Anda di halaman 1dari 3

PROSES DISALINASI AIR LAUT PADA SINGLE EFFECT DISTILLATION (SED)

Air laut dapat diolah menjadi air bersih melalui proses pemurnian yang biasa disebut
desalinasi. Salah satu jenis desalinasi yang sederhana adalah Single Effect Distillation (SED).
SED telah banyak diaplikasikan pada bidang industri karena sistem ini memiliki kelebihan yaitu
dapat memanfaatkan energi uap buangan dari suatu proses (misalnya proses pembangkitan
listrik) sehingga efisiensi total sistem dapat ditingkatkan.

Gambar 1. Gambaran peoses desalinasi air laut dengan SED

Single Effect Distillation (SED) adalah proses distilasi satu efek yang terdiri dari satu
evaporator dan satu kondenser. Motive steam atau uap penggerak (𝑚𝑠𝑜 ) jenuh dimasukkan pada
pipa evaporator sehingga feed water atau air umpan (𝑚𝑓 ) mendapat panas dan menguap. Uap
bersih (𝑚𝑣 ) dialirkan melaui demister agar pertikel garam yang masih ada tersaring. Selanjutnya
uap bersih diembunkan di kondenser menggunakan cooling water (air laut pendinginan)
sehingga menjadi distilat (𝑚𝑑 ). Cooling water keluaran dari kondenser menjadi air umpan untuk
evaporator.
Masalah korosi logam pada proses distilasi dengan sistem termal adalah hal yang penting
untuk dihindari. Masalah korosi dapat terjadi karena sistem berada pada lingkungan garam
sedangkan penurunan transfer panas disebabkan adanya endapan pada bagian luar pipa
evaporator yaitu endapan karena CaCO3, Mg(OH)2 dan CaSO4. Kerak CaCO3 dan Mg(OH)2
tersebut sebagai hasil dari dekomposisi panas dari ion bikarbonat, sedangkan kerak CaSO4
sebagai hasil dari reaksi ion kalsium dan ion sulfat yang ada dalam air laut.
Kerak menghambat transfer panas. Untuk menghindarinya dilakukan pembersihan berkala
secara mekanis. Namun hal ini dapat dilakukan saat operasi tidak berlangsung. Untuk
meminimalkan korosi maka selama proses berlangsung level brine (𝑍𝑏 ) dan level distilat (𝑍𝑑 )
dijaga agar tidak menggenangi tube.
Gambar 2 menujukkan P&ID dari proses Single Single Effect Distillation (SED). Upaya
menjaga level brine (𝑍𝑏 ) dan level distilat (𝑍𝑑 ) agar tidak mengenai tube dilakukan dengan
merancang suatu sistem pengendalian. Pada evaporator, variabel yang dimanipulasi adalah laju
massa air laut umpan (𝑚̇𝑓 ) dan yang menjadi gangguan adalah laju massa brine (𝑚̇𝑏 ). Sedangkan
pada kondenser, variabel yang dimanipulasi adalah laju massa uap bersih (𝑚̇𝑣 ) dan yang menjadi
beban adalah laju massa distilat (𝑚̇𝑑 ) sesuai banyaknya permintaan air bersih.

Gambar 2. P&ID dari SED


Level cairan baik pada evaporator maupun kondenser pada keadaan tunak berada pada
ketinggian 0,18 m sedangkan tube pertama berada para jarak 0,2 m dari alas bejana. Untuk
menjaga agar transfer panas berlangsung optimal dan tube tidak cepat rusak seperti yang telah
maka diupayakan cairan tidak sampai merendam tube. Sebaliknya, level juga tidak boleh terus-
menerus turun dan akhirnya habis karena apabila tidak ada cairan di dasar bejana maka udara
luar akan masuk ke dalam sistem yang akan mengganggu kelangsungan proses desalinasi. Hal ini
disebabkan karena tekanan di dalam bejana lebih kecil dari tekanan udara luar. Untuk tujuan itu
diupayakan level cairan selalu berada pada rentang nilai overshoot (OS) ± 10 % bila terjadi
gangguan.

Anda mungkin juga menyukai