TESIS
Oleh
FITLER
167026007/FIS
TESIS
Oleh
FITLER
167026007/FIS
Sebagi sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :
Nama : Fitler
NIM : 167026007
Program Studi : Magister Ilmu Fisika
Jenis Karya Tulis : Tesis
Beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini : Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memfrmat, mengelola dalam bentuk data base , merawat dan mempublikasikan
Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.
FITLER
NIM. 167026006
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah
hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah
dijelaskan sumbernya dengan benar.
FITLER
NIM. 167026006
DATA PRIBADI
Nama Lengkap berikut Gelar : Fitler, S.Si
Tempat dan Tanggal Lahir : Aek Garut, 04 Mei 1989
Alamat : Jln. Sawit Raya No.10 Medan
E_mail : aritonang_fitler@yahoo.com
Telepon/HP : 085361865115
DATA PENDIDIKAN
SD : SDN 024 Aek Garut Tamat : 2002
SMP : SMP Swasta Berkat Aek Bingke Tamat : 2005
SMA : SMAN 1 Siabu Tamat : 2008
Diploma III : DIII ATRO Medan Tamat : 2011
Strata – 1 : Universitas Sumatera Utara Tamat : 2015
Pertama dan yang paling utama penulis mengucapkan puji dan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
tesis yang berjudul “ Pembuatan dan Karakteristik Perisai Radiasi Sinar-X
Berbasis Polyester dan Timbal Asetat sebagai Salah Satu Alternatif Pengganti
Kaca Timbal” ini dapat diselesaikan.
Dengan diselesaikannya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum, selaku rektor Universitas Sumtera
Utara – Medan.
2. Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yanhg
diberikan kepada penulis menjadi mahasiswa Program Magister Pascasarjana
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Kurnia Sembiring, MS selaku Ketua Program Studi Pascasrjana
Universitas Sumatera Utara, sekaligus pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dalam menyelesaikan Tesis ini.
4. Dr. Kerista Tarigan, M.Eng. Sc, selaku wakil Ketua Program Studi
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing satu
yang selalu memberikan bimbingan, ilmu dan arahan serta masukan selama
penulisan dan pelaksanaan penelitian Tesis saya ini.
5. Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc selaku pembimbing dua yang selalu
memberikan bimbingan, ilmu dan arahan serta masukan selama penulisan dan
pelaksanaan penelitian Tesis saya ini.
6. Dr. Perdinan Sinuhaji, MS dan Dr. Bisman Peranginangin selaku pembanding
yang turut memberikan masukan dalam penyelesaian tesis ini.
7. Bapak Herman dan Teman – teman penjaga Lab pengujian material PTKI
Medan yang juga memberikan bantuan dan masukan dalam penyelesaian tesis
ini.
8. Murni Teguh Memorial Hospital Medan yang telah memberikan tempat
pengujian sampel selama penelitian.
Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan pembaca demi kesempurnaan
tesis ini sangat diharapkan. Khir kata, semoga tesis ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan Indonesia.
FITLER
ABSTRAK
Dalam tesis ini telah dibahas penelitian tentang pengaruh polyester resin sebagai
matrik dan timbal asetat sebagai filler pada pembuatan perisai radiasi sinar-X dan
bagaimana karakteristik terhadap sifat fisis dan mekanis serta sifat termal. Jenis
bahan yang digunakan untuk mempercepat waktu curing yaitu katalis mekpo.
Timbal asetat divariasikan yaitu (0, 2, 4, 6, 8, dan 10) %wt dengan variasi tebal
sampel 0,5cm, 0,75cm, 1,0cm, 1,25cm dan 1,50cm. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sifat fisis (densitas 1,9 gr/cm 3) pada komposisi timbal asetat 10% wt dan
polyester resin 85% wt dengan tebal 1,5 cm merupakan nilai hasil terbaik.
Semakin tinggi komposisi timbal asetat maka semakin tinggi nilai densitas. Hasil
nilai intensitas radiasi terbaik dari sampel perisai radiasi sinar-X menunjukkan
pada komposisi 10 %wt Pb dan 85 % wt polyester resin (0,18µGy, 0,95µGy dan
1,6µGy) dengan kondisi tegangan pesawat sinar-X yaitu (40kV, 50kV dan 60kV),
nilai transmisi cahaya pada komposisi ini yaitu 83% masih sesuai dengan standart
ISO tentang kaca timbal. Hasil pengujian sifat mekanik (uji tekan 79 kg/cm 3dan
uji kekerasan 38) merupakan nilai terbaik pada komposisi 85 : 10 : 5 %wt dengan
tebal 1,5cm. Ini menunjukkan bahwa komposisi 85 : 10 : 5 %wt merupakan
komposisi yang paling homogen sehingga menghasilkan sifat mekaniknya
optimum. Hasil pengujiaan DSC diperoleh bahwa suhu endotermik 85 : 10 : 5
%wt dengan tebal 1,5cm merupakan yang terbaik dengan suhu 377 0C. Dari
seluruh pengujian sampel perisai radiasi, komposisi 85 : 10 : 5 %wt sifat fisis
terbaik dan sifat mekanik sesuai dengan standar ISO dan SNI-16-6656-2002
tentang kaca timbal.
Kata kunci : Polyester resin, timbal asetat, komposisi sampel, tegangan pesawat
sinar-X, koefisien atenuasi linier (µ), intensitas radiasi.
10
ABSTRACT
In this thesis, a study about the effect of polyester resin as matrix and lead acetate
as filler on the manufacture of X-ray radiation shields and how the physical and
mechanical properties and thermal properties are discussed. The type of material
used to speed up the curing time is the mekpo catalyst. Lead acetate varied (2, 4,
6, 8, and 10) wt% with a thickness variation of 0.5cm, 0.75cm, 1.0cm, 1.25cm and
1.50cm. The results showed that the physical properties (density 1.9 gr / cm 3) on
the composition of 10% wt lead acetate and 85% wt polyester resin with a
thickness of 1.5 cm were the best results. The higher the composition of lead
acetate, the higher the density value. The best radiation intensity results from X-
ray radiation shield samples showed the composition of 10% wt Pb and 85% wt
polyester resin (0.18μGy, 0.95μGy and 1.6μGy) with X-ray voltage conditions
(40kV, 50kV and 60kV), the value of light transmission in this composition is 83%
still in accordance with ISO standards on lead glass. The results of mechanical
properties testing (press test 79 kg/cm3 and hardness test 38) is the best value on
the composition of 85: 10: 5% wt with 1.5cm thickness. This shows that the
composition of 85: 10: 5% wt is the most homogeneous composition resulting in
optimum mechanical properties. The results of the DSC test showed that the
endothermic temperature was 85: 10: 5% wt with 1.5cm thick was the best with a
temperature of 3770C. From all radiation shield sample testing, composition 85:
10: 5% wt the best physical properties and mechanical properties in accordance
with ISO standards and SNI-16-6656-2002 concerning lead glass.
Keywords : Polyester resin, lead acetate, X-Ray Voltage (kV), linear attenuation
coefficient (µ) andradiation Intensity.
11
12
13
14
15
16
1.1. LatarBelakang
Pemanfaatan radiasi pengion seperti sinar-X pada bidang kedokteran
untuk kegunaan terapi maupun diagnostik sudah sangat umum dilakukan.
Akan tetapi selain dari manfaat penggunaannya, bahwa radiasi yang
mengenai tubuh manusia juga dapat menimbulkan kerugian baik bagi pasien,
pekerja dan masyarakat umum dari paling ringan hingga fatal. Akibat
interaksi radiasi dengan materi tersebut maka sel-sel dapat mengalami
perubahan struktur. Oleh karena itu diperlukan perisai radiasi untuk tujuan
proteksi radiasi (Akhadi, 2001).
Program proteksi radiasi bertujuan untuk melindungi para pekerja
radiasi serta masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat
penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi pengion lainnya. Penggunaan
perisai radiasi sangat penting untuk melindungi pekerja dan masyarakat
umum dari bahaya radiasi. Untuk mencapai kondisi ruangan radiodiagnostik
yang aman bagi pekrja radiasi, pasien dan masyarakat, maka telah ditetapkan
oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir, yaitu digunakan bahan yang setara
dengan 2mm timbal. Dalam pelaksanaannya upaya proteksi radiasi harus
dilakukan sesuai dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable)
demi meminimalisir paparan yang diterima oleh pekerja radiasi tersebut.
Sesuai dengan peraturan Kepala BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 Pasal 30
tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-X radiologi
diagnostik dan intervensional, ketentuan nilai batas dosis yang diterima oleh
pekerja radiasi di instalasi radiologi tidak boleh melampaui dosis efektif 20
mSv (dua puluh millisievert) per tahun selama rata-rata lima tahun. Prinsip
proteksi radiasi dalam hal pengendalian radiasi eksternal maka penggunaan
waktu, jarak dan perisai sangat penting diaplikasikan khususnya pada
instalasi radiodiagnostik. Metode yang paling efektif untuk menyerap radiasi
yaitu dengan penggunaan perisai radiasi (Akhadi, 2012).
17
18
19
20
21
22
2.1. Sinar – X
Secara umum radiasi adalah pancaran energi dalam bentuk gelombang
atau partikel yang dipancarkan oleh sumber radiasi atau zat radioaktif. Karena
energinya yang cukup besar, maka radiasi tertentu dapat menimbulkan
ionisasi di sepanjang lintasannya, sehingga radiasi tersebut dinamakan radiasi
pengion (Syahria et al, 2012).
Sinar-X ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen seorang ahli fisika
di Universitas Wurzburg Jerman, pada tahun 1895 sewaktu melakukan
eksperimen dengan menggunakan sinar katoda (Handee W.R et al, 2002).
Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi yang sangat
tinggi. Di dalam tabung sinar-X dihasilkan elektron bebas yang dipercepat
dengan beda potensial yang sangat tinggi, lalu ditembakkan ke suatu target.
23
24
(2.1)
Sedangkan besar energi foton yang terpancar ketika elektron berpindah yaitu:
hv = E2 – E1 (2.2)
Dimana :
E1 : Energi kinetik pada kulit hole, eV
E2 : Energi kinetik pada kulit yang lebih tinggi, eV
: Konstanta Plank (6,63 x 10-34 J.s)
v : Frekuensi Foton Sinar – X ( Hz )
25
(2.4)
(2.5)
26
(2.6)
27
Secara umum ada tiga jenis interaksi foton dengan materi yaitu
hamburan compton, efek fotolistrik, dan produksi pasangan (Khan.F.M,
1984).
2.2.1 Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi apabila foton dengan energi sebesar hv
berinteraksi dengan elektron bebas atau elektron yang tidak terikat secara
kuat oleh inti, yaitu elektron yang beradi pada kulit terluar dari atom.
Elektron tersebut dilepaskan dari ikatan inti atom dan bergerak dengan energi
kinetik tertentu disertai foton lain dengan energi lebih rendah dibandingkan
foton datang. Energi kinetik elektron adalah (Ee) adalah selisih foton masuk
dan foton keluar.
Ee = hvi – hv0 (2.7)
28
29
30
1 2 3
Gambar 2.6 : Mekanisme Penyerapan Sinar–X
Keterangan :
1. Arah radiasi datang (Io)
2. Tebal kaca timbal (X)
3. Arah radiasi keluar (I)
Jumlah foton primer yang lolos dari bahan akan berkurang secara
eksponensial (Dexa, 2007).
(2.9)
Dimana : Io : Intensitas radiasi sebelum menembus bahan (watt/m2)
I : Intensitas radiasi setelah menembus bahan (watt/m2)
µ: Koefisien serap linier bahan ( m-1)
x : Tebal bahan yang digunakan (cm)
(2.10)
31
(a) (b)
Gambar 2.7.Hubungan antara Ketebalan dan Intensitas Sinar-X ( Dexa, 2007)
Karakteristik penyerapan akan meningkat atau berkurang jika energi
dari sinar-X ditingkatkan atau dikurangi. Atenuasi yang berkaitan dengan
interaksi radiasi bukanlah suatu proses sederhana. Interaksi tunggal sinar-X
dan suatu partikel mengakibatkan satuan energi dalam cahaya diubah ke
bentuk energi lain dan secara efektif akan menghilang.
Pada Gambar 8 menunjukkan nilai koefisien atenuasi massa yang semakin
tinggi seiring dengan nomor atom setiap material yang semakin besar.
32
(2.11)
33
34
2.5 Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua
atrau lebih material komposit yang mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda dari material pembentuknya. Komposit memiliki sifat sifat mekanik
yang lebihg baguus dari logam, kekakuan jenis (modulus Young/density) dan
kekuatan jenisnya lebihg tinggi dari logam. Sanjai K. Mazumbar dalam
bukunya Composites manufacturing (2001) menjelaskan komposit adalah
bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat dengan serat,
menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik.
Struktur komposit umumnya terdiri dari dua komponen yang satu
komponennya adalah matrik yang berfungsi untuk perekat atau pengikat dan
pelindung filler (pengisi) dari kerusakan eksternal. Sementara komponen
yang lain disebut filler (pengisi), berfungsi sebagai penguat dari matriks.
Filler yang umum digunakan adalah carbon, glass, armid. Sehingga komposit
dapat disimpulkan adalah sebagai dua macam atau lebih material yang
35
36
37
2.8 Katalis
Katalis adalah suatu senyawa kimia yang menyebabkan reaksi
menjadi lebih cepat untuk mencapai kesetimbangan tanpa mengalami
perubahan kimiawi dakhir reaksi. Katalis pada umumnya mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut : aktivitas, stabilitas, selektivitas, umur, regenerasi dan
kekuatan mekanik. Seccara umum katalis mempunyai dua fungsi yaitu
mempercepat reaksi menuju kesetimbangan atau fungsi aktivitas dan
meningkatkan hasil reaksi yang dikehendaki atau fungsi selektivitas (Naskin
dan Susanto, 2010).
2.9 Timbal Asetat
Timbal atau timah hitam merupakan logam berat yang terdapat secara
alami didalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui
proses alami maupun buatan. Timbal adalah logam berat, dengan nomor atom
82, berat atom 207,9 dan berat jenis 11,34. Bersifat lunak dan berwarna biru
keabuabuan dengan kilau logam yang khas sesaat setelah dipotong. Kilaunya
akan segera hilang sejalan dengan pembentukan lapisan oksida pada
permukaannya, mempunyai titik leleh 327,50C dan titik didih 17400C
(Silaban, 2008).
Timbal yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbal asetat
(Pb(CH3COO)2 ), lebih tepatnya lead (II) acetate trihydrate karena Pb asetat
ini larut dalam katalis resin. Selain Pb asetat terdapat Pb oksida (PbO) dan Pb
38
39
40
41
42
43
44
( 2.15)
45
46
Eksotermis Endotermis
Peristiwa Fisika
Absorbsi x -
Desorbsi x x
Transisi x x
47
48
Komposisi
Polyester : Timbal asetat : Katalis Mekpo
a) Komposisi : 95% : 0% : 5%
93% : 2% : 5%
91% : 4% : 5%
89% : 6% : 5%
87% : 8% : 5%
85% : 10% : 5%
b) Tebal : 0,5 cm ; 0,75 cm; 1,0 cm ; 1,25 cm ;1,5 cm
Dicampurkan
(Metode Blending)
Sampel
Karakterisasi
Hasil
Kesimpulan
49
50
51
52
53
Sumber Sinar-X
90cm
Sampel Sam
Detektor Unfors 10 cm
Holder
Display detektor Unfors RaySafe
Gambar 11 : Susunan alat ukur radiasi pengujian atenuasi sampel perisai radiasi.
54
55
Sampel perisai radiasi yang akan dibahas yaitu dibuat dalam bentuk variasi
tebal dan komposisi antara polyester resin, timbal asetat dan katalis mekpo dengan
persentase berat setiap sampel berbeda. Dengan mengacu pada hasil cetakan
perisai radiasi pada ketebalan sampel 0,5cm, 1,0cm dan 1,5cm. Kode penentuan
komposisi bahan sampel perisai radiasi yaitu :
Dua angka pertama merupakan komposisi polyester resin sebagai matrik.
Satu angka kedua merupakan komposisi timbal asetat sebagai filler.
Satu angka ketiga merupakan komposisi pemercepat waktu curing sampel.
0,74 0,74
0,72 0,72
0,7
0,69
0,68
0,67
0,66
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)
56
1,4
1,3 0,5 cm
1,2
0,75 cm
1
0,8 1,0 cm
0,6 1,25 cm
0,4 1,5cm
0,2
0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (% Wt)
57
27,11
25
20 19,48 40kV
15 15,2 50kV
10 9,44 60kV
5 5,23
0
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)
58
6 6,4 0,5cm
(µGy)
5,23 0,75 cm
4 4,32 1cm
3,66
3,25
1,75 cm
2 2,2
1,19 1,5cm
0,69 0,36
0 0,18
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb ( %wt)
20
0,5cm
15
15,12 0,75 cm
10 1cm
1,75 cm
5 1,5cm
0 0,95
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)
59
60
120
100 97 98
91 95
Daya Serap Radiasi (%)
80 83
0,5 cm
60 0,75
57
50 52 1,0 cm
40 41 44
35 1,25
20 23
1,5 cm
0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)
120
100 98 99
Daya Serap Radiasi (%)
92
87
80 77 0,5 cm
60 1,75 cm
55
1,0 cm
40 43
38 36 38 1,25 cm
28
20 19 1,5 cm
0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)
61
0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)
62
-0,4 40 kV
-0,5 50 kV
-0,6 y = -0,2472x - 0,0874 60 kV
R² = 0,9851
-0,7
-0,8 y = -0,5976x + 0,0584
-0,9 R² = 0,9958
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)
0
-0,5 y = -0,1468x - 0,1347
R² = 0,9664
-1
0,5 cm
-1,5
ln (I/Io)
-2 0,75 cm
-2,5 1,0 cm
y = -0,1838x - 0,6867
-3 R² = 0,9902 1,25 cm
-3,5 1,50 cm
-4 y = -0,3427x - 0,8074
R² = 0,9935
-4,5
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (% wt)
63
-0,5
1,0 cm
-2
1,25 cm
-2,5
y = -0,2504x - 0,4027 1,50 cm
-3 R² = 0,9817
-3,5
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)
0
y = -0,059x - 0,1474
-0,5 R² = 0,9702
-1 0,5 cm
0,75 cm
-1,5
ln (I/Io)
1,0 cm
-2 1,25 cm
1,50 cm
-2,5 y = -0,2294x - 0,1727
R² = 0,9407
-3
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)
Dari Gambar grafik hasil penyerapan sampel terhadap Sinar –X untuk setiap
kondisi tegangan dan hubungan nilai ln ( ), menunjukkan bahwa nilai ln ( )
64
86
85 85
Transmisi Cahaya (%)
84
83,5
83
82 82
81 81
80 80
79
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)
65
100 0,5 cm
Transmisi Cahaya (%)
0,75 cm
84 83 82 83 1,0 cm
81 81,5
1,25 cm
70
1,5 cm
40
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (% wt)
Dari Gambar 4.13 terlihat bahwa nilai transmisi cahaya yang dapat diteruskan
setelah melewati setiap sampel perisai radiasi polyester resin mengalami
penurunan nilai dari tranmisi cahaya sebanding dengan penambahan
komposisi sampel. Nilai transmisi cahaya paling tinggi yaitu 85% dengan
tebal sampel 0,5cm, namun sampel ini tidak memenuhi syarat sebagai perisai
radiasi dan nilai transmisi cahaya tertinggi berikutnya yaitu 83% dengan tebal
sampel 1,5cm pada komposisi 85:10:5 % wt Pb dimana sampel ini memenuhi
syarat sebagai perisai radiasi, karena pada pengujian daya serap radiasi
sampel ini memiliki daya serap yang tinggi. Nilai transmisi cahaya terendah
66
90
80
79,31
Kuat Tekan (kg/cm2)
70
60
50 52,25
40 42,85
30
20 29,41 29
10
0
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)
Gambar 4.14 : Grafik kuat tekan – vs – tebal sampel mengacu pada Japan
Industrial Standart
Dari Gambar grafik terlihat bahwa nilai kuat tekan sampel semakin besar
seiring dengan bertambahnya ketebalan sampel. Pada sampel perisai radiasi
dengan tebal 1,5cm merupakan sampel yang memiliki kuat tekan terbesar dari
sampel lainnya yaitu 79,3 kg/cm2. Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan
bahwa tebal perisai radiasi dengan bahan dasar polyester resin memiliki
pengaruh terhadap nilai kuat tekan yang tinggi pada material komposit.
67
40 1,75 cm
30 1cm
20 1,25 cm
10 1,5cm
0
0 2 4 6 8 10 12
Tebal Sampel (cm)
Dari Gambar 4.15 terlihat bahwa nilai kuat tekan sampel setelah menambah
komposisi timbal asetat, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
sampel sebelum ditambah timbal asetat. Hal ini disebabkan karena semakin
besar pori-pori pada pada sampel perisai radiasi, sehingga mengakibatkan
daya ikat antara bahan polyester resin dengan timbal asetat semakin menurun.
Namun jika dilihat dari fungsi sampel sebagai perisai radiasi nilai kuat tekan
yang dihasilkan telah memenuhi syarat.
68
30
25 25
23,5
Kekerasan (Hardness)
20 19,9
17
15 15,5
10
0
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)
Dari Gambar 4.16 terlihat bahwa nilai kekerasan sampel semakin tinggi
seiring dengan bertambahnya ketebalan sampel perisai radiasi. Nilai
perbedaan kekerasan dengan variasi tebal sampel memiliki perbedaan yang
sangat jauh karena saat pengujian sampel dengan metode rockwell pada tiga
titik yang berbeda untuk setiap sampel memiliki nilai yang tidak merata. Hal
ini disebabkan karena homogenitas sampel yang berbeda.
40
38
35
34
30
Kekerasan (Hardness)
28,5
26 26,5 0,5cm
25 25
0,75 cm
20
1cm
15 0,25 cm
10 1,5cm
0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (% wt)
69
Gambar 4.18 : Grafik hasil Pengujian DSC pada sampel komposisi (95:0:5)
% wt tentang standart ISO tentang kaca timbal.
70
Dari Gambar 4.19 hasil uji termal terlihat bahwa sampel perisai radiasi
komposisi (95:0:5)% wt, menunjukkan peristiwa endotermik dimana suhu
awalnya pada 389,580 C, suhu puncal 397,590C dan suhu akhir berada pada
402,840C hal ini menunjukkan adanya leburan padatan.
Pada gambar 4.20 terlihat bahwa sampel perisai radiasi komposisi (87:10:5)%
wt Pb, menunjukkan peristiwa endotermik dengan memperlihatkan adanya
sifat gelas dari sampel perisai radiasi tersebut setelah menambah komposisi
timbal asetat, dimana suhu awalnya yaitu 370,450 C, suhu puncak 377,300 C
dan suhu akhir berada pada 382,70C hal ini juga menunjukkan adanya leburan
padatan pada sampel.
Dengan melihat hasil dari grafik uji termal pada kedua sampel perisai radiasi,
menunjukkan bahwa suhu puncak 377,300 C untuk sampel pada komposisi
(87:08:5)% memenuhi syarat sesuai standart ISO tentang kaca timbal untuk
digunakan sebagai perisai radiasi.
71
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Dari hasil uji fisis nilai densitas perisai radiasi berbahan dasar
polyester resin dan timbal asetat diperoleh nilai densitas terbaik
dengan nilai 1,9 gr/cm3. Densitas meningkat seiring dengan variasi
tebal dan komposisi. Jika dibandingkan dengan standart ISO tentang
kaca timbal dan timbal akrilik, nilai densitas tersebut telah memenuhi
syarat.
2. Hasil pengujian daya serap sampel terhadap sinar-X grafik hubungan
intensitas radiasi menunjukkan sampel dengan tebal 1,5cm mampu
menyerap radiasi 98%, 99% dan 98% pada kondisi tegangan 40kV,
50kV dan 60kV dimana dalam bentuk grafik terlihat hubungan secara
eksponensial berbanding terbalik intensitas radiasi terhadap tebal dan
komposisi timbal asetat.
3. Grafik hubungan ln ( ) penyerapan radiasi dengan fungsi koefisien
72
5.2 Saran
1. Untuk mengetahui seberapa besar daya serap air maksimum dari
setiap sampel sebelum dan setelah ditambah komposisi timbal asetat,
sebaiknya dilakukan pengujian daya serap air terhadap smpel perisai
radiasi.
2. Untuk dapat meningkatkan daya atenuasi sampel perisai radiasi,
diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menemukan bahan material
lainnya yang mampu meningkatkan daya serap radiasi lebih tinggi
dengan memperhatikan sifat transparansi dari sampel.
3. Untuk menghindari adanya gelembung udara pada sampel perisai
radiasi, sebaiknya saat pencetakan sampel dilakukan dengan metode
pengemasan vakum (Vacum bagging), hal ini sangat berpengaruh
terhadap homogenitas untuk menentukan nilai koefisien atenuasi
linier bahan (µ).
4. Untuk mengetahui nilai transmisi cahaya yang lebih sempurna,
sebaiknya pengujian transmisi cahaya ditambah dengan menggunakan
alat uji Laser He-Ne.
5. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya diharapkan juga dapat
melakukan pengujian punti (Torsion Modulus Test) agar dapat
diketahui sifat modulus elastis, kekuatan luluh puntir dan modulus
pecah.
73
74
75
76
= = 0,67 gr/cm3
Dari perhitungan diatas : Maka diperoleh seluruh data densitas sampel yang
ditampilkan dalam bentuk Tabel.6 dibawah ini :
Sampel Tebal (cm) Komposisi (%Wt) Densitas (gr/cm3)
A 0,5 0,67
0,75 0,69
1,0 95 : 0 : 5 0,72
1,25 0,74
1,5 0,76
93 : 0 : 5 0,67
93 : 2 : 5 0,71
91 : 4 : 5 0,85
B 0,5
89 : 6 : 5 0,98
87 : 8 : 5 1,1
85 : 10 : 5 1,3
93 : 0 : 5 0,69
93 : 2 : 5 0,75
91 : 4 : 5 0,86
C 0,75
89 : 6 : 5 1,10
87 : 8 : 5 1,30
85 : 10 : 5 1,40
93 : 0 : 5 0,72
93 : 2 : 5 0,86
D 1,0 91 : 4 : 5 0,88
89 : 6 : 5 1,1
87 : 8 : 5 1,5
77
= e -µx
ln = -µx
ln = -µ( 0,5)
= -µ
-0,518 = - µ
0,518 = µ
Dengan menggunakan cara yang sama untuk setiap kondisi tegangan, hasil
perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel.
78
79
80
= 85 %
81
82
= 79,3 kg/cm2
Dengan cara yang sama maka nilai kuat tekan sampel dapat ditampilkan dalm
bentuk tabel masing-masing tebal sampel dan komposisi.
Tabel 11 : Nilai kuat tekan sampel
Sampel Tebal (cm) Komposisi (%Wt) Kuat Tekan
(kg/cm2)
A 0,5 29,41
0,75 29
1,0 95 : 0 : 5 42,85
1,25 52,31
1,5 79,31
93 : 0 : 5 29,41
93 : 2 : 5 27,35
91 : 4 : 5 27,27
B 0,5
89 : 6 : 5 25,66
87 : 8 : 5 26,73
85 : 10 : 5 26,5
93 : 0 : 5 29
93 : 2 : 5 30
91 : 4 : 5 31,5
C 0,75
89 : 6 : 5 33
87 : 8 : 5 33,5
85 : 10 : 5 34,5
93 : 0 : 5 42,85
D 1,0
93 : 2 : 5 38
83
= 15,5
Dengan cara yang sama maka nilai kekerasan sampel dapat ditampilkan dalm
bentuk tabel masing-masing tebal sampel dan komposisi.
Tabel 12 : Nilai hasil uji kekerasan sampel
Kekerasan
Sampel Tebal (cm) Komposisi (%Wt)
(HRC)
A 0,5 15,5
0,75 17
1,0 95 : 0 : 5 19,9
1,25 23,5
1,5 25
93 : 0 : 5 15,5
B 0,5 93 : 2 : 5 14,3
91 : 4 : 5 15,5
84
85
86
Neraca analitik untuk pengukuran densitas sampel Di Lab Material Test PTKI
Medan
87
Alat uji atenuasi sampel terhadap Sinar-X Detektor Ray Safe Unfors dan Lux
meter
88
89
90