Anda di halaman 1dari 30

PENERAPAN METODE ELIMINASI GAUSS PADA

PENYETARAAN PERSAMAAN REAKSI KIMIA


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Numerik
Dosen Pengampu

: Drs. Mulyono, M.Si.

Rombel

: 001 (Jumat Pagi)

oleh
Hadi Susanto
4111412049

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2015
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan SWT. atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
individu mata kuliah Metode Numerik yang berjudul PENERAPAN METODE
ELIMINASI GAUSS PADA PENYETARAAN PERSAMAAN REAKSI KIMIA
dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Mulyono selaku dosen mata kuliah Metode Numerik.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan.
Penulis menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan, dan
pengalaman yang penulis miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah
membantu penulis dengan menyediakan sumber informasi, memberikan masukan
pemikiran. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Demi perbaikan dan kesempurnaan tugas metode numerik ini di waktu yang akan
datang. Semoga tugas metode numerik ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Semarang, 25 Juni 2015

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................... 1


KATA PENGANTAR ..................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ................................................ 4
1.1 Latar Belakang ...................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................. 5
1.3 Tujuan .................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................... 6
2.1 Stoikiometri ...........................................................6
2.2 Persamaan Reaksi .................................................. 7
2.3 Penyetaraan Persamaan .......................................... 8
2.4 Solusi Sistem Persamaan Linear ................................ 9
2.5 Metode Eliminasi Gauss ......................................... 11
BAB III PEMBAHASAN .............................................. 14
BAB IV PENUTUP ..................................................... 26
4.1 Kesimpulan ......................................................... 26
4.2 Saran ................................................................. 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................... 27

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG

Di dalam Metode Numerik, solusi sistem persamaan linear


merupakan permasalahan yang penting karena persamaan linear
digunakan dalam berbagai bidang kerekayasaan dan sains
komputer. Sebagai contoh, persamaan linear digunakan di dalam
pemrosesan sinyal digital pada bidang teknik elektro. Banyak
permasalahan kerekayasaan dapat dimodelkan menjadi bentuk
sistem persamaan linear.
Salah satu contoh penyelesaian persoalan dengan sistem
persamaan linear adalah pemodelan kuat dan arah arus listrik
pada rangkaian listrik dengan hukum Kirchoff serta pemodelan
matematika untuk ekonomi suatu negara atau region
berdasarkan berbagai sektor perekonomian dengan
menggunakan model Leontief.
Sistem persamaan linear dapat dicari solusinya dengan
menggunakan pendekatan keinformatikaan, yaitu dengan
menggunakan berbagai macam algoritma yang ditujukan untuk
menyelesaikan sistem persamaan linear. Beberapa algoritma
penyelesaian sistem persamaan linear yang terkenal diantaranya
ialah algoritma eliminasi Gauss, algoritma eliminasi Gauss
Jordan, dekomposisi matriks LU, dekomposisi matriks Crout,
dekomposisi matriks Cholesky, dekomposisi matriks Doolittle,
algoritma lelaran Jacobi, algoritma lelaran Gauss Seidel,
Successive Over Relaxation atau SOR, dan lain-lain.

Dari sekian banyak metode penyelesaian yang ada,


Eliminasi Gauss merupakan metode penyelesaian sistem
persamaan linear yang paling popular dan mudah
diimplementasikan. Pada makalah ini akan dibahas penggunaan
algoritma eliminasi Gauss dalam menyelesaikan masalah klasik
di dalam ilmu kimia, yaitu masalah penyetaraan persamaan
reaksi kimia.

1.2.
RUMUSAN MASALAH
1) Bagaimana cara menghitung koefisien-koefisien persamaan
Reaksi Kimia dengan Metode Eliminasi Gauss?
2) Reaksi apa saja yang dapat disetarakan dengan Metode
Eliminasi Gauss?
1.3.
TUJUAN
1) Mengetahui cara menghitung koefisein-koefisien Persamaan
Reaksi Kimia dengan Metode Eliminasi Gauss.
2) Mengetahui reaksi apa saja yang dapat disetarakan dengan
Metode Eliminasi Gauss.
1.4.

