Anda di halaman 1dari 65

KARAKTERISASI BAHAN BAKU DAN KERAMIK

TRADISIONAL DENGAN XRD, SEM EDX

SKRIPSI

NURUL HIDAYATI NST


150801040

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


ii

KARAKTERISASI BAHAN BAKU DAN KERAMIK


TRADISIONAL DENGAN XRD, SEM EDX

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


Sarjana Sains

NURUL HIDAYATI NST


150801040

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

KARAKTERISASI BAHAN BAKU DAN KERAMIK


TRADISIONAL DENGAN XRD, SEM EDX

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 12 Juli 2019

Nurul Hidayati
150801040

Universitas Sumatera Utara


iv

Universitas Sumatera Utara


v

KARAKTERISASI BAHAN BAKU DAN PEMBUATAN KERAMIK


TRADISIONAL DENGAN XRD, SEM EDX

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian keramik tradisional menggunakan bahanbaku


keramik tradisional seperti clay, feldspar, kuarsa, dan kaolin. Pada penelitian ini akan
dibuat keramik tradisional dengan variasi ukuran butiran 100; 150; 200 dan 300 mesh.
Penghalusan butiran bahan baku keramik masing-masing dilakukan dengan alat
vibrator pada komposisi campuran masing-masing bahan baku clay : feldpspar :
kuarsa : kaolin = 20:30:30:20 wt%. Dicetak dengan metode Die Pressing pada tekanan
5 Pa selama 10 menit, dikeringkan, dan pembakaran sampel dilakukan sampai pada
temperatur sintering pada temperatur 1000oC dan ditahan selama 5 jam. Besar butiran
dan komposisi campuran serta proses pembuatan bahan baku keramik akan
mempengaruhi sifat-sifat keramik. Selanjutnya dilakukan pengujian analisis unsur
keramik dan mikrostruktur keramik dilakukan dengan alat SEM-EDX, dan struktur
kristal dilakukan dengan alat X-ray Diffraction (XRD) dan juga dilakukan pengukuran
sifat fisis keramik. Hasil dari pengujian menunjukkan kerapatan (densitas) dari
keramik ini mengalami kenaikan dengan semakin halusnya besar butir bahan
sedangkan porositas dan daya serap air mengalami penurunan. Hasil dari karakterisasi
struktur Kristal dari keramik dengan XRD menunjukkan terdapat 3 peak tertinggi yang
struktur kristalnya berupa Orthorombik, Kubik, dan Trigonal. Sedangkan hasil dari
karakterisasi mikrostruktur keramik dengan SEM EDX menunjukkan pori pori yang
terbentuk memiliki rata rata diameter yang tidak terlalu lebar.

Kata Kunci: besar butir keramik tradisional, sifat fisis, struktur kristal.

Universitas Sumatera Utara


vi

CHARACTERIZATION OF RAW MATERIALS AND MAKING


TRADITIONAL CERAMICS WITH XRD, SEM EDX

ABSTRACT

Traditional ceramics research has been carried out using traditional ceramic
raw materials such as clay, feldspar, quartz, and kaolin. In this study, traditional
ceramics will be made with variations in grain size of 100; 150; 200 and 300 mesh.
The granular refining of the raw materials of each raw material is carried out by a
vibrator on the mixture composition of each clay raw material: feldpspar: quartz:
kaolin = 20: 30: 30: 20 wt%. Printed with the Die Pressing method at a pressure of 5
Pa for 10 minutes, dried, and burning of the sample was carried out until the sintering
temperature at a temperature of 1000oC and held for 5 hours. The size of the granules
and the composition of the mixture and the process of making ceramic raw materials
will affect the properties of the ceramic. Then the ceramic element and microstructure
analysis was carried out by SEM-EDX, and the structure of crystal testing was done
by X-ray Diffraction (XRD) and also measured the physical properties of ceramics.
Hasil dari pengujian menunjukkan kerapatan (densitas) dari keramik ini mengalami
kenaikan dengan semakin halusnya besar butir bahan sedangkan porositas dan daya
serap air mengalami penurunan. The results of the characterization of the crystal
structure of ceramics with XRD shows that there are 3 highest peaks whose crystal
structures are orthorhombic, cubic, and trigonal. While the results of the microstructure
characterization of ceramics with SEM EDX show that the pores formed have an
average diameter that is not too wide.

Keywords: large traditional ceramic grains, physical properties, crystal structure.

Universitas Sumatera Utara


vii

PENGHARGAAN

Alhamdulillaahirrabbil’aalamin, segala puji dan syukur saya kepada ALLAH


SWT Rabb yang Maha Esa yang telah memberikan saya kesempatan untuk
menimba ilmu di jenjang perguruan tinggi, dan kemudian menyelesaikan Tugas
Akhir ini sebagai salah satu syarat penyelesaian studi Sarjana Fisika di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Shalawat
dan salam saya hadiahkan selalu kepada nabi besar Muhammad SAW. Tugas
akhir ini terselesaikan dengan judul :“Karakterisasi Bahan Baku dan Keramik
Tradisional dengan XRD, SEM EDX” yang dilaksanakan di Laboratorium
Material Politeknik Kimia Industri. Saya sadar dalam penyelesaian tugas akhir ini
sangat banyak arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu dengan
kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.S sebagai dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) USU. Bapak Dr. Perdinan
Sinuhaji, M.S selaku Ketua Departemen Fisika FMIPA USU sekaligus
sebagai pembimbing yang banyak memberikan arahan, motivasi dan
ilmu yang berguna untuk saya, Bapak Awan Maghfirah, M.Si selaku
sekretaris Departemen Fisika FMIPA USU beserta seluruh Staf
Pengajar, Pembantu Dekan dan Pegawai Departemen Fisika FMIPA
USU.
2. Buat orang tua tercinta Bapak Azhar Nst dan Ibu Nurhaya Lisbet
Manullang yang telah memberikan saya doa, dan senantiasa
memberikan dukungan dan perhatian yang besar terhadap saya.
Terima kasih saya juga teruntuk adik adik tercinta Wulan Sari Nst,
Muhammad Ridho Nst, dan Edi Syahputra Nst, bou tercinta Ibu Nora
Sari, nenek dan keluarga lainnya yang tak bisa saya sebutkan satu
persatu yang selalu memberikan semangat dan perhatian serta
keluarga besar yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini.
3. Untuk sahabat sahabat tersayang yang selalu memberikan motivasi,
kepercayaan dan dukungan Fazli, Mutia, Mirda, Desi, Marhamah,
Rizka Amelia dan Nurmayasari.

Universitas Sumatera Utara


viii

4. Sahabat seperjuangan dari SMA ERIA MEDAN yang selalu


pengertian dan memberi dukungan, Marsya Indira dan Putri Fadhilah.
5. Sahabat-sahabat saya tercinta dalam kebersamaan dari awal
perkuliahan “Smarthuman”: Mutia, Desi, Ima, Afnida, Anisa
Khairani, Rizal, Indra, Anwar, Rona, Ani, Rani, Bella, Sahrul, Andika,
Khoir. Yang tak henti-hentinya memberikan semangat kepada saya.
6. Anggota dan adik-adik KAM Rabbani FMIPA USU dan PEMA
FMIPA USU : Una, Puji, Juju, dan lainnya yang tak bisa disebutkan
satu persatu namanya yang tak sedikit memberi saya semangat dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
7. Asisten FISMOD yang juga anggota SMARTHUMAN
8. Abang dan kakak senior Fisika 2014, 2013 :Ulfa, Wana, Satria yang
telah membantu saya dalam penelitian.
9. Seluruh teman – teman angkatan 2015, Adik - adik angkatan 2016,
2017 dan 2018 Fisika - USU.
Skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
pihak yang membacanya.

Medan, 12 Juli 2019

Nurul Hidayati Nst

Universitas Sumatera Utara


ix

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................................... iii


PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................................................ iv
ABSTRAK .................................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................................... vi
PENGHARGAAN .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 2
1.2.1 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.2.2 Batasan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 3
1.3.1 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3
1.3.2 Manfaat Penelitian ..................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4


2.1 Keramik ................................................................................................. 4
2.1.1 Fasa Keramik ............................................................................. 5
2.1.2 Perbandingan Fasa Keramik dan Bukan Keramik ..................... 5
2.2 Bahan Baku Pembuatan Keramik .......................................................... 6
2.2.1 Feldspar........................................................ ............................. 6
2.2.2 Kuarsa. ....................................................................................... 7
2.2.3 Kaolin. ....................................................................................... 8
2.2.4 Ballclay. ..................................................................................... 9
2.3 Jenis Jenis Clay.................................................................................... 12
2.3.1 Struktur dan Sifat Permukaan Clay. ........................................ 15
2.4 Metode Pembuatan Keramik ............................................................... 15
2.4.1 Proses Pembentukan ............................................................... 17
2.4.2 Proses Pengeringan .................................................................. 18
2.4.3 Proses Sintering ....................................................................... 18
2.5 Karakterisasi Keramik ......................................................................... 19
2.5.1 Densitas ................................................................................... 19
2.5.2 Porositas ................................................................................... 20
2.5.3 Daya serap air ............................................................................ 20

Universitas Sumatera Utara


x

2.5.4 Analisis SEM EDX. .................................................................. 21


2.5.5 Analisis XRD. ........................................................................... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN............................................................. 24


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 24
3.1.1 Tempat Penelitian .................................................................. 24
3.1.2 Waktu Penelitian.................................................................... 25
3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian ........................................................... 25
3.2.1 Peralatan ................................................................................. 25
3.2.2 Bahan-Bahan .......................................................................... 26
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................. 27
3.3.1 Preparasi sampel..................................................................... 27
3.3.2 Prosedur Pembuatan Keramik ................................................ 28
3.4 Diagram Alir Penelitian .................................................................... 29

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 30


4.1 Uji Densitas ..................................................................................... 30
4.2 Uji Porositas .................................................................................... 32
4.3 Uji DSA............................................................................................ 34
4.4 Analisis Struktur Kristal Menggunakan XRD ................................. 35
4.4 Analisis Mikrostruktur Menggunakan EDX.................................... 36

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 46


5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 46
5.2 Saran ................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 48

Universitas Sumatera Utara


xi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


Tabel
2.1 Sifat Fisis Keramik Standar ISO 4
2.2 Jenis Jenis Feldspar 7
2.3 Komposisi Unsur Kimia Pada Tanah Lempung 11
2.4 Kandungan Senyawa Yang Terdapat Pada Clay 11
2.5 Jenis Clay Berdasarkan Aplikasinya 13
3.1 Peralatan Karakterisasi Keramik 26
4.1 Pengujian Densitas 30
4.2 Pengujian Porositas 32
4.2 Pengujian Daya Serap Air 34

Universitas Sumatera Utara


xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


Gambar
2.1 Feldspar dan macam macamnya 7
2.2 Pasir Kuarsa 8
2.3 Struktur kerangka clay 9
2.4 Lapisan Oktahedral dan Tetrahedral yang Membentuk 12
StrukturDasar Clay

2.5 Struktur Lempung 1:1 14


2.6 Struktur Lempung 2:1 15
2.7 Karakterisasi Material dengan Sinar X 23
3.1 Diagram Alir Penelitian 29
4.1 Grafik Hubungan Densitas dengan Variasi Butir 30
4.2 Grafik Hubungan Porositas dengan Variasi Butir 32
4.3 Grafik Hubungan Daya Serap Air dengan Variasi Butir 34
4.4 Analisis Morfologi dengan XRD Pada Keramik 35
4.5 Analisis Unsur Bahan Clay 36
4.6 Mikrostruktur Bahan Clay 37
4.7 Analisis Unsur Bahan Feldspar 38
4.8 Mikrostruktur Bahan Feldspar 39
4.9 Analisis Unsur Bahan Kuarsa 40
4.10 Mikrostruktur Bahan Kuarsa 41
4.11 Analisis Unsur Bahan Kaolin 42
4.12 Mikrostruktur Bahan Kaolin 43
4.13 Analisis Unsur Keramik Tradisional 44
4.14 Mikrostruktur Keramik Tadisional 45

