Anda di halaman 1dari 18

Interferensi dan Integrasi

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Sosiolinguistik

Dosen Pengampu

Dr. Abdurahman Adisaputera, M.Hum.

Yuliana Sari, M.Pd.

KELOMPOK 5

Maharani Br. Malau (2213111020)

Mutiara Okta Dame Saragih (2213311005)

Rizka Hidayah Nasution (2213111074)

Romayana Sinurat (2213111059)

PRODI S-1 PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas karunia Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah Sosiolinguistik,
dengan judul “Interferensi dan Integrasi”

Dalam penulisan makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai


sumber, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu Bapak Dr. Abdurahman Adisaputera, M.Hum. Dan Ibu Yuliana Sari,
M.Pd. karena telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga dapat
menambah pengetahuan sesuai dengan studi yang kami tekuni.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki, oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Medan, 20 September 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

JUDUL

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... . 1

A. Latar Belakang . .................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................... ................ 2
D. Manfaat .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. . 4

A. Pengertian Interferensi .......................................................................... 4


B. Pengertian Integrasi ............................................................................... 5
C. Jenis-Jenis Interferensi ............................................................................ 6
D. Jenis-Jenis Integrasi ............................................................................... 8
E. Faktor Penyebab Interferensi ................................................................. 10
F. Faktor Penyebab Integrasi ...................................................................... 13
G. Perbedaan Interferensi dan Integrasi ...................................................... 13

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 15

A. Simpulan ................................................................................................. 15
B. Saran ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Interferensi dan integrasi merupakan dua topik dalam
sosiolinguistik yang terjadi akibat adanya penggunaan dua bahasa atau
lebih dalam masyarakat tutur yang multilingual. Keduanya berkaitan erat
dengan masalah alih kode dan campur kode. Alih kode adalah peristiwa
penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh seorang penutur karena
adanya sebab-sebab tertentu dan dilakukan dengan sadar, sedangkan
campur kode adalah digunakannya unsur-unsur dari bahasa lain (berupa
kata atau frasa) dalam menggunakan suatu bahasa dengan tujuan tertentu.
Interferensi adalah penggunaan unsur atau ciri-ciri bahasa lain dalam suatu
bahasa. Namun interferensi berbeda dengan campur kode. Hal itu
disebabkan karena campur kode digunakan dengan tujuan tertentu,
sedangkan interferensi muncul dan digunakan sebagai akibat terbiasa
menggunakan bahasa pertama dan bukan untuk tujuan tertentu.
Interferensi juga dapat dibedakan dari bahasa apa yang paling dominan
digunakan dalam suatu tuturan. Apabila hanya berupa kata atau frasa
bahasa tertentu yang digunakan dalam bertutur disebut campur kode, tetapi
apabila unsur bahasa tertentu yang digunakan dalam bertutur sudah terlalu
besar mempengaruhi penggunaan bahasa disebut interferensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Interferensi?
2. Apa Pengertian Integrasi?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Interferensi?
4. Apa Saja Jenis-Jenis Integrasi?
5. Apa Faktor Penyebab Interferensi Dan Integrasi?
6. Apa Perbedaan Interferensi Dan Integrasi?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Interferensi.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Integrasi.
3. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Interferensi.
4. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Integrasi.
5. Untuk Mengetahui Faktor Penyebab Interferensi Dan Integrasi.
6. Untuk Mengetahui Perbedaan Interferensi Dan Integrasi.
D. Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas mata kuliah sosiolinguistik dan untuk menambah wawasan penulis
maupun pembaca mengenai interferensi dan integrasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Interferensi

Interferensi adalah kata serapan dari bahasa Inggris yaitu


interference Yang berarti gangguan, rintangan, dan percampuran.
Gangguan dalam hal ini dapat diartikan adanya hambatan dalam suatu
proses yang disebabkan adanya rintangan yang berupa pencampuran
sesuatu dalam suatu hal. Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh
seorang ahli linguistik yang bernama Weinreich. Istilah ini digunakan
untuk menyebutkan adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan
dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa
lain yang dilakukan oleh penutur bilingual (Chaer dan Agustina,
2010:120).

Sistem bahasa diartikan sebagai kaidah yang telah ditetapkan oleh


pakar bahasa yang meliputi berbagai cabang ilmu bahasa. Oleh sebab itu,
adanya persentuhan bahasa atau pencampuran bahasa dinilai dapat
mengubah sebuah sistem bahasa yang telah ditetapkan. Munculnya sebuah
perubahan sistem dalam pengertian yang dikemukakan oleh Wenreich ini
tentunya tidak lepas dari kemampuan penutur dalam menguasai dua
bahasa atau lebih. Dalam ilmu sosiolinguistik, kemampuan penutur
menguasai dua bahasa disebut bilingualisme atau kedwibahasaan.

Kridalaksana (2011:95) menjelaskan bahwa interferensi adalah


penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara
individual dalam suatu bahasa. Salah satu ciri yang paling menonjol dari
interferensi yaitu peminjaman kosakata dari bahasa lain. Hartman dan
Stork (dalam Alwasilah, 1993:131) menyatakan bahwa Interferensi adalah
kekeliruan yang disebabkan teerbawanya kebiasaan-kebiasaan ujaran
bahasa atau dialek ibu ke dalam bahasa atau dialek kedua.”

3
Melalui pernyataan ini dapat diketahui, Alwasilah menekankan
bahwa bahasa ibu (B1) sangat berpotensi mempengaruhi bahasa kedua
(B2), sedangkan bahasa kedua tidak memiliki potensi untuk
mempengaruhi bahasa ibu. Berbeda halnya dengan pendapat Alwasilah
yang menyatakan bahwa bahasa kedua tidak berpotensi mempengaruhi
bahasa pertama, Soewito (dalam Chaer dan Agustina, 2010: 126)
berpendapat bahwa interferensi bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa
Nusantara berlaku bolak-balik. Hal ini berarti bahwa unsur bahasa pertama
bisa memasuki bahasa Indonesia, dan bahasa Indonesia juga bisa
Memasuki unsur-unsur bahasa daerah.

Berdasarkan definisi interferensi dari beberapa ahli bahasa di atas,


maka dapat disimpulkan bahwa interferensi merupakan fenomena
kebahasaan yang melakukan pencampuran bahasa yang timbul akibat
adanya kemampuan Bilingualisme pada diri penutur. Interferensi dapat
berlangsung timbal balik antar bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua
(B2). Hal ini berarti, baik bahasa pertama maupun bahasa kedua dapat
saling mempengaruhi satu sama lain.

B. Pengertian Integrasi

Integrasi adalah masuknya unsur bahasa yang satu atau bahasa


sumber (B Sn) ke dalam bahasa sasaran (B Sa) karena kekurangan-
kekurangan yang dimiliki oleh B Sa. Dengan demikian sifatnya adalah
positif atau membangun, menyempurnakan bahasa serapan. Hal ini dapat
kita perhatikan banyaknya istilah atau leksikon yang dari bahasa daerah
dan asing ke dalam bahasa Indonesia kata yang masuk itu belum ada atau
masuknya istilah atau kata itu menghasilkan bentuk kembar yang menjadi
bahan alternative bagi pemakainya. Integrasi ini berkaitan erat dengan
masalah modernisasi bahasa.

Mackey melalui Chaer menjelaskan bahwa integrasi adalah unsur-


unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap

4
sudah menjadi warga bahasa tersebut. Integrasi adalah unsur-unsur bahasa
lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi
bagian dari bahasa tersebut, serta tidak dianggap sebagai unsur pinjaman
atau pungutan. Senada dengan itu, Jendra menyatakan bahwa dalam proses
integrasi unsur serapan itu telah disesuaikan dengan sistem atau kaidah
bahasa penyerapnya, sehingga tidak terasa lagi sifat keasingannya.

Dalam hal ini, jika suatu unsur serapan (interferensi) sudah


dicantumkan dalam kamus bahasa penerima, dapat dikatakan bahwa unsur
itu sudah terintegrasi. Jika unsur tersebut belum tercantum dalam kamus
bahasa penerima, berarti bahasa tersebut belum terintegrasi. Unsur
kosakata bahasa asing, dalam penerimaannya di dalam bahasa Indonesia
pada awalnya banyak dilakukan secara audial. Yaitu penutur Indonesia
mendengar butir- butir leksikal itu dituturkan oleh penutur aslinya, lalu
mencoba menggunakannya. Apa yang terdengar di telinga, itu pula yang
diucapkan lalu dituliskan.

C. Jenis-JenisInterferensi
1. Interferensi dalam bidang fonologi
Merupakan perubahan-perubahan morfem atau kata berdasarkan
ciri-ciri pembeda secara fonetis. Contoh : jika penutur bahasa Jawa
mengucapkan kata-kata berupa nama tempat yang berawal bunyi /b/,
/d/, /g/, dan /j/, misalnya pada kata Bandung, Deli, Gombong, dan
Jambi. Seringkali orang Jawa mengucapkannya dengan /mBandung/,
/nDeli/,/nJambi/, dan /nGgombong/.
2. Interferensi dalam bidang morfologi
Interferensi morfologi dipandang oleh para ahli bahasa sebagai
interferensi yang paling banyak terjadi.Interferensi ini terjadi dalam
pembentuka kata dengan menyerap afiks-afiks bahasa lain. Misalnya
kalau sering kali kita mendengar ada kata kepukul, ketabrak, kebesaran,
kekecilan, kemahalan, sungguhan, bubaran, duaan. Bentuk-bentuk
tersebut dikatakan sebagai bentuk interferensi karena bentuk-bentuk

5
tersebut sebenarnya ada bentuk yang benar, yaitu terpukul, tertabrak,
terlalu besar, terlalu kecil, terlalu mahal, kesungguhan, berpisah
(bubar), dan berdua.Berdasarkan data-data di atas jelas bahwa proses
pembentukan kata yang disebut interferensi morfologi tersebut
mempunyai bentuk dasar berupa kosa kata bahasa Indonesia dengan
afiks-afiks dari bahasa daerah atau bahasa asing.
3. Interferensi dalam bentuk kalimat
Interferensi dalam bidang ini jarang terjadi. Hal ini memang perlu
dihindari karena pola struktur merupakan ciri utama kemandirian
sesuatu bahasa. Misalnya : Rumahnya ayahnya Ali yang besar sendiri di
kampung itu, atau Makanan itu telah dimakan oleh saya, atau Hal itu
saya telah katakan kepadamu kemarin. Bentuk tersebut merupakan
bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan bentuk tersebut
yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Rumah ayah Ali yang besar di
kampung ini, Makanan itu telah saya makan, dan Hal itu telah saya
katakan kepadamu kemarin.Terjadinya penyimpangan tersebut
disebabkan karena ada padanan konteks dari bahasa donor, misalnya:
Omahe bapake Ali sing gedhe dhewe ing kampung iku, dan seterusnya
4. Interferensi Semantik
Berdasarkan bahasa resipien (penyerap) interferensi semantis dapat
dibedakan menjadi:
- Jika interferensi terjadi karena bahasa resipien menyerap konsep
kultural beserta namanya dari bahasa lain, yang disebut sebagai
perluasan (ekspansif). Contohnya kata demokrasi, politik, revolusi yang
berasal dari bahasa Yunani-Latin.
- Yang perlu mendapat perhatian, interferensi harus dibedakan dengan
alih kode dan campur kode. Alih kode menurut Chaer dan Agustina
(1995:158) adalah peristiwa penggantian bahasa atau ragam bahasa oleh
seorang penutur karena adanya sebab-sebab tertentu, dan dilakukan
dengan sengaja. Sementara itu, campur kode adalah pemakaian dua
bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu

6
ke dalam bahasa yang lain secara konsisten. Interferensi merupakan
topik dalam sosiolinguistik yang terjadi sebagai akibat pemakaian dua
bahasa atau lebih secara bergantian oleh seorang dwibahasawan, yaitu
penutur yang mengenal lebih dari satu bahasa. Penyebab terjadinya
interferensi adalah kemampuan penutur dalam menggunakan bahasa
tertentu sehingga dipengaruhi oleh bahasa lain (Chaer,1995:158).
Biasanya interferensi terjadi dalam penggunaan bahasa kedua, dan yang
menginterferensi adalah bahasa pertama atau bahasa ibu
D. Jenis-jenis Integrasi
1. Integrasi Audial
Integrasi secara audial mula-mula penutur Indonesia mendengar
butir-butir leksikal itu dituturkan oleh penutur aslinya, lalu mencoba
menggunakannya. Apa yang terdengar oleh telinga itulah yang
diajarkan lalu dituliskan. Oleh karena itu, kosakata yang diterima oleh
audial sering kali menampakkan ciri ketidakteraturan bila dibandingkan
dengan kosakata aslinya.
Contoh:
dongkrak ? dome kracht
pelopor ? vooloper
sakelar ? schakelaar
Integrasi audial pada awalnya penutur Indonesia mendengar butir-
butir leksikal yang dituturkan oleh penutur aslinya, lalu mencba
menggunakannya. Apa yang terdengar oleh telinga itulah yang
diajarkan lalu dituliskan. Karena itu, kosakata yang diterima oleh audial
sering kali menampakkan ciri ketidakteraturan bila dibandingkan
dengan kosakata aslinya.
a. Cecep bekerja sebagai seorang sopir.
b. Cici pergi ke bengkel untuk memperbaiki motornya.
Analisis: Kalimat a dan b merupakan integrasi audial yaitu kosakata
yang didengar oleh telinga itulah yang diujarkan lalu dituliskan.
Kosakata asli kalimat di atas sebagai berikut :

7
Bengkel (kata benda)
Bahasa Belanda = winkel
Arti = tempat reparasi
2. Integrasi Visual
Integrasi visual adalah integrasi yang penyerapannya dilakukan
melalui bentuk tulisan dalam bahasa aslinya, lalu bentuk tulisan itu
disesuaikan menurut aturan yang terdapat dalam Pedomam Umum
Pembentukan Istilah dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan.
Contoh :
System?sistem (bukan sistim)
Hierarchy?hierarki (bukan hirarki)
Repertoire?repertoir (bukan repertoar)
a. Sandal kelom kerajinan khas dari Tasikmalaya.
b. Dewi, dan Witha sedang menonton televisi di rumah Yuni.
3. Integrasi Penerjemahan Langsung
Integrasi penerjemahan langsung adalah integrasi dengan
mencarikan padanan kosakata asing ke dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
joint venture? usaha patungan
balance budget?anggaran berimbang
samen werking? kerja sama
- Setibanya di bandara, Novia dan Santi telah lupa segalanya.

Analisis: Integrasi pada kalimat di atas merupakan integrasi


penerjemahan langsung adalah dengan membuat istilah baru yang dapat
disusun dengan menerjemahkan istilah asing. Kata bandara pada
kalimat di atas berasal dari bahasa asing (bahasa Inggris) yaitu air port.

8
4. Integrasi Penerjemahan Konsep
Integrasi penerjemahan konsep adalah integrasi dengan cara
meneliti konsep kosakata asing itu, lalu dicarikan konsepnya ke dalam
bahasa Indonesia.
Contoh :
Medication?Pengobatan
Brother in law?Ipar laki-laki
Job description?Ketentuan kerja
E. Faktor Penyebab Terjadinya Interferensi
Selain kontak bahasa, menurut Weinrich (1970:64-65) ada
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya interferensi, antara lain:
(1) Kedwibahasaan peserta tutur
Kedwibahasaan peserta tutur merupakan pangkal terjadinya
interferensi dan berbagai pengaruh lain dari bahasa sumber, baik dari
bahasa daerah maupun bahasa asing. Hal itu disebabkan terjadinya
kontak bahasa dalam diri penutur yang dwibahasawan, yang pada
akhirnya dapat menimbulkan interferensi.
2) Tipisnya kesetiaan pemakai bahasa penerima
Tipisnya kesetiaan dwibahasawan terhadap bahasa penerima
cenderung akan menimbulkan sikap kurang positif. Hal itu
menyebabkan pengabaian kaidah bahasa penerima yang digunakan
dan pengambilan unsur-unsur bahasa sumber yang dikuasai penutur
secara tidak terkontrol. Sebagai akibatnya akan muncul bentuk
interferensi dalam bahasa penerima yang sedang digunakan oleh
penutur, baik secara lisan maupun tertulis.
3) Tidak cukupnya kosakata bahasa penerima
Perbendaharaan kata suatu bahasa pada umumnya hanya terbatas
pada pengungkapan berbagai segi kehidupan yang terdapat di dalam
masyarakat yang bersangkutan, serta segi kehidupan lain yang
dikenalnya. Oleh karena itu, jika masyarakat itu bergaul dengan segi
kehidupan baru dari luar, akan bertemu dan mengenal konsep baru

9
yang dipandang perlu. Karena mereka belum mempunyai kosakata
untuk mengungkapkan konsep baru tersebut, lalu mereka
menggunakan kosakata bahasa sumber untuk mengungkapkannya,
secara sengaja pemakai bahasa akan menyerap atau meminjam
kosakata bahasa sumber untuk mengungkapkan konsep baru tersebut.
Faktor ketidak cukupan atau terbatasnya kosakata bahasa penerima
untuk mengungkapkan suatu konsep baru dalam bahasa sumber,
cenderung akan menimbulkan terjadinya interferensi.
Interferensi yang timbul karena kebutuhan kosakata baru,
cenderung dilakukan secara sengaja oleh pemakai bahasa. Kosakata
baru yang diperoleh dari interferensi ini cenderung akan lebih cepat
terintegrasi karena unsur tersebut memang sangat diperlukan untuk
memperkaya perbendaharaan kata bahasa penerima.
4) Menghilangnya kata-kata yang jarang digunakan
Kosakata dalam suatu bahasa yang jarang dipergunakan
cenderung akan menghilang. Jika hal ini terjadi, berarti kosakata
bahasa yang bersangkutan akan menjadi kian menipis. Apabila bahasa
tersebut dihadapkan pada konsep baru dari luar, di satu pihak akan
memanfaatkan kembali kosakata yang sudah menghilang dan di lain
pihak akan menyebabkan terjadinya interferensi, yaitu penyerapan
atau peminjaman kosakata baru dari bahasa sumber.
Interferensi yang disebabkan oleh menghilangnya kosakata
yang jarang dipergunakan tersebut akan berakibat seperti interferensi
yang disebabkan tidak cukupnya kosakata bahasa penerima, yaitu
unsur serapan atau unsur pinjaman itu akan lebih cepat diintegrasikan
karena unsur tersebut dibutuhkan dalam bahasa penerima.
5) Kebutuhan akan sinonim
Sinonim dalam pemakaian bahasa mempunyai fungsi yang
cukup penting, yakni sebagai variasi dalam pemilihan kata untuk
menghindari pemakaian kata yang sama secara berulang-ulang yang
bisa mengakibatkan kejenuhan. Dengan adanya kata yang bersinonim,

10
pemakai bahasa dapat mempunyai variasi kosakata yang dipergunakan
untuk menghindari pemakaian kata secara berulang-ulang. Karena
adanya sinonim ini cukup penting, pemakai bahasa sering melakukan
interferensi dalam bentuk penyerapan atau peminjaman kosakata baru
dari bahasa sumber untuk memberikan sinonim pada bahasa penerima.
Dengan demikian, kebutuhan kosakata yang bersinonim dapat
mendorong timbulnya interferensi.
6) Prestise bahasa sumber dan gaya bahasa
Prestise bahasa sumber dapat mendorong timbulnya interferensi,
karena pemakai bahasa ingin menunjukkan bahwa dirinya dapat
menguasai bahasa yang dianggap berprestise tersebut. Prestise bahasa
sumber dapat juga berkaitan dengan keinginan pemakai bahasa untuk
bergaya dalam berbahasa. Interferensi yang timbul karena faktor itu
biasanya berupa pamakaian unsur-unsur bahasa sumber pada bahasa
penerima yang dipergunakan.
7). Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu
Terbawanya kebiasaan dalam bahasa ibu pada bahasa penerima
yang sedang digunakan, pada umumnya terjadi karena kurangnya
kontrol bahasa dan kurangnya penguasaan terhadap bahasa penerima.
Hal ini dapat terjadi pada dwibahasawan yang sedang belajar bahasa
kedua, baik bahasa nasional maupun bahasa asing. Dalam
penggunaan bahasa kedua, pemakai bahasa kadang-kadang kurang
kontrol. Karena kedwibahasaan mereka itulah kadang-kadang pada
saat berbicara atau menulis dengan menggunakan bahasa kedua yang
muncul adalah kosakata bahasa ibu yang sudah lebih dulu dikenal dan
dikuasainya.

11
F. Faktor Penyebab Integrasi
Secara lebih detail, terdapat tiga faktor lain yang mempengaruhi
terjadinya integrasi. Ketiga faktor tersebut dikutip dari Solihah (2018:375)
sebagai berikut:
a. Kondisi karakteristik sistem/kaidah kebahasaan; semakin mirip antara
satu dengan lainnya maka akan semakin cepat berintegrasi.
b. Urgensi penyerapan unsur bahasa; semakin penting unsur bahasa
tersebut dalam pemakaian bahasa penerima maka semakin sering
digunakan sehingga semakin cepat berintegrasi.
c. Sikap bahasa pada penutur bahasa penerima; di mana terdapat
kesetiaan, kebanggaan, dan kesadaran akan norma-norma bahasa, jika
sikap bahasa ini semakin menurun maka akan semakin berpeluang
terjadi integrasi.

Fenomena integrasi dalam sebuah bahasa dapat dikatakan memang


sukar untuk dibedakan dengan interferensi. Satu-satunya cara yang dapat
digunakan untuk membedakan secara konkrit hal tersebut adalah adanya
pedoman berupa kamus. Dengan kata lain, jika unsur serapan atau bentuk
intererensi telah tercantum dalam kamus bahasa penerima, maka dapat
dikatakan bahwa unsur tersebut telah terintegrasi. Begitu juga sebaliknya,
jika belum tercantum dalam kamus maka proses masih berada dalam tahap
interferensi.

G. Perbedaan Inferensi dan Integrasi


Interferensi maupun integrasi merupakan akibat dari terjadinya
kontak bahasa. Kedua peristiwa itu pada hakekatnya adalah peristiwa
pemakaian unsur bahasa yang satu ke dalam unsur bahasa yang lain yang
terjadi dalam diri penutur. Namun keduanya perlu dibedakan. Sebab
interferensi pada umumnya dianggap sebagai gejala tutur (speech parole),
hanya terjadi pada dwibahasawan dan peristiwanya dianggap sebagai
penyimpangan. Sedangkan integrasi lebih cenderung sebagai gejala bahasa
(language, langue), dapat terjadi dalam setiap anggota masyarakat dan

12
peristiwanya tidak terasa lagi sebagai penyimpangan, karena unsur-unsur
serapan itu telah memasyarakat dan diperlakukan seperti sistem bahasa
penyerapnya. Interferensi dianggap sebagai yang tidak perlu terjadi karena
unsur-unsur serapan itu sebenarnya telah ada padanannya dalam bahasa
penyerap, sehingga cepat atau lambat sesuai dengan perkembangan bahasa
penyerap, diharapkan makin berkurang atau sampai batas yang paling
minim. Sedangkan integrasi biasanya dipandang sebagai suatu yang
diperlukan karena unsur-unsur serapan itu tidak atau belum ada
padanannya dalam bahasa penyerap, sehingga kehadirannya merupakan
suatu yang diharapkan demi perkembangan bahasa yang bersangkutan.
Pada intinya, interferensi adalah penyimpangan norma bahasa
masing-masing yang terjadi di dalam tuturan dwibahasawan
(bilingualisme) sebagai akibat dari pengenalan lebih dari satu bahasa dan
kontak bahasa itu sendiri. Misalnya, . Interferensi sintaksis pada kalimat di
sini toko laris yang mahal sendiri (kalimat seharusnya: toko laris adalah
toko yang paling mahal di sini). Sedangkan Integrasi merupakan bahasa
dengan unsur-unsur pinjaman dari bahasa asing dipakai dan dianggap
bukan sebagai unsur pinjaman, biasanya unsur pinjaman diterima dan
dipakai masyarakat setelah terjadi penyesuaian tata bunyi atau tata kata
dan melalui proses yang cukup lama. Contoh police dari bahasa Inggris
yang telah diintegrasikan oleh masyarakat Malaysia menjadi polis, kata
research juga telah diintegrasikan menjadi riset.

13
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, dapat


disimpulkan bahwa dalam masayarakat bilingual lazim terjadi fenomena
kebahasaan berupa interferensi dan integrasi. Interferensi merupakan
fenomena masuknya unsur- unsur bahasa pertama ke dalam penggunaan
bahasa kedua atau sebaliknya dan menimbulkan kesalahan berbahasa.
Integrasi merupakan fenomena kebahasaan dalam masyarakat bilingual,
karena dipinjamnya atau diserapnya unsur-unsur dalam bahasa pertama
oleh bahasa kedua atau sebaliknya dan peristiwa integrasi berdampak
positif, karena memperkaya bahasa pertama atau kedua sesuai dengan
status bahasa tersebut sebagai bahasa pendonor atau penerima.

B. Saran
Sebagai makhluk sosial dan calon tenaga pendidik sudah
seharusnya kita mengetahui dan memahami mengenai interferensi dan
integrasi bahasa yang kita gunakan sehari-hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif Firmansyah, Muhammad.2021. Interferensi Dan Integrasi Bahasa: Kajian


Sosiolinguistik. Jawa Timur: Jurnal Bahasa Sastra dan Pembelajarannya.

Sholihah, Rizki Amalia.2018. Kontak bahasa: kedwibahasaan, alih kode, campur


kode,interferensi, dan integrasi. Jawa Timur: The 3r d Annual
International Conference on Islamic Education.

https://dunianyasosiolinguistik.wordpress.com/2013/06/11/interferensi-integrasi-
sama-atau-beda/

https://pusatbahasaalazhar.com/hakikat-hakiki-kemerdekaan/interferensi-dan-
integrasi/

15

Anda mungkin juga menyukai