MAKALAH
Diajukan guna melengkapi tugas matakuliah Metode Penelitian Bidang Studi.
Dosen Pembimbing
Oleh :
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah dan inayah-
nya sehingga makalah yang berjudul DESAIN PENELITIAN BAHASA ini dapat terselesaikan.
Penyusun berharap, materi yang disajikan dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
referensi untuk pembaca. Penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga proses pembuatan makalah ini dapat berjalan dengan lancar.
Penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan
untuk makalah-makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
ii
BAB I. PENDAHULUAN
Pemahaman yang baik terkait desain penelitian bahasa bagi mahasiswa PBSI sangat
diperlukan. Hal tersebut karena bidang kajian kebahasaan merupakan salah satu bidang kajian
yang dapat dipilih diantara bidang kajian sastra dan pembelajaran dalam penelitian untuk
tugas akhir. Desain penelitian sangat berguna sebagai pedoman penelitian. Untuk itu, dalam
makalah ini akan dipaparkan mengenai desain penelitian bahasa. Makalah ini membahas
mengenai konsep desain penelitian bahasa, karakteristik penelitian bahasa, jenis materi dalam
desain penelitian bahasa, teknik dan metode yang digunakan dalam desain penelitian bahasa,
serta kerangka proposal penelitian bahasa.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini sebagai berikut:
2
BAB II. PEMBAHASAN
4
2.3 Jenis Materi dalam Penelitian Bahasa
Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2017) fokus penelitian bidang
bahasa terdiri dari tiga, yaitu linguistik teoritis, linguistik terapan, dan linguistik
interdispliner. Linguistik teoritis terdiri dari, teori linguistik, fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, analisis wacana kritis, dan lain sebagainya. Selain itu, lingusitik terapan terdiri dari
pendidikan bahasa, penerjemahan, grafologi, pembinaan bahasa, leksikografi, pragmatik,
stilistika, dan retorika. Serta linguistik interdispliner terdiri dari psikolinguistik,
sosiolinguistik, dan lain sebagainya.
Menurut Zaim (2014: 31) materi penelitian bahasa dapat berupa komponen bahasa itu
sendiri seperti bunyi bahasa (fonetik dan fonologi), sistem pembentukan kata (morfologi),
sistem pembentukan kalimat (sintaksis), dan wacana. Penelitian bahasa dapat pula berupa
penelitian bahasa yang berhubungan dengan penggunaannya di dalam masyarakat pengguna
bahasa (sosiolinguistik, pragmatik, psikolinguistik).
2.3.1 Penelitian Bidang Fonologi
Materi penelitian bidang fonologi dapat berupa penelitian fonetik, dan fonemik serta
lingkungan fonem dan keselarasan fonem. Materi fonetik tidak hanya terbatas pada bunyi
bahasa saja akan tetapi dapat pula mencakup bagaimana bunyi itu dihasilkan, dan bagaimana
bunyi itu diterima, sehingga mencakup fonetik artikulatoris dan fonetik auditoris. Unsur-unsur
yang dapat diteliti di bidang fonologi, selain yang telah disebutkan di atas, antara lain.
a) Proses terjadinya bunyi bahasa
Proses terjadinya bunyi bahasa mencakup kajian unsur organ bicara yang
terlibat dalam menghasilkan bunyi– bunyi bahasa. Setiap bahasa mempunyai
ciri khas pengucapan bunyi bahasa tertentu. Kajian ini termasuk dalam kajian
fonetik.
b) Fonem vokal dan fonem konsonan
Vokal dan konsonan merupakan dua fonem segmental yang harus
diidentifikasi untuk mengetahui sistem fonologi bahasa. Setiap bahasa
mempunyai khasanah fonem vokal dan konsonan yang berbeda.
c) Fonem klaster dan diftong
Kemunculan fonem klaster dan diftong sangat beragam pada berbagai bahasa.
Oleh karena itu kajian tentang dua hal ini akan memperkaya kajian kebahasaan
yang muncul dalam komunikasi.
5
d) Perubahan varian fonem
Fonem akan bervariasi pengucapannya karena dipengaruhi oleh lingkungan
fonem yang terletak sebelum dan sesudahnya.
2.3.2 Penelitian Bidang Morfologi
Morfologi pada dasarnya adalah meneliti dan memberikan aturan-aturan pembentukan
kata dalam suatu bahasa. Morfologi juga terbuka untuk membahas gejala bahasa mutakhir
dalam bahasa-bahasa yang sedang berkembang Proses-proses morfologis dikaji bentuknya,
fungsinya, dan keproduktifannya. Unsur-unsur yang dapat dijadikan objek penelitian di
bidang morfologi antara lain, morfem dan kata pembentukan kata, sistem afiksasi, kelas kata,
kata tugas, konjungsi, kata majemuk, dan interjeksi. Interjeksi adalah kata yang berfungsi
mengungkapkan perasaan. Misalnya keheranan (eh, oh, astaga, aih, lho), negatif/meremehkan
(sialan, brengsek, bah, idih), positif/memuji (syukur, asyik, amboi, aduhai), mengajak (ayo,
mari, ya), bersifat fatis (hai, halo, nah).
2.3.3 Sintaksis
Sintaksis pada dasarnya meneliti kaidah-kaidah pembentukan frasa, pembentukan
klausa, dan pembentukan kalimat. Dalam kajian ini diteliti pola frasa dan macamnya, identitas
masing-masing frasa, struktur masing-masing frasa, dan tipe-tipe frasa. Unsur-unsur yang
dapat dijadikan kajian bidang sintaksis, yaitu frasa, klausa, kalimat, paragraf dan wacana.
Kajian paragraf dan wacana meliputi genre (naratif, deskriptif, prosedur, ekspositori,
hortatory, dst), kohesi dan koherensi, dan lain sebagainya.
2.3.4 Sosiolinguistik, Pragmatik, dan Psikolinguistik
Penelitian sosiolinguistik berhubungan dengan penggunaan bahasa oleh masyarakat
tuturnya dalam kehidupan bermasyarakat. Penelitian pragmatik mengkaji makna bahasa
dalam kaitannya dengan konteks di mana bahasa itu digunakan. Psikolinguistik mengkaji
hubungan bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia, bahasa dan psikologi. Unsur-unsur
yang dapat dijadikan objek penelitian sosiolinguistik, pragmatik, dan psikolinguistik, yaitu
dialek, variasi bahasa, kesantunan berbahasa, pemerolehan bahasa, bahasa iklan, bahasa pada
situasi tertentu, perkembangan bahasa pembelajar bahasa, dan lain sebagainya. Penelitian ini
sangat luas cakupannya dan banyak sisi yang dapat dianalisis dari satu gejala bahasa yang
muncul. Hasil kajian sosiolinguistik, pragmatik, dan psikolinguistik dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pemecahan masalah praktis, seperti pengajaran bahasa.
Dari materi penelitian bahasa yang telah dibahas di atas, sebagai peneliti bisa
mengamati, mengembangkan, mengapilkasikan ke dalam komponen penelitian bahasa. Dan
6
materi penelitian bahasa bisa dikembangkan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini.
Serta bisa dikaitkan dengan isu-isu terbaru dalam bidang bahasa.
Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
menyimak atau mengamati penggunaan bahasa yang diteliti. Dalam hal ini metode simak
tidak hanya berkaitan dengan bahasa lisan, namun juga untuk bahasa tulis seperti
mengamati, membaca, dan memahami bahasa tulis yang terdapat dalam surat kabar, teks
ataupun naskah cerita. Selain itu, metode simak juga dapat diwujudkan dengan bentuk
teknik pengumpulan data, yaitu :
a. Teknik Sadap.
Dalam hal ini teknik sadap merupakan teknik dasar dalam metode simak.
Penggunaan teknik sadap ini dilakukan dengan cara menyadap bahasa yang
digunakan oleh pembicara atau penutur dalam berkomunikasi.
b. Teknik Simak Libat Cakap.
Teknik simak libat cakap merupakan teknik lanjutan dari teknik dasar. Teknik
simak libat cakap dapat dilakukan dengan cara menyadap data bahasa yang hendak
diteliti dengan cara berpartisipasi dalam berbicara dan menyimak. Jadi, peneliti
ikut di dalam pembeicaraan dengan memperhatikan bahasa lawan bicaranya.
c. Teknik Simak Bebas Libat Cakap.
Dalam hal ini peneliti tidak ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan dan
hanya sebagai penyimak dengan cara mendengarkan apa yang dikatakan oleh
pembicara. Jadi, dalam teknik ini peneliti hanya sebagai pengamat dalam
penggunaan bahasa dari pembicara.
d. Teknik Rekam.
7
Teknik rekam merupakan pemerolehan data dengan cara merekam penggunaan
bahasa secara lisan. Dalam teknik rekam, sebaiknya dilakukan tanpa
sepengetahuan lawan bicara dan alat yang digunakan untuk merekam sebaiknya
berukuran kecil, sehingga dapat dimasukkan ke dalam saku baju agar tidak
diketahui oleh lawan biacara. Hal ini bertujuan agar lawan bicara dapat
menyampaikan bahasa dengan apa adanya atau secara alamiah.
e. Teknik Catat.
Teknik catat merupakan teknik yang digunakan dengan cara mencatat data yang
dinilai tepat dalam penelitian penggunaan bahasa. Dalam hal ini, teknik cakap
dapat dilakukan bersamaan dengan teknik sadap dan teknik rekam.
2.4.2 Metode Cakap
Metodek cakap merupakan metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data
berupa percakapan antara peneliti dengan informan (penutur bahasa). Dengan adanya
percakapan antara peneliti dengan informan maka timbulah kontak diantara mereka,
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Sama seperti metode simak, metode
cakap juga mempunyai teknik dasar dan teknik lanjutan. Menurut Sudaryanto, teknik
dasar metode simak ini adalah teknik pancing, dan teknik lanjutannya adalah teknik
cakap semuka dan teknik cakap tansemuka.
a. Teknik Pancing.
Teknik pancing merupakan teknik dasar dalam metode cakap. Dalam hal ini
seorang peneliti melakukan stimulasi atau memancing lawan bicaranya. Hal ini
bertujuan agar lawan bicaranya berbicara dengan bahasa yang akan diteliti. Untuk
memancing lawan bicara peneliti dapat melontarkan pertanyaan spontan kepada
lawan bicara (informan).
b. Teknik Cakap Semuka.
Teknik cakap semuka merupakan teknik lanjutan dalam metode cakap. Dalam hal
ini peneliti dan lawan bicara melakukan percakapan dengan tatap muka.
Percakapan diarahkan oleh peneliti sesuai dengan kepentingannya agar
memperoleh data yang lengkap.
c. Teknik Cakap Tansemuka.
Teknik cakap tansemuka dilakukan dengan cara percakapan tidak langsung atau
tidak tatap muka, yaitu secara tertulis. Dalam hal ini, peneliti menyiapkan daftar
pertanyaan, misalnya berupa angket. Jadi, dengan menggunakan teknik ini peneliti
8
berpikiran bahwa informan tersebut mampu baca tulis dan bahasa yang diteliti
mempunyai bahasa tulis.
d. Teknik Rekam dan Teknin Catat.
Dalam hal ini teknik rekam dapat dilakukan bersamaan dengan teknik cakap
semuka. Selain itu, juga ada teknik catat yang artinya peneliti melakukan
pencatatan pada kartu data.
2.4.3 Teknik Dokumentasi.
Teknik dokumentasi ini menggunakan sumber tertulis untuk memperoleh data.
Sumber tersebut bisa berupa surat kabar, karya sastra, ataupun majalah. Dalam hal
ini data kebahasaan dari sumber pustaka dapat diambil sesuai dengan kepentingan
dan tujuan penelitian. Penelitian ini dapat berupa morfologi, sintaksis, dan analisis
wacana. Dalam hal ini kartu data dan informasi lainnya sudah harus disiapkan oleh
peneliti untuk mencatat data sesuai dengan masalah pokok penelitian.
9
BAB 3. SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian bahasa pada dasarnya
adalah meneliti fenomena-fenomena kebahasaan yang ada dalam masyarakat pengguna
bahasa tersebut. Penelitian bahasa dapat dibagi dua, yaitu penelitian huluan dan penelitian
hiliran. Adapun cangkupan jenis materi dalam penelitian bahasa terdiri dari tiga, yaitu
linguistik teoritis, linguistik terapan, dan linguistik interdispliner. Selain itu, penelitian bahasa
memiliki tiga karakteristik, yaitu (1) data utama yang diambil dalam penelitian bahasa berasal
dari manusia yang meliputi peneliti sendiri dan dibantu informan; (2) penelitian bahasa
menggunakan analisis data secara induktif; (3) dan data yang dikumpulkan dalam penelitian
bahasa menggunakan deskriptif. Terdapat dua metode pengumpulan data dalam penelitian
bahasa, yaitu metode simak dan metode cakap. Serta terdapat dua teknik yang biasa
digunakan dalam penelitian bahasa, yaitu teknik pustaka dan teknik kuesioner. Sebagai calon
peneliti bahasa bisa mengamati, mengembangkan, mengapilkasikan ke dalam komponen
penelitian bahasa. Cangkupan materi penelitian bahasa bisa dikembangkan sesuai dengan
perkembangan teknologi saat ini. Dan bisa dikaitkan dengan isu-isu terbaru dalam bidang
bahasa dengan merelavankan antara konsep, karekteristik, metode, teknik, dan kerangka
desain dalam penelitian bahasa.
10
DAFTAR PUSTAKA
Restia, E., Rusminto, N. E., & Agustina, E. S. (2014). TINDAK TUTUR DALAM
KOMUNIKASI ANTARMAHASISWA DI KANTIN FKIP UNIVERSITAS
LAMPUNG. Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya), 2(4).
Zaim, M. (2014). Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural. Padang: FBS UNP
Press.
11
Lampiran 1. Contoh Bagian Desain Penelitian Kajian Pragmatik Restia(2014)
12
52
BAB III
METODE PENELITIAN
penjelasan, uraian, pendapat, fakta mengenai suatu objek. Penelitian ini bersifat
alamiah yang menjelaskan data berdasarkan kondisi yang ada saat penelitian
yang terkumpul disebut “soft data” kaya akan deskripsi orang, tempat, dan
research) karena korpus data yang digunakan berupa teks lisan yaitun konversasi
linguistik. Penelitian lapangan dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam
53
penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide
secara ekstensif (luas) yang kemudian dibuat kode dan dianalisis dalam berbagai cara
faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.
penganalisisan data dan berbagai hal yang terjadi di lapangan secara objektif dan apa
adanya. Data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka
Lampung dipilih sebagai sumber data dalam penelitian ini karena kantin merupakan
sarana penunjang yang mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam kegiatan di
Data dalam penelitian ini berupa tuturan antarmahasiswa yang dilakukan oleh subjek
penelitian dan strategi yang digunakan untuk mencapai sebuah tuturan yang
menerapkan tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. Data diperoleh
dari tuturan yang dihasikan oleh subjek penelitian dalam percakapan sehari-hari
Pada penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data yang diusulkan oleh
Sudaryanto dalam Yuniarti (2010: 59), yakni teknik simak lihat cakap dan teknik
simak bebas libat cakap. Kesuma dalam Yuniarti (2010: 59) mengemukakan bahwa
penjaringan data dapat dilakukan dengan ikut terlibat atau berpartisipasi (sambil
menyimak), baik secara aktif atau reseptif dalam pembicara. Ini berarti peneliti juga
digunakan teknik simak bebas libat cakap, yakni peneliti tidak terlibat dalam
percakapan (hanya menyimak saja). Teknik ini dikombinasikan dengan teknik catatan
lapangan, teknik ini digunakan untuk mencatat tuturan dalam berkomunikasi. Catatan
lapangan terdiri dari dua jenis, yaitu catatan deskriptif dan catatan reflektif. Catatan
cakap, peneliti mencatat percakapan tersebut. Tidak ada jadwal khusus untuk
melakukan pengumpulan data. Data diperoleh ketika peneliti berada di dekat subjek
peneliti.
55
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
sebuah tuturan tidak langsung. Didalam tuturan heuristik sebuah tuturan tidak
data-data yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru.
sementara.
56
1. Problem
2. Hipotesis
Hipotesis
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan
5. interpretasi Default
Leech (1983: 61) mengemukakan bahwa di dalam analisis hueristik, analisis berawal
dari problem yang di lengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, kemudian
dirumuskan hipotesis tujuan. Berdasarkan data yang ada, hipotesis diuji kebenaranya.
Bila hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia, berarti pengujian
berhasil.
maka terjadi karena hipotesis tidak sesuai dengan bukti yang tersedia. Proses
pengujian ini dapat berulang-ulang sampai diperoleh hipotesis yang dapat diterima.
57
konteks, hipotesis dapat diterima. Akan tetapi, jika terdapat konsekuensi yang tidak
sesuai dengan bukti-bukti yang ada, hipotesis harus ditolak. Kemudian disusun
hipotesis baru untuk diuji dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia sampai
1. Problem
(Interpretasi tuturan)
“Tik, ini jus jeruk siapa?”
2. Hipotesis
1. Yuli hanya bertanya siapa pemilik jus jeruk di
atas meja
2. Yuli meminta dipesankan jus jeruk
3. Yuli meminta siti agar memberikan jus tersebut
kepadanya
3. Pemeriksaan
1. Dituturkan pada saat jam makan siang
2. Pada saat bertutur penutur sambil melirik kearah jus
jeruk
3. Tempat duduknya berdekatan dengan mitra tutur
5. Interpretasi Default
58
Tuturan pada contoh (1) termasuk sebuah kalimat introgatif, tetapi setelah diperiksa
bertanya sesuatu tidak langsung berupa perintah. Maksud dari tuturan tersebut, Yuli
menyatakan kepada Siti ini jus jeruk siapa, Yuli menanyakan hal tersebut dengan
sebuah tindakan, yakni mata Yuli memandangi jus jeruk yang ada di atas meja.
Setelah diuji dengan fakta berupa data yang ada di lapangan, tuturan “Tik, ini jus
jeruk siapa?” dapat disimpulkan sebagai sebuah permintaan tidak langsung agar Siti
Tindak tutur meminta dilakukan secara tidak langsung oleh sang teman dengan
menggunakan bentuk lain dan tidak literal. Perintah tidak langsung dengan modus
bertanya merupakan tindak tutur tidak langsung. Kalimat Tanya tidak digunakan
Perintah tidak langsung dengan modus bertanya digunakan oleh penutur untuk
oleh penutur berupa keadaan yang sedang dihadapi oleh penutur pada saat itu.
menggunakan modus bertanya. Hal ini dilakukan agar tuturan memerintah lebih
terlihat santun. Hal ini sesuai dengan skala kesantunan Leech yang menyatakan
bahwa semakin tidak langsung suatu tuturan semakin santun tuturan tersebut.
59
2. Data yang didapat langsung dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif dan
Analisis heuristik digunakan, apabila ada tuturan tidak langsung dan memiliki
interpretasi makna.
Tabel 1.1 Indikator Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur tidak Langsung
permintaan tersebut.
2 Tindak tutur langsung diguna
kan untuk menyampaikan
informasi sejelas-jelasnya,
sedangkan bagian argumentasi
digunakan untuk menjaga
hubungan baik dengan mitra
tutur agar komunikasi berjalan
dengan baik dan lancar.
3 Tindak tutur langsung dengan
argumentasi digunakan jika
kualitas permintaan yang
diajukan termasuk dalam
kategori istimewa.
2 Tindak tutur 1. Tindak tutur tidak Tindak tutur tidak langsung
tidak langsung dengan dengan modus pengandaian
langsung modus pengandaian merupakan tindak tutur yang
dilakukan penutur dengan cara
menyatakan situasi dan kondisi
yang diangankan dalam kaitan
dengan situasi dan kondisi yang
dialami penutur pada pada saat
mengajukan permintaan. Situasi
dan kondisi yang didayagunakan
oleh penutur adalah situasi dan
kondisi yang mendukung tuturan
tidak langsung dengan modus
pengandaian. Modus pengandaian
digunakan untuk membuat tuturan
menjadi lebih santun, karena
permintaan disampaikan tidak
secara langsung.
2. Tindak tutur tidak Tindak tutur yang dilakukan
langsung dengan dengan menyatakan sesuatu yang
modus menyatakan tidak menyenangkan yang
keluhan menimpa diri mitra tutur. Sesuatu
yang menimpa diri mitra tutur itu
berupa sakit, keadaan yang
membuat mitra tutur merasa tidak
nyaman, dan sebalikknya.
3. Tindak tutur tidak Tindak tutur tidak langsung
langsung dengan dengan modus bertanya
modus bertanya merupakan tindak tutur yang
dinyatakan dengan menggunakan
61
simpulan sementara.