Anda di halaman 1dari 31

Memperjelas Tindak Tutur Ilokusi melalui Penggunaan Deiksis dalam

Webseries Imperfect 2 Episode 1-3

PROPOSAL ARTIKEL

Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Penulisan Skripsi


Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Nastiti Nur Kholifah


1950800022

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2023
PERSETUJUAN

Judul Proposal : Memperjelas Tindak Tutur Ilokusi melalui Penggunaan


Deiksis dalam Webseries Imperfect 2 Episode 1-3
Nama : Nastiti Nur Kholifah
NIM : 1950800022
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
telah dipakai dan disetujui Dosen Pembimbing untuk dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.
Pada hari :
Tanggal :

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dr. Dewi Kusumaningsih, M.Hum Dr. Muhlis Fajar Wicaksana, M.Pd


NIDN. 0628047102 NIDN. 0622108503
Mengetahui,
Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Drs. Suparmin, M.Hum.


NIDN 0027076701

ii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang. ...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................5
A. Kajian Pustaka ............................................................................................5
B. Penelitian yang Relevan............................................................................16
C. Kerangka Berpikir.....................................................................................18
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................19
A. Jenis Penelitian ...........................................................................................19
B. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................19
C. Data dan Sumber Data ...............................................................................19
D. Analisis Data ..............................................................................................21
BAB IV RANCANGAN HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI ....................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23
JURNAL TARGET..............................................................................................28

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah tuturan tak luput dari dinamika kehidupan sebab sebuah ujaran
mempunyai tujuan tertentu mengenai makna yang akan disampaikan. Hal ini
maksud dan tujuan dalam tindak tutur sesuai dengan fungsi bahasa yaitu sebagai
alat untuk berkomunikasi (Aditia et al., 2022). Pemahaman penggunaan bahasa
yang komunikatif, mudah dipahami, dan mencapai sasaran yang diinginkan (Aci,
2019). Linguistik sebagai bidang yang mengkaji tentang kebahasaan (Magfira &
Syam, 2021). Dalam hal ini, studi pragmatik sangat penting untuk dipelajari sebab
pragmatik mempelajari tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik.
Pragmatik sebuah kajian mengenai hubungan antara bahasa dengan konteks
yang mendasari pemahaman bahasa. Pragmatik pada hakikatnya studi terhadap
semua hubungan antara bahasa dan konteks (Nuramila, 2019; Pradana et al.,
2022). Studi bagaimana bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi.
(Rosnaningsih, 2021) juga mengungkapkan bahwa pada prinsipnya, konsep
pragmatik mencakup tiga kata kunci yakni studi, maksud, dan tuturan. Artinya,
studi mengacu pada linguistik. Maksud mengacu pada penutur dalam
keinginannya. Keinginannya tersebut dapat dibangun melalui makna tuturan
dengan informasi tambahan dalam konteks. Tuturan mengacu pada tindak tutur
tertentu (Rosnaningsih, 2021).
Pemilihan deiksis dan makna tindak tutur dalam webseries sebab keduanya
memegang peranan yang sangat penting. Peran yang sangat penting dalam
mendeskripsikan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu
sendiri (Anjani & Amral, 2021). Meskipun ada beberapa kajian dari pragmatik
antara lain deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur, dan aspek-aspek struktur
wacana (Mutiadi & Respati, 2019). Deiksis memiliki acuan yang berpindah-
pindah tergantung pada posisi penggunaanya baik dari penutur maupun lawan

1
2

tuturnya (Maemunah & Akbar, 2021). Deiksis membuat makna bahasa menjadi
lebih efektif sehingga tidak mengakibatkan kerancuan dan tidak menyebabkan
timbulnya persepsi yang berbeda-beda pada penerima bahasa (A. Safitri et al.,
2021).
Pada realitanya, banyak penggunaan deiksis yang menimbulkan kerancuan.
(Agung et al., 2021) mengungkapkan bahwa masih banyaknya miskonsepsi dalam
penggunaan deiksis yang hampir mirip, seperti ‘kami’ dan ‘kita’ yang seringkali
tertukar atau penggunaannya dianggap sama. Dalam (Tonapa et al., 2018)
menyatakan bahwa adanya kesalahan deiksis dikarenakan kesulitan memahami
mengenai deiksis.
Tindak tutur suatu tindakan untuk menyampaikan, memberikan informasi,
atau cara mempengaruhi mitra tutur agar mengerti. Tindak tutur ilokusi salah satu
tindak tutur yang paling penting dalam kajian dan berkaitan erat dengan tuturan
(Frandika & Idawati, 2020). Tindak tutur ilokusi berupa tindakan menyatakan,
berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah, meminta, dan lain
sebagainya (Stambo & Ramadhan, 2019). Oleh karena itu, tindak tutur menjadi
sentral seseorang dalam berbahasa terutama dalam hal kesantunan.
Penelitian mengenai makna tuturan sudah pernah diteliti sebelumnya oleh
(Dulang, 2022; Nomleni, 2020; Padje, 2021). Namun, dalam penelitian tersebut
hanya menjelaskan makna tuturan dalam ritual suatu budaya tertentu dan
dipercayakan menggunakan bahan-bahan yang memiliki kekuatan mistis. Ada
pula penelitian (Adhiguna et al., 2019; Indrayanti et al., 2019; Rasa et al., 2019)
yang menganalisis tindak tutur ilokusi saja. Kemudian (Nurleli & Rahmawati,
2020; Rahayu & Utari, 2022; Wirawati & Solikhah, 2021) melakukan penelitian
tentang deiksis saja.
Kebaruan dalam penelitian ini yakni penelitian makna tindak tutur ilokusi
melalui penggunaan deiksis belum pernah dilakukan. Selain itu, webseries
Imperfect 2 memiliki keunikan tersendiri karena adanya keanekaragaman bahasa
yang digunakan para tokoh atau pemain. Dalam webseries ini, penikmat
3

disuguhkan beberapa ujaran atau penggunaan bahasa seperti bahasa daerah Sunda,
Papua, Betawi, bahasa gaul, bahkan kata-kata yang puitis sehingga perlu dianalisis
untuk mengetahui makna tindak tutur ilokusi melalui penggunaan deiksis
(Setyawan et al., 2022).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan deiksis dalam webseries Imperfect 2 Episode
1-3?
2. Bagaimanakah penggunaan deiksis tersebut mampu memperjelas tindak
tutur ilokusi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Mengklasifikasikan penggunaan deiksis dalam webseries Imperfect 2
Episode 1-3.
2. Mendeskripsikan penggunaan deiksis tersebut mampu memperjelas tindak
tutur ilokusi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat baik secara teoretis maupun manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
berikut.
a. Menambah wawasan pengetahuan terkait bidang pragmatik khususnya
deiksis.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam
menggunakan deiksis yang benar.
2. Manfaat Praktis
4

Manfaat penelitian ini dapat memberikan inspirasi sebagai bahan referensi


untuk penelitian lain dan dapat dikembangkan lebih luas lagi serta menjadi
perbandingan kepada peneliti-peneliti yang lainnya yang akan
menganalisis dalam bidang linguistik, khususnya yang ingin meneliti
tentang deiksis.
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut.
a. Bagi Pembaca
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan inspirasi
bagi pembaca dan dapat dijadikan sebagai masukan dan perbandingan
bagi yang akan melakukan penelitian baik yang berhubungan dengan
topik maupun tidak.
b. Bagi Penulis
Diharapkan menambah ilmu serta wawasan yang lebih luas lagi
sehingga dapat dijadikan masukan dalam melihat ilmu teori.
c. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas,
khususnya teori tentang pragmatik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
Penelitian dalam webseries Imperfect 2 Episode 1-3 berlandaskan pada
teori, teori yang dipaparkan berkeitan dengan penelitian ini yakni sebagai
berikut.
1. Pragmatik
Istilah pragmatik pertama kali digunakan oleh ahli filsafat bernama
Charles Morris. Filosof ini memang memiliki ketertarikan besar terhadap
ilmu yang mempelajari sistem tanda (semiotik). Dalam semiotik ini,
beliau membedakan tiga konsep dasar yaitu sintaksis, semantik, dan
pragmatik (Magfira & Syam, 2021). Sintaksis mempelajari korelasi
formal antara tanda-tanda. Semantik mempelajari korelasi tanda dengan
objek. Pragmatik mengkaji korelasi antara tanda dengan penafsir
(interpreters). Tanda-tanda yang dimaksud tersebut ialah tanda-tanda
bahasa (Magfira & Syam, 2021).
Disiplin ilmu linguistik yang menggunakan konteks sebagai alat
utama untuk memahami makna adalah pragmatik. Menurut Levinson
pragmatics is the study of the relations between language and context
that are basic to an account of language understanding (Saifudin, 2019)
“Pragmatik ialah kajian tentang hubungan antara bahasa dan konteks
yang menjadi dasar pertimbangan untuk memahami bahasa”. Levinson
juga membuat beberapa konsep lain tentang pragmatik, yakni pragmatics
is the study of those relations between language and context that are
grammaticalized, or encoded in the structure of language (Saifudin,
2019). “Pragmatik ialah kajian tentang hubungan antara bahasa dan
konteks yang digramatikalisasi atau dikodekan di dalam struktur bahasa”.

5
6

Hal yang terpenting dalam pragmatik ialah pengguna bahasa,


penggunaan bahasa, dan konteks. Dengan kata lain jika dijabarkan adalah
pragmatik mempelajari bagaimana orang menggunakan bahasa dalam
suatu konteks tertentu. Pragmatik mengkaji maksud penutur dalam
tuturan yang digunakan, bukan mengkaji makna tuturan atau kalimat.
(Saifudin, 2019) menyampaikan dalam pragmatik tuturan (atau dapat
disebut juga dengan teks) menjadi tidak bermakna tanpa konteks. Teks
tidak bermakna tanpa konteks. Teks yang dimaksud di sini bukan saja
bermakna wacana tulis, namun mencakup konsep yang lebih luas, yakni
tuturan baik tulis maupun lisan dalam suatu wacana tertentu.
Pragmatik mempunyai beberapa objek kajian, adapun objek kajian
pragmatik meliputi tindak tutur, pranggapan, implikatur, pelibatan,
prinsip kerja sama dan deiksis, atau biasa disebut fenomena pragmatik
(Fitriya et al., 2021).
2. Tindak Tutur Ilokusi
2.1 Hakikat Tindak Tutur Ilokusi
Sebelum konsep tindak tutur muncul, para ahli bahasa
memperlakukan bahasa sebagai penggambaran suatu situasi atau
peristiwa. Dengan konsep seperti itu, ini berarti bahwa setiap pernyataan
dalam suatu bahasa terikat pada apa yang disebut kondisi kebenaran (R.
D. Safitri et al., 2021). Kondisi kebenaran digunakan sebagai satu-satunya
alat ukur yang ditentukan sebagai kriteria kebenaran kalimat. Benar atau
tidaknya makna suatu kalimat tergantung pada benar tidaknya pernyataan
atau isi kalimat tersebut. Pernyataan "Senyummu sangat menawan"
tergantung pada apakah senyummu membuat orang terpesona atau tidak.
Dengan kata lain, suatu penilaian harus dinilai berdasarkan fakta empiris
(R. D. Safitri et al., 2021).
Tindak tutur ialah tindakan yang dilakukan dengan tujuan atau
maksud untuk menyampaikan, memberi informasi, atau menyampaikan
7

