OLEH :
SITI AISYAH AL HUMAERAH
A24120015
Air adalah sumber kehidupan, air yang bersih dan sehat akan menjaga lingkungan dan
tubuh kita. Jangan dibuang-buang ingatlah di tempat lain orang berjalan 5km untuk
mendapat air
Jika bumi tetap dibiarkan seperti saat ini maka bukan tidak mungkin bencana akan
melanda negri ini dan Bangka Belitung khususnya. Dengan semakin langkanya
tumbuhan maka cadangan air juga berkurang. Oleh karena itu marilah kita bersama-
sama untuk menjaga bumi ini agar kehidupan tetap berlangsung dengan baik. Serta
melaksanakan pepatah “muda menanam, tua menuai” untuk membuat bumi tersenyum
pada kita. Sehingga kita tidak kepanasan lagi, tidak lagi dilanda kekeringan yang
berkepanjangan serta generasi mendatang tetap bisa merasakan keindahan dan
kekayaan alam Indonesia ini. Kesadaran pribadi turut mendukung keberhasilan program
yang dicanangkan pemerintah untuk menjadikan Indonesia Hijau kembali
Mungkin kalimat diatas tadi yang akan diucapkan oleh Bumi seandainya ia bisa bicara.
Ini disebabkan oleh lingkungan yang semakin rusak. Kerusakan tidak hanya terjadi di
darat tapi juga laut dan udara.
Kerusakan lingkungan semakin hari semakin bertambah kompleks sehingga kita pun
merasakan bumi semakin panas. Ini disebabkan berkurangnya ruang yang ditumbuhi
oleh pepohonan. Kerusakan ini disebabkan oleh penambangan, perkebunan dan
aktivitas penduduk. Kerusakan alam di Provinsi kepulauan Bangka Belitung lebih banyak
disebabkan oleh kegiatan pertambangan. Kegiatan pertambangan dapat berdampak
pada perubahan/rusaknya ekosistem. Ekosistem yang rusak diartikan sebagai suatu
ekosistem yang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya secara optimal, seperti
perlindungan tanah, tata air, pengatur cuaca, dan fungsi-fungsi lainnya dalam mengatur
perlindungan alam lingkungan.
Degradasi pada lahan bekas tambang meliputi perubahan sifat fisik dan kimia tanah,
penurunan drastis jumlah spesies baik flora, fauna serta mikroorganisme tanah. Dengan
kata lain, lahan yang terdegradasi memiliki tingkat kesuburan yang rendah dan struktur
tanah yang kurang baik untuk pertumbuhan tanaman
Untuk memperbaiki kondisi lahan yang rusak akibat kegiatan pertambanga dapat
dilakukan berbagai cara, salah satunya dengan reklamasi. Reklamasi merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lahan pasca penambangan, yang kemudian
dilanjutkan dengan kegiatan revegetasi. Revegetasi sendiri bertujuan untuk memulihkan
kondisi fisik, kimia dan biologis tanah tersebut. Namun upaya perbaikan dengan cara ini
masih dirasakan kurang efektif, hal ini karena tanaman secara umum kurang bisa
beradaptasi dengan lingkungan ekstrim, termasuk bekas lahan tambang. Oleh karena itu
aplikasi lain untuk memperbaiki lahan bekas tambang perlu dilakukan, salah satunya
dengan mikroorganisme.
Perbaikan kondisi tanah meliputi perbaikan ruang tubuh, pemberian tanah pucuk dan
bahan organik serta pemupukan dasar dan pemberian kapur. Kendala yang dijumpai
dalam merestorasi lahan bekas tambang yaitu masalah fisik, kimia (nutrients dan
toxicity), dan biologi. Masalah fisik tanah mencakup tekstur dan struktur tanah. Masalah
kimia tanah berhubungan dengan reaksi tanah (pH), kekurangan unsur hara, dan
mineral toxicity. Untuk mengatasi pH yang rendah dapat dilakukan dengan cara
penambahan kapur. Sedangkan kendala biologi seperti tidak adanya penutupan vegetasi
dan tidak adanya mikroorganisme potensial dapat diatasi dengan perbaikan kondisi
tanah, pemilihan jenis pohon, dan pemanfaatan mikroriza.
Oleh karena itu diperlukan pemilihan spesies yang cocok dengan kondisi setempat,
terutama untuk jenis-jenis yang cepat tumbuh, misalnya sengon, yang telah terbukti
adaptif untuk tambang. Dengan dilakukannya penanaman sengon minimal dapat
mengubah iklim mikro pada lahan bekas tambang tersebut. Untuk menunjang
keberhasilan dalam merestorasi lahan bekas tambang, maka dilakukan langkah-langkah
seperti perbaikan lahan pra-tanam, pemilihan spesies yang cocok, dan penggunaan
pupuk.
Jika bumi tetap dibiarkan seperti saat ini maka bukan tidak mungkin bencana akan
melanda negri ini dan Bangka Belitung khususnya. Dengan semakin langkanya
tumbuhan maka cadangan air juga berkurang. Oleh karena itu marilah kita bersama-
sama untuk menjaga bumi ini agar kehidupan tetap berlangsung dengan baik. Serta
melaksanakan pepatah “muda menanam, tua menuai” untuk membuat bumi tersenyum
pada kita. Sehingga kita tidak kepanasan lagi, tidak lagi dilanda kekeringan yang
berkepanjangan serta generasi mendatang tetap bisa merasakan keindahan dan
kekayaan alam Indonesia ini. Kesadaran pribadi turut mendukung keberhasilan program
yang dicanangkan pemerintah untuk menjadikan Indonesia Hijau kembali.