Dibiayai oleh Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan 2018, Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UPI Kampus Sumedang
i
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENELITIAN
A. Identitas pengusul
1. Ketua Peneliti
a. Nama : Dr. Prana Dwija Iswara, M.Pd.
b. NIP/Pangkat/gol : 197212262005011011 / PENATA / IIID
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Prodi/Jurusan/Unit Kerja : PGSD konsentrasi Bahasa Indonesia/PGSD Guru Kelas/
UPI Kampus Sumedang
e. Spesialisasi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia / PGSD
2. Anggota Peneliti 1
a. Nama : Drs. H. Dede Tatang Sunarya, M.Pd.
b. NIP/Pangkat/gol : 195703251985031005/Pembina Tk.1/IVB
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Prodi/Jurusan/Unit Kerja : PGSD, UPI Sumedang
e. Spesialisasi : Pendidikan Bahasa Sunda
3. Anggota Peneliti 2
a. Nama : Dadan Nugraha, M.Pd.
b. NIPT/Pangkat/gol : 920171219871109001/IIIB
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Prodi/Jurusan/Unit Kerja : PGSD, UPI Sumedang
e. Spesialisasi : Pendidikan
4. Jangka waktu penelitian : : 8 bulan
5. Biaya yang digunakan: : RKAT Prodi PGSD Guru Kelas, UPI Kampus Sumedang
Rp7.500.000,00
Dana mandiri Rp2.500.000,00
ii
Total Rp. 10.000.000,00
6. Deskripsi isi (maksimal 100 kata)
laboratorium bahasa menjadi penunjang akreditasi institusi (program studi, dan perguruan
tinggi). Beberapa program studi yang mempunyai tujuh laboratorium (di antaranya
Perguruan Tinggi. Oleh karena itu keberadaan laboratorium bahasa mesti diprioritaskan.
Sekalipun demikian, bagi lembaga yang mempunyai kekurangan lokal (ruangan) dan
language laboratory). Laboaratorium bahasa seperti ini bisa saja dilaksanakan secara
asinkronus (tidak bersamaan waktunya antara satu dengan yang lain) sebagaimana yang
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Direktur UPI Kampus Sumedang Ketua Lembaga Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat,
iv
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya fasilitas laboratorium bahasa dan
Sumedang. Metode dan teknik yang digunakan adalah observasi dan wawancara.
akreditasi institusi (program studi, dan perguruan tinggi). Beberapa program studi
bagi lembaga yang mempunyai kekurangan lokal (ruangan) dan perhatian dari
asinkronus (tidak bersamaan waktunya antara satu dengan yang lain) sebagaimana
Kata kunci: belajar bahasa, laboratorium, bahasa asing, bahasa daerah, laboratorium
bahasa bergerak, laboratorium bahasa asinkronus
v
Kata Pengantar
Bahasa yang dipelajari bisa saja bahasa (dan sastra) Indonesia selain bahasa asing dan
kurikulum khususnya di sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Oleh karena itu,
yaitu internet. Pembelajar bisa menggunakan YouTube. Pembelajar juga bisa belajar
tanpa waktu yang bersamaan dengan pembelajar lain. Bahkan pembelajar bisa
berinteraksi dengan server, tanpa selamanya harus berinteraksi dengan pengajar. Ini
dengan fiber optik atau 4G. Layanan fiber optik sangat baik untuk kecepatan dan
vi
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................4
Abstrak...........................................................................................................................5
Kata Pengantar...............................................................................................................6
Daftar Isi.........................................................................................................................7
Bab I Pendahuluan..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................2
1.3 Manfaat................................................................................................................2
Bab II Kelas Bergerak, Kelas Asinkronus, dan Belajar Bahasa.....................................3
2.1 Kelas Bergerak (Moving Class)...........................................................................3
2.2 Kelas Asinkronus.................................................................................................3
2.3 Belajar Bahasa.....................................................................................................3
Bab III Metode...............................................................................................................5
3.1 Metode Penelitian................................................................................................5
3.2 Objek Penelitian...................................................................................................5
Bab IV Hasil Penelitian..................................................................................................6
4.1 Uraian Singkat.....................................................................................................6
4.2 Uraian Detail........................................................................................................9
4.2.1 Tata Tertib Laboratorium Bahasa.................................................................9
4.2.2 Struktur Asisten Laboratorium Bahasa dan Sastra.....................................11
4.2.3 Prosedur Standar dan Buku Panduan.........................................................13
4.2.4 Administrasi Laboratorium........................................................................14
4.2.5 Karpet.........................................................................................................16
4.2.6 Jumlah Meja dan Tirai...............................................................................20
4.2.7 Televisi, CD Pembelajaran, Audio Tanpa Headphone, Papan Tulis..........21
4.2.8 Koneksi Internet.........................................................................................24
4.2.9 Etalase untuk Menyimpan Bahan Ajar dan Media Pembelajaran..............24
4.2.10 Media Laboratorium Bahasa....................................................................27
4.2.10.1 Buku Besar (Big Book) dan Buku Kecil (Mini Book)......................27
4.2.10.2 Buku Berdiri (Pop-Up Book)...........................................................32
4.2.10.3 Media Lainnya..................................................................................32
4.3. Desain Dinding dan Media Dinding di Depan Kelas.......................................35
4.3.1 Media Dinding Belakang Kelas.................................................................36
4.3.2 Media Dinding Samping Pintu Masuk.......................................................39
4.3.3 Pengatur Suhu Ruangan dan Media Bahasa Daerah..................................41
4.3.4 Kamera Pengawas......................................................................................41
Bab V Simpulan dan Rekomendasi..............................................................................43
5.1 Simpulan............................................................................................................43
5.2 Rekomendasi......................................................................................................43
Daftar Pustaka..............................................................................................................46
vii
Bab I
Pendahuluan
1
Pembelajaran bahasa dapat dilakukan dengan lagu. Pembelajaran dengan lagu
dapat dilakukan di laboratorium bahasa. Bahkan pembelajaran dengan lagu dapat
dilakukan di laboratorium bahasa berjalan dan asinkronus seperti temuan dalam
penelitian ini. Dalam belajar berbahasa Inggris, seseorang menghafal lirik suatu lagu.
Mengidentifikasi bunyi bahasa si penyanyi, berusaha memproduksi bunyi yang sama.
Pada mulanya peneliti tidak paham maknanya. Namun ketika menemukan maknanya,
maka kata yang dihafal menjadi mudah dipahami. Menghafal lagu dilakukan pada
lagu yang disukai peneliti.
Laboaratorium bahasa terkait dengan belajar penutur asli (misalnya bahasa
daerah atau bahasa Indonesia). Di laboratorium bahasa bisa dipelajari lagu-lagu
sebagai sarana belajar bahasa. Pembelajar pun bisa menyukai sejumlah lagu
berbahasa nasional, asing atau berbahasa daerah. Pembelajar akan belajar
menggunakan bentuk bahasa, meniru bentuk bahasa, meniru kesantunan bahasa,
meniru irama bahasa, belajar dari makna bentuk bahasa.
Dalam bahasa Indonesia, nada merupakan unsur suprasegmental. Tidak ada
pembakuan nada dalam bahasa Indonesia. Namun, dalam bahasa Indonesia, nada juga
bukan berarti tidak bermakna. Nada juga mempunyai makna. Nada tinggi dalam
bahasa Indonesia akan menunjukkan ketinggian hati, dan sebagainya. Nada rendah
dan perlahan menunjukkan kerendahhatian, dan sebagainya. Unsur ini juga dipelajari
oleh penutur.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan laboratorium bahasa yang ada di
institusi bandingan serta mengajukan rekomendasi laboratorium bahasa yang
memungkinkan di UPI Kampus Sumedang.
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan laboratorium
bahasa di UPI Kampus Sumedang. Laboratorium bahasa akan memudahkan
mahasiswa untuk belajar bahasa. Penelitian ini juga diharapkan dapat dikembangkan
untuk penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya mungkin akan mengarah pada
spesifikasi detail pengembangan laboratorium bahasa yang direkomendasikan.
2
Bab II
Kelas Bergerak, Kelas Asinkronus,
dan Belajar Bahasa
3
bahasa sebagaimana diungkap Chaer (1994). Dengan begitu teori bahasa dapat
digunakan di laboratorium bahasa. Teori sintaksis yang diungkap Ramlan (1981),
Slametmulyana (1956), Sakri (1994), Soedjito (1986), Sugono (1997), Razak (1985),
Tarigan (1984, 1985), Parera (1988), Parera (1994) mengungkapkan teori morfologi
atau pembentukan kata. Moeliono (1988a, b) juga semestinya digunakan di
laboratorium bahasa. Teori bahasa itu mesti ditujukan untuk memudahkan seseorang
belajar bahasa.
Teori diterangkan menerangkan (DM) yang ditemukan Alisyahbana (1953: 37)
merupakan teori yang diakui pakar di dunia untuk memudahkan orang belajar bahasa.
Konsep ini merupakan temuan Alisyahbana yang brilian. Teori ini dapat
dikembangkan oleh para peneliti untuk memudahkan seseorang dalam belajar bahasa.
Badudu (1979, 1980, 1990) mengemukakan teori tentang bahasa baku dalam
bahasa Indonesia. Kebakuan, standar, atau keformalan digunakan dengan serangkaian
aturan. Penutur mesti taat pada aturan. Bila penutur melanggar aturan berbahasa
masyarakat, penutur itu bisa terkucil dalam masyarakat.
Teori kalimat Fokker (1960) juga berkaitan dengan belajar bahasa. Kalimat
tertulis akan diawali huruf kapital di awal dan diakhiri tanda titik, tanda seru, atau
tanda tanya. Moeliono (1998) mengungkapkan bahwa kalimat tertulis diawali huruf
kapital di awal dan diakhiri tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Evaluasi bahasa diungkap oleh Nurgiantoro (1988). Kemampuan berbahasa
formal diukur dari kemampuan berkomunikasi di antara para penutur. Orang asing
belajar bertutur dengan penutur asli. Tuturan itu mesti menghindari pelanggaran
konvensi atau aturan bahasa. Tes bahasa dilakukan untuk mengukur pencapaian
seseorang dalam berbahasa.
4
Bab III
Metode
5
Bab IV
Hasil Penelitian
6
berbasis learning outcome, dengan kata lain laboratorium ini berbasis kompetensi.
Siswa yang menggunakan laboratorium bahasa ini diharapkan mempunyai
kompetensi sesuai dengan tujuan laboratorium bahasa sesuai dengan tujuan
pembelajar dalam menggunakan laboratorium bahasa. Diharapkan laboratorium ini
akan membantu penggunanya agar terampil berbahasa.
Laboratorium ini melayani pembelajaran tiga bahasa yaitu bahasa Inggris,
bahasa Indonesia, dan bahasa daerah. Di dinding laboratorium ini pun dipampangkan
sejumlah tulisan dan bukti berkaitan dengan adanya pembelajaran bahasa daerah.
Adanya tulisan bahasa daerah ini merupakan penghargaan terhadap budaya dan
sejarah suku di Sulawesi khususnya yang telah berkembang sejak berabad-abad yang
silam.
Ada 6 kelas di PGSD UNM yang mahasiswanya tak lebih dari 32 orang.
Jumlah ini cukup ideal daripada kelas gemuk karena penanganan untuk sedikit
mahasiswa akan lebih mudah daripada kelas gemuk. Kebutuhan dana dari iuran
pendidikan mahasiswa mestinya dipindahkan dengan membuka wirausaha universitas
seperti membuka proyek konsultansi, pasar swalayan, pompa bensin, peternakan,
pertambangan, kehutanan, pertanian, dan sebagainya. Wirausaha universitas ini akan
memberi subsidi pada kebutuhan mahasiswa dan dosen berkaitan dengan kebutuhan
pembelajaran.
Salah satu pertanyaan penting adalah berkaitan dengan program dan
pengembangan program laboratorium bahasa. Pertanyaan ini tidak mendapatkan
jawaban langsung dari para pengelola laboratorium. Namun, tersirat bahwa
laboratorium ini banyak menyimpan sejumlah media pembelajaran bahasa yang
dibuat oleh mahasiswa. Di samping itu laboratorium ini juga membeli sejumlah media
pembelajaran bahasa, di antaranya VCD pembelajaran bahasa Inggris yang raknya
setinggi satu meter untuk menampung sekitar 40 seri VCD pembelajaran bahasa
Inggris.
Di dinding laboratorium ini ditempel media pembelajaran, tugas pembelajaran,
dan laporan pembelajaran. Kesan yang diperoleh dari penuhnya dinding dengan
tempelan ini adalah laboratorium dipenuhi dengan aktivitas, kreativitas, dan telah
berjalan dalam waktu yang relatif lama. Laboratorium memang memerlukan
perawatan. Mahasiswa juga bertanggung jawab dalam merawat dan menjalankan
7
fungsi laboratorium.
Laboratorium ini memberikan pelayanan kepada mahasiswa yang ingin belajar
bahasa. Namun, perlu juga ada inisiatif dari mahasiswa dan dosen untuk berinteraksi
di laboratorium ini agar pembelajaran lebih efektif. Jika mahasiswa tidak mempunyai
ketertarikan pada pembelajaran bahasa asing, bahasa Indonesia, atau bahasa daerah,
maka mahasiswa akan terhambat dalam pembelajaran bahasanya.
Menurut Kepala Laboratorium, laboratorium ini mempunyai program untuk
mengembangkan tiga bahasa yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa
daerah, Penggunaan dua bahasa dalam karya ilmiah menunjukkan bahwa mahasiswa
harus menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam karya ilmiahnya.
Dalam abstrak, mahasiswa harus menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris. Mahasiswa pun harus belajar melakukan presentasi dengan
bahasa Inggris. Beberapa konferensi internasional di sejumlah universitas pun
melibatkan mahasiswa sebagai moderator yang menggunakan bahasa pengantar
bahasa Inggris.
Kepala Laboratorium juga menguraikan ihwal kerja sama dengan institusi lain,
terutama institusi di luar negeri. Beliau mengemukakan tentang kerja sama konferensi
internasional dengan sejumlah institusi di luar negeri seperti Harvard, Oxford, dan
Ohio. Namun belum ada mahasiswa asing atau mahasiswa yang memiliki program
kunjungan dari luar negeri ke PGSD UNM. Ada dua mahasiswa UPI yang mengikuti
program pertukaran mahasiswa dengan UNM di bawah kemenristek-dikti yaitu dari
mahasiswa program studi Pendidikan Ekonomi dan Pendidikan Sejarah. Program ini
akan mendorong mahasiswa mempunyai pengalaman dalam program pertukarannya.
Pengalaman yang bisa didapat misalnya tentang cerita keberanian orang
Makassar. Keberanian ini tentu berbeda dengan kekonyolan. Keberanian dipuji karena
membela kebenaran, sedangkan kekonyolan adalah keberanian untuk berbuat
kejahatan. Ada sebagian orang yang berani melakukan kejahatan alias konyol
misalnya mencuri, korupsi, menyakiti orang lain, menghina orang, menyebarkan
berita bohong, dan sebagainya. Orang Makassar terkenal karena menghargai orang
lain tanpa membedakan suku, agama, ras, atau antargolongan (sara). Pengalaman
seperti ini diperoleh melalui studi ke berbagai tempat. Dosen yang melakukan studi
banding atau mahasiswa yang mengikuti pertukaran mahasiswa harus melaporkan
8
kegiatannya selama studi banding atau selama program pertukaran mahasiswa.
Kelas yang diberlakukan adalah kelas berjalan (moving class). Mahasiswa
berpindah saat membutuhkan kelas atau mata kuliah. Program harian laboratorium
adalah memberikan pelayanan kepada mahasiswa yang membutuhkan belajar bahasa.
Ada juga program mingguan. Pada program mingguan ini ada hari-hari yang
digunakan untuk program laboratorium bahasa. Program-program ini berakhir pada
setiap semester. Pelayanan laboratorium dibuka sepanjang tahun pada hari-hari kerja.
Pada saat ini, UNM sedang memacu jurnalnya untuk terindeks Scopus.
Namun, akreditasi dari PGSD sudah A dari BAN-PT. Akreditasi ini sebelumnya B
gemuk. Namun karena mendapatkan peninjauan kembali dalam waktu tiga bulan,
akreditasi A dapat dicapai.
Dalam tata tertib laboratorium ada potensi peminjaman. Bila peminjaman oleh
mahasiswa, maka mahasiswa harus menyerahkan kartu identitas (kartu mahasiswa).
Namun, untuk peminjaman ini tidak diperlihatkan formulir peminjaman yang
menunjukkan nomor, barang yang dipinjam, jumlah barang, hari, pukul peminjaman
dan pengembalian, serta kondisi peminjaman dan kondisi pengembalian. Mungkin
saja ada dosen, mahasiswa, atau pihak luar yang meminjam VCD, media, atau
9
peralatan laboratorium lainnya. Peminjaman itu memerlukan prosedur yang standar
agar resiko dapat ditekan dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
10
4.2.2 Struktur Asisten Laboratorium Bahasa dan Sastra
Struktur asisten laboratorium bahasa dan sastra terpampang di atas pintu
masuk laboratorium. Struktur asisten laboratorium bahasa dan sastra adalah sebagai
berikut.
1. Struktur laboratorium yang paling tinggi adalah ketua program studi yang
membawahi kepala unit laboratorium bahasa dan sastra
2. kepala unit laboratorium bahasa dan sastra merupakan dosen yang
membawahi koordinator laboratorium bahasa dan sastra
3. koordinator laboratorium bahasa dan sastra merupakan mahasiswa yang
membawahi bendahara dan sekretaris laboratorium bahasa dan sastra
4. bendahara dan sekretaris laboratorium bahasa dan sastra merupakan
mahasiswa yang membawahi tujuh asisten laboratorium bahasa
5. tujuh asisten laboratorium bahasa merupakan mahasiswa
11
4.2.3 Prosedur Standar dan Buku Panduan
Buku prosedur standar (SOP, standard operating procedure) dan buku
panduan juga dibuat untuk melengkapi penggunaan laboratorium ini.
12
13
4.2.5 Karpet
Karpet digunakan untuk kompleks laboratorium ini. Karpet merah digunakan
untuk koridor di luar ruangan. Karpet hijau digunakan di dalam ruangan.
14
15
Di samping pintu bagian luar yang tertulis “PGSD” serta “LABORATORIUM
BAHASA DAN SASTRA” terdapat pula spanduk yang menyatakan laboratorium
beserta programnya. Spanduk itu kukuh berdiri ditopang kaki alumunium.
16
17
4.2.6 Jumlah Meja dan Tirai
Jumlah meja di laboratorium bahasa terdiri atas dua puluh delapan meja dan
kursi yang diatur membentuk pola tertentu (lihat foto). Delapan meja-kursi yang
berada di tengah menghadap ke depan sehingga memudahkan untuk melihat layar
televisi atau papan tulis. Meja yang di pinggir kiri atau kanan sesungguhnya dibuat
hanya untuk berinteraksi dengan mahasiswa yang berseberangan mejanya.
Bentuk meja dan kursinya sangat ideal dengan bahan yang kuat namun tidak
rentan dengan suhu di sekitarnya. Di bawah meja terdapat celah untuk menyimpan
satu atau dua buku beserta alat tulis. Meja dan kursi seperti ini sangat bagus untuk
belajar dengan komputer atau gawai (terkait dengan program bahasa) tanpa
melupakan teman di sekitarnya.
Tirai jendela juga terlihat sangat elegan. Tirai yang dipasang untuk jendela
merupakan tirai yang dapat dibuka dan ditutup. Tirai ini bukan dari tirai kain biasa.
Tirai ini bisa digunakan untuk menahan cahaya matahari yang mungkin mengganggu
pembelajaran. Tirai juga bisa dibuka bila ruangan terlalu gelap dan membutuhkan
cahaya matahari.
18
4.2.7 Televisi, CD Pembelajaran, Audio Tanpa Headphone,
Papan Tulis
Alat audio visual yang ada di depan adalah televisi dan stereo set. Televisi
dapat digunakan untuk memutar VCD. Namun tidak diketahui apakah televisi juga
dapat digunakan untuk media lain seperti internet yang dihubungkan dengan
komputer, laptop, atau Raspberry PI 3. Di depan kelas ada pula papan tulis yang
dibuat dari kaca. Bahan dari kaca sangat bagus untuk menulis menggunakan spidol
nonpermanen. Bersih dan mudah untuk dihapus dan dibersihkan setelah digunakan.
Audio yang digunakan di laboratorium bahasa adalah stereo set yang
disambungkan dengan televisi (audio visual). Stereo set ini bisa digunakan untuk
memutar CD, VCD, atau DVD.
19
Papan tulis bisa digunakan untuk dosen atau instruktur menjelaskan pelajaran-
pelajaran. Papan tulis pun bisa digunakan untuk mahasiswa atau pembelajar untuk
berinteraksi dengan materi pelajaran.
Papan bertuliskan “CD Pembelajaran” terpampang di satu sudut ruangan. CD
ini sesungguhnya adalah VCD. Salah satunya diputar melalui media televisi agar
dapat pengunjung dapat mendengarkan pelajaran-pelajarannya. Ada kurang lebih dua
puluh VCD yang ada di rak yang berpotensi digunakan. Tentu saja VCD ini harus
digunakan bersama-sama karena televisinya sama.
20
21
Bila laboratorium ini berbasis Mikrotik, WiFi, gawai, Rasberry PI 3, dan
headphone, maka program laboratorium ini akan sedikit berbeda. Menurut Kepala
Laboratorium, ke depannya laboratorium ini akan dilengkapi dengan audio dan
headphone. Laboratorium yang berbasis televisi, dan audio massal tentu berbeda.
Pembelajar secara massal akan menonton televisi tanpa bisa mengulang atau
menghentikan tontonan. Pembelajar yang menggunakan Mikrotik, WiFi, gawai, atau
Raspberry PI 3 akan dapat mengulang atau menghentikan tontonan secara pribadi.
Koneksi internet yang cepat akan membantu pembelajaran.
22
Etalase ini ada di samping kiri dan kanan kelas. Dengan kata lain, etalase ini
ada di samping kiri dan kanan televisi atau papan tulis.
23
24
4.2.10 Media Laboratorium Bahasa
Sejumlah media yang dapat dipotret menggambarkan banyaknya jenis media,
di antaranya buku besar (big book), buku kecil (mini book), buku berdiri (pop-up
book).
4.2.10.1 Buku Besar (Big Book) dan Buku Kecil (Mini Book)
Buku besar dan buku kecil dijilid dengan jilid rol. Keseragaman ini
menunjukkan adanya anggaran dan perencanaan. Contoh buku besar dan buku kecil
adalah sebagai berikut.
25
4.2.10.2 Buku Berdiri (Pop-Up Book)
Contoh buku berdiri adalah sebagai berikut.
26
4.2.10.3 Media Lainnya
Media lainnya yang dapat digambarkan adalah sebagai berikut.
27
28
4.3. Desain Dinding dan Media Dinding di Depan Kelas
Media di depan kelas adalah televisi, audio, papan tulis, serta sejumlah media
dinding.
Dinding yang penuh dengan tempelan tentu tidak asal menempel dan
memenuhi ruangan. Dinding seperti itu harus didesain sehingga memenuhi kebutuhan
instruktur dan pembelajar. Di bagian depan, di atas papan tulis pun dipasang media
yang diharapkan dapat membantu instruktur dan pembelajar dalam belajar bahasa.
Media itu disebut dengan “Word Index”.
29
30
4.3.2 Media Dinding Samping Pintu Masuk
Media di dinding samping pintu masuk adalah sebagai berikut.
31
32
4.3.3 Pengatur Suhu Ruangan dan Media Bahasa Daerah
Ada dua alat pengatur suhu ruangan (air conditioner) di ruangan ini. Alat ini
akan memberikan kenyamanan bagi orang yang ada di dalam ruangan ini. Alat ini pun
memberikan kesan elegan bagi ruangan ini. Seandainya ruangan ini terkesan
sederhana, maka kelengkapan kecil seperti ini akan menambah elegan ruangan ini.
Bahasa daerah pun merupakan salah satu program yang dipelajari di PGSD.
Hal ini dibuktikan dengan adanya perhatian dengan menempelkan medianya di
dinding.
33
4.3.4 Kamera Pengawas
Kamera pengawas (CCTV) dipasang di salah satu sudut ruangan. Ketika
ditanyakan tujuan pemasangan kamera pengawas ini adalah untuk membantu
mengawasi keamanan ruangan. Memang kamera ini dapat digunakan pimpinan untuk
melihat aktivitas ruangan, namun tujuan utama kamera ini adalah untuk membantu
keamanan ruangan.
34
35
Bab V
Simpulan dan Rekomendasi
5.1 Simpulan
Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Laboratorium bahasa
merupakan sarana vital bagi pembelajaran bahasa. Keberadaan laboratorium bahasa
menjadi penunjang akreditasi institusi (program studi, dan perguruan tinggi).
Beberapa program studi yang mempunyai tujuh laboratorium (di antaranya
laboratorium bahasa) terbukti mendapatkan akreditasi A dari Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi. Oleh karena itu keberadaan laboratorium bahasa mesti
diprioritaskan. Sekalipun demikian, bagi lembaga yang mempunyai kekurangan lokal
(ruangan) dan perhatian dari pimpinan bisa mempertimbangkan laboratorium bahasa
bergerak (moving language laboratory). Laboaratorium bahasa seperti ini bisa saja
dilaksanakan secara asinkronus (tidak bersamaan waktunya antara satu dengan yang
lain) sebagaimana yang terjadi di kelas e-learning. Laboratorium bahasa bergerak
merupakan analogi dari kelas bergerak (moving class).
Pada laboratorium bahasa bergerak, dapat dipasang WiFi (wireless fidelity)
dan Raspberry Pi3 yang memungkinkan pengunjung laboratorium menggunakan
fasilitas pembelajaran bahasa yang direkomendasikan guru, dosen, atau laboran.
Pengunjung laboratorium dapat mendiskusikan fasilitas pembelajaran yang
digunakannya. Fasilitas pembelajaran bisa saja berupa film pembelajaran, lagu
pembelajaran, percakapan melalui grup media sosial, dan sebagainya. Pengunjung
laboratorium dapat menggunakan earpiece di gawai miliknya sendiri.
Pada saat ini ada sejumlah pembelajar UPI yang belajar bahasa Inggris.
Namun konsep pembelajarannya masih kelas diam (fixed class [?]) serta pembelajaran
sinkronus. Melalui perkembangan penelitian ini, siswa dapat direkomendasikan untuk
menggunakan kelas bergerak, laboratorium bahasa bergerak, dan pembelajaran
asinkronus.
5.2 Rekomendasi
Pembelajaran bahasa Inggris pada saat ini sangat terintegrasi dengan teknologi
36
khususnya teknologi internet. Banyak pembelajaran bahasa yang dapat dilakukan
dengan internet. Melalui youtube seseorang dapat belajar aneka bahasa dan
laboratorium dapat membantu mahasiswa mengembangkan potensi belajar bahasanya
sehingga lebih efektif. Diharapkan dari laboratorium ini pun ditemukan berbagai
temuan, metode, media yang penting untuk pembelajaran bahasa.
Fasilitas internet sangat penting dalam laboratorium internet. Fasilitas internet
ini bahkan bisa menggantikan televisi layar lebar atau puluhan-ratusan VCD
pembelajaran bahasa. Kemudian, kepala laboratorium dan kepala unitnya dapat
mengembangkan video pembelajaran bahasa yang juga disimpan di internet. Fasilitas
projektor dapat menggantikan televisi layar lebar. Fasilitas projektor juga penting saat
ini untuk menyajikan bahan pembelajaran bahkan bahan pembelajaran di internet.
Mungkin forum di papan tulis atau tanya jawab di kelas akan teralih dengan
bantuan forum kotak komentar (comment box) di media sosial atau di video blog.
Forum ini akan menjadi interaksi yang vital bila dikembangkan secara serius.
Pada era globalisasi ini pembelajaran bahasa asing mestinya tidak hanya satu
bahasa asing. Seseorang dapat belajar berbagai bahasa asing atau bahasa daerah.
Pembelajarannya pun dapat dilakukan melalui video blog atau media sosial. Bahkan
laboratorium sendiri mempunyai program untuk mengembangkan media
pembelajaran melalui video blog atau media sosial.
PGSD UPI Kampus Sumedang pernah mempunyai kunjungan mahasiswa
asing. Mahasiswa itu dari University of Sydney (USyd atau USYD), Australia pada
tahun 2014. Hubungan seperti ini semestinya dipererat misalnya dengan kegiatan
lanjutan atau kegiatan balasan. Kegiatan seperti ini mungkin juga akan memacu
motivasi mahasiswa dalam belajar bahasa asing.
Program laboratorium bahasa untuk PGSD dapat terbagi menjadi berbagai
program. Untuk pembelajaran bahasa asing dapat dibuat berbagai program yang
terkait dengan pembelajaran bahasa asing. Untuk pembelajaran bahasa Indonesia,
laboratorium bahasa dapat digunakan sebagai laboratorium membaca permulaan. Para
siswa yang belum tuntas membaca permulaan di jenjang sekolah dasar dapat
mengikuti program membaca permulaan di laboratorium bahasa untuk mencapai
ketuntasan pelajaran membaca permulaan.
Dosen adalah salah satu kunci penting dalam berlangsungnya program
37
laboratorium ini. Hal yang sama akan terjadi bila laboratorium seni dikelola oleh
dosen yang kreatif dalam membimbing mahasiswa berlatih seni. Laboratorium bahasa
akan maju bila dibina oleh dosen bahasa yang peduli pada program laboratorium
bahasa. Sebaliknya, bila dosen tidak terlibat atau tidak mengarahkan program
laboratorium, maka laboratorium akan menjadi menara gading saja, indah dilihat
namun tidak bisa dijangkau manfaatnya.
38
Daftar Pustaka
Alisyahbana, S.T. (1953) Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Rakyat.
Badudu, J.S. (1979) Membina Bahasa Indonesia Baku Seri 1. Bandung: Pustaka
Prima.
Badudu, J.S. (1980) Membina Bahasa Indonesia Baku Seri 2. Bandung: Pustaka
Prima.
Badudu, J.S. (1990) Buku Panduan Penulisan Tata Bahasa Bahasa Indonesia untuk
Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa-Depdikbud (diktat dalam terbitan).
Harjasujana, A.S.; Yeti M., Titin N. Materi Pokok Membaca. Jakarta: Penerbit
Karunika Jakarta-Universitas Terbuka.
Moeliono, A. (Ed.) (1988) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Moeliono, A. (Ed.) (1998) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta:
Balai Pustaka.
Parera, J.D. (1988) Sintaksis. Edisi Kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Parera, J.D. (1994) Morfologi Bahasa (edisi kedua). Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
39
Purnama, Y. (2013) Derajat Hadits Merajalelanya Musik Dan Penyanyi. 7 April 2013.
Diakses dari https://muslim.or.id/13013-derajat-hadits-merajalelanya-musik-
dan-penyanyi.html [21 Maret 2018]
Razak, A. (1985) Kalimat Efektif: Struktur, Gaya, dan Variasi. Jakarta: Gramedia.
Sakri, A. (1994) Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. (Edisi ke-2) Bandung: Penerbit
ITB.
Sugono, D. (1997) Berbahasa Indonesia dengan Benar (edisi revisi). Jakarta: Puspa
Swara.
Tarigan, Dj. (1995) Penerapan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, SLTP dan
SMU Berdasarkan Kurikulum 1994. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia FPBS IKIP Bandung.
Wawasan Pendidikan (2016) “Moving Class : Pengertian dan Tujuan serta Manfaat”
tersedia di https://www.wawasanpendidikan.com/2016/08/Moving-Class-
Pengertian-dan-Tujuan-serta-Manfaat.html [19 April 2018]
40