Dosen Pembimbing I
Prof. Dr. Fahimah Martak M.Si
Dosen Pembimbing II
Arif Fadlan, Ph.D
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS
INSTITUT TEKNOL0GI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
PLANNING OF FINAL PROJECT
Supervisor I
Prof. Dr. Fahimah Martak M.Si
Supervisor II
Arif Fadlan, Ph.D
CHEMISTRY DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
ii
SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN UJI
ANTIKANKER KOMPLEKS KOBALT (II)
DENGAN LIGAN 2-(5,7-DIBROMO-2-
OKSOINDOLIN-3-ILIDEN)-N-
FENILHIDRAZINA-KARBOTIOAMIDA
RANCANGAN TUGAS AKHIR
Oleh:
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
HAIDAR SITIE RAFIDAH
NRP. 01211640000121
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Kepala Departemen Kimia FS ITS
v
yang membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga
naskah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
2.6.5. Spektroskopi Massa............................... 14
2.6.6. Spektroskopi Serapan Atom (SSA) ....... 14
2.6.7.Analisis Termogravimetri (TGA)........... 15
2.7 Uji Sitoksitas ................................................... 16
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................. 18
3.1 Alat dan Bahan ................................................ 18
3.1.1. Alat ........................................................ 18
3.1.2. Bahan..................................................... 18
3.2 Prosedur penelitian .......................................... 19
3.2.1. Sintesis 2-(5,7-dibromo-2-oksoindolin-3-
iliden)-N-fenilhidrazina-karbotioamida.. ........ 19
3.2.2.Sintesis Kompleks Co(II) ....................... 19
3.3 Karakterisasi Senyawa Hasil Sintesis .................. 19
3.3.1. Karakterisasi dengan Spektrofotometer
UV-Vis ............................................................ 19
3.3.2. Penentuan panjang gelombang
maksimum larutan ligan dan kompleks
Co(II)................... ............................................ 19
3.3.3. Penentuan perbandingan logam:ligan
dalam kompleks Co(II).................................... 20
3.3.4. Karakterisasi dengan Spektrofotometer
Inframerah (FTIR).. ......................................... 20
3.3.5. Karakterisasi dengan Spektroskopi
Massa............................................................... 21
3.3.6. Analisis Termal ..................................... 21
3.3.7. Karakterisasi dengan Spektroskopi
Serapan Atom (SSA) ....................................... 21
viii
3.3.8. Karakterisasi dengan Spektroskopi 1H-
NMR dan 13C-NMR ........................................ 22
3.3.9. Uji Aktivitas Antikanker ....................... 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................. 23
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ni(II), Cu(II), Pd(II), dan Ru(II) (Ali et al., 2014). Logam
transisi digunakan untuk membentuk kompleks karena
mempunyai sifat yang kuat, relatif statik, dan stabil.
2
karbotioamida sebagai ligan yang dapat disintesis dari
aliltiourea dan turunan benzoil klorida. Turunan tersebut
mengandung gugus farmakofor tiourea yang diperlukan untuk
aktivitas sitotoksik. Sedangkan untuk atom pusat menggunakan
logam kobalt (II), sehingga terbentuk senyawa kompleks
kobalt(II)-N-(alilkarbamotioil) benzamida, selanjutnya
dilakukan uji aktivitas antikanker.
Penelitian ini dilakukan uji bioaktivitas dengan metode
MTT menggunakan sel kanker serviks (HeLa). Metode ini
merujuk pada tingkat kematian sel kanker HeLa, hasil yang
diperoleh dihitung sebagai nilai IC50 yang merupakan
konsentrasi senyawa uji yang dapat menyebabkan kematian sel
kanker serviks sejumlah 50%. Kompleks kobalt yang terbentuk
juga dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis,
FTIR, AAS, MS, NMR, KLT, dan analisis termal.
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang pada subbab sebelumnya,
permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana sintesis ligan senyawa 2-(5,7-dibromo-2-
oksoindolin-3-iliden)-n-fenilhidrazina-karbotioamida?
2. Bagaimana sintesis kompleks kobalt(II) dari sumber
ion logam CoCl2.2H2O dengan ligan 2-(5,7-dibromo-2-
oksoindolin-3-iliden)-n-fenilhidrazina-karbotioamida?
3. Bagaimana struktur senyawa kompleks hasil sintesis
dari logam kobalt(II) dengan ligan 2-(5,7-dibromo-2-
oksoindolin-3-iliden)-n-fenilhidrazina-karbotioamida?
4. Bagaimana aktivitas antikanker dengan metode MTT
terhadap sel kanker serviks HeLa?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui sintesis ligan 2-(5,7-dibromo-2-
oksoindolin-3-iliden)-n-fenilhidrazina-karbotioamida.
2. Mendapatkan kompleks kobalt(II) yang disintesis dari
sumber ion logam CoCl2.2H2O dengan ligan 2-(5,7-
dibromo-2-oksoindolin-3-iliden)-n-fenilhidrazina-
karbotioamida.
3. Mengetahui struktur senyawa kompleks hasil sintesis
antara logam kobalt(II) dengan ligan 2-(5,7-dibromo-2-
oksoindolin-3-iliden)-n-fenilhidrazina-karbotioamida.
4. Mengetahui toksisitas senyawa kompleks kobalt(II)
yang disintesis dari sumber ion logam CoCl2.2H2O
dengan ligan 2-(5,7-dibromo-2-oksoindolin-3-iliden)-n-
fenilhidrazina-karbotioamida.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi
bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang
sintesis senyawa kompleks dan uji toksisitas dari kompleks yang
dihasilkan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Amina Primer Aldehid atau keton Basa Schiff
6
2.4 Isatin
Isatin adalah turunal dari indol yang muncul sebagai
endogen pada manusia dan jaringan mamalia lainnya, cairan
tersebut adalah hasil dari jalur metabolisme triptofan.
Berdasarkan struktur molekul yang felksibel, isatin dan
turunannya menunjukkan aktivitas biologis seperti antikanker
(Ibrahim et al., 2015), antidepresan, antikonvulsan, anti-HIV,
dan antiinflamasi. Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian
terkait pengembangan gen antikanker berbasis isatin banyak
dilakukan (Eldehna et al., 2015). Isatin memiliki aktivitas
sitotosik dan antikanker berasal dari substitusi mono, di-, tri dari
cincin aril atau berasal dari gugus nitrogen dan karbonil pada
C2/C3.
7
Gambar 2.3 Diagram ORTEP [Co(QCMT)(CH3OH)Cl2]
(Xiaorui et al., 2014).
8
2.6 Karakterisasi Senyawa
2.6.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Teknik KLT digunakan untuk memonitor pergerakan
reaksi, mengidentifikasi senyawa yang terdapat didalam
campuran, dan menentukan kemurnian bahan. Sampel
diaplikasikan pada plat dan dielusi dengan pelarut yang
berperan sebagai fase gerak sehingga terjadi proses elusi sampel
dengan laju yang berbeda dan komponen dalam sampel
terpisah. Pelarut membawa senyawa ke bagian atas plat yang
ditandai munculnya noda (Fair & Kormos, 2008) dan noda
tunggal menunjukkan bahwa senyawa sudah murni. Teknik
KLT dilakukan dengan menggunakan lempeng aluminium yang
dilapisi adsorben seperti silika gel sebagai media pemisahan.
Identifikasi senyawa-senyawa yang terpisah menggunakan plat
KLT didasarkan pada Rf (Retardation factor). Perhitungan Rf
ditunjukkan sebagai berikut.
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑅𝑓 =
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
2,1 𝑐𝑚
𝑅𝑓 = = 0,7
2,8 𝑐𝑚
Posisi senyawa
setelah dielusi 2,8 cm
2,1 cm
9
2.6.2 Spektroskopi UV-Vis
Teknik spektroskopi UV-Vis digunakan untuk
mengetahui transisi elektronik dari elektron-elektron ikatan,
baik ikatan sigma (σ) dan phi (π) maupun elektron non-ikatan
(n) yang ada dalam senyawa. Transisi elektronik yang terjadi
merupakan perpindahan elektron dari orbital ikatan atau non-
ikatan ke tingkat orbital anti-ikatan yang disebut dengan tingkat
eksitasi (Worsfold & Zagatto, 2017).
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai rentang panjang
gelombang (λ) dari 100-400 nm, sedangkan rentang panjang
gelombang sinar tampak (Vis) adalah 400-750 nm. Senyawa
yang memiliki ikatan sigma akan mengabsorbi pada panjang
gelombang dibawah 200 nm, sedangkan senyawa yang
memiliki ikatan phi atau memiliki elektron non-ikatan akan
mengabsorbsi pada panjang gelombang yang lebih besar. Warna
yang teramati dan warna yang terabsorpsi dapat dilihat pada
Tabel 2.1. Hubungan antara absorbansi dan konsentrasi dapat
diketahui dari Hukum Lambert Beer. Rumus dari Hukum
Lambert Beer diketahui sebagai berikut:
𝐴 = 𝜀×𝑏×𝑐
10
435-480 Biru Kuning
480-490 Hijau-Biru Jingga
490-500 Biru-Hijau Merah
500-560 Hijau Ungu
560-580 Kuning-Hijau Lembayung (violet)
580-595 Kuning Biru
595-610 Jingga Hijau-Biru
610-750 Merah Biru-Hijau
Sumber: Skoog et al., 2000
11
1220–1020 Stretching C–N alifatik
715 Wagging N–H
3360–3340 Stretching asimetris NH2 amida primer
3300–3250 Stretching N–H pada amida sekunder
3190–3170 Stretching simetris NH2amida primer
3100–3060 Amida sekunder amida II overtune
1680–1660 Stretching C=O amida primer
1680–1640 Stretching C=O amida sekunder
1650–1620 Bending NH2 amida primer
1560–1530 Bending N–H amida sekunder, stretching C–N
750–650 Wagging N–H amida sekunder
1615–1565 Stretching C=N piridin, stretching C=C
1660–1620 Stretching asimetrik NO2 nitrat
1540–1500 Stretching NO2 asimetrik senyawa nitro
aromatik
1370–1330 Stretching NO2 simetrik senyawa nitro
aromatik
870–840 Stretching N–O nitrat
2000–1700 Cincin benzena
1650–1430 Stretching C=C
750-100 Stretching M–X
1010-850 M=O
Sumber: Stuart, 2004
12
Tabel 2.3 Karakteristik Spin Inti untuk 1H dan 13C
Kelimpahan di Frekwensi NMR
Inti Sensitivitas* Spin
alam (%) (MHz)†
1H 99,98 5680 ½ 100,000
13C 1,11 1,00 ½ 25,145
* Sensitivitas relatif untuk 13C=1 dan merupakan produk sensitivitas relatif
dari isotop dan kelimpahan di alam
† Pada 2,349 T (spektrometer ‘100 MHz)
13
2.6.5 Spektroskopi Massa
Teknik spektroskopi massa digunakan untuk
mengetahui informasi kualitatif dan kuantitatif (berat molekul
atau konsentrasi) sampel. Electrospray ionization (ESI)
merupakan salah satu metode ionisasi dalam spektroskopi
massa untuk mendapatkan ion molekul. Senyawa netral dalam
teknik analisis ini akan diubah menjadi ion atau fasa gas
dengan protonasi dan kationisasi. Sampel dalam bentuk larutan
(pelarut polar atau volatil) pada awalnya dimasukkan ke dalam
sumber ion sehingga menjadi aerosol tetesan-tetesan
bermuatan. Tetesan-tetesan tersebut selanjutnya menyusut
seiring dengan menguapnya pelarut dan kemudian menjadi fasa
gas. Ion dalam fasa gas kemudian difokuskan pada sejumlah
lubang menuju mass analyzer (Silverstein et al., 2005).
Beberapa ion yang terbentuk pada analisis ini dapat dilihat pada
Tabel 2.6.
14
Gambar 2.5 Skema Alat Spektroskopi Serapan Atom
Prinsip kerja spektrofotometer serapan atom yaitu
larutan cuplikan disalurkan dan kemudian dibakar dengan api
sehingga cuplikan berubah menjadi gas atom-atomnya. Atom
akan mengalami eksitasi dan beberapa atom lain akan tetap
pada keadaan ground state. Atom pada keadaan ground state
akan menyerap radiasi dengan panjang gelombang tertentu
yang dihasilkan sumber sinar. Panjang gelombang yang
diberikan sama dengan panjang gelombang yang diserap atom
dalam api (Skoog et al., 2014). Sinar dari sumber sinar
diarahkan ke sumber nyala oleh chopper. Atom dari senyawa
cuplikan yang telah teratomisasi oleh api akan menyerap sinar
tersebut dan kemudian diukur oleh detektor secara berurutan.
15
pada suatu periode waktu tertentu, selama waktu tersebut setiap
perubahan berat dicatat. Metode analisis termal ini diantaranya
berguna untuk mengetahui formula materi hasil dekomposisi
termal. Ia berguna juga untuk mengetahui range temperatur. Ini
dapat dilakukan dengan memvariasikan laju pemanasan dan
mencatat perubahan beratnya (Khopkar, 2003).
16
jumlah sel yang hidup. Reaksi reduksi MTT dapat dilihat pada
Gambar 2.6.
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 5,7-dibromoisatin (Aldrich); Etanol (Aldrich); 4-fenil-3-
tiosemikarbazida (Aldrich); TLC Silica Gel F254; silika gel 60
F254 (Merck); asam asetat glasial (Merck); gas nitrogen (N2);
aquades; kobalt klorida dihidrat (CoCl2.2H2O) (Merck); asam
asetat glasial (Merck); etil asetat (Merck); n-heksana (Merck);
DMSO (Merck); [3-(4,5-dimetiltiazol-2,5-difeniltetrazolium
bromida] (MTT) (Sigma-Aldrich, Germany); sel kanker serviks
(HeLa).
18
3.2 Prosedur penelitian
3.2.1 Sintesis 2-(5,7-dibromo-2-oksoindolin-3-iliden)-N-
fenilhidrazina-karbotioamida
Sintesis 2-(5,7-dibromo-2-oksoindolin-3-iliden)-N-
fenilhidrazina-karbotioamida dilakukan berdasarkan prosedur
yang dilaporkan oleh Hosain et al. (2017) dengan sedikit
modifikasi. 5,7-Dibromoisatin sebanyak 1 mmol dan 4-fenil-3-
tiosemikarbazida sebanyak 1 mmol dilarutkan dalam etanol
sebanyak 40 mL dan ditambahkan beberapa tetes asam asetat
glasial. Campuran reaksi direflux sambil diaduk selama 13 jam.
Reaksi dipantau menggunakan plat KLT. Campuran reaksi
selanjutnya didinginkan hingga mencapai suhu ruang dan
endapan yang didapatkan disaring, dikeringkan, dimurnikan
dengan kromatografi kolom gravitasi, diuji kemurnian
menggunakan KLT dan uji titik leleh, dan dianalisis dengan
teknik spektroskopi UV-Vis, spektroskopi inframerah,
spektroskopi massa, spektroskopi 1H-NMR dan 13C-NMR.
19
3.3.2 Penentuan panjang gelombang maksimum larutan
ligan dan kompleks Co(II)
Panjang gelombang maksimum digunakan untuk
menentukan perbandingan logam:ligan dalam senyawa
kompleks. Ligan sebanyak 0,04 mol dan kompleks Co(II) yang
disintesis dari CoCl2.2H2O sebanyak 0,04 mol dan ligan
sebanyak 0,04 mol secara terpisah dengan perbandingan 3:7,
5:5, dan 7:3 dilarutkan dalam etanol sebanyak 76 mL dan
direflux selama 4 jam. Ligan dan masing-masing padatan
kompleks Co(II) yang terbentuk dilarutkan dalam DMSO dan
ditentukan panjang gelombang maksimumnya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang
300-800 nm.
20
dicampur dengan 10 mg KBr, kemudian dimasukkan dalam
press holder, ditekan hingga pelet setipis mungkin (0,01 mm–
0,05 mm). Sampel diletakkan pada permukaan holder,
kemudian holder dimasukkan ke dalam compartement dan
pengamatan spektrum inframerah dapat dilakukan dengan
rentang bilangan gelombang 375-4000 cm-1.
21
3.3.8 Karakterisasi dengan Spektroskopi 1H-NMR dan
13
C-NMR
Karakterisasi bertujuan untuk menentukan struktur
ligan. Ligan sebanyak 10 mg dimasukkan dalam tabung NMR,
dilarutkan dalam DMSO-d6, dan direkam spektrumnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Built, M.P., Ortiz, G.A., Mijangos, E., Sosa, B.L., Bartez, S.F.,
Mora, G.I., & Parra, F.A. (2015). 2,6-
Bis(2,6diethylphenyliminometgyl)pyridine Coordination
Compounds with Cobalt(II), Nickel(II), Copper(II) and
Zinc(II) : Synthesis, Spectroscopic Characterization, X-
ray Study and In Vitro Cytotoxicity. Jounal of Inorganic
Biochemistry. 142 : 1-7.
Dilovic I., Rubcic, M., Vrdoljak, V., Kraljevic, P. S., Kralj, M.,
Piantanida, I., & Cindric, M. (2008). Novel
23
thiosemicarbazone derivatives as potential antitumor
agents: Synthesis, physicochemical and structural
properties, DNA interactions and antiproliferative
activity. Bioorg Med Chem, 16(9):5189-5198.
24
Bases of Isatin and Aminophenols. Journal of Chemical
and Pharmaceutical Research, 10(5): 121-125.
Oun, R., Moussa, Y. E., & Wheate N.J. (2018). The Side
Effects of Platinum-Based Chemotherapy Drugs : A
Review for Chemists. Dalton Transactions, 47 (19):
6645–6653.
25
Shriver & Atkins. (2010). Inorganic Chemistry Fifth Edition.
Great Britain. New York.
26
Viswanathamurthi, P., & Natarajan, K. (2006). Ruthenium(II)
Schiff Base : Complexes, Physicochemical,
Spectrometric, Microbial and DNA Binding and Cleaving
Studies. Intenational Journal of Applied Biology and
Pharmaceutical Technology. 36 : 415-418.
Xiaorui, F., Juanjuan, D., Rui, M., Yun, C., Xiaoyi Y., Jianliang
Z., & Shouchun, Z. (2013). Cobalt(II) complexes with
thiosemicarbazone as potential antitumor agents:
synthesis, crystal structures, DNA interactions, and
cytotoxicity. Journal of Coordination Chemistry,
66(24):4268-4279.
27