Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH FISIKA STATISTIK

Disusun Oleh :
BIANCA ZAIN SALSABILA
K2317013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
BAB I

1. Perbedaan Sistem dan Lingkungan

Pembeda Sistem Lingkungan


Definisi Bagian dari alam semesta Bagian di luar dari sistem
yang dijadikan sebagai yang memiliki pengaruh
fokus pengamatan terhadap sistem
Contoh fenomena Dalam reaksi antara urea Dalam reaksi antara urea
dan air di dalam sebuah dan air di dalam sebuah
botol tertutup, maka air botol tertutup, maka
dan urea di dalam botol dinding botol (serta
tersebut (serta sedikit tutupnya) merupakan
udara) merupakan sistem lingkungan

2. Uraikan persamaan dan perbedaan antara sistem terbuka, tertutup dan sistem
terisolasi!
Jawab :
- Sistem terbuka (open system) ditandai oleh adanya pertukaran baik energi maupun
materi dengan lingkungan. Akibatnya, energi dan massa sistem tidak tetap. Jika
terjadi kesetimbangan dengan lingkungan, maka rerata energi dan jumlah partikel
sistem akan ditentukan oleh temperatur dan potensial kimianya. Sebab itu,
temperatur dan potensial kimia dapat digunakan dalam karakterisasi keadaan
makroskopik sistem.
- Sistem tertutup tidak mengalami pertukaran materi dengan lingkunan tetapi tetap
dimungkinkan adanya pertukaran energi. Energi sistem tertutup tidak tetap.
Apabila sistem mengalami kesetimbangan dengan lingkungan, maka energi sistem
akan berada pada nilai rerata dan bergantung pada temperaturnya atau temperatur
lingkungan.
- Sistem juga dapat diisolasi sehingga tida terjadi pertukaran baik energi maupun
materi dengan lingkungan. Semua perubahan yang dialami oleh sistem terisolasi
bergantung pada keadaan internalnya.
3. Perbedaan proses quasi-statik dan proses dinamik

Pembeda Proses quasi statik Proses dinamik


Keadaan yang dihasilkan sistem mengalami proses Perubahan keadaan dari A
sedemikian setiap keadaan ke B diantarai oleh
merupakan keadaan keadaan yang tidak
setimbang setimbang.
Contoh Gas dalam wadah yang
dipanaskan dengan sangat
perlahan akan menjadikan
sistem mengalami
perubahan keadaan dimana
setiap titik keadaan
merupakan titik setimbang

4. Dengan menggunakan Hk. Avogadro bahwa jumlah molekul gas pada keadaan baku
(standar) adalah 6, 02 × 1023 molekul, hitunglah tetapan Boltzmann k dari hubungnan
PV = NkT. Hitung pula tetapan umum gas R dari hubungan PV = nRT. Selanjutnya,
uraikan makna fisis dari k dan R
Penyelesaian:
 Tetapan Boltzman
Karena n = m/M maka dapat dituliskan:
m
p x v=n x R X T ↔ p x V = x R xT
M
m px M
p= =
V RxT
Karena n = N/Na, maka akan didapatkan persamaan:
N
p xV= x R x T ( darirumus P V =n R T )
Na
R
p x V =N x xT
Na
R
=k ,maka :
Na
p x V =N x k x T
k disebut dengan tetapan Boltzman, yang nilainya adalah :
J
8314
R kmolK
k= = =1,38 x 10−23 J / K
Na 6,022 x 10 partikel
23

Sehingga besar k = 1,38 x 10−23 J / K

 Tetapan umum Gas R


Konstanta gas muncul dalam hukum gas ideal sebagai berikut:

p x v=n x R X T =m x Rspesifik x T

Besar R adalah:

R = 8314 J/kmol K apabila tekanan dalam Pa atau N/m2, volume dalam m3,
dan jumlah mol dalam kmol

R = 0,082 L atm/mol K apabila tekanan dalam atm, volume dalam liter, dan
jumlah mol dalam mol

 Makna Fisis k dan R


Konstanta Boltzmann kB (kadang disingkat k) dapat digunakan sebagai
konstanta gas ideal dengan menghitung jumlah partikel, N, daripada jumlah
substansi, n, dengan:
R=N A x k b

Makna fisis dari k dan R adalah k dan R berbanding lurus sehingga jika R
bertambah besar maka k juga menjadi besar dan jika R nya kecil maka k nya
juga kecil.
Bab III

1. Jelaskan perbedaan dasar dari temodinamik dan fisika statistik


Jawab :

Termodinamika Fisika Statistik


- Dalam termodinamika untuk - Dalam fisika statistik untuk
mendapatkan rumus-rumus dan memperhatikan sistem sebagai
kaitan-kaitan antara besaran fisik suatu keseluruhan, melainkan
tertentu, yang menggambarkan memandang partikel-
sikap zat dibawah pengaruh kalor. partikelnya secara individual.
Besaran itu disebut koordinat Dengan mengadakan beberapa
makroskopik sistem. Rumus dan pemisalan tentang partikel itu,
kaitan itu kita peroleh dari secara teoritis dicoba
eksperimen dan kemudian kita diturunkan hubungan-hubungan
pergunakan untuk meramalkan dan kaitan-kaitan yang
perilaku zat tersebut dibawah menghubungkan besaran
pengaruh lain kalor. Maka nyatalah makroskopik dengan sifat
bahwa termodinamika adalah ilmu partikel. Dengan demikian
pengetahuan yang berdasarkan terbentuklah jembatan antara
eksperimen. dunia makroskopik dan dunia
- Dalam termodinamika, besaran mikroskopik. Yang dimengerti
makroskopik yang menggambarkan bahwa jumlah koordinat
sistem ini adalah tekanan gas P, mikroskopik besar sekali, yakni
volum V dan suhu T. dari sejumlah N = jumlah partikel
eksperimen diketahui bahwa antara dalam sistem (seorde bilangan
ketiga besaran ini ternyata ada kaitan Avogadro). Contoh : Perhatikan
tertentu. sistem yang terdiri atas N
Artinya : gas tersebut dapat kita beri molekul gas
volum tertentu, panaskan sampai - Sebaliknya, dalam fisika
mencapai suhu tertentu, maka statistik gas dilihat sebagai
ternyata tekanannya sudah suatu kumpullan N partikel
mempunyai nilai tertentu pula. masing-masing bermassa m dan
Secara matematis antara P,V dan T berkecapatan v. tekanan gas
terdapat hubungan fungsional : ternyata adalah nilai rata-rata
f(P,V,T)=0. Dari hubungan empirik perubahan momentum partikel
ini dapat kita buat ramalan-ramlaan pada tumbukan dengan dinding
tertentu, misalnya tentang koefesien bejana.
mumai sistem. Ramalan ini
kemudian dapat diuji dengan
eksperimen berikutnya.

2. Berikan tiga buah contoh kasus yang dapat menjelaskan dengan baik tentang konsep
keadaan makro (macrostate) dan keadaan mikro.
Penyelesaian :
Dalam termodinamika sistem akan dideskripsikan dengan sejumlah besaran fisis yang
menggambarkan keadaan sistem (disebut sebagai besaran keadaan). Keadaan sistem
yang ditinjau dalam termodinamika adalah keadaan makroskopik yang dapat berupa
keadaan rerata dari partikel-partikel dalam sistem atau berupa keadaan kesuluruhan
(total) partikel-partikel dalam sistem. Contoh keadaan makroskopik tersebut adalah :
 Tekanan P
 Temperatur T
 Volume V
 Energi dalam U
a. Tekanan P
Tekanan merupakan salah satu property yang terpenting dalam thermodinamika,
dan didefinisikan sebagai gaya tekan suatu fluida (cair atau gas) pada satu
satuan unit luas area. Istilah tekanan pada benda padat disebut tegangan (stress).
Satuan tekanan adalah Pa (Pascal), yang didefinisikan sebagai, 1 Pa = 1 N/m2
Karena satuan Pascal terlalu kecil, maka dalam analisis thermodinamika Sering
digunakan satua kilopascal (1 kPa = 103 Pa), atau megapascal (1 MPa = 106
Pa). Satuan tekanan yang cukup dikenal adalah satuan bar (barometric), atau
atm (standard atmosphere), sebagai berikut.
1 bar = 105 Pa = 0,1 Mpa = 100kPa
1 atm = 101. 325 Pa = 101,325 kPa = 1, 01325 bar
Pengukuran tekanan dengan menggunakan referensi tekanan nol absolut disebut
tekanan absolut (ata), sedang tekanan manometer (ato) adalah tekanan relatif
terhadap tekanan atmosfir. Tekanan vakum adalah tekanan dibawah 1 atm, yaitu
perbedaan antara tekanan atmosfir dengan tekanan absolut.
Alat pengukur tekanan diatas atmosfir adalah manometer, alat pengukur tekanan
vakum disebut manometer vakum, sedang alat pengukur tekanan atmosfir
disebut barometer. Terdapat banyak jenis metode pengukuran tekanan seperti
pipa U, manometer pegas, atau transduser elektronik
b. Temperatur T
Ukuran temperatur berfungsi untuk mengindikasikan adanya energi panas pada
suatu benda padat, cair, atau gas. Metodenya biasanya menggunakan perubahan
salah satu property suatu material karena panas, seperti pemuaian, dan sifat
listrik. Prinsip pengukurannya adalah apabila suatu alat ukur ditempelkan pada
benda yang akan diukur temperaturnya, maka akan terjadi perpindahan panas ke
alat ukur sampai terjadi keadaan seimbang. Dengan demikian temperatur yang
terterapada alat ukur adalah sama dengan temperatur pada benda yang diukur
temperaturnya. Prinsip tersebut menghasilkan Hukum Thermodinamika Zeroth
(Zeroth Law of Thermodynamics), yaitu apabila dua benda dalam keadaan
seimbang thermal dengan benda ketiga maka dua benda tersebut juga dalam
keadaan seimbang thermal walaupuntidak saling bersentuhan.
Dalam sistem SI satuan temperatur adalah Kelvin (K) tanpa derajad. Skala dari
ukuran temperatur dalam derajad Celcius adalah sama dengan skala ukuran
Kelvin, tetapi titik nol oC sama dengan 273,15 K. Titik nol oC adalah kondisi es
mencair pada keadaan standard atmosfir, sedang kondisi 0 K adalah kondisi nol
mutlak dimana semua gerakan yang menghasilkan energi pada semua materi
berhenti. Dalam analisis thermodinamika, apabila yang dimaksudkan adalah
ukuran temperatur maka yang digunakan adalah ukuran dalam K, sedang
apabila analisis berhubungan dengan perbedaan temperatur maka baik ukuran
oC maupun K dapat digunakan.
c. Volume V
Volume dari sebuah sistem termodinamika adalah suatu parameter ekstensif
untuk menjelaskan keadaan termodinamika. Volume spesifik, adalah properti
intensif, adalah volume per satuan massa. Volume merupakan fungsi keadaan
dan interdependen dengan properti termodinamika lainnya seperti tekanan dan
suhu. Contohnya, volume berhubungan tekanan dan suhu gas ideal melalui
hukum gas ideal. Volume fisik dari sebuah sistem dapat sama atau berbeda dari
volume kontrol yang digunakan untuk menganalisis sistem.
d. Energi Dalam U
Energi dalam (E) adalah total energi kinetik dan energi potensial yang ada di
dalam sistem. Namun karena besar energi kinetik dan energi potensial pada
sebuah sistem tidak dapat diukur, maka besar energi dalam sebuah sistem juga
tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah besar perubahan energi
dalam suatu sistem. Perubahan energi dalam dapat diketahui dengan mengukur
kalor (q) dan kerja (w), yang akan timbul bila suatu sistem bereaksi. Oleh
karena itu, perubahan energi dalam dirumuskan dengan persamaan E = q + w.
Jika sistem menyerap kalor, maka q bernilai positif. Jika sistem mengeluarkan
kalor, maka q bernilai negatif. Jika sistem melakukan kerja, maka w pada rumus
tersebut bernilai positif. Jika sistem dikenai kerja oleh lingungan, maka w
bernilai negatif.Jadi bila suatu sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar
10 kJ, dan sistem tersebut juga melakukan kerja sebesar 6 kJ, maka perubahan
energi dalam-nya akan sebesar 16 kJ.
Besaran-besaran makroskopik tadi dikelompokkan menjadi dua jenis, yang
sebanding dengan jumlah partikel dan yang tidak bergantung pada jumlah
partikel. Besaran yang sebanding dengan jumlah partikel disebut sebagai
besaran ekstensif, misalnya jumlah partikel, volume, energi dalam, dan entropi
S. Sedangkan besaran yang tidak bergantung pada jumlah partikel disebut
sebagai besaran intensif, misalnya tekanan, temperatur, panas jenis c, kerapatan
ρ dan potensial kimia µ.
Ciri Khas Koordinat Makroskopik
1) Koordinat ini tidak menyangkut pengandaian khusus mengenai struktur
materi.
2) Jumlah koordinatnya sedikit
3) Koordinat ini dipilih melalui daya terima indera kita scara langsung.
4) Pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung
3. Hitung jumlah keadaan mikroskopik dari 4 orang mahasiswa yang akan duduk pada 5
kursi yang disiapkan.

Penyelesaian : Dari kasus diatas maka dapat diketahui bahwa peristiwa tersebut dapat
diselesaikan dengan cara Permutasi :

n!
P ( n , r )=
( n−r ) !
5!
P ( 5,4 )=
( 5−4 ) !

5!
¿
1!

¿ 120

Jadi banyaknya cara pada peristiwa tersebut ada 120 cara.

4. Apa yang dimaksud dengan majelis dan berikan contohnya untuk kasus fisika
statistik?
Jawab :
- Majelis dalam mekanika statistik adalah konstruksi mental dan dikaitkan dengan
keadaan mikroskopik atau konfigurasi sesaat dari sistem. Anggota majelis dalam
mekanika statistik bukan berupa benda, melainkan konfigurasi dari elemen
mikroskopik.
- Sebagai contoh sederhana, jika kita memiliki dua anak panah dengan orientasi ke
atas atau ke bawah maka ada empat kemungkinan konfigurasi yaitu: {(↓↓),(↓↑),
(↑↓),(↑↑)}. Meskipun sistemnya hanya terdiri atas dua anak panah, jumlah anggota
majelisnya ada empat. Suatu majelis dapat ditandai sebagai Ω = {ω1,ω2,... ,ωn} =
{ωi: i = 1, 2,... n}. Artinya, majelis tersebut terdiri atas Ω anggota. Masing-masing
anggota majelis memiliki kebolehjadian untuk muncul.
5. Jika dua buah atom menempati titik kisi segi empat L = 2 × 3, maka tuliskanlah
keadaan-keadaan mikroskopiknya.

Penyelesaian :

Pada keadaan awal kita misalkan bahwa posisi atom pada keadaan mikroskopis pada
kisi dengan L = 3x2 adalah :

L¿ ( 0,1 ) , ( 0,2 ) , ( 0,3 ) , ( 1,1 ) , ( 1,2 ) , ( 1,3 ) , ( 2,1 ) , ( 2,2 ) , ( 2,3 ) , ( 1,0 ) , ( 2,0 ) ,(0,0)

Jadi dalam kisi tersebut ada 12 cara penempatan dua buah atom.

6. Besaran A(p,q,t) bergantung secara ekplisit terhadap waktu. Telusuri perolehan


kurung Poisson dengan menurunkan terhadap waktu dari besaran ini
Penyelesaian :
Dengan berjalannya waktu, setiap partikel dalam sistem akan berubah posisi
dan momentumnya. Maka evolusi waktu sistem terkait dengan sebuah kurva
(lintasan) (qi ( t ) , pi ( t )) dalam ruang fase, yang disebut dengan lintasan ruang fase.
Lintasan ini, dalam tinjauan fisika klasik, ditentukan oleh persamaan gerak
Hamiltonan untuk setiap partikel.
∂H −∂ H
qi= , pi=
∂ pi ∂ qi
Sehingga bila Hamiltonan untuk sistem sudah diketahui, maka lintasan ruang
fasenya juga akan diketahui. Hamiltonan sistem akan memberikan energi total sistem,
dan secara umum Hamiltonan ini adalah fungsi dari keadaan gerak semua partikel
dalam sistem, atau dengan kata lain fungsi dari titik ruang fase (qi , pi) dan waktu.
Dalam sebuah sistem yang terisolasi, di mana energi total sistem tetap,
Hamiltonannya tidak bergantung kepada waktu secara eksplisit. Sehingga, untuk
kasus ini, Hamiltonan hanya fungsi dari titik ruang fase, dan nilainya
H ( qi ( t ) , pi ( t ) ) =E
adalah besaran yang konstan. Dalam sistem yang terisolasi, sepanjang lintasan ruang
fase ( qi ( t ) , pi ( t ) ) nilai E selalu tetap.
Besaran-besaran fisis lain, secara umum selalu dapat dinyatakan sebagai
fungsi titik ruang fase, seperti A ( qi ( t ) , pi ( t ) ) Dinamika dari besaran-besaran fisis
tersebut, selalu dapat diketahui melalui
3N
dA ∂ A ∂A ∂A
= +∑ ( + pi)
dt ∂t i=1 ∂ qi ∂ pi
yang dengan menggunakan persamaan gerak Hamiltonan pada pers. (1.1), dapat
dituliskan menjadi
3N
dA ∂ A ∂ A ∂ H ∂ A ∂H ∂A
= +∑ ( + )= +{ A , H }
dt ∂t i=1 ∂ qi ∂ pi ∂ pi ∂ qi ∂t
di mana kurung Poisson telah digunakan untuk meringkas suku jumlahan di atas. Bila

∂H
A = H dan H tidak secara eksplisit bergantung pada waktu ( ), karena {H,H} = 0
∂t

maka ( ∂∂Ht )=0 yang berarti H konstan. Ini tidak lain adalah pernyataan kekekalan

energi.

Anda mungkin juga menyukai