SKRIPSI
RIZKA AMELIA
150801053
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
SKRIPSI
RIZKA AMELIA
150801053
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
PERNYATAAN ORISINALITAS
SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Rizka Amelia
150801053
ABSTRAK
Pada penelitian ini telah dibuat keramik tradisional dengan bahan baku
kaolin, kuarsa, feldspar, dan clay. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan keramik
tradisional yang mempunyai sifat fisis, sifat mekanik optimum dan sifat termal yang
baik. Kaolin, kuarsa, feldspar, dan clay dipreparasi kemudian dikarakterisasi
mikrostruktur dan kandungan unsur (SEM-EDX), diayak menggunakan ayakan
dengan variasi ukuran 100 mesh, 150 mesh, 200 mesh, dan 300 mesh. Sampel
dicetak menggunakan hydraulic press, dengan perbandingan campuran bahan kaolin:
kuarsa : feldspar : clay yaitu 20 : 30 : 30 : 20 kemudian dibiarkan selama 2 x 24 jam.
Sampel dibakar didalam tanur dengan suhu 1000 oC selama 5 jam. Keramik
dikarakterisasi sifat fisis (susut kering dan susut bakar), sifat mekanik (kekerasan dan
kuat tekan), sifat termal dan mikrostruktur. Hasil karakterisasi susut kering dan susut
bakar dengan nilai penyusutan tertinggi pada ukuran bahan baku 300 mesh,
kekerasan menunjukkan bahwa variasi ukuran butir optimum terjadi pada ukuran
butir bahan baku 300 mesh dengan nilai kekerasan = 2.223,107 MPa dan kuat tekan
optimum pada ukuran butir bahan baku 300 mesh dengan nilai kuat tekan = 45,777
MPa. Hasil uji Different Thermal Analysis (DTA) menunjukkan bahwa tidak terjadi
peleburan atau deformasi pada sampel sampai suhu pemanasan 950 oC. Hasil
karakterisasi mikrostruktur keramik terlihat pori - pori yang terbentuk dengan
diameter pori berkisar 1,027 µm - 7,862 µm. Serta kandungan unsur yaitu unsur
Karbon = 3.20 %; Oksigen = 50.86% ; Sodium = 1.58% ; Alumunium = 12.07% ;
Silicon = 29.43% ; Potassium = 1.36% ; Iron 1.50%.
Kata Kunci : Keramik tradisional, sifat fisis, sifat mekanik, sifat termal
ABSTRACT
In this study traditional ceramics have been made with raw materials of
kaolin, quartz, feldspar, and clay. The purpose of this study is to produce traditional
ceramics that have optimum mechanical properties and good thermal properties.
Kaolin, quartz, feldspar, and clay were prepared and then characterized by
microstructure and elemental content (SEM-EDX), sieved using a sieve with
variations in the size of 100 mesh, 150 mesh, 200 mesh, and 300 mesh. Samples were
printed using a hydraulic press, with a ratio of a mixture of kaolin: quartz: feldspar:
clay which is 20: 30: 30: 20 then left for 2 x 24 hours. Samples were burned in a
furnace with a temperature of 1000 oC for 5 hours. Ceramics are characterized by
physical properties (dry shrinkage and burn shrinkage), mechanical properties
(hardness and compressive strength), thermal and microstructure properties. The
results of the characterization of dry shrinkage and shrinkage of fuel with the highest
shrinkage value at 300 mesh raw material size, hardness shows that the optimum
grain size variation occurs at 300 mesh raw material size with hardness value =
2,223,107 MPa and optimum compressive strength at grain size of raw material 300
mesh with compressive strength value = 45,777 MPa. Different Thermal Analysis
(DTA) test results showed that there was no deformation in the sample until the
heating temperature was 950 oC. The results of the microstructure characterization
of ceramic visible pores formed with pore diameters ranging from 1.027 µm - 7.862
µm. And the element content, namely Carbon = 3.20%; Oxygen = 50.86%; Sodium
= 1.58%; Aluminum = 12.07%; Silicon = 29.43%; Potassium = 1.36%; Iron 1.50%.
PENGHARGAAN
Puji dan syukur disampaikan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul
“Pembuatan Dan Karakterisasi Keramik Tradisional Dengan Bahan Baku Kolin,
Kuarsa, Feldspar, Clay. Serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Ucapan terimakasih yang setulusnya dan penghargaan yang setingginya
disampaikan kepada Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, MS selaku Dosen Pembimbing
dan juga selaku Ketua Departemen Fisika yang telah memberikan banyak ilmu,
motivasi, nasihat serta dukungan dalam membimbing penulis selama ini.
Terimakasih kepada Bapak Dr. Kerista Sebayang, M.Sc selaku Dekan FMIPA
Universitas Sumatera Utara. Bapak Awan Maghfirah, M.Si selaku Sekretaris
Departemen Fisika, Ibu Dr. Susilawati, M.Si selaku komisi pembanding dan Ibu
Dra. Manis Sembiring, MS selaku komisi pembanding yang banyak memberi saran
dan masukan kepada penulis dan seluruh staf pengajar serta pegawai administrasi
dilingkungan FMIPA Universitas Sumatera Utara. Terimakasih kepada Kakanda
Amalia Ulfa, Suri Khairunnisa, Diah Pratiwi yang banyak memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam proses pengerjaan penelitian. Terimakasih kepada
para Murobbi kakanda Mis Ariska A.J Rambe S.Si, Iffatul Jannah, Nubaity Sitorus,
Ramadani, Suci Purnama Sari S.Si M.Si yang selalu sabar membawa penulis dalam
dekapan tarbiyah. Terima kasih kepada Nurul Hidayati Nasution, Fitri Annisa,
Khairunnisa selaku sahabat dan partner terbaik penulis dalam melakukan penelitian,
Rama dan Eman yang banyak membantu dalam penelitian. Nurmayasari sahabat
penulis yang semangatnya luar biasa, banyak mengajarkan penulis tentang kesabaran
dan keikhlasan. Arya Pradana adik kandung yang sangat penulis sayangi. Afnida,
Inggit, Rini, Isra, Lisda, Mutia, Yoga, Yuda, Elbert, Adit, Rangga, Husna selaku
rekan-rekan Laboratorium Fisika Gelombang. Sahabat – sahabat penulis Shella,
Reza, Fajar, dan Juanda. Rekan-rekan pendidik SMK PAB 7, SMARTHUMAN,
UKMI AL-FALAK FMIPA, UKMI AD-DAKWAH USU serta semua pihak yang
telah membantu dimana tidak dapat disebutkan satu-persatu. Akhirnya terimakasih
yang paling tulus diucapkan kepada Ibunda Elina Supiana, Ayahanda Hanif, yang
sangat sabar dalam menjaga dan membesarkan penulis, senantiasa menyebut nama
penulis didalam setiap doa-doanya, yang tiada henti memberikan dukungan dan
pengorbanan tak terkira sehingga penulis bisa sampai di tahap ini. Semoga Allah
SWT selalu memberikan balasan dengan kebaikan didunia dan Surga Nya nanti di
akhirat. Aamiin
Rizka Amelia
DAFTAR ISI
3.2.2 Bahan...................................................................................... 23
3.3 Prosedur Percobaan ............................................................................. 24
3.3.1 Preparasi Sampel .................................................................... 24
3.3.2 Proses Pembuatan Keramik.................................................... 24
3.4 Diagram Alir Penelitian ..................................................................... 25
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keramik
Keramik adalah bahan padat anorganik, yang bukan logam. Barang yang
terbuat dari keramik seperti : keramik cina, porselen, gelas, semen, refraktori
(bahan tahan api), sejak dahulu telah dipergunakan dalam kehidupan manusia
sehari-hari. Bahan keramik adalah bahan dasar penyusun kerak bumi, yaitu :
SiO2, Al2O3, CaO, MgO, K2O, Na2O dst., yang banyak tersedia di alam. SiO2,
Al2O3, maupun MgO masing-masing dapat dipakai sebagai bahan keramik
tersendiri, sedangkan banyak bahan lainnya yang terdiri dari campuran silikat
tunggal atau campuran berbagai silikat. Bahan baku dari keramik cina dan
porselen adalah tanah liat yaitu kaolin, serisit, dst., dan silikat yaitu kuarsa,
feldspar, dst., yang diaduk dicetak dan dibakar sehingga menjadi produk.
Selama pembakaran bahan-bahan tersebut bereaksi satu sama lain. Silikat
agak berbeda, dari bahan baku dibentuk mulit (3Al 2O3.2 SiO2) dan gelas,
sehingga dapat dibuat produk yang sifat-sifatnya berbeda dari bahan bakunya.
Di masa lalu keramik umumnya dibuat dari bahan baku alam. Karena
terbatasnya kemampuan pengendalian komposisi kimia dan struktur mikronya,
maka sifat-sifat asli keramik dalam banyak kasus biasanya tidak nampak jelas.
Akhir–akhir ini, keramik dengan sifat-sifat khasnya yang baru telah dibuat
dengan mempergunakan bahan tiruan yang sangat murni dan dengan proses
pembuatan yang sangat terkendali. Produk tersebut dinamakan keramik halus
atau keramik baru, yang memiliki sifat-sifat khas fungsional dalam
elektromagnetik, mekanik, optik, termal, biokimia dan sifat lainnya.Sekarang
keramik ini banyak dipakai di berbagai bidang termasuk penggunaan di ruang
angkasa, elektronik, dan industri mekanik. Di masa mendatang pengembangan
keramik akan pesat. (Surdia, Tata. 1999).
Pada prinsipnya keramik dapat dibagi dua bagian yaitu keramik tradisional
dan keramik modern.Keramik tradisional adalah keramik yang terbuat dari
bahan alam seperti kaolin, feldspar, clay, dan kuarsa. Yang termasuk keramik
ini adalah barang pecah (dinner ware), keperluan rumah tangga (tile brike),
Pada clay terdapat beberapa senyawa kimia dengan komposisi yang berbeda -
beda. Berikut adalah kandungan senyawa - senyawa yang terdapat pada clay
yaitu:
Tabel 2.2. Kandungan Senyawa yang Terdapat pada Clay (Muhdarina, 2013)
Senyawa % Berat
SiO2 77,92
Al2O2 14,73
Fe2O2 1,01
MgO 0,92
CaO 0,09
Na2O 1,69
K2O 2,39
Jenis-jenis Clay
Clay merupakan material yang berisi air dalam persentase besar dan
terjerap antara lembaran. Kebanyakan clay secara kimia dan fisika hampir
sama dengan clay yang lainnya, tetapi berisi sejumlah air yang mengisi
kationnya. Material ini memiliki keadaan basah, ukuran butir sangat halus
yaitu 0.02 mm dan sebagian besar tersusun atas magnesium dan silika.
Berdasarkan strukturnya clay dibagi menjadi tiga kategori yaitu clay yang
dapat dijumpai dalam bentuk kristalin (crystalline minerals), struktur tidak
teratur (amorphous), dan campuran (mixed layered). Sedangkan berdasarkan
komposisi mineralnya clay dapat dibedakan menjadi kaolinit, monmorilonit
(smektit), ilit (clay-mica), klorit dan haloisit. Clay juga dibedakan menjadi
beberapa jenis berdasarkan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari yaitu :
2.2.2 Feldspar
Feldspar hingga saat ini merupakan grup mineral dengan jumlah paling
besar di kerak bumi, membentuk sekitar 60 % batuan terrestrial.
Anorthite Ca(Si2Al2)O8
Orthoclase K(Si3Al)O8
Celsian Ba(Si2Al2)O8
Pada SiO2 murni tidak terdapat ion logam dan setiap atom oksigen
merupakan atom penghubung antara dua atom silikon (dan setiap atom
silikon dikelilingi oleh empat atom oksigen). Maka akan diperoleh suatu
struktur jaringan. Silika (SiO2) mempunyai beberapa struktur kristal, laksana
grafit yang berbentuk grafit dan intan. Feldspar suatu silikat alamiah,
berwarna merah jambu atau coklat merupakan mineral granit dengan
komposisi KAISiO8. Feldspar merupakan jaringan silikat dan satu diantara
empat atom silikon digantikan oleh ion Al 3+. Al hanya bermuatan tiga
sedangkan silikon empat sehingga perlu ditambah muatan K+ untuk
mengimbanginya. Ion K+ merupakan ion sisipan. Jaringan ini bersifat
terbuka sehingga ada tempat untuk ion tambahan.(Lawrence. 1981).
Dilihat dari unsur-unsurnya maka feldspar mengandung bahan alumina
(Al2O3), silica (SiO2), dan flux (K2O atau Na2O), yang mengandung kalium
(K2O) biasanya dipakai untuk membuat badan keramik halus karena sangat
aktif melarutkan kwarsa, membentuk masa gelas yang sangat kental, dan
sebagai pelebur yang baik dalam badan keramik halus sehingga badan
keramik menjadi padat tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi),
sedang yang banyak mengandung natrium (Na2O) untuk membuat glasir.
Dari komposisinya dapat dilihat bahwa struktur feldspar tidak berbeda
dengan struktur tanah liat, merupakan silikat alamiah. Feldspar juga
merupakan jaringan silikat dan satu diantara empat atom silikon digantikan
oleh atom aluminium. Diatas temperatur 900°C feldspar umumnya masih
dalam keadaan stabil dan tidak mengalami perubahan fasa. Feldspar
mengandung semua bahan-bahan penting untuk membentuk glasir sehingga
biasa disebut glasir alami. Feldspar merupakan kelompok mineral batuan
beku yang terutama terdiri dari senyawa alumina silikat dari K, Na, dan Ca
yang umumnya satu kation basa merupakan kation utama.(Haris, 2014).
2.2.3 Kaolin
Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan alam yang
cukup dapat dibanggakan. Salah satunya adalah terdapat banyak
kandungan mineral seperti kaolin dan Alumunium (Budihartono,2012)
Kaolin (Al2O3.2SiO2.2H2O) sebagai salah satu bahan dasar pembuatan
keramik merupakan salah satu jenis dari tipe mineral clay yang
mempunyai sifat : (Razak. 1978)
a. Plastis dan mudah dicetak untuk butir yang serta pada waktu basah,
sifat plastisitas dan work ability kebanyakan dipengaruhi oleh kondisi
fisik.
b. Kaku setelah dikeringkan.
c. Vitreous (bersifat kaca) setelah dipanaskan pada temperatur yang
sesuai
Kegunaan kaolin bagi industri antara lain industri keramik, porselen,
gerabah, sebagai isolator panas dan listrik. Pada ulang alik kaolin dipakai
sebagai ujung dari pesawat ulang alik karena daya hantar panas yang
rendah. Sifat- sifat mineral kaolin antara lain: yaitu kekerasan 2 - 2,5
mohs, plastis, mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah serta
pH bervariasi. Cadangan endapan Kaolin paling besar terdapat di
2.2.4 Kuarsa
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika
(SiO2) dan senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan.
Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama pasir putih yang merupakan hasil
pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan
feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin
dan diendapkan di tepi-tepi sungai, danau atau laut. Pasir kuarsa mempunyai
komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O,
berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa
pengotornya, adapun sifat pasir kuarsa memiliki kekerasan 7 (skala Mohs),
berat jenis 2,65 kgL-1, titik lebur 1728°C, bentuk kristal hexagonal, panas
spesifik 0,185 J, dan konduktivitas panas 12 – 1000°C.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang
meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan aditif.
Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri kaca, semen,
tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide, dan bahan
abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan aditif
digunakan dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata
tahan api (refraktori), dan lain sebagainya. (Asmuni. 2000).
Berikut adalah kandungan unsur yang terdapat pada kuarsa
berdasarkan uji XRF.
atau cairan terevaporasi partikel partikel keramik menjadi lebih dekat satu
sama lain dan terjadi penyusutan.
tidak banyak, hal ini dinyatakan oleh Richerson. Sintering umumnya dapat
terjadi didalam produk pada suhu tidak melebihi dari setengah sampai dua
pertiga dari suhu meltingnya, suhu yang membuat atom cukup mampu
untuk berdifusi. (Akhmad, Ramlan., 2011)
(2.3)
Keterangan :
Hv = Hardness of Vickers (N/m2)
F = Beban yang diberikan (N)
d = panjang diagonal sampel (m)
σ= (2.4)
Keterangan :
σ = Tegangan benda uji (N/cm2)
F = Beban yang diterima benda uji (N)
A = Luas penampang benda uji
Alat-alat yang digunakan dari DTA kit adalah Sample holder beserta
thermocouples, material referensi Al2O3, furnace (dapur) yang digunakan
harus stabil pada zona panas yang besar dan harus mampu merespon
perintah dengan cepat dari temperatur programmer, temperature
programmer untuk menjaga laju pemanasan agar tetap konstan dan sistem
perekaman (recording).
Prinsip kerja dari DTA adalah sample holder terdiri dari
thermocouple yang masing-masing terdapat pada material sampel dan
reference. Thermocouple ini dikelilingi oleh sebuah blok untuk
memastikan tidak ada kebocoran panas. Sampel ditaruh di kubikel kecil
dimana bagian bawahnya dipasangkan thermocouple. Thermocouple
diletakkan langsung berkontakan dengan sampel dan material referensi.
Tahapan kerjanya terlebih dahulu dipanaskan heating block,
ukuran sampel dengan ukuran material referensi sedapat mungkin identik
dan dipasangkan pada sampel holder. Thermocouple harus ditempatkan
berkontakan secara langsung dengan sampel dan material referensi,
temperatur di heating block akan meningkat, diikuti dengan peningkatan
temperatur sampel dan material referensi. Apabila pada thermocouple
tidak terdeteksi perbedaan temperatur antara sampel dan material referensi,
maka tidak terjadi perubahan fisika dan kimia pada sampel, jika ada
perubahan fisika dan kimia, maka akan terdeteksi adanya ΔT.
2.4.4. Mikrostruktur
Pengujian mikrostruktur dilakukan dengan Scanning Electron
Microscope (SEM) untuk melihat bentuk dan ukuran partikel
penyusunnya. Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan
mikroskop elektron yang banyak digunakan untuk analisa permukaan
material. SEM juga dapat digunakan untuk menganalisa data kristalografi,
sehingga dapat dikembangkan untuk menentukan elemen atau senyawa.
Prinsip kerja SEM menggunakan dua sinyal elektron secara simultan. Satu
strike spesimen digunakan digunakan untuk menguji dan strike yang lain
adalah Cathoda Ray Tobe (CRT) memberikan tampilan gambar.
SEM menggunakan prinsip scanning, maksudnya berkas elektron
diarahkan dari titik ke titik objek, gerakkan berkas elektron dari suatu titik
ke titik objek. Gerakan berkas elektron dari suatu titik ke titik yang lain
pada suatu daerah objek yang menyerupai gerakan membaca. Gerakan ini
disebut dengan scanning. Komponen utama SEM terdiri dari dua unit
yaitu electron column (B) dan display console (A). Elektron column
merupakan model elecron beam scanning. Sedangkan display consule
merupakan elektron sekunder yang di dalamnya terdapat CRT. Pancaran
elektron energi tinggi dihasilkan oleh elektron gun yang kedua tipenya
berdasarkan pada pemanfaatan arus.
Perkembangan mutakhir paling berarti adalah perolehan informasi
mengenai komposisi kimia. Mikroskopnya juga menggambarkan sebuah
energy Dispersive X-ray Spectrometer (EDX) yang dapat digunakan untuk
menentukan komposisi unsur dari sampel. Ketika sebuah sampel difoto
oleh SEM, sinar elektron juga diemisikan oleh sinar-X yang dibawa oleh
EDX. Emisi sinar-X tiap unsur khas dalam energi dan panjang
gelombangnya, karena itu unit EDX mampu menentukan tiap unsur yang
merespon emisi tersebut. Data ini dapat ditambahkan pada gambar SEM
untuk menghasilkan sebuah peta unsur yang sebenarnya dari permukaan
sampel. Selain itu melalui EDX dapat diketahui ukuran diameter pori dari
keramik yang dihasilkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan keramik tradisional
1. . Kaolin
2. Kuarsa
3. Feldspar
4. Clay
5 Aquades
Pencampuran
Pencetakan
Dikarakterisasi
Uji Sifat Fisis Uji Sifat Mekanik Uji Sifat Termal Uji SEM EDX:
1. Susut Kering 1. Kekerasan 1. Differential Thermal 1 Mikrostruktur
2. Susut Bakar 2. Kuat Tekan Analysis 2. Kandungan Unsur
Kesimpulan
BAB IV
Dari data Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai susut kering optimum pada sampel
dengan ukuran bahan baku 300 mesh dengan nilai penyusutan 3,561% dan nilai
susut kering paling rendah pada sampel dengan ukuran bahan baku 100 mesh
dengan nilai penyusutan 1,616 %. Nilai susut kering ukuran butir 150 mesh
1,825% dan nilai susut kering ukuran butir 200 mesh 3,002%. Hubungan nilai
susut kering terhadap ukuran butir bahan baku dapat dilihat seperti pada grafik
(Gambar 4.1).
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Ukuran Butir (mesh)
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa grafik hubungan susut kering terhadap ukuran
butir linear naik. Berarti semakin kecil ukuran butir bahan baku pembuatan
sampel keramik tradisional maka semakin tinggi nilai susut keringnya. Hal ini
dikarenakan proses difusi terjadi semakin tinggi atau mengalirnya molekul dalam
hal ini air dari daerah yang berkonsenterasi tinggi ke daerah yang berkonsenterasi
rendah dalam hal ini udara. Sehingga penyusutan volume yang terjadi semakin
besar.
Pada proses pengeringan air bergerak dari dalam massa sampel melalui
pori-pori ke permukaan dan selanjutnya menguap ke udara. Pengeringan sampel
selalu diikuti penyusutan volume. Pada saat lapisan air yang menyelimuti partikel
bahan menguap ke udara, partikel-partikel menjadi saling mendekat, akibatnya
seluruh massa menyusut. Banyak sedikitnya susut kering tergantung pada ukuran
partikel. Untuk bahan berpartikel halus susut keringnya akan relatif besar seperti
yang terlihat pada Grafik 4.1
Dari data Tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai susut bakar optimum pada sampel
dengan ukuran bahan baku 300 mesh dengan nilai penyusutan 8,873% dan nilai
susut bakar paling rendah pada sampel dengan ukuran bahan baku 100 mesh
dengan nilai penyusutan 5,523%. Pada sampel dengan ukuran bahan baku 150
mesh nilai penyusutan 7,213% dan pada sampel dengan ukuran bahan baku 200
mesh dengan nilai penyusustan 7,290%. Hubungan nilai susut kering terhadap
ukuran butir bahan baku dapat dilihat seperti pada grafik (Gambar 4.2).
8
6
y = 0.0153x + 4.3483
4 R² = 0.9165
2
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Ukuran Butir (mesh)
Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai kekerasan pada sampel dengan
ukuran butir 100 mesh adalah 1.308,445 MPa, 150 mesh 1.557,476 MPa, 200
mesh 1.827,4006 MPa, dan 300 mesh, 2.223,107 MPa. Nilai kekerasan
optimum pada sampel dengan ukuran butir bahan baku 300 mesh dengan nilai
kekerasan 2.223,107 MPa. Hubungan nilai kekersan terhadap ukuran butir
bahan baku dapat dilihat seperti pada grafik (Gambar 4.3).
Kekerasan (MPa)
2,000.00
1,500.00
1,000.00 y = 4.5736x + 871.55
R² = 0.9945
500.00
0.00
0 50 100 150 200 250 300 350
Ukuran Butir (mesh)
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa grafik linear naik. Berarti semakin kecil
ukuran butir bahan baku pembuatan sampel keramik tradisional maka
semakin tinggi nilai kekerasannya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
kecilnya ukuran butir bahan baku keramik, pori di keramik semakin
mengecil.
Semakin kecil ukuran butir bahan baku maka laju reaksi pembakaran
semakin cepat, proses sinter berlangsung dengan lebih maksimal karena
energi yang diberikan pada proses densifikasi atau pemadatan semakin besar
dimana antar butir mendekat secara bersama – sama dan membentuk ikatan
ion dan ikatan kovalen yang lebih kuat. Sehingga keramik dengan ukuran
partikel yang lebih kecil memiliki nilai kekerasan yang lebih tinggi.
Pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai kuat tekan pada sampel dengan ukuran
butir 100 mesh adalah 18,542 MPa, 150 mesh 20,352 MPa, 200 mesh 28,794
MPa, dan 300 mesh, 45,777 MPa. Nilai kuat tekan optimum pada sampel dengan
ukuran butir bahan baku 300 mesh dengan nilai kuat tekan 45,777 MPa.
Hubungan nilai kuat tekan terhadap ukuran butir bahan baku dapat dilihat seperti
pada grafik (Gambar 4.4).
40
30
20 y = 0.1428x + 1.5879
R² = 0.9615
10
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Ukuran Butir (mesh)
Pada Gambar 4.4 menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran butir bahan baku
pembuatan sampel keramik tradisional maka semakin tinggi nilai kuat tekannya.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh gradasi ukuran butir bahan baku yang berpengaruh
pada kepadatan dan tingkat porositas keramik. Susunan butiran (gradasi) yang
baik dapat menghasilkan kepadatan maksimum dan porositas minimum. Sehingga
keramik dengan ukuran butir yang lebih kecil memiliki ketahanan terhadap beban
axial yang diberikan kepada keramik.
Pada Gambar 4.5 menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam clay.
Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 55,13%, Sodium sebesar 0,73%,
Magnesium sebesar 0,62%, Aluminium sebesar 13,41%, Silicon sebesar 24,40%,
Potassium sebesar 1,16%, Calcium sebesar 0,36%, Titanium sebesar 0,60%, dan
Iron sebesar 3,61%. Dari data kandungan unsur pada Gambar 4.5 menunjukkan
benar bahwa bahan yang dikarakterisasi adalah clay dilihat dari kesesuain unsur
yang terkandung pada clay secara teori (Ariesnawan R Adi, 2015)
(a)
(b)
Gambar 4.6 (a) Mikrostruktur clay (b) Mikrostruktur clay dengan ukuran diameter
pori
Gambar 4.6 (a) merupakan mikrostruktur dari bahan clay pada perbesaran 2500
kali. Gambar ini menunjukkan mikrostruktur clay memiliki permukaan yang tidak
merata dan terdapat rongga-rongga. Gambar 4.6 (b) merupakan mikrostruktur dari
bahan clay pada perbesaran 2500 kali. Telah dilakukan pengukuran diameter pori
pada 6 titik dengan masing masing diameter 4,601µm, 1,429 µm, 0,9028 µm,
3,038 µm, 1,401µm, dan 1,429 µm dengan rata-rata diameter pori adalah 2,133µm
Pada Gambar 4.7 menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam
feldspar. Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 50,51%, Sodium sebesar
5,72%, Aluminium sebesar 10,77%, Silicon sebesar 26,40%, Potassium sebesar
1,52%, Calcium sebesar 1,41%, dan Carbon sebesar 3,67%. Dari data kandungan
unsur pada Gambar 4.7 menunjukkan benar bahwa bahan yang dikarakterisasi
adalah feldspar dilihat dari kesesuain unsur yang terkandung. (Haris, 2014)
(a)
(b)
Gambar 4.8 (a) Mikrostruktur feldspar (b) Mikrostruktur feldspar dengan ukuran
diameter pori
Gambar 4.8 (a) merupakan mikrostruktur dari feldspar pada perbesaran 2500 kali.
Gambar ini menunjukkan feldspar memiliki mikrostruktur yang mirip seperti
beningan kaca berwarna putih. Gambar 4.8 (b) menunjukkan ukuran diameter pori
feldspar pada perbesaran 2500 kali. Telah dilakukan pengukuran diameter pori
pada 7 titik dengan masing-masing diameter 0,8041µm, 1,295µm, 0,848µm,
0,9392µm, 1,252µm, 0,625µm, dan 1,385µm dengan rata-rata diameter pori
1,0211
Pada Gambar 4.9 menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam
kuarsa. Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 47,36%, Aluminium
sebesar 0,49%, Silicon sebesar 44,71%, dan Carbon sebesar 7,44%. Dari data
kandungan unsur pada Gambar 4.9 menunjukkan benar bahwa bahan yang
dikarakterisasi adalah kuarsa dilihat dari kesesuain unsur yang terkandung pada
kuarsa secara teori. (Metungku N A. 2017)
(a)
(b)
Gambar 4.10 (a) Mikrostruktur kuarsa (b) Mikrostruktur kuarsa dengan ukuran
diameter pori
Gambar 4.10 (a) merupakan mikrostruktur dari kuarsa pada perbesaran 2500 kali.
Gambar ini menunjukkan kuarsa memiliki mikrostruktur yang cukup padat namun
juga banyak rongga. Gambar 4.10 (b) menunjukkan diameter pori-pori pada
kuarsa. Pengukuran dilakukan pada 8 titik dengan masing-masing diameter
1,905µm, 1,027µm, 1,579µm, 0,727µm, 0,402 µm, 0,446µm, 0,357µm, dan 0,568
µm dengan rata-rata ukuran diameter pori adalah 0,876 µm.
Pada Gambar 4.11 menunjukkan ada beberapa unsur yang terkandung dalam
kaolin. Diantara unsur tersebut adalah: Oxigen sebesar 52,88%, Aluminium
sebesar 11,42%, Silicon sebesar 9,98%, Potassium sebesar 0,34% dan Carbon
sebesar 25,39%. Gambar 4.11 menunjukkan benar bahwa bahan yang
dikarakterisasi adalah kaolin dilihat dari kesesuain unsur yang terkandung.
(Darmawan, 2017)
(a)
(b)
Gambar 4.12 (a) Mikrostruktur kaolin (b) Mikrostruktur kaolin dengan ukuran
diameter pori
Gambar 4.12 (a) merupakan mikrostruktur dari bahan kaolin pada perbesaran
2500 kali. Gambar ini menunjukkan mikrostruktur kaolin ada penggumpalan di
beberapa titik. Pada Gambar 4.12 (b) menunjukkan diameter pori kaolin yang
diambil pada 5 titik yaitu 0, 893 µm, 1,117µm, 1,340µm, 1,295 µm, dan 1,385
µm. dengan rata-rata ukuran diameter pori adalah 1,206 µm.
Pada gambar 4.13 menunjukkan beberapa unsur yang terkandung dalam keramik.
Diantara unsur tersebut adalah Oxigen sebesar 50,65%, Sodium sebsar 2,45%,
Aluminium sebesar 16,52%, Silicon sebesar 28,00%, Potassium sebesar 1,01%
dan Iron sebesar 1,36%. Dari Gambar 4.13 menunjukkan bahwa ada beberapa
unsur yang hilang akibat pembakaran seperti Titanium, Magnesium, Calcium, dan
Carbon.
(a)
(b)
Gambar 4.14 (a) Mikrostruktur Keramik (b) Mikrostruktur keramik dengan
ukuran diameter pori
BAB 5
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A
1. Bahan
Gambar 3.Feldspar yang sudah diayak Gambar 4. Kaolin yang sudah diayak
2. Alat
LAMPIRAN B
HASIL PERHITUNGAN UJI SUSUT KERING DAN SUSUT BAKAR
= x 100%
= 0,01616 x 100%
= 1,616 %
= x 100%
= 0,01825 x 100%
= 1,825 %
= x 100%
= 0,03002 x 100%
= 3,002 %
= x 100%
= 0,03561 x 100%
= 3,561 %
= x 100%
= 0,05523 x 100%
= 5,523 %
= x 100%
= 0,07213 x 100%
= 7,213%
= x 100%
= 0,0729 x 100%
= 7,290 %
= x 100%
= 0,08873 x 100%
= 8,873 %
LAMPIRAN C
HASIL PERHITUNGAN UJI KEKERASAN
= 1.255,674 MPa
= 1.423,516 x 10-6N/m2
= 1.423,516 Mpa
= 1.246,145 MPa
( )
HV = = =1.308.445 MPa
= 1.646,115 MPa
= 1.524,4023 x 10-6N/m2
= 1.524,4023 MPa
= 1.501,9107 MPa
( )
HV = = = 1.557,476 MPa
= 1.789,2203 MPa
= 1,734076 x 106N/m2
= 1.734,076 MPa
= 1.949,9055 MPa
( )
HV = = = 1.827,4006 MPa
= 2.103,37 MPa
= 2.205,475 x 10-6N/m2
= 2.205,475 Mpa
= 2.227,54 MPa
( )
HV = = = 2.223,107MPa
LAMPIRAN D
HASIL PERHITUNGAN UJI KUAT TEKAN
LAMPIRAN D
HASIL UJI DTA