Anda di halaman 1dari 6

BAB I

A. PENDAHULUAN
Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang
sangat kecil (ukurannya sangat kecil + ukuran Angstrom, tidak dapat diukur secara langsung)
sebagai contoh sistem partikel tunggal. Penjelasan sistem partikel tunggal ini dapat dilakukan
melalui hukum-hukum mekanika klasik maupun kuantum dan untuk jumlah yang cukup banyak
dapat dibantu dengan menggunakan numerik (komputer).

Sistem makroskopik merupakan sistem dengan skala besar (dapat diukur), sistem ini
dilengkapi dengan variabel makroskopik yaitu variabel yang dapat diukur (tekanan, temperatur,
volume, energi, …). Fisika statistik mencoba untuk menjembatani bagaimana keadaan
mikroskopik mampu menjelaskan keadaan makroskopik.

B. TUJUAN
1. Mengetahui sistem makroskopik.
2. Mengetahui sistem mikroskopik.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah sistem makroskopik ?
2. Kapan di pergunakan variable-variabel tersebut ?

1
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN TERMODINAMIKA
Termodinamika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari kalor dan usaha.
Berasal dari katatherme yang berarti kalor dan dynamics yang berarti kakas atau
gaya. Jadi termodinamika berarti kemampuan benda panas menghasilkan usaha.

Termodinamika merupakan sains aksiomatik yang berkenaan dengan tranformasi


energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Termodinamika klasik diformalkan
oleh Carnot, Joule, Kelvin, Clausian dan Boltzman telah menjembatani celah
antara titik pandang termodinamika klasik dan makroskopik. Melalui percobaan
dimungkinkan untuk menerangkan perilaku makroskopik materi dalam perilaku
probalitis partikel mikroskopiknya. Melalui percobaan J.W Gibbs membentang
pendekatan termodinamika klasik hingga ke zat yang sedang mengalami
perubahan fisis dan kimiawi.
B. SISTEM TERMODINAMIKA

Sistem adalah sejumlah zat yang dibatasi oleh dinding tertutup. Yang dimaksud
dengan zat di sini dapat berupa zat padat, cair atau gas, dapat pula dipol magnet,
energi radiasi, foton dan lain-lain.
Segala sesuatu di luar sistem yang mempunyai pengaruh langsung terhadap sistem
disebutlingkungan. Suatu sistem dengan lingkungannya disebut dengan semesta
(universe).

Berdasarkan hubungan antara sistem dengan lingkungannya, sistem dapat


dibedakan menjadi tiga, yaitu:
-     Sistem Terisolasi, yaitu bila antara sistem
dengan lingkungannya tidak terjadi
pertukaran     energi dan materi.

2
-     Sistem Tertutup, yaitu bila antara sistem dan lingkungannya hanya dapat
dipertukarkan       energi, materi tidak dapat menembus sistem tersebut.
-     Sistem Terbuka, bila antara sistem dan lingkungan dapat dipertukarkan energi
maupun        materi.
Pada umumnya terdapat dua pandangan yang bisa diambil untuk menyelidiki
karakteristik sistem dan interaksinya dengan lingkungan, yaitu
pandangan makroskopik dan pandangan mikroskopik.
Setiap saat sistem yang diperikan dengan komposisi tersebut akan
menempati volume yang ditentukan oleh kedudukan piston. Kuantitas lain yang
dapat digunakan untuk memerikan sistem tersebut adalah tekanan dantemperatur.
Jadi dengan demikian untuk memerikan sistem campuran hidrokarbon dalam
silinder piston dengan empat kuantitas: komposisi, volume, tekanan dan
temperatur. Kuantitas ini diacu sebagai ciri umum dari sistem dan merupakan
pemerian makroskopik.
Sistem di atas dapat pula diperikan berdasarkan pandangan mikroskopik. Menurut
mekanika statistik, sistem diandaikan terdiri atas sejumlah besar N molekul,
masing-masing dapat ada dalam keadaan yang energinya E. Molekul ini dianggap
saling berinteraksi melalui tumbukan atau melalui gaya yang ditimbulkan oleh
medan. Konsep peluang diterapkan, dan keadaan setimbang sistem dianggap
sebagai keadaan dengan peluang terbesar. Lebih lanjut bagaimana pemerian
secara mikroskopik sistem tersebut akan dipelajari dalam mekanika statistik.

C. SISTEM MAKROSKPOIK

Keadaan sistem yang ditinjau dalam termodinamika adalah keadaan makroskopik


yang dapat berupa keadaan rerata dari partikel-partikel dalam sistem atau berupa
keadaan kesuluruhan (total) partikel-partikel dalam sistem. Contoh keadaan
makroskopik tersebut adalah temperatur T, jumlah partikel N, volume V , energy
dalam U, tekanan p, dan lainnya.
Besaran-besaran makroskopik tadi dikelompokkan menjadi dua jenis, yang
sebanding dengan jumlah partikel dan yang tidak bergantung pada jumlah
partikel. Besaran yang sebanding dengan jumlah partikel disebut sebagai besaran

3
ekstensif, misalnya jumlah partikel, volume, energi dalam, dan entropi S.
Sedangkan besaran yang tidak bergantung pada jumlah partikel disebut sebagai
besaran intensif, misalnya tekanan, temperatur, panas jenis c, kerapatan _ dan
potensial kimia _. Tentu saja, bila suatu besaran ekstensif dibagi dengan besaran
ekstensif lainnya, akan didapatkan suatu besaran intensif. Misalnya, kita akan
mendapatkan panas jenis c (besaran intensif) sebagai kapasitas panas C (besaran
ekstensif) dibagi dengan total massa M atau jumlah partikel N. Besaran intensif
yang diperoleh dari besaran ekstensif dibagi dengan jumlah partikel, massa
ataupun volume total disebut sebagai rapat besaran ekstensif tersebut dan
dituliskan dengan simbol huruf kecil besaran ekstensifnya, misalnya rapat
energi dalam u (per volume), dengan u = U/V
Keadaan _sis suatu sistem termodinamika dideskripsikan dengan sejumlah
besaran makroskopik tadi. Diketahui secara empiris bahwa terdapat relasi antara
besaran-besaran keadaan tersebut, relasi ini disebut sebagai persamaan keadaan.
Secara umum persamaan keadaan dituliskan sebagai fungsi dari besaran-besaran
keadaan, yaitu
f(p; V;N; T; : : : ) = 0
sebagai contoh yang terkenal adalah persamaan keadaan untuk gas ideal
pV = NkT (yang dapat dituliskan sebagai pV 􀀀 NkT = 0). Sejumlah besaran
keadaan yang digunakan dalam persamaan keadaan untuk mendeskripsikan sistem,
disebut sebagai variabel keadaan, jadi tidak dibutuhkan seluruh besaran keadaan
untuk dapat menggambarkan keadaan suatu sistem. Sebagai contoh, untuk
menggambarkan keadaan gas ideal cukup dibutuhkan tiga variabel keadaan, yaitu
tiga variable dari p; V; T dan N, karena variabel keempat dapat diketahui dari relasi
persamaan keadaannya. Selain persamaan keadaan, terdapat sejumlah relasi yang
terkait dengan energi, yang menghubungkan besaran-besaran keadaan. Relasi-relasi
tersebut adalah pernyataan tentang: kesetimbangan termal (dikenal sebagai hukum
termodinamika ke-nol), kelestarian energi (hukum termodinamika per tama), Entropi
(hukum termodinamika kedua), entropi minimum atau nol (hukum termodinamika ketiga).
Keempatnya dikenal sebagai hukum-hukum termodinamika. Dalam kajian ini hukum

4
termodinamika ketiga tidak akan ditinjau, karena pembuktiannya membutuhkan
pemahaman mengenai mekanika kuantum.

D. SISTEM MIKROSKOPIK

Besaran mikroskopik, yang bukan merupakan besaran ter modinamika, misalnya


adalah posisi masing-masing partikel, kecepatan masing- masing partikel, energi
kinetik masing-masing partikel dan sebagainya.
Untuk lebih memahami apa sebenarnya panas, akan ditinjau keadaan mikroskopik
suatu sistem gas. Suatu gas terdiri dari N buah partikel yang tidak saling berinteraksi (gas
ideal). Interaksi yang ada hanya antara partikel gas dan dinding wadahnya yang berupa
interaksi tumbukan lenting sempurna. Dianggap dinding wadah adalah benda tegar yang
masif dan tumbukan yang terjadi adalah tumbukan lenting sempurna, sehingga ketika
partikel gas bertumbukan dengan dinding wadah, dinding tersebut hampir tidak bergerak
dan partikel gas akan terpental dengan besar momentum yang sama dengan momentum
awal tetapi berlawanan arah. Tinjau suatu wadah yang berbentuk kubus dengan panjang
sisinya L (lihat gambar). Tinjau salah satu sisinya yang luasnya L2. Tinjau semua partikel
yang memiliki vektor kecepatan. Dalam selang waktu _t, semua partikel sejenis yang ada
dalam daerah paralelepipedum (lihat gambar) akan menumbuk dinding.
BAB III
PENUTUP
a. KESIMPULAN
1. Dalam Termodinamika besaran makroskopis yang menggambarkan
sistem ini adalah tekanan gas (p), volume gas (V), dan temperatur gas (T).
2.  Besaran sistem termodinamika ada dua yaitu
1.      Besaran ekstensif
2.      Besaran intensif
3. Dalam fisika statistic kita tidak memperhatikan system sebagai suatu
keseluruhan, melainkan memandang partikel - partikelnya secara
individual.
b. SARAN
Berdasarkan apa yang kami bahas maka kami menyarankan agar pembaca
tertarik selanjutnya membahas secara spesifik bagaimana hubungan antara
thermodinamika dengan fisika statistik.

5
DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamid, Ahmad. KALOR DAN TERMODINAMIKA. Yogyakarta :


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
Hadi, Dimsiki. 1993. TERMODINAMIKA. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan

Indah,Mutiara.2013.http://
aramutiarara.blogspot.com/2013/11/
termodinamika-beliriyadi-1111090087.html

Anda mungkin juga menyukai