keinginannya (si penutur) kepada si pendengar melalui berbicara atau


berkomunikasi secara langsung (Frandika & Idawati, 2020). Pendapat
tersebut didukung oleh (Stambo & Ramadhan, 2019) mengungkapkan
bahwa tindak tutur ilokusi yakni apa yang ingin dicapai oleh penuturnya
pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan
menyatakan, berjanji, minta maaf, mengancam, meramalkan, memerintah,
meminta, dan lain sebagainya.
Menurut (Indrayanti et al., 2019) beberapa fungsi tindak tutur ilokusi
antara lain (1) fungsi kompetitif meliputi kompetitif mengkritik,
memerintah, dan membanggakan, (2) fungsi menyenangkan meliputi
menyenangkan mengucapkan terima kasih, memuji, mengajak,
menawarkan, dan mengucapkan selamat, (3) fungsi bekerja sama meliputi
bekerja sama berspekulasi, memberitahukan, mengeluh, melaporkan,
mengumumkan, dan mengakui, dan (4) fungsi bertentangan meliputi
bertentangan mengancam, mengecam, dan menyalahkan. Pendapat
tersebut didukung oleh (Fitriya et al., 2021) yang mengklasifikasikan
fungsi pragmatis tindak tutur ilokusi menjadi empat macam, yaitu (1)
fungsi kompetitif, (2) fungsi konvival (menyenangkan), (3) fungsi
kolabiratif (bekerja sama) dan terakhir (4) fungsi konkliktif
(bertentangan). Dalam (Indrayanti et al., 2019) ditemukan fungsi
keempatnya. Sedangkan, menurut (Rasa et al., 2019) fungsi tindak tutur
ilokusi direktif merupakan fungsi yang paling dominan dan paling sering
muncul.
2.2 Bentuk Tindak Tutur Ilokusi
Bentuk tindak tutur ilokusi terdiri dari tiga bentuk yaitu, bentuk
deklaratif, bentuk introgatif, dan bentuk imperatif (Frandika & Idawati,
2020).
a. Bentuk Deklaratif
8

Kalimat deklaratif biasanya mengandung intonasi deklaratif dan


menggunakan tanda titik (.) sebagai bentuk memberi taukan
informasi atau tidak diberi tanda apa-apa (Frandika & Idawati,
2020).
b. Bentuk Imperatif
Bentuk atau kalimat imperative berisi tentang kalimat perintah
atau juga larang bagi lawan tuturnya. Seperti yang disampaikan
(Frandika & Idawati, 2020) mengenai kalimat imperatif yang
memiliki ragam tulis biasanya dalam kalimat imperatif memiliki atau
diberi tanda titik (.) atau seru (!) di dalam kalimatnya. Kedua tanda
tersbut dgunakannya tergantung pada kalimatnya.
c. Bentuk Introgatif
Introgatif dapat dijelaskan sebagai kalimat yang berisi tentang
pertanyaan. Hal isi sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
(Frandika & Idawati, 2020) bahwa kalimat introgatif mengandung
intonasi interogatif, maksudnya biasa dalam sebuah kalimat atau
tulisan diberi tanda tanya (?) atau berisi tentang pertanyaan.
2.3 Jenis-Jenis Tindak Tutur Ilokusi
Searle membedakan tindak tutur ilokusi menjadi lima macam jenis
tuturan yaitu, asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklaratif (Fitriya et
al., 2021; Frandika & Idawati, 2020; Musthofa & Utomo, 2021; R. D.
Safitri et al., 2021; Stambo & Ramadhan, 2019; Yasinta et al., 2019)
a. Tindak Tutur Asertif
Tindak tutur representatif atau asertif yakni tindak tutur yang
mengikat penuturnya kepada kebenaran apa yang dikatakannya
(Stambo & Ramadhan, 2019). Contoh: menyatakan,
memberitahukan, mengemukakan pendapat, membanggakan,
melaporkan, menunjukkan, dan menyebutkan (Fitriya et al., 2021).
b. Tindak Tutur Direktif
9

Tindak tutur direktif ialah tindak tutur yang dilakukan oleh


penutur agar penutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam
tuturan itu (Stambo & Ramadhan, 2019). Tindak tutur direktif
mencakupi tindak tutur menyuruh, mengajak, meminta, memohon,
menyarankan, menghimbau, dan menasehati (Fitriya et al., 2021).
c. Tindak Tutur Komisif
Tindak tutur komisif adalah tindak tutur yang mengikat
penuturnya untuk melaksanakan hal yang disebutkan di dalam
tuturan itu (Stambo & Ramadhan, 2019). Tindak tutur komisif
mencakupi tindak tutur berjanji, bersumpah, menawarkan, dan
mengancam (Fitriya et al., 2021).
d. Tindak Tutur Ekspresif
Tindak tutur ekspresif ialah tindak tutur yang dilakukan dengan
maksud untuk menilai atau mengevaluasi hal yang disebutkan di
dalam tuturannya (Stambo & Ramadhan, 2019). Tindak tutur
ekspresif mencakupi tindak tutur memuji, mengkritik, mengucapkan
terima kasih, mengeluh, meminta maaf, dan memberi selamat
(Fitriya et al., 2021).
e. Tindak Tutur Deklaratif
Tindak tutur deklarasi (deklaratif) yakni tindak tutur yang
dilakukan dengan maksud menciptakan keadaan yang baru (Stambo
& Ramadhan, 2019). Misalnya memutuskan, membatalkan,
melarang, dan mengizinkan (Fitriya et al., 2021).
3. Deiksis
3.1 Hakikat Deiksis
Deiksis hal yang mendasari dalam bertindak tutur. Kata deiksis
artinya ‘penunjuk’ yang diperoleh dari bahasa Yunani deitikos.
Deiksis memiliki fungsi, yaitu sebagai penunjuk dalam sebuah
konteks tertentu. Dengan kata lain, bahasa pasti memiliki sebuah
10

deiksis yang berguna untuk merujuk sesuatu, baik itu orang, barang,
atau keadaan sosial yang terjadi di masyarakat (Aditia et al., 2022).
Deiksis ialah ungkapan yang terikat dengan konteksnya. Sebuah
bentuk bahasa bisa dikatakan deiksis apabila acuan/rujukan/referen
berpindah-pindah atau berganti-ganti pada siapa yang menjadi
pembicara dan bergantung pula pada saat dan tempat dituturkannya
kata itu (Effendi, 2020). Sejalan dengan itu, (Nafisah et al., 2020)
mendefinisikan deiksis sebagai kata acuan dari beberapa aspek pada
konteks tuturan yang memiliki makna penting. (Aditia et al., 2022;
Rosnaningsih, 2021) menambahkan bahwa deiksis menjadi salah satu
dari fenomena pragmatik yang membicarakan kaidah-kaidah
penunjukan, baik yang menunjukan waktu, tempat, orang, masyarakat
yang penentunya adalah konteks.
Deiksis dapat menimbulkan keteraturan dan keefektifan dalam
berbahasa. Oleh karena itu, makna yang ingin disampaikan menjadi
jelas, tidak rancu serta tidak menyebabkan salah paham atau
kekeliruan pada pembacanya (Rosnaningsih, 2021).
Fungsi deiksis merujuk kepada fungsi bahasa secara umum.
Fungsi bahasa tersebut meliputi fungsi konatif, ekspresif, puitik, fatis,
dan referensial (Febriyanto et al., 2022). Fungsi ekspresif merupakan
fungsi deiksis yang berkaitan dengan pribadi pembicara. Fungsi
konatif merupakan fungsi deiksis yang difokuskan pada mitra bicara
dan bertujuan memengaruhi mitra bicara untuk melakukan sesuatu.
Fungsi referensial merupakan fungsi deiksis yang merujuk kepada
sesuatu di luar pembicaraan antara penutur dan mitra tutur. Fungsi
fatis digunakan untuk memelihara kontak antara penutur dan mitra
tutur (Febriyanto et al., 2022).
3.2 Jenis-Jenis Deiksis
11

Deiksis terbagi atas lima jenis yang meliputi deiksis orang,


deiksis waktu, deiksis tempat, deiksis wacana, deiksis sosial (Aci,
2019; Aditia et al., 2022). Adapun menurut (Mutiadi & Respati,
2019) deiksis dibagi menjadi enam jenis yaitu deiksis persona, deiksis
tempat, deiksis waktu, deiksis penunjuk, deiksis wacana, dan deiksis
sosial. Sementara (Wirawati & Solikhah, 2021) menyebutkan bahwa
membagi deiksis menjadi tiga jenis, yaitu deiksis persona, deiksis
tempat dan deiksis waktu. Dari uraian di atas didukung pula konsep
Levinson dalam bukunya yang berjudul Pragmatics tentang deiksis.
Levinson menyatakan bahwa hubungan antara bahasa dan konteks
tercermin dalam struktur bahasa itu sendiri. Levinson membagi
deiksis menjadi 5 jenis.
a) Deiksis Persona
Deiksis orang yakni deiksis yang mempunyai rujukan menurut
peran peserta dalam peristiwa bahasa saat ujaran tersebut
diucapkan. Deiksis orang terdiri dari 3 kategori, yaitu (Setyawan
et al., 2022):
Kategori orang pertama, yakni pemberian bentuk rujukan penutur
kepada dirinya atau kelompok yang melibatkan dirinya. Contoh:
Kata ganti tunggal: I, me, myself, my, mine.
Kata ganti jamak: we, us, ourselves, our, ours.
Kategori orang kedua, yakni pemberian bentuk rujukan penutur
kepada seseorang atau lebih yang melibatkan diri. misalnya: you,
your, yours.
Kategori orang ketiga, yakni pemberian bentuk rujukan kepada
orang yang bukan pembicara atau pendengar ujaran itu. Misalnya:
she, he, it, his, her, him, they, them etc.
Contoh deiksis persona pertama dalam webseries Imperfect 2
Episode 1-3:
12

Prita: Ndah lu ngapa Ndah?


Endah: Maafkan Emprit, tadi saya teh baru saja mau mengambil
air.
Kutipan di atas membuktikan bahwa terdapat deiksis persona
pertama tunggal dalam webseries Imperfect 2 berupa kata saya.
Kata saya pada kutipan tersebut digunakan dalam situasi sehari-
hari sebab tokoh Endah berasal dari Sunda.
b) Deiksis Waktu
Levinson mengatakan bahwa deiksis waktu ialah dasar sistem
pada perhitungan dan pengukuran waktu dalam kebanyakan
bahasa kelihatan merupakan siklus alami dan penting seperti siang
dan malam, bulan, musim dan tahun (Setyawan et al., 2022).
Deiksis waktu terdiri dari adverbia waktu dalam urutan. "...
yesterday ... now ... tomorrow..." Kata-kata lain yang tergolong
deiksis waktu adalah then, last, next, will, this month, years etc.
Berdasarkan kajian yang dilakukan (Febriyanto et al., 2022)
ditemukan tiga jenis deiksis waktu, yaitu deiksis waktu lampau,
deiksis waktu sekarang, dan deiksis waktu mendatang.
Contoh deiksis waktu dalam webseries Imperfect 2 Episode 1-3:
Maria: Kau bikin apa di kost-an?
Bima: Saya tadi habis dari kamar sih Mar.
Kutipan di atas membuktikan bahwa terdapat deiksis waktu
dalam webseries Imperfect 2 berupa kata tadi. Kata tadi pada
kutipan tersebut merujuk pada kegiatan yang telah dilakukan oleh
tokoh Bima.
c) Deiksis Tempat
Deiksis tempat berkaitan dengan konsep jarak. Referensi jarak
inilah yang menjadi acuan atau referensi yang disebutkan oleh
penutur sehingga jarak yang dimaksudkan mengacu pada posisi
13

atau tempat penutur (Setyawan et al., 2022). Misalnya ini, itu, di


sana, di sini
Menurut Levinson deiksis tempat atau deiksis spasial berfokus
pada spesifikasi lokasi untuk mendapatkan titik yang tepat dari
kejadian atau tempat yang dimaksud dalam sebuah pidato
(Setyawan et al., 2022). Contohnya: here (proximal) there (distal)
,where (and the archaic hither, hence, thither, thence, wither,
whence), left, right, up, down, above, below, in front, behind,
come go, bring, and take.
Contoh deiksis tempat dalam webseries Imperfect 2 Episode 1-3:
Kalau cuci motor di sini motor gue masih bersih Mar.
Kutipan di atas membuktikan bahwa terdapat deiksis tempat
dalam webseries Imperfect 2 berupa kata di sini. Kata di sini pada
kutipan tersebut menyatakan bentuk deiksis yang dekat dengan
penutur. Adit mengatakan bahwa di sini mengacu pada tempat,
konteks yang dibicarakan dekat dengannya.
d) Deiksis Wacana
Deiksis wacana merupakan deiksis yang berkaitan dengan
penggunaan unsur-unsur kebahasaan yang mengacu kepada
bagianbagian tertentu dalam satu ujaran yang sama, baik dalam
wacana lisan maupun tulis (Febriyanto et al., 2022). Deiksis
wacana terbagi atas dua jenis, yaitu deiksis anafora dan deiksis
katafora. Deiksis anafora berarti perujukan kembali kepada
sesuatu yang telah disebutkan dalam kalimat atau wacana,
sedangkan deiksis katafora merupakan perujukan kepada sesuatu
yang disebutkan di belakang (Febriyanto et al., 2022).
Contoh deiksis wacana katafora dalam webseries Imperfect 2
Episode 1-3:
Duh pak, ini akun tiket sama email Riska nggak bisa dibuka.
14

Kutipan di atas membuktikan bahwa terdapat deiksis wacana


katafora dalam webseries Imperfect 2 berupa kata ini. Kata ini
pada kutipan tersebut menyatakan bentuk deiksis wacana katafora
sebab perujukan disebutkan di belakang yaitu akun tiket sama
email Riska.
e) Deiksis Sosial
Deiksis sosial yakni deiksis yang mempunyai rujukan menurut
perbedaan sosial yang merujuk pada peran peserta, khususnya
aspek-aspek hubungan sosial antara pembicara dan pendengar atau
pembicara dengan beberapa rujukan. Misalnya: your majesty, your
highness, our (Setyawan et al., 2022).
Deiksis sosial merujuk kepada kata-kata deiksis yang
menggambarkan adanya strata sosial dalam peristiwa tutur.
Deiksis sosial muncul karena adanya kontak bahasa etnis di
Indonesia (Febriyanto et al., 2022).
Contoh deiksis sosial dalam webseries Imperfect 2 Episode 1-3:
Prita: Makanya kalau bikin password itu yang susah jangan pakai
tanggal lahir.
Riska: Lu kenapa sih kak, nggak mau banget gue kuliah di Jogja.
Kutipan di atas membuktikan bahwa terdapat deiksis sosial
dalam webseries Imperfect 2 berupa kata kak. Kata kak pada
kutipan tersebut menyatakan penutur (Riska) mempunyai usia
yang lebih muda dari lawan tuturnya (Prita).
4. Webseries
Webseries telah ada sejak lama. Sejarah webseries di dunia yang
dijelaskan dalam (Tamitiadini & Lutfianto, 2019) menjelaskan bahwa
webseries pertama kali diproduksi oleh Bullseye Art pada tahun 1995
dengan materi serial animasi pendek. Dengan beberapa judul yang cukup
populer adalah Miss Muffy and the Muf Mob dan Space Dog. Dan untuk
15

brand yang mengeluarkan webseries pertama kali adalah Microsoft


dengan judul “weird TV 2000”. Di tahun 2003 hingga 2006. Beberapa
seri dari webseries mencapai popularitasnya. Hal ini ditandai dengan
Perusahaan produksi Rooster Teeth yang memproduksi video Red Vs
Blue yang sudah mencapai lebih dari 100 juta penonton yang ditayangkan
di YouTube.
Menurut (Tamitiadini & Lutfianto, 2019) di Indonesia, webseries
mulai terekspos di tahun 2012 saat Dennis Adhiswara, Bonni Rambatan,
dan Camelia Jonathan mendirikan komunitas webseries Indonesia.
(Tamitiadini & Lutfianto, 2019) mengatakan bahwa webseries di
Indonesia hadir karena adanya dorongan dari para content creator untuk
membuat video dan mengunggahnya di YouTube melalui saluran atau
channel pribadi. Munculnya webseries ke tengah-tengah masyarakat
menunjukkan adanya indikasi bahwa webseries hadir sebagai media
alternatif menonton tayangan yang ada di televisi.
Webseries suatu format sinema berseri yang diciptakan untuk
ditampilkan dalam teknologi TV berbasis web atau yang biasa disebut
webisode. Genre yang diangkat tidak jauh berbeda dengan seri televisi
seperti roman (percintaan), komedi, thriller, horor, dan sebagainya
(Setiyaningsih & Rahmawati, 2022). Dalam sebuah webseries
ditampilkan dialog percakapan antartokoh yang dapat dinikmati oleh
penonton. Webseries tidak hanya berperan sebagai media hiburan, namun
juga media penyampaian pesan dari penulis skenario kepada para
penonton. Banyak pelajaran dan nilai moral yang dapat kita ambil dari
sebuah tayangan webseries. Pesan-pesan yang diekspresikan tokoh
melalui sebuah tuturan akan membawa emosi penonton sehingga mereka
terhanyut dalam alur cerita.
Webseries Imperfect 2 Episode 1-3 yakni mini seri yang diperankan
oleh Kiky Saputri, Aci Resti, Zsa Zsa Utari, dan Neneng Wulandari serta
16

disutradarai oleh Naya Anindita. Mini seri garapan sutradara ini


merupakan serial web drama-komedi Indonesia. Mini seri yang jumlah
episodenya sebanyak 16 episode ini, dapat disaksikan melalui WeTV dan
Iflix. Episode pertama dimulai pada tanggal 30 November 2022 dan
episode terakhir ditayangkan pada tanggal 12 Januari 2023. Setiap
episodenya berdurasi sekitar 30 hingga 40 menit. Webseries ini
ditayangkan setiap hari Rabu-Kamis pukul 18.00 WIB. Webseries ini
berkisah tentang empat perempuan (geng kost-an) yang berasal dari
daerah masing-masing dan melanjutkan perjuangan mereka di ibu kota.
Melalui logat bicara mereka masing-masing menambah keanekaragaman
dan kekhasan webseries ini.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang revelan sangat dibutuhkan ketika akan melakukan
penelitian sebab dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh
peneliti lain. Penelitian lain yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan yaitu sebagai berikut.
Penelitian (Ayudia et al., 2021) menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode deskriptif analisis. Hasil dalam penelitian tersebut ditemukan
sebanyak 606 buah deiksis dengan rincian 571 data deiksis persona, 8 data
deiksis waktu, 16 data deiksis tempat, 6 data deiksis sosial, dan 5 data deiksis
wacana,
Pada penelitian (Imelda, 2020) menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian ini, jenis deiksis yang ditemukan meliputi deiksis
persona, deiksis tempat, deiksis waktu, dan deiksis wacana. Bentuk deiksis
persona yang digunakan yaitu persona pertama tunggal berupa saya, aku,
persona pertama jamak berupa kami, kita. Persona kedua berupa kamu,
persona ketiga tunggal berupa dia, persona ketiga jamak berupa mereka.
Bentuk deiksis tempat yang digunakan yakni di sana, di sini, ke sana. Bentuk
17

deiksis waktu yang digunakan yakni lusa, kemarin, tadi, nanti, esok. Deiksis
wacana menggunakan kata itu dan ini yang mengacu pada bagian-bagian
tertentu dalam wacana (anafora atau katafora). Kemudian, dalam penelitian
tersebut memiliki empat fungsi deiksis yaitu fungsi referensial, fungsi emotif,
fungsi konatif, fungsi fatis.
Pada penelitian (Arnoi & Ashadi, 2021) menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Hasil dalam penelitian tersebut that temporal deixis is the most
frequent words found (31 deictic words or 38%), personal deixis appears
with 27 deictic words (33%), discourse deixis (12 deictic words or 15%),
social deixis (6 deictic words or 8%), and spatial deixis (5 deictic words or
7%) consecutively.
Perbedaan dari penelitian-penelitian di atas yaitu pada sumber data. Pada
penelitian (Ayudia et al., 2021) menggunakan sumber data film Guru-Guru
Gokil. Kemudian pada penelitian (Imelda, 2020) menggunakan sumber data
novel Halimun Seberkas Cahaya di Tanah Dayak Karya Rina Tri Handayani.
Sedangkan, pada penelitian (Arnoi & Ashadi, 2021) menggunakan sumber
data Ardhito Pramono’s songs atau lagu Ardhito Pramono.
18

C. Kerangka Pikir

Webseries

Deiksis Tindak Tutur


Ilokusi

Teori Levinson: Asertif, direktif,


deiksis persona, komisif,
waktu, tempat, ekspresif, dan
wacana, sosial deklaratif

Penggunaan deiksis

Memperjelas makna
tindak tutur ilokusi
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan analisis
tinjauan pragmatik. Penelitian ini akan membahas mengenai penggunaan
bentuk deiksis dapat memperjelas makna tuturan yang disampaikan oleh
penutur. Kalimat-kalimat dalam tuturan juga menjadi objek yang penting
dalam penelitian ini sebab sebagai salah satu bentuk produksi makna dalam
merepresentasikan sesuatu.
B. Data dan Sumber Data
1. Data
Data suatu masalah yang akan dipecahkan melalui sebuah penelitian
yang nantinya akan muncul hasil dari pemecahan masalah tersebut. Data
dapat disebut objek penelitian yang dijadikan fokus penelitian (Hayati et
al., 2019). Fokus penelitian ini berupa kalimat-kalimat tuturan. Data dari
penelitian ini ialah kalimat-kalimat tuturan dalam webseries Imperfect 2
Episode 1-3 yang mengandung deiksis.
2. Sumber Data
Sumber data utama yang digunakan sebagai objek dari penelitian ini
berupa dialog antar tokoh dalam webseries Imperfect 2 Episode 1-3.
Sumber data dapat dikatakan sebagai sarana untuk mendapatkan data-data
yang berguna untuk diteliti. Sumber data berisikan masalah yang nantinya
akan dipecahkan. Adapun sumber data sekunder berupa buku-buku,
jurnal, dan artikel yang mengandung teori pragmatik (deiksis). Sumber
data sekunder dapat dikatakan sumber data penunjang lainnya (Aisyah et
al., 2022).
C. Teknik Pengumpulan Data

19
20

Penelitian ini dilakukan studi mendalam terhadap objek penelitian guna


mendapatkan data tentang objek yang dianalisis. Dalam penelitian ini
digunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan catat. Teknik simak
bebas libat cakap, peneliti hanya menjadi subyek dan cukup mengamati
penggunan bahasa oleh para penutur (Frandika & Idawati, 2020; Stambo &
Ramadhan, 2019).
Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.
a. Menyimak dialog-dialog antar tokoh webseries Imperfect 2 Episode 1-3.
b. Menentukan jenis-jenis deiksis melalui kalimat-kalimat tuturan antar
tokoh dalam webseries Imperfect 2 Episode 1-3.
c. Mengumpulkan kata atau kalimat tersebut ke dalam jenis-jenis deiksis,
yaitu deiksis persona, deiksis spasial, deiksis temporal, deiksis wacana,
dan deiksis sosial.
d. Mencatat kalimat yang sudah dikumpulkan tersebut ke dalam jenis-jenis
deiksis, yaitu deiksis persona, deiksis spasial, deiksis temporal, deiksis
wacana, dan deiksis sosial.

Deiksis Jumlah Nomor data


Penggunaan Deiksis
Deiksis Persona
Deiksis Waktu
Deiksis Tempat
Deiksis Wacana
Deiksis Sosial
Penggunaan Deiksis mampu Memperjelas Makna Tindak Tutur Ilokusi
Tindak Tutur Ilokusi Asertif
Tindak Tutur Ilokusi Direktif
Tindak Tutur Ilokusi Komisif
21

Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif


Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif
Total
Tabel 1. Penggunaan deiksis mampu memperjelas makna tindak tutur ilokusi
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan semua
penggunaan deiksis. Kemudian deiksis tersebut dikasifikasikan sesuai dengan
tindak tutur ilokusi. Data-data yang telah diperoleh tersebut lalu dianalisis
dengan teknik analisis data, yakni dengan menggunakan metode agih. Dalam
metode agih, data yang dianalisis penentunya bagian dari bahasa itu sendiri
(Utomo et al., 2019).
BAB IV
RANCANGAN HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

Rancangan hasil dan diskusi dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai
berikut.
1. Deiksis Persona
Bentuk deiksis yang ditemukan dalam webseries Imperfect 2 Episode 1-3
deiksis pertama tunggal. Bentuk deiksis pertama tunggal meliputi aku, saya,
gue. Bentuk deiksis persona pertama tunggal terdapat pada kutipan berikut.
(1) Prita: Mar, semalem lo begadang ya? Gue kencing tengah malem, masih
kebangun lo.
Maria: Tidak, itu bukan saya.
Kutipan di atas membuktikan bahwa terdapat deiksis persona pertama
tunggal dalam webseries Imperfect 2 berupa kata gue dan saya. Kata gue dan
saya pada kutipan tersebut digunakan dalam situasi sehari-hari sebab tokoh
Prita berasal dari Jakarta dan tokoh Maria berasal dari Papua.
2. Deiksis Persona mampu Memperjelas Tindak Tutur Ilokusi
Bentuk memperjelas tindak tutur ilokusi asertif melalui penggunaan
deiksis persona ditemukan dalam webseries Imperfect 2 Episode 1-3. Bentuk
tindak tutur ilokusi melalui penggunaan deiksis persona terdapat pada kutipan
berikut.
(2) Prita, jangan begitu. Dia paksa-paksa saya.
Kutipan di atas membuktikan bahwa tindak tutur ilokusi asertif
mempunyai maksud dan makna tuturan. Penutur menegaskan dan
menyatakan bahwa dia yang memaksa penutur tersebut. Kemudian tuturan
ilokusi tersebut diperjelas melalui penggunaan deiksis persona yaitu dia dan
saya.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Aci, A. (2019). Analisis deiksis pada novel sang pemimpi karya andrea hirata.
Jurnal Ilmiah Saravati, 1(1), 1–15.
Adhiguna, I. M. P., Susrawan, I. N. A., & Erawan, D. G. B. (2019). Analisis
tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi dalam proses pembelajaran bahasa
indonesia di kelas xi mipa 7 sma n 7 denpasar tahun pelajaran 2018/2019.
Jurnal Bakti Saraswati, 08(02), 204–211.
Aditia, R., Ramadhanil Qudsi, Z., & Asep, P. Y. U. (2022). Penggunaan ragam
deiksis pada naskah drama yang berjudul “legenda keong mas". Tabasa:
Jurnal Bahasa Sastra Indonesia Dan Pengajarannya, 3(1), 58–71.
https://ejournal.uinsaid.ac.id/index.php/tabasa
Agung, E. N. K., Wijayawati, D., & Pujihastuti, E. (2021). Deiksis dalam pidato
pembina upacara di sd negeri sidorejo sebagai bahan ajar materi pidato kelas
ix (kajian pragmatik). Prawara: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 2(1), 24–31. https://doi.org/10.20884/1.jpbsi.2021.2.1.4315
Aisyah, F., Suparmin, & Wicaksana, M. F. (2022). Religiositas tokoh utama
dalam novel merindu cahaya de asmtel karya arumi e. dan implikasinya.
Jurnal Membaca Bahasa Dan Sastra Indoneisa, 7(2), 165–174.
Anjani, N., & Amral, S. (2021). Deiksis waktu dalam novel si anak badai karya
tere liye. Aksara: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia,
5(2), 247–255.
Arnoi, K. N., & Ashadi. (2021). The analysis of deixis on ardhito pramono’s
songs (analisis deiksis pada lagu ardhito pramono). Kandai, 17(2), 204–216.
https://doi.org/10.26499/jk.v17i2.3202
Ayudia, A. M., Ramadhani, L., & Lubis, R. W. (2021). Deiksis dalam film guru-
guru gokil: analisis pragmatik. Linguistik: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 6(1),
20–34.
Dulang, A. (2022). Makna tuturan ritual doang koa pada kelompok etnik kedang
di kecamatan buyasuri kabupaten lembata. Jurnal Lazuardi, 5(1), 56–69.
Effendi, D. I. (2020). Analisis deiksis ruang pada dosen fkip universitas samudra
dalam perspektif komunikasi antarbudaya. Komunikologi Jurnal
Pengembangan Ilmu Komunikasi Dan Sosial, 4(1), 1–9.
Febriyanto, D., Widodo, M., & Rahayu, E. P. (2022). Penggunaan deiksis dalam
kisah negeri lain karya kahlil gibran. Suar Betang, 17(1), 13–23.
Fitriya, N. I., Rahmawati, N., & Arifin, A. S. (2021). Tindak tutur ilokusi pada
novel zainy barakat karya gamal al ghitani (kajian pragmatik). Journal of
Arabic Learning and Teaching, 10(2), 89–95.
Frandika, E., & Idawati. (2020). Tindak tutur ilokusi dalam film pendek “tilik
(2018).” Pena Literasi, 1(14), 62–69.
Hayati, S. N., Sugiyanto, Y., & Kusumaningsih, D. (2019). konjungsi dalam
mugimantep struktur teks laporan hasil observasi kurikulum 2013. Klitika:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(1), 11–23.
24

Imelda, R. (2020). Deiksis dalam novel halimun seberkas cahaya di tanah dayak
karya rina tri handayani. Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, Dan Budaya, 4(4),
634–641.
Indrayanti, N., Haryadi, & Baehaqie, I. (2019). Tindak tutur ilokusi dalam wacana
naskah drama deleilah tak ingin pulang dari pesta karya puthut e.a. Jurnal
Sastra Indonesia, 8(1), 62–67.
Maemunah, S., & Akbar, V. K. (2021). Analisis deiksis dalam kumpulan cerpen
senja, hujan, dan cerita yang telah usai karya boy candra. Jurnal
Metamorfosa, 9(2), 270–284.
Magfira, & Syam, A. (2021). Penggunaan deiksis tempat dan waktu dalam novel
serendipity karya erisca febriani. Senarai Bastra, 1(April), 11–20.
Manganggung, F., Iroth, S., & Monoarfa, S. (2022). Makna tuturan dalam tradisi
tulude masyarakat sangihe dan implikasinya bagi pembentukan karakter
siswa. Kompetensi: Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Seni, 2(9), 1638–1646.
Musthofa, D., & Utomo, A. P. Y. (2021). Kesantunan berbahasa indonesia dalam
tindak tutur ilokusi pada acara rosi (corona, media, dan kepanikan publik).
Metamorfosis: Jurnal Bahasa, Sastra Indonesia, Dan Pengajarannya, 14(1),
28–36.
Mutiadi, A. D., & Respati, D. A. (2019). Deiksis dalam novel “rahwana” karya
anand neelakantan. Fon: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia,
14(1), 28–32.
Nafisah, D., Muliastuti, L., & Nuruddin. (2020). Deiksis persona dalam buku ajar
bipa sahabatku indonesia tingkat b2. Indonesian Language Education and
Literature, 5(2), 160–170. https://doi.org/10.24235/ileal.v5i2.5336
Nomleni, M. A. (2020). Bentuk, fungsi, dan makna tuturan ritual kaus nono,
dalam perkawinan adat dawan. Lingko PBSI Jurnal Pendidikan Bahasa Dan
Sastra Indonesia, 2(1), 31–62.
Nuramila. (2019). Tindak tutur bahasa indonesia dalam unggahan media sosial
instagram @liputan6 (kajian pragmatik). Jurnal Universitas Negeri
Makassar, 1(1), 1–15.
Nurleli, D. Y., & Rahmawati, L. E. (2020). Bentuk deiksis tempat dalam iklan
belanja online. Linguistik: Jurnal Bahasa Dan Sastra, 5(1), 41–48.
Padje, G. R. H. (2021). Makna tuturan ritual hapo ana pada masyarakat desa matei
kecamatan sabu tengah, kabupaten sabu raijua. Jurnal Pendidikan Bahasa
Dan Sastra Indonesia Universitas Flores, 2(2), 34–44.
Pradana, G. A. K. K., Adnyani, K. E. K., & Sadyana, I. W. (2022). Penggunaan
deiksis dalam anime koe no katachi karya yoshitoki oima. Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Sains Dan Humaniora, 6(2), 300–305.
https://doi.org/10.23887/jppsh.v6i2.43950
Rahayu, A. A., & Utari, R. (2022). Deiksis ruang dan waktu pada film stand by
me doraemon 2 karya takashi yamazaki. Silampari Bisa: Junal Penelitian
Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, Dan Asing, 5(2), 226–238.
Rasa, M. P. D. B., Andayani, & Ulya, C. (2019). Analisis tindak tutur ilokusi
25

dalam dialog naskah drama peace karya putu wijaya dan relevansinya dengan
materi ajar sastra di sekolah menengah atas. Basastra, 7(1), 27–42.
Rosnaningsih, A. (2021). Penggunaan deiksis pada novel my lecturer my husband
karya gitlicious. Lingua Rima: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 10(2), 85–94.
Safitri, A., Widiyono, Y., & Rochimansyah. (2021). Deiksis dalam novel sumi
karya tiwiek sa serta relevansinya sebagai bahan ajar pembelajaran bahasa
jawa di sma. Piwulang: Jurnal Pendidikan Bahasa Jawa, 9(2), 147–156.
https://doi.org/10.15294/piwulang.v9i2.49827
Safitri, R. D., Mulyani, M., & Farikah. (2021). Teori tindak tutur dalam studi
pragmatik. Jurnal Kabastra, 1(1), 59–67.
Saifudin, A. (2019). Teori tindak tutur dalam studi linguistik pragmatik. LITE:
Jurnal Bahasa, Sastra Dan Budaya, 15(1–16).
Santiung, W. (2019). Kesantunan berbahasa dalam tuturan novel personifikasi
sastra dan filsafat. Klasikal: Journal of Education, Language Teaching and
Science, 1(3), 1–11.
Sasmaya, F. D. D. D., Suyitno, I., & Sunoto. (2019). Fungsi tuturan motivatif guru
dalam pembelajaran di SMA. Jurnal Pendidikan, 4(1), 13–22.
Setiyaningsih, M., & Rahmawati, L. E. (2022). Relevansi tuturan ekspresif
webseries “sore: istri dari masa depan” terhadap pembelajaran bahasa
indonesia di sma. Deiksis, 14(3), 274–290.
https://doi.org/10.30998/deiksis.v14i3.12363
Setyawan, E., Suryanto, E., & Ridho W. S, D. (2022). Analisis deiksis dalam
cerpen “jangan tanyakan tentang mereka yang memotong lidahku” karya
faisal oddang. Briliant: Jurnal Riset Dan Konseptual, 7(1), 64–78.
https://doi.org/10.28926/briliant.v7i1.724
Stambo, R., & Ramadhan, S. (2019). Tindak tutur ilokusi pendakwah dalam
program damai indonesiaku di tv one. Basindo, 3(2), 250–260.
Tamitiadini, D., & Lutfianto, D. (2019). Representasi brand identity dalam
webseries sebagai alternatif media periklanan. Jurnal Semiotika, 13(1), 22–
42.
Tonapa, Y., Anwar, M., & R, M. (2018). Analisis kesalahan penggunaan deiksis
dalam karangan sederhana bahasa jerman. Jurnal Pendidikan Bahasa Asing
Dan Sastra, 2(1), 55–62.
Utomo, A. P. Y., Haryadi, Fahmy, Z., & Indramayu, A. (2019). Kesalahan bahasa
pada manuskrip artikel mahasiswa di jurnal sastra indonesia. Jurnal Sastra
Indonesia, 8(3), 234–241.
Wirawati, D., & Solikhah, I. Z. (2021). Deiksis pada slogan dalam instagram
@kominfomagelang dan kaitannya dengan bahan ajar teks slogan. Semantik,
10(2), 163–176. https://doi.org/10.22460/semantik.v10i2.163-176
Wote, O. S., Iroth, S., & Polii, I. J. (2022). Makna tuturan tradsi mane’e analisis
kearifan lokal bagi masyarakat kepulauan talaud. Kompetensi: Jurnal Ilmiah
Bahasa Dan Seni, 2(6), 1428–1436.
26

Yasinta, F. N., Wahyuni, T., & Kusumaningsih, D. (2019). Ilokusi dan oedipus
kompleks dalam novel wanita titisan surga karya yunisa priono. Klitika:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(1), 24–34.
27

JURNAL TARGET
Jurnal Sinta 3
1. Jurnal Diksa
2. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (JP-BSI)
3. Jurnal Dialektika

Anda mungkin juga menyukai