2019
Zagoto, Jordan
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/15925
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISA BENTUK DENAH OVAL PADA
Oleh:
Jordan Zagoto
130406090
FAKULTAS TEKNIK
2018
SKRIPSI
Oleh:
Jordan Zagoto
130406090
FAKULTAS TEKNIK
2018
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
(Jordan Zagoto)
Bentuk merupakan hal yang paling mendasar dalam dunia arsitektur karena secara
psikologis manusia akan menyederhanakan lingkungan visualnya untuk mempermudah
pemahaman dalam memandang suatu objek arsitektur. Pengunaan bentuk oval sebagai bentuk
denah bangunan tradisional hanya dapat ditemui di Nias Utara bahkan merupakan satu-
satunya di dunia sehingga menjadi keunikan tersendiri. Hal ini menarik minat penulis untuk
meneliti kasus ini tentang bagaimana proses terbentuknya denah oval tersebut dari hasil
perbandingan dengan berbagai latar belakang beberapa bangunan bulat tradisional lainnya
yang berada di beberapa wilayah di berbagai belahan dunia. Proses terbentuknya denah bulat
pada bangunan tradisional Nias Utara disebabkan oleh berbagai faktor latar belakang yang
merupakan hasil perbandingan dan analisa latar belakang antropologis (nonfisik) dan fungsi
(fisik) dari beberapa kelompok masyarakat lain yang juga menggunakan bentuk denah yang
sama serta dari masyarakat Nias Utara sendiri. Menurut pengelompokan wilayah kekuasaan
masyarakat di Pulau Nias, masing-masing wilayah kekuasaan berusaha menonjolkan
pengaruhnya serta membedakan ciri adat istiadatnya. Ditinjau dari aspek fungsi ruang,
masyarakat Nias Utara membutuhkan ruang yang cukup luas untuk melakukan kegiatan
berkumpul antar masyarakat desa, juga dibutuhkan sebagai strategi untuk mengamati musuh
dimana pada ruang yang berbentuk bulat atau oval lebih mudah untuk melakukan
pengamatan ke arah luar bangunan, dan dari aspek kenyamanan , ruangan yang berbentuk
bulat dapat menyebabkan suhu udara yang lebih tinggi sehingga ruangan terasa lebih hangat
apabila dibandingkan dengan ruangan yang tidak berbentuk bulat.
Kata Kunci: Rumah Tradisional, Nias Utara, Bangunan Bulat, Denah.
ABSTRACT
Form is the most basic thing in the world of architecture because psychologically,
human will simplify the visual environment to facilitate understanding in viewing an
architectural object. The use of oval forms as a form of traditional building plans can only be
found in North Nias and is even the only one in the world. This attracted the interest of the
author to examine this case about how the process of forming the oval plan was compared
with the results of a variety of backgrounds of several other traditional round buildings
located in several regions in various parts of the world. The process of forming a round plan
on traditional North Nias buildings is caused by a variety of background factors which are the
result of comparison and analysis of anthropological (non-physical) background and
(physical) functions of several other community groups that also use the same plan and from
North Nias communities themselves. According to the grouping of the territories of the
people on Nias Island, each of the territories seeks to highlight their influence and distinguish
the characteristics of their customs. Viewed from the aspect of space function, North Nias
people need a large enough space to carry out gatherings among villagers, also needed as a
strategy to observe enemies where in a round or oval space it is easier to make observations
to the outside of the building, and from aspects comfort, a round room can cause higher air
temperatures so the room feels warmer when compared to a non-round room.
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dankarunia-Nya
dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untukmemperoleh gelar Sarjana
Teknik Arsitektur pada Universitas Sumatera Utara(USU) Medan.
1. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D. selaku DosenPembimbing yang
telah membantu memberikan petunjuk dan pengarahandalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Imam Faisal Pane,S.T., M.T. dan Ibu Novi Rahmadhani, S.T, M.T., selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan kritik dan sarandalam penulisan skripsi ini.
4. IbuDr. Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc.selaku Ketua Program Studi Sarjana Teknik
Arsitektur.
6. Drs. Arisman Zagoto (ayah) dan Veronika Laia SH. (Ibu) selaku orang tua tercinta
yang telah memberikan doa, semangat, serta dorongan untuk menyelesaikanstudi dan skripsi
peneliti di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
7. Untuk sahabat terkasih, Astrid Keisha, dan teman teman Anita Simanjuntak,
Sarika Nuraini, serta Ulfa Auliyah yang telah menemani dan memberi semangat dari awal
masuk kuliah di kampus Arsitektur USU
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh darisempurna sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifatmembangun dari semua pihak sebagai
bahan penyempurnaan skripsi ini. Akhirkata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagisemua pihak.
ii
Penulis,
Jordan Zagoto
iii
ABSTRAK ....................................................................................................i
DAFTAR TABEL.........................................................................................vi
iv
BAB V KESIMPULAN.........................................................................78
BAB VI SARAN....................................................................................79
LAMPIRAN .........................................................................................83
vi
Judul Hal
vii
No Judul Hal
Gambar 2.3. Denah ruang dan denah kolom rumah tradisional Nias Utara.............17
viii
PENDAHULUAN
bentuk-bentuk yang paling sederhana dan teratur agar semakin mudah diterima
dan dimengerti. Bentuk dasar bangunan ditentukan oleh berbagai elemen dari
seperti bujur sangkar, segitiga, dan sederetan segi banyak beraturan (yang
memiliki sisi-sisi dan sudut yang sama) yang tak terhingga banyaknya seperti
bentuk lingkaran.
Bentuk lonjong atau oval merupakan suatu bentuk yang dimofikasi dari
bentuk dasar lingkaran. Penggunaan bentuk ini tidak terlalu umum untuk
pada era modern ini. adapun penerapan bentuk oval pada denah bertujuan untuk
ditemukan dalam bentuk tembok perkampungan atau pemukiman pada masa itu
kemudian membentuk denah bulat itu sendiri. Namun pengunaan bentuk oval
sebagai bentuk denah bangunan tradisional hanya dapat ditemui di Nias Utara
Hal ini menarik minat penulis untuk meneliti kasus ini tentang bagaimana proses
terbentuknya denah oval tersebut dari hasil perbandingan dengan berbagai latar
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini ialah proses penerapan bentuk
denah doval yang jarang ditemukan pada bangunan umumnya, dalam hal ini
Maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
bulat?
bulat.
dari sisi antropologis (non fisik) serta fungsional (fisik) dalam hal ini yaitu
rumah tradisional Nias Utara. Oleh karena itu penelitian ini diaharapkan
tidak umum diterapkan khususnya bentuk lingkaran dan oval untuk denah
bangunan.
pembahasan masalah yang terlalu luas maka perlu dilakukan pembatasan ruang
ialah analisa terhadap beberapa aspek latar belakang baik secara fisik maupun
Utara untuk menemukan faktor terbentuknya denah oval pada rumah tradisional
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Denah
Berbicara tentang denah akan selalu terkait dengan gambar perancangan dan
letak dari suatu tempat. Dalam pengertian lain yang lebih luas, denah merupakan
menunjukan fungsi ruang, susunan ruang, sirkulasi, serta dimensi ruang. Denah
juga berfungsi untuk membantu menemukan letak suatu tempat atau ruang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi denah ialah gambar
rancangan bangunan.
Menurut Choirul Amin (2010), prinsip dasar dalam merancang denah antara lain :
2. Kebutuhan ruang
tersebut.
3. Fungsi ruang
4. Kenyamanan
5. Keamanan
dan sebagainya.
6. Nilai estetika
estetika.
hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini didasarkan oleh pertimbangan
Bentuk memiliki variasi karakteristik yang tidak terbatas karena setiap bentuk
dimensi dengan batasan yang terlihat. Ada bentuk yang terbuka atau tertutup,
memiliki sudut atau bulat, besar atau kecil. Bentuk juga dapat bersifat organik
atau anorganik. Juga bisa berupa bentuk bebas atau geometris dan tersusun.
Bila ditinjau dari sisi manusianya, kebutuhan akan ruang terbagi atas dua
macam yaitu ruang secara fisik dan ruang secara emosional. Secara fisik manuisa
secara fisik adalah kebutuhan akan tempat berdimensi tiga untuk melakukan
kegiatanya. Di sisi lain, kebutuhan akan ruang secara emosional lebih banyak
Wujud dasar ruang menurut D.K. Ching (1996) terdiri atas 3 bentuk, yaitu :
Lingkaran merupakan susunan sederetan titik yang memiliki jarak yang sama dan
4). Fleksibilitas ruang tepat untuk penataan organisasi ruang dengan pola
memusat.
bersifat anggun dan feminim serta memiliki sifat yang memberi rasa hangat,
menenangkan, dan sensual. Sifat lain dari lingkaran yaitu melindungi, memberi
pertahanan, dan membatasi apa yang ada di dalam dan menjaga hal-hal lain tetap
Bentuk lingkaran tidak terlalu umum diterapkan dalam desain, namun dapat
merupakan bentuk lanjutan atau modifikasi dari bentuk dasar lingkaran. Secara
umum bentuk oval ialah bentuk lingkaran yang direntangkan atau lingkaran yang
Ilmu arsitektur saat ini telah mengalami perkembangan pesat dari ruang
lingkup yang terbatas pada studi tentang teknis bangunan hingga pemanfaatan
bidang ilmu lainnya seperti kajian kebudayaan serta antropologi dan psikologi
kajian dari antropologi adalah sebagai objek yang dipelajari baik sebagai individu
dan mendasar yang dibuat oleh manusia. Naungan atau tempat tinggal sementara
pada jaman pra sejarah adalah hasil karya insting manusia yang butuh tempat
Allen menjelaskan bahwa manusia hidup dalam ruang yang tidak terbatas.
Arsitektur memotong atau membatasi ini, sehingga memberi makna bagi kegiatan
Menurut Edney (1976) dalam Altman dan Chemers (1989) fungsi dari teritori
manusia dapat ditekankan atas dua hal yaitu mengatur identitas personal dan
aspek fisik dan non fisik. Teritori dalam pengertian fisik ialah batasan
kepemilikan atau batas pertahanan terkecil dari rumah dan dapat berupa pagar,
dinding atau elemen penentu batasan fisik lannya, sedangkan teritori dalam arti
non fisik adalah batas yang dimiliki oleh seorang individu dalam interaksi dengan
sebagai hasil kebudayaan manusia akan tercermin dari berbagai aspek. Bentuk
rumah tradisonal adalah hasil budaya manusia pada kelompok yang diwariskan
secara turun temurun untuk jangka waktu yang lama untuk melakukan adaptasi
Selama ini arsitektur murni hanya melihat aspek fisiknya saja. Apabila
dilihat dari proses yang terjadi, maka tahap gagasan merupakan awal terjadinya
proses arsitektur tersebut. Proses diawali oleh gagasan melalui tindakan hingga
10
tahap gagasan berarti akan terjadi perubahan pula pada karya akhirnya.
kekuatan yang lebih tinggi, hubungan sosial dengan orang atau kelompok lain,
Amos Rapoport (1969) berpendapat bahwa apa yang dihasilkan oleh manusia
sangat tergantung dari latar belakang sosial budayanya atau kondisi sosial
dimana bentuk dan organisasinya sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dimana dia
bentuk rumah, tapi pada kasus yang lain budayalah yang lebih memegang
peranan.
Rumah adalah suatu lembaga dan bukan hanya struktur yang dibuat untuk
Bentuk rumah bukan merupakan hasil kekuatan faktor fisik atau faktor
budaya yang terlihat dalam pengertian yang luas. Bentuk berubah menurut
11
keindahan. Keindahan selalu menjadi latar belakang atau tuntutan dalam sebuah
karya arsitektur dan juga merupakan gagasan mengenai bentuk estetika yang pada
akhirnya akan diwujudkan menjadi sebuah karya fisik melalui teknik dan metode
dalam arsitektur. Dalam hal ini bentuk estetika merupakan sebuah gagasan yang
yang secara nyata dapat dilihat, disentuh dan dirasakan kehadirannya dalam
masyarakat. Wujud fisik ini, baik dalam skala bangunan tunggal maupun sebuah
merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam
suatu kebudayaan, wujud fisik. Kebudayaan dalam wujud fisik merupakan bagian
arsitektur dimana penyusunanya dipengaruhi oleh pola pikir manusia yang berupa
merupakan kajian bagaimana tentang pola ruang itu terbangun dan hirarki ruang
Dikutip dari tulisan Fauziah (2014) faktor sosio-kultural yang berpengaruh pada
Kepercayaan.
12
dengan orang lain, dan sebagainya. Patokan dan batasan ini adalah politik, sosial,
terhadap suatu kekuasaan. Hal ini terlihat dari bentuk-bentuk arsitekturnya, dan
bentuk benteng dan tembok enyatakan adanya pertahanan atas kekuatan dari luar.
berbeda secara ekonomi, maka bentuk dan pemakaian bahan bagi bentuk-bentuk
Tuhan, manusia lain, dengan kekuasaan, dengan alam dan juga kelakuan mausia
terhadap dirinya sendiri. Hubungan ini juga mejadi unsur dasar dalam penentuan
suatu bentuk bangunan karena bentuk adalah hasil dari tuntutan manusianya.
13
adanya sifat kekeluargaan. Paling tidak dibutuhkan toleransi yang tinggi untuk
Disamping ketiga hal utama yang mempengaruhi bentuk diatas ada satu hal
yang juga turut menentukan yaitu pengaruh letak geografis bagi suatu
Suku bangsa Nias mendiami Pulau Nias yang terletak pada bagian barat Pulau
Sumatera. Pulau Nias dan beberapa pulau kecil disekitarnya termasuk dalam
wilayah Sumatera Utara. Masyarakat asli pulau Nias menyebut diri mereka
sebagai Ono Niha yang berarti anak manusia dan menyebut Pulau Nias sebagai
Tano Niha ( tanah manusia). Walaupun merupakan satu suku bangsa dan berasal
dari kebudayaan yang sama dan saling terkait namun masyarakat Nias dapat
tiga wilayah yaitu Nias Utara, Nias Tengah, dan Nias Utara.Keragaman bentuk
rumah tradisional dan dialek bahasa yang paling mencolok adalah antara
masyarakat Nias tentang leluhurnya yaitu Raja Sirao yang dipercaya sebagai
14
wilayah Nias Selatan dan memiliki tiga orang istri dimana masing-masing istri
beserta keturunannya saling berpencar ke wilayah yang berbeda setelah raja wafat
yaitu :
Istri kedua tinggal di Hia Ana’a (Nias Tengah) bersama keturunannya dan
sendiri disamping budaya dan kepercayaan, namun tetap memegang teguh sistem
sosial dan struktur soial lainnya berdasarkan sistem marga dan stratifikasi sosial
kekuasaan dan pengaruh pada desa barunya untuk menjadi raja-raja baru terhadap
15
Sumber : www.museum-nias.org
Sumber : www.museum-nias.org
Rumah tradisional Nias Utara berbentuk lonjong yang sangat tidak biasa
para pemuka adat (Fan Gea, tetua adat desa Sihareo Siwahili) bermaksud antara
lain memberikan kesan lebih terbuka dan lapang serta dapat menguasai atau
mengamati daerah sekitar rumah apabila suatu waktu terjadi serangan musuh
Rumah-rumah memiliki sisi panjang menghadap ke jalan utama desa. Pada ruang
bangku yang menempel sepanjang dinding. Seringkali ada satu atau lebih
16
masuk rumah dengan serambi kecil. Penggunaan sistem ukuran pada bangunan
tradisional Nias Utara tidak pernah menggunakan ukuran yang genap melainkan
menurut para tetua adat di Nias Utara bahwa nilai genap erupakan nilai yang
selalu dibawa oleh kekuatan magis yang negatif yang dapat berdampak negatif
Gambar 2.3. Denah ruang dan denah kolom rumah tradisional Nias Utara
Sumber : tipologi arsitektur rumah adat Nias Selatan dan rumah adat Nias Utara
Peletakan kamar tidur pria (Batee) harus berada paa sisi sebelah kanan
rumah.
17
untuk para tetua adat, tingkat dua untuk masyarakat menengah, dan tingkat
Posisi dapur (Nanohawa) harus berada pada bagian yang lebih rendah dari
ruangan lainnya.
Pada rumah tradisional Nias Utara pembagian ruang didasarkan atas tingkatan
membedakan tinggi dan rendah lantai. Ruangan penunjang lainnya yang terdapat
pada bangunan tradisional Nias Utara yang ditopang oleh tiang kolom (Ehomo)
yang berjumlah 71 buah ini seluruhnya berada pada bagian atas bangunan dimana
pintu masuk menuju ruang atas bangunan menggunakan tangga yang terdapat
pada sisi kiri bangunan. Adapun ruangan penunjang lainnya tersebut yaitu antara
lain :
Ruang untuk kamar tidur yang seluruhnya berjumlah tiga buah (Batee)
18
Sumber : tipologi arsitektur rumah adat Nias Selatan dan rumah adat Nias Utara
Sumber : tipologi arsitektur rumah adat Nias Selatan dan rumah adat Nias Utara
Yang dimaksud dengan sifat dasar ialah gambaran sifat yag ditimbulkan
oleh bentuk dasar bangunan seperti memusat, memencar, simetris, statis, sentris
dan sebagainya. Sifat dasar ini tidak hanya terbatas pada bentuk bangunan saja
19
lingkungannya. Sifat dasar dari bangunan tradisional Nias Utara yang merupakan
gabungan dari persegi dan setengah lingkaran pada kedua ujung bangunan serta
bentuk atap yang merupakan gabungan antara limas dan lingkaran sesuai dengan
Sumber : tipologi arsitektur rumah adat Nias Selatan dan rumah adat Nias Utara
Pada dasarnya desa-desa yang berada di Nias Utara mempunyai Siteplan yang
dalam desa kecil atau tersebar ke beberapa desa. Masing-masing kelompok atau
desa disebut sebagai Ori (lingkaran = desa).masing masing Ori dikepalai oleh
20
pemimpin tertinggi desa tersebut. Dari seluruh kepala desa yang ada pada
menurut usia para pemimpin dari desa-desa yang berada di Nias Utara. Pemimpin
saling berhadapan dan di bagian tengahnya terdapat suatu area sentral. Rumah
pemimpin desa atau raja biasanya terletak pada bagian tengah perkampungan.
masing desa (Ori) dimana sistem desa di Nias Utara menggunakan sistem
desa.
C. Keadaan Geografis
Pulau Nias beriklim tropis dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu mencapai
2.927,6 mm pertahun, sedangkan jumlah hari hujan dalam setahun 200 hingga 250
hari atau 86%. Kelembaban udara rata-rata sekitar 90% dengan suhu udara
Kondisi daratan Pulau Nias sebagian besar berupa bukit yang terjal serta
pegunungan dengan tinggi yang bervariasi hingga 800 m diatas permukaan laut.
Iklim di Pulau Nias dipengaruhi oleh Samudera Hindia yang berbatasan langsung
dengan Pulau Nias dengan kecepatan angin maksimum 16 knot / jam dengan arah
21
perempuan mengikuti garis keturunan ayah. Para keturunan yang berasal dari satu
yaitu keluarga inti, tetapi kelompok yang penting adalah sangambatö sebua, yakni
keluarga besar yang terdiri dari keluarga inti senior ditambah lagi dengan keluarga
inti putra-putranya yang tinggal serumah, sehingga berupa sebuah rumah tangga
Pada kelompok masyarakat suatu desa (Ori) biasanya seluruh warga memiliki
pulau Nias, Masyarakat Nias Utara mengenal sistem kasta atau stratifikasi
Bangsawan (Si’ulu)
Pemuka agama(Ere)
Budak (Harakana)
22
individu hanya memiliki satu pasangan. Pernikahan biasanya terjadi secara Cross
Cousin atau pernikahan antara anak-anak dari kakak beradik yang berbeda jenis
kelamin. Mahar atau mas kawin yang wajib dibayarkan pihak keluarga laki-laki
kepada pihak keluarga perempuan berupa beberapa ekor babi serta emas. Adapun
untuk memperoleh serta meneruskan garis keturunan bagi pihak laki-laki serta
masyarakat serta untuk mewarisi kedudukan orangtua dalam adat karena yang
berhak mendapat kedudukan dalam adat ialah individu yang sudah berkeluarga
pemujaan ini ialah membuat patung-patung kayu dan batu (Adu) sebagai berhala
pemujaan yang bertujuan untuk mendapatkan berkah berupa hasil pertanian serta
yang diakui dan memiliki tanggung jawab yang berbeda pada masing-masing
23
Dunia manusia.
Dunia bawah.
asal-usul nenek moyang suku Nias yang berasal dari Teteholi Ana’a (langit) yang
diturunkan ke bumi di puncak gunung yang sekarang di kenal dengan nama Boro
Pengaruh Kosmologi ini terlihat jelas dalam bentuk arsitektur tradisional Nias,
baik itu dalam bentuk rumah adatnya maupun dalam pola perkampungan. Dalam
bentuk rumah tradisional, masyarakat Nias menepatkan bagian atas dari pada
perkampungan maka semakin tinggi letak kampung maka semakin dekat dengan
dunia atas, yang berarti semakin aman dan sejahtera.Penggunaan bentuk oval atau
bulat untuk denah bangunan berhubungan dengan gambaran alam semesta dan
wilayah lain cukup panjang dan rumit. Untuk membangun sebuah rumah
tradisional dimulai dengan perburuan kepala manusia ke daerah lain yaitu antar
desa bahkan antar wilayah. Empat kepala manusia diletakkan dibawah batu
pondasi tiap sudut bangunan sebagai persembahan untuk kesucian roh-roh para
24
Nias. Kepala manusia adalah persembahan yang penting untuk bangunan bagian
atas bangunan dimana sebagian diletakkan pada balok tertinggi pada bangunan.
Hal ini bertujuan sebagai persembahan untuk kesucian dunia yang tinggi
model alam semesta dengan dunia tinggi (Upperworld) dan dunia bawah
(Underworld) dan daerah tempat tinggal yang penuh dengan gambaran tumbuhan
sebuah rumah tradisional merupakan akhir dari hidupnya. Pada saat upacara
peresmian rumah tersebut sang arsitek dengan rela dijatuhkan dari puncak atap
rumah hingga mati, hal ini dilakukan untuk keamanan sang penghuni rumah jika
suatu saat terjadi penyerangan oleh musuh maka kelemahan dari bangunan terebut
D. Mata Pencaharian
Mata pencaharian pokok bagi masyarakat Nias Utara yang berdiam di daerah
dan belum mengenal sistem irigasi. Jenis tanamannya adalah padi, palawija,
pisang dan sayuran. Ladang yang sudah tandus digunakan untuk memelihara babi,
kambing, sapi dan kerbau. Mata pencaharian lainnya iaah berburu, menangkap
ikan, beternak dan kerajinan tangan. Hasil kerajinan tangan masyarakat Nias
25
dari besi, barang perhiasan dari emas, perabot rumah dari kayu, seni pahat batu,
bentuk denah bangunan tradisional yang sama dengan denah bangunan tradisional
Suku Dani merupakan salah satu dari banyaknya suku di tanah papua yang
Kabupaten Jayawijaya serta sebagian kabupaten Puncak Jaya dengan luas wilayah
sekitar 1.200 Km2. Sejak ratusan tahun lalu suku Dani dikenal sebagai petani yang
terampil dan telah menggunakan alat/perkakas seperti kapak batu, pisau yang
dibuat dari tulang binatang, bambu dan juga tombak yang dibuat menggunakan
Suku ini pertama kali diketahui mendiami Lembah Baliem dan diperkirakan sudah
ada sekitar ratusan tahun yang lalu. Orang yang pertama berinteraksi dengan suku
ini adalah tim penyidik asal Amerika Serikat yang dipimpin oleh Richard tahun
1935.
Bahasa suku Dani termasuk keluarga bahasa Melanesia dan bahasa Irian (secara
26
Sebagian masyarakat Suku Dani sudah memeluk agama Kristen, namun sebagian
upacara adat salah satunya adalah Rekwasi. Rekwasi adalah sebuah upacara adat
yang dilakukan untuk menghormati para leluhur. Pada upacara ini para prajurit
biasanya akan membuat tanfa dari lemak babi, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu
rekat, getah pohon mangga, dan bunga-bungaan dan digunakan pada bagian tubuh
mereka. Saat melakukan upacara ini para peserta juga melengkapi dirinya dengan
senjata tradisional seperti tombak, kapak, parang, dan juga busur beserta anak
panah.
Sumber : www.wacana.co
Sistem kekerabatan masyarakat Dani terdiri dari tiga kelompok antara lain :
masyarakat Suku Dani. kelompok ini terdiri atas tiga atau dua keluarga
27
gabungan beberapa ukul (klan kecil) yang disebut ukul oak (klan besar)
Masyarakat Suku Dani memiliki beberapa aturan dalam sistem sosial dan
royong
Suku Dani dipimpin oleh seorang kepala suku besar yaitu disebut Ap
Kain yang memimpin desa adat watlangka, selain itu ada juga 3 kepala
sendiri yaitu : Ap. Menteg, Ap. Horeg, dan Ap Ubaik. Silimo biasa yang
masyarakat Dani tidak ada sistem pemimpin, kecuali istilah kain untuk
28
biasanya pernah juga menjadi win metek, meski bukan syarat mutlak
tanam, bersifat ramah dan murah hati, pandai berburu, memiliki kekuatan
B. Sistem Pernikahan
kaum pria memiliki istri lebih dari satu. Keluarga inti ini tinggal di satu tempat
tinggal yang disebut Silimo. Sebuah desa Dani terdiri dari tiga atau emat Silimo
Dasar kepercayaan masyarakat Suku Dani adalah menghormati roh nenek moyang
babi. Konsep kepercayaan yang terpenting adalah Atou. yaitu kekuatan sakti para
nenek moyang yang diturunkan kepada anak laki – laki. Kekuasaan sakti ini
antara lain :
29
moyang yang disebut Kaneka. Selain itu juga ada juga Kaneka Hagasir yaitu
D. Mata Pencaharian
Nenek Moyang Suku Dani tiba di Irian hasil dari suatu proses perpindahan
Kemungkinan pada waktu itu masyarakat masih bersifat pra agraris yaitu baru
Mata pencahariannya utama Suku Dani adalah bercocok tanam dan berternak
babi. Umbi manis merupakan jenis tanaman yang diutamakan jenis tanaman yang
berladang.
Suku Wae Rebo merupakan salah satu suku yang terdapat kabupaten
30
Sumber : www.gema-budaya.blogspot.com
Stratifikasi atau sistem sosial pada masyarakat Wae Rebo atau Manggarai pada
umumnya menganut sistem stratifikasi kuno yang sudah ada sejak dulu. Pada
Kraeng ( bangsawan )
B. Sistem Pernikahan
sistem monogami yaitu kaum pria atau wanita hanya mempunyai satu
31
yang tinggi serta kerbau dan kuda kepada pihak keluarga pria.
Selain itu dalam kelompok masyarakat ini perkawinan adat tidak hanya
terjadi pada strata atau tingkatan sosial yang tinggi atau bangsawan namun
Saat ini sebagian besar masyarakat Flores menganut agama Katolik dan
yang berada di dunia lain (Ata Pelesina). Makhluk halus ini dipercaya dapat
menjaga rumah serta halaman, menjaga desa (Naga Golo), tanah pertanian
Karaeng atau Deva. Selain sebagai pencipta alam serta isinya, Mori Karaeng
Upacara keagamaan dipimpin oleh seorang Ata Mbeko yang diundang untuk
32
Kaum pria bekerjasama membuka lahan untuk ladang di daerah hutan yang
kemudian lahan tersebut dibagi untuk pihak yang ikut membuka lahan itu sendiri.
Selain bercocok tanam, masyarakat Flores juga beternak hewan yang tidak hanya
untuk kepentingan ekonomi, namun juga untuk keperluan mas kawin, untuk
disembelih dan dikonsumsi pada upacara adat, dan sebagai lambang kekayaan
Sumber : www.depositphotos.com
Suku bangsa yang mendiami daerah kutub bumi disebut dengan suku
Pada saat ini tercatat ada dua jenis suku bangsa Eskimo yang menghuni
kawasan-kawasan kutub yaitu Yupik dan Inuit. Inuit tersebar di utara Alaska,
33
Rusia). Orang Eskimo memiliki hubungan dengan etnis Aleut dan Alutiiq dari
Kepulauan Aleutian di Alaska dan juga Sug'piak dari Kepulauan Kodiak hingga
Suku timur Eskimo yaitu Inuit berbicara dalam bahasa Inuktitut, sedangkan
sangat luas maka suku Eskimo berpindah pindah tempat (nomaden). Tempat
Angatkuq oleh orang Eskimo sendiri sementara orang kulit putih menyebutnya
matahari, air, dan bulan. Roh yang diyakini serta paling tinggi dari roh-roh lainnya
Suku Eskimo juga meyakini bahwa manusia maupun hewan memiliki jiwa
yang hidup di dunia lain setelah kematian. Aturan khusus harus ditaati utk
menjaga roh & jiwa dari hukuman (seperti penyakit) semasa hidup. Kematian
34
diletakkan di tundra (tanah beku sepanjang tahun tetapi sebagian tanah kering
selama musim panas) dan dikelilingi oleh lingkaran dari batu yang disusun.
Peralatan lainnya akan ditempatkan di samping tubuh bagi jiwa untuk digunakan
a. Sistem Pernikahan
perkawinan poliandri yaitu seorang wanita memiliki lebih dari satu pasangan.
Sistem poliandri yang dianut secara spesifik ialah sistem poliandri non fraternal
yaitu memiliki dua atau lebih pasangan laki-laki yang bukan merupakan saudara
kandung.
Sistem perkawinan poliandri sendiri jarang ditemui dan hanya dianut oleh
b.Mata pencaharian
Mata pencaharian suku eskimo antara lain bercocok tanam, berburu, beternak dan
yang sebagian akan mencair dimusim panas, berbeda dengan daerah Kutub Utara
yang merupakan es yang mengapung. Selain itu mereka juga kebanyakan beternak
domba dan memancing ikan. Ada juga yang berburu hewan besar seperti beruang
35
Suku Boti merupakan salah satu suku tertua dan berasal dari Nusa
Tenggara Timur dan merupakan keturunan dari suku asli pulau Timor.Letak
geografis perkampungan masyarakat Suku Boti berada jauh dari perkotaan dan
Desa Boti kecamatan Kie yang terletak kurang lebih 40 km dari kota So’e
maupun untuk fungsi lainnya yang dalam bahasa Dawan disebut Umebubu yang
Sumber : www.google.co.id
Kesatuan hidup terkecil dalam masyarakat Boti disebut Ume. Makna leksikal
Ume berarti rumah, yang mengacu pada sebuah bangunan rumah tradisional Ume
36
Umebubu ini ditempati sebuah keluarga inti terutama oleh pihak istri beserta anak-
anak yang belum dewasa. Masing-masing keluarga inti membangun satu buah
Umebubu atau pun Umesae (bentuk rumah yang sudah mendapat pengaruh luar)
dalam satu wilayah yang anggotanya terdiri dari anggota keluarga pihak suami
(Armini,2010).
Gabungan beberapa Ume membentuk satu kesatuan keluarga luas atau klan
kecil disebut Kuan. Selanjutnya Kuan kecil bergabung membentuk Kuan besar
yang disebut Kanaf. Sebuah Kanaf dipimpin seorang kepala klan yang disebut Amaf
yang berarti ayah. Para Amaf di lingkungan ini nantinya diangkat sebagai
langsung dengan Pah Tuaf (penguasa wilayah). Pada rumah seorang amaf biasanya
terdapat bangunan Lopo (rumah bulat tanpa dinding). Lopo digunakan sebagai
tempat tidur laki-laki, tempat menyimpan hasil bumi, dan tempat melakukan
Golongan raja atau disebut Usif terdiri dari para raja dan keluarganya
Tokoh adat terdiri dari para Amaf (kepala klen), Meo (pemimpin
keamanan atau panglima perang), Mafefa (juru bicara adat), Mnae dan
37
B. Sistem Pernikahan
Masyarakat Suku Boti menganut sistem monogami atau hanya memiliki satu
orang pasangan. Seorang lelaki Boti yang sudah menikah, dilarang memotong
mereka yang disebut Halaika. Mereka percaya pada dua penguasa alam yaitu Uis
Pah dan Uis Neno. Uis Pah sebagai ibu yang mengatur, mengawasi, dan menjaga
kehidupan alam semesta beserta isinya termasuk manusia. Sedangkan Uis Neno
sebagai ayah atau bapak yang merupakan penguasa alam baka yang akan
pada agama lokal yaitu Halaika di suku Boti. Konsep kehidupan setelah kematian
dalam bahasa lokal disebut dengan Fatu Bian ma Hau Bian (di balik batu dan
kayu). Dalam konsep kepercayaan ini menjelaskan bahwa orang yang meninggal
38
Penganut Halaika harus menghormati alam karena mereka hidup dari alam yang
telah dilindungi Uis Pah sebagai roh penjaga bumi. Mereka berpandangan bahwa
dan makanan tidak boleh dipanen sebelum waktunya, bahkan rambut mereka pun
tidak boleh dicukur. Alat dapur dan peralatan makan mereka pun terbuat dari
Tradisi Halaika memiliki 4 nilai dasar yang disebut dengan Ha’ kae (empat
ini merupakan artikulasi dari pandangan hidup suku Boti mengenai tindak-tanduk
yang harus mereka lakukan dan bagaimana cara menjadi manusia sebaik-baiknya.
keras/beralkohol.
Kaes heot heo artinya warga halaika dilarang memetik Bijol yaitu
39
maka akan dikenakan sanksi yaitu tidak akan diakui sebagai penganut
suku Boti.
D. Mata Pencaharian
Mata pencaharian utama masyarakat Suku Boti ialah bertani dan berburu bagi
kaum laki-laki serta menenun kain tradisional bagi kaum perempuan. Di dalam
Suku Darai merupakan salah satu kelompok etnis asli Nepal yang
mendiami daerah hutan lebat dan lebah sungai Terai bagian dalam di distrik
barat dan tengah Nepal. Secara geografis letak perkampungan suku Darai cukup
terisolir dan sulit untuk dijangkau.Suku ini dikenal juga dengan beberapa sebutan
lain seperti Daroe, Darhi, Daraie, Daras, dan Darad. Mereka berbicara dengan
bahasa asli yang disebut bahasa Darai.Suku Darai memiliki bangunan tradisional
40
Sumber : www.google.co.id
Masyarakat Suku Darai menganut sistem sosial Hindu kuno yaitu mengenal
adanya sistem stratifikasi atau kasta untuk menentukan tingkatan sosial di dalam
masyarakatnya.
kelompok keluarga yaitu keluarga inti dan keluarga gabungan . keluarga inti pada
umumnya yang terdiri dari ayah, ibu, serta anak-anak. kelompok keluarga yang
lebih besar yaitu gabungan beberapa keluarga inti yang besaudara secara
41
rumah dan memiliki tempat penyimpanan bahan pangan serta dapur bersama.
Kelompok gabungan keluarga ini dipimpin oleh anggota keluarga laki-laki yang
keluarga. Sumber utama pencaharian masyarakat Suku Darai ialah murni dari
(Khadka,2017).
B. Sistem Pernikahan
secara Cross Cousin atau pernikahan antara anak-anak dari kakak beradik yang
memiliki garis patrilineal yang sama tidak diperbolehkan. Jika seorang kakak laki-
laki meninggal dunia dan meninggalkan istri, maka adik laki-lakinya wajib
pernikahan antar kasta baik dengan yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah
ajaran Hindu dengan memuja Dewa dan Dewi Hindu serta merayakan sebagian
42
Sapi Suci serta meyakini kesucian air seniNya (Gahut) namun sebenarnya mereka
tidak memiliki konsep agama yang jelas karena masih memegang kepercayaan
yang bersifat etnis yang diwarisi oleh leluhur secara turun temurun. Mereka
menerima adanya keberadaan kekuatan spiritual tersebut dalam bentuk roh yang
kehidupan sehari-hari.
Secara rasional keyakinan masyarakat Suku Darai dapat dibagi menjadi dua
aspek. Pertama ialah adanya Paap (dosa) dan Dharma (kebaikan) yang sifatnya
bahwa adanya agama dalam kehidupan mereka adalah sebagai penjaga keutuhan
keluarga.
kematian namun mereka percaya bahwa setelah meninggal arwah mereka akan
disebabkan oleh roh oleh karena itu untuk menjaga hubungan baik dengan roh
tersebut serta terhindar dari musibah maka mereka melakukan berbagai ritual
keagamaan.
43
dari alam semesta. Mereka menyebut ajaran ini sebagai Prakritipujak atau
naturalisme.
D. Mata Pencaharian
kelola secara tradisional. Adapun mata pencaharian masyarakat ini antara lain
bertani, berburu, serta mencari ikan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh kaum laki-
laki, sedangkan kaum wanita melakukan kegiatan produktif seperti menenun kain,
memiliki kebudayaan yang sama dan telah diketahui keberadannya sejak sekitar
tahun 1500 SM. Bangsa ini mendiami beberapa wilayah di Eropa dari daratan
Orang-orang dari bangsa Celtic dikenal sebagai pejuang yang tangguh bahkan
kaum wanita juga turut serta dalam peperangan. Mereka berperang menggunakan
berbagai senjata dan peralatan perang lainnya yang terbuat dari besi.
44
Sumber : www.pinterest.com
Setiap suku yang tergabung di dalam bangsa Celtic dipimpin oleh seseorang yang
di sebut Druid. Para Druid berasal dari kaum pendeta yang terpelajar, perancang
peraturan, penyair, dan juga peramal. Kepala suku ini ditentukan oleh masyarakat
45
para tabib.
Para pekerja yang memiliki tanah sendiri, pengrajin kulit, dan pandai
besi.
Para gembala yang bekerja untuk orang lain,serta pekerja yang tidak
suku.
B. Sistem Pernikahan
politik atau suku bagi kedua pihak keluarga yang terlibat.Sistem pernikahan
secara umum yang berlaku ialah monogami atau setiap individu hanya memiliki
satu pasangan. Pernikahan poligami hanya berlaku untuk kelas sosial yang tinggi
umumnya bersifat sementara yang telah diatur dalam kontrak tertentu sehingga
kasus perceraian merupakan hal yang lumrah dalam kelompok masyarakat ini.
46
kepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu Tuhan.Hal ini terbukti dari
Dewa atau Dewi dalam kepercayaan Celtic memiliki tanggung jawab yang
berbeda atas satu aspek kehidupan manusia dan alam semesta.Seperti kepercayaan
korban hewan, benda, maupun manusia yang biasanya adalah kaum budak.
dianggap sebagai permintaan para Dewa atau Dewi untuk menangkal terjadinya
hal-hal yang buruk atau musibah.Hal ini dilakukan terutama pada saat akan akan
memilih pemimpin suku maupun kelompok suku yang lebih besar untuk meminta
karena dipercaya memiliki kekuatan spiritualnya sendiri dan dijaga oleh para
D. Mata Pencaharian
Bangsa Celtic pada umumnya hidup dari bertani seperti menanam padi, umbi-
sapi, domba, dan babi. Sebagian masyarakat lain melakukan pekerjaan sebagai
pengrajin logam khususnya membuat berbagai senjata dan pakaian perang dari
47
Suku bangsa Basotho merupakan suku asli dari kerajaan Lesotho yang
berada di Afrika Selatan. Dengan luas wilayah 30.335km2 kerajaan ini memiliki
kondisi geografis yang dikelilingi oleh pegunungan dan memiliki iklim yang
cukup ekstrim yaitu musim panas yang hangat dengan curah hujan yang tinggi
serta musim dingin yang kering dan dingin.Suku bangsa ini berkomunikasi
pemukiman tradisional berada pada kawasan antara sungai Olifan dan sungai
Sumber : www.roomsforafrica.com
Kelompok sosial terkecil dalam masyarakat Basotho ialah keluarga inti yang
dipimpin oleh kepala keluarga yaitu ayah, sedangkan wanita dianggap sebagai
48
(marga) yang biasanya diambil dari nama binatang. Garis keturunan klan ini
keluarga ditunjukkan dengan banyaknya hewan ternak yang dimiliki oleh keluarga
B. Sistem Perkawinan
dilakukan oleh bangsa Basotho seperti halnya suku bangsa lainnya di daratan
Afrika bahkan hal ini merupakan aspek budaya serta kepercayaan.Mahar atau mas
kawin sebagai kewajiban pengantin pria yang harus dibayarkan kepada keluarga
pengantin wanita yang disebut Lobolo berupa kerbau sebagai simbol kekayaan
salah satu alasan terjadinya sistem pernikahan poligami dalam masyarakat Suku
Basotho.
C. Sistem kepercayaan
49
kepada leluhur dan kepada Tuhan atau Dewa yang disebut Modimo.
Masyarakat Basotho juga mengakui adanya Dewa lain yang lebih rendah daripada
namun mereka tidak melakukan pemujaan secara langsung karena merasa diri
tidak layak sebagai manusia sehingga mereka meminta kepada para leluhur untuk
berkomunikasi kepada Tuhan mewakili mereka pada saat terjadi musibah yang
menimpa mereka.
Sebagai rasa terima kasih kepada para leluhur maka masyarakat akan
D. Mata Pencaharian
Berikut ini tipologi rumah tradisional dari beberapa kelompok masyarakat lain di
berbagai wilayah dengan bentuk denah yang sama dengan bangunan tradisional
Nias Utara :
50
Bangunan honai atau rumah tinggal suku Dani memiliki karakteristik yang
merupakan bentuk adaptasi terhadap cuaca dingin dan angin kencang. Secara garis
• Tidak memiliki jendela dan ketinggian pintu sangat rendah (minim bukaan)
Atap bangunan Honai berbentuk bulat kerucut yang terdiri dari lingkaran-
lingkaran kayu besar yang dibakar sebagai kerangka atapnya dan kemudian diikat
empat yang terbuat dari batang pohon muda yang diikat di bagian atas dan
ditancapkan ke dalam tanah. Pada lantai bangunan, ruang yang terbentuk diantara
menghangatkan ruangan di dalam Honai. Bahan penutup atap Honai terbuat dari
jerami atau rumbia dikarenakan bobotnya yang ringan serta dapat melindungi dari
hujan atau panas. Sedangkan bagian dinding terbuat dari papan kayu kasar yang
disusun dua lapis yang bertujuan untuk menahan udara dingin dan angin kencang
keluarga inti yang tinggal bersama dalam satu lingkungan yang disebut Silimo.
Silimo merupakan suatu kawasan kecil yang dihuni beberapa keluarga dan
51
terpencar- pencar dan tidak mengikuti suatu pola khusus. Biasanya untuk
mendirikan suatu Silimo dipilih suatu daerah yang tinggi dan tidak terlalu jauh
dengan aliran sungai. Pemilihan lokasi yang tinggi ini merupakan salah satu cara
Hunila (dapur).
Konsep penataan massa pada Silimo membentuk huruf U atau setengah lingkaran
yang dikelilingi oleh pagar kayu sebagai batas atau penanda teritori dan pengaman
dari serangan musuh atau binatang buas. Berikut adalah ilustrasi konsep penataan
52
langsung berhadapan dengan tamu ataupun gangguan dan ancaman yang masuk
ke kompleks Silimo. Honai untuk laki-laki dan rumah adat atau Pilamo
merupakan bangunan yang terlarang bagi para wanita untuk dimasuki dan
sebaliknya. Pada beberapa Silimo, honai perempuan atau Ebeai jumlahnya lebih
dari satu. Hal ini karena masyarakat Dani menganut sistem perkawinan poligami,
tenaga kerja dan generasi penerus suku Dani. Jumlah istri juga merupakan simbol
kemakmuran karena orang yang mampu mempunyai istri lebih dari satu maka
dianggap memiliki status sosial yang lebih tinggi. Biasanya kepala suku atau
orang-orang dengan tingkat ekonomi yang baik akan memiliki istri lebih dari satu.
babi diibaratkan sebagai tangan kiri, sementara pintu masuk diibaratkan sebagai
kaki dan bagian tengah silimo yang berupa ruang terbuka untuk umum diibaratkan
sebagai jantung.
53
Honai laki-laki
Merupakan tempat tinggal untuk kepala keluarga, kerabat dan keluarga laki-laki,
serta anak laki-laki yang telah berumur lebih dari 5 tahun. Honai laki-laki ini
berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai, dengan sebuah perapian terletak di
pusat bangunan. Lantai satu difungsikan sebagai tempat bersantai dan lantai dua
sebagai tempat beristirahat atau tidur. Masyarakat suku Dani tidur dengan pola
kepala membujur di bagian dinding dan kaki mengarah ke pusat honai (perapian).
54
Pilamo berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai. Lantai pertama berfungsi
sebagai tempat untuk mendidik dan membina para remaja suku Dani agar menjadi
laki-laki yang kuat dan tangguh sejak kecil. Selain itu juga berfungsi sebagai
sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda pusaka dan senjata perang, serta
Ebeai berbentuk bulat dan terdiri dari dua lantai dengan sebuah perapian terletak
remaja wanita agar dapat mengerjakan tugas-tugas kewanitaannya. Selain itu juga
Dapur bersama atau Hunila merupakan bangunan yang berbentuk persegi panjang
dengan tinggi sekitar 1,5 meter hingga 2 meter. Dapur digunakan sebagai tempat
memasak sehari-hari. Pada bangunan dapur ini para anggota keluarga biasanya
Kandang babi merupakan suatu bangunan yang berbentuk persegi panjang dan
55
jumlahnya.
Rumah Mbaru Niang merupakan rumah tradisional Suku Wae Rebo yang
berada di daerah Nusa Tenggara Timur. Rumah tradisional ini terdiri atas atas
Bangunan Mbaru Niang terdiri dari lima lantai yang memiliki fungsi masing-
barang-barang sehari-hari.
bahan pangan yang bisa digunakan saat dalam keadaan darurat karena
56
sebagai bangunan utama dan paling besar dalam kelompok bangunan Mbaru
yang dihuni oleh enam hingga delapan keluarga yang membagi ruang pribadinya
dipertahankan oleh masyarakat. Ruangan terbagi atas dua area yaitu area publik
57
tetua adat saat melakukan upacara adat yaitu tepat di depan tiang utama serta pada
bagian dinding bangunan berfungsi sebagai tempat beristirahat para tamu. Pada
bagian tengah ruangan atau area yang lebih privat hanya digunakan oleh pengguna
atau penghuni bangunan tersebut dimana terdapat dapur serta lemari perabotan
pribadi setiap keluarga. Bagian paling belakang merupakan area yang paling
privat dimana terdapat delapan kamar yang masing-masing dihuni oleh satu
keluarga dan posisi kaki saat tidur selalu menghadap ke dalam atau ke arah tiang
utama bangunan. Bangunan Mbaru Niang yang dihuni oleh beberapa keluarga
Rumah tradisional suku Eskimo atau Inuit disebut Igloo yaitu berupa
bangunan berbentuk kubah (Dome) yang material utamanya terbuat dari balok es
dengan satu pintu masuk berupa lorong. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat
dari udara dingin dan serangan binatang buas. Dari segi ukuran bangunan Igloo
hari yang biasanya dibangun dan dihuni oleh para pemburu selama
hanya terdapat satu ruangan yang dapat dihuni oleh dua keluarga sebagai
58
ini terdiri dari beberapa Igloo berukuran sedang yang dihubungkan oleh
menggunakan rangka.
Sumber : www.louisiana.jurnal-budaya.com
Balok es yang digunakan berasal dari salju yang mengeras akibat terpaan angin
sehingga materialnya lebih kuat dan saling terpaut. Lubang dari galian salju
permukaan yang lebih tinggi dimanfaatkan sebagai ruang yang lebih membutukan
suhu hangat seperti ruang keluarga dan ruang tidur karena hawa dingin akan
terperangkap pada ruangan yang lebih rendah akibat berat jenis yang lebih tinggi,
59
atas.
Sumber : www.louisiana.jurnal-budaya.com
Pada kawasan tertentu dinding Igloo dilapisi dengan kulit hewan yang
penerangan tradisional atau Kudlik yang menggunakan bahan bakar lemak hewan
seperti anjing laut dan hewan buruan lainnya. Lampu tradisional tersebut
menghasilkan kalor atau panas yang juga membantu meningkatkan suhu udara di
dalam ruangan. Selain itu panas dari lampu akan mencairkan es pada bagian
dalam Igloo namun bagian es yang mencair akan segera beku kembali dan
pada Igloo.
60
Rumah tradisional Suku Boti atau disebut Umebubu yang terletak di Pulau
Timor merupakan sebuah bangunan berbentuk bulat dengan atap berbentuk yang
hampir menyentuh tanah. Bangunan ini dihuni oleh satu keluarga inti sebagai
Dalam tradisi Suku Boti, Umebubu merupakan bangunan pertama yang harus
dikelilingi oleh tembok batu agar sulit dijangkau untuk menghindari serangan
musuh. Dinding bangunan Umebubu terbuat dari potongan kayu dan bambu yang
disusun melingkar dengan diameter antara tiga hingga lima meter dan memiliki
satu pintu masuk berbentuk setengah lonjong dengan ketinggian kurang dari satu
meter sehingga orang dewasa harus membungkuk untuk melewati pintu ini.
61
Sumber : www.uajy.ac.id
Suku Darai sebagai salah satu kelompok etnis di Nepal memiliki rumah
tadisional yang disebut Ghumaune Ghar yang artinya ”rumah berbentuk bulat”.
Secara geografis bangunan ini terletak di daerah pegunungan dan terisolir dimana
terpencil dan sulit dijangkau. Bagian dinding bangunan ini terbuat dari kayu yang
dilapisi campuran lumpur dan tanaman belukar pada sisi dalam dan luarnya,
sedangkanbagian atapnya terbuat dari tanaman belukar atau disebut Khar yang
antara lain :
62
Bhansa (Dapur)
benua Eropa, mereka mendirikan pemukiman diatas bukit yang disebut Hill-Forts.
Kawasan pemukiman ini terdiri atas beberapa bangunan. Tempat tinggal Bangsa
Celtic berupa bangunan berbentuk silinder atau lingkaran dengan atap berbentuk
kerucut tanpa jendela, bukaan pada bangunan hanya berupa sebuah pintu masuk.
Letak pintu masuk tidak menyatu dengan struktur utama bangunan melainkan
dipisahkan oleh sebuah lorong yang berfungsi untuk mencegah udara dingin dari
lingkungan sekitar pemukiman. Atap bangunan terbuat dari jerami yang bagian
atasnya dilapisi dengan lumpur untuk menjaga suhu di dalam bangunan tetap
hangat,sedangkan bagian dinding bangunan terbuat dari anyaman kayu dan juga
campuran lumpur.
material batu yang disusun dan direkatkan dengan tanah liat untuk bagian
dindingnya.
63
suhu di dalam bangunan. Terdapat sebuah lubang kecil pada bagian puncak atap
bangunan
Suku bangsa Basotho merupakan suku asli dari kerajaan Lesotho yang
dataran rendah yang lebih subur untuk lahan pertanian dibandingkan tanah dataran
tinggi. Daerah dengan pemukiman tradisional berada pada kawasan antara sungai
Olifan dan sungai Steelpoort di provinsi utara Afrika Selatan. Bangsa Basotoho
silinder dengan bentuk atap kubah yang menggunakan material yang terdapat di
sekitar pemukiman. Dinding bangunan terbuat dari batu yang disusun dan
direkatkan dengan campuran pasir, tanah, serta kotoran ternak seperti sapi.
Dinding bangunan ini berukuran tebal untuk menghalau udara panas pada siang
hari dan udara dingin pada malam hari masuk ke dalam ruangan. Lantai ruangan
dilapisi dengan campuran kotoran hewan agar rata dan halus, sementara bagian
atap bagunan terbuat dari tanaman rumbia yang dijahit hingga puncak atap
64
serta pintu utama berukuran dengan tinggi 0,5 m untuk menghalau sinar matahari
langsung memasuki ruangan. Ukuran pintu yang kecil juga bertujuan mencegah
65
METODOLOGI PENELITIAN
kelompok data (variabel) atau lebih. Uji ini bergantung pada jenis data (nominal,
ordinal, interval/rasio) dan kelompok sampel yang diuji. Komparasi antara dua
sampel yang saling lepas (independen) yaitu sampel-sampel tersebut satu sama
lain terpisah secara tegas dimana anggota sampel yang satu tidak menjadi anggota
sampel lainnya.
tentang benda-benda, tentang orang, prosedur kerja, ide-ide, kritik terhadap orang,
66
Menurut Sudijono Anas (2009: 273 dan 287) penelitian komparasi pada
perbedaan tentang benda, orang, prosedur kerja, ide, kritik terhadap orang atau
dapat berbeda pada waktu yang berbeda untuk obyek atau orang yang sama, atau
nilai dapat berbeda dalam waktu yang sama untuk orang atau obyek yang berbeda.
Pada penelitian ini terdapat dua buah variabel, yaitu variabel dependen dan
Variabel ini sering juga disebut dengan variabel terikat atau variabel
tidakbebas, variabel output, kriteria atau konsekuen, dan menjadi perhatian utama
dalam penelitian.
Variabel tak bebas ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel sebab atau variabel bebas. Jadi variabel
dependen di dalam penelitian ini adalah bangunan Rumah tradisional Nias Utara.
Variabel ini merupakan perhatian utama daripenelitian ini dan bersifat terikat.
67
sebab (presumed couse variabel) dari variabel dependen, yaitu variabel yang
variabel). Variabel ini sering juga disebut dengan variabel bebas, variabel
variabel dependen, atau yang menyebabkan terjadinya variasi bagi variabel tak
dalam penelitian ini adalah berbagai faktor antropologis seperti sistem sosial,
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjekyang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
Sampel dapat dikatakan baik apabila sampel tersebut memenuhi dua kriteria yaitu
presisi dan akurat. Sampel yang diharapkan memiliki presisi yang tinggi yaitu
68
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah studi
dengan teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah dan variabel yang diteliti,
Perpustakaan
Jurnal-jurnal imiah
Salah satu tujuan penelitian adalah untuk menguji hipotesis. Tujuan pengujian
pernyataan hipotesis didukung oleh fakta yang dikumpulkan dan dianalisis dalam
penelitian deskriptif.
69
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat seta
yang akan diteliti, mengkaji berbagai aspek dalam fenomena tertentu, dan
70
4.1. Pembahasan
yang akan dibandingkan dengan aspek antropologi dari objek utama penelitian
Sistem Pernikahan
Mata pencaharian
71
Dari sistem kekerabatan masyarakat Suku Dani dan Nias utara memiliki
besar yang berasal dari satu garis keturunan. Namun masyarakat suku
Dari sistem pernikahan masyarakat Suku Dani dan Nias utara tidak
memiliki persamaan.
Dari aspek mata pencaharian masyarakat Suku Dani dan Nias Utara
kehidupan.
72
kehidupan.
aspek kehidupan.
73
persamaan yaitu bertani dan berburu bagi kaum pria dan mengerjakan
persamaan.
persamaan yaitu bertani dan berburu bagi kaum pria dan mengerjakan
F. Bangsa Celtic
perbudakan.
74
persamaan.
besi.
75
A. Fungsi ruang
hubungan kekeluargaan yang erat dalam satu desa (Ori) dan adanya tradisi
B. Keadaan Geografis
bukit dimana menurut kosmologi masyarakat Nias semakin tinggi letak suatu
perkampungan maka akan semakin dekat dengan dunia atas dimana daerah
tersebut relatif bersuhu dingin. Oleh karena itu dibutuhkan ruang yang lebih
dan jagat raya berbentuk bulat sehingga diterapkan pada bentuk dasar
serta membedakan ciri adat istiadatnya. Dalam hal ini bentuk rumah
76
bentuk rumah tradisional Nias Selatan dan Nias tengah berbentuk persegi.
Dari aspek fungsi ruang masyarakat Nias Utara membutuhkan ruang yang
Ruang yang luas dan lapang juga dibutuhkan sebagai strategi untuk
mengamati musuh jika terjadi perang dimana pada ruang yang berbentuk
bulat atau oval lebih mudah untuk melakukan pengamatan ke arah luar
bangunan.
77
KESIMPULAN
perbandingan dan analisa latar belakang antropologis (nonfisik) dan fungsi (fisik)
dari beberapa kelompok masyarakat lain yang juga menggunakan bentuk denah
yang sama serta dari masyarakat Nias Utara sendiri. Secara kosmologi masyarakat
Nias Utara meyakini bahwa alam semesta dan jagat raya berbentuk bulat sehingga
diterapkan pada bentuk dasar rumah tradisionalnya. Bentuk bulat juga mewakili
benda benda atau makhluk hidup yang terdapat di alam. Menurut pengelompokan
Dalam hal ini bentuk rumah tradisional Nias Utara berbeda dengan wilayah lain di
Pulau Nias, dimana bentuk rumah tradisional Nias Selatan dan Nias Tengah
berbentuk persegi. Ditinjau dari aspek fungsi ruang, masyarakat Nias Utara
membutuhkan ruang yang cukup luas untuk melakukan kegiatan berkumpul antar
masyarakat desa. Ruang yang luas dan lapang juga dibutuhkan sebagai strategi
untuk mengamati musuh jika terjadi perang dimana pada ruang yang berbentuk
bulat atau oval lebih mudah untuk melakukan pengamatan ke arah luar bangunan,
dan dari aspek kenyamanan suhu, ruangan yang berbentuk bulat dapat
menyebabkan suhu udara yang lebih tinggi sehingga ruangan terasa lebih hangat
78
SARAN
Bentuk bulat atau oval merupakan bentuk dasar yang saat ini jarang
ataupun tidak umum digunakan oleh masyarakat dalam merancang suatu objek
arsitektur. Meskipun bentuk ini tidak lagi efektif diterapkan pada bangunan
sisi lain bentuk bulat ini memiliki karakter atau keunikannya serta pengalaman
ruang tersendiri yang mungkin tidak terdapat pada bentuk dasar lain. Secara
estetika dan emosional bentuk ini dapat dimanfaatkan atau dieksplorasi dalam
merancang suatu objek arsitektur yang tentunya diseusaikan pula dengan keadaan
saat ini.
beralih fungsi menjadi sekedar bangunan simbolis namun sebaiknya tetap dijaga
kelestariaanya mengingat pada saat ini rumah tradisional Nias Utara semakin
jarang ditemui dan bahkan dapat terancam punah bila tidak dijaga keberadaannya.
79
Alamsyah, Bhakti , Prof. Dr. Julaihi Bin Wahid. (2012). Tipologi Arsitektur Rumah Adat Nias
Selatan & Rumah Adat Nias Utara. Graha Ilmu.
Boru, Jeky El. (2013). Perkembangan Arsitektur Vernakular Atoni. Universitas Atma Jaya.
Yogyakarta.
Eldwin, Hajera, Astuti S. (2012). Masyarakat Dan Kebudayaan Indonesia Kebudayaan Timor.
http://hajera.blogspot.com/2012/01/kebudayaan-timor.html
Gruber, P dan Herbig. (2005). Settlements and Housing on Nias Island: Adaptation and
Development, Vienna: Institute for Comparative Research in Architecture.
Hariyono, Paulus. (2007). Sosiologi kota untuk arsitek. Bumi Aksara, Jakarta.
Kershaw, Peter. dkk. (1996). The Shelter Characteristics of Traditional-Styled Inuit Snow Houses.
Arctic, Vol. 49, No.4. 328-338
Lase, Y. (2005). Kontrol Seismik pada Rumah Adat Nias, Jakarta: HAKI Seminar
Lumantarna, B., Pudjisuryadi, P (2012). Learning from Local Wisdom: Friction Damper in
Traditional Building. Civil Engineering Dimension, Vol. 14, No.3.
Mentayani, ira, dan Ikaputra. (2012). Menggali makna arsitektur vernakular: Ranah, Unsur, dan
Aspek-Aspek Vernakularitas. LANTING Journal of Architecture, Vol. 1, No 2. 68-82
80
Universitas Sumatera Utara
Nag, Oishimaya Sen. (2018). Religious Beliefs in Lesotho.
https://www.worldatlas.com/articles/religious-beliefs-in-libya.html
Salipu, M. Amir, Santoso, Imam. (2014). Pengaruh Kenyamanan Dan Keamanan Bermukim
Terhadap Bentuk Permukiman Tradisional Suku Dani Di Wamena Kabupaten Jayawijaya, Papua.
Program Studi Arsitektur, UPN Veteran, Jawa Timur.60-66
Smith, Andile. (2018). Sotho people, culture, traditional attire, food, language, quick
facts.https://buzzsouthafrica.com/sotho-people-language-and-culture/
Sumarsono, Elisabeth. (2012). Konsep kehidupan setelah kematian Fatu Bian Ma Hau Bian :
Upaya untuk mempertahankan identitas keagamaan lokal Atoin Pah Meto Suku Boti.Universitas
Gadjah Muda. Yogyakarta.
Suriawidjaja, Eppi P. dkk. (1986). Persepsi bentuk dan konsep arsitektur. Djambatan, Jakarta.
Sutardi, Tedi. (2007). Antropologi Mengungkapkan Keragaman Budaya, Setia Purna Inves,
Bandung. 25-54
Yuliawati, Sri. (2011). Pengukuran Gatra Sosial Budaya Di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 15, Nomor 1. Program Pascasarjana
UHAMKA, Jakarta.
https://www.everyculture.com/wc/Japan-to-Mali/Sotho.html
http://louisiana.jurnal-budaya.com/id3/2314-2205/Igloo_23451_louisiana-jurnal-budaya.html
81
Universitas Sumatera Utara