SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Ujian Akhir Tingkat
140310150086
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
NPM : 140310150086
Mengetahui,
iii
ABSTRACT
The high demand for piezoelectric materials in various industrial sectors has
encouraged various research institutions to improve performance and look for
various alternative materials that can be used as pezoelectric materials. To answer
this challenge, research has been carried out on piezoelectric materials made from
silica scaling waste in geothermal power plants. Crystobalite is a form of
asymmetric silica polycrystalline which has the potential to be made as a
piezoelectric material. To obtain further information related to the character and
piezoelectric properties of silica waste, calcination of amorphous silica was carried
out at 9000C, 12000C, and 15000C to get the polycrystalline properties. By using
electrochemical impedance spectroscopy indicated the formation of piezoelectric
polycrystals with frequency ranges of 110 kHz-150, 60 kHz-200 kHz, and 110 kHz-
200 kHz, respectively. The conclusion of this study is that silica scaling waste
material shows interesting results because the three calcination temperatures show
piezoelectric properties. However, it needs to be developed further to be a good
material so that it can be used in industry and reduce silica scaling waste.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
memberikan banyak nikmat kepada hamban-Nya yaitu nikmat iman, Islam dan
nikmat sehat. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan limpahkan kepada
Nabi Muhammad S.A.W yang telah telah menerangi kehidupan umat manusia
sehingga penuh dengan ilmu pengetahuan. Berkat rahmat dan pertolongan dari
Allah SWT, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul
Scaling”.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
menepuh ujian tingkat akhir pada Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan
kasih kepada kedua orang tua yaitu Muh Natsir S Sirate dan Entin Martini serta
keluarga besar yang selalu memberikan doa, bantuan, dan motivasi kepada penulis.
1. Prof. Dr. Sudrajat Supian, M.Sc. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
2. Dr. Sahrul Hidayat, M.Si. selaku Ketua Departemen Fisika FMIPA Unpad
3. Dr. Lusi Safriani, S.Si., M.Si. selaku Ketua Program Studi Fisika FMIPA
Unpad yang telah memberikan motivasi dan saran selama proses perkuliahan
berlangsung.
v
4. Dr. Cukup Mulyana, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
5. Dr. Ferry Faizal, S.Si, M.Si. selaku dosen pendamping yang telah memberikan
6. Seluruh civitas Departemen Fisika Unpad atas segala bantuan yang telah
diberikan.
7. Bapak dan Ibu di Laboratorium PRINT-G atas segala bantuan yang telah
diberikan.
8. Keluarga SYMPNOIA Fisika 2015 yang tidak bisa disebutkan satu persatu
namanya yang telah berbagi suka dan duka selama duduk di bangku
perkuliahan.
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT ............................................................................................................. iv
2.1 Kristal................................................................................................. 6
2.2.1 Struktur................................................................................. 10
vii
2.3 Piezoelektrik ..................................................................................... 19
4.1 Analisa Prosedur Pembuatan Bahan Kering dari Endapan Silika Alam
viii
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 20
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 (a). Susunan atom kristal, (b). Susunan atom amorf ...................... 7
x
Gambar 4. 2 Bode Plot dengan rentang 110-150 kHz ....................................... 12
Gambar 4. 3 Respon fasa terhadap frekuensi pada bahan yang dibakar dengan
Gambar 4. 4 Nyquist Plot bahan dengan kalsinasi pada suhu 900℃ ................ 16
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tujuh sistem kristal dan empat belas kisi Bravais .............................. 9
dikeringkan ........................................................................................... 6
Tabel 4. 2 Hasil karakterisasi XRF pada bahan yang dibakar pada suhu 900C,
Tabel 4. 3 Hasil EIS untuk bahan yang dikalsinasi pada suhu 900℃ .................. 9
Tabel 4. 4 Hasil EIS untuk bahan yang dikalsinasi pada suhu 1200℃ .............. 10
xii
DAFTAR SIMBOL
SIMBOL DESKRIPSI
Z Impedansi (Ohm)
Re Real device
Im Imajiner device
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Fenomena piezoelektrik ditemukan oleh Jacquez dan Pierre Curie pada tahun
menjadi bahan dasar sensor/tranduser dan sumber energi alternatif karena sifatnya
yang menarik dan mudah diaplikasikan[1] [2] [3]. Salah satu aplikasi dalam
dan bahan piezoelektrik saat ini menjadi lebih luas untuk dikembangkan. Penelitian
industri saat ini. Fenomena piezoelektrik hanya terdapat pada bahan yang memiliki
struktur kristal asimetris menurut literatur yang ada [5]. Bahan piezoelektrik bisa
berupa bahan alami atau buatan manusia. Bahan piezoelektrik alami contohnya
seperti quartz (SiO2), garam Rochelle, Topaz, mineral kelompok Tourmaline dan
beberapa substansi organik seperti sutra, kayu, enamel, dentin, tulang, rambut, dan
karet. Bahan piezoelektrik buatan contohnya keramik, analog quartz, polimer, dan
1
2
frekuensi yang luas, efisiensi energi yang tinggi, penggunaan metode impedansi
sensitifitas pada bahan piezeoelektrik dan kerja sensor tersebut, apabila bermasalah
dapat merugikan para pengguna dalam dunia industri. Selain itu, pada bidang
energy harvesting efisiensi energi yang dihasilkan oleh bahan belum maksimal.
minat pengguna energi alternatif dari sumber piezoelektrik. Pemasalahan yang ada
piezeolektrik. Para peneliti mulai mulai mencari beberapa bahan alternatif baru
Salah satu bahan yang belum tereksplor dan berpotensi sebagai bahan piezoelektrik
adala silica scalling. Silica scalling merupakan limbah silika dari Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi yang masih kurang dimanfaatkan. Sumber silika dari
limbah silica scalling di Indonesia tersebar luas karena Indonesia memiliki banyak
PLTP. Rata-rata PLTP di Indonesia bisa menghasilkan lebih dari 1000 ppm silica
scalling dengan kemurnian mencapai 80% dengan dominasi oleh silika amorf [6]
[7] [8]. Polomorfik Silika yang berpotensi menjadi piezeolektrik, yaitu kristobalit
krisobalit dan quartz, pada penelitian ini ditumbuhkan kristal pada suhu kalsinasi
900 ℃, 1200 ℃, 1500 ℃ dan diuji sifat dan karakter piezoelektriknya. Hal yang
silika. Bersumber dari data penelitian yang dilakukan oleh lab printG bahwa
penumbuhan kristal Silica scalling berbentuk polikristal kristobalit pada suhu 900
℃ yang seharusnya 1470℃ [21]. Oleh karena itu, diharapkan bahan piezoelektrik
Dari uraian latar belakang tersebut, terdapat beberapa masalah yang dirumuskan
ekonomis
dieng
1. Silika yang digunakan dalam penelitian berasal dari limbah silika scalling
2. Mengetahui sifat dan karakteristik piezoelektrik pada rentang yang suhu yang
Sistematika penulisan Skripsi ini tersusun dari lima bab. Bab I terdiri dari
manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. Bagian ini disusun untuk memberi
gambaran awal tentang kegiatan pengambilan data yang dilakukan. Bab II berisi
karakterisasi dan uji sifat piezoelektrik bahan dari silica scaling. Bab III
menjelaskan tentang metode penelitian dan skema penelitian yang akan dilakukan.
5
Selanjutnya Bab IV berisi analisis dan pembahasan tentang data hasil penelitian
yang berkaitan dengan hasil pembuatan bahan, serta hasil pengujian dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kristal
Berdasarkan strukturnya, zat padat dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
monokristal (kristal tunggal), polikristal, dan amorf [15]. Kristal merupakan suatu
zat padat yang mempunyai atom, molekul, atau ion penyusun yang terkemas secara
teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Pada kondisi ideal, zat
cair akan membentuk kristal melalui proses pemadatan. Hasilnya dapat berupa
kristal tunggal, yaitu kristal dengan semua atom penyusunnya tersusun pada kisi
atau struktur kristal yang sama. Selain itu, kristal juga dapat terbentuk secara
juga didefinisikan sebagai kumpulan monokristal dengan ukuran yang sangat kecil
suatu zat padat tidak mempunyai bentuk tertentu dan permanen, zat itu disebut
amorf. Zat amorf tidak mempunyai struktur kristal [16]. Gambar 2.1 (a)
menunjukkan bentuk ion/molekul yang menempati kisi (warna hijau) antar ikatan
(garis biru) tersusun rapih. Berbeda dengan Gambar 2.1 (b) dengan struktur yang
tidak rapih.
6
7
2. Tiap atom atau molekul berada pada kedudukan tertentu dalam ruang dan
mempunyai jarak dan arah sudut yang tetap terhadap atom atau molekul
oleh suatu vektor yang menghubungkan dua atom, bentuk kristal tetap sama
seperti semula.
lalu mengatur dirinya sendiri dalam pola tatanan tertentu [19]. Keteraturan susunan
atom penyusun kristal terjadi akibat kondisi geometris dengan adanya ikatan atom
yang berarah dan tersusun rapat. Susunan yang khas ini disebut struktur kristal.
Struktur kristal terbentuk dari gabungan sel-sel monokristal dalam suatu kisi kristal.
Kisi kristal merupakan ruang disusunnya basis kumpulan atom penyusun kristal
[20].
Pada satu sel satuan kristal, terdapat tiga buah sumbu yang merupakan sumbu
kristal teratur yang berhubungan dengan atom atau ion yang sama seperti yang
ketiga sumbu tersebut. Ciri khas kristal adalah adanya pengulangan pola dari
ukuran, bentuk, dan susunan sel satuan kristal yang menyusun suatu kristal.
8
sistem kristal dengan empat belas kisi bravais (perbandingan antara sumbu-sumbu
kristal), Tabel 2.1 menjelaskan lebih lanjut tentang tujuh sistem kristal [16].
9
Keterangan :
P : Simpel
C : Pusat Dasar
I : Pusat Badan
F : Pusat Muka
10
2.2 Silika
Silika (SiO2) adalah material yang berdaya guna tinggi, aplikasinya sangat
luas baik dalam kegiatan industri maupun kehidupan sehari - hari. Berikut akan
2.2.1 Struktur
Silika mempunyai bentuk kristalin dan amorf. Silika gel yang disebut juga
vitreous adalah SiO2 yang mempunyai struktur amorf. Silika tersebut mempunyai
kerangka Si-O tetrahedron yang berikatan pada ujung dengan ujung. Karena
berikatan di ujung, silika dapat memiliki berbagai macam bentuk struktur kristal.
Tetrahedral berupa unit yang berasal dari atom silika dan atom oksigen dan dapat
dikelilingi oleh empat ion oksigen. Tingkat kekristalan suatu fase silika menentukan
seberapa reaktif fase spesifik itu. Sebuah fase yang bukan kristal akan memiliki luas
11
permukaan spesifik yang lebih besar dan akibatnya akan memiliki reaktivitas yang
lebih besar daripada fase yang lebih kristal. Selain itu, semakin banyak fase amorf
artinya semakin banyak cacat yang dimilikinya serta semakin besar kemungkinan
untuk membentuk ikatan silanol yang rentan terhadap reaksi alkali-silika [24].
Sifat SiO2
Struktur Amorf
Pada temperatur kamar, bentuk kristalin silika terdapat dalam tiga macam
yaitu quartz (stabil hingga 870℃), tridimit (stabil 870℃ - 1470℃) dengan struktur
12
kristal heksagonal, dan kristobalit (stabil 1470℃ -1710℃) dengan struktur kristal
kubus [14].
kimianya. Sedikitnya ada dua belas jenis mineral yang ditemukan. Mineral tersebut
antara lain quartz, tridimit, kristobalit, coesit, sitsofit, dan beberapa lainnya. Semua
tertrahedral. Mineral silika adalah mineral yang berbeda dengan struktur, simetri,
dan sifat fisik yang juga berbeda, tetapi semua dengan komposisi yang sama, yaitu
SiO2. Dua mineral yang memiliki komposisi kimia yang sama tetapi struktur
kristalnya berbeda disebut polimorf. Dalam penelitian ini mineral yang akan
dibahas adalah yang memiliki struktur kristal asimetris, yaitu quartz, kristobalit,
dan beberapa bentuk dari tridimit [25]. Bentuk umum dari kristal silika tersebut bila
pada suhu tinggi β dan rendah α seperti terlihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4
pada struktur ini terjadi pada orientasi dari SiO4 yang relatif tetrahedral satu sama
lain. Perubahan bentuk pada suhu tinggi memiliki simetri yang lebih tinggi atau
13
memiliki unit sel yang lebih kecil daripada perubahan bentuk pada suhu yang
rendah [26].
Transformasi bentuk kristal ini melibatkan pemutusan dan penyusunan ulang ikatan
berjalan lambat, bahkan polimorf suhu tinggi dapat bertahan diatas temperatur
bahan aditif seperti oksida logam alkali. Pembentukan kristal sangat sulit dilakukan
berubah terhadap kenaikan suhu dalam rentang suhu stabilnya yang disebut
pada struktur kristal seperti putaran gugus tetrahedral tanpa melibatkan pemutusan
diberikan awalan yang berbeda. Awalan α untuk kristal yang terbentuk pada suhu
lebih rendah dan β untuk suhu yang lebih tinggi. Gambar 2.5 menunjukan hubungan
kenaikan suhu pada kaca silika, quartz, kristobalit, dan tridimit dengan kenaikan
Tekanan (Pa)
Temperatur (℃)
Gambar 2.6 (b) menjelaskan quartz jenis α-quartz ditemukan di alam berupa
pasir quartz. Strukturnya berupa jaringan heksagonal 6 tetrahedral. Gambar 2.6 (a)
menjelaskan Heksagonal pada β-quartz membentuk segi enam sama sisi, sedangkan
pada α-quartz segi enam yang terbentuk tidak simetris. Panjang ikatan Si-O pada α-
quartz adalah 159,7 pm dan 161,7 pm sedangkan pada β-quartz adalah 162 pm.
Quartz bersifat optis aktif, dengan sudut dekstro atau levorotatornya α adalah 21,71
o/mm.
15
tinggi). Modifikasi suhu rendah adalah tetragonal (grup titik 4 2 2), dan dengan
sedangkan modifikasi suhu tinggi adalah kubik (grup poin 4 3 2) dengan hanya 3
elastis independen konstanta [23]. Kristobalit adalah polimorf bersuhu tinggi SiO,
umumnya terkait dengan tahap akhir kristalisasi pada batuan vulkanik. Secara
umum dengan tridimit (yang sering dikaitkan dengan alam), kristobalit dapat
kristobalit terdiri dari jaringan tiga dimensi dari ujung SiO4 tetrahedra. Gambar 2.7
oksida logam alkali, dan air bertekanan tinggi. Pada tekanan atmosfer tridimit stabil
pada suhu 870–147℃, tetapi pada temperatur atmosfer tridimit berada pada kondisi
Bentuk senyawa silika sangat kompleks dan sulit untuk diprediksi. Pada
sistem air panas bumi, silika dapat berada dalam tiga bentuk, antara lain [23]
17
2. Polimer silika disamakan sebagai koloid silika yang tidak reaktif yang
permasalahan yang dihadapi oleh pembangkit dari adanya silica scalling yaitu
dapat mengurangi diameter pipa, mengurangi produksi energi, dan merusak pipa.
Limbah silica scalling di lingkungan pembangkit listrik ini berasal dari perbaikan
pipa.
Fluida panas bumi adalah suatu larutan yang mengandung berbagai unsur
kimia. Proses pelarutannya terjadi pada kondisi reservoir, yaitu tekanan dan
temperatur yang tinggi. Pada saat fluida diproduksi, terjadi dua proses yang
kondusif untuk terjadinya silica scaling, yaitu penurunan temperatur dan flashing.
termasuk silika menjadi berkurang, sedangkan flashing yang terjadi akibat adanya
karena terjadinya perubahan fasa air menjadi uap. Faktor lain yang memengaruhi
lebih rendah dari temperatur reservoir dikontrol oleh kesetimbangan dengan silika
amorf yang bersifat lebih larut daripada quartz. Hubungan antara kelarutan silika
(Kelvin).
Seperti quartz, kelarutan silika amorf juga dipengaruhi oleh salinitas dan pH.
Jika salinitas meningkat, kelarutan silika amorf menjadi turun. Pada konsentrasi
yang rendah (salinitas < 0,1 m), pengaruh salinitas menjadi kecil. Kelarutan silika
amorf meningkat tajam apabila fluida bersifat alkalis (pH tinggi), tetapi untuk fluida
silika dalam larutan dengan kelarutan silika amorf pada kondisi yang sama.
dimungkinkan.
Bila SSI<1, fluida dalam kondisi tidak jenuh (undersaturasi), sehingga tidak
2.3 Piezoelektrik
Istilah piezoelektrik berasal dari bahasa Yunani, yaitu “piezo” atau “piezin”
yang berarti tekanan, sedangkan elektrik berarti arus listrik [29]. Efek piezoelektrik
piezoelektrik pertama kali ditemukan oleh Jacquez dan Pierre Curie pada tahun
bahan kristal, yang kemudian dinamakan efek piezoelektrik [27]. Gambar 2.9
menjelaskan bahwa sel unit quartz memiliki struktur atom yang spesifik yaitu
kisinya berbentuk tetrahedron, terdiri dari atom oksigen disekitar atom silika. Setiap
atom oksigen memiliki jarak yang sama dengan atom silika, dan jarak antara atom
bahan padat sebagai bentuk respon terhadap tegangan mekanik. Prinsip yang sama
juga berlaku sebaliknya, jika medan listrik diterapkan pada suatu material, material
dengan polaritas seperti gambar (a) dikenai tekanan mekanis seperti gambar (b)
menyebabkan beda tegangan dengan polaritas yang sama seperti keramik tersebut.
beda tegangan dengan polaritas yang berkebalikan dengan polaritas asli keramik.
meregang seperti yang terlihat pada gambar (d), dan ketika polaritas sumber sama
seperti polaritas keramik maka dimensi bahan tersebut akan mengecil [29].
Bahan piezoelektrik hanya ada pada kristal zat yang termasuk dalam jenis
memiliki struktur kristal centrosymmetric atau dengan kata lain tidak memiliki sifat
21
piezoelektrik. Contohnya seperti kalsit, gipsum, halit, feldspar, hematit, dan rutil.
struktur mereka tidak memiliki pusat inversi simetri dan sisi permukaan yang lain
Gambar 2.11 a) Sentrosimetris, diberikan dan tidak diberikan gaya mekanis tidak
Bahan dalam keadaan kristal biasanya tidak terbuat dari molekul. Biasanya
materi ada sebagai ion, partikel yang bermuatan negatif atau positif. Ketika tidak
ada gaya yang diterapkan di seluruh kristal, jumlah total muatan positif dan negatif
Dalam bahan yang memiliki sifat piezoelektrik, ion bergerak dengan mudah
ion sedemikian rupa sehingga permukaan kristal yang berlawanan akan memiliki
muatan listrik yang berlawanan. Ketika kristal selesai melalui impedansi tinggi,
muatan ini mengalir dan menghasilkan arus listrik yang dapat diukur. Ketika
banyak berperan, dan aplikasi yang akan dibahas adalah sensor piezoelektrik
resonansi. Salah satu pemanfaatan sensor piezoelektrik resonansi adalah alat untuk
Kulit adalah organ yang paling penting dan yang paling sensitif di tubuh
paling efektif. Selain itu, kulit adalah salah satu organ tubuh dengan permukaan dan
massa terbesar, yaitu untuk orang dewasa sekitar 2m2 dan 5kg. Sejak tahun 80-an,
kulit mulai banyak meningkatkan minat banyak peneliti, terutama di bidang berikut:
penelitian medis untuk perawatan dan deteksi penyakit kulit dan kanker;
administrasi perawatan;
untuk penilaian sifat fisik, kekakuan dan elastisitas non-invasif kulit manusia in
vivo. Instrumen ini mampu mendeteksi perubahan kekakuan dan sifat elastis terkait
23
kulit manusia, terkait usia, variasi sehari-hari dan aplikasi kosmetik. Sensor taktil
terdiri dari vibrator piezoelektrik dengan pickup getaran dan elektronik yang
elemen sensor terhadap objek selama pengukuran. Untuk tekanan kontak tetap,
perubahan frekuensi untuk impedansi akustik objek yang diukur dapat dikaitkan
dengan kekakuan jaringan lunak. Hasil percobaan diperoleh pada permen karet dan
dan cara paling efisien untuk menemukan spesifikasi dan sifat piezoelektrik adalah
jenis resonansi listrik, yang pertama dikenal sebagai frekuensi resonansi (fr) dan
struktur yang baik [40, 41] dan untuk pemodelan rangkaian listrik [36, 38] dari
dapat dicapai [35, 42-34]. Dengan kata lain, pada frekuensi resonansi, elemen
24
piezoelektrik yang mengubah energi listrik menjadi mekanik energi haruslah yang
paling efisien, sehingga perlu untuk secara akurat mengekstrak frekuensi yang
fa
Impedansi (kΩ)
fr
Frekuensi (kHz)
piezoelektrik. Ini berbeda secara substansial dari impedansi elemen dielektrik non-
elemen dibagi dengan arus melalui elemen. Untuk elemen piezoelektrik (geometri
sederhana), impedansi listrik pada rentang frekuensi yang diberikan akan tampak
(dengan bentuk dan sifat dielektrik yang sama) juga ditunjukkan dengan warna biru.
unik. Hasil resonansi dari sinyal input listrik menarik resonansi mekanik dalam
elemen piezo. Untuk setiap resonansi mekanik dalam elemen piezo, pasangan
Tahap awal dalam pengukuran impedansi untuk setiap titik frekuensi dengan
Dengan:
Perlu diketahui bahwa nilai real (Re) dan imajiner (Im) tersebut merupakan
hasil dari komputasi DFT (Discrete Fourier Transform) dan bukan merujuk pada
nilai dari komponen resistif dan nilai komponen reaktif dari device. Sebagai contoh,
rangkaian RC seri maka nilai real pada register 0x94 dan 0x95 dan nilai imajiner
pada register 0x96 dan 0x97 adalah untuk nilai resistansi R dan reaktansi X c [45].
magnitudo DFT yang dihasilkan harus dikalikan dengan faktor scalling atau disebut
dengan gain factor (GF). Gain factor dihitung selama proses kalibrasi sistem
Sistem AD5933 perlu mengatur gain agar eksitasi sinyal pada ADC (Analog
to Digital Converter) di receive stage berada pada daerah yang linear sehingga
tidak terjadi saturasi. Saat nilai gain factor telah dihitung, maka perhitungan untuk
memperoleh nilai magnitudo aktual |Z| dari variasi sistem device dapat
dilakukan.[45]
1
Gain Factor RCAL ……..…………………..(2.3)
Magnitudo DFT
27
Dengan :
1
adalah nilai device yang diketahui (resistor kalibrasi).
RCAL
Setelah perhitungan tersebut maka nilai Magnitudo aktual (|Z|) dari tiap
1
impedance ……………….(2.4)
Gain factor x Magnitudo DFT
keluaran bilangan kompleks berupa nilai real (Re) pada register 0x94 dan 0x95 dan
nilai imajiner (Im) pada register 0x96 dan 0x97, pengguna (user) dapat pula
menghitung besaran fasa dari sinyal respon yang ditangkap kembali oleh chipset
(5)[45]
I
Fasa (rad ) tan 1
R …………………………….(2.5)
fasa antara keluaran eksitasi sinyal VOUT dari DDS yang melewati penguat internal
pada sisi pembangkitan dan sisi penerima AD5933, juga sistem device yang
terhubung diantara pin VOUT dan pin VIN. Parameter yang ingin diketahui oleh
banyak pengguna adalah magnitudo aktual (|Z|) dan fasa aktual (Z ) dari deivce.
Tahap pertama adalah menghitung fasa sistem dari AD5933. Fasa sistem
AD5933 diperoleh dengan menempatkan resistor kalibrasi pada pin VOUT dengan
pin VIN, kemudian fasa sistem dihitung mengikuti Tabel 2.3. Resistor kalibrasi
digunakan agar tidak menghasilkan fasa yang mendahului (lead) atau tertinggal
(lag) yang timbul pada internal AD5933. Sekali fasa sistem telah dikalibrasi oleh
resistor, tahap kedua adalah menghitung fasa untuk variasi device yang
Kemudian menghitung kembali fasa yang baru (Fasa sistem dari variasi
DEVICE) mengikuti Tabel 2.3 Fasa aktual (Z ) dari device kemudian dihitung
Dengan :
unknown DUT : Merupakan fasa dari sistem akibat variasi device yang dihubungkan
Saat menggunakan nilai real (Re) dan imajiner (Im) untuk menentukan fasa
pada setiap titik pengukuran, perlu diperhatikan ketika menggunakan fungsi tangen
invers pada persamaan (5). Fungsi tangen invers mengembalikan sudut fasa yang
sesuai dengan ketentuan trigonometri. Ketika tanda dari nilai real dan nilai imajiner
trigonometri, sudut fasa diambil berlawanan arah jarum jam dari sumbu-x positif
29
real. Apabila tanda nilai real adalah positif dan nilai imajiner negatif, maka
negatif dan perlu ditambahkan sejauh 1800 untuk menghitung nilai sudut yang
benar. [45]
Begitupula ketika nilai real dan nilai imajiner bernilai negatif , koordinat
impedansi berada di kuadran III , maka fungsi tangen invers dikembalikan ke dalam
nilai positif dan perlu ditambahkan sejauh 1800 untuk menghitung nilai sudut yang
benar. Terakhir, ketika nilai real positif dan nilai imajiner negatif, maka fungsi
tangen invers kembali bernilai negatif dan koordinat impedansi berada di kuadran
IV. Nilai tersebut perlu ditambahkan sejauh 3600 untuk menghitung nilai sudut yang
benar. Maka ketentuan trigonometri untuk sudut fasa yang benar bergantung kepada
nilai komponen real dan imajiner yang dirangkum dalam Tabel 2.3. Apabila
magnitudo aktual (|Z|) dan sudut fasa aktual (Z ) telah diperoleh , maka dapat
dilakukan perubahan ke dalam bentuk rectangular sebagai nilai resistansi (R) dan
nilai reaktansi (X) dari device menggunakan analisa vektor dalam persamaan (7)
I 180
0
Positif Positif I tan 1 x
R
I 180
0
Negatif Positif II 1800 tan 1 x
R
30
I 180
0
Negatif Negatif III 1800 tan 1 x
R
I 180
0
Positif Negatif IV 3600 tan 1 x
R
2.6 Intrumentasi
kedokteran. [44] Dua faktor membuat EIS sangat menarik. Pertama, data EIS dapat
digunakan untuk mendapatkan properti fisik, seperti koefisien difusi dan laju reaksi
kimia, dan karakteristik mikrostruktur dari sistem elektrokimia (EC) yang diteliti
[44] Kedua, implementasi EIS Eksperimen relatif sederhana. Dalam penelitian ini
EIS digunakan untuk menganalisa frekuensi impedansi dari bahan piezo elektrik
Plot Nyquist juga dikenal sebagai plot Cole-Cole adalah salah satu format
kapasitansi lapis ganda (Cdl), dll. Parameter ini harus berupa dibahas secara rinci
di bagian berikut. Plot Nyquist mewakili Z ′ (ω) dan Z ″ (ω) dalam bidang
solusi dengan mengekstrapolasi kurva ke sumbu x; efek yang dapat diamati dari
resistensi solusi; penekanan pada rangkaian seri; perbandingan hasil dari dua atau
lebih percobaan terpisah, adalah beberapa keuntungan utama. Salah satu kelemahan
31
utama plot Nyquist adalah bahwa informasi tentang frekuensi hilang yang membuat
Bode plot mewakili Z mutlak (ω) dan sudut fase θ (ω) dalam domain
frekuensi. Karena frekuensi muncul di salah satu sumbu, efek spektrum pada
impedansi dan penyimpangan fasa jelas. Nilai Rs, Rp, Cdl dan frekuensi, di mana
Bode. Format ini diinginkan ketika data-scatter mencegah ftting yang memadai dari
plot Nyquist. Karena tepi ini, para peneliti menyatakan Bode plot sebagai deskripsi
yang lebih jelas dari perilaku bergantung frekuensi sel elektrokimia dibandingkan
sedang diuji. Teknik ftting curve Complex Nonlinear Least Square (CNLS)
digunakan untuk identifikasi serta penentuan konsentrasi elemen yang ada pada
padatan, bubuk ataupun sample cair. XRF mampu mengukur elemen dari berilium
(Be) hingga Uranium pada level trace element, bahkan di bawah level ppm. Secara
secara individu dari emisi flourosensi yang dihasilkan sampel saat diradiasi dengan
sinar-X [46].
32
Metode XRF secara luas digunakan untuk menentukan komposisi unsur suatu
material. Karena metode ini cepat dan tidak merusak sampel, metode ini 39 dipilih
untuk aplikasi di lapangan dan industri untuk kontrol material. Tergantung pada
penggunaannya, XRF dapat dihasilkan tidak hanya oleh sinar-X tetapi juga sumber
eksitasi primer yang lain seperti partikel alfa, proton atau sumber elektron dengan
energi yang tinggi [47]. Apabila terjadi eksitasi sinar-X primer yang berasal dari
tabung X ray atau sumber radioaktif mengenai sampel, sinar-X dapat diabsorpsi
atau dihamburkan oleh material. Proses dimana sinar-X diabsorpsi oleh atom
dengan mentransfer energinya pada elektron yang terdapat pada kulit yang lebih
dalam disebut efek fotolistrik. Selama proses ini, bila sinar-X primer memiliki
cukup energi, elektron pindah dari kulit yang di dalam sehigga menimbulkan
Apabila atom kembali pada keadaan stabil, elektron dari kulit luar pindah ke
kulit yang lebih dalam dan proses ini menghasilkan energi sinar-X yang tertentu
dan berbeda antara dua energi ikatan pada kulit tersebut. Emisi sinar-X dihasilkan
dari proses yang disebut X Ray Fluorescence (XRF). Proses deteksi dan analisa
emisi sinar-X disebut analisa XRF. Pada umumnya kulit K dan L terlibat pada
deteksi XRF. Sehingga sering terdapat istilah Kα dan Kβ serta Lα dan Lβ pada
XRF.
BAB III
METODE PENELITIAN
Secara umum penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap pembuatan
bahan kering dari endapan silika, tahap penumbuhan kristal dari silika amorf yang
serta tahap uji sifat dan karakterisasi bahan piezoelektrik bahan dari endapan silika
33
34
4. Spatula 9. Elektrode
Bahan yang digunakan pada penelitian yaitu limbah endapan silika di PLTP Dieng.
3.3 Prosedur
3.3.1 Prosedur Pembuatan Bahan Kering dari Endapan Silika Alam dan
Pembentukan kristal
Limbah silika dari PLTP Dieng dikeringkan menggunakan oven dengan suhu
menjadi bubuk. Setelah itu bahan disaring menggunakan mesh 400. Hasil saringan
tersebut di analisa unsur yang terkandung dengan menggunakan XRF. Data unsur
1. Fe 8. Na 15. S
2. Mg 9. Ca 16. Ba
4. P 11. Cr 18. Au
5. K 12. Mn 19. La
6. Zn 13. Co 20. A
7. Cu 14. Ni
2
Setelah itu bahan di bakar dengan furnace dengan berat bahan pada tiga
alat. Untuk melakukan press hidroulik ini di lakukan dua perlakuan yaitu tebal
bahan sebesar 5 mm, dan volume sebesar 3,14 cm2 dengan geometri berbentuk
tabung/ seperti koin. Tekanan yang di berikan dari alat sebesar 10 TON.
bahan aktif piezoelektrik yang telah berbentuk pelet dengan menggunakan dua
elektroda yang telah di cek hambatan yang palling minimum. Untuk hambatan yang
minimum dari beberapa pemilihan elektroda yaitu elektroda dari kawat mesh
sebesar 0,425 ohm. Dua elektroda tersebut akan mengapit bahan aktif piezoelektrik
yang telah berbentuk pelet, yang terlihat seperti pada Gambar 3.2
3
\
Gambar 3. 2 Desain sandwich elektroda dan bahan aktif piezoelektrik
Setelah desain dibentuk barulah karakterisasi dan uji sifat bahan piezoelektrik
dengan menggunakan EIS. EIS yang digunakan pada penelitian ini yaitu EIS yang
Pada desain EIS terlihat pada Gambar 3.3 dengan 2 elektroda yaitu satu
elektroda adalah counter elecrtode dan yang satunya working elektrode. Ketika saat
dimulai alatnya maka data akan ditampilkan pada display dan di tuliskan nilai yang
didapatkan, nilai yang didapatkan berupa nilai yang dikeluarkan dari Chipse
AD5933, yaitu dua nilai konstanta yang telah di kalibrasi yaitu Real dan Imajiner.
Data yang digunakan untuk rentang frekuensi 10- 200 kHz dengan masukan
sinyal sinusoidal. Plot data yang digunakan tiap kenaikan 10 kHz karena
keterbatasan dari alat tersebut. Hasil dari EIS tersbut baru di analisa untuk
menentukan apakah bahan yang diuji bersifatat piezo atau tidak. Untuk teori dasar
4.1 Analisa Prosedur Pembuatan Bahan Kering dari Endapan Silika Alam
silika amorf. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan suhu pada reserfoar dan
pipa uap. Limbah silica scaling dioven dengan suhu 60 C selama 24 jam. Sebelum
Gambar 4.1 memperlihatkan analisa XRF untuk bahan yang kering diakibatkan
pemanasan pada oven. Kadar air merupakan salah satu sifat dari bahan yang
kadar air pada bahan berubah menjadi uap, pada saat pengeringan bahan silika pada
oven maka kelembaban bahan akan tergantung pada suhu dan waktu. Menurut hasil
percobaan, berat kadar air yang berkurang sebanyak 10 gram. Hasil dari pemanasan
pada oven membuat bahan menjadi kering dan padat dibandingkan sebelumnya
5
6
Pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa berat massa untuk SiO2 sebesar 85,9%.
Pada percobaan ini unsur Mg (Magnesium) dan Ba (Barium) tidak terdeteksi ini.
Hal ini dapat terjadi ketika ada pengotor yang terdeteksi ketika percobaan.
Persentase berat masa unsur Cl dan S masing-masing adalah 5,4 %. Dan 2,38%.
Dalam kenyataannya dalam silika alam memang bisa berubah ubah dalam
tiap sampel namun hal yang menjadi bahasan dapal penelitian ini untuk melihat
hubungan unsur dengan pertumbuhan kristal perlu kajian lebih lanjut, namun pada
hasil yang didapatkan untuk unsur silika pada bahan limbah silika dieng tingkat
kemurniannya tinggi.
7
dahulu ukuran mesh 400 dapat membuat ukuran partikel bahan menjadi 37
partikel yang tidak besar diharapkan membuat lebih efisien dalam pembakaran.
dipanaskan dengan aktivator maupun tidak dapat lebih mudah bereaksi karena
volume tiap partikel tersebut dengan mudah dapat tercampur dengan bahan yang
menjadi aktivator atau yang dikenakan suhu berbeda. Untuk percobaanya sendiri
teknik shaker dilakukandengan kuas dan teknik pemukulan bahan dan penyebaran
Tabel 4.2 menunjukkan kenaikan persenatase massa silika pada suhu 900C
struktur membuat lebih rapat dan berkumpul pada stu titik, sehingga ketika
dilalkukan analisa XRF terdeteksi persenatase yang tinggi. Prinsip kerja XRF
adalah menembakan sinar X pada bahan. Partikel yang besar dan struktur yang rapat
membuat respon dari tembakan sinar X menjadi tinggi, sehingga berakibat pada
suhu kalsinasi 1200 ℃ sebesar 95,5% lalu tutun sebesar 8,5% pada suhu kalsinasi
1500℃ menjadi 87 %. Hal ini terjadi disebabkan oleh pengaruh suhu dapat
membuat partikel dan penyusunnya berubah. Pada suhu 1200℃ umumnya bahan
memiliki struktur yang rapih dan menyebar sehingga pada saat inilah peresentase
massa silika tinggi. Namun pada suhu 1500℃ penyusun kristal mulai berkelompok
kembali dengan teratur sehingga ketika sinar ray mengenai bahan maka akan ada
oengurangan persentase massa silika. Dari sifat fisis dari ketiga bahan tersebut
Pembuatan bahan piezoelektrik dengan kerapatan 7800 kg/m3 dibantu dengan alat
press hidrolik dengan tekanan lebih dari 14 kPa. Namun dalam pembuatannya,
tekanan tersebut tidak tercapai karena tekanan selama ini hanya sampai 0,7 kPa.
9
Hasil dari pelet dengan tekanan 0,7 kPa sudah dapat mempertahankan
yang besar. Untuk menjadi bahan aktif piezoelektrik, dibutuhkan kerapatan 7800
kg/m3 agar struktur kristal dari bahan tersebut dapat berfungsi apabila diberikan
tekanan dari luar. Hal ini disebabkan oleh bentuk dan susunan struktur kristal dapat
Tabel 4.1, Tabel 4.2, Tabel 4.3 menunjukan hasil EIS masing-masing bahan
dengan suhu kasinasi 900℃, 1200℃, dan 1500℃ dalam rentang frekuensi 10-200
kHz. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya nilai dari cipset akan menjadi nilai
Tabel 4. 3 Hasil EIS untuk bahan yang dikalsinasi pada suhu 900℃
10
Tabel 4. 4 Hasil EIS untuk bahan yang dikalsinasi pada suhu 1200℃
Hasil EIS tersebut terbagi menjadi tiga bagian bahasan, yaitu respon impedansi
Respon impedansi terhadap frekuensi dari bahan yang dibakar dengan suhu kasinasi
Apabila diamati respon impedansi setiap bahan pada Gambar 4.1 ketiga
bahan memiliki respon impedansi yang fluktuaktif artinya terdapat nilai impedansi
yang berkurang dan seketika nilainya bertambah. Hal tersebut adalah ciri dari
12
rangkaian osilator dimana apabila kita kaitkan seolah-olah ketiga bahan tersebut
berperan aktif membuat respon osilator dan R(Resitansi) selaku peredam. Apabila
kita liat nilai impedansi pbahan yang dibakar dengan suhu 900 ℃ pada rentang
frekuensi 110 – 150 kHz akan terlihat seperti pada Gambar 4.2
RESPON
IMPEDANSI
5020 TERHADAP
5000
FREKUENSI
IMPEDANSI (OHM)
4980
4960
4940
4920
4900
4880
110 120 130 140 150
FREKUENSI KHZ
hingga pada frekuensi 120 kHz, akibatnya dengan berkurangnya tahanan maka arus
sifat untuk charge and discharge dalam kapasitor jadi tidak sempat sehingga nilai
tegangan pada output akan mengecil dan arus membesar. Apabila frekuensi mula-
mula kecil dan mendekati 0 akibatnya reaktansi kapasitor (XC) menjadi dominan
menurut rumus (1/(𝜔C). Oleh karena itu, pada Gambar 4.2 pada rentang frekuensi
110 kHz hingga 120 kHz bersifat rangkaian kapasitor. Nilai impedansi ketika
peralihan antara impedansi yang berkurang dan meningkat itu disebut dengan
XC.
meningkatnya nilai tahanan arus yang masuk menjadi kecil. Ini sesuai dengan sifat
rangkaian induktor. Rangkaian induktor jika diberikan frekuensi tinggi maka sifat
untuk mengumpulkan arus pada kumparannya menjadi kecil sehingga nilai arus
∞ akibatnya reaktansi induktor (XL) menjadi dominan menurut rumus ((𝜔L). Oleh
karena itu, pada Gambar 4.2 pada rentang frekuensi 110 kHz hingga 120 kHz
bersifat rangkaian induktor. Nilai impedansi ketika rekuensi 130 kHz merupakan
Tanda adanya resonansi dan anti resonansi pada tiap bahan mengindikasikan
berbeda-beda tiap kenaikan frekuensi, hal ini sama dengan sifat piezoelektrik. Jika
terlihat pada Gambar 4.1 ketiga bahan yang memiliki banyak osilasi yaitu pada
bahan yang dikalsinasi dengan suhu 1200℃, suhu memengaruhi perubahan kristal
14
dan kristal memengaruhi sifat bahan. Sepertihalnya rangkaian osilator RLC tiap
komponen mewakili sifat dari tiap bahan sehingga faktor suhu memengarhi sifat
piezoelektrik.
Respon fasa terhadap frekuensi dari bahan yang dibakar dengan suhu kasinasi
Apabila diamati respon fasa setiap bahan pada Gambar 4.3 ketiga bahan
memiliki respon fasa yang fluktuaktif artinya karena bahan memiliki tahanan yang
berubah begitu juga dengan fasanya. Sama seperti analisa impedansi fasa juga
Perubahan Fasa berarti perbedaan pergeseran arus dan tegangan, dan dapat
pada setiap respon fasa, nilai awal fasanya bernilai negatif. Nilai negatif dari awal
fasa kemungkinan berasal dari sumber sinyal input AC yang berbentuk sinusoidal.
Apabila sinyal sinus yang bertemu dengan hambatan total (impedansi pada
rangkaian RLC) menurut kaidah sinyal sinus maka pergeseran fasanya bernilai
negatif. Pada frekuensi dengan nilai perbedaan fasa yang bernilai negatif
tegangan, yang artinya tengangan akan berubah ketika arus berubah nilainya.
Pada bahan yang dibakar dengan suhu 900 ℃ dan 1500 ℃ menampilkan
respon fasa yang hampir sama dimana awalnya fasa bersifat kapasitif. Kemudian
semakin bertambah frekuensi hingga 100 kHz perubahan fasa semakin mengecil.
arus membesar dan tegangan kecil. Seiringnya bertambah frekuensi maka sifat
induktansi bertambah berakibat pada perubahan arus dan tegangan. Perbedaan arus
dan tegangan mengakibatkan perubahan fasa yang semakin mengecil. Namun pada
frekuensi 100 kHz setiap bahan memiliki sifat yang sama yaitu perubahan fasa dari
dari sifat bahan itu sendiri yang memengaruhi arus menjadi lebih besar sehingga
perbedaan dengan tegangan menjadi besar. Penjelasan ini dapat dibahas melalui
plot Nyquist pada Gambar 4.4. Pada Gambar 4.4 terlihat titik pertama pada kuadran
III yang artinya Z imajiner bernilai negatif apabila XL-XC bernilai negatif maka
yang dominan adalan reaktansi kapasitor jadi sesuai dengan respon impedansi pada
Gambar 4.1. Ketika frekuensi 120 kHz pada Gambar 4.4 berada pada kuadran IV
dan terdapat perpotongan garis impedansi yang artinya fasa di perpotongan tersebut
bernilai nol. Nilai nol artinya XL = XC atau titik resonansi dan mulai lah impedansi
Gambar 4.3 memperlihatkan nilai respon fasa untuk bahan dengan kalsinasi
pada suhu 1200 ℃ sangatlah fluktuatif. Pada frekuensi 20 kHz- 90 kHz fasa bernilai
negatif dan mengindikasikan bersifat kapasitor, namun pada rentang tersebut nilai
fasa menjadi naik dan bertambah besar (nilai negatif menyatakan kuadran). Apabila
diliat pada Gambar 4.5 plot Nyquist pada titik pertama yaitu pada frekuensi 60 kHz
terdapat pada kuadran IV yang mengindikasikan imajiner negatif dan real positif.
Imajiner real adalah reaktansi dan sefasa dengan arus apabila diindikasi pada
terjadi sifat rangkaian kapasitor. Untuk frekuensi selanjutnya yaitu 70 pada Gambar
4.5 nyquist plot menunjukan pada kuadran I artinya sudah mulai bersifat induktor
ini sesuai dengan Gambar 4.1 pada bahan dengan suhu 1200℃ nilai dari respon
impedansi dari frekuensi 60 kHz – 70 kHz meningkat. Oleh karena itu sifat dari
300
200
100
Z Imajiner (kOhm)
-100
-200
-300
6000
4000
Z imaginer
2000
Series1
0
-6000 -4000 -2000 0 2000 4000 6000
-2000
-4000
-6000
Z real
Pada Gambar 4.3 terdapat nilai respon fasa untuk bahan dengan kalsinasi
dengan suhu 1500 ℃ . Nilai fasa tersebut sama dengan bahan yang dikalsinasi pada
suhu 900℃ . Pada frekuensi peningkatan impedansi nilai Nyquist berada pada
kuadrant I dan IV yang berarti stabil. Setiap nilai dalam imaginer positif belu tentu
bersifat induktor namun perlu dilihat arah laju frekuensi dan melihat apakah
2
Z imaginer (kOhm)
-2
-4
-6
-8 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7
Z real (kOhm)
5.1 Kesimpulan
pada rentang frekuensi 110 kHz-150 kHz memiliki 1 pasang resonansi dan
pada rentang frekuensi 60 kHz-200 kHz memiliki 4 pasang resonansi dan anti
rentang frekuensi 110 kHz-200 kHz memiliki 3 pasang resonansi dan anti
resonansi.
5.2 Saran
akibat silika skaling di PLTP dieng, dan bahan dari pertumbuhan tersebut di
perlu dikembangkan lagi, mulai dari data serta perbandingan parameter yang sama
20
DAFTAR PUSTAKA
[5] McWhan. D, 2012. Sand and Silicon: Science that Changed the World,
Renewable and Sustainable Energy Reviews., vol. 81, part 2, pp. 2893-2901,
2018.
Basa Pada Skala Lab Untuk Pencegahan Silica Scaling di Sumur InjeksiPada
Kolam Penampungan di PLTP Dieng Jawa Tengah. Jurnal Ilmu dan Inovasi
21
22
[10] Pagliari L, Dapiaggi M, Pavese A and Francescon F. 2013 J. Eur. Ceram. Soc.
33 3403
33 3397
Yogyakarta.
[16] Chairunnisa P.S , Wardhana Y.W. 2017. “Karakterisasi Kristal Bahan Padat
[17] Yoshapat Sumardi. (2008). “Fisika Zat Padat 1”. Handout Kuliah, Tidak
York: Butterworth-Heinemann.
[20] Edi Istiyono. (2000). Fisika Zat Padat I. Diktat Kuliah, Tidak diterbitkan,
ASR gels. Part I: Literature Study; Alkali-silica reaction, causes, effects and
[26] McColm, I.J., 1983. Ceramic Science for Materials Technologists. Leonard
: 978-3-319-03960-2
Ferroelectrics and Frequency Control, IEEE Transactions on, vol. 53, pp.
2101-2112, 2006.
[34] J. George K Lewis, George K Lewis, Sr, and William Olbricht, "Cost-
[36] J. S. Kim, K. Choi, and I. Yu, "A new method of determining the equivalent
[41] L. Yee Yan and et al., "Structural identification and damage diagnosis using
https://www.efunda.com/materials/piezo/electronics/elec_impedance.cfm.