Anda di halaman 1dari 101

ANALISA PUSHOVER DAN EKSPERIMEN STRUKTUR

PORTAL DENGAN DINDING BATUBATA MENGGUNAKAN


ANGKUR PADA KOLOM DAN BALOK UNTUK NON
ENGINEERED BUILDING

TESIS

OLEH :
MARSAULINA HUTAJULU
NIM 167016006

FAKULTAS TEKNIK
MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISA PUSHOVER DAN EKSPERIMEN STRUKTUR
PORTAL DENGAN DINDING BATUBATA MENGGUNAKAN
ANGKUR PADA KOLOM DAN BALOK UNTUK NON
ENGINEERED BUILDING

TESIS

OLEH :
MARSAULINA HUTAJULU
NIM 167016006

PEMBIMBING :
Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

FAKULTAS TEKNIK
MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISA PUSHOVER DAN EKSPERIMEN STRUKTUR
PORTAL DENGAN DINDING BATUBATA MENGGUNAKAN
ANGKUR PADA KOLOM DAN BALOK UNTUK NON
ENGINEERED BUILDING

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Magister Teknik dalam Program studi Magister Teknik Sipil
pada fakultas teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh
Marsaulina Hutajulu
167016006/TS

FAKULTAS TEKNIK
MAGISTER TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji pada
Tanggal 30 – 10 – 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan

Anggota : 1. Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE

2. Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, Msi

3. Dr. Ir. M. Sabri, MT

4. M. Ridwan Anas, ST, MT, PhD

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis “ANALISA PUSHOVER DAN


EKSPERIMEN STRUKTUR PORTAL DENGAN DINDING BATUBATA
MENGGUNAKAN ANGKUR PADA KOLOM DAN BALOK UNTUK NON
ENGINEEERED BUILDING” adalah karya saya dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam tesis ini dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.

Medan, Oktober 2018


Penulis

Marsaulina Hutajulu

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Bangunan rumah yang roboh atau yang mengalami kerusakan akibat gempa
sebagian besar adalah bangunan rumah tinggal sederhana (non-engineered
buiding), yang dibangun menurut pengalaman saja dan tidak mengikuti standar
yang ada. Salah satu hal yang sering diabaikan adalah keberadaan dinding bata
dan hubungan antara kolom,balok dengan dinding bata, di mana terjadi retak dan
pemisahan antara kolom,balok dengan dinding akibat tidak ada angkur. Dinding
merupakan salah satu elemen pada bangunan rumah sederhana yang dapat
mempengaruhi kekakuan dan kekuatan struktur bangunan, sehingga dapat
mereduksi kerusakan struktur bangunan akibat beban gempa. Studi ini melakukan
analisis pushover yang merupakan prosedur analisis untuk mengetahui perilaku
keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa. Pengujian dilakukan pada 1(satu)
benda uji yang berukuran 3x4 m2 lengkap dengan pondasi, sloof, serta ring balok
dan di buat di atas tanah dengan mutu beton K-175, mutu tulangan U24, batu bata
dari Lubuk Pakam. Dari hasil pengujian diperoleh beban (pushover) maksimun
sebesar 7540 kg dengan displacement 56.5 mm. Hasil pemodelan dengna software
SAP2000 untuk portal yang diuji, di mana dinding bata dianggap sebagai bracing ,
menghasilkan pushover maksimum sebesar 7490 kg dengan displacement 16,7
mm.

Kata kunci: dinding bata, pushover, angkur, rumah sederhana

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Most of the buildings that collapsed or were damaged by the earthquake were
simple non-engineered houses, which were built according to experience and did
not obtain the existing standards. One of the things that is often overlooked is the
brick wall and the relationship between columns, beams with brick walls, where
retention occurs and between columns, beams with walls are not anchored. Walls
are one of the elements of a simple house building that can affect the rigidity and
structure of a building, so that it can reduce damage to building structures due to
earthquake loads. This study conducted a pushover analysis which is an
analytical procedure to determine the collapse behavior of a building against an
earthquake. Tests were carried out on 1 (one) specimen equipped with 3x4 m2
complete with foundation, Sloof, and beam rings and made on the ground with K-
175 concrete quality, U24 reinforcement quality, brick from Lubuk Pakam. From
the test results, the maximum pushover is 7540 kg with a displacement of 56.5
mm. SAP2000 software modeling results for winning portals, where the brick wall
is considered as reinforcing, resulting in a maximum pushover of 7490 kg with a
displacement of 16.7 mm.
Keywords: brick wall, pushover, anchor, simple house.

ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah Bapa yang disurga yang telah melimpahkan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini degan baik yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program Magister Teknik pada
bidang Rekayasa Struktur, Program Studi Teknik Sipil, Universitas Sumatera
Utara.

Tesis ini yang berjudul “Analisa Pushover Dan Eksperimen Struktur Portal
Dengan Dinding Batubata Dengan Menggunkan Angkur Pada Kolom Dan Balok
Pada Non- Enginereed Building” disusun penulis dengan harapan bukan hanya
sebagai syarat untuk menyelesaikan program magister teknik tetapi dapat juga
bermanfaar untuk meningkatkan pengetahuan para pembaca khususnya dalam
dunia teknik sipil.

Penulis menyadari bahwa tesis ini bukanlah semata-mata karena kehebatan


penulis. Banyak pihak yang telah banyak menyumbangkan tenaga dan pikiran
dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Prof. Dr. Ing.
Johannes Tarigan selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini, juga kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
Roesyanto, MSCE, Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc, Bapak
Dr.Ir.M.Sabri,MT, dan Bapak Ridwan Anas, ST, MT, PhD selaku komisi
Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan; serta segenap dosen dan staf
Program studi Magister teknik sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
atas bantuan selama masa perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

Secara khusus penulis dedikasikan kepada ayahanda tercinta Alm. Pantun


Hutajulu atas perjuangan dan semangat kerja kerasnya menjadi semangat kepada
penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

Dan tak lupa juga terima kasih kepada yang saya kasihi, dan sayangi, atas
doa dan dorongan dan bantuannya yang tak terkira hingga penulisan tesis ini
selesai yaitu: ibunda Asmin Hutapea, suami Tujuan Ginting, ST dan anak-anakku

iii
Universitas Sumatera Utara
serta seluruh keluarga yang memberikan doa dan dukungannya dan seluruh rekan-
rekan magister teknik sipil 2016.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh
dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaannya. Akhir kata saya mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga tesis ini bermanfaat bagi para
pembaca.

Medan, 30 Oktober 2018


Penulis

Marsaulina Hutajulu
167016006/TS

iv
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

a. Data Pribadi

Nama : Marsaulina Hutajulu


Tempat/Tanggal lahir : Laguboti, 24 Januari 1974
Alamat : Jl. Flamboyan Raya, Komp. Taman
Anggrek Setia Budi blok Aranda
no.32. Medan Tuntungan, Sumatera Utara
Email : marsaulinahutajulu1@gmail.com
Agama : Kristen protestan
b. Riwayat Pendidikan
1980 - 1986 : SD Negeri 4 Laguboti
1986 - 1989 : SMP Negeri 1 Laguboti
1989 - 1992 : SMA Negeri 2 Balige di Laguboti
1992 - 1997 : Fakultas Teknik Sipil, Universitas Katolik
st Thomas Medan
2006 - 2007 : Pendidikan Matematika, Sekolah Tinggi
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
PELITA BANGSA
2016 - 2018 : Magister Teknik Sipil, Universitas
Sumatera Utara

c. Riwayat Pekerjaan
1995 - 1997 : Asisten Dosen di Laboratorium Hidrolika
Fakultas Teknik Sipil Unika st Thomas
1997 - 2000 : Asisten Dosen Tugas wajib Kontruksi
Beton Fakultas Teknik Sipil Unika st
Thomas
1997 - 2012 : Guru Matematika di Perguruan Swasta
Medan
2012 - sekarang : Wirausaha

v
Universitas Sumatera Utara
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geografis, Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia.

Pertemuan lempeng lempeng ini mengakibatkan aktifitas gunung api dan gempa

bumi dengan intensitas yang cukup tinggi. Gempa bumi dapat menyebabkan

berbagai macam kerusakan bahkan keruntuhan pada bangunan. Kerusakan

terbanyak akibat gempa di Indonesia terjadi pada bangunan sederhana, mengingat

bangunan sipil yang ada di Indonesia sebagian besar adalah bangunan bertingkat

rendah seperti rumah sederhana 1 tingkat dan 2 tingkat. Rumah sederhana di

Indonesia pada umumnya dibangun tanpa bantuan seorang ahli bangunan dan

struktur, sehingga rumah tersebut tidak memiliki kinerja yang memadai dalam

menahan beban gempa atau disebut non engineered building. Namun,tidak

menutup kemungkinan untuk bangunan bertingkat tinggi pula.

Dari segi struktur, bangunan bertingkat rendah atau non engineered

building umumnya terdiri dari kolom praktis, balok, dan dinding bata. Namun,

fungsi dinding bata hanya sebagai komponen non struktural (SNI-03-1726, 2002)

yang mengakibatkan pengaruh kekuatan dan kekakuan dinding bata sering tidak

diperhitungkan dalam perencanaan suatu bangunan. Pada kenyataannya, dinding

bata tersusun oleh material batu bata dan mortar yang memiliki nilai kekuatan

dan kekakuan tertentu.

Universitas Sumatera Utara


2

(Tanjung & Maidiawati, 2016) dalam penelitiannya membuktikan struktur

portal dengan dinding pengisi batu bata merah memberi peningkatan yang

signifikan terhadap ketahanan lateral struktur beton, yakni dapat meningkatkan

ketahanan lateral lebih dari 20% dan juga membuktikan adanya dinding pengisi

berupa bata merah akan menunda keruntuhan yang terjadi pada struktur beton

bertulang.

.
Gambar.1.1: Hasil uji ketahanan dan perpindahan lateral pada benda uji

(Narafu et al., 2012) dari hasil eksperimennya ada beberapa desain yang

terbukti baik digunakan untuk bangunan non engineered yaitu salah satunya

dengan menggunakan angker pada balok dan kolom.dimana angker dipasang

pada setiap 6 lapisan bata merah.

Gambar.1.2: Model portal dengan dinding pengisi dan menggunakan


angkur pada balok dan kolom.

Universitas Sumatera Utara


3

(Badenpowell, Turang, & Marthin D. J. Sumajouw, 2014) dari hasil analisis

Pushovernya diperoleh kesimpulan bahwa rumah tinggal sederhana dengan

dinding memberikan kontribusi kekakuan yang lebih besar daripada rumah

tinggal sederhana tanpa dinding.

Dari latar belakang diatas, dalam tesis ini akan diteliti mengenai “Analisa

Pushover dan Eksperimen Struktur Portal Dengan Dinding Batubata Dengan

Menggunakan Angkur Pada Kolom dan Balok Pada Non Engineered Building”

analisis akan dilakukan dengan menggunakan (CSI & Computers and Structures

INC, 2016) dan untuk eksperimen menggunakan Jackting.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari tesis ini adalah:

1. Bagaimana analisis pushover pada bangunan portal dengan

memperhitungkan kekakuan dinding bata.

2. Membuat eksperiment dengan gaya pushover pada dinding bata dengan

memperhitungkan kekakuan dinding bata dimana antara dinding

balok dan dinding kolom pakai angkur. Sambungan kolom balok dan

kolom fondasi mengikuti standart bangunan di daerah gempa.

3. Membandingkan gaya pushover analisis dan hasil eksperiment.

1.3 Tujuan Penilitian

Untuk mengetahui perilaku dinding bangunan yang menggunakan angkur

(stek) sebagai salah satu perkuatan hubungan antara dinding dengan kolom dan

balok yang bekerja sebagai satu kesatuan dalam menahan beban, di mana untuk

mencapai tujuan utama tersebut perlu di bagi dalam beberapa sub penelitian

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


4

a. Merancang eksperiment dengan membuat dua model struktur yaitu portal

2D tanpa dinding bata dan portal 2D dengan dinding bata.

b. Dari hasil rancangan eksperiment diambil nilai pushover yang maksimum

untuk pradesain benda uji.

c. Melakukan eksperiment dilapangan dengan membuat satu benda uji yaitu

Struktur portal 2D menggunakan angkur dan sambungan memakai

seismic 45 derajat.

d. Membandingkan hasil analisis dengan eksperiment.

e. Melihat pola retak..

1.4. Pembatasan Masalah

1. Untuk desain elemen – elemen struktur digunakan peraturan

perencanaan (SNI-03-1726, 2002).

2. Untuk desain pembebanan gempa menggunakan (SNI-03-1726, 2002).

3. Peraturan yang dipakai untuk penentuan tingkatan kinerja gedung

memakai (Goel, Polytechnic, & Obispo, 2000)

4. Analisa perilaku non – liniernya menggunakan Analisa Beban Dorong

Statik (Static Pushover Analysis), dengan bantuan program SAP 2000.

5. Menggunakan dinding bata standart dengan dimensi 195 x 95 x 52 mm

yang berasal dari Lubuk Pakam.

6. Bangunan terletak pada zona gempa 4 dan jenis tanah keras..

7. Dinding bata menggunakan pasangan setengah bata.

Universitas Sumatera Utara


5

1.5 Manfaat Penelitian

1. Menambah pengetahuan tentang pentingnya pemasang angkur dari

kolom ke dinding bata dan dari balok kedinding bata dalam suatu

perencanaan bangunan sederhana tahan gempa.

2. Dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana bangunan yang

dibangun menurut syarat dan ketentuan yang telah ditetapakan.

3. Memberikan pedoman yang tepat terhadap masyarakat dalam

mendirikan bangunan rumah sederhana yang tahan gempa.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penyusunan Tesis ini terbagi dalam 5 bab, yaitu:

1. BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang,rumusan masalah, tujuan

penelitian, pembatasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika

pembahasan.

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi tentang dasar teori yang menjadi acuan dalam

melakukan penelitian

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pembahasan metode, tahapan penelitian dan kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan dalam memenuhi tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi data dan perhitungan - perhitungan yang

dilakukan terhadap proses penelitian tersebu

Universitas Sumatera Utara


6

5. BAB V PENUTUP

Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

Universitas Sumatera Utara


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bangunan Tahan gempa

Berdasarkan SNI – 03 - 1726 – 2002, didapatkan pengertian bangunan tahan

gempa sebagai berikut:

1. Bila terjadi Gempa Ringan, bangunan tidak boleh mengalami kerusakan

baik pada komponen non Struktural (dinding retak, genting dan langit-

langit jatuh, kaca pecah, dsb) maupun pada komponen strukturalnya (kolom

dan balok retak, pondasi amblas, dsb).

2. Bila terjadi Gempa Sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada

komponen non strukturalnya akan tetapi komponen structural tidak boleh

rusak.

3. Bila terjadi Gempa Besar, bangunan boleh mengalami kerusakan baik pada

komponen non struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi jiwa

penghuni bangunan tetap selamat, artinya sebelum bangunan runtuh masih

cukup waktu bagi penghuni bangunan untuk keluar/mengungsi ketempat

aman.

2.2 Perencanaan Tahan Gempa Berbasis Kinerja

Perencanaan tahan gempa berbasis kinerja (performance based seismic

design) merupakan proses yang dapat digunakan untuk perencanaan bangunan baru

Universitas Sumatera Utara


8

maupun perkuatan (upgrade) bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman yang

realistik terhadap resiko keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian

harta benda (economic loss) yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang

(Dewobroto, 2005).

Proses perencanaan tahan gempa berbasis kinerja diawali dengan membuat

model rencana bangunan struktur kemudian melakukan simulasi kinerjanya terhadap

berbagai kejadian gempa. Setiap simulasi ini memberikan informasi tingkat

kerusakan (level of damage), ketahanan struktur, sehingga dapat memperkirakan

berapa besar keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta

benda (economic loss) yang akan terjadi. Perencana selanjutnya dapat mengatur

ulang resiko kerusakan yang dapat diterima sesuai dengan resiko biaya yang akan

dikeluarkan.

Gambar.2.1: Tingkat Kehancuran pada Bangunan, Ilustrasi Rekayasa Gempa


berbasis Kinerja (ATC 58, FEMA 273,1997)

Universitas Sumatera Utara


9

2.3 Komponen Bangunan

Bangunan adalah suatu struktur yang memiliki sebuah atap dan dinding dan

berdiri lebih atau kurang secara permanen di satu tempat. Komponen bangunan

secara garis besar terbagi menjadi dua, yaitu Komponen Struktural dan komponen

non Struktural.. Dimana komponen structural merupakan komponen pendukung

utama berdirinya bangunan, sedangkan komponen non struktural ialah komponen

yang tidak mendukung berdirinya suatu bangunan, atau biasa disebut komponen

tambahan.

2.4 Dinding Bata

Dinding bata adalah susunan batu bata yang digunakan dalam konstruksi,

biasanya diletakan dengan menggunakan mortar membentuk dinding.Dinding bata

diatur dalam SNI sebagai dinding non struktural. Menurut (Dewobroto, 2005),

meskipun dikategorikan sebagai komponen non struktural, tetapi dinding bata

memiliki kecenderungan berinteraksi dengan portal yang ditempatinya terutama bila

ada beban lateral akibat gempa yang besar.

Pemodelan dinding bata dilakukan dengan metode equivalent diagonal strut

berdasarkan(Goel, Polytechnic, & Obispo, 2000). Parameter yang diperlukan adalah

lebar ekivalen strut (a) di mana persamaannya adalah :

a = 0.175 (2.1)

= (2.2)

Universitas Sumatera Utara


10

di mana :

= koefisien yang digunakan untuk menentukan lebar efektif dari bracing

= tinggi kolom antara garis tengah balok (m)

= diagonal panjang dinding pengisi (m)

= modulus elastisitas bahan pengisi (kN/m)

= ketebalan dinding pengisi (m)

Ɵ = kemiringan dari dinding pengisi diagonal ke horizontal ( )

= modulus of elasticity of frame material (kN/ m)

= moment of inertia of column (m)

= tinggi dinding pengisi(m)

= lebar dinding pengisi (m)

Gambar.2.2: Illustrasi equivalent diagonal strut

Universitas Sumatera Utara


11

2.5 Bata Merah

2.5.1 Pengertian Bata Merah

Pengertian batu bata menurut(SNI 15-2049, 2004), merupakan suatu unsur

bangunan yang diperuntukkan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari

tanah dengan atau tanpa campuran bahan-bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga

tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

Gambar.2.3: Bata Merah


Sumber: https//:www.Batamerahputih.wordpress.com

2.5.2 Ketentuan Bata Merah

Hal-hal yang harus diperhatikan pada pelaksanaan penelitian batu bata antara

lain:

a. Pembuatan bata

Proses pembuatan bata merah, dari penggalian tanahnya, pencampurannya

dengan air dan bahan-bahan lain jika perlu, hingga pemberian betuknya dapat

dilakukan seluruhnya dengan tangan mempergunakan cetakan-cetakan kayu, atau

pada prosesnya dipergunakan mesin-mesin (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia,

1978).

Universitas Sumatera Utara


12

b. Kualitas batu bata

Pembagian kualitas batu bata merah dapat dibagi atas tiga tingkatan dalam hal

kuat tekan dan penyimpangan ukuran menurut SNI-10, 1978:9 yaitu:

1. Batu bata mutu tingkat 1 dengan kuat tekan rata-rata lebih besar

dari 100 kg/cm2 dan ukurannya tidak ada yang menyimpang.

2. Batu bata mutu tingkat II dengan kuat tekan rata-rata antara 80

kg/cm2 sampai 100 kg/cm2 dan ukurannya yang menyimpang satu

buah dari sepuluh benda percobaan.

3. Batu bata merah mutu tingkat III dengan kuat tekan rata-raat

antara 60 kg/cm2 sampai 80 kg/cm2 dan ukurannya menyimpang

dua buah dari sepuluh benda percobaan.

c. Standar batu bata

Batu bata merah adalah batu buatan yang terbuat dari suatu bahan yang dibuat

oleh manusia supaya mempunyai sifat-sifat seperti batu. Hal tersebut hanya dapat

dicapai dengan memanasi (membakar) atau dengan pengerjaan-pengerjaan kimia.

(Djoko Soejoto dalam Nuraisyah Siregar, 2010).

Syarat-syarat batu bata dalam SNI 15-2094-1991 dan SII-0021-78 meliputi

beberapa aspek seperti:

a. Pandangan luar

Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang

sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk

Universitas Sumatera Utara


13

yang berlebihan, tidak mudah hancur atau patah, warnanya seragam, dan

berbunyi nyaring bila dipukul.

b. Ukuran

Standar Bata Merah di Indonesia oleh Y.D.N.I (Yayasan Dana Normalisasi

Indonesia) nomor 15-2094-1991 menetapkan suatu ukuran standar untuk bata

merah sebagai berikut:

1. Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm

2. Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm

Standar ukuran batu bata menurut SII-0021078 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Modul standara ukuran batu bata merah sesuai dengan SII-0021-78

Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang (mm)

M-5a 65 90 190

M-5b 65 140 220

M-6 65 110 220


Sumber: SNI-0021-78

Penyimpangan ukuran standar batu bata terbesar yang diperbolehkan dalam

SII-0021-78, yaitu 3% untuk panjang maksimum, lebar maksimum 4%, dan tebal

maksimum 5 %. Sedangkan selisih antara batu bata berukuran maksimum dengan

batu bata berukuran minimum yang diperbolehkan, yaitu untuk panjang 10 mm,

lebar 5 mm, dan tebal 4 mm.Ukuran maksimum batu bata sesuai dengan SI-0021078

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


14

Tabel 2.2 Ukuran maksimum batu bata sesuai dengan SII-0021-78

Penyimpangan Ukuran MAksimum (mm)


Kelas M-5a M-5b dan M-6
Tebal Lebar Panjang
25 2 3 5
50 2 3 5
100 2 3 4
150 2 2 4
200 2 2 4
250 2 2 4

Adapun syarat-syarat batu bata dalam

a. Sifat tampak

Batu bata harus berbentuk segi empat panjang, mempunyai rusuk-rusuk yang

tajam dan siku, bidang sisinya harus datar

b. Ukuran dan toleransi

Standar batu bata merah di Indonesia oleh BSN (Badan Standar Nasional) nomor

15-2094-2000 menetapkan suatu ukuran standar untuk batu bata merah.

Ukuran batu bata berdasarkan (SNI 15-2049, 2000) dapat dilihat dalam table 2.3

berikut:

Universitas Sumatera Utara


15

Tabel 2.3. Ukuran batu bata berdasarkan SNI 15-2094-2000

Modul Tebal (mm) Lebar (mm) Panjang (mm)

M-5a 65 2 90 3 190 4

M-5b 65 2 100 3 190 4

M-6a 52 3 110 3 230 4

M-6b 55 3 110 4 230 5

M-6c 70 3 110 6 230 5

M-6d 80 3 110 6 230 5

c. Kuat tekan

Besarnya kuat tekan rata-rata dan koefisien variasi yang diijinkan untuk bata

merah pasangan dinding sasuai nilai kuat tekannya. Kuat tekan sebagi berikut:

Tabel 2.4. Nilai kuat tekan

Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata


Kelas Koefisien Variasi Izin
Kg/cm2 N/mm2

50 50 5,0 22 %

100 100 10 15 %

150 150 15 15 %

Sumber: SNI 15-2094-2000

d. Penyerapan air

Penyerapan air maksimum bata merah pasangan dinding adalah 20 %.

Universitas Sumatera Utara


16

e. Garam yang membahayakan

Garam yang mudah larut dan membahayakan Magnesium sulfat (MgSO4),

Natrium Sulfat (Na2SO4), Kalium Sulfat (K2 SO4), dan kadar garam maksimum

1,0 % tidak boleh menyebabkan lebih dari 50 % permukaan batu bata tertutup

dengan tebal akibat pengkistalan garam.

f. Kerapatan semu

Kerapatan semu minimum bata merah pasangan dinding 1,2 gram/cm 3.

2.6 Karakterisitik Material

2.6.1 Beton

Modulus Elastisitas

Nilai modulus elastisitas beton (E c) ditentukan menurut SNI 03-2847-2013/SNI

Beton pasal 8.5.1 sebagai berikut:

Ec = wc1.5 0,043 √ (2.3)

dimana:

Ec = modulus elastisitas pasangan dinding bata

wc = berat volume beton

f‟c = kuat tekan puncak beton.

2.6.2 Pasangan Dinding Bata

1. Modulus Elastisitas

Universitas Sumatera Utara


17

FEMA-356 dalam merekomendasikan nilai modulus elastisita (E m) untuk

pasangan dinding bata sebagai berikut:

Em = 550 f‟m (2.4)

dimana:

Em = modulus elastisitas pasangan dinding bata

F‟m =kuat tekan puncak pasangan dinding bata

Laboratorium bahan Universitas Indonesia melakukan penelitian tentang

modulus elastisitas pasangan dinding bata yang terdapat pada tabel 2.5.

Tabel 2.5. Modulus Elastisitas Pasangan Bata Merah Berdasarkan Penelitian

di Indonesia

No Jenis Pasangan E (MPa)

1 Tanpa Plesteran 2237,50

2 Dengan Plesteran 3201,86

3 Dengan Komprot + Plesteran 2135,80

2. Poission’s Ratio

Poission’s Ratio adalah perbandingan regangan arah lateral dengan regangan

arah longitudinal dan dinyatakan dengan huruf yunani µ (nu). Chen (2003)

merekomendasikan nilai poission’s ratio pasangan dinding bata sebesar 0,15.

3. Kuat geser

Menurut Grimm (1975), nilai untuk kuat geser dari pasangan dinding bata (Ʈ)

berkisar antara 410 kN/m2 sampai 4690 kN/m2

Universitas Sumatera Utara


18

4. Kuat tarik diagonal

Grimn (1975) dalam merekomendasikan persamaan berikut yang digunakan untuk

memperkirakan kuat Tarik diagonal dari pasangan dinding bata (f dt):

fdt = k√ (2.5)

dimana:

fdt = kuat Tarik diagonal dari pasangan dinding bata, dalam satuan psi

k = faktor konstanta, yang nilainya berkisar antara 2,5 sampai 4,5

f‟m = kuat tekan puncak pasangan dinding bata, dalam satuan psi

2.7 Material properti yang digunakan

(Sri Prafanti, 2014), melakukan pengujian batu bata di Laboratorium Beton

Fakultas Teknik Sipil USU dengan standart SNI 03-4164-2008 tentang cara uji

modulus elastisitas batu bata dengan tekanan sumbu tunggal , benda uji batu bata

menggunakan 10 sampel batu bata dari daerah Bakaran Batu, Deli Serdang,

Sumatera Utara.

Hasil pengujian menghasilkan beban maksimum untuk batu bata produksi

konvensional adalah 590KN. Maka dengan membagi hasilnya dengan luas

permukaan, didapatkan fbc = 3.07 MPa (batu bata konvesional).

Pada perencanaan penelitian ini penulis tidak melakukan pengujian bahan,

maka untuk mendapatkan data material batu bata, penulis memakai data material dari

hasil penelitian Sri Frafanti(2016) yaitu menggunakan material batu bata

konvensional dimensi 195x95x52 mm dengan nilai fbc = 3.07 MPa.

Nilai elastisitas batu bata pada perencanaan ini mengacu pada penelitian di

(Laboratorium Bahan Universitas Indonesia) yang terdapat pada Tabel 2.5 Modulus

Universitas Sumatera Utara


19

Elastisitas Pasangan Bata Merah Berdasarkan Penelitian di Indonesia. Dari Tabel 2.5

tersebut didapat Modulus elastisitas pasangan batu bata tanpa plesteran sebesar

2237,50 MPa.

2.8 Koneksi dinding dengan struktur

Pada umumnya dinding pengisi dapat dibuat dari material tanah liat (batu bata),

beton tanpa tulangan dengan bentuk dan ukuran yang bervarisi. Kekuatan dan

kekakuan struktur pada portal dengan dinding pengisi dapat ditingkatkan dengan

memberi perkuatan pada dinding pengisi. Perkuatan dinding dapat dilakukan dengan

berbagai cara salah satunya dengan penambahan tulangan baja pada dinding pengisi.

Paulay dan Prisstley (1992) dalam Suku (2007) dalam Hutasoit (2014) melaporkan

bahwa dinding pengisi dengan tulangan (reinforced masonry) mempunyai tingkat

daktilitas yang lebih tinggi dari dinding pengisi tanpa tulangan (unreinforced

masonry). Suku (2007) dalam Hutasoit (2014) melakukan analisi perilaku model

portal satu tingkat dengan satu bentang yang berdinding pengisi penuh dengan dan

tanpa tulangan yang dibebani dengan beban lateral. Hasil analisis portal dengan

dinding pengisi tanpa tulangan jika dibandingkan dengan portal terbuka menunjukan

bahwa dengan adanya dinding pengisi meningkatkan kekuatan dan kekakuan

struktur. Pada portal dengan dinding pengisi bertulang terlihat bahwa dengan

pemasangan tulangan pada dinding pengisi dapat meningkatakan kekuatan,

kekakuan, dan daktilitas struktur. Akibat pemasangan tulangan pada dinding pengisi

dapat mengurangi retak yang menyebabkan terlepasnya panel dinding dengan kolom

dan balok bawah portal.

Universitas Sumatera Utara


20

Oleh karena itu menurut Ismail (2010) dalam „Jurnal Studi pengaruh

pemasangan angkur dari kolom ke dinding bata pada rumah sederhana akibat gempa‟

untuk memastikan bahwa struktur bangunan bekerja sebagai satu kesatuan yang

utuh, setiap bagian dinding tembok harus dibingkai dengan kolom dan balok dengan,

atau kolom harus dipasang setiap jarak maksimum 3 m dengan dilengkapi balok

sloof dan ringbalok. Besi tulangan dipasang sebagai agkur (stek) dan ditanam di

dalam adukan siar horizontal di setiap 6 lapis bata (sekitar 35 cm) atau antara 5-8

susun pasangan bata dengan kedalaman (panjang penjangkaran) minimal 30 cm di

setiap bagian untuk memperkuat hubungan antara dinding dengan kolom dan balok

sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan dalam menahan beban.

Angkur (stek) berfungsi membantu struktur utama agar terjadi aksi komposit

dan supaya batu bata tidak terjatuh kebawah ketika ada gempa. Fungsi angkur juga

adalah untuk memegang dinding agar tetap berdiri selama terjadi getaran gempa.

Selain itu, angkur bata juga berfungsi untuk mentransfer gaya gempa. Jika dinding

mengalami kerusakan, kerusakannya hanya terjadi pada daerah angkur saja. Kejadian

tanpa angkur (stek) banyak terjadi sewaktu gempa yang mana kolom tetap berdiri

namun dinding bata jatuh karena tidak mempunyai angkur. Gambar 2.12 dibawah ini

adalah salah satu contoh pemasangan angkur.

Universitas Sumatera Utara


21

Gambar. 2.6: Pemasangan Angkur

(Ismail, 2010) melakukan penelitian tentang pengaruh angkur dari kolom ke

dinding bata merah pada rumah sederhana akibat beban gempa dengan melakukan

percobaan pada dua buah benda uji, benda uji yang pertama yaitu berupa dinding

bata berukuran 1,5 m x 1,5 m yang dipasang menggunakan angkur (stek) dari kolom

ke dinding (Gambar 2.7), dan benda uji yang ke dua tidak menggunakan angkur

(stek) dari kolom ke dinding (Gambar 2.8). Pengujian ini dilakukan dengan cara

pemberian beban lateral pada benda uji.

Universitas Sumatera Utara


22

Gambar.2.7: Benda uji 1

Gambar.2.8: Benda uji 2

Penelitian Ismail mendapatkan kesimpulan bahwa benda uji yang menggunakan

angkur (stek) menghasilkan pola retak diagonal tetapi tidak mengakibatkan

terpisahnya dinding bata dengan kolom, sedangkan benda uji yang tidak

menggunakan angkur juga menghasilkan pola retak diagonal tetapi mengakibatkan

terpisahnya antara dinding bata dengan kolom. Hal ini membuktikan bahwa

pemasangan angkur (stek) dari dinding beta ke kolom berfungsi untuk mendukung

aksi komposit satu sama lain dalam hal menahan beban gempa, dan juga dapat

meningkatkan perkuatan hubungan antara dinding bata dengan kolom.

Universitas Sumatera Utara


23

Dalam penelitian tesis ini koneksi dinding dengan struktur akan diperkuat

dengan pemasangan angker pada balok.

2.9 Analisa Statik Nonlinier (Pushover)

Pushover Analysis adalah suatu cara analisis statik 2 dimensi atau 3 dimensi

linier dan non linier, di mana pengaruh Gempa Rencana terhadap struktur gedung

dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-

masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai

melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis)

pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut

mengalami perubahan bentuk elasto-plastis yang besar sampai mencapai kondisi di

ambang keruntuhan.(SNI – 03 - 1726 – 2002)

Menurut (Benjamin Lumantarna, Iksan Gunawan, & Eka Wijaya, 2004) ,

Analisis Beban Dorong Statis Non linier (Non Linear Static Pushover Analysis)

adalah dimana struktur didorong secara bertahap ditingkatkan dengan faktor pengali

hingga beberapa komponen struktur mengalami leleh dan berdeformasi inelastis dan

satu target perpindahan lateral dari suatu titik acuan tercapai.

 Analisa pushover menghasilkan kurva pushover. Kurva yang

menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar (V) versus perpindahan

titik acuan pada atap (D) Analisa pushover dapat digunakan sebagai alat

bantu untuk perencanaan tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan

keterbatasan yang ada, yaitu (Wiryanto 2005):

Universitas Sumatera Utara


24

 Hasil analisa pushover masih berupa suatu pendekatan, karena bagaimanapun

perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu

siklus tertentu sedangkan sifat pembebanan pada analisa pushover adalah

static monotonik.

 Pemilihan pola beban lateral yang digunakan,dalam analisa adalah sangat

penting.

 Untuk membuat model analisa non linier akan,ebih rumit dibanding model

analisa linier. Model tersebut harus memperhitungkan karakteristik,inelastik

beban-deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P-Δ.

2.9.1 Tahapan Utama dalam Analisa Pushover (Wiryanto,2005)

Tahapan utama dalam analisa pushover adalah :

1. Menentukan titik kontrol untuk memonitor besarnya perpindahan struktur.

Rekaman besarnya perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar digunakan

untuk menyusun kurva pushover.

2. Membuat kurva pushover berdasarkan berbagai macam pola distribusi gaya

lateral terutama yang ekivalen dengan distribusi dari gaya inertia,sehingga

diharapkan deformasi yang terjadi hampir sama atau mendekati deformasi yang

terjadi akibat gempa. Oleh karena sifat gempa adalah tidak pasti, maka perlu

dibuat beberapa pola pembebanan lateral yang berbeda untuk mendapatkan

kondisi yang paling menentukan.

Universitas Sumatera Utara


25

3. Estimasi besarnya perpindahan lateral saat gempa rencana (target perpindahan).

Titik control didorong sampai taraf perpindahan tersebut, yang mencerminkan

perpindahan maksimum yang diakibatkan oleh intensitas gempa rencana yang

ditentukan.

4. Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada target

perpindahan:merupakan hal utama dari perencanaan barbasis kinerja. Komponen

struktur dan aksi perilakunya dapat dianggap memuaskan jika memenuhi kriteria

yang dari awal sudah ditetapkan, baik terhadap persyaratan deformasi maupun

kekuatan.

Kurva pushover dapat digambarkan secara kualitatif kondisi kerusakan yang

terjadi pada level kinerja yang ditetapkan agar awam mempunyai bayangan seberapa

besar kerusakan itu terjadi. Selain itu dapat juga dikorelasikan dibawahnya berapa

prosentase biaya dan waktu yang diperlukan untuk perbaikan. Informasi itu tentunya

sekedar gambaran perkiraan, meskipun demikian sudah mencukupi untuk mengambil

keputusan apa yang sebaiknya harus dilakukan terhadap hasil analisis bangunan

tersebut. (Wiranto 2005).

2.10 Rumah Sederhana (Non-Engineered House)

Pengertian rumah sederhana (non engineered house) adalah bangunan rumah

tinggal dan bangunan komersil sampai 2 lantai yang dibangun oleh pemilik,

menggunakan tukang, bahan bangunan yang didapat setempat, tanpa bantuan arsitek

maupun ahli struktur (Boen, 2006). Pengerjaan bangunan yang hanya melibatkan

pekerja atau tukang setempat yang tidak kompeten membuat kualitas pekerjaan yang

Universitas Sumatera Utara


26

dihasilkan rendah. Pengerjaan hanya didasarkan pada perkiraan atau pengalaman

membangun sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


27

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian ini terdiri dari dua tahap analisis di mana terlebih

dahulu dilakukan Pemodelan 2D secara analisis dengan program SAP 2000

kemudian secara eksperiment seperti diperlihatkan dalam gambar 3.1

` Mulai

Study literature Dinamika Struktur,Struktur Tahan


gempa,Analisa beban gempa, dinding pengisi

Pemodelan 2D Pemodelan 2D
secara
secara analisis
eksperiment

Model portal Portal 2D tanpa Model portal


dengan dinding dinding bata dengan dinding
batu bata batu bata

Universitas Sumatera Utara


28

` Analisis Static Pushover Nonlinear

Dengan Sap 2000 Dengan


V16 Eksperiment

Beban Lateral dan Beban Lateral


Displecement dan Displecement

Kesimpulan dan
Saran

Selesai

Gambar.3.1: Bagan alir dari penelitian

3.2 Pemodelan Struktur

Pemodelan suatu bentuk struktur bangunan yang dilakukan merupakan bentuk

keadaan sebenarnya di lapangan. Bab ini secara garis besar akan menjelaskan

tentang prosedur dalam melakukan studi yang menjadi topik pembahasan. Hal-hal

yang akan dibahas antara lain adalah pembahasan mengenai pemodelan portal 2D

Universitas Sumatera Utara


29

dengan menggunakan dinding bata dan dinding bata sebagai strut, penentuan

parameter yang ada. Pemodelan portal 2D secara eksperiment dengan

menggunakan parameter yang telah ditetapkan, dan analisis pushover setelah

pemodelan selesai dilakukan.

3.2.1 Pemodelan Struktur Dengan Program SAP 2000 V16

Terdapat 2 tipe benda uji yang akan dimodelkan pada SAP2000, yaitu portal

2D dengan dinding setengah bata yang dimodelkan menjadi dinding bata sebagai

beban mati terbagi rata (opened frame) dan dinding bata sebagai salah satu

komponen struktural yang ikut bekerja bersama portal (bracing tekan) (Titono,

2010). Benda uji akan diberi pembebanan lateral yang bertujuan untuk menentukan

dan menghitung gaya pushover dan displacement. Pemodelan struktur dilakukan

dengan program SAP 2000 di mana dimensi elemen-elemen struktur diasumsikan.

Adapun konfigurasi dari struktur adalah sebagai berikut:

Jenis struktur : Portal beton bertulang

Jumlah lantai : 1 lantai

Tinggi portal :3m

Lebar portal :4m

Dimensi kolom : 15 cm x 15 cm

Dimensi balok : 15 cm x 15 cm

Lokasi : Medan

Jenis tanah : Keras

Universitas Sumatera Utara


30

Mutu beton : 15 MPa (K175)

Modulus elastisitas beton : 18.203MPa

Tegangan leleh tulangan utama : 240 MPa

Berat jenis bata : 250 kg/m2

Untuk pembebanan akibat beban bata untuk SAP2000 diambil setengah dari

tinggi bata. Jadi beban akibat bata = 3(250)(0,5) = 375 kg/m

Untuk pemodelan dengan sap 2000 v16 ada 2 model portal yang dibuat yaitu

pemodelan portal 2D dengan menggunakan dinding tanpa bata dan dinding bata

sebagai strut.

Tabel 3.1 Rekapitulasi Data Material Pada benda Uji

Material Parameter Simbol Nilai


Kuat Tekan f‟c K175(14.5Mpa)
Beton Modulus Elastisitas 17897Mpa
Poisson Ratio 0.2
Teg.leleh 240Mpa
Tulangan Modulus Elastisitas 2x Mpa
Baja
Poisson Ratio 0.3
Kuat tekan mo Kuat Tekan Mortar 10Mpa
Dinding Kuat tekan batu bata 3.5Mpa
Bata
Modulus Elastisitas 1557Mpa
Poisson‟s Ratio 0.15

Universitas Sumatera Utara


31

Untuk dinding bata, kuat tekan batu bata dan modulus elastisitas batu bata diambil
dari hasil penelitian Sri Prafanti,(2016).

3.3.2 Pemodelan Struktur Dengan Eksperiment

Pemodelan struktur yang dibuat adalah berupa portal 2D dengan dinding

pengisi batu bata dimana balok dengan dinding dan kolom dengan dinding dipasang

angkur. Pengujian dilakukan pada tiga benda uji. Pembuatan benda uji dan

pengaturan peralatan disesuaikan dengan keterbatasan-keterbatasan yang di

Laboratorium Beton Pasca Sarjana Teknik Sipil USU

PERANCANGAN BENDA UJI

 UJI TARIK BESI


 UJI TEKAN BETON DAN BATU BATA

PERSIAPAN BAHAN DAN PERALATAN

PEMBUATAN BENDA UJI

PENGUJIAN BEBAN LATERAL DENGAN


MENGGUNAKAN JACK HIDROLIK

ANALISIS HASIL DAN PENGOLAHAN DATA

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar.3.2: Bagan alir portal 2D dengan dinding pengisi secara eksperiment

Universitas Sumatera Utara


32

3.3.2.1 Persiapan Benda Uji

Beberapa bahan yang harus dipersiapkan diantaranya:

1. Pasir(agregat halus)

2. Kerikil (agregat kasar)

3. Semen,

4. Besi/baja tulangan

5. Batu bata,

6. Kayu

3.3.2.2 Persiapan Peralatan

Peralatan yang nantinya akan digunakan dalam pengujian adalah:

1. Hydraulic Jack, dengan spesifikasi pembebanan mencapai 60000 kg. Alat

ini berfungsi memberikan beban pada benda uji mendorong benda uji

sesuai dengan kebutuhan pengujian. Alat ini akan memberikan

pembebanan terhadap benda uji sampai benda uji hancur (failure).

2. Dial Gauge, dengan ketelitian 0.01 mm berfungsi untuk mengukur

displacement

3. Baja H-Beam alat yang dirancang oleh penulis untuk digunakan sebagai

perpanjangan Jack hydrolic untuk sampai ke benda uji.

4. Alat penyiku alat yang dirancang oleh penulis sebagai tempat Dial

Indicator sehingga Jarum Dial Indicator bergerak dan perpindahan dapat

dibaca.

Universitas Sumatera Utara


33

3.3.2.3 Tahap-Tahap Kajian Eksperimental

Dalam kajian eksperimental ada beberapa tahap yang harus dilakukan mulai

dari perencanaan benda uji sampai dengan ketika pengujian.

1. Uji Tarik Besi/Baja

Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan data material dari besi beton

yang digunakan dalam bentuk kurva tegangan-regangan (stress strain

curve). Adapun parameter yang didapat antara lain : tegangan leleh (fy),

tegangan ultimate (fu), regangan leleh (ἐy), dan modulus elastisitas baja

(E) (Wisnumurtia, Sri Murni Dewia, 2014)

2. Uji Tekan Beton

Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan beton dengan mutu K175

3. Perencanaan Angkur pada Balok dan Kolom

Besi tulangan dipasang sebagai angkur (stek) dan ditanam di dalam

adukan siar horisontal di setiap 6 lapis bata (sekitar 35 cm) dengan

kedalaman (panjang penjangkaran) minimal 30 cm di setiap bagian untuk

memperkuat hubungan antara dinding dengan kolom dan balok sehingga

dapat bekerja sebagai satu kesatuan dalam menahan beban. Angkur (stek)

juga berfungsi membantu struktur utama agar terjadi aksi komposit dan

supaya batu bata tidak terjatuh kebawah jika gempa ada. Kejadian tanpa

angkur (stek) banyak terjadi sewaktu gempa yang mana kolom tetap

berdiri namun dinding bata jatuh karena tidak mempunyai angkur.

Universitas Sumatera Utara


34

4. Perencenaan Bentuk Tulangan yang tahan gempa menurut (Boen, 2006)

adala seperti gambar 3.3 dan bentuk tulangan ini yang digunakan dalam

penelitian tesis ini.

Gambar. 3.3: Detail Sambungan Tahan Gempa

Universitas Sumatera Utara


35

Perencanaan sambungan antara balok dan kolom yang akan digunakan

dalam pembuatan benda uji disesuaikan dengan gambar 3. 3.

3.3.2.4 Peralatan yang digunakan dalam pengujian

Peralatan yang digunakan dalam pengujian eksperiment berikut adalah:

 Jack hydraulic.

Alat ini memiliki kapasitas pembebanan 6000 Psi, melakukan gerakan

mendorong yang bertujuan sebagai pemberian beban pada sampel, seperti pada

gambar 3.4.

Gambar. 3.4: Jack Hidroulik alat untuk mengukur beban

 Dial Indicator

Alat ini memiliki ketelitian 0.01mm dan akan digunakan untuk mengukur
displacement pada benda uji, seperti pada gambar 3.5.

Universitas Sumatera Utara


36

Gambar. 3.5: Dial Indicator alat untuk mengukur perpindahan

 Alat Penyiku

Alat ini didesain dengan arahan tukang agar Dial Indicator dapat
ditempatkan dalam posisi yang stabil dan hasil pembacaan Dial Indicator
menjadi akurat seperti diperlihatkan dalam gambar 3.6.

Gambar. 3.6: Alat penyiku tempat Dial Indicator

Cara menempatkan Dial Indicator dengan penyiku dirancang sedemikian


agar jarum dari Dial Indicator terbaca, seperti diperlihatkan dalam gambar
3.7.

Universitas Sumatera Utara


37

Gambar. 3.7: Cara pemasangan penyiku dan Dial


Indicator
 Baja profil H sebagai tempat penghubung beban

Alat ini berguna sebagai tempat beban hidrolik agar tidak bergerek saat
melakukan pengujian,seperti pada Gambar 3.8.

Gambar.3.8: Baja profil H perpanjangan beban

Jarak antara dinding eksisting dengan benda uji 120 cm, sedangkan Hydrolic

Jack panjangnya kira-kira 30 cm. Maka untuk membantu Hydrolic Jack sampai ke

benda uji diperlukan alat bantu berupa beam H dengan panjang 90 cm di rakit

sedemikian, sehingga beban dapat mendorong benda uji dan pembacaan dial lebih

akurat. Pembacaan Dial Indicator dilakukan setiap pembacaan pembenanan 100

Psi. Maka Pemasangan Jack hydroulik dan Dial Indicator harus perfect seperti

pada Gambar 3.9.

Universitas Sumatera Utara


38

Gambar .3.9: Cara pemasangan penyiku dan Dial Indicator

 Besi untuk tulangan sengkang dan tulangan lentur

Untuk tulangan sengkang dipakai besi diameter 8 mm dan untuk tulangan

lentur digunakan besi diameter 10 mm seperti pada Gambar 3.10 dan Gambar 3.11

Gambar.3.10: Bentuk tulangan sengkang

Gambar. 3.11: Tulangan balok dan kolom

Universitas Sumatera Utara


39

3.3.2.5 Pembuatan Benda Uji

Benda yang akan dilakukan pengujian nantinya adalah berupa portal 2D

dengan dinding pengisi yang lengkap dengan pondasi, sloof, kolom,dan

ringbaloknya. Pengujian ini akan dilakukan terhadap benda uji yaitu benda uji Portal

2D di mana antara dinding dengan balok dan dinding dengan kolom menggunakan

angkur. Di mana tulangan angkur,sengkang dan tulangan lentur menggunakan

standar tulangan tahan gempa. Untuk pemasangan angkur dari dinding ke kolom dan

dari dinding ke balok direncanakan seperti pada Gambar 3.12 dan Gambar 3.13.

Gambar.3.12: Pemasangan angkur dari dinding kekolom

Gambar.3.13: Pemasangan angkur dari dinding ke balok

Universitas Sumatera Utara


40

Benda uji yang akan di buat berukuran 3 m × 4 m. Adapun prosedur kerja dalam

pembuatan benda uji ini adalah sebagai berikut :

A. Benda uji yang dibuat, langsung ditempatkan diatas tanah yang sebelumnya

dibuat pondasi sebagai tempat sloof agar benda uji tidak terangkat saat

pengujian. Tahap-tahap pembuatan pondasi:

1. Penggalian tanah sebagai tempat pondasi seperti pada gambar 3.14

Gambar.3.14: Penggalian tanah sebagai tempat pondasi

2. Setelah penggalian tanah dilaksanakan baru dikerjakan pengecoran


pondasi seperti pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15: Pengecoran pondasi

B. Pekerjaan selanjutnya adalah merakit tulangan sloof, kolom, balok dan


angkur (stek yang akan digunakan). Ukuran-ukuran beton bertulang yang
digunakan seperti pada Gambar 3.16.

Universitas Sumatera Utara


41

Gambar. 3.16: Tulangan sloof,kolom dan ring balok

Dalam pembuatan sengkang, sengkang harus memiliki seismic hook


(bengkokan) dengan sudut 45 derajat, sepanjang 6D, seperti yang terlihat
pada gambar 3.17

Gambar .3.17: Tulangan sengkang

C. Pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan sloof, yang meliputi:

1. Pembuatan bekisting sloof seperti pada Gambar 3.18.

Gambar. 3.18: Bekisting sloof

2 Merangkai tulangan sloof dengan tulangan kolom seperti pada Gambar 3.19.

Universitas Sumatera Utara


42

Gambar. 3.19: Rangkaian tulangan sloof dengan tulangan kolom

3. Pengecoran sloof, untuk adukan betonnya menggunakan perbandingan 1

semen : 2 pasir : 3 kerikil. Tahap-tahap pengecoran sloof,sebagai berikut:

a. Setelah pemasangan bekisting dan beton diaduk di molen baru

dilaksanakan pengecoran beton seperti pada Gambar .3.20.

Gambar. 3.20: Pengecoran sloof

b. Setelah pengecoran papan bekisting di buka dan hasilnya seperti


pada Gambar. 3.21.

Universitas Sumatera Utara


43

Gambar . 3.21: Pondasi setelah dicor

4. Setelah sloof mengering, pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan


dinding bata, dengan mortar (spesi) digunakan setebal 1 cm dan
perbandingannya 1 semen : 4 pasir. Pelaksanaan pekerjaannya seperti
pada Gambar 3.22.

Gambar. 3.22: Pekerjaan dinding bata

5. Setelah pekerjaan dinding bata selesai dan sudah mengering, pekerjaan


selanjutnya adalah pekerjaan kolom dan ringbalok yang meliputi:
Merangkai tulangan kolom dengan tulangan ring balok,dan pembuatan
bekisting kolom dan ringbalok.
a. Merangkai tulangan kolom dan ringbalok

Universitas Sumatera Utara


44

Rangkaian tulangan kolom dan ring balok seperti pada Gambar 3.23
dan Gambar 3.24.

Gambar .3.23: Rangkaian tulangan kolom dan ring balok

Gambar. 3.24: Sambungan sudut antara kolom dan ring balok

b. Pembuatan bekisting kolom dan ringbalok.

Pembuatan bekisting balok dan kolom seperti pada Gambar 3.25.

Gambar. 3.25: Pembuatan bekisting kolom dan balok

Universitas Sumatera Utara


45

c. Pengecoran kolom dan ringbalok yang dilakukan serentak atau


bersamaan, untuk adukan betonnya juga menggunakan perbandingan 1
semen : 2 Pasir : 3 kerikil. Setelah selesai pengecoran,benda uji
dibiarkan selama 28 hari agar beton mengeras. Kemudian setelah 28
hari bekisting di buka, dan benda uji terbentuk seperti Gambar 3.26.

Gambar. 3.26: Portal 2D dengan dinding pengisi batu bata

3.3.2.6 Pelaksanaan Pengujian.

Dalam tahapan ini, benda uji yang telah disiapkan akan dilakukan

pengujian. Dial Indicator diletakkan di kedua ujung atas , dan begitu pula alat

pembebanan hydraulic jack. Proses pengujian adalah dengan memberi beban lateral

pada ujung atas portal dengan penambahan beban secara bertahap sampai benda uji

hancur atau retak. Penambahan beban sebesar 100 Psi sampai beban hancur. Agar

beban yang diberikan merata maka digunakan plat bantuan berupa lempengan baja.

Pembebanan secara bertahap ini dimaksudkan agar benda uji dapat diamati secara

detail. Pengamatan dalam pengujian meliputi displacement dan pola retak yang

terjadi pada benda uji akibat pembenan. Perencanaan pengujian dapat dilihat pada

Gambar 3.27.

Universitas Sumatera Utara


46

Gambar. 3.27: Penempatan Dial Indicator dan Jack Hydroulick


pada benda uji.

Seperti pada gambar 3.28 diatas pemasangan Dial Indicator dan Jack
Hydroulick dilakukan dengan sangat hati-hati agar pembacaan Dial Indicator dan
Dial Jack Hydroulick dapat dibaca. Pembacaaan Dial Indicator dilakukan setiap
beban 100 Psi. seperti pada Gambar 3.28.

Gambar. 3.28: Benda uji saat di Jacking

Universitas Sumatera Utara


47

Hasil dari pengujian diatas mengahasilkan pola retak seperti Gambar 3.29.

Gambar.3.29: Benda uji setelah di Jacking

3.3.2.7 Hasil Pengujian dan Output Data

Hasil Pengujian yang akan diamati pada ketiga benda uji adalah beban

pushover,displacement dan pola retak. Sehingga hal-hal yang perlu dicatat adalah

antara lain:

1. Beban Pushover (ton).

2. Perpindahan atau displacement.

3. Pola retak.

Bentuk output data yang dituliskan dapat dilihat pada Gambar 3.31.

Universitas Sumatera Utara


48

BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Kajian Numerik

Perancangan eksperiment diawali dengan perhitungan teoritis. Dalam

perancangan eksperiment ini diharapkan pondasi tidak terangkat agar waktu

pengujian tidak mengalami kegagalan, maka untuk mencapainya dilakukan analisis

pushover dengan menggunakan program SAP 2000 V16.

Dalam perancangan eksperimen ada 2 (dua) benda uji yang dimodelkan

yaitu portal tanpa dinding bata dan portal dengan dinding bata.

4.1.1 Properti Material

Dalam eksperimen ini benda uji yang digunakan merupakan komposit antara

beton,batu bata dan besi beton. Di mana data yang di peroleh hanya data dari beton

dan besi beton. Sedangkan untuk data properti bata diperoleh dari hasil penelitian Sri

Prafanti (2016).

1. Material Beton

Pada beton dilakukan uji tekan dengan hasil pengujian tiga buah sampel

kubus beton seperti pada Tabel 4.1.

Universitas Sumatera Utara


49

Tabel 4.1 Hasil uji tekan beton

N Nama Benda Lebar Sisi Berat Beban Luas Teg. Teg.Tekan


o Uji (cm) Benda Uji Benda Tekan (cm2) Tekan rata-rata
(cm) Uji (kg) (ton) ( Kg/ Kg/cm2

1 Sampel I 15 8.00 48.8 225 216.89


2 Sampel II 15 8.00 48.0 225 213.33 211.5
2. 3 Sampel III 15 8.00 48.0 225 204.44

2. Material Besi beton

Besi yang digunakan sebagai benda uji adalah besi polos dengan mutu U24.

Ada dua macam besi yang diuji yaitu besi dengan dan . Hasil

pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil uji tarik besi


N Peak load Peak Stress Loadat Elongation Diameter Strain
o (kN) stress at Yield Yield After (mm) atBreak(m
(Mpa) (Mpa) (kN) Break(%) m/mmm)
1 23.234 462.2 351.595 17.673 25.000 8.000 0.647
2 23.126 460.1 358.959 18.043 31.250 8.000 0.888
3 23.174 461.0 342.790 17.230 31.250 8.000 0.785
4 35.593 453.2 328.254 25.781 31.250 10.000 0.951
5 35.212 448.3 329.081 25.846 31.250 10.000 0.912
6 35.425 451.1 331.412 26.029 27.500 10.000 0.779

4.1.2 Pemodelan Pada Analisis Statik Non Linear Pushover

Analisis Pushover diperoleh berdasarkan dari data-data eksperiment uji kuat

tekan batu bata didapatkan nilai modulus elastisitas (E) batu bata,uji tekan beton dan

uji tarik besi yang digunakan dan dimodelkan dengan program SAP 2000 dari data-

data spesifikasi dari struktur yang meliputi , beban yang bekerja, wilayah gempa dan

Universitas Sumatera Utara


50

literature lainnya yang dibutuhkan menurut peraturan yang berlaku untuk struktur

gedung. Ada 2(dua) pemomodelan struktur portal yang ditinjau yaitu portal 2D tanpa

dinding bata dan portal 2D dengan dinding bata, Hasil analisa ini dilakukan melalui

analisis pushover untuk melihat seberapa besar beban, dan displacement dari benda

uji yang ditinjau. Adapun kontrol displacement yang digunakan dalam studi ini

sebesar 0,015 m dan efek P-Delta diabaikan.

Langkah- langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis

Pushover yang lebih akurat adalah:

4.1.2.1 Input Engineering Data

Dari hasil uji tekan batu bata, uji tekan beton dan uji Tarik besi dibuat

rekapitulasi dari data-data material yang digunakan, seperti Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Material Pada benda Uji


Material Parameter Simbol Nilai
Kuat Tekan f‟c K175(14.5Mpa)
Beton Modulus Elastisitas 17897 Mpa
Poisson Ratio 0.2
Teg.leleh 240 Mpa
Tulangan Baja Modulus Elastisitas 2x Mpa
Poisson Ratio 0.3
Kuat tekan mortarKuat Tekan Mortar 10 Mpa
Dinding Bata Kuat tekan batu bata 3.5 Mpa
Modulus Elastisitas 1557 Mpa
Poisson‟s Ratio 0.15

Untuk dinding bata, kuat tekan batu bata dan modulus elastisitas batu bata
diambil dari hasil penelitian Sri Prafanti,(2016).

Universitas Sumatera Utara


51

4.1.2.2 Hasil Analisis statis non linear pushover

Setelah semua data diinput dan program dijalankan maka kita akan

mendapatkan hasil. Ada 2 pemodelan yang di tinjau yaitu struktur portal tanpa

dinding bata dan struktur portal dengan dinding bata. Hasil analisa pushover ini

nantinya akan digunakan untuk mendimensi pondasi dari benda uji yang dibuat

langsung diatas tanah dan sebagai pembanding anatara analisis pushover secara

numerik dan eksperimental.

A. Portal 2D tanpa dinding bata (open frame).

Dengan memasukkan semua parameter yang sudah dibahas pada bab

sebelumnya dan program mulai dijalankan maka diperoleh gambar dan hasil nilai

pushover untuk portal tanpa dinding bata seperti pada Tabel 4.4.

Gambar 4.1 Portal 2D tanpa dinding bata

Universitas Sumatera Utara


52

Tabel 4.4 Hasil pushover untuk portal tanpa dinding bata


TABLE: Pushover Curve -
Pushover
Step Displacement BaseForce AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE BeyondE Total
m Kgf
0 7.15E-08 0 4 2 0 0 0 0 0 0 6
1 1.80E-05 30.2 4 2 0 0 0 0 0 0 6
2 7.98E-04 881.25 3 3 0 0 0 0 0 0 6
3 1.55E-03 1289.29 2 4 0 0 0 0 0 0 6
4 3.05E-03 1302.04 2 4 0 0 0 0 0 0 6
5 4.55E-03 1314.78 2 4 0 0 0 0 0 0 6
6 6.05E-03 1327.53 2 2 2 0 0 0 0 0 6
7 7.55E-03 1340.28 2 0 4 0 0 0 0 0 6
8 9.05E-03 1353.02 2 0 4 0 0 0 0 0 6
9 1.05E-02 1365.77 2 0 4 0 0 0 0 0 6
10 1.20E-02 1378.52 2 0 4 0 0 0 0 0 6
11 1.35E-02 1391.26 2 0 2 2 0 0 0 0 6
12 1.50E-02 1403.61 2 0 0 4 0 0o0 0 6

Dari tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk portal 2D tanpa dinding
bata:
a. Leleh pertama pada step 2 dengan gaya geser dasar 30.2kg dan target
perpindahan 0.000018m
b. Analisis berhenti pada step 12, gaya geser dasar maksimum adalah 1403.61
kg dan target perpindahan 0,015m terlihat bahwa step kinerja yang
diperlihatkan struktur tidak ada yang melewati batas LS (Life Safety)
sehingga kinerja secara keseluruhan baik.
Dengan program excel dapat dibuat grafik hubungan antara beban dan
perpindahan (displacement) seperti pada Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara


53

1600
1400
1200
1000
Beban(kg) Portal 2D
800 tanpa dinding
bata
600
400
200
0
0,018

10,05
0,8
0

1,55

9,05
3,05
4,55
6,05
7,55

13,5
12

15
Displacement (mm)

Gambar.4.2: Kurva pushover untuk portal tanpa dinding

B. Portal 2D dengan dinding bata


Pada penelitian dalam tesis ini, dinding bata dimodelkan sebagai bracing

tekan diagonal. Pada benda uji yang akan dianalisa memiliki bentang yaitu 4 m

dengan tinggi 3 m . Perhitungan dimensi bracing dapat di lihat pada lampiran.

Setelah menginput parameter yang sudah didapat dari pembahasannya sebelumnya

diperoleh gambar dan hasil nilai pushover untuk portal dengan dinding bata seperti

Gambar 4.3.

Universitas Sumatera Utara


54

Gambar.4.3: Portal 2D dengan dinding bata

Setelah selesai pemodelan portal kemudian program di run dan diperoleh hasil
analisis pushover seperti pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Pushover untuk portal dengan dinding bata


TABLE: Pushover Curve - Pushover
Step Displacement BaseForce AtoB BtoIO IOtoLS LStoCP CPtoC CtoD DtoE BeyondE Total
m Kgf
0 -1.53E-07 0 8 0 0 0 0 0 0 0 8
1 0.001133 3076.91 7 1 0 0 0 0 0 0 8
2 0.001456 3541.91 4 4 0 0 0 0 0 0 8
3 0.006572 7335.52 2 4 2 0 0 0 0 0 8
4 0.012842 7433.02 2 0 2 2 0 2 0 0 8
5 0.016585 7490.93 2 0 0 2 0 4 0 0 8

Dari Tabel 4.5 diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk portal 2D dengan
dinding bata:

1. Leleh pertama pada step 2 dengan gaya geser dasar 3076.91 kg dan target

perpindahan 0.001133 m

2. Analisis berhenti pada step 5 , gaya geser dasar maksimum adalah 7490.90

kg dan target perpindahan 0,0166 m terlihat bahwa step kinerja yang

Universitas Sumatera Utara


55

diperlihatkan struktur melewati batas LS (Life Safety) sehingga kinerja pada

tahap perbaikan.

Dengan program excel dapat dibuat grafik hubungan antara beban dan

perpindahan (displacement) seperti pada Gambar 4.4.

9000
8000
7000
6000
Beban(kg)

5000
4000 Portal 2D dengan
3000 dinding bata

2000
1000
0
0 5 10 15 20
Displacement (mm)

Gambar 4.4 Grafik beban vs displacement untuk portal 2D dengan dinding bata

Jika kedua grafik diatas digabungkan maka diperoleh hasilnya seperti pada
Gambar 4.5.

Universitas Sumatera Utara


56

9000
8000
7000
6000
Beban(kg) 5000 Portal 2D tanpa
4000 dinding bata
3000 Portal 2D dengan
dinding bata
2000
1000
0
-5 -1000 0 5 10 15 20
Displacement (mm)

Gambar 4.5 Grafik beban vs displacement untuk kedua benda uji

Untuk pradesain gaya lateral yang digunakan adalah beban yang maksimum yaitu

7490.93 kg.

4.2 Kajian Eksperimental

Berdasarkan hasil pemodelan dari SAP 2000 maka didesain benda uji portal

2D dengan dinding bata yang menggunakan angkur pada balok dan kolom. Dan

untuk mendesain benda uji maka nilai gaya lateral diambil dari nilai gaya lateral

portal yang menggunakan dinding bata yaitu 7.49 ton. Gaya lateral ini diperlukan

untuk mendimensi pondasi agar waktu pengujian pondasi tidak terangkat

(perhitungan pondasi terlampir). Dan dari hasil pengujian yang dilakukan

dilapangan, maka di dalam bab ini akan disajikan data-data hasil pengujian beserta

analisa data tersebut. Adapun data yang tersedia meliputi data pengujian kuat tekan

beton,,mortar dan pengujian kuat tarik besi yang digunakan dari data pada Tabel 4.1

dan Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara


57

4.2.1 Hasil Percobaan pada Benda Uji yang Menggunakan Angkur


Setelah 28 hari pembuatan benda uji maka dilakukan pengujian. Benda

yang akan dilakukan pengujian nantinya adalah berupa dinding yang lengkap dengan

sloof ,kolom, dan ring baloknya. Pengujian ini akan dilakukan diatas tanah. Dan

benda uji yang direncanakan dengan memakai mutu beton K-175 atau f‟c 15 Mpa,

mutu baja polos dan batu bata berasal Lubuk Pakam. Benda uji yang

direncanakan dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Pengujian benda uji struktur portal yang menggunakan angker dengan

mutu beton K-175 dan mutu baja diberi kenaikan tekanan sebesar 100 Psi untuk

setiap bacaan displacement. Balok dan kolom diberi tulangan 4ф10 mm dan

tulangan sengkang ф8-200 mm. Untuk melakukan pengujian diperlukan beberapa

orang untuk membaca Dial Indicator dan Hydrolic Jack. Di setiap pembacaan

beban 100 Psi di baca perpindahan dari benda uji. Beban (pushover) di beri secara

bertahap begitu juga displacementnya dibaca. Jack di pompa secara bertahap sampai

benda uji hancur,atau retak di sambungan antara ring balok dengan kolom dan

sambungan kolom dengan sloof. Pembacaan beban dan displacement dapat dilihat

seperti Gambar 4.6.

Universitas Sumatera Utara


58

Gambar.4.6: Gambar benda uji lengkap dengan alat pengujian


4.2.2 Material yang digunakan

Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji berupa pasir, batu

kerikil berasal dari Quary Binjai karena kualitasnya lebih bagus dari Quary lain. Batu

bata merah diambil dari pembakaran Lubuk Pakam sesuai dengan batu bata

penelitian Sri Prafanti (2016) dengan kuat tekan (f‟m) 3.5 Mpa. Sedangkan untuk

tulangan utama dan sengkang digunakan mutu U24 polos dengan diameter 10 mm

dan diameter 8 mm dan sudah dilakukan test uji Tarik. Untuk memudahkan dalam

pekerjaan kita menggunakan perancah besi dan mengaduk beton digunakan molen

dengan kap 0.5 atau dapat dilihat dalam Tabel 4.7.

Tabel 4.6 Material yang digunakan untuk benda uji

Universitas Sumatera Utara


59

No Material Keterangan

1 Pasir Quary Binjai


2 Batu kerikil Quary Binjai
3 Batu bata Lubuk Pakam
4 Semen Semen Padang
5 Beton K175
6 Tulangan utama 4ф10mm
7 Sengkang Ф8-200mm

4.2.3 Hasil Pengujian

Jarak antara dinding eksisting dengan benda uji 120 cm, sedangkan Hydrolic

Jack panjangnya kira-kira 30 cm. Maka untuk membantu Hydrolic Jack sampai ke

benda uji diperlukan alat bantu berupa beam H dengan panjang 90 cm dirakit

sedemikian, sehingga beban dapat mendorong benda uji dan pembacaan dial lebih

akurat. Pembacaan Dial Indicator dilakukan setiap pembacaan pembenanan 100 Psi.

Maka Pemasangan Jack hydroulik dan Dial Indicator harus perfect sepertit di lihat

pada Gambar 4.7.

Gambar.4.7: Cara menempatkan Dial Indicator dan Hidroulik Jack

Universitas Sumatera Utara


60

Pengujian benda uji struktur portal yang menggunakan angkur dengan mutu

beton K-175 dan mutu baja di beri kenaikan tekanan sebesar 100 Psi untuk

setiap bacaan displacement. Balok dan kolom diberi tulangan 4ф10 mm dan tulangan

sengkang ф8-200 mm. Untuk melakukan pengujian diperlukan beberapa orang untuk

membaca Dial Indicator. Dalam setiap pembacaan beban 100 Psi dibaca

perpindahan dari benda uji. Beban (pushover) di beri secara bertahap begitu juga

displacementnya dibaca. Jack dipompa secara bertahap sampai benda uji hancur,atau

retak di sambungan antara ring balok dengan kolom dan sambungan kolom dengan

sloof. Pembacaan beban dan displacement dapat dilihat seperti pada Gambar 4.8.

Gambar.4.8: Benda uji struktur portal yang menggunakan angkur sebelum pengujian

Benda uji mengalami keruntuhan setelah pembacaan beban 1650 Psi atau

7.5 ton dengan displacement 56.5 mm, ini terjadi ketika beban tidak lagi bertambah

dan beton mulai hancur. Hasil pengujian untuk struktur portal dapat disimpulkan

pada Tabel 4.8 berikut:

Universitas Sumatera Utara


61

Tabel 4.7 Hasil pengujian untuk struktur portal menggunakan angkur

Bacaan Dial Jack Kalibrasi alat Konversi Displacement


Hidrolick Beban (kg) (mm)
Psi Kg/
100 7.03 65 456.95 0.08
200 14.06 65 913.90 0.50
300 21.09 65 1370.85 2.00
400 28.12 65 1827.80 3.50
500 35.15 65 2284.75 5.00
600 42.18 65 2741.70 6.50
700 49.21 65 3198.65 8.50
800 56.24 65 3655.60 11.00
900 63.27 65 4112.55 14.00
1000 70.30 65 4569.50 17.50
1100 77.33 65 5026.45 21.60
1200 84.36 65 5483.40 27.00
1300 91.39 65 5940.35 32.00
1400 98.42 65 6397.30 38.00
1500 105.45 65 6854.25 45.00
1600 112.48 65 7311.20 51.60
1650 116.00 65 7540.00 56.50
1600 112.48 65 7311.20 67.40

Berdasarkan tabel di atas dibuat grafik dengan menggunakan bantuan Microsoft

Excel yaitu grafik beban vs displacement seperti pada Gambar 4.9.

Universitas Sumatera Utara


62

8000,00

7000,00

6000,00

5000,00
Beban(kg)

4000,00

3000,00

2000,00

1000,00

0,00
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00
Displacement (mm)
Gambar.4.9: Grafik beban vs displacement dengan eksperimen

Berdasarkan grafik dari Gambar 4.9 disimpulkan:

1. Awal Retak

a. Retak pertama (first crack) pada benda uji yang menggunakan angkur (stek

terjadi pada ujung balok.

b. Retak pertama (first crack) yang di tandai dengan tidak liniernya kurva

beban dengan perpindahan akibat beban pushover sebesar 496.95 kg.

c. Perpindahan yang terjadi pada retak pertama ini adalah sebesar 0,08 mm

2. Awal Leleh

a. Awal leleh terjadi setelah beton pada kolom mengalami retak dan tulangan

yang mulai leleh.

b. Pada awal leleh terjadi pada beban pushover sebesar 6854.25 kg.

c. Perpindahan yang terjadi pada awal leleh ini adalah sebesar 45 mm.

Universitas Sumatera Utara


63

3. Ultimate

a. Ultimate terjadi ketika beban yang mampu dipikul oleh portal adalah beban

maksimum.

b. Pada saat ultimate terjadi akibat beban pushover sebesar 7540 kg

c. Perpindahan yang terjadi pada saat ultimate adalah sebesar 56,5mm.

4. Hancur

a. Ini terjadi ketika beban tidak lagi bertambah dan beton mulai hancur.

b. Pada saat hancur terjadi akibat beban 7311.2 kg

c. Perpindahan yang terjadi pada saat hancur adalah 67,4mm

4.3 Pola Retak

Benda uji yang menggunakan angkur (stek) menghasilkan pola retak diagonal

tetapi tidak mengakibaktkan terpisahnya dinding bata dengan kolom. Pola retak yang

terjadi diperlihatkan pada Gambar 4.10.

Gambar.4.10: Pola retak pada benda uji setelah pengujian

Pemasangan angkur (stek) dari kolom ke dinding dapat meningkatkan

perkuatan hubungan antara dinding bata dengan kolom. Pemasangan angkur (stek)

Universitas Sumatera Utara


64

dari dinding bata ke kolom juga berfungsi untuk mendukung aksi komposit satu

sama lain dalam hal menahan beban gempa. Hubungan antara kolom pengaku

dinding dengan dinding tembok menggunakan angkur diameter 8 mm panjang 40

cm setiap 6 lapis bata atau 3 lapis batako seperti pada Gambar 4.11.

Gambar.4.11: Pemasangan angkur dari dinding bata ke kolom

Sedangkan pemasangan angkur dari dinding bata ke balok di lakukan setiap

2(dua) baris bata dan di tanam di antara kedua bata tersebut seperti pada Gambar

4.12 dan Gambar 4.13.

Gambar.4.12: Cara memasang angkur dari dinding bata ke balok (pradesain)

Universitas Sumatera Utara


65

Gambar 4.13: Pemasangan angkur dari dinding bata ke balok (dilapangan)

Prinsip utama bangunan tahan gempa adalah adanya kesatuan dari struktur

bangunan, semua unsur bekerja bersama-sama sebagai satu kesatuan, jadi tidak

bekerja secara terpisah

4.4 Pembahasan Hasil Eksperiment Dan Perhitungan Numerik

Hasil beban maksimum dari eksperiment dibandingkan dengan hasil anlisis

pushover, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil rekapitulasi beban dan displacement maksimum analitis dan
ekasperiment

Struktur Portal Beban (pushover) Displacement (mm)


maksimum (kg)
1. Potal tanpa dinding bata 1403.46 15.00
( analitis)
2. Portal dengan dinding bata 7490.93 16.70
(analitis)
3. Portal dengan dengan dinding 7540.00 56.50
bata dan menggunakan
angkur (eksperiment)

Universitas Sumatera Utara


66

Dengan menggunakan program excel dibuat grafik dari ketiga nilai pushover dengan

analitis dan eksperiment seperti diperlihatkan pada Gambar 4.14 dan Gambar 4.15.

56,5
60

50
Portal 2D tanpa dinding
Displacement (mm)

40 bata
Portal 2D dengan dinding
30 bata
15 16,7 Porta 2D dengan dinding
20
dan angkur (eksperiment)
10

0
Benda uji

Gambar 4.14: Displacement maksimum analitis dan eksperimen

8000 7490,93 7540

7000
6000
Portal 2D tanpa dinding
5000 bata
4000 Portal 2D dengan dinding
3000 bata
1403,46 Portal 2D dengan dinding
2000
dan angkur(eksperiment)
1000
0

Benda Uji

Gambar 4.15: Nilai pushover analitis dan eksperimen

Universitas Sumatera Utara


67

Hasil rekapitulasi eksperimen dan analitis untuk beban dan displacement


diperlihatkan pada tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil rekapitulasi beban dan displacement analitis dan eksperimen

Portal 2D dengan dinding Portal 2D tanpa dinding Portal 2D dengan dinding


bata dan angkur bata bata
Eksperimen Analitis Analitis
Beban Displacement Beban Displacement Beban Displacement
(kg) (mm) (kg) (mm) (kg) (mm)
0.00 0.00 0.00 0.00007147 0.00 -0.00015
456.95 0.08 30.20 0.018 3076.91 1.133
913.90 0.50 881.25 0.798 3541.91 1.456
1370.85 2.00 1289.29 1.548 7335.52 6.572
1827.80 3.50 1302.04 3.048 7433.02 12.842
2284.75 5.00 1314.78 4.548 7490.93 16.585
2741.70 6.50 1327.53 6.048
3198.65 8.50 1340.28 7.548
3655.60 11.00 1353.02 9.048
4112.55 14.00 1365.77 10.548
4569.50 17.50 1378.52 12.048
5026.45 21.60 1391.26 13.548
5483.40 27.00 1403.61 15.000
5940.35 32.00
6397.30 38.00
6854.25 45.00
7311.20 51.60
7539.68 56.50
7311.20 67.40
Dengan menggunakan program Excel dibuat grafik gabungan dari analitis dan

eksperimen seperti pada Gambar 4.16.

Universitas Sumatera Utara


68

9000
Portal
8000 dengan
dinding
7000

6000
Portal
Beban(kg)

5000
dengan
dinding
4000
pakai
3000 angkur

2000 Portal
tanpa
1000 dinding

0
0 20 40 60 80
Displacment (mm)

Gambar 4.16: Grafik gabungan beban vs displacement analitis dan eksperimen

Universitas Sumatera Utara


69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis secara numerik dan eksperimen pada bab-bab sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa :

1. Hasil perhitungan menggunakan model numerik untuk portal 2D tanpa

dinding bata pada studi ini memberi nilai gaya dasar sebesar 1403,67 kg.

Sedangkan untuk portal yang sama tapi dengan dinding bata memberi nilai

gaya dasar 7490,93 kg.

2. Dari hasil eksperimen yang dilakukan diperoleh nilai beban maksimun

(ultimate) sebesar 7539,68 kg. Hasil ini mendekati nilai gaya dasar portal 2D

dengan dinding bata yang dimodelkan sebagai bracing tekan. Maka untuk

merancang dinding sebagai salah satu struktur dalam perhitungan, dinding

bata sangat cocok dimodelkan sebagai bracing tekan, terbukti dari hasil

eksperimen yang mendekati hasil numerik sampai dengan 99 %.

3. Dari hasil eksperimen nilai beban (pushover) maksimum dibandingkan

dengan nilai gaya dasar portal 2D dengan dinding bata (maksimum)

mendekati yaitu 99 %.

4. Pemasangan angkur (stek) dari kolom ke dinding dapat meningkatkan

perkuatan hubungan antara dinding bata dengan kolom. Pemasangan angkur

Universitas Sumatera Utara


70

(stek) dari dinding bata ke kolom juga berfungsi untuk mendukung aksi

komposit satu sama lain dalam hal menahan beban gempa.

4.2 Saran

Adapun saran yang perlu disampaikan penulis dari hasil studi ini adalah:

1. Kekuatan dan kekakuan dari dinding pengisi bata harus diperhatikan oleh

perencana dalam proses desain bangunan sederhana karena dari hasil

studi menunjukkan bahwa keberadaan dinding bata dapat mempengaruhi

kinerja dari struktur utama.

2. Bagi yang mau melanjutkan penelitian ini perlu diperhatikan dimensi

pondasinya karena penelitian dilakukan dilapangan.

3. Dalam penelitian ini dinding bata dimodelkan sebagai bracing, nilai gaya

lateral yang diperoleh dengan analitis hasilnya mendekati hasil

eksperimen. Di mana pada eksperimen benda uji yang di teliti

menggunakan angkur. Bagi yang mau melanjutkan penelitian ini, benda

uji tidak menggunakan angkur sebagai gantinyq benda uji diplester

dengan baik, lalu bandingkan hasilnya.

Universitas Sumatera Utara


71

DAFTAR PUSTAKA

Amin M, (2011). A non adaptive displacement based pushover procedure for th non
linear static analysis of tall building frames. Engineering Structure.

ATC-40 (1996). Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings Report


SSC96-01, California Seismic Safety Commission, Penerbit: Applied
Technology Council, Redwood City.

ATC-58 (1997). Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings. Report


SSC 96-01, California Seismic Safety Commission, Penerbit: Applied
Technology Council, Redwood City.

Badan Standarisasi Nasional (2002). Tata Cara Perencanaan Ketahanan


Gempa UntukBangunan Gedung (SNI 03-1729-2002.)

Badan Standarisasi Nasional (2008). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa


Untuk Bangunan Gedung tentang cara uji modulus elastisitas batu bata
dengan sumbu tunggal (SNI 03-4164-2008.)

Badan Standarisasi Nasional (2000). Standard batu bata merah di Indonesia (SNI
15-2094-2000.)

BSSC, FEMA 222, (1995). NEHRP Recommended provision for seismic


regulations for new building. Washington, D.C.

Boen, T., Dasar-Dasar Perencanaan Bangunan Tahan Gempa, Lembaga


Penjelidikan Masalah Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Dept.
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, terbitan keempat, 1976 (pertama
terbit 1969)

Carvalho, G., Rita, B., & Carlos, B. (2012). Nonlinear Static and Dynamic
Analyses of Reinforced Concrete Buildings- Comparison of Different
Modelling Approaches. Portugal.

Dewobroto, W. (2005). Analisa Inelastis Portal-Dinding Pengisi dengan


“EquivalentDiagonal Strut”. Jurnal Teknik Sipil, Vo;. 12.

Dewobroto, W. (2005). Evaluasi Kinerja Struktur Baja Tahan Gempa


denganAnalisa Pushover. Universitas Pelita Harapan.

Diptesh Das, C.V.R Murty, (2000). Brick masonry infills in seismic design of
RC frame buildings, Civil Engineering IIT Kanpur, India, Part 2.

Universitas Sumatera Utara


72

Federal Emergency Management Agency (2000). FEMA 356 Prestandard and


Commentary for The Seismic Rehabilitation of Buildings.

Holmes, M. (1961). Steel frames with brickwork and concrete infilling, Proc.
Instn. of Civ. Engrs., London, England, Part 2. Vol. 19, 473 478.

Hutasoit (2014), Analisis perilaku model portal satu tingkat dengan satu bentang
yang berdinding pengisi penuh dengan dan tanpa tulangan yang dibebani
dengan beban lateral.

Ismail (2010). Studi pengaruh pemasangan angkur dari kolom kedinding bata pada
rumah sederhana akibat gempa.Journal rekayasa sipil. vol.6 no.1, (2010)

Jafril Tanjung dan Maidiawati (2016). Studi Eksperimental tentang Pengaruh Dinding
Bata Merah Terhadap Ketahanan Lateral Struktur Beto Bertulang. Jurnal
Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil. ISSN 0853-2982

Kunnath, Erol Kalkan, (2005). Assesment of current non linear static procedures
for seismic evaluation of building”, Engineering Struktur, vol.29,issu 3.

Lumantarna B., Keandalan Analisa Pushover untuk Meramal Prilaku Seismik


Nonlinier Struktur Portal Terbuka Teratur, Profesionalisme dalam Dunia
Konstruksi Indonesia, Seminar dan Pameran HAKI 2002, 20-21 Agustus,
Jakarta, pp v01-09, 2002

Narayanan SP, Sirajuddin M, (2013) Properties of Brick Masonry for FE


modelling,American Journal of Engineering Research (AJER)

Park, R. dan Paulay, T. (1976). Reinforced Concrete Structures, Penerbit:


John Wiley and Sons, New York.

Park, Y. J., Ang, A. H-S., and Wen, Y.K. (1987), Damage-Limiting Aseismic
Design of Buildings, Earthquake Spectra, 3(1), hal.: 1-26.

Paulay, T. dan Priestley, M.J.N. (1992). Seismic Design of Reinforced Concrete


and Masonry Buildings, Penerbit: ohn Wiley and Sons, New York.

Priestley, M.J.N., Seible, F., Calvi, M.G. (1995). Seismic Design and Retrofit
of Bridges, Penerbit: John Wiley and Sons, New York.

Rowland Badenpowell Edny Turang Marthin D. J. Sumajouw, Reky S.Windah


(2014). Analisa Portal Dengan Dinding Tembok Pada Rumah Tinggal
Sederhana Akibat Gempa. Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.6, September 2014
(310-319) ISSN: 2337-6732

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Dimensi Pondasi
1. PERHITUNGAN BERAT BENDA UJI

a. BERAT DINDING

Uaraian = Panjang x Tinggi x Tebal x Berat Jenis =

Dinding Batu Bata = 4.00 x 3.00 x 0.13 x 1,700.00 = 2,652.00 Kg

Balok ukuran 15x15 = 4.15 x 0.15 x 0.15 x 2,400.00 = 224.10 Kg

Sloof ukuran 15x15 = 4.15 x 0.15 x 0.15 x 2,400.00 = 224.10 Kg

Kolom ukuran 15x15 = 3.15 x 0.15 x 0.15 x 2,400.00 = 170.10 Kg

TOTAL = 3,270.30 Kg

Untuk setengah Bentang = 1,635.15Kg

Berat Per Meter = 788.02 Kg/m

II. PONDASI = (L. Atas + L. Bawah) x Tinggi x Panjang x Berat Jenis


2.00
= (0.30 + 1.40) x 1.50 x 4.15 x 2,400.00 = 12,699.00 Kg
2.00
Untuk Setengah Bentang = 6,349.50 Kg

Berat Per Meter = 3,060.00 Kg/m

Universitas Sumatera Utara


1. CONTROL GULING

B W = 8000 Kg

W = 788.02 Kg/m

W = 1.635.15 Kg/m W = 1.635.15 Kg/m

465.00

Sloof 15 x 15 cm

Pondasi menerus

W = 3.060.00 Kg/m
150.00
W = 6.349.50 Kg/m W = 6.349.50 Kg/m

A
103.75
296.25
207.50
415.00

∑MA ≥ 0

∑MA = -8000 x 3.85 + 1,635.15 x 1.0375 + 1,635.15 x 2.9625 + 6,349.50 x 1.037 +


6,349.50 x 2.9625 ≥ 0

∑MA = 1,138.60 Kg ≥ 0

2. CONTROL UPLIFT

Anggapan :

Daya dukung tanah = 1 Kg/cm2


Luas Pondasi = 415.00 x 140.00 = 58,100.00 cm2
Total Daya Dukung Tanah = 1.00 x 58,100.00 = 58,100.00Kg

Beban Struktur :
Berat Dinding = 3,270.30

Berat Pondasi = 12,699.00


Total Beban = 15,969.30Kg

Universitas Sumatera Utara


∑MV ≥ 0

∑MV = 58,100.00 -15,969.30 - 8,000.00 ≥ 0

∑MV = 34,130.70Kg ≥ 0

W = 8000 Kg
B

W = 788.02 Kg/m

W = 1.635.15 Kg/m W = 1.635.15 Kg/m

465.00

Sloof 15 x 15 cm

Pondasi menerus

W = 3.060.00 Kg/m
150.00
W = 6.349.50 Kg/m W = 6.349.50 Kg/m

A
Daya Dukukung Tanah = 1.00 Kg/cm2

Total Daya Dukukung Tanah = 58.100,00 Kg/cm2

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2`

SPEKTRUM RESPON DESAIN


Based on SNI 1726 -2012

Data Struktur
- Jenis Bangunan = Perencanaan
- Lokasi Bangunan = Meda
- Jenis Tanah = Keras

1. Penentuan Kategori Resiko Bangunan


Kategori Resiko = I

Penentuan Faktor Keutamaan Struktur


Ie = 1

Universitas Sumatera Utara


3. Penentuan Parameter Percepatan Tanah (Ss,S1)
Berdasarkan peta (Parameter respons spektral percepatan gempa maksimum yang dipertimbang
kan resiko-tertarget (MCERr) dengan perioda ulang gempa = 2500 tahun) ;dengan T=0,2 detik
diperoleh Ss dan T= 1 detik untuk S1 :
Ss = 0.6 g
S1 = 0.4 g

Universitas Sumatera Utara


4. Penentuan Klarifikasi Kelas Situs (SA-SF) :
Karena data dari lapangan diperoleh N-SPT < 15, 15 - 50, dan >50 maka dari tabel dibawah
tanah tersebut termasuk kelas situs SD

Universitas Sumatera Utara


5. Penentuan faktor Koefisien Situs (Fa,Fv)
Ss = 0.5
S1 = 0.4

Penentuan parameter respon spektral percepatan gempa berdasarkan nilai Ss dan Kelas situs
untuk Fa, dan nilai S1 danKelas
Kelassitus
situs:untuk
SD nilai Fv.
- Untuk Tanah Lunak, SE : - Tanah Sedang, SD : Tanah Keras, SC :
Fa = 0 Fa = 0 Fa = 0.8
Fv = 0 Fv = 0 Fv = 0.8

Universitas Sumatera Utara


6. Perhitungan Parameter Percepatan Desain (SDS,SD1)

- Untuk Tanah Keras


SMS = Fa Ss = 0.4 T0 =(0,2*SD1/SDS)= 0.16
SM1 = Fv S1 = 0.32 TS = (SD1/SDS)= 0.800
SDS = (2/3) SMS = 0.27 time increment = 0.01 second
SD1 = (2/3) SM1 = 0.21

Universitas Sumatera Utara


Untuk perioda yang lebih kecil dari To,
Spektrum respons percepatan desain, Sa =

Untuk To < T < Ts (Zona 1)

Sa  S DS

Untuk T >Ts (zona 2)

Universitas Sumatera Utara


Data untuk disain gaya geser seismik:
-R = 7.4
-
I = 1
- Sds = 0.3
- Sd1 = 0.2
-T = 0.02 (dari SAP2000)

Gaya geser seismik:

= 0.036

Tidak lebih besar dari:

= 1.4

Universitas Sumatera Utara


= 0.012

Nilai Cs yang dipergunakan


: Cs = 0.036

Berat Struktur:
- Dimensi kolom : 0.15 x 0.15 m
- Tinggi kolom : 3 m
- Dimensi balok : 0.15 x 0.15
- Bentang balok : 4 m
Berat struktur beton (W1) = 540 kg
- Berat jenis bata : 250 kg/m2
Berat struktur bata (W2) = 1500 kg
Berat total struktur (Wtot = W1 + W2) = 2040 kg

Gaya seismik gempa (V)


V = 73.5 kg

Drift izin struktur : 0,02 h = 0.06

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3

Dimensi Bracing

I. Perhitungan Dimensi Strut

Diketahui :

f'c = 14.5 MPa

Penampang kolom 150 x 150 mm

Penampang balok 150 x 150 mm

= 3000 mm

= 4000 mm

= 1000 MPa

= 100 mm

= 2850 mm

= 3850 mm

= 4790 mm

Efe = 4700*√ = 17897MPa

Ic = 1/12 (150) = 4.219 x

Ɵ= ( )= ( )=

Sehingga:


= = = 0.00325

a = 0.175*(0.00325*3000)^(-0.4) *4790 = 337.11mm

ambil tebal bracing 15cm

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

Gambar benda uji dengan pondasi

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
FROM PENGUJIAN

Nama Sampel :…………………………


Mutu Baja :…………………………
Mutu Beton :……………………………

No Beban(kg) Perpindahan(mm)

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai