Anda di halaman 1dari 11

SISTEM MAKROSKOPIK

(Kelompok 6)
Dosen Pengampu : Erniwati Halawa M.Si
Introduction
Samuel Alexander
01 Simamora 02 Nur Aisyah
4212540006
4213540009

Yosia Putri Br
Kelompok 6:
03 Tarigan
4213240011
Pengertian Sistem
Makroskopik
Don't
Fisika statistika adalah cabang fisika yang berkaitan f orget
dengan pemahaman perilaku kolektif partikel-partikel
yang membentuk sistem makroskopik, seperti gas, cairan,
dan padatan. Sistem makroskopik adalah sistem yang ...
terdiri dari sejumlah besar partikel, seperti atom atau
molekul, yang saling berinteraksi dan menghasilkan sifat-
sifat kolektif yang dapat diukur secara makroskopik,
seperti tekanan, suhu, dan volume.

Sistem makroskopik dalam fisika statistika dianalisis


dengan menggunakan konsep-konsep dari mekanika
statistika, yang berfokus pada merumuskan hubungan
antara sifat mikroskopik partikel-partikel penyusun sistem
dengan sifat-sifat makroskopik yang diamati.
Karakteristik Sistem Makroskopik
Sistem makroskopik dalam fisika statistika memiliki beberapa ciri khas yang membedakannya dari sistem mikroskopik. Berikut ini adalah
beberapa ciri-ciri sistem makroskopik dalam konteks fisika statistika :
1. Jumlah Partikel Besar: Sistem makroskopik terdiri dari sejumlah besar partikel, seperti atom atau molekul, yang berinteraksi satu sama
lain. Jumlah partikel dalam sistem ini biasanya sangat besar, sehingga memungkinkan pendekatan statistik untuk menggambarkan sifat
kolektifnya.
2. Sifat Kolektif: Sifat-sifat makroskopik sistem, seperti tekanan, suhu, volume, dan energi internal, merupakan hasil dari interaksi antara
partikel-partikel penyusunnya. Fisika statistika memungkinkan kita untuk menghubungkan sifat-sifat makroskopik ini dengan perilaku
mikroskopik partikel.
3. Perubahan Fase: Sistem makroskopik dapat mengalami perubahan fase, seperti peleburan atau penguapan. Fisika statistika membantu
menjelaskan fenomena ini dengan melibatkan analisis distribusi probabilitas dan energi.
4. Keseimbangan Termal: Sistem makroskopik memiliki kemampuan untuk mencapai keseimbangan termal dengan lingkungannya. Ini
berarti suhu sistem akan menyamai suhu lingkungan seiring waktu. Fisika statistika digunakan untuk memahami distribusi energi
partikel-partikel dalam kondisi keseimbangan ini.
5. Fluktuasi dan Kekakuan: Sistem makroskopik mengalami fluktuasi, yaitu variasi acak dalam properti-properti makroskopiknya. Fisika
statistika membantu menggambarkan fluktuasi ini dan hubungannya dengan sifat mikroskopik. Kekakuan, atau respons sistem terhadap
perubahan eksternal, juga dapat dianalisis melalui pendekatan statistik.
6. Hukum Termodinamika: Sistem makroskopik tunduk pada hukum-hukum termodinamika. Fisika statistika memberikan dasar
mikroskopik untuk pemahaman dan penerapan hukum-hukum ini dalam konteks sistem makroskopik.
7. Pemodelan Matematika: Untuk menganalisis sistem makroskopik secara statistik, kita sering mengembangkan model matematika yang
berdasarkan asumsi-asumsi tertentu. Model ini membantu kita menghitung sifat-sifat sistem dan memprediksi perilaku makroskopiknya.
8. Perbandingan Dengan Eksperimen: Analisis statistika sering dibandingkan dengan data eksperimental untuk memvalidasi model dan
hasil. Ini membantu memastikan bahwa model statistika sesuai dengan pengamatan nyata.
9. Ensemble dan Distribusi Probabilitas: Sistem makroskopik dalam fisika statistika dianalisis dengan menggunakan konsep ensemble,
yang mencakup semua kemungkinan keadaan mikroskopik sistem. Distribusi probabilitas digunakan untuk menggambarkan peluang
berbagai keadaan mikroskopik dalam sistem.
10. Pendekatan Termodinamika: Fisika statistika memberikan cara untuk menghubungkan aspek mikroskopik dan makroskopik melalui
pendekatan termodinamika. Ini memungkinkan kita untuk menggambarkan bagaimana sifat makroskopik timbul dari sifat mikroskopik
partikel-partikel.
Variabel Sistem Makroskopik
1. Tekanan (P)
Tekanan merupakan salah satu property yang terpenting dalam thermodinamika, dan didefinisikan sebagai gaya tekan suatu fluida (cair atau
gas) pada satu satuan unit luas area. Istilah tekanan pada benda padat disebut tegangan ( stress). Satuan tekanan adalah Pa (Pascal), yang
didefinisikan sebagai, 1 Pa = 1 N/m2 Karena satuan Pascal terlalu kecil, maka dalam analisis thermodinamika sering digunakan satua
kilopascal (1 kPa = 103 Pa), atau megapascal (1 MPa = 106 Pa). Satuan tekanan yang cukup dikenal adalah satuan bar ( barometric), atau atm
(standard atmosphere), sebagai berikut :
1 bar = 105 Pa = 0,1 Mpa = 100kPa
1 atm = 101. 325 Pa = 101,325 kPa = 1, 01325 bar

Pengukuran tekanan dengan menggunakan referensi tekanan nol absolut disebut tekanan absolut (ata), sedang tekanan manometer (ato) adalah
tekanan relatif terhadap tekanan atmosfir. Tekanan vakum adalah tekanan dibawah 1 atm, yaitu perbedaan antara tekanan atmosfir dengan
tekanan absolut. Alat pengukur tekanan diatas atmosfir adalah manometer, alat pengukur tekanan vakum disebut manometer vakum, sedang
alat pengukur tekanan atmosfir disebut barometer. Terdapat banyak jenis metode pengukuran tekanan seperti pipa U, manometer pegas, atau
transduser elektronik.

2. Temperatur (T)
Ukuran temperatur berfungsi untuk mengindikasikan adanya energi panas pada suatu benda padat, cair, atau gas. Metodenya biasanya
menggunakan perubahan salah satu property suatu material karena panas, seperti pemuaian, dan sifat listrik. Prinsip pengukurannya adalah
apabila suatu alat ukur ditempelkan pada benda yang akan diukur temperaturnya, maka akan terjadi perpindahan panas ke alat ukur sampai
terjadi keadaan seimbang. Dengan demikian temperatur yang terterapada alat ukur adalah sama dengantemperatur pada benda yang diukur
temperaturnya. Prinsip tersebut menghasilkan Hukum Thermodinamika Zeroth (Zeroth Law of Thermodynamics), yaitu apabila dua benda
dalam keadaan seimbang thermal dengan benda ketiga maka dua benda tersebut juga dalam keadaan seimbang thermal walaupuntidak saling
bersentuhan.
Dalam sistem SI satuan temperatur adalah Kelvin (K) tanpa derajad. Skala dari ukuran temperatur dalam derajad Celcius adalah sama dengan
skala ukuran Kelvin, tetapi titik nol ⁰C sama dengan 273,15 K. Titik nol ⁰C adalah kondisi es mencair pada keadaan standard atmosfir, sedang
kondisi 0 K adalah kondisi nol mutlak dimana semua gerakan yang menghasilkan energi pada semua materi berhenti. Dalam analisis
thermodinamika,apabila yang dimaksudkan adalah ukuran temperatur maka yang digunakan adalah ukuran dalam K, sedang apabila analisis
berhubungan dengan perbedaan temperatur maka baik ukuran ⁰C maupun K dapat digunakan.
3. Volume (V)
Volume dari sebuah sistem termodinamika adalah suatu parameter ekstensif untuk menjelaskan keadaan termodinamika. Volume
spesifik, adalah properti intensif, adalah volume per satuan massa. Volume merupakan fungsi keadaan dan interdependen dengan
properti termodinamika lainnya seperti tekanan dan suhu. Contohnya, volume berhubungan tekanan dan suhu gas ideal melalui
hukum gas ideal. Volume fisik dari sebuah sistem dapat sama atau berbeda dari volume kontrol yang digunakan untuk menganalisis
sistem.

4. Energi Dalam (E)


Energi dalam (E) adalah total energi kinetik dan energi potensial yang ada di dalam sistem. Namun karena besar energi kinetik dan
energi potensial pada sebuah sistem tidak dapat diukur, maka besar energi dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan, yang
dapat ditentukan adalah besar perubahan energi dalam suatu sistem. Perubahan energi dalam dapat diketahui dengan mengukur
kalor (q) dan kerja (w), yang akan timbul bila suatu sistem bereaksi. Oleh karena itu, perubahan energi dalam dirumuskan dengan
persamaan :
E = q + w.

Jika sistem menyerap kalor, maka q bernilai positif. Jika sistem mengeluarkan kalor, maka q bernilai negatif. Jika sistem melakukan
kerja, maka w pada rumus tersebut bernilai positif. Jika sistem dikenai kerja oleh lingungan, maka w bernilai negatif.Jadi bila suatu
sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar 10 kJ, dan sistem tersebut juga melakukan kerja sebesar 6 kJ, maka perubahan
energi dalam-nya akan sebesar 16 kJ.

Besaran-besaran makroskopik tadi dikelompokkan menjadi dua jenis, yang sebanding dengan jumlah partikel dan yang tidak
bergantung pada jumlah partikel. Besaran yang sebanding dengan jumlah partikel disebut sebagai besaran ekstensif, misalnya
jumlah partikel, volume, energi dalam, dan entropi S. Sedangkan besaran yang tidak bergantung pada jumlah partikel disebut
sebagai besaran intensif, misalnya tekanan, temperatur, panas jenis c, kerapatan p dan potensial kimia µ.
Ciri-Ciri Sistem Makroskopik
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri sistem makroskopik dalam konteks fisika statistika :
1. Jumlah Partikel Besar : Sistem makroskopik terdiri dari sejumlah besar partikel, seperti atom atau molekul, yang berinteraksi satu sama
lain. Jumlah partikel dalam sistem ini biasanya sangat besar, sehingga memungkinkan pendekatan statistik untuk menggambarkan sifat
kolektifnya.
2. Sifat Kolektif : Sifat-sifat makroskopik sistem, seperti tekanan, suhu, volume, dan energi internal, merupakan hasil dari interaksi antara
partikel-partikel penyusunnya. Fisika statistika memungkinkan kita untuk menghubungkan sifat-sifat makroskopik ini dengan perilaku
mikroskopik partikel.
3. Perubahan Fase : Sistem makroskopik dapat mengalami perubahan fase, seperti peleburan atau penguapan. Fisika statistika membantu
menjelaskan fenomena ini dengan melibatkan analisis distribusi probabilitas dan energi.
4. Keseimbangan Termal : Sistem makroskopik memiliki kemampuan untuk mencapai keseimbangan termal dengan lingkungannya. Ini
berarti suhu sistem akan menyamai suhu lingkungan seiring waktu. Fisika statistika digunakan untuk memahami distribusi energi
partikel-partikel dalam kondisi keseimbangan ini.
5. Fluktuasi dan Kekakuan : Sistem makroskopik mengalami fluktuasi, yaitu variasi acak dalam properti-properti makroskopiknya. Fisika
statistika membantu menggambarkan fluktuasi ini dan hubungannya dengan sifat mikroskopik. Kekakuan, atau respons sistem terhadap
perubahan eksternal, juga dapat dianalisis melalui pendekatan statistik.
6. Hukum Termodinamika : Sistem makroskopik tunduk pada hukum-hukum termodinamika. Fisika statistika memberikan dasar
mikroskopik untuk pemahaman dan penerapan hukum-hukum ini dalam konteks sistem makroskopik.
7. Pemodelan Matematika: Untuk menganalisis sistem makroskopik secara statistik, kita sering mengembangkan model matematika yang
berdasarkan asumsi-asumsi tertentu. Model ini membantu kita menghitung sifat-sifat sistem dan memprediksi perilaku makroskopiknya.
8. Perbandingan Dengan Eksperimen : Analisis statistika sering dibandingkan dengan data eksperimental untuk memvalidasi model dan
hasil. Ini membantu memastikan bahwa model statistika sesuai dengan pengamatan nyata.
9. Ensemble dan Distribusi Probabilitas : Sistem makroskopik dalam fisika statistika dianalisis dengan menggunakan konsep ensemble,
yang mencakup semua kemungkinan keadaan mikroskopik sistem. Distribusi probabilitas digunakan untuk menggambarkan peluang
berbagai keadaan mikroskopik dalam sistem.
10. Pendekatan Termodinamika : Fisika statistika memberikan cara untuk menghubungkan aspek mikroskopik dan makroskopik melalui
pendekatan termodinamika. Ini memungkinkan kita untuk menggambarkan bagaimana sifat makroskopik timbul dari sifat mikroskopik
partikel-partikel.
Ciri Umum Koordinat
Sistem Makroskopik

1. Koordinat ini tidak menyangkut pengandaian khusus mengenai struktur materi.


2. Jumlah koordinatnya sedikit.
3. Koordinat ini dipilih melalui daya terima indera kita secara langsung.
4. Pada umumnya koordinat ini dapat diukur secara langsung.
Ciri Khas Koordinat Sistem Makroskopik
Berikut adalah beberapa ciri khas koordinat sistem makroskopik dalam konteks fisika statistika:
1. Koordinat Makroskopik : Dalam sistem makroskopik, kita sering berurusan dengan variabel-variabel makroskopik seperti
volume, tekanan, suhu, dan energi. Koordinat-koordinat ini menggambarkan sifat-sifat makroskopik sistem secara keseluruhan,
daripada detail mikroskopik partikel penyusunnya.
2. Koordinat Ekstensif : Koordinat sistem makroskopik cenderung bersifat ekstensif, yaitu nilainya bergantung pada ukuran
sistem. Contohnya, volume dan jumlah partikel dalam sistem adalah koordinat ekstensif. Ini berbeda dengan koordinat intensif,
seperti suhu dan tekanan, yang bersifat mandiri dari ukuran sistem.
3. Perilaku Termodinamika : Koordinat sistem makroskopik erat hubungannya dengan hukum-hukum termodinamika.
Perubahan dalam koordinat makroskopik, seperti perubahan volume atau energi internal, terkait dengan proses termal dan
termodinamika yang mendasarinya.
4. Pemodelan Sistem : Dalam analisis fisika statistika, kita sering memodelkan sistem makroskopik dengan menggunakan
koordinat-koordinat makroskopik. Model ini membantu kita menggambarkan dan memprediksi perilaku makroskopik sistem
dengan menghubungkannya dengan sifat-sifat mikroskopik partikel.
5. Hubungan dengan Fungsi Partisi : Koordinat makroskopik dan fungsi partisi saling terkait. Fungsi partisi menggambarkan
hubungan antara variabel makroskopik, seperti energi internal dan suhu, dengan sifat mikroskopik sistem. Ini memungkinkan
kita untuk menghitung probabilitas berbagai keadaan mikroskopik berdasarkan koordinat makroskopik.
6. Analisis Statistik : Koordinat sistem makroskopik digunakan dalam analisis statistik untuk menghitung distribusi probabilitas
berbagai konfigurasi partikel penyusun sistem. Distribusi probabilitas ini mencerminkan bagaimana partikel-partikel
terdistribusi dalam ruang konfigurasi.
7. Pertukaran Energi dan Partikel : Beberapa koordinat makroskopik, seperti energi atau jumlah partikel, dapat berubah karena
pertukaran dengan lingkungannya. Fisika statistika membantu menganalisis perubahan ini dalam konteks distribusi
probabilitas.
8. Sifat Kolektif : Koordinat sistem makroskopik menggambarkan sifat kolektif seluruh sistem. Perubahan dalam koordinat ini
mencerminkan interaksi antara partikel-partikel penyusun sistem.
KESIMPULAN
Sistem makroskopik terdiri dari sejumlah besar partikel penyusun, seperti atom atau molekul. Analisis
statistika memungkinkan kita untuk menggambarkan perilaku kolektif dari partikel-partikel ini dan
menjelaskan sifat-sifat makroskopik sistem. Fisika statistika memberikan kerangka kerja yang
memungkinkan kita untuk menghubungkan sifat mikroskopik partikel dengan sifat makroskopik sistem.
Fungsi partisi, distribusi probabilitas, dan konsep ensemble membantu menjelaskan bagaimana perilaku
makroskopik muncul dari perilaku mikroskopik.

Fisika statistika memberikan dasar mikroskopik untuk pemahaman dan penerapan hukum-hukum ini,
termasuk konsep entropi, energi, dan perubahan fase. Sistem makroskopik mengalami fluktuasi dan
memiliki sifat kekakuan terhadap perubahan eksternal. Fisika statistika memungkinkan analisis tentang
fluktuasi acak dan respon sistem terhadap perubahan kondisi.

Fisika statistika dan analisis sistem makroskopik berkontribusi pada berbagai bidang ilmu, termasuk
fisika, kimia, biologi, dan rekayasa. Pemahaman tentang sistem makroskopik membantu dalam
menjelaskan fenomena alam dan merancang teknologi baru.
K
THAN
YOU

...

Anda mungkin juga menyukai