SKRIPSI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
SKRIPSI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Nurul Hidayati
150801040
ABSTRAK
Kata Kunci: besar butir keramik tradisional, sifat fisis, struktur kristal.
ABSTRACT
Traditional ceramics research has been carried out using traditional ceramic
raw materials such as clay, feldspar, quartz, and kaolin. In this study, traditional
ceramics will be made with variations in grain size of 100; 150; 200 and 300 mesh.
The granular refining of the raw materials of each raw material is carried out by a
vibrator on the mixture composition of each clay raw material: feldpspar: quartz:
kaolin = 20: 30: 30: 20 wt%. Printed with the Die Pressing method at a pressure of 5
Pa for 10 minutes, dried, and burning of the sample was carried out until the sintering
temperature at a temperature of 1000oC and held for 5 hours. The size of the granules
and the composition of the mixture and the process of making ceramic raw materials
will affect the properties of the ceramic. Then the ceramic element and microstructure
analysis was carried out by SEM-EDX, and the structure of crystal testing was done
by X-ray Diffraction (XRD) and also measured the physical properties of ceramics.
Hasil dari pengujian menunjukkan kerapatan (densitas) dari keramik ini mengalami
kenaikan dengan semakin halusnya besar butir bahan sedangkan porositas dan daya
serap air mengalami penurunan. The results of the characterization of the crystal
structure of ceramics with XRD shows that there are 3 highest peaks whose crystal
structures are orthorhombic, cubic, and trigonal. While the results of the microstructure
characterization of ceramics with SEM EDX show that the pores formed have an
average diameter that is not too wide.
PENGHARGAAN
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keramik
Keramik merupakan salah satu contoh produk industri yang banyak digunakan
dalam kebutuhan rumah tangga, industri mekanik, elektronika, penyaring
bahkan dipakai pada bidang teknologi ruang angkasa. Bahan keramik terbuat
dari bahan baku yang berbentuk butiran dan mengalami proses pencampuran,
pengeringan, pembakaran dan sintering. Pembuatan keramik dengan cara baru
telah dilakukan melalui proses pembuatan yang terkendali pada sifat-sifat khas
fungsional dalam elektromagnetik, mekanik, optik, termal, biokimia dan sifat
lainnya. Kekuatan dan kekerasan dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk butiran
serta jenis dan fasa batas,temperatur pembakaran, model pembentukan dan
sejenisnya.
Secara rinci sifat sifat fisis keramik konvensional ditunjukkan pada tabel 2.1
Variable Keramik alumina Standar iso 6474
tinggi alumina
Kekasaran 0,02 -
dengan bahan organik. Pada suhu tinggi dengan energi termal yang lebih
tinggi, keramik dapat menghantar listrik meskipun daya hantarnya lebih
rendah dibandingkan dengan logam. Karena tidak memiliki electron bebas,
kebanyakan bahan keramik tembus cahaya (bila tipis) dan merupakan
penghantar panas yang buruk.
Karakteristik kristalin terdapat pada kebanyakan bahan keramik.
Mika misalnya, mempunyai bidang lekah sehingga memudahkan
pembelahan. Deformasi plastik, serupa dengan slip pada logam dialami oleh
beberapa kristal yang sederhana seperti MgO. Bentuk kristal dapat
terbentuk selama pertumbuhan, dan sebagai contoh dapat diambil bentuk
kubik dari garam dapur biasa. Dalam abses, kristal mempunyai
kecenderungan kearah bentuk linier, dalam mika dan lempung, kristal
kristal membentuk lembaran dua dimensi. Bahan keramik yang lebih kuat
dan stabil biasanya memiliki struktur jaringan tiga dimensi dengan ikatan
yang sama kuatnya dalam ketiga arah.
Dibandingkan dengan logam, struktur Kristal bahan keramik lebih
rumit. Karena itu ditambah dengan kuatnya ikatan atom, reaksi keramik
lebih lamban. Gelas yang didinginkan dengan laju pendinginan normal tidak
mempunyai waktu untuk mengatur diri membentuk struktur Kristal yang
rumit, oleh karena itu pada suhu ruang gelas tetap terbentuk seperti cairan
dengan pendinginan lanjut untuk waktu cukup lama.
K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, adapun sifat pasir kuarsa memiliki kekerasan 7 (skala Mohs),
berat jenis 2,65 kgL-1, titik lebur 1728°C, bentuk kristal hexagonal, panas
sfesifik 0,185 J, dan konduktivitas panas 12 – 1000°C.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah
berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun
bahan aditif. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri
kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon
carbide, dan bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai
bahan aditif digunakan dalam industri cor, industri perminyakan dan
pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya (
Asmuni,2000). Untuk pasir kuarsa yang digunakan dalam penelitian bisa
dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:
2.2.4 Ballclay
Ball clay merupakan salah satu jenis bahan galian industri yang dalam Undang-
Undang Pertambangan termasuk bahan galian golongan C, merupakan jenis
lempung sedimenter dengan komponen utama berupa mineral kaolinit. Ball clay
diperlukan dalam industri keramik putih/keramik halus yaitu sebagai tambahan
pada badan keramik untuk mengatasi sifat kaolin yang tidak plastis. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui kedudukan stratigrafi ballclay sebagai pedoman
dalam melakukan eksploitasi, dan penelitian kualitas ball clay sebagai bahan
pembuatan berbagai produk keramik.
Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki potensi sangat besar
dalam pertambangan clay. Clay sangat umum didengar atau disebut sebagai
bahan pemucat (bleaching) sehingga jika clay sering disebut atau identik
dengan bahan pemutih. Association International pour l’Etude des Argiles
(AIPEA) yakni asosiasi yang menentukan tata nama mineral pada tahun 2006
telah merangkum beberapa rekomendasi tata nama untuk mineral , filosilikat
(phyllosilicates), lempung (clay), dan mineral lempung (clay mineral).
AIPEA mendefenisikan lempung sebagai bahan alami terutama terdiri dari
bahan mineral tergerus halus (finegrained) dengan sifat plastis di dalam air dan
mengeras ketika kering atau dipanaskan. Definisi tersebut menurut AIPEA
mengacu pada definisi mineral filosilikat/phyllosilicates dan mineral yang
memberikan plastisitas untuk tanah liat yang mengeras setelah pengeringan atau
dibakar.
uap air, dan lain-lain. Menurut koreksi defenisi dari AIPEA sebagaimana
dikutip (Valde, 1992) terminologi digunakan untuk partikel dalam grup clay
dengan ukuran kurang dari 2 mikrometer. Clay merupakan polimer anorganik
alam berupa hidrat aluminosilikat. Secara luas lempung telah dikenal sebagai
fraksi-fraksi halus koloid (± 2µm) dari tanah, sedimen atau batu-batuan.
Apabila lempung menyerap air, ia bersifat seperti plastik dan sebaliknya akan
mengeras jika terdehidrasi. Lempung disusun secara berlapis-lapis dengan
ruangan antar lapis dan setiap lapisan dapat bersifat netral atau bermuatan
listrik.
Clay merupakan konstituen penting di dalam tanah berperan sebagai
perangkap alami polutan-polutan yang mengalir bersama air di permukaan atau
di dalam tanah melalui peristiwa adsorpsi atau pertukaran ion. Berdasarkan
peran tersebut serta ditambah dengan kelimpahannya di alam, maka cukup
beralasan menganggap sebagai adsorben yang murah.
Persayaratan pembuatan keramik putih/keramik halus harus memenuhi syarat
mutu bahan baku ball clay untuk keramik menurut SII 1696-85 yaitu :
1. Oksida pengotor yang diisyaratkan
a. Fe2O3 maksimum 2,70 %.
b. TiO2 maksimum 1,00%.
c. SiO3 maksimum 0,40 %.
2. Besar butir yang diisyaratkan :
Diameter ukuran butir < 2 m minimal 70%.
3. Keplastisan : plastis.
Tanah lempung merupakan partikel mineral tanah yang berukuran
mikroskopissampai dengan sub mikroskopis sekitar 0,002 mm yang berasal
dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat
keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada
kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang
terkandung didalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan dimana
kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling
mendominasi. Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-
masing unsur kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur
warna tanah dipengaruhi oleh nilai Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda. Hasil
pelapukan unsur-unsur kimia dari tanah lempung tersebut merupakan unsur-
unsur mineral lempung terutama terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi
magnesium. Beberapa diantaranya juga mengandung alkali dan/atau tanah
alkalin sebagai kompone dasarnya. Sebagian besar mineral lempung
mempunyai struktur berlapis. Beberapa diantaranya berbentuk silinder
memanjang atau struktur yang berserat. Berikut ini adalah unsur kimia yang
terdapat ditanah lempung (clay) yaitu :
Tabel 2.3. Komposisi Unsur Kimia Pada Tanah Lempung
Unsur/Senyawa Persentase (%berat)
Silika (SiO2) 65,54
Aluminium Oksida (Al2O3) 18,78
Besi Oksida (Fe2O3) 1,57
Titanium Oksida (TiO2) 0,991
Kalium Oksida (K2O) 0,651
Magnesium Oksida (MgO) 0,609
Natrium Oksida (NaO2) 0,298
Kalsium Oksida (CaO) 0,0868
Pada clay terdapat beberapa senyawa kimia dengan komposisi yang berbeda-
beda. Berikut adalah kandungan senyawa-senyawa yang terdapat pada clay
yaitu :
Tabel 2.4. Kandungan Senyawa yang Terdapat pada Clay
Senyawa % Berat
SiO2 77,92
Al2O2 14,73
Fe2O2 1,01
MgO 0,92
CaO 0,09
Na2O 1,69
K2O 2,39
(smektit), ilit (clay-mica), klorit dan haloisit. Clay juga dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
Tabel 2.5. Jenis Clay Berdasarkan Aplikasinya :
1. Lempung 1:1
Tersusun oleh satu lapisan tetrahedral dan satu lapisan octahedral. Termasuk ke
dalam kelompok ini adalah kaolinite. Kelompok lempung ini disebut dengan
phyllosilicate yang tidak dapat mengembang. Struktur kaolinite terjadi karena
Si Tetrahedral bergabung dnegan lapisan gibsite melalui ion aplikasi oksigen
yang juga bagian octahedral. Akibatnya muatan pada oksigen ini dapat
diseimbangkan melalui ion apical oksigen yang diseimbangkan melalui isatan
satu dengan ion Si dan dua ion dengan Al.
atau negatif tergantung pada jenis ion logam dan pH dari larutan air. Gugus
hidroksil sangat bergantung pada pH, apakah gugus tersebut terpronotasi atau
terdeprotonasi berkaitan dengan nilai pH dari larutan. Pada pH rendah, situs ini
akan menghasilkan muatan positif karena adsorpsi proton sehingga asam
organic dan anion yang mengandung oksigen (oksi-anion) dapat berinteraksi
dengan situs-situs bermuatan positif secara kuat. Pada keadaan yang sama
kontribusi sisi tepi terhadap kapasitas tukar kation tergantung pada ukuran dan
bentuk partikel clay. Jika ukuran partikel besar maka kaapsitas tukar kation
minimal dan demikian sebaliknya.
𝑀𝑏 − 𝑀𝑘
P= 𝑉𝑏
× 𝜌𝑎𝑖𝑟 × 100% …………………………………….. (2.2)
Dengan:
P : Porositas (%)
Mb : Massa basah sampel setelah direndam (gr)
Mk : Massa kering sampel setelah direndam (gr)
Vb : Volume benda uji (cm3)
𝜌air : Massa jenis air (gr/cm3)
Dengan:
Mb = Massa sampel setelah direndam di dalam air (gr)
Mk = Massa kering (gr)
(SNI 03-4154-1996)
yang berbeda pada kristal, adanya ketidaksempurnaan pada kristal, orientasi, butir-
butir dan ukuran butir.
XRD memberikan data-data difraksi dan kuantisasi intensitas difraksi pada
sudut-sudut dari suatu bahan. Data yang diperoleh dari XRD berupa intensitas
difraksi sinar-X yang terdifraksi dan sudut-sudut 2θ. Tiap pola yang muncul pada
pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu.
Suatu kristal yang dikenai oleh sinar-X tersebut berupa material (sampel),
sehingga intensitas sinar yang ditransmisikan akan lebih rendah dari intensitas sinar
datang. Berkas sinar-X yang dihamburkan ada yang saling menghilangkan
(interferensi destruktif) dan ada juga yang saling menguatkan (interferensi
konstrktif). Interferensi konstruktif ini merupakan peristiwa difraksi.
Umumnya dalam pembacaan data XRD, maka akan diperoleh puncak-pucak yang
dapat diilustrasikan pada Gambar 2.7.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan keramik tradisional
1. Ballclay
2. Kaolin
3. Kuarsa
4. Feldspar
5. Air
Vibrator
Ditimbang, Kaolin:Kuarsa:Feldspar:Ball
60; 150;300;500 clay =
20:30:30:20
mesh
Pencampuran (Mix)
Pencetakanselama
25 ; 30 ; 30 ; 25 10 menit dengan beban 5 ton
Kesimpulan
BAB IV
Data diatas dihasilkan dari perhitungan antara massa sampel yang telah ditimbang
sebelumnya serta volume sampel yang telah diperhitungkan secara matematis
sesuai bentuk dan ukuran sampel yang dihasikan dari proses pencetakan. Dari data
tabel diatas dapat diperoleh grafik yang menunjukkan hubungan antara variasi besar
butir pada sampel dengan nilai densitas ditunjukkan pada gambar 4.1.
2.2
Densitas (gr/cm3)
2.15
2.1
2.05 y = 0.0011x + 1.8329
2 R² = 0.9895
1.95
1.9
0 50 100 150 200 250 300 350
variasi butir (mesh)
Data diatas dihasilkan dari perhitungan antara massa sampel kering, massa sampel
basah yang telah ditimbang setelah sampel direndam dengan air selama 24 jam, dan
volume sampel. Dari data tabel diatas dapat diperoleh grafik yang menunjukkan
hubungan antara variasi besar butir pada sampel dengan nilai porositas dari sampel
yang ditunjukkan pada gambar 4.2
25
20
15
Porositas (%)
10 y = -0.0233x + 22.151
5 R² = 0.9951
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Variasi Butir (Mesh)
12
Penyerapan air (%)
10
8
6 y = -0.016x + 11.721
4 R² = 0.9995
2
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Gambar 4.4 Pola difraksi keramik pada ukuran butir 100 mesh.
Gambar 4.4 menunjukkan hasil uji struktur Kristal keramik dengan variasi besar
butir 100 mesh. Dari grafik diketahui terdapat 12 peak yang terbentuk. Puncak pada
peak hasil uji XRD variasi besar butir 100 mesh yaitu pada puncak di atas 1000.
Struktur kristal keramik pada hasil uji XRD dapat ditunjukkan oleh tinggi
rendahnya intensitas puncak, semakin tinggi intensitas puncak maka semakin
meningkat struktur kristal pada keramik. Dari hasil uji XRD dapat dilihat bahwa
pembentukan puncak pada keramik merupakan hasil ikatan unsur unsur yang
terkandung dalam keramik. Dari gambar terdapat 3 peak tertinggi dengan masing
masing struktur kristal pada tabel berikut :
Adapun struktur kristal pada 3 peak tertinggi dari keramik dapat dilihat pada
tabel. Peak tertinggi memiliki fasa O dengan d= 2.0309 Å, memiliki parameter kisi
a= 5.835, b= 2.568, c= 12.082 dan struktur kristalnya adalah Orthorombik. Peak
tertinggi kedua fasa Fe dengan d= 1.4363 Å, memiliki parameter kisi a= 2.873, b=
-, c= - dan struktur kristalnya adalah Kubik. Peak tertinggi ketiga memiliki fasa
O2Si dengan d= 9.2581 Å, memiliki parameter kisi a= 18.455, b= -, c= 7.483 dan
struktur kristalnya adalah Trigonal.
Pada gambar 4.13, menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam
keramik. Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 50,65%, Sodium sebsar
2,45%, Aluminium sebesar 16,52%, Silicon sebesar 28,00%, Potassium sebesar
1,01% dan Iron sebesar 1,36%. Dari keseluruhan unsur, oxygen adalah unsur yang
paling banyak terkandung dalam kuarsa yaitu sebesar 50,65%.
BAB V
5.2 Saran
1. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya percampuran variasi komposisi bahan
dilakukan menggunakan alat tidak secara manual sehingga campuran komposisi
bahan lebih homogen.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap perbedaan struktur kristal dan
mikrostruktur dari ukuran besar butir bahan yang bervariasi.
3. Perlu dilakukan pengujian menggunakan alat berstandar SNI sehingga hasil
pengujiannya lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, S.Teori Kegagalan Isolasi. Universitas Trisakti Press, Jakarta, 2003.
Astuti, A. 1997.Pengetahuan Keramik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
E. Budi, 2011. Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 11(1): 35-40.
E. Handoko, B. Soegiono, Umiyatin, Linah dan Rizky Agustriany. 2008. Pengaruh
Temperatur Terhadap Pembentukan Pori Pada Arang Bambu. Jakarta : U
niversitas Negeri Jakarta.
E. Hastuti, 2011. Jurnal Neutrino. 4(1): 93-100.
E. Rohaeti, 2009, Prosiding Smeinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, K-248-257.
Grant, N. M., & Suryanayana, C. (1998). X-Ray Diffraction : A Partical
Approach. New York: Plennum Press.
Harper, C. A.. 2001 “Handbook of Ceramics, glasses and Diamonds”.
McGraw-Hill. USA.
Hatta, D. 2011. Pengaruh Penggunaan Membran Keramik Berbasis Zeolit, Silika
Dan Karbon Aktif Terhadap Gas CO Dan CO2 Pada Gas Buang Kendaraan
Bermotor. Jurnal Sintesa Kemika. Volume 18 (1). Palembang : Universitas
Sriwijaya.
Husaini, Kusmono. 2011. Studi Sifat Mekanik Komposit Hibrid Unsaturated
Polyester/ Clay/ Serat Glass. Di dalam: Peranan Sains Dan Teknologi
Untuk Meningkatkan Kapasitas Inovasi Dalam Rangka Mempercepat
Kemandirian Ekonomi Nasional. Prosiding Industrial Research Workshop
An National Seminar; Bandung, November 2011,. Politeknik Negeri
Bandung. Hal, 1-5.
Muhdarina. Mohammad, A.W., dan Muchtar, A. 2010. Prospektif Lempung
Alam Cengar Sebagai Adsorben Polutan Anorganik Di Dalam Air: Kajian
Kinetika Adsorpsi Kation Co(II). Reaktor, Vol. 13 No. 2, Desember 2010,
Hal. 81-88.
Muljadi. “Substitusi Komposisi Al2O3 Pada Pembuatan Isolator Porselin
Berbasis: Feldspar-Clay-Silica dan Karakterisasinya” Prosiding
Simposium Fisika Nasional XVIII hal 45, 2000.
Nuryanto. “Limbah Cucian Felspard Banjarnegara sebagai Bahan Baku Gerabah
LAMPIRAN A
1. Bahan
Gambar 3. Feldspar yang sudah diayak Gambar 4. Kaolin yang sudah diayak
2. Alat
Gambar 5 : Mortar
LAMPIRAN B
Dimana :
ρ = kerapatan (densitas) (gr/cm3)
m = massa (gr)
v = volume (cm3)
3.1.1. Variasi besar butir 100 mesh
Massa sampel : 93,457 gr
Volume sampel : 47,915 cm3
Sehingga :
𝑚
ρ= 𝑣
93,457 𝑔𝑟
ρ = 47,915 𝑐𝑚3
= 1,95 gr/cm3
= 1,99 gr/cm3
Sehingga :
𝑚
ρ= 𝑣
29,248 𝑔𝑟
ρ = 14,095 𝑐𝑚3
= 2,07 gr/cm3
= 2,17gr/cm3
Keterangan:
mb = massa basah (g)
mk = massa kering (g)
ρair = massa jenis air (g/cm3)
Vt= volume sampel sesudah dibakar (cm3)
102,90 𝑔𝑟 −93,457 𝑔𝑟
= 47,915 𝑔𝑟
𝑥 100 %
= 19, 707 %
100,24 𝑔𝑟 −91,65 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
45,988 𝑔𝑟
= 18, 69 %
3.2.3 Variasi Butir 200 mesh
Massa Kering = 89,73 gr
Massa basah = 97,39 gr
Maka persentase porositas yaitu :
𝑚 −𝑚𝑘
%𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = ( 𝜌 𝑏 ) × 100%
𝑎𝑖𝑟 ×𝑉𝑡
97,39 𝑔𝑟 −89,73 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
43,34𝑔𝑟
= 17, 68 %
3.2.4 Variasi Butir 300 mesh
Massa Kering = 89,90gr
Massa basah = 96,13gr
Maka persentase porositas yaitu :
𝑚 −𝑚𝑘
%𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = ( 𝜌 𝑏 ) × 100%
𝑎𝑖𝑟 ×𝑉𝑡
96,13 𝑔𝑟 −89,90 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
41,42𝑔𝑟
= 15,067 %
Dimana :
102,90 𝑔𝑟 −93,457 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
93,457 𝑔𝑟
= 10,1 %
101,58 𝑔𝑟 −91,65 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
91,65 𝑔𝑟
= 10,83 %
3.3.3 Variasi Butir 200 mesh
Massa Kering = 89,73 gr
Massa basah = 97,39 gr
Maka persentase dayaserap air yaitu :
𝑀𝑏− 𝑀𝑘
DSA = 𝑥 100 %
𝑀𝑘
31,74 𝑔𝑟 −29,248 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
29,248 𝑔𝑟
= 8,52 %
3.3.4 Variasi Butir 100 mesh
Massa Kering = 89,90 gr
Massa basah = 96,13 gr
31,75 𝑔𝑟 −29,69 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
29,69 𝑔𝑟
= 6,93 %