Anda di halaman 1dari 26

DESAIN PENELITIAN BAHASA

MAKALAH
Diajukan guna melengkapi tugas matakuliah Metode Penelitian Bidang Studi.

Dosen Pembimbing

Dr. Akhmad Taufiq, S.S., M.Pd.

Oleh :

Laurensia Cintasha Melati 170210402041

Susanti Try Apriliani 170210402043

Dewi Herlina 170210402056

Bakti Margo Pangestu 170210402070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan inayah-
nya sehingga makalah yang berjudul DESAIN PENELITIAN BAHASA ini dapat terselesaikan.
Penyusun berharap, materi yang disajikan dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
referensi untuk pembaca. Penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga proses pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan
untuk makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua.

Jember, 12 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Konsep Desain Penelitian Bahasa ......................................................................................... 3


2.2 Karakteristik Penelitian Bahasa ............................................................................................ 3
2.3 Jenis Materi dalam Penelitian Bahasa .................................................................................. 5
2.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 7
BAB 3. SIMPULAN ............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 11

Lampiran 1. Contoh Bagian Desain Penelitian Kajian Pragmatik Restia(2014) ... 12

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penelitian bidang sosial yang sering dilakukan adalah penelitian terkait
bahasa. Penelitian bahasa pada dasarnya adalah meneliti fenomena-fenomena kebahasaan
yang ada dalam masyarakat pengguna bahasa tersebut. Salah satu alasan mendasar penelitian
bahasa dilakukan adalah untuk mengetahui bentuk bahasa, baik ketika diucapkan maupun
dituliskan. Menurut Zaim(2014), Penelitian bahasa memiliki manfaat yang sanga banyak.
Salah satunya adalah dapat memberikan data kearah pemahaman unsur-unsur bahasa yang
bersifat universal. Selain itu, penelitian bahasa juga berguna untuk kepentingan pengajaran
bahasa pertama, bahasa kedua, maupun bahasa asing. Hasil penelitian tentang bahasa sangat
diperlukan untuk penentuan bahan pelajaran dan cara mengajarkannya.

Sebelum melakukan sebuah penelitian terkait bidang kebahasaan, seorang peneliti


tentu harus membuat rancangan penelitian yang tercermin dalam desain penelitian bahasa.
Desain penelitian diartikan sebagai rencana yang memandu peneliti dalam proses
pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Desain penelitian akan digunakan sebagai
pedoman penelitian yang akan dilakukan dan akan berguna bagi semua pihak yang terlibat
dalam proses penelitian. Desain penelitian setidaknya memuat pertanyaan penelitian apa yang
hendak dijawab, data apa saja yang relevan dengan pertanyaan penelitian tersebut, teknik apa
yang digunakan dalam pengumpulan data, dan bagaimana cara menganalisisnya.

Pemahaman yang baik terkait desain penelitian bahasa bagi mahasiswa PBSI sangat
diperlukan. Hal tersebut karena bidang kajian kebahasaan merupakan salah satu bidang kajian
yang dapat dipilih diantara bidang kajian sastra dan pembelajaran dalam penelitian untuk
tugas akhir. Desain penelitian sangat berguna sebagai pedoman penelitian. Untuk itu, dalam
makalah ini akan dipaparkan mengenai desain penelitian bahasa. Makalah ini membahas
mengenai konsep desain penelitian bahasa, karakteristik penelitian bahasa, jenis materi dalam
desain penelitian bahasa, teknik dan metode yang digunakan dalam desain penelitian bahasa,
serta kerangka proposal penelitian bahasa.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah konsep desain penelitian bahasa?


2. Bagaimanakah karakteristik penelitian bahasa?
3. Bagaimanakah jenis materi dalam desain penelitian bahasa?
4. Bagaimanakah teknik dan metode yang digunakan dalam desain penelitian bahasa?
5. Bagaimanakah kerangka proposal penelitian bahasa?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini sebagai berikut:

1. mengetahui konsep desain penelitian bahasa,


2. mengetahui karakteristik penelitian bahasa,
3. mengetahui jenis materi dalam desain penelitian bahasa,
4. mengetahui teknik dan metode yang digunakan dalam desain penelitian bahasa, dan
5. mengetahui kerangka proposal penelitian bahasa.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Konsep Desain Penelitian Bahasa


Desain penelitian (research design) merupakan kerangka atau rencana dasar (frame
work) yang digunakan peneliti untuk melaksanakan penelitian. Menurut Nasution(2009:23),
desain penelitian akan memberikan gambaran mengenai prosedur untuk mendapatkan
informasi atau data yang diperlukan untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian. Desain
penelitian mencakup rencana tatacara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat
terlaksana sesuai tujuan penelitian.
Menurut Zaim (2014: 11) penelitian bahasa pada dasarnya adalah meneliti fenomena-
fenomena kebahasaan yang ada dalam masyarakat pengguna bahasa tersebut. Fenomena-
fenomena inilah yang dikumpulkan oleh peneliti bahasa untuk diberi makna, sehingga
ditemukan kaidah-kaidah kebahasaan yang bersifat spesifik dan universal. Penelitian bahasa
dapat dibagi dua; penelitian huluan dan penelitian hiliran. Penelitian huluan berupa penelitian
dasar, yaitu penelitian tentang bahasa itu sendiri. Penelitian huluan dapat berupa penelitian
tentang bunyi bahasa, yaitu fonetik dan fonologi; penelitian tentang sistem pembentukan kata,
yaitu morfologi; dan penelitian tentang sistem pembentukan kalimat, yaitu sintaksis.
Penelitian hiliran merupakan penelitian lanjutan dari penelitian huluan. Penelitian hiliran
biasanya memanfaatkan penelitian huluan dalam memperoleh dan menganalisis data
penelitiannya. Penelitian sosiolinguistik, psikolinguistik, dan pragmatik, misalnya, dapat
dikategorikan kepada penelitian hiliran. Untuk bisa melakukan penelitian hiliran, seorang
peneliti harus telah memahami konsep dasar bunyi bahasa, sistem pembentukan kata, dan
sistem pembentukan kalimat. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa desain
penelitian bahasa merupakan kerangka yang digunakan peneliti untuk melaksanakan
penelitian dibidang kebahasaan.

2.2 Karakteristik Penelitian Bahasa


Menurut Zaim(2014:12), penelitian bahasa memiliki karakteristik sebagai berikut:

2.2.1 Manusia Sebagai Alat dan Menggunakan Latar Alamiah


Dalam penelitian bahasa, alat pengumpul data utama adalah manusia,
yaitu peneliti sendiri dan dibantu informan. Peneliti bekerjasama dengan
informan akan menghasilkan data penelitian yang kemudian dinalisis. Manusia
sebagai alat dapat berhubungan dengan informan dan memahami kenyataan-
kenyataan yang terjadi di lapangan dan terkait dengan data yang dicarinya.
3
Karena peneliti berfungsi sebagai pengumpul data di lapangan, maka peneliti
harus memahami hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan penelitiannya di
dalam kehidupan masyarakat.
Guba(1985) dalam Zaim(2014:12) menyatakan bahwa penelitian
bahasa dilakukan pada latar alamiah, yaitu tempat di mana bahasa itu
digunakan oleh penuturnya. Peneliti harus tahu betul situasi di mana bahasa itu
dituturkan dalam komunikasi sehari-hari. Seorang peneliti bahasa harus
meluangkan sebagian besar waktunya bersama penutur bahasa yang ditelitinya.
2.2.2 Analisis Data secara Induktif
Penelitian bahasa menggunakan analisis data secara induktif. Induktif
berarti Data yang diperoleh di lapangan dianalisis dan kemudian
digeneralisasikan untuk mendapatkan temuan penelitian. Menurut
Kholil(2006), induktif berarti proses mengambil suatu kesimpulan dari hal-
halyang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Data
induktif pada penelitian bahasa merupakan gejala bahasa yang betul-betul
digunakan oleh masyarakat penuturnya, bukan gejala bahasa yang ada dalam
pikiran peneliti atau gejala bahasa yang seharusnya ada menurut pemikiran
peneliti. Peneliti mengkonstruksi konsep secara lebih jelas waktu
melaksanakan penelitian setelah mengumpulkan beberapa fenomena dan
memahaminya.
2.2.3 Deskriptif
Data yang dikumpulkan dalam penelitian bahasa adalah gejala bahasa
berupa kata-kata, bukan angka-angka. Oleh karena itu penelitian bahasa ini
harus meberikan gejala yang ada sesuai dengan kenyataan. Dengan demikian
deskripsi yang dibuatnya akan sangat bermakna karena berupa pendeskripsian
kenyataan yang ada. Data pada penelitian bahasa dapat berupa rekaman bahasa
lisan dan bahasa tulisan. Rekaman bahasa lisan kemudian ditranskripsikan
untuk dapat dianalisis dan didokumentasikan secara tertulis. Bahasa tulis dapat
dinalisis lebih lanjut untuk menemukan sistem yang berlaku dalam
komunikasi.

4
2.3 Jenis Materi dalam Penelitian Bahasa
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2017) fokus penelitian bidang
bahasa terdiri dari tiga, yaitu linguistik teoritis, linguistik terapan, dan linguistik
interdispliner. Linguistik teoritis terdiri dari, teori linguistik, fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, analisis wacana kritis, dan lain sebagainya. Selain itu, lingusitik terapan terdiri dari
pendidikan bahasa, penerjemahan, grafologi, pembinaan bahasa, leksikografi, pragmatik,
stilistika, dan retorika. Serta linguistik interdispliner terdiri dari psikolinguistik,
sosiolinguistik, dan lain sebagainya.
Menurut Zaim (2014: 31) materi penelitian bahasa dapat berupa komponen bahasa itu
sendiri seperti bunyi bahasa (fonetik dan fonologi), sistem pembentukan kata (morfologi),
sistem pembentukan kalimat (sintaksis), dan wacana. Penelitian bahasa dapat pula berupa
penelitian bahasa yang berhubungan dengan penggunaannya di dalam masyarakat pengguna
bahasa (sosiolinguistik, pragmatik, psikolinguistik).
2.3.1 Penelitian Bidang Fonologi
Materi penelitian bidang fonologi dapat berupa penelitian fonetik, dan fonemik serta
lingkungan fonem dan keselarasan fonem. Materi fonetik tidak hanya terbatas pada bunyi
bahasa saja akan tetapi dapat pula mencakup bagaimana bunyi itu dihasilkan, dan bagaimana
bunyi itu diterima, sehingga mencakup fonetik artikulatoris dan fonetik auditoris. Unsur-unsur
yang dapat diteliti di bidang fonologi, selain yang telah disebutkan di atas, antara lain.
a) Proses terjadinya bunyi bahasa
Proses terjadinya bunyi bahasa mencakup kajian unsur organ bicara yang
terlibat dalam menghasilkan bunyi– bunyi bahasa. Setiap bahasa mempunyai
ciri khas pengucapan bunyi bahasa tertentu. Kajian ini termasuk dalam kajian
fonetik.
b) Fonem vokal dan fonem konsonan
Vokal dan konsonan merupakan dua fonem segmental yang harus
diidentifikasi untuk mengetahui sistem fonologi bahasa. Setiap bahasa
mempunyai khasanah fonem vokal dan konsonan yang berbeda.
c) Fonem klaster dan diftong
Kemunculan fonem klaster dan diftong sangat beragam pada berbagai bahasa.
Oleh karena itu kajian tentang dua hal ini akan memperkaya kajian kebahasaan
yang muncul dalam komunikasi.

5
d) Perubahan varian fonem
Fonem akan bervariasi pengucapannya karena dipengaruhi oleh lingkungan
fonem yang terletak sebelum dan sesudahnya.
2.3.2 Penelitian Bidang Morfologi
Morfologi pada dasarnya adalah meneliti dan memberikan aturan-aturan pembentukan
kata dalam suatu bahasa. Morfologi juga terbuka untuk membahas gejala bahasa mutakhir
dalam bahasa-bahasa yang sedang berkembang Proses-proses morfologis dikaji bentuknya,
fungsinya, dan keproduktifannya. Unsur-unsur yang dapat dijadikan objek penelitian di
bidang morfologi antara lain, morfem dan kata pembentukan kata, sistem afiksasi, kelas kata,
kata tugas, konjungsi, kata majemuk, dan interjeksi. Interjeksi adalah kata yang berfungsi
mengungkapkan perasaan. Misalnya keheranan (eh, oh, astaga, aih, lho), negatif/meremehkan
(sialan, brengsek, bah, idih), positif/memuji (syukur, asyik, amboi, aduhai), mengajak (ayo,
mari, ya), bersifat fatis (hai, halo, nah).
2.3.3 Sintaksis
Sintaksis pada dasarnya meneliti kaidah-kaidah pembentukan frasa, pembentukan
klausa, dan pembentukan kalimat. Dalam kajian ini diteliti pola frasa dan macamnya, identitas
masing-masing frasa, struktur masing-masing frasa, dan tipe-tipe frasa. Unsur-unsur yang
dapat dijadikan kajian bidang sintaksis, yaitu frasa, klausa, kalimat, paragraf dan wacana.
Kajian paragraf dan wacana meliputi genre (naratif, deskriptif, prosedur, ekspositori,
hortatory, dst), kohesi dan koherensi, dan lain sebagainya.
2.3.4 Sosiolinguistik, Pragmatik, dan Psikolinguistik
Penelitian sosiolinguistik berhubungan dengan penggunaan bahasa oleh masyarakat
tuturnya dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian pragmatik mengkaji makna bahasa
dalam kaitannya dengan konteks di mana bahasa itu digunakan. Psikolinguistik mengkaji
hubungan bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia, bahasa dan psikologi. Unsur-unsur
yang dapat dijadikan objek penelitian sosiolinguistik, pragmatik, dan psikolinguistik, yaitu
dialek, variasi bahasa, kesantunan berbahasa, pemerolehan bahasa, bahasa iklan, bahasa pada
situasi tertentu, perkembangan bahasa pembelajar bahasa, dan lain sebagainya. Penelitian ini
sangat luas cakupannya dan banyak sisi yang dapat dianalisis dari satu gejala bahasa yang
muncul. Hasil kajian sosiolinguistik, pragmatik, dan psikolinguistik dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pemecahan masalah praktis, seperti pengajaran bahasa.
Dari materi penelitian bahasa yang telah dibahas di atas, sebagai peneliti bisa
mengamati, mengembangkan, mengapilkasikan ke dalam komponen penelitian bahasa. Dan

6
materi penelitian bahasa bisa dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
Serta bisa dikaitkan dengan isu-isu terbaru dalam bidang bahasa.

2.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data


Data kebahasaan dapat dikumpulkan dan dilakukan dengan metode dan teknik
pengumpulan data. Dalam hal ini metode merupakan prosedur atau suatu cara untuk
mengumpulkan data, sedangkan teknik merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
sehubungan dengan metode itu. Terdapat tiga jenis metode pengumpulan data yang dapat
digunakan pada penelitian kebahasaan menurut Sudaryanto (1988) dalam Zaim(2014), yaitu:

2.4.1 Metode Simak

Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyimak atau mengamati penggunaan bahasa yang diteliti. Dalam hal ini metode simak
tidak hanya berkaitan dengan bahasa lisan, namun juga untuk bahasa tulis seperti
mengamati, membaca, dan memahami bahasa tulis yang terdapat dalam surat kabar, teks
ataupun naskah cerita. Selain itu, metode simak juga dapat diwujudkan dengan bentuk
teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Teknik Sadap.
Dalam hal ini teknik sadap merupakan teknik dasar dalam metode simak.
Penggunaan teknik sadap ini dilakukan dengan cara menyadap bahasa yang
digunakan oleh pembicara atau penutur dalam berkomunikasi.
b. Teknik Simak Libat Cakap.
Teknik simak libat cakap merupakan teknik lanjutan dari teknik dasar. Teknik
simak libat cakap dapat dilakukan dengan cara menyadap data bahasa yang hendak
diteliti dengan cara berpartisipasi dalam berbicara dan menyimak. Jadi, peneliti
ikut di dalam pembeicaraan dengan memperhatikan bahasa lawan bicaranya.
c. Teknik Simak Bebas Libat Cakap.
Dalam hal ini peneliti tidak ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan dan
hanya sebagai penyimak dengan cara mendengarkan apa yang dikatakan oleh
pembicara. Jadi, dalam teknik ini peneliti hanya sebagai pengamat dalam
penggunaan bahasa dari pembicara.

d. Teknik Rekam.
7
Teknik rekam merupakan pemerolehan data dengan cara merekam penggunaan
bahasa secara lisan. Dalam teknik rekam, sebaiknya dilakukan tanpa
sepengetahuan lawan bicara dan alat yang digunakan untuk merekam sebaiknya
berukuran kecil, sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku baju agar tidak
diketahui oleh lawan biacara. Hal ini bertujuan agar lawan bicara dapat
menyampaikan bahasa dengan apa adanya atau secara alamiah.
e. Teknik Catat.
Teknik catat merupakan teknik yang digunakan dengan cara mencatat data yang
dinilai tepat dalam penelitian penggunaan bahasa. Dalam hal ini, teknik cakap
dapat dilakukan bersamaan dengan teknik sadap dan teknik rekam.
2.4.2 Metode Cakap
Metodek cakap merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data
berupa percakapan antara peneliti dengan informan (penutur bahasa). Dengan adanya
percakapan antara peneliti dengan informan maka timbulah kontak diantara mereka,
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sama seperti metode simak, metode
cakap juga mempunyai teknik dasar dan teknik lanjutan. Menurut Sudaryanto, teknik
dasar metode simak ini adalah teknik pancing, dan teknik lanjutannya adalah teknik
cakap semuka dan teknik cakap tansemuka.
a. Teknik Pancing.
Teknik pancing merupakan teknik dasar dalam metode cakap. Dalam hal ini
seorang peneliti melakukan stimulasi atau memancing lawan bicaranya. Hal ini
bertujuan agar lawan bicaranya berbicara dengan bahasa yang akan diteliti. Untuk
memancing lawan bicara peneliti dapat melontarkan pertanyaan spontan kepada
lawan bicara (informan).
b. Teknik Cakap Semuka.
Teknik cakap semuka merupakan teknik lanjutan dalam metode cakap. Dalam hal
ini peneliti dan lawan bicara melakukan percakapan dengan tatap muka.
Percakapan diarahkan oleh peneliti sesuai dengan kepentingannya agar
memperoleh data yang lengkap.
c. Teknik Cakap Tansemuka.
Teknik cakap tansemuka dilakukan dengan cara percakapan tidak langsung atau
tidak tatap muka, yaitu secara tertulis. Dalam hal ini, peneliti menyiapkan daftar
pertanyaan, misalnya berupa angket. Jadi, dengan menggunakan teknik ini peneliti

8
berpikiran bahwa informan tersebut mampu baca tulis dan bahasa yang diteliti
mempunyai bahasa tulis.
d. Teknik Rekam dan Teknin Catat.
Dalam hal ini teknik rekam dapat dilakukan bersamaan dengan teknik cakap
semuka. Selain itu, juga ada teknik catat yang artinya peneliti melakukan
pencatatan pada kartu data.
2.4.3 Teknik Dokumentasi.
Teknik dokumentasi ini menggunakan sumber tertulis untuk memperoleh data.
Sumber tersebut bisa berupa surat kabar, karya sastra, ataupun majalah. Dalam hal
ini data kebahasaan dari sumber pustaka dapat diambil sesuai dengan kepentingan
dan tujuan penelitian. Penelitian ini dapat berupa morfologi, sintaksis, dan analisis
wacana. Dalam hal ini kartu data dan informasi lainnya sudah harus disiapkan oleh
peneliti untuk mencatat data sesuai dengan masalah pokok penelitian.

2.5 Kerangka Proposal Penelitian Bahasa

9
BAB 3. SIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian bahasa pada dasarnya
adalah meneliti fenomena-fenomena kebahasaan yang ada dalam masyarakat pengguna
bahasa tersebut. Penelitian bahasa dapat dibagi dua, yaitu penelitian huluan dan penelitian
hiliran. Adapun cangkupan jenis materi dalam penelitian bahasa terdiri dari tiga, yaitu
linguistik teoritis, linguistik terapan, dan linguistik interdispliner. Selain itu, penelitian bahasa
memiliki tiga karakteristik, yaitu (1) data utama yang diambil dalam penelitian bahasa berasal
dari manusia yang meliputi peneliti sendiri dan dibantu informan; (2) penelitian bahasa
menggunakan analisis data secara induktif; (3) dan data yang dikumpulkan dalam penelitian
bahasa menggunakan deskriptif. Terdapat dua metode pengumpulan data dalam penelitian
bahasa, yaitu metode simak dan metode cakap. Serta terdapat dua teknik yang biasa
digunakan dalam penelitian bahasa, yaitu teknik pustaka dan teknik kuesioner. Sebagai calon
peneliti bahasa bisa mengamati, mengembangkan, mengapilkasikan ke dalam komponen
penelitian bahasa. Cangkupan materi penelitian bahasa bisa dikembangkan sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini. Dan bisa dikaitkan dengan isu-isu terbaru dalam bidang
bahasa dengan merelavankan antara konsep, karekteristik, metode, teknik, dan kerangka
desain dalam penelitian bahasa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. (2017). Prosedur Operasional Standar


Penelitian Bahasa dan Sastra. Jakarta: Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Kholil, S. (2006). Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Citapustaka Media.

Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.

Restia, E., Rusminto, N. E., & Agustina, E. S. (2014). TINDAK TUTUR DALAM
KOMUNIKASI ANTARMAHASISWA DI KANTIN FKIP UNIVERSITAS
LAMPUNG. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya), 2(4).

Zaim, M. (2014). Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural. Padang: FBS UNP
Press.

11
Lampiran 1. Contoh Bagian Desain Penelitian Kajian Pragmatik Restia(2014)

12
52

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini bertujuan mendeskipsikan tindak tutur dalam berkomunikasi

antarmahasiswa di kantin FKIP Universitas Lampung. Oleh karena itu, untuk

mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan desaian deskriptif kualitatif.

Penelitian deskriptif kualitatif menekankan pada pemaparan hasil temuan berupa

penjelasan, uraian, pendapat, fakta mengenai suatu objek. Penelitian ini bersifat

alamiah yang menjelaskan data berdasarkan kondisi yang ada saat penelitian

dilakukan (Budiharso, 2004: 161).

Selanjutnya, Hasan dalam Aminuddin (1990: 12) mengemukakan bahwa istilah

penelitian kualitatif (quilitative research) biasa digunakan sebagai payung untuk

sejumlah stategi penelitian yang memunyai kesamaan karakteristik tertentu. Data

yang terkumpul disebut “soft data” kaya akan deskripsi orang, tempat, dan

percakapan yang tidak mudah digarap dengan prosedur statistik.

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field

research) karena korpus data yang digunakan berupa teks lisan yaitun konversasi

linguistik. Penelitian lapangan dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam
53

penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide

pentingnya dalah bahwa penelitian berangkat ke ‘lapangan’ untuk mengadakan

pengamatan tentang sesuatu fenomena. Penelitian membutuhkan catatan lapangan

secara ekstensif (luas) yang kemudian dibuat kode dan dianalisis dalam berbagai cara

(Moleong, 2010: 26). Berdasarkan tujuannya penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif. Penelitian ini bermaksud membuat gambar, lukisan secara sistematis,

faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode pengamatan dan catatan

lapangan. Penelitian mengadakan pengamatan (observasi), pencatatan data, dan

penganalisisan data dan berbagai hal yang terjadi di lapangan secara objektif dan apa

adanya. Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka

statistik, melainkan dalam bentuk kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan

tindak tutur dalam berkomunikasi antarmahasiswa FKIP Universitas Lampung dan

implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah tuturan dalam berkomunikasi

antarmahasiswa di kantin FKIP Universitas Lampung. Data tersebut bersumber pada

mahasiwa-mahasiswa di kantin FKIP Universitas Lampung. Kantin FKIP Universitas

Lampung dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini karena kantin merupakan

sarana penunjang yang mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam kegiatan di

kampus dan penelitian ini masih jarang.


54

Data dalam penelitian ini berupa tuturan antarmahasiswa yang dilakukan oleh subjek

penelitian dan strategi yang digunakan untuk mencapai sebuah tuturan yang

menerapkan tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Data diperoleh

dari tuturan yang dihasikan oleh subjek penelitian dalam percakapan sehari-hari

dengan mitra tuturnya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yang diusulkan oleh

Sudaryanto dalam Yuniarti (2010: 59), yakni teknik simak lihat cakap dan teknik

simak bebas libat cakap. Kesuma dalam Yuniarti (2010: 59) mengemukakan bahwa

penjaringan data dapat dilakukan dengan ikut terlibat atau berpartisipasi (sambil

menyimak), baik secara aktif atau reseptif dalam pembicara. Ini berarti peneliti juga

berpartisipasi langsung di dalam percakapan yang terjadi. Di samping itu juga

digunakan teknik simak bebas libat cakap, yakni peneliti tidak terlibat dalam

percakapan (hanya menyimak saja). Teknik ini dikombinasikan dengan teknik catatan

lapangan, teknik ini digunakan untuk mencatat tuturan dalam berkomunikasi. Catatan

lapangan terdiri dari dua jenis, yaitu catatan deskriptif dan catatan reflektif. Catatan

deskriptif berupa catatan tentang semua ujaran antarmahasiswa, termasuk konteks

yang melatarinya. Catatan reflektif adalah interpretasi atau penafsiran peneliti

terhadap tuturan yang disampaikan mahasiswa. Ketika subjek penelitian bercakap-

cakap, peneliti mencatat percakapan tersebut. Tidak ada jadwal khusus untuk

melakukan pengumpulan data. Data diperoleh ketika peneliti berada di dekat subjek

peneliti.
55

2.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis

heuristik. Analisis heuristik merupakan proses berpikir seseorang untuk memaknai

sebuah tuturan tidak langsung. Didalam tuturan heuristik sebuah tuturan tidak

langsung diinterprestasikan berasarkan. Berbagai kemungkinan/dugaan sementara,

kemudian dugaan sementara itu disesuaikan dengan fakta-fakta pendukung yang aa

dilapangan. Analisis heuristik berusaha mengidentifikasikan daya pragmatik sebuah

tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis kemudian mengujinya berdasarkan

data-data yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru.

Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peranggapan/dugaan

sementara.
56

Gamabar Bagan 3.1 Anlisis Heuristik

1. Problem

2. Hipotesis
Hipotesis

3. Pemeriksaan
Pemeriksaan

4a. Pengujian Berhasil 4b. Pengujian Gagal

5. interpretasi Default

(Leech, 1993: 61)

Leech (1983: 61) mengemukakan bahwa di dalam analisis hueristik, analisis berawal

dari problem yang di lengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, kemudian

dirumuskan hipotesis tujuan. Berdasarkan data yang ada, hipotesis diuji kebenaranya.

Bila hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia, berarti pengujian

berhasil.

Hipotesis diterima kebenarannya dan menghasilkan interpretasi baku yang

menunjukkan bahwa tuturan mengandung satuan pragmatik. Jika pengujian gagal

maka terjadi karena hipotesis tidak sesuai dengan bukti yang tersedia. Proses

pengujian ini dapat berulang-ulang sampai diperoleh hipotesis yang dapat diterima.
57

Jika konsekuensi-konsekuensi tersebut sesuai dengan bukti-bukti yang terdapat dalam

konteks, hipotesis dapat diterima. Akan tetapi, jika terdapat konsekuensi yang tidak

sesuai dengan bukti-bukti yang ada, hipotesis harus ditolak. Kemudian disusun

hipotesis baru untuk diuji dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia sampai

diperoleh hipotesis yang berterima.

Bagan 3.2 Contoh (1) Diuji menggunakan Analisis Heuristik

1. Problem
(Interpretasi tuturan)
“Tik, ini jus jeruk siapa?”

2. Hipotesis
1. Yuli hanya bertanya siapa pemilik jus jeruk di
atas meja
2. Yuli meminta dipesankan jus jeruk
3. Yuli meminta siti agar memberikan jus tersebut
kepadanya

3. Pemeriksaan
1. Dituturkan pada saat jam makan siang
2. Pada saat bertutur penutur sambil melirik kearah jus
jeruk
3. Tempat duduknya berdekatan dengan mitra tutur

4a. Pengujian 3 Berhasil 4b. Pengujian 1 dan 2


Gagal

5. Interpretasi Default
58

Tuturan pada contoh (1) termasuk sebuah kalimat introgatif, tetapi setelah diperiksa

dengan menggunakan analisis heuristik dengan memasukkan data-data direktif

bertanya sesuatu tidak langsung berupa perintah. Maksud dari tuturan tersebut, Yuli

menyatakan kepada Siti ini jus jeruk siapa, Yuli menanyakan hal tersebut dengan

sebuah tindakan, yakni mata Yuli memandangi jus jeruk yang ada di atas meja.

Setelah diuji dengan fakta berupa data yang ada di lapangan, tuturan “Tik, ini jus

jeruk siapa?” dapat disimpulkan sebagai sebuah permintaan tidak langsung agar Siti

memberikan jus jeruk kepadanya .

Tindak tutur meminta dilakukan secara tidak langsung oleh sang teman dengan

menggunakan modus bertanya. Permintaan tidak langsung dengan modus bertanya

merupakan modus bertanya merupakan tindak tutur yang dinyatakan dengan

menggunakan bentuk lain dan tidak literal. Perintah tidak langsung dengan modus

bertanya merupakan tindak tutur tidak langsung. Kalimat Tanya tidak digunakan

secara fungsional untuk bertanya (meminta keterangan, penjelasan, meminta supaya

diberi tahu) melainkan untuk menyuruh, meminta memohon, dan sebagainya.

Perintah tidak langsung dengan modus bertanya digunakan oleh penutur untuk

memerintah mitra tutur dengan cara bertanya. Pertanyan-pertanyaan yang dituturkan

oleh penutur berupa keadaan yang sedang dihadapi oleh penutur pada saat itu.

Dalam tuturan memerintah, mahasiswa menggunakan prinsip kesantunan dengan cara

menggunakan modus bertanya. Hal ini dilakukan agar tuturan memerintah lebih

terlihat santun. Hal ini sesuai dengan skala kesantunan Leech yang menyatakan

bahwa semakin tidak langsung suatu tuturan semakin santun tuturan tersebut.
59

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut.

1. Menyimak dan mencatat langsung semua data alamiah/ujaran spontan yang

muncul termasuk mencatat konteks pada saat melakukan pertuturan.

2. Data yang didapat langsung dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif dan

catatan reflektif juga menggunakan analisis heuristik, yakni analisis konteks.

Analisis heuristik digunakan, apabila ada tuturan tidak langsung dan memiliki

interpretasi makna.

3. Mengidentifikasi percakapan yang terjadi pada saat melakukan pertuturan yang

mengandung tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.

Tabel 1.1 Indikator Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur tidak Langsung

No. Indikator Subindikator Deskriptor

1. Tindak tutur 1. Tindak tutur langsung 1 Tindak tutur yang dilakukan


langsung pada sasaran dengan cara menyebut langsung
sesuatu yang diminta tampa
basa-basi.
2 Tindak tutur langsung pada
sasaran digunakan oleh anak
jika sesuatu yang diminta
merupakan kebiasaan yang
selalu terjadi secara berulang-
ulag.

1 Tindak tutur 1 Tindak tutur yang digunakan


langsung dengan secara langsung untuk
alasan atau mengajukan permintaan
argumentasi kepada mitra tutur yang
disertai dengan pernyataan-
pernyataan yang digunakan
untuk meyakinkan atau
memengaruhi mitra tutur agar
memahami dan memaklumi
permintaannya dan pada
akhirnya mengabulkan
60

permintaan tersebut.
2 Tindak tutur langsung diguna
kan untuk menyampaikan
informasi sejelas-jelasnya,
sedangkan bagian argumentasi
digunakan untuk menjaga
hubungan baik dengan mitra
tutur agar komunikasi berjalan
dengan baik dan lancar.
3 Tindak tutur langsung dengan
argumentasi digunakan jika
kualitas permintaan yang
diajukan termasuk dalam
kategori istimewa.
2 Tindak tutur 1. Tindak tutur tidak Tindak tutur tidak langsung
tidak langsung dengan dengan modus pengandaian
langsung modus pengandaian merupakan tindak tutur yang
dilakukan penutur dengan cara
menyatakan situasi dan kondisi
yang diangankan dalam kaitan
dengan situasi dan kondisi yang
dialami penutur pada pada saat
mengajukan permintaan. Situasi
dan kondisi yang didayagunakan
oleh penutur adalah situasi dan
kondisi yang mendukung tuturan
tidak langsung dengan modus
pengandaian. Modus pengandaian
digunakan untuk membuat tuturan
menjadi lebih santun, karena
permintaan disampaikan tidak
secara langsung.
2. Tindak tutur tidak Tindak tutur yang dilakukan
langsung dengan dengan menyatakan sesuatu yang
modus menyatakan tidak menyenangkan yang
keluhan menimpa diri mitra tutur. Sesuatu
yang menimpa diri mitra tutur itu
berupa sakit, keadaan yang
membuat mitra tutur merasa tidak
nyaman, dan sebalikknya.
3. Tindak tutur tidak Tindak tutur tidak langsung
langsung dengan dengan modus bertanya
modus bertanya merupakan tindak tutur yang
dinyatakan dengan menggunakan
61

bentuk lain dan tidak literal.


Perintah tidak langsung dengan
modus bertanya merupakan tindak
tutur tidak langsung. Kalimat
Tanya tidak digunakan secara
fungsional untuk bertanya
(meminta keterangan, penjelasan,
meminta supaya diberi tahu)
melainkan untuk menyuruh,
meminta, memohon, dan
sebagainya. Tindak tutur tidak
langsung dengan modus bertanya
digunakan oleh penutur untuk
memerintah mitra tutur dengan
cara bertanya. Pertanyaan-
pertanyaan yang dituturkan oleh
penutur berupaya keadaan yang
sedang dihadapi oleh penutur
pada saat itu.
4. Tindak tutur tidak Tindak tutur tidak langsung
langsung dengan dengan modus menyatakan fakta
modus menyatakan ialah tuturan yang disampaikan
fakta penutur berdasarkan keadaan yang
benar-benar ada atau terjadi, pada
saat tuturan disampaikan kepada
mitra tutur. Penutur berharap
bahwa mitra tutur akan
melakukan perintah ketika melihat
fakta yang terjadi. Tindak tutur
tidak langsung dengan modus
menyatakan fakta merupakan
tindak tutur tidak langsung.
Kalimat pernyataan tidak
digunakan secara fungsional
untuk memberitahu melainkan
untuk menyuruh, meminta,
memohon dan sebagainya.
Tuturan diutarakan dengan
kalimat berita berupa menyatakan
fakta agar orang yang diperintah
tidak merasa dirinya diperintah.
5. Tindak tutur tidak Suatu bentuk tuturan berupa
langsung dengan kekaguman, penghargaan
modus memuji terhadap sesuatu dengan harapan
62

supaya mitra tutur mengabulkan


perintah penutur. Kalimat perintah
ini tidak langsung, tidak diuraikan
dengan kalimat perintah
melainkan dengan cara memuji.
6. Tindak tutur tidak Tindak tutur tidak langsung
langsung dengan dengan modus melibatkan orang
modus melibatkan ketiga ialah tindak tutur tidak
orang ketiga langsung yang dituturkan oleh
penutur dengan cara melibatkan
orang lain atau orang disekitar
penutur yang turut mendukung
dalam mengajukan perintah yang
dituturkan.
7. Tindak tutur tidak Tindak tutur yang digunakan
langsung dengan penutur ketika memerinah mitra
modus dengan modus tuturnya dengan memberikan
menginformasikan informasi yang berhubungan
dengan perintahnya. Hal ini
dilakukan sang penutur untuk
menjaga kesantunan tuturannya.
Selain itu, modus ini digunakan
memperkuaat atau mendukung
agar tuturan berhasil.
(Rahardi, 2005)

4. Mengidentifikasi penanda kesantunan dalam tindak tutur.

5. Mengklasifikasikan data tindak tutur berdasarkan modus dan jenisnya.

6. Berdaskan hasil identifikasi dan klasifikasi data, dilakukan kegiatan penarikan

simpulan sementara.

7. Memeriksa/mengecek kembali data yang sudah diperoleh.

8. Penarikan simpulan akhir.

9. Mendeskripsikan implikasi tindak tutur dalam berkomunikasi antarmahasiswa di

kantin FKIP universitas lampung terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai