Anda di halaman 1dari 109

LAPORAN PENELITIAN

PERILAKU SINTAKTIS DAN PERILAKU SEMANTIS FRASA NOMINA


PADA BERITA PENDIDIKAN DALAM SURAT KABAR SUARA MERDEKA

Disusun oleh:
Dr. Burhan Eko Purwanto, M.Hum. (0010065801)
Pajar Purnomo, M.Pd. (0625028902)

PENDIDIKAN BAHASADAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMUN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Perilaku Sintaktis dan Perilaku Semantis Frasa


Nomina pada Berita Pendidikan dalam Surat Kabar
Suara Merdeka
Bidang Penelitian : Linguistik (Kebahasaan)
Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Burhan Eko Purwanto, M.Hum.
b. NIDN : 0010065801
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
e. Nomor HP : 08122959326
f. Alamat Surel : burhan.ekopurwanto@gmail.com
g. Waktu Penelitian : September-Desember 2016 (4 bulan)
Jumlah Anggota : 1 orang
Nama Anggota : Syamsul Anwar, M.Pd.
Lokasi Penelitian : Universitas Pancasakti Tegal
Jumlah Biaya : Rp 12.500.000,-
Sumber Biaya : LPPM UPS Tegal

Tegal, 03 Januari 2017


Mengetahui
Dekan FKIP, Peneliti,

Drs. H. Masfuad E.S., M.Pd. Dr. Burhan Eko Purwanto, M. Hum.


NIDN 0630086302 NIDN 0010065801

Mengesahkan:
Kepala LPPM UPS Tegal

Drs. Ponoharjo, M.Pd.


NIDN 0005035901

ii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
penelitian yang berjudul “Perilaku Sintaktis dan Perilaku Semantis Frasa Nomina
pada Berita Pendidikan dalam Surat Kabar Suara Merdeka”. Laporan penelitian
merupakan bentuk salah satu pelaksanaan Tri Darma kami di Universitas
Pancasakti Tegal.
Penelitian ini membahas fenomena perilakuk sintaktis dan semantis pada
kolom wacana surat kabar Suara Merdeka. Surat kabar tersebut dipilih karena
memiliki jangkauan yang luas dan kualitas wacana yang baik. Perilaku sintaktis dan
semantis dalam wacana surat kabar menarik untuk dikaji dan disampaikan kepada
khalayak umum.
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi sivitas akademik UPS
Tegal khususnya dan pembaca dari luar pada umumnya. Hasil kajian dapat
dimanfaatkan oleh guru bahasa Indonesia sebagai bahan pembelajaran, khususnya
yang berkaitan dengan penggunaan adverbia. Di samping itu, hasil penelitian ini
juga dapat membantu para siswa di SMA dalam memahami penggunaan adverbia
dalam surat kabar, khususnya surat kabar Suara Merdeka.

Tegal, 03 Januari 2017


Ketua Peneliti,

Dr. Burhan Eko Purwanto, M. Hum.


NIDN 0010065801

iii
RINGKASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan penggunaan


adverbia yang terdapat pada kolom Wacana Suara Merdeka ,. (2) mendeskripsikan
perilaku sintaktis adverbia yang terdapat pada kolom Wacana Suara Merdeka ,. (3)
mendeskripsikan perilaku semantis adverbia yang terdapat pada kolom Wacana
Suara Merdeka ,. (4) mendeskripsikan implikasi perilaku sintaktis dan semantis
adverbia yang terdapat pada kolom Wacana Suara Merdeka , terhadap
pembelajaran bahasa di SMA.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, yaitu data yang
langsung diperoleh dari sumber data dan penyelidik untuk tujuan penelitian. Wujud
data dalam penelitian ini berupa kalimat yang menggandung adverbia dari segi
perilaku sintaktis dan semantisnya yang terdapat dalam kolom Wacana Suara
Merdeka ,. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah metode agih.
Hasil dari penelitian ini yaitu, selain adverbia dari segi perilaku sintaktis dan
semantis, penggunaan adverbia pada kolom Wacana Suara Merdeka juga
ditemukan penggunaan adverbia tunggal berupa kata berafiks dan adverbia yang
berdampingan. Sedangkan dari segi perilaku sintaktis dan semantis adverbia
diperoleh data sebanyak 172 kalimat, dengan rincian sebagai berikut: perilaku
sintaktis : (1) adverbia yang mendahului kata yang diterangkan, sebanyak 26
kalimat dengan persentase 15%, (2) adverbia yang mengikuti kata yang
diterangkan, sebanyak 10 kalimat dengan persentase 6%, (3) adverbia yang
mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan, sebanyak 6 kalimat dengan
persentase 4%, (4) adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan,
sebanyak 5 kalimat dengan persentase 3%. Perilaku semantisnya, dapat dibedakan
delapan jenis adverbia : (1) adverbia kualitatif, sebanyak 47 kalimat dengan
persentase 27%, (2) adverbia kuantitatif, sebanyak 23 kalimat dengan persentase
13%, (3) adverbia limitatif, sebanyak 23 kalimat dengan persentase 13%, (4)
adverbia frekuentatif, sebanyak 12 kalimat dengan persentase 7%, (5) adverbia
kewaktuan,sebanyak 3 kalimat dengan persentase 2%, (6) adverbia kontrastif,
sebanyak 11 kalimat dengan persentase 6%, (7) adverbia keniscayaan, sebanyak 6
kalimat dengan persentase 4%. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru
bahasa Indonesia sebagai bahan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan
penggunaan adverbia. Di samping itu, hasil penelitian ini juga dapat membantu
para siswa di SMA dalam memahami penggunaan adverbia dalam surat kabar,
khususnya surat kabar Suara Merdeka.

iv
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
PRAKATA ........................................................................................................iii
RINGKASAN ................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1. Manfaat Teoretis .............................................................................. 5
2. Manfaat Praktis ................................................................................ 5
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORETIS DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoretis ............................................................................... 7


1. Pengertian Adverbia....................................................................... 7
2. Macam-macam Adverbia ............................................................... 8
3. Adverbia dari Segi Perilaku Sintaksis dan Semantisnya ............... 10
4. Implikasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ....................... 13
B. Kajian Pustaka.................................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 21


B. Objek Penelitian ................................................................................. 24
C. Data Penelitian ................................................................................... 24

v
1. Sumber Data................................................................................... 24
2. Wujud Data .................................................................................... 24
3. Kartu Data ...................................................................................... 25
D. Penyediaan Data ................................................................................. 25
E. Analisis Data ....................................................................................... 26
B. Penyajian Hasil Analisis ..................................................................... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Penggunaan Adverbia pada Kolom Wacana Suara Merdeka ........... 28
B. Perilaku Sintaktis Adverbia pada Kolom Wacana Suara Merdeka ... 29
C. Perilaku Semantis Adverbia pada Kolom Wacana Suara Merdeka .. 42
D. Implikasi terhadap Pembelajarn Bahasa di SMA ............................... 88

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ............................................................................................. 90
B. Saran ................................................................................................. 92

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93


LAMPIRAN .................................................................................................. 95

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sumber Data ............................................................................... 95


Lampiran 2 Data ............................................................................................ 97
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)................................ 99

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa dalam kehidupan sehari–hari sangat dibutuhkan oleh manusia
untuk berkomunikasi. Bahasa sangat diperlukan oleh manusia karena bahasa dapat
memberikan manfaat yang berguna untuk manusia. Dengan bahasa kita dapat
memperoleh informasi yang kita butuhkan. Bahasa itu sendiri merupakan sistem
tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok
masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi
diri.
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk
menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa
adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti lain
bahasa merupakan alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau
perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem
lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan
manusiawi.
Ketika kita mempelajari suatu ilmu bahasa, di dalamnya kita akan
mempelajari pokok–pokok bahasa. Pokok bahasa tersebut di antaranya adalah
kelas kata. Kelas kata dapat digolongkan berdasarkan ciri-cirinya dan berdasarkan
maknanya.
Berdasarkan maknanya kata dapat digolongkan menjadi dua, yaitu kata
tugas dan kata penuh. Kata penuh adalah kata yang memiliki makna leksikal. Kata
tugas adalah kata yang tidak memiliki makna leksikal dan hanya memiliki makna
gramatikal. Kata tugas meliputi preposisi, konjungtor, interjeksi, artikula, dan
partikel penegas. Kata penuh meliputi verba, adjektiva, adverbia, nomina,
pronomina, dan numeralia (Media Bahasa Indonesia,2011 ).
Dari sekian banyak kelas kata yang ada, adverbia merupakan kelas kata
yang sering kali penyebutannya keliru dengan kata keterangan. Adverbia
sebenarnya tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia

1
merupakan konsep kategori, sedangan keterangan merupakan konsep fungsi (
Putrayasa, 2008 : 55 ). Djajasudarma ( 2010 : 45 ) mengatakan bahwa adverbia
adalah unsur bahasa yang menerangkan verba pada umumnya, sebagian adjektiva,
dan adverbia itu sendiri. Mengkaji adverbia itu sendiri sangatlah kompleks.
Adverbia ada juga yang berupa kata dasar, kata ulang, dan kata berimbuhan.
Beberapa ahli mempunyai beberapa pendapat tentang adverbia, di antaranya
Kridalaksana (dalam Putrayasa 2008 : 83) berpendapat bahwa adverbia adalah
kategori yang dapat mendampingi adjektiva, numeralia, atau preposisi dalam
konstruksi sintaktis.
Seperti halnya kelas kata lain adverbia juga dapat dikaji dan diketahui dari
beberapa segi, antara lain dari segi bentuk, segi perilaku sintaktis, dan dari segi
perilaku semantis. Adverbia dari segi perilaku sintaktis dapat dilihat dari
posisinya terhadap kata, sedangkan dari segi perilaku semantis adverbia dapat
dibedakan atas delapan bagian.
Dengan mengkaji adverbia dari segi perilaku sintaktis dan semantisnya,
kita akan mengetahui jenis adverbia yang ada pada suatu wacana atau pada suatu
kalimat. Mengkaji suatu adverbia tidak hanya pada wacana–wacana yang terdapat
pada buku saja, tetapi dapat pula melalui media massa, misalnya saja pada surat
kabar. Di dalam surat kabar pasti terdapat berbagai adverbia yang digunakan,
sehingga dapat dijadikan objek dalam suatu penelitian.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan suatu
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan adverbia pada pada kolom Wacana Suara
Merdeka edisi September-Desember 2016?
2. Bagaimanakah perilaku sintaktis adverbia pada kolom Wacana Suara
Merdeka edisi September-Desember 2016?
3. Bagaimanakah perilaku semantis adverbia pada kolom Wacana Suara
Merdeka edisi September-Desember 2016?
4. Bagaimanakah implikasinya dalam pembelajaran bahasa di SMA?

2
C. Pembatasan Masalah
Dari beberapa masalah yang telah disebutkan di atas dan berdasarkan
pertimbangan waktu, tenaga, dan biaya penulis membatasi masalah hanya pada
perilaku sintaktis dan semantis adverbia pada kolom Wacana Suara Merdeka edisi
September-Desember 2016.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penggunaan adverbia pada kolom Wacana Suara Merdeka
edisi September-Desember 2016 ?
2. Bagaimanakah perilaku sintaktis adverbia pada kolom Wacana Suara
Merdeka edisi September-Desember 2016 ?
3. Bagaimanakah perilaku semantis adverbia pada kolom Wacana Suara
Merdeka edisi September-Desember 2016 ?
4. Bagaimanakah implikasinya bagi pembelajaran bahasa di SMA ?

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah yang penulis uraikan di atas, tujuan
penelitian ini sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan penggunaana adverbia yang terdapat pada kolom
Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016.
2. Mendeskripsikan perilaku sintaktis adverbia yang terdapat pada kolom
Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016.
3. Mendeskripsikan perilaku semantis adverbia yang terdapat pada kolom
Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016.
4. Mendeskripsikan implikasi perilaku sintaktis dan semantis adverbia yang
terdapat pada kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember
2016 terhadap pembelajaran bahasa di SMA.

3
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
informasi kepada pembaca tentang adverbia. Selain itu, dengan adanya
penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan
tentang bahasa, terutama tentang perilaku sintaktis dan semantis dalam
adverbia dalam pembelajaran bahasa di SMA.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah kajian
di bidang bahasa, khususnya tentang adverbia dari segi perilaku sintaktis
dan semantisnya.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini diperlukan agar penyajian penelitian ini
dapat runtut dan teratur. Sistematika tersebut dibedakan atas beberapa bab
dan subbab, deskripsi dari tiap–tiap bab adalah sebagai berikut :
Bab I, Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, Landasan Teoritis dan Kajian Pustaka. Bab ini menguraikan
beberapa teori yang berkorelasi dengan masalah yang diteliti yaitu perilaku
sintaktis dan semantis adverbia pada kolom Wacana Suara Merdeka edisi
September-Desember 2016 dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa
di SMA.
Bab III, Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan pendekatan dan
desain penelitian, objek penelitian, data penelitian, sumber data, wujud data,
kartu data, penyediaan data, analisis data, dan penyajian hasil analisis.
Bab IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini meliputi
penggunaan adverbia dan perilaku sintaktis dan semantis adverbia pada

4
kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016, serta
implikasinya dalam pembelajaran Bahasa di SMA.
Bab V, Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran yang akan diangkat
dari hasil penelitian.

5
BAB II
LANDASAN TEORETIS DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teoretis
1. Pengertian Adverbia
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997: 13), adverbia
adalah kata atau gabungan kata yang digunakan untuk memberikan
adjektivitas atau verba; kata keterangan: kata tambahan. Putrayasa ( 2008 :
55 ) mengatakan bahwa adverbia merupakan kategori yang dapat
mendampingi adjektiva, numeralia, atau proposisi dalam konstruksi
sintaktis. Djajasudarma ( 2010 : 45 ) mengatakan bahwa adverbia adalah
unsur bahasa yang menerangkan verba pada umumnya, sebagian adjektiva,
dan adverbia itu sendiri.
Ramlan ( dalam Putrayasa, 2008 : 83 ) berpendapat bahwa adverbia
adalah kata yang menerangkan : (1) kata kerja dalam segala fungsinya, (2)
kata keadaan dalam segala fungsinya, (3) kata keterangan (4) kata bilangan,
(5) predikat kalimat, tidak peduli jenis kata apa predikat itu, dan (6)
menegaskan subjek dan predikat kalimat. Chaer ( 2009 : 49 ) mengatakan
bahwa adverbia adalah kategori yang mendampingi nomina, verba, dan
adjektiva dalam pembentukan frase atau dalam pembentukan sebuah klausa.
Alwi et.al ( dalam Putrayasa, 2008 : 83 ) berpendapat bahwa adverbia dapat
diketahui dari segi : (a) perilaku semantisnya, (b) perilaku sintaktisnya, (c)
bentuknya.
Dari beberapa pengertian adverbia yang telah disebutkan di atas,
dapat disimpulkan bahwa adverbia merupakan kategori yang digunakan
untuk mendampingi kata verba, adjektiva, nomina dalam pembentukan frase
atau dalam pembentukan sebuah klausa dan untuk menegaskan subjek dan
predikat kalimat.
Adeverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia
merupakan konsep kategori, sedangan keterangan merupakan konsep fungsi
( Putrayasa, 2008:55 ). Menurut Sugono ( 2009 : 84 ) keterangan merupakan

6
unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang
dinyatakan dalam kalimat, misalnya member informasi tentang tempat,
waktu, cara, sebab, dan tujuan. Oleh karena itu, adverbia dan keterangan
sebenarnya hampir sama, tetapi unsur yang terdapat di dalamnya satu sama
lain berbeda.
2. Macam–macam Adverbia
Arifin dan Junaiyah ( 2007 : 106 ) mengemukakan jenis–jenis
adverbia berdasarkan :
Adverbia Tunggal
Adverbia tunggal berupa kata dasar
Adverbia tunggal yang berupa kata dasar terdiri atas satu kata dasar.
Adverbia jenis ini tergolong kelompok kata tertutup ( close word ), amat
terbatas jumlahnya, misalnya kata hampir, segera, paling, saja, selalu, pasti,
lebih, sangat, senantiasa, dan tentu.
Adverbia tunggal berupa kata berafiks
Adverbia tunggal yang berupa kata berakfiks diperoleh dari
konfiks{se-….-nya} atau sufiks {–nya} yang diletakkan pada kata dasar.
Adverbia tunggal berupa kata ulang
Adverbia jenis ini terdiri atas adverbia yang berupa (1) penggulangan
kata dasar, (2) penggulangan kata dasar dan penambahan afiks {se-}, (3)
penggulangan kata dasar dan penambahan sufiks {–an}, dan (4)
penggulangan kata dasar dan penambahan konfiks {se-…-nya}.
Adverbia Gabungan
1). Adverbia berdampingan
2). Adverbia tidak berdampingan
Putrayasa (2008 : 55) adverbia dibedakan menjadi adverbia bentuk
dasar dan adverbia bentuk turunan.
Adverbia dasar bebas, misalnya : alangkah, agak, akan, cuma, bukan,
dan lain sebagainya.
Adverbia turunan terbagi atas :
1). Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas.

7
2). Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas.
3). Adverbia deajektifal.
4). Adverbia denumeralia.
5). Adverbia deverbal.

3. Adverbia dari Segi Perilaku Sintaktis dan Semantisnya


Adverbia dari segi perilaku sintaktis
Menurut Alwi, dkk ( 1998 : 202 ) perilaku sintaktis adverbia dapat
dilihat berdasarkan posisinya terhadap kata atau bagian kalimat yang
dijelaskan oleh adverbia yang bersangkutan. Atas dasar itu, dapat dibedakan
empat macam posisi adverbia, yaitu:
Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan.
a. Semua hanya berupa repetisi dan perdebatan lama yang tidak pernah
sampai pada kata sepakat. (01/SM/4Nov2016/6)
Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan.
b. Padahal, pernikahan adalah entitas positif, membahagiakan dan
memberi daya hihup. Maka, sejatinya pernikahan itu indah sekali.
(02/SM/28Nov2016/6)
Adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan.
c. Itu artinya Ganjar memiliki modal dasar amat kuat untuk menjadi
gubernur yang berhasil, karena dukungan rakyat yang murni, kokoh,
dan sehat dalam rasionalitas demokrasi. (03/SM/20Nov2016/6)
Adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan.
d. Caleg yang hanya mengeluarkan sedikit dana kampanye, meski tidak
ada jaminan…(04/SM/4Nov2016/6)
Adverbia dari segi perilaku sintaktis
Menurut Alwi, dkk (1998: 204) berdasarkan perilaku semantisnya,
dapat dibedakan delapan jenis adverbia :
a. Adverbia Kualitatif

8
Adverbia kualitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Yang termasuk
adverbia ini adalah kata–kata seperti paling, sangat, lebih, dan kurang.
b. Adverbia Kuantitatif
Adverbia kuantitatif menggambarkan makna yang berhubungan
dengan jumlah. Yang termasuk adverbia ini, antara lain, kata banyak,
sedikit, kira–kira, dan cukup.
c. Adverbia Liminatif
Adverbia liminatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan pembatasan. Kata–kata seperti hanya, saja, dan
sekedar.
d. Adverbia Frekuentatif
Adverbia frekuentatif adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu yang
diterangkan adverbia itu. Kata yang tergolong adverbia ini, misalnya
selalu, sering, jarang, dan kadang–kadang.
e. Adverbia Kewaktuan
Adverbia kewaktuan adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa yang diterangkan
oleh adverbia itu. Yang termasuk adverbia kewaktuan ialah bentuk
seperti baru dan segera.
f. Adverbia Kecaraan
Adverbia kecaraan adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan bagaimana peristiwa yang diterangkan oleh
adverbia itu berlangsung atau terjadi. Yang termasuk adverbia
kecaraan ini adalah bentuk-bentuk seperti diam–diam, secepatnya, dan
pelan–pelan.
g. Adverbia Kontrastif
Adverbia kontrastif adalah adverbia yang menggambarkan
pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan

9
sebelumnya. Yang termasuk dalam adverbia kontrastif adalah bentuk
seperti bahkan, malahan, dan justru.
h. Adverbia Keniscayaan
i. Adverbia keniscayaan adalah adverbia yang menggambarkan makna
yang berhubungan dengan kepastian tentang berlangsungnya atau
terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia itu. Yang
termasuk adverbia keniscayaan adalah seperti niscaya, pasti, dan
tentu.

4. Implikasi Pembelajaran dalam Bahasa Indonesia di SMA


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan
siswa yang saling bertukar informasi. Hal ini disebabkan karena
pembelajaran adalah upaya guru agar peserta didik mau belajar.
Peran guru dalam pembelajaran amatlah penting, karena apabila
dalam suatu pembelajaran guru dan siswa tidak berinteraksi secara baik atau
tidak adanya interaksi antara guru dan peserta didik maka tidak menutup
kemungkinan pembelajaran tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Oleh
karena itu guru dituntut keras untuk menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan agar peserta didik dapat menyerap materi yang telah
disampaikan pada saat pembelajaran tersebut.
Ruang lingkup pembelajaran bahasa dibagi menjadi empat aspek yang
meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami bahasa Indonesia,
kemampuan penggunaan bahasa Indonesia, dan kemampuan mengapresiasi
sastra. Ruang lingkup tersebut implementasinya berkaitan pula dengan
pengembangan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Dalam pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan kompetensi
keterampilan berbahasa juga dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tata bahasa dan penguasaan kosa kata dalam kegiatan
berinteraksi dengan sesama pengguna bahasa lainnya. Penggunaan bahasa

10
diajarkan agar dapat menggungkapkan informasi–informasi dengan
menggunakan ploa kebahasaan dalam kegiatan berkomunikasi secara jelas.
Kajian perilaku sintaksis dan semantis adverbia pada kolom Wacana
Suara Merdeka dapat dihubungkan dengan standar kompetensi menulis.
Dengan adanya penelitian tentang adverbia dari segi perilaku sintaktis dan
semantisnya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan ajar sehingga dapat
membantu guru dalam pembelajaran bahasa untuk peserta didik di SMA.

B. Kajian Pustaka
Ika Sefty Fauziyah (2012), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis
Fungsi Keterangan sebagai Unsur Perluasan Kalimat Tunggal pada
Kumpulan Cerpen Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali Karya Helvy
Tiana Rosa dan Implikasinya bagi Pembelajaran Bahasa di SMP” mengkaji
jenis keterangan dalam kumpulan cerpen Ketika Mas Gagah Pergi dan
Kembali Karya Helvy Tiana Rosa.
Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan
oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama,
berkomunikasi, dan mengidentifikasikan. Bahasa merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat Indonesia, bahasa Indonesia
mempunyai kedudukan dan fungsi di dalam kehidupan masyarakat, bangsa,
dan Negara Indonesia.
Semua bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dalam berbeda
antara satu bahasa dengan bahasa yang lain. Seseorang dapat berkomunikasi
dengan baik dalam suatu bahasa apabila orang tersebut menguasai
sistemnya dan dilakukan dengan orang lain yang juga menguasai sistem
bahasa itu. Sempurna atau tidaknya bahasa sebagai alat komunikasi sangat
umum ditentukan oleh kesempurnaan bahasa, mau tidak mau kita harus
melihat sistem yang mengikat pemakaian bahasa tersebut.
Masalah dalam penelitian ini adalah jenis keterangan apa sajakah
yang ada di dalam kumpulan cerpen Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali
Karya Helvy Tiana Rosa. Bagaimanakah implikasi hasil penelitian ini bagi

11
pembelajaran bahasa Indonesia di SMP. Tujuan di dalam penelitian ini yaitu
mendeskripsikan jenis keterangan dan mendeskripsikan implikasi dari hasil
penelitian dalam pembelajaran di SMP.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian, yaitu
pendekatan deskriptif dan kualitatif. Data di dalam penelitian ini terdapat
dalam kalimat cerpen dan sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan
cerpen Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali Karya Helvy Tiana Rosa yang
diterbitkan oleh Asma Nadia. Teknik analisis data dalam penelitian ini
metode agih dan teknik bagi unsur langsung.
Hasil ini adalah analisis yang berkaitan dengan enam jenis keterangan
peserta 27 pemarkah yang ada di dalam kumpulan cerpen Ketika Mas
Gagah Pergi dan Kembali, antara lain : keterangan waktu, keterangan
tempat, keterangan tujuan, keterangan cara, keterangan
pembanding/similatif, keterangan akibat.
Fatimatuz Zahro ( 2011 ), dalam skripsinya berjudul “ Perilaku
Sintaktis Adjektiva Bertaraf dan Impilikasinya dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia di SLTP ” mengkaji tentang perilaku sintaktis adjektiva bertaraf.
Kajian terhadap perilaku sintaktis adjektiva bertaraf dalam bahasa
perlu dilakukan. Pokok masalah yang dikaji meliputi tiga hal, yaitu : (1)
Bagaimanakah penggunaan adjektiva bertaraf dalam bahasa Indonesia ? (2)
Bagaimanakah perilaku sintaktis adjektiva bertaraf dalam bahasa Indonesia
? (3) Bagaimanakah implikasinya bagi pembelajaran kalimat bahasa
Indonesia di SLTP ?
Untuk mencapai tujuan itu digunakan metode induktif, yaitu : (1)
pengamatan data, (2) wawasan struktur data, (3) perumusan masalah
penelitian, dan (4) penyelesaian masalah penelitian. Ada empat macam
pendekatan yang digunakan dalam ini, yaitu pendekatan deskriptif,
pendekatan objektif, pendekatan struktural, dan pendekatan sinkronis.
Data dalam penelitian ini adalah kalimat yang mengandung adjektiva
bertaraf, yang terdapat dalam wacana lokal, edisi Januari 2008 di Suara
Merdeka. Jadi, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

12
data sekunder yang berasal dari Suara Merdeka. Untuk memperoleh data
penilaian menggunakan metode baca dengan teknik catat sebagai
kelanjutannya. Pencatatan dilakukan pada kartu data. Data yang telah
terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan berbagai teknik analisis
bahasa.
Metode yang digunakan adalah metode agih dengan teknik bagi unsur
langsung sebagai kelanjutannya. Untuk menganalisis perilaku sintaktis
nomina deverbal dilakukan pada tataran adjektiva dan tataran kalimat.
Teknik yang digunakan meliputi teknik pergantian (permutasi), perluasan
(ekspansi), dan teknik pelepasan (delesi), dengan criteria perilaku sintaktis
sebagai penentuannya. Sebagai upaya penyajian hasil analisis secara
sistematis, digunakan teknik formal dengan gaya bahasa keilmuan sehingga
banyak istilah keilmuan yang terdapat dalam sajian tulisan ini.
Rizky Oktaviani Putri ( 2012 ), dalam skripsinya berjudul “ Perilaku
Sintaktis Satuan Lingual Berhomonim dalam Bahasa Indonesia dan
Implikasinya bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA “ mengkaji
perilaku sintaktis satuan lingual berhomonim dalam bahasa Indonesia.
Keragu–raguan tentang makna kata atau makna kalimat dalam
linguistik disebut ambiguitas. Selain kenyataan–kenyataan ini dalam
hubungan makna, ada bentuk sama, tetapi makna berbeda. Sementara itu,
ada kata yang bentuknya berbeda–beda, tetapi maknanya sama. Ada juga
yang maknanya lebih dari satu. Hal ini akan dibicarakan pada bagian yang
disebut dengan homonim.
Berdasarkan latar belakang tersebut permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini, yaitu (1) apa saja jenis–jenis homonim yang terdapat
dalam satuan lingual bahasa Indonesia ?, (2) bagaimana perilaku sintaktis
lingual berhomonim yang terdapat dalm bahasa Indonesia?, (3) bagaimana
implikasi hasil kajian homonim bagi pembelajaran bahasa Indonesia di
SMA?.
Metode yang digunakan penulis adalah metode yang sesuai dengan
tahapan penelitian kualitatif. Pada pengumpulan data digunakan metode

13
baca dan teknik catat sebagai kelanjutannya. Wujud data berupa kalimat
yang di dalamnya terdapat kata yang berhomonim. Data diambil dari artikel
yang ada dalam Harian Suara Merdeka, Wawasan, Seputar Indonesia,
Kompas pada edisi khusus 26 April 2012. Data dianalisis menggunakan
metode agih dengan teknik baca sebagai kelanjutannya.
Tri Linawati (2011), dalam skripsinya berjudul “ Ciri Struktur dan
Ciri Semantis Kata Majemuk Berlawanan Bahasa Indonesia dalam Novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA” mengkaji ciri struktur dan ciri
semantis kata majemuk berlawanan bahasa indonesia dalam novel
Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari.
Masalah yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana
ciri struktur kata majemuk berlawanan, (2) bagaimana ciri semantis kata
majemuk berlawanan, (3) bagaimana implikasinya terhadap pembelajaran di
SMA?.
Novel yang dijadikan sumber adalah novel Ronggeng Dukuh Paruk
Karya Ahmad Tohari penerbit Gramedia Pustaka Utama tahun 2003. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan mencari kalimat–kalimat yang
mengandung kata majemuk berlawanan yang kemudian dijadikan data
dalam penelitian ini. Dari hasil data penelitian, dianalisis ciri struktur dan
ciri semantisnya. Untuk menganalisis, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif dan melakukan studi pustaka serta penulis menggunakan metode
agih dalam melengkapi data dan informasi untuk mendukung penelitian ini.
Firman Subekti (2015), dalam skripsinya berjudul “ Perilaku
Semantis dan Sintaktis Adjektiva pada Kolom Tajuk Rencana dalam Harian
Pagi Suara Merdeka dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
di SMK” mengkaji perilaku semantis dan sintaktis adjektiva pada kolom
tajuk rencana dalam harian pagi Suara Merdeka.
Penelitian ini membahasa perilaku semantis dan sintaktis
adjektiva pada kolom tajuk rencana harian Suara Merdeka. Perilaku
semantis adjektiva adalah tanggapan atau reaksi makna kata yang

14
menerangkan nomina ( kata benda ) dan secara umum dapat bergabung
dengan kata lebih dan sangat. Perilaku sintaktis adjektiva adalah tanggapan
atau reaksi kata pada susunan kalimat dan bagiannya yang menerangkan
nomina ( kata benda ) dan secara umum dapat bergabung dengan kata lebih
dan sangat. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perilaku semantis,
perilaku sintaktis adjektiva pada kolom tajuk rencana dalam harian pagi
Suara Merdeka dan implikasi pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK.
Sumber data penelitian ini adalah data primer yang berasal dari
kolom tajuk rencana di harian Suara Merdeka. Data primer yang diperoleh
berupa kalimat. Data tersebut dikumpulkan berdasarkan kelas kata dan jenis
maknanya dengan menggunakan teknik normatif yang ditujukan pada
proses observasi.
Dari beberapa penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
peneliti sama–sama mengkaji di bidang linguistik, yaitu mengkaji dari segi
semantis dan sintaktis. Perbedaannya terletak pada sumber data. Ika
mengkaji penelitiannya bersumber dari kumpulan cerpen Ketika Mas Gagah
Pergi dan Kembali Karya Helvy Tiana Rosa, Fatimatuz mengkaji
penelitiannya bersumber dari wacana lokal di Suara Merdeka edisi bulan
Januari 2008. Risky mengkaji penelitiannya bersumber dari harian Suara
Merdeka, Wawasan, Seputar Indonesia, Kompas pada edisi khusus 26 April
2012, Tri Linawati mengkaji penelitiannya bersumber dari novel Ronggeng
Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, dan Firman mengkaji penelitiannya
bersumber dari kolom tajuk rencana di harian Suara Merdeka.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian pada dasarnya merupakan peran yang penting
dalam suatu penelitian. Pendekatan pada dasarnya adalah cara pandang yang
dilakukan oleh peneliti terhadap objek yang akan dijadikan sebagai sasaran
penelitian. Pendekatan kualitatif juga mengungkap situasi sosial tertentu
dengan mendeskripsikan kenyataan yang benar sesuai dengan data yang
diperoleh dan dibentuk oleh kata–kata berdasarkan teknik pengumpulan dan
analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi alamiah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat
deskriptif. Pendekatan kualitatif deskriptif lebih mengarah kepada fakta–
fakta yang data ketika penelitian ini dilakukan. Data yang dianalisis dalam
penelitian kualitatif ini adalah data verbal yang tidak dikuantitatifkan
sebagaimana penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian ini, penggunaan pendekatan kualitatif
mempermudah penulis untuk memperoleh data yang akurat sesuai dengan
penelitian yang dilakukan, yaitu mengenai perilaku sintaktis dan semantis
adverbia pada kolom Wacana Suara Merdeka. Dengan demikian, hasil dari
penelitian ini dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA.
Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk
menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan
yang mungkin timbul selama proses penelitian. Selain pendekatan
penelitian, desain penelitian juga dapat dijadikan sebagai acuan sebelum
melakukan suatu penelitian.
Desain penelitian merupakan gambaran dari tahapan penelitian yang
berguna untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Dalam
desain penelitian biasanya mencakup pengumpulan data, data penelitian,
kualifikasi data, dan metode analisis data.

16
Dalam melakukan penelitian, desain penelitian dapat memudahkan
peneliti dalam melaksanakan penelitian sehingga tujuan yang ditentukan
dapat tercapai sesuai dengan apa yang sudah disusun sebelumnya. Desain
dalam penelitian ini berawal dari data berupa kalimat yang menggandung
adverbia pada artikel di media cetak Suara Merdeka yang diklasifikasikan
berdasarkan perilaku sintaktis dan semantis adverbia. Sumber data yang ada
dalam artikel pada kolom Wacana Suara Merdeka, kemudian dianalisis
berdasarkan perilaku sintaktis dan semantis adverbia. Untuk memperjelas
desain penelitian pada penelitian ini, berikut adalah desain penelitian yang
tergambar pada bagan :

Bagan 1
Desain penelitian

Pengumpulan data dengan teknik baca dan catat

Data penelitian berupa penggalan berita dari


artikel yang terdapat dalam kolom Wacana pada
surat kabar Suara Merdeka.

Klasifikasi data

Perilaku sintaktis Perilaku simantis


adverbia adverbia

Dianalisis dengan metode agih

Implikasi terhadap pembelajaran


bahasa di SMA

17
B. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan objek penelitian pada
perilaku sintaktis dan semantis adverbia yang terdapat pada kolom Wacana
Suara Merdeka untuk memperoleh data yang diinginkan, kemudian data
yang telah didapat dicatat dalam kartu data.

C. Data Penelitian
1. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah surat kabar Suara Merdeka
edisi September-Desember 2016. Sumber data dalam penelitian ini adalah
sumber data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data
dan penyelidik untuk tujuan penelitian. Data primer dalam penelitian ini
adalah berupa kalimat yang mengandung adverbia dari segi perilaku
sintaktis dan semantisnya yang terdapat pada kolom Wacana Suara
Merdeka edisi September-Desember 2016.

2. Wujud Data
Wujud data dalam penelitian ini berupa kalimat yang menggandung
adverbia dari segi perilaku sintaktis dan semantisnya yang terdapat dalam
kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016.

3. Kartu Data
Kartu data adalah kartu yang berisi data yang diberi judul untuk
mengidentifikasi data sehingga dapat dicari kembali dengan mudah kalau
disimpan di antara kartu yang lain. Adapun bentuk kartu data yang dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
No. Data
Wujud Data
Sumber Data
Analisis

18
D. Penyediaan Data
Berdasarkan sumber data dan wujud data yang sudah penulis
tentukan, data yang berupa kalimat-kalimat yang terdapat dalam kolom
Wacana Suara Merdeka tersebut diklasifikasikan berdasarkan adverbia dari
segi perilaku sintaktis dan semantisnya.
Penelitian ini menggunakan metode observasi, yakni dengan
mengamati secara langsung, teliti, cermat, objektif, sistemik, dan sistematis
terhadap setiap penggalan berita dalam kolom Wacana Suara Merdeka yang
mengandung adverbia.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
teknik baca sebagai dasar dan teknik catat sebagai kelanjutannya. Teknik
baca–catat adalah salah satu teknik penyediaan data. Teknik baca
merupakan kegiatan awal yang dilakukan penulis dalam penelitian dengan
melakukan kegiatan membaca sumber data yang telah ditentukan untuk
mencari dan menemukan setiap penggalan berita yang mengandung
adverbia. Tahap selanjutnya adalah teknik catat, teknik catat dilakukan
untuk melakukan kegiatan pencatatan pada kartu data atas data yang sudah
terseleksi, selanjutnya dilakukan klasifikasi data berdasarkan objek kajian
dan tujuan penelitian sehingga akan memudahkan ketika penulis
menganalisis data yang telah diperoleh.

E. Analisis Data
Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data. Pada tahap analisis data penulis meneliti langsung permasalahan–
permasalahan yang ada di dalam kolom wacana Suara Merdeka edisi
September-Desember 2016 dan penulis diharapkan mampu memecahkan
masalah yang terkandung dalam penelitian.
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah metode agih.
Metode agih adalah metode analisis yang unsur penentunya berada di dalam
bahasa itu sendiri. Alat penentu dalam metode agih itu selalu berupa bagian

19
ata unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri. Teknik dasar
dalam metode agih adalah Bagi Unsur Langsung ( BUL ). Teknik Bagi
Unsur Langsung (BUL) adalah teknik analisis data dengan cara membagi
suatu kontruksi menjadi beberapa bagian atau unsur itu dipandang sebagai
bagian atau unsur yang langsung membentuk kontruksi yang dimaksud.

F. Penyajian Hasil Analisis


Penyajian hasil analisis penelitian ini menggunakan metode informal.
Data yang disajikan beruda data deskripsi khas verbal dengan rumusan kata-
kata biasa tanpa lambang–lambang. Menurut sistem tanda, hasil analisis
bahasa direproduksi dalam berbagai bentuk nonbahasa, seperti simbol, ikon,
indeks, atau sistem tanda lain yang diwujudkan dalam bentuk tabel, grafik,
bagan, skema, dan gambar.

20
BAB IV
PERILAKU SINTAKTIS DAN SEMANTIS ADVERBIA PADA
KOLOM WACANA SUARA MERDEKA

A. Penggunaan Adverbia pada Kolom Wacana Suara Merdeka


Dalam kolom Wacana Suara Merdeka terdapat banyak bentuk adverbia.
Selain adverbia dari perilaku sintaktis dan semantisnya, dalam kolom
Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016, penulis juga
menemukan penggunaan adverbia
tunggal berupa kata berafiks. Adverbia tunggal yang berupa kata berakfiks
diperoleh dari konfiks se-….-nya atau sufiks –nya yang diletakkan pada kata
dasar, seperti kata sebanyak-banyaknya, , banyaknya, setidak-tidaknya.
Kata-kata tersebut terdapat dalam kalimat :
a) Teknologi diciptakan untuk memudahkan hidup dengan cara mengambil
sebanyak-banyaknya sumber daya alam” (SM/27Nov2016/6).
b) Sebagai bukti adalah banyaknya karya, baik yang ditulis dalam Bahasa
Indonesia maupun arab (SM/27Nov2016/6).
c) Dengan kesiapan demikian, setidak-tidaknya resiko dalam penanganan
warga saat terjadi bencana diharapkan bisa diminimalkan dari berbagai sisi
(SM/20Nov2016/6).

Selain penggunaan adverbia tunggal, penulis juga menemukan


penggunaan adverbia yang berdampingan, seperti dalam kalimat :
a) Dari tahun ke tahun selama decade ini selalu saja nomalisasi dan sungai
menjadi mantra antibanjir ( SM/9Nov2016/6).
b) Masih sangat banyak pelanggaran tata ruang terjadi, bukan hanya di Kota
Semarang tetapi juga di kota dan kabupaten di Jawa Tengah
(SM/27Nov2016/6)
c) Pelanggaran tata ruang makin merajalela dan pada akhirnya warga juga
yang lebih banyak dikorbankan (SM/27Nov2016/6).
d) Kedua; kita harus lebih serius mengelola pasokan (SM/24Nov2016/6).

21
Penggunaan perilaku sintaktis dan semantis adverbia pada kolom
Wacana Suara Merdeka kebanyakan menggunakan bentuk adverbia
kualitatif dari segi perilaku semantisnya. Adverbia kualitatif adalah adverbia
yang menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat, derajat,
atau mutu. Penggunaan adverbia kualitatif lebih banyak menggunakan kata
paling, sangat, lebih, dan kurang. Selain adverbia kualitatif, pada kolom
Wacana Suara Merdeka juga menggunakan bentuk adverbia lain dari segi
perilaku sintaktis dan semantis adverbia, namun tidak sebanyak adverbia
kualitatif.

B. Perilaku Sintaktis Adverbia pada Kolom Wacana Suara Merdeka

1. Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan


(5) Artinya, rakyat miskin yang selama ini dijanjikan gratis ternyata harus
membayar sebesar Rp6.700 karena pemerintah hanya menanggung premi
Rp15.500. (05/SM/4Nov2016/6
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului verba menanggung yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1398) kata
“ menanggung” berasal dari kata dasar “ tanggung “ yang berarti saling
menanggung (menjamin, dan sebagainya).

(6) Ketegangan Lebanon-Suriah yang diikuti dengan saling serang antara militer
kedua negara itu, semakin memperumit pula solusi konflik internal Suriah
yang masih diselimuti mendung pertikaian antara kubu oposisi dan kubu
Presiden Suriah Bashar al-Assad. (06/SM/4Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia saling mendahului verba serang yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1283) kata
“serang” berarti menyerang.

22
(7) Timur Tengah tidak bisa hanya dengan menunggu kemauan politik Amerika
Serikat dan sekutunya. (07/SM/4Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului preposisi dengan yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 312) kata
“ dengan” berarti beserta; bersama-sama.
(8) Kita tidak memosisikan diri untuk mengevaluasi kepatutan kenaikan harga
elpiji, namun lebih pada kegelisahan menyangkut mindset keberpihakan
elite kekuasaan dan elite politik kepada rakyatnya. (08/SM/6Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia lebih mendahului preposisi pada yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 994) kata “
pada ” berarti kata depan yang dipakai untuk menunjukkan posisi di atas
atau di dalam hubungan atas atau di dalam hubungan denga, searti dengan di
(dipakai di depan kata benda, kata ganti orang, keterangan waktu) atau ke;.

(9) Secara psikologis masyarakat sangat terganggu bila teror terus mengintai.
(09/SM/6Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia sangat mendahului verba terganggu yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 413) kata
“ terganggu ” berasal dari kata dasar “ ganggu “ yang berarti terhalang;
mendapat rintangan.

(10) Saat itu, dengan pemberlakuan hukum positif yang disebut pernikahan
catatan sipil, proses pengabsahan dan keabsahan pernikahan tak terlalu
berlebihan direcoki pihak-pihak “berwajib dan berwenang” yang tidak
perlu. (10/SM/6Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia terlalu mendahului adjektiva berlebihan yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 801) kata
“berlebihan” berasal dari kata dasar “ lebih “ yang berarti banyak sekali.

23
(11) Dibantah oleh apa pun dan siapa pun, survei yang dilakukan oleh berbagai
lembaga tersebut, sangat naïf bila dianggap by design survey.
.(11/SM/9Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia sangat mendahului adjektiva naif yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 948) kata
“ naïf “ berarti sangat bersahaja; tidak banyak tingkah; lugu (karena muda
dan kurang pengalaman); sederhana.

(12) Hal itu tak bisa dijawab hanya dengan pidato, apakah pidato kebudayaan,
politik, atau lainnya. (12/SM/17Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului preposisi dengan yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 312) kata
“ dengan” berarti beserta; bersama-sama.

(13) Saya tak terlalu ambil pusing, apakah itu by design atau untuk pencitraan,
yang penting rakyat diuntungkan sehingga agak bisa menarik napas
panjamg pada awal 2016. (13/SM/17Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia terlalu mendahului verba ambil yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 49) kata “
ambil ” berarti pegang lalu dibawa, diangkat.

(14) “ Titah “ tidak juga datang meskipun elektabilitas Gubernur DKI Jakarta it
uterus melejit di semua survei. (14/SM/17Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia juga mendahului verba datang yang dijadikan
sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 297) kata “ datang”
berarti tiba di tempat yang dituju.

(15) Kemandekan ini bukan hanya merugikan partai, melainkan berdampak pada
kehidupan bangsa, mengingat kaderisasi adalah proses penyiapan calon
pemimpin nasional yang berkualitas dan berkarakter. (15/SM/17Nov2016/6)

24
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului verba merugikan yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1186) kata
“merugikan” berasal dari kata dasar “rugi” yang berarti mendatangkan rugi
kepada; menyebabkan rugi.

(16) Apakah dukungan suara 90 persen pemilih bisa memberikan legitimasi yang
kuat bagi pemberlakuan konstitusi baru ? Ada pepatah yang mengatakan “
it’s too good to be true “, sesuatu yang terlalu indah untuk dipandang
sebagai kenyataan. (16/SM/18Nov2016/6)

Pada kalimat di atas adverbia terlalu mendahului adjektiva indah yang


dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 531) kata
“ indah” berarti dalam keadaan enak dipandang; cantik; elok.

(17) Dukungan yang nyaris bulat dalam referendum itu terlalu bagus untuk
diterima sebagai sebuah realitas dan karenanya layak untuk dikritisi dan
dicermati. (17/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia terlalu mendahului adjektiva bagus yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 114) kata
“ bagus” berarti baik sekali; elok.

(18) Hasil itu sudah diprediksi sebelumnya karena Ikhwanul Muslimin


memboikot referendum dan terbukti hanya sekitar 55 persen warga yang
memiliki hak pilih yang memberikan suara dalam referendum itu.
(18/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului nomina sekitar yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 705) kata
“sekitar” berasal dari kata dasar “kitar” yang berarti (daerah) sekeliling.

25
(19) Dari sudut pandang politik praktis, hasil referendum itu juga akibat dari
kekeliruan maneuver Ikhwanul Muslimin. (19/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia juga mendahului nomina akibat yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 27) kata “
akibat” berarti sesuatu yang merupakan akhir atau hasil suatu peristiwa
(pembuatan, keputusan); persyaratan atau keadaan yang mendahuluinya.

(20) Komunikasi politik para caleg dan capres sebaiknya menggunakan cara yang
lebih strategis untuk menarik simpati massa. (20/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia lebih mendahului adjektiva strategis yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1341) kata
“ strategis” berarti berhubungan, bertalian, berdasar strategi.

(21) Jadi, peningkatan kesejahteraan anggota sangat bergantung pada partisipasi


anggota. (21/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia sangat mendahului verba bergantung yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 415) kata
“bergantung” berasal dari kata dasar “ gantung “ yang berarti bersangkut
atau berkait pada sesuatu yang lebih tinggi.

(22) Bentuk kesejahteraan sebagai balas jasa atas partisipasi anggota selama ini
hanya berupa bagian SHU. (22/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului verba berupa yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1193) kata “
berupa” berasal dari kata dasar “ rupa “ yang berarti ada rupanya yang nyata
(kelihatan); berwujud.

(23) Kelima, keberpihakan pemerintah dengan lebih tanggap dalam mengatasi


banjir, akan menentukan arah penanganan ke depan. (23/SM/20Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia lebih mendahului adjektiva tanggap yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1397) kata

26
“ tanggap” berarti segera mengetahui (keadaan) dan memperhatikan
sungguh-sungguh.

(24) Suara minir itu berpusat pada setidak-tidaknya dua hal ketidak jelasan peta
jalan (roadmap) untuk merealisasi visi-misi dan terlalu sering gubernur
berwacana. (24/SM/20Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia terlalu mendahului adverbia sering yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1287) kata
“ sering” berarti kerap; acap.

(25) Pemimpin harus memiliki kesadaran bahwa waktu yang dimiliki untuk
mewujudkan visi sangat terbatas dan kesempatan tidak datang untuk kali
kedua. (25/SM/20Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia sangat mendahului verba terbatas yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 146) kata
“terbatas” berasal dari kata dasar “ batas “ yang berarti telah dibataasi
(ditentukan batas-batasnya); tertentu (tidak boleh lebih).

(26) Langsung ambil langkah konkret, sambil memikirkan langkah-langkah


selanjutnya, jangan terlalu banyak blusukan dan blunder dengan wacana.
(26/SM/20Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia terlalu mendahului adverbia banyak yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 138) kata
“ banyak” berarti besar jumlahnya; tidak sedikit.

(27) Penanggung jawab penanggulangan memang tidak hanya pemerintah, tetapi


juga masyarakat dan dunia usaha. (27/SM/27Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului nomina pemerintah yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1057) kata
“pemerintah” berasal dari kata dasar “perintah“ yang berarti sistem

27
menjalankan wewenang dan kekuasaan yang mengatur kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya.

(28) Nggregel, ketika kami sebagai tim monitoring dan evaluasi, ketika itu hanya
bisa menjamu makan malam mahasiswa SM3T. (28/SM/28Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului verba bisa yang dijadikan
sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 199) kata “ bisa”
berarti mampu (kuasa melakukan sesuatu); dapat.

(29) Sesak rasanya mengingat para pejabat publik, pertinggi negara, dan elite
politik yang hanya memikirkan kepentingan sendiri, kelompok, memperalat
rakyat untuk mencapai tujuannya. (29/SM/28Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia hanya mendahului verba memikirkan yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1073) kata
“memikirkan” berasal dari kata dasar “ pikir “ yang berarti mencari upaya
untuk menyelesaikan sesuatu dengan menggunakan akal budi;
mempertimbangkan; merenungkan.

2. Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan.

(30) Padahal, pernikahan adalah entitas positif, membahagiakan dan memberi


daya hihup. Maka, sejatinya pernikahan itu indah sekali.
(30/SM/28Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia sekali mengikuti adjektiva indah yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 531) kata “
indah” berarti dalam keadaan enak dipandang; cantik; elok.

(31) Publik menilai kinerja Gubernur Jawa Tengah selama empat bulan
menjabat biasa-biasa saja. (31/SM/17Nov2016/6)

28
Pada kalimat di atas adverbia saja mengikuti adjektiva biasa-biasa yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 186) kata
“biasa-biasa” merupakan kata pengulangan dari kata “biasa” yang artinya
lazim; umum.

(32) Kalau untuk beli beras dan tempe saja mereka tidak mampu, terus apa yang
dimakan ? (32/SM/17Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia saja mengikuti nomina mereka yang dijadikan
sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 905) kata “ mereka”
berarti orang ketiga jamak (dia dengan yang lain); orang-orang yang
dibicarakan.

(33) Semua keputusan penguasa selalu jadi sumber pengetahuan bagi


masyarakat, karenanya tiap keputusan strategis wajib memperhitungkan
segala kemungkinan, termasuk mendengarkan tanggapan rakyat.
(33/SM/17Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia selalu mengikuti verba jadi yang dijadikan
sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 554) kata “ jadi ”
berarti langsung berlaku (dilakukan,dikerjakan); tidak batal.

(34) Menurutnya, harus ada upaya strategis supaya masyarakat tak selalu
bergantung pada pemerintah. (34/SM/17Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia selalu mengikuti verba bergantung yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 415) kata
“ bergantung” berasal dari kata dasar “gantung” yang berarti bersangkut
atau berkait pada sesuatu yang lebih tinggi.

(35) Di Jawa Tengah, banjir dan bencana lainnya juga mengancam kita. Kondisi
ini jelas mengundang kerawanan untuk tahun ini. (35/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia juga mengikuti verba mengancam yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 60) kata

29
“mengancam” berasal dari kata dasar “ancam” yang berarti menyatakan
maksud (niat, rencana) untuk melakukan sesuatu yang merugikan,
menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain.

(36) Kini, dengan perubahan mekanisme itu, independensi pejabat publik lebih
terjamin. (36/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia lebih mengikuti verba terjamin yang dijadikan
sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 563) kata “terjamin”
berasal dari kata dasar “jamin” yang berarti ditanggung (keselamatannya,
keamanannya, dan sebagainya).

(37) Bencana ala mini merupakan “kegiatan tahunan” yang sulit dihindari sama
sekali. (37/SM/20Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia sekali mengikuti adjektiva sama yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1211) kata “
sama” berarti serupa (halnya, keadaannya); tidak berbeda; tidak berlainan.

(38) Menempatkan industrialisasi sebagai penopang utama dinamika ekonomi


suatu wilayah pada kenyataannya hanya memindahkan kantong-kantong
kemiskinan tetapi belum memeratakan kesejahteraan.
(38/SM/20Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia hanya mengikuti verba memindahkan yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1076) kata
“ memindahkan” berasal dari kata dasar “ pindah “ yang berarti
menempatkan ke tempat lain; membawa (ber)pindah; menyuruh
(menggerakkan, dan sebagainya); berpindah ke tempat lain.

3. Adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan.

(39) Keterlibatan uang dalam hal ini mencakup arti amat luas, termasuk belanja
iklan pada media massa, alat peraga, dan sebagainya. (39/SM/4Nov2016/6)

30
Pada kalimat di atas adverbia amat diampit oleh dua kata yang diterangkan
atau adverbia amat mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan, yaitu
kata arti dan luas. Dalam KBBI (2008 ; 87) kata “ arti “ berarti maksud
yang terkandung (dalam perkataan,kalimat); makna. KBBI (2008 : 844) kata
“luas“ berarti lapang; lebar.

(40) Maka upaya preventif amat diperlukan. Pemerintah juga telah membuat
perencanaan kontraterorisme lewat media, terutama internet.
(40/SM/6Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia amat mendahului atau mengikuti kata yang
diterangkan, yaitu kata preventif dan diperlukan. Dalam KBBI (2008 ;
1101) kata “ preventif “ berarti bersifat mencegah (supaya jangan terjadi
apa-apa). KBBI (2008 : 1060) kata “diperlukan“ berasal dari kata dasar
“perlu” yang berarti dibutuhkan.

(41) Pencapaian budaya produksi di kalangan petani sebenarnya sudah amat


bagus, tetapi persoalannya mereka kalah dari hegemoni persaingan pasar
yang dikuasai kaum berpunya. (41/SM/9Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia amat mendahului atau mengikuti kata yang
diterangkan, yaitu kata sudah dan bagus. Dalam KBBI (2008 ; 1346) kata
“ sudah“ berarti telah jadi; telah sedia; selesai. KBBI (2008 : 114) kata
“ bagus “ berarti baik sekali; elok.

(42) Dukungan dari Kementerian koperasi dan UKM serta Ditjen Pajak
Kementerian Keuangan berupa penerbitan aturan baru yang meringankan
anggota koperasi akan lebih memberikan kepastian hokum.
(42/SM/18Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia lebih mendahului atau mengikuti kata yang
diterangkan, yaitu kata akan dan memberikan. Dalam KBBI (2008 ; 25) kata
“ akan “ berarti (untuk menyatakan sesuatu yang hendak terjadi, berarti)

31
hendak. KBBI (2008 : 178) kata “ memberikan “ berasal dari kata dasar “
beri “ yang berarti menyerahkan sesuatu kepada.

(43) Penanganan bencana secara struktural di samping memerlukan biaya


sangat besar untuk membangun infrastruktur, juga memerlukan waktu lama.
(43/SM/28an2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia sangat mendahului atau mengikuti kata yang
diterangkan, yaitu kata biaya dan besar. Dalam KBBI (2008 ; 186) kata
“biaya“ berarti uang yang dikeluarkan untuk mengadakan (mendirikan,
melakukan, dan sebagainya)sesuatu; ongkos; belanja; pengeluaran. KBBI
(2008 : 844) kata “ besar “ berarti lebih dari ukuran sedang; lawan dari
kecil.

4. Adverbia yang mendahului dan mengikuti kata yang diterangkan.


(44) Lewat cara inilah penyelesaian sedikit demi sedikit akan bisa dikurangi
dengan upaya menghapus memori kolektif permusuhan.
(44/SM/4Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia sedikit mengampit kata demi yang dijadikan
sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 309) kata “ demi “
berarti lepas; per;.

(45) Dalam berbagai survei tentang capres oleh berbagai lembaga, bahkan
yang paling aktual adalah simulasi pasangan capres-cawapres, nama Jokowi
tetap saja bertengger pada urutan paling atas. (45/SM/9Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia bahkan dan paling mengampit kata yang
sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1566) kata “ yang “
berarti kata untuk menyatakan bahwa kata atau kalimat yang berikutnya
diutamakan atau dibedakan dari yang lain.

32
(46) Lalu sikap warga masyarakat juga masih kurang berpihak untuk
menjadikan saluran-saluran sebagai kebutuhan mutlak.
(46/SM/20Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia juga dan kurang mengampit kata masih yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 883) kata
“masih“ berarti sedang dalam keadaan belum selesai atau sedang
berlangsung.

(47) Manusia juga subjek paling aktif sehingga memiliki kewajiban kultural
untuk memahami kehendak alam. (47/SM/27Nov2016/6)
Pada kalimat di atas adverbia juga dan paling mengampit kata subjek yang
dijadikan sebagai kata yang diterangkan. Dalam KBBI (2008 ; 1344) kata
“subjek“ berarti pokok pembicaraan; pokok bahasan.

C. Perilaku Semantis Adverbia pada Kolom Wacana Suara Merdeka


1. Adverbia Kualitatif
(48) Bank Indonesia memperkirakan, dana kampanye yang dikeluarkan oleh
partai politik dan calon anggota legislatif untuk Pemilu 2016 tak akan
kurang dari Rp44,1 triliun ( Inafinance, 17/5/13). Angka yang sangat
fantastis. ( 48/SM/4Nov2016/6).
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia sangat menjelaskan adjektiva fantastis. Dalam
KBBI (2008 : 388) kata “ fantastis “ berarti bersifat fantasi; tidak nyata;
tidak masuk akal; sangat luar biasa; sangat hebat.

(49) Caleg yang hanya mengeluarkan sedikit dana kampanye, meski tidak ada
jaminan, tentu lebih kecil pula peluangnya melakukan korupsi jabatan.
(49/SM/4Nov2016/6).
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada

33
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva kecil. Kata “ kecil “
dalam KBBI (2008 : 644) berarti kurang besar; tidak besar.

(50) Penyelesaian jangka pendek dengan membuat deklarasi memang perlu tapi
yang lebih penting dari itu adalah pola penyelesaian jangka panjang dan
permanen. ( 50/SM/4Nov2016/6).
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva penting. Dalam KBBI
(2008 : 1048) kata “ penting “ berartiutama; pokok.

(51) Namun anggaran intelijen masih sangat minim untuk mencakup wilayah
NKRI yang luas, khususnya wilayah perbatasan. (51/SM/6Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia sangat menjelaskan adjektiva minim. Dalam KBBI
(2008 : 916) kata “ minim “ berarti sedikit ( kurang, terbatas).

(52) Secara psikologis masyarakat sangat terganggu bila teror terus mengintai.
(52/SM/6Nov2016/6).
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia sangat menjelaskan verba terganggu. Dalam KBBI
(2008 : 413) “ terganggu “ berasal dari kata dasar “ ganggu “ berarti
terhalang; mendapat rintangan.

(53) Padahal, sifat dasar dan hakikat pernikahan itu lebih individual ketimbang
sosial: sepasang individu saling mencinta mau bersatu secara sadar tanpa
paksaan unsur luar. (53/SM/6Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada

34
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva individual. Dalam
KBBI (2008 : 532) kata “ individual “ berarti mengenai atau berhubungan
dengan manusia secara pribadi; bersifat perseorangan.

(54) Nuansa politik kasus Anas Urbaningrum, mantan ketua umum Partai
Demokrat sangat terasa di tengah upaya Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) memproses skandal proyek Hambalang. (54/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan verba terasa. Dalam KBBI (2008
: 1145) “ terasa ” berasal dari kata dasar “ rasa” yang berarti dapat dirasa
(i); sudah dirasa (i); berasa dengan tiba-tiba.

(55) Di tengah hujan sangat deras, ia menyoroti banyak hal tentang pencapaian
atau puncak–puncak kebudayaan Jawa, seperti begitu banyak candi,
beraneka ragam batik membentang dari Pekalongan sampai Lasem, tenun
troso Klaten, juga Jepara. (55/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva deras. Dalam KBBI
(2008 : 317) kata “ deras ” berarti sangat cepat (aliran gerakan, dan
sebagainya).

(56) Kontrol penggunaan lahan oleh warga, apabila dikembangkan secara serius,
akan sangat membantu pemerintah mengendalikan pelanggaran penggunaan
lahan. (56/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia sangat menjelaskan verba membantu. Dalam KBBI
(2008 : 137) “ membantu “ berasal dari kata dasar “ bantu” berarti memberi

35
sokongan (tenaga,dan sebagainya) supaya kuat (kukuh, berhasil baik, dan
sebagainya).

(57) Membangun sistem kontrol berbasis masyarakat butuh waktu, terlebih


dalam lingkungan perkotaan yang lebih rumit. (57/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva rumit. Dalam KBBI
(2008 : 1189) kata “ rumit “ berarti sulit; pelik; sukar; susah.

(58) Hasil survei berbagi lembaga makin menempatkan Jokowi, kader PDIP,
pada posisi paling atas. (58/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia paling menjelaskan nomina atas. Dalam KBBI
(2008 : 97) kata “ atas “ berarti bagian (tempat) yang lebih tinggi.

(59) Mengapa pula Megawati dan PDIP seolah-olah gadis cantik yang sangat
menarik untuk didekati?. (59/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbial sangat menjelaskan verba menarik. Dalam KBBI
(2008 : 1405) “ menarik “ berasal dari kata dasr “ tarik “ berarti menghela
( supaya dekat, maju, ke atas, ke luar, dan sebagainya).

(60) Bila hal itu kita cermati dari sisi dampak komunikasi politik yang paling
sederhana maka Megawati dan PDIP berada di luar kekuasaan, dan hal itu
membuat keduanya sangat diuntungkan. (60/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia paling menjelaskan adjektiva sederhana. Dalam

36
KBBI (2008 : 1238) kata “ sederhana “ berarti bersahaja; tidak berlebih–
lebihan.

(61) dalam berbagai survei tentang capres oleh berbagai lembaga, bahkan yang
paling actual adalah simulasi pasangan capres-cawapres, nama Jokowi tetap
saja bertengger pada urutan paling atas. (61/SM/9Nov2016/6)

Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada


kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia paling menjelaskan nomina atas. Dalam KBBI
(2008 : 97) kata “ atas “ berarti bagian (tempat) yang lebih tinggi.

(62) Kita berharap penguasa diberikan kekuatan kedewasaan dan kearifan yang
makin bertambah sehingga pergantian tahun membuat mereka lebih
merakyat. (62/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva merakyat. Dalam KBBI
(2008 : 1135) “merakyat “ berasal dari kata dasar “ rakyat “ yang berarti
sampai ke rakyat; sudah populer dalam kehidupan rakyat.

(63) Semua didasari satu ikatan bahwa jadi penguasa karena rakyat
menginginkan mereka menjadi pilot yang akan membawanya pada
kehidupan lebih baik, nyaman dan berbahagia. (63/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva baik. Dalam KBBI
(2008 : 118) kata “ baik” berarti elok; patut; teratur ( apik, rapi, tidak ada
celanya, dan sebagainya).

37
(64) Pengakuan yang cepat dari menteri hendaknya menjadi cermin bagi pejabat
lain untuk lebih peka dalam mengambil keputusan yang menyangkut harkat
hidup banyak orang. (64/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva peka. Dalam KBBI
(2008 : 1037) kata “ peka “ berarti mudah merasa; mudah terangsang.

(65) Secara makro prudensial, pada Januari fondasi ekonomi lebih lemah terlihat
dari pertumbuhan ekonomi hingga akhir Desember 2015 diperkirakan hanya
pada kisaran 5,5%-5,8% , lebih rendah dibanding tahun lalu.
(65/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva lemah dan adjektiva
rendah. Dalam KBI (2008 ; 807) kata “ lemah “ berarti tidak kuat; tidak
bertenaga, sedangkan dalam KBBI (2008 : 1163) kata “ rendah “ berarti
dekat ke bawah; tidak tinggi.

(66) Implikasinya bagi bisnis kurang menguntungkan, pasar domestic jadi


kurang menarik karena daya beli masyarakat menurun akibat kenaikan
harga di tengah struktur ekonomi nasional yang mengandalkan konsumsi
domestik. (66/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia kurang menjelaskan verba menguntungkan dan
verba menarik. Dalam KBBI (2008 : 1532) “menguntungkan “ berasal dari
kata dasar” untung” yang berarti menjadikan beruntung ( mujur berbahagia);
memberi keuntungan ( manfaat, kefaedahan dan sebagainya), sedangkan
dalam KBBI (2008 : 1405) “ menarik “ berasal dari kata dasr “ tarik “
berarti menghela ( supaya dekat, maju, ke atas, ke luar, dan sebagainya).

38
(67) Bisa diramalkan,jika perkiraan ini terwujud, investasi pun tidak akan sebaik
tahun lalu, lapangan kerja lebih terbatas. (67/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbial lebih menjelaskan verba terbatas. Dalam KBBI
(2008 : 146) “terbatas” berasal dari kata dasar “batas” yang berarti telah
dibatasi ( ditentukan batas – batasnya); tertentu ( tidak boleh lebih).

(68) Sebuah proses untuk berpindah ke kelas yang lebih tinggi.


(68/SM/17Nov2016/6).
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva tinggi. Dalam KBBI
(2008 : 1468 ) kata “ tinnggi “ berarti jauh jaraknya dari posisi sebelah
bawah.

(69) Selain itu, cepat merespons dengan tindakan yang lebih efektif sehingga
tidak terjebak ke lembah kesulitan yang lebih dalam. (69/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan verba dalam. Dalam KBBI kata
“ dalam “ berarti jauh ke bawah ( dari permukaan); jauh masuk ke tengah
( dari dari tepi ).

(70) Apalagi, hasil referendum menunjukkan 90 persen lebih pemilih


mendukungkonstitusi baru itu. (70/SM/18Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada

39
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan nomina. Dalam KBBI (2008 :
1074) “ pemilih “ berasal dari kata dasar “ pilih “ yang berarti orang yang
memilih.

(71) Sebaliknya, mereka yang mendukung kerja kepemimpinan gubernur-wakil


gubernur DKI Jakarta tersebut maka akan lebih dari berbagai sudut pandang
dan argumentasi yang lebih mendasar. (71/SM/18Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan verba mendasar. Dalam KBBI
(2008 : 296) “ mendasar “ berasal dari kata dasar “ dasar “ berarti bersifat
dasar.

(72) Komunikasi politik para caleg dan capres sebaiknya menggunakan cara
yang lebih strategis untuk menarik simpati massa. (72/SM/18Nov2016/6)

Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada


kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva strategis. Dalam KBBI
(2008 : 1341) kata “ strategis “ berarti berhubungan, bertalian, berdasar
strategi.

(73) Karakteristik koperasi kurang peka terhadap perubahan lingkungan bisnis.


(73/SM/18Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia kurang menjelaskan adjektiva peka. Dalam KBBI
(2008 : 1037) kata “ peka “ berarti mudah merasa; mudah terangsang.

40
(74) Untuk itu, wajar bila anggota yang berpartisipasi memperoleh porsi
kesejahteraan lebih besar dibanding yang tidak berpartisipasi.
(74/SM/18Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva besar. Dalam KBBI
(2008 : 182) kata “ besar “ berarti lebih dari ukuran sedang; lawan dari
kecil.

(75) Pemimpin harus memiliki kesadaran bahwa waktu yang dimiliki untuk
mewujudkan visi sangat terbatas dan kesempatan tidak datang untuk kali
kedua. (75/SM/20Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia sangat menjelaskan verba terbatas. Dalam KBBI
(2008 : 146) “terbatas” berasal dari kata dasar “ batas “ yang berarti telah
dibatasi (ditentukan batas – batasnya); tertentu (tidak boleh lebih).

(76) Juga bagi kepala desa ( kades) dan perangkat desa, serta warga yang
mendambakan desanya lebih maju dan sejahtera. (76/SM/20Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan verba maju. Dalam KBBI (2008 :
860) kata “maju” berarti berjalan(bergerak) ke muka; tampil ke muka.

(77) Lagi pula diperlukan sejumlah persiapan untuk pelaksanaan lebih lanjut
berupa peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang mengatur pemilihan
kades, pendistribusian uang, pengawasan, pertanggungjawaban dan lain-
lain. (77/SM/20Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada

41
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva lanjut. Dalam KBBI
(2008 : 786 ) kata “lanjut” berarti tidak tanggung; terus.

(78) Bisa saja pihak ketiga berusaha berkolusi, menggelembungkan dana untuk
kegiatan tertentu (proyek) atau lebih fatal lagi membuat program fiktif.
(78/SM/20Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva fatal. Dalam KBBI
(2008 : 389) kata “ fatal “ berarti tidak dapat diubah atau diperbaiki lagi
( kerusakan, kesalahan).

(79) Kondisi inflasi Jateng lebih baik dibanding kondisi nasional dengan angka
8,38% sehingga kita patut mensyukuri realitas itu.
(79/SM/24Nov2016/6)

Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada


kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva baik. Dalam KBBI
(2008 : 118) kata “ baik “ berarti elok; patut; teratur (apik rapi tidak ada
celanya,dan sebagainya).

(80) Berkaca pada kondisi itu, kita bisa memetik minimal tiga pelajaran supaya
harga-harga lebih stabil. ( 80/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva stabil. Dalam KBBI
(2008 : 1336) kata “ stabil “ berarti tidak berubah-ubah; tetap; tidak naik
turun ( harga barang, nilai uang, dan sebagainya).

42
(81) Kedua; kita harus lebih serius mengelola pasokan.
(81/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva serius. Dalam KBBI
(2008 : 1288) kata “ serius “ berarti sungguh-sungguh.

(82) Namun, dibutuhkan koordinasi yang lebih baik dari seluruh elemen
masyarakat, baik di level pusat maupun daerah supaya tak berdampak
negatif terhadap petani. ( 82/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva baik. Dalam KBBI
(2008 : 118) kata “ baik “ berarti elok; patut; teratur (apik rapi tidak ada
celanya,dan sebagainya).

(83) Jateng mengalami inflasi relative rendah pada Lebaran dua tahun terakhir,
antara lain didukung perilaku masyarakat yang lebih bijak dalam
mengkonsumsi. ( 83/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva bijak. Dalam KBBI
(2008 : 190) kata “ bijak “ berarti selalu menggunakan akal budinya;
pandai; mahir.

(84) Namun, kita memiliki bekal mengingat pasokan bahan pangan, terutama
beras, sangat mencukupi. ( 84/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia sangat menjelaskan adjektiva mencukupi. Dalam
KBBI (2008 : 278) “ mencukupi “ berasal dari kata dasar “ cukup “ yang

43
berarti dapat memenuhi kebutuhan atau memuaskan keinginan; tidak
kurang.

(85) Banyak sorotan dialamatkan ke pemerintah daerah, baik provinsi, kota,


maupun kabupaten sebagai leading sector yang dianggap kurang maksimal
dalam antisipasi. (85/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva maksimal. Dalam
KBBI (2008 : 865) kata “ maksimal “ berarti sebanyak-banyaknya; setinggi-
tingginya; tertinggi.

(86) Pelanggaran tata ruang wilayah berakibat sangat fatal dan dalam jangka
panjang semakin memperparah kerusakan lingkungan.
(86/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia sangat menjelaskan adjektiva fatal. Dalam KBBI
(2008 : 389) kata “ fatal “ berarti tidak dapat diubah atau diperbaiki lagi
( kerusakan, kesahan).

(87) Bangsa Indonesia baru saja kehilangan salah satu putra terbaik, KH MA
Sahal Mahfudh. Ia prototipe ulama NU yang tegas dalam bersikap dan
berpendapat, tetapi pada saat yang lain sangat lunak memberi fatwa hukum.
(87/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva lunak. Dalam KBBI
(2008 : 848) kata “ lunak “ berarti lembut; empuk.

44
(88) Dari titik ini, ada kesan Mbah Sahal kurang konsekuen dengan gagasan
pembaruannya. (88/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva konsekuen. Dalam
KBBI (2008 : 725) kata “ konsekuen “ berarti sesuai dengan apa yang telah
dikatakan atau diperbuat; berwatak teguh, tidak menyimpang dari apa yang
sudah diputuskan.

(89) Bahkan berkesan kurang memperhatikan aspek sosiologis, seperti halnya


haramnya sholat zuhur bagi orang yang tak melaksanakan sholat jum’at.
(89/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia kurang menjelaskan verba memperhatikan. Dalam
KBBI (2008 : 487) “ memperhatikan “ berasal dari kata dasar “ hati “ yang
berarti mengamati: mencermati; mengawasi.

(90) Penurunan permukaan di Jakarta 15cm per tahun, lebih parah dari
Semarang 5-10 cm per tahun. (90/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva parah. Dalam KBBI
(2008 : 1020) kata “ parah “ berarti sukar diatasi.

(91) Pemimpin kadang perlu mengambil kebijakan yang tidak populis,


sepanjang untuk kepentingan yang lebih besar. (91/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva besar. Dalam KBBI

45
(2008 : 182) kata “ besar “ berarti lebih dari ukuran sedang; lawan dari
kecil.

(92) Jika Semarang tidak ingin tenggelam lebih cepat.


(92/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva cepat. Dalam KBBI
(2008 : 182) kata “ cepat “ berarti di waktu singkat; lekas.

(93) Di Yakuhimo, di Paniai, harus menempuh perjalanan darat 16 jam dari


Nabire dengan kondisi jalan yang lebih mirip kubangan lumpur.
(93/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva mirip. Dalam KBBI
(2008 : ) kata “ mirip “ berarti hampir sama atau serupa.

(94) Para pengabdi itu lebih bersemangat menuturkan keluguan anak didiknya
yang tak bersepatu, keceriaan dan perjuangan menyusuri sungai, menembus
hutan untuk datang ke sekolah. (94/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk dalam adverbia kualitatif, karena adverbia pada
kalimat tersebut berhubungan dengan tingkat, derajat, atau mutu. Pada
kalimat di atas adverbia lebih menjelaskan adjektiva bersemangat. Dalam
KBBI (2008 : ) “ bersemangat “ berasal dari kata “ semangat “ yang berarti
ada semangatnya; mengandung semangat.

2. Adverbia Kuantitatif.
(95) Masih banyak persoalan lain yang mengadang program
ini.(95/SM/4Nov2016/6)

46
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina persoalan. Dalam KBBI (2008 :
1326) “ persoalan “ berasal dari kata dasar “ soal “ yang berarti perbahasan;
perdebatan; perbincangan.

(96) Tetapi dalam kampanye semacam ini, pemilih harus berpartisipasi aktis dan
terutama tidak banyak menuntut dari para calon.(96/SM/4Nov2016/6)

Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena


menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina menuntut. Dalam KBBI (2008 :
1507) “ menuntut “ berasal dari kata dasar “ tuntut “ yang berarti meminta
dengan keras (setengah mengharuskan supaya dipenuhi).

(97) Sangat layak para pemilih ikut merenung; apa tujuan calon yang sudah
kaya raya bersedia menghamburkan begitu banyak dana?
(97/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina dana. Dalam KBBI (2008 : 291)
kata “ dana “ yang berarti uang yang disediakan untuk sesuatu keperluan;
biaya.

(98) Banyak pihak semakin pesimistis bahwa tenggat waktu April untuk
menelesaikan rumusan kesepakatan perdamaian Israel-Palestina bakal
tercapai. (98/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina pihak. Dalam KBBI (2008 :
1071) kata “pihak“berarti sisi ( yang sebelah); bagian.

47
(99) Inilah yang selama ini agar terabaikan dan tidak terlalu banyak
mendapatkan tekanan. (99/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan verba mendapatkan. Dalam KBBI (2008 :
293) “ mendapatkan “ berasal dari kata dasar “ dapat “ yang berarti beroleh;
memperoleh.

(100) Penghormatan dan dorongan itu telah terwujud dalam banyak hal.
(100/SM/4Nov2016/6).

Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena


menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina hal. Dalam KBBI (2008 : 475)
kata “ hal “ berarti keadaan; peristiwa; kejadian ( sesuatu yang terjadi).

(101) Dominasi monopolistic masih menjadi kekuatan ekonomi di negara-negara


di Asia dan berakibat pada kesenjangan pendapatan dan kesejahteraan yang
makin lebar tanpa campur tangan pengaturan yang cukup berarti dari
pemerintah. (101/SM/6Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia cukup menjelaskan verba berarti. Dalam KBBI (2008 : 87) “
berarti “ berasal dari kata dasar “ arti “ yang berarti mengandung maksud.

(102) Di tengah hujan sangat deras, ia menyoroti banyak hal tentang pencapaian
atau puncak-puncak kebudayaan Jawa, seperti begitu banyak candi,
beraneka ragam batik membentang dari Pekalongan sampai Lasem, tenun
torso Klaten, juga Jepara. (102/SM/9Nov2016/6)

48
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina candi. Dalam KBBI (2008 : 240)
kata “candi “ yang berarti bangunan kuno yang dibuat dari batu (
sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja–raja, pendeta–
pendeta Hindu atau Buddha pada zaman dulu).

(103) Mas Ganjar melihat di tengah lahan yang subur makmur, begitu juga
dengan melimpahnya energy, ditambah masyarakat yang bekerja keras,
realitasnya masih banyak kaum miskin dan penganggur.
(103/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina kaum. Dalam KBBI (2008 : 637)
kata “ kaum “ yang berarti golongan (orang sekerja, sepaham, sepangkat,
dan sebagainya).

(104) Namun dengan narasi Pidato Kebudayaan, saya sampai pada kesimpulan
awal bahwa sebagai Gubernur, Ganjar cukup tajam melihat kondisi mutakhir
wilayah kerja’a. (104/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia cukup menjelaskan adjektiva tajam. Dalam KBBI (2008 : 637)
kata “ tajam “ berarti lekas dapat melakukan sesuatu ( melihat, mendengar,
mencium bau, merasa, dan sebagainya).

(105) Sebagai politikus yang sudah cukup lama di Senayan, isu-isu tersebut
tentu dengan mudah dikemas menjadi bagian dari hal yang ingin disorot dan
diselesaikan. (105/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di

49
atas adverbia cukup menjelaskan adjektiva lama. Dalam KBBI (2008 : 777)
kata “ lama “ berarti panjang antaranya ( waktu ).

(106) .....dalam mengambil keputusan yang menyangkut harkat hidup banyak


orang. (106/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina orang. Dalam KBBI (2008 : 986)
kata “ orang“ berarti manusia ( dalam arti khusus ).

(107) Dalam banyak kesempatan, ia membaur dengan masyarakat, berpakaian tak


resmi, hingga menghadiri acara-acara musik yang identik dengan kemudaan.
(107/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina kesempatan. Dalam KBBI (2008
: 1264) “ kesempatan “ berasal dari kata dasar “ sempat “ yang berarti waktu
( keluasan, peluang, dan sebagainya).

(108) Makin masyarakat tahu bahwa banyak janji dan orasi tak direalisasikan
maka makin apatis dan nyinyir terhadap pemerintahan.
(108/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina janji. Dalam KBBI (2008 : 566)
kata “ janji “ berarti ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan
untuk berbuat ( seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu).

(109) Banyak orang sependapat, Ganjar Pranowo memulai jabatannya sebagai


gubernur dengan balutan sinar kepemimpinan cerah.
(109/SM/20Nov2016/6)

50
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina orang. Dalam KBBI (2008 : 986)
kata “ orang “ berarti manusia ( dalam arti khusus).

(110) Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah baru-baru ini melansir laporan
yang cukup memprihatinkan. (110/SM/20Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia cukup menjelaskan verba memprihatinkan. Dalam KBBI
(2008 : 1102) “ memprihatinkan “ berasal dari kata dasar “ prihatin “ yang
berarti menimbulkan rasa prihatin; menyedihkan.

(111) Variabel-variabel yang dipatok sebagai ukuran untuk kategorisasi penduduk


miskin pun makin banyak mengundang pro-kontra. (111/SM/20Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan verba mengundang. Dalam KBBI (2008 :
1527) “ mengundang “ berasal dari kata dasar “ undang “ yang berarti
memanggil supaya datang; mempersilakan hadir ( dalam rapat, perjamuan,
dan sebagainya).

(112) Tetapi harga bawang merah tetap melonjak cukup tinggi tahun 2015.
(112/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia cukup menjelaskan adjektiva tinggi. Dalam KBBI (2008 :
1468) kata “ tinggi “ berarti jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah.

(113) Inflasi memang persoalan cukup pelik. Pengendaliannya tidak bisa


dilakukan oleh satu lembaga. (113/SM/24Nov2016/6)

51
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia cukup menjelaskan adjektiva pelik. Dalam KBBI (2008 :
1041) kata “ pelik “ berarti sangat rumit; sulit.

(114) Ke depan, tantangan pengendalian inflasi masih cukup berat. Namun kita
memiliki bekal mengingat pasokan bahan pangan, terutama beras, sangat
mencukupi. (114/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia cukup menjelaskan adjektiva berat. Dalam KBBI (2008 : 177)
kata “ berat “ berarti sulit ( susah, sukar ) melakukannya; melebihi ukuran (
kekuatan, kemampuan, kesanggupan, dan sebagainya).

(115) Tidak tercapainya jumlah kunjungan wisman tidak hanya dirasakan oleh
Jateng mengingat banyak faktor yang memengaruhi.
(115/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina faktor. Dalam KBBI (2008 : 387)
kata “ faktor “ berarti hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan
(memengaruhi) terjadinya sesuatu.

(116) Salah satu faktor adalah kebangkitan banyak provinsi lain di Tanah Air,
dengan “ kue “ destinasi yang makin menarik dan beragam sehingga turis
asing memiliki banyak pilihan untuk berlibur. (1) Caleg yang hanya
mengeluarkan sedikit dana kampanye, meski tidak ada jaminan, tentu lebih
kecil pula peluangnya melakukan korupsi jabatan. (115/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di

52
atas adverbia banyak menjelaskan nomina provinsi dan nomina pilihan.
Dalam KBBI (2008 : 1108) kata “ provinsi “ berarti wilayah atau daerah
yang dikepalai oleh gubernur. Dalam KBBI (2008 ; 1074) Kata “ pilihan “
berarti yang dipilih atau hasil memilih.

(117) Semakin banyak kekayaan yang bisa dikeruk dari bumi manusia merasa
semakin berhasil. (117/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kuantitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan jumlah. Pada kalimat di
atas adverbia banyak menjelaskan nomina kekayaan. Dalam KBBI (2008 :
640) “ kekayaan “ berasal dari kata dasar “ kaya “ yang berarti perihal (
yang bersifat, berciri) kaya.

3. Adverbia Limitatif
(118) Masalahnya, negara hanya menganggarkan Rp16 triliun untuk 86 juta
penerima bantuan iuran (PBI) rakyat miskin. (118/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba menganggarkan. Dalam
KBBI (2008 : 63) “ menganggar “ berasal dari kata dasar “ anggar “ yang
berarti memperhitungkan ( biaya dan sebagainya).

(119) Artinya, rakyat miskin yang selama ini dijanjikan gratis ternyata harus
membayar sebesar Rp6.700 karena pemerintah hanya menanggung premi
Rp15.500. (119/SM/4Nov2016/6)

Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena


menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba menanggung. Dalam

53
KBBI (2008 : 1397) “ menanggung “ berasal dari kata dasar “ tanggung “
yang berarti menyangga ( bahan yang berat); memikul; memanggul.

(120) Baru jaminan kesehatan saja, pemerintah harus mencabut Perpres Nomor
105 Tahun 2015 dan Perpres Nomor 106 Tahun 2015 yang memberikan
fasilitas berobat ke luar negeri bagi pejabat publik, setelah mendapat kritik
keras dari masyarakat. (120/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia harus menjelaskan verba mencabut. Dalam KBBI
(2008 : 232) “ mencabut “ berasal dari kata dasar “ cabut “ yang berarti
menarik supaya lepas ( keluar ) dari tempat tertanamnya ( tumbuhnya ).

(121) Karena itu, menyelesaikan konflik agama bila hanya menggunakan


pendekatan sosiologis, dalam jangka pendek mungkin berhasil meredam
konflik. (121/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba menggunakan. Dalam
KBBI (2008 : 466) “ menggunakan “ berasal dari kata dasar “ guna “ yang
berarti memakai ( alat, perkakas ); menggambil manfaatnya ; melakukan
sesuatu.

(122) Pola ini hanya bergerak pada tingkat jasad. Kesepakatan yang dimunculkan
ibarat mengobati rasa sakit tapi tak menyembuhkan penyakit.
(122/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba bergerak. Dalam KBBI
(2008 : 444) “ bergerak “ berasal dari kata dasar “ gerak “ yang berarti
berpindah dari tempat atau kedudukan ( tidak diam saja ).

54
(123) Penyelesaian konflik agama seharusnya tidak sekadar seremonial dan lips
service tapi harus mampu menyentuh dimensi roh konflik, yaitu dimensi
ajaran agama. (123/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia sekadar menjelaskan adjektiva seremonial. Dalam
KBBI (2008 : 1285) kata “ seremonial “ berarti bersifat upacara; bersifat
seremoni.

(124) Fungsi pihak luar itu terbatas sebagai saksi, pemberi restu dan supporters
yang tidak mempengaruhi keabsahan hakiki pernikahan, kecuali hanya
memberi nilai tambah. (124/SM/6Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba memberi. Dalam KBBI
(2008 : 178) “ memberi “ berasal dari kata dasar “ beri “ yang berarti
menyerahkan ( membagikan, menyampaikan) sesuatu.

(125) Ia bukan sekadar soal ralat atas legalitas hukum, melainkan menuju sikap
pikir yang mampu mereformasi kegelapan peradaban menuju ke peradaban
terang. (125/SM/6Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia sekadar menjelaskan nomina soal. Dalam KBBI
(2008 : 1325) kata “ soal “berarti hal yang harus dipecahkan; masalah.

(126) Upaya mangkir dari pemeriksaan sebagai tersangka dan malah membangun
opini publik itu, sebenarnya hanya menunda proses yang secara hokum
memang harus dijalani oleh Anas. (126/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada

55
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba menunda. Dalam KBBI
(2008 : 1502) “ menunda “ berasal dari kata dasar “ tunda “ yang berarti
menghentikan dan akan dilangsungkan lain kali (lain waktu);
mengundurkan waktu pelaksanaan; menangguhkan.

(127) Masyarakat juga sudah menjadi semakin terbiasa dan akrab dengan lontaran
wacana-wacana yang muncul setiap kali musim hujan dan banjir datang,
tetapi tetap saja banjir dan genangan harus dihadapi selama bertahun-tahun
ini. (127/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia saja menjelaskan verba banjir. Dalam KBBI (2008
: 135) kata “ banjir “ berarti berair banyak dan deras, kadang – kadang
meluap ( kali dan sebagainya).

(128) Angka-angka tersebut tidak boleh disimak hanya sekejap, terutama para
pembuat kebijakan, karena bermakna sangat dalam. (128/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan nomina sekejap. Dalam KBBI
(2008 : 648) “ sekejap “ berasal dari kata dasar “ kejap “ yang berarti sekali
kejap; sebentar sekali; sesaat.

(129) Banjir tidak sekadar menampilkan kegelisahan warga yang rumahnya


terendam dan akses pekerjaaannya terganggu, tetapi juga menjadi ruang
bagi tampilnya komentar-komentar pedas terkait penanganan bencana.
(129/SM/18Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia sekadar menjelaskan verba menampilkan. Dalam
KBBI (2008 : 1389) “ menampilkan “ berasal dari kata dasar “ tampil “ yang

56
berarti membawa ke muka; mengemukakan; mempertontonkan;
memajukan.

(130) Sejatinya, putusan MK bukan mengurangi kewenangan DPR melainkan


hanya meluruskan penafsiran konstitusional atas UUD 1945.
(130/SM/18Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba meluruskan. Dalam KBBI
(2008 : 851) “ meluruskan “ berasal dari kata dasar “ lurus “ yang berarti
membuat supaya lurus; menjadikan lurus.

(131) Prasyarat kepemimpinan yang berhasil tak hanya membutuhkan visi, misi,
dan program yang baik tetapi juga strategi implementasi dengan roadmap
jelas. (131/SM/20Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba membutuhkan. Dalam
KBBI (2008 : 230) “ membutuhkan “ berasal dari kata dasar “ butuh “ yang
berarti sangat perlu menggunakan; memerlukan.

(132) Kita hanya perlu mewaspadai fluktuasi harga bahan pangan berkait kondisi
cuaca yang tidak menentu. (132/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba mewaspadai. Dalam
KBBI (2008 : 1558) “ mewaspadai “ berasal dari kata dasar “ waspada “
yang berarti berlaku waspada terhadap; memperhatikan dengan waspada.

57
(133) Dibutuhkan kearifan dan kebijaksanaan pemimpin agar kunjungan benar-
benar membawa manfaat nyata dan tidak sekadar menampakkan muka.
(133/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia sekadar menjelaskan verba menampakkan. Dalam
KBBI (2008 : 1388) “ menampakkan “ berasal dari kata dasar “ tampak “
yang berarti membuat menjadi dapat dilihat; memperlihatkan.

(134) Jika dahulu turis asing hanya sampai di Pulau Komodo atau Bunaken, kini
bisa memilih raja ampat yang elok atau Wakatobi yang mempesona.
(134/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba sampai. Dalam KBBI
(2008 : 1216) kata “ sampai “berarti mencapai; datang; tiba.

(135) Tentu saja semua itu tak berhenti pada sekadar menggelar event tahunan.
(135/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia sekadar menjelaskan verba menggelar. Dalam
KBBI (2008 : 429) “ menggelar “ berasal dari kata dasar “ gelar “ yang
berarti mengatur terhampar.

(136) Dengan begitu, ketika bencana berakhir kita tak hanya diam, tetapi tergerak
untuk mengatasinya. (136/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada

58
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba diam. Dalam KBBI (2008
: 324) kata “ diam “ berarti tidak bersuara (berbicara).

(137) Sebagai rumah, alam tidak hanya harus dijaga tapi dipelihara sehingga tetap
nyaman dan membuat kerasan. (137/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan adjektiva harus. Dalam KBBI
(2008 : ) kata “ harus “berarti wajib; mesti (tidak boleh tidak).

(138) Jangankan berpikir menabung, berangkat dan pulang mengajar selamat saja
sudah bersyukur. (138/SM/28Nov2016/6)

Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena


menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia saja menjelaskan adverbia sudah. Dalam KBBI
(2008 : 1346) kata “ sudah “ berarti telah jadi; telah sedia; selesai.

(139) Sesak rasanya mengingat para pejabat public, petinggi negara, dan elite
politik yang hanya memikirkan kepentingan sendiri, kelompok, mempererat
rakyat untuk mencapai tujuannya. (139/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba memikirkan. Dalam KBBI
(2008 : 1073) “ memikirkan “ berasal dari kata dasar “ pikir “ yang berarti
mementingkan (diri dan sebagainya); mengutamakan (diri dan sebagainya).

(140) Konferensi Jenewa II sudah berlangsung sejak pekan lalu hanya membawa
setitik harapan untuk mengakhiri konflik di Suriah. (140/SM/28Nov2016/6)

59
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia limitatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan pembatasan. Pada
kalimat di atas adverbia hanya menjelaskan verba membawa. Dalam KBBI
(2008 : 150) “ membawa “ berasal dari kata dasar “ bawa “ yang berarti
mengangkut; memuat; memindahkan; mengirimkan.

4. Adverbia Frekuentatif
(141) Aparat intelijen dan keamanan juga harus melakukan penggalangan tokoh-
tokoh masyarakat pada berbagai elemen, khususnya menyangkut jaringan
narkitika, penyelundupan, perampokan bank, ATM, took emas dan penjual
senjata gelap, serta frekuensi radio dan jaringan kabel yang tak bisa
dipungkiri sering terkait dengan terorisme. (141/SM/6Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia sering menjelaskan verba terkait. Dalam KBBI (2008 : 604) “
terkait “ berasal dari kata dasar “ kait “ yang berarti sudah dikait; tidak
sengaja mengait.

(142) Berbagai spekulasi memang selalu mewarnai penanganan kasus-kasus besar


korupsi. (142/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan verba mewarnai. Dalam KBBI (2008 : 1557)
“ mewarnai “ berasal dari kata dasar “ warna “ yang berarti memberi warna;
mengecat dan sebagainya; menandai ( dengan warna tertentu );
memengaruhi.

(143) Dari tahun ke tahun selama decade ini selalu saja nomalisasi dan sungai
menjadi mantra anti banjir. (143/SM/9Nov2016/6)

60
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan adjektiva saja. Dalam KBBI (2008 : 1202)
kata “ saja “ berarti melulu ( tiada lain hanya; semat –mata).

(144) Bukan itu saja, meski dalam berbagai kesempatan Mega selalu mengatakan
PDIP masih berkonsentrasi pada pileg, sinyal positif Mega kepada Jokowi
makin lama tampak makin jelas. (144/SM/9Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan nomina mengatakan. Dalam KBBI (2008 :
637) “ mengatakan “ berasal dari kata dasar “ kata “ yang berarti
menyebutkan; menuturkan.

(145) “ Panda, kamu piker saya tidak tahu malu. Saya sudah sering kalah.
(145/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia sering menjelaskan verba kalah. Dalam KBBI (2008 : 606)
kata “ kalah “ berarti tidak menang atau dalam keadaan tidak menang
(dalam perkelahian, perang, pertandingan, pemilihan, dan sebagainya).

(146) Guna menegakkan slogan “ Mboten Korupsi lan Mboten Ngapusi “, ia


mengajak masyarakat untuk selalu mengedepankan rembukan.
(146/SM/17Nov2016/6)

61
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan verba mengedepankan. Dalam KBBI (2008 :
314) “ mengedepankan “ berasal dari kata dasar “ depan “ yang berarti
membawa ke depan; mengemukakan.

(147) Pidato kebudayaan selalu menyoroti permasalahan actual dan


penting.(147/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan verba menyoroti. Dalam KBBI (2008 : 1331)
“ menyoroti “ berasal dari kata dasar “ sorot “ yang berarti menerangi;
menyinari; menyuluhi.

(148) Namun, terlepas dari itu, sebuah pidato oleh seorang pemimpin selalu
menyisakan tanya; kapan konsep – konsep untuk mewujudkan masyarakat
ideal itu direalisasikan ? (148/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan verba menyisakan. Dalam KBBI (2008 : 1319)
“ menyisakan “ berasal dari kata dasar “ sisa “ yang berarti membiarkan
bersisa meninggalkan sedikit.

(149) Dalam hal ini, Jateng sebenarnya telah memiliki pucuk pimpinan yang
selalu mengupayakan hal itu: nguwongke liyan dengan berupaya
mengedepankan rembukan. (149/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan

62
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan verba mengupayakan. Dalam KBBI (2008 :
1534) “ mengupayakan “ berasal dari kata dasar “ upaya “ yang berarti
mengusahakan; mengikhtiarkan; melakukan sesuatu untuk mencari akal
(jalan keluar dan sebagainya).

(150) Pelaporan–pelaporan keadaan di lapangan selalu terjaga sebagai kenyataan,


bukan yang sudah dikelola untuk menyenangkan atasan.
(150/SM/24Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan verba terjaga. Dalam KBBI (2008 : 555) “
terjaga “ berasal dari kata dasar “ jaga “ yang berarti terpelihara; terawat.

(151) Salah satu diantaranya adalah selalu menyebut bahwa musuh ada di luar
sana ( tha enemy is out there). (151/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan verba menyebut. Dalam KBBI (2008 : 1237)
“menyebut “ berasal dari kata dasar “ sebut “ yang berarti memperkatakan (
menceritakan dan sebagainya); mengatakan.

(152) Walhasil, bencana terjadi silih berganti, tiap musim hujan selalu terjadi
bencana banjir, sebaliknya setiaop musim kemarau selalu terjadi bencana
kekeringan. (152/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia frekuentatif, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan tingkat kekerapan
terjadinya sesuatu yang diterangkan adverbia itu. Pada kalimat di atas
adverbia selalu menjelaskan verba terjadi. Dalam KBBI (2008 : 554) “

63
terjadi “ berasal dari kata dasar “ jadi “ yang berarti sudah sudah dijadikan (
diadakan).

5. Adverbia Kewaktuan
(153) Tapi jangan lupa, jaringan – jaringan baru teroris muda di Indonesia
menunjukkan pengaderan sistematis dan terpola, mengarah di wilayah
pinggiran Jakarta dan kota – kota lain, khususnya Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi, terutama dalam 5 tahun terakhir.
(153/SM/6Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kewaktuan, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa
yang diterangkan oleh adverbia itu. Pada kalimat di atas adverbia baru
menjelaskan nomina teroris. Dalam KBBI (2008 : 1455) kata “teroris “
yang berarti orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa
takut, biasanya untuk tujuan politik.

(154) Di Jakarta, pidato kebudayaan, seperti yang baru kali pertama dilakukan oleh
Gubernur, telah menjadi agenda tahunanj sejak pemerintahan Ali Sodikin,
1968. (154/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kewaktuan, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa
yang diterangkan oleh adverbia itu. Pada kalimat di atas adverbia baru
menjelaskan nomina kali. Dalam KBBI (2008 : 604) kata “ dari “ yang
berarti kata untuk menyatakan kekerapan tindakan.

(155) Dengan perbedaan pandangan tentang tujuan koferensi, kecil harapan


konflik berdarah itu akan segera berakhir. (155/SM/28Nov2016/6)

Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kewaktuan, karena


menggambarkan makna yang berhubungan dengan saat terjadinya peristiwa
yang diterangkan oleh adverbia itu. Pada kalimat di atas adverbia segera

64
menjelaskan verba berakhir. Dalam KBBI (2008 : 27) “ berakhir “ berasal
dari kata dasar “ akhir “ yang berarti selesai; habis.

6. Adverbia Kontrastif
(156) Kita bisa membayangkan betapa besar dana yang dikuras untuk kampanye,
bahkan sejak jauh hari sebelum pelaksanaan pemilu. (156/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia bahkan menjelaskan kata sejak.
Dalam KBBI (2008 : 1241) kata “ sejak “ berarti kata penghubung untuk
menandai mulai dari; dari.

(157) Dalam praktik kadang masih terdapat sejumlah inkonsistensi, bahkan


ketegangan dan konflik antara moral agama dan ketentuan hukum.
(157/SM/4Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia bahkan menjelaskan nomina
ketegangan. Dalam KBBI (2008 : 1418) “ ketegangan “ berasal
dari kata dasar “ tegang “ yang berarti hal (keadaan) tegang; pertentangan
yang keras.

(158) Waspada terhadap perkembangan ekonomi nasional, lengah terhadap


kepekaan rakyat atau justru kondisi ini menjadi kartu truf untuk
memperbesar daya tawar. (158/SM/17Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia justru menjelaskan nomina
kondisi. Dalam KBBI (2008 : 722) kata “ kondisi “ berarti keadaan.

65
(159) Bencana yang terjadi di Jakarta justru menjadi ajang kampanye bagi
politikus untuk menaikkan bendera partai dan media pengenalan calon
anggota legislatif ( caleg ) baik pada tingkatan DPR, DPRD provinsi,
maupun kabupaten/kota. (159/SM/18Nov2016/6).
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia justru menjelaskan verba
menjadi. Dalam KBBI (2008 : 554) “ menjadi “ berasal dari kata dasar “ jadi
“ yang berarti (dibuat) untuk.

(160) Menunggangi bencana untuk urusan kampanye dan misi politik, sejatinya
justru menambah kesedihan warga. (160/SM/18Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia justru menjelaskan verba
menambah. Dalam KBBI (2008 : 1386) “ menambah “ berasal dari kata
dasar “ tambah “ yang berarti menjadikan ( membubuhkan, dan sebagainya).

(161) Ganjar dapat memimpin tanpa harus dibebani kalkulasi ekonomis atau
bahkan politis yang rumit. (161/SM/20Nov2016/6)

Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena


menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia bahkan menjelaskan adjektiva
politis. Dalam KBBI (2008 : 1092) kata “ politis “ berarti bersifat politik;
bersangkutan dengan politik.

(162) Yang menarik pula, warga miskin di perkotaan justru turun dari 12,87
persen menjadi 12,53 persen walaupun secara keseluruhan jumlah penduduk
miskin di Jateng mencapai 14 persen, lebih tinggi dari angka nasional yang
tercatat 11 persen. (162/SM/20Nov2016/6)

66
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia justru menjelaskan verba turun.
Dalam KBBI (2008 : 1508) kata “ turun “ berarti bergerak kea rah bawah;
bergerak ke tempat yang lebih rendah daripada tempat semula.

(163) Sayang, amanah sebagai khalifah kerap disalah gunakan. Manusia justru
menempatkan diri sebagai penguasa. (163/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia justru menjelaskan verba
menempatkan. Dalam KBBI (2008 : 1433) “ menempatkan “ berasal dari
kata dasar “ tempat “ yang berarti menaruh; meletakkan; memasang (di).

(164) Selain itu, penyikapan fikih secara tekstual justru paradoks dengan
historisitas fikih yang lahir dari pergulatan antara teks dan konteks.
(164/SM/27Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia justru menjelaskan nomina
paradoks. Dalam KBBI (2008 : 1019) kata “ paradoks “ berarti pernyataan
yang seolah-olah bertentangan ( berlawanan ) dengan pendapat umum atau
kebenaran, kenyataan mengandung kebenaran; bersifat paradoks.

(165) Barat yang lebih mendukung kelompok oposisi dengan alasan pembelaan,
hak asasi manusia dan demokrasi, serta Negara – Negara sahabat Suriah
seperti Iran yang berpihak pada Bashar al – Assad, justru semakin
menjauhkan kedua kubu yang bertikai untuk menemukan landasan
paradigma bersama bagi solusi konflik. (165/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan

67
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia justru menjelaskan adverbia
semakin. Dalam KBBI (2008 : 863) “ semakin “ berasal dari kata dasar “
makin “ berarti makin..

(166) Pengalaman masa lalu telah menunjukkan seringkali bencana alam justru
menjadi alat pemersatu dan pembangkit rasa solidaritas.
(166/SM/28Nov2016/6)
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia kontranstif, karena
menggambarkan pertentangan dengan makna kata atau hal yang dinyatakan
sebelumnya. Pada kalimat di atas adverbia justru menjelaskan verba
menjadi. Dalam KBBI (2008 : 554) “ menjadi “ berasal dari kata dasar “
jadi “ yang berarti (diangkat, dipilih).

8. Adverbia Keniscayaan
(167) Ini mengasumsikan seorang calon menghabiskan rata-rata “ hanya “ Rp1
miliar untuk kampanye. Kebanyakan dari mereka pasti menghabiskan lebih
dari itu. (167/SM/4Nov2016/6).
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia keniscayaan, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang
keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia
itu. Pada kalimat di atas adverbia pasti menjelaskan verba menghabiskan.
Dalam KBBI (2008 : 471) “ menghabiskan “ berasal dari kata dasar “ habis
“ yang berarti menyelesaikan.

(168) Orang tentu menanti apa yang akan dibuka sebagai “halaman berikutnya“,
seperti yang diungkapkan ketika ia ditetapkan sebagai tersangka.
(168/SM/6Jan2012/6).
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia keniscayaan, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang
keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia

68
itu. Pada kalimat di atas adverbia tentu menjelaskan verba menanti. Dalam
KBBI (2008 : 951) “ menanti “ berasal dari kata dasar “ nanti “ yang
berarti menunggu.

(169) Seolah tidak ada habisnya membicarakan persoalan banjir di kawasan


perkotaan, dan tentu saja, kota Semarang sebagai pusat pemerintahan,
bisnis, dan layanan publik di Provinsi Jateng. (169/SM/9Nov2016).
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia keniscayaan, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang
keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia
itu. Pada kalimat di atas adverbia tentu menjelaskan adverbia saja. Dalam
KBBI (2008 : 1202) kata “ saja “ berarti selalu; terus-menerus.

(170) Koperasi berkewajiban menyejahterakan anggota. Dengan adanya pajak


tentu kesejahteraan ( SHU ) yang diperoleh anggota koperasi akan
berkurang. (170/SM/18Nov2016).
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia keniscayaan, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang
keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia
itu. Pada kalimat di atas adverbia tentu menjelaskan nomina kesejahteraan.
Dalam KBBI (2008 : 1241) “ kesejahteraan “ berasal dari kata dasar “
sejahtera “ yang berarti hal atau keadaan sejahtera; keamanan; keselamatan;
ketenteraman.

(171) Peristiwa-peristiwa itu tentu membanggakan dan memberikan nilai tambah.


(171/SM/24Nov2016).
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia keniscayaan, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang
keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia
itu. Pada kalimat di atas adverbia tentu menjelaskan verba membanggakan.
Dalam KBBI (2008 : 132) “ membanggakan “ berasal dari kata dasar “

69
bangga “ yang berarti menimbulkan perasaan bangga; menjadikan besar
hati.

(172) Peraturan yang masih tumpang-tindih, penegakan hokum yang btidak jalan,
sistem pemerintahan yang tidak efektif, dan pelanggaran yang lolos sanksi
menyebabkan pelanggaran tata ruang merajalela. Pemerintah tentu memikul
tanggung jawab. (172/SM/27Nov2016).
Kalimat di atas termasuk ke dalam adverbia keniscayaan, karena
menggambarkan makna yang berhubungan dengan kepastian tentang
keberlangsungan atau terjadinya hal atau peristiwa yang dijelaskan adverbia
itu. Pada kalimat di atas adverbia tentu menjelaskan verba memikul. Dalam
KBBI (2008 : 1073) “ memikul “ berasal dari kata dasar “ pikul “ yang
berarti menanggung.

D. Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA


Dalam KBBI (2008 : 529) implikasi berarti keterlibatan atau
keadaan terlibat. Berdasarkan pengertian tersebut, implikasi yang dimaksud
adalah hasil penelitian dalam skripsi ini memiliki keterlibatan dengan
pembelajaran bahasa di SMA. Penelitian tentang perilaku adverbia pada
kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016 dapat
diterapkan dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran merupakan upaya guru untuk mengubah tingkah
laku siswa. Proses pembelajaran sengaja disusun untuk mengubah tingkah
laku siswa, baik tingkah laku dalam berfikir, bersikap, dan berbuat agar
lebih berkarakter dan berkepribadian. Dengan adanya pembelajaran, guru
dapat memotivasi siswa untuk belajar. Guru merupakan peran penting
dalam suatu pembelajaran, selain sebagai motivator, guru juga berperan
sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan mampu menciptakan
suasana belajar yang nyaman untuk siswa, sehingga siswa mampu menyerap
materi yang telah disampaikan oleh guru tersebut.

70
Pembelajaran yang baik harusnya sesuai dengan silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), sehingga proses pembelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang sudah tersusun. Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SMA hasil penelitian ini memiliki
implikasi yang positif. Implikasi positif ditunjukkan dengan implementasi
hasil penelitian penulis dalam materi yang berkaitan dengan aspek
kemampuan berbahasa, kemampuan memahami bahasa Indonesia,
kemampuan penggunaan bahasa Indonesia, serta kemampuan mengapresiasi
sastra. Keempat aspek tersebut terdapat dalam sub-aspek mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Untuk itu, sebagai bentuk penerapan
nyata dari penelitian ini dalam pembelajaran bahasa Indonesia, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran ini dijadikan implikasinya di SMA kelas X pada
materi pembelajaran tentang kelas kata.
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru bahasa Indonesia
di dalam merumuskan materi atau bahan pembelajaran, khususnya yang
berkaitan dengan penggunaan adverbia. Di samping itu hasil penelitian ini
juga dapat membantu para siswa di SMA dalam memahami penggunaan
adverbia dalam surat kabar, khususnya surat kabar Suara Merdeka.

71
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan


sebagai berikut :
1. Dalam kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016 ,
selain penggunaan adverbia dari segi perilaku sintaktis dan perilaku
semantisnya, penulis juga menemukan penggunaan adverbia tunggal berupa
kata berafiks. Adverbia tunggal yang berupa kata berakfiks diperoleh dari
konfiks se-….-nya atau sufiks –nya yang diletakkan pada kata dasar, seperti
kata sebanyak-banyaknya, , banyaknya, setidak-tidaknya. Penulis juga
menemukan penggunaan adverbia yang berdampingan, seperti selalu saja,
sangat banyak, lebih banyak, dan harus lebih.
2. Pada kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016,
penulis menemukan adverbia dari segi perilaku sintaktis dengan rincian
sebagai berikut :
a. Adverbia yang mendahului kata yang diterangkan, sebanyak 26 kalimat,
dengan persentase 15%
b. Adverbia yang mengikuti kata yang diterangkan, sebanyak 10 kalimat,
dengan persentase 6%
c. Adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan, sebanyak
6 kalimat, dengan persentase 4%
d. Adverbia yang mendahului atau mengikuti kata yang diterangkan, sebanyak
5 kalimat dengan persentase 3%.
3. Pada kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember 2016,
penulis menemukan adverbia dari segi perilaku semantis dengan rincian
sebagai berikut :
a. Adverbia kualitatif, sebanyak 47 kalimat, dengan persentase 27%
b. Adverbia kuantitatif, sebanyak 23 kalimat, dengan persentase 13%

72
c. Adverbia limitatif, sebanyak 23 kalimat, dengan persentase 13%
d. Adverbia frekuentatif, 12 kalimat, dengan persentase 7%
e. Adverbia kewaktuan, sebanyak 3 kalimat, dengan persentase 2%
f. Adverbia konstratif, sebanyak 11 kalimat, dengan persentase 6%
g. Adverbia keniscayaan, sebanyak 6 kalimat, dengan persentase 4%
Dari rincian di atas dapat diketahui bahwa jenis adverbia yang paling
banyak adalah adverbia kualitatif, sedangkan yang paling sedikit adalah
adverbia kewaktuan. Pada kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-
Desember 2016 tidak ditemukan adverbia kecaraan.
4. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMA hasil penelitian ini memiliki
implikasi yang positif. Implikasi positif ditunjukkan dengan implementasi
hasil penelitian penulis dalam materi yang berkaitan dengan aspek
kemampuan berbahasa, kemampuan memahami bahasa Indonesia,
kemampuan penggunaan bahasa Indonesia, serta kemampuan mengapresiasi
sastra.

B. Saran
Setelah penulis meneliti tentang perilaku sintaktis dan semantis
adverbia pada kolom Wacana Suara Merdeka edisi September-Desember
2016, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1. Penelitian ini hanya mengkaji adverbia dari segi perilaku sintaktis dan
semantisnya saja dan masih banyak masalah yang lain yang belum dikaji.
Maka penelitian yang sejenis perlu dilakukan pada kesempatan berikutnya
2. Penelitian ini diharapkan mampu memunculkan minat para pembaca dalam
mempelajari ilmu bahasa. Penulis berharap, bagi para penulis yang akan
datang lebih menyukai dan tertarik dengan dunia kebahasaan dan dapat
mempelajari, serta mampu mengkaji ilmu bahasa dengan baik.
3. Diharapkan bagi para guru bahasa Indonesia di SMA dapat menerangkan
dengan jelas tentang apa itu adverbia, sehingga dalam pembelajaran siswa
lebih teliti atau lebih memahami tentang penggunaan adverbia.

73
4. Penggunaan perilaku sintaktis dan semantis adverbia tersebut tidak hanya
pada kolom Wacana Suara Merdeka saja, namun bisa juga pada novel,
cerpen, maupun wacana lain, majalah, dan lain sebagainya.

74
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga.
Jakarta : Balai Pustaka.

Arifin, Zaenal dan Junaiyah. 2007. Morfologi Bentuk, Makna, dan Fungsi.
Jakarta : Grasindo.

Chaer, Abdul. 2003. Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta :
Rineka Cipta.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Metode Linguistik (Ancangan Metode


Penelitian dan Kajian). Bandung : Refika Aditama.

Drs. Yasyin, Suichan ( Ed.). 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (KBI-
BESAR). Surabaya : Amanah.

Fauziyah, Ika Sefty. 2012. “Analisis Fungsi Keterangan Sebagai Unsur


Perluasan Kalimat Tunggal Pada Kumpulan Cerpen Ketika Mas Gagah
Pergi Dan Kembali Karya Helvy Tiana Rosa Dan Implikasinya Bagi
Pembelajaran Bahasa Di SMP”. Skripsi Universitas Pancasakti Tegal.

Media bahasa. 2011. Kelas Kata. http:/mediabahasaindonesia.com / 2011 /


kelas kata media bahasa Indonesia.htm. ( 16 Januari 2016).
Putrayasa, Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung : Refika
Aditama.

Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran).
Bandung : Refika Aditama.

.2008. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan


Infleksional). Bandung : Refika Aditama.

Sugondo, Dendy. 2009. Mahir Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

Subekti, Firman. 2015. “ Perilaku Semantis dan Sintaktis Adjektiva pada Kolom
Tajuk Rencana dalam Harian Pagi Suara Merdeka dan Implikasinya pada
Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK”. Skripsi Universitas Pancasakti
Tegal.

Tim Penyusun. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

75
Zahro, Fatimatuz. 2011. “Perilaku Sintaktis Adjektiva Bertaraf Dan
Impilikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SLTP”. Skripsi
Universitas Pancasakti Tegal.

76
LAMPIRAN SUMBER DATA

Edisi 14 November 2016


a. SJSN Belum Bebas dari Kecurigaan
b. Kampanye Irit Dana
c. Kancah Perang Timur Tengah
d. Kerukunan dalam Kepura-puraan
Senin, 6 Januari 2016
a. Beban Rakyat Semakin Berat
b. Antisipasi Teror Tak Mati-Mati
c. Demam Amuk Massa Kamboja
d. Pernikahan Indah Peradaban Terang
Kamis, 9 Januari 2016
a. Politik Kasus, Atau Kasus Politik
b. Pidato Kebudayaan Gubernur
c. Menggagas “Konsorsium” Penanganan Banjir
d. Fenomena Politik Gadis Cantik
Jum’at, 17 Januari 2016
a. Mengawal Kinerja Gubernur Ganjar
b. Sesak Napas Awal Tahun
c. Sinyal-Sinyal Dari Megawati
d. Rakyat Menanti Realisasi Konsep
Sabtu, 18 Januari 2016
a. Mencengangkan, Hasil Referendum Mesir
b. Tragedy Politisasi Bencana
c. Pejabat Tak Lagi Dipilih Oleh DPR
d. Bijak Mengelola Pajak Koperasi
Senin, 20 Januari 2016
a. Banjir Makin Mengganas
b. Momentum Ganjar Pranowo
c. Kemiskinan Yang Selalu Bertambah

77
d. Antisipasi Korupsi Masuk Desa

Edisi 24 November 2016


a. “Kehadiran” Di Tengah Bencana
b. Mengelola Ekspektasi Inflasi
c. Tenda Bencana SBY
d. Membangun Sinergitas Pariwisata
Senin, 27 Januari 2016
a. Pentingnya Antisipasi Prabencana
b. Sikap Cultural Hadapi Bencana
c. Pelanggaran Tata Ruang Merajalela
d. Elastisitas Fatwa Ulama Neomodernis
Selasa, 28 Januari 2016
a. Prediksi Miris Kota Tenggelam
b. Guru di Daerah Terdepan Sekolah Di Atas Awan
c. Harapan Kecil dari Konferensi Suriah
d. Ikhtiar Bangun Semangat Filantropi

78
LAMPIRAN DATA
1. Semua hanya berupa repetisi dan perdebatan lama yang tidak pernah sampai
pada kata sepakat. (01/SM/4Nov2016/6)
2. Padahal, pernikahan adalah entitas positif, membahagiakan dan memberi
daya hihup. Maka, sejatinya pernikahan itu indah sekali.
(02/SM/28Nov2016/6)
3. Itu artinya Ganjar memiliki modal dasar amat kuat untuk menjadi gubernur
yang berhasil, karena dukungan rakyat yang murni, kokoh, dan sehat dalam
rasionalitas demokrasi. (03/SM/20Nov2016/6)
4. Caleg yang hanya mengeluarkan sedikit dana kampanye, meski tidak ada
jaminan…(04/SM/4Nov2016/6)
5. Artinya, rakyat miskin yang selama ini dijanjikan gratis ternyata harus
membayar sebesar Rp6.700 karena pemerintah hanya menanggung premi
Rp15.500. (05/SM/4Nov2016/6)
6. Ketegangan Lebanon-Suriah yang diikuti dengan saling serang antara
militer kedua negara itu, semakin memperumit pula solusi konflik internal
Suriah yang masih diselimuti mendung pertikaian antara kubu oposisi dan
kubu Presiden Suriah Bashar al-Assad. (06/SM/4Nov2016/6)
7. Timur Tengah tidak bisa hanya dengan menunggu kemauan politik Amerika
Serikat dan sekutunya. (07/SM/4Nov2016/6)
8. Kita tidak memosisikan diri untuk mengevaluasi kepatutan kenaikan harga
elpiji, namun lebih pada kegelisahan menyangkut mindset keberpihakan
elite kekuasaan dan elite politik kepada rakyatnya. (08/SM/6Nov2016/6)
9. Secara psikologis masyarakat sangat terganggu bila teror terus mengintai.
(09/SM/6Nov2016/6)
10. Saat itu, dengan pemberlakuan hokum positif yang disebut pernikahan
catatan sipil, proses pengabsahan dan keabsahan pernikahan tak terlalu
berlebihan direcoki pihak-pihak “berwajib dan berwenang” yang tidak
perlu. (10/SM/6Nov2016/6)

79
11. Dibantah oleh apa pun dan siapa pun, survei yang dilakukan oleh berbagai
lembaga tersebut, sangat naïf bila dianggap by design survey.
.(11/SM/9Nov2016/6)
12. Hal itu tak bisa dijawab hanya dengan pidato, apakah pidato kebudayaan,
politik, atau lainnya. (12/SM/17Nov2016/6)
13. Saya tak terlalu ambil pusing, apakah itu by design atau untuk pencitraan,
yang penting rakyat diuntungkan sehingga agak bisa menarik napas
panjamg pada awal 2016. (13/SM/17Nov2016/6)
14. “ Titah “ tidak juga datang meskipun elektabilitas Gubernur DKI Jakarta it
uterus melejit di semua survei. (14/SM/17Nov2016/6)
15. Kemandekan ini bukan hanya merugikan partai, melainkan berdampak pada
kehidupan bangsa, mengingat kaderisasi adalah proses penyiapan calon
pemimpin nasional yang berkualitas dan berkarakter. (15/SM/17Nov2016/6)
16. Apakah dukungan suara 90 persen pemilih bisa memberikan legitimasi yang
kuat bagi pemberlakuan konstitusi baru ? Ada pepatah yang mengatakan “
it’s too good to be true “, sesuatu yang terlalu indah untuk dipandang
sebagai kenyataan. (16/SM/18Nov2016/6)
17. Dukungan yang nyaris bulat dalam referendum itu terlalu bagus untuk
diterima sebagai sebuah realitas dan karenanya layak untuk dikritisi dan
dicermati. (17/SM/18Nov2016/6)
18. Hasil itu sudah diprediksi sebelumnya karena Ikhwanul Muslimin
memboikot referendum dan terbukti hanya sekitar 55 persen warga yang
memiliki hak pilih yang memberikan suara dalam referendum itu.
(18/SM/18Nov2016/6)
19. Dari sudut pandang politik praktis, hasil referendum itu juga akibat dari
kekeliruan maneuver Ikhwanul Muslimin. (19/SM/18Nov2016/6)
20. Komunikasi politik para caleg dan capres sebaiknya menggunakan cara
yang lebih strategis untuk menarik simpati massa. (20/SM/18Nov2016/6)
21. Jadi, peningkatan kesejahteraan anggota sangat bergantung pada partisipasi
anggota. (21/SM/18Nov2016/6)

80
22. Bentuk kesejahteraan sebagai balas jasa atas partisipasi anggota selama ini
hanya berupa bagian SHU. (22/SM/18Nov2016/6)
23. Kelima, keberpihakan pemerintah dengan lebih tanggap dalam mengatasi
banjir, akan menentukan arah penanganan ke depan. (23/SM/20Nov2016/6)
24. Suara minir itu berpusat pada setidak-tidaknya dua hal ketidak jelasan peta
jalan (roadmap) untuk merealisasi visi-misi dan terlalu sering gubernur
berwacana. (24/SM/20Nov2016/6)
25. Pemimpin harus memiliki kesadaran bahwa waktu yang dimiliki untuk
mewujudkan visi sangat terbatas dan kesempatan tidak datang untuk kali
kedua. (25/SM/20Nov2016/6)
26. Langsung ambil langkah konkret, sambil memikirkan langkah-langkah
selanjutnya, jangan terlalu banyak blusukan dan blunder dengan wacana.
(26/SM/20Nov2016/6)
27. jawab penanggulangan memang tidak hanya pemerintah, tetapi juga
masyarakat dan dunia usaha. (27/SM/27Nov2016/6)
28. Nggregel, ketika kami sebagai tim monitoring dan evaluasi, ketika itu hanya
bisa menjamu makan malam mahasiswa SM3T. (28/SM/28Nov2016/6)
29. Sesak rasanya mengingat para pejabat publik, pertinggi negara, dan elite
politik yang hanya memikirkan kepentingan sendiri, kelompok, memperalat
rakyat untuk mencapai tujuannya. (29/SM/28Nov2016/6)
30. Padahal, pernikahan adalah entitas positif, membahagiakan dan memberi
daya hihup. Maka, sejatinya pernikahan itu indah sekali.
(30/SM/28Nov2016/6)
31. Publik menilai kinerja Gubernur Jawa Tengah selama empat bulan menjabat
biasa-biasa saja. (31/SM/17Nov2016/6)
32. Kalau untuk beli beras dan tempe saja mereka tidak mampu, terus apa yang
dimakan ? (32/SM/17Nov2016/6)
33. Semua keputusan penguasa selalu jadi sumber pengetahuan bagi
masyarakat, karenanya tiap keputusan strategis wajib memperhitungkan
segala kemungkinan, termasuk mendengarkan tanggapan rakyat.
(33/SM/17Nov2016/6)

81
34. Menurutnya, harus ada upaya strategis supaya masyarakat tak selalu
bergantung pada pemerintah. (34/SM/17Nov2016/6)
35. Di Jawa Tengah, banjir dan bencana lainnya juga mengancam kita. Kondisi
ini jelas mengundang kerawanan untuk tahun ini. (35/SM/18Nov2016/6)
36. Kini, dengan perubahan mekanisme itu, independensi pejabat publik lebih
terjamin. (36/SM/18Nov2016/6)
37. Bencana ala mini merupakan “kegiatan tahunan” yang sulit dihindari sama
sekali. (37/SM/20Nov2016/6)
38. Menempatkan industrialisasi sebagai penopang utama dinamika ekonomi
suatu wilayah pada kenyataannya hanya memindahkan kantong-kantong
kemiskinan tetapi belum memeratakan kesejahteraan.
(38/SM/20Nov2016/6)
39. Keterlibatan uang dalam hal ini mencakup arti amat luas, termasuk belanja
iklan pada media massa, alat peraga, dan sebagainya. (39/SM/4Nov2016/6)
40. Maka upaya preventif amat diperlukan. Pemerintah juga telah membuat
perencanaan kontraterorisme lewat media, terutama internet.
(40/SM/6Nov2016/6)
41. Pencapaian budaya produksi di kalangan petani sebenarnya sudah amat
bagus, tetapi persoalannya mereka kalah dari hegemoni persaingan pasar
yang dikuasai kaum berpunya. (41/SM/9Nov2016/6)
42. Dukungan dari Kementerian koperasi dan UKM serta Ditjen Pajak
Kementerian Keuangan berupa penerbitan aturan baru yang meringankan
anggota koperasi akan lebih memberikan kepastian hokum.
(42/SM/18Nov2016/6)
43. Penanganan bencana secara struktural di samping memerlukan biaya sangat
besar untuk membangun infrastruktur, juga memerlukan waktu lama.
(43/SM/28an2016/6)
44. Lewat cara inilah penyelesaian sedikit demi sedikit akan bisa dikurangi
dengan upaya menghapus memori kolektif permusuhan.
(44/SM/4Nov2016/6)

82
45. Dalam berbagai survei tentang capres oleh berbagai lembaga, bahkan yang
paling aktual adalah simulasi pasangan capres-cawapres, nama Jokowi tetap
saja bertengger pada urutan paling atas. (45/SM/9Nov2016/6)
46. Lalu sikap warga masyarakat juga masih kurang berpihak untuk menjadikan
saluran-saluran sebagai kebutuhan mutlak. (46/SM/20Nov2016/6)
47. Manusia juga subjek paling aktif sehingga memiliki kewajiban kultural
untuk memahami kehendak alam. (47/SM/27Nov2016/6)
48. Bank Indonesia memperkirakan, dana kampanye yang dikeluarkan oleh
partai politik dan calon anggota legislatif untuk Pemilu 2016 tak akan
kurang dari Rp44,1 triliun ( Inafinance, 17/5/13). Angka yang sangat
fantastis. ( 48/SM/4Nov2016/6).
49. Caleg yang hanya mengeluarkan sedikit dana kampanye, meski tidak ada
jaminan, tentu lebih kecil pula peluangnya melakukan korupsi jabatan.
(49/SM/4Nov2016/6).
50. Penyelesaian jangka pendek dengan membuat deklarasi memang perlu tapi
yang lebih penting dari itu adalah pola penyelesaian jangka panjang dan
permanen. ( 50/SM/4Nov2016/6).
51. Namun anggaran intelijen masih sangat minim untuk mencakup wilayah
NKRI yang luas, khususnya wilayah perbatasan. (51/SM/6Nov2016/6)
52. Secara psikologis masyarakat sangat terganggu bila teror terus mengintai.
(52/SM/6Nov2016/6).
53. Padahal, sifat dasar dan hakikat pernikahan itu lebih individual ketimbang
sosial: sepasang individu saling mencinta mau bersatu secara sadar tanpa
paksaan unsur luar. (53/SM/6Nov2016/6)
54. Nuansa politik kasus Anas Urbaningrum, mantan ketua umum Partai
Demokrat sangat terasa di tengah upaya Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) memproses skandal proyek Hambalang. (54/SM/9Nov2016/6)
55. Di tengah hujan sangat deras, ia menyoroti banyak hal tentang pencapaian
atau puncak–puncak kebudayaan Jawa, seperti begitu banyak candi,
beraneka ragam batik membentang dari Pekalongan sampai Lasem, tenun
troso Klaten, juga Jepara. (55/SM/9Nov2016/6)

83
56. Kontrol penggunaan lahan oleh warga, apabila dikembangkan secara serius,
akan sangat membantu pemerintah mengendalikan pelanggaran penggunaan
lahan. (56/SM/9Nov2016/6)
57. Membangun sistem kontrol berbasis masyarakat butuh waktu, terlebih
dalam lingkungan perkotaan yang lebih rumit. (57/SM/9Nov2016/6)
58. Hasil survei berbagi lembaga makin menempatkan Jokowi, kader PDIP,
pada posisi paling atas. (58/SM/9Nov2016/6)
59. Mengapa pula Megawati dan PDIP seolah-olah gadis cantik yang sangat
menarik untuk didekati?. (59/SM/9Nov2016/6)
60. Bila hal itu kita cermati dari sisi dampak komunikasi politik yang paling
sederhana maka Megawati dan PDIP berada di luar kekuasaan, dan hal itu
membuat keduanya sangat diuntungkan. (60/SM/9Nov2016/6)
61. Dalam berbagai survei tentang capres oleh berbagai lembaga, bahkan yang
paling actual adalah simulasi pasangan capres-cawapres, nama Jokowi tetap
saja bertengger pada urutan paling atas. (61/SM/9Nov2016/6)
62. Kita berharap penguasa diberikan kekuatan kedewasaan dan kearifan yang
makin bertambah sehingga pergantian tahun membuat mereka lebih
merakyat. (62/SM/17Nov2016/6)
63. Semua didasari satu ikatan bahwa jadi penguasa karena rakyat
menginginkan mereka menjadi pilot yang akan membawanya pada
kehidupan lebih baik, nyaman dan berbahagia. (63/SM/17Nov2016/6)
64. Pengakuan yang cepat dari menteri hendaknya menjadi cermin bagi pejabat
lain untuk lebih peka dalam mengambil keputusan yang menyangkut harkat
hidup banyak orang. (64/SM/17Nov2016/6)
65. Secara makro prudensial, pada Januari fondasi ekonomi lebih lemah terlihat
dari pertumbuhan ekonomi hingga akhir Desember 2015 diperkirakan hanya
pada kisaran 5,5%-5,8% , lebih rendah dibanding tahun lalu.
(65/SM/17Nov2016/6)
66. Implikasinya bagi bisnis kurang menguntungkan, pasar domestic jadi
kurang menarik karena daya beli masyarakat menurun akibat kenaikan

84
harga di tengah struktur ekonomi nasional yang mengandalkan konsumsi
domestik. (66/SM/17Nov2016/6)
67. Bisa diramalkan,jika perkiraan ini terwujud, investasi pun tidak akan sebaik
tahun lalu, lapangan kerja lebih terbatas. (67/SM/17Nov2016/6)
68. Sebuah proses untuk berpindah ke kelas yang lebih tinggi.
(68/SM/17Nov2016/6)
69. Selain itu, cepat merespons dengan tindakan yang lebih efektif sehingga
tidak terjebak ke lembah kesulitan yang lebih dalam. (69/SM/17Nov2016/6)
70. Apalagi, hasil referendum menunjukkan 90 persen lebih pemilih
mendukungkonstitusi baru itu. (70/SM/18Nov2016/6)
71. Sebaliknya, mereka yang mendukung kerja kepemimpinan gubernur-wakil
gubernur DKI Jakarta tersebut maka akan lebih dari berbagai sudut pandang
dan argumentasi yang lebih mendasar. (71/SM/18Nov2016/6)
72. Komunikasi politik para caleg dan capres sebaiknya menggunakan cara
yang lebih strategis untuk menarik simpati massa. (72/SM/18Nov2016/6)
73. Karakteristik koperasi kurang peka terhadap perubahan lingkungan bisnis.
(73/SM/18Nov2016/6)
74. Untuk itu, wajar bila anggota yang berpartisipasi memperoleh porsi
kesejahteraan lebih besar dibanding yang tidak berpartisipasi.
(74/SM/18Nov2016/6)
75. Pemimpin harus memiliki kesadaran bahwa waktu yang dimiliki untuk
mewujudkan visi sangat terbatas dan kesempatan tidak datang untuk kali
kedua. (75/SM/20Nov2016/6)
76. Juga bagi kepala desa ( kades) dan perangkat desa, serta warga yang
mendambakan desanya lebih maju dan sejahtera. (76/SM/20Nov2016/6)
77. Lagi pula diperlukan sejumlah persiapan untuk pelaksanaan lebih lanjut
berupa peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang mengatur pemilihan
kades, pendistribusian uang, pengawasan, pertanggungjawaban dan lain –
lain. (77/SM/20Nov2016/6)

85
78. Bisa saja pihak ketiga berusaha berkolusi, menggelembungkan dana untuk
kegiatan tertentu (proyek) atau lebih fatal lagi membuat program fiktif.
(78/SM/20Nov2016/6)
79. Kondisi inflasi Jateng lebih baik dibanding kondisi nasional dengan angka
8,38% sehingga kita patut mensyukuri realitas itu.
(79/SM/24Nov2016/6)
80. Berkaca pada kondisi itu, kita bisa memetik minimal tiga pelajaran supaya
harga-harga lebih stabil. ( 80/SM/24Nov2016/6)
81. Kedua; kita harus lebih serius mengelola pasokan.
(81/SM/24Nov2016/6)
82. Namun, dibutuhkan koordinasi yang lebih baik dari seluruh elemen
masyarakat, baik di level pusat maupun daerah supaya tak berdampak
negative terhadap petani. ( 82/SM/24Nov2016/6)
83. Jateng mengalami inflasi relative rendah pada Lebaran dua tahun terakhir,
antara lain didukung perilaku masyarakat yang lebih bijak dalam
mengkonsumsi. ( 83/SM/24Nov2016/6)
84. Namun, kita memiliki bekal mengingat pasokan bahan pangan, terutama
beras, sangat mencukupi. ( 84/SM/24Nov2016/6)
85. Banyak sorotan dialamatkan ke pemerintah daerah, baik provinsi, kota,
maupun kabupaten sebagai leading sector yang dianggap kurang maksimal
dalam antisipasi. (85/SM/27Nov2016/6)
86. Pelanggaran tata ruang wilayah berakibat sangat fatal dan dalam jangka
panjang semakin memperparah kerusakan lingkungan.
(86/SM/27Nov2016/6)
87. Bangsa Indonesia baru saja kehilangan salah satu putra terbaik, KH MA
Sahal Mahfudh. Ia prototipe ulama NU yang tegas dalam bersikap dan
berpendapat, tetapi pada saat yang lain sangat lunak memberi fatwa hukum.
(87/SM/27Nov2016/6)
88. Dari titik ini, ada kesan Mbah Sahal kurang konsekuen dengan gagasan
pembaruannya. (88/SM/27Nov2016/6)

86
89. Bahkan berkesan kurang memperhatikan aspek sosiologis, seperti halnya
haramnya sholat zuhur bagi orang yang tak melaksanakan sholat jum’at.
(99/SM/27Nov2016/6)
90. Penurunan permukaan di Jakarta 15cm per tahun, lebih parah dari Semarang
5-10 cm per tahun. (90/SM/28Nov2016/6)
91. Pemimpin kadang perlu mengambil kebijakan yang tidak populis, sepanjang
untuk kepentingan yang lebih besar. (91/SM/28Nov2016/6)
92. Jika Semarang tidak ingin tenggelam lebih cepat. (92/SM/28Nov2016/6)
93. Di Yakuhimo, di Paniai, harus menempuh perjalanan darat 16 jam dari
Nabire dengan kondisi jalan yang lebih mirip kubangan lumpur.
(93/SM/28Nov2016/6)
94. Para pengabdi itu lebih bersemangat menuturkan keluguan anak didiknya
yang tak bersepatu, keceriaan dan perjuangan menyusuri sungai, menembus
hutan untuk datang ke sekolah. (94/SM/28Nov2016/6)
95. Masih banyak persoalan lain yang mengadang program
ini.(95/SM/4Nov2016/6)
96. Tetapi dalam kampanye semacam ini, pemilih harus berpartisipasi aktis dan
terutama tidak banyak menuntut dari para calon.(96/SM/4Nov2016/6)
97. Sangat layak para pemilih ikut merenung; apa tujuan calon yang sudah kaya
raya bersedia menghamburkan begitu banyak dana ? (97/SM/4Nov2016/6)
98. Banyak pihak semakin pesimistis bahwa tenggat waktu April untuk
menelesaikan rumusan kesepakatan perdamaian Israel-Palestina bakal
tercapai. (98/SM/4Nov2016/6)
99. Inilah yang selama ini agar terabaikan dan tidak terlalu banyak mendapatkan
tekanan. (99/SM/4Nov2016/6)
100. Penghormatan dan dorongan itu telah terwujud dalam banyak hal.
(100/SM/4Nov2016/6).
101. Dominasi monopolistic masih menjadi kekuatan ekonomi di negara-
negara di Asia dan berakibat pada kesenjangan pendapatan dan
kesejahteraan yang makin lebar tanpa campur tangan pengaturan yang
cukup berarti dari pemerintah. (101/SM/6Nov2016/6)

87
102. Di tengah hujan sangat deras, ia menyoroti banyak hal tentang
pencapaian atau puncak-puncak kebudayaan Jawa, seperti begitu banyak
candi, beraneka ragam batik membentang dari Pekalongan sampai Lasem,
tenun torso Klaten, juga Jepara. (102/SM/9Nov2016/6)
103. Mas Ganjar melihat di tengah lahan yang subur makmur, begitu juga
dengan melimpahnya energy, ditambah masyarakat yang bekerja keras,
realitasnya masih banyak kaum miskin dan penganggur.
(103/SM/9Nov2016/6)
104. Namun dengan narasi Pidato Kebudayaan, saya sampai pada
kesimpulan awal bahwa sebagai Gubernur, Ganjar cukup tajam melihat
kondisi mutakhir wilayah kerja’a. (104/SM/9Nov2016/6)
105. Sebagai politikus yang sudah cukup lama di Senayan, isu-isu tersebut
tentu dengan mudah dikemas menjadi bagian dari hal yang ingin disorot dan
diselesaikan. (105/SM/9Nov2016/6)
106. Dalam mengambil keputusan yang menyangkut harkat hidup banyak
orang. (106/SM/9Nov2016/6)
107. Dalam banyak kesempatan, ia membaur dengan masyarakat,
berpakaian tak resmi, hingga menghadiri acara-acara musik yang identik
dengan kemudaan. (107/SM/17Nov2016/6)
108. Makin masyarakat tahu bahwa banyak janji dan orasi tak
direalisasikan maka makin apatis dan nyinyir terhadap pemerintahan.
(108/SM/17Nov2016/6)
109. Banyak orang sependapat, Ganjar Pranowo memulai jabatannya
sebagai gubernur dengan balutan sinar kepemimpinan cerah.
(109/SM/20Nov2016/6)
110. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah baru-baru ini melansir
laporan yang cukup memprihatinkan. (110/SM/20Nov2016/6)
111. Variabel-variabel yang dipatok sebagai ukuran untuk kategorisasi
penduduk miskin pun makin banyak mengundang pro-kontra.
(111/SM/20Nov2016/6)

88
112. Tetapi harga bawang merah tetap melonjak cukup tinggi tahun 2015.
(112/SM/24Nov2016/6)
113. Inflasi memang persoalan cukup pelik. Pengendaliannya tidak bisa
dilakukan oleh satu lembaga. (113/SM/24Nov2016/6)
114. Ke depan, tantangan pengendalian inflasi masih cukup berat. Namun
kita memiliki bekal mengingat pasokan bahan pangan, terutama beras,
sangat mencukupi. (114/SM/24Nov2016/6)
115. Tidak tercapainya jumlah kunjungan wisman tidak hanya dirasakan
oleh Jateng mengingat banyak faktor yang memengaruhi.
(115/SM/24Nov2016/6)
116. Salah satu faktor adalah kebangkitan banyak provinsi lain di Tanah
Air, dengan “ kue “ destinasi yang makin menarik dan beragam sehingga
turis asing memiliki banyak pilihan untuk berlibur. (1) Caleg yang hanya
mengeluarkan sedikit dana kampanye, meski tidak ada jaminan, tentu lebih
kecil pula peluangnya melakukan korupsi jabatan. (116/SM/24Nov2016/6)
117. Semakin banyak kekayaan yang bisa dikeruk dari bumi manusia
merasa semakin berhasil. (117/SM/27Nov2016/6)
118. Masalahnya, negara hanya menganggarkan Rp16 triliun untuk 86 juta
penerima bantuan iuran (PBI) rakyat miskin. (118/SM/4Nov2016/6)
119. Artinya, rakyat miskin yang selama ini dijanjikan gratis ternyata harus
membayar sebesar Rp6.700 karena pemerintah hanya menanggung premi
Rp15.500. (119/SM/4Nov2016/6)
120. Baru jaminan kesehatan saja, pemerintah harus mencabut Perpres
Nomor 105 Tahun 2015 dan Perpres Nomor 106 Tahun 2015 yang
memberikan fasilitas berobat ke luar negeri bagi pejabat publik, setelah
mendapat kritik keras dari masyarakat. (120/SM/4Nov2016/6)
121. Karena itu, menyelesaikan konflik agama bila hanya menggunakan
pendekatan sosiologis, dalam jangka pendek mungkin berhasil meredam
konflik. (121/SM/4Nov2016/6)

89
122. Pola ini hanya bergerak pada tingkat jasad. Kesepakatan yang
dimunculkan ibarat mengobati rasa sakit tapi tak menyembuhkan penyakit.
(122/SM/4Nov2016/6)
123. Penyelesaian konflik agama seharusnya tidak sekadar seremonial dan
lips service tapi harus mampu menyentuh dimensi roh konflik, yaitu dimensi
ajaran agama. (123/SM/4Nov2016/6)
124. Fungsi pihak luar itu terbatas sebagai saksi, pemberi restu dan
supporters yang tidak mempengaruhi keabsahan hakiki pernikahan, kecuali
hanya memberi nilai tambah. (124/SM/6Nov2016/6)
125. Ia bukan sekadar soal ralat atas legalitas hukum, melainkan menuju
sikap pikir yang mampu mereformasi kegelapan peradaban menuju ke
peradaban terang. (125/SM/6Nov2016/6)
126. Upaya mangkir dari pemeriksaan sebagai tersangka dan malah
membangun opini publik itu, sebenarnya hanya menunda proses yang
secara hokum memang harus dijalani oleh Anas. (126/SM/9Nov2016/6)
127. Masyarakat juga sudah menjadi semakin terbiasa dan akrab dengan
lontaran wacana-wacana yang muncul setiap kali musim hujan dan banjir
datang, tetapi tetap saja banjir dan genangan harus dihadapi selama
bertahun-tahun ini. (127/SM/9Nov2016/6)
128. Angka-angka tersebut tidak boleh disimak hanya sekejap, terutama
para pembuat kebijakan, karena bermakna sangat dalam.
(128/SM/17Nov2016/6)
129. Banjir tidak sekadar menampilkan kegelisahan warga yang rumahnya
terendam dan akses pekerjaaannya terganggu, tetapi juga menjadi ruang
bagi tampilnya komentar-komentar pedas terkait penanganan bencana.
(129/SM/18Nov2016/6)
130. Sejatinya, putusan MK bukan mengurangi kewenangan DPR
melainkan hanya meluruskan penafsiran konstitusional atas UUD 1945.
(130/SM/18Nov2016/6)

90
131. Prasyarat kepemimpinan yang berhasil tak hanya membutuhkan visi,
misi, dan program yang baik tetapi juga strategi implementasi dengan
roadmap jelas. (131/SM/20Nov2016/6)
132. Kita hanya perlu mewaspadai fluktuasi harga bahan pangan berkait
kondisi cuaca yang tidak menentu. (132/SM/24Nov2016/6)
133. Dibutuhkan kearifan dan kebijaksanaan pemimpin agar kunjungan
benar-benar membawa manfaat nyata dan tidak sekadar menampakkan
muka. (133/SM/24Nov2016/6)
134. Jika dahulu turis asing hanya sampai di Pulau Komodo atau Bunaken,
kini bisa memilih raja ampat yang elok atau Wakatobi yang mempesona.
(134/SM/24Nov2016/6)
135. Tentu saja semua itu tak berhenti pada sekadar menggelar event
tahunan. (135/SM/24Nov2016/6)
136. Dengan begitu, ketika bencana berakhir kita tak hanya diam, tetapi
tergerak untuk mengatasinya. (136/SM/27Nov2016/6)
137. Sebagai rumah, alam tidak hanya harus dijaga tapi dipelihara
sehingga tetap nyaman dan membuat kerasan. (137/SM/27Nov2016/6)
138. Jangankan berpikir menabung, berangkat dan pulang mengajar
selamat saja sudah bersyukur. (138/SM/28Nov2016/6)
139. Sesak rasanya mengingat para pejabat public, petinggi negara, dan
elite politik yang hanya memikirkan kepentingan sendiri, kelompok,
mempererat rakyat untuk mencapai tujuannya. (139/SM/28Nov2016/6)
140. Konferensi Jenewa II sudah berlangsung sejak pekan lalu hanya
membawa setitik harapan untuk mengakhiri konflik di Suriah.
(140/SM/28Nov2016/6)
141. Aparat intelijen dan keamanan juga harus melakukan penggalangan
tokoh-tokoh masyarakat pada berbagai elemen, khususnya menyangkut
jaringan narkitika, penyelundupan, perampokan bank, ATM, took emas dan
penjual senjata gelap, serta frekuensi radio dan jaringan kabel yang tak bisa
dipungkiri sering terkait dengan terorisme. (141/SM/6Nov2016/6)

91
142. Berbagai spekulasi memang selalu mewarnai penanganan kasus –
kasus besar korupsi. (142/SM/9Nov2016/6)
143. Dari tahun ke tahun selama decade ini selalu saja nomalisasi dan
sungai menjadi mantra anti banjir. (143/SM/9Nov2016/6)
144. Bukan itu saja, meski dalam berbagai kesempatan Mega selalu
mengatakan PDIP masih berkonsentrasi pada pileg, sinyal positif Mega
kepada Jokowi makin lama tampak makin jelas. (144/SM/9Nov2016/6)
145. “ Panda, kamu piker saya tidak tahu malu. Saya sudah sering kalah.
(145/SM/17Nov2016/6)
146. Guna menegakkan slogan “ Mboten Korupsi lan Mboten Ngapusi “, ia
mengajak masyarakat untuk selalu mengedepankan rembukan.
(146/SM/17Nov2016/6)
147. Pidato kebudayaan selalu menyoroti permasalahan actual dan
penting.(147/SM/17Nov2016/6)
148. Namun, terlepas dari itu, sebuah pidato oleh seorang pemimpin selalu
menyisakan tanya; kapan konsep – konsep untuk mewujudkan masyarakat
ideal itu direalisasikan ? (148/SM/17Nov2016/6)
149. Dalam hal ini, Jateng sebenarnya telah memiliki pucuk pimpinan yang
selalu mengupayakan hal itu: nguwongke liyan dengan berupaya
mengedepankan rembukan. (149/SM/17Nov2016/6)
150. Pelaporan–pelaporan keadaan di lapangan selalu terjaga sebagai
kenyataan, bukan yang sudah dikelola untuk menyenangkan atasan.
(150/SM/24Nov2016/6)
151. Salah satu diantaranya adalah selalu menyebut bahwa musuh ada di
luar sana ( tha enemy is out there). (151/SM/28Nov2016/6)
152. Walhasil, bencana terjadi silih berganti, tiap musim hujan selalu
terjadi bencana banjir, sebaliknya setiaop musim kemarau selalu terjadi
bencana kekeringan. (152/SM/28Nov2016/6)
153. Tapi jangan lupa, jaringan – jaringan baru teroris muda di Indonesia
menunjukkan pengaderan sistematis dan terpola, mengarah di wilayah
pinggiran Jakarta dan kota – kota lain, khususnya Bogor, Depok,

92
Tangerang, dan Bekasi, terutama dalam 5 tahun terakhir.
(153/SM/6Nov2016/6)
154. Di Jakarta, pidato kebudayaan, seperti yang baru kali pertama
dilakukan oleh Gubernur, telah menjadi agenda tahunanj sejak pemerintahan
Ali Sodikin, 1968. (154/SM/17Nov2016/6)
155. Dengan perbedaan pandangan tentang tujuan koferensi, kecil harapan
konflik berdarah itu akan segera berakhir. (155/SM/28Nov2016/6)
156. Kita bisa membayangkan betapa besar dana yang dikuras untuk
kampanye, bahkan sejak jauh hari sebelum pelaksanaan pemilu.
(156/SM/4Nov2016/6)
157. Dalam praktik kadang masih terdapat sejumlah inkonsistensi, bahkan
ketegangan dan konflik antara moral agama dan ketentuan hukum.
(157/SM/4Nov2016/6)
158. Waspada terhadap perkembangan ekonomi nasional, lengah terhadap
kepekaan rakyat atau justru kondisi ini menjadi kartu truf untuk
memperbesar daya tawar. (158/SM/17Nov2016/6)
159. Bencana yang terjadi di Jakarta justru menjadi ajang kampanye bagi
politikus untuk menaikkan bendera partai dan media pengenalan calon
anggota legislatif ( caleg ) baik pada tingkatan DPR, DPRD provinsi,
maupun kabupaten/kota. (159/SM/18Nov2016/6).
160. Menunggangi bencana untuk urusan kampanye dan misi politik,
sejatinya justru menambah kesedihan warga. (160/SM/18Nov2016/6)
161. Ganjar dapat memimpin tanpa harus dibebani kalkulasi ekonomis
atau bahkan politis yang rumit. (161/SM/20Nov2016/6)
162. Yang menarik pula, warga miskin di perkotaan justru turun dari 12,87
persen menjadi 12,53 persen walaupun secara keseluruhan jumlah penduduk
miskin di Jateng mencapai 14 persen, lebih tinggi dari angka nasional yang
tercatat 11 persen. (162/SM/20Nov2016/6)
163. Sayang, amanah sebagai khalifah kerap disalah gunakan. Manusia
justru menempatkan diri sebagai penguasa. (163/SM/27Nov2016/6)

93
164. Selain itu, penyikapan fikih secara tekstual justru paradoks dengan
historisitas fikih yang lahir dari pergulatan antara teks dan konteks.
(164/SM/27Nov2016/6)
165. Barat yang lebih mendukung kelompok oposisi dengan alasan
pembelaan, hak asasi manusia dan demokrasi, serta negara–negara sahabat
Suriah seperti Iran yang berpihak pada Bashar al–Assad, justru semakin
menjauhkan kedua kubu yang bertikai untuk menemukan landasan
paradigma bersama bagi solusi konflik.(165/SM/28Nov2016/6)
166. Pengalaman masa lalu telah menunjukkan seringkali bencana alam
justru menjadi alat pemersatu dan pembangkit rasa solidaritas.
(166/SM/28Nov2016/6)
167. Ini mengasumsikan seorang calon menghabiskan rata-rata “ hanya “
Rp1 miliar untuk kampanye. Kebanyakan dari mereka pasti menghabiskan
lebih dari itu. (167/SM/4Nov2016/6).
168. Orang tentu menanti apa yang akan dibuka sebagai “halaman
berikutnya“, seperti yang diungkapkan ketika ia ditetapkan sebagai
tersangka. (168/SM/6Jan2012/6).
169. Seolah tidak ada habisnya membicarakan persoalan banjir di kawasan
perkotaan, dan tentu saja, kota Semarang sebagai pusat pemerintahan,
bisnis, dan layanan publik di Provinsi Jateng. (169/SM/9Nov2016).
170. Koperasi berkewajiban menyejahterakan anggota. Dengan adanya
pajak tentu kesejahteraan ( SHU ) yang diperoleh anggota koperasi akan
berkurang. (170/SM/18Nov2016).
171. Peristiwa-peristiwa itu tentu membanggakan dan memberikan nilai
tambah. (171/SM/24Nov2016).
172. Peraturan yang masih tumpang-tindih, penegakan hokum yang btidak
jalan, sistem pemerintahan yang tidak efektif, dan pelanggaran yang lolos
sanksi menyebabkan pelanggaran tata ruang merajalela. Pemerintah tentu
memikul tanggung jawab. (172/SM/27Nov2016).

94
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah :…………………
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/2
Alokasi Waktu : 4 X 45 Menit

A. Kompetensi Dasar :
1.9 Menulis dengan memanfaatkan kategori/kelas kata.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi :
1. Informasi tentang kelas kata dipahami siswa dengan baik.
2. Kelas kata diklasifikasikan berdasarkan teks.
3. Rincian disusun berdasarkan kelas kata.
4. Kelas kata dimanfaatkan untuk menulis teks/karangan.

C. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah melalui proses pembelajaran, siswa dapat memahami
kategori/kelas kata.
2. Selama dan setelah mendengarkan penjelasan kategori/kelas kata ,
siswa diharapkan dapat mengklasifikasikan kelas kata berdasarkan teks.
3. Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan
mampu menyusun rincian berdasarkan kelas kata.
4. Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran, siswa diharapkan
mampu menulis ± 3 paragraf dengan memanfaatkan kelas kata.

D. Materi Ajar
1. Pengertian kategori/kelas kata
2. Jenis-jenis kategori/kelas kata.
3. Contoh rincian kelas kata.
4. Contoh pemanfaatan kelas kata dalam tulisan/karangan.

95
E. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Penugasan
3. Diskusi
4. Tanya Jawab
F. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
A. Pendahuluan 1. Siswa menjawab sapaan guru, berdoa, dan 10 menit
mengkondisikan diri siap belajar.
2. Guru dan siswa bertanya jawab berkaitan dengan
identitas diri yang dibutuhkan sebagai warga
negara yang baik.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memberikan penjelasan tentang manfaat
B. Inti menguasai materi pembelajaran. 30 menit
4. Guru menyampaikan pokok – pokok / cakupan
materi pembelajaran.
Mengamati
1. Siswa mengamati dan memahami pengertian
kategori/kelas kata.
2. Siswa memperhatikan jenis-jenis kategori/kelas 30 menit
kata dengan teliti dan bertanggung jawab.
3. Siswa memperhatikan contoh rincian kelas kata.
4. Siswa memperhatikan contoh pemanfaatan kelas
kata dalam tulisan/karangan.
Menanya 30 menit
5. Siswa berdiskusi menganalisis teks yang
mengandung kategori/kelas kata dengan saling
menghargai pendapat teman dan bahasa yang 20 menit

96
santun.
Menalar
6. Siswa mencari contoh lain teks yang mengandung 40 menit
kelas kata dengan sikap jujur dan bertanggung
jawab.
Mencoba 20 menit
7. Siswa secara kelompok mengamati dan
mengidentifikasi kembali contoh kelas kata yang
telah dipelajari dan menganalisisnya.
Mengomunikasikan
8. Siswa mempresentasikan hasil kerja di depan
kelas sesuai dengan teks yang mengandung kelas
kata yang dianalisis dengan jujur dan
C. Penutup bertanggung jawab.
1. Siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang
telah dipelajari.
2. Siswa merenungkan aktivitas pembelajaran yang
telah dilaksanakan dengan mengisi lembar
internalisasi sikap berkaitan dengan kemampuan
bahasa indonesia yang berkaitan dengan kelas
kata.
3. Siswa merefleksi penguasaan materi yang telah
dipelajari dengan membuat catatan penguasaan
materi.
4. Siswa menyepakati tugas yang harus dilakukan
berkaitan dengan mencari teks yang
mengandung kelas kata

G. Media dan Sumber Belajar


1. Media : Laptop, teks kelas kata

97
2. Sumber belajar : Modul, teks dari media cetak ± 5 paragraf, Koran
dan internet.

H. Penilaian Proses dan Hasil Belajar


1. Teknik : Tertulis.
2. Bentuk : Soal
3. Instrumen :
1. Apakah yang dimaksud dengan adjektiva, adverbia, dan
nomina?
2. Apakah yang dimaksud dengan adverbia gabungan ?
3. Sebutkan ciri-ciri dari nomina!
4. “Ayah hanya diam saja ketika orang itu memarahinya”. Kata “
hanya “ pada kalimat disamping termasuk ke dalam bentuk
kelas kata apa, sebutkan dan jelaskan!
5. Berilah contoh kalimat yang mengandung adjektiva, minimal 5
kalimat!
4. Kunci Jawaban dan Penskoran

a. Penilaian Hasil
Kunci Jawaban
Soal
1. a. Adjektiva adalah kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus
tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat. Adjektiva
sering disebut juga kata keadaan.
b. Adverbia dalam tataran frasa, adverbia merupakan kata yang menerangkan
verba, adjektiva, atau adverbia lain. Sementara itu, dalam tataran klausa,
adverbia merupakan kata yang menerangkan fungsi-fungsi sintaksis dalam
klausa itu. Dalam tataran kalimat, adverbia menerangkan seluruh kalimat.
Adverbia sering disebut juga kata keterangan.
c. Nomina adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan
konsep atau pengertian.

98
2. Adverbia gabungan adalah adverbia yang terdiri atas dua adverbia yang
berupa kata dasar. Kedua kata dasar yang merupakan adverbia gabungan itu
ada yang berdampingan dan ada pula yang tidak berdampingan.
3. Ciri-ciri dari nomina antara lain :
a. Menduduki fungsi subjek, objek, atau pelengkap. Misalnya, ayah
membelikan adik buku.
b. Dapat diingkarkan dengan kata bukan seperti bukan buku, bukan rumah,
dan tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak karena tidak ada bentuk
*tidak buku, *tidak rumah, dan sebagainya.
c. Umumnya diikuti adjektiva, baik secara langsung maupun diantarai kata
yang. Misalnya gadis cantik, gadis yang cantik.
4. Kata “ hanya “ pada kalimat tersebut termasuk kedalam adverbia limitatif,
karena adverbia limitatif adalah adverbia yang menggambarkan makna yang
berhubungan dengan pembatasan.
5. a. Bunga itu sangat indah dan wangi.
b. Andi tiba-tiba memarahi adiknya
c. Ina hari ini kelihatan sangat cantik memakai gaun ulang tahun itu.
d. Serli kelihatan anggun ketika memakai kebaya itu.
e. Rumah Pak Manto selalu bersih, walaupun tidak ada pembantu di rumahnya.
b. Penilaian Proses
1. Prosedur test : tes dalam
2. Jenis test : lisan

c. Penskoran
No. Aspek yang Dinilai Skor
1. Siswa benar di dalam mengerjakan tugas 40
untuk mencari atau menemukan teks
yang mengandung kelas kata.
2. Siswa benar di dalam menganalisis teks 60
yang mengandung kelas kata.

99
Panduan Internalisasi Sikap
No. Nilai Sikap/Karakteristik yang Kondisi yang Dicapai
Diamati Ya Belum
A Sikap yang Diamati
Kemampuan bahasa indonesia
yang dapat dijadikan sebagai
alat penyampai berbagai teks
eksposisi yang digunakan
peserta didik.
B Sikap Sosial
1. Jujur
2. Teliti
3. Tanggung Jawab
4. Santun
5. Menghargai Pendapat teman
6. Ekspresif

100
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester :X / 2
Tahun Pelajaran : 2016/2017
Waktu Pengamatan : Selama jam pelajaran.
Indikator perkembangan karakter kreatif, komunikatif, dan kerja keras
1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukan usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas
2. MT (mulai tampak) jika menunjukan sudah ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukan ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukan adanya usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten

Bubuhkan check list ( ) pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan


No Nama Siswa Kreatif Komuni Kerja Santun
katif keras

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

101
5. Tugas
Kerjakanlah tugas berikut ini secara berkelompok, maksimal 5 orang!
1. Carilah sebuah teks (bacaan) ± 100 kata.
2. Untuk setiap kata, tentukan kelas kata { kata kerja (verba), kata benda
(nomina), kata sifat (adjektiva), dan kata keterangan (adverbia) },
serta tentukan pula bentuk katanya! Kerjakan dalam bentuk tabel!

102

Anda mungkin juga menyukai