Universitas Sumatera Utara


xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Peralatan dan Bahan 51


Lampiran B Hasil Perhitungan Uji Densitas,Porositas, DSA 54

Universitas Sumatera Utara


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keramik pada dasarnya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari.
Banyak barang kebutuhan rumah tangga dan industri yang terbuat dari
keramik seperti peralatan makan, kaca jendela, isolator listrik, enamel bak
mandi, keramik sebagai refraktori, keramik sebagai abrasif untuk industri
mobil dan lain-lain. Dimana sifat sifat material keramik pada umumnya
memiliki resistansi panas yang tinggi (high heat resistance), isolator listrik,
resistansi tinggi terhadap deformasi, perpatahan rapuh (brittle fracture),
keuletan rendah (law toughness). Umumnya dalam pembuatan keramik dapat
dilakukan dengan memvariasikan bahan baku keramik dan bentuk butiran di
tambah dengan air atau tanpa air, pressing dan sintering.
Laju sintering berkurang terhadap waktu, sehingga sintering yang
lebih lama untuk memperoleh sifat-sifat yang lebih baik tidaklah praktis
lagi. Waktu bukanlah variabel dominan untuk proses kontrol. Kontrol
ukuran butiran keramik sangatlah penting, karena laju sintering secara kasar
berbanding terbalik dengan ukuran butiran dan sifat sifat keramik yang lebih
baik dapat diperoleh. Maka pada penelitian ini akan dilihat pengaruh besar
butiran keramik terhadap sifat-sifat seperti densitas, porositas, susut kering
, susut bakar, kuat impak, kekerasan keramik, sistem kristal, fasa keramik
dan isolator listrik serta isolator termal keramik pada komposisi yang telah
ditentukan. Bahan baku keramik yang digunakan adalah bahan baku
keramik tradisional yang terdiri dari feldspar kuarsa, kaolin dan lempung.
Pada penelitian ini digunakan empat ukuran butiran yang berbeda jauh, agar
dengan mudah dapat membedakan sifat sifat fisis, mekanik, isolator listrik
dan sifat isolator termal keramik yang diperoleh.

Universitas Sumatera Utara


2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh besar butir bahan baku pada pembuatan
keramik terhadap uji sifat fisis, uji struktur kristal dan uji mikrostruktur pada
keramik?
2. Apakah perbedaan besar butir bahan dasar keramik dapat memengaruhi
struktur kristal dari keramik ?
3. Apakah perbedaan besar butir bahan dasar keramik dapat memengaruhi
komposisi kimia dan mikrostruktur dari keramik ?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Bahan baku keramik tradisional yang akan dibuat 4 variasi ukuran besar
butir yakni : 100; 150; 200 dan 300 mesh dengan menggunakan Vibrator.
2. Komposisi bahan dari berat total yaitu 100% dengan perbandingan berat
dari kaolin, kuarsa, feldspar, ballclay dan air (20.30.30.20).
3. Pengujian yang dilakukan adalah uji fisis, uji SEM EDX dan uji XRD.

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh besar butir bahan baku keramik bila diberi
perlakuan uji fisis, uji struktur kristal dan mikrostruktur.
2. Untuk mengetahui besar butir yang optimum dari campuran bahan dengan
ukuran besar butir yang bervariasi dari kaolin, kuarsa, feldspar, ballclay dan
air.

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian adalah :
1. Mendapatkan bahan keramik dengan sifat optimum dari variasi besar butir
bahan baku tanpa memakan waktu yang lama untuk mendapatkannya.
2. Mengetahui perubahan struktur kristal, komposisi kimia dari keramik ketika
dilakukan variasi besar butir yang dapat memengaruhi sifat dari keramik.

Universitas Sumatera Utara


3

3. Memberikan informasi sebagai pengembangan pengetahuan pada penelitian


lanjutan khususnya bidang material keramik.

1.6 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan pada masing-masing bab adalah :
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang ,rumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika
penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini menguraikan tentang keramik. Komposisi keramik,
sifat-sifat keramik, jenis-jenis keramik, menerangkan
tentang kaolin, feldspar, kuarsa, dan ballclay.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini berisi tentang metodologi penelitian pembuatan
keramik.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini membahas tentang hasil penelitian dan analisa yang
diperoleh dari penelitian.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari penelitian dan
saran yang bermanfaat untuk penelitian yang lebih lanjut

Universitas Sumatera Utara


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keramik
Keramik merupakan salah satu contoh produk industri yang banyak digunakan
dalam kebutuhan rumah tangga, industri mekanik, elektronika, penyaring
bahkan dipakai pada bidang teknologi ruang angkasa. Bahan keramik terbuat
dari bahan baku yang berbentuk butiran dan mengalami proses pencampuran,
pengeringan, pembakaran dan sintering. Pembuatan keramik dengan cara baru
telah dilakukan melalui proses pembuatan yang terkendali pada sifat-sifat khas
fungsional dalam elektromagnetik, mekanik, optik, termal, biokimia dan sifat
lainnya. Kekuatan dan kekerasan dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk butiran
serta jenis dan fasa batas,temperatur pembakaran, model pembentukan dan
sejenisnya.
Secara rinci sifat sifat fisis keramik konvensional ditunjukkan pada tabel 2.1
Variable Keramik alumina Standar iso 6474
tinggi alumina

Kandungan ( % berat) Al2O3> 99,8 Al2O3> 99,5

Rapatan (gram/cm3) >3,98 >3,90

Ukuran butir (micron) 3-6 <7

Kekasaran 0,02 -

Kekerasan (Vickers) 2300 >2000

Kuat Tekan (MPa) 4500 -

Kuat Tekuk (MPa) 550 400

Modulus Young (GPa) 380 -

Tabel 2.1 Sifat-sifat fisis keramik standar ISO

Universitas Sumatera Utara


5

2.1.1 Fasa Keramik


Di kalangan orang awam kata keramik biasanya dikaitkan dengan barang
barang kerajinan. Untuk ahli teknik, keramik mencakup berbagai jenis
bahan seperti gelas, bata, batuan, beton, bahan amplas, enamel porselen,
isolator dielektrik, bahan magnetik bukan logam, batu tahan api suhu tinggi,
dan lainnya.
Bahan keramik mempunyai karakteristik yaitu merupakan senyawa
antara logam dan bukan logam. Senyawa ini mempunyai ikatan ionik
dan/atau ikatan kovalen. Jadi, sifat sifatnya berbeda dengan logam.
Biasanya merupakan isolator, tembus cahaya (atau bening), tidak dapat
diubah bentuknya dan sangat stabil dalam lingkungan yang sangat berat
persyaratannya.
Senyawa MgO merupakan contoh bahan keramik sederhana dengan
perbandingan 1:1 antara atom logam dan bukan logam. Banyak digunakan
sebagai bahan tahan api, karena tahan suhu yang sangat tinggi tanpa
penguraian atau pencairan. Lempung merupakan bahan keramik yang
banyak digunakan akan tetapi lebih rumit dari pada MgO. Meskipun bahan
keramik tidak semudah logam, bahan ini dapat dikelompokkan dan dibahas
berdasarkan struktur intern-nya. Selain itu struktur logam sederhana dapat
digunakan sebagai titik tolak.

2.1.2 Perbandingan Fasa Keramik dan bukan Keramik


Kebanyakan fasa keramik mempunyai struktur kristalin. Akan tetapi
berlainan dengan logam, struktur keramik tidak banyak elektron bebasnya.
Electron electron itu dibagi dengan atom atom yang berdekatan dalam
ikatan kovalen atau berpindah dari atom yang satu ke atom yang lainnya
membentuk ikatan ion, jadi atom terionisir dan bermuatan.
Ikatan ionik menyebabkan bahwa bahan keramik mempunyai
stabilitas yang relatip tinggi. Sebagai kelompok bahan, keramik mempunyai
titik cair yang tinggi, dibandingkan dengan logam atau bahan organik.
Biasanya lebih keras dan tahan terhadap perubahan perubahan kimia.
Keramik padat biasanya merupakan isolator sebagaimana pula halnya

Universitas Sumatera Utara


6

dengan bahan organik. Pada suhu tinggi dengan energi termal yang lebih
tinggi, keramik dapat menghantar listrik meskipun daya hantarnya lebih
rendah dibandingkan dengan logam. Karena tidak memiliki electron bebas,
kebanyakan bahan keramik tembus cahaya (bila tipis) dan merupakan
penghantar panas yang buruk.
Karakteristik kristalin terdapat pada kebanyakan bahan keramik.
Mika misalnya, mempunyai bidang lekah sehingga memudahkan
pembelahan. Deformasi plastik, serupa dengan slip pada logam dialami oleh
beberapa kristal yang sederhana seperti MgO. Bentuk kristal dapat
terbentuk selama pertumbuhan, dan sebagai contoh dapat diambil bentuk
kubik dari garam dapur biasa. Dalam abses, kristal mempunyai
kecenderungan kearah bentuk linier, dalam mika dan lempung, kristal
kristal membentuk lembaran dua dimensi. Bahan keramik yang lebih kuat
dan stabil biasanya memiliki struktur jaringan tiga dimensi dengan ikatan
yang sama kuatnya dalam ketiga arah.
Dibandingkan dengan logam, struktur Kristal bahan keramik lebih
rumit. Karena itu ditambah dengan kuatnya ikatan atom, reaksi keramik
lebih lamban. Gelas yang didinginkan dengan laju pendinginan normal tidak
mempunyai waktu untuk mengatur diri membentuk struktur Kristal yang
rumit, oleh karena itu pada suhu ruang gelas tetap terbentuk seperti cairan
dengan pendinginan lanjut untuk waktu cukup lama.

2.2 Bahan Baku Penyusun Keramik


2.2.1 Feldspar
Feldspar yang kami gunakan dalam penelitian ini dibeli. Feldspar
merupakan mineral senyawa alumina-silikat sebagai salah satu
komponen/mineral pembentuk batuan beku (granit pegmatite, granodiorit,
dan gabro) yang kaya unsur alkali (K2O, Na2O dan CaO). Fungsi felspar
dalam bodi keramik adalah sebagai bahan pelebur. Persyaratan mutu felspar
untuk badan/bodi keramik menurut SNI.15-0926-89 adalah total kadar
oksida alkali (K2O+Na2O) berkisar 6,0 -14 %.

Universitas Sumatera Utara


7

Feldspar hingga saat ini merupakan grup mineral dengan jumlah


paling besar di kerak bumi, membentuk sekitar 60% batuan terrestrial.
Kebanyakan feldspar yang tersedia berupa sodium feldspar, potassium
feldspar dan feldspar campuran. Feldspar kebanyakan digunakan pada
aplikasi-aplikasi industri yang membutuhkan kandungan feldspar yang
berupa alumina dan alkali. Sebagian besar produk yang digunakan sehari-
hari terbuat dari feldspar: gelas untuk minum, gelas sebagai pengaman,
fiberglass sebagai isolator, lantai keramik, bak mandi dan peralatan makan.
Rumus kimia feldspar secara umum adalah XAl(Al,Si)Si2O8 dengan X
adalah potasium, sodium, kalsium atau barium. Secara khusus rumus kimia
feldspar dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2.2. Jenis-jenis feldspar
Jenis feldspar Rumus kimia
Albite Na(Si3Al)O8
Anorthite Ca(Si2Al2)O8
Orthoclase K(Si3Al)O8
Celsian Ba(Si2Al2)O8

Gambar 2.1. : feldspar dan macam macamnya


2.2.2 Kuarsa
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika
(SiO2) dan senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.
Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih yang merupakan hasil
pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan
feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin
dan diendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau laut. Pasir kuarsa mempunyai
komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan

Universitas Sumatera Utara


8

K2O, berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, adapun sifat pasir kuarsa memiliki kekerasan 7 (skala Mohs),
berat jenis 2,65 kgL-1, titik lebur 1728°C, bentuk kristal hexagonal, panas
sfesifik 0,185 J, dan konduktivitas panas 12 – 1000°C.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah
berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun
bahan aditif. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri
kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon
carbide, dan bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai
bahan aditif digunakan dalam industri cor, industri perminyakan dan
pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya (
Asmuni,2000). Untuk pasir kuarsa yang digunakan dalam penelitian bisa
dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Gambar 2.2 : Pasir kuarsa


2.2.3 Kaolin
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan
kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak
keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous aluminium silikat (2H2O,
Al2O3, 2SiO2) dengan disertai beberapa mineral penyerta.
Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O) sebagai salah satu bahan dasar pembuatan
keramik merupakan salah satu jenis dari tipe mineral clay yang mempunyai
sifat :
a. Plastis dan mudah dicetak untuk butir yang yang serta pada waktu basah,
sifat plastisitas dan work ability kebanyakan dipengaruhi oleh kondisi fisik.
b. Kaku setelah dikeringkan.
c. Vitreous (bersifat kaca) setelah dipanaskan pada temperature yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara


9

2.2.4 Ballclay
Ball clay merupakan salah satu jenis bahan galian industri yang dalam Undang-
Undang Pertambangan termasuk bahan galian golongan C, merupakan jenis
lempung sedimenter dengan komponen utama berupa mineral kaolinit. Ball clay
diperlukan dalam industri keramik putih/keramik halus yaitu sebagai tambahan
pada badan keramik untuk mengatasi sifat kaolin yang tidak plastis. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui kedudukan stratigrafi ballclay sebagai pedoman
dalam melakukan eksploitasi, dan penelitian kualitas ball clay sebagai bahan
pembuatan berbagai produk keramik.
Indonesia termasuk salah satu Negara yang memiliki potensi sangat besar
dalam pertambangan clay. Clay sangat umum didengar atau disebut sebagai
bahan pemucat (bleaching) sehingga jika clay sering disebut atau identik
dengan bahan pemutih. Association International pour l’Etude des Argiles
(AIPEA) yakni asosiasi yang menentukan tata nama mineral pada tahun 2006
telah merangkum beberapa rekomendasi tata nama untuk mineral , filosilikat
(phyllosilicates), lempung (clay), dan mineral lempung (clay mineral).
AIPEA mendefenisikan lempung sebagai bahan alami terutama terdiri dari
bahan mineral tergerus halus (finegrained) dengan sifat plastis di dalam air dan
mengeras ketika kering atau dipanaskan. Definisi tersebut menurut AIPEA
mengacu pada definisi mineral filosilikat/phyllosilicates dan mineral yang
memberikan plastisitas untuk tanah liat yang mengeras setelah pengeringan atau
dibakar.

Gambar 2.3. Struktur Kerangka Clay


Clay digunakan secara luas sebagai adsorben murah dengan aplikasi yang
beragam seperti adsorben dalam pemutihan minyak nabati, obat, katalis,
penyusunan lempung terpilar, tekstil, penyulingan minyak bumi, filter air, filter

Universitas Sumatera Utara


10

uap air, dan lain-lain. Menurut koreksi defenisi dari AIPEA sebagaimana
dikutip (Valde, 1992) terminologi digunakan untuk partikel dalam grup clay
dengan ukuran kurang dari 2 mikrometer. Clay merupakan polimer anorganik
alam berupa hidrat aluminosilikat. Secara luas lempung telah dikenal sebagai
fraksi-fraksi halus koloid (± 2µm) dari tanah, sedimen atau batu-batuan.
Apabila lempung menyerap air, ia bersifat seperti plastik dan sebaliknya akan
mengeras jika terdehidrasi. Lempung disusun secara berlapis-lapis dengan
ruangan antar lapis dan setiap lapisan dapat bersifat netral atau bermuatan
listrik.
Clay merupakan konstituen penting di dalam tanah berperan sebagai
perangkap alami polutan-polutan yang mengalir bersama air di permukaan atau
di dalam tanah melalui peristiwa adsorpsi atau pertukaran ion. Berdasarkan
peran tersebut serta ditambah dengan kelimpahannya di alam, maka cukup
beralasan menganggap sebagai adsorben yang murah.
Persayaratan pembuatan keramik putih/keramik halus harus memenuhi syarat
mutu bahan baku ball clay untuk keramik menurut SII 1696-85 yaitu :
1. Oksida pengotor yang diisyaratkan
a. Fe2O3 maksimum 2,70 %.
b. TiO2 maksimum 1,00%.
c. SiO3 maksimum 0,40 %.
2. Besar butir yang diisyaratkan :
Diameter ukuran butir < 2 m minimal 70%.
3. Keplastisan : plastis.
Tanah lempung merupakan partikel mineral tanah yang berukuran
mikroskopissampai dengan sub mikroskopis sekitar 0,002 mm yang berasal
dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat
keras dalam keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada
kadar air lebih tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
Warna tanah pada tanah lempung tidak dipengaruhi oleh unsur kimia yang
terkandung didalamnya, karena tidak adanya perbedaan yang dominan dimana
kesemuanya hanya dipengaruhi oleh unsur Natrium saja yang paling
mendominasi. Semakin tinggi plastisitas, grafik yang dihasilkan pada masing-

Universitas Sumatera Utara


11

masing unsur kimia belum tentu sama. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur
warna tanah dipengaruhi oleh nilai Liquid Limit (LL) yang berbeda-beda. Hasil
pelapukan unsur-unsur kimia dari tanah lempung tersebut merupakan unsur-
unsur mineral lempung terutama terdiri dari silikat aluminium dan/atau besi
magnesium. Beberapa diantaranya juga mengandung alkali dan/atau tanah
alkalin sebagai kompone dasarnya. Sebagian besar mineral lempung
mempunyai struktur berlapis. Beberapa diantaranya berbentuk silinder
memanjang atau struktur yang berserat. Berikut ini adalah unsur kimia yang
terdapat ditanah lempung (clay) yaitu :
Tabel 2.3. Komposisi Unsur Kimia Pada Tanah Lempung
Unsur/Senyawa Persentase (%berat)
Silika (SiO2) 65,54
Aluminium Oksida (Al2O3) 18,78
Besi Oksida (Fe2O3) 1,57
Titanium Oksida (TiO2) 0,991
Kalium Oksida (K2O) 0,651
Magnesium Oksida (MgO) 0,609
Natrium Oksida (NaO2) 0,298
Kalsium Oksida (CaO) 0,0868
Pada clay terdapat beberapa senyawa kimia dengan komposisi yang berbeda-
beda. Berikut adalah kandungan senyawa-senyawa yang terdapat pada clay
yaitu :
Tabel 2.4. Kandungan Senyawa yang Terdapat pada Clay
Senyawa % Berat
SiO2 77,92
Al2O2 14,73
Fe2O2 1,01
MgO 0,92
CaO 0,09
Na2O 1,69
K2O 2,39

Universitas Sumatera Utara


12

Kandungan senyawa pada clay sangat bervariasi dimana terdiri dari


beberapa jenis senyawa , namun senyawa utama pada clay adalah silica
alumina yang terdiri dari lapisan tetrahedral dan oktahedral. Berikut adalah
dua lapisan yang terdapat pada struktur clay yaitu :
1. Lapisan tetrahedral (Tetrahedral sheets) adalah lapisan yang tersusun dari
sebuah tetrahedron yang berikatan dengan empat oksigen dan tersusun
dalam pola heksagonal melalui jaringan (link) oksigen basal dengan
oksigen pada posisi apical. Komposisi lembaran yang dihasilkan dapat
dinyatakan dengan sebagai T2 O5 dengan T adalah tetrahedral dari kation
Si, Al, dan beberapa Fe3+ dan B.
2. Lapisan okatahedral (Octahedral Sheets) adalah lapisan yang tersusun atas
okathedron-oktahedron yang terhubung dengan oksigen dari gugus
hidroksil dengan Al, Mg, Fe3+, dan Fe2+ sebagai kation koordinasi.
Oktahedron tersusun dalam pola heksagonal. Lapisan ini memiliki
kemiripan yang hampir sama dengan beberapa jenis clay.

Gambar 2.4. Lapisan Oktahedral dan Tetrahedral yang Membentuk Struktur


Dasar Clay

2.3 Jenis Jenis Clay


Clay merupakan material yang berisi air dalam persentase besar dan terjerap
antara lembaran. Kebanyakan clay secara kimia dan fisika hampir sama dengan
clay yang lainnya, tetapi berisi sejumlah air yang mengisi kationnya. Material
ini memiliki keadaan basah, ukuran butir sangat halus yaitu 0.02 mm dan
sebagian besar tersusun atas magnesium dan silica.
Berdasarkan strukturnya clay dibagi menjadi tiga kategori yaitu clay yang
dapat dijumpai dalam bentuk kristalin (crystalline minerals), struktur tidak
teratur (amorphous), dan campuran (mixed layered). Sedangkan berdasarkan
komposisi mineralnya clay dapat dibedakan menjadi kaolinit, monmorilonit

Universitas Sumatera Utara


13

(smektit), ilit (clay-mica), klorit dan haloisit. Clay juga dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
Tabel 2.5. Jenis Clay Berdasarkan Aplikasinya :

Clay Mineralogi Aplikasi Utama Industri


Kaolin Putih atau keabu-abuan, Perekat, semen, keramik,
subtitusi dan perubahan aerosol, kosmetik, katalis,
muatan minimal, cracking, krayon, dan
kapasitas tukar kation kapur, pigmen dalam cat,
rendah, luas permukaan fiber glass, pengisi karet,
spesifik rendah, dan atap, pensil, pengisi
kapasitas adsorpsi rendah kertas, dan pengecoran.
Smektit (Smektit) Warna bervariasi, Perekat, aerosol,
biasanya cokelat atau pembawa pupuk, bahan
abu-abu kehijauan, tambahan pakan,
adanya subsitusi kisi, bleaching, katalis, semen,
lapisan muatan tinggi, keramik, detergen, biji
kapasitas tukar tinggi, besi, plastic, pengisi
luas permukaan, dan karet, lempung terpilar,
kapasitas penyerapan pengeboran lumpur, aditif
tinggi makananan.
Plagyorskitserpentin Coklat muda, coklat, Perekat, carrier, cairan
krem, atau warna hijau pengeboran, adsorben,
kebiruan. Beberapa adsorben lantai industry,
subsitusi kisi, lapisan filler bubuk laundry,
muatan, kapasitas tukar obat-obatan dan farmasi,
kation, daya penyerapan penyulingan minyak cat,
sedang, dan luas pupuk suspense, katalis,
permukaan sedang keramik, dan bleaching
Berdasarkan tipe lapisan (Layer Type) clay dibedakan beberapa jenis yaitu :

Universitas Sumatera Utara


14

1. Lempung 1:1
Tersusun oleh satu lapisan tetrahedral dan satu lapisan octahedral. Termasuk ke
dalam kelompok ini adalah kaolinite. Kelompok lempung ini disebut dengan
phyllosilicate yang tidak dapat mengembang. Struktur kaolinite terjadi karena
Si Tetrahedral bergabung dnegan lapisan gibsite melalui ion aplikasi oksigen
yang juga bagian octahedral. Akibatnya muatan pada oksigen ini dapat
diseimbangkan melalui ion apical oksigen yang diseimbangkan melalui isatan
satu dengan ion Si dan dua ion dengan Al.

Gambar 2.5. Struktur Lempung 1:1


2. Lempung 2:1
Tersusun oleh dua lapisan tetrahedral yang mengapit satu lapisan octahedral,
sehingga terlihat seperti sandwich. Termasuk dalam kelompok ini adalah
smektite dan vermiculite. Istilah smektite digunakan untuk menjelaskan
kelompok pilosilikat 2:1 yang mampu mengembang dan mempunyai muatan
layer permanen akibat adanya subsitusi isomorsifis pada lapisan octahedral Al
(oleh spesi bermuatan rendah seperti : Mg2+, Fe2+, dan Mn2+) maupun pada
lapisan tetrahedral Si (terutama oleh spesi Al3+ atau Fe3+). Subsitusi ini
mengakibatkan total muatan negatif pada strtruktur lempung sehingga
membutuhkan kation penyeimbang. Lapisan lempung interlayer terhidrasi
akibat kation dapat bergerak masuk atau keluar keluar struktur. Karena
interlayer terbuka dan terhidrasi, kation penyeimbang berada di
interlayertersebut. Adanya kation pada daerah interlayer merupakan kapasitas
tukar ion. Pada vermiculite, muatan negatifnya berasal dari akibat subsitusi Si
oleh Al3+.

Universitas Sumatera Utara


15

Gambar 2.6. Struktur Lempung 2:1


2.3.1 Struktur dan Sifat Permukaan Clay
Reaktivitas oksigen permukaan tergantung pada jenis dan distribusi atom pada
bidang di sekitarnya, sehingga gugus fungsional permukaan oksigen tunggal
bersama-sama dengan atom yang melekat padanya. Oleh karena itu, pada
permukaan clay perbedaan muatan antar budang menunjukkan gugus
permukaan yang berbeda kelompok. Perbedaan sifat fungsional pada dapat juga
diilustrasikan berdasarkan keberadaan gugus fungsi pada basal spacing atau
permukaan, komposisi kimia dan aksebilitas.
Secara umum, ada enam jenis situs aktif yang menjelaskan interaksi
molekul organik pada clay yaitu :
1. Situs subsitusi isomorfis
2. Situs hidrofobik
3. Situs permukaan hidroksil
4. Permukaan netral silicon
5. Kation logam yang dapat dipertukarkan
6. Molekul air pengidrasi kation-kation logam yang dapat dipertukarkan
Ada enam jenis situs aktif pada clay namun hanya tiga jenis situs clay yang
paling sering dijadikan acuan pada saat menentukan permukaan clay yaitu :
1. Subsitusi Isomosrfis
Permukaan partikel mineral clay memiliki ciri muatan tetap dan tergantung
pada pH. Muatan permanen diperoleh dari subsitusi isomorfis yang terjaid dari
lapisan tetrahedral dan octahedral yang menghasilkan muatan negatif pada
lapisan tersebut. Mineral filosilikat 1:1 dicirikan dengan mineral yang tidak
memiliki subsitusi isomorfis, sehingga kaolinite dan spentin tidak memiliki

Universitas Sumatera Utara


16

muatan negatif permanen di dalamnya. Akibatnya kedua mineral dicirikan


dengan kecilnya kapasitas tukar ion.
2. Hidrofibisitas dan Hidrofilisitas
Suatu permukaan yang menarik air disebut sebagai permukaan hidrofilik dan
sebaliknya jika permukaan menolak air diaktakan sebagai hidrofobik. Seperti
prinsip like-dissolve like yakni cairan bersifat polat terdapat di dalam air dan
dikatakan sebagai hidrofilik, demikian sebaliknya cairan non polar seperti
senyawa hidrokarbon bersifat hidrofobik.
Permukaan mineral clay netral seperti talk dan pirofilit bersifat hidrofobik,
sementara clay dengan kandungan octahedral seperti smektit, montmorillonit
bersifat hidrofilik akibat dari defisit muatan pada struktur permukaannya.
Berdasarkan karakter ini talk dan pyrofilit bersifat hidrofobik karena adanya
oksigen pada lapisan siloksan dan tidak cocok sebagai donor elektron atau asam
Lewis. Sebaliknya pada permukaan hidrofilik terdapat dua hal yang
menyebabkan dapat berperanan dalam katalis sebagai donor pasangan elektron
yaitu :
1. Hidrasi ion-ion yang dipertukarkan
2. Subsitusi Al terhadap Si yang menyebabkan permukaan aktif sebagai basa
Lewis.
Penjerapan (adsorpsi) pada permukaan clay merupakan akibat dari sifat alami
clay. Jaynes dan Boyd (1999) melakukan preparasi montmorilonit yang
dikurangi muatan permukaannya sehingga antar lapis permukaan dapat disisipi
oleh molekul organic berkuran kecil. Dari serangkaian eksperimen, diperoleh
data bahwa kemampuan adsorpsi berbanding lurus dengan permukaan spesifik.
Penjerapan senyawa non polar yang berlangsung lebih disebabkan interaksinya
dengan permukaan siloksan di dalamnya.
3. Hidroksil Permukaan
Tipe lain dari situs aktif yang dimiliki oleh clay terkait demham hidroksida yang
dimiliki yakni permukaan hidroksil seperti Si-OH dan Al-OH atau Mg-OH.
Namun, kelompok hidroksil yang terletak di tepi rusak dan cacat Kristal (defect)
merupakan kelompok berbeda dan disebut sebagai OH terminal. Kelompok-
kelompok ini adalah OH kurang terkoordinasi dan membawa muatan positif

Universitas Sumatera Utara


17

atau negatif tergantung pada jenis ion logam dan pH dari larutan air. Gugus
hidroksil sangat bergantung pada pH, apakah gugus tersebut terpronotasi atau
terdeprotonasi berkaitan dengan nilai pH dari larutan. Pada pH rendah, situs ini
akan menghasilkan muatan positif karena adsorpsi proton sehingga asam
organic dan anion yang mengandung oksigen (oksi-anion) dapat berinteraksi
dengan situs-situs bermuatan positif secara kuat. Pada keadaan yang sama
kontribusi sisi tepi terhadap kapasitas tukar kation tergantung pada ukuran dan
bentuk partikel clay. Jika ukuran partikel besar maka kaapsitas tukar kation
minimal dan demikian sebaliknya.

2.4 Metode Pembuatan Keramik


Proses pembuatan keramik terdiri dari pembentukan, pengeringan dan pembakaran.
Pada proses pembentukan, bahan baku yang berbentuk bubuk dipadatkan.
2.4.1. Proses Pembentukan
Terdapat beberapa proses pembentukkan yaitu :
a. Die Pressing. Pada proses ini bahan keramik dihaluskan hingga menjadi
bubuk, lalu dicampur dengan pengikat kemudian dimasukkan ke dalam
cetakan lalu ditekan hingga menjadi bentuk padat yang kuat. Metode ini
biasanya digunakan dalam pembuatan ubin, keramik elektronik dengan
cukup sederhana dan murah.
b. Rubber Mold Pressing. Pada proses ini pembuatan keramik menggunakan
pembungkus karet kemudian bubuk dimasukkan ke dalam sarung karet
kemudian dibentuk dalam cetakan hidrostatis.
c. Extrusion Molding. Pada metode ini melalui lubang cetakan dengan
ekstruksi memalui mulut yang keras. Metode ini biasa digunakan untuk
membuat pipa saluran, pipa reaktor atau material lain yang memiliki suhu
normal untuk penampang lintang tetap.
d. Slip Casting. Pada metode ini dilakukan untuk memperkeras suspensi
dengan air dan cairan lainnya, lalu dituang ke dalam plester berpori, air akan
diserap dari daerah kontak ke dalam cetakan dan lapisan lempung yang kuat
terbentuk.

Universitas Sumatera Utara


18

e. Injection Molding Bahan yang bersifat plastis diinjeksikan dan dicampur


dengan bubuk pada cetakan. Metode ini banyak digunakan untuk
memproduksi benda-benda yang mempunyai bentuk yang kompleks.

2.4.2. Proses Pengeringan


Setiap proses pembuatan keramik dengan menggunakan tekanan, ditambahkan
sejumlah air atau cairan sebagai pengikat. Proses pengeringan berfungsi untuk
menghilangkan kandungan air atau cairan tambahan. Air atau cairan terevaporasi
partikel partikel keramik menjadi lebih dekat satu sama lain dan terjadi penyusutan.

2.4.3. Proses Sintering


Keramik adalah bahan yang dibuat melalui pembakaran suhu tinggi. Oleh karena
itu pembakaran atau perlakuan panas adalah proses utama di dalam pembuatan
bahan keramik. Dalam tahap perlakuan panas, terjadi peristiwa kimia antara lain:
pengeringan, peruraian bahan organik, penguapan air kristal, oksidasi logam
transisi, peruraian karbonat, sulfat, aditif dan lainnya. Di dalam bahan kaolin
misalnya, air kristal keluar pada suhu antara450-700C, dehidrasi pada bahan
aluminium hidrat pada suhu antara 320 - 560C, pada talc terjadi antara 900 - 1000C.
Dekomposisi bahan magnesium karbonat pada 700C, dolomite pada 830 - 920C,
magnesium sulfat pada 970C, sedangkan kalsium sulfat pada 1050C. Oksidasi
bahan organik yang halus umumnya terjadi pada 200 - 700C, tetapi partikel karbon
yang kasar terjadi pada 1000C. Bersamaan dengan terjadinya reaksi kimia, terjadi
pula perubahan sis yaitu yang disebut sintering.
Perubahan struktur mikro terjadi melalui beberapa tahapan. Pertama,
perataan permukaan partikel, pembentukan grain boundary (batas butir) melalui
pertumbuhan leher antar partikel, gerakan di antara partikel dalam pori terbuka,
difusi dan penurunan porositas. Kedua, penyusutan pori antara grain
boundary,porositas menurun lebih banyak, perlahan lahan grain tumbuh. Terakhir,
pori-pori menutup, mengecil dan posisinya terselip diantara grain boundary.
Sintering adalah proses penggabungan partikel partikel serbuk melalui
peristiwa difusi pada saat suhu meningkat. Pada dasarnya sintering adalah peristiwa
penghilangan pori-pori antara partikel bahan, pada saat yang sama terjadi
penyusutan komponen, dan diikuti oleh pertumbuhan grain serta peningkatan ikatan

Universitas Sumatera Utara


19

antar partikel yang berdekatan, sehingga menghasilkan bahan yang lebih


mampat/kompak. Peristiwa Suhu sintering mempengaruhi proses penyusutan,
sedangkan pengaruh waktu sintering tidak banyak,hal ini dinyatakan oleh
Richerson. Sintering umumnya dapat terjadi didalam produk pada suhu tidak
melebihi dari setengah sampai dua pertiga dari suhu meltingnya, suhu yang
membuat atom cukup mampu untuk berdifusi.

2.5 Karakterisasi sampel


Pegujian sampel dilakukan untuk mengetahui keadaan sampel yang telah dibuat.
Sampel yang diuji akan diketahui kelebihan dan kekurangannya untuk mengetahui
kadar kelayakan pemakaian serta kualitasnya.
2.5.1. Pengujian Fisis
2.5.1.1. Pengujian Kerapatan (Densitas)
Pengujian densitas merupakan pengujian sifat fisis terhadap specimen, yang
bertujuan untuk mengetahui nilai kerapatan massa dari spesimen yang diuji. Rapat
massa(mass density) suatu zat adalah massa per satuan volume. Dapat dituliskan
secara sistematis:
𝑚
𝜌= 𝑣 …………………..………………………….. ……………. (2.1)
Dengan :
𝜌 = kerapatan (densitas) (gr/cm3)
m = massa (gr)
v = volume (cm3)
2.5.1.2. Pengujian Porositas
Porositas dapat di definisikan sebagai perbandingan antara volume pori-pori
terhadap volume total sampel. Besarnya persentase ruang-ruang kosong atau
besarnya kadar pori yang terdapat pada sampel dan merupakan salah satu faktor
utama yang mempengaruhi kekuatan sampel. Ada dua jenis porositas yaitu
porositas tertutup dan porositas terbuka. Porositas tertutup pada umumnya sulit
untuk ditentukan pori tersebut merupakan rongga yang terjebak didalam padatan
dan serta tidak ada akses kepermukaan luar, sedangkan porositas terbuka masih ada
akses kepermukaan luar walaupun rongga tersebut ada ditengah-tengah padatan.
Porositas suatu bahan pada umumnya dinyatakan sebagai porositas terbuka dan
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


20

𝑀𝑏 − 𝑀𝑘
P= 𝑉𝑏
× 𝜌𝑎𝑖𝑟 × 100% …………………………………….. (2.2)

Dengan:
P : Porositas (%)
Mb : Massa basah sampel setelah direndam (gr)
Mk : Massa kering sampel setelah direndam (gr)
Vb : Volume benda uji (cm3)
𝜌air : Massa jenis air (gr/cm3)

2.5.1.3. Pengujian Daya Serap Air


Pada saat terbentuk sampel kemungkinan ada terjadinya udara yang terjebak dalam
lapisan agregat atau terjadi karena dekomposisi mineral yang membentuk akibat
perubahan cuaca, maka terbentuklah lubang atau rongga kecil didalam butiran
agregat (pori). Pori dalam sampel bervariasi dan menyebar di seluruh butiran. Pori-
pori mungkin menjadi reservoir air bebas didalam agregat.Persentase berat air yang
mampu diserap agregat dan serat di dalam air disebut daya serap air.
Pengujian daya serap air (Water absorbtion) pada masing – masing sampel
dapat dilakukan dengan cara menimbang massa kering sampel dan massa basah.
Massa kering adalah massa pada saat sampel dalam keadaan kering dan massa
basah diperoleh setelah sampel mengalami perendaman selama 24 jam pada suhu
kamar. Untuk mendapatkan nilai penyerapan air dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
𝑀𝑏 − 𝑀𝑘
Daya Serap air = × 100% ……………………….…………..... ( 2.3)
𝑀𝑘

Dengan:
Mb = Massa sampel setelah direndam di dalam air (gr)
Mk = Massa kering (gr)

(SNI 03-4154-1996)

2.5.2. Analisis SEM-EDX untuk Mengetahui Permukaan, Diameter, dan


Unsur yang Terkandung pada Keramik
Alat ini terbagi menjadi dua bagian fungsi yang berbeda, yaitu EDX dan SEM. Uji
EDX ini dapat membaca suatu permukaan sampel dengan suatu alat pembaca
elektron (5-50 kV).

Universitas Sumatera Utara


21

Pada dasarnya teknik SEM merupakan pemeriksaan dan analisis


permukaan. Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari
lapisan yang tebalnya sekitar 20 µm dari permukaan gambar. Gambar permukaan
yang diperoleh merupakan gambar topografi dengan segala tonjolan dan lekukan
permukaan. Gambar topografi permukaan diperoleh dari penangkapan elektron
sekunder yang dipancarkan oleh spesimen.
SEM mempunyai resolusi tinggi bisa mencapai 150.000 kali dan dapat
digunakan untuk mengamati obyek benda berukuran nanometer. Meskipun
demikian, resolusi tinggi tersebut didapatkan untuk pemindaian dalam arah
horizontal, sedangkan pemindaian secara vertikal (tinggi rendahnya struktur)
resolusinya rendah. Ini merupakan kelemahan SEM yang belum diketahui
pemecahannya.
Perkembangan mutakhir paling berarti adalah perolehan informasi
mengenai komposisi kimia. Mikroskopnya juga menggambarkan sebuah energy
Dispersive X-ray Spectrometer (EDX) yang dapat digunakan untuk menentukan
komposisi unsur dari sampel. Ketika sebuah sampel difoto oleh SEM, sinar elektron
juga diemisikan oleh sinar-X yang dibawa oleh EDX. Emisi sinar-X tipa unsur khas
dalam energi dan panjang gelombangnya, karena itu unit EDX mampu menentukan
tiap unsur yang merespon emisi tersebut. Data ini dapat ditambahkan pada gambar
SEM untuk menghasilkan sebuah peta unsur yang sebenarnya dari permukaan
sampel. Selain itu melalui EDX dapat diketahui ukuran diameter pori pada keramik.

2.5.3. Analisis XRD untuk Mengetahui Informasi Mengenai Bentuk Molekul


Dan Sudut Kristal Pada Keramik
X-ray Diffraction, salah satu teknik analisa untuk struktur suatu logam, keramik,
polimer bahkan senyawa organic seperti DNA, vitamin dan drugs. XRD bisa
memberikan informasi mengenai bentuk molekul dan berapa sudut kristalnya. XRD
bekerja berdasarkan difraksi sinar X yang dihamburkan oleh sudut kristal material
yang dianalisa. Akan tetapi, kelemahannya, XRD kurang tepat jika digunakan untuk
analisa quantitatif (jumlah atau kadarnya). Analisis XRD mengidentifikasi fasanya,
menjelaskan bagaimana distribusi fasa yang terindetifikasi berdasarkan hasil XRD.
Karakterisasi XRD bertujuan untuk menentukan sistem kristal. Metode
difraksi sinar-X dapat menerangkan parameter kisi, jenis struktur, susunan atom

Universitas Sumatera Utara


22

yang berbeda pada kristal, adanya ketidaksempurnaan pada kristal, orientasi, butir-
butir dan ukuran butir.
XRD memberikan data-data difraksi dan kuantisasi intensitas difraksi pada
sudut-sudut dari suatu bahan. Data yang diperoleh dari XRD berupa intensitas
difraksi sinar-X yang terdifraksi dan sudut-sudut 2θ. Tiap pola yang muncul pada
pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu.
Suatu kristal yang dikenai oleh sinar-X tersebut berupa material (sampel),
sehingga intensitas sinar yang ditransmisikan akan lebih rendah dari intensitas sinar
datang. Berkas sinar-X yang dihamburkan ada yang saling menghilangkan
(interferensi destruktif) dan ada juga yang saling menguatkan (interferensi
konstrktif). Interferensi konstruktif ini merupakan peristiwa difraksi.
Umumnya dalam pembacaan data XRD, maka akan diperoleh puncak-pucak yang
dapat diilustrasikan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Karakterisasi material, fotokatalis, semikonduktor, X ray


Makin lebar puncak difraksi sinar-X maka makin kecil ukuran
kristallite.Berdasarkan metode ini makin kecil ukuran kristallite maka makin lebar
puncak difraksi yang diilustrasikan pada Gambar 2.7. Kristal yang berukuran besar
dengan satu orientasi menghasilkan puncak difraksi yang mendekati sebuah garis
vertikal. Kristallite yang sangat kecil menghasilkan puncak difraksi yang sangat
lebar. Lebar puncak difraksi tersebut memberikan informasi tentang ukuran
kristallite. Hal ini dapat diakibatkan karena kristallite yang kecil memiliki bidang
pantul sinar-X yang terbatas. Puncak difraksi dihasilkan oleh interferensi secara
konstruktif cahaya yang dipantulkan oleh bidang-bidang kristal. Dalam artian,
makin banyak jumlah celah interferesi maka makin sempit ukuran garis frinji pada
layar. Interferensi celah yang banyak dengan jumlah celah tak berhingga
menghasilkan frinji yang sangat tipis tetapi sangat terang. Jumlah celah yang sangat
banyak identik dengan kristallite yang ukuran besar.

Universitas Sumatera Utara


23

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian


3.1.1 Tempat Penelitian
Pada penelitian “Karakterisasi Bahan Baku dan Keramik Tradisional dengan
XRD, SEM EDX, DTA” dilakukan preparasi sampel, pembuatan dan
pembakaran keramik di Laboratorium Material Test PTKI Medan. Analisis
unsur dengan menggunakan XRD, SEM-EDX di Laboratorium Fisika
Unimed Medan dan Differential Temperature Analysis di Laboratorium
Material Test Politeknik Teknologi Kimia Industri Medan.

3.1.2 Waktu Penelitian


Penelitian “Pembuatan Dan Karakterisasi Keramik Tradisional Dengan
Bahan Baku Clay, Kaolin, Kuarsa, Dan Feldspar” dilakukan mulai bulan
Maret 2019 sampai Juli 2019.

3.2 Peralatan dan Bahan Penelitian


3.2.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah
1. Ayakan 100,150,200,300 mesh : untuk memisahkan butiran sesuai
ukuran yang diperlukan.
2. Neraca digital : untuk menimbang massa sampel
3. Lumpang : untuk menghancurkan bongkahan
clay
4. Vibrator : untuk mengayak bahan baku
keramik
5. Sendok makan : untuk mengaduk bahan agar
tercampur merata (homogen)
6. Cetakan Sampel : sebagai tempat mencetak sampel
7. Hidraulik Cold Press : untuk menekan sampel yang sudah

Universitas Sumatera Utara


24

dimasukkan ke cetakan agar padat.


8. Jangka sorong : untuk mengukur tebal dan panjang
sampel.
9. Stopwatch : untuk menghitung kenaikan
temperature terhadap waktu
pembakaran
10. Clip Paper Plastik : untuk memasukkan bahan baku
yang sudah diayak
11. High Temperature Furnance (Tanur) : sebagai tempat pembakaran sampel
dengan suhu pembakaran 10000 C.
Peralatan Karakterisasi Keramik
Tabel 3.1Peralatan Karakterisasi Keramik
No Nama Alat Fungsi

1 Scanning Electron Microscopy Untuk menganalisa morfologi


(SEM: Hitachi TM3000) permukaan dan mikrostruktur
keramik.

2 X-Ray Difraction (XRD) Untuk menentukan sistem kristal,


menerangkan parameter kisi, jenis
struktur, susunan atom yang
berbeda pada kristal,
ketidaksempurnaan pada kristal,
orientasi, butir-butir dan ukuran
butir.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan keramik tradisional
1. Ballclay
2. Kaolin
3. Kuarsa
4. Feldspar
5. Air

Universitas Sumatera Utara


25

3.3 Prosedur Percobaan


3.3.1 Preparasi sampel
Proses yang pertama dilakukan adalah menyiapkan bahan baku.
Dihancurkan lempung (clay), kemudian digerus dan diremukkan clay
dengan menggunakan lumpang. Kemudian dianalisis unsur unsur yang
terkandung dalam clay dengan menggunakan SEM-EDX.Disiapkan kaolin
dan dianalisis unsur yang terkandung dalam kaolin dengan menggunakan
SEM-EDX.Disiapkan juga feldspar dan dianalisis unsur yang terkandung
dalam feldspar dengan menggunakan SEM-EDX. Terakhir dihaluskan
pasir kuarsa. Dianalisis unsur yang terkandung dalam kuarsa dengan
menggunakan SEM-EDX.

3.3.2. Proses Pembuatan Keramik


3.3.2.1. Proses Pembuatan Keramik
Tahap kedua adalah tahap pembuatan keramik tradisional dengan bahan
baku clay, feldspar, kuarsa, dan kaolin. Pertama diayak butiran kaolin,
kuarsa, feldspar dan clay dengan ayakan 100 mesh, 150 mesh, 200 mesh,
dan 300 mesh. Kemudian timbang kaolin, kuarsa, feldspar, ball clay,
dicampurkan bahan baku dengan perbandingan 20:30:30:20. Lalu
tambahkan air 10% dari total campuran bahan baku.Dicetak sampel
menggunakan cetakan dan ditekan dengan Hidraulik Cold Press selama
10 menit dengan beban 5 ton. Dikeluarkan sampel dari cetakan untuk
dikondisikan dan kondisikan sampel yang telah dicetak selama 2 × 24
jam. Selanjutnya siapkan tungku pembakaran dan dimasukkan sampel
pertama bahan baku keramik variasi 100 mesh untuk disinterring pada
suhu 10000C selama 5 jam. Dimatikan aliran listrik, dibiarkan selama 2
jam. Keluarkan sampel dari tungku. Terakhir kondisikan sampel selama
2x24 jam. Begitu seterusnya untuk variasi besar butir 150 mesh, 200
mesh, dan 300 mesh.

Universitas Sumatera Utara


26

3.4 Diagram Alir Penelitian


Berikut ini merupakan diagram alir tahapan penelitian yang dilakukan:

Kaolin Kuarsa Feldspar Ball Clay


Clay

Analisis unsur SEM-EDX

Vibrator

Diameter butir: Ayakan


100;150;200;300 mesh

Ditimbang, Kaolin:Kuarsa:Feldspar:Ball
60; 150;300;500 clay =
20:30:30:20
mesh

Pencampuran (Mix)

Pencetakanselama
25 ; 30 ; 30 ; 25 10 menit dengan beban 5 ton

Dikeringkan: 2x24 jam

Pembakaran 1000 oC. Selama 5 jam

Sampel dikondisikan: 2x24 jam

Uji Fisis Uji XRD : Uji SEM EDX :


1. Densitas Uji Struktur Kristal Mikrostruktur dan
2. Porositas analisis unsur kandungan
3. Daya serap air bahan baku.

Data dan Hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

Universitas Sumatera Utara


27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi keramik tradisional dengan memvariasikan besar butir bahan baku


clay, feldspar, kuarsa dan kaolin bertujuan untuk melihat pengaruh besar butir dan
komposisi campuran terhadap sifat sifat keramik seperti : densitas, porositas, daya
serap air. Selanjutnya dilakukan pengujian analisis unsur keramik dan
mikrostruktur keramik dilakukan dengan alat SEM-EDX, dan pengujian struktur
kristal dengan alat X-ray Diffraction (XRD). Berikut adalah hasil pengujian sifat
fisis keramik.
4.1 Uji Densitas (Density Test)
Densitas (ρ) adalah massa atau berat sampel yang terdapat dalam satu satuan
volume. Densitas sering disebut sebagai massa jenis atau berat jenis atau biasa juga
disebut dengan kerapatan bahan. Menurut SNI-03-4164-1996 densitas yang
diisyaratkan untuk digunakan pada keramik ini adalah 1.60 gr/cm3 – 2.50 gr/cm3.
Data hasil pengukuran terhadap massa sampel dan volume sampel digunakan
untuk mencari densitas dan kemudian dimasukkan kedalam persamaan diatas, maka
diperoleh hasil pengukuran densitas seperti pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Pengujian Densitas

Sampel Massa Kering Volume Densitas


(gr) (cm3) (gr/cm3)
100 mesh 93,457 47,915 1,95

150 mesh 91,65 45,988 1,99

200 mesh 89,73 43,34 2,07

300 mesh 89,90 41,42 2,17

Data diatas dihasilkan dari perhitungan antara massa sampel yang telah ditimbang
sebelumnya serta volume sampel yang telah diperhitungkan secara matematis
sesuai bentuk dan ukuran sampel yang dihasikan dari proses pencetakan. Dari data

Universitas Sumatera Utara


28

tabel diatas dapat diperoleh grafik yang menunjukkan hubungan antara variasi besar
butir pada sampel dengan nilai densitas ditunjukkan pada gambar 4.1.

2.2
Densitas (gr/cm3)

2.15
2.1
2.05 y = 0.0011x + 1.8329
2 R² = 0.9895
1.95
1.9
0 50 100 150 200 250 300 350
variasi butir (mesh)

Gambar 4.1. Densitas vs Ukuran butir Bahan Keramik


Dari grafik diatas, densitas yang diperoleh dari sampel semakin besar. Hal ini
dipengaruhi oleh proses sintering pada pembuatan keramik. Tahap sintering
merupakan tahapan pembuatan keramik yang sangat penting dan menentukan sifat-
sifat keramik yang dihasilkan. Sintering adalah proses pemadatan dari sekumpulan
serbuk pada temperatur tinggi, mendekati titik leburnya sehingga terjadi perubahan
struktur mikro seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir
(grain growth) peningkatan densitas, dan penyusutan volume. Hal ini disebabkan
oleh karena butiran-butiran partikel akan tersusun semakin rapat. Dalam tahapan
ini tujuannya adalah memadatkan bahan yang sudah dicetak dengan suhu tinggi.
Pada tahap ini akan terjadi berkurangnya pori-pori dan cacat bahan, pengontrolan
ukuran butir dan fase batas butiran. Hal ini bertujuan agar butiran-butiran dalam
partikel yang berdekatan dapat bereaksi dan berikatan selama proses pembakaran,
kandungan air pada material hilang.
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa densitas keramik dalam
penelitian ini telah memenuhi standar sesuai dengan standar SNI-03-4164-1996.

4.2 Uji Porositas (Porosity Test)


Porositas dapat di definisikan sebagai perbandingan antara volume pori-pori
terhadap volume total beton.
Data hasil pengukuran terhadap massa sampel kering dan massa sampel
basah serta volume sampel untuk mencari porositas menggunakan persamaan
diatas, maka diperoleh hasil pengukuran porositas seperti pada tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara


29

Tabel 4.2. Pengujian Porositas

Sampel Massa Kering Massa Basah Volume Porositas


(gr) (gr) (cm3) (%)
100 mesh 93,457 102,90 47,915 19,707

150 mesh 91,65 100,24 45,988 18,69

200 mesh 89,73 97,39 43,34 17,68

300 mesh 89,90 96,13 41,42 15,067

Data diatas dihasilkan dari perhitungan antara massa sampel kering, massa sampel
basah yang telah ditimbang setelah sampel direndam dengan air selama 24 jam, dan
volume sampel. Dari data tabel diatas dapat diperoleh grafik yang menunjukkan
hubungan antara variasi besar butir pada sampel dengan nilai porositas dari sampel
yang ditunjukkan pada gambar 4.2
25
20
15
Porositas (%)

10 y = -0.0233x + 22.151
5 R² = 0.9951
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Variasi Butir (Mesh)

Gambar 4.2. Porositas vs Ukuran Butir Bahan Keramik


Dari grafik diatas, nilai porositas yang diperoleh dari sampel semakin menurun.
Dari variasi butir 100, 200, 150 dan 300 mesh menurun. Tahap sintering merupakan
tahapan pembuatan keramik yang sangat penting dan menentukan sifat-sifat
keramik yang dihasilkan. Sintering adalah proses pemadatan dari sekumpulan
serbuk pada temperatur tinggi, mendekati titik leburnya sehingga terjadi perubahan
struktur mikro seperti pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir
(grain growth) peningkatan densitas, dan penyusutan volume. Hal ini disebabkan
oleh karena butiran-butiran partikel akan tersusun semakin rapat sehingga
menyebabkan nilai porositas yang semakin kecil.

Universitas Sumatera Utara


30

4.3. Uji Penyerapan Air


Pengujian penyerapan air dimana bertujuan untuk menentukan besarnya persentase
air yang diserap oleh sampel yang direndam dengan perendaman selama 24 jam
pada suhu kamar.
Data dari hasil pengukuran terhadap massa sampel kering dan massa sampel
basah diperoleh hasil pengukuran penyerapan air seperti pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pengujian Penyerapan Air

Sampel Massa Kering Massa Basah Penyerapan Air


(gr) (gr) (%)
100 mesh 93,457 102,90 10,10

150 mesh 91,65 100,24 9,37

200 mesh 89,73 97,39 8,52

300 mesh 89,90 96,13 6,93

12
Penyerapan air (%)

10
8
6 y = -0.016x + 11.721
4 R² = 0.9995
2
0
0 50 100 150 200 250 300 350

Variasi butir (mesh)

Gambar 4.3. Penyerapan air vs Ukuran butir Bahan Keramik


Dari data pengujian daya serap air yang diperoleh dari grafik diatas, nilai daya serap
air yang diperoleh dari sampel semakin menurun. Dari variasi butir 100, 200, 150
dan 300 mesh menurun. Tahap sintering merupakan tahapan pembuatan keramik
yang sangat penting dan menentukan sifat-sifat keramik yang dihasilkan. Sintering
adalah proses pemadatan dari sekumpulan serbuk pada temperatur tinggi,
mendekati titik leburnya sehingga terjadi perubahan struktur mikro seperti
pengurangan jumlah dan ukuran pori, pertumbuhan butir (grain growth)
peningkatan densitas, dan penyusutan volume. Hal ini disebabkan oleh karena
butiran-butiran partikel akan tersusun semakin rapat sehingga menyebabkan nilai
porositas yang semakin kecil dan daya serap air juga menurun.

Universitas Sumatera Utara


31

4.4 Analisis Struktur Kristal Menggunakan XRD (X-Ray Diffraction)


Uji XRD (X-Ray Diffraction) bertujuan untuk mengetahui struktur kristal yang
terbentuk pada keramik tradisional. Melalui pengujian dengan XRD juga dapat
diketahui kekerasan yang dimiliki oleh keramik mengalami peningkatan dengan
melihat intensitas puncak paling tinggi pada saat pengujian. Gambar 4.4 adalah
hasil uji XRD pada keramik dengan variasi besar butir 100 mesh.

Gambar 4.4 Pola difraksi keramik pada ukuran butir 100 mesh.
Gambar 4.4 menunjukkan hasil uji struktur Kristal keramik dengan variasi besar
butir 100 mesh. Dari grafik diketahui terdapat 12 peak yang terbentuk. Puncak pada
peak hasil uji XRD variasi besar butir 100 mesh yaitu pada puncak di atas 1000.
Struktur kristal keramik pada hasil uji XRD dapat ditunjukkan oleh tinggi
rendahnya intensitas puncak, semakin tinggi intensitas puncak maka semakin
meningkat struktur kristal pada keramik. Dari hasil uji XRD dapat dilihat bahwa
pembentukan puncak pada keramik merupakan hasil ikatan unsur unsur yang
terkandung dalam keramik. Dari gambar terdapat 3 peak tertinggi dengan masing
masing struktur kristal pada tabel berikut :

Universitas Sumatera Utara


32

Kandungan Parameter Kisi (Å)


𝟐𝜽 d(Å) Struktur
Unsur a b c

O 44.58 2.0309 Orthorombik 5.835 2.568 12.082

Fe 64.86 1.4364 Kubik 2.873 - -

O2Si 9.55 9.2581 Trigonal 18.455 - 7.483

Adapun struktur kristal pada 3 peak tertinggi dari keramik dapat dilihat pada
tabel. Peak tertinggi memiliki fasa O dengan d= 2.0309 Å, memiliki parameter kisi
a= 5.835, b= 2.568, c= 12.082 dan struktur kristalnya adalah Orthorombik. Peak
tertinggi kedua fasa Fe dengan d= 1.4363 Å, memiliki parameter kisi a= 2.873, b=
-, c= - dan struktur kristalnya adalah Kubik. Peak tertinggi ketiga memiliki fasa
O2Si dengan d= 9.2581 Å, memiliki parameter kisi a= 18.455, b= -, c= 7.483 dan
struktur kristalnya adalah Trigonal.

4.5 Analisis Mikrostruktur Menggunakan SEM-EDX


Hasil analisis mikrostruktur keramik tradisional dengan variasi 100 mesh, dan
bahan baku pembuatan keramik tradisional ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
4.5.1 Analisis Unsur Bahan Clay
Telah dilakukan analisis unsur pada bahan dasar pembuatan keramik, yaitu clay.
Analisis ini dilakukan dengan SEM EDX untuk mengetahui kandungan unsur yang
terdapat pada clay dan hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Universitas Sumatera Utara


33

Gambar 4.5 : Analisis Unsur Bahan Clay dengan SEM EDX


Pada gambar 4.5, menunjukkanada beberapa unsur yang terkandung dalam clay.
Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 55,13%, Sodium sebesar 0,73%,
Magnesium sebesar 0,62%, Aluminium sebesar 13,41%, Silicon sebesar 24,40%,
Potassium sebesar 1,16%, Calcium sebesar 0,36%, Titanium sebesar 0,60%, dan
Iron sebesar 3,61%. Dari keseluruhan unsur, oxygen adalah unsur yang paling
banyak terkandung dalam clay yaitu sebesar 55,13%.

Gambar 4.6 Mikrostruktur Bahan Clay


Gambar 4.6 merupakan mikrostruktur dari bahan clay pada perbesaran 2500 kali.
Gambar ini menunjukkan mikrostruktur clay memiliki permukaan yang tidak
merata cenderung berwarna putih dan terdapat rongga rongga. Telah dilakukan
pengukuran pada ukuran butir sebanyak 6 kali dengan masing masing porositas
14.601µm, 1.429µm, 902,8µm, 3.038µm, 1.401µm, dan 1.429 µm.

Universitas Sumatera Utara


34

4.5.2 Analisis Unsur Bahan Feldspar


Telah dilakukan analisis unsur pada bahan dasar pembuatan keramik, yaitu
Feldspar. Analisis ini dilakukan dengan SEM EDX untuk mengetahui kandungan
unsur yang terdapat pada feldspar dan hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.7 : Analisis Unsur Bahan Feldspar dengan SEM EDX


Pada gambar 4.7, menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam
feldspar. Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 50,51%, Sodium sebesar
5,72%, Aluminium sebesar 10,77%, Silicon sebesar 26,40%, Potassium sebesar
1,52%, Calcium sebesar 1,41%, dan Carbon sebesar 3,67%. Dari keseluruhan
unsur, oxygen adalah unsur yang paling banyak terkandung dalam feldspar yaitu
sebesar 50,51%.

Universitas Sumatera Utara


35

Gambar 4.8 Mikrostruktur Bahan Feldspar


Gambar 4.8 merupakan mikrostruktur dari bahan Feldspar pada perbesaran 2500
kali. Gambar ini menunjukkan mikrostruktur Feldspar memiliki mikrostruktur yang
mirip seperti beningan kaca berwarna putih dan tidak teratur. Telah dilakukan
pengukuran pada ukuran butir sebanyak 7 kali dengan masing masing porositas
804,1µm, 1.295µm, 848,8µm, 939,2µm, 1.252µm, 625,4µm, dan 1.385µm.

4.5.3 Analisis Unsur Bahan Kuarsa


Telah dilakukan analisis unsur pada bahan dasar pembuatan keramik, yaitu
Kuarsa. Analisis ini dilakukan dengan SEM EDX untuk mengetahui kandungan
unsur yang terdapat pada kuarsa dan hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Universitas Sumatera Utara


36

Gambar 4.9 : Analisis Unsur Bahan Kuarsa dengan SEM EDX


Pada gambar 4.9 menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam kuarsa.
Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 47,36%, Aluminium sebesar 0,49%,
Silicon sebesar 44,71%, dan Carbon sebesar 7,44%. Dari keseluruhan unsur,
oxygen adalah unsur yang paling banyak terkandung dalam feldspar yaitu sebsar
47,36%.

Gambar 4.10 Mikrostruktur Bahan Kuarsa


Gambar 4.10 merupakan mikrostruktur dari bahan kuarsa pada perbesaran 2500
kali. Gambar ini menunjukkan mikrostruktur kuarsa memiliki mikrostruktur yang
memiliki banyak rongga. Telah dilakukan pengukuran pada ukuran butir sebanyak
8 kali dengan masing masing porositas 1.905µm, 1.027µm, 1.579µm, 727,2µm,
402µm, 446.7µm, 357.4µm, dan 568,6µm.

Universitas Sumatera Utara


37

4.5.4 Analisis Unsur Bahan Kaolin


Telah dilakukan analisis unsur pada bahan dasar pembuatan keramik, yaitu
Kaolin. Analisis ini dilakukan dengan SEM EDX untuk mengetahui kandungan
unsur yang terdapat pada kaolin dan hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.11 : Analisis Unsur Bahan Kaolin dengan SEM EDX


Pada gambar 4.11, menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam
kuarsa. Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 52,88%, Aluminium sebesar
11,42%, Silicon sebesar 9,98%, Potassium sebesar 0,34% dan Carbon sebesar
25,39%. Dari keseluruhan unsur, oxygen adalah unsur yang paling banyak
terkandung dalam kuarsa yaitu sebsar 52,88%.

Universitas Sumatera Utara


38

Gambar 4.12 Mikrostruktur Bahan Kaolin


Gambar 4.12 merupakan mikrostruktur dari bahan kaolin pada perbesaran 2500
kali. Gambar ini menunjukkan mikrostruktur kuarsa memiliki mikrostruktur yang
sangat halus dan terlihat serabut seperti kapas. Pada gambar terlihat bahwa material
kaolin memiliki porositas 893 nm – 1,385 µm. Pada gambar juga terlihat bahwa
material kaolin memilik banyak rongga.

4.5.5 Analisis Unsur Keramik dengan Besar butir 100 mesh


Telah dilakukan analisis unsur pada keramik dengan variasi butir 100 mesh.
Analisis ini dilakukan dengan SEM EDX untuk mengetahui kandungan unsur yang
terdapat pada keramik dan hasilnya dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.13 : Analisis Unsur Keramik dengan SEM EDX

Universitas Sumatera Utara


39

Pada gambar 4.13, menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam
keramik. Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 50,65%, Sodium sebsar
2,45%, Aluminium sebesar 16,52%, Silicon sebesar 28,00%, Potassium sebesar
1,01% dan Iron sebesar 1,36%. Dari keseluruhan unsur, oxygen adalah unsur yang
paling banyak terkandung dalam kuarsa yaitu sebesar 50,65%.

Gambar 4.14 Mikrostruktur Bahan Keramik


Hasil analisis mikrostruktur keramik dengan komposisi clay : kuarsa : feldspar :
kaolin (20:30:30:20) wt% dengan besar butir 100 mesh pada perbesaran 2500 kali
terlihat pori pori terbentuk. Pada gambar 4.15 terlihat beberapa rongga dan
penumpukkan material. Hal ini dimungkinkan karena bahan yang tercampur kurang
homogen karena diaduk secara manual dan dengan tambahan air yang tidak cukup
merata. Rongga yang ada pada gambar merupakan pori atau porositas pada material
keramik ini. Pori yang terbentuk memiliki diameter dengan masing masing
diameter 3.976µm, 5.941µm, 2.546µm, 1.653µm, 1.474µm, 1.027µm, 7.862µm,
1.117 µm.

Universitas Sumatera Utara


40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan


yaitu:
1. Karakterisasi keramik memiliki nilai densitas yang semakin meningkat. Hal ini
dikarenakan suhu sintering mempengaruhi perubahan struktur mikro seperti
berkurangnya jumlah dan ukuran pori. Maka semakin besar suhu sintering,
semakin besar densitas yang didapat dan semakin kecil porositasnya. Pada
variasi ukuran 100 mesh, densitas = 1,95gr/cm3, pada variasi ukuran 150 mesh,
densitas = 1,99gr/cm3, pada variasi ukuran 200 mesh, densitas = 2,07gr/cm3 ,
pada variasi ukuran 300 mesh, densitas = 2,17gr/cm3 . Hal ini juga berpengaruh
pada karakterisasi keramik pada daya serap air, bahwa semakin besar variasi
butir nya, seperti pada 300 mesh, semakin kecil daya serap airnya. Dan
karakterisasi densitas pada penelitian ini telah memenuhi SNI -03-4164-1996
adalah 1,60gr/cm3 – 2,50gr/cm3 .
2. Pada karakterisasi XRD dengan variasi besar butir 100 mesh struktur kristal
dapat ditunjukkan oleh tinggi rendahnya intensitas puncak, semakin tinggi
intensitas puncak maka semakin meningkat struktur kristal pada keramik.
Puncak pada hasil uji XRD variasi besar butir 100 mesh yaitu pada puncak di
atas 1000.
3. Pada karakterisasi SEM EDX menunjukkan ada beberapa unsur yang
terkandung dalam keramik. Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar
50,65%, Sodium sebsar 2,45%, Aluminium sebesar 16,52%, Silicon sebesar
28,00%, Potassium sebesar 1,01% dan Iron sebesar 1,36%. Dari keseluruhan
unsur, oxygen adalah unsur yang paling banyak terkandung dalam kuarsa yaitu
sebsar 50,65%.

Universitas Sumatera Utara


41

5.2 Saran
1. Sebaiknya pada penelitian selanjutnya percampuran variasi komposisi bahan
dilakukan menggunakan alat tidak secara manual sehingga campuran komposisi
bahan lebih homogen.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap perbedaan struktur kristal dan
mikrostruktur dari ukuran besar butir bahan yang bervariasi.
3. Perlu dilakukan pengujian menggunakan alat berstandar SNI sehingga hasil
pengujiannya lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara


42

DAFTAR PUSTAKA
Abduh, S.Teori Kegagalan Isolasi. Universitas Trisakti Press, Jakarta, 2003.
Astuti, A. 1997.Pengetahuan Keramik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
E. Budi, 2011. Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya. 11(1): 35-40.
E. Handoko, B. Soegiono, Umiyatin, Linah dan Rizky Agustriany. 2008. Pengaruh
Temperatur Terhadap Pembentukan Pori Pada Arang Bambu. Jakarta : U
niversitas Negeri Jakarta.
E. Hastuti, 2011. Jurnal Neutrino. 4(1): 93-100.
E. Rohaeti, 2009, Prosiding Smeinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, K-248-257.
Grant, N. M., & Suryanayana, C. (1998). X-Ray Diffraction : A Partical
Approach. New York: Plennum Press.
Harper, C. A.. 2001 “Handbook of Ceramics, glasses and Diamonds”.
McGraw-Hill. USA.
Hatta, D. 2011. Pengaruh Penggunaan Membran Keramik Berbasis Zeolit, Silika
Dan Karbon Aktif Terhadap Gas CO Dan CO2 Pada Gas Buang Kendaraan
Bermotor. Jurnal Sintesa Kemika. Volume 18 (1). Palembang : Universitas
Sriwijaya.
Husaini, Kusmono. 2011. Studi Sifat Mekanik Komposit Hibrid Unsaturated
Polyester/ Clay/ Serat Glass. Di dalam: Peranan Sains Dan Teknologi
Untuk Meningkatkan Kapasitas Inovasi Dalam Rangka Mempercepat
Kemandirian Ekonomi Nasional. Prosiding Industrial Research Workshop
An National Seminar; Bandung, November 2011,. Politeknik Negeri
Bandung. Hal, 1-5.
Muhdarina. Mohammad, A.W., dan Muchtar, A. 2010. Prospektif Lempung
Alam Cengar Sebagai Adsorben Polutan Anorganik Di Dalam Air: Kajian
Kinetika Adsorpsi Kation Co(II). Reaktor, Vol. 13 No. 2, Desember 2010,
Hal. 81-88.
Muljadi. “Substitusi Komposisi Al2O3 Pada Pembuatan Isolator Porselin
Berbasis: Feldspar-Clay-Silica dan Karakterisasinya” Prosiding
Simposium Fisika Nasional XVIII hal 45, 2000.
Nuryanto. “Limbah Cucian Felspard Banjarnegara sebagai Bahan Baku Gerabah

Universitas Sumatera Utara


43

Halus Keras (hard earthenware) Jurnal Keramik dan Gelas Indonesia.


ISSN 2008.
Nuryanto dan Sri Hidayati.“ Sifat Fisik dan Kimia Felspar Banjarnegara”,
Informasi Teknologi Keramik dan Gelas, Balai Besar Keramik, Vol. 28
No.1, ISSN:0125-9237,Juni 2007.
Nuryanto, dan Taufik, D. 1991.Evaluasi Beberapa Ball Clay di Pulau Jawa.
BalaiBesar Keramik, Bandung.
Puspitasari Delvita. 2013. Analisis sifat mekanik dan foto mikroskopis keramik
Berbahan dasar lempung bersisik (scaly clay) formasi karangs ambung
kebumen skripsi fisika FMIPA. Universitas negeri semarang.
Razak, R.,A.1978. lndustri Keramik, Balai Pustaka.
Rudy. 2007. Material Teknik Listrik. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta
Sandra,et all,2014. Pengaruh Temperatur Sintering terhadap Densitas dan
Porositas pada Membran Keramik Berpori Berbasis Zeolit, Tanah
Lempung, Arang Batok Kelapa, dan Polyvinylalcohol (PVA). Prosiding
Pertemuan Ilmiah HFI XXVIII , Yogyakarta.
Sandra Karina Okky dan dkk. Pengaruh suhu sintering terhadap densitas dan
porositas pada membran keramik berpori berbasis zeolit, tanah lempung,
barang batok kelapa, dan polyvinylalcohol (pva). Jateng & DIY,
Yogyakarta. (2014). hal.392-395.Setiabudy
Sihite, Debora Rospita. “Pembuatan Dan Karekterisasi Bahan Keramik Berpori
Dengan Aditif Sekam Padi Yang Digunakan Sebagai Filter Gas Buang”.
Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. USU. Medan. (2008). hal. 56-149.
Smallman, R., & Bishop, R. (1999). Modern Physics Metallurgy and Materials
Engineering. Oxford: Butterworth-Heinemann.
Smallman dkk, 2004. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Jakarta :
Erlangga.
Subriyer, N. 2013. Aplikasi Filter Keramik Berbasis Tanah Liat Alam Dan Zeolit
Pada Pengolahan Air Limbah Hasil Proses Laundry. Jurnal Bumi Lestari.
Volume 13 (1) Halaman : 45 – 51. Palembang : Universitas Sriwijaya
Surdia, Tata. 1999. Pengetahuan Bahan Teknik. Paradnya Paramita. Jakarta
Van Vlack, L. 1985. Ilmu dan Teknologi Bahan.Erlangga. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


44

Widyawati, N. (2012). Analisa Pengaruh Heating Rate terhadap tingkat Kristal


dan Ukuran Butir Lapisan BZT yang Ditumbuhkan dengan Metode Sol
Gel. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Worral, W. E. “Clays and Ceramic Raw Materials,” 2ndedition. London.
Elsevier Applied Science Publishers. 1986.
Yeggi, D. 2013. Ekstraksi Alumunium Dari Tanah Lempung Gambut Sebagai
Koagulan Cair. Jurnal Teknik Lingkungan Volume 10(1) Halaman : 11-19.
Padang : Universitas Andalas.
Yusup, “Keramik: Dari Gerabah hingga Superkonduktor”, Pusat Dokumentasi dan
Informasi Ilmiah LIPI, Jakarta, 1998.

Universitas Sumatera Utara


45

LAMPIRAN A

PERALATAN DAN BAHAN

1. Bahan

Gambar 1. Bongkahan Clay Gambar 2. Clay yang sudah diayak

Gambar 3. Feldspar yang sudah diayak Gambar 4. Kaolin yang sudah diayak

Gambar 5. Kuarsa yang sudah diayakGambar 6. Aquades

Universitas Sumatera Utara


46

2. Alat

Gambar 1 : Ayakan Gambar 2 : Plastik Clip

Gambar 3 : Vibrator Gambar 4 : Hydraulic Press

Gambar 5 : Mortar

Universitas Sumatera Utara


47

Gambar 6 : Neraca Digital Gambar 7 : Stopwatch

Gambar 8 : Spatula Gambar 9 : Jangka Sorong

Gambar 10 :Oven Pembakaran Sampel Gambar 11: Cetakan Sampel

Universitas Sumatera Utara


48

LAMPIRAN B

HASIL PERHITUNGAN UJI DENSITAS, POROSITAS, DAN DAYA


SERAP AIR

3.1. Hasil Pengujian Densitas


Densitas dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝑚
ρ=
𝑣

Dimana :
ρ = kerapatan (densitas) (gr/cm3)
m = massa (gr)
v = volume (cm3)
3.1.1. Variasi besar butir 100 mesh
Massa sampel : 93,457 gr
Volume sampel : 47,915 cm3
Sehingga :
𝑚
ρ= 𝑣
93,457 𝑔𝑟
ρ = 47,915 𝑐𝑚3

= 1,95 gr/cm3

3.1.2. Variasi besar butir 150 mesh


Massa sampel : 91,65 gr
Volume sampel : 45,988 cm3
Sehingga :
𝑚
ρ= 𝑣
91,65 𝑔𝑟
ρ = 45,988 𝑐𝑚3

= 1,99 gr/cm3

3.1.3. Variasi besar butir 200 mesh


Massa sampel : 29,248 gr
Volume sampel : 14,095 cm3

Universitas Sumatera Utara


49

Sehingga :
𝑚
ρ= 𝑣
29,248 𝑔𝑟
ρ = 14,095 𝑐𝑚3

= 2,07 gr/cm3

3.1.4. Variasi besar butir 300 mesh


Massa sampel : 29,69 gr
Volume sampel : 13,672 cm3
Sehingga :
𝑚
ρ= 𝑣
29,69 𝑔𝑟
ρ = 13,672 𝑐𝑚3

= 2,17gr/cm3

3.2. Hasil Pengujian Porositas


Berikut adalah hasil pengujian porositas keramik pada variasi besar butir bahan
100,150,200 dan 300 mesh pada suhu 10000C. Dengan menggunakan rumus
persamaan 2.4 yaitu :
𝑚 −𝑚𝑘
%𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = ( 𝜌 𝑏 ) × 100%
𝑎𝑖𝑟 ×𝑉𝑡

Keterangan:
mb = massa basah (g)
mk = massa kering (g)
ρair = massa jenis air (g/cm3)
Vt= volume sampel sesudah dibakar (cm3)

3.2.1 Variasi Butir 100 mesh


Massa Kering = 93,457 gr
Massa basah = 102,90 gr
Maka persentase porositas yaitu :
𝑚𝑏 −𝑚𝑘
%𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = ( ) × 100%
𝜌𝑎𝑖𝑟 ×𝑉𝑡

Universitas Sumatera Utara


50

102,90 𝑔𝑟 −93,457 𝑔𝑟
= 47,915 𝑔𝑟
𝑥 100 %

= 19, 707 %

3.2.2 Variasi Butir 150 mesh


Massa Kering = 91,65 gr
Massa basah = 101,58 gr
Maka persentase porositas yaitu :
𝑚 −𝑚𝑘
%𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = ( 𝜌 𝑏 ) × 100%
𝑎𝑖𝑟 ×𝑉𝑡

100,24 𝑔𝑟 −91,65 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
45,988 𝑔𝑟

= 18, 69 %
3.2.3 Variasi Butir 200 mesh
Massa Kering = 89,73 gr
Massa basah = 97,39 gr
Maka persentase porositas yaitu :
𝑚 −𝑚𝑘
%𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = ( 𝜌 𝑏 ) × 100%
𝑎𝑖𝑟 ×𝑉𝑡

97,39 𝑔𝑟 −89,73 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
43,34𝑔𝑟

= 17, 68 %
3.2.4 Variasi Butir 300 mesh
Massa Kering = 89,90gr
Massa basah = 96,13gr
Maka persentase porositas yaitu :
𝑚 −𝑚𝑘
%𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 = ( 𝜌 𝑏 ) × 100%
𝑎𝑖𝑟 ×𝑉𝑡

96,13 𝑔𝑟 −89,90 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
41,42𝑔𝑟

= 15,067 %

3.3. Hasil Pengujian Daya Serap Air (DSA)


Dayaserap air dapat dihitung dengan persamaan :
𝑀𝑏− 𝑀𝑘
DSA = 𝑥 100 %
𝑀𝑘

Dimana :

Universitas Sumatera Utara


51

Mb = Massa basah (gr)


Mk = Massa kering (gr)
3.3.1 Variasi Butir 100 mesh
Massa Kering = 93,457 gr
Massa basah = 102,90 gr
Maka persentase dayaserap air yaitu :
𝑀𝑏− 𝑀𝑘
DSA = 𝑀𝑘
𝑥 100 %

102,90 𝑔𝑟 −93,457 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
93,457 𝑔𝑟

= 10,1 %

3.3.2 Variasi Butir 150 mesh


Massa Kering = 91,65 gr
Massa basah = 101,58 gr
Maka persentase dayaserap air yaitu :
𝑀𝑏− 𝑀𝑘
DSA = 𝑀𝑘
𝑥 100 %

101,58 𝑔𝑟 −91,65 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
91,65 𝑔𝑟

= 10,83 %
3.3.3 Variasi Butir 200 mesh
Massa Kering = 89,73 gr
Massa basah = 97,39 gr
Maka persentase dayaserap air yaitu :
𝑀𝑏− 𝑀𝑘
DSA = 𝑥 100 %
𝑀𝑘

31,74 𝑔𝑟 −29,248 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
29,248 𝑔𝑟

= 8,52 %
3.3.4 Variasi Butir 100 mesh
Massa Kering = 89,90 gr
Massa basah = 96,13 gr

Universitas Sumatera Utara


52

Maka persentase dayaserap air yaitu :


𝑀𝑏− 𝑀𝑘
DSA = 𝑀𝑘
𝑥 100 %

31,75 𝑔𝑟 −29,69 𝑔𝑟
= 𝑥 100 %
29,69 𝑔𝑟

= 6,93 %

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai