 2013. Warna Tanah. Universitas Sriwijaya : Palembang
Northon, F.H. 1973. Elements of Ceramics. Addison – Wesley Publishing Company
Pardamean. 2008. Pembuatan Keramik Untuk Material Konstruksi. Universitas
Sumatera Utara : Medan
P. Sebayang, dkk. 2009. Pembuatan Bahan Filter Keramik Berpori Berbasis Zeolit
Alam dan Arang Sekam Padi. Jakarta : Teknologi Indonesia, 99–105.
Richard, L.H and Robert, C. Schenck 1989. Proses for Producing Porous Ceramic
Filter for Filtering of Particulates from Diesel Exhaust Gases. In United
States Patent 4871495. US Patent Storm
Sembiring, A. D. 2010. Pemanfaatan Limbah Padat Pulp Untuk Bahan Baku
Pembuatan Keramik Berpori Yang Diaplikasikan Sebagai Filter Gas Buang
Kendaraan Bermotor Dengan Bahan Bakar Premium. Disertasi S-3. Medan :
Universitas Sumatera Utara.
Sidabutar, Tri Exaudi. 2017. “Pembuatan Dan Karakterisasi Keramik Magnesium
Alumina Silika Dari Abu Vulkanik Gunung Sinabung”. Jurnal Teknik Mesin,
Jakarta : Universitas Mercu Buana.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

Studart, A.R, Gonzebach, U.T., Tervoort, E., Gauckler, L.J.2006. Proessing Rotes to
Macroporous ceramic : A review Journal of America Ceramic Society. 89(6) :
1771-1789
Terzaghi, K. 1987. Mekanika Tanah Dalam Praktek Rekayasa. Jilid 1. Erlangga :
Jakarta
Tugaswati , T.A 2000 Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya bagi
Kesehatan. Universitas Indonesia : Jakarta
Vander Voort, G.F. 1995. Metallography , Principles and Practice. Mc Graw-Book
Company
Waruwu, F. 2017. Pengaruh Variasi Campuran Dan Holding Time Pada Keramik
Berpori Berbahan Dasar Tanah lempung Dan Arang Aktif Sebagai filter Uap
Air. [Skripsi]. Medan : Universitas Sumatera Utara. Program Sarjana
Yeggi & Dkk. 2013. Ekstraksi Alumunium dari Tanah Lempung. Jurnal Teknik
Lingkungan Unand hal : 11-19
Zebua, F. 2015. Pemanfaat Zeolit Alam Pahae Modifikasi Sebagai Filter Uap Air
Pada Proses Elektrolisa. [Tesis]. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Program Pasca Sarjana
Zai, A Djumar & Ary, S. 2017. Studi Karakteristik Aspal Modifikasi Dengan Getah
Damar, Fly Ash, Minyak Gorenf dan Latekls Dibandingkan Dengan Aspal
Penetresi. Jurnal Matriks Teknik Sipil, hh : 927-934

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

LAMPIRAN 1
DATA DAN CONTOH PERHITUNGAN

Tabel 1.1 Data Pengukuran Densitas

Komposisi
(gram) Mk Vt Densitas
No
Tanah Abu kayu (gram) (cm3) (gr/cm3)
Lempung Damar
1 10 0 7,41 4,13 1,81
2 9 1 7,29 3,40 2,14
3 8 2 7,28 3,65 1,99
4 7 3 7,07 3,99 1,77
5 6 4 7,04 4,60 1,7
6 5 5 6,88 4,98 1,4

Contoh perhitungan
Pada campuran (10:0) gram dengan holding time 5 jam
Dik : Mk = 7,41 gram
Vt = 4,13 cm3
Dit : Densitas =….. ?
Jawab :

Densitas =

7 41
=
4 13

= 1,81 gram/cm3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Tabel 1.2 Data Pengukuran Porositas

Komposisi
(gram) Mk Mb Vt Porositas
No
Tanah Abu kayu (gram) (gram) (cm3) (%)
Lempung Damar
1 10 0 7,41 8,78 4,13 33,17
2 9 1 7,29 7,93 3,40 18,6
3 8 2 7,28 8,14 3,65 23,88
4 7 3 7,07 8,36 3,99 32,83
5 6 4 7,04 8,92 4,60 41,1
6 5 5 6,88 9,07 4,98 44

Contoh perhitungan
Pada campuran (9:1) gram dengan holding time 5 jam
Dik : Mb = 7,93 gram
Mk = 7,29 gram
V = 3,40 cm3
Dit : Porositas =….. ?
Jawab :
;
Porositas =

7 93 ; 7 29
=
1 3 40

= 18,6 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Tabel 1.3 Data Pengukuran Serapan Air

Komposisi
(gram) Mk Mb Serapan Air
No
Tanah Abu kayu (gram) (gram) (%)
Lempung Damar
1 10 0 7,41 8,78 18,48
2 9 1 7,29 7,93 8,81
3 8 2 7,28 8,14 11,81
4 7 3 7,07 8,36 18,25
5 6 4 7,04 8,92 26,71
6 5 5 6,88 9,07 31,8

Contoh perhitungan
Pada campuran (80%:20%) dengan holding time 5 jam
Dik : Mb = 8,14 gram
Mk = 7,28 gram
Dit : Serapan Air =….. ?
Jawab :
;
Porositas =

8 14 ; 7 28
=
7 28
= 11,81 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Tabel 1.4 Data Pengukuran Susut Massa

Komposisi
(gram) Msebelum Msesudah Susut Massa
No
Tanah Abu kayu (gram) (gram) (%)
Lempung Damar
1 10 0 9,76 7,30 25,20
2 9 1 9,86 7,30 25,96
3 8 2 9,85 7,17 27,20
4 7 3 9,92 7,12 28,22
5 6 4 10,04 7,08 29,48
6 5 5 9,96 6,94 30,32

Contoh perhitungan
Pada campuran (7:3) gram dengan holding time 5 jam
Dik : Msebelum = 9,92 gram
Msesudah = 7,12 gram
Dit : Serapan Air =….. ?
Jawab :
;
Porositas =

9 92 ; 7 12
=
9 92
= 28,22 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Tabel 1.5 Data Pengukuran Susut Bakar

Komposisi
(gram) Vsebelum Vsesudah Susut Bakar
No
Tanah Abu kayu (cm3) (cm3) (%)
Lempung Damar
1 10 0 5,25 4,02 23,42
2 9 1 5,32 3,50 34,21
3 8 2 5,31 3,52 33,70
4 7 3 5,43 4,14 23,75
5 6 4 5,48 4,56 16,78
6 5 5 5,48 5,10 6,93

Contoh perhitungan
Pada campuran (6:4) gram dengan holding time 5 jam
Dik : Vsebelum = 5,48 cm3
Vsesudah = 4,56 cm3
Dit : Susut Bakar =….. ?
Jawab :
;
Susut Bakar =

5 48 ; 4 56
=
5 48
= 16,78 %

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tabel 1.6 Data Pengukuran Kuat Tekan

Komposisi
(gram) F A p
No
Tanah Abu kayu (kgf) (cm2) (MPa)
Lempung Damar
1 10 0 1126,64 1,50 73,60
2 9 1 971,99 1,34 71,08
3 8 2 735,50 1,35 53,39
4 7 3 335,86 1,51 21,79
5 6 4 88,60 1,62 5,35
6 5 5 35,63 1,75 1,99

Contoh perhitungan
Pada campuran (10:0) gram dengan holding time 5 jam
Dik : F = 1126,64 kgf
A = 1,50 cm2
Dit : Kuat Tekan (P) =….. ?
Jawab :

P=

1126 64
=
1 50
751 09 98
=
10

= 73,60 Mpa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Tabel 1.6 Data Pengukuran Kekerasan

Komposisi
(gram)
F a b d Hv ̅̅̅̅
No Abu
Tanah (kg) (mm) (mm) (mm) (MPa) (MPa)
kayu
lempung
Damar

0,277 0,277 0,277 1.184

1 10 0 5 0,247 0,247 0,247 1.489 1.294,609

0,274 0,274 0,274 1.210

0,296 0,296 0,296 1.037

2 9 1 5 0,290 0,290 0,290 1.080 1.046,901

0,298 0,298 0,298 1.023

0,308 0,308 0,308 957

3 8 2 5 0,294 0,294 0,294 1.051 1.024,884

0,292 0,292 0,292 1.065

0,294 0,294 0,294 1.051

4 7 3 5 0,308 0,308 0,308 957 970,004

0,318 0,318 0,318 898

0,362 0,362 0,362 693

5 6 4 5 0,326 0,326 0,326 855 869,652

0,293 0,293 0,293 1.058

0,461 0,461 0,461 85,7


6 5 5 1 86,165
0,458 0,458 0,458 86,63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Contoh perhitungan
Pada campuran (7:3) gram dengan holding time 5 jam
 Titik 1

Hv = 1,8544

5
= 1,8544
0 294
= 107,27 kgf/mm2

 Titik 2

Hv = 1,8544

5
= 1,8544
0 308
= 97,74 kgf/mm2

 Titik 3

Hv = 1,8544

5
= 1,8544
0 318
= 91,67 kgf/mm2

: :
̅̅̅̅ =
3

107 27 : 97 74 :91 67
=
3

= 98,89

98 89 98
=
10
= 970 MPa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI PENELITIAN

No Nama Alat Spesifikasi Gambar

Mortar dan
1. Pyrex
Spatula

Lucky Electronic
2. Neraca Digital
Scale

3. Jangka Sorong Diamax

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Laboratory test Sieve


4. Mesh 100
BBS

5. Plastik Klip Klip Plastic

6. Kertas Label Fox paper label

Maekawa Testing
Machine Tokyo
7. Testing Machine
Japan Type MR-20-
CT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Hardness Vicker
Hardness Tester Metsuzawa
8.
Vicker Tester Seiki Co, LTD No
71C4

9. SEM-EDX JSM-6390 A

10. Cetakan -

Termolyne Type
11. Tanur
47900 Furnace

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

12. UTM RTF 1350 Tensilon

13 Cawan Pyrex

14. Serbet

15. Masker Sensi Masker

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Sampel Sebelum
16. -
Dibakar

Sampel Setelah
17. -
Dibakar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

LAMPIRAN 3
KARAKTERISASI TANAH LEMPUNG
DAN ABU KAYU DAMAR

Gambar 3.1 Hasil Pengujian Morfologi dan Kandungan Unsur Tanah Lempung desa
buntul kubu, kecamatan Permata kabupaten bener meriah Aceh tengah
dengan SEM-EDX

a. Morfologi Permukaan

b. Kandungan Unsur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

Gambar 3.2 Hasil Pengujian Morfologi dan Kandungan Unsur Abu Kayu Damar
dengan SEM-EDX
a. Morfologi Permukaan

b. Kandungan Unsur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai