Anda di halaman 1dari 90

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PERISAI

RADIASI SINAR-X BERBASIS POLYESTER TIMBAL


ASETAT SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF
PENGGANTI KACA TIMBAL

TESIS

Oleh

FITLER
167026007/FIS

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PERISAI
RADIASI SINAR-X BERBASIS POLYESTER TIMBAL
ASETAT SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF
PENGGANTI KACA TIMBAL

TESIS

Oleh

FITLER
167026007/FIS

PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUANALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPETINGAN AKADEMIS

Sebagi sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan
di bawah ini :

Nama : Fitler
NIM : 167026007
Program Studi : Magister Ilmu Fisika
Jenis Karya Tulis : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan informasi


kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif Free Right
atas Tesis saya yang berjudul :

Pembuatan dan Karakterisasi Perisai Radiasi Sinar-X Berbasis


Polyester Timbal Asetat Sebagai Salah Satu Alternatif Pengganti
Kaca Timbal

Beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti Non-
Eksklusif ini : Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media,
memfrmat, mengelola dalam bentuk data base , merawat dan mempublikasikan
Tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis dan sebagai pemegang dan atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, Agustus 2018

FITLER
NIM. 167026006

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN ORIGINALITAS

Pembuatan dan Karakterisasi Perisai Radiasi Sinar-X Berbasis


Polyester Timbal Asetat Sebagai Salah Satu Alternatif Pengganti
Kaca Timbal

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis ini adalah
hasil kerja saya sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah
dijelaskan sumbernya dengan benar.

Medan, Agustus 2018

FITLER
NIM. 167026006

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada
Tanggal : 15 Agustus 2018

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. Kerista Tarigan, M.Eng. Sc
Anggota : 1. Prof. Dr. Timbangan Sembiring, M.Sc
2. Dr. Bisman Perangin angin, M.Eng. Sc
3. Dr. Kurnia Sembiring, MS
4. Dr. Perdinan Sinuhaji, MS

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama Lengkap berikut Gelar : Fitler, S.Si
Tempat dan Tanggal Lahir : Aek Garut, 04 Mei 1989
Alamat : Jln. Sawit Raya No.10 Medan
E_mail : aritonang_fitler@yahoo.com
Telepon/HP : 085361865115

DATA PENDIDIKAN
SD : SDN 024 Aek Garut Tamat : 2002
SMP : SMP Swasta Berkat Aek Bingke Tamat : 2005
SMA : SMAN 1 Siabu Tamat : 2008
Diploma III : DIII ATRO Medan Tamat : 2011
Strata – 1 : Universitas Sumatera Utara Tamat : 2015

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Pertama dan yang paling utama penulis mengucapkan puji dan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
tesis yang berjudul “ Pembuatan dan Karakteristik Perisai Radiasi Sinar-X
Berbasis Polyester dan Timbal Asetat sebagai Salah Satu Alternatif Pengganti
Kaca Timbal” ini dapat diselesaikan.
Dengan diselesaikannya tesis ini, perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.M.Hum, selaku rektor Universitas Sumtera
Utara – Medan.
2. Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara atas kesempatan yanhg
diberikan kepada penulis menjadi mahasiswa Program Magister Pascasarjana
Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Kurnia Sembiring, MS selaku Ketua Program Studi Pascasrjana
Universitas Sumatera Utara, sekaligus pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dalam menyelesaikan Tesis ini.
4. Dr. Kerista Tarigan, M.Eng. Sc, selaku wakil Ketua Program Studi
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing satu
yang selalu memberikan bimbingan, ilmu dan arahan serta masukan selama
penulisan dan pelaksanaan penelitian Tesis saya ini.
5. Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc selaku pembimbing dua yang selalu
memberikan bimbingan, ilmu dan arahan serta masukan selama penulisan dan
pelaksanaan penelitian Tesis saya ini.
6. Dr. Perdinan Sinuhaji, MS dan Dr. Bisman Peranginangin selaku pembanding
yang turut memberikan masukan dalam penyelesaian tesis ini.
7. Bapak Herman dan Teman – teman penjaga Lab pengujian material PTKI
Medan yang juga memberikan bantuan dan masukan dalam penyelesaian tesis
ini.
8. Murni Teguh Memorial Hospital Medan yang telah memberikan tempat
pengujian sampel selama penelitian.

Universitas Sumatera Utara


9. Kepada Yayasan Sinar Amal Bhakti Medan yang telah memberikan bantuan
dana selama perkulihan pascasarjana Magister Sains (Fisika).
10. Terkhusus buat kedua orang tua dan mertua saya yang selalu memberikan
nasehat selama proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.
11. Kepada Istri Tercinta saya Santio Tambunan, S.Kep yang selalu setia dan
memberikan semangat serta perhatian selama perkuliahan dan penyelesaian
tesis ini.
12. Seluruh Keluarga, saudara dan teman-teman yang senantiasa menukung dan
mendoakan kelancaran penelitian dan penyelesaian tesis.

Dalam penulisan tesis ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan masukan pembaca demi kesempurnaan
tesis ini sangat diharapkan. Khir kata, semoga tesis ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan Indonesia.

Medan, Agustus 2018

FITLER

Universitas Sumatera Utara


PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PERISAI RADIASI SINAR–X
BERBASIS POLYESTER DAN TIMBAL ASETAT SEBAGAI
ALTERNATIF PENGGANTI KACA TIMBAL

ABSTRAK

Dalam tesis ini telah dibahas penelitian tentang pengaruh polyester resin sebagai
matrik dan timbal asetat sebagai filler pada pembuatan perisai radiasi sinar-X dan
bagaimana karakteristik terhadap sifat fisis dan mekanis serta sifat termal. Jenis
bahan yang digunakan untuk mempercepat waktu curing yaitu katalis mekpo.
Timbal asetat divariasikan yaitu (0, 2, 4, 6, 8, dan 10) %wt dengan variasi tebal
sampel 0,5cm, 0,75cm, 1,0cm, 1,25cm dan 1,50cm. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sifat fisis (densitas 1,9 gr/cm 3) pada komposisi timbal asetat 10% wt dan
polyester resin 85% wt dengan tebal 1,5 cm merupakan nilai hasil terbaik.
Semakin tinggi komposisi timbal asetat maka semakin tinggi nilai densitas. Hasil
nilai intensitas radiasi terbaik dari sampel perisai radiasi sinar-X menunjukkan
pada komposisi 10 %wt Pb dan 85 % wt polyester resin (0,18µGy, 0,95µGy dan
1,6µGy) dengan kondisi tegangan pesawat sinar-X yaitu (40kV, 50kV dan 60kV),
nilai transmisi cahaya pada komposisi ini yaitu 83% masih sesuai dengan standart
ISO tentang kaca timbal. Hasil pengujian sifat mekanik (uji tekan 79 kg/cm 3dan
uji kekerasan 38) merupakan nilai terbaik pada komposisi 85 : 10 : 5 %wt dengan
tebal 1,5cm. Ini menunjukkan bahwa komposisi 85 : 10 : 5 %wt merupakan
komposisi yang paling homogen sehingga menghasilkan sifat mekaniknya
optimum. Hasil pengujiaan DSC diperoleh bahwa suhu endotermik 85 : 10 : 5
%wt dengan tebal 1,5cm merupakan yang terbaik dengan suhu 377 0C. Dari
seluruh pengujian sampel perisai radiasi, komposisi 85 : 10 : 5 %wt sifat fisis
terbaik dan sifat mekanik sesuai dengan standar ISO dan SNI-16-6656-2002
tentang kaca timbal.
Kata kunci : Polyester resin, timbal asetat, komposisi sampel, tegangan pesawat
sinar-X, koefisien atenuasi linier (µ), intensitas radiasi.

10

Universitas Sumatera Utara


FABRICATION AND CARACTERISTICS OF X-RAY RADIATION SIELD
BASE ON POLYESTER AND LEAD ACETATE AS ALTERNATIVE OF
REPLACEMENT RADIATION SHIELDING LEAD GLASS

ABSTRACT

In this thesis, a study about the effect of polyester resin as matrix and lead acetate
as filler on the manufacture of X-ray radiation shields and how the physical and
mechanical properties and thermal properties are discussed. The type of material
used to speed up the curing time is the mekpo catalyst. Lead acetate varied (2, 4,
6, 8, and 10) wt% with a thickness variation of 0.5cm, 0.75cm, 1.0cm, 1.25cm and
1.50cm. The results showed that the physical properties (density 1.9 gr / cm 3) on
the composition of 10% wt lead acetate and 85% wt polyester resin with a
thickness of 1.5 cm were the best results. The higher the composition of lead
acetate, the higher the density value. The best radiation intensity results from X-
ray radiation shield samples showed the composition of 10% wt Pb and 85% wt
polyester resin (0.18μGy, 0.95μGy and 1.6μGy) with X-ray voltage conditions
(40kV, 50kV and 60kV), the value of light transmission in this composition is 83%
still in accordance with ISO standards on lead glass. The results of mechanical
properties testing (press test 79 kg/cm3 and hardness test 38) is the best value on
the composition of 85: 10: 5% wt with 1.5cm thickness. This shows that the
composition of 85: 10: 5% wt is the most homogeneous composition resulting in
optimum mechanical properties. The results of the DSC test showed that the
endothermic temperature was 85: 10: 5% wt with 1.5cm thick was the best with a
temperature of 3770C. From all radiation shield sample testing, composition 85:
10: 5% wt the best physical properties and mechanical properties in accordance
with ISO standards and SNI-16-6656-2002 concerning lead glass.
Keywords : Polyester resin, lead acetate, X-Ray Voltage (kV), linear attenuation
coefficient (µ) andradiation Intensity.

11

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


ABSTRAK ............................................................................................. ii
ABSTRCT .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ........................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
1.6 Sitematika Penulisan .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sinar – X .................................................................................... 7
2.1.1 Sinar – X Karakteristik .................................................... 9
2.2.2 Sinar – X Bremstrahlung ................................................. 10
2.2 Interaksi Sinar – X dengan Materi ............................................. 11
2.2.1 Hamburan Compton ......................................................... 12
2.2.2 Produksi Pasangan ........................................................... 13
2.2.3 Efek Foto Listrik .............................................................. 13
2.3 Koefisien Atenuasi ..................................................................... 14
2.3.1 Nilai Tebal Paruh (HVL) ................................................. 16
2.4 Perisai Radiasi ............................................................................ 16
2.4.1 Kaca Timbal ..................................................................... 17
2.4.2 Spesifikasi Kaca Timbal .................................................. 17
2.5 Komposit .................................................................................... 18
2.6 Resin Polyester........................................................................... 19
2.7 Resin poliester Yukalac C -108B ............................................... 20

12

Universitas Sumatera Utara


2.8 Katalis ........................................................................................ 20
2.9 Timbal Asetat ............................................................................. 21
2.10 Proteksi Radiasi ....................................................................... 21
2.11 Prinsip Pengukuran Radiasi ..................................................... 22
2.12 Detektor Radiasi....................................................................... 24
2.12.1 Detektor Isian Gas ......................................................... 24
2.12.2 Detektor Sintilasi .......................................................... 25
2.12.3 Detektor Semikonduktor ............................................... 25
2.13 Faktor Eksposi ......................................................................... 26
2.813.1 Tegangan Tabung......................................................... 26
2.13.2 Arus Tabung Sinar – X .................................................. 26
2.13.3 Lama Waktu Penyinaran ................................................ 26
2.13.4 Focus Film Distance (FFD) ........................................... 26
2.14 Uji Fisis .................................................................................... 26
2.14.1 Densitas .......................................................................... 26
2.14.2 Penyerapan Terhadap sinar-X ........................................ 27
2.14.3 Transmisi Cahaya........................................................... 28
2.15 Uji Mekanik ............................................................................. 28
2.11.1 Kuat Tekan ..................................................................... 28
2.11.2 Kekuatan Kekerasan ...................................................... 28
2.16 Uji Thermal .............................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Diagram Alir Penelitian ............................................................. 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 33
3.3 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 33
3.4 Prosedur Pembuatan Sampel...................................................... 33
3.5 Pengujian Karakterisasi Sampel Perisai Radiasi ........................ 35
3.5.1 Pengujian Densitas (ρ) ...................................................... 35
3.5.2 Pengujian Transmisi cahaya............................................. 36
3.5.3 Pengujian Atenuasi terhadap sinar-X ................................ 36
3.5.4 Pengujian Kuat Tekan ....................................................... 37
3.5.5 Pengujian Kekerasan ......................................................... 38

13

Universitas Sumatera Utara


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisis ................................................................................... 39
4.1.1 Densitas ............................................................................. 39
4.1.1.a Hubungan Densitas dengan komposisi Timbal Asetat ... 40
4.1.2 Atenuasi atau Daya Serap Sampel Terhadap Sinar-X ....... 41
4.1.2.a Hubungan Atenuasi Sinar-X terhadap Komposisi Sampel 42
4.1.3 Persentase Daya Serap sampel terhadap Sinar-X............... 44
4.1.4 Koefisisen Atenuasi Bahan (µ)........................................... 45
4.1.5 Transmisi Cahaya............................................................... 48
4.2 Kuat Tekan................................................................................. 50
4.2.1 Uji Kekerasan (Hardness)................................................... 51
4.3 Uji Termal.................................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................. 55
5.2 Saran........................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

14

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Material Perisai Gamma 13
Tabel 2 Ketebalan ekivalen kaca timbal 19
Tabel 3 Spesifikasi Lead (II) acetate trihydrate 23
Tabel 4 Reaksi Endotermik dan Eksotermik Bahan 31
Table 5 Komposisi Variasi tebal sampel 35

15

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tabung sinar-X 8
Gambar 2.2 Sinar-X Karakteristik 9
Gambar 2.3 Sinar-X Bremstrahlung 10
Gambar 2.4 Interaksi Foton terhadap materi 12
Gambar 2.5 Ilustrasi Produksi pasangan 13
Gambar 2.6 Mekanisme penyerpnan sinar-X 15
Gambar 2.7 Hubungan antara ketebalan dan intensitas sinar-X 16
Gambar 2.8 Koefisien Atenuasu massa material 16
Gambar 2.9 Konstruksi Detektor isian gas 17
Gambar 2.10 Struktur pita energi elektron 17
Gambar 3.1 Susunan alat ukur radiasi 38
Gambar 4.1 Grafik Densitas vs tebal sampel 40
Gambar 4.2 Grafik densitas vs komposisi timbal asetat 41
Gambar 4.3 Intensitas radiasi vs tebal sampel 42
Gambar 4.4 Grafik hubungan intensitas radiasi vs komposisi pada
Tegangan 40kV 43
Gambar 4.5 Grafik hubungan intensitas radiasi vs komposisi pada
Tegangan 50kV 43

16

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Pemanfaatan radiasi pengion seperti sinar-X pada bidang kedokteran
untuk kegunaan terapi maupun diagnostik sudah sangat umum dilakukan.
Akan tetapi selain dari manfaat penggunaannya, bahwa radiasi yang
mengenai tubuh manusia juga dapat menimbulkan kerugian baik bagi pasien,
pekerja dan masyarakat umum dari paling ringan hingga fatal. Akibat
interaksi radiasi dengan materi tersebut maka sel-sel dapat mengalami
perubahan struktur. Oleh karena itu diperlukan perisai radiasi untuk tujuan
proteksi radiasi (Akhadi, 2001).
Program proteksi radiasi bertujuan untuk melindungi para pekerja
radiasi serta masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat
penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi pengion lainnya. Penggunaan
perisai radiasi sangat penting untuk melindungi pekerja dan masyarakat
umum dari bahaya radiasi. Untuk mencapai kondisi ruangan radiodiagnostik
yang aman bagi pekrja radiasi, pasien dan masyarakat, maka telah ditetapkan
oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir, yaitu digunakan bahan yang setara
dengan 2mm timbal. Dalam pelaksanaannya upaya proteksi radiasi harus
dilakukan sesuai dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable)
demi meminimalisir paparan yang diterima oleh pekerja radiasi tersebut.
Sesuai dengan peraturan Kepala BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 Pasal 30
tentang keselamatan radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-X radiologi
diagnostik dan intervensional, ketentuan nilai batas dosis yang diterima oleh
pekerja radiasi di instalasi radiologi tidak boleh melampaui dosis efektif 20
mSv (dua puluh millisievert) per tahun selama rata-rata lima tahun. Prinsip
proteksi radiasi dalam hal pengendalian radiasi eksternal maka penggunaan
waktu, jarak dan perisai sangat penting diaplikasikan khususnya pada
instalasi radiodiagnostik. Metode yang paling efektif untuk menyerap radiasi
yaitu dengan penggunaan perisai radiasi (Akhadi, 2012).

17

Universitas Sumatera Utara


Material perisai radiasi yang digunakan pada instalasi radiologi berupa
beton, timbal, baja, kaca timbal dan material berat lain. Beton digunakan
karena murah dan memiliki sifat yang mudah didapatkan terhadap berbagai
konstruksi, timbal memiliki densitas yang tinggi sehingga sangat baik sebagai
perisai radiasi. Namun untuk perisai radiasi di bagian ruang kontrol ruangan
radiologi keduanya tidak bisa digunakan karena memiliki sifat yang opaque
atau tidak tembus pandang. Kaca timbal merupakan material yang memenuhi
syarat sebagai perisai radiasi (shielding) yang transparan. Kaca timbal
digunakan karena memiliki karakter transparan sekaligus memiliki densitas
tinggi (Cowd, 1991).
Untuk menentukan jenis bahan dasar dari perisai yang akan digunakan
perlu diperhatikan mengenai densitas bahan, dengan mengetahui nilai
densitas dari bahan yang digunakan, maka besarnya pelemahan radiasi yang
ditimbulkan oleh bahan tersebut bisa dihitung, sehingga bisa disimpulkan
apakah bahan yang digunakan memenuhi standar (Daniel G. Harrell, 2010).
Penggunaan timbal sebagai penahan radiasi tidak hanya sebagai
pelapis dinding dan atap tetapi di dopping juga pada kaca yang sering dikenal
dengan kaca timbal (lead glass). Kaca timbal ini sering digunakan di instalasi
Kedokteran Nuklir dan ruang kontrol radiologi (Tantra, 2014). Selain
berfungsi sebagai penahan radiasi, sifat transparan dari kaca timbal juga
diperlukan. Hal ini bertujuan sebagai pemantau terhadap proses yang terjadi
di ruang pemeriksaan radiodiagnostik.
Kaca timbal memiliki kualitas optik yang sangat baik akan tetapi
harganya yang relatif mahal dan mudah pecah, sehingga membuat eksplorasi
material yang lebih murah menjadi sangat penting (Tantra, 2014). Hal
tersebut menjadi kendala tersendiri bagi instalasi radiologi dan instalasi
kedokteran nuklir yang ingin menggunakan kaca timbal, oleh karena itu perlu
adanya bahan alternatif yang bisa digunakan untuk membuat perisai radiasi
dengan sifat transparan dan tidak mudah pecah yang mampu menggantikan
fungsi dari kaca timbal.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian tehadap poliester timbal oleh
Tantra (2014). Dari penelitian tersebut diperoleh komposisi 10% Pb dapat

18

Universitas Sumatera Utara


digunakan sebagai alternatif pengganti kaca timbal atas dasar pertimbangan
sifat transparan dari komposisi 10% Pb, nilai kuat tekan dan densitas optik
sample.
Pada tahun (2015) Susanti juga telah melakukan penelitian terhadap
komposisi poliester timbal. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh Komposit
polyester timbal dengan komposisi 3,5% timbal asetat dan tebal 0.5 cm
merupakan komposit optimum yang dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti kaca timbal. Namun sampel dari bahan masih belum homogen
sempurna.
Pada penelitian ini digunakan poliester resin bening sebagai matrik
bahan dasar pengganti kaca, serbuk timbal asetat digunakan sebagai filler
serta katalis untuk mempercepat waktu curing dan meningkatkan ikatan
silang polimernya. Resin bening ini yang nantinya akan mengikat Pb
sehingga hasilnya menjadi perisai radiasi yang sifatnya transparan. Dari
campuran tersebut diharapkan dapat diketahui nilai koefisien atenuasi serapan
timbal terhadap radiasi Sinar – X.
Adapun timbal (Pb) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pb
asetat ( Pb(CH3COO)2 ) karena Pb asetat ini dapat larut dalam katalis resin
(thermoplastic poliester). Selain Pb asetat terdapat Pb oksida (PbO) dan Pb
nitrat (Pb (NO3)2). Pb oksida tidak dipilih karena, warnanya yang berwarna
merah atau kuning, titik leburnya yang sangat tinggi dan tidak larut dalam
katalis resin. Begitu pula dengan Pb nitrat yang tidak larut dalam katalis resin
dan juga harganya yang cukup mahal jika dibanding Pb asetat, selain itu titik
lebur dari Pb nitrat juga jauh lebih tinggi jika dibanding Pb asetat
(Firmansyah, 2007).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah komposisi sampel perisai radiasi yang optimum dengan
berbahan dasar matrik polyester resin di dopping dengan timbal asetat?
2. Bagaimana pengaruh penambahan timbal asetat dan tebal sampel terhadap
nilai absorbsi level (atenuasi) terhadap sinar-X untuk mendapatkan nilai
atenuasi yang tinggi?

19

Universitas Sumatera Utara


3. Bagaimanakah pengaruh terhadap nilai densitas (ρ) perisai radiasi
polyester timbal dengan variasi ketebalan dan komposisi dan timbal asetat
yang telah dibuat?
4. Bagaimana sifat mekanik dari sampel perisai radiasi poliester timbal yang
telah dibuat?
5. Bagaimana pengaruh sifat termal sampel perisai radiasi terhadap
ketebalan dan komposisi timbal asetat?
1.3. Batasan Masalah
a) Penelitian ini dibatasi pada pembuatan sampel perisai radiasi tembus
pandang dengan matrik polyester resin dengan paduan timbal asetat
sebagai filler, serta katalis dengan metode Blending (pengadonan).
b) Pada penelitian ini dilakukan dengan variasi tebal dan komposisi antara
poliester resin dengan timbal asetat dan katalis dalam basis persentase
berat (% wt).
c) Komposisi perisai radiasi yang digunakan pada penelitian ini adalah :
Perbandingan polyester resin : (95, 93, 91, 89% dan 87) % wt
Timbal asetat yaitu: (0, 2, 4, 6 dan 8) % wt
Katalis dengan persentase tetap yaitu 5% wt
d) Pengujian sampel perisai radiasi yang dilakukan yaitu:
a) Sifat Fisis
1. Densitas (ρ)
2. Tansmisi cahaya
3. Uji atenuasi sinar-X yaitu : 40kV, 50kV dan 60kV.
b) Sifat Mekanik
1. Kuat tekan
2. Uji Kekerasan
c) Sifat Termal

1.4. Tujuan Penelitian


1. Menentukan nilai densitas (ρ) sampel perisai radiasi yang optimum dari
masing – masing komposisi polyester resin yang di doping dengan timbal
(Pb) asetat.

20

Universitas Sumatera Utara


2. Menentukan nilai intensitas radiasi, koefisien atenuasi bahan (µ) dan
komposisi serta tebal sampel yang optimum sebagai perisai radiasi.
3. Menentukan nilai transmitansi cahaya sampel perisai radiasi pada setiap
sampel dengan variasi tebal sampel dan komposisi polyester resin dan
timbal asetat.
4. Mendapatkan dan menentukan nilai kuat tekan dan kekerasan yang paling
tinggi dari setiap sampel perisai radiasi yang telah dibuat.
5. Menentukaan sifat termal sampel perisai radiasi sebelum dan setelah
penambahan komposisi timbal asetat.

1.5. Manfaat Penelitian


1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam hal pembuatan
perisai radiasi dengan bahan Poliester timbal selain kaca timbal sehingga
menjadi referensi dengan harga yang lebih murah.
2. Diharapkan hasil penelitian ini, bisa menjadi referensi bagi penelitian –
penelitian selanjutnya dengan topik yang terkait.
3. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dibidang ilmu material, dan
menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama perkuliahan dan
mengaplikasikannya ke bidang kenukliran dan radiodiagnostik dalam
bentuk pembuatan perisai radiasi tembus pandang dengan paduan
komposit poliester dan timbal (Pb) asetat.

1.6. Sistematika Penulisan


Tesis ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab
untuk mempermudah penjelasan. Penulisan bab-bab dilakukan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang permasalahan, tujuan yang hendak
dicapai, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

21

Universitas Sumatera Utara


Pada bab ini penulis menguraikan secara lebih lengkap teori tentang
interaksi radiasi dengan materi, koefisien atenuasi suatu bahan, proteksi
radiasi, teori tentang perisai radiasi, detektor alat ukur radiasi.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan alat atau bahan yang digunakan dalam penelitian
serta metode dalam pengambilan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisikan data-data hasil penelitian dan analisis data dalam bentuk
gambar tabel dan kurva dan pembahasan dari semua data yang diperoleh dari
hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis merangkum hasil yang didapatkan dan ditambah
dengan saran-saran untuk meningkatkan kemanfaatan penelitian ini.

22

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan radiasi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang


mempelajari masalah keselamatan dan kesehatan manusia. Salah satu aplikasi
nuklir untuk kesehatan di bidang kedokteran khususnya unit radiologi yaitu
penyinaran untuk tujuan diagnosa dengan pemeriksaan menggunakan Sinar –
X. Program proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta
masyarakat umum dari bahaya rasdiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan
zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya. Dalam bidang proteksi radiasi,
maka diterapkan tiga strategi dasar yang dikenal sebagai prinsip proteksi
radiasi, yaitu: mengurangi waktu berada di sekitar sumber radiasi,
memposisikan diri sejauh mungkin dari sumber radiasi dan menggunakan
perisai radiasi (Akhadi, 2012). Prinsip dasar proteksi radiasi ini merupakan
acuan untuk memberikan perlindungan dan rasa aman kepada pekerja radiasi,
masyarakat umum dan lingkungan sekitar yang bisa saja mendapat efek
samping yang berakibat buruk akibat adanya pemanfaatan sinar – X atau
radiasi pengion.

2.1. Sinar – X
Secara umum radiasi adalah pancaran energi dalam bentuk gelombang
atau partikel yang dipancarkan oleh sumber radiasi atau zat radioaktif. Karena
energinya yang cukup besar, maka radiasi tertentu dapat menimbulkan
ionisasi di sepanjang lintasannya, sehingga radiasi tersebut dinamakan radiasi
pengion (Syahria et al, 2012).
Sinar-X ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen seorang ahli fisika
di Universitas Wurzburg Jerman, pada tahun 1895 sewaktu melakukan
eksperimen dengan menggunakan sinar katoda (Handee W.R et al, 2002).
Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energi yang sangat
tinggi. Di dalam tabung sinar-X dihasilkan elektron bebas yang dipercepat
dengan beda potensial yang sangat tinggi, lalu ditembakkan ke suatu target.

23

Universitas Sumatera Utara


Target membentuk sudut relatif terhadap berkas elektron dan sinar-X yang
keluar dari target melewati pinggir tabung.
Pada proses perlambatan elektron berkecepatan tinggi oleh medan inti
atom target akan dihasilkan sinar-X kontinyu dan sinar-X karakteristik sesuai
dengan bahan target yang digunakan (Handee W.R et al, 2002).

Gambar 2.1 : Tabung sinar – X (Carrol, 2011)

Tabung Sinar–X adalah suatu alat untuk menghasilkan sinar-X


(Trikasjono, 2009). Di dalam tabung sinar-X yang terbuat dari bahan gelas
terdapat filamen yang bertindak sebagai kutub katoda dan sasaran (tungsten)
yang bertindak sebagai kutub anoda. Tabung sinar-X dibuat hampa udara agar
elektron yang berasal dari filamen tidak terhalang oleh molekul udara menuju
ke anoda. Filamen yang dipanasi arus listrik bertegangan rendah menjadi
sumber elektron. Elektron yang dibebaskan oleh filamen tertarik ke anoda,
elektron ini menabrak bahan sasaran yang umumnya bernomor atom dan
bertitik didih tinggi (Waryosimin, 1995) akibat dari elektron yang menubruk
target, 99% energinya berubah menjadi panas dan 1% energinya berubah
menjadi sinar-X yang dikeluarkan melalui celah tabung sinar-X.
Tegangan tabung pada pembangkit sinar-X merupakan salah satu faktor
yang dapat dikontrol untuk mengurangi radiasi hambur dan mengurangi dosis
yang digunakan dalam radiodiagniostik (Vassileva, 2004). Peningkatan nilai
tegangan tabung pembangkit sinar-X yang digunakan harus diimbangi dengan
penurunan nilai arus tabung pembangkit sinar–X dan waktu penyinaran

24

Universitas Sumatera Utara


sehingga diperoleh intensitas radiasi yang menghasilkan densitas bayangan
yang cukup (Kramer, 2008).
Berdasarkan proses terjadinya, sinar-X dibagi menjadi dua yaitu:
2.1.1 Sinar – X Karakteristik
Sinar-X dihasilkan ketika elektron berinteraksi dengan elektron pada
atom target. Elektron pada atom target akan terionisaisi. Kekosongan pada
kulit elektron tersebut akan di isi oleh elektron pada kulit terluar. Transmisi
elektron dari kulit terluar menuju kekosongan pada kulit lebih dalam akan
mengemisikan foton yang disebut sinar-X karakteristik (Handee W.R et al,
2002). Sinar-X karakteristik memiliki spektrum energi diskrit seperti pada
Gambar 2.

Gambar 2.2 : Sinar-X karakteristik


Menurut Beizer (1987) total elektron (En) pada kulit ke-n dinyatakan
sebagai berikut :

(2.1)

Sedangkan besar energi foton yang terpancar ketika elektron berpindah yaitu:
hv = E2 – E1 (2.2)
Dimana :
E1 : Energi kinetik pada kulit hole, eV
E2 : Energi kinetik pada kulit yang lebih tinggi, eV
: Konstanta Plank (6,63 x 10-34 J.s)
v : Frekuensi Foton Sinar – X ( Hz )

25

Universitas Sumatera Utara


Z : Nomor Atom
m : Massa Elektron ( 1,6 x 10-19C )
n : Bilangan kuantum utama ( orde kulit atom )

= (1,054 x 10-34 J.s) (2.3)

2.1.2 Sinar – X Bremstrahlung


Sinar X yang dihasilkan akibat perlambatan berkas elektron cepat
dalam medan magnet atom anoda yang disebut sinar-X kontinu atau sinar-X
bremstrahlung yang mempunyai spektrum kontinu. elektron yang mendekati
atom targed (anoda) akan berinteraksi dengan atom bahan anoda, tepatnya
dengan elektron luar atom tersebut (Williams, J. R., et. Al, 1993). Radiasi ini
memiliki aneka ragam panjang gelombang, oleh karena itu proses
bremstrahlung dapat dialami elektron berulang kali. Ketika elektron cepat
mampu mendekati inti atom dan mengalami perlambatan tiba – tiba sehinga
menghasilkan sinar-X Bremstrahlung, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2.3: Sinar-X Bremstrahlung (Sumber: Pratiwi,2006)


Frekuensi maksimum sinar-X dapat dipancarkan oleh sinar-X
bremsstrahlung dengan mempercepat elektron melalui tegangan keluaran (V)
pada target logam. Frekuensi maksimum di ilustrasikan dengan Persamaan
2.4

(2.4)

Sesuai dengan panjang gelombang minimum yaitu:

(2.5)

26

Universitas Sumatera Utara


Dimana :
h = Konstanta Planck (6,63 x 10-34 J. S)
e = Muatan elektron (1,6 x 10-19 C)
c = 3 x 108 m/s
Atau bisa ditulis dengan persamaan sebagai berikut :

(2.6)

2. 2. Interaksi Sinar – X dengan Materi


Sinar pengion dapat berupa radiasi gelombang elektromagnetik yang
memiliki frekuensi tinggi misalnya sinar-X dan gamma yang dapat
menimbulkan proses ionisasi jika melewati materi. Sinar-X dan gamma
adalah gelombang yang memiliki energi dengan daerah frekuensi tanpa massa
dan muatan, serta tidak dipengaruhi adanya medan magnet. Sedangkan
partikel bermuatan dapat berupa proton, yang bermuatan positif, electron
yang bermuatan negatif, neutron, atau positron walaupun tanpa muatan
namun memiliki massa dan dapat menimbulkan perubahan kimia dan fisika
pada bahan yang dilaluinya. Mengukur radiasi foton menggunakan dua
pendekatan yaitu secara langsung atau tidak langsung.
Pengukuran metode langsung berhubungan dengan banyaknya
hamburan foton, sedangkan metode tidak langsung yaitu yang berhubungan
terhadap banyaknya efek atau pengaruh radiasi foton tersebut. Satuan yang
berhubungan dengan hamburan foton yang bersifat absolut dan sangat
berguna dalam perhitungan, tetapi sangat sulit diukur secara eksperimen
namun memiliki kegunaan dalam praktek dosimetri adalah :
a. Fluence foton = Jumlah foton yang melalui tiap satuan luas
b. Fluence rate = Fluence foton persatuan waktu
c. Energi fluence = Total energi foton yang melalui setiap satuan luas
d. Energi fluence rate = Energi fluence persatuan waktu.
Dalam interaksi foton dengan materi, foton dapat menyalurkan
energinya ke elektron dalam materi tersebut dan ada tiga kemungkinan yang
terjadi (Johns.H.E, 1983) yaitu :
a. Dapat menembus materi tanpa berinteraksi.

27

Universitas Sumatera Utara


b. Dapat berinteraksi dengan materi dan seluruh energi foton terserap
didalam materi.
c. Dapat berinteraksi dan terhambur, kemudian dibelokan dari arah asalnya
dan sebagian energinya.
Ketika foton berinteraksi dengan materi biologis atau jaringan tubuh,
akan dihasilkan elektron sekunder yang kemudian memberikan energinya
kepada jaringan yang dilewatinya dan jaringan tersebut akan menyerap energi
elektron sekunder tersebut. Seperti terlihat pada Gambar 4 dibawah ini.

Gambar 2.4 : Interaksi foton terhadap materi (S. Djarwani, 2008)

Secara umum ada tiga jenis interaksi foton dengan materi yaitu
hamburan compton, efek fotolistrik, dan produksi pasangan (Khan.F.M,
1984).
2.2.1 Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi apabila foton dengan energi sebesar hv
berinteraksi dengan elektron bebas atau elektron yang tidak terikat secara
kuat oleh inti, yaitu elektron yang beradi pada kulit terluar dari atom.
Elektron tersebut dilepaskan dari ikatan inti atom dan bergerak dengan energi
kinetik tertentu disertai foton lain dengan energi lebih rendah dibandingkan
foton datang. Energi kinetik elektron adalah (Ee) adalah selisih foton masuk
dan foton keluar.
Ee = hvi – hv0 (2.7)

28

Universitas Sumatera Utara


Hamburan Compton sangat dominan terjadi bila foton berenergi sedang
(lebih dari 0,5 MeV) dan lebih banyak terjadi pada material dengan nomor
atom (Z) yang rendah (Attik F.H, 1986).

2.1.2 Produksi Pasangan


Produksi pasangan hanya terjadi ketika energi kinetik sinar-X dan
gamma berada pada energi 1.02 MeV. Energi foton yang ditransfer dalam
bentuk energi kinetik berupa pasangan elektron dan positron, dengan energi
massa diamnya sama dengan 0.511 MeV untuk setiap elektron. Kemudian
elektron dan positron akan kehilangan energi kinetiknya melalui proses
eksitasi dan proses ionisasi (Attik F.H,1986).
Pada waktu foton yang berenergi lebih dari 1,02 MeV menembus
materri dan mendekatiinti atom, karena dipengaruhi medan listrik yang kuat
dari inti atom, foton berubah dan membentuk satu pasangan yaitu positron
dan elektron yang memiliki energi 0,51MeV, seperti pada Gambar 5 dibawah
ini.

Gambar 2.5 : Ilustrasi produksi pasangan

2.2.3 Efek Fotolistrik


Efek fotolistrik terjadi akibat adanya interaksi antar foton dengan
elektron pada suatu bahan. Pada peristiwa ini energi foton diserap seluruhnya
oleh elektron yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga elektron terlepas dari
ikatan inti atom.

29

Universitas Sumatera Utara


Elektron yang terlepas disebut fotoelektron dengan energi kinetik sebesar :
T = hv - EB (2.8)
Dimana, hv adalah energi foton yang berinteraksi, EB adalah energi ikat
elektron.
Efek fotolistrik terjadi pada foton berenergi rendah (0,01 MeV- 0,5
MeV) dan dominan pada foton dengan energi kurang dari 0,1 MeV. Radiasi
elektromagnetik dengan energi foton yang kecil akan berinteraksi dengan
elektron–elektron pada orbit terluar, semakin besar energi foton maka
elektron–elektron yang ada pada orbit lenih dalam akan dilepaskan. Efek
fotolistrik ini umumnya terjadi pada materi dengan nomor atom (Z) yang
besar (Williams, J. R., et. Al, 1993).

2.3 Koefisien Atenuasi


Koefisien serap linier (µ) merupakan penyerapan dengan ketebalan
penyerap yang diukur dalam cm. Koefisien atenuasi linier (µ) bergantung
pada jenis bahan radiasi dan energi dari radiasi elektromagnetik yang diserap
bahan tersebut. Semakin tinggi nomor atom bahan maka nilai µ akan semakin
besar, sehingga semakin baik dipakai sebagai bahan perisai radiasi. Ketika
foton berinteraksi dengan materi sebagian energi foton dibawa elektron
sebagai energi kinetik dan sebagian digunakan untuk melawan energi ikat
atom atau berubah bentuk menjadi foton baru. Foton primer yang tidak
berinteraksi denga melintasi bahan dan keluar dari bahan ( Wiryosimin,
1995). Salah satu sifat sinar-X yang paling berharga dan menguntungkan
adalah dapat menembus bahan dan mengalami atenuasi (diserap) oleh bahan
yang dilaluinya, sehingga intensitas radiasi setelah melewati bahan akan lebih
kecil dibandingkan intensitas mula-mula. Sedangkan radiasi elektromagnetik
hanya dapat dikurangi intensitasnya bila perisai radiasi dipertebal.
Mekanisme koefisien atenuasi ke dalam suatu bahan tergantung dari
nomor atom, kerapatan bahan, ketebalan bahan, kekerasan bahan atau dapat
dinyatakan dengan menggunakan hukum Beer-Lambert.
Jika radiasi sinar-X menembus materi, maka akan terjadi interaksi
dengan materi dan mengalami pengurangan energi. Atenuasi karena interaksi

30

Universitas Sumatera Utara


adalah proses pengurangan energi foton atau perubahan arah foton dalam
meteri dengan tebal 1cm yang disebut koefisien atenuasi massa. Pada
umumnya semakin besar energi foton, semakin besar juga nilai koefisien
atenuasu massa. Seperti pada Gambar 6 dibawah ini.

1 2 3
Gambar 2.6 : Mekanisme Penyerapan Sinar–X
Keterangan :
1. Arah radiasi datang (Io)
2. Tebal kaca timbal (X)
3. Arah radiasi keluar (I)
Jumlah foton primer yang lolos dari bahan akan berkurang secara
eksponensial (Dexa, 2007).
(2.9)
Dimana : Io : Intensitas radiasi sebelum menembus bahan (watt/m2)
I : Intensitas radiasi setelah menembus bahan (watt/m2)
µ: Koefisien serap linier bahan ( m-1)
x : Tebal bahan yang digunakan (cm)

Koefisien atenuasi linier menguraikan pecahan suatu berkas cahaya


sinar gamma atau sinar-X yang diserap atau menyebar setiap ketebalan unit
dari material penyerap. Koefisien pelemahan merupakan fraksi berkas sinar-X
yang melemah per satuan ketebalan penyerap, dapat dinyatakan dengan
persamaan:

(2.10)

31

Universitas Sumatera Utara


Pada Gambar 7 menjelaskan hubungan interaksi radiasi dengan suatu
material. Intensitas radiasi akan berkurang sesuai dengan tebal bahan
penyerap (perisai radiasi) yang dapat dinyatakan dalam koefisien atenuasi (µ).

(a) (b)
Gambar 2.7.Hubungan antara Ketebalan dan Intensitas Sinar-X ( Dexa, 2007)
Karakteristik penyerapan akan meningkat atau berkurang jika energi
dari sinar-X ditingkatkan atau dikurangi. Atenuasi yang berkaitan dengan
interaksi radiasi bukanlah suatu proses sederhana. Interaksi tunggal sinar-X
dan suatu partikel mengakibatkan satuan energi dalam cahaya diubah ke
bentuk energi lain dan secara efektif akan menghilang.
Pada Gambar 8 menunjukkan nilai koefisien atenuasi massa yang semakin
tinggi seiring dengan nomor atom setiap material yang semakin besar.

Gambar 2.8. Koefisien Atenuasi Massa Untuk Beberapa Material dalam


rentang energi tertentu ( Cember Herman 1988 )

32

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Nilai Tebal Paruh (HVL)
Untuk menilai keefektifan suatu bahan sebagai perisai radiasi sering
digunakan terminologi tebal paro ( Half Value Layer / HVL). Semakin kecil
nilai HVL maka semakin efektif suatu bahan untuk menahan radiasi. Nilai
tebal Paruh (HVL) didefenisikan yaitu suatu nilai ketebalan bahan yang
dibutuhkan untuk mengurangi intensitas sinar-X menjadi setengah dari
intensitas semula (Akhadi M, 2000). Hubungan HVL dan µ dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut :

(2.11)

2.4 Perisai Radiasi


Perisai radiasi digunakan untuk melindungi pekerja radiasi maupun
masyarakat umum dari paparan radiasi. Menurut prinsip proteksi radiasi yaitu
mengurangi waktu berada disekitar sumber radiasi dengan memposisikan diri
sejauh mungkin dari sumber radiasi dan menggunakan perisai radiasi
(Akhadi, 2012). Sehingga penggunaan perisai merupakan hal yang sangat
penting yaitu untuk melindungi pekerja maupun masyarakat umum dari
paparan radiasi. Untuk itu dibuat aturan-aturan dan salah satunya mengenai
desain (konstruksi) ruang radiologi diagnostik yang harus memenuhi standar
proteksi radiasi (Abdullah, 2013). Menurut standar oleh badan pengawas
tenaga nuklir (BAPETEN) yaitu digunakan bahan yang setara dengan 2 mm
timbal (Pb). Tebal dinding penahan radiasi primer adalah dinding dari bata
plesteran dengan tebal 25 cm atau beton setebal 15 cm yang setara dengan Pb
2 mm.
Secara kuantitatif, penyerapan sinar gamma tentu akan berbeda
dengan penyerapan alpha, beta dan Sinar - X. Bahan utama yang digunakan
sebagai penahan radiasi gamma atau sinar-X adalah timbal, baja, beton
(Tantra, 2014). Berikut material yang sering digunakan sebagai bahan perisai
radiasi.

33

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1: Material Perisai Gamma (g cm-2)

2.4.1 Kaca Timbal


Kaca timbal berfungsi untuk melindungi petugas radiasi dan peralatan
elektronik lain dari paparan sinar-X tetapi kemampuannya untuk meneruskan
cahaya harus sesuai standar yang ditentukan. Sebagai perisai radiasi,
penyerapan ini tidak lain adanya interaksi radiasi sinar-X dengan unsur
pembentuk senyawa kaca timbal yang berakibat berpindahnya energi radiasi
kepada unsur tersebut. Daya serap kaca timbal (DS) terhadap sinar-X dapat
dihitung dengan persamaan (Sri Mulyono Atmojo, 2000).
( ) (2.12)

2.4.2 Spesifikasi Kaca Timbal


Kaca timbal yang digunakan sebagai penahan sinar-X memerlukan
spesifikasi tertentu dan memenuhi standart SNI-16-6656-2002 yaitu tentang
kaca timbal untuk proteksi radiasi sinar-X. Dalam ketentuan standart tersebut
diantaranya dinyatakan bahwa daya serap radiasi sinar-X pada ketebalan
nominal 1,45cm ekivalen dengan timbal (Pb) 2,75 mm dan daya tembus
cahaya tidak boleh kurang dari 80% (PRPN-BATAN, 2011) . Intensitas Sinar
– X yang keluar merupakan fungsi dari koefisien serapan linier.

34

Universitas Sumatera Utara


Menurut standart SNI, (SNI-16-6656-2002) tentang kaca timbal untuk
proteksi radiasi sinar-X, dinyatakan pada Tabel 2 (Anoniim, 2002).
Tabel 2. Ketebalan ekivalen Kaca Timbal terhadap Timbal.
Ketebalan Ketebalan Ketebalan Ekivalen Timbal
Nominal Maksimum (mm) Minimum (mm) Minimum (mm Pb)
0,65 6,5 5,0 1,10
0,75 7,5 6,0 1,32
1,00 10,0 8,5 1,85
1,20 12,0 10,0 2,20
1,45 14,5 12,5 2,75

Standart ISO tentang kaca timbal, yaitu :


Transmisi cahaya : ≥ 80 %
Densitas Minimum : 4,36 g/cm3
: 1,6 gr/cm3 ( Timbal Akrilik)
Knoop Hardness : 370 kg/mm2
Torsion Modulus : 24,8 Gpa
Coefficient of Thermal Expantion : 80 x 10-7/0C ( 300 - 3800 )

2.5 Komposit
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua
atrau lebih material komposit yang mempunyai sifat dan karakteristik yang
berbeda dari material pembentuknya. Komposit memiliki sifat sifat mekanik
yang lebihg baguus dari logam, kekakuan jenis (modulus Young/density) dan
kekuatan jenisnya lebihg tinggi dari logam. Sanjai K. Mazumbar dalam
bukunya Composites manufacturing (2001) menjelaskan komposit adalah
bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat dengan serat,
menggabungkan sifat-sifat mekanik dan fisik.
Struktur komposit umumnya terdiri dari dua komponen yang satu
komponennya adalah matrik yang berfungsi untuk perekat atau pengikat dan
pelindung filler (pengisi) dari kerusakan eksternal. Sementara komponen
yang lain disebut filler (pengisi), berfungsi sebagai penguat dari matriks.
Filler yang umum digunakan adalah carbon, glass, armid. Sehingga komposit
dapat disimpulkan adalah sebagai dua macam atau lebih material yang

35

Universitas Sumatera Utara


digabungkan atau dikombinasikan dalam sekala makroskopis (dapat terlihat
langsung oleh mata) sehingga menjadi material baru yang lebih berguna.
(Daniel dkk,1942).
2.5.1 Klasifikasi Komposit
Berdasarkan matriks yang digunakan, bahwa komposit dapat
dikelompokkan atas:
1. PMC: Polymer Matriks Composites (Menggunakan Matriks Polimer)
Polimer merupakan matriks yang paling umum digunakan pada material
komposit. Karena memiliki sifat yang lebih tahan terhadap korosi dan lebih
ringan. Matriks polimer terbagi 2 yaitu termoset dan termoplastik.
Perbedaannya polimer termoset tidak dapat didaur ulang sedangkan
termoplastik dapat didaur ulang sehingga lebih banyak digunakan.
2. MMC: Metal Matriks Composite (menggunakan matriks logam)
Metal Matriks Composite adalah salah satu jenis komposit yang memiliki
matriks logam. MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada mulanya
yang diteliti adalah Continous Filamen MMC yang digunakan dalam industri
penerbangan. (Deborah, 2009).
3. CMC: Ceramic Matriks Composite (menggunakan matriks keramik)
Keramik merupakan material yang tahan oksidasi dan tahan terhadap suhu
yang tinggi, namun memiliki kerapuhan luar biasa, dengan nilai ketangguhan
patah yang sangat rendah.

2.6 Resin Polyester


Resin polyester tak jenuh atau sering disebut polyester merupakan
matrik dari komposit. Resin ini termasuk juga dalam resin termoset. Pada
polimer termoset resin cair diubah menjadi padatan yang keras dan getas yang
terbentuk oleh ikatan silang kimiawi yang membentuk rantai polimer yang
kuat. Resin termoset tidak mencair karena pemanasan. Pada saat pencetakan,
resin ini tidak perlu diberikan tekanan, karena ketika masih cair memiliki
viskositas yang relatif rendah, mengeras dalam suhu kamar dengan
penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas (tidak seperti resin termoset
lainnya). Pada umumnya resin poliester kuat terhadap asam kecuali asam

36

Universitas Sumatera Utara


pengoksida, tetapi memiliki ketahanan yang rendah terhadap basa. Secara
luas polyester digunakan dalam bentuk bahan komposit.
Polyester merupakan jenis material polimer thermosetting yaitu jenis
material dimana terbentuknya ikatan dibantu oleh panas, katalis atau
gabungannya. Matriks ini dapat menghasilkan keserasian matriks-penguat
dengan mengontrol faktor jenis dan jumlah komponen, katalis, waktu, dan
suhu. Sifatnya tahan creep, memadai selaku perekat struktur berbeban berat,
serta tahan kondisi ekstrim panas, radiasi, kelembaban, dan tahan kimia.
Resin polyester merupakan resin yang paling banyak digunakan dalam
berbagai aplikasi yang menggunakan resin termoset, baik secara terpisah
maupun dalam bentuk material komposit. Resin Polyester seperti yang telah
dijelaskan diatas memiliki banyak kelebihan sekaligus beberapa kelemahan,
dalam aplikasi komposit resin polyester dalam hal ini polyester tidak jenuh,
biasanya ditambahkan penguat (reinforced) berupa serat. Serat yang
digunakan sebagai penguat adalah bisa berupa serat gelas, serat alam, serta
carbon dan berbagai serat lainnya. Karena sifatnya yang polar, hampir semua
jenis serat bisa dikombinasikan dengan resin poliester.
Penambahan filler atau fiber pada resin poliester dilakukan dengan
berbagai macam alasan, namun secara umum penambahan fiber pada material
resin polyester bertujuan untuk:
a. Mengurangi biaya dari proses pencetakan (moulding)
b. Untuk memfasilitasi proses pencetakan (moulding)
c. Untuk memberikan sifat-sifat mekanik tertentu pada material yang ingin
dibuat.
Dalam melakukan fabrikasi menggunakan resin polyester, bahwa resin
dan additif lainnya dipastikan sudah tersebar secara merata sebelum katalis
ditambahkan. Pada proses pengadukan jangan sampai ada udara yang
terperangkap didalam larutan komposit. Sehingga akan menyebabkan sifat
mekanik dari material komposit berkurang secara signifikan. Kemudian
pemberian katalis juga harus diperhatikan, terlalu banyak katalis akan
mengakibatkan proses pengerasan terlalu cepat sedangkan jika terlalu sedikit
komposit yang terbentuk akan terbentuk under-cure (Deborah, 2009).

37

Universitas Sumatera Utara


2.7 Resin poliester Yukalac C -108B
Resin poliester Yukalac C -108B sebagai bahan matriks dengan sifat
fisis densitas 1,215 g/cm3, titik leleh 1700C, serapan air 0,118% (24 jam),
tensile strength 5,5 kg/mm2, modulus elastisitas 300kg/mm2 dan
perpanjangan putus 1,6%.
Dalam resin ini, umumnya telah mengandung komposisi campuran
antara resin polyester tak jenuh murni dan bahan pelarut stiren dengan nilai
perbandingan sekitar 3:1. Selain itu ditambahkan katalis berupa MEKPO
(Metil Etil Keton Peroksida), berfungsi sebagai zat curing, mempersingkat
waktu curing dan meningkatkan ikatan silang polimernya.

2.8 Katalis
Katalis adalah suatu senyawa kimia yang menyebabkan reaksi
menjadi lebih cepat untuk mencapai kesetimbangan tanpa mengalami
perubahan kimiawi dakhir reaksi. Katalis pada umumnya mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut : aktivitas, stabilitas, selektivitas, umur, regenerasi dan
kekuatan mekanik. Seccara umum katalis mempunyai dua fungsi yaitu
mempercepat reaksi menuju kesetimbangan atau fungsi aktivitas dan
meningkatkan hasil reaksi yang dikehendaki atau fungsi selektivitas (Naskin
dan Susanto, 2010).
2.9 Timbal Asetat
Timbal atau timah hitam merupakan logam berat yang terdapat secara
alami didalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui
proses alami maupun buatan. Timbal adalah logam berat, dengan nomor atom
82, berat atom 207,9 dan berat jenis 11,34. Bersifat lunak dan berwarna biru
keabuabuan dengan kilau logam yang khas sesaat setelah dipotong. Kilaunya
akan segera hilang sejalan dengan pembentukan lapisan oksida pada
permukaannya, mempunyai titik leleh 327,50C dan titik didih 17400C
(Silaban, 2008).
Timbal yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbal asetat
(Pb(CH3COO)2 ), lebih tepatnya lead (II) acetate trihydrate karena Pb asetat
ini larut dalam katalis resin. Selain Pb asetat terdapat Pb oksida (PbO) dan Pb

38

Universitas Sumatera Utara


nitrat (Pb(NO3)2). Pb oksida tidak dipilih karena warnanya yang berwarna
merah atau kuning, titik leburnya yang sangat tinggi dan tidak larut dalam
katalis resin dan juga harganya yang cukup mahal jika dibandingkan dengan
Pb asetat, selain itu titik leburnya dari Pb nitrat juga lebih tinggi jika
dibanding dengan Pb asetat.
Tabel 3 : Spesifikasi lead (II) acetate trihydrate (Tantra, 2014)
Grade ACS, Reag. Ph EUR
Rumus kimia C4H6O4 Pb* 3H2O
Formulasi Kimia (CH3COO)2 Pb* 3H2O
Kode HS 2915 29 00
Nomor EC 206 – 104 – 4
Massa molar 379,34 g/mol
Nomor indeks EC 082 – 055 – 00 – 8
Nomor CAS 6080 – 55 – 4
Kelarutan dalam air 443g/l (200C)
Titik leleh 750C
Densitas 3,3 g/cm (200C)
Bulk density 1200 kg/cm2
Angka Ph 5,5 – 6,5 (50gr/l, H2O, 200C)

2.10 Proteksi Radiasi


Proteksi radiasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari aplikasi
radiasi. Proteksi radiasi bertujuan untuk mencegah bahaya akibat paparan
radiasi untuk masyarakat, meminimalisasi efek yang merugikan bagi pekerja
radiasi dan mencegah bahaya akibat paparan radiasi menuju lingkungan. Dari
ketiga tujuan ini dapat disimpulakan bahwa proteksi radiasi bertujuan untuk
melindungi pekerja radiasi, masyarakat dan lingkungan (Sari, 2012).
Mengingat radiasi pengion mempunyai potensi merugikan terhadap
kesehatan, maka dalam penggunaan radiasi tersebut diperlukan langkah
proteksi radiasi. Syarat yang harus dipenuhi agar kondisi lingkungan diluar
ruangan menjadi aman bagi orang lain, ditetapkan sebesar 0,25 mRem/jam
(Atmojo, 2011).
Upaya proteksi radiasi harus dilakukan sesuai dengan prinsip ALARA
(As Low As Reasonably Achievable) demi meminimalisir paparan yang
diterima oleh pekerja radiasi tersebut. Sesuai dengan peraturan Kepala
BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 Pasal 30 tentang keselamatan radiasi dalam

39

Universitas Sumatera Utara


penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostik dan intervensional,
ketentuan nilai batas dosis yang diterima oleh pekerja radiasi di instalasi
radiologi yang tidak boleh melampaui dosis efektif 20 mSv (dua puluh
milisievert) per tahun rata-rata 5 (lima) ntahun berturut-turut, oleh karena
prinsip proteksi radiasi yaitu waktu, jarak dan perisai menjadi penting
diaplikasikan pada instalasi Radiodiagnostik.

2.11 Prinsip Pengukuran Radiasi


Dalam pengukuran radiasi perlu diketahui prinsip dasar deteksi dan
mekanisme pendeteksian radiasi. Prinsip dasar dasar deteksi menjelaskan
bagaimana susunan peralatan suatu alat ukur dan besaran radiasi yang diukur.
Sedangkan mekanisme pendeteksian menitikberatkan pada aspek interaksi
radiasi dengan bahan detektor.
Secara umum alat ukur radiasi terdiri dari dua bagian utama yaitu,
dtektor danj peralatan penunjang. Detektor merupakan suatu bahan yang
mengubah energi radiasi menjadi energi bentuk lain yang mudah diamati.
Peralatan penunjang umumnya berupa peralatan elektronik, berfungsi untuk
mengubah tanggapan detektor tersebut menjadi suatu informasi yang dapat
diamati oleh indera manusia atau dapat diolah lebih lanjut menjadi informasi
yang berarti. Terdapat dua cara pengukuran radiasi yaitu :
1. Cara pulsa (pulse mode)
Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan dikonversikan menjadi
sebuah pulsa listrik. Bila kuantitas radiasi yang mengenai alat ukur semakin
tinggi maka jumlah pulsa listrik yang dihasilkannya semakin banyak.
Sedangkan energi dari setiap radiasi yang masuk sebanding dengan tinggi
pulsa yang dihasilkan. Jadi semakin besar energinya semakin tinggi pulsanya.
Informasi yang dihasilkan oleh alat ukur cara pulsa ini adalah jumlah
pulsa (cacahan) dalam selang waktu pengukuran tertentu dan tinggi pulsa
listrik. Jumlah pulsa sebanding dengan kuantitas radiasi yang memasuki
detektor, sedangkan tinggi pulsa sebanding dengan energi radiasi.

40

Universitas Sumatera Utara


2. Cara Arus
Pada cara arus, radiasi yang memasuki detektor tidak dikonversikan
menjadi pulsa listrik melainkan rata-rata akumulasi energi radiasi per satuan
waktunya yang akan dikonversikan menjadi arus listrik. Semakin banyak
kuantitas radiasi per satuan waktu yang memasuki detektor, akan semakin
besar arusnya. Demikian pula bila energi radiasi semakin besar, arus yang
dihasilkannya semakin besar.
2.12 Detektor Radiasi
Detektor merupakan suatu bahan yang mengubah energi radiasi
menjadi energi bentuk lain yang mudah diamati. Setiap jenis radiasi
mempunyai cara berinteraksi yang berbeda-beda sehingga suatu bahan yang
sensitif terhadap suatu jenis radiasi belum tentu sensitif terhadap jenis radiasi
yang lain. Jenis detektor yang biasa digunakan untuk mengukur radiasi yaitu:
2.12.1 Detektor Isian Gas
Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan
untuk mengukur radiasi. Detektor ini terdiri dari dua elektroda, positif dan
negatif, serta berisi gas di antara kedua elektrodanya. Elektroda positif
disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke kutub listrik positif,
sedangkan elektroda negatif disebut sebagai katoda, yang dihubungkan ke
kutub negatif. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu
yang berfungsi sebagai anoda dan dinding silindernya sebagai katoda.
Pada Gambar 9 skema detektor isian gas, dimana antara anoda dan
katoda terpasang beda potensial dan radiasi memasuki detektor sehingga
terbentuk sejumlah elektron dan ion-ion positif. Amplitudo sinyal listrik
yang terbentuk sebanding dengan jumlah elektron atau tenaga radiasi
yang memasuki detektor.

Gambar 2.9 : Konstruksi detektor isian gas

41

Universitas Sumatera Utara


Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan
menghasilkan ion-ion positif dan ion-ion negatif (elektron). Jumlah ion yang
akan dihasilkan tersebut sebanding dengan energi radiasi dan berbanding
terbalik dengan daya ionisasi gas.
2.12.2 Detektor Sintilasi
Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator
dan photomultiplier. Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair
maupun gas, yang akan menghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi
pengion.
2.12.3 Detektor Semikonduktor
Bahan semikonduktor yang ditemukan relatif lebih baru daripada dua
jenis detektor di atas yaitu terbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik
yaitu silikon atau germanium. Detektor ini mempunyai beberapa keunggulan
yaitu lebih effisien dibandingkan dengan detektor isian gas, karena terbuat
dari zat padat, serta mempunyai resolusi yang lebih baik daripada detektor
sintilasi.

Gambar 2.10: Struktur pita energi elektron


Pada dasarnya, bahan isolator dan bahan semikonduktor tidak dapat
meneruskan arus listrik. Hal ini disebabkan semua elektronnya berada di pita
valensi sedangkan di pita konduksi kosong. Perbedaan tingkat energi antara
pita valensi dan pita konduksi di bahan isolator sangat besar sehingga tidak
memungkinkan elektron untuk berpindah ke pita konduksi ( > 5 eV ) seperti
terlihat pada Gambar 10. Sebaliknya, perbedaan tersebut relatif kecil pada
bahan semikonduktor ( < 3 eV ) sehingga memungkinkan elektron untuk
meloncat ke pita konduksi bila mendapat tambahan energi (Kenneth S. Crane,
1988).

42

Universitas Sumatera Utara


2.13 Faktor Eksposi
Faktor eksposi yaitu faktor yang mempengaruhi dan menentukan
kualitas dan kuantitas sinar-X. Secara garis besar faktor eksposi adalah
sebagai berikut (Bushong, 2001).
2.13.1 Tegangan Tabung (kV)
Pengaturan tegangan tabung pada pembuatan radiograf mengontrol
nilai kontras radiograf. Makin tinggi pemilihan nilai tegangan tabung (kV)
maka nilai kontras yang dihasilkan makin turun. Faktor yang mempengaruhi
adalah efek interaksi Compton yang menghasilkan radiasi hambur (scatter)
serta penurunan nilai koefisien attenuasi linier. Efek radiasi hambur ini adalah
mengurangi nilai kontras (Fridawanty, 2012).
2.13.2 Arus Tabung Sinar – X
Arus tabung satuannya adalah miliampere (mA) merupakan besarnya
arus listrik antara anoda dan katoda. Arus tabung yang menentukan jumlah
atau kuantitas sinar-X pada tabung roentgen.
2.13.3 Lama Waktu Penyinaran
Waktu ekspose (s) digunakan untuk menentukan lamanya penyinaran.
Semakin lama waktu ekspose, semakin banyak sinar – X yang dihasilkan.
2.13.4 Focus Film Distance (FFD)
Fokus film distance (FFD) merupakan jarak dari sumber sinar (fokus)
ke image receptor (film). Fokus film distance (FFD) memberikan pengaruh
terhadap intensitas Sinar – X dan paparan radiasi yang mencapai permukaan
kulit.

2.14 Uji Fisis


2.14.1 Densitas
Densitas (ρ) adalah massa atau massa sampel yang terdapat dalam satu
satuan volume. Densitas sering disebut sebagai massa jenis atau biasa disebut
kepadatan dari suatu material. Ada dua macam densitas yaitu : Bulk density
dan true density. Bulk density dari suatu sampel yang berdasarkan volume
bulk atau volume sampel yang termasuk dengan pori – pori atau rongga yang
ada pada sampel tersebut. Oleh karena itu, jenis bahan dasar dari perisai yang

43

Universitas Sumatera Utara


akan digunakan perlu diperhatikan mengenai densitas bahan yang digunakan,
maka besarnya pelemahan radiasi yang ditimbulkan oleh bahan tersebut dapat
dihitung. Data perbandingan densitas bahan perisai adalah : air 1,00g/cm 3,
tanah 1,61 g/cm3, beton pada rentang 2,35 g/cm3 – 5,00 g/cm3, baja 7,74
g/cm3 dan timbal 11,45 g/cm3. Persamaan yang digunakan untuk menghitung
densitas atau kerapatan sampel perisai radiasi adalah (Susatyo, 2014).
ρ (2.13)

Dimana : ρ : Densitas suatu bahan (gr/cm3)


m : Massa kering bahan (gr)
V : Volume Bahan (cm3)
2.14.2 Penyerapan Terhadap sinar-X
Pengukuran daya serap bahan perisai radiasi sinar-X tergantung
kepada ketepatan hasil pengukurannya. Hal ini diperlukan agar bahan perisai
tersebut dapat melindungi petugas radiasi, pasien dan lingkungan terhindar
dari paparan radiasi yang tidak diinginkan. Salah satu upaya untuk
mendapatkan nilai atenuasi atau daya serap dari bahan perisai radiasi yaitu
melakukan pengujian mengikuti metode yang sesuai dengan standart.
Untuk pengujian atenuasi atau daya serap bahan perisai radiasi
berbahan dasar poliester resin dan timbal asetat mengacu pada Jepan
Industrial Standard (JIS) Z 4501 atau SNI 18-6480-2000 tentang metode
pengujian ekivalensi timbal peralatan proteksi sinar-X.

2.14.3 Transmisi Cahaya


Pengujian transmisi atau penyerapan cahaya oleh sampel perisai
radiasi yaitu dengan menggunakan peralatan Lux Meter dan sumber cahaya
yaitu dari lampu medis LED.
Daya tembus cahaya menggunakan persamaan :
( )
(2.14)

Dimana : Io : Intensitas cahaya sebelum melewati sampel


I : Intensitas cahaya setelah melewati sampel

44

Universitas Sumatera Utara


2.15 Uji Mekanik
2.15.1 Kuat Tekan
Kekuatan tekan suatu material didefenisikan sebagai kemampuan
material dalam menahan beban/gaya mekanis sampai terjadi kegagalan
(failure). Kuat tekan suatu bahan merupakan perbandingan besarnya beban
maksimum yang dapat ditahan material. Pengaruh kuat tekan menggunakan
alat Ultimate Testing Machine (UTM) dengan kecepatan penekanan
4mm/menit.
Untuk pengujian kuat tekan perisai radiasi berbahan dasar poliester
resin dan timbal asetat mengacu pada standart ASTM B 749 dan dihitung
dengan persamaan berikut :

( 2.15)

Dimana : P : Kuat Tekan (N/m2)


Fmax : Gaya maksimum (N)
A : Luas permukaan Sampel (m2)

2.15.2 Uji Kekerasan Sampel


Kekerasan suatu material dapat di defenisikan sebagai ketahan
material tersebut terhadap gaya penekanan dari material lain yang lebih keras.
Penekanan tersebut dapat berupa mekanisme penggoresan (strackhing),
pantulan ataupun indentasi dari suatu permukaan sampel. Adapun beberapa
bentuk penetrator atau cara pengetasan ketahanan permukaan suatu sampel
yang dikenal adalah :
a. Ball identation test ( Brinel)
Pengujian kekerasan dengan metode Brinell bertujuan untuk menentukan
kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola
baja ( identor) yang ditekankan pada permukaan sampel.
b. Pyramida identation ( Vickers)
Pengujian dengan metode vickers bertujuan untuk menetukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap intan berbentuk

45

Universitas Sumatera Utara


piramida dengan sudut puncak 136 derajat yang ditekankan pada
permukaan sampel.
c. Cone Identitation test (Rockwell)
Pengujian kekerasan yang digunakan dengan metode Rockwell bertujuan
untuk menetukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan
material terhadapa benda uji (speciment) yang berupa bola baja ataupun
kerucut intan yang ditekankan pada permukaan sampel.
Skala yang umum digunakan dalam pengujian Rockwell adalah :
1. HRa ( untuk material yang sangat keras)
2. HRb Untuk material yang lunak), identor berupa bola baja dengan
diameter 1/16 inchi dan beban uji 100Kgf.
3. HRc (Untuk material kekerasan sedang, identor berupa kerucut intan
dengan sudut puncal 120 derajat dan beban uji 150Kgf.
d. Uji Kekerasan mikro
Pada pengujian ini identor menggunakan intan kasar yang dibentuk m
enjadi piramida (Zainal E, 2010).

2.16 Uji Termal


Menurut International Conferenderation fot Thermal Analisys , bahwa
analisis termal adalah metode untuk menganalisa suatu material yang apabila
diberikan suatu perlakuan temperatur. Diferential Thermal Analizer (DTA)
mengukur perbedaan temperatur (T) antara sampel danmaterial pembanding
(inert) sebagai fungsi temperatur, oleh karena itu DTA mendeteksi perubahan
panas yang terjadi. Pada DTA panas yang diabsorbsi dan dipancarkan oleh
oleh sistem dapat diselidiki dengan mengukur perbedaan temperatur antara
keduanya. Alat DTA biasanya didesain untuk memaksimumkan
sensitivitasnya terhadap perubahan termal, namun hal ini sering berakibat
pada kehilangan respon kalorimetrik., sehingga tinggi puncak hanya
berhubungan dengan besar perubahan enthalpi yang kwantitatif dapat
diperoleh, namun kalibarasi ini sangat rumit. Untuk mendapatkan
kalorimetrik maka lebih mudah utnuk memakai Differential Scanning
Calorimetri (DSC).

46

Universitas Sumatera Utara


Diferential Scanning Calorymetry (DSC) mirip dengan DTA, dimana
sampel dan referen inert juga digunakan pada DSC namun sel nya di sisain
secara berbeda. DSC merupakan suatu teknik analisis termal perbedaan aliran
panas atau daya panas pada sampel dan standart (referensi) dipantau terhadap
waktu dan temperatur, sedangkan pada sampel dengan atmosfer telah
diprogram.
Besarnya perbedaan penyerapan panas yang terjadi disebabkan oleh
perbedaan temperatur yang menyebabkan terjadinya reaksi endotermik.
Apabila temperatur sampel (Ts) lebih besar dari temperatur pembanding (Tr)
maka yang terjadi adalah reaksi eksotermik tetapi apabila temperatur sampel
(Ts) lebih kecil dari pada temperatur pembanding (Tr) maka reaksi perubahan
ynag terjadi adalah reaksi endotermik. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa
terjadinya reaksi eksotermik disebabkan oleh suatu bahan mengalam
perubahan fisika atau kimia dengan mengeluarkan sejumlah panas yang
mengakibatkan kenaikan Ts lebih besar dari Tr. Sedangkan terjadinya reaksi
endotermik disebabkan oleh terjadinya perubahan fisika ayau kimia yang
dialami oleh suatu bahan dengan menyerap sejumlah panas yang
mengakibatkan Ts lebih kecil dari pada Tr.
Jika terjadi perubahan base line atau membentuk tinggi puncak
endotermik mapun eksotermik yang kecil maka hal itu kemungkinan hanya
terjadi transisi gelas dan penyerapan panas.
Dari beberapa hasil penelitian telah diperoleh sifat fisika atau kimia
yang menyebabkan reaksi eksotermik maupun reaksi endotermik ditunjukkan
pada tabel 3 berikut (Aslina, 2005).
Tabel 4. Reaksi endotermik dan eksotermik bahan.
Fenomena Kondisi

Eksotermis Endotermis
Peristiwa Fisika
Absorbsi x -
Desorbsi x x
Transisi x x

47

Universitas Sumatera Utara


Kristal x -
Kristalisasi - x
Pelelehan - x
Penguapan - x
Penyublin - x

48

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

Metode pembuatan sampel dan pengujian karakteristik perisai radiasi


pada penelitian ini dilakukan dengan cara eksperimen langsung menggunakan
metode blanding, dimana bahan polyester resin digunakan sebagai matrik dan
timbal asetat sebagai bahan filler serta katalis untuk mempercepat waktu
curing sampel.
3.1 Diagram Alir Penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan -
tahapan yang diuraikan pada diagram alir penelitian berikut :

Studi Literatur Pengumpulan Bahan

Polyester Resin Timbal Asetat Katalis Mekpo


Yukalac C -108B

Komposisi
Polyester : Timbal asetat : Katalis Mekpo
a) Komposisi : 95% : 0% : 5%
93% : 2% : 5%
91% : 4% : 5%
89% : 6% : 5%
87% : 8% : 5%
85% : 10% : 5%
b) Tebal : 0,5 cm ; 0,75 cm; 1,0 cm ; 1,25 cm ;1,5 cm

Dicampurkan
(Metode Blending)

Sampel

Karakterisasi

Fisis Termal Mekanik


- Densitas - Uji Tekan
- Transmitansi Cahaya - Uji Kekerasan
- Atenuasi Sinar-X (40kV, 50kV, 60kV) -

Hasil

Kesimpulan

49

Universitas Sumatera Utara


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian :
Laboratorium Fisika Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Polimer
Kimia Universitas Sumatera Utara dan bagian Radiologi Rumah Sakit Murni
Teguh Medan.
Waktu penelitian :
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2018 sampai dengan bulan Mei
2018.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


3.3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
1. FTIR
2. Neraca Analitik
3. Magnetik Stirer
4. Beaker Glass
5. Cetakan Sampel ukuran 5 x 4 x 2 cm berbentuk kubus.
6. Sendok
7. Alat Uji Tekan
8. Alat Uji Getas
9. Lux meter
10. Medis LED
11. Detektor Radiasi Unfors Raysafe
12. Pesawat sinar-X General
3.3.2 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Polyester Resin Yukalac C – 108B
2. Katalis MEKPO (Methyl Ethyl Ketone Peroxide)
3. Timbal Asetat (Pb(CH3COO)2

3.4 Prosedur Pembuatan Sampel


Proses pembuatan sampel penelitian perisai radiasi berbahan dasar
komposit polyester resin dan timbal asetat dimulai dengan mempersiapkan
peralatan yang dibutuhkan dan bahan-bahan yang diperlukan yaitu : polyester

50

Universitas Sumatera Utara


resin Yukalac C-108B, timbal asetat dan katalis MEKPO (Metil Etil Keton
Peroksida). Metode yang digunakan pada pembuatan sampel perisai radiasi
yaitu dengan metode Blending (pengadonan).
Prosedur pembuatan sampel perisai radiasi komposit poliester timbal:
Sebelum dilakukan poses pembuatan sampel perisai radiasi sinar-X
berbahan dasar polyeseter resin dan timbal asetat, terlebih dahulu
mempersiapkan cetakan sampel dari lempengan aluminium berbentuk persegi
dengan ukuran (4 x 5 x 2) cm. Dalam proses penentuan komposisi setiap
sampel yang akan dibuat, maka dilakukan proses penimbangan/pengukuran
bahan sampel perisai radiasi sesuai dengan variasi komposisi berat campuran
yang ditetapkan. Perbandingan jumlah komposisi setiap bahan pembuatan
sampel perisai radiasi komposit poliester timbal. Seperti yang ditunjukkan
pada Tabel 5.

Tabel 5 : Komposisi variasi tebal sampel dan variasi komposisi polyester


resin, timbal asetat dan katalis.
Tebal Poliester Timbal Katalis
No Sampel
(cm) Resin (%) Asetat (%) (%)
0,5
1 A 1,0 95 0 5
1,5
93 2 5
91 4 5
2 B 0,5 89 6 5
87 8 5
85 10 5
93 2 5
91 4 5
3 C 1,0 89 6 5
87 8 5
85 10 5
93 2 5
91 4 5
4 D 1,5 89 6 5
87 8 5
85 10 5
Untuk melarutkan setiap bahan perisai radiasi yang sudah ditentukan,
dengan memasukkan bahan polyester resin, timbal asetat ke dalam beaker

51

Universitas Sumatera Utara


glass yang sudah diletakkan di atas magnetic stirer sesuai komposisi setiap
sampel. Sebelum dilakukan proses pencetakan sampel, terlebih dahulu
dilakukan penghomogenan bahan dengan menggunakan magnetik stirer
selama 5 menit. Setelah bahan perisai radiasi homogen tercampur, maka
bahan tersebut dituangkan ke dalam cetakan yang sudah disediakan. Dalam
proses pengeringan dan pengerasan sampel, dengan memasukkan sampel ke
dalam lemari asam dengan suhu kamar selama ± 5 jam. Setelah masing-
masing sampel perisai radiasi mengeras, kemudian sampel dikeluakan dari
cetakan.

3.5 Pengujian Karakterisasi Sampel Perisai Radiasi


Untuk mengetahui karakteristik setiap sampel sesuai dengan tahapan
metodologi penelitian maka dilakukan beberapa pengujian yaitu :
3.5.1 Pengujian Densitas (ρ)
Pengujian densitas sampel perisai radiasi dilakukan dengan cara
penimbangan dengan neraca analitik dan menghitung nilai volume masing-
masing sampel dengan ketebalan yang berbeda-beda, prosedur yang
dilakukan adalah :
Sebelum dilakukan pengujian, neraca analitik terlebih dahulu dilakukan
kalibrasi pada posisi nol. Setelah dilakukan kalibrasi alat neraca analitik,
maka setiap sampel ditimbang dengan menggunakan untuk mendapatkan nilai
massa masing – masing sampel, kemudian dilakukan pencatatan nilai setiap
sampel. Untuk menentukan nilai Volume setiap sampel dengan melakukan
penghitungan menggunakan rumus volume (Volume = Panjang x Lebar x
Tebal). Setelah diperoleh nilai massa dan volume setiap sampel, selanjutnya
dilakukan penghitungan nilai densitas masing - masing sampel dengan
menggunakan persamaan 2.9
3.5.2 Pengujian Transmisi cahaya
Pengujian sifat transparan setiap sampel perisai radiasi dilakukan
dengan menggunakan alat Lux Meter yaitu dilakukan dengan
membandingkan nilai transparansi antara sampel perisai radiasi dengan kaca
timbal yang sudah digunakan di bagian Radiologi dengan pengujian sumber

52

Universitas Sumatera Utara


cahaya yang sama. Metode yang dilakukan adalah dengan mengukur nilai
transmisi cahaya sebelum sampel, kemudian dengan memberikan sumber
cahaya yang sama pada setiap sampel perisai radiasi sehingga diperoleh nilai
transparansi cahaya dari setiap sampel perisai radiasi yang di uji yang
ditunjukkan padam alat Lux meter.

3.5.3. Pengujian Atenuasi terhadap sinar-X


Pengujian atenuasi/penyerapan sampel terhadap sinar-X dilakukan
secara langsung dengan menggunakan General X-Ray merk GE dan detektor
Unfors RaySafe X2 General dengan mengacu pada Jepan Industrial Standard
(JIS) Z 4501 atau SNI 18-6480-2000, prosedur yang dilakukan adalah:
Pengaturan jarak sumber radiasi dengan sampel yaitu pada jarak
100cm. Sampel yanga akan di uji diletakkan diatas meja pesawat sinar-X,
dimana detektor Unfors RaySafe X2 General diposisikan dibawah sampel
dengan jarak 3cm. Untuk pengujian atenuasi terhadap sinar-X setiap sampel
perisai radiasi dilakukan dengan variasi tegangan yaitu 40kV, 50kV dan
60kV dengan waktu penyinaran 0,10 Second. Dengan melakukan ekspose
terlebih dahulu sebelum pengujian sampel, maka diperoleh nilai intensitas
sinar-X awal ( I0 ). Selanjutnya dilakukan pengujian atenuasi setiap sampel
terhadap sinar-X dengan perlakuan variasi tegangan yang sama. Nilai yang
tercantum pada display detektor Unfors RaySafe X2 General dicatat, nilai ini
merupakan intensitas radiasi ( I ). Setelah diperoleh nilai intensitas radiasi
dari setiap sampel yang di uji, maka dilakukan penghitungan nilai koefisien
atenuasi linier (µ) dan persentase daya serap sampel dengan menggunakan
persamaan 2.6 dan 2.8

53

Universitas Sumatera Utara


Skema pengujian atenuasi sampel terhadap sinar-X dengan alat uji
detektor Unfors RaySafe X2 General. Dengan menggunakan General X-
Ray merk GE maka susunan pebngujian sampel ditunjukkan pada Gambar
11 berikut.

Sumber Sinar-X

90cm

Sampel Sam
Detektor Unfors 10 cm
Holder
Display detektor Unfors RaySafe
Gambar 11 : Susunan alat ukur radiasi pengujian atenuasi sampel perisai radiasi.

3.5.4 Pengujian Kuat Tekan


Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan dari setiap variasi ketebalan
dan komposisi perisai radiasi yaitu mengacu pada ASTM C 1572/C1572 M
RL/17. Alat yang digunakan untuk menguji kuat tekan adalah Universal
Testing Mechine (UTM). Metode uji tekan dengan sampel uji yaitu bentuk
persegi.
Prosedur pengujian kuat tekan adalah sebagai berikut:
Sebelum dilakukan pengujian kuat tekan, terlebih dahulu dihitung luas
penampang setiap sampel yang akan diuji, A = P x L. Mengatur tegangan
suplay alat uji sebesar 40 volt untuk menggerakkan motor ke arah atas ataupun
bawah. Sebelum dilakukan pengukuran kuat tekan terhadap sampel, alat ukur
(gaya) terlebih dahulu di kalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada angka

54

Universitas Sumatera Utara


nol. Kemudian sampel diletakan pada bagian tengah dengan posisi pemberian
gaya dan arahkan swich ON/OFF ke arah ON, maka pembebanan akan secara
otomatis bergerak dengan kecepatan konstan 4mm/menit. Apabila sampel
telah pecah maka arahkan switch ke arah OFF hal ini ini membuat motor
penggerak akan berhenti. Kemudian mencatat nilai masing – masing gaya
yang ditampilkan pada panel display , saat sampel perisai radiasi tersebut
rusak. Dengan menggunakan persamaan (2.15) maka nilai kuat tekan sampel
perisai radiasi dapat ditentukan.

3.5.5 Pengujian Kekerasan


Pengujian kekerasan sampel perisai radiasi dilkukan dengan menggunakan
metode Rockwell.
Prosedur pengujian kekerasan (hardness) sebagai berikut :
Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu dilakukan kalibrasi pada alat
uji Rockwell sampai menunjukkan indikator displai ke posisi nol. Sampel
perisai radiasi diletakkan pada alat uji, kemudian diuji kekerasannya dengan
menggunakan ball identer 1/60 inch dengan beban mayor 100 kg. Pada
langkah pertama sampel perisai radiasi ditekan oleh identor dengan beban
minor (minor Load / F0 ), setelah itu sampel perisai radiasi ditekan dengan
beban mayor (mayor load / F1 ). Setelah diberikan beban mayor pada sampel
maka diperhatikan indikator nilai yang ditunjukkan oleh alat uji rockwell yang
tersisa dan nilai baban minor (Minor load). Untuk mendapatkan nilai rata – rata
kekerasan setiap sampel perisai radiasi dilakukan masing-masing tiga kali
pengujian pada titik permukaan sampel yang berbeda. Setelah diperoleh nilai
kekerasan sampel perisai radiasi pada ketiga titik pengujian, maka dihitung
nilai rata – rata setiap sampel yang sudah diuji.

55

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel perisai radiasi yang akan dibahas yaitu dibuat dalam bentuk variasi
tebal dan komposisi antara polyester resin, timbal asetat dan katalis mekpo dengan
persentase berat setiap sampel berbeda. Dengan mengacu pada hasil cetakan
perisai radiasi pada ketebalan sampel 0,5cm, 1,0cm dan 1,5cm. Kode penentuan
komposisi bahan sampel perisai radiasi yaitu :
Dua angka pertama merupakan komposisi polyester resin sebagai matrik.
Satu angka kedua merupakan komposisi timbal asetat sebagai filler.
Satu angka ketiga merupakan komposisi pemercepat waktu curing sampel.

4.1 Sifat Fisis


4.1.1 Densitas
Hasil pengujian densitas sampel yang telah dilakukan pada penelitian ini
dapat ditunjukkan pada Gambar 4.1 di bawah ini :

Densitas vs Tebal Sampel


0,78
y = 0,092x + 0,624
R² = 0,9944
0,76 0,76
Densitas (gr/cm3)

0,74 0,74

0,72 0,72

0,7
0,69
0,68
0,67
0,66
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)

Gambar 4.1 : Grafik Densitas – vs – Tebal Sampel mengacu pada


standar ISO tentang kaca timbal

56

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa seiring dengan bertambahnya
ketebalan sampel perisai radiasi maka nilai densitas sampel tersebut semakin
meningkat. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai densitas terbesar
yaitu 0,76 gr/cm3 dengan tebal sampel yaitu 1,5 cm dan nilai densitas sampel
paling rendah yaitu 0,67 gr/cm3 pada ketebalan sampel 0,5 cm. Hal ini
disimpulkan bahwa semakin bertambah tebal sampel perisai radiasi berbahan
dasar polyester resin, maka nilai densitas sampel tersebut semakin meningktat

4.1.1. a. Hubungan Densitas dengan komposisi Timbal Asetat


Nilai densitas masing – masing sampel dengan penambahan variasi
komposisi timbal asetat (Pb), dapat dilihat pada Gambar 4.2 berikut :

Densitas vs Komposisi Sampel


2
1,9
1,8
1,6
Densitas (gr/cm3)

1,4
1,3 0,5 cm
1,2
0,75 cm
1
0,8 1,0 cm

0,6 1,25 cm
0,4 1,5cm
0,2
0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (% Wt)

Gambar 4.2 : Grafik Densitas – vs – Komposisi Timbal Asetat mengacu


pada standar ISO tentang kaca timbal

Dari Gambar 4.2 menunjukkan bahwa nilai densitas untuk setiap


sampel perisai dengan penambahan komposisi timbal asetat, megalami
peningkatan nilai densitas sampel. Nilai densitas sampel terkecil yaitu 0,67
gr/cm3 pada komposisi 95 : 0 : 5 % wt Pb dengan tebal sampel 0,5cm dan
nilai densitas sampel terbesar yaitu 1,9 gr/cm3 pada komposisi 85 : 10 : 5 %
wt Pb dengan tebal 1,5cm merupakan nilai densitas sampel terbaik. Dari hasil

57

Universitas Sumatera Utara


pengujian densitas sampel perisai radiasi yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa dengan penambahan komposisi timbal asetat sebagai
filler perisai radiasi sinar-X dan bahan dasar polyester resin dapat
meningkatkan nilai densitas sampel. Jika dibandingkan dengan nilai densitas
perisai radiasi yang telah ditentukan sesuai Standart ISO tentang kaca timbal
dan timbal akrilik, bahwa nilai densitas sampel pada komposisi tersebut
memenuhi syarat jika dibandingkan dengan nilai densitas timbal akrilik 1,6
gr/cm3.

4.1.2 Daya Serap Sampel Terhadap Intensitas Radiasi


Hasil pengujian atenuasi sampel terhadap sinar-X yang telah
dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan pesawat Sinar – X
General merk GE dan detektor Ray Safe Unfors dengan variasi tegangan
40kV, 50kV dan 60kV pesawat sinar-X dapat ditampilkan pada Gambar 4.3
dibawah ini :

Intensitas Radiasi vs Tebal Sampel


35
32,09
30
Intensitas Radiasi (µGy)

27,11
25

20 19,48 40kV
15 15,2 50kV
10 9,44 60kV

5 5,23

0
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)

Gambar 4.3 : Intensitas radiasi – vs – Tebal sampel mengacu pada Japan


Industrial Standart

Dari Gambar 4.3 menunjukkan hasil pengujian atenuasi sampel periasi


radiasi terhadap nilai intensitas radiasi yang dihasilkan untuk masing-masing
tegangan terlihat bahwa dengan penambahan tebal sampel dapat

58

Universitas Sumatera Utara


neningkatkan daya serap radiasi sehingga menghasilkan nilai intensitas
radiasi semakin rendah setelah melewati sampel perisai radiasi. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tebal sampel perisai radiasi berbahan dasar
polyester resin maka daya serap terhadap radiasi semakin besar, disebabkan
fungsi tebal perisai radiasi berbanding terbalik terhadap nilai intensitas radiasi
yang dihasilkan sesuai dengan hukum Beer Lambert.
4.1.2.a Hubungan Intensitas Radiasi terhadap Komposisi Sampel
Hasil pengujian sampel bagaimana pengaruh masing – masing komposisi
sampel perisai radiasi terhadap nilai intensitas radiasi dengan variasi tegangan
40kV, 50kV dan 60kV dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

Intensitas Radiasi vs Komposisi Pb


10
9,4
8,7
Intensitas Radiasi

6 6,4 0,5cm
(µGy)

5,23 0,75 cm
4 4,32 1cm
3,66
3,25
1,75 cm
2 2,2
1,19 1,5cm
0,69 0,36
0 0,18
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb ( %wt)

Gambar 4.4 : Grafik hubungan Intensitas radiasi – vs – Komposisi Sampel


tegangan 40 kV mengacu pada Japan Industrial Standart

Intensitas Radiasi vs Komposisi Pb


25
Intensitas Radiasi(µGy)

20
0,5cm
15
15,12 0,75 cm
10 1cm
1,75 cm
5 1,5cm

0 0,95
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)

Gambar 4.5 : Grafik hubungan Intensitas radiasi – vs – Komposisi Sampel


tegangan 50 kV megacu pada Japan Industrial Standart

59

Universitas Sumatera Utara


Intensitas Radiasi vs Komposisi Pb
35

Intensitas Radiasi (µGy) 30


25
27,11 0,5cm
20 0,75 cm
15 1cm
10 1,75 cm
5 1,5cm
1,6
0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)

Gambar 4.6 : Grafik hubungan Intensitas radiasi – vs – Komposisi Sampel


tegangan 60 kV mengacu pada Japan Industrial Standart

Dari Gambar grafik diatas menunjukkan hasil pengujian atenuasi


sampel terhadap vareasi komposisi timbal (Pb) pada masing – masing
tegangan pesawat Sinar-X 40kV, 50kV dan 60kV terlihat bahwa nilai
intensitas radiasi yang dihasilkan setelah melewati sampel semakin rendah
seiring dengan bertambahnya komposisi dari timbal asetat pada setiap sampel
perisai radiasi. Nilai daya serap sampel terbesar dengan nilai intensitas radiasi
untuk masing – masing tegangan menunjukkan bahwa pada tebal sampel 1,5
cm dengan komposisi 85:10:5 % wt Pb merupakan nilai terbaik. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa dengan penambahan komposisi timbal asetat dapat
meningkatkan daya serap sampel terhadap radiasi. Jika dibandingkan dengan
kaca timbal yang umum digunakan pada intstalasi radiologi, sampel perisai
radiasi dengan bahan dasar polyester resin dengan penambahan timbal asetat
memiliki kemampuan menyerap radiasi yang tinggi.
Dari hasil grafik pengujian atenuasi sampel perisai radiasi berbahan
dasar polyester resin dengan variasi tebal dan komposisi timbal asetat
menunjukkan bahwa sampel pada ketebalan 1,5cm dengan komposisi 85:10:5
% wt Pb menghasilkan tingkat penyerapan terhadap radiasi paling tinggi.

60

Universitas Sumatera Utara


4.1.3 Persentase Daya Serap sampel terhadap Sinar-X
Dari hasil pengujian sampel terhadap radiasi dapat disimpulkan nilai
persentase daya serap terhadap radiasi untuk masing-masing sampel pada
kondisi tegangan 40kV, 50kV dan 60kV. Grafik hasil pengujian daya serap
sampel terhadap radiasi ditunjukkan pada Gambar 4.7 :

120

100 97 98
91 95
Daya Serap Radiasi (%)

80 83
0,5 cm

60 0,75
57
50 52 1,0 cm
40 41 44
35 1,25
20 23
1,5 cm

0
0 2 4 6 8 10 12

Komposisi Pb (%wt)

Gambar 4.7 : Grafik persentase daya serap radiasi – vs – Komposisi Sampel


tegangan 40kV mengacu pada Japan Industrial Standart

120

100 98 99
Daya Serap Radiasi (%)

92
87
80 77 0,5 cm

60 1,75 cm
55
1,0 cm
40 43
38 36 38 1,25 cm
28
20 19 1,5 cm

0
0 2 4 6 8 10 12

Komposisi Pb (%wt)

Gambar 4.7 : Grafik persentase daya serap radiasi – vs – Komposisi Sampel


tegangan 50kV mengacu pada Japan Industrial Standart

61

Universitas Sumatera Utara


120

Daya Serap Radiasi (%)


100 98
95
89
80 82 0,5 cm
69 0,75 cm
60
1,0 cm
40 40 44
35 1,5 cm
30 28
20 17 19 1,5 cm2

0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)

Gambar 4.8 : Grafik persentase daya serap radiasi – vs – Komposisi Sampel


tegangan 60kV mengacu pada Japan Industrial Standart

Dari Gambar grafik tentang persentase penyerapan sampel terhadap radiasi


memperlihatkan bahwa pada komposisi sampel 85:10:5 % wt Pb dengan tebal
sampel 1,5cm menunjukkan nilai persentase penyerapan radiasi terbesar yaitu
98% - 99% dan nilai paling rendah yaitu pada sampel tanpa komposisi
timbal. Hal ini menunjukkan bahwa sampel perisai radiasi pada ketebalan 1,5
cm, berbahan dasar polyester resin dengan paduan timbal asetat mampu
meningkatkan daya serap sinar – X tertinggi hingga 98 % - 99 %.

4.1.4. Koefisisen Atenuasi Bahan (µ)


Telah dilakukan pengujian serapan radiasi terhadap sampel perisai
radiasi untuk menentukan nilai koefisien atenuasi linier (µ) dengan variasi
komposisi bahan dan tebal sampel pada tegangan 40kV, 50kV dan 60kV.
Pengukuran nilai serap bahan terhadap radiasi sinar-X dilakukan dengan
menggunakan pesawat sinar –X general merk GE dan detektor Raysafe. Hasil
pengukuran hubungan koefisien atenuasi linier (µ) terhadap komposisi
sampel dapat ditunjukkan pada Gambar 4.8.

62

Universitas Sumatera Utara


0
-0,1
y = -0,1648x - 0,088
-0,2
R² = 0,9792
-0,3
ln ( I/Io)

-0,4 40 kV

-0,5 50 kV
-0,6 y = -0,2472x - 0,0874 60 kV
R² = 0,9851
-0,7
-0,8 y = -0,5976x + 0,0584
-0,9 R² = 0,9958
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)

Gambar 4.9 : Grafik hubungan ln ( ) penyerapan Radiasi – vs – tebal sampel


mengacu pada Japan Industrial Standart

Dari Gambar terlihat bahwa hubungan penyerapan radiasi dengan variasi


tebal sampel terhadap nilai ln ( ) menurun. Dari hasil hubungan ln ( )

penyerapan Radiasi terhadap tebal sampel menunjukkan bahwa nilai


penyerapan sinar-X semakin tinggi seiring dengan bertambahnya ketebalan
sampel perisai radiasi.

0
-0,5 y = -0,1468x - 0,1347
R² = 0,9664
-1
0,5 cm
-1,5
ln (I/Io)

-2 0,75 cm

-2,5 1,0 cm
y = -0,1838x - 0,6867
-3 R² = 0,9902 1,25 cm
-3,5 1,50 cm
-4 y = -0,3427x - 0,8074
R² = 0,9935
-4,5
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (% wt)

Gambar 4.10 : Grafik hubungan ln ( ) penyerapan Radiasi – vs – Komposisi


Sampel pada tegangan 40 kV mengacu pada Japan Industrial Standart

63

Universitas Sumatera Utara


0

-0,5

-1 y = -0,1439x - 0,2892 0,5 cm


R² = 0,9889
-1,5 0,75 cm
ln (I/Io)

1,0 cm
-2
1,25 cm
-2,5
y = -0,2504x - 0,4027 1,50 cm
-3 R² = 0,9817

-3,5
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)

Gambar 4.11 : Grafik hubungan ln ( ) penyerapan Radiasi – vs – Komposisi


Sampel tegangan 50 kV mengacu pada Japan Industrial Standart

0
y = -0,059x - 0,1474
-0,5 R² = 0,9702

-1 0,5 cm
0,75 cm
-1,5
ln (I/Io)

1,0 cm
-2 1,25 cm
1,50 cm
-2,5 y = -0,2294x - 0,1727
R² = 0,9407
-3
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (%wt)

Gambar 4.11 : Grafik hubungan ln ( ) penyerapan Radiasi – vs – Komposisi


Sampel tegangan 60 kV mengacu pada Japan Industrial Standart

Dari Gambar grafik hasil penyerapan sampel terhadap Sinar –X untuk setiap
kondisi tegangan dan hubungan nilai ln ( ), menunjukkan bahwa nilai ln ( )

menurun seiring bertambahnya ketebalan dan komposisi Pb asetat untuk


setiap sampel, begitu juga sebaliknya ketika tebal dan komposisi timbal asetat

64

Universitas Sumatera Utara


menurun maka sinar –X yang diteruskan sampel semakin besar. Grafik
menunjukkan bahwa nilai koefisien atenuasi bahan (µ) naik seiring dengan
bertambahnya jumlah komposisi timbal asetat pada masing-masing sampel.
Nilai koefisien atenuasi terbesar yaitu 2,4 gr/cm-1 pada komposisi 85:10:5
%wt dengan tebal 1,5cm sedangkan nilai paling rendah yaitu 0,23 gr/cm-1
pada komposisi 95:0:5%wt dengan tebal 0,5cm. Dari gambar grafik diatas
dapat diketahui bahwa peranan timbal asetat untuk perisai radiasi polyester
resin sangat berpengaruh terhadap nilai koefisien serap bahan, sehingga
dengan bertambahnya komposisi timbal asetat maka kemampuan menyerap
radiasi semakin tinggi.

4.1.5 Transmisi Cahaya


Telah dilakukan pengujian sampel terhadap kemampuan perisai
radiasi meneruskan cahaya. Pengukuran transmisi cahaya pada setiap sampel
perisai radiasi dilakukan dengan menggunakan sumber pencahayaan dari
medis LED dengan alat ukur transmisi cahaya Lux meter. Hasil pengukuran
transmisi cahaya dapat ditunjukkan pada Gambar 4.12 dan 4.13.

86

85 85
Transmisi Cahaya (%)

84
83,5
83

82 82
81 81
80 80
79
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)

Gambar 4.12 : Grafik hubungan transmisi cahaya – vs – tebal sampel


mengacu pada ISO tentang kaca timbal

65

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar grafik 4.12 terlihat bahwa nilai transmisi cahaya yang
diteruskan setelah melewati sampel perisai radiasi polyester resin mengalami
penurunan nilai persentase tranmisi cahaya seiring dengan bertambhnya tebal
sampel. Nilai transmisi cahaya paling tinggi yaitu 85% pada tebal sampel
0,5cm dan nilai transmisi cahaya terendah berada pada 80% dengan tebal
sampel 1,5cm. Hal ini memperlihatkan bahwa dengan bertambahnya
ketebalan sampel, nilai transmisi cahaya yang dihasilkan semakin menurun,
dipengaruhi oleh semakin besar cahaya yang diserap oleh sampel, namun
pada sampel dengan tebal 1,5 cm nilai transmisi cahaya masih sesuai dengan
ketentuan standar ISO tentang kaca timbal.

100 0,5 cm
Transmisi Cahaya (%)

0,75 cm
84 83 82 83 1,0 cm
81 81,5
1,25 cm
70
1,5 cm

40
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (% wt)

Gambar 4.13 : Grafik hubungan transmisi cahaya – vs – komposisi sampel


mengacu pada ISO tentang kaca timbal

Dari Gambar 4.13 terlihat bahwa nilai transmisi cahaya yang dapat diteruskan
setelah melewati setiap sampel perisai radiasi polyester resin mengalami
penurunan nilai dari tranmisi cahaya sebanding dengan penambahan
komposisi sampel. Nilai transmisi cahaya paling tinggi yaitu 85% dengan
tebal sampel 0,5cm, namun sampel ini tidak memenuhi syarat sebagai perisai
radiasi dan nilai transmisi cahaya tertinggi berikutnya yaitu 83% dengan tebal
sampel 1,5cm pada komposisi 85:10:5 % wt Pb dimana sampel ini memenuhi
syarat sebagai perisai radiasi, karena pada pengujian daya serap radiasi
sampel ini memiliki daya serap yang tinggi. Nilai transmisi cahaya terendah

66

Universitas Sumatera Utara


yaitu pada sampel 85:10:5 % wt dengan tebal sampel 0,5cm. Hal ini
disebabkan karena timbal yang larut dengan polyester resin yang
mengakibatkan tingkat transparan sampel berkurang sehingga cahaya yang
diserap semakin meningkat.

4.2 Uji Mekanik


4.2.1 Kuat Tekan
Telah dilakukan pengujian kuat tekan pada sampel perisai radiasi
untuk variasi tebal dan komposisi bahan. Pengujian kuat tekan pada setiap
sampel perisai radiasi dilakukan dengan menggunakan alat uji Maekawa
Testing Machine. Hasil pengujian kuat tekan dapat ditunjukkan pada Gambar
4.14 dan 4.15.

90
80
79,31
Kuat Tekan (kg/cm2)

70
60
50 52,25
40 42,85
30
20 29,41 29
10
0
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)

Gambar 4.14 : Grafik kuat tekan – vs – tebal sampel mengacu pada Japan
Industrial Standart

Dari Gambar grafik terlihat bahwa nilai kuat tekan sampel semakin besar
seiring dengan bertambahnya ketebalan sampel. Pada sampel perisai radiasi
dengan tebal 1,5cm merupakan sampel yang memiliki kuat tekan terbesar dari
sampel lainnya yaitu 79,3 kg/cm2. Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan
bahwa tebal perisai radiasi dengan bahan dasar polyester resin memiliki
pengaruh terhadap nilai kuat tekan yang tinggi pada material komposit.

67

Universitas Sumatera Utara


90
80 79,31 79
76,5 76,43 77,01
73,56
Kuat Tekan (kg/cm2)
70
60
50 0,5cm

40 1,75 cm

30 1cm

20 1,25 cm

10 1,5cm

0
0 2 4 6 8 10 12
Tebal Sampel (cm)

Gambar 4.15 : Grafik kuat tekan – vs – komposisi sampel mengacu pada


Japan Industrial Standart

Dari Gambar 4.15 terlihat bahwa nilai kuat tekan sampel setelah menambah
komposisi timbal asetat, mengalami penurunan jika dibandingkan dengan
sampel sebelum ditambah timbal asetat. Hal ini disebabkan karena semakin
besar pori-pori pada pada sampel perisai radiasi, sehingga mengakibatkan
daya ikat antara bahan polyester resin dengan timbal asetat semakin menurun.
Namun jika dilihat dari fungsi sampel sebagai perisai radiasi nilai kuat tekan
yang dihasilkan telah memenuhi syarat.

4.2.2 Uji Kekerasan (Hardness)


Telah dilakukan pengujian kekerasan sampel perisai radiasi untuk
variasi tebal dan komposisi. Pengujian kekerasan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode Rockwell. Hasil pengujian kekerasan dapat
ditunjukkan pada Gambar 4.16 dan 4.17.

68

Universitas Sumatera Utara


Berikut ini gambar grafik uji nilai kekerasan

30

25 25
23,5

Kekerasan (Hardness)
20 19,9
17
15 15,5

10

0
0 0,5 1 1,5 2
Tebal Sampel (cm)

Gambar 4.16: Grafik Kekerasan sampel – vs – Tebal sampel

Dari Gambar 4.16 terlihat bahwa nilai kekerasan sampel semakin tinggi
seiring dengan bertambahnya ketebalan sampel perisai radiasi. Nilai
perbedaan kekerasan dengan variasi tebal sampel memiliki perbedaan yang
sangat jauh karena saat pengujian sampel dengan metode rockwell pada tiga
titik yang berbeda untuk setiap sampel memiliki nilai yang tidak merata. Hal
ini disebabkan karena homogenitas sampel yang berbeda.

40
38
35
34
30
Kekerasan (Hardness)

28,5
26 26,5 0,5cm
25 25
0,75 cm
20
1cm
15 0,25 cm
10 1,5cm

0
0 2 4 6 8 10 12
Komposisi Pb (% wt)

Gambar 4.17 : Grafik Kekerasan sampel – vs – Tebal sampel mengacu pada


Japan Industrial Standart

69

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar grafik diatas terlihat bahwa nilai kekerasan sampel memiliki
kenaikan nilai kekerasan namun tidak terlalu signifikan jika dibandingkan
dengan hasil pengujian kekerasan sampel tanpa komposisi timbal asetat.
Sehingga grafik hubungan kekerasan sampel setelah penambahan komposisi
timbal asetat tidak menunjukkan perbedaan nilai kekerasan yang signifikan.

4.3 Uji Termal


Telah dilakukan pengujian termal terhadap dua buah sampel perisai
radiasi berbahan dasar polyester resin dengan tebal 1,5cm pada komposisi (95
: 0 : 5)% dan (87 : 10 : 5) % wt Pengujian termal sampel dilakukan dengan
menggunakan alat uji Differential Scanning Calorimetri (DSC). Hasil
pengujian termal gambar 4.13 dan 4.14

Gambar 4.18 : Grafik hasil Pengujian DSC pada sampel komposisi (95:0:5)
% wt tentang standart ISO tentang kaca timbal.

70

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.19 : Grafik hasil pengujian DSC pada sampel komposisi(87:10:5)%
wt tentang standart ISO tentang kaca timbal.

Dari Gambar 4.19 hasil uji termal terlihat bahwa sampel perisai radiasi
komposisi (95:0:5)% wt, menunjukkan peristiwa endotermik dimana suhu
awalnya pada 389,580 C, suhu puncal 397,590C dan suhu akhir berada pada
402,840C hal ini menunjukkan adanya leburan padatan.
Pada gambar 4.20 terlihat bahwa sampel perisai radiasi komposisi (87:10:5)%
wt Pb, menunjukkan peristiwa endotermik dengan memperlihatkan adanya
sifat gelas dari sampel perisai radiasi tersebut setelah menambah komposisi
timbal asetat, dimana suhu awalnya yaitu 370,450 C, suhu puncak 377,300 C
dan suhu akhir berada pada 382,70C hal ini juga menunjukkan adanya leburan
padatan pada sampel.
Dengan melihat hasil dari grafik uji termal pada kedua sampel perisai radiasi,
menunjukkan bahwa suhu puncak 377,300 C untuk sampel pada komposisi
(87:08:5)% memenuhi syarat sesuai standart ISO tentang kaca timbal untuk
digunakan sebagai perisai radiasi.

71

Universitas Sumatera Utara


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Dari hasil uji fisis nilai densitas perisai radiasi berbahan dasar
polyester resin dan timbal asetat diperoleh nilai densitas terbaik
dengan nilai 1,9 gr/cm3. Densitas meningkat seiring dengan variasi
tebal dan komposisi. Jika dibandingkan dengan standart ISO tentang
kaca timbal dan timbal akrilik, nilai densitas tersebut telah memenuhi
syarat.
2. Hasil pengujian daya serap sampel terhadap sinar-X grafik hubungan
intensitas radiasi menunjukkan sampel dengan tebal 1,5cm mampu
menyerap radiasi 98%, 99% dan 98% pada kondisi tegangan 40kV,
50kV dan 60kV dimana dalam bentuk grafik terlihat hubungan secara
eksponensial berbanding terbalik intensitas radiasi terhadap tebal dan
komposisi timbal asetat.
3. Grafik hubungan ln ( ) penyerapan radiasi dengan fungsi koefisien

atenuasi linier bahan (µ) menunjukan nilai intensitas radiasi menurun


seiring dengan nilai koefisien atenuasi linier bahan (µ) yang
meningkat.
4. Nilai transmisi cahaya pada setiap sampel perisai radiasi dengan
variasi tebal dan komposisi sampel menunjukkan penurunan nilai
transparan, namun sampel 1,5 cm dengan komposisi (87:10:5) % wt
memiliki nilai transmisi cahaya 83% dan masih memenuhi syarat
sesuai dengan standart ISO tentang kaca timbal.
5. Hasil pengujian mekanik nilai uji tekan dan uji kekerasan sampel
semakin meningkat, seiring dengan penambahan filler dan tebal
sampel. Pada pengujian DSC terhadap dua sampel dengan komposisi
(95:0:5)%, dimana suhu awal yaitu pada 389,580 C, suhu puncak
397,590 C dan suhu akhir berada pada 402,840C. Sedangkan pada

72

Universitas Sumatera Utara


komposisi (87:08:5)% suhu awal yaitu pada 370,450 C, suhu puncal
377,300 C dan suhu akhir berada pada 382,70C.
Dari seluruh pengujian yang telah dilakukan baik uji fisis, mekanik
dan termal menjunjukkan bahwa sampel yang memenuhi standart ISO
tentang perisai radiasi kaca timbal yaitu sampel tebal 1,5cm dengan
komposisi 87:10:5 % wt Pb.

5.2 Saran
1. Untuk mengetahui seberapa besar daya serap air maksimum dari
setiap sampel sebelum dan setelah ditambah komposisi timbal asetat,
sebaiknya dilakukan pengujian daya serap air terhadap smpel perisai
radiasi.
2. Untuk dapat meningkatkan daya atenuasi sampel perisai radiasi,
diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menemukan bahan material
lainnya yang mampu meningkatkan daya serap radiasi lebih tinggi
dengan memperhatikan sifat transparansi dari sampel.
3. Untuk menghindari adanya gelembung udara pada sampel perisai
radiasi, sebaiknya saat pencetakan sampel dilakukan dengan metode
pengemasan vakum (Vacum bagging), hal ini sangat berpengaruh
terhadap homogenitas untuk menentukan nilai koefisien atenuasi
linier bahan (µ).
4. Untuk mengetahui nilai transmisi cahaya yang lebih sempurna,
sebaiknya pengujian transmisi cahaya ditambah dengan menggunakan
alat uji Laser He-Ne.
5. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya diharapkan juga dapat
melakukan pengujian punti (Torsion Modulus Test) agar dapat
diketahui sifat modulus elastis, kekuatan luluh puntir dan modulus
pecah.

73

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Akhadi, M. 2000. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.


Alatas, Z. 2014.Efek pewarisan akibat radiasi pengion. Buletin Alara 8.2.
Astuty, F. 2012. Variasi Pemilihan Faktor Expose Terhadap Kontras Pada Teknik
Radiografi Jaringan Lunak. Skripsi. Makasar: FMIPA Universitas Negeri
Hasanudin.
Anil Kumar Singh, et al. Characterization and biocompatability studes of lead
free X-Ray Shielding Polymer Composite for Helathcare Aplication.
Journal of Radiation Physics and Chemistry (2017). Volume 138
Beiser, A. 1987. Konsep Fisika Modern (4th ed ). Jakarta: Penerbit: Erlangga.
Blum, M. M., and John, H. 2011. Historical perspective and modern applications
of Attenuated Total Reflectance–Fourier Transform Infrared Spectroscopy
(ATR-FTIR). Article in Drug Testing and Analysis. 4, 298-302.
Bushong, S.C.2001. Radiologic Science for Technologists (7th ed.). U. S of
America: A Harcourt Health Science Comp.
Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer. Diterjemahkan oleh Drs. Harry Firman, M.Pd.
Penervit ITB. Bandung.
Cameron, J. R., Skrofonick, J.G. and Grant, R. M. 1999. Physics of the body. 2nd
ed, Granville, Ohio.
Dexa (2007). Diakses tanggal 07 Februari 2018, jam. 19.00Wib.
http://homepage.mac.com/kieranmaher.digrad/DRPapers/DEXA
Atenuation.html
Firmansyah. 2007. Pembuatan Perisai Radiasi Pb Acrilic untuk Jendela Ruang
Kontrol Pada Instalasi Radiodiagnostik. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada.
International Electrotechnical Commision (IEC) 61267. Medical Diagnostic X-
Ray Equiptment – Radiation Condition for use in the determination of
charesteristics. 2nd ed, 2005.
Kenneth S. Crane, Introductory Nuclear Physics, John Wiley & Sons, Toronto,
1988.

74

Universitas Sumatera Utara


Khan.F.M. (1984), “The Physics of Radiation Therapy”, Lippincott Williams and
Wilkins, Baltimore.
Paviliyanti Juwita. 2012. Studi Pembuatan Perangkat DGT (Diffusive Gradient in
Th in Film) dengan CHELEX-100 dan Poli (asam) Akrilat Binding Gel
Untuk Pengukuran Logam Labil Timbal (II) dan Terkompleks. Skripsi.
Depok: FMIPA Universitas Indonesia.
Pratiwi, Umi. 2006. Aplikasi Analisis Citra Detail Phantom dengan Metode
Konversi Data Digital ke Data Matrik untuk Meningkatkan Kontras Citra
Menggunakan Film Imaging Plate. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Ramlan Silaban, M. S., & Kar, A. S. 2008. Pengaruh Pemberian Vitamin C
Terhadap Ktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase (o-
ALAD, Kadar Hemoglobin Dan Basophilic Stippling Pada Mencit Yang
Dipapar Plumbum.
Reza Bagheri, et al. Gamma Ray Shielding Study of Barium-Bismuth-Borosilicate
Glasses as Transparent Shielding Materials using MNCP-4C Code,
XCOM Program, and Avaliable Experimental Data. Journal of Nuclear
Engineering and Technology (2018). Volume 49
Rudi, Pratiwi, Susilo. 2013. Pengukuran Paparan Radiasi Pesawat SinarX Di
Instalasi Radiodiagnostik Untuk Proteksi Radiasi. Skripsi. Semarang:
FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Syahria, Syahria, Evi Setiawati, dan K. Sofjan Firdausi. 2012. Pembuatan Kurva
Isodosis Paparan Radiasi Di Ruang Pemeriksaan Instalasi Radiologi Rsud
Kabupaten Kolaka-Sulawesi Tenggara. Berkala Fisika 15.4 (2012): 123-
132.
S.Djarwani. (2008), “buku Panduan Kuliah Radioterapi“, Fisika Medis,
Universitas Indonesia
Sri Mulyono Atmojo, Triharjanto. 2002. Penerapan Simulasi Komposisi Timbal
Oksida Pada Perekayasaan Kaca TIMBAL Perisai Radiasi Sinar-X.
Prosiding Teknologi Nuklir P3TM-BATAN. Yokyakarta : Pusat
Pengembangan Perangkat Nuklir BATAN.

75

Universitas Sumatera Utara


Suyatno, Ferri. 2008. Aplikasi radiasi sinar-X di bidang kedokteran untuk
Menunjang Kesehatan Masyarakat. Seminar Nasional IV SDM Teknologi
Nuklir. Yogyakarta.
Susilo, W.S. Budi, Kusminarto, & G. B. Suparta. 2013. Kajian Radiografi Digital
Tulang Tangan. Berkala Fisika. ISSN: 1410 – 9662
Tantra, Dhimas Agusta. 2014. Studi Pembuatan Perisai Radiasi Tembus Pandang
Dengan Paduan Timbal Acrylic Sebagai Alternatif Pengganti Kaca
Timbal. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Vassileva, J. 2004. A Phantom Approach to Find The Optimal Technical


Parameters for Plain Chest Radiography. The British Journal of
Radiologhy 77:648 - 653.
Williams, J. R., et. al.( 1993 ) , “Radiotherapy Physics in Practice”, Oxford
University Press Inc., New York , U.S.A.
William Osei-Mensah et al. 2012. Assesment of Radiation Shielding Properties
of Polyester Steel Composite using MCNP5. International Journal of
Science and Technology. Volume 2.

76

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1
Metode Perhitungan hasil pengujian Fisis dan Mekanis

1. Tabel Hasil Perhitungan Densitas Sampel


Densitas (ρ)

Sebagai contoh : Sampel komposisi 95 : 0 : 5 tebal sampel 0,5 cm


Dik : Panjang sampel = 5 cm, Lebar = 4cm, Tinggi/tebal = 0,5cm
Massa Sampel = 6,7gr
Jawab : Volume = Panjang x Lebar x Tinggi
= 5 cm x 4 cm x 0,5 cm
= 10 cm3

Sehingga Densitas (ρ)

= = 0,67 gr/cm3
Dari perhitungan diatas : Maka diperoleh seluruh data densitas sampel yang
ditampilkan dalam bentuk Tabel.6 dibawah ini :
Sampel Tebal (cm) Komposisi (%Wt) Densitas (gr/cm3)
A 0,5 0,67
0,75 0,69
1,0 95 : 0 : 5 0,72
1,25 0,74
1,5 0,76
93 : 0 : 5 0,67
93 : 2 : 5 0,71
91 : 4 : 5 0,85
B 0,5
89 : 6 : 5 0,98
87 : 8 : 5 1,1
85 : 10 : 5 1,3
93 : 0 : 5 0,69
93 : 2 : 5 0,75
91 : 4 : 5 0,86
C 0,75
89 : 6 : 5 1,10
87 : 8 : 5 1,30
85 : 10 : 5 1,40
93 : 0 : 5 0,72
93 : 2 : 5 0,86
D 1,0 91 : 4 : 5 0,88
89 : 6 : 5 1,1
87 : 8 : 5 1,5

77

Universitas Sumatera Utara


85 : 10 : 5 1,6
93 : 0 : 5 0,74
93 : 2 : 5 0,83
91 : 4 : 5 0,90
E 1,25
89 : 6 : 5 1,25
87 : 8 : 5 1,59
85 : 10 : 5 1,73
93 : 0 : 5 0,75
93 : 2 : 5 0,94
91 : 4 : 5 0,99
F 1,5
89 : 6 : 5 1,28
87 : 8 : 5 1,78
85 : 10 : 5 1,9

2. Tabel hasil nilai uji Atenuasi Sampel Terhadap Sinar-X


Perhitungan nilai intensitas radiasi dan koefisien atenuasi linier dapat
menggunakan persamaan :

Untuk sampel 95 : 0 : 5 dengan tebal 0,5 cm.


Diketahui pada tegangan 40 kV diperoleh hasil pengukuran :
Io = 12,24 µGy
I = 9,44 µGy
Tebal Sampel 0,5 cm
Koefisien Atenuasi Linier (µ)

= e -µx

ln = -µx

ln = -µ( 0,5)

= -µ

-0,518 = - µ
0,518 = µ
Dengan menggunakan cara yang sama untuk setiap kondisi tegangan, hasil
perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel.

78

Universitas Sumatera Utara


Tabel 7 : Hasil pengujian pada tegangan 40kV :
Sampel Tebal (cm) Komposisi Io I
Ln(I/Io) µ
(%Wt) (µGy) (µGy)
A 0,5 9,44 -0,259 0,518
0,75 8,10 -0,376 0,501
1,0 95 : 0 : 5 7,25 -0,523 0,523
1,25 6,15 -0,688 0,550
1,5 5,23 -0,850 0,566
93 : 0 : 5 9,44 -0,259 0,518
93 : 2 : 5 8,7 -0,341 0,682
91 : 4 : 5 6,4 -0,648 1,296
B 0,5
89 : 6 : 5 4,32 -1,041 2,082
87 : 8 : 5 3,66 -1,207 2,414
85 : 10 : 5 2,2 -1,716 3,432
93 : 0 : 5 8,10 -0,376 0,501
93 : 2 : 5 6,25 -0,672 0,896
91 : 4 : 5 5,10 -0,875 1,166
C 0,75
89 : 6 : 5 3,20 -1,341 1,788
87 : 8 : 5 2,10 -1,762 2,349
85 : 10 : 5 1,12 -2,391 3,188
12,24
93 : 0 : 5 7,25 -0,523 0,523
93 : 2 : 5 5,45 -0,809 0,809
91 : 4 : 5 3,96 -1,128 1,128
D 1,0
89 : 6 : 5 3,42 -1,275 1,275
87 : 8 : 5 2,93 -1,429 1,429
85 : 10 : 5 1,8 -1,916 1,916
93 : 0 : 5 6,15 -0,688 0,550
93 : 2 : 5 4,10 -1,093 0,874
91 : 4 : 5 3,15 -1,357 1,085
E 1,25
89 : 6 : 5 2,13 -1,748 1,398
87 : 8 : 5 1,26 -2,273 1,818
85 : 10 : 5 1,03 -2,475 1,980
93 : 0 : 5 5,23 -0,850 0,566
93 : 2 : 5 3,25 -1,326 0,884
91 : 4 : 5 1,19 -2,330 1,553
89 : 6 : 5 0,69 -2,875 1,916
F 1,5
87 : 8 : 5 0,36 -3,526 2,350
85 : 10 : 5 0,18 -4,219 2,812
Jumlah 45,178
Rata – rata 1,254

Tabel 8 : Hasil pengujian pada tegangan 50kV :

Sampel Tebal (cm) Komposisi Io I


Ln(I/Io) µ
(%Wt) (µGy) (µGy)
A 0,5 95 : 0 : 5 24,06 19,48 - 0,211 0,31

79

Universitas Sumatera Utara


0,75 18,20 -0,279 0,372
1,0 17,20 -0,335 0,335
1,25 16,50 -0,377 0,301
1,5 15,02 -0,471 0,314
93 : 0 : 5 19,48 -0,211 0,422
93 : 2 : 5 12,50 -0,654 1,308
91 : 4 : 5 9,76 -0,902 1,804
B 0,5
89 : 6 : 5 7,50 -1,165 2,330
87 : 8 : 5 6,0 -1,388 2,376
85 : 10 : 5 4,25 -1,733 3,466
93 : 0 : 5 18,20 -0,279 0,372
93 : 2 : 5 11,15 -0,769 1,025
91 : 4 : 5 8,12 -1,086 1,448
C 0,75
89 : 6 : 5 6,23 -1,351 1,801
87 : 8 : 5 4,10 -1,769 3,358
85 : 10 : 5 2,45 -2,284 3,045
93 : 0 : 5 17,20 -0,335 0,335
93 : 2 : 5 9,10 -0.972 0,972
91 : 4 : 5 7,0 -1,234 1,234
D 1,0
89 : 6 : 5 5,25 -1,522 1,522
87 : 8 : 5 3,20 -2,017 2,017
85 : 10 : 5 1,98 -2,497 2,497
93 : 0 : 5 16,50 -0,377 0,301
93 : 2 : 5 8,14 -1,083 0,866
91 : 4 : 5 6,40 -1,324 1,059
E 1,25
89 : 6 : 5 4,30 -1,721 1,376
87 : 8 : 5 2,13 -2,424 1,939
85 : 10 : 5 1,20 -2,998 2,398
93 : 0 : 5 15,02 -0,471 0,314
93 : 2 : 5 10,10 -0,868 0,578
91 : 4 : 5 5,40 -1,494 0,996
F 1,5
89 : 6 : 5 2,10 -2,438 1,625
87 : 8 : 5 1,15 -3,040 2,026
85 : 10 : 5 1,01 -3,170 2,113
Jumlah 46,923
Rata – rata 1,303

Tabel 9 : Tabel pengujian pada tegangan 60kV :

Sampel Tebal (cm) Komposisi Io I


Ln(I/Io) µ
(%Wt) (µGy) (µGy)
A 0,5 32,09 -0,178 0,356
0,75 31,10 -0,210 0,280
1,0 95 : 0 : 5 38,37 30,01 -0,245 0,245
1,25 28,88 -0,284 0,227
1,5 27,11 -0,347 0,231
B 0,5 93 : 0 : 5 32,09 -0,178 0,356

80

Universitas Sumatera Utara


93 : 2 : 5 29,10 -0,276 0,552
91 : 4 : 5 26,85 -0,357 0,714
89 : 6 : 5 24,30 -0,456 0,912
87 : 8 : 5 21,15 -0,595 1,190
85 : 10 : 5 17,35 -0,793 1,192
93 : 0 : 5 31,10 -0,210 0,280
93 : 2 : 5 27,20 -0,344 0,458
91 : 4 : 5 24,14 -0,463 0,617
C 0,75
89 : 6 : 5 19,30 -0,687 0,916
87 : 8 : 5 16,20 -0,862 1,149
85 : 10 : 5 13,11 -1,073 1,430
93 : 0 : 5 30,01 -0,245 0,245
93 : 2 : 5 25,20 -0,420 0,420
91 : 4 : 5 20,16 -0,643 0,643
D 1,0
89 : 6 : 5 15,58 -0,901 0,901
87 : 8 : 5 10,05 -1,339 1,339
85 : 10 : 5 6,16 -1,829 1,829
93 : 0 : 5 28,88 -0,284 0,227
93 : 2 : 5 23,50 0,490 0,392
91 : 4 : 5 19,42 -0,680 0,544
E 1,25
89 : 6 : 5 14,20 -0,994 0,792
87 : 8 : 5 9,65 -1,380 1,104
85 : 10 : 5 4,10 -2,236 1,788
93 : 0 : 5 27,11 -0,347 0,231
93 : 2 : 5 20,15 -0,644 0,429
91 : 4 : 5 14,20 -0,994 0,662
F 1,5
89 : 6 : 5 10,12 -1,332 0,888
87 : 8 : 5 6,28 -1,809 1,206
85 : 10 : 5 2,35 -2,792 1,861
Jumlah 25,267
Rata – rata 0,701
3. Tabel hasil pengujian transmisi cahaya.
Perhitungan nilai transmisi cahaya dari sampel perisai radiasi menggunakan
persamaan :
( )

Untuk sampel 95 : 0 : 5 dengan tebal 0,5 cm.


Intensitas cahaya awal (Io) = 8300 lx.
Intensitas cahaya setelah melewati sampel = 7200 Lx
( )
Daya Tembus =
( )
=

= 85 %

81

Universitas Sumatera Utara


Dengan cara yang sama maka nilai intensitas cahaya dapat ditampilkan dalam
bentuk tabel masing-masing tebal sampel dan komposisi.
Tabel 10 : Nilai intensitas cahaya setiap sampel.
Sampel Tebal Komposisi Io I Transmisi
(cm) (%Wt) (Lx) (Lx) Cahaya (Lux)
0,5 7200 85
0,75 7050 83,5
A 1,0 95 : 0 : 5 7000 82
1,25 6950 81
1,5 6900 80
93 : 0 : 5 7200 85
93 : 2 : 5 7100 84
91 : 4 : 5 7052 83
B 0,5
89 : 6 : 5 6800 78
87 : 8 : 5 6501 73
85 : 10 : 5 6300 68
93 : 0 : 5 7050 83,5
93 : 2 : 5 7000 82
91 : 4 : 5 6840 80
C 0,75
89 : 6 : 5 6800 79
87 : 8 : 5 6660 77
85 : 10 : 5 5300 73
93 : 0 : 5 8300 6900 82
93 : 2 : 5 6880 82
91 : 4 : 5 6600 80
D 1,0
89 : 6 : 5 6450 75
87 : 8 : 5 6400 71
85 : 10 : 5 6350 70
93 : 0 : 5 6950 81
93 : 2 : 5 6900 80
91 : 4 : 5 6860 79
E 1,25
89 : 6 : 5 6500 76
87 : 8 : 5 6455 74,5
85 : 10 : 5 6400 73
93 : 0 : 5 7200 84
93 : 2 : 5 6100 83
91 : 4 : 5 6950 82
F 1,5
89 : 6 : 5 6900 81
87 : 8 : 5 6900 81,5
85 : 10 : 5 6890 83

82

Universitas Sumatera Utara


4. Tabel Hasil Pengujian Tekan Sampel

Perhitungan kuat tekan menggunakan persamaan :

Untuk Pengujian sampel 95 : 0 : 5 tebal sampel 1,5 cm.


Diketahui : Panjang 4cm
Lebar 2 cm
F max = 635 kg
Jawab : Luas Permukaan = P x L
= 2 cm x 4 cm
= 8 cm2

= 79,3 kg/cm2
Dengan cara yang sama maka nilai kuat tekan sampel dapat ditampilkan dalm
bentuk tabel masing-masing tebal sampel dan komposisi.
Tabel 11 : Nilai kuat tekan sampel
Sampel Tebal (cm) Komposisi (%Wt) Kuat Tekan
(kg/cm2)
A 0,5 29,41
0,75 29
1,0 95 : 0 : 5 42,85
1,25 52,31
1,5 79,31
93 : 0 : 5 29,41
93 : 2 : 5 27,35
91 : 4 : 5 27,27
B 0,5
89 : 6 : 5 25,66
87 : 8 : 5 26,73
85 : 10 : 5 26,5
93 : 0 : 5 29
93 : 2 : 5 30
91 : 4 : 5 31,5
C 0,75
89 : 6 : 5 33
87 : 8 : 5 33,5
85 : 10 : 5 34,5
93 : 0 : 5 42,85
D 1,0
93 : 2 : 5 38

83

Universitas Sumatera Utara


91 : 4 : 5 30,61
89 : 6 : 5 31,68
87 : 8 : 5 31,18
85 : 10 : 5 31
93 : 0 : 5 52,31
93 : 2 : 5 54
91 : 4 : 5 54,45
E 1,25
89 : 6 : 5 57
87 : 8 : 5 62
85 : 10 : 5 65
93 : 0 : 5 79,31
93 : 2 : 5 76,5
91 : 4 : 5 73,56
F 1,5
89 : 6 : 5 76,43
87 : 8 : 5 77,01
85 : 10 : 5 79

5. Tabel Hasil Pengujian Kekerasan Sampel

Untuk Pengujian sampel komposisi 95 : 0 : 5 % wt tebal sampel 1,5 cm.


Diketahui : Beban Uji Rockwell : 100 kg
Test 1 : 15,5
Test 2 : 15,6
Test 3 : 15, 4
F max = 635 kg

Jawab : Nilai Kekerasan Rockwell (HRC)

= 15,5
Dengan cara yang sama maka nilai kekerasan sampel dapat ditampilkan dalm
bentuk tabel masing-masing tebal sampel dan komposisi.
Tabel 12 : Nilai hasil uji kekerasan sampel
Kekerasan
Sampel Tebal (cm) Komposisi (%Wt)
(HRC)
A 0,5 15,5
0,75 17
1,0 95 : 0 : 5 19,9
1,25 23,5
1,5 25
93 : 0 : 5 15,5
B 0,5 93 : 2 : 5 14,3
91 : 4 : 5 15,5

84

Universitas Sumatera Utara


89 : 6 : 5 18,5
87 : 8 : 5 22,5
85 : 10 : 5 24
93 : 0 : 5 17
93 : 2 : 5 19,5
91 : 4 : 5 20,5
C 0,75
89 : 6 : 5 22
87 : 8 : 5 24,5
85 : 10 : 5 26
93 : 0 : 5 18
93 : 2 : 5 20
91 : 4 : 5 21
D 1,0
89 : 6 : 5 23
87 : 8 : 5 26
85 : 10 : 5 28
93 : 0 : 5 23,5
93 : 2 : 5 24
91 : 4 : 5 25,5
E 1,25
89 : 6 : 5 27
87 : 8 : 5 29,5
85 : 10 : 5 32
93 : 0 : 5 23
93 : 2 : 5 26
91 : 4 : 5 26,5
F 1,5
89 : 6 : 5 28,5
87 : 8 : 5 34
85 : 10 : 5 38

85

Universitas Sumatera Utara


Lampiran II
Gambar – gambar perangkat pembuatan sampel dan pengujian sampel

Pengukuran berat komposisi Sampel

Pencampuran/Blanding Sampel menggunakan Magnetik Strirer Di Lab Kimia


FMIPA USU

86

Universitas Sumatera Utara


Sampel perisai radiasi berbahan dasar polyester resin dan timbal asetat

Neraca analitik untuk pengukuran densitas sampel Di Lab Material Test PTKI
Medan

87

Universitas Sumatera Utara


Pesawat Sinar – X General X-Ray merk GE

Alat uji atenuasi sampel terhadap Sinar-X Detektor Ray Safe Unfors dan Lux
meter

88

Universitas Sumatera Utara


Alat pengujian Kuat Tekan Maekawa Testing Machine MFG Co di PTKI
Medan

Alat pengujian Kekerasan Sampel di PTKI Medan

89

Universitas Sumatera Utara


Alat pengujian Termal Sampel DSC di PTKI Medan

90

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai