2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6376
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENENTUAII NrLAI HALF VALUE LAYER (HVr)
PADA SINAR X DENGAN MENGGUNAKAN
ATTENUATUR ALUMTNTUM (At), TEMBAGA (cu) DAtr[ rrMArr (sn)
TESIS
Oleh :
ffi
PROGRAM PASKASARJANA
T.AKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAIY ALAM
UIVIVERSITAS STJMATERA UTARA
MEDAII
2018
TESIS
Oleh
PROGRAM PASKASARJANA
F'AKULTAS MATEMATIKA DAI[ ILMU PENGETAI{UAIY ALAM
IIIITYERSITAS SI]MATERA UTARA
MEDAN
2018
Menyetujui,
Pembimbing II
1986 0l 1001
ffi%
Dr.
NrP.1959 10 1987 03 1002
TESIS
Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non Exclusive Royalty Free Rigth) atas
Tesis saya yang berjudul : PENENTUAN NILAI HALF VALUE LAYER (HVL) PADA
DATA PRIBADI
Nanra lengkap berikut gelar Lincewati Saragi Sidauruk, AMR, SKM., S.Si.. M.Si.
TeleponiFaksiHp 08 l 387008403
E-^:l
ItIUall grl gu u iiiit! qi-\ 4 |lij} !*-q{i-!tit,t {.1
DATA PENDIDIKAN
Puji dan Syukur kepada Kristus Yesus sang penolongku, sehingga dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini yang berjudul : " Penentuan Nilai Half Value Layer (HVL) pada
Penulisan tesis dilakukan dalam rangka memenuhi gelar Master Fisika pada Program Studi
Ucapan "terima kasih" dan penghargaan sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang ikut
Dalam penulisan tesis ini disadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mernbangun demi menyempurnakan
isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang
membutuhkan. Amin.
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Half Value Layer (HVL) pada sinar-X dengan
menggunakan beberapa attenuator yaitu Aluminium (Al), Tembaga (Cu) dan Timah (Sn) di
Half Value Layer (HVL) yaitu: lapisan atau tebal
Rumah Sakit Universitas SumateratJtaru.
bahan yang membuat intensitas menjadi separuh dari intensitas semula. Metorie yang
digunakan berdasarkan Perka BAPETEN No.09 Tahun 2011 dan Standard Western Australia.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pesawat sinar-X tersebut diperoleh hasil
pengukuran nilai Half Value Layer (HVL) dengan menggunakan Aluminiurn (A1) pada
tegangan 50 kVp - 90 kVp. dengan kuat arus 20 mAs, didapatkan ketebalan HVL pada
- 3,0 mm Al, 60 kVp :4,0 mm Al, 70 kVp : 5,0 mm Al, Bl
Aluminium (Al) yaitu 50 kVp
kVp:5,6 mm Al dan 90 kVp:6,1 mm Al. Dengan menggunakan Tembaga (Cu) pada
tegangan 50 kVp:0,05 mm Cu,60 kVp:0,15 mm Cu, 70 kVp:0,2 mm Cu.8l kVp:0,3
mm Cu dan 90 kVp : 0,3 mm Cu. Dengan menggunakan Timah (Sn) pada tegangan 50 kVp
: 0,05 mm Sn, 60 kVp : 0,05 mm Sn, 70 kVp :0,05 mm Sn, 8l kVp : 0,05 mm Sn dan 90
kVp:0,05 mm Sn.
Kata Kunci : Half Value Layer (HVL), Multi Pupose Detektor (Piranha), Aluminium (Al).
Tembaga (Cu), Timah (Sn)
ABSTRAK
Half Value Layer (HVL) has been done on X-rays using Aluminum (Al), Copper (Cu) and
Lead (Sn) at University Hospital of Norlh Sumatera. Half Value Layer (HVL) is: a layer or
thick material that makes the intensity to half of the original intensity. The rnethod used is
based on BAPETEN Regulation No.09 of 2011 and Standard Western Australia. From the
results of research conducted on X-ray plane obtained the result of measurement of Half
Value Layer (HVL) value by using Aluminum (Al) at 50 kVp - 90 kVp, with strong current
of'20 mAs, obtained HVL thickness on Alurr-rinum 50 kVp - 3'0 mm Al, 60 kVp - 4'0 mm
Al, 70 kVp - 5.0 mm Al, 8l kVp = 5.6 mm Al and 90 kVp:6.1 mm Al. By using Copper
(Cu) at a voltage of 50 kVp - 0.05 mm Cu, 60 kVp : 0.1 5 mm Cu, 70 kVp : 0.2 mm Cu' 8l
kVp : 0.3 mrn Cu and 90 kVp : 0.3 mm Cu. By using Tin (Sn) at a voltage of 50 kVp -
0.05 mm Sn, 60 kVp:0.05 mm Sn, 70 kVp:0.05 mm Sn. 8l kVp:0.05 mm Sn and 90
kVp - 0.05 mm mm Sn. From the results of this study found that of the three types of
attenuator, the best as an attenuator for Half Value layer (HVL) for X-ray plane is
Aluminum (Al) and Copper (Cu). For Tin type Atenuator (Sn) is not suitable as an
attenuator to measure HVL on an X-ray plane at a voltage of 50 kVp - 90 kVp.
Keywords: Half Value Layer (HVL), Multi Pupose Detector (Piranha), Aluminum (Al),
Copper (Cu). Tin (Sn)
III
Kata Pengantar i
Abstrak i
Daftar Isi iv
Daftar Gambar vi
2.1.t2 Timah ( Sn ) 34
iv
5.2. Saran 59
DAFTAR PUSTAKA 60
LAMPIRAN
VI
vii
PEI{DAHULUAFI
Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisrka berkebangsaan Jerman. pertama hali
menemukan sinar-X pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperirnen dengan sinar
katoda. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari kristai bariurrr
bahwa fenornena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigiii ia terus
kemudian ciitemukanlah sinar yang disebutnya sinar 'oaru atau sinar-X. Baru di kemudian
hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada
gclom'oang raclio, cahaya tampak (visible iightl dan sinar ultraviolet, tetapi dengan
panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya
yang kelihatan. Karena panjang geiombangnya yang pendek, maka sinar-X ciapat
menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi. 2001)
Sinar-X merupakan salah satu radiasi gelombang elektromagnetik bLratan yang sejenis
dengan gelombang radio, panas dan cahaya, tetapi memiliki panjang gelombang sangat
pendek yaitu 1ii0.000 panjang gelornbang cahaya tampak. sehingga memiliki ciaya
tembus tinggi terhadap material yang dilaluinya. Sinar-X dimanfaatkan dalam bidang
Sebagai upaya penerapan standar keselamatan radiasi, pada tahun 1995 - 1999 Badan
Tenaga r.r--uklir Internasionai (IAEA) mengadakan proyek riset terpadu tentang proteksi
Asia termasuk Indonesia. Awalnya riset terpadu tersebut hanya untuk radiografi dan
mencakup aspek optimisasi protcksi radiologik. Kemuciian riset terscbut diperlr.ras untuk
fluoroskopi dan contputed tomograp,hy (CT), dengan cakupan utamanya hanya dosis pasien
dan jaminan mulu peralatan, serta ticiak termasuk aspek reduksi dosis pasien dalam
fluoroskopi dan CT. Tujuan utama dari riset terpadu tersebut adalah untuk menginisiasi
program optimisasi proteksi radiasi di tiap negara yang berpartisipasi dengan mengintroduksi
R-ontgen dalarn penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar-X.
Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat
merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Rontgen antara lain ialah bahwa sinar ini
bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetik dan mempunyai daya
tembus yang semakin kuat apabila tegangan Iistrik yang digunakan semakin tinggi,
sedangkan di antara sifat-sifat lainnya ialah bahwa sinar-sinar ini menghitarnkan kertas
potret.
Berkas sinar-X energi rendah tidak rnemiliki energi yang cukup untuk menembus
pasien, sehingga tidak beryeran dalam memberikan informasi diagnostik pada fiim atau
penerima citra. Dilain pihak, sinar-X pada energi sangat rendah dapat mengakibatkan
tambahan penerimaan dosis pasien yang sebetuinya tidak diperlukan.Untuk hal tersebut
diperlukan sesuatu untuk menahan radiasi (attenuator) sinar X yang berenergi rendah seperti
Alunrir-tiuin.
eiektif (secara ieori) dapat bergeser kearah enetgi maksirnum. Sesuai dengan ganibaran
tersebut penambahan attenuator yang sesuai akan mengurangi intensitas sinar-X yang tidak
diperlukan dalam proses radiodiagnostik, sehiiigga akan menghasilkan citra lebih baik sesuai
Daya tembus sinar-X ditunjukkan dengan rTilai energi efbktif berkas sinar-X itu sendiri.
Berkas sinar-X yang memiiiki energi tinggi memiiiki daya tembus yang lebih tinggi
dibandingkan dengan berkas sinar-X berenergi lebih rendah. Kemampuan untuk menembus
ituiah atau daya tembus berkas sinar-X dikenal dengan kualitas berkas sinar-X. Untuk
pesawat radiologi diagnostik, kualitas berkas radiasi dikarakterisasi secara numerik dengan
HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan yang dibutuhkan untuk mengurangi
intensitas sinar-X menjacii setengah dari intensitas semula. Keuntungan dari penggunaan
HVL adalah meningkatnya energi efektif sinar-X dan secara tidak langsung meningkatkan
kinerja pesawat sinar-X. Apabila energi efbktif pada berkas sinar-X rneningkat karena adanya
peningkatan energi efektif akibat penambahan filter, maka daya tembus sinar-X juga
meningkat.
Half Value Layer (HVL), adalah ketebalan bahan di mana intensitas radiasi memasuki
bahan tersebut berkurang setengah dari dosis sebelumnya. HVL juga dapat dinyatakan dalam
hal tingkat Kerma udara. lapisan setengah-nilai diperoleh dari ketebalan material yang telah
ditentukan, melemahkan sinar radiasi ke tingkat sedemikian rupa sehingga dosis dikurangi
menjadi ssetengah dari nilai aslinya. Atau HVL adalah junrlah rata-rata bahan yang
,Jiperlukarr untuk menyerap 50Y, dari dosis radiasi awal (yaitu, untuk tnengurangi itrtensitas
radiasi insiden ). Sebagian besar pemeriksaan X-ray secara rutin dilakukan pada tegangan
tabung rnulai dari 50 kV sampai 120 kV. dan umumnya attenuator yang digunakan pada
tabung pada pesawat sinar X jenis Radiografi umum menggunakan filter jenis Aluminium
(Al). Filter yang digunakan untuk rutin diagnostik pemeriksaan berkisar i,8 mmAi sampai
sinar X-ray ini ditandai dengan keluaran sinar- X dan kualitas attenuator. Keluaran sinar X
dan kuaiitas atlenuator yang terganlung pada pengaturan tegangan iabung dan filtrasi Total
tabung. Umumnya peralatan pesawat sinar X untuk .ienis radiografi umurl menggunakan
filter Aluminium (Ai), sehingga penuiis perlu melakukan peneiitian ini dengan
menggunakan attenuator dengan jenis lain yaitu Tembaga(Cu) dan Timah (Sn).
pengukuran llalf Vaiue layer (tlYL) clengan menggunakan attenuatt.rr jenis Aluminum (Al).
attenuator jenis Aluminum (AL), Tembaga (Cu) dan Timah (Sn) pada saiah satu pesawat
Jl.NLfulansyur,Medan .
Bisa sebagai referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Fisika dan
untuk perusahan atau pabrik yang akan membuat pesawat sinar X yang baru untuk
TINJAUAN PUSTAKA
Sinar X ditemukan secara tidak sengaja oleh Wilhelm Conrad Rontgen (1845-1923).
Iimuwan Jerman pada Novernber i895. Pada waktu itu, Rontgen seiiang mempela-iari
pancaran electron dari tabung katoda. Lempeng logam yang letaknya di dekat tabung katoda
memencarkan sinar llueresens selama elektron di alirkan. Oleh se'oab itu Rontgen
menyimpulkan bahwa sinar tersebut disebabkan oleh radiasi dari suatu atom karena tidak
dikenal daiarn ilmu, maka Rontgen memberikan narna dengan sebutan sinar- X.
radio. panas, cahaya dan sinar ultraviolet, tetapi dengan paniang gelombang yang sangat
pendek. Sinar- X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat.
Perbedaan antara sinas- X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang
gelombang, di mana panjang gelombang sinar- X sangat pendek yaitu hanya 1i10.000
panjang gelombang cahaya yang pendek itu, maka sinar- X dapat menembus benda-benda.
Gelombang sinar elektromagnetik terdiri atas : listrik, radio, infrarnerah, cahaya. ultra
violet, sinar- X, sinar gamma dan sinar kosmik. Gelombang yang dipergunakan dalam dunia
kedokteran antara 0,50 A tJ,l25 A. Sinar-X yang dipancarkan dari tabung diarahkan pada
-
bagian tubuh yang akan didiagnose. Berkas sinar-X tersebut akan menembus bagian tubuh
dan akan ditangkap oleh film, sehingga akan terbentuk garnbar dari bagian tubuh yang
Tegangan tabung pada pesawat sinar-X merupakan salah satu faktor yang
dapat dikontrol untuk mengurangi radiasi hambur dan mengurangi cit-rsis yang ciigunakan
yang digunakan harus diimbangi dengan penurunan nilai arLrs tabung pernbangkit sinar-X dan
waktu penyinaran sehingga diperoleh intensitas radiasi yang menghasilkan densitas bayangan
yang cukup. Penentuan kontras pada tegangan tabung pesawat sinar-X dilakukan dengan cara
eksperimentai (Kramer dan Seibach, 2003). Pada pengaturan tegangan tabung rendah
Lebih dari satu abad yang lalu sinar-X ditemukan dan sekarang aplikasinya sangat
beragam. salah satunya di biciang medis. Sitbt - sifat sinar-X yang dapat menembus bahan
dan menghitarnkan plat film dimanfaatkan untuk diagnosa penyakit. Diagnosa dilakukan
Bagaimana sinar-X dihasilkan adalah faktor penting yang menentukan kualitas dan
karakteristik citra radiogral' (Hendee dan Ritenour, 20A2). Produksi sinar-X terjadi di suatu
,&rrfiature
+
ft::talirri:t
Pt:rIi::ri
1..':: I
:'b :l + r r ur r-r'
Fl**1., arrC Bass
rHifih
Pada tabung tersebut ierjadi perubaiian ener'gi listrik irienjadi radiasi sinar-X rjair panas yang
tidak dapat dihindarkan. Proses terjadinya sinar-X dapat diurutkan sebagai berikut:
Elektron bebas dihasilkan pada filamen di katoda, arus listrik menaikkan temperatur filamen
rnenjadi sangat tinggi sehingga sebagian elektrotlrya merniliki ettergi therinal yang cukup
untuk bebas dari energi ikat inti atomnya, dan membentuk awan elektron.
Untuk mempercepat elektron Beda potensial yang tinggi diberikan di antara katoda dan
anoda, beda potensial ini menarik dan rnempercepat awan elektron bebas di katoda tnenu.iu
anoda.
Elektron yang dipercepat akan menumbuk anoda dan terjadi sinar-X, energi kinetik elektron
yang dipercepat hilang saat tumbukan, dan hanya kurang lebih satu prosen saja yang merriadi
sinar-X, sisanya rnenjadi energi panas. lnteraksi eletron dengan materi (anoda) karena
karakteristik. Sinar-X yang terjadi disebut juga sinar-X bremstrahlung atau sinar-x
karakteristik.
Sinar-X mempunyai beberapa sifat fisik antara lain daya tembus, peftebaran, penyerapan,
efek fotografik. fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu, sinar-X tidak dapat dilihat
dengan mata, bergerak lurus dimana pergerkannya sama dengan kecepatan cahaya. tidak bisa
difraksikan bersama lensa atau prisma tetapi bisa difraksikan dengan kisi kristal. Bisa
diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda
a. Daya tembus
Sinar x bisa menembus bahan atau massa yang padat bersama daya tembus yang sangat besar
seperti tulang dan gigi. Semakin tinggi tegangan tabung ( besarnya kV) yang dipakai,
semakin besar daya tembusnya. Semakin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda,
b. Peftebaran
Apabiia berkas sinar-X melewati suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut akan
beftebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau
zat yang dilewati. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiograf cian pada film
akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi dampak radiasi
hambur ini maka diantara sub-iek dengan diletakkan tirnah hitara (grid) yang tipis.
c. Penyerapan
Sinar-X dalam radiografi diserap oleh balrarr atau zat sesuai dengan berat atom atait
kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya makin
besar penyerapannya.
Sinar-X menyebabkan bahan-bahan teftentu seperti kalsium tungstat atau zink sulflde
2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar -
e. Ionisasi
Efek primer dari sinar x apabita mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi
f. Efek biologi
Kerusakan jaringan atau perubahan yang disebabkan oleh paparan radiasi pengion-yaitu,
sinar gamma, sinar X, dan partikel berenergi tinggi seperti neutron, elektron, dan positron.
Radiasi pengion menembus jaringan hidup dan dapat menghanourkan sel-sel hidup atau
membuat fungsinya menjadi tidak normal. Radiasi pengion termasuk alpha. beta dan sinar
gamma dan neutron dengan energi yang cukup untuk menghasiikan pasangan ion yaitu
elektron, yang dapat menghasilkan radikal bebas pada gilirannya dapat merusak struktur
molekul yang mengakibatkan ciisfungsi sel (efek somatik) atau mutasi (kerusakan genetik).
energi maksirnuin dan energi rata-taia dari berkass sinar-X. N,lerubah kVp tidak akan
2. Arus tabung (mA) adalah sama dengan jumiah elektron-elektron yang bergerak dari
menurnbuk anoda dan intensitas berkas sinar-X. Perubahan pada rnA akan merubait
meningkat seiring dengan meningkatnya mA, tetapi energinya tetap. Kuantitas berkas
3. Waktu paparan adalah lamanya produksi sinar-X. Kuantitas dari sinar-X ber'oanding
lurus dengan hasil dari arus tabung dan waktu penyinaran (mAs).
4. Fiitrasi berkas sinar-X mempengaruhi intensitas dan rala-rata energi dari berkas sinar-X.
Menambahkan filtrasi akan menaikkan energi rata-rata sinar-X serta mengurangi intensitas
berkas. Perubahan fiitrasi tidak mengubah energi maksimum berkas sinar-X ataupun
energy dari sinar-X karakteristik. Filter biasanya terbuat dari lapisan tipis aluminium atau
jenis logam Iainnya yang dipasang pada tempat keluarnya berkas sinar-X pacla rumah
tabung. Kegunaan filtrasi adalah untuk menyerap sinar-X berenergi rendah sebelum
datang ke atom target lebih berpeluang mengalami interaksi radiatif pada bahan dengan
nomor atom tinggi. Energy dari sinar-X karakteristik diproduksi di target tergantung dari
bahan target. Oleh karena itu, bahan target mempengaruhi kuantitas dari foton-foton
6. Generator mempengaruhi kualitas dari spectrum sinar-X yang diemisikan. Pada kVp yang
sama, generator dengan fase turrggal menunjukkan beda potensial yang rata-rata lebih
rendah dari yang bisa diberikan oleh generator tiga-fase atau generator frekuensi tinggi.
Kualitas dan kuantitas spectrum sinar-X kedua-duanya dipengaruhi oleh tipe generator
yang digunakan. Generator mempengaruhi intensitas dan energi rata-rata dari berkas sinar-
10
Untr"rk pembuatan sinar- X diperlukan sebuah tabung roentgen hampa udara dimana
terdapat eleklrt-rn-eiektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suau sasaran
(target). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di mana energi elektron
menjadi sinar- X .
Sebagai sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katoda di dalam tabung
Gaya tersebut bergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung Reontgen.
Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda dan anoda.
a. Keping Wolfarm yang ditanamkan di dalam tembaga pada tabung Roentgen anoda
f:^---
ulatil.
b. Piring Wolfarm di atas tangkai molybdenum pada tabung Roentgen anoda putar. Pada
l-L
b. Katoda dengan filamen yang terbuat dari kawat tungsien yang mcmpunyai titik lebur
tinggi, filamen initerdapat di dalam alat pemusat berkas electron ( focusing cup )
c. Anocia dimana terdapat bidang fbcus (lbcul spot) yang merupakan sasaran (target)
Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor
Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung sinar-X
Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transfotmator khusus (Arif jauhari, 2008).
2. Anoda
Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai radiator di luar
tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi, mempunyai anoda yang
cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang rnengalir melalui tabung tersebut (Arif
Jauhari, 2008).
? V qtoAq
Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang dipanaskan oleh
arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk mencapai target elektron,
dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.
t2
menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik pada dinding bagian
5. Target
Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang mempunyai Z (nomor
atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik mungkin. Walaupun efisiensirrya
tinggi, kurang dari lo/o energi elektron berubah menjadi sinar-X. Selebihnya herubah
menjadi panas sehingga target harus mempunyai titik lebur yang tinggijuga harus dapat
menghilangkan panas. Ini diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat
konduktivitas panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempcikan
6. Tabung pembungkus
Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan panas seperti
pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara harus mendekati
sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari kaca pyrex agar mampu menahan panas
generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian dari tabung hampa udara.
Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih efisien dan daya tahan yang lebih
7. Perisai tabung
Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan terhadap
sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isoiasi listrik, hal ini
pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan ukuran dan diberikan
13
Rumah tabung
Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang dirancang untuk
mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal radiologi yaitu adanya radiasi
karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik. Terjadinya kebocoran radiasi
disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus dinding perisai tabung. Radiasi ini
tidak berperan dalam menghasilkan informasi diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang
q Filtcr
Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam radiologi
diagnostik. Aiuminiun dengan nomor atom l3 (tiga beias) rnerupakan bahan filter yang
baik sekali untuk radiasi energi rendah.iuga baik untuk bahan filter dengan tujuan umum.
Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh sembilan) lebih baik untuk radiasi energi
tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa
menukar filter. Untuk praktisnya, banyak ahii radiologi paling suka menggunakan bahan
filter tunggal, biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan
campuran fiiter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal.
Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah tabung sinar-
X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator. Kolirnator terdiri dari
tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah, dan shutter dalam. Shutter
mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah dari pipa pencegah berguna
t4
shutter yang sama setiap pasang dan dapat digerakkan secara bersama-sama, sehingga
aniara kedua pasang shutter ierse'out dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya
penumbra. Dua shutter ini dapat digunakan sebagai sistem dia fragma yang dapat diatur
scsuai dengan ukuran luas lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan
sistem cahaya tampak sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien
kelihatan seperti sinar tampak. Ef-rsiensi produksi sinar-X tidak berganiung pada arus
tabung, akibatnya, terlepas dari mA yang diatur, efisiensi produksi sinar-X tetap konstan.
Efisiensi produksi sinar-X meningkat dengan meningkatnya kVp. Pada 60 kVp, hanya
0,5olo energi kinetik elektron yang diubah menjasi sinar-X.Pada 100 kVp, sekitar 1o%
l. Katoda ( filamen ) dipanaskan ( lebih dari 2.000oC ) sampai menyala dengan mengalikan
dipercepat gerakannnya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat ( focusing cup ).
4. Filamen dibuat relatif negative terhadap sasaran ( target ) dengan memilih potensialtinggi.
7. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan electron ditiadakan oleh radiator
pendingin.
15
milliampere (mA), sedangkan jangka rvaktu pemotretan dikendalikan oleh alat ukur waktu .
pemanfaatan radiasi tersebut dan kebutuhan untuk menegakkan kebijakan dan perlindungan
radiasi menyebabkan banyak negara mengeluarkan reguiasi dan pedoman seperti prosedur
proteksi sinar-X (1AEA,2006). Penentuan distribusi foton tergantung pada energy, meskipun
Sinar -X merupakan gelombang elektromagnetik dengan energy yang sangat tinggi. Sinar
-X dihasilkan di dalam tabung sinar-X. Di dalam tabung, sinar-X dihasilkan r.rlch elektron
bebas yang dipercepat dengan beda potensial yang sangat tinggi, lalu ditembakkan ke suatu
target. Pada proses perlambalan elektron berkecepatan tinggi oleh medan inti atom target
akan dihasilkan sinar-X kontinue dan sinar-X karakteristik sesuai dengan bahan target yang
digunakan.
Sinar-X memiliki daya tembus yang sangat tinggi dan dapat menghitamkan film yang
dilaluinya. Karena sifat itulah, sinar-X sering diaplikasikan untuk dunia kedokteran sebagai
alat untuk diagnosis penyakit. Namun, selain mafaatnya yang sangat besar,sinar-X juga
berpotensi membahayakan pasien karena ciapat menginduksi kanker. Oleh karena itu daiam
Kualitas sinar-X adalah pengukuran kemampuan berkas sinar-X untuk menembus obyek.
Daya tembus ,Jigambarkan sebagai jarak berkas sinar-X melewati obyek atau materi. Satuan
kualitas sinar-X disebut Half-value layer (HVL). HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan
bahan penyerap yang digunakan untuk mereduksi intensitas (kuantitas) sinar-X menjadi
setengah dari nilai sebenarnya. Faktor yang berpengaruh langsung adalah kVp dan filter.
Fakto-r-faktor yang mempengaruhi kualitas sinar juga akan mempengaruhi kontras radiografi.
_LO
Tegangan tabung adalah men, indahkan satu satuan muatan. Menarik elektron dari filamen
ke permukaan targei yang tertanam di anoda. tsetia potensial akan mempengaruhi kualitas
dihasiikan. Semakin tinggi nilai kVp semakin pendek panjang gelombang. semakin baik
kualitas sinar-X. Pada kenyataannya kVp yg digunakan antara 40-150 kVp. Secara teorijika
intensitas sinar-X dinaikkan 2x iipat maka akan menaikkan kVp sebesar 4Ao/o. Ketika kVp
dinaikkan sedangkan mAs diturunkan dengan OD (Optical Density) tetap maka dosis yang
diterima pasien akan turun seoara signifikan mengurangi kontras. Beda potensial tabung
sinar-X (kvp) dapat berpengaruh pada intensitas sinar-X yang dihasilkan dimana akan
berpengaruh pula terhadap citra radiograf yang dihasilkan pacla suatu objek. Selain itu, kVp
juga berperan penting dalam kemampuan daya tembusnya dalam menembus suatu bahan atau
objek terutama terhadap obiek yang iebal. Semakin tebal suatu objek maka semakin tinggi
pula kVp yang kita atur dalam melakukan eksposi. Hal tersebut mempengaruhi intensitas
sinar-X yang keluar dari tabung sinar-X. Peranan kVp sangat penting ketika peristiwa Anode
Heel Effect dimana apabila ketebalan suatu objek tidak merata maka penggunakan kVp yang
tepat sangatlah mempengaruhi citra radiografi yang dihasilkan. Dimana ketika melakukan
positioning sebaiknya kita meletakkan objek yang tebal pada sisi katoda sedangkan objek
yang tipis (tidak begitu tebal) diletakkan tepat pada sisi anoda. Hai ini dikarenakan agar
Elektron dengan kekuatan yang lebih besar, inilah yang rnenyebabkan Elektron
Beda potensial mempengari kuantitas sinar-X (intensitas sinar-X) yang dikeluarkarr tabung,
berpengaruh pula pada ketebalan objek yang dilaluinya, peristiwa anode heel effect serta
L7
bergerak semakin cepat. Semakin cepat Elektron menumbuk anoda pada target, maka akan
semakin cepat sinar-X terbentuk rjan sernakin kuat da-va tembus dari sinar-X yang dihasilkan
perubahannya mempengaruhi panjang gelombang yang dihasilkan. Semakin tinggi nilai kVp
semakin pendek panjang gelombang. semakin baik kualitas sinar-X. (Bushong. 2413)
pada kulit terdalam atom target. Sinar-X karakteristik dihasilkan saat terjadi interaksi cukup
untuk mengionisasi atom target melalui penghapusan total ciari sebuah elektron kulit
terdalam. Ketika proyektil elektron mengionisasi atom target dengan menghapus elektron
pacia kuiit K, terjadi kekosongan elektron sementara pada kulit K. Ini adalah keadaan vang
tidak wajar untuk atom target, dan hal itu diperbaiki dengan cara sebuah elektron O, *rrn
terluar berpindah jatuh untuk mengisi ke kekosongan pada kulit K. Transisi eiekiron orbital
dari kulit luar ke kulit bagian dalam diserlai dengan emisi sinar-X. Sinar-X memiliki energi
sama ciengan perbedaan energi pengikat dari eiektron orbital yang terlibat. (Bushong.2013).
Kemampuan foton untuk menembus benda tergantung pada energinya. Foton sinar-X
berenergi tinggi mempunyai kemampuan menembus benda padat lebih tinggi daripaiia foton
sinar-X yang berenergi lebih rendah. Oleh karena itu, semakin tinggi kVp dan energi rerata
pancaran sinar, semakin tinggi kemampuan penetrasi sinar ierhadap benda padat. (Bushong,
20t3)
Intensitas sinar-X yang dihasilkan berbandii-rg lurus dengan kuadrat dari kV yang
digunakan pada saat pemeriksaan radiografi. Ini berarti semakin tinggi kV yang digunakan.
18
gelombang yang lebih pendek sehingga daya tembusnya besar. (Nova Rahman, 2009)
Proje;rlF
+ieatr {!a
lcn:zeC i Dnr2s{l o
k-sh+1, k-ai€rl
elecl'aln Char naiE, is1r.,:
r-rav
CS.lr alilte-,1slrJ:
Gambar 2.2 Sinar-X karakteristik diproduksi seteiah ionisasi elektron kuiit K Ketika
elektron kulit terluar mengisi kekosongan kulit K, sinar-X diemisikan.
Produksi panas dan sinar-X karakteristik melibatkan interaksi antara elektron proyektil
dam elektron target. Tipe interaksi ketiga dimana eiektron proyektil dapai kehilangan energi
kinetiknya adalah interaksi dengan bidang nuklir dari atom target. Pada interaksi ini, energi
Sebuah elektron proyektil yang menghindarielektron orbital saat melewati atom target dapat
sampai cukup dekat dengan inti atom untukberacia di bawah pengaruh medan iistrik. Karena
elektron bennuatan negatif dan inti bermuatan positif,, ada elektrostatikgaya tarik-menarik
antara mereka. Semakin dekat eiektron proyektil menuju nukleus. setnakin dipengaruhi pula
oleh medan listrik dari nukleus. Medan ini sangat kuat karena nukleus mengandung proton
dan jarak antara nukleus dan elektron proyektil sangat pendek. Ketika proyektil elektron
melewati inti, elektron proyektik akan melambat dan mengubah arah jalannya, meninggalkan
inti dengan mengurangi energi kinetiknya dalarn arah yang'oerbeda. Hilangnya energi kinetik
ini muncul kembali sebagai sinar-X. (Bushong, 2013). Tipe sinar-X ini disebut sinar-X
bremsstrahlung. Bremsstrahlung berasal dari bahasa Jerman yang berarti "radiasi yang
melambat". Sinar-X Bremsstrahlung dapat dianggap radiasi yang dihasilkan dari pengereman
tepat termasuk kV. Pada pasien yang gemuk cenderung digunakan kV yang lebih tinggi
dengan alasan supaya sinar-X dapat mennrbus tubuh Basien dan membentuk gambaran pada
tilm. Apabila penggunaan kV tidak tepat maka akan teriadi pembentukan gambaran yang bisa
dianggap salah yaitu over expose atau gambaran dengan densitas yang tinggi akibat
penggunaan faktor eksposi yang terlalu tinggi dan under espose atau gambaran dengan
densitas yang rendah akibat penggunaan taktor eksposi yang terlaiu rendah. (Nova Rahman.
2009.
Penggunaan kV tinggi akan menyebbakan radisi hambur (scatter radiation). Hal ini
dikarenakan sinar-X yang dihasilkan dari kV yang tinggi akan memiliki intensitas yang tinggi
pula. Saat berinteraksi dengan objek, sinar-X dengan intensitas tinggi ini ada yang diteruskan
dan ada pula yang dipantulkan. Sinar-X yang memantul ini karena masih memliki intensitas
yang tinggi maka masih sanggup untuk menghitamkan fiim. Karena hal ini. gambaran yang
dihasilkan, densitasnya akan lebih tinggi dari biasanya. Untuk mencegah terjadinya hal ini,
maka digunakan gris yang merupakan suatu alat berbentuk lempengan yang ciipasang di atas
kaset yang dieksposi, terbuat dari aluminium yang disusun perbaris, dimana tu.iuan
penggunaan alat ini adalah untuk menyerap radiasi hambur. sehingga sinar-X yang masuk ke
kaset dan mengenai film hanya sinar-X yang memiliki kualitas bagus. (Nova Rahman, 2009).
Filter merupakan suatu bahan yang dapat meningkatkan kehomogenitasan energi radiasi
polikromutik, yang dipancai'kan oleh anoda tabung tanpa absorsbsi. Radiasi Polikroniatik
sendiri adalah radiasi sinar-X yang terdiri dari foton-fbton yang mempunyai spektrum yang
bermacam-rl1acam. Filter berfungsi untuk menyerap foton berenergi rendah. sedangkan foton
yang berenergi tinggi akan diteruskan. Dengan demikian untuk pemeriksaan pasien dengan
sirrar-X tanpa filter, jaringan permukaan kulit akan menerinia dosis cukup 'oesar sehingga
zv
yang ditempatkan di antaratubuh pasien dan tabung sinar-X. Filter tambahan ditempatkan di
Idealnya. filter tambahan tersebut menyerap seluruh foton energi rendah dan meneruskan
semua foton cnergi tinggi. Akan tetapi tidak ada bahan yang mempunyai siibt ideal tersebut.
Aluminium (Al) merupakan bahan yang biasa dipilih untuk filter tambahan dalam radiologi
diagnostic. Berkas sinar-X sebelum mencapai tubuh pasien akan mengalami peiemahan
setelah melewati dua buah filtrasi, yaitu filtrasi bawaan (inherent Jiltration) dan filtrasi
Merupakan bahan-bahan yang dilalui sinar x setelah keluar dari target. lnherent filter
terr3iri rJari gelasikaca. minyak trafo. jendela tabung. seluruhnva biasanya memberikan
pelemahan yang setara dengan ketebalan aluminium antara 0,5 mmAl sampai 1,0 mmAl.
Untuk setiap pesawat perlu mendapat tambahan filter yakni 1,5 mmAl - 2,0 mmAl
ketebalan Aluminium yang gunanya untuk dapat menahan sinar-X yang mempun-Vai
panjang gelombang tertentu. Penggunaan filter tambahan ini sesuai dengan besarnya kV
adalah pesawat mamografi, karena pada pesawat mamografi di gunakan kV yg kecil untuk
teknik seff tisue. Filtrasi merupakan indikator yang menunjukkan kualitas berkas radiasi
akibat proses atenuasi berkas radiasi pesawat sinar-X yang keluar dari tabung karena
adanya bahan penghalang atau filter cian biasanya ditunjukkan daiam satuan ekivalen
zr
d) penambahan frlter atau filtrasi akan dapat mempengaruhi kuantitas sinar-X' Apabila
terjadi penurtlnan
filter bcrtambah maka kuantitas sinar-X akan berkurang sehingga
juga mempengaruhi kualitas
kontras pada gambaran radiografi. Fittrasi atau filter
akan bertambah sehingga
sinar-X. Apabila f,ritrasi bertambah maka kualitas sinar-X
bergelombang
filter ini berfungsi untuk menghilangkan sinar-X berenergi rendah dan
pengukuran, satuannya adalah Rad. Bila suatu berkas sinar-X melewati sualu bahan
filtration). Kadang istilahnya sama yaitu inherent filtration' Cara membedakan 'iika
pada label tabung dan
istilahnya sama adalah dengan mencatat inherent filtration
ada di label kolimator
inherent filtration pada label kolimator. Inherent flltration yang
dalartr kolimator
ituiali yang disebut dengail arjded filtration. Komponen lain yang ada
penggunaannya. oleh karenanya sering kita mendengar atau mendapati kalau mau
tambahannya cli nol-kan dulu'
melakukan pensukuran kualitas berkas radiasi maka filter
yang panjang)
film. Foton dengan energi yang lebih rendah (panjang gelombang
energi yang cukup untuk
berperan sefta dalam pencahayaan namun tidak mempunyai
tegangan puncak 100.000 volt, biasanya dinyatakan der,gan kvp: 100 kv' Energi
sebagian kecil keluaran sinar-X yang mencapai energi tersebut' sedang sebagiarr
dilakukan melalui pengukuran HVL dari bahan attenuator. Aluminium digunakan untuk
yaitu Lrntuk kegiatan proteksi radiasi cian untuk kegiatan aplikasi/peneiitian radiasi nuklir.
Alat ukur radiasi yang digunakan untuk kegiatan proteksi radiasi harus dapat
menunjukkan nilai dosis radiasi yang mengenai alal tersebut. Setiangkan aiat ukur yang
digunakan di bidang aplikasi radiasi dan penelitian biasanya ditekankan untuk dapat
menampilkan nilai kuantitas radiasi atau spektrum energi rarjiasi yanc memasukinya.
Setiap alat ukur radiasi terdiri atas dua bagian utama yaitu detektor dan peralatan
penunjang. Detektor merupakan suatu bahan yang peka terhadap radiasi, yang jadi bila
dikenai radiasi akan menghasilkan suatu tanggapan (response) tertentu yang lebih mudah
berfungsi untuk mengubah tanggapan detektor tersebut menjadi suatu informasi yang
dapat diamati oleh panca indera manusia atau dapat diolah lebih lanjut menjadi informasi
yang berarti.
Ukuran kualitas sinar-X, biasanya dinyatakan dalam nilai tebal paruh atau Half Value
Layer(HVL). HVL merupakan tebal bahan perisai yang diperlukan untuk mengurangi
intensitas radiasi menjadi setengah dari rnula-mula. HVL makin tinggi ,artinya daya
tembus sinar-X semakin inggi pula, dan sebaliknya. Terdapat regulasi agar sinar-X yang
digunakan untuk klinis memiliki nilai HVL minimal tertentu. Jika mula-mula radisi
dengan intensitas Io dart setelalr nielewati bahan dengan ketebalan :r dan koefisien
I : Io e-Fx (1)
24
Io : iniensitas mula-muia
Apabila intensitas sinar setelah melewati bahan :112 dari intensitas selunt melewati
112 Io : [oe-P*
112 : e-P\
lni 12 : -Frx
ln1 -1n2:-px
0-ln2 : -px
ln2l St
0,693/pr
HVL - A.6931;t
x disebut Half Value Layer (HVL) atau lapisan harga paruh, yaitu: lapisan atau tebal
Apabila intensitas radiasi setelah melewati bahan dengan ketebalan x tinggal separoh
dari intensitas mula-mula (i : Ioi2). maka tebal lapisan bahan x disebut HVL. sehingga :
Untuk menghitung nilai HVL secara praktis, KMK No.1250 tahun 2009 menggunakan
HVL = t1\
25
nilainya sedikit lebih besar dari Do/2. D2 adalah dosis terbaca yang nilanya sedikit lebih
kecil dari Do/2. U scbagai tebal bahan pada saat dosis terbaca Iebih besar dari Doi2.
Sedangkan /2 sebagai tebal bahan pada saat dosis terbaca lebih kecildari Do/2.
Sinar-X dapai pula terbentuk melalui proses perpindahan electron atom dari tingkai
energy yang lebih tinggi menuju ke tingkat energy yang lebih rendah. Sinar-X yang
terbentuk meiaiui proses ini mempunyai energy sama densan selisih energy antara kedua
tingkat energy electron tersebut. Karena setiap jenis atom memiliki tingkattingkat
energy eiectron yang berbeda-beda, maka sinar-X yang terbentuk dari proses ini disebut
Untuk keperluan medis, energy fektif sinar-X bremssrahlung sering kali cukup
disetarakan dengan nilai tebai paro atau half value lalter (HYL). yaitu tebai filter atau
attenuator untuk mengurangi intensitas sinar-X menjadi setengah dari intensitas mula-
mula. Niiai HVL ditentukan oleh koefisien pelemahan linier (p) yang nilainya berbecia
untuk energy yang berbeda. Oleh sebab itu, nilai p tersebut dapat dipakai.
Haif Value layer (HVL) atau Bahan setengah-nilai lapisan, atau ketebalan setengah-
nilai, adalah ketebalan bahan di mana intensitas radiasi memasuki itu berkurang
setengah. HVL juga dapat dinyatakan dalam hal tingkat Kerma udara (AKR), daripada
inelerrahkan sinar radiasi ke tingkat sedemikian rupa sehingga AKR dikurarrgi rlen-iadi
satu sampai setengah dari nilai aslinya. HVL adalah jumlah rala-rata bahan yang
diperlukan untuk nienyerap 50oh dari semua radiasi . Sebagiarr besar pemeriksaan X-ra1
secara rutin dilakukan pada tegangan tabung mulai dari 40 sampai 120 kV dan jumlah
26
dihasilkan oleh tabung sinar-X mengurangi paparan radiasi pasien, karena attenuator
daoat menghilangkan foton energi rendah yang tidak perlu untuk pembentukan oitra
minimum untuk totai ketebalan fiitrasi yang akan diadopsi dengan diagnostik x-ray
balok. Nilai tersebut tidak boleh lebih **; dari 2,5mmAl (kecuali untuk peralatan
mamografi), dan sama dencan i,5 mmAl untuk Odontologicai x-ray hinuea 70 kV.
minimum terpenuhi.
Paling sering, metode yang digunakan untuk menyimpulkan tentang total filtrasi
dari peralatan mengaitkan total filtrasi dengan kuaiitas sinar -X, 1,aitu Hall- Value layer
GrvL). Sebagian besar standar teknis di negara lain membuat nilai untuk HVL hanya
minimum untuk ketegangan tabung tertentu (kV) dan jumlah fase menyediakan
generator. Jika nilai minimum tersebut diperoleh untuk HVL, diasumsikan bahwa total
filtrasi attenuator memenuhi standar ICRP. Half Value layer (HVL) didefinisikan
sebagai ketebalan material penyerap yang diperlukan untuk mengurangi intensitas sinar
X untuk setengah besarnya insiden, di bawah kondisi geometri yang baik. Kondisi ini
meningkaikan nilai HVL. Dalam penelitian ini. analisis kritis ciiiakukan pada meiodoiogi
untuk pengukuran Half Value Layer (HVL) di diagnostik dengan attenuator, sesuai
dengan standar teknis yang ditetapkan oieh Kementerian Kesehatan dan Badarr
pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Parameter yang relevan untuk pengukuran Half
Value Layer (HVL) dan kornponen keti<iakpastian untuk rnemastikan kepatuhan dari
27
pasien, sehingga tidak berperan dalam memberikan inforrnasi diagnostik pada film atau
penerima citra.
Daya ternbus sinar-X ditunjukkan dengan nilai energi efektif berkas sinar-X itu
sendiri. Berkas sinar-X yang memiliki energi iinggi memiliki daya tembus 5,ang lebih
tinggi dibandingkan dengan berkas sinar-X berenergi lebih rendah. Kemampuan untuk
menembus itulah atau daya tembus berkas sinar-X dikenal dengan kualitas berkas sinar-
numerik dengan nilai tebal paruh atau Ilaff'Value La1,er (HVL). karena HVL dapat
HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan yang dibutuhkan untuk mengurangi
intensitas sinar-X menjadi setengah dari intensitas semula. Keuntungan dari penggunaan
HVL adalah meningkatnya energi efektif sinar-X dan secara ticiak iangsung
meningkatkan kinerja pesawat sinar-X. Apabila energi efektif pada berkas sinar-X
meningkat karena adanya peningkatan energi efektif akibat penambahan filter, maka
HVL dari berkas sinar-X adalah ketebalan bahan yang ciibutuhkan untuk mengurangi
intensitas sinar-X meniadi setengah dari intensitas semula. Keuntungan dari penggunaan
HVL adaiah meningkatnya energi efektif sinar-X dan secara tidak langsung
rneningkatkan kinerja pesawat sinar-X. Apabila energi efektif pada berkas sinar-X
ineningkat karena adanya peningkatan energi efektif akibat penambahan filter. nraka
(secara teori) dapat bergeser kearah energi maksimum. Sesuai dengan gambaran tersebut
penambahan filter yang sesuai akan rnengurangi intensitas sinar-X yang tidak diperlukan
L6
dengan yang diinginkan. OIeh karena itu, penggunaan filter yang sesuai, akan
menghasilkan beberapa keuntungan seperti: eliminasi sinar-X energi rendah,
Pemasangan filter pada pesawat sinar-X merupakan metode sederhana. namun ada
sudah memiliki filter bawaan (inheren filter) -vang didisain sebagai 'oagian integral dari
perangkat rumah tabung dan peralatan pembatas berkas, dan tidak dilengkapi dengan
fasilitas pengaturan filter tambahan (added filter) sehingga menjadi sangat sulit untuk
Bahan filter yang umum digunakan dalam radiologi diagnostik adalah Aluminium (Al).
Hal tersebut karena sifbt Al yang ringan (nomor atom rendah), mudah dibuat, dan
mempunyai sifat absorbsi yang sesuai untuk energi sinar-X cliagnostik. Dengan
demikian, persyaratan HVL secara khusus setara dengan beberapa milimeter Al. Karena
harus memenuhi nilai HVL minimum pada tegangan operasi yang sesuai. Misalnya:
HVL minimum 2.3 mmAI pada 80 kVp. dan 2,1 mmAl untuk 70 kVp.
n) dengan n: d/HVL, jika i: ll2xI} maka n: I dan d: HVL karena lllo: (112)"n.
Artinya, jika intensitas awal berkurang separo setelah melewati bahan setebal d, maka
setebal d ituiah HVL-nya. Variabel i daiarn persamaan tersebut adalah intensitas sinar-X
Pengu_iian HVL dilakukan rnelalui penyinaran 'oerkas radiasi dengan variasi penambahan
diterima bahwa pesawat sinar-X rnemiliki filtrasi yang cukup pada berkas untuk
menghasiikan HVL yang tepat pada iegangan puncak ta'ouns tertentu. Tahapan
2.7.11Aluminium (Al)
Aluminium merupakan logam yang berwarna putih dan mengilap, ringan, relatif
lunak dan ulet. sukar mengalami kr-rrr-rsi serta memiliki massa jenis yang reiatif rendah.
.Tika dilihat dari potensial elektrodenya, Aluminium (Al) merupakan logam yang mudah
mengalami korosi dan merupakan reduktor yang kuat. Akan tetap pada kenyataannya,
reaksi Aluminium dan larutan sangat lambat. Hal ini disebabkan adanya lapisan oksida
banyak ditentukan oleh sifat ion All3*,yang mempunya kerapatan muatan sangat besar.
Kerapatan muatan ini disebabkan oleh ukuran ion yang kecii tetapi muatannya besar.
Adanya kerapatan muatan yang tinggi mengakibatkan All3* mampu menarik pasangan
eiectron dari ion negatif yang dekat dengannya sehingga ikatan yang terbentuk
mengalami pergeseran dari ikatan ion menjadi ikatan kovalen. Pada penelitian ini,
Aluminium adalah unsur kimia dalam kelompok boron dengan simbol Al dan nomor
atom 13. Ini adalah logam ulet putih, iunak, nonmagnetik. ulet. Secara massai.
aluminium membentuk sekitar 8% kerak bumi, ini adalah elemen paling melimpah
ketiga seteiair oksigen dan silikorr dan iogain paling rnelimpah di kerak bumi, meski
kurang umum di mantel di bawah ini. Logam aluminium sangat reaktif secara kimia
sehingga spesimen asli langka dan terbatas pada lingkungan yarlg sangat reduksi.
Sebagai gantinya, ditemukan gabungan lebih dari 270 mineral yang berbeda. Bijih utama
30
dibentuk dengan penampilan rnulai dari keperakan sampai abu-abu kusam, tergantung
pada kekasaran permukaan. lni bersilat nonmagnetik dan tidak mudah men.yala. Sebuah
filnr segar dari aluminium berfungsi sebagai reflektor yang baik (sekitar 92Y") dari
cahaya tampak dan rellektor yang sangat baik (sebanl,ak 9B%) tiari radiasi infra merah
dan sedang. Aluminium merupakan unsur logam periode ketiga terpenting dari system
periodek unsure. Waiaupun tidak terdapai bebas di aiam. sen-yawa aluminium tersebar
luas di kerak bumi. Aluminium merupakan unsure dengan presentase terbesar ketiga di
kerak bumi setelah oksisen dan silikon. Mineral (batuan) yang mengandung Aluminum
tersebar di kerak bumi sebagai Aluminium Silikat (Tanah liat), bauksit,kriolit dan
Korundum. Secara ekonomis. biiih Aluminium cliperoleh dari bijih bauksit yang
mengkilat, dapat ditempa, mudah dibengkokkan, merupakan konduktor panas dan litrik
yang baik, mempunya densitas cukup rendah 2,7 glcm3, jika digosok menghasilkan
permukaan yang mengkilap, serta punya titik leleh 658" C.Aluminium sukar mengalami
korosi serla memiliki massa jenis yang relative rendah. Jika dilihat dari potensial
merupakan reduktor yang kuat. Akan tetapi, pada kenyataannya reaksi Aluminium dalam
larutan sangat larnbat. Hal ini disebabkan adarrya lapisan oksida Aluminium yatrg
melindungi logamnya.
Sifat-sitat senyawa Aluminium lebih banyak ditentukan oieh sifat ion Al3* yang
mempunyai kerapatan muatan sangat besar. Kerapatanmuatan ini disebabkan oleh ukuran
ion yang kecil tetapi muatannya besar. Adanya kerapatan muatan yang tinggi
rnengakibatkan ion A[3* mampu menarik pasangan electron dari ion negative yang dekat
a1
JI
ikatan kovalen. Semakin besar ukuran ion negatif yang berkaitan dengan ion Al3*,
diantaranva aiialah :
t. Sifat Aluminium yan ringan, ulet,kuat dan tahan korosi, dimamfaatkan untuk peralatan
konstruksi.
2. Daya hantar listriknya yang baik menyebabkan logam Aluminium digunakan sebagai
J. Sifatnya yang tahan korosi, mudah dibentuk dan kuat dimanfaatkan untuk membuat
hanyasepertiga dari kepaclatan atau densitas dari logam baja. Densitas iogam Aluminiurn
hanya 2.7 glcm3 ataudikonversikan ke kg/m3 menjadi 2.700 kglm3. Kepadatan yang
relative kecil n-rembuatnya ringan tapi sama sekaii tidak mengurangi kekuatannya. .lika
dibandingkan dengan logam lain, Aluminium punya koefisien ekspansi linier yang relatif
besar.
Berbagai paduan logam Aluminium memiliki tarik 70 hingga 700 pascal . Kekuatan yanr
sangat besar. Sifat Aluminium ini unik tidak seperti baja. Pada suhu rendah baja akan
cenclerunc rapuh tapi sebaiknya dengan Aiuminium. Pada suhu rendah kekuatannya akan
meningkat dan pada suhu tinggi malah menurun. Aluminium adalah bahan nonmagnetic,
Karen sifatnSra ini maka Aiuminium digunakan sebagai alat dalam perangkat pesawat
sinar-X.
32
ketiga setelah oksigen dan silicon unsur yang paling banyak di kerak bumi.
Tembaga (Cu) adalah logam dengan norlor atom 29, massa atom 63,546, titik lebur
108-1 'C. titik didih 2310 'C, jari-jari arom 1,173 Ao dan jari-jari ion Cu2*. 0,96 Ao.
Tembaga adalah logam transisi (golongan I B) yang berwama kemerahan, mudah regang
dan rnudah ditempa. Tembaga bersifat racun bagi makhluk hidup. lsotetm absorbsi
merupakan suatu keadaan keseiimbangan yaitu tidak ada lagi perubahan konsentrasi
adsorbat baik di lase terserap maupun pada fase gas atau cair. Isoterm absorbsi biasanya
digarrbarkan dalam bentuk kurva berupa plot distribusi kesetimbangan adsorbat antara
fase padat dengan fase gas atau cair pada suhu konstan. lsoterm adsorpsi merupakan hal
yang mendasar dalam penentuan kapasitas dan afinitas aclsorpsi suatu adsorbat pada
Logam Cu termasuk logam berat essensial. jadi rneskipun beracun tetapi sangai
dibutuhkan manusia dalam jumlah yang kecil. Toksisitas yang dimiliki Tembaga (Cu)
baru akan bekerja bila telah masuk ke cialam tubuh organisme dalam jumlah yang besar
atau melebihi nilai toleransi organisme terkait. Tembaga adalah logam yang secarajelas
mengalami proses akumulasi dalam tubuh hewan seiring dengan perlambahan umurnya.
dan ginjal merupakan bagian tubuh ikan yang paling banyak terdapat akumulasi
Ternbaga. Paparan Tembaga dalam waktu yang laina pada manusia akair menyebabkan
terjadinya akumulasi bahan-bahan kimia dalam tubuh manusia yang dalam periode
waktu tefteirtu akan menyebabkan nrunculnya efek yang merugikan kesehatan penduduk
(Widowati, 2008).
f,5
Tirnah dapai rnernbeniuk dua alotrop berbeda di bawah tekanan norlnal. Yaitu timah putih
dan tirnah abu-abu. Timah putih adalah bentuk logam timah yang paling akrab dengan kita.
Timah abu-abu adalah non-lt-rgam dan merupakan bahan tepung berwarna abu-abu. Timah
abu-abu mempunyai banyak kegunaan. Timah resistif (dapat melawan korosi) dari air. Ha1 ini
mernungkinkan untuk digunakan sebagai bahan pelapis untuk melindungi logarn lainriya.
Timah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Tin dengan symbol kimia Sn. Timah (Sn)
rnerupakan logam putih keperakan. iogam yang mudah diternpa dan bersifat flesibel.
memiliki struktur kristalin, akan tetapi bersifat mudah patah jika didinginkan. Timah biasa
rJisebut sebagai timah abu-abu karena warnanya abu-abu. dan memiliki struktur kristal krrbik
mirip diamond, silicon, dan germanium. Tirnah (Sn) ada dibawah suhu 13.20C dan tidak
memiiiki sifat logam sama sekali. Timah (Sn) ini biasa disebut sebagai iimah putih
radiasi. Detektor ini terdiri dari ciua eiektroda" positif cian negatif serta berisi gas di
antara kedua elektrodanya. Elektroda positif disebut sebagai anoda, yang dihubungkan ke
kutub negatif. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi
34
Radiasi yang memasuki detektor akan mengionisasi gas dan menghasilkan ion-ion positif dan
ion-ion negatif (elektron). Jumlah ion yang akan dihasilkan tersebut sebaneling dengan
energi radiasi dan berbancling terbaiik dengan daya ionisasi gas. Daya ionisasi gas herkisar
dari 25 eV s.d. 40 eV. Ion-ion yang dihasilkan di dalam eletektor tersebut akan
Sebagaimana terlihat pada kurva karakteristik gas, juttrlah ion yang diirasilkan di daerah ini
relatif sedikit sehingga tinggi pulsanya, bila menerapkan pengukuran model pulsa, sangat
menerapkan cara arus. Bila akan menggunakan detektor ini dengan cara pulsa maka
rJibutuhkarr penguat pulsa yang saitgat 'oaik. Keuntuitgan detektor ini adalair dapat
membedakan energi yang memasukinya dan tegangan kerja yang dibutuhkan tidak terlalu
tinggi.
Dibandingkan dengan daerah ionisasi di atas, jumlah ion yang dihasilkan di daerah
proporsional ini iebih banyak sehingga tinggi puisanya akan iebih tinggi. Detektor ini lebih
5J
energi radiasi, sehingga detektor ini dapat membedakan energi radiasi. Akan tetapi, yang
merupakan suatu kerugian, jumiah ion atau tinggi pulsa yang dihasilkan sangat dipengaruhi
oleh tegangan kerja dan daya tegangan untuk detektor ini harus sangat stabil.
Jumlah ion yang dihasilkan di daerah ini sangat banyak, mencapai nilai saturasinya,
sehingga pulsanya reiaiif tinggi cian tidak memerlukan penguat puisa iagi. Kerugian
utama dari detektor ini ialah tidak dapat membedakan energi radiasi yang memasukinya,
karena berapapun energinya jurniah ion yang dihasilkannya sama dengan nilai saturasinya.
Detektor ini mempakan detektor yang paling sering cligunakan, ka,rena dari segi elektonik
sangat sederhana, tidak periu irenggunakarr rangkaian perrguat. Selragiai-r besar peralatarr
ukur proteksi radiasi, yang harus bersifat portabel, terbuat dari detektor Geiger Mueller.
Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan photomultiplier.
Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair rnaupun gas" yang akan menghasilkan
percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion. Photomultiplier digunakan untuk mengubah
percikan cahaya yang dihasilkan 'oahan sintilator menjadi pulsa iistrik. Mekanisme
pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu :
a. proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan cahaya di cialarn
bahan sintilator.
photomultiplier.
2,1.14.6 DetektorSemikonduktor
Bahan semikonduktor, yang diketemukan relatif lebih baru daripada dua ienis detektor di
atas, ierbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik yaitu silikon atau germanium.
36
detektor isian gas, karena terbuat dari zat padat, serta mempunyai resolusi 1,ang lebih baik
Dari peinbahasarr ,ii atas terlihat bahwa setiap radiasiakan diubair menjadi sebuah pulsa
listrik dengan ketinggian yang sebanding dengan energi radiasinya. Hal tersebut
merupakan f-enomena yang sangat ideal karena pada kenyataannya tidaklah ciemikian.
Terdapat beberapa karakteristik detektor yang membedakan satu jenis detektor dengan
Ef-isiensi detektor adalah suatu nilai yang menunjukkan perbandingan antara jumlah
pulsa listrik yang dihasilkan detektor terhadap jumlah radiasi yang diterimany'a. Nilai
efisiensi detektor sangat ditentukan oleh bentuk geometri dan densitas bahan detektor.
Bentuk geometri sangat inenentukan jumlah i'adiasi yang dapat 'ditangkap' sehingga
semakin luas permukaan detektor, efisiensinya semakin tinggi. Sedangkan densitas bahan
detektor mempengaruhi jurnlah radiasi yang rjapat berinteraksi sehingga nienghasilkaii sinyal
listrik. Bahan detektor yang mempunyai densitas lebih rapat akan mempunyai efisiensi yang
lebiii tinggi karena semakin banyak radiasi yarrg berinteraksi riengan bahan.
terbentuknya pulsa iistrik. Kecepatan detektor berinieraksi dengan radiasi juga sangat
mempengaruhi pengukuran karena bila respon detektor tidak cukup cepat sedangkan
intei-rsitas radiasinya sangat tinggi rnaka akan banyak radiasi yang tidak terukur tneskipun
Resolusi detektor adalah kemampuan detektor untuk melnbedakan energi radiasi yang
berdekatan. Suatu detektor diharapkan mempunyai resolusi yang sangat kecil (high resolution)
sehingga dapat rnembedakan energi radiasi secara teiiti. Resolusi deiektor disebabkan oleh
JI
Dengan menggunakan aiai ukLrr Multi ivieier Radiasi, <iiiakukan pengukuran Haif
Value f,ayer (HVL) dengan membandingkan ketiga attenuator Al, Cu dan Sn, untuk
mendapatkan niiai yang diinginkan dengan mencari ketebaian untuk masing-masing
attenuator tersebut. Hasil ukur akan diplotkan antara Dosis radiasi dengan ketebalan
attenuator yang tiigunakan untuk mendapatkan nilai separoh ciari jumlah dosis sebeiumnya.
Dengan menggunakan kalkulator atau excel (pengolah data) untuk mendapatkan grafik garis
nrn(#)-tzmffi>
HVL:
,"P#t
Di mana:
50
METODOLOGI PEI{ELITIAN
3.1.1. Penelitian dan pengarnbilan data dilakukan di salah satu fasyankes (tasilitas pelayanan
kesehatair) yaitu Rrimah sakit Umuni Universitas Surnatera utara dijaian Dr.Mansyur. kota
Medan. Petugas Proteksi Radiasinya (PPR) adalah Yogi Ardi Wibawanto,AMR. No.SIB
/ nn 1 r n o I a
.rtr/ l r .zz+.vv.z tv6 t )
3.1.2. Jadwal Penelitian
3.2. Peralatan
Peraiatan Fenelitian yang akan dipakai untuk kegiatan penelitian ini antara iain :
a
!
**.
40
t
Gambar 3.4 Attenuator Aluminium (Al)
41
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. AttenuatorlFilter Cu(Tembaga) 0'1-0,5 mm tebal.
42
7. Lembar Kerja
detektor'
Lembar kertas yang berfungsi untuk mencatat data yang keluar dari alat ukur
3.3 Metode
a. Tuiuan Menilai kualitas berkas Sinar-X dan kecukupan atenuasi untuk
menyaring radiasi Sinar-X energi rendah'
tlllle
tt
LAJ
-
*- - -.,4'*'liit'i^r Alumunium
/\
/ \ Tembasa dan Timah
t\
rLBt- ,
/\
I!
i\
J r--f' -C'lSe'rE:81'
--
Metoda
a. Lepaskan attenuator tambahan yang memungkinkan orang dengan mudah
melepaskannya. Jika attenuator tambahan tetpasang tetap atau tidak akan
dilepas-lepas, maka pengujian HVL dilanjutkan sesuai kondisi yang ada;
43
Letakkan detektor pada meja atau pada tempat datar tegak lurus pada
sumbu utama/menghadap tabung Sinar-X dan kolimasikan seluas ukuran
detektor;
Pengukuran HVL dengan attenuator Ai,Cu dan Sn :
./ Analisis
a. menggunakan alat ukur Multi Meter Radiasi,
r Dengan mencatat dosis radiasi yang terbaca pada aiat ukur.
,"r#t
/,: ketebalan filter 1 ; /, : ketebalan filter 2
Do: paparun yang terukur tanPa filter
44
40 4,4
49 0,5
5O qqrnnei 70 50 1,2
60 1,3
70 1,5
Di atas 70 71 2,1
80 )1
90 ?{
.,' 1
100
110 3,0
r20 3,2
130 3,5
UA 3,8
1<n A1
TJU trl
45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3.4. Diagram alir Penelitian
Pengambilan Data
46
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB IV
HASIL PENELITIAN
bagian Radiologi dengan menggunakan 1 (satu) unit pesawat sinar-X yaitu Pesawat
Radiografi Umum merk Philips. Spesifikasi pesawat sinar-X : Frekuensi 50/60 Hz, arus 200
mA, tegangan operasional 50kVp-90 kV, dan waktu operasional 0,1 sekon.
Multi meter X ray yang digunakan merk Piranha, yang dikalibrasi pada tanggal April
2016. Pada penelitian ini jarak fokus ke detektor 100 cm, luas lapangan 10 x 10 cm2 dan arus-
waktu Z0 mAs. Menggunakan variasi tegangan dan variasi ketebalan fiiter dengan
kVp, 60 kVp, 70 kVp, 81 kVp, 90 kVp. Variasi attenuator untuk tiap-tiap tegangan dilakukan
sebanyak 4 kali untuk Ai (aluminium) yaitu mulai 1,0 mm sampai 6,0 mm Ai, 4 kali untuk
Cu (Tembaga) yaitu 0,05 mCu sampai 0,2 mmCu, 1 kali untuk Sn (Timah) yaitu 0,05 mmSn.
Setiap variasi attenuator dilakukan ekspose untuk mengetahui dosis yang terdeteksi oleh
detektor.
perhitungan nilai HVL dengan menggunakan rumus interpolasi dan grafik. Metode
interpolasi dihitung berdasarkan persamaan (3) dan metode grafik digunakan dengan software
excel. Selanjutnya nilai HVL hasil eksosi dan menggunakan variasi attenuator, dibandingkan.
materi dan energi dapat diserap atau tersebar. Jumlah foton diteruskan melalui bahan
tergantung pada ketebalan, kepadatan dan nomor atom materi, dan energi.
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.t pada tegangan 50 kVp, 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa filter Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,119
mGy, kemudian diberikan attenuator Aluminium setebal 1,0 mm, hasil ukur sebesar 0,085
mGy, untuk attenuator Aluminum setebal 2,0 mm, hasil ukur sebesar 0,074 mGy, untuk
atrenuator Aluminum setebal 3,0 mm, hasil ukur sebesar 0,047 mGy. Untuk mendapatkan
nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar 0,A47 mGy dengan
48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T'abel 4.2Tegangan 60 kVp
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.2 pada tegangan 60 kVp, 20 rn-As. Pada
Ketebalan tanpa filter Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,22q
mGy,kemudian diberikan attenuator Aluminium setebal 2,0 mm, hasil ukur sebesar 0,152
mGy, untuk attenuator Aluminum setebal 3,0 mm, hasil ukur sebesar 0,128 *Gy, untuk
attenuator Aluminum setebal 4,0 mm, hasil ukur sebesar 0,110 mGy,.Untuk mendapatkan
nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar 0,110 mGy dengan
Hasil nilai I{VL ditunjukkan pada Tabel 4.3 pada tegangan 70 kVp. 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa filter Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,35t
*Gy, kemudian diberikan attenuator Aiuminium setebal 3,0 mm, hasil ukur sebesar 0,222
*Gy, untuk attenuator Aluminum setebal 4,1 mm, hasil ukur sebesar 0,187 mGy, dan
attenuator Aluminium setebal 5,0 mm hasil ukur sebesar 0,166 mGy. Untuk mendapatkan
nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar 0,166 mGy dengan
Tegangan
{kvp} Aluminium {Al} Dosis Permukaan Kulh (mCY)
0 0,517
81
4,0 0,304
5r0 a,771
5,5 0,256
Hasil nilai HVL rtitunjukkan pada Tabei 4.4 padategangan 81 kVp, 20 mAs. Pada Ketebalan
tanpa filter Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah a,5L7
mGy,kemudian diberikan attenuator Aiuminium setebal 4,0 mm, hasil ukur sebesar 0,304
mGy, untuk attenuator Aluminum setebal 5,0 mm, hasil ukur sebesar 0,271 mGy. untuk
attenuator Aluminum setebal 5,5 mm, hasil ukur sebesar 0,256 mGy. Untuk mendapatkan
nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar 0,256 mGy dengan
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4. 5 pada tegangan 90 kVp, 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa atenuator Aluminium (Al), dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah
0,685 mGy,kemudian diberikan attenuator Aluminium setebal 5,1 mm, hasil ukur sebesar
0,377 *Gy, untuk attenuator Aluminum setebal 6,1 mm, hasil ukur sebesar 0,336 mGy.
1 50 3
2 60 4
3 70 5
4 80 5,6
5 90 6,1
Dari tabel 4.6 dan Grafik 4.1 disimpulkan bahwa dengan menggunakan attenuator
dengan jenis Aluminium (Al) pada tegangan 50 kVp diperoleh tebal attenuator adalah 3 mm,
60 kVp diperoleh tebal attenuator adalah 4 mm, untuk 70 kVp diperoleh 5 mm, Untuk 81
kVp diperoleh tebal attenuator adalah 5,6 mm, dan untuk 90 kVp diperoleh tebal stenuator
adalah 6,i mm. Sesuai Perka BAPETEN No. 09 Tahun 2011 dan Standar Westem Australia.
bahwa HVL untuk masing-masing tegangan pada pesawat sinar-X Radiografi umum yang di
uji pada penelitian ini, masih dalam batas minimal yang diizinkan.
51
Ketebalan tanpa atenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah o,rtg
mGy, kemudian diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar
0,045 *Gy, untuk attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,1 mm, hasil ukur sebesar 0,035 rnGy.
Untuk mendapatkan nilai FIVL separoh dari nilai sebelum diberi attenuator adalah sebesar
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.8 pada tegangan 60 kVp, 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa atenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah0,22A
mGy,kemudian diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,1 mm, hasil ukur sebesar 0,135
mcy, selanjutnya diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,15 mm, hasil ukur sebesar
0,108 mcy, dan kemudian ditambahkan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,2 mm, hasil ukur
sebesar 0,087 mGy. Untuk mendapatkan nilai FIVL separoh dari nilai sebelum diberi
attenuator adalah sebesar 0,i08 mGy dengan tebal Tembaga (Cu) 0,15 mm.
Tegangan
{kvp} Tembaga (CuXmm) Dosis Permukaan Kulit (mGY)
0 0,351
70
0,05 o,278
0,1 0,229
0,L5 0,189
a,2 0,150
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.9 pada tegangan 70 kVp. 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpaatenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,531
mGy, selanjutnya diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,1 mm, hasil ukur sebesar
A,22g mGy, dan kemudian ditambahkan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,15 mm, hasil
ukur sebesar 0,189 mGy, Kemudian ditambahkan attenuator setelah 0,2 mm, hasil ukurnya
sebesar 0,160 mGy. Untuk mendapatkan nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi
attenuator adalah sebesar 0,160 mGy dengan tebal Tembaga (Cu) 0,2 mm.
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel4.10 pada tegangan 81 kVp, 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa atenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,512
mGy,kemudian diberikan attemrator Tembaga (Cu) setebal 0,1 mm, hasil ukur sebesar 0,356
mGy, selanjutnya diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal A,2 mm, hasil ukur sebesar
0,264 mGy, dan kemudian ditambahkan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,3 mm, hasil ukur
sebesar 0,208 mGy. Untuk mendapatkan nilai HVL separoh dari nilai sebelum diberi
attenuator adalah sebesar 0,208 mGy dengan tebal Tembaga (Cu) 0,3 mm.
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.11 pada tegangan 90 kVp,20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa atenuator Tembaga (Cu) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah 0,585
mGy, kemudian diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,2 mm, hasil ukur sebesar 0,383
mGy, selanjutnya diberikan attenuator Tembaga (Cu) setebal A,25 mm, hasil ukur sebesar
0,340 mGy, dan kemudian ditarnbahkan attenuator Tembaga (Cu) setebal 0,3 mm, hasil ukur
53
Dari tabel 4.12 dan disimpulkan bahwa dengan menggunakan attenuator dengan jenis
Aluminium (Al) pad pada tegangan 50 kVp diperoleh tebal attenuator adalah 3 mm seta::a
dengan 0,05 mm Tembaga (Cu), 60 kVp diperoleh tebal attenuator adalah 4 mm setara
dengan 0,16 mm Tembaga (Cu), untuk 70 kvp diperoleh 5 mm setara dengan 0,2 mm
Tembaga (Cu), Untuk 81 kVp diperoleh tebal attenuator Aluminium (Al) adalah 5,6 mm
setara dengan 0,3 mmCu (Tembaga), dan untuk 90 kVp diperoleh tebal stenuator Aluminium
(A1.1 adalah 6,1 mm setara dengan 0,3 mm CU (Tembaga). Sesuai Perka BAPETEN No. 09
Tahun 2011 dan Standar Westem Australia, bahwa HVL untuk masing-masing tegangan pada
pesawat sinar-X Radiografi umum yang di uji pada penelitian ini, masih dalam batas
Tegangan
(kvpl Timah {SnXmm) Dosis Permukaan Kulit (mGv)
50 0 0,119
0,05 0,474
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabei 4.13 pada tegangan 50 kVp, 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah o,ttg
mGy, kemudian diberikan attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar 0,014
tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan attenuator Timah (Sn) di bawah ukuran 0,05
mm Timah (Sn). Sehingga tidak didapatkan nilai atau hasil ukur separoh dari nilai awal.
Tegangan
tkvp) Timah tSnXmml Dosis Permukaan Kulit (mGyl
50 0 0,224
0,05 0,053
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.14 pada tegangan 60 kVp. 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kuiit yang dihasilkan adalah o,zza
mGy, kemudian diberikan attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar 0,053
mGy. Selanjutnya tidak dilakukan pengurangan ketebalan attenuator Timah (Sn) dikarenakan
tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan attenuator Timah (Sn) di bawah ukuran 0.05
mm Timah (Sn). Sehingga tidak didapatkan nilai atau hasil ukur separoh dari nilai aw,al.
Tegangan
{kvp} Timah (SnXmm) Dosis Permukaan Kulit (mGv)
7A 0 0,351
0,05 aJ16
55
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.15 pada tegangan 70 kVp.20 mAs.
Pada Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kulit yang dihasilkan
adalah 0,351mGy, kemudian diberikiur attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil
attenuator Timah (Sn) di bawah ukuran 0,05 mm Timah (Sn). Sehingga tidak
didapatkan nilai atau hasil ukur separoh dari nilai awal. Fraksi Atenuasi yang
Tegangan
(kVpl Timah (SnXmm) Dosis Permukaan Kulit tmGy)
81 0 o,5L7
0,05 0,195
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabe 4.16 pada tegangan 81 kVp, 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah o,stz
*Gy, kemudian diberikan attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar 0.195
n"rGy. Selanjutnya tidak dilakukan tengurangan ketebalan attenuator Timah (Sn) dikarenakan
tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan attenuator Timah (Sn) di ba*'ah ukuran 0,05
mm Timah (Sn). Sehingga tidak didapatkan nilai atau hasil ukur separuh dari nilai awal.
Tegangan
{kvp} Timah (Sn){mm} Dosis Permukaan Kulit {mGv}
90 0 0,685
0,05 0,306
56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Hasil nilai HVL ditunjukkan pada Tabel 4.17 pada tegangan 90 kVp, 20 mAs. Pada
Ketebalan tanpa atenuator Timah (Sn) dosis permukaan kulit yang dihasilkan adalah o,ogs
mGy, kemudian diberikan attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm, hasil ukur sebesar 0,306
mGy. Selanjutnya tidak dilakukan pengurangan ketebalan attenuator Timah (Sn) dikarenakan
tidak memungkinkan mendapatkan ketebalan attenuator Timah (Sn) di bawah ukuran 0,05
mm Timah (Sn). Sehingga tidak didapatkan nilai atau hasil ukur separoh dari nilai awal.
TebalTimah{Sn}
No. Tegangan kVp {mm}
1 50 0,05
? 60 0,05
3 7A 0.05
4 80 0,05
5 90 0,05
Dari tabel 4.18 disimpuikan bahwa dengan menggunakan attenuator Timah (Sn) pada
pada tegangan 50 kVp diperlukan Timah (Sn) setebal 0,05 mm tetapi tidak diperoieh nilai
separoh niiai dari nilai awal, pada tegangan 60 kVp diperoleh attenuator Timah (Sn) setebal
0,05 mm tetapi tidak diperoleh nilai separoh nilai dari nilai awal, untuk tegangan 70 kVp
diperoleh attenuator Timah setebal 0,05 mmSn, tetapi tidak diperoleh nilai separoh nilai dari
nilai awal, pada tegangan 8l kVp diperoleh tebal attenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm
tidak diperoleh nilai separoh nilai dari nilai awal dan pada tegangan 90 kVp diperoleh tebal
atenuator Timah (Sn) setebal 0,05 mm tidak diperoleh nilai separoh nilai dari nilai awal. "Tadi
dari hasil pengukuran HVL dengan menggunakan attenuator Timah (Sn) untuk tegangan 50
kVp sampai dengan 90 kVp tidak dapat diperoleh nilai separuh dari nilai avralnya, artinya
attenuator tersebut tidak cocok sebagai attenuator untuk pengukuran HVL pada pesawat
sinar-X.
57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.4 Analisis Data
- tzm?Fil
HyL =*mffib{#)
Pada attenuator Aluminium (Al) pada faktor eksposi 70 kVp diperoleh hasil ukur :
z,om(ffi) -+,unCffil
HVL =
m1ffi1
s,om(ffi) -+,urCffil
HVL =
m1ffi1
0.447
HVI- =
0,r714
HVL = 2,647
Jadi, Niiai HVL yang digunakan pada faktor eksposi 70 kVp adalah minimal 3 mm Al.
58
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada pesawat sinar-X Radiografi Umum diperoleh
hasil pengukuran nilai Half Value l,ayer (HVL) pada tegangan 50 kVp sampai dengan
Sumatera Utara, masih dalam batas minimal sesuai dengan Perka BAPETEN No. 09
2. Dari ketiga jenis attenuator tersebut, yang paling baik sebagai attenuator untuk Half
Value layer (HVL) untuk pesawat sinar-X adalah jenis Aluminium(Al) dan Tembaga
(cu).
3. Atenuator jenis Timah (Sn) tidak cocok sebagai attenuator untuk mengukur HVL
5.2 Saran
2. Tidak dianjurkan untuk pemakaian attenuator Timah (Sn) pada energi dibawah 150
kvp.
59
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA
Adhikari, Suraj Raj. 2012.'Effict And Application Of lonization Radiution tX- Ray)
In Lfuing Organism". Kaski : Volume 3.The Himalaya Physics.
Badan Tenaga Nuklir Nasional" 2009. Pedoman Keselamatan dan Protelci Radiasi
Kawasan Nuklir Serpong, Jakarta
Bushong, Steward C. 2013. "Radologic Science for Technologisrs ". 1Oth edition.
United State of America: CV. Mosby Company.
Bushberg J.T., Seibert J.A., Edwin M. Leidholdt, J.R., Boone J.M.,2002, "The
Essential Physic of Medical Imaging", Second Edition, Lippincott Williams
& Wilkins. Philadelphia USA.
Harumsari, Diah. 20l0. "Acceptcnce Test Keluaran Radiasi Pesawat Sinar-X Merk Siemens
Tipe Luminous RF Classic Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang ". Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan. Semarang.
60
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jauhari, Arif. 2000." Program Jaminan Mutu Bidang Radiografi,,. Jakarta. pusat
Kajian Radiografi dan Imaging.
Krane, Kenneth, "Fisika Modern" (terjemahan oleh Hans. J. wospakrik dan sofia
Niksolihin), Penerbit uninersitas Indonesia, Salemba 4. Jakarta 10430
(1ee2).
Papp, Jefrey. 2a1i, Quality Management In The Imuging sciences, cv. fuIosby Inc.
St. Louis Missouri: USA.
Purbo, Asih Putri. 2007, Pengukuran Keluaran Tegangan Tabung Pe,yawst Sinar-
x shimadzu Ed-150L Dengan Digital Kvp Meter Di Laboratoriunt I
Dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang.
6L
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA