Anda di halaman 1dari 86

KAJIAN PENERAPAN INTERNATIONAL STYLE

PADA BANGUNAN RUKO


(Studi Kasus : Citra Land Bagya City)

SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD TEDDY HIDAYAT

110406022

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


KAJIAN PENERAPAN INTERNATIONAL STYLE
PADA BANGUNAN RUKO
(Studi Kasus : Citra Land Bagya City)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik


Dalam Departemen Arsitektur
Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD TEDDY HIDAYAT


110406022

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

KAJIAN PENERAPAN INTERNATIONAL STYLE


PADA BANGUNAN RUKO
(Studi Kasus : Citra Land Bagya City)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2015

Penulis

(Muhammad Teddy Hidayat)

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi : KAJIAN PENERAPAN INTERNATIONAL STYLE
PADA BANGUNAN RUKO
(Studi Kasus : Citra Land Bagya City)
Nama Mahasiswa : Muhammad Teddy Hidayat

Nomor Pokok : 110406022

Departemen : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

(Imam Faisal Pane, S.T., M.T.)

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

(Dr.Ir.Dwira N. Aulia, M.Sc.,) (Ir. N. Vinky Rahman, MT.)

Tanggal Lulus: Juli 2015

Universitas Sumatera Utara


Telah diuji pada
Tanggal : Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D.

Anggota Komisi Penguji : 1. Ir. Dwi Lindarto Hadinugroho, M.T.

2. Imam Faisal Pane, S.T., M.T.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunia-Nya dimampukan untuk menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Universitas Sumatera Utara

(USU) Medan.

Penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Bapak Imam Faisal Pane, S.T.,M.T. selaku Dosen Pembimbing yang telah

membantu memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Ir. M. Nawawiy Loebis, M.Phil., Ph.D dan Bapak Ir. Dwi

Lindarto Hadinugroho, M.T. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

kritik dan saran nya dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan

Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen

Arsitektur,Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,

Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada security Citra Land Bagya City yang telah memberikan izin survey dan

meluangkan waktunya kepada penulis dalam melakukan penelitian guna

mendapatkan data yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada mama tercinta ibu Ningsih, abang dan kakak saya Mhd Fajar Arif &

Sundari, Mhd Hamdani yang telah memberikan semangat, dorongan, dan

bantuan untuk menyelesaikan studi dan skripsi penulis di Universitas Sumatera

Utara (USU) Medan.

Universitas Sumatera Utara


7. Kepada yang tersayang Sri Wahyuni S.Kep serta My Best Friend saya Kiki

Prayugi, Faisal, Ari dan Rekan-rekan mahasiswa (Yurizki, Agung, Reza,

Ridwan) yang telah membantu serta memberikan motivasi dan dorongan

hingga selesainya skripsi ini.

8. Teman-teman seperjuangan (Andre, Robby, Iqbal dan Bg Liel), rekan-rekan

mahasiswa/i stambuk 2011 dan adik-adik stambuk 2014.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari

sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

yang besar bagi semua pihak.

Medan, Juli 2015

Penulis,

Muhammad Teddy HIdayat


110406022

ii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin luas,


salah satunya di Indonesia. Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru
mengenai pandangan hidup yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa
prinsip-prinsip International Style. Arsitektur modern diketahui telah berkembang
lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun 1800an hingga 1960. Dalam
retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya international menjadi gaya
yang sedang trend, para arsitek-arsitek dunia yang setiap karyanya menerapkan
prinsip-prinsip International Style. Bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya
City juga menerapkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur
sebagai volume, Keteraturan, Penghindaran penggunaan ornamen. Pada bagian
dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca, keteraturan pada atap,
susunan jendela dan kolom karena menggunakan grid, dan tidak menggunakan
ornament. Sekarang ini banyak bangunan ruko yang menerapkan karakteristik
arsitektur modern, dikarenakan lebih mengutamakan keindahan fasade dan
mengikuti fungsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi lapangan. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa bangunan ruko Citra Land Bagya City merupakan bangunan
arsitektur modern yang menerapkan prinsip-prinsip International Style.
Kata kunci: international style, arsitektur modern, rumah toko

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The development of architecture in all over the world becomes wide day by day,
one of them is in Indonesia. Modern architecture is the result of the new thought
about life view that applied in a building with some principles of the International
Style. Modern architecture has developed around half of century, started from
1800s until 1960s. In retrospecsion between 1920s and 1930s international style
became trendy style, wold architect in every of their works applied the
International Style principle. Citra Land building also applied International Style
principle such as architecture as a volume, regularity, avoid of using ornaments.
Building wall, uses glass as a dominant material, regularity at the roof,
composition of window and column because of using grid, and no use of
ornament. At present many buildings (ruko) applied modern architecture
characteristic, because they consider façade beauty and following of the function.
This research uses qualitative method with collecting data through field
observation. The results of this research shows that Citra Land Bagya City
building is a modern architecture building which applied International Style.

Keywords: international style, modern architecture, home store

iv

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 2
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
1.5. Batasan Penelitian ............................................................................... 3
1.6. Kerangka Berfikir................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

2.1. Tinjauan Ruko ..................................................................................... 5


2.2. Tinjauan Arsitektur Modern ................................................................ 13
2.3. Tinjauan International Style ................................................................ 20
2.4. Kerangka Teori.................................................................................... 22

BAB III METODOLOGI .............................................................................. 23

3.1. Jenis Penelitian .................................................................................... 23


3.2. Variabel Penelitian ............................................................................. 23
3.3. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 24
3.4. Kawasan Penelitian ............................................................................. 25
3.5. Metode Analisis Data .......................................................................... 27

Universitas Sumatera Utara


BAB IV DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN ...................................... 28

4.1. Kawasan Penelitian ............................................................................. 28


4.2. Tampilan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ............................. 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 35

5.1. Analisa Prinsip International Style ..................................................... 35

5.2. Analisa Bangunan Ruko Citra Land Bagya City dengan Prinsip
Internional Style ......................................................................................... 47

5.3. Analisa Berdasarkan Contoh Bangunan Arsitetkur Modern ............... 51

BAB VI KESIMPULAN ................................................................................ 57

6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 57

6.2. Saran .................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58

vi

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tokoh Arsitek International Style ................................................... 13

Tabel 2.2. Contoh Bangunan Arsitektur Modern ............................................. 13

Table 3.1. Variabel Penelitian .......................................................................... 24

Tabel 5.1. Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius ... 13

Tabel 5.2. Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius ............................ 13

Tabel 5.3. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Walter


Gropius ............................................................................................................. 13

Tabel 5.4. Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De
Rohe ................................................................................................................. 13

Tabel 5.5. Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe ........ 13

Tabel 5.6. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Ludwig Mies
Van De Rohe .................................................................................................... 13

Tabel 5.7. Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya
City ................................................................................................................... 13

Tabel 5.8. Keteraturan Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ............. 13

Tabel 5.9. Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Bangunan Ruko Citra Land
Bagya City........................................................................................................ 13

vii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Kerangka Berfikir ........................................................................ 5

Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920 ................................................................... 10

Gambar 2.2. Ruko Modern Minimalis ............................................................. 11

Gambar 2.3. Bangunan La Majolikahaus ......................................................... 13

Gambar 2.4. Bangunan Maison Caillot ............................................................ 14

Gambar 2.5. Bangunan Seagram ...................................................................... 16

Gambar 2.6. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1927) ....................... 19

Gambar 2.7. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1930) ....................... 19

Gambar 2.8. Famsworrth House, Fox River, Illinois ....................................... 29

Gambar 2.9. Barcelona Pavilion ...................................................................... 29

Gambar 2.10. Barcelona Pavilion .................................................................... 30

Gambar 2.11. Tugendhat House ...................................................................... 30

Gambar 2.12. Tugendhat House ...................................................................... 30

Gambar 2.13. Crown Hall ............................................................................... 30

Gambar 2.14. Seagram Building ...................................................................... 31

Gambar 2.15. Lake Shore Drive ...................................................................... 31

Gambar 2.16. Fagus Factory, Alfeld-an-der-Liene .......................................... 31

Gambar 2.17. Village College .......................................................................... 32

Gambar 2.18. Gropius House ........................................................................... 32

Gambar 2.19. Bauhaus ..................................................................................... 32

viii

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.20. Michael Reese Hospital ............................................................. 33

Gambar 2.21. Harvard Graduate Center .......................................................... 33

Gambar 3.1. Peta Indonesia ............................................................................. 36

Gambar 3.2. Peta Kawasan Penelitian ............................................................. 37

Gambar 3.3. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City........................................ 37

Gambar 4.1. Peta Indonesia ............................................................................. 39

Gambar 4.2. Peta Lokasi Bangunan Ruko Citra Land Bagya City .................. 40

Gambar 4.3. Kawasan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City ...................... 41

Gambar 4.4. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type A ............. 42

Gambar 4.5. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type A .......................... 42

Gambar 4.6. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type B ............. 43

Gambar 4.7. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type B ........................... 43

Gambar 4.8. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type C ............. 44

Gambar 4.9. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type C ........................... 44

ix

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin luas,


salah satunya di Indonesia. Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru
mengenai pandangan hidup yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa
prinsip-prinsip International Style. Arsitektur modern diketahui telah berkembang
lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun 1800an hingga 1960. Dalam
retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya international menjadi gaya
yang sedang trend, para arsitek-arsitek dunia yang setiap karyanya menerapkan
prinsip-prinsip International Style. Bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya
City juga menerapkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur
sebagai volume, Keteraturan, Penghindaran penggunaan ornamen. Pada bagian
dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca, keteraturan pada atap,
susunan jendela dan kolom karena menggunakan grid, dan tidak menggunakan
ornament. Sekarang ini banyak bangunan ruko yang menerapkan karakteristik
arsitektur modern, dikarenakan lebih mengutamakan keindahan fasade dan
mengikuti fungsi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui observasi lapangan. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa bangunan ruko Citra Land Bagya City merupakan bangunan
arsitektur modern yang menerapkan prinsip-prinsip International Style.
Kata kunci: international style, arsitektur modern, rumah toko

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

The development of architecture in all over the world becomes wide day by day,
one of them is in Indonesia. Modern architecture is the result of the new thought
about life view that applied in a building with some principles of the International
Style. Modern architecture has developed around half of century, started from
1800s until 1960s. In retrospecsion between 1920s and 1930s international style
became trendy style, wold architect in every of their works applied the
International Style principle. Citra Land building also applied International Style
principle such as architecture as a volume, regularity, avoid of using ornaments.
Building wall, uses glass as a dominant material, regularity at the roof,
composition of window and column because of using grid, and no use of
ornament. At present many buildings (ruko) applied modern architecture
characteristic, because they consider façade beauty and following of the function.
This research uses qualitative method with collecting data through field
observation. The results of this research shows that Citra Land Bagya City
building is a modern architecture building which applied International Style.

Keywords: international style, modern architecture, home store

iv

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin

maju, salah satunya di Indonesia. Arsitektur di Indonesia semakin berkembang,

salah satu dampak dari globalisasi adalah terjadinya perkembangan kota.

Berkembanganya kota-kota di Indonesia ini telah memicu peningkatan kegiatan

pembangunan kota dalam bentuk-bentuk pembangunan baru yang berskala besar,

sehingga dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sebagai kota terbesar ketiga

di Indonesia, kegiatan perkonomian di Kota Medan termasuk sangat pesat,

pesatnya perekonomian dapat ditunjukan dengan banyaknya lahan yang

dimanfaatkan sebagai ladang bisnis dengan membangun pusat perbelanjaan dan

pertokoan. Meningkatnya aktivitas perdagangan yang ditandai dengan semakin

banyaknya ruko (rumah toko), akan berdampak pada peningkatan mobilisasi

penduduk. Dengan seiring perkembangan zaman, perkembangan gaya-gaya

arsitektur pada ruko (Rumah Toko) sekarang ini berlangsung secara berkelanjutan

pada desain bangunannya. Bangunan ruko (rumah toko) di kota Medan sekarang

ini terlihat bentuk bangunannya yang cantik dan tetap memiliki nilai membuat

peneliti tertarik untuk menganalisis bangunan ruko modern.

Arsitektur modern mulai mengalami peningkatan dikarenakan segenap

filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat diformulasikan dengan

sempurna dari ide sampai dengan realisasinya bangunan kotak dan geometris

Universitas Sumatera Utara


murni dan mampu menyempurnakan ekpresi space/ruang. Pada priode ini

penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi, perencanaan tidak hanya

mempertimbangkan bagian dalamnya saja tetapi juga hubungan dengan keadaan

lingkungan dimana bangunan tersebut berada.

Arsitektur modern adalah hasil pemikiran baru mengenai pandangan hidup

yang diterapkan pada bangunan dengan beberapa prinsip-prinsip pada

International Style. Totalitas daya, upaya dan karya dalam bidang arsitektur yg

dihasilkan dari alam pemikiran modern yang dicirikan sikap mental yang selalu

menyisipkan hal-hal baru, progresip , hebat dan kontemporer sebagai pengganti

dari tradisi dan segala bentuk pranatanya. Arsitektur dimaksudkan untuk

mendorong tujuan-tujuan sosial jangka panjang dan menekankan sosial. Dalam

retropeksi bahwa antara tahun 1920 dan 1930 gaya International memainkan

peran formatif dalam evolusi semua aspek arsitektur modern, Arsitektur modern

diketahui telah berkembang lebih kurang setengah abad, berawal kira – kira tahun

1800an hingga 1960. Pertumbuhan dan perluasan International Style ke seluruh

penjuru dunia sekarang sejarah kuno, pada akhirnya gaya internasional telah

universal disesuaikan dan diganti dengan yang baru, akan tetapi tindakan ini

dianggap sebagai penghianat gerakan modern. Arsitektur modern tidak bermula

dengan revolusi yang tiba-tiba membuang yang pra modern dan menggantinya

dengan geometris sebagai satu-satunya rupa arsitektur, tetapi secara setahap demi

setahap menghapuskan ornament-ornamen dan dekorasi yang digantikan oleh

geometri.

Universitas Sumatera Utara


1.2. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas, maka ditemukan perumusan

masalah. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Apakah pengaruh International Sytle dengan bangunan ruko (rumah toko)

di Citra Land Bagya City ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari peneltian ini adalah :

1. Mengetahui gaya arsitektur pada bangunan ruko (Rumah Toko) di Citra

Land Bagya City.

2. Mengetahui pengaruh prinsip International Style pada bangunan ruko

(rumah toko) Citra Land Bagya City

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat melalui peneltian ini antara lain :

a. Bagi Arsitek, diharapkan dapat sebagai acuan bagi pendisainan tata ruang

kota.

b. Bagi akademis, menjadi salah satu bahan literature terhadap

pengembangan ilmu pengetahuan dunia arsitektur dan perencanaan kota

mengenai arsitektur modern.

c. Bagi masyarakat, dapat digunakan sebagai media informasi dan menjadi

bahan masukan kepada masyarakat mengenai gaya arsitektur modern.

Universitas Sumatera Utara


1.5. Batasan Penelitian

Dengan melihat prinsip International Style arsitektur modern, penelitian ini

meneliti berdasarkan bangunan karya arsitek International Style. Adapun tokoh-

tokoh arsitek International Style yaitu Alvar Alto, Welton Becket, Le Corbusier,

Walter Gropius, Philip Johnson, Louis Kahn, Ludwig Mies van der Rohe, Richard

Neutra, Oscar Niemeyer, Frits Peutz, Gerrit Rietveld, dari beberapa arsitek

tersebut disini peneliti hanya melihat dari bangunan karya arsitek Ludwig Mies

Van De Rohe dan Walter Gropius, kemudian dianalisa dengan melihat pengaruh

dari bangunan karya arsitek berdasarkan prinsip-prinsip International Style

tersebut lalu diterapkan dengan bangunan ruko Bagya City.

1.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah proses berpikir peneliti dari awal hingga masalah

peneliti tersebut dipecahkan dan pada akhirnya diperoleh penemuan dari

penelitian tersebut. Proses berpikir tersebut dapat digambarkan dalam sebuah

diagram. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


Latar Belakang

Perkembangan arsitektur diberbagai belahan dunia semakin hari semakin maju, salah
satunya di Indonesia. Arsitektur di Indonesia semakin berkembang, salah satu
dampak dari globalisasi adalah terjadinya perkembangan kota. Berkembanganya
kota-kota di Indonesia ini telah memicu peningkatan kegiatan pembangunan kota
dalam bentuk-bentuk pembangunan baru yang berskala besar, sehingga dari tahun ke
tahun mengalami perubahan.

Judul Penelitian
KAJIAN PENERAPAN INTERNATIONAL STYLE PADA BANGUNAN RUKO

Perumusan Masalah Tujuan Penelitian


Mengetahui gaya arsitektur pada
bangunan ruko (Rumah Toko) di
Apakah pengaruh Citra Land Bagya City dan
mengetahui pengaruh prinsip
International Sytle terhadap
International Style pada bangunan
bangunan ruko (rumah toko) ruko (rumah toko) Citra Land Bagya
City
di Citra Land Bagya City ?

Manfaat Penelitian
Tinjauan Pustaka
Melalui peneltian ini diharapkan dapat sebagai
- Tinjauan Ruko acuan bagi pendisainan tata ruang kota, dan
menjadi salah satu bahan literature terhadap
- Tinjauan Arsitektur Modern
pengembangan ilmu pengetahuan dunia
- Tinjauan International Style arsitektur dan perencanaan kota, sehingga dapat
digunakan sebagai media informasi dan menjadi
bahan masukan kepada masyarakat mengenai
gaya-gaya arsitektur modern.

Metodologi Penelitian
- Studi Literatur Objek Penelitian Hasil /
Pembahasan
- Observasi lapangan

-Citra Land Bagya


City
kesimpulan
Pengumpulan Data

Gambar1.1 Kerangaka Berfikir

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Ruko

2.1.1. Defenisi Ruko

Mengenai pengertian ruko (rumah toko), salah satu jenis bangunan yang

berasal dari kata rumah dan toko, rumah yang berarti tempat berpenghuni dan

toko berarti ruang untuk kegiatan usaha, jadi ruko dapat dikatakan sebagai sebuah

bangunan yang menggabungkan fungsi hunian dan kerja dalam satu tempat. Ruko

memang merupakan solusi yang cukup baik untuk mengatasi kebutuhan akan

rumah tinggal sekaligus juga mengembangkan usaha dari rumah. Menurut

Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015), rumah toko atau biasa sering disebut juga

dengan Ruko adalah sebutan bangunan-bangunan di Indonesia yang pada

umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai. Lantai bawahnya

digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atasnya

dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Istilah ruko diperkirakan dari bahasa Hokkian nom chu yang berarti

“rumah” dan “toko”. Etnis Hokkian mendominasi populasi Cina perantauan di

kota-kota asia tengggara sehingga kebiasaan menetap dan berusaha di ruko sering

dikaitkan dengan budaya mereka (kompas, 2004). Dalam bahasa melayu

digunakan istilah kedai yang berarti sembarangan ruangan tempat barang

dagangan ditumpuk tanpa aturan jelas, tempat dimana sang pemilik atau penjaga

ruko melewati harinya sebelum etalase atau meja panjang diperkirakan oleh

Lombard dalam (Kurniawan, 2015).

Universitas Sumatera Utara


Di kota Medan bangunan ruko sudah menjadi pemandangan sehari-hari

dan banyak orang yang melakukan akftivitas berbisnis dan dagang di rumah toko

tersebut. Menurut Wicaksono (dalam Kurniawan, 2015) ruko telah dikenal

diberbagai dunia sejak zaman dulu. Di Yunani, terdapat pasar-pasar tradisional

tempat melakukan transaksi perdagangan yang juga digunakan sebagai tempat

tinggal dan letaknya berdekatan dengan pelabuhan karena Yunani merupakan

Negara kepulauan demikian juga di Timur Tengah, telah dikenal bangunan yang

berfungsi ganda, sebagai hunian dan tempat usaha. Namun hunian di Timur

tengah terkesan lebih privat dan memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan.

2.1.2. Sejarah Rumah Toko

Fenomena ruko menjadi sebuah subjek penelitian dalam kerangka proses

pencarian jati diri budaya arsitektur lokal maupun regional (di era globalisasi).

Ruko memiliki ruang-ruang yang relative tipikal, yang dapat secarah mudah

dimanfaatkan untuk bermacam fungsi. Dalam budaya bermukim di Indonesia,

pada awalnya kita mengenal “toko” sebagai sebuah konsep tradisional yang

berbeda dengan konsep toko yang ditawarkan oleh konsep pertokoan modern.

Ruko-ruko abad ke-19, dalam kehidupan perkotaan masa itu, membentuk

aktivitas di jalan dan menciptakan pusat-pusat keramaian yang secara khas hanya

dapat dijumpai di pecinan. Gaya hidup semacam inilah yang telah menghidupi

pusat-pusat keramaian kota-kota di Indonesia selama ratusan tahun hingga

keberadaannya kini terancam oleh pusat-pusat perbelanjaan dan

perumahanperumahan modern yang menggunakan kapital besar. Tanpa langsung

disadari, hilangnya toko-toko ini mengakibatkan matinya lorong-lorong kota dan

Universitas Sumatera Utara


terciptanya jalan-jalan yang sepi karena pindahnya keramaian ke bangunan-

bangunan mal yang monolit, ketimbang hingar bingarnya toko-toko dan kaki-lima

yang beragam. Ini merupakan pertanda matinya sebuah warisan budaya kota dan

juga identitas kita.

Pada umumnya masyarakat Tionghoa dikenal sebagai kaum pedagang,

begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia. Masyarakat

Tionghoa di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa eropa, oleh

karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa

kolonial, masyarakat Tionghoa diberi wilayah permukimam yang terpisah dari

penguasa dan masyarakat pribumi. Saat itu masyarakat Tionghoa harus

menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota, bentrokan antara aturan tata kota

dengan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang berasal dari

Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah beradaptasi. Hunian

bentuk baru lah yang disebut sebagai ruko yang merupakan gabungan dari rumah

dan toko (Kurniawan, 2015).

2.1.3. Perkembangan Rumah Toko di Kota Medan

Ruko sebagai sebuah sosok arsitektur di Indonesia memiliki sejarah

panjang dan berperan penting dalam memberi bentuk dan warna terhadap

perkembangan kota-kota di Indonesia. Akan tetapi, belakangan ini tipologi ruko

dibangun dengan citra yang “asal” dan “semrawut”. Ruko juga dianggap sebagai

salah satu penyebab rusaknya arsitetur kota-kota di Indonesia. Di kota Medan,

kemunculan ruko timbul akibat perkembangan di bidang perdagangan di awal

abad ke-20, khususnya dia area pecinan. Ruko pada pecinan ini didesain dengan

Universitas Sumatera Utara


system grid dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah kolonial Inggris di

Asia Tenggara. Ciri-cirinya antara lain, ukiran di atas pintu,dan berbagai jenis

jendela di lantai dua. Fasade lantai duanya menjorok ke arah jalan dan

memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga

berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan yang lainnya. Gaya arsitektur

pada ruko-ruko ini merupakan gaya hybrid yang berbentuk melalui kontak

penduduk lokal dengan penjajah.

Dampak tersebut mengakibatkan pada perubahan dan penambahan dengan

menghilangkan keaslian dari bangunan indis. Kalau kita amati proses dan

peraturan pelestarian yang ada di kota ini tidak berjalan dengan baik, hari demi

hari perubahan terjadi di mana-mana, tanpa dapat dikendalikan lagi. Ditambah

lagi dengan menjamurnya pembangunan “ruko” yang semakin meluas, dari barat

ke timur dan dari utara ke selatan bejajar “ruko-ruko”, sehingga akan

menenggelamkan arsitektur indis yang terdapat di kota Medan agar dipertahankan

untuk dilestarikan. Karena semakin lama akan semakin terdesak oleh penggusuran

dan akhirnya sampai pada penghancuran bangunan untuk dijadikan bangunan

baru. Bila hal ini pemerintah kota tidak melakukan tindakan untuk

mengantisipasinya, maka dalam dua atau tiga tahun ke depan kota Medan akan

berubah menjadi kota“ruko” dengan gaya arsitektur eklektis (tempel sana tempel

sini). Sebuah kepalsuan dalam gaya arsitektur ini diketahui sangat radikal, di sini

fungsi menjadi sangat dominan yang akhirnya merosot ke dalam istilah

“membangunan sebuah diagram” yang sudah sangat umum terlihat pada

bangunan-bangunan “ruko” yang terdapat di kota-kota Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


Pesatnya pembangunan rumah toko (ruko) sering mendapat perhatian

karena dianggap menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitarnya.

Banyak pihak berpendapat bahwa ramainya pembangunan ruko saat ini dapat

merusak keindahan tata kota. Selain itu dengan adanya bangunan ruko di pinggir

jalan dapat meningkatkan kepadatan lalu lintas, menimbulkan kemacetan dan

peningkatan kebisingan jalan.

Gambar 2.1. Ruko Kesawan 1920

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kesawan,_Medan

2.2. Tinjauan Arsitektur Modern

2.2.1. Defenisi Arsitektur Modern

Arsitektur modern adalah sebuah perkembangan arsitektur dimana ruang

menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya arsitektur lebih

memikirkan bagaimana cara mengolah fasad, ornamen, dan aspek-aspek lain yang

sifatnya kualitas fisik, maka pada masa arsitektur modern kualitas non- fisik lah

yang lebih dipentingkan (krier, 1982). Fokus dalam arsitektur modern adalah

bagaimana memunculkan sebuah gagasan ruang, kemudian mengolah dan

mengelaborasinya sedemikian rupa, hingga akhirnya diartikulasikan dalam

penyusunan elemen-elemen ruang secara nyata.

10

Universitas Sumatera Utara


Di masa sekarang banyak rumah toko yang dibangun

dengan gaya arsitektur modern dengan penyesuain terhadap bahan bangunan

dengan teknologi terkini, perkembangan budaya dan wawasan serta gaya hidup

penghuninya. Pada abad ke-20 arsitektur telah dipengaruhi oleh mesin secara total

dan dikatakan juga arsitektur sebagi pemuja mesin, pada abad ke-19 secara

perlahan telah muncul material-material yang seperti besi, baja, tuang yang sangat

mempengaruhi pengerjaan arsitektur modern. Eksterior rumah

dengan gaya arsitektur modern didominasi dengan jendela yang berukuran lebar

dan atau tinggi, list plang beton memanjang dan kanopi yang menjorok ke depan.

Dengan kolom yang simple atau bahkan tanpa kolom. Bentuk masa rumah

modern di dekorasi dengan ornament garis vertical, horizontal, dan diagonal yang

sederhana pada dinding eksterior yang luas interior rumah toko modern ditata

dengan ornament yang sederhana, plafond bertingkat dan void di ruang-ruang

publik yang memberikan kesan luas. Ruang pada rumah dengan gaya arsitektur

modern umunya transparan, menerus, ruang-ruang saling terhubung dengan

ruang-ruang perantara dibatasi oleh dekorasi interior yang tidak masiv.

Gambar 2.2. Ruko Modern Minimalis

Sumber : http://tipsproperti.com/wp-content/uploads/2013/11/Desain-Arsitek-Ruko-
Dealer-Mobil-Modern-Minimalis.jpg

11

Universitas Sumatera Utara


2.2.2. Sejarah Arsitektur Modern

Sepanjang sejarah manusia, arsitektur hanya mengalami satu kali

perubahan yang mendasar, yaitu di saat hadirnya arsitektur modern. Sumalyo

(2005) mengatakan arsitektur adalah bagian dari kebudayaan manusia, yang

berkaitan dengan berbagai segi kehidupan antara lain : seni, teknik, tata ruang,

geografi, sejarah. Sejarah perkembangan arsitektur mencakup dimensi ruang dan

waktu yang sukar ditentukan batasnya.

Diketahui bahwa arsitektur berkembang dari masa ke masa dalam kurun

waktu sejak manusia hingga sekarang. Arsitektur modern merupakan

perkembangan dari klasik barat, berubah secara revolusioner sejalan dengan

revolusi industry mulai awal abad 19 dengan terjadinya perubahan besaran-

besaran dalam pola hidup dan pola pikir (sumalyo, 2005). Terdapat 3 periode

perkembangan arsitektur :

 Tahun 1800an

Sampai dengan masa Neo-klasik abad ke-19, Arsitektur dianggap sebagai

pengetahuan kesenian, yaitu seni bangunan. Artinya arsitektur dianggap sebagai

suatu „olah rasa‟ yang dibuat berdasarkan perasaan sebagai sumber idenya dan

tidak ada rumusnya (Sumalyo, 2005). Pada tahun 1750-an di Perancis, muncul

orang-orang yang berambisi untuk menghasilkan arsitektur dengan menggunakan

akal dan idenya sebagai sumber idenya, bukan seni dengan perasaan. Bagi mereka

ini, arsitektur adalah olah pikir, bukan olah seni. Bagi dunia arsitektur, apa yang

dilakukan oleh orang-orang Perancis ini adalah sebuah perubahan. Dengan

12

Universitas Sumatera Utara


demikian, dapat dikatakan bahwa arsitektur Modern berupa ide, gagasan, pikiran

atau pengetahuan dasar tentang arsitektur sudah hadir pada abad ke-18.

Dan kemudian, pikiran-pikiran tersebut baru mendapat kesempatan untuk

direalisasikan pada pertengahan abad-19 karena faktor-faktor yang sangat

mendorong percepatan dari Arsitektur Modern tersebut adalah :

 Di pertengahan abad 19 itu secara resmi pendidikan Arsitektur telah

terbagi menjadi dua yaitu arsitektur sebagai kesenian dan arsitektur

sebagai ilmu teknik sipil.

 Munculnya industri bahan bangunan, yang mampu menghasilkan

keseragaman ukuran dan kecepatan membangun.

Gambar 2.3. Bangunan La Majolikahaus

Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-59Lq8L25QkA/Ten0FGyJ-
aI/AAAAAAAACsI/hZATqZGxEac/s1600/most-beautiful-building-4th-Majolica-House-
Wina-Austria.jpg

13

Universitas Sumatera Utara


 Periode 1890 – 1930

Pada masa ini arsitektur modern mengalami puncaknya di Prancis, Jerman,

Belanda, Rusian, dan Inggris mulai mengikutinya. Sumalyo (2005) menjelaskan

mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi semacam resolusi industri

kedua dalam bentuk rasionalisme dan penggunaan mesin secara besar-besaran,

sejumlah pertentangan dalam dunia arsitektur yang ditunjukkan melalui

munculnya berbagai eksperimen seperti : arsitektur sebagai art vs arsitektur

sebagai science, arsitektur sebagai form vs arsitektur sebagai space, arsitektur

sebagai craft vs arsitektur sebagai assembly, dan arsitektur sebagai karya

manual vs arsitektur sebagai karya machinal.

Gambar 2.4. Bangunan Maison Caillot

Sumber :
http://nsm08.casimages.com/img/2012/11/06//12110605163314238810520253.jpg

14

Universitas Sumatera Utara


 Periode 1950-1960an

Dalam sejarah arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa

perjalanan arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan (Sumalyo,

2005) yakni:

-Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern :

a. Segenap filosofi dan prinsip arsitektur sebagai ilmu telah dapat

diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan realisasinya.

b. Karya-karya arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk

mengekspresikan space / ruang.

c. Terjadi produksi massal bahan bangunan oleh pabrik. Hal ini dapat

mempercepat proses pembangunan. Namun, bahan bangunan dapat

menembus batas budaya dan geografis, sehingga arsitektur menjadi

Internasional dan bangunan-bangunan di dunia menjadi seragam. Dengan

kata lain, arsitektur menjadi sangat demokratis.

15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.5. Bangunan Seagram

Sumber : http://4.bp.blogspot.com/---
lez6fXPxg/T4eshVchPyI/AAAAAAAAC48/EZmbaZAVc1Q/s1600/seagram.gif

-Tahun 50-an dikatakan sebagai kegagalan Arsitektur Modern :

a. Karena arsitektur telah kehilangan identitas/ciri individual perancangnya.

Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orange adalah nama biro-biro

Arsitektur, bukan arsiteknya.

b. Enggan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan

bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas

berbeda.

c. Karena penekanan perancangan pada ruang, maka desain menjadi polos,

simpel, bidang-bidang kaca lebar.

d. Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang

tidak menyatu dengan lingkungan.

16

Universitas Sumatera Utara


2.2.4 Ciri-ciri Arsitektur Modern

Sejak tahun 1920 selain sangat signifikan dalam gaya bangunan arsitektur

modern, juga telah menetapkan reputasi para arsiteknya. Asal dan karakteritik

arsitektur modern sampai saat ini masih diperdebatkan di kalangan arsitek.

Beberapa sejarawan melihat perkembangan arsitektur modern sebagai perihal

sosial yang erat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan.

Hal ini menambah pengetahuan makna bahwa gaya modern adalah sebuah

penemuan baru dalam bidang Revolusi Industri. Berikut adalah karakteristik dari

bangunan bergaya arsitektur modern menurut krier (1982) dalam Brunner T. Dkk

(2013) :

 Bentuk mengikuti fungsi, sehingga bentuk menjadi monotone karena

tidak diolah. Satu gaya Internasional atau tanpa gaya (seragam),

merupakan suatu arsitektur yang dapat menembus budaya

dan geografis.

 Penggunaan material dan bahan pada bangunan arsitektur modern

tidak terlepas dari unsur fungsional, dimana bahan dan material yang

digunakan harus mendukung fungsi bangunan secara keseluruhan.

Jenis bahan/material yang digunakan diekspos secara polos,

ditampilkan apa adanya. Terutama bahan yang digunakan adalah

beton, baja dan kaca. Misal :

1) Beton untuk menampilkan kesan berat, massif, dingin

2) Baja untuk kesan kokoh, kuat, industrialis

3) Kaca untuk kesan ringan, transparan, melayang.

17

Universitas Sumatera Utara


 Ekspresi terhadap sruktur sebagai elemen arsitektur yang memberikan

bentuk kepada tampak bangunan, sehingga menciptakan ruang pada

kulit bangunan. Hal ini lebih dikenal dengan istilah Skin and Bone.

Skin and bone merupakan salah satu ide desain dari langgam arsitektur

modern yang mengedepankan kepolosan dan kesederhanaan dalam

olah bentuk bangunan dengan cara menonjolkan struktur bangunan.

 Anti ornamen, menganggap ornamen yang ada pada bangunan tidak

memiliki fungsi baik secara struktur maupun non struktur, sehingga

ornamen dihilangkan dan dianggap suatu kejahatan dalam desain.

Nihilism, penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi

polos, simple, bidang-bidang kaca lebar. Tidak ada apa-apanya kecuali

geometri dan bahan aslinya. Penekanan Elemen vertikal dan horizontal

masih berhubungan dengan penggunaan ornamen yang dianggap

sebagai suatu kejahatan, maka bangunan-bangunan dengan langgam

arsitektur modern menggunakan penekanan elemen vertikal dan

horizontal pada bangunannya sebagai pengganti ornamen, guna

menambah estetika dan keindahan bangunan. Menyederhanakan

bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu. Semakin

sederhana merupakan suatu nilai tambah terhadap arsitektur tersebut.

Bangunan arsitektur modern menganut paham form follow function

dimana bentuk yang dihasilkan mengikuti fungsi dari bangunan. Tidak

memiliki suatu ciri individu dari seorang arsitek, sehingga tidak dapat

dibedakan antara arsitek yang satu dengan yang lainnya.

18

Universitas Sumatera Utara


2.3. Tinjauan International Style

2.3.1. Asal-usul International Style

Gaya internasional adalah suatu gaya arsitek yang sedang trend pada tahun

1920 dan 1930. istilah yang pada umumnya mengacu pada arsitek dan bangunan

dari dekade pandangan perkembangan gaya modern, sebelum Perang dunia II.

Istilah ini diambil dari suatu buku Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson

(1997) yang mana mereka berdua dikenal sebagai penggolong arsitektur modern.

Dasar desain dari gaya internasional ini didasari pada prinsip arsitektur modern.

Gambar 2.6. PerumahanWeissenhof Stuttgart, Jerman (1927)

Sumber : http://rurucoret.blogspot.co.id/2008/12/architecture-modern.html

Gambar 2.7. Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1930)

Sumber : http://rurucoret.blogspot.co.id/2008/12/architecture-modern.html

19

Universitas Sumatera Utara


Pada abad pertengahan ke-18 ada upaya untuk mencapai pengendalian

dalam arsitektur di masa lalu, kemudian Pada abad ke-19 gaya arsitektur yang

mulai berkembang dengan menggunakan produk-produk industri seperti logam

dan beton bertulang. Arsitektur modern yang diketahui sejak dulu sebuah

pelajaran seni yang meniru gaya besar pada masa lalu yang merupakan masalah

membangun dengan gaya yang dominan. Di Eropa pada sekitar tahun 1900

sejumlah arsitek di seluruh bumi mulai mengembangkan solusi arsitektur untuk

mengintegrasikan sesuatu yang dapat dijadikan teladan tradisional dengan

menuntut kehidupan sosial yang baru dan berbagai kemungkinan teknologi.

2.3.2. Tokoh Arsitek International Style

Dari beberapa arsitek yang melakukan perjuangan untuk mengembangkan

gaya lama ke gaya baru. Tokoh arsitek yang mendukung adalah :

No Nama Foto Biografi


1 Alvar Alto Hugo Alvar Henrik Aalto (lahir
di Kuortane, Finlandia, 3 Februari 1898 –
meninggal di Helsinki, Finlandia, 11 Mei
1976 pada umur 78 tahun) adalah arsitek dan
desainer Finlandia yang dijuluki sebagai
"Bapak Modernisme" di negara-negara
Nordik. Karyanya
meliputi arsitektur, furnitur, tekstil dan
barang pecah belah. Karier awal Aalto
berjalan pada masa industrialisasi Finlandia,
sehingga banyak kliennya yang merupakan
industralis salah satunya adalah keluarga
Ahlström-Gullichsen.
2 Welton Becket lahir di Seattle, Washington dan lulus
Becket dari University of Washington program
Arsitektur pada tahun 1927 dengan gelar
Bachelor of Architecture (B.Arch.). Dia
menetap di Los Angeles pada tahun 1933 dan
membentuk kemitraan dengan nya University
of Washington sekelas Walter Wurdeman
dan Angelean arsitek Charles F. Plummer.

20

Universitas Sumatera Utara


Komisi besar pertama mereka adalah
Auditorium Pan-Pasifik pada tahun 1935,
yang memenangkan mereka pekerjaan
perumahan dari James Cagney, Robert
Montgomery, dan selebriti film lainnya.
Plummer meninggal pada tahun 1939.
3 Le Corbusier Le Corbusier atau yang bernama asli Charles-
Edouard Jeanneret merupakan seorang arsitek
asal Swiss yang menekuni aliran desain
International Style bersama dengan Ludwig
Mies van der Rohe, Walter Gropius dan Theo
van Doesburg. Selain itu, ia juga dikenal
sebagai seorang perencana tata kota, seniman,
penulis dan perancang perabot. Ia juga
terkenal atas kontribusinya dalam
penyebarluasan international style. Le
Corbusier merupakan seorang yang ahli
dalam teori-teori desain modern. Ia juga
berkontribusi dalam menghasilkan kehidupan
yang lebih baik di lingkungan yang padat
penduduknya. Karya bangunan-bangunannya
tersebar di daerah Eropa, India, Rusia dan
Amerika.

4 Walter Walter Gropius (lahir 18 Mei 1883 –


Gropius meninggal 5 Juli 1969 pada umur 86 tahun)
merupakan seorang arsitek berkebangsaan
Jerman. Dia merupakan pendiri
Sekolah Bauhaus bersama dengan Ludwig
Mies van der Rohe dan Le Corbusier . Walter
Gropius adalah anak ketiga dari Walter
Adolph Gropius dan Manon Auguste Pauline
Scharnweber. Gropius menikah dengan Alma
Mahler (1879-1964), janda dari Gustav
Mahler. Dengan bantuan dari
arsitek Inggris, Maxwell Fry, dia
meninggalkan Nazi Jerman pada
tahun 1934 dengan melakukan kunjungan
sementara ke Inggris. Dilahirkan di Berlin.
Gropius wafat di Cambridge,
Massachusetts pada tahun 1969. Walter
Gropius belajar arsitektur antara 1903 dan
1907 di Universitas Teknik di Munich dan
Berlin. Ia bergabung dengan kantor Peter
Behrens pada tahun 1908. Dia menerima
posisi di Jerman General Electric Company
(AEG) dan akan bertanggung jawab untuk
membantu dalam semua pertimbangan
estetika perusahaan termasuk produk, iklan
dan bangunan. Ketika itu ia bekerja di bawah
di AEG bahwa ia akan diperkenalkan kepada

21

Universitas Sumatera Utara


Ludwig Mies van der Rohe, Dietrich Marcks
dan Le Corbousier. Pada tahun 1910 Gropius
meniggalkan perusahaan dan mulai
mendirikan praktek di Berlin selama tiga
tahun bersama karyawannya Adolf Meyer.
5 Philip Philip Cortelyou Johnson atau lebih dikenal
Johnson dengan nama Philip Johnson adalah salah
satu arsitek dari Amerika yang sangat
berpengaruh dalam dunia Arsitektur. Dengan
kacamatanya yang tebal, berbingkai bundar,
Philip Johnson adalah tokoh yang paling
dikenal di dunia arsitektur Amerika selama
beberapa dekade. Philip Johnson (8 Juli 1906
- 25 Januari 2005) lahir di Cleveland, Ohio.
Pada awalnya, Philip Johnson bukanlah
seorang arsitek, dia bekerja sebagai kritikus,
penulis, sejarawan dan seorang direktur
museum. Dia meraih gelar A.B. dalam
sejarah arsitektur dari Universitas Harvard
yang tertarik pada Sejarah dan Filsafat,
terutama pada karya Pra-Sokrates.
6 Louis Kahn Salah satu arsitek yang paling berpengaruh
pada abad pertengahan ke-20, Louis Kahn
(1901-1974) menyadari bangunan relatif
sedikit, namun menahan diri formal dan
ekspresi emosional-nya Jonas Salk Institute,
Kimbell Art Museum dan Kompleks Modal
di Dhaka dianggap sebagai sebuah kemajuan
yang terinspirasi dari International Style.
7 Ludwig Mies Ludwig Mies van der Rohe (27 Maret 1886 –
van der Rohe 17 Agustus 1969) adalah
seorang arsitek berkebangsaan Jerman, Ia
umumnya dipanggil Mies, sesuai nama
belakangnya. Ludwig Mies van der Rohe,
bersama Walter Gropius dan Le Corbusier,
dikenal luas sebagai para perintis arsitektur
Modern. Ia memulai karya dengan
membangun Riehl House di Potsdam. Pada
tahun 1944, ia menjadi warga negara
Amerika, menyelesaikan pesangon nya dari
asalnya, Jerman. Tiga puluh tahun sebagai
seorang arsitek Amerika mencerminkan lebih
struktural, pendekatan murni untuk mencapai
tujuannya dari arsitektur baru untuk abad ke-
20. Mies, seperti rekan-rekannya
pasca Perang Dunia I, berupaya menetapkan
gaya arsitektur baru yang mampu mewakili
zaman modern seperti yang dilakukan
arsitektur Klasik dan Gothik pada zamannya
masing-masing. Ia menciptakan gaya

22

Universitas Sumatera Utara


arsitektur abad ke-20 yang berpengaruh
dengan kejelasan dan kesederhanaan yang
ekstrem. Bangunan-bangunan karyanya
memanfaatkan material modern seperti baja
industri dan kaca pelat untuk menentukan
ruang interior. Ia berupaya menciptakan
arsitektur dengan sedikit kerangka struktur
yang diseimbangkan dengan kebebasan ruang
terbuka yang mengalir bebas. Ia menyebut
bangunan-bangunannya arsitektur "kulit dan
tulang". Mies mengambil pendekatan rasional
yang dapat memandu proses kreatif
perancangan arsitektur. Ia sering dikaitkan
dengan aforisme "lebih sedikit lebih baik"
dan "Tuhan sangat terperinci".
8 Richard Pekerjaan seumur hidup dari arsitek Amerika
Neutra kelahiran Austria Richard Joseph Neutra
(1892-1970) merupakan upaya untuk
menggabungkan presisi teknis dari
International Style dengan unsur-unsur lain
yang lebih organik untuk tradisi arsitektur
Amerika. Richard Neutra lahir di Wina pada
tanggal 8 April 1892. Dia dilatih di
Technische Hochschule, menerima diploma
pada tahun 1917. Walaupun ia sangat
dipengaruhi oleh bangunan dan tulisan-
tulisan dari arsitek Wina kontemporer, Adolf
Loos, salah satu pelopor dari gerakan modern
di Eropa. Loos diperkenalkan Neutra inovasi
terjadi dalam arsitektur Amerika, khususnya
percobaan dari Louis Sullivan dan sekolah
Chicago. Bunga Neutra dalam arsitektur
Amerika tumbuh ketika ia menjadi akrab
dengan karya Frank Lloyd Wright.
9 Oscar Arsitek Oscar Niemeyer lahir pada tanggal 15
Niemeyer Desember 1907 di Rio de Janeiro, Brasil.
Niemeyer mendarat proyek besar pertamanya
pada tahun 1941, perencanaan bangunan
untuk Pampulha Kompleks Arsitektur.
Desain nya yang terkenal karena bentuk yang
mengalir bebas mereka. Proyek-proyek lain
termasuk bekerja di gedung PBB dan
merancang Museum Seni Kontemporer di
Niteroi dan bangunan utama di ibu kota
Brasilia. Niemeyer meninggal di Rio de
Janeiro pada tanggal 5 Desember 2012, pada
usia 104.

23

Universitas Sumatera Utara


10 Frits Peutz Peutz lahir di sebuah keluarga Katolik di
Uithuizen di Groningen, sebuah provinsi
sebagian besar Protestan di utara Belanda.
Pada tahun 1910 ia dikirim ke sekolah
asrama Rolduc di Kerkrade di provinsi
Katolik Limburg untuk pendidikan yang
lebih tinggi. Pada tahun 1914 ia lulus di HBS,
jenis lama sekolah tinggi Belanda. Setelah itu
ia belajar teknik sipil di Delft. Pada tahun
1916 ia mengubah arsitektur. Pada tahun
1920, saat masih tidak lulus, ia kembali ke
Limburg untuk mengendap sebagai arsitek
independen di kota Heerlen, di mana industri
pertambangan batubara booming
memberinya banyak tugas. Peutz memainkan
peran utama dalam mengubah Heerlen dalam,
kota modern yang benar. Pada tahun 1925 ia
menerima gelar dalam arsitektur. Sekitar
1.926 anak pertamanya, Victor Peutz lahir,
yang menjadi audiolog dan acoustician. Peutz
dan istrinya Isabelle Tissen memiliki tiga
belas anak bersama-sama. Salah satunya
mengikuti jejak ayahnya untuk mendapatkan
gelar di bidang teknik sipil dan menjadi
seorang arsitek.
11 Gerrit Rietveld lahir di Utrecht pada tahun 1888
Rietveld sebagai anak tukang kayu. Dia meninggalkan
sekolah pada 11 untuk magang kepada
ayahnya dan terdaftar di sekolah malam
sebelum bekerja sebagai juru gambar untuk
CJ Begeer, perhiasan di Utrecht, dari 1906 ke
1911. Pada saat ia membuka bengkel mebel
sendiri pada tahun 1917, Rietveld telah
belajar sendiri menggambar, melukis dan
model keputusan. Dia kemudian mendirikan
bisnis sebagai pembuat lemari. Rietveld
dirancang nya Merah dan Blue Chair yang
terkenal pada tahun 1917. Berharap bahwa
banyak dari furnitur nya akhirnya akan
diproduksi secara massal daripada buatan
tangan, Rietveld ditujukan untuk
kesederhanaan dalam konstruksi. Pada tahun
1918, ia mulai pabrik mebel sendiri, dan
mengubah warna kursi setelah menjadi
dipengaruhi oleh gerakan 'De Stijl', di mana
ia menjadi anggota pada tahun 1919, tahun
yang sama di mana ia menjadi seorang
arsitek. Kontak yang dia buat di De Stijl
memberinya kesempatan untuk menunjukkan
di luar negeri juga. Pada tahun 1923, Walter

24

Universitas Sumatera Utara


Gropius diundang Rietveld untuk pameran di
Bauhaus. Ia merancang bangunan
pertamanya, Rietveld Schröder House pada
tahun 1924, dalam kerjasama erat dengan
pemilik Truus Schröder-Schrader. Dibangun
di Utrecht pada Prins Hendriklaan 50, rumah
memiliki lantai dasar konvensional, tetapi
radikal di lantai atas, kurang dinding tetap
melainkan mengandalkan dinding geser
untuk membuat dan mengubah ruang hidup.
Table 2.1. Tokoh Arsitek International Style

2.3.3. Konsep Internatinal Style

Arsitektur modern telah menemukan beberapa konsepsi yang jelas dari

dirinya sendiri sebagai suatu disiplin dan gambar peran baru dalam masyarakat.

Prinsip-prinsip desain baru yang international style dijagokan dapat ditemukan

menjadi 3 prinsip, Larson (1993) mengatakan dalam buku menggali pemikiran

posmodernisme dalam arsitektur (2005) dalam pameran MoMA (Museum of

Modern Architecture) pada tahun 1932, Hitchcock dan Jhonson menyatakan

prinsip-prinsip gaya aarsitektur modern, yaitu volume dari pada massa, regularitas

dari pada simetri aksial dengan geometri dan standarisasi, komposisi aksial tidak

diperlukan lagi, dan melarang penggunaan ornament. Prinsip-prinsip ini menjadi

tanda bagi produksi International style. Mereka tidak hanya formula proporsi yang

membedakan gaya-gaya yang ada pada masa itu, konsepsi arsitektur yaitu

penekeanan pada volume datang untuk menggantikan massa dalam desain

bangunan, keteraturan dan tidak simetri aksial yang berfungsi sebagai sarana

utama dalam mendesain bangunan, dan yang terakhir tidak sewenang-wenang

dalam menerapkan dekorasi yang menandai bahwa hasil dari produksi ini

merupakan gaya internasional.

25

Universitas Sumatera Utara


Gaya Internasional yang khas pada umumnya terdiri dari beberapa yaitu :

Bentuknya segi-empat atau penyiku, berbentuk kubus sederhana "segiempat

panjang yang menekan", jendela yang berjalan di atas garis horisontal dan

membentuk suatu garis beraturan, Semua bagian muka bangunan penjuru bersudut

90 derajat dan bertingkat. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson, 1997)

mengatakan dalam buku International Style bahwa gaya internasional telah

menjadi jelas dan didefinisikan hanya secara bertahap sebagai tor inovasi yang

berbeda di seluruh dunia yang telah berhasil dilakukan percobaan secara paralel.

Berikut beberapa prinsip-prinsip yang ada pada Internasional Style yaitu:

1. Volume

Arsitektur sebagai volume metode kontemporer yang menyediakan

kerangka mendukung, dengan menggunakan kontruksi batu tradisional pada

bagian dinding masih sering digunakan dalam kombinasi dengan kontruksi

kerangka. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson mengatakan dalam buku

International Style, 1997) arsitek yang membangun dalam gaya internasional

berusaha untuk menampilkan karakter sejati kontruksi dan menekan jelas

ketentuannya untuk fungsi sehingga seperti detail akan bertentangan dengan efek

utama permukaan volume dan juga pada atap datar normal yang memberikan

makna estetika penting.

Dalam arsitektur modern jendela merupakan elemen penting yang

memiliki fitur yang paling mencolok dari desain eksterior modern, sehingga

dalam pendesainannya masalah estetika yang sangat penting. Jika dilihat dari

arsitektur masa lalu bahan material terbaik untuk dinding yaitu batu, granit, dan

26

Universitas Sumatera Utara


kelereng, dan semen juga menjadi bahan material pada permukaan volume dari

bangunan modern merupakan sebagai tanda dari gaya kontemporer, yang

memiliki estetika membentuk dan terus-menerus bahkan menutupi pada

permukaan dinding. Pada permukaan volume dalam menggunakan kayu tampak

terlihat mengagumkan akan tetapi bahan ini tidak tahan lama seperti batu atau

batu bata.

2. Keteraturan

Mengenai keteraturan dalam prinsip ini pola dari jendela merupakan

komposisi dari arsitektur kontemporer dan membuktikan estetika itu ada pada

bangunan kontemporer, karena dalam prinsip kedua ini gaya kontemporer dalam

arsitektur harus dilakukan dengan keteraturan. Dalam desain arsitektur modern

juga mengungkapkan karakteristik struktur dan kesamaan oleh penekanan estetika

yang beraturan. Sama hal nya seperti prinsip estetika pada permukaan volume

telah dapat dilihat arsitektur tidak lagi memiliki dukungan yang solid pada

dinding, bahwa keteraturan tergantung pada khas kerangka yang mendasari

kontruksi modern.

Skema simetris dari desain sebenarnya lebih estetis serta teknis karena

sebagian besar bangunan kontemporer lebih langsung dinyatakan dalam bentuk

simetris yang akan menjadikan kuat ditandai dengan penekanan pada sumbu nyata

baik dari pusatnya. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson mengatakan

dalam buku International Style, 1997) bahwa tanda arsitek modern yang baik

adalah keteraturan desainnya mendekati simetri bilateral, baik bilateral maupun

aksial biasanya tanda baru dikonversi ke gaya kontemporer. Fungsional juga

27

Universitas Sumatera Utara


sering tampak mengikuti persis prinsip dari keteraturan seperti displin estetika

formal dan juga proporsi menurut teori merupakan batu ujian estetika desain

modern dalam aplikasi dari prinsip keteraturan arsitek modern yang berbeda dari

yang lain.

3. Penghindaran Penggunaan Dekorasi

Pada prinsip ketiga ini penghindaran terapan penggunaan ornamen horizontal

biasa membedakan gaya arsitek dari masa lalu dan dari abad terakhir, hal ini

berperan untuk mempertahankan bangunan yang ada sejak 1800-an seharusnya

tidak dihiasi dengan ornament dikarenakan kegagalan atau banyak

ketidakmampuan menciptakan ornament yang tidak valid dalam mengadaptasi

gaya lama dengan kontruksi yang baru. Bahkan sejak abad pertengahan abad ke-

18 penggunaan ornament terus menurun dan dianggap suatu kejahatan yang

positif dari desain. Beberapa kritikus bahkan akan menjelaskan semua ornament

pada arsitektur masa lalu sebagai kelanjutan detail warisan yang awalnya

memiliki arsitek struktural. Huruf juga dianggap sebagai pendekatan ornament

yang digunakan arsitek gaya internasional.

Kontemporer merupakan gaya saat menetapkan standar tinggi tetapi tidak

untuk dekorasi. Pada abad ke-19 telah ada yang sangat luar biasa dalam

penggunaan warna dan pada hari awal gaya kontemporer menggunakan semen

putih, ketika warna menghadapi perkembangan dalam penggunaan bahan-bahan

alami, warna logam alami dan menggunakan warna cerah memiliki nilai dalam

menarik dengan gaya baru. (Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson dalam

buku International Style, 1997) mengatakan struktur, fungsi dan keteraturan

28

Universitas Sumatera Utara


memberikan sedikit alasan dalam penggunaan warna mungkin lebih baik dihindari

meskipun kadang-kadang menjadi kesuksesan terkemuka. Pohon dan tanaman

rambat menjadi dekorasi lebih lanjut untuk mendatang arsitek modern, dengan

memanfaatkan lingkungan alam sekitar yang menjadi permasalahan utama gaya

internasional.

2.3.4. Bangunan Karya Arsitek International Style

Berikut adalah beberapa contoh bangunan karya arsitek terkemuka

menurut International Style “Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe” :

Nama Arsitek Gambar Keterangan


Mies van de -Ruang haruslah
sederhana dan apa
Rohe adanya, karena
(fungsional) dari situlah estitika
berasal. Fleksibel
adalah nilai
tambah tersendiri
bagi sebuah ruang
yang dapat
memberi kesan
Gambar 2.8. Farnsworth house, Fox River, Illinois,
1950
dinamis dan
Sumber : http://cv- adaptif. Secara
yufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan- struktural ruang
harus terpisah
antara kolom dan
dindingnya (skins
& bones).

-Bentuk bersifat
kubisme
dan futuristic
Gambar 2.9. Barcelona Pavilion
http://ichef.bbci.co.uk/wwfeatures/624_351/images/li
ve/p0/1h/cf/p01hcfhx.jpg

29

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.10. Barcelona Pavilion
Sumber :
http://www.architravel.com/architravel_wp/wp
-content/uploads/2013/05/Barcelona-
Pavilion_4-630x268.jpg

Gambar 2.11. Tugendhat House


Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/
24/Villa_Tugendhat-20070429.jpeg

Gambar 2.12. Tugendhat House


Sumber : http://www.ronenbekerman.com/wp-
content/uploads/2011/09/01_xoio_tugendhat_uebere
ck.jpg

Gambar 2.13. Crown Hall


Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/
89/Crown_Hall_2.jpg

30

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.14. Seagram Building
Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/
01/Seagrambuilding.jpg

Gambar 2.15. Lake Shore Drive


Sumber : http://www.e-architect.co.uk/wp-
content/uploads/2010/03/lake-shore-drive-towers-
1.jpg
Walter Gropius -Awal
(tradisional) pembentukan
ruang adalah
dimulai dari
suasananya, baru
setelah itu beralih
pada fungsi.
Keindahan
ditemukan dari
produk industri
dan bukan dari
Gambar 2.16. Fagus Factory, Alfeld-an-der-Line alam.
Sumber : http://cv-
yufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan- -Penciptaan bentuk

31

Universitas Sumatera Utara


bangunan, sesuai
dengan pola
perletakan ruang
yang urut
berdasarkan
sequence proses
kegiatan
penghuninya.

Gambar 2.17. Village College


Sumber :
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/3/
36/Maxwell_Fry_Gropius_Impington_Village_Colle
ge_front_2006.jpg

Gambar 2.18. Gropius House


Sumber :
http://www.bc.edu/bc_org/avp/cas/fnart/fa267/gropiu
s/gropius1.jpg

Gambar 2.19. Bauhaus


Sumber :
http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com/group1/building25
72/media/media_60759.jpg

32

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.20. Michael reese hospital
Sumber :
http://farm2.static.flickr.com/1189/5162103634_6f43
cc5eeb.jpg

Gambar 2.21. Hardvard graduate center


Sumber :
https://farm4.staticflickr.com/3646/3477475296_199
2585f92.jpg
Table 2.2. Contoh Bangunan Arsitektur Modern

33

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI

3.1. Jenis Penelitian

Metoda yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan cara

mengumpulkan data-data primer yang mencakup didalamnya berupa studi

literatur dan observasi lapangan yang kemudian dari data-data tersebut diperoleh

data-data mengenai landasan teoritis dan informasi mengenai data-data dari

bangunan ruko (rumah toko) Citra Land Bagya City. Selanjutnya data-data

tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Yang mana secara

garis besar metode yang dipakai untuk mendapatkan data dan informasi

selengkapnya mengenai kondisi fisik dan non fisik.

Pada tahap awal dilakukan dengan mendeskripsikan latar belakang

penelitian untuk pengungkapan fakta dilapangan kemudian dirumuskan masalah

yang terjadi untuk menjadi tujuan penelitian. Tahap observasi lapangan dilakukan

dalam hal mendapatkan kategorisasi bangunan ruko modern yang menjadi obyek

studi pada kawasan tersebut. Selanjutnya dilakukan kajian dengan menggunakan

metode kualitatif. Moleong (2000) mengemukakan bahwa dalam pandangan

fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap

orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.

3.2. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini yang akan dilakukan adalah meneliti Karakteristik

Arsitektur Modern Dan Nilai Estetika Formal Pada Bangunan Ruko Citra Land

34

Universitas Sumatera Utara


Bagya City di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara,

Indoneesia.

Variable Sub Variabel Metode Penelitian

Volume

Contoh bangunan arsitektur


modern karya arsitek dunia

Keteraturan Ludwig Mies Van De Rohe,


Survey Visual
Walter Gropius
dan
Tampilan Ruko Bangunan Ruko
Penghindaran Penggunaan

Ornamen

Tabel 3.1. Variabel Penelitian

Proses analisis ini dilakukan berdasarkan keterangan dari variabel dan sub

variabel penelitian yang sudah ditentukan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Menganalisa karakteristik arsitektur modern dan nilai estetika pada

bangunan ruko yang berada di Citra Land Bagya City yang telah di tentukan di

awal penelitian. Dengan menggunakan proses pengumpulan data bangunan ruko

di Bagya City yang diterapkan dengan observasi terlibat.

35

Universitas Sumatera Utara


Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematik gejala yang diselidiki (Narbuko dan

Achmad dalam Ratnatami, 2005)

Menurut Nasution dalam Ratnatami (2005) prosedur pengumpulan data

yang didasarkan pada prosedur kualitatif dengan pengumpulan data secara

obyektif, peneliti menjadi instrument yang utama dalam penelitian, artinya

observasi dan data-data yang ada, baik data literature maupun dari responden

terpilih akan diolah oleh peneliti. Dimana control obyektifitas penelitian

dilakukan melalui teknik observasi.

3.4. Kawasan Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli

Serdang, Sumatera Utara. bersebrangan dengan jalan Tol Belmera seperti terlihat

pada gambar 3.1. dan bangunan ruko Bagya city dapat ditempuh ± 10 menit dari

kampus Unimed dan IAIN Sumatera Utara.

Gambar 3.1. Peta Indonesia

Sumber : google map

36

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3.2. Peta Kawasan Penelitian

Sumber : google map

Gambar 3.3. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City


Sumber : (Survey Lapangan, 2015)

3.5. Metode Analisis Data

 Menurut Badgan dan Biklen dalam Ratnatami (2005) analisis data adalah

proses mencari dan mengatur secara sisitematis traskip interview, catatan

lapangan dan bahan-bahan lain yang di temukan di lapangan. Kesemua itu

dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman dan membantu untuk

37

Universitas Sumatera Utara


mempresentasikan temuan penelitian. Secara substansial, ini menunjukan

bahwa didalam analisis data terkandung muatan pengumpulan dan

interpretasi data.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis data

adalah (Mukhtar dan Erna Widodo, 2000 : 129)

1. membuat catatan dan komentar data mentah.

2. membuat memo dan rangkuman data.

3. mengkaji leteratur pada saat analisis data.

38

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

DESKRIPSI KAWASAN PENELITIAN

4.1. Kawasan Penelitian

Studi kasus yang diteliti dalam penelitian ini merupakan kawasan yang

memiliki perkembangan pembangunan arsitektur modern. Berdasarkan kreteria

pemilihan kawasan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka

bentuk arsitektur modern yang akan diteliti adalah kawasan bangunan ruko Citra

Land Bagya City yang berada di jalan Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang,

Sumatera Utara, Indonesia seperti pada gambar (4.2. Lokasi Bangunan ruko Citra

Land Bagy City) dan berseberangan dengan jalan Tol Belmera dan bangunan ruko

Bagya city dapat ditempuh ± 10 menit dari kampus Unimed dan IAIN Sumatera

Utara.

Gambar 4.1. Peta Indonesia

Sumber : Google Map

39

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.2. Peta Lokasi Bangunan Ruko Citra Land Bagya City

Sumber : Google Map

40

Universitas Sumatera Utara


4.2. Tampilan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City

Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra


Land Bagya City type A, bangunan ini
tepat berada pada bagian depan site,
menghadap jalan. Ruko type A ini lebih
sedikit jumlah unitnya dari pada type
yang lainnya

Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra Land Bangunan ruko (Rumah Toko) Citra
Bagya City type C, bangunan ruko type C ini Land Bagya City type B, bangunan ini
lebih banyak jumlah unitnya dari type ruko berada di bagian tengah site yang saling
yang lainnya, berhadapan,
Gambar 4.3. Kawasan Bangunan Ruko Citra Land Bagya City
Sumber : (survey Lapangan, 2015)

Pada kompleks bangunan ruko Citra Land Bagya City terdapat beberapa

macam type ruko, beberapa bangunan ruko memiliki tampilan dan bentukan yang

berbeda-beda. Bangunan ruko Citra Land Bagya City dibagi menjadi 3 type, yaitu

type A, type B, type C. Bangunan ruko type A seperti yang terlihat pada gambar

4.3. memiliki gaya tersendiri pada tampilannya, tidak memiliki banyak warna

pada tampilan dan bangunan ruko type ini memiliki bentukan yang sedikit

41

Universitas Sumatera Utara


berbeda, dengan penambahan kanopi pada atas bangunan memberikan nilai

estetika.

Gambar 4.4. Gambar Denah Dan Tampak Ruko Bagya City Type A
Sumber : (Data Pribadi, 2015)

Gambar 4.5. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type A


Sumber : (Survey Lapangan, 2015)

42

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan pada bangunan type B seperti yang terlihat pada gambar 4.6.

pada bangunan ruko ini terlihat penggunaan bahan maeterial pada tampilannya,

pada bagian atas fasade juga diberikan penambahan atap dan memberikan

perbedaan warna pada tampilan sehingga memberikan ciri khas sendiri pada

bangunan ruko Citra Land Bagya City.

Gambar 4.6. Gambar Denah dan Tampak Ruko Bagya City Type B
Sumber : (Data Pribadi, 2015)

Gambar 4.7. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type B


Sumber : (Survey Lapangan, 2015)

43

Universitas Sumatera Utara


Pada bangunan type C seperti yang terlihat pada gambar 4.8. bangunan

ruko ini hanya memberikan perbedaan pada tampilan yang menggunakan berbagai

macam warna agar memberikan irama dan keindahan pada fasade bangunan.

Sehingga dapat disimpulkan dari ketiga type bangunan ruko Citra Land

Bagya City menggunakan material yang sama, hanya perbedaan warna dan

bentukan pada fasadenya.

Gambar 4.8. Gambar Dan Denah Ruko Bagya City Type C


Sumber : (Data Pribadi, 2015)

Gambar 4.9. Tampilan Bangunan Ruko Bagya City Type C


Sumber : (Survey Lapangan, 2015)

44

Universitas Sumatera Utara


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisa Prinsip Internasional Style

International Style gaya arsitektur yang mulai mengalami perkembangan

di Eropa dan Amerika Serikat pada tahun 1920 dan 30-an, istilah International

Style pertama kali digunakan pada tahun 1932. Dengan munculnya prinsip-prinsip

International Style (Arsitektur Sebagai Volume, Keteraturan, Penghindaran

Penggunaan Ornamen) yang menjadi acuan para arsitek pada pendesainan

karyanya.

Arsitek Walter Gropius Dan Ludwig Mies Van De Rohe yang melakukan

perjuangan untuk mengembangkan gaya lama ke gaya baru, karya-karya mereka

didasari dengan adanya prinsip-prinsip International Style.

5.1.1 Analisa Berdasarkan Karya Arsitek Walter Gropius

Walter Gropius merupakan seorang arsitek berkebangsaan Jerman, dia

merupakan pendiri sekolah Bauhaus bersama Ludwig Mies Van De Rohe dan Le

Corbusier. Melalui dengan mendirikan sekolah, pada prinsipnya ia menekankan

untuk memberikan keindahan dan kualitas pada setiap benda yang dirancang.

45

Universitas Sumatera Utara


5.1.1.1 Analisa Bersdasarkan Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya

Arsitek Walter Gropius

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain arsitektur

sebagai volume dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius

untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

Walter Karya Arsitek Prinsip


Gropius Walter Gropius International Style

Volume

Prinsip pertama pada


bangunan fagus factory
pada bagian dinding
lebih dominan
menggunakan dinding
kaca, menampilkan
karakter kontruksi guna
untuk menekankan
fungsi sehingga volume
bangunan terlihat dari
luar ke dalam bangunan.
Pada bagian atap
bangunan Fagus Factory
menggunakan atap datar.
Bangunan Village
College tersebut pada
bagian dinding juga
lebih dominan
menggunakan dinding
kaca untuk menampilkan
karakter kontruksi untuk
menekankan fungsi dan
menggunakan atap datar
sehingga terlihat seperti
kotak.
Bangunan Gropius
House tersebut pada
bagian dinding juga
lebih dominan
menggunakan dinding
kaca untuk menampilkan
karakter kontruksi untuk

46

Universitas Sumatera Utara


menekankan fungsi dan
menggunakan atap datar,
pada penggunaan warna
bangunan tersebut
menggunakan warna
putih.

Prinsip pertama pada


bangunan Bauhaus pada
bagian dinding lebih
dominan menggunakan
dinding kaca,
menampilkan karakter
kontruksi guna untuk
menekankan fungsi
sehingga volume
bangunan tersebut
terihat dari luar ke dalam
bangunan.
Pada bagian atap
bangunan Fagus Factory
menggunakan atap datar.
Bangunan Michael
Reese Hospital pada
tampilan dinding
bangunan terlihat lebih
banyak menampilkan
bukaan jendela sehingga
pada bagian dinding
menampilkan karakter
kontruksi untuk
menekankan fungsi dan
pada bagian atap
bangunan Michael Reese
Hospital menggunakan
atap datar.
Prinsip pertama pada
bangunan Harvard
Graduate Center pada
bagian dinding lebih
dominan menggunakan
dinding kaca,
menampilkan karakter
kontruksi guna untuk
menekankan fungsi
sehingga volume
bangunan terihat dari

47

Universitas Sumatera Utara


luar ke dalam bangunan.
Pada bagian atap
bangunan Harvard
Graduate Center
menggunakan atap datar.
KESIMPULAN Dari kesemua bangunan diatas ditemukan kesimpulan yang
mendasari terbentuknya volume yaitu dengan adanya lantai,
dinding dan atap. Dari analisa diatas bangunan Walter Gropius
tersebut pada bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding
kaca untuk menampilkan karakter kontruksi yang ada pada
bangunan sehingga volume dapat terlihat dari luar ke dalam
bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan
atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang
menekan.
Table 5.1 Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek Walter Gropius

5.1.1.2 Analisa Bersdasarkan Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter

Gropius

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain keteraturan

dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter Gropius untuk melihat

pengaruh prinsip International Style.

Denah Bangunan Karya Arsitek Prinsip


Walter Gropius International Style

Keteraturan

Pada prinsip kedua ini


keteraturan pada
pengunaan jendela
terlihat sangat teratur
pada tampilan bangunan
tersebut dan perletakan
kolom juga
menggunakan modul
sehingga jarak antar
kolom menjadi sama,
dan bangunan tersebut
menggunakan atap datar,
penerapan skema
simetris pada bangunan
Fagus Factory tidak
terlihat pada
tampilannya dan dapat

48

Universitas Sumatera Utara


juga terlihat dari bentuk
denah bangunan
tersebut.

Keteraturan pada
bangunan Village
Coleege pengunaan
jendelanya juga terlihat
teratur pada tampilan
bangunan, pada denah
perletakan jarak kolom
juga tampak teratur, dan
menggunakan atap datar,
pada bentukan denah
tidak terlihat penerapan
skema simetris pada
bangunan Village
College.

Pada prinsip kedua ini


keteraturan pada
bangunan Gropius
House pengunaan
jendela juga terlihat
teratur pada tampilan
bangunannya, perletakan
dan jarak kolom terlihat
pada denah
menggunakan modul
sehingga kolom terlihat
teratur, dan juga
menggunakan atap datar,
penerapan skema
simetris pada bangunan
Gropius House tidak
terlihat pada
tampilannya dan dapat
juga dilihat dari bentuk
denah bangunan
tersebut.

49

Universitas Sumatera Utara


Keteraturan pada
bangunan Bauhaus
pengunaan jendela
terlihat sangat teratur
pada tampilan bangunan
tersebut dan penggunaan
kolom juga terlihat pada
denah menggunakan
modul sehingga jarak
antar kolom terlihat
sama, dan menggunakan
atap datar, penerapan
skema simetris pada
bangunan Bauhaus juga
tidak terlihat pada
tampilannya dan dapat
juga terlihat dari bentuk
denah bangunan
tersebut.

Keteraturan pada
bangunan Michael Reese
Hospital pengunaan
jendela terlihat sangat
teratur pada tampilan
bangunan, penerapan
skema simetris dan juga
penggunaan atap datar
pada bangunan Michael
Reese Hospital terlihat
jelas pada tampilannya,
dapat juga dilihat dari
bentuk denah bangunan
tersebut. Perletakan
jarak antar kolom juga
terlihat teratur karena
menggunakan modul.
Keteraturan pada
bangunan Harvard
Graduate Center
pengunaan jendela
terlihat sangat teratur
pada tampilan bangunan
dan juga menggunakan
atap datar, perletakan
jarak antar kolom juga
terlihat teratur pada
denah karena
menggunakan modul.
Penerapan skema

50

Universitas Sumatera Utara


simetris pada bangunan
Harvard Graduate
Center tidak terlihat
pada tampilannya dan
dapat juga terlihat dari
bentuk denah bangunan
tersebut.

KESIMPULAN Keteraturan pada bangunan Walter Gropius dapat dilihat dari


penggunaan kolom yang menggunakan modul, terlihat juga pada
penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua
bangunan menggunakan atap datar. Skema simteris dinyatakan
dalam susunan ruang, dari kesemua bangunan Walter Gropius lebih
banyak tidak menggunakan skema simetris pada tampilannya.
Table 5.2 Keteraturan Pada Karya Arsitek Walter Gropius

5.1.1.3 Analisa Bersdasarkan Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada

Karya Arsitek Walter Gropius

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain penghindaran

penggunaan ornament dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Walter

Gropius untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

Tampilan Bangunan Karya Prinsip


Arsitek Walter Gropius International Style
Penghindaran
Penggunaan
Ornamen
Pada prinsip ketiga yaitu
penghindaran
penggunaan ornament,
pada bangunan Fagus
Factory terlihat jelas
pada tampilan
bangunannya tidak
menggunakan ornament
hanya menampilkan
dinding kaca pada
keseluruhan dindingnya.

51

Universitas Sumatera Utara


Penghindaran
penggunaan ornament
pada bangunan Village
College terlihat jelas
pada tampilan
bangunannya tidak
menggunakan ornament
hanya menampilkan
dinding kaca pada
keseluruhan dindingnya
karena penggunaan
ornament dianggap suatu
kejahatan dalam desain.
Penghindaran
penggunaan ornament
pada bangunan Gropius
House terlihat jelas juga
pada tampilan
bangunannya tidak
menggunakan ornament
hanya menampilkan
dinding kaca pada
keseluruhan dindingnya
karena penggunaan
ornament dianggap suatu
kejahatan dalam desain.
Penghindaran
penggunaan ornament
pada bangunan Bauhaus
terlihat jelas juga pada
tampilan bangunannya
tidak menggunakan
ornament hanya
menampilkan dinding
kaca pada keseluruhan
dindingnya.
Penghindaran
penggunaan ornament
pada bangunan Michael
Reese Hospital terlihat
jelas juga pada tampilan
bangunannya tidak
menggunakan ornament
hanya menampilkan
dinding kaca pada
keseluruhan dindingnya
dan menampilkan skema
simetris.

52

Universitas Sumatera Utara


Penghindaran
penggunaan ornament
pada bangunan Harvard
Graduate Center terlihat
jelas pada tampilan
bangunannya tidak
menggunakan ornament
hanya menampilkan
dinding kaca pada
keseluruhan dindingnya
KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Walter Gropius penggunaan ornament
pada tampilan bangunan tidak terlihat karena dianggap suatu
kejahatan dalam desain pada prinsip International Style.

Table 5.3 Pengindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek Walter Gropius

5.1.2 Analisa Berdasarkan Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Ludwig Mies Van De Rohe merupakan seorang arsitek berkebangsaan

Jerman, Ludwig Mies Van De Rohe bersama Walter Gropius dan Le Corbusier

dikenal luas sebagai para printis arsitektur modern. Ia menjadi warga Negara

Amerika pada tahun 1944 dan 30 tahun menjadi seorang seorang arsitek Amerika

yang lebih menampilkan struktural. Mies berupaya menetapkan gaya arsitektur

baru yang mampu mewakili zaman modern.

5.1.2.1 Analisa Bersdasarkan Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya

Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain Arsitektur

sebagai volume dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig Mies

Van De Rohe untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

53

Universitas Sumatera Utara


Ludwig Mies Karya Arsitek Prinsip
Van De Rohe Ludwig Mies Van De Rohe International Style

Volume

Prinsip pertama pada


bangunan Farnsworth
House pada bagian
dinding lebih dominan
menggunakan dinding
kaca, menampilkan
karakter kontruksi guna
untuk menekankan
fungsi sehingga volume
bangunan terihat dari
luar ke dalam bangunan.
Pada bagian atap
bangunan Fagus Factory
menggunakan atap datar.
Bangunan Barcelona
Paviliun pada bagian
dinding juga lebih
dominan menggunakan
dinding kaca untuk
menampilkan karakter
kontruksi guna untuk
menekankan fungsi
sehingga volume
bangunan terihat dari
luar ke dalam bangunan.
Pada bagian atap
bangunan Fagus Factory
juga menggunakan atap
datar.
Bangunan Tugendhat
House pada bagian
dinding juga lebih
banyak menggunakan
dinding kaca pada
tampilannya untuk
menampilkan karakter
kontruksi guna untuk
menekankan fungsi
sehingga keadaan dalam
bangunan bangunan
terihat dari luar ke dalam
bangunan dan pada
bagian atap bangunan
Tugendhat House juga
menggunakan atap datar.

54

Universitas Sumatera Utara


Bangunan Crown Hall
keseluruhan dindingnya
menggunakan kaca yang
berbidang besar untuk
menampilkan karakter
kontruksi guna untuk
menekankan fungsi
sehingga keadaan dalam
bangunan bangunan
terihat dari luar ke dalam
bangunan dan pada
bagian atap bangunan
Crown Hall juga
menggunakan atap datar.
Bangunan Seagram
Building keseluruhan
dindingnya
menggunakan kaca
untuk menampilkan
karakter kontruksi guna
untuk menekankan
fungsi sehingga keadaan
dalam bangunan
bangunan terihat dari
luar ke dalam bangunan
dan pada bagian atap
bangunan Seagram
Building juga
menggunakan atap datar.

Bangunan Lake Shore


Drive keseluruhan
dindingnya juga
menggunakan kaca
untuk menampilkan
karakter kontruksi guna
untuk menekankan
fungsi sehingga keadaan
dalam bangunan
bangunan terihat dari
luar ke dalam bangunan
dan pada bagian atap
bangunan Seagram
Building juga
menggunakan atap datar.

55

Universitas Sumatera Utara


KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Ludwig Mies Van De Rohe diatas
ditemukan kesimpulan yang mendasari terbentuknya volume yaitu
dengan adanya lantai, dinding dan atap. Dari analisa diatas
bangunan Ludwig Mies Van De Rohe tersebut pada bagian
dindingnya juga lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk
menampilkan karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga
volume dapat terlihat dari luar ke dalam bangunan dan pada bagian
atap kesemua bangunan menggunakan atap datar sehingga terlihat
seperti kotak atau persegi panjang menekan.
Table 5.4 Arsitektur Sebagai Volume Pada Karya Arsitek
Ludwig Mies Van De Rohe

5.1.2.2 Analisa Berdasarkan Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies

Van De Rohe

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain keteraturan

dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

Denah Bangunan Karya Arsitek Prinsip International


Ludwig Mies Van De Rohe Style

Keteraturan

Pada prinsip kedua ini


keteraturan dapat dilihat
pada bangunan
Farnsworth House dari
penggunaan jendela dan
juga keteraturan dalam
perletakan kolom yang
menggunakan modul
dan juga menggunakan
atap datar, penerapan
skema simetris ataupun
susunan ruang pada
bangunan Farnsworth
House tidak terlihat pada
tampilan dan juga
terlihat dari bentuk
denah bangunan
tersebut.

56

Universitas Sumatera Utara


Keteraturan pada
bangunan Barcelona
Pavilion dapat dilihat
dari penggunaan jendela,
pada perletakan kolom
dan juga pada
penggunaan atap datar,
penerapan skema
simetris ataupun susunan
ruang pada bangunan
Barcelona Pavilion
tidak terlihat pada
tampilan dan juga
terlihat dari bentuk
denah bangunan
tersebut.
Pada bangunan
Tugendhat House
penerapan skema
simetris ataupun susunan
ruang pada bangunan
tersebut tidak terlihat
pada denah, keteraturan
hanya terihat pada
penggunaan kolom yang
menggunakan modul
dan penggunaan atap
datar.

Keteraturan pada
bangunan Crown Hall
dapat dilihat dari
penggunaan jendela,
susunan ruang, dan juga
perletakan kolom yang
terlihat teratur dan
penggunaan atap datar,
penerapan skema
simetris ataupun susunan
ruang pada bangunan
Crown Hall terlihat
teratur pada tampilan
dan juga terlihat dari
bentuk denah bangunan
tersebut.

57

Universitas Sumatera Utara


Keteraturan pada
bangunan Seagram
Building dapat dilihat
dari penggunaan jendela
dan perletakan kolom
terlihat teratur karena
menggunakan modul
dan menggunakan atap
datar, penerapan skema
simetris pada bangunan
Seagram Building
terlihat teratur pada
tampilannya dan juga
terlihat dari bentuk
denah bangunan tersebut
sehingga bangunan
tersebut terlihat panjang
menekan.

58

Universitas Sumatera Utara


Keteraturan penggunaan
jendela, penerapan
skema simetris,
perletakan kolom yang
menggunakan modul
dan menggunakan atap
datar pada bangunan
Lake Shore Drive
terlihat teratur pada
tampilan dan juga
terlihat dari bentuk
denah bangunan tersebut
sehingga bangunan
tersebut terlihat panjang
menekan.

KESIMPULAN Keteraturan pada bangunan Ludwig Mies Van De Rohe dapat


dilihat dari penggunaan kolom yang menggunakan modul dan
terlihat juga pada penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan
kesemua bangunan menggunakan atap datar. Skema simteris
dinyatakan dalam susunan ruang, dari kesemua bangunan Walter
Gropius lebih banyak tidak menggunakan skema simetris pada
tampilannya.
Table 5.5 Keteraturan Pada Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

5.1.2.3 Analisa Bersdasarkan Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada

Karya Arsitek Ludwig Mies Van De Rohe

Berdasarkan prinsip-prinsip International Style antara lain Penghindaran

Penggunaan Ornamen dianalisa pada bangunan-bangunan karya arsitek Ludwig

Mies Van De Rohe untuk melihat pengaruh prinsip International Style.

59

Universitas Sumatera Utara


Tampilan Bangunan Karya Prinsip International
Arsitek Ludwig Mies Van De Style
Rohe
Penghindaran
Penggunaan
Ornamen
Pada prinsip ketiga yaitu
penghindaran
penggunaan ornament,
pada bangunan
Farnsworth House
terlihat jelas pada
tampilan bangunannya
tidak menggunakan
ornament hanya
menampilkan sebagian
dari dinding kaca pada
dindingnya dan
memperlihatkan tiang-
tiang kolom pada
bangunan.
Penghindaran
penggunaan ornament
pada bangunan
Barcelona Pavilion
terlihat jelas pada
tampilan bangunannya
tidak menggunakan
ornament hanya
menampilkan sebagian
dari dinding kaca pada
dindingnya.
Penghindaran
penggunaan ornament
pada bangunan
Tugendhat House
terlihat jelas pada
tampilan bangunannya
tidak menggunakan
ornament hanya
menampilkan dari
dinding kaca dan
penggunaan warna.

60

Universitas Sumatera Utara


Penghindaran
penggunaan ornament
pada bangunan Crown
Hall terlihat jelas pada
tampilan bangunannya
tidak menggunakan
ornament hanya
menampilkan dari
dinding kaca dan
kerangka kontruksi
bangunan.
Pada bangunan Seagram
Building kesemua
dinding bangunan
terlihat menggunakan
kaca sehingga
penggunaan ornament
sangat dihindari pada
bangunan ini.

Pada bangunan Lake


Shore Drive kesemua
dinding bangunan
terlihat menggunakan
kaca juga sehingga
penggunaan ornament
sangat dihindari pada
bangunan tersebut.

KESIMPULAN Dari kesemua bangunan Ludwig Mies Van De Rohe hasil analisa
penggunaan ornament pada tampilan bangunan tidak terlihat karena
dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International
Style. Pada tampilan bangunan Ludwig Mies Van De Rohe lebih
dominan menggunakan kaca.
Table 5.6 Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Karya Arsitek

Ludwig Mies Van De Rohe

61

Universitas Sumatera Utara


5.1.3 Hasil Analisa Prinsip International Style Pada Bangunan Karya Arsitek

Walter Gropius Dan Ludwig Mies Van De Rohe

Berdasarkan dari analisa diatas dapat disimpulkan dari hasil kedua arsitek

international style pada bangunan modern hasil karya Walter Gropius terlihat

tidak jauh berbeda dengan bentuk desain bangunan modern karya arsitek Mies

Van De Rohe yang memiliki bentuk dan penggunaan material yang sama.

1. Volume

Terbentuknya volume didasari dengan adanya lantai, dinding, dan atap.

Dari hasil analisa bangunan Walter Gropius Ludwig Mies Van De Rohe pada

bagian dinding lebih dominan menggunakan dinding kaca untuk menampilkan

karakter kontruksi yang ada pada bangunan sehingga volume dapat terlihat dari

luar ke dalam bangunan dan pada bagian atap kesemua bangunan menggunakan

atap datar sehingga terlihat seperti kotak atau persegi panjang menekan.

2. Keteraturan

Keteraturan pada bangunan Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De

Rohe telihat dari penggunaan kolom yang menggunakan modul, juga terlihat pada

penggunaan jendela pada tampilan bangunan dan kesemua bangunan

menggunakan atap datar, pada susunan ruang lebih banyak tidak menggunakan

skema simetris terlihat pada denahnya.

62

Universitas Sumatera Utara


3. Penghindaran penggunaan Ornamen

Dari kesemua bangunan Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe

hasil analisa penggunaan ornament pada tampilan bangunan tidak terlihat karena

dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style. Pada

tampilan bangunan mereka lebih dominan menggunakan kaca dan permainan

warna.

5.2. Analisa Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Dengan Prinsip

International Style

Dari ketiga prinsip International Style antara lain Arsitektur Sebagai

Volume, Keteraturan, Penghindaran Penggunan Ornamen telah ditemukan hasil

kesimpulan kemudian diterapkan pada bangunan ruko Citra Land Bagya City.

Pada komplek bangunan ruko Citra Land Bagya City terdapat beberapa type

bangunan ruko, beberapa bangunan ruko tersebut memiliki tampilan dan bentukan

yang berbeda-beda. Bangunan ruko Citra Land Bagya City dibagi menjadi 3 type,

yaitu type A, type B, dan type C.

5.2.1 Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya

City Type A, Type B, Type C

Dari temuan analisa arsitektur sebagai volume pada prinsip International

Style karya arsitek Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe kemudian

diterapkan pada bangunan Citra Land Bagya City.

63

Universitas Sumatera Utara


Bangunan A Bangunan B Bangunan C

Prinsip
Internatio
nal Style

Volume Prinsip pertama pada Pada bangunan ruko Pada bangunan ruko
bangunan ruko type A type B bagian dinding type C bagian dinding
bagian dinding lebih lebih dominan lebih dominan
dominan menggunakan menggunakan dinding menggunakan dinding
dinding kaca, kaca, menampilkan kaca, menampilkan
menampilkan karakter karakter kontruksi karakter kontruksi
kontruksi untuk dan untuk dan menekankan untuk dan
menekan kan fungsi fungsi sehingga volume menekankan fungsi
sehingga volume bangunan terihat dari sehingga volume
bangunan terihat dari luar ke dalam bangunan terihat dari
luar ke dalam bangunan. bangunan. luar ke dalam
Pada bagian atap Pada bagian atapbangunan.
bangunan ruko type A bangunan ruko type B Pada bagian atap
menggunankan atap menggunankan atapbangunan ruko type C
datar. datar. menggunankan atap
datar.
Kesimpulan Dari analisa diatas pada bangunan ruko type A, type B dan type C tersebut
tidak jauh berbeda, menggunakan kaca berbidang lebar sehiggga pada
bagian dinding bangunan lebih dominan menggunakan kaca untuk
menampilkan kontruksi dan pada bagian dalam bangunan dapat terlihat dari
luar ke dalam. Pada bagian atap bangunan ruko type A, type B, dan type C
juga terlihat sama pada menggunkan atap datar.
Table 5.7 Arsitektur Sebagai Volume Pada Bangunan Ruko

Citra Land Bagya City

5.2.2 Keteraturan Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City Type A,

Type B, Type C

Dari temuan analisa keteraturan pada prinsip International Style karya

arsitek Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe kemudian diterapkan pada

bangunan Citra Land Bagya City.

64

Universitas Sumatera Utara


Bangunan A Bangunan B Bangunan C

Prinsip
Internationa
l Style

Keteraturan Pada prinsip kedua ini Keteraturan pada Keteraturan pada


keteraturan pada pengunaan jendela pengunaan jendela
pengunaan jendela terlihat sangat teratur terlihat sangat teratur
terlihat sangat teratur pada tampilan pada tampilan
pada tampilan bangunan ruko type B bangunan ruko type C
bangunan ruko type A, dan juga penggunaan dan juga pada
terlihat perletakan kolom yang terlihat perletakan kolom
kolom pada denah teratur pada denah dan menggunakan modul
sangat teratur karena menggunakan atap dan menggunakan atap
mengunakan modul datar, penerapan skema datar, penerapan
dan menggunakan atap simetris pada bangunan skema simetris pada
datar, penerapan ruko type B terlihat bangunan ruko type C
skema simetris pada pada tampilannya dan terlihat pada
bangunan ruko type A dapat juga terlihat dari tampilannya dan dapat
terlihat pada bentuk denah bangunan juga terlihat dari
tampilannya dan dapat tersebut. Pada tampilan bentuk denah
juga terlihat dari bangunan ruko type B bangunan tersebut.
bentuk denah ini lebih menambahkan
bangunan tersebut. penggunaan material
baja.
Kesimpulan Keteraturan pada bangunan ruko type A, type B, dan type C terlihat pada
perletakan kolom yang menggunakan modul, dan juga pada penggunaan
jendela yang teratur pada tampilannya dan menggunakan atap datar,
penggunaan skema simetris terlihat pada tampilan susunan ruangnya.
Table 5.8 Keteraturan Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya City

65

Universitas Sumatera Utara


5.2.3 Penghindaran Penggunaan Ornamen Pada Bangunan Ruko Citra Land

Bagya City Type A, Type B, Type C

Dari temuan analisa penghindaran penggunaan ornamen pada prinsip

International Style karya arsitek Walter Gropius dan Ludwig Mies Van De Rohe

kemudian diterapkan pada bangunan Citra Land Bagya City.

Bangunan A Bangunan B Bangunan C

Prinsip
Internationa
l Style

Penghindara Pada prinsip ketiga Penghindaran Penghindaran


n yaitu penghindaran penggunaan ornament penggunaan ornament
penggunaan penggunaan ornament, pada bangunan ruko pada bangunan ruko
ornamen pada bangunan ruko type B terlihat jelas type C terlihat jelas
type A terlihat jelas pada tampilan pada tampilan
pada tampilan bangunan tersebut tidak bangunan tersebut
bangunan tersebut menggunakan ornament tidak menggunakan
tidak menggunakan hanya menampilkan ornament hanya
ornament hanya jendela kaca yang menampilkan jendela
menampilkan jendela berbidang lebar dan kaca yang berbidang
kaca yang berbidang penambahan material lebar dan lebih
lebar. baja ringan pada bermain dengan
tampilannya. penggunaan warna.
Kesimpulan Dari analisa diatas semua bangunan ruko type A, type B dan type C
penggunaan ornament pada tampilan bangunan ruko tidak terlihat karena
dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style.
Pada tampilan bangunan ruko tersebut lebih dominan menggunakan kaca,
penambahan material dan penggunaan warna.
Table 5.9 Penghindaran Penggunan Ornamen Pada Bangunan Ruko Citra Land Bagya
City

66

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Citra Land Bagya City merupakan bangunan ruko yang terletak di jalan

Ismail Harun, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Berdasarkan dari analisa

diatas dapat disimpulkan bangunan ruko Citra Land Bagya City semua bangunan

menerapkan prinsip-prinsip International Style yang ada pada bangunan karya

arsitek Walter Gropius dan Mies Van De Rohe yaitu bangunan tersebut memiliki

gaya arsitektur modern.

Pengaruh prinsip-prinsip International Style pada bangunan ruko Citra

Land Bagya City yaitu :

 Penerapan prinsip arsitektur sebagai volume pada bangunan ruko Citra

Land Bagya City type A, type B dan type C tersebut tidak jauh berbeda,

menggunakan kaca berbidang lebar sehiggga pada bagian dinding

bangunan lebih dominan menggunakan kaca untuk menampilkan

kontruksi dan pada bagian dalam bangunan dapat terlihat dari luar ke

dalam.

 Keteraturan pada bangunan ruko type A, type B, dan type C dapat dilihat

dalam susunan ruang, bentukan dari denah bangunan, pada perletakan

kolom yang teratur karena menggunakan modul, penggunaan jendela yang

berbidang lebar, dan juga menggunakan atap datar.

67

Universitas Sumatera Utara


 Pada prinsip ketiga, semua bangunan ruko type A, type B dan type C

penggunaan ornament pada tampilan bangunan ruko tidak terlihat karena

dianggap suatu kejahatan dalam desain pada prinsip International Style.

Pada tampilan bangunan ruko tersebut lebih dominan menggunakan kaca,

penambahan material dan penggunaan warna.

6.2. Saran

Dari penelitian ini dapat diperoleh beberapa saran antara lain :

 Harapan penulis melalui penelitian ini diharapkan bangunan ruko Citra

Land Bagya City dapat menjadi acuan terhadap penerapan pembangunan

tata ruang kota Medan yang berkelanjutan.‟

 Sebagai pengetahuan seorang arsitek agar merancang tidak hanya

mengutamakan pada bentuk dan fungsi, akan tetapi menerapkan prinsip-

prinsip nilai estetika pada tampilan bangunan.

68

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Brunner T. Dkk, 2013, Kajian Penerapan Arsitektur Modern pada bangunan

Roger‟s Salon, Clinic, Spa and Wellness Center Bandung, Reka Raksa,

Vol : 1, No : 2

D.K Ching, Francis. (2008), Arsitektur Bentuk, Ruang dan Tatanan. Erlangga

.Jakarta

Henry-Russell Hitchcock, Philip Johnson, (1997), The International Style, W.w.

Norton dan Company, ISBN 0-393-31518-5

Ikhwanuddin, (2005), Menggali Pemikiran Posmodernisme Dalam Architecture,

Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Kamurahan S.R, 2014, Studi Persepsi Masyarakat Terhadap Estetika Desain

Fasade Bangunan Dengan Pendekatan Teori Subyektif, Media Matrasain,

Vol 11, No. 2

Moleong, L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda karya

Mukhtar dan Widodo, Erna (2000), Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif,

Penerbit Avyrouz, Yogyakarta

Ratnatami, 2005, Aspek Bentuk Arsitektur Bangunan Pasa Makna Fungsi

Bangunan Dan Ekspresi Arsitektur Kawasan Koridor , Jurusan Arsitektur,

Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.

Riskiani N.J., (2013). Analisis „Fave Hotel Adi Sucipto‟sebagai Bangunan ber-

Arsitektur Modern. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Sebelas Maret

69

Universitas Sumatera Utara


Santoso I, Wulandanu B.G, 2011, Studi Pengamatan Tipologi Bangunan pada

Kawasan Kauman Kota Malang, Local Wisdom, Volume: III, Nomor: 2,

Halaman: 10 – 26.

Sumalyo, Yulianto. 2005. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan abad XX.

Yogyakarta : Gajah Mada University Press

http://de-arch.blogspot.com/2008/10/konsep-pemikiran-arsitektur-modern.html

http://www.omasae.com/2012/10/prinsip-perancangan-proporsi.html

70

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai