Anda di halaman 1dari 11

CRITICAL JOURNAL REVIEW

FISIKA MODERN MICROWAVE

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah


Fisika umum

Dosen Pengampu:
Dra.Ratna Tanjung, M.Pd
Eviyona Laurenta Br.Barus, S.Pd, M.S

Disusun oleh:

NAMA : Jesiska Anjelin Siagian


NIM : 4222311001
KELAS : PSPM F 2022

PROGRAM STUDI:PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
Cari Jurnal yang sesuai dengan materi yang dibahas sebanyak 2 buah, untuk 5 tahun
terakhir, setelah itu baca dan tuangkan format seperti di bawah ini

RINGKASAN ISI JURNAL UTAMA

No. Aspek Pengkajian Keterangan


1. Identitas Jurnal 1. Judul : Analisis Lama Penyimpanan Kemplang Ikan
Palembang yang Diproses dengan Panas dari Gelombang
Mikro dan yang Digoreng

2. Jenis Jurnal : Jurnal Fishtech

3. Edisi Terbit : 2019

4. Penulis : Meriska Indriani, Filli Pratama, Hermanto


Hermanto

5. Penerbit :Departement Of Fisheries product


Technology Universitas Sriwijaya

6. Kota Terbit :Palembang

7. E-ISSN : 2656-1913

8. Alamat Link : https://doi.org/10.36706/fishtech.v8i2.10008


2. Latar Belakang Di Indonesia dikenal macam-macam kerupuk salah
satunya ialah kerupuk ikan. Pada umumnya, kerupuk ikan
dihasilkan dari pencampuran ikan, air serta pati. Kerupuk biasa
dikonsumsi bersamaan dengan nasi serta lauk atau bisa juga
dimakan sebagai makanan ringan. Selama penyimpanan, produk
pangan akan mengalami kehilangan mutu, nilai gizi pangan dan
bobot (Rahayu et al, 2003). Secara umum, karakteristik mutu
kerupuk yakni bertekstur renyah serta memiliki volume yang
mengembang. Agar kerupuk dapat matang dapat dilakukan
dengan penggorengan. Menurut Siswantoro (2008),
penggorengan adalah cara pemasakkan makanan secara cepat
dan efisien yaitu dengan cara transfer panas kedalam produk
yang akan dimasak. Pada proses penggorengan terjadi
penyerapan minyak dalam bahan yang menyebabkan mutu
kerupuk menurun karena cepat terjadi ketengikan.
Selain penggorengan, kerupuk dapat juga dimatangkan
dengan gelombang mikro. Microwave oven adalah salah satu
alat yang digunakan dalam pengolahan pangan. Prinsip kerja
microwave adalah radiasi gelombang mikro yang melewati
molekul air, gula dan lemak yang biasa terdapat dalam bahan
pangan. Molekul-molekul tersebut akan mengalami rotasi

1
karena menyerap energi elektromagnetik dari gel mikro.
Beberapa keuntungan kerupuk jika diolah tanpa minyak maka
kerupuk tidak mudah tengik dan jika mengalami penurunan
mutu (tidak renyah) dapat dilakukan rekondisi, yakni dengan
menjemur atau dengan pemanasan menggunakan oven pada
suhu 35 hingga 45°C.
Kelebihan lain dari kerupuk ikan yang diproses dengan
gelombang mikro adalah praktis dan bersih dalam arti tidak
meninggalkan residu. Kelemahannya adalah biaya produksi
yang lebih tinggi, selain itu juga cepat menjadi tidak renyah
karena kadar air yang rendah dan bersifat higroskopis. Oleh
karena itu diperlukan kemasan yang tepat untuk penyimpanan.
Kemasan adalah material untuk melindungi mutu produk
pangan. Kemasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
polipropilen, nilon dan metalized plastic. Untuk melihat kondisi
tersebut, maka dilakukanlah penelitian ini. Sifat polipropilen
adalah kaku, kuat, kenampakan bening dan permukaan
mengkilap. Polipropilen bersifat transparan dalam bentuk film,
tahan panas, relatif sulit tembus air tetapi mudah ditembus pada
gas. Metalized plastic adalah plastik yang mengandung lapisan
tipis logam aluminium yang berguna untuk melindungi makanan
dari udara, kelembaban, dan bau.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama
penyimpanan kerupuk microwavable yang dikemas dengan
kemasan polipropilen, nilon dan metalized plastic melalui
pendekatan kinetika dengan berdasarkan ordo reaksi dan nilai
konstanta kecepatannya.
3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Faktorial (RAL) dengan dua faktor perlakuan, yaitu (A) Jenis
Kemasan, (B) Jenis Kerupuk. Masing-masing perlakuan diulang
sebanyak 3 kali.
1.) Jenis Kemasan (A) terdiri dari A1 (Polipropilen /PP), A2
(Nilon), A3 (Metalized plastic), sedangkan
2.) jenis Kerupuk (B) meliputi B1 (Kerupuk microwave) dan
B2 (Kerupuk goreng).
Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% Atribut yang dijadikan
parameter dalam prediksi umur simpan kerupuk ikan adalah
kadar air yang dianalisa dengan menggunakan metode
gravimetri (AOAC, 2006). Kerupuk ikan yang telah dikemas
dalam plastik selanjutnya diletakkan pada ruang dengan suhu
kamar sekitar 27oC. Analisa kadar air sampel dilakukan setiap 3
hari hingga mencapai lama penyimpanan selama 15 hari.

A. Persiapan Kerupuk Ikan

2
Rasio daging ikan giling dengan air garam (5%) dan
tapioka adalah 1:1:2. Daging ikan giling ditambahkan air
garam dan diaduk hingga merata dan ditambahkan
tapioka. Adonan yang sudah kalis dibentuk lenjeran
dengan diameter 4 cm dan panjang 20 cm. Lenjeran ini
direbus dalam air mendidih hingga terapung yang
menandakan lenjeran telah matang. Lenjeran dibiarkan
pada suhu ruang selama semalam dan diiris dengan
ketebalan 3 mm dan dijemur di bawah sinar matahari
hingga kering atau mencapai kadar air sekitar 8%.
B. Pematangan Kerupuk Ikan
Kerupuk ikan yang telah kering selanjutnya
dimatangkan dengan perlakuan menggunakan panas
microwave dalam microwave oven dan digoreng dalam
minyak goreng. Untuk perlakuan dengan microwave,
kerupuk ikan sebanyak 6 keping dimasukkan ke dalam
microwave oven dan dipanaskan selama satu menit
dengan daya sebesar 560 Watt. Untuk perlakuan yang
digoreng dengan metode deepfrying menggunakan
minyak goreng dalam dua kuali. Satu kuali untuk
minyak yang belum mendidih dan satu lagi untuk
minyak yang sudah mendidih. Kerupuk ikan dimasukkan
ke dalam minyak yang belum mendidih (suhu 80°C)
selama 3 menit dan kemudian dipindahkan ke dalam
minyak yang yang sudah mendidih (176°C) hingga
mengembang.
C. Pendugaan Umur Simpan
Kinetika perubahan pada kerupuk dianalisis
menggunakan persamaan Labuza dan Riboh (1982),
sebagai berikut:
dC/dt=±k.Cᵑ

Dimana: dC/dt=Perubahan parameter mutu terhadap


waktu
k = konstanta kecepatan laju perubahan
C = mutu yang diamati
n = ordo reaksi.
Berdasarkan nilai k dan ordo reaksi maka umur simpan
kerupuk ikan dapat diprediksi dengan menggunakan titik
kritis kadar air kerupuk ikan adalah 10%.
4. Hasil Penelitian
Kadar air kerupuk ikan awal (hari ke 0) yang telah
dimatangkan baik dengan panas dari microwave oven dan
minyak goreng adalah adalah 6,36% (bb) dan 3,75% (bb),
berturutturut. Hasil analisa kadar air rata-rata pada kemplang
yang diproses dengan microwave oven berkisar antara 9,61%
(bb) sampai dengan 7,61% (bb) dengan kadar air terendah pada
A3B1 (metalized, microwave) sebesar 7,61% (bb), serta kadar
air tertinggi pada sampel A1B1 (PP, microwave) yaitu 9,61%
(bb). Perbandingan rata-rata kadar air pada kemplang yang

3
digoreng berkisar antara 6,08 % (bb) sampai 4,48% (bb). Kadar
air terendah pada kerupuk yang digoreng terdapat pada sampel
A3B2 (metalized, goreng) sebesar 4,48% (bb) serta nilai
tertinggi terdapat pada sampel A1B2 (PP, goreng) sebesar
6,08% (bb). Kadar air rata-rata kemplang untuk semua
perlakuan yang disimpan pada suhu 27°C.

Hasil analisa keragaman menunjukkan bahwa faktor A (Jenis


kemasan), faktor B (Jenis kemplang) dan interaksi kedua faktor
berpengaruh nyata terhadap kadar air kemplang.

1. Hasil uji BNJ 5% menunjukkan bahwa perlakuan A1 (PP)


berbeda nyata dengan perlakuan A2 (nilon). A2 (nilon) berbeda
nyata dengan perlakuan A3 (metalized plastic). Kemasan PP
dapat mengurangi kontak antara bahan dan O2 serta memiliki
permeabilitas terhadap uap air dan O2 lebih rendah
dibandingkan kemasan nilon dan metalized plastic . Kemasan
PP memiliki konstanta permeabilitas terhadap oksigen sebesar
3500 hingga 4500g/m²/hari. Hal tersebut akan memberi peluang
untuk oksigen melakukan penetrasi terhadap produk, sedangkan
permeabilitas uap air pada kemasan nilon yaitu sebesar 300
hingga 400g/m²/hari.

Kemasan metalized plastic gas lebih sulit masuk, hal ini karena
kemasan metalized plastic dibuat dari proses laminasi dengan
kombinasi aluminium dan plastik. Kemasan ini juga tahan
terhadap uap air dan gas serta tidak meneruskan cahaya dan
menghambat oksigen yang masuk ke dalam produk yang
dikemas. nilai permeabilitas yang rendah pada kemasan
memiliki kemampuan untuk mencegah masuknya uap air yang
besar. Kemasan dengan permeabilitas air yang rendah maka uap
air akan lebih sulit masuk.

2. Hasil uji BNJ 5% menunjukkan bahwa perlakuan A1B2 (PP,


goreng), A2B2 (nilon, goreng) dan A3B2 (metalized plastic,
goreng) berbeda nyata dengan perlakuan A1B1 (PP,
microwave), A2B1 (nilon, microwave), A3B1 (metalized
plastic, microwave). Kemasan metalized plastic memiliki kadar
air yang lebih rendah dibandingkan kemasan PP, hal ini
dikarenakan kemasan PP memiliki permeabilitas terhadap uap
air dan O2 lebih rendah dibandingkan kemasan nilon dan
metalized plastic. Kemplang yang digoreng memiliki kadar air
yang lebih rendah dibandingkan dengan kemplang yang di
microwave. Hal ini dikarenakan pada saat penggorengan
kerupuk terjadi penguapan.

3. menunjukkan bahwa perubahan kadar air kemplang yang


diproses dengan microwave oven selama penyimpanan dalam
kemasan PP, nilon dan metalized plastic mengikuti ordo 1. Nilai
k terendah terdapat pada kemplang yang diproses dengan

4
microwave oven dengan jenis kemasan metalized plastic yaitu
0,0078/hari. Hal ini dikarenakan kemasan metalized plastic
lebih lambat ditembus oleh uap air. Hasil prediksi umur simpan
kemplang (dengan metode microwave oven) pada penyimpanan
dalam ruang bersuhu 27°C (asumsi titik kritis kadar air kerupuk
ikan adalah 10%).

4. menunjukkan bahwa kemplang yang diproses dengan


microwave oven dalam kemasan PP, nilon dan metalized plastic
memiliki nilai k, yaitu 0,0138/hari, 0,0112/hari dan 0,0078/hari,
berturut-turut. Kadar air awal untuk kemplang yang diproses
dengan microwave oven, yaitu 6,36%. Pendugaan umur simpan
kemplang yang diproses dengan microwave oven dalam
kemasan PP, nilon dan metalized platic adalah 32 hari, 40 hari
dan 57 hari, berturut-turut. Kemasan metalized plastic lebih baik
dibanding kemasan nilon dan PP. Prediksi umur simpan kerupuk
ikan yang digoreng dan disimpan pada suhu 27°C.

5. menunjukkan bahwa kemplang goreng yang dikemas dalam


PP, nilon dn metalized plastic memiliki nilai k sebesar
0,0198/hari, 0,0172/haridan 0,0137/hari, berturut-turut. Nilai
kritis kadar air untuk penyimpanan kemplang goreng adalah 7%,
sedangkan kadar air awal yaitu sebesar 3,75%. Pendugaan umur
simpan kemplang goreng dalam kemasan PP, nilon dan
metalized platic adalah 31 hari, 36 hari dan 45 hari, berturut-
turut. Kemasan metalized plastic lebih baik dibanding kemasan
nilon dan PP.

5. Kelebihan
6. Kekurangan
7. Saran
8 Jurnal Aslinya

5
RINGKASAN ISI JURNAL PEMBANDING

No. Aspek Pengkajian Keterangan


1. Identitas Jurnal 1. Judul :Sintesis dan Analisis Fotoluminisens Carbon
Dots dari Kandungan Karbohidrat Musa Cavendishii
Berbasis Pemanasan Microwave

2. Jenis Jurnal :Dewantara Journal of Technology

3. Edisi Terbit :2021

4. Penulis :Siti Fatimah & Isnaeni

5. Penerbit :Akademi Industri Teknologi Dewantara


Palopo

6. Kota Terbit :Palopo

7. E-ISSN :2774-2032

8. Alamat Link :jurnal.atidewantara.ac.id/index.php/djtech


2. Latar Belakang Carbon Dots (CDs) adalah nanomaterial dengan ciri khas
berpendar yang pertama kali ditemukan pada tahun 2004
melalui pemurnian Single-Walled Carbon Nanotubes [1]. Hasil
6
pendaran CDs berasal dari elektron yang berpindah dari keadaan
awal (single state) ke dasar dengan memancarkan energi berupa
foton [2]. Sifat optik CDs ini dapat dilihat dan dikaji dengan
menggunakan karakterisasi fotoluminisens(Photoluminescence).
Energi pada spektrum fotoluminisens ditunjukkan melalui
puncak spektrum yang berupa panjang gelombang emisi yang
dihasilkan CDs [3]. Sifat CDs ini dimanfaatkan sebagai
komponen sel surya, bioimaging, dan sensor [4].
Keunikan dari sifat optik CDs memicu para peneliti
untuk mengembangkan metode sintesis. Secara umum, CDs
dapat disintesis menggunakan dua metode yaitu top-down dan
bottom-up [5]. Metode top- down merupakan sintesis secara
fisik meliputi laser ablasi dan arch-discharge. Sedangkan
metode bottom-up merupakan metode sintesis secara kimiawi
meliputi electrochemical, hydrothermal, dan microwave.
Salah satu metode bottom-up yang dianggap mudah,
cepat dan efisien dalam proses sintesis CDs yaitu metode
sintesis menggunakan microwave. Metode ini menghasilkan
CDs dengan pendaran yang stabil dan kuat [6] sehingga dapat
digunakan untuk mensintesis CDs dari bahan anorganik
maupun organik. Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa
CDs dapat disintesis dari bahan yang mengandung kandungan
asam yang tinggi, seperti asam nitrat untuk bahan anorganik dan
jeruk atau kulit jeruk untuk bahan organik [7,8,9].
Hal tersebut yang mendasari kami untuk mensintesis
dan menyelidiki sifat optik CDs dari bahan organik yang tidak
mengandung asam sama sekali, namun mengandung karbohidrat
dalam persentase yang besar yaitu pisang. Jenis pisang yang
digunakan yaitu pisang Cavendish (Musa cavendishii) karena
mengandung karbohidrat sebesar 97% dan protein sebesai
3% [10]. Pisang Cavendish merupakan salah satu jenis pisang
kualitas terbaik yang berasal dari Brazil dan dibudidayakan di
Indonesia sehingga dapat ditemukan dengan mudah di berbagai
daerah di Indonesia.Penelitian ini menjadi acuan pengembangan
sintesis CDs dari bahan organik yang mudah, murah, efisien dan
ramah lingkungan.
3. Metode Penelitian 1. Bahan dan alat
Pisang dijadikan sebagai bahan utama sintesis CDs karena
kandungan karbohidratnya yang tinggi dibandingkan buah-
buahan yang lain. Pisang yang digunakan merupakan pisang
jenis pisang Cavendish. Kertas saring 41 Whatman berfungsi
untuk menyaring larutan sampel bahan organik dari ampas
untuk mendapatkan larutan dengan ukuran nanopartikel.
Aquades digunakan sebagai bahan pelarut dalam proses sintesis
CDs dari pisang.

7
Alat yang dibutuhkan dalam proses sintesis ini yaitu
mesin penghancur, gelas beker, gelas ukur, timbangan digital
Precisa 125 A Swiss Quality, magnetic stirrer 12V DC 1500
rpm Tornado, microwave LG 220 volt 50 Hz, centrifuge
Scilogex D2012 5000 rpm, tabung centrifuge, micropipette dan
cuvette.
2. Sintesis CDs dari Pisang
Pisang yang telah dibersihkan dari kulitnya diambil
sebanyak 20 gram untuk dihancurkan dengan 140 ml aquades
hingga menjadi larutan pasta (kental). Penghancuran buah
pisang bertujuan untuk memecah rantai karbon dalam pisang.
Selanjutnya akan disaring menggunakan kertas saring untuk
memisahkan ampas dengan cairan sampel dan untuk
mendapatkan cairan sampel berukuran partikel (nano). Sintesis
CDs pada penelitian ini menggunakan metode pemanasan
microwave. Hasil saringan diambil sebanyak 20 ml untuk
selanjutnya dipanaskan menggunakan microwave selama 2 x 5
menit. Hasil carbon yang terbentuk berupa kerak kecoklatan di
dasar gelas beker. Pengenceran kerak dilakukan setelah
didiamkan selama sejam dalam suhu ruang, dengan
menggunakan aquades sebanyak 20 ml. Pemisahan endapan
dengan cairan partikel CDs yang dibutuhkan untuk proses
karakterisasi dilakukan dengan dicentrifuge selama 30 menit.
Cairan dari hasil centrifuge menjadi lebih bening dan tanpa
ampas sehingga data yang didapatkan lebih akurat dan tanpa
pengotor.
3. Karakterisasi.
Hasil cairan CDs selanjutnya akan diuji karakterisasi
fotoluminisens dengan menggunakan alat spektrometer.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisi bentuk
spektrum pendaran karbon dot. Perangkat alat fotoluminisens
(Gambar 1) yang terdiri dari spektrometer MAYA 2000 Pro
ocean optics, Laser Pico Model LDH- D-C-420, 3 lensa objektif,
fiber optic, komputer, dan cuvette sebagai wadah sampel.

Gambar 1.Skema Rangkaian Alat


Pengujian Fotoluminisens

Laser biru digunakan untuk mengeksitasi CDs dengan


panjang gelombang 400-700 nm. berkas cahaya dikumpulkan
lensa 1 mengenai cuvette sampel. Pendaran CDs dari cuvette

8
sampel dikumpulkan pada lensa 2 dan difokuskan kembali di
lensa 3 untuk selanjutnya ditangkap detektor. Cahaya pendaran
yang masuk ke detoktor akan diolah secara analog oleh
spektrometer dan terbaca pada layar monitor. Data yang
dihasilkan merupakan hubungan panjang gelombang pendaran
dengan intensitas fotoluminisens yang dihasilkan sampel.
4. Hasil Penelitian Buah pisang yang telah diekstrak menghasilkan tekstur
kental dan berwarna putih-kekuningan. Setelah proses
pemanasan untuk mengubah kandungan pisang menjadi CDs,
warna larutan yang dihasilkan menjadi lebih cair dan bening
berwarna kuning-keemasan. Dalam proses pemanasan,
gelombang mikro yang dihasilkan oleh microwave memutus
rantai partikel pada pisang sehingga menghasilkan rantai
karbon. Pengaturan waktu pemanasan yang tepat menghasilkan
partikel CDs dalam sampel.Sinar laser biru digunakan untuk
mengeksitasi cairan CDs. Saat memengenai sampel, CDs
menghasilkan pendaran berwarna sian (cyan) yaitu warna biru
kehijau-hijauan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Pendaran CDs Pisang dalam Cahaya Tampak yang


Dieksitasi dengan Sinar Laser Biru

Cahaya pendaran yang masuk kedalam detektor


menghasilkan data kasar akibat dari adanya gangguan dari
cahaya lain dalam ruangan pada proses perekaman data
pendaran. Untuk mengetahui dengan akurat data yang dihasilkan
maka dilakukan proses smoothing data dalam program
Originlab sehingga menghasilkan grafik pada Gambar 3
(inset).

Gambar 3.Hasil Fotoluminisens CDs Pisang,


inset: Hasil Smoothing Processl
Hasil fotoluminisens dari pendaran CDs pisang yang
dihasilkan berada di panjang gelombang 497 nm dengan
intensitas sebesar 44 a.u..
9
Dari panjang gelombang tersebut dapat diketahui bahwa
warna pendaran yang dihasilkan dari CDs pisang yaitu hijau
muda, namun terlihat berwarna sian pada cahaya tampak. Hasil
ini mendekati dari panjang gelombang CDs yang disintesis
menggunakan bahan yang mengandung asam, seperti jeruk [7].
Intensitas pada CDs pisang juga kuat dibandingkan CDs yang
disintesis dari beberapa bahan organik lain seperti biji jagung,
sawi, kulit jagung, tongkol jagung, dan kentang [8]. Dari data
fotoluminisens menunjukkan bahwa pisang yang memiliki 97%
karbohidrat dapat disintesis menjadi CDs dengan hasil panjang
gelombang yang dihasilkan mendekati panjang gelombang
jeruk. Hal ini mengindikasikan bahwa CDs dapat disintesis dari
bahan organik tanpa memiliki kandungan asam.

5. Kelebihan
6. Kekurangan
7. Saran Saran untuk jurnal ini adalah jangan membuat kata atau
kalimat yang sulit dimengeri pembaca,alangkah lebih baiknya
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti atau bisa juga
menjelaskan kata yang sulit tersebut dengan jelas.contohnya
kata pada jurnal ini ialah intesitas sebesar 44 a.u.
8 Jurnal Aslinya

10

Anda mungkin juga menyukai