Skripsi
Oleh :
MUJADID AL-RABI
NIM. 11150970000017
Skripsi
Oleh:
MUJADID AL-RABI
NIM. 11150970000017
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN
1. Skripsi ini merupakan karya saya yang dibuat untuk memenuhi salah
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
Hidayatullah Jakarta.
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Analisis Fasa,
Nd0,6Sr0,4MnO3 / Fe2O3” dengan baik, benar dan tepat waktu. Tak lupa shalawat
dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah S.A.W, keluarganya, serta sahabat-
sahabatnya.
Selesainya laporan tugas akhir ini tak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis
1. Kedua orang tua tercinta beserta keluarga besar yang telah memberikan
banyak dukungan baik itu do’a, moril maupun materiil.
2. Bapak Arif Tjahjono, S.T, M. Si, sebagai pembimbing pertama yang
selalu memberikan pengetahuan, masukan, dan arahannya dalam
penelitian ini.
3. Ibu Dr. Sitti Ahmiatri Saptari, M. Si, selaku pembimbing kedua yang
dengan sabar selalu memberikan saran, masukan dan bimbingannya
dalam penelitian dan penulisan laporan tugas akhir ini.
4. Ibu Prof. Dr. Lily Surraya Eka Putri, M.Env.Stud., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Dr. Ir. Agus Budiono, M.Si dan Bapak Anugrah Azhar, M.Si
selaku dosen penguji dalam sidang Munaqasyah.
vii
6. Seluruh Dosen Prodi Fisika, yang telah membimbing penulis selama
menempuh kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Ka Adawiyah selaku pengurus Laboratorium Kimia, Pusat Laboratorium
Terpadu, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu membantu
menyediakan tempat dan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
8. Ka Ikhwan Nur Rahman M.Si, dan ka Ryan Rizaldi M.Si yang dengan
sabar telah membimbing dalam pemahaman, pelaksanaan maupun
penulisan skripsi.
9. Rekan tim peneitian Umar, serta teman-teman Fisika Material UIN
Jakarta 2015 yang selalu memberikan dukungan, hiburan dan
memberikan penulis ide-ide dalam penulisan ini.
10. Teman-teman Fisika UIN Jakarta 2015 dan pihak-pihak yang tidak bisa
saya sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam
penyusunan laporan ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis telah berusaha menyusun laporan tugas akhir ini dengan sebaik-
baiknya. Namun, pasti masih banyak terdapat kekurangan dalam tulisan ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan untuk
kedepannya, dan penulis berharap agar penelitian ini dapat dikembangkan dengan
apa yang sudah dilakukan oleh penulis. Diskusi, kritik serta saran yang
Penulis
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ix
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 22
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
Gambar 3. 3 Sintesis material Nd0,6Sr0,4MnO3 dengan metode sol-gel. ........... 29
Gambar 3. 4 Setelah proses dehidrasi sampel .................................................. 30
Gambar 3. 5 Sampel sebelum dan setelah kalsinasi ......................................... 30
Gambar 3. 6 Sampel hasil komposit (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x / (Fe2O3)x ................ 32
Gambar 3. 7 Alat karakterisasi XRD (X-ray Diffraction) ................................ 33
Gambar 3. 8 Alat karakterisasi FESEM (Field Emission Scanning Electron
Microscope)................................................................................. 34
Gambar 3. 9 Alat karakterisasi VSM (Vibrating Sample Magnetometer) ....... 35
Gambar 4. 1 Grafik pola difraksi XRD dari material Nd0,6Sr0,4MnO3 dan
(Nd0,6Sr0,4MnO3)0,5 / (Fe2O3)0,5. .................................................. 36
Gambar 4. 2 Grafik pola difraksi XRD Nd0,6Sr0,4MnO3 hasil rietvield
refinement. ................................................................................... 37
Gambar 4. 3 Grafik pola difraksi XRD (Nd0,6Sr0,4MnO3)0,5 / (Fe2O3)0,5 hasil
rietvield refinement. .................................................................... 38
Gambar 4. 4 Visualisasi struktur kristal Nd0,6Sr0,4MnO3 dan Fe2O3 dengan
menggunakan software VESTA. ................................................. 41
Gambar 4. 5 Visualisasi (Nd0,6Sr0,4MnO3)0,5 / (Fe2O3)0,5 dengan menggunakan
software VESTA. ........................................................................ 42
Gambar 4. 6 Hasil karakterisasi FESEM pada sampel Nd0,6Sr0,4MnO3 dengan
perbesaran 5.000 kali. ................................................................. 42
Gambar 4. 7 Hasil karakterisasi FESEM pada material Nd0,6Sr0,4MnO3 dengan
perbesaran 50.000 kali. ............................................................... 43
Gambar 4. 8 Kurva hysteresis material (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x / (Fe2O3)x yang
diukur pada temperatur ruang. .................................................... 44
Gambar 4. 9 Grafik hubungan magnetisasi terhadap konsentrasi Fe2O3. ......... 45
Gambar 4. 10 Grafik hubungan susceptibility terhadap konsentrasi Fe2O3. ...... 46
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
mewakili ion tanah jarang trivalen seperti La3+, Nd3+, Pr3+ dan A mewakili ion
divalent seperti Ba2+, Ca2+, dan Sr2+. Perovskite manganit menunjukkan sifat
magnetik, charge, dan orbital-ordering yang sangat rumit dan menarik. Sistem ini
dipelajari secara luas dan ekstensif sekitar 40 tahun yang lalu mengenai efek
seperti: metode sol-gel, metode solid state reaction, metode presipitasi karbonate,
dll. Dari sekian banyak metode tersebut, sol-gel adalah metode yang paling
efektif, cukup mudah dilakukan dan dapat dengan mudah menghasilkan senyawa
satu fasa. Sol-gel menjadi metode alternatif dari metode solid state yang
1
memungkinkan kontrol yang lebih akurat atas pembentukan fasa, stoikiometri
Saat ini, sebagian besar penelitian berfokus pada doping divalent logam
lain untuk merekayasa sifat material dari senyawa RE1−xAxMnO3 tersebut, salah
satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ahmed et. al pada tahun 2016, yang
paramagnetik pada temperatur curie (Tc) 244 K [6]. Pada penelitian yang
nanopartikel α-Fe2O3 yang diukur dengan VSM pada temperatur 100 K dengan
medan magnet eksternal -10 kOe to +10 kOe menunjukkan sifat feromagnetik [7].
0,3; 0,5; dan 0,7. Proses sintesis yang digunakan untuk pembuatan sampel NSMO
2
FESEM untuk mengetahui morfologi sampel, serta karakterisasi VSM untuk
berikut:
Diffraction).
3
5. Karakterisasi sifat kemagnetan material komposit (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x /
Adapun tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
Penulisan penelitian Tugas Akhir ini dibagi menjadi lima bab, yang
4
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas teori-teori dasar yang menunjang penelitian ini.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil berupa data yang telah
Bab ini berisi kesimpulan dari semua hasil penelitian yang menjawab
penelitian ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
CaTiO3, pertama kali ditemukan oleh Gustav Rose pada 1839 di Pegunungan Ural
Rusia dan diberi nama sesuai nama ahli mineral Rusia Lev Alexeievich Perovski.
Sejak itu, nama 'perovskite' telah diterapkan pada kelas senyawa yang memiliki
umum mereka sebagai REMnO3 seperti pada gambar 2.1 diatas, di mana RE
merupakan unsur-unsur tanah jarang trivalent seperti La3+, Nd3+, Pr3+ , dan
sebagainya. Ion pada site RE menempati posisi yang berada pada sudut-sudut kisi,
6
dan ion Mn menempati posisi yang berada ditengah kisi sementara ion O2-
Sejarah dari manganit berawal pada tahun 1950 ketika Jonker dan Van-
Sr, dan Ba [10]. Diketahui pada awal 1950 bahwa, senyawa perovskite LaMnO3
biasanya berada pada keadaan antiferromagnetik. Jika ion La3+ disubtitusi dengan
ion divalen seperti Ca2+, Sr2+, Ba2+ atau Pb2+, resistansinya turun secara dramatis
dan bahan tersebut menjadi feromagnetik. Efek dari penggantian ion divalen
untuk ion trivalen pada site-La akan menimbulkan lompatan ion Mn, sehingga
menimbulkan terbentuknya dua muatan ion Mn pada material yaitu Mn3+ dan
eksternal, sehingga menimbulkan fenomena CMR yang terjadi pada material ini.
[9, 10].
lemah, dan sifat transport elektron serta magnetnya lebih menarik dan rumit
karena distorsi kisi yang lebih besar akan terjadi pada ion Nd dan Pr yang lebih
kecil [13].
3d. Dalam simetri oktahedral dengan elektron oksigen, pada elektron 3d dalam
ion Mn3+ akan terjadi crystal field, dimana akan menyebabkan degeneraasi tingkat
7
energi pada orbital 3d menjadi tingkat orbital yang lebih tinggi yang disebut
dengan level eg (𝑑𝑥 2 −𝑦 2 dan 𝑑3𝑧 2 −𝑟2 ) tingkat orbital yang lebih rendah yang
Pada level yang lebih tinggi yaitu eg, elektron lebih mudah untuk
melakukan lompatan dari ion Mn satu ke ion Mn yang lain melalui perantara ion
oksigen, dan hal ini akan menyebabkan level eg ter-removed karena keadaannya
menjadi tidak stabil. Keadaan yang tidak stabil ini akan menyebabkan terjadinya
struktural yang disebabkan oleh perubahan jari-jari ionik rata-rata pada site-R atau
site-Mn. Hal ini juga akan menyebabkan perubahan pada bond-angle Mn-O dan
8
Gambar 2. 3 Double exchange [16].
perpindahan elektron yang terjadi dalam material perovskite manganit yang biasa
disebut dengan double exchange. Elektron dari ion Mn3+ pada orbital eg dapat
melompat ke orbital eg kosong pada ion Mn4+ melalui perantara ion oksigen,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.5, sehingga terjadi pertukaran keadaan
struktur dari NdMnO3 berupa orthorombik dengan space group Pnma dengan
9
Gambar 2. 4 Struktur Kristal NdMnO3 [17].
karena substitusi Nd+3 oleh kation divalen. Distorsi kisi ini akan menyebabkan
terjadinya perubahan struktur dari kubus sempurna kebentuk lainnya yang dapat
dimana rA dan rB adalah rata-rata jari kation A dan kation B, dan rO adalah jari-jari
anion oksigen [17]. Nilai jari-jari ion pada penelitian sebelumnya ditampilkan
Nd3+ 1,163
Sr2+ 1,31
Mn3+ 0,645
Mn4+ 0,530
O2- 1,35
10
Majunantha et al. dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur
orthorombik memiliki nilai t kurang dari 0,96, dan untuk struktur rhombohedral
memiliki nilai t sebesar 0,96 < t < 1, dan untuk struktur kubik memiliki nilai t
faktor toleransi goldschmidtnya dalam batas rentang 0.89 < t < 1.02 [21].
dan hasil XRD pada penelitian tersebut ditampilkan pada gambar 2.5. Morfologi
2.5 dan menunjukkan bahwa pada sampel awal sebelum dilakukan proses
annealing terdapat distribusi ukuran butir yang seragam kemudian ukuran butir
annealing [22].
11
Gambar 2. 6 Hasil SEM sampel Nd0,6Sr0,4MnO3 dengan beberapa temperatur annealing:
(a) sebelum, (b) Tan = 600˚C, (c) Tan = 700˚C, dan (d) Tan = 800˚C [22].
(FMI) dan material dengan 0,25<x<0,5 adalah feromagnetik metal (FMM), dan
ferromagnetik [23].
12
Gambar 2. 7 Diagram Fasa Magnetik dari Nd1-xSrxMnO3 [23].
variasi doping Sr (x = 0,50; 0,55; 0,60; 0.,63), didapat hasil yaitu doping setengah
(x = 0,5) menunjukkan transisi PM-FM yang tajam pada Temperature Currie (TC)
= 270 K. Nilai ini hampir sama dengan nilai yang dilaporkan untuk kristal tunggal
menurun bersamaan dengan peningkatan lebar transisi dan nilai TC yang sesuai
dengan konsentrasi Sr x = 0,55, 0,60 dan 0,63 masing-masing 258, 258 dan 253
13
Gambar 2. 8 Variasi temperatur transisi (Tc) PM-FM terhadap penambahan
doping Sr [24].
berbagai aplikasi seperti aplikasi fotonik, thin film, perangkat laser, aplikasi
tidak didoping bersifat paramagnetik dan menunjukkan perilaku isolasi pada suhu
kamar, dan berubah ke keadaan antiferomagnetik pada suhu di bawah 75K [18].
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nandy et al. pada tahun 2015 menegaskan
14
Gambar 2. 9 Kurva pengaruh suhu terhadap magnetisasi NdMnO3. Inset menunjukan
turunan dari M (FC) terhadap suhu [26].
nilai sekitar 1 μB per formula, dan masih dapat diamati remanent dengan nilai
yang cukup kecil pada T = 40 K, sekitar 0,1 μB per formula. Sedangkan pada T =
100 K kurva magnetisasi terhadap medan magnet berbentuk linier dan tidak ada
15
Gambar 2. 10 Magnetisasi terhadap medan magnet pada NdMnO3 pada beberapa
temperatur [18].
244 K untuk masing-masing nilai x = 0,3 dan x = 0,4, dan menunjukkan adanya
peralihan dari keadaan feromagnetik menuju paramagnetik di suhu Curie (Tc) [6].
Gambar 2.11 dibawah ini menunjukkan nilai magnetisasi sampel tersebut ketika
16
Ahmed et al. melakukan penelitian pada material komposit
Hematit (Fe2O3) berasal dari bahasa Yunani “haima” yang berarti darah,
dan memiliki beberapa kemungkinan struktur unit sel. Salah satunya adalah
17
Hematit juga dapat termasuk dalam sistem rhombohedral, untuk unit sel
magnetik pada serbuk α-Fe2O3 yang diproduksi oleh Sigma Aldrich dan disiapkan
18
memiliki struktur rhombohedral dengan puncak difraksi (0 1 2), (1 0 4), (1 1 0),
Gambar 2. 15 Hasil SEM α-Fe2O3 dengan beberapa temperatur kalsinasi: (a) 600˚C
(b) 700 ˚C dan (c) 800 ˚C [30].
kalsinasi 600 ˚C memiliki keseregaman ukuran butir yang lebih kecil sekitar 35
19
Gambar 2. 16 Kurva M-H nanopartikel α-Fe2O3 pada (a) low magnetic field;
(b) high magnetic field [7].
pada nanopartikel α-Fe2O3 yang diukur dengan VSM pada temperatur 100 K
dengan medan magnet eksternal -10 kOe to +10 kOe. Berdasarkan gambar, jelas
magnetisasi yang tidak terlalu besar. Hasil kurva magnetisasi terhadap medan
magnet pada nanopartikel α-Fe2O3 yang diukur temperatur 100 K dengan medan
magnet eksternal -70 kOe to +70 kOe dapat dilihat pada gambar 2.16 (b). Terlihat
bahwa saturasi dalam magnetisasinya tidak dapat diamati pada high magnetic field
meliputi pembentukan sol, gelasi sol, dan penghilangan fasa cair [31]. Melalui
metode ini, lebih mudah didapatkan sampel homogen dengan sifat khusus yang
diinginkan dan dapat diproduksi pada temperatur rendah, berbeda dengan metode
20
lain seperti solid state reaction, yang secara signifikan membutuhkan temperatur
keunggulan yang dimiliki oleh metode sol-gel yaitu homogenitas yang baik,
yang lebih rendah, kemungkinan besar untuk mengontrol struktur mikro, dan
nitrat dengan aquabidest, kemudian semua bahan yang telah dilarutkan termasuk
asam sitrat, dicampurkan dan diaduk. Penambahan asam sitrat berfungsi sebagai
21
BAB III
METODE PENELITIAN
karakterisasi, serta analisis data yang berlangsung dari bulan Agustus 2019 hingga
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Laboratorium Furnace, Dept. Fisika FMIPA,
krusibel (50ml dan 100ml), pH indikator, hot plate, lemari asam, oven, furnace,
Amonia 25%, Nitric Acid 65%, Aquabidest, Iron (III) Oxide (Fe2O3), Etanol, dan
Alkohol. Semua bahan yang digunakan merupakan bahan pro analysis dari Merck
22
(Jerman) dan Sigma-Aldrich (India), Berikut merupakan spesifikasi bahan dasar
sampel, dan analisis data. Sintesis sampel NSMO dilakukan dengan menggunakan
metode sol-gel selanjutnya tahap pra-kalsinasi pada 600℃ selama 6 jam yang
dilanjutkan dengan kalsinasi ulang pada 900℃ selama 12 jam. Kemudian sampel
bahwa sampel single phase dan telah homogen. Selanjutnya sampel NSMO
dengan oven pada suhu 100℃ selama 1 jam hingga seluruh ethanol menguap.
23
Studi Literatur
Dehidrasi pelarut pada suhu 150˚C selama 2 jam sampai menjadi dry-gel
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
24
3.4. Variabel Penelitian
0,5; dan 0,7. Penelitian ini juga meliputi karakteristik fasa material menggunakan
pengujian VSM.
kristal serta parameternya serta analisis sifat kemagnetan pada material. Sintesis
25
3.5.1. Perhitungan Stokiometri dan Komposisi Bahan
reaksinya:
𝐴𝑟 𝑥
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 = 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑠𝑖𝑠𝑖 𝑥 . . 100% (3.2)
𝑀𝑟 𝑆𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎 𝑥
Selanjutnya dihitung massa masing – masing unsur logam yang akan digunakan
dengan persamaan :
% 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑥 = . 15 𝑔𝑟𝑎𝑚 (3.3)
100
26
Setelah menghitung massa x, dapat dihitung massa prekursor yang setara dengan
100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑒𝑘𝑢𝑟𝑠𝑜𝑟 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑜𝑔𝑎𝑚 𝑥 . % 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑜𝑔𝑎𝑚 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑟𝑒𝑘𝑢𝑟𝑠𝑜𝑟 (3.4)
Dapat dilihat pada tabel 3.1 dapat dilihat bahwa kemurnian dari tiap
100
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟𝑛𝑦𝑎 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑟𝑒𝑘𝑢𝑟𝑠𝑜𝑟 . 𝑘𝑒𝑚𝑢𝑟𝑛𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑒𝑘𝑢𝑟𝑠𝑜𝑟 (3.5)
berikut :
komposisi 𝑥 = 0,3; 0,5; dan 0,7 dengan massa total 4 gram. Persentase
27
Tabel 3. 3 Data Persentase Perbandingan Komposisi yang Digunakan untuk Pembuatan
Material (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x / (Fe2O3)x.
x Nd0.6Sr0.4MnO3 (%) Fe2O3 (%)
0,3 70 30
0,5 50 50
0,7 30 70
dicampur dengan HNO3 agar berubah dari basis oksida menjadi nitrat, parameter
perubahannya dapat terlihat dari warna larutan dari ungu pekat menjadi ungu
hot plate stirrer dan suhunya diatur pada 70 − 80℃. Ketika suhu berada pada
28
menjadi gel, hal ini ditandai dengan pergerakan magnetic stirrer yang susah
Gambar 3. 2 Nd2O3 sebelum dan setelah ditetesi asam nitrat. [dokumen pribadi]
Sampel yang telah menjadi gel didehidrasi dengan oven pada suhu 150℃
selama 2 jam dan ditutup dengan alumunium foil yang diberi lubang udara sampai
menjadi dry-gel.
29
Gambar 3. 4 Setelah proses dehidrasi sampel. [dokumen pribadi]
sampel menjadi berbentuk serbuk, sampel yang telah berbentuk serbuk kemudian
steel. Hal ini merupakan preparasi menuju tahap selanjutnya yaitu pra-kalsinasi
dan kalsinasi.
CO2) yang mungkin masuk ke dalam sampel pada saat sintesis, menghilangkan
30
kadar karbon yang terkandung dalam sampel, serta melepaskan gas-gas dalam
bentuk karbonat dan hidroksida untuk mengambil serbuk dalam bentuk oksida.
Kalsinasi dilakukan pada 600℃ selama 6 jam di alat furnace, Lab. Kimia, UIN
proses kalsinasi ulang pada 900℃ selama 12 jam. Kalsinasi ulang dilakukan agar
XRD yang bertujuan agar dapat diketahui bahwa pada sampel tersebut tidak
terdapat fasa lain yang tercampur. Hal ini dilakukan sebagai persiapan sebelum
pada tabel 3.3. Selanjutnya serbuk NSMO dan Fe2O3 yang telah ditimbang,
proses sintesis dilakukan dengan bantuan magnetic hot plate stirrer tanpa
hingga homogen, kemudian dilakukan dehidrasi sampel dengan oven pada suhu
31
Gambar 3. 6 Sampel hasil komposit (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x / (Fe2O3)x. [dokumen pribadi]
untuk mengetahui fasa, stuktur kristal, dan parameter kisi yang terbentuk.
pengujian XRD. Pengujian XRD dilakukan untuk mengetahui fasa yang terbentuk
pada sampel, hasil pola difraksi XRD kemudian diolah dengan metode rietveld
32
Gambar 3. 7 Alat karakterisasi XRD (X-ray Diffraction). [dokumen pribadi]
mulai dari 10° hingga 90° dengan stepsize 0,02° selama 15 detik, di Laboratorium
secara umum, dan sampel yang diuji berbentuk serbuk. Sebelum dilakukan
cara sampel diberikan coating emas terlebih dahulu, agar sampel yang berupa
yang dipancarkan alat uji ke detektor dengan lebih baik. Pengujian dilakukan
dengan perbesaran 5000, 10.000, 20.000, 30.000 dan 50.000 kali, di Pusat
33
Gambar 3. 8 Alat karakterisasi FESEM (Field Emission Scanning Electron Microscope).
[dokumen pribadi]
sampel akibat perubahan medan magnet luar (H) yang digambarkan dalam bentuk
kurva histerisis. Pengujian ini dilakukan pada temperatur disekitar suhu ruang
34
Gambar 3. 9 Alat karakterisasi VSM (Vibrating Sample Magnetometer).
[dokumen pribadi]
35
BAB IV
penelitian ini memiliki variasi terhadap nilai 𝑥 yaitu 0; 0,3; 0,5; dan 0,7. Untuk
mengetahui fasa, struktur kristal, parameter kisi, dan ukuran kristalit dilakukan
XRD menghasilkan pola difraksi yang menunjukkan kedua fasa yang terbentuk
yaitu Nd0,6Sr0,4MnO3 dan Fe2O3. Pola difraksi hasil karakterisasi dari sampel
dibawah ini :
36
Hasil pengujian XRD dianalisis dengan menggunakan metode rietvield
refinement untuk diketahui parameter kristal seperti parameter kisi, sistem kristal,
ukuran rata-rata kristal, dll. Refinement pola difraksi XRD dari sampel
pola difraksi XRD dari sampel (NSMO) menunjukkan bahwa sampel NSMO
software HighScore Plus dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini :
sampel NSMO hasil komposit dengan Fe2O3 memiliki 2 fasa yang terdiri dari
perpaduan keduanya. Hasil refinement tersebut dapat dilihat pada pada gambar 4.3
dibawah ini :
37
Gambar 4. 3 Grafik pola difraksi XRD (Nd0,6Sr0,4MnO3)0,5 / (Fe2O3)0,5 hasil rietvield
refinement.
Data hasil analisis grafik pola difraksi XRD diatas dirangkum di dalam
menggunakan persamaan 2.1 dengan data jari-jari ion seperti yang ditampilkan
Nd0,6Sr0,4MnO3 yaitu sebesar 0,933, dan ini dapat memastikan bahwa sampel
38
Tabel 4. 1 Hasil Analisis Parameter Struktural (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x / (Fe2O3)x diperoleh
dari pengujian XRD.
X=0 X = 0,5
Parameter
Nd0,6Sr0,4MnO3 Nd0,6Sr0,4MnO3 Fe2O3
Space Group Pnma Pnma R-3c
a (Å) 5.44235 5.4563 5.03676
b (Å) 7.67813 7.68492 5.03676
c (Å) 5.4616 5.4715 13.75676
V (Å3) 228.22 229.43 302.24
Average Crystal size (nm) 23 38
Disrepancy Factors
RwP (%) 4.33 2.77
Rp (%) 3.34 2.14
2
Chi-square (χ ) 1.08 1.03
Bondlengths (Å)
1.815 1.912
Mn-O(1)
2.074 2.029
1.946 1.933
Mn-O(2)
1.946 1.933
<Mn-O> 1.945 1.952
Bondangles (°)
Mn-O(1)-Mn 164.672 157.211
Mn-O(2)-Mn 161.655 167.53
<Mn-O-Mn> 163.16 162.37
Bandwidth (u.a)
−2
W (10 ) 9.64 9.54
Tolerance Factor
Goldscmidth 0.933
Nilai chi-square yang didapat pada sampel NSMO dan sampel komposit
baik dengan database yang digunakan. Analisa ini diperkuat menurut Erfan
Handoko et al yang menyatakan bahwa hasil refinement yang baik memiliki nilai
39
𝑘𝜆
𝐷=𝛽 (4.1)
𝐻𝐾𝐿 𝑐𝑜𝑠𝜃
seperti pada persamaan 4.1 diatas. Dimana D merupakan ukuran kristalit rata-rata
(nm), k merupakan faktor yang dipengaruhi bentuk dari kristalit yang nilainya
sebesar 1,54056 Å, βHKL adalah lebar setengah nilai maksimum dari puncak
difraksi (FWHM) dalam satuan radian, dan θ merupakan posisi puncak difraksi.
lebih besar pada sampel (Nd0,6Sr0,4MnO3)0,5 / (Fe2O3)0,5 yaitu sebesar 38 nm, dan
pada sampel NSMO sebesar 23 nm, hal ini dikarenakan ukuran kristal rata-rata
Fe2O3 yang lebih besar dibandingkan ukuran kristal NSMO, dimana melalui
persamaan yang sama juga dapat ditentukan ukuran kristal rata-rata Fe2O3 pada
Mn> dan panjang ikatan (bond lenght) <Mn-O> yang dapat dituliskan dalam
persamaan berikut :
1
𝑐𝑜𝑠 (𝜋−<𝑀𝑛−𝑂−𝑀𝑛>)
2
𝑊= (4.2)
(𝑀𝑛−𝑂)3.5
40
(Fe2O3)0,5 sebesar 9,54 × 10−2 (𝑢. 𝑎). Nilai bandwidth mengalami penurunan
dilihat pada gambar 4.4, hasil visualisasi diolah menggunakan software VESTA
41
Gambar 4. 5 Visualisasi (Nd0,6Sr0,4MnO3)0,5 / (Fe2O3)0,5 dengan menggunakan
software VESTA.
dalam bentuk serbuk dan menghasilkan data morfologi dan ukuran butir dari
42
Pada perbesaran 5000 kali seperti pada gambar 4.5 terlihat bahwa sampel
sampel NSMO. Pada perbesaran 50000 kali yang ditampilkan pada gambar 4.6
didapatkan nilai ukuran butir rata-rata sampel NSMO sebesar 0,186 μm.
dilakukan pada temperatur disekitar suhu ruang (298 K) dengan medan magnet
ditampilkan pada gambar 4.7, dan dapat diketahui bahwa sampel tersebut
43
Gambar 4. 8 Kurva hysteresis material (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x / (Fe2O3)x yang
diukur pada temperatur ruang.
untuk mendapatkan nilai susceptibility (χ), yaitu tingkat kerentanan atau kepekaan
suatu material untuk termagnetisasi. Besarnya nilai susceptibility (χ) sampel dapat
dihitung melalui rasio dari magnetisasi dengan medan magnet seperti pada
persamaan 4.3 [11]. Didapatkan hasil perhitungan nilai susceptibility (χ) yang
𝑀
χ= (4.3)
𝐻
44
Tabel 4. 2 Hasil pengujian VSM sampel komposit (Nd0,6Sr0,4MnO3)1-x / (Fe2O3)x.
menghambat proses double exchange yang terjadi. Hal ini sesuai dengan yang
penurunan pada saat sebelum dan sesudah dikompositkan dan berakibat pada
45
Nilai magnetisasi sampel NSMO ini akan semakin rendah seiring dengan
ini disebabkan karena adanya pergantian ion Cr3+ dengan ion Mn3+ yang
46
BAB V
5.1. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah diulas pada bab sebelumnya, maka
Fe2O3 menjadi dua fasa ditandai dengan adanya puncak milik Fe2O3.
5.2. Saran
47
Daftar Pustaka
48
pp. 937–945, 2014.
[14] V. R. Sakhalkar, “Structural, Magnetic and Surface Properties of RF
Magnetron Sputtered Undoped Lanthanum Manganite Thin Films,” The
University Of Texas At Arlington, 2009.
[15] V. Michev and N. Karchev, “Effect of Jahn-Teller coupling on Curie
temperature in the double-exchange model,” no. April, pp. 1–4, 2009.
[16] H. Li, “Synthesis of CMR manganites and ordering phenomena in complex
transition metal oxides,” 2008.
[17] A. Nandy, A. Roychowdhury, D. Das, and S. K. Pradhan, “Structural and
magnetic characterizations of undoped and K-doped NdMnO3 single
crystals synthesized by sol–gel route: A comparative study,” Powder
Technol., 2014.
[18] A. Muñoz, “Magnetic Structure Evolution of NdMnO3 Derived from
Neutron Diffraction Data,” J. Phys. Condens. Matter, vol. 12, no. 1361,
2000.
[19] R. D. Shannon, M. H, N. H. Baur, O. H. Gibbs, M. Eu, and V. Cu,
“Revised Effective Ionic Radii and Systematic Studies of Interatomie
Distances in Halides and Chaleogenides,” Acta Crystallogr., pp. 751–767,
1976.
[20] S. O. Manjunatha, A. Rao, T. Lin, C. Chang, and Y. Kuo, “Effect of Ba
substitution on structural , electrical and thermal properties of
La0.65Ca0.35-xBaxMnO3 (O<< x <<0.25) manganites,” J. Alloys Compd.,
vol. 619, pp. 303–310, 2015.
[21] M. A. Gdaiem, S. Ghodhbane, A. Dhahri, J. Dhahri, and E. K. Hlil, “Effect
of cobalt on structural, magnetic and magnetocaloric properties of
La0.8Ba0.1Ca0.1Mn1-xCoxO3 (x = 0.00, 0.05 and 0.10) manganites,” J.
Alloys Compd., vol. 3, 2016.
[22] A. M. Ahmed, H. F. Mohamed, A. K. Diab, S. A. Mohamed, S. García-
granda, and D. Martínez-blanco, “Influence of heat treatment on the
magnetic and magnetocaloric properties in Nd0.6Sr0.4MnO3 compound,”
Solid State Sci., vol. 57, pp. 1–8, 2016.
49
[23] M. Pattabiraman, J. Ansermet, G. Balakrishnan, and D. M. Paul, “55 Mn
NMR investigation of Nd1-xSrxMnO3 (0.1<<x<<0.5),” Phys. Rev. B, vol.
66, 2002.
[24] N. Maikhuri, V. Agarwal, A. Gaur, and H. K. Singh, “Magnetic and
magnetotransport behavior of overdoped nanocrystalline,” vol. 29, no. 7,
pp. 654–659, 2011.
[25] R. K. Nekouei and V. Sahajwalla, “A Green Route to Synthesize
Pr3+/Dy3+ -Doped Nd2O3 Nanoreplicas from Nd−Fe−B Magnets,” ACS
Sustain. Chem. Eng., 2017.
[26] A. Nandy and S. K. Pradhan, “Effect of Monovalent Cation Doping on the
Structure, Microstructure, Lattice Distortion and Magnetic Behavior of
Single Crystalline NdMnO3 Compounds,” 2015.
[27] A. M. Ahmed, H. F. Mohamed, J. A. Paixão, and S. A. Mohamed,
“Thermopower and magnetocaloric properties in NdSrMnO / CrO3
composites,” J. Magn. Magn. Mater., vol. 456, pp. 217–222, 2018.
[28] R. M. Cornell and U. Schwertmann, The Iron Oxides. .
[29] H. Yang, “Pd ( II )-doped SiO2 / Fe2O3 nanofibers as a novel catalyst for
the ethanol dehydration reaction,” J. Mater. Sci., 2019.
[30] S. Z. Mohammadi, S. Jahani, and M. Yousefi, “Synthesis and
Characterization of α-Fe2O3 Nanoparticles by Microwave Method,” vol. 8,
no. 2, pp. 87–92, 2012.
[31] Y. M. Liza, R. C. Yasin, S. S. Maidani, and R. Zainul, “Sol- Gel : Principle
and Technique.”
[32] S. Sakka, Handbook of Sol-Gel Science and Technology : Processing,
Characterization and Appications. Hirakata, Osaka, Japan: Kluwer
Academic Publishers.
[33] W. D. Laksanawati, B. Kurniawan, and S. A. Saptari, “Sintesis Perovskite
Nano Material La0,67Sr0,33Mn1-xNixO3 (x=0,2 & 0,25) dengan Metode
Sintesis Sol Gel,” Omega J. Fis. dan Pendidik. Fis., vol. 3, no. August, pp.
25–28, 2016.
[34] G. Venugopal Reddy, P.;Prasad, V.;Venkataiah, “Anomalous variation of
50
magnetoresistance in Nd0.67-y Euy Sr0.33 Mn O3 manganites,” Solid State
Commun., vol. 141, no. 0, pp. 73–78, 2007.
[35] K. Mader, W.;Kelm, “Synthesis and structural analysis of epsilon-(Fe2
O3),” Zeitschrift fuer Anorg. und Allg. Chemie, vol. 631, no. 0, pp. 2383–
2389, 2005.
[36] E. Handoko, B. Soegijono, and F. R. Tama, Tehnik Difraksi Sinar-X Dalam
Analisis Struktur Kristal. .
[37] I. N. Rahman, “Pengaruh Substitusi Cu Terhadap Sifat Kemagnetan dan
Kelistrikan Material La0.7(Ba0.97Ca0.03)0.3Mn1-xCuxO3 (x = 0; 0,03;
0,05; 0,07 dan 0,10),” Universitas Indonesia, 2019.
51