Oleh :
Sri Khusnul Khatimah
(311421097)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, hidayah, dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ini. Proposal ini disusun sebagai bagian
dari upaya kami untuk mengembangkan dan memperkuat penggunaan tindak tutur dalam Bahasa
Kaidipang di Desa Buroko.
Desa Buroko merupakan sebuah desa yang kaya akan kebudayaan dan warisan budaya
yang unik. Salah satu aspek yang memperkaya kebudayaan Desa Buroko adalah Bahasa
Kaidipang, bahasa lokal yang digunakan oleh masyarakat setempat. Namun, dalam beberapa tahun
terakhir, penggunaan Bahasa Kaidipang telah mengalami penurunan yang signifikan akibat
pengaruh bahasa-bahasa luar dan perubahan pola komunikasi masyarakat.
Penulis ucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Supriyadi, M.Pd selaku dosen
pengampuh mata kuliah Metodologi Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia, kepada bapak Prof.
Dr. Karmin Baruadi M.Hum dan bapak Dr. Muslimin S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing
kegiatan kuliah lapangan. Kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada
semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan proposal ini.
Terima kasih kepada masyarakat Desa Buroko yang telah berbagi pengetahuan dan pengalaman
mereka. Terima kasih juga kepada tim peneliti yang telah bekerja keras untuk mengumpulkan dan
menganalisis data.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan yang terdapat didalamya.
Penulis hanyalah manusia biasa yang jauh dari kata sempurna karena sesungguhnya kesempurnaan
hanya milik Allah SWT. Penulis juga sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca
untuk menjadi bahan pertimbangan perbaikan proposal.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting keberadaannya. Setiap manusia tentunya
membutuhkan alat komunikasi yang berupa bahasa guna sebagai interaksi dan alat bertutur dalam
kehidupan bermasyarakat. Kehadiran bahasa ditengah-tengah masyarakat sangat berguna sebagai
alat penghubung antar anggota masyarakat. Hal ini sejalan dengan dengan pendapat Badudu
(dalam Nurbiana, 2005:8) menjelaskan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau alat
komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan
pikiran, perasaan, dan keinginannya.
Bahasa sebagai sistem lambang bunyi yang bersifat arbirter (manasuka) digunakan dalam
masyarakat dalam rangka untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Berbahasa berarti menggunakan bahasa berdasarkan pengetahuan tentang adat atau sopan santun.
Bahasa merupakan suatu sistem simbol lisan yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat
bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama, berlandaskan pada budaya yang
mereka miliki bersama (Dardjowidjojo, 2005:16).
Bahasa merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Bahasa tidak
hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan identitas dan budaya suatu komunitas.
Di Indonesia, terdapat beragam bahasa daerah yang menjadi bagian dari kekayaan budaya negara
ini. Salah satu bahasa daerah yang memiliki nilai historis dan kultural adalah Bahasa Kaidipang
yang digunakan oleh masyarakat Desa Buroko.
Desa Buroko merupakan sebuah desa yang terletak di daerah pedesaan yang kaya akan
tradisi dan kearifan lokal. Bahasa Kaidipang telah digunakan secara turun temurun oleh penduduk
desa ini sebagai alat komunikasi sehari-hari. Namun, dengan perkembangan zaman dan adanya
dominasi Bahasa Indonesia, penggunaan Bahasa Kaidipang di masyarakat mulai tergeser dan
terancam punah.
1
Untuk menjaga keberlangsungan Bahasa Kaidipang dan melestarikan warisan budaya Desa
Buroko, diperlukan upaya yang sistematis dan terarah. Penggunaan tindak tutur dalam Bahasa
Kaidipang menjadi salah satu langkah penting dalam mempertahankan keberadaan bahasa ini serta
menghidupkan kembali identitas budaya lokal.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada seluruh pihak-pihak tertentu sebagai
berikut.
2
Penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa agar bisa dijadikan sebagai bahan referensi
ketika melakukan penelitian yang sama.
c. Manfaat bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan mempeluas wawasan tentang ilmu
penggunaan bahasa pada pelajaran sosiolinguistik sehingga sudah ada bekal untuk
kedepannya.
d. Manfaat bagi Pembaca
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan para pembaca mengenai pengaruh bahasa
Indonesia terhadap penggunaan bahasa Kaidipang pada masyarakat di Desa Boroko.
1.5. Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk memudahkan para pembaca dalam memahami istilah
yang ada pada penelitian. Istilah yang didefinisikan adalah sebagai berikut.
a. Penggunaan tindak tutur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tuturan yang
mengandung maksud atau paksaan ilokusi dan mempengaruhi lawan bicara atau
pendengarnya. Tindak tutur dapat berupa bunyi, kata, frasa, kalimat, atau tuturan yang
mempunyai maksud tertentu dan mempengaruhi pendengarnya.
b. Bahasa Kaidipang merupakan bahasa daerah dari masyarakat Kaidipang itu sendiri
termasuk di Desa Boroko yang sudah dilakukan penelitian.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sebelum dirumuskannya penelitian ini, tentunya sudah ditelusuri secara mendalam tentang
tindak tutur. Namun, yang menjadi perbedaan adalah dari segi objek yang diteliti dan teori yang
digunakan. Penelitian yang relavan sebelumnya yang mengkaji tentang tindak tutur pernah
dilakukan oleh: Rominar Shiotang dengan judul penelitian “Aneka Tindak Tutur Interaksi Sosial
di Pasar Tradisional Aksara Medan” Tujuan penelitian ini merupakan mendeksripsikan tindak
tutur interaksi sosial di Pasar Tradisional Aksara Medan, mendeskripsikan aneka tindak tutur yang
terjadi dalam interaksi sosial di Pasar Tradisional Aksara Medan, Mendeskripsikan dan
menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak tutur interaksi sosial di Pasar
Tradisional Aksara Medan. Metode yang digunakan dalam penlitian ini adalah metode deskriptif
dan pendekatan kualitatif. Data dalam penelitian ini tindak tutur yang diperoleh dari peristiwa tutur
pedagang dan pembeli yang melakukan interaksi jual beli di Pasar Aksara Tradisional Medan. Alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah manusia, alat rekam dan buku catatan. Tindak tutur
yang dipakai dalam interaksi sosial di pasar tradisional Aksara Medan yaitu tindak lokusi dan tidak
perlokusi. Tindak tutur yang paling dominan yang terdapat dalam interaksi sosial di pasar Aksara
Medan adalah tindak tutur direktif. Terdapat dalam interaksi sosial di pasar Aksara Medan. Ada 8
pola pasangan berdampingan/bersesuaian.
Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa tindak tutur adalah segala tindak
yang dilakukan seseorang dalam berbicara. Richard (1995) mengemukakan bahwa tindak tutur
(dalam arti yang sempit sekarang) adalah istilah minimal dari pemakaian situasi tutur/peristiwa
tutur/tindak tutur. Ketika kita berbicara, kita melakukan tindakan-tindakan seperti memberi
laporan, membuat pernyataan-pernyataan, mengajukan pertanyaan, memberi peringatan, memberi
janji, menyetujui, menyesal dan meminta maaf. Pada bagian lain ia juga mengemukakan bahwa
tindak tutur dapat diberikan sebagai sesuatu yang sebenarnya kita lakukan ketika berbicara. Ketika
kita terlihat dalam percakapan, kita melakukan beberapa tindakan seperti: melaporkan,
4
menyatakan, memperingatkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, mengkritik, meminta
dan lain-lain. Suatu tindak tutur dapat didefinisikan sebagai unit terkecil aktivitas berbicara yang
dapat dikatakan memiliki fungsi.
5
c. Directive (direktif): tindak tutur yang dimaksudkan agar pendengarnya melakukan suatu
tindakan. Seperti minta tolong, perintah, menantang, mengundang. Misalnya: Harap
Tenang.
d. Declaration (deklarasi): tindak tutur yang dapat mendatangkan atau mengubah suatu
keadaan. Seperti pembabtisan, pengukuhan, keputusan. Misalnya : Saudara kami nyatakan
lulus menjadi doctor.
e. Expressive (ekspresif): tindak tutur yang menunjukkan keadaan psikologis atau sikap
penuturnya. Seperti member salam,minta atau memberi maaf, ucapan selamat, ucapan bela
sungkawa, memberi pujian. Misalnya: Maaf, pak, saya terlambat (Searle (1981).
Tindak tutur merupakan salah satu bentuk bahasa yang memiliki fungsi yang penting bagi
manusia, terutama fungsi komunikatif. Menurut Tarigan (2015), tindak tutur memiliki beberapa
fungsi, antara lain yaitu:
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedekatan deskriptif kualitatif.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002:3) yang menyatakan “metodologi
kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif yang
menggunakan data lisan suatu bahasa memerlukan informan. Pendekatan ini memungkinkan
peneliti untuk memahami pengalaman dan makna yang terkandung dalam penggunaan Bahasa
Kaidipang di Desa Buroko dengan cara mendalam dan kontekstual. Dengan kata lain, penelitian
ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan.
Pendekatan kualitatif menurut Kriek dan Miller dalam buku Moleong menjelaskan bahwa
pendekatan kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang bergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasannya dan berhubungan dengan orang-orang tersebut
dalam bahasa dan peristilahannya.
Data dalam penelitian ini bersifat primer, artinya sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara maupun hasil observasi dari suatu
objek. Data penelitian berupa adanya wawancara yang terjadi dan yang tercipta antara komunikasi
orang di Desa Boroko.
7
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yakni ada lima teknik yang dikemukakan oleh
Sugiyono (2018 : 224) yaitu, teknik simak libat cakap, teknik observasi, teknik rekam, teknik catat,
dan teknik dokumentasi.
8
3.5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data dan memilih mana yang penting
serta mana yang perlu dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono,
2007: 333-345). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
yang digunakan peneliti sebagaimana yang dikemukakan Miles dan Hubberman (Sugiyono,
2007:204) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan langkah terakhir adalah
penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut.
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan penyerderhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan
dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang bermakna, sehingga memudahkan
penarikan kesimpulan.
b. Penyajian data
Penyajian data yang sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk naratif.
Penyajian penyajian data berupa sekumpulan informasi yang tersusun secara sistematis
dan mudah dipahami.
c. Kesimpulan dan Verifikasi Data
Menurut Sugiyono (2019), kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kemudian apabila kesimpulan
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan
dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang belum pernah ada
(Sugiyono, 2019).
9
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, Syukur Abd. (1993). Kajian tindak tutur. Surabaya: Usaha Nasional.
Arifiany, Nurinna dkk. (2016). Pemaknaan Tindak Tutur Direktif. Jurnal, Semarang: Universitas
Diponegoro
Tarigan, H.G. 2015. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Perkenalan Awal. Rineka Cipta.
Jakarta.
10