MANFAAT

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan


manfaat, yaitu:
1. Pembaca dapat mengetahui lebih dalam tentang materi
Metode Eliminasi Gauss.
2. Pembaca dapat mengetahui penerapan Metode Numerik
pada proses penyetaraan persamaan reaksi kimia
menggunakan Metode Eliminasi Gauss..

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. STOIKIOMETRI
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani, yaitu stoicheion
yang berarti elemen dan metron yang berarti pengukuran.
Stoikiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang berhubungan
dengan jumlah relatif dari reaktan dan produk di dalam reaksi
kimia.
Di dalam istilah kimia, reaktan adalah materi yang
digunakan di dalam reaksi kimia, sedangkan produk adalah
materi yang dihasilkan di dalam reaksi kimia. Di dalam suatu
reaksi kimia yang setara, hubungan setiap jumlah dari reaktan
dan produk biasanya membentuk rasio berupa suatu angka
bulat. Sebagai contoh, di dalam reaksi pembentukan Amonia (
N H 3 ), tepat satu molekul Nitrogen ( N 2 ) bereaksi dengan
tiga molekul Hidrogen ( H 2 ) untuk menghasilkan dua molekul
N H3 .
N 2 +3 H 2 2 N H 3
Stoikiometri dapat digunakan untuk menghitung jumlah
seperti jumlah dari produk yang dapat dihasilkan dari sejumlah
reaktan yang diberikan. Perhitungan stoikiometri dapat
memprediksikan bagaimana elemen dan komponen terlarut di
dalam larutan standard di dalam kondisi eksperimental tertentu.
Stoikiometri dibangun dari hukum kekekalan massa, yaitu massa
total reaktan sama dengan massa total produk di dalam reaksi
kimia.
6

Stoikiometri reaksi mendeskripsikan hubungan kuantitatif


dari setiap materi di dalam reaksi kimia. Pada contoh di atas,
stoikiometri reaksi mendeskripsikan rasio 1: 3: 2 dari molekul
nitrogen, hidrogen, dan amonia. Stoikiometri komposisi
mendeskripsikan hubungan kuantitatif massa dari setiap elemen
di dalam materi. Pada contoh di atas, stoikiometri komposisi
mendeskripsikan hubungan massa nitrogen dan hidrogen di
dalam amonia. Sebagai contoh, di setiap mol amonia terdapat
satu mol nitrogen dan tiga mol hidrogen.
Hukum utama dari stoikiometri ada tiga, yaitu:
1. Hukum kekekalan massa: total sama dengan total massa
produk.
2. Hukum kepastian proporsi atau hukum Proust: sebuah
materi kimia selalu mengandung proporsi massa yang sama
dari setiap elemen.
3. Hukum proporsi banyak atau hukum Dalton: apabila dua
elemen bergabung membentuk lebih dari satu materi, maka
rasio dari massa pada elemen kedua yang digabungkan
dengan rasio tetap dari massa elemen pertama akan
menjadi rasio dengan bilangan yang kecil.
2.2. PERSAMAAN REAKSI
Persamaan reaksi adalah representasi simbolik dari suatu
reaksi kimia. Bentuk umum persamaan reaksi adalah entitas
reaktan diletakkan pada bagian kiri persamaan dan entitas
produk diletakkan pada bagian kanan persamaan. Koefisien yang
berada di dekat simbol dan formula dari entitas adalah nilai
absolut dari bilangan stoikiometri. Orang yang pertama kali
mengenalkan persamaan reaksi adalah Jean Beguin pada tahun
1915.

Persamaan reaksi terdiri atas formula kimia dari reaktan dan


produk. Keduanya dipisahkan oleh sebuah simbol panah ( )
dan setiap substansi dari formula kimia dipisahkan oleh simbol
tambah (+). Sebagai contoh, persamaan kimia dari pembakaran
metana adalah sebagai berikut:
C H 4 +2 O2 C O2 +2 H 2 O
Persamaan di atas dapat dibaca dengan standar pembacaan
IUPAC. IUPAC (International Union of Pure Chemistry) merupakan
organisasi internasional yang melakukan standardisasi terhadap
ilmu kimia. Persamaan reaksi di atas dapat dibaca sebagai:
metana ditambah oksigen menghasilkan karbon dioksida dan
air.
Persamaan di atas menunjukkan bahwa dua molekul oksigen
dibutuhkan untuk setiap molekul metana dan reaksi ini akan
menghasilkan dua molekul air dan satu molekul karbon dioksida.
Pada persamaan reaksi, biasanya setiap simbol kimia akan
diberikan state untuk setiap simbol. Ada empat buah state yaitu
solid (s), liquid (l), gas (g), dan larutan aqueous (aq).
Reaksi redoks (reduksi-oksidasi) adalah persamaan reaksi
kimia di mana elektrolit dituliskan sebagai ion yang terdisosiasi.
Reaksi redoks digunakan untuk menuliskan pelepasan ion-ion
(tunggal maupun ganda) yang terjadi di dalam larutan aqueous.
Sebagai contoh pada reaksi redoks berikut:
NO
( 3)2 ( aq ) +2 AgCl(s )
CaCl 2 ( aq ) +2 AgN O3 ( aq ) Ca
Persamaan ionik secara lengkap dapat dituliskan sebagai:

+ 2 AgCl ( s ) .
2++2 N O3
Ca
++ 2 N O3
+2 Ag
2++2 Cl
Ca
2.3. PENYETARAAN PERSAMAAN
Persamaan reaksi harus disetarakan untuk melakukan
perhitungan kuantitatif kimia. Penyetaraan persamaan kimia
dilakukan berdasarkan hukum kekekalan massa. Atom-atom di
dalam reaksi tidak akan lenyap, atom-atom yang terdapat pada
reaktan haruslah terdapat juga pada produk.
Contoh persamaan reaksi yang belum setara seperti pada
reaksi sintesis air berikut:
H 2+ O 2 H 2 O
Persamaan di atas memiliki dua atom oksigen pada ruas kiri
tetapi hanya satu atom oksigen pada ruas kanan. Persamaan
reaksi tersebut belum setara. Untuk menyetarakan persamaan
reaksi, jumlah atom-atom di ruas kiri dan kanan persamaan
haruslah sama. Selain itu, setiap koefisien senyawa haruslah
berupa bilangan bulat dan dengan rasio terkecil. Perhatikan
penyetaraan persamaan reaksi di atas:
2 H 2 +O2 2 H 2 O
Bentuk lain seperti:
1
H 2+ O 2 H 2 O
2
4 H 2 +2 O2 4 H 2 O
Bentuk di atas salah karena tidak memenuhi syarat
penyetaraan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk
membenarkan kesalahan di atas, seluruh koefisien pada

persamaan reaksi pertama harus dikali dua dan seluruh koefisien


pada persamaan reaksi kedua harus dibagi dua. Di dalam
penyetaraan persamaan reaksi, tidak boleh mengubah bentuk
subscript karena akan mengubah komposisi senyawa.
Penyetaraan reaksi hanya bisa dilakukan dengan memodifikasi
koefisien senyawa pada persamaan reaksi.
Metode penyetaraan persamaan reaksi yang terkenal ada
tiga macam, yaitu:
1. Metode inspeksi
2. Metode setengah reaksi
3. Metode aljabar
Pada makalah ini penyetaraan reaksi yang akan dilakukan
sebenarnya merupakan metode aljabar, tetapi dengan
menggunakan metode eliminasi Gauss sebagai pengganti
metode aljabar konvensional.
2.4. SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR
Di dalam matematika, sebuah sistem persamaan linear
adalah sekumpulan persamaan linear yang melibatkan variabel
yang sama. Sebagai contoh:
3 x+2 yz =1
2 x 2 y + 4 z=2

1
x + yz=0
2
Sistem persamaan linear tersebut memiliki tiga buah
variabel x, y, dan z. Solusi dari sistem persamaan linear adalah
setiap variabel memiliki nilai tertentu yang memenuhi setiap
persamaan pada sistem persamaan linear. Solusi pada sistem
persamaan linear di atas adalah:
x=1
y=2

z=2

10

Bentuk umum system m buah persamaan linear dengan n


buah variabel dapat ditulis sebagai:
a11 x 1+ a12 x 2 ++ a1 n x n=b 1
a21 x 1 +a 22 x2 + + a2 n xn =b2

am 1 x 1+ am 2 x 2 ++ amn x n=bm
Dimana
a11 , a12 , , amn

x1 , x2 , , xn

adalah variabel yang belum diketahui,

adalah koefisien sistem dan

b1 , b2 , ,b m

adalah

nilai konstan. Sistem persamaan linear dapat diubah dalam


bentuk matriks dengan persamaan:
Ax=b
Di mana A adalah matriks

m n ,

adalah vektor kolom

dengan n buah entri dan b adalah vektor kolom dengan m buah


entri.

] [] []

a 11 a12 a1 n
a
a
a2 n
A= 21 22
, x=


am 1 am 2 amn

x1
x2
, b=

xn

b1
b2

bm

Solusi SPL tersebut adalah himpunan nilai

x1 , x2 , xn

yang memenuhi n buah persamaan.


Di dalam ilmu keinformatikaan, solusi sistem persamaan
linear dipelajari di dalam Metode Numerik, khususnya pada
bagian aljabar numerik linear. Aljabar numerik linear adalah studi
algoritma untuk menyelesaikan komputasi persamaan linear,
kebanyakan berupa operasi matriks pada suatu komputer.
numerik linear merupakan bagian fundamental dari
permasalahan kerekayasaan dan sains komputer, seperti pada
pemrosesan citra dan sinyal, telekomunikasi, keuangan
komputer, simulasi sains material, biologi structural, data mining,
bioinformatika, dan bidang-bidang lainnya.

11

Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan


sistem persamaan linear, yaitu cara substitusi, eliminasi, dan
matriks.

Gambar 2.1 Penggambaran Sistem Persamaan Linear


Pada gambar di atas sebuah sistem persamaan linear
dengan tiga buah variabel menunjukkan bidang pada sumbu x, y,
dan z. Solusi dari sistem persamaan linear tersebut adalah titik
potong dari bidang-bidang tersebut

Gambar 2.2 Grafik Sistem Persamaan Linear


Pada gambar di atas terdapat sistem persamaan linear
x2 y=1

3 x+5 y =8
4 x +3 y=7

12

Dengan solusi

x=1

dan

y=1.

Salah satu cara menyelesaikan sistem persamaan linear


adalah dengan mengeliminasi baris pada matriks persamaan
linear. Metode yang terkenal adalah Eliminasi Gauss.
2.5. METODE ELIMINASI GAUSS
Di dalam aljabar linear, eliminasi Gauss adalah suatu
algoritma yang digunakan untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear. Selain itu algoritma ini juga dapat digunakan
untuk menghitung ranking dari sebuah matriks, menghitung
determinan dari sebuah matriks, dan menghitung matriks balikan
dari sebuah matriks. Metode ini diberi nama sesuai ahli
matematika kebangsaan Jerman yaitu Carl Friederich Gauss.
Metode Eliminasi Gauss berangkat dari kenyataan bahwa bila matriks A
berbentuk segitiga atas seperti sistem persamaan berikut ini:

][ ] [ ]

a11 a12 a13 a 1n x 1


b1
0 a22 a23 a 2n x 2
b2
0
0 a33 a3 n x 3 = b3


0
0
bn
0 ann x n

maka solusinya dapat dihitung dengan teknik penyulihan mundur (backward


substitution):

ann x n=bn x n =

bn
a nn

an1. n1 x n1+ an1.n xn =bn1 x n1=

bn1an1.n xn
an1.n 1

an2. n2 x n2+ an2.n1 x n1 +a n2.n x n=bn2 x n2=

bn2a n2.n1 x n1a n2.n x n


a n2.n2

dst.
Ketika

x n , x n1 , x n2 , , x k+1 diketahui, maka nilai

dengan
13

x k dapat dihitung

bk
xk=

j=k+1

akj x j

akk

, k =n1, n2, , 1dan a kk 0.

Kondisi akk 0 sangat penting, sebab bila akk = 0, persamaan di atas


memiliki penyebut nol. Apabila kondisi tersebut tidak dipenuhi, maka SPL tidak
mempunyai jawaban.
Metode eliminasi Gauss menggunakan operasi baris
elementer untuk mengurangi matriks menjadi bentuk baris
eselon.
Bentuk baris eselon disebut terpenuhi di dalam suatu
matriks apabila seluruh baris nonzero, yaitu baris dengan
minimal satu elemen bukan nol berada di atas baris dengan
elemen nol. Syarat berikutnya ialah koefisien terdepan pada baris
nonzero selalu berada pada tepat satu posisi sebelah kanan dari
baris di atasnya. Contoh bentuk baris eselon dapat dilihat seperti
matriks di bawah:

|)

1 a1 a2 a2
0 4 a4 a5
0 0 1 a6

Contoh Eliminasi Gauss pada sistem persamaan linear:


2 x + y z=8(L1 )
3 x y +2 z=11( L2 )
2 x + y +2 z =3( L3)
Algoritma eliminasi Gauss ialah: eliminasikan
seluruh persamaan dibawah

dari

L1 , kemudian eliminasikan

dari seluruh persamaan dibawah

L2 . Sistem akan berubah

menjadi bentuk triangular. Kemudian, dengan menggunakan


teknik substitusi mundur setiap variabel yang belum diketahui
dapat diperoleh solusinya.

14

Pada contoh di atas


cara menambahkan
L3

dieliminasikan dari

3
L
2 1

pada

dengan cara menambahkan

L2 .
L1

L2

dengan

dieliminasikan dari

pada

L3 . Hasilnya

adalah sebagai berikut:


2 x + y z=8
1
1
y+ z =1
2
2
2 y+ z =5

Sekarang
menambahkan

dieliminasikan dari

4 L2

pada

L2

dengan cara

L3 . Hasilnya adalah sebagai

berikut:
2 x + y z=8

1
1
y+ z =1
2
2
z=1
Dengan substitusi mundur, diperoleh solusi sistem
persamaan linear, yaitu:
z=1 ( L1 )
y=3( L2)
x=2( L3 )

BAB III
PEMBAHASAN
Metode Eliminasi Gauss dapat digunakan untuk
menyetarakan persamaan reaksi kimia. Langkah-langkah

15

penyetaraan persamaan reaksi kimia dengan eliminasi Gauss


adalah:
1) Setiap senyawa diberikan koefisien terlebih dahulu. Koefisien
masing-masing senyawa haruslah berbeda. Misalnya a, b, c,
d, e, dan seterusnya.
2) Jumlah atom di ruas kiri dan kanan persamaan haruslah
sama. Karena itu, dibuat persamaan linear untuk masingmasing atom. Seluruh persamaan akan membentuk sistem
persamaan linear.
3) Permisalkan salah satu koefisien sebagai angka bulat
tertentu, misalnya satu.
4) Selesaikan sistem persamaan linear dengan metode
Eliminasi Gauss. Langkah terpenting adalah pemodelan
sistem persamaan di dalam matriks.
5) Seluruh koefisien harus diubah menjadi rasio bilangan bulat
terkecil dengan cara mengalikan setiap koefisien dengan
kelipatan persekutuan terkecil.
Untuk lebih memahami penyetaraan persamaan reaksi
dengan metode Eliminasi Gauss, tinjau persamaan reaksi berikut:
P 2 I 4 + P 4+ H 2 O P H 4 I + H 3 P O 4
Pertama-tama diberikan koefisien pada persamaan reaksi
sehingga persamaan reaksi akan menjadi sebagai berikut:
aP2 I 4+ b P4 +c H 2 O dP H 4 I +e H 3 P O4
Setiap atom harus memiliki jumlah yang sama pada ruas kiri
dan kanan. Pertama-tama tinjau atom hidrogen terlebih dahulu.
Di ruas kiri terdapat dua buah atom hidrogen dan di ruas kanan
terdapat 4 + 3 buah atom hidrogen. Persamaan linear untuk
hidrogen adalalah sebagai berikut:
2 c=4 d+3 e
Dengan cara yang sama, akan diperoleh persamaan linear
untuk oksigen:
c=4 e

16

Dan juga persamaan linear untuk fosfor:


2 a+ 4 b=d + e
Dan juga persamaan linear untuk iodin:
4 a=d

Sistem persamaan linear yang terbentuk adalah sebagai


berikut:
2 c4 d=3 e
c=4 e

2 a+4 bd=e
4 ad=0

Apabila dimisalkan

e=1 , maka sistem persamaan linear

akan menjadi sebagai berikut:


2 c4 d=3
c=4

2 a+4 bd=1
4 ad=0

Persamaan ini dapat dipindahkan ke dalam matriks,


menjadi:

][]

2
4
0
0

4 0 1
1
0 0 1
=0
3
0 2 4
4
0 1 0

Baris kedua ditambahkan dengan

baris pertama.

Matriks akan menjadi seperti berikut:

2
0
0
0

4
8
0
0

][ ]

0 1
1
0 1
2
=
4
1 0
3
2 4

Baris ketiga dan keempat dipertukarkan. Baris keempat


ditambahkan dengan

baris ketiga. Hasil akhir matriks

adalah sebagai berikut, yaitu mencapai bentuk eselon baris:

17

2
0
0
0

4
8
0
0

][ ]

0 1
1
0 1
= 2
4
1 0
5
0 4

Berdasarkan matriks di atas, dapat disusun persamaan yang


telah disederhanakan menjadi sebagai berikut:
2 a+4 bd=1
8 b+d=2

c=4
4 d =5

Dengan manipulasi aljabar, diperoleh hasil-hasil sebagai


berikut:
5
d= =1,25
4
c=4
b=

13
=0,4063
32

a=

5
=0,3125
16

Penyelesain system persamaan linear di atas dengan


metode Gauss menggunakan program Turbo Pascal. Kodingnya
adalah sebagai berikut:
uses wincrt;
Const
Max = 25;
Type
Matrik = record
Row, col : byte;
Element : array [1..max, 1..max] of real;
End;
Vektor = record
Row : byte;

18

Element : array [1..max] of real;


End;
Var
x, b : vektor;
A : matrik;
n : integer;
c : real;
Err : boolean;
Procedure masukkandata;
Var i,j : byte;
Begin
Writeln('Penyelesaian Perhitungan Persamaan Linier dengan Metode
Eliminasi Gauss');
Writeln;
Write ('Banyaknya persamaan : ');
Readln (n);
A.row := n;
A.col := n ;
b.row := n;
for i := 1 to n do
begin
writeln;
writeln ('Persamaan ke-',i );
for j := 1 to n do
begin
write ('Maskkan nilai A[',i,',',j,'] = ');
readln (A.element[i,j]);
end;
write('Masukkan nilai b[',i,'] = '); readln(A.element[i,n+1]);
writeln;
end;

19

end;
procedure eliminasigauss;
var I,j,k : integer;
temp, S : real;
Begin
Err := false;
For i := 1 to n do
Begin
If (A.element[i,i] = 0 ) then
Begin
write(A.element[i,i]) ;
Err := true;
Exit;
End;
temp := A.element[i,i];
for k := 1 to n+1 do
begin
A.element[i,k] := A.element[i,k] / temp;
end;
For j := 1 to n do
begin
if(j<>i) then
begin
c := A.element[j,i];
for k := 1 to n+1 do
begin
A.element[j,k] := A.element [j,k] - (c * A.element[i,k]);
end;
end;
end;
end;

20

x.row := n;
for i := n downto 1 do
begin
if (A.element [i,i] = 0.0 ) then
Begin
Err := true;
Exit;
End;
x.element[i] := A.element[i,n+1];
end;
end;
Procedure tulishasil;
Var i : byte;
Begin
If (err) then
Begin
Writeln ('Persamaan linear tidak dapat diselesaikan');
End
Else
Begin
Writeln;
Writeln ('Penyelesaian persamaan linear dengan Metode Eliminasi Gauss :
');
For i := 1 to x.row do
Writeln('A',i,' = ',x.element[i]:6:2);
End;
End;
Begin
clrscr;
Masukkandata;
Eliminasigauss;

21

Tulishasil;
readln;
End.

Apabila kita jalankan program tersebut, muncul tampilan seperti


berikut:

Diperoleh

22

a=0,31
b=0,41

c=4
d=1,25

Hasil tersebut sama dengan perhitungan manual yang telah


dilakukan sebelumnya.
Penyelesain sistem persamaan linear di atas dengan metode
Gauss menggunakan program Matlab. Koding programnya adalah
sebagai berikut:

23

Apabila kita klik RUN, maka hasilnya sebagai berikut:

Diperoleh
a=0,3125
b=0,4063

c=4
d=1,25

Hasil tersebut sama dengan perhitungan manual dan


perhitungan menggunakan Turbo Pascal yang telah dilakukan
sebelumnya.
Perhatikan bahwa e dimisalkan adalah 1, dan nilai-nilai a, b,
c, d, e, sekarang telah lengkap. Namun, nilainya belumlah
bilangan bulat, karena itu semua koefisien akan dikalikan dengan
suatu bilangan tertentu, dalam kasus ini bilangan tersebut
adalah 32, sehingga hasil akhir seluruh koefisien adalah:

24

a=10
b=13

c=128
d=40

e=32
Maka persamaan reaksi yang telah disetarakan dengan
eliminasi Gauss adalah:
10 P 2 I 4 +13 P4 +128 H 2 O 40 P H 4 I +32 H 3 P O4
Reaksi redoks juga dapat disetarakan dengan metode
eliminasi Gauss. Perhatikan reaksi kimia berikut:
3+
3++ H 2 O+ Fe
2+ Cr
++ Fe

2+ H

Cr 2 O7
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pertama-tama
setiap senyawa diberikan koefisien tertentu:
3+

3++ e H 2 O+ f Fe
2+ d Cr
++c Fe
2+ b H
aCr 2 O7
Kemudian disamakan atom-atom ruas kiri dan ruas kanan.
Untuk reaksi redoks, muatan total ruas kiri dan ruas kanan juga
harus disamakan.
Untuk atom kromium:
2 a=d

Untuk atom oksigen:


7 a=e
Untuk atom hidrogen:
b=2 e

Untuk atom besi:

25

c=f
Untuk keseimbangan muatan:
2 a+ b+2 c=3 d +3 f

Matriks akan menjadi berukuran besar, karena terdapat 6


buah variabel. Untuk mempermudah penyelesaian, perhatikan
bahwa c = f sehingga persamaan muatan dapat disederhanakan
menjadi:
2 a+ bc=3 d
Sistem persamaan linear akan menjadi seperti berikut:
2 a=d

7 ae=0
b2 e=0

2 a+ bc=3 d
Apabila d = 1, maka sistem persamaan linear akan menjadi
seperti berikut:
2 a=1

7 ae=0
b2 e=0

2 a+ bc=3
Matriks sistem persamaan linear menjadi sebagai berikut:

2
7
0
2

][]

0
0 0
1
0
0 1
=0
0
1 0 2
3
1 1 0

Baris keempat dipindahkan ke baris yang paling atas. Baris


kedua menjadi baris keempat. Kemudian baris kedua
ditambahkan dengan

ditambahkan dengan

7/ 2

baris pertama, dan baris keempat


baris pertama. Matriks yang akan

terbentuk adalah sebagai berikut:

26

2 1
1
0 1
1
0 1
0
0 7 /2 7 /2

][ ]

0
3
0
= 4
0
2
21/2
1

Baris ketiga ditambahkan dengan

baris kedua, maka

matriks yang terbentuk adalah:

2 1
1
0 1
1
0 0
1
0 7 /2 7 /2

][ ]

0
3
0
= 4
4
2
21/2
1

Baris keempat ditambahkan dengan

7/2

baris kedua,

maka matriks yang terbentuk adalah:

2
0
0
0

1
1
0
0

][ ]

1 0
3
1 0
= 4
4
1 2
7/2
0 1

Berdasarkan matriks di atas, diperoleh hasil-hasil sebagai


berikut:
e=

7
2

c=3
b=7

a=

1
2

d=1
f =3

Seluruh koefisien tersebut akan dikalikan dengan dua


sehingga hasil akhir seluruh koefisien adalah:
a=2
b=14

c=6
d=2

e=7
f =6
27

Dengan demikian persamaan reaksi redoks yang telah


setara adalah:
3+
3++7 H 2 O+ 6 Fe
2+ 2 Cr
++6 Fe

2+14 H

Cr 2 O7

BAB IV
PENUTUP
4.1.

KESIMPULAN

Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan di atas, dapat


disimpulkan bahwa:

28

1. Eliminasi Gauss dapat digunakan untuk memecahkan


permasalahan penyetaraan reaksi pada persamaan reaksi
kimia.
2. Reaksi yang dapat disetarakan dengan metode Eliminasi
Gauss adalah reaksi kimia biasa maupun reaksi reduksi
oksidasi (redoks).
3. Metode Eliminasi Gauss mirip dengan metode aljabar pada
penyetaraan persamaan reaksi, namun lebih baik karena
menggunakan matriks sehingga hasilnya lebih cepat
dibandingkan manipulasi aljabar biasa.
4.2.
SARAN
1. Dalam menyederhanakan persamaan reaksi kimia dapat
menggunakan Metode Eliminasi Gauss, karena hasilnya
lebih cepat dan lebih mudah dalam perhitungannya.
2. Untuk mengembangkan cara menyetarakan persamaan
reaksi kimia, dapat diteliti dengan metode lain yang
mungkin hasilnya lebih baik dan lebih cepat daripada
Metode Eliminasi Gauss.

DAFTAR PUSTAKA

29

Subakti, Irfan. 2006. Metode Numerik. Surabaya. Jurusan Teknik Informatika,


Fakultas Teknologi Informasi, Instititut Teknologi Sepuluh November.
Tias Safitri, dkk. 2015. Makalah Metode Eliminasi Gauss. Semarang: Jurusan
Matematika Unnes.
Tahir, Ikmal. Persamaan Kimia dan Stoikiometri. Yogyakarta. Universitas Gadjah
Mada. Tersedia di http://iqmal.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/kimiadasar-iqmal-05-perhitungan-kimia.pdf diakses kamis 18 Juni 2015 pukul
10.05 WIB.
Anonim. STOIKIOMETRI.
http://old.analytical.chem.itb.ac.id/coursesdata/57/Materi/Transparansi/Tra
ns_Stoikiometri.pdf kamis 18-6-2015 pkl 10.01 diakses kamis, 18 Juni
2015 pukul 10.01 WIB.
Anonim. Metode Eliminasi Gauss untuk Sistem Persamaan Linier.
http://www.scribd.com/doc/24456131/Metode-eliminasi-Gaussuntuksistem-persamaan-linier diakses kamis, 18 Juni 2015 pukul 10.13 WIB.
Anonim. Pengenalan Matlab. http://ira.lecturer.pens.ac.id/materi/pengolahan
%20sinyal%20digital/pengenalan%20matlab%20.pdf diakses hari Senin,
24 mei 2015 pukul 14.37 WIB.

30

Anda mungkin juga menyukai