Anda di halaman 1dari 76

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Fisika Tesis Magister

2018

Penentuan Nilai Half Value Layer (HVt)


pada Sinar X dengan Menggunakan
Attenuatur Aluminium (AI), Tembaga
(Cu) dan Timah (Sn)

Sidauruk, Lincewati Saragi


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6376
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENENTUAII NrLAI HALF VALUE LAYER (HVr)
PADA SINAR X DENGAN MENGGUNAKAN
ATTENUATUR ALUMTNTUM (At), TEMBAGA (cu) DAtr[ rrMArr (sn)

TESIS

Oleh :

LINCEWATI SARAGI SIDAURUK


1s7026008

ffi
PROGRAM PASKASARJANA
T.AKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAIY ALAM
UIVIVERSITAS STJMATERA UTARA
MEDAII
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENENTUAN NILAI HALF VALUE LAYER (HVt)
PADA SINAR X DENGAN MENGGUNAKAN
ATTENUATIIR ALUMINIUM (At), TEMBAGA (Cu) DAN TIMAII (Sn)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh


Gelar Magister Sains Dalam Program Studi
Magister IImu Fisika Pada Program Pascasarjana
Fakultas IUIPA Universitas Sumatera Utara

Oleh

LINCEWATI SARAGI SIDAURUK


157026008

PROGRAM PASKASARJANA
F'AKULTAS MATEMATIKA DAI[ ILMU PENGETAI{UAIY ALAM
IIIITYERSITAS SI]MATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PENGESAHAN TESIS

JUDUL TESIS : PENENTUAN NILAI HALF VALUE LAYER (HYL)


PADA SINAR X DENGAN MENGGUNAKAN
ATTENUATUR AI,UMINIUM (Al), TEMBAGA (Cu)
dan TIMAH (Sn)

NAMA MAHASIWI LINCEWATI SARAGI SIDAURUK


NOMOR POKOK 157026008
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU FISIKA
FAKULTAS Matematika dan Ilmu Fengetahuan AIam
Universitas Sumatera A tarn

Menyetujui,

Pembimbing II

Prof.[h. Dr.Diana Alemin Barus,M.Sc.


NtP.t9621223 NIP. 1966 0729 1992 03 2002

1986 0l 1001

ffi%
Dr.
NrP.1959 10 1987 03 1002

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN ORISINALITAS

PENENTUAII NTI,AI HALF VALUE LAYER (HYt)


PADA SINAR X DENGAN MENGGI]NAKAN
ATTEIIUATURALI]MINIUM(AI),TEMBAGA(Cu)DAl[TIMAH(Sn)

TESIS

Dengan saya mengatakan bahwa saya mengakui semua karya tesis


ini adalah hasil kerla saya
sumbernya dengan
sendiri kecuali kutipan dan ringkasan yang tiap satunya telah dijelaskan
benar.

Medan. I Maret 2018

LINCEWATI SARAGI SIDAI'RUK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTII{GAN AKDE1VIIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah

ini :

Nama LINCEWATI SARAGI SIDATIRUK


NIM 1 57026008

Program Studi Magister Ilmu Fisika

Jenis Karya Ilmiah Tesis

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas

Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive Royalty Free Rigth) atas
Tesis saya yang berjudul : PENENTUAN NILAI HALF VALUE LAYER (HVL) PADA

SINAR -X DENGAN MENGGLJNAKAN ATTE,NUATUR ALUMINIUM (AI). TEMBAGA


(Cu) dan TIMAH (Sn)
Besefia perangkat yang ada fiika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalty Non-ekslusif ini,
Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola
dalam bentuk data base, merawat dan mempublikasikan Tesis saya tanpa meminta izin dari
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan pemegang dan atau sebagai
pemilik hak cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenamya.

Medan. I Maret 201 8

LINCEWATI SARAGI SIDAURUK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji pada

Tanggal : 3l Januari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Prof.Dr.Timbangen Sembiring'M.Sc.
Anggota : 1. Dr.Diana Alemin Barus,M.Sc.
2. Dr.Kerista SebayangrM.S.
3. Dr.Kurnia Sembiring'MS.
4. Dr.Perdinan Sinuhaji,MS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nanra lengkap berikut gelar Lincewati Saragi Sidauruk, AMR, SKM., S.Si.. M.Si.

Tempat dan Tanggal Lahir Pematang Siantar, I I Juli 1973


Alamat Rumah JI.Gagak Raya No.23 Perumnas Mandala

Deli Serdang, Sumatera lJtara 20226

TeleponiFaksiHp 08 l 387008403

E-^:l
ItIUall grl gu u iiiit! qi-\ 4 |lij} !*-q{i-!tit,t {.1

DATA PENDIDIKAN

SD SDN 28 Pematang Siantar Tamat 1 986

SMP SMPN 7 Pematang Siantar Tamat I 989

SMA SMAN 2 Pematang Siantar Tamat t992

D3 D3 ATRO POLTEKES Jakarta II Tamat r 995

Srata- 1 FKM-Universitas Sumatera Utara Tamat 2006

Srata- I FMIPA-Universitas Sumatera Utara Tamat 201 I

Strata-2 FM IPA-Universitas Sumatera Utara Tahun 201 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PEGANTAR

Puji dan Syukur kepada Kristus Yesus sang penolongku, sehingga dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini yang berjudul : " Penentuan Nilai Half Value Layer (HVL) pada

pesawat Sinar-X Dengan menggunakan Attenuator Aluminium (Al), Tembaga (Cu)

Dan Timah (Sn)"

Penulisan tesis dilakukan dalam rangka memenuhi gelar Master Fisika pada Program Studi

llmu Fisika Paska Sarjana FMIPA Universitas Sumatera Utara-Medan.

Ucapan "terima kasih" dan penghargaan sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang ikut

membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

Dalam penulisan tesis ini disadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mernbangun demi menyempurnakan

isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang

membutuhkan. Amin.

Medan, Maret 2018

LINCEWATI SARAGI SIDAURUK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penentuan Nilai Half Value Layer (HVL) pada pesawat Sinar-X Dengan menggunakan
Attenuator Aluminium (Al), Tembaga (Cu) Dan Timah (Sn)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Half Value Layer (HVL) pada sinar-X dengan
menggunakan beberapa attenuator yaitu Aluminium (Al), Tembaga (Cu) dan Timah (Sn) di
Half Value Layer (HVL) yaitu: lapisan atau tebal
Rumah Sakit Universitas SumateratJtaru.
bahan yang membuat intensitas menjadi separuh dari intensitas semula. Metorie yang
digunakan berdasarkan Perka BAPETEN No.09 Tahun 2011 dan Standard Western Australia.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pesawat sinar-X tersebut diperoleh hasil
pengukuran nilai Half Value Layer (HVL) dengan menggunakan Aluminiurn (A1) pada
tegangan 50 kVp - 90 kVp. dengan kuat arus 20 mAs, didapatkan ketebalan HVL pada
- 3,0 mm Al, 60 kVp :4,0 mm Al, 70 kVp : 5,0 mm Al, Bl
Aluminium (Al) yaitu 50 kVp
kVp:5,6 mm Al dan 90 kVp:6,1 mm Al. Dengan menggunakan Tembaga (Cu) pada
tegangan 50 kVp:0,05 mm Cu,60 kVp:0,15 mm Cu, 70 kVp:0,2 mm Cu.8l kVp:0,3
mm Cu dan 90 kVp : 0,3 mm Cu. Dengan menggunakan Timah (Sn) pada tegangan 50 kVp
: 0,05 mm Sn, 60 kVp : 0,05 mm Sn, 70 kVp :0,05 mm Sn, 8l kVp : 0,05 mm Sn dan 90

kVp:0,05 mm Sn.

Kata Kunci : Half Value Layer (HVL), Multi Pupose Detektor (Piranha), Aluminium (Al).
Tembaga (Cu), Timah (Sn)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Determination of Half Value Layer (HVL) Value on X with using the some of
Aluminum, Copper And Lead (Al, Cu, and Sn) Attenuators

ABSTRAK

Half Value Layer (HVL) has been done on X-rays using Aluminum (Al), Copper (Cu) and
Lead (Sn) at University Hospital of Norlh Sumatera. Half Value Layer (HVL) is: a layer or
thick material that makes the intensity to half of the original intensity. The rnethod used is
based on BAPETEN Regulation No.09 of 2011 and Standard Western Australia. From the
results of research conducted on X-ray plane obtained the result of measurement of Half
Value Layer (HVL) value by using Aluminum (Al) at 50 kVp - 90 kVp, with strong current
of'20 mAs, obtained HVL thickness on Alurr-rinum 50 kVp - 3'0 mm Al, 60 kVp - 4'0 mm
Al, 70 kVp - 5.0 mm Al, 8l kVp = 5.6 mm Al and 90 kVp:6.1 mm Al. By using Copper
(Cu) at a voltage of 50 kVp - 0.05 mm Cu, 60 kVp : 0.1 5 mm Cu, 70 kVp : 0.2 mm Cu' 8l

kVp : 0.3 mrn Cu and 90 kVp : 0.3 mm Cu. By using Tin (Sn) at a voltage of 50 kVp -
0.05 mm Sn, 60 kVp:0.05 mm Sn, 70 kVp:0.05 mm Sn. 8l kVp:0.05 mm Sn and 90

kVp - 0.05 mm mm Sn. From the results of this study found that of the three types of
attenuator, the best as an attenuator for Half Value layer (HVL) for X-ray plane is
Aluminum (Al) and Copper (Cu). For Tin type Atenuator (Sn) is not suitable as an
attenuator to measure HVL on an X-ray plane at a voltage of 50 kVp - 90 kVp.

Keywords: Half Value Layer (HVL), Multi Pupose Detector (Piranha), Aluminum (Al),
Copper (Cu). Tin (Sn)

III

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Abstrak i

Daftar Isi iv
Daftar Gambar vi

Daftar Tabel vii


BAB I PENDAHULUAN
1i . Latar Belakang Masalah i
1.2 Tujuan Penelitian 4

1.3 Batasan Masalah 4

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah penemuan Sinar X 5

2.1.1 Pengertian Sinar-X 5

2.1.2 Sinar-X Untuk Diagnostik 6

2.1.3 Produksi Sinar-X 6

L.I .+ Sifat-sifat Sinar-X 8

2.1.5 Pembuatan sinar X ll


2.1.6 Proses terjadinya sinar -X dari tabung Roentgen i5
2.1.7 Beda Potensial Tabung (kVp, kiloVolt peak) t7

2. 1.8 Filtrasi (Filtration) lv


2.1.9. Half Value layer (HVL) 24

2.1.i0 Aluminium (Ai) :U

2.1 .l I Tembaga (Cu) JJ

2.1.t2 Timah ( Sn ) 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


J.l. Tempat dan Jadwal Penelitian 39
)a 39
).2. Peralatan
11 43
-').-). Metode Penelitian
3.4. Diagram alir Penelitian 46

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1. Hasil Pengukuran Atenuator dengan menggunakan Aluminium (Al). 47

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2. Pengukuran Atenuator dengan menggunakan Tembaga (Cu) 5l

4.3. Hasil Pengukuran Atenuator dengan menggunakan Timah (Sn) 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAI\


5.1. Kesimpulan 59

5.2. Saran 59

DAFTAR PUSTAKA 60

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAF'TAR GAMBAR

GAMBAR JUDUL HALAMAN

Gambar 2.1. Skema Tabung Sinar-X

Gambar 2.2. Sinar-X karakteristik diproduksi setelah ionisasi


elektron kulit K Ketika elektron kulit terluar
mengisi kekosongan kulit K, sinar-X diemisikan 19

Gambar 2.3 Konstruksi detektor isian gas 35

Gambar 3.1 Pesawat Sinar X Radiografi Umum 39

Garnbar 3.2 Spesifikasi Tabung pesawat Radiografi Umum 40

Gambar 3.3 Multi Meter Radiasi (Piranha) 40

Gambar 3.4 Attenuator Aluminium (Al) 41

Gambar 3.5 Attenuator Tembaga (Cu) 42

Gambar 3.6 Attenuator Timah (Sn) 42

Gambar 3.7 Meter 43

Gambar 3.8 Diagram Alir Penelitian 46

Gambar 4.1 Half Value Layer 47

VI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

t.toMoR JUDUL HALAN,,IA}'J

4.1 Tegangan 50 kVp 48

4.2 Tegangan 60 kVp 49

4.3 Tegangan 70 kVp 49

4.4 Tegangan 81 kVp 50

4.5 Tegangan 90 kVp 50

4.6 Tegangan 50 SD 90 kVp 51

4.7 Tegangan 50 kVp 5l

4.8 Tegangan 60 kVp 52

4.9 Tegangan 70 kVp 52

4.10 Tegangan 8l kVp 53

4.1 1 Tegangan 90 kVp 53

4.12 Tegangan 50 SD 90 kVp 54

4.13 Tegangan 50 kVp 54

4.14 Tegangan 60 kVp 55

4.t5 Tegangan 70 kVp 55

4.16 Tegangan 8l kVp 56

4.17 Tegangan 90 kVp 56

4.r8 Tegangan 50 SD 90 kVp 57

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PEI{DAHULUAFI

i.7. Latar Belakang ivlasalah

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisrka berkebangsaan Jerman. pertama hali

menemukan sinar-X pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperirnen dengan sinar

katoda. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari kristai bariurrr

platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. la segera menyadari

bahwa fenornena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigiii ia terus

menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama

kemudian ciitemukanlah sinar yang disebutnya sinar 'oaru atau sinar-X. Baru di kemudian

hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada

Wilhelm Conrad Rontgen.

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan

gclom'oang raclio, cahaya tampak (visible iightl dan sinar ultraviolet, tetapi dengan

panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya

yang kelihatan. Karena panjang geiombangnya yang pendek, maka sinar-X ciapat

menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi. 2001)

Sinar-X merupakan salah satu radiasi gelombang elektromagnetik bLratan yang sejenis

dengan gelombang radio, panas dan cahaya, tetapi memiliki panjang gelombang sangat

pendek yaitu 1ii0.000 panjang gelornbang cahaya tampak. sehingga memiliki ciaya

tembus tinggi terhadap material yang dilaluinya. Sinar-X dimanfaatkan dalam bidang

radioiogi uniuk diagnosis penyakit (Rasacl, 2010).

Sebagai upaya penerapan standar keselamatan radiasi, pada tahun 1995 - 1999 Badan

Tenaga r.r--uklir Internasionai (IAEA) mengadakan proyek riset terpadu tentang proteksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


radiasi tialam radiokrgi cliagnostik di beberapa negara Eropa Timur, kawasan Afrika, dan

Asia termasuk Indonesia. Awalnya riset terpadu tersebut hanya untuk radiografi dan

mencakup aspek optimisasi protcksi radiologik. Kemuciian riset terscbut diperlr.ras untuk

fluoroskopi dan contputed tomograp,hy (CT), dengan cakupan utamanya hanya dosis pasien

dan jaminan mulu peralatan, serta ticiak termasuk aspek reduksi dosis pasien dalam

fluoroskopi dan CT. Tujuan utama dari riset terpadu tersebut adalah untuk menginisiasi

program optimisasi proteksi radiasi di tiap negara yang berpartisipasi dengan mengintroduksi

pelaksanaan jaminan mutu. Vienna (2001).

R-ontgen dalarn penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar-X.

Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat

merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Rontgen antara lain ialah bahwa sinar ini

bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetik dan mempunyai daya

tembus yang semakin kuat apabila tegangan Iistrik yang digunakan semakin tinggi,

sedangkan di antara sifat-sifat lainnya ialah bahwa sinar-sinar ini menghitarnkan kertas

potret.

Berkas sinar-X energi rendah tidak rnemiliki energi yang cukup untuk menembus

pasien, sehingga tidak beryeran dalam memberikan informasi diagnostik pada fiim atau

penerima citra. Dilain pihak, sinar-X pada energi sangat rendah dapat mengakibatkan

tambahan penerimaan dosis pasien yang sebetuinya tidak diperlukan.Untuk hal tersebut

diperlukan sesuatu untuk menahan radiasi (attenuator) sinar X yang berenergi rendah seperti

Alunrir-tiuin.

Penambahan attenuator yang disesuaikan dengan kebutuhan, mengakibatkan energi

eiektif (secara ieori) dapat bergeser kearah enetgi maksirnum. Sesuai dengan ganibaran

tersebut penambahan attenuator yang sesuai akan mengurangi intensitas sinar-X yang tidak

diperlukan dalam proses radiodiagnostik, sehiiigga akan menghasilkan citra lebih baik sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


depgan yang diinginkan. Oleh karena itu, pcnggunaan attenuator yang sesuai, akan

menghasilkan beberapa keuntungan seperli: eliminasi sinar-X energi rendah, meningkatkan

energi efektif, dan pengurangan penerir-naan dosis pada pasien.

Daya tembus sinar-X ditunjukkan dengan rTilai energi efbktif berkas sinar-X itu sendiri.

Berkas sinar-X yang memiiiki energi tinggi memiiiki daya tembus yang lebih tinggi

dibandingkan dengan berkas sinar-X berenergi lebih rendah. Kemampuan untuk menembus

ituiah atau daya tembus berkas sinar-X dikenal dengan kualitas berkas sinar-X. Untuk

pesawat radiologi diagnostik, kualitas berkas radiasi dikarakterisasi secara numerik dengan

nilaitebalparuh atau Haif Value Layer (HVL).

HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan yang dibutuhkan untuk mengurangi

intensitas sinar-X menjacii setengah dari intensitas semula. Keuntungan dari penggunaan

HVL adalah meningkatnya energi efektif sinar-X dan secara tidak langsung meningkatkan

kinerja pesawat sinar-X. Apabila energi efbktif pada berkas sinar-X rneningkat karena adanya

peningkatan energi efektif akibat penambahan filter, maka daya tembus sinar-X juga

meningkat.

Half Value Layer (HVL), adalah ketebalan bahan di mana intensitas radiasi memasuki

bahan tersebut berkurang setengah dari dosis sebelumnya. HVL juga dapat dinyatakan dalam

hal tingkat Kerma udara. lapisan setengah-nilai diperoleh dari ketebalan material yang telah

ditentukan, melemahkan sinar radiasi ke tingkat sedemikian rupa sehingga dosis dikurangi

menjadi ssetengah dari nilai aslinya. Atau HVL adalah junrlah rata-rata bahan yang

,Jiperlukarr untuk menyerap 50Y, dari dosis radiasi awal (yaitu, untuk tnengurangi itrtensitas

radiasi insiden ). Sebagian besar pemeriksaan X-ray secara rutin dilakukan pada tegangan

tabung rnulai dari 50 kV sampai 120 kV. dan umumnya attenuator yang digunakan pada

tabung pada pesawat sinar X jenis Radiografi umum menggunakan filter jenis Aluminium

(Al). Filter yang digunakan untuk rutin diagnostik pemeriksaan berkisar i,8 mmAi sampai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.5 mmAl. i.iilai-nilai dosis kulit ini berhu'oungan nilai-nilai Kerma udara. Sebuah diagnostik

sinar X-ray ini ditandai dengan keluaran sinar- X dan kualitas attenuator. Keluaran sinar X

dan kuaiitas atlenuator yang terganlung pada pengaturan tegangan iabung dan filtrasi Total

tabung. Umumnya peralatan pesawat sinar X untuk .ienis radiografi umurl menggunakan

filter Aluminium (Ai), sehingga penuiis perlu melakukan peneiitian ini dengan

menggunakan attenuator dengan jenis lain yaitu Tembaga(Cu) dan Timah (Sn).

I.2. Tujuan Perrelitian

Untuk mengetahui hasil pengujian Kualitas keluaran radiasi dengan melakukan

pengukuran llalf Vaiue layer (tlYL) clengan menggunakan attenuatt.rr jenis Aluminum (Al).

Tembaga (Cu) dan Timah (Sn).

I.3. Batasan Masalali

Penelitian ini dilakukan pengukuran HalJ'Yalue layer (HVL) dengan menggunakan

attenuator jenis Aluminum (AL), Tembaga (Cu) dan Timah (Sn) pada saiah satu pesawat

Radiografi Umum di Rumah Sakit Umum Universitas Sumatera Litara di

Jl.NLfulansyur,Medan .

1.4. Manfaat Penelitian

Bisa sebagai referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Fisika dan

untuk perusahan atau pabrik yang akan membuat pesawat sinar X yang baru untuk

menciapatkan kualitas radiasi yang lebih baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah penemuan Sinar X

Sinar X ditemukan secara tidak sengaja oleh Wilhelm Conrad Rontgen (1845-1923).

Iimuwan Jerman pada Novernber i895. Pada waktu itu, Rontgen seiiang mempela-iari

pancaran electron dari tabung katoda. Lempeng logam yang letaknya di dekat tabung katoda

memencarkan sinar llueresens selama elektron di alirkan. Oleh se'oab itu Rontgen

menyimpulkan bahwa sinar tersebut disebabkan oleh radiasi dari suatu atom karena tidak

dikenal daiarn ilmu, maka Rontgen memberikan narna dengan sebutan sinar- X.

2.1.1. Pengertian Sinar X

Sinar- X adaiah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan geiombang

radio. panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan paniang gelombang yang sangat

pendek. Sinar- X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat.

Perbedaan antara sinas- X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang

gelombang, di mana panjang gelombang sinar- X sangat pendek yaitu hanya 1i10.000

panjang gelombang cahaya yang pendek itu, maka sinar- X dapat menembus benda-benda.

Panjang gelombang sinar elektromagnetik dinyatakan dalam satuan Antstrong.

tA: tO-8 cm ( ( I/100.000.000 cm )

Gelombang sinar elektromagnetik terdiri atas : listrik, radio, infrarnerah, cahaya. ultra

violet, sinar- X, sinar gamma dan sinar kosmik. Gelombang yang dipergunakan dalam dunia

kedokteran antara 0,50 A tJ,l25 A. Sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada
-
bagian tubuh yang akan didiagnose. Berkas sinar-X tersebut akan menembus bagian tubuh

dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan terbentuk garnbar dari bagian tubuh yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


disinari. Sebelum pengoperasian pesawai sinar-X periu diiakukan scting parameter untuk

mendapatkan sinar-X yang dikehendaki. Parameter-parameter tersebut adalah tegangan (kV),

arus tabung (mA) dan waktu paparan (s).

Tegangan tabung pada pesawat sinar-X merupakan salah satu faktor yang

dapat dikontrol untuk mengurangi radiasi hambur dan mengurangi cit-rsis yang ciigunakan

dalam radiodiagniostik (Vassileva,2004). Peningkatan nilai tegangan tabung pesawat sinar-X

yang digunakan harus diimbangi dengan penurunan nilai arLrs tabung pernbangkit sinar-X dan

waktu penyinaran sehingga diperoleh intensitas radiasi yang menghasilkan densitas bayangan

yang cukup. Penentuan kontras pada tegangan tabung pesawat sinar-X dilakukan dengan cara

pengukuran dosimetrik yang diterapkan secara langsung dalam suatu pengaturan

eksperimentai (Kramer dan Seibach, 2003). Pada pengaturan tegangan tabung rendah

biasanya diikuti dengan peningkatan kontras (Vollmar dan Kalender, 2009).

2.i.2. Sinar-X Untuk Diagnostik

Lebih dari satu abad yang lalu sinar-X ditemukan dan sekarang aplikasinya sangat

beragam. salah satunya di biciang medis. Sitbt - sifat sinar-X yang dapat menembus bahan

dan menghitarnkan plat film dimanfaatkan untuk diagnosa penyakit. Diagnosa dilakukan

dengan membuat gambaran anatomitubuh memanfaatkan sinar-X yang menembus tubuh.

2.1.3. Produksi sinar-X

Bagaimana sinar-X dihasilkan adalah faktor penting yang menentukan kualitas dan

karakteristik citra radiogral' (Hendee dan Ritenour, 20A2). Produksi sinar-X terjadi di suatu

sumber yang disebut tabung sinar-X, sepefti pada gambar 2.1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


StatDr B*arirtit -l.iri;ist+rt *,rr:Jg
El*ctrrmagn*ts
GIaSS EfliiElLlFE

,&rrfiature

+
ft::talirri:t
Pt:rIi::ri
1..':: I
:'b :l + r r ur r-r'
Fl**1., arrC Bass
rHifih

Gainbar 2. i. Skema Tabung Sinar-X

(Hendee and Ritenour. 2002)

Pada tabung tersebut ierjadi perubaiian ener'gi listrik irienjadi radiasi sinar-X rjair panas yang

tidak dapat dihindarkan. Proses terjadinya sinar-X dapat diurutkan sebagai berikut:

a. Produksi elektroir bebas

Elektron bebas dihasilkan pada filamen di katoda, arus listrik menaikkan temperatur filamen

rnenjadi sangat tinggi sehingga sebagian elektrotlrya merniliki ettergi therinal yang cukup

untuk bebas dari energi ikat inti atomnya, dan membentuk awan elektron.

b. Beria potensial tinggi

Untuk mempercepat elektron Beda potensial yang tinggi diberikan di antara katoda dan

anoda, beda potensial ini menarik dan rnempercepat awan elektron bebas di katoda tnenu.iu

anoda.

c. Tumbukan dengan anoda

Elektron yang dipercepat akan menumbuk anoda dan terjadi sinar-X, energi kinetik elektron

yang dipercepat hilang saat tumbukan, dan hanya kurang lebih satu prosen saja yang merriadi

sinar-X, sisanya rnenjadi energi panas. lnteraksi eletron dengan materi (anoda) karena

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tumbukan tersebut akan menyebabkan terjadinya raciiasi Bremsstrahiung dan radiasi

karakteristik. Sinar-X yang terjadi disebut juga sinar-X bremstrahlung atau sinar-x

karakteristik.

2.1.4. Sifat-sifat Sinar- X

Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik antara lain daya tembus, peftebaran, penyerapan,

efek fotografik. fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu, sinar-X tidak dapat dilihat

dengan mata, bergerak lurus dimana pergerkannya sama dengan kecepatan cahaya. tidak bisa

difraksikan bersama lensa atau prisma tetapi bisa difraksikan dengan kisi kristal. Bisa

diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda

padat, memiliki frekuensi gelombang yang tinggi.

a. Daya tembus

Sinar x bisa menembus bahan atau massa yang padat bersama daya tembus yang sangat besar

seperti tulang dan gigi. Semakin tinggi tegangan tabung ( besarnya kV) yang dipakai,

semakin besar daya tembusnya. Semakin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda,

semakin besar daya tembusnya.

b. Peftebaran

Apabiia berkas sinar-X melewati suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut akan

beftebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau

zat yang dilewati. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf cian pada film

akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi dampak radiasi

hambur ini maka diantara sub-iek dengan diletakkan tirnah hitara (grid) yang tipis.

c. Penyerapan

Sinar-X dalam radiografi diserap oleh balrarr atau zat sesuai dengan berat atom atait

kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin

besar penyerapannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Fiuoresensi

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan teftentu seperti kalsium tungstat atau zink sulflde

memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu :

l. Fluoresensi. yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-X saia.

2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar -

X sudah dimatikan (after - glow).

e. Ionisasi

Efek primer dari sinar x apabita mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi

partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi

Kerusakan jaringan atau perubahan yang disebabkan oleh paparan radiasi pengion-yaitu,

sinar gamma, sinar X, dan partikel berenergi tinggi seperti neutron, elektron, dan positron.

Radiasi pengion menembus jaringan hidup dan dapat menghanourkan sel-sel hidup atau

membuat fungsinya menjadi tidak normal. Radiasi pengion termasuk alpha. beta dan sinar

gamma dan neutron dengan energi yang cukup untuk menghasiikan pasangan ion yaitu

elektron, yang dapat menghasilkan radikal bebas pada gilirannya dapat merusak struktur

molekul yang mengakibatkan ciisfungsi sel (efek somatik) atau mutasi (kerusakan genetik).

(Adhikari, 2012). Spektrum Sinar-X diperngaruhi oleh beberapa faktor:

i. Tegangan Tabung (kvp) dijelaskan sebagai energi maksimum pada spektrum

bremsstrahlung. Pengaplikasian tegangan mengatur energi elektron proyektil, intensitas,

energi maksirnuin dan energi rata-taia dari berkass sinar-X. N,lerubah kVp tidak akan

merubah energi karakteristik sinar-X. (Fosbinder & Kelsey, 2002).

2. Arus tabung (mA) adalah sama dengan jumiah elektron-elektron yang bergerak dari

katoda ke anoda persatuan waktu. mA mengendalikan banyaknya elektron proyektil

menurnbuk anoda dan intensitas berkas sinar-X. Perubahan pada rnA akan merubait

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


intensitas berkas sinar-X, tctapi tidak energinya. Jumlah sinar-X karakteristik akan

meningkat seiring dengan meningkatnya mA, tetapi energinya tetap. Kuantitas berkas

sinar-X berbanding lurus dengan mA; menggandakan nilai mA maka akan


menggandakan kuantitas dari berkas sinar-X. (Fosbinder & Kelsey, 2002).

3. Waktu paparan adalah lamanya produksi sinar-X. Kuantitas dari sinar-X ber'oanding

lurus dengan hasil dari arus tabung dan waktu penyinaran (mAs).

4. Fiitrasi berkas sinar-X mempengaruhi intensitas dan rala-rata energi dari berkas sinar-X.

Menambahkan filtrasi akan menaikkan energi rata-rata sinar-X serta mengurangi intensitas

berkas. Perubahan fiitrasi tidak mengubah energi maksimum berkas sinar-X ataupun

energy dari sinar-X karakteristik. Filter biasanya terbuat dari lapisan tipis aluminium atau

jenis logam Iainnya yang dipasang pada tempat keluarnya berkas sinar-X pacla rumah

tabung. Kegunaan filtrasi adalah untuk menyerap sinar-X berenergi rendah sebelum

mengenai pasien (Fosbinder & Keisey, 2002).

5. Bahan target (anoda) mempengaruhi efisiensi dari produksi radiasi bremsstrahlung,


dengan keluaran paparan secara kasar berbanciing dengan nomor atom. Elektron yang

datang ke atom target lebih berpeluang mengalami interaksi radiatif pada bahan dengan

nomor atom tinggi. Energy dari sinar-X karakteristik diproduksi di target tergantung dari

bahan target. Oleh karena itu, bahan target mempengaruhi kuantitas dari foton-foton

bremsstrahlung dan kualitas dari radiasi karakteristik.

6. Generator mempengaruhi kualitas dari spectrum sinar-X yang diemisikan. Pada kVp yang

sama, generator dengan fase turrggal menunjukkan beda potensial yang rata-rata lebih

rendah dari yang bisa diberikan oleh generator tiga-fase atau generator frekuensi tinggi.

Kualitas dan kuantitas spectrum sinar-X kedua-duanya dipengaruhi oleh tipe generator

yang digunakan. Generator mempengaruhi intensitas dan energi rata-rata dari berkas sinar-

X. (Fosbirrder & Kelsey ,2002)

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.5. Pembuatan sinar X

Untr"rk pembuatan sinar- X diperlukan sebuah tabung roentgen hampa udara dimana

terdapat eleklrt-rn-eiektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suau sasaran

(target). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di mana energi elektron

sebagian tresar dirubahmenjadi panas ( 99%) dan sebagian kecil ( i % ) dirubah

menjadi sinar- X .

Suatu tabung pesawat roentgen mempunyai beberapa persyaratan, yaitu :

l. Mempunyai sumber elektron

Sebagai sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katoda di dalam tabung

pesawat Roentgen. Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transpormator khusus.

2. Gaya yang mempercepat gerakan elektron

Gaya tersebut bergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung Reontgen.

3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa uclara

Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda dan anoda.

4. Alat pemusat berkas elektron ( focusing cup )

Alat ini menyebakan elektron-elektron tidak bergerak terpencar-pencar, tetapi terarah

ke bidang fbkus ( focal spot )

5. Penghenti gerakan elektron.

Penghentian atau penghambat gerakan elektron dapat dibedakan atas :

a. Keping Wolfarm yang ditanamkan di dalam tembaga pada tabung Roentgen anoda
f:^---
ulatil.

b. Piring Wolfarm di atas tangkai molybdenum pada tabung Roentgen anoda putar. Pada

ujung tangkai ini terdapat rotor ( angker ) motor listrik.

l-L

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Wolfann adalah bahan fokus yang mempun,vai titik lebur yang tinggi, mencapai
3.400oC dan nomor atom 74. Secara teknis syarat-syarat tersebut di atas terpenuhi oleh

tabung pesawat Roentgen yang terdiri atas :

a. Tabung gelas silindrik hampa udara.

b. Katoda dengan filamen yang terbuat dari kawat tungsien yang mcmpunyai titik lebur

tinggi, filamen initerdapat di dalam alat pemusat berkas electron ( focusing cup )

c. Anocia dimana terdapat bidang fbcus (lbcul spot) yang merupakan sasaran (target)

yang akan ditubruk oleh elektron-elektron.

Percepatan gerakan elektron diperoleh dari generator tegangan tinggi (transpormator).

Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor

pendukung dalam proses pembangkitan seperti tersebut di bawah ini:

1. Sumber elektron (filamen)

Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung sinar-X
Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transfotmator khusus (Arif jauhari, 2008).

2. Anoda

Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai radiator di luar

tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi, mempunyai anoda yang

cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang rnengalir melalui tabung tersebut (Arif

Jauhari, 2008).

? V qtoAq

Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang dipanaskan oleh

arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk mencapai target elektron,

dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.

4. Alat pemusat berkas elektron

t2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Aiat pcmusat berkas clektron merupakan suatu lensa elektronik yang menyebabkan

elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke bidang fbkus, dapat

menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik pada dinding bagian

dalam dari kaca tabung sinar-X (Arif Jauhari, 2008)'

5. Target

Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang mempunyai Z (nomor

atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik mungkin. Walaupun efisiensirrya

tinggi, kurang dari lo/o energi elektron berubah menjadi sinar-X. Selebihnya herubah

menjadi panas sehingga target harus mempunyai titik lebur yang tinggijuga harus dapat

menghilangkan panas. Ini diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat

konduktivitas panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempcikan

berhadapan dengan katoda.

6. Tabung pembungkus

Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan panas seperti

pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara harus mendekati

sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari kaca pyrex agar mampu menahan panas

generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian dari tabung hampa udara.

Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih efisien dan daya tahan yang lebih

lama (NIukhlis, Akhadi, 2001).

7. Perisai tabung

Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan terhadap

sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isoiasi listrik, hal ini

biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya. Jalan keluarnya

pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan ukuran dan diberikan

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mcngenai daerah yang dibatasi ini tidak

lebih daridosis maksimalyang diperlukan (Mukhlis. Akhadi, 2001).

Rumah tabung

Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang dirancang untuk

mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal radiologi yaitu adanya radiasi

karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik. Terjadinya kebocoran radiasi

disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus dinding perisai tabung. Radiasi ini

tidak berperan dalam menghasilkan informasi diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang

tidak berguna bagi pasien (Krane, 2008).

q Filtcr

Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam radiologi

diagnostik. Aiuminiun dengan nomor atom l3 (tiga beias) rnerupakan bahan filter yang

baik sekali untuk radiasi energi rendah.iuga baik untuk bahan filter dengan tujuan umum.

Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh sembilan) lebih baik untuk radiasi energi

tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa

menukar filter. Untuk praktisnya, banyak ahii radiologi paling suka menggunakan bahan

filter tunggal, biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan

campuran fiiter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal.

10. Pembatas sinar

Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah tabung sinar-

X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator. Kolirnator terdiri dari

tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah, dan shutter dalam. Shutter

terdepan digunakan untuk mengatur lapangan sinar-X. Saat shutter terdalam

mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah dari pipa pencegah berguna

t4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk menghentikan radiasi hambur. Aiat pembatas sinar-X ini terdiri ciari dua pasang

shutter yang sama setiap pasang dan dapat digerakkan secara bersama-sama, sehingga

aniara kedua pasang shutter ierse'out dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya

penumbra. Dua shutter ini dapat digunakan sebagai sistem dia fragma yang dapat diatur

scsuai dengan ukuran luas lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan

sistem cahaya tampak sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien

kelihatan seperti sinar tampak. Ef-rsiensi produksi sinar-X tidak berganiung pada arus

tabung, akibatnya, terlepas dari mA yang diatur, efisiensi produksi sinar-X tetap konstan.

Efisiensi produksi sinar-X meningkat dengan meningkatnya kVp. Pada 60 kVp, hanya

0,5olo energi kinetik elektron yang diubah menjasi sinar-X.Pada 100 kVp, sekitar 1o%

energi kinetik elektron yang diubah menjasi sinar-X. (Bushong, 2013).

2.1.6 Proses terjadinya sinar -X dari tabung Roentgen

Urutan proses terjadinya sinar- X adalah sebagai berikut :

l. Katoda ( filamen ) dipanaskan ( lebih dari 2.000oC ) sampai menyala dengan mengalikan

Iistrik yang berasal dari tranformator .

2. Karena panas, elektron-elektron dari katode (filamen) terlepas.

J. Sewaktu dihubungkan dengan tranformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan

dipercepat gerakannnya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat ( focusing cup ).

4. Filamen dibuat relatif negative terhadap sasaran ( target ) dengan memilih potensialtinggi.

5. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran ( target ) sehingga terbentuk

panas ( >99o ) dan sinar X(<1%).


6. Pelindung ( perisai ) timah akan mencegah keluarnya sinar- X daritabung, sehingga sinar-

X yang terbentuk hanya dapat keiuar melaluijendela.

7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan electron ditiadakan oleh radiator

pendingin.

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


iumlah sinar- X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat tiilihat pada alat pengukur

milliampere (mA), sedangkan jangka rvaktu pemotretan dikendalikan oleh alat ukur waktu .

Meningkatnya penggunaan radiasi pengion dalam kedokrcran, akibat resiko atas

pemanfaatan radiasi tersebut dan kebutuhan untuk menegakkan kebijakan dan perlindungan

radiasi menyebabkan banyak negara mengeluarkan reguiasi dan pedoman seperti prosedur

proteksi sinar-X (1AEA,2006). Penentuan distribusi foton tergantung pada energy, meskipun

diperlukan dan dibutuhkan waktu dan pengalaman yang signifikan (ICRU,2005).

Sinar -X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energy yang sangat tinggi. Sinar

-X dihasilkan di dalam tabung sinar-X. Di dalam tabung, sinar-X dihasilkan r.rlch elektron

bebas yang dipercepat dengan beda potensial yang sangat tinggi, lalu ditembakkan ke suatu

target. Pada proses perlambalan elektron berkecepatan tinggi oleh medan inti atom target

akan dihasilkan sinar-X kontinue dan sinar-X karakteristik sesuai dengan bahan target yang

digunakan.

Sinar-X memiliki daya tembus yang sangat tinggi dan dapat menghitamkan film yang

dilaluinya. Karena sifat itulah, sinar-X sering diaplikasikan untuk dunia kedokteran sebagai

alat untuk diagnosis penyakit. Namun, selain mafaatnya yang sangat besar,sinar-X juga

berpotensi membahayakan pasien karena ciapat menginduksi kanker. Oleh karena itu daiam

penggunaan sinar-X harus digunakan seoptimal mungkin,yaitu dosis serendah-

rendahnya,dengan kualitas citra radiografi yang dapat diterima.

Kualitas sinar-X adalah pengukuran kemampuan berkas sinar-X untuk menembus obyek.

Daya tembus ,Jigambarkan sebagai jarak berkas sinar-X melewati obyek atau materi. Satuan

kualitas sinar-X disebut Half-value layer (HVL). HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan

bahan penyerap yang digunakan untuk mereduksi intensitas (kuantitas) sinar-X menjadi

setengah dari nilai sebenarnya. Faktor yang berpengaruh langsung adalah kVp dan filter.

Fakto-r-faktor yang mempengaruhi kualitas sinar juga akan mempengaruhi kontras radiografi.

_LO

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.7 Beda Potensial Tabung (kVp, kiloVolt peak)

Tegangan tabung adalah men, indahkan satu satuan muatan. Menarik elektron dari filamen

ke permukaan targei yang tertanam di anoda. tsetia potensial akan mempengaruhi kualitas

dan kuantitas sinar-X karena perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang

dihasiikan. Semakin tinggi nilai kVp semakin pendek panjang gelombang. semakin baik

kualitas sinar-X. Pada kenyataannya kVp yg digunakan antara 40-150 kVp. Secara teorijika

intensitas sinar-X dinaikkan 2x iipat maka akan menaikkan kVp sebesar 4Ao/o. Ketika kVp

dinaikkan sedangkan mAs diturunkan dengan OD (Optical Density) tetap maka dosis yang

diterima pasien akan turun seoara signifikan mengurangi kontras. Beda potensial tabung

sinar-X (kvp) dapat berpengaruh pada intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan

berpengaruh pula terhadap citra radiograf yang dihasilkan pacla suatu objek. Selain itu, kVp

juga berperan penting dalam kemampuan daya tembusnya dalam menembus suatu bahan atau

objek terutama terhadap obiek yang iebal. Semakin tebal suatu objek maka semakin tinggi

pula kVp yang kita atur dalam melakukan eksposi. Hal tersebut mempengaruhi intensitas

sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X. Peranan kVp sangat penting ketika peristiwa Anode

Heel Effect dimana apabila ketebalan suatu objek tidak merata maka penggunakan kVp yang

tepat sangatlah mempengaruhi citra radiografi yang dihasilkan. Dimana ketika melakukan

positioning sebaiknya kita meletakkan objek yang tebal pada sisi katoda sedangkan objek

yang tipis (tidak begitu tebal) diletakkan tepat pada sisi anoda. Hai ini dikarenakan agar

intenstas sinar-X yang diterima oleh objek sama rata.

Elektron dengan kekuatan yang lebih besar, inilah yang rnenyebabkan Elektron

bergerak sangat cepat menuju anoda. (Nova Rahman, 2009).

Beda potensial mempengari kuantitas sinar-X (intensitas sinar-X) yang dikeluarkarr tabung,

berpengaruh pula pada ketebalan objek yang dilaluinya, peristiwa anode heel effect serta

pada garnbaran yang dihasilkan. (Nova Rahuran, 2009)

L7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Scmakin tinggi kV yang diberikan diantara katoda dan anoda. maka Elektron akan

bergerak semakin cepat. Semakin cepat Elektron menumbuk anoda pada target, maka akan

semakin cepat sinar-X terbentuk rjan sernakin kuat da-va tembus dari sinar-X yang dihasilkan

tersebut. Q'lova Rahman. 2009)

Beda potensiai akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas sinar-X karena

perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kVp

semakin pendek panjang gelombang. semakin baik kualitas sinar-X. (Bushong. 2413)

2.1.8 Radiasi Karakteristik

Radiasi karakteristik dihasilkan jika elektron proyektil berinteraksi dengan elektron

pada kulit terdalam atom target. Sinar-X karakteristik dihasilkan saat terjadi interaksi cukup

untuk mengionisasi atom target melalui penghapusan total ciari sebuah elektron kulit

terdalam. Ketika proyektil elektron mengionisasi atom target dengan menghapus elektron

pacia kuiit K, terjadi kekosongan elektron sementara pada kulit K. Ini adalah keadaan vang

tidak wajar untuk atom target, dan hal itu diperbaiki dengan cara sebuah elektron O, *rrn

terluar berpindah jatuh untuk mengisi ke kekosongan pada kulit K. Transisi eiekiron orbital

dari kulit luar ke kulit bagian dalam diserlai dengan emisi sinar-X. Sinar-X memiliki energi

sama ciengan perbedaan energi pengikat dari eiektron orbital yang terlibat. (Bushong.2013).

Kemampuan foton untuk menembus benda tergantung pada energinya. Foton sinar-X

berenergi tinggi mempunyai kemampuan menembus benda padat lebih tinggi daripaiia foton

sinar-X yang berenergi lebih rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi kVp dan energi rerata

pancaran sinar, semakin tinggi kemampuan penetrasi sinar ierhadap benda padat. (Bushong,

20t3)

Intensitas sinar-X yang dihasilkan berbandii-rg lurus dengan kuadrat dari kV yang

digunakan pada saat pemeriksaan radiografi. Ini berarti semakin tinggi kV yang digunakan.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


maka semakin tinggi pula iniensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan dihasiikan paniang

gelombang yang lebih pendek sehingga daya tembusnya besar. (Nova Rahman, 2009)

Proje;rlF
+ieatr {!a
lcn:zeC i Dnr2s{l o
k-sh+1, k-ai€rl
elecl'aln Char naiE, is1r.,:
r-rav

CS.lr alilte-,1slrJ:

Gambar 2.2 Sinar-X karakteristik diproduksi seteiah ionisasi elektron kuiit K Ketika
elektron kulit terluar mengisi kekosongan kulit K, sinar-X diemisikan.
Produksi panas dan sinar-X karakteristik melibatkan interaksi antara elektron proyektil

dam elektron target. Tipe interaksi ketiga dimana eiektron proyektil dapai kehilangan energi

kinetiknya adalah interaksi dengan bidang nuklir dari atom target. Pada interaksi ini, energi

kinetik dari elektron proyektil diubah menjadi energi elektromagnetik.

Sebuah elektron proyektil yang menghindarielektron orbital saat melewati atom target dapat

sampai cukup dekat dengan inti atom untukberacia di bawah pengaruh medan iistrik. Karena

elektron bennuatan negatif dan inti bermuatan positif,, ada elektrostatikgaya tarik-menarik

antara mereka. Semakin dekat eiektron proyektil menuju nukleus. setnakin dipengaruhi pula

oleh medan listrik dari nukleus. Medan ini sangat kuat karena nukleus mengandung proton

dan jarak antara nukleus dan elektron proyektil sangat pendek. Ketika proyektil elektron

melewati inti, elektron proyektik akan melambat dan mengubah arah jalannya, meninggalkan

inti dengan mengurangi energi kinetiknya dalarn arah yang'oerbeda. Hilangnya energi kinetik

ini muncul kembali sebagai sinar-X. (Bushong, 2013). Tipe sinar-X ini disebut sinar-X

bremsstrahlung. Bremsstrahlung berasal dari bahasa Jerman yang berarti "radiasi yang

melambat". Sinar-X Bremsstrahlung dapat dianggap radiasi yang dihasilkan dari pengereman

elektron proyektil oleh nukleus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Untuk mendapatkan gambaran vang baik" dibutuhkan penggunaan faktor eksposi yang

tepat termasuk kV. Pada pasien yang gemuk cenderung digunakan kV yang lebih tinggi

dengan alasan supaya sinar-X dapat mennrbus tubuh Basien dan membentuk gambaran pada

tilm. Apabila penggunaan kV tidak tepat maka akan teriadi pembentukan gambaran yang bisa

dianggap salah yaitu over expose atau gambaran dengan densitas yang tinggi akibat

penggunaan faktor eksposi yang terlalu tinggi dan under espose atau gambaran dengan

densitas yang rendah akibat penggunaan taktor eksposi yang terlaiu rendah. (Nova Rahman.

2009.

Penggunaan kV tinggi akan menyebbakan radisi hambur (scatter radiation). Hal ini

dikarenakan sinar-X yang dihasilkan dari kV yang tinggi akan memiliki intensitas yang tinggi

pula. Saat berinteraksi dengan objek, sinar-X dengan intensitas tinggi ini ada yang diteruskan

dan ada pula yang dipantulkan. Sinar-X yang memantul ini karena masih memliki intensitas

yang tinggi maka masih sanggup untuk menghitamkan fiim. Karena hal ini. gambaran yang

dihasilkan, densitasnya akan lebih tinggi dari biasanya. Untuk mencegah terjadinya hal ini,

maka digunakan gris yang merupakan suatu alat berbentuk lempengan yang ciipasang di atas

kaset yang dieksposi, terbuat dari aluminium yang disusun perbaris, dimana tu.iuan

penggunaan alat ini adalah untuk menyerap radiasi hambur. sehingga sinar-X yang masuk ke

kaset dan mengenai film hanya sinar-X yang memiliki kualitas bagus. (Nova Rahman, 2009).

2.1.9 Filtrasi (Fittration)

Filter merupakan suatu bahan yang dapat meningkatkan kehomogenitasan energi radiasi

polikromutik, yang dipancai'kan oleh anoda tabung tanpa absorsbsi. Radiasi Polikroniatik

sendiri adalah radiasi sinar-X yang terdiri dari foton-fbton yang mempunyai spektrum yang

bermacam-rl1acam. Filter berfungsi untuk menyerap foton berenergi rendah. sedangkan foton

yang berenergi tinggi akan diteruskan. Dengan demikian untuk pemeriksaan pasien dengan

sirrar-X tanpa filter, jaringan permukaan kulit akan menerinia dosis cukup 'oesar sehingga

zv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Untuk melinciungi jaringan permukaan kulit dari dosis yang terialu besar. dipcrlukan filter

yang ditempatkan di antaratubuh pasien dan tabung sinar-X. Filter tambahan ditempatkan di

jenciela tabung Rontgen


antara iabung sinar-x clan tubuh pasien tepatnya dipasang pada '

Idealnya. filter tambahan tersebut menyerap seluruh foton energi rendah dan meneruskan

semua foton cnergi tinggi. Akan tetapi tidak ada bahan yang mempunyai siibt ideal tersebut.

Aluminium (Al) merupakan bahan yang biasa dipilih untuk filter tambahan dalam radiologi

diagnostic. Berkas sinar-X sebelum mencapai tubuh pasien akan mengalami peiemahan

setelah melewati dua buah filtrasi, yaitu filtrasi bawaan (inherent Jiltration) dan filtrasi

tambahan r udtled fi I t rut ion t :

l. Inherenl Filtcr (Fiiter Bawaan).

Merupakan bahan-bahan yang dilalui sinar x setelah keluar dari target. lnherent filter

terr3iri rJari gelasikaca. minyak trafo. jendela tabung. seluruhnva biasanya memberikan

pelemahan yang setara dengan ketebalan aluminium antara 0,5 mmAl sampai 1,0 mmAl.

2. Additional Filter (Filter Tambahan)

Untuk setiap pesawat perlu mendapat tambahan filter yakni 1,5 mmAl - 2,0 mmAl

ketebalan Aluminium yang gunanya untuk dapat menahan sinar-X yang mempun-Vai

panjang gelombang tertentu. Penggunaan filter tambahan ini sesuai dengan besarnya kV

semua pesawat sinar-X memeriukan additional filter contohnya


-vang digunakan. Tidak

adalah pesawat mamografi, karena pada pesawat mamografi di gunakan kV yg kecil untuk

teknik seff tisue. Filtrasi merupakan indikator yang menunjukkan kualitas berkas radiasi

akibat proses atenuasi berkas radiasi pesawat sinar-X yang keluar dari tabung karena

adanya bahan penghalang atau filter cian biasanya ditunjukkan daiam satuan ekivalen

mmAl. Efek Pemakaian Filter adalah :

a) Mengurangi Intensitas berkas Sinar-X.

b) Meningkatkan rata-rataenergi foton berkas sinar-X (Hardening x-ray beam)

zr

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


C) lvlcnaurang i Kontras R-adiograf'

d) penambahan frlter atau filtrasi akan dapat mempengaruhi kuantitas sinar-X' Apabila
terjadi penurtlnan
filter bcrtambah maka kuantitas sinar-X akan berkurang sehingga
juga mempengaruhi kualitas
kontras pada gambaran radiografi. Fittrasi atau filter
akan bertambah sehingga
sinar-X. Apabila f,ritrasi bertambah maka kualitas sinar-X
bergelombang
filter ini berfungsi untuk menghilangkan sinar-X berenergi rendah dan

panjang yang tidak 'oerguna dalarn fiim'


jalur ionisasi kepada
Dosis radiasi adalah jumlah energi yang dipindahkan dengan
disamakan dengan
suatu volume tertentu atau kepada seiuruh tubuh 1'ang biasanya
pada tempat
jumlah energi yang diserap oleh jaringan alau zat lainnya tiap satuan massa

pengukuran, satuannya adalah Rad. Bila suatu berkas sinar-X melewati sualu bahan

lunak atau berenergi rendah


maka akan terjadi atenuasi absorbsi dan hamburan' Sinar

lebih muclah diserap sehingga hanya melewatkan berkas berenergi


tinggi'

Pada pesawat sinar-X radiodiagnostik, filter digunakan untuk menfiltrasi pancaran


jaringan superficial dengan
sinar radiografi, dapat mengurangi pada kulit pasien clan
panjang) dari
menyerap sebagian energy foton berenergi rendah (dan bergelombang
bertambah' Dengan
pancaran heterogeneous sehingga kualitas sinar clan energi rata-rata

dan yang berenergi tinggi


penggunaan filter rnaka sinar-X berenergi rendah akan diserap

yang diserap pasien' Dengan


akan diteruskan sehingga akan mengurangi radiasi rendah

pesawat sinar-X' filtrasi ada


kata lain dosis yang diterima pasien akan berkurang' Pada
tarnbahan (added
dria macam yaitu filtrasi bawaan (inherent filtration) dan filtrasi

filtration). Kadang istilahnya sama yaitu inherent filtration' Cara membedakan 'iika
pada label tabung dan
istilahnya sama adalah dengan mencatat inherent filtration
ada di label kolimator
inherent filtration pada label kolimator. Inherent flltration yang
dalartr kolimator
ituiali yang disebut dengail arjded filtration. Komponen lain yang ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


seiain yang telah ciibahas di atas adalah filter. Filter yang dimaksud ini sering disebui

dengan f-rlter tambahan (added filter). Karena berupa


filter tambahan maka t-rlter ini

pesawat sinar-X yang filter


biasanya rJapat diatur penggunaannYa' Ada beberapa
sering kita temui untuk pesawat
tambahannya tidak dapat diatur pemilihannya. Namun

sinar-X yang baru kita mendapati bahwa fiiter tambahan


itu data diatur sesuai

penggunaannya. oleh karenanya sering kita mendengar atau mendapati kalau mau
tambahannya cli nol-kan dulu'
melakukan pensukuran kualitas berkas radiasi maka filter

yang berbeda-beda, hanya fbton


Pancaran sinar-x mempunyai spektrum energi fbton

dengan energi tertentu yang dapat menembus struktur


anatomis lalu bertabrakan dengan

yang panjang)
film. Foton dengan energi yang lebih rendah (panjang gelombang
energi yang cukup untuk
berperan sefta dalam pencahayaan namun tidak mempunyai

radiasi pasien' foton dengan


menyentuh film. Oleh karena itu, untuk mengurangi dosis

kemampuan penetrasi tebih rendah harus clihilangkan'


Hal ini dapat dilakukan dengan

digunakan karena dapat


meletakkan t-ilter aluminium pada garis laluan sinar.Aluminium

pada foton berenergi tinggi yang


menyerap tbton berenergi rendah dengan sedikit efek

kuantitas sinar-x akan


dapat berpenetrasi sampai ke film. Dapat disimpulkan bahwa

rnenurun dengan penggunaan filter'

bentuk nilai tegangan


Kualitas ataupun energi sinar-X umumnya dinyatakan dalam
akan semakin
yang ciigunakan dalam tabung pesawat. Semakin besar tegangan tabung
yang dioperasikan pada
tinggi energi sinar-X yang dipancarkannya. Misalnya tabung

tegangan puncak 100.000 volt, biasanya dinyatakan der,gan kvp: 100 kv' Energi

100 keV' Namun hanya


maksimum sinar-X yang dihasilkan oleh pesawattersebut adalah

sebagian kecil keluaran sinar-X yang mencapai energi tersebut' sedang sebagiarr

kualitas radiasi terhadap


besarnya memiliki energi yang lebih rendah. Kebergantungan

kVp biasanya dinyatakan dengan kebergantungatmya terhadap nilai HVL


alutrriniutn

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(Al). Oieh sebab itu. untuk metrEr.rkur kualii;is radiasi keluaran pesawat sinar-X dapat

dilakukan melalui pengukuran HVL dari bahan attenuator. Aluminium digunakan untuk

sinar-X dengan 30 kVp hingga 150 kVp.

Penggunaan sistem pengukur radiasi dapat dibedakan menjadi dua kelompok

yaitu Lrntuk kegiatan proteksi radiasi cian untuk kegiatan aplikasi/peneiitian radiasi nuklir.

Alat ukur radiasi yang digunakan untuk kegiatan proteksi radiasi harus dapat

menunjukkan nilai dosis radiasi yang mengenai alal tersebut. Setiangkan aiat ukur yang

digunakan di bidang aplikasi radiasi dan penelitian biasanya ditekankan untuk dapat

menampilkan nilai kuantitas radiasi atau spektrum energi rarjiasi yanc memasukinya.

Setiap alat ukur radiasi terdiri atas dua bagian utama yaitu detektor dan peralatan

penunjang. Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang jadi bila

dikenai radiasi akan menghasilkan suatu tanggapan (response) tertentu yang lebih mudah

diamati sedangkan peralatan penunjang. biasanya merupakan peralatan elektronik,

berfungsi untuk mengubah tanggapan detektor tersebut menjadi suatu informasi yang

dapat diamati oleh panca indera manusia atau dapat diolah lebih lanjut menjadi informasi

yang berarti.

2.I.10. Half Value Layer (HVL)

Ukuran kualitas sinar-X, biasanya dinyatakan dalam nilai tebal paruh atau Half Value

Layer(HVL). HVL merupakan tebal bahan perisai yang diperlukan untuk mengurangi

intensitas radiasi menjadi setengah dari rnula-mula. HVL makin tinggi ,artinya daya

tembus sinar-X semakin inggi pula, dan sebaliknya. Terdapat regulasi agar sinar-X yang

digunakan untuk klinis memiliki nilai HVL minimal tertentu. Jika mula-mula radisi

dengan intensitas Io dart setelalr nielewati bahan dengan ketebalan :r dan koefisien

serapan p, maka intensitas yang diteruskan 1, memenuhi hubungan :

I : Io e-Fx (1)

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


keterangan;

I* : Intensitas sinar setelah melewati bahan

Io : iniensitas mula-muia

e : bilangan natural :2.71828

p: Koeflsien pelemahan bahan

x: tebal bahan yang diperiksa

Apabila intensitas sinar setelah melewati bahan :112 dari intensitas selunt melewati

bahan (1.: l/2 Io)

112 Io : [oe-P*

112 : e-P\

lni 12 : -Frx

ln1 -1n2:-px

0-ln2 : -px

ln2l St

0,693/pr

HVL - A.6931;t

x disebut Half Value Layer (HVL) atau lapisan harga paruh, yaitu: lapisan atau tebal

bahan yang membuat intensitas menjadi separuh dari intensitas semula.

Apabila intensitas radiasi setelah melewati bahan dengan ketebalan x tinggal separoh

dari intensitas mula-mula (i : Ioi2). maka tebal lapisan bahan x disebut HVL. sehingga :

HVL =4p (2)

Untuk menghitung nilai HVL secara praktis, KMK No.1250 tahun 2009 menggunakan

ruinus inierpolasi berikut :..

HVL = t1\

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dengan Do adaiah dosis mula-mula atau tanpa filter. Dt ariaiah dosis terbaca yang

nilainya sedikit lebih besar dari Do/2. D2 adalah dosis terbaca yang nilanya sedikit lebih

kecil dari Do/2. U scbagai tebal bahan pada saat dosis terbaca Iebih besar dari Doi2.

Sedangkan /2 sebagai tebal bahan pada saat dosis terbaca lebih kecildari Do/2.

Sinar-X dapai pula terbentuk melalui proses perpindahan electron atom dari tingkai

energy yang lebih tinggi menuju ke tingkat energy yang lebih rendah. Sinar-X yang

terbentuk meiaiui proses ini mempunyai energy sama densan selisih energy antara kedua

tingkat energy electron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkattingkat

energy eiectron yang berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut

sinar-X karakteristik. Sinar-X bremssrahlung mempunyai spectrum energy kontinyu,

sementara spectrum energy dan sinar-X karakteristik adaiah cliskrit.

Untuk keperluan medis, energy fektif sinar-X bremssrahlung sering kali cukup

disetarakan dengan nilai tebai paro atau half value lalter (HYL). yaitu tebai filter atau

attenuator untuk mengurangi intensitas sinar-X menjadi setengah dari intensitas mula-

mula. Niiai HVL ditentukan oleh koefisien pelemahan linier (p) yang nilainya berbecia

untuk energy yang berbeda. Oleh sebab itu, nilai p tersebut dapat dipakai.

Haif Value layer (HVL) atau Bahan setengah-nilai lapisan, atau ketebalan setengah-

nilai, adalah ketebalan bahan di mana intensitas radiasi memasuki itu berkurang

setengah. HVL juga dapat dinyatakan dalam hal tingkat Kerma udara (AKR), daripada

intensitas, lapisan setengah-nilai adalah ketebalan material yang ditentukan itu,

inelerrahkan sinar radiasi ke tingkat sedemikian rupa sehingga AKR dikurarrgi rlen-iadi

satu sampai setengah dari nilai aslinya. HVL adalah jumlah rala-rata bahan yang

diperlukan untuk nienyerap 50oh dari semua radiasi . Sebagiarr besar pemeriksaan X-ra1

secara rutin dilakukan pada tegangan tabung mulai dari 40 sampai 120 kV dan jumlah

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Aluminium setara filtrasi mulai 2.5mmAl-4,0 mmAl. Penyaringan sinar radiasi yang

dihasilkan oleh tabung sinar-X mengurangi paparan radiasi pasien, karena attenuator

daoat menghilangkan foton energi rendah yang tidak perlu untuk pembentukan oitra

diagnostik. Komisi Internasional Radiological Protection (ICRP) telah membentuk nilai

minimum untuk totai ketebalan fiitrasi yang akan diadopsi dengan diagnostik x-ray

balok. Nilai tersebut tidak boleh lebih **; dari 2,5mmAl (kecuali untuk peralatan

mamografi), dan sama dencan i,5 mmAl untuk Odontologicai x-ray hinuea 70 kV.

Produsen peralatan sinar-X harus memastikan bahwa persyaratan penyaringan ICRP

minimum terpenuhi.

Paling sering, metode yang digunakan untuk menyimpulkan tentang total filtrasi

dari peralatan mengaitkan total filtrasi dengan kuaiitas sinar -X, 1,aitu Hall- Value layer

GrvL). Sebagian besar standar teknis di negara lain membuat nilai untuk HVL hanya

minimum untuk ketegangan tabung tertentu (kV) dan jumlah fase menyediakan

generator. Jika nilai minimum tersebut diperoleh untuk HVL, diasumsikan bahwa total

filtrasi attenuator memenuhi standar ICRP. Half Value layer (HVL) didefinisikan

sebagai ketebalan material penyerap yang diperlukan untuk mengurangi intensitas sinar

X untuk setengah besarnya insiden, di bawah kondisi geometri yang baik. Kondisi ini

mengartikan konfigurasi yang meminimalkan pengaruh hamburan yang cenderung

meningkaikan nilai HVL. Dalam penelitian ini. analisis kritis ciiiakukan pada meiodoiogi

untuk pengukuran Half Value Layer (HVL) di diagnostik dengan attenuator, sesuai

dengan standar teknis yang ditetapkan oieh Kementerian Kesehatan dan Badarr

pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Parameter yang relevan untuk pengukuran Half

Value Layer (HVL) dan kornponen keti<iakpastian untuk rnemastikan kepatuhan dari

peralatan dianalisis dengan standar kinerja.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berkas sinar-X energi rendah tidak nreiniiiki energi yang cukup untuk rnenembus

pasien, sehingga tidak berperan dalam memberikan inforrnasi diagnostik pada film atau

penerima citra.

Daya ternbus sinar-X ditunjukkan dengan nilai energi efektif berkas sinar-X itu

sendiri. Berkas sinar-X yang memiliki energi iinggi memiliki daya tembus 5,ang lebih

tinggi dibandingkan dengan berkas sinar-X berenergi lebih rendah. Kemampuan untuk

menembus itulah atau daya tembus berkas sinar-X dikenal dengan kualitas berkas sinar-

X. Untuk pesawat radiologi diagnostik, kualitas berkas radiasi dikarakterisasi secara

numerik dengan nilai tebal paruh atau Ilaff'Value La1,er (HVL). karena HVL dapat

diukur secara cepat menggunakan teknik tanpa pembongkaran tabung (non-invasive).

HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan yang dibutuhkan untuk mengurangi

intensitas sinar-X menjadi setengah dari intensitas semula. Keuntungan dari penggunaan

HVL adalah meningkatnya energi efektif sinar-X dan secara ticiak iangsung

meningkatkan kinerja pesawat sinar-X. Apabila energi efektif pada berkas sinar-X

meningkat karena adanya peningkatan energi efektif akibat penambahan filter, maka

daya tembus sinar-X juga meningkat.

HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan yang ciibutuhkan untuk mengurangi

intensitas sinar-X meniadi setengah dari intensitas semula. Keuntungan dari penggunaan

HVL adaiah meningkatnya energi efektif sinar-X dan secara tidak langsung

rneningkatkan kinerja pesawat sinar-X. Apabila energi efektif pada berkas sinar-X

ineningkat karena adanya peningkatan energi efektif akibat penambahan filter. nraka

daya tembus sinar-X juga meningkat.

Penambahan filter yang disesuaikan dengan kebutuhari. rnengakibatkan energi efbktif

(secara teori) dapat bergeser kearah energi maksimum. Sesuai dengan gambaran tersebut

penambahan filter yang sesuai akan rnengurangi intensitas sinar-X yang tidak diperlukan

L6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dalam proses radiodiagnostik. sehingga akan menghasilkan citra lebih baik sesuai

dengan yang diinginkan. OIeh karena itu, penggunaan filter yang sesuai, akan
menghasilkan beberapa keuntungan seperti: eliminasi sinar-X energi rendah,

meningkatkan energi efekti{, dan pengurangan penerimaan dosis pada pasien.

Pemasangan filter pada pesawat sinar-X merupakan metode sederhana. namun ada

permasalahan di lapangan dalam memenuhi tuntutan tersebut. yaitu pesawat sinar-X

sudah memiliki filter bawaan (inheren filter) -vang didisain sebagai 'oagian integral dari

perangkat rumah tabung dan peralatan pembatas berkas, dan tidak dilengkapi dengan

fasilitas pengaturan filter tambahan (added filter) sehingga menjadi sangat sulit untuk

menambah jumlah filter yang ada tanpa melakukan pembongkaran.

Bahan filter yang umum digunakan dalam radiologi diagnostik adalah Aluminium (Al).

Hal tersebut karena sifbt Al yang ringan (nomor atom rendah), mudah dibuat, dan

mempunyai sifat absorbsi yang sesuai untuk energi sinar-X cliagnostik. Dengan

demikian, persyaratan HVL secara khusus setara dengan beberapa milimeter Al. Karena

Al beragam kemurniannya. maka stanciar internasional menetapkan jenis Al dengan jenis

alloy I l0 dan kemurnian tinggi di atas 99%o.

Stanciar Internasional teiah menetapkan suatu ketentuan bahwa pesawat sinar-X

harus memenuhi nilai HVL minimum pada tegangan operasi yang sesuai. Misalnya:

HVL minimum 2.3 mmAI pada 80 kVp. dan 2,1 mmAl untuk 70 kVp.

Secara teori, perhitungan HVL memenuhi persamaan berikut: I : I0 x exp(-0,693 x

n) dengan n: d/HVL, jika i: ll2xI} maka n: I dan d: HVL karena lllo: (112)"n.

Artinya, jika intensitas awal berkurang separo setelah melewati bahan setebal d, maka

setebal d ituiah HVL-nya. Variabel i daiarn persamaan tersebut adalah intensitas sinar-X

setelah rnelewati bahan dengan ketebalan d, sedangkan lo adalah intensitas awal.

Pengu_iian HVL dilakukan rnelalui penyinaran 'oerkas radiasi dengan variasi penambahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ketebalan filter Ai pada bcrkas. Tujuann.va memastikan tiaiam 'oatasan yang dapat

diterima bahwa pesawat sinar-X rnemiliki filtrasi yang cukup pada berkas untuk

menghasiikan HVL yang tepat pada iegangan puncak ta'ouns tertentu. Tahapan

pengujian kualitas berkas radiasi dapat dilakukan.

2.7.11Aluminium (Al)

Aluminium merupakan logam yang berwarna putih dan mengilap, ringan, relatif

lunak dan ulet. sukar mengalami kr-rrr-rsi serta memiliki massa jenis yang reiatif rendah.

.Tika dilihat dari potensial elektrodenya, Aluminium (Al) merupakan logam yang mudah

mengalami korosi dan merupakan reduktor yang kuat. Akan tetap pada kenyataannya,

reaksi Aluminium dan larutan sangat lambat. Hal ini disebabkan adanya lapisan oksida

Aluminum yang melindungi logamnya. Sifat-sifat senyawa Aluminum (Ai) lebih

banyak ditentukan oleh sifat ion All3*,yang mempunya kerapatan muatan sangat besar.

Kerapatan muatan ini disebabkan oleh ukuran ion yang kecii tetapi muatannya besar.

Adanya kerapatan muatan yang tinggi mengakibatkan All3* mampu menarik pasangan

eiectron dari ion negatif yang dekat dengannya sehingga ikatan yang terbentuk

mengalami pergeseran dari ikatan ion menjadi ikatan kovalen. Pada penelitian ini,

digunakan Aluminum (Ai) dengan komposisi 99?t Aluminum.

Aluminium adalah unsur kimia dalam kelompok boron dengan simbol Al dan nomor

atom 13. Ini adalah logam ulet putih, iunak, nonmagnetik. ulet. Secara massai.

aluminium membentuk sekitar 8% kerak bumi, ini adalah elemen paling melimpah

ketiga seteiair oksigen dan silikorr dan iogain paling rnelimpah di kerak bumi, meski

kurang umum di mantel di bawah ini. Logam aluminium sangat reaktif secara kimia

sehingga spesimen asli langka dan terbatas pada lingkungan yarlg sangat reduksi.

Sebagai gantinya, ditemukan gabungan lebih dari 270 mineral yang berbeda. Bijih utama

aiuminiunr adalah bauksit.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Aluminium adalah logam ,vang reiatif lembut. tahan iama. ringan" ulet, dan mudah

dibentuk dengan penampilan rnulai dari keperakan sampai abu-abu kusam, tergantung

pada kekasaran permukaan. lni bersilat nonmagnetik dan tidak mudah men.yala. Sebuah

filnr segar dari aluminium berfungsi sebagai reflektor yang baik (sekitar 92Y") dari

cahaya tampak dan rellektor yang sangat baik (sebanl,ak 9B%) tiari radiasi infra merah

dan sedang. Aluminium merupakan unsur logam periode ketiga terpenting dari system

periodek unsure. Waiaupun tidak terdapai bebas di aiam. sen-yawa aluminium tersebar

luas di kerak bumi. Aluminium merupakan unsure dengan presentase terbesar ketiga di

kerak bumi setelah oksisen dan silikon. Mineral (batuan) yang mengandung Aluminum

tersebar di kerak bumi sebagai Aluminium Silikat (Tanah liat), bauksit,kriolit dan

Korundum. Secara ekonomis. biiih Aluminium cliperoleh dari bijih bauksit yang

merupakan senyawa Aluminium oksida hidrat.

Aluminium merupakan logam -vang punya warna putih agak kebiru-biruan.

mengkilat, dapat ditempa, mudah dibengkokkan, merupakan konduktor panas dan litrik

yang baik, mempunya densitas cukup rendah 2,7 glcm3, jika digosok menghasilkan

permukaan yang mengkilap, serta punya titik leleh 658" C.Aluminium sukar mengalami

korosi serla memiliki massa jenis yang relative rendah. Jika dilihat dari potensial

elektrodenya, Aluminium merupakan logam yang mudah mengalami korosi dan

merupakan reduktor yang kuat. Akan tetapi, pada kenyataannya reaksi Aluminium dalam

larutan sangat larnbat. Hal ini disebabkan adarrya lapisan oksida Aluminium yatrg

melindungi logamnya.

Sifat-sitat senyawa Aluminium lebih banyak ditentukan oieh sifat ion Al3* yang

mempunyai kerapatan muatan sangat besar. Kerapatanmuatan ini disebabkan oleh ukuran

ion yang kecil tetapi muatannya besar. Adanya kerapatan muatan yang tinggi
rnengakibatkan ion A[3* mampu menarik pasangan electron dari ion negative yang dekat

a1
JI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ciengannva sehingga ikatan yaiig ter''oentuk mengalami pei'geserair ciari ikatan ion menjadi

ikatan kovalen. Semakin besar ukuran ion negatif yang berkaitan dengan ion Al3*,

semakin mudah terpolarisasi .

Logam Aluminium banyak dimamfaatkan karena sifat-sifatnya yang khas,

diantaranva aiialah :

t. Sifat Aluminium yan ringan, ulet,kuat dan tahan korosi, dimamfaatkan untuk peralatan

konstruksi.

2. Daya hantar listriknya yang baik menyebabkan logam Aluminium digunakan sebagai

kawat listrik tegangan tinggi.

J. Sifatnya yang tahan korosi, mudah dibentuk dan kuat dimanfaatkan untuk membuat

kaieng. pembungkus dan peralatan ciapur.

Aluminium mempunyai sifat yang ajaib, ia mempunyai densitas yang rendah

hanyasepertiga dari kepaclatan atau densitas dari logam baja. Densitas iogam Aluminiurn

hanya 2.7 glcm3 ataudikonversikan ke kg/m3 menjadi 2.700 kglm3. Kepadatan yang

relative kecil n-rembuatnya ringan tapi sama sekaii tidak mengurangi kekuatannya. .lika

dibandingkan dengan logam lain, Aluminium punya koefisien ekspansi linier yang relatif

besar.

Berbagai paduan logam Aluminium memiliki tarik 70 hingga 700 pascal . Kekuatan yanr

sangat besar. Sifat Aluminium ini unik tidak seperti baja. Pada suhu rendah baja akan

cenclerunc rapuh tapi sebaiknya dengan Aiuminium. Pada suhu rendah kekuatannya akan

meningkat dan pada suhu tinggi malah menurun. Aluminium adalah bahan nonmagnetic,

Karen sifatnSra ini maka Aiuminium digunakan sebagai alat dalam perangkat pesawat

sinar-X.

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Logam Aluminium pun-ya siflat yang tidak beracun sama sekaii. la berada pada urutan

ketiga setelah oksigen dan silicon unsur yang paling banyak di kerak bumi.

2.1.12 Tembaga (Cu)

Tembaga (Cu) adalah logam dengan norlor atom 29, massa atom 63,546, titik lebur

108-1 'C. titik didih 2310 'C, jari-jari arom 1,173 Ao dan jari-jari ion Cu2*. 0,96 Ao.

Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwama kemerahan, mudah regang

dan rnudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup. lsotetm absorbsi

merupakan suatu keadaan keseiimbangan yaitu tidak ada lagi perubahan konsentrasi

adsorbat baik di lase terserap maupun pada fase gas atau cair. Isoterm absorbsi biasanya

digarrbarkan dalam bentuk kurva berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara

fase padat dengan fase gas atau cair pada suhu konstan. lsoterm adsorpsi merupakan hal

yang mendasar dalam penentuan kapasitas dan afinitas aclsorpsi suatu adsorbat pada

permukaan adsorben (Kundari, dkk, 2008).

Logam Cu termasuk logam berat essensial. jadi rneskipun beracun tetapi sangai

dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. Toksisitas yang dimiliki Tembaga (Cu)

baru akan bekerja bila telah masuk ke cialam tubuh organisme dalam jumlah yang besar

atau melebihi nilai toleransi organisme terkait. Tembaga adalah logam yang secarajelas

mengalami proses akumulasi dalam tubuh hewan seiring dengan perlambahan umurnya.

dan ginjal merupakan bagian tubuh ikan yang paling banyak terdapat akumulasi

Ternbaga. Paparan Tembaga dalam waktu yang laina pada manusia akair menyebabkan

terjadinya akumulasi bahan-bahan kimia dalam tubuh manusia yang dalam periode

waktu tefteirtu akan menyebabkan nrunculnya efek yang merugikan kesehatan penduduk

(Widowati, 2008).

f,5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.13 Timah ( Sn )

Tirnah dapai rnernbeniuk dua alotrop berbeda di bawah tekanan norlnal. Yaitu timah putih

dan tirnah abu-abu. Timah putih adalah bentuk logam timah yang paling akrab dengan kita.

Timah abu-abu adalah non-lt-rgam dan merupakan bahan tepung berwarna abu-abu. Timah

abu-abu mempunyai banyak kegunaan. Timah resistif (dapat melawan korosi) dari air. Ha1 ini

mernungkinkan untuk digunakan sebagai bahan pelapis untuk melindungi logarn lainriya.

Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Tin dengan symbol kimia Sn. Timah (Sn)

rnerupakan logam putih keperakan. iogam yang mudah diternpa dan bersifat flesibel.

memiliki struktur kristalin, akan tetapi bersifat mudah patah jika didinginkan. Timah biasa

rJisebut sebagai timah abu-abu karena warnanya abu-abu. dan memiliki struktur kristal krrbik

mirip diamond, silicon, dan germanium. Tirnah (Sn) ada dibawah suhu 13.20C dan tidak

memiiiki sifat logam sama sekali. Timah (Sn) ini biasa disebut sebagai iimah putih

disebabkan warnanya putih mengkilap, dan merniliki struktur kristal tetragonal.

2-1.14.7 Detektor Isian Gas


Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk mengukur

radiasi. Detektor ini terdiri dari ciua eiektroda" positif cian negatif serta berisi gas di

antara kedua elektrodanya. Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke

Dkutub listrikpositif. sedangkan elektroda negaiif disebutsebagai katoda.yangdihubungkan ke

kutub negatif. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi

sebagai anoda dan dirljir-rg siiindernya sebagai kato,ia sebagaimana gambar2.1.14.1.

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Gambar 2.3: konstruksi detektor isian gas

Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif dan

ion-ion negatif (elektron). Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut sebaneling dengan

energi radiasi dan berbancling terbaiik dengan daya ionisasi gas. Daya ionisasi gas herkisar

dari 25 eV s.d. 40 eV. Ion-ion yang dihasilkan di dalam eletektor tersebut akan

memberikan kontri bus i terbentuknya puisa listrik ataupun arus listrik.

2.1.11.2 Detektor Kamar Ionisasi (ionization chamber)

Sebagaimana terlihat pada kurva karakteristik gas, juttrlah ion yang diirasilkan di daerah ini

relatif sedikit sehingga tinggi pulsanya, bila menerapkan pengukuran model pulsa, sangat

rendah. Oielr karenaitu, biasanya, pengukuran yaltg meirggunakan detektor ionisasi

menerapkan cara arus. Bila akan menggunakan detektor ini dengan cara pulsa maka

rJibutuhkarr penguat pulsa yang saitgat 'oaik. Keuntuitgan detektor ini adalair dapat

membedakan energi yang memasukinya dan tegangan kerja yang dibutuhkan tidak terlalu

tinggi.

2.1.1 1.3 Detektor Proporsional

Dibandingkan dengan daerah ionisasi di atas, jumlah ion yang dihasilkan di daerah

proporsional ini iebih banyak sehingga tinggi puisanya akan iebih tinggi. Detektor ini lebih

sering digunakan untuk pengttkuran dengan earapulsa'

5J

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Teriihat pada kurva karakteristik'oahwa jumlah ion yang ciihasiikan sebanding ciengan

energi radiasi, sehingga detektor ini dapat membedakan energi radiasi. Akan tetapi, yang

merupakan suatu kerugian, jumiah ion atau tinggi pulsa yang dihasilkan sangat dipengaruhi

oleh tegangan kerja dan daya tegangan untuk detektor ini harus sangat stabil.

2.7.i4.4 Detektor Geiger illueller (Gili)

Jumlah ion yang dihasilkan di daerah ini sangat banyak, mencapai nilai saturasinya,

sehingga pulsanya reiaiif tinggi cian tidak memerlukan penguat puisa iagi. Kerugian

utama dari detektor ini ialah tidak dapat membedakan energi radiasi yang memasukinya,

karena berapapun energinya jurniah ion yang dihasilkannya sama dengan nilai saturasinya.

Detektor ini mempakan detektor yang paling sering cligunakan, ka,rena dari segi elektonik

sangat sederhana, tidak periu irenggunakarr rangkaian perrguat. Selragiai-r besar peralatarr

ukur proteksi radiasi, yang harus bersifat portabel, terbuat dari detektor Geiger Mueller.

2.i.14.5 Detektor Sintilasi

Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan photomultiplier.

Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair rnaupun gas" yang akan menghasilkan

percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion. Photomultiplier digunakan untuk mengubah

percikan cahaya yang dihasilkan 'oahan sintilator menjadi pulsa iistrik. Mekanisme

pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :

a. proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan cahaya di cialarn

bahan sintilator.

b. Proses pengubahan percikan cahaya menjadi pulsa listrik di clalam tabung

photomultiplier.

2,1.14.6 DetektorSemikonduktor
Bahan semikonduktor, yang diketemukan relatif lebih baru daripada dua ienis detektor di

atas, ierbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik yaitu silikon atau germanium.

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Detektor ini mempunyai beberapa keungguian yaitu ie'oih effisien dibanciingkan dengan

detektor isian gas, karena terbuat dari zat padat, serta mempunyai resolusi 1,ang lebih baik

daripada detektor sintiiasi.

2.1.15 Keunggulan -Keunggulan Detektor

Dari peinbahasarr ,ii atas terlihat bahwa setiap radiasiakan diubair menjadi sebuah pulsa

listrik dengan ketinggian yang sebanding dengan energi radiasinya. Hal tersebut
merupakan f-enomena yang sangat ideal karena pada kenyataannya tidaklah ciemikian.

Terdapat beberapa karakteristik detektor yang membedakan satu jenis detektor dengan

iainnya yaitu efisiensi, kecepatan dan resoiusi.

Ef-isiensi detektor adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah

pulsa listrik yang dihasilkan detektor terhadap jumlah radiasi yang diterimany'a. Nilai

efisiensi detektor sangat ditentukan oleh bentuk geometri dan densitas bahan detektor.

Bentuk geometri sangat inenentukan jumlah i'adiasi yang dapat 'ditangkap' sehingga

semakin luas permukaan detektor, efisiensinya semakin tinggi. Sedangkan densitas bahan

detektor mempengaruhi jurnlah radiasi yang rjapat berinteraksi sehingga nienghasilkaii sinyal

listrik. Bahan detektor yang mempunyai densitas lebih rapat akan mempunyai efisiensi yang

lebiii tinggi karena semakin banyak radiasi yarrg berinteraksi riengan bahan.

Kecepatan detektor menunjukkan selang waktu antara datangnya radiasi dan

terbentuknya pulsa iistrik. Kecepatan detektor berinieraksi dengan radiasi juga sangat

mempengaruhi pengukuran karena bila respon detektor tidak cukup cepat sedangkan

intei-rsitas radiasinya sangat tinggi rnaka akan banyak radiasi yang tidak terukur tneskipun

sudah mengenai detektor.

Resolusi detektor adalah kemampuan detektor untuk melnbedakan energi radiasi yang

berdekatan. Suatu detektor diharapkan mempunyai resolusi yang sangat kecil (high resolution)

sehingga dapat rnembedakan energi radiasi secara teiiti. Resolusi deiektor disebabkan oleh

JI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


peristiwa statistik yang terjadi dalam proses pengubahan energi raciiasi, noise dari rangkaian

e lektron ik, serta ketidak-stabi lan kondi si pen gukuran.

2.1.16 Analisis Data

Dengan menggunakan aiai ukLrr Multi ivieier Radiasi, <iiiakukan pengukuran Haif

Value f,ayer (HVL) dengan membandingkan ketiga attenuator Al, Cu dan Sn, untuk
mendapatkan niiai yang diinginkan dengan mencari ketebaian untuk masing-masing

attenuator tersebut. Hasil ukur akan diplotkan antara Dosis radiasi dengan ketebalan

attenuator yang tiigunakan untuk mendapatkan nilai separoh ciari jumlah dosis sebeiumnya.

Dengan menggunakan kalkulator atau excel (pengolah data) untuk mendapatkan grafik garis

lurus. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan HVL aciaiah :

nrn(#)-tzmffi>
HVL:
,"P#t
Di mana:

r,: kete'oalan fllter l; tt: ketebaian filter2

D,f paparan )/ang terukur tanpa filter

D,- paparan yang terukur pada ketebalan filter I

D,: paparan yang terukur parja ketebalan filter 2

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


D DIII
DArt rrt

METODOLOGI PEI{ELITIAN

3.1. Tempat dan Jadwai Penelitian

3.1.1. Penelitian dan pengarnbilan data dilakukan di salah satu fasyankes (tasilitas pelayanan
kesehatair) yaitu Rrimah sakit Umuni Universitas Surnatera utara dijaian Dr.Mansyur. kota
Medan. Petugas Proteksi Radiasinya (PPR) adalah Yogi Ardi Wibawanto,AMR. No.SIB
/ nn 1 r n o I a
.rtr/ l r .zz+.vv.z tv6 t )
3.1.2. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret tahun 2017

3.2. Peralatan

Peraiatan Fenelitian yang akan dipakai untuk kegiatan penelitian ini antara iain :

L Rumah Sakit tlmum Universitas Sumatera L.ltara (RS.USU)

Mulai digunakan untuk operasional pasien pada tahun 2016.

Gambar 3.I Pesawat Sinar X Radiografi Umuirt

Pesawat Sinar X digunakan untuk berbagai pemeriksaan pada pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tf
*i

a
!
**.

Gambar 3.2 Spektek Tabung pesawat R-adiografi Umum

Spesifikasi Tabung tefiera pada tabung sinar -X radiografi umum.

2. Multimeter RTI Piranha CB2-10090128

Gantbar 3.3 Muiti Meter Radiasi (Piranira)

Merupakan detektor universal 1'ang dapat digunakan untuk pengukuran hampir


semua system sinar-X. Beberapa parameler dan besaran fisis dapat diperoieh dalam
satu eksposi, misalnya radiasi. tegangan, waktu eksposi dan HVl.. Piranha ini
kemudian dihubungkan dengan elekirometer yang terdiri dari beberapa rnodul

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


untuk mengolah data. Data hasil olahan ini dapat ditransfer ke computer yang
dilengkapi dengan software Ocean.
Piranha tersebut dapat digunakan untuk mengukur HVL dengan menggunakan
attenuator yang berbeda, misalnya Aluminium, Tembaga dan Timah'

3. Attenuator/Filter AI (Aluminium) 0,1 - 2 mm tebal.

t
Gambar 3.4 Attenuator Aluminium (Al)

Berbentuk segi empat beukuran 10 cm x 10 cm dengan berbagai ukuran ketebalan,


yang digunakan sebagai attenuator untuk pesawat sinar-X.

41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. AttenuatorlFilter Cu(Tembaga) 0'1-0,5 mm tebal.

Gambar 3.5 Attenuator Tembaga (Cu)

Berbentuk segi empat beukuran 10 cm x 10 cm dengan berbagai ukuran keiebalarl,

yang digunakan sebagai attenuator .

5. Attenuator /Filter Sn(Timah) 0"05- 0,5 mm tebal.

Gambar 3.6 Attenuator Timah (Sn)

Berbentuk lingkaran dengan diameter beukuran 10 cm dengan berbagai ukuran

ketebalan, yang digunakan sebagai attenuator '

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Meter

Gambar 3.7 Meter

Meter digunakan untuk mengukur jarak antara focus dengan detektor'

7. Lembar Kerja
detektor'
Lembar kertas yang berfungsi untuk mencatat data yang keluar dari alat ukur

3.3 Metode
a. Tuiuan Menilai kualitas berkas Sinar-X dan kecukupan atenuasi untuk
menyaring radiasi Sinar-X energi rendah'

tlllle
tt
LAJ
-
*- - -.,4'*'liit'i^r Alumunium
/\
/ \ Tembasa dan Timah
t\
rLBt- ,

/\
I!
i\
J r--f' -C'lSe'rE:81'

--
Metoda
a. Lepaskan attenuator tambahan yang memungkinkan orang dengan mudah
melepaskannya. Jika attenuator tambahan tetpasang tetap atau tidak akan
dilepas-lepas, maka pengujian HVL dilanjutkan sesuai kondisi yang ada;

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Baca instruksi kVp meter dal lakukan pengecekan dengan mengikuti
instruksinya. Perlu diperhatikan batas kemampuan kVp meter untuk
kuaiitas berkas tertentu dan kondisi penyinaran;

Letakkan detektor pada meja atau pada tempat datar tegak lurus pada
sumbu utama/menghadap tabung Sinar-X dan kolimasikan seluas ukuran
detektor;
Pengukuran HVL dengan attenuator Ai,Cu dan Sn :

i) menggunakan alat ukur muti meter X ray,


o ukur langsung nilai HVL pada tegangan 50,60,70,80,90 kVp,
o Catat hasil keluaran radiasinya (dosis)

./ Analisis
a. menggunakan alat ukur Multi Meter Radiasi,
r Dengan mencatat dosis radiasi yang terbaca pada aiat ukur.

Plot paparan radiasi yang terukur versus ketebalan attenuator yang


digunakan;
a Masing-masing attenuator memiliki lembar kerja tersendiri.
o Menggunakan kalkulator atau excel (pengolah data) buat grafik garis
lurus;

Nilai HVL adalah nilai ketebalan attenuator pada titik tengah

(separo) dari dosis radiasi yang terukur;

Atau dapat juga menggunakan rumus:

,"r#t
/,: ketebalan filter 1 ; /, : ketebalan filter 2
Do: paparun yang terukur tanPa filter

Q: paparan yang temkur pada ketebalan filter i


Dr: paparan yatrg terukur pada ketebalanfrlter 2

Berdasarkan Standard Western Australia didapatkan :

Daftar HVL untuk tegangan puncak tabung tertentu

Tabel 3.i Daftar HVL untuk tegaganpuncak tabung tertentu

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tegangan Puncak Tabung HVL Minimum
(kvP) (mmAl)
Di bawah 50 30 0,3

40 4,4

49 0,5

5O qqrnnei 70 50 1,2

60 1,3

70 1,5

Di atas 70 71 2,1

80 )1
90 ?{
.,' 1
100

110 3,0

r20 3,2

130 3,5

UA 3,8
1<n A1
TJU trl

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4. Diagram alir Penelitian

Penelitian dilakukan sesuai dengan diagram alir yaitu:

Persiapan seluruh peralatan

Pengukuran HVL dengan


attenuator Al,Cu dan Sn

Pengambilan Data

r\^---l-^- a o n:^^--^-^^ A 1i-- D^-^^l:.:^--


\rallIlual J.o L,,laEtailt /-1llt rcilglttidit

46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV

HASIL PENELITIAN

penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara (RS.USU), di

bagian Radiologi dengan menggunakan 1 (satu) unit pesawat sinar-X yaitu Pesawat

Radiografi Umum merk Philips. Spesifikasi pesawat sinar-X : Frekuensi 50/60 Hz, arus 200

mA, tegangan operasional 50kVp-90 kV, dan waktu operasional 0,1 sekon.

Multi meter X ray yang digunakan merk Piranha, yang dikalibrasi pada tanggal April

2016. Pada penelitian ini jarak fokus ke detektor 100 cm, luas lapangan 10 x 10 cm2 dan arus-

waktu Z0 mAs. Menggunakan variasi tegangan dan variasi ketebalan fiiter dengan

menggunakan attenuator Al (Aluminum), Cu (Tembaga) dan Sn (Timah).

Gambar 4.1 Half Value LaYer

Metode pengukuran nilai HVL menggunakan attenuator, digunakan tegangan yaitu 50

kVp, 60 kVp, 70 kVp, 81 kVp, 90 kVp. Variasi attenuator untuk tiap-tiap tegangan dilakukan

sebanyak 4 kali untuk Ai (aluminium) yaitu mulai 1,0 mm sampai 6,0 mm Ai, 4 kali untuk

Cu (Tembaga) yaitu 0,05 mCu sampai 0,2 mmCu, 1 kali untuk Sn (Timah) yaitu 0,05 mmSn.

Setiap variasi attenuator dilakukan ekspose untuk mengetahui dosis yang terdeteksi oleh

detektor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Setelah mendapatkan data dosis untuk variasi ketebalan attenuator, selanjutnya dilakukan

perhitungan nilai HVL dengan menggunakan rumus interpolasi dan grafik. Metode

interpolasi dihitung berdasarkan persamaan (3) dan metode grafik digunakan dengan software

excel. Selanjutnya nilai HVL hasil eksosi dan menggunakan variasi attenuator, dibandingkan.

Ketika sinar -X di arahkan ke objek, beberapa foton berinteraksi dengan partikel

materi dan energi dapat diserap atau tersebar. Jumlah foton diteruskan melalui bahan

tergantung pada ketebalan, kepadatan dan nomor atom materi, dan energi.

4.1 Hasil Pengukuran Atenuator dengan menggunakan Aluminium (Al).

Tabel4.1 Tegangan 50 kVp

Tesansan (kVp) Tebal Al (mm) Dosis Permukaan Kulit (mGv)


0 a,LLg
50
1,0 0,085
2,4 4,o74
3,0 a,047

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.t pada tegangan 50 kVp, 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa filter Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,119

mGy, kemudian diberikan attenuator Aluminium setebal 1,0 mm, hasil ukur sebesar 0,085

mGy, untuk attenuator Aluminum setebal 2,0 mm, hasil ukur sebesar 0,074 mGy, untuk

atrenuator Aluminum setebal 3,0 mm, hasil ukur sebesar 0,047 mGy. Untuk mendapatkan

nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar 0,A47 mGy dengan

tebal Aluminiurn 3,0 mm

48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T'abel 4.2Tegangan 60 kVp

Tegangan (kVpI Aluminium {Al) Dosis Permukaan Kulit (mGv)


0 0,224
60
2,0 a,752
3,0 4,128
4,0 0,L10

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.2 pada tegangan 60 kVp, 20 rn-As. Pada

Ketebalan tanpa filter Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,22q

mGy,kemudian diberikan attenuator Aluminium setebal 2,0 mm, hasil ukur sebesar 0,152

mGy, untuk attenuator Aluminum setebal 3,0 mm, hasil ukur sebesar 0,128 *Gy, untuk

attenuator Aluminum setebal 4,0 mm, hasil ukur sebesar 0,110 mGy,.Untuk mendapatkan

nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar 0,110 mGy dengan

tebal Aiuminium 4,0 mm.

Tabel 4.3 Tegangan 70 kVp

Tegangan (kVp) Aluminium (Al) Dosis Permukaan Kulit (mGv)


0 0,351
70
3,0 4,222
4,1 a,187
5 0,L66

Hasil nilai I{VL ditunjukkan pada Tabel 4.3 pada tegangan 70 kVp. 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa filter Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,35t

*Gy, kemudian diberikan attenuator Aiuminium setebal 3,0 mm, hasil ukur sebesar 0,222

*Gy, untuk attenuator Aluminum setebal 4,1 mm, hasil ukur sebesar 0,187 mGy, dan

attenuator Aluminium setebal 5,0 mm hasil ukur sebesar 0,166 mGy. Untuk mendapatkan

nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar 0,166 mGy dengan

tebal Aluminium 5,0 mm.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.4Tegangan 81 kVP

Tegangan
{kvp} Aluminium {Al} Dosis Permukaan Kulh (mCY)
0 0,517
81
4,0 0,304
5r0 a,771
5,5 0,256

Hasil nilai HVL rtitunjukkan pada Tabei 4.4 padategangan 81 kVp, 20 mAs. Pada Ketebalan

tanpa filter Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah a,5L7

mGy,kemudian diberikan attenuator Aiuminium setebal 4,0 mm, hasil ukur sebesar 0,304

mGy, untuk attenuator Aluminum setebal 5,0 mm, hasil ukur sebesar 0,271 mGy. untuk

attenuator Aluminum setebal 5,5 mm, hasil ukur sebesar 0,256 mGy. Untuk mendapatkan

nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar 0,256 mGy dengan

tebal Aluminium 5,5 mm.

Tabel4.5 Tegangan 90 kVP

Teeanean {kVp} Aluminium (Al) Dosis Permukaan Kulit (mGY)


0 0,685
90
5,1 o,377
6,1 0,336

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4. 5 pada tegangan 90 kVp, 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa atenuator Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah

0,685 mGy,kemudian diberikan attenuator Aluminium setebal 5,1 mm, hasil ukur sebesar

0,377 *Gy, untuk attenuator Aluminum setebal 6,1 mm, hasil ukur sebesar 0,336 mGy.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Untuk mendapatkan nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar

0,336 mGy dengan tebal Aluminium 6,1 mm.

Tabel4.6 Tegangan 50 kVp sd 90 kVp

No. legangan kVp lebalAl(mm)

1 50 3

2 60 4

3 70 5

4 80 5,6

5 90 6,1

Dari tabel 4.6 dan Grafik 4.1 disimpulkan bahwa dengan menggunakan attenuator

dengan jenis Aluminium (Al) pada tegangan 50 kVp diperoleh tebal attenuator adalah 3 mm,

60 kVp diperoleh tebal attenuator adalah 4 mm, untuk 70 kVp diperoleh 5 mm, Untuk 81

kVp diperoleh tebal attenuator adalah 5,6 mm, dan untuk 90 kVp diperoleh tebal stenuator

adalah 6,i mm. Sesuai Perka BAPETEN No. 09 Tahun 2011 dan Standar Westem Australia.

bahwa HVL untuk masing-masing tegangan pada pesawat sinar-X Radiografi umum yang di

uji pada penelitian ini, masih dalam batas minimal yang diizinkan.

4.2I{asit Pengukuran Atenuator dengan menggunakan Tembaga (Cu)

T'abel 4.7 Tegangan 50 kVp

Tegangan {kVp) Tembasa (CuXmm) Dosis Permukaan Kulit (mGy)


0 0,119
50
0,05 0,045
4,1 0,035

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.7 pada tegangan 50 kVp, 20 mAs' Pada

Ketebalan tanpa atenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah o,rtg

mGy, kemudian diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar

0,045 *Gy, untuk attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,1 mm, hasil ukur sebesar 0,035 rnGy.

Untuk mendapatkan nilai FIVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar

0,045 mGy dengan tebal Tembaga (Cu) 0,05 mm.

Tabel 4.8 Tegangan 60 kVP

Tegangan (kVp) Tembaga (CuXmml Dosis Permukaan Kulit (mGY)


0 o,224
60
0,1 0,L35
0,15 0,108
0,2 0,o87

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.8 pada tegangan 60 kVp, 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa atenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah0,22A

mGy,kemudian diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,1 mm, hasil ukur sebesar 0,135

mcy, selanjutnya diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,15 mm, hasil ukur sebesar

0,108 mcy, dan kemudian ditambahkan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,2 mm, hasil ukur

sebesar 0,087 mGy. Untuk mendapatkan nilai FIVL separoh dari nilai sebelum diberi

attenuator adalah sebesar 0,i08 mGy dengan tebal Tembaga (Cu) 0,15 mm.

Tabel4.9 Tegangan 70 kVp

Tegangan
{kvp} Tembaga (CuXmm) Dosis Permukaan Kulit (mGY)
0 0,351
70
0,05 o,278
0,1 0,229
0,L5 0,189
a,2 0,150

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.9 pada tegangan 70 kVp. 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpaatenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,531

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mGy,kemudian diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal0,05 mm, hasil ukur sebesar 0,2"78

mGy, selanjutnya diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,1 mm, hasil ukur sebesar

A,22g mGy, dan kemudian ditambahkan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,15 mm, hasil

ukur sebesar 0,189 mGy, Kemudian ditambahkan attenuator setelah 0,2 mm, hasil ukurnya

sebesar 0,160 mGy. Untuk mendapatkan nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi

attenuator adalah sebesar 0,160 mGy dengan tebal Tembaga (Cu) 0,2 mm.

Tabel4.10 Tegangan 81 kVP

Tecangan (kVp) Tembaga {CuXmm} Dosis Permukaan Kulit (mcy)


0 o,517
8L
0,L 0,355
4,2 0,264
o,3 0,208

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel4.10 pada tegangan 81 kVp, 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa atenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,512
mGy,kemudian diberikan attemrator Tembaga (Cu) setebal 0,1 mm, hasil ukur sebesar 0,356
mGy, selanjutnya diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal A,2 mm, hasil ukur sebesar
0,264 mGy, dan kemudian ditambahkan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,3 mm, hasil ukur
sebesar 0,208 mGy. Untuk mendapatkan nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi
attenuator adalah sebesar 0,208 mGy dengan tebal Tembaga (Cu) 0,3 mm.

Tabel4.l i Tegangan 90 kVp

Tegangan (kVp) Tembaea (CuXmm) Dosis Permukaan Kulit (mcy)


0 0,685
90
o,2 0,383
o,75 0,340
0,3 0,307

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.11 pada tegangan 90 kVp,20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa atenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,585

mGy, kemudian diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,2 mm, hasil ukur sebesar 0,383

mGy, selanjutnya diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal A,25 mm, hasil ukur sebesar

0,340 mGy, dan kemudian ditarnbahkan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,3 mm, hasil ukur

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sebesar 0,307 mGy. Untuk mendapatkan nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi
attenuator adalah sebesar 0,307 mGy dengan tebal Tembaga (Cu) 0,3 mm.

Tabel 4.I2Tegangan 50 kVp sd 90 kVp

No. Tegangan kVp TebalCu (mml


1, 50 0,05
2 60 0,15
3 70 4,2
4 80 0,3
5 90 0,3

Dari tabel 4.12 dan disimpulkan bahwa dengan menggunakan attenuator dengan jenis

Aluminium (Al) pad pada tegangan 50 kVp diperoleh tebal attenuator adalah 3 mm seta::a

dengan 0,05 mm Tembaga (Cu), 60 kVp diperoleh tebal attenuator adalah 4 mm setara

dengan 0,16 mm Tembaga (Cu), untuk 70 kvp diperoleh 5 mm setara dengan 0,2 mm
Tembaga (Cu), Untuk 81 kVp diperoleh tebal attenuator Aluminium (Al) adalah 5,6 mm

setara dengan 0,3 mmCu (Tembaga), dan untuk 90 kVp diperoleh tebal stenuator Aluminium

(A1.1 adalah 6,1 mm setara dengan 0,3 mm CU (Tembaga). Sesuai Perka BAPETEN No. 09

Tahun 2011 dan Standar Westem Australia, bahwa HVL untuk masing-masing tegangan pada

pesawat sinar-X Radiografi umum yang di uji pada penelitian ini, masih dalam batas

minimal yang diizinkan.

4.3 Hasil Pengukuran Atenuator dengan menggunakan Timah (Sn)

Tabel 4.13 Tegangan 50 kVp

Tegangan
(kvpl Timah {SnXmm) Dosis Permukaan Kulit (mGv)
50 0 0,119
0,05 0,474

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabei 4.13 pada tegangan 50 kVp, 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah o,ttg

mGy, kemudian diberikan attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar 0,014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mGy. Selanjutnya tidak dilakukan tengurangan ketebalan attenuator Timah (Sn) dikarenakan

tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan attenuator Timah (Sn) di bawah ukuran 0,05

mm Timah (Sn). Sehingga tidak didapatkan nilai atau hasil ukur separoh dari nilai awal.

Fraksi Atenuasi yang didapatkan sebesar 0,12.

Tabel 4. i4'Iegangan 60 kVp

Tegangan
tkvp) Timah tSnXmml Dosis Permukaan Kulit (mGyl
50 0 0,224
0,05 0,053

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.14 pada tegangan 60 kVp. 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kuiit yang dihasilkan adalah o,zza

mGy, kemudian diberikan attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar 0,053

mGy. Selanjutnya tidak dilakukan pengurangan ketebalan attenuator Timah (Sn) dikarenakan

tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan attenuator Timah (Sn) di bawah ukuran 0.05

mm Timah (Sn). Sehingga tidak didapatkan nilai atau hasil ukur separoh dari nilai aw,al.

Fraksi Atenuasi yang didapatkan sebesar 0,24.

Tabel4.15 Tegangan 70 kVp

Tegangan
{kvp} Timah (SnXmm) Dosis Permukaan Kulit (mGv)
7A 0 0,351
0,05 aJ16

55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.15 pada tegangan 70 kVp.20 mAs.

Pada Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kulit yang dihasilkan

adalah 0,351mGy, kemudian diberikiur attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil

ukur sebesar 0,116 mGy. Selanjutnya tidak dilakukan tengurangan ketebalan

attenuator Timah (Sn) dikarenakan tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan

attenuator Timah (Sn) di bawah ukuran 0,05 mm Timah (Sn). Sehingga tidak

didapatkan nilai atau hasil ukur separoh dari nilai awal. Fraksi Atenuasi yang

didapatkan sebesar 0,33.

Tabel4.16 Tegangan 81 kVp

Tegangan
(kVpl Timah (SnXmm) Dosis Permukaan Kulit tmGy)
81 0 o,5L7
0,05 0,195

Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabe 4.16 pada tegangan 81 kVp, 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah o,stz

*Gy, kemudian diberikan attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar 0.195

n"rGy. Selanjutnya tidak dilakukan tengurangan ketebalan attenuator Timah (Sn) dikarenakan

tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan attenuator Timah (Sn) di ba*'ah ukuran 0,05

mm Timah (Sn). Sehingga tidak didapatkan nilai atau hasil ukur separuh dari nilai awal.

Fraksi Atenuasi yang didapatkan sebesar 0,38.

Tabel 4.17 Tegangan 90 kVp

Tegangan
{kvp} Timah (Sn){mm} Dosis Permukaan Kulit {mGv}
90 0 0,685
0,05 0,306

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.17 pada tegangan 90 kVp, 20 mAs. Pada

Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah o,ogs

mGy, kemudian diberikan attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar 0,306

mGy. Selanjutnya tidak dilakukan pengurangan ketebalan attenuator Timah (Sn) dikarenakan

tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan attenuator Timah (Sn) di bawah ukuran 0,05

mm Timah (Sn). Sehingga tidak didapatkan nilai atau hasil ukur separoh dari nilai awal.

Fraksi Atenuasi yang didapatkan sebesar 0,45.

Tabel4.18 Tegangan 50 kVp sd 90 kVp

TebalTimah{Sn}
No. Tegangan kVp {mm}
1 50 0,05
? 60 0,05
3 7A 0.05
4 80 0,05
5 90 0,05

Dari tabel 4.18 disimpuikan bahwa dengan menggunakan attenuator Timah (Sn) pada

pada tegangan 50 kVp diperlukan Timah (Sn) setebal 0,05 mm tetapi tidak diperoieh nilai

separoh niiai dari nilai awal, pada tegangan 60 kVp diperoleh attenuator Timah (Sn) setebal

0,05 mm tetapi tidak diperoleh nilai separoh nilai dari nilai awal, untuk tegangan 70 kVp

diperoleh attenuator Timah setebal 0,05 mmSn, tetapi tidak diperoleh nilai separoh nilai dari

nilai awal, pada tegangan 8l kVp diperoleh tebal attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm

tidak diperoleh nilai separoh nilai dari nilai awal dan pada tegangan 90 kVp diperoleh tebal

atenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm tidak diperoleh nilai separoh nilai dari nilai awal. "Tadi

dari hasil pengukuran HVL dengan menggunakan attenuator Timah (Sn) untuk tegangan 50

kVp sampai dengan 90 kVp tidak dapat diperoleh nilai separuh dari nilai avralnya, artinya

attenuator tersebut tidak cocok sebagai attenuator untuk pengukuran HVL pada pesawat

sinar-X.

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Analisis Data

Pada penelitian ini digunakan rumus yaitu :

- tzm?Fil
HyL =*mffib{#)

r,: ketebalan filter I; r, : ketebalan fiiter 2


Dn: paparan yang terukur tanpa filter

Q: paparan yang terukur pada ketebalan filter 1


Dr: paparan yang terukur pada ketebalan frlter 2

Pada attenuator Aluminium (Al) pada faktor eksposi 70 kVp diperoleh hasil ukur :

Tegangan {kVp} Aluminium {All Dosis Permukaan Kulit {mGy)


0 0,351
3,0 0,222
70 4,1 0.187
5 0,L66

z,om(ffi) -+,unCffil
HVL =
m1ffi1

s,om(ffi) -+,urCffil
HVL =
m1ffi1

0.447
HVI- =
0,r714

HVL = 2,647

Jadi, Niiai HVL yang digunakan pada faktor eksposi 70 kVp adalah minimal 3 mm Al.

58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pesawat sinar-X Radiografi Umum diperoleh

hasil pengukuran nilai Half Value l,ayer (HVL) pada tegangan 50 kVp sampai dengan

90 kVp. dengan kuat arus 20 mAs,sebagai berikut :

1. Pengukuran HVL dengan menggunakan Aluminium (Al) di Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara, masih dalam batas minimal sesuai dengan Perka BAPETEN No. 09

Tahun 2011 dan Standard Westem Australia.

2. Dari ketiga jenis attenuator tersebut, yang paling baik sebagai attenuator untuk Half

Value layer (HVL) untuk pesawat sinar-X adalah jenis Aluminium(Al) dan Tembaga

(cu).

3. Atenuator jenis Timah (Sn) tidak cocok sebagai attenuator untuk mengukur HVL

pada pesawat sinar-X pada tegangan 50 kVp sampai dengan 90 kVp

5.2 Saran

1. Pengukuran attenuator dengan menggunakan Aluminium (Al) bisa dikombinasikan

dengan Tembaga (Cu).

2. Tidak dianjurkan untuk pemakaian attenuator Timah (Sn) pada energi dibawah 150

kvp.

59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

Adhikari, Suraj Raj. 2012.'Effict And Application Of lonization Radiution tX- Ray)
In Lfuing Organism". Kaski : Volume 3.The Himalaya Physics.

Akhadi, M. 2001. Dasar-Dasar Protelesi Radiasi. Jakarta: PT. funeka Cipta.

BAPETEN, "Pedoman Metode Uji Kesesuaion Pesat+,at Sinar-X Racliadiagno,stik


dan Intervensiondtl," Jakarta, 201 0

Badan Tenaga Nuklir Nasional" 2009. Pedoman Keselamatan dan Protelci Radiasi
Kawasan Nuklir Serpong, Jakarta

BAPETEN ,2411, Keputusan Kepala BAPETEN Nomor 9 Tahun 201 1 ,


"Uji Kesesuaian Pesqwat Sinar-X Radiologi Diognostik dan Interttensional".
BAPETEN,KeputusanKepala Badan Pengawas'fenaga Nuklir Nornor
01-P/Ka- BAPETEN /lA3 'fahun 2003. Tentang "Pedr:man l)o.r'is Pusien
Rudiocliugftlstik" .

Bushong, Steward C. 2013. "Radologic Science for Technologisrs ". 1Oth edition.
United State of America: CV. Mosby Company.

Bushberg J.T., Seibert J.A., Edwin M. Leidholdt, J.R., Boone J.M.,2002, "The
Essential Physic of Medical Imaging", Second Edition, Lippincott Williams
& Wilkins. Philadelphia USA.

I)epkes RI, "Pedoman Kendali Mutu / Quality Control Peralatan Radiodiagnostik"


Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik. Semarang. 2009.

Djoko Maryanto dkk, "Sekalah Tinggi Tebtologi Nuklir" - BATAN, Seminar


Nasional IV SDM Teknologi Nuklir, ,25 - 26 Agustus 2008, ISSN 1978-0176

Handee W.R. dan Ritenour 8.R., "Medical Imtrging Physics", Wiley-Liss,lnc,


New York, 2002

Harumsari, Diah. 20l0. "Acceptcnce Test Keluaran Radiasi Pesawat Sinar-X Merk Siemens
Tipe Luminous RF Classic Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang ". Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan. Semarang.

International Atomic Energy Agency, IAEA Safety Standards, "Radiation Protectian


and Safety of Radiation Sources: Internotional Bas'ic Safety Standards, Interim
Edition", General Safety Requirements Part 3, No. GSR Part 3 (Interim),
Vienna,20ll.

International Atomic Energy Agency. IAEA Safety Glossary. "Terminologt tised in


Nuclear Safety and Radiation Protection",2007 Edition" Vienna, 2007

60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jauhari, Arif. 2000." Program Jaminan Mutu Bidang Radiografi,,. Jakarta. pusat
Kajian Radiografi dan Imaging.

Jeffiey P.,2006, *Quality L{anagement in the imaging sciences", MosBy"


St.Louis. Missouri 63146.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2}}g,Keputusan MENKES Nomor


1250/MENKES/SK/ xlu 2009, "Pedoman Kendali Mutu (eualityControl)
P er al at an Radi o diagno s tik " .

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor: 1250/MENKES/SK/XLII2}AI.

Krane, Kenneth, "Fisika Modern" (terjemahan oleh Hans. J. wospakrik dan sofia
Niksolihin), Penerbit uninersitas Indonesia, Salemba 4. Jakarta 10430
(1ee2).

Lloyd, Peter.2001. "Quality Assurance workbook For Radiographer Ancl


Radiological Technologisr". WHO : Geneva.

Pernerintah Republik Indonesia, PP No. 33 Tahun 2007, Peraturan Pemerintah No. 33


Tahun 2007 tentang "Keselamatan Rsdiasi Pengion don Kearuanan sumber
Radioaktif ',2007.

Papp, Jefrey. 2a1i, Quality Management In The Imuging sciences, cv. fuIosby Inc.
St. Louis Missouri: USA.

Purbo, Asih Putri. 2007, Pengukuran Keluaran Tegangan Tabung Pe,yawst Sinar-
x shimadzu Ed-150L Dengan Digital Kvp Meter Di Laboratoriunt I
Dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.

Puspitasari, oktavia. 2010, "Fisika Radiasi". universitas Baiturrahman: padang.

Rasad, Sjahriar. 2010. "Radiologi Diagnostik". Balai penerbit FKUI : Jakarta.

Radiation Safety Act75. "Diagnostic x* ray Equipment compliance Testing",


workbook 3 . Maj or Radio gr aphi c Equipment. Hearth Departement of
Westem Australia, 2nd edition, 20A6.
Rasad. s.. " Radiologi Diagnoslifr", Edisi II. Jakarta. penerbit Gaya Baru, 2005.

RTI Electronics, 2a10, Barracuda Reference Manual: "Barracuda & gA Browser


Reference At{anucl ",SA.

6L
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai