Anda di halaman 1dari 377

1

PERUBAHAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA

TESIS

Oleh
SITI AYU NURHIDAYATI
147009031/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
2

PERUBAHAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh

SITI AYU NURHIDAYATI


147009031

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
3

Judul Tesis : Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia


Nama Mahasiswa : Siti Ayu Nurhidayati
Nomor Pokok : 147009031
Program Studi : Linguistik
Konsenstrasi : Linguistik

Menyetujui
Komisi Pembimbing

(Dr.Dwi Widayati, M.Hum.) (Dr. Gustianingsih, M.Hum.)


Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP) (Dr. Drs. Budi Agustono, M.S.)

Tanggal Lulus: 11 April 2017


4

Telah diuji pada


Tanggal: 11 April 2017

PANITIA PENGUJI TESIS


Ketua : Dr. Dwi Widayati, M.Hum. (……………………)

Anggota : 1. Dr. Gustianingsih, M.Hum. (……………………)

2. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. (……………………)

3. Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling. (……………………)

4. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A (……………………)


5

PERNYATAAN

Judul Tesis

PERUBAHAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA

Dengan ini penulis nyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan penulisan

ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan

hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu,

penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang

dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundang yang berlaku.

Medan, September 2017


Penulis,

Siti Ayu Nurhidayati


6

PERUBAHAN MAKNA KOSAKATA BAHASA INDONESIA

ABSTRAK

Penelitian ini mengamati perubahan makna kosakata bahasa Indonesia


dengan menerapkan teori perubahan makna dan semantik kognitif.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan makna kosakata
bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial; peran
semantik kognitif dalam perubahan makna kosakata bahasa Indonesia
dengan menggunakan motivasi kognitif dan jejaring semantik untuk
mengetahui keterkaitan makna kosakata; dan faktor-faktor penyebab
terjadinya perubahan makna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pendekatan kualitatif. Data penelitian ada dua puluh kosakata
bahasa Indonesia yang dirangkum dari teks berita harian Kompas dengan
tema Bencana, Ekonomi, Korupsi, Kriminal dan Politik. Data dianalisis
dengan menggunakan metode padan dengan teknik ganti. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 1) perubahan makna kosakata bahasa Indonesia dapat
diketahui sejarahnya melalui etimologi; perubahan makna kosakata bahasa
Indonesia lebih cenderung mengalami perluasan makna; 2) setiap kosakata
bahasa Indonesia yang berkembang dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman pemakai bahasa, pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasa
berbeda-beda dalam memahami makna kosakata yang berkembang; setiap
kosakata bahasa Indonesia yang berubah makna memiliki keterkaitan makna
yang dapat dirangkum dalam jejaring semantis berdasarkan relasi makna
sinonim dan antonim.; 3) perkembangan kosakata bahasa Indonesia di
tengah masyarakat dipengaruhi oleh faktor linguistik, faktor kesejarahan,
faktor sosial masyarakat, faktor psikologi, faktor kebutuhan kata baru,
faktor perkembangan ilmu dan teknologi, faktor perbedaan bidang pemakai
lingkungan, faktor perbedaaan tanggapan pemakai bahasa, faktor asosiasi,
faktor pertukaran tanggapan indera, faktor pengaruh bahasa asing, faktor
penyingkatan, faktor salah kaprah, dan faktor loss motivation.

Kata Kunci: Perubahan makna, Kosakata bahasa Indonesia, Dimensi sejarah,


Dimensi sosial, Motivasi kognitif, dan Jejaring semantik

i
7

MEANING OF CHANGES IN INDONESIAN VOCABULARY

ABSTRACT

This study observes the changing meaning of Indonesian vocabulary by applying


the theory of meaning change and cognitive semantics. This study aims to analyze
the changing meaning of Indonesian vocabulary based on the dimension of
history and social dimension; the role of cognitive semantics in changing the
meaning of Indonesian vocabulary by using cognitive motivation and semantic
networks to know the relation of vocabulary meaning; and the factors causing the
change of meaning. The method used in this research is qualitative approach
method. Research data there are twenty Indonesian vocabulary that is
summarized from Kompas daily news text with the theme of Disaster, Economy,
Corruption, Crime and Politics. The data were analyzed by using the method of
padan with the change technique. The results showed that 1) the change in the
meaning of Indonesian vocabulary can be known to its history through etymology;
changes in the meaning of Indonesian vocabulary are more likely to experience
an extension of meaning; 2) every developing Indonesian vocabulary is influenced
by the knowledge and experience of language users, knowledge and experience of
different language users in understanding the meaning of developing vocabulary;
every Indonesian language vocabulary that has changed meaning has meaning
related that can be summarized in semantic network based on the relation of
synonym and antonym meaning; 3) the development of Indonesian vocabulary in
society influenced by linguistic factor, historical factor, social factor of society,
psychology factor, need factor of new word, development factor of science and
technology, difference factor of environment user, difference factor of response of
language user, association factor, exchange factor of sensory response, foreign
language influence factor, abbreviation factor, misguided factor, and loss
motivation factor.

Keywords: Change of meaning, Indonesian Vocabulary, Historical Dimension,


Social Dimension, Cognitive Motivation, and Semantic Network

ii
8

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya

tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di

Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara. Tesis ini berjudul: ―Perubahan

Makna Kosakata Bahasa Indonesia‖. Dengan selesainya tesis ini, penulis

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengikuti pendidikan Program Magister pada Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara;

2. Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk mengikuti pendidikan program Magister pada Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera Utara;

3. Dr. Eddy Setia, M.Ed.TESP, selaku Ketua Program Studi Linguistik

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan

kesempatan dan bantuan kepada penulis untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan serta tesis ini;

4. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Linguistik

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, sekaligus dosen

penguji yang telah memberikan kritikan, masukan, dan arahan bagi

penyempurnaan tesis ini;

5. Dr. Dwi Widayati, M.Hum., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan materi, arahan, dan dorongan dalam penyusunan tesis ini.

iii
9

6. Dr. Gustianingsih, M.Hum., selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan materi, arahan, dan dorongan dalam penyusunan tesis ini.

7. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. dan Dr. Namsyah Hot Hasibuan, M.Ling.,

selaku dosen penguji yang telah memberikan kritikan, saran, dan arahan

bagi penyempurnaan tesis ini;

8. Ayahanda Sukardi (Alm.) dan Ibunda tercinta Suminem serta Suami

(teman hidupku) tercinta Feriyansyah, S.Pd., M.Pd., juga Kakak Abang

tercinta, Juminah, S.Pd., Suwarno, Suyadi, Sugiyem, Suprianto, S.P., dan

Suparli S.E., yang selalu menjadi penyemangat, memberikan doa,

perhatian, dan segalanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini;

9. Staf dan Pegawai di Program Studi Linguistik, yang telah membantu

penulis selama perkuliahan dan ketika dalam penyelesaian tesis ini;

10. Teman-teman di Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara stambuk 2014.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh

dari sempurna. Namun, harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada

seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT yang Maha Pemurah memberikan

imbalan kemurahan dan kemudahan bagi kita. Amin.

Medan, Januari 2017


Penulis,

Siti Ayu Nurhidayati


Nim 147009031

iv
10

RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Ayu Nurhidayatai

Tempat,Tanggal Lahir : Aek Bange, 18 September 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Kenanga Sari Perumahan Sunrise City No.15C

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 016553 Aek Bange (1997-2003)

2. SMP Negeri 3 Kualuh Hulu (2003-2006)

4. SMA Negeri 1 Kualuh Hulu (2006-2009)

5. S-1 Universitas Sumatera Utara (2009-2013)

v
11

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................. i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 11
1.3 Batasan Masalah.................................................................................... 11
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 11
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 12
1.5.1 Manfaat Teoretis ......................................................................... 12
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 14
2.2 Etimologi ............................................................................................... 19
2.2.1 Kosakata ...................................................................................... 20
2.3 Perubahan Makna .................................................................................. 20
2.3.1 Jenis-jenis Perubahan Makna. ..................................................... 23
2.3.2 Jenis jenis Relasi Makna. ............................................................ 26
2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna .............. 29
2.4 Teori Semantik ...................................................................................... 33
2.4.1 Semantik Struktural .................................................................... 34
2.4.2 Semantik Kognitif ....................................................................... 35
2.4.2.1 Motivasi Kognitif ................................................................ 35
2.4.2.2 Linguistik Kognitif .............................................................. 36
2.4.2.3 Asas-asas Linguistik Kognitif ............................................. 42
2.4.2.4 Makna Kognitif ................................................................... 45
2.4.2.5 Jejaring Semantis................................................................. 45
2.5 Kerangka Pikir ..................................................................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................ 47
3.2 Penentuan Informan ............................................................................. 49
3.3 Sumber Data .......................................................................................... 50
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ................................................ 51
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data ......................................................... 53
3.6 Teknik Keabsahan Data ........................................................................ 65
3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis Data .................................................. 67
3.7.1 Sistematika Penyajian ................................................................. 67

vi
12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Bentuk Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia ........................ 68
4.1.1 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Dimensi
Sejarah ......................................................................................................... 68
4.1.2 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Dimensi
Sosial ........................................................................................................... 116
4.2 Peran Semantik Kognitif dalam Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia
.............................................................................................................. 164
4.2.1 Motivasi Kognitif dan Pengaruh Metafora dalam Perubahan Makna
Kosakata Bahasa Indonesia ......................................................................... 164
4.2.1.1 Motivasi Kognitif Perluasan Makna saudara .......................... 164
4.2.1.2 Motivasi Kognitif Perluasan Makna jawara ............................ 174
4.2.1.3 Motivasi Kognitif Perluasan Makna rawan ............................. 178
4.2.1.4 Motivasi Kognitif Perluasan Makna jurusan ........................... 183
4.2.1.5 Motivasi Kognitif Perluasan Makna tinggal ............................ 183
4.2.1.6 Motivasi Kognitif Perluasan Makna operasi ........................... 187
4.2.1.7 Motivasi Kognitif Perluasan Makna mengemis ....................... 195
4.2.1.8 Motivasi Kognitif Perluasan Makna rapat .............................. 200
4.2.1.9 Motivasi Kognitif Perluasan Makna pasar .............................. 202
4.2.1.10 Motivasi Kognitif Perluasan Makna kampanye ..................... 209
4.2.1.11 Motivasi Kognitif Peningkatan Makna aksi .......................... 217
4.2.1.12 Motivasi Kognitif Peningkatan Makna blusukan .................. 221
4.2.1.13 Motivasi Kognitif Penurunan Makna dicekal ........................ 227
4.2.1.14 Motivasi Kognitif Asosiasi mengucurkan ............................. 236
4.2.1.15 Motivasi Kognitif Asosiasi menggalang ............................... 241
4.2.1.16 Motivasi Kognitif Asosiasi memangkas ................................ 244
4.2.1.17 Motivasi Kognitif Asosiasi memanaskan .............................. 248
4.2.1.18 Motivasi Kognitif Asosiasi menjaring ................................... 252
4.2.1.19 Motivasi Kognitif Metafora memakan ................................... 256
4.2.1.20 Motivasi Kognitif Sinestesia pedas........................................ 258
4.2.2 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perubahan Makna Kosakata
Bahasa Indonesia ......................................................................................... 263
4.2.2.1 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna saudara ................. 263
4.2.2.2 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna jawara .................. 264
4.2.2.3 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna rawan.................... 265
4.2.2.4 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna jurusan.................. 266
4.2.2.5 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna tinggal .................. 267
4.2.2.6 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna operasi .................. 268
4.2.2.7 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna mengemis .............. 269
4.2.2.8 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna rapat ..................... 270
4.2.2.9 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna pasar..................... 272
4.2.2.10 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna kampanye............ 273
4.2.2.11 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna aksi ..................... 274
4.2.2.12 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna blusukan ............. 276
4.2.2.13 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna dicekal ................ 277
4.2.2.14 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna mengucurkan ...... 279
4.2.2.15 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna menggalang ........ 281
4.2.2.16 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna memangkas ......... 283

vii
13

4.2.2.17 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna memanaskan ....... 285


4.2.2.18 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna menjaring ........... 286
4.2.2.19 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna memakan ............ 287
4.2.2.20 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna pedas .................. 289
4.3 Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna Kosakata Bahasa
Indonesia ..................................................................................................... 294

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan ............................................................................................... 328
5.2 Saran...................................................................................................... 329
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
14

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


2.3 Tabel Perbedaan Tata Bahasa Generatif dan Linguistik Kognitif 43
4.1 Tabel Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia 106
berdasarkan dimensi sejarah
4.2 Tabel Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia 145
berdasarkan Dimensi Sosial
4.3 Tabel Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia 290
4.4 Tabel Faktor-faktor Penyebab Tejadinya Perubahan Makna 326

ix
15

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


2.1 Segitiga Makna Odgen dan Richard 33
2.2 Propotipe Skema Peristiwa 38
2.4 Kerangka Pikir Penelitian 47
3.1 Diagram Metode Penelitian 66
3.2 Diagram Alur Penelitian 68

x
16

DAFTAR SINGKATAN

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia


INSTR : Instrument
LK : Linguistik Kognitif
TBG : Tata Bahasa Generatif
BUL : Bagi Unsur Langsung
ki : kiasan

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini

karena dengan bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Bahasa dinilai sebagai

kumpulan kalimat yang terdiri atas deretan bunyi yang mempunyai makna.

Kalimat tersebut tersusun atas refleksi dari pikiran manusia.

Hampir di setiap tindakan manusia selalu menggunakan bahasa. Bahkan,

dalam bermimpi pun, manusia menggunakan bahasa. Karena setiap tindakan

manusia sering berubah-ubah seiring perubahan zaman yang diikuti oleh

perubahan pola pikir manusia, bahasa yang digunakan pun kerap memiliki

perubahan. Inilah yang dimaksud dengan dinamis. Dengan kata lain, bahasa tidak

statis, tetapi akan terus berubah mengingat kebutuhan dan tuntutan pemakai

bahasa.

Dari sekian banyak bahasa di dunia, bahasa Indonesia merupakan salah

satu bahasa yang mengalami perkembangan yang cukup tinggi dan pesat dalam

jangka waktu yang panjang. Perkembangan bahasa Indonesia dapat ditandai

dengan bertambahnya kosa kata bahasa Indonesia. Dari sudut pandang linguistik

bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dalam

perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaannya sebagai bahasa

kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak

awal abad ke-20.

1
2

Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu yang bersifat linguafranca

sebagai bahasa penghubung yang tersebar di nusantara hingga saat

dirumuskannya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu yang menjadi bahasa

negara, sejak itu pun perkembangan bahasa Indonesia terus berkembang, beribu-

ribu istilah dan kata-kata baru bermunculan.

Perkembangan bahasa Indonesia tidak berhenti pada saat itu saja. Kamus

Besar Bahasa Indonesia terus bertambah tebal dengan adanya penambahan kosa

kata setiap tahunnya, artinya bahasa mengalami perkembangan dan perubahan.

Perubahan tersebut dapat terjadi pada semua tataran, khususnya semantik dan

leksikon.

Perkembangan bahasa Indonesia dapat terjadi melalui berbagai proses.

Salah satu proses yang terjadi ialah adanya perubahan makna. Perubahan makna

merupakan salah satu fenomena bahasa yang menunjukkan bahwa bahasa itu

berkembang selaras dengan pengetahuan dan kebutuhan pemakainya terhadap

bahasa. Perubahan makna saat ini mudah saja terjadi dengan berbagai faktor.

Seperti yang dikemukakan Suwandi (2008: 48) perubahan makna itu dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor linguistik, faktor sejarah, faktor

sosial masyarakat, faktor psikologi, faktor kebutuhan kata baru, faktor ilmu

pengetahuan dan teknologi, faktor perkembangan zaman, faktor perbedaan bidang

pemakaian lingkungan, faktor pengaruh bahasa asing, faktor asosiasi, faktor

pertukaran indera, faktor perbedaan tanggapan pemakai bahasa, dan faktor

penyingkatan.
3

Pemakaian kosakata bahasa Indonesia di dalam masyarakat telah

mengalami perubahan makna yang jauh dari makna aslinya. Kata-kata tersebut

ditemukan terutama dalam media cetak. Misal: kata menggelar.

Kata menggelar dari kata dasar gelar yang dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia memiliki arti ‗sebutan kehormatan, kebangsawanan, atau kesarjanaan

yang biasanya ditambahkan pada nama orang seperti raden, tengku, doktor,

sarjana ekonomi‘. Misal: Dr. Warsiman, M.Pd.

Penggunaan kata gelar kemudian mengalami perubahan dengan

penambahan imbuhan meN- sehingga makna yang ditimbulkan jauh dari kata

dasarnya. Perhatikan kalimat yang menggunakan kata menggelar berikut:

Polisi menggelar razia massal di jalan raya.

Jika makna menggelar pada kalimat itu memberi gelar selayaknya arti

kata gelar di atas, sudahlah pasti tidak sesuai dengan makna yang dimaksudkan

kalimat itu. Kalimat tersebut mempunyai maksud Polisi melakukan razia massal

di jalan raya. Timbullah pertanyaan mengapa pemakaian kata menggelar ini

dapat dipakai dalam kalimat di atas. Masyarakat pun menerimanya dan mampu

memahami maksud kalimat tersebut tanpa memahami makna asli dari kata

dasarnya. Pemaknaan kata gelar dan menggelar sudah memiliki arti yang berbeda.

Masyarakat mampu memahami kata menggelar yang diartikan sebagai

‗melakukan atau melaksanakan‘ itu yang jauh dari makna kata dasar gelar yaitu

‗sesuatu yang melekat pada diri seseorang‘. Artinya pemakaian kata bahasa

Indonesia di tengah masyarakat telah mengalami perubahan.


4

Visual arti kata menggelar:


(http:www.artikata.com)
sebutan

menghamparkan mengembangkan

gelar

mementangkan melaksanakan

menggelar

Arti kata menggelar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah 1)

menghamparkan; membentangkan (tikar dsb); 2) mengatur terhampar: pedagang-

pedagang kaki lima itu ~ dagangannya di pinggir-pinggir jalan; 3)

memperagakan; mempertontonkan; memperkenalkan (kpd umum).

Berdasarkan makna kata menggelar di atas dapat ditemukan persamaan

kata atau padanan kata menggelar yaitu kata mengadakan, membeber,

membentangkan, membuat, membuka, menghamparkan, mengembangkan,

melaksanakan, melangsungkan, melebarkan, pentang, selenggara, menebeng.

Persamaan kata menggelar (http:www.persamaankata.com)


5

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kata menggelar

memiliki makna yang jauh berbeda dengan kata gelar. Kata gelar /n/ yang dahulu

dipakai untuk memaknai ‗sesuatu yang melekat pada seseorang‘ kini mengalami

perubahan makna dengan penambahan imbuhan meN- yang membentuk kata

menggelar /v/ dengan arti ‗melakukan atau melaksanakan‘ atau arti yang lainnya

yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian, proses perubahan makna yang

tampak pada kata menggelar membuat kata tersebut memiliki persamaan kata

dengan kata yang lainnya.

Tidak hanya kata menggelar. Masih banyak kata yang mengalami

perubahan makna dan pemakaiannya telah dianggap wajar serta diterima

masyarakat ialah kata berhijab. Perubahan makna kata berhijab ini terjadi seiring

dengan pengetahuan pengguna bahasa dan perkembangan zaman.

Semakin berkembangnya perubahan makna dapat juga karena faktor ilmu

dan teknologi. Misal, kata berhijab. Dahulu kata berhijab berarti seseorang yang

memakai busana longgar dengan kerudung yang besar dan yang terlihat hanya

wajah dan telapak tangan. Namun, makna kata berhijab sekarang mengalami

perubahan dan pergeseran makna. Sekarang makna kata berhijab diartikan

‗memakai kerudung‘, tetapi dapat memakai pakaian ketat.

Perhatikan penggunaan kata hijab berikut:

Pasalnya semenjak Marshanda memutuskan menanggalkan hijabnya, ia

semakin berani dalam berpose.(Sumber: www.suara .com)

Kata berhijab memiliki kata dasar hijab. Makna imbuhan ber- yang

melekat pada kata hijab diartikan ‗menggunakan‘. Kata hijab sendiri menurut
6

Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda yang memiliki arti 1.

dinding yang membatasi sesuatu dengan yang lain: 2. dinding yang membatasi

hati manusia dan Allah; 3. dinding yang menghalangi seseorang dari mendapat

harta waris: anak laki-laki adalah -- dari saudara sebapak.

Kata hijab sudah sangat populer di kalangan masyarakat, khususnya

muslimah. Banyak model hijab yang digunakan oleh para muslimah. Hijab yang

dipamerkan oleh para artis sering kali diikuti oleh para penggemarnya sehingga

tidak dapat dipungkuri hijab menjadi style pada zaman ini. Hal itulah yang

mengakibatkan makna kata hijab bergeser dari makna terdahulu yang dipahami.

Makna kata hijab berdasarkan etimologi berbeda dengan makna kata hijab yang

sedang populer saat ini.

Hijab adalah kata dalam bahasa Arab yang berarti ‗penghalang‘. Pada

beberapa negara berbahasa Arab serta negara-negara Barat, kata hijab lebih sering

merujuk kepada kerudung yang digunakan oleh wanita muslim (lihat jilbab).

Namun dalam keilmuan Islam, hijab lebih tepat merujuk kepada tata cara

berpakaian yang pantas sesuai dengan tuntunan agama.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Hijab)

Kata hijab sering disinonimkan dengan kata jilbab. Jilbāb adalah busana

muslim terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki, dan wajah

yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Penggunaan jenis pakaian ini

terkait dengan tuntunan syariat Islam untuk menggunakan pakaian yang menutup

aurat atau dikenal dengan istilah hijab. Sementara kerudung sendiri di dalam Al-

Quran disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat pada surat An-Nur
7

(24) ayat 31: ―.....Hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung-nya) ke

dadanya......‖(An- Nur 24 :31) (https://id.wikipedia.org/wiki/Hijab)

Persamaan kata hijab

Kerudung
Jilbab
sinonim
Hijab
Khimar
Selendang
Tidak hanya kata menggelar dan berhijab di atas. Kata-kata yang mulai

bergeser maknanya dan dianggap wajar serta diterima masyarakat ialah kata

menanggalkan, pendukung, pemerintah, menggerebek, canggih, rumah bersalin,

dan lain-lain.

Kata-kata yang memiliki perubahan makna tersebut bermunculan lewat

media massa baik media elektronik maupun cetak. Pemakaian kata yang

maknanya tidak tepat seperti ini dapat menghilangkan kebenaran dari pemakaian

kata bahasa Indonesia. Jika generasi mendatang memahami kata-kata tersebut

seperti yang tengah terjadi di masyarakat, generasi mendatang tidak mengenal

makna asli kata-kata tersebut selayaknya.

Perkembangan bahasa Indonesia saat ini haruslah diimbangi dengan fungsi

dan kedudukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dapat berfungsi sebagai

bahasa nasional, bahasa negara, kebangsaan, bahasa resmi, dan bahasa

kebudayaan. Bahasa Indonesia merupakan identitas bangsa Indonesia. Masyarakat

Indonesia dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan fungsinya baik

sebagai bahasa negara, bahasa kebangsaan, bahasa resmi, maupun bahasa

kebudayaan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, standardisasi perlu


8

mendapat perhatian yang serius terutama oleh para linguis, guru bahasa Indonesia,

pejabat atau petinggi pemerintah, insan pers, dan mahasiswa. Selain itu, bahasa

Indonesia merupakan bahasa nasional yang memiliki fungsi sebagai bahasa

pemersatu bangsa. Untuk itu segala upaya dalam membina dan mengembangkan

bahasa Indonesia perlu dilakukan.

Perubahan makna kosakata tidak terjadi begitu saja. Setiap fenomena

bahasa terjadi karena ada penyebab atau pemotivasinya sehingga untuk

mengamatinya dilakukan dengan cara menggunakan berbagai pengetahuan yang

telah dimiliki seseorang sebagai hasil dari pengalaman hidupnya. Manusia

menggunakan pengetahuannya untuk memaknai sebuah kata. Di sinilah peran

kognitif itu diperlukan.

Kognitif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 1) berhubungan

dengan atau melibatkan kognisi; 2) berdasar kepada pengetahuan faktual yang

empiris. Kognitif atau kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang

didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang

dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan

melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar,

membayangkan dan berbahasa./https://id.m.wikipedia.org/kognisi

Yoshimura (1995:26 dalam Sutedi 2003:1) menegaskan maksud kognitif

yang digunakan dalam linguistik, yaitu seluruh kegiatan pikiran manusia dalam

memahami dan memaknai setiap pengalaman barunya secara subjektif dalam

mengatur berbagai informasi yang diperoleh dengan tepat. Linguistik kognitif

memandang bahwa bahasa berkaitan erat dengan mekanisme kognitif manusia.


9

Oleh karena itu, sebagian besar teorinya berasaskan pada berbagai konsep

psikologi, seperti psikologi persepsi, psokologi kognitif, dan psikologi gestalt.

Linguistik kognitif memandang bahwa semua struktur bahasa merupakan

suatu lambang sehingga pada setiap bentuk bahasa dianggap mempunyai makna

dan tidak ada bentuk tanpa makna. Sumbangan linguistik kognitif terhadap

penelitian kata sangat besar terutama dalam mendeskripsikan makna kata dalam

semantik kognitifnya. Manusia dalam memahami sesuatu yang baru yang belum

diketahui, biasanya dilakukan melalui berbagai pengasosiasian dengan hal-hal

telah diketahuinya. Asosiasi dilakukan untuk lebih mempermudah pemahaman

dan penguatan dalam ingatan. Misalnya, dengan cara membandingkan kesamaan

atau kemiripan antara sesuatu hal dengan hal yang lain yang sudah diketahui; atau

melalui pengkategorian, menghubungkan kedekatan, baik secara ruang maupun

waktu antara satu hal dengan yang lainnya. Hal seperti ini diterapkan dalam

mendeskripsikan suatu kata. Misalnya, dengan digunakannya gaya bahasa

(metafora, metonimi, sinekdoke) dalam mendeskripsikan kata yang berpolisemi

(Sutedi, 2003:4).

Linguistik kognitif juga memandang bahwa makna suatu kata terutama

dalam perubahan dan pergeseran makna tidak muncul begitu saja, melainkan pasti

ada yang memotivasi dan melatarbelakanginya. Apakah muncul karena pengaruh

perkembangan zaman, perubahan sosial, perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, diyakini munculnya makna baru dalam suatu kata pasti ada

pendorongnya. Misalnya, kata menggelar yang bermakna mengadakan,

membeber, membentangkan, membuat, membuka, menghamparkan,

mengembangkan, melaksanakan, melangsungkan, melebarkan, pentang,


10

selenggara, sampai makna menebeng pasti ada sesuatu yang memotivasinya dan

bentuk hubungan makna-makna tersebut bisa dideskripsikan. Untuk

mendeskripsikan hubungan antarmakna dalam perubahan dan pergeseran makna

Lakkof dan Johnson (1980) telah mencobanya dalam Metaphors We Live By,

Lakkof (1987) dalam Women, Fire, and dangerous Thing: What Categories

Reveal about the Mind, dan yang lainnya, dengan menggunakan gaya bahasa

metafora, metonimi, dan image schema. Sementara Langacker

mendeskripsikannya melalui teori prototype dan schema-nya.

Perkembangan kosakata bahasa Indonesia haruslah diimbangi dengan

pemahaman dan pengetahuan pemakai bahasa. Penelitian ini dilakukan agar

perkembangan kosakata bahasa Indonesia yang terjadi saat ini seimbang dengan

fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia dan agar pemakai bahasa terhindar dari

salah kaprah terhadap pemakaian suatu kata. Karena satu kata dalam bahasa

Indonesia memiliki beberapa makna perluasan, pemakai bahasa harus mengetahui

dan memahami kosakata apa saja yang mengalami perubahan. Oleh karena itu,

penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman pemakai

bahasa dalam menggunakan kosakata bahasa Indonesia yang baik dan tepat.

Berdasarkan fenomena yang timbul di tengah masyarakat tentang

penggunaan makna kosakata bahasa Indonesia tersebut, penulis mengangkat

masalah tersebut menjadi sebuah penelitian. Bagaimanakah perubahan makna

kosa kata tersebut dapat terjadi berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial?

Bagaimanakah peran semantik kognitif terhadap perubahan makna kosakata

tersebut? Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya perubahan

makna kosakata bahasa Indonesia? Sebagai pemerhati bahasa, khususnya bahasa


11

Indonesia, penulis merasa tertarik untuk mengangkat masalah ini ke permukaan.

Sebagai peneliti, timbul hasrat untuk berbuat sesuatu: meneliti, menulis, dan

membekali generasi yang akan datang dengan sebuah karya yang mungkin

bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah perubahan makna kosakata bahasa Indonesia itu dapat

terjadi berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial?

2. Bagaimanakah peran semantik kognitif dalam perubahan makna kosakata

bahasa Indonesia?

3. Apa sajakah faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan makna kosakata

bahasa Indonesia?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, ruang lingkup penelitian ini mencakup:

kosakata bahasa Indonesia terpilih yang didapat dari harian Kompas pada periode

2016.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bentuk perubahan makna kosakata bahasa Indonesia

berdasarkan dimensi sejarah dan dimensi sosial.


12

2. Mendeskripsikan peran semantik kognitif dalam perubahan makna

kosakata bahasa Indonesia.

3. Mendeskripsikan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan makna

kosakata bahasa Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini ditujukan untuk:

1. Memperkaya ilmu bahasa, khususnya analisis makna kosakata dan

pemakaiannya agar para pemakai bahasa terhindar dari kesalahpahaman

terhadap makna suatu kata dan dapat menambah pengetahuan tentang

sifat perubahan makna yakni perluasan makna kata.

2. Memperkaya khasanah informasi kelinguistikan di lingkungan Universitas

Sumatera Utara, utamanya berkenaan dengan fenomena perubahan makna

dari sudut pandang Linguistik Kognitif.

3. Penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi terhadap topik hangat yang

masih terus bergejolak di kalangan para linguis kognitif terkait dengan

harmonisasi antara pengalaman badaniah manusia, konseptualisasi, dan

bahasa dalam pembangunan makna.


13

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini sebagai berikut:

1. Memudahkan wartawan atau penulis berita dalam memilih dan

menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan

informasi kepada masyarakat

2. Menambah wawasan mahasiswa terhadap pengetahuan kebahasaan

terutama tentang perubahan makna kosa kata.

3. Menjadi bahan referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya penelitian

tentang perubahan makna.


14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Tinjauan pustaka merupakan bagian dari penelitian ini yang banyak

membahas tentang penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hal ini

dilakukan agar tidak terjadi suatu kesamaan penelitian dan terjadi suatu hal yang

dianggap sebagai plagiarisme. Penelitian mengenai suatu leksem memang sudah

banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Oleh karena itu, tujuan dari

tinjauan pustaka ini adalah untuk menjelaskan perbedaan antara penelitian ini

dengan penelitian yang sebelumnya.

Peneliti sebelumnya yang telah meneliti tentang makna dengan

pendekatan semantik kognitif adalah M. Hafiz Kurniawan mahasiswa S-2

Universitas Gadjah Mada pada tahun 2015 dengan judul tesis ―Analisis Perluasan

Makna Leksem PUT: Pendekatan Semantik Kognitif‖. Peneliti ini meneliti

tentang polisemi atau perluasan makna leksem PUT yang dikajinya dengan

pendekatan linguistik kognitif. Penelitian mengenai perluasan makna leksem PUT

ini menggunakan teori prototipe, yang sebelumnya menggolongkan leksem PUT

tersebut dari struktur gramatikanya terlebih dahulu dengan melihat pengaruh dari

agen dan pasien terhadap leksem PUT tersebut, kemudian menganalisis maknanya

dengan menggunakan pendekatan skema gambar yang mengadopsi dari Rudska

dan Ostyn mengenai aspek ruang preposisi. Dari kajiannya dihasilkan 19

perluasan makna leksem PUT yang berbeda yaitu 1 makna primer dan 18 makna

14
15

perluasan. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan disimpulkan bahwa leksem

PUT meluas maknanya disebabkan pengaruh partikel dan konteks kalimat.

Dalam penelitiannya, Kurniawan menganalisis bahwa leksem PUT

mengalami perluasan makna. Perluasan makna leksem PUT yang dimaksud

adalah sebagai berikut:

Sebuah leksem PUT yang memiliki makna yakni ―to move something in

particular place or position‖/ memindahkan sesuatu ke tempat atau posisi tertentu, dalam

hal ini bisa digunakan dalam kalimat berikut:

1) Put it in a bucket under the tap and keep the tap running as you stir the

gravel. (BNC: 513)

‗Letakkan ini ke dalam sebuah ember di bawah keran dan biarkanlah

keran tersebut mengalirkan air sambil anda mengaduk kerikil tersebut‘.

Makna leksem PUT yaitu memindahkan sesuatu ke suatu tempat atau

posisi tertentu sebagaimana contoh kalimat di atas ternyata tidak berhenti pada

pemakaian hal tersebut saja, tetapi makna leksem PUT tersebut juga dapat

digunakan dalam kalimat berikut.

2) Politics puts me to sleep. (LCAED: 474)

‗Politik membuatku tertidur‘

Makna leksem PUT dalam kalimat (1) dan (2) tampak sekali berbeda jika

dilihat dari maknanya, tetapi kedua makna dalam kalimat (1) dan (2) masih

memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterlacakan makna suatu leksem ini

merupakan contoh dari fleksibelnya sebuah konsep leksikon yang tersimpan

dalam memori manusia atau yang disebut juga memori semantik manusia.

Hubungan perluasan makna leksem PUT yang tidak hanya digunakan dalam hal-
16

hal yang konkret saja, tetapi juga digunakan dalam hal-hal yang abstrak seperti

beberapa kalimat yang di bawah ini.

You must put aside your pride and apologize to him. (LCAED: 434)

‗Anda harus menyingkirkan kesombonganmu dan meminta maaf padanya.‘

Fleksibilitas suatu leksikon yang dipicu oleh perkembangan konsep

leksikon itu sendiri memunculkan suatu fenomena bahasa yang disebut sebagai

perluasan makna atau polisemi.

Beberapa aspek penting dari karya Kurniawan (2015) yang dapat diacu

untuk penelitian ini adalah (i) model analisis jejaring semantis dan kemiripan

kerabat dalam menjelaskan keterkaitan di antara perluasan makna sebuah kata

polisemi, (ii) analisis komprehensif yang dapat dihasilkan melalui

pengeksploitasian konsep Tatabahasa Kognitif utamanya bagian teori Pemaknaan

atau Konstrual (construal) (Langacker, 2008:55) dalam mengkarakterisasi makna

suatu ekspresi.

Selanjutnya berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan Kurniawan,

penulis merujuk kepada konsep perluasan makna yaitu polisemi pada leksem

PUT. Penulis menganalisis kosakata bahasa Indonesia yang mungkin mengalami

perubahan makna tersebut berjenis perluasan seperti yang diteliti Kurniawan.

Sebagai bahan perbandingan, apakah perluasan makna pada bahasa Inggris sama

dengan perluasan makna pada kata bahasa Indonesia.

Penelitian berkenaan dengan linguistik kognitif juga dilakukan oleh

Hishamudin Isam, Fakulti Komunikasi dan Bahasa Modern Universiti Utara

Malaysia, dan Norsimah Mat Awal, Pusat Pengajian Bahasa dan Linguistik

Fakulti Sains Sosial dan Kemanusiaan Universiti Kebangsaan Malaysia, dalam


17

jurnal yang berjudul ―Rumus kln + X + setia + kln + Y ->Z dalam Memahami

Penggunaan Leksis Setia Berdasarkan Perspektif Linguistik Kognitif‖. Kedua

peneliti ini menggunakan konsep embodiment yang diperkenalkan oleh tokoh

terkenal linguistik kognitif, yaitu Lakoff dan Johnson (1999), didefinisikan

sebagai ―understanding the role of and agents own body in its everyday, situated

cognition‖. Dalam penelitian Isam dan Awal, data yang diperoleh merupakan

hasil penyelidikan di (Berita Harian dan Harakah), buku (DB3), dan majalah

(Majalah Bukan Ilmiah). Kedua peneliti ini telah menemukan contoh penggunaan

leksis setia dalam tiga keadaan yang bersifat khusus dan satu keadaan yang

bersifat umum. Sebagai kesimpulan, dikatakan bahwa pemahaman berkenaan

dengan penggunaan leksis setia dalam kalimat sebenar dapat dipermudah

menggunakan rumus untuk memahami kedudukan leksis setia khusus dalam

kalimat yang diujarkan. Akan tetapi, rumus ini hanya sekadar penelitian terhadap

kebiasaan bentuk dan corak penggunaan leksis setia dalam kalimat yang

digunakan oleh penutur bahasa.

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Isam dam Awal, penulis

mengambil rujukan terkait mengolah data kosakata pada kalimat yang

mengalami perubahan makna yang dianalisis menggunakan teori semantik

kognitif.

Penelitian sejenis dilakukan juga oleh Joko Kusmanto, Universitas Sebelas

Maret, tahun 2014 yang judul disertasinya ―Konsep-konsep Teoretis Tuturan

Metaforis dalam Semantik, Pragmatik, dan Linguistik Kognitif (Kajian

Metalingual, Lokus Makna, dan Keberagaman Tuturan Metaforis dalam

Linguistik Teoretis)‖. Disertasi ini mengaplikasikan teori semantik, yakni


18

semantik minimal dan semantik literal; teori pragmatik, yaitu pragmatik Grice dan

pragmatik kontekstual; dan teori linguistik linguistik. Disertasi ini mengkaji

secara kritis konsep-konsep teoretis tuturan metaforis dalam ketiga ranah yaitu

semantik, pragmatik, dan linguistik kognitif. Kusmanto menggunakan metodologi

kualitatif yang menerapkan desain operasional ―analitis-deskriptif‖. Hasil analisis

menunjukkan bahwa terdapat lima teori utama tentang lokus makna dan

kebermaknaan ekspresi lingual dan tuturan metaforis dalam semantik, pragmatik,

dan linguistik kognitif. Berkaitan dengan linguistik kognitif, Kusmanto

menjelaskan bahwa kognisi secara logis memiliki peran penting pada bagaimana

bahasa dihasilkan dan digunakan.

Berdasarkan disertasi yang ditulis Kusmanto, penulis merujuk kepada

teori linguistik kognitif. Sejauh mana linguistik kognitif mempengaruhi tuturan

metaforis. Sebagai bahan perbandingan pada penelitian yang akan diteliti

mengenai perubahan makna serta pengaruh semantik kognitif terhadap kosakata

yang mengalami perubahan tersebut.

Perbedaan dengan Kajian Sebelumnya

Penelitian ini merupakan bentuk perbandingan dari penelitian Kurniawan

mengenai perluasan makna, yakni berbeda data. Kurniawan menggunakan data

bahasa Inggris, sedangkan peneliti menggunakan data bahasa Indonesia.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya dalam hal teori yang

menyertainya. Peneliti menggunakan analisis gramatika kognitif yang

dikembangkan oleh Langacker dan juga menggunakan complex conceptualization

di dalam menggambarkan sebuah skema dan teori metafora yang dikemukakan

Lakkof dan Johnson.


19

2.2 Etimologi

Etimologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cabang ilmu

bahasa yang menyelidiki asal-usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna.

Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari asal-usul suatu

kata (Chaer,2008:7). Misal kata etimologi sebenarnya diambil dari bahasa

Belanda etymologie yang berakar dari bahasa Yunani: étymos (arti sebenarnya

adalah sebuah kata) dan lògos (ilmu). Kata sinonim berasal dari bahasa

yunani syn yang artinya ‗dengan‘ dan kata bahasa yunani Onoma yang berarti

‗nama‘. Contoh lain kata sekaten (dalam bahasa Jawa) berasal dari bahasa

Arab syahadatain yaitu ‗ucapan dua kalimat syahadat‘.

Beberapa kata yang telah diambil dari bahasa lain, kemungkinan dalam

bentuk yang telah diubah (kata asal disebut sebagai etimon). Melalui naskah tua

dan perbandingan dengan bahasa lain, etimologis mencoba untuk merekonstruksi

asal-usul dari suatu kata ketika mereka memasuki suatu bahasa, dari sumber apa,

dan bagaimana bentuk dan arti dari kata tersebut berubah. Etimologi juga

mencoba untuk merekonstruksi informasi mengenai bahasa-bahasa yang sudah

lama untuk memungkinkan mendapatkan informasi langsung mengenai bahasa

tersebut (seperti tulisan) untuk diketahui. Dengan membandingkan kata-kata

dalam bahasa yang saling bertautan, seseorang dapat mempelajari mengenai

bahasa kuno yang merupakan ―generasi yang lebih lama‖. Dengan cara ini, akar

bahasa yang telah diketahui yang dapat ditelusuri jauh ke belakang kepada asal-

usul bahasa.
20

2.2.1 Kosakata

Menurut Kridalaksana (dalam Tarigan, 1994:446) kosakata adalah (1)

komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian

kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki seorang pembicara, penulis

atau suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan

penjelasan yang singkat dan praktis.

Menurut Soedjito (dalam Tarigan, 1994: 447) kosakata atau

perbendaharaan kata diartikan sebagai 1) semua kata yang terdapat dalam suatu

bahasa; 2) kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara atau penulis; 3)

kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan; 4) daftar kata yang

disusun seperti kamus serta penjelasan secara singkat dan praktis. Akan tetapi,

kosakata yang di ungkapkan oleh Richards, Platt, dan Webber (1985) merupakan

seperangkat leksem yang meliputi kata tunggal, kata majemuk, dan idiom. Dari

penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan kata-kata yang

memiliki suatu arti yang dimiliki oleh manusia untuk digunakan dalam berbahasa

dan berkomunikasi.

2.3 Perubahan Makna

Perubahan makna adalah gejala pergantian rujukan dari simbol bunyi yang

sama (Parera, 2004:107). Meillet (dalam Parera, 2004:108) menyebutkan faktor-

faktor yang memudahkan pergeseran dan perubahan makna kosakata sebagai

berikut:

1. Bahasa diturunkan dari generasi ke generasi dengan cara yang langsung

dan tidak langsung: seorang anak selalu belajar bahasa dalam bentuknya
21

yang segar. Persepsi dan tanggapan anak terhadap makna didasarkan pada

konteks pemakaiannya. Apakah persepsi dan tanggapan anak akan makna

kata itu sama seperti yang dikehendaki penuturnya? Pada umumnya tidak.

Cukup banyak salah persepsi dan salah tanggap yang dilakukan oleh anak;

terdapat konteks dan kondisi waktu tanggapan yang salah diperbaiki

sebelum berlanjut lebih jauh. Akan tetapi, cukup banyak kesalahan

persepsi dan tanggapan akan makna kata tidak diperbaiki. Dari sanalah

bermula pergeseran makna.

2. Kekaburan dan ketidakpastian makna menjadi salah sumber pergeseran

dan perubahan makna. Batas antarmakna kata tidak jelas. Ketidakakraban

pemakai bahasa akan makna sebuah kata menjadi sumber kekaburan

makna yang berakibat kepada pergeseran dan perubahan makna. Misalnya,

dalam kegiatan pasca-pemilu 1999 di Indonesia para politikus tidak dapat

membedakan makna koalisi dan aliansi karena makna kata ini sebelumnya

tidak akrab bagi para politikus Indonesia. Dalam bahasa Belanda dan

Prancis koalisi bermakna ‗permufakatan antara dua partai atau bangsa

untuk menghadapi musuh yang sama‘, sedangkan aliansi ‗persekutuan

militer yang menghadapi musuh bangsa‘. Di Indonesia ‗koalisi dan aliansi

antarpartai peserta pemilu untuk memenangkan pemilu‘; di sini tidak

terdapat pikiran musuh bersama atau pemikiran militer.

3. Loss of motivation ‗kehilangan motivasi‘ juga menjadi salah satu faktor

terjadinya pergeseran makna, demikian kata Meilet. Dalam penjelasannya,

dikatakan sepanjang sebuah kata tetap dengan kuat berpegang pada

akarnya (tentu makna dasar awal) dan pada medan makna yang sama,
22

makna kata itu masih dalam batas-batas bukan pergeseran makna atau

perubahan makna. Akan tetapi, sekali hubungan ini diabaikan, maka

makna itu akan bergulir jauh dari asalnya dan berkembang takterkendali.

Dalam bahasa Indonesia dapat dicontohkan kata canggih. Makna kata ini

telah terlepas dari makna dasarnya. Kata canggih dihidupkan kembali

karena kepentingan pemadanan tertentu. Makna kata ini berkembang

takterkendalilkan, misalnya mesin yang canggih, gadis itu canggih,

perbuatannya canggih, warna yang canggih, dst. Penggunaan makna kata

canggih takterkendalikan lagi. Di sini faktor kehilangan motivasi

menonjol. Kata canggih memiliki makna awal 1) banyak cakap; bawel;

cerewet; 2) suka mengganggu (ribut); 3) tidak dalam keadaan yang wajar,

murni, atau asli; 4) Tek kehilangan kesederhanaan yang asli (seperti sangat

rumit, ruwet, atau terkembang):Teknik elektronika yang canggih; 5)

banyak mengetahui atau berpengalaman (dalam hal-hal duniawi); 6)

bergaya intelektual (https://id.wiktionary.org/wiki/canggih)

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

canggih/cang·gih/ memiliki makna a 1 banyak cakap; bawel; cerewet; 2

suka mengganggu (ribut); 3 tidak dalam keadaan yang wajar, murni, atau

asli; 4 Tek kehilangan kesederhanaan yang asli (seperti sangat rumit,

ruwet, atau terkembang): teknik elektronika yang --; 5 banyak mengetahui

atau berpengalaman (dalam hal-hal duniawi); 6 bergaya intelektual.

4. Faktor salah kaprah juga mempermudah pergeseran dan perubahan makna.

Salah kaprah adalah kesalahan yang terjadi karena kelaziman atau

kebiasaan dengan sesuatu yang salah dan dibiarkan terus berjalan tanpa
23

usaha perbaikan oleh pemakainya. Usaha perbaikan datang terlambat.

Kelaziman pemakaian makna kata menjadi tumpuan walaupun maknanya

sudah salah.

Makna kata pertanda ialah ‗pelebaya, algojo‘ (KBBI,1988,676). Akan

tetapi, kata pertanda selama ini dipahami bermakna ‗alamat, gelagat‘ dan

akibatnya makna terakhir ini (akibat salah kaprah) telah dimasukkan

dalam KBBI edisi kedua sebagai homonimi terhadap makna ‗pelebaya,

algojo‘ yang asli (KBBI 1993, edisi kedua, 760)

5. Struktur kosakata memegang peran utama dan penting dalam pergeseran

dan perubahan makna. Struktur fonologis, morfologis, dan sintaksis lebih

bersifat tertutup, sedangkan struktur kosakata sangat bersifat berbuka.

Setiap makna kosakata dapat berkembang, bertambah, berubah, bergeser,

atau malah menghilang dari peredaran pemakaian karena tidak diperlukan

lagi.

2.3.1 Jenis-jenis Perubahan Makna

Kridalaksana membagi jenis perubahan makna menjadi berikut:

a. Perluasan Makna atau Generalisasi

Perluasan makna atau generalisasi adalah proses perubahan makna kata

dari yang lebih khusus ke yang lebih umum. Cakupan makna lebih luas daripada

makna yang lama atau dapat juga dikatakan perubahan makna dari yang lebih

sempit ke yang lebih luas.


24

Contoh:

Kata Makna Lama Makna Baru

Bapak ‗orang tua laki-laki; ‗semua orang laki-laki

ayah‘ yang berumur lebih tua

atau berkedudukan lebih

tinggi‘

Ali Sofyan sekarang sudah menjadi seorang bapak.


Atas bantuan Bapak, saya mengucapkan terima kasih.

b. Penyempitan Makna atau Spesialisasi


Penyempitan makna atau spesialisasi adalah proses perubahan makna dari

yang lebih umum ke yang lebih khusus; dari yang lebih luas ke yang lebih sempit.

Contoh:

Kata Makna lama Makna baru

Sarjana ‗cendekiawan‘ ‗lulusan perguruan tinggi

atau gelar universitas‘

c. Peningkatan Makna atau Ameliorasi

Peninggian makna atau ameliorasi adalah proses perubahan makna kata

yang mengakibatkan makna yang baru dirasakan lebih tinggi, hormat, atau baik

nilainya daripada makna yang lama atau semula. Contoh: melahirkan lebih baik

daripada beranak.
25

d. Penurunan Makna atau Peyorasi

Penurunan makna atau peyorasi adalah proses perubahan makna yang

mengakibatkan makna baru atau makna sekarang dirasakan lebih rendah, kurang

baik, kurang menyenangkan, atau kurang halus nilainya daripada makna semula

(lama).Contoh: bunting lebih rendah daripada hamil.

e. Pertukaran Makna atau Sinestesia

Sinestesia adalah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua

indera (dari indera penglihatan ke indera pendengaran; dan indera perasaan ke

indera pendengaran; dan sebagainya). Contoh: Rupa gadis itu memang sangat

manis.

f. Persamaan atau Asosiasi

Asosiasi adalah proses perubahan makna sebagai akibat persamaan sifat.

Contoh: Sudah lama ia menaruh hati pada bunga desa itu.

g. Metafora

Metafora adalah pemakaian kata tertentu untuk objek atau konsep lain

berdasarkan kias atau persamaan (Kridalaksana, 1984: 123).

Contoh: kaki meja

kaki langit

kaki gunung

Metafora disebutkan oleh Keraf (1992:139) merupakan semacam analogi

yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat:
26

bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Sebagai

bentuk perbandingan langsung, metafora tidak mempergunakan kata: seperti, bak,

bagai, bagaikan, dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan

dengan pokok kedua.

2.3.2 Jenis- Jenis Relasi Makna

Beberapa kosakata bahasa Indonesia memiliki kesamaan makna

(kemiripan makna). Misal: kata memangkas memiliki kesamaan makna dengan

memotong meskipun penggunaan kata memangkas dan memotong memiliki

konteks kalimat tersendiri. Selain itu, kosakata bahasa Indonesia memiliki kata

yang sama, tetapi makna dan pengunaan kata tersebut berbeda. Misal, kata rapat

memiliki makna pertama ‗tidak berantara (dekat sekali)‘ dan makna kata rapat

yang kedua ‗pertemuan atau meeting‘. Kata yang memiliki kemiripan makna

dengan kata yang sama tetapi berbeda makna terdapat dalam konsep relasi makna,

yakni persamaan makna disebut sinonim dan kata yang sama tetapi berbeda

makna disebut homonim. Oleh karena itu, konsep relasi makna ini dipakai untuk

melihat keterkaitan makna kosakata yang satu dengan yang lainnya sehingga

diketahui kosakata yang mengalami perubahan makna dan diketahui makna

awalnya.

Beberapa ahli bahasa mengemukakan tentang jenis-jenis relasi makna.

Relasi makna terbagi atas tujuh jenis, yaitu (1) kesamaan makna (sinonim), (2)

kebalikan makna (antonim), (3) kegandaan makna dalam kata (polisemi), (4)

ketercakupan makna (hiponim dan hipernim), (5) kelainan makna (homonim,


27

homofon, dan homograf), (6) kelebihan makna (redundansi), dan (7) kegandaan

makna dalam frase atau kalimat (ambiguitas) (Chaer, 2002: 92).

1. Sinonim

Verhaar (1978:135-137) mendefenisikan sinonim sebagai ungkapan (dapat

berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna

ungkapan lain. Umpamanya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang

bersinonim; bunga, kembang, dan puspa adalah tiga kata yang bersinonim.

Hubungan makna antara dua buah kata yang bersinonim bersifat dua arah.

Namun, dua buah kata yang bersinonim itu; kesamaaannya tidak seratus persen,

hanya kurang lebih saja. Kesamaannya tidak bersifat mutlak.

2. Antonim

Verhaar (1978:135-137) mendefenisikan antonim sebagai ungkapan

(biasanya berupa kata, tetapi dapat pula dalam bentuk frase atau kalimat) yang

maknyanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Misalnya : kata bagus

yang berantonim dengan kata buruk, kata besar antonim dengan kata kecil.

3. Polisemi

Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase)

yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya kata kepala dalam bahasa

Indonesia memiliki makna (1) bagian tubuh dari leher ke atas; (2) bagian dari

suatu yang terletak di sebelah atas atau depan merupakan hal yang penting atau

terutama seperti pada kepala suku, kepala meja, dan kepala kereta api; (3) bagian
28

dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala

paku dan kepala jarum; (4) pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah,

kepala kantor, dan kepala stasiun; (5) jiwa atau orang seperti dalam

kalimat Setiap kepala menerima bantuan Rp 5000,00; dan (6) akal budi seperti

dalam kalimat, Badannya besar tetapi kepalanya kosong.

4. Hiponim dan Hipernim

Hiponim adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna

spesifik dalam makna general, seperti makna anggrek dalam makna bunga, makna

kucing dalam makna binatang. Anggrek, mawar, dan tulip berhiponim dengan

bunga, sedangkan kucing, kambing, dan kuda berhiponim dengan binatang.

Bunga merupakan superordinat (hipernim) bagi anggrek, mawar, dan tulip,

sedangkan binatang menjadi superordinat bagi kucing, kambing, dan kuda.

5. Homonim, Homofon, dan Homograf

Homonim adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan

sama, tetapi maknanya berbeda. Kata-kata yang ditulis sama, tetapi maknanya

berbeda disebut homograf, sedangkan yang dilafalkan sama, tetapi berbeda makna

disebut homofon. Contoh homonim adalah bisa (dapat) berhomonim dengan bisa

(racun); homograf adalah kata tahu (makanan) yang berhomograf dengan kata

tahu (paham), sedangkan kata masa (waktu) berhomofon dengan massa (jumlah

besar yang menjadi satu kesatuan).


29

6. Redundansi

Istilah redundansi sering diartikan sebagai ‘berlebih-lebihan pemakaian

unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran‘. Umpamanya kalimat Bola ditendang

Si Badrih, maknanya tidak akan berubah bila dikatakan Bola ditendang oleh Si

Badrih. Pemakaian kata oleh pada kalimat kedua dianggap sebagai sesuatu yang

redundansi, yang berlebih-lebihan dan sebenarnya tidak perlu.

7. Ambiguitas

Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna

ganda atau mendua arti. Kegandaan makna dalam ambiguitas berasal dari satuan

gramatikal yang lebih besar, yaitu frase atau kalimat dan terjadi sebagai akibat

penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Umpamanya frase buku sejarah baru

dapat ditafsirkan sebagai (1) buku sejarah itu baru terbit, (2) buku itu berisi

sejarah zaman baru.

2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna

Suwandi (2008:48) mengungkapkan terdapat sejumlah faktor penyebab

terjadinya perubahan makna, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Linguistik

Perubahan makna karena faktor linguistik bertalian erat dengan fonologi,

morfologi, dan sintaksis. Misalnya kata sahaya yang mulanya dihubungkan

dengan ‗budak‘, tetapi karena leksem tersebut berubah menjadi saya, kata saya

selalu dihubungkan dengan kata ganti orang pertama hormat.


30

2. Faktor Kesejarahan

Perubahan makna karena faktor kesejarahan berhubungan dengan

perkembangan leksem. Misalnya, leksem wanita yang sebenarnya berasal dari

leksem betina. Leksem betina dihubungkan dengan hewan; sedangkan leksem

wanita merupakan leksem yang berpadanan dengan perempuan.

3. Faktor Sosial Masyarakat

Perubahan makna karena faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan

leksem di dalam masyarakat. Misalnya, leksem gerombolan pada mulanya

bermakna ‗orang yang berkumpul‘ atau ‗kerumunan orang‘, tetapi kemudian

leksem tersebut tidak disukai lagi karena selalu dihubungkan dengan

pemberontak, perampok, dan sebagainya.

4. Faktor Psikologis

Perubahan makna karena faktor psikologis dapat disebabkan oleh rasa

takut, menjaga perasaan, dan sebagainya. Misalnya, penggunaan leksem

dirumahkan untuk menggantikan leksem ditahan, leksem diberhentikan untuk

menggantikan dipecat, leksem diamankan untuk mengganti leksem ditangkap,

dan sebagainya.

5. Faktor Kebutuhan Kata Baru

Perubahan makna karena faktor kebutuhan terhadap kata baru bertalian

erat dengan kebutuhan masyarakat pemakai bahasa. Misalnya, karena kita merasa
31

tidak atau kurang enak menggunakan leksem saudara, maka muncullah leksem

Anda.

6. Faktor Perkembangan Ilmu dan Teknologi

Perubahan makna karena faktor perkembangan ilmu dan teknologi

misalnya, leksem berlayar yang dulu mengacu pada pengertian ‗menempuh‘

sekarang leksem berlayar tetap dipakai, tetapi tidak terbatas pada acuan itu.

Sekali pun sudah digunakan kapal-kapal bermesin yang tidak memakai layar,

perjalanan laut itu masih menggunakan leksem berlayar.

7. Faktor Perbedaan Bidang Pemakaian Lingkungan

Perubahan makna karena faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan

misalnya, dalam bidang pendidikan, kata guru, siswa, pengajar, pembelajar,

kurikulum, evaluasi remediasi, menjiplak, dan sebagainya. Dalam bidang

perekonomian kata produk, manajemen, kredit, saham, dan sebagainya.

8. Faktor Pengaruh Bahasa Asing

Perubahan makna karena faktor pengaruh bahasa asing misalnya, kata

butir yang sebenarnya berupa kata bantu bilangan yang mengacu pada benda-

benda yang bulat-bulat dan kecil-kecil, sekarang kata butir yang juga pakai

sebagai padanan kata item.


32

9. Faktor Asosiasi

Kata-kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada

hubungannya dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya. Misal, kata

mencatut makna asalnya ‗bekerja dengan menggunakan catut‘.

10. Faktor Pertukaran Tanggapan Indera

Perubahan makna karena faktor pertukaran tanggapan indera misal pedas

yang sebenarnya harus diindera dengan perasa lidah, lalu diindera dengan indera

pendengaran misal dalam kalimat Bicaranya memang cukup pedas.

11. Faktor Perbedaan Tanggapan Pemakai Bahasa

Suatu kenyataan bahwa sejumlah kata yang yang digunakan oleh

masyarakat pemakainya tidaklah mempunyai nilai yang sama. Hal ini berkaitan

erat dengan pandangan hidup dan norma yang ada dalam masyarakat tersebut.

Berdasarkan pada hal tersebut terdapat sejumlah kata yang dirasa mempunyai

nilai ―rendah‖ (kurang disenangi oleh masyarakat pemakainya) dan ada kata yang

mempunyai nilai ―tinggi‖. Misal, kata wanita dewasa ini dianggap bernilai tinggi

sedangkan perempuan dianggap bernilai rendah.

12. Faktor Penyingkatan

Terdapat sejumlah ungkapan dalam bahasa Indonesia yang karena sering

digunakan, sekalipun tidak diucapkan secara keseluruhan orang pun sudah

memahami maksudnya. Misal, jika ada orang mengatakan dok maka orang lain

pun tahu bahwa yang dimaksudkan ―dokter‖ (Suwandi, 2008: 122-123).


33

2.4 Teori Semantik

Penelitian makna sebuah kata, saat ini telah berkembang menjadi ilmu

tersendiri yaitu ilmu semantik. Teori yang terkenal saat ini adalah teori segitiga

makna dari C.K. Ogden dan A. Richard pada tahun 1923. Dijelaskannya melalui

segitiga tersebut, terdapat hubungan langsung antara konsep dan lambang bahasa,

sedangkan pada lambang bahasa dengan objeknya tidak berhubungan langsung.

Hal ini dikarenakan bahasa dan realitas tidaklah identik, melainkan terkandung

pula cara pandang suatu masyarakat terhadap realitas (Parera, 2004:46)

Pikiran
(manusia)

simbol --------------------------- Referen


(kata) (objek)

Gambar 2.1 Segitiga makna Odgen dan Richard (Parera, 2004:46)

Ullman (2007:62) menyederhanakan teori segitiga Ogden dan A. Richard

dengan melihat makna sebagai hubungan resiprokal antara nama dan pengertian

yang pada hakikatnya satu nama boleh memiliki lebih dari satu pengertian dan

atau pun sebaliknya.


34

2.4.1 Semantik Struktural

Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang

dimulai oleh Ferdinand de Saussure. Ferdinand de Saussure (Chaer, 2009:2)

mengemukakan semantik terdiri dari (1) komponen yang mengartikan, yang

berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen yang diartikan atau

makna dari komponen yang pertama itu. Kedua komponen ini adalah merupakan

tanda dan lambang; sedangkan yang ditandai atau dilambanginya adalah sesuatu

yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal yang ditunjuk.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia definisi dari semantik struktural adalah

pendekatan pada semantik yang menekankan hubungan makna antara kata dan kelompok

kata.

Di dalam semantik struktural terdapat pula pembahasan tentang jenis


makna, relasi makna, dan perubahan makna. Jenis makna yang menurut Chaer
(2002:59) adalah makna denotasi dan konotasi, gramatikal dan leksikal,
referensial dan nonreferensial, makna umum dan khusus, konseptual dan asosiatif,
idiomatikal dan peribahasa, dan sebagainya. Chaer (2002:92) menyebutkan relasi
makna terbagi atas tujuh jenis, yaitu (1) kesamaan makna (sinonim), (2) kebalikan
makna (antonim), (3) kegandaan makna dalam kata (polisemi), (4) ketercakupan
makna (hiponim dan hipernim), (5) kelainan makna (homonim, homofon, dan
homograf), (6) kelebihan makna (redundansi), dan (7) kegandaan makna dalam
frase atau kalimat (ambiguitas). Perubahan makna menurut Kridalaksana (1984:
123) terbagi menjadi tujuh jenis, yaitu (1) perluasan makna atau generalisasi; (2)
penyempitan makna atau spesialisasi; (3) peningkatan makna atau ameliorasi; (4)
penurunan makna atau peyorasi; (5) pertukaran makna atau sinestesia; (6)
persamaan atau asosiasi; (7) metafora.
35

2.4.2 Semantik Kognitif

2.4.2.1 Motivasi Kognitif

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini

diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Motivasi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kognitif/kog·ni·tif/ a 1

berhubungan dengan atau melibatkan kognisi; 2 berdasar kepada pengetahuan

faktual yang empiris. Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang

didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang

dilakukan adalah memperoleh pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan

melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai, menalar,

membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan kognisi biasa diartikan

sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari kognisi

beragam, di antaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta

kecerdasan buatan. https://id.wikipedia.org/wiki/Kognisi

Pendekatan kognitif

Rahmad Agung Nugraha, S.Psi., M.Si., dosen Progdi BK Universitas

Panca Sakti Tegal menyebutkan teori motivasi yang memfokuskan penguraian

dan penelitian motivasi tingkah laku manusia serta memandang individu sebagai

agen yang aktif mengolah dan menentukan tingkah laku yang diungkapkannya.

contoh teori- teori yang dimaksud antara lain adalah teori :


36

Teori lapangan (Field Theory) Kurt Lewin

Pendekatan kognitif Lewin terutama dipengaruhi oleh psikologi gestalt,

yakni satu aliran psikologi yang menekankan bahwa organisme dalam bertingkah

laku bersifat aktif dan disertai insight pemahaman (atas situasi atau masalah yang

dihadapinya. Tingkah laku organisme atau individu hanya dapat dimengerti

sebagai hasil dari seluruh kekuatan yang bekerja mempengaruhi diri individu

tersebut.

http://www.academia.edu/14220556/TEORI_TEORI_MOTIVASI_DAN_MENG

GALI_SUMBER_MOTIVASI

2.4.2.2 Linguistik Kognitif

Latar belakang munculnya linguistik kognitif, sebagai reaksi terhadap

aliran sebelumnya terutama tata bahasa generatif, tokoh utamanya: Ronald W.

Langacker, George Lakkof, dan Mark Johnson, dll.

Ronald Wayne Langacker lahir 27 Desember 1942, dia adalah seorang

ahli bahasa asal Amerika dan Profesor Emeritus di University of California, San

Diego . Ia terkenal sebagai salah satu pendiri Linguistik Kognitif gerakan dan

pencipta Gramatika Kognitif. (https://en.wikipedia.org/wiki/Ronald_Langacker)

Langacker mengembangkan ide-ide sentral gramatika kognitif dalam

bukunya yang berjudul Foundations of Cognitive Grammar yang menjadi titik

keberangkatan utama untuk bidang Cognitive Linguistics. Gramatika kognitif

memperlakukan bahasa manusia semata-mata dari unit semantik, unit fonologi,

dan unit simbolik (pasangan konvensional fonologi dan unit semantik). Seperti

Konstruksi Grammar dan tidak seperti banyak teori linguistik utama, gramatika
37

kognitif memperluas gagasan unit simbolis kepada tata bahasa. Kemudian,

Langacker mengasumsikan bahwa struktur linguistik termotivasi oleh proses

kognitif umum. Dalam merumuskan teorinya, ia membuat ekstensif menggunakan

prinsip-prinsip psikologi gestalt dan menarik analogi antara struktur linguistik dan

aspek persepsi visual.

(https://en.wikipedia.org/wiki/Ronald_Langacker)

Salah satu asumsi dalam aliran Gestalt, yaitu tentang organisasi persepsi

yang dikenal dengan hukum kesadaran. Ditegaskan bahwa dalam menafsirkan

suatu stimulus ada kecenderungan untuk mengambil sesuatu yang paling mudah

dan paling memungkinkan. Di antaranya, melalui konsep figure (gambar) dan

ground (latar).

Konsep figur dan latar juga mewarnai aliran linguistik kognitif, seperti

dalam menafsirkan suatu kalimat dari sudut pandang yang berbeda. Salah satu

pandangan dari linguistik kognitif, bahwa makna suatu kata (dalam suatu bahasa)

bukan hanya ditentukan oleh objek yang menjadi refensinya saja, melainkan

pemahaman penutur (pengguna bahasa tersebut) terhadap objek tersebut berperan

penting. Oleh karena itu, dalam menjelaskan fenomena bahasa, penghayatan dan

pemahaman secara subjektif tentang konsep figur dan latar sangatlah bermanfaat

(Sutedi, 2003:3).

Teori gramatika kognitif Langacker mereflesikan model konseptual seperti

model kognitif idealis. Ia mengidentifikasikan world-view dalam model bola

billiard. Pandangan ini menggabungkan konsep tempat, waktu, energi, dan materi

(Saeed, 2003: 375).


38

AGENT INSTR PATIENT


SETTING

Gambar 2.2 Prototipe Skema Peristiwa

Langacker (1991:283) dalam Saeed (2003:374-378) menyatakan elemen

tempat, waktu, energi, dan materi membentuk dunia. Objek-objek diskrit bergerak

di dalam sebuah tempat, melakukan kontak dengan yang lainnya, dan

berpartisipasi dalam interaksi energi. Secara konseptual, objek dan interaksi

menampilkan kontras maksimal, memiliki nilai yang berlawanan seperti domain

instansiasi (tempat vs waktu), konstituen utama (substansi vs transfer energi), dan

alternatif konseptualiasi independensi (autonomi vs dependen). Objek fisik dan

interaksi energi memberikan prototipe untuk kategori nomina dan verba yang

merepresentasikan oposisi polar di antara kelas gramatika dasar.

Kategori linguistik nomina dan verba dikarakterisasikan dalam istilah

model kognitif yang merupakan bagian dari konsep realitas. Nomina dapat

mendeskripsikan keadaan waktu yang stabil dan proses interaksi yang umumnya

diidentifikasi melalui verba, seperti dalam his arrival among us atau dieting is bad

for you. Karakterisasi ini menekankan pada kondisi nomina yang tidak secara

objektif keluar dari dunia, tetapi merupakan produk proses kognitif dan keputusan

komunikatif. Model Langacker di atas merupakan protototipe dari klausa transitif.

Skema pengamat (viewer) yang disebut V, berada di luar setting dan bukan

partisipan, sebagai orang ketiga yang melaporkan peristiwa. Pengamat


39

mengidentifikasikan tiga elemen dalam rantai aksi, yaitu hubungan asimetris

mentransmisikan energi dari satu entitas ke entitas kedua, dan pada kasus ini ke

entitas ketiga. Energi yang ditransfer dilambangkan dengan anak panah dengan

garis ganda. Anak panah bergelombang pada PATIENT menggambarkan

perubahan keadaan di dalam entitas yang disebabkan adanya interaksi. Skema ini

menerangkan prototipe yang menggambarkan energi yang bersumber dari

AGENT berakhir di PATIENT melalui perantara entitas INSTRUMENT.

Penutur memiliki pilihan saat membicarakan kejadian ini. Penekanan penting

pada teori ini adalah karakterisasi keaktifan penutur dalam latar belakang yang

menerapkan konseptualisasi konvensional bahasa dan derajat proses kognitif.

Istilah umum untuk proses ini adalah konstrual (construal).

George P. Lakoff lahir 24 Mei 1941 adalah seorang ahli bahasa kognitif

asal Amerika. Lakoff terkenal karena tesisnya yang secara signifikan dipengaruhi

oleh pusat metafora yang digunakan untuk menjelaskan fenomena yang

kompleks. (https://en.wikipedia.org/wiki/George_Lakoff)

Tesis Lakoff , yakni Metafora diperkenalkan pada tahun 1980 dalam

bukunya yang berjudul Metaphors We Live By . Lakoff telah menemukan aplikasi

dalam sejumlah disiplin ilmu dan aplikasi itu bekenaan dengan politik, sastra,

filsafat, dan matematika yang dianggap sebagai dasar untuk ilmu politik.

Mark L. Johnson lahir Mei 1949 24 di Kansas City, Missouri, adalah

Profesor Liberal Seni dan Ilmu Pengetahuan di Departemen Filsafat di University

of Oregon . Ia terkenal karena berkontribusi untuk filsafat yang

diwujudkan dalam ilmu kognitif dan linguistik kognitif , beberapa di antaranya ia


40

menulis bersama dengan George Lakoff seperti Metaphors We Live By .

(https://en.wikipedia.org/wiki/Mark_Johnson_(philosopher)

Dalam fenomena perubahan makna kita mengenal adanya metafora.

Metafora memungkinkan kita untuk mengerti dan mengomunikasikan tentang hal-

hal abstrak dan konsep-konsep yang sulit. Lakoff dan Johnson (1980:3)

mengatakan bahwa, ―…metaphor is persuasive in everday life, not just in

language but in thought and action. Our ordinary conceptual system, in terms of

which we both think and act, is fundamentally methaporical in nature‖. Teori

metafora ini lebih dikenal dengan teori metafora konseptual (Conceptual

Metaphor Theory, disingkat CMT). Dalam CMT, terdapat dua ranah konseptual,

yaitu ranah sumber (source domain) dan ranah sasaran (target domain). Ranah

sumber yang lebih kongkrit digunakan manusia untuk memahami konsep abstrak

dalam ranah sasaran. Metafora mengorganisasi hubungan antar objek dan

menciptakan pemahaman mengenai objek tertentu melalui pemahaman mengenai

objek lain.

Menurut George Lakoff dan Mark Johnson dalam Metaphor We Live By

(1980), metafora adalah pemahaman dan pengalaman mengenai sebuah hal

melalui sesuatu hal yang lain. Jadi, seseorang memahami dan merasakan sesuatu

yang baru melalui pemahamannya atas hal lain yang telah ia kenal sebelumnya.

Lebih lanjut, Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman

yang dialami setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir

pada setiap pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan

Johnson memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap

metafora tidak hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi


41

budaya atas suatu realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki

manusia secara fundamental sudah metaforis.

Dapat dikatakan bahwa struktur dasar metafora terdiri atas dua bagian,

yaitu (1) hal yang dibicarakan (maksud) dan (2) hal yang

dibandingkan/diumpamakan (sebagai wahananya). Kesamaan ciri yang dimiliki

oleh kedua hal tersebut merupakan dasar dari metafora. Misalnya pada contoh

metafora ―waktu adalah uang‖, dasarnya adalah kesamaan ciri (komponen makna)

yang dimiliki waktu dan uang, yaitu, antara lain: sebagai komoditas yang berharga

dan harus digunakan secara bijaksana. Perlu diingat, berkaitan dengan yang telah

diuraikan sebelumnya, dasar dari metafora (kesamaan ciri/komponen makna yang

dimiliki oleh kedua elemen dalam metafora) sangat erat kaitannya dengan budaya

masyarakat penggunanya.

Metafora menurut Lakoff dan Johnson (1980) terdiri atas tiga jenis, yaitu:

1. Metafora struktural, yaitu sebuah konsep dibentuk secara metaforis

dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan

pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural

berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari.

2. Metafora orientasional, yaitu metafora yang berhubungan dengan

orientasi ruang, seperti naik-turun, dalam-luar, depan-belakang, dan lain-

lain. Orientasi ruang ini muncul dengan didasarkan pada pengalaman fisik

manusia dalam mengatur orientasi arah dalam kehidupan sehari-hari,

seperti yang terdapat pada ―UP-DOWN‖. Metafora orientasional berbeda

di setiap budaya karena apa yang dipikirkan, dialami, dilakukan oleh


42

setiap budaya berbeda. Metafora orientasional memberikan sebuah konsep

suatu orientasi ruang, misalnya―HAPPY IS UP‖.

3. Metafora ontologis adalah metafora yang melihat kejadian, aktivitas

emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam metafora

―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just isn‘t

operating today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang

tidak ingin berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang

mengkonseptualisasikan pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak

lainnya—ke sesuatu yang memiliki sifat fisik. Dengan kata lain, metafora

ontologis menganggap nomina abstrak sebagai nomina konkret.

2.4.2.3 Asas-asas Linguistik Kognitif

Munculnya linguistik kognitif yang dipelopori oleh ketiga tokoh di atas,

sebagai reaksi terhadap aliran sebelumnya terutama tata bahasa generatif

dilatarbelakangi karena linguistik kognitif memandang bahwa setiap fenomena

bahasa pasti ada yang melatarbelakangi dan memotivasinya. Selain itu, linguistik

kognitif menjadikan penampilan berbahasa sebagai objek kajiannya, yaitu

pemakaian bahasa secara kongkret dalam situasi yang sebenarnya. Tujuan dan

sasaran linguistik kognitif adalah berfokus pada pemotivasian hubungan antara

makna dan bentuk. Generalisasi dalam linguistik kognitif dilakukan secara

induktif. Dengan demikian, tolok ukur dalam linguitik kognitif adalah benar atau

tidaknya suatu kalimat atau berterima atau tidaknya berdasarkan pada penutur

pengguna bahasa. Sutedi (2003:1) membedakan tata bahasa generatif dan

linguistik kognitif menjadi berikut:


43

Tabel 2.3 Perbedaan Tata Bahasa Generatif dan Linguistik Kognitif

Tata Bahasa Generatif Linguistik Kognitif

Objek kajian Kemampuan berbahasa Penampilan berbahasa

(Language competence) (language performance)

Pendekatan Secara modul (module) yang Rentetan dan keseluruhannya

terpisah-pisah (sequential)

Fungsi morfem Independen (berdiri sendiri Rentetan dan kesatuan, yakni

atau secara terkotak-kotak) satu sama lainnya tidak bisa

dipisahkan

Tujuan Tata bahasa secara universal Pemotivasian bentuk dan

makna

Penyimpulan Secara deduktif, tidak Secara induktif, berdasarkan

berdasarkan pada contoh pada konteks penggunaan

penggunaan yang kongkrit secara konkrit

Dasar sebagai Gramatikalisasi Kemungkinan berterimanya

tolok ukurnya kalimat


44

Berikut ini asas-asas linguistik kognitif:

1. Linguistik kognitif memandang bahwa bahasa berkaitan erat dengan

mekanisme kognitif manusia. Oleh karena itu, sebagian besar teorinya

berasaskan pada berbagai konsep psikologi, seperti psikologi persepsi,

psokologi kognitif, dan psikologi gestalt.

2. Psikologi Gestalt: totalitas adalah bukan merupakan penjumlahan belaka

dari setiap elemen yang ada, melainkan merupakan satu kesatuan yang

utuh dengan ciri dan karakter totalitasnya.

3. Teori Gestal dikenal ada dua macam, yaitu gestalt secara ruang (lokal) dan

gestalt secara waktu (temporal). Bentuk wujud suatu benda atau tempat

merupakan gestalt secara ruang, sedangkan alunan lagu, melodi, atau

kalimat merupakan gestalt temporal.

4. Kalimat menurut Gestalt, bukan hanya sekedar penggabungan atau

penjumlahan sederetan kata-kata saja, melainkan merupakan totalitas dari

setiap kata yang memiliki ciri dan fungsi yang terorganisir, sehingga

membentuk suatu kesatuan yang utuh.

5. Teori ingatan menurut Gestalt, berlangsung melalui hukum asosiasi dan

reproduksi. Jika suatu stimulus muncul satu atau beberapa kali dalam

bentuk elemen-elemen dari gestalt (totalitas) dalam kesadaran manusia,

kemudian salah satu di antaranya muncul kembali, maka cenderung untuk

memunculkan totalitasnya dalam kesadaran tersebut.

6. Suatu kata dalam kalimat akan lebih jelas maknanya, daripada kata

tersebut berdiri sendiri. Dalam menganalisis makna kosa kata bahasa

Indonesia, akan lebih mudah jika dianalisis dalam bentuk kalimat


45

daripada dianalisis dalam bentuk kata karena kalimat tersebut merupakan

suatu Gestalt (Sutedi, 2003:2).

2.4.2.4 Makna Kognitif

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna

kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau

gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen.

Dalam makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya dan yang

dimaksudkan juga apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan itu megah,

maka kita secara langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah bangunan

yang megah. Kita belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana serta

seberapa kemegahan itu (Suwandi, 2008:73).

2.4.2.5 Jejaring Semantis

Makna-makna yang berbeda dari suatu unit linguistik polisemis disatukan

berdasarkan hubungan kategorisasi di antara makna-makna tersebut, seperti

elaborasi dan perluasan, guna membentuk suatu jejaring semantis (Langacker,

2008:37; periksa lebih lanjut Geeraerts, 2010).


46

2.5 Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini berangkat dari perubahan makna

kosakata bahasa Indonesia yang dianalisis berdasarkan dua dimensi yaitu: dimensi

sejarah dan dimensi sosial. Dimensi sejarah membahas perubahan makna kosakata

bahasa Indonesia secara etimologi dan semantik struktural (Perluasan,

Penyempitan, Ameliorasi, Peyorasi, Asosiasi, Sinestesia, Metafora). Dimensi

sosial membahas perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan

linguistik kognitif spesialisasi semantik kognitif (Kognitif gramatika dan

Metafora). Kedua dimensi tersebut kemudian menguraikan faktor-faktor penyebab

terjadinya perubahan makna kosakata bahasa Indonesia. Kosakata bahasa

Indonesia yang mengalami perubahan makna diambil dari kompas dengan tema

Ekonomi, Korupsi, Bencana, Kriminal, dan Politik. Data dianalisis dengan

menggunakan metode kualitatif. Kemudian hasil penelitian dan temuan tentang

perubahan makna kosakata bahasa Indonesia dibahas dan dideskripsikan dalam

bab IV. Berikut ini kerangka berpikir yang dipakai dalam menganalisis data dalam

penelitian ini.
47

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Perubahan Makna Kosa Kata Bahasa Indonesia

Dimensi Sejarah Dimensi Sosial

Etimologi Linguistik Kognitif

Semantik Struktural Semantik Kognitif

Perluasan, Penyempitan, Ameliorasi, Peyorasi, Kognitif Gramatika Metafora


Sinestesia, Asosiasi, Metafora

Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna

Kompas Kompas

Ekonomi, Korupsi, Bencana,Kriminal, Politik

Analisis Kualitatif

Hasil Penelitian dan Temuan


48

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Dalam menemukan suatu solusi permasalahan mengenai fenomena

kebahasaan yang akan diteliti, peneliti mengunakan suatu metode atau cara.

Sebelum sampai pada penjelasan mengenai metode yang digunakan, peneliti

menyampaikan bahwa penelitian ini akan menganalisis suatu fenomena bahasa

yaitu perubahan makna dengan cara mendeskripsikan dan menjelaskan serta

menggambarkannya dalam suatu alat yang dinamakan dengan jejaring semantis

yang telah dijelaskan dalam landasan teori. Dalam penelitian ini, peneliti akan

menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Mengingat bahwa pembahasan perubahan makna bersifat teoretis,

penelitian ini akan dilakukan dengan teknik kepustakaan. Data diperoleh dari

media cetak yaitu koran Kompas. Data yang akan dianalisis merupakan kosakata

bahasa Indonesia terpilih yang terdapat pada koran tersebut.

Selain itu, untuk mengantarkan satu peneliltian lebih mendalam dan

meluas serta menjawab masalah-masalah yang berhubungan dengan dua fakta

semantik tersebut akan dilakukan teknik lapangan. Walaupun pembicaraan

tentang pergeseran dan perubahan makna bersifat teoretis, pembicaraan tentang

pergeseran dan perubahan makna ini didasarkan pada data empiris. Data empiris

tersebut dikelompokkan, dibeda-bedakan, dihubung-hubungkan, diramalkan, dan

dikendalikan secara rasional sehingga lahirlah pernyataan-pernyataan yang

bersifat teoretis mengenai dua gejala tersebut.

47
49

Penelitian lapangan yang dilakukan untuk menguji kebenaran data kata-

kata bahasa Indonesia terpilih yang telah diambil di media cetak. Apakah kata-

kata tersebut benar telah mengalami perubahan dan pergeseran di tengah

masyarakat dan bagaimana pengetahuan masyarakat terhadap kegunaan kata

tersebut? Untuk mendukung data yang diperoleh, peneliti akan melakukan

wawancara kepada masyarakat Medan untuk mengetahui penggunaan kata-kata

bahasa Indonesia terpilih tersebut di tengah masyarakat. Teknik lapangan ini

sebagai pendukung untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh.

3.2 Penentuan Informan

Data penelitian diperoleh dari beberapa informan untuk memperoleh

informasi dan memastikan keabsahan data. Informasi yang diperoleh dari

informan ini digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian tentang

perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sosial.

Informan penelitian ini ada tiga, yaitu: ahli bahasa, jurnalis, dan mahasiswa.

Adapun kriteria pemilihan informan tersebut berdasarkan keperluan informasi

tentang kedua puluh kosakata yang ada dalam penelitian ini. Mereka dipilih

karena dianggap kredibel untuk menjawab masalah peneliti dan mempunyai

pandangan tertentu tentang fenomena bahasa yang sedang diteliti.

Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah

berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan

bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak

sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat. Informan yang akan
50

menjadi informan narasumber (key informan) dalam penelitian ini adalah: ahli

bahasa, jurnalis, dan mahasiswa.

Adapun kriteria-kriteria penentuan Informan Kunci (key informan) yang

tepat dalam pemberian informasi dan data yang tepat dan akurat mengenai

Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Ok Shahrir, S.S. (Ahli Bahasa di Balai Bahasa Sumatera Utara)

2. Bambang Riyanto, S.S. (Wartawan Harian Analisa & Dosen Mata kuliah

Jurnalistik di Departemen Sastra Indonesia USU)

3. Tri Astari (Mahasiswa Universitas Sumatera Utara Jurusan Sastra

Indonesia Semester III)

3.3 Data dan Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah harian Kompas yang diunduh

melalui situs resmi surat kabar tersebut. Surat kabar tersebut merupakan surat

kabar harian nasional dengan oplah yang tinggi, Kompas dengan 600.000

eksemplar per hari (Supadiyanto, 2014). Dengan sirkulasi yang besar, surat kabar

tersebut memiliki potensi untuk menggunakan pengaruh yang besar terhadap para

pembaca surat kabar.

Harian Kompas yang bertema Bencana, Ekonomi, Politik, Korupsi, dan

Kriminal pada tahun 2016 dijadikan sumber data dalam penelitian ini. Kelima

tema ini merupakan persoalan yang menjadi menu pokok isi media karena

pengaruhnya cukup luas dan mendalam bagi kehidupan rakyat sehari-hari. Karena

kelima tema ini yang menjadi menu pokok; sorotan para pembaca besar terhadap
51

penggunaan bahasa Indonesia yang digunakan para jurnalis. Penulisan kata yang

digunakan para jurnalis mempengaruhi perubahan makna yang terjadi.

Data penelitian ini ada dua puluh kosakata yang di ada di harian Kompas

pada periode 2016. Penelitian ini mengambil dua puluh kosakata untuk menjawab

masalah penelitian terkait jenis-jenis perubahan makna yang menurut

Kridalaksana ada tujuh, yakni perluasaan, penyempitan, ameliorasi, peyorasi,

asosiasi, sinestesia, dan metafora. Selain itu, kedua puluh kosakata ini dipilih

untuk membuktikan adanya perubahan makna kosakata di tengah masyarakat atau

fakta sosial berkaitan dengan kognitif pemakai bahasa. Kedua puluh kosakata

tersebut ialah saudara, jawara, rawan, jurusan, tinggal, operasi, mengemis,

rapat, pasar, kampanye, aksi, blusukan, dicekal, mengucurkan, menggalang,

memangkas, memanaskan, menjaring, memakan, dan pedas. Kosakata tesebut

dipilih karena sering digunakan dalam teks berita di harian Kompas pada periode

2016 pada tema Bencana, Ekonomi, Politik, Korupsi, dan Kriminal.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, metode dan teknik pengumpulan data suatu

langkah penting yang harus dilakukan dalam mengumpulkan data. Dengan

menentukan alat pengumpulan data tepat dan sesuai, data yang diperoleh lebih

akurat, lengkap, dan representatif untuk diolah dan dianalisis. Dalam penelitian

ini, penulis menggunakan metode simak dengan menggunakan teknik

dokumentasi dan teknik catat sebagai teknik lanjutan.


52

Metode simak dilakukan untuk menyimak penggunaan bahasa. Istilah

menyimak di sini, tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan,

tetapi juga penggunaan bahasa secara tulisan (Mahsun, 2005:92).

Metode simak dalam penelitian ini menggunakan teknik lanjutan berupa

teknik catat. Teknik catat digunakan sebagai teknik dalam pengumpulan data.

Teknik catat adalah mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitiannya

dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2005: 93). Berhubungan dengan

penggunaan teknik catat penulis menerapkan teknik dokumentasi terlebih dahulu.

1. Teknik Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan

harian, sejarah hidup (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-

lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa

gambar, patung, film, dan lain-lain.

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang

berasal dari berita-berita Kompas yang diunggah melalui situs resmi kedua koran,

khusus periode 2016. Penelitian terhadap kata yang terdapat pada teks berita ini

bersifat kualitatif. Oleh karena itu, sampel penelitian diambil sesuai dengan

pertimbangan kebutuhan peneliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah sampel bertujuan dengan pilihan tema Bencana, Ekonomi, Politik,

Korupsi, dan Kriminal, sesuai dengan pemberitaan yang telah difokuskan.


53

2. Teknik catat

Teknik catat dilakukan peneliti untuk mencatat data-data yang ada

hubungannya dengan masalah penelitian, kemudian diseleksi, diatur, selanjutnya

diklasifikasikan. Menurut Sudaryanto (1993:132) metode simak juga harus

disertai teknik catat, yang berarti peneliti mencatat data yang dinilai tepat dalam

kajian analisis kesinambungan pada sebuah kartu data.

Setelah melakukan teknik dokumentasi, pengumpulan data juga dilakukan

dengan teknik simak catat (Sudaryanto, 1993:153). Teknik ini dilakukan dengan

menyimak setiap teks berita yang menjadi sumber data untuk melihat kata yang

mempengaruhi kalimat sehingga makna kalimat itu berubah dengan adanya kata

tersebut, kemudian mencatat data yang merupakan bagian dari perubahan makna.

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian menggunakan sejumlah metode dan teknik

untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Metode dan teknik yang digunakan

adalah untuk memperoleh penjelasan terkait perubahan dan pergeseran makna

kosa kata bahasa Indonesia dari berbagai sisi. Dalam kajian linguistik kognitif,

analisis kebahasaan harus diawali dari analisis makna. Untuk itu, penelitian ini

diawali dengan analisis mengenai definisi dari kosa kata yang akan dianalisis

berdasarkan makna di dalam kamus. Untuk menjawab rumusan masalah pertama,

kedua, dan ketiga penelitian ini menggunakan metode agih.

Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya justru

bagian dari bahasa itu. Alat penentu dalam rangka kerja metode agih itu selalu

berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti
54

kata (kata ingkar, preposisi, adverbia), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat),

klausa, silabe kata, titinada, dan yang lain (Sudaryanto, 1993: 15-16).

Teknik pada metode agih dapat dibedakan menjadi dua: teknik dasar dan

teknik lanjutan. Teknik dasar metode agih yang digunakan untuk menganalisis

data penelitian ini ialah teknik bagi unsur langsung atau teknik BUL. Dikatakan

Teknik bagi unsur langsung karena cara yang digunakan pada awal kerja analisis

ialah membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur dan

unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung

membentuk satuan lingual yang dimaksud. Adapun alat penggerak bagi alat

penentu ialah daya bagi yang bersifat intuitif (intuisi kebahasaan)(Sudaryanto,

1993:36).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik lanjutan untuk

menjalankan metode agih. Teknik lanjutan adalah alat untuk menjalankan metode

agih tersebut. Peneliti menggunakan teknik lanjutan berupa teknik ganti.

Untuk membuktikan sebuah konstruksi merupakan kosakata yang

mengalami perubahan penelitian ini menggunakan teknik ganti. Teknik ganti

dilaksanakan dengan menggantikan unsur tertentu satuan lingual yang

bersangkutan dengan ―unsur‖ tertentu yang lain di luar satuan lingual yang

bersangkutan. Misalnya, satuan lingual data ABCD dengan menggunakan teknik

ganti akan didapat: ABCS, ABSD, ASCD, atau SBCD (S = subtitutor atau unsur

pengganti) (Sudaryanto, 1993:16). Misal:

Polisi menggelar razia massal di jalan raya.

Polisi melakukan razia massal di jalan raya.


55

Permasalahan pertama dianalisis dengan menggunakan metode agih

dengan teknik lanjutan teknik ganti. Untuk mengetahui jenis perubahan makna

yang terjadi pada kosakata berdasarkan dimensi sejarah diterapkan teori jenis

perubahan makna dari semantik struktural. Kemudian untuk menjawab

permasalahan perubahan makna berdasarkan dimensi sosial digunakalah teori

semantik kognitif yang dikemukakan oleh Langacker tentang kognitif gramatika,

Lakoff dan Johnson tentang metafora.

Permasalahan kedua dianalisis dengan teori semantik kognitif yang

dikemukakan oleh Langacker, Lakkof, dan Johnson dengan menggunakan

kognitif gramatika dan metafora untuk mengetahui peran semantik kognitif dalam

perubahan kosakata tersebut.

Permasalahan ketiga dianalisis dengan teori semantik struktural yaitu

faktor-faktor terjadinya perubahan makna yang dikemukakan oleh Suwandi.

Dengan menggunakan teori tersebut, peneliti memperoleh faktor-faktor penyebab

terjadinya perubahan kosakata bahasa Indonesia.

Dalam proses yang diuraikan tersebut, dapat dilakukan klasifikasi data

dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bentuk perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi

sejarah dan dimensi sosial:

Data : terpukul
Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum
pulih.( Kompas, Sabtu, 25 Juni 2016 | 17:24 WIB)

Kata terpukul memiliki kata dasar pukul. Kata pukul secara etimologi

berasal dari bahasa Melayu yang diartikan sebagai strike; hit; knock; to take (at

chess); to multiply (=dzarab); to average. An idiomatic word of wide meaning,


56

not confined to any kind of blows and used loosely in many other senses; p.

Bangkong (to draw a lottery); p. bantai to give a man a hammering); p. besi (to

shoe a horse); p. chanang (to beat a gong); p. chap (to print); p. empat (four

o‘clock); p. lobang (to work as a broker); p. loterai (to raffle; p. ratakan (to strike

an average); p. talifun (to use the telephone); p. tambur (to beat the drum). Ikan

p. gendang: a fish; the star-gazer, Percis pulchella. (Malay-English Dictionary:

284)

Dalam bahasa Indonesia, kata pukul dapat dipahami sebagai ‗menyerang;

memukul; ketukan; untuk mengambil (di catur); kalikan (= dzarab); untuk rata-

rata‘. Sebuah kata idiomatik arti luas, tidak terbatas pada jenis pukulan dan

digunakan secara longgar dalam banyak hal lainnya; p. Bangkong (menggambar

lotre); p. bantai untuk memberikan seorang pria palu); p. besi (untuk sepatu kuda);

p. chanang (untuk mengalahkan gong); p. chap (untuk mencetak); p. Empat (pukul

empat); p. Lobang (untuk bekerja sebagai broker); p. loterai (mengundinya; p

ratakan (untuk menyerang rata-rata); p talifun (menggunakan telepon); p Tambur

(untuk mengalahkan drum) Ikan p gendang:... ikan; bintang-gazer, percis

pulchella.. . (Melayu-English Dictionary: 284). Berdasarkan makna yang

terkandung dari kata pukul, pemakai bahasa memakai kata pukul untuk

menyatakan ‗menyerang atau melakukan tindakan aktif yaitu berupa memukul‘.

Kata terpukul dalam kalimat ―Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa

terguncang, sementara China belum pulih‖ telah mengalami makna perluasan

dari makna aslinya. Selanjutnya makna perluasan kata terpukul dibahas pada

bentuk perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sosial.


57

Bentuk kosakata terpukul berdasarkan dimensi sosial dapat diketahui dengan

mencari tahu sejauh mana kata terpukul beredar luas di masyarakat. Pemakaian

kata terpukul dapat berkembang luas dapat diketahui salah satunya dari media

massa cetak. Untuk menjaring data kata terpukul, media massa yang dipakai ialah

Kompas. Melalui harian Kompas didapat kata terpukul yang memiliki makna

perluasan. Kemudian kata terpukul itu dianalisis dengan menggunakan teori

perubahan makna. Analisis yang dilakukan sebagai berikut:

a. Kosa kata yang dicurigai sebagai kosa kata yang mengalami perubahan

makna didefinisikan berdasarkan kamus.

Misal:

Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China


belum pulih.( Kompas, Sabtu, 25 Juni 2016 | 17:24 WIB)

Kata terpukul kata dasarnya pukul berdasarkan Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti (1) kena pukul; (2) tidak berdaya; kalah: tampaknya dia benar-

benar merasa. Kata pukul sendiri berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

berarti ‗ketuk (dengan sesuatu yang keras atau berat)‘. Makna kosakata tersebut

dibandingkan berdasarkan makna konteks kalimat. Makna sebelum dan makna

sesudahnya.Misal:

1. Arti terpukul dalam kalimat berikut ‗ kena pukul ‘

Matanya buram setelah terpukul lengan lawan saat bermain futsal.

2. Arti terpukul dalam kalimat berikut ‗ makna kiasan tidak berdaya ‘

Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China

belum pulih.

b. Setelah memahami makna- makna kata terpukul berdasarkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia, langkah selanjutnya adalah mengetahui jenis perubahan


58

makna yang terjadi pada kata terpukul. Kosakata tersebut dianalisis

berdasarkan konsep perubahan makna yang tujuannya untuk mengetahui

apakah kosakata yang berubah tersebut termasuk ke dalam jenis perubahan

makna (perluasan, penyempitan, ameliorasi, peyorasi, sinestesia, asosiasi,

polisemi, atau metafora)

Penggunaan kata terpukul pada kalimat yang ada pada no.2

mengalami perubahan makna dengan jenis asosiasi, yaitu proses

perubahan makna sebagai akibat persamaan sifat. Kata terpukul

mengalami perubahan akibat faktor asosiasi yang menurut Suwandi

(2008:48) yaitu kata-kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering

masih ada hubungannya dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya.

Untuk mengetahui sejauh mana kata terpukul mengalami

perubahan makna maka digunakan teknik ganti, sebagai berikut.

1. Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara

China belum pulih.

2. Ekspor makin terpuruk karena pasar Eropa terguncang, sementara

China belum pulih.

3. Ekspor makin terguncang karena pasar Eropa terguncang, sementara

China belum pulih.

Dari penggunaan teknik ganti di atas didapatkan persamaan makna

terpukul dengan kata terpuruk, terguncang, Selain itu, kata terpukul

memiliki persamaan kata dengan kata sakit hati, patah hati. Berikut arti

kata terpukul digambarkan.


59

Visual arti kata terpukul

memukul ketuk getok jam

pukul

terguncang terpuruk

terpukul

patah hati sakit hati

tertumbuk

Untuk mengetahui fakta sosial yang terjadi di tengah masyarakat,

dilakukan teknik wawancara kepada pemakai bahasa, yaitu mayarakat umum,

mahasiswa, pengajar, ahli bahasa, dan jurnalis. Pemahaman dan pengetahuaan

pemakai bahasa terhadap kata terpukul dapat diketahui setelah wawancara.

2. Untuk menjawab persoalan yang kedua yaitu peran kognitif terhadap

perubahan makna kosakata bahasa Indonesia digunakan teknik

wawancara. Kosakata yang mengalami perubahan dan pergeseran makna

dianalisis menggunakan teori semantik kognitif yang dikemukakan oleh

Langacker, Lakkof, dan Johnson untuk mengetahui peran semantik

kognitif dalam perubahan dan pergeseran makna kosa kata tersebut. Tipe

konstruksi dari ekspresi figuratif yang mengandung kosakata terpukul

dijelaskan dengan mengadopsi teori tata bahasa kognitif Langacker,

Lakkof, dan Johnson dan dikaitkan dengan pembahasan mekanisme

kognitif berdasarkan teori metafora konseptual dari masing-masing makna

perluasan terpukul.
60

1. Misalnya, makna ‗(1) kena pukul; (2) tidak berdaya; kalah: tampaknya dia

benar-benar‘ dalam konstruksi tersebut dimotivasi secara metaforis

sehingga terdapat makna ‗sakit hati dan patah hati‘.

a. Motivasi kognitif Makna ‗sakit hati atau patah hati‘

Makna ‗sakit hati atau patah hati‘ ini muncul pada konstruksi idiomatis

dan terpukul sebagai salah satu struktur komponennya. Yang ditemukan pada

kalimat berikut:

Hatinya sangat terpukul ketika mendengar kabar anaknya tidak lulus ujian.

Makna idiom terpukul membangun sebuah gambaran seseorang berada

pada kondisi hati yang sangat tidak menyenangkan. Terpukul memicu

interpretasi metaforis ataupun metonimis pada idiom ini karena tidak beracuan

secara literal. Makna idiom ini dapat memicu interpretasi metaforis suatu

ekspresi ketika terpukul dikombinasikan dengan unsur dari ranah target dan

dimasukkan sedemikian rupa pada konstruksi pemicu metafora yang secara

leksikal terbuka.

b. Motivasi Kognitif Makna ‗terguncang‘

Untuk makna ini, terpukul bermakna literal terlibat dalam konstruksi

idiomatis yang secara leksikal hampir sepenuhnya spesifik. Makna

‗terguncang‘ ditemukan pada kalimat:

Australia merasa sangat terpukul dengan rencana pelaksanaan

hukuman mati dua napi narkoba.

Secara internal, terpukul dalam kalimat tersebut pada hakikatnya

tidaklah metaforis karena unsur-unsur pembentuknya, termasuk juga terpukul,

tidak ada yang memicu atau mewakili ranah sumber dan ranah target. Makna
61

dari ungkapan terpukul pada kalimat tersebut menimbulkan suatu gambaran

mental tentang seseorang atau suatu bangsa yang menyiratkan perasaan

kecewa, cemas, marah, tidak bahagia, terguncang, terpukul.

Kata terguncang sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

memiliki makna 1) verba: tergoyang cepat- cepat; 2) adjective terganggu

keseimbangan (hati); khawatir.

Misal:

1) ―Pesawat terguncang bahkan terpental-pental naik turun dan

membuat mesin mati‖ tutur Rozak.

2) Tubuhku terguncang terhempas batu jalanan . (Ebiet G. Ade)

3) Kematian dua anaknya membuat Sukatmini terguncang dan akhirnya

tidak sanggup untuk bertahan hidup.

c. Motivasi Kognitif Makna ‗terpuruk‘

Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara

China belum pulih.

Makna ‗terpuruk‘ terkandung pada kata terpukul pada kalimat di atas.

Makna ‗terpuruk‘ di atas merupakan gambaran mundurnya ekspor atau

keaadaan yang semakin parah. Makna kiasan ini timbul karena adanya

metaforis antara kata terpukul dengan referen yang ditujunya.

d. Motivasi Kognitif Makna ‗tertumbuk‘

Matanya buram setelah terpukul lengan lawan saat bermain futsal.

Makna kata terpukul pada kalimat tersebut adalah ‗kena pukul‘ sama

seperti kata tertumbuk, yakni ‗kena tumbuk‘:Matanya buram setelah tertumbuk

lengan lawan saat bermain futsal.


62

Keduanya sama-sama bermakna melakukan aksi yang dilakukan oleh

pukul. Secara bentuk, terpukul yang sama pada makna tertumbuk tidak mengalami

perubahan secara semantis memprofil proses dan berkelas gramatikal verba.

Dalam kalimat ini menunjukkan pemakaian terpukul dan tertumbuk

sebagai verba. Kedua bentuk sama-sama digunakan pada konstruksi argumen

transitif.

penerima energi penyalur energi sumber energi

patient instrumen agen

Sebagai penutup, representasi jejaring semantis makna-makna perluasan

terpukul sehubungan dengan keterkaitannya di antara makna-makna perluasan

tersebut dengan makna protitipikal terpukul dibahas secara lebih rinci. Utamanya,

analisis ini dilandasi dengan aspek kategorisasi yang diajukan oleh tata bahasa

kognitif (Langacker, 2008). Hal yang dianalisis adalah menemukan kemiripan

kerabat yang berkorespondensi dan memungkinkan adanya keterkaitan antara

makna prototipikal terpukul dengan beragam makna perluasannya.

3. Berdasarkan makna kata terpukul di atas dapat ditemukan persamaan kata

atau padanan kata terpukul yaitu kata terpuruk, terguncang, tertumbuk,

patah hati, dan sakit hati.

Kata terpukul yang sebelumnya diartikan sebagai ‗kena pukul‘ berubah

makna dengan proses asosiasi sehingga didapat makna seperti yang diuraikan di

atas. Dalam hal ini perubahan makna terpukul tersebut terjadi karena faktor

asosiasi, yakni kata-kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada

hubungannya dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya.


63

Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan terpukul

Makna perluasan terpukul disatukan dalam jejaring semantis atas dasar

kemiripan khasanah serta hubungan kategorisasi, yaitu elaborasi dan perluasan,

baik metaforis dan/atau metonimis, di antara makna yang satu dengan yang

lainnya dan juga yang lebih skematis sehingga membentuk suatu kategori

semantis yang sangat kompleks. Berikut merepresentasikan jejaring semantis unit

simbolis.
64

Gambar 3.1 Jejaring Semantis ―Terpukul‖

Getok memukul

ketuk jam

pukul

Syok terpukul terpuruk tertumbuk

bergoyang

bergerak terguncang Tidak berdaya <------Terpukul ---- kena pukul

sakit hati patah hati

mutung

kecewa kesal terpukul tersinggung kecil hati angkat tangan patah semangat putus asa
65

3.6 Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian

adalah valid, reliabel, dan objektif. Sugiono (2011: 365) menyebutkan bahwa uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi : Uji Credibility (Validitas

internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan

confirmability (objektivitas).

Dalam penelitian ini digunakan Uji Kredibilitas (Validitas Internal).

Kredibilitas (derajat kepercayaan) data diperiksa melalui kelengkapan data yang

diperoleh dari berbagai sumber. Menurut Sugiyono (2011: 364) uji kredibilitas

merupakan proses menguji keabsahan melalui ketekunan pengamatan,

peningkatan keakuratan/ketelitian peneliti, triangulasi, diskusi rekan, analisis

kasus negatif dan member check . Dalam penelitian ini, uji kredibilitas dilakukan

menggunakan triangulasi, ketekunan pengamatan, dan diskusi rekan.

1) Triangulasi

Triangulasi data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber yang dimaksud ialah

menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah

diperoleh melalui berbagai sumber. Triangulasi sumber yang akan dilakukan pada

masyarakat pekerja di kota Medan dan mahasiswa di USU.

2) Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan ini bermaksud untuk menemukan ciri-ciri dan

jenis-jenis situasi yang relevan dengan persoalan penelitian dengan kata lain

menelaah kembali data-data yang terkait dengan fokus penelitian sehingga data
66

tersebut dapat dipahami dan tidak diragukan. Dalam penelitian ini, proses yang

dilakukan dengan mengulang pengumpulan data secara manual. Setelah

melakukan dokumentasi, proses manual juga dilakukan untuk memastikan apakah

masih ada data yang belum terjaring.

3) Diskusi Rekan

Teknik ini dilaksanakan dengan cara mengekspor hasil sementara dan

hasil aktif yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik rekan, rekan yang

memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang yang dipersoalkan dengan

jalan ini semaksimal mungkin peneliti berusaha bersifat jujur dan terbuka. Dalam

penelitian ini, diskusi yang dilakukan adalah dengan pembimbing yang

merupakan rekan yang berkecimpung terus menerus dalam penelitian semantik

kognitif.

Gambar 3.2 Diagram Metode Penelitian


67

3.7 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Mahsun (2011: 123) menyebutkan dua cara dalam tahap akhir ini, yaitu

dengan cara: (i) perumusan hasil tersebut dengan menggunakan kata-kata biasa,

termasuk penggunaan terminologi yang bersifat teknis data dan (ii) perumusan

dengan menggunakan tanda-tanda atau lambang. Senada dengan hal tersebut,

Sudaryanto (1993) menyatakan metode penyajian data bisa dilakukan dengan (i)

metode formal, yaitu kalimat dan tabel, serta (ii) metode informal, yaitu

menggunakan kalimat. Metode informal bisa membantu menjelaskan analisis

formal, sehingga penelitian ini menggunakan baik gambar, tabel serta kata-kata

biasa dalam menjelaskan data.

3.7.1 Sistematika Penyajian

Bab 1 penelitian ini berisi latar belakang yang akan menjelaskan mengenai

alasan pengambilan topik penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian. Bab 2 dalam penelitian ini akan membahas mengenai konsep, landasan

teori, dan tinjauan pustaka. Di dalam bab 3 ini berisi metode penelitian, sumber

data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian data.

Bab 4 dalam penelitian ini akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Bab

5 akan menyajikan simpulan dan saran.


68

Gambar 3.3 DIAGRAM ALUR PENELITIAN

Komponen Dasar Komponen Dasar


PROPOSAL HASIL PENELITIAN

Permasalahan Rekomendasi/saran

Tujuan dan manfaat penelitian Simpulan

Teori Pembahasan

Metodologi DATA Hasil penelitian


69

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia

Perubahan makna suatu kata dipengaruhi oleh beberapa faktor dan

berlangsung dari waktu ke waktu. Perubahan makna bahasa Indonesia dapat

dilihat dari dimensi sejarah dan dimensi sosial. Berikut akan dibahas perubahan

makna kosakata bahasa Indonesia yang terjadi berdasarkan dua dimensi tersebut.

Subbab 4.1.1 akan memaparkan perubahan makna kosakata bahasa Indonesia

berdasarkan dimensi sejarah. Perubahan makna kosakata bahasa Indonesia

berdasarkan dimensi sosial akan dipaparkan pada subbab 4.1.2.

4.1.1 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Dimensi

Sejarah

Perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi sejarah

berhubungan dengan perkembangan kosa kata dari waktu ke waktu.

1. Perluasan (Generalisasi)
a) Data 1 : saudara
Kita Semua Bersaudara ". Begitulah pesan sederhana penuh makna dalam
spanduk yang terpasang di pinggir jalan-jalan di wilayah Pasar Rebo, Jakarta
Timur. (Jumat, 3 November 2016).

Kata saudara secara etimologi berasal dari bahasa Melayu yaitu sa dan

udara, sa artinya ‗satu‘ dan udara artinya ‗perut‘. Kata saudara berarti ‗satu

perut‘ (Parera, 2004:127).

Saudara. Skr. Brother or sister; near relative of about one‘s own age. S.

sa- jalan sa-jadi or s. sa- ibu sa- bapa or s. sa-ibu sa-ayah: full brother or sister;

Sid. Rama 28; also (Java) sedulur. S. sa-ayah or s. sa-bapa: half-brother on

68
70

father‘s side ; Ht. Bugis 59, 86. S. anjing, s. semak (= sa-emak), or s. sa-ibu: half-

brother on mother side. S. sa-nenek or s. sa-pupu: cousin-german; first cousin;

Bost. Sal. ii 81, Ht. Bangs. 48. S. rapat: near relative. S. mara, s. daging, or s.

renggang: distant relative. Anak s.: nephew; niece. Adek s: younger first cousin.

Sanak s. : kindred. Mengambil akan s.: to accept as a brother (and not as a

lover); to break off a liaison amicably;= mengaku adek-beradek. Saudara is a

name given also to the afterbirth as it is believed to be endowed with spiritual life

and to affect a child‘s fortunes very materially. [Cf. Ada-pun s. sa-jalan sa-jadi s.

semak dengan tuboh, tetapi sahabat itu s. semak dengan nyawa: Sh. Kub.]

(Malay-English Dictionary, 392-393)

Kata saudara kemudian berkembang dengan gejala perubahan makna

meluas, yakni gejala bahasa yang terjadi pada sebuah kata yang mulanya hanya

memiliki sebuah makna kemudian berubah menjadi makna lain. Kata saudara

yang maknanya ‗seperut atau sekandung‘ kemudian berkembang maknanya

menjadi ‗siapa saja yang mempunyai hubungan satu darah‘ sehingga anak paman

juga dikatakan saudara. Bahkan, maknanya berkembang lagi menjadi ‗siapa pun

yang mempunyai kesamaan asal-usul‘ disebut dengan saudara.

Penyebab perubahan makna kata saudara ini dipengaruhi oleh faktor

perkembangan sosial dan budaya. Penyebab perubahan makna kata saudara ini

dimungkinkan disebabkan dahulu pada zaman sebelum merdeka (dan juga

beberapa tahun setelah kemerdekaan) untuk menyebut dan menyapa orang atau

siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial sama dan orang yang lebih

tinggi status sosialnya digunakan kata tuan dan nyonya. Kemudian setelah
71

kemerdekaan dan timbulnya kesadaran bahwa sebutan tuan dan nyonya berbau

kolonial sehingga menggantinya dengan sebutan saudara.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata saudara kini telah memiliki

lima makna perluasan dari satu makna dasar. Makna-makna kata saudara

berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah 1) orang yang seibu seayah

(atau hanya seibu atau seayah saja); adik atau kakak; 2) orang yang bertalian

keluarga; sanak: ia mempunyai banyak—di sini, baik dari ibu maupun dari

ayahnya; 3) orang yang segolongan (sepaham, seagama, sederajat, dan

sebagainya); kawan; teman: dalam mengerjakan tugas ini, kita akan dibantu

oleh—kita di kampung ini; 4) sapaan kepada orang yang diajak berbicara

(pengganti orang kedua): coba—pikirkan masak-masak ; 5) ki segala sesuatu

yang hampir serupa (sejenis dan sebagainya) serigala merupakan—anjing 6) ki

tembuni: -- nya baru keluar, padahal bayinya telah lama lahir.

b) Data 2 : jawara

Gubernur DKI sekarang sudah selon (nekat dalam bahasa Betawi). Lagaknya
melebihi jawara," kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di Rusun Pesakih,
Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (5/3/2016).
Juara 1. Trainer of fighting –cocks; Ht. Angg. 25, Ch. Jen. 3. Also j. ayam

and bujang j. Fig., a man‘s backer or solicitor; and (slang a procuress. J. judi:

sharper; Perch. Mal. 30. Also (politely) jnandang. II. Ikan juara: a river catfish,

Pangasius sp.; a foul feeder symbolizing persons of low tastes ( seperti ikan j. di

bawah jamban), Prov. Also (Min.) juar. III. Bintang juara: Venus. A corruption of

(Ar.) zuhrah, q.v. Also kejora, kechura. (Malay-English Dictionary, 480-481).


72

Sejarah kata jawara ini tidak terlepas dari peristiwa sejarah di Banten. Di

sebagian masyarakat Jawa bagiam Barat umumnya dan Banten khususnya,

keberadaan jawara memiliki rentetan sejarah yang sangat panjang. Keberadaan

julukan jawara ditengarai telah ada sejak zaman kerajaan Sunda berdiri yang

hingga kini masih tetap eksis, bahkan Banten sejak abad ke-19 kelompok jawara

telah menjadi bagian golongan elite masyarakat selain kaum ulama dan pamong

praja.

Atu Karomah dalam Tesisnya yang berjudul Jawara dan Kebudayaan

Kekerasan pada Masyarakat Banten mengungkapkan pada awalnya istilah jawara

memiliki makna sebagai jagoan, dengan pengertian jago dalam menyabung ayam

dan bela diri pencak silat. Selain itu, mereka pun memiliki kemampuan untuk

mempertontonkan ilmu kekebalan. Kemampuan-kemampuan itu dipergunakan

oleh para jawara untuk membela dan menciptakan rasa aman dan ketenangan di

lingkungannya. Kemampuan itu mereka miliki karena kedudukannya sebagai

pemimpin informal di tengah-tengah masyarakat, baik semasa kerajaan Sunda,

kesultanan Banten, maupun pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Perubahan makna jawara yang terkontaminasi dengan hal yang negatif

terjadi pada abad ke-19 ketika Banten dan sekitarnya diwarnai oleh kekacauan dan

perampokan yang tiada tara. Hal ini kemudian oleh pemerintah kolonial Belanda

dimanfaatkan untuk membentuk stigma negatif kepada para pejuang dari kalangan

pendekar persilatan dan kaum ulama. Stigma negatif ini sengaja diciptakan

Belanda dalam upaya memprovokasi masyarakat untuk menganggap mereka

sebagai pembuat onar, pengacau, dan perampok sehingga mengecap semua kaum

jawara adalah bandit sehingga perlawanan dalam bentuk gerakan sosial, yang
73

bermaksud melawan penjajahan asing dianggap sebagai onsluten (keonaran),

ongergeldheden (pemberontakan), complot (komplotan), woelingen (kekacauan),

dan onrust (ketidakamanan).

Sejak saat itulah para pendekar persilatan dan ulama yang mengadakan

perlawanan dianggap sebagai jawara, yang merupakan akronim dari jalma wani

nga-rampog (orang yang berani merampok) atau orang yang berani

menipu/pembohong (jalmawani nga-rahul). Konotasi negatif ini terus

berkembang sampai abad ke- 20, dan hingga kini tidak sedikit masyarakat yang

termakan oleh stigma negatif Belanda tersebut.

Seiring dengan perkembangan waktu, Jawara yang merasa citranya

terjebak dalam konotasi negatif masyarakat yang diciptakan Belanda berusaha

mengcounter dengan istilah jalma jago nu wani ramah (orang yang jagoan berani

dan ramah). Tentu ada pula segelintir jawara yang memiliki perilaku negatif,

namun hal ini dapat diselesaikan di dalam internal kelompok ―kejawaraan‖ nya itu

sendiri. Umumnya dalam suatu organisasi kejawaraan terdapat aturan-aturan

yang bersifat konvesional untuk menyelesaikan permasalahan, terutama terhadap

jawara yang berperilaku negatif. http://silatindonesia.com//

Terminologi Jawara, Jagoan, dan Preman

Secara umum jawara memiliki definisi sebagai orang yang memiliki

kepandaian bermain silat dan memiliki keterampilan-keterampilan tertentu.

Berbeda dengan perampok atau pencuri, mereka adalah figur seorang yang

mampu menjaga keselamatan dan keamanan desa sehingga karenanya masyarakat

menghormati keberadaan mereka. Pada umumnya, jawara sangat patuh kepada

ulama, karena semangat dalam jiwa mereka diperoleh dari para kaum ulama. Di
74

tanah Betawi sendiri hampir memiliki makna yang sama, namun istilah jawara

bagi masyarakat natif Betawi berangkat dari istilah ―potong letter‖ lidah natif

Betawi yaitu juware atau juara yang tidak terkalahkan dalam hal bela diri ―maen

pukulan‖ atau pencak silat.

Berbeda dengan Jagoan, kata ini berasal dari kata dasar ―jago‖ yang

menurut Ridwan Saidi merupakan loanword dari bahasa Portugis Jogo yang

artinya―champion‖ atau juara (Ridwan Saidi, Glosari Betawi: 43). Disisi lain

menurut tradisi lisan, jago merupakan istilah yang agak umum bagi golongan

―tukang pukul‖ dan seorang yang suka berkelahi. Jagoan bernada lebih positif

ketimbang istilah preman pada masa kini. Jagoan adalah sebutan untuk anggota

masyarakat yang berpengaruh dan disegani di kampungnya, orang yang kuat,

tukang pukul dan pemberani. Secara hirarki, jagoan dianggap lebih rendah

kedudukannya dibanding jawara. Karena sebagaimana seperti yang disebutkan di

atas, jawara dapat dikatakan sebagai istilah lain dari pendekar, ksatria yang

ditokohkan masyarakat sebagai orang yang suka memberikan perlindungan dan

keselamatan secara fisik terhadap masyarakat, juga dianggap sebagai orang yang

dituakan atau sesepuh.

Secara etimologi preman merupakan loanword dari bahasa

Belanda, Vrijman yang bermakna ―orang bebas‖ atau dalam bahasa Inggris

disebut free man. Dalam Kamus Bahasa Indonesia akan kita temukan paling tidak

3 arti kata preman, yaitu:

1. swasta, partikelir, non pemerintah, bukan tentara, sipil.

2. sebutan orang jahat (yang suka memeras dan melakukan kejahatan)

3. kuli yang bekerja menggarap sawah.


75

Secara umum istilah preman dapat disimpulkan sebagai sebutan peyoratif

(kata sandang merendahkan) yang sering digunakan untuk merujuk kepada

kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama

dari pemerasan kelompok masyarakat lain.

Berdasarkan sejarah yang diungkapkan di atas dapatlah sebuah simpulan

bahwa kata jawara merupakan kata dari bahasa Banten dan bahasa Betawi. Dalam

bahasa Betawi dikenal dengan juware. Kata juware artinya juara yang tidak

terkalahkan dalam hal bela diri ―maenpukulan‖ atau pencak silat. Dalam bahasa

Banten disebut jawara yang merupakan akronim dari jalma wani nga-rampog

(orang yang berani merampok) atau orang yang berani menipu/pembohong (jalma

wani nga-rahul) kemudian memiliki konotasi negatif yang diciptakan oleh

Belanda dengan istilah jalma jago nu wani ramah (orang yang jagoan berani dan

ramah). http://silatindonesia.com//

Kata jawara kini telah mengalami perluasan makna. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia telah ada lima makna perluasan yaitu 1) orang (regu) yang

mendapat kemenangan dalam pertandingan yang terakhir; 2) orang yang gagah

berani; orang yang pandai bersilat; pendekar; jagoan; 3) pengatur dan pelerai

dalam persabungan ayam; 4) pemimpin peralatan (pesta dan sebagainya); 5) ahli;

terpandai dalam sesuatu (pelajaran dan sebagainya).

Kata jawara merupakan kata yang terbentuk berdasarkan sejarah. Kata

jawara yang memiliki makna ‗jagoan atau pendekar‘ dikaitkan dengan sejarah

Banten. Kata jawara mulanya berkonotasi negatif yakni dimaknai sebagai orang

yang jahat, kemudian seiring waktu kata jawara dimaknai sebagai jawara silat

yang berkonotasi positif tidak diartikan preman.


76

c) Data 3 : rawan
Warga yang tinggal di daerah rawan banjir kabupaten Bandung, Jawa Barat
berharap pemerintah selalu memberi informasi prakiraan cuaca saat musim hujan.
(Jumat, 4 November 2016)

Kata rawan dalam bahasa Jawa adalah drawas. Drawas diartikan 1. rawan

2. waswas: cemas. http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=rawan

Rawan 1 [Hind., from Pers.] A conveyance. Etym., the takht-i-ravan was a

dais or platform carried on men‘s shoulders; but the tahkt-i-ravan of modern

Turkey or Persia is a sort of bus or diligence. The rawan or rawana of Malay

literature seems to have been a sort of flying dais (r. terbang, Sh. Kub.)

comparable to the flying carpets of the Arabian Nights. II. Emotion; tender

feeling. Merawan: to be stirred. Memberi; to inspire sympathy or tenderness.

Jangan berhati r.: sigh no more ; be not melancholy; Abd. Mk. 20. Terlalu r. hati-

nya: he was much moved; Sg. Samb. III. Nasi rawan: rice boiled along with other

foods such as pees. In contr. To plain rice or pillau to which such foods are added

after it has been boiled. IV. Tulang rawan: (i) gristle, Sh.; (ii) the breast-bone,=

Ked. Tulang papan. V. Keris ganja rawan: kris with a fretted pattern on its

ganja;= keris ganja berkerawang. VI. Merawan: to be in the clouds; sky-high;=

berawan. VII. Num. Coeff. For articles made of string; e.g., nets. (Malay-English

Dictionary, 329)

Pada mulanya pemakai bahasa menggunakan kata rawan untuk

menyebutkan tulang rawan. Kemudian berkembang menjadi makna baru. Berikut

ini penggunaan kata rawan berkembang sehingga mengubah makna rawan.


77

―Pada musim kemarau ini terjadi rawan pangan di Papua.‖

Kalimat rawan pangan ini muncul ketika terjadi kelaparan di suatu

daerah. Frasa rawan pangan digunakan untuk mengganti kata kelaparan. Jika

dibongkar, penggunaan frasa rawan pangan ini bersifat ideologi.

Jika dilihat dalam KBBI, kata rawan berarti rindu bercampur sedih; pilu;

terharu atau mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya; gawat.

Pasangan biasanya yaitu rawan kecelakaan, rawan longsor, rawan konflik, dll,

sedangkan pangan berarti makanan. Sementara itu, kata kelaparan memiliki arti

perihal lapar, menderita lapar (karena tidak ada yang dimakan), dan kekurangan

makan. Jadi, jika kata rawan dan pangan digabungkan, arti yang muncul tidak

sama dengan arti kata kelaparan.

Pertanyaannya, mengapa frasa rawan pangan sering digunakan untuk

mengganti kata kelaparan? Pada awalnya, kata rawan pangan ini muncul pada

masa pemerintahan Orde Baru. Ada kemungkinan penguasa pada saat itu tidak

ingin pemerintahannya dianggap gagal karena munculnya masalah kelaparan.

Oleh sebab itu, ketika terjadi kelaparan, mereka memunculkan frasa rawan

pangan.

Jika dilihat dari nilai rasa dan makna, kata kelaparan memiliki nilai rasa

dan makna negatif. Hal ini dapat mencitrakan bahwa kelaparan yang terjadi di

suatu daerah diakibatkan tidak becusnya pemerintah yang berkuasa dalam

mengurus rakyatnya. Karena penguasa tidak ingin muka mereka dianggap tidak

becus mengurus rakyat, dimunculkanlah frasa rawan pangan. Frasa rawan

pangan dimunculkan beserta makna buatan yang dibentuk penguasa


78

yaitu kekurangan pangan. Jika dilihat dari aspek rasa dan makna, frasa rawan

pangan memiliki nilai rasa dan makna positif dibanding kata kelaparan.

Karena nilai rasa yang dibentuk bersifat positif, frasa rawan pangan

digunakan penguasa untuk membentuk citra yang menguntungkan penguasa. Hal

ini dapat dilihat sebagai dominasi simbolik penguasa pada rakyatnya. Dalam

penggunaan frasa rawan pangan ini, penguasa hadir sebagai subjek yang

menyodorkan sebuah dominasi yang harus diakui oleh rakyat. Dominasi simbolik

penguasa seperti ini selalu mensyaratkan kepatuhan dari objeknya (rakyat).

Rakyat disodori sebuah bentukan bahasa resmi dan dipaksa menggunakannya.

Sampai saat ini kata rawan telah memiliki makna-makna yang berbeda. Perluasan

makna kata rawan ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ada tiga, yaitu 1.

muda, lembut (tentang tulang); 2. kata penggolong bilangan yang berarti

selengkap (tentang jala, jaring, kancing, dan sebagainya): ~ jala, satu jala; 3.

kendaraan; takhta -- , tandu.

d) Data 4 : jurusan

Sejumlah jurusan di sekolah menengah kejuruan di kota Tegal, Jawa Tengah,


kekurangan peminat.
Jurusan yang kurang diminati antara lain tata busana, sedangkan perhotelan
banyak peminat, ― kata Ketua PPDB SMKN 1 Tegal, Edi Suroso.
Kata jurusan yang kata dasarnya jurus berasal dari bahasa Sunda. Dalam

bahasa Sunda jurus itu nuju. Berikut arti jurus berdasarkan bahasa Sunda 1) jurus

artinya a. Jurus; b. Sikep, jurusan; jurusan:menjurus; nuju; 2) menjurus artinya 1.

Nuju; 2. Terus nuju; 3) sejurus artinya sakedapan, sajongjongan. Nuju artinya:

(halus) sedang:--kulem, sedang tidur.

http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=m&q=jurusan
79

Makna kata jurusan dahulu adalah sebuah arah atau tujuan dari angkot

(angkutan kota), kini berubah menjadi spesialisasi atau bidang ilmu yang ditekuni.

Contoh:

―Saya adalah seorang mahasiswa Universitas Mentari jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia.‖

Perkembangan makna kata jurusan ini telah tercatat dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia yaitu jurusan berarti 1. arah; tuju(an): ia memutar haluan ke ~

lain; 2. bagian (pengkajian ilmu): ia mahasiswa ~ bahasa Indonesia; 3. bagian

dari suatu fakultas atau sekolah tinggi yang bertanggung jawab untuk mengelola

dan mengembangkan suatu bidang studi, misalnya jurusan akuntansi, jurusan

manajemen;~ klinis jurusan ilmu-ilmu kedokteran dasar.

e) Data 5 : tinggal
Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan
oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun pabriknya saja
(Sabtu, 25 Juni 2016)

Kata tinggal dalam bahasa Jawa adalah keri. Keri diartikan sebagai

‗tinggal‘. Kerinan artinya ‗ketinggalan‘. Kata tinggal yang dimaksud adalah

tertinggal di belakang. Dalam bahasa Jawa Ngoko kata tinggal itu disebut tilar.

http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=tinggal

Tinggal. Left over; left behind; remaining in a place; residing. Tinggali or

tinggalkan: to forsake; to abandon; to leave behind. Meninggal: (courtly). To

die,= (Java) tilar, (Mal.) hilang; ex. Ibu-mu telah meninggal di rachun orang (

the queen your mother is dead, poisoned by others), Ht. Panj. 80. Meninggalkan

zaman: id.; Ht. Angg.93. T. Bengkalai: left unfinished T. nadi: left with one‘s

pulse (i.e life): stripped of everyting except life; Mal. Dewa 80. T. tulang: reduced

to skin and bone. T. kelopak salak: left with the wrapper of the salak only= i.e. left
80

with nothing but the clothes oue stands in. Dalam peninggal: in the absence of

(Ht. Bakht.66); also sa-peninggal and sa-peninggalan. Selamat t.: may yiu stay

behind in safety- the traveller‘s farewell to those he is leaving. Burong t. anak:

(Pk.) the plaited-casqued hornbill, Cranorrhinus corrugatus;=burong mati sa-

tahun. (Malay-English Dictionary, 590).

Kata tinggal pada mulanya bermakna tempat tinggal atau tempat

bermukim. Kini kata tinggal memiliki makna yang lebih luas dari makna tempat

tinggal. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata memiliki sebelas makna

perluasan. Kata tinggal/ting·gal/ v 1 masih tetap di tempatnya dan sebagainya;

masih selalu ada (sedang yang lain sudah hilang, pergi, dan sebagainya): saya

disuruh -- di rumah; selamat --; 2 sisanya ialah ...; bersisa ...; tersisa ...; yang

masih ada hanyalah ...: delapan dikurangi dua -- enam; uangnya -- dua puluh

rupiah; tubuhnya kurus kering -- kulit pembalut tulang; ia disuruh menyelesaikan

pekerjaannya yang --; 3 ada di belakang; terbelakang: pelajaran apa yang -- dari

sekolah lain; 4 tidak naik kelas (tentang murid sekolah): di kelas kami yang -- dua

orang; 5 sudah lewat (lalu; lampau): masa yang gilang-gemilang itu sudah --; 6

diam (di): berapa tahun Saudara -- di Medan; saya -- di kampung; 7 selalu; tetap

(demikian halnya): saudara -- saudara, uang -- uang; kita tidak -- diam, tetapi terus

berusaha menolongmu; 8 melupakan: jangan -- adat; tidak -- memberi nasihat; 9

tidak usah berbuat apa-apa selain dari ...: semuanya sudah beres -- berangkat saja;

kita -- menentukan betul atau salah; 10 bergantung kepada; terserah kepada;

terpulang kepada: baik buruknya -- pada tuan; perkara ini -- tuan berhak

memutuskannya; 11 (sebagai keterangan pada kata majemuk berarti) a yang

didiami: rumah --; tempat --; b yang ditinggalkan (dikosongkan dan sebagainya):
81

ladang --; tanah --;-- bersiul-siul tinggal bersenang-senang; -- waktu tidak

memenuhi kewajiban salat.

f) Data 6: operasi
Dalam kasus penggusuran, lanjut Al Araf, tidak ada ancaman serius dari dampak
penggusuran yang terjadi. Sehingga, tentara dinilai tidak perlu terlibat membantu
operasi penggusuran. Senin (3/10/2016).

Memang polisi dan sipil tidak bisa mengatasi penggusuran? Apakah itu ada high
density threat? Ini keliru," ujar Al Araf dalam Diskusi Publik "Problematika
Operasi Militer Selain Perang" di Gedung YLBHI, Jakarta, Senin (3/10/2016).
Kata operasi merupakan kata serapan yang diserap dari bahasa Inggris

operation dan dalam bahasa Belanda operatie. Dalam bahasa Inggris kata

operation berarti kb. 1 operasi. 2 Med.: pembedahan. 3 eksploitasi

(www.babla.co.id/bahasa -indonesia-bahasa inggris/operasi)

Kata operasi pada awalnya dikenal dengan makna ‗bedah‘ dalam bidang

medis. Operasi memiliki makna bedah. Bedah atau pembedahan (Bahasa Inggris:

surgery, Bahasa Yunani: cheirourgia "pekerjaan tangan") adalah spesialisasi

dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan

instrumen. Ahli bedah (surgeon) dapat merupakan dokter, dokter gigi, atau dokter

hewan yang memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu bedah.Sebutan ahli saat ini

lebih lazim disebut sebagai spesialis. Jika disebut sebagai spesialis bedah saja

maka itu adalah dokter sedangkan untuk dokter gigi lazim disebut dokter gigi

spesialis bedah mulut sedangkan untuk dokter hewan lazim disebut spesialis

bedah hewan. http://en.m.wikipedia.org/wiki/operation


82

Kini makna kata operasi telah mengalami perluasan. Dari Wikipedia

bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas operasi dapat merujuk ke: Operasi ilmiah;

Operasi bedah; Operasi atau operator dalam matematika (lihat operasi uner,

operasi biner, aritas); Dalam bahasa, operasi adalah kata yang mewakili fungsi

tata bahasa (atau instruksi), daripada istilah atau nama; Dalam ilmu komputer,

operasi disebut instruksi; Operasi militer, tindakan militer (biasanya dalam

kampanye militer) yang menggunakan angkatan yang disebar; Operasi rahasia,

tindakan militer atau politik tersembunyi dan disangkal oleh pemerintahan yang

memerintahkan aksi tersebut; Operasi pukulan, tindakan yang direncanakan untuk

menangkap seseorang yang melakukan tindak kejahatan, dengan menggunakan

muslihat; Operasi bisnis, operasi produksi, manajemen operasi; Operasi hukum,

istilah yang menandakan bahwa hak atau tanggung jawab tercipta sebagian;

Operasi anomali, dalam parapsikologi adalah istilah yang menjelaskan kategori

efek paranormal terakui yang luas; Operasi musik seperti transposisi, inversi,

multiplikasi, permutasi, lagu pengiring.

g) Data 7: mengemis
Sandiaga pun berkaca pada pencalonannya sendiri. Sandi yang telah mengikuti
penjaringan di lima partai selain Gerindra, yaituPDI-P, Demokrat, PKB, PPP, dan
PAN, mengatakan bahwa ini adalah upayanya membangun komunikasi politik
alih-alih mengemis dukungan. (Sabtu, 25 Juni 2016)

Dalam bahasa Jawa kata pengemis itu memiliki kata dasar emis yang

maknanya adalah 1) baramaen; 2) musapir: pengemis baramaen. Kata baramaen,

bahasa Jawa, diartikan ke dalam bahasa Indonesia ‗minta-minta, mengemis‘. Kata

musapir, bahasa Jawa itu diartikan ‗meminta-minta, mengemis‘.

http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=emis
83

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas mengemis adalah hal

yang dilakukan oleh seseorang yang membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal

atau hal lainnya dari orang yang mereka temui dengan meminta. Umumnya di

kota besar sering terlihat pengemis meminta uang, makanan atau benda lainnya.

Pengemis sering meminta dengan menggunakan gelas, kotak kecil, topi atau

benda lainnya yang dapat dimasukan uang dan kadang-kadang menggunakan

pesan seperti, "Tolong, aku tidak punya rumah" atau "Tolonglah korban bencana

alam ini".

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mengemis diartikan sebagai

meminta-minta sedekah, contoh: ―Sebagai orang gelandangan dia hidup dari

mengemis.‖ Kemudian makna ini meluas menjadi meminta dengan merendah-

rendah dan dengan penuh harapan (Kata kiasan), contoh: ― Jangan suka mengemis

cinta, akibatnya tidak baik.‖

Berikut kutipan yang menggunakan kata mengemis.

1. Cinta itu burung yang indah, yang mengemis untuk ditangkap tapi

menolak tuk dilukai. - Khalil Gibran

2. Janganlah sekali-kali mengemis untuk sesuatu, bila anda masih

mempunyai kekuatan untuk memperolehnya. - Miguel de Cervantes

Saavedra. Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan

mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu

diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek

tetapi merdeka, daripada makan bestik tapi budak. – Soekarno

3. Jangan pernah bertahan mengemis jika Anda memiliki kekuatan untuk

menghasilkan. - Tung Dasem Waringin


84

h) Data 8 : rapat
Pernyataan ini disampaikan Presiden seusai rapat koordinasi terbatas di Istana
Merdeka.

Rapat dalam bahasa Jawa disebut rapet yang artinya menutup rapat

(mata); lunas (hutang); tidak terbuka rahasianya. Terbungkus rapat artinya dalam

bahasa Jawa brukut. Melekat rapat artinya dalam bahasa Jawa dhempet.

Longgar/kurang rapat artinya dalam bahasa Jawa Kendo. Perapatan artinya

dalam bahasa Jawa prapatan.

http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=rapat

Rapat I. Contact; contignity; (Min.) coming together; (Java) an assembly

or council. (i) R-r.: as close as possible; tightly; Ht. Abd.43. Merapat kemudi: to

attacth the rudder to a boat. Baji r.: wedge to fill up an interstice. Bersila r.: to sit

with the legs drawn up close to the body; Gem. Ht.31, Raj. Muda 11. Ketam

perapat: dovetail-plane. Sahabat yang r.:close friends. Orang Jawa pandai

merapat: the Javanese do good joinery work. (ii) merapat: (Min.) to come

together; to meet, e.g., of the village-elders meeting at the balai ( merapat ka-

balai), Must. Adat 3. (iii) R. gemente: (N.I.) general meeting; board; B. II. Rapat

bukit: a tree, Melanochyla angustifolia; W. (Malay-English Dictionary, 315).

Kemudian kata rapat memiliki padanan kata meeting dalam bahasa

Inggris yang diartikan sebagai pertemuan. Kata rapat dalam bahasa Indonesia

mempunyai makna yang berbeda. Dalam bahasa dikenal dengan homonim, rapat

(meeting , pertemuan ) – rapat ( berdekatan ). Contoh: ―Para peserta rapat bulanan

karang taruna Desa Gayamsari itu duduk rapat di kursi panjang yang terbuat dari

kayu jatian.‖
85

Kata rapat sendiri memiliki dua kategori kata. 1. Adjektiva atau kata sifat,

dengan rapat berarti: hampir tidak berantara; 1) dekat sekali (tidak renggang): 2)

kerap (tentang tanaman, anyaman, dsb): 3) tertutup benar-benar hingga tidak

bercelah: ; 4) berhampiran sekali; dekat benar ; 5) karib; erat (tentang

persahabatan) 2. Nomina atau kata benda, dengan rapat berarti: pertemuan

(kumpulan) untuk membicarakan sesuatu Dapat dilihat dua kategori kata rapat

sendiri di atas.

Kata rapat semula merupakan kategori adjektiva lalu berubah menjadi

nomina. Dari peristilahan kata rapat yang menjadi nomina dari adjektiva sering

disebut conversion atau konversi dalam bahasa sehingga dalam kasus kata rapat,

hal ini disebut nominalisasi atau secara singkat perubahan suatu kata menjadi satu

bentuk nomina.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata rapat telah mengalami

perluasan makna sebanyak tiga makna. rapat1/ra·pat/ a 1 hampir tidak berantara;

dekat sekali (tidak renggang): rumah-rumah di kota -- sekali; 2 kerap (tentang

tanaman, anyaman, dan sebagainya): padi jangan ditanam terlalu --; 3 tertutup

benar-benar hingga tidak bercelah: ia menutup pintu dengan --; 4 berhampiran

sekali; dekat benar: kapal dapat berlabuh -- pada pangkalan; 5 karib; erat (tentang

persahabatan): teman --; menambah -- persahabatan; rapat2/ra·pat/ n pertemuan

(kumpulan) untuk membicarakan se suatu; sidang; majelis;-- akbar rapat raksasa; -

- anggota sidang diadakan untuk anggota perserikatan, partai, dan sebagainya; --

desa majelis yang menurut hukum adat terdiri atas berbagai golongan penduduk

yang berhak hadir dan berhak memberikan suara dalam rapat desa; -- kerja 1

sidang untuk membahas masalah yang berkenaan dengan bidang pekerjaan yang
86

dihadapi; 2 pertemuan staf untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan

pelaksanaan tugas suatu instansi; -- kilat 1 sidang yang berlangsung dengan

mendadak; 2 sidang yang berlangsung dalam waktu singkat; -- lengkap rapat yang

dihadiri oleh segenap anggota, seksi, dan pengurus; rapat pleno; -- paripurna rapat

lengkap anggota dan pimpinan dan merupakan forum tertinggi dalam

melaksanakan wewenang dan tugas; -- paripurna luar biasa rapat paripurna yang

diadakan dalam masa reses; -- pleno rapat lengkap; -- raksasa rapat untuk umum,

biasanya diadakan di lapangan terbuka yang luas; rapat samudra; -- samudra rapat

raksasa; -- terbuka rapat yang boleh dihadiri oleh semua orang; rapat umum; --

umum rapat untuk semua orang; rapat terbuka; rapat3/ra·pat/ n 1 tumbuhan

menjalar, kulitnya dibuat obat; kayu rapat; Parameria barbata; 2 kulit dari kayu

rapat.

i) Data 9: pasar
Namun, aktivitas ekonomi tetap berjalan, sejumlah toko dan pasar tetap buka.
Pasar keuangan juga tidak tertekan.

Kata pasar berasal dari bahasa Jawa yang artinya ‗tempat berjual beli‘.

Dalam bahasa Jawa dikenal jajan pasar yaitu ‗penganan yang dibeli di pasar‘.

Nama pasaran dalam bahasa Jawa artinya wage.

http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=pasar

Pasar I. [Pers. And Hind.] Bazaar; market; fair; (properly) the booths,

stalls and shops making up a market. Pasar, p.batu: (Sp.) Municipal market,=

(Pen.) pajak. The site or village is pekan, q,v. Also bazaar: (poetic) pesara, Sh.

Mard. Bahasa pasaran: *Bazaar, Malay; Ht. Abd. 250. II. (N.S.) Beaten track in

jungle; = denai. (Malay-English Dictionary, 217).


87

Pasar [pasar] a licin (rumputnya mati di jalan yang sering dilalui); Mk

pasa (r) [pasa:] a (Kamus Etimologi, 1987:131)

Dalam penggunaannya kata pasar saat ini memiliki makna yang lebih luas

dari makna asalnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pasar memiliki

dua makna perluasan. pasar1/pa·sar/ n tempat orang berjual beli; pekan: Ibu pergi

ke -- untuk berbelanja; 2 Ek kekuatan penawaran dan permintaan, tempat penjual

yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin

menukar uang dengan barang atau jasa; 3 a) Ling dipakai dalam pergaulan sehari-

hari (tentang bahasa yang kurang baik tata bahasanya, pilihan katanya, dan

sebagainya): bahasa --; bahasa Melayu;-- amal tempat berjual beli yang diadakan

oleh perkumpulan dan sebagainya dengan maksud mencari dana; -- apung pasar

tradisional kebutuhan sehari-hari yang dagangan dan penjual serta pembelinya di

atas perahu-perahu di sungai, misalnya di pertemuan Sungai Martapura dan

Barito, Banjarmasin); -- atom cak pasar yang luar biasa (segala macam barang

dapat diperoleh di situ);-- bebas pelaksanaan pasar ekonomi melalui kompetisi

bebas; -- bebas terbuka pasar sekuritas yang secara terbuka mencantumkan harga

dan syarat;-- derma pasar amal; -- gelap pasar dengan transaksi tanpa

pengendalian harga dan kadang-kadang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan; -- induk pasar utama di kota besar yang merupakan pusat

penyalur barang kebutuhan untuk pasar lain;-- jengek pusat penjualan barang

mewah (di Banda Aceh);-- kaget cak pasar sesaat yang terjadi ketika terdapat

sebuah keramaian atau perayaan;-- konvensi pariwisata pasar yang dapat

mendatangkan wisatawan yang akan berkongres atau mengikuti rapat;-- lesu

keadaan pasar yang memperlihatkan sangat sedikitnya penawaran dan permintaan


88

sekuritas;-- malam 1 pasar yang dibuka pada malam hari; 2 tempat

berlangsungnya berbagai-bagai pertunjukan (kedai, rumah makan, dan

sebagainya), diadakan pada malam hari untuk beberapa hari lamanya dalam

rangka memperingati (merayakan) sesuatu;-- modal 1 seluruh kegiatan yang

mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang; 2 pusat

keuangan, bank, dan firma yang meminjamkan uang secara besar-besaran; 3 pasar

atau bursa modal yang memperjualbelikan surat berharga yang berjangka waktu

lebih dari satu tahun;-- modern pasar swalayan;-- penjual Ek kondisi pasar yang

menguntungkan penjual karena permintaan melebihi penawaran;-- swalayan toko

makanan dan minuman, barang keperluan rumah tangga, dan sebagainya dengan

sistem pelayanan sendiri;-- tahunan pekan raya yang diadakan sekali dalam

setahun;-- uang pasar abstrak yang mempertemukan permintaan dan penawaran

dana jangka pendek antara 1—360 hari dari calon penanam dan pencari modal.

pasar2/pa·sar/ Mk a licin (mati rumputnya tentang jalan yang kerap kali dilalui);--

jalan karena diturut, lancar kaji karena diulang, pb orang dapat mahir sesudah

kerap kali mengerjakan sesuatu.

2. Penyempitan (Spesialisasi)

Data 10: kampanye


Kejadian kurang mengenakkan dialami calon gubernur yang maju pada Pilkada
DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, saat kampanye di Rawa
Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).
Kata kampanye berasal dari bahasa Inggris. Kata kampanye diserap ke

dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris, kampanye adalah campaign yang

artinya ‗berkampanye‘.

(www.babla.co.id/bahasa-indonesia-bahasa inggris/kampanye)
89

Kata kampanye kemudian dikenal dengan istilah black campaign atau

‗kampanye hitam‘. Kampanye hitam ini berarti kampanye yang buruk, jelek,

intinya patut dijauhi. Dalam penggunaannya kampanye hitam itu adalah

kampanye yang menjelek-jelekkan lawan politik.

Dalam bahasa Inggris, kata kampanye juga berkaitan dengan bidang

militer. Berikut penjelasan kata kampanye dalam bidang militer.

Dalam kemiliteran, kampanye adalah aktivitas militer yang paling besar.

Dalam sebuah kampanye diisi dengan operasi-operasi dan dalam operasi-operasi

militer terjadilah pertempuran. Contoh:

Amerika yang memerangi terorisme –itu merupakan kampanye—kemudian diisi


dengan operasi-operasi militer ke Afghanistan dan Irak dan dalam operasi militer
terjadi pertempuran-pertempuran.

Campaign berkaitan dengan pertualangan ( meski pertualangan sendiri

bahasa asingnya adventure), petarungan yang bersifat adventure dan sifatnya

lebih berkelompok. Jika dibandingkan dengan battle, battle merupakan

pertempuran atau pertarungan yang sifatnya face to face (berhadapan), sifatnya

lebih gentle satu lawan satu.

Istilah campaign dan battle sering dipakai dalam dunia game. Campaign

selalu diikuti dengan pertempuran sengit yang melibatkan banyak orang atau pun

kelompok dan sifatnya pertualangan baik itu penyebarluasannya adalah area

jajahan, penaklukan kolon, ataupun yang lainnya, sedangkan battle sering

digunakan dalam game fighting yang harus face to face saling berhadapan satu

lawan satu. Kedua istilah ini jika di dunia militer tidak jauh berbeda

pemahamannya seperti halnya istilah game tersebut. Berdasarkan penjelasan

tersebut dapatlah perbedaaan antara campaign, battle, dan war. Campaign


90

diartikan operasi militer, biasanya dalam satu area, battle berarti pertempuran,

biasanya antara dua kekuatan bersenjata, sedangkan war ialah perang, keadaan

pertempuran bersenjata antara dua negara.

3. Ameliorasi (Peningkatan Makna

a) Data 11 : aksi= unjuk rasa= demonstrasi


Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyiagakan sebanyak 150 ambulans untuk aksi
unjuk rasa oleh beberapa organisasi masyarakat, Jumat (4/11/2016) ini.

Kata aksi berasal dari bahasa Inggris. Kata aksi ini merupakan kata

serapan dari kata action. Aksi atau action dalam bahasa Inggris memiliki makna

kb 1) Tindakan, aksi; 2) Gerak; 3) Kekuatan; 4) Tenaga: a man of action a. Orang

yang suka bertindak—action; kiasan 1) Tindak tanduk, tingkah laku: His actions

are those of a child. ‗Tindak tanduknya seperti kanak-kanak.‘

(http://www.babla.co.id/bahasa-inggris-indonesia/action)

Kata aksi dalam Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia memiliki makna

aksi/ak·si/ 1 n gerakan: -- pengumpulan dana; 2 n tindakan: -- pem-balasan; 3 n

sikap (gerak-gerak, tingkah laku) yang dibuat-buat: ia berjalan mondar-mandir

dengan -- nya; 4 a cak elok sekali (tentang pakaian, tingkah laku, dan sebagainya):

dasinya -- benar;-- militer tindakan militer terhadap suatu negara; serbuan

(serangan) yang menggunakan kekuatan militer; -- polisional 1 aksi militer

setempat yang dilakukan oleh tentara pemerintah tanpa pernyataan perang yang

resmi terhadap orang yang dianggap melanggar keamanan dan ketertiban

internasional; 2 gerakan yang bermaksud memulihkan keamanan (istilah yang

digunakan Belanda ketika memerangi Indonesia untuk mendapatkan kembali

jajahannya).
91

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa kata aksi telah berubah

makna. Makna asli yang berupa gerakan atau tindakan menjadi tiga makna yang

meluas penggunaannya. Misal:

1. Aksi demonstrasi ini meniru aksi yang terjadi di Aljazair, Tunisia, dan Mesir.

2. Israel membalas aksi tersebut dengan melancarkan Operasi Wrath of God

(Murka Allah).

3. USDA berfungsi menyaingi kelompok pelajar dan biksu Budha yang vokal

dalam aksi protes.

4. Ia ditembak hingga meninggal dunia ketika ia melakukan aksi di Memphis

pada 4 April 1968.

b) Data 12 : blusukan
Ahok Akan Tetap ―Blusukan‖ Meski Ada Demo 4 November (Jumat, 4
November 2016)

Kata blusukan secara etimologi berasal dari bahawa Jawa, dari kata dasar

blusuk ‗masuk‘ dan akhiran –an (afiks verba) yang berarti ‗masuk-masuk ke

tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu‘. Dalam bahasa Jawa blusukan

merupakan verba, seperti dolanan ‗bermain‘, sarungan ‗memakai sarung‘, dan

oyak-oyakan ‗kejar-kejaran‘. Kalau dibandingkan dengan bahasa Indonesia, afiks

–an pada umumnya membentuk kata benda dan berarti ‗hasil‘ atau yang di-,

misalnya, arahan ‗hasil mengarahkan atau yang dijadikan arah‘, rujukan ‗yang

dirujuk‘, pimpinan ‗hasil memimpin‘, dan suruhan ‗yang disuruh‘. Jadi, kata

blusukan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh.

(http: www. badanbahasa.kemdikbud.go.id/blusukan-Badan Pengembangan dan


Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
92

Ada kekhususan dalam penggunaan istilah ini. Kegiatan keluar masuk ke

tempat-tempat umum atau tempat mewah tidak dapat kita menggunakan kata

blusukan ini. Lebih tepatnya, kata blusukan diartikan kegiatan keluar masuk ke

tempat-tempat yang jarang dilewati atau didatangi orang, seperti hutan, sawah

berlumpur, kampung-kampung, dan sebagainya.

Akhir-akhir ini istilah blusukan menjadi populer setelah Jokowi, Gubernur

DKI, juga menggunakan istilah blusukan ini saat melakukan peninjauan langsung

ke warganya. Kegiatan peninjauan yang dilakukan Jokowi mulai dari kampung-

kampung kumuh, tempat-tempat pembuangan sampah, sungai-sungai yang telah

tercemar, bahkan sampai ke gorong-gorong untuk melihat secara langsung pipa-

pipa air di tengah kota.

Kini istilah blusukan telah dikenal oleh masyarakat sebagai kegiatan yang

positif. Istilah blusukan yang awalnya sebagai kegiatan anak-anak yang bermain-

main ke sungai, sawah, atau tengah hutan, kini telah dinilai sebagai kata yang

bermakna positif. Dengan demikian, istilah blusukan ini digunakan dalam bahasa

Indonesia sebagai kata yang mengalami peningkatan makna.

4. Peyorasi (Penurunan Makna)


Data 13: dicekal

Keduanya dicekal ke luar negeri terkait penyidikan kasus dugaan tindak pidana
korupsi pembangunan Pasar Besar Kota Madiun tahun anggaran 2009-2012
senilai Rp 76,5 miliar. (31 Agustus 2016)
Cekal berasal dari singkatan cegah dan tangkal. Kata cegah dan tangkal

berasal dari kata pencegahan dan penangkalan. Kata pencegahan dan

penangkalan merupakan suatu aktivitas memberikan kewajiban pada pejabat

keimigrasian yang bertugas pada tempat-tempat pemeriksaan imigrasi guna


93

melakukan penolakan bersifat sementara terhadap Warga Negara Indonesia yang

terkena pencegahan untuk ke luar atau penolakan terhadap warga negara asing,

khusus bagi Warga Negara Indonesia dengan wewenang dan tanggung jawab

penangkalan dilakukan sebuah tim yang dipimpin menteri bidang kehakiman

dengan anggota yang terdiri dari unsur Mabes TNI, Kejaksaan Agung,

Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri serta mengikutkan Badan-

badan bidang intelijen bagi yang terkena penangkalan untuk masuk ke dalam

wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Akan tetapi, pengertian cekal ini

pernah pula dipergunakan dalam artian lain yaitu pelarangan tampil bicara di

sebuah seminar atau diskusi bagi orang tertentu atau sebuah pertunjukan yang

mempunyai pengertian berbeda dengan pengertian dalam keimigrasian.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/cekal

5. Asosiasi

a) Data 14: mengucurkan


Sementara itu, join venture antara PT Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT
Sembcorp Development Pte (Singapura) mengucurkan investasi mencapai
hampir 8 Triliun dalam membangun Kendal Industrial Park Jawa Tengah. (Sabtu,
25 Juni 2016)

Kata mengucurkan yang kata dasarnya adalah kucur berhubungan dengan

kata pancur. Pancur berasal dari kata bahasa Jawa yang artinya air yang

memancur. http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=kucur

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mengucurkan memiliki

makna yang berbeda-beda. Dalam perkembanganya kata mengucurkan memiliki

makna asosiatif. Makna asli kata mengucurkan berdasarkan KBBI ‗mencucurkan‘

lalu meluas menjadi makna ki mengeluarkan (dana, bantuan, dan sebagainya);


94

menurunkan: mereka menuntut agar pemerintah segera ~ dana bantuan yang

sudah dijanjikan; kucur, kucuran2/ku·cur, ku·cur·an/ n 1 cucuran; 2 ki bantuan;

pertolongan; sokongan: masalah ekonomi ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan

~ dana dari IMF; mengucurkan/me·ngu·cur·kan/ v memancurkan; mencucurkan.

Pengunaan kata mengucurkan tidak hanya pada makna mencucurkan

tetapi telah mengalami perluasan makna akibat adanya asosiatif. Penggunaan kata

mengucurkan yang bermakna asosiatif ini biasa digunakan dalam karya sastra,

misal untuk memperindah sebuah puisi.

Contoh: Puisi Chairil Anwar

Isa
itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah

rubuh
patah

mendampar tanya: aku salah?


kulihat tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah

terbayang terang dimata masa


bertukar rupa ini segera

mengatup luka
aku bersuka

itu tubuh
mengucur darah
mengucur darah
95

b) Data 15 : menggalang
Perbankan lebih sulit dalam menggalang dana dari luar negeri. (Sabtu, 25 Juni
2016)

Dalam bahasa Jawa kata galang yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia

adalah timbunan kayu; rangka rumah yang akan didirikan.

http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=galang

Galang. I. Thwarting or crossing; crossbeam or thwart of any kind. (i)

Etym., a verbal derivate of alang (cf. Malang, palang);= *taking a position a

cross the path, barring*. Galangkan kehendaknya: to thwart his wishes; Mar.

Mah. Jikalau tidak aral menggalang, Ku ulang juga sa-kali lagi: Should no evil

fate debar me, Hitler come I once again; Mal. Pant. (ii). Galang dapur:

rectangular frame of logs enclosing a Malay hearth. G.-g.: ridge-poles of house;

Aw. Sul. 28. G.- galangan: low barrier-dykes or logs separating the divisions of a

ricefield,= pematang-pematang sawah, Sul. Hid. 17; (Java) galengan. G. Kayu

api: andirons. G. Perahu, galangan perahu, g. –temalang: framework supporting

a boat in a slipway; cf. bergalang (to be in dock); galangkan perahu (to lay up a

boat for repairs); and g. Gemalang (to be constantly in dock). Atur g.: to arrange

sticks in a ricefield to mark where different varieties of rice are planted. Bantal

g.: long pillow; bolster (laid at right angles to body of sleeper). Tupai g. Perahu:

a preety squirrel, Scinrus raflesii, with long white markings along its side

suggesting the poles holding up a boat in a slipway. Dann g.: herb,

Spilanthesacmella. G. dapur: tree. Vitex longisepala. G. hitam. g. hutan: tree,

Gouiothalmus giganteus. II. See gelang (bracelet). (Malay-English Dictionary,

320).
96

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menggalang berarti ‗memberi

galang (ganjal, landasan)‘: carilah papan untuk menggalang peti itu. Kemudian

seiring waktu kata menggalang mengalami perluasan makna dengan adanya

makna asosiasi. Berikut makna yang berkembang dari kata menggalang

berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia 1) menyangga; menopang;

menunjang; menyokong: balok-balok itu gunanya untuk menggalang perahu; 2)

memperkuat dan menegakkan (negara, persatuan, dan sebagainya) : menggalang

persatuan seluruh rakyat untuk menghadapi ancaman musuh.

c) Data 16 : memangkas
Guna mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan deregulasi,
memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa
menghambat di berbagai kementerian dan lembaga," ungkap Menperin. (Minggu,
26 Juni 2016 )

Pangkas. to crop the ends of anything; to cut the hair; to trim foliage (p.

daun), Min. Serai 2; to poll or dwarf a tree (Ub. Kayu 10). (Malay-English

Dictionary, 207)

Kata memangkas berasal dari bahasa Melayu, kata memangkas memiliki

kata dasar yaitu pangkas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

Memangkas memiliki arti ‗memotong‘. Kemudian kata memangkas mengalami

perubahan makna dengan proses asosiasi. Misalnya: Pemerintah memangkas

anggaran belanja periode ini. Kata memangkas anggaran disamakan dengan

makna ‗memotong anggaran‘.

Perkembangan kata memangkas ini merupakan gejala bahasa yang bersifat

alami di tengah masyarakat. Kata memangkas dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia memiliki makna (1) memotong ujung (tumbuh-tumbuhan dan


97

sebagainya) : memangkas pagar hidup; (2) menggunting (rambut): ia mengambil

kursus memangkas rambut. Kata memangkas kemudian berkembang seiring

dengan pengetahuan pemakai bahasa menjadi makna asosiasi.

d) Data 17: memanaskan


Wartawan harus lebih seimbang dan pemberitaannya tidak memicu konflik, dan
memanaskan situasi. (Jumat, 4 November 2016)
Kata memanaskan memiliki kata dasar panas. Kata panas berasal dari

bahasa Jawa yang yaitu benter. Sisa masakan bersantan yang sudah dipanaskan

berkali-kali dalam bahasa Jawa artinya blendrang. Air panas dalam bahasa Jawa

artinya jarang.http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=panas

Panas. Heat, esp. (or specifially) solar heat, cf. hangat, palak; (fig.)

unholy (of magical practices) or heated (of temper). P. bara, p. baran, p. kerak:

irritable; bad-tempered. P. hati: excitable; impulsive: passionate. P. keras, p.

terek: great solar heat; very hot weather. P. teh, p. tis: warmish; lukewarm. Baju

p.: overcoat. Demam p.: hot stage in fever. Hujan p.: rain in sunshine. Ilmu pp.

Black magic. Main p.: playing in the sun. Penyukat p.: thermometer. Roman p.,

ruam p., tahi p., wam p.: prickly heat. Timbang p.: to give good measure. Lekang

di-p.: blistering under heat, as paint; Must. Adat 41. P.-p. hendak: eager to. Sa-

tahun p., sa—hari hujan, basah semua: * a sunny year, then a day‘s rain, and all

is wet*; the work of a lifetime may be undone in a moment; Prov. (Malay-English

Dictionary, 202).

Penggunaan kata memanaskan biasanya dipakai oleh para ibu rumah

tangga. Misal: Ibu saya memanaskan sayur. Kata memanaskan sayur dapat

dimaknai sebagai sayur menjadi panas atau menghangatkan. Kemudian kata


98

memanaskan ini menjadi berubah makna bila digunakan dengan kata yang bersifat

asosiasi. Makna memanaskan dapat meluas menjadi makna asosiasi. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia memanaskan dapat diartikan ki menjadikan

meruncing (genting dan sebagainya). Contoh : Peristiwa penembakan para

demonstran itu telah memanaskan suasana.

e) Data 18 :menjaring

Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda. (Jumat, 23 September 2016).

Dalam bahasa Jawa kata menjaring adalah njaring.

http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=Jaring

Jaring. Barrier-net. Of stake-nets drawn across a stream, drift-nets in a

tideway (j.hanyut) and fowlers‘ nets; not of seines or drag-nets (pukat). I11d. Veth

cxviii 4,5, May. i Pet. Ayam 28); trellis-work (j.-j;=jala-jala); the spike-work in

an umbrella (j-j.payong, also nyenyaring): and (fig.) netting generally, cf.

menjaring angin ( to net air, i. e., to waste one‘s time), and menjaring hati

manusia ( to ensnare to hearts of others), Sid. Rama 138. Drift-nets are named

after the fish they are made to catch, e.g. j. tamban (sardine-net); a small stake-

net for shallow water is j.teba, Hn. For fowling-nets,cf. sia-sia tuan berlelah, j. di-

rentang di-hadap burong ( in the sight of the bird the net is set; your labour is

spent in vain), Mal. Pant. 1255. Also (but rarely) jaling. (Malay-English

Dictionary, 449-450).

Kata menjaring merupakan kata kerja yang memiliki kata dasar yaitu

jaring merupakan kata benda. Pada awalnya kata menjaring digunakan

masyarakat untuk mengungkapkan kalimat ―Saya menjaring ikan di laut‖ yang


99

kata menjaring pada kalimat itu adalah ‗menangkap ikan dengan jaring‘. Seiring

perkembangan zaman, kata menjaring dipakai untuk mengungkapkan makna yang

lain, misalnya menjaring calon gubernur, menjaring aspirasi rakyat, menjaring

pemilih muda, dll.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata menjaring diartikan

menangkap ikan dan sebagainya dengan jaring. Kemudian makna kata menjaring

meluas menjadi dua makna yaitu makna kiasan, yaitu 1. Kiasan masuk ke dalam

jala (tentang bola dan sebagainya) : bola menjaring di sebelah kanan gawangnya;

2. Kiasan memperoleh; menemukan; menyeleksi; menangkap.

6. Metafora

Data 19: memakan

Negosiasi perceraian Inggris dari UE bisa memakan waktu minimal dua tahun.(
Sabtu, 25 Juni 2016)

Makan dalam bahasa Jawa adalah mangan. 1. Suka mencuri makanan

(untuk hewan, terutama kucing) dalam bahasa Jawa artinya cluthak. 2. Makanan/

telor digoreng melebar tipis dalam bahasa Jawa artinya dadar. 3. Ludah merah/

ludah orang yang makan sirih dalam bahasa Jawa artinya dubang. 4. Burung

pemakan bangkai dalam bahasa Jawa artinya gagak. 5. Rapuh dimakan usia

(untuk kayu) dalam bahasa Jawa artinya gapuk.

http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&bhs2=i&q=makan

Makan. To eat. To consume; to wear away; (in chess) to take a pawn or

piece; (of weapons) to take effect, e.g. di-m. Peluru (killed by a bullet), Ht. Abd.

40. Exx.: m. Angin (to the dead), m. Bunga terlalu banyak (to go in for usury or

profiteering): m.hak (to make away with the property of others); m. Hati ( to be
100

resentful); m. Jenoh (to eat one‘s fill); m. Kutip-katap (to live from hand to

mouth); m. melulur (to swallow one‘s food whole as a python does); m. nasi (to

dine); m. nasi kawah: to be a coolie, see nasi; m. penchen (to live on a pension);

sa-daun (to eat off the same plate as another); m. serap (to sponge for meals); m.

serengam (guzzling; gorging); m. serok (to eat moderately); m. suap ( to take

bribes); m. ta‘-siau (Baba=dyspepsia); di-m.karat (eaten into by rust); di-m.rahu

(eaten by the dragon Rahu, i.e. eclipsed-of the moon); berkilat sahaja haram ta‘-

m. (shiny but quite unable to cut-said of a showy but useless weapon and of

bluffers generally); seperti orang pemakan candu, dengan candu sampai ka-mati

(like an opiam smoker; he won‘t give up opium till he dies), Prov. See also pakan

(iii). Cf. santap, kumj. (Malay- English Dictionary, 93).

Pada awalnya kata makan dimaknai sebagai kegiatan mengisi perut, yaitu

dengan cara memasukan makanan ke dalam mulut, lalu mengunyahnya dan

menelannya hingga sampai ke perut. Kemudian kata makan yang bentuk aktifnya

adalah memakan mengalami perubahan makna yang jauh dari makna awal.

Banyak makna kata memakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata

memakan memiliki beberapa makna perluasan sebagai berikut: 1) v mengisap: --

candu; 2) v memakai; memerlukan; menghabiskan (waktu, biaya, dan

sebagainya): pembangunan jembatan ini -- waktu lama; upacara adat itu -- ongkos

besar; 3) v menyerang, mematikan, mengambil (dalam permainan catur): gajah --

bidak putih; 4) v bekerja sebagaimana mestinya (tentang rem, gigi roda, dan

sebagainya); 5) v melukai: air keras itu -- kulit; 6) v mengenai; menembus:

ditembaknya tiga kali, tetapi tidak --; 7) v memperoleh sesuatu; mencapai sesuatu:

layarnya tidak -- , tidak memperoleh angin; sauhnya dapat -- , mencapai dasar


101

laut; 8) v (dapat) masuk (tentang barang yang dimasukkan ke lubang, ke air):

kapal ini lima meter -- nya ke dalam air; 9) v ki mengambil; mempergunakan dan

sebagainya secara tidak sah (milik orang lain atau negara): ia telah -- pupuk milik

koperasi; 10) v ki meniduri perempuan (biasanya dalam arti hubungan gelap):

pemuda itu -- anak gadis tetangganya sampai hamil; 11) n ki rezeki: memberi --;

diberi --;-- bersabitkan, pb orang yang senang, tiada bekerja dan dapat makan

minum yang cukup, misalnya dari istri yang kaya dan pemurah; -- bubur panas-

panas, pb terlalu berharap akan beroleh rezeki, lalu bertindak tergesa-gesa

sehingga kecewa jadinya; -- hati berulam jantung, pb bersusah hati karena

perbuatan salah seorang teman karib; -- sudah terhidang, jamu belum jua datang,

pb gadis yang telah besar, sudah patut bersuami, tetapi orang belum ada yang

datang meminangnya; -- upas berulam racun, pb orang yang dalam kesusahan dan

duka cita karena diliputi marabahaya yang besar; kalau guru -- berdiri, maka

murid -- berlari, pb kelakuan murid mencontoh kelakuan guru, biasanya dalam hal

yang tidak baik; kenyang (banyak) -- garam, pb sudah berpengalaman dalam

hidup; sudah -- , bismillah, pb suatu pekerjaan atau rundingan yang dilakukan

terbalik, jadi tidak mengikuti aturan; tempat -- jangan dibenahi, pb kita jangan

berbuat tidak senonoh di tempat kita menumpang; jangan berbuat jahat kepada

orang yang berlaku baik kepada kita; tidak -- siku-siku, pb 1 cakap orang yang

berleleran saja, tiada langsung ke tujuannya; 2 tidak baik; tidak patut;-- ampun

minta ampun; -- angin ki 1 berjalan-jalan untuk mencari hawa bersih; 2 diam,

duduk-duduk, dan sebagainya sekadar menghabiskan waktu; -- arwah selamatan

memperingati orang yang telah meninggal; -- asam garam ki sudah

berpengalaman dalam hidup; -- ayapan memakan sisa makanan raja; -- bawang ki


102

marah; jengkel; geram; -- bebas dapat makan minum secara gratis, tanpa perlu

membayar; -- benak mengambil untung terlalu besar; -- berpantang makan

dengan aturan tertentu (tidak boleh makan sembarangan); diet; -- berulam ki

sudah beristri; -- besar ki pesta makan minum; perjamuan makan; makan lebih

enak (besar, banyak) daripada biasanya; -- biaya ki memerlukan biaya;

menghabiskan biaya: pembangunan gedung ini -- biaya satu miliar rupiah; --

darah ki 1 rusak hatinya atau dirinya karena sedih, mendongkol, dan sebagainya;

2 banyak mengambil untung; -- dati hak pria atau wanita yang belum nikah untuk

ikut menikmati hasil tanah dati (dalam adat Ambon); -- dawai ki miskin sekali; --

dedak ki sangat miskin; -- diri ki rusak badannya (karena sedih dan sebagainya); -

- duit ki menerima uang untuk melicinkan jalannya suatu urusan; -- emas ki

menerima sogokan; -- gaji ki hidup dari gaji; bekerja untuk mendapat gaji (upah);

-- hak melanggar hak orang lain; menyebabkan susah hati (mendongkol dan

sebagainya); -- jangat miskin sekali; -- kawan sendiri ki mencelakakan atau

merugikan kawan (teman) sendiri; -- kawat ki miskin sekali; makan jangat; --

kerawat ki makan kawat; -- keringat orang ki mengambil keuntungan dari hasil

kerja keras orang lain; -- kuli ki 1 bekerja menjadi kuli; 2 menyuruh orang bekerja

keras untuk keuntungan sendiri; -- malam makan pada malam hari; -- ongkos ki

makan biaya; -- pagi makan pada waktu pagi; sarapan; -- pena ki mencari nafkah

dengan jalan karang-mengarang (dalam majalah dan sebagainya); -- riba melepas

uang dengan bunga yang banyak; menjadi lintah darat; -- sekolah cak mendapat

pendidikan di sekolah; berpelajaran; -- sepinggan ki bersama-sama makan dari

satu pinggan; -- siang makan pada waktu siang hari; -- sogok ki makan suap; --

suap ki menerima uang (barang dan sebagainya) sebagai pelicin jalannya suatu
103

urusan; -- sumpah ki 1 sudah bersumpah; 2 dimakan sumpah; -- tali ki miskin

sekali; -- tanah 1 tersungkur di tanah; 2 menderita kelaparan; miskin sekali; --

tangan ki 1 kena tinju (pukul); 2 beruntung besar (dengan tidak disangka-sangka);

-- tidur ki makan dan tidur saja, tidak berbuat (bekerja) apa-apa; -- tulang

menyuruh orang bekerja keras; -- uang ki 1 menerima suap sebagai pelicin

jalannya suatu urusan; 2 menggunakan uang (kantor dan sebagainya) secara tidak

sah; -- upah ki bekerja untuk menerima upah; hidup dari gaji (upah); -- waktu

memerlukan waktu yang lama.

7. Sinestesia

Data 20 : pedas

Awal pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok
melontarkan komentar pedas soal Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.
(31 Agustus 2016)

Pedas. Peppery; hot to the taste; cf. (Sund.) pedes= pepper; (Min.) si-

padas=gambier; and sepedas=ginger, Sid. Rama 177. Cf. pedeh. Rendang p.:

roasting with hot spicing; devilling; Ht. Bugis 148. Siapa makan chabai ia-lah

merasa p. (whoever eats a capsicum will know the feel of a tingling tongue), if the

cap fits, wear it; Prov. Also (Batav.) pedes; B. (Malay-English Dictionary, 225)

Kata pedas identik dengan ‗rasa cabai‘. Pada awalnya kata pedas ini

digunakan untuk mengungkapkan makanan yang rasanya pedas. Makanan yang

pedas ini identik dengan masyarakatnya. Misalnya masyarakat Minang Kabau

sangat suka dengan masakan pedas sehingga dapat ditemukan rumah makan

padang masakan yang pedas. Oleh sebab itulah, kata pedas dipopulerkan oleh

masyarakat Minang Kabau dan Melayu.


104

Dalam masyarakat Melayu dikenal masakan bubur pedas. Bubur pedas

adalah hidangan bubur tradisional dari Orang Melayu baik di Sambas dan

Sarawak. Di Sarawak, biasanya disajikan selama bulan Ramadhan setelah umat

Muslim mengakhiri puasa pada waktu berbuka. Jenis bubur berasal dari orang

Melayu di Sambas di Kalimantan Barat dan kemudian diadaptasi sebagai

makanan untuk orang Melayu Sarawak. Selain bubur pedas ada pula masakan

asam pedas atau asam padeh. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bubur_pedas

Asam pedas (bahasa Melayu) atau asam padeh (bahasa Minangkabau)

adalah salah satu masakan tradisional Minangkabau dan Melayu (Riau, Kepulauan

Riau, Jambi, dan Semenanjung Malaya) yang memiliki cita rasa asam dan pedas.

Masakan ini menggunakan berbagai jenis ikan dan hidangan laut seperti ikan

tongkol, kakap, tuna, Ikan kembung, gurami, dan cumi-cumi sebagai bahan utama

yang kemudian dibumbui dengan asam jawa, cabai, d an rempah-rempah

lainnya.Hidangan ikan asam pedas dikenal secara meluas di Sumatera dan di

Semenanjung Melayu. Hidangan ini dikenal baik dalam khazanah seni memasak

Minangkabau ataupun Melayu, sehingga tidaklah jelas dari manakah asal mula

hidangan ini. Hidangan asam pedas Minang dapat ditemukan dengan mudah di

seluruh Rumah Makan Padang yang ada di Indonesia dan Malaysia, bahkan telah

menjadi masakan khas masyarakat Melayu dan Aceh. Namun racikan bumbu-

bumbu yang digunakan berbeda menurut daerah masing-masing.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Asam_pedas

Berdasarkan sejarah penggunaan kata pedas itulah, kata pedas itu dapat

diketahui dikenalkan oleh masyarakat Melayu dan Minang Kabau. Kata pedas

yang memiliki arti ‗rasa cabai‘ itu kini mengalami perubahan makna menjadi
105

makna yang lain. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia kata pedas juga

memiliki makna kiasan dengan proses sinestesia menjadi makna ki tajam atau

keras (tentang kritik dan sebagainya); menyakitkan hati (tentang perkataan dan

sebagainya): tulisan-tulisannya sangat --;belum tahu di -- lada, pb belum

berpengalaman. Misal:

...Ahok melontarkan komentar pedas soal Pusat Dokumentasi Sastra.

Komentar pedas pada kalimat itu diartikan sebagai ‗perkataan yang

menyakitkan hati‘. Makna ini timbul karena adanya proses sinestesia, yaitu

perubahan makna yang terjadi akibat adanya pertukaran fungsi pancaindera.

Dalam hal ini fungsi indera yang bertukar adalah lidah dengan telinga.
106

Tabel 4.1 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Dimensi Sejarah

No Kosakata Etimologi Keterangan


1 Saudara Bahasa Melayu yaitu sa dan udara, sa artinya ‗satu‘ dan udara Parera, 2004:127
artinya ‗perut‘. Kata saudara berarti ‗satu perut‘ (Parera,
2004:127).

Saudara. Skr. Brother or sister; near relative of about one‘s own Malay-English Dictionary, 392-393)
age. S. sa- jalan sa-jadi or s. sa- ibu sa- bapa or s. sa-ibu sa-ayah:
full brother or sister; Sid. Rama 28; also (Java) sedulur. S. sa-ayah
or s. sa-bapa: half-brother on father‘s side ; Ht. Bugis 59, 86. S.
anjing, s. semak (= sa-emak), or s. sa-ibu: half-brother on mother
side. S. sa-nenek or s. sa-pupu: cousin-german; first cousin; Bost.
Sal. ii 81, Ht. Bangs. 48. S. rapat: near relative. S. mara, s. daging,
or s. renggang: distant relative. Anak s.: nephew; niece. Adek s:
younger first cousin. Sanak s. : kindred. Mengambil akan s.: to
accept as a brother (and not as a lover); to break off a liaison
amicably;= mengaku adek-beradek. Saudara is a name given also
to the afterbirth as it is believed to be endowed with spiritual life
and to affect a child‘s fortunes very materially. [Cf. Ada-pun s. sa-
jalan sa-jadi s. semak dengan tuboh, tetapi sahabat itu s. semak
dengan nyawa: Sh. Kub.] (Malay-English Dictionary, 392-393)

2 Jawara Istilah jawara memiliki makna sebagai jagoan, dengan pengertian Atu Karomah dalam Tesisnya yang
jago dalam menyabung ayam dan bela diri pencak silat. Selain itu, berjudul Jawara dan Kebudayaan
mereka pun memiliki kemampuan untuk mempertontonkan ilmu Kekerasan pada Masyarakat Banten
kekebalan. Kemampuan-kemampuan itu dipergunakan oleh para
jawara untuk membela dan menciptakan rasa aman dan ketenangan
107

di lingkungannya. Kemampuan itu mereka miliki karena


kedudukannya sebagai pemimpin informal di tengah-tengah
masyarakat, baik semasa kerajaan Sunda, kesultanan Banten,
maupun pada masa pemerintahan kolonial Belanda.

Juara 1. Trainer of fighting –cocks; Ht. Angg. 25, Ch. Jen. 3. Also j.
ayam and bujang j. Fig., a man‘s backer or solicitor; and (slang a
procuress. J. judi: sharper; Perch. Mal. 30. Also (politely)
jnandang. II. Ikan juara: a river catfish, Pangasius sp.; a foul (Malay-English Dictionary, 480-481).
feeder symbolizing persons of low tastes ( seperti ikan j. di bawah
jamban), Prov. Also (Min.) juar. III. Bintang juara: Venus. A
corruption of (Ar.) zuhrah, q.v. Also kejora, kechura. (Malay-
English Dictionary, 480-481).

3 Rawan Kata rawan dalam bahasa Jawa adalah drawas. Drawas diartikan 1. http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
rawan 2. waswas: cemas. hs2=i&q=rawan

Rawan 1 [Hind., from Pers.] A conveyance. Etym., the takht-i-ravan


was a dais or platform carried on men‘s shoulders; but the tahkt-i- (Malay-English Dictionary, 329)
ravan of modern Turkey or Persia is a sort of bus or diligence. The
rawan or rawana of Malay literature seems to have been a sort of
flying dais (r. terbang, Sh. Kub.) comparable to the flying carpets of
the Arabian Nights. II. Emotion; tender feeling. Merawan: to be
stirred. Memberi; to inspire sympathy or tenderness. Jangan berhati
r.: sigh no more ; be not melancholy; Abd. Mk. 20. Terlalu r. hati-
nya: he was much moved; Sg. Samb. III. Nasi rawan: rice boiled
along with other foods such as pees. In contr. To plain rice or pillau
to which such foods are added after it has been boiled. IV. Tulang
108

rawan: (i) gristle, Sh.; (ii) the breast-bone,= Ked. Tulang papan. V.
Keris ganja rawan: kris with a fretted pattern on its ganja;= keris
ganja berkerawang. VI. Merawan: to be in the clouds; sky-high;=
berawan. VII. Num. Coeff. For articles made of string; e.g., nets.
(Malay-English Dictionary, 329)

4 Jurusan Kata jurusan yang kata dasarnya jurus berasal dari bahasa Sunda. http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
Dalam bahasa Sunda jurus itu nuju. Berikut arti jurus berdasarkan hs2=m&q=jurusan
bahasa Sunda 1) jurus artinya a. Jurus; b. Sikep, jurusan;
jurusan:menjurus; nuju; 2) menjurus artinya 1. Nuju; 2. Terus nuju;
3) sejurus artinya sakedapan, sajongjongan. Nuju artinya: (halus)
sedang:--kulem, sedang tidur.
5 Tinggal Kata tinggal dalam bahasa Jawa adalah keri. Keri diartikan sebagai http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
‗tinggal‘. Kerinan artinya ‗ketinggalan‘. Kata tinggal yang hs2=i&q=tinggal
dimaksud adalah tertinggal di belakang. Dalam bahasa Jawa Ngoko
kata tinggal itu disebut tilar.

Tinggal. Left over; left behind; remaining in a place; residing.


Tinggali or tinggalkan: to forsake; to abandon; to leave behind.
Meninggal: (courtly). To die,= (Java) tilar, (Mal.) hilang; ex. Ibu-
mu telah meninggal di rachun orang ( the queen your mother is
dead, poisoned by others), Ht. Panj. 80. Meninggalkan zaman: id.;
Ht. Angg.93. T. Bengkalai: left unfinished T. nadi: left with one‘s
pulse (i.e life): stripped of everyting except life; Mal. Dewa 80. T. (Malay-English Dictionary, 590).
tulang: reduced to skin and bone. T. kelopak salak: left with the
wrapper of the salak only= i.e. left with nothing but the clothes oue
stands in. Dalam peninggal: in the absence of (Ht. Bakht.66); also
sa-peninggal and sa-peninggalan. Selamat t.: may yiu stay behind
109

in safety- the traveller‘s farewell to those he is leaving. Burong t.


anak: (Pk.) the plaited-casqued hornbill, Cranorrhinus
corrugatus;=burong mati sa-tahun.(Malay-English Dictionary, 590)
6 Operasi Kata operasi merupakan kata serapan yang diserap dari bahasa (www.babla.co.id/bahasa -indonesia-
Inggris operation dan dalam bahasa Belanda operatie. Dalam bahasa inggris/operasi)
bahasa Inggris kata operation berarti kb. 1 operasi. 2 Med.:
pembedahan. 3 eksploitasi

Kata operasi pada awalnya dikenal dengan makna ‗bedah‘ dalam http://en.m.wikipedia.org/wiki/operation
bidang medis. Operasi memiliki makna bedah. Bedah atau
pembedahan (Bahasa Inggris: surgery, Bahasa Yunani: cheirourgia
"pekerjaan tangan") adalah spesialisasi dalam kedokteran yang
mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan
instrumen.

7 Mengemis Dalam bahasa Jawa kata pengemis itu memiliki kata dasar emis http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
yang maknanya adalah 1) baramaen; 2) musapir: pengemis hs2=i&q=emis
baramaen. Kata baramaen, bahasa Jawa, diartikan ke dalam bahasa
Indonesia ‗minta-minta, mengemis‘. Kata musapir, bahasa Jawa itu
diartikan ‗meminta-minta, mengemis‘.
8 Rapat Rapat dalam bahasa Jawa disebut rapet yang artinya menutup rapat http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
(mata); lunas (hutang); tidak terbuka rahasianya. Terbungkus rapat hs2=i&q=rapat
artinya dalam bahasa Jawa brukut. Melekat rapat artinya dalam
bahasa Jawa dhempet. Longgar/kurang rapat artinya dalam bahasa
Jawa Kendo. Perapatan artinya dalam bahasa Jawa prapatan.

Rapat I. Contact; contignity; (Min.) coming together; (Java) an


assembly or council. (i) R-r.: as close as possible; tightly; Ht.
110

Abd.43. Merapat kemudi: to attacth the rudder to a boat. Baji r.: (Malay-English Dictionary, 315)
wedge to fill up an interstice. Bersila r.: to sit with the legs drawn
up close to the body; Gem. Ht.31, Raj. Muda 11. Ketam perapat:
dovetail-plane. Sahabat yang r.:close friends. Orang Jawa pandai
merapat: the Javanese do good joinery work. (ii) merapat: (Min.) to
come together; to meet, e.g., of the village-elders meeting at the
balai ( merapat ka-balai), Must. Adat 3. (iii) R. gemente: (N.I.)
general meeting; board; B. II. Rapat bukit: a tree, Melanochyla
angustifolia; W. (Malay-English Dictionary, 315)
9 Pasar Kata pasar berasal dari bahasa Jawa yang artinya ‗tempat berjual http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
beli‘. Dalam bahasa Jawa dikenal jajan pasar yaitu ‗penganan yang hs2=i&q=pasar
dibeli di pasar‘. Nama pasaran dalam bahasa Jawa artinya wage.

Pasar. I. [Pers. And Hind.] Bazaar; market; fair; (properly) the


booths, stalls and shops making up a market. Pasar, p.batu: (Sp.) (Malay-English Dictionary, 217)
Municipal market,= (Pen.) pajak. The site or village is pekan, q,v.
Also bazaar: (poetic) pesara, Sh. Mard. Bahasa pasaran: *Bazaar,
Malay; Ht. Abd. 250. II. (N.S.) Beaten track in jungle; = denai.
(Malay-English Dictionary, 217)
10 Kampanye Kata kampanye berasal dari bahasa Inggris. Kata kampanye diserap (www.babla.co.id/bahasa-indonesia-
ke dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris, kampanye adalah bahasa inggris/kampanye)
campaign yang artinya ‗berkampanye‘.

11 Aksi Kata aksi berasal dari bahasa Inggris. Kata aksi ini merupakan kata (http://www.babla.co.id/bahasa-inggris-
serapan dari kata action. Aksi atau action dalam bahasa Inggris indonesia/action)
memiliki makna kb 1) Tindakan, aksi; 2) Gerak; 3) Kekuatan; 4)
Tenaga: a man of action a. Orang yang suka bertindak—action;
kiasan 1) Tindak tanduk, tingkah laku: His actions are those of a
111

child. ‗Tindak tanduknya seperti kanak-kanak.‘

12 Blusukan Kata blusukan secara etimologi berasal dari bahawa Jawa, dari kata (http: www.
dasar blusuk ‗masuk‘ dan akhiran –an (afiks verba) yang berarti badanbahasa.kemdikbud.go.id/blusukan-
‗masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu‘. Badan Pengembangan dan Pembinaan
Dalam bahasa Jawa blusukan merupakan verba, seperti dolanan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
‗bermain‘, sarungan ‗memakai sarung‘, dan oyak-oyakan ‗kejar- Kebudayaan)
kejaran‘. Kalau dibandingkan dengan bahasa Indonesia, afiks –an
pada umumnya membentuk kata benda dan berarti ‗hasil‘ atau yang
di-, misalnya, arahan ‗hasil mengarahkan atau yang dijadikan arah‘,
rujukan ‗yang dirujuk‘, pimpinan ‗hasil memimpin‘, dan suruhan
‗yang disuruh‘. Jadi, kata blusukan diserap ke dalam bahasa
Indonesia secara utuh.

13 Dicekal Cekal berasal dari singkatan cegah dan tangkal. Kata cegah dan https://id.m.wikipedia.org/wiki/cekal
tangkal berasal dari kata pencegahan dan penangkalan. Kata
pencegahan dan penangkalan merupakan suatu aktivitas
memberikan kewajiban pada pejabat keimigrasian yang bertugas
pada tempat-tempat pemeriksaan imigrasi guna melakukan
penolakan bersifat sementara terhadap Warga Negara Indonesia
yang terkena pencegahan untuk ke luar atau penolakan terhadap
warga negara asing, khusus bagi Warga Negara Indonesia dengan
wewenang dan tanggung jawab penangkalan dilakukan sebuah tim
yang dipimpin menteri bidang kehakiman dengan anggota yang
terdiri dari unsur Mabes TNI, Kejaksaan Agung, Kementerian Luar
Negeri, Kementerian Dalam Negeri serta mengikutkan Badan-badan
bidang intelijen bagi yang terkena penangkalan untuk masuk ke
dalam wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu. Akan tetapi,
112

pengertian cekal ini pernah pula dipergunakan dalam artian lain


yaitu pelarangan tampil bicara di sebuah seminar atau diskusi bagi
orang tertentu atau sebuah pertunjukan yang mempunyai pengertian
berbeda dengan pengertian dalam keimigrasian.
14 Mengucurkan Kata mengucurkan yang kata dasarnya adalah kucur berhubungan http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
dengan kata pancur. Pancur berasal dari kata bahasa Jawa yang hs2=i&q=kucur
artinya air yang memancur.
15 Menggalang Dalam bahasa Jawa kata galang yang diartikan ke dalam bahasa http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
Indonesia adalah timbunan kayu; rangka rumah yang akan hs2=i&q=galang
didirikan.

Galang. I. Thwarting or crossing; crossbeam or thwart of any kind. (Malay-English Dictionary, 320)
(i) Etym., a verbal derivate of alang (cf. Malang, palang);= *taking
a position a cross the path, barring*. Galangkan kehendaknya: to
thwart his wishes; Mar. Mah. Jikalau tidak aral menggalang, Ku
ulang juga sa-kali lagi: Should no evil fate debar me, Hitler come I
once again; Mal. Pant. (ii). Galang dapur: rectangular frame of
logs enclosing a Malay hearth. G.-g.: ridge-poles of house; Aw. Sul.
28. G.- galangan: low barrier-dykes or logs separating the divisions
of a ricefield,= pematang-pematang sawah, Sul. Hid. 17; (Java)
galengan. G. Kayu api: andirons. G. Perahu, galangan perahu, g. –
temalang: framework supporting a boat in a slipway; cf. bergalang
(to be in dock); galangkan perahu (to lay up a boat for repairs);
and g. Gemalang (to be constantly in dock). Atur g.: to arrange
sticks in a ricefield to mark where different varieties of rice are
planted. Bantal g.: long pillow; bolster (laid at right angles to body
of sleeper). Tupai g. Perahu: a preety squirrel, Scinrus raflesii, with
long white markings along its side suggesting the poles holding up a
113

boat in a slipway. Dann g.: herb, Spilanthesacmella. G. dapur: tree.


Vitex longisepala. G. hitam. g. hutan: tree, Gouiothalmus giganteus.
II. See gelang (bracelet). (Malay-English Dictionary, 320).
16 Memangkas Pangkas. to crop the ends of anything; to cut the hair; to trim (Malay-English Dictionary, 207)
foliage (p. daun), Min. Serai 2; to poll or dwarf a tree (Ub. Kayu
10). (Malay-English Dictionary, 207)
17 Memanaskan Kata memanaskan memiliki kata dasar panas. Kata panas berasal http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
dari bahasa Jawa yang yaitu benter. Sisa masakan bersantan yang hs2=i&q=panas
sudah dipanaskan berkali-kali dalam bahasa Jawa artinya blendrang.
Air panas dalam bahasa Jawa artinya jarang.

Panas. Heat, esp. (or specifially) solar heat, cf. hangat, palak; (fig.)
unholy (of magical practices) or heated (of temper). P. bara, p.
baran, p. kerak: irritable; bad-tempered. P. hati: excitable; (Malay-English Dictionary, 202)
impulsive: passionate. P. keras, p. terek: great solar heat; very hot
weather. P. teh, p. tis: warmish; lukewarm. Baju p.: overcoat.
Demam p.: hot stage in fever. Hujan p.: rain in sunshine. Ilmu pp.
Black magic. Main p.: playing in the sun. Penyukat p.:
thermometer. Roman p., ruam p., tahi p., wam p.: prickly heat.
Timbang p.: to give good measure. Lekang di-p.: blistering under
heat, as paint; Must. Adat 41. P.-p. hendak: eager to. Sa-tahun p.,
sa—hari hujan, basah semua: * a sunny year, then a day‘s rain, and
all is wet*; the work of a lifetime may be undone in a moment;
Prov. (Malay-English Dictionary, 202)
18 Menjaring Dalam bahasa Jawa kata menjaring adalah njaring. http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
hs2=i&q=Jaring

Jaring. Barrier-net. Of stake-nets drawn across a stream, drift-nets


114

in a tideway (j.hanyut) and fowlers‘ nets; not of seines or drag-nets (Malay-English Dictionary, 449-450)
(pukat). I11d. Veth cxviii 4,5, May. i Pet. Ayam 28); trellis-work (j.-
j;=jala-jala); the spike-work in an umbrella (j-j.payong, also
nyenyaring): and (fig.) netting generally, cf. menjaring angin ( to
net air, i. e., to waste one‘s time), and menjaring hati manusia ( to
ensnare to hearts of others), Sid. Rama 138. Drift-nets are named
after the fish they are made to catch, e.g. j. tamban (sardine-net); a
small stake-net for shallow water is j.teba, Hn. For fowling-nets,cf.
sia-sia tuan berlelah, j. di-rentang di-hadap burong ( in the sight of
the bird the net is set; your labour is spent in vain), Mal. Pant.
1255. Also (but rarely) jaling. (Malay-English Dictionary, 449-450)
19 Memakan Makan dalam bahasa Jawa adalah mangan. 1. Suka mencuri http://www.kamusdaerah.com/?bhs=a&b
makanan (untuk hewan, terutama kucing) dalam bahasa Jawa hs2=i&q=makan
artinya cluthak. 2. Makanan/ telor digoreng melebar tipis dalam
bahasa Jawa artinya dadar. 3. Ludah merah/ ludah orang yang
makan sirih dalam bahasa Jawa artinya dubang. 4. Burung pemakan
bangkai dalam bahasa Jawa artinya gagak. 5. Rapuh dimakan usia
(untuk kayu) dalam bahasa Jawa artinya gapuk.

Makan. To eat. To consume; to wear away; (in chess) to take a


pawn or piece; (of weapons) to take effect, e.g. di-m. Peluru (killed
by a bullet), Ht. Abd. 40. Exx.: m. Angin (to the dead), m. Bunga (Malay- English Dictionary, 93)
terlalu banyak (to go in for usury or profiteering): m.hak (to make
away with the property of others); m. Hati ( to be resentful); m.
Jenoh (to eat one‘s fill); m. Kutip-katap (to live from hand to
mouth); m. melulur (to swallow one‘s food whole as a python does);
m. nasi (to dine); m. nasi kawah: to be a coolie, see nasi; m.
penchen (to live on a pension); sa-daun (to eat off the same plate as
115

another); m. serap (to sponge for meals); m. serengam (guzzling;


gorging); m. serok (to eat moderately); m. suap ( to take bribes); m.
ta‘-siau (Baba=dyspepsia); di-m.karat (eaten into by rust); di-
m.rahu (eaten by the dragon Rahu, i.e. eclipsed-of the moon);
berkilat sahaja haram ta‘-m. (shiny but quite unable to cut-said of a
showy but useless weapon and of bluffers generally); seperti orang
pemakan candu, dengan candu sampai ka-mati (like an opiam
smoker; he won‘t give up opium till he dies), Prov. See also pakan
(iii). Cf. santap, kumj. (Malay- English Dictionary, 93).
20 Pedas Pedas. Peppery; hot to the taste; cf. (Sund.) pedes= pepper; (Min.) (Malay-English Dictionary, 225)
si-padas=gambier; and sepedas=ginger, Sid. Rama 177. Cf. pedeh.
Rendang p.: roasting with hot spicing; devilling; Ht. Bugis 148.
Siapa makan chabai ia-lah merasa p. (whoever eats a capsicum will
know the feel of a tingling tongue), if the cap fits, wear it; Prov.
Also (Batav.) pedes; B. (Malay-English Dictionary, 225)
116

4.1.2 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Dimensi

Sosial

1. Perluasan (Generalisasi)
a) Data 1 : saudara
Kita Semua Bersaudara ". Begitulah pesan sederhana penuh makna dalam
spanduk yang terpasang di pinggir jalan-jalan di wilayah Pasar Rebo, Jakarta
Timur. (Jumat, 3 November 2016).

Kata saudara pada kalimat di atas merupakan kata yang mengalami

perubahan makna, yakni makna kata saudara lebih luas dari makna sebenarnya.

Perubahan makna ini termasuk ke dalam jenis perluasan makna.

Seperti yang diungkapkan Kridalaksana (1984:123) perluasan makna atau

generalisasi adalah proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus ke yang

lebih umum. Cakupan makna lebih luas daripada makna yang lama atau dapat

juga dikatakan perubahan makna dari yang lebih sempit ke yang lebih luas.

Contoh:

Kata Makna Lama Makna Baru


bapak ‗orang tua laki-laki; ‗semua orang laki-laki
ayah‘ yang berumur lebih tua atau
berkedudukan lebih tinggi‘

Ali Sofyan sekarang sudah menjadi seorang bapak.


Atas bantuan Bapak, saya mengucapkan terima kasih.
Kata saudara adalah kata yang mengalami hal yang sama dengan kata

bapak yang dicontohkan oleh Kridalaksana.

Kita Semua Bersaudara ". Begitulah pesan sederhana penuh makna dalam
spanduk yang terpasang di pinggir jalan-jalan di wilayah Pasar Rebo, Jakarta
Timur. (Jumat, 3 November 2016)
Makna kata saudara pada kalimat di atas bukan makna sebenarnya. Kata

saudara berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna 1) orang

yang seibu seayah (atau hanya seibu atau seayah saja); adik atau kakak; 2) orang
117

yang bertalian keluarga; sanak: ia mempunyai banyak—di sini, baik dari ibu

maupun dari ayahnya; 3) orang yang segolongan (sepaham, seagama, sederajat,

dan sebagainya); kawan; teman: dalam mengerjakan tugas ini, kita akan dibantu

oleh—kita di kampung ini; 4) sapaan kepada orang yang diajak berbicara

(pengganti orang kedua): coba—pikirkan masak-masak ; 5) ki segala sesuatu

yang hampir serupa (sejenis dan sebagainya) serigala merupakan—anjing 6) ki

tembuni: -- nya baru keluar, padahal bayinya telah lama lahir. Kata saudara

berarti orang yang memiliki hubungan darah atau sekandung. Namun, makna kata

saudara berubah seiring waktu berdasarkan pemakaiannya. Pemakai bahasa

sering menggunakan kata saudara dan memaknainya sebagai makna yang lebih

luas dari makna orang yang memiliki hubungan darah seperti yang tampak pada

kalimat di data 1.

Kata saudara yang pada mulanya hanya bermakna keluarga seperut atau

orang yang lahir dari kandungan yang sama, seperti dalam kalimat ―Orang yang

sedang berdiri di depan rumah itu adalah saudara kandungku‖, tetapi dalam

kalimat yang ada di data 1 ―Kita semua bersaudara‖makna kata saudara telah

meluas menjadi kata sapaan yang sederajat, baik usia maupun kedudukan sosial.

b) Data 2: jawara

Gubernur DKI sekarang sudah selon (nekat dalam bahasa Betawi). Lagaknya
melebihi jawara," kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di Rusun Pesakih,
Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (5/3/2016).

Kata jawara mengalami perubahan makna berjenis perluasan. Perluasan

makna yang menurut Kridalaksana (1984:123) perluasan makna atau generalisasi

adalah proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus ke yang lebih umum.
118

Kata jawara semula bermakna ‗jagoan‘ sesuai dengan makna yang ada di dalam

KBBI yakni pendekar, jagoan. Namun, kata jawara sudah berubah makna

menjadi makna yang lebih luas. Kata jawara menjadi juara atau pemenang. Misal:

Anak saya jawara kelas.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia makna kata jawara 1) orang

(regu) yang mendapat kemenangan dalam pertandingan yang terakhir; 2) orang

yang gagah berani; orang yang pandai bersilat; pendekar; jagoan; 3) pengatur dan

pelerai dalam persabungan ayam; 4) pemimpin peralatan (pesta dan sebagainya);

5) ahli; terpandai dalam sesuatu (pelajaran dan sebagainya).

Kata jawara pada zaman dahulu digunakan sebagai panggilan orang yang

kuat dan hebat, kini kata jawara berubah maknanya menjadi orang yang menang

dalam lomba apapun. Perubahan makna kata jawara dapat terjadi karena faktor

sosial masyarakat. Akibat dari pergaulan pemakai bahasa di tengah masyarakat,

kata jawara turut mengalami perkembangan.

c) Data 3 : rawan
Warga yang tinggal di daerah rawan banjir kabupaten Bandung, Jawa Barat
berharap pemerintah selalu memberi informasi prakiraan cuaca saat musim hujan.
(Jumat, 4 November 2016)
Kata rawan semula melekat pada tulang rawan yang bermakna ‗lunak atau

lembut‘, kini maknanya berubah menjadi ‗rentan‘ atau sering terjadi pada kalimat

rawan perampokan, atau rawan kecelakaan. Dalam hal ini kata rawan telah

mengalami perubahan makna. Perubahan makna kata rawan termasuk ke dalam

perluasan makna, yakni kata sebelumnya digunakan dalam cakupan yang khusus

kini mengalami perubahan makna menjadi yang lebih luas atau umum. Perubahan

dan pergeseran makna kata rawan itu terjadi karena ada faktor perbedaan bidang
119

pemakai lingkungan. Suwandi (2008:48) menyebutkan perubahan makna karena

faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan misalnya, dalam bidang

pendidikan, kata guru, siswa, pengajar, pembelajar, kurikulum, evaluasi

remediasi, menjiplak, dan sebagainya. Dalam bidang perekonomian kata produk,

manajemen, kredit, saham, dan sebagainya.

Kata rawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai 1)

rindu bercampur sedih; pilu; terharu; 2) mudah menimbulkan gangguan keamanan

atau bahaya; gawat; 3) muda, lembut (tentang tulang). Kata rawan kini digunakan

tidak hanya menunjukkan tulang rawan. Kata rawan dipakai juga dalam kalimat:

Wilayah itu rawan perambokan


Jalanan yang licin mengakibatkan rawan kecelakaan
Masyarakat telah mengenal kata rawan tidak hanya untuk menyebutkan

tulang rawan. Dalam hal ini, kosa kata bahasa Indonesia berkembang dengan

adanya perubahan makna kata rawan yang dapat dimaknai sebagai ‗muda, lembut,

bahaya, gawat, pilu, sedih‘.

d) Data 4 : jurusan
Sejumlah jurusan di sekolah menengah kejuruan di kota Tegal, Jawa Tengah,
kekurangan peminat.
Jurusan yang kurang diminati antara lain tata busana, sedangkan perhotelan
banyak peminat, ― kata Ketua PPDB SMKN 1 Tegal, Edi Suroso.
Makna kata jurusan dahulu adalah sebuah arah atau tujuan dari angkot.

Kini berubah makna menjadi generalisasi atau perluasan makna. Kata jurusan

tidak hanya untuk mengartikan tujuan atau arah, tetapi kata jurusan dapat

dimaknai sebagai bidang ilmu khusus seperti yang tampak pada kalimat data 4.

Kata jurusan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai 1)

arah; tujuan; 2) bagian (pengkajian ilmu); 3) bagian dari suatu fakultas atau
120

sekolah tinggi yang bertanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan

suatu bidang studi, misalnya jurusan akuntansi, jurusan manjemen.

e) Data 5 tinggal : perluasan

Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan


oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun pabriknya saja.
(Sabtu, 25 Juni 2016)

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata tinggal memiliki arti 1)

masih tetap di tempatnya dan sebagainya; masih selalu ada (sedang yang lain

sudah hilang, pergi, dan sebagainya); 2) sisanya ialah...; bersisa...; tersisa...; yang

masih ada hanyalah; 3) ada di belakang; terbelakang; 4) tidak naik kelas (tentang

murid sekolah); 5) sudah lewat (lalu;lampau); 6) diam (di); 7) selalu; tetap

(demikian halnya); 8) melupakan; 9) tidak usah berbuat apa-apa; 10) bergantung

kepada; terserah kepada; terpulang kepada; 11) (sebagai keterangan pada kata

majemuk berarti) a yang didiami; b yang ditinggalkan (dikosongkan dan

sebagainya)—bersiul-siul tinggal bersenang-senang—waktu tidak memenuhi

kewajiban salat.

Kata tinggal merupakan kata yang memiliki banyak makna. Beberapa

makna dari kata tinggal mengisyaratkan bahwa kata tinggal merupakan kata yang

mengalami perubahan makna. Kata tinggal biasa digunakan pada kalimat ―Saya

tinggal di Medan.‖ Kata tinggal dalam kalimat tersebut adalah ‗tempat‘. Namun,

seperti yang dituliskan di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tinggal

memiliki makna yang berbeda-beda tergantung pada konteks kalimat yang

dipakai. Misal: Adik saya pernah tinggal kelas. Makna kata tinggal pada kalimat

tersebut tidaklah sama dengan makna kata tinggal pada kalimat sebelumnya. Kata
121

tinggal pada kalimat tersebut ‗tidak naik kelas‘. Perubahan makna kata tinggal

merupakan perubahan yang bersifat meluas atau disebut perluasan atau dikenal

dengan istilah generalisasi. Perluasan makna yang dimaksud ialah suatu kata

berubah maknanya dari makna yang khusus ke makna yang lebih umum.

Kridalaksana (1984:123) menyatakan bahwa perluasan atau generalisasi ialah

proses perubahan makna kata dari yang lebih khusus ke yang lebih umum.

Cakupan makna lebih luas daripada makna yang lama atau dapat juga dikatakan

perubahan makna dari yang lebih sempit ke yang lebih luas.

Beberapa kalimat yang menggunakan kata tinggal dengan berbeda makna:

1. Ibu saya sudah lama meninggalkan Bandung. ‗pergi‘

2. Sekarang saya dan orang tua tinggal di sebuah desa. ‗hunian atau tempat

tinggal‘

3. Adik laki-laki saya pernah tinggal kelas. ‗tidak naik kelas‘

4. Permen di kantung saya tinggal satu lagi. ‗sisanya ialah...; bersisa...; tersisa...;

yang masih ada hanyalah;‘

5. Amrin harus berlari karena telah tertinggal jauh dari teman-temannya. ‗ada di

belakang; terbelakang‘

6. Ibu kepala sekolah sedang tidak di tempat, mohon tinggalkan pesan.

‗meninggalkan pesan‘

Kata tinggal memiliki beberapa makna yang berbeda arti. Pemakaian kata

tinggal disesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. Perubahan makna kata

tinggal ini memperluas pemakaian kata tinggal.


122

f) Data 6 : operasi
Dalam kasus penggusuran, lanjut Al Araf, tidak ada ancaman serius dari dampak
penggusuran yang terjadi. Sehingga, tentara dinilai tidak perlu terlibat membantu
operasi penggusuran. Senin (3/10/2016).
Memang polisi dan sipil tidak bisa mengatasi penggusuran? Apakah itu ada high
density threat? Ini keliru," ujar Al Araf dalam Diskusi Publik "Problematika
Operasi Militer Selain Perang" di Gedung YLBHI, Jakarta, Senin (3/10/2016).

Perubahan makna dapat terjadi pada beberapa kata dan disebabkan oleh

beberapa faktor. Termasuk pada kata operasi. Kata operasi semula melekat pada

dunia medis, yakni operasi dalam hal penanganan terhadap pasien. Misal:

wajahnya harus dioperasi plastik . namun , kini kata operasi dapat melekat pada

bidang yang lainnya misal bidang sosial, politik, dan militer dapat dilihat pada

kalimat data 6. Perubahan makna kata operasi dikarenakan adannya faktor

perbedaan bidang pemakaian lingkungan. Menurut Suwandi (2008:48) perubahan

makna karena faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan misalnya, dalam

bidang pendidikan, kata guru, siswa, pengajar, pembelajar, kurikulum, evaluasi

remediasi, menjiplak, dan sebagainya. Dalam bidang perekonomian kata produk,

manajemen, kredit, saham, dan sebagainya.

Makna kata operasi menurut KBBI ialah 1) Dok bedah; bedel (untuk

mengobati penyakit); 2) Mil tindakan atau gerakan militer; 3) pelaksanaan rencana

yang telah dikembangkan;--bakti kegiatan sosial yang merupakan darma bakti

kepada masyarakat, bangsa, dan tanah air. Perubahan makna kata operasi seiring

dengan perbedaan bidang pemakaian lingkungan.


123

g) Data 7 mengemis: perluasan

Sandiaga pun berkaca pada pencalonannya sendiri. Sandi yang telah mengikuti
penjaringan di lima partai selain Gerindra, yaitu PDI-P, Demokrat, PKB, PPP, dan
PAN, mengatakan bahwa ini adalah upayanya membangun komunikasi politik
alih-alih mengemis dukungan. (Sabtu, 25 Juni 2016)
Kata mengemis merupakan kata berimbuhan dari kata dasar emis yang

menurut KBBI emis, mengemis berarti 1) meminta-minta sedekah; 2) meminta

dengan merendah-rendah dan dengan penuh harapan.

Pada awalnya mengemis sering digunakan untuk gelandangan yang yang

tidak mempunyai pekerjaan. Kata mengemis tersebut bermakna meminta-minta.

Pengemis berarti peminta-minta, biasanya yang diminta ialah berupa uang receh

atau makanan. Kata mengemis merupakan kata yang memiliki makna yang

negatif. Namun, kata mengemis berubah makna seiring waktu menjadi hal yang

meminta dengan kerendahan, tidak hanya melekat pada kata pengemis jalanan,

tetapi untuk yang lainnya seperti yang ada pada kalimat data 7. Dalam hal ini

perubahan makna kata mengemis merupakan perubahan yang termasuk ke dalam

jenis perluasan. Makna kata mengemis telah meluas maknanya.

h) Data 8 rapat: perluasan

Pernyataan ini disampaikan Presiden seusai rapat koordinasi terbatas di Istana


Merdeka.

Kata rapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya ialah 1) hampir

tidak berantara; dekat sekali (tidak renggang); 2) kerap (tentang tanaman,

anyaman, dan sebagainya) 3) tertutup benar-benar hingga tidak bercelah; 4)

berhampiran sekali; dekat benar; 5) karib; erat (tentang persahabatan). Kata rapat

juga diartikan pertemuan (kumpulan) untuk membicarakan sesuatu; sidang;


124

majelis. Kata rapat juga diartikan 1) tumbuahn menjalar, kulitnya dibuat obat;

kayu rapat 2) kulit dari kayu rapat.

Berkaitan dengan kata dasar rapat, beberapa kata berimbuhan dengan kata

dasar rapat dapat memberikan suatu perhatian bahwa kata rapat sesungguhnya

berawal dari makna ‗dekat‘. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, berikut

kata-kata yang berkaitan dengan kata dasar rapat. Rapat yang aartinya 1) hampir

tidak berantara; dekat sekali (tidak renggang); 2) kerap (tentang tanaman,

anyaman, dan sebagainya) 3) tertutup benar-benar hingga tidak bercelah; 4)

berhampiran sekali; dekat benar; 5) karib; erat (tentang persahabatan). Merapat

berarti 1) menjadi rapat; mendekat; 2) berlabuh dekat pangkalan dan sebagainya;

3) menjadi (berusaha) supaya akrab, erat (tentang persahabatan). Merapati

diartikan 1) mendekati dengan perlahan-lahan dan berhati-hati; menghampiri; 2)

meramahi; mengaribi (untuk memperbaiki persahabatan). Merapatkan yang

berarti 1) menjadi rapat; mengerapkan; 2) mendekatkan kepada; 3) mempererat.

Rapatan yakni 1) sesuatu yang menyebabkan rapat (sambungan dan sebagainya);

2) sesuatu yang dirapatkan. Perapat artinya alat untuk merapatkan sambungan

bagian mesin. Memperapat artinya menjadikan lebih rapat. Kerapatan artinya

keadaan rapat; kepekatan; kekentalan.

Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa kata bahasa Indonesia

rapat ini merupakan kata yang homonim, yakni dua kata yang sama baik tulisan

maupun lafal, tetapi berbeda makna. Makna yang terkandung dari kedua kata

tersebut merupakan makna kata yang berbeda dari makna aslinya. Perhatikan

kalimat:

Para peserta rapat bulanan karang taruna desa Aek Bange itu duduk rapat di
kursi panjang yang terbuat dari kayu jati.
125

Kata rapat yang pertama bermakna ‗pertemuan‘, sedangkan kata rapat

yang kedua bermakna ‗berdekatan‘. Homonim menurut Chaer (2002: 92) ialah

relasi makna antarkata yang ditulis sama atau dilafalkan sama, tetapi maknanya

berbeda.

Perkembangan makna kata rapat dikarenakan adanya perubahan makna

kata rapat dengan prinsip generalisasi atau yang dikenal dengan perluasan. Kata

rapat tidak hanya bermakna ‗dekat‘, tetapi juga bermakna ‗kumpulan‘. Meluasnya

makna kata rapat ini, saat ini telah bertahan sehingga masyarakat lebih populer

dengan makna kata rapat sebagai kegiatan berkumpul bukan lagi ‗dekat‘.

Beberapa contoh kalimat yang menggunakan kata rapat dengan berbeda

makna:

1. Rumah-rumah di kota rapat sekali. ‗dekat sekali; hampir tidak berantara‘

2. Padi jangan ditanam terlalu rapat. ‗kerap‘

3. Ia menutup pintu dengan rapat. ‗tertutup benar-benar hingga tidak bercelah‘

4. Kapal dapat berlabuh rapat dengan pangkalan. ‗berhampiran sekali; dekat

benar‘

5. Dia telah berteman rapat dengan Rina sejak kecil. ‗persahabatan; karib‘

6. Kapolri minta rapat pembahasan kasus Ahok di DPR ditunda. Kompas.com

‗pertemuan untuk membicarakan sesuatu‘

Pernyataan ini disampaikan Presiden seusai rapat koordinasi terbatas di


Istana Merdeka.

Mengapa harus menggunakan kata rapat bukan pertemuan? Sangat

mengherankan memang penggunaan kata rapat pada kalimat ―Pernyataan ini

disampaikan Presiden seusai rapat koordinasi terbatas di Istana Merdeka. Padahal


126

padanan kata asing yaitu Bahasa Inggris saja adalah meeting atau pertemuan.

Menapa tidak menggunakan meeting atau pertemuan saja. Mengapa harus

menggunakan kata rapat yang secara makna menyimpang dari pemahaman

berkumpul bersama di suatu tempat?

Makna rapat secara kebahasaan menurut KBBI seperti yang dikutip dalam

artikata.com, kata rapat sendiri memiliki dua kategori kata. 1. Adjektiva atau kata

sifat, dengan rapat berarti: hampir tidak berantara; 1) dekat sekali (tidak

renggang): 2) kerap (tentang tanaman, anyaman, dsb): 3) tertutup benar-benar

hingga tidak bercelah: ; 4) berhampiran sekali; dekat benar ; 5) karib; erat (tentang

persahabatan) 2. Nomina atau kata benda, dengan rapat berarti: pertemuan

(kumpulan) untuk membicarakan sesuatu. Dapat dilihat dua kategori kata rapat

sendiri di atas. Kata rapat semula merupakan kategori adjektiva lalu berubah

menjadi nomina. Dari peristilahan kata rapat yang menjadi nomina dari adjektiva

sering disebut conversion atau konversi dalam bahasa sehingga dalam kasus kata

rapat, hal ini disebut nominalisasi atau secara singkat perubahan suatu kata

menjadi satu bentuk nomina. (ilustrasi: www.eq-consultingservices.com)

Makna rapat sudah berisi makna humanis. Dari arti secara harfiah sudah

dapat diukur mengapa kita menggunakan kata rapat daripada pertemuan itu

karena secara sosio-historis masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang

dibangun atas dasar kesatuan dan bergotong-royong maka lahirlah slogan

Bhinneka Tunggal Ika yang terpampang di lambang negara, Garuda. Slogan yang

berasal dari bahasa Sansekerta yang secara harfiah berarti "Beraneka Satu Itu Jua"

Itulah yang ingin disampaikan dengan kata rapat.


127

Kata rapat yang berarti merekatkan atau mengkaribkan sengaja dipilih

oleh ahli bahasa Indonesia kita dahulu. Rapat yang menghadirkan banyak orang

dalam satu ruang dan satu pembahasan intinya adalah menyatukan atau

merapatkan. Apa saja yang dirapatkan? Tentunya yang merenggang. Seperti visi

atau misi organisasi yang sudah menyimpang atau terjadinya perpecahan dalam

organisasi sendiri sehingga perlu kembali di-rapatkan dengan mengadakan rapat.

Sejatinya orang yang hadir rapat memahami tujuan rapat, yaitu merangkai atau

merekatkan kembali sesuatu yang dianggap tidak satu lagi. Namun, pada

realitanya, kadang rapat adalah ajang berbicara intelek tanpa solusi. Ajang

menunjukkan senioritas, saran dan kesan atau keluhan junior hanyalah angin lalu.

Rapat adalah masa mengeluarkan uneg-uneg pada seseorang atau bahkan menjadi

ajang menjelek-jelekkan. Apanya yang bisa disebut rapat dalam hal ini. Makna

humanis atau nguwongke (memanusiakan) manusia dalam bahasa Indonesia

sangatlah menakjubkan. Jika dibandingkan dengan bahasa Inggris yang banyak

menggunakan istilah meeting atau pertemuan, tidak ada makna humanis dengan

kata meeting atau pertemuan. Bukankah kita sehari-hari saja kadang bertemu,

sedangkan bahasa Indonesia memahami hal ini. Manusia secara sosial tidak ingin

hanya sekedar bertegur sapa setiap harinya. Mereka ingin merapatkan atau

mengeratkan sesuatu. Sekedar untuk mengutarakan uneg-uneg untuk diberikan

solusi agar nantinya berhati-hati, atau untuk mempererat (yang mulai

merenggang) agar dapat dirapatkan kembali dalam rapat.


128

i) Data 9 pasar: perluasan


Namun, aktivitas ekonomi tetap berjalan, sejumlah toko dan pasar tetap buka.
Pasar keuangan juga tidak tertekan.

Kata pasar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah 1) tempat orang

berjual beli; pekan; 2) kekuatan penawaran dan permintaan, tempat penjual yang

ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin menukar

uang dengan barang atau jasa; 3) dipakai dalam pergaulan sehari-hari (tentang

bahasa yang kurang baik tata bahasanya, pilihan katanya, dan sebagainya).

Pada awalnya kata pasar dimaknai sebagai tempat jual beli. Makna kata

pasar kemudian meluas. Perubahan makna kata pasar dapat diartikan sebagai

jalan atau dimaknai sebagai tempat. Perluasan makna ditandainya kata yang

dulunya khusus kini menjadi kata yang lebih umum. Kalimat ―Ibu pergi ke pasar‖

kata pasar diartikan tempat berjual beli. Namun, kalimat ― Kita harus mengawasi

pasar modal‖ kata pasar tidak diartikan sama seperti kalimat sebelumnya. Kata

pasar diartikan sebagai wilayah atau tempat berkumpulnya modal usaha. Kalimat

― Pasaran harga cabai sekarang Rp 60.000,00 per kilo.‖ Kata pasaran berarti rata-

rata.

Pengetahuan pemakai bahasa tidak sampai di situ saja, kata pasar dikenal

juga dengan ‗jalan‘. Selain kedua makna yang merupakan perluasan dari kata

pasar tersebut, kata pasar juga meluas menjadi pasaran atau yang dimaknai

sebagai rata-rata atau pada umumnya. Meluasnya makna kata pasar

mengakibatkan perkembangan kosa kata bahasa Indonesia. Untuk satu kata

memiliki beberapa makna.


129

2. Penyempitan Makna (Spesialisasi)


Data 10: kampanye
Kejadian kurang mengenakkan dialami calon gubernur yang maju pada Pilkada
DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, saat kampanye di Rawa
Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).
Kata kampanye berdasarkan KBBI berarti 1) gerakan (tindakan) serentak

(untuk melawan, mengadakan aksi, dan sebagainya); 2) kegiatan yang

dilaksanakan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan

kedudukan dalam parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa

pemilih dalam suatu pemungutan suara.

Kata kampanye mengalami perubahan makna dengan jenis penyempitan

makna. Penyempitan makna menurut Kridaklasana (1984: 123) adalah proses

perubahan makna dari yang lebih umum ke yang lebih khusus; dari yang lebih

luas ke yang lebih sempit.

Contoh:

Kata Makna lama Makna baru


sarjana ‗cendekiawan‘ ‗lulusan perguruan tinggi atau
gelar universitas‘

Makna kata kampanye pada awalnya adalah gerakan atau tindakan

serentak untuk mempublikasikan sesuatu. Namun, kata kampanye saat ini

cenderung digunakan untuk bidang politik terutama kampanye saat pemilihan

umum.

3. Ameliorasi (Peningkatan Makna)


a) Data 11: aksi=unjuk rasa=demonstasi
Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyiagakan sebanyak 150 ambulans untuk aksi
unjuk rasa oleh beberapa organisasi masyarakat, Jumat (4/11/2016) ini.
130

Kata aksi identik dengan tindakan atau gerakan serentak yang dilakukan

khalayak untuk meminta apa yang diinginkan. Kata aksi populer di tengah

masyarakat dikarenakan pengguna bahasa merasa kata aksi lebih sopan dari kata

demo. Aksi disandingkan dengan ungkapan unjuk rasa. Dengan demikian, kata

aksi merupakan kata yang mengalami perubahan makna, yakni kata aksi

merupakan kata yang dianggap lebih sopan dibandingkan dengan kata demo.

b) Data 12: blusukan

Ahok Akan Tetap "Blusukan" Meski Ada Demo 4 November.(Jumat, 4


November 2016)

Kata blusukan akhir-akhir ini sedang akrab di telinga kita. Kegiatan

blusukan bisa dilakukan oleh siapa saja, tetapi kata blusukan ini diakui atau tidak,

lebih dipopulerkan oleh media massa untuk kegiatan pejabat publik khususnya

sang Gubernur DKI Jakarta yang sekarang menjabat sebagai Presiden Indonesia

yang ke-7, Joko Widodo, atau yang akrab dipanggil Jokowi. Presiden Indonesia

ke-7, Joko Widodo, sering menggunakan kata blusukan untuk menyebutkan

kegiatannya atau melaksanakan tinjauan kerjanya sebagai pejabat publik atau

pemerintah. Kata blusukan sendiri dipahami oleh masyarakat sebagai suatu

kegiatan yang positif.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kata blusukan merupakan kata yang

mengalami perubahan makna yang termasuk ke dalam jenis ameliorasi atau

peningkatan. Kata blusukan dianggap lebih tinggi dari makna awalnya karena

digunakan oleh pejabat publik. Padahal kata blusukan pada awalnya memiliki arti

yang dianggap rendah oleh pemakainya.


131

Pengertian blusukan atau makna blusuk itu ternyata berupa istilah untuk

keluar masuk di tempat yang jarang dilewati atau didatangi orang. Dari definisi

ini, sekarang mudah diinterpretasikan sebuah euforia berita yang

mengatasnamakan pejabat atau sipil yang melakukan blusukan. Namun, di pihak

lain istilah blusukan ini dimiringkan, sebagian menafsirkan blusukan adalah cara

pejabat untuk pencitraan (seoalah prorakyat) .

Berdasarkan informasi yang didapat dari Badan Pengembanga dan

Pembinaan Bahasa kata blusukan secara etimologi berasal dari bahasa Jawa, dari

kata dasar blusuk ‗masuk‘ dan akhiran –an (afiks verba) yang berarti ‗masuk-

masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu‘. Dalam bahasa Jawa kata

blusukan merupakan verba, seperti dolanan ‗bermain‘, sarungan ‗memakai

sarung‘, dan oyak-oyakan ‗kejar-kejaran‘. Kalau dibandingkan dengan bahasa

Indonesia, afiks –an pada umumnya membentuk kata benda dan berarti ‗hasil‘

atau yang di-‗, misalnya, arahan ‗hasil mengarahkan atau yang dijadikan arah‘,

rujukan ‗yang dirujuk‘, pimpinan ‗hasil memimpin‘, dan suruhan ‗yang disuruh‘.

Jadi, kata blusukan diserap ke dalam bahasa Indonesia secara utuh yang sekarang

populer di masyarakat.

Kata blusukan itu sendiri belum tercantum dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Namun, kata blusukan sudah populer di masyarakat. Dalam Kamus

Bahasa Jawa (Bausastra Jawa) halaman-71, yang disusun oleh Widodo, dkk.,

cetakan ke-9, tahun 2011 yang diterbitkan oleh Penerbit Kanisius Yogyakarta,

secara harfiah/istilah kata blusuk, mblusuk berarti mlebu ing (bahasa Indonesia

berarti "masuk ke", Penulis); blusak-blusuk berarti mlebu ing ngendi-endi (bahasa

Indonesia berarti "masuk kemana-mana"). Sufiks (akhiran) "-an" dalam kata


132

blusuk-an bermakna aktivitas "masuk ke" atau aktivitas yang dilakukan oleh

seseorang memasuki suatu tempat yang asing untuk mendapatkan sesuatu. Jadi,

kata blusuk-an asli bahasa Jawa, bukan bahasa Indonesia. Kata blusukan belum

resmi menjadi kata bahasa Indonesia sehingga jelas tidak terdapat dalam KBBI

atau KUBI. Oleh karena itu, mengartikannya harus dikembalikan ke dalam

bahasa Jawa. Pemakaian kata blusukan dimaknai oleh pemakai bahasa sebagai

makna yang lebih luas dan lebih sopan dari makna sebelumnya.

4. Peyorasi (Penurunan Makna)

Data 13: dicekal


Keduanya dicekal ke luar negeri terkait penyidikan kasus dugaan tindak pidana
korupsi pembangunan Pasar Besar Kota Madiun tahun anggaran 2009-2012
senilai Rp 76,5 miliar. (31 Agustus 2016)
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata dicekal memiliki arti

tahan menderita; (tetap) kuat; tabah. Kata cekal sebenarnya akronim dari kata

cegah dan tangkal. Seringkali akronim dianggap sebagai kata oleh pemakai bahasa

misal sidak yakni inspeksi mendadak. Namun, kata cekal saat ini populer

digunakan oleh para pejabat. Biasanya kalimatnya bermakna negatif. Misal: Ia

dicekal keluar negeri karena terlibat kasus korupsi. Oleh karena itu, nilai rasa kata

dicekal disebut peyorasi. Peyorasi merupakan salah satu jenis perubahan makna

yang dianggap kata itu memiliki nilai rasa yang kurang sopan atau istilah lain

menyebutkan penurunan makna, makna sebelumnya lebih tinggi atau lebih sopan

dari makna yang sekarang. Menurut Kridalaksana (1984: 123) perubahan makna

peyorasi ialah proses perubahan makna yang mengakibatkan makna baru atau
133

makna sekarang dirasakan lebih rendah, kurang baik, kurang menyenangkan, atau

kurang halus nilainya daripada makna semula (lama).

Contoh:
bunting lebih rendah daripada hamil
Wartawan sering keliru menggunakan kata cekal dalam menulis sebuah

berita. Banyak yang mengira cekal adalah sebuah kata dasar yang berarti

melarang seseorang meninggalkan atau masuk ke Indonesia. Tidak hanya

ditemukan dalam kutipan harian Kompas, wartawan dari media lain juga

memaknai dicekal dengan makna yang keliru. Coba perhatikan kutipan berita

berikut ini :

Okezone, 10 Juli 2008


Kejaksaan Agung (Kejagung) menyatakan, mantan Terpidana Kasus Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) David Nusa Wijaya yang tertangkap di
Bandara Hongkong semalam, tidak dalam masa pencekalan...

TEMPO Interaktif, Jakarta:


Ketua Komisi IV DPR RI, Yusuf Emir Faisal dicekal Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) sore tadi (11/7).

Kata cekal di dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tidak ada

karena cekal memang bukan sebuah kata dasar, melainkan akronim dari cegah dan

tangkal. Pemberian status cegah dan tangkal kepada seseorang hanya dikeluarkan

oleh ditjen imigrasi. Yang dimaksud dengan cegah dan tangkal ialah sebagai

berikut. Cegah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah cegah dan tangkal

untuk melakukan kegiatan perjalanan ke luar negeri, dan sebagainya; dikenai

larangan; siar larangan menayangkan program acara di stasiun televisi atau radio.

Pencegahan adalah upaya untuk tidak memberikan peluang bagi WNI yang ingin

meninggalkan Indonesia, sedangkan penangkalan ditujukan bagi warga negara


134

asing (WNA) yang ingin masuk ke Indonesia. Ditjen Imigrasi pernah

mengeluarkan surat penangkalan terhadap jurnalis asal AS, William Nessen.

Permintaan penangkalan hanya bisa dilakukan oleh :

a. Menteri Pertahanan (masalah keamanan negara)

b. Jaksa Agung (masalah pidana)

c. Menteri Hukum dan Ham (masalah imigrasi)

Untuk permintaan pencegahan, selain ketiga pejabat tinggi di atas, menteri

keuangan dan KPK juga memiliki wewenang meminta pencegahan. Lantas

bagaimana dengan Polri? Polri hanya dapat meminta penundaan keberangkatan

seseorang ke luar negeri kepada ditjen imigrasi selama 14 hari. Jika seseorang

perlu dicegah untuk waktu lama, maka sebelum masa 14 hari tersebut habis, Polri

harus mengajukan surat permintaan pencegahan kepada Jaksa Agung.

http://wikipedia.org/wiki/cekal

Dapat disimpulkan bahwa kata dicekal merupakan pemendekan dari kata

dicegah dan ditangkal. Kata ini dipakai untuk menggantikan pelarangan dan

pencegahan seperti dalam kalimat ― Karena kasus yang dialaminya, ia sedang

dicekal oleh pihak berwajib untuk jangka waktu yang relatif lama‖. Kata cekal

dalam kalimat tersebut bermakna tindakan mencegah seseorang untuk bepergian

ke luar negeri. Berdasarkan definisi peyorasi yang diungkapkan Kridalaksana,

perubahan makna peyorasi dapat dipahami sebagai perubahan makna yang

berupa kata yang semula dirasakan halus kemudian karena faktor tertentu, makna

kata tersebut dirasakan bermakna kasar.


135

5. Asosisasi
a) Data 14 : mengucurkan
Sementara itu, join venture antara PT Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT
Sembcorp Development Pte (Singapura) mengucurkan investasi mencapai
hampir 8 Triliun dalam membangun Kendal Industrial Park Jawa Tengah.(Sabtu,
25 Juni 2016)
Asosiasi adalah proses perubahan makna sebagai akibat persamaan sifat.

Contoh: Sudah lama ia menaruh hati pada bunga desa itu (Kridalaksana, 1984:

124).

Kata mengucurkan merupakan kata berimbuhan dari kata dasar cucur.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia cucur artinya pancaran menurun (tentang

air mata dan sebagainya), sedangkan mencucurkan itu berarti mengucurkan,

memancurkan, mengalirkan turun, menangis, bekerja keras (kiasan). Kata

mengucurkan sering dipakai dengan menggunakan makna kiasan. Makna kiasan

kata mengucurkan ialah mengeluarkan (dana, bantuan, dan sebagainya).

Perubahan makna kata mengucurkan tidak terlepas dari persamaan sifat

yang melekat pada kata mengucurkan . Kata mengucurkan berarti jatuhnya benda

dengan kecepatan dan kekuatan yang sangat tinggi. Misal: 1) Ia mengucurkan air

matanya. 2) Air hujan itu mengucur dengan deras. Selain, digunakan untuk

menyatakan benda yang jatuh , kata mengucurkan digunakan juga untuk

menyatakan benda yang lain seperti dana, bantuan dll. seperti yang telah

dikemukakan di atas. Pada kalimat yang terdapat di data 14 kata mengucurkan

merupakan kata yang mengalami asosiasi.

Sementara itu, join venture antara PT Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT


Sembcorp Development Pte (Singapura) mengucurkan investasi mencapai
hampir 8 Triliun dalam membangun Kendal Industrial Park Jawa Tengah.
(Sabtu, 25 Juni 2016)
136

Berdasarkan kalimat di atas kata mengucurkan bermakna mengeluarkan

dana. Makna kiasan yang terkandung pada kata mengucurkan diketahui dengan

adanya konteks kalimat. Kata mengucurkan yang kemudian diikuti kata investasi

dapatlah diketahui bahwa kalimat itu menggunakan asosiasi dengan makna

mengeluarkan dana. Perubahan makna kata mengucurkan merupakan perubahan

makna yang mengalami asosiasi.

b) Data 15 menggalang: asosiasi

Perbankan lebih sulit dalam menggalang dana dari luar negeri.(Sabtu, 25 Juni
2016)
Kata menggalang merupakan kata berimbuhan dari kata dasar galang. Di

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan bahwa galang itu ialah barang

yang dipasang melintang ( seperti bantal, penyangga, ganjal, landasan dari kayu,

balok); kayu dan sebagainya penunjang atau penopang supaya tinggi atau supaya

tidak rebah; kalang. Kata menggalang berarti 1) memberi galang (ganjal,

landasan); 2) menyangga; menopang; menunjang; 3) memperkuat dan

menegakkan (negara persatuan, dan sebagainya). Namun, saat ini kata

menggalang digunakan oleh pemakai bahasa untuk menyebutkan makna yang lain

dari makna yang ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata menggalang

yang terdapat pada kalimat data 15 bermakna ‗mengumpulkan‘. Padahal, dalam

bahasa Indonesia kata mengumpulkan itu terdapat dalam kamus. Hal ini dipahami

bahwa pengguna bahasa sedang menggunakan asosiasi, yakni perubahan makna

kata akibat adanya persamaan sifat seperti yang dikemukakan Suwandi (2008:48).

Perubahan makna kata menggalang merupakan wujud dari asosiasi. Sifat

yang disamakan dalam hal ini ialah fungsi menggalang yang diartikan
137

‗menyangga‘. Asosiasi ini dipahami sebagai jenis perubahan makna yang

ditimbulkan akibat adanya persamaan sifat sehingga menggalang diasosiasikan

sebagai ‗mengumpulkan‘. Misal: Perbankan lebih sulit dalam menggalang dana

dari luar negeri. Kata menggalang diganti dengan kata mengumpulkan menjadi

Perbankan lebih sulit dalam menggumpulkan dana dari luar negeri. Selain kata

menggalang diasosiasikan sebagai mengumpulkan juga dapat diartikan sebagai

yang lain, tetapi sesuaikan dengan konteks kalimat yang akan dimaksud. Misal:

Perbankan lebih sulit dalam menggalang dana dari luar negeri.


Perbankan lebih sulit dalam mengumpulkan dana dari luar negeri.
Perbankan lebih sulit dalam menunjang dana dari luar negeri.
Perbankan lebih sulit dalam menyangga dana dari luar negeri.
Perbankan lebih sulit dalam menopang dana dari luar negeri.
Perbankan lebih sulit dalam memperkuat dana dari luar negeri.
Kata menggalang pada kalimat data 15 lebih tepat dimaknai sebagai

mengumpulkan daripada menyangga, menunjang, menopang. Arti kata

mengumpulkan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah 1) membawa

sesuatu dan menyatukan dengan yang lain agar berkumpul; 2) mengerahkan

(rakyat dan sebagainya); menyuruh (membuat dan sebagainya) supaya berkumpul:

mengumpulkan barang-barang antik; mengumpulkan orang; 3) menjumlahkan

(bilangan dan sebagainya): mengumpulkan angka kemenangan. Karena kata

menggalang dan menggumpulkan memiliki sifat yang sama, yakni sama-sama

mengerahkan, disebutlah kata menggalang dalam kalimat data 15 merupakan

asosiasi. Asosiasi ini bertanda bahwa kata menggalang telah mengalami

perubahan dan pergeseran makna , yang tadinya kata menggalang diartikan

sebagaimana mestinya, sekarang kata menggalang telah populer di tengah bahasa.


138

Oleh karena itu, pengguna bahasa harus bijaksana dalam menggunakan kata

menggalang atau kata mengumpulkan disesuaikan dengan konteks kalimat yang

ada.

c) Data 16: memangkas

Guna mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan deregulasi,


memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa
menghambat di berbagai kementerian dan lembaga," ungkap Menperin. (Minggu,
26 Juni 2016)

Kata memangkas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 1)

memotong ujung (tumbuh-tumbuhan dan sebagainya); 2) menggunting (rambut).

Kata pangkas sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bergunting.

Kata memangkas identik dengan memangkas rumput atau tumbuh-tumbuhan

bukan memangkas berbagai aturan seperti yang terdapat dalam data 16. Kata

memangkas pada kalimat data 16 memiliki makna asosiasi atau makna yang

timbul karena adanya persamaan sifat. Persamaan sifat antara memangkas rumput

dengan memangkas berbagai aturan itulah yang mengakibatkan kata memangkas

dapat digunakan dalam kalimat data 16. Persamaan yang dapat dipahami di antara

memangkas rumput dengan memangkas berbagai aturan ialah sama-sama

bermakna memotong. Perubahan makna kata memangkas merupakan perubahan

yang berjenis asosiasi. Kata memangkas tidak hanya digunakan untuk

menyebutkan memangkas rumput, memangkas rambut. Pada awalnya kata

memangkas memang dikenal pemakai bahasa untuk menyebutkan memangkas

rumput, memangkas rambut, dll, tetapi kini pemakaian kata memangkas dapat

diartikan ke makna yang tidak biasa yaitu makna asosiasi.


139

Makna asosiasi dalam bahasa Indonesia dipahami dengan adanya

persamaan sifat antara kedua kata atau pemaknaan. Asosiasi ialah adanya

hubungan antara sebuah bentuk ujaran dengan sesuatu yang lain berkenaan

dengan bentuk ujaran tersebut, sehingga bila disebut ujaran tersebut yang

dimaksud ialah sesuatu yang lain yang berkenaan dengan ujaran tersebut.

Misalnya, kata amplop yang sebenarnya bermakna sampul surat , tetapi amplop

dalam kalimat ―Supaya urusan cepat beres, berikan saja amplop‖ bermakna uang

sogok. Contoh lain ialah berupa hubungan waktu dengan kejadian, seperti

memeriahkan perayaan 17 Agustus. Kata 17 Agustus pada kalimat tersebut

berasosiasi dengan hari kemerdekaan ( Manaf, 2010:107-111).

d) Data 17: memanaskan

Wartawan harus lebih seimbang dan pemberitaannya tidak memicu konflik, dan
memanaskan situasi. (Jumat, 4 November 2016)

Kata memanaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai

1) menjadikan panas; menghangatkan; 2) ki menjadikan meruncing (genting dan

sebagainya). Kata dasar memanaskan adalah panas yang dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia ialah 1) hangat sekali, lawan dingin; 2) kemarau(tentang

musim); 3) demam (suhu badannya lebih tinggi daripada biasa); 4) terasa seperti

terbakar atau terasa dekat dengan api; bersuhu relatif tinggi; 5) gerah; 6) sangat

iri; sakit hati; 7) ki genting sekali; berbahaya (mungkin pecah perang); 8)

berpengaruh buruk (tentang uang yang mudah memperolehnya, tetapi mudah juga

menghabiskannya, uang pinjaman dengan bunga besa, dan sebagainya).

Makna suatu kata dapat mengalami perubahan yang disebabkan oleh

berbagai faktor oleh pemakai bahasa tersebut. Perubahan makna mencakup


140

perluasan, penyempitan, ameliorasi, peyorasi, asosiasi, sinestesia, dan metafora

seperti yang dikemukakan Kridalaksana. Dengan demikian, kata memanas yang

terdapat pada kalimat data 17 juga mengalami perubahan makna karena ada

sesuatu hal.

Kata memanaskan pada awalnya dikenal dan digunakan oleh pemakai

bahasa untuk mengartikan suhu. Misal: ― Ibu memanaskan sayur‖ menjadikan

panas. Namun, kata memanaskan kini memiliki makna yang berbeda-beda. Dalam

kalimat data 17 terdapat kata memanaskan, yakni memanaskan situasi. Dalam

kalimat tersebut yang menjadikan panas bukanlah suhu, tetapi sesuatu yang lain.

Kata memanaskan sedang mengajukan kepada bentuk ujaran yang lain yang

dimaksudkan oleh pemakai bahasa. Oleh karena itu, kata memanaskan

menggunakan makna asosiasi. Perubahan makna kata memanaskan terjadi karena

adanya persamaan sifat yang dimiliki kata memanaskan dengan bentuk ujaran

yang dimaksudkan pemakai bahasa.

Dalam kalimat data 17 kata memanaskan dapat berarti menghasut,

genting, menjadikan panas situasi.

Wartawan harus lebih seimbang dan pemberitaannya tidak memicu konflik, dan
memanaskan situasi. (Jumat, 4 November 2016)

e) Data 18 : menjaring
Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda. (Jumat, 23 September 2016)
Makna kata menjaring menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah 1)

menangkap ikan dan sebagainya dengan jaring; 2) ki masuk ke dalam jala (tentang

bola dan sebagainya); 3) ki memperoleh; menemukan; menyeleksi; menangkap.

Kata jaring sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah 1) alat penangkap
141

ikan dan sebagainya yang serupa siratan (rajutan) tali (benang) yang membentuk

mata jala;2) net (dalam tenis, badminton); 3) jebakan; perangkap.

Kata menjaring identik dengan ikan, yakni menjaring ikan. Kata

menjaring dalam hal ini diartikan sebagai ‗menangkap‘. Kini, kata menjaring

tidak hanya digunakan untuk ikan saja, melainkan telah berubah maknanya

menjadi ‗menyeleksi atau menemukan‘. Makna kata menjaring ini mengalami

perubahan makna karena makna yang dipahami ialah makna asosiasi. Kata

menjaring dianggap sama sifatnya dengan menyeleksi. Misal menjaring ikan, kata

menjaring pastinya dimaknai sebagai menangkap ikan dengan suatu proses

penyeleksian, tentu dalam penjaringan itu tidak ada lagi benda lain selain ikan

yang ditemukan atau ditangkap. Dalam hal ini dipahamilah kata menjaring itu

berasoasiasi dengan kata menjaring yang ada pada kalimat data 18.

Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda. (Jumat, 23 September 2016)

Makna kata menjaring pada kalimat data 18 ini ialah menemukan atau
menyeleksi. Misal kata menjaring pada kalimat di atas diganti dengan kata
menemukan atau menyeleksi.
Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menemukan pemilih muda.

Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menyeleksi pemilih muda.

Tampaklah bahwa kata menjaring berasosiasi terhadap kata menemukan

atau menyeleksi.
142

6) Metafora

Data 19: memakan


Negosiasi perceraian Inggris dari UE bisa memakan waktu minimal dua
tahun.(Sabtu, 25 Juni 2016)
Memakan waktu merupakan kiasan yang artinya ‗memerlukan waktu yang

lama‘. Jika makna denotasi kata memakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

memiliki arti biasanya mengandung arti lebih aktif dari kata makan yaitu 1)

memasukkan makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya;

2) memasukkan sesuatu ke dalam mulut, kemudian mengunyah dan menelannya;

3) memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan mengunyah-ngunyahnya; 4)

memasukkan sesuatu ke dalam mulut dan menelannya; 5) mengisap; 6) memakai;

memerlukan; menghabiskan (waktu, biaya, dan sebagainya); 7) menyerang,

mematikan, mengambil (dalam permainan catur; 8) bekerja sebagaimana mestinya

(tentang rem, gigi roda, dan sebagainya); 9) melukai; 10) mengenai; menembus;

11) memperoleh sesuatu; mencapai sesuatu; tidak memperoleh angin; mencapai

dasar laut; 12) (dapat) masuk (tentang barang yang dimasukkan ke lubang, ke air);

13) mengambil; mempergunakan dan sebagainya secara tidak sah (milik orang

lain atau negara); 14) ki meniduri perempuan (biasanya dalam arti hubungan

gelap); 15) ki rezeki. Kata waktu sendiri diartikan dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia ialah 1) seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan

berada atau berlangsung; 2) lamanya (saat yang tertentu); 3) saat yang tertentu

untuk melakukan sesuatu; 4) kesempatan; tempo; peluang; 5) ketika; saat; 6) hari

(keadaan hari); 7) saat yang ditentukan berdasarkan pembagian bola dunia .

Metafora adalah pemakaian kata tertentu untuk objek atau konsep lain

berdasarkan kias atau persamaan (Kridalaksana, 1984: 123). Berdasarkan definisi


143

tersebut, dapat dipahami bahwa memakan waktu juga merupakan metafora, yakni

makna yang ditimbulkan karena adanya makna kias. Metafora juga dikenal

dengan majas atau gaya bahasa.

Perubahan makna kata memakan yang semula bermakna memasukkan

makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya, kini terdapat

makna kiasan atau metafora yaitu memakai; memerlukan; menghabiskan.

7) Sinestesia
Data 20: pedas
Awal pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok
melontarkan komentar pedas soal Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.
(31 Agustus 2016)
Kata pedas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai 1)

rasa seperti rasa cabai (lombok dan sebagainya); 2) terasa seperti cabai atau

merica; 3) ki tajam atau keras (tentang kritik dan sebagainya); menyakitkan hati

(tentang perkataan dan sebagainya).

Komentar pedas bermakna kiasan yang artinya menyakitkan hati. Pada

umumnya kata pedas digunakan untuk menyebutkan jenis rasa yang hanya

dirasakan oleh lidah. Misal: Cabai itu rasanya pedas. Namun, seiring waktu

pemakai bahasa menggunakan kata pedas sebagai suatu lambang yang

mengartikan sesuatu yang tidak enak atau terlalu menyakitkan. Misal: Pedas

sekali kata-katamu. Kata pedas bukan berarti pedas seperti rasa cabai, tetapi pedas

menyakitkan. Begitu pula dengan kata pedas yang terdapat pada data 20. Kata

pedas telah mengalami perubahan makna dari rasa menjadi suatu hal yang

menyakitkan. Biasanya kata-kata yang dianggap pedas ialah kata-kata yang


144

menyinggung perasaan, caci maki, hinaan, bentakan, hujatan, dan kata-kata yang

dianggap tidak patut.

Perubahan makna kata pedas tersebut merupakan perubahan berjenis

sinestesia. Sinestesia dipahami sebagai perubahan makna yang terjadi karena

adanya pertukaran fungsi pancaindera. Menurut Suwandi (2008) sinestesia adalah

perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera (dari indera penglihatan

ke indera pendengaran; dan indera perasaan ke indera pendengaran; dan

sebagainya).

Penyebab kata pedas mengalami perubahan makna ialah faktor pertukaran

tanggapan indera. Faktor pertukaran tanggapan indera menurut Suwandi

(2008:48) ialah perubahan makna karena faktor pertukaran tanggapan indera

misal pedas yang sebenarnya harus di indera dengan perasa lidah, lalu di indera

dengan indera pendengaran misal dalam kalimat Bicaranya memang cukup pedas.

Kata pedas pada data 20 bermakna kata-kata atau komentar yang tajam

dan menyakitkan. Pengguna bahasa memakai kata pedas untuk menggambarkan

bahwa kata-kata itu memang tidak baik untuk didengar karena begitu

menyakitkan. Perubahan makna sinestesia membantu pemakai bahasa untuk

menyebutkan makna dengan sesuatu yang lebih mendalam. Selain kata pedas,

masih ada banyak lagi kata yang mengandung sinestesia. Faktor pertukaran

tanggapan indera ditemukan pada banyak kata Indonesia.


145

Tabel 4.2 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia Berdasarkan Dimensi Sosial

No Kosakata Makna Awal Makna Sekarang Faktor Jenis Fakta Sosial


Penyebab Perubahan Ahli Bahasa Jurnalis Mahasiswa
Terjadinya Makna
Perubahan
Makna
1 saudara satu perut 1) orang yang Faktor sosial generalisasi Saudara itu Saudara itu ingin ikatan kekeluargaan,
bertalian keluarga; masyarakat bermakna menyebut kata ganti, satu
sanak: ia seayah seibu; seseorang secara keluarga atau satu
mempunyai orang yang lebih halus. Seperti genus
banyak—di sini, sepaham, kalau saya melihat
baik dari ibu segolongan, dalam konteks
maupun dari sederajat; Ahok inikan
ayahnya; 2) orang sapaan untuk supaya lebih dekat
yang segolongan menggantikan dengan Ahok maka
(sepaham, orang kedua; ki diberi embel-embel
seagama, segala sesuatu Saudara Ahok atau
sederajat, dan yang hampir mungkin Mas
sebagainya); serupa (sejenis Ahok, Bapak
kawan; teman: dan sebagainya) Ahok, Abang
dalam serigala Ahok segala
mengerjakan merupakan— macam itukan
tugas ini, kita anjing ; ki seperti sepadan
akan dibantu tembuni: -- nya dengan kata
oleh—kita di baru keluar, saudara itu. Yang
kampung ini; 3) padahal saya pahami seperti
sapaan kepada bayinya telah itu.
146

orang yang diajak lama lahir.


berbicara Makna yang
(pengganti orang sering dipakai
kedua): coba— saat ini lebih
pikirkan masak- cenderung ke
masak ; 4) ki makna
segala sesuatu ‗sapaan‘. Ada
yang hampir perluasan pada
serupa (sejenis kata saudara.
dan sebagainya) Saudara untuk
serigala menghaluskan
merupakan— kata Anda.
anjing 5) ki Selain makna
tembuni: -- nya yang Ada juga
baru keluar, saudara tiri.
padahal bayinya Kemudian
telah lama lahir. kalau saudara
kandung berarti
seayah atau
seibu. Ada juga
bermakna
bertalian
keluarga atau
sanak, seperti
sepupu. Ada
keeratan yang
dirasakan
dengan
147

menggunakan
kata saudara di
Sumatera Utara
yang
merupakan ciri
khas. Misal: Ini
saudara kita
Jawa. Kata
saudara
menandakan
keakraban dan
kesopanan.
2 jawara pendekar; 1) orang (regu) Faktor Sosial generalisasi Jawara itu Jawara itu sepadan Jawara itu seperti
jagoan yang mendapat Masyarakat jagoan atau dengan kata juara ‗pahlawan atau
kemenangan pendekar. menurut saya. kesatria‘; orang
dalam Jagoan dalam Mungkin, yang berprestasi
pertandingan yang arti orang yang penggunaan kata
terakhir; 2) suka berkelahi. jawara itu lebih
pengatur dan banyak digunakan
pelerai dalam di Jakarta.
persabungan
ayam; 3)
pemimpin
peralatan (pesta
dan sebagainya);
4) ahli; terpandai
dalam sesuatu
(pelajaran dan
148

sebagainya).
3 rawan rindu 1) mudah Faktor Generalisasi gawat, kritis, Rawan itu Rawan itu tidak
bercampur menimbulkan perbedaan rawan yang berbahaya. Rawan aman; Tulang yang
sedih, pilu, gangguan bidang diartikan rindu banjir, rawan lunak.
atau terharu keamanan atau pemakai atau pilu ada bencana, rawan
bahaya; gawat; 2) lingkungan dalam puisi kecelakaan
muda, lembut Amir Hamzah
(tentang tulang);
3) kata
penggolong
bilangan yang
berarti selengkap
(tentang jala,
jaring, kancing,
dan sebagainya):
~ jala, satu jala; 4)
kendaraan; takhta
-- , tandu.
4 jurusan Arah 1) bagian Faktor generalisasi Jurusan itu Jurusan itu trayek Ke arah; berkaitan
(pengkajian ilmu); perkembangan bermakna arah menuju ke suatu dengan bidang
2) bagian dari ilmu dan untuk angkot. tempat pendidikan.
suatu fakultas atau teknologi Sekarang
sekolah tinggi jurusan untuk
yang bertanggung bagian pada
jawab untuk akademik atau
mengelola dan fakultas atau
mengembangkan untuk
suatu bidang menyebutkan
149

studi, misalnya bidang. Saya


jurusan akuntansi, kuliah jurusan
jurusan Sastra Melayu.
manjemen. Tetapi
perkembangan
makna kata
jurusan hanya
merujuk kepada
bisang
pendidikan.
5 tinggal masih tetap di 1) sisanya ialah...; Faktor loss generalisasi Ada 12 makna tinggal itu.., yang ‗bertempat atau
tempatnya dan bersisa...; motivation perluasan kata tersisa itu hunian‘; berkurang;
sebagainya; tersisa...; yang tinggal. tinggal.... tidak naik kelas;
masih selalu masih ada Merujuk pada Meninggalkan meninggalkan
ada (sedang hanyalah; 2) ada KBBI 1) masih pergi.
yang lain di belakang; tetap di
sudah hilang, terbelakang; 3) tempatnya dan
pergi, dan tidak naik kelas sebagainya;
sebagainya (tentang murid masih selalu
sekolah); 4) sudah ada (sedang
lewat yang lain sudah
(lalu;lampau); 5) hilang, pergi,
diam (di); 6) dan
selalu; tetap sebagainya); 2)
(demikian sisanya ialah...;
halnya); 7) bersisa...;
melupakan; 8) tersisa...; yang
tidak usah berbuat masih ada
150

apa-apa; 9) hanyalah; 3)
bergantung ada di
kepada; terserah belakang;
kepada; terpulang terbelakang; 4)
kepada; 10) tidak naik kelas
(sebagai (tentang murid
keterangan pada sekolah); 5)
kata majemuk sudah lewat
berarti) a yang (lalu;lampau);
didiami; b yang 6) diam (di); 7)
ditinggalkan selalu; tetap
(dikosongkan dan (demikian
sebagainya)— halnya); 8)
bersiul-siul melupakan; 9)
tinggal bersenang- tidak usah
senang—waktu berbuat apa-
tidak memenuhi apa; 10)
kewajiban salat. bergantung
kepada;
terserah
kepada;
terpulang
kepada; 11)
(sebagai
keterangan
pada kata
majemuk
berarti) a yang
151

didiami; b yang
ditinggalkan
(dikosongkan
dan
sebagainya)—
bersiul-siul
tinggal
bersenang-
senang—waktu
tidak memenuhi
kewajiban salat.

6 operasi Bedah 1) Mil tindakan Faktor Generalisasi Makna awalnya Kalau operasi seperti kegiatan;
atau gerakan perbedaan bedah, biasanya ‗diobati atau
militer; 2) bidang selanjutnya digunakan dalam pengobatan‘
pelaksanaan pemakai meluas ke medis, operasi
rencana yang lingkungan bidang militer militer itu
telah yaitu tindakan semacam proses
dikembangkan;-- atau pergerakan, upaya,
bakti kegiatan pergerakan. cara, barangkali.
sosial yang Operasi itu
merupakan darma merencanakan
bakti kepada yang sudah
masyarakat, dikembangkan.
bangsa, dan tanah Berasal dari
air. bahasa asing
yaitu bahasa
Inggris. Kalau
152

bahasa asli
operasi
bermakna
pelaksanaan.
Kemudian
bahasa
Indonesia
bedah
(melaksanakan
bedah)

7 mengemis meminta- 1)meminta dengan Faktor Generalisasi Dari kata emis Kalau meminta meminta-minta
minta sedekah merendah-rendah perbedaan bentuk tidak sedekahnya tidak,
dan dengan penuh tanggapan baku adalah tetapi kalau
harapan pemakai kemis. meminta iya,
bahasa Mengemis itu memohon
pada dasarnya dukungan seolah-
meminta pada olah seperti
hari kamis. pengemis.
Lalu meminta-
minta sedekah.
Kemudian
meminta-minta
jabatan atau
mengemis
jabatan.
Namun, lebih
sering
153

digunakan untk
orang-orang
yang dipinggir
jalan yang
mengulurkan
tangannya
untuk meminta-
minta.

8 rapat dekat sekali 1) kerap (tentang Faktor Generalisasi Rapat itu 1) Rapat itu meeting. Rapat itu seperti
tanaman, perkembangan hampir tidak pertemuan; posisi.
anyaman, dan ilmu dan berantara dekat
sebagainya) 2) teknologi dan sekali (tidak
tertutup benar- faktor renggang); 2)
benar hingga tidak perbedaan kerap (tentang
bercelah; 3) bidang tanaman,
berhampiran pemakai anyaman, dan
sekali; dekat lingkungan sebagainya) 3)
benar; 4) karib; tertutup benar-
erat (tentang benar hingga
persahabatan). tidak bercelah;
Kata rapat juga 4) berhampiran
diartikan sekali; dekat
pertemuan benar; 5) karib;
(kumpulan) untuk erat (tentang
membicarakan persahabatan).
sesuatu; 5) sidang; Kata rapat juga
majelis. Kata diartikan
154

rapat juga pertemuan


diartikan 6) (kumpulan)
tumbuhan untuk
menjalar, kulitnya membicarakan
dibuat obat; kayu sesuatu; sidang;
rapat 7) kulit dari majelis. Kata
kayu rapat rapat juga
diartikan 1)
tumbuahn
menjalar,
kulitnya dibuat
obat; kayu rapat
2) kulit dari
kayu rapat.
Merujuk ke
KBBI. Ada
makna rapat 2
itu pertemuan.
Rapat 3
tumbuhan
menjalar
biasanya untuk
obat—pohon
rapat

9 pasar tempat berjual 1) kekuatan Faktor sosial generalisasi Kalau di Medan Kalau kami Kalau di Medan
beli penawaran dan masyarakat pasar itu pajak. mengenalnya pasar pajak; Jalan raya
permintaan, Arti itu tetap pasar
155

tempat penjual sesungguhnya tradisional bukan


yang ingin tempat jual beli jalan. Kalau di
menukar barang lalu Medan pasar itu
atau jasa dengan berkembang kan jalan besar
uang, dan pembeli dalam bidang kalau kami tetap
yang ingin ekonomi: menggunakan kata
menukar uang penawaran dan jalan untuk
dengan barang permintaan, menujukan pasar
atau jasa; 2) istilah di yang dimaksud
dipakai dalam linguistik : dalam bahasa
pergaulan sehari- bahasa pasaran Medan.
hari (tentang
bahasa yang
kurang baik tata
bahasanya, pilihan
katanya, dan
sebagainya).
10 kampanye gerakan 1) kegiatan yang Faktor generalisasi kampanye Kampanye itu Kampanye itu
serentak dilaksanakan oleh perbedaan politik, aktivitas untuk berkaitan dengan
organisasi politik bidang kampanye melakukan politik, pemilihan, masa-
atau calon yang pemakai damai. Apabila mengenalkan masa memberi janji-
bersaing lingkungan dilekatkan ke dirinya kepada janji. Ibaratnya
memperebutkan kata lain makna masyarakat. Itulah kampanye itu
kedudukan dalam yang menjadi kampanye. calonnya cari
parlemen dan meluas. Mengkampanyekan mukalah biar dia
sebagainya untuk dirinya begitu. terpilih.
mendapat
dukungan massa
156

pemilih dalam
suatu pemungutan
suara;
11 aksi gerakan; demontrasi (unjuk Faktor Ameliorasi Aksi dalam Kalau kami Aksi identik dengan
tindakan rasa) perbedaaan bahasa memahami kalau ‗demo massa‘.
tanggapan Indonesia itu aksi dengan demo
pemakai ‗gerakan‘. Ada itu sama sih.
bahasa penghalusan Demonstrasi, aksi
kata yaitu massa itu
eufemisme. sebenarnya
Jika dikatakan penggunaan bahasa
demo itu kasar. yang digunakan
dalam hal-hal yang
dilakukan untuk
menyampaikan
aspirasi.
12 blusukan keluar masuk kunjungan kerja Faktor Ameliorasi blusuk yaitu Kalau blusukan bergerak ke tempat
ke tempat pejabat publik perbedaan masuk, tetapi secara harfiah sih yang agak-agak
yang jarang tanggapan tidak sesuai jika saya tidak tahu kumuh
dikunjungi pemakai kita artinya apa. Tapi,
bahasa menggunakan kalau blusukan
kata blusuk yang saya dengar-
dengan masuk dengar yang
menjadi ―Ayo digunakan Jokowi
blusuk!‖ itu saya rasa ‗turun
Memang telah ke lapangan‘,
terjadi ‗turun ke
perluasan masyarakat‘, saya
157

dengan kata tidak tahu itu benar


blusukan yaitu atau tidak.
masuk ke
gorong-gorong
atau tempat
yang belum
pernah
dikunjungi,
misal pasar.

13 dicekal tahan 1)memegang: Faktor salah Peyorasi Merujuk ke Ditahan Dicekal itu
menderita pendekar itu kaprah KBBI, dicekal dihambat
kembali ~ kedua itu: 1)Tahan
tangan musuhnya menderita—
sehingga tetap kuat tabah
musuhnya bahasa Melayu;
berteriak minta 2) Tangkap—
ampun; 2) pegang; 3)
menangkap Cegah dan
(pencuri dan tangkal
sebagainya); 3) (singkatan)
akronim cegah termasuk sidak,
dan tangkal; --politik
14 mengucurkan mencucurkan; 1)ki mengeluarkan Faktor Asosiasi Kata dasarnya Mengucurkan Bercucuran.
memancurkan (dana, bantuan, asosiasi kucur. Merujuk investasi itu lazim mengucurkan berarti
dan sebagainya); ke KBBI digunakan dalam membasahi atau
menurunkan: artinya bahasa pers dalam menyirami;
mereka menuntut mencucurkan, bahasa percakapan memberi
158

agar pemerintah memancurkan ; sehari-hari juga


segera ~ dana mengeluarkan mengucurkan.
bantuan yang (kiasan) dana
sudah dijanjikan; bantuan, dsb;
2) cucuran; 3) ki menurunkan.
bantuan; Mereka
pertolongan; menuntut agar
sokongan: pemerintah
masalah ekonomi mengucurkan
ini tidak bisa dana yang
diselesaikan sudah
hanya dengan ~ dijanjikan.
dana dari IMF; Terjadi
perluasan
setelah
mengalami
proses
morfologi.
Kucur ini sama
dengan pancur
yang artinya
mengeluarkan.
Kucur Berasal
dari bahasa
Jawa. Pancur
berasal dari
bahasa Melayu.
15 menggalang memberi 1) menyangga; Faktor Kata dasarnya Menggalang itu partisipasi atau
159

galang menopang; asosiasi galang. Jadi, ‗menghimpun‘. membantu atau


menunjang; kalau kata mencari uang
menyokong: galang itu
balok-balok itu menjadi
gunanya untuk menggalang
menggalang yaitu memberi
perahu; 2) galang; dan
memperkuat dan lain-lain
menegakkan berdasarkan
(negara, kamus.
persatuan, dan Perluasannya
sebagainya) : sekarang
menggalang memperkuat,
persatuan seluruh mencari,
rakyat untuk mengumpulkan.
menghadapi Menggalang
ancaman musuh. dana berarti
3)mengumpulkan; mencari dana.
4)mencari Berkembang
lagi yang
artinya
merintang.
Sejalan dengan
arti kata
merintang.
16 memangkas Menggunting Memotong Faktor Asosiasi Kata dasar Memangkas itu Memotong
(rambut) asosiasi pangkas yang memotong.
artinya
160

memotong
ujung;
menggunting.
Perluasannya
sekarang yang
memotong-
motong itu
disebut
memangkas.
Memangkas
anggaran,
memangkas
anggota, dll.
Dalam
masyarakat
Jawa mengenal
kata cukur,
tidak mengenal
kata pangkas.
Kalau di
masyarakat
Medan, cukur
itu
berhubungan
dengan acara
aqiqahan bayi.
Kalau
memotong
161

rambut masih
memangkas.

17 memanaskan menjadikan 1) ki menjadikan Faktor Asosiasi Kata dasar Membuat situasi Menghangatkan
panas meruncing asosiasi panas artinya menjadi panas. atau tindakan
(genting dan menjadikan melakukan
sebagainya). panas. pemanasan
Kemudian
mengalami
perluasan yaitu
genting;
meruncing.
Adanya proses
asosiasi.
Memanaskan
situasi –
meruncing.
Kata panas
banyak
turunanannya—
lihat kamus

18 menjaring menangkap 1) ki masuk ke Faktor Asosiasi Menjaring kata Menjaring itu Menjaring berarti
ikan dengan dalam jala asosiasi kerja. memilih dan menangkap;
jaring (tentang bola dan Meluasnya memilah memilih atau
sebagainya); 2) ki pada kiasan, menyeleksi
memperoleh; yaitu:
menemukan; memperoleh,
162

menyeleksi; menemukan,
menangkap menyeleksi,
menangkap.
Peribahasanya
menjaring
angin atau
perbuatan sia-
sia
19 memakan memasukkan 1) mengisap; 2) Faktor Metafora Kiasannya Ada proses membutuhkan
sesuatu ke memakai; linguistik mengakibatkan, metafora dalam waktu yang lama.
dalam mulut memerlukan; makan korban. memakan waktu
menghabiskan Banyak
(waktu, biaya, dan turunannya
sebagainya); 3) banyak lihat
menyerang, kamus.
mematikan, Memakan
mengambil waktu
(dalam permainan maknanya
catur; 4) bekerja memerlukan
sebagaimana waktu yang
mestinya (tentang lama atau
rem, gigi roda, menghabiskan
dan sebagainya); waktu yang
5) melukai; 6) lama. Misal
mengenai; pekerjaaan
menembus; 7) yang bisa
memperoleh dilakukan 2
sesuatu; mencapai hari menjadi 4
163

sesuatu; tidak hari. Ini yang


memperoleh disebut
angin; mencapai memakan
dasar laut; 8) waktu.
(dapat) masuk Gabungan kata
(tentang barang bersifat
yang dimasukkan metafora,
ke lubang, ke air); misal: makan
9) mengambil; asam garam.
mempergunakan
dan sebagainya
secara tidak sah
(milik orang lain
atau negara); 10)
ki meniduri
perempuan
(biasanya dalam
arti hubungan
gelap); 11) ki
rezeki
20 pedas rasa cabai Tajam; 2) Faktor Sinestesia kata yang mencela kata-katanya itu
menyakitkan hati tanggapan menjerumus ke
indera kasar
164

4.2 Peran Semantik Kognitif dalam Perubahan Makna Kosakata Bahasa

Indonesia

Subbab 4.2.1 akan menguraikan peran semantik kognitif yakni motivasi

kognitif dari masing-masing perubahan makna kosakata dalam konteks

konstruksinya dan metafora. Keterkaitan makna pada perubahan makna kosa kata

dan jejaring semantisnya akan dibahas pada subbab 4.2.2.

4.2.1 Motivasi Kognitif dan Pengaruh Metafora dalam Perubahan Makna

Kosakata Bahasa Indonesia

Subbab ini akan memaparkan motivasi kognitif perubahan makna kosa

kata. Dua motivator terkuat yang mendasari perubahan makna makna adalah

metafora dan kognitif gramatika.

4.2.1.1 Motivasi Kognitif Perluasan Makna saudara

1. Makna „ Sekandung‟

Makna ‗sekandung‘ ini adalah makna awal atau dasar dari kata saudara.

Makna ini merupakan makna yang dominan dari setiap makna saudara. Makna

‗sekandung‘ muncul pada kelas gramatika nomina. Kata saudara yang bermakna

awal ‗sekandung‘ (―sa= satu; udara=perut) telah dipakai untuk menyebut semua

orang di Indonesia di samping makna awal. Malah, karena kurang memahami

makna awal saudara, dipergunakan pula frase ―saudara sekandung‖ (Parera,

2004:127). Makna ‗sekandung‘ terdiri dari kata kandung mendapat tambahan

prefiks se- menjadi sekandung yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

sekandung adalah saudara seibu (baik seayah maupun tidak) atau sekandung

artinya ‗saudara kandung‘. Kandung diartikan secara denotasi adalah ‗kantong


165

peranakan‘. Kandungan artinya ‗kantong peranakan‘ di dalam perut wanita, misal

―Bayi itu telah meninggal ketika masih berada dalam kandungan‖. Anak kandung

ialah anak yang lahir dari kandungan sendiri; anak sendiri ( bukan anak tiri atau

anak angkat). Dengan demikian, kata saudara semula diartikan sebagai seseorang

yang lahir dari kandungan yang sama.

Secara konseptual, ekspresi kata saudara yang bermakna ‗sekandung‘

dilandasi dengan pemetaan metaforis antara dua ranah pengalaman yang berbeda,

yaitu ranah PERUT dan ranah KANDUNG, berdasarkan metafora konseptual

KANDUNG ADALAH BAGIAN PERUT MANUSIA. Aspek yang ditonjolkan

dari ranah sumber KANDUNG yang dipetakan ke ranah target PERUT melalui

metafora PERUT ADALAH KANDUNG adalah (i) struktur dan (ii) kelayakan

kondisi dari sistem abstrak tersebut (KANDUNG) (Kövecses, 2010:158). Pada

kasus perluasan makna saudara ke makna yang lain melalui makna dasar

‗sekandung‘ fokus makna (i) yang lebih relevan. Jadi, metafora yang lebih

spesifik, tetapi secara umum dapat diajukan, yaitu STRUKTUR DARI SISTEM

ABSTRAK (KANDUNG) ADALAH STRUKTUR FISIK PERUT (Kövecses,

2010:158). Secara spesifik, struktur yang dimaksud salah satunya terkait dengan

konfigurasi hirarki kedudukan di dalam kandung tersebut. Salah satu posisi hirarki

dalam ranah target kandung, yang dipetakan secara metaforis oleh saudara,

adalah posisi ‗sekandung‗nya. Jadi, terdapat submetafora dari KANDUNG

ADALAH PERUT yaitu, SEKANDUNG (SESUATU YANG DIKANDUNG DI

DALAM PERUT) ADALAH SAUDARA.

Selanjutnya, secara kognitif kata saudara yang diartikan sebagai

‗sekandung‘ memiliki aspek-aspek di luar bahasa. Makna kognitif (cognitive


166

meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan

ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984: 120).

Dalam makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya dan yang dimaksudkan

juga apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan itu megah, maka kita

secara langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah bangunan yang megah.

Kita belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana serta seberapa

kemegahan itu (Suwandi, 2008:73). Dengan demikian, kata saudara yang

memiliki makna ‗sekandung‘ haruslah sesuai dengan kemampuan pengetahuan

pemakai bahasa secara apa adanya. Misal, Dua orang saudara itu hidup rukun.

Secara langsung dapat dilihat atau dibayangkan saudara yang hidup rukun, tetapi

belum mempersoalkan saudara apa atau yang mana yang hidup rukun.

Makna kognitif dari kata saudara inilah yang kemudian menjadi fokus

pembahasan pada subbab ini. Kata saudara memiliki arti ‗sekandung‘

dilatarbelakangi pengetahuan pemakai bahasa terhadap kata tersebut. Makna

sekandung termotivasi dari asal-usul kata saudara itu terbentuk, yakni dari bahasa

Melayu sa dan udara, sa berarti ‗satu‘ dan udara ‗perut‘. Dalam hal ini dapatlah

dipahami secara sederhana bahwa yang dikeluarkan dari satu perut merupakan

saudara, seperti ari-ari atau plasenta yang juga keluar saat bayi keluar.

Salah satu pandangan dari linguistik kognitif, bahwa makna suatu kata

(dalam suatu bahasa) bukan hanya ditentukan oleh objek yang menjadi refensinya

saja, melainkan pemahaman penutur (pengguna bahasa tersebut) terhadap objek

tersebut berperan penting. Oleh karena itu, dalam menjelaskan fenomena bahasa,

penghayatan dan pemahaman secara subjektif tentang konsep figur dan latar

sangatlah bermanfaat (Sutedi, 2003:3).


167

Berdasarkan penjelasan yang diungkapkan di atas, secara subjektif kata

saudara berarti seseorang yang lahir dari kandungan yang sama. Karena memiliki

arti satu kandungan maka terdapat keterkaitan makna kata saudara selain kakak

atau adik yang lahir dalam satu kandungan, yaitu: saudara satu kandung dengan

plasenta, ari-ari, tembuni, uri, darah, darah daging.

Lalu berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasa, kata

saudara meluas menjadi beberapa makna dan bentuk kata saudara juga

berkembang seperti kata saudara kandung, saudara angkat, saudara tiri, saudara

seakidah, saudara sebangsa, saudara setan, dll. Pengetahuan dan pengalaman

pemakai bahasa ini berkaitan dengan diperlukannya kata tersebut untuk

menyebutkan suatu hal yang ditandai.

2. Makna „Bertalian Keluarga‟

Kata saudara juga memiliki makna ‗bertalian keluarga‘. Makna ‗bertalian

keluarga‘ ini merupakan wujud perluasan dari kata saudara. Makna ‗bertalian

keluarga‘ berhubungan dengan ikatan di keluarga, yaitu adik dan kakak ibu atau

ayah, nenek atau kakek, sepupu, dll yang memiliki hubungan darah dengan

seseorang.

Makna ‗berhubungan darah‘ dengan keluarga dianggap lebih dekat dari

makna satu perut atau makna sekandung. Secara kognitif kata saudara

berhubungan dengan kata sanak yang artinya keluarga. Keluarga merupakan

saudara terdekat setelah satu kandung. Ikatan keluarga dalam hal ini merupakan

adanya proses pemahaman pemakai bahasa untuk menyebutkan orang-orang

terdekatnya.
168

Dia pergi ke rumah saudaranya yang di Bandung.

Kata saudaranya tidak bermakna ‗saudara kandung‘, tetapi memiliki

makna lain, yakni ‗saudara yang bertalian keluarga‘. Kata saudaranya dapat

bermakna sepupu, paman, dan lain-lain. Makna bertalian keluarga merupakan

makna perluasan dari makna sekandung. Dalam bahasa lain, keluarga dapat

disebut sanak, famili, dulur, kerabat, dan lain-lain.

Secara metaforis, kata saudara dimaknai sebagai ‗hubungan keluarga‘

karena saudara memiliki hubungan darah dengan ayah dan ibunya. Ayah dan ibu

memiliki saudara yang berhubungan darah sehingga kata saudara dihubungkan

dengan ahli (ahli waris).

Motivasi kognitif kata saudara timbul berdasarkan makna yang

terkandung dalam arti keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu: 1.

ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah: seluruh -- nya pindah ke

Bandung; 2. orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; batih: ia pindah ke

Jakarta bersama -- nya; 3. (kaum -- ) sanak saudara; kaum kerabat: ia sering

berkunjung ke Jakarta karena banyak -- nya tinggal di sana; 4. satuan

kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Menurut ahli, makna

kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang

berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran

(Kridalaksana, 1984: 120). Berdasarkan makna yang terkandung dari kata

keluarga yang melibatkan ibu, bapak dan anak ini memiliki kesamaan makna

dengan kata saudara yaitu seseorang yang dekat karena lahir dari satu kandungan

ibu atau darah daging ayah disebutlah saudara. Jika lebih tua disebut kakak jika

lebih muda disebut adik. Pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasalah yang
169

menyebabkan makna kata saudara ini berkembang, tidak hanya saudara bermakna

ikatan satu kandung, tetapi juga menjadi makna yang lebih luas yaitu saudara

karena berhubungan keluarga.

3. Makna „Segolongan, Sepaham, Sederajat‟

Makna saudara meluas menjadi ‗segolongan, sepaham, sederajat‘ itu

merupakan gejala bahasa yang penyebabnya ialah perkembangan sosial dan

budaya. Orang-orang yang memiliki kesamaan paham disebut saudara, misal

saudara seiman. Orang-orang yang satu golongan disebut juga saudara, misal

saudara sesuku. Orang-orang yang memiliki hubungan sosial yang sederajat

dipanggil juga saudara. Hal ini untuk mempererat hubungan sosial atau

menunjukkan keakraban di antara orang-orang yang mungkin belum pernah

mengenal, tetapi dipanggil saudara yang dianggap dekat, sedekat makna kata

saudara yang bermakna sekandung.

Kita Semua Bersaudara ". Begitulah pesan sederhana penuh makna dalam
spanduk yang terpasang di pinggir jalan-jalan di wilayah Pasar Rebo, Jakarta
Timur.
Pada kalimat di atas tampaklah bahwa yang dimaksud adalah bukan

saudara sekandung, melainkan saudara segolongan, sepaham, sederajat. Mungkin

saja saudara sebangsa, saudara sesuku, dan lain-lain. Selain, untuk menunjukan

keakraban kata saudara pada kalimat di atas memberikan pesan perdamaian dan

persatuan.

Persamaan golongan, persamaan paham, dan persamaan status sosial

merupakan metafora dari kata saudara. Hubungan saudara dengan yang

segolongan, sepaham, dan sederajat merupakan hubungan yang dapat dijelaskan


170

dengan metafora. Secara khusus, saudara yang maknanya satu kandung itu

memiliki kesamaan, kesamaan dalam hal gen yaitu gen dari si ayah atau si ibu,

kesamaan dalam hal bentuk fisik. Selain kesamaan dalam hal fisik dan gen, ada

kedekatan hubungan antara saudara kandung karena dilahirkan dari perut yang

sama dan tinggal bersama dalam waktu tertentu. Dengan memahami konsep

tersebut dianggaplah orang yang memiliki kesamaan paham, misalnya sama-sama

muslim, ia lebih dekat dari saudara kandung. Orang-orang yang sama-sama

pedagang memiliki kedekatan emosional dengan saudara kandung yang mungkin

bukan seorang pedagang. Orang-orang yang sebaya lebih dekat hubungannya dan

lebih mudah melakukan komunikasi karena memiliki kesamaan umur

dibandingkan saudara kandung yang memiliki jarak umur yang menyebabkan rasa

canggung dalam hal komunikasi. Berkaitan dengan hal kedekatan inilah, saudara

dimetaforakan sebagai orang yang memiliki kesamaan golongan, kesamaan

paham, dan kesamaaan derajat sosial. Oleh sebab itu orang yang sama-sama

tinggal di Indonesia itu bersaudara, orang-orang yang sama-sama beragama islam

itu saudara, orang-orang yang sedang melaksanakan kuliah di perguruan tinggi

juga saudara. Semua orang yang memiliki kesamaan golongan, kesamaan paham,

dan kesamaan derajat sosial disebut saudara. Berkaitan kata saudara bermakna

segolongan, sepaham, sederajat itu merupakan makna yang meluas karena adanya

perkembangan sosial dan budaya di tengah masyarakat.

Salah satu pandangan dari linguistik kognitif, bahwa makna suatu kata

(dalam suatu bahasa) bukan hanya ditentukan oleh objek yang menjadi refensinya

saja, melainkan pemahaman penutur (pengguna bahasa tersebut) terhadap objek

tersebut berperan penting. Oleh karena itu, dalam menjelaskan fenomena bahasa,
171

penghayatan dan pemahaman secara subjektif tentang konsep figur dan latar

sangatlah bermanfaat (Sutedi, 2003:3). Berdasarkan pernyataan ahli tersebut, kata

saudara memiliki makna ‗segolongan, sederajat, sepaham‘ memiliki motivasi

kognitif dari pemakai bahasa. Kata saudara dapat dipakai dalam acara formal

yang menunjukkan seseorang menghormati lawan bicara sehingga dianggap

saudara. Adapula untuk mengungkapkan kesamaan pribadi, kesamaan perjuangan,

kesamaan nasib sehingga menjadikan seseorang saudara. Saudara dalam hal ini

berkaitan makna dengan sahabat, kawan, sobat, bendu, sejawat, kenalan, Anda,

tuan.

4. Makna „Sapaan; Pengganti orang kedua‟

Setiap manusia dalam kehidupan sosialnya pasti pernah menyapa

seseorang. Terkadang untuk menyapa seseorang kita membutuhkan sapaan yang

sopan untuk menunjukan rasa hormat dan tidak menimbulkan kemarahan terhadap

orang yang disapa. Agar sapaan itu memiliki rasa sopan dan tidak menyinggung

seseorang, kita pun memilih kata-kata yang sopan. Dalam hal ini, kata saudara

dimaknai sebagai sapaan untuk menyapa orang kedua agar terdengar sopan dan

menunjukkan kehormatan. Misal, ―Saudara Ahok dituduh menistakan agama

Islam.‖ Dalam hal ini pemakai bahasa menunjuk Ahok sebagai saudaranya

sehingga menyebutnya sebagai saudara Ahok, tetapi bukan saudara dalam makna

‗ikatan kandung‘ atau ‗ikatan keluarga‘, tetapi saudara karena adanya panggilan

atau sapaan hormat kepada lawan bicaranya secara langsung atau kata ganti orang

kedua agar kesan yang timbul ialah rasa hormat terhadap seseorang.
172

Secara metafora, makna kata saudara dalam hal ini mengaitkannya

dengan keadaan sosial di tengah masyarakat. Dalam budaya timur yang dianut

oleh masyarakat Indonesia, mengakibatkan setiap orang memiliki hak dan

kewajiban untuk saling menghormati. Salah satu cara menghormati lawan bicara

atau seseorang atau adalah penggunaan bahasa. Bahasa yang sopan ialah tidak

menganggap diri menjadi tinggi dan mengganggap lawan bicara adalah seseorang

lebih rendah. Oleh karena itu secara konseptual, Saudara Ahok merupakan

metafora dari kata saudara yaitu wujud dari penghormatan pada seseorang,

meskipun menghadapi orang yang telah mengecewakan seseorang.

5. Makna „Sejenis‟

Dalam ilmu bahasa dikenal makna kiasan atau konotasi. Begitu pula

dengan kata saudara memiliki makna kiasan, yaitu makna ‗sejenis‘. Timbul

makna sejenis ini karena adanya istilah spesies. Misal kalimat ―Serigala adalah

saudara anjing‖. Kata saudara dalam kalimat itu adalah ‗sejenis‘ ―Serigala adalah

sejenis anjing‖.

Makna sejenis ini muncul karena adanya keterkaitan makna antara

saudara dengan spesies. Hubungan metafora ini berkaitan dengan kesamaan

kelas. Karena hubungan itulah, makna sejenis dalam kata saudara merupakan

wajar sebagai makna perluasan. Kata saudara yang dikaitkan dengan spesies.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata spesies artinya satuan dasar

klasifikasi biologi; jenis.

Kata saudara yang memiliki makna ‗saudara sejenis‘ memiliki peran

kognitif. Peran kognitif menurut ahli, salah satu pandangan dari linguistik
173

kognitif, bahwa makna suatu kata (dalam suatu bahasa) bukan hanya ditentukan

oleh objek yang menjadi refensinya saja, melainkan pemahaman penutur

(pengguna bahasa tersebut) terhadap objek tersebut berperan penting. Oleh karena

itu, dalam menjelaskan fenomena bahasa, penghayatan dan pemahaman secara

subjektif tentang konsep figur dan latar sangatlah bermanfaat (Sutedi, 2003:3).

Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan masyarakat bahwa kata saudara ini

memiliki arti ‗saudara kandung, ikatan keluarga, kata ganti, dan orang yang

memiliki kesamaan golongan, paham, dan sederajat‘. Begitu pula dengan makna

sejenis ini secara kognitif bahwa kata saudara mempunyai makna sejenis atau

saudara adalah orang yang memiliki hubungan kesamaan jenis. Pemakai bahasa

lebih memahami kata saudara itu bermakna segolongan, sepaham, sederajat.

Padahal tidak jauh berbeda dengan saudara bermakna ‗segolongan‘ dengan

saudara seiman auatu saudara seperjuangan. Makna kata saudara bermakna

‗sejenis‘ berkaitan dengan rumpun yaitu serigala serumpun atau sejenis dengan

anjing, manusia serumpun dengan orang utan menurut Charles Darwin

berdasarkan teori evolusinya.

Makna sejenis ini juga mengandung metafora. Hal yang sejenis itu

memiliki relasi yang dekat misal, pandai berelasi dengan kata pintar. Sama halnya

dengan kata saudara dengan sejenis atau ‗saudara sepengeluaran‘. Dalam

pelajaran biologi, binatang ayam bersaudara dengan burung karena memiliki

kesamaan jenis yaitu sama-sama jenis unggas, meskipun tidak dilahirkan dari

induk yang sama atau bentuk fisik yang tidak terlalu sama. Ayam dan burung

dikatakan bersaudara karena memiliki kesamaan jenis unggas yang dapat terbang.
174

4.2.1.2 Motivasi Kognitif Perluasan Makna jawara

1. Makna „Pendekar atau Jagoan‟

Makna ‗pendekar atau jagoan‘ merupakan makna awal dari kata jawara.

Makna ‗pendekar‘ berhubungan dengan orang yang suka berpencak silat atau

pandai berkelahi. Makna ‗jagoan‘ dari kata jawara yang lebih populer di

masyarakat Betawi diartikan sebagai orang yang suka berkelahi.

Gubernur DKI sekarang sudah selon (nekat dalam bahasa Betawi). Lagaknya
melebihi jawara," kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di Rusun Pesakih,
Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (5/3/2016).
Pada kalimat di atas Gubernur DKI di anggap ‗jagoan‘. Di tambah pula

dengan ―sekarang sudah selon‖, seolah-olah Gubernur DKI memiliki kemampuan

yang sudah tidak diragukan lagi, telah menganggap dirinya unggul melebihi

jagoan. ―Gubernur DKI sekarang sudah I lagaknya melebihi jawara‖ artinya

Gubernur DKI memiliki rasa percaya diri yang tinggi bahwa dirinya diungulkan

sehingga melebihi jawara atau jagoan.

Seseorang dikatakan jawara karena memiliki kemampuan berkelahi yang

baik dan tidak takut pada apapun sehingga semua orang takut kepada jawara.

Begitu pula dengan makna jawara pada kalimat di atas bahwa Gubernur DKI

dianggap memiliki keunggulan sehingga ia tidak merasa takut malah bersikap

sombong atau nekad, selon dalam bahasa betawi meskipun keunggulan yang

dimiliki Gubernur DKI tidaklah berkelahi atau pencak silat seperti arti dari kata

jawara yaitu pendekar atau jagoan. Namun, Gubernur DKI dianggap seperti

pendekar atau jagoan.

Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami

setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap
175

pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson

memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak

hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu

realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara

fundamental sudah metaforis. Berdasarkan penyataan Lakkof dan Johson, kata

jawara tidak terlepas dengan budaya masyarakat yang menganggap jawara adalah

orang yang unggul dalam dunia persilatan sehingga ditakuti banyak orang.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Makna kognitif yang terbentuk dari kata

jawara adalah pengetahuan masyarakat tentang kata jawara itu sendiri. Jawara

secara pemahaman masyarakat berdasarkan budaya seperti yang diungkapkan

sebelumnya adalah jagoan atau orang yang mempunyai kemampuan pencak silat

yang baik sehingga sulit untuk dikalahkan. Makna kata jawara itu melekat pada

kalimat bahwa ―Gubernur DKI lagaknya seperti jawara‖ mengandung arti

Gubernur DKI seperti jagoan yang tidak dapat dikalahkan sehingga ia disebut

sebagai jawara. Setidaknya dalam pengetahuan pemakai bahasa, Gubernur DKI

memiliki kekuatan yang tidak dapat dikalahkan layaknya jagoan, terlepas

kekuatan itu berbentuk bela diri atau kekuatan dalam hal yang lain.

2. Makna „ Pemenang‟

Makna ‗pemenang‘ merupakan makna perluasan dari kata jawara yang

makna aslinya adalah pendekar atau jagoan. Perluasan ini mengingat adanya

proses kebahasaan yakni metafora pada makna ‗pemenang‘. Setiap jawara yang
176

memiliki kemampuan berkelahi yang baik pasti mengalami kemenangan dalam

pertandingan atau perlawanan. Karena jawara pasti mendapatkan kemenangan

dalam pertarungan atau pertandingannya, kemenangan itu mengakibatkan

munculnya makna yang lain yakni jawara itu juga pemenang.

Penggunaan makna ‗pemenang‘ saat ini di dalam mayarakat telah menjadi

hal yang umum. Tidak hanya pemenang dalam pertandingan atau pertarungan,

tetapi pemenang dalam perlombaan atau pemenang dalam kompetisi. Misal:

Ia menjuarai lomba menyanyi dalam acara Indonesian Idol.


Ia menjadi juara pertama dalam pertandingan bulu tangkis tingat nasional.
Juara MTQ tahun ini diperoleh dari Provinsi Sumatera Utara.

Kata jawara yang kemudian dikenal dengan juara diartikan sebagai

pemenang memang sudah lazim digunakan di dalam masyarakat. Perluasan ini

masih ada kaitannya dengan makna awal atau asli dari kata jawara. Proses

kebahasaan yang mendukung ialah metafora yakni membanding secara langsung

makna kata jawara dari makna pendekar atau jagoan menjadi makna pemenang.

Peran kognitif pemakai bahasa menggunakan kata jawara sebagai

pemenang berkaitan dengan sifatnya yang metaforis. Baik masyarakat awam dan

pemakai bahasa yang memahami unsur kebahasaan menggunakan kata juara

berkaitan dengan seseorang yang meraih keunggulan dalam kegiatan atau

aktivitas. Keunggulan dalam hal ini bersifat luas, tidak hanya berhubungan

dengan pencak silat seperti makna awal kata jawara, tetapi keunggulan dalam

bidang tertentu misal unggul dalam menghafal alquran, unggul dalam memasak,

yang tidak ada hubungannya dengan pencak silat. Pemahaman pemakai bahasa ini

bergantung kepada kata juara ini sering digunakan pada konteks kalimat yang

bermakna pemenang lomba atau pemenang pertandingan. Pengetahuan dan


177

pengalaman inilah yang menjadikan kata jawara bergeser maknanya menjadi

pemenang.

3. Makna „Terpandai‟

Makna ‗terpandai‘ merupakan makna yang meluas dari kata jawara.

Perluasan makna ini terjadi karena ada faktor yang melatarbelakanginya. Kata

jawara yang makna awalnya adalah pendekar aau jagoan selalu identik dengan

yang terpandai atau terungul. Oleh sebab itu, munculah makna ‗terpandai‘ pada

kata jawara selain makna pendekar atau jagoan, makna pemenang. Misal : Adik

saya menjadi juara pertama di kelasnya.

Juara pada kalimat di atas diartikan bahwa ‗Adik merupakan siswa

terpandai di kelasnya sehingga menjadi juara di kelasnya‘. Makna ‗terpandai‘

tidak terlepas dari proses metafora. Jawara adalah pendekar atau jagoan yang

memiliki kemampuan berkelahi yang baik atau terpandai dalam hal berkelahi

sehingga setiap pertarungan.

Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami

setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap

pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson

memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak

hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu

realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara

fundamental sudah metaforis.memperoleh kemenangan. Berdasarkan pernyataan

Lakkof dan Johson dapatlah diketahui bahwa makna ‗terpandai‘ muncul karena

adanya pengaruh budaya. Masyarakat atau pemakai bahasa sering melekatkan


178

kata jawara pada konteks terpandai. Misal: ―Anak saya juara menyanyi di tingkat

provinsi‖. Masyarakat atau pemakai bahasa menciptakan makna kata juara

sebagai terpandai dalam bidang tertentu atau ahli dalam bidang tertentu.

Secara kognitif, pemahaman masyarakat atau pemakai bahasa tentang

makna ‗terpandai‘ ini disebabkan seringnya kata juara digunakan pada kalimat

yang menyatakan keunggulan atau keahlian seseorang. Misal: seorang ibu yang

bangga kepada anaknya karena mendapat piagam penghargaan dan beasiswa dari

sekolah karena prestasinya di kelas. Ibunya mengatakan ―Anak saya juara di

kelas. Karena juara, ia mendapat piagam penghargaannya dan mendapat beasiswa

dari sekolah.‖ Berdasarkan kalimat itulah, secara pengetahuan dan penalaran

secara umum kata juara pada konteks kalimat tersebut adalah ‗anak si ibu adalah

anak yang terpandai di kelas sehingga mendapat piagam penghargaan dan karena

kepandaiannya ia meraih beasiswa dari sekolah‘. Pengetahuan dan penalaran ini

terlepas dari unsur kebahasaan yang ada, seperti yang dijelaskan oleh

Kridalaksana. Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna

satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120).

4.2.1.3 Motivasi Kognitif Perluasan Makna rawan

1. Makna „ rindu bercampur sedih, pilu, atau terharu‟

Kata rawan memiliki makna ‗rindu bercampur sedih‘ tampak digunakan

oleh sastrawan di masa pujangga baru sekitar tahun ‘30-an yaitu oleh Amir

Hamzah yang puisinya berjudul menuai hari.


179

Berikut kutipan puisi tersebut:

Kutilik diriku kuselam tahunku


Timbul terasa terpancar terang
Istiwa lama merekah terang
Merona rawan membunga sedan
Adapun makna kata rawan pada puisi tersebut mengartikan keharuan

sehingga bait puisi tersebut menggambarkan seseorang yang menilai diri dan

mendalami apa yang ada di hidupnya. Dalam hidupnya ada kecerahan hati. Sering

terpancar dari keharuan yang tertahan.

Makna ‗rindu bercampur sedih, pilu, atau terharu‘ pada kata rawan

digunakan untuk memperindah kata seperti digunakan dalam bait puisi. Kata

rawan merupakan kata yang memiliki makna yang lebih dari satu makna. Makna

dari kata rawan juga berbeda-beda. Makna ‗rindu bercampur sedih, pilu, atau

terharu‘ jarang ditemukan dalam penggunaan bahasa sehari-hari dalam kehidupan

khususnya masa sekarang.

Berdasarkan pengetahuan pemakai bahasa tentang kata rawan yang

digunakan Amir Hamzah itulah kata rawan secara umum dimaknai sebagai halnya

kata rawan yang diungkapkan Amir Hamzah yaitu ‗rindu bercampur sedih, pilu,

dan terharu‘. Secara kognitif, pemakai bahasa menggunakan atau memahami

suatu kata berdasarkan penggunaan kata itu sebelumnya. Namun, tidak banyak

orang yang mengetahui bahwa rawan memiliki makna ‗rindu bercampur sedih,

pilu, atau terharu‘ jika tidak melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia dan tidak

mengetahui penggunaan kata rawan dengan makna ‗rindu bercampur sedih, pilu

dan terharu‘ ini jika tidak membaca karya Amir Hamzah.


180

2. Makna „ gawat atau bahaya‟

Makna ‗gawat atau bahaya‘ merupakan makna perluasan dari kata rawan.

Makna inilah yang sering digunakan oleh pemakai bahasa pada masa ini. Makna

‗gawat atau bahaya‘ ini banyak ditemukan pada kalimat seperti berikut:

Warga yang tinggal di daerah rawan banjir kabupaten Bandung, Jawa Barat
berharap pemerintah selalu memberi informasi prakiraan cuaca saat musim hujan.
Kata rawan dalam kalimat di atas mengartikan bahwa daerah itu

merupakan daerah yang sering dilanda banjir sehingga daerah itu berbahaya.

Rawan dimaknai sebagai sesuatu yang keamanan suatu wilayah atau daerah

mengalami keadaan yang bahaya. Rawan dalam hal ini berjenis kata nomina

dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari karena mengandung bahaya.

Dalam hal ini kata rawan sudah mengalami pergeseran yang jauh dari makna

aslinya yaitu ‗rindu bercampur sedih, pilu, atau terharu‘. Kalimat di atas dapat

dimaknai sebagai ‗rindu bercampur sedih, pilu, atau terharu‘ . Misal:

Warga yang tinggal di daerah RINDU BERCAMPUR SEDIH banjir kabupaten


Bandung, Jawa Barat berharap pemerintah selalu memberi informasi prakiraan
cuaca saat musim hujan.

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kata rawan harus dipahami oleh

pemakai bahasa berdasarkan pengetahuan atau kognitif di dalam komunikasi.

Tidak selamanya kata rawan itu bermakna ‗rindu bercampur sedih‘. Pemakai

bahasa memahami kata rawan sebagai makna gawat dan bahaya bergantung pada

konteks kalimat. Kontek kalimat yang menggunakan kata rawan sebagai makna

gawat atau bahaya adalah konteks daerah atau wilayah. Seperti halnya yang

dikatakan oleh Kridalaksana bahwa makna kognitif (cognitive meaning) adalah

aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam

di luar bahasa atau penalaran. (Kridalaksana, 1984: 120)


181

Secara metafora, antara kata rawan yang memilik makna ‗rindu bercampur

sedih, pilu, terharu‘ dengan makna ‗gawat atau berbahaya‘ memiliki perbandingan

yang langsung. Jika ‗rindu bercampur sedih‘ itu menandakan keaadaan seseorang

sedang tidak baik, tidak nyaman, tidak aman, tidak tenang, ada sesuatu yang

dinantikan. Begitu pula dengan makna ‗gawat atau bahaya‘ ada sesuatu hal atau

daerah yang mengalami keadaan yang tidak baik, tidak aman, tidak nyaman, ada

bahaya, keadaan yang sulit, ada sesuatu hal yang dirindukan atau dinantikan. Hal

ini berdasarakan penjelasan dari Lakoff dan Johnson (1980) tentang metafora

struktural, yaitu sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan menggunakan

konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah

sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis

dalam pengalaman sehari-hari. Kata rawan dimaknai berbeda berdasarkan ranah

sumber dan ranah sasaran yang berbeda .

3. Makna „ tulang muda‟

Makna ‗tulang muda‘ merupakan makna yang lain dari kata rawan selain

makna ‗gawat atau berbahaya‘. Penggunaan makna ini terlihat pada kalimat:

―Kerusakan tulang rawan pada lutut dapat menyebabkan seseorang sulit


berjalan.‖

Makna kata rawan pada kalimat tersebut adalah ‗muda‘. Dalam bahasa

kedokteran tulang rawan itu merupakan sejenis jaringan ikat lentur yang terdapat

di berbagai anggota badan manusia maupun hewan, termasuk sendi di

antara tulang, sangkar rusuk, telinga, hidung, saluran tenggorok dan cakram

intervertebra. Ia lebih lunak daripada tulang tetapi lebih keras dan kurang lentur

daripada otot. (http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_rawan)


182

Dalam perkembangannya kata rawan juga melekat pada kata tulang yang

dimaknai sebagai ‗muda‘ atau ‗tulang muda‘. Makna ini tidak timbul bergitu saja,

meskipun dalam dunia kesehatan kata tulang rawan ini memang sudah sering dan

umum digunakan. Kata rawan yang dimaknai sebagai muda berkaitan dengan

makna kata rawan sebelumnya yaitu rawan yang bermakna ‗gawat atau bahaya‘.

Tulang rawan yang diartikan tulang muda secara kognitif dianggap sama dengan

tulang yang mudah mengalami kondisi yang berbahaya atau gawat karena sifatnya

yang lunak. Secara medis, tulang rawan didefinisikan sebagai sejenis jaringan ikat

lentur yang terdapat di berbagai anggota badan manusia maupun hewan, termasuk

sendi di antara tulang, sangkar rusuk, telinga, hidung, saluran tenggorok dan

cakram intervertebra. Ia lebih lunak daripada tulang tetapi lebih keras dan kurang

lentur daripada otot. (http://id.wikipedia.org/wiki/Tulang_rawan)

Pengetahuan dan penalaran pemakai bahasa terhadap kata rawan yang

miliki makna muda hanya melekat pada kata tulang rawan saja, tidak pada benda

yang lain misalnya kelapa muda menjadi kelapa rawan. Dalam hal ini,

pengalaman pemakai bahasa dalam menggunakan kata rawan membantu

memahami pemahaman tentang penggunaan kata rawan di setiap konteks kalimat.

Metafora menurut Lakoff dan Johnson (1980), salah satu jenis metafora

ialah metafora struktural. Metafora struktural, yaitu sebuah konsep dibentuk

secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini

didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora

struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari. Kata

rawan termasuk ke dalam metafora struktural ini karena kata rawan apabila

melekat pada kata tulang menjadi tulang rawan bermakna ‗tulang muda‘, kata
183

rawan yang melekat pada daerah atau wilayah bermakna ‗gawat atau bahaya‘,

misal daerah rawan banjir, dan kata rawan yang berjenis kata sifat bermakna

‗rindu bercampur sedih, pilu, atau terharu‘ biasanya digunakan dalam bahasa

puitis untuk mengungkapkan perasaan seseorang.

4.2.1.4 Motivasi Kognitif Perluasan Makna jurusan

1. Makna „Arah atau Tujuan‟

Kata jurusan semula memiliki makna ‗arah atau tujuan‘ untuk

menunjukan arah perjalanan saat berkendara atau trayek kendaraan, misal trayek

bus, angkot, kereta api, dll. Makna ini dapat ditemukan pada kalimat berikut:

Ia naik bus jurusan Jakarta Utara.

Kalimat di atas menunjukkan bahwa kata jurusan memiliki makna ‗arah

atau tujuan‘. Dimaknai sebagai tujuan karena menuju ke suatu tujuan, sedangkan

bermakna arah karena menuju ke arah tempat.

Dikatakan bahwa struktur dasar metafora terdiri atas dua bagian, yaitu (1)

hal yang dibicarakan (maksud) dan (2) hal yang dibandingkan/diumpamakan

(sebagai wahananya). Kesamaan ciri yang dimiliki oleh kedua hal tersebut

merupakan dasar dari metafora. Misalnya pada contoh metafora ―waktu adalah

uang‖, dasarnya adalah kesamaan ciri (komponen makna) yang dimiliki waktu

dan uang, yaitu, antara lain: sebagai komoditas yang berharga dan harus

digunakan secara bijaksana. Perlu diingat, berkaitan dengan yang telah diuraikan

sebelumnya, dasar dari metafora (kesamaan ciri/komponen makna yang dimiliki

oleh kedua elemen dalam metafora) sangat erat kaitannya dengan budaya

masyarakat penggunanya (Lakkof dan Johson). Secara metafora, kata jurusan


184

merupakan kata yang memiliki kesamaan sifat dengan arah. Berdasarkan Kamus

Besar Bahasa Indonesia arti arah1 n 1 jurusan: ia naik bus -- utara;. Lalu, kata

jurusan sendiri diartikan n 1 arah; tuju(an): ia memutar haluan ke ~ lain.

Kesamaan sifat inilah yang mengakibatkan kata jurusan dimaknai sebagi arah,

yakni sama-sama ada yang dituju atau menuju ke suatu tempat.

Secara kognitif, peran pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasa juga

mempengaruhi dalam penggunaan kata jurusan ini sebagai makna ‗arah atau

tujuan‘. Pengalaman seseorang yang menggunakan kata jurusanlah yang

mengakibatkan kata jurusan itu bermakna ‗arah‘. Misal: ―Saya akan naik angkot

jurusan Amplas.‖ Terkadang adapula pemakai bahasa yang menggunakan

kalimat: ―Saya akan naik angkot arah Amplas‖. Dua kata yang berbeda, tetapi

pemahaman pemakai bahasa terhadap dua kata itu sama. Inilah yang disebut

dengan relasi makna, ada hubungan antara kata yang satu dengan yang lain, kata

jurusan memiliki relasi makna berjenis sinonim dengan kata arah yaitu makna

kedua kata tersebut hampir sama. Dengan demikian, makna kognitif itu

membicarakan sesuatu berdasarkan apa yang dialami secara apa adnya. Dalam

makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya dan yang dimaksudkan juga

apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan itu megah, maka kita secara

langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah bangunan yang megah. Kita

belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana serta seberapa kemegahan

itu (Suwandi, 2008:73).


185

2. Makna „ Bagian : pengkajian ilmu‟

Makna ini merupakan makna perluasan dati kata jurusan. Makna ‗bagian :

pengkajian ilmu‘ ini sering digunakan oleh pemakai bahasa saat ini. Media massa

cetak maupun elektronik pun turut serta memaknai kata jurusan dengan makna ini

untuk memberitakan suatu berita topik pendidikan.

Misal:

Saya kuliah di jurusan sastra indonesia.

Kalimat tersebut merupakan kalimat yang menggunakan kata jurusan

yang bermakna bagaian kajian ilmu. Makna ini cukup populer di kalangan

masyarakat. Pemakai bahasa tidak menggantinya dengan departeman sastra

indonesia atau program studi bahasa indonesia. Pemakai bahasa lebih mengenal

kata jurusan dan telah akrab dengan kata jurusan dibandingkan kata departemen

atau program studi.

Penggunaan kata jurusan itu menjadi lebih luas, tidak hanya sebagai

makna ‗arah‘, tetapi menjadi bagian. Dalam hal ini berkaitan dengan metafora

struktural. Menurut Lakkof dan Johson, metafora struktural, yaitu sebuah konsep

dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora

struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran.

Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-

hari.

Kata jurusan jika dipakai dalam bidang ilmu memiliki makna ‗bagian

kajian ilmu‘. Misalnya: bidang pertanian menjadi jurusan pertanian. Jika untuk

menuju ke tempat maka kata jurusan bermakna ‗arah‘. Dalam hal ini, makna

‗arah‘ juga ‗maksud dan tujuan‘, jurusan juga mempunyai ‗maksud dan tujuan‘.
186

Misal: ―Saya kuliah di jurusan Sastra Indonesia.‖ Berarti hal yang akan dipelajari

mengarah ke sastra Indonesai, tidak yang lainnya atau bertujuan untuk mengkaji

sastra Indonesia.

3. Makna „Bagian: fakultas atau perguruan tinggi‟

Untuk menyebutkan setiap bagian yang ada di fakultas, kata jurusan

merupakan kata yang sering digunakan oleh pemakai bahasa. Misalnya Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jurusan Fisika.

Makna ‗bagian‘ merupakan makna perluasan dari kata jurusan yang saat

ini penggunaannya lebih populer di kalangan akademisi atau dunia pendidikan.

Untuk menyebutkan bagian dari fakultas di suatu perguruan tinggi pemakai

bahasa masih menggunakan kata jurusan sehingga masyarakat lebih populer

dengan makna ‗bagian‘ daripada makna aslinya yaitu makna ‗arah atau tujuan‘

untuk trayek kendaraan umum.

Penggunaan kata jurusan yang bermakna bagian yang ditujukan kepada

fakutas atau universitas memang telah lama digunakan. Pemakai bahasa yang

lingkup pergaulan atau kehidupannya di perkuliahan dapat mengetahui makna ini

dan memahaminya. Misal, Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,

artinya Sastra Indonesia bagian dari Fakultas Ilmu Budaya, dapat diganti Jurusan

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, untuk memaknai ada banyak bagian di

Fakultas Ilmu Budaya salah satunya bagian Sastra Indonesia atau ada banyak

jurusan yang ada di Fakultas Ilmu Budaya, salah satunya jurusan Sastra Indonesia.

Secara metafora, ada hal yang dibandingkan antara jurusan yang

bermakna ‗bagian di fakultas‘. Bagian atau jurusan di fakultas merupakan


187

konsentrasi belajar yang akan diambil, arah dan tujuan yang diambil di masa

perkuliahan. Sama halnya jika seseorang menaiki angkot ada arah yang akan

dituju, ada jurusan yang menuju ke tempat tersebut. Tujuan dan maksud dari

jurusan atau arah angkot itu adalah suatu tempat. Sama halnya dengan bagian atau

jurusan di fakultas adalah maksud dan tujuan perkuliah yang akan diikuti. Di

dalam bahasa gejala bahasa ini disebut metafora struktural. Metafora struktural

yaitu sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang

lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan

ranah sasaran. Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam

pengalaman sehari-hari (Lakkof dan Johson). Begitu juga makna ‗bagian‘ pada

kata jurusan, pengalaman sehari-harilah yang berkorelasi dengan penggunaan kata

jurusan itu sehingga pemakai bahasa memahaminya sebagai bagaian dari fakultas.

4.2.1.5 Motivasi Kognitif Perluasan Makna tinggal

1. Makna „ diam di‟

Makna ‗diam di‘ dari kata tinggal merupakan kata untuk menyebutkan

tempat atau kediaman. Misal, ―Saya tinggal di Medan‖ yang artinya ‗Saya diam di

Medan‘. Namun, masyarakat Melayu tidak mengenal kata tinggal yang bermakna

‗diam di‘. Untuk menyebutkan makna ‗diam di‘ mereka menggunakan kata

duduk. Misal, ―Saya duduk di Medan‖. Oleh karena itu, mereka konsisten

menggunakan kata duduk sebagai makna ‗diam di‘. Terbukti pada kalimat berikut:

―Saya memiliki kartu tanda penduduk Indonesia‖. Namun, dalam bahasa

Indonesia kata duduk memiliki makna meletakkan tubuh atau terletak tubuhnya

dengan bertumpu pada pantat (ada bermacam-macam cara dan namanya seperti
188

bersila dan bersimpuh). Namun, dalam bahasa Indonesia pemerintah

menggunakan kata penduduk untk menyebutkan kartu tanda penduduk yang

maknanya ‗diam di atau bertempat di‘.

Makna ‗berdiam di‘ dipahami pemakai bahasa sebagai ‗tempat tinggal‘.

Pengetahuan dan penalaran pemakai bahasa terhadap kata tinggal mengacu pada

tempat tinggal seseorang. Hal ini berdasarkan pengalaman sehari-hari yang

meraka rasakan. Misal: ―Kami tinggal di Medan.‖ Berarti kata tinggal bermakna

‗tempat yang kami tinggali‘ atau secara bahasa bermakna ‗berdiam di‘ . ―Kami

berdiam di Medan.‖ berdiam bukan berarti tidak melakukan apa-apa. ‗Berdiam

di‘ artinya telah menetap di Medan atau hidup di Medan seolah-olah diam di

Medan. Makna kognitif ini terbentuk karena seringnya kata tinggal itu digunakan

oleh pemakai bahasa di kehidupan sehari-hari. Hal ini diungkapkan Sutedi (2003)

bahwa linguistik kognitif memandang bahwa bahasa berkaitan erat dengan

mekanisme kognitif manusia. Oleh karena itu, sebagian besar teorinya berasaskan

pada berbagai konsep psikologi, seperti psikologi persepsi, psokologi kognitif,

dan psikologi gestalt. Psikologi pemakai bahasalah yang melatarbelakangi kata

tinggal itu dimaknai sebagai tempat tinggal atau ‗berdiam di suatu tempat‘.

Secara konseptual, kata tinggal berkaitan dengan ‗diam di‘. Makna ini

terbentuk karena ada hal yang melatarbelakanginya. Makna metafora berpengaruh

pada kata tinggal sehingga memiliki makna ‗diam di‘. Menurut George Lakoff

dan Mark Johnson dalam Metaphor We Live By (1980), metafora adalah

pemahaman dan pengalaman mengenai sebuah hal melalui sesuatu hal yang lain.

Jadi, seseorang memahami dan merasakan sesuatu yang baru melalui

pemahamannya atas hal lain yang telah ia kenal sebelumnya. Kata diam dalam
189

Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti 1. tidak bersuara (berbicara):

semuanya -- , tidak ada yang berani mengkritik; 2. tidak bergerak (tetap di

tempat): pencuri itu -- saja ketika hendak ditangkap, tidak lari atau mengadakan

perlawanan; 3. tidak berbuat (berusaha) apa-apa: ia -- saja walau dicemooh dan

dihina;-- seribu basa, pb diam sama sekali (tidak berkata sepatah pun). Selain

makna tersebut, diam juga memiliki makna berumah; bertempat tinggal: sudah

berapa lama engkau ~ di kota ini?. Perbandingan yang cukup jelas antara kata

tinggal yang bermakna ‗diam di‘ dengan kata diam. Berdiam di berkaitan dengan

bertempat tinggal di, tinggal berkaitan dengan berdiam di. Dalam hal ini,

kosakata bahasa Indonesia banyak yang mempunyai arti yang hampir mirip

maknanya, hanya konteks penggunaan kata tersebut yang berbeda.

2. Makna „sisa‟

Makna ‗sisa‘ ini merupakan makna perluasan dari kata tinggal. Selain

bermakna ‗diam di‘ kata tinggal memiliki makna ‗sisa‘. Misalnya, ―Tugas

matematika saya tinggal nomor terakhir saja yang belum selesai‖. Arti kata

tinggal pada kalimat di atas bukanlah ‗diam di‘, tetapi ‗sisa‘. Pemakaian makna

ini merupakan pemakaian yang sering digunakan oleh pemakai bahasa.

Perhatikan kalimat berikut:

Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan


oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun pabriknya saja.
(Sabtu, 25 Juni 2016)

Kata tinggal pada kalimat di atas merupakan contoh kata tinggal yang

memiliki makna ‗sisa‘. Makna ‗sisa‘ ini merupakan makna pasaran yang dipakai

oleh pemakai bahasa, tetapi makna ini baku dalam pemakaiannya.


190

Makna ‗sisa‘ digunakan dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.

Pada awalnya memang merupakan bahasa pasaran. Dalam bahasa, makna ‗sisa‘

ini merupakan makna perluasan dari makna aslinya yaitu ‗berdiam di‘. Peran

kognitif pemakai bahasa dalam mengembangkan kata tinggal menjadi makna

‗sisa‘ ini terjadi berdasarkan pengalaman dan kebiasaan sehari-hari dalam

komunikasi secara tidak formal. Namun, seiring waktu pemakai bahasa juga

menggunakan kata tinggal ini di lingkungan yang formal. Makna kognitif

(cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan

dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984:

120). Berdasarkan definisi Kridalaksana, bahwa makna kognitif itu timbul di luar

aspek bahasa. Dalam hal ini kata tinggal memiliki makna ‗sisa‘ secara makna

kognitif timbul berdasarkan kebiasaan dan pengalaman pemakai bahasa sehari-

hari bukan dari penalaran pemakai bahasa terhadap kata tinggal tersebut. Pada

aawalnya digunakan dilingkunan nonformal, ―Permen saya tinggal dua.‖

Kemudian digunakan untuk lirik lagu anak ― Giginya tinggal dua‖. Sekarang

penggunaannya kata tinggal yang maknanya ‗sisa‘ meluas ke lingkungan formal

seperti kutipan berikut yang ditemukan di harian Kompas.

Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan


oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun pabriknya saja.
(Sabtu, 25 Juni 2016)
Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan
oleh KIK sehingga investor yang datang sisanya membangun pabriknya saja.
(Sabtu, 25 Juni 2016)

Secara metafora, seperti yang diungkapkan oleh Lakkof dan Johson bahwa

dalam fenomena pergeseran makna kita mengenal adanya metafora. Metafora

memungkinkan kita untuk mengerti dan mengkomunikasikan tentang hal-hal


191

abstrak dan konsep-konsep yang sulit. Lakoff dan Johnson (1980:3) mengatakan

bahwa, ―…metaphor is persuasive in everday life, not just in language but in

thought and action. Our ordinary conceptual system, in terms of which we both

think and act, is fundamentally methaporical in nature‖. Begitu pula dengan

makna ‗sisa‘ pada kata tinggal ini bergeser karena adanya proses metafora.

Perbandingan antara kata tinggal dengan makna ‗sisa‘. Kata sisa dalam bahasa

Indonesia diartikan n apa yang tertinggal (sesudah dimakan, diambil, dan

sebagainya); lebihan; saldo: -- makanan itu sudah dirubung semut; -- purba 1

sisa-sisa manusia purba, binatang purba dan tanaman purba yang membatu; 2

peninggalan organisme yang terpendam di bumi. Berdasarkan makna yang tertulis

di Kamus Besar Bahasa Indonesia tampak perbandingan langsungnya antara kata

tinggal dengan kata sisa, yakni tinggal itu berkaitan dengan sisa, begitu pula

dengan sebaliknya, misal: ―Saldo di rekening saya tinggal Rp 50.000,00.‖ Kata

tinggal pada kalimat itu diganti menjadi ―Saldo rekening saya tersisa Rp 50.000.‖

Kata tinggal diganti dengan kata sisa pada konteks kalimat tersebut tidak

mengubah arti. Dapat diketahui bahwa kata tinggal yang bermakna ‗sisa‘ juga

dapat digunakan pada kata sisa yang bermakna ‗apa yang tertinggal‘.

3. Makna „terbelakang‟

Makna ‗terbelakang‘ ini terdapat pada kalimat ―Dia telah lama diopname

sehingga tertinggal materi pelajaran di sekolah‖. Arti dari kata tinggal tersebut

adalah ‗terbelakang‘.

Makna kata itu dapat bergeser atau dapat pula berkembang. Secara

kognitif, pengetahuan pemakai bahasa bersifat dinamis seiring dengan


192

pengalaman dan ilmu pengetahuan yang dipelajari. Begitu pula dengan kata

tinggal ini bergeser menjadi makna ‗terbelakang‘. penggunaan kata tertinggal

yang bermakna ‗terbelakang‘ ini berkaitan dengan pertandingan. Misalnya:

―Indonesia tertinggal jauh dalam pertandingan sepak bola ini.‖ Artinya

‗Kedudukan skor Indonesia berada di belakang dalam pertandingan sepak bola

ini.‘

Untuk mengetahui mengapa makna ini dapat muncul, perlu diketahui

bahwa sesuai dengan pernyataan Kridalaksana yang menyatakan makna kognitif

(cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan

dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984:

120). Kata tertinggal bermakna ‗terbelakang‘ berkaitan dengan kebiasaan

pemakai bahasa dalam menggunakan makna tersebut. Karena terbiasa

menggunakan kata tertinggal yang bermakna ‗terbelakang‘, masyarakat pun

memahami makna tersebut. Jika dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

kata terbelakang memiliki makna a 1 paling belakang; paling akhir (tentang

sesuatu yang berderet-deret dan sebagainya): ia duduk di bangku yang -; 2

tertinggal (dalam kebudayaan); belum maju: disediakan dana untuk memajukan

daerah-daerah yang -; 3 terakhir (tentang kabar dan sebagainya): menurut kabar

yang -, perundingan di Jenewa berakhir dengan kegagalan; 4 lemah atau lambat

(tumbuh, berkembang) terutama tentang mental anak: anak -. Kata terbelakang

juga mempunyai makna tertinggal. Artinya, kosakata bahasa Indonesia memiliki

banyak sinonim. Kata terbelakang yang maknanya ‗tertinggal‘ digunakan untuk

kebudayaan dan kata tertinggal digunakan untuk menyataka ‗terbelakang‘.


193

Berdasarkan penjelasan di atas bahwa makna kognitif yang muncul dari

kata tertinggal yang bermakna ‗terbelakang‘ berkaitan dengan kebudayaan, proses

metafora yang terjadi pada fenomena bahasa ini adalah metafora orientasional.

Metafora orientasional, yaitu metafora yang berhubungan dengan orientasi ruang,

seperti naik-turun, dalam-luar, depan-belakang, dan lain-lain. Orientasi ruang ini

muncul dengan didasarkan pada pengalaman fisik manusia dalam mengatur

orientasi arah dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat pada ―UP-

DOWN‖. Metafora orientasional berbeda di setiap budaya karena apa yang

dipikirkan, dialami, dilakukan oleh setiap budaya berbeda. Metafora orientasional

memberikan sebuah konsep suatu orientasi ruang, misalnya ―HAPPY IS UP‖

(Lakkof dan Johson). Makna metafora yang dimaksud, misalnya : ―Disediakan

dana yang besar untuk memajukan daerah yang tertinggal‖. Kata tertinggal dapat

diartikan ―Disediakan dana yang besar untuk memajukan daerah yang

terbelakang‖. Kata tertinggal dan kata terbelakang memiliki makna yang sama

yakni ‗memajukan daerah yang belum maju‘. Daerah yang tertinggal, daerah yang

terbelakang, daerah yang belum maju memiliki konsep metafora orientasi arah

dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman fisik manusialah yang mengatur makna

metafora ini.

4. Makna „tidak naik kelas‟

Selain makna ‗diam di‘, ‗sisa‘, dan ‗terbelakang‘ kata tinggal memiliki

makna ‗tidak naik kelas‘. Makna ini merupakan makna perluasan dari kata tinggal

yang sering digunakan oleh pemakai bahasa terkhusus kalangan siswa atau

pelajar. Misal, ―Adik saya tinggal kelas‖. Makna kata tinggal tersebut bukanlah
194

‗adik saya diam di kelas‘ atau ‗adik saya yang tersisa di kelas‘, melainkan ‗adik

saya tidak naik kelas‘. Makna ini untuk menunjukkan bahwa kata tinggal

memiliki proses metafora sehingga terbentuk makna ‗tidak naik kelas‘. Makna

yang hampir mendekati makna ‗tidak naik kelas‘ adalah makna ‗terbelakang‘

meskipun tidak terlalu mirip.

Motivasi kognitif makna ‗tidak naik kelas‘ ini berdasarkan pengalaman

dan aktivitas manusia sehari-hari dalam menggunakan kata tinggal pada kalimat

tinggal kelas. Untuk menyatakan seseorang yang tidak terlalu pandai dan dia

harus tetap berada di kelas yang sama untuk mengulang ketidakpahamannya

selama berada di kelas digunakanlah kata tinggal pada kalimat ―Adik Anda

tinggal kelas‖. Kata tinggal pada kalimat ―Adik Anda tinggal kelas‖

dimetaforakan seolah-olah adik ‗berdiam di kelas‘ atau ‗tetap berada di kelas‘

atau berhubungan dengan ‗bertempat tinggal di kelas yang sama‘. Berbeda pula

pemahaman dan pemaknaan dari kalimat ―Adik Anda tinggal di kelas.‖ Kata

tinggal berarti ‗masih berada di kelas‘ bukan berarti ‗tidak naik kelas atau tidak

naik tingkat‘. Makna ‗tidak naik kelas‘ bermakna ‗tidak naik level atau tingkatan‘.

Kata tinggal memiliki makna metafora struktural. Menurut Lakkof dan

Johson metafora struktural yaitu sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan

menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua

ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar pada

korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari.

Secara kognitif, pemakaian kata naik berarti bergerak ke atas atau ke

tempat yang lebih tinggi atau meningkat. Dengan penambahan negasi tidak

menjadi tidak naik berarti ‗tidak bergerak ke atas atau ke tempat yang lebih tinggi‘
195

atau ‗tidak meningkat‘. Secara pengetahuan dan pemahaman pemakai bahasa

tinggal kelas sama dengan tidak naik kelas.

4.2.1.6 Motivasi Kognitif Perluasan Makna operasi

1. Makna „bedah‟

Kata operasi merupakan kata serapan yang diserap dari bahasa Inggris.

Makna ‗bedah‘ merupakan makna awal kata operasi ini dikenal di masyarakat

umum. Misal, ―Anaknya menjalani operasi usus buntu‖. Kata operasi diartikan

sebagai bedah. Proses pembedahan ini merupakan pelaksanaan kegiatan yang

dalam istilah adalah bedah. Kalimat ―Penyakit ginjal yang belum parah dapat

disembuhkan tanpa operasi‖.

Motivasi kognitif kata operasi bermakna ‗bedah‘ berkaitan dengan makna

awal kata operasi yang berasal dari bahasa Inggris. Dalam kamus bahasa Inggris-

Indonesia, operation : kb. 1 operasi. 2 Med.: pembedahan. 3 eksploitasi. Dalam

bahasa Indonesia kata serapan yang masuk ke dalam bahasa Indonesia

mempunyai teknik penyaringan. Teknik penyaringan itu adalah 1. Adopsi, yakni

kata dari bahasa asing itu diangkat langsung ke dalam bahasa Indonesia dengan

syarat penulisan dicetak miring. Contoh: burger, plaza, mall, dll; 2. Adaptasi,

yakni proses menyesuaikan ejaan atau lafal kata bahasa asing ke dalam bahasa

Indonesia. Misal: jum‘at menjadi jumat, system menjadi sistem, dll; 3.

Terjemahan, yakni menerjemahkan langsung kata bahasa asing ke dalam bahasa

Indonesia. Misal: try out diterjemahkan ‗uji coba‘; 4. Kreatif, yakni proses

memberdayakan kata bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dengan

memberikan makna yang disesuaikan dengan makna asli dan makna bentukan.
196

Misal: acceleration menjadi akselerasi yang artinya : kb. 1 percepatan, perlajuan

(mobil, pertumbuhan ekonomi). 2 akselerasi.

Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa kata operasi yang

bermakna ‗pembedahan‘ merupakan pengetahuan pemakai bahasa berdasarkan

makna kamus bahasa Inggris-Indonesia. Kata operasi yang berasal dari kata

operation merupakan proses kreatif dalam penyaringan kata serapan. Kegiatan

operasi ini berkaitan dengan dunia medis, misal operasi plastik berarti bedah

plastik.

Kata operasi dikenal dalam masyarakat dengan ―bedel‖ atau bedah untuk

mengobati sakit. Kata operasi ini langsung dikenal masyarakat dengan istilah

medis. Pemahaman masyarakat dengan kata operasi berkaitan dengan penyakit

yang parah yang harus dilakukan tindakan pembedahan oleh dokter sebagai upaya

atau proses pengobatan.

2. Makna „gerakan militer‟


Memang polisi dan sipil tidak bisa mengatasi penggusuran? Apakah itu ada high
density threat? Ini keliru," ujar Al Araf dalam Diskusi Publik "Problematika
Operasi Militer Selain Perang" di Gedung YLBHI, Jakarta, Senin (3/10/2016).

Kata operasi ternyata dalam perkembangannya tidak hanya dipakai dalam

bidang kesehatan saja, tetapi dipakai dalam bidang militer. Khusus, dalam bidang

militer kata operasi merupakan sandi rahasia atau gerakan yang dilakukan oleh

pihak militer saja yang memahaminya. Berdasarkan informasi dari internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Operasi_militer, operasi militer ialah sebuah aksi

perencanaan dan pengaturan angkatan militer. Operasi militer sering melibatkan

operasi udara, operasi darat, dan operasi laut; biasa untuk tujuan keamanan.

Operasi militer merupakan konsep dan penerapan ilmu militer yang melibatkan
197

operasi untuk merencanakan manuver pasukan yang diproyeksikan sesuai

ketentuan, layanan, pelatihan, dan fungsi administrasi. Staf operasi memainkan

peran utama dalam proyeksi kekuatan militer dengan spektrum konflik di Darat,

di Udara, atau di Laut. Operasi militer terkoordinasi adalah tindakan militer suatu

negara dalam menanggapi situasi yang berkembang, sebagai rencana militer.

Operasi militer sering dikenal sebagai tujuan operasional. Perhatikan penggunaan

kata operasi pada operasi militer dalam kalimat berikut.

―Perwira muda itulah yang memimpin operasi militer penumpasan


pemberontakan itu.‖

Kata operasi militer memiliki makna gerakan militer bukan bedah.

Tindakan militer yang dilakukan memiliki tujuan opersional. Tujuan operasional

itu hanya pihak militer sendiri yang mengetahuinya.

Pemahaman masyarakat berkaitan dengan operasi militer tidak sebaik

dengan pemahaman penggunaan kata operasi dalam dunia medis yang diartikan

‗bedel atau bedah‘. Pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam

menggunakan kata operasi militer ini yang tidak begitu sering sehingga tidak

terlalu populer di kalangan masyarakat. Namun, dalam kalangan jurnalis,

penggunaan istilah operasi militer ini sudah populer di telinga.

Kata operasi ini berkaitan dengan makna metafora yang diungkapkan oleh

Lakkof dan Johnson, yaitu metafora struktural. Metafora struktural, yaitu sebuah

konsep dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain.

Metafora struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah

sasaran. Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman

sehari-hari. Makna pertama ranah sasarannya adalah bidang kesehatan sehingga

kata opersi diartikan bedel atau bedah, makna kedua ranah sasarannya bidang
198

militer sehingga kata operasi diartikan sebagai tindakan yang memiliki tujuan

operasioanl.

3. Makna „pelaksanaan rencana‟

Dalam kasus penggusuran, lanjut Al Araf, tidak ada ancaman serius dari dampak
penggusuran yang terjadi. Sehingga, tentara dinilai tidak perlu terlibat membantu
operasi penggusuran. (Senin, 3 Juni 2016)

Makna ‗pelaksanaan rencana‘ ini merupakan perluasan makna dari kata

operasi yang makna awalnya dalam bahasa Indonesia dikenal dengan makna

‗bedah‘. Kata operasi penggusuran pada kalimat di atas dimaknai sebagi

‗pelaksanaan rencana penggusuran‘. Jurnalis yang menggunakan kata operasi

pada kalimat tersebut menjadikan kalimat tersebut lebih menarik untuk dibaca

karena menjadi bahan sorotan. Pada awalnya masyarakat umum hanya mengenal

kata operasi sebagai ‗bedah‘ kini mereka mengetahui makna kata operasi lebih

dari makna ‗bedah‘ dan penggunaan kata operasi tidak hanya digunakan dalam

dunia kedokteran saja, tetapi juga digunakan dalam berbagai bidang.

Makna secara umum, kata operasi adalah ‗pelaksanaan rencana‘. Makna

kognitif yang terbentuk pada kata operasi ini berhubungan dengan fungsi operasi.

Operasi merupakan suatu kegiatan atau aktivitas pelaksanaan rencana. Jika dalam

bidang medis berarti pelaksanaan rencana pengobatan, jika di bidang militer

berarti pelaksanaan rencana militer sehingga tercapai tujuan opersional.

Pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang makna ini tidak terlalu

dominan. Jika tidak melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata operasi tetap

diketahui masyarakat sebagai makna bedel atau bedah.


199

Makna metafora yang terbentuk pada kata operasi dalam kalimat ―Dalam

kasus penggusuran, lanjut Al Araf, tidak ada ancaman serius dari dampak

penggusuran yang terjadi. Sehingga, tentara dinilai tidak perlu terlibat membantu

operasi penggusuran. (Senin, 3 Juni 2016)‖ ini berkaitan dengan ranah ruang.

Menurut Lakkof dan Johson, metafora ini berjenis metafora orientasi. Metafora

orientasional, yaitu metafora yang berhubungan dengan orientasi ruang, seperti

naik-turun, dalam-luar, depan-belakang, dan lain-lain. Orientasi ruang ini muncul

dengan didasarkan pada pengalaman fisik manusia dalam mengatur orientasi arah

dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat pada ―UP-DOWN‖. Metafora

orientasional berbeda di setiap budaya karena apa yang dipikirkan, dialami,

dilakukan oleh setiap budaya berbeda. Metafora orientasional memberikan sebuah

konsep suatu orientasi ruang, misalnya―HAPPY IS UP‖. Demikian pula dengan

operasi penggusuran memiliki makna ruang, muncul berdasarkan pengalaman

fisik manusia dalam mengatur orientasi arah dalam kehidupan sehari-hari.

Makna operasi penggusuran menjadi pelaksanaan rencana, ―Dalam

kasus penggusuran, lanjut Al Araf, tidak ada ancaman serius dari dampak

penggusuran yang terjadi. Sehingga, tentara dinilai tidak perlu terlibat membantu

pelaksanaan rencana penggusuran. (Senin, 3 Juni 2016)‖. Dengan demikian, kata

operasi memiliki makna metafora dengan bahan perbandingan adalah

‗pelaksanaan‘. Selain kata operasi penggusuran ada pula operasi zebra, dll.
200

4.2.1.7 Motivasi Kognitif Perluasan Makna mengemis

1. Makna „meminta sedekah‟

Pada umumnya semua orang mengetahui kata mengemis bermakna

‗meminta sedekah‘ sehingga identik dengan kata pengemis ‗orang yang meminta

sedekah‘. Kata mengemis melekat kepada orang yang tidak memiliki pekerjaan

dan memiliki keterbatasan misalnya skill atau pun fisik sehingga tidak mampu

untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidup mereka yang pada akhirnya mereka

mengemis.

Kata mengemis ini memiliki konotasi negatif. Kata mengemis dianggap

orang yang tidak berguna atau sampah masyarakat. Di dalam agama islam,

memang ada hukum untuk memberikan sedekah kepada para dhuafa, yatim piatu,

dan musafir, tetapi tidak membenarkan perbuatan mengemis seperti yang

dilakukan para pengimis di pinggir jalan. Perbuatan mengemis dianggap

perbuatan yang paling rendah sebagai manusia. Dalam ajaran agama Islam, tidak

ada alasan untuk mengemis apalagi usia mereka masih muda dan sehat sehingga

dianjurkan melakukan pekerjaan yang halal untuk menyambung hidup.

Pemerintah Indonesia pun telah melindungi mereka dalam undang-undang bahwa

orang-orang yang tidak beruntung seperti mereka dilindungi dan dipelihara. Itulah

sebabnya kata mengemis ini yang bermakna ‗meminta sedekah‘ merupakan kata

yang berkonotasi negatif.

Mengemis adalah hal yang dilakukan oleh seseorang yang

membutuhkan uang, makanan, tempat tinggal atau hal lainnya dari orang yang

mereka temui dengan meminta. Umumnya di kota besar sering terlihat pengemis

meminta uang, makanan atau benda lainnya. Pengemis sering meminta dengan
201

menggunakan gelas, kotak kecil, topi atau benda lainnya yang dapat dimasukan

uang dan kadang-kadang menggunakan pesan seperti, "Tolong, aku tidak punya

rumah" atau "Tolonglah korban bencana alam ini".

https://id.wikipedia.org/wiki/Mengemis

2. Makna „ meminta dengan merendah-rendah‟

Makna ‗meminta dengan merendah-rendah‘ merupakan makna perluasan

dari kata mengemis. Makna ini muncul karena adanya proses asosiasi dan

metafora. Proses asosiasi ialah adanya persamaan sifat antara kata mengemis yang

maknanya ‗meminta sedekah‘ dengan mengemis meminta dengan merendah-

rendah yaitu sama-sama orang yang membutuhkan pertolongan. Agar mendapat

pertolongan, mereka meminta dengan serendah-rendahnya. Proses metafora yang

terjadi ialah membandingkan kata mengemis yang maknanya ‗meminta sedekah‘

dengan orang yang meminta dengan serendah-rendahnya yaitu adanya kesungguh-

sungguhan dalam meminta seolah-olah jika tidak meminta pertolongan orag itu

akan menjadi lemah.

Perhatikan kalimat berikut:

Sandiaga pun berkaca pada pencalonannya sendiri. Sandi yang telah mengikuti
penjaringan di lima partai selain Gerindra, yaituPDI-P, Demokrat, PKB, PPP, dan
PAN, mengatakan bahwa ini adalah upayanya membangun komunikasi politik
alih-alih mengemis dukungan. (Sabtu, 25 Juni 2016)

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat diketahui bahwa kata mengemis

pada kalimat di atas bukanlah bermakna ‗meminta sedekah‘. Tidaklah pantas

seorang Sandiaga meminta sedekah kepada orang lain karena secara materi ia

memiliki banyak harta. Kata mengemis pada kalimat itu telah mengalami proses

asosiasi dan metafora yakni kata mengemis dimaknai sebagai Sandiaga meminta
202

dukungan dengan serendah-rendahnya seolah –olah Sandiaga orang yang lemah

tanpa dukungan dari para partai politik.

Proses perluasan makna yang terjadi itu dipengaruhi adanya persamaan

sifat antara pengemis dengan orang yang meminta-minta pertolongan dengan

serendah-rendahnya. Misal, Dia mengemis pertolongan kepada Allah SWT di

dalam doanya. Setiap manusia berdoa kepada Tuhan-Nya haruslah dengan

keadaan yang paling lemah seolah-olah hanya Tuhanlah yang dapat menolong

sehingga manusia meminta kepada-Nya dengan serendah-rendahnya dan

bersungguh-sungguh. Begitu pula dengan kata mengemis pada kalimat tersebut,

Sandiaga seperti manusia yang perlu pertolongan sehingga harus mengemis yang

dikonotasikan sebagai konotasi positif, yakni meminta dukungan dengan

serendah-rendahnya kepada para partai politik agar ia menjadi pemenang dalam

pencalonannya sebagai Gubernur DKI.

Selain kata mengemis dukungan, ada pula kata mengemis cinta berarti

meminta cinta dari seseorang dengan serendah-rendahnya. Kata mengemis ini

telah meluas maknanya dari meminta-minta sedekah menjadi meminta serendah-

rendahnya dengan penuh harapan atau mengharap cinta seseorang dengan

sungguh-sungguh.

4.2.1.8 Motivasi Kognitif Perluasan Makna rapat

1. Makna „ dekat sekali‟

Makna ‗dekat sekali‘ merupakan makna awal dari kata rapat. Kata rapat

memiliki beberapa makna yang berbeda-beda. Makna ‗dekat sekali‘ ini berkaitan

dengan kalimat duduk dengan rapat; berdiri dengan rapat berbaris dengan rapat;
203

susun buku itu dengna rapat; jangan tanam bunga itu terlalu rapat. Makna ‗dekat

sekali‘ seperti tidak bercelah, tidak ada perantara. Misal: Rumah-rumah di kota

rapat sekali.

Motivasi kognitif kata rapat yang memiliki makna ‗dekat sekali atau tidak

ada perantara‘ berhubungan dengan posisi duduk. Masyarakat pada umumnya

mengetahui dan memahami makna ‗dekat sekali‘ itu terdapat pada posisi duduk.

Misal: ―Jangan duduk terlalu rapat‖ berarti ‗jangan duduk terlalu dekat‘.

Masyarakat menggunakan kata rapat juga pada kalimat rapatkan barisan, berarti

‗dekatkan barisan‘. Dalam bahasa sehari-hari masyarakat menggunakan kata rapet

untuk menyebutkan rapat. Kata rapat yang bermakna ‗dekat sekali‘ miliki kata

turunan. Turunana kata rapat ialah berapat, kerapatan, memperapat, merapat,

merapati, merapatkan, perapat, rapat-rapat. https://id.wiktionary.org/wiki/rapat

Makna ‗dekat sekali‘ dapat dipahami berdasarkan pemahaman secara

metafora. Metafora yang berlaku untuk memahami makna ‗dekat sekali‘ ini

adalah metafora struktural. Menurut Lakkof dan Johnson metafora struktural ialah

sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain.

Metafora struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah

sasaran. Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman

sehari-hari. Seperti yang diketahui bahwa kata rapat ini merupakan homonim,

yakni satu kata yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda. Rapat 1. Dekat

sekali dan rapat 2. Pertemuan. penggunaan kedua makna tersebut bergantung pada

konteks kalimat dan berdasarkan dua ranah, yakni ranah sumber dan ranah

sasaran.
204

1. Rumah-rumah di kota itu rapat sekali.


2. Ayah mendapat undangan rapat wali siswa dari sekolah.

Kata rapat pada kalimat 1 memiliki ranah sasaran makna ‗dekat sekali‘,

sedangkan kata rapat pada kalimat 2 memiliki ranah sasaran makna ‗pertemuan‘.

Kedua makna kata tersebut memiliki ranah yang berbeda. Rapat yang pertama

sebagai adjectiva atau sifat, sedangkan rapat yang kedua sebagai nomina atau kata

benda.

3. Makna „tertutup atau tidak bercelah‟

Makna ‗tertutup atau tidak bercelah‘ masih berkaitan dengan makna

‗dekat sekali‘, tetapi pengunaan kata rapat makna ini haruslah sesuai dengan

konteks kalimat. Misal, Ia menutup pintu dengan rapat.

Kata rapat berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua

kategori kata. 1. Adjektiva atau kata sifat, dengan rapat berarti: hampir tidak

berantara; 1) dekat sekali (tidak renggang): 2) kerap (tentang tanaman, anyaman,

dsb): 3) tertutup benar-benar hingga tidak bercelah: ; 4) berhampiran sekali; dekat

benar ; 5) karib; erat (tentang persahabatan) 2. Nomina atau kata benda, dengan

rapat berarti: pertemuan (kumpulan) untuk membicarakan sesuatu. Makna

‗tertutup atau tidak bercelah‘ merupakan makna ketiga. Makna ini muncul

berdasarkan berkembangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan kata

terhadap sebuah kalimat. Makna kalimat dapat diketahui berdasarkan konteks.

Begitu pula dengan makna kata rapat ini berbeda penggunaan antara makna satu

dengan yang lainnya. Perluasan makna kata rapat ini berkaitan secara asosiasi

dengan makna yang pertama, yakni ‗dekat sekali‘. Makna ‗dekat sekali‘ dipahami

tidak adanya lubang atau celah atau perantara sehingga dikatakan dekat sekali.
205

Dengan demikian, jika sesuatu benda itu tertutup , kondisi benda itu tidak

bercelah sama sekali. Persamaan sifat antara ‗tertutup‘ dengan ‗dekat sekali‘

inilah yang membuat kata rapat dapat dimaknai sebagi ‗tertutup tidak bercelah‘.

Kata rapat yang bermakna ‗dekat sekali/ berkaitan dengan posisi duduk,

sedangkan rapat yang memiliki makna tertutup berkaitan dengan benda, misalnya

pintu, lemari, dll. Ranah yang dituju berbeda atau ranah sasaran kata rapat

berbeda. Sasaran yang pertama ialah posisi, sedangkan ranah kedua kondisi

benda. Berdasarkan pemahaman tersebut kata rapat dianggap memiliki metafora

struktural, yakni sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan menggunakan

konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah

sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis

dalam pengalaman sehari-hari. (Lakkof dan Johnson: 1980).

Berdasarkan makna kognitif, sebuah kata memiliki banyak makna. Kata

yang memiliki banyak makna tersebut diakibatkan kebutuhan makna baru untuk

menyebutkan sebuah kata dalam kalimat. Pengetahuan masyarakat tentang makna

perluasan ini telah menyebar ke seluruh rakyat Indonesia. Makna ‗tertutup atau

tidak ada celah‘ digunakan pengguna bahasa untuk menunjukkan bendanya.

4. Makna „karib‟
Makna ‗karib‘ berkaitan dengan teman atau sahabat. Dikatakan karib

karena hubungan sahabat itu tidak renggang. Makna karib ini merupakan

perluasan dari makna dekat sekali. Makna ini mengalami metafora, yakni sahabat

dibandingkan dengan rapat ‗dekat sekali‘.

Makna kata rapat memiliki banyak perluasan makna sesuai dengan

pengunaan berbahasa. Makna ‗karib‘ digunakan dalam konteks kalimat ―Sahabat


206

karib saya berada di London‘. ‗Karib‘ dimetaforakan sesuai dengan penggunaan

kata bahasa Indonesia sebagai sahabat dekat atau sahabat yang hubungannya

rapat. ‗Karib‘ dapat pula dimaknai sebagai sahabat ‗dekat sekali‘, artinya makna

‗karib‘ dengan makna ‗dekat sekali‘ merupakan makna yang saling berkaitan.

‗Karib‘ juga diartikan ‗dekat sekali‘ dalam kalimat di atas. Perhatian kalimat di

bawah ini ―Teman karib saya sedang melaksanakan ibadah umrah‖ dan kalimat

―Bangunan di kota itu rapat sekali‖. Rapat diartikan ‗dekat sekali‘ dan memiliki

makna metafora yaitu ‗karib‘ berkaitan dengan sahabat. Namun, kata rapat tidak

dapat langsung digunakan pada kalimat ―Teman rapat saya sedang melaksanakan

ibadah umrah‖, rapat dalam kalimat tersebut dapat bermakna ambigu. Jika rapat

berarti ‗karib‘ kalimat tersebut tidak perlu menggunakan kata rapat, langsung saja

karib. Jika yang dimaksudkan adalah rapat dalam arti ‗pertemuan‘ berarti ‗teman

pertemuan atau meeting saya sedang melaksanakan ibadah umrah‘, artinya teman

yang biasa hadir di pertemuan-pertemuan atau meeting dalam bahasa Inggris.

Dengan demikian, pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasa sangatlah

diperlukan. Penggunaan kata rapat memiliki makna yang berbeda-beda

berdasarkan konteks kalimat. Jika penggunaan kata rapat yang bermakna ‗karib‘

ini digunakan untuk menunjukkan persahabatan yang dekat dapat ditemukan

dalam kalimat ―Silahturahmi dapat menambah rapat persahabatan.‖ Arti kata

rapat dapat dimaknai sebagai ‗kedekatan‘ atau istilahnya ‗karib‘. Makna kalimat

tersebut menjadi ‗Silahturahmi dapat menambah kedekatan hubungan

persahabatan.‘ Makna metafora yang ditemukan dalam makna ‗karib‘ pada kata

rapat ini adalah metafora struktural. Menurut Lakkof dan Johnson (1980)

metafora struktural ialah sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan


207

menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua

ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar pada

korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari.

5. Makna „pertemuan‟

Makna kata rapat juga mengalami pergeseran makna dari makna ‗dekat

sekali‘ menjadi makna ‗pertemuan‘. Makna inilah yang populer di masyarakat.

Makna ‗pertemuan‘ sering digunakan oleh pemakai bahasa. Perhatikan kalimat di

bawah ini.

Pernyataan ini disampaikan Presiden seusai rapat koordinasi terbatas di


Istana Merdeka.

Kata rapat pada kalimat di atas merupakan makna ‗pertemuan‘. ―Presiden

melakukan rapat‖ berarti ‗presiden melakukan pertemuan‘. Secara kognitif, rapat

merupakan pertemuan atau berkumpulnya minimal dua orang atau lebih untuk

memutuskan suatu tujuan. Rapat juga dapat dijadikan sebagai media untuk

berkomunikasi antar manusia atau pimpinan kantor dengan stafnya. Rapat juga

dapat diartikan sebagai media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka

yang sering diselenggarakan atau dilakukan oleh banyak organisasi baik itu

swasta ataupun pemerintah. Rapat sering dijadikan seseorang atau sekelompok

orang untuk menyatukan pemikiran guna melaksanakan urusan tertentu. Pada

pengertian lain rapat juga dapat diartikan sebagai kumpulan sekelompok orang

yang besifat formal dengan melibatkan empat orang atau lebih dengan tujuan

untuk berkomunikasi, perencanaan, penetapan kebijakan, pengambilan keputusan,

dan pemberian motivasi. Sasaran akhir diadakannya rapat yaitu untuk

mempertemukan peserta rapat secara langsung demi terjalinnya komunikasi agar


208

peserta rapat dapat berkontribusi langsung dalam pembicaraan sehingga

pemikiran ide untuk penyelesaian masalah dapat tersampaikan langsung; agar

peserta rapat dapat terangsang secara langsung dalam memahami setiap

permasalahan yang dihadapi; agar peserta rapat dapat sama-sama berkontribusi

dalam pencapaian tujuan tertentu.

Secara harfiah sudah dapat diketahui mengapa lebih dikenal

menggunakan kata rapat daripada pertemuan. Secara sosio-historis masyarakat

Indonesia adalah masyarakat yang dibangun atas dasar kesatuan dan bergotong-

royong, maka lahirlah slogan Bhinneka Tunggal Ika yang terpampang di lambang

negara, Garuda. Slogan yang berasal dari bahasa Sansakerta yang secara harfiah

berarti "Beraneka Satu Itu Jua" itulah yang ingin disampaikan dengan kata rapat.

Kata rapat yang berarti merekatkan atau mengkaribkan sengaja dipilih oleh ahli

bahasa Indonesia kita dahulu. Rapat yang menghadirkan banyak orang dalam satu

ruang dan satu pembahasan intinya adalah menyatukan atau merapatkan. Apa saja

yang dirapatkan? Tentunya yang merenggang. Seperti visi atau misi organisasi

yang sudah melenceng atau perpecahan dalam organisasi sendiri sehingga perlu

kembali di-rapatkan dengan mengadakan rapat. Sejatinya orang yang hadir rapat

memahami tujuan rapat, yaitu merangkai atau merekatkan kembali sesuatu yang

dianggap tidak satu lagi. Rapat adalah masa mengeluarkan uneg-uneg pada

seseorang atau bahkan menjadi ajang menjelek-jelekkan. Bandingkan dengan

bahasa Inggris yang banyak menggunakan istilah meeting atau pertemuan. Tidak

ada makna humanis dengan kata meeting atau pertemuan. Manusia secara sosial

tidak ingin hanya sekedar bertegur sapa setiap harinya. Mereka ingin merapatkan

atau mengeratkan sesuatu. Mungkin itu uneg-uneg untuk diutarakan dan diberikan
209

solusi agar nantinya hati-hati yang mulai merenggang agar bisa dirapatkan

kembali dalam rapat.

Motivasi kognitif yang ada pada makna ‗pertemuan‘ berkaitan dengan

makna humanis, sedangkan makna metafora yang terbentuk ialah sesuai dengan

kebudayaan masyarakat Indonesia yang senang dengan musyawarah atau dalam

hal ini dimaknai rapat atau pertemuan. Dengan demikian, makna ‗pertemuan‘ dari

kata rapat ini merupakan metafora orientasi. Menurut Lakkof dan Johnson (1980),

metafora orientasional ialah metafora yang berhubungan dengan orientasi ruang,

seperti naik-turun, dalam-luar, depan-belakang, dan lain-lain. Orientasi ruang ini

muncul dengan didasarkan pada pengalaman fisik manusia dalam mengatur

orientasi arah dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang terdapat pada ―UP-

DOWN‖. Metafora orientasional berbeda di setiap budaya karena apa yang

dipikirkan, dialami, dilakukan oleh setiap budaya berbeda. Metafora orientasional

memberikan sebuah konsep suatu orientasi ruang, misalnya ―HAPPY IS UP‖.

4.2.1.9 Motivasi Kognitif Perluasan Makna pasar

1. Makna „ tempat berjual beli‟

Kata pasar memiliki makna awal yaitu ‗tempat berjual beli‘. Misal, ―Ibu

berbelanja ikan di pasar‖. Kata pasar pada kalimat di atas adalah ‗tempat berjual

beli‘. Penggunaan kata pasar ini kemudian mengalami pergeseran makna. Di

Medan kata pasar dimaknai sebagai ‗jalan raya‘, sedangkan untuk memakna

‗tempat berjual beli‘ ialah pajak. Namun, kata pajak sendiri juga ada dalam

pemakaiannya, yakni ‗pungutan wajib‘. Dengan demikian, masyarakat di Medan

menggunakan istilah pajak dengan dua makna yaitu 1. Pasar ‗tempat berjual beli‘;
210

2. Pungutan wajib. Fenomena ini disebut juga dengan perkembangan bahasa

berdasarkan warna lokal.

Motivasi kognitif makna ‗tempat berjual beli‘ pada kata pasar berkaitan

dengan kegiatan masyarakat dalam berdagang. Pasar merupakan sebuah tempat.

Di sana ada penjual dan ada pembeli. Sistem niaga yang diberlakukan ialah

dengan transaksi langsung antara penjual dengan pembeli. Pasar pada masa

modern saat ini dimodifikasi menjadi pasar modern. Pasar modern

memberlakukan setiap barang yang dijual telah diberi harga, harga tidak dapat

ditawar seperti di pasar tradisional. Berbeda dengan pasar modern, pasar

tradisional ada proses tawar-menawar sebelum akad jual beli. Pasar tradisionsal

inilah yang sering disebut oleh pemakai bahasa sebagai pasar, sedangkan pasar

modern dikenal dengan plaza, mall, supermarket, dll. Dengan demikian, pasar itu

merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi

jual beli.

Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami

setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap

pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson

memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak

hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu

realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara

fundamental sudah metaforis. Makna metafora dari kata pasar berkaitan dengan

kegiatan perdagangan. Kegiatan perdagangan telah dikenal oleh masyarakat sejak

dahulu. Kegiatan perdagangan pada zaman dahulu dilakukan dengan cara si

penjual jika ingin menjual barang dagangannya harus menemui pembeli di


211

rumahnya atau sebaliknya pembeli yang membutuhkan barang yang ingin dibeli

harus mendatangi rumah si penjual. Oleh karena itu, seiring dengan

perkembangan zaman kegiatan perdagangan ini membutuhkan tempat. Tempat

untuk kegiatan perdagangan inilah yang kemudian dikenal masyarakat sebagai

pasar. Tempat yang diisi dengan barang-barang dagangan yang dibutuhkan

masyarakat untuk kebutuhan hidup ini disebut pasar. Di pasar, kegiatan jual beli

dilakukan berdasarkan keinginan untuk bertukar barang dengan alat transaksi jual

beli yakni uang. Pasar berhubungan dengan kegiatan ekonomi. Dalam

perkembangannya, pasar dibagi menjadi pasar tradisional, pasar modern atau

swalayan, pasar nyata, bahkan pasar abstrak atau online.

2. Makna „ kekuatan penawaran dan permintaan‟

Makna ‗kekuatan penawaran dan permintaan‘ merupakan makna

perluasan dari makna ‗tempat berjual beli‘. Perhatikan kalimat berikut:

Namun, aktivitas ekonomi tetap berjalan, sejumlah toko dan pasar tetap buka.
Pasar keuangan juga tidak tertekan.
Kata pasar memiliki beberapa makna perluasan. Makna ‗kekuatan

penawaran dan permintaan‘ ini merupakan metafora dari makna ‗tempat berjual

beli‘. Kata pasar sama-sama digunakan dalam bidang ekonomi yang pertama

‗tempat berjual beli‘ dan yang kedua ‗kekuatan penawaran dan permintaan‘.

Seiring dengan perkembangannya kata pasar memiliki makna secara

abstrak, yakni pasar saham, pasar modal, pasar valuta asing, dll. Makna ‗kekuatan

penawaran dan permintaan‘ merupakan makna kata pasar abstrak. Dalam bidang

ekonomi, pasar dibedakan dalam empat jenis, yakni pasar tradisional dan pasar

modern, pasar nyata, dan pasar abstrak. Pasar tradisional dan pasar modern telah
212

dibahas dalam makna ‗tempat jual beli‘, sedangkan pasar abstrak merupakan pasar

online atau pasar yang maksudnya di luar pasar tradisional dan pasar modern.

Makna ‗kekuatan penawaran dan permintaan‘ berhubungan dengan pasar abstrak

seperti pasar saham. Pasar saham adalah pasar untuk perdagangan saham

perusahaan yang dipegang umum dan instrumen finansial yang berhubungan

(termasuk opsi saham, perdagangan dan prakiraan indeks saham).

https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar_saham

Motivasi kognitif dari makna ‗kekuatan penawaran dan permintaan‘

berkaitan dengan hukum dari ekonomi yakni ada barang dan jasa, penjual dan

pembeli, penawaran dan permintaan. Dalam kegiatan perdagangan atau kegiatan

jual beli ada proses penawaran dan permintaan sebelum akhirnya terjadinya

transaksi jual beli. Kekuatan penawaran dan permintaan ini berada di pasar

sehingga makna pasar meluas bukan hanya tempat jual beli saja, melainkan

adanya proses permintaan dan penawaran terhadap barang atau jasa yang ingin

dijualbelikan.

Makna metafora kata pasar menjadi makna ‗kekuatan penawaran dan

permintaan‘ berhubungan dengan kegiatan di pasar. Pasar yang menjual barang-

barang secara langsung di dalamnya ada penjual yang menawarkan barang

dagangannya dan ada pembeli yang meminta barang dengan harga yang sesuai

merupakan makna dari pasar. Pasar saham, pasar valuta asing, pasar modal

merupakan turunan dari kata pasar yang di dalamnya juga mengandung kegiatan

ekonomi seperti halnya kegiatan jual beli di pasar. Makna metafora ini berkenaan

dengan metafora struktural. Metafora struktural yaitu sebuah konsep dibentuk

secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini
213

didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora

struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari

(Lakkoff dan Johnson: 1980).

3. Makna „ bahasa yang kurang baik‟

Makna ini berkaitan dengan bahasa pasaran atau bahasa yang kurang baik

atau bahasa yang kurang baku di masyarakat. Bahasa itu berkembang begitu saja

sehingga disebut dengan bahasa pasaran. Bahasa pasaran merupakan bahasa yang

banyak digunakan pemakai bahasa secara nonformal. Bahasa pasaran dianggap

kurang sopan, kurang baik.

Makna kata pasar meluas menjadi makna bahasa pasaran merupakan

makna metafora. Makna metafora dari kata pasar menjadi makna bahasa pasaran.

Ada hal yang dibandingkan, yaitu bahasa yang digunakan di pasar dengan bahasa

pasaran. Bahasa perhubungan atau bahasa yang menghubungkan antara penjual

dan pembeli di pasar adalah bahasa nonformal, bahasa yang kurang sopan. Dalam

transaksi jual beli di pasar, bahasa formal tidak belaku sebab tidak semua orang

yang ada di pasar memahami bahasa baku atau bahasa formal, khususnya pasar

tradisional yang pada umumnya penjual hanya lulusan paling tinggi SMA dan

bersifat heterogen. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan untuk komunikasi atau

bahasa perhubungan di pasar adalah bahasa nonformal, bahasa yang kurang baik.

Berdasarkan perbandingan inilah, makna kata pasar berkaitan dengan bahasa

pasaran, bahasa perhubungan yang kurang baik atau kurang sopan seperti bahasa

yang digunakan di pasar. Makna metafora ini sesuai dengan pernyataan Lakkoff

dan Johnson tentang metafora. Lakoff dan Johnson menyatakan bahwa


214

pengalaman yang dialami setiap individu bersifat kultural; budaya

melatarbelakangi atau hadir pada setiap pengalaman manusia. Sebagai

konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson memberi penekanan pada

pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak hanya menyediakan

pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu realitas karena pada

dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara fundamental sudah

metaforis.

Pasar memiliki makna secara linguistik ialah bahasa pasaran yang dipakai

dalam pergaulan sehari-hari (tentang bahasa yang kurang baik tata bahasanya,

pilihan katanya, dan sebagainya). Misal: kosakata khas: berkata → bilang,

berbicara → ngomong, cantik →kece, dia → doi, doski, kaya →tajir, bahaya

→berabe, ayah → bokap, ibu → nyokap, cinta →cintrong, aku →gua, gue, gwa,

kamu → lu, lo, elu, kita → kite dll.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran. Dapat juga dinyatakan bahwa makna kognitif adalah makna yang

ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur bahasa yang sangat dekat

hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan

berdasarkan analisis komponen (Kridalaksana, 1984: 120). Berdasarkan

penjelasan tersebut, motivasi kognitif dari makna kata pasar sebagai a Ling

dipakai dalam pergaulan sehari-hari (tentang bahasa yang kurang baik tata

bahasanya, pilihan katanya, dan sebagainya dipengaruhi oleh masyarakat

pengguna bahasa pasaran. Bahasa pasar Indonesia ditutur secara meluas dalam

pergaulan sehari-hari, persekitaran sosial, media populer dan sebagian bahan


215

bacaan remaja dan majalah budaya pop. Bagi yang tinggal di kawasan bandar

Indonesia, bahasa pasar Indonesia sering dijadikan bahasa perhubungan utama

dalam kehidupan sehari-hari walaupun sedikit janggal jika bertutur dalam bahasa

formal. Meskipunn begitu, penggunaan "bahasa Indonesia yang baik dan benar"

meluas dalam media, lembaga kerajaan, sekolah, universitas, tempat kerja, di

kalangan golongan atasan dan bangsawan Indonesia dan situasi-situasi formal

yang lain. Bahasa pasar Indonesia adalah fenomena bahasa yang senantiasa

berevolusi, karena perbendaharaan katanya amat berbeda daripada bahasa

Indonesia maupun bahasa Melayu dan juga banyak kata-kata baru, baik asli

maupun asing yang sering diterapkan dalam perbendaharaan kata yang semakin

luas. Apapun, seperti bahasa-bahasa lain, peredaran zaman menyebabkan sebagian

kata menjadi jarang digunakan ataupun hilang karena dianggap ketinggalan zaman

atau tidak lagi menepati trend terkini.

4. Makna „jalan‟

Makna ‗jalan‘ ini berlaku bagi pengguna bahasa di Medan. Di Medan

kata pasar itu identik dengan ‗jalan‘ bukan ‗tempat berjual beli‘. Makna ‗jalan‘

merupakan warna lokal di Medan. Di Medan untuk menyebutkan tempat berjual

beli ialah pajak. Pajak yang dalam bahasa Indonesia ialah pungutan wajib. Makna

‗jalan‘ ini hanya dikenal oleh pemakai bahasa di Medan. Fenomena ini disebut

warna lokal.

Motivasi kognitif mengapa kata pasar dapat bergeser maknanya menjadi

makna ‗jalan‘ ialah berkaitan dengan tempat, situasi, dan kondisi di pasar (tempat

jual beli). Pasar di Medan pada umumnya dimaknai sebagai tempat jual beli
216

berada di jalan, situasi di pasar ramai, kondisi lingkungan di pasar kotor atau

kumuh. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman ini, masyarakat di Medan

menyebut pasar itu jalan. Kemudian, untuk menyebutkan tempat jual beli bukan

pasar melainkan pajak. Pajak (tempat jual beli) di Medan pada umumnya

diletakkan di tempat khusus tidak berada di jalan raya, meskipun ada juga yang

tetap menggunakan jalan raya sebagai tempat jual beli. Pajak (tempat jual beli) di

Medan dikenal sebagai pasar tradisional.

Penggunaan warna lokal ini juga merupakan keunikan dalam fenomena

bahasa. Bahasa Medan memiliki ciri khas sendiri jika dibandingkan dengan

bahasa Indonesia. Selain, pasar yang disebut jalan dan pajak disebut pasar (tempat

jual beli), ada juga kata yang lainnya, seperti SPBU disebut galon, sepeda motor

disebut kereta, siap dimaknai telah selesai, dll. Secara kognitif, makna ini muncul

karena kebiasaan dan kebudayaan masyarakat Medan yang telah lama ada

sehingga kata-kata tersebut telah populer dan melekat sampai ke generasi

sekarang.

Berhubungan dengan kebudayaan dan kebiasaan, kata dapat di bentuk

makna metafora. Metafora yang berkaitan dengan budaya ini disebut dengan

metafora orientasional. Metafora orientasional menurut Lakkoff dan Johnson ialah

metafora yang berhubungan dengan orientasi ruang, seperti naik-turun, dalam-

luar, depan-belakang, dan lain-lain. Orientasi ruang ini muncul dengan didasarkan

pada pengalaman fisik manusia dalam mengatur orientasi arah dalam kehidupan

sehari-hari, seperti yang terdapat pada ―UP-DOWN‖. Metafora orientasional

berbeda di setiap budaya karena apa yang dipikirkan, dialami, dilakukan oleh

setiap budaya berbeda. Metafora orientasional memberikan sebuah konsep suatu


217

orientasi ruang, misalnya ―HAPPY IS UP‖. Kata pasar yang pada awalnya

dimaknai sebagai tempat jual beli bergeser menjadi jalan raya karena kebudayaan

dan kebiasaan masyarakat di lingkungan tertentu, khusus Medan. Makna ini

muncul juga karena pengaruh metafora orientasional yaito berorientasi pada

ruang.

4.2.1.10 Motivasi Kognitif Penyempitan Makna kampanye

1. Makna „ tindakan serentak‟

Kata kampanye memiliki makna awal ‗tindakan serentak‘. Makna ini

mempunyai makna yang umum. Semua bidang dapat menggunakan kata

kampanye. Misalnya: dunia pendidikan, pemerintah sedang berkampanye wajib

belajar sembilan tahun; dunia kesehatan, pemerintah berkampanye dua anak sudah

cukup atau program keluarga berencana.

Kata kampanye yang memiliki makna ‗tindakan serentak‘ diibaratkan

promosi, tetapi bukan promosi barang atau jasa yang dijual. Kata kampanye yang

bermakna ‗tindakan serentak‘ ini bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan.

Berdasarkan tujuan inilah maka makna kata kampanye menjadi bergeser ke

bidang yang lebih khusus yaitu bidang politik.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran. Dapat juga dinyatakan bahwa makna kognitif adalah makna yang

ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur bahasa yang sangat dekat

hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan

berdasarkan analisis komponen (Kridalaksana, 1984: 120).


218

Kampanye merupakan kata serapan yang diserap dari bahasa Inggris yaitu

kata campaign yang artinya suatu tindakan yang biasanya dilakukan untuk

menarik perhatian umum agar mendapatkan suara. Tindakan tersebut dapat

dengan memberikan visi misi yang terencana dan hal-hal apa saja yang akan

dilakukan nantinya jika yang bersangkutan terpilih. Namun, pada umumnya

kampanye yang telah diserap ke bahasa Indonesia ialah tindakan serentak.

Makna metafora yang terbentuk dari kata kampanye ini adalah berkaitan

dengan pemahaman dan pengalaman mengenai sebuah hal melalui sesuatu hal

yang lain. Jadi, seseorang memahami dan merasakan sesuatu yang baru melalui

pemahamannya atas hal lain yang telah ia kenal sebelumnya (Lakkoff dan

Johnson, 1980 dalam bukunya Metaphor We Live By). Berdasarkan pengalaman

dan pemahaman inilah, kata kampanye yang berkaitan dengan tindakan

berkeliling untuk menyampaikan pidato bermakna lain yaitu tindakan serentak

karena memang kampanye merupakan tindakan yang dilakukan serentak.

2. Makna „ kegiatan politik‟

Makna ‗kegiatan politik‘ merupakan makna khusus dari kata kampanye.

Kata kampanye sangat populer dengan makna ‗kegiatan politik‘. Dalam bidang

politik, kampanye adalah sebuah upaya yang terorganisir bertujuan untuk

memengaruhi proses pengambilan keputusan para pemilih dan kampanye politik

selalu merujuk pada kampanye pemilihan umum.

Karena kata kampanye selalu hadir saat atau menjelang pemilihan umum,

kata kampanye selalu diidentikkan dengan politik. Padahal, tidak hanya pada

pemilihan umum, kata kampanye sebelumnya sudah dikenal secara umum.


219

Perubahan makna kata kampanye yang hanya merujuk pada politik praktis ini

membuat kata kampanye menjadi menyempit atau dari kata yang umum menjadi

kata yang khusus.

Kejadian kurang mengenakkan dialami calon gubernur yang maju pada Pilkada
DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, saat kampanye di Rawa
Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).
Kalimat di atas menggunakan kata kampanye bermakna ‗kegiatan politik‘.

Kampanye yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama merupakan kampanye

politik yaitu kegiatan untuk menggalang dukungan massa agar dirinya dipilih saat

pemilihan umum Gubernur DKI tahun 2017. Kegiatan politik ini disebut juga

kampanye politik.

Kampanye adalah sebuah tindakan dan usaha yang bertujuan mendapatkan

pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan oleh peorangan atau

sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian suatu proses

pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga dilakukan

guna memengaruhi, penghambatan, pembelokan pecapaian. Dalam sistem politik

demokrasi, kampanye politis berdaya mengacu pada kampanye elektoral

pencapaian dukungan, di mana wakil terpilih atau referenda diputuskan.

Kampanye politis tindakan politik berupaya meliputi usaha terorganisir untuk

mengubah kebijakan di dalam suatu institusi.

https://id.wikipedia.org/wiki/Kampanye

Berdasarkan kognitif pemakai bahasa, kampanye dikaitkan dengan politik

praktis yaitu kegiatan menyampaikan pidato tentang visi misi untuk meraih

dukungan pemilih. Masyarakat memahami kata kampanye dengan bentuk slogan,

pembicaraan, barang cetakan, penyiaran barang rekaman berbentuk gambar atau


220

suara, dan simbol-simbol. Pada sistem politik totaliter, otoriter kampanye sering

dan biasa dilakukan ke dalam bentuk tindakan teror, intimidasi, propaganda atau

dakwah. Kampanye dapat juga dilakukan melalui internet untuk rekayasa

pencitraan kemudian berkembang menjadi upaya persamaan pengenalan sebuah

gagasan atau isu kepada suatu kelompok tertentu yang diharapkan mendapatkan

timbal balik dan tanggapan. Makna kognitif ini berkaitan dengan makna kognitif

yang disampaikan Kridalaksana. Makna kognitif (cognitive meaning) adalah

aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam

di luar bahasa atau penalaran. Dapat juga dinyatakan bahwa makna kognitif

adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur bahasa yang

sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan

dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen (Kridalaksana, 1984: 120).

Metafora ialah pemahaman dan pengalaman mengenai sebuah hal melalui

sesuatu hal yang lain. Jadi, seseorang memahami dan merasakan sesuatu yang

baru melalui pemahamannya atas hal lain yang telah ia kenal sebelumnya

(Lakkoff dan Johnson, 1980 dalam bukunya Metaphor We Live By). Berdasarkan

definisi tersebut, makna metafora yang ada pada makna kampanye ialah politik,

janji, pencitraan, dan kekuasaan. Artinya kampanye adalah kegiatan politik

dengan memaparkan janji politik dengan wujud slogan, pembicaraan, simbol

untuk merekayasa pencitraan agar terpilih dan kemudian berkuasa. Dengan

pemahaman ini ada istilah kampanye hitam. Secara umum yang disebut dengan

kampanye hitam adalah menghina, memfitnah, mengadu domba, menghasut, atau

menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang calon, sekelompok

orang, partai politik, pendukung seorang calon terhadap lawan mereka. Ini
221

berbeda dengan menyampaikan kritik terhadap visi dan misi atau program calon

tertentu.

4.2.1.11 Motivasi Kognitif Peningkatan Makna aksi

1. Makna „tindakan‟

Makna umum dari kata aksi adalah ‗tindakan‘. Makna ini merupakan

makna asli sebelum makna kata aksi mengalami perubahan. Makna ‗tindakan ini‘

dapat digunakan dalam konteks kalimat yang lebih umum. Misal:

―Kane sudah mencetak 94% gol Premier League buat Tottenham dari aksi di
dalam kotak penalti (58 dari 62).‖

Kata aksi merupakan kata serapan yang diserap dari bahasa Inggris yaitu

action yang artinya tindakan. Berdasarkan pengetahuan tersebut, makna awal kata

aksi adalah tindakan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tindakan n artinya 1

sesuatu yang dilakukan; perbuatan: ~ wakil kita itu sangat merugikan kepentingan

kita; 2 tindakan yang dilaksanakan untuk mengatasi sesuatu: ~ yang tegas;~ sosial

upaya terorganisasi untuk mengubah keadaan sosial ekonomi; ~ subversif usaha

terorganisasi yang bertujuan menumbangkan pemerintah ‗yang sah melalui

kekerasan atau bertujuan mengganti pemerintah itu dengan cara-cara yang

ditandai oleh penggelapan, kebohongan, dan gangguan keamanan. Makna

‗tindakan‘ berkaitan dengan perbuatan seseorang dalam bidang tertentu.

Motivasi kognitif dari kata aksi dengan makna ‗tindakan‘ dapat dianalisis

dengan makna kognitif yang disampaikan Kridalaksana. Makna kognitif

(cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan

dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984:

120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna kognitif adalah makna yang
222

ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur bahasa yang sangat dekat

hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan

berdasarkan analisis komponen.

―Kane sudah mencetak 94% gol Premier League buat Tottenham dari aksi di
dalam kotak penalti (58 dari 62).‖

Aksi dalam kalimat di atas dimaknai sebagai tindakan dalam bidang sepak

bola yaitu berupa gol yang dilakukan Kane untuk Tottenham. Aksi ini berkaitan

dengan perbuatan yang aktif. Misal, Ketika kita belajar , maka itu adalah sebuah

aksi. Ketika kita bekerja, maka itu adalah sebuah aksi. Ketika kita berorasi, maka

itu adalah sebuah aksi. Ketika kita berdiskusi, maka itu adalah aksi. Ketika kita

menyebar opini melalui tulisan atau komentar, maka itu adalah aksi. Ketika kita

berkelahi, maka itu adalah aksi. Ketika kita protes, maka itu adalah aksi. Lain hal

ketika kita diam karena tidak berfikir, maka itu bukan merupakan aksi. Karena

aksi itu bergerak, bukan diam. Aksi itu berfikir, tidak mengawang. Aksi itu

menghasilkan, tidak nihil. Aksi memiliki makna yang luas, tidak sekedar pada

bidang olahraga.

Kata aksi memiliki makna metafora, makna dari kata aksi ini berkaitan

dengan meluasnya pemakaian kata aksi. Misal, aksi sosial. Aksi sosial merupakan

suatu gerakan atau tindakan terorganisasi yang dilakukan oleh sekelompok orang

untuk melakukan perubahan sosial (glosarium). Selain itu, aksi mogok kerja, aksi

akrobat, aksi laga, dll. Aksi mogok kerja merupakan peristiwa sejumlah besar

karyawan perusahaan berhenti bekerja sebagai bentuk protes. Jika tidak tercapai

persetujuan antara mereka dengan majikan mereka, maka mogok kerja dapat terus

berlangsung hingga tuntutan para karyawan terpenuhi atau setidaknya tercapai

sebuah kesepakatan. Aksi Mogok Kerja di Indonesia pada 25 November 2010,


223

Forum Buruh DKI Jakarta yang terdiri dari gabungan sejumlah serikat pekerja

antara lain, ASPEK Indonesia, FSPMI, FSBI, SPN, GSBI, KSBSI, dan SBSI 92

melakukan aksi mogok kerja massal di Kawasan Berikat Indonesia, Cakung,

Cilincing, Jakarta Utara. Mereka menuntut kenaikan Upah Minimum Provinsi

DKI Jakarta sesuai dengan jumlah capaian Kebutuhan Hidup Layak (KHL)

sebesar Rp 1.401.289.Pada bulan September 2013, Gabungan Asosiasi Koperasi

Tahu-Tempe Indonesia (Gakoptindo) merencanakan aksi mogok selama tiga hari

terkait masalah kenaikan harga kedelai.

https://id.wikipedia.org/wiki/Mogok_kerja

Aksi akrobat merupakan penampilan luar biasa yang melibatkan

keseimbangan, ketangkasan, dan koordinasi motorik. Hal ini dapat ditemukan

pada banyak seni pertunjukan, acara olahraga, dan seni bela diri. Akrobat paling

sering dikaitkan dengan aktivitas yang secara ekstensif menggunakan elemen

senam, seperti acro dance, sirkus, dan senam, tetapi banyak kegiatan atletik

lainnya - seperti balet dan menyelam - juga dapat menggunakan akrobat.

Meskipun akrobat paling sering dikaitkan dengan kinerja tubuh manusia, hal itu

mungkin juga berlaku untuk jenis pertunjukan lain, seperti aerobatik.

https://id.wikipedia.org/wiki/Akrobatik

Setelah memahami bahwa kata aksi memiliki kata turunan dengan makna

yang berbeda-beda bergantung kepada konteks. Metafora ini merupakan metafora

stuktural. Menurut Lakkoff dan Johnson metafora struktural ialah sebuah konsep

dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora

struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran.

Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-


224

hari. Metafora aksi akrobat berkaitan dengan ranah akrobatik, aksi laga berkaitan

dengan ranah laga, dan aksi mogok kerja berkaitan dengan ranah kesejahteraan

sosial.

2. Makna „unjuk rasa atau demonstrasi‟

Makna ‗unjuk rasa atau demontrasi‘ merupakan makna perluasan dari kata

aksi. Pada awalnya kata demonstrasi bermakna melakukan unjuk rasa, tetapi kini

kata aksilah yang mewakili kata unjuk rasa. Kata aksi yang bermakna ‗unjuk rasa‘

merupakan bentuk yang lebih halus dan sopan dari kata demontrasi. Berkaitan

dengan makna ini, aksi selalu dikonotasikan positif daripada demontrasi. Dapat

diketahui pada tanggal 2 Desember 2016 yang lalu ada sebuah peristiwa unjuk

rasa di Jakarta. Peristiwa unjuk rasa itu dinamakan aksi damai 212. Para jurnalis

memakai kata aksi sebagai bentuk demontrasi yang dilakukan di Jakarta tersebut.

Dalam hal ini, makna unjuk rasa atau demontrasi dari kata aksi merupakan bentuk

peningkatan makna dari sebelumnya. Demontrasi dikaitkan dengan kegiatan yang

anarkis, tetapi dengan kata aksi kegiatan yang berupa unjuk rasa terhindar dari

konotasi negatif masyarakat tentang demontrasi. Nilai rasa masyarakat lebih

positif terhadap kata aksi daripada demontrasi meskipun bentuk kegiatan yang

dilakukan sama yakni unjuk rasa.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna

kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau
225

gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen. Motivasi kognitif

dari makna ‗unjuk rasa atau demonstrasi‘ dapat dipahami melalui paparan berikut.

JAKARTA, KOMPAS.com — Koordinator aksi bela rakyat 121, Ikhsan


Munawar, mengatakan, pihaknya mendesak untuk bertemu dengan Presiden RI
Joko Widodo untuk menyampaikan tuntutan mereka.

AKSI. Banyak orang merepresentasikan aksi hanya pada satu titik, yaitu

demonstrasi saja. Aksi dianggap sama dengan demonstrasi. Makna aksi itu

sangatlah luas. Ketika kita belajar , maka itu adalah sebuah aksi. Ketika kita

bekerja, maka itu adalah sebuah aksi. Ketika kita berorasi, maka itu adalah sebuah

aksi. Ketika kita berdiskusi, maka itu adalah aksi. Ketika kita menyebar opini

melalui tulisan atau komentar, maka itu adalah aksi. Ketika kita berkelahi, maka

itu adalah aksi. Ketika kita protes, maka itu adalah aksi. Lain hal ketika kita diam

karena tidak berfikir, maka itu bukan merupakan aksi. Karena aksi itu bergerak,

bukan diam. Aksi itu berfikir, tidak mengawang. Aksi itu menghasilkan, tidak

nihil. Namun, aksi pada perkembangannya menyempit maknanya menjadi

demonstrasi.

DEMONSTRASI atau biasa disingkat menjadi DEMO. Ada dua

pengertian yang melekat pada satu kata ini. Pertama, protes yang dilakukan secara

massal dihadapan umum. Kedua, memperagakan atau mempertunjukkan

melakukan sesuatu sebagai referensi bagi peserta. Banyak contoh demonstrasi

yang bisa kita lihat, baik di koran-koran atau televisi. Demonstrasi termasuk hak

demokrasi yang idealnya bisa dilakukan secara damai, intelek, dan santun. Hanya

saja hak ini biasanya diselewengkan oleh oknum-oknum tertentu untuk berbuat

rusuh. Demonstrasi juga merupakan media pencerdasan atau pembodohan secara


226

massif. Karena memang yang berperan dalam kegiatannya adalah massa yang

berjumlah banyak, opini yang dimunculkan pun memiliki kekuatan massa.

Korelasi antara AKSI dan DEMONSTRASI bukan merupakan sebuah

equal, melainkan sebuah himpunan bagian. Secara gamblang dapat dipaparkan

bahwa DEMONSTRASI merupakan bagian dari AKSI, bukan sebaliknya. Karena

ketika kita sedang belajar mempersiapkan UTS itu bukanlah sebuah

DEMONSTRASI, melainkan itu adalah sebuah AKSI belajar. Contoh lain,

apabila kita melakukan DEMONSTRASI memasak di televisi, maka secara

langsung kita melakukan AKSI demonstrasi. Atau ketika kita DEMONSTRASI di

depan gedung DPR, maka kita melakukan apa yang disebut AKSI demonstrasi.

Jadi, saat kita melakukan AKSI, maka belum tentu kita melakukan

DEMONSTRASI, karena DEMONSTRASI merupakan salah satu bentuk AKSI.

Berdasarkan makna metafora, kata aksi yang bermakna ‗unjuk rasa atau

demontrasi‘ memiliki jenis makna metafora ontologis. Menurut Lakkoff dan

Johnson metafora ontologis adalah metafora yang melihat kejadian, aktivitas

emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam metafora ―THE

MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just isn‘t operating today‖

(hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang tidak ingin berpikir).

Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonseptualisasikan pikiran,

pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—ke sesuatu yang memiliki sifat

fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis menganggap nomina abstrak sebagai

nomina konkret. Dengan melihat kejadian, aktivitas emosi, dan ide sebagai

substansi, kata aksi memiliki makna demontrasi atau unjuk rasa.


227

4.2.1.12 Motivasi Kognitif Peningkatan Makna blusukan

1. Makna „keluar masuk di tempat yang jarang dilewati‟

Makna ‗keluar masuk di tempat yang jarang dilewati‘ itulah makna awal

dari kata blusukan. Kata blusukan yang saat ini populer karena pejabat publik

selalu mempopulerkan kata ini di tengah masyarakat untuk menyebutkan kegiatan

mereka. Misal, Presiden Joko Widodo yang semula menjadi Gubernur DKI

menggunakan kata blusukan untuk kegiatan kerjanya sebagai pejabat publik.

Padahal, kegiatan yang dilakukan adalah mengunjungi warga.

Kata blusukan yang berasal dari bahasa Jawa dimaknai dengan ‗keluar

masuk di tempat yang jarang dilewati atau semak-semak‘ identik dengan kegiatan

main-main. Kata blusukan ini digunakan para orang tua yang memarahi anaknya

yang bermain-main ke semak-semak. Namun, dengan adanya penggunaan kata

blusukan di area umum seperti yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo, kata

blusukan ini memiliki makna yang lebih tinggi.

Motivasi kognitif kata blusukan yang bermakna ‗keluar masuk ke tempat

yang jarang dilewati‘ berkaitan dengan kegiatan masyarakat yang senang dengan

masuk ke tempat-tempat yang tidak terpikirkan memasukinya seperti tengah

hutan, rawa-rawa dengan tujuan yang mungkin tidak begitu penting. Blusukan ini

memang sering digunakan oleh masyarakat Jawa jika memasuki sawah-sawah

atau rawa-rawa. Makna kata blusukan ‗keluar masuk ke tempat yang jarang

dilewati‘ ini memiliki citra negatif. Namun, sekarang kata blusukan mudah

diinterpretasikan sebuah euforia berita yang mengatasnamakan pejabat atau sipil

yang melakukan blusukan. Selain itu, ada yang menafsirkan blusukan adalah cara
228

pejabat buat pencitraan (seolah pro rakyat). Ini merupakan tamparan terhadap

defenisi blusukan secara harfiah.

Selanjutnya, kata blusukan ini memiliki makna metafora. Lakoff dan

Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami setiap individu

bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap pengalaman

manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson memberi

penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak hanya

menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu

realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara

fundamental sudah metaforis. Pengalaman masyarakat terhadap kata blusukan ini

memunculkan makna bahwa blusukan itu kegiatan keluar masuk ke kolong,

tengah hutan, sawah, atau tempat-tempat yang tidak atau jarang dilewati. Budaya

masyarakat Jawa ini mengakibatkan kata blusukan memiliki makna masuk ke

wilayah yang kumuh.

2. Makna „ bermain; dolanan‟

Makna ‗bermain atau dolanan‘ merupakan makna yang terkandung dalam

kata blusukan yang berasal dari bahasa Jawa. Kata blusukan ini sering digunakan

oleh para anak-anak yang bermain-main ke tempat-tempat yang tidak baik atau

anak-anak yang sedang dimarahi oleh orang tuanya karena bermain atau dolanan

terus-menerus ke suatu tempat yang tidak tahu tujuan apa bermain di tempat

tersebut. Makna ‗bermain atau dolanan‘ sering kali dipakai oleh anak-anak. Oleh

sebab itu, jika Presiden Joko Widodo menggunakan kata blusukan untuk

menyebutkan kegiatan kerjanya dengan dolanan adalah hal yang keliru. Oleh
229

sebab itu, kata blusukan sendiri telah mengalami peningkatan makna yang

awalnya ‗bermain atau dolanan‘ menjadi ‗bekerja dengan sungguh-sungguh‘.

Karena jika pejabat publik bekerja dengan main-main seperti dolanan dalam kata

blusukan, kegiatan blusukan itu sangatlah tidak baik.

Motivasi kognitif kata blusukan yang dianggap kegiatan bermain-main

atau dolanan karena berhubungan dengan keluar masuk ke tempat yang jarang

didatangi. Kegiatan keluar masuk dianggap kegiatan yang kurang bermanfaat atau

kurang penting, apalagi tempat yang didatangi pun tempat yang jarang didatangi,

misal swah, hutan, kolong, dll. Hal ini berkaitan dengan budaya masyarakat Jawa,

anak-anak sering dimarahi oleh orang tua mereka karena sering blusukan. Anak-

anak tidak sepantasnya blusukan karena tugas utamanya adalah belajar bukan

dolanan atau bermain-main apalagi ke tempat yang jarang didatangi masyarakat.

Metafora ini berjenis metafora orientasional. Metafora orientasional ialah

metafora yang berhubungan dengan orientasi ruang, seperti naik-turun, dalam-

luar, depan-belakang, dan lain-lain. Orientasi ruang ini muncul dengan didasarkan

pada pengalaman fisik manusia dalam mengatur orientasi arah dalam kehidupan

sehari-hari, seperti yang terdapat pada ―UP-DOWN‖. Metafora orientasional

berbeda di setiap budaya karena apa yang dipikirkan, dialami, dilakukan oleh

setiap budaya berbeda. Metafora orientasional memberikan sebuah konsep suatu

orientasi ruang, misalnya ―HAPPY IS UP‖. Dengan demikian, kata blusukan

bermakna ‗dolanan atau bermain-main‘ muncul akibat adant\ya budaya yang

dipikirkan, dialami oleh masyarakat.


230

3. Makna „ kunjungan kerja‟

Makna ‗kunjungan kerja‘ inilah yang dilakukan Presiden Joko Widodo

dengan menggunakan kata blusukan. Makna ini yang muncul dari kata blusukan

yang awalnya bermakna ‗bermain atau dolanan‘ menjadi meningkat maknanya

menjadi ‗kunjungan kerja‘. Biasanya Presiden Joko Widodo melakukan blusukan

ke tempat-tempat yang kumuh, misal kolong jembatan, sepanjang aliran sungai,

masuk ke gorong-gorong Seperti halnya yang dimaknai pada kata blusukan pada

awalnya yakni ‗keluar masuk ke tempat yang jarang dikunjungi orang pada

umumnya atau semak-semak‘. Dengan adanya kegiatan blusukan ini masyarakat

menjadi simpati kepada pejabat publik karena merasa diperhatikan nasibnya. Jika

masyarakat menganggap makna kata blusukan adalah ‗bermain atau dolanan‘

tidaklah sebaik ini tanggapan masyarakat terhadap kegiatan blusukan pejabat

publik tersebut. Oleh sebab itu, kata blusukan dimaknai sebagai kegiatan

kunjungan kerja para pejabat publik.

Motivasi kognitif yang ada pada kata blusukan ialah untuk

menggambarkan kegiatan inspeksi langsung, seringkali tanpa sepengetahuan

siapapun kapan dan kemana akan pergi, bahkan jika yang melakukan blusukan itu

pejabat publik tanpa diketahui oleh staf dan wartawan yang selalu mengikuti

geraknya. Kemudian tujuan blusukan sesungguhnya adalah untuk melakukan

komunikasi langsung dengan warga masyarakat, di samping adanya berbagai

tujuan resmi lainnya, seperti untuk mengecek implementasi sebuah proyek,

mengecek pelayanan publik yang diberikan oleh kecamatan dan kelurahan, atau

sekedar untuk melihat situasi di lapangan dan untuk mendengar langsung apa

yang dikeluhkan oleh warga.


231

Ahok Akan Tetap ―Blusukan‖ Meski Ada Demo 4 November (Jumat, 4


November 2016)

Kata blusukan pada kalimat di atas menunjukkan bahwa Ahok akan tetap

melakukan kunjungan kerja seperti makna kata blusukan yang dipopulerkan oleh

Joko Widodo. Makna metafora yang muncul dari kata blusukan pada kalimat

tersebut ialah berkaitan dengan agenda keluar masuknya Ahok ke tempat yang

jarang ia kunjungi sebagai pejabat publik sebagai agenda kerjanya, mengunjungi

langsung warganya di tempat-tempat terpencil, kumuh, atau tempat yang jarang

dijangkau. Blusuk yang dalam bahasa Jawa adalah ‗masuk‘, kemudian blusuk ini

dibandingkan dengan pejabat yang masuk ke wilayah warga yang tidak biasa

dilakukan oleh pejabat. Pejabat yang pada umumnya mendatangi tempat-tempat

yang mewah, tetapi karena adanya agenda kerja rela melakukan kegiatan blusukan

untuk menyapa warganya. Metafora ini disebut metafora struktural. Metafora

struktural menurut Lakkoff dan Johnson ialah yaitu sebuah konsep dibentuk

secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini

didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora

struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari.

Berhubungan dengan ranah dan sumber, jika sumber kata blusukan adalah pejabat

maka sasarannya adalah agenda kerja, jika sumber kata blusukan itu anak-anak

maka sasarannya adalah bermain di tengah hutan atau di sawah-sawah. Oleh

karena itu, blusukan memiliki sumber dan ranah yang berbeda sehingga makna

yang dimunculkan pun berbeda.


232

4.2.1.13 Motivasi Kognitif Penurunan Makna dicekal

1. Makna „cegah dan tangkal‟

Dicekal merupakan akronim dari kata cegah dan tangkal. Makna ‗cegah

dan tangkal‘ itu maksudnya dicegah dan ditangkal untuk melakukan kegiatan

perjalanan ke luar negeri, dan sebagainya; dikenai larangan. Misalnya, seseorang

yang terlibat atau terkait tindakan hukum atau seorang tersangka dari tindakan

hukum dilakukanlah pencekalan yaitu pencegahan dan penangkalan untuk tidak

pergi ke luar negeri karena dikhawatirkan melarikan diri atau membuang atau

menghilangkan barang bukti.

Dalam makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya dan yang

dimaksudkan juga apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan itu megah,

maka kita secara langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah bangunan

yang megah. Kita belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana serta

seberapa kemegahan itu (Suwandi, 2008:73). Motivasi kognitif munculnya makna

cegah dan tangal ini berhubungan dengan pengetahuan masyarakat tentang

akronim cekal. Cegah dan tangkal berasal dari kata pencegahan dan penangkalan

yang berkaitan dengan kegiatan keimigrasian. Masyarakat mengetahui bahwa

cegah dan tangkal adalah perbuatan penahanan kepada seseorang untuk tidak

pergi ke luar negeri. Misal, tersangka korupsi dilarang pergi ke luar negeri atau

dicekal gunak tidak menghilangkan barang bukti. Masyarakat juga memahami

bahwa penangkalan itu perbuatan penolakan terhadap Warga Negara Asing,

khusus bagi Warga Negara Indonesia dengan wewenang dan tanggung jawab

penangkalan dilakukan sebuah tim yang dipimpin Menteri bidang kehakiman


233

dengan anggota yang terdiri dari unsur Mabes TNI, Kejaksaan Agung,

Kementerian Luar Negeri, Kementerian Dalam Negeri serta mengikutkan Badan-

badan bidang intelijen bagi yang terkena penangkalan untuk masuk ke dalam

wilayah Indonesia berdasarkan alasan tertentu.

Selain perbuatan pencegahan seseorang ke luar negeri karena alasan

tertenu dan perbuatan penangkalan terhadap seseorang karena hal tertentu, kata

cegah dan tangkal mulai digunakan masyarakat diacara seminar dan konser, misal:

perbuatan pelarangan tampil bicara di sebuah seminar atau diskusi bagi orang

tertentu atau perbuatan pelarangan seseorang dalam sebuah pertunjukan. Dalam

hal ini cekal mempunyai pengertian berbeda dengan pengertian dalam

keimigrasian. Contoh: penyanyi dangdut yang berpakaian dan bergoyang seronok

dilarang tampil di pertunjukan di daerah tertentu karena dikhawatirkan akan

menimbulkan keonaran dan kemaksiatan.

Makna kata cegah dan tangkal memiliki makna metafora. Cegah dan

tangkal dibandingkan dengan sesuatu yang haram atau seseorang melakukan

perbuatan yang tidak baik. Seseorang dilarang ke luar negeri atau dicegah ke luar

negeri karena melakukan perbuatan pidana, atau memiliki urusan piutang negara.

Kegiatan pencegahan ini dilakukan untuk pemeliharaan dan penegakan keamanan

dan pertahanan negara. Berkaitan dengan penangkalan makna metafora yang

muncul ialah seseorang diduga terlibat sindikat kejahatan internasional, bersikap

bermusuhan dan mencemarkan nama baik Pemerintah Indonesia, diduga

melakukan perbuatan yang bertentangan dengan keamanan dan ketertiban umum,

kesusilaan, agama, dan adat kebiasaan masyarakat Indonesia, atas permintaan

negara, yang bersangkutan berupaya menghindarkan diri dari ancaman dan


234

pelaksanaan hukuman di negara tersebut karena melakukan kejahatan yang juga

diancam pidana menurut hukum Indonesia, pernah diusir dari wilayah Indonesia,

atau alasan-alasan yang berkaitan dengan keimigrasian. Makna metafora muncul

juga karena pengalaman. Lakoff dan Johnson menyatakan bahwa pengalaman

yang dialami setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir

pada setiap pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan

Johnson memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap

metafora tidak hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi

budaya atas suatu realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki

manusia secara fundamental sudah metaforis.

2. Makna „tahan menderita‟

Makna ‗tahan menderita‘ adalah makna dari kata cegah dan tangkal

setelah makna dilarang bepergian ke luar negeri. Makna dari kata cekal ini

mengharuskan tetap kuat; tabah. Misal, Ia tetap cekal dalam menghadapi

kesukaran ini dan tidak putus asa dalam berusaha. Makna ini memang jarang

digunakan dan dikenal oleh masyarakat. Masyarakat lebih populer dengan makna

kata cekal adalah ‗dilarang bepergian ke luar negeri‘. Dengan demikian, kata

cekal merupakan gejala bahasa yang mengalami penurunan makna, yakni kata

cekal yang merupakan akronim kini dikenal masyarakat sebagai kata dasar.

Makna kata cekal pun menjadi lebih sempit yakni dikenal masyarakat dengan

dilarang bepergian ke luar negeri.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau
235

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna

kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau

gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen. Motivasi kognitif

kata cekal yang bermakna tahan ‗menderita‘ mengacu kepada makna lain dari

cekal ‗cegah dan tangkal‘. Misal: Ia tetap cekal dalam menghadapi kesukaran ini

dan tidak putus asa dalam berusaha. Kata turunan dari kata cekal yang bermakna

‗tahan menderita‘ ialah mencekalkan/men·ce·kal·kan/ v menabahkan (hati): ia

selalu berusaha ~ hatinya dalam menghadapi kesukaran-kesukaran. Cekal yang

merupakan kata sifat atau adjektiva mempunyai makna tahan menderita.

Metafora ontologis menurut Lakkoff dan Johnson adalah metafora yang

melihat kejadian, aktivitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya

dalam metafora ―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just

isn‘t operating today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang

tidak ingin berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang

mengkonseptualisasikan pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—

ke sesuatu yang memiliki sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis

menganggap nomina abstrak sebagai nomina konkret. Kata cekal memiliki makna

yang berbeda berdasarkan subtansinya. Kata cekal v, mencekal (kata kerja)

dimaknai memegang: pendekar itu kembali ~ kedua tangan musuhnya sehingga

musuhnya berteriak minta ampun; menangkap (pencuri dsb). Kata cekalan (kata

benda) pegangan: ~ tangan adiknya bertambah kuat, sukar dilepaskan. Kata

pencekalan (kata benda) proses, cara, perbuatan mencekal. Kata cekal v akr cegah

dan tangkal. Kata mencekal (kata kerja) mencegah dan menangkal sehingga tidak
236

dapat bepergian (terutama ke luar negeri): pihak Imigrasi ~ beberapa pengusaha

yang bermasalah. Kata pencekalan (kata benda) proses, cara, perbuatan

mencekal: ~ pengusaha kakap itu terhitung sejak dikeluarkannya surat resmi

penahanannya oleh Kejaksaan Agung.

Cekal yang bermakna ‗tahan menderita‘ kurang populer di masyarakat.

Kata cekal yang lebih dipahami ialah cekal yang bermakna pegangan. Misal:

cekalan tangan kekasihnya bertambah kuat. Namun, cekal ‗tahan menderita‘ dapat

dipahami maknanya dengan melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia.

4.2.1.14 Motivasi Kognitif Asosiasi mengucurkan

1. Makna „mengalir‟

Makna ‗mengalir‘ merupakan makna awal dari kata mengucurkan. Kata

mengucurkan selalu dikaitkan dengan benda cair. Benda cair yang mengalir deras

dimaknai sebagai mengucurkan. Misal, ―Ibu mengucurkan air ke bunga-bunga

yang ada di taman‖ atau ―Tangannya terluka sehingga mengucurkan darah yang

banyak‖.

Makna yang terbentuk dari kata mengucurkan miliki beberapa kata yang

mirip maknanya. Misalnya, mengucurkan bersinonim dengan mengalir dan

memancurkan. Benda yang jatuh dari dataran tinggi menuju ke dataran rendah

dengan begitu deras itulah sering disebut dengan mengucurkan.

Dalam makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya dan yang

dimaksudkan juga apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan itu megah,

maka kita secara langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah bangunan

yang megah. Kita belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana serta
237

seberapa kemegahan itu (Suwandi, 2008:73). Dengan demikian, kata

mengucurkan dimaknai berdasarkan pengetahuan masyarakat yang mengetahui

bahwa mengucurkan berhubungan dengan benda cari. Misal, air, darah, dll.

Metafora struktural menurut Lakkoff dan Johnson yaitu sebuah konsep

dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora

struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran.

Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-

hari. Kata mengucurkan juga memiliki makna metafora. Misal: mengucurkan

dana dapat dimaknai seperti mengalirkan dana. Pada umumnya yang dikucurkan

adalah air, tetapi ini yang dikucurkan adalah dana. Dana dimetaforakan seperti air

yang sama-sama dapat dikucurkan atau maknanya dialirkan.

2. Makna „menangis‟

Makna kata mengucurkan itu ada yang bermakna ‗menangis‘. Hal ini

berkaitan dengan air mata yang keluar dari mata mengucur ke pipi disebutlah

peristwa menangis. Dengan demikian, kata mengucurkan diasosiasikan sebagai

menangis.

Persamaan sifat antara menangis dengan mengucurkan ialah sama-sama

mengeluarkan benda cair. Menangis mengeluarkan air mata yang sifatnya cair,

sedangkan mengucurkan pada umumnya mengeluarkan air.

Secara pengetahuan masyarakat menangis merupakan kegiatan

mengeluarkan air mata. Air mata yang dikeluarkan dari mata itu mengucur ke pipi

lalu jatuh. Kata mengucurkan memiliki motivasi kognitif mengalirkan air mata

atau menangis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mengucurkan


238

memiliki makna melahirkan perasaan sedih (kecewa, menyesal, dan sebagainya)

dengan mencucurkan air mata serta mengeluarkan suara (tersedu-sedu, menjerit-

jerit): ibu itu ~ terharu; anak itu ~ kesakitan;~ daun bangun-bangun hendak sama

dengan hilir air, pb perbuatan yang sia-sia hendak menyamai orang lain yang

melebihi dirinya; dibujuk ia ~ , ditendang ia tertawa, pb orang baru bekerja

dengan baik dan sempurna sesudah ia dimarahi;~ pijar menangis sekeras-

kerasnya. Berdasarkan makna di atas diketahui bahwa menangis adalah kegiatan

mencucurkan air mata. Artinya, ada relasi makna antara kata mengucurkan

dengan menangis yakni sama-sama mengeluarkan, jika mengucurkan itu

berhubungan dengan benda cair, menangis pada umumnya berhubungan dengan

air mata.

Berdasarkan relasi makna yang dijelaskan di atas, diketahui bahwa kata

mengucurkan memiliki makna metafora, yakni adanya makna lain yang

dibandingkan dengan kata mengucurkan. Dalam hal ini metafora yang berkaitan

dengan kata mengucurkan adalah metafora struktural. Metafora struktural menurut

Lakkoff dan Johnson ialah sebuah konsep dibentuk secara metaforis dengan

menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada dua

ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar pada

korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari. Kata mengucurkan dalam ranah

sasaran benda cair memiliki makna mengalirkan atau mengeluarkan benda cari,

kata mengucurkan dalam ranah sasaran menangis yang dikeluarkan adalah air

mata.
239

3. Makna „ mengeluarkan‟

Makna ‗mengeluarkan‘ merupakan makna perluasan dari kata

mengucurkan. Makna ini digunakan oleh jurnalis untuk mengemas berita lebih

menarik perhatian pembaca. Misal:

Sementara itu, join venture antara PT Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT


Sembcorp Development Pte (Singapura) mengucurkan investasi mencapai
hampir 8 Triliun dalam membangun Kendal Industrial Park Jawa Tengah. (Sabtu,
25 Juni 2016)
Makna kata mengucurkan pada kalimat di atas adalah ‗mengeluarkan

investasi‘. Selain, kata mengucurkan investasi, ada pula kata mengucurkan

bantuan, mengucurkan dana, mengucurkan bantuan, dan lain-lain. Kata

mengucurkan pada awalnya memiliki makna mengalir yaitu benda cair yang

mengalir. Seiring waktu pengguna bahasa menggunakan kata mengucurkan untuk

benda-benda yang tidak cair, seperti dana, bantuan, uang, dll. Dalam

perkembangannya kata mengucurkan mengalami asosiasi, yakni benda cair yang

mengalir disebut mengucurkan diasosiasikan dengan proses mengucurkan dana

yang akhirnya berbentuk benda berwujud. Mengucurkan dana tidaklah dengan

mudah, jika proses itu terjadi maka proses tersebut seperti peristiwa mengucurnya

benda cair yakni dengan mudah dan cepat. Dengan demikian, proses asosiasi ini

menjadikan kata mengucurkan memiliki banyak makna perluasan.

Menurut Lakoff dan Johnson (1980) Metafora ontologis adalah metafora

yang melihat kejadian, aktivitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi.

Misalnya dalam metafora ―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My

mind just isn‘t operating today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya

sedang tidak ingin berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang

mengkonseptualisasikan pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—


240

ke sesuatu yang memiliki sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis

menganggap nomina abstrak sebagai nomina konkret. Makna ‗mengeluarkan‘

berkaitan dengan makna kiasan. Kata mengucurkan yang makna aslinya

‗mencucurkan‘. Makna yang kemudian berbeda jika dilekatkan pada kata yang

lain. Misal: mengucurkan anggaran berarti tidak memakai makna denotasi, tetapi

memakai makna kiasan. Dalam hal ini makna metafora. Mengucurkan anggaran

berarti ‗mengeluarkan anggaran‘ seolah-olah mengeluarkan benda cair. Beda

kejadian berbeda pula makna yang terkandung pada kata mengucurkan.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna

kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau

gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen. Kata mengucurkan

berkaitan dengan sasaran benda cair. Motivasi kognitif makna ‗mengeluarkan‘ ini

merupakan makna yang bersifat metafora. Pengetahuan masyarakat tentang kata

mengucurkan yang bermakna ‗mengeluarkan‘ ialah berkaitan dengan makna

metafora bukan makna asli. Penggunaan kata mengucurkan bergantung pada kata

berikutnya yang melekat. Misal: mengucurkan investasi maknanya ‗mengeluarkan

investasi‘ seolah-olah air dapat mengucur dengan mudah, padahal ini investasi.

Investasi dianggap sama seperti air, yakni benda yang mudah dikeluarkan atau

dialirkan. Makna mengeluarkan ini secara kognitif hampir sama maknanya

dengan melimpahkan, mencucurkan, mencurahkan, menuangkan, menumpahkan,

menyalurkan, meruahkan.
241

4.2.1.15 Motivasi Kognitif Asosiasi menggalang

1. Makna „menyangga‟

Makna ‗menyangga‘ ini merupakan makna dari kata menggalang yang

mengalami asosiasi. Kata menggalang yang merupakan ‗memberi ganjal atau

landasan‘ itu bertujuan untuk menyangga. Misalnya menggalang kepala bertujuan

menyangga kepala. Misal, pada kalimat ― Balok-balok itu gunanya untuk

menggalang perahu‖. Pada kalimat tersebut kata menggalang memiliki makna

‗menyangga perahu‘. Dengan demikian, kata menggalang memiliki makna yang

luas.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna

kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau

gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen.

Masyarakat mengetahui bahwa menggalang itu bermakna ‗menyangga‘

setelah membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata menggalang memberi

galang atau landasan yang berfungsi sebagai penyangga. Pengetahuan dan

pemahaman masyarakat terkait dengan makna ‗menyangga‘ adalah memberikan

alat penyangga. Menggalang yang bermakna ‗menyangga‘ memiliki keterkaitan

makna dengan mengganjal, menahan, menopang, menunjang, menyokong. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyangga artinya menahan dari bawah agar
242

tidak roboh dan sebagainya; menopang: tukang itu - kusen pintu dengan bambu

agar berdiri tegak.

Menurut Lakoff dan Johnson (1980) metafora struktural yaitu sebuah

konsep dibentuk secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain.

Metafora struktural ini didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah

sasaran. Metafora struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman

sehari-hari. Kata menggalang berkaitan dengan alat berfungsi untuk menyangga

agar bertahan. Kata menggalang dapat dibandingkan dengan menopang, yakni

memberi landasan agar benda yang digalang atau benda yang ditopang dapat

dipertahankan.

2. Makna „mengumpulkan‟

Makna ‗mengumpulkan‘ merupakan makna perluasan dari kata

menggalang yang sudah mengalami proses asosiasi dan metafora. Kata

menggalang yang makna awalnya ialah ‗memberi galang (landasan, ganjal).

Misal, ―Carilah papan untuk menggalang peti itu‖

Perubahan makna kata menggalang menjadi makna ‗mengumpulkan‘

tampak pada kalimat berikut:

Perbankan lebih sulit dalam menggalang dana dari luar negeri.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna

kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau
243

gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen. Makna yang ada

pada kata menggalang di atas ialah makna ‗mengumpulkan dana‘ atau bersinonim

dengan ‗mencari dana‘. Perubahan makna ini telah dikenal masyarakat. Bahkan,

masyarakat melupakan makna awal dari kata menggalang.

Pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kata menggalang yang

bermakna mengumpulkan menggunakan makna asosiasi atau makna yang

dimunculkan berdasarkan konteks kalimat. Misal, menggalang bantuan berarti

‗sedang mengumpulkan atau mencari bantuan‘. Penggunaan kata menggalang

dengan makna ‗mengumpulkan‘ telah diketahui oleh masyarakat.

Metafora struktural yaitu sebuah konsep dibentuk secara metaforis

dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini didasarkan pada

dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora struktural berdasar

pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari (Lakkoff dan Johnson;

1980). Setelah mengetahui makna menggalang berdasarkan motivasi kognitif

yang melatarbelakanginya, diketahui pula kata menggalang dengan makna

metafora. Metafora yang terkandung dalam kata menggalang berkaitan dengan

bantuan atau dana. Perbandingan antara makna ‗memberi galang‘ dengan

‗mengumpulkan atau mencari bantuan atau dana‘ yakni memiliki ranah sumber

dan ranah sasaran yang berbeda. Jika makna ‗memberi galang‘ sasarannya adalah

menyangga atau menopang, sedangkan makna ‗mengumpulkan bantuan atau

dana‘ sasarannya adalah membantu .


244

4.2.1.16 Motivasi Kognitif Asosiasi memangkas

1. Makna „memotong‟

Makna ‗memotong‘ ini merupakan makna awal dari kata memangkas.

Memangkas adalah ‗memotong ujung‘, bila yang dipangkas adalah rumput maka

memangkas rumput berarti memotong ujung rumput, bila yang dipangkas adalah

rambut maka memangkas rambut berarti memotong ujung rambut.

Makna memotong ini mengalami proses asosiasi dan metafora. Perhatikan

kalimat berikut:

Guna mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan deregulasi,


memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa
menghambat di berbagai kementerian dan lembaga," ungkap Menperin. (Minggu,
26 Juni 2016)

Kata memangkas pada kalimat tersebut bermakna ‗memotong‘ berbagai

peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa menghambat di berbagai

kementerian dan lembaga. Kata memangkas tidak hanya melekat pada kata

rumput dan rambut saja, tetapi meluas ke berbagai bidang. Misalnya, memangkas

anggaran berarti ‗memotong anggaran‘. Proses yang terjadi adalah proses

asosiasi, yakni kata memangkas memiliki kesamaan dengan proses memangkas

berbagai peraturan; memangkas anggaran. Dalam prosesnya memangkas berbagai

peraturan merupakan perbuatan memotong hal-hal yang kurang penting dalam

peraturan tersebut sehungga hasilnya peraturan yang dibuat menjadi rapi begitu

halnya dengan memangkas rumput yang bermakna memotong bagian ujung

rumput agar hasilnya rumput tersebut rapi dan enak dipandang tidak mengganggu

pejalan kaki bila rumput itu untuk diinjak. Dengan adanya persamaan sifat ini,

kata memangkas menjadi meluas penggunaannya, tidak hanya pada kata rumput

dan rambut saja, tetapi meluas ke bidang lain.


245

Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa makna memangkas adalah

memotong memiliki makna kognitif yakni memangkas berkaitan dengan ujung

bagian yang akan dipotong. Makna kognitif ini berdasarkan pengalaman

masyarakat sehari-hari. Dalam makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya

dan yang dimaksudkan juga apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan

itu megah, maka kita secara langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah

bangunan yang megah. Kita belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana

serta seberapa kemegahan itu (Suwandi, 2008:73). Seperti halnya memangkas,

kita membayangkan memangkas adalah memotong bagian ujung rambut atau

rumput atau benda yang lainnya yang dapat dipangkas, tidak mempersoalkan

rambut yang mana yang dipangkas.

Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami

setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap

pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson

memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak

hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu

realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara

fundamental sudah metaforis. Kata memangkas juga memiliki makna metafora.

Kata memangkas dibandingkan dengan memotong. Memangkas artinya dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah 1 memotong ujung (tumbuh-tumbuhan dan

sebagainya): ~ pagar hidup; 2 menggunting (rambut): ia mengambil kursus ~

rambut. Kata memotong artinya 1 memutuskan dengan barang tajam; mengerat;

memenggal: ia ~ tali itu dengan gunting; ia ~ tebu dengan pisaunya yang tajam; 2

mengiris (tentang roti, daging, dan sebagainya); 3 menyembelih: ~ ayam; ~


246

kambing; 4 menebang (tentang kayu, pohon, dan sebagainya): ~ kayu di hutan; 5

memangkas (tentang rambut): ~ rambut; 6 menggunting sesuai dengan ukuran

(tentang bahan pakaian dan sebagainya); 7 menuai (tentang padi dan sebagainya);

8 mengurangi (tentang upah, gaji, pendapatan, dan sebagainya); 9 memendekkan

(tentang kata, kalimat, nama dan sebagainya); 10 memintas (tentang jalan,

perjalanan); 11 menyelang atau memenggal (tentang perkataan orang dan

sebagainya); 12 memepat (tentang kuku): ia sedang ~ kuku;~ kulup menyunat;

mengkhitan. Makna kata memangkas adalah memotong ujung, makna kata

memotong ialah memangkas; memangkas rambut. Dalam hal ini, kata memangkas

dan kata memotong memiliki relasi makna yang disebut sinonim. Kedua kata

tersebut hampir mirip maknanya, tetapi berbeda penggunaannya pada konteks

kalimat (ranah sasaran dan ranah sumber).

2. Makna „menggunting‟

Makna ‗menggunting‘ pada kata memangkas ini tidak jauh berbeda

dengan makna ‗memotong‘ hanya saja makna ‗menggunting‘ ini bersifat khusus,

belum mengalami proses asosiasi maupun metafora. Kata memangkas juga

bermakna ‗menggunting‘ ini ditinjau dari perbuatan dan hasil yang diperoleh dari

keduanya. Perhatikan kalimat berikut:

Ia mengambil kursus memangkas rambut.

Makna ‗menggunting‘ tampak pada konteks kalimat di atas. Jika kata

memangkas pada kalimat di atas maknanya ‗memotong bagian ujung rambut‘

tidaklah perlu melakukan kursus yang membutuhkan keterampilan karena pada

umumnya memotong ujung rambut itu perbuatan yang sederhana tanpa perlu
247

memerlukan keterampilan khusus. Kata memangkas pada kalimat di atas

bermakna ‗menggunting rambut‘. Perbuatan menggunting rambut itu adalah

sebuah keterampilan yang harus dimiliki oleh orang yang pekerjaannya

memangkas rambut. Jika rambut yang dipangkas tidak sesuai dengan selera

pelanggan, maka pelanggan kecewa. Itulah sebabnya memangkas rambut yang

bermakna ‗menggunting‘ memerlukan kemampuan khusus agar hasil rambut yang

dipangkas rapi dan indah.

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa kata memangkas juga mempunyai

makna menggunting, makna kognitiflah yang mempengaruhi kata memangkas

menjadi makna ‗menggunting‘. Makna kognitif (cognitive meaning) adalah

aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam

di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan

bahwa makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna

dunia unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa,

objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen.

Selain ada motivasi kognitif kata memangkas bermakna menggunting,

kata memangkas juga mengalami proses metafora. Dalam hal ini, memangkas

berkaitan dengan menggunting dapat diketahui secara metafora struktural.

Metafora struktural menurut Lakkoff dan Johnson yaitu sebuah konsep dibentuk

secara metaforis dengan menggunakan konsep yang lain. Metafora struktural ini

didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Metafora

struktural berdasar pada korelasi sistematis dalam pengalaman sehari-hari. Kata

memangkas yang makna yang kedua di Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah

menggunting (rambut), sedangkan kata menggunting dalam Kamus Besar Bahasa


248

Indonesia terdapat makna memangkas pada makna pertama yaitu

menggunting/meng·gun·ting/ v 1 memotong (memangkas dan sebagainya) dengan

memakai gunting. Dalam hal ini, disimpulkan bahwa kata memangkas bermakna

metafora struktural dengan kata menggunting. Kedua kata tersebut memiliki

hampir kesamaan dalam hal makna, tetapi berbeda dalam ranah sasaran dan ranah

sumber.

4.2.1.17 Motivasi Kognitif Asosiasi memanaskan

1. Makna „menjadikan panas‟

Makna ‗menjadikan panas‘ dari kata memanaskan merupakan makna yang

muncul karena adanya proses morfologis. Afiks me-kan pada kata panas menjadi

memanaskan memiliki makna ‗menjadikan panas‘. Makna ini lebih tampak pada

penggunaan kalimat. Misal, ―Ibu memanaskan sayur.‖ Makna kata memanaskan

pada kalimat tersebut adalah ‗Ibu menjadikan sayur itu panas kembali‘.

Makna yang terkandung dalam kata memanaskan dipengaruhi oleh faktor

linguistik. Faktor yang berpengaruh ialah faktor morfologis, yakni penambahan

imbuhan pada kata dasar.

Dalam makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya dan yang

dimaksudkan juga apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan itu megah,

maka kita secara langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah bangunan

yang megah. Kita belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana serta

seberapa kemegahan itu (Suwandi, 2008:73). Kata memanaskan tidak jauh-jauh

dari kegiatan memasak. Kegiatan memasak berhubungan dengan ibu-ibu pada

umumnya. Berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat bahwa yang


249

dipanaskan itu adalah makanan atau air. Jika makanan yang dipanaskan, makanan

menjadi panas kembali. Jika air yang dipanaskan, air akan menjadi panas.

Berdasarkan hal ini dipahami bahwa dalam kegiatan memanaskan ada makna

menjadikan panas, baik itu makanan atau air.

Selain motivasi kognitif, kata memanaskan juga berhubungan dengan

metafora. Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami

setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap

pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson

memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak

hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu

realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara

fundamental sudah metaforis. Hubungan antara memanaskan dengan benda yang

dipanaskan akan menjadikan benda itu kembali panas. Kata memanaskan

berkaitan dengan suhu yang panas. Panas pada makanan merupakan keadaan

hangat sekali. Proses memanaskan menggunakan alat, yakni api. Artinya, kata

memanaskan dihubungkan dengan makanan, api, hangat sekali, panas.

2. Makna „meruncing; genting sekali; berbahaya‟

Makna ‗meruncing; genting sekali; berbahaya‘ merupakan makna kiasan

yang timbul dari kata memanaskan. Karena kata memanaskan sudah sering

digunakan pemakai bahasa sebagai asosiasi dan metafora, kata memanasan pada

akhirnya memiliki makna kiasan. Makna kiasan ini muncul karena adanya

perubahan makna yang terjadi dari makna asli kata memanaskan menjadi makna

asosiasi dengan mengalami proses metafora. Perhatikan kalimat berikut:


250

Peristiwa penembakan para demonstran itu telah memanaskan

suasana.

Makna kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan

bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau

penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna

kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau

gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen. Motivasi kognitif

yang terkandung dalam kata memanaskan pada memanaskan situasi adalah

sebagai berikut.

Pada kalimat di atas makna kata memanaskan adalah ‗meruncingkan

suasana, membuat suasana bahaya, suasana menjadi genting‘. Artinya ada proses

metafora di dalam kata memanaskan suasana pada kalimat di atas. Makna

‗meruncing; genting sekali, berbahaya‘ tidak terlepas dari makna memanaskan

‗menjadi panas‘. Inilah yang disebut dengan proses metafora. Kata memanaskan

suasana dibandingkan secara langsung dengan memanaskan sayur pada makna

asli kata memanaskan. Makna asli kata memanaskan adalah ‗menjadikan panas‘

merupakan proses menjadikan sayur yang awalnya tidak panas menjadi panas

kembali karena dipanaskan dengan api sehingga kata memanaskan sayur memiliki

makna ‗menjadikan sayur panas kembali‘. Demikian pula dengan kata

memanaskan suasana yang memiliki makna ‗meruncingkan suasana,; membuat

suasana genting; suasana yang berbahaya‘ ini dibandingkan dengan makna pada

kata memanaskan sayur. Jika memanaskan sayur memiliki makna ‗menjadikan

panas‘ seperti yang dijelaskan sebelumnya, memanaskan suasana dianggap


251

memiliki persamaan proses yakni suasana yang pada awalnya biasa saja karena

ada tragedi penembakan demonstran menjadikan suasana itu panas, panas yang

dimaksud bukan suhu atau musim melainkan kondisi dan suasana yang tidak

terkendali yaitu suasana yang genting; suasana yang berbahaya; suasana yang

meruncing. Dengan demikian, kata memanaskan suasana memiliki makna kiasan

dengan proses metafora dan asosiasi menjadi makna ‗meruncing; genting sekali;

berbahaya‘.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapatlah diketahui selain memiliki makna

menjadikan panas kata memanaskan memiliki perubahan makna karena proses

metafora dan asosiasi menjadi makna ‗meruncing; genting sekali; berbahaya‘.

Dengan demikian, kalimat yang dikutip di harian Kompas ini dapat dianalisis

dengan makna kiasan ini. Perhatikan kalimat berikut:

Wartawan harus lebih seimbang dan pemberitaannya tidak memicu konflik, dan
memanaskan situasi.
Makna kata memanaskan situasi ialah ‗menjadikan situasi genting,

meruncingkan situasi, membuat situasi berbahaya‘. Makna ini muncul karena

proses metafora, yakni membandingkan langsung dengan proses memanaskan.

Memanaskan ialah proses yang menjadikan sesuatu yang tidak panas menjadi

panas dengan bantuan alat, misal memanaskan air. Pada awalnya air itu tidak

panas agar menjadi panas maka harus dipanaskan menggunakan api. Begitu pula

dengan memanaskan situasi, agar situasi itu tidak genting, tidak berbahaya, dan

tidak meruncing maka jangan memicu hal yang dapat menjadikan panas situasi.

Metafora yang dimaksud di atas adalah metafora ontologis. Metafora

ontologia menurut Lakkoff dan Johnson ialah metafora yang melihat kejadian,

aktivitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam metafora
252

―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just isn‘t operating

today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang tidak ingin

berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonseptualisasikan

pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—ke sesuatu yang memiliki

sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis menganggap nomina abstrak

sebagai nomina konkret.

4.2.1.18 Motivasi Kognitif Asosiasi menjaring

1. Makna „menangkap‟

Kata menjaring selalu dikaitkan dengan menjaring ikan yang memiliki

makna ‗menangkap ikan‘. Berdasarkan latar belakang inilah makna ‗menangkap‘

itu muncul. Makna ‗menangkap‘ ialah makna awal dari kata menjaring. Berikut

contoh kalimat yang menggunakan kata menjaring dengan makna ‗menangkap‘.

Nelayan itu menjaring ikan di laut.

Dalam makna kognitif, pembicara mengatakan apa adanya dan yang

dimaksudkan juga apa adanya. Misal, jika kita mengatakan Bangunan itu megah,

maka kita secara langsung dapat melihat atau membayangkan sebuah bangunan

yang megah. Kita belum mempersoalkan bangunan apa atau yang mana serta

seberapa kemegahan itu (Suwandi, 2008:73). Makna kognitif yang terdapat pada

kata menjaring yang bermakna menangkap diuraikan sebagai berikut.

Proses menjaring ikan itu membutuhkan jaring, yaitu suatu alat untuk

menjaring. Setelah jaring di lemparkan ke dalam air laut di sanalah proses

menjaring itu terjadi. Tidak semua ikan akan masuk ke dalam jaring. Ada ikan

yang yang terjaring ada pula yang lolos dari jaring. Artinya proses menjaring itu
253

ada ikan yang tertangkap oleh jaring ada yang tidak. Dalam proses menjaring

memerlukan alat yang cocok agar ikan dapat tertangkap. Dengan demikian, kata

menjaring ikan artinya ‗hanya ikan yang ingin ditangkap‘ maka diperlukan alat

untuk menjaring agar benda lain selain ikan tidak ikut tertangkap. Oleh karena itu,

dalam bahasa kata menjaring dimaknai sebagai ‗menangkap‘.

Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda. (Jumat, 23 September 2016)
Makna ‗menangkap‘ ini tidak hanya digunakan untuk menjaring ikan.

Pada kalimat di atas, kata menjaring digunakan pada menjaring pemilih muda.

Makna kata menjaring tersebut ialah ‗menangkap pemilih muda‘.

Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menangkap pemilih muda.
Kata menjaring pada kalimat di atas merupakan metafora ontologis.

Metafora ontologis menurut Lakkoff dan Johnson adalah metafora yang melihat

kejadian, aktivitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam

metafora ―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just isn‘t

operating today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang tidak

ingin berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonseptualisasikan

pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—ke sesuatu yang memiliki

sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis menganggap nomina abstrak

sebagai nomina konkret.

Kata menjaring berkaitan dengan benda yang ingin jaring. Makna kata

menjaring digunakan bersamaan dengan pemilih muda menjadi menjaring pemilih

muda yang dimaknai sebagai menangkap pemilih muda. Dalam hal ini,

menangkap pemilih muda tidak sama dengan menangkap ikan. Namun, akibat
254

dari menangkap ialah mendapatkan atau tidak mendapatkan hasil tangkapan.

Menangkap ikan dengan menggunakan jaring, sedangkan menangkap pemilih

muda dengan menggunakan ide atau gagasan. Konsep pikiran akan menghasilkan

makna yang berbeda sesuai dengan substansi dari kata yang melekat pada konteks

kalimat.

2. Makna „menyeleksi‟

Makna ‗menyeleksi‘ merupakan makna kiasan dari kata menjaring.

Makna ini muncul karena adanya proses asosiasi dan metafora. Perubahan makna

kata menjaring yang bermakna ‗menangkap‘ berubah menjadi ‗menyeleksi‘ itu

terjadi karena dua hal, yaitu karena ada persamaan sifat antara menjaring ikan

dengan makna ‗menyeleksi‘ atau yang disebut dengan asosiasi dan karena adanya

hal yang dibandingkan antara menjaring ikan dengan makna ‗menyeleksi‘.

Perhatikan kalimat berikut:

Beberapa partai politik kemudian mulai membuka pendaftaran dan seleksi untuk
menjaring calon gubernur (cagub). Tokoh-tokoh itu pun mendaftar ke hampir
semua partai yang membuka penjaringan.

Makna kata menjaring pada kalimat di atas bermakna menyeleksi

memiliki motivasi kognitif dari pemakai bahasa. Makna kognitif (cognitive

meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan

ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984: 120).

Dapat juga dinyatakan bahwa makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan

oleh acuannya, makna dunia unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan

dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis
255

komponen. Berikut akan diuraikan makna kognitif kata menjaring yang bermakna

‗menyeleksi‘.

Kata menjaring pada kalimat di atas bermakna ‗menyeleksi‘. Dalam

proses menjaring pasti ada tahap menyeleksi sehingga ditemukan calon gubernur

yang diinginkan. Begitulah makna yang terkandung dalam kata menjaring pada

kalimat di atas. Secara kognitif, kata menyeleksi berarti ‗menyaring, memilih‘.

Dengan demikian, kata menjaring dapatlah dikiaskan dengan menyeleksi karena

dalam menyeleksi sudah ada proses menyaring dan memilih. Kata menjaring

dengan makna menyeleksi ini sering digunakan oleh kalangan jurnalis dalam

menuliskan beritanya dan masyarakat telah memahami apa yang dimaksudkan

pada kata menjaring tersebut.

Kata menjaring mengalami proses metafora, yakni membandingkan

langsung menjaring calon gubernur dengan menjaring ikan. Kata menjaring calon

gubernur diibaratkan menjaring ikan. Menjaring ikan berarti menyeleksi,

menyaring, memilih, lalu mendapatkan ikan. Begitu halnya dengan menjaring

calon gubernur, yakni menyeleksi, menyaring, memilih, lalu menemukan calon

gubernur yang tepat.

Kata menjaring yang bermakna ‗menyeleksi‘ ini merupakan metafora

ontologis. Metafora ontologis menurut Lakkoff dan Johnson adalah metafora yang

melihat kejadian, aktivitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya

dalam metafora ―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just

isn‘t operating today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang

tidak ingin berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang

mengkonseptualisasikan pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—


256

ke sesuatu yang memiliki sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis

menganggap nomina abstrak sebagai nomina konkret.

Perubahan makna kata menjaring yang bermakna ‗menangkap‘ menjadi

‗menyeleksi‘ mengalami proses asosiasi, yakni adanya persamaan sifat antara

menjaring dengan menyeleksi. Persamaan sifat antara keduanya ialah pada proses.

Proses menjaring ialah menyaring lalu memilih kemudian menangkap dan

akhirnya menemukan. Begitu pula dengan menyeleksi ada proses menyaring

kemudian memilih dan akhirnya menemukan.

4.2.1.19 Motivasi Kognitif Metafora memakan

1. Makna „memakan waktu =menghabiskan waktu‟

Kata memakan memiliki beberapa makna kiasan. Salah satunya jika kata

memakan bertemu dengan kata waktu. Proses penambahan kata ini sering disebut

dengan kata majemuk. Kata mejemuk memakan waktu ini memiliki makna

‗menghabiskan waktu‘. Penggabungan kata memakan dengan waktu menjadi

memakan waktu mengubah makna dasar dari kata memakan. Kata memakan

memiliki makna ‗memasukkan sesuatu ke dalam mulut‘. Perubahan makna ini

terjadi akibat adanya pengaruh metafora.

Motivasi kognitif kata memakan waktu yang mengalami makna metafora

sehingga terbentuk makna ‗menghabiskan waktu‘ berkaitan dengan penggunaan

kata tersebut di tengah masyarakat . Pengalaman dan kebiasaan yang dilakukan di

tengah masyarakat menghasilkan kata memakan waktu. Makna kognitif (cognitive

meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan

ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984: 120).
257

Dapat juga dinyatakan bahwa makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan

oleh acuannya, makna dunia unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan

dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis

komponen.

Memakan waktu merupakan metafora dari kegiatan yang banyak

menghabiskan waktu. Kegiatan yang memerlukan banyak waktu sering dialami

masyarakat sehingga waktu yang dimiliki masyarakat menjadi terbatas. Padahal,

waktu akan terus berjalan dan kegiatan yang akan dilakukan tidak terbatas. Oleh

karena itu masyarakat menggunakan istilah atau ungkapan memakan waktu.

Memakan waktu dipahami masyarakat sebagai menghabiskan waktu atau

memerlukan waktu yang banyak.

Kata memakan waktu mengalami proses metafora. Metafora ialah

membandingkan secara langsung. Memakan dikiaskan dengan ‗menghabiskan‘

sehingga pada kata memakan waktu menghasilkan makna ‗menghabiskan waktu‘.

Perhatikan kalimat berikut:

Negosiasi perceraian Inggris dari UE bisa memakan waktu minimal dua tahun.
Kata memakan waktu pada kalimat tersebut ialah ‗menghabiskan waktu‘

atau ‗memerlukan waktu yang lama‘.

Negosiasi perceraian Inggris dari UE bisa menghabiskan waktu minimal dua


tahun.
Negosiasi perceraian Inggris dari UE bisa memerlukan waktu yang lama minimal
dua tahun.
Perbandingan langsung antara kata memakan dengan memakan waktu

sehingga mendapatkan makna ‗menghabiskan waktu‘ atau ‗memerlukan waktu

yang lama‘ tidak terlepas dari makna kata makan itu sendiri. Jika dipahami makna

asli kata makan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ‗memasukkan
258

makanan pokok ke dalam mulut serta mengunyah dan menelannya‘. Proses makan

ialah memasukkan lalu mengunyah dan menelan lalu sampailah ke pencernaan.

Ada minimal tiga kata kerja yang dimaknai dalam kata makan, yakni

memasukkan, mengunyah, menelan. Berdasarkan proses makan inilah kata

memakan waktu dibandingkan sehingga mendapatkan makna ‗menghabiskan

waktu‘ atau ‗memerlukan waktu yang lama‘.

Kata memakan tidak hanya mengalami metafora pada kata memakan

waktu saja, tetapi masih ada lagi. Misal: memakan uang riba, memakan angin,

makan asam garam, makan hati, makna gaji, makan sumpah, dan lain-lain.

Berdasarkan pemaparan di atas, kata memakan waktu yang memiliki

makna ‗menghabiskan waktu‘ termasuk ke dalam metafora ontologis. Metafora

ontologis menurut Lakkoff dan Johnson adalah metafora yang melihat kejadian,

aktivitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam metafora

―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just isn‘t operating

today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang tidak ingin

berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonseptualisasikan

pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—ke sesuatu yang memiliki

sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis menganggap nomina abstrak

sebagai nomina konkret.

4.2.1.20 Motivasi Kognitif Sinestesia pedas

1. Makna „ rasa cabai‟

Kata pedas memiliki makna ‗rasa cabai‘. Makna ini dipengaruhi oleh

peran kognitif dari pemakai bahasa. Motivasi kognitif yang terbentuk dari kata
259

pedas yang bermakna ‗rasa cabai‘ akan diuraikan berdasarkan pernyataan

Kridalaksana tentang makna kognitif. Makna kognitif (cognitive meaning) adalah

aspek-aspek makna satuan bahasa yang berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam

di luar bahasa atau penalaran (Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan

bahwa makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna

dunia unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa,

objek, atau gagasan dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponen.

Makna kata pedas itu berkaitan dengan ‗rasa cabai‘. Jika merasakan rasa

cabai begitulah makna kata pedas itu. Kata pedas memiliki beberapa makna, salah

satunya adalah makna ‗rasa cabai‘. Berkaitan dengan kata pedas, makna yang

muncul adalah ‗rasa‘. Rasa itu secara fungsi berada di indera perasa yang dikenal

dengan lidah. Indera lidah memiliki beberapa rasa, di antaranya, rasa manis, asin,

pedas, pahit, dan lain-lain. Dengan demikian, kata pedas berhubungan dengan

fungsi indera lidah yang kemudian menghasilkan rasa pedas. Selain cabai ada

makanan lain yang rasanya pedas, yakni merica. Rasa pedas memiliki rasa yang

tajam dan unik. Jika seseorang banyak makan cabai yang mengandung rasa pedas

itu, seseorang akan mengalami kesakitan menahankan rasa pedas yang di lidah.

Oleh karena itu, pedas selalu dikaitkan dengan ‗rasa cabai‘. Contoh kalimat yang

menggunakan kata pedas bermakna ‗rasa cabai‘.

Sambal ini pedas sekali.

Kata pedas pada kalimat di atas adalah ‗rasa cabai‘. Kata pedas merujuk

kepada kata sambal. Sambal pada umumnya menggunakan cabai sehingga rasa

sambal adalah rasa cabai yakni pedas.


260

Lakoff dan Johnson juga menyatakan bahwa pengalaman yang dialami

setiap individu bersifat kultural; budaya melatarbelakangi atau hadir pada setiap

pengalaman manusia. Sebagai konsekuensi akan hal itu, Lakoff dan Johnson

memberi penekanan pada pernyataannya bahwa analisis terhadap metafora tidak

hanya menyediakan pengertian/pemahaman terhadap konstruksi budaya atas suatu

realitas karena pada dasarnya sistem konseptual yang dimiliki manusia secara

fundamental sudah metaforis. Lidah telah mengenali rasa. Cabai dirasakan oleh

lidah dengan rasa pedas. Faktanya, cabai itu memang rasanya pedas. Pengalaman

manusia dalam merasakan cabai inilah yang membentuk bahwa pedas itu seperti

rasa pedas. Padahal, pedas juga dapat didapatkan dari rasa jahe dan merica.

2. Makna „tajam; menyakitkan hati‟

Makna ‗tajam; menyakitkan hati‘ merupakan makna kiasan dari kata

pedas. Makna ini muncul karena adanya perubahan makna sinestesia, yakni

perubahan makna yang muncul akibat adanya pertukaran fungsi panca indera.

Kata pedas memiliki makna awal ‗rasa pedas‘. Rasa pedas itu dirasakan oleh

indera lidah. Kemudian mengalami perubahan makna menjadi ‗menyakitkan hati;

tajam‘ . Menyakitkan hati itu jika hati atau perasaan seseorang disakiti, atau ada

sikap atau ucapan yang tidak terpuji sehingga menyakiti hati seseorang.

Menyakitkan hati itu dirasakan oleh hati bukan oleh lidah. Artinya, pedas itu

maknanya sudah beralih dari rasa yang dirasakan oleh lidah menjadi rasa yang

dirasakan oleh hati.


261

Perhatikan kalimat berikut:

Awal pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok
melontarkan komentar pedas soal Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin. (31
Agustus 2016)
Kata pedas memiliki makna ‗tajam; menyakitkan hati‘. Makna ini

dipengaruhi oleh peran kognitif dari pemakai bahasa. Motivasi kognitif yang

terbentuk dari kata pedas yang bermakna ‗tajam; menyakitkan hati‘ akan

diuraikan berdasarkan pernyataan Kridalaksana tentang makna kognitif. Makna

kognitif (cognitive meaning) adalah aspek-aspek makna satuan bahasa yang

berhubungan dengan ciri-ciri dalam alam di luar bahasa atau penalaran

(Kridalaksana, 1984: 120). Dapat juga dinyatakan bahwa makna kognitif adalah

makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna dunia unsur bahasa yang sangat

dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek, atau gagasan dan dapat

dijelaskan berdasarkan analisis komponen.

Kata pedas pada kalimat di atas tidak berkaitan dengan rasa cabai. Kata

pedas pada kalimat di atas berkaitan dengan komentar Gubernur DKI Jakarta,

Basuki Tjahaya Purnama. Komentar atau ucapan Gubernur itu dirasakan pedas

oleh lawan bicaranya. Pedas itu seperti rasa cabai yakni memiliki rasa atau sifat

yang tajam. Lawan bicara Gubernur DKI Jakarta itu tidak merasakan pedas di

lidah, tetapi pedas di perasaan. Komentar Gubernur DKI Jakarta yang diucapkan

lewat lisan atau mulut, dirasakan menyakitkan hati oleh lawan bicara saat

mendengar komentar itu. Artinya, ada fungsi indera yang bertukar, yakni pedas

yang dirasakan oleh lidah bertukar menjadi pedas dirasakan oleh hati atau

perasaan. Komentar pedas pada kalimat di atas bermakna ‗komentar yang tajam

sehingga menyakiti hati lawan bicaranya‘.


262

Kata pedas pada komentar pedas mengalami metafora ontologis. Menurut

Lakkoff dan Johnson, metafora ontologis adalah metafora yang melihat kejadian,

aktivitas emosi, dan ide sebagai entitas dan substansi. Misalnya dalam metafora

―THE MIND IS A MACHINE‖ dalam kalimat ―My mind just isn‘t operating

today‖ (hari ini otak saya tidak bekerja atau hari ini saya sedang tidak ingin

berpikir). Metafora ontologis adalah metafora yang mengkonseptualisasikan

pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—ke sesuatu yang memiliki

sifat fisik. Dengan kata lain, metafora ontologis menganggap nomina abstrak

sebagai nomina konkret. Ungkapan komentar pedas seolah-olah komentar

tersebut seperti rasa cabai yang pedas. Rasa pedas di lidah jika berlebihan akan

menyakitkan lidah dan pencernaan karena rasa pedas itu memang tajam. Makna

komentar pedas ialah ‗komentar yang tajam yang menyakitkan hati lawan bicara‘

berhubungan dengan pikiran, pengalaman, dan proses—hal abstrak lainnya—ke

sesuatu yang memiliki sifat fisik.

Komentar pedas itu dapat berupa kata yang kasar, atau ada penyataan

yang menghina, mencaci, menghardik, membentak. Komentar pedas berbentuk

ucapan yang tidak pantas yang diucapkan kepada lawan bicara. Biasanya

komentar pedas ini berdekatan dengan kritik negatif. Pedas yang merupakan rasa

cabai ini diibaratkan dengan ucapan yang kasar, perkataan yang menghina atau

mencaci, lisan yang berbicara tidak sopan yang menyakitkan hati lawan bicara.

Dengan demikian, komentar pedas dapat dimaknai sebagai perkataan yang

menyakitkan hati.
263

4.2.2 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Kosakata Bahasa

Indonesia

4.2.2.1 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan saudara

Kata saudara memiliki keterkaitan makna sebagai berikut: ahli, Anda, ari-

ari, awak, belahan, bendu, darah, darah daging, dinasti, dulur, famili, ikhwan,

kadim, kaum, kawan, keluarga, kenalan, kerabat, keturunan, kulit daging,

plasenta, rumpun, sahabat, sampeyan, sanak, sejawat, sobat, tali pusar, teman,

tembuni, tuan, uri, wangsa.

Berikut jejaring semantis perluasan makna kata saudara:

berhubungan darah bersanak berkerabat

bersaudara

berfamili berkeluarga

awak ikhwan

sanak kerabat saudara sahabat sobat kawan

kadim wangsa famili mempersaudarakan bendu teman

kaum rumpun sampeyan sejawat kenalan

dulur dinasti keturunan keluarga ahli Anda tuan

darah darah daging kulit daging perkerabatan

plasenta ari-ari uri tembuni tali pusar persaudaraan

pertalian persahabatan silahturahmi


264

4.2.2.2 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan juara

Kata juara memiliki keterkaitan makna dengan kampiun, pemenang,

jagoan, jawara, pendekar, ahli, jago, jempolan, terbaik, terpandai. Berikut Jejaring

semantis kata juara:

terbaik pemenang jempolan pertarungan

jawara pendekar kontes

juara kejuaraan turnamen

ahli kampium festival

jago terpandai jagoan kompetisi

menjuarai

memimpin memenangkan

menjagoi
265

4.2.2.3 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan rawan

Kata rawan memiliki keterkaitan makna dengan kata-kata berikut:

memilukan, mengharukan, mengibakan, menyayukan, menyedihkan, menyilukan,

terancam, berbahaya, terbuka, terdedah, gawat, genting, golak, iba, larat, liabel,

muda, peka, pilu, sayu.

serius sensitif sayu

trenyuh pilu

peka

sinonim muda

ilabel

memilukan rawan sinonim

mengharukan sinonim larat

mengibakan iba

menyayukan terdedah golak

menyedihkan terbuka genting

berbahaya gawat

terancam

menyilukan
266

4.2.2.4 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan jurusan

Keterkaitan makna kata jurusan adalah sebagai berikut: a) abah, arah,

haluan, jalur, orientasi; b) kiblat, rute, trayek, tujuan, aspek; c) bidang, segi, sudut,

vak, sebelah; d) departemen, disiplin, divisi, dunia, hadap; e) paran, pihak, sektor.

Berdasarkan keterkaitan makna kata jurusan yang disebutkan di atas, kata

jurusan memiliki jeraring semantis sebagai berikut:

pihak hadap

paran sektor dunia

sinonim sinonim divisi

disiplin

jurusan departemen

abah

arah sinonim sinonim sebelah

haluan aspek vak

jalur kiblat sudut

orientasi rute segi

trayek bidang

tujuan
267

4.2.2.5 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan tinggal

Keterkaitan makna perluasan kata tinggal ialah lampau, lewat, masih,

silam, cokol, dekam, diam, mendiami, menduduki, hidup, berumah, bersarang,

dan bersemayam. Berikut jejaring semantis perluasan makna kata tinggal.

berdiam

bersisa bercokol bersemayam

duduk lalu bersarang

sinonim berumah

sinonim

tinggal

lampau sinonim

lewat cokol hidup

masih silam dekam diam

menduduki

mendiami
268

4.2.2.6 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan operasi

Keterkaitan makna perluasan kata operasi ialah aktivitas, aplikasi, bedah,

bedel, kampanye, kerja, praktik, proses, pembedahan, pekerjaan, manuver,

mekanisme, misi, modus operandi.

bedah aplikasi

bedel aktivitas

kampanye

operasi

sinonim

kerja

praktik sinonim

proses pekerjaan misi manuver

pembedahan mekanisme modus operandi


269

4.2.2.7 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan mengemis

Keterkaitan makna perluasan kata mengemis ialah meminta-minta,

sedangkan kata meminta berkaitan makna dengan ajak, desak, berharap,

mengharuskan, menghendaki, mengklaim, lamar, memaksudkan, memohon,

paksa, memalak, pinang, menyita, mempersunting, menyuruh, mensyaratkan,

menagih, menanyakan, menawar, tunang. Berdasarkan keterkaitan makna

tersebut, jejaring semantis kata mengemis ialah sebagai berikut:

rongrong

mengemis sinonim

mengklaim meminta-minta

lamar memaksudkan

paksa sinonim tunang

memohon menawar mensyaratkan

meminta menanyakan menangih

sinonim sinonim

ajak menghendaki memaksa menyuruh

desak mengharuskan menyita pinang

berharap mempersunting
270

4.2.2.8 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan rapat

Kata rapat memiliki keterkaitan makna dengan kata yang lain. Berikut ini

keterkaitan makna yang terjadi pada kata rapat: a) beriringan, damping, dempet,

dempit, erat; b) intim, karib, kerap, kuat, kukuh; c) lekat, mesra, padat, pudat,

dekat; d) sempit, teguh, terkepung, tertutup, tetal; e) tipak, konferensi, kongres,

majelis, muktamar; f) musyawarah, pembicaraan, perbincangan, perhimpunan,

perjumpaan; g) persidangan, perundingan, akrab, berapit, percakapan; h)

mendalam, berdampingan, berjejal, kedap, kencang; i) kental, ketang, kompak,

kompres, konsinyasi; j) konvensi, melekat, mepet, santung, sesi; k) singset,

mempertemukan, terik.

Berdasarkan keterkaitan makna kata rapat yang disebutkan di atas

dapatlah dibuat sebuah jejaring semantis. Berikut jejaring semantis perluasan

makna kata rapat.


271

konvensi konsinyasi tetal dekat


melekat kompres tertutup pudat
mepet kompak terkepung padat
santung ketang teguh mesra
sesi sinonim ketat sempit sinonim tekat

tipak mempertemukan
konferensi rapat terik
kongres sinonim singset
majelis
muktamar sinonim
kukuh
kuat
sinonim kerap
musyawarah karib
pembicaraan intim
perbincangan
perhimpunan
perjumpaan
beriringan
damping
dempet
dempit
erat
272

4.2.2.9 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Perluasan pasar

Perluasan makna kata pasar memiliki keterkaitan makna dengan kata-kata

berikut ini: pasar murah, pekan, rekan—amal bazar, bursa, licin. Keterkaitan

makna kata pasar dapat dilihat dalam jejaring semantis berikut:

pasar

sinonim

rekan

licin

bursa

pasar murah amal bazar

pekan
273

4.2.2.10 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Penyempitan

kampanye

Kata kampanye memiliki beberapa makna yang membuat kata-kata

tersebut saling berkaitan. Keterkaitan makna kata kampanye ialah persuasi,

propaganda, aksi, gerakan, manuver, operasi, usaha, dan dakwah. Keterkaitan

makna tersebut dapat disimpulkan dalam jejaring semantis. Berikut adalah

jejaring semantis makna kata kampanye.

kampanye dakwah

sinonim usaha

operasi

persuasi manuver

propaganda gerakan

aksi
274

4.2.2.11 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Peningkatan aksi

Kata aksi merupakan kata yang mengalami perubahan makna. Kata aksi

memiliki makna yang lebih luas dari makna awalnya. Kemudian perubahan

makna kata aksi merupakan bentuk peningkatan dari makna sebelumnya.

Berdasarkan perubahan makna tersebut kata aksi memiliki keterkaitan makna

dengan kata-kata yang lain. Berikut adalah kata-kata yang memiliki keterkaitan

makna: a) aktivitas, gelagat, gerak laku, gerakan, gerak-gerik; b) kampanye,

kelakuan, kesibukan, kiprah, lagak; c) laku, langkah, manuver, praktik, sepak

terjang; d) sikap, tindakan, tingkah laku, ulah, agresi; e) bagus, perbuatan, cogah,

denyut, elegan; f) gaya, gerak, kegiatan, kece, keren; g) perlente, pose, tindak,

tingkah.Berikut ini tampilan jejaring semantik kata aksi:


275

cegah perbuatan tingkah laku tindakan

denyut bagus ulah sikap

elegan agresi

sinonim sinonim

aksi laku praktik

gaya langkah manuver

gerak keren sepak terjang

kegiatan kece

sinonim

aktivitas gerak-gerik

gelagat gerak laku kampanye

gerakan lagak kelakuan

kiprah

kesibukan
276

4.2.2.12 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Peningkatan

blusukan

Kata blusukan secara etimologi berasal dari bahasa Jawa, dari kata dasar

blusuk ‗masuk‘ dan akhiran –an (afiks verba) yang berarti ‗masuk-masuk ke

tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu‘. Dalam bahasa Jawa blusukan

merupakan verba, seperti dolanan ‗bermain‘, sarungan ‗memakai sarung‘, dan

oyak-oyakan ‗kejar-kejaran‘. Berdasarkan definisi tersebut kata blusukan yang

dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai ‗masuk‘ atau ‗mengunjungi‘ memiliki

keterkaitan makna dengan mendatangi, menghadiri, jenguk, lawat, menyambangi,

menandangi, menengok, tinjau, menziarahi. Berikut jejaring semantis kata

blusukan.

blusukan

menandangi menziarahi

mengunjungi tinjau

sinonim menengok

jenguk

mendatangi menyambangi

menghadiri lawat
277

4.2.2.13 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Penurunan dicekal

Kata dicekal atau cekal memiliki beberapa makna yang membuat kata-

kata tersebut saling berkaitan. Keterkaitan makna kata cekal ialah membekam,

mencekam, mencengkam, mencengkau, mencengkeram, mencerkau, mengerkau,

merangkam, memegang, melipat, membekuk, menahan, menangkap, menciduk,

mencomot, mengamankan, menyergap, menyerkap, meringkus, derana, keras,

kuat hati, senggang, tabah, tangguh, tegar, teguh, tetap hati, kuat, tekad.

Keterkaitan makna tersebut dapat disimpulkan dalam jejaring semantis. Berikut

adalah jejaring semantis makna kata cekal.


278

menyerkap menyergap menahan mencomot

meringkus mengamankan membekuk menciduk

derana menangkap

mengekau

melepaskan sinonim melipat mencerkau

antonim memegang merangkam

cekal

sinonim

sinonim mencekam mencengkam

membekam mencengkau

mencengkeram

keras senggang tegar

kuat hati tabah teguh tetap hati

tangguh tekad kuat


279

4.2.2.14 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Asosiasi mengucurkan

Kata mengucurkan memiliki keterkaitan makna dengan kata bertetesan,

melancur, memancar, memancur, melancut, membasut, membesut, membura,

memuncrat, mencerat, mencicik, mencurat, menetes, mengalir, menitik,

menjelejeh, menyembur, menyemprot, bercucuran, alir, cicik, coret, mencorot,

derai, muncrat, pancar, dan pancur. Keterkaitan makna kata mengucurkan didapat

berdasarkan relasi makna sinonim, yakni menurut Verhaar (1978) mendefinisikan

sinonim sebagai ungkapan (dapat berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya

kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain, umpamanya kata buruk dan jelek

adalah dua buah kata yang bersinonim. Berdasarkan keterkaitan makna tersebut,

kata mengucurkan memiliki jejaring semantis sebagai berik


280

menyemprot pancur muncrat derai pancar

bercucuran

mencorot

menyemprot

sinonim bercucuran coret

menyembur cicik

bertetesan mengucurkan alir

melancur memancarkan

memancur melancut sinonim

membasut

sinonim

menjelejeh

mencurat menitik

membesut mencicik menetes

membura mencerat mengalir

memuncrat
281

4.2.2.15 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Asosiasi menggalang

Kata mengalang memiliki keterkaitan makna dengan kata mengalas,

melandas, melapik, mengganjal, menyendal, menahan, mencagak, menopang,

menunjang, menyangga, menyokong, membina, mempererat, memperkuat,

memperkukuh, memperteguh, mengonsolidasikan, menegakkan, mengikat,

penggalangan, konsolidasi, pembentukan, peneguhan, pengikatan, penguatan,

pengukuhan, bancang, membentuk, bina, mengempang, mengikat,

mengumpulkan, melintang, memalang, rentang, rintang, menyandal, tunjang.

Keterkaitan makna kata mengalang didapat berdasarkan relasi makna sinonim,

yakni menurut Verhaar (1978) mendefinisikan sinonim sebagai ungkapan (dapat

berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna

ungkapan lain, umpamanya kata buruk dan jelek adalah dua buah kata yang

bersinonim. Berdasarkan keterkaitan makna tersebut, kata mengalang memiliki

jejaring semantis sebagai berikut:


282

memperteguh mempererat
mengonsolidasikan memperkuat membina
menegakkan memperkukuh menyokong
pembentukan
mengikat melintang rintang
penggalangan memalang
konsolidasi menyandal
sinonim rentang

pembubaran
antonim sinonim
peneguhan pengikatan
penguatan pengukuhan
bancang
menggalang

sinonim tunjang

membentuk
bina mengembang
mengikat mengumpulkan sinonim

menyangga mengganjal menggalas

menunjang mencagak melapik menyendal

menopang menahan melandas


283

4.2.2.16 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Asosiasi memangkas

Kata memangkas memiliki keterkaitan makna dengan kata memaras,

membabat, memenggal, memotong, memunggal, mencampung, mencukur,

menebas, menggunting, mengurangi, menyurutkan, menyusutkan, meranting,

mengudung, memepat, ragas, rambah, meratakan, meringkaskan, menyuruti,

menebang, menuai. Keterkaitan makna kata memangkas didapat berdasarkan

relasi makna sinonim, yakni menurut Verhaar (1978) mendefinisikan sinonim

sebagai ungkapan (dapat berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang

lebih sama dengan makna ungkapan lain, umpamanya kata buruk dan jelek adalah

dua buah kata yang bersinonim. Berdasarkan keterkaitan makna tersebut, kata

memangkas memiliki jejaring semantis sebagai berikut:


284

meratakan rambah mengudung memepat

meringkaskan ragas meranting

menyuruti menyusutkan

menyurutkan

sinonim

mencukur mengurangi

memangkas mencampung menggunting

menebas

sinonim

sinonim

memunggal memaras

menebang memotong membabat

menuai memenggal
285

4.2.2.17 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Asosiasi memanaskan

Kata memanaskan memiliki keterkaitan makna dengan kata memanggang,

memperkeruh, mendiang, menegangkan, meghangatkan, meruncingkan, bakar,

membembam, layur, memasak, panggang, menyalai, menyangai. Berikut jerjaring

semantis kata memanaskan berdasarkan keterkaitan makna yang disebutkan di

atas.

bakar layur

memasak meruncing

membembam

menghangatkan

sinonim mendiang

memperkeruh

menegangkan

memanaskan memanggang

menyalai

sinonim panggang

antonim menyangai

mendinginkan
286

4.2.2.18 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Asoasiasi menjaring

Kata menjaring memiliki keterkaitan makna dengan kata menangkap,

menjala, memukat, menggiring, menyeser, memancing, mengail, memperoleh,

mendapatkan, menemukan, memilih, menyeleksi, menjerat, menyaring, sortir,

tangkap. Berikut jerjaring semantis kata menjaring berdasarkan keterkaitan makna

yang disebutkan di atas.

tangkap menjaring memilih

menyeleksi sortir

menjerat

sinonim

menjaring

sinonim

menyeser

menemukan mengiring

mendapatkan mengail menangkap memukat

memperoleh memancing menjala


287

4.2.2.19 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Metafora memakan

Kata memakan merupakan kata yang mengalami makna asosiasi yang

memiliki keterkaitan makna dengan kata makan, memajuh, memamah,

mematikan, membaham, menggeramus, menghabiskan, mengisi perut,

mengunyah, menyantap, gado, ganyang, geramus, mengonsumsi, melahap,

menyikat. Keterkaitan makna kata memakan didapat berdasarkan relasi makna

sinonim atau padanan kata. Sinonim menurut Verhaar (1978) mendefinisikan

sinonim sebagai ungkapan (dapat berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya

kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain, umpamanya kata buruk dan jelek

adalah dua buah kata yang bersinonim. Berdasarkan keterkaitan makna tersebut,

kata memakan memiliki jejaring semantis sebagai berikut:


288

geramus ganyang menyantap mengunyah

melahap gado menggeramus mengisi perut

mengonsumsi menghabiskan

sinonim mengikat

sinonim membaham

memamah

memakan memajuh mematikan

makan meniduri

kunyah cabul

menggauli sinonim sinonim

menceroboh caplok menembus

menodai

ronda-banyak-banyak meranggu nafkah

santap angin-berjalan-jalan mengambil mempan

buruk makan melukai

sinonim sinonim

bersantap santap melapang dada

menyedot memukul mamah bertamasya

menyedok memerlukan marakus dahar

mendorong telan memakai menyasau bersuka-suka

pakem bersiar-siar
289

4.2.2.20 Jejaring Semantis dan Keterkaitan Makna Sinestesia pedas

Kata pedas memiliki keterkaitan makna dengan kata bengis, berbisa,

bersanding, cempala mulut, cencala, keras, ketus, lancang mulut, menduri,

menusuk, menyakitkan, menyembilu, menyengat, nyelekit, sengit, tajam, calak.

Berikut jerjaring semantis kata pedas berdasarkan keterkaitan makna yang

disebutkan di atas.

bersanding berbisa menusuk sengit

cempala mulut bengis menyengat nyelekit

cencala menyakitkan menyembilu

sinonim

sinonim

pedas

keras keras

ketus menduri calak

lancang mulut tajam


290

Tabel 4.3 Perubahan Makna Kosakata Bahasa Indonesia

No Kosakata Asal Kata Makna Awal Makna Sekarang Jenis


Bahasa Indonesia Perubahan Makna
1 saudara Melayu: satu perut 1) orang yang bertalian keluarga; sanak: ia mempunyai generalisasi
Sa ‗satu‘ dan banyak—di sini, baik dari ibu maupun dari ayahnya; 2)
udara ‗perut‘ orang yang segolongan (sepaham, seagama, sederajat, dan
sebagainya); kawan; teman: dalam mengerjakan tugas ini,
kita akan dibantu oleh—kita di kampung ini; 3) sapaan
kepada orang yang diajak berbicara (pengganti orang
kedua): coba—pikirkan masak-masak ; 4) ki segala sesuatu
yang hampir serupa (sejenis dan sebagainya) serigala
merupakan—anjing 5) ki tembuni: -- nya baru keluar,
padahal bayinya telah lama lahir.
2 jawara Banten; pendekar; jagoan 1) orang (regu) yang mendapat kemenangan dalam generalisasi
jalma wani nga- pertandingan yang terakhir; 2) pengatur dan pelerai dalam
rampog (orang persabungan ayam; 3) pemimpin peralatan (pesta dan
yang berani sebagainya); 4) ahli; terpandai dalam sesuatu (pelajaran dan
merampok) sebagainya).
Betawi: juware
‗juara yang tidak
terkalahkan
dalam hal bela
diri ―maen
pukulan‖ atau
pencak silat‘
3 rawan Melayu : rawan rindu bercampur sedih, 1) mudah menimbulkan gangguan keamanan atau bahaya; generalisasi
‗rindu‘ pilu, atau terharu gawat; 2) muda, lembut (tentang tulang); 3) kata penggolong
291

bilangan yang berarti selengkap (tentang jala, jaring,


kancing, dan sebagainya): ~ jala, satu jala; 4) kendaraan;
takhta -- , tandu.
4 jurusan Sunda : jurus Arah 1) bagian (pengkajian ilmu); 2) bagian dari suatu fakultas Generalisasi
‗ atau sekolah tinggi yang bertanggung jawab untuk
mengelola dan mengembangkan suatu bidang studi,
misalnya jurusan akuntansi, jurusan manjemen.
5 tinggal Jawa : masih tetap di tempatnya 1) sisanya ialah...; bersisa...; tersisa...; yang masih ada Generalisasi
tinggal; dan sebagainya; masih hanyalah; 2) ada di belakang; terbelakang; 3) tidak naik
‗tinggal‘ keri selalu ada (sedang yang kelas (tentang murid sekolah); 4) sudah lewat (lalu;lampau);
‗ketinggalan‘ lain sudah hilang, pergi, 5) diam (di); 6) selalu; tetap (demikian halnya); 7)
dan sebagainya melupakan; 8) tidak usah berbuat apa-apa; 9) bergantung
kepada; terserah kepada; terpulang kepada; 10) (sebagai
keterangan pada kata majemuk berarti) a yang didiami; b
yang ditinggalkan (dikosongkan dan sebagainya)—bersiul-
siul tinggal bersenang-senang—waktu tidak memenuhi
kewajiban salat.
6 operasi Inggris : Bedah 1) Mil tindakan atau gerakan militer; 2) pelaksanaan rencana Generalisasi
Operation yang telah dikembangkan;--bakti kegiatan sosial yang
‗pembedahan‘ merupakan darma bakti kepada masyarakat, bangsa, dan
tanah air.
7 mengemis Jawa : meminta-minta sedekah 1)meminta dengan merendah-rendah dan dengan penuh Generalisasi
Emis ‗meminta- harapan
minta pada hari
Kemis‘
8 rapat Jawa : rapet dekat sekali 2) kerap (tentang tanaman, anyaman, dan sebagainya) 3) generalisasi
‗dekat sekali; tertutup benar-benar hingga tidak bercelah; 4) berhampiran
tidak berantara‘ sekali; dekat benar; 5) karib; erat (tentang persahabatan).
292

Kata rapat juga diartikan pertemuan (kumpulan) untuk


membicarakan sesuatu; 6) sidang; majelis. Kata rapat juga
diartikan 7) tumbuhan menjalar, kulitnya dibuat obat; kayu
rapat 8) kulit dari kayu rapat
9 pasar Jawa : pasar tempat berjual beli 1) kekuatan penawaran dan permintaan, tempat penjual yang Generalisasi
‗tempat berjual ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli
beli‘ yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa; 2)
dipakai dalam pergaulan sehari-hari (tentang bahasa yang
kurang baik tata bahasanya, pilihan katanya, dan
sebagainya).
10 kampanye Inggris : gerakan serentak 1) kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi politik atau Spesialisasi
campaign calon yang bersaing memperebutkan kedudukan dalam
‗gerakan‘ parlemen dan sebagainya untuk mendapat dukungan massa
pemilih dalam suatu pemungutan suara;
11 aksi Inggris : gerakan; tindakan Demontrasi; unjuk rasa Ameliorasi
Action
‗tindakan‘
12 blusukan Jawa: keluar masuk ke tempat kunjungan kerja pejabat publik Ameliorasi
blusuk ‗masuk‘ yang jarang dikunjungi
13 cekal Melayu : cekal tahan menderita 1)memegang: pendekar itu kembali ~ kedua tangan Peyorasi
‗tahan musuhnya sehingga musuhnya berteriak minta ampun; 2)
menderita‘ menangkap (pencuri dan sebagainya); 3) akronim cegah dan
tangkal;
14 mengucurkan Jawa : pancur; mencucurkan; 1)ki mengeluarkan (dana, bantuan, dan sebagainya); Asosiasi
pancuran ‗air memancurkan menurunkan: mereka menuntut agar pemerintah segera ~
yang memancur‘ dana bantuan yang sudah dijanjikan; 2) cucuran; 3) ki
bantuan; pertolongan; sokongan: masalah ekonomi ini tidak
bisa diselesaikan hanya dengan ~ dana dari IMF;
293

15 menggalang Jawa : galang memberi galang 1) menyangga; menopang; menunjang; menyokong: balok- asosiasi
‗timbunan kayu; balok itu gunanya untuk menggalang perahu; 2)
rangka rumah memperkuat dan menegakkan (negara, persatuan, dan
yang akan sebagainya) : menggalang persatuan seluruh rakyat untuk
didirikan‘ menghadapi ancaman musuh. 3)mengumpulkan; 4)mencari
16 memangkas Melayu : Mengunting (rambut) Memotong Asosiasi
pangkas
‗memotong‘
17 memanaskan Jawa : benter menjadikan panas 1) ki menjadikan meruncing (genting dan sebagainya). Asosiasi
‗panas‘
18 menjaring Jawa : njaring menangkap ikan dengan 1) ki masuk ke dalam jala (tentang bola dan sebagainya); 2) Asosiasi
‗menjaring‘ jaring ki memperoleh; menemukan; menyeleksi; menangkap
19 memakan Jawa : mangan memasukkan sesuatu ke 1) mengisap; 2) memakai; memerlukan; menghabiskan Metafora
‗makan‘ dalam mulut (waktu, biaya, dan sebagainya); 3) menyerang, mematikan,
mengambil (dalam permainan catur; 4) bekerja sebagaimana
mestinya (tentang rem, gigi roda, dan sebagainya); 5)
melukai; 6) mengenai; menembus; 7) memperoleh sesuatu;
mencapai sesuatu; tidak memperoleh angin; mencapai dasar
laut; 8) (dapat) masuk (tentang barang yang dimasukkan ke
lubang, ke air); 9) mengambil; mempergunakan dan
sebagainya secara tidak sah (milik orang lain atau negara);
10) ki meniduri perempuan (biasanya dalam arti hubungan
gelap); 11) ki rezeki
20 pedas Jawa : pedes rasa cabai 1) Tajam; 2) menyakitkan hati sinestesia
‗pedas‘
294

4.3 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna Kosakata

Bahasa Indonesia

1. Perluasan (Generalisasi)
a) Data 1 : saudara
Kita Semua Bersaudara ". Begitulah pesan sederhana penuh makna dalam
spanduk yang terpasang di pinggir jalan-jalan di wilayah Pasar Rebo, Jakarta
Timur. (Jumat, 3 November 2016).

Kosakata Faktor-faktor penyebab terjadinya Contoh


perubahan makna

saudara Faktor sosial masyarakat Kita semua bersaudara

Faktor kesejarahan Saudara perempuan saya


sedang belajar

Faktor psikologi Saudara Mutiara silakan


duduk!
Kata saudara merupakan kata yang mengalami perubahan makna jenis

perluasan. Makna kata saudara meluas menjadi beberapa makna seperti yang

telah dituliskan dalam subbab 4.1.2. Meluasnya makna kata saudara pasti

memiliki sebab. Perubahan makna kata saudara terjadi karena ada faktor

pendorong. Faktor yang mendukung terjadinya perubahan makna kata saudara

menjadi jenis perluasan makna adalah faktor sosial masyarakat. Perkembangan

dalam masyarakat yang berkenaan dengan sikap sosial dan budaya juga

menyebabkan terjadinya perubahan makna. Suwandi (2008:48) menyebutkan

perubahan makna karena faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan leksem

di dalam masyarakat. Misalnya, leksem gerombolan pada mulanya bermakna

‗orang yang berkumpul‘ atau ‗kerumunan orang‘, tetapi kemudian leksem tersebut

tidak disukai lagi karena selalu dihubungkan dengan pemberontak, perampok, dan

sebagainya. Begitu pula dengan kata saudara, untuk menyebutkan orang kedua

misalnya agar sopan menggunakan kata saudara; agar ada hubungan yang erat
295

digunakan kata saudara; saudara sebangsa setanah air, saudara seiman, dll.

Semua itu digunakan agar hubungan pemakai bahasa secara sosial semakin erat.

Kata saudara bermakna ‗sapaan untuk kata ganti orang kedua‘ merupakan

makna yang muncul karena adanya norma kesopanan yang dianut oleh pemakai

bahasa di Indonesia. Dalam hal ini diketahui bahwa pemakai bahasa Indonesia di

Indonesia memegang norma kesopanan dan kesantunan sehingga menyapa lawan

bicara dengan sebutan saudara. Kata saudara dipakai untuk menunjukkan

kesopanan. Masyarakat menggunakan kata saudara berkaitan dengan budaya

timur yang memang menjunjung tinggi norma kesopanan dalam kehidupan

bermasyarakat. Selain itu, secara psikologis pemakai bahasa merasa dekat dengan

lawan bicara dan lawan bicara merasa dihormati. Menurut Suwandi (2008: )

perubahan makna karena faktor psikologis dapat disebabkan oleh rasa takut,

menjaga perasaan, dan sebagainya. Misalnya, penggunaan leksem dirumahkan

untuk menggantikan leksem ditahan, leksem diberhentikan untuk menggantikan

dipecat, leksem diamankan untuk mengganti leksem ditangkap, dan sebagainya.

Demikian juga kata saudara sebagai kata ganti orang kedua secara psikologis

menjaga perasaan lawan bicara agar komunikasi yang dilakukan berjalan baik.

Misal: Saudara Mutiara silakan duduk!

Selain kata saudara bermakna ‗sapaan untuk kata ganti orang kedua‘, kata

saudara bermakna ‗sederajat, sepaham, segolongan‘. Misal: ―Saudara sebangsa

dan setanah air...‖ Makna kata saudara meluas dengan adanya kesamaan dalam

hubungan sosial, misalnya sesuku, seagama, sebangsa, sederajat, dll. Dalam

hubungan sosial kata saudara ini menandakan kedekatan atau kekariban antara

satu orang dengan yang lain meskipun tanpa ada hubungan darah.
296

Faktor kesejarahan kata saudara yang bermula bermakna saudara

sekandung atau saudara satu perut berubah seiring perkembangan zaman dan

pengetahuan pemakai bahasa

Perluasan kata saudara:

1) Orang yang sedang berdiri di depan rumah itu adalah saudara kandung saya.

‗hubungan darah atau sekandung‘

2) Kita semua bersaudara. ‗Kata sapaan yang sederajat, baik usia maupun

kedudukan sosial‘

3) Surat saudara sudah kami baca; jawabannya tunggu saja di rumah. ‗Kata ganti

orang kedua yang dianggap sopan‘

4) Budi menginap di rumah saudaranya. ‗sepupu, dll‘

5) Saudara – saudara sebangsa dan setanah air. ‗hubungan sosial‘

6) Kesimpulannya ialah dalam hal Saudara Ahok (Basuki Tjahaja Purnama), kita

akan laksanakan dengan hukum yang tcepat. ‗Sapaan untuk menyebutkan

orang kedua dalam lawan bicara‘.

7) Serigala merupakan saudara anjing. ‗sesuatu yang hampir serupa atau sejenis‘

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan

makna karena faktor sosial berkaitan dengan sikap dan budaya masyarakat

pemakai bahasa. Kata saudara mengalami perubahan makna berjenis perluasan.

Kata saudara semula bermakna ‗hubungan darah atau sekandung‘, ‗orang yang

seibu seayah (atau hanya seibu atau seayah saja)‘; ‗adik atau kakak‘ karena faktor

kesejarahan berubah menjadi beberapa makna yaitu: ‗orang yang bertalian

keluarga; sanak, orang yang segolongan (sepaham, seagama, sederajat, dsb);

kawan; teman, sapaan (yang sopan) kepada seorang dewasa yang diajak berbicara
297

(pengganti orang kedua), segala sesuatu yang hampir serupa (sejenis, dsb),

tembuni‘. Perubahan makna kata saudara dipengaruhi oleh faktor sosial

masyarakat, faktor kesejarahan, dan faktor psikologis.

b) Data 2: jawara
Gubernur DKI sekarang sudah selon (nekat dalam bahasa Betawi). Lagaknya
melebihi jawara," kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di Rusun Pesakih,
Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (5/3/2016).

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan
Makna
Jawara Faktor Kesejarahan Ia sudah lama dikenal
sebagai jawara Kampung
Pulo yang tidak terkalahkan.

Adik Rudi selalu menjadi


Faktor Sosial Masyarakat juara umum di sekolahnya.

Kata jawara pada zaman dahulu digunakan sebagai panggilan orang yang

kuat dan hebat, kini kata jawara berubah maknanya menjadi ‗orang yang menang

dalam lomba apapun‘. Perubahan makna kata jawara dapat terjadi karena faktor

sosial masyarakat. Akibat dari pergaulan pemakai bahasa di tengah masyarakat,

kata jawara turut mengalami perkembangan. Suwandi (2008:48) menyebutkan

perubahan makna karena faktor sosial dihubungkan dengan perkembangan leksem

di dalam masyarakat. Misalnya, leksem gerombolan pada mulanya bermakna

‗orang yang berkumpul‘ atau ‗kerumunan orang‘, tetapi kemudian leksem tersebut

tidak disukai lagi karena selalu dihubungkan dengan pemberontak, perampok, dan

sebagainya.

Kata jawara memiliki makna perluasan sebagai pemenang lomba atau

pertandingan seiring dengan pengalaman pemakai bahasa di dalam masyarakat.

Banyak makna yang memang dihubungkan dengan kondisi masyarakat dan


298

makna terdahulu dari kata jawara. Kata jawara di kehidupan masyarakat selalu

dikaitkan dengan ‗jagoan‘ dalam hal ini adalah ‗pendekar‘. Saat ini, ‗pendekar‘

atau ‗orang yang ahli silat‘ jarang ditemui sehingga masyarakat menggunakan

kata jawara untuk ‗jagoan‘ dalam cakupan yang lebih luas, misal: jago berenang

berarti ‗orang yang ahli berenang‘, jago matematika berarti ‗orang yang ahli

matematika‘, dan sebagainya. Pemakai kata jawara dengan makna yang lebih

luas ini dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasa dalam

menghubungkan peristiwa dengan bahasa. Kehidupan sosial di tengah-tengah

masyarakat menjadikan kata jawara memiliki makna yang lebih luas berdasarkan

konteks kalimat. Misal, dalam kehidupan pelajar ada seorang yang unggul dalam

kelas disebutlah ia juara kelas. Artinya sikap dan budaya pemakai bahasa

berkaitan dengan meluasnya makna kata jawara.

Faktor sosial dan masyarakat dapat mempengaruhi kosakata bahasa

Indonesia. Kosakata itu berkembang secara meluas. Misal: kata jawara memiliki

perluasan makna ‗pemenang lomba atau pertandingan‘ yang semula diartikan

jawara itu sebagai‘ jagoan atau pendekar‘. Perubahan ini karena adanya peran

pemakai bahasa dan kehidupan sosial pemakai bahasa.


299

c) Data 3 : rawan

Warga yang tinggal di daerah rawan banjir kabupaten Bandung, Jawa Barat
berharap pemerintah selalu memberi informasi prakiraan cuaca saat musim hujan.
(Jumat, 4 November 2016)

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan
Makna
Rawan Faktor Kesejarahan Tulang rawan daging ayam
ini sangat rapuh.

Faktor Perbedaan Bidang Wilayah ini rawan banjir


Pemakai Lingkungan saat musim hujan tiba.

Perubahan makna kata rawan itu terjadi karena ada faktor perbedaan

bidang pemakai lingkungan. Suwandi (2008:48) menyebutkan perubahan makna

karena faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan misalnya, dalam bidang

pendidikan, kata guru, siswa, pengajar, pembelajar, kurikulum, evaluasi

remediasi, menjiplak, dan sebagainya. Dalam bidang perekonomian kata produk,

manajemen, kredit, saham, dan sebagainya.

Lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan termasuk dalam

perkembangan bahasa. Bahasa dipengaruhi lingkungan itu berkaitan dengan

pemakai bahasa, budaya, dan lingkungan sekitar atau wilayah. Faktor lingkungan

yang berbeda mengakibatkan seseorang memahami satu kata yang sama dengan

makna yang berbeda. Misal:kata rawan bila dalam bidang kedokteran kata rawan

berkaitan dengan tulang rawan yang artinya ‗tulang yang lunak‘. Namun,

lingkungan sosial kata rawan ini berubah makna misalnya daerah ini rawan banjir

jadi kita harus berhati-hati. Kata rawan dengan lingkungan yang berbeda

mengakibatkan pemakai bahasa memiiki perbedaan pandang.


300

Lingkungan masyarakat dapat menyebabkan perubahan makna. Bahasa

yang digunakan dalam masyarakat tertentu belum tentu maknanya sama dengan

masyarakat yang lain. Misalnya kata cetak. Perhatikan contoh berikut : 1) Buku itu

dicetak di Rineka Cipta, Jakarta. 2) Cetakan batu bata itu besar-besar. 3)

Pemerintah menggiatkan pencetakan sawah baru bagi petani. Ali mencetak lima

gol dalam pertandingan itu. Leksem cetak pada contoh di atas memperlihatkan

makna yang berbeda karena lingkungan yang berbeda. Dengan kata lain, makna

berubah jika terjadi lingkungan pemakaian. Contoh lain yaitu kata sumber, salin,

langganan, operasi,dll. Demikian pula dengan kata rawan, makna perluasan yang

muncul karena adanya lingkungan yang berubah.

d) Data 4 : jurusan
Sejumlah jurusan di sekolah menengah kejuruan di kota Tegal, Jawa Tengah,
kekurangan peminat.
Jurusan yang kurang diminati antara lain tata busana, sedangkan perhotelan
banyak peminat, ― kata Ketua PPDB SMKN 1 Tegal, Edi Suroso.

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan Makna
Jurusan Faktor Kesejarahan Saya naik bus jurusan Rantau
Prapat- Medan.

Faktor Perkembangan Ilmu Saya kuliah di jurusan Sastra


Pengetahuan dan Teknologi Indonesia USU.

Faktor Perbedaan Bidang Jurusan yang kurang diminati


Pemakaian Lingkungan antara lain tata busana,
sedangkan perhotelan banyak
peminat, ― kata Ketua PPDB
SMKN 1 Tegal, Edi Suroso.

Perubahan makna kata jurusan tersebut dipengaruhi oleh faktor

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Suwandi (2008:48)

menyebutkan perubahan makna karena faktor perkembangan ilmu dan teknologi


301

misalnya, leksem berlayar yang dulu mengacu pada pengertian ‗menempuh‘

sekarang leksem berlayar tetap dipakai tetapi tidak terbatas pada acuan itu. Sekali

pun sudah digunakan kapal-kapal bermesin yang tidak memakai layar, perjalanan

laut itu masih menggunakan leksem berlayar. Seperti kata berlayar, kata jurusan

juga mengalami perubahan makna karena adanya faktor perkembangan ilmu dan

teknologi.

Faktor perkembangan ilmu dan teknologi merupakan faktor yang dominan

dalam perubahan makna kata jurusan. Pada mulanya kata jurusan digunakan

untuk menunjukkan arah di jalan atau saat berlalu lintas. Perkembangan ilmu dan

teknologi mengakibatkan kata jurusan berubah menjadi bagian dari suatu instansi

atau lembaga. Jurusan digunakan untuk menyebutkan bagian di universitas

misalnya fakultas juga menyebutkan bagian dari fakultas yaitu departemen atau

jurusan. Misal: Saya kuliah di jurusan Sastra Indonesia USU. Kata jurusan tidak

lagi bermakna arah lalu lintas yang menuju ke USU, tetapi bagian dari universitas

dalam hal ini diartikan sebagai departemen. Karena faktor perkembangan ilmu

dan teknologi, pemakai bahasa menggunakan kata jurusan secara lebih luas

sehingga kata jurusan mengalami perubahan makna jenis perluasan.

Faktor Perbedaan Bidang Pemakaian Lingkungan mempengaruhi

perubahan makna kata jurusan terdapat pada kalimat ―Jurusan yang kurang

diminati antara lain tata busana, sedangkan perhotelan banyak peminat,‖ kata

Ketua PPDB SMKN 1 Tegal, Edi Suroso. Lingkungan pendidikan kata jurusan

bermakna ‗bidang‘ sedangkan pada lingkungan transportasi kata jurusan

bermakna ‗arah‘
302

e) Data 5 tinggal : perluasan

Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan


oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun pabriknya saja.
(Sabtu, 25 Juni 2016)

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan
Makna
tinggal Faktor Kesejarahan Saya tinggal di Medan.

Faktor Sosial Masyarakat Ayam jago nenek mati dua


ekor dan kini tinggal satu
ekor di kandang.

Faktor Perbedaan Pemakai Adik saya tinggal kelas


Bahasa karena malas belajar.

Kata tinggal memiliki beberapa makna yang berbeda arti. Pemakaian kata

tinggal disesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. Perubahan makna kata

tinggal ini memperluas pemakaian kata tinggal. Ada faktor yang mempengaruhi

kata tinggal tersebut mengalami perubahan makna yakni faktor loss of motivation

‗kehilangan motivasi‘. Menurut Meillet (dalam Parera, 2004:108) Loss of

motivation ‗kehilangan motivasi‘ juga menjadi salah satu faktor terjadinya

pergeseran makna, demikian kata Meilet. Dalam penjelasannya, dikatakan

sepanjang sebuah kata tetap dengan kuat berpegang pada akarnya (tentu makna

dasar awal) dan pada medan makna yang sama, makna kata itu masih dalam

batas-batas bukan pergeseran makna atau perubahan makna. Akan tetapi, sekali

hubungan ini diabaikan, maka makna itu akan bergulir jauh dari asalnya dan

berkembang takterkendali. Dalam bahasa Indonesia dapat dicontohkan kata

canggih. Makna kata ini telah terlepas dari makna dasarnya. Kata canggih

dihidupkan kembali karena kepentingan pemadanan tertentu. Makna kata ini

berkembang takterkendalilkan, misalnya mesin yang canggih, gadis itu canggih,


303

perbuatannya canggih, warna yang canggih, dst. Penggunaan makna kata canggih

takterkendalikan lagi. Di sini faktor kehilangan motivasi menonjol. Demikian pula

dengan kata tinggal, kata tinggal kehilangan motivasi sehingga perubahan makna

yang terjadi berkembang tidak terkendali, makna kata tinggal ini telah terlepas

dari makna dasarnya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna kata tinggal ialah

faktor sosial dan masyarakat dan perbedaan pemakai bahasa. Kata tinggal

digunakan oleh masyarakat Melayu untuk menyebutkan makna ‗sisa‘, sedangkan

masyarakat yang lainnya misal masyarakat Jawa menyebutkan kata tinggal untuk

menyatakan ‗tempat tinggal‘. Masyarakat Melayu menyebutkan ‗tempat tinggal‘

dengan kata duduk dan masyarakat Jawa menyebutkan tinggal selain ‗tempat

tinggal‘ adalah makna ‗sisa dan terbelakang‘ yang disebut keri atau ketinggalan.

Faktor sosial dan masyarakat mempengaruhi kata tinggal sehingga mengalami

perubahan makna yang berjenis perluasan seperti yang berkembang saat ini.

f) Data 6 : operasi
Dalam kasus penggusuran, lanjut Al Araf, tidak ada ancaman serius dari dampak
penggusuran yang terjadi. Sehingga, tentara dinilai tidak perlu terlibat membantu
operasi penggusuran. Senin (3/10/2016).
Memang polisi dan sipil tidak bisa mengatasi penggusuran? Apakah itu ada high
density threat? Ini keliru," ujar Al Araf dalam Diskusi Publik "Problematika
Operasi Militer Selain Perang" di Gedung YLBHI, Jakarta, Senin (3/10/2016).
Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh
Terjadinya Perubahan Makna
operasi Faktor Kesejarahan Ibu akan menjalani operasi
mata.

Faktor Perbedaan Bidang Polisi menggelar operasi


Pemakaian Lingkungan zebra.

Faktor Perkembangan Ilmu dan Kakak sangat ahli


304

Teknologi mengoperasikan komputer.

Dokter akan melakukan


Faktor Pengaruh Bahasa Asing operasi pasiennya.

Perubahan makna dapat terjadi pada beberapa kata dan disebabkan oleh

beberapa faktor. Termasuk pada kata operasi. Kata operasi semula melekat pada

dunia medis, yakni operasi dalam hal penanganan terhadap pasien. Misal:

wajahnya harus dioperasi plastik . Namun , kini kata operasi dapat melekat pada

bidang yang lainnya misal bidang sosial, politik, dan militer dapat dilihat pada

kalimat data 6. Perubahan makna kata operasi dikarenakan adannya faktor

perbedaan bidang pemakaian lingkungan. Menurut Suwandi (2008:48) perubahan

makna karena faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan misalnya, dalam

bidang pendidikan, kata guru, siswa, pengajar, pembelajar, kurikulum, evaluasi

remediasi, menjiplak, dan sebagainya. Dalam bidang perekonomian kata produk,

manajemen, kredit, saham, dan sebagainya.

Perubahan makna kata operasi dapat terjadi karena adanya faktor

perbedaan bidang pemakaian lingkungan, faktor perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, dan faktor pengaruh bahasa asing. Dalam bidang militer kata

operasi memiliki makna kegiatan militer, dalam bidang kedokteran kata operasi

bermakna bedah, dalam bidang lalu lintas kata operasi melekat pada frase operasi

zebra yang bermakna razia di jalan raya. Perbedaan bidang mengakibatkan makna

kata operasi berubah disesuaikan dengan bidang pemakaian.


305

g) Data 7 mengemis: perluasan

Sandiaga pun berkaca pada pencalonannya sendiri. Sandi yang telah mengikuti
penjaringan di lima partai selain Gerindra, yaitu PDI-P, Demokrat, PKB, PPP, dan
PAN, mengatakan bahwa ini adalah upayanya membangun komunikasi politik
alih-alih mengemis dukungan. (Sabtu, 25 Juni 2016)

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan Makna
mengemis Faktor Kesejarahan Sepanjang jalan Gatot
Subroto banyak anak-anak
mengemis dengan pakaian
yang robek.
Faktor Perbedaan Tanggapan
Pemakai Bahasa Janganlah mengemis cinta
kepada laki-laki buaya.
Faktor Perbedaan Bidang
Pemakaian Lingkungan Partai politik sedang
mengemis dukungan kepada
rakyat agar calon gubernur
yang diusung mereka
menang.

Dalam hal ini perubahan makna kata mengemis merupakan perubahan

yang termasuk ke dalam jenis perluasan. Makna kata mengemis telah meluas

maknanya. Faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan makna pada kata

mengemis ialah faktor perbedaaan tanggapan pemakai bahasa. Menurut Suwandi

(2008:48) suatu kenyataan bahwa sejumlah kata yang digunakan oleh masyarakat

pemakainya tidaklah mempunyai nilai yang sama. Hal ini berkaitan erat dengan

pandangan hidup dan norma yang ada dalam masyarakat tersebut. Berdasarkan

pada hal tersebut terdapat sejumlah kata yang dirasa mempunyai nilai ―rendah‖

(kurang disenangi oleh masyarakat pemakainya) dan ada kata yang mempunyai

nilai ―tinggi‖. Misal, kata wanita dewasa ini dianggap bernilai tinggi sedangkan

perempuan dianggap bernilai rendah. Begitu pula dengan kata mengemis, makna

yang berubah sesuai dengan perbedaan tanggapan pemakai bahasa.


306

Setiap pemakai bahasa memiliki nilai rasa atau tanggapan yang berbeda

terhadap suatu kata. Misal: kata mengemis dianggap memiliki nilai rasa yang

rendah karena memiliki makna meminta-minta sedekah. Padahal, kata mengemis

dapat memiliki nilai rasa yang tinggi bila dilekatkan pada mengemis maaf yang

berarti ‗meminta maaf dengan sungguh-sungguh‘, tidak mengemis jabatan artinya

‗tidak mengharapkan jabatan‘. Perbedaan tanggapan pemakai bahasa inilah yang

mengakibatkan kata mengemis mengalami perubahan makna yang berjenis

peyorasi yakni berubahnya makna kata mengemis dianggap lebih rendah atau

menurun maknanya. Kata mengemis berhubungan dengan meminta-minta derma

dan bermakna asosiasi jika melekat pada kata yang lain sehingga kata mengemis

masih dianggap memiliki nilai rasa yang rendah. Faktor perbedaaan tanggapan

pemakai bahasa terhadap kata mengemis menjadikan kata mengemis berjenis

peyorasi.

h) Data 8 rapat: perluasan

Pernyataan ini disampaikan Presiden seusai rapat koordinasi terbatas di Istana


Merdeka.

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan Makna
Rapat Faktor Kesejarahan Rumah-rumah di Jakarta
sudah rapat.

Faktor Perkembangan Ilmu dan Rapat akan dilaksanakan di


Teknologi Aula.

Faktor Pengaruh Bahasa AsingDirektur sedang meeting


‗rapat‘ dengan para stafnya.
Faktor Perbedaan Bidang Hubungan Rini dengan
Pemakaian Lingkungan Tomi sudah sangat rapat
seperti suami istri.
307

Meluasnya kata rapat ini sehingga berhomonim berdasarkan yang telah

diungkapkan Suwandi (2008:48) termasuk ke dalam faktor perkembangan ilmu

dan teknologi dan faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan. Karena dua

faktor inilah, kata rapat mengalami perubahan. Menurut Suwandi (2008:48) faktor

perkembangan ilmu dan teknologi misalnya leksem berlayar yang dulu mengacu

pada pengertian ‗menempuh‘ sekarang leksem berlayar tetap dipakai tetapi tidak

terbatas pada acuan itu. Sekali pun sudah digunakan kapal-kapal bermesin yang

tidak memakai layar, perjalanan laut itu masih menggunakan leksem berlayar.

Faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan menurut Suwandi (2008:48)

misalnya, dalam bidang pendidikan, kata guru, siswa, pengajar, pembelajar,

kurikulum, evaluasi remediasi, menjiplak, dan sebagainya. Dalam bidang

perekonomian kata produk, manajemen, kredit, saham, dan sebagainya.

Berdasarkan contoh yang diberikan Suwandi, peneliti memasukan kata rapat

berubah makna karena kedua faktor tersebut, yakni faktor perkembangan ilmu dan

teknologi dan faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan. Kata rapat berubah

makna disebabkan oleh faktor perkembangan ilmu dan teknologi karena semula

kata rapat yang bermakna ‗dekat‘ seiring waktu berkembang dengan adanya ilmu

pemakai bahasa memaknai kata rapat sebagai pertemuan. Perubahan makna kata

rapat karena faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan seperti yang

dicontohkan Suwandi (2008:48) yang dimaksud adalah jika pemakai bahasa ingin

memakai kata rapat dengan makna dekat bidang yang dipakai adalah sosial,

sedangkan kata rapat yang dipakai oleh pemakai bahasa dengan makna pertemuan

adalah bidang politik atau yang lainnya.


308

Dalam bahasa Inggris ada kata meeting yang diartikan dalam bahasa

Indonesia adalah ‗rapat‘. Dalam bahasa Indonesia kata rapat merupakan homonim

yakni satu kata yang sama memiliki dua makna yang berbeda, makna yang

pertama adalah ‗tidak berantara‘ dan makna yang kedua adalah ‗pertemuan‘ atau

istilah bahasa Inggris meeting. Perubahan makna ini terjadi karena adanya faktor

perkembangan ilmu dan teknologi. Rapat digunakan sebagai meeting lebih sering

didengar daripada rapat yang bermakna ‗tidak berantara‘. Luasnya pemakaian

kata rapat ini dimulai karena adanya ilmu pemakai bahasa yang semakin

bertambah dan wawasan yang luas mengakibatkan kata rapat lebih sering

terdengar dengan makna meeting. Bukan karena kebarat-baratan, tetapi lebih

sering para pemakai bahasa menggunakan kata rapat dengan makna meeting

sehingga kebiasaan ini menjadi hal yang umum. Perkembangan ilmu dan

teknologi dianggap memiliki peran yang sangat tajam dalam mempengaruhi kata

rapat sehingga rapat bermakna ‗pertemuan atau meeting‘, selain faktor

perkembangan ilmu dan teknologi ada juga faktor sosial masyarakat. Kegiatan

sosial yang sering dilakukan mengakibatkan kata rapat itu terus bertahan dan

berkembang. Masyarakat sering menggunakan kata rapat daripada kata

pertemuan, misal rapat ibu-ibu pkk, rapat komite, dan lain-lain. Jarang didengar

menggunakan pertemuan ibu-ibu pkk atau pertemuan komite. Terkadang yang

terdengar adalah meeting dengan kepala sekolah, tetapi penggunaan kata meeting

terkesan tidak formal, biasanya dalam pergaulan yang sudah akrab antara

pembicara dengan lawan bicara. Kata rapat masih dianggap lebih formal daripada

meeting.
309

i) Data 9 pasar: perluasan


Namun, aktivitas ekonomi tetap berjalan, sejumlah toko dan pasar tetap buka.
Pasar keuangan juga tidak tertekan.

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan
Makna
pasar Faktor Kesejarahan Ibu pergi ke pasar untuk
membeli ikan.

Faktor Perkembangan Keuangan Indonesia semakin


Ilmu dan Teknologi membaik seiring meningkatnya
pasar modal di dalam negeri.

Faktor Perbedaan Ibu melarang adik bermain di


Pemakai Bahasa pasar agar tidak ditabrak
kendaraan yang melintas.

Faktor sosial masyarakat Bahasa pasaran sering


digunakan di pasar tradisional.

Perubahan makna kata pasar tidak terjadi begitu saja. Ada faktor yang

melatarbelakanginya. Pemakai bahasa memakai kata pasar dan mengenal kata

pasar lebih luas dari makna aslinya. Faktor yang mempengaruhi perubahan

makna kata pasar ialah faktor perkembangan ilmu dan teknologi dan faktor sosial

masyarakat. Menurut Suwandi 2008 perubahan makna yang dipengaruhi faktor

perkembangan ilmu dan teknologi misalnya, leksem berlayar yang dulu mengacu

pada pengertian ‗menempuh‘ sekarang leksem berlayar tetap dipakai tetapi tidak

terbatas pada acuan itu. Sekali pun sudah digunakan kapal-kapal bermesin yang

tidak memakai layar, perjalanan laut itu masih menggunakan leksem berlayar.

Dalam hal ini, kata pasar meluas karena berkembangnya ilmu pengetahuan

pemakai bahasa terhadap pemakaian kata pasar. Pada awalnya pemakai bahasa

menggunakan kata pasar untuk tempat jual beli, tetapi seiring waktu pemakai

bahasa mengaitkan kata pasar pada bidang tertentu, misalnya pasar modal, pasar

saham, dll. Suwandi (2008:48) Perubahan makna karena faktor sosial


310

dihubungkan dengan perkembangan leksem di dalam masyarakat. Misalnya,

leksem gerombolan pada mulanya bermakna ‗orang yang berkumpul‘ atau

‗kerumunan orang‘, tetapi kemudian leksem tersebut tidak disukai lagi karena

selalu dihubungkan dengan pemberontak, perampok, dan sebagainya.

Faktor sosial dihubungkan dengan aktivitas masyarakat dalam

menggunakan kata pasar. Kata pasar sering digunakan untuk menyebutkan

‗tempat berjual beli‘. Perubahan makna yang terjadi sehingga kata pasar tidak

hanya bermakna ‗tempat jual beli‘ dipengaruhi adanya faktor sosial yakni

pergaulan masyarakat dalam kehidupan sosial, misal kata pasar bermakna

‗pasaran atau bahasa yang tidak formal atau bahasa gaul‘ itu karena adanya

pemakai kata-kata pasaran di tengah masyarakat. Kata pasar yang melekat dengan

kata lain, misal pasar modal, pasar valuta asing, dll berkaitan dengan aktivitas

masyarakat dalam bidang ekonomi sehingga pemakai bahasa yang berada dalam

bidang ekonomi memakai kata-kata tersebut.

Faktor perkembangan ilmu dan teknologi dan faktor sosial masyarakat

menyebabkan kata pasar mengalami perubahan makna dari kata pasar yang

bermakna ‗tempat jual beli‘ menjadi ‗bahasa pasaran‘ dan ‗pasar jasa‘.

2) Penyempitan Makna (Spesialisasi)


Data 10: kampanye
Kejadian kurang mengenakkan dialami calon gubernur yang maju pada Pilkada
DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, saat kampanye di Rawa
Belong, Jakarta Barat, Rabu (2/11/2016).

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan
Makna
kampanye Faktor Kesejarahan Pemerintah sedang
mengkampanyekan imunisasi
campak dan rubella.
311

Faktor Perbedaan Bidang Joko Widodo melakukan


Pemakaian Lingkungan kampanye politik agar ia
menang menjadi Presiden
Indonesia.

Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna kata kampanye

adalah faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan. Suwandi (2008:48)

perubahan makna karena faktor perbedaan bidang pemakaian lingkungan

misalnya, dalam bidang pendidikan, kata guru, siswa, pengajar, pembelajar,

kurikulum, evaluasi remediasi, menjiplak, dan sebagainya. Dalam bidang

perekonomian kata produk, manajemen, kredit, saham, dan sebagainya.

Kata kampanye kini lebih dikenal saat adanya kegiatan politik praktis,

yakni sebagai ajang mengenalkan kandidat calon pemimpin mereka. Dalam hal ini

kata kampanye berkaitan dengan bidang politik. Padahal, kata kampanye memiliki

makna yang lebih umum yakni sebagai ‗gerakan serentak‘. Perubahan makna kata

kampanye ini dipengaruhi oleh faktor perbedaan bidang pemakai lingkungan. Jika

dalam bidang politik kampanye bermakna kegiatan mengenalkan kandidat calon

pemimpin dalam bidang lain kampanye memiliki makna ‗gerakan‘, misalnya

kampanye keluarga berencana oleh BKKBN kata kampanye bermakna ‗gerakan

serentak oleh BKKBN dalam hal keluarga berencana‘. Perubahan makna ini

menyebabkan kata kampanye mengalami penyempitan makna karena pengguna

bahasa lebih sering menggunakan kata kampanye sebagai kampanye politik bukan

kampanye dalam arti luas. Kata kampanye yang merupakan penyempitan ini juga

berhubungan dengan lingkungan pemakai. Jika lingkungan pemakai adalah

lingkungan kesehatan maka kampanye yang dipakai adalah kampanye dalam


312

dunia kesehatan. namun, saat ini jika mendengar kata kampanye, masyarakat telah

memaknainya sebagai bagian dari kegiatan politik praktis.

3) Ameliorasi (Peningkatan Makna)

a) Data 11: aksi=unjuk rasa=demonstasi


Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyiagakan sebanyak 150 ambulans untuk aksi
unjuk rasa oleh beberapa organisasi masyarakat, Jumat (4/11/2016) ini.

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan
Makna
aksi Faktor Kesejarahan Aksi bunuh diri Rini berhasil
digagalkan oleh ayahnya.

Faktor Perbedaan Dinas Kesehatan DKI Jakarta


Tanggapan Pemakai menyiagakan sebanyak 150
Bahasa ambulans untuk aksi unjuk rasa
oleh beberapa organisasi
masyarakat.

Faktor Pengaruh Bahasa Saat syuting iklan dimulai sutradara


Asing akan memberi aba-aba action.
Kata aksi mengalami perubahan makna karena adanya faktor perbedaan

tanggapan pemakai bahasa. Faktor perbedaaan tanggapan pemakai bahasa

menurut Suwandi (2008:48) ialah suatu kenyataan bahwa sejumlah kata yang

yang digunakan oleh masyarakat pemakainya tidaklah mempunyai nilai yang

sama. Hal ini berkaitan erat dengan pandangan hidup dan norma yang ada dalam

masyarakat tersebut. Berdasarkan pada hal tersebut terdapat sejumlah kata yang

dirasa mempunyai nilai ―rendah‖ (kurang disenangi oleh masyarakat pemakainya)

dan ada kata yang mempunyai nilai ―tinggi‖. Misal, kata wanita dewasa ini

dianggap bernilai tinggi sedangkan perempuan dianggap bernilai rendah.

Demikian halnya dengan kata aksi dinilai ―tinggi‖ dibandingkan dengan kata

demo dinilai ―rendah‖ (atau kurang disenangi oleh pemakainya).


313

Faktor perbedaaan tanggapan pemakai bahasa merupakan penyebab kata

aksi mengalami perubahan makna berjenis Ameliorasi. Kata aksi sekarang sering

digunakan oleh pemakai bahasa untuk menyebutkan kegiatan demonstrasi atau

unjuk rasa. Kata aksi mengalami peningkatan makna. Makna kata aksi meningkat

dari aksi itu sebagai tindakan kini berkaitan dengan unjuk rasa dan aksi selalu

identik dengan unjuk rasa yang damai tanpa kericuhan seperti kegiatan

demontrasi. Oleh karena itu, pemakai bahasa lebih cenderung mengganti kata

demontrasi dengan kata aksi. Kata aksi memiliki nilai rasa yang lebih tinggi

daripada kata demontrasi. Kata aksi berkaitan dengan kegiatan positif. Begitulah

tanggapan pemakai bahasa tergantung dengan kata itu berubah kearah yang mana,

jika berubah ke arah yang baik maka kata tersebut memiliki nilai rasa yang positif

dan sebaliknya.

b) Data 12: blusukan

Ahok Akan Tetap "Blusukan" Meski Ada Demo 4 November.(Jumat, 4


November 2016)

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan
Makna

blusukan Faktor Kesejarahan Anak perempuan itu blusukan


mencari kucingnya yang
hilang.

Presiden Joko Widodo


Faktor Perbedaan
blusukan ke Pasar Senen.
Tanggapan Pemakai Bahasa
314

Pemakaian kata blusukan dimaknai oleh pemakai bahasa sebagai makna

yang lebih luas dan lebih sopan dari makna sebelumnya. Perubahan makna kata

blusukan ini karena faktor perbedaan tanggapan pemakai bahasa. Suatu kenyataan

bahwa sejumlah kata yang yang digunakan oleh masyarakat pemakainya tidaklah

mempunyai nilai yang sama. Hal ini berkaitan erat dengan pandangan hidup dan

norma yang ada dalam masyarakat tersebut. Kata blusukan dianggap mempunyai

nilai rasa yang tinggi dari makna sebelumnya dan makna kata blusukan juga

meluas dari makna kata blusukan pada awalnya.

Faktor perbedaan tanggapan pemakai bahasa menjadi penyebab terjadinya

perubahan makna kosakata blusukan. Pemakai bahasa merasakan adanya nilai

rasa yang positif dengan adanya kata blusukan yang populer saat ini dibandingkan

dengan makna kata blusukan sebelum populer. Kata blusukan memiliki nilai rasa

yang tinggi jika bermakna ‗kunjungan kerja pejabat publik‘ dan bernilai rasa

rendah jika dimaknai sebagai ‗dolanan atau keluar masuk ke suatu tempat tanpa

tujuan yang jelas‘. Perbedaan tanggapan pemakai bahasa membuat kata blusukan

ini berubah makna dari makna ‗keluar masuk ke tempat yang jarang dikunjungi

tanpa tujuan‘ menjadi makna ‗kunjungan kerja para pejabat publik ke tempat-

tempat yang kumuh‘. Kata blusukan berkaitan dengan pejabat publik memiliki

nilai rasa yang tinggi, sedangkan kata blusukan dengan makna awal berkaitan

dengan anak-anak atau bukan pejabat publik dianggap memiliki nilai rasa yang

rendah.
315

4) Peyorasi (Penurunan Makna)


Data 13: dicekal
Keduanya dicekal ke luar negeri terkait penyidikan kasus dugaan tindak pidana
korupsi pembangunan Pasar Besar Kota Madiun tahun anggaran 2009-2012
senilai Rp 76,5 miliar. (31 Agustus 2016)

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan Makna
Cekal Faktor Kesejarahan Cegah dan tangkal warga asing
masuk ke Indonesia tanpa
passport.

Faktor Penyingkatan (salah Saudara Ahok dicekal ke luar


kaprah) negeri karena dugaan kasus
penistaan agama.

Berdasarkan definisi peyorasi yang diungkapkan Kridalaksana, perubahan

makna peyorasi dapat dipahami sebagai perubahan makna yang berupa kata yang

semula dirasakan halus kemudian karena faktor tertentu, makna kata tersebut

dirasakan bermakna kasar. Perubahan makna dicekal diakibatkan karena faktor

salah kaprah. Seperti yang diungkapkan oleh Meillet (dalam Parera, 2004:108)

faktor salah kaprah juga mempermudah pergeseran dan perubahan makna. Salah

kaprah adalah kesalahan yang terjadi karena kelaziman atau kebiasaan dengan

sesuatu yang salah dan dibiarkan terus berjalan tanpa usaha perbaikan oleh

pemakainya. Usaha perbaikan datang terlambat. Kelaziman pemakaian makna

kata menjadi tumpuan walaupun maknanya sudah salah. Makna kata pertanda

ialah ―pelebaya, algojo‖ (KBBI,1988,676). Akan tetapi, kata pertanda selama ini

dipahami bermakna ―alamat, gelagat‖ dan akibatnya makna terakhir ini (akibat

salah kaprah) telah dimasukkan dalam KBBI edisi kedua sebagai homonimi

terhadap makna ―pelebaya, algojo‖ yang asli (KBBI 1993, edisi kedua, 760).
316

Sama halnya dengan kata algojo, kata dicekal juga merupakan kesalahan

yang terjadi karena kelaziman atau kebiasaan dengan sesuatu yang salah dan

dibiarkan terus berjalan tanpa usaha perbaikan oleh pemakainya dan makna

dicekal itu negatif atau sesuatu yang dirasakan kasar maknanya.

5) Asosisasi
a) Data 14 : mengucurkan
Sementara itu, join venture antara PT Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT
Sembcorp Development Pte (Singapura) mengucurkan investasi mencapai hampir
8 Triliun dalam membangun Kendal Industrial Park Jawa Tengah.(Sabtu, 25 Juni
2016)
Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh
Terjadinya Perubahan
Makna
mengucurkan Faktor Kesejarahan Janganlah mengucurkan air mata
untuk laki-laki yang berkhianat.

Faktor Asosiasi Bupati Jawa Barat mengucurkan


dana bantuan untuk korban banjir
di kota Bandung.

Air hujan itu mengucur deras


Faktor Linguistik
kemarin.

Perubahan makna kata mengucurkan merupakan perubahan makna yang

mengalami asosiasi. Terjadinya perubahan makna mengucurkan dikarenakan

adanya faktor asosiasi. Faktor asosiasi menurut Suwandi (2008:48) ialah kata-

kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada hubungannya

dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya. Misal, kata mencatut makna

asalnya ‗bekerja dengan menggunakan catut‘. Berdasarkan pengertian faktor

asosiasi yang dikemukan Suwandi, kata mengucurkan dianalisis termasuk ke

dalam jenis perubahan makna asosiasi dengan faktor asosiasi.


317

Faktor asosiasi berhubungan dengan perbandingan dengan benda lain atau

adanya kesamaan sifat antara satu kata dengan kata yang lain. Kata mengucurkan

dapat berubah makna dengan proses asosiasi bila dilekatkan dengan kata yang lain

dan kata tersebut dapat membantu kata mengucurkan memunculkan makna baru.

Misal: mengucurkan dana sama halnya dengan makna ‗mengalirkan dana‘. Ada

persamaan antara kata mengucurkan dengan mengalirkan. Mengucurkan juga

memiliki makna ‗mancur‘ yang dapat diartikan sebagai ‗benda cair yang jatuh dari

atas ke bawah dengan deras‘ begitu pula dengan dana dianggap sama dengan

benda cair sehingga makna yang muncul berkaitan dengan makna kata

mengucurkan pada awalnya, tetapi memiliki makna yang lebih khusus karena ada

kata yang mengikutinya. Faktor asosiasi ini sering ditemui pada kata bahasa

Indonesia sebab proses asosiasi berkaitan dengan konteks kalimat.

b) Data 15 menggalang: asosiasi

Perbankan lebih sulit dalam menggalang dana dari luar negeri.(Sabtu, 25 Juni
2016)
Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh
Terjadinya Perubahan
Makna
menggalang Faktor Kesejarahan Kayu itu untuk menggalang hujan
masuk ke rumah.

Faktor Asosiasi Mahasiswa USU menggalang


dana untuk korban tanah longsor.

Faktor Linguistik Warga Kampung Pulo


menggalang pencuri dengan
galang agar dapat ditangkap.

Perubahan makna pada kata menggalang dipengaruhi oleh faktor asosiasi.

Faktor asosiasi menurut Suwandi (2008:48) ialah kata-kata yang digunakan di luar
318

bidang asalkan sering masih ada hubungannya dengan makna kata tersebut pada

bidang asalnya. Misal, kata mencatut makna asalnya ‗bekerja dengan

menggunakan catut‘. Kata menggalang makna asalnya berarti 1) memberi galang

(ganjal, landasan); 2) menyangga; menopang; menunjang; 3) memperkuat dan

menegakkan (negara persatuan, dan sebagainya. Berhubungan dengan kalimat

yang ada pada data 15, kata menggalang berhubungan dengan mengumpulkan

yang dimaknai sebagai memperkuat, menopang, menunjang, mengerahkan segala

usaha.

Faktor asosiasi yang mempengaruhi kata menggalang berubah makna dari

kata menggalang yang bermakna ‗memberi landasan atau galang‘ menjadi

menggalang yang bermakna ‗mengumpulkan, memperkuat, menopang,

menunjang, dan lain-lain‘. Perubahan makna kata menggalang ini diikuti oleh

kata berikutnya dan berdasarkan konteks kalimat. Faktor asosiasi berhubungan

dengan samanya sifat antara kata yang satu dengan kata yang lainnya. Misalnya,

kata menggalang disamakan dengan kata menggumpulkan saat kata menggalang

melekat dengan dana menjadi menggalang dana. Menggalang dana merupakan

kata yang maknanya muncul karena adanya proses asosiasi. Jika kata menggalang

dilekatkan dengan bantuan menjadi menggalang bantuan bermakna

mengumpulkan bantuan. Faktor asosiasi ini berpengaruh terhadap perubahan

makna suatu kata.

c) Data 16: memangkas

Guna mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan deregulasi,


memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa
menghambat di berbagai kementerian dan lembaga," ungkap Menperin. (Minggu,
26 Juni 2016)
319

Kosakata Faktor-faktor Contoh


Penyebab Terjadinya
Perubahan Makna
memangkas Faktor Kesejarahan Dita memangkas rambutnya di salon
termahal.

Faktor Asosiasi Guna mendorong pertumbuhan


ekonomi dengan melakukan deregulasi,
memangkas berbagai peraturan,
perizinan, dan birokrasi yang masih
dirasa menghambat di berbagai
kementerian dan lembaga," ungkap
Menperin.

Faktor Linguistik Gunting pangkas itu untuk memangkas


rambut.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna.

Rahardi (2006:70) menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya

perubahan makna pertama, faktor kedekatan relasi bahasa dengan masyarakat

pemiliknya dan sosok kebudayaan yang menjadi wadahnya. Kedua, faktor yang

berupa dorongan internal bahasa yang bersangkutan untuk menggunakan kata-

kata atau istilah di dalam tertentu sesuai dengan tuntutan zaman. Ketiga, faktor

kebutuhan dari para pengguna bahasa itu sendiri untuk bergengsi-gengsi atau

menyombongkan diri, yang pada akhirnya justru dapat melahirkan banyak kata

yang dipungut dari bahasa daerah atau bahasa asing. Berhubungan dengan faktor-

faktor yang dikemukakan Rahardi kata memangkas termasuk ke dalam faktor

yang kedua, yaitu faktor yang berupa dorongan internal bahasa yang bersangkutan

untuk menggunakan kata-kata atau istilah di dalam tertentu sesuai dengan tuntutan

zaman.

Senada dengan yang dikemukakan Rahardi, Suwandi (2008:48) juga

menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat meyebabkan kata itu mengalami
320

perubahan makna. Salah satunya ialah faktor asosiasi. faktor asosiasi ialah kata-

kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada hubungannya

dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya. Misal, kata mencatut makna

asalnya ‗bekerja dengan menggunakan catut‘. Bergitu pula dengan kata

memangkas mengalami perubahan makna karena adanya faktor asosiasi.

Faktor asosiasi seperti yang dijelaskan oleh Suwandi dapat mempengaruhi

perubahan makna suatu kosakata, termasuk kata memangkas. Kata memangkas

bermakna‘memotong (ujung rambut)‘, misal Saya memangkas rambut adik saya.

Kata memangkas dapat bermakna lain jika melekat pada kata yang lain dengan

konteks kalimat yang berbeda. Misal: Perusahaan telah memangkas tenaga kerja

tahun ini. Kata memangkas tidak lagi ‗memotong ujung rambut‘, tetapi bermakna

‗memotong atau mengurangi tenaga kerja‘. Persamaan sifat kata memangkas

dengan mengurangi ialah adanya benda yang berkurang atau tidak utuh lagi

seperti semula. Proses asosiasi inilah yang mengakibatkan perubahan makna kata

memangkas.

d) Data 17: memanaskan


Wartawan harus lebih seimbang dan pemberitaannya tidak memicu konflik, dan
memanaskan situasi. (Jumat, 4 November 2016)

Kosakata Faktor-faktor Contoh


Penyebab Terjadinya
Perubahan Makna
Memanaskan Faktor Kesejarahan Ibu memanaskan kari kambing
untuk ayah.

Faktor Asosiasi Wartawan harus lebih seimbang


dan pemberitaannya tidak memicu
konflik, dan memanaskan situasi.

Faktor Linguistik Kopi panas itu baru saja dibuat


oleh ibu untuk ayah.
321

Makna asosiasi yang ada pada kata memanaskan ini muncul karena

adanya faktor asosiasi seperti yang dikemukakan oleh Suwandi (2008:48) yaitu

kata-kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada hubungannya

dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya. Misal, kata mencatut makna

asalnya ‗bekerja dengan menggunakan catut‘. Demikian pula, kata memanaskan

makna asalnya ‗menjadikan panas‘ yang berkaitan erat dengan kata panas.

Perubahan makna kata memanaskan pada data 17 merupakan jenis

perubahan makna asosiasi. Perubahan makna asosiasi dapat terjadi karena adanya

faktor asosiasi. Faktor asosiasi pada kata memanaskan dapat diketahui dari adanya

persamaan sifat antara kata memanaskan dengan ‗genting atau bahaya‘ seperti

makna yang ada dalam kalimat data 17. Kata memanaskan memiliki makna asli

‗menjadikan panas‘, sedangkan memanaskan situasi merupakan asosiasi yang

bermakna ‗situasi yang genting atau bahaya‘. Persamaan ‗menjadikan panas‘

dengan ‗bahaya‘ adalah panas merupakan temperature yang ekstrem dan bahaya

adalah kondisi yang juga ekstrem atau tidak aman. Faktor asosiasi yang terjadi

pada kata memanaskan berkaitan dengan pengetahuan pemakai bahasa dalam

memahami makna kata dalam konteks kalimat.


322

e) Data 18 : menjaring
Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda. (Jumat, 23 September 2016)
Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh
Terjadinya Perubahan
Makna
menjaring Faktor Kesejarahan Ayah menjaring ikan dengan jala di
sungai.

Faktor Asosiasi Ketiga pasangan bakal calon


gubernur dan wakil gubernur DKI
Jakarta dianggapnya akan mampu
menjaring pemilih muda.

Faktor Linguistik Ayah baru saja membeli jaring


baru untuk menjaring ikan besok.

Tampaklah bahwa kata menjaring berasosiasi terhadap kata menemukan

atau menyeleksi. Perubahan makna kata menjaring terjadi karena faktor asosiasi.

Kalimat yang mengandung kata berasosiasi ditandai dengan adanya gagasan yang

disampaikan dengan cara mengumpamakan sesuatu hal dengan hal lain yang

memiliki kesamaan tertentu. Faktor asosiasi disebutkan oleh Suwandi (2008:48)

yaitu kata-kata yang digunakan di luar bidang asalkan sering masih ada

hubungannya dengan makna kata tersebut pada bidang asalnya. Misal, kata

mencatut makna asalnya ‗bekerja dengan menggunakan catut‘. Jadi, kata

menjaring makna asalnya ‗menangkap‘ dan kata menjaring berasoasiasi menjadi

makna ‗menemukan atau menyeleksi‘. Kata menjaring yang mengalami

perubahan makna asosiasi tidak terlepas dari makna kata jaring.

Faktor asosiasi yang terjadi pada perubahan makna kata menjaring

berdasarkan penggunaan kata menjaring pada konteks kalimat yang berbeda.

Biasanya kata menjaring dilekatkan dengan ikan. Misal: menjaring ikan. Namun,

kata menjaring dilekatkan dengan kata calon gubernur atau pemilih muda menjadi
323

menjaring calon gubernur atau menjaring pemilih muda. Pemakaian kata

menjaring pada menjaring calon gubernur dan menjaring pemilih muda tidaklah

sama maknanya dengan menjaring ikan, tetapi memiliki kesamaan sifat yaitu

adanya proses pemilihan setelah itu didapatlah ikan yang diinginkan atau calon

gubernur yang diinginkan atau pemilih muda yang diinginkan. Proses inilah yang

disebut asosiasi. Perubahan makna kata menjaring merupakan makna asosiasi.

Makna awal kata menjaring adalah ‗menangkap‘ dan dapat berubah makna

dengan proses asosiasi sehingga bermakna ‗menyeleksi‘.

6) Metafora
Data 19: memakan
Negosiasi perceraian Inggris dari UE bisa memakan waktu minimal dua
tahun.(Sabtu, 25 Juni 2016)

Kosakata Faktor-faktor Penyebab Contoh


Terjadinya Perubahan
Makna
memakan Faktor Kesejarahan Kucing memakan tikus di dapur.
Negosiasi perceraian Inggris dari
UE bisa memakan waktu
Faktor Asosiasi minimal dua tahun.

Kita harus makan makanan yang


bergizi.
Faktor Linguistik
Faktor yang mempengaruhi kata memakan sehingga mengalami perubahan

makna ialah faktor linguistik. Menurut Suwandi (2008:48) faktor linguistik ialah

Perubahan makna karena faktor linguistik bertalian erat dengan fonologi,

morfologi, dan sintaksis. Misalnya kata sahaya yang mulanya dihubungkan

dengan ‗budak‘, tetapi karena leksem tersebut berubah menjadi saya, kata saya

selalu dihubungkan dengan kata ganti orang pertama hormat. Demikian pula

dengan kata memakan yang mulanya bermakna memasukkan makanan pokok ke


324

dalam mulut serta mengunyah dan menelannya berubah makna dengan

penambahan kata waktu menjadi memakan waktu. Perubahan tersebut terjadi

karena faktor morfologi yakni penambahan kata lain sehingga membentuk kata

lain. Penambahan kata tersebut membuat makna kata menjadi berubah secara

konotasi. Metafora sering kali dikenal dengan majas atau gaya bahasa. Kata

memakan waktu merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk memperindah

kata- kata.

7) Sinestesia
Data 20: pedas
Awal pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok
melontarkan komentar pedas soal Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.
(31 Agustus 2016)

Kosakata Faktor-faktor Contoh


Penyebab Terjadinya
Perubahan Makna
Pedas Faktor Kesejarahan Masyarakat Batak lebih suka makan
makanan yang pedas.

Faktor Pertukaran Awal pekan lalu, Gubernur DKI


Tanggapan Dua Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau
Indera Ahok melontarkan komentar pedas
soal Pusat Dokumentasi Sastra (PDS)
HB Jassin.
Perubahan makna kata pedas tersebut merupakan perubahan berjenis

sinestesia. Sinestesia dipahami sebagai perubahan makna yang terjadi karena

adanya pertukaran fungsi pancaindera. Menurut Suwandi (2008) sinestesia adalah

perubahan makna akibat pertukaran tanggapan dua indera (dari indera penglihatan

ke indera pendengaran; dan indera perasaan ke indera pendengaran; dan

sebagainya).
325

Penyebab kata pedas mengalami perubahan makna ialah faktor pertukaran

tanggapan indera. Faktor pertukaran tanggapan indera menurut Suwandi

(2008:48) ialah perubahan makna karena faktor pertukaran tanggapan indera

misal pedas yang sebenarnya harus di indera dengan perasa lidah, lalu di indera

dengan indera pendengaran misal dalam kalimat Bicaranya memang cukup pedas.

Kata pedas pada data 20 bermakna kata-kata atau komentar yang tajam

dan menyakitkan. Pengguna bahasa memakai kata pedas untuk menggambarkan

bahwa kata-kata itu memang tidak baik untuk didengar karena begitu

menyakitkan. Perubahan makna sinestesia membantu pemakai bahasa untuk

menyebutkan makna dengan sesuatu yang lebih mendalam. Selain kata pedas,

masih ada banyak lagi kata yang mengandung sinestesia. Faktor pertukaran

tanggapan indera ditemukan pada banyak kata Indonesia.


326

TABEL 4.4 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERUBAHAN MAKNA

No Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perubahan Makna Kosakata

1 Faktor Linguistik mengucurkan, menggalang, memangkas, memanaskan,

menjaring, memakan

2 Faktor Kesejarahan saudara, jawara, rawan, jurusan, tinggal, operasi, mengemis,

rapat, pasar, kampanye, aksi, blusukan, cekal, mengucurkan,

menggalang, memangkas, memanaskan, menjaring,

memakan, pedas

3 Faktor Sosial Masyarakat saudara, jawara, tinggal, pasar,

4 Faktor Psikologis saudara, blusukan

5 Faktor Kebutuhan Kata Baru blusukan, cekal

6 Faktor Perkembangan Ilmu dan Teknologi aksi, operasi, jurusan, rapat, pasar

7 Faktor Perbedaan Bidang Pemakaian Lingkungan blusukan, operasi, mengemis, rawan, jurusan, kampanye,
327

rapat

8 Faktor Pengaruh Bahasa Asing operasi, kampanye, rapat, aksi

9 Faktor Asosiasi mengucurkan, menggalang, memangkas, memanaskan,

menjaring, memakan, mengemis

10 Faktor Pertukaran Tanggapan Indera Pedas

11 Faktor Perbedaan Pemakai Bahasa tinggal, mengemis, aksi, pasar, blusukan

12 Faktor Penyingkatan cekal


328

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Analisis perubahan makna kosakata bahasa Indonesia menunjukkan

bahwa kosakata bahasa Indonesia bersifat dinamis, artinya kosakata bahasa

Indonesia berkembang seiring waktu. Perkembangan kosakata bahasa

Indonesia dapat melalui media massa, baik media cetak maupun elektronik.

Dalam penelitian ini, kosakata bahasa Indonesia dianalisis berdasarkan tiga

hal, yaitu: bentuk perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan

dimensi sejarah, bentuk perubahan makna kosakata bahasa Indonesia

berdasarkan dimensi sosial, pengaruh semantik kognitif dalam perubahan

makna kosakata bahasa Indonesia dan keterkaitan makna kosakata bahasa

Indonesia dalam jejaring semantis. Dari analisis perubahan makna kosakata

bahasa Indonesia dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi

sejarah dapat diketahui melalui pemakaian kosakata pada era tertentu.

Makna awal dari kosakata dapat diketahui melalui etimologi kosakata

tersebut. Perkembangan kosakata bahasa Indonesia dapat diketahui

dari perubahan makna kosakata bahasa Indonesia berdasarkan dimensi

sosial. Pemakai bahasa menggunakan kosakata bahasa Indonesia

secara meluas, menyempit, ameliorasi, peyorasi, asosiasi, sinestesia,

metafora. Jenis perubahan makna kosakata bahasa Indonesia banyak

terjadi melalui proses generalisasi atau perluasan makna dan

dipengaruhi oleh faktor sosial masyarakat.

328
329

2. Perubahan makna kosakata bahasa Indonesia dipengaruhi oleh peran

kognitif. Setiap makna kosakata yang berkembang dipengaruhi oleh

pengetahuan dan pengalaman pemakai bahasa. Pemakai bahasa yang

berbeda bidang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berbeda

dalam memahami makna kosakata. Misal, pemakai bahasa dari

masyarakat awam, ahli bahasa, mahasiswa, dan jurnalis memiliki

kemampuan yang berbeda dalam memahami sebuah makna kosakata.

Keterkaitan makna antara kosakata yang satu dengan yang lain dapat

dihubungkan melalui relasi makna sinonim dan antonim dalam sebuah

jejaring semantis.

3. Makna dari suatu kosakata dapat berubah dengan berbagai faktor, yaitu

faktor linguistik, faktor kesejarahan, faktor sosial masyarakat, faktor

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor asosiasi, faktor

perbedaan bidang pemakaian lingkungan, faktor perbedaan tanggapan

pemakai bahasa, faktor pengaruh bahasa asing, faktor pertukaran dua

indera, faktor salah kaprah, dan faktor loss motivation.

3.4 Saran

Penelitian ini mengkaji perubahan makna kosakata bahasa Indonesia. Dari

hasil penelitian, disarankan beberapa penelitian lanjutan.

Pertama, disarankan kepada peneliti lanjutan untuk meneliti

perkembangan makna kosakata bahasa Indonesia secara lebih rinci, tidak hanya

mengaitkan makna kosakata dengan linguistik dan kognisi, tetapi juga mengaitkan
330

aspek linguistik, kognisi, dan budaya karena ketiga aspek tersebut belum dikaji

dalam skala nasional.

Kedua, disarankan kepada peneliti lanjutan untuk menggunakan data

bahasa lisan yang diasumsikan sebagai penelitian yang kaya akan temuan-temuan.

Data lisan yang digunakan dalam pengajaran juga menarik untuk diteliti.

Ketiga, disarankan agar penelitian perubahan makna kosakata bahasa

Indonesia perlu dikembangkan lagi dengan menggunakan korpus linguistik yang

lebih besar sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih baik tentang

penggunaan bahasa di tengah masyarakat dan perkembangannya dapat diarsipkan

dalam teks-teks yang bervariasi.


331

DAFTAR PUSTAKA
Adiwimarta, Sri Sukesi, dkk.1987. Kamus Etimologi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Alwi, Hasan dan Dendy. 2003. Politik Bahasa. Jakarta: Progres.
Bonvillain, Nancy. 2003. Language, Culture, and Communication Edisi keempat.
New Jersey: Pearson Education, Inc.
Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-kristal Ilmu Bahasa.Surabaya: Airlangga
University Press.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.

Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chomsky, Noam. 2000. Bahasa dan Pikiran. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Croft, William dan D.Alan Cruse. Cognitive: Mit Press. 2004. Cambridge
University Press.
Croft, William dan D. Alan Cruse. 2004. Cognitive Linguistics. New York:
Cambridge University Press.
Cruse, Alan. 2000. Meaning in Language An Introduction to Semantic and
Pragmatics. New York: Oxford University Press.
Departemen Pendidikan Nasional. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
De Saussure, Ferdinand. 1996. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada Press.
Djajasudarma, Fatimah. 2009. Semantik Makna Leksikan dan Makna Gramatikal.
Bandung: Refika Aditama.
Djajasudarma, Fatimah. 2006. Metode Linguistik Ancangan (Metode Penelitian
dan Kajian). Bandung: Refika Aditama.
Evans, Vyvyan dan Green, Melanie. (2006). Cognitive linguistics an introduction.
Edinburgh: Edinburgh University Press.
332

Evans, Vyvyan, Benjamin K. Bergen dan Jőrg Zinken. 2007. The Cognitive
Linguistics Reader. London: Equinox Publishing.
Geeraerts, Dirk. 2010. Theories of Lexical Semantics. Oxford: Oxford University
Press.
Hadi, Sutrisno. 1987. Metodologi Research. Yogyakarta: Andy Offset.
Hurford, James R dan Brendan Heasley. 1983. Semantic a Coursebook. Newyork:
Cambridge University Press.
Iyons, John. 1995. Pengantar Teori Linguistik (Introduction to theoretical
Linguistic). Jakarta: Gramedia.
Junus, Umar. 1969. Sejarah dan Perkembangan ke arah Bahasa Indonesia.
Jakarta: Bhratara.
Karomah, Atu. 2004. Jawara dan Kebudayaan Kekerasan pada Masyarakat
Banten. Tesis S2. Jakarta: Universitas Indonesia.
Katz, Jerrold J..1972. Semantic Theory. Newyork: Harper International Edition.
Kep.mendikbud no.0543a th 1987. 2008. EyD. Jakarta: Bumi Aksara.
Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
Knowles, Murray dan Rosamund Moon. 2006. Introducing Metaphor. New
York:Routledge
Kurniawan, Muhammad Hafiz. 2015. Analisis Perluasan Makna Leksem Put:
Pendekatan Semantik Kognitif. Tesis.Universitas Gadjah Mada.
Kusmanto, Joko. 2014. Konsep-konsep Teoretis Tuturan Metaforis dalam
Semantik, Pragmatik, dan Linguistik Kognitif ( Kajian Metalingual, Lokus
Makna, dan Keberagaman Tuturan Metaforis dalam Linguistik Teoretis).
Disertasi. Universitas Sebelas Maret.
Lakoff , George dan Mark Johnson. 1980. Metaphors We Live By. London: The
university of Chicago press.

Lakoff , George dan Mark Johnson. 2003. Metaphors We Live By. London: The
university of Chicago press.

Lakoff , George dan Mark Johnson. 1987. Women, Fire, and dangerous Thing:
What Categories Reveal about the Mind. London: The university of Chicago
press.

Langacker, Ronald W. 1982. Space Grammar, Analysability, and The English


Passive Language,58,1,22-80.
Langacker , Ronald Wayne.1987. Foundations of Cognitive Grammar .
California: Stanford University Press.
333

Langacker, R. W. 2008. Cognitive Grammar A Basic Introduction. Oxford:


Oxford University Press.
Leech,Geoffrey. 2003. Semantik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya.. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Mahsun. 2011. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Manaf, Ngusman Abdul. 2010. Semantik Bahasa Indonesia. Padang: UNP Press.
Moskey, Stephen T. 1979. Semantic Structure and Relation in Dutch an
Introduction Case Grammar. Washington DC: Georgetown University
Press.
Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi (Kedudukan,
Fungsi, Pembinaan dan Pengembangan). Jakarta: Bumi Aksara.
Parera, J.D.. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Buku Praktis Bahasa
Indonesia Jilid 1. Jakarta: Pusat Bahasa
Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-dimensi Kebahasaan Aneka Masalah Bahasa
Indonesia Terkini. Jakarta: Erlangga.

Richards, Jack, John Platt, and Heidi Weber. 1985. Longman dictionary of applied
linguistics. Harlow, Essex, England: Longman.

Robins, R.H.. 1992. Linguistik Umum Sebuah Pengantar. Yogyakarta:Kanisius.


Saeed, John I. 2009. Semantics. Oxford: Blackwell Publisher.
Saeed, John I. 2000. Semantics. Oxford: Blackwell Publisher.
Saeed, John I. 2003. Semantics. Oxford: Blackwell Publisher.
Saidi, Ridwan. 2007. Glosari Betawi. Jakarta: Betawi Ngeriung.
Steinberg, Danny D., Leon A Jakobovits. 1971. Semantic An Interdisciplinary
Reader in Philosophy Linguistics and Psychology. New York: Cambridge
Univercity Press .
Sudaryanto. 1990. Aneka Konsep Kedataan Lingual dalam Linguistik.Yogyakarta:
Duta Wacana University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
334

Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:


UNS Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suwandi, Sarwiji. 2008. Semantik Pengantar Kajian Makna. Yogyakarta: Media
Perkasa.
Tarigan, 1985. Pengajaran Kosa kata. Bandung: Angkasa.
Tarigan, 1994. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Ullmann, Stephen. 2007. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Umry, Shafwan Hadi. 2011. Bahasa Pers, Iklan, dan Bahasawan. Medan: USU
Press.
Veerhaar, J.W.M.. 1978. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Yoshimura, Kimihiro. 1995. Ninchi Imiron no Houhou (Keiken to Douki no
Gengogaku), Tokyo: Jinbu Shoin.
Widodo, dkk. 2011. Kamus Jawa (Bausastra Jawa). Yogyakarta: Kanisius.
Wijaya, R. Gede Primahadi. 2011. Polisemi pada Leksem Head. Tesis. Universitas
Udayana Denpasar.
Wilkinson, R.J.. Malay-English Dictionary (Romanised). Tokyo: Daito Syuppan
Kabusiki Kaisya.

Jurnal
Abdullah, Imran Ho-. 2011. Analisis Kognitif Semantik Peribahasa Melayu
Bersumberkan Anjing (Canis Familiaris), GEMA Online™ Journal of
Language Studies 125 Volume 11(1).
De Blois, Rein1er. 2002. Lexicografhy and Cognitive Linguistis: Hebrew Metafor
From a cognitive Perspective. Society of Biblical Literature Annual
Meeting Toronto.
Hsiao, Yuchau E. 2003. Semantic and Cognition: An Introduction, Language and
Linguistics 4.2:197-205, 2003-0-004-002-000038-2.
335

Isam, Hishamudin dan Norsimah Mat Awal. Rumus kln + X + setia + kln + Y -
>Z dalam Memahami Penggunaan Leksis Setia Berdasarkan Perspektif
Linguistik Kognitif.
Janda, Laura A.. 2010. Cognitive Linguistics in the Year. Internasional Journal of
Cognitive Linguistics, Volume 1 Issue 1 pp 1-30, Nova Science Publisher
Inc, ISSN:1949-4971.
Langacker, Ronal W. 2010.Conceptualization, Symbolization, and Grammar,
Volume 1 Issue 1 pp 31-63, Nova Science Publisher Inc, ISSN:1949-4971.
Marchetti, Giorgio. 2006. A Criticsm of Leonard Talmy‘s Cognitive Semantics.
www.mind-consciousness-language.com
Nor, Hashimah Jalalddin. 2012. Perluasan Makna Leksem Alim: Analisis
Semantic Kognitif. GEMA Online™ Journal of Language Studies, Volume
12(2), May 2012.
Nor, Hashimah Jalaluddin,dkk. 2010. Perluasan Makna Imbuhan Ber-: Analisis
Semantik Kognitif. GEMA Online™ Journal of Language Studies,Volume
10(1) 2010.
Ran, Bim dan P. Robert Duimering. 2010.Conceptual combination: Models,
Theories and Controversies Volume 1 Issue 1 pp 65-90, Nova Science
Publisher Inc, ISSN:1949-4971.
Rusidin, Hawa Mahfuzah dan Zulkifley Bin Hamid. 2015. Akal Budi Melayu
dalam Mantera: Analisis Semantik Kognitif. Jurnal Melayu,
Bil.14(2)2015.ISSN1675-7513.
Sew, Jyh Wee. 2011. Pandangan Alternatif pada Analisis Semantik Kognitif
imbuhan BeR. GEMA online TM Journal of Language Studies, Volume 11.
Sutedi, Dedi . 2003. Pengenalan Pendekatan Linguistik Kognitif. Makalah.

Internet
Supadiyanto. 2014. Peta Bisnis Media Massa Indonesia. (http://www.
Kompasiana. com) (Diakses pada tanggal 27 Januari 2016)

kbbi.kemdikbud.go.id/

https://id.wikipedia.org/wiki/Gelar_akademik
http://www.artikata.com
http://www.persamaankata.com
www.kompas.com
336

www.suara .com
https://id.wikipedia.org/wiki/Firaun

https://id.wikipedia.org/wiki/kognisi

https://id.wikipedia.org/wiki/Hijab

https://en.wikipedia.org/wiki/Ronald_Langacker

https://en.wikipedia.org/wiki/George_Lakoff

https://en.wikipedia.org/wiki/Mark_Johnson_(philosopher)

https://id.wikipedia.org/wiki/etimologi#ide_dasar_dalam _etimologi

https://id.wikipedia.org/wiki/Tulang Rawan
https://id.wikipedia.org/wiki/Operasi militer

https://id.wikipedia.org/wiki/ Kampanye

https://id.wikipedia.org/wiki/ Mogok kerja

https://en.m. wikipedia.org/wiki/operation

http://silatindonesia.com//

https: //Kamus Inggris-Indonesia. Hasan Shadily//

www.persamaankata.com
337

Lampiran 1: Transkrip Wawancara


Narasumber : Ok Shahrir, S.S. (Ahli Bahasa di Balai Bahasa Sumatera Utara)
Hari, tanggal : Selasa, 20 Desember 2016

T : Perkembangan makna sebuah kosakata itu pasti ada sejarahnya, bagaimana


sejarah perkembangan kosa kata bahasa Indonesia itu?
J :Semenjak tahun 1972 kosakata bahasa Indonesia itu sudah berkembang.
T :Bagaimana perkembangan kosakata saudara itu Pak?
J : Saudara itu bermakna seayah seibu; orang yang sepaham, segolongan,
sederajat; sapaan untuk menggantikan orang kedua; ki segala sesuatu yang
hampir serupa (sejenis dan sebagainya) serigala merupakan—anjing ; ki tembuni:
-- nya baru keluar, padahal bayinya telah lama lahir. Makna yang sering dipakai
saat ini lebih cenderung ke makna ‗sapaan‘. Ada perluasan pada kata saudara.
Saudara untuk menghaluskan kata Anda. Selain makna yang Ada juga saudara
tiri. Kemudian kalau saudara kandung berarti seayah atau seibu. Ada juga
bermakna bertalian keluarga atau sanak, seperti sepupu. Ada keeratan yang
dirasakan dengan menggunakan kata saudara di Sumatera Utara yang merupakan
ciri khas. Misal: Ini saudara kita Jawa. Kata saudara menandakan keakraban dan
kesopanan.
T : Kata saudara itu berasal dari bahasa apa yang Bapak ketahui?
J : Kata saudara merupakan bahasa Melayu.
T : Perluasan makna kata saudara ini sudah lama terjadi. Faktor apa yang
menyebabkan perluasan ini terjadi Pak?
J : Faktor yang melatarbelakangi perkembangan bahasa itu berkembang di tengah
masyarakat secara alami. Karena bahasa itu bersifat dinamis, perkembangan
IPTEK juga tidak dipungkiri, masuknya kata asing. Misal: KBBI edisi 5 sudah
ada kosakata asing yang berkembang.
T : Bagaimana dengan makna kosakata jawara yang berubah menjadi juara?
J : Jawara itu jagoan atau pendekar. Jagoan dalam arti orang yang suka berkelahi.
Setahu saya tidak mengalami perluasan.
T : Makna kata rawan yang digunakan pada rawan kecelakaan? Bagaimana
menurut Bapak?
J : Kata rawan termasuk meluas yang sekarang sering digunakan ia gawat, kritis.
T : Kata rawan berasal dari bahasa apa Pak setahu Bapak?
J : Kata rawan berasal dari Jawa atau Sansekerta.
338

T : Menurut KBBI makna kata rawan yang pertama adalah rindu. Bagaimana
penggunaan kata rawan makna ini Pak?
J: Rawan yang diartikan rindu atau pilu. Di dalam puisi Amir Hamzah ada kata
rawan yang maknanya rindu. Memang awalnya makna kata rawan adalah rindu.
Ada unsur kebahasaan yang lain sehingga makna kata rawan itu meluas menjadi
gawat, muda.
T : Ada pula kata jurusan, bagaimana menurut Bapak tentang perkembangan
makna kata jurusan?
J : Jurusan itu bermakna arah untuk angkot. Sekarang jurusan untuk bagian pada
akademik atau fakultas atau untuk menyebutkan bidang. Saya kuliah jurusan
Sastra Melayu. Tetapi perkembangan makna kata jurusan hanya merujuk kepada
bisang pendidikan.
T : Kata tinggal, bagaimana menurut Bapak apakah mengalami perluasan?
J : Ada 12 makna perluasan kata tinggal. Merujuk pada KBBI 1) masih tetap di
tempatnya dan sebagainya; masih selalu ada (sedang yang lain sudah hilang,
pergi, dan sebagainya); 2) sisanya ialah...; bersisa...; tersisa...; yang masih ada
hanyalah; 3) ada di belakang; terbelakang; 4) tidak naik kelas (tentang murid
sekolah); 5) sudah lewat (lalu;lampau); 6) diam (di); 7) selalu; tetap (demikian
halnya); 8) melupakan; 9) tidak usah berbuat apa-apa; 10) bergantung kepada;
terserah kepada; terpulang kepada; 11) (sebagai keterangan pada kata majemuk
berarti) a yang didiami; b yang ditinggalkan (dikosongkan dan sebagainya)—
bersiul-siul tinggal bersenang-senang—waktu tidak memenuhi kewajiban salat.
Uniknya, di masyarakat Melayu tidak mengenal kata tinggal, tetapi duduk. Misal
kalau saya memakai kata tinggal maka saya menggunakan kartu tanda peninggal.
Namun, saya duduk di...dan mempunyai kartu tanda penduduk.
T: Berasal dari bahasa apa kata tinggal Pak?
J : Berasal dari bahasa Melayu. Versi Jawa atau Betawi tinggalin.
T : Kata Operasi selain untuk bedah, ada tidak makna yang lain Pak?
J : Makna awalnya bedah, selanjutnya meluas ke bidang militer yaitu tindakan
atau pergerakan. Operasi itu merencanakan yang sudah dikembangkan. Berasal
dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Kalau bahasa asli operasi bermakna
pelaksanaan. Kemudian bahasa Indonesia bedah (melaksanakan bedah)
T : Kata mengemis apakah sudah mengalami perluasan?
J : Dari kata emis bentuk tidak baku adalah kemis. Mengemis itu pada dasarnya
meminta pada hari kamis. Lalu meminta-minta sedekah. Kemudian meminta-
minta jabatan atau mengemis jabatan. Namun, lebih sering digunakan untk orang-
orang yang dipinggir jalan yang mengulurkan tangannya untuk meminta-minta.
T : Bagaimana dengan kata kampanye, Pak?
339

J : Banyak kata kampanye yang berkembang dengan gabungan kata yang lain.
Misalnya kampanye politik, kampanye damai. Apabila dilekatkan ke kata lain
makna yang menjadi meluas.
T : Kata aksi. Bagaimana menurut Bapak apabila kata aksi digunakan untuk
demonstrasi?
J : Aksi dalam bahasa Indonesia itu ‗gerakan‘. Ada penghalusan kata yaitu
eufemisme. Jika dikatakan demo itu kasar.
T : Kata blusukan. Bagaimana penggunaan kata blusukan ini Pak?
J : Blusukan itu populer di era Jokowi. Berasal dari bahasa Jawa, yaitu dari kata
blusuk yaitu masuk, tetapi tidak sesuai jika kita menggunakan kata blusuk dengan
masuk menjadi ―Ayo blusuk!‖
Memang telah terjadi perluasan dengan kata blusukan yaitu masuk ke gorong-
gorong atau tempat yang belum pernah dikunjungi, misal pasar.
T: Apakah meningkat atau menurun penggunaan kata blusukan ini Pak?
J : Terjadi peningkatan makna.
T : Kata mengucurkan, bagaimana pendapat Bapak tentang kata ini?
J : Kata dasarnya kucur. Merujuk ke KBBI artinya mencucurkan, memancurkan ;
mengeluarkan (kiasan) dana bantuan, dsb; menurunkan. Mereka menuntut agar
pemerintah mengucurkan dana yang sudah dijanjikan. Terjadi perluasan setelah
mengalami proses morfologi. Kucur ini sama dengan pancur yang artinya
mengeluarkan. Kucur Berasal dari bahasa Jawa. Pancur berasal dari bahasa
Melayu.
T : Kata menggalang, apakah terjadi perubahan makna Pak?
J : Kata dasarnya galang. Jadi, kalau kata galang itu menjadi menggalang yaitu
memberi galang; dan lain-lain berdasarkan kamus. Perluasannya sekarang
memperkuat, mencari, mengumpulkan. Menggalang dana berarti mencari dana.
Berkembang lagi yang artinya merintang. Sejalan dengan arti kata merintang.
T : Kata menggalang berasal dari bahasa apa Pak?
J : Berasal dari Bahasa Melayu. Mengalami asosiasi dengan makna
mengumpulkan.
T : Kata memangkas bagaimana menurut Bapak? Misal: Memangkas anggaran.
J : Kata dasar pangkas yang artinya memotong ujung; menggunting.
Perluasannya sekarang yang memotong-motong itu disebut memangkas.
Memangkas anggaran, memangkas anggota, dll. Dalam masyarakat Jawa
mengenal kata cukur, tidak mengenal kata pangkas. Kalau di masyarakat Medan,
cukur itu berhubungan dengan acara aqiqahan bayi. Kalau memotOng rambut
masih memangkas.
340

T : Kata memanaskan, apakah kata ini berubah makna?


J : Kata dasar panas artinya menjadikan panas. Kemudian mengalami perluasan
yaitu genting; meruncing. Adanya proses asosiasi. Memanaskan situasi –
meruncing. Kata panas banyak turunanannya—lihat kamus
T : Bagaimana dengan kata menjaring Pak?
J : Menjaring kata kerja. Meluasnya pada kiasan, yaitu: memperoleh, menemukan,
menyeleksi, menangkap. Peribahasanya menjaring angin atau perbuatan sia-sia
T : kata menjaring maknanya menyeleksi sehingga ada kalimat menjaring calon
gubernur. Mengapa tidak langsung saja menyeleksi calon gubernur? Apakah ada
istimewanya kata menjaring?
J : Ada kaitannya dengan bahasa media. Kalau tidak menggunakan kata
menjaring tidak puas. Cuman kalau memilih tidak ada proses menyeleksi.
T : Berikutnya kata memakan. Apakah ada makna lain?
J : Kiasannya mengakibatkan, makan korban. Banyak turunannya banyak lihat
kamus. Memakan waktu maknanya memerlukan waktu yang lama atau
menghabiskan waktu yang lama. Misal pekerjaaan yang bisa dilakukan 2 hari
menjadi 4 hari. Ini yang disebut memakan waktu. Gabungan kata bersifat
metafora, misal: makan asam garam.
T : Kata rapat apakah mengalami perubahan Pak?
J : Rapat itu 1) hampir tidak berantara dekat sekali (tidak renggang); 2) kerap
(tentang tanaman, anyaman, dan sebagainya) 3) tertutup benar-benar hingga tidak
bercelah; 4) berhampiran sekali; dekat benar; 5) karib; erat (tentang persahabatan).
Kata rapat juga diartikan pertemuan (kumpulan) untuk membicarakan sesuatu;
sidang; majelis. Kata rapat juga diartikan 1) tumbuahn menjalar, kulitnya dibuat
obat; kayu rapat 2) kulit dari kayu rapat. Merujuk ke KBBI. Ada makna rapat 2 itu
pertemuan. Rapat 3 tumbuhan menjalar biasanya untuk obat—pohon rapat
T : Berasal dari bahasa apa rapat itu Pak?
J : Berasal dari bahasa Melayu yaitu makna rapat yang 1 : dekat sekali
T : Pak, kata pasar bagaimana menurut Bapak?
J : Kalau di Medan pasar itu pajak. Arti sesungguhnya tempat jual beli lalu
berkembang dalam bidang ekonomi: penawaran dan permintaan, istilah di
linguistik : bahasa pasaran
Kalau di Medan mengaju pada makna yang ke-2. Kalau di Jawa menggunakan
kata pasar pada makna 1. Masyarakat Medan apa yang ditulis lain yang disebut.
Ini disebut warna lokal masyarakat Medan. Seperti; minyak goreng—minyak
makan, Tepung terigu—tepung roti, Spbu—galon, Sepeda motor—kereta,
Mobil—motor. Ada warna lokal yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan
341

sehari-hari dalam komunikasi. Dalam bahasa Indonesia siap itu selesai, warna
lokal Medan siap itu mulai.
T : Kata dicekal bagaimana perkembangannya Pak?
J : Merujuk ke KBBI, dicekal itu: 1)Tahan menderita—tetap kuat tabah bahasa
Melayu; 2) Tangkap—pegang; 3) Cegah dan tangkal (singkatan) termasuk sidak, -
-politik
Makna yang meluas dan cenderung dipakai ialah makna ke-3 karena sudah
terbiasa sudah mengalami proses morfologi. Misal menambahkan imbuhan pada
singkatan pada hukumnya harusnya tidak berlaku. Dalam bahasa Indonesia
banyak kata yang berasal dari singkatan. Misal: Rubana—ruang bawah tanah—
basement, Daring—dalam jaring, Luring—luar jaringan, Calir—cair dan
mengalir—lotion, Surel—surat elektronik, Ponsel—telepon seluler.
342

Lampiran 2: Transkrip Wawancara


Narasumber : Bambang Riyanto, S.S. ( Wartawan Harian Analisa & Dosen
Mata kuliah Jurnalistik di Departemen Sastra Indonesia USU)
Hari, tanggal : Jumat, 23 Desember 2016
T : Menurut Abang sebagai jurnalis, sejauh mana perkembangan bahasa Indonesia
yang digunakan di lingkungan jurnalis?
J : Kalau berbicara soal itu, secara umum sudah cukup baik karena pemahaman
kawan-kawan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar saya
kira saat ini sudah cukup tinggi dibandingkan beberapa tahun yang lalu, tetapi
memang ada perbedaan di kami soal mengemas sebuah bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Jadi, sekarang ini ada namanya koran kuning dan koran putih.
Koran ini mempunyai perbedaan yang signifikan dalam penggunaan bahasa. Jika
diperhatikan bahasa jurnalistik di koran kuning, koran kriminal, seperti Pos
Metro, Metro 24 itu tidak begitu mengikuti kaedah bahasa Indonesia yang baik
dan benar karena bahasa mereka itu bahasa pasaran seperti mengungkapkan
sepeda motor itu kereta. Itu disesuaikan dengan kultur masyarakat di daerah itu.
Kalau koran putih atau koran politik, koran ekonomi seperti Analisa, Waspada,
Tribun saat ini masih berpedoman pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar meskipun dalam beberapa segi hal kita tidak menggunakan penulisan
itu secara sistematika bahasa Indonesia yang baik dan benar. Misalnya, kita
menggunakan kalimat atau kata depan di di awal paragraf. Itukan sebenarnya
tidak lazim dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal itu
karena keterpaksaan lebih efisien. Oleh karena itu, kita menggunakan itu. Juga
penggunaan tanda titik dan tanda koma. Kebanyakan dari kita itu, tanda koma itu
jarang digunakan seringnya tanda titik gunanya pembaca itu tahu kalimat itu
menjadi tegas. Tapi saya kira itu ada lingkupnya sendiri di ragam bahasa pers.
T : Kalau berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, ada dua puluh kosa
kata yang berkembang saat ini. Dalam hal ini pers turut mengembanglan. Salah
satunya adalah kata saudara. Sebenarnya kata ini sudah lama berkembang, tetapi
saat ini mungkin lebih dipopulerkan. Misal, Saudara Ahok dijerat pasal tentang
penodaan agama. Tulisan itu ada di media massa. Media massa yang
mempopulerkannya. Menurut abang sudah tepat belum makna saudara pada
kalimat itu?
J : Kalau saya sebagai jurnalis secara pribadi melihat itu di Analisa tidak
menggunakan kata itu karena menurut kami itu mubazir, Ahok itu ya sebagai
Ahok, sebagai sosok sudah menjadi Ahok. Kita tidak menggunakan embel-embel
lagi sebagai kata ganti orang lain karena kita sudah menggunakan nama Ahok.
Kalau sudah menyebut nama Ahok ya Ahok saja. Kalau itu terjadi di media massa
, saya rasa itu tidak tepat itu mubazir. Karena kita di pers itu sifatnya egaliter,
bahkan seorang presiden pun kita tidak memanggil dia bapak presiden tetapi
langsung saja dia presiden walaupun diikuti nama, ya langsung nama saja tidak
pakai kata bapak menjadi Bapak Jokowi tidak pakai Saudara Jokowi tidak pakai
Ibu Iriana tapi langsung saja Iriana Jokowi, Jokowi karena sifatnya egaliter.
343

T : Sebagai jurnalis apa yang abang ketahui tentang makna saudara?


J: Saudara itu ingin menyebut seseorang secara lebih halus. Seperti kalau saya
melihat dalam konteks Ahok inikan supaya lebih dekat dengan Ahok maka diberi
embel-embel Saudara Ahok atau mungkin Mas Ahok, Bapak Ahok, Abang Ahok
segala macam itukan seperti sepadan dengan kata saudara itu. Yang saya pahami
seperti itu.
T : Bagaimana dengan kata jawara. Apa yang abang ketahui tentang kata jawara
ini?
J : Jawara itu sepadan dengan kata juara menurut saya. Mungkin, penggunaan
kata jawara itu lebih banyak digunakan di Jakarta. Itu yang saya katakan bahwa
pers ini disesuaikan dengan konteks situasi sosial masyarakat sekitarnya maka
kemudian digunakan bahasa jawara. Saya sendiri tidak tahu apa itu bahasa baku
atau tidak baku ya. Kalau itu tidak baku seharusnya itu tertulis cetak miring atau
diberi tanda petik menandakan bahwa itu tidak baku, tetapi yang saya pahami soal
jawara sama seperti juara.
T : Kalau kalimat ini Gubernur DKI sekarang sudah selon (nekat dalam bahasa
Betawi). Lagaknya melebihi jawara," kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di
Rusun Pesakih, Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (5/3/2016). Bagaimana menurut
abang? Jawara yang dimaksudkan di sini menurut pers itu apa?
J : Kalau jawara yang dimaksudkan di situ adalah dalam konteks Jakarta apalagi
menggunakan embel-embel selon. Selon itu santai. ―Gayanya itu santai melebihi
jawara‖. Jawara itu orang-orang yang dianggap jago di kampungnya. Di dalam
satu kampung itu ada satu orang yang jago, jago berantem, biasanya itu dianggap
jawara kampung, orang yang disegani, orang yang dihormati karena mempunyai
kemampuan yang lebih dari masyarakat yang lainnya. Jadi, yang dimaksud di situ
barangkali ya Ahok itu santai karena perasaan dia diunggulkan dianggap sebagai
seorang jawara yang dihormati banyak orang maka dia selon.
T : Bagaimana dengan kata rawan, ―Warga yang tinggal di daerah rawan banjir
kabupaten Bandung, Jawa Barat berharap pemerintah selalu memberi informasi
prakiraan cuaca saat musim hujan.‖ Ini sudah mengalami perluasan . Kata rawan
itu kan maknanya ‗rindu dan tulang rawan‘. Salah satu yang mempopulerkan
rawan itu berubah makna ada hubungannya dengan pers. Menurut abang kata
rawan di sini itu termasuk ke makna apa?
J : Rawan itu berbahaya. Rawan banjir, rawan bencana, rawan kecelakaan.Jadi,
sebenarnya agak rancu ya kalau artinya itu, tetapi yang saya pahami dalam
konteks kalimat itu ya ―Hati-hatilah karena itu berbahaya, berbahaya banjir
berhati-hatilah.‖
T : Setahu abang kata jurusan itu maknanya apa ya?
J : jurusan itu trayek menuju ke suatu tempat.
T : Jadi , jurusan di kalimat ini Sejumlah jurusan di sekolah menengah kejuruan
di kota Tegal, Jawa Tengah, kekurangan peminat. Jurusan yang kurang diminati
344

antara lain tata busana, sedangkan perhotelan banyak peminat, ― kata Ketua PPDB
SMKN 1 Tegal, Edi Suroso. Makna jurusan sudah beda dengan trayek , berarti
jurusan di situ maksudnya apa?
J : Seperti departeman diganti dengan kata jurusan. Sebenarnya kalau itu bukan
pers yang mempopulerkan. Di USU sendiri dikenal Himpunan Mahasiswa Jurusan
dulu ya di dalam naskah akademiknya di nomenklatur yang sudah diatur dalam
kebijaksanaan universitas itu. Dulu jurusan sih memang.
T : Kata tinggal, Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah
dipersiapkan oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun
pabriknya saja. Kalau yang diketahui tinggal itu tinggal di atau tempat tinggal.
Bagaimana dengan kata tinggal pada kalimat ini?
J : Maksudnya ya tinggal itu.., yang tersisa itu tinggal.... Maknanya sudah
berubah. T : Selain, makna ‗sisa‘ ada tidak makna kata tinggal yang lain?
J : ‗Meninggalkan pergi.‘ Saya tinggalkan kamu di sini. Makna ‗meninggalkan‘.
T : Berikutnya kata operasi, Dalam kasus penggusuran, lanjut Al Araf, tidak ada
ancaman serius dari dampak penggusuran yang terjadi. Sehingga, tentara dinilai
tidak perlu terlibat membantu operasi penggusuran. Bagaimana menurut abang?
J : Kalau operasi biasanya digunakan dalam medis, tetapi ini operasi ini
digunakan dalam proses penggusuran. Ini lebih ke efisiensi. Inilah yang saya
sebutkan tadi ragam bahasa pers barangkali ya seperti itu sehingga kita
menggunakan kata bahasa Indonesia itu di luar konteks sebenarnya.
T : Jadi, apa makna operasi pada kalimat itu, apakah sudah tepat?
J : Saya pikir tidak perlu menggunakan kata operasi dalam kalimat ini. Langsung
saja membantu penggusuran, toh sama kan dengan melakukan penggusuran.
Jadi, untuk mengefisiensikan makna dan tidak melarikan konteks kata operasi
barangkali langsung saja kalau dalam konteks kalimat ini ya atau diganti proses
penggusuran.
T : lalu, bagaimana dengan kata operasi dalam operasi militer yang sering
digunakan para militer?
J : Itu bukan pers yang membuat, tetapi pers hanya mengutip dari polisi itu
sendiri, seperti OPS. Kata itu sudah ada seperti operasi lilin di Danau Toba.
Mereka menggunakan kata sendiri seolah-olah kata sandi, operasi militer, OPM.
T : Tetapi, pers paham tidak dengan penggunaan makna operasi itu sendiri?
J : Kalau disesuaikan dengan makna konteks pembicaraan dan disesuaikan
dengan di mana kita berbicara barangkali bisa memahami itu. Kalau kita berbicara
itu di rumah sakit barangkali operasi yang dimaksud bukan operasi ini. Kalau
operasi militer itu semacam proses pergerakan, upaya, cara, barangkali.
T : Kata mengemis Bang, biasanya kata mengemis ini bermakna meminta-minta
sedekah. Sandiaga pun berkaca pada pencalonannya sendiri. Sandi yang telah
mengikuti penjaringan di lima partai selain Gerindra, yaitu PDI-P, Demokrat,
PKB, PPP, dan PAN, mengatakan bahwa ini adalah upayanya membangun
komunikasi politik alih-alih mengemis dukungan. Apakah sama makna kata
mengemis pada kalimat ini dengan ‗meminta-minta sedekah‘?
345

J : Kalau meminta sedekahnya tidak, tetapi kalau meminta iya, memohon


dukungan seolah-olah seperti pengemis.
T : Dalam pers ini disebut istilah apa?
J : Sebenarnya kami tidak pernah berpikir itu istilah apa. Supaya enak saja supaya
tidak baku, tidak kaku mungkin dalam bahasa Indonesia itu pleonasme, hiperbola,
atau metafora sehingga seolah-olah Sandiaga itu kekurangan dukungan dan
kemudian mengemis. Sebenarnya hanya ingin menimbulkan efek membaca itu
lebih gereget saja.
T : Kata rapat, Pernyataan ini disampaikan Presiden seusai rapat koordinasi
terbatas di Istana Merdeka. Kira-kira kata rapat di kalimat ini sama tidak dengan
rapat yang ada pada makna bahasa Indonesia, yaitu rapat ‗dekat sekali‘?
J : Rapat itu meeting.
T : Mengapa tidak membicarakan sesuai pertemuan, kata rapat diganti kata
pertemuan? Takutnya menimbulkan salah arti?
J : Itu lebih kepada persoalan memilih redaksi. Tidak ada maksud apa-apa. Pers
itu mempunyai keleluasaan.
T : Bagaimana pandangan pers tentang kata pasar?
J : Kalau kami mengenalnya pasar itu tetap pasar tradisional bukan jalan. Kalau di
Medan pasar itu kan jalan besar kalau kami tetap menggunakan kata jalan untuk
menujukan pasar yang dimaksud dalam bahasa Medan.
T : Jadi, untuk menuliskan Petisah?
J : Pasar Petisah bukan Pajak Petisah.
T : Lalu kata pasar pada kalimat ini, ―Namun, aktivitas ekonomi tetap berjalan,
sejumlah toko dan pasar tetap buka. Pasar keuangan juga tidak tertekan.‖ Makna
pasar bukan lagi tempat jual beli, bagaimana menurut abang?
J : Secara harfiah, kita tidak menyadari bahwa kata pasar itu kemudian dipakai
dalam bidang ekonomi atau sebagainya. Kita hanya ingin menggunakan bahasa
itu simpel saja kita anggap pasar itu tempat orang beraktivitas berjualan atau
berdagang lebih tepatnya, termasuklah pasar modal itu kan aktivitas menjual
modal, pasar keuangan aktivitas orang ...seperti itu.
T : Sebelum proses percetakan, jurnalis ada tidak mengoreksi kata itu harus
menggunakan metafora atau asosiasi agar lebih menarik berita itu?
J : Tidak ada. Ini mungkin bisa dijadikan catatan juga. Kalau di koran-koran
besar, seperti Kompas, dia mempunyai ahli bahasa yang harusnya bisa mengecek
ini sudah baik atau tidak. Kalau di Analisa sendiri, di kantor saya tidak ada ahli
bahasa jadi penulisan berita itu disesuaikan dengan selera wartawan itu menulis
kemudian diedit oleh redaktur, biasanya proses editing tidak sampai ke persoalan
gaya bahasa atau gaya penuturan, tetapi lebih pada persoalan menyusun kalimat
346

menjadi sederhana. Itu yang pertama. Yang kedua, lebih bisa dipahami, singkat,
padat, jelas, dan tepat hanya itu saja, tetapi untuk penggunaan diksi sesuai dengan
taste itu disesuaikan dengan penulisnya saja yang penting antara kita, orang yang
akan membaca, dengan kita sebagai penulis itu paham dengan apa yang kita tulis,
tetapi untuk khusus itu bahasa penggunaannya begini-begini itu tidak, tidak
sedetail itu karena memang juga waktu yang cukup padat, aktivitas deadline, itu
jadi persoalan kalau kita mau membahas kata satu persatu itukan akan
membutuhkan banyak waktu dan pemikiran lagi saya kira.
T : Kata kampanye, begini kalimatnya ―Kejadian kurang mengenakkan dialami
calon gubernur yang maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Basuki Tjahaja
Purnama atau Ahok, saat kampanye di Rawa Belong, Jakarta Barat, Rabu
(2/11/2016).‖ Menurut abang sebagai jurnalis sebenarnya makna kata kampanye
itu apa?
J : Kalau yang saya pahami itu, kampanye di dalam politi. Kampanye itu aktivitas
untuk melakukan politik, mengenalkan dirinya kepada masyarakat. Itulah
kampanye. Mengkampanyekan dirinya begitu.
T : Saat ini kata kampanye itu hanya dilekatkan pada politik, padahal makna
kampanye lebih luas dari itu. Bagaimana menurut abang?
J : Kampanye bermakna promosi itu. Memang pada akhirnya orang hanya tahu
kampanye pada politik saja ya.
T : Ada tidak unsur kesengajaan ?
J : Tidak ada sih itu lebih ke natural saja. Sebelum jadi wartawan juga kan kami
sering membaca gaya penulisan di koran jadi sudah terpengaruh.
T : Kemudian kata aksi, mengapa dikatakan aksi 212, aksi damai mengapa tidak
demo damai padahal yang dilakukan juga demo?
J : Kalau kami memahami kalau aksi dengan demo itu sama sih. Demonstrasi,
aksi massa itu sebenarnya penggunaan bahasa yang digunakan dalam hal-hal yang
dilakukan untuk menyampaikan aspirasi.
T : Mengapa pers tetap mengunakan kata aksi tidak menggantinya dengan demo?
J : Pertama, karena memang yang si pembuat acara itu menggunakan kata aksi itu
juga yang mempengaruhi karena kan namanya aksi 212, nah sebenarnya unjuk
rasa, demonstrasi, aksi itu sama atau padanan kata yang sah-sah saja mau yang
mana yang digunakan, ya karena barangkali ini lebih enak didengar aksi 212 .
Aksi lebih soft kalau demo massa cenderung anarkis.
T : Sejauh mana abang tahu penggunaan kata blusukan saat ini?
J : Kalau blusukan secara harfiah sih saya tidak tahu artinya apa. Tapi, kalau
blusukan yang saya dengar-dengar yang digunakan Jokowi itu saya rasa ‗turun ke
lapangan‘, ‗turun ke masyarakat‘, saya tidak tahu itu benar atau tidak.
347

T : Ahok Akan Tetap "Blusukan" Meski Ada Demo 4 November. Makna


blusukan pada kalimat itu apa menurut abang?

J : Kalau belum merupakan kata baku harusnya ada padanan kata lain. Kalau tidak
ada lagi padanan kata lain selain kata blusukan ya harus diganti dengan
mengunjungi tetapi memang lebih enak blusukan. Ya saya kira kata blusukan saat
ini sudah menjadi tertanam di masyarakat bahwa blusukan itu artinya
mengunjungi.

T : Kata blusukan itu dari pers atau dari pejabat publik itu sendiri lalu pers
mengutipnya?

J : Itu dari pers. Misal: Jokowi menggunakan bahasa Jawa kemudian


dipopulerkan oleh pers. Sebenarnya, bisa saja diganti dengan pemahaman kata
blusukan dengan kata yang lain.

T : Lalu, abang tahu tidak dengan kata dicekal? Maknanya apa?

J : Tahu. Ditahan.
T : ―Keduanya dicekal ke luar negeri terkait penyidikan kasus dugaan tindak
pidana korupsi pembangunan Pasar Besar Kota Madiun tahun anggaran 2009-
2012 senilai Rp 76,5 miliar.‖ Abang sebagai jurnalis cekal itu kata atau bukan?
J : Cekal itu kata.
T : Kata mengucurkan pada kalimat ―Sementara itu, join venture antara PT
Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT Sembcorp Development Pte (Singapura)
mengucurkan investasi mencapai hampir 8 Triliun dalam membangun Kendal
Industrial Park Jawa Tengah.‖ Bagaimana pandangan abang mengenai kata
mengucurkan ini?
J : Mengucurkan investasi itu lazim digunakan dalam bahasa pers dalam bahasa
percakapan sehari-hari juga mengucurkan.
T : Menggalang dana, bagaimana menurut abang? Apa makna menggalang yang
abang ketahui?
J : Menggalang itu ‗menghimpun‘.
T : Memangkas peraturan, makna apa yang abang pahami?
J : Saya kira pers tidak sepaham itu dengan penggunaan katanya biasanya
terinfluence dengan masyarakat, dengan koran lain, dengan media lain sehingga
kemudian kita menggunakan bahasa itu sesuai dengan yang kita anggap lazim.
saya rasa jika mengucur itu adalah ‗benda cair‘ jadi mengucurkan investasi itu
sudah merupakan perluasan dari kata itu sendiri yang kadang-kadang maknanya
pun agak sedikit membingungkan, tetapi saya kira ini menjadi semacam sebuah
ragam pers. Ragam pers yang berkaitan dengan jurnalistik yang kadang-kadang
348

tidak sesuai dengan ragam bahasa baik dan benar itu yang menjadi perdebatan
kami dengan Pak Mulyadi di Analisa. Sekali lagi kita mempunyai semacam aturan
yang barangkali tidak tertulis bagaimana cara mengungkapkan sesuatu itu dengan
rasa sehingga pembaca itu lebih dekat dibandingkan dengan bahasa-bahasa yang
baku sesuai dengan ilmah pembaca itu barangkali merasa jenuh membaca berita
itu sehingga kita akan menggunakan kata-kata yang sangat dekat dengan mereka
dan menjauhi kata-kata yang bersifat teoretis, bersifat ilmiah juga kita jauhi.
T: Abang sebagai jurnalis, apa sebenarnya makna kata memangkas itu?
J : Memangkas itu memotong.
T : Kemudian ada kata memanaskan, ―Wartawan harus lebih seimbang dan
pemberitaannya tidak memicu konflik, dan memanaskan situasi.‖ Apa makna
memanaskan menurut abang?
J : Membuat situasi menjadi panas. Ada permainan kata untuk menggugah
barangkali agar menarik minta membaca karena pers juga kan industri.
T : Kata menjaring, ―Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur
DKI Jakarta dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda.‖ Mengapa
memilih kata menjaring bukan yang lainya?
J : Ya itu tadi supaya lebih ini saja. Tapi kalau menjaring kan kesannya dijaring
kalau padanannya menyeleksi.
T : Lalu, mengapa tidak menggunakan kata menyeleksi?
J : Terlalu kaku, kalau menjaringkan lebih enak. Itukan istilah dalam politik, dan
orang-orang politik inikan menggunakan bahasa-bahasa itu kan tidak terlalu
baiklah.
T : Menurut abang kata menjaring itu apa maknanya?
J : Menjaring itu memilih dan memilah.
T : Apakah di dalam pers ada menggunakan bahasa-bahasa kiasan, contohnya
memakan waktu?
J : Ada.
T : ―Awal pekan lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok
melontarkan komentar pedas soal Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.‖
Apa yang dimaksud dengan komentar pedas?
J : Kalau padanannya Ahok menggunakan kata yang mencela itu kan lebih kasar
barangkali sehingga kemudian dicarilah kata pedas di situ supaya untuk nyaman
saja pembaca membacanya.
T : Sebagai jurnalis, apa hal-hal yang melatarbelakangi perubahan makna yang
terjadi saat ini?
349

J : Itu memang lebih kepada persoalan media, cetak terutama kan spacenya kan
terbatas sementara yang mau disampaikan banyak sehingga kita harus
menggunakan kata-kata padanan-padanan yang menurut kita benar dan bisa
tersampaikan kepada masyarakat dengan maksud yang sama tapi kan tidak
mengurangi arti dan makna sehingga kata itulah yang digunakan kalau
menggunakan kata aslinya kan misalnya terlalu panjang tidak enak didenganr,
tertalu baku kaku nah sehingga kita memilih kata-kata yang sama walaupun secara
harfiah penggunaan bahasa itu tidak benar tapi paling tidak masyarakat itu tahu
apa yang dimaksudkan yang penting kan itu tidak mengurangi makna yang ingin
disampaikan itulah mengapa kita menggunakan sekali lagi saya tekankan itu yang
saat ini menjadi perdebatan ada ragam bahasa jurnalistik ada ragam bahasa
Indonesia yang baik dan benar . Ok ragam bahasa jurnalistik itu lebih mengacu
kepada ragam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar tetapi tidak
semua itu bisa dilakukan kemudian karena kita mempunyai keterbatasn waktu kita
juga harus mempunyai taste. Seorang jurnalis itu juga harus memiliki ciri khas
dengan jurnalis yang lain sehingga dia bisa menggunakan bahasa-bahasa
pleonasme bahasa-bahasa kiasan, bahasa-bahasa yang bermetafora untuk
menggugah minat membaca masyarakat itu tergerak nah sama dengan ragam
sastra sebenarnya. Ragam sastra itu kan tidak meluluh meskipun asalnya dari
bahasa Indonesia, tapi kan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam konteks
misalnya menggunakan SPOK itukan kadang-kadang dalam puisi Chairil Anwar
OPSK nah seperti itu sebenarnya kan ada lisensia poetica dalam sastra barangkali
dalam pers ini juga ada yang seperti itu ada hal-hal khusus yang memang kita
tidak bisa mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena faktor
kita harus merebut pembaca story, berita, cerita yang kita siarkan itu harus
mempunyai rasa mempunyai taste sehingga kemudian kita menggunakan kata-
kata yang seperti itu.
T : Makna yang mana yang cenderung digunakan jurnalis?
J : Sebisa mungkin kita menggunakan makna yang sebenarnya dengan
keterbatasan jurnalis dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda pula,
tetapi tidak dipungkiri ingin juga menggunakan makna kiasan itu juga karena
yang kiasan itu lebih mengena daripada makna yang sebenarnya.
T : Sekedar konfirmasi, apakah setiap jurnalis itu menuliskan berita mengaju pada
KBBI?
J : Kita mengaju kepada KBBI tentang persoalan yang tidak kita ketahui artinya
misalnya ada kata-kata yang kita bingung ini maksudnya apa penggunaannya
bagaimana, misal anjang sana itu kan kita bingung anjang sana itu apa saya
membuka KBBI tetapi tidak meluluk karena memang tidak semua wartawan itu
dibekali oleh KBBI syukurlah sekarang ada online tetapi kita lebih mengandalkan
intuisi daripada KBBI.
350

Lampiran 3: Transkrip Wawancara


Narasumber : Tri Astari (Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia USU Semester
3)
Hari, tanggal : Jumat, 23 Desember 2016

T : Tari tahu tidak kata-kata yang berkembang saat ini, misalnya kata saudara?
J : Saudara. Biasanya kata saudara kawannya saudari.
T : Kalau kalimatnya ―Kami bersaudara‖. Apa arti kata saudara pada kalimat
itu?
J : Kami bersaudara artinya memiliki ‗ikatan kekeluargaan‘.
T : Kalau ―Dia itu saudara kandung saya.‖ Makna saudara itu apa?
J : Artinya ―Dia itu mempunyai ikatan keluarga dengan saya.
T : Jika kalimatnya ―Saudara Ahok telah menistakan agama.‖Apakah sama
makna saudara di kalimat itu sebagai ikatan keluarga?
J : Ini sering dipakai sewaktu presentasi misalnya ―Berikutnya akan dilanjutkan
oleh saudara A.‖ Kata saudara-saudari menyatakan dia, tapi merupakan kata
ganti.
T : Serigala saudaranya anjing. Makna saudara tersebut apa?
J : Maksudnya ada ikatan yaitu sama-sama hewan pemakan daging. Satu keluarga
atau satu genus.
T : Setahu Tari, buatlah kalimat yang menggunakan kata saudara?
J : Kalimat pidato. ―Kepada saudara kami persilakan duduk.‖
T : Apa makna kata saudara pada kalimat itu?
J : Peserta. Karena kalau di dalam kegiatan kan tidak mungkin menggunakan kata
kamu, lebih sopan. Kesopanan dalam menggunakan bahasa kan orangnya tidak
semuanya kenal.
T : Kemudian kata jawara. Apa yang Tari ketahui tentang kata jawara?
J : Jawara itu seperti ‗pahlawan atau kesatria‘. Misal jawara kampung.
T : Adik saya juara kelas. Apakah sama maknanya dengan kata jawara?
J : Adiknya berprestasi di kelas sehingga mendapat predikat juara.
T : Berarti juara itu apa artinya?
J : Orang yang berprestasi.
T : Kamu jangan sok jadi jawara di sini. Apa maksudnya?
J : Maksudnya kamu jangan sok jadi pahlawan di sini.
T : Tari tahu tidak kata jawara itu berasal dari mana?
J : Tidak tahu.
T : Yang ketiga ada kata rawan. Bagaimana menurut Tari?
351

J : Rawan itu tidak aman.


T : Daerah itu rawan kecelakaan. Maksudnya?
J : Daerah itu tidak aman karena sering terjadi kecelakaan.
T : Selain makna ‗tidak aman‘ ada tidak makna lain kata rawan?
J : Tidak tahu. Hanya itu.
T : Kalau tulang rawannya sakit. Apa arti rawan di kalimat itu?
J : Tulang yang lunak.
T : Kata jurusan. ―Saya naik angkot jurusan Padang Bulan.‖ Apa makna jurusan
pada kalimat itu?
J : Ke arah. ―Saya naik angkot arah Padang Bulan.‖
T : ―Saya kuliah di jurusan Sastra Indonesia.‖ Apa makna kata jurusan itu?
J : Berkaitan dengan bidang pendidikan.
T : Kata tinggal. ―Saya tinggal di Medan.‖ Tinggal artinya?
J : Tinggal artinya ‗bertempat atau hunian‘.
T : Kalau kalimat ― Permen saya tinggal dua.‖. Artinya?
J : Berkurang.
T : ―Adik saya tinggal kelas.‖ Apa artinya?
J : Tinggal di situ berarti adiknya kurang cerdas, tidak naik kelas.
T : ―Saya tidak akan tinggal diam.‖ Artinya?
J : Artinya dia tidak mau diam maunya melanjutkan pembicaraan itu, tetap mau
melanjutkan.
T : Kalau tinggal nama. Apa maknanya?
J : Meninggalkan.
T : Kata berikutnya kata operasi. Apa yang Tari ketahui tentang makna kata
operasi?
J : Banyak. Seperti kegiatan. Kalimatnya ―Ibu saya sedang dioperasi.‖
T : Apa makna operasi di kalimat itu?
J : Operasi artinya ‗diobati atau pengobatan‘.
T : Selain, makna itu ada lagi? Kalau operasi zebra?
352

J : Kegiatan dari kepolisian.


T : Kalau operasi militer?
J : Sama saja ‗kegiatan‘, tetapi ‗kegiatan di bidang militer‘.
T : Kata mengemis. Apa arti kata mengemis?
J : Meminta-minta.
T : Biasanya apa yang diminta?
J : Ya biasanya berupa uang atau materi.
T : Kalau kalimat ― Saya mengemis jabatan.‖ Apa makna mengemis pada kalimat
itu?
J : Berarti dia orang yang tidak mampu sehingga mengemis jabatan.
T : Kalau mengemis cinta. ―Janganlah mengemis cinta.‖ Apa maksudnya?
J : Berarti dia meminta-minta agar cintanya diterima sampai ia rela mengemis.
T : Kata rapat. Apa yang Tari ketahui tentang kata rapat?
J : Rapat itu seperti pertemuan. Contoh: rapat guru.
T : Kalau saya duduk terlalu rapat. Artinya?
J : Artinya Posisi.
T : Kata pasar. Bagaimana menurut Tari penggunaannya?
J : Kalau di Medan pajak, sebenarnya itu salah.
T : Kalau di Medan kata pasar itu apa maknanya?
J : Jalan raya.
T : Kampanye itu bermakna apa?
J : Kampanye itu berkaitan dengan pemilihan, masa-masa memberi janji-janji.
Ibaratnya kampanye itu calonnya cari mukalah biar dia terpilih.
T : Kalau kalimat ―Mari kita kampanyekan hidup sehat.‖ Apa maknanya?
J : Berarti gerak.
T : Kata aksi yang melekat pada aksi 212 aksi damai. Bagaimana menurut Tari?
J : Aksi identik dengan ‗demo massa‘.
T : Kata blusukan apa maknanya? Misal, ―Jokowi blusukan ke pasar senen.‖
J : Dia bergerak ke tempat yang agak-agak kumuh.
353

T : Dari bahasa apa itu blusukan?


J : Dari bahasa Jawa.
T : Kata dicekal apa artinya menurut Tari? ―Dia dicekal ke luar negeri.‖
J : Dicekal itu dihambat
T : Dicekal itu kata bukan?
J : Kata.
T : Kata berikutnya mengucurkan. ―Dia mengucurkan air ke seluruh taman.‖
J : Bercucuran. Mengucurkan berarti membasahi atau menyirami.
T : Kalau kalimatnya ―Dia mengucurkan bantuan?‖ Apa maknanya?
J : Artinya dia memberi bantuan.
T : Kata menggalang. Misal menggalang dana . Apa artinya?
J : Menggalang dana berarti partisipasi atau membantu atau mencari uang.
T : Kata memangkas. Biasanya digunakan untuk apa kata ini?
J : Memangkas rambut.
T : Jadi kalau ada kalimat memangkas anggaran. Artinya?
J : Memotong anggaran.
T : Makna kata memanaskan. Misalnya memanaskan makanan. Apa artinya?
J : Menghangatkan atau tindakan melakukan pemanasan.
T : Kemudian kata menjaring. ―Saya menjaring ikan.‖ Berarti?
J : Menjaring berarti menangkap.
T : Dia sedang menjaring calon gubernur. Arti menjaring apa?
J : Seperti memilih atau menyeleksi.
T : Apa makna memakan waktu?
J : Itu seperti membutuhkan waktu yang lama.
T : Kata pedas pada kalimat ―KomentarAhok sangat pedas.‖ Maksudnya?
J : Maksudnya kata-katanya itu menjerumus ke kasar. Biasanya pedas hanya pada
masakan rupanya kata-katanya pedas menyakitkan hati.
354

Lampiran 4 : Sumber Data Koran Kompas


Menteri Saleh Dorong Industri Tekstil Penuhi Kebutuhan "Fashion"
Minggu, 26 Juni 2016 | 10:00 WIB
Guna mendorong pertumbuhan ekonomi dengan melakukan deregulasi,
memangkas berbagai peraturan, perizinan, dan birokrasi yang masih dirasa
menghambat di berbagai kementerian dan lembaga," ungkap Menperin.

Brexit dan Dampaknya Bagi Indonesia


Sabtu, 25 Juni 2016 | 17:24 WIB
Perbankan lebih sulit dalam menggalang dana dari luar negeri.
Negosiasi perceraian Inggris dari UE bisa memakan waktu minimal dua tahun.
Ekspor makin terpukul karena pasar Eropa terguncang, sementara China belum
pulih.

Menperin Dorong Industri Kendal Jadi Pusat Investasi Padat Karya


Sabtu, 25 Juni 2016 | 10:31 WIB
Sementara itu, join venture antara PT Jababeka Tbk bekerjasama dengan PT
Sembcorp Development Pte (Singapura) mengucurkan investasi mencapai
hampir 8 Triliun dalam membangun Kendal Industrial Park Jawa Tengah.

Puluhan Investor Masuk Kawasan Industri Kendal Jawa Tengah


Sabtu, 25 Juni 2016 | 10:24 WIB
Seluruh infrastruktur yang mendukung kelancaran industri sudah dipersiapkan
oleh KIK sehingga investor yang datang tinggal membangun pabriknya saja.

Sandiaga Uno Bicara soal Pelajaran Loyalitas dari “Teman Ahok”


Sandiaga pun berkaca pada pencalonannya sendiri. Sandi yang telah mengikuti
penjaringan di lima partai selain Gerindra, yaituPDI-P, Demokrat, PKB, PPP, dan
PAN, mengatakan bahwa ini adalah upayanya membangun komunikasi politik
alih-alih mengemis dukungan.

JAKARTA, KOMPAS.com
"Kita Semua Bersaudara". Begitulah pesan sederhana penuh makna dalam
spanduk yang terpasang di pinggir jalan-jalan di wilayah Pasar Rebo, Jakarta
Timur.
355

Sudah beberapa hari spanduk sederhana itu terpasang. Logo Pemprov DKI ikut
dicantumkan.
Spanduk versi lainnya ditambahkan gambar tangan dua orang yang sedang
berjabatan.
Meski tidak ada penjelasan apa maksud spanduk tersebut, pesan sederhana itu
jelas mengingatkan warga Jakarta untuk selalu damai.
Ada pula seruan lain bernada sama yang terpasang di daerah Jati Padang, Jakarta
Selatan. Spanduk itu bertuliskan "Jaga Kebhinekaan. Sukseskan Pilkada Tanpa
SARA. Siap Menang, Siap Kalah".
Pesan itu relevan dengan kondisi Ibu Kota terkini yang memasuki masa kampanye
menjelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI 2017. Dinamika politik
tengah berpusat di Ibu Kota.
Seperti dalam Pilgub DKI sebelumnya maupun pilkada di daerah lainnya, suara
warga terpecah terkait pilihan calon pemimpinnya.
Dalam Pilkada DKI, ada tiga calon yang tengah tampil menarik hati pemilih,
yakni pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat, pasangan Agus
Harimurti-Sylviana Murni, serta pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Hangatnya Jakarta bukan hanya karena perbedaan pilihan warga. Ibu Kota tengah
disorot menjelang aksi unjuk rasa terhadap Ahok yang dituduh menista agama.
Massa akan turun ke jalan meski Bareskrim Polri tengah mengusut kasus tersebut.
Aksi mereka akan berpusat di depan Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat
(3/11/2016).
Spekulasi, harapan, hingga kekhawatiran warga muncul menyikapi demo tersebut.
Setidaknya hal itu terekam dalam jagat maya yang tidak kalah berisik dibanding
kenyataan di tengah masyarakat.
Masing-masing kubu tak lelah bertarung opini. Tak sedikit dari mereka yang
kebablasan menerabas aturan.
Meski demikian, banyak pula netizen yang mengedepankan kedamaian.
Perbedaan sikap dan keyakinan tidak boleh membuat kita pecah. Bhinneka
Tunggal Ika.

Gubernur DKI Sekarang Lagaknya Melebihi Jawara"


Sabtu, 5 Maret 2016 | 11:51 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Direktur The Wahid Institute, Yenny Wahid,
menyebut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai
pemimpin yang mau peduli terhadap masyarakatnya meski gaya
kepemimpinannya cenderung keras.

"Gubernur DKI sekarang sudah selon (nekat dalam bahasa Betawi). Lagaknya
356

melebihi jawara," kata Yenny saat menghadiri sebuah acara di Rusun Pesakih,
Daan Mogot, Jakarta, Sabtu (5/3/2016).

Putri mendiang Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid itu mencontohkan,


salah satu bentuk kepedulian yang dilakukan Ahok adalah pembangunan masjid
raya di Daan Mogot. Hal yang menarik bukan pembangunan masjidnya,
melainkan konsep pembangunan masjid raya tersebut.

"Konsep masjid raya itu juga sebagai tempat mengelola banyak hal, seperti
berdagang di sekitar masjid dan dijadikan sebagai pusat sosialisasi warga," kata
Yenny.

Ia pun berharap pembangunan masjid itu cepat rampung agar nantinya warga
dapat menggunakan masjid raya itu.

―Sementara masjid belum terbangun, masyarakat bisa mengembangkan skill dan


keterampilan, seperti belajar menyetir atau menjahit. Kalau kita enggak mau
mengubah nasib kita, ya selamanya tidak akan berubah,‖ kata Yenny.

AJI Himbau Media Tak Picu Konflik dan Memanaskan Situasi


Jumat, 4 November 2016 | 10:31 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Aliansi Jurnalis Independen mengimbau agar
media massa menggunakan prinsip jurnalisme damai dalam meliput aksi
demonstrasi oleh ormas Islam yang akan berlangsung pada Jumat (4/11/2016)
siang ini.
Demo tersebut untuk menuntut proses hukum terhadap gubernur DKI
Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, yang dianggap telah menistakan
agama.
"Tentu diharapkan wartawan tidak ikut mengeskalasi situasi yang panas terkait
demo tersebut. Wartawan harus lebih seimbang dan pemberitaannya tidak memicu
konflik, dan memanaskan situasi. Pemberitaan wartawan Jangan memperkeruh
situasi," kata koordinator advokasi AJI Jakarta, Erick Tanjung di Jakarta, Jumat
pagi.
Erick menambahkan, prinsip jurnalisme damai tidak hanya berlaku pada Pilkada
DKI Jakarta dan aksi demonstrasi siang ini.
Namun, prinsip jurnalisme damai yang berpegang pada profesionalisme wartawan
juga sebaiknya bisa diterapkan selama pelaksanaan pilkada serentak 2017 ini.
Dengan begitu, media bisa ikut berperan dalam terciptanya pilkada yang
demokratis.
357

"Wartawan diharapkan lebih profesional dan menjaga kode etik dalam peliputan
Pilkada," ucap Erick.

Ahok Akan Tetap "Blusukan" Meski Ada Demo 4 November


Jumat, 4 November 2016 | 09:38 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja
Purnama atau Ahok tetap akan berkampanye pada Jumat (4/11/2016) ini.
Meskipun sejumlah organisasi masyarakat (ormas) akan berdemonstrasi atau
melaksanakan aksi damai seusai menunaikan shalat Jumat berjamaah di Masjid
Istiqlal, Jakarta.
"Jadi. Aku mau cek kerjaan aja, ada pengaduan tidak puas dari warga," kata Ahok,
kepada Kompas.com, Jumat.
Meski demikian, Ahok tidak menjelaskan detail waktu dan lokasi yang akan
dikunjungi. Ahok juga baru mengetahui kabar mengenai imbauan dari kepolisian
kepada dirinya untuk tidak melakukan kampanye terlebih dahulu hari ini.
"Nanti aku tanya ajudan ya," kata Ahok.
Adapun aksi unjuk rasa tersebut untuk mendesak Kepolisian mengusut kasus
penistaan agama yang dituduhkan kepada Ahok.

Sebelumnya Ahok juga telah mengonfirmasi hal ini saat berkampanye di Pejaten
Timur, Jakarta Selatan, Kamis (3/11/2016) kemarin.
"Besok tetap blusukan, deh," kata Ahok.

Warga Berharap Ada Informasi Cuaca


4 November 2016 0 komentar

BANDUNG, KOMPAS — Warga yang tinggal di daerah rawan banjir di


Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berharap pemerintah selalu memberi informasi
prakiraan cuaca saat musim hujan. Tanpa informasi awal tersebut, warga kerap
panik karena tanpa persiapan menghadapi banjir.

KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGAWarga menggunakan perahu saat


melintasi Jalan Anggadireja, Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis
(3/11) malam. Sudah lebih dari sepekan jalan tersebut tak dapat dilewati
kendaraan bermotor akibat banjir luapan Sungai Citarum dan Cisangkuy.
"Kami tidak pernah mendapat informasi mengenai prakiraan cuaca, berapa lama
hujan akan datang hingga apa yang harus dilakukan saat hujan tiba. Akibatnya,
kami selalu panik saat hujan datang," kata Juju (50), warga Banjaran, Kamis
(3/11).
358

Banjaran merupakan salah satu daerah di Kabupaten Bandung yang masih


terendam air. Selain Banjaran, air juga merendam wilayah Kecamatan
Bojongsoang, Balendah, dan Dayeuhkolot. Hingga Kamis pukul 19.30, ketinggian
air di daerah itu berkisar 40 sentimeter-1 meter.
Juju mencontohkan saat banjir dipicu hujan deras selama enam jam pada 25
Oktober lalu. Karena tidak mendapatkan informasi cuaca, dirinya tidak bisa
melakukan langkah antisipasi. Dia tak siap menyelamatkan beberapa barang
berharga seperti televisi dan kulkas saat banjir merendam rumahnya setinggi 50
cm. Tiga hari kemudian, air bahkan semakin tinggi mencapai 1,2 m sehingga dia
dan keluarga harus tinggal di lantai dua rumah. "Tidak nyaman kalau terus seperti
ini," katanya.
Deden Rochman (48), warga Jambatan, Baleendah, yang juga memilih tinggal di
lantai dua rumahnya, mengatakan, dirinya harus menggelar ronda malam bersama
warga guna mengantisipasi kenaikan air saat malam dan dini hari. Dia
mengatakan belum mengungsi karena merasa lebih nyaman berada di rumah
ketimbang di pengungsian.
Nandang (35), warga Bojongasih, Dayeuhkolot, mengatakan, sudah dua tahun
terakhir dirinya tinggal di lantai dua rumahnya yang berukuran 6 x 4 m. Ia tinggal
di sana bersama anak dan istrinya. Di ruangan itu juga ada televisi, lemari baju,
peralatan makan, hingga mesin cuci.

Nandang mengatakan, akibat terlalu sering direndam luapan air Citarum, tiga
ruangan di lantai dasar rumahnya lembab dan berjamur. Dinding dan daun pintu
lapuk dan keropos. "Lebih baik tinggal berdesakan ketimbang panik saat banjir
datang. Namun, memang lebih baik kalau ada pengumuman tentang prakiraan
cuaca dan potensi bencana. Minimal membuat hati ini lebih tenang," katanya.
Ketua Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung
Tata Irawan mengatakan, penyampaian informasi potensi hujan kepada warga
akan diperbaiki. Informasi itu akan disampaikan lebih gencar melalui perwakilan
pemerintah daerah hingga media sosial.
Di Sulawesi Selatan, sebanyak 165 jiwa dari 44 keluarga di Kecamatan Rano,
Kabupaten Tana Toraja, terancam kehilangan rumah dan mata pencaharian pasca
longsor yang menimpa wilayah tersebut pekan lalu. Longsor pada 23 Oktober lalu
menyebabkan 40 rumah yang terletak di daerah perbukitan Desa Rano itu rusak.
Pemerintah Kabupaten Tana Torajamenyiapkan rencana relokasi bagi warga.
359

150 Ambulans Disiagakan untuk Aksi Damai 4 November


Jumat, 4 November 2016 | 13:22 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyiagakan
sebanyak 150 ambulans untuk aksi unjuk rasa oleh beberapa organisasi
masyarakat, Jumat (4/11/2016) ini. Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Koesmedi Priharto menjelaskan jumlah itu terdiri dari 105 ambulance puskesmas
dan 45 ambulans gawat darurat (AGD).
"Semua ambulans kami turunin hari ini," kata Koesmedi, di Balai Kota DKI
Jakarta, Jumat.
Di Balai Kota DKI Jakarta, kata Koesmedi, ada 4 ambulans yang disiagakan.
Sedangkan di sekitar kawasan Ring 1 ada sebanyak 40 ambulans yang disiagakan.
Tiap ambulans terdiri dari 3-4 orang tim medis.
Seluruh RSUD dan puskesmas juga akan bersiaga untuk mengantisipasi berbagai
kejadian tak terduga. (Baca: Demo 4 November, Polisi dan Pendemo Jumatan
Bersama di Depan Istana)
"Biasanya kalau aksi unjuk rasa seperti ini, yang aku takuti yang datang dari luar
kota, mereka makannya gimana, takutnya makanannya basi, kan bisa diare atau
keracunan. Tapi ternyata mereka bawa tim medis juga," kata Koesmedi.

31 Agustus 2016 kompas.com

Persoalan keberlangsungan PDS HB Jassin dan komentar pedas Ahok

MADIUN, KOMPAS.com
- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan status pencekalan terhadap
Wali Kota Madiun Bambang Irianto dan putranya, Bonie Laksamana, sejak dua
minggu lalu.
Keduanya dicekal ke luar negeri terkait penyidikan kasus dugaan tindak pidana
korupsi pembangunan Pasar Besar Kota Madiun tahun anggaran 2009-2012
senilai Rp 76,5 miliar.
Pelaksana Tugas (Plt) Kabiro Humas KPK Yuyuk Andriati saat dihubungi, Kamis
(20/10/2016), menyatakan, pencekalan terhadap keduanya terhitung sejak tanggal
7 Oktober 2016. Keduanya dicekal dalam enam bulan ke depan.
Baca juga: KPK Tetapkan Wali Kota Madiun sebagai Tersangka
Menurut Yuyuk, pencekalan ke luar negeri untuk memperlancar
penyidik KPK menangani kasus ini. Apalagi, Bambang Irianto sudah berstatus
sebagai tersangka.
Ditanya waktu pemeriksaan terhadap Bambang dan putranya ini, Yuyuk
mengatakan belum ada jadwalnya.
360

Saat ini, penyidik KPK akan memeriksa saksi-saksi terlebih dahulu.


"Sampai sekarang belum ada jadwalnya. Nanti akan dikabari. Kami memeriksa
saksi-saksi dulu," kata Yuyuk.
Sebelumnya, memasuki hari ketiga pasca-penetapan ketua Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) Partai Demokrat Kota Madiun ini sebagai
tersangka, KPK menggeledah kantor kontraktor pelaksana dan konsultan
perencana.
Baca juga: Korupsi Pasar Besar Madiun, KPK Geledah Kantor Kontraktor dan
Konsultan
KPK juga menggeledah rumah mantan kepala cabang PT LRR dalam kasus
korupsi Pembangunan Pasar Besar Kota Madiun senilai Rp 76,5 miliar.

Pertarungan Pilkada DKI 2017 Diprediksi Bakal Seru


Sabtu, 24 September 2016 | 00:06 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya
memprediksi, pertarungan Pilkada DKI Jakarta2017 akan berlangsung seru.
Ketiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta
dianggapnya akan mampu menjaring pemilih muda.
Ketiga pasangan calon tersebut dinilainya sebagai tokoh yang mencerminkan
semangat anak muda.
Menurut Yunarto, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mencerminkan semangat
anak muda yang dinamis.
Sementara, Anies Baswedan merupakan intelektual muda yang kerap membuat
terobosan dalam bidang pendidikan.
Terakhir, Agus Harimurti Yudhoyono merepresentasikan kaum muda dari segi
usia.
"Jadi nanti bakal seru pertarungannya karena mereka bertiga bukanlah tokoh yang
konvensional, melainkan mewakili semangat zaman yang modern," kata Yunarto,
saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/9/2016).
Yunarto menambahkan, terjaringnya pemilih muda akan menghasilkan simpul-
simpul komunitas di media sosial.
Para pemilih muda dinilainya fasih dalam mengoperasikan media sosial sebagai
media kampanye.
Selain itu, kata Yunarto, ketiga pasangan tersebut diprediksi tak akan
menggunakan cara kampanye yang menyinggung SARA karena ketiganya hampir
tak pernah menggunakan cara-cara tersebut di depan publik.
Dengan demikian, masa kampanye akan berlangsung elegan dan kondusif.
361

"Pastinya kampanye ketiga pasang calon ini nanti akan seru, karena akan sangat
minim SARA, dan akan muncul cara-cara kampanye yang penuh kreativitas
karena dilakukan oleh anak muda," lanjut Yunarto.
Sebelumnya Partai Demokrat memutuskan mengusung Agus-Sylviana
Murni berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional,
dan Partai Persatuan Pembangunan.
Keputusan itu diambil setelah tidak ada kesepakatan dalam komunikasi politik
dengan Partai Gerindra dan PKS.
Adapun Gerindra dan PKS memutuskan mengajukan Anies Aswedan-Sandiaga
Uno.
Sementara pasangan Ahok-Djarot diusung PDI-P, Golkar, Hanura, dan Nasdem.

Politisi PDI-P Hamka Haq: Tetap Ahok dan Djarot


JAKARTA, KOMPAS.com - Politisi senior Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan (PDI-P), Hamka Haq, mengatakan bahwa kemungkinan besar PDI-
P akan mendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful
Hidayat dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 mendatang.
Hal tersebut dia utarakan seusai mengikuti rapat pleno di kediaman Ketua
Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta
Pusat, Selasa (20/9/2016) malam.
"Tetap Ahok-Djarot. Ya sudah fix," ujar Hamka.
Hamka menuturkan, tidak ada calon lain yang akan diusung olehPDI-P selain
Ahok dan Djarot. Keputusan tersebut merupakan keinginan dari Megawati.
"Enggak ada. Cuma dua itu. Enggak ada keinginan lain, tetap komando dari ketua
umum," ucapnya.
Selain itu Hamka juga menegaskan bahwa PDI-P tidak meminta mahar atau
membuat kontrak politik terkait pengusungan Ahok dan Djarot saat rapat pleno
tersebut.
Dia pun mengingatkan Ahok-Djarot harus menjalani ideologi yang selama ini
dianut oleh PDI-P, yakni Pancasila dan UUD 1945.
"Tidak ada mahar politik. Yang pasti, calon yang kami usung harus menjalankan
ideologi PDI-P yakni Ideologi Pancasila dan UUD 1945," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai