SKRIPSI
OLEH
PRATIWI NINGTYAS
150406035
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
SKRIPSI
Oleh :
PRATIWI NINGTYAS
150406035
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2019
SEMARANG
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
Penulis,
(Pratiwi Ningtyas)
ABSTRAK
Semarang.
ABSTRACT
Dutch colonial architecture found in the Indonesian Archipelago region has the
brasal characteristics of European architecture. Medan Great Post Office and
Lawang Sewu Semarang are historic buildings that have historical value and
Dutch colonial architectural style which are considered to have some similarities
and differences in form, function and placement. This study describes the
characteristics of Dutch colonial architecture in the Medan Post Office and
Lawang Sewu Semarang. This study aims to determine the characteristics of the
Dutch colonial architecture of the two buildings by looking at the physical
aspects. The study was conducted with the stage of data collection by observing
and taking notes and then describing the results of the study using a qualitative
descriptive approach. The results of the study describe the characteristics of the
Dutch colonial architecture in the Kantor Pos Besar Medan building and Lawang
Sewu Semarang.
Semarang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan
Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang”. Penelitian ini diajukan sebagai
salah satu syarat untuk menempuh Sarjana Teknik Program Studi Arsitektur di
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna karena menyadari segala
keterbatasan yang ada. Penulis berusaha untuk menghasilkan penelitian ini dengan
sebaik-baiknya agar berguna bagi banyak pihak. Oleh karena itu, penulis sangat
membutuhkan dukungan dan bantuan pikiran dengan bentuk kritik dan saran yang
membangun.
Penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak
yang telah memberikan dorongan semangat dan doa kepada penulis sehingga pada
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis.
2. Kedua orang tua, ayahanda Alm.Purwadi S.T.,M.T dan Ibunda Supinah dan
Wengku Palaga S.T.,M.T dan Desi Supi Purwani A.Md serta kakak ipar
saya Nur Lupita A.Md dan Yullya Hani S.T yang selalu memberikan doa,
4. Ibu Isnen Fitri S.T., M.Eng, dan Bapak Dr. Imam Faisal Pane S.T., IPM,
5. Bapak dan Ibu Staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik
7. Saudara saya yang di Bogor dan Yogyakarta yaitu Tiara Elok dan Tika serta
untuk semua Pakde saya yang selalu memberikan doa, dukungan dan kasih
Andita Retnoningrum, Diandra Fakhira, Abduh, Nurul Izza, Azura Tia, Deni
Saadah, Putri Ayu, dan Franssisco yang telah memberikan waktu, tenaga
11. Seluruh sahabat dan kerabat yang tidak dapat saya tuliskan satu persatu atas
kritik yang membangun agar Tugas Akhir ini dapat lebih baik lagi. Penulis
berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat baik pada penulis pada
Pratiwi Ningtyas
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5
1.5. Batasan Penelitian ...................................................................................... 6
1.6. Kerangka Berfikir ...................................................................................... 7
1.7. Sistematika Penulisan ................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 10
2.1. Arsitektur ................................................................................................... 10
2.2. Sejarah Perkembangan Arsitektur Indonesia ............................................. 12
2.3. Arsitektur Kolonial Belanda ...................................................................... 13
2.4. Sejarah Kolonial Belanda Di Indonesia ..................................................... 15
2.5. Perkembangan Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia......................... 16
2.6. Periodesasi Arsitektur Kolonial Belanda ................................................... 17
2.6.1. Arsitektur Indische Empire Style (Abad 18-19) ................................. 17
2.6.2. Arsitektur Transisi (1890-1915) ......................................................... 19
2.6.3. Arsitektur Kolonial Modern (1915- 1940) ......................................... 20
2.7. Karakteristik Arsitektur Kolonial Belanda ................................................ 22
2.8. Sejarah Bangunan Kantor Pos Besar Medan ............................................. 33
2.9. Sejarah Bangunan Lawang Sewu Semarang ............................................. 35
DAFTAR TABEL
NO JUDUL HALAMAN
5.1. Karakteristik Fisik Arsitektur Kolonial Belanda Di Kantor Pos Besar Medan
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL HALAMAN
5.1. Bentukan Gable Pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan ......................... 59
5.2. Bentukan Gevel Pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan ......................... 60
5.3. Gevel Di Tiap Sisi Bangunan ....................................................................... 61
5.4. Tower dan Dormer Pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan .................... 63
5.5. Tampak Atas Kantor Pos Besar Medan ....................................................... 63
5.6. Balustrade Pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan.................................. 65
5.7. Tympanum Pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan ................................ 66
5.8. Geveltoppen puncak pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan .................. 67
5.9. Ragam Hias Luar Pada Bangunan Kantor Besar Medan ............................. 68
5.10. Ragam Hias Dalam Pada Bangunan Kantor Besar Medan ........................ 70
5.11. Lantai Marmer Pada Kantor Besar Medan ................................................ 70
5.12. Tampak Bangunan Pada Kantor Pos Besar Medan.................................... 71
5.13. Denah Bangunan Pada Kantor Pos Besar Medan ...................................... 72
5.14. Kolom Dalam Bangunan Pada Kantor Pos Besar Medan .......................... 73
5.15. Kolom luar Bangunan Pada Kantor Pos Besar Medan .............................. 73
5.16. Entrance Duan Daun Pintu Pada Kantor Pos Besar Medan ....................... 74
5.17. Jendela Kayu Pada Kantor Besar Medan ................................................... 75
5.18. Bentukan Gable Gedung A dan B Pada Lawang Sewu Semarang ............ 82
5.19. Bentuk Gevel Pada Lawang Sewu Semarang ............................................ 83
5.20. Tower Pada Lawang Sewu Semarang ........................................................ 84
5.21. Atap Dormer Pada Lawang Sewu Semarang ............................................. 85
5.22. Balustrade Bangunan A dan C Pada Lawang Sewu Semarang.................. 86
5.23. Tympanum Lawang Sewu Semarang......................................................... 87
5.24. Geveltoppen Dipuncak Tower Lawang Sewu Semarang........................... 88
5.25. Seniman Bernama Johannes Lourens Schouten ......................................... 89
5.26. Kaca Patri Lawang Sewu Semarang .......................................................... 90
5.27. Lantai marmer Lawang Sewu Semarang ................................................... 92
5.28. Keterangan Gedung A-D Lawang Sewu Semarang ................................... 94
5.29. Denah Gedung A Lawang Sewu Semarang ............................................... 95
5.30. Fasad Simetris Lawang Sewu Semarang ................................................... 96
5.31. Kolom-kolom Lawang Sewu Semarang .................................................... 97
BAB I
PENDAHULUAN
dalam berbagai segi kehidupan. Hal tersebut antara lain dapat dilihat dalam
Perkantoran (Kantor Pos, Bank, Pengadilan) Stasiun, Rumah Sakit, Gereja dan
sebagainya.
Indonesia yang dirancang sesuai dengan iklim setempat bergaya art-deco dengan
satunya Kota Medan dan Kota Semarang. Bangunan yang terdapat di Nusantara
(Indonesia) memiliki bentuk fisik dan kesamaan ciri yang ada pada karakteristik
bangunan kantor kolonial Belanda tersebut diantaranya adalah (1) Kantor Pos
Besar di Medan (2) Lawang Sewu di Semarang (3) Kantor Stasiun Percobaan
(AVROS) di Medan.
terbagi menjadi dua bagian. Bagian yang berasal dari penduduk lokal dan bagian
yang merupakan hasil dari cipta karya pendatang orang asing, karena proses dari
imposisi kota yang mereka hasilkan. Oposisi antara belahan campuran dan asing
berakar pada sifat komunitas kolonial yang menekan dan karena hal ini, kota
dengan bangunan kolonial sering kali dikatakan sebagai kota duality atau kota
dengan gaya Eropa (art-deco) dan memiliki nilai sejarah tinggi pada bangunannya.
Kedua bangunan dalam penelitian ini dinilai memiliki beberapa kesamaan dalam
bentuk arsitekturalnya. Kantor Pos Besar Medan yang berada di sudut Jalan Balai
Kota Medan dibangun pada tahun 1911 diarsiteki oleh Ir. Simon Snuyf. Beliau
berasal dari Belanda. Bangunan Kantor Pos Besar Medan memiliki keunikan pada
Bojongwenf dan Semarang Naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal) juga
memiliki keunikan dengan julukan seribu pintu tersebut dibangun pada tahun
1902 diarsiteki oleh Prof. Klinkhamer dan B.J.Quendag yang berasal dari
kolonial Belanda yang berfungsi sebagai Kantor merupakan salah satu bangunan
Hingga kini, bangunan Kantor Pos Besar Medan masih berdiri kokoh di
Medan dan mempertahankan fungsinya hingga saat ini, dan bangunan Lawang
kereta api Hindia-Belanda yang sekarang beralih fungsi menjadi museum. Kantor
Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang memiliki ciri karakteristik
arsitektur kolonial Belanda dengan gaya Eropa yang dapat dilihat dari segi fisik
bangunan bagian dalam maupun bagian luar. Bangunan Kantor Pos Besar dan
masih asli serta utuh dengan baik. Karakteristik yang dimiliki memiliki ciri-ciri
karakteristik dari tiga periode yang ada di Indonesia yaitu; Indische Empire style
(1915-1940).
dalam karakteristik kolonial Belanda yang diterapkan pada bangunan Kantor Pos
Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang. Karakteristik yang ada, penting untuk
yang masih ada sampai saat ini di kota Nusantara, serta dapat menjadi tolak ukur
inspirasi perencanaan arsitektur pada masa kini dan masa mendatang dengan
Belanda yang terdapat pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang
Sewu Semarang?
pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang?
kolonial Belanda yang terdapat pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan
terdapat pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
Semarang.
bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang. Hasil penelitian
di Indonesia. Hal ini juga menawarkan kontribusi yang tepat dalam penelitian
kalangan masyarakat baik secara teoritis maupun secara praktis. Dalam teoritis
kolonial Belanda terutama yang terdapat di bangunan Kantor Pos Besar Medan
dan Lawang Sewu Semarang. Sedangkan manfaat praktis dari hasil penelitian ini
kolonial Belanda dari aspek fisik bangunan bagian luar dan dalam bangunan
Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang antara lain; Geble, Gevel,
Ragam Hias Pada Tubuh Bangunan, Ragam Hias Material Logam, Denah
Berjajar, Cripedoma, Material Batu Bata dan Kayu (Tanpa Pelapis), Cripedoma,
LATAR BELAKANG
Bangunan kolonial Belanda yang terdapat di wilayah Nusantara sebagian besar memiliki
karakteristik yang khas dari arsitektur kolonial Belanda. Arsitektur kolonial Belanda di Indonesia yang
dirancang sesuai dengan iklim setempat dengan perletakan disudut kota ini dapat ditemukan di wilayah
Nusantara (Indonesia) salah satunya kota Medan dan kota Semarang. Bangunan yang terdapat di
Nusantara (Indonesia) memiliki bentuk fisik dan kesamaan ciri yang ada pada karakteristik kolonial
Belanda terutama pada jenis bangunan kantor.
TINJAUAN PUSTAKA
KESIMPULAN DAN
SARAN
Gambar 1.1
penelitian ini terdiri dari 6 (enam) bab, uraian masing-masing bab adalah sebagai
berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
sistematika penulisan.
Bab kajian pustaka ini berisi tentang teori yang akan digunakan untuk
objek penelitian.
untuk mengkaji pokok permasalahan dan kasus studi yang diteliti. Hasil
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil dan pembahasan pada
Bab V.
BAB-II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arsitektur
Kata arsitektur dalam bahasa Yunani yaitu ’archi’ yang berarti kepala,
ketua dan tecton yang berarti tukang, sehingga architecton berarti kepala tukang,
merujuk kepada profesi, kemahiran dan keahlian menukang dalam hal bangunan.
Budihardjo, 1997).
Arsitektur adalah cerminan dari kebudayaan, oleh karena itu, dari sebuah
karya arsitektur, kita dapat mengetahui latar belakang budaya satu bangsa,
(Hidayatun, 2005)
melaksanakan kegiatan tertentu. Arsitektur juga berarti seni bangunan, ilmu yang
ilmu). Pengertian yang lebih luas dan menyeluruh jika dibandingkan dengan
dengan peradaban manusia itu sendiri. Sejak surutnya masa kejayaan kebudayaan
Hindu dan Islam di Indonesia, pada masa kolonial awal pembangunan perumahan
hidup dengan aman, nyaman, bermanfaat, dan dapat memberikan kenikmatan, dan
rasa kebahagiaan.
bahwa arsitektur adalah suatu teknik merancang dan merencanakan ruang sebagai
wadah aktifitas kehidupan manusia yang nyaman dan memberikan rasa aman serta
secara umum periodesasi sejarah budaya Indonesia dibagi atas tiga bagian besar
yaitu Zaman Hindu-Budha, Zaman Islamisasi dan Zaman Modern, dengan proses
Matesih, Pasirangin.
peradapan Islam (bisa termasuk arsitektur lokal atau tradisonal, dan pra modern)
candi-candi. Hal ini, ditunjukkan dari berbagai keterangan pada relief candi-candi
dimana terdapat informasi tentang arsitektur lokal atau tradisonal (Isnen Fitri,
2006).
(Barat) dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam tata kota dan bangunan.
Para pengelola kota dan arsitek Belanda banyak menerapkan konsep lokal atau
yakni gaya yang berorientasi pada gaya arsitektur klasik Yunani dan Romawi. Ciri
menonjol terletak pada bentuk dasar bangunan dengan trap-trap tangga naik
ornamen pada kapitalnya. Bentuk pedimen, yakni bentuk segi tiga berisi relif
budaya Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan
diperuntukkan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia, pada masa sebelum
kemerdekaan. Arsitektur yang hadir pada awal masa setelah kemerdekaan sedikit
banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial, disamping itu juga adanya pengaruh
dari keinginan para arsitek untuk berbeda dari arsitektur kolonial yang sudah ada
(Safeyah, 2006).
budaya Barat dan Timur. Arsitektur ini hadir melalui karya arsitek Belanda dan
diperuntukan bagi bangsa Belanda yang tinggal di Indonesia pada masa sebelum
Netherland tahun 1624-1820. Ciri-cirinya yakni (1) fasade simetris, (2) material
dari batu bata atau kayu tanpa pelapis, (3) entrance mempunyai dua daun pintu,
(4) pintu masuk terletak di samping bangunan, (5) denah simetris, (6) jendela
besar berbingkai kayu, (7) terdapat dormer (bukaan pada atap) (Wardani, 2009).
dengan yang lain. Beberapa pendapat mengenai arsitektur kolonial Belanda, maka
perdagangan bilateral yang dilakukan oleh persekutuan dagang Hindia Timur atau
pada tahun 1511, setelah Malaka ditaklukkan oleh Postugis, sasaran berikutnya
adalah kepulauan Maluku yang berpusat dikepulauan Banda dan Ternate dengan
dan perusahaan Belanda yang dikenal sebagai VOC lalu kemudian meluas pada
mendirikan pos-pos dagang yang terdiri dari gudang, penginapan bagi pedagang
berkembang pulau kota Batavia sebagai merupakan cikal kota Jakarta sekarang
ini.
Indonesia adalah Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris dan
biasanya terletak dekat dengan pelabuhan. Dinding bangunan terbuat dari kayu
dan papan dengan penutup atap ijuk. Namun karena sering terjadi konflik
bahan batu bata. Batu bata dan para tukang didatangkan dari negara Eropa.
lainnya dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara
asal mereka. Dari era ini pulalah mulai berkembang arsitektur kolonial Belanda di
bangunan mereka dengan bentuk-bentuk yang lebih tepat dan dapat meningkatkan
oleh Belanda. Pada tahun 1865 oleh karena jarak yang jauh dan komunikasi yang
modern di Belanda tidak sampai gemanya ke Indonesia. Pada saat itu, di Hindia
Jendral Hw yang dikenal dengan the Empire Syle,atau The Ducth Colonial Villa.
Indonesia di awal abad ke-20. Pada mulanya gaya arsitektur tersebut muncul di
Munculnya gaya arsitektur tersebut adalah sebagai akibat suatu kebudayaan yang
diperkenalkan oleh Herman Willen Daendels saat dia bertugas sebagai Gubernur
adalah suatu arsitektur yang berkembang pada pertengahan abad ke-18 sampai
akhir abad ke-19. Arsitektur Indische Empire Style pada mulanya muncul di
daerah pinggiran kota Batavia (Jakarta), munculnya gaya tersebut sebagai akibat
Indische secara harfiah berarti “Indies” atau Hindia. Kebudayaan Indische adalah
China peranakan.
Empire Style antara lain; Denahnya berbentuk simetris, ditengah terdapat “central
room” yang terdiri dari kamar tidur utama dan kamar tidur lainnya. “central room”
tersebut berhubungan langsung dengan teras depan dan teras belakang (voor galeri
dan achter galeri). Teras tersebut biasanya sangat luas dan diujungnya terdapat
barisan kolom yang bergaya Yunani (Doric, Ionic, Corinthian). Dapur, kamar
mandi atau WC, gudang dan daerah service lainnya merupakan bagian yang
terpisah dari bangunan utama dan letaknya ada dibagian belakang. Kadang-
kamar tidur tamu. Kalau rumah tersebut berskala besar biasanya terletak pada
sebidang tanah yang luas dengan kebun di depan, samping dan belakang.
Bangunan Indische Empire Style memiliki tembok yang tebal, langit-langit tinggi,
(2006), memiliki karakter konstruksi atap perisai dengan penutup atap genteng,
bahan bangunan konstruksi utamanya adalah batu bata (baik kolom maupun
perubahan sosial akibat dari kebijakan politik pemerintah kolonial waktu itu juga
gaya arsitektur pada jaman transisi atau peralihan dari gaya arsitektur “Indische
Empire” (abad 18-19) menuju arsitektur “Kolonial Modern” (setelah 1915) sering
terlupakan karena waktu yang relative singkat (1890-1915). Hal yang sama terjadi
1960-an, timbul bentuk atau gaya yang disebut “arsitektur jengki” yang relative
modern” sesudah tahun 1915, terdapat apa yang disebut sebagai gaya arsitektur
transisi. Gaya arsitektur transisi ini sering luput dari penglihatan sejarawan
dengan arsitektur “Indische Empire”. Ciri-ciri seperti adanya teras depan dan teras
belakang serta ruang utama. Masing terdapat bangunan samping yang sering
disebut “paviliun”. Arsitektur transisi ini sudah tidak tampak kolom-kolom atau
pilar dengan daya Yunani yang menjadi ciri khas gaya “Indische Empire”
arsitektur Belanda yang terletak ditepi sungai muncul kembali, ada usaha untuk
memberikan kesan romantis pada tampak dan ada usaha untuk membuat menara
(tower). Atap pelana dan perisai dengan penutup genteng masih banyak dipakai
dan ada usaha untuk memakai konstruksi tambahan sebagai ventilasi pada atap
(dormer).
atap pelana dan perisai, penutup atap genteng, pemakaian ventilasi pada atap
(dormer), bentuk atap tinggi, penggunaan bentuk lengkung, kolom order yunani
sudah mulai ditinggalkan, kolom-kolom sudah memakai kayu dan beton, dinding
pemikul, Bahan bangunan utama bata dan kayu dan pemakaian kaca (terutama
Pada awal abad 20, arsitek-arsitek yang baru datang dari luar negeri Belanda
Aliran baru ini, semula masih memegang unsur-unsur mendasar bentuk klasik,
yang dilontarkan oleh Arsitek-arsitek Belanda sesudah tahun 1900 atas Empire
Belanda, mereka mendapatkan suatu gaya arsitektur yang cukup asing, karena
sambutan di Belanda.
sesuai dengan anjuran kreatifitas dalam arsitektur modern. Bentuk simetri banyak
dihindari, pemakaian teras keliling bangunan sudah tidak dipakai lagi, sebagai
kesan tampak arsitektur gaya “Indische Empire” (tampak tidak simetri lagi),
Design”. Bentuk atap masih didominasi oleh atap pelana atau perisai, dengan
bahan penutup genteng atau sirap. Sebagian bangunan dengan konstruksi beton,
memakai atap datar dari bahan beton yang belum pernah ada pada jaman
(2006), antara lain; menggunakan atap datar dari bahan beton, pemakaian gevel,
sudah mulai memakai bahan kaca dalam jumlah yang besar, penggunaan warna
putih yang dominan, dinding hanya berfungsi sebagai penutup dan penggunaan
Karakteristik dapat dipahami sebagai satu atau sejumlah ciri khas yang terdapat
pada individu atau kelompok tertentu yang dapat digunakan untuk membedakan
arsitektural atau susunan elemen dasar yang terangkai sehingga membuat objek
tersebut mempunyai kualitas atau kekhasan yang membedakan dengan objek lain.
Menururt Isnen Fitri (2006) secara umum, ciri dan karakteristik arsitektur
(4) penyesuaian bangunan terhadap iklim tropis basah, ventilasi yang lebar dan
tinggi, membuat serambi sepanjang bangunan sebagai antisipasi dari hujan dan
sinar matahari.
bangunan kolonial ini dapat terlihat secara fisik dan non fisik. Krakteristik fisik
(lantai, dinding, dan atap), serta ragam hias dari bangunan tersebut. Berikut
Handinoto 1996).
Gable dan gevel bagian bentukan segitiga, vertical ujung atas dari
bangunan yang atapnya pelana (dua sisi miring), setengah lingkaran dan persegi.
Gable dan Gevel ini biasa terletak di atas atap bangunan dan akan terlihat
ditampak bangunan. Gable dan Gevel berfungsi sebagai ventilasi masuknya udara
kedalam ruangan.
Berbagai Bentuk Gable (Handinoto 1996) Berbagai Bentuk Gevel (Handinoto 1996)
Tower merupakan ujung dari sebuah bangunan dari atap bangunan yang
memiliki bentuk yang sangat beragam, mulai dari bentuk kotak segi empat, segi
sebagai penanda pintu masuk bagian depan bangunan dan tempatnya di paling
atas .
Gambar 2.3.
Nok merupakan hiasan puncak atap terletak di atas atap yang biasanya
digunakan sebagai penghias atap rumah-rumah para petani terbuat dari daun
bahan semen.
Gambar 2.4.
IV. Dormer
bentukkan yang menjulang tinggi keatas dan besar. Dormer dipadukan dengan
adanya gable diatasnya memiliki fungsi untuk penghawaan dan pencahayaan pada
Gambar 2.5.
Petunjuk arah terletak di atas tower atau atap yang berfungsi sebagai
petunjuk arah angin, biasanya diletakkan diatas nok dandapat berputar mengikuti
arah angin.
Gambar 2.6.
VI. Balustrade
bagian sebagai hiasan dari bawah keatas; architrave, frieze, dan cornice. Ukuran
dan porporsi berbeda dari setiap aliran yang ada (dorik, ionic, korintein).
Balustrade biasa terletak dibagian depan pintu sebagai teras dan memiliki fungsi
Gambar 2.7.
VII. Tympanum
yang berbentuk segitiga (kadang juga setengah lingkaran) diatas pintu, jendela
atau portico di Indonesia banyak digunakan pada bagian atas portico, bentukan
atap, serta diatas pintu dan jendela. Tympanum juga sebagai lambang dari masa
Gambar 2.8.
VIII. Geveltoppen
gevel atau tower. Hiasan yang dipatahkan seringkali berupa huruf yang distilisasi
sehingga menjadi motif ragam hias. Bentuk segitiga pada bagian depan rumah
disebut voorschot, yang dihias dengan papan kayu yang dipasang vertikal yang
“M” atau bunga tulip atau leli. • Oelebord/uilebord/oelenbret, berupa papan kayu
berukir. • Hiasan berupa Makelaar, yaitu papan kayu berukir, panjang 2m,
ditempel secara vertikal, diwujudkan seperti pohon palem, orang berdiri, dan
sebagainya.
Gambar 2.9.
Hiasan logam yang melengkapi bangunan rumah dari bahan besi seperti
pagar serambi (stoep), penyangga atap pada bagian depan rumah (kerbil),
penunjuk arah mata angin, lampu taman, lampu ruangan, dan kursi kebun.
Gambar 2.10.
Ragam hiasan biasanya berupa lubang angin di atas pintu atau jendela
hiasan pada tubuh bangunan;• Adanya ornamen ikal-ikal sulur tumbuhan berakhir
membentuk lambing Aries ram yaitu kambing bertanduk. • Kolom Doric, Ionic,
Korinthia, Komposit. • Gaya Doric, sesuai dengan watak dan jiwa bangsa Doria
yang berjiwa militer, cocok sebagai hiasan bangunan pemerintahan atau penguasa.
• Gaya Ionic, bangsa Ionia menyukai keindahan dan keserasian. • Gaya Korinthia,
Gambar 2.11.
yang terletak dibagian atas atap. Di Belanda, digantikan dengan cerobong asap
semu yang berukuran pendek atau diwujudkan hiasan batu berukir ragam hias
bunga.
Gambar 2.12.
dua jalur kolom (ruang) dengan koridor di tengah bangunan, sehingga terbentuk
garis simetri bangunannya. Penataan ini sesuai dengan studi yang menunjukkan
mengenai pola simetris bangunan kolonial. Aspek simetris pada bangunan dapat
dilihat secara sebagian, dalam arti simetris pada unit ruang. Aspek simetris dapat
terlihat pada tatanan fasad, yang terdiri atas penataan pintu dan jendela utama.
dibagian fasad serta sebagian kolom menerapkan perkembangan dari gaya klasik
Gambar 2.13.
yang seimbang serta bentuk yang terpusat menurut skala, wujud dan perketakkan
unsur-unsur fasad bangunan seperti pada kolom, jendela, serta tower dan memiliki
nilai yang tinggi pada entrance sebagai komposisi yang dominan pada fasad
bangunan.
Gambar 2.14.
pintu dengan 2 daun pintu. Sedangkan pintu lain didalam ruangan menggunakan
pintu dengan 1 daun pintu. Serta tipe rumah Kolonial memiliki ciri-ciri pintu
Gambar 2.15.
XVII. Cripedoma
bangunan (untuk masuk kebangunan melewati beberapa tingkat tangga). Trap ini
Gambar 2.16.
bingkai kayu. Terdapat 3 tipe bentuk jendela yaitu jendela tunggal dengan bukaan
satu arah, jendela rangkap ganda yaitu jendela dengan dua rangkap (kayu diluar,
kaca didalam), dan jendela ganda yaitu jendela dengan dua bukaan keluar.
Gambar 2.17.
diikuti oleh pembangunan sejumlah infrastruktur, seperti jalur kereta api dan
tembakau adalah pembangunan Kantor Pos Besar Medan. Kantor Pos Besar
Medan merupakan bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di
Gambar 2.18.
budaya Kota Medan yang dilindungi dalam Perda Kota Medan No.2 Tahun 2012
ini dibangun pada tahun 1909-1911 oleh seorang arsitek bernama Ir. Simon Snuyf
dengan tinggi 20 meter, Panjang 60 meter dan Lebar 20 meter. Bangunan tersebut
dibangun sebagai fungsi kantor pos dari awal berdirinya hingga saat ini.
Diatas bangunan bertuliskan ANNO 1911 yang menjadi salah satu bukti tahun
memiliki aspek historis yang kental terutama dari segi bentuk arsitektur
bangunannya yang sangat unik dan nampak sekali sudah sangat lama dan berbeda
Gambar 2.19.
kawasan Tugu Muda, Kota Semarang. Nama Lawang Sewu Merupakan gedung
berpintu banyak, julukan tersebut merupakan dalam Bahasa Jawa yang diberikan
masyarakat Semarang sejak puluhan tahun lalu. Lawang artinya pintu, dan Sewu
artinya seribu. Karena sulit dihitung maka jumlahnya dianggap seribu. Gedung ini
dibangun oleh NIS di Semarang pada tahun 1904 dan diresmikan pada tahun 1907
sebagai kantor pusat administrasi kereta api di Jawa Tengah atau Het
pusat administrasi NIS pada tahun 1862 dan perusahaan kereta api swasta
perusahaan kereta api swasta dari Belanda yang memperoleh konsesi dari
Pada awalnya, NIS tidak berniat membangun jalan rel untuk kereta api
antar kota di pantai utara Jawa Timur ini karena saat itu daerah ini masih banyak
rawa, hutan belukar, tanahnya lembek dan jumlah penduduknya sedikit. Namun
rel ini karena perusahaan kereta api ini sudah menjadi besar berkat angkutan gula,
tembakau, kayu dan lain-lain yang berlimpah dari wilayah Solo, Yogyakarta dan
Samarang NIS. Pertumbuhan Jaringan yang pesat itu, dengan sendirinya diikuti
aktivitas yang juga menjadi semakin sibuk, Demikian pula jumlah personil teknis
Samarang NIS tidak lagi memadai. Sebagai jalan keluar sementara NIS menyewa
beberapa bangunan milik perorangan. Tetapi karena dirasa tidak efisien dan lokasi
kantor di Stasiun Samarang NIS berada di kawasan rawa-rawa yang kurang sehat,
Pilihan jatuh ke lahan yang pada jaman itu berada di pinggir kota berdekatan
dengan kediaman Residen. Lahan untuk kantor ini terletak di ujung Bodjongweg
Bodjongweg dan Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal). NIS
Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J. Ouendag, seorang arsitek di
Amsterdam.
Gambar 2.20.
Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di
Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat
lima bangunan yang dibangun secara bertahap dan dibangun dengan gaya
tahun, bangunan kantor ini dirasa tidak memadai lagi untuk menampung aktifitas
gedung baru di sisi Timur Laut. Rancang bangun gedung baru berukuran 23 m x
1916-1918.
Gambar 2.21.
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu ciri dalam desain pada bangunan tersebut. Penelitian ini merupakan studi
untuk memahami hasil kajian arsitektur pada bangunan bersejarah pada Kantor
Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang. Tujuan utama pada penelitian ini
Belanda pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang.
pada segi fisik bangunan arsitektur kolonial agar dapat mengetahui karakteristik
fisik arsitektur kolonial Belanda yang terdapat pada Kantor Pos Besar Medan dan
data deskriptif.
menggunakan sumber data yang didapat melalui lisan dan tertulis. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data antara lain studi literatur,
tentang bangunan Kantor Pos Besar Medan, sedangkan data Lawang Sewu
Semarang didapatkan melalui studi literatur. Data-data yang didapat berupa data
pengumpulan data.
melalui buku dan jurnal, mencari sumber informasi melalui media elektronik
(internet).
3.2.2. Observasi
cara yaitu observasi langsung dan observasi tidak langsung. Observasi langsung
sedangkan observasi tidak langsung dilakukan dengan cara mengamati objek yang
lokasi penelitian dan bangunan sekitar sebagai acuan dasar dalam memahami
lapangan. Observasi yang dilakukan yaitu berupa aspek fisik dari karakteristik
arsitektur kolonial Belanda yang terdapat pada bangunan Kantor Pos Besar
Medan dan Lawang Sewu Semarang. Karakteristik kolonial Belanda yang akan
observasi yaitu; Geble Atau Gevel, Tower Atau Menara, Dormer, Cerobong Asap
Kayu, Kolom Kolom Berjajar, Cripedoma, Material Batu Bata dan Kayu
(Tanpa Pelapis), Cripedoma, Nok Acroterie (Hiasan Puncak Atap), dan Windwijer
(Petunjuk Angin).
Karakteristik yang ada dapat dilihat dari fisik bangunan Kantor Pos Besar
Medan dan Lawang Sewu Semarang baik dari luar bangunan maupun dalam
persamaan dan perbedaan bentuk, fungsi dan perletakan. Karakteristik yang ada
juga menyamakan dengan karakteristik pada kemasing tiga periode yaitu; Indische
KolonialModern (1915-1940).
3.2.3. Wawancara
pada peneliti. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan individu yang
akan menjadi informan kunci yaitu Human Capital Supervisior Kantor Pos Besar
pertanyaan mengenai sejarah bangunan dan data fisik bangunan berkaitan dengan
1. Wawancara Terstruktur
diperlukan untuk memenuhi pengumpulan data berupa perekam suara dan kamera.
Belanda pada bangunan Kantor Pos Besar dan Lawang Sewu Semarang yaitu:
1. Siapa dan pada tahun berapa bangunan Kantor Pos Besar Medan dan
2. Dimana lokasi bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
3. Apa saja karakteristik fisik arsitektur kolonial Belanda yang terdapat Kantor
4. Apa saja karakteristik yang paling dominan atau menarik dari bangunan
5. Apakah ragam hias pada dinding yang dimiliki ada kaitan dari
fungsi bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang?
6. Apakah fungsi dari bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
7. Apa arsitektur yang digunakan dari bangunan Kantor Pos Besar Medan
10. Apa saja persamaan dan perbedaan karakteristik fisik arsitektur kolonial
Belanda pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang?
Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang dengan menggunakan media
kamera. Foto atau survey visual yang diambil berupa; Geble Atau Gevel, Tower
Cripedoma, Material Batu Bata dan Kayu (Tanpa Pelapis), Cripedoma, Nok
foto- foto hasil survey lapangan dapat dijadikan dalam kajian serta mendeskripsi
mengenai karakteristik arsitektur kolonial Belanda pada Kantor Pos Besar Medan
yang didapatkan melalui dokumen data terkait pembahasan dan studi literatur
(data sekunder). Data lainnya diapatkan dari sumber langsung melalui tindakan
wawancara, observasi dan dokumentasi (data primer). Dalam hal ini, peneliti
menggunakan kedua sumber data pada bangunan Kantor Pos Besar Medan yaitu
data primer dan sekunder untuk memperoleh data penelitian. Namun, pada
Data primer adalah data utama yang diperoleh dari berbagai sumber yang
tangan pertama. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah pengelola Kantor
atau pelaku yang memahami atau menguasai tentang objek penelitian dan data
fisik yang terdapat pada bangunan tersebut melalui pengamatan langsung berupa
dokumentasi.
pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang, dalam hal
persyaratan dan tujuan tertentu seperti memiliki data yang valid, bersedia
memberikan informasi yang tepat dan lengkap, dan memiliki pengetahuan terkait
Dalam penelitian ini, pada bangunan Kantor Pos Besar Medan peneliti
melakukan wawancara kepada satu orang yaitu Human Capital Supervisior yang
berperan dalam memberikan izin untuk dapat mengamati secara langsung objek
kepada pihak pemandu Lawang Sewu Semarang yang menjadi narasumber dalam
ada dan arsitektur yang diterapkan pada bangunan Lawang Sewu Semarang.
informasi dari sumber data primer. Data sekunder mengacu pada kumpulan
informasi yang didapat berdasarkan data yang telah ada. Data sekunder antara lain
melalui jurnal, skripsi dan buku yang terkait dengan pembahasan dan permasalan
penelitian.
Metode kualitatif yang menjadi dasar peneliti dalam menginterpretasi data dan
metode analisa data secara deduktif yaitu dengan menganalisis teori-teori yang
kolonial Belanda berdasarkan dari bentukan, fungsi dan perletakan pada bangunan
Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang. Adapun tahapan-tahapan
untuk menganalisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu :
tahap ini, data studi pustaka yang telah dikumpulkan dianalisa dengan hasil
arsitektur kolonial Belanda pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang
Sewu Semarang.
kolonial Belanda yang terdapat pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang
Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang terkait karakteristik
BAB IV
bersejarah kolonial Belanda dengan gaya Eropa pada Kantor Pos Besar Medan
dan Lawang Sewu Semarang. Kedua bangunan tersebut menjadi pilihan objek
Bangunan Kantor Pos Besar Medan ini terletak di Jalan Balai Kota Kelurahan
kesawan, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dengan
Bodjongweg dan Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal) Provinsi
Jawa Tengah.
Gambar 4.1
Tugu
Muda
Semarang
Gambar 4.2
4.2. Deskripsi Bangunan Disekitaran Kantor Pos Besar Medan dan Lawang
Sewu Semarang
Kantor Pos Besar dengan bangunan sekitarnya. Antara lain sebagai berikut:
❼ ❽❾❿
❻
2. Bank Indonesia ❺ 10. Caffe
❹
❸
❷ ⓫
3. Grand Inna ❶ 11. Lapangan Merdeka
berikut:
❷ ❸
Tugu ❹
Muda
❶
Semarang
❶ ❹
4.3. Deskripsi Transportasi Menuju Kantor Pos Besar Medan dan Lawang
Sewu Semarang
beberapa pilihan angkutan umum yaitu: becak, taxi, bus serta jasa online. Bisa
menggunakan beberapa pilihan kendaraan seperti kendaraan pribadi, bus, taxi dan
jasa online.
❶ ❸
❹
❷
Gambar 4.5.
BAB V
Medan
Belanda dengan gaya bangunan art-deco yang dapat dilihat pada Fisik
Tabel 5.1. Karakteristik Fisik Arsitektur Kolonial Belanda Di Kantor Pos Besar Medan
dan Ketiga Periode di Indonesia
Atap)
IV Dormer
V Windwijer (Petunjuk
Angin)
VI Balustrade
VII Tympanum
VIII Geveltoppen
XI Cerobong Asap
Semu
Pelapis)
XV Fasade Simetris
XVII Cripedoma
XVIII Jendela Berbingkai
Kayu
Dari tabel 5.1 di atas, pada sub bab 5.2 akan menjelaskan dan
bentukan, perletakan dan fungsi karakteristik yang terdapat di Kantor Pos Besar
Medan. Karakteristik fisik arsitektur kolonial Belanda pada Kantor Pos Besar
Geveltopen, Ragam Hias Material Logam, Ragam hias Pada Tubuh Bangunan,
Denah Simetris, Kolom-Kolom Berjajar, Fasad Simetris, Entrance Dua Pintu Dan
berdasarkan bentukan, fungsi dan perletakan yang terdapat di Kantor Pos Besar
bernama Ir. Simon Snuyf yang dulu merupakan Direktur Jawatan Pekerjaan
karakteristik arsitektur kolonial Belanda yang dapat dilihat dari fisik bangunanya.
Bangunan megah yang berdiri disudut lapangan merdeka ini memiliki luas
bangunan 1200 M² dengan tinggi 20 meter, Panjang 60 meter dan Lebar 20 meter.
Karakteristik fisik yang dimiliki berupa Gable. Gable pada Kantor Pos Besar
bukaan. Perletakan geble pada Kantor Pos Besar Medan mengelilingi atap yang
berbentuk persegi delapan. Gable yang dipadukan dengan jendela bukaan ini
difungsikan sebagai ventilasi udara agar suasana bangunan Kantor Pos Besar
Medan tidak panas. Gable pada bangunan akan terlihat jelas dari bagian depan
Gambar 5.1.
Bentukan Gable Pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan (Penelitian, 2019)
Gevel yang terdapat pada bangunan Kantor Pos Besar akan terlihat jelas di
Gevel berbentuk segitiga dengan warna dominan putih dan orange serta memiliki
jendela setengah lingkaran terbuat dari kayu dan sebagian jendela menggunakan
jerjak besi. Bukaan banyak terdapat pada gevel guna untuk udara dan sinar
matahari yang masuk ke dalam bangunan tidak terlalu besar. Gevel dengan posisi
hujan tidak langsung mengenai bagian depan gevel. Perletakkan gevel dibagian
mengelilingi dormer sebagai tanda bagian entrance atau pintu masuk bangunan.
Gambar 5.2.
Bentukan Gevel Pada Bangunan Kantor Pos Besar Medan (Penelitian, 2019)
Posisi gevel dapat terlihat pada gambar diatas. Posisi gevel yang berbeda
jalan Balai Kota Medan. Masing-masing gevel memiliki bentukan sama yaitu
segitiga. Gevel memiliki warna orange mengenalkan warna khas dari sebuah
pengiriman barang atau pos. Warna putih yang digunakan sebagai tanda tidak
Gambar 5.3.
Gable dan gevel pada bangunan Kantor Pos Besar Medan sering di
dipertegas oleh hasil wawancara dengan pihak Kantor Pos Besar Medan yang
menyatakan:
kolonial Belanda. Dapat kita lihat pada bagian tampak bangunan memiliki
bentukan atap kecil-kecil yang dinamakan gevel atau gable di tiap sisi atap yang
berbentuk segi delapan. Warna pada bangunan ini dominan orange yang
melambangkan dari bangunan ini yaitu Pos. Serta sebuah kesepakatan bahwa pos
Tower yang terdapat Kantor Pos Besar Medan ini berbentuk segi delapan.
Indonesia mulai tahun 1900-an sampai tahun 1940-an (Hadinoto 1996). Tower
kecil pada tower sebagai ornament dan memiliki fungsi untuk penghawaan serta
pencahayaan pada bangunan agar ruangan tidak panas, hal ini menyesuaian
iklim tropis. Tower juga sebagai penanda entrance bangunan atau pintu utama
bangunan.
Tower ini berdiri diatas atap dormer, jika dari fasad dormer pada bangunan
Kantor Pos Besar Medan berbentuk segidelapan dan ukuran yang lebih besar dari
gevel dan gable. Dormer dilihat dari dalam akan tampak megah yang disebut
berbahan genteng di setiap sisinya dekelilingi oleh gable dengan bentuk persegi.
Atap Dormer
Gambar 5.4.
Tower dan Dormer Pada Kantor Pos Besar Medan (Penelitian, 2019)
Gambar 5.5.
Jika dilihat dari atas bangunan, atap dormer berbentuk segi delapan dengan
Bentukan sangkar burung diartikan sebagai fungsi bangunan yaitu Pos. Hal
tersebut dipertegas oleh hasil wawancara dengan pihak Kantor Pos Besar Medan
yang menyatakan:
“Bangunan ini yang besar ini dinamakan tower yang di fungsikan dari
dalam sebagai tempat berkumpul yang bernama vestibule. Atap yang disebut
sebagia atap dormer ini dari tampaknya biasa saja namun jika kita lihat dari
atasakan tampak seperti snagkar burung. Sangkar burung ini dikaitkan dengan
fungsi Pos. Kantor Pos Besar ini yang merupakan pusat pengiriman barang.
Tower yang paling atas memiliki bentukan yang sama mengikuti atap dormer
Supervisior)”.
III. Balustrade
balustrade yang terdapat pada bangunan kantor pos hanya ada di bagian samping
dek bangunan serta berfungsi sebagai selasar pejalan pada lantai atas dan selasar
(teras) pada bagian bawah. Dengan adanya balustrade pada bangunan, dapat
sebagai penahan hujan masuk kearea selasar ataupun ruangan. Balustrade pada
Gambar 5.6.
IV. Tympanum
Tympanum merupakan dekorasi atau hiasan pada bagian atas pintu masuk
bangunan atau entrance. Bagian entrance bangunan Kantor Pos Besar akan terlihat
sebuah hiasan dekorasi berbentuk setengah lingkaran dengan berbahan kaca dan
sisi setengah lingkaran berbahan kayu. Tympanum berbahan kaca pada bangunan
Tympanum dengan bentuk setengah lingkaran ini memiliki warna yang cerah
dengan gabungan ornament persegi dan juga hiasan bunga, tympanum tersebut
memberikan kesan romantic pada bangunan. Hal tersebut dipertegas oleh hasil
kecil. Ornament ini memiliki warna-warna yang cerah. Ornament ini terbuat dari
Gambar 5.7.
V. Geveltoppen
dimiliki kolonial Belanda kerap menggunakan hiasan pada bagian atap bangunan
yang difungsikan sebagai hiasan atap. Selain geveltoppen yang digunakan pada
bagian atas atap biasa juga mengggunakan petunjuk arah mata angin. Pada
bangunan Kantor Pos Besar Medan ini hanya memiliki hiasan puncak dibagian
tower. Bentukkan geveltoppen pada Kantor Pos Besar Medan ini seperti
bentukkan silang yang tidak memiliki arti khusus terhadap bangunan. Hal tersebut
dipertegas oleh hasil wawancara dengan pihak Kantor Pos yang menyatakan:
“Jika kita lihat bagian atas tower seperti antena, itu merupakan hiasan
Capital Supervisior)”.
Gambar 5.8.
VI. Ragam Hias Pada Tubuh Bangunan dan Ragam Hias Material Logam
Ragam hias pada tubuh luar bangunan Kantor Pos Besar Medan sudah
diantaranya ukiran terompet zaman dahulu, tulisan anno 1911 dan lambang
burung Pos. Ragam hias yang ditampilkan dari ukiran terompet menceritakan arti
fungsi pos. Anno 1911, merupakan bahasa Belanda yang diartikan sebagai tahun
berdirinya bangunan Kantor Pos Besar Medan. Lambang burung pos suatu
lambang dari fungsi bangunan dan juga suatu lambang pos Indonesia. Dari semua
ragam hias yang ditampilkan dalam tubuh bangunan Kantor Pos Besar Medan
masyarakat.
b c
a
Gambar 5.9.
Ragam Hias Luar Bangunan Pada Kantor Besar Medan (Penelitian, 2019)
Ragam hias lainnya terdapat juga di dalam tubuh bangunan Kantor Pos
Besar Medan. Ragam hias bagian dalam terdapat di area Vestibule, yang
kuningan terlihat megah, dihiasi lampu hias gantung yang antic dan lantai
Selain ragam hias vestibule yang megah dengan dihiasin lampu gantung
yang antic dan marmer yang ukuran besar, ada juga ornament binatang dan
memiliki arti tersendiri, seperti burung, kabel telepon dan terompet merupakan
lambang suatu fungsi bangunan pos yaitu komunikasi atau menyampaikan suatu
pesan dizaman dulu. Hal tersebut dipertegas oleh hasil wawancara dengan pihak
halnya dengan yang diluar semua ragam menceritakan bangunannya sendiri atau
memperkenalkan diri sendiri apa bangunan ini. Semua tidak terlepas dari ragam
b c
Gambar 5.10
Ragam Hias Dalam Bangunan Pada Kantor Besar Medan (Penelitian, 2019)
Gambar 5.11.
Bangunan Kantor Pos Besar Medan ini memiliki luas 1200 M² dengan
tinggi 20 meter, Panjang 60 meter dan Lebar 20 meter. Pada bagian bangunan
Kantor Pos Besar Medan memiliki denah dan fasad yang simetris, dengan bentuk
persegi panjang dan denah pada bagian bangunan Kantor Pos Besar Medan
memiliki konfigurasi massa L serta memiliki dua lantai yang difungsikan sangat
baik dari dulu hingga sekarang sebagai kantor pengantar barang. Denah simetris
berfungsi sebagai hubungan ruangan secara langsung satu dengan yang lain atau
dihubungkan ruang yang berbeda dan terpisah. Fasad yang simetris berfungsi
sebagai penyeimbang suatu bangunan akan terlihat porporsi atau balance dalam
skala yang sama dalam bangunannya. Hal tersebut dipertegas oleh hasil
“Dari tampak atau fasad jika perhatikan simetris, pada denah bangunan
ini juga memilki bentukkan huruf l dan bangunan ini memiliki 2 lantai dan tiap
ruang masih digunakan sebagai kegiatan kantor pos dalam pengiriman barang
Gambar 5.12.
Tampak Bangunan Pada Kantor Pos Besar Medan (Ahmad Mansuri Alkindi, 2019)
Gambar 5.13.
Denah Bangunan Pada Kantor Pos Besar Medan (Ahmad Mansuri Alkindi, 2019)
Pada bagian dalam bangunan Kantor Pos yang berfungsi sebagai tempat
interior bagian vestibule. Kolom tersebut memiliki uluran 60 kali 60 dengan space
antar kolom 4 meter tidak memiliki bentukan yang unik seperti kolom Eropa
seperti doric di zaman dahulu. Bagian luar juga terlihat kolom yang sama besar.
pembatas balkon, ataupun dek bangunan dan penahan beban atas bangunan agar
tidak menahan beban pada dinding. Pernyataan terkait kolom dipertegas oleh
karan pada vestibule.Kolom yang besar ini memiliki space yang cukup luas antar
Gambar 5.14.
Kolom Dalam Bangunan Pada Kantor Pos Besar Medan (Penelitian, 2019)
Gambar 5.15.
Kolom Luar Bangunan Pada Kantor Pos Besar Medan (Penelitian, 2019)
Pada bangunan Kantor Pos Besar Medan memiliki entrance dengan dua
daun pintu. Dua daun pintu ini biasa digunakan pada kolonial Belanda pada
bangunannya sebagai pintu masuk utama. Pintu dengan tinggi 2,5 meter dan lebar
2 meter ini menggunakan material kayu yang sangat kokoh dan juga tebal. Pintu
ini juga di hiasin tympanum atau hiasan pada atas pintu. Pada bagian Kantor Pos
Besar Medan kebanyakan memiliki dua daun pintu yang berbahan kayu. Pintu ini
memiliki pegangan pintu dengan motif yang unik, dan pada tampilan tympanum
pintu juga memiliki ornament yang terbilang sulit dicari di Indonesia karena
hingga saat ini sangat kokoh berdiri dengan ketebalan 20cm. Hal tersebut
dipertegas oleh hasil wawancara dengan pihak Kantor Pos yang menyatakan:
“Untuk bagian entrance bangunan ini memiliki dua daun pintu dengan
bahan kayu, serta lebar pintu yang terbilang lebar dan juga panjang pintu juga
tinggi, tidak pada pintu pada umumnya. Disetiap pintu-pintu lainnya juga
memiliki dua daun pintu namun dengan lebar yang berbeda. Pintu pada entrance
Gambar 5.16.
Entrance Dua Daun Pintu Pada Kantor Pos Besar Medan (Penelitian, 2019)
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
75
Pada bagian ventilasi atau bukaan Kantor Pos Besar Medan terlihat pada
gambar berbahan kayu dan bentuk bukaan perpaduan setengah lingkaran dan
persegi. Bukaan terdapat pada Kantor Pos Besar Medan ini terbilang banyak dan
disetiap sisi bangunan ada. Banyaknya bukaan yang ada pada bangunan sebagai
jalur masuknya udara kedalam ruangan dan juga cahaya. Sebagian bukaan pada
bangunan Kantor Pos Besar Medan memiliki jendela bermaterialkan dari kaca
dengan jerjak besi dan ada sebagian bermaterialkan dari kayu. Bentuk dari bukaan
pada bangunan Kantor Pos Besar Medan berbeda-beda, ada yang setengah
lingkaran dan persegi panjang. Keadaan pada bukaan tersebut sebagian ada yang
baik dan sebagian ada yang tidak baik. Keadaan tidak baik ditandai seperti
ditanami oleh tanaman liar, debu dan berkarat. Banyaknya bukaan pada bangunan
“pada bangunan ini dari segi tampak atau fasad sudah jelas memiliki
banyak bukaan sehingga bangunan ini terasa sejuk. Dari tampak juga kita bisa
tau jendela yang yang digunakan yaitu berbentuk setengah lingkaran dan persegi
Gambar 5.17.
Semarang
Belanda dengan gaya bangunan art-deco yang dapat dilihat pada Fisik
Abad 18-19
II Tower Atau
Menara
(Hiasan Puncak
Atap)
IV Dormer
V Windwijer (Pe-
tunjuk Angin)
VI Balustrade
VII Tympanum
VIII Geveltoppen
IX Ragam Hias
Material Logam
XI Cerobong Asap
Semu
ta dan Kayu
(Tanpa Pelapis)
XIV Kolom-Kolom
Berjajar
XV Fasade Simetris
XVI Entrance
Mempunyai 2
Pintu
XVII Cripedoma
XVIII Jendela
Berbingkai Kayu
Pada bangunan Lawang Sewu Semarang terdapat gable dan gevel. Gable
pada bangunan Lawang Sewu terdapat dibagian atas atap bermaterialkan genteng
pada gedung A sebagai galeri atau pameran dan gedung B yang difungsikan
sebagai ruang retail. Gable pada gedung A memiliki 8 gable yang berbentuk
persegi dengan atap kerucut. Gable pada gedung B memiliki 6 gable yang
berbentuk segidelapan dengan atap kerucut. Kedua gable yang terdapat pada
gedung A dan B difungsikan sebagai ventilasi udara dan sebagai hiasan penanda
akan terlihat jelas pada fasad bangunan samping gedung A dan B. Kedua gable
memiliki kisi-kisi yang sebagai jalur masuk udara dan juga sebagai ornament pada
gable.
Gambar 5.18.
Bentukan Gable Gedung A dan B Pada Lawang Sewu Semarang (Penelitian, 2019)
Gevel yang terdapat bangunan Lawang Sewu Semarang akan terlihat jelas
pada bagian fasad depan bangunan dari Tugu Muda Semarang. Gevel pada
keseluruhan Lawang Sewu juga bewarna putih. Gevel pada bangunan juga
memiliki tiga pintu yang berdaun dua pintu. Gevel tersebut memiliki hiasan
puncak dengan ornament berupa relief. Relief ini menggambarkan roda kereta api
bersayap yang sampai jaman Djawatan Kereta Api (DKA) merupakan lambang
perkeretaapian Indonesia. Di atas roda bersayap terdapat relief seperti yang ada di
candi-candi di Jawa
Gambar 5.19.
dengan bentukan kubah. Tower tersebut akan terlihat pada fasad depan bangunan,
kedua tower tersebut memiliki hiasan puncak. Kedua tower yang berbentuk kubah
ini memiliki bukaan atau ventilasi yang berbentuk persegi, guna untuk
bagian gevel yang berbentuk segitiga. Tower yang penjulang tinggi diantara
bentukan lainnya juga sebagai penanda pintu masuk atau entrance bangunan.
Gambar 5.20.
dengan atap dormer yang dinamakan vestibule. Vestibule pada bangunan tersebut
memiliki ragam hias bermaterialkan kaca yang disebut kaca patri. Dormer
dari fasad depan akan terlihat dormer sedikit lebih tinggi dari gevel bangunan dan
dormer tersebut terlihat dari atas diapit oleh bangunan yang sebagai jalur masuk
bangunan dan selasar menuju courtyard atau taman belakang bangunan. Dormer
tersebut difungsikan juga sebagai penanda pintu masuk atau entrance bangunan.
Menuju courtyard
belakang
Bagian menuju
pintu masuk
Gambar 5.21.
III. Balustrade
gedung A dan C. Balustrade pada bagian gedung A akan terlihat pada fasad depan
bangunan atau terlihat dari pintu masuk utama dilindungi oleh atapnya yang
bangunan. Balustrade lainnya terdapat di gedung C yang akan terlihat dari fasad
samping kiri bangunan. Balustrade yang terdapat pada gedung A dan C ini
berfungsi sebagai atap yang merupakan balkon dan juga sebagai atap selasar pada
bagian bawah (teras) dan selasar atas. Adanya balustrade pada bangunan dapat
juga sebagai perluasan ruang, karena letaknya yang melekat langsung di samping
ruang di lantai atas, dapat menegaskan perbedaan lantai dasar dan atas, dan dapat
Gambar 5.22.
IV. Tympanum
Tympanum merupakan dekorasi atau hiasan pada bagian atas pintu masuk
dibagian pintu masuk atau entrance yang terletak pada sudut pertemuan kedua
sayap bangunan. Tympanum tersebut difungsikan sebagai hiasan pada atas pintu
masuk dengan memiliki bentukan setengah lingkaran dan ukiran besi yang
ukiran yang sederhana tersebut juga sebagai penanda pintu masuk, sesuai dengan
filosofi NIS, Direksi NIS bahwa bangunan itu di satu sisi harus mengesankan
Gambar 5.23.
V. Geveltoppen
Geveltoppen adalah hiasan puncak yang tepatnya diatas tower atau diatas
yang letaknya di atas tower yang berbentuk kubah. Geveltoppen yang terdapat
pada bangunan tersebut berfungsi sebagai hiasan puncak pada bangunan dan
sebagai penanda pintu masuk atau entrance. Bangunan Lawang Sewu Semarang
kubah. Kubah kecil di puncak kedua buah menara air dilapisi tembaga, sedangkan
Gambar 5.24.
gedung ini adalah ragam hias pada pintu masuk gedung adminstrasi NIS dihiasi
ornamen karya seniman Jl. Schouten. Di ruang penerima terdapat kaca patri
Gambar 5.25.
(http://www.vanderkrogt.net/standbeelden/object. php?record=ZH14am)
Kaca patri ini sampai sekarang menjadi salah satu daya tarik utama gedung
ini. Lukisan kaca patri pada salah satu sisi Lawang Sewu Semarang memiliki
warna-warna dominasi hijau biru kuning. Lukisan kaca pada bangunan Lawang
terbitnya matahari. Lukisan Kaca ini berada pada setengah lantai dari lobi
penerimaan menuju lantai dua. Terdapat 3 lukisan yang terkait satu sama lain.
Relief yang tergambar pada tiap sesi lukisan kaca melambangkan latar belakang
❶ ❷ ❸
Gambar 5.26.
1. Kaca patri sebelah kanan atas menggambarkan keadaan dua kota besar
Nusantara dan Negeri Belanda, dari kedua pelabuhan inilah komoditas terbaik
dilakukan oleh Belanda dengan prinsip Gold, Glory, Gospel. Gold dilakukan
menggambarkan Kota Maritim yaitu Batavia dan Semarang, kedua kota yang
mendukung kesejahteraan kota Amsterdam. Hal ini juga kita bisa lihat dari
sejarah sebelum kolonial masuk, bandar Semarang tersebut sudah ramai sejak
2. Kaca patri bagian tengah bawah menggambar adanya roda terbang yang
mempunyai sayap dan dua orang wanita yang terdapat di kaca patri ini
menggambarkan sosok figur Dewi Fortuna dan Dewi Venus. Dewi fortuna
digambarkan sebagai perempuan cantik yang penuh rasa cinta dan kasih
sayang. Kedua dewi tersebut mempunyai ikatan kepada bumi pertiwi untuk
Barat dan Timur. Kekayaan flora dan fauna tersebut diartikan sebagai
Lukisan kaca patri merupakan salah satu ornamen pada bangunan Lawang
Lukisan ini juga sebagai dari perubahan fungsi bangunan dari kantor pusat kereta
Tidak hanya kaca patri sebagai ragam hias pada tubuh bangunan Lawang
Sewu Semarang, pada bangunan Lawang Sewu Semarang juga memiliki hiasan
pada lantai bangunan yang dilapisi bahan marmer cokelat dan hitam, serta
terdapat pada ruangan dalam maupun selasar dengan lebar selasar 1,5 meter yang
Gambar 5.27.
Belanda, mulai dari 27 Februari 1904 hingga 1 Juli 1907. Lokasi yang dipilih
B.J. Ouendag dari Amsterdam. Bangunan ini didirikan diatas lahan seluas 14.216
m2 untuk Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta (Het Hoofdkantoor van de
sebagai bangunan direksi. Gedung utama (gedung A).Pada tanggal 1 Juli 1907
sangat menarik dengan pintu kaca patri, lantai, dan dinding marmer.
lantai utama, satu lantai ruang atap dan memiliki bentukan yang
kondisi baik dan saat ini sedang dalam proses pemeliharaan dan
sebagai tempat mencetak tiket dan jadwal kereta api NIS. Bangunan
limas dengan ukuran panjang 15,8 m, lebar 6,25 meter, dan luas 197 m².
Gedung D terawat baik dan saat ini sedang dalam proses pemeliharaan dan
perbaikan.
5. Gedung E, Gedung satu lantai ini memiliki luas 135 m², beratap pelana
dengan penutup genteng, dan pintu serta jendela yang memiliki jalusi
kayu. Gedung E terawat baik dan saat ini sedang dalam proses
Gambar 5.28.
Gambar 5.29.
yang simetris, fasad simetris ini dapat dilihat dari tampak depan dari Tugu Muda
Semarang dan dapat dilihat dari jalan Pemuda Semarang. Fasad simetris tersebut
sangat identik dengan bangunan kolonial. Tidak hanya kolom yang berjajar,
banyaknya pintu dan jendela juga merupakan salah satu dari indentik bangunan
kolonial. Dari fasad yang simetris dilihat dari Tugu Muda Semarang, kita akan
melihat adanya tower di kedua sisi bangunan, tower tersebut menandakan pintu
Gambar 5.30.
secara langsung satu dengan yang lain atau dihubungkan ruang yang berbeda dan
akan terlihat porporsi atau balance dalam skala yang sama dalam bangunannya.
Pada bangunan Lawang Sewu Semarang memiliki kolom yang dilihat dari
dimensi kolom yang digunakan relatif tebal dengan bentukan ziggurat. Kolom
tersebut masih belum menggunakan tulangan melainkan hanya terbuat dari batu
bata yang disusun dalam sistem pasangan dua bata dengan ukuran 60x80 cm.
Kolom-kolom yang berjajar pada bangunan Lawang Sewu Semarang dapat dilihat
dari fasad bangunan samping dari jalan Pemuda Semarang. Kolom tersebut
berfungsi sebagai pengantar beban atas bangunan atau penopang atap agar tidak
bentukan lengkung dibagian atasnya yang memberikan kesan kolonial serta pada
Gambar 5.31.
seribu, hanya 342 pintu. Menurut Haryadi (2011) masyarakat menyebut bangunan
ini dengan Lawang Sewu Semarang karena memiliki banyak pintu pada setiap
Pada daerah entrance atau pintu masuk Lawang Sewu Semarang diapit
oleh dua menara. Pintu masuk atau entrance terdapat dibagian depan bangunan A
menggunakan dua daun pintu dengan lebar 4 meter dengan tinggi 3,5 meter yang
difungsikan sebagai pintu masuk para wisata. Entrance tersebut merupakan pintu
berdaun ganda atau dua daun pintu dengan panel tebal dan kedap yang terbuat dari
kayu yang berwarna coklat dengan bentukan persegi dan dikombinasikan hiasan
atas pintu berbentuk setengah lingkaran yang tiap sisi pintu terdapat hiasan
bermaterialkan besi. Tidak hanya bagian entrance yang memilki dua daun pintu,
pada bagian selasar bangunan A dengan memiliki banyak pintu dimana pola pintu
mengikuti setiap sela-sela pengisi antar kolom terdapat bukaan untuk boventlicht
Gambar 5.32.
Sesuai dengan filosofi NIS, Direksi NIS memberi arahan bahwa bangunan
itu di satu sisi harus mengesankan keserdehanaan tapi di satu sisi juga harus
ruang penerima (entrance hall) di sudut bangunan, yang sengaja dirancang megah.
X. Cipredoma
tangga di bagian pintu masuk atau pada bagian pintu tertentu menuju bagian
dibagian depan pintu masuk atau entrance, dan dua di bagian belakang bangunan
anak tangga dengan ketinggian 15cm. Dibagian entarance atau pintu masuk
memiliki anak tangga yang difungsikan sebagai jalur pintu masuk ke bagian
Semarang.
Gambar 5.33.
berbahan kayu atau berbingkai kayu. Bangunan Lawang Sewu Semarang dalam
satu ruangan, memiliki jumlah jendela ditambah dengan pintu yang dapat
mencapai 5 hingga 10 buah jendela. Tipe jendela yang digunakan pada bangunan
tersebut adalah jendela ganda dengan krepyak dengan ukuran skala yang demikian
tinggi 3 meter dengan ukuran lebar 2,5 meter yang berfungsi untuk
memaksimalkan udara yang masuk ke dalam ruangan. Selain itu ukuran seperti ini
juga dapat memberi kesan megah dan monumental. Jendela yang difungsikan
dibagian atas dan persegi dibagian bukaan jendela. Jendela-jendela pada bangunan
tersebut akan terlihat pada fasad bangunan, jendela tersebut dapat dilihat pada
fasad terlihat dibagian lantai atas bangunan dalam perletakan jendela yang
menyebut Lawang Sewu demikian karena terdapat banyak jendela yang berukuran
besar. Jendela yang lebar dan tinggi ini kemudian sering dianggap sebagai pintu
Gambar 5.34.
Belanda yang terdapat pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
yang dimiliki berupa Dinding Yang Tebal, Denah Simetris, Ragam Hias, Pintu
Dan Jendela Berbahan Kayu. Dinding pada bangunan Kantor Pos Besar Medan
memiliki ketebal dengan ukuran 30cm. Karakteristik fisik yang dimiliki berupa
ragam hias pada tubuh bangunan berupa lantai bermaterialkan marmer. Lantai
marmer pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dengan ukuran 80x80cm kini
masih ada dan sebagian lagi sudah diganti dengan keramik yang berukuran
Kantor Pos Besar Medan dinamakan vestibule. Vestibule tersebut memiliki langit-
langit warna emas yang difungsikan sebagai tempat berkumpul. Serta karakteritik
Indische Empire pada bangunan Kantor Pos Besar Medan yang dimiliki yaitu
karaktersitik fisik pada periode Indishce Empire Style. Karakteristik fisik yang
dimiliki antara lain sama halnya dengan Kantor Pos Besar Medan, namun pada
bagian belakang bangunan yang terpisah dari bangunan utama dan terdapat juga
teras depan dan belakang pada bangunan yang panjang sebagai penguhubung
terdapat pada bagian pintu utama dengan dihiasi kaca patri. Kusen maupun pintu
pada bangunan Lawang Sewu Semarang juga berbahan kayu serta atap
karakteristik fisik yaitu; Gevel, Gable, Tower, Atap Dormer Berbahan Genteng,
Denah Dan Fasad Simetris. Tiap-tiap bagian karakteristik yang dimiliki terlihat
jelas pada fisik bangunannya serta peletakkannya juga berbeda. Seperti gable yang
terdapat pada bagian sisi-sisi dormer untuk menandakan bagian pintu masuk
utama bangunan. Atap dormer berbahan genteng memiliki skala lebih besar
Bagian sisi atap dormer memiliki gable yang berbentuk persegi dibagian tiap sisi
segidelapan yang difungsikan sebagai ventilasi agar bagian dalam ruangan terasa
dingin. Atap dormer pada bagian atas terdapat tower yang berbentuk segidelapan,
bentuk yang sama dengan skala paling kecil dari dormer difungsikan sebagai
ventilasi ruangan. Denah Kantor Pos Besar Medan yang berbentuk L memiliki
bentukan simetris dan fasad bangunan yang simetris. Bentukan denah dengan
konfigurasi massa L ini menggunakan atap pelana dengan bahan genteng dan
bagian bangunan Kantor Pos Besar Medan ditiap sisi bagian dormer terdapat
besar yang berbentuk setengah lingkaran dan persegi menggunakan bahan kayu
Pada bangunan Lawang Sewu Semarang memiliki ciri yang sama antara
lain: Gevel, Gable, Tower, Atap Dormer Berbahan Genteng, Atap Pelana, Denah
Dan Fasad Simetris. Bagian gevel pada bangunan Lawang Sewu terdapat
bentukkan segitiga yang letaknya dibagian depan bangunan atau pintu masuk
bangunan, gevel tersebut memiliki hiasan puncak diatas dan memiliki tiga pintu
dengan dua daun pintu, tower pada Lawang Sewu Semarang dari fasad depan
akan terlihat dengan bentukkan kubah yang menjulang keatas, tower tersebut
kecil sebagai ventilasi serta penambahan untuk cahaya ruangan. Dormer pada
berbentuk segidepan dengan bahan atap genteng. Dormer pada bagian dalamnya
disebut juga dengan vestibule, vestibule tersebut identik dengan ragam hias kaca
patri. Denah dan fasad simetris, fasad simsteris dapat dilihat dari depan Tugu
Muda dan samping bangunan dari jalan Pemuda Semarang. Fasad simetris
tersebut akan terlihat adanya kolom-kolom yang berjejer serta banyaknya pintu
dan jendela pada bangunan berbentuk setengah lingkaran dan persegi. Denah
simetris, bangunan Lawang Sewu memiliki 4 gedung yang terpisah dan memiliki
fungsi yang berbeda. Dari ke empat gedung yang terpisah salah satu contoh denah
berlantai tiga yang simetris, denah tersebut dapat dilihat dari adanya sekat-sekat
antar ruang yang berulang. Bangunan Lawang Sewu Semarang juga menggunkan
genteng.
memiliki fisik dibagian luar yang terdapat kateristik sama dengan periode kolonial
modern yaitu; Dinding Berwarna Putih, Memiliki Gevel, dan Pada Bagian Jendela
Berbahan Kaca. Terlihat dari tampak bangunan kantor pos besar memiliki warna
pada dinding dengan warna putih. Kantor Pos Besar Medan dominan dengan
bangunan bewarna putih pada fasad bangunan agar keaslian warna bangunan
Kantor Pos Besar Medan dahulu tidak hilang. Periode arsitektur modern memiliki
karakteristik berupa gevel, gevel dengan perletakan ditiap sisi depan bangunan
sebagai tanda entrance bangunan atau pintu utama untuk masuk kebangunan.
Bagian bangunan Kantor Pos Besar Medan juga memiliki banyak bukaan sebagai
pada arsitektur periode kolonial modern. Ciri tersebut antara lain: Dinding
Berwarna Putih, Memiliki Gevel, dan pada bagian Jendela Berbahan Kaca.
bewarna putih. Pada bagian fasad depan bangunan akan telihat gevel dengan
bentukan segitiga yang sebagai tanda pintu masuk ke bangunan Lawang Sewu
Semarang. Bangunan tersebut juga identik dengan banyak pintu dan jendela, pintu
pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang tersebut
karakteristik fisik yang terdapat kedua bangunan. Persamaan dapat dijelaskan dari
Pada bagian gable dan gevel di bangunan Kantor Pos Besar Medan dan
perletakkan, antara lain sebagai berikut Kantor Pos Besar Medan memiliki
gevel dengan dua bentukan pada bangunan dibagian gedung yang berbeda,
gevel bangunan di Eropa pada umumnya. Perletakan gable dan gevel pada
kedua bangunan tersebut memiliki perbedaan, yaitu gable Kantor Pos Besar
gevel terletak di bagian sisi fasad dormer dan lebih tepatnya menghadap
pada Lawang Sewu Semarang terletak diatas atap pelana gedung A dan
Tower atau menara yang terdapat pada bangunan Kantor Pos Besar Medan
keatas. Tower dari kedua bangunan tersebut memiliki fungsi yang berbeda
yaitu tower Kantor Pos Besar Medan difungsikan sebagai hiasan pada fasad
tower pada Lawang Sewu Semarang difungsikan sebagai hiasan pada fasad
dan sebagai penanda pintu masuk bangunan. Perletakan tower Kantor Pos
Besar Medan terletak di atas atap dormer dengan satu jenis tower dan dapat
perletakan tower terletak di kiri dan kanan pada fasad depan bangunan.
III. Dormer
Dormer Kantor Pos Besar Medan dan Lawang sewu Semarang memiliki
perbedaan fungsi dan perletakkan. Untuk fungsi dormer pada Kantor Pos
berkumpul dan sebagai penanda pintu masuk, sedangkan pada Lawang Sewu
galeri kaca patri. Pada perletakan dormer Kantor Pos Besar Medan terletak
ditengah bagian bangunan, atau diampit oleh bagian ruangan pintu masuk
belakangan bangunan.
IV. Balustrade
Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang memiliki balustrade
dengan bentukan dan perletakkan yang berbeda. Balustrade pada Kantor Pos
yang dominan seperti ionic atau doric dengan memiliki ukiran yang khas.
Perletakan balustrade pada Kantor Pos Besar Medan di bagian samping pintu
V. Geveltoppen
Geveltoppen Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang memiliki
Kantor Pos Besar Medan berbentuk konfigurasi massa X dengan bahan logam
namun tidak memiliki arti yang khusus, sedangkan geveltoppen pada Lawang
pada Kantor Pos Besar Medan terletak di bagian puncak atap tower. Dengan
terletak di atas kedua puncak tower bagian kiri dan kanan pada fasad
Kantor Pos Besar Medan memiliki ragam hias material logam sedangkan pada
hias pada Kantor Pos Besar Medan berbentuk segidelapan dengan ukiran yang
sulit di buat karena tempahan langsung dari belanda, Fungsi ragam lampu hias
terletak di bagian tengah vestibule, akan terlihat langsung dari pintu masuk
Ragam hias pada tubuh bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
Perbedaan dari bentukan ragam hias pada tubuh bangunan Kantor Pos Besar
hias tubuh bangunan Lawang Sewu Semarang berbentuk persegi berupa kaca
patri berlukiskan dewi fortuna dan dewi venus. Fungsi dari ragam hias Kantor
dan sebagai hiasan pada ruangan vestibule. Untuk perletakan pada ragam hias
Kantor Pos Besar Medan tersebut terletak dibagian dinding luar yang
beratapkan dormer, yang menghadap ke jalan Balai Kota Medan, hal tersebut
kesan romantic dan elegant pada warna kaca patri, selain itu juga secara tidak
Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang memiliki denah
simetris dari bentukan, fungsi dan perletakan yang berbeda. Bentukan denah
simetris pada Kantor Pos Besar Medan berbentuk sangkar burung dan
Lawang Sewu Semarang berbentuk konfigurasi masa L. hal ini karena adanya
ciri karakteristik pada bangunan kolonial Belanda dengan denah yang simetris.
Untuk perbedaan perletakan denah simetris yang dimiliki pada Kantor Pos
Besar Medan terlihat pada denah bagian belakang, karena adanya pemisahan
pada Lawang Sewu Semarang terlihat pada denah bagian konfigurasi massa L
ruangan lainnya.
Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang memiliki kolom yang
berjajar dari bentukan dan perletakan yang berbeda. Bentuk kolom berjajar
pada Kantor Pos Besar Medan memiliki bentuk persegi dengan ujung
berjajar pada Kantor Pos Besar Medan terlihat dibagian dalam ruang vestibule
perletakan kolom yang berjajar pada Lawang Sewu Semarang terletak pada
konfigurasi massa L, dan akan terlihat pada fasad bangunan bagian samping.
X. Cripedoma
Lawang Sewu Semarang memiliki cipredoma berbeda dengan Kantor Pos Be-
sar Medan yang tidak memiliki cipredoma. Cipredoma pada Lawang Sewu
berfungsi sebagai anak tangga menuju bangunan atau menuju sebuah ruangan
dan terletak di bagian fasad depan bangunan, dan terletak di belakang menuju
pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang tersebut
karakteristik fisik yang terdapat kedua bangunan. Persamaan dapat dijelaskan dari
Gable dan gevel pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
memiliki kesamaan dalam fungsi, yaitu: fungsi gable dan gevel pada
bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang keduanya
sebagai ventilasi udara dalam ruangan, hiasan dan sebagai penanda pintu
masuk bangunan.
II. Balustrade
Balustrade pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
III. Dormer
Dormer pada Kantor Pos Besar dan Lawang Sewu Semarang memiliki
kesamaan bentuk, yaitu: dormer pada bangunan Kantor Pos Besar Medan
dormer lebih besar dari bagian bentukan bangunan tersebut, namun beentukan
dormer Lawang Sewu Semarang tidak lebih besar dari bentukan bangunan
tersebut.
IV. Geveltoppen
Gaveltoppen pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
hiasan puncak pada tower atau menara dan sebagai tanda pintu masuk.
V. Denah Simetris
Denah simetris yang dimiliki Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
fungsi, yaitu: kolom tersebut berfungsi sebagai penahan beban atas bangunan
VII. Tympanum
Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang memiliki kesamaan
Fungsi tympanum difungsikan sebagai hiasan atas pada pintu dengan memiliki
lukisan dan ukiran yang terbuat dari besi. Dan perletakan tympanum pada
kedua bangunan tersebut terletak di atas pintu dibagian entrance atau pintu
masuk bangunan
Fasad simetri Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang memiliki
bentuk, fungsi dan perletakan yang sama, antara lain: bentuk fasad simetris
berbentuk garis lurus yang balance yang dapat dilihat dari fasad bangunan.
akan terlihat porporsi atau balance dalam skala yang sama dalam
bangunannya. Dan perletakan fasad simetris dapat dilihat pada fasad samping
dan depan.
Entrance mempunyai dua pintu Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
Semarang memiliki bentukan, fungsi dan perletakan yang sama, antara lain:
bentukan entrance dengan dua daun pintu berbentuk persegi. Fungsi entrance
dengan dua daun pintu difungsikan sebagai pintu utama masuk bangunan. Dan
perletakan entrance dengan dua daun pintu terletak di depan bagian bangunan,
Jendela berbingkai kayu Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
lain: bentuka jendela berbingkai kayu berbentuk mengikuti bentukan pintu dan
difungsikan sebagai perletakan daun pintu, jendela, kaca dan teralis, selain
fungsi dapat juga sebagai menambah keindahan dari bangunan tersebut. Dan
perletakan jendela berbingkai kayu terletak dipingiran pintu atau jendela. Hal
ini karena pada umumnya bangunan kolonial memiliki jendela dan pintu yang
Indonesia.
BAB VI
6.1. Kesimpulan
Belanda yang terdapat pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
Geveltopen, Ragam Hias Material Logam, Ragam Hias Pada Tubuh Bangunan,
memiliki persamaan dan perbedaan, dari segi bentukan, fungsi dan perletakan.
Perbedaan karakteristik fisik pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan
1. Gable dan gevel pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
2. Tower dan menara pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
3. Dormer pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
4. Balustrade pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
5. Geveltoppen pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
6. Ragam hias material logam terdapat pada Kantor Pos Besar Medan dan
7. Ragam hias tubuh bangunan pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang
8. Denah simetris pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
9. Kolom-kolom berjajar pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
10. Cipredoma terdapat pada Lawang Sewu Semarang sedangkan Kantor Pos
Kesamaan karakteristik fisik pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan
1. Gable dan gevel pada bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
2. Dormer pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
3. Balustrade pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
4. Tympanum pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
5. Geveltoppen pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang
6. Denah simetris dan fasad simetris pada Kantor Pos Besar Medan dan
7. Kolom-kolom sejajar pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
8. Entrance dua pintu pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Sema-
9. Jendela berbingkai kayu pada Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu
bangunan Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang antara lain
tinggi dan jendela material kayu. Namun pada bagian bangunan Lawang
pada Kantor Pos Besar Medan tidak ada courtyard. Dari hasil temuan pada
style, hal ini memiliki kesamaan dalam ciri karakteristik indische empire.
Kantor Pos Besar Medan dan Lawang Sewu Semarang antara lain denah
simetris, memiliki gevel, dormer, tower, atap dengan bahan genteng, dan
jendela yang berbahan kaca. Dari hasil temuan pada bangunan Kantor Pos
Kantor Pos Besar Medan antara lain bangunan Kantor Pos Besar Medan
6.2. Saran
Dalam ini, hasil yang dibahas hanya fokus karakteristik fisik arsitektur
DAFTAR PUSTAKA
(pratiwiningtyas5@gmail.com)
B. Adji Murtomo, 2018. Arsitektur Kolonial Kota Lama Semarang. Jurnal Ilmiah
Fajarwati, Nur Annisa. (2011). Pelestarian Bangunan Utama Eks Rumah Dinas
Kristen Petra.
Universitas Brawijaya
Haryadi, Dwi. 2011. Upaya Perlindungan Benda Cagar Budya Lawang Sewu
Penerbit Andi.
Universitas Brawijaya
Isnen, Fitri. 2006. Sejarah Teori Arsitektur Tiga. Medan: Universitas Sumatera
Utara
Arsitektur:http://deninusantara.blogspot.co.id/2010/05/arsitektur
kolonial.html.
Prof. Ir. Eko Budihardjo, 1997. Arsitektur Sebagai Warisan Budaya, Jakarta:
Djambatan
Soekiman, Djoko, Prof, Dr. 2000. Kebudayaan Indis dan Gaya Hidup
Wardani, Laksmi. (2009). Gaya Desain Kolonial Belanda pada Interior Gereja
Wibawa, Bebet Adi. 2015. Perubahan Fungsi bangunan Lawang Sewu dan
Semarang