SKRIPSI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
SKRIPSI
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Disetujui di
Medan, Juli2017
KomisiPembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Disetujui Oleh
Departemen Fisika FMIPA USU
Ketua
SKRIPSI
Sayamengakuibahwaskripsiiniadalahhasilkaryasendiri.Kecualibeberapakutipandan
ringkasan yang masing – masingdisebutkansumbernya.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir.
Tugas akhir merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara Medan. Untuk memenuhi persyaratan diatas penulis mengerjakan
tugas akhir dengan judul : “Pengaruh Suhu Sintering Terhadap Karakteristik
Keramik Berbasis Alumina, Glass Dan BeadBentonit”. Yang dilaksanakan di
Laboratorium Magnet P2F Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Serpong,
Tangerang Selatan, Banten.
Penulis menyadari bahwa selama proses hingga akhir terselesaikannya
penyusunan skripsi ini bayak sekali bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orangtua saya yang tersayang(ayahanda Zulhamidi, Se dan Ibunda
Rosmawita, Spd, Serta Muhammad Rizki Zulta Wanda dan Inaya Nuradila
Fitrah) yang tulus menyayangi penulis dan tak henti-hentinya memberikan
nasehat, doa, serta materi maupun moril .
2. Bapak Dr. Kerista Sebayang M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji M.S selaku ketua Departemen Fisika
Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Medan.
4. Bapak Prof. Dr. Zuriah Sitorus M.S, Bapak Eko Arief Setiadi, M.Si,
danBapak Prof. Drs.Perdamean M.Sc selaku Dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Bambang Widyatmoko, M. Eng, selaku Kepala Laboratorium
Pusat Penelitian Fisika P2F-LIPI Serpong.
ABSTRAK
Telah dilakukan pembuatan keramik berbasis bentonit dan glass bead dan
penambahan Al2O3 sebanyank 30 (wt%) dengan variasi suhu sinter 900oC,
1000oC, 1100oC dan 1200oC. Proses preparasi bahan baku mulai dari
pencampuranserbuk bantonite 35 wt%, glass bead 35 wt%t dan alumina 30
wt%,lalu dicetak dengan gaya 8 tonf sehingga membentuk pellet dengan diameter
18,5 dan tebal 4,3 mm. Sampel yang telah dicetak kemudian dikeringkan
menggunakan oven dengan temperatur 100°C selama 24 jam. Karakterisasi yang
diuji meliputi sifat fisis (densitas, porositas, water absorption dan kekerasan),
mikrostruktur menggunakan Optical Microscope dan analisis fasa menggunakan
XRD (X-Ray Diffraction). Dari hasil pengukuran bulk density dan kekerasan pada
keramik berbasis bentonit dan glass bead dan alumina dengan variasi suhu
menunjukkan bahwa nilai bulk density dan kekerasan cenderung meningkat
sedangkan porositas dan water absorption cenderung menurun. Kondisi optimum
dicapai pada suhu 1100oC menghasilkan bulk density = 2,43 g/cm3, porosity =1,91
%, water absorption = 0,8 % dan kekerasan = 878,29 kgf/mm2..Pengaruh variasi
suhu sinter terhadap keramik berbasis bentonit dan glass bead dan alumina
cenderung meningkatkan nilai densitas dan kekerasannya namun menurunkan
porosity dan wter absorptinnya. Fasa yang terbentuk adalah fasa mayor anorthite
(Al2CaSi2O8) dan fasa minor microline (KAlSi3O8).
ABSTRACT
The production of ceramics based on bentonite and glass beads and the
addition of Al2O3 of 30 (wt%) with sinter temperature variation 900oC, 1000oC,
1100oC and 1200oC. Preparation process of raw materials ranging from mixing
bantonite powder 35 wt%, glass bead 35 wt% t and alumina 30 wt%, then printed
with style 8 ton to form pellet with diameter 18,5 and thickness 4,3 mm. The
samples were then dried using an oven at 100 ° C for 24 hours. Characterization
tested includes physical properties (density, porosity, water absorption and
hardness), microstructure using Optical Microscope and phase analysis using
XRD (X-Ray Diffraction). From the measurement of bulk density and hardness on
ceramics based on bentonite and glass bead and alumina with temperature
variation shows that bulk density and hardness value tends to increase while
porosity and water absorption tends to decrease. The optimum condition is
reached at 1100oC temperature yielding bulk density = 2,43 g / cm3, porosity =
1.91%, water absorption = 0,8% and hardness = 878,29 kgf / mm2..The effect of
sinter temperature variation on bentonite based ceramic And glass beads and
alumina tend to increase the density and hardness value but decrease the porosity
and wter absorption. The phase formed is the major phase anorthite
(Al2CaSi2O8) and microline minor phase (KAlSi3O8)
Halaman
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
DAFTAR SINGKATAN xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang 1
1.2 RumusanMasalah 3
1.3 Batasan Masalah 3
1.4 TujuanPenelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Sistematika Penulisan 5
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN
Nomor
Judul Halaman
Tabel
1 Komposisi Material Montmorillonite 8
2 Komposisi Kimia dari Bentonit 11
3 Karakteristik Alumina 13
4 Komposisi bahan bentonit, glass bead, dan Al2O3 28
5 Data hasil pengujian true density 37
6 Data hasil pengujian bulk density 39
7 Data hasil pengujian porositas 41
8 Data hasil pengujian water absorption 42
9 Hasil pengujian kekerasan (Hardness Vickers) 46
Nomor
Judul Halaman
Gambar
1 StrukturMontmorilloniteBentoit 9
2 Struktur Alumina 12
3 StrukturKristobalitSilika 14
4 Perubahanstruktur mikro pada saat sintering 19
5 Tipe-tipeLekukanPiramidaIntan 21
6 Optical Microscope danKomponennya 23
7 Diagram Alir Penelitian 27
8 Skema sintering pada Thermolyne furnace high temperature 30
Grafik hubungan antara distribusi partikel terhadap ukuran
9 diameter partikel campuran bentonit dan glass bead dengan 38
penambahan 0 wt% Al2O3
Hubungan antara bulk density bentonit,glass
10 beaddanAl2O3denganvariasi suhu 900oC, 1000oC, 40
1100oCdan 1200oC selama 4 jam
Hubungan antara porositaskeramik bentonit, glass
11 beaddanAl2O3teradapVariasiSuhu Sintering 900oC, 1000oC, 41
1100oCdan 1200oC selama 4 jam
Hubungan antara Water Absorptionkeramikbentonit, glass
12 beaddanAl2O3teradapVariasiSuhu Sintering 900oC, 1000oC, 42
1100oCdan 1200oC selama 4 jam
Gambar morfologi permukaan keramik berbasis bentonit
dan glass bead yang disinter pada suhu 900oC, 1000oC,
13 43
1100oCdan 1200oC selama 4 jam dengan penambahan 0
wt% Al2O3 pada perbesaran 400x
Pola difraksi sinar-X pada keramik bentonitglass bead dan
14 34
Al2O3padasuhusinter900oCdan 1100oC
Hubungan antara kekerasan bentonit,glass
beaddanAl2O3terhadapvariasisuhu sintering
15 35
denganpenahananwaktuselama 4 jam.
Al2O3 : Aluminiumoksida
ASTM : American Standard Testing and Material
HEM : High Energy Milling
HV : Hardness Vickers
OM : Optical microscope
PSA : Particle Size Analyzer
SiO2 : SilikonDioksida
TFHT : Thermolyne Furnace High Temperature
UTM : Universal Testing Machines
XRD : X-Ray Diffraction
Pada pembuatan keramik ini, bahan bentonit dan glass bead dapat
menurunkan suhu membuat pertumbuhan butir Al2O3yang tidak normal pada suhu
tinggi dapat dikendalikan sehingga diharapkan penambahan Al2O3dapat
meningkatkan densitas dan kekerasan dari keramik berbasis bentonit dan glass
bead, serta dapat membentuk fasa baru yaitu feldspar (AlSi3O8) yang merupakan
mineral silikat dan terbagi menjadi Microline (KAlSi3O8), Albite (NaAlSi3O8),
dan Anorthite (CaAl2Si2O8). Aplikasi dari feldspar yaitu pada industri kaca/gelas
karena bentuknya vitreous (seperti kaca) dan keindahan mineral feldspar
dimanfaatkan untuk ornament stone (batu hias).
2.1 Keramik
Keramik berasal dari bahasa Yunani “keramos”, yang artinya adalah
sesuatu yang dibakar.Pada mulanya diproduksi dari mineral lempung yang
dikeringkan di bawah sinar matahari dan dikeraskan dengan pembakaran pada
ternperatur tinggi (Joelianingsih, 2004).
Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai
suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang
dibakar seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Penggunaan keramik
berkembang dari bahan pecah belah, perabot rumah tangga hingga produk
industri.Tetapi saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat.Definisi
keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang
berbentuk padat (Subari danHidayati, 2010).
Kekuatan dan ikatan keramik menyebabkan tingginya titik
lebur,kerapuhan, daya tahan terhadap korosi, rendahnya konduktivitas termal
dantingginya kekuatan kompresif dari material tersebut.Keramik merupakan
bahan yang mempunyai karakteristik senyawa logamdan bukan logam, senyawa
tersebut memiliki ikatan ionik dan ikatan kovalen(Vlack, 1991).
Keramik merupakan bahan komposit yang memiliki tahanan suhutinggi,
keausan dan korosi yang lebih baik daripada super alloynamun memilikisifat
getas.Akan tetapi ada beberapa kelemahan pada kebanyakan jenis keramik yaitu
sifatnya rapuh (britle), getas dan mudahpatah seperti halnya pada jenis keramik
konvensional seperti porselen, gerabah,gelas, dan sebagainya (Subiyanto dan
Subowo, 2003).
Perbedaan antara keramik tradisional dengan keramik maju dilihat dari
bahan dasar yang digunakan, teknik pembuatan, temperatur pemanasannya dan
sifat bahan yang dihasilkan.Untuk keramik tradisional bahan dasar yang
digunakan terbuat dari tanah liat. Dalam pembuatan keramik tradisional ada tiga
teknik pembuatan yang sering digunakan (a) teknik pilin (coil); (b) teknik putar
2.2 Bentonit
Bentonit merupakan mineral alumina silikat hidrat yang termasuk dalam
pilosilikat atau silikat berlapis.Rumus kimia umum bentonit adalah
Al2O3.4SiO2.H2O.Kandungan bentonit terdiri dari montmorillonite, illite, kuarsa,
dan mineral lainnya dimana 85% dari kandungannya berupa montmorillonite.
Keunikan sifat bentonit yaitu memiliki kemampuan untuk mengembang dan
membentuk koloid jika dimasukkan ke dalam air (Megawati, 2008).
Bentonit atau clay adalah istilah yang digunakan untuk sejenis lempung
yang mengandung mineral montmorillonite.Nama montmorillonite ini berasal dari
jenis lempung plastis yang ditemukan di Montmorillonite, Perancis pada tahun
1847 (Labaik, 2006).Bentonit terbentuk dari proses mekanik dan kimiawi dari
batuan yangdipengaruhi cuaca (pada lingkungan alkali), batuan tersebut umumnya
berasal daribatuan ledakan gunung berapi, bisa juga berasal dari batuan andesit,
riolit, basal,dan lain-lain, kebanyakan adalah batuan tersier. Keberadaan bentonit
sangatmelimpah di Indonesia, antara lain tersebar di pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan Timur, dan Sulawesi. Istilah bentonit pertama kali dikenalkan oleh W.
C. Knightpada tahun 1989, karena bentonit ditemukan di daerah Fort Benton,
Wyoming Amerika Serikat (Puslitbang Tekmira,2005).
Montmorillonite atau bentonit merupakan mineral aluminosilikat yang
banyak digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai produk di
berbagai bentuk, salah satunya sebagai katalis dan sebagai reinforcement.
2. Tetragonal
Ciri-cirinya adalah jumlah sumbu ada 3, Axial ratio a=b (tidak = c), sudut
alfa=beta=gamma=90. Beberapa kelas kristalnya yaitu pyramid, Bipiramid,
Ditetragonal Piramid, Ditetragonal Bipiramid, Bisfenoid, Trapezohedral,
Skalenohedral. Contoh mineralnya antara lain: rutile, autunite, pyrolusite,
leusite, scapolite.
3. Hexagonal
Ciri-cirinya adalah Jumlah sumbu ada 4, a=b=d (tidak = c), sudut alfa=beta=90
dan gama=120. Beberapa kelas kristalnya yaitu Hexagonal Piramid, Hexagonal
Bipiramid, Dihexagonal pyramid, Dihexagonal Bipiramid, Trigonal Bipiramid,
Ditrigonal Bipiramid, Hexagonal Trapezohedral. Contoh mineralnya antara
lain: dolomite, apatite.
4. Trigonal
5. Orthorombik
Ciri-cirinya adalah Jumlah sumbu ada 3, a tidak sama dengan b tidak sama
dengan c, sudut alfa=beta=gama=90. Beberapa kelas kristalnya yaitu
Bisfenoid, Piramid, Bipiramid.Contoh mineralnya antara lain: stibnite,
chrysoberyl, aragonite, witherite.
6. Monoklin
Ciri-cirinya adalah Jumlah sumbu ada 3, a tidak sama dengan b tidak sama
dengan c, sudut alfa=beta=90 tidak = gama. Beberapa kelas kristalnya yaitu
Sfenoid, Doma, Prisma.Contoh mineralnya antara lain: azurite, mlachite,
colemanit, gypsum, epidot.
7. Triklin
Dengan :
ρ = Densitas (gram/cm3)
m = Massa sampel (gram)
V = Volume sampel (cm3)
Dengan :
P =bebanyangditerapkan, kg
L = panjangdiagonal rata-rata, mm
θ = sudut antarapermukaan intanyangberlawanan =136°
Beban yang biasanyadigunakan pada pengujian ini berkisar antara 1
sampai120kg, tergantung padakekerasanlogamyang akandiuji.Lekukanyang
benaryang dibuatolehpyramidaintanharusberbentukbujursangkar.Akantetapi
penyimpangandapatterjadipada
penumbuklekukan.Lekukanbantaljarumpadagambar 4adalah akibatterjadinya
penurunanlogamdisekitar permukaan piramidayangdatar.Keadaandemikianterjadi
padalogamyang dilunakkandan mengakibatkanpengukuran panjang diagonal
2.7.3 Mikrostruktur
Strukturmikromerupakanbutiran -butiran suatubendalogamyangsangat
kecildantidakdapatdilihatdenganmatatelanjang,sehinggaperlumenggunakan
mikroskop optik atau mikroskop elektron untuk pemeriksaan butiran-butiran
logamtersebut.Strukturmaterialberkaitan dengan komposisi,sifat,sejarah dan
kinerja pengolahan, sehingga dengan mempelajari struktur mikro akan
memberikaninformasi yang menghubungkan komposisi dan pengolahan sifat
sertakinerjanya. (Ahmad Rifai M Nur Sagala, 2012).
Salah satu alat untuk analisa struktur mikro adalah Optical
Microscope.Pada optical microscope, ketika cahaya dari lampu mikroskop
melewati kondenser dan kemudian melewati spesimen (specimen dianggap
adalah penyerap cahaya), hanya sedikit saja cahaya yang melewati specimen
tanpa terganggu.Cahaya tersebut disebut sebagai cahaya langsung atau cahaya
2.7.4 Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume pori-
pori(volume ruang kosong) pada zat padat dengan jumlah volume total zat
padat. Perhitungan porositas dihitung dari volume pori dibagi dengan volume
total.Pada persamaan tersebut, sulit untuk digunakan karena kita akan
kesulitanuntuk mengukur volume kosong pada zat padat, sehingga pengukuran
porositasdapat dihitung dengan menggunakan Persamaan di bawah ini:
ρ basah −ρ kering
Porositas = × 100% (2.3)
ρ basah
Keterangan :
ρkering : massa jenis sampel kering (g/cm3)
ρbasah : massa jenis sampel basah (g/cm3)
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Serbuk bentonit, berfungsi sebagai bahan baku pembuatan keramik dalam
penelitian ini.
3.4.4 Pegeringan
Pengeringan adalah proses pemisahan sejumlah kecil zat cair untuk
menghilangkan kandungan sisa zat cair di dalam sampel. Setelah proses wet
milling selesai, kemudian serbuk basah dimasukkan ke dalam gelas ukur dan
dikeringkan di dalam oven dengan suhu 100oC selama 24 jam untuk
menghilangkan kadar toluena. Setelah serbuk kering, dilakukan pengujian true
density dengan menggunakan alat piknometer dan pengujian PSA (Particle
Size Analyzer) untuk mengetahui diameter ukuran partikel dari serbuk hasil
wet milling.
3.4.5 Kompaksi
Pembuatan sampel uji dilakukan dengan caradry pressing (cetak kering).
Sebelum serbuk hasil milling dikompaksi, serbuk dicampur dengan resin
sebanyak 5% dan katalis sebanyak 3,2% dari berat sampel yang akan
dibentuk. Penambahan resin bertujuan sebagai bahan pengikat atau perekat
serbuk hasil milling dan katalis sebagai hardener untuk mempercepat proses
pengeringan resin. Kemudian serbuk keramik dimasukkan ke dalam cetakan
dan dilakukan kompaksi dengan tekanan 80 kgf/cm2 menggunakan magnetic
field press dan ditahan selama 2 menit. Hasil cetakan berupa pelet dengan
massa 2,5 gram, diameter 16 mm, dan tebal 6 mm. Proses kompaksi dan hasil
kompaksi ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
3C
4t
2C 2t
30t
1C 1t
0
min
3.4.7 Karakterisasi
Adapun karakterisasi sampel uji yang dilakukan adalah pengujian setelah
milling :true density dan Particle Size Analyzer (PSA) serta pengujian setelah
sintering : sifat fisis (bulk density, porositas, dan water absorption), sifat mekanis
(kekerasan), struktur mikro menggunakan Optical Microscope (OM), serta
analisis fasa dan struktur kristal menggunakan X-Ray Diffraction (XRD).
b. Porositas
Pengujian porositas dilakukan untuk mengetahui banyaknya rongga atau
pori yang terdapat dalam suatu sampel pelet yang telah selesai disinter pada suhu
900oC, 1000oC, 1100oC dan 1200oC selama 4 jam. Pengujian porositas
menggunakan metode Archimedes dengan prosedur kerja sebagai berikut :
1. Disiapkan peralatan Archimedes(gelas ukur, aquades, neraca digital dan kawat
penggantung sampel), penjepit sampel, dan sampel pelet yang telah dioven
pada temperatur 100oC selama 1 jam.
2. Diletakkan tiang penyangga diatas neraca digital, meletakkan gelas ukur yang
berisi aquades (¾ volume gelas ukur) diatasnya, dan meletakkan kawat
penggantung pada penyangga sampai kawat tenggelam dalam aquades.
3. Dikalibrasi neraca digital yang akan digunakan.
4. Dijepit dan diletakkan pelet ke tempat sampel pada kawat penggantung,
kemudian dicatat hasilnya sebagai mk(massa kering).
5. Dijepit dan diimasukkan pelet ke tempat sampel yang berada didalam gelas
ukur yang berisi aquades, ditunggu beberapa saat sampai tidak ada gelembung
udara pada pelet, kemudian dicatat hasilnya sebagai mb(massa basah).
6. Direbus pelet menggunakan magnetic stirrer selama 30 menit pada temperatur
100oC.
7. Dijepit dan diletakkan pelet yang telah direbus ke tempat sampel pada kawat
penggantung, kemudian dicatat hasilnya sebagai mbu(massa basah di udara).
8. Dihitung nilai porositas sampel pelet menggunakan persamaan (2.3).
9. Dilakukan langkah di atas untuk sampel yang lainnya.
d. Kekerasan
Pengujian kekerasan sampel pelet yang telah disinter pada suhu 900oC,
1000oC, 1100oC dan 1200oC selama 4 jam dengan metode pengukuran vickers
dilakukan menggunakan Micro Hardness Tester. Prosedur pengujian kekerasan
menurut standart ASTM E 384-99 yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Permukaan sampel dihaluskan dan diratakan dengan menggunakan amplas
CW-1200, 1500, dan 5000.
Gambar 4.1. Grafik hubungan antara distribusi partikel terhadap ukuran diameter
partikel campuran bentonit dan glass bead dengan penambahan 30
wt% Al2O3
Dari tabel y dapat dibuat grafik hubungan antara nilai bulk density
campuran bentonit dan glass bead terhadap penambahan Al2O3 seperti
diperlihatkan pada gambar 10. Dari tabel 6 dan gambar 10 menunjukkan bahwa
semakin tinggi suhu sinter maka menyebabkan kenaikan nilai bulk density atau
keramik yang dibuat cenderung bertambah padat.Tetapi pada suhu 1200oC nilai
bulk density menurun karena telah terjadi deformasi pada sampel, yaitu perubahan
2,6 2.43
2.39
2,3 2.37
2,0
1,7 1.56
1,4
900 1000 1100 1200
Temperatur (oC)
Dari tabel 7 dapat dibuat grafik hubungan antara nilai porositas campuran
bentonit,glass beaddan alumina terhadap variasi suhu sinter seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 11 dibawah ini :
3
2.42
1.91 1.71
2
0
900 1000 1100 1200
Temperatur ( ⁰C)
Dari Tabel 8 dapat dibuat grafik hubungan antara nilai water absorption
campuran bentonit ,glass beaddan alumina terhadap varasi suhu sinter seperti
yang diperlihatkan pada gambar 12 dibawah ini :
3
2.35
2
1.035 1.11
1 0.8
0
900 1000 1100 1200
Temperatur (⁰C)
Gambar 4.5. Hubungan antara water absorption bentonit, glass beaddan alumina
terhadap varasi suhu sinter yang dithan selama 4 jam
(a) (b)
(c) (d)
Hasil analisis XRD menunjukkan bahwa pada suhu sinter 900⁰C dan
1100⁰C telah terbentuk dua fasa, yaitu anorthite (Al2CaSi2O8) sebagai fasa mayor
dan microline (KAlSi3O8) sebagai fasa minor. Fasa anorthite mempunyai struktur
kristal triclinic dengan parameter kisi (a = 8.171 Å, b = 12.924 Å, dan c = 14.223
Å) dan fasa microline juga mempunyai struktur kristal triclinic dengan parameter
kisi (a = 8.0764 Å, b = 12.8471 Å, dan c = 6.9991 Å). Fasa anorthite dan
microline mempunyai tampilan seperti kaca (vitreous) dan rapuh (brittle) serta
memilki nilai densitas masing-masing yaitu 2.752 g/cm3 dan 2.855 g/cm3. Selain
itu, anorthite dan microline mempunyai nilai kekerasan 6 skala mohs atau sekitar
> 630 kgf/mm2 dan hal ini dapat dibuktikan dari hasil pengujian kekerasan
menggunakan metode Vickers.Data hasil analisis menggunakan XRD terdapat
pada lampiran 6.
900 631,76
1000 684,55
1100 878,29
900 878,29
800
684,55
700
600 631,76
500
900 1000 1100
Temperatur ( ⁰C)
Gambar 15 Hubungan antara kekerasan keramik berbasisi bentonit, glass beaddan
alumina terhadap variasi suhu sinterdengan penahanan waktu selama
4 jam
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Telah dilakukan pembuatan keramik berbasis bentonit, glass bead dan
alumina dengan variasi suhu sinter 900oC, 1000oC, 1100oC dan 1200oC
selama 4 jam yang dimilling selama 2 jam menggunakan HEM.
2. Dari hasil pengujian sifat fisis dan mekanis didapati bahwa semakin tinggi
suhu sinter yang dilakukan terhadap sampel menyebabkan nilai bulk density
dan kekerasan cenderung semakin meningkat. Tetapi pada suhu 1200oC
sampel terdeformasi akibat suhu yang terlalu tinggi, sehingga menyebabkan
nilai bulk density menurun dan nilai kekerasa tidak dapat diukur. Sedangkan
nilai porosity dan water absorption cenderung menurun.
3. Kondisi optimum diperoleh pada suhu sinter mencapai 1100oC selama 4 jam
menghasilkan nilai bulk density2,43 g/cm3, porosity 1,91 %, water
absorption 0,8 % dan kekerasan 878,29 kgf/mm2.
4. Hasil analisis fasa dan struktur Kristal menggunakan XRD (X-Ray
Diffraction) pada keramik berbasis bentonit, glass bead dan alumina dengan
variasi suhu sinter 900oC, 1000oC, 1100oC dan 1200oC terdapat dua fasa
yang terbentuk yaitu fasa mayor anorthite (Al2CaSi2O8) dan fasa minor
microline (KAlSi3O8).
5.2 Saran
Untuk proses penelitian lebih lanjut dalam pembuatan keramik berbasis
bentonit, glass bead dan alumina dengan variasi suhu sinter disarankan :
1. Dalam penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pengujian SEM untuk dapat
lebih detail mengetahui fasa apa saja yang terbentuk.
2. Dalam penelitian lebih lanjut pe0rlu dikaji lebih lanjut tentang fasa yang
terbentuk terhadap keramik berbasis bentonit, glass bead dan alumina
dengan variasi suhu sinter.
Joeliangsih.2004.”Peningkatan KualitasKeramikDenganPenambahanSekapPadi
Dan bambu”,Makalah. IPB : Bogor.
Mkrtchyan, R. V., A. A. Ismatov, & R. A. Musaev. 2002. Clay Shale from The
Dzherdanakskoe Deposit: a High-Quality Ceramic Material. Journal Glass
and Ceramics. Vol 59, Nos. 5-6, 2002, 177-179.
Utracki, L., A., Kamal, M. R., 2002, Clay Containing Polymeric Nanocomposite,
Halaman 27, 43-67. UEA: The Arabian Journal for Science and
Engineering.
1. AlatPenelitian
Saringan GelasUkur
Penjepit
Jangkasorong digital
A B C D
A B C D
3. True density
a. True density eksperimen
Mengukurtrue densitydenganmenggunakanrumus :
𝑚𝑚3 − 𝑚𝑚1
𝜌𝜌𝑠𝑠 = × 𝜌𝜌𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
(𝑚𝑚2 − 𝑚𝑚1 ) − (𝑚𝑚4 − 𝑚𝑚3 )
Keterangan :
𝜌𝜌𝑠𝑠 : true densityserbuk (g/cm3)
𝑚𝑚1 : massapicnometerkosong (gram)
𝑚𝑚2 : massapicnometerdiisicairan (gram)
𝑚𝑚3 : massapicnometerdiisiserbuk (gram)
𝑚𝑚4 : massapicnometerdiisiserbukdancairan (gram)
𝜌𝜌𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 : Densitas toluena (g/cm3)
35 35 30 2.32 3.01
4. Bulk density
Mengukurbulk densitydenganmenggunakanrumus :
𝑚𝑚𝑘𝑘
𝜌𝜌𝑝𝑝 = × 𝜌𝜌𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎
𝑚𝑚𝑘𝑘 − 𝑚𝑚𝑏𝑏
Keterangan :
1 2.124 1.237
2 2.124 1.237 Suhu 1000oC
3 2.124 1.237
Rata-rata 2.124 1.237 0.887 0.996262 2.385
1 2.125 1.255
2 2.125 1.255 Suhu 1100oC
3 2.125 1.255
Rata-rata 2.105 1.255 0.87 0.996262 2.433
1 2.057 0.74
2 2.056 0.75 Suhu 1200oC
3 2.058 0.73
Rata-rata 2.057 0.74 1.317 0.996262 1.565
5. Porositasdanwater absorption
Mengukurporositasdenganmenggunakanrumus :
𝑚𝑚𝑏𝑏𝑏𝑏 − 𝑚𝑚𝑘𝑘
𝑃𝑃 = × 100%
𝑚𝑚𝑏𝑏𝑏𝑏 − 𝑚𝑚𝑏𝑏
Mengukurwater absorptiondenganmenggunakanrumus :
𝑚𝑚𝑏𝑏𝑏𝑏 − 𝑚𝑚𝑘𝑘
𝐴𝐴 = × 100%
𝑚𝑚𝑘𝑘
HasilPengukuranOptical Microspcop
a. 900oC
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 2
c. 1100oC
Percobaan 1
d. 1200oC
Percobaan 1
Percobaan 2
HARDNESS VICKERS
a. 900oC
Percobaan 1
Percobaan 3