Anda di halaman 1dari 115

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Departemen Arsitektur Skripsi Sarjana

2017

Apartemen Polonia

Sinambela, Rajaian Edwin F.

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/1828
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
APARTEMEN POLONIA
(ARSITEKTUR HIJAU)
SKRIPSI

Oleh:
RAJAIAN EDWIN F.SINAMBELA
110406082

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


APARTEMEN POLONIA
(ARSITEKTUR HIJAU)
SKRIPSI

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Teknik

Oleh:
RAJAIAN EDWIN F.SINAMBELA

110406082

Dr.Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP,M.Arch

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

APARTEMEN POLONIA

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2017


Penulis,

Rajaian E.F.S

Universitas Sumatera Utara


Judul Skripsi : Apartemen Polonia

Nama Mahasiswa : Rajaian Edwin F.Sinambela

Nomor Pokok : 110406082

Departemen : Arsitektur

Menyetujui
Dosen Pembimbing,

Dr.Ir.Nelson M. Siahaan. Dipl,TP,M.Arch


NIP. 195811271987011001

Koordinator Skripsi, Ketua Departemen Arsitektur,

Dr.Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP,M.Arch Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc.
NIP. 195811271987011001 NIP. 196305271993032005

Universitas Sumatera Utara


Tanggal Lulus : 6 Januari 2017
Telah diuji pada
Tanggal : 6 Januari 2017

Penguji Skripsi
Ketua Penguji : Dr.Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP,M.Arch
Anggota Penguji : 1. Hajar Suwantoro., S.T., M.T.
2. Amy Marisa, S.T., M.Sc.

Universitas Sumatera Utara


SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK SKRIPSI

Nama : Rajaian Edwin F. Sinambela


NIM : 110406082
Judul Skripsi : Apartemen Polonia
Tema : Arsitektur Hijau
Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C
Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :
Waktu Paraf
Paraf
No. Status Pengumpulan Koordinator
Pembimbing
Skripsi Skripsi

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan

4. Tidak Lulus

Medan, Januari 2017


Koordinator Skripsi, Ketua Departemen Arsitektur,

Dr.Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl.TP,M.Arch Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc.
NIP. 195811271987011001 NIP. 196305271993032005

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Kota Medan, kota terbesar ketiga di Indonesia dengan posisi strategis sebagai
pintu gerbang utama Indonesia di wilayah barat, harus menyiapkan diri untuk
berkembang menghadapi berbagai peluang dan tantangan sebagai sebuah kota
metropolitan. Kompleks eks-terminal Polonia pasca relokasi Bandara Polonia
merupakan kawasan yang memiliki potensi yang cukup tinggi menjadi sebuah
pusat kawasan niaga strategis di kota Medan. Dengan mempertimbangkan
ketersediaan wilayah yang ada, maka dipilihlah konsep pembangunan hunian
kearah vertikal yang dapat difungsikan sebagai tempat perdagangan, perkantoran
maupun tempat tinggal kedua yang dikenal sebagai apartemen. Apartemen dapat
diartikan sebagai suatu bangunan yang terdiri dari beberapa unit hunian yang
disusun secara bertingkat, serta memiliki kebutuhan ruang dan fasilitas yang
sama, untuk mengatasi masalah kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan
di perkotaan. Oleh karena itu, konsep “Green Architecture” dianggap tepat untuk
menjawab isu lingkungan tersebut. Dimana konsep arsitektur hijau (Green
Architecture) ialah suatu pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi
berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.

Kata Kunci: Arsitektur Hijau, Apartemen, Polonia,

i
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Medan City, Indonesia's third largest city with a strategic position as the main
gateway of Indonesia in the western region, must prepare itself to develop in
facing various opportunities and challenges as a metropolitan city. Polonia's ex-
terminal complex post-relocation Polonia Airport is a region with high potential
to become a strategic trading center in Medan. Taking into consideration the
availability of the existing area, the concept of vertical-shelter construction is
chosen that can be used as a trading place, office or second residence known as
an apartment. Apartment can be defined as a building consisting of several
residential units arranged in stages, and has the same space and facilities, to
overcome the problem of density of occupancy rate and limited land in urban
areas. Therefore, the concept of "Green Architecture" is considered appropriate
to address the environmental issues. Where the concept of green architecture
(Green Architecture) is an approach to the building that can minimize the various
harmful effects on human health and the environment.

Key words : Green Architecture, Apartment, Polonia

ii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME karena segala berkat dan
anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Apartemen Polonia” sebagai bagian dari syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana teknik.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Nelson M. Siahaan, Dipl. TP., M.Arch selaku Dosen
Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
2. Bapak Hajar Suwantoro., S.T., M.T. selaku Dosen Penguji I dan
Ibu Amy Marisa, S.T., M.Sc. Dosen Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia M.Sc selaku Ketua Departemen
Arsitektur dan Ibu Ir. Benny O.Y Marpaung, PhD, IPM selaku
Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Kedua orang tua penulis Bapak Mangiring Sinambela dan Ibu
Roganda Lumban Toruan, serta abang Roy Gibran, Brilian Tri Martin,
Okto Bastian, dan Josua Natanael yang telah memberikan d o a ,
semangat, dorongan, dan bantuan untuk menyelesaikan studi dan
skripsi penulis di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
6. Lawrena Valentine Br. Tohang yang telah memberikan dukungan doa
dan semangatnya kepada penulis.
7. Robert, BP, Gunario, Dana, Joshua, Rejeki dan teman – teman, sahabat
dan seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

iii
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari
sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan
manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Januari 2017

Penulis,

Rajaian E. F. Sinambela
110406082

iv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...............................................................................3
1.3 Tujuan Perancangan................................................................................3
1.4 Pendekatan ..............................................................................................3
1.5 Lingkup/ Batasan Masalah......................................................................4
1.6 Kerangka Berfikir ...................................................................................5
1.7 Sistematika Penulisan Laporan ..............................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................9
2.1 Terminologi Judul ..................................................................................9
2.2 Tinjauan Umum Proyek ..........................................................................9
2.2.1 Latar Belakang ...............................................................................9
2.2.2 Kebijakan Pembangunan dan Tata Ruang Kota Medan ................21
2.2.3 Deskripsi Umum Proyek ................................................................26
2.2.4 Tujuan Proyek ................................................................................27
2.3 Tinjauan Daerah Perencanaan ...............................................................27
2.3.1 Tinjauan Kota .................................................................................27
2.3.2 Tinjauan Sub Wilayah ...................................................................28
2.4 Tinjauan Umum Apartemen .................................................................30
2.4.1 Definisi Apartemen .......................................................................30
2.4.2 Pengelompokan Apartemen ..........................................................31
2.4.3 Deskripsi Pengguna Apartemen ....................................................41
2.5 Konsep Design Green Architecture..........................................................43
2.6 Program Ruang Apartemen .....................................................................44
2.6.1 Unit Hunian ...................................................................................44
2.6.2 Program Ruang Parkir ...................................................................50

v
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI ..................................................................................52
3.1 Kerangka Pendekatan ............................................................................52
3.2 Metode Pengumpulan Data....................................................................52
3.3 Teknik Analisa ......................................................................................53
BAB IV ANALISA PERANCANGAN ...........................................................55
4.1 Analisa Kondisi Tampak dan Lingkungan ............................................55
4.1.1 Analisa Lokasi, Kondisi dan Potensi Lahan ..................................55
4.1.2 Analisa Regulasi ............................................................................57
4.1.3 Analisa Tata Guna Lahan ...............................................................58
4.1.4 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian .................................................59
4.1.5 Analisa Vegetasi ............................................................................60
4.1.6 Analisa View .................................................................................61
4.2 Analisa Kebutuhan Ruang ....................................................................62
4.2.1 Analisa Tatanan Masa Bangunan ..................................................64
4.3 Analisa Teknologi .................................................................................66
4.3.1 Analisa Struktur dan Konstruksi ....................................................66
4.3.2 Sistem Utilitas Bangunan ..............................................................68
4.4 Kesimpulan ...........................................................................................73
BAB V KONSEP PERANCANGAN ..............................................................74
5.1 Konsep Dasar ........................................................................................74
5.1.1 Konsep Perancangan Tapak ..........................................................74
5.2 Penzoningan Site....................................................................................74
5.2.1 Tata Ruang Luar.............................................................................75
5.2.2 Konsep Gubahan Masa...................................................................76
2.5.3 Hirarki Ruang ................................................................................78
5.3 Konsep Perancangan Bangunan ............................................................80
5.3.1 Penzoningan ..................................................................................80
5.3.2 Sirkulasi .........................................................................................81
5.3.3 Konsep Zoning Site .......................................................................81
5.3.4 Konsep Masa Bangunan ................................................................82
5.4 Konsep Sirkulasi Ruang Dalam ............................................................82
5.4.1 Sirkulasi Horizontal .......................................................................82

vi
Universitas Sumatera Utara
5.4.2 Sirkulasi Vertikal ...........................................................................83
5.5 Konsep Struktur Bangunan ...................................................................84
5.5.1 Pondasi ..........................................................................................85
5.5.2 Kolom ............................................................................................86
5.5.3 Balok .............................................................................................86
5.6 Konsep Utilitas Bangunan ....................................................................87
5.6.1 Sistem Jaringan Air Bersih ............................................................87
5.6.2 Sistem Sanitasi ..............................................................................87
5.6.3 Sistem Drainase .............................................................................87
5.6.4 Sistem Jaringan Listrik ..................................................................88
5.6.5 Sistem Kebakaran ..........................................................................89
5.6.6 Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran .................................89
5.6.7 Pembuangan Sampah ....................................................................90
5.6.8 Sistem Komunikasi dan CCTV .....................................................91
BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR .....................................................92
6.1 Kawasan Terpadu Polonia Ecocity .......................................................92
6.2 Suasana Eksterior Kawasan dan Bangunan Apartemen Polonia ..........92
6.2.1 Entrance Bangunan .......................................................................93
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................97
LAMPIRAN

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2012/2015 .......... 10


Gambar 2. 2 Epic New High- Rise Apartemen...................................................... 32
Gambar 2. 3 Mide-Rise Toronoto Apartemen....................................................... 33
Gambar 2. 4 Low Rise Apartment ......................................................................... 33
Gambar 2. 5 Walked-Up Apartment...................................................................... 34
Gambar 2. 6 Tipe Studio ....................................................................................... 35
Gambar 2. 7 Tipe Keluarga................................................................................... 35
Gambar 2. 8 Tipe Loft/ Model Dua Lantai ........................................................... 36
Gambar 2. 9 Tipe Penthouse ................................................................................. 37
Gambar 2. 10 Apartemen Simpleks ...................................................................... 40
Gambar 2. 11 Apartemen Dupleks........................................................................ 40
Gambar 2. 12 Skema Konsep Green Architecture.................................................43
Gambar 3. 1 Metode Pengumpulan Data ............................................................52
Gambar 4. 1 Lokasi Site........................................................................................ 55
Gambar 4. 2 GSB dan Site Perancangan............................................................... 57
Gambar 4. 3 Rancangan Skyline ..........................................................................57
Gambar 4. 4 Analisa Tata Guna Lahan .................................................................58
Gambar 4. 5 Analisa Pencapaian ..........................................................................59
Gambar 4. 6 Solusi Desain ...................................................................................60
Gambar 4. 7 Analisa Vegetasi ..............................................................................60
Gambar 4. 8 Analisa View ke Dalam ...................................................................61
Gambar 4. 9 Analisa View Ke Luar .....................................................................62
Gambar 4. 10 Tatanan Bangunan Apartemen Polonia .........................................65
Gambar 4. 11 Kolom .............................................................................................66
Gambar 4. 12 Struktur Balok T .............................................................................67
Gambar 4. 13 Pencahayaan Alami dengan Bukaan Besar ....................................69
Gambar 4. 14 Skwma Sistem Distribusi AC .........................................................69
Gambar 4. 15 Skema Penyediaan Listrik ..............................................................70
Gambar 4. 16 Skema Penyediaan Air Bersih ........................................................70
Gambar 4. 17 Skema Pembuangan Sampah .........................................................71

viii
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. 18 Skema Sistem Kebakaran ...............................................................72
Gambar 5. 1 Bandara Polonia .............................................................................74
Gambar 5. 2 Konsep Zoning ...............................................................................75
Gambar 5. 3 Tata Ruang Luar .............................................................................75
Gambar 5. 4 Tatanan Bioswale ...........................................................................76
Gambar 5. 5 Gubahan Masa ................................................................................77
Gambar 5. 6 Sketsa Hirarki Ruang .....................................................................78
Gambar 5. 7 Sketsa Sirkulasi Site .......................................................................79
Gambar 5. 8 Konsep Zonasi Ruang ....................................................................80
Gambar 5. 9 Konsep Entrance dan Sirkulasi Bangunan .....................................81
Gambar 5. 10 Konsep Parkir .................................................................................82
Gambar 5. 11 Sirkulasi Vertikal ...........................................................................84
Gambar 5. 12 Pondasi Tiang Pancak ....................................................................86
Gambar 5. 13 Kolom .............................................................................................86
Gambar 5. 14 Sketsa Distribusi Air Dingin ..........................................................87
Gambar 5. 15 Sketsa Distribusi Air Panas ............................................................87
Gambar 5. 16 Sistem Drainase ..............................................................................88
Gambar 5. 17 Sistem Jaringan Listrik ...................................................................88
Gambar 5. 18 Sketsa Sistm Kebakaran ..................................................................89
Gambar 5. 19 Skema Pembuangan dan Pengolahan Air Kotor ............................90
Gambar 5. 20 Skema Pembuangan Sampah .........................................................90
Gambar 6. 1 Prespektif Mata Burung Kawasan ..................................................92
Gambar 6. 2 Suasana Eksterior Site (1) ..............................................................92
Gambar 6. 3 Suasana Eksterior Site (2) ..............................................................93
Gambar 6. 4 Entrance Utama Bangunan Apartemen Polonia .............................93
Gambar 6. 5 Sirkulasi Bagi Pejalan Kaki ............................................................94
Gambar 6. 6 Suasana Drop Off Area ..................................................................94
Gambar 6. 7 Suasana Taman Outdoor Apartemen...............................................95
Gambar 6. 8 Suasana Taman (1) .........................................................................95
Gambar 6. 9 Suasan Taman (2) ...........................................................................96

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Arahan Pengemmbangan Kota Inti dan Kota Satelit Mebidang .........17
Tabel 2. 2 Arahan Kebijakan Terkait Terhadap Wilayah Perencanaan ..............22
Tabel 2. 3 Standar Minimal Tiap Ukuran Ruang ................................................45
Tabel 2. 4 Kebutuhan Dimensi Ruang Lantai Utama Apartemen ......................45
Tabel 2. 5 Dimensi Ruang Fungsi Umum Mall ..................................................46
Tabel 2. 6 Dimensi Ruang Fasilitas Makan dan Minum......................................46
Tabel 2. 7 Dimensi Ruang Fasilitas Pelayanan Mall ...........................................48
Tabel 2. 8 Dimensi Ruang Fasilitas Pembelanjaan dan Jasa ..............................49
Tabel 2. 9 Dimensi Ruang Kantor Pengelola Apartemen .....................................49
Tabel 4. 1 Bangunan-bangunan di Sekitar Polonia..............................................58
Tabel 4. 2 Kebutuhan Ruang Lantai Utama Apartemen ..................................... 62
Tabel 4. 3 Kebutuhan Ruang Mall ...................................................................... 63
Tabel 4. 4 Kebutuhan Ruang Cafe dan Restaurant ............................................. 63
Tabel 4. 5 Kebutuhan Ruang Pembelanjaan dan Jasa......................................... 64
Tabel 4. 6 Kebutuhan Ruang Kantor Pengelola Apartemen ............................... 64

x
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Medan, ibu kota propinsi Sumatera Utara, merupakan kota terbesar
ketiga di Indonesia, dengan posisi strategis sebagai pintu gerbang utama Indonesia
di wilayah barat, kota Medan harus menyiapkan diri untuk mengantisipasi
berbagai peluang dan tantangan sebagai sebuah kota metropolitan. Sejalan dengan
hal tersebut, visi kota Medan untuk menjadi kota metropolitan yang modern,
madani dan religius, selayaknya terus dikembangkan dalam semua kegiatan
pembangunan.
Kecamatan Medan Polonia merupakan kawasan yang berjarak ± 3,1 km
dari pusat kota Medan, dan merupakan kawasan bandara polonia dan
permukiman. Pusat perkantoran, perbelanjaan, konvensi, rekreasi dan hiburan
(Central Bussiness District ) juga telah dibangun sehingga menjadi pusat baru
yang hidup dan menarik tingkat nasional dan regional. Pada kawasan ini juga akan
dikembangkan kawasan perkantoran Pemerintahan Provinsi dan Pemerintah Kota
untuk mengurangi arus pergerakkan menuju ke Kawasan Pusat Kota dan sekaligus
mempermudah akses penduduk untuk memperoleh pelayanan di satu kawasan
(Wikipedia, 2016). Selain itu, kawasan bekas bandara Polonia ini juga merupakan
paru-paru kota medan sehingga berpotensi besar untuk dikembangkan menjadi
ecocity.
Kompleks eks-terminal Polonia pasca relokasi Bandara Polonia
merupakan kawasan yang memiliki potensi yang cukup tinggi menjadi sebuah
pusat kawasan niaga strategis di kota Medan.
Apartemen dapat diartikan sebagai suatu bangunan yang terdiri dari
beberapa unit hunian yang disusun secara bertingkat, serta memiliki kebutuhan
ruang dan fasilitas yang sama, untuk mengatasi masalah kepadatan tingkat hunian
dan keterbatasan lahan di perkotaan. Dimana, apartemen dibagi menjadi dua
berdasarkan sistem kepemilikan yaitu aparten sewa dan apartemen beli (Riyono,
2014).

1
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya rancangan hunian bertingkat perlu mempertimbangkan
prinsip sustainability melalui konservasi energi dalam pencapaian kenyamanan
termal khususnya di daerah tropis lembab. Penataan vegetasi dapat mendinginkan
bangunan dan mengurangi kebutuhan pendingin ruangan sebagai upaya untuk
menciptakan iklim mikro yang memberikan kenyamanan termal bagi penghuni.
Hunian bertingkat banyak memiliki luas fasad yang lebih besar dari luas tapak
sehingga sangat potensial untuk dijadikan sebagai perluasan area hijau yang tidak
mampu lagi didukung oleh ketersediaan lahan secara horizontal. Salah satu cara
menanam tanaman dalam jumlah yang cukup, walaupun ruang yang ada sangat
terbatas, adalah dengan konsep taman vertikal atau Vertical Garden. Vertical
Garden adalah konsep taman tegak, yaitu tanaman dan elemen taman lainnya yang
diatur sedemikian rupa dalam sebuah bidang tegak. Dengan konsep ini, ruang
tanam/space bisa jauh lebih besar dibanding dengan taman konvensional, bahkan
jumlah tanaman yang dapat ditanam bisa beberapa kali lipat, sehingga dapat
menambah ruang hijau secara sangat signifikan (Laloan, dkk., 2015).
Dengan dijadikannya Kecamatan Medan Polonia sebagai Central
Bussiness District (CBD) maka akan meningkatkan potensi berpindahnya
penduduk dari suatu wilayah demi kepentingan politik, sosial, ekonomi,
perindustrian, bisnis dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan upaya penyediaan
fasilitas umum yang salah satunya ialah hunian tinggal yang dapat menampung
sejumlah penduduk yang pindah ke wilayah Medan Polonia. Dengan
mempertimbangkan ketersediaan wilayah yang ada, maka dipilihlah konsep
pembangunan hunian kearah vertikal yang dapat difungsikan sebagai tempat
perdagangan, perkantoran maupun tempat tinggal kedua yang dikenal sebagai
apartemen. Oleh karena itu, konsep “Green Architecture” dianggap tepat untuk
menjawab isu lingkungan tersebut. Dimana konsep arsitektur hijau (Green
Architecture) ialah suatu pendekatan pada bangunan yang dapat meminimalisasi
berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Arsitektur hijau meliputi lebih dari hanya sekedar bangunan tempat bernaung
manusia dengan segala fungsinya (Nurkamdani, 2010).

2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
 Bagaimana merancang apartemen yang dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan kawasan sekitar.
 Bagaimana merancang sebuah bangunan yang memiliki beberapa fungsi
yaitu sebagai tempat pertemuan, tempat rapat, dan sarana lainnya.
 Bagaimana merancang bangunan dengan tapak dan dengan lingkungan
sekitar demi terciptanya keselarasan.
 Bagaimana mengatur organisasi-organisasi ruang baik ruang dalam
maupun ruang luar agar dapat berfungsi dengan baik.
 Bagaimana merancang apartemen dengan pendekatan arsitektur hijau.

1.3 Tujuan Perancangan


 Merencanakan apartemen yang berfungsi sebagai sarana umum dengan
mutu yang baik.
 Merencanakan bangunan yang memiliki fasilitas yang mampu mendukung
berbagai kegiatan dan aktivitas para pengguna bangunan.
 Menjadikan kawasan bekas bandara Polonia sebagai kawasan dengan
konsep Ecocity.
 Merencanakan bangunan yang dapat memanfaatkan keadaan lingkungan
sekitar dengan menerapkan teknologi yang tepat guna.
 Menciptakan bangunan yang dapat menjadi bangunan landmark di
kawasan lingkungan sekitar.

1.4 Pendekatan
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang, perilaku yang
dapat diamati sehingga menemukan kebenaran yang dapat diterima oleh akal
sehat manusia.

3
Universitas Sumatera Utara
1.5 Lingkup / Batasan Masalah
Lingkup masalah dalam perancangan ini berdasarkan kebutuhan akan
pengadaan fasilitas yang mampu memenuhi kebutuhan pengguna serta dapat
menjadi “second home” ( rumah kedua ) di daerah sekitar site yang merupakan
kawasan bekas bandara Polonia. Pada pembahasan ini, rancangan yang dipilih
untuk memenuhi akomodasi fasilitas tersebut adalah apartemen. Sedangkan
batasan masalah yang timbul untuk pemecahan masalah adalah :
1. Analisa yang dibutuhkan untuk perancangan seperti : analisa sirkulasi,
analisa aksesibilitas, aktivitas pengguna, program ruang dan sebagainya.
2. Perencanaan rancangan berdasarkan kebutuhan akan aktivitas dan sebagai
rumah kedua pengguna.
3. Perencanaan rancangan sirkulasi dan utlitas bangunan.
4. Perencanaan perancangan sistem struktur dan konstruksi yang mendukung
fungsi dan bentuk massa bangunan.

4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Berfikir

JUDUL
PERANCANGAN APARTEMEN POLONIA

LATAR BELAKANG
Kebutuhan, mewadahi kegiatan para pengguna, memberikan pelayanan terbaik bagi para
pengguna, sebagai sarana penunjang yang mampu mendukung kegiatan para pengguna serta
menjadi rumah kedua pengguna.

TUJUAN PENELITIAN
 Merencanakan apartemen yang berfungsi sebagai sarana umum dengan mutu yang baik.
 Menjadikan kawasan bekas bandara Polonia sebagai kawasan dengan konsep Ecocity.
 Menciptakan bangunan yang dapat menjadi bangunan landmark di kawasan lingkungan
sekitar.

RUMUSAN MASALAH
 Apartemen yang dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kawasan sekitar.
 Merancang sebuah bangunan yang memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai tempat
pertemuan, tempat menginap, dan sarana lainnya.
 Merancang apartemen dengan pendekatan arsitektur hijau

PENGUMPULAN DATA ANALISA


 STUDI LITERATUR : F
E
Data-data dan teori KONSEP PROGMATIK E
D
 STUDI LAPANGAN :
Pengamatan langsung KONSEP DESAIN
(survey) dan tak langsung
serta wawancara. SKEMATIK DESAIN B
 STUDI BANDING : A
C
Data bangunan, topik dan DESAIN K
tema yang memiliki
keterkaitan

5
Universitas Sumatera Utara
1.7 Sistematika Penulisan Laporan
Bab 1 Pendahuluan
Berisi tentang kajian latar belakang, maksud dan tujuan, masalah
perancangan, pendekatan, lingkup / batasan, kerangka berpikir, dan sistematika
penulisan laporan.
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Berisi tentang terminology judul, kriteria pemilihan lokasi (tinjauan
terhadap struktur kota, pencapaian, area pelayanan, persyaratan lain : status
kepemilikan, nilai lahan, peraturan), deskripsi kondisi existing lokasi sebagai
tapak rancangan (luas lahan, kontur, peraturan KLB/KDB, luas dan ketinggian
bangunan, pemilik, bangunan existing, keistimewaan site, dsb), deskripsi
penggunaan dan kegiatan, deskripsi perilaku, deskripsi kebutuhan ruang dan
besaran ruang, deskripsi persyaratan dan kriteria ruang, studi banding arsitektur
yang mempunyai fungsi sejenis, elaborasi tema (pengertian, interpretasi tema,
keterkaitan tema dengan judul, dan studi banding arsitektur yang mempunyai
tema sejenis).
Bab 3 Metodologi
Berisi uraian langkah – langkah kegiatan penelitian yang akan ditempuh.
Berisikan mengenai penjelasan kerangka pendekatan, metode, dan teknik
diagnosis / analisis yang akan digunakan untuk menghasilkan desain/perancangan
bangunan.
Bab 4 Analisa Perancangan
Bab ini berisikan :
1. Analisa kondisi tapak dan lingkungan (lokasi, kondisi dan potensi lahan,
peraturan, bangunan sekitar, prasarana, karakter lingkungan,
pemandangan, orientasi, lalu lintas, sirkulasi dan lain – lain).
2. Analisa fungsional (ruang, suasana ruang dan bentuk).
3. Analisa teknologi (struktur, konstruksi, utilitas, tata lingkungan)
4. Analisa dan penerapan tema (pendekatan perancangan).
5. Kesimpulan.

6
Universitas Sumatera Utara
Bab 5 Konsep Perancangan
Konsep Perancangan merupakan penerapan hasil analisis komprehensif
yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah perancangan.
1. Konsep dasar (dengan penerapan tema sebagai pendekatan perancangan).
2. Konsep perancangan tapak (pemintakatan, tata ruang luar, gubahan masa,
pencapaian, hierarki ruang, sirkulasi, parkir, utilitas, tata hijau).
3. Konsep perancangan bangunan (pemintakatan, tata ruang dalam suasana
ruang, sirkulasi, bentuk dan estetika bentuk).
4. Konsep Perancangan struktur bangunan:
a. Konsep dasar struktur dan konstruksi
b. Konsep pemilihan jenis struktur, bahan dan sistem konstruksi
c. Konsep dan metoda membangun dan tahapan pembangunan
d. Perhitungan umum dimensi struktur dan konstruksi
5. Konsep Perancangan Utilitas Bangunan
a. Konsep system penyediaan air bersih (skema dan perhitungan
kebutuhan).
b. Konsep system pengelolaan limbah (skema dan perhitungan jumlah
peralatan).
c. Konsep system air hujan dan drainage (skema system, perhitungan
dimensi pipa dan saluran).
d. Konsep system penaggulangan kebakaran (skema, pemilihan system
dan pemilihan alat).
e. Konsep system elektrikal (skema system, sumber dan titik pemakaian,
perhitungan kebutuhan).
f. Konsep system transportasi vertical (lift dan escalator) (perhitungan
kebutuhan dan pemilihan alat).
g. Konsep system penangkal petir (skema dan pemilihan alat).
h. Konsep system penunjang lain (sesuai diskusi dengan dosen
pembimbing).

7
Universitas Sumatera Utara
Bab 6 Perancangan Arsitektur
1. Hasil rancangan adalah gambar rancangan arsitektur dan maket.
2. Gambar – gambar hasil rancangan yang sudah diperbaiki dan dilengkapi
dicopy ke dalam format kertas A3.
3. Maket disajikan dalam bentuk foto maket.

Daftar Pustaka
Daftar pustaka menampilkan secara jelas dan akurat: pengarang, tahun
terbit, judul buku/ artikel/ jurnal/ majalah/ web site. Penulisan daftar pustaka
sesuai standard penulisan tata tulis ilmiah.
Lampiran
Lampiran dibatasi hanya pada hasil survey yang dianggap penting.

8
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Judul


Terminologi judul adalah pembahasan mengenai pengertian dan makna
dari sebuah judul agar bisa dipahami tujuan ataupun sasarannya. Adapun judul
dari proyek ini adalah “ Apartemen Polonia” .
1. Menurut Oxford English Dictionary definisi Apartemen adalah beberapa
ruangan yang merupakan tempat tinggal, atau berbentuk flat.
2. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia apartemen adalah
tempat tinggal (terdiri atas kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur,
dsb) yang berada pada satu lantai bangunan bertingkat; rumah flat; rumah
pangsa. Bangunan bertingkat yang terbagi dalam beberapa tempat tinggal
3. Polonia berasal dari bahasa latin yang artinya Polandia. Baron Michalsky
adalah seorang pengusaha partikel asal Polandia yang mendapat konsesi
tanah (kebun tembakau) di Sumatra Utara dan menamai lahan tersebut
sesuai dengan tanah kelahirannya yaitu Polandia (Wikipedia, 2016).
Apartemen adalah suatu ruang atau rangkaian ruang yang dilengkapi dengan
fasilitas serta perlengkapan rumah tangga dan digunakan sebagai tempat tinggal.
(Fortunata, 2009)
Sehingga dapat disimpulkan definisi Apartemen Polonia adalah sebuah
banguna beringkat yang terdiri beberapa unit yang berupa tempat tinggal, yang
terdiri dari kamar duduk, kamar tidur, kamar mandi, dapur, dsb yang terletak di
wilayah Polonia.

2.2 Tinjauan Umum Proyek


2.2.1 Latar Belakang
Medan sebagai ibukota propinsi Sumatra Utara merupakan salah satu
daerah otonom dengan rasio kepadatan yang tinggi dan mengalami peningkatan
jumlah penduduk setiap tahunnya seperti pada Tabel 2.1. Dilihat dari rasio
kepadatan penduduk tersebut maka kepadatan penduduk Kota Medan relatif

9
Universitas Sumatera Utara
termasuk tinggi sehingga untuk masa mendatang menjadi salah satu tantangan
demografi yang harus diantisipasi. Oleh karena itu, kecenderungan semakin
menyempitnya luas lahan berpeluang terjadinya ketidakseimbangan antara daya
dukung dan daya tampung lingkungan yang ada.

Gambar 2. 1 Grafik Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2012/2015


(Sumber :Badan Pusat Statistik, 2016)
Selain peningkatan jumlah penduduk, wisatawan mancanegara yang
datang juga mempengaruhi bertambahnya kepadatan penduduk di wilayah Medan
tersebut. Seperti yang dipaparkan oleh Badan Pusat Statistik yaitu pada 2011
kunjungan wisman ke Sumut masih 223.126 orang atau naik 16,53 persen dari
2010 yang sebanyak 191.472 orang. Meningkatnya kunjungan wisman dipicu
kenaikan kunjungan dari beberapa negara khususnya asal Malaysia, Korea
Selatan, Jepang, Jerman, Australia dan Taiwan.
Meningkatnya jumlah penduduk dan wisatawan yang datang akan ikut
menaikkan jumlah kebutuhan atas hunian bagi penduduk kota medan dan
wisatawan. Namun, hal ini tidak sesuai dengan semakin sedikitnya luas wilayah
yang ada. Untuk itu, sangat tepatlah pemilihan pembangunan apartemen sebagai
solusi dari masalah yang sedang terjadi di wilayah Medan Polonia.

2.2.2 Perkembangan Kota


Kajian pengembangan wilayah perkotaan di Indonesia selama ini selalu
didekati dari aspek sektoral dan aspek spasial. Pada kajian aspek sektoral lebih
menyatakan ukuran dari aktifitas masyarakat suatu wilayah perkotaan dalam
mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya. Sementara itu, kajian aspek spasial

10
Universitas Sumatera Utara
(keruangan) lebih menunjukkan arah dari kegiatan sektoral atau dimana lokasi
serta dimana sebaiknya lokasi kegiatan sektoral tersebut.
Pendekatan yang mengacu pada aspek sektoral dan spasial tersebut
mendorong lahirnya konsep pengembanan wilayah perkotaan yang harus mampu
meningkatkan efisiensi penggunaan ruang sesuai daya dukung, mampu memberi
kesempatan kepada sektor untuk berkembang tanpa konflik dan mampu
meningkatkan kesejahteraan secara merata. Konsep tersebut digolongkan dalam
konsep pengembangan wilayah perkotaan yang didasarkan pada penataan ruang.
Kaitan dengan perihal diatas, ada tiga kelompok konsep pengembangan
wilayah yaitu konsep pusat pertumbuhan, konsep integrasi fungsional dan konsep
pendekatan desentralisasi (Alkadri et all, Manajemen Teknologi Untuk
Pengembangan Wilayah, 1999). Konsep pusat pertumbuhan menekankan pada
perlunya melakukan investasi secara besar-besaran pada suatu pusat pertumbuhan
atau wilayah/kota yang telah mempunyai infrastruktur yang baik. Pengembangan
wilayah di sekitar pusat pertumbuhan diharapkan melalui proses tetesan ke
bawah (trickle down effect). Penerapan konsep ini di Indonesia telah melahirkan
adanya 111 kawasan andalan dalam RTRWN.
Konsep integrasi fungsional mengutamakan adanya integrasi yang
diciptakan secara sengaja diantara berbagai pusat pertumbuhan karena adanya
fungsi yang komplementer. Konsep ini menempatkan suatu kota atau wilayah
mempunyai hirarki sebagai pusat pelayanan relatif terhadap kota atau wilayah
yang lain. Sedangkan konsep desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah tidak
terjadinya aliran keluar dari sumberdana dan sumberdaya manusia.
Pendekatan tersebut mempunyai berbagai kelemahan. Dari kondisi ini
muncullah beberapa konsep untuk menanggapi kelemahan tersebut. Konsep
tersebut antara lainpeople center approach yang menekankan pada pembangunan
sumberdaya manusia,natural resources-based development yang menekankan
sumberdaya alam sebagai modal pembangunan, serta technology based
development yang melihat teknologi sebagai kunci dari keberhasilan
pembangunan wilayah. Kenyataan menunjukkan bahwa aplikasi konsep tersebut
kurang berhasil dalam membawa kesejahteraan rakyat.

11
Universitas Sumatera Utara
Fenomena persaingan antar wilayah, tren perdagangan global yang sering
memaksa penerapan sistem outsourcing, kemajuan teknologi yang telah merubah
dunia menjadi lebih dinamis, perubahan mendasar dalam sistem kemasyarakatan
seperti demokratisasi, otonomi, keterbukaan dan meningkatnya kreatifitas
masyarakat telah mendorong perubahan paradigma dalam pengembangan
wilayah. Dengan semakin kompleksnya masalah tersebut dapat dibayangkan akan
sangat sulit untuk mengelola pembangunan secara terpusat, seperti pada konsep-
konsep yang dijelaskan di atas.
Pilihan yang tepat adalah memberikan kewenangan yang lebih besar
kepada daerah untuk mengelola pembangunan di wilayahnya sendiri.
Pembangunan ekonomi yang hanya mengejar pertumbuhan tinggi dengan
mengandalkan keunggulan komparatif berupa kekayaan alam berlimpah, upah
murah atau yang dikenal dengan bubble economics, sudah usang karena terbukti
tak tahan terhadap gelombang krisis. Walaupun teori keunggulan komparatif
tersebut telah ber-metamorfose dari hanya memperhitungkan faktor produksi
menjadi berkembangnya kebijaksanaan pemerintah dalam bidang fiskal dan
moneter, ternyata daya saing tidak lagi terletak pada faktor tersebut (Alkadri etal,
1999).
Kenyataan menunjukkan bahwa daya saing dapat pula diperoleh dari
kemampuan untuk melakukan perbaikan dan inovasi secara menerus. Menurut
Porter (1990) dalam Tiga Pilar pengembangan Wilayah (1999) keunggulan
komparatif telah dikalahkan oleh kemajuan teknologi. Namun demikian, setiap
wilayah masih mempunyai faktor keunggulan khusus yang bukan didasarkan pada
biaya produksi yang murah saja, tetapi lebih dari itu, yakni adanya inovasi untuk
pembaruan. Suatu wilayah dapat meraih keunggulan daya saing melalui empat hal
yaitu keunggulan faktor produksi, keunggulan inovasi, kesejahteraan masyarakat,
dan besarnya investasi.
Apabila dicermati maka paradigma pengembangan wilayah telah bergeser
pada upaya yang mengandalkan tiga pilar yaitu sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan teknologi. Ketiga pilar tersebut merupakan elemen internal wilayah
yang saling terkait dan berinteraksi membentuk satu sistem. Hasil interaksi
elemen tersebut mencerminkan kinerja dari suatu wilayah. Kinerja tersebut akan

12
Universitas Sumatera Utara
berbeda dengan kinerja wilayah lainnya, sehingga mendorong terciptanya
spesialisasi spesifik wilayah. Dengan demikian akan terjadi persaingan antar
wilayah untuk menjadi pusat spatial network dari wilayah-wilayah lain secara
nasional. Namun pendekatan ini mempunyai kelemahan yang antara lain apabila
salah didalam mengelola spatial network tadi tidak mustahil menjadi awal dari
proses disintegrasi. Untuk itu harus diterapkan konsep pareto pertumbuhan yang
bisa mengendalikan keseimbangan pertumbuhan dan dikelola oleh Pemerintah
Pusat. Konsep pareto ini diharapkan mampu memberikan keserasian pertumbuhan
antar wilayah perkotaan dengan penerapan insentif-insentif kepada wilayah
perkotaan yang kurang berkembang.
Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat elemen-elemen fisik
Urban Design yang bersifat ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknya
struktur visual kota serta terciptanya citra lingkungan yang dapat pula ditemukan
pada lingkungan di lokasi penelitian, elemen-elemen tersebut adalah :
a. Tata Guna Lahan
Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang
terbentuk, tata guna lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan
umum dan pertimbangan pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan ruang
yang manusiawi.
Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan
masalah-masalah yang terkait, bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan,
Shirvany mengatakan bahwa zoning ordinace merupakan suatu mekanisme
pengendalian yang praktis dan bermanfaat dalam urban design, penekanan utama
terletak pada masalah tiga dimensi yaitu hubungan keserasin antar bangunan dan
kualitas lingkungan.
Jika kita melihat di lokasi penelitian bisa dilihat dari zona mitigasi tiap-
tiap wilayah kaitanya dalam menyiapkan daerah yang masuk dalam wilayah
bencana alam siap menghadapinya dan juga membentuk kualitas hidup
lingkungan dan bersifat kawasan yang manusiawi.
b. Bentuk dan Massa Bangunan
Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang
meliputi ketinggian, besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan,

13
Universitas Sumatera Utara
pemunduran (setback) dari garis jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan,
tekstur dan warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan secara
harmonis dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya.
Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa
bangunan meliputi :
1. Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan dimensi
bangunan sekitar.
2. Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-
tipe ruang.
3. Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang
yang dapat tersusun untuk membentuk urban space dan pola aktifitas
dalam skala besar dan kecil.
c. Sirkulasi dan Parkir
Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur
lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah :
1. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual
yang positif.
2. Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat
lingkungan menjadi jelas terbaca.
3. Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan
bersama.
d. Ruang Terbuka
Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut :
1. Ruang terbuka sebagai sumber produksi.
2. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia
(cagar alam, daerah budaya dan sejarah).
3. Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan.
Ruang terbuka memiliki fungsi :
1. Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di
pusat kota.
2. Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban
scane) terutama dikawasan pusat kota yang padat.

14
Universitas Sumatera Utara
3. Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus.
4. Melindungi fungsi ekologi kawasan.
5. Memberikan bentuk solid foid pada kawasan.
6. Sebagai area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area
pengembangan).
Aspek pengendalian ruang terbuka pusat kota sebagai aspek fisik, visual ruang,
lingkage dan kepemilikan dipengaruhi beberapa faktor :
1. Elemen pembentuk ruang, bagaimana ruang terbuka kota yang akan
dikenakan (konteks tempat) tersebut didefinisikan (shape, jalan, plaza,
pedestrian ways, elemen vertikal).
2. Faktor tempat, bagaimana keterkaitan dengan sistem lingkage yang ada.
3. Aktifitas utama.
4. Faktor comfortabilitas, bagaimana keterkaitan dengan kuantitas (besaran
ruang, jarak pencapaian) dan kualitas (estetika visual) ruang.
5. Faktor keterkaitan antara private domain dan public domain.
e. Jalur Pejalan Kaki
Sistem pejalan kaki yang baik adalah :
1. Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota.
2. Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala
manusia.
3. Lebih mengekspresikan aktifitas PKL mampu menyajikan kualitas udara.
f. Activity Support
Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota
dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang
menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan
ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi.
Pada dasarnya activity support adalah :
1. Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of
movement).
2. Kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent).

15
Universitas Sumatera Utara
Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi
kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin
dekat dengan pusat kota makin tinggi intensitas dan keberagamannya.
Bentuk actifity support adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau
lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, mislnya open space (taman kota,
taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan
sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum.
g. Simbol Dan Tanda
Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk :
1. Menciptakan kesesuaian.
2. Mengurangi dampak negatif visual.
3. Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan
dengan tanda lalu lintas atau tanda umum yang penting.
4. Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade
bangunan dan menghidupkan street space dan memberikan informasi
bisnis.
5. Dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada perlindungan
permukiman yang ada dan urban place, sama seperti tempat atau bangunan
sejarah, hal ini berarti pula mempertahankan kegiatan yang berlangsung di
tempat itu.

Kebijakan Pengembangan Rencana Struktur Ruang Kota Medan adalah


sebagai berikut :
a. peningkatan pusat pelayanan di wilayah kota yang merata dan berhierarki;
dan
b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, sumber daya air, serta prasarana dan
sarana perkotaan yang terpadu dan merata di seluruh kawasan.
Prinsip arahan pengembangan kota, baik kota inti maupun kota-kota
satelit adalah mengembangkan dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki
masing-masing kota dan mengantisipasi kemungkinan kendala yang muncul
dengan rencana pembangunan yang berwawasan/memperhatikan lingkungan.
Misalnya adalah penyediaan RTH di beberapa kota satelit lebih dari 30%. RTH

16
Universitas Sumatera Utara
disini tidak hanya sekedar ruang terbuka hijau, tetapi juga berfungsi sebagai
kawasan lindung. Kota satelit yang diarahkan memiliki RTH >30% karena ada
kondisi spesifik, misalnya kawasan rawa, kawasan pesisir, kawasan rawan banjir,
kawasan konservasi dll.
Pengembangan sistem kota-kota di Kawasan Metropolitan Mebidang
diarahkan:
1) Kota inti : Kota Medan, dengan fungsi:
 pusat perdagangan dan jasa skala regional, nasional dan internasional
 pusat kawasan industri (polusi ringan)
 pusat simpul pergerakan
 pusat pendidikan
 pusat permukiman perkotaan.
2) Kota satelit: Binjai, Sunggal, Lubuk Pakam, Tanjung Morawa, Batang
Kuis, Percut Sei Tuan, Pancur Batu, Pantai Labu (termasuk Kuala Namu),
dan Hamparan Perak.
Tabel 2. 1 Arahan Pengembangan Kota Inti dan Kota Satelit Mebidang
Kota Satelit Fungsi dan Peran Arahan Pengembangan
 CBD Polonia diarahkan sebagai pusat
perdagangan dan jasa skala regional, nasional
dan internasional dan pusat permukiman
kepadatan tinggi. Pusat Layanan Keuangan
(Financial Centre) akan dikembangkan
 Pusat sebagai pusat keuangan bertaraf internasional.
perdagangan dan Untuk mencapai hal itu pusat keuangan itu
jasa skala dirancang dengan kombinasi pengembangan
regional, nasional sarana perkantoran, perbelanjaan, konvensi,
dan internasional rekreasi dan hiburan sehingga menjadi pusat
 Pusat kawasan baru yang hidup dan menarik. Selain itu,
Kota Medan industri (polusi perumahan yang akan dikembangkan adalah
ringan) perumahan kepadatan tinggi (bangunan
 Pusat simpul intensitas tinggi) dengan elemen penghijauan
pergerakan (RTH) yang kuat dan sarana rekreasi yang
 Pusat pendidikan memadai.
 Pusat  Kawasan Pelabuhan Belawan dan sekitarnya
permukiman diarahkan sebagai kawasan industri,
perkotaan pelabuhan (simpul pergerakan), pusat
perdagangan regional, perumahan dan wisata
(theme park dan waterfront city). Untuk pusat
industri, selain kawasan industri yang sudah
ada, akan dikembangkan pula Export
Processing Zone (EPZ).

17
Universitas Sumatera Utara
 Medan Deli diarahkan menjadi pusat kegiatan
perdagangan dan jasa skala regional meliputi
kegiatan IT, penerbitan dan percetakan,
perusahaan jasa lainnya yang menggunakan
teknologi menengah dan tinggi.
 Padang Bulan (kampus USU) dan Medan
Perjuangan (Kampus Unimed, dll) sebagai
pusat pendidikan tinggi.
 Stasiun Medan (Kecamatan Medan
Perjuangan) diarahkan sebagai kawasan
simpul pergerakan regional untuk angkutan
kereta api.
 Kota Binjai diarahkan sebagai pusat
perdagangan dan jasa bagi Kota Binjai sendiri.
 Kota Binjai diarahkan pula sebagai pusat
 Pusat kawasan industri. Industri yang akan
perdagangan dan dikembangkan dengan skala besar dan
jasa dilengkapi dengan akses transportasi kereta
Binjai  Pusat kawasan api langsung ke Pelabuhan Belawan.
industri  Binjai akan dikembangkan menjadi pusat
 Pusat agrobisnis agrobisnis untuk mengembangkan hasil
 Pusat pertanian yang khas, misal: rambutan.
permukiman  Pusat permukiman di Binjai diarahkan
menjadi kepadatan tinggi dengan intensitas
bangunan yang tinggi (pembangunan secara
vertikal) dengan RTH minimal 30%.
 Kawasan industri di Sunggal diarahkan
sebagai kawasan industri polusi rendah. Hal
ini karena lokasi Sunggal cukup dekat dengan
 Kawasan industri Kota Medan dan merupakan pusat
Sunggal  Pusat permukiman dengan konsentrasi penduduk
permukiman yang cukup tinggi.
 Pusat permukiman di Sunggal diarahkan
dengan kepadatan tinggi dengan intensitas
bangunan yang tinggi (pembangunan secara
vertikal) dengan RTH minimal 30%.
 Pusat  Lubuk Pakam sebagai pusat pemerintahan
pemerintahan Kab. Deli Serdang.
Kab. Deli  Lubuk Pakam diarahkan sebagai pusat
Serdang perdagangan dan jasa skala regional terutama
Lubuk  Pusat untuk Kecamatan Lubuk Pakam dan Pagar
Pakam perdagangan dan Merbau.
jasa  Pusat permukiman di Lubuk Pakam diarahkan
 Pusat menjadi kepadatan tinggi dengan intensitas
permukiman bangunan yang tinggi (pembangunan secara
vertikal) dengan RTH minimal 30%.

18
Universitas Sumatera Utara
 Tanjung Morawa diarahkan sebagai pusat
kawasan industri skala besar di Mebidang.
Oleh karena itu, dari kawasan industri
diarahkan memiliki akses langsung ke
Pelabuhan Belawan.
 Untuk mendukung fungsi Tanjung Morawa
sebagai kawasan industri, maka Tanjung
Morawa diarahkan pula sebagai pusat
 Kawasan industri permukiman (khususnya sebagai kawasan
 Pusat permukiman untuk pekerja di industri-
Tanjung perdagangan dan industri). Pengembangan permukiman
Morawa jasa diarahkan pembangunan permukiman dengan
 Pusat intensitas tinggi dengan RTH minimal 30%.
permukiman  Tanjung Morawa sebagai pusat kegiatan
regional (kawasan industri) maka akan
menarik penduduk dalam jumlah yang tidak
sedikit. Agar pergerakan penduduk tidak
terlalu besar ke Kota Medan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari maka di Tanjung
Morawa juga diarahkan sebagai pusat
perdagangan dan jasa untuk Tanjung Morawa
dan Kecamatan Patumbak.
 Batang Kuis diarahkan sebagai pusat
perdagangan dan jasa untuk skala kota satelit.
Letak Batang Kuis berbatasan langsung
 Pusat dengan Kota Medan. Adanya pusat
perdagangan dan perdagangan dan jasa ini diharapkan dapat
Batang Kuis jasa (TOD) mengurangi pergerakan orang menuju pusat-
 Pusat pusat perdagangan dan jasa di Kota Inti,
permukiman Medan.
 Pusat permukiman di Batang Kuis diarahkan
pembangunan permukiman dengan intensitas
tinggi dengan RTH minimal 30%.
 Percut Sei Tuan diarahkan sebagai pusat
pengolahan perikanan. Ini merupakan fungsi
 Pusat pengolahan khasnya karena potensi Percut Sei Tuan
perikanan sebagai kota pantai dan nelayan.
Percut Sei  Pusat  Pusat permukiman di Percut Sei Tuan
Tuan permukiman diarahkan pengembangan permukiman
kepadatan tinggi dengan intesitas bangunan
tinggi dengan RTH minimal 60% karena ada
beberapa lokasi rawa.
 Pusat pariwisata  Pancur Batu diarahkan sebagai pusat
 Pusat distribusi pengembangan pariwisata. Hal ini didukung
Pancur Batu pertanian (pasar lokasi Pancur Batu di sebelah selatan Medan
induk sayuran dengan posisi yang cukup tinggi dan berhawa
regional) dan sejuk. Fasilitas dan akomodasi pariwisata
perdagangan dan yang akan dikembangkan diarahkan tetap

19
Universitas Sumatera Utara
jasa menjaga kelestarian lingkungan sebagai
 Pusat kawasan dekat resapan air, yaitu
permukiman pembangunan hanya maksimla 30% dan
dilengkapi dengan sumur resapan.
 Pancur Batu diarahkan sebagai pusat distribusi
pertanian (pasar induk sayuran regional). Hal
ini karena lokasi Pancur Batu dekat dengan
Kabupaten Karo sebagai pemasok sayuran ke
Mebidang.
 Pusat perdagangan dan jasa skala kota satelit
di Pancur Batu diarahkan untuk melayani
Kecamatan Namo Rambe, Kec. Deli Tua dan
Kec. Pancur Batu.
 Pusat permukiman di Pancur Batu diarahkan
sebagai permukiman kepadatan tinggi dengan
pembangunan secara vertikal. Karena Pancur
Batu dekat dengan kawasan konservasi maka
RTH dan kawasan resapan air yang ada harus
lebih luas dari wilayah lainnya yaitu minimal
70%.
 Pantai Labu diarahkan sebagai simpul
pergerakan udara (Bandara Udara Kuala
Namu). Kegiatan bandara udara ini tidak
dapat berdiri sendiri sehingga rencana bandara
udara ini harus terpadu dengan wilayah
sekitarnya. Rencana bandara udara diarahkan
tidak hanya sebagai simpul pergerakan saja
tetapi juga pusat pelayanan terpadu yang juga
 Simpul menyediakan akomodasi penginapan,
pergerakan perdagangan dan wisata.
(Bandara Udara  Untuk mendukung fungsi utama sebagai
Kuala Namu Kuala Namu) simpul pergerakan udara, maka di Pantai Labu
dan Pantai  Pusat jasa juga akan diarahkan sebagai pusat jasa
Labu pergudangan pergudangan. Lokasi pusat pergudangan ini
 Pusat pariwisata berdekatan dengan bandara.
bahari  Pantai Labu diarahkan pula sebagai pusat
 Waterfront City pariwisata bahari dan pengembangan
Waterfront City. Hal ini untuk mendukung
fungsi Bandara Kuala Namu sebagai pusat
pelayanan terpadu dan memanfaatkan potensi
pesisir Pantai Labu sebagai kawasan wisata.
Untuk menjaga keseimbangan lingkungan
(potensi banjir dan pesisir) maka RTH yang
ada harus lebih luas dari wilayah lainnya yaitu
minimal 60%.
Hamparan  Pusat distribusi  Hamparan Perak diarahkan sebagai pusat
Perak hasil pertanian distribusi hasil perkebunan. Hal ini
 Kawasan industri memanfaatkan potensi lokasi Hamparan Perak

20
Universitas Sumatera Utara
pengolahan hasil yang dikelilingi berbagai perkebunan dan
perkebunan dekat dengan Pelabuhan Belawan.
Pusat  Hamparan Perak juga diarahkan juga sebagai
perdagangan dan kawasan industri pengolahan hasil
jasa perkebunan. Disamping memanfaatkan
Pusat potensi dekat dengan lokasi in put (bahan
permukiman baku) industri juga dekat dengan Pelabuhan
Belawan.
 Pusat perdagangan dan jasa di Hamparan
Perak untuk melayani Kecamatan Hamparan
Perak dan Kecamatan Labuhan Deli.
 Pusat permukiman di Hamparan Perak
diarahkan untuk pengembangan permukiman
kepadatan tinggi dengan intesitas bangunan
tinggi dengan RTH dan kawasan konservasi
air minimal 60% karena ada beberapa lokasi
rawa.
(Sumber: RDTR Kecamatan Medan Polonia,2009)

2.2.3 Kebijakan Pembangunan dan Tata Ruang Kota Medan


Pembangunan berkaitan erat dengan kondisi kesejahteraan masyarakat.
Selain bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan yang setinggi-tingginya,
pembangunan harus pula berupaya untuk menghapus dan mengurangi tingkat
kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat pengganguran .Pembangunan
seharusnya menciptakan kesejahteraan bagi semua penduduk, walaupun wajar jika
terjadi pemusatan pada wilayah tertentu. Namun pemusatan semestinya bisa
memberikan efek yang positif bagi wilayah sekitarnya sehingga tidak
memunculkan ketimpangan interwilayah. Kondisiketimpangan sering dilihat dari
aspek ekonomi (Pasaribu, 2015).
Pembangunan kawasan strategis nasional memberi peluang bagi Sumatera
Utara untuk melakukan lompatan kemajuan koridor sektor ekonomi modern.
Seperti halnya CBD Polonia akan dibangun bangunan-bangunan multifungsional,
mulai dari apartemen, hotel, gedung kantor, pusat perbelanjaan, fasilitas olahraga,
convention centre, sekolah, universitas sampai pada rumah sakit dengan standard
internasional. Lokasinya yang terletak di inti kota Medan dan potensi
pengembangan kawasan tersebut juga sangat menjanjikan.

21
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. 2 Arahan Kebijakan Terkait Terhadap Wilayah Perencanaan
No Ketetapan/Kebijakan Arahan terhadap Wilayah Perencanaan
 RDTR merupakan rencana rinci dari rencana umum
yang telah disusun.
 Rencana penyediaan Ruang terbuka dan Sektor
Informal menjadi substansi penting dalam dokumen
tata ruang.
1 UU NO 26 Tahun  Tahun perencanaan mengikuti rencana kota yakni 20
2007 tentang Penataan tahun perencanaan.
Ruang
 Mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan
melalui peraturan zonasi, insentif dan disinsentif,
perijinan dan sanksi.
 Peraturan zonasi disusun mengacu kepada RDTR.
 Tujuan pengembangan kawasan fungsional perkotaan.
 Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang
Kawasan Perkotaan.
2 Kepmenkimpraswil  Rencana Blok Pemanfaatan Ruang (Block Plan).
No.327/KPTS/M/2002  Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan
perkotaan.
 Pedoman Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
 Menetapkan Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional
(PKN)  wilayah perencanaan sebagai bagian dari
pusat kota Medan harus menampung kegiatan berskala
PKN.
3 Kebijakan  Bandara Polonia ditetapkan sebagai Pusat Penyebaran
Pembangunan Primer  wilayah perencanaan sebagai kecamatan
Nasional tetangga dari Kec. Polonia harus siap mengantisipasi
kegiatan ikutan dari keberadaan Bandara tersebut.
 Kota Medan sebagai pusat pelayanan primer ‘A’
memiliki fungsi utama:
 pemerintahan,
 perdagangan & jasa skala regional,
 pariwisata,
Kebijakan
4 Pembangunan  pendidikan tinggi,
Provinsi Sumatera  pusat koleksi & distribusi
Utara  Wilayah perencanaan sebagai bagian dari pusat kota
Medan berdasarkan Kebijakan Pembangunan
Sumetera Utara mengemban fungsi sebagai pusat
pemerintahan, perdagangan & jasa dan pendidikan
tinggi.
5 RPJP Kota Medan  Visi Kota: Kota Medan Yang Maju, Sejahtera,
Tahun 2006-2026 Berkeadilan, dan Religius

22
Universitas Sumatera Utara
 Misi Kota: Terwujudnya perekonomian Kota yang
tangguh dan dinamis, terwujudnya masyarakat Kota
yang berilmu pengetahuan, menguasai teknologi,
beriman, dan bertaqwa serta mandiri, terwujudnya
prasarana dan sarana Kota yang modern, handal, asri,
aman, nyaman, dan religius melalui pembangunan kota
yang berkeadilan.
Penjabaran teknis dari program-program pembangunan
kota yang meliputi perancangan strategi utama, agenda
pokok, sasaran serta arahan kebijakan dan program-
program pembangunan kota yang telah disepakati oleh
skateholder, antara lain:
 Program Pengembangan Wilayah Lingkar Luar
6 RPJM Kota Medan  Program Pengembangan Wilayah Strategis/Cepat
Tahun 2006-2010 Tumbuh
 Program Pengembangan Wilayah Lingkar Luar
Perbatasan
 Program Pengembangan Keterkaitan Antara Inti Kota
dengan Wilayah Lingkar Luar
 Program Pendukung.
Kota Medan berfungsi sebagai pusat koleksi distribusi
dari barang-barang dari wilayah hinterland MEBIDANG
dan Sumatera ke luar negeri dan sebaliknya produk-
produk dari negara tetangga dapat di distribusikan ke
wilayah MEBIDANG.
Demikian juga dengan Rencana Tata Ruang Kawasan
Perkotaan Metropolitan Mebidangro, beberapa kebijakan
yang terkait dengan Kecamatan Medan Polonia antara
lain:
7 Rencana Tata Ruang  Pengembangan Transit Oriented Development (TOD).
Mebidang 2006  Rencana pembangunan Jalan Bebas Hambatan.
 Rencana pembangunan Jaringan jalan kolektor primer
(Mebidangro Jalan Outer Ring Road)
 Pembangunan Bandara Udara Kuala Namu memiliki
panjang lintasan pacu 15.150 x 45 m2, luas terminal
171.085 m2, dll, yang sesuai dengan skala bandara
udara internasional;
 Zona Industri
 Zona Pariwisata
Beberapa Kebijakan yang terkait dengan Kecamatan
Medan Polonia, antara lain:
8 RTRW Kota Medan  Kecamatan Medan Polonia termasuk BWK Pusat
Tahun 2028 Kota, dengan fungsi sebagai pusat pelayanan
perdagangan dan jasa skala regional.

23
Universitas Sumatera Utara
 Kawasan Eks Polonia akan dibangun dan
dikembangkan sebagai pusat keuangan bertaraf
nasional dan regional (CBD)
 Kecamatan Medan Polonia sebagai pusat primer pusat
kota dimana CBD Polonia yang memiliki pelayanan
regional juga akan dilayani oleh satu pusat pelayanan
regional yang wilayah pelayanannya lebih besar dari
Pusat Primer Utara.
 Kecamatan Medan Polonia termasuk Pusat Primer di
Pusat Kota yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
perdagangan/ bisnis, pusat kegiatan jasa dan kegiatan
pemerintahan provinsi dan kota, dan pusa pelayanan
ekonomi dengan skla regional dan internasional

Konsep Pengembangan.
 Pengembangan Sub-sub pusat Kota.
 Pengembangan Sumbu Medan –Belawan.
 Perkembangan Sistim Jaringan Jalan Lingkar.
Rencana Sub-Sub
9  Hubungan Fungsional.
Wilayah Kota Medan
 Rencana Kota.
 Struktur Kota Medan di Masa Mendatang.
 Peruntukan Lahan
 Rencana Lebar Jalan dan GSB
(Sumber : RTRW Kota Medan, 2009).

Kebijakan pembangunan diatas maka dapat ditarik beberapa implikasi


terhadap Kecamatan Medan Helvetia dalam penyusunan RDTR (Rencana Detail
Tata Ruang) Kecamatan Medan Helvetia yang penting sebagai bahan
pertimbangan dalam mengembangkan kawasan ini di masa datang sesuai dengan
potensi dan karakteristik kawasan tersebut, antara lain.

2.2.3.1 Implikasi Kebijakan RTRW Propinsi Sumatera Utara


Kebijakan yang tertuang dalam RTRW Provinsi Sumatera Utara yang
meliputi :
a. Menetapkan Kota Medan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN);
b. Menetapkan Pematang Siantar, Rantau Prapat, Kisaran dan Sibolga sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) ;
c. Menetapkan kawasan andalan sekitar PKW untuk pengembangan sector
unggulan;

24
Universitas Sumatera Utara
d. Menetapkan kawasan perkotaan Medan – Binjai – Deli Serdang
(MEBIDANG) sebagai kawasan tertentu yang mempunyai nilai strategis
untuk diprioritaskan pengembangannya dalam konstelasi Indonesia-Malaysia-
Thailand Growth Triangle (IMT-GT);
e. Menetapkan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan utama sekunder,
pelabuhan Sibolga dan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan pengumpul regional,
serta pelabuhan Gunung Sitoli dan Teluk Nibung sebagai
pelabuhanpengumpan lokal.
f. Bandar udara Polonia di Medan diarahkan sebagai pusat penyebaran primer.
Sama seperti kebijakan nasional. Kebijakan yang ditetapkan oleh Propinsi
Sumatera Utara menetapkan Kota Medan sebagai Pusat Pelayanan Primer A
yang berfungsi Pusat pemerintahan provinsi, pusat perdagangan dan jasa
regional, pusat distribusi dan kolektor barang & jasa regional, Pusat pelayanan
jasa pariwisata, Pusat transportasi darat, laut dan udara regional, Pendidikan
Tinggi dan Industri

2.2.3.2. Implikasi Kebijakan MEBIDANG Terhadap Tata Ruang Kecamatan


Medan Polonia
Dengan adanya rencana pembangunan bandar udara Kuala Namu akan
sangat mempengaruhi Kota Medan pada umumnya dan khususnya Kecamatan
Medan Polonia, . Dengan adanya bandar udara Kuala Namu akan terdapat pusat
kegiatan utama, yang meliputi pembangunan eks Bandara Polonia menjadi
Central Business District (CBD) yang akan dikembangkan menjadi Pusat
Pelayanan Primer, juga adanya Pusat Pelayanan Primer di bagian Utara Kota
Medan.

2.2.3.3. Implikasi Kebijakan Kota Medan Terhadap Tata Ruang Kecamata


Medan Polonia
Pola pengembangan yang ditetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Medan 2008 – 2028, Kota Medan dibagi menjadi 9 (sembilan)
Bagian Wilayah Kota (BWK) dan 2 (dua) Pusat Primer. Salah satu BWK adalah
BWK Pusat Kota terdiri dari Tujuh Kecamtan yang terdiri dari Kecamatan Medan
Polonia, Kecamatan Medan Maimun, Kecamatan Medan Baru (Kelurahan Darat
dan Petisah Hulu), Kecamatan Medan Petisah (Kelurahan Petisah Tengah dan

25
Universitas Sumatera Utara
Sekip), Kecamatan Medan Barat (Kelurahan Kesawan dan Silalas), Kecamatan
Medan Timur (Kelurahan Persiapan Perintis dan Gang Buntu), Kecamatan Medan
Kota (Kelurahan Pusat Pasar, Pasar Baru dan Kelurahan Mesjid).
BWK Pusat Kota berfungsi sebagai Pusat Primer yang berfungsi sebagai
pusat perdagangan/bisnis, pusat kegiatan jasa dan kegiatan pemerintahan provinsi
dan kota, dan sebagai pusat pelayanan ekonomi. Oleh sebab itu untuk mendukung
peran internalnya, Kecamatan Medan Polonia memerlukan perencanaan sarana
dan prasarana yang baik, yang meliputi ; sarana perdagangan, pendidikan,
kesehatan dan pemerintahan, dan lain-lain, Disamping terpenuhinya kebutuhan
prasarana dan sarana, juga pentaan bangunan yang mennyangkut : kepadatan
bangunan, ketinggian bangunan, perpetakan bangunan, Garis Sempadan
Bangunan, Penanganan Blok Peruntukkan, serta penataan aspek arsitektur.

2.2.4 Deskripsi Umum Proyek


 Nama Proyek : Apartemen Polonia
 Lokasi : Kecamatan Medan Polonia, Medan, Sumatera Utara
 Luas Lahan : 2,7 ha
 Kontur : relatif datar
 Pemilik : milik pemerintah setempat
 Pembiayaan : dari APBD
 Program Peruntukkan : Swasta
 KDB : 60 %
 KLB : 4 lantai
 KDH minimum : 25 %
 GSB : 8,5 meter
 Eksisting : tidak ada
 Potensi tapak :
1. Lokasi site yang terletak di inti kota Medan
2. Lokasi site yang termasuk kedalam kawasan
CBD
3. Harga tanah yang tinggi
4. Merupakan kawasan strategis sosial budaya.

26
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Tujuan Proyek
Tujuan proyek Apartemen Polonia ini adalah :
 Merencanakan apartemen yang berfungsi sebagai sarana umum dengan
mutu yang baik.
 Merencanakan bangunan yang memiliki fasilitas yang mampu mendukung
berbagai kegiatan dan aktivitas para pengguna bangunan.
 Menjadikan kawasan bekas bandara Polonia sebagai kawasan dengan
konsep Ecocity.
 Merencanakan bangunan yang dapat memanfaatkan keadaan lingkungan
sekitar dengan menerapkan teknologi yang tepat guna.
 Menciptakan bangunan yang dapat menjadi bangunan landmark di
kawasan lingkungan sekitar.
2.3 Tinjauan Daerah Perencanaan
2.3.1 Tinjauan Kota
a. Profil Medan Polonia
Kecamatan Medan Polonia merupakan salah satu kecamatan yang ada di
Kota Medan, dengan luas wilayah berdasarkan data administrasi adalah 901 Ha
dan ketinggian 8 (delapan) meter diatas permukaan laut (mdpl), secara
administrasi Kecamatan Medan Polonia ini terdiri dari 5 (lima) kelurahan, yaitu
Kelurahan Sari Rejo, Kelurahan Suka Damai, Kelurahan Polonia, Kelurahan
Anggrung dan Kelurahan Madras Hulu (lihat Tabel IV.3). Adapun Kecamatan
Medan Polonia ini berbatasan dengan wilayah sekitarnya, yaitu:
Sebelah Utara : Kecamatan Medan Petisah
Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Johor
Sebelah Barat : Kecamatan Medan Baru
Sebelah Timur : Kecamatan Medan Maimun
Luas wilayah perencanaan berdasarkan data administrasi resmi adalah 901
Ha, tetapi berdasarkan hasil ukur berdasarkan peta garis yang batas-batasnya telah
disetujui oleh masing-masing Lurah dengan peta dasar dari Peta Garis dan Foto
Udara Kota Medan tahun 2005 disertai Pengujian koordinat dengan menggunakan
GPS, maka luasan yang diperoleh adalah ± 876,69 Ha.

27
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Medan Polonia, Medan adalah salah satu dari 21 kecamatan di
kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Medan Polonia, Medan
berbatasan dengan Medan Baru di sebelah barat, Medan Maimun di timur, Medan
Johor di selatan, dan Medan Petisah di utara.
Pada tahun 2001, kecamatan ini mempunyai penduduk sebesar 46.316
jiwa. Luasnya adalah 9,01 km² dan kepadatan penduduknya adalah 5.140,51
jiwa/km².

2.3.2 Tinjauan Sub Wilayah


A. Konsep Struktur Tata Ruang Kota Medan
Rencana detail tata ruang adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah yang disusun guna menjaga integritas, keseimbangan
dan keserasian perkembangan suatu wilayah kabupaten/kota dan antar sektor,
serta keharmonisan antar ligkungan alam dengan lingkungan buatan untuk
meningkatkan kesejahteraan. Rencana detail tata ruang kabupaten/kota yang
sesuai dengan fungsi dan perannya di dalam rencana pengembangan wilayah
provinsi secara kesejahteraan, strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya
dituangkan ke dalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional. Dalam
operasional rencana detail tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang
yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan kegiatan kawasan
dengan muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan sub-
blok atau dengan kedalaman 1:20.000 yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai
salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan
ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci
tata ruang. Sehingga dapat dirumuskan bahwa RDTR merupakan rencana yang
menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran kegiatan ke dalam
wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antarkegiatan dalam kawasan
fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan utama dan
kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut. Contoh peta RDTR
antara lain sebagai berikut:

28
Universitas Sumatera Utara
Kedudukan
Sesuai ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, setiap RTRW kabupaten/kota harus
menetapkan bagian dari wilayah kabupaten/kota yang perlu disusun RDTR-nya.
Bagian dari wilayah yang akan disusun RDTR tersebut merupakan kawasan
perkotaan atau kawasan strategis kabupaten/kota. Kawasan strategis
kabupaten/kota dapat disusun RDTR apabila merupakan:
 kawasan yang mempunyai ciri perkotaan atau direncanakan menjadi
kawasan perkotaan; dan
 memenuhi kriteria lingkup wilayah perencanaan RDTR yang ditetapkan
dalam pedoman ini.
Kedudukan RDTR dalam sistem perencanaan tata ruang dan sistem
perencanaan pembangunan nasional dapat dilihat RDTR disusun apabila sesuai
kebutuhan, RTRW kabupaten/kota perlu dilengkapi dengan acuan lebih detil
pengendalian pemanfaatan ruang kabupaten/kota. Dalam hal RTRW
kabupaten/kota memerlukan RDTR, maka disusun RDTR yang muatan materinya
lengkap, termasuk peraturan zonasi, sebagai salah satu dasar dalam pengendalian
pemanfaatan ruang dan sekaligus menjadi dasar penyusunan RTBL bagi zona-
zona yang pada RDTR ditentukan sebagai zona yang penanganannya
diprioritaskan. Dalam hal RTRW kabupaten/kota tidak memerlukan RDTR,
peraturan zonasi dapat disusun untuk kawasan perkotaan baik yang sudah ada
maupun yang direncanakan pada wilayah kabupaten/kota. RDTR merupakan
rencana yang menetapkan blok pada kawasan fungsional sebagai penjabaran
kegiatan ke dalam wujud ruang yang memperhatikan keterkaitan antar kegiatan
dalam kawasan fungsional agar tercipta lingkungan yang harmonis antara kegiatan
utama dan kegiatan penunjang dalam kawasan fungsional tersebut.
RDTR yang disusun lengkap dengan peraturan zonasi merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan untuk suatu BWP tertentu. Dalam hal RDTR
tidak disusun atau RDTR telah ditetapkan sebagai perda namun belum ada
peraturan zonasinya sebelum keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi dapat
disusun terpisah dan berisikan zoning map dan zoning text untuk seluruh kawasan
perkotaan baik yang sudah ada maupun yang direncanakan pada wilayah

29
Universitas Sumatera Utara
kabupaten/kota. RDTR ditetapkan dengan perda kabupaten/kota. Dalam hal
RDTR telah ditetapkan sebagai perda terpisah dari peraturan zonasi sebelum
keluarnya pedoman ini, maka peraturan zonasi ditetapkan dengan perda
kabupaten/kota tersendiri.
Fungsi
RDTR dan peraturan zonasi berfungsi sebagai:
 kendali mutu pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota berdasarkan
RTRW;
 acuan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang lebih rinci dari kegiatan
pemanfaatan ruang yang diatur dalam RTRW;
 acuan bagi kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang;
 acuan bagi penerbitan izin pemanfaatan ruang; dan
 acuan dalam penyusunan RTBL.

RDTR dan peraturan zonasi bermanfaat sebagai:


 penentu lokasi berbagai kegiatan yang mempunyai kesamaan fungsi dan
lingkungan permukiman dengan karakteristik tertentu;
 alat operasionalisasi dalam sistem pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan pembangunan fisik kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan/atau masyarakat; ketentuan
intensitas pemanfaatan ruang untuk setiap bagian wilayah sesuai dengan
fungsinya di dalam struktur ruang kabupaten/kota secara keseluruhan; dan
 ketentuan bagi penetapan kawasan yang diprioritaskan untuk disusun
program pengembangan kawasan dan pengendalian pemanfaatan ruangnya
pada tingkat BWP atau Sub BWP.

2.4 Tinjauan Umum Apartemen


2.4.1 Definisi Apartemen
Berikut adalah beberapa pengertian Apartemen :
a. Apartemen merupakan tempat tinggal suatu bangunan bertingkat yang lengkap
dengan ruang duduk, kamar tidur, dapur, ruang makan, jamban, dan kamar

30
Universitas Sumatera Utara
mandi yang terletak pada satu lantai, bangunan bertingkat yang terbagi atas
beberapa tempat tinggal.
b. Apartemen merupakan bangunan hunian yang dipisahkan secara horisontal dan
vertikal agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan
bertingkat rendah atau bangunan tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas yang
sesuai dengan standar yang ditentukan.
c. Apartemen diartikan sebagai “...several dwelling units share a common
(usually an indoor) access and are enclosed by a common structural
envelope...”, yang artinya adalah beberapa unit hunian yang saling berbagi
akses yang sama dan dilingkupi oleh struktur kulit bangunan yang sama.
d. Apartemen adalah bangunan yang memuat beberapa grup hunian, yang berupa
rumah flat atau rumah petak bertingkat yang diwujudkan untuk mengatasi
masalah perumahan akibat kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan
dengan harga yang terjangkau di perkotaan.
Jadi, secara umum, Apartemen dapat diartikan sebagai suatu bangunan yang
terdiri dari beberapa unit hunian yang disusun secara bertingkat, serta memiliki
kebutuhan ruang dan fasilitas yang sama, untuk mengatasi masalah kepadatan
tingkat hunian dan keterbatasan lahan di perkotaan (Riyono, 2014).

2.4.2 Pengelompokan Apartemen


A. Berdasarkan tipe pengelolaanya, terdapat tiga jenis apartemen, yaitu:
1. Serviced Apartment
Apartemen yang dikelola secara menyeluruh oleh menajemen tertentu. Biasanya
menyerupai cara pengelolaan sebuah hotel, yaitu penghuni mendapatkan
pelayanan menyerupai hotel bintang lima, misalnya unit berperabotan lengkap,
house keeing, layanan kamar, laundry, business center.
2. Apartmen Milik Sendiri
Apartemen yang dijual dan dapat dibeli oleh pihak individu. Mirip dengan
apartemen sewa, apartemen ini juga tetap memiliki pengelola yang mengurus
fasilitas umum penghuninya.

31
Universitas Sumatera Utara
3. Apartmen sewa
Apartemen yang disewa oleh individu tanpa penyelayanan khusus. Meskipun
demikian, tetap ada menejemen apartemen yang mengatur segala sesuatu
berdasarkan kebutuhan bersama seperti sampah, pemeliharaan bangunan, lift,
koridor, dan fasilitas umum lainnya.

B. Berdasarkan kategori jenis dan besar bangunan, apartemen terdiri dari:


1. High-Rise Apartment
Bangunan apartemen yang terdiri lebih dari sepuluh lantai. Dilengkapi area parkir
bawah tanah, system keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih
kompleks sehingga desain unit apartemen cenderung standard. Jenis ini banyak di
bangun di pusat kota.

Gambar 2. 2 Epic New High- Rise Apartemen


(Sumber: www.rumah.com/berita-properti.co/)

32
Universitas Sumatera Utara
2. Mid-Rise Apartment
Bangunan apartemen yang terdiri dari tujuh sampai dengan sepuluh lantai. Jenis
apartemen ini lebih sering dibangun di kota satelit.

Gambar 2. 3 Mide-Rise Toronoto Apartemen


(Sumber: www.rumah.com/berita-properti.co/)

3. Low-Rise Apartment
Apartemen dengan ketinggian kurang dari tujuh lantai dan menggunakn tangga
sebagai alat transportasi vertikal. Biasanya untuk golongan menengah kebawah.

Gambar 2. 4 Low Rise Apartment


(Sumber: www.rumah.com/berita-properti.co/)

4. Walked-up Apartment
Bangunan apartemen yang terdiri atas tiga sampai dengan enam lantai. Apartemen
ini kadangkadang memiliki lift, tetapi dapat juga tidak menggunakan. Jenis

33
Universitas Sumatera Utara
apartemen ini disukai oleh keluarga yang lebih besar (keluarga inti ditambah
orang tua). Gedung apartemen ini hanya terdiri atas dua atau tiga unit apartemen.

Gambar 2. 5 Walked-Up Apartment


(Sumber: www.rumah.com/berita-properti.co/)

C. Jenis apartemen berdasarkan tipe unitnya ada empat, yaitu:


1. Studio
Unit apartemen yang hanya memiliki satu ruang. ruang ini sifatnya multifungsi
sebagai ruang duduk, kamar tidur dan dapur yang semula terbuka tanpa partisi.
Satu-satunya ruang yang terpisah biasanya hanya kamar mandi. Apartemen tipe
studio relative kecil. Tipe ini sesuai dihuni oleh satu orang atau pasangan tanpa
anak. Luas unit ini minimal 20-35 m².

34
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 6 Tipe Studio
(www.olympicresidence-sentul.com)

2. Apartemen 1,2,3 kamar/apartemen keluarga


Pembagian ruang apartemen ini mirip rumah biasa. Memiliki kamar tidur terpisah
serta ruang duduk, ruang makan, dapur yang bias terbuka dalam satu ruang atau
terpisah. Luas apartemen tipe 11 ini sangat beragam tergantung ruang yang
dimiliki serta jumlah kamarnya. Luas minimal untuk satu kamar tidur adalah 25
m², 2 kamar tidur 30 m², 3 kamar tidur 85², dan 4 kamar tidur 140m².

Gambar 2. 7 Tipe Keluarga


(www.olympicresidence-sentul.com)

35
Universitas Sumatera Utara
3. Loft
Loft adalah bangunan bekas gudang atau pabrik yang kemudian dialihfungsikan
sebagai apartemen. Caranya adalah dengan menyekat-nyekat bangunan besar ini
menjadi beberapa unit hunian. Keunikan loft apartment adalah biasanya memiliki
ruang yang tinggi, mezzanine atau dua lantai dalam satu unit. Bentuk
bangunannyapun cenderung berpenampilan industrial. Ttetapi, beberapa
pengembang kini menggunakan istilah loft untuk apartemen dengan mezzanine
atau dua lantai tetapi dalam bangunan yang baru.

Gambar 2. 8 Tipe Loft/ Model Dua Lantai


(www.olympicresidence-sentul.com)

4. Penthouse
Unit hunian ini berada di lantai paling atas sebuah bangunan apartemen. Luasnya
lebih besar daripada unit-unit dibawahnya. Bahkan, kadang-kadang satu lantai
hanya ada satu atau dua unit saja. Selain lebih mewah, penthouse juga sangat
privat karena memiliki lift khusus untuk penghuninya. Luas minimumnya adalah
300 m².

36
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 9Tipe Penthouse
(www.olympicresidence-sentul.com)

D. Berdasarkan tujuan pembangunan, apartemen dibagi menjadi tiga, yaitu:


1. Komersial
Apartemen yang hanya ditujukan untuk bisnis komersial yang mengejar
keuntungan atau profit.
2. Umum
Apartemen yang ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, akan tetapi biasanya
hanya dihuni oleh lapisan masyarakat kalangan menengah kebawah.
3. Khusus
Apartemen yang hanya dipakai oleh kalangan tertentu saja, dan biasanya dimiliki
suatu perusahaan atau instansi yang dipergunakan oleh para pegawai maupun
tamu yang berhubungna dengan pekerjaan.

E. Berdasarkan golongan sosial, apartemen dibagi menjadi empat, yaitu:


• Apartemen Sederhana
• Apartemen Menengah
• Apartemen Mewah
• Apartemen super Mewah
Yang membedakan keempat tipe tersebut sebelumnya adalah fasilitas yang
terdapat dalam apartemen tersebut. Semakin lengkap fasilitas dalam sebuah
apartemen, maka semakin mewah apartemen tersebut. Pemilihan bahan bangunan

37
Universitas Sumatera Utara
dan system apartemen juga berpengaruh. Semakin baik kualitas material dan
semakin banyak pelayanannya, semakin mewah apartemen tersebut.

F. Berdasarkan penghuni jenis, apartemen dibagi menjadi empat, yaitu:


1. Apartemen Keluarga
Apartemen ini dihuni oleh keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anaknya.
Bahkan tidak jarang orang tua dari ayah atau ibu tinggal bersama. Terdiri dari 2
hingga 4 kamar tidur, belum termasuk kamar tidur pembantu yang tidak selalu
ada. Biasanya dilengkapi dengan balkon untuk interaksi dengan dunia luar.
2. Apartemen Lajang
Apartemen ini dihuni oleh pria atau wanita yang belum menikah dan biasanya
tinggal bersama teman mereka. Mereka menggunakan apartemen sebagai tempat
tinggal, bekerja, dan beraktivitas lain diluar jam kerja.
3. Apartemen Pebisnis/Ekspatrial
Apartemen ini digunakan oleh para pengusaha untuk bekerja karena mereka telah
mempunyai hunian sendiri di luar partemen ini. Biasanya terletak dekat dengan
temapt kerja sehingga member kemudahan bagi pengusaha untuk mengontrol
pekerjaannya.
4. Apartemen Manula
Apartemen ini merupakan suatu hal yang baru di Indonesia, bahkan bisa dikatakan
tidak ada meskipun sudah menjadi sebuah kebutuhan. Di luar negeri seperti
Amerika, China, Jepang, dan lain-lain telah banyak dijumpai apartemen untuk
hunian manusia usia lanjut. Desain apartemen disesuaikan dengan kondisi fisik
para manula dan mengakomodasi manula dengan alat bantu jalan.

G. Klasifikasi apartemen berdasarkan kepemilikan, yaitu:


1. Apartemen Sewa
Pemilik membangun dan membiayai operasi serta perawatan bangunan, penghuni
membayar uang sewa selama jangka waktu tertentu.
2. Apartemen Kondominium
Penghuni membeli dan mengelola unit yang menjadi haknya, tidak ada batasan
bagi penghuni untuk menjual kembali atau menyewakan unit miliknya. Penghuni

38
Universitas Sumatera Utara
biasanya membayar uang pengelolaan ruang bersama yang dikelola oleh pemilik
gedung.
3. Apartemen Koperasi
Apartemen ini dimiliki oleh koperasi, penghuni memiliki saham didalamnya
sesuai dengan unit yang ditempatinya. Bila penghuni pindah, bisa dapat menjual
sahamnya kepada koperasi atau calon penghuni baru dengan persetujuan koperasi.
Biaya operasional dan pemeliharaan ditanggung oleh koperasi.

H. Klasifikasi apartemen berdasarkan pelayanannya, dibagi menjadi empat, yaitu:


1. Apartemen Fully Service
Apartemen yang menyediakan layanan standard hotel bagi penghuninya, seperti
laundry, cathering, kebersihan, dan sebagainya.
2. Apartemen Fully Furnished
Apartemen yang mneyediakan furniture atau perabotan dalam unit apartemen.
3. Apartemen Fully Furnished and Fully Service
Gabungan kedua jenis apartemen yang tertulis sebelumnya. Apartemen Building
only Apartemen yang tidak menyediakan layanan ruang atau furniture.

I. Klasifikasi apartemen berdasarkan jumlah lantai per unit, yaitu:


1. Simpleks
Apartemen yang seluruh ruangannya terdapat dalam satu lantai.

39
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. 10 Apartemen Simpleks
(www.olympicresidence-sentul.com)

2. Dupleks
Apartemen yang ruangannya terdapat dalam dua lantai.

Gambar 2. 11 Apartemen Dupleks


(www.olympicresidence-sentul.com)

40
Universitas Sumatera Utara
3. Tripleks
Apartemen yang ruangannya terdapat dalam tiga lantai (Suawa, dkk., 2014).

2.4.3 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan


A. Pengguna Apartemen
Pada suatu bangunan, terdapat penghuni ataupun pengguna bangunan yang
akan melakukan aktifitas di dalam maupun di luar bangunan tersebut nantinya.
Secara garis besar, penulis membagi pelaku kegiatan di bangunan apartemen ini
ke dalam 7 macam yaitu :
1. Penghuni Apartemen : Merupakan pemilik/ penyewa unit hunian dalam
apartemen.
2. Pengunjung Pusat Perbelanjaan : Merupakan seseorang atau sekelompok
orang yang berkunjung ke pusat perbelanjaan baik untuk berbelanja atau
berekreasi serta melakukan kegiatan lainnya.
3. Pengunjung Apartement : Merupakan orang atau sekelompok orang yang
datang ke apartemen untuk menanyakan informasi atau mengunjungi
penghuni apartemen.
4. Tenant Pusat Perbelanjaan : Tenant pusat perbelanjaan yaitu penyewa dan
karyawan toko retail, restaurant, atau cafe pada pusat perbelanjaan.
5. Pengelola Bangunan : Pengelola bangunan merupakan sekelompok orang
yang bertugas mengatur operasional bangunan serta berbagai hal yang
berhubungan dengan kegiatan administrasi.
6. Pemasaran : Pemasaran merupakan sekelompok orang yang mengelola
event yang akan diselenggarakan, dan juga sebagai perantara
penjualan/penyewaan unit hunian dan unit dagang.
7. Pegawai Apartemen : Yang dikategorikan sebagai pegawai adalah pekerja
selain pengelola dan pemasaran yang bertugas sebagai cleaning service
bangunan, petugas keamanan, petugas parkir, dan driver.
Kegiatan utama yang dilakukan oleh penghuni apartemen adalah
beristirahat dan bersantai. Kegiatan utama yang di lakukan pengunjung mall
adalah berbelanja, dan rekreasi. Kegiatan utama yang dilakukan oleh pedagang
adalah berjualan, sedangkan kegiatan utama yang dilakukan oleh pengelola

41
Universitas Sumatera Utara
apartemen adalah bekerja untuk mengelola pengoprasian bangunan ini.

B. Kegiatan Apartemen
Pada bangunan apartemen yang dirancang, memiliki sistem
pengelompokkan kegiatan yang terdiri dari :
1. Kelompok Kegiatan Pribadi (Privat)
Pada suatu bangunan hunian dibutuhkan area prifasi yang dapat mengakomodir
dan memberikan rasa nyaman dan aman bagi penghuninya. Biasanya tempat-
tempat ataupun area tersebut memiliki prifasi yang bersifat pribadi (privat). Untuk
itu, penulis mengelompokkan kegiatan yang bersifat privat pada bagian
hunianapartemen yaitu tower bangunan. Karena kegiatan yang bersifat privat
biasanya dilakukan pada hunian, seperti pada ruang tidur, ruang kerja, toilet dan
sebagainya dalam satu unit hunian.
2. Kelompok Kegiatan Bersama (Publik)
Karena bangunan yang dirancang merupakan bangunan yang memiliki
fungsi ganda yaitu apartemen dan mall, maka bangunan ini memiliki bagian yang
dapat digunakan secara bersama-sama antara penghuni dan pengunjung. Bagian
bangunan yang dapat digunakan bersama-sama ini disebut area publik, yaitu
terdapat pada podium bangunan berupa mall. Selain pada podium bangunan,
kegiatan bersama yang biasanya dilakukan oleh penghuni bersama-sama dengan
penghuni yang lainnya yaitu pada bagian taman, area olah raga, dan tempat
terbuka lainnya yang berada pada tapak perancangan. Dalam kegiatan ini
menimbulkan interaksi bagi sesama penghuni maupun masyarakat luar, dimana
kegiatan ini biasanya terjadi pada ruang-ruang penunjang kegiatan dalam
lingkungan hunian.
3. Kelompok Kegiatan Pelayanan Service
Pada bangunan apartemen yang dirancang, memiliki area service berupa
basement yang berfungsi sebagai tempat parkir dan ruang-ruang mekanikal
elektrikal. Kegiatan pelayanan servis merupakan pelayanan penunjang/ pelengkap
dalam kehidupan sehari-hari yang dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi
penghuni. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh staff pelayanan yang bertugas
menjalankan kegiatan tersebut.

42
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan pada bangunan apartemen yang dirancang ini secara garis besar
yaitu dapat dimulai dari penghuni dan pengunjung apartement yang melakukan
aktivitas yang juga berhubungan dengan kebutuhan pada aktivitas mall. Bagi
pengelola melakukan kegiatan pengelolaan apartement yang pasti berhubungan
juga dengan kegiatan apartement dan mall. Pedagang beserta pengunjung mall
juga langsung melakukan aktivitas di mall. Serta pelaku mekanik yang melakukan
aktivitas mekanikal elektrikal yang mendukung aktivitas mall, aktivitas
apartement, dan aktivitas pengelola. Semua pelaku kegiatan di apartement ini
pada dasarnya akan melakukan aktivitas datang dan pulang (Puspita, 2014).

2.5 Konsep Desain “Green Architecture”


Berdasarkan fenomena yang terjadi di kawasan Medan Polonia, maka
pendekatan desain yang digunakan adalah pendekatan Arsitektur Hijau “Green
Architecture”.
Arsitektur hijau merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mewujudkan arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai
keseimbangan di dalam sistem interaksi manusia dengan lingkungan. Selain itu
Arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam
serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, yang merupakan
langkah untuk merealisasikan kehidupan manusia yang berkelanjutan.

Gambar 2.12 Skema Konsep Green Arsitektur


(Sumber : Prawibawa dan Happy, 2015)

43
Universitas Sumatera Utara
Seperti pada gambar diatas, konsep arsitektur hijau memiliki 5 aspek
penting, diantaranya:

1. Ramah Lingkungan
Pada dasarnya, penerapan konsep ramah lingkungan ini menerapkan konsep
arsitektur hemat energy, banyak memanfaatkan pengudaraan dan pencahayaan
alami.
2. Berkelanjutan
Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan
kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
3. Sehat
Pemanfaatan desain yang mempertimbangkan kesehatan lingkungan,
kehidupan sekitar serta efek positif untuk kehidupan.
4. Iklim
Penerapan konsep yang mempertimbangkan iklim yang sesuai. Contohnya
penggunaan konsep penghijauan yang sangat cocok untuk iklim tropis.
5. Kegunaan Estetik
Penggunaan konsep desain yang tidak hanya mempertimbangkan
keestetikaannya saja, tetapi juga kegunaan dan efek pada lingkungan (Prawibawa
dan Happy, 2015).

2.6 Program Ruang Apartemen


2.6.1 Unit Hunian
Tipe unit hunian yang direncanakan adalah :
a. Studio : 1 ruang tidur (untuk penghuni lajang).
b. Deluxe : 1 ruang tidur (untuk keluarga kecil dengan 1-2 anak).
c. Suite : 2 ruang tidur (untuk keluarga kecil dengan 1-2 anak).
Hal ini berdasarkan pertimbangan target pasar yang akan di capai yaitu
kalangan pekerja yang sudah berkeluarga ataupun belum berkeluarga. Standart
luasan yang dijadikan acuan berdasarkan data-data survey dan literature.

44
Universitas Sumatera Utara
1. Dimensi Ruang Untuk Unit Hunian
Tabel 2. 3 Standar Minimal Ukuran Ruang Tiap Unit
Jenis Ruang Standar Sumber Tipe Hunian
Minimal (m2) Studio Deluxe Suite
R.Tidur Utama 11,5 NAD 12 14 14
KM/WC 2,6 NAD 4 4 4
R.Tidur Anak 11,15 NAD - 9 9
KM/WC 2,6 NAD - - 4
R.Duduk 9 NAD 9 9 10
R.Makan 7,2 NAD 7 9 9
Bar 5,2 NAD - - 4
Party 8 NAD 8 8 8
R.Kerja 12 NAD - - 6
R.Tidur Tamu 11,15 NAD - - -
R.Tamu 9-20 NAD - - 9
Gudang 1,25-5 NAD - 3 3
Luas 40 56 80
Sirkulasi 20% 8 11,2 16
Luas Total 48 67,2 96
Jumlah unit hunian tipe Deluxe lebih banyak dirancang karena
pertimbangan tentang banyaknya unit apartemen yang didapat dengan luasan yang
ada dan pertimbangan tentang target pasar yang akan dicapai untuk apartemen ini
yaitu pengusaha, pegawai swasta dan pegawai negeri. Dan jumlah unit apartemen
yang akan dibangun direncanakan 105 unit. Maka berdasarkan data ini dapat di
perkirakan jumlah unit masing-masing tipe adalah :
Tipe Studio : 30 unit
Tipe Deluxe : 45 unit
Tipe Suite : 30 unit
Maka jumlah luasan minimum unit apartemen = (30 x 48) + (45 x 67,2) + (30 x
96) = 1440 + 3024 + 2880= 7344 m2
Sirkulasi 20% = 20 % x 7344 m2 = 8812,8 m2

45
Universitas Sumatera Utara
2. Luas Lantai Utama Apartemen
Tabel 2. 4 Kebutuhan Dimensi Ruang Lantai Utama Apartemen
Fasilitas Kebutuhan Ruang Kapasitas (Orang) Luas (m2)
Lobby Hall 30 90
R.Receptionis 2 8
R.Telepon
2 5
R.Security
2 3
Sirkulasi 21,1
Total 127,2

3. Program Ruang Mall


A. Fasilitas Umum Mall
Tabel 2. 5 Dimensi Ruang Fungsi Umum Mall

46
Universitas Sumatera Utara
B. Fasilitas Makan dan Minum
Tabel 2. 6 Dimensi Ruang Fasilitas Makan dan Minum

47
Universitas Sumatera Utara
C. Fasilitas Pelayanan Mall
Tabel 2. 7 Dimensi Ruang Fasilitas Pelayanan Mall

48
Universitas Sumatera Utara
D. Fasilitas Pembelanjaan dan Jasa
Tabel 2. 8 Dimensi Ruang Fasilitas Perbelanjaan dan Jasa
Fasilitas Ruang Standar Kapasitas Jumlah Luas (m2)
Minimal (m2) (Orang)
Book Store 2 250 1 500
Super market 7 50 1 1050
Dept. Store 2 8 3 48
Galery ATM 2 10 1 20
Laundry 2 10 1 20
Salon 2 50 1 100
Sirkulasi 20%
Total 1738

49
Universitas Sumatera Utara
4. Program Ruang dan Pengelola
Tabel 2. 9 Dimensi Ruang Kantor Pengelola

Luas minimum total bangunan Mall + kantor pengelola = 6710 + 204 = 6914 m2

2.7.2 Program Ruang Parkir


Berdasarkan standart jumlah parkir (Ir. Jimmy. S Juwana, MSAE,
Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta 2004), berikut merupakan
perhitungan jumlah kebutuhan parkir :
- Untuk fungsi apartemen adalah 1 mobil untuk 1 unit apartemen, rencana
perkiraan total unit adalah minimum 105 unit. Jadi kebutuhan parkir untuk fungsi
apartemen adalah 105 mobil. 1 mobil memerlukan luas lahan 15 m2
Jadi untuk 105 mobil : 105 x 15 m2 = 1575 m2
Sirkulasi 20% : 315 m2

50
Universitas Sumatera Utara
Jadi, luas total kebutuhan parkir = 1890 m2
- Untuk fungsi mall dimasukkan ke dalam kelompok bangunan pasar tingkat
wilayah yaitu 1 mobil untuk 100 m2 lantai bruto. Jadi, kebutuhan parkir
untuk fungsi mall adalah 6914/100 = 70 (dibulatkan). Luas parkiran ( 15 x
70 ) + sirkulasi 20% = 1050 + 210 = 1260 m2.
- Sementara untuk parkir motor mall, penulis membuat 300 parkiran.
Luas parkiran motor (300 x 2 m2) + 20% sirkulasi = 600 + 120 = 720 m2
Jadi kebutuhan luasan parkir bangunan ini adalah =1890 + 1260 + 720 = 3870 m2

51
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI

3.1 Kerangka Pendekatan


Kerangka pendekatan dalam konteks ini adalah gambaran proses
pengumpulan data sehingga menghasilkan rancangan bangunan. Pendekatan yang
digunakan dalam proses pengumpulan data dalam perancangan ini adalah
pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dimana peneliti ini bertolak dari
data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan
suatu “teori” (Wikipedia, 2016).
Adapun kerangka pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :

Survey

Observasi

Metode pengumpulan Studi Literatur : Data-data


data dan teori.
Studi banding : Data
bangunan, topik dan tema
yang memiliki keterkaitan.

Gambar 3.1 Metode Pengumpulan Data

3.2 Metode Pengumpulan Data


Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengumpulan data
adalah :

1. Survey
Survey adalah pemeriksaan atau penelitian secara komprehensif. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam survey demi memperoleh data adalah
sebagai berikut :
 Melakukan survey lokasi site yang berada Desa Tumpatan Kecamatan
Beringin Kabupaten Deli Serdang.
 Mengamati kondisi umum seperti topografi, arah angin, dan sebagainya
pada tapak perancangan yang terpilih

52
Universitas Sumatera Utara
 Mengamati kondisi eksisting pada tapak
 Mengamati kondisi lingkungan sekitar tapak
 Mendokumentasikan kondisi tapak beserta lingkungan sekitarnya.

2. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung terhadap kondisi tapak
berdasarkan aspek-aspek yang berhubungan dengan sosial budaya masyarakat
sekitar , akses, fasilitas dan lain sebagainya.

3. Studi Literatur
Studi literatur adalah proses pencarian atau perbandingan perencanaan
rancangan dengan proyek rancangan yang telah ada. Adapun proses pencarian
yang dilakukan dalam perancangan Apartemen Polonia ini adalah studi literatur
bangunan dengan fungsi yang sama dan studi literatur bangunan dengan
penggunaan tema yang sama.

4. Studi Banding
Universitas Bina Nusantara, 2016 menyatakan bahwa, studi banding
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menambah wawasan dan
pengetahuan yang akan diterapkan kedepannya untuk menjadi lebih baik. Adapun
proses perbandinganyang dilakukan dalam perancangan Apartemen Polonia ini
adalah studi banding bangunan dengan fungsi yang menyerupai dan studi banding
dengan pendekatan tema yang sama.

3.3 Teknik Analisa


Adapun teknik analisa dalam perancangan Apartemen Polonia ini adalah
teknik analisa data kualitatif. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah
mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang
sistematik, teratur, terstruktur dan memiliki makna:
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga teknik analisis data kualitatif,
yaitu :

53
Universitas Sumatera Utara
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi
data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak
perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.

2. Penyajian data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif.
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasin disusun, sehingga
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data
kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik,
jaringan dan bagan.

3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data
kualitatif. Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk
mengambil tindakan.

54
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN

4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan


4.1.1 Analisa Lokasi, Kondisi dan Potensi Lahan
Lokasi perancangan Apartemen Polonia berada di Jl. Imam Bonjol, Suka
Damai, Medan Polonia, Kota Medan, Sumatra Utara.

Gambar 4. 1 Lokasi Site


(Sumber : Google Earth dan Wikipedia)

55
Universitas Sumatera Utara
 Lokasi Proyek : Jl. Imam Bonjol, Suka Damai, Medan Polonia,
Kota Medan, Sumatra Utara 20157
 Bangunan Existing : Terminal dan ex-parkir Bandara Polonia.
 Batas tapak :
 Sebelah timur : Landasan Pacu Bandar Udara Soewondo
 Sebelah barat : Perumahan
 Sebelah selatan : Landasan Pacu Bandar Udara Soewondo
 Sebelah utara : Perumahan

 Luas Lahan : ± 2,75 Ha (275.000 m2)


 Kontur : Relatif datar
 KLB : 4 lantai
 KDB : 60%
 KDH : 25%
 Lebar jalan
 Jl. Parkir Polonia : 15 meter
 GSB
 Jl. Parkir Polonia : 8,5 meter

 Potensi Lahan
 Akses ke bangunan mudah.
 Transportasi lancar dan baik.
 Terletak di lingkungan pemukiman.
 Strategis.
 Masalah
 Lokasi dekat dengan landasan pacu pesawat.
 Tingkat kebisingan yang tinggi akibat aktifitas bandara.
 Solusi
 Bangunan yang akan dibangun tidak boleh lebih dari 4 lantai / 25
m.
 Membuat buffer/ vegetasi di sepanjang landasan pacu.

56
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Analisa Regulasi
Regulasi pada Kecamatan Polonia ini sesuai dengan RUTRK yang
menjadi peraturan dasar pada perencanaan Apartemen Polonia. RUTRK Tahun
2010-2030 mengatur Koefisiensi Dasar Bangunan (KDB) sebesar 60%,
Koefisiensi Luas Bangunan (KLB) adalah 4 lantai, dan Garis Sempa dan
Bangunan (GSB) jalan Mustang 10 meter.

Gambar 4. 2 GSB dan Site Perancangan


(Sumber: Pengolahan Data Pribadi)

Gambar 4.3 Rancangan Skyline


(Sumber : Pengolahan Data Pribadi)

57
Universitas Sumatera Utara
4.1.3 Analisa Tata Guna Lahan
Site perancangan bangunan Apartemen Polonia ini di dominasi oleh
pemukiman.

UTAR
A

Gambar 4. 4 Analisa Tata Guna Lahan


(Sumber : Pengolahan Data Pribadi)

Selain itu, terdapat bangunan- bangunan lainnya seperti:


Tabel 4. 1 Bangunan-bangunan di Sekitar Polonia
No Bangunan Keterangan
1. SD/Sederajat 19 buah
2. SLTP/Sederajat 8 buah
3. SMU/Sederajat 9 buah
4. Lapangan Olahraga 6 buah
5. Rumah Sakit 3 buah
6. Rumah Ibadah 59 buah
7. Puskesmas 1 buah
8. Pasar Tradisional 3 buah
9. Plaza/Mall 1 buah
10. Pasar Grosir 7 buah
(Sumber : Pemkomedan.go.id)

58
Universitas Sumatera Utara
4.1.4 Analisa Sirkulasi dan Pencapaian
Gambar 4.4 menjelaskan akses pencapaian menuju site melalui jalan
utama yaitu Jalan Parkir Polonia. Lokasi Proyek dapat diakses dengan kendaraan
pribadi maupun angkutan umum seperti taksi, becak dan ojek.

Gambar 4.5 Analisa Pencapaian


(Sumber: Pengolahan Data Pribadi)
Potensi:
 Jalan Lebar
 Strategis
 Tersedia transportasi umum
Masalah:
 Kemacetan meningkat saat pagi (06.00-07.30 WIB) dan sore (15.00-
18.00).
 Jalur pejalan kaki tidak tertata dengan baik.
Solusi:
 Merencanakan jalur pejalan kaki disepanjang kawasan site perancangan.
 Merencanakan pulau jalan pada kawasan site.
 Merencanakan entrance utama pada Jalan Imam Bonjol.

59
Universitas Sumatera Utara
Main Entrance

Second Entrance
Gambar 4.6 Solusi Desain
(Sumber: Pengolahan Data Pribadi)

4.1.5 Analisa Vegetasi

Gambar 4.7 Analisa Vegetasi


(Sumber: Pengolahan Data Pribadi)
Masalah dan potensi:
 Terdapat vegetasi di area kawasan site perancangan.
 Vegetasi pada site tidak terlalu banyak dan tidak tertata dengan baik
sehingga mengakibatkan site tidak memiliki buffer yang cukup.
 Vegetasi yang ada tidak berdaunn rimbun.
Solusi:
 Menata ulang vegetasi disekitar site sebagai elemen peneduh
 Menambah area hijau pada site.

60
Universitas Sumatera Utara
4.1.6 Analisa View
a. View Ke Dalam

++

+++
+

Gambar 4.8 Analisa View ke Dalam


(Sumber: Pengolahan Data Pribadi)

Keterangan:
+ : Kualitas view kurang bagus
++ : Kualitas view cukup bagus
+++ : Kualitas view bagus

61
Universitas Sumatera Utara
b. Analisa View Ke Arah Luar
B C
A. The Palace
Residence
A
SITE

B. Kantor Dinas
Perhubungan

C. LANUD Soewondo D. SPBU Polonia

Gambar 4.9 View Ke Arah Luar


(Sumber: Pengolahan Data Pribadi)

View ke arah luar merupakan landasan pacu Soewondo yang dapat memberikan
kesan yang menarik dan memberikan rasa nyaman bagi para pengguna.

4.2 Analisa Kebutuhan Ruang


Kebutuhan ruang yang diperlukan untuk bangunan Apartemen.
Tabel 4. 2 Kebutuhan Ruang Lantai Utama Apartemen
Fasilitas Kebutuhan Ruang Kapasitas (Orang) Luas (m2)
Lobby Hall 30 90
R.Receptionis 2 8
R.Telepon 2 5
R.Security 2 3
21,1

Sirkulasi
Total 127,2

62
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 3 Kebutuhan Ruang Mall
Standar Kapasitas
Fasilitas Ruang 2 Jumlah Luas (M2)
(M /Orang) (Orang)
Hall 5 70 1 350
Mall 1.98 250 3 1485
Ruang 25 15 6 150
Komunal 2.25 3 3 27
Toilet Pria 0.64 4 4 10.24
- Urinoir 0.5 3 4 6
- Wastafel
Toilet 2.25 4 4 36
Wanita 0.5 5 4 10
- Wc - 414.848
- Wastafel -
Sirkulasi 20%
Total 2,489.088

Tabel 4. 4 Kebutuhan Ruang Cafe dan Restaurant


Standar Kapasitas
Fasilitas Ruang Jumlah Luas (M2)
(M2/Orang) (Orang)
Restaurant 6
- R. Makan 1.8-2.15 30 1 60
- Dapur dan 40
Gudang
- Counter 2 4 1 8
- R. Admin 4.8-8 3 1 15
- R.Karyawan 1.2-2 10 1 15
Coffe Shop 3
- R. Makan 1.8-2.15 15 1 30
- Counter 2 4 1 10
- Pantry 2 5 1 8
Food Court 2
- R. Makan 1.8-2.15 50 10 100
- Stand 40
Sirkulasi 20%
Total 799.2

63
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. 5 Kebutuhan Ruang Pembelanjaan dan Jasa
Standar Kapasitas
Fasilitas Ruang 2 Jumlah Luas (m2)
Minimal (m ) (Orang)
Book Store 2 250 1 500
Super market 7 50 1 1050
Dept. Store 2 8 3 48
Galery ATM 2 10 1 20
Laundry 2 10 1 20
Salon 2 50 1 100
Sirkulasi 20%
Total 1738

Tabel 4. 6 Kebutuhan Ruang Kantor Pengelola Apartemen


Kebutuhan Kapasitas
Fasilitas Ruang Luas (m2)
Ruang (Orang)
Kantor Pengelola R.Receptionis 2 4
R.Tunggu 4 10
R.Pimpinan 1 10
R.Wk. Pmpinan 1 10
R. Sekertaris 1 9
R. Rapat 8 20
R.Pemasaran 5 15
R. Administrasi 8 30
R. Personalia 4 20
R.Monitor 4 20
R. Security 3 8
Gudang - 8
Pantry 2 6
Sirkulasi 20% 34
Total 204

4.2.1 Analisis Tatanan Massa Bangunan


Tatanan massa adalah peletakan massa bangunan majemuk pada suatu site
yang ditata berdasarkanzona dan tuntutan lain yang menunjang. Selain
berdasarkan zonasi, tatanan massa juga dibuat berdasarkan sirkulasi yang terkait.
Massa sebagai elemen site dapat tersusun dari massa berbentuk bangunan dan

64
Universitas Sumatera Utara
vegetasi keduanya baik secara individual maupun kelompok menjadi unsur
pembentuk ruang out door.
Penataan massa bangunan apartemen Polonia dibuat berdasarkan
pemanfaatan fungsi ruang yang di tinjau dari bentuk zonasi dan sirkulasi terkait.
Bentuk linier merupakan bentuk-bentuk yang diatur berangkaian pada sebuah
baris. Bentuk garis atau linier dapat diperoleh dari perubahan secara proporsional
dalam suatu dimensi bentuk atau melalui pengaturan sederet bentuk-bentuk
sepanjang garis. Dalam kasus tersebut, deretan bentuk dapat berupa pengulangan
atau memiliki sifat serupa dan terorganisir oleh unsur lain yang terpisah dan lain
sama sekali seperti sebuah dinding atau jalan.
- Bentuk garis lurus dapat dipotong-potong atau dibelokkan sebagai
penyesuaian terhadap kondisi setempat seperti topografi, pemandangan
tumbuh-tumbuhan, maupun keadaan lain yang ada dalam tapak
- Bentuk garis lurus dapat diletakkan dimuka atau menunjukkan sisi suatu
ruang luar atau bentuk bidang masuk suatu ruang dibelakangnya.
- Bentuk linier dapat dimanipulasi.
- Bentuk linier dapat diarahkan secara vertikal sebagai suatu unsur menara
untuk menciptakan sebuah titik dalam ruang.
- Bentuk linier dapat berfungsi sebagai unsur pengatur sehingga bermacam-
macam unsur lain dapat ditempatkan disitu.
Berdasarkan uraian diatas dapaat disimpulkan bahwa bentuk apartemen
Polonia ditata secara linier untuk memaksimalkan fungsi ruang dan mendukung
fungsi dan kegiatan bangunan lain yang berada pada suatu kawasan.
4.3 Analisis Teknologi
4.3.1 Analisis Struktur dan Konstruksi
Beban yang bekerja pada suatu struktur bangunan tinggi ditimbulkan
secara langsung oleh gaya-gaya alamiah atau manusia. Untuk menahan beban
yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan alamiah seperti geofisik dan manusia,
maka perlu dirancang suatu struktur bangunan yang dapat menahan kegiatan
tersebut diantaranya ialah sebegai berikut.

65
Universitas Sumatera Utara
a. Kolom
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya
menahan beban aksial tekan vertikal. Sebagai bagian dari suatu kerangka
bangunan dengan fungsi dan peran seperti tersebut, kolom menempati posisi
penting dalam sistem struktur bangunan. Kolom yang digunakan ialah kolom
beton bertulang dengan menggunakan pengikat selangka. Kolom ini merupakan
beton yang ditulangi dengan batang tulang pokok memanjang yang ada pada jarak
spasi tertentu dengan pengikat sengka lateral, sedemikian rupa sehingga
penulangan keseluruhan membentuk rangka. Tulangan sengkang atau kait
pengikat harus dipasang dan diatur sedemikian rupa sehinggan sudut-sudutnya
tidak dibengkokkan dengan sudut lebih besar dari 130o. Sengka dan kait pengikat
harus cukup kokoh untuk menopang batang tulangan pokok memanjang, baik
yang letaknya dipojok maupun disepanjang sisi kearah lateral. Untuk itu batang
tulangan pokok memanjang harus dipasang dengan jarak bersih antaranya tidak
lebih dari 150 mm disepanjang sisi kolom agar dukungan lateral dapat
berlangsung dengan baik (Ismail, 2014).

Gambar 4.11 Kolom

b. Balok
Balok adalah batang horizontal dari rangka struktural yang memikul beban
tegak lurus sepanjang batang tersebut (biasanya berasal dari dinding, pelat atau
atap bangunan) dan menyalurkannya pada tumpuan atau struktur dibawahnya.
Balok juga berfungsi sebagai pengekang dari struktur kolom. Dalam
perencanaannya, suatu balok dapat mempunyai bermacam-macam ukuran atau
dimensi sesuai dengan jenis dan besar beban yang akan dipikul oleh balok itu

66
Universitas Sumatera Utara
sendiri. Namun dimensi tersebut harus memiliki efisiensi tinggi agar dapat
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sebagai standard perhitungan
struktur beton diIndonesia saat ini.
Balok berfungsi menahan kondisi pembebanan yang rumit seperti tekuk
atau lentur. Kombinasi gaya tekan dan gaya tarik disebut lentur dan tegangannya
tersebar tidak merata pada potongan melintang. Elemen-elemen yang berkaitan
pada struktur dihubungkan dengan balok. Kuat hubungan struktural bertambah
jika jaraknya diperbesar. Gaya lentur bertambah jika beban pada balok berlebih
sehingga pada daerah yang bertegangan tinggi terjadi aksi sendi (balok patah dan
terdapat sendi pada titik ini).
Berdasarkan perencanaan lentur bentuk balok beton bertulang yang dipilih
ialah bentuk balok T. Balok T metupakan bbalok yang berbentuk T dan bukan
persegi. Sebagian dari plat akan bekerja sama dengan bagian atas balok untuk
memikul tekan. Perencanaan balok T adalah proses penentuan dimensi tebal dan
lebar flens, lebar dan tingi efektif badan balok dan luas tulang baja tarik.

Gambar 4.12 Struktur Balok T

c. Pondasi
Bangunan yang kokoh dan kuat perlu dirancang dengan struktur bangunan
yang memakai bahan bangunan dan adonan adukan yg dianjurkan, salah satunya
adalah acuan SNI tentang pekerjaan Pondasi.
Dahulu sebelum banyak orang mengenal jenis pondasi strauss pile sebagai
perkuatan pondasi rumah digunakan pondasi cerucuk bambu atau dolken, namum
seiring berjalannya waktu jenis pondasi cerucuk tidak sesuai yang diharapkan

67
Universitas Sumatera Utara
karena pada kenyataannya banyak bangunan retak karena pondasi tidak kuat
menahan beban bangunan.
Jenis pondasi yang paling sering digunakan untuk pondasi bangunan 2
sampai 4 lantai dalam 3 tahun terakhir karena pondasi ini bertumpu di tanah
dalam sehingga dianggap mampu menahan beban bangunan yang berdiri di atas
tanah lunak, serta dari segi pembuatannya yang bisa dibilang praktis dan efisien
daripada pondasi dalam lainnya (pondasi bored pile dan tiang pancang ) dan
cocok untuk pondasi rumah 2 lantai atau 3 lantai di daerah jakarta ( padat
perumahan ).
Kelebihan pondasi strauss pile adalah
1. Alat sederhana dan praktis sehingga dapat menergerjakan ditempat / lokasi
padat perumahan bahkan di bekas bangunan yang belum dibongkar.
2. Cara pembuatan pondasi strauss pile tidak membutuhkan waktu yang lama,
kapasitas 1set alat dapat mengerjakan kurang lebih 25 meter atau 4 s/d 5 titik
perhari bila kedalaman 6 meter.
3. Pondasi bertumpu di tanah dalam sehingga resiko penurunan pondasi yang
mengakibatkan dinding retak dapat diminimalisir.

4.3.2 Sistem Utilitas Bangunan


a. Penerangan / Pencahayaan
Pencahayaan yang dipakai pada bangunan ini adalah penggabungan antara
pencahayaan alami / sinar matahari dan pencahayaan buatan dimana untuk
penggunaan pada siang hari diusahakan menggunakan pencahayaan alami
semaksimal mungkin dengan adanya bukaan yang besar yang disesuikan
kebutuhan akan cahaya.

68
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.13 Pencahayaan Alami dengan Bukaan yang Besar

b. Pengudaraan
Ada empat fungsi dari ventilasi udara sesuai dengan kebutuhan
- Exhaust air berfungsi membuang udara dari dalam keruang ruangan
- Kitchen exhaust berfungsi membuang asap dapur dari hood kitchen keluar
ruangan.
- Fresh air berfungsi mendistribusikan udara segar dari luar kedalam
ruangan
- Pressurizion air berfungsi menekan udara / asap pada jalur tangga darurat
saat terjadi kebakaran.
Untuk pengudaraan yang dipakai adalah pengudaraan buatan dan alami.
Untuk pengudaraan buatan yang digunakan adalah dengan sistem AC Split untuk
ruang-ruang kecil dan Chilled Water sistem untuk ruangan – ruangan besar.

Reservoir Bawah

Reservoir Bawah Chiller AHU Per Lantai Diffuser

Gambar 4.14 Skema Sistem Distribusi AC

c. Sumber Daya Listrik


Sumber daya yang dipakai berasal dari PLN, yang mempunyai keuntungan praktis
dan mudah. Untuk memberikan kenyamanan pada pengguna gedung untuk
mengatasi pemadaman listrik , maka diperlukan Generator set yang dapat

69
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan aliran listrik secara otomatis jika ada pemadaman listrik dan
memiliki kapasitas daya 100% dari daya yang dihasilkan PLN.

Panel UPS Panel


Komputer &
PLN Genset Komunikasi

Panel Utama Panel

Gardu Travo

Panel

Gambar 4.15 Skema Penyediaan Listrik

d. Penyediaan air bersih


Penyediaan air bersih pada bangunan menggunakan sistem down feed distribution
karena sistem ini dapat lebih menghemat energi listrik yang digunakan dengan
memanfaatkan grafitasi bumi.
PAM Reservoar Reservoar
Bawah Atas

Pompa Pipa Air Bersih

Gambar 4.16 Skema Penyediaan Air Bersih

e. Pembuangan Sampah
Penghuni dari unit hunian bagian kiri membawa sampah rumah tangga
yang telah dibungkus oleh plastik, kemudian berjalan menuju shaft sampah yang
terdapat di samping kiri bangunan. Pintu shaft sampah kurang lebih berukuran
50cm x 50 cm.
Lalu sampah yang dibuang melalui shaft sampah kemudian berjalan
melewati saluran pembuangan sampah menuju ke bak sampah yang tepat berada
dibawah pada lantai 1.
Sampah yang ditampung di bak sampah yang terdapat di lantai 1.
Kemudian setelah itu sampah di angkut oleh petugas kebersihan dengan

70
Universitas Sumatera Utara
menggunakan truk, sampah di keluarkan melalui pintu bak sampah yang terdapat
diluar bangunan. Truk sampah mengelilingi setiap bangunan yang ada di rusun
untuk mengangkut sampah yang terdapat di bak sampah masing-masing gedung.
Terakhir sampah yang telah diangkut dari hunian kemudian dibuang ke
Tempat Pembuangan Akhir

Sampah per lantai Saft Sampah Tempat sementara Pengangkutan

Gambar 4.17 Skema Pembuangan Sampah

f. Pembuangan air kotor


Pengolahan limbah adalah proses menghilangkan kontaminan dari air
limbah , terutama dari kotoran rumah tangga. Ini mencakup proses fisik, kimia,
dan biologi untuk menghilangkan kontaminan ini dan menghasilkan limbah cair
yang dirawat dengan lingkungan (atau efluen yang diolah). Produk sampingan
dari pengolahan limbah biasanya merupakan limbah atau lumpur semi padat, yang
disebut lumpur limbah , yang harus menjalani perawatan lebih lanjut sebelum
cocok untuk pembuangan atau penerapan lahan.
Untuk pengolahan air kotor memakai Sewage Treatment system yaitu
sistem pembuangan air limbah dari pengumpulan, pengelolaan dan pembuangan
akhir.

g. Sistem Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran atau sistem fire fighting disediakan di gedung
sebagai preventif (pencegah) terjadinya kebakaran. Apartement Polonia
menggunakan instalasi sistem wet riser dimana seluruh pipa sprinkles berisikan
air bertekanan yang digunakan untuk memadamkan api ketika kebakaran terjadi.
Ada 3 jenis pompa yang digunakan untuk memaksimalkan sistem sprinkler dan
hydran yang digunakan, yaitu Jockey pump yang berfungsi untuk menstabilkan
tekanan di instalasi dan secara otomatis bekerja apabila ada penurunan tekanan.
Ketika sprinkler yang pecah atau hydran digunakan, maka secara otomatis pompa

71
Universitas Sumatera Utara
elektrik bekerja dan pompa diesel adalah pompa cadangan yang digunakan
apabila pompa elektrik gagal bekerja dalam tempo 10 detik.

Gambar 4. 18 Skema Sistem Kebakaran

h. Sistem Transportasi
Pada perancangan banguanan apartemen, maka sistem transportasi yang
digunakan adalah elevator dan tangga.
1. Elevator
Merupakan alat angkut untuk mengangkut orang atau barang dalam suatu
bangunan yang tinggi. Pada perancangan bangunan apartemen yang
jumlah lantai lebih dari 4 lantai, maka mengharuskan pada bangunan
digunakan lift sebagai saran transportasi vertikal bagi pengguna
apartemen.
Lift menurut fungsinya dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
 Lift penumpang, (passanger elevator) digunakan untuk mengangkut manusia
 Lift barang, (fright elevator) digunakan untuk menngangkut barang
 Lift uang/ makanan (dumb waiters)
 Lift pemadam kebakaran (biasanya berfungsi sekaligus sebagai lift barang).
Pada penggunaan lift yang perlu diperhatikan adalah sistem penggerak lift
yang digunakan yang terbagi atas dua yaitu:
 Sistem gearless
Yaitu mesin yang berada diatas, untuk perkantoran, hotel, apartemen, rumah
sakit dan sebagainya (sekarang ada juga lift yang mesinnya disamping).
 Sistem hydrolic
Yaitu mesin dibawah, hanya terbatas pada 3-4 lantai. arena fungsi bangunan
yang dirancang adalah apartemen, maka digunakan sistem gearless.

72
Universitas Sumatera Utara
Untuk sistem transportasi manual pada bangunan apartemen digunakan
tangga. Adapun tangga yang digunakan haruslah memnuhi syarat agar nyaman
dana man terutama apabila adanya evakuasi kebakaran ataupun bencana alam.

4.4 Kesimpulan
Apartemen Polonia adalah suatu hunian tinggal permanen maupun
sementara yang dapat dijadikan suatu solusi dalam pemanfaatan lahan yang
sempit untuk memenuhi kebutuhan hunian bagi manusia. Apartemen Polonia
berada pada lokasi yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan
metropolitan dengan lokasi tapak yang sangat dekat dengan pusat kota dan juga
merupakan proyek pengembangan MEBIDANGRO. Adanya kebijakan ini
menjadikan Apartemen Polonia sebagai fasilitas yang harus direalisasikan di
kawasan tersebut. Setelah melakukan tahapan analisa maka dapatt disimpulkan
bahwa:

a. Apartemen Polonia akan dirancang dengan klasifikasi tiga variasi tipe


hunian yaitu studio, delux dan suit dengan jumlah lantai 4 lantai.
b. Apartemen Polonia mengusung tema arsitektur hijau yang terancang
dengan baik.
c. Apartemen Polonia dirancang pada site yang saling memberikan
kontribusi positif terhadap site pada satu kawasan yang sama, sehingga
dimasa mendatang intensitas aktivitas di Apartemen Polonia semakin
meningkat.

73
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KONSEP PERANCANGAN

5.1 Konsep Dasar


Apartemen Polonia dirancang sebagai bangunan ikonik untuk kota Medan
dengan berorientasi pada bekas bandara Polonia. Dengan mengambil unsur bentuk
site, maka bentukan masa apartemen polonia berbentuk zig-zag. Dan dengan
menganalisa tipologi apartemen, maka terwujudlah bentukan massa ini.
Bangunan ini akan terlihat menonjol dari bangunan disekitarnya. Efek yang
dihasilkan ini akan membuat para penghuni apartemen merasa memasuki kawasan
yang berbeda.

Gambar 5.1 Bandara Polonia


Sumber: Google

5.1.1 Konsep Perancangan Tapak


Perancangan tapak Apartemen Polonia menerapkan konsep Ecocity yang
merupakan konsep besar kawasan dengan pertimbangan adanya area resapan air
serta elemen yang menguatkan konsep resort di tengah kota.

5.2 Penzoningan Site


Lokasi perancangan dengan luas area ± 27,822 m2 berada di kawasan terpadu
Polonoa Ecocity yang berbatasan dengan perumahan, Balai Pertemuan, Gedung Parkir,
Hotel Bisnis, serta Shopping Mall. Site dibagi kedalam beberapa zoning, yaitu massa
bangunan utama dengan KDB 50% ± 9,307 m2 dan ruang terbukan hijau 40% dari lahan
atau ± 7.416 m2.

74
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2 Konsep Zoning
Sumber : Pengolahan Data Primer

5.2.2 Tata Ruang Luar


Penataan ruang luar pada site berorientasi pada pengolahan tapak disekitar
massa utama yang difungsikan sebagai taman, tempat bermain PAUD, dan juga
gedung parkir.Untuk gedung parkir disediakan secara khusus bagi pengguna
apartemen. Hal ini dikarenakan demi menjaga privasi serta kebutuhan parkir
apartemen yang harus melayani fungsi-fungsi tertentu. Pada bagian Ientrance
terdapat drop off area dan fountain.

Gambar 5.3 Tata Ruang Luar


Sumber : Pengolahan Data Primer

75
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan pada lansekap menerapkan sistem bioswale untuk menangani
genangan air hujan yang mampu mengakibatkan banjir. Melalui sistem ini,
genangan air dapat diresap melalui bentukan cekungan-cekungan pada lahan yang
dipadukan dengan sistem biosfer.

Gambar 5.4 Tatanan Boioswale


Sumber : Pengolahan Data Primer

5.2.3 Konsep Gubahan Masa


Konsep masa bangunan menggunakan bentuk dasar persegi panjang yang
kemudian diletakkan pada tapak dan mengadaptasi bentuk dan orientasi tapak.
Pada masa 1 (pertama) dilakukan penambahan atau adisi masa sehingga
membentuk bangunan yang bentukan nya menggabungkan 2 persegi panjang.
Sementara pada masa 2 (kedua) dilakukan pencoakan atau pengurangan bentuk

76
Universitas Sumatera Utara
masa hingga mengalama bentuk deformasi seperti gambar 5.8. Transformasi
bentuk juga di dapat dari hasil analisa ruang dan aktifitas.

Gubahan masa 1 Gubahan masa 2


Gambar 5.5 Gubahan masa
Sumber : Dokumentasi Pribadi

77
Universitas Sumatera Utara
5.2.4 Hirarki Ruang
Hirarki ruang pada tapak perancangan diawali dengan Jl. Imam Bonjol
kemudian masuk ke jalan utama kawasan terpadu Polonia Ecocity menuju tapak
perancangan. Berikut gambaran sirkulasi pada Apartemen Polonia.

Kawasan Terpadu
Jl.Imam Bonjol
Polonia Ecocity

Apartemen Polonia

Main Entrance

Drop Off Area Gedung Parkir

Bangunan Utama Drop Off Area


( Masa 1 )

Bangunan Utama
Gedung Parkir ( Masa 2 )

Keluar

Gambar 5.6 Sketsa Hirarki Ruang

78
Universitas Sumatera Utara
5.2.5 Sirkulasi Pencapaian, Parkir, dan Tata Hijau
Site perancangan berada di kawasan eks Bandara Polonia yang bisa
ditempuh melalui jalan utama yang berada di Jl. Mustang dan Jl. Imam Bonjol.
Site perancangan merupakan bagian dari Kawasan Terpadu Polonia Ecocity.

Sirkulasi Kendaraan
Sirkulasi Pejalan Kaki

Servis Area

Gambar 5.7 Skema Sirkulasi Site


(Sumber : Pengolahan Data)

Sirkulasi site berawal dari main entrance ( jalur masuk utama ) yang
langsung menuju drop off area. Jarak antara main entrance dengan drop off area
tidak terlalu jauh. Hal ini untuk memudahkan para pengunjung dapat langsung
menemukan bangunan utama yaitu apartemen. Untuk entrance ke bangunan
apartemen disediakan 2 jalur masuk dimana letak jalur masuk berada pada bagian
depan bangunan.Sedangkan untuk jalur servis terdapat 2 buah jalur yang terletak
pada bagian belakang bangunan.
Perencanaan area parkir disediakan sebuah gedung parkir yang mampu
memuat ± 100 mobil dan ± 200 sepeda motor. Gedung parkir ini sendiri memiliki
retail yang menyediakan kebutuhan sehari-hari yang mampu memenuhi
kebutuhan para pengguna apartemen.
Perencanaan tata hijau didesain dengan konsep Green Architecture.
Menghemat energi pada bangunan, polusi di jalan, dan menambah suasana
nyaman, aman, dan teduh merupakan tujuan utama dari desain tata hijau ini.

79
Universitas Sumatera Utara
5.3 Konsep Perancangan Bangunan
5.3.1 Penzoningan
Pembagian zonasi ruang berdasarkan kebutuhan dan besaran ruang.
Berikut pembagian zonasi pada Apartemen Polonia.

Gambar 5.8 Konsep Zonasi Ruang


Sumber : Dokumentasi Pribadi

80
Universitas Sumatera Utara
5.3.2 Sirkulasi
Sirkulasi sebuah apartemen dibagi menjadi sirkulasi penghuni apartemen
dan sirkulasi petugas. Sirkulasi penghuni apartemen menggunakan lift yang
berada pada lantai dasar bangunan. Lift ini hanya boleh digunakan oleh penghuni
apartemen demi menjaga privasi para penghuni apartemen.

5.3.3 Konsep Zoning Site


Pada gambar diatas telah diperoleh hasil pembagian area tapak menurut
zoning mendasar pada tapak. Area ruang terbuka dan parkir terdapat di sekitar
jalan raya dan di pinggir site, agar dapat mempermudah akses ke bangunan. Area
hunian diletakkan pada bagian sisi kiri dan kanan site. Area servis diletakkan pada
bagian tengah site untuk mempermudah penghuni mengakses bangunan.

5.3.4 Konsep Entrance dan Sirkulasi Bangunan

Area Hunian
Pejalan Kaki
Area Hijau
Entrance Kendaraan
Gambar 5.9 Konsep Entrance dan Sirkulasi Bangunan
Sumber : Pengolahan Data Primer

Entrance utama dibuat didalam site karena potensi jalan ini lebih bisa
dijangkau oleh pengunjung dan penghuni serta view pada jalan ini cukup baik.
Untuk jalur dibuat dari bagian belakang site. Untuk sirkulasi pejalan kaki, dibuat
mengelilingi site dengan satu jalur masuk pada bagian selatan dan satu jalur
masuk pada bagian timur.

81
Universitas Sumatera Utara
5.3.5 Konsep Parkir

Mobil
Motor
Servis
Gambar 5.10 Konsep Parkir
Sumber : Pengolahan Data Primer

Parkir diletakkan pada gedung parkir dan tidak ada basement pada bangunan
hunian ini. Untuk jalur masuk kendaraan (mobil dan motor) diletakkan di dalam
site. Lantai 1digunakan untuk parkir sepeda motor. Dan lantai 2-4 digunakan
untuk parkir mobil. Untuk jalur servis di letakkan pada di pinggir site.

5.3.6 Konsep Massa Bangunan


Untuk konsep massa bangunan, menggunakan bentuk “zig-zag” untuk
bangunan hunian dan bentuk petak . Hal ini dibuat berdasarkan bentuk yang
mengikuti fungsi dimana fungsi bangunan adalah sebuah apartemen. Dengan
membuat bentuk kotak akan memudahkan mendesain ruang-ruang yang ada pada
bangunan apartemen. Peletakkan massa bangunan juga mengarah pada jalan yang
dirancang pada kawasan untuk memberikan view yang lebih pada para pengguna
apartemen.

5.4 Konsep Sirkulasi Ruang Dalam


5.4.1 Sirkulasi Horizontal
Sirkulasi horizontal pada bangunan menggunakan jenis sirkulasi linear
karena mempermudah pengunjung dalam menjelajahi retail. Selain itu terdapat
pula sirkulasi radial pada tengah bangunan.

82
Universitas Sumatera Utara
5.4.2 Sirkulasi Vertikal
Pusat Perbelanjaan Kualanamu ini dirancang terdiri dari 4 lantai, maka
dibutuhkan fasilitas sirkulasi vertikal yang memadai.
Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain :
1. Eskalator
Kelebihan penggunaan eskalator, yaitu:
a. Mampu mengangkat banyak orang
b. Lebih hemat listrik dari pada lift
c. Cepat
2. Lift
Kelebihan penggunaan lift, yaitu:
a. Mampu mengangkat banyak orang
b. Waktu tempuh perlantai lebih singkat
3. Tangga
Kelebihan penggunaan tangga, yaitu:
a. Dapat digunakan jika terjadi hal diluar kendali (kebakaran, kerusakan pada
lift ataupun eskalator).

83
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.11 Sirkulasi Vertikal

5.5 Konsep Struktur Bangunan


Bangunan yang dirancang merupakan sebuah bangunan apartemen yang
terdiri dari 4 lantai.
 Sistem Modul Bangunan
Bangunan yang dirancang menggunakan modul horizontal dan vertikal
dengan mempertimbangkan kegiatan / aktivitas yang akan diwadahi, kapasitas,
karakter jenis ruang, dan penataan perlengkapan serta perabot yang memiliki
persyaratan yang sudah ditetapkan.
 Sistem Struktur Bangunan
- Sistem sub struktur yang akan digunakan pada bangunan “Apartemen Polonia “
adalah pondasi tiang pancang dan struktur inti ( core ).
- Sistem super struktur yang digunakan adalah struktur rangka ( grid ) berupa
balok dan kolom.
- Sistem up struktur yang digunakan adalah atap datar atau atap beton.
 Sistem Konstruksi Bangunan

84
Universitas Sumatera Utara
Sistem konstruksi yang akan digunakan adalah sistem konstruksi beton
bertulang dikarenakan memiliki tingkat ketahanan yang tinggi terhadap api dan
air, sangat kokoh dan kuat, memiliki durabilitas yang tinggi, hemat biaya,
memiliki banyak bentuk untuk beragam fungsi dan kegunaan, serta pembuatan
dan instalasi konstruksi beton bertulang lebih mudah.
- Metode Konstruksi Bangunan
Metode konstruksi yang digunakan pada bangunan adalah metode bottom – up.
Metode bottom – up merupakan metode konstruksi pekerjaan proyek
konstruksi yang dimulai dari bawah ke atas dimulai dari pondasi, basement,
ground floor dan lantai berikutnya. Contohnya pekerjaan pondasi sampai ke
atas yaitu pekerjaan lantai sampai pekerjaan atap.
Urutan kegiatan pelaksaan membangun dengan metode bottom – up adalah :
 Tahap 1 : pekerjaan persiapan pengaturan arus transportasi
 Tahap 2 : penggalian tanah
 Tahap 3 : pembuatan pondasi
 Tahap 4 : pembuatan dinding penahan tanah ( retaining wall )
 Tahap 5 : pembuatan kolom diteruskan pembuatan lantai dan balok lantai
diatas kolom tersebut secara berulang hingga lantai keatas sampai atap,

5.5.1 Pondasi
Pondasi yang digunakan merupakan pondasi tiang pancang. Pondasi ini
merupakan bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer
beban dari struktur atas ke tanah. Bahan utama dari pondasi ini adalah baja dan
beton.

85
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.12 Pondasi Tiang Pancak
Sumber : Pengolahan Data Primer

5.5.2 Kolom
Kolom yang digunakan berukuran 80 cm x 80 cm dengan menggunakan
beton bertulang.

Gambar 5.13 Kolom Pengikat Sengka


5.5.3 Balok
Terdapat dua jenis balok pada bangunan apartemen Polonia ini. Pertama
merupakan balok induk dengan ukuran 30 cm x 60 cm. Kedua merupakan balok
anak dengan ukuran 30 cm x 40 cm. Balok ini menggunakan beton bertulang agar
dapat mudah dibuat melengkung pada bagian tengah bangunan.

86
Universitas Sumatera Utara
5.6 Konsep Utilitas Bangunan
5.6.1 Sistem Jaringan Air Bersih
Air bersih di tampung pada Ground Water Tank yang nantinya akan
disalurkan ke bangunan.

Gambar 5.14 Sketsa Distribusi Air Dingin

Gambar 5.15 Sketsa Distribusi Air Panas

5.6.2 Sistem Sanitasi


Limbah dari bangunan dibagi menjadi 2 jenis yaitu, limbah cair dan
limbah padat. Limbah cair berupa air kotor yang berasal dari WC, urinoir dan
wastafel. Limbah padat berasal dari WC.

5.6.3 Sistem Drainase


Air hujan dialirkan dari rooftop ke talang, kemudian dialirkan melalui pipa
yang menuju ke selokan dan dialirkan ke riol kota.

87
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.16 Sistem Drainase

5.6.4 Sistem Jaringan Listrik


a. PLN
Merupakan sumber tenaga listrik utama pada bangunan Pusat Perbelanjaan
Kualanamu. Sumber tenaga yang berasal dari PLN dialirkan ke main
distribution panel unit elektrikal lalu dialirkan ke setiap distribution panel.
b. Genset
Merupakan sumber tenaga listrik cadangan jika sumber tenaga listrik utama
mati.

Gambar 5.17 Skema Sistem Jaringan Listrik

88
Universitas Sumatera Utara
5.6.5 Sistem Kebakaran
Terdapat jalur mobil kebakaran pada bagian servis dan peralatan
penanggulangan kebakaran pada bangunan apartemen Polonia. Peralatan tersebut
dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
a. Peralatan di dalam bangunan apartemen Polonia, yaitu :
- Sprinkler
- Hydrant box
- Fire extinguisher
b. Peralatan di luar bangunan apartemen Polonia, yaitu :
- Hydran

Gambar 5.18 Sketsa Sistem Kebakaran

5.6.6 Sistem Pembuangan air kotor dan kotoran


Biotank sistem adalah teknologi terbaru pengganti STP, seluruh buangan
air kotor WC diproses didalamnya sehingga menghasilkan air bersih yang dapat
digunakan kembali untuk mencuci sepeda motor ataupun mobil dan juga untuk
menyiram tanaman.

89
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.19 Skema Pembuangan dan Pengolahan Air Kotor

Pembuangan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam
menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara
garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian
timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan
pembuangan akhir

Gambar 5.20 Skema Pembuangan Sampah

90
Universitas Sumatera Utara
5.6.8 Sistem Komunikasi dan CCTV
Sistem komunikasi dipergunakan untuk:
a. Menyampaikan informasi pada pengunjung
b. Menyampaikan pengumuman dan panggilan pada pengunjung
Sedangkan CCTV dipergunakan untuk mengawasi bagian pusat perbelanjaan
dari hal hal yang tidak diinginkan, seperti:
a. Pencurian
b. Pelecehan
c. Penculikan
d. Dsb
Sistem yang digunakan pada komunikasi dan CCTV adalah sistem terpusat.
Terdapat satu ruang operator yang mengendalikan peralatan komunikasi dan
CCTV.

91
Universitas Sumatera Utara
BAB VI
PERANCANGAN ARSITEKTUR

6.1 Kawasan Terpadu Polonia Ecocity


Kawasan ecocity Polonia berlokasi di wilayah bekas bandara Polonia.
Kawasan ini mengusung konsep resort ditengah kota yang diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan manusia akan suasana alam yang teduh. Kawasan ini
memiliki empat fungsi bangunan utama didalamnya yaitu Pusat Perbelanjaan,
Hotel Bisnis Polonia, Apartemen Polonia dan Balai Pertemuan Polonia yanng
dapat dilihat pada Gambar 6.1 berikut.

Gambar 6.1 Perspektif Mata Burung Kawasan dari Jalan Masuk Utama
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

6.2 Suasana Eksterior Kawasan dan Bangunan Apartemen Polonia


Apartemen Polonia yang berhadapan langsung dengan Hotel Bisnis
Polonia menjadikan kawasan ini menjadi lebih dinamis dan fungsional.

Gambar 6.2 Suasana Eksterior Site (1)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

92
Universitas Sumatera Utara
Pengolahan massa bangunan yang mengadaptasi bentuk site perancangan
menjadikannya lebih dinamis. Pola permainan ketinggian lantai bangunan serta
atap yang bertingkat juga memperkuat kesan dinamis.

Gambar 6.3 Suasana Eksterior Site (2)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

6.2.1 Entrance Bangunan


Entrance utama berada di jalan utama pada kawasan yang dapat dilihat
pada Gambar 6.3 berikut ini:

Gambar 6.4 Entrance Utama Apartemen Polonia


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

93
Universitas Sumatera Utara
Sirkulasi pada entrance utama dibagi menjadi dua yaitu sirkulasi bagi
pejalan kaki pada pedestrian dan sirkulasi kendaraan.

Gambar 6.5 Sirkulasi Bagi Pejalan Kaki


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Pemisahan jalur ini ditandai dengan adanya pulau jalan dan tata hijau
disepanjang sirkulasi bagi pejalan kaki. Selain untuk menambah nilai estetika, tata
hijau pada sirkulasi pejalan kaki di buat untuk membantu penyegaran serta
mengurangi polusi akibat jalur kendaraan sehingga menambah kesan nyaman dan
aman bagi pejalan kaki.

Gambar 6.6 Suasana Drop Off Area


(Sumber : Data Pribadi, 15 September, 2017)

94
Universitas Sumatera Utara
Melalui pintu masuk utama kita dapat mengakses area drop off dan pintu
keluar seperti pada Gambar 6.6 untuk mempermudah akses masuk kedalam
apartemen yang berada lurus di depan entrance serta area parkir yang tertata di
dekat bangunan dengan sistem sirkulasi yang searah.

Gambar 6.7 Suasana Taman Outdoor Apartemen


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Apartemen Polonia dilengkapi dengan dua taman utama dengan ukuran


yang cukup besar. Taman ini terletak pada bagian depan dan belakang bangunan.
Tujuan dari penyediaan taman ini ialah sebagai ruang publik bagi pengunjung dan
penghuni apartemen.

Gambar 6.8 Suasana Taman (1)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

95
Universitas Sumatera Utara
Suasana taman outdoor didisain begitu nyaman untuk memanjakan
pengguna hunian dan pengunjung.

Gambar 6.9 Suasana Taman (2)


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Taman ini juga berfungsi sebagai wadah sosialisasi, berolah raga serta
menjadi wadah rekreasi bagi penghuni apartemen dan pengunjung luar.

96
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Agustino P.M Philipus. 2012. Apartemen Di Jakarta. Landasan Program
Perancangan Arsitektur, Universitas Diponegoro: Semarang.
BAPPEDA. 1995. Laporan Penyusunan RUTR Kota Medan Tahun 1995 – 2005.
Kota Medan.

BAPPEDA. 2009. Laporan penyusunan RDTR Kecamatan Medan Polonia Tahun


2009 - 2029. Kota Medan.

BPS, 2008. Medan Dalam Angka tahun 2008, Medan: BPS Kota Medan

BPS, 2015. Medan Dalam Angka tahun 2015, Medan: BPS Kota Medan

Fortuna, Katarina Stevania. 2009. Apartemen Dosen Di Yogyakarta. Program


Studi Arsitektur, Fakulta Teknik, Universitas Atma Jaya: Yogyakarta.
Hamid, Mohammad Irfan Meidanda Putra. 2013. Penerapan Konsep Arsitektur
Ekologis pada Bangunan Town House di Kawasan CBD Polonia
Medan. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Univrsitas Sumatra
Utara: Medan
Laloan., dkk. 2015. Apartemen Di Manado “Penerapan Konsep Vertical
Garden”. Program Studi S1 Arsitektur UNSRAT.
Nurkamdani, Andri Rizky. 2010. Rumah Container Bertingkat dengan
Pendekatan Metabolist. Program Studi Arsitektur, FAkultas Teknik,
Universitas Sebelas Maret: Suakarta.
Pasaribu, Cynthia Mutiara. 2015. Kajian Isu Pemekaran Kota Medan: Tinjauan
Berdasarkan Kondisi Ketimpanhan Wilayah. Jurnal Wilayah dan
Lingkungan Vol. 3, No. 3 P-ISSN: 2338-1604.
Prawibawa, Putu Dera Lesmana dan Happy Ratna Sentosa. 2015. Konsep
Arsitektur Hijau Sebagai Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi
Empat Tanjungan Surabaya. Jurnal Sains dan Seni ITS Vol.4, No. 2,
ISSN: 2337-3520.
Puspita, Inka. 2014. Perancangan Pemukiman Kota yang Sehat dengan
Penerapan Arsitektur Hijau. Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatra Utara: Medan.

97
Universitas Sumatera Utara
Riyono, Melissa Sharon. 2014. Apartemen di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya:
Yogyakarta.
Suawa., dkk. 2014. Apartemen Di Manado (Bioclimatic Architecture). Program
Studi S1 Arsitektur, Universitas Samratulangi.
Wikipedia. 16 Oktober 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Medan,_Polonia.

98